BAB IPendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi
merupakan indikator yang dapat menentukan tingkat
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di negara-
negara berkembang (developing countries) termasuk
didalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki
dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan
sumber dana dalam negeri untuk membiayai pembangunan
menghadapi kendala dalam pembentukan modal baik yang
bersumber dari penerimaan pemerintah yaitu ekspor barang
dan jasa ke luar negeri, ataupun penerimaan pemerintah
melalui instrumen pajak
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan
tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi
berdampak kondisi Indonesia secara umum tidak hanya
terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang
terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya
kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia,
1
BAB IPendahuluan
merupakan beberapa akibat dari krisis ekonomi tersebut.
Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan struktur politik
dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi
Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi
perekonomian yang stabil.
Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang
mencakup investasi domestik, sumber dananya dapat bersumber
dari tabungan nasional dan pinjaman luar negeri. Namun,
karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh
dari luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih
tinggi sebagai sumber dana yang utama.
Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya
saving-investment gap yang semakin melebar dari tahun ke
tahun yang menandakan bahwa pertumbuhan investasi
domestik melebihi kemampuan dalam mengakumulasi tabungan
nasional. Secara umum, usaha pengerahan modal dari
masyarakat dapat berupa pengerahan modal dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada
sumber modal yang dapat digunakan dalam pembangunan.
Pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri berasal
dari 3 sumber utama1, yaitu : pertama, tabungan sukarela
masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah, dan ketiga tabungan
paksa (forced saving or involuntary saving). Sedangkan modal
1 Sadono Sukirno. 1985. Ekonomi Pembangunan, Jakarta, hlm. 234.
2
BAB IPendahuluan
yang berasal dari luar negeri yaitu melalui pinjaman resmi
pemerinyah kepada lembaga-lembaga keuangan internasional
seperti International Monetary Fund (IMF), Asian Development
Bank (ADB), World Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan
multilateral, juga melalui foreign direct investment (FDI).
Hollis Chenery dan beberapa penulis lainnya telah
mengenalkan pendekatan ‘dua-jurang’ pada pembangunan
ekonomi. Dasar pemikirannya, ‘jurang tabungan’ dan ‘jurang
devisa’ merupakan dua kendala yang terpisah dan berdiri
sendiri pada pencapaian target tingkat pertumbuhan di negara
kurang maju. Chenery melihat bantuan luar negeri sebagai
suatu cara untuk menutup kedua jurang tersebut dalam rangka
mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan2. Sumitro
(1994:44) menjelaskan bahwa kekurangan didalam
perimbangan antara tabungan nasional dan investasi harus
ditutup dengan pemasukan modal dari luar yang berasal dari
tabungan oleh kalangan luar negeri.
Pada negara berkembang dan miskin, kondisi yang paling
menonjol adalah belum terciptanya kondisi yang mendorong
pada iklim dimana kegairahan untuk menabung dan penanaman
modal menunjukan tingkat yang menggembirakan. Sistem
produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat masih
menggunakan pola tradisional. Masih terbatasnya sektor
2 M.L. Jhingan. 1992. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, hlm. 614.
3
BAB IPendahuluan
modern dan belum berfungsinya secara efektif dan efisien
institusi-institusi keuangan yang disebabkan oleh pola pikir
masyarakat yang masih tradisional menyebabkan pengerahan
dana dari masyarakat mengalami kesulitan.
Dengan latar belakang ditetapkannya Paket Kebijakan
Oktober 1988 atau yang lebih dikenal dengan “PAKTO 88”, yang
pokok-pokok kebijakannya berisi antara lain untuk
mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan
pembukaan kantor cabang baru, pendirian bank swasta baru,
keleluasaan penyelenggaraan tabungan, dan perluasan kantor
cabang bank. Setelah adanya “PAKTO 88” ini, semakin
mudahlah bank didirikan dan semakin bervariasi juga bentuk-
bentuk tabungan yang ditawarkan oleh bank-bank yang sudah
terbentuk baik swasta maupun pemerintah. Semenjak saat itu,
tabungan nasional mulai meningkat drastis. Dalam tahun-tahun
sebelumnya tampak adanya kecenderungan persaingan antar
berbagai negara untuk memperbesar arus investasi baik asing
maupun domestik. Persaingan terutama terjadi karena
kebutuhan dana yang sangat besar dan mendesak untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi terutama di negara-negara
berkembang.
Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap
penanaman modal sejak tahun 1967 ketika pemerintah orde
baru memberlakukan undang-undang Penanaman Modal Asing
4
BAB IPendahuluan
yang diikuti dengan undang-undang Penanaman Modal Dalam
Negeri tahun 1968. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode
pasang surut dalam penerimaan arus modal investasi, kebijakan
devaluasi rupiah tahun 1983 mempengaruhi tingkat
pertumbuhan investasi secara total maupun sektoral. Tahun
1991 ketika terjadi gebrakan Sumarlin II (tight money policy)
yaitu kebijakan yang dimaksudkan untuk mengontrol tingkat
inflasi, menjaga defisit neraca transaksi berjalan agar tidak
melebihi batas yang masih bisa diterima, mengawasi uang luar
negeri, serta menjaga performance Indonesia dimata investor.
Gebrakan ini secara tidak langsung menurunkan investasi.
Sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana
investasi tidak terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non
ekonomi. Pada dasarnya pemberian fasilitas yang sifatnya
mendorong investor untuk berinvestasi seperti pembebasan
pajak (tax holiday) dan kemudahan untuk mengakses bahan
baku akan sangat efektif bila didukung oleh3 :
- Negara tujuan investasi memiliki keunggulan komparatif
ekonomi yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi
seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
terampil dan murah.
- Nilai tukar yang relatif stabil, terutama untuk investor
yang berorientasi pasar luar negeri
3 M.N. Salam. 1995. Analisis Investasi Jepang di Indonesia, Buletin Litbang Perdagangan, Departemen Perdagangan,.
5
BAB IPendahuluan
- Peraturan devisa di negara bersangkutan tidak
menghalangi penanam modal untuk memindahkan
kekayaan dan keuntungannya ke luar negeri.
- Iklim politik dan keamanan negara cukup menjamin
ketentraman hidup dan keamanan usaha serta kekayaan
investor.
- Iklim usaha yang menunjang dan mendorong penanaman
modal.
- Infrastruktur yang menunjang dan memadai.
Investasi memegang peranan penting dalam meningkatkan
pembangunan nasional dan sebagai salah satu komponen yang
berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi.
Dari paparan latar belakang diatas dan berdasarkan
fenomena yang terjadi di Indonesia, maka penulis berkeinginan
untuk melakukan penelitian dengan judul :
“ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan
dan Investasi Swasta di Indonesia Periode 1984-2003”.
1.2 Identifikasi Masalah
Penelitian ini akan membatasi permasalahan sesuai dengan
paparan diatas, yaitu:
1. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang
mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu
6
BAB IPendahuluan
jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia periode
1984-2003?
2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu
jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia periode
1984-2003?
3. Bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi tahun 1997
terhadap tingkat tabungan dan investasi swasta di
Indonesia periode 1984-2003?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor
yang mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka
waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia
periode 1984-2003.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor
yang mempengaruhi investasi swasta pada kerangka
waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia
periode 1984-2003.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari krisis
ekonomi terhadap tabungan dan investasi swasta di
Indonesia periode 1984-2003.
7
BAB IPendahuluan
1.4 Kegunaan Penelitian
Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan
masalah tersebut di atas. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur dan
referensi untuk pengembangan selanjutnya dalam cabang ilmu
ekonomi makro.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Tabungan
1.5.1.1 Definisi Tabungan
Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan
sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa
setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi4.
Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh
tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana
yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan
tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari
luar negeri (X-M). secara matematis dapat dirumuskan :
I = S + (T-G) + (X-M) …………………………..…….
……….(1.1)
Namun untuk mengurangi ketergantungan suatu negara
terhadap bantuan dari pihak lain, tabungan nasional
4 N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, New York : Mcgraw-Hill.
8
BAB IPendahuluan
diutamakan sebagai sumber pembiayaan investasi domestik.
Secara garis besar, tabungan nasional diciptakan oleh tiga
pelaku, yaitu pemerintah, perusahaan dan rumah tangga.
Tabungan pemerintah merupakan selisih antara realisasi
penerimaan dengan pengeluaran pemerintah. Tabungan
perusahaan merupakan kelebihan pendapatan (laba) yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham yang besarnya dapat
diketahui dari neraca perusahaan. Sedangkan tabungan rumah
tangga merupakan bagian dari pendapatan yang diterima rumah
tangga yang tidak dibelanjakanuntuk keperluan konsumsi.
Secara matematis persamaan tabungan dapat dijabarkan
sebagai berikut 5:
Jika tabungan swasta adalah S = (Y-T) – C dan
Tabungan pemerintah adalah (T-G), maka
Tabungan nasional = S + (T-G)
= (Y-T) – C +(T-G)
= Y – C - G ………………………….….……..
(1.2)
dimana S adalah tabungan swasta
Y adalah pendapatan aggregat
T adalah pendapatan pajak netto
C adalah konsumsi
G adalah pengeluaran pemerintah
5 Michael J. Parkin.1996. Macroeconomics, Addison- Wesley Publishing Company.
9
BAB IPendahuluan
Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami
budget surplus, dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor
swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun
jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget
deficit, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain.
1.5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan
Menurut ekonom klasik, seperti Adam Smith, tabungan
merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan
pembayaran dari tidak dilakukannya konsumsi, imbalan dari
kesediaan untuk menunggu dan tidak dilakukannya konsumsi
dan pembayaran atas penggunaan dana. Oleh karena itu, jika
tingkat bunga naik, jumlah tabungan juga akan meningkat.
Tingkat bunga ditentukan dari titik keseimbangan antara
tabungan dan investasi.
Alfred Marshall dari kaum neoklasik mengemukakan
bahwa terdapat faktor ekonomi dan non ekonomi yang
mempengaruhi tabungan6. Diantara faktor-faktor ekonomi
tersebut, dia menekankan pada tingkat bunga, walaupun
mungkin ada keadaan dimana tetap ada tabungan walaupun
tungkat bunga negatif.
Selain tingkat bunga, pendapatan juga dikatakan sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan nasional.
6Alfred Marshall. 1895. Principles of Economics, New York : Macmillan.
10
BAB IPendahuluan
Pendapat tersebut dikemukakan oleh J.M. Keynes dalam
teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi
(propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan
antara tabungan dan pendapatan. Keynes menyatakan suatu
fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis
modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil,
peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk
meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut
juga digunakan untuk menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam
persamaan berikut :
S ≡ Y – C ………………………………………………..……….……..
(1.3)
C = Ĉ + cY ; Ĉ > 0 ;0 < c <1……………...……..……...
…….……(1.4)
Dimana : S = saving
Y = income
Ĉ = intercept; tingkat konsumsi ketika pendapatan
nol
c = marginal propensity to consume
Jika kedua persamaan (1.3) dan (1.4) atau disebut juga
budget constraint tersebut digabungkan, maka akan
menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi persamaan
tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan
tingkat pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi
11
BAB IPendahuluan
(1.3) dengan persamaan budget constraint (1.4), maka kita akan
mendapatkan fungsi persamaan tabungan :
S ≡ Y – C = Y - Ĉ – cY = - Ĉ + (1-c)Y ………………..
……….(1.5)
Dari persamaan (1.5) kita dapat melihat bahwa tabungan
memiliki hubungan positif dengan pendapatan karena marginal
propensity to save7, s =1 – c, adalah positif. Dengan kata lain,
tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat.
The life-cycle permanent income theory of consumption
and saving (Modigliani,1986)8 menjelaskan tentang pilihan
bagaimana memelihara standar hidup yang stabil dalam
menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup
seseorang. Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara
pendapatan sepanjang waktu, konsumsi, dan tabungan. The life
cycle hypothesis melibatkan individu, untuk merencanakan
perilaku konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka
panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsinya dengan
cara terbaik untuk seluruh masa hidupnya.
Gambar 1.1 Lifetime Income, Consumption, Saving,
and Wealth in the Life-Cycle Model
7 Perubahan pada tabungan individu untuk setiap perubahan pada pendapatan disposibel individu8 Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, and Richard Startz, Macroeconomics 7th edition, New York : Mcgraw-Hill.
12
Dissaving
Assets
Saving
NLWL
WRmax
C
YL
Time
BAB IPendahuluan
Keterangan : WR = wealth
YL = annual labor income
C = consumption
WL = working life
NL = number of years of life
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan
sepanjang waktu. Selama masa kerja (WL tahun), individu
menabung dan mengumpulkan aset. Pada akhir masa kerjanya,
individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut, tidak
menabung (dissaving / negative saving) pada masa sisa
hidupnya (NL – WL) sehingga aset tersebut akan bernilai nol
pada akhir hidupnya.
Menurut teori ‘Ricardian Equivalence’, peningkatan pada
defisit anggaran pemerintah akan menstimulasi tabungan
swasta karena mereka berekspektasi akan terjadi peningkatan
pada kewajiban pajak mereka di masa yang akan dating.
Sebagai hasilnya, mereka akan mengurangi tingkat
konsumsinya dan meningkatkan tabungan. Tetapi teori
‘Ricardian Equivalence’ tidak dapat digunakan di negara
berkembang (Hadjimicheal et al 1995), karena diperlukan
13
BAB IPendahuluan
adanya eksistensi pasar modal yang efisien, yang jarang ditemui
pada karakteristik negara-negara berkembang.
1.5.2 Investasi
1.5.2.1 Definisi Investasi
Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan
dagang / inventori, dan struktur usaha, termasuk pembelian
rumah baru untuk rumah tangga. Investasi dihubungkan
dengan sektor bisnis yang ditambahkan kepada persediaan
modal fisik. Investasi swasta (private investment) adalah output
dari perusahaan yang disimpan untuk perusahaan itu sendiri9.
Investasi swasta terdiri dari :
Inventory Investment, termasuk didalamnya semua
perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials),
perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk
yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk
dijual kembali, terdiri dari residential dan nonresidential
investment.
1.5.2.2 Determinan Investasi
9 Robert J. Gordon. Macroeconomics 6th edition, HarperCollins College Publishers.
14
BAB IPendahuluan
The accelerator hypothesis of investment menyatakan
bahwa tingkat investasi netto (net investment) tergantung
kepada perubahan ekspektasi output. Langkah pertama dalam
hipotesis ini adalah mengukur penjualan yang diharapkan
(expected sales) (Ye) yang diestimasi berdasarkan revisi
penjualan tahun sebelumnya (Ye-1) oleh suatu proporsi (j), dari
perbedaan antara penjualan tahun sebelumnya (Y-1) dan yang
diharapkan, sehingga didapat persamaan:
Ye = Ye
-1 + j (Y-1 – Ye-1)
= j Y-1 + (1-j) Ye-1 ………………………………….
…………(1.6)
Langkah selanjutnya adalah asumsi dari teori ini bahwa
persediaan modal, yaitu bangunan dan perlengkapan, yang
dibutuhkan perusahaan (K*) adalah perkalian antara keinginan
perusahaan untuk meningkatkan persediaan modalnya (ν*)
dengan ekpektasi penjualannya:
K* = ν*. Ye ………………………………………….…………..
(1.7)
Investasi netto adalah perubahan pada persediaan modal
(∆K) yang terjadi setiap periode :
In = ∆K = K – K-1 …………………………………...…..……..
(1.8)
Asumsi lain adalah bahwa perusahaan berkeinginann
untuk meningkatkan persediaan modalnya dalam setiap periode:
15
BAB IPendahuluan
In = K – K-1 ……………………………………………………..
(1.9)
In = ν* (Ye - Ye-1) = ν*. ∆ Ye……………………………….
……(1.10)
Jadi, jika terjadi akselerasi usaha dalam perusahaan dan
ekspektasi output meningkat, investasi netto pun akan
meningkat, tetapi jika akselerasinya negatif dan ekspektasi
output menurun, investasi pun menurun.
Teori lain mengenai investasi adalah mengenai planned
investment spending10 , yang menjelaskan hubungan antara
tingkat suku bunga dan investasi.
Kita dapat menspesifikasi pembelian investasi sebagai :
I = Ī – bi ; b > 0 ………………………………...
…………..(1.11)
Dimana : I = investasi
Ī = autonomous investment spending
b = responsiveness of investment spending to
interest rate
i = interest rate
Dari gambar berikut ini dapat dilihat bahwa kurva
investasi memiliki kemiringan negatif untuk merefleksikan
asumsi penurunan tingkat suku bunga akan menyebabkan
peningkatan profitabilitas untuk penambahan modal dan akan
10 Total rencana pembelian perusahaan untuk modal fisik baru.
16
BAB IPendahuluan
membawa kepada peningkatan investasi. Posisi dari kurva
investasi diatas, sangat dipengaruhi oleh slope dari kurva
tersebut atau koefisien b dalam persamaan (1.11).
Gambar 1.2 The Investment schedule
Jika investasi sangat responsif terhadap tingkat suku
bunga, penurunan kecil pada tingkat suku bunga akan
membawa peningkatan yang besar pada investasi. Perubahan
pada koefisien Ī akan menggeser kurva rencana investasi. Jika Ī
meningkat berarti pada setiap tingkatan tingkat suku bunga,
perusahaan berusaha untuk berinvestasi pada tingkat yang lebih
tinggi dan akan menggeser kurva investasi ke kanan.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder
kuantitatif tahunan pada rentang waktu antara tahun 1984-
17
i0
i’
I0 I’
Investment
Planned InvestmentSpending
Interest rate
BAB IPendahuluan
2003 dengan pertimbangan ketersediaan data. Data sekunder
digunakan karena penelitian yang dilakukan meliputi objek yang
bersifat makro dan mudah didapat. Data tersebut diolah kembali
oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan.
Sumber data berasal dari berbagai sumber seperti misalnya
Badan Pusat Statistik, Laporan triwulanan/tahunan BI, Badan
Koordinasi Penanaman Modal, International Financial Statistics
(IFS), Asian Development Bank, World Development Indicators
dan lain-lain. Penulis menguji variabel-variabel bebas utama
yang memiliki pengaruh kuat terhadap tabungan nasional dan
investasi swasta sebagai variabel tidak bebas yang berhubungan
dengan model yang digunakan.
Disamping itu penulis melakukan studi literatur untuk
mendapatkan teori yang mendukung penelitian. referensi studi
kepustakaan diperoleh melalui jurnal, Perpustakaan FE UNPAD,
Perpustakaan Pusat UNPAD, dan Perpustakaan Bank Indonesia
Bandung dan Jakarta.
1.6.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah tabungan
nasional dan investasi swasta. Sedangkan gross national
disposable income (GNDI), tingkat suku bunga (r), tingkat inflasi
(lnp), pendapatan riil / Produk Domestik Bruto (Y), dan rasio
18
BAB IPendahuluan
investasi pemerintah terhadap GDP (GIY) serta dummy variable
merupakan variabel-variabel bebasnya.
Berikut adalah penjelasan variabel-variabel bebasnya :
1. Gross National Disposable Income (gndi)
Adalah pendapatan yang dapat digunakan untuk konsumsi
barang dan jasa. Variabel ini diharapkan akan berhubungan
positif dengan tabungan nasional. Pendapatan disposibel dapat
dirumuskan sebagai :
Yd = Y – T ……………………………………………………
(1.12)
Dimana : Yd = pendapatan disposibel
Y = pendapatan nasional
T = pajak
2. Tingkat suku bunga riil (r)
Merupakan tingkat bunga nominal yang telah dikoreksi
terhadap inflasi, dapat dirumuskan sebagai :
Real interest rate = nominal interest rate – inflation
………………………….(1.13)
3. Tingkat inflasi (lnp)
19
BAB IPendahuluan
Data inflasi menggunakan indikator Indeks Harga
Konsumen tahunan tahun konstan 2000. Inflasi tahunan
dirumuskan dengan :
Tingkat inflasi = IHKt – IHKt-1 X 100 …………………...…….(1.14 IHK t-1
4. Pendapatan riil (y)
Data pendapatan riil tahunan menggunakan data
pendapatan nominal tahunan dibagi dengan PDB deflator tahun
konstan 2000 dengan perumusan:
PDB Riil = PDB Nominalt X 100 …………..………………..………(1.15)
PDB Deflatort
5. Rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy)
Merupakan prosentase perbandingan pengeluaran
pemerintah dalam investasi (public investment) terhadap
Produk Domestik Bruto.
6. Dummy variable
Dummy variable adalah metode pengklasifikasian data
yang membagi sebuah sampel menjadi beberapa subgrup
berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin, status
perkawinan, dan lain-lain). Dalam penelitian ini dummy
variables digunakan sebagai variabel krisis ekonomi dengan
nilai D = 0 untuk periode sebelum krisis ekonomi Indonesia dan
D = 1 untuk periode setelah krisis ekonomi. Berdasarkan
identifikasi di atas maka mulai periode 1998-2003 dummy
variable bernilai 1 dikarenakan adanya krisis ekonomi.
20
BAB IPendahuluan
1.6.3 Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
- Kualitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa
instrumen analisis seperti tabel dan grafik yang dapat
mencerminkan uraian analisis penelitian secara teratur
dan saling mendukung. Data dari buku teks, jurnal, dan
hasil penelitian yang sudah ada dan berkaitan dengan
skripsi ini dijadikan dasar bagi analisis deskriptif.
- Kuantitatif, dilakukan dengan menggunakan model
ekonometrika untuk mencerminkan hasil dari
pembahasan yang dinyatakan dalam angka.
Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model
ekonometrik dengan pendekatan kointegrasi dan model dinamis
faktor-faktor utama yang mempengaruhi tabungan nasional dan
investasi swasta dengan pendekatan ECM (Error-Correction
Model) menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan
Eviews 3.0. Data yang digunakan adalah data periode tahunan
(time series) dengan estimasi model menggunakan Ordinary
Least Square (OLS).
Adapun persamaan model kointegrasi sebagai berikut:
21
BAB IPendahuluan
Yt = α0 + α1 X1 + α2 X2 +............+ αn Xn + Ut …………….
…………(1.16)
dimana:
Yt = Variabel tidak bebas
X1,2,..,n = Variabel bebas
Ut = Error term
Sedangkan persamaan ECM (Error-Correction Model) adalah
sebagai berikut:
Yt = α0 + α1X1+ α 2X2+ ……. + α nXn + ECTt-1+Ut
…….….(1.17)
dimana:
Yt = First difference dari variabel tidak bebas
X1,2,..,n = First difference dari variabel bebas
ECTt-1 = Error Correction Term
Spesifikasi model dalam penelitian ini merupakan
spesifikasi model yang dibuat oleh Ipumbu W. Shiimi dan
Gerson Kadhikwa11 yang meneliti mengenai tabungan dan
investasi swasta di Namibia pada periode 1980-1996 dengan
menambahkan dummy variable karena krisis ekonomi tahun
1997. Model tabungan yang akan diestimasi dalam penelitian ini
adalah :
Ln S = α + β1 LnGNDIt + β2 LnRt + β3 LnPt + β4 Dummy +
μt…….…….. (1.18)
11 Ipumbu W. Shiimi dan Gerson Kadhikwa. 1999. Saving and Investment in Namibia, BON Occasional Paper No.2.
22
BAB IPendahuluan
Sedangkan model untuk investasi swasta adalah:
Ln I = α + γ1 LnYt + γ2 LnPt + γ3 LnRt + γ4 LnGIYt + γ5
Dummy + νt ….....(1.19)
Teori tentang kointegrasi ditandai dengan memasukkan
error-correction (EC) term . EC term lagged periode (ECt-1)
menggabungkan pergerakan short-run dan long-run pada fungsi
tabungan nasional dan investasi swasta.
Sehingga model persamaan yang kita butuhkan secara
spesifik menjadi general error correction model (ECM) :
1. Fungsi tabungan
ΔLn S =α + β1 ΔLnGNDIt + β2 ΔLnRt + β3 ΔLnPt + β4 ECTt-1 +
β5 D + μt ………………….
………………………………………………………….….(1.20)
Keterangan :
α = konstanta
ΔLn S = First Difference dari logaritma tabungan
nasional
ΔLnGNDI = First Difference dari logaritma Gross National
Disposable Income
ΔLnR = First Difference dari tingkat suku bunga
ΔLnP = First Difference dari tingkat inflasi
= Error-correction term lagged one period
D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis
ekonomi (1984-1997)
23
BAB IPendahuluan
D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi
(1998-2003)
β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi
μ = error term
t menunjukan waktu
2. Fungsi investasi swasta
ΔLn I = α+ γ1 ΔLnYt + γ2 ΔLnPt + γ3 ΔLnRt + γ4 ΔLnGIYt +
γ5 ECTt-1 +γ6 D+ νt ………………………………………………………..
……………………….(1.21)
Keterangan :
ΔLn I = First Difference dari logaritma investasi
ΔLnY = First Difference dari logaritma pendapatan
nasional
ΔLnP = First Difference dari tingkat inflasi
ΔLnR = First Difference dari tingkat suku bunga
ΔLnGIY = First Difference dari logaritma rasio investasi
pemerintah terhadap PDB
ΔECTt-1 = Error-correction term lagged one period
D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis
ekonomi (1984-1997)
D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi
(1998-2003)
γ1, γ2 ,γ3, γ4, γ5 = koefisien regresi
ν = error term
24
BAB IPendahuluan
t menunjukan waktu
1.6.4 Pengujian Statistik
1.6.4.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya anggapan
stasioneritas pada persamaan yang sedang diestimasi. Untuk
diketahui adanya unit roots dilakukan pengujian Dickey-Fuller
(DF-test) sebagai berikut :
Misal variabel Yt sebagai variabel tidak bebas, maka akan
diubah menjadi
Yt = ρ Yt-1 + Ut
..................................................................................(1.22)
Jika koefisien Yt-1 (ρ) adalah = 1 dalam arti hipotesis
diterima, maka variabel mengandung unit root dan bersifat non-
stasioner. Untuk mengubah trend yang bersifat non-stasioner
menjadi stasioner dilakukan uji orde pertama (first difference)
ΔYt = (ρ-1) (Yt - Yt-1
.........................................................................(1.23)
Koefisien ρ akan bernilai 0, dan hipotesis akan ditolak
sehingga model menjadi stasioner.
Kesimpulan hipotesis DF-test :
Ho : ρ = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak
stasioner)
25
BAB IPendahuluan
H1 : ρ ≠ 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel Y
stasioner)
Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan
membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-
Fuller.
1.6.4.2 Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana
variabel-variabel independen mempengaruhi variabel
dependennya pada jangka panjang. Yang dimaksud jangka
panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu
dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel
dependennya tidak bersifat seketika, melainkan membutuhkan
selang waktu, dan merupakan suatu kondisi dimana masing-
masing variabel memungkinkan untuk mengadakan penyesuaian
secara penuh terhadap perubahan-perubahan yang timbul (atau
tidak ada kecenderungan untuk naik atau turun, dan variabel
tersebut berada dalam kondisi optimumnya).
Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa
digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai variabel
tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend
variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka
26
BAB IPendahuluan
panjang atau justru sebaliknya. Berikut adalah langkah-langkah
yang dilakukan dalam uji ini :
1. Estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan
menggunakan Ordinary Least Square (OLS), misalnya :
Yt = α0 + α1Xt1 + α2Xt2 + Ut
..........................................................................(1.24)
Uji stasioner terhadap nilai residual dari hasil estimasi diatas
lalu estimasi kembali
Ut = Ut-1 + υt
..............................................................................................
.....(1.25)
ΔÛt = α0Ut-1 + α1Ut-2
.....................................................................................
.(1.26)
Setelah t-hitung diperoleh, maka hasilnya dibandingkan dengan
t-tabel (uji-t). Jika nilai t hitung lebih besar dari t-tabel maka
variabel bersifat stasioner.
2. Regresi persamaan, proses ini dilakukan untuk melihat
signifikansi hubungan antara variabel pada tingkat
kepercayaan tertentu.
Hipotesis ini didasarkan oleh hasil regresi pada error term
berikut ini :
27
BAB IPendahuluan
Ut = ρUt-1 + υt
.........................................................................(1.27)
Kesimpulan hipotesis uji kointegrasi :
Ho : ρ = 0 (Variabel-variabel tidak terkointegrasi)
H1 : ρ ≠ 0 (Variabel-variabel terkointegrasi)
1.6.4.3 Penaksiran Koefisien Determinasi
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan
dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka
yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau
penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan
variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa
besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel
bebasnya.
Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0
hingga 1 (0<R2 <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka
model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.
1.6.4.4 Uji t – Statistik (Uji Parsial)
Penaksiran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
signifikansi variabel-variabel independen terhadap variabel
28
BAB IPendahuluan
dependen (dalam hal ini untuk mendukung uji kointegrasi dan
ECM) secara parsial. Kriteria yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pengujian dua arah dan satu arah, dengan menguji
dua arah dalam tingkat signifikani = α , dan derajat kebebasan
(degree of freedom, df) = n-k, dimana n menunjukan jumlah
observasi dan k menunjukan jumlah parameter termasuk
konstanta.
Tabel 1.1 Kesimpulan Pengujian t- Statistik
TIPE HIPOTESIS
HO : HIPOTESIS
NOL
H1 : HIPOTESIS
ALTERNATIF
KRITERIA
Satu arah (kanan)
α ≤ 0 α > t-Stat > t- Tabel
Satu arah (kiri)
α ≥ 0 α < t-Stat < t- Tabel
Dua Arah α = 0 α ≠ 0 -t-Stat < t- Tabel< t-Stat
1.6.4.5 Uji F- Statistik
Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi
pengaruh dari semua variabel bebas secara keseluruhan
terhadap variabel tidak bebasnya. Disamping menguji berarti
tidaknya variabel-variabel bebas secara bersamaan, uji F juga
sekaligus menguji koefisien determinasinya (R2). Dengan
demikian hasil uji F yang signifikan akan menyebabkan nilai R2
yang diperoleh secara statistik tidak sama dengan nol.
29
BAB IPendahuluan
Hipotesa yang digunakan adalah :
Ho : 1 =0; 2 =0; i = 0
H1 : 1 =0; 2 =0; i 0 dengan i = 1,2,..,n.
Hasil pengujian akan menunjukan :
Apabila nilai F-hitung > F- tabel, maka Ho ditolak ; artinya
setiap variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel tidak bebasnya.
Apabila nilai F-hitung < F- tabel, maka Ho tidak diterima ;
artinya setidaknya satu dari variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel tidak bebasnya.
Degree of freedomnya :
Df untuk pembilang, N1 = k – 1, k adalah banyaknya
parameter.
Df untuk penyebut, N2 = n – k , n adalah banyaknya
observasi.
1.6.4.6 Pengujian Masalah dalam Regresi Linear
Masalah Multikolinier
Multikolinier menunjukan gejala adanya hubungan linier
atau hubungan yang pasti diantara explanatory variable
(variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukan oleh
beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan
adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari
30
BAB IPendahuluan
hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori
variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap
variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-
stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel.
Masalah Serial Korelasi
Masalah korelasi dalam model menunjukan adanya
hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam
suatu model yang terjadi karena beberapa faktor :
1. Inersia, data observasi dimulai dari situasi kelesuan
ekonomi sehingga data time series selanjutnya
dipengaruhi oleh data sebelumnya walaupun
perekonomian sudah membaik.
2. Mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas
tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel
tidak bebasnya menurut teori ekonomi, walaupun hasil
perhitungan kuantitas tidak mendukungnya.
3. Bentuk model yang tidak tepat.
4. Penentuan data secara sistematis tidak tersedia untuk
periode yang diharapkan. Uji yang dilakukan untuk
mendeteksi gejala ini adalah uji Durbin-Watson dan Run-
test.
31
BAB IPendahuluan
Uji serial korelasi:
1. Durbin Watson
Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu
model mempunyai masalah korelasi berdasarkan pada bagan
daerah kritis di halaman berikut ini.
Gambar 1.3 Pengujian Durbin Watson Model Regresi
Serial Daerah Daerah tidak ada Daerah S erial
Korelasi tak tentu serial korelasi tak tentu Korelasi
Positif Negatif
Keterangan : Ho : tidak ada auto korelasi positif
Ho* : tidak ada auto korelasi negatif
Tabel 1.2 Batas Kritis Pengujian Durbin – Watson statistik
Daerah Hasil
0 < D-W Stat < dL
dL < D-W Stat < dU
dU < D-W Stat < 4-dU
4-dU < D-W Stat < 4-dL
4-dL < D-W Stat < 4
Terdapat Autokorelasi positif
Ragu – ragu
Tidak terdapat Autokorelasi
Ragu – ragu
Terdapat Autokorelasi negatif
2. Run-Test
Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya masalah
serial korelasi dalam model, dengan melakukan perhitungan
32
0 dL dU 2 4 – dU 4 – dL 4
BAB IPendahuluan
terhadap pergerakan (positif atau negarif) residual yang
diperoleh dari selisih antara nilai aktual dari variabel dependen
terhadap nilai estimasinya.
Setelah diperoleh data residual, maka ditentukan jumlah nilai
residual yang positif (n1), nilai residual negatif (n2), jumlah runs
atau perubahan nilai positif dan negatif residual (k) dan jumlah
observasinya (n). Lalu ditentukan pula nilai rata-rata runs Е (k)
dan variansnya (δk) melalui rumus :
......................................................................
.....................(1.28)
....................................................
....................(1.29)
..........................................................
..............(1.30)
Penentuan ada atau tidaknya korelasi dalam model,
ditentukan melalui batasan rentang :
Е (k) – t-tabel ( n,-1; α) S(k) ≤ k ≤ Е (k) + t-tabel ( n,-1; α)
S(k)
Pada tingkat kepercayaan tertentu akan dilihat apakah (k)
berada dalam rentang batas interval tersebut diatas yang
menunjukan bahwa model tidak mengandung masalah serial
33
BAB IPendahuluan
korelasi, atau sebaliknya yang menunjukan bahwa model
mengandung masalah serial korelasi.
Perlu dicatat bahwa apabila model mengandung masalah
serial korelasi, maka model harus diperbaiki melalui perbaikan
regresi, karena apabila terjadi korelasi diantara anggota series
dari observasi maka asumsi classical linear regresion tidak
terpenuhi. Keseluruhan uji ekonometrik menggunakan Eviews
sofware (Eviews 3.0) .
34