ANALISA SITUASI PENGGUNA IUD DI PUSKESMAS
SUIGAI DURIAN KAB. KUBU RAYA TAHUN 2017
SKRIPSI
Oleh :
DEPI SURIANA SIREGAR
NPM : 111510587
PRGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2017
ii
ANALISA SITUASI PENGGUNA IUD DI PUSKESMAS
SUIGAI DURIAN KAB. KUBU RAYA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
DEPI SURIANA SIREGAR
NPM : 111510587
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2017
iii
iv
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Peminatan Kesehatan Lingkungan
Oleh :
DEPI SURIANA SIREGAR
NPM. 111510587
Pontianak, JANUARI 2018
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Linda Suwarni SKM, M.kes Otik Widyastutik SKM, MA NIDN. 1125058301 NIDN. 11002108001
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Proposal Skripsi dengan judul :
ANALISA SITUASI PENGGUNA IUD DI PUSKESMAS SUIGAI DURIAN KAB.
KUBU RAYA TAHUN 2017
Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan program studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Jenjang Pendidikan Strata 1 bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari Skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak maupun di Perguruan Tinggi
atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Pontianak, JANUARI,2018
DEPI SURIANA SIREGAR
NPM. 111510587
vi
BIODATA
BIODATA PENULIS
Nama : Depi Suriana Siregar
Tempat, Tanggal Lahir : Pontianak, 06 Desember 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Nama Orang Tua :
Bapak : S. Siregar
Ibu : R. Aritonang
Alamat : Jalan Adisucipto BTN Teluk Mulus blok E.35
Kecamatan Sui Raya kabupaten KubuRaya
JENJANG PENDIDIKAN
SD : Santa Monika Kabupaten Kubu Raya (1996-2002)
SMP : Santa Monika Kabupaten Kubu Raya (2002-2005)
SMA : SPK Depkes Pontianak (2005 - 2008)
DIPLOMA : Akademi Kebidanan Panca Bhakti
S-1 (SKM) : Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan
Reproduksi Universitas Muhammadiyah Pontianak
PENGALAMAN KERJA
a. Klinik bersalin Windiyati (2011 -2015)
b. Rumah Sakit Kartika Husada T-II Kabupaten Kubu Raya (2017 - sekarang)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang mana atas berkat dan karunia-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan Proposal
Skripsi yang berjudul “ANALISA SITUASI PENGGUNA IUD DI
PUSKESMAS SUIGAI DURIAN KAB. KUBU RAYA TAHUN 2017”
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan S-1 Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Dalam kesempatan ini juga peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih kepada
Ibu Drs. Linda Suwarni SKM, M.kes selaku pembimbing utama yang dengan
penuh kesabaran hati telah bersedia meluangkan banyak waktu dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari penyusunan Skripsi hingga
selesai, serta kepada Ibu Otik Widyastutik SKM, MA selaku pembimbing II yang
telah memberikan saran-saran berkaitan dengan tekhnis operasional di lapangan
hingga Skripsi ini selesai.
Penyusunan Proposal ini tidak terlepas dari bimbingan berbagai pihak
lainnya, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Helman Fachri, SE, MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
2. Ibu DR Linda Suwarni SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak.
3. Seluruh staf dan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah membantu
kelancaran penyelesaian pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
4. Keluarga,teman yang telah memberikan dukungan dan do’a dengan tulus
untuk keberhasilan peneliti dalam membuat Skripsi.
5. Sahabat-sahabat yang telah membantu peneliti dalam pembuatan Skripsi
ini serta teman-teman seangkatan yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………... i
SURAT PERNYATAAN.................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN..………………………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN.…………………………………….………… iv
BIODATA ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ……………………………………………….....….. vi
ABSTRAK………………………………………………………………….... viii
ABSTRACT…………………………………………………......…………...... ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………..... x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………..... 1
I.2 Rumusan Masalah ……………………………………........ 5
I.3 Tujuan Penelitian ………………………………………..... 6
I.4 Manfaat Penelitan ……………………………………….... 7
I.5 Keaslian Penelitian.............................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Program Keluarga Berencana ( KB )…........................... 10
II.2 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR / IUD )........... 11
II.3 Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi dengan
penggunaan kontrasepsi IUD ……………………............
16
II.4 Kerangka Teori.................................................................... 29
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
III.1 Kerangka Konsep.………………………………………... 30
III.2 Variabel Penelitian.………………………………………. 30
III.3 Defenisi Oprasional………………………………………. 31
BAB IV METODE PENELITIAN
IV.1 Desain Penelitian ……...…………………………………. 33
IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian ………..…………………. 33
IV.3 Populasi dan Sampel……..……………………………… 33
IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data..……………... 34
IV.5 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data…………………. 35
IV.6 Teknik Analisis Data …………………………………….. 35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Hasil.................................................................................... 37
V.2 Pembahasan......................................................................... 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan......................................................................... 61
VI.2 Saran.................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 63
LAMPIRAN
ABSTRAK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SKRIPSI, JANUARI 2018
DEPI SURIANA SIREGAR
ANALISIS SITUASI PENGGUNAAN IUD DI PUSKESMAS SUNGAI
DURIAN
Xv + 65 Halaman + 9 Tabel + 3 Gambar + 8 Lampiran
Peningkatan pemakaian suntik KB diiringi oleh turunnya peserta IUD, pil dan
implan. Pada umumnya, setiap pasangan yang menggunakan kontrasepsi dilandasi
keinginan yang jelas, apakah untuk mengatur jarak kelahiran atau membatasi
kelahiran. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 10 wanita pasangan usia subur
di Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya, bahwa terdapat 80% tidak
ingin menggunakan KB IUD karena takut efek samping dirasakan, suami yang
tidak mengingikan menggunakan IUD. Tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui analisis situasi penggunaan IUD di Puskesmas Sungai Durian.
Jenis penelitian ini adalah deskrtipdtif dengan pendekatan cross sectional. Besar
sample penelitian sebanyak 32 sampel. Masing-masing variabel yang diteliti diuji
dengan menggunakan uji univariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran berumur antara 20-35 tahun
sebanyak 24 responden (75,0%), paritas 2-3 anak (56,3%), ada efek samping
(62,5%), tidak ada riwayat KB sebelumnya (75,0%), tidak memiliki dukungan
suami (62,5%), peran petugas mendukung (100,0%), pengambilan keputusan
adalah saran dari suami dan teman, tidak mau gemuk dan tidak perlu berkunjung
ke pelayanan kesehatan setiap bulannya sebesar 2 (6,3%).
Saran Diharapkan bagi ibu lebih memahami kontrasepsi IUD baik
bahan IUD, efek samping jangka pendek maupun jangka panjang, dengan cara
mengikuti konseling KB secara mendalam, aktif mengikuti penyuluhan dalam
menggunakan kontrasepsi, sehingga pengetahuan mengenai KB lebih meningkat
Kata Kunci : Penggunaa IUD di Puskesmas
Pustaka : 19 (2003-2016)
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009)
Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang
berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk
membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).
Indonesia mempunyai kebijakan untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk diantaranya melalui program KB, akan tetapi beberapa tahun
terakhir program yang dilakukan melalui KB stagnan.Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD) merupakan
pilihan kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi sebagian wanita.
IUD merupakan metode kontrasepsi reversibelyang paling sering digunakan
di seluruh dunia dengan pemakaian mencapai sekitar 100 juta wanita,
sebagian besar berada di Cina. Generasi terbaru AKDR memiliki efektivitas
2
lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian satu tahun
atau lebih (Glasier dan Gebbie, 2012).
Berdasarkan survey penduduk tahun 2010 tingkat laju pertumbuhan
penduduk Indonesia sebesar 1,49% dan angka kelahiran total atau Total
Fertility Rate (TFR) sebesar 2,6 per wanita subur. Angka tersebut masih jauh
dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2009-2014 yaitu tercapainya laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar
1,1% dan tingkat fertilitas 2,1%per kelahiran (BKKBN, 2012).
Berdasarkan Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas 2015
bahwa sebagian besar PUS peserta KB di Indonesia masih mengandalkan
kontrasepsi suntikan (59,57%) dan pil (20,71%) dari total pengguna KB.
Sedangkan persentase pengguna Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) terbesar adalah pengguna IUD (7,30%) dan Susuk KB
(6,21%). Pemakaian alat kontrasepsi di Provinsi Kalimantan Barat didominasi
oleh suntikan (64,68%), disusul pil (27,19%). Penggunaan MKJP di
Kalimantan Barat adalah sebesar 7,06% terdiri dari IUD (3,06%),
susuk/implant (2,21%), MOW (1,49%), dan MOP (0,3%). Pengguna kondom
sebanyak 0,52%; kondom wanita 0,04%; pantang berkala 0,31%; dan metode
lainnya 0,21%. Penggunaan IUD di Puskesmas Sungai Durian Kabupaten
Kubu Raya tahun 2016 terdapat 56 orang sedangkan pada tahun 2017 sampai
dengan bulan september 32 orang.
Peningkatan pemakaian suntik KB diiringi oleh turunnya peserta IUD,
pil dan implan. Pada umumnya, setiap pasangan yang menggunakan
3
kontrasepsi dilandasi keinginan yang jelas, apakah untuk mengatur jarak
kelahiran atau membatasi kelahiran. Kejelasan maksud tersebut terkait
dengan tersedianya teknologi kontrasepsi sesuai dengan keamanan medis
serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan, efektivitas, dan efisiensi
metode kontrasepsi. Perbaikan dalam penyampaian pelayanankontrasepsi dan
penyediaan akses yang mudah dapat meningkatkan proporsi pemakaian
kontrasepsi (BKKBN, 2004).
Penggunaan metode kontrasepsi IUD dapat menjamin sekurangnya tiga
tahun jarak kelahiran. Pengaturan jarak kehamilan lebih dari dua tahun
dapat membantu wanita memiliki anak yang sehat dan meningkatkan peluang
mereka untuk terus hidup sebesar 50%. Wanita di bawah usia 20 tahun dan
lebih dari 40 tahun lebih berkemungkinan untuk memiliki bayi yang mati
dalam usia satu tahun (infant) daripada wanita pada usia reproduksi sehat
(Sujudi, 2005)
Turunnya jumlah peserta KB IUD dari tahun ke tahun dapat
disebabkan karena beberapa faktor seperti : 1) ketidaktahuan peserta
tentang kelebihan KB IUD. Dimana pengetahuan terhadap alat
kontarsepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan metode
kontrasepsi yang digunakan. 2) Kualitas pelayanan KB, dilihat dari segi
ketersediaan alat kontrasepsi, efek samping, ketersediaan tenaga yang
terlatih dan kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan. 3)
Biaya pelayanan IUD yang mahal. 4) Adanya hambatan dukungan dari suami
dalam pemakaian alat kontrasepsi IUD. 5) Adanya niat yang timbul dari
4
adanya sikap yang didasarkan pada kepercayaan, adanya riwayat penyakit
norma-norma di masyarakat dan norma pokok yang ada dalam
lingkungan. Salah satu norma yang dianut masyarakat adalah pemasangan
IUD yang dilakukan di aurat (vagina) sehingga menimbulkan perasaan malu /
enggan untuk menggunakan IUD.
Penggunaan metode kontrasepsi IUD dapat menjamin sekurangnya tiga
tahun jarak kelahiran. Pengaturan jarak kehamilan lebih dari dua tahun
dapat membantu wanita memiliki anak yang sehat dan meningkatkan peluang
mereka untuk terus hidup sebesar 50%. Wanita di bawah usia 20 tahun dan
lebih dari 40 tahun lebih berkemungkinan untuk memiliki bayi yang mati
dalam usia satu tahun (infant) daripada wanita pada usia reproduksi sehat
(Sujudi, 2005).
Efek samping penggunaan kontrasepsi IUD di antaranya dismenore,
meningkatnya aliran darah menstruasi, bercak darah diantara periode
menstruasi, infeksi uterus, atau perforasi dan kehamilan ektopik. Tanda-tanda
bahaya yang harus diwaspadai meliputi periode menstruasi terlambat atau
tidak ada, nyeri abdomen berat, demam dan menggigil, daerah vagina bau,
terdapat bercak-bercak, perdarahan atau periode menstruasi berat.
Pengeluaran spontan terjadi pada 2%-10% pemakaian dalam tahun pertama
(Stright, 2004).
Penelitian yang dilakukan Aryanti (2014) menunjukaan bahwa hanya
varibel dukungan suami yang memiliki hubungan bermakna secara statistik
terhadap penggunaan kontrasepsi IUD (OR = 0,023, p = 0,000) di
5
Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur (Aryanti, 2014). Menurut
Endah (2013) menyatakan bahwa penghentian penggunaan IUD cenderung
terjadi pada akseptor yang berusia muda, memiliki jumlah anak <2,
berpendidikan rendah, tidak bekerja, dan tidak mendiskusikan KB dengan
suami (Endah, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Durian terhadap 10 wanita pasangan usia subur di
Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya, bahwa terdapat 80% tidak
ingin menggunakan KB IUD karena takut efek samping dirasakan, suami
yang tidak mengingikan menggunakan IUD dan merasakan kenyamanan
dengan KB yang digunakan sebelumnya.
Berdasarkan hasil di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “gambaran faktor riwayat penyakit, efek samping, riwayat
KB yang mempengaruhi aseptor KB memilih mnggunakaniud di Puskesmas
Sungai Durian
I.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
diteliti, adalah: ” Bagaimana analisis situasi penggunaan IUD di Puskesmas
Sungai Durian.”.
6
I.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui analisis
situasi penggunaan IUD di Puskesmas Sungai Durian.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran usia pengguna IUD di Puskesmas
Sungai Durian.
2. Untuk mengetahui gambaran paritas pengguna IUD di Puskesmas
Sungai Durian.
3. Untuk mengetahui gambaran efek samping pengguna IUD di
Puskesmas Sungai Durian.
4. Untuk mengetahui gambaran riwayat KB sebelumnya pengguna
IUD di Puskesmas Sungai Durian.
5. Untuk mengetahui gambaran dukungan suami pengguna IUD di
Puskesmas Sungai Durian.
6. Untuk mengetahui gambaran peran petugas pengguna IUD di
Puskesmas Sungai Durian.
7. Untuk mengetahui gambaran pengambilan keputusan pengguna
IUD di Puskesmas Sungai Durian.
7
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Manfaat bagi PUS
Diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan
pengetahuan tentang pentingnya menggunakan KB
I.4.2 Institusi Pendidikan
Sebagai informasi atau masukan bagi akademik dalam kegiatan
perkuliahan maupun penunjang bagi penelitian selanjutnya.
I.4.3 Manfaat bagi institusi terkait
Sebagai bahan masukkan bagi pemerintah mengenai pentingnya
melakukan menggunakan KB terutama menggunakan IUD, sehingga
pemerintah dapat melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada keluarga
di Indonesia agar dapat menggunakan KB dengan baik.
I.4.3 Manfaat bagi peneliti selanjutnya.
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah ke
dalam bentuk penelitian dan sebagai bahan tambahan ilmu pengetahuan
di luar dan mengembangkan ilmu yang ada.
8
I.5 Keaslian Penelitian
Tabel di bawah ini penjelasan tentang keaslian penelitian :
Tabel I.1
Keaslian Penelitian
N
o
Nama Judul Metode dan
variabel
Hasil Penelitian Perbedaan
1 Ratih Dwi
Arini (2015)
Hubungan Antara
Dukungan Suami
Dan Pengetahuan
Ibu Dengan
Pemilihan Alat
Kontrasepsi Intra
Uterine Device (Iud) Di
Puskesmas
Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo
Penelitian ini
merupakan
penelitian
kuantitatif
dengan desain
penelitian Case
Control. Variabel
yang digunakan
yaitu
pengetahuan dan
dukungan suami
Berdasarkan hasil
dengan uji Chi-
square menunjukkan
bahwa ada hubungan antara
pengetahuan ibu dan
sukungan suami
dengan pemilihan
kontrasepsi IUD
Penelitian ini
menggunakan kuantitatif
dengan desain penelitian
Case Control sedangkan
peneli hanya
menggunakan deskriftif
atau gambaran
penggunakan KB IUD.
2 Aniswatin
Sa’adah
(2013)
Hubungan
Dukungan Suami
Dengan Pemilihan
Metode
Kontrasepsi
IUD Di Bidan
Praktik Mandiri
Kecamatan
Gunungpati Kota
Semaran
penelitian
korelasional
dengan
menggunakan
pendekatan Cross
Sectional
Ada hubungan
bermakna antara
dukungan suami
dengan pemilihan
alat kontrasepsi
IUD di BPM Neni
Rumuni, S.SiT
Kecamatan
Gunugnpati Kota
Semarang didapat p
value <
0,0).
Penelitian meneliti
tentang dukungan suami
terhadap penggunaan
IUD Post Plasenta
sedangkan penelitian ini
meneliti tentang variabel,
usia, paritas, pekerjaan,
penghasilan, riwayat
penyakit, efek samping,
riwayat kb sebelumnya,
dukungan suami, peran
petugas dan pengambilan
keputusan penggunaan
IUD
3 Nana
Aldriana
(2013)
Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan
Dengan
Penggunaan Alat
Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) Di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Kabun Kabupaten
Rokan Hulu Tahun
2013
studi kasus
kontro dengan
menggunakan
pendekatan Cross
Sectional
terdapat hubungan
sebab
akibat antara
dukungan suami,
jumlah anak hidup,
pengetahuan dan
sikap tenaga
kesehatan dengan
penggunaan AKDR,
Penelitian meneliti
tentang dukungan suami,
jumlah anak hidup,
pengetahuan dan sikap
sedangkan penelitian ini
meneliti tentang variabel,
usia, paritas, pekerjaan,
penghasilan, riwayat
penyakit, efek samping,
riwayat kb sebelumnya,
dukungan suami, peran
petugas dan pengambilan
keputusan penggunaan
IUD
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Program Keluarga Berencana ( KB )
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation)
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk
(Anggraeni & Martini, 2011) :
a. Mendapatkan objektif - objektif tertentu.
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d. Mengatur interval di antara kelahiran.
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
isteri.
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS).
Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah
maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang
sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit,
Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa.
Jenis alat/obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD,
implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom
dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan
kader desa. Kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter
10
10
sedangkan kontrasepsi jenis, IUD, implant dan vasektomi /tubektomi harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.
Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran.
Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha-usaha pembangunan yang lain
selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan
tingkat kelahiran dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS)
untuk berkeluarga berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki
usia subur (Pra-PUS) diberikan pemahaman dan pengertian mengenai
keluarga berencana. Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan
jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus menerus
memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta
peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana. Selanjutnya untuk
mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus dimantapkan usaha-usaha
operasional dalam bentuk upaya pemerataan pelayanan KB, peningkatan
kualitas baik tenaga, maupun sarana pelayanan KB, penggalangan
kemandirian, peningkatan peran serta generasi muda, dan pemantapan
pelaksanaan program di lapangan.
11
II.2 . Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR / IUD )
II.2.1. Pengertian IUD ( Intra Uterine Device )
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR / IUD ) merupakan alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Efektifitas
metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka kelangsungan
pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode tersebut
diatas (Abdul, 2006).
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik,
dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam
menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat
mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya
sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan
pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis
(dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan
usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar infeksi menular seksual (Saifuddin, 2006).
II.2.2. Jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah (Saifuddin,
2006) :
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
12
tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti
pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga
halus pada IUD Copper-T.
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung
atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm
2 untuk
menambah efektifitas.
Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.
d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam),
tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran
30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka
13
kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini
adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
II.2.3. Cara Kerja IUD
Cara kerja dari IUD antara lain yaitu :
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
c) Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma
d) sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi
e) sperma untuk fertilisasi.
f) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
II.2.4. Keuntungan dan Kelemahan IUD
Adapun keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni
(Nisa, 2011):
a) Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).
b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti).
d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
e) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
14
f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.
g) Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
j) Dapat digunakan sampai menapouse (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir).
k) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan IUD yaitu :
a) Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus
haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar
mensturasi, saat haid lebih sakit.
b) Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi
dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang
sering berganti pasangan.
e) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.
15
f) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan
dalam pemasangan IUD.
g) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
h) Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter atau bidan) yang terlatih.
i) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
j) Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke
waktu.
II.2.5. Waktu Penggunaan IUD
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat (Saifuddin, 2010):
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien
tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan
metode amenorea laktasi (MAL).
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
apabila tidak ada gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.
16
II.2.6. Waktu Kontrol IUD
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali
untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu
kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah (Afandi dkk, 2011) :
a. 1 minggu setelah pemasangan
b. 1 bulan pasca pemasangan
c. 3 bulan kemudian
d. setiap 6 bulan berikutnya
e. bila terlambat haid 1 minggu
f. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
II.3 Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi dengan penggunaan
kontrasepsi IUD
Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD
tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan
dengan teori Green yang dibedakan dalam tiga jenis yaitu (Notoatmodjo,
2010):
1. Faktor pemudah (predisposing factors)
Faktor pemudah mencakup pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang
atau kelompok untuk bertindak.
17
2. Faktor pendukung (enabling factor)
Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
3. Faktor pendorong (reinforsing factor)
Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan, adanya dukungan keluarga.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh umur, pendidikan, pengetahuan, dan sikap
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, adanya dukungan yang kuat
dari keluarga terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
perilaku.
Menurut Mubarak (2011), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
penggunaan kontrasepsi IUD adalah; pengetahuan, biaya, pendidikan,
dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan. Dalam penelitian ini,
penulis hanya membahas variabel yang diteliti yaitu:
II.3.1. Usia
wanita di 30 tahun keatas juga biasanya banyak memilih
menggunakan IUD. Sebagian besar WUS yang menggunakan IUD
pada usia lebih dari 30 tahun mereka memiliki kekhawatiran untuk
mengalami kehamilan karena akan memiliki risiko tinggi (Fajrin,
2014). Oleh sebab itu, wanita muda cenderung menggunakan cara
KB suntik dan pil, sementara wanita yang lebih tua cenderung
18
memilih kontrasepsi IUD (Sumini, 2009). Penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara umur dengan keluhan kesehatan
pada penguna kontrasepsi. Suatu penelitian yang dilakukan Igwegbe
dan Ugboaja (2010) di Nigeria mengemukakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara umur dengan keluhan kesehatan, yakni
masalah haid tidak teratur pada pengguna kontrasepsi suntik
progestin (p=0,000). Tingkat estradiol yang rendah dapat
mengakibatkan perubahan pola perdarahan yang tidak teratur
(spotting)menjadi amenore atau oligomenore (Pamuji, 2008)
II.3.2. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang
dimiliki oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh
terhadap persalinan dikarenakan Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada
ibu yang pertama kali mengalami masa kehamilan. Jarak kehamilan
yang < 24 bulan akan lebih besar berisiko terjadi preeklampsia berat
dibandingkan dengan jarak kehamilan > 24 bulan. (Langelo dkk,
2012).
Pada nulipara frekuensi pre eklampsia lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multipara, terutama nulipara muda. Pengaruh
paritas sangat besar karena hampir 20% nulipara menderita hipertensi
sebelum, selama bersalin, atau masa nifas dari pada multipara
kemungkinan karena terpapar villi khorialis untuk pertama kalinya.
19
Pada ibu-ibu primi muda sering terjadi penyakit-penyakit pada
kehamilan dan persalinan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya
hambatan pertumbuhan janin dalam kandungan (Cuningham, 2002).
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat
dibedakan menjadi:
a. Nullipara Adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama
sekali
b. Primipara Adalah wanita yang telah pernah melahirkan sebanyak
satu kali
c. Multipara Adalah wanita yang telah melahirkan sebanyak dua
hingga empat kali
d. Grandemultipara dalah wanita yang telah melahirkan sebanyak
lima kali atau lebih
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) yang
melakukan penelitian pada ibudi Desa Rambigundam Kabupaten
Jember dimana sebagian besar responden terbanyak yaitu ibu dengan
usia dewasa muda sebanyak 86%
II.3.3 Dukungan Suami
Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb (dalam
Suparyanto, 2012) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan subjek yang berupa kehadiran dan hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku
20
penerimaannya. Dukungan keluarga adalah keberatan, kesedihan,
kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan
menyayangi kita. Dukungan suami berperan penting dalam
pemasangan IUD untuk mencegah kehamilan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Friedman (dalam Suparyanto, 2012) membagi 5 tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
21
mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain
dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan
lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
Keberhasilan dalam peroses menyusu juga ditentukan oleh
peran ayah atau anggota keluarga yang lain. Peran keluarga adalah
menciptakan situasi yang memungkinkan pemberian IMD berjalan
dengan lancar. Sebelum kehamilan, bahkan saat istri sedang hamil,
calon ayah dapat membaca literatur yang berkaitan tentang
kehamilan, perawatan, pengasuhan bayi serta tentang pemberian ASI
(Maritalia, 2012).
Pada akhirnya dukungan sang suami dalam bentuk dukungan
emosional dan bantuan praktis merupakan dukungan paling berarti
bagi ibu. Ibu akan merasa bahwa bukan dirinya saja yang
22
bertanggung jawab dalam proses menyusu, melainkan seluruh
keluarganya.
Bersaearkan penelitian yang dilakaukan oleh Nurcahyanti
(2013) bahwa didapatkan hasil p-value 0,033 < α = 0,05 disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dalam
pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang pada ibu akseptor KB
berusia lebih dari 35 tahun di Desa Sidomukti Kecamatan
Bandungan kabupaten Semarang.
II.3.4 Dukungan Petugas Kesehatan
Aktivitas bidan untuk memberi informasi penting dan
nasehat tentang KB yang tepat. Bidan dapat memberi saran kepada
seorang wanita tentang pilihan-pilihan kontrasepsi atau dapat pula
seorang bidan dilibatkan dalam memfasilitasi penggunaan metode
kontrasepsi tertentu. Beberapa contoh peran bidan dalam keluarga
berencana yang dapat dilakukan pada ibu postpartum adalah
memberikan saran kepada ibu tentang metode KB yang paling cocok
untuk ibu (mempertimbangkan semua faktor fisik, social dan
budaya); memastikan bahwa wanita mudah mencapai fasilitas KB,
dan menginformasikan kepada wanita tentang waktu yang optimal
untuk menggunakan metode kontrasepsi yang dipilih (Henderson &
Jones, 2005).
Salah satu langkah dalam memberikan informasi kepada
masyarakat yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan ialah dengan
23
cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara intensif,
terutama yang ditujukan kepada masyarakat yang datang keklinik
dan masyarakat di lingkungan klinik (Sulistyawati, 2011).
Menurut Saifuddin et al (2010), Kenyataan yang ada di
lapangan adalah tidak semua sarana kesehatan dapat dijangkau oleh
klien. Oleh karena itu untuk memberikan informasi kepada klien
tentang Keluarga Berencana dapat dilakukan pada dua jenis tempat
pelayanan, yaitu :
a. Non klinik (di lapangan)
Dilaksanakan oleh para petugas dilapangan yaitu PPLKB,
PLKB, PKB, PPKBD, Sub PPKBD, dan kader yang sudah
mendapatkan pelatihan konseling yang sesuai standar. Tugas
utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam
kelompok kecil maupun secara perorangan. Adapun informasi
yang diberikan mencakup :
a) Pengertian manfaat perencanaan keluarga
b) Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat.
c) Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara
kerja, manfaat, kemungkinan efek samping, komplikasi,
kegagalan, kontra indikasi, tempat kontrasepsi bisa diperoleh,
rujukan, serta biaya).
24
b. Di klinik
Dilaksanakan oleh petugas medis dan paramedis terlatih di klinik
yaitu dokter, bidan, perawat serta bidan desa. Pelayanan
konseling yang dilakukan dalam rangka memberikan informasi
tentang Keluarga Berencana diupayakan agar diberikan secara
perorangan di ruangan khusus. Pemberian informasi di klinik
dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan informasi
yang diberikan di lapangan, mencakup hal-hal berikut :
a) Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan
kebutuhan klien.
b) Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai
dengan kondisi kesehatan klien.
c) Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang
dipilih ternyata tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya.
d) Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak
tersedia di klinik atau jika klien membutuhkan bantuan medis
dari ahli seandainya dalam pemeriksaan ditemui masalah
kesehatan lain.
Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh ranaswati (2014)
bahwa ada perbedaaan dukungan petugas kesehatan antara
pemakaian alat kontrasepsi IUD dan Pil dengan nilai p=0,000.
25
II.3.5 Efek samping IUD
Efek samping yang sering dijumpai pada pemakaian kontrasepsi
IUD umumnya tidak berbahaya, sedangkan efek yang serius jarang
terjadi. Leveno (2009) dan Darmani (2003) mengungkapkan
berbagai efek samping yang terjadi pada penggunaan kontrasepsi
IUD, efek samping tersebut ialah:
1. Perforasi uterus
Efek samping paling awal adalah efek yang berkaitan dengan
pemasangan. Efek samping tersebut antara lain adalah
perforasi uterus yang dapat terjadi secara klinis nyata atau
tersamar sewaktu memasang sonde atau memasukkan
kontrasepsi IUD. Frekuensi komplikasi ini bergantung pada
keterampilan pemasang dan tindakan pencegahan. Perforasi
dapat partial dimana sebagian kontrasepsi IUD masih berada
didalam uterus atau komplit dimana seluruh bagian kontrasepsi
IUD masuk kedalam cavum abdomen.
2. Kram dan perdarahan uterus
Kram dan perdarahan uterus kemungkinan besar timbul segera
setelah pemasangan dan menetap dalam waktu yang berbeda-
beda. Pada keadaan ini kontrasepsi IUD tidak perlu dilepaskan
kecuali bila perdarahan terus berlangsung sampai lebih dari 8-10
minggu. Kram dapat dikurangi dengan pemberian obat anti
inflamasi nonsteroid sekitar 1 jam sebelum pemasangan.
26
3. Menoragia
Pengeluaran darah selama haid biasanya meningkat dua kali
lipat pada pemakaian Copper T 380A dan dapat sedemikian
banyak sehingga menyebabkan anemia defisiensi besi.
4. Infeksi
Infeksi panggul, aborsi septik, dan abses tubo-ovarium
dapat terjadi pada pemakian kontrasepsi IUD. Jika dicurigai
terjadi infeksi, alat harus dikeluarkan dan wanita yang
bersangkutan diterapi dengan antibiotik. Karena adanya risiko
sterilisasi akibat infeksi panggul yang parah, pemakaian
kontrasepsi IUD tidak dianjurkan bagi wanita berusia kurang
dari 25 tahun atau paritas rendah. Setelah pemasangan kontrasepsi
IUD, terjadi peningkatan kecil risiko infeksi panggul hingga 20
hari pertama. Risiko utama infeksi adalah disebabkan oleh
pemasangan dan tidak meningkat seiring dengan pemakaian
jangka panjang.
5. Kehamilan dengan AKDR dalam uterus
Kehamilan biasanya terjadi pada tahun pertama insersi.
Pada keadaan ini mungkin terjadi ekspulsi atau perforasi.
Kehamilan yang terjadi bersamaan dengan adanya kontrasepsi
IUD, dapat menyebabkan abortus spontan atau kehamilan
ektopik. Jika diketahui terdapat kehamilan dengan benang terlihat
keluar dari serviks, AKDR harus dikeluarkan. Tindakan ini akan
27
membantu mengurangi komplikasi selanjutnya, seperti abortus
pada kehamilan tahap lanjut, sepsis, dan persalinan prematur.
6. Kehamilan ektopik
Karena kontrasepsi IUD tidak dapat diandalkan untuk
mencegah kehamilan diluar uterus, maka wanita yang memang
berisiko tinggi mengalami kehamilan ektopik seperti mereka
yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik atau pembedahan
tuba sebaiknya tidak menggunakan kontrasepsi IUD.
7. Nyeri perut bawah
Nyeri perut bawah dan kejang dapat terjadi pada saat insersi
kontrasepsi IUD atau beberapa hari sesudahnya. Biasanya nyeri
hanya terjadi pada bulan pertama setelah pemasangan dan
selanjutnya akan menghilang.
8. Keputihan
Pada pemakaian kontrasepsi IUD sering dijumpai adanya
keputihan vagina. Keputihan yang berlebihan mungkin
disebabkan oleh reaksi organ genital terhadap benda asing yang
biasanya terjadi dalam beberapa bulan petama setelah insersi.
9. Dismenore (nyeri saat haid)
Dismenore didefinisikan sebagai menstruasi yang terasa nyeri.
Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada
abdomen bagian bawah yang terjadi selama haid (William, 2004).
Tidak semua wanita yang menggunakan kontrasepsi IUD akan
28
menderita nyeri haid, biasanya terjadi pada wanita yang
sebelumnya memang sering mengalami disminorea.
10. Dispareunia (nyeri saat koitus)
Dispareunia adalah timbulnya nyeri selama atau setelah koitus.
Dispareunia dapat fisiologis atau psikologis. Wanita jarang
merasakannya, seringkali pihak suami mengeluh sakit karena
benang yang panjang atau cara pemotongan benang yang runcing.
11. Ekspulsi
Ekspulsi adalah lepas atau keluarnya kontrasepsi IUD dari
dalam rahim. Setelah insersi kontrasepsi IUD dapat terjadi
kontraksi uterus yang dapat mendorong keluarnya kontrasepsi
IUD sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi sering dijumpai pada
masa tiga bulan pertama setelah insersi, setelah satu tahun
angka ekspulsi akan berkurang.
Efektivitas penggunaan kontrasepsi IUD sangat
tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu lama
yaitu sebesar 98% -100%. Efektivitas dari penggunaan metode
kontrasepsi IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa
lama kontrasepsi IUD tetap berada di dalam uterus tanpa ekspulsi
spontan, terjadinya kehamilan, dan pengangkatan atau pengeluaran
karena alasan-alasan medis atau pribadi. Efektivitas dari
bermacam-macam kontrasepsi IUD tergantung pada kontrasepsi
IUD yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau progesteron,
29
serta bergantung dari akseptornya yaitu umur, paritas, dan
frekuensi senggama (Hartanto, 2004).
II.8 Kerangka Teori
Gambar II.1 Kerangka Teori
Sumber :Modifikasi Teori Nisa (2011), Saifuddin (2010)
Faktor mempengaruhi
1. Usia,
2. Paritas,
3. Efek samping,
4. Riwayat KB sebelumnya
5. Dukungan suami
6. Dukungan petugas kesehatan
7. Pengambilan keputusan
Keuntungan
a) Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama
b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c) Metode jangka panjang
d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
e) Sangat efektif karena tidak perlu lagi
mengingat-ingat.
f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak
perlu takut untuk hamil.
g) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
abortus (apabila tidak terjadi infeksi).Dapat
digunakan sampai menapouse (1 tahun atau
lebih setelah haid terakhir).
Kelemahan
a) Efek samping yang umum terjadi,
b) Komplikasi lain
c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan
IMS atau yang sering berganti pasangan.
e) Penyakit radang panggul terjadi
Waktu penggunaan
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat
dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan,
d. Setelah terjadinya keguguran
e. sanggama yang tidak dilindungi.
penggunaan
kontrasepsi
IUD
30
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
III.1 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar III.1 Kerangka Konsep
III.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu usia, paritas, riwayat penyakit,
efek samping, riwayat kb sebelumnya, dukungan suami, peran petugas dan
pengambilan keputusan penggunaan IUD
Paritas
penggunaan kontrasepsi
IUD pada semua
peserta KB
Dukungan Suami
Peran Petugas
kesehatan
Usia
Efek samping
Riwayat KB
sebelumnya
Pengambilan
Keputusan IUD
31
III.3 Definisi Operasional
Tabel III.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1.
Usia Responden yang
memiliki usia terhitung
mulai saat dilahirkan
sampai penelitian/
pengolahan data
Wawancara Kuesioner 1. Berisiko, jika
usia <20 atau
>35 tahun
2. Tidak
berisiko, jika
usia = 20-35
tahun
Ordinal
2.
Paritas Banyaknya kelahiran
hidup atau jumlah anak
yang dimiliki oleh
responden
Wawancara Kuesioner 1. Primipara
(wanita yang
telah pernah
melahirkan
sebanyak satu
kali)
2. Multipara
(wanita yang
telah
melahirkan
sebanyak dua
hingga empat
kali)
3. Grandemultipara
(wanita yang
telah melahirkan
sebanyak lima
kali atau lebih)
Ordinal
3
Efek
samping
Adanya efek samping
yang dirasakan
responden saat
menggunakan KB IUD
Wawancara Kuesioner 1. Ada 2. Tidak
Nominal
4
Riwayat
KB
Pernah menggunakan
KB lain sebelum
menggunakan KB IUD
Wawancara Kuesioner 1. Ada 2. Tidak
Nominal
5 Dukungan
Suami
Upaya suami yang
mempunyai kemampuan
memutuskan untuk
menentukan tindakan
meliputi dukungan,
menyarankan,
Wawancara Kuesioner 1) Mendukung (jika
> 2,62)
2) Tidak
mendukung (jika
< 2,62)
Ordinal
32
mengantarkan, biaya,
dan mengingatkan untuk
pemasangan kontrasepsi
IUD
Peran
petugas
kesehatan
Upaya petugas dalam
melayani responden
dalam penggunaan
kontrasepsi IUD meliputi
tempat pelayanan,
mendapatkan informasi,
memberikan pelayanan,
cara pakai, keuntungan
dan kerugian, efek
samping.
Wawancara Kuesioner 1. Kurang Mendukung
jika salah satu
menjawab tidak
2. Mendukung jika
semua jawaban
ya
Ordinal
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam rancanga deskritif
observasional dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian
yang mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat,
dimana dilakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus
pada waktu yang sama (Riyanto, 2011).
IV.2 Waktu dan tempat Penelitian
Waktu penelitian mulai pada bulan November 2017, dengan tempat
di wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Sungai Durian
IV.3 Populasi dan Sampel
IV.3.1 Populasi
Penelitian ini dilakukan pada semua peserta KB yang ada di
Puskesmas Sungai Durian tahun 2017 berjumlah sebanyak 64 orang.
IV.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sampling,
karena sampel penelitian jumlahnya dibawah 100 maka diambil semua
dan apabila lebih dari 100 maka ditentukan menurut persentase dari
jumlah populasi (Arikunto, 2010). Karena populasi dari penelitian ini
33
34
kurang dari 100 maka seluruh populasi atau semua peserta KB yang
ada di Puskesmas Sungai Durian tahun 2017 berjumlah. Sedangkan
penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
total population dimana semua populasi dijadikan sebagai sampel,
sehingga jumlah sampelnya adalah semua peserta KB yang ada di
Puskesmas Sungai Durian tahun 2017 berjumlah 32 orang.
1. Inklusi
a. Ibu peserta KB.
b. Ibu yang tinggal di wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian
c. Ibu setuju untuk melakukan wawancara
2. Eksklusi
a. Ibu yang tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian
b. Ibu bukan pesarta KB
c. Tidak bisa berkomunikasi dengan baik
IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data terdiri dari :
1.Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan komunikasi
langsung kepada responden tentang riwayat penyakit, efek samping dan
riwayat KB dan penggunaan IUD dengan mengunakan alat bantu
kuesioner.
35
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian dan data
sekunder dalam penelitian ini menggunakan data peserta KB.
IV.5 Teknik Pengolahan Data dan Penyajian
IV.5.1 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Editing yaitu: memeriksa kelengkapan data, kesinambungan
data, keseragaman data secara keseluruhan dari variabel-
variabel penelitian
2. Coding yaitu: menklasifikasikan data-data dari variabel
3. Scoring yaitu: memberikan skor terhadap item-item pertanyaan
dari variabel
4. Entry yaitu memasukan data jawaban yang benar yang telah di
skor kedalam program komputer untuk dilakukan
pengelompokan data dengan menggunakan program statistik.
5. Tabulating yaitu: mengelompokkan data variabel kedalam sutu
tabel untuk memudahkan analisis.
36
IV.5.2 Penyajian data
Untuk memudahkan membaca data, penulis menyajikan
data dalam bentuk tekstual dan tabular, yakni mendiskripsikan
hasil analisa data berdasarkan hasil uji statistik.
IV.6 Teknik Analisa Data.
Setelah dilakukan pengolahan data untuk tahap selanjutnya adalah
analisa data, yakni Analisa univariat yaitu analisis yang menggambarkan
suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok
(Riyanto, 2011).
37
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Hasil Penelitian
V.1.1 Gambaran Umum Lokasi
Puskesmas Sungai Durian merupakan satu dari tiga puskesmas
di wilayah Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yang
terletak pada koordinat 109º - 22,31 BT dan 0º -21 LS dengan
ketinggian 0 – 1 meter dpl. Luas wilayah Puskesmas Sungai Durian
sekitar 315.587 Km² dengan tingkat kepadatan Penduduk sebesar
0,30/km2. Jumlah penduduk pada tahun 2012 adalah sebesar 95,931
jiwa terdiri dari 14.505 kk dengan rata-rata 6,6 jiwa/kk.
Adapun batas-batas wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian
adalah:
1. Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Sungai Asam
2. Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Sungai Raya
3. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Sungai
Ambawang
4. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Rasau Jaya
Wilayah kerja Puskesmas mencakup delapan desa binaan, yaitu
Desa Limbung, Arang Limbung, Teluk Kapuas, Kuala Dua, Tebang
Kacang, Sungai Ambangah ditambah dua desa pemekaran pada
tahun 2006 yaitu Desa Mekar Sari dan Desa Madu Sari. Delapan
38
desa tersebut terdiri atas 29 dusun 64 RW dan 367 RT ditambah
satu daerah relokasi di desa Tebang Kacang .
Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Sui Durian
dari hasil pendataan keluarga pada tahun 2016 sebesar 95.931 jiwa
dengan 14.505 KK Jumlah rumah 19.932 unit, kepadatan hunian
sekitar 3.09. Jumlah penduduk sasaran menurut proyeksi pada tahun
2012 terdiri dari ibu hamil 2.207 orang, ibu bersalin 2.106 orang,
bayi 2.005 orang, Balita 9.234 orang, anak usia 6 – 59 bulan 80,512
orang .
V.1.3 Karakteristik Responden
1. Pekerjaan
Tabel V.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden
di Puskesmas Sungai Durian
Pekerjaan Jumlah %
Bekerja 8 25,0
Tidak Bekerja (IRT) 24 75,0
Total 32 100,0
Sumber : Data Primer, Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas proporsi responden berdasarkan
kelompok pekerjaan di Puskesmas Sungai Durian terbanyak adalah
tidak bekerja atau ibu rumah tangga (IRT) adalah 24 responden
(75,0%).
39
V.1.3 Analisis Univariat
1. Gambaran usia pengguna IUD di Puskesmas Sungai Durian.
Tabel V.1
Distribusi Rata-rata Umur Responden
di Puskesmas Sungai Durian
Berdasarkan hasil tabel data numerik diketahui distribusi
nilai mean yaitu 29,2, median 31,5, standar deviasi (SD) yaitu 6,1
dengan skor terendah 18 dan tertinggi 39.
Tabel V.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
di Puskesmas Sungai Durian
Umur Jumlah %
< 20 tahun 2 6,3
20-35 tahun 24 75,0
> 35 tahun 6 18,7
Total 32 100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas proporsi responden berdasarkan
kelompok umur terbanyak di Puskesmas Sungai Durian adalah
berumur antara 20-35 tahun sebanyak 24 responden (75,0%).
Variabel Mean Median SD Min Max
Umur 29,9 31,5 6,1 18 39
40
2. Gambaran paritas pengguna IUD di Puskesmas Sungai Durian
Tabel V.8
Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan Responden
di Puskesmas Sungai Durian
Paritas Jumlah (%)
Anak 1 12 37,5
Anak 2-3 18 56,3
Anak > 3 2 6,3
Total 32 100,0 Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas proporsi responden berdasarkan
dukungan petugas keseahatan di Puskesmas Sungai Durian
terbanyak adalah memiliki anak 2-3 sebesar 18 (56,3%).
3. Gambaran efek samping pengguna IUD di Puskesmas Sungai
Durian.
Berdasarkan uji normalitas data penelitian yang terkumpul
diperoleh skor total efek samping responden berdistribusi normal
sehingga pengkategoriannya menggunakan nilai mean (7,75).
Efek samping dikategorikan manjadi 2 yaitu ada jika skor ≥ 7,75
dan tidak ada jika skor < 7,75. Berikut ini distribusi frekuensi
efek samping penggunaan IUD:
Tabel V.8
Distribusi Frekuensi Efek samping penggunaan IUD Responden
di Puskesmas Sungai Durian
Efek samping penggunaan IUD Jumlah (%)
Ada 20 62,5
Tidak Ada 12 37,5
Total 32 100,0 Sumber : Data Primer 2017
41
Berdasarkan tabel di atas proporsi responden berdasarkan
efek samping penggunaan IUD di Puskesmas Sungai Durian
terbanyak adalah ada sebesar 20 (62,5%).
Tabel V.9
Distribusi Frekuensi Efek samping penggunaan IUD per item
di Puskesmas Sungai Durian
N
o
Efek samping Ya Tidak
f % f %
1 Merasakan Kram dan perdarahan
uterus saat menggunakan KB IUD 27 84,4 5 15,6
2 Pengeluaran darah selama haid
meningkat dua kali lipat (lebih
banyak)
21 65,6 11 34,4
3 Pernah mengalami infeksi selama
menggunakan IUD 32 100,0 0 0
4 Kehamilan pernah terjadi
bersamaan dengan adanya
kontrasepsi IUD
32 100,0 0 0
5 Nyeri dan kejang perut bawah 29 90,6 3 9,4
6 Pada pemakaian kontrasepsi IUD
sering dijumpai adanya keputihan
vagina
31 96,9 1 3,1
7 Menstruasi yang terasa nyeri 8 25,0 24 75,0
8 Timbulnya nyeri selama atau
setelah koitus (hubungan seksual)
32 100,0 0 0
9 Kontrasepsi IUD pernah lepasatau
keluar dari dalam rahim 31 96,9 1 3,1
10 Penah mengalami pendarahan
(ngeflek) di luar siklus menstrubasi 27 84,4 5 15,6
Berdasarkan hasil proporsi analisis efek samping per item
bahwa sebagian besar pernah mengalami infeksi selama
menggunakan IUD, Kehamilan pernah terjadi bersamaan dengan
adanya kontrasepsi IUD dan Timbulnya nyeri selama atau
setelah koitus (hubungan seksual) sebesar 100,0%.
42
4. Gambaran riwayat KB sebelumnya pengguna IUD di Puskesmas
Sungai Durian.
Tabel V.8
Distribusi Frekuensi riwayat KB Responden
di Puskesmas Sungai Durian
Riwayat Jumlah (%)
Ya 8 25,0
Tidak 24 75,0
Total 32 100,0 Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas proporsi responden berdasarkan
riwayat KB di Puskesmas Sungai Durian terbanyak adalah tidak
ada riwayat pemekaian KB sebelumnya sebesar 24 (75,0%).
5. Gambaran dukungan suami pengguna IUD di Puskesmas Sungai
Durian.
Berdasarkan uji normalitas data penelitian yang terkumpul
diperoleh skor total dukungan suami responden berdistribusi tidak
normal sehingga pengkategoriannya menggunakan nilai median
(2,62). Dukungan petugas kesehatan dikategorikan manjadi 2
yaitu mendukung jika skor ≥ 2,62 dan tidak mendukung jika skor
< 2,62. Berikut ini distribusi frekuensi dukungan petugas
kesehatan:
43
Tabel V.8
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Responden
di Puskesmas Sungai Durian
Dukungan Suami Jumlah (%)
Tidak mendukung 20 62,5
mendukung 12 37,5
Total 32 100,0 Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas proporsi responden berdasarkan
dukungan suami di Puskesmas Sungai Durian terbanyak adalah
tidak mendukung sebesar 20 (62,5%).
Tabel V.9
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami penggunaan IUD per item
di Puskesmas Sungai Durian
N
o
Dukungan Suami Mendukung Tidak
mendukung
f % f %
1 Suami ibu memberikan persetujuan
kepada ibu untuk menggunakan
kontrasepsi IUD
31 96,9 1 3,1
2 Kontrasepsi IUD yang ibu gunakan
disarankan oleh suami ibu 12 37,5 20 62,5
3 Pada saat pemasangan kontrasepsi
IUD, suami ibu ikut mengantar ke
tempat pelayanan
12 37,5 20 62,5
4 Suami ibu peduli mengingatkan
untuk melakukan pemasangan
ulang konrtaasepsi IUD
13 40,6 19 59,4
5 Suami pernah mengeluh
ketidaknyamanan dalam hubungan
seksual setelah ibu menggunakan
IUD
16 50,0 16 50,0
Berdasarkan hasil proporsi analisis dukungan suami per
item bahwa sebagian besar Suami memberikan persetujuan kepada
ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 96,9%,
Kontrasepsi IUD yang ibu gunakan tidak disarankan oleh suami
44
ibu dan Pada saat pemasangan kontrasepsi IUD, suami ibu ikut
mengantar ke tempat pelayanan sebesar 62,5%.
6. Gambaran pengambilan keputusan pengguna IUD di Puskesmas
Sungai Durian.
Tabel V.8
Distribusi Frekuensi Pengambil keputusan penggunaan IUD
di Puskesmas Sungai Durian
Pengambil keputusan penggunaan IUD Jumlah (%)
Aman dan efektif 4 12,5
Saran dari suami, teman dan bidan 10 31,3
Ingin mencoba 4 12,5
Tidak mau minum obat dan suntik setiap
bulan 11 34,3
Tidak mau berat badan naik 2 6,3
Untuk menjaga jarak 1 3,1
Total 32 100,0
Berdasarkan tabel di atas proporsi responden berdasarkan
pengambil keputusan penggunaan IUD di Puskesmas Sungai
Durian sebagian besar melakukan karena tidak mau minum obat
setiap hari dan suntik setiap bulan sebesar 11 (34,3%).
7. Gambaran peran petugas pengguna IUD di Puskesmas Sungai
Durian.
Tabel V.8
Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan Responden
di Puskesmas Sungai Durian
Dukungan petugas kesehatan Jumlah (%)
Tidak mendukung 0 0
mendukung 32 100,0
Total 32 100,0 Sumber : Data Primer 2017
45
Berdasarkan tabel di atas proporsi responden berdasarkan
dukungan petugas keseahatan di Puskesmas Sungai Durian
semuanya mendukung sebesar 32 (100,0%).
Tabel V.9
Distribusi Frekuensi Dukungan petugas kesehatan penggunaan
IUD per item di Puskesmas Sungai Durian
N
o
Dukungan petugas kesehatan Mendukung Tidak
mendukung
f % f %
1 Ibu mendapatkan informasi dengan
lengkap dan jelas tentang metode-
metode kontrasepsi dari pemberi
pelayanan KB IUD
32 100,0 0 0
2 Petugas mampu memberi pelayanan KB
IUD yang sesuai dengan pilihan ibu 32 100,0 0 0
3 Penjelasan petugas tentang cara pakai
alat KB IUD pilihan ibu mudah
dipahami 32 100,0 0 0
4 Petugas memberikan informasi dengan
jelas keuntungan dan kerugian jenis KB
IUD pilihan ibu 32 100,0 0 0
5 Petugas memberikan informasi tentang
efek samping jenis KB IUD pilihan ibu
dengan jelas 32 100,0 0 0
6 Petugas memberikan pelayanan KB
IUD dengan cepat dan tepat 32 100,0 0 0
7 Petugas memberitahukan kapan dan
dimana ibu dapat memperoleh
persediaan KB IUD pilihan ibu 32 100,0 0 0
8 Petugas menjelaskan apa yang harus
dilakukan ibu jika mendapat masalah
dalam pemakaian alat KB IUD yang
dipilih
32 100,0 0 0
9 Petugas memberikan waktu konsultasi
KB IUD yang cukup pada ibu 32 100,0 0 0
10 Petugas memotivasi dan menyakinkan
ibu menggunakan Kontrasepsi IUD 32 100,0 0 0
Berdasarkan hasil proporsi analisis dukungan petugas
kesehatan per item bahwa semua petugas kesehatan mendukung
responden dalam pemakaian kontrasepsi IUD (100,0%).
46
V.2 Pembahasan
1. Untuk mengetahui gambaran usia pengguna IUD di Puskesmas Sungai
Durian.
Berdasarkan hasil penelirian bahwa proporsi responden
berdasarkan kelompok umur terbanyak di Puskesmas Sungai Durian
adalah berumur antara 20-35 tahun sebanyak 24 responden (75,0%).
Hasil penelitian ini sama dengan Handayani (2012) yang
melakukan penelitian pada ibu di Desa Rambigundam Kabupaten Jember
dimana sebagian besar responden terbanyak yaitu ibu dengan usia dewasa
muda sebanyak 86%.
Rendahnya pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
dipengaruhi oleh umur responden. Umur responden berpengaruh pada
pemilihan alat kontrasepsi, umur antara 35 tahun lebih merupakan fase
mengakhiri kehamilan yaitu fase tidak ingin hamil lagi diperlukan jika
wanita sudah tidak ingin anak lagi.
Menurut Saifuddin (2010), berdasarkan perencanaan keluarga,
dapat ditentukan fase-fase penggunaan alat kontrasepsi yang ideal. Umur
kurang dari 20 tahun merupakan fase menunda kehamilan, diperlukan
pada wanita yang menikah dengan umur masih muda, umur antara 20
tahun sampai 35 tahun adalah fase menjarangkan kehamilan dengan cara
mengatur jarak kehamilan yang baik yaitu antara 2 sampai 4 tahun, dan
umur antara 35 tahun lebih merupakan fase mengakhiri kehamilan yaitu
47
fase tidak ingin hamil lagi diperlukan jika wanita sudah tidak ingin anak
lagi.
Sejalan dengan pendapat Kusumaningrum (2009), umur dalam
hubungannya dengan pemakaian kontrasepsi berperan sebagai faktor
intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah,
komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita.
Perbedaan fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal
pada suatu periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang
dibutuhkan.
Selain karena faktor umur cukup juga dipengaruhi oleh faktor
jumlah anak. Jumlah anak akan berkaitan dengan tingkat kesejahteraan
suatu keluarga. Sesuai dengan pendapat Juliaan (2010), jumlah anak
berkaitan erat dengan program KB karena salah satu misi dari program KB
adalah terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak
dalam satu keluarga, laki-laki maupun perempuan sama saja. Para wanita
umumnya lebih menyadari bahwa jenis kelamin anak tidak penting
sehingga bila jumlah anak sudah dianggap ideal maka para wanita
cenderung untuk mengikuti program KB.
Menurut Sugiarti Dkk (2012), jumlah anak mulai diperhatikan
setiap keluarga karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan , semakin
banyak anak semakin banyak pula tanggungan kepala keluarga dalam
mencukupi kebutuhan materil selain itu juga untuk menjaga kesehatan
48
sistem reproduki karena semakin sering melahirkan semakin rentan
terhadap kesehatan ibu.
Adanya kesenjangan antara teori dengan penelitian yang
diperoleh, perempuan yang berusia 20-35 tahun merupakan periode
usia yang paling baik untuk melahirkan. Dengan jumlah anak 2
orang dan jarak antara kehamilan 2-4 tahun, maka dianjurkan untuk
memakai AKDR sebagai pilihan utama. Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Maryatun menyatakan ada kecendrungan wanita diatas
35 tahun menggunakan AKDR, sedangkan hasil penelitian diperoleh
mayoritas responden adalah wanita yang berusia 20 -35 tahun
sebanyak 57 orang.
Hal ini dikarenakan usia perkawinan wanita mempunyai pengaruh
bagi perkembangan jumlah penduduk, karena berpengaruh terhadap
fertilitas. Semakin rendah usia kawin pertama semakin besar resiko yang
dihadapi selama masa kehamilan atau melahirkan, baik keselamatan ibu
dan anak. Kondisi ini disebabkan belum matangnya rahim wanita muda
untuk proses berkembangnya janin atau belum siapnya mental menghadapi
proses kehamilan. Umumnya wanita yang menikah pada usia muda
mempunyai waktu yang lebih panjang beresiko untuk hamil. Oleh karena
itu pada masyarakat yang kebanyakan wanitanya melakukan perkawinan
pertama pada umur muda, angka kelahirannya juga lebih tinggi
dibandingkan dengan masyarakat yang wanitanya melakukan perkawinan
pertama kali pada usia lebih tua. Sebaliknya semakin tinggi usia
49
perkawinan yang melampaui batas yang dianjurkan juga sangat beresiko
pada masa kehamilan di bawah umur (dibawah umur 17 tahun) untuk
wanita.
Penggunaan alat atau cara KB merupakan salah satu upaya untuk
menekan jumlah kelahiran. Proporsi wanita kawin amat penting dalam
mempelajari pola fertilitas, secara teori makin muda umur kawin seorang
wanita maka semakin panjang masa reproduksi, dengan demikian jumlah
anak yang dilahirkan diharapkan makin banyak pula. Dalam hal
pembangunan berstatus kesehatan dan kualitas hidup, semakin banyak
wanita kawin pada umur muda dapat berimplikasi pada buruknya status
kesehatan ibu dan anak. Dampak banyaknya perkawinan dan kehamilan
wanita usia muda terlihat pada tingginya angka kematian ibu karena
melahirkan dan angka kematian bayi.
2. Untuk mengetahuai gambaran paritas pengguna IUD di Puskesmas Sungai
Durian.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa proporsi responden
berdasarkan dukungan petugas keseahatan di Puskesmas Sungai Durian
terbanyak adalah memiliki 2-3 anak sebesar 18 (56,3%) dan yang
memeiliki anak 1 yang menggunaka IUD sebesar 37,5%.
Hal ini terjadi karena jumlah anak berkaitan erat dengan program
KB karena salah satu misi dari program KB adalah terciptanya keluarga
dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak dalam satu keluarga, laki-
50
laki maupun perempuan sama saja. Para wanita umumnya lebih menyadari
bahwa jenis kelamin anak tidak penting sehingga bila jumlah anak sudah
dianggap ideal maka para wanita cenderung untuk mengikuti program KB.
Menurut Sugiarti Dkk (2012), jumlah anak mulai diperhatikan
setiap keluarga karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan , semakin
banyak anak semakin banyak pula tanggungan kepala keluarga dalam
mencukupi kebutuhan materil selain itu juga untuk menjaga kesehatan
sistem reproduki karena semakin sering melahirkan semakin rentan
terhadap kesehatan ibu.
Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Ramadini (2014) bahwa
ada hubungan antara paritas Ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi jangka
panjang di Desa Ngares Kidul kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto.
Pilihan kontrasepsi yang disesuaikan dengan kebutuhan pada
dasarnya merupakan pilihan akseptor secara sukarela yang didasarkan
pada pertimbangan rasionaldari sudut teknis penggunaan, kondisi medis
dan kondisi sosial ekonomis masing-masing akseptor. Misalnya,
penggunaan kontrasepsi yang ditujukan untuk menjarangkan
kelahirananak dalam beberapa bulan, maka bukan metode implant,
IUD atau sterilisasi tetapi pil yangdianggap rasional. Alasannya karena
metode tersebut bersifat jangka panjang dan kembalinya kesuburan
relatif lama dibanding dengan pil. Menurut asumsi peneliti karena
penggunaan IUD dalam jangka waktu yang panjang (5-10 tahun),
membuat akseptor tidak tertarik untuk menggunakan IUD Dikarenakan
51
mereka menginnginkan kehamilan dan suatu bukti mayoritas responden
adalah multipara. Sehingga menyebabkan penggunaan KB IUD di
daerah ini tergolong sangat rendah.
Menurut BKKBN (2006) menyatakan bahwa paritas adalah
banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai seorang wanita. Klasifikasi
didalam paritas ada 3 yaitu primipara, multipara dan grandemulti.
Multipara adalah seorang wanita yangtelah melahirkan seorang anak lebih
dari satu kali. (Prawirohardjo, 2009).
Berdasarkan teori, umumnya semakin banyak jumlah anak, maka
seorang wanita akan lebih cenderung menggunakan KB untuk membatasi
jumlah anak (Mantra, 2006). Namun tidak menutup kemungkinan pula
pada wanita yang memiliki jumlah anak di bawah 2 turut menggunakan
KB, dengan harapan dapat menunda kelahiran. Seperti yang terjadi pada
penelitian ini, di mana pada wanita yang memiliki anak ≤ 2 orang lebih
banyak yang menggunakan KB dibandingkan pada wanita yang
memiliki anak lebih dari 2 orang. Sementara pada pada kelompok yang
sudah memiliki anak lebih dari dua dan belum menggunakan KB, alasan
mereka tidak menggunakan KB ada beragam, mayoritas menjawab masih
ingin punya anak, ingin punya anak laki-laki dan dilarang suami.
Hal ini menunjukkan bahwa 2 orang anak saja masih dianggap
kurang oleh responden. Ini terutama terjadi karena masyarakat tempat
penelitian umumnya bekerja di sektor pertanian dan perkebunan yang
memerlukan tenaga banyak untuk mendapatkan hasil yang baik. Sehingga
52
jumlah anak yang semakin banyak dirasa akan semakin baik karena dapat
membantu untuk mencari nafkah.
Ibu yang paritasa 1 dan 2 memilih menggunakan alat kontasepi
IUD untuk mengatur jarak anak, dan menunda kehamilan karena IUD
merupakan alat kontasepsi yang memiliki angka kegagalan yang paling
rendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi yang lain, sedangkan ibu
yang meliliki paritas ≥3 sedikit yang menggunakan IUD karena ibu merasa
lebih berpengalaman dalam menggunakan alat kontasepsi yang sesuai
dengan dirinya.
Pada pasangan dengan jumlah anak hidup masih sedikit terdapat
kecenderungan untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan efektifitas
rendah, sedangkanpada pasangan dengan jumlah anak hidup banyak
terdapat kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan
efektifitas tinggi. Maka dari itu diharapkan kepada petugas kesehatan
untuk lebih sering mengadakan konseling atau penyuluhan tentang
pentingnya pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada ibu yang
memiliki anak lebih dari dua.
3. Untuk mengetahuai gambaran efek samping pengguna IUD di Puskesmas
Sungai Durian.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa proporsi responden
berdasarkan efek samping penggunaan IUD di Puskesmas Sungai Durian
terbanyak adalah ada sebesar 20 (62,5%).
53
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nofadina (2017)
Sebagian besar mengalami efek samping hipermenore, yaitu sejumlah 52
orang (67,5%), sebagian besar tidak mengalami efek samping dismenore,
yaitu sejumlah 61 orang (79,2%). Sedangkan yang mengalami efek
samping dismenore sejumlah 16 orang (20,8%), sebagian tidak
mengalami efek samping gangguan hubungan seksual, yaitu sejumlah 73
orang (94,8%), sebagian besar mengalami efek samping keputihan, yaitu
sejumlah 46 orang (59,7%). Akseptor KB AKDR semuanya tidak
mengalami efek samping ekspulsi, yaitu sejumlah 77 orang (100,0%)
Alat kontrasepsi IUD juga dapat menyebabkan efek samping
antara lain gangguan menstruasi, benang IUD hilang (ekspulsi), keluar
cairan berlebih dari vagina (keputihan). Efek samping kontrasepsi
merupakan masalah bagi seorang akseptor yang memakainya, karena
merupakan beban kejiwaan yang harus ditanggungnya, yang berakhir pada
adanya kekhawatiran dan kecemasan yang berlebih, sehingga seorang
akseptor akan mengalami kejadian drop out atau putus pakai (Nurul,
2013).
Efek samping kontrasepsi IUD diantaranya adalah gangguan
menstruasi seperti: 1) Gejala perubahan siklus haid umumnya pada tiga
bulan pertama dan akan berkurang setelah tiga bulan, haid lebih lama dan
banyak, timbulnya flek/spooting antar menstruasi, dan saat haid lebih sakit
(Saifuddin, 2010).Volume darah haid bertambah rata-rata 20-50% dari
sebelum menggunakan IUD. 2) Penyebabinsersi IUD menyebabkan
54
meningginya konsentrasi plasminogen activators dalam endometrium,
dan enzim ini mengakibatkan bertambahnya aktifitas fibrinolitik serta
menghalangi pembekuan darah, akibatnya timbul perdarahan yang
lebih banyak (Yetti dan Martini, 2012). 3) pastikan adanya infeksi
pelvicdan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis,
perdarahan berkelanjutan dan perdarahan hebat disertai stolsel,
lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibu profen (800 mg, tiga
kalisehari selama satuminggu) untuk mengurangi perdarahan dan
berikan tablet besi (satu tablet setiap hari) untuk mencegah anemia
(Handayani, 2010)
Anjurkan pasien untuk mencabut IUD jika terjadi anemia yang
parah (Hb<9 g) dan bantu pasien memilih metode kontrasepsi yang lain.
Efek samping lainnya yaitu berupa keputihan (lechorea). Keputihan yaitu
adanya pengeluaran cairan dari vagina (keputihan) yang dapat timbul
dari berbagai keadaan, yaitu secara fisiologis dan secara patologis.
Secara fisiologis, keputihan berwarna jernih, tidak berbau dan
tidak menimbulkan gatal. Secara patologis, gejalanya yaitu meningkatnya
jumlah cairan vagina dari biasanya hingga terus menerus muncul dan
mengganggu, berbau amis, apek, busuk, berwarna kehijauan/ merah
bercampur darah/ kuning. Penyebab dari keputihan ini karena reaksi
endometrium dengan adanya IUD didalam rahim sebagai benda asing
(Handayani, 2010).
55
Selain itu ekspulsi juga merupakan efek samping dari
pemasangan IUD. Ekspulsi adalah keluarnya IUD dengan sendirinya.
Insidens tertinggi dari ekspulsi adalah dalam tiga bulan pertama setelah
insersi, dan paling sering terjadi selama menstruasi, terutama periode
pertama menstruasi setelah insersi (Yetti dan Martini, 2012).
Gejala dispareuni merupakan efek samping lainnya dari
pemasangan IUD. Dispareuni adalah nyeri waktu melakukan hubungan
seksual atau jika suaminya mengalami perasaan kurang enak saat
melakukan senggama. Penyebab dispareuni bisa disebabkan karena
benang yang terlalu panjang atau cara pemotongan benang yang tidak
tepat. Untuk memastikan penyebabnya, dianjurkan pemeriksaan dalam
dengan speculum, bila benangnya terlihat terlalu panjang, potong
benang dan buatlah agar ujung benang tumpul (Prawirohardjo, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suratun (2009) yang
menyatakan bahwa efek samping utama dari implant adalah perubahan
pola haid yang terjadi pada kira-kira 60% akseptor. Namun berbeda
dengan Rika Maryati (2013) yang menyatakan bahwa gangguan utama
kontrasepsi implant adalah keputihan.
Maka dari itu diharapkan masyarakat dapat meningkatkan
pengetahuan tentang KB melalui berbagai macam media informasi,
khususnya tentang efek smping KB hormonal, agar pengetahuan
responden pemakaian KB hormonal dapat berkembang, sehingga
pengetahuan responden tentang efek samping pemakaian KB hormonal
56
yang kurang dapat meningkat menjadi baik, dengan demikiankualitas
kesehatan dapat meningkat pula, sehingga responden menjadi lebih tahu
tindakan yang harus dilakukan bila menemui masalah kesehatan,
khususnya tentang efek samping pemakaian KB hormonal dan tidak
mengalami kecemasan yang berlebihan saat mengalami efek samping
tersebut.
4. Untuk mengetahuai gambaran dukungan suami pengguna IUD di
Puskesmas Sungai Durian.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa proporsi responden
berdasarkan dukungan suami di Puskesmas Sungai Durian terbanyak
adalah tidak mendukung sebesar 20 (62,5%).
Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Sa’adah (2013) bahwa
ada hubungan bermakna antara dukungan suami dengan pemilihan alat
kontrasepsi IUD di BPM Neni Rumuni, S.SiT Kecamatan Gunugnpati
Kota Semarang (p value <0,000). Demikian juga penelitian yang
dilakukan oleh Sulastri (2014) bahwa Hasil penelitian responden yang
mendapat dukungan sedikit lebih tinggi dari yang tidak memberi
dukungan sebesar 50,6% dan sebagian besar responden memiliki minat
rendah 76,4%. Hasil uji statistik dengan uji Chi–Square didapatkan nilai
p sebesar (0,006)<α(0.05). Berdasarkan hasil uji statistik bahwa ada
hubungan bermakna antara dukungan suami dengan minat ibu dalam
pemakaian kontrasepsi IUD di Bergas .
57
Responden yang tidak mendapatkan dukungan suami cenderung
mempunyai minat yang rendah dalam pemakaian kontrasepsi IUD.
Penggunaan kontrasepsi merupakan kebutuhan antara suami dan istri,
sehingga dalam menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan
seorang suami mempunyai hak untuk ikut menentukan. Suami harus
dapat memberikan berbagai informasi tentang alat kontrasepsi kepada
istri, mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang alat kontrasepsi,
bersedia membantu istri dalam memilih alat kontrasepsi dan mampu
memberikan saran yang baik, bersedia mengantar dan mendampingi istri
dalam konsultasi, bersedia memberikan biaya untuk pemasangan
kontrasepsi yang akan digunakan, dan bersedia untuk mencarikan
pertolongan apabila istri mengalami masalah atau komplikasi dalam
pemakaian kontrasepsi.
Hal tersebut merupakan dukungan yang dapat diberikan suami
kepada istri. Masalah kontrasepsi bukanlah tanggung jawab istri semata,
tetapi merupakan tanggung jawab suami juga. Apabila seorang istri
menginginkan untuk menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi yang
akan digunakan, maka seorang suami harus bisa memberikan tanggapan
yang positif dan mampu memberikan dukungan. Apabila suami tidak
memberikan dukungan maka seorang istri tidak akan menggunakan
kontrasepsi yang menjadi pilihannya yaitu IUD. Dukungan seorang
suami merupakan bentuk motivasi yang diberikan kepada istri. Jika
58
suami memberikan motivasi maka sorang istri secara tidak langsung akan
merasa bahagia.
Menurut Suryono (2008), dukungan suami dalam ber-KB dapat
ditunjukkan dengan membantu memilih kontrasepsi yang sesuai dengan
keinginan dan kondisi istrinya, menggunakan kontrasepsi dengan benar,
mencari pertolongan jika terjadi efek samping maupun komplikasi
sesudah pemasangan IUD, mengantar istri ke tempat pelayanan
kesehatan untuk kontrol ulang, membantu mencari alternatif lain jika
IUD terbukti tidak memuaskan dan bersedia menggantikan istri jika
kondisi istri tidak memungkinkan untuk menggunakan kontrasepsi.
Dukungan suami merupakan sifat interaksi yang berlangsung
dalam berbagai hubungan sosial individu, yaitu istri.Sudah menjadi
tradisi kalau segala sesuatu harus dengan persetujuan suami atau yang
berkuasa di rumah. Hal ini sangat mempengaruhi seorang ibu untuk
menjadi seorang akseptor. Keluarga sangat berperan penting dalam
pemilihan alat kontrasepsi, karena jika ada salah satu keluarga yang tidak
setuju, ibu akan mempertimbangkan ulang pilihannya misalnya ibu
memilih IUD dan sebagian besar ibu akan ikut dengan keputusan suami,
atau anggota.
Maka dari itu diharapkan agar suami mendukung istri untuk
melakukan kontrasepsi IUD karena Dukungan suami sangatlah
berdampak positif bagi keluarga, lebih-lebih terhadap pasangannya,
karena adanya dukungan suami terutama dalam pemilihan IUD, nantinya
59
istri akan merasa lebih mantap dalam memilih dan selama pemakaiannya
istri tidak akan khawatir karena suami sudah mendukung.
5. Untuk mengetahuai gambaran peran petugas pengguna IUD di Puskesmas
Sungai Durian.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa proporsi responden
berdasarkan dukungan petugas keseahatan di Puskesmas Sungai Durian
semuanya mendukung sebesar 32 (100,0%).
Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Aldriana (2013) bahwa
ada hubungan petugas kesehatan dengan penggunaan AKDR di Wilayah
kerja Puskesmas Kabun Kabupaten Rokan Hulu (p value 0,001).
Pelayanan KB yang berkualitas berdampak pada kepuasan pada
klien yang dilayani dan terpenuhinya aturan penyelenggaraan Pelayanan
KB sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Kompetensi tenaga yang memberikan pelayanan KB merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi kualitas Pelayanan KB selain faktor-faktor lain
seperti prasaran dan sarana penunjang, alat, dan obat kontrasepsi,
ketersediaan pedoman pelayanan dan upaya untuk menjaga mutu. Ditinjau
dari sudut standar pelayanan, Pelayanan KB yang berkualitas adalah bila
tingkat komplikasi, ketidakberlangsungan dan kegagalan rendah atau
berada dalam batas toleransi (kemenkes R.I., 2013).
Sebagian petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan
pemberi an informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan klien
60
dalam memilih jenis KB. Namun masyarakat mentolerir pelayanan KB
meskipun pelayanan KB belum seluruhnya memenuhi syarat pelayanan
berkualitas.Informasi yang baik dari petugas membantu klien dalam
memilih dan menentukan metode kontrasepsi yang di pakai. Informasi
yang baik akan memberikan kepuasan klien yang berdampak pada
penggunaan kontrasepsi yang lebih lama sehingga membantu
keberhasilan KB.
Tenaga kesehatan mempunyai peran sebagai konselor. Seorang
konselor melakukan konseling kepada wanita pasangan usia subur agar
perilaku wanita usia subur dapat berubah yaitu wanita pasangan usia
subur mengetahui tentang KB dan menggunakan alat kontrasepsi.
Maka dari itu di harapkan petugas kesehatan untuk memberikan
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya menggunakan kontrasepsi dan
memberikan dukungan kepada ibu-ibu untuk menggunakan IUD,
menyakinkan IUD untuk penggunaan jangka panjang yang paling efektif
dibandingkan dengan kontrasepsi lain.
V.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam proses penelitian tentunya tidak terlepas dari keterbatasan
yang dapat mengganggu hasil penelitian yaitu dalam penetian ini tidak
mengukur pengetahuan dan sikap penggunaan IUD, sehingga tidak bisa
digeneralisasikan penggunaan IUD pada semua WUS.
61
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar gambaran usia pengguna IUD di Puskesmas Sungai
Durian adalah berumur antara 20-35 tahun sebanyak 24 responden
(75,0%).
2. Sebagian besar gambaran paritas pengguna IUD di Puskesmas Sungai
Durian adalah 2-3 anak (56,3%).
3. Sebagian besar gambaran efek samping pengguna IUD di Puskesmas
Sungai Durian adalah ada (62,5%).
4. Sebagian besar gambaran riwayat KB sebelumnya pengguna IUD di
Puskesmas Sungai Durian adalah tidak ada (75,0%).
5. Sebagian besar gambaran dukungan suami pengguna IUD di Puskesmas
Sungai Durian adalah tidak mendukung (62,5%).
6. Sebagian besar gambaran peran petugas pengguna IUD di Puskesmas
Sungai Durian adalah mendukung (100,0%).
7. Sebagian besar gambaran pengambilan keputusan pengguna IUD di
Puskesmas Sungai Durian adalah saran dari suami dan teman, tidak
mau gemuk dan tidak perlu berkunjung ke pelayanan kesehatan setiap
bulannya sebesar 2 (6,3%).
.
62
VI.2 Saran
VI.2.1 Bagi masyarakat
Diharapkan bagi ibu lebih memahami kontrasepsi IUD baik
bahan IUD, efek samping jangka pendek (setelah pemasangan) maupun
jangka panjang, dan komplikasi setelah pemasangan dengan cara
mengikuti konseling KB secara mendalam, aktif mengikuti
penyuluhan sebelum mengambil keputusan dalam menggunakan
kontrasepsi, sehingga pengetahuan mengenai KB lebih meningkat
VI.2.3 Bagi Suami
Para suami untuk ikut memberikan dukungan pada istrinya dalam
pemakaian alat kontrasepsi dengan cara ikut melakukan konsultasi
pada saat memutuskan untuk memakai salah satu kontrasepsi dan apabila
ada sesuatu yang menjadi keluhan atau pertanyaan dikonsultasikan dengan
petugas kesehatan sehingga istri merasa mantap menggunakan salah satu
alat kontrasep.
VI.2.4 Bagi Puskesmas
Lebih mensosialisasikan pemberian informasi mengenai kontrasepsi yang
aman pada masyarakat yang berkaitan dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang terutama IUD agar metode yang dipilih
rasional, efektif, efisien dan sesuai dengan perencanaan keluarga dan
tujuan penggunaan alat kontrasepsi
63
VI.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti lain yang berhubungan
dengan pemilihan kontrasepsi non hormonal IUD terutama pada
wanita yang masih dalam masa subur. Peneliti lain dapat
melanjutkan penelitian dengan meneliti faktor ekonomi, sosial budaya,
agama, pemberian informasi dan faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan pemilihan kontrasepsi IUD. Serta meningkatkan kualitas penelitian
dengan menggunakan metode lain (misalnya menggunakan metode
studi kohort) yang lebih baik dengan memperhatikan variabel penggangu
dan analisis yang lebih spesifik
64
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan
Kontrasepsi Pada Wanita Kawin Usia Dini Di Kecamatan Aikmel
Kabupaten Lombok Timur. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Udayana Denpasar
Anggorodi, R. 2009. Dukun bayi dalam persalinan oleh masyarakat indonesia.
Makara. Kesehatan. Vol 13. No 1 : 9-10
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2005. Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi: Kebijakan, Program dan Kegiatan
Tahun 2005-2009, Jakarta. 2005.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.
EGC. Jakarta
Budiman, 2012. Penelitian Kesehatan. Refika Aditama, Bandung.
Depkes RI, 2006 Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya Pada Kehamilan,
Persalinan dan Nifas, Depkes RI, Jakarta
__________2008, Pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun, Jakarta
__________, 2010, Riset Kesehatan Dasar, Jakarta: Depkes RI
Depdiknas ,2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa , PT Gramedia
Pustaka Utama,Jakarta.
Depkes, 2001. Materi Ajar Safe Motherhood. WHO-Depkes-FKMUI. Jakarta
Erfandi. 2009. Pengetahuan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. http://for
betterhealth.wordpress.com
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Henderson, C. & Jones, K. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. EGC. Jakarta
65
Heriyati. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang
Penggunaan Iud Post Plasenta Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel
Abidin Tahun 2013.
Jumiarni., Sri, M., & Nurlina, S. (1995). Asuhan keperawatan perinatal. Jakarta:
EGC.
Krisliana, Aprilia, 2007 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Penolong
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Warunggunung Kabupaten Lebak
Provinsi Banten, Tesis FKM-UI, Depok
Mubarak, Wahit I. (2011). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Salemba
Medika. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka
Cipta. Jakarta.
___________________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
__________________.2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka
Cipta. Jakarta.
Riyanto, Agus, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika,
Yogyakarta
Saifuddin, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Sarwono, 2004. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya.
Gadjah mada Universitas Press. Yogyakarta.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika.
Jakarta
Wikjhosastro, 2007, Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka, Jakarta
66
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Usia :
Setelah mendapatkan penjelasan yang diberikan oleh peneliti, saya
bersedia/tidak bersedia* untuk ikut berpartisipasi sebagai responden peneliti yang
berjudul “Analisis Situasi Penggunaan IUD Di Puskesmas Sungai Durian”.
Saya mengerti bahwa peneliti tidak akan memberikan akibat negatif
terhadap saya, bahkan peneliti akan memberikan masukan bagi saya dan dapat
digunakan sebagai sarana untuk memotivasi saya. Dengan demikian saya
menyatakan ikut berperan serta dalam penelitian ini.
Pontianak, 2017
Responden,
( )
* Pilih/coret salah satu
67
KUESIONER
ANALISIS SITUASI PENGGUNAAN IUD
DI PUSKESMAS SUNGAI DURIAN
A. Identitas Responden
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Penghasilan :
Pekerjaan :
Pendidikan responden : a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
Pekerjaan responden : a. Tidak Bekerja
b. PNS
c. TNI/Polri
d. BUMN
e. Swasta
Riwayat penggunaan IUD dalam Keluarga
Apakah ada keluarga anda yang menggunakan kontrasepsi IUD
a. Ada Tidak
68
A. Paritas
1. Saat ini anda hamil anak yang ke berapa?
a. Anak Pertama
b. Anak Kedua
c. Anak Ketiga
d. Anak > 3
2. Jumlah anak yang masih ada hingga saat ini atau masih
hidup......................
B. Efek samping
No Pernyataan Ya Tidak
1. Merasakan Kram dan perdarahan uterus saat
menggunakan KB IUD
2. Pengeluaran darah selama haid meningkat dua
kali lipat (lebih banyak)
3. Pernah mengalami infeksi selama menggunakan
IUD
4. Kehamilan pernah terjadi bersamaan dengan
adanya kontrasepsi IUD
5. Nyeri dan kejang perut bawah
6 Pada pemakaian kontrasepsi IUD sering dijumpai
adanya keputihan vagina
7 Menstruasi yang terasa nyeri
8 Timbulnya nyeri selama atau setelah koitus
(hubungan seksual)
9 Kontrasepsi IUD pernah lepasatau keluar dari
dalam rahim
10 Penah mengalami pendarahan (ngeflek) di luar
siklus menstrubasi
69
C. Riwayat kb sebelumnya
1. KB apa yg pernah anda gunakan sebelumnya...............
2. Jika bukan IUD, alasan mengganti kontrasepsi.............
3. Apakah anda pernah melepas IUD sebelum masa kontrasepsi IUD
tersebut habis?
a. Ya b. tidak
4. Kalau jawaban ya, apa alasannya.....................................
B. Dukungan Suami
No Pernyataan Ya Tidak
1. Suami ibu memberikan persetujuan kepada ibu
untuk menggunakan kontrasepsi IUD
2. Kontrasepsi IUD yang ibu gunakan disarankan oleh
suami ibu
3. Pada saat pemasangan kontrasepsi IUD, suami ibu
ikut mengantar ke tempat pelayanan
4. Suami ibu tidak pernah mengingatkan untuk
melakukan pemasangan ulang kontrasepsi IUD
E. Dukungan Petugas Kesehatan
No Pernyataan Ya Tidak
1. Ibu mendapatkan informasi dengan lengkap dan jelas tentang
metode-metode kontrasepsi dari pemberi pelayanan KB IUD
2. Petugas mampu memberi pelayanan KB IUD yang
sesuai dengan pilihan ibu
3. Penjelasan petugas tentang cara pakai alat KB IUD
pilihan ibu mudah dipahami
4. Petugas memberikan informasi dengan jelas
keuntungan dan kerugian jenis KB IUD pilihan ibu
70
F. Penggunaan IUD
1. Jelaskan alasan yang mendorong anda menggunakan kontrasepsi IUD?
alasan.............................................................................................
5. Petugas memberikan informasi tentang efek
samping jenis KB IUD pilihan ibu dengan jelas
6. Petugas memberikan pelayanan KB IUD dengan cepat dan
tepat
7. Petugas memberitahukan kapan dan dimana ibu dapat
memperoleh persediaan KB IUD pilihan ibu
8. Petugas menjelaskan apa yang harus dilakukan ibu jika
mendapat masalah dalam pemakaian alat KB IUD yang dipilih
9. Petugas memberikan waktu konsultasi KB IUD yang cukup
pada ibu
10 Petugas memotivasi dan menyakinkan ibu menggunakan
Kontrasepsi IUD
71
ANALISIS DATA
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Efek samping 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Efek samping Mean 7,7500 ,21061
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 7,3205
Upper Bound 8,1795
5% Trimmed Mean 7,7917
Median 8,0000
Variance 1,419
Std. Deviation 1,19137
Minimum 4,00
Maximum 10,00
Range 6,00
Interquartile Range 1,00
Skewness -,336 ,414
Kurtosis 2,767 ,809
72
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan Suami 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Dukungan Suami Mean 2,6250 ,19955
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,2180
Upper Bound 3,0320
5% Trimmed Mean 2,6389
Median 2,0000
Variance 1,274
Std. Deviation 1,12880
Minimum 1,00
Maximum 4,00
Range 3,00
Interquartile Range 2,00
Skewness ,242 ,414
Kurtosis -1,548 ,809
73
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Umur Mean 29,9375 1,09336
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 27,7076
Upper Bound 32,1674
5% Trimmed Mean 30,0972
Median 31,5000
Variance 38,254
Std. Deviation 6,18498
Minimum 18,00
Maximum 39,00
Range 21,00
Interquartile Range 9,50
Skewness -,460 ,414
Kurtosis -,827 ,809
74
Umur
Frequencies
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 18,00 1 3,1 3,1 3,1
19,00 1 3,1 3,1 6,3
20,00 3 9,4 9,4 15,6
24,00 2 6,3 6,3 21,9
25,00 1 3,1 3,1 25,0
26,00 1 3,1 3,1 28,1
27,00 1 3,1 3,1 31,3
28,00 3 9,4 9,4 40,6
30,00 2 6,3 6,3 46,9
31,00 1 3,1 3,1 50,0
32,00 3 9,4 9,4 59,4
33,00 2 6,3 6,3 65,6
34,00 3 9,4 9,4 75,0
35,00 2 6,3 6,3 81,3
36,00 1 3,1 3,1 84,4
37,00 1 3,1 3,1 87,5
38,00 3 9,4 9,4 96,9
39,00 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
75
Frequencies
Frequency Table
Paritas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Anak 1 12 37,5 37,5 37,5
anak 2-3 18 56,3 56,3 93,8
Anak lebih dari 3 2 6,3 6,3 100,0
Total 32 100,0 100,0
Jumlah Anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1,00 12 37,5 37,5 37,5
2,00 9 28,1 28,1 65,6
3,00 9 28,1 28,1 93,8
4,00 1 3,1 3,1 96,9
5,00 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 12 37,5 37,5 37,5
Ada 20 62,5 62,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
76
Riwayat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 8 25,0 25,0 25,0
Tidak Ada 24 75,0 75,0 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak mendukung 20 62,5 62,5 62,5
Mendukung 12 37,5 37,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Mendukung 32 100,0 100,0 100,0
77
Penggunaan IUD
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Aman dan efektif 1 3,1 3,1 3,1
aman dan praktis 1 3,1 3,1 6,3
Aman hampir untuk semua ibu 1 3,1 3,1 9,4
Anjuran dari teman 1 3,1 3,1 12,5
Bosan pakai pil dan suntik 1 3,1 3,1 15,6
dari keluarga pernah menggunakan
IUD 1 3,1 3,1 18,8
dukungan dari petugas kesehatan 1 3,1 3,1 21,9
Ingin berhenti punya anak 1 3,1 3,1 25,0
Ingin mencoba saja 1 3,1 3,1 28,1
Ingin menjaga dan mengatur jarak
kehamilan 1 3,1 3,1 31,3
ingin saja 1 3,1 3,1 34,4
Kerana bertahan lama 1 3,1 3,1 37,5
lebih aman 1 3,1 3,1 40,6
malas mau suntik setiap bulan 1 3,1 3,1 43,8
malas minum pil dan suntik setiap
bulan 1 3,1 3,1 46,9
Pernah menggunakan IUD sebelumnya 1 3,1 3,1 50,0
Saran dari bidan 1 3,1 3,1 53,1
Saran dari suami 2 6,3 6,3 59,4
Saran dari suami dan teman 2 6,3 6,3 65,6
saran dari teman 1 3,1 3,1 68,8
Suami Mendukung 1 3,1 3,1 71,9
Takut Jarum suntik 1 3,1 3,1 75,0
Takut Lupa Minum Pil 1 3,1 3,1 78,1
tidak ingin berat badan naik 1 3,1 3,1 81,3
tidak mau gemuk 2 6,3 6,3 87,5
Tidak mau ribet 1 3,1 3,1 90,6
Tidak perlu berkunjung ke fakes setiap
bulan 2 6,3 6,3 96,9
Untuk menjaga jarak 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
78
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 5 15,6 15,6 15,6
Ada 27 84,4 84,4 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 11 34,4 34,4 34,4
Ada 21 65,6 65,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 32 100,0 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 32 100,0 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 3 9,4 9,4 9,4
Ada 29 90,6 90,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
79
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 1 3,1 3,1 3,1
Ada 31 96,9 96,9 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 24 75,0 75,0 75,0
Ada 8 25,0 25,0 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 32 100,0 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 1 3,1 3,1 3,1
Ada 31 96,9 96,9 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 27 84,4 84,4 84,4
Ada 5 15,6 15,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
80
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 1 3,1 3,1 3,1
Ya 31 96,9 96,9 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 20 62,5 62,5 62,5
Ya 12 37,5 37,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 20 62,5 62,5 62,5
Ya 12 37,5 37,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 19 59,4 59,4 59,4
Ya 13 40,6 40,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 16 50,0 50,0 50,0
Ya 16 50,0 50,0 100,0
Total 32 100,0 100,0
81
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
82
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
83
DOKUMENTASI
84
85
ANALISIS DATA
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Efek samping 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Efek samping Mean 7,7500 ,21061
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 7,3205
Upper Bound 8,1795
5% Trimmed Mean 7,7917
Median 8,0000
Variance 1,419
Std. Deviation 1,19137
Minimum 4,00
Maximum 10,00
Range 6,00
Interquartile Range 1,00
Skewness -,336 ,414
Kurtosis 2,767 ,809
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan Suami 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Dukungan Suami Mean 2,6250 ,19955
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,2180
Upper Bound 3,0320
5% Trimmed Mean 2,6389
Median 2,0000
Variance 1,274
Std. Deviation 1,12880
Minimum 1,00
Maximum 4,00
Range 3,00
Interquartile Range 2,00
Skewness ,242 ,414
Kurtosis -1,548 ,809
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Umur Mean 29,9375 1,09336
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 27,7076
Upper Bound 32,1674
5% Trimmed Mean 30,0972
Median 31,5000
Variance 38,254
Std. Deviation 6,18498
Minimum 18,00
Maximum 39,00
Range 21,00
Interquartile Range 9,50
Skewness -,460 ,414
Kurtosis -,827 ,809
Umur
Frequencies
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 18,00 1 3,1 3,1 3,1
19,00 1 3,1 3,1 6,3
20,00 3 9,4 9,4 15,6
24,00 2 6,3 6,3 21,9
25,00 1 3,1 3,1 25,0
26,00 1 3,1 3,1 28,1
27,00 1 3,1 3,1 31,3
28,00 3 9,4 9,4 40,6
30,00 2 6,3 6,3 46,9
31,00 1 3,1 3,1 50,0
32,00 3 9,4 9,4 59,4
33,00 2 6,3 6,3 65,6
34,00 3 9,4 9,4 75,0
35,00 2 6,3 6,3 81,3
36,00 1 3,1 3,1 84,4
37,00 1 3,1 3,1 87,5
38,00 3 9,4 9,4 96,9
39,00 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
Frequencies
Frequency Table
Paritas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Anak 1 12 37,5 37,5 37,5
anak 2-3 18 56,3 56,3 93,8
Anak lebih dari 3 2 6,3 6,3 100,0
Total 32 100,0 100,0
Jumlah Anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1,00 12 37,5 37,5 37,5
2,00 9 28,1 28,1 65,6
3,00 9 28,1 28,1 93,8
4,00 1 3,1 3,1 96,9
5,00 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 12 37,5 37,5 37,5
Ada 20 62,5 62,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
Riwayat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 8 25,0 25,0 25,0
Tidak Ada 24 75,0 75,0 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak mendukung 20 62,5 62,5 62,5
Mendukung 12 37,5 37,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Mendukung 32 100,0 100,0 100,0
Penggunaan IUD
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Aman dan efektif 1 3,1 3,1 3,1
aman dan praktis 1 3,1 3,1 6,3
Aman hampir untuk semua ibu 1 3,1 3,1 9,4
Anjuran dari teman 1 3,1 3,1 12,5
Bosan pakai pil dan suntik 1 3,1 3,1 15,6
dari keluarga pernah menggunakan
IUD 1 3,1 3,1 18,8
dukungan dari petugas kesehatan 1 3,1 3,1 21,9
Ingin berhenti punya anak 1 3,1 3,1 25,0
Ingin mencoba saja 1 3,1 3,1 28,1
Ingin menjaga dan mengatur jarak
kehamilan 1 3,1 3,1 31,3
ingin saja 1 3,1 3,1 34,4
Kerana bertahan lama 1 3,1 3,1 37,5
lebih aman 1 3,1 3,1 40,6
malas mau suntik setiap bulan 1 3,1 3,1 43,8
malas minum pil dan suntik setiap
bulan 1 3,1 3,1 46,9
Pernah menggunakan IUD sebelumnya 1 3,1 3,1 50,0
Saran dari bidan 1 3,1 3,1 53,1
Saran dari suami 2 6,3 6,3 59,4
Saran dari suami dan teman 2 6,3 6,3 65,6
saran dari teman 1 3,1 3,1 68,8
Suami Mendukung 1 3,1 3,1 71,9
Takut Jarum suntik 1 3,1 3,1 75,0
Takut Lupa Minum Pil 1 3,1 3,1 78,1
tidak ingin berat badan naik 1 3,1 3,1 81,3
tidak mau gemuk 2 6,3 6,3 87,5
Tidak mau ribet 1 3,1 3,1 90,6
Tidak perlu berkunjung ke fakes setiap
bulan 2 6,3 6,3 96,9
Untuk menjaga jarak 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 5 15,6 15,6 15,6
Ada 27 84,4 84,4 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 11 34,4 34,4 34,4
Ada 21 65,6 65,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 32 100,0 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 32 100,0 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 3 9,4 9,4 9,4
Ada 29 90,6 90,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 1 3,1 3,1 3,1
Ada 31 96,9 96,9 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 24 75,0 75,0 75,0
Ada 8 25,0 25,0 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 32 100,0 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 1 3,1 3,1 3,1
Ada 31 96,9 96,9 100,0
Total 32 100,0 100,0
Efek samping
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 27 84,4 84,4 84,4
Ada 5 15,6 15,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 1 3,1 3,1 3,1
Ya 31 96,9 96,9 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 20 62,5 62,5 62,5
Ya 12 37,5 37,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 20 62,5 62,5 62,5
Ya 12 37,5 37,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 19 59,4 59,4 59,4
Ya 13 40,6 40,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 16 50,0 50,0 50,0
Ya 16 50,0 50,0 100,0
Total 32 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Dukungan Petugas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0
Paritas Riwayat
Nama Umur Pendidikan Pekerjaan 1Jumlah
Anak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Kategori 1 2 3 4 5 Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Kategori
1 Sudeh 28 SMP Ibu Rumah Tangga 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 ingin saja
2 Jamila 33 SMP Ibu Rumah Tangga 2 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 0 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 tidak mau gemuk
3 Siti Maisaroh 26 SMP Ibu Rumah Tangga 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 lebih aman
4 Elyana 18 SMP Ibu Rumah Tangga 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 aman dan praktis
5 Fatmawati 25 SMP Ibu Rumah Tangga 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Untuk menjaga jarak
6 Fitriani 20 SMP Ibu Rumah Tangga 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Saran dari suami dan teman
7 Fatimah 36 SMP Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 tidak mau gemuk
8 Wasirah 35 SMP Dagang 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Ingin berhenti punya anak
9 Siti Mawadah 19 SMP Ibu Rumah Tangga 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Tidak perlu berkunjung ke fakes setiap bulan
10 Sudih 28 SMP Ibu Rumah Tangga 3 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Saran dari suami
11 Halimah 39 SMA Ibu Rumah Tangga 2 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Ingin mencoba saja
12 Ernawati 32 SMP Ibu Rumah Tangga 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Suami Mendukung
13 Supiatun 33 SMP Ibu Rumah Tangga 3 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Pernah menggunakan IUD sebelumnya
14 Kholilah 24 SMP Ibu Rumah Tangga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 malas mau suntik setiap bulan
15 MIsnawati 34 SMP Ibu Rumah Tangga 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Kerana bertahan lama
16 Ratina 35 SMP Ibu Rumah Tangga 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Saran dari suami dan teman
17 Sagina 30 SMP Ibu Rumah Tangga 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 malas minum pil dan suntik setiap bulan
18 Erta 38 SMP Ibu Rumah Tangga 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 0 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 tidak ingin berat badan naik
19 Marla 31 SMP Ibu Rumah Tangga 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 dari keluarga pernah menggunakan IUD
20 Sima 32 SMP Ibu Rumah Tangga 2 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Aman hampir untuk semua ibu
21 Mis 34 SMP Ibu Rumah Tangga 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Takut Lupa Minum Pil
22 Linawati 34 SMP Ibu Rumah Tangga 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 0 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Tidak perlu berkunjung ke fakes setiap bulan
23 Ita 32 SMP Ibu Rumah Tangga 2 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Tidak mau ribet
24 Wiwik 38 SMP Ibu Rumah Tangga 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Saran dari bidan
25 Wilda 20 SMP Ibu Rumah Tangga 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 4 0 1 0 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Aman dan efektif
26 Mastiah 30 SMP Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Ingin menjaga dan mengatur jarak kehamilan
27 Yani 20 SMP Petani 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 0 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Bosan pakai pil dan suntik
28 Dewi 24 SMP Dagang 2 3 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 0 1 0 0 1 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Takut Jarum suntik
29 Sutiyeh 28 SD Petani 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Anjuran dari teman
30 Maimunah 38 SD Petani 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 dukungan dari petugas kesehatan
31 Suni 37 SD Ibu Rumah Tangga 2 3 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 saran dari teman
32 Hamsatin 27 SD Petani 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Saran dari suami
Penggunaan IUDNoIdentitas Responden Efek Samping Dukungan Suami Dukungan Petugas Kesehatan
1
ANALISIS SITUASI PENGGUNAAN IUD
DI PUSKESMAS SUNGAI DURIAN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
DEPI SURIANA SIREGAR
NIM. 111510587
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2017
2
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)
Peminatan Kesehatan Reproduksi
Oleh :
DEPI SURIANA SIREGAR
NIM. 111510587
Pontianak, Januari 2018
Mengetahui,
Pembimbing I
Dr. Linda Suwarni, SKM., M.Kes.
NIDN. 1125058301
Pembimbing II
Otik Widyastutik, SKM, MA
NIDN. 1102108001
3
JKMK JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT KHATULISTIWA
http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php?journal=jkmk&page=index
ANALISIS SITUASI PENGGUNAAN IUD DI PUSKESMAS SUNGAI
DURIAN
Depi Suriana Siregar *1, Linda Suwarni*2, Otik Widyastutik*
3
1*Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.111 : Pontianak
2*Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat: Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.111 : Pontianak
3*Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat: Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.111 : Pontianak
Info Artikel
Sejarah artikel :
Diterima
Disetujui
Di publikasi
Keywords:
Penggunaa IUD di
Puskesmas
Abstrak
Peningkatan pemakaian suntik KB diiringi oleh turunnya peserta
IUD, pil dan implan. Pada umumnya, setiap pasangan yang
menggunakan kontrasepsi dilandasi keinginan yang jelas, apakah
untuk mengatur jarak kelahiran atau membatasi kelahiran. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 10 wanita pasangan usia
subur di Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya, bahwa
terdapat 80% tidak ingin menggunakan KB IUD karena takut efek
samping dirasakan, suami yang tidak mengingikan menggunakan
IUD. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
analisis situasi penggunaan IUD di Puskesmas Sungai Durian.
Jenis penelitian ini adalah deskrtipdtif dengan pendekatan cross
sectional. Besar sample penelitian sebanyak 32 sampel. Masing-
masing variabel yang diteliti diuji dengan menggunakan uji
univariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran berumur antara 20-
35 tahun sebanyak 24 responden (75,0%), paritas 2-3 anak (56,3%),
ada efek samping (62,5%), tidak ada riwayat KB sebelumnya
(75,0%), tidak memiliki dukungan suami (62,5%), peran petugas
mendukung (100,0%), pengambilan keputusan adalah saran dari
suami dan teman, tidak mau gemuk dan tidak perlu berkunjung ke
pelayanan kesehatan setiap bulannya sebesar 2 (6,3%).
Saran Diharapkan bagi ibu lebih memahami kontrasepsi IUD baik
bahan IUD, efek samping jangka pendek maupun jangka panjang,
dengan cara mengikuti konseling KB secara mendalam, aktif
mengikuti penyuluhan dalam menggunakan kontrasepsi, sehingga
pengetahuan mengenai KB lebih meningkat
Instructions For Writing And Send Jurnal Articles Health Research Starts Publishing 2017
@ 2017, Unmuh Pontianak
JKMK JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT KHATULISTIWA
http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php?journal=jkmk&page=index
ANALYSIS OF SITUATION OF USE OF IUD IN PUSKESMAS
SUNGAI DURIAN
Depi Suriana Siregar *1, Linda Suwarni*2, Otik Widyastutik*
3
1*Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.111 : Pontianak
2*Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat: Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.111 : Pontianak
3*Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat: Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.111 : Pontianak
Info Artikel
Sejarah artikel :
Diterima
Disetujui
Di publikasi
Keywords:
Use Of Iud In
Puskesmas
Abstract
Increased usage of injecting KB accompanied by the decrease of
IUD participants, pills and implants. In general, every couple using
contraception is based on a clear desire, whether to adjust the birth
spacing or to limit births. Based on a preliminary study of 10 fertile
couples at Puskesmas Sungai Durian of Kubu Raya Regency, 80%
did not want to use IUD for fear of perceived side effects,
unqualified husbands using IUDs. The general objective of this
research is to know the situation analysis of IUD usage at
Puskesmas Sungai Durian.
The type of this research is deskrtipdtif with cross sectional
approach. The sample size was 32 samples. Each of the variables
studied was tested using a univariate test.
The results showed that the picture between the ages of 20-35 years
was 24 respondents (75.0%), parity 2-3 children (56.3%), side
effects (62.5%), no previous family history (75 , 0%), no husband
support (62,5%), supporting officer role (100,0%), decision making
is suggestion from husband and friend, do not want to fat and do not
need to visit health service every month equal to 2 ( 6.3%).
Suggestion It is expected that the mother will better understand the
contraception of IUD better
IUD materials, short-term and long-term side effects, by following
in-depth family planning counseling, are active in counseling in
using contraception, so knowledge on family planning is increasing.
Instructions For Writing And Send Jurnal Articles Health Research Starts Publishing 2017
@ 2017, Unmuh Pontianak
PENDAHULUAN
Tujuan Pembangunan kesehatan adalah
Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga (WHO, 2009)
Program KB tidak hanya bertujuan untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk,
melainkan juga untuk memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi untuk membentuk keluarga kecil
berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).
Indonesia mempunyai kebijakan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk diantaranya
melalui program KB, akan tetapi beberapa tahun
terakhir program yang dilakukan melalui KB
stagnan.Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
atau Intra Uterine Devices (IUD) merupakan pilihan
kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi
sebagian wanita. IUD merupakan metode kontrasepsi
reversibelyang paling sering digunakan di seluruh
dunia dengan pemakaian mencapai sekitar 100 juta
wanita, sebagian besar berada di Cina. Generasi terbaru
AKDR memiliki efektivitas lebih dari 99% dalam
mencegah kehamilan pada pemakaian satu tahun atau
lebih (Glasier dan Gebbie, 2012).
Berdasarkan survey penduduk tahun 2010
tingkat laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
1,49% dan angka kelahiran total atau Total Fertility
Rate (TFR) sebesar 2,6 per wanita subur. Angka
tersebut masih jauh dari target Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-
2014 yaitu tercapainya laju pertumbuhan penduduk
(LPP) sebesar 1,1% dan tingkat fertilitas 2,1%per
kelahiran (BKKBN, 2012).
Berdasarkan Analisis Data Kependudukan dan
KB Hasil Susenas 2015 bahwa sebagian besar PUS
peserta KB di Indonesia masih mengandalkan
kontrasepsi suntikan (59,57%) dan pil (20,71%) dari
total pengguna KB. Sedangkan persentase pengguna
Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) terbesar adalah pengguna IUD
(7,30%) dan Susuk KB (6,21%). Pemakaian alat
kontrasepsi di Provinsi Kalimantan Barat didominasi
oleh suntikan (64,68%), disusul pil (27,19%).
Penggunaan MKJP di Kalimantan Barat adalah sebesar
7,06% terdiri dari IUD (3,06%), susuk/implant (2,21%),
MOW (1,49%), dan MOP (0,3%). Pengguna kondom
sebanyak 0,52%; kondom wanita 0,04%; pantang
berkala 0,31%; dan metode lainnya 0,21%. Penggunaan
IUD di Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu
Raya tahun 2016 terdapat 56 orang sedangkan pada
tahun 2017 sampai dengan bulan september 32 orang.
Peningkatan pemakaian suntik KB diiringi oleh
turunnya peserta IUD, pil dan implan. Pada umumnya,
setiap pasangan yang menggunakan kontrasepsi
dilandasi keinginan yang jelas, apakah untuk mengatur
jarak kelahiran atau membatasi kelahiran. Kejelasan
maksud tersebut terkait dengan tersedianya teknologi
kontrasepsi sesuai dengan keamanan medis serta
kemungkinan kembalinya fase kesuburan, efektivitas,
dan efisiensi metode kontrasepsi. Perbaikan dalam
penyampaian pelayanankontrasepsi dan penyediaan
akses yang mudah dapat meningkatkan proporsi
pemakaiankontrasepsi (BKKBN, 2004).
Penggunaan metode kontrasepsi IUD dapat
menjamin sekurangnya tiga tahun jarak kelahiran.
Pengaturan jarak kehamilan lebih dari dua tahundapat
membantu wanita memiliki anak yang sehat dan
meningkatkan peluang mereka untuk terus hidup
sebesar 50%. Wanita di bawah usia 20 tahun dan lebih
dari 40 tahun lebih berkemungkinan untuk memiliki
bayi yang mati dalam usia satu tahun (infant) daripada
wanita pada usia reproduksi sehat (Sujudi, 2005)
Turunnya jumlah peserta KB IUD dari
tahun ke tahun dapat disebabkan karena beberapa
faktor seperti : 1) ketidaktahuan peserta tentang
kelebihan KB IUD. Dimana pengetahuan
terhadap alat kontarsepsi merupakan pertimbangan
dalam menentukan metode kontrasepsi yang
digunakan. 2) Kualitas pelayanan KB, dilihat dari segi
ketersediaan alat kontrasepsi, efek samping,
ketersediaan tenaga yang terlatih dan kemampuan
medis teknis petugas pelayanan kesehatan. 3) Biaya
pelayanan IUD yang mahal. 4) Adanya hambatan
dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrasepsi
IUD. 5) Adanya niat yang timbul dari adanya sikap
yang didasarkan pada kepercayaan, adanya riwayat
penyakit norma-norma di masyarakat dan norma
pokok yang ada dalam lingkungan. Salah satu
norma yang dianut masyarakat adalah pemasangan IUD
yang dilakukan di aurat (vagina) sehingga menimbulkan
perasaan malu / enggan untuk menggunakan IUD.
Penggunaan metode kontrasepsi IUD dapat
menjamin sekurangnya tiga tahun jarak kelahiran.
Pengaturan jarak kehamilan lebih dari dua tahun
dapat membantu wanita memiliki anak yang
sehat dan meningkatkan peluang mereka untuk terus
hidup sebesar 50%. Wanita di bawah usia 20 tahun dan
lebih dari 40 tahun lebih berkemungkinan
untuk memiliki bayi yang mati dalam usia satu tahun
(infant) daripada wanita pada usia reproduksi sehat
(Sujudi, 2005).
Efek samping penggunaan kontrasepsi IUD di
antaranya dismenore, meningkatnya aliran darah
menstruasi, bercak darah diantara periode menstruasi,
infeksi uterus, atau perforasi dan kehamilan ektopik.
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai meliputi
periode menstruasi terlambat atau tidak ada, nyeri
abdomen berat, demam dan menggigil, daerah vagina
bau, terdapat bercak-bercak, perdarahan atau periode
menstruasi berat. Pengeluaran spontan terjadi pada 2%-
10% pemakaian dalam tahun pertama (Stright, 2004).
Penelitian yang dilakukan Aryanti (2014)
menunjukaan bahwa hanya varibel dukungan suami
yang memiliki hubungan bermakna secara statistik
terhadap penggunaan kontrasepsi IUD (OR = 0,023, p
= 0,000) di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok
Timur (Aryanti, 2014). Menurut Endah (2013)
menyatakan bahwa penghentian penggunaan IUD
cenderung terjadi pada akseptor yang berusia muda,
memiliki jumlah anak <2, berpendidikan rendah, tidak
bekerja, dan tidak mendiskusikan KB dengan suami
(Endah, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian
terhadap 10 wanita pasangan usia subur di Puskesmas
Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya, bahwa terdapat
80% tidak ingin menggunakan KB IUD karena takut
efek samping dirasakan, suami yang tidak mengingikan
menggunakan IUD dan merasakan kenyamanan dengan
KB yang digunakan sebelumnya.
Berdasarkan hasil di atas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “gambaran faktor
riwayat penyakit, efek samping, riwayat KB yang
mempengaruhi aseptor KB memilih mnggunakaniud di
Puskesmas Sungai Durian
Metode
Penelitian ini bersifat deskritif observasional
dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapat gambaran secara jelas
mengenai objek yang diteliti Sampel penelitian adalah 32 sampel emua peserta KB yang ada di Puskesmas
Sungai Durian.
Hasil
Gambaran Umum
Puskesmas Sungai Durian merupakan satu dari tiga
puskesmas di wilayah Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya yang terletak pada koordinat
109º - 22,31 BT dan 0º -21 LS dengan ketinggian 0 – 1
meter dpl. Luas wilayah Puskesmas Sungai Durian
sekitar 315.587 Km² dengan tingkat kepadatan
Penduduk sebesar 0,30/km2. Jumlah penduduk pada
tahun 2012 adalah sebesar 95,931 jiwa terdiri dari
14.505 kk dengan rata-rata 6,6 jiwa/kk.
Tabel 1 Karakteristik Responden
Variabel Jumlah %
Pekerjaan Jumlah %
Bekerja 8 25,0
Tidak Bekerja (IRT) 24 75,0
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Analisa Univaraiat
Variabel Jumlah %
Umur
< 20 tahun 2 6,3
20-35 tahun 24 75,0
> 35 tahun 6 18,7
Paritas
Anak 1 12 37,5
Anak 2-3 18 56,3
Anak > 3 2 6,3
Efek samping penggunaan IUD
Ada 20 62,5
Tidak Ada 12 37,5
Riwayat
Ya 8 25,0
Tidak 24 75,0
Dukungan Suami
Tidak mendukung 20 62,5
mendukung 12 37,5
Pengambil keputusan penggunaan IUD
Aman dan efektif 4 12,5
Saran dari suami, teman
dan bidan 10 31,3
Ingin mencoba 4 12,5
Tidak mau minum obat
dan suntik setiap bulan 11 34,3
Tidak mau berat badan
naik 2 6,3
Untuk menjaga jarak 1 3,1
Dukungan petugas kesehatan
Tidak mendukung 0 0
mendukung 32 100,0
Pembahasan
1. Untuk mengetahui gambaran usia pengguna IUD
di Puskesmas Sungai Durian.
Berdasarkan hasil penelirian bahwa
proporsi responden berdasarkan kelompok umur
terbanyak di Puskesmas Sungai Durian adalah
berumur antara 20-35 tahun sebanyak 24
responden (75,0%).
Hasil penelitian ini sama dengan
Handayani (2012) yang melakukan penelitian pada
ibu di Desa Rambigundam Kabupaten Jember
dimana sebagian besar responden terbanyak yaitu
ibu dengan usia dewasa muda sebanyak 86%.
Rendahnya pemilihan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang dipengaruhi oleh
umur responden. Umur responden berpengaruh
pada pemilihan alat kontrasepsi, umur antara 35
tahun lebih merupakan fase mengakhiri kehamilan
yaitu fase tidak ingin hamil lagi diperlukan jika
wanita sudah tidak ingin anak lagi.
Menurut Saifuddin (2010), berdasarkan
perencanaan keluarga, dapat ditentukan fase-fase
penggunaan alat kontrasepsi yang ideal. Umur
kurang dari 20 tahun merupakan fase menunda
kehamilan, diperlukan pada wanita yang menikah
dengan umur masih muda, umur antara 20 tahun
sampai 35 tahun adalah fase menjarangkan
kehamilan dengan cara mengatur jarak kehamilan
yang baik yaitu antara 2 sampai 4 tahun, dan umur
antara 35 tahun lebih merupakan fase mengakhiri
kehamilan yaitu fase tidak ingin hamil lagi
diperlukan jika wanita sudah tidak ingin anak lagi.
Sejalan dengan pendapat Kusumaningrum
(2009), umur dalam hubungannya dengan
pemakaian kontrasepsi berperan sebagai faktor
intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur
organ, fungsi faaliah, komposisi biokimiawi
termasuk sistem hormonal seorang wanita.
Perbedaan fungsi faaliah, komposisi biokimiawi,
dan sistem hormonal pada suatu periode umur
menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang
dibutuhkan.
Hal ini dikarenakan usia perkawinan
wanita mempunyai pengaruh bagi perkembangan
jumlah penduduk, karena berpengaruh terhadap
fertilitas. Semakin rendah usia kawin pertama
semakin besar resiko yang dihadapi selama masa
kehamilan atau melahirkan, baik keselamatan ibu
dan anak. Kondisi ini disebabkan belum
matangnya rahim wanita muda untuk proses
berkembangnya janin atau belum siapnya mental
menghadapi proses kehamilan. Umumnya wanita
yang menikah pada usia muda mempunyai waktu
yang lebih panjang beresiko untuk hamil. Oleh
karena itu pada masyarakat yang kebanyakan
wanitanya melakukan perkawinan pertama pada
umur muda, angka kelahirannya juga lebih tinggi
dibandingkan dengan masyarakat yang wanitanya
melakukan perkawinan pertama kali pada usia
lebih tua. Sebaliknya semakin tinggi usia
perkawinan yang melampaui batas yang
dianjurkan juga sangat beresiko pada masa
kehamilan di bawah umur (dibawah umur 17
tahun) untuk wanita.
Penggunaan alat atau cara KB merupakan
salah satu upaya untuk menekan jumlah kelahiran.
Proporsi wanita kawin amat penting dalam
mempelajari pola fertilitas, secara teori makin
muda umur kawin seorang wanita maka semakin
panjang masa reproduksi, dengan demikian jumlah
anak yang dilahirkan diharapkan makin banyak
pula. Dalam hal pembangunan berstatus kesehatan
dan kualitas hidup, semakin banyak wanita kawin
pada umur muda dapat berimplikasi pada buruknya
status kesehatan ibu dan anak. Dampak banyaknya
perkawinan dan kehamilan wanita usia muda
terlihat pada tingginya angka kematian ibu karena
melahirkan dan angka kematian bayi.
2. Untuk mengetahuai gambaran paritas pengguna
IUD di Puskesmas Sungai Durian.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa
proporsi responden berdasarkan dukungan petugas
keseahatan di Puskesmas Sungai Durian terbanyak
adalah memiliki 2-3 anak sebesar 18 (56,3%) dan
yang memeiliki anak 1 yang menggunaka IUD
sebesar 37,5%.
Hal ini terjadi karena jumlah anak berkaitan
erat dengan program KB karena salah satu misi
dari program KB adalah terciptanya keluarga
dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak
dalam satu keluarga, laki-laki maupun perempuan
sama saja. Para wanita umumnya lebih menyadari
bahwa jenis kelamin anak tidak penting sehingga
bila jumlah anak sudah dianggap ideal maka para
wanita cenderung untuk mengikuti program KB.
Menurut Sugiarti Dkk (2012), jumlah anak
mulai diperhatikan setiap keluarga karena
berkaitan dengan tingkat kesejahteraan , semakin
banyak anak semakin banyak pula tanggungan
kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan
materil selain itu juga untuk menjaga kesehatan
sistem reproduki karena semakin sering
melahirkan semakin rentan terhadap kesehatan ibu.
Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh
Ramadini (2014) bahwa ada hubungan antara
paritas Ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi
jangka panjang di Desa Ngares Kidul kecamatan
Gedeg Kabupaten Mojokerto.
Pilihan kontrasepsi yang disesuaikan
dengan kebutuhan pada dasarnya merupakan
pilihan akseptor secara sukarela yang didasarkan
pada pertimbangan rasionaldari sudut teknis
penggunaan, kondisi medis dan kondisi sosial
ekonomis masing-masing akseptor. Misalnya,
penggunaan kontrasepsi yang ditujukan untuk
menjarangkan kelahirananak dalam beberapa
bulan, maka bukan metode implant, IUD atau
sterilisasi tetapi pil yangdianggap rasional.
Alasannya karena metode tersebut bersifat
jangka panjang dan kembalinya kesuburan relatif
lama dibanding dengan pil. Menurut asumsi
peneliti karena penggunaan IUD dalam jangka
waktu yang panjang (5-10 tahun), membuat
akseptor tidak tertarik untuk menggunakan IUD
Dikarenakan mereka menginnginkan kehamilan
dan suatu bukti mayoritas responden adalah
multipara. Sehingga menyebabkan penggunaan
KB IUD di daerah ini tergolong sangat rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa 2 orang anak
saja masih dianggap kurang oleh responden. Ini
terutama terjadi karena masyarakat tempat
penelitian umumnya bekerja di sektor pertanian
dan perkebunan yang memerlukan tenaga banyak
untuk mendapatkan hasil yang baik. Sehingga
jumlah anak yang semakin banyak dirasa akan
semakin baik karena dapat membantu untuk
mencari nafkah.
Ibu yang paritasa 1 dan 2 memilih
menggunakan alat kontasepi IUD untuk mengatur
jarak anak, dan menunda kehamilan karena IUD
merupakan alat kontasepsi yang memiliki angka
kegagalan yang paling rendah dibandingkan
dengan alat kontrasepsi yang lain, sedangkan ibu
yang meliliki paritas ≥3 sedikit yang menggunakan
IUD karena ibu merasa lebih berpengalaman
dalam menggunakan alat kontasepsi yang sesuai
dengan dirinya.
Pada pasangan dengan jumlah anak hidup
masih sedikit terdapat kecenderungan untuk
menggunakan alat kontrasepsi dengan efektifitas
rendah, sedangkanpada pasangan dengan jumlah
anak hidup banyak terdapat kecenderungan
menggunakan metode kontrasepsi dengan
efektifitas tinggi. Maka dari itu diharapkan kepada
petugas kesehatan untuk lebih sering mengadakan
konseling atau penyuluhan tentang
pentingnya pemakaian metode kontrasepsi
jangka panjang pada ibu yang memiliki anak lebih
dari dua.
3. Untuk mengetahuai gambaran efek samping
pengguna IUD di Puskesmas Sungai Durian.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa
proporsi responden berdasarkan efek samping
penggunaan IUD di Puskesmas Sungai Durian
terbanyak adalah ada sebesar 20 (62,5%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Nofadina (2017) Sebagian besar mengalami efek
samping hipermenore, yaitu sejumlah 52 orang
(67,5%), sebagian besar tidak mengalami efek
samping dismenore, yaitu sejumlah 61 orang
(79,2%). Sedangkan yang mengalami efek
samping dismenore sejumlah 16 orang (20,8%),
sebagian tidak mengalami efek samping gangguan
hubungan seksual, yaitu sejumlah 73 orang
(94,8%), sebagian besar mengalami efek samping
keputihan, yaitu sejumlah 46 orang (59,7%).
Akseptor KB AKDR semuanya tidak mengalami
efek samping ekspulsi, yaitu sejumlah 77 orang
(100,0%)
Alat kontrasepsi IUD juga dapat
menyebabkan efek samping antara lain
gangguan menstruasi, benang IUD hilang
(ekspulsi), keluar cairan berlebih dari vagina
(keputihan). Efek samping kontrasepsi merupakan
masalah bagi seorang akseptor yang memakainya,
karena merupakan beban kejiwaan yang harus
ditanggungnya, yang berakhir pada adanya
kekhawatiran dan kecemasan yang berlebih,
sehingga seorang akseptor akan mengalami
kejadian drop out atau putus pakai (Nurul, 2013).
Anjurkan pasien untuk mencabut IUD
jika terjadi anemia yang parah (Hb<9 g) dan
bantu pasien memilih metode kontrasepsi yang
lain. Efek samping lainnya yaitu berupa keputihan
(lechorea). Keputihan yaitu adanya pengeluaran
cairan dari vagina (keputihan) yang dapat
timbul dari berbagai keadaan, yaitu secara
fisiologis dan secara patologis.
Maka dari itu diharapkan masyarakat dapat
meningkatkan pengetahuan tentang KB melalui
berbagai macam media informasi, khususnya
tentang efek smping KB hormonal, agar
pengetahuan responden pemakaian KB hormonal
dapat berkembang, sehingga pengetahuan
responden tentang efek samping pemakaian KB
hormonal yang kurang dapat meningkat menjadi
baik, dengan demikiankualitas kesehatan dapat
meningkat pula, sehingga responden menjadi lebih
tahu tindakan yang harus dilakukan bila menemui
masalah kesehatan, khususnya tentang efek
samping pemakaian KB hormonal dan tidak
mengalami kecemasan yang berlebihan saat
mengalami efek samping tersebut.
4. Untuk mengetahuai gambaran dukungan suami
pengguna IUD di Puskesmas Sungai Durian.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa proporsi
responden berdasarkan dukungan suami di
Puskesmas Sungai Durian terbanyak adalah tidak
mendukung sebesar 20 (62,5%).
Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh
Sa’adah (2013) bahwa ada hubungan bermakna
antara dukungan suami dengan pemilihan alat
kontrasepsi IUD di BPM Neni Rumuni, S.SiT
Kecamatan Gunugnpati Kota Semarang (p value
<0,000). Demikian juga penelitian yang dilakukan
oleh Sulastri (2014) bahwa Hasil penelitian
responden yang mendapat dukungan sedikit lebih
tinggi dari yang tidak memberi dukungan sebesar
50,6% dan sebagian besar responden memiliki
minat rendah 76,4%. Hasil uji statistik dengan uji
Chi–Square didapatkan nilai p sebesar
(0,006)<α(0.05). Berdasarkan hasil uji statistik
bahwa ada hubungan bermakna antara dukungan
suami dengan minat ibu dalam pemakaian
kontrasepsi IUD di Bergas .
Hal tersebut merupakan dukungan yang dapat
diberikan suami kepada istri. Masalah kontrasepsi
bukanlah tanggung jawab istri semata, tetapi
merupakan tanggung jawab suami juga. Apabila
seorang istri menginginkan untuk menggunakan
IUD sebagai alat kontrasepsi yangakan digunakan,
maka seorang suami harus bisa memberikan
tanggapan yang positif dan mampu memberikan
dukungan. Apabila suami tidak
memberikan dukungan maka seorang istri
tidak akan menggunakan kontrasepsi yang menjadi
pilihannya yaitu IUD. Dukungan seorang suami
merupakan bentuk motivasi yang diberikan kepada
istri. Jika suami memberikan motivasi maka
sorang istri secara tidak langsung akan merasa
bahagia.
Menurut Suryono (2008), dukungan suami
dalam ber-KB dapat ditunjukkan dengan
membantu memilih kontrasepsi yang sesuai
dengan keinginan dan kondisi istrinya,
menggunakan kontrasepsi dengan benar, mencari
pertolongan jika terjadi efek samping maupun
komplikasi sesudah pemasangan IUD, mengantar
istri ke tempat pelayanan kesehatan untuk kontrol
ulang, membantu mencari alternatif lain jika IUD
terbukti tidak memuaskan dan bersedia
menggantikan istri jika kondisi istri tidak
memungkinkan untuk menggunakan kontrasepsi.
Dukungan suami merupakan sifat interaksi
yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial
individu, yaitu istri.Sudah menjadi tradisi kalau
segala sesuatu harus dengan persetujuan suami
atau yang berkuasa di rumah. Hal ini sangat
mempengaruhi seorang ibu untuk menjadi seorang
akseptor. Keluarga sangat berperan penting dalam
pemilihan alat kontrasepsi, karena jika ada salah
satu keluarga yang tidak setuju, ibu akan
mempertimbangkan ulang pilihannya misalnya ibu
memilih IUD dan sebagian besar ibu akan ikut
dengan keputusan suami, atau anggota.
Maka dari itu diharapkan agar suami
mendukung istri untuk melakukan kontrasepsi IUD
karena Dukungan suami sangatlah berdampak
positif bagi keluarga, lebih-lebih terhadap
pasangannya, karena adanya dukungan suami
terutama dalam pemilihan IUD, nantinya istri akan
merasa lebih mantap dalam memilih dan selama
pemakaiannya istri tidak akan khawatir karena
suami sudah mendukung.
5. Untuk mengetahuai gambaran peran petugas
pengguna IUD di Puskesmas Sungai Durian.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa proporsi
responden berdasarkan dukungan petugas
keseahatan di Puskesmas Sungai Durian semuanya
mendukung sebesar 32 (100,0%).
Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh
Aldriana (2013) bahwa ada hubungan petugas
kesehatan dengan penggunaan AKDR di Wilayah
kerja Puskesmas Kabun Kabupaten Rokan Hulu (p
value 0,001).
Sebagian petugas kesehatan kurang
melakukan konseling dan pemberi an informasi
yang menyebabkan kurangnya pengetahuan klien
dalam memilih jenis KB. Namun masyarakat
mentolerir pelayanan KB meskipun pelayanan KB
belum seluruhnya memenuhi syarat pelayanan
berkualitas.Informasi yang baik dari petugas
membantu klien dalam memilih dan menentukan
metode kontrasepsi yang di pakai. Informasi yang
baik akan memberikan kepuasan klien yang
berdampak pada penggunaan kontrasepsi yang
lebih lama sehingga membantu keberhasilan KB.
Tenaga kesehatan mempunyai peran sebagai
konselor. Seorang konselor melakukan konseling
kepada wanita pasangan usia subur agar perilaku
wanita usia subur dapat berubah yaitu wanita
pasangan usia subur mengetahui tentang KB dan
menggunakan alat kontrasepsi.
Maka dari itu di harapkan petugas kesehatan
untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang
pentingnya menggunakan kontrasepsi dan
memberikan dukungan kepada ibu-ibu untuk
menggunakan IUD, menyakinkan IUD untuk
penggunaan jangka panjang yang paling efektif
dibandingkan dengan kontrasepsi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penggunaan Kontrasepsi Pada
Wanita Kawin Usia Dini Di Kecamatan
Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Tesis.
Program Pascasarjana
Universitas Udayana Denpasar
Anggorodi, R. 2009. Dukun bayi dalam persalinan
oleh masyarakat indonesia. Makara.
Kesehatan. Vol 13. No 1 : 9-10
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). 2005. Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi: Kebijakan,
Program dan Kegiatan Tahun 2005-2009,
Jakarta. 2005.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik Untuk
Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.
EGC. Jakarta
Budiman, 2012. Penelitian Kesehatan. Refika
Aditama, Bandung.
Depkes RI, 2006 Buku Pedoman Pengenalan
Tanda Bahaya Pada Kehamilan,
Persalinan dan Nifas, Depkes RI, Jakarta
__________2008, Pedoman Kemitraan Bidan dan
Dukun, Jakarta
__________, 2010, Riset Kesehatan Dasar,
Jakarta: Depkes RI
Depdiknas ,2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa , PT Gramedia
Pustaka Utama,Jakarta.
Depkes, 2001. Materi Ajar Safe Motherhood.
WHO-Depkes-FKMUI. Jakarta
Erfandi. 2009. Pengetahuan dan Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi. http://for
betterhealth.wordpress.com
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Henderson, C. & Jones, K. 2005. Buku Ajar
Konsep Kebidanan. EGC. Jakarta
Heriyati. 2013. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Tentang Penggunaan Iud Post
Plasenta Di Rumah Sakit Umum
Daerah
Dr. Zainoel Abidin Tahun 2013.
Jumiarni., Sri, M., & Nurlina, S. (1995).
Asuhan keperawatan perinatal. Jakarta:
EGC.
Krisliana, Aprilia, 2007 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Penolong
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas
Warunggunung Kabupaten Lebak Provinsi
Banten, Tesis FKM-UI, Depok
Mubarak, Wahit I. (2011). Promosi Kesehatan
untuk Kebidanan. Salemba Medika.
Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan
Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
.2010. Promosi Kesehatan
Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
Riyanto, Agus, 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta
Saifuddin, 2010. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
Sarwono, 2004. Sosiologi Kesehatan, Beberapa
Konsep Beserta Aplikasinya. Gadjah mada
Universitas Press. Yogyakarta.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan
R & D. Alfabeta. Bandung.
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga
Berencana. Salemba Medika.
Jakarta
Wikjhosastro, 2007, Ilmu Kebidanan, Bina
Pustaka, Jakarta