TUGAS AKHIR
STUDI KOMPARASI
ANALISIS DAYA DUKUNG TIANG BOR TUNGGAL
BERDASARKAN, DATA CPT, SPT DAN LABORATORIUM(STUDI KASUS PADA PROYEK BANK INDONESIA JAKARTA)
ISLAM
Disusun Oleh
No. Mhs : 88 310 122
NIRM : 885014330110
JUamal Slawiet
No. Mhs : 88 310 186
NIRM: 885014330161
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
1995
">s
TUGAS AKHIR
STUDI KOMPARASI
ANALISIS DAYA DUKUNG TIANG BOR TUNGGAL
BERDASARKAN, DATA CPT, SPT DAN LABORATORIUM(STUDI KASUS PADA PROYEK BANK INDONESIA JAKARTA)
Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan UntukMemperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil Pada
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
Disusun Oleh :
No. Mhs : 88 310 122
NIRM : 885014330110
JHatttat SUutiei
No. Mhs : 88 310 186
NIRM : 885014330161
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
1995
KATA PENGANTAR
Bi sffti I I ah i j-rote;i i n^oh i m
Asset I ant-u ' a I a i hxim. Wi- . Wb>.
Fuji syukur penyusun panjatkan ke Hadlirat Allah SWT,
solawat serta salatrt seaoga dilimpahkan kepada Habi Besar
kita Muhauad SAW. Alhatndu 1illah, pada akhimya penyusun
dapat snenyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Studi
Koiaparasi Analisis Day a Dukung Fondasi Tiang Bor Berdasarkan
Data CPT, SPT dan Laboratorium ini, tepat pada waktunya.
Adapun, penyusunan Tugas Akhir ini diiaksanakan sebagai
prasyarat untuk fuesienuhi jenjang Strata Satu pada Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di
Un iver •-:, itas Islam Indonesia Yogyakarta.
Akhii'fiy-s. dongan keterbatasan waktu dan pemikiran yang
ada pads penyusun, tentunya penyusun tidak terlepas dari
rintangan dan haaibatan . Nasriun deffiikian, dengan bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, akhimya penyusun dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Untuk itu pada keserapatan
mi, penyusun fnenyainpaikan rasa teriaaa kasih yang
sedala.Ki-dalafftnya kepada :
1. Bapak Ir. Susastrawan, MS, selaku Dekan Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Universitas Islairi Indonesia.
2. Bapak Ir. Batnbang Sulistiono. MSCE, selaku Ketua Jurusan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
Indonesia,
3. Bapak Ir. Ibnu Sudarmadji, MS, selaku Dosen Peffibiiribing I
pada penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ir. Faisol AM. MS, selaku Dosen Pembimbing II pada
pen yu sunan Tugas Akhir ini ,
5. Yang tere inta Ayah, Ibu, Kakak beserta Adikku yang telah
banyak memberikan dorongan baik moril maupun materil
hingga terwujudnya Tugas Akhir ini,
6. B.ekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak siembantu
dan tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik beliau yang telah diberikan kepada
penyusun, mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.,
.Amin .
Akhir kata, penyusun raenyadari dengan sepenuh hati
dalam penyusunan Tugas Akhir Ini masih jauh dari
keseiupumaan, koreksi dan saran-saran tentunya akan penyusun
terima untuk penyeinpurnaan Tugas Akhir ini. Semog's. Tugas
Akhir ini bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya bagi
p ihak yang membu tu hkannya .
Wa.bill ah i L' t ctuf i h u>cl I hi dayahWasset I curiu' ctlai hum WR. WB
r —,,.."' "''*'•— :. . Yogy,akarta, Mei 1995
'•'"' Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN a
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI ; V
DAFTAR NOTASI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xj^
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Pokok Masalah 2
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat 3
1.5. Batas8.ii Masalah 4
1.6. Ke a s 1 i a n 4
1.7. Me todo 1 og i 4
BAB II PONDASI TIANG
2.1. Pengertian dan Jenis Pondasi 7
2.2. Pondasi Tiang 9
2.3. Pondasi Tiang Bor dan Pondasi Sumuran ...... 12
2.3.1. Pondasi tiang bor 12
2.3.2. Pondasi sumuran 19
2.4. Penyelidikan Tanah 19
2.4.1. Penguj ian sondir 2
2.4.2. Pengujian penetrasi standar (SPT) ... 26
2.4.3. Korelasi "Standard Penetration Test"
dan "Cone Penetration Test" 29
5 . Pengujian Pembebanan Tiang 30
BAB III DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR TUNGGAL
3.1. Daya Dukung Tiang 3g
3.2. Daya Dukung Tiang Mermrut Rumus Teoritis .. 39
3.2.1. Daya dukung tiang bor pada tanah
kohesif 3g
3.2.2. Daya dukung tiang bor pada tanah
non- kohesif 41
3.2.3. Daya dukung tiang bor pada tanah
antara pasir dan tanah lempung 44
3.3. Daya Dukung Menurut Ruams Eirtpiris
3.3.1. Daya dukung ijin berdasarkan data
penguj ian CPT 48
3.3.2. Daya dukung tiang berdasarkan hasil
penguj ian SPT 4g
3.3.3. interprestasi daya dukung tiang
tunggal bedasarkan data "Loading
s: e s t,51
BAB IV ANALISA DAYA DUKUNG FONDASI TIANG BOR TUNGGAL
<STUDI KASUSy
4.1. Uffium ca
4.2. Data Penye lid ikan Tanah 54
4.2.1. Lingkup penyeiidikan tanah 55
4.3. Data Fondasi Tiang Bor 5g
4.4. Muka Air Tanah c.-7
4.5. Data Loading Test 57 >
4.6. Tahanan Kulit Tiang dan Kedalainan dengan
Metoda Prediksi dai Data SPT dan CPT 57
4.7. Daya Dukung Ujung Tiang Metoda Prediksi
dari Data SPT dan CPT 66
4.3. Prediksi Daya Dukung Total Ijin dan
Kedalainan Tiang yang Diperlukan dari Data
Grafik Sondir
4.9. Prediksi Daya Dukung Total Ijin dari
Diagram SPT n-
69
v 1
4.10. Evaluasi Penguj ian Peuibebanan ("Loading
Test" } 82
4.11. Evaluasi Hasil Daya Dukung dari Data SPT
dengan Hasil Uji PeiTibebanan 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 88
PENUTUP 91
DAFTAR PUSTAKA g2
LAMPIRAN-LAMPIRAN g3
DAFTAR NOTASI
A - Luas tampang melintang ujung tiang
Ap = Luas tampang melintang ujung tiang
As = Luas selirrmt tiang
B = Diameter t ian g
C = Nilai kohesi undrained tanah
Cu = Conesi undrained
Cu = Cohesi undrained rata-rata
Cb = Cohesi undrained (Cu) pada ujung tiang
Ckd = Tahanan konus ujung rata-rata
Cdk = Tahanan konus rata-rata sepanjanag tiang
D ~ Panjang tiang
D r = K e p ad a t a n r e 1 a 11 f
f = Jumiah total hambatan pelekat sampai ujung tiang
fs ~ Rata-rata gesekan lokal sepanjang tiang
ft - Jumiah total hambatan pelekat sampai ujung tiang
R - K o e f i s i e n tanah
Ks = RoefisIen tekanan tanah
L - Redalaman tiang fondasi
N = Nilai jumiah tumbukan pada pengujian Standard
Penetration Test
N' = Nilai jumiah H SPT terkoreksi
N" = Nilai N (SPT) rata-rata sepanjang tiang
No = Bearing capasity faktor
Nq - Bearing capasity faktor
Pd - Tekanan tanah effektif
Po - Tekanan efektif tanah
Qap = Rapasitas daya dukung ijin
Q.b = Tahanan ujung tiang
Qs = Tahanan kuiit tiang
qu = Ruat tekan bebas
Qup = Tahanan daya dukung ultimit
qc = Tekanan konus pada pengujian sondir
Qc = Tekanan konus rata-rata sekitar ujung tiang
Qub
Qus
SF
U
W
Wp
s.r
<5e
0
r
cu
s
Tahanan ultimit ujung tiang
Tananan ultimit kulit tiang
Safety Faktor
Reliling penampang pondasi
berat tanah yang digantikan tiang
Berat tiang
Faktor bentuk penampang tiang
Loncatan elastik tiang
Sudut gesek internal tanah
Berat jenis tanah
Faktor adhesi
Berat s a tu an air
Sudut gesek antara tanah dan tiang
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Definisi fondasi dangkal 8
2.2 Kerugian akibat pengerukan lumpur tidak sem-purna 17
2.3 Persoalan-persoalan yang timbul pada pemakaian"Casing" sementara 18
2.4 Alat sondir konus biasa 23
2.5 Alat sondir bikonus 25
2.6 "Standar Penetration Test" (SPT) 27
2.7 Pengujian beban tiang dengan beban angker 31
2.8 Pengujian beban dengan beban kontra 32
3.1 Kurva beban vs penurunan pada uji beban tekan 37tiang ("Pile Loading Test")
3.2 Transfer beban dari kepala tiang sampai ujung 37
3.3 No values for piles in days 40
3.4 Panjang efektif pada kulit tiang untuk perhi-tungan tahanan kulit pada "under beamed pile" 41
3.5 Bearing kapasing faktor 42
3.6 Berbagai kondisi pada penentuan tekanan tanah 43efektif
3.7 Koefisien daya dukung Terzaqhi 45
3.8 Panjang efektif untuk tahanan konus rata-rata(q c ) pada ujung tiang 47
3.9 Nilai tahanan konus ujung rata-rata 48
3.10 Grafik pembebanan terhadap penurunan 52
3.11 Metoda grafis anaiisis dari MV Nayak 52
4.1 Kapasitas tahanan kulit ultimit boring No 159
K ap as itas ta hanan ku 1it u 111 m it b or ing No 8d a n s o n d Ir N o ,11
4.3 Kapasitas tahanan kulit ultimit boring No 15dan sondir No.11
4.4 Interprestasiraasurkowic-2
kapasitas 111 m11 dari
61
63
86
DAFTAR TABEL
2.1 H u b u ng an O, D r , ;•- d eng an N un tu k p a s Ir
2.2 Hubungan y, qu dan nilai N untuk lempung 29
2.3 Hubungan antar nilai tekanan ujung (qc) dengannilai N SPT 30
2.4 Prosedur pembebanan mengikuti prosedur ASTMD. 1143 34
3.1 Roefisien tanah menurut LD. Court 50
4.1 Pediksi tahanan kulit ultimit dari data SPTNo. 11 dan No. 15 65
4.2 Dava dukung ujung ijin tiang bor dari data SPTNo". 11 dan CPT No 15 68
4.3 N terkoreksi dari data bor no 1 73
Halaman
5.
6.
o
10
DAFTAR L A M P I R A N
Peta lokasi titik sondir dan titik bor
G raf i k sondir n o , 1 5
G :;• a. £ ik sondir no. 13
G i-sf ik sond ir no .• 11
Gra.fi k sondir no. I
Diagram H SPT no. Bor 8
Diagram N SPT no. Bor 11
Diagram N SPT no. Bor 10
Diagram N SPT n
n.-,
,u;igan liieufio tet 11.'. i s n o Bor 11
'.^a t ax an 11 loading test aksial
B A B I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah mempunyai per anan yang penting pada suatu- lokasi
pekerjaan konstruksi, karena tanah merupakan pendukung
suatu bangunan. Mengingat semua bangunan dibuat di atas atau
di bawah permukaan tanah, maka harus dibuat fondasi yang
dapat memikul beban bangunan tersebut atau gaya yang bekerja
melalui bangunan itu.
Masalah yang dijumpai dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi adalah daya dukung tanah dan besarnya penurunan
yang terjadi, untuk menentukan daya dukung tanah dan
penurunan tersebut perlu pengetahuan mengenai kondisi tanah.
Tanah baik merupakan tanah yang mempunyai daya dukung
yang tinggi dan penurunan yang terjadi kecil. Apabila days,
dukung ijin tanah tidak terlampaui maka tidak akan terjadi
kerusakan bangunan akibat keruntuhan tanah. Jika penurunan
total dan penurunan diferensial masih dalasa batas ijin,
maka bangunan tidak akan mengalami kerusakan pada
konstruksinya.
Untuk menentukan jenis fondasi yang tepat suatu
bangunan, selain kondisi tanah, banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan antara lain; faktor biaya, teknik
pelaksanaan dan pengalaman. Di samping itu padatnya bangunan
di sekitarnya juga perlu diperhatikan.
Apabila tanah baik tidak terlalu dalam, dapat digunakan
fondasi dangkal. Jika tanah baik sangat dalam, dipakai
fondasi dalam.
1.2. Polcok masalah
Dari hasil penyelidikan tanah yang dilakukan di Proyek
Bank Indonesia Jl. M. Thamrin Jakarta, lapisan tanah yang
tebal dan mempunyai daya dukung yang tinggi baru dijumpai
pada kedalaman lebih kurang 45 m. Masalah lain yang ditemui
adalah tingginya permukaan air tanah, yaitu 1,50 m di bawah
permukaan tanah. Dengan memperhatikan permukaan kondisi
tanah tersebut, maka alternatif fondasi yang dipilih adalah
fondasi tiang. Mengingat disekitar proyek banyak gedung
perkantoran, maka alternatif fondasi tiang yang dipilih
adalah fondasi tiang bor, karena getaran dan suara yang
ditimbulkan relatif kecil dibandingkan tiang pancang,
sehingga retaknya bangunan di sekitar proyek relatif kecil
bahkan tidak ada.
Dengan mengamati adanya variasi dan sifat-sifat tanah,
maka penentuan daya dukung fondasi serta kedalamannya perlu
diperhitungkan dengan teliti. Untuk mengetahui besarnya
kapasitas dukung tiang dan kedalamannya ada dua cara
pendekatan yang dapat digunakan yaitu cara teoritis dan cara
empiris. Pada cara teoritis perhitungan kapasitas dukung
dilakukan dengan menganalisis hasil-hasil pengukuran dan
penyelidikan sifat-sifat tanah setempat, sedangkan cara
empiris untuk memperkirakan kapasitas dukung dengan
pengujian penetrasi yaitu Pengujian Sondir {"Cane
Penetration. Test") dan pengujian SPT ("Standard Penetration
Test"). Berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh dengan
berbagai cara ini, kemudian dipilih nilai yang terkecil
untuk ditetapkan sebagai daya dukung rencana. Untuk
mengetahui besarnya kapasitas dukung fondasi di lapangan
dilakukan pengujian dengan memberikan beban secara langsung
pada fondasi, yang dikenal sebagai pengujian pembebanan.
Pengujian ini juga perlu dilakukan apabila grafik yang
diperoleh dengan pengujian sondir (CPT) dan atau pengujian
SPT sangat bervariasi sehingga kapasitas dukungnya mungkin
diragukan.
Pada Tugas Akhir ini akan membahas "Analisis daya
dukung fondasi tiang bor tunggal dan kedalamannya
berdasarkan data penyelidikan tanah yaitu data hasil
pengujian CPT dan pengujian SPT dari berbagai metode".
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah studi komparasi
analisis daya dukung fondasi tiang bor tunggal dari metode
Wesley, metode Tomlinson yang dimodifikasi NV. Nayak, metode
Rusia, dan metode LD. Court berdasarkan data penyelidikan
tanah di lokasi proyek berupa data, hasil CPT dan SPT dengan
data loading test.
1.4. Manfaat
Faedah Tugas Akhir yang membahas tentang fondasi tiang
bor tunggal dan analisis daya dukungnya adalah memberikan
tambahan masukan kepada para mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,
3
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia, yang selama ini pembahasan mengenai fondasi tiang
bor masih relatif sedikit dibandingkan pembahasan tentang
struktur atas atau yang lainnya.
1. S. Batasan Masalah
Pada penyusunan Tugas Akhir ini Penyusun menganalisis
daya dukung fondasi tiang bor tunggal ("Bord Cast-in Situ"),
perhitungan daya dukung diambil berdasarkan data CPT, SPT
dan "loading test" pada proyek Bank Indonesia di Jalan
Mohammad Thamrin Jakarta. Masalah-masalah lain diluar yang
disebutkan di atas seperti teknis pelaksanaan, urutan
pelaVisanaan dan kekuatan struktur tiang tidak dibahas.
1 . 6. Ke-asliein
Sejauh pengetahuan penulis, analisis daya dukung
fondasi tiang bor berdasarkan data CPT dan SPT belum pernah
dibahas dalam tug.as akhir mahasiswa di Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam
Indonesia.
Tugas akhir yang pernah dibuat, yakni membahas tentang
daya dukung fondasi Franki.
1.7. Metodologi .
Metoda yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini
adalah studi literatur mengenai daya dukung fondasi tiang
bor tunggal . Daya dukung fondasi dihitung berdasarVian nilai
CPT dan SPT yang. diambii dari data hasil penyelidikan tanah
pada proyek Bank Indonesia di Jl. Mohammad Thamrin Jakarta.
Dari data hasil "Cone Penetration Test" (CPT)
dipelajari grafik yang menunjukkan besar tekanan tanah pada
setiap kedalaman, juga dipelajari grafik hasil "Standard
Penetration Test" (SPT) yang menunjukkan jumiah tumbukan dan
jenis tanah dengan kedalamannya. Data tanah CPT dan SPT
dipadukan dengan mengkorelasikart hasil-hasil tersebut dengan
menggunakan rumus-rumus empiris. Rumus-rumus hitungan daya
dukung dipakai dari dua data tanah yaitu, hitungan
berdasarkan nilai CPT dan nilai SPT dengan menggunakan
beberapa metoda. Data hasil penyelidikan tanah tidak
semuanya bisa memenuhi rumus-rumus yang dipakai, sehingga
untuk parameter tanah tersebut diambii dengan
mengkorelasikan antara data CPT, SPT dan parameter tanah
lainnya secara empiris.
Selain data-data hasil penyelidikan tanah yang dipakai
untuk menghitung daya dukung fondasi, juga dipakai catatan
hasil "loading test" untuk mengevaluasi hitungan daya
dukung. Tes pembebanan "loading test" adalah pengujian
pembebanan secara langsung terhadap fondasi yang
bersangkutan. Hasil tes pembebanan ini merupakan pernyataan
yang aktual dari besarnya daya dukung fondasi tersebut.
Selama pengujian berlangsung penambahan pengurangan beban
dan penurunan yang terjadi dicatat. Dari catatan selama
"loading test" tersebut dibuat grafik hubungan antara
penurunan dan beban, kemudian dihitung daya dukungnya dengan
menggunakan metoda grafis. Dari beberapa metoda hitungan
yang menghasilkan daya dukung berdasarkan nilai CPT dan SPT
tersebut di atas, kemudian hasil daya dukung tersebut
dikomparasikan dengan hasil daya dukung berdasarkan "loading
test". Dari komparasi tersebut diambii kesimpulan sebagai
akhir dari tugas akhir.
B A B II
FONDASI TIANG
2.1. Pengertian dan Jenis Fondasi
Fondasi suatu bangunan adalah konstruksi bawah yang
meneruskan semua beban konstruksi di atasnya ke tanah
pendukung atau merupakan elemen penghubung antara konstruksi
atas dengan tanah (Bowles,1986).
Dari pengertian di atas tampak bahwa fondasi merupakan
bagian konstruksi yang sangat penting, oleh karena itu
fondasi suatu bangunan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Menurut Nakazawa dan Sosrodarsono (1983),
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu
fondasi adalah sebagai berikut ini.
1. Kedalaman minimal harus cukup untuk mengatasi penga-
ruh akibat perubahan volume tanah musiman, misalnya
kembang susut tanah dan tidak boleh lebih kecil dari
ketebalan tanah organik atau timbunan sampah (bila
ad a )
2. Fondasi harus aroan terhadap bahaya penggulingan,
pergeseran dan penurunan
3. Bentuk dan ukuran fondasi disesuaikan dengan tnanab
pendukung fondasi
4. Fondasi harus mampu menahan beban struktur apabila
dilakukan perubahan-perubahan pada struktur
atasnya
5. Fondasi harus ekonomis baik struktur maupun
pelaksanaan pembuatannya,
6. Struktur fondasi dan pelaksanaannya tidak menggang-
gu lingkungan sekitarnya,
Pada umumnya fondasi suatu bangunan dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu:
1. Fondasi dangkal
Narayan V Nayak (1982) mendefinisikan fondasi
dangkal sebagai berikut:
a. Apabila perbandingan antara kedalaman fondasi (D)
dan lebar fondasi (B) tidak lebih dari 2, atau
D
< 2
B
(lihat gambar 1.1)
Ground Level
D
Oambar 2. i Definisi dari fondasi dangkal
b. Anggapan bahwa penyebaran tegangan pada struktur
fondasi ke bawahnya yang berupa lapisan penyangga
("bearing stratum") yang kuat, lebih kecil atau
sama dengan dua kali lebar fondasi.
Contoh fondasi dangkal antara lain fondasi telapak
dan fondasi staal.
2. Fondasi dalam
Apabila perbandingan kedalaman fondasi dan lebar
fondasi lebih dari 2. Macam fondasi dalam adalah:
a. Fondasi tiang, dipakai jika lapisan tanah baik
terletak sangat dalam sehingga tidak mungkin lagi
digunakan fondasi langsung,
b. Fondasi tiang bor dan kaison, digunakan untuk
beban kolom yang besar dan untuk mengatasi
masalah lingkungan.
2.2. Fondasi Tiang
Fondasi tiang adalah elemen struktur bawah yang
digunakan jika lapisan tanah bagian atas tidak cukup kuat
untuk memikul beban, sedangkan lapisan tanah baik terletak
cukup dalam. Elemen ini berbentuk tiang, dapat berupa tiang
baja, tiang kayu maupun tiang beton. Fondasi tiang digunakan
untuk:
1. Meneruskan beban-beban konstruksi di atas tanah, ke
dalam tanah atau melalui lapisan tanah,
2. Menahan gaya desakan Vie atas ("up lift") atau gaya
guling, seperti untuk ruangan bawah tanah di bawah
bidang batas air jenuh dan menopang kaki terhadap
guling.
3. Keamanan tambahan pada tumpuan jembatan ("pier"),
khususnya jika erosi merupakan persoalan yang
berpengaruh,
4. Memampatkan tanah yang non kohesif yang lepas
melalui perpindahan isi tiang pada saat pemancangan,
5. Meneruskan beban-beban struktur pada konstruksi
lepas pantai ke dalam tanah dasar.
Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk
memasang fondasi tiang. Cara yang. sering digunakan adalah
dengan Kiempersiapkan tiang lebih dahulu, kemudian dimasukkan
ke dalam tanah dengan mesin pemancang. Fondasi tiang semacam
ini disebut fondasi tiang paneang. Cara lain adalah dengan
membuat lubang dengan bor, kemudian lubang bor tersebut
diisi dengan beton dan baja sebagai tulangannya, fondasi
tiang tersebut disebut dengan fondasi tiang bor.
Menurut Suhardjito Pradoto (1989), fondasi tiang secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tiang-tiang perpindahan (tiang-tiang pancang / "displace
ment piles"/"driven types").
Yang termasuk dalam kategori ini, antara lain:
1. Kayu, berpenampang bundar atau segi empat dengan
sambungan atau menerus ("timber piles"),
2. Tiang beton ("precastconcrete piles"), dapat
berpenampang masif atau bulat,
3. Tiang beton pratekan ("presstresed concrete piles")
berpenampang masif atau bulat,
10
4. Pipa baja ("steel tube") dipancang dengan ujung
tertutup,
5. Pipa baja dengan penampang segi empat ("steel box")
dipancang dengan ujung tertutup,
8. Pipa baja yang ujungnya membesar atau mengecil
("fluted & tapered steel tube"),
7. Pipa baja dengan ujung tertutup dimasuVikan dengan cara
ditekan ("jacVied-down steel tube with close end"),
b. Tiang-tiang perpindahan (tipe dipancang dan dicor di
tempat ("displacement piles/driven & cast in situ type").
Tipe ini meliputi:
1. Pipa baja dipancang setelan itu diisi atau dicor beton
sambii pipa baja ditarik ("steel tube driven and with
drawn after placing concrete"),
2. Tiang pracetak beton yang diisi dengan beton
("Precast cocrete shell filled with concrete"),
3. Pipa baja berdinding tipis dipancang kemidian diisi
beton ("thin walled steel shell driven").
c. "Small-displacement piles"
1. Tiang pracetak beton, penampang pipa dipancang dengan
penampang tiang terbuka atau salib ("precast
concrete/tubular section driven"),
2. Tiang pratekan beton, penampang bulat dipancang dengan
penampang terbuka atau salib ("prestresed concrete
tubular section driven"),
3. Tiang baja profil H ("steel H section"),
II
4. Tiang baja penampang bulat atau pipa, dipancang dengan
ujung terbuka ("steel tube section driven"),
5. Tiang ulir ("screw pile").
d. Tiang-tiang tanpa perpindahan ("non-displacement piles")
Dilaksanakan pertama dengan mengeluarkan tanah dengan
proses pengeboran. Kemudian tiang dibuat dengan
meletakkan beton pada lubang bor, tiang ini meliputi:
1. Betonan yang dituang pada lubang bor ("bord & cast in
situ"),
2. Pipa-pipa yang diletakkan pada lubang bor dan diisi
dengan betonan ("tubeslesed inhole drilled").
e. Tiang komposit ("Composite piles")
Kombinasi dari unit tipe tiang dari ketiga kata gori yang
telah disebutkan di atas
Menurut Bowies (1938), dari segi bahannya tiang dapat
berupa tiang baja, tiang kayu dan tiang beton. Fondasi
tiang beton terbagi menjadi dua yaitu beton pracetak dan
tiang beton cetak di tempat("cast in place"). Untuk tiang
beton cetak di tempat dibuat dengan jalan pemboran tanah
atau dengan pemancangan "Casing" ke dalam tanah kemudian
diisi campuran beton.
2.3. Fondasi Tiang Bor dan Fondasi Sumuran
2.3-1. Fondasi tiang bor
Fondasi tiang bor termasuVi salah satu bentuk fondasi
dalam yang dibuat dengan cara membor tanah, kemudian diisi
dengan beton.
Menurut Tomlinson <1977) pemilihan tipe tiang bor
tergantung tiga faktor yaitu:
1. Lokasi dan tipe struktur
Fondasi tiang bor cocok untuk daerah padat bangunan
karena getaran atau suaranya tidak begitu mengganggu
lingkungan sekitarnya. Fondasi ini tidak begitu baik
untuk fondasi bangunan-bangunan di pantai.
2. Kondisi tanah
Kondisi tanah kohesif yang kenyal sampai keras
sangat mendukung pemakaian tiang bor untuk tanah
lempung yang sangat lunak dan tanah granular yang
sangat lepas, cocok bila menggunakan fondasi tiang
p an e s.ng .
3. Umur tiang bor
Di daerah dengan air tanah yang agresif umumnya di
pakai bahan fondasi yang tahan sifat-sifat zat
kimia, air yang agresif tersebut.
Pemilihan fondasi sangat tergantung pada berbagai
keadaan yang pads, dasarnya tidak terlepas dari keuntungan
dan kerugiannya.
Keuntungan fondasi tiang bor ialah:
1. Tanpa sambungan sehingga dapat dibuat tiang yang
lurus dan sangat panjang. Panjang tiang dapat
ditetapkan lebih mudah,
2. Getaran dan suara pada saat melaksanakan
pekerjaan sangat kecil, cocok untuk pekerjaan pada
daerah yang padat bangunannya,
13
3. Tanah galian dapat diamati secara langsung dan
sifat-sifat tanah pada tanah pendukung fondasi 'juga
dapat langsung di ketahui,
4. Alat pembor dapat menembus rintangan-rintangan yang
tidak dapat ditembus oleh tiang pancang.
Kerugian fondasi tiang bor ialah:
1. Seringkali beton bahan tiang dicor di bawah muka air
tanah sehingga kualitasnya setelah selesai lebih
rendah dibandingkan dengan tiang pracetak,
2. Ketika beton dituangkan, dikhawatirkan adukan beton
tercampur dengan reruntuhan tanah,
3. Tanah galian cukup banyak sehingga tempat kerja akan
menjad i kotor.
Pada saat ini ada tiga metoda dasar dalam pembuatan
fondasi tiang bor (Bowles, 1991 V, yaitu:
1. Metoda kering
Metoda ini digunakan pada tanah kohesif dan
permukaan air tanah berada di bawah dasar fondasi.
Tahap pelaksanaan pengeboran adalah sebagai berikut;
tanah dibor sampai kedalaman yang diperlukan
kemudian diisi sebagian dengan beton. Tulangan
dipasang dan setelah itu beton dituang lagi ke dalam
lubang sampai penuh. Tiang bor selesai dicor.
2 . Metoda acuan
Metoda ini digunakan pada tempat-tempat yang mungkin
mengala.mi keruntuhan tanah. Tahap pekerjaan dengan
metoda ini adalah sebagai berikut; tanah dibor,
untuk mencegah keruntuhan tanah maka dipasang
"casing" sampai kedalaman yang diperlukan. Setelah
"casing" terpasang, pengeboran dilanjutkan sampai
tanah baik. Pengeboran selesai, dasar lubang
dibersihkan dari sisa-sisa material dan tulangan
dipasang. Setelah itu dilakukan pengecoran beton ke
dalam lubang bor sambil "casing" ditarik dari
lubang. Tiang bor selesai dicor.
3. Metoda bentonit
Bentonit adalah mineral lempung yang sebagian besar
terdiri dari "montmorillonite" , ditambah dengan air
menjadi semacam bubur yang dikenal sebagai bubur
bentonit dan digunakan untuk mencegah perbedaan
tekanan pada tanah sekitarnya dengan lubang bor,
sehingga keruntuhan tanah dapat dihindari dan air
tanah tidak masuk ke dalam lubang bor. Metoda ini
dipakai pada tanah yang tidak stabil dengan muka air
tanah tinggi. Tahap pelaksanaan pekerjaan fondasi
dengan sistem ini adalah sebagai berikut; dilakukan
pemboran samapai kedalaman yang diperlukan (tanah
baik) dan untuk keruntuhan tanah pada dinding
lubang, ditambahkan adonan bentonit. Setelah
pemboran selesai, tulangan dipasang. Kemudian corong
pipa cor ("tremie") dipasang dan dilakukan
pengecoran. Tiang bor selesai dicor.
Menurut Poulos dan Davis (1980), pembuatan fondasi
tiang bor pada tanah kohesif akan berpengaruh pada daya
15
lekat antara fondasi dengan tanah. Efek tersebut adalah
karena pembuatan tiang bor akan melunakkan tanah di
sekeliling lubang yang timbul karena:
1. Penyerapan air dari beton yang baru dicor,
2. Perpindahan air dari tanah kohesif di sekitar daerah
yang tekanannya lebih rendah di sekitar lubang bor,
3. Air yang dituangkan ke alat pemboran untuk memudah-
kan pemboran.
Menurut Nakazawa dan Sosrodarsono (1983), efek lain
pembuatan tiang bor di tanah kohesif adalah pengumpulan
lumpur di dasar lubang. Lumpur ini harus dikeluarkan dari
dasar lubang, karena pengerukan lumpur yang tidak sempurna
akan menimbulkan kerugian-kerugian seperti merosotnya mutu
beton sebab beton tercampur lumpur, tulangan tidak terpasang
pada tempat yang seharusnya, beton tidak sampai pada tanah
baik yang mengakibatkan penurunan tiang (lihat gambar 2.2).
Pelaksanaan pemboran fondasi tiang di tanah non kohesif
dapat menyebabkan keruntuhan tanah di sekitarnya, karena
tanah yang dibor selalu mempengaruhi keadaan tanah fondasi
itu sendiri seperti tekanan tanah dan tekanan air tanahnya.
16
(a)
/XT-
W
.V7_
(c)
W
darribar 2. 2. Kerugian akibat pengerukan lumpur lidak
s empurna
(A> beton mengandung lumpur
(B> beton tidak sampai tanah baik,
(c> penulangan terapunq.
Akibat pemboran tersebut, permukaan dinding lubang bor
kehilangan keseimbangannya dan dapat runtuh. Cara mengatasi
keruntuhan permukaan dinding lubang tersebut adalah:
1. Penggunaan "casing" selama pemboran,
2. Menstabilkan tanah yang dibor dengan bahan stabili-
sator seperti bentonit.
Menurut Ellison (1975), masalah lain yang dapat terjadi
adalah akibat penggunaan "casing" sementara. Apabila
pencabutan selongsong tidak dilakukan dengan benar, maka hal
ini dapat menimbulkan persoalan-persoalan seperti pada
gambar 2.3.
17
Sedorrq die abul Sedanq dicabul Sedanq die abut
W^ A ^" ^ ^ ^, /9f. /H\
Rongga ^
k arena
pembusuraA
t'Arch i n«
^
Ter t a i. u b anyak
beton di dalam
"cas ?. nq"
^Tanah I embek
mas u k
Alt ran air ke
atas me lolui
beton akan me-
nyebabk an
,seg redosi
i r d a I am
i a n q q a
Terlalu sediHl
bet on d t dal am
" cas xnq"
Scr-'Sga terisi air
pada lapisan pem-
bava air sebelum
"casing" dipasang
Qambar 2. 3. persoalon-persoalan yang limbut pada p&rnakaia.r,casing" semenlara.
Mengatasi masalah air tanah selama pemboran dan
pengecoran bukan merupakan masalah yang mudah, apabila
aliran-aliran air tanah besar, dapat membawa butiran-butiran
tanah sehingga membahayakan kestabilan lubang bor.
Untuk mengeluarkan air tanah dari lubang dilakukan
pemompaan, akan tetapi pemompaan ini dapat merusak susunan
lapisan tanah di bawah lubang bor dan dapat menyeba.bkan
penurunan muka air sekitarnya. Penurunan muka air tanah di
sekitar lokasi dapat membahayakan bangunan-bangunan lain di
sekitarnya. Cara menanggulangi masalah tersebut adalah:
1, Menggunakan "casing" permanen atau sementara pada
lapisan tanah yang permeabel,
2. Menggunakan bubur bentonit.
2.3.2. Fondasi Sumuran
Fondasi sumuran juga termasuk fondasi dalam. Umumnya
dipakai jika tanah keras terletak antara 4 sampai 8 meter
dari muka tanah dan tidak ada problem air tanah. Bahan
sumuran umumnya terdiri dari beton siklop (campuran semen,
pasir, kerikil dengan perbandingan 1:3:5 ditambah 65 % batu
besar sehingga membentuk suatu adukan yang rapat).
Fondasi sumuran dan fondasi tiang bor pada prinsipnya
sama, hanya pada fondasi sumuran tanah digali secara manual.
Apabila tanah yang digali mudah longsor, untuk memudahkan
penggalian tanah dapat digunakan pipa beton untuk menahan
iongsoran selama tanah digali.
Fondasi sumuran banyak dipakai karena pertama; sumuran
dapat digali sampai mencapai lapisan yang dikehendaki dan
lapisan tanahnya dapat diketahui. Kedua; fondasi sumuran
tidak menyebabkan perubahan sifat tanah di sekitarnya, yang
ketiga; fondasi sumuran tidak menimbulkan getaran dan
keributan.
2.4. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah adalah merupakan salah satu tahapan
dalam perencanaan struktur bangunan, terutama struktur
bawah. Penyelidikan tanah dilakukan untuk:
19
1. Mendapatkan informasi tanah dan sifat-sifatnya yang
berkaitan dengan desain fondasi dan metode
pe laksariaannya,
2. Mengetahui letak muka air tanah.
Dengan mengetahui jenis dan sifat-sifat tanah serta letak
muka air tanah, maka kedalaman dan jenis fondasi dapat
ditentukan.
Langkah-langkah penyelidikan tanah adalah sebagai
herikut in i.
a. Persiapan merupakan langkah pertama dari suatu
penyelidikan tanah. Kegiatan yang dilakukan antara lain
mengumpu1kan informasi sebanyak mungkin yang relevan
dengan lokasi bangunan yang akan dibangun dan
mempelajari gambar-gambar rencana bangunan.
b. Peninjauan lokasi bangunan. Hal-hal yang perlu diteliti
antara Iain: kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul
dalam pelaksanaan pembangunan, tanah permukaan, dan
b an guns,n yang ada.
c. Penyelidikan pendahuluan, terutama untuk pekerjaan
struktur di lokasi yang belum pernah dilakukan
penyelidikan tanah.
d. Penyelidikan tanah yang definitif. Pada tahap ini dilaku
kan penyelidikan secara terperinci untuk memperoleh data
tanah yang diperlukan guna perencanaan fondasi.
Penyelidikan tanah meliputi penyelidikan tanah di
lapangan dan pengujian sampel tanah di laboratorium. Dari
penyelidikan tanah di lapangan akan diperoleh data tanah
asli yaitu daya dukung tanah dan kekerasan atau kepadatan
tanah. Pengujian sampel di laboratorium akan diperoleh data:
a. Sifat indek tanah yaitu batas cair, batas plastis,
indeks plastisitas,
b. Sifat fisik tanah seperti kadar air, porositas,angka
pori dan berat butir tanah,
c. Sifat mekanik tanah yaitu kuat geser, konsolidasi,
dan kuat tekan tanah.
Penyelidikan tanah terdiri atas pengeboran dan
pengujian penetrasi yaitu penetrasi statis dan penetrasi
dinamis.
Pengeboran dapat dilakukan secara manual dan mekanis.
Pengeboran dengan bor tangan banyak dipakai karena ringan,
sederhana dan ekonomis, tetapi hanya cocok untuk pekerjaan
kecil dan tidak bisa dipakai pada tanah yang tidak stabil
serta ada problem air tanah. Untuk pengeboran sampai
kedalaman yang sangat besar umumnya dipakai bor yang
digerakan secara mekanik. Tujuan pengeboran adalah:
1. Menentukan profil tanah,
2. Menentukan tebal dan jenis tanah, dan
3. Untuk pengambilan sampel tanah terusik dan sampel
tak terusik.
Secara empiris, pengujian penetrasi digunakan untuk
menentukan kepadatan atau kekerasan tanah dan
lapisan-lapisannya. Untuk itu diperlukan alat yang dikenal
sebagai penetrometer.
21
Menurut Wesley (1977), penetrometer dibagi menjadi dua
macam yaitu penetrometer statis dan penetrometer dinamis.
a. Penetrometer statis, disebut statis karena ditekan
dengan tekanan konstan. Prinsip kerjanya adalah
menekan ujungnya ke dalam tanah pada kecepatan
tertentu dan gaya perlawanannya diukur,
b. Penetrometer dinamis, disebut dinamis karena adanya
pukulan yang digunakan untuk menekan konis menembus
tanah. Prinsip kerjanya adalah sebaga berikut: ujung
konis dimasukan ke dalam tanah dengan pukulan yang
dilakukan dengan menjatuhkan beban. Beban dijatuhkan
dengan tinggi jatuh tertentu dan jumiah pukulan yang
diperlukan untuk mendorong ujung konis menembus ke
dalam tanah dihitung.
2.4.1. Pengujian Sondir
Pengujian sondir disebut juga dengan "Cone Penetration
Test" (CPT). Pengujian ini pertama kali berkembang di
Belanda dan banyak dipakai di Indonesia.
Tujuan mula-mula dari pengujian ini adalah untuk
mengetahui perubahan-perubahan lapisan tanah terutama
kekerasan dan kepadatannya. Dengan penelitian para ahli
sifat dan jenis tanah, daya dukung serta kedalaman fondasi
dapat ditentukan secara empiris.
Pengujian sondir dilakukan tanpa didahului dengan
pengeboran. Mata sondir yang berupa kerucut bersudut 60° dan
22
luas penampangnya 10 cm langsung ditekan kedalam tanah
dengan kecepatan konstan 2 cm/det .
Menurut Wesley (1977), ada dua macam mata sondir yang
dapat dipakai yaitu:
1. Konis biasa, hasil yang diperoleh adalah perlawanan
ujung atau nilai konis (qc). Nilai ini diperoleh
dengan menekan stang dalam dan otomatis akan menekan
konis ke bawah. Seluruh pipa sondir tetap diam.
Tekanan yang dibutuhkan untuk menekan konis menembus
tanah dibaca pada manometer. Sondir dengan konis
biasa dapat dilihat pada gambar 2.4. di bawah ini.
i „,uk„, „,„•„„.,„
Oambar 2. 4. Alat sondir d&r,ga.rt konus biasa
2. Bikonis, nilai yang diperoleh ada. dua macam yaitu
nilai konus (qc) dan nilai gesekan (fs). Nilai qc
dan nilai fs didapat dengan cara menekan stang dalam
seperti pada sondir dengan konis biasa. Pada
permulaan hanya konis yang ditekan bergerak ke
bawah, dengan demikian hanya nilai konis yang
diukur. Setelah konus bergerak sejauh 4 cm, maka
selubung gesek ikut bergerak juga, sehingga nilai
konus dan nilai gesekan diukur bersama-sama. Nilai
gesekan ini diperoleh dengan mengurangi nilai
keseiuruhan dengan nilai konus lalu dikalikan dengan
koefisien yang merupakan perbandingan antara luas
selubung gesek. Sondir bikonus dapat dilihat pada
gambar 2.5.
Biasanya pengukuran dilakukan set lap 20 cm sehingga
keadaan tanah dapat diketahui secara kontinyu. Pada
pengujian ini alat yang banyak dipakai adalah sondir
bikonus.
Berdasarkan kemampuannya, terdapat dua macam alat
sondir yaitu sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton dan
sondir berat dengan kapasitas 10 ton. Untuk tanah lempung
cukup digunakan sondir ringan, sedangkan pada tanah yang
keras digunakan sondir berat.
Hasil pengujian CPT berupa nilai konis (qc), nilai
gesekan (fs) dan kedalaman tanah. Hasil pengujian tersebut
kemudian dibuat grafik yang menghubungkan antara nilai konus
(qc), gesekan (fs) dengan kedalamannya. Dari grafik tersebut
24
daya dukung fondasi pada kedalaman tertentu dapat dihitung
dengan melihat berapa nilai qc dan fs nya. Dengan rumus yang
dijela.skan pada bab berikutnya daya dukung fondasi bisa
dihitung.
i Ditekan supaya nilai konis diukur
Stang dalam
Disambung
pada pipa
sondir
Mantel untuk
mengukurhambatan pe
lekat. ( skinfriction )
Konis
Er
Ditekan supaya nilai konis ditambahhambatan pelekat diukur
a
w
\—7
VZ7
Ditekan supaya
masuk sampai
kedalaman yang
berikut.
Oambar 2.5. Alat sondir denqan btkonts
Keuntungan dari pengujian sondir adalah cepat
memperoleh hasil, praktis dan murah, tetapi pengujian ini
juga mempunyai kelemahan yaitu:
1. Apabila dijumpai batuart lepas, pengujian sondir
tidak bisa diteruskan dan kadang-kadang memberi
indikasi sudah mencapai tanah baik,
2. Tidak bisa mengambil sampel tanah.
2.4.2. Pengujian penetrasi standar (SPT = "Standard Penetra
tion Test" )
Pengujian penetrasi standar dilakukan bersama-sama
dengan pengeboran. Setiap pengeboran mencapai kedalaman
0,75 - 1,5 meter dilakukan SPT. Cara melakukan pengujian pe
netrasi ini diuraikan dalam alinea berikut.
Tabung contoh standar diletakkan pada dasar lubang bor
yang telah dibersihkan dari material lepas, kemudian
ditumbuk menembus tanah. Tabung contoh standar ditumbuk
dengan beban penumbuk seberat 63,5 kg (140 lb) yang
dijatuhkan dari ketinggian sekitar 76 cm (30 in) sampai
masuk sedalam 15 cm. Setelah itu ditumbuk lagi sampai tabung
contoh tersebut masuk sedalam 30 cm dan jumiah pukulan yang
diperlukan dihitung. Jumiah pukulan ini disebut nilai N.
Alat serta cara melakukan pengujian dapat dilihat pada
gambar 2.8.
26
Tinggi ~Jjatuh = 30 inch
Jumiah pukulan 6 inch (15 cm)]ditentukan pada q:
jarak ini 12 inch ( 30 cm )
Beban penumbuk
seberat 140 pound (63 kg)
Kabel yang ditarikdan dilepaskan
Oambar 2. o". "Standard Penetration Test"
(Wesley, 1S>77>
Hasil SPT dapat dihubungkan secara empiris dengan
beberapa sifat tanah seperti kepadatan relatif, sudut gesek
internal, berat satuan tanah, kuat tekan bebas. Hubungan
antara sudut gesek internal, kepadatan relatif, berat satuan
tanah dengan jumiah pukulan dapat dilihat pada tabel 2.1.
dan hubungan kuat tekan bebas dan berat satuan tanah dengan
nilai N dapt dilihat pada tabel 2.2.
Hasil selama pengujian SPT dikumpulkan untuk kemudian
dibuat grafik yang menjelaskan hubungan antara jumiah
tumbukan dan jenis tanah dengan kedalamannya. Dari grafik
tersebut pula kita dapat mengetahui jenis tanah pada
kedalamn tertentu. Untuk menghitung daya dukung fondasi bisa
diambii data hasil SPT dengan melihat berapa jumiah tumbukan
pada kedalaman dimaksud dan jenis tanahnya. Kemudian dengan
rumus-rumus empiris dihitung daya dukungnya.
Tabel 2.1. Hubungan O, Dr, y dengan N untuk pasir
Diskripsi
sangat lepas
Lepas
Sedang
Padat
Sangat padat
sudul ges ek
internal , 0
25
27
30
35
38
30
32
35
40
43-
Kepad at ari
relatif, £>r
0,15
0,35
0,65
0,85
1,00
Berat Satuan3
Taanah , y ( KhJ/m >
11 - 16
14 - 18
17 - 20
17 - 22
20 - 23
N
-5-10
-8-15
•10-40
20-70
>35
Tabel 2.2. Hubungan y, qu, dan nilai N untuk lempung
D iskripsi
sangat lunak
lunak
Sedang
kenyal
sangat kenyal
keras
y jenuh
16-19-
17-20
19-22
Kuat tekan bebas qu
25-
50 -
100
200
400
N
2-
4 -
8-
16
32-
2.4.3. "Korelasi Standard Penetration Test" dan "Cone
Penetration test"
Di beberapa negara seperti Amerika dan Inggris telah
banyak dikembangkan suatu penelitian untuk mengetahui
hubungan antara SPT dan CPT, tetapi menurut Mayerhof (1965)
hubungan antara SPT dan CPT suatu negara belum tentu cocok
dapat di terapkan pada tanah di negara lain.
Dari penelitian yang dilakukan dan mempertimbangkan
data penelitian yang dilakukan di beberapa negara, Scherman
(1970) memberikan hubungan antara nilai tekanan ujung dari
CPT(qc) dan nilai N dari SPT sebagai berikut:
(2.1)
(2.2)
qc = n . N
qc
atau n =N
Hubungan antara qc dan N dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Hubungan antara nilai tekanan ujung (qc dalam kPa)
dengan nilai N dari SPT
Jenis Tanah
Lumpur, pasir berlanau, campuranpasir lanau
Pasir halus sampai sedang, pasirdengan sedikit lanau
Pasir kasar dan pasir berkerikil
Kerikil berpasir dan kerikil
n = qc/N
200
300-400
500-600
800-1000
2.5. Pengujian Pembebanan Tiang
Metoda yang paling dipercaya untuk mengetahui kapasitas
dukung fondasi tiang di lapangan adalah dengan pengujian
pembebanan. Ada beberapa macam pengujian pembebanan
berdasarkan tinjauan beban (Teng,1965) yaitu:
a. Pengujian terhadap beban aksial,
b. Penguj ian ternad ap beban 1atera1, dan
c. Pengujian terhadap gaya angkat ke atas.
Tipe pengujian yang banyak dilakukan adalah pengujian
terhadap beban aksial.
Menurut Poulos (1930), pengujian pembebanan didasarkan
atas beberapa tujuan , yaitu :
1. Sebagai kontrol terhadap fondasi tiang sebelum beban
batas yang dipi1ih tercapai.
2. Menentukan daya dukung, sebagai suatu tinjauan
terhadap daya dukung yang diperoleh dari pendekatan
teor itis maupun empIris.
3. Menunjukkan perilaku beban-penurunan tiang terutama
di tempat yang menerima beban kerja.
4. Untuk memperlihatkan kekuatan struktural tiang.
1. Metoda Pembebanan
Metoda yang dipakai untuk meletakkan beban pada tiang
uji ada beberapa macam, yaitu:
a. Tiang angker, ditujukan untuk menahan gaya tarik ke atas
yang diakibatkan oleh dongkrak. Tiang angker ini
didirikan pada tiap sisi tiang uji. Dengan sebuah balok
yang diikatkan pada kedua kepala tiang angker, balok ini
direntangkan di atas kepala tiang uji.
Dongkrak hidrolik di atas kepala tiang uji berfungsi
untuk menerapkan beban pada tiang uji. Pengujian
pembebanan tiang angker dapat dilihat pada gambar 2.7.
AstcAor piiesfour dial gauges
Qarnbar 2. 7 Pengujian beban liang dengan tiang angker
b. Meja beban, merupakan suatu plat yang dipasang pada
bagian atas kepala tiang uji dan berfungsi sebagai tempat
meneruskan beban kontra ke tiang uji. Pengujian dengan
beban kontra dapat dilihat pads, gambar 2.3.
]-lm minimum
Clear space
head of test pie
Universal beams
Test p"e
Gambar 2. 8 Pengujian pembebanan dengan beban kontra
Pads, pengujian ini tiang yang digunakan dapat berupa
tiang uji khusus (tiang yang tidak dapat dipakai sebagai
fondasi) atau salah satu tiang yang akan dipakai sebagai
fondasi. Pelaksanaan pembebanan dapat dilakukan dengan
pembebanan bertahan maupun pembebanan berulang. Pada
pembebanan bertahan, setelah beban maksimum terpakai
beban secara berangsur-angsur dikurangi, sedangkan pads.
pembebanan berulang set lap akhir pembebanan beban
dihilangkan dahulu kemudian di lanjutkan tahap pembebanan
b e r i k u t n y a..
2. Prosedur Pengujian
Pengujian bertahap merupakan cara yang biasa dipakai
pada pengujian pembebanan. Prosedur pada metoda ini adalah
dengan memberikan beban tiang uji, kemudian beban dinaikkan
secara bertahap. Beban pada tiap tahap dipertahankan dalam
keadaan konstan selama waktu tertentu sampai nilai penurunan
yang dicapai benar-benar berhenti atau berada di bawah
kecepatan penurunan yang disyaratk&n sebelum diikuti
\ '• e tti*^e i.1 dn C' ii <..<ir? i. .a. tij.j '. ii^: 'j- .
Tahap pembebanan dan besarnya presentasi penambahan
beban serta. la.ma.nya waktu beban bertahan pads. tiap tingkst
pembebanan dapat dilihat pada tabel 2.4.
'**&££&
Tabel
BEBAN
ALAT
2.4 Prosedur pembebanan mengikuti prosedur ASTfD. 1143-
= 500 TON
= EHERPAC CLP, 10006, A = 1463,61 CM2 (227 Sq2 )
BEBAN
PEMBACAAN% TON Kg/cm
0 0.00 0.00 0'- 2'25 62.50 42.70 A 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'MAX.2JAM50 125.00 85.41 A 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'MAX.2JAM25 62.50 42.70 B 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'0 0.00 0.00 B
50 125.00 85.41 A
75 187.50 128.11 A
100 250.00 170.81 A
75 187.50 128.11 B
50 125.00 85.41 B
25 62.50 42.70 B
0 0.00 0.00 B
50 125.00 85.41 B
100 250.00 170.81 A
125 312.50 213.51 A
150 375.00 256.22 A
125 312.50 213.51 B
100 250.00 170.81 B
75 187.50 128.11 B
50 125.00 85.41 B
25 62.50 42.70 B
0 0.00 0.00 B
50 125.00 85.41 B
100 250.00 170.81 B
150 375.00 256.22 A
175 437.50 298.92 A
200 500.00 341.62 C 0 '-2'-4'-8'-10'-15'-20'MAX.24JAM175 437.50 298.92 D 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'60 MENIT150 375.00 256.22 D
125 312.50 213.51 D
100 250.00 170.81 D
75 187.50 128.11 D
50 125.00 85.41 D
25 62.50 42.70 D0 0.00 0.00 C 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'MAX.24JAH
A
B
C
: Pembacaan min. 1 jam dan 0.25 mm/jammax. 2 jam
: Pembacaan 20 men it
-• Pembacaan min. 12 jam dan 0,25 mm/jammax. 24 j am
: Pembacaan 1 jam
34
Hasil dari pengujian dibuat grafik hubungan antara
besarnya beban yang diberikan dengan penurunan yang terjadi.
Kemudian dari data hasil "loading test" dicari besar daya
dukungnya dengan menggunakan metoda grafis.
35
BAB III
DAYA DUKUNG FONDASI TIANG BOR TUNGGAL
3. 1 . Daya Dukung Tiang
Ada tiga faktor per lawanan dari tars ah yang berperan
terhadap kemaajpuan dukung fondasi tiang. Hhitaker (1972)
menyebutkan faktor-faktor tersebut sebagai berikut ini.
1. Gerakan tiang ke bawah menyebabkan timbulnya gaya pada
permukaan di sekeliling tiang yang melawan gerakan
tersebut. Gaya perlawanan ini diberikan oleh Iekatan atau
gesekan antara tanah di sekeliling permukaan tiang dengan
peririu ks.an 1i sng .
2. Jika sebuah tiang dite!;0.n kebawah, maka tanah yang berada
tepat dibawah ujung tiang dan disisi ujungnya akan
memberikan perlawanan ujung pada tiang.
3. Tiang aengisi suatu rongga di dalam tanah. Berat dari
volume tanah yang digantikan oleh tiang dengan luas
penampang tiang Ab, ke dalam tiang D, dan unit tanah y
atau sataa dengan y. D. Ab. Selisih antara berat tiang
dengan berat tanah yang digantikan oleh tiang harus
d idukung tanah.
38
Gambar 3.*. Kurva beban vs pe nur,
* P beban
man pada uji beban tekan
ttang C'piU loading test").
O arnb ar 3.2. Transper beban dari kepala tiang sampaiu j unq
Pada gambar 3.1., pembebanan pada titik A dimana beban
didukung oleh tahanan kulit sepanjang selimut tiang pada
saat itu hanya sedikit bahkan tidak ada beban yang
dipindahkan pada ujung tiang (gambar 3.2.a).
Pada gambar 3.1. pembebanan sampai titik B tahanan
kulit BaksimuB telah dicapai dan sebagian beban ditransper
ke ujung tiang (gambar 3.2.b).
Pada gambar 3.1. pembebanan pada titik D tahanan kulit
dan tahanan ujung telah mencapai harga maksimum (gambar
3.2.c). Dari evaluasi di atas, Tomlinson (1977) memberikan
persamaan dasar statis daya dukung ultimit fondasi tiang
sebagai berikut:
Quit - Qb + Qs - (wp + W)
d imana:
Qb = Tahanan ultimit ujung tiang
Qs = Tahanan ultimit kulit tiang
wp = Berat tiang
« = Berat tanah yang digantikan tiang (r.D.Ab)
Besarnya Wp dan W diabaikan, karena memberikan hubungan yan(sangat kecil pada Quit (Tomlinson, 1977).
QQui t
SF
diman a.:
Quit _ Kapasitas daya dukung ultimit tiang
SF - safety faktor
3S
(3.1)
(3.2)
Tomlinson (1977) memberikan nilai SF sama dengan 2,5untuk pencapaian setlemen yang tidak akan lebih dari 10 mm(0,4 inc) pada beban kerja.
3.2. Daya dukung Tiang Bor Menurut Rumus Teoritis
3.2.1. Daya Dukung Tiang Bor Tunggal Teoritis Pada TanahKohesif.
Pada tanah kohesif, sudut gesek internal tanah 0,dianggap sama dengan nol (O = 0).
a. Kapasitas daya dukung ujung ("end bearingresistance").
Pada tanah kohesif, kapasitas daya dukung ujungmenurut Tomlinson (1977) adalah sebagai berikut:
Qb uit = No. Cb . Ab (3 3,dimana:
Nc = Faktor daya dukung (lihat gambar 3.3)
Cb = Cohesi undrained (cu) pada ujung tiang
Ab = Luas potongan melintang dari ujung tiang(l/4.n.D2)
Untuk kedalaman tiang lebih besar atau sama dengan 4
kali diameter, Mayerhof (Tomlinson,1977) memberikanharga Nc = 9. Tomlinson mengusulkan faktor reduksisebesar 0,75 untuk nilai ujung tiang bor pada tanahlempung.
39
2 3
Depth lei foundation level L
Bie.iclth of found,i; Br
Gambol 3. 3. Hcir9a Nc untuk tiang di dalam tanah lempung
. Kapasitas tahanan kulit
i"->-i. + nu u u 11£=; a.i i efnp iris
cohesi und:
( 1977) member
Qs ult - a . CZ
dimana:
Cu = Cohesi undrain rata-rata di sekeliling
tiang
As = Luas permukaan tiang (selimut tiang)
« = Faktor adhesi (0,3-0,6)
Skempton (Tomlinson,1977) untuk tiang bor
menyarankan memakai harga faktor adhesi (o.) sama
dengan 0,45. Untuk tiang dengan pembesaran di bawah
("under reamed pile") Tomlinson (1977) menyarankan
Panjang efektif dari selimut tiang adalah seperti
gambar d i b"j awah mi
intara gesekan kulit dan
anah di sekeliling tiang, Tomlinson
ikan persamaan sebagai berikut:
Ab (3.4)
/ \->Pembes a ran ujung
L = panjang efektif yang diperhtlung-
kan dalairi perhilungan tahanankulit
Gambar 3. 4. Panjang efektif pada kulit tiang untuk perhi
lungan LaY>a.r,cxn kulit pada "undei—beaned pile".
3.2.2. Daya Dukung Tiang Bor Tunggal Teoritis Pada Tanah Non
Kohesif
Formula klasik untuk menghitung daya dukung tiang bor
pada tanah non-kohesif mengikuti bentuk persamaan 3.1.
Dengan menganggap nilai cohesi undrained (Cu = 0), Tomlinson
(1977) memberikan persamaan daya dukung tiang sebagai
berikut:
a. Daya dukung ujung
Qp ult = Nq Pd Ab (3.5.)
dimana:
Nq = Faktor daya dukung (lihat pada gambar 3.5)
41
PcJ = Tekanan tanah efektif (lihat gambar 3.6)
Ab = Luas potongan ujung tiang
20a
25 50 35 4-0
Angle of Shearingres.'SCenCe inOegreeS
Gambar 3. 5. Bearing capacity factors Nq
4.5
Pd = yv>
a> Muka air di bavoh
ujung tiang
Pd = f^sat - yv>h
mt ma. t
ys at
b> Muka air sama denganmuka t anah
Pd = y (D - h) + (j'eat - rv) h
ml
»-h
Oambar 3.<S. Berbagai kondisi pada penentuan tekanan tanahefektif.
Tomlinson 1977, mengusulkan untuk memberi batasan kapasitas
daya dukung ujung pada pasir sebesar 107,6391 kg/cm2,
b. Tahanan kulit (Qs)
Qs uit - 1/2. ks . pd . tg 6 . As (3.6.)
dimana:
Pd - Tekanan tanah efektif (lihat gambar 3.6)
43
Ks = Koefisien tekanan tanah (Tauma dan Reese
memberikan nilai 0,7 untuk tiang bor)
& - Sudut gesek antara tanah dan tiang (Touma
dan Reese memberikan harga <> - O pada
tiang bor)
As - Luas permukaan selisnut tiang bor
Tomlinson 1977, mengusulkan untuk berbagai kondisi,
daya dukung perencanaan untuk tahanan kulit sebesar = 1,0764
2
kg/cm , dan daya dukung tahanan ujung sebesar 107,6391
... zkg/cm .
3.2.3. Daya Dukung Tiang Pada Tanah Antara Pasir dan Tanah
Lempung
Pada tanah ini dimana mempunyai nilai cohesi dan sifat
gesek (c - O) seperti pada sandy clay, sandy silt dan silty
atau clayey sand. Daya dukung ujung dihitung berdasarkan
koefisien He dan Hq dari Tersaqhi dan Peck untuk persamaan
di bawah ini (Tomlinson, 1977)
Qb - Ap[l,3 c Ho + po (Nq-I) 4 &.y y B Hq] (3.7)
Dimana:
2
Ap - Luas ujung tiang cm
2
c = Nilai kohesi undrained tanah <kg/cm )
po - Tegangan efektif tanah sampai ujung tiang
2
(kg/cm ) dihitung seperti gambar
2
y ~ Berat jenis tanah (kg/cm3)
a.y - faktor penampang:
- persegi a;- = 0,4
- bulat a:y - 0,3
CO
03
tillu03
•H
Ou
co
03•H
tH
Xi
s03v-ia
tuc
•H
^—
'C
3-C
_jd
•H
•H
pX
)_
L_
"D
0)
CT
l—t
030
)M
CO's
J-jrO
0)
03H
X!
-Si
TO
V.HJ~^
t-a
c.
£3•H
cU
UTO'
idc
^«
+.1
tU03
co•H
•H4-1T
?-P03
s
CX
)4
-JJ-J
a*i—
i
4-1
•H
c05
3
<D
•rH
Stt-l
•Htu
l._
05a.i
>~ic
No
a.i3
si—
i-^
-O_
-io
CO
a1
ttfl
cC
Oi-l
u03
CO
u]-P
CO
C•H
CO
HtV3
*
—1
03[--
s3U
io
O03
rH
'a/
jo)o
bj
AjiD
Bcteo
Su
uea
g
8?
*«
•*/VP"<?
*a/9jo)obj
Ayoedeo
Buuosg
cr
Mh
cri
3.3. Daya Dukung Menurut Rumus Empiris
3.3.1. Daya Dukung Tiang Berdasarkan Hasil Pengujian "Cone
Penetration Test" (CPT)
Penentuan daya dukung tiang berdasarkan grafik pengu
jian sondir, dapat dipakai beberapa metode sebagai berikut:
1. Rumus Wesley
Rumus yang digunakan Wesley merupakan rumus yang banyak
dipakai di Indonesia. Daya dukung ultimit tiang adalah
sebagai berikut:
Q = Qp + Qs
= P.A+ f.o (3.8)
Dimana:
Qp = Daya dukung ultimit ujung tiang (kN )
Qs - Daya dukung ultimit tiang karena gesekan atau
Iekatan (kN)
2
P = Nilai konis rata-rata (kN/m )
2
A = Luas tampang tiang (m )
f = Jumiah total hambatan pelekat pada ujung
pondasi (kN/m)
o = Keliling tiang (m)
Daya dukung tiang ijin, Q
-_ p.A . f.o (3.9)y " SFi SFa
Dengan:
untuk pasir murni SFi = 3
SFz = 5
untuk lempung SF* = 5
SFz = 10
46
Untuk tahanan konus rata-rata <p) pada ujung tiang
diambii sebesar 40 di atas ujung tiang dan 4D di bawah
ujung tiang (lihat gambar 3.6).
u iuna t r anq
mt
4D
4D
Oambar 3.H Panjang efektif untuk tahanan konus rata-rataf qc> pada u.iung tiang.
2. Hetode Tomlinson modifikasi NV. Nayak
Metode Tomlinson yang diroodifikasi HV. Nayak menghitung
kapasitas daya dukung tiang dari data CPT berdasarkan
data tahanan konus (Qc), dengan persamaan sebagai
berikut:
CdkQup - Ckd Ap + 20f}
QupQap
3
dimana;
As (3.10)
(3.11)
Qup - Kapasitas daya dukung ultimit (kN)
Qap = Kapasitas daya dukung ijin (kN)
47
Ckd = Tahanan konus ujung rata-rata (kN/m )
Ap = luas penampang ujung tiang (m )
Cdk = Tahanan konus rata-rata sepanjang tiang
(kN/m2 )2
As = Luas selimut tiang (m ).
Tahanan konus ujung rata-rata diambii 3D diatas ujung
tiang pondasi dan ID di bawah ujung tiang pondasi (lihat
gambar 3.9)
~^
3D
Ujung pondasiI>
Gambar 3. £> nilai tahanan konus ujung rata—rata
3. Metode Rusia
Metode Rusia memberikan persamaan kapasitas daya dukung
tiang berdasarkan nilai tahanan konus (qc) dan
berdasarkan nilai gesekan lokal sepanjang tiang, sebagai
berikut:
Qup = Qc A -f U D Fs (3.12)
QupQap
Dimana:
Qup = Tahanan daya dukung ultimit (ton)
Qap = Tahanan daya dukung ijin (ton)
48
(3.13)
Qc = Tahanan konus ujung rata-rata (kg/cm2)
A = Luas penampang ujung pondasi (cm2)
U = Keliling penampang pondasi (cm)
D = Kedalaman pondasi (cm)
Fs = Rata-rata gesekan lokal sepanjang tiang
(kg/cm2) .
Tahanan konus ujung rata-rata diambii 4D di atas ujung
pondasi dan ID di bawah ujung pondasi (lihat gambar 3.9).
3.2.2. Daya Dukung Tiang Berdasarkan Hasil Pengujian
"Standard Penetration test" (SPT)
Untuk menghitung daya dukung berdasarkan data pengujian
SPT digunakan rumus sebagai berikut:
1. Metode langsung (N V Nayak,1982)
Qup =40 N Ap + A^L (314)
r> - QUPQap _ ___ (3<i5)
dimana:
Qup = daya dukung ultimit tiang (ton)
N = nilai N (SPT) rata-rata pada ujung tiang
sampai 2D di bawah ujung tiang
N = nilai N (SPT) rata-rata sepanjang tiang
Ap = luas potongan melintang ujung tiang (m2)
As = luas selimut tiang sepanjang tiang (m2)
Q^p = daya dukung izin tiang
49
2. Menurut L. Decourt (1982), Daya dukung ultimit tiang
dapat dihitung sebagai berikut:
a. Daya dukung ujung, Qp
Untuk memperkirakan daya dukung ujung diambii rata-rata
3 nilai N di atas ujung tiang fondasi.
ENNp = —^
Daya dukung ultimit ujung dinyatakan dengan:
Qp - Np K Ap (3.16)
Dimana:
Np = rata-rata nilai N
K - koefisien tanah (lihat tabel 3.1.)
Tabe 3.1 Koefisien tanah menurut L. Decourt
Jenis tanah K (kpa) K (t/m2)
Tanah lempung 118 12
Lanau berlempung 196 20
Lanau berpasir 245 25
Pasir 392 40
b. Kapasitas gesekan tiang
Untuk mencari kapasitas gesekan tiang perlu
mempertimbangkan rata-rata nilai N sepanjang tiang.
Besar gesekan sepanjang tiang (fs) adalah sebagai
berikut:
fs = N/3 + 1
Dimana:
N = rata-rata jumiah pukulan
tiang, N/n
n = jumiah titik yang ditinjau
Daya dukung akibat gesekan, Qs
Qs = fs p 1
dengan:
fs = gesekan sepanjang tiang
P = keliling tiang
1 = kedalaman
Daya dukung ijin (Qap)
Qap Qp + Qs3
sepanjang
(3.17)
i *4 1 Q
Menurut Tersaqhi dan Peck (1948), untuk lanau dan pasir
jenuh dengan nilai N lebih besar dari 15 maka nilai N harus
dikoreksi menjadi:
N = 15 + 1/2 (N '- 15) (3.19)
Dimana:
N = Nilai N yang terkoreksi
N' - Nilai N lapangan
3.3.3. Inteprestasi daya dukung tiang tunggal berdasarkan
data uji pembebanan ("Pile Loading Test")
1. Umum
Seperti telah dibicarakan pada sub bab 2.3, prosedur
pembebanan umumnya dilakukan dengan memberikan beban secara
bertahap. Tahap pembebanan dilakukan dengan cara penambahan
dan pengurangan beban pengujian pada meja beban. Pembebanan
yang dilakukan biasanya sampai 200% dari beban perencanaan.
Dengan penambahan dan pengurangan beban uji sebesar
25%, prosedur yang umum adalah dengan meningkatkan beban
uji sampai jumiah tertentu lalu mengurangi beban uji hingga
tanpa beban uji sampai kenaikan atau reaksi elastik tanah
("rebound") berhenti. Tiang kemudian dibebani lagi sampai
beban kerja kemudian sampai beban maksimum (200% beban
rencana). Penambahan dan pengurangan ini merupakan siklus
pembebanan atau disebut sebagai pembebanan cyclic ("Cyclic-
Load ing Test").
OP l asl i s
>El as t •
1
Oambar 3.10. Grafik pembebanan terhadap penur,
Pengurangan beban dilakukan tahap demi tahap dengan
diberi waktu jeda tiap tahap, selanjutnya hingga reaksi
tanah ("rebound") berhenti sebelum pengurangan beban
selanjutnya.
Prosedur penambahan dan pengurangan beban secara tepat
sering dispesifikasikan oleh kode bangunan atau satu
organisasi konstruksi. Pada pengujian ini prosedur
pembebanan dengan sistim cyclic ("Cyclic Loading Test") yang
dispesifikasikan ASTM D 1143-89 untuk beban rencana 250 ton.
2. Metode Masurkowick
Metoda ini dilakukan dengan cara membagi jarak penurunan
total secara sembarang menjadi bagian-bagian yang sama
dan memotong kurva beban vs penurunan. Dari
perpotongan ini kemudian ditarik garis ke atas tegak
lurus sumbu beban sehingga memotong garis sumbu beban.
Kemudian dari titik-titik perpotongan garis beban dengan
sumbu beban, dibuat garis dengan sudut 45° sehingga
memotong garis-garis beban yang lain. Dari titik-titik
perpotongan tersebut dibuat garis lurus dan titik dimana
garis itu berpotongan dengan sumbu beban merupakan besar
d ar i beban run tuh Pu.
B A B IV
ANALISIS DAYA DUKUNG FONDASI TIANG BOR TUNGGAL
CSTUDI KASUS)
4. 1 . Unium
Pada bab sebelumnya telah dibicarakan daya dukung dan
penurunan tanah yang harus diperhatikan dalam perencanaan
fondasi tiang. Daya dukung fondasi dapat dicari dengan rumus
teoritis dan rumus empiris. Dari data penyelidikan lapangan
"Cone Penetration Test" (CPT) dan "Standard Penetration
Test" (SPT) akan dihitung kapasitas daya dukung dari fondasi
tiang bor berdasarkan metoda-metoda perhitungan empiris
yang telah dibicarakan di muka.
Hasil dari perhitungan tersebut, dibandingkan dengan
beban renoana yang akan bekerja. dan dievaluasi dengan
analisis hasil pengujian pembebanan ("Loading Test") tipe
tekan. Sebagai contoh analisis digunakan kasus pada Proyek
komplek perkantoran Bank Indonesia pusat di Jakarta. Dari 5
titik bor dan 4 titik sondir yang masing-masing saling
berdekatan (dapat dilihat pada peta lokasi titik sondir dan
titik bor pada lampiran 1).
Pada grafik sondir, diagram SPT dan pengujian
pembebanan pada proyek ini adalah memakai sistim Metrik,
oleh karena itu dalam perhitungan tetap dipakai satuan asal.
4.2. Data Penyelidikan Tanah
Data tanah diambii dari data penyelidikan tanah pada
proyek perkantoran Bank Indonesia pusat di Jalan MH. Thamrin
54
No 2 Jakarta Pusat. Pada area! ini dibangun gedung
perkantoran yang terdiri dari 26 lantai dan 2 Basement. Luas
2
bangunan keseiuruhan ± 115.982 m dengan luas tanah ± 2 Ha.
Kondisi pertnukan tanah relatip datar. Penyelidikan tanah
dipereayakan kepada Lembaga Teknologi Fakultas Teknik
Universitas Indonesia Jakarta yang dilakukan mulai tanggal
26 November 1989 sampai tanggal 29 Januari 1990.
4.2.1. Lingkup Pekerjaan Penyelidikan Tanah
a. Test permeabilitas
Dilakukan untuk inencari faktor koefisien
permeabilitas tanah K. (koefisien kecepatan rembesan
tanah).
b. Bor dalam ("Deep Boring")
Dilakukan untuk mendapatkan contoh tanah asli
("Undisturb") dari lapangan serta mengklasifikasikan
tanah secara visual di lapangan. Pekerjaan bor
dilakukan pada 14 (empat betas) titik bor di lokasi
sampai dengan kedalaman 80 meter dari permukaan
tanah. Dari tiap lubang bor diambii contoh tanah
asli dengan interval pengambilan 2 meter untuk
keperluan test laboratorium.
c. "Standard Penetration Test" (SPT).
Pengujian SPT ini dilakukan bersama-sama dengan bor
dalam pada interval 1,5 meter. Uji SPT dilakukan
dengan menumbukkan Split Spoon Sampler ke dalam
tanah dengan hammer seberat 83,5 kg tinggi jatuh
76 cm .
55
d. "Cone Penetration Test" (CPT">.
Uji CPT dilakukan sebanyak 21 (dua puluh satu> titik
sondir dengan menggunakan alat sondir berat 10 ton
pada interval pembacaan 200 mm (20 cm). Penembusan
ditentukan setelah ditemukan lapisan tanah keras
dengan nilai konus qc > 300 kg/cm2 atau sudah
mencapai kedalaman 40 meter. Pada pengujian ini
dipakai type sondir bikonus, dengan tabung friksi
dari Bogeman.
e. Pemeriksaan contoh tanah di laboratorium
Contoh tanah yang didapat pada waktu uji pemboran
diperiksa cii laboratorium untuk memperoleh
parameter-parameter tanah yang akan dipakai untuk
menghitung kapasitas dukung fondasi secara teoritis
dan identifikasi tanah secara tepat.
4.3. Data Fondasi Tiang Bor
Pada proyek ini, melihat keadaan lokasi sekitarnya
banyak terdapat bangunan bertingkat tinggi yang dipakai
sebagai gedung perkantoran, maka dipakai jenis fondasi tiang
bor, dimana dalam pelaksanaannya tidak banyak mengganggu,
baik ditinjau dari kebisingan maupun getaran yang
ditimbulkannya. Tiang bor yang digunakan berdiameter 100 cm
dengan daya dukung. izin 250 ton untuk setiap tiang. Mutu
beton yang digunakan K-225, mutu baja U39 dengan kedalaman
yang bervariasi antara 40 sampai dengan 45 meter dari muka
t ana h .
5 6
4.4. Muka Air Tanah
Berdasarkan penyelidikan lapangan sondir dan bor dalam,
muka air tanah ("Ground water level") tertinggi -0,30 meter
dari permukaan tanah, dan yang terdalam -1,50 meter dari
muka tanah asli.
4.5. Data Loading Test
Tiang bor yang dipilih oleh Konsultan Pengawas dan
Perencana dibebani dengan beban maksimum 2 x 250 ton = 500
ton. Pembebanan dilakukan dengan sistim beban kontra yang
terdiri dari blok-blok beton. Pembebanan pada ujung tiang
dilakukan dengan perantaraan tekanan "hydrolic jack"
mengikuti Standard ASTM D-1143 "Cyclic Load" (pembebanan
siklus). Adapun hasil penga.matan secara ringkas sebagaib e r i ku t :
1. Total setlement = ii,7263 mm
(Pembebanan 200 % = 500 ton)
2. Net setlement = 2,8473 mm
(Pembebanan 0 % = 0 ton)
3. Rebounding (1-2) = 8;87go ^
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat catatan hasil ujipembebanan pada lampiran 13.
4.6. Tahanan Kulit Tiang dan Kedalaman dengan MetodaPrediksi dari Data SPT dan CPT
Dalam pondasi tiang dikenal dua perilaku transfer gayaaksial tiang pondasi terhadap tanah pendukungnya. Melaluitahanan gesek sepanjang permukaan kulit tiang dan trasfer
57
tahanan tumpuan melalui ujung tiang. Tahanan total yang
dapat ditahan tanah terhadap beban yang bekerja pada pondasi
tiang tersebut adalah jumiah dari tahanan kulit tiang dan
tahanan ujung tiang.
Metoda prediksi kulit dengan data grafis sondir dapat
dilihat pada persamaan 3.8 sampai dengan persamaan 3.13,
mengambil tiga parameter yang berbeda dari grafik sondir.
Nayak mengambil nilai konus rata-rata sepanjang tiang (qc)
dan dibagi dengan nilai 200 untuk memprediksikan nilai
tahanan gesek tanah sepanjang tiang. Metoda Rusia mengambil
nilai gesek lokal rata-rata (fs) untuk prediksi tahanan
gesek tanah sepanjang tiang dan Wesley mengambil nilai
friksi total (Ft) sedalam tiang sebagai prediksi tahanan
gesek tanah.
Sedangkan prediksi tahanan kulit dari data SPT,
LD Court mengambil nilai N pukulan rata-rata sepanjang tiang
dibagi tiga, kemudian ditambah satu untuk pendekatan empiris
tahanan gesek tanah sepanjang tiang (dapat dilihat pada
persamaan 3.16 sampai dengan 3.19) dan Nayak memberikan
nilai empiris tahanan gesek tanah sepanjang tiang dengan
nilai N rata-rata sepanjang tiang dibagi lima. Dengan
mengambil prediksi tahanan kulitnya saja yang dihitung
dengan persamaan 3.8 sampai dengan 3.19, hasil hitungan
dapat dilihat pada grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 di bawah ini.
Ketiga grafik tersebut adalah grafik yang menggambarkars
hubungan antara nilai prediksi tahanan kulit ultimit
sepanjang tiang dan kedalaman tiang.
BO
RIN
GL
OG
NO
.1
-SIL
TY
:-6
LA
Y-
v.s
ilty
;•
SAN
D-
•
ftsLV
x4
SIL
TY
:san
cl'
•SA
ND
:
-C
lay
:
KE
TE
RA
NG
AN
:
•fM
ETOD
AW
ESLE
Y(C
PT)
AM
ETO
DA
NA
YA
K-T
OM
LIN
SON
(CPT
)
oM
ETO
DA
RU
SIA
(C
PT;)
91M
ETO
DA
LD.
COU
RT(S
PT
)
VM
ETOD
ANA
YAK
(SPT
D
GR
AF
IK4.
1
HU
BU
NG
AN
PRE
DIK
SITA
HA
NA
NK
ULI
TTI
AN
GD
AN
KED
ALA
MA
NT
IAN
G.
MET
OD
ACP
TDA
NSP
TD
ARI
DATA
BOR
NO.
1DA
NSO
ND
IRNO
.1
Dari grafik 4.1. terlihat bahwa kurva metoda prediksi
data CPT Wesley dan Rusia mulai dari permukaan tanah sampai
kcduly.aii.ui 26,5 m menunjukan bahwa prediksi metoda rusia
lebih besar. Perbedaan prediksi yang terjadi 5,55 %.. Dari
kedalaman 26,5 m sampai 40 m perbedaan prediksi semakin
kecil bahkan dari kedalaman 38 m sampai 40 m kurva berimpit.
Kurva metoda prediksi data CPT NV. Nayak-Tomlinson
memperlihatkan bahwa daya dukung yang dihasilkan jauh lebih
kecil dibanding dengan metoda Wesley dan Rusia. Pada metoda
Wesley dan Rusia kecilnya perbedaan prediksi tersebut
disebabkan penggunaan rumus dukungan kulit (qs) mengambil
nilai dari rata-rata jumiah hambatan pelekat total dan
jumiah hambatan lokal. Sedangkan pads. metoda NV.
Nayak-Tomlinson penggunaan rumus dukungan kulit mengambil
n i 1a. i r a t a - r a t a ha m. b a t an u j u n g (qc).
Untuk metoda dari data SPT, kurva metoda L Decourt dari
permukaan tanah sampai kedalaman 40 m menunjukan hasil
prediksi daya dukung yang lebih besar dibanding dengan
metoda prediksi HV. Nayak. Kedua metoda SPT tersebut
mengambil N rata-rata sebagai data untuk memprediksikan daya
dukung kulit (qs). Perbedaan yang terjadi disebabkan karena
pengambilan angka pembagi yang berlainan. Bila mengamati
'hasil dari metoda CPT No. 1 dan SPT No. 1 tersebut dapat
dikatakan bahwa metoda Wesley dan Rusia memberikan prediksi
yang optimis, sedangkan metoda NV. Nayak memberikan prediksi
yang konservatip.
BO
RIN
GLO
G
NO
B0
500
6P0
GR
AFI
K4
.2
HUBU
NGAN
PRED
IKSI
TAHA
NAN
KULI
TTI
ANG
DAN
KEDA
LAM
ANTI
ANG
_MET
ODA
CPT
DAN
SPT
DARI
DATA
BOR
NO.8
DAN
SOND
IRNO
.11
KAftS
ITAS
TAHA
NAN
KtJIl
TUL
THiT
(ton)
TOO
800
900
1000
1100
KETE
RANG
AN:
j
-fME
TODA
WES
LEY
(CPT
)j
*M
ETO
DA
NA
YA
K-T
OM
LIN
SON
(CPT
)
OME
TODA
RUSIA
(CPT
)|
®M
ETO
DA
LD.
COUR
T(S
PT)
i
.M
ETO
DA
NA
YA
K(S
PT
)
12
00
Dari grafik 4.2. tampak kurva dari LD. Court, Wesley dan
Busia sampai dengan kedalaman 13,05 m menggambarkan prediksi
yang tidak terlalu berbeda, bahkan untuk prediksi Wesley dan
Rusia. hampir berimpit pada kedalaman 6,4 m dan prediksi LD.
Court dan Wesley hampir berimpit pada kedalaman 9,3 m.
Prediksi LD. Court, Wesley dan Rusia seolah membentuk suatu
kelompok kurva sampai kedalaman 13,05 m. Dari kedalaman 13,05
m sampai 37 m kurva LD> Court terpisah, hanya kurva Wesley dan
Rusia yang tetap saling berdekatan dengan letak kurva Rusia.
konsisten berada di atas Wesley dengan perbedaan prediksi
terbesar sampai kedalaman 37 m sekitar 5 %. Sedangkan kurva
LD. Court dengan Rusia berbeda sekitar 30 %. Untuk kurva NV.
Nayak (SPT) dan kurva Nayak Tomlinson sampai kedalaman 30 m,
Kurva NV. Hayak (SPT) berada di atas Nayak-Tomlinson. Tetapi
pada kedalaman 33 m kurva Nayak-Tomlinson berada di atas Nayak
(SPT). Dari grafik 4.2. tampak kedua kurva Nayak (SPT) dan
Nayak (CPT) masing-masing memprediksikan tahanan kulit yang
terkecil dibanding dengan metoda Wesley, Rusia dan LD. Court.
62
KAPA
SITAS
TAHA
NAN
KULIT
ULTIM
IT(to
n)^
.60
0TO
O60
090
O10
0011
001
20
0
KET
ERA
N6A
N:
j
J-|-M
ETOD
AW
ESLE
Y(C
PT)
AM
ETO
DA
NA
YA
K-T
OM
LIN
SON
(C
PT)
OM
ETO
DA
RU
SIA
(CPT
)
6>M
ETO
DA
LD
.CO
UR
T(S
PT
)
.M
ETO
DA
NA
YA
K(S
PT)
-.-M
ET
OD
ATO
MLI
NSO
N(L
AB
OR
ATO
RIU
M)
HUBU
NGAN
PRED
IKSI
TAHA
NAN
KULIT
TIAN
GDA
NKE
DALA
MAN
TIAN
GM
ETOD
ACP
TDA
NSP
TPA
RIDA
TABO
RNO
.11DA
NSO
NDIR
NO.1
5
Dan grafik 4.3. tampak kurva prediksi Court, Wesleydan Rusia saling berdekatan menunjukkan nilai prediksi yang
tidak terlalu jauh berbeda dan seolah-olah membentuk
kelompok kurva sampai kedalaman 13,9 m. Kemudian kurva Court
turun dan berada di bawah kurva Wesley dan Rusia. Sampai
kedalaman 37 m hanya kurva Rusia dan Wesley tetap saling
berdekatan dan kurva. Rusia tetap berada. di atas kurva
Wesley. Adapun untuk kurva Nayak-Tomlinson (CPT) dan Nayak(SPT) keduanya berada di bawah kurva Wesley, Court dan
Rusia. Untuk bor 11 dan sondir 15 dari kelima kurva
Prediksi, ternyata prediksi Nayak-Tomlinson memberikan hasil
yang terkecil. Untuk lebih jelasnya Pada halaman berikutnya
diberikan tabel 4.1 prediksi tahanan kulit dengan prosentase
beda prediksi dari grafik 4.1. dibandingkan dengan prediksi
metoda teoritis yang memakai Parameter-parameter tanah dari
data laboratorium oleh formula Tomlinson (lihat persamaan
3.5 sampai dengan 3.7 dan perhitungan pada lampiran 12).
Apabila hasil prediksi daya dukung NV. Nayak-Tomlinson
dibandingkan dengan prediksi teoritis data dari laboratorium
dan Tomlinson(perhitungan lihat lampiran 12) kurva Nayak(SPT) berada cukup dekat sampai kedalaman 18,9 m dan '
selanjutnya sampai kedalaman 37 kurva Nayak (SPT) berada dibawah kurva prediksi laboratorium.
Dari tabel prediksi kulit ultimit, kalau dibandingkan
kelima prediksi empiris dengan prediksi dari rumus statis
data laboratorium, adalah metoda prediksi kulit NV. Nayakyang paling dekat untuk kasus ini, beda prediksi antara -31%sampai dengan +4,162%.
TflBEL
1.1
PREDIKSI
TRHRNflNKULIT
ULTIMIT
DRRI
DRTFl
CPT
NO.15
DRN
SPT
NO.11
KEDR-
LRMRN
QRRI
DRTR
LRB.
METOOR
CPT
METODR
SPT
TOMLINSON
NRYRK-TOMLINSON
WESLEY
RUSIR
NRYRK
LD.
COURT
QsultCT)
BED*
yQsultCT?
BEDR
y.QsultCT5
bedr
;-;
QsultCT)
BEDR
y.QsultCT)'BEDR
y.
12.7
39,0862
16,1899
-57,810
91,2396
Ill,107
105,5308
169,995
37,2250
-1.761
101,9799
160,910
18.9
71,2663
29,7806
-58.212
163,3171
129,206
180,1695
152,639
71,2329
1,162
183,1112
156,9es
26.1
178,6.318
105,1227
-10,983
389,5112
118,069
110,6518
129,888
63B.7612
-22,319
315,5017
76,621
31.9
26-3,9730
137,7393
-18,017
590,6028
112,891
612,3877
131,113
182,8220
-31,803
101,9532
52,828
35
316,0116
189,3577
-15,280
760,2153
119,699
785,0983
126,873
239,3078
-30,815
508,8381
17,013
3?
389,5183
221,2713
-13,192
813,2099
117,758
871,1952
121,129
268,8387
-30,981
561,3378
11.880
Dari grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 tersebut dapat diketahui
masing-masing prediksi membentuk suatu kurva lengkung yang
menunjukkan seiriakin dalam pondasi semakin bertambah daya
dukungnya. Hal itu dapat dimengerti bahwa semakin dalam
tiang, tentunya akan semakin luas permukaan bidang gesek
tiang dengan tanah. Tetapi dari ketiga kurva prediksi pada
grafik tersebut, tak satupun dari kurva. itu yang memberikan
perbedaan tahanan kulit yang konsisten antara satu kurva
dengan kurva yang lainnya.
Untuk kurva metoda prediksi tahanan kulit dengan data
CPT dan dengan tanpa melihat nilai SF (safety faktor) dapat
dikatakan metoda dari Nayak-Tomlinson yang paling
konservatif dalam memprediksi dan over optimist untuk metoda
Rusia. Sedangkan prediksi paling kecil dari data SPT adalah
metoda dari Nayak. Dari grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 dapat
dilihat kurva Rusia dan kurva Wesley saja yang tetap saling
berdekatan.
4.7. Daya Dukung Ujung Tiang Metoda Prediksi dari Data SPT
dan CPT
Daya dukung ujung tiang tidak selalu akan bertambah
besar untuk setiap penambahan kedalaman tiang. Hal ini akan
terlihat dari grafik sondir, dimana nilai perlawanan tanah
untuk setiap penambahan kedalaman tidak selalu memberikan
indikasi penambahan nilai perlawanan tanah. Begitu pula dari
diagram N SPT, jumiah N pukulan tidak selalu bertambah
banyak untuk setiap penambahan kedalaman. Tentunya keadaan
ini berlaku pula untuk daya dukung ujung tiangnya. Ketiga
metoda prediksi dukung ujung dari data CPT, memberikan nilai
dukung ujung sama dengan nilai rata-rata perlawanan tanah
tehadap konus (qc) sekitar ujung tiang dikalikan dengan luas
potongan melintang ujung tiangnya. Perbedaan yang ada, hanya
pertimbangan pengambilan rata-rata nilai qc di sekitar ujung
tiang. Metoda Rusia, Tomlinson-Nayak mempertimbangkan nilai
qc setebal 3D di atas ujung tiang dan ID dibawah ujung
tiang. Wesley mempertimbangkan rata-rata nilai qc sekitar
ujung tiang masing-masing setebal 4D di atas ujung tiang dan
4D di bawah ujung tiang, dapat dilihat pada persamaan 3.8
sampai dengan 3.1.3, sedangkan untuk prediksi dari data SPT
LD Court membedakan nilai setiap dukung ujung tiap jenis
lapisan tanah dengan nilai empiris K dapat dilihat pada
tabel 3.1, kemudian dikalikan dengan nilai rata-rata N SPT
sekitar ujung tiang sampai dengan 3 nilai N di atas ujung
tiang. Nayak memprediksikan nilai dukung ujung 40N rata
sekitar ujung tiang sampai 2D di bawah ujung tiang. Pada
halaman berikutnya diberikan tabel 4.2 beda prediksi daya
dukung tanah pada ujung tiang (unit base resistance) dari
metoda-metoda data SPT. dan CPT, dibandingkan dengan prediksi
daya dukung tanah pada ujung tiang dari data Laboratorium
dengan memakai persamaan 3.3 dan 3.5 dari Tomlinson. (dapat
dilihat pada lampiran 11 dan lampiran 12).
Dari keempat metoda prediksi empiris daya dukung tanah
pada ujung tiang (unit base resistance), dapat dilihat pada
tabel 4.2, untuk jenis tanah pasir (sand) rata-rata prediksi
empiris memberikan nilai perbedaan minus dengan nilai beda
prediksi sekitar -43,85% sampai -78,28%.
TRBEL
1.2
DflYRDUKUNGUJUNSULTIMIT
TIRNG
BOR
DtfP.I
DRTR
CPT
No.
15
Df)N
SPT
No.
11
KEDfl-
LRMRN
Cm)
DRRI
DRTR
LRB.
METODR
CPT
METODR
SPT
VISUAL
SOIL
KLRSIFICRTION
CBOR
No.115
TOMLINSON
RUSIR-NRYRK-
TOMLINSON
WESLEY
L.D.
COURT
NRYRK
UNIT
BRSE
RE-
SISTENCHCkg/cm25
QCCKg/cm2>
BEDR
XQCtkg/cm2?
BEDR
V.N.KCkg/em2)
BEDR
'ri10NCkg/cm23
BEDR
y.
10
2,763
7,166
159,36
10,000
261,92
9,333
237,78
28,000
913.39
SILTY
CLAY
16
1,581
11,569
217,e2
20,750
352,66
20,000
336,30
50,999
1012,51
SILTY
SRNO
22
131,617
59,098
-55,11
56,655
-56,96
37,999
-71,13
15,999
-65,05
SfiNO
25
119,571
76,8l0
-18,65
52.770
-61,72
51,999
-65,23
61,000
-57,21
SAND
28
18,338
17,565
159,37
19.610
170,53
23,666
29.05
55,000
199,92
SILT
33
322.675
69,990
-75,16
76.580
-76,26
75,333
-76.65
105.000
-67,16
SRNO
36
13,837
l12,000
709,12
118,710
757,92
27,200
96.57
109,000
687,71
CLRY
39
52,850
113,315
171,17
x55,666
5.32
121,000
131.63
CLAYEY
SILT
•15
510,173
KX
117,999
-76,88
ll1.000
-78.26
SRND
4.8. Prediksi Daya Dukung Total Ijin dan Kedalaman Tiang
yang Diperlukan dari Data Grafik Sondir
Dari data penyelidikan tanah grafik sondir dapat
diketahui besar dari tahanan perlawanan tanah dan dari
diagram N SPT dapat dilihat jumiah N pukulan untuk
memperkirakan kekerasan tanah. Hubungan nilai H SPT, qc dan
perkiraan dari kekerasan tanah dapat dilihat pada tabel 2.1
dan tabel 2.2.
Tomlinson, Nayak dan Davis memberikan nilai batas untuk
daya dukung tahanan gesek tanah dan tahanan dukung tanah
pada ujung tiang pondasi. Pada instalasi tiang bor akan
menimbuikan efek pelunakan sekeliling lubang dan pada dasar
lubang bor, sehingga nilai-nilai parameter yang didapat
sebelumnya dari penyelidikan tanah akan berubah setelah
dilakukan instalasi tiang. Dengan pertimbangan itu,
Tomlinson, Nayak dan Davis untuk prediksi daya dukung tiang
perencanaan diberikan nilai batas kurang atau sama dengan 1
2 2
ton/ft (i 1,078 kg/cm ) untuk tahanan gesek tanah, dan
nilai daya dukung tanah terhadap ujung tiang untuk
perencanaan tidak boleh melebihi 100 ton/ft (< 107,639
kg./ cm I .
a. Data Pengujian Sondir pada Titik No.13
Grafik sondir No.13 dapat dilihat pada lampiran
No.3 kedalaman pengujian sampai dengan kedalaman 40 m di
bawah muka tanah. Nilai konus terendah < 10 kg/cm2 dan
terbesar sekitar 380 kg/cm2. Tanah keras dijumpai mulai
kedalaman antara 34 m sampai 35 m di bawah muka tanah.
Friksi total sampai 40 m di bawah muka tanah sebesar 5250
69
kg/cfff. Pada kasus Proyek Bank Indonesia ini, dibuat basemen
sampai pada elevasi -8,2 m dengan tebal pile cap 3,5 m,
untuk itu tiang diperhitung mulai kedalaman -12 m dari muka
tanah asli.
1) Metoda Wesley
Tanah keras yang cukup tebal dijumpai mulai sekitar
kedalaman 34 n di bawah muka tanah. Pada kasus ini tiang
dibuat sampai kedalaman 38 m di bawah muka tanah sehingga
bisa memenuhi kriteria ketebalan 4D di atas ujung tiang
dan 4D di bawah ujung tiang dari metoda Wesley, dan
diharapkan ketebalan tanah keras setebal 4D di bawah
ujung tiang akan mampu mendukung beban yarsg ditransfer
ujung tiang. Metoda Wesley dapat dilihat pada persamaan
3.8 dan 3.9.
Q. - Qp 4- Qs
>Fi SF2
Dari grafik sondir diperoleh ;
Q. rata-rata 4D di atas ujung tiang sampai 4D di bawah
ujung tiang (P)
_ 30+40+30+804 230+280+350+360+360+350+31511
= 220,454 kg/cm2
Friksi total sampai kedalaman 36 m (ujung tiang) ft =
3040 kg/cm.
Friksi total sampai kedalaman -12 m (cut of level)
= 400 kg.
70
M SFi SFz
845,395 + 811,2855 10
- 250,207 ton
Q > Q/e-ncana = 250 ton .
Metoda Rusia
Qup - Qc A + U D fs
Qap - Qup/3
Dapat dilihat pada persamaan 3.12 dan 3.13. Dengan kasus
yang sama diambii panjang tiang 24 m, dari grafik sondir
diperoleh:
Nilai rata-rata pads, tanah keras setebal 3D di atas ujung
tiang pondasi dan ID di bawah ujung tiang pondasi
0_ _ 40+30+30+230+280+350+360+380 „„„ _ 2^vj - g 218,250 kg/cm
Luas potongan melintang ujung pondasi A = 7853,982 cm2
Daya dukung ujung tiang ultimit
Qc . A = 216,250 . 7853,982
= 1698,424 ton
Periksa dukung ujung tiang dengan nilai prediksi rencana
ultimit dukung ujung dari Tomlinson, Nayak dan Davis
Qbaias = 845,359 ton
Qc . A > 845,359 ton
Diambii dukung ujung = Qbaias = 845,359 ton.
Keliling tiang pondasi U = 2 . U . r = 314,159 cm
Nilai gesek lokal rata-rata sepanjang tiang dari grafik
diperoleh (fsh
Q = P A + f °H SFi SF2
845,395 ^ 811,235"5 10
= 250,207 ton
Q > Qz-encana = 250 ton .
2) Metoda Rusia
Qup = Qc A + U D fs
Qap - Qup/3
Dapat dilihat pada persamaan 3.12 dan 3.13. Dengan kasus
yang sama diambii panjang tiang 24 m. dari grafik sondir
diperoleh:
Nilai rata-rata pada tanah keras setebal 3D di atas ujung
tiang pondasi dan ID di bawah ujung tiang pondasi
0 _ 40+30+30+230+230+350+380+360 „ n^ _,_ , . 2wc - - - 218,250 kg/ cm
Luas potongan melintang ujung pondasi A = 7353,982 cm2
Daya dukung ujung tiang ultimit
Qc . A = 216,250 . 7853,9S2
= 1693,424 ton
Periksa dukung ujung tiang dengan nilai prediksi rencana
ultimit dukung ujung dari Tomlinson, Nayak dan Davis
Qbaias = 845,359 ton
Qc . A > 845,359 ton
Diambii dukung ujung = Qbaias = 845,359 ton.
Keliling tiang pondasi U = 2 . n . r = 314,159 cm
Nilai gesek lokal rata-rata sepanjang tiang dari grafik
diperoleh (fs):
fs = (0,2+0,2+0,6+0,4+0,3+0,3+0,4+0,3+0,8+0,3+0,4+0,7+1 +
1,6+0,6+1,2+1+1,5+0,7+1+1,4+0,6+2,2+0,7+1,6+0,7+1 +
0,3+1+1,6+1,4+1,6+0,8+1,4+0,9+1+1,4+1,8+0,6+0,2+0,5
+0,4+0,5 +1,3+0,3+0,5+1+1+0,6+1+0,3+0,8+1,6+0,8+1,4
+2,5+4+3,2+5)/58 = 1,075 kg/cm2
Daya dukung kulit tiang = U . D . fs
= 314,159 . 24 . 100 . 1,075
= 810530,220 kg
= 810,530 ton
Periksa dengan nilai batas tahanan kulit dari Tomlinson,
Nayak dan Davis 810,530 Ton < Qsbatas = 811,285 Ton.
Qup = Qc . A + U . D . fs
- 845,395 + 810.530
= 1855,925 ton
Qap - 1655,925/4 - 413,981 ton > Qr*r.c<ir.a = 250 ton
3) Metoda NV Nayak - Tomlinson
Qup = ckd Ap + -|~— As
Qap - Qup/3
Dapat dilihat pada pesamaan 3.10 dan 3.11
Grafik No. 13, diambii kedalaman tiang sampai 36 m di
bawah muka tanah. Dari grafik sondir No, 13 diperoleh
nilai rata-rata konus sepanjang tiang
cdk = (8+14+8+10+24+14+16+55+68+38+40+35+60+55+60+170+40+
30+40+120+44+38+24+18+36+20+30+60+60+50+30+38+30+80+
230+280+350+360+360)/39 = 78,025 kg/cm2
Luas penampang melintang ujung tiang dengan diamete 1 m
Ap = 1/4 . n . 1002 = 7853,982 cm2
Luas selimut tiang <p 1 zi sepanjang 24 m
n . r . 1
n . 50 . 24 100 = 753932,2369 cm2 = 75,398 mz
Tahanan kulit tiang =cdk
200
78,025 . 9,807
( kN )
75,393 m
200 .(1/100). 1000
= 2260,173 kN
= 230,485 ton
Periksa tahanan kulit dengan nilai tahanan kulit dari
Tomlinson, Nayak dan Davis untuk <p 1 m dengan panjang
tiang 24 m Qsbatas = 811,285 ton
230,465 T < Qsbatas - 811,285 ton
Pediksi dukung ujung ultimit dari Nayak-Tomlinson sama
dengan prediksi dukung ujung ultimit dari metoda Rusia.
Pada metoda Rusia daya dukung ujung = 845,395 Ton.
Qup = 845,395 + 230,465
= 107 5,860 ton
Qap1075.860
358,620 Ton > Qyencano. - 250 Ton
Tabel prediksi daya dukung (Ton) metoda CPT untuk datasondir No. 13
Kedalaman
( m )
ijin total
Nayak-Tomlinson
ijin total
Rusia
ijin total
Wesley
36 358,620 413,981 250,207
Untuk titik-titik sondir yang lainnya. dengan cara
pengambilan data dan perhitungan yang sama SPT pada
74
perhitungan prediksi daya dukung CPT No. 13 diberikan
dalam bentuk pada tabel di bawah ini
Tabel prediksi daya dukung tiang untuk data CPT No. 15dalam ton
Prediksi
kedala
man (m)
Nayak-Tomlinson R u s i a
Qsu Qbu Qt ijin Qsu Qbu Qt ij in
36
39
205,095
240,532
845,395
845,395
350,163
361,976
811,285
912,695
845,395
345,395
414,170
439,523
Prediksi
kedala
man (m)
WesleyDaya Dukung
Rencana 250 TonQsu Qbu Qt ijin
36 716,233 84 5,395 240,707Prediksi Wesley kurangdari daya dukung ren-cana
Sampai dengan kedalaman 36 m, sondir No. 15 untuk
prediksi daya dukung total ijin dari metoda Wesley kurang
dari daya dukung total rencana 250 Ton. Untuk .kedalaman
selanjutnya setelah kedalaman 36 m, perhitungan tidak
bisa memenuhi kriteria Wesley yang menghitung dukung
ujung tiang dari nilai rata-rata konus (Qc) sampai 4D di
bawah ujung tiang. Nilai konus pada ujung tiang (Peak
2
Value) hanya 30 kg/cm . Dari metoda Nayak-Tomlinson dan
Rusia, akan lebih aman untuk menempatkan ujung tiang pads.
kedalaman 38 m dimana nilai konus pada puncak tiang
2
sebesar 120 kg/cm dan sampai 2D di bawah tiang
memberikan indikasi pertambahan nilai konus.
Tabel prediksi daya dukung tiang untuk data CPT No. 11
Prediksi
keda.la-
man (m)
Nayak-Tomlinson Rusia
Qsu Qbu Qt ij in Qsu Qbu Qt ijin
36 210,257 845,395 351,834 811,285 845,395 414,170
Prediksi
kedala
man (m)
36
Wesley
Qsu Qbu Qt ijin
811,285 845,645 250,257
Tabel prediksi daya dukung tiang untuk data CPT No. 1
Prediksi
kedala
man ( Si )
Nayak-Tomlinson Rusia
Qsu Qbu Qt ijin Qsu Qbu Qt ijin
38
39
279,067
319,384
708,858
845,359
329,308
383,260
653,703
729,101
706,858
845,395
340,140
393,824
Prediksi
kedala
man ( m )
Wesley
Qsu Qbu Qt ijin
36 672,301 845,395 236,309< 250 T
Untuk grafik sondir No. 1, sampai kedalaman 36 m metoda
Wesley memprediksikan daya dukung total ijin kurang dari
250 Ton. Nilai konus ujung tiang fondasi < 100 kg/cm
Dengan metoda Nayak-Tomlinson dan metoda Rusia dihitung
samapai kedalaman 28 m di bawah muka tanah, nilai konus
di ujung fondasi 180 kg/cm2. Variasi nilai konus terkecil
di bawah ujung tiang 140 kg/c m
76
Dari perhitungan diatas, ada 2 titik sorsdir yang tidak
memenuhi daya dukung rencana jika dihitung dengan metoda
prediksi dari Wesley, yaitu pada sondir 15 dan sondir no
1. Prediksi ijin dari Wesley untuk tanah lempung
konservatif dibanding dengan prediksi Nayak-Tomlinson dan
metoda Rusia, dimana pencapaian nilai konus rata-rata
pads, ujung tiang > 107,839 kg/cm (nilai batas ujung),
metoda Wesley untuk tanah non pasir dengan SFi - 5 dan
SF2 = 10 masih memerlukan sumbangan tahanan kulit dengan
friksi total (Ft) untuk & 1m sebesar =
p - Qb . Qs
(Q^r, - —§i )10 - Qs<->rn in3 107,639 . 0,25 . n . 10Q2 ,nnujiJ.IU E j 10 = Qs
dimana Qs = 2 . FT . 50 . Ft
maka di dapat Ft = 2575,797 Kg/cm
Sedangkan untuk prediksi ijin total dari Nayak,
pencapaian nilai rata-rata pada ujung tiang > 107,839
2
kg/cm daya dukung ijin rencana sebesar 250 ton akan
terpenuhi hanya dengan tahanan ujungnya saja. Dengan
menghilangkan tahanan kulit, untuk beban ijin rencana
sebesar 250 ton dan SF - 3, diperlukan pencapaian nilai
konus rata-rata sebagai berikut;
n 250.103 .3 __ ,__ , , 2Qc = "0.25 .n. ioo2~ = 95-493 kg/cffi
4.9. Prediksi Daya Dukung Total Ijin Dari tiiagram SPT
"Standart Penetration Test" yang telah dibicarakan di
muka, untuk prediksi days, dukung tiang diagram N SPT ini,
telah berkembang metoda empiris prediksi daya dukung tiang
yang diusulkan oleh NV Nayak dan LD Court.
Untuk menghitung daya dukung dari nilai N SPT ini
Tersaqhi dan Pech mengusulkan nilai N koreksi pads. tanah
lanau dan pasir yang jenuh untuk nilai N > 15. Nilai N
terkoreksi menjadi N = 15 + 1/2 (N'- 15). Dimana N' adalah
nilai N dari lapangan
a. Data diagram N SPT dari No. bor 1
Tiang dibuat sampai kedalaman 42 m di bawah muka tanah,
Nilai N lapangan pada ujung tiang 50 dan di bawah ujung
masih mempunyai nilai N = 23 dengan konsitensi pasir mampat
(dense sand). Diagram N SPT No. 1 dapat dilihat pads.
1amp iran 10.
Tabel 4.3 N terkoreksi dari bor 1
Kedalaman (m) N' Lapangan N koreksi
1,60 4 4
3,60 0 0
5,60 n
7,80 6 6
9,60 o n
11,60 8 8
13,80 7 n
15,60 5 5
17,60 13 13
19,60 12 12
21,00 14 14
23,00 14 14
25,00 5 5
27,80 12 12
30,00 27 21
32,00 13 13
34,00 14 14
36,00 40 27,538,00 24 24
40,00 20 17,542,00 50 32,544,00 31 23
1 . Metoda NV Nayak
Qup = 40 N Ap +H As
(lihat persamaan 3.14)
QapQup
(1i hat p ersamaan 3.15)
Kedalaman Tiang sampai kedalaman 42 m, kepala tiang di
buat dari kedalaman -12 m, maka nilai rata-rata N
dihitung mulai kedalaman -12 m dari muka tanah asli.
Dari tabel 4.3, didapat nilai N rata-rata sepanjang tiang
rj - (8+7+5+13+12+14+14+5+12+21+13+14+27,5+24
+ 17 ,5+32 ,5 )./15 = 15 ,133
N rata-rata pada ujung tiang sampai 2D di bawah ujung
tiang
N23 + 32,5
n "7 "7 c,i I , I -J
Luas penampang melintang ujung pondasi 4- 1 m
Ap 1/4 n 1 - 0,785
luas selimut tiang sampai 30 m tiang pondasi 4> 1 m
As -- 2 n 0,5 30 -- 94,248 m2
Dari persamaan 3.14
N AsQup = 40.N.Ap +
o
= 40.27,75.0,7853 + 15'133 ; 94>24S5
= 1156,934 Ton
Kontrol tahanan kulit dengan tahanan kulit batas
Qs batas untuk & lm dengan panjang tiang 30 m didapat
Qs batas = 1,076 . 2 . n . 50 . 30 . 100
= 1014106,109 kg
= 1014,106 ton
Qs = 285,250 ton < Qs batas = 1014,108 ton.
79
D arI p ersamaan 3.15
Qap -
M e t o d a. L D C o u r t
Qu - Qs + Qp
Qp = Np k Ap
Qup
N =3
Qs fs p 1
Qap -Qu
3
1156,934
4289,233 Ton
+ 1 (lihat persamaan 3.17)
Untuk kasus yang sama dibuat tiang sampai dengan
kedalaman 42 m. Dari. tabel IV. 1 dan diagram N SPT No. I
d ida.pat :
Nilai rata-rata di ujung tiang sampai 3N di atas ujung
32,5 4 17,5 + 19,5tiang N = 23,16?
Luas penampang melintang untuk tiang pondasi <p 1 »
Ap = 1/4 n l2 = 0,7853 m2
Dari bor log No 1, lapisan tanah pada dasar pondasi pasir
2
(sand stone), dari tabel 3.1 diperoleh nilai k - 40 T/m .
Dari persamaan 3.18
Qp - Np k Ap
- 23,16? 40 0,7853 - 724 444 Ton
Keliling tiang untuk tiang pondasi <p I ffi
p=2nr=2n0,5= 3,142 m
Panjang tiang 1 = 30 m
N rata-rata sepanjang tiang
>J - (3+7+5+13+12+14+14+5+12+21+13+14+27,5+24+17,5
+32,5)/15 - 15,133
Dari persamaan 3.17
H . , 15,133+ 1
3 3
Qs = fs p 1 = 4,952 3,142 30 = 570,387 Ton
Qu = Qp + Qs
= 7 24,444 + 570,367
- 1294,881 Ton.
Qap =Qu 1294.811
3
Qap > Qrencana = 250 Ton.
+ 1 = 8.051
= 431.604 Ton
Kedala
man (m)
LD Court ( i / NV Nayak <T)
Qbu Qij if Qsu Qbu Qij in
C.-7 p ^ o n \ n -I A A A A 431.S0< i.OJ - ^di 871,350 189.233
Untuk nomor-nomor bor lain, dengan cara pengambilan data
dan perhitungan yang sama diberikan daya dukung ijin pada
tabel prediksi di bawah ini
NO
Bor
D
( Ki )
LD Court (T) NV Nayak (T)
Qsu Qbu Qij in Qsu Qbu Qij in
10
8
1
45
40
43
681,071
593,159
880,250
379,609
400,553
845,395
353,560
332,904
508,548
346,439
306,11?
349,716
845,395
801,106
816,814
297,959
276,808
291,632
81
4. 10. Evaluasi pengujian pembebanan (."Loading Test")
Pada kasus Proyek Bank Indonesia ini pengujian
pembebanan yang dilakukan adalah cara penambahan beban
berulang ("Cyclic"), yaitu pembebanan yang dilakukan dengan
penambahan beban dan pengurangan beban secara bertahap. Pada
saat akhir penambahan pembebanan dicatat penurunan yang
terjadi dan saat akhir pengurangan pembebanan dicatat
loncatan elastik tiang yang terjadi. Berdasarkan hitungan
dari hasil penyelidikan tanah oleh Perencana ditetapkan
beban yang akan bekerja adalah 250 ton untuk tiap tiang.
Retentuan yang. disyaratkan menghendaki adanya beban uji
minimal yang harus dipenuhi adalah 200% beban rencana.
Pembebanan sebagai berikut:
Beban kerja - 250 ton
Beban uji 200% ~ 500 ton
Hasil pengujian digambarkan dalam bentuk grafik yang terdiri
dari :
a. Kurva hubungan antara bebari dart penurunan,
b. Kurva hubungan antara beban dan waktu,
c. Kurva hubungan antara penurunan dan waktu.
Pembebanan dilakukan dengan sistim berulang, pada
grafik. akan diperoleh dua macam penurunan yaitu:
1) Penurunan total : titik-titik yang menunjukkan
penurunan maksimum pada setiap tahap penambahan
beban uji dihubungkan satu sama lain, garis yang
diperoleh menggambarkan besarnya penurunan total.
2) Penurunan elastis ; titik yang menunjukkan penurunan
pada setiap pengurangan bebari dan dihubungkan satu
82
sama lain, garis ini menggambarkan besarnya
penurunan elastis. Penurunan elastis ini dianggap
sebagai selisih antara penurunan total dengan
penurunan netto.
Evaluasi pengujian pembebanari berdasarkan beberapa
spesifikasi yang ada adalah sebagai berikut:
a) Batas penurunan total
- Batas absolut menurut ASTM, New York City Code dan
Holland - 2,54 cm,
- Batas relatif menurut Inggris = 10% diameter
pondasi.
Mengamati dari hasil loading test (lihat lampiran),
ps.da grafik beban dengan penurunan didapat bahwa penurunan
total yang terjadi dengari beban 500 ton (200% beban rencana)
ad a1ah 11,7813 mm.
Penurunan total 1,1781 cm < batas absolut 2,54 cm,
< batas relatif 10% diameter
100 cm - 10 cm.
Dengan hasil penurunan total 1,1781 cm, berarti pondasi
tersebut memenuhi spesifikasi batas penurunan total.
penurunan totalb) Batas ratio
beban total
- Batas total ratio menurut Chicago dan California
= 0,01 inci/'ton
Mengamati dari hasil loading test (lihat lampiran),
pada grafik beban dengan penurunan didapat penurunan total
yang terjadi 11,7813 mm (0,4839 inci) pada beban total 500
ton (200% beban rencana).
33
(JAM
MilI* PtSf-WTWAW *|
&-?<?*'
0,4838 inciiatas ratio - -
500 ton
9,276 10 ~4inci/ton < 0,01 inci/ton
Dengan hasil tersebut berarti pondasi memenuhi spesifikasi
batas rati o.
Dari hasil hitungan di atas dapat dikatakan bahwa
pondasi No. 418 yang diuji beban tekan memenuhi syarat
untuk direncanakan menahan beban 250 ton.
4.11. Evaluasi Hasil Daya Dukung Dari Data SPT dengan Hasil
Uji Pembebanan t Loading Test >
Perhitungan daya dukung pondasi digunakan formula yang
mengambil data tanah dari pengujian boring (SPT). Hitungan
daya dukung dari rumus-rumus empiris tersebut ternyata
mendapat hasil daya dukung yang berbeda-beda. Karena itu
perlu dilakukan suatu test beban yang bisa memberikan
keterangan besar daya dukung aktual yang dapat ditahan oleh
tiang tersebut. Pada kasus ini kemudian dicoba membandingkan
daya dukung yang dihasilkan dari metoda empiris data SPT
dengan data loading test. Titik pondasi yang diloading No.
416, dengan loading tes tipe tekan, kedalaman tiang 45
meter. Untuk mendapatkan hasil perbandingan yang teliti maka
diambii titik boring yang diperkirakan berdekatan dengan
titik pondasi No. 418 yaitu titik boring No. 7 dan titik
boring No. 11. Kemudian untuk menyesuaikan kedalaman tiang
fondasi yang ditest, maka daya dukung dari data SPT dihitung
sampai kedalaman 45 m juga.
Hitungan daya dukung ultimit dari data SPT menurut
metoda Mayerhof (NV Nayak) dan metoda LD Court (lihat
persamaan 3.14, 3.18 dan 3.17) pada titik boring No. 7 dan
boring No. 11 didapat hasil sebagai berikut:
Q
N aya k (T) LD Cout (T)
Bor No. 7 Bor No. 11 Bor No. 7 Bor No. 11
Qbu
Qsu
863,830
429,162
318,712
453,322
795,770
856,841
900,478
896,861
Qu
total 1292,991 1270,034 1652,417 1797,339
Perhitungan daya dukung ultimit dari data loading test
metoda gratis yang dirumuskan oleh Haaurkowi.cz didapat daya
dukung ultimit sebesar 1230 ton lihat gambar IV.5 pada
halaman berikutnya.
Apabila daya dukung ultimit dari data SPT dibandingkan
terhadap hasil metoda Kazurkowicz didapat hasil sebagai
berikut:
Mazurkowiez (data loading test) 1230/1230 = 1
- Mayerhof modifikasi Boring No. 7 - 1292,991/1230 = 1,051NV. Nayak
Boring No. 11 = 1270,034/1230 - 1,032
- LD Court Boring No. 7 = 1652,411/1230 = 1,343
Boring no. 11 = 1797,339/1230 - 1,431
- Tomlinson (Lab) Boring no. 11 = 1464,838/1230 = 1.190
Dari hasil perbandingan tersebut ternyata metoda Nayak
lebih mendekati (optimist) sedangkan metoda LD Court
memberikart hasil yang over-optimist.
GA
MB
AR
:W
JNTER
PRES
TASi:.
KAPA
SITAS
:.liL
XiMllP
ARI..
MAZU
RKOW
ICZ(1
972)
Dari hasil perbandingan tersebut ternyata. metoda Nayaklebih mendekati (optimist) sedangkan metoda LD Courtmemberikan hasil yang over-optimist.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesi nipul an.
Dari hasil pembahasan mengenai analisis daya dukung
pondasi tiang bor tunggal berdasarkan hasil penyelidikan
tanah grafik sondir dan diagram SPT serta didukung oleh
hasil pengujian pembebanan pada kasus Proyek Bank Indonesia
di Jakarta, kira.nya dapat diambii beberapa kesimpulan:
1. Hasil dari berbagai metoda perhitungan daya dukung
tiang dengan data SPT dan CPT, memberikan hasil prediksi
daya dukung yang tidak sama. Hal ini disebabkan karena
masing-mssing metoda mengambil harga pendekatan empiris
dari keadaan tanah yang berbeda, sehingga hasil prediksi
daya dukungnya berbeda pula, dan metoda empiris disuatu
tempat belum tentu cocok untuk digunakan pada tempat yang
1a. in n y a .
2. Perhitungan daya dukung kulit (Qs) menunjukan bahwa
semakin dalam pondasi,semakin besar juga daya dukungnya.
Tetapi untuk daya dukung ujung (Qb) tidak selalu semakin
dalam pondasi semakin besar daya dukung Ujungya.
3. Dari hasil pengujian beban aksial tiang No. 416
dengan metoda "Cyclic", dimana pondasi dibebani sampai
200% beban rencana (500 T) penurunan total yang terjadi
sebesar 11,726? mm -< 2,54 cm, batas ratio yang terjadi
sebesar 9,276 .10 inc/ton. Dengan penurunan total dan
batas ratio penurun an sebesa.r itu, berarti pond as i
tersebut memenuhi spesifikasi yang disyaratkan ASTM, New
York City Building code, Chicago dan California Building
Code.
4. Prediksi tahanan kulit ultimit, metoda NV. Nayak dengan
data SPT memberikan hasil yang mendekati prediksi tahanan
kulit dari metoda teoritis formula Tomlinson.
5. Untuk metoda-metoda dari data SPT, yang dibandingkan
dengan metoda grafis interprestasi hasil loading test
dari Maaurkowicz ternyata metoda dari NV. Nayak yang
paling mendekati.
5. 2. Saran
1. Pengujian tanah dengan menggunakan alat sondir kapasitas
10 ton dapat digunakan untuk perencanaan pondasi bangunan
bertingkat banyak, hanya saja perlu ditambah kemampuan
kedalaman penembusannya supaya bisa sama dengan kemampuan
. alat bor. Jarak pengujian CPT dan SPT perlu lebih rapat
lagi satu sama lainnya. Dengan demikian diharapkan lebih
bisa mendeteksi ketebalan lapisan tanah keras untuk
meinper kirakan penempa tan ujung tiang fondas i.
2. Interval titik pengambilan contoh tanah yang
akan diperiksa di Laboratorium perlu lebih dekat lagi
sehingga sifat-sifat tanah yang diketahui lebih komplit
dan lebih kontinyu untuk setiap lapisan tanah.
3. Kenyataan di lapangan pengujian beban tiang tidak
dilakukan sampai tiang benar-benar mengalami kegagalan
beban, sehingga daya dukung ultimit tiang sukar untuk
39
dxketahui, dan penentuan daya dukung uItimit dari hasil
dengan skala grafis, sangatpengujian pembebanan
, i-i c-uhiektif itas dari oradipertgaruhi oUDJckh, x
q„ perlu evaluasi yang
ng yang menentukannya,
lebih teliti dan
P E N U T U P
Puji syukur dengan menguoapkan alahamdulillah ke
Hadlirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Tugas akhir ini.
Dalam menyampaikan Tugas Akhir ini, penyusun telah
berusaha dengan sebaik-baiknya. Mengingat keterbatasan
waktu dan kemampuan yang ada, penyusun mengakui dengan
segala kerendahan hati, tentunya dalam menyampaikan Tugas
Akhir inimasih jauh dan kesempurnaan. Untuk itu harap
maklum adanya, kepada semua pihak yang mengerti bidang
teknik sipil-
Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada. semua pihak yang telah banyak
membantu, hingga terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir
ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada
penyusun, diberikan balasan yang setimpal dari Allah
SWT ., Amin .
DAFTAR PUSTAKA
i. Bowies, Joseph, E., 1983, Analisa Dan Disain Pondasi
Jilid 1, Erlangga, Jakarta Pusat.
2. Bowles, Joseph, E., 1936, Analisa Dan Disain Pondasi
Jilid 2, Erlangga, Jakarta 10420.
3. Nayak, N.V., 1982, Foundation Design Manual For
Practicing Engineers And Civil Engineering Students,
Dhanpat Bar and Sons Technical and Publishers 1682,
Nai Sarak, Delhi.
4. Nakazawa, K., Sosrodarsono, S., 1933, Mekanika Tanah
dan Teknik Pondasi, PT. Pradnya Paramita, Jakarta
5 Poulos, H.G., Davis, E.H., I960, Pile Foundation
Analysis And Design, Jhon Wiley and Sons, Canada.
6. Sanglerat, G., 1972, The Penetrometer And Soil
Exploration, Development in GeotechnicalEngineer!ng
Vol 1, Elsevier Publishing Company, Amsterdam,
N e t he r Iand .
7. Subarkah Imam, Ir., 1986, Teknik Pondasi Suatu
Ikhtisar Praktis, Idea Dharma, Bandung.
8. Tomlinson, H.J., 1977, Pile Design And Construction
Practice, Cement and Association, 52 Grosvenor
Gardens, London.
9. Teng,WC. 1965, Foundation Design, Prentice Hall of
.a '.'Private) Ltd
,,, "r^-i^v t n 1977 Mekanika Tanah, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan.
z<HX<
CO
O':
ii7on-r>JJL'3:t
II
H3A0HJfiaviHp.M
WI
HVQ»m
>mNt*UinSPlC
I[|®
bib
r-.-.o/.r..'.:
<>-:\*\.U
'-lnq^
HU
^-p
pi
iii!ii.inip.iri(|"|/^
T-'x
•-•-.-
ia
-.i--.i
>:iiI>
;-^ir-;:q
|iiq:q
CO
5&•3
^-c
-;:
MH
Ul
J:
iw
i
I'll
!"';'•'!''!
>l.'I<•;;•.,,,-
,-w1
Uv'i:
-'^
Mil
M'T
i
uO
5
W3~\JrtVSU3IIJ0X
U31JI-IVS'IIOJ(I)
JllJi-iVS3J.W-IIOSIIJ30!•>
U3~l.>-<VSIIOOJ5-JI1.ISO
IIiUllVi1IVMIIIII|0
U31JI-IVSJOSIOOl-IAS
0£6."zT'a"—""63&-liv2'
9M5^aGdMWT}
eq~i
•>J-MJTljJ
001DNIUOS
CO
5&£d
oo-J
co
?c
—
5r
W
o-1
C)
0z
£*
3J
u3"wnvsU3IU0
(|iU31JMVSTlOJJ
Ul-JdrtVS3d*J-»OSI«30(..
S3"Vrfr-fPS1105
OSi.
UJ\MVSiiooji-in.iso
U3"U11VSIIVMNIIl.t#
U31drr.'SJOSlOOIliS
S1S31NOM5Lll3ll3^OI/VOUVJS
01MlS'SiiSdMWT}
^rPS
GO'iS
S7TS
ooo»
1CT
miiu*«:
CJiliOSJO0.3
—'v
flltj-TU^.(XJjIt'HCa-iJ
OJ-77|oai*»n-Ji(ihT,7>St~.
00t7
00'07
CO'StI9V^
^r1
mvuj-"-vin**
Oy-»i-ii?TrttirjQli
"nzzr
lei::
iro3t-fT*J>T»l
tcc~
•,ur
•..
v"^u
?ti:"
u.:U.S._,
^O-J^u^J3^~ii0»b<'
S0&-t
OWi'
C9S-|
IT--*!
SO7-'
laitu>aI
If1^-J^/1-'
13--.3iuiiv.^uro*.-..
oo"ioniuoEi
•J-WBMIHiUJJl
jn,\j^itjv.
v>sx*<d»J^
1^*>*-,!.
1'.j^-l^r»j^<
I'OiirOiIS5V13
oo•:|(r.{'•|
s?-:i
•—Ic-••"I
i.ui»'oi^i>lU3CijOiIdlUDSJOiUOIOD||1OHi-1J.1ITunsiaI
..^uiu,l3i
t-ssBiioar-';Mf;vsiin-.-jOii'
=3
CD
ft
oCI
-I-
CO
snnofvlI
ooCN
ooCN
CMI
oc-
COI
oCO
—ii1
ooo
Io
ori
CO
CNfsl
COrr
\£)
CN
vO
>o
ill
o
CN
-3'
in
oU)
CO•3
-
ri
CDCOoo
a5
oCO
in
CM
CO
CN
«0oCNcr>
;\r-
nn0>
VO
00
CN
O
oin
o
oo
o>co
.
incr>
CO
CO
^r
o>
0ri
xm
•r
n\
oo
•:i
c'l
.•»
(1
1(1
CI.
>()
•*.
*»
,,.
o0
5.—
1O
c.-I
CO
in
t^
1-
co
10
CO
lv
oO
t-~
i—
oo-cr
ominIo-a
-cr.
CT
.
r-
in
.I
r~
>o
in
no
r~
cn
nco
r~
cn
m
•I
I-.
in
m••
in
n
co
3=,
I—vO
r-
CN
oiO
cn
r-i
nci
vo
nin
in
n>n
r-l
co
CN
ii
VO
io
o>
..C
M
•cro
CO
or-
CN
(-1
•o
•«r
*rvo
iri
..C
NTM
-C
N
oo
£w
mm
oIM
oll.l
in
UJ
_a
.
O<
rQ
^«
d<
ri-
If)
<<
r-
~jL
LOft
<U
JV
-->U
J
Z:>
D•^
v:
a
2rx
-.£.O
IUV
-1
-<
<
rx
OCO
1<
.
a_
l
VC<
Boring No.
Deprh (rteter)
cy, G
V
hesxon Apparent, c ; kg/cn-'
jle of Shearing Resistance, 0 ;
c Density, If'wet;* Density, 7/dry ; gr/cn
:er Content, w ; % / ^
.ity, K ; cn/sec
jression :
: : meter
> o-/ cn
r
^ressive Strength, Q. ; kg/cn'/ 3 •
wet ; gr/cn
ary ; gr/cn
w : %
Fr.CJECT : HtfiK ZZCMESIA
LOCATION : JL. M.K. THAMRIN - JAKARTA FUSAT
B.113,00-3,50 6,00-6,60 9,00-9,50 12,00-12,61 15, 00-15, 5'j
2,638 2,492 •) "CQ 2, COO 2,664
0,20 0,05 0,10 0,20 0,2 115 a 9,00 9,50 !1,55607 1,19307 1,47378 1, i'JDOO 1,502 !
0,9550? 0,450 0.77805 0,53434 0,900 |63,38/n =^o 163,99/0,96 35,17/0,947 ir'r:;.:.9/o,09 56,30/90,79fo( 10 m )3,?7 x 10"
29,60-29,90
I3,201,891
i 1.337
41.46 .
•4Crn
35.70-15.35
3.075
1,825 .
1,369
33.31
39,80-40,0
3",260
1,636
1,L42
42,30 _
94 :c i0~5 ( 30 m) 1,'k
44,6-44,9
2,25
47,60^17,7
0,995
4
1
1.770 1.708 i
1,223 1,297 i
43,91 31,63--
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSi
LABORATORIUM MEKANI
No.
o.
Boring No.TEST
\ Depth (meter) | 3, 00
Specific Gravity, G.
TriarcLal : Cohesion Apparent c
Field Permeability, K ; ca/sec
Unccniined Ccmpression :
Depth of Sample ; meter
kg/era"'
Angle of Shearing Resistance, 0Vfet Density, T^wet ; gr/cn3Dry Density, ~Sdry ; gr/a3V.'ater Content, w ; % / Sr
Dnccnfined Compressive Strength, Q. ; kg/cn27/et Density, 7/ wet ; gr/cn:3-Dry Density, 7/dry ; gr/cn3•'Vater Content w a
,o
2,63?
0,20
15 j1,55c
0,95:
63,38/0
( 10 TO
29,60-2$
3,20
1,891
| 1.337
41.46
•«o
<%Qd£KGdea
r-l
d^fi
d©
s&
t=)&
fic3
fi<•=>'
to.^
ri(X
^2
4-'
•HC2
*^
^^
2C
£t=
'3r:^
^c
c^
:fca
:<t
<^r
.,^
C^
ir-
i^;
_-~
r£
c:?
C-
a£
hi:
3<3
'••$d
i^c">
<-"--d"
d
?5=
dd
dd
©d
»*""
co
tllj
inco
co
c-~
ex.oco
oooCM
0o
l.0lO
rJo
,"
cr
r-H
•r-H
CO
teaC
O
CO
CO
uC
Or\
o
•Oi
uO
4->''
«C
-J
sz
•H
II
i—1
--'
uO
a
CM
co
co
uO
r-H
X--
+u0<
CM
T-l
uO
CO
o
I
o
UO
CM
Mil
'OJj
o^
r^
_
CO
CO
uOo
'.
CO
r-Hu
O
^'
CM
CO
CO
'uO
II<3<
uO
II
oO[-•-
CC
Ou
O
t—i
"lOC
M
r-i
CO
'Cifi+
c*
CO
r--
r-~r
'•C
J:C
OC
O
c-~l"~
co
or-H
r-H
CO
CD
cc
CO
ti
1•'II
l.0i;
'-<
'Oil
CO
CO
CO
CO
CO
CM
co
CM
^co
or-H
OuOc:
»ft;;U
,'"'
uO1
Oco
CO
--
Io
CO
-•#T
-H-.^.
-.„•
U"J
r--<
^
CO
C"?
^
'OJ]
E-'
l\)^
mU
O
no
C-J
-^
cm
CI'
D-
CO
uO
C'-J
r-H
to
CO
CO
JJ
IIr-H
ov
CO
n-•*
rH<
C-J
^~
-
r-HII
II
1-^
CM
i-O
ou
O
r-H
muO
1'•
CO
'•C
O
or-H
to
-+•
c:
-i-
]
CM
^
!t500
)
CO
CO
H"CO
-ct*
f.0-p
c-
inC
-J
nC
O
r~
C-J
tCO!
CO
CO
CO
co
uO
O'
or
CM
'OJj
r-S
_x:
1u
O
rHH
i-^^~
r-H
C3
'
rfl!<:•
C)~~
era
rn
-<r~
~!
r^
ji^
J
^tai
1
dCO
CO
C^
l
bl
1
'3--.
r:-1
dcd
'/]
c?
IS
r-H
co
[••-
C-3
COi»
C-i
r-H
CU
tul
r-
(XC
M
ac:.
r-
r,vr
CO
tooL.0
C-1
& - Soil (3 - 12,7)
po (0 - 12,7)=> po- 6,6296 + (1,3902 - 1) 4,7 = 3,4635 T./m2
Qs - 0,5 . 0,7 . po tg 9,25° 2n 0,5 . 4,7 = 7123,2930 kg
Qst - 39066,17 52 kg
4. EEEw&SD FKErD&EA!)',&iT, 0 - 18,9 01
Qs (0 - 12,7) - 39036,1752 kg
Elevaai kedalaitian (12,7 - 18,9) => Silty Sand
C - Soil (12,7 - 18,9)
Qs - 0,4 5 . 0,212 . 2n . 50 . 6,2 . 100 = 18581,8922 kg
ft -• Soil ( 12 ,7 - 13,9)
po (12,7 - 13,3)=> po - 8,4635 + (1,4595 - 1) . 6,2
- 11,3124 T/»2
Qs - 1/2 . 0,7 . po . tg 10° . 2il . 0,5 . 6,2
i .5 ..>.-'••• .> , .i. ...: o<i lit'.
QG1. t. 39086, 1732 + 13581,3322 + 13598,2534
:" ;!266 ,3298 kg_
5. Eii;r.o/>,->;; d irii'A'-,!! ;v,niA)ii'i o - 26,4 c-<
Qs <. 0 - 18,3 < - 7 1266,3203 kg
Eievaoi ksdalasian (18,9 - 26,4) =» Sand
ft - Soil (18,9 - 26,4)
po (0 - 13,9) = 11,3124 T/ffi2
po (0 - 26,4) - 11,3124 + (1,5975 - 1)7,5 = 15,79365 T/si
Qs =0,5 . 0,7 . po . tg 39,5° . 2H . 0,5 . 7,5
- 107365,5064 kg
Qst ~ 71266,3208 + 107365,5034 = 173631,8292 kg
2
6. EEEWA7S0 KEID&E&D-i&D-, 0 - 31,9 Di
Qs (0 - 26,4) - 178631,3292 kg
Elevaai kedalainan (26,40 - 31,90) =* Clayey Silt
C - Soil (26,4 - 31,90)
Qs - 0,4 5 . 0,6528 , 20 , 50 . 5,5 . 100 - 507 53,0842 kg
ft - Soil (26,4 - 31,90)
po (0 - 31,9) = 15,79365 + (1,85925 - 1) 5,5
- 20,5795 T./ai2
Qs - 1/2 . 0,7 . po . tg 16°. 2H . 0,5 . 5,5
- 35533, 1464 kg
Qs!: = 178631,8292 + 50758,0342 + 35533,1464
= 284973,0598 kg
7 . EEEv/ASD D<EfD&E&D1&01 0 - 35 01
Qs (0 - 31,9) = 264973,0598 kg
Elevasi kedalaman (31,9 - 35) Sand
ft - Soil (31,9 - 35)
po (0 - 35) = 20,5195 + (1,902 - 1) 3,1 = 26,4157 T/m2
Qs - 1/2 . 0,7 . 26,4157 . tg 42° 251 . 0,5 . 3,1
- 81073,5488 kg
Qst - 264973,0533 + 81073,5466 ~ 346048,6064 kg
O. E"v'Ai*/n D-oE;D&Q_«B1&D1 0 - 37 01
Qs (35 - 37) = 346046,6064 kg
V 1 w T7 S s i k ed a 1 auian (35 - 37 ) C1 ay
C - Soil (35 - 3?)
Qs - 0,45 . 1,5375 . 2FI . 50 . 2 . 100 = 43471,7383 kg
Qst = 43471,7883 + 346048,6064 - 389518,3947 kg
9. 0 - 41,7
Qs (0 - 37) = 339518,3947 kg
Elevasi kedalaman (37 - 41,7) Clayey Silt
C - Soil (37 -41,7)
Qs = 0,45 . 1,0944 . 2U . 50 . 4,7 . 100 = 72717,0628 kcr1 - _• 1 /or?
.> i J i i CO )'
po .0 - 41,7) - 26,4157 + (1,325 - 1> 2 + (1,636-1) 4,7
= 31,0549 T/ffi2
Qs - 1/2 . 0,7 . 31,0549 tg 1.6° 2FI . 0,5 . 4,7
<z E&BIEOE&DI 12
= 46019,5479 kg
Qst - 503255,0054 kg
10. EEEV&SD D<EE>&E/»B1&D'J 0 - 45 01
Qs (0 - 41,7) - 508255,0054
Elevasi kedalaman (41,7 - 45) Sand
0 - Soil (41,7 - 45)
po (0 - 45) = 31,0549 + (1,902 - 1) 3,3
= 34,0315 T/m2
Qs - 1/2 . 0,7 . 34,0315 tg 42° 20 . 0,5 . 3,3
- 111136,0715 kg
Qst - 619441,0769 kg
Qt.aE.& - po - 34,0315 T/m2
Qb<^ -. Hq . pd . Ab
- 150 . 34,0315 . 0,25 . n . I2
- 4009,2416 T
Nq . pd -- 510,4725 kg/cm2 > 107,639 kg/cm2
Q ho,.* »ii dlaifibi] - 107,639 kg/eta2. 0,25 . n . 1002
- 34 5,395 T
Q.. ;/(m — Q'oa.sf -i- Q-V.ui. (,?.
= 619.441 -f 845,395
" ~ 2 , 5 " ~
- 585,934 ton
<z E A DIED ESDI
EmBIEBE&DI 13
LAPORAN PERCOBAAM LOAD TEST TEKAN
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG A?B DAN PODIUM RIKOPERBI TAHAP I
LOKASI : JL. MH. THAMRIN JAKARTA PUSAT
PENDAHULUAN
Berdasa
tangga1
Pondasi
Tahappembeba
oleh K o
AcJapun
sebaga i- Nomor
- Type
- Pos i s
- Beban
- Tangp- Prose
rkan Surat Penambahan Load Test Tekan no. • 25/453/UL/PkP20 Desember 1992, dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
Tiang Bor Beton Gedung A . B dan Podium pada RIKOPERBII PT. Waskita Karya diwa.iibkan melaksanakan percobaannan terhadap tiang -bor yang lokasi tiangnya ditentukannsultan Pengawas dan Perencana.-pelaksanaan percobaan pembebanan yang dilakukan adalahberikut:
Bore Pile
Bore Pile
i
Maximum
a 1 Pelaksanaan
dur pembebanan
416Token
D-9
500 ton ( 200 % )
19 S/D 21 Januari 1993 'ngiluiti Prosedur ASTM D. 114 3- 09
Pembacaan besarnya tekanan yang diterima oleh tiang bore piletsb. di baca pada Manometer yang menunjukkan tekanan hydroulic.lack. sedan glean penurunan tiang ale ibat pembebanan dapat dibacapada Dial Gauge yang dipasang pada keempat oen.iuru tiang bore.terhadap batang tetap/refferensi beam. Disameing itu untuk lebihtelitinya dalam percobaan ini dilakukan pembacaan arah horisontaldengan menggunakan Dial Gauge. Hasil percobaan pembebanan berupagrafik dan peneata tan di lapangan dapat dilihat pada lampiran.
Demi k ian 1aporan
menunggu saran :
membangun.
pelaksanaan ini kami buat dan talc lupa kamiian k r it ik dari s a u d a ra - s a u d a ra yang s if a tn y a
Jakarta. 21 Januari 1993
Proygk. j£&n!<"" IndonesiKepal £/*Prpyek. -i
Ir. B. RIWVT SIREGAR
£tV;^-£S^7£'^'
PERCOBAAN BEBAN TEKAN ' .'.•'".'•. ,-'' :NO. BORE PILE = 416 ' ~" ' ' ."'.'' '••••:•.• .... /,'.-BEBAN— • =-500TON;v -. - _....._ ...._. „..____.:/,:^ALAT = ENEFU^^CLRJOOOG ,A=1463,61 CM2j=227^£l
%
25
SO
25
50
75
100
75
50
50
100
125
BEGAN
TON Kg/CM 2J5H PEMBACAAN
0.00
62.50
125.00
62.50
0.00
125.00
187.50
250.00
187.50
125.00
62.50
O.CO
125.00
250.00
3 12.50
O.CO 0'-2'
42.7QJ A0'-2--<k-8--10--l5,-20' MAX 2 JAM85.4 1 A 0'-2'-4'- -8,-10,-l5'-20' MAX2JAM
-8'-10,-15,-20: . . • . '42.70 8 o'-2'-4'-
0.00 B
85.-11 A
128.1 1 A
170.81 A
128.1 1
85.41 B
42.70
O.CO
65.41
170.81 A
213.51 A
150 I 375.00 256.22 A
125 3 12.50 213.51 B
100 250.00
75 I 107.50170.61
120.1 1
SO
25!
50
100
150
175
125.00
62.50
O.CO
125.00 I
250.00
85.4 1
42.70
O.CO
65.4 1
170.81
375.00 | 256.22
437.50 298.92
B
A.
A
175 1 437.50200 I 500.00 I 34 1.62
298.92CO'-2'-4'-8'-10'-15'-20' -.. MAX 24 JAMD Q'-2'-4'-8'-1Q--l5'-20' 60 MENIT
ISO 375.00 I 255.22125 312.501 213.5'
100 I 250.00 I 170.0175 187.50 I 120.1 1
50 125.00 35.4 1
25 i 62.50 42.70
0.00 O.CO
D
O
O
D
D
0
C 0' -2' -4' -8'-10'- 15' -20' MAX 24 JAM
A : Pgnibacaon MIN 1JAM DAN 0,25 MM/JAM .MAX 2 JAM
B : Pembacaan 20 MENIT " ' '••'•'•
C : Pembacaan MIN 12 JAM DAN 0.25 MM/JAM. MAX 24 JAM '
D : Pembacaan 1 jam
^n
nAT_A_ pEMGAMAT/VJ'i LOAD TEST TAB IK
PnOVEK : BANK INDONESIA
BORE PILE NO.: 4l6
r
1 Or-.r.^,.™ dt WASKJTA KAP.YA
jcabang IV JAKAMIA
nATA pcmqau.atam LOAD TEST T.AB'.K
PROYEK : BANK iNDONESiARORF Pll F NO.: 410
a r\ o ir-\ ^ A I AKll I A f™> I ^ ^ r^i r,I C7 *_>/ l^^i onnuni u Icdo
KENAIKAW ' KETEP.ANGANl
KbNAIKAN
, or i/Ja,5 j/j t_a_ u^a nv.a
ina IV JAKAM I A
BEBANI / -rr»M < DCQAI.I
DATA PENGAMATAN LOAD TEST TAP.i.K
PROYEK : BANK iNDONESiA
RORF Pll F NO.: 4164 f-\ O/r^ ry 4 (AMI I A C~) < 4 f\t\<-\r cy \J( Ly <e_ I umxc/ni li iao<j
HAf?M_ PEMBACAANTT
RATAO ATA I/-CM A 11/'A M l/CTCD AMOA K
J_ _L _j_ JL J_
125
fi? «;
250
J12.5
50 1 4.9850
4.9850
4.P0OO
A Q7nn
1 .& i uu
I 4.9DOU4.9650
or- r* ap^n
o.a<:3u
3.9250
3.9200
rv qi r.n
o rn r.ri
U j 1.4 yUUI 1.3850
1.3350
! 1.1100
4.5650
4.5650
Rnnn
^ i;c^n
1UUI b./JSU
6.7400
6.7500
V. I t yj^i
I 6.
cyuu
7900
.7000Amn
-0
_J_
o
6.0800
5.6800
5700
r AAnn r
J. t5 [_8JI.CU0
i "8.1950I S.2250
4.4150
4.4150
4.4150
A a ( nn
m . i i cr\/
4.4CAJU
4,4000
3 A7?;n
o.o/ ou
3.3700
3.3700
r< rwnn
q o c ^ r\
2.2c!U(J
1.1350
1.0950
V. C ^\J-yJ
u.yosu
0.8900
3.9250
3.9250
r\ qo^c,
b.1U5U
6.1100
SO
V. I ^l.V
D.1DDU
6.1550
6.16C0
r -t Ann
6.2550
6.2550
n ?.rvsn
C.055U
7.6S50
7.7100
fTE'SO
0.3950 I 0.0350
0.3950 | 0.63500.3950 I o.firvso
n ior,n
w. *JZtUV U.rj^JUKJ
u.jyau | u.ooou
0.3950 | 0.6350
(•n ?-inn\l cn n?;r,n\
IV. c I uy/j \ ^.
^U.^iuu; |U.U33U)
(0.2100)| (0.0550)
(0.2100)1 (0.0550)(n ?1 nni I cn nr,.,:,n\m th r.v
(0.20UU)| (U.025U)
(0.2300)1 (0.3300)(0.2300)1 (0.3300)/n opnnM Cn nnrt
\\J . {LW\J11Jl±
(0.2000)| (0.3650)
cn p«nn\l cn ;n>;n)
/r, >\l /r-i
yv.^ocivn \v.k\j5G)(0.2600)1 (0.2050)
(0.2600)1 (0.2050)in ?r,nn)l Cn pn.^m/r» ocnA\ in nr\cr\\
1.3000 I 1.0550
1.3800 1 1.6600
1.3800 I 1.6800
. uuuv
1.3650 i i .6600
1.3800| 1.70001.4000 1 1.70001 do^n 1 7nnn
I.1/3U I . / I UCI
1.4000 | 1.7900
1.4 800 [ 1.79001 snnn I 1 Annnl
-I-
2.025U I 3.UUU0
2.6250| 3.0800
2.6300_l_3.1_050n ^ynn I a mi;
| c . v.' ~ *JW | vj. I ^W V
2.6075
2.6075
) P.fjQfin
t.uutu
2.5yoo
2.5988
1 7f;aa
1.7575
1.7563
1 7f>.aa
U.//00
0.4775
0.4550
\J ,\JZ1\J*J
U.JODU
0.3300
i.uuoo
2.0063
2.0053
? nnw
n nn.r^n
3.yb«U
3.9725
3.983^
yj. ajuo
I.UCVD
4.0063
4.0125
t.ua i o
4.1013
_jJ0j_34.1 nan
A ( ^ r.r.
5.0025
5.3963
_5.41_7_5
5 -! -!2!(T J->r,r
2.C075
2.6075
.fiOfi.3
«:.UI^*:U
•<^.t)ydd
2.5908
i ,758ft
I ./DOO
1.7575
1.7553
1 75rxn
7i;ic
U.fflitt |0.4775
0.4550
\J . OC3WVJ
U.OODU
0.3308
ii.UUOO
2.0063
2.0053
nnrsn
n nncn
y.yboo
3.9725
3.9338
yj. O^U\J
I.UU'^O
4.0063
4.0125
.1 ncAA
4.1013
4.1013
a mnn
/4 -I H on
5.^025
5.3963
5.4175
!"- //lOI
MilNAIKAIN
1 JAM
n -I A (Ot;
t
.„,„ DT lAJACly'ITA U'ADVA
I
iang IVJAKAKIADATA PEN.GAMATAM LOAD TEST TAP"^FROYEK : BANK iNDONESiARORF Pll F NO.: 416
i;ti.
TAM<-^r->AI . A r\ O tr\innuunL : ic; Cj;u r-i j i a kii I a ni a nn'i
^ i ur\i>tuni ii i C7c7vj
f 11 BEBAN| j
"~ 1 HA6IL PEMBACAAN RATA• ATA KEmA!""'1 KETERA\,riA KJ
ill 1 ( TOM \ ! SESA.\' D.'AL 1 ' C\'/V ° ' r>,IA| i 1 piiai aJ-.. . .i i i 1 j
*25| i I 0.2950 j 7.7600 1 2.7100 1 3.1750 j 5.4900 5.4900 | KtNAIKANreol 1 I 8.31001 7.60001 2.72001 3.18501 5.5038 5.5030 | 1 JAM =r-. •-> 1
t—7{ 1 0 0350 1 7.0.100 1 9.7550 1 3 ??0Q 1 5.5350 5.5350 I
fAn 1 I I 5.3500 J 7.5-150 ' 2.7750 ! 32400"' t; t;^o^ ^ ^^0^ I _n <«•*>«;jj-^l I „ „..— | _ „„,_„ 1 —.„..„ 1 „ „r-, ••)
| O.OIUU j I.OUJU d, 1 OJU 1 o.^GuO y.uuoo
touj j j 6.3700 j 7.6650 j 2.7y00| y.2550 j 5:5700 O.O/CO |p5|100 1
1 j 8.3800| 7.8800| 2.7900 | 3.2550 |j 1 8.3950 1 7.8900 1 2.7900 1 3.2550 1
5.5763
5.5e25
5.5763 |5.5825 1
P 5J j 6.4000 j 7.8950 j 2.8<">nn 1 .1 pano i 5.5938 <; rq^« 1
c '1 ! P. XIC1C1 ! "* '""-"=/-* 1 '-I or-tco 1 r> ooy-vyi I C c?r^r>r> 1
F f J i "<- --' •• • j|i17J 375 | 150| 9.8850 | 9.5150| 4.1800 j 4 7700 j 7.0875j 7.0875[19! I I 9.9450 | 9.5800 | 4.2150| 4.7850 1 7.1313| 7.1313 1 jN ! ! 9.9750 1 p nnnn 1 4 pjnn 1 a n.35n 1 7.1695 1 7 1R95 I I
—I1 110 0'15n ' ° "7t:r\ 1 a T)nn 1 a nnr,n 1) ) f_r-.y ~" | • -* | "7 Old 1 "7 11CO 1 j
"I•J2It—;
j jtG.GaaGj S.595GJ 4.3550 j 4.S2GG ji MU.lUOUj y./ZbU| 4.00UU | H.ysbU |
i .<:coo |
/.2yuu |7.2565 | i/.2you | |
37 | 1 ! 10.1400 1 9.7800 1 4.4100| 4.9750 | 7.3263 1 7.3263 | |4? I ] f10.1700) o.2000 I 4.4450 I 50050 I 7.3550 i 7.3550 iA~ I j [ '.0 ' onn ' ° n-^n I a Aann I r- nAnn Ij j j. i •• i j
.. ,_
7 insi i 7 3AR-3 1 |sJC ) i iw.ccvw i S.CG30 i 4.ASC0 i .5 040(3 -T I" -r ano o | |
s'l 1 p0.2c<50| 9.66501 4.5000 j 5.0600 jI • tvyvyiy | j
C.IVfUU | 7.4200 j |021•:7l
[10.4000 J10.0600 | 4.6650 1 5.2350 |110.4350 i 10.1000 1 4.6850 i 5.2600 1
7.5900 |7.5200 1
7.5900 j j7.6200 1 |
12 f 1- n .iRRn I i n 1onn I j 7nnn I r ?7r,n | 7 R.-*75 1 7 R375 I I" i I . vy.-._-_y^ , ny.iw.vyo 1 i.itw .^.to-vyC -T CCr.i; 1 ~* cc^cz 1
H j iD.SuOuj i0. t650 j 4.7400 j 5.2900 i c .0/OO 1 c.6/35 1 j271 | | 10.5)00 ( 10.1700| 4.7600 1 5.2900 1 7.6825|
7.7025 17.6825 | |
{321 I 110.5300 I10.2900 1 4.7700 1 5 3100 i 7.7025 I |m\ I | in..sjnn I in.ginni a nnn I 5 3350 I 7 71;T1A I
7 7-31 T 17 713AI j<4_ | 1 ifj ccr.n 1 ir, Tinn 1 yi ar.nn 1 r men 11 •- -,r I '"' "j -' ~- i ~~ , 7.7313 ' 1
"I I«l I
| iG.c-550 11G.24GG i 4.BGC0 i 5.3400 i| 10.5000 [ 10.2500 | 4.00U0 [ 5.0000 |
/. /353 I
A/525 |/. 1353 | KENAiKAN ii. /525 11 Jam = j
571 | 110.5900 | 10.2700| 4.8500 1 5.3800 1 7.7725 1 7.7725 j |321 I j10.6050 I10.2750 I 4.0500 I 5.4200 I 7.7875 f 7.7e75 1 0.17 17 I I j 10.5)00 j 10.2550 1 4.8700 1 R-<enn 1 7 Amo 1 7.503S ' 1"' I | 1K>.\JtLU\J | IV.vyvy^^l 1.UUUU | 5.45GG] / .u 1 cCj 1 -r r\ A*-\er 1 |
>'i ! j 10.6600 j10.3/00 | q.6600 j O.4500 1 /.tyvyi-ro I /.632o i j| I I>0\ 312.5 1??! 1~ i i
J ' 1125 10.1350 I 9.0500 I 4.5650 I 5.1650 !1
7.4433 11 1
7.4438 1 |I 1n 1o'-,n I o ARnn I j w^ | n yRt;n i 7 JJ.^A 1 7 443A 1 |
H 1-1 <^ *"cn 1 r, nenn 1 ^ qcen 1 c^dry>'"•"-'"I a.vy^ovy | -r.vyvyOU 5..56G 1 . -T-tvyu 1
-7 A A1 O 1 1
:o| | | iu. iS5G| 9.5500 | 4.5650 i 5. i650 i 7.4436 1 7.4435 ( j») | [10.1950| 9.0500 1 4.5650 | 5.1650J 7.4438 1 7.4438| |51 ! I 10.1950 I 9.05001 4.56501 5.1650 ( 7.4438 1 7.4438 1 |
ini 1---f 1-
I m iq^n I q A.snn I a Rnsn I ^ msn 1 7 44.in 1 7 443A 1
_| .|j • 1 i - •( ^1- '1 1
1 | tJU | iGu j S.m'GGO j S.GG5G j 3.53GG j 4.5750 j 6.6525 1 6.6525 i iJ.J . !51 19! 111 1
1 y.3you_L o.yyso | o.ooou | 4.0/50 \)—
0.04/5 1i^-\
(y.04/5 | j\ 9.3050 1 8.9900| 3.0300 | 4.3750 |1 9.3000 1 0 9000 1 3.0250 1 4 3750 1
6.6450 |6.6400 1
6.6450| |6 6400 1 1
' 9.3000 ' G.0n00 ' ^ f^n 1 a 17^0 ! 5.6'100 ! R R.inn ! 1
v' 1
li i
.' C"l--,'-r^l y,r,ny,y>| o nrMrn 1 J l^rn 1&. vy * w>vy j o.c^i-'vyvyj u.uc^u j -t.or^vyi rr 0 0 n r* 1
vy . vysy tyvy i
0.0JOJ 1
• ) 1o rr-r-» n rt ! i
I y.3/0ui u.y/5U[ 3.625U i 4.3/50 | 0.0003 | |
•crc PT. W.A,SK!T.A "adva
4bRng IV JAKAHfADATA PEMGAM.ATAN LOAD TEST T.AR!K^EOrEK ; BANK iNDONESiARORF Pll F NO.:41fi
TANGGAL : 19 S/D 21 JANUARI 1980
BEBANI Tr\kt \
% ! _H.A?!L PEMBACAAN] | rata2£S^' [^^Tzu^Y^^r^^. oata I .
KENAiXAN JkFTcc>**"^am1 " . t 1 v«_ I »_. iy-«i « i^a*-\* «
I
•y 3/5/•'4|
—J_60_|10. OJ5_0_| _ 0.005U10.3350 | 0.8850,
JJ0.3500 I 0.9000 I10.2550 ' 5.9 1nn
IV.^yuv/V I G.32CCj •'I.O'ISO ' A RrlRO
'^i—r;L..U-3JJOOJ_jyno^
Hi
'VOC
D<-b
CD
M.
-r
—
r"
Y"
••<r"
f7'1/3IDz
<r
(-)o
-j
IJ
:zC
\J
,->V
G
?>z
O'J
r;
<it"
CI)
ID•<?
•*
-
j^f^.,^^,-,tho'
..„ DT (A/ACU'lTA l/ADVA nATA PPMCiAUATAM I OAn TrrQT TARIIT
rwglV JAKAKIA PnuYtKRORF Pll F NO.•TAklP^AI
1 /-Vl -I V^^JnL.
: toANK I'NucjNtSiA
: 416A <A O / P*. .-» A 1 AMI 1 Ani 4AA'ii C3 o/ u £ i uniiuni n i oou
ii
1 11 BEBAN 1 °-1 / Tf~\Ml 1 O IT D AM| * ' — •' 11 1
1HASH PEMBACAAN
11 RATA1 DATA
1
1 11
KENAIKAN KETEP.ANGANDIAL 1 1 niAi o
i
I Ql£[_ 2
i
1 r^ij A1 /<
1
:o3 1 1 | 14.6100 | 13.4450 3.2850 8.9250 11.3163| 11.3163 / I
:?3| 1 14.6450 113.4650 8.3100 8.9650 11.3463! 11.3463w 1 1 1 14.0750 13.4920 8.3720 .9.0200 , 11.38901 11.3098
:fl1 1 11 |
I 1 A 70RI1..... 13.5350 S.3950 o rwnn 1 i /tORT 1 H AOP.1. / I
:231 11 1
| a . -r-^r,1 1*+,/ UJU
... f- r~r- y,
1 o.uooU O. M 1 '*s\J S.G7GGa a yr-yy.1 y.j 4r-yr.1 1 .1JIO II .MJ1o
.«1 i
| | | 14.//5U 13.5910 6.4350 9.0900 11.4726 i 11.4726 KEN'AiKAN ji.03
!J3
1 11 1
|14.7950I 14.0200
13.6100
13.6400
8.4600
8.4600
9.1150
9.1150
11.4950| 11.4.95011.5088 1 . 11.5088
A JAM = j
;'3 1 1 I 1.1 Arcnn 13.6550 8.5200 a 1A5H 11 5575 I 11 5575 n n^n Ii «o 1 1
I | | I n.uu^w 1 v.vyc^yvy %j. vy-» w O. 1 Z?\S\J-* A CTOO 1 A A, C-FOCT1 i.^iyu| t i.v/iuu v {
iw1 1
1 1 1 ii.oaiA/ u.r ioc/ 6.5500 9.2550 1 1 .O IW 1 1 I.O IC/V
!03l j _J 14.9000 13.7150 8.5800 9.2550 11.6125| 11.6125 / 1
•Ml 1 I 14.9150 I 13.7400 0.5800 I 9.2550 11.6225 1 11.6225- .v* 1 1 I 14 Q15n I 13 7550 3 5350 9.2550 11.6275 1 11.6276 / I• n 1 1
! 1I A A rn r;a I a n 7ci;n I| ~~ I •-•'—-- 1
o cor;n 1 n ot;i;n 1 Aa Ronn 1 a a cino 1
1 1
1 11 1
I A • „-.-_ I „„„ II I'A.H^ZSUl lO.fSIUUj
I )4.yo50 | io. /you jS.615G 1
0.02U0 |5.2550 I 11.5453 i ,i.5'i53t'J i
9.2550 | 11.0500 1 11.0500| |.'13 1 1 ( 14.9500 | 13.8000 1 8.6600 | 9.3200| 11.6825| 11.5025 N |
n 1 1 1 14.Q6C0 I 13.S050 I 8.6700 1 9.3200 I 11.6888 1 11.68SSI I-.31 1 I (yi okkh Inm nn I 5.5700 ' o 'Ainn 1 u KO(q| n conb 1
.531 11 I
I
i
. . r,r,r\A I J n n y «-sn 1i-*.^uuv i ro.L'fvi; i
o r>fio 1 rt nncr, 1 . y -» y y,/-, 1 a A ~r A r\r\ \ |Zl.yJ^J^lKJ \ : I.J 1 l/U | 1 |,/ IW | |
M i 'i.yyuu | i j.05uu | 0./20U 1 y.34501 ii./263| .. ./•*,&$ \J I
5 437.5 i175%i ! " ;I 15.0400 I 13.9050 I
i8.7600 1
. . 1 1 1 19.3850 1 11.7725 1 11.7725 I PENURUNAN/ I
',7 I 1 f~, n.;nn ! 1a on^n I a 7c,nn 1 Q AA^n I 1 1 7705 I 11 772'; I 1 .IAM - Ii . c r-,./-ir-\l a i rinco 1j ( ,y. w-tuw i i^y.cr^^y^y (
i 15.0400 1 i3.9G50j*~i. t *^/vy r
5.7500 ]
r> d o cr r-> I . A -t-t/,c I . ^ ~tt-,c I n\ r*,/-> o n |C/.^y^y^^j ll.#/C_r| 1 1 . / / to | U.k/UUU
:j 9.5550 i i 1.7725 | ii.7725:5 j 15.0400 | 13.9050 | 8.7600 | 9.3850 11.7725| 11.7725:-o I 15.0400 I 13.9050 1 6.7600 | 9.3850 11.7725 1 11.7725* 1 15 n.mn I 1.3 on^n I 3 7finn 1 Q 3350 11.7725j 11.7725-.i I
-I-II
^ c riyinn 1 -i o oner. 1, „ ,, , —„ ,
Q 7CC.1 1 ri QQcn a A ~!~rna 1 ^ A 7700
j51 y ~ . 1
la.u'iuu i io.susu 1
15.0400 | 10.9050 |
S.765G 1
0./050 |S.3S50
9.3050
11.7735
11.//06
11.7735
.../r-itt
6 I 15.040U | 13.9050| 6.7650 | 9.3850 11.7738 11.7738
50l 1 15.0400 I 13.9100 I 8.7750 1 9.3350 11.7775 11.7775
i5 I1 ' 15.0500 ' 13.9100 ' 8.7800 ' 9.3850 1 1.7513 11.78! 3
.V
11
I a tr r,rr,r* 1 a *\ r-,yy,r-, 1| I a.v,yviy | i^.a ivy | \J. 1 KJ\J\J |
r~. y* n trs~\ A A -T rt A r>
1 1 . / u 1 0A A -T CIA it1 1 , / K> 1 O
JO j [ 15.U5UU | lo.yiuu | 6,7600 j y.3650 11.7613 i 1.7613
-V 375 1150%1 i •" • • 1114.7100 I 13.5400 I
i
8.5100 i 9.1850 11.4063 11.4863 PENURUNAN/•o I 1.1 7inn I 13 54nn I a 51nn I Q 1R50 11.4863 1 1 4333 1 JAM =TtEl
I . a Tnr\n | . --j ct/-,/-, I| i —r. / ^i\a\j | i sy.,yv^/'_i j
ft cz a nn IVJ. ,y 1 \J\J |
/-\ A oc r\ I -A A n A 1zj. \ \j\j\j | I i.iuiy
A A A O A O1 1 .-Y«J 1 ,_»
j 14.7000 i i3.5200 i 5.5 iGG I 9. i55G i i 1.4765 ( i.4766 0.0275
111 | 14.7000 | 13.5200| 0.5100 | 9.1850| 11.4788 11.4788 I-•21 114.6900 I 13.5100 1 8.5100 1 9.1850 1 11.4738| 11.4738
•:Tt114 RonnI 13 51nn I a 51nn I Q 1350 1 -|1 4733 I 11 4733I a ri cnr.n hi el nn 1 a t^nnn I fi mcril AA AIA.'a \ AA AHA n."• '"^^ | ...... .xy | . . ... .vy i |
.TT I 14.55GG| 13.51GG i 5.5000 | 3.1550 I 1i.4713i 11.4713 *' i11
'••2\
'I
| 14.0050 | 10.51UU J 0.4you I 9.1550) 11.4013 | 11.4013-)
114.6850 |I 14.5800 I 1I i a cnnn 1 -
3.5100|3.51 COl
8.4950 |8.4950 I
9.1550| 11.4613| 11.46139.1550 1 11.4600 1 11.4600
] 3 5050 ' a /<oc;n I o <c;t;.-i I i i yi^AA I ( i ac=\m\
i1 . « ror,n i » r, r~n r~ y, 1
0.4950 j_ZJ. 1 JJW j
y.iosu |
1 1.-r^uu j 1 l.-ryuu
I I 14.bc;uU | 10.50DU | 1 1.45CJL' I 1 1.1500 1 |
a:
<c
\-~Y"
V)
UJ
i—
>7i
IE<ID•7
CO
111
ri
z<
<:
D-j
0j
a:z
i'N•
as.
.*,
~*
^-
p-
z<(X
)
<c
IU•<
••r-
«=
:•c-
<C
o0
2'.
—r
IllU
J_
)1
<(5Q
.\aCIII
a.
<L
'y-U
JO
r"
oa
:
a7<
oa
_cn
i-
V\.i<-r
h-
<
0)
h-
cc
*.
<"^
h-
">u
.0C
D
cucn
ow
0.
O
BJ'flB
f"iiTiWlrir-"*
.„.„ dt ^a'ASKITA KAP.YA
-ting IV JAKyAHIA
nATA PCUCiAUATAW I OAR TCQT TAI3IUT
rt-iurtr\ : ts/ANf\ iiNuuiNtsiA
RORF Pii F NO.: 418A r*\ CI CJ O/ L-/ <r_
1 RFRANJ 1 %1 DCTD A M
IHAfUl PFMRAP.AAM I
IRATA IDATA Iiiru r~\ i
I
II
111 / TOU \ 1 riiAi a I r»iAi n | r>iai a 1 r^iiAi a 1
1 1
ly-CM AIU'AM I 1/CTCD AMO A M
1
;
1 1 1,15| 125 | 50 % I 10.255 | 8.855| 4.705 I 5.020 | 7.2088 | 7.2083 PENURUNAN/
17 I I 10.240 I 3.345 I 4.700 1 5.020 1 7.2013 1 7.201.3 1 JAM =
-t o I I \ n oa=; I A A/1Q I 4.700 1 5.020 1 7.1988 ' 7.1988„y,'l^° 1
i "1G.22G | O.OOU 1 4. / GO1 r- ~„~ 1| V.\J£.\J 1
-r A 1/ . 1900 j / . 1 SOO —0.GGS2u
25 i | 1U.22U 1 «.t)i)U | 4.700 | 5.U2U | /.iy2o | 7.1y25
>.3|
35 1
| 10.210
I 10.205| 8.820 |1 8.815 1
4.700
4.700
| 5.020 |1 5.020 1
7.1875 17.1850 I
7.1875
7.1850
An 1 I inioo 1 a non 1 4.700 1 5 non 1 7 1775 I 7 1775
y c 1I
I i v. i vy^.
l o Tnr, 1I U. IOV 1
A -> rsy-. l c r-i. c 1 -T A-.-CZ It . 1 i t_ vy |
-r A -rnc1 . 1 1 C^
5G I ; i 0. i 55 | O. ZOO | 4.655 1 O.V IO 1 CIO/OI 7. !575
55 1 | 10.180 J 8.785 | 4.685 | 5.010| 7.1650| 7.1650
00 1 I 10.165 1 8.770| 4.580 I 5.010 1 7.1563 1 7.1563
n5 I I m 155 1 3 77n 1 4.680 1 5 mn I 7 1553 I 7 1553
-i n 1 •in a fir* D "7re; 1 A aor\ c r\A n I| •- |
7 -1 COD
1 5 i i 0. 1 50
0.725
5.760 j •A.G75I . I
O.U 1 U 1
1
7.1495I
I I17| 52.5 25 % 8.400 | 3.660 3.945 | 6.1825| 6.1825| PENURUNAN/|19 1 8.7C5 8.390 i 3.660 3.940 1 6.1733) 6.1733 1 1 JAM = Io . 1 8 700 8.370 ' 3.650 A QAA | fi 1fifiA1
~. . .
fi i fifiA I n n 1
d ^/ | w.Ot O u.u^u f ^y. <Jcl\jn nnr, 1 ,> y ^oo 1
V. 1 \JKJ\J |r> yy,y,^ 1 |\J. 1 \J\J^J I j
27 j o.u/u 0.30U I 3.620 a.yuu |3.900 |3.895 1
D.13i_5 | D. 13V-:D i |32 |
37 1
0.660
8.645
8.330|8.3151
3.620
3.610
6.1275|6.11631fi nQ7S 1
6.1275 1 |6.1163 I I
AO ! a 5An A 305 1 .a r,on A AKfi | 5 OQ75 I I
17 J 1 r, cn,CI O, \^£L^/ *-/ . CJ^i j \J. *JZ>KJ
^ u=c 1vy. >~"^,y j
c- nm o 1^. vy^^y^y i
rr nrnn | |ly«. U1Z>*SU 1 1
32 | o.6 i5 6.265 j 3.590 3.655 I 6.0556 j 6.0656 i ' • 1
'•>! 1 8.610 8.285 | 3.580 3.850 | 6.0813 [_ 6.0813| |
)2l 8.500 8.270 1 3.580 3.850 | 5.0750 I 6.0750 I |17 I 8.535 3 P55 1 3.53n 3 353 1 5 0575 I 5 0575 f 1; n 1
1a z.-cl a ocn 1 a con A gfin 1
" 1fi AfiAQ I fi OCAQ 1 1
7 | 5.570 5.25G 1 3.55G o.oou 1. .- 1
1
6.0625
:o 1 0 o I 5.840 | 5.670| 3.165 1 3.250 | 4.4813| 4.4813 PENURUNAN/1i'I
C 1 1 5.660 I 5.520 1 3.165 1 3.215 I 4.3900 1 4.3900 1 JAM = I
'! ' fi fi,(fi I fi Ar>n 1 A i Ki; 1 a onn I 4.3350 ' '1.3250 0.07775 '\j |
rr a a r* IJ.TI\J I
c ^.n 1,_».\y i \j 1
<-. a *T-er 1\y. I cjo | W. 1 KJ\J 1
a y>r>or, \ y r>rz-f^n
o i 1 5.CS/5 I 5.20O I 0.1 00 | a. ioo | 4.^.400 | 4.2400 i
11 1
5.270 |5.190 I
5.180|5.105 1
3.140|3.120 I
3.145 |3.130 I
4.183814.1363 1
4.1838
4.1363
; 1 c-, 11 n Ic r—a~. I
5 njn 1 3 1 nn I 3 1 nn I 4 OA75 1
-t. vy\yc_w |
4 n375
j | 1 -*. o o^y | >_». 1 \yvy jO . ™ I A r^crr^c:
5.020 i 4.S5G | 3.050 | 3.G55 | 4.0563 i A.0353
4.970 |
4.930 |4.910| 3.080 | 3.075 | 4.0030 | 4.0088
"'!Pr'; | 4.870 1 3.070 | 3.055 I 3.9813 | 3.9313 I |i 1 1 .1 cnn I
a nc:i; I
.1 33n I 3 070 1 3 n.in I . 3 P5nn I 3 0500 I I; 1 1 1 ri anr, I A nfifi 1 A mc I A O AAA I A OrC CA I
Oy,-..y..~ C1T IA/ACI/ITA l/ACVA
(Jobang IV JAKAHIA
DATA PEMGAWATAM LQ.AD TEST T^011*'
FfiOYEK : BANK iNDONESiARORF Pii F NO.: 4ifiT A M/^<^ A I
I r-\l >l V_J^/-\L_A r\ o/r^y-n IAMI unl A #-w>'ii c? vj/ u £. i uni-iuni n icjoo
1 11 1
IBEBAN I/ TI-.M \ I
1
oca A M
1HAG! L PEMBACAAN 1
IRATA IOATA I lyTTKI AII/-AM
I
11
1 IAU |
1 " 11. l.
D.'AL 1 ! D.'AL 2 ' DIAL 3 ' DIAL 4 '...... l I i i
l/CTCDAM/^* mI
1
[ 5.20 [_ 1 1 4.610 | 4.750 j 3.015J 3.000 j 3.8938 j 3.8938 i '' !1 6.20| 1 1 4.510 | 4.470 | 3.005 | ;. 3.000 | 3.7463 | 3.745A|/ |1 7.20 1 1 1 4 225 I 4.210 1 3.005 1 ' 2.035 I 3 6063 I 3.6063 I1 A •-.-. 11 ^="-^4
1f-
1L
•1.000 ! -1.020' o o.;5 1 ocir, 1 S.'ISSB ! 3."1588 !1 zJ. dU | 1
1l
y, „ ; „ „-r- 1 y„| . ;o.otu ] o.o/oi il.z* i u l t.oyu i o.cuuo o.oGGo 1
| 1U.2UI 1 1 3.620 j 3.790 i 2.675' 2.630 i 3.3266 3.3266 ' |] 11.20]
I 12.20 i f '
3.510 3 635 2.835; 2.775:3.470 ! 3.550: 2.525 ! 2.760 !
3 1888 3.1883 ] \3.1535 3.1538 i j
! 15 ',r. l 1
•"•370; 3.460 •• 2.750! 2.5=5, •3.0653 '• 5.Q333 I Io onn i o a r\r\ n ice 1 n c-..yi 1 •u-'-^y ' v.-rvyvy | t.. 1 \y,y | t.vvu j
| 1O.n'J
1
3.220 j o.ooGj 2.7i5| 2.435 j I I
16.20 i 3.130 j 3.240 | 2.670 | 2.349 I 2.8473 | 2.8473 I 1
i i ! I ! ! ' ' ' i i i!- :: -^":- -:[-\:^^^^^
DiScTUJly'i ;
PT. J At A Cm . MAN G GALA khai AiviADiSUAT .-
PT. YvACKiTA KARYA
Ir. PUTU G. RAS-JMAWAN