Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 1
ANALISIS KESEHATAN KINERJA KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DESA -
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (BUMDes LKM) KABUPATEN LOMBOK UTARA
TAHUN 2012
I Gde Mandra‡‡
Universitas Mataram
ABSTRACT
This study aims to determine the feasibility of BUMDes financial performance LKM in North Lombok
when measured by analyzing the ratio of elements contained in the CAEL, such as: CAR, NPL,
PPAP, ROA, ROA, LDR. In addition, to determine the health of the LKM’s financial performance
during the year 2012 BUMDes using the method of CAMEL The research method is descriptive.
Data analysing using ratio analysis Financial Management and the method of analysis methods
CAEL. The results showed that, the financial performance of LKMs on BUMDes North Lombok, when
measured by financial ratio analysis such as: CAR, Liquidity, Profitability including ROA can be said
to have a decent performance, although aspects of the NPL and PPAP-WD not show decent results,
but not too serious. Then based on the results of the analysis of CAEL, to 7 BUMDes MFI's in North
Lombok 3 BUMDes attribute that LKMs have a pretty healthy performance BUMDes LKM is "new",
BUMDes LKM "MALAKA", and BUMDes LKM "SUKADANA", while 4 BUMDes LKM the other
has a healthy performance. Fourth BUMDes LKM's is BUMDes LKM "LOLOAN", BUMDes LKM
"SENARU", BUMDes LKM "GONDANG", and BUMDes LKM "PEMENANG TIMUR".
Key words: Capital Adequacy, Asset Quality, Earning Ability, Liquidity.
‡‡
Dosen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, Alamat : Jalan Majapahit No. 62 Mataram, Gedung FE UNRAM, Lantai 1
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan kinerja keuangan BUMDes LKM di Kabupaten
Lombok Utara bila diukur dengan analisa rasio unsur yang terdapat dalam CAEL , seperti : CAR,
NPL, PPAP, ROA, BOPO, LDR. Juga, untuk mengetahui kesehatan kinerja keuangan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metoda deskriptif. Teknik analisis data penelitian menggunakan
analisis rasio Manajemen Keuangan Bank, dan metoda analisis metoda CAEL. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja keuangan BUMDes LKM se Kabupaten Lombok Utara, bila diukur
dengan analisis rasio keuangan seperti : CAR, Likuiditas, Profitabilitas termasuk BOPO dapat
dikatakan memiliki kinerja yang layak, walaupun dari aspek NPL dan PPAP-WD belum
menunjukkan hasil yang layak, namun tidak terlalu serius. Kemudian berdasarkan hasil analisis
CAEL, ke 7 BUMDes LKM yang ada di Kabupaten Lombok Utara menujukan bahwa 3 BUMDes
LKM memiliki kinerja yang cukup sehat yaitu BUMDes LKM “ANYAR” , BUMDes LKM
“MALAKA” , dan BUMDes LKM “SUKADANA” , sedangkan 4 BUMDes LKM lainnya memiliki
kinerja sehat. Ke Empat BUMDes LKM tersebut adalah BUMDes LKM “LOLOAN” , BUMDes
LKM “SENARU” , BUMDes LKM “GONDANG”, dan BUMDes LKM “ PEMENANG TIMUR”.
Kata Kunci : Kecukupan Modal , Kualitas Aset, Earning Ability, Liquidity.
JEL classifications : G21
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengentasan kemiskinan me-
rupakan salah satu agenda pem-
bangunan nasional yang sedang
digalakkan pemerintah Indonesia saat
ini. Desa merupakan tolak ukur dari
kemiskinan tidaknya suatu negara,
karena sampai saat ini desa merupakan
kantong kemiskinan yang paling besar
(Eko, 2005). Sesuai dengan konteks
sosial ekonomi boleh dibilang tipologi
masyarakat pedesaan memiliki ke-
seragaman dalam hal sebagian besar
penghasilan mereka rendah, tergan-
tung dari kegiatan pertanian, sempit-
nya lapangan kerja, jumlah pe-
ngangguran tinggi, serta kurangnya
ketersediaan infrastruktur dan akses
informasi. Namun demikian bukan
berarti perekonomian di desa tidak
memiliki potensi untuk bisa dikem-
bangkan kearah yang lebih baik, karena
itu perlu penciptaan system dan iklim
yang sehat dan berkesinambungan bagi
pelaku usaha di desa. Memang,
kegiatan perekonomian di pedesaan
sebagaimana adanya selama ini masih
didominasi oleh usaha-usaha skala
mikro dan kecil dengan pelaku utama
para petani, buruh tani, pedagang
sarana produksi dan hasil pertanian,
pengolah hasil pertanian, pengrajin,
buruh serta pengecer. Dalam ke-
nyataannya, para pelaku usaha ini
pada umumnya masih dihadapkan
pada masalah-masalah yang sangat
mendasar baik yang bersifat internal
maupun eksternal , yang secara umum
masalah-masalah tersebut terdiri antara
lain (Sri Lestari, 2007) : 1) manajemen,
2) permodalan, 3) teknologi, 4) bahan
baku, 5) informasi dan pemasaran, 6)
infrastruktur, 7) birokrasi dan pu-
ngutan, 8) kemitraan. Dari beragamnya
permasalahan yang dihadapi usaha
mikro, secara klasik nampaknya
permodalan tetap menjadi salah satu
kendala penting guna menjalankan
usahanya, baik kebutuhan modal kerja
maupun investasi. Keterbatasan modal
dapat membatasi ruang gerak aktivitas
sektor pertanian dan pedesaan (Hamid,
1986). Dalam jangka panjang,
kelangkaan modal bisa menjadi entry
point terjadinya siklus rantai
kemiskinan pada masyarakat pedesaan
yang sulit untuk diputus.
Di Nusa Tenggara Barat
(Transform, 2010), terdapat 29 LKM yang
berbentuk Badan Usaha Milik Desa atau
BUMDes yang tersebar di Empat
Kabupaten : Lombok Barat (2 LKM),
Lombok Utara (8 LKM) , Lombok Timur (9
LKM) , dan Sumbawa (10 LKM).
Keberadaan BUMDes LKM umumnya di
Provinsi Nusa Tenggara Barat telah
didukung seperangkat kebijakan dari
tingkat nasional maupun lokal. Di tingkat
nasional misalnya, terdapat UU Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
khususnya pasal 213. Ada pula Peraturan
Pemerintah (PP) 72 tahun 2005 tentang
Desa dan Keputusan Bersama Menkeu,
Mendagri, Menkop dan Gubenur BI pada
bulan September 2009 tentang Strategi
Pengembanan Lembaga Keuangan Mikro.
Sementara di tingkat provinsi NTB,
keberadaan BUMDes LKM menjadi salah
satu visi yang dijabarkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) NTB 2009-2013. Begitu pula di
tingkat kabupaten telah disahkan regulasi
tentang BUMDes LKM. Di Kabupaten
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 4
Lombok Utara ada peraturan Nomor 29
Tahun 2009, di Kabupaten Lombok Barat
termaktub dalam peraturan Nomor 25
Tahun 2009, di Kabupaten Lombok Timur
tercantum dalam peraturan Nomor 22
Tahun 2009 dan di Kabupaten Sumbawa
termuat dalam peraturan Nomor 22 Tahun
2009.
Adapun kegiatan inti dari
BUMDes LKM pada umumnya adalah
mengelola dana yang didapat dari
menghimpun dana masyarakat desa ,dan
menyalurkan kembali dana-dana kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman
untuk mendukung kegiatan usaha mikro
di desa.
Untuk lebih mendapatkan gambaran
mengenai perkembangan BUMDes LKM
yang terdapat di Kabupaten Lombok
Utara dalam tabel berikut akan
disuguhkan data keuangan BUMDes
LKM sebagai berikut.
Tabel 1. Perkembangan Data Keuangan BUMDes LKM Kabupaten Lombok Utara
Tahun 2010 – 2011
BUMDDes
LKM
Total Assets (Rp.) Kredit Yang Disalurkan Tabungan Masyarakat Perolehan Laba
No. Tahun : Tahun : Tahun : Tahun :
2010 2011 2010 2011 2010 2011 2010 1011
1 Anyar 1,649,000,000 2,000,653,320 1,265,000,000 1,500,448,175 0 854,257,000 176,900,000 202,108,482
2 Gondang 95,100,000 177,342,255 66,800,000 108,686,000 16,400,000 93,174,800 7,500,000 12,069,004
3 Sukadana 286,000,000 238,463,168 215,800,000 172,365,900 107,600,000 56,372,279 25,500,000 12,333,389
4 Loloan 278,500,000 324,205,593 250,300,000 278,021,400 8,500,000 6,414,500 24,800,000 35,071,272
5 Santong 312,000,000 650,715,443 206,600,000 261,202,500 7,100,000 38,324,000 9,600,000 8,148,789
6 Senaru 610,000,000 621,410,611 474,400,000 491,614,150 282,000,000 256,134,081 50,100,000 45,511,649
7 Malaka 552,000,000 1,207,261,477 439,000,000 654,688,550 244,000,000 856,149,000 41,000,000 58,422,008
8 Pemenang Timur 95,100,000 74,684,471 66,800,000 70,121,700 4,400,000 9,877,895 4,500,000 679,464
Jumlah 3,877,700,000 5,294,736,338 2,984,700,000 3,537,148,375 670,000,000 2,170,703,555 339,900,000 374,344,057
Rata-rata 484,712,500 529,473,634 248,725,000 353,714,838 55,833,333 217,070,356 28,325,000 37,434,406 Sumber : Data Skunder di olah (Transform : 2011)
Data dalam tabel di atas dapat
dijelaskan bahwa dari aspek keuangan
seperti total asset, kredit yang disalurkan
(KYD), jumlah tabungan masyarakat, dan
perolehan laba BUMDes LKM se Kab.
Lombok Timur selama tahun 2010 – 2011
menunjukkan adanya perkembangan
yang positif, baik dari total aset, KYD,
tabungan, maupun perolehan laba. Hal
ini berarti bahwa keberadaan BUMDes
LKM di kabupaten ini memiliki prospek
untuk berkembang lebih baik pada masa
yang akan datang.
Tujuan penilaian tingkat kesehatan
bagi manajemen BUMDes LKM adalah
untuk menilai apakah pengelolaan BUMDes
LKM selama ini telah sejalan dengan asas-
asas lembaga keuangan mikro yang sehat
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berkaitan dengan penilaian tingkat kese-
hatan, banyak pihak yang berkepentingan
terhadap kesehatan BUMDes LKM yaitu
pemilik, pengawas, pengelola, masyarakat
pengguna jasa BUMDes LKM maupun
BAPPEDA Kabupaten selaku pembina dari
BUMDes LKM. Sehubungan dengan itu
kepada pihak-pihak yang berkepentingan
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 5
terhadap keberlanjutan BUMDes LKM
sangat disarankan untuk memahami
penilaian kesehatan BUMDes LKM.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan penelitian,
tujuan penelitian adalah untuk :
1. Mengetahui kelayakan kinerja ke-
uangan BUMDes LKM di Kabupaten
Lombok Utara bila diukur dengan
analisa rasio terhadap unsur-unsur
yang terdapat dalam CAEL.
2. Mengetahui kesehatan kinerja ke-
uangan BUMDes LKM di Kabupaten
Lombok Utara yang dianalisis dengan
metoda CAEL.
LANDASAN TEORI
Definisi Lembaga Keuangan Mikro
Dalam Draft RUU Nomor XXX
tahun 2001 Tentang Keuangan Mikro dan
Draft kedua Nomor XXX Tahun 2007
tentang Lembaga Keuangan Mikro
didefinisikan sebagai “Badan Usaha
Keuangan” yang menyediakan layanan
“Jasa Keuangan Mikro”, tidak berbentuk
bank, koperasi, serta bukan pegadaian
tetapi termasuk Badan Kredit Desa (BKD)
dan Lembaga Dana Kredit Pedesaan
(LKPD) yang tidak memenuhi persyaratan
sebagai bank, selanjutnya disebut sebagai
LKM Bukan Bank Bukan Koperasi (LKB
B3K) atau selanjutnya disingkat LKM.
Menurut definisi yang dipakai
dalam Microcredit Summit (1997), kredit
mikro adalah program pemberian kredit
berjumlah kecil ke warga paling miskin
untuk membiayai proyek yang dia ker-
jakan sendiri agar menghasilkan penda-
patan, yang memungkinkan mereka peduli
terhadap diri sendiri dan keluarganya,
“programmes extend small loans to very poor
for sel-employment projects that generate
income, alowing them to care for themselves
and their family” (Kompas, 15 Maret 2005).
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di
Indonesia menurut Bank Pembangunan
Asia dan Bank Dunia (Gunawan, 2007)
memiliki ciri utama, yaitu:
1. Menyediakan beragam jenis pelayanan
keuangan yang relevan atau sesuai
dengan kebutuhan riil masyarakat
2. Melayani kelompok masyarakat yang
berpenghasilan rendah
3. Menggunakan prosedur dan meka-
nisme yang kontekstual dan fleksibel
agar lebih mudah dijangkau oleh ma-
syarakat miskin yang membutuhkan
Pola-pola Keuangan Mikro di Indonesia:
1. Saving ledd microfinance, yaitu pola
keuangan mikro yang berbasis
anggota (membership based). Dalam
pola ini, pendanaan atau pembiayaan
yang beredar berasal dari pengusaha
mikro. Contohnya: Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM), Credit
Union, dan Koperasi Simpan Pinjam.
2. Credit Ledd Microfinance, yaitu pola
keuangan mikro yang sumber
keuangannya bukan dari usaha mikro
tetapi dari sumber lain. Contohnya:
Badan Kredit Desa, Lembaga Dana
Kredit Pedesaan dan Grameen Bank.
3. Micro Banking, bank yang difungsikan
untuk melayani keuangan mikro.
Contohnya: BRI Unit Desa, Bank
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 6
Perkreditan Rakyat dan Danamon
Simpan Pinjam
Pola hubungan bank dan kelompok
swadaya masyarakat
Lembaga keuangan mikro memiliki
kelebihan yang paling nyata, yaitu prose-
durnya yang sederhana, tanpa agunan,
hubungannya yang cair (personal relation-
ship), dan waktu pengembalian kredit yang
fleksibel (negotiable repayment). Karak-
teristik itu sangat sesuai dengan ciri pelaku
ekonomi di perdesaan (khususnya di
sektor pertanian) yang memiliki asset
terbatas, tingkat pendidikan rendah dan
siklus pendapatan yang tidak teratur
(bergantung panen). Karakter perdesaaan
seperti itulah yang ditangkap dengan baik
oleh pelaku lembaga keuangan mikro,
sehingga eksistensinya mudah diterima
oleh masyarakat kecil. Tetapi kelemahan
utama dari lembaga keuangan mikro,
yakni tingkat bunga kredit yang sangat
tinggi, harus diperbaiki sebab keberada-
annya cenderung eksploitatif kepada
masyarakat miskin. Pemerintah dapat
mendesain regulasi dengan jalan memba-
tasi tingkat suku bunga, atau memperluas
akses masyarakat miskin kepada kredit
formal sehingga dalam jangka panjang
tingkat bunga lembaga keuangan mikro
akan tertekan. Model inilah yang harus
diadopsi agar kepentingan masyarakat
kecil tidak dirugikan.
Metoda Penilaian Kesehatan Lembaga
Keuangan Mikro dengan menggunakan
analisis CAMEL.
Penilaian kesehatan lembaga ke-
uangan mikro seperti halnya dengan
penilaian kesehatan keuangan perbankan
menggunakan analisis CAMEL, karena
kegiatan operasional LKM BUMDes ini
memang menjalankan kegiatan sebagai
perantara keuangan di pedesaan, seperti
menarik dana dari masyarakat dalam
bentuk simpan : tabungan dan deposito,
dan menyalurkan dana-dana kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman atau
kredit yang disalurkan. Menurut analisis
metoda CAMEL, kesehatan lembaga
keuangan dikategorikan menjadi empat
tingkat yaitu : sehat, cukup sehat, kurang
sehat, dan tidak sehat.
Berdasarkan Uniform Financial Rating
System (UFRS) , ada 5 aspek penilaian
CAMEL, (Sudarto, 2007:144) , yaitu :
1. Capital Adequacy, adalah modal yang
cukup diperlukan sebagai penyangga
untuk menutup besarnya kerugian
yang mungkin timbul, juga dalam
rangka menambah kepercayaan untuk
para penabung dan deposan juga
dalam meningkatkan usaha bank.
Capital Adequacy dihitung dari
besarnya Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR), dengan syarat mini-
mum rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio/CAR) adalah sebesar
8%. Untuk menentukan nilai kredit
(credit point) dan nilai bobot aspek
Capital ini, haruslah dikalikan dengan
bobot aspek ini yaitu sebesar 30% (SK
DIR.BI No.30/12/KEP/DIR/1997).
2. Asset Quality, yaitu kualitas aktiva
produktif sehubungan dengan risiko
kredit yang dihadapi bank akibat
pemberian kredit dan investasi dana
bank pada portofolio yang berbeda.
Setiap penanaman dana bank dalam
aktiva produktif dinilai kualitasnya
dengan menentukan tingkat kolek-
tibilitasnya yaitu apakah : lancar,
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 7
kurang lancar, diragukan, atau macet.
Pembedaan tingkat kolektibiltas
tersebut diperlukan untuk mengetahui
besarnya cadangan minimum peng-
hapusan aktiva produktif yang harus
disediakan oleh bank untuk menutup
kemungkian kerugin yang terjadi.
Penilaian tingkat kesehatan aktiva
produktif didasarkan pada penilaian
terhadap kualitas aktiva produktif
yang dikuantifikasi dan didasarkan
pada penilaian terhadap pada dua
rasio yaitu : (1) perbandingan aktiva
produktif yang diklasifikasi terhadap
jumlah seluruh aktiva produktif, dan
(2) perbandingan cdangan peng-
hapusan aktiva produktif terhadap
aktiva yang diklasifikasi.
3. Management Quality (kualitas mana-
jemen), menunjukkan kemampuan
manajemen bank untuk mengiden-
tifikasi, mengukur, mengawasi dan
mengontrol risiko-risiko yang timbul
melalui kebijakan strategis untuk
mencapai target. Keberhasilan dari
manajemen bank didasarkan pada
penilaian kualitatif terhadap mana-
jemen yang menyangkut beberapa
komponen. Komponen tersebut terdiri
dari manajemenpermodalan, manaje-
men kualitas aktiva, manajemen
umum, manajmen rentabilitas, dan
manajemen likuiditas yang kese-
luruhannya meliputi 250 aspek.
4. Earning (Rentabilitas) menunjukkan
tidak hanya jumlahkualitas dan trend
earningtetapi juga faktor-faktor yang
mempengaruhi ketersediaan dan
kualitas earning. Keberhasilan bank
didasarkan pada penilian kuantitatif
terhadap rentabilitas bank yang di-
ukur dengan dua rasio yang berbobot
sama. Rasio tersebut terdiri dari : (1)
rasio perbandingan laba dalam 12
bulan terakhir terhadap volume usaha
dalam periode yang sama ( Return on
Assets atau ROA), dam (2) rasio biaya
operasional terhadap pendapatan ope-
rsional dalam periode 12 bulan. Suatu
bank dapat dimasukkan dalam klasi-
fikasi sehat apabila : (1) rasio laba ter-
hadap volume usaha mencapai seku-
rang-kurangnya 1,2% ; dan (2) rasio
biaya operasional terhadap pendapa-
tan operasional tidak melebihi 93,5%.
5. Liquiduty (likuiditas) menunjukkan
ketersediaan dana bank pada saat ini
dan masa yang akan dating. Penga-
turan likuiditas terutama dimaksudkan
agar bank setiap saat dapat memenuhi
kewajiban-kewajiban yang harus segera
di bayar. Berdasarkan analisis CAMEL ,
bank wajib memelihara likuiditasnya
yang didasarkan pada dua rasio de-
ngan bobot yang sama. Rasio tersebut
adalah : (1) perbandingan jumlah
kewajiban bersih terhadap aktiva
lancar (kas, giro pada Bank Indonesia,
Sertifikat Bank Indonesia, dan surat-
surat baerharga pasar uang dalam
rupiah yang diendos oleh bank lain, (2)
perbandingan antara kredit yang
diberikan terhadap dana pihak ketiga,
termasuk pinjaman yang diterima de-
ngan jangka waktu lebih 3 bulan. Li-
kuiditas bank dapat diklasifikasi sehat
apabila : (1) rasio lancar kurang dari
19%, dan (2) rasio pinjaman terhadap
dana pihak ketiga kurang dari 89,8%.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian diskriptif. Penelitian
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 8
diskriptif ini akan menjelaskan mengenai
kesehatan kinerja keuangan BUMDes
LKM yang ada di Kab. Lombok Utara
dengan pendekatan metoda CAEL.
Populasi dan sampel penelitian ini
adalah Badan Usaha Milik Desa Lembaga
Keuangan Mikro (BUMDes LKM) yang
ada di Kabupaten Lombok Utara yang
hingga tahun 2011 adalah sebanyak 8
buah yang menyebar di 6 kecamatan.
Nama ke 8 BUMDes LKM tersebut adalah
: BUMDes LKM ”ANYAR” (Kec. Bayan) ,
BUMDes LKM ”GONDANG” (Kec.
Gondang), BUMDes LKM ”SUKADANA”
(Kec. Bayan), BUMDes LKM ”LOLAN”
(Kec. Bayan), BUMDes LKM
”SANTONG” (Kec. Kayangan), BUMDes
LKM ”SENARU” (Kec. Bayan), BUMDes
LKM ”MALAKA” (Kec. Pemenang), dan
BUMDes LKM ”PEMENG TIMUR” (Kec.
Pemenang). Dari ke 8 BUMDes LKM
tersebut dipilih sebagai sampel penelitian
hanya 7 BUMDes LKM secara purposif
sampling atau sampling bersayarat. Syarat
dipilihnya ke 7 BUMDes LKM tersebut
menurut pertimbangan peneliti adalah
adalah memiliki laporan keuangan yang
memenuhi standar akuntansi yang
dianjurkan oleh lembaga pembina
(TRANSFORM). Hanya satu BUMDes
LKM yang belum menerapkan standar
akuntansi yang dimaksud yaitu BUMDes
LKM ”SANTONG”, sehingga BUMDes
LKM ini tidak dimasukkan sebagai
sampel penelitian.
Jenis dan sumber data yang
digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan BUMdes
LKM se Kabupaten Lombok Utara selama
10 bulan (Januari s.d Oktober) selama
Tahun 2012. Laporan Keuangan yang
dimaksud yaitu terdiri dari Laporan
Neraca, Laporan Rugi Laba, dan data
pendukung lainnya yang relevan dengan
alat analisis CAEL
Adapun prosedur analisis data dalam
penelitian kesehatan BUMDes LKM
ditempuh langkah-langkah perhitungan
sebagai berikut :
I. Untuk menganalisis masalah penelitian
yang pertama (1), yaitu apakah kinerja
keuangan BUMDes LKM di Kab.
Lombok Utara yang diukur dengan
analisa rasio terhadap unsur yang ada
dalam CAEL memang layak ? Dalam
hal ini, formula atau rumus maupun
indikator yang digunakan sekaligus
terdapat diprosedur analisis CAEL.
2. Untuk menganalisis penelitian yang
ke dua (2), digunakan seperangkat
prosedur analisis CAMEL sebagai
berikut.
A. Penentuan bobot masing-masing
komponen yang akan dinilai sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dalam
Metoda CAMEL sebagai berikut.
Perlu ditegaskan di sini bahwa dalam
penelitian ini hanya fokus pada
analisis yang bersifat kuantitatif saja
seperti faktor-faktor : Kecukupan
Permodalan (C), Mutu atau Kualitas
Aktiva (A), Earning atau Profitabilitas
(E), dan faktor Likuiditas (L).
Sedangkan faktor Manajemen (M),
karena bersifat kualitatif , maka faktor
tersebut tidak di teliti dalam
kesempatan ini. Selanjutnya untuk
pemberian bobot dari ke empat faktor
yang di analisis adalah mengikuti
bobot yang ditetapkan oleh lembaga
pembeina BUMDes LKM yaitu : CTZ
ProFi , dan Transform (Buku Panduan
Pelatihan) sebagai berikut.
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 9
Tabel 2. Bobot masing-masing komponen dalam faktor yang dinilai dengan metoda
CAEL.
FAKTOR YANG DINILAI KOMPONEN BOBOT
1. Kecukupan Permodalan Perbandingan modal terhadap aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR )
20 %
2 .Mutu atau kualitas KYD
1) Perbandingan KYD dikelompokkan terhadap KYD
2) Perbandingan Penyisihan Penghapusan Akiva
Produktif (PPAP) terhadap PPAP wajib dibentuk
(PPAP WD)
25%
5 %
3. Manajemen (M) 1). Manajemen Umum
2). Manajemen Risiko
0%
0%
3. Rentabilitas atau Earning
atau Kemampuan
menghasilkan laba
1) Perbandingan Laba terhadap total asset
2) Perbandingan biaya terhadap pendapatan
10 %
5 %
4. Likuiditas atau
Kesanggupan membayar
hutang jangka pendek
1) Perbandingan alat likuid terhadap hutang lancar
2) Perbandingan Hutang Lancar terhadap Total Modal
5 %
10 %
25 % Sumber : Modul Pelatihan Standarisasi Pengelolaan BUMDes LKM (ProFi , NTB)
B. Teknik Perhitungan Penilaian Kesehatan dengan metoda CAEL sebagai berikut .
1. Penilaian Kesehatan Faktor Kecukupan Permodalan (Capital) Untuk menilai kesehatan
faktor kecukupan modal ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) , dengan
rumus :
Modal yang dimiliki BUMDes LKM
Kecukupan Modal (CAR) = --------------------------------------------------------- x 100 %
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
(Profi, NTB : 2009)
Indikator : untuk BUMDes LKM ditetapkan sebesar minimal = 12% dikatakan
sehat.
b. Menghitung Nilai Kredit (credit point) Kecukupan Modal (CAR) .
c. Menghitung Nilai Bobot CAR, dengan cara : Nilai x Bobot Kecukupan Modal
2. Penilaian Kesehatan Faktor Mutu atau Kualitas KYD (Asset Quality)
Faktor Mutu atau Kualitas KYD memiliki 2 komponen perhitungan yaitu :
2.1. Penilaian terhadap Kredit yang disalurkan bermasalah, dengan formula
KYD Dikelompokkan
Kredit Bermasalah = --------------------------------- x 100 % (Profi, NTB : 2009)
KYD
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 10
Indikator : Besarnya hasil rasio yang dianggap sehat adalah (maksimal) = 0 - 5%
b. Menghitung Nilai kredit perbandingan KYD Dikelompokkan terhadap KYD
dengan ketentuan yang ada.
c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan KYD Dikelompokkan terhadap KYD= = Nilai
Kredit x Bobot
2.2. Penilaian terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib di Bentuk.
Dengan langkah perhitungan :
a. Menghitung rasio PPAP terhadap PPAP Wajib Dibentuk (PPAP -WD), dengan
rumus :
PPAP
PPAP-WD = ---------------------------- x 100 % (Profi, NTB : 2009)
PPAP WD
Indikatornya : Rasio PPAP-WD seharusnya lebih besar dari angka 100%.
Menghitung Nilai Kredit yang dicapai terhadap PPAP WD.
Menghitung Nilai Bobot Perbandingan PPAP terhadap PPAP WD, dengan
rumus :
Nilai Bobot Rasio PPAP terhadap PPAP -WD = Nilai kredit x
Bobot
b. Menggabungkan atau menambahkan Nilai Bobot komponen 1 (Perbandingan
KYD Dikelompokkan terhadap KYD) dengan Nilai Bobot komponen 2
(Perbandingan PPAP terhadap PPAP WD).
3. Penilaian Kesehatan Faktor Kemampuan BUMDes LKM menghasilkan Laba
(Earning).
Faktor Kemampuan menghasilkan Laba atau Earning memiliki 2 komponen
perhitungan yaitu :
3.1. Penilaian terhadap kemampuan mendapatkan Laba terhadap Total Asset (ROA).
a. Menghitung rasio kemampuan BUMDes LKM dalam mendapatkan Laba
dari Total Asset (ROA), dengan formula :
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 11
Laba sampai dengan bulan bersangkutan (sdbs) disetahunkan
ROA = ------------------------------------------------------------------------------------------ x 100%
Rata-rata total Asset
Indikatornya : Bila hasil ROA ini melebihi rata-rata inflasi atau dapat juga
menggunakan rata-rata BI Rate pada bulan yang bersangkutan,
dikatakan sehat.
b. Menghitung Nilai kredit Rasio Laba terhadap Total Asset /ROA dengan
ketentuan penilaian.
c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan Laba terhadap Total Asset = Nilai
Kredit x Bobot
3.2. Penilaian terhadap perbandingan antara Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO).
Penilaian terhadap komponen ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
efisiensi dalam mengelola BUMDes LKM. Dengan langkah perhitungannya
adalah sebagai berikut.
a. Menghitung Perbandingan Biaya terhadap Pendapatan, dengan rumus :
Biaya sdbs disetahunkan
BOPO = ----------------------------------------- x 100% (Profi, NTB : 2009)
Pendapatan sdbs disetahunkan
Indikatornya : Agar dapat dikatakan BUMDes LKM memiliki tingkat
efisiensi yang sehat , maka semestinya rasio ini lebih kecil
dari 100%.
b. Menghitung Nilai kredit .
c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan Biaya terhadap Pendapatan= Nilai
kredit x Bobot
d. Membuat gabungan dari 2 komponen Earning tersebut.
4. Penilaian Kesehatan Faktor Likuiditas (Liquidity)
Penilaian faktor likuiditas memiliki 2 komponen perhitungan yaitu :
4.1. Penilaian terhadap unsur kemampuan membayar segera.
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 12
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penilaian kesehatan faktor ini
adalah :
a. Menghitung rasio lancar /current ratio , dengan rumus sebagai berikut.
Kas + Tabungan di Bank
Current Ratio = ---------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Kewajiban Segera + Tabungan Pihak Ketiga + Deposito Pihak Ketiga.
Indikatornya : pengalaman perbankan , perbandingan atau rasio lancar
minimal yang diisyaratkan adalah sebesar 5%.
b. Menghitung Nilai Kredit yang di peroleh dari rasio ini.
c. Menghitung Nilai Bobot rasio lancar , dengan rumus : Nilai Kredit x Bobot
4.2. Penilaian terhadap kemampuan BUMDes LKM dalam membayar kewajiban
segera terhadap Modal yang dimiliki.
Adapun langkah-langkah dalam penilaian kesehatan komponen ini ,
ditempuh melalui prosedur dibawah ini.
a. Menghitung rasio Hutang Lancar terhadap Total Modal, dengan rumus :
Kewajiban segera + Tabungan + Deposito
HL/MODAL = ---------------------------------------------------------------------- x 100%
Modal + Cadangan + Laba/Rugi tahun lalu + Laba/Rugi tahun berjalan
Indikator : Seharusnya rasio ini semakin kecil, lebih kecil dari angka
100%.
b. Menghitung Nilai Kredit dari rasio Hutang Lancar terhadap Total Modal .
c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan Hutang Lancar terhadap Total
Modal
Nilai Bobot Rasio HL terhadap Modal = Nilai Kredit x Bobot
5. Hasil Akhir Total Penilaian Kesehatan BUMDes LKM dengan metoda CAEL
6. Indikator Penilaian Kesehatan Keuangan BUMDes LKM dengan metoda CAEL :
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 13
Tabel 3 : Indikator Penilaian Kesehatan BUMDes LKM
Nilai Predikat
81 – 100 SEHAT
66 – 80 CUKUP SEHAT
51 – 65 KURANG SEHAT
0 - 50 TIDAK SEHAT
Sumber : Peraturan Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR)
HASIL
5.1. Analisis Data dengan Metoda CAEL
Peringkat kesehatan pengelolaan keuangan BUMdes LKM dapat diklasifikasi
berdasarkan kriteria yang terdapat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4. Indikator Penilaian Kesehatan BUMDes LKM
Nilai Predikat
81 – 100 SEHAT
66 – 80 CUKUP SEHAT
51 – 65 KURANG SEHAT
0 - 50 TIDAK SEHAT
Sumber : Peraturan Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR)
Berdasarkan indikator nilai dan
predikat kesehatan dalam tabel di atas ,
maka nantinya dapatlah disimpulkan
pada peringkat mana BUMDes LKM yang
ada di Kabupaten Lombok Utara
tergolong sehat ataukah sebaliknya tidak
sehat?. Adapun hasil perhitungan
berbagai langkah dalam analisis CAEL
maka diperoleh angka-angka yang
terdapat dalam tabel dibawah ini . Angka
dalam tabel tersebut merupakan hasil
Total Nilai Bobot masing-masing BUMDes
LKM sebagai berikut.
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 14
Tabel 5 Hasil Perhitungan Nilai Tertimbang berdasarkan bobot terhadap
No Nama
BUMDes LKM
Bulan Rata-
rata Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1
ANYAR
a. Rasio
Kecukupan
Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
b. Mutu atau
Kualitas KYD
(A) 19.97 26.1 19.36 20.8 22.74 25.52 26.12 26.32 26.31 0 21.32
c. Rentabilitas
(E) 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
d. Likuiditas
(L) 27.3 29.33 26 25.99 26.64 23.56 17.72 10 10 10 20.65
NILAI CAEL 82.27 90.43 80.36 81.79 84.38 84.08 78.84 71.32 71.31 45 76.98
CUKUP
SEHAT
2 MALAKA
a. Rasio
Kecukupan
Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
b. Mutu atau
Kualitas KYD
(A) 26.9 28.05 27.74 27.74 27.63 27.34 27.56 27.3 27.27 27.29 27.48
c. Rentabilitas
(E) 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
d. Likuiditas
(L) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
NILAI CAEL 71.9 73.05 72.74 72.74 72.63 72.34 72.56 72.3 72.27 72.29 72.48
CUKUP
SEHAT
3 SUKADANA
a. Rasio
Kecukupan
Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 0 0 22.86
b. Mutu atau
Kualitas KYD
(A) 29.41 29.41 29.63 29.57 28.73 28.6 29.48 19.3 0 0 29.26
c. Rentabilitas
(E) 15 15 15 15 15 15 15 15 0 0 15
d. Likuiditas
(L) 10 10 10 10 10 10 10 35 0 0 15
NILAI CAEL 74.41 74.41 74.63 74.57 73.73 73.6 74.48 89.3 0 0 76.14
CUKUP
SEHAT
4 LOLOAN
a. Rasio
Kecukupan
Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 0 20 0 0 20
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 15
b. Mutu atau
Kualitas KYD
(A) 11.91 12.7 15.26 13.14 22.13 26,96 0 19.3 0 0 13.49
c. Rentabilitas
(E) 15 0 13.64 14.78 15 15 0 15 0 0 7.34
d. Likuiditas
(L) 35 30 35 35 35 35 0 35 0 0 34,29
NILAI CAEL 81.91 62.7 83.9 82.92 92.13 70 0 89.3 0 0 81 SEHAT
5 SENARU
a. Rasio
Kecukupan
Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
b. Mutu atau
Kualitas KYD
(A) 27.33 27.48 27.19 24.48 30 30 30 30 30 30 28.65
c. Rentabilitas
(E) 0 13.27 13.44 14.21 15 14.66 14.27 14.14 13.96 14.27 12.72
d. Likuiditas
(L) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
NILAI CAEL 82.33 95.75 95.63 93.69 100 99.66 99.27 99.14 98.96 99.27 96.37 SEHAT
6 GONDANG
a. Rasio
Kecukupan
Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
b. Mutu atau
Kualitas KYD
(A) 26.9 30 30 30 30 30 30 30 30 30 27
c. Rentabilitas
(E) 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 13.5
d. Likuiditas
(L) 2,14 35 26.84 23.44 26.46 35 35 35 35 35 28.67
NILAI CAEL 61.9 100 91.84 88.44 91.46 100 100 100 100 100 89.17 SEHAT
7
PEMENANG
TIMUR
a. Rasio
Kecukupan
Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
b. Mutu atau
Kualitas KYD
(A) 26.12 26.57 26.3 26.25 26.01 25.86 25.74 25.72 25.68 25.35 25.96
c. Rentabilitas
(E) 14.83 15 15 15 13.9 7.49 0 0 0 0 8.122
d. Likuiditas
(L) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
NILAI CAEL 95.95 96.57 96.3 96.25 94.91 88.35 80.74 80.72 80.68 80.35 89.082 SEHAT
Sumber : Hasil Analisis Data
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 16
Apabila kita menelaah data angka
hasil analisis dengan metoda CAEL di
atas, dapatlah diperoleh gambaran bahwa
dari ke 7 BUMDes LKM yang sedang
dinilai pada studi ini, ada 4 BUMDes LKM
yang mencapai predikat SEHAT, karena
memiliki nilai CAEL yang lebih besar atau
sama dengan angka 81. Keempat
BUMDess LKM berpredikat sehat tersebut
adalah BUMDes LKM “LOLOAN”, (Nilai :
81), BUMDes LKM “SENARU”, (Nilai :
96,37), BUMDes LKM “GONDANG”,
(Nilai : 89,17), dan BUMDes LKM
“PEMENANG TIMUR”, (Nilai : 89,08).
Sedangkan 3 BUMDes LKM lainnya
berpredikat CUKUP SEHAT , karena nilai
CAEL yang dicapai di bawah angka 81,
tapi lebih besar dari angka 65. Ke 3
BUMDes LKM yang memiliki predikat
CUKUP SEHAT tersebut adalah BUMDes
LKM “ANYAR”, (Nilai : 76,98), BUMDes
LKM “MALAKA”, (Nilai : 72,48), dan
BUMDes LKM “SUKADANA”, (Nilai :
76,14).
4.3. Pembahasan Hasil Analisis
Dari hasil analiisis dengan menggunakan
metoda CAEL di atas dapat diperoleh
jawaban bahwa pada dasarnya BUMDes
LKM yang ada di Kabupaten Lombok Utara
selama periode penilaian (Januari-Oktober)
Tahun 2012 memiliki kinerja keuangan yang
baik, karena predikat penilaiannya antara
cukup sehat , dan sehat. Dengan kata lain
tidak ada satupun BUMDes LKM yang
memiliki predikat Kurang Sehat , dan
bahkan Tidak Sehat.
Mengapa Ke Empat BUMDes LKM
tersebut memiliki pedikat SEHAT dengan
nilai CAEL sebesar 81 keatas, sedangkan
Tiga BUMDes LKM lainnya memiliki
predikat CUKUP SEHAT dengan nilai
CAEL di bawah angka 80 ? Jawabannya
adalah :
a. Dilihat dari rasio hutang lancar
terhadap modal ke 4 BUMdes LKM
tersebut memiliki rasio di bawah 100%.
Rasio di bawah angka 100% berarti
kepercayaan nasabah terhadap
BUMDes LKM ini sungguh besar,
karena kemampuan membayar kembali
kewajiban segera sangat besar. Lebih-
lebih bobot rasio ini sebesar 25 %,
sehingga menghasilkan angka kredit
yang besar pula. Tidak demikian halnya
dengan Tiga BUMDes LKM lainnya
yang mendapatkan predikat CUKUP
SEHAT, memiliki rasio hutang lancar
terhadap modal sangatlah tinggi yaitu
di atas 100%, sehingga kemungkinan
akan menimbulkan insolvency risk yaitu
risiko ketidakmampuan membayar
jangka pendek sangat tinggi. Ini sangat
berpengaruh terhadap kepercayaan
nasabah. (Periksa Tabel 4.4.b).
b. Dilihat dari rasio Kecukupan Permo-
dalan, ke empat BUMDes LKM ber-
predikat sehat memiliki angka rasio di
atas 50%, sementara 3 BUMDes LKM
yang berpredikat cukup sehat
memiliki angka rasio di bawah 50%.
Artinya, kalau rasio ini di atas 50% ,
sesungguhnya BUMDes LKM
memiliki cukup modal untuk
menutupi aktiva yang berpeluang
berisiko. Sedangkan kalau dibawah
50% kemampuan modalnya untuk
menutupi asset yang berisiko semakin
kecil. (Periksa Tabel 4.1).
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 17
KESIMPULAN
1. Kinerja keuangan BUMDes LKM se
Kabupaten Lombok Utara , bila diukur
dengan analisis rasio keuangan
seperti: CAR, Likuiditas, Profitabilitas
termasuk BOPO dapat dikatakan
memiliki kinerja yang layak,
walaupun dari aspek NPL dan PPAP-
WD belum menunjukkan hasil yang
layak, namun tidak terlalu serius.
2. Berdasarkan hasil analisis CAEL, ke 7
BUMDes LKM yang ada di Kabupaten
Lombok Utara menujukan bahwa 3
BUMDes LKM memiliki kinerja yang
cukup sehat yaitu BUMDes LKM
“ANYAR”, BUMDes LKM
“MALAKA”, dan BUMDes LKM
“SUKADANA”, sedangkan 4
BUMDes LKM lainnya memiliki
kinerja sehat. Ke Empat BUMDes
LKM tersebut adalah BUMDes LKM
“LOLOAN”, BUMDes LKM
“SENARU”, BUMDes LKM
“GONDANG”, dan BUMDes LKM
“PEMENANG TIMUR”
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, 2006 , Potensi Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) Dalam Pembangunan
Ekonomi Pedesaan Dan Kebijakan
Pengembangannya, Artikel Analisis
Kebijakan Pertanian, Volume 4 No.
2 Juni 2006, Bogor.
Bambang Ismawan, 2003, “ Peranan
Lembaga keuangan Mikro Dalam
Otonomi Daerah, Artikel
Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan
Indonesia , Vol 10 No 2 Januari
2012.
http://www.bi.go.id/web/id/Statisti
k/Statistik+Perbankan/Statistik+Per
bankan+Indonesia/
Dahlan Siamat, 1999, Manajemen Lembaga
Keuangan, Edisi Kedua, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Eko, Sutoro (ed). 2005. Manifesto
Pembaharuan Desa. APMD Press:
Yogyakarta.
Gatot Supramono, 1997, Perbankan Dan
Masalah Kredit (Suatu Tinjauan
Yuridis), Edisi Revisi, Penerbit
Djambatan, Jakrta.
Hamid,E.S, 1986, Rekaman dari Seminar,
Dalam Kredit Pedesaan di
Indonesia, Mubiyarto, dan Edy
Suandi Hamid (EDS), BPFE ,
Togyakarta.
Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan,
cetakan Pertama, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Lincolin Arsyad, 2008, Lembaga Keuangan
Mikro :Institusi, Kinerja, dan
Sustanabilitas, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Lukman Dendawijaya, 2001, Manajemen
Perbankan, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002,
Manajemen Perbankan Teori dan
Aplikasi, BPFE UGM, Yogyakarta.
Riyadi Selamet, 2004, Banking Assets And
Liability Management, Edisi Kedua,
Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 18
Sudarto, 2007, Manajemen Risiko Untuk
BPR (Bank Perkreditan Rakyat),
Cetakan 1, Penerbit PT.Palem Jaya
Ariadne, Jakarta.
Sinungan , Muchdarsyah, 1992, Manajemen
Dana Bank, Edisi Kedua, Jakarta,
Rineka Cipta.
Suyanto,dkk,Thomas, 2002, Dasar-Dasar
Perkreditan, Edisi Keempat, Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
-----------------, 2010, Pelatihan Standarisasi
Manajer BUMDes LKM, Modul
Pelatihan Tahap II, GTZ -
NTB,Mataram