perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI DASAR
PERHITUNGAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN SUKOHARJO
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
Faiqotul Himmah
NIM F3408044
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Insyirah: 6)
Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari pada
permulaan. (Q.S. Adh-Dhuha: 4 )
Tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan yaitu merahasiakan
keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sedekah yang kita keluarkan.
( H.R. Tabrani)
Penulis persembahkan kepada:
© Allah SWT , © Ibu dan Ayah serta keluargaku tercinta, © Odonkku tersayang, © Sahabat-sahabat setiaku, dan © Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan
judul ”ANALISIS PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI
DASAR PERHITUNGAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI
KABUPATEN SUKOHARJO” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Ahli
Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu,
membimbing serta memberikan dorongan baik moril maupun spiritual kepada
penulis sehingga dapat menyusun Tugas Akhir ini. Ucapan terima kasih yang
tulus penulis haturkan kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
2. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Perpajakan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Taufiq Arifin, SE, M.Si, Ak selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah
memberikan pengarahan, masukan, serta bimbingan selama penyusunan
Tugas Akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
5. Drs. Darwanto, MM. selaku Kepala Bidang Pendapatan DPPKAD Sukoharjo
yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan magang kerja dan penelitian.
6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberiku doa, dana, dan kasih sayangnya
sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan lancar.
7. Odonkku tersayang makasih banyak atas semangat dan doanya setiap saat.
8. Mamah Ika alias mah kong alias suster makasih banyak atas semangat dan
bantuannya selama ini, tidak akan pernah aku lupakan semua kebaikkanmu.
9. Semua teman-teman yang sudah membantu dan terima kasih atas
kebersamaannya.
10. D3 Perpajakan A/B angkatan 2008 semoga sukses.
11. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan Tugas
Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Namun demikian, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum ................................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
C. Perumusan Masalah................................................................................ 15
D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 16
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 16
II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 18
B. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................. 33
III. TEMUAN
A. Kelebihan .............................................................................................. 51
B. Kelemahan ............................................................................................ 51
IV. PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................... 52
B. Rekomendasi ......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman
II.1. Klasifikasi dan Besarnya NJOP Tahun 2011 ............................................ 38
II.2. Selisih NJOP dan Harga Pasar .................................................................. 40
III.3. Rasio Selisih NJOP dan Harga Pasar ....................................................... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
I.1. Struktur Organisasi DPPKAD Sukoharjo................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Tugas Akhir
Lampiran 2. Surat Keterangan Magang
Lampiran 3. Surat Keterangan Melakukan Survey/penelitian
Lampiran 4. Lembar Penilaian Magang
Lampiran 5. Tanda Terima Kuliah Magang Kerja
Lampiran 6. Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan
Bumi (Tanah) dan Bangunan Kelompok A dan B Berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998
Lampiran 7. Klasifikasi dan Besarnya NJOP Tahun 2011 Kabupaten Sukoharjo
Lampiran 8. Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2010
tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
ANALISIS PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO
Faiqotul Himmah F3408044
This research aim to evaluate and compare NJOP established by the Finance Ministry with the market price. Knowing the way of calculation BPHTB when becomes center tax and region tax, and the influence of NJOP to regions original income in Sukoharjo Regency.
Based on the sample in six places represent Sukoharjo Regency, it can be concluded that considerable part of NJOP charge is lower than the market price, but there is also NJOP charge which is higher than the market price. In BPHTB calculation was found change of NPOPTKP that was greater, therefore the region income becomes smaller. So there is an indication that NJOP will increase. If NJOP increase, so the region income will be settled.
Based on the result it’s recommend to Regency of Sukoharjo government to evaluate regularly NJOP so that the region income can maximal.
Keyword: NJOP, BPHTB, and regions original income.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM
1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sukoharjo
Pasca Perang Jawa (1825-1830), pemerintah Hindia-Belanda semakin
memperketat keamanan untuk mencegah terulangnya pemberontakan.
Kondisi masyarakat Jawa yang semakin miskin mendorong terjadinya
tindak kejahatan (pidana) di berbagai tempat. Menghadapi hal itu
pemerintah kolonial menekan raja Surakarta dan Yogyakarta agar
menerapkan hukum secara tegas. Salah satunya dengan membentuk
lembaga hukum yang dilengkapi dengan berbagai pendukung. Di
Kasunanan Surakarta dibentuk lembaga Pradata Gedhe, yakni pengadilan
kerajaan yang menjadi pusat penyelesaian semua perkara. Lembaga ini
dipimpin oleh Raden Adipati (Patih) dibawah pengawasan Residen
Surakarta. Dalam pelaksanaannya, Pradata Gedhe mengalami kesulitan
karena volume perkara yang sangat besar. Sunan Pakubuwono dan
Residen Surakarta memandang perlu melimpahkan sebagian perkara
kepada pemerintah daerah. Mereka sepakat membentuk pengadilan di
tingkat kabupaten yang diberi nama Pradata Kabupaten.
Pada tanggal 16 Februari 1874, Sunan Pakubuwono IX dan Residen
Surakarta, Keucheneus, membuat perjanjian pembentukan Pradata
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kabupaten untuk wilayah Klaten, Boyolali, Ampel, Kartasura, Sragen dan
Larangan. Surat perjanjian tersebut disahkan pada hari Kamis tanggal 7
Mei 1874, Staatsblad Nomor 209. Pada Bab I surat perjanjian, tertulis ”Ing
Kabupaten Klaten, Ampel, Boyolali, Kartasura lan Sragen, apadene ing
Kawedanan Larangan kadodokan pangadilan ingaranan Pradata
Kabupaten. Kawedanan Larangan saikiki kadadekake kabupaten ingaranan
Kabupaten Sukoharjo”. (Di Kabupaten Klaten, Ampel, Boyolali, Kartasura
dan Sragen, dan juga Kawedanan Larangan dibentuk pengadilan yang
disebut Pradata Kabupaten. Kawedanan Larangan sekarang dijadikan
kabupaten dengan nama Kabupaten Sukoharjo). Berdasarkan surat
perjanjian tersebut sekarang ditetapkan bahwa tanggal 7 Mei 1874 menjadi
tanggal berdirinya Kabupaten Sukoharjo, yang sebelum itu bernama
Kawedanan Larangan.
Letak Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo (Bahasa Jawa: Sukaharja), adalah kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan
Sukoharjo, sekitar 10 km sebelah selatan Kota Surakarta. Kabupaten ini
berbatasan dengan:
Sebelah utara : Kota Surakarta
Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunung Kidul
Sebelah barat : Kabupaten Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Geografi Kabupaten Sukoharjo
Bengawan Solo membelah kabupaten ini menjadi dua bagian: Bagian
utara pada umumnya merupakan dataran rendah dan bergelombang,
sedang bagian selatan dataran tinggi dan pegunungan. Sebagian daerah di
perbatasan utara merupakan daerah perkembangan Kota Surakarta,
mencakup kawasan Grogol dan Kartasura. Kartasura merupakan
persimpangan jalur Solo-Yogyakarta dengan Solo-Semarang. Kabupaten
Sukoharjo dilintasi jalur kereta api Solo-Wonogiri, yang dioperasikan
kembali pada tahun 2004 setelah selama puluhan tahun tidak difungsikan.
Kabupaten Sukoharjo terdiri atas 12 kecamatan antara lain Baki,
Bendosari, Bulu, Gatak, Grogol, Kartasura, Mojolaban, Nguter, Polokarto,
Sukoharjo, Tawangsari, Weru. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan
Sukoharjo.
2. Sejarah Berdirinya DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, ditegaskan bahwa perangkat daerah terdiri
dari unsur staf yang mempunyai tugas membantu penyusunan kebijakan
dan koordinasi yang diwadahi dalam bentuk inspektorat, unsur perencana
yang diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung tugas Bupati dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik
diwadahi dalam lembaga teknis daerah dalam bentuk badan/ kantor/ rumah
sakit, dan unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam dinas
daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
maka sejak tahun 2009 terbentuklah Organisasi Dinas Daerah yaitu Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau disingkat
menjadi DPPKAD.
3. Tugas Pokok dan Fungsi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sukoharjo Nomor 3
tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten
Sukoharjo, Pasal 11 menyebutkan bahwa Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
dibidang pengelolaan keuangan dan aset-aset daerah.
Berdasarkan Peraturan Bupati Sukuharjo Nomor 44 tahun 2008
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Jabatan
Struktural Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Sukoharjo, Pasal 3 menyebutkan bahwa DPPKAD
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, maka DPPKAD
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah,
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah,
d. Pengkoordinasian, fasilitasi, dan pembinaan kegiatan di bidang
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,
e. Pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,
f. Pengelolaan urusan ketatausahaan.
4. Visi dan Misi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo mempunyai visi yaitu terwujudnya
peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya pengelolaan
keuangan daerah dan peningkatan pendapatan daerah dengan semangat
desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu,
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo mempunyai misi-misi yaitu sebagai
berikut:
a. Meningkatkan kualitas sumber daya pengelolaan keuangan Daerah.
b. Meningkatkan fungsi perencanaan dan penyusunan anggaran Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Meningkatkan fungsi pemungutan pendapatan Daerah dan efisiensi
belanja Daerah.
d. Meningkatkan fungsi pengendalian kas Daerah, perbendaharaan umum
Daerah dan verifikasi serta perhitungan anggaran, pertanggungjawaban
keuangan Daerah.
5. Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan DPPKAD Kabupaten
Sukoharjo
Berdasarkan Peraturan Bupati Sukoharjo Nomor 44 tahun 2008
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Jabatan
Struktural pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Sukoharjo, Pasal 2 menyebutkan bahwa susunan
organisasi DPPKAD Sukoharjo terdiri dari:
a. Kepala Dinas
Mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.
b. Sekretariat
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi kesekretariatan meliputi
keseluruhan aktivitas mengenai umum dan kepegawaian, program,
serta keuangan yang diserahkan dan menjadi tanggung jawab pada
Sekretariat.
1) Sub Bagian Program
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
perencanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan.
2) Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan
administrasi keuangan dan pelaporan pertanggungjawaban
keuangan.
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan
administrasi umum organisasi dan tata laksana, pengurusan rumah
tangga, perlengkapan dokumentasi, perpustakaan dan kearsipan
serta pengelolaan administrasi kepegawaian.
c. Bidang Anggaran
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi perencanaan, penyusunan
anggaran dan meliputi sebagian aktivitas mengenai pelaksanaan
anggaran, anggaran penerimaan, penyusunan anggaran belanja dan
pelaksanaan anggaran yang diserahkan dan menjadi tanggung jawab
pada bidang anggaran.
1) Seksi Perencanaan Anggaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang perencanaan anggaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Seksi Penyusunan Anggaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang penyusunan anggaran.
3) Seksi Pelaksanaan Anggaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang penyusunan anggaran.
d. Bidang Pendapatan
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi pendapatan meliput
keseluruhan aktivitas mengenai pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, dan penagihan pendapatan yang diserahkan dan menjadi
tanggung jawab pada Bidang Pendapatan.
1) Seksi Pendapatan Asli Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang pendapatan asli daerah.
2) Seksi Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang dana perimbangan dan lain-lain pendapatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Seksi Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan.
e. Bidang Perbendaharaan
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi perbendaharaan meliputi
keseluruhan aktivitas Penerbitan Surat Pencairan Dana (SP2D) untuk
pembayaran berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) dari
permintaan pengguna anggaran SKPD atas beban rekening kas umum
daerah.
1) Seksi Perbendaharaan I
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang Perbendaharaan I.
2) Seksi Perbendaharaan II
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang Perbendaharaan II.
3) Seksi Perbendaharaan III
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang Perbendaharaan III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
f. Bidang Akuntansi
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi akuntansi meliputi keseluruhan
aktivitas mengenai pembukuan, pelaporan, analisis data keuangan, dan
sistem akuntansi serta fasilitasi penyusunan laporan keuangan yang
diserahkan dan menjadi tanggung jawab pada Bidang Akuntansi.
1) Seksi Verifikasi
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang verifikasi.
2) Seksi Akuntansi
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang akuntansi.
3) Seksi Fasilitasi Penyusunan Laporan Keuangan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang fasilitasi penyusunan laporan keuangan.
g. Bidang Kas
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi kas meliputi keseluruhan
aktivitas mengenai penerimaan, pengeluaran, pengendalian, dan
pelaporan yang diserahkan dan menjadi tanggung jawab pada bidang
Kas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1) Seksi Penerimaan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang penerimaan.
2) Seksi Pengeluaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang pengeluaran.
3) Seksi Pengendalian dan Pelaporan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang pengendalian dan pelaporan.
h. Bidang Aset dan Investasi Daerah
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi inventarisasi dan penghapusan,
pengelolaan aset daerah, dan investasi daerah yang diserahkan dan
menjadi tanggung jawab pada bidang Aset dan Investasi Daerah.
1) Seksi Penatausahaan Aset Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang penatausahaan aset daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Seksi Pendayagunaan Aset Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang pendayagunaan aset daerah.
3) Seksi Investasi Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan di bidang investasi daerah.
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan unit organisasi masing-masing
maupun antar satuan organisasi di lingkungan Pemerintah Daerah
dengan instansi lain di luar Pemerintah Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar I.1 Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
B. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah daerah tentu
saja membutuhkan pembiayaan. Salah satu sumber dana bagi pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat di daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD),
pendapatan transfer dan lain-lain pendapatan yang sah.
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan
daerah. Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah diganti
sebanyak dua kali. Yang pertama pada tahun 2000 dan yang kedua pada tahun
2009. Pada tanggal 18 Agustus 2009, Rancangan Undang-undang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (RUU PDRD) menjadi Undang-undang, sebagai
pengganti dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000 telah disetujui dan disahkan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia yaitu Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.
Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah terdapat penambahan
beberapa jenis pajak daerah, salah satunya yaitu pengalihan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari pajak pusat menjadi pajak
daerah yang dilakukan mulai 1 Januari 2011 sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan sebagai
salah satu jenis Pajak Kabupaten/Kota. Pelimpahan wewenang itu diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Kabupaten Sukoharjo karena dinilai
sudah siap dengan segala infrastrukturnya.
Berdasarkan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut atas penarikan BPHTB oleh
pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo, perlu dilakukan penataan ulang
Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) agar sesuai dengan harga sesungguhnya
karena dengan adanya perkembangan ekonomi dan moneter, serta
perkembangan harga umum tanah saat ini telah menyebabkan harga tanah
selalu berubah-ubah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis termotivasi melakukan
penelitian yang akan diajukan dalam Tugas Akhir dengan judul ”ANALISIS
PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI DASAR
PERHITUNGAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI
KABUPATEN SUKOHARJO”.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah NJOP yang ditetapkan oleh Kementrian Keuangan sudah sesuai
dengan harga pasar?
2. Bagaimana cara perhitungan BPHTB saat menjadi pajak pusat dan saat
menjadi pajak daerah?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3. Bagaimana upaya pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam menata ulang
NJOP?
4. Apa pengaruh NJOP terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten
Sukoharjo?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai
melalui penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah NJOP yang ditetapkan oleh Kementrian
Keuangan sudah sesuai dengan harga pasar.
2. Untuk mengetahui cara perhitungan BPHTB saat menjadi pajak pusat dan
saat menjadi pajak daerah.
3. Untuk mengetahui upaya yang akan dilakukan pemerintah Kabupaten
Sukoharjo dalam menata ulang NJOP.
4. Untuk mengetahui pengaruh NJOP terhadap pendapatan asli daerah di
Kabupaten Sukoharjo.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi penulis
Dapat menerapkan mata kuliah yang diperoleh saat dibangku kuliah
khususnya mata kuliah perpajakan dalam praktik sesungguhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Bagi DPPKAD Sukoharjo
Bisa dijadikan sebagai masukan atau bahan pertimbangan apabila terdapat
kelemahan atau kelebihan yang ditemukan, yang bisa meningkatkan
kinerja DPPKAD Sukoharjo menjadi lebih baik.
3. Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Nilai dan Harga
Nilai adalah apa yang sepatutnya dibayar oleh seseorang pembeli atau
diterima oleh penjual dalam sebuah transaksi, dan harga adalah apa yang
akhirnya disetujui (Harjanto Budi, 2003 dalam Muhammad Ismail Ali
Rosyid).
Pengertian Pajak
Untuk mengetahui arti pajak, Santoso Brotodihardjo, S.H., dalam bukunya
Pengantar Ilmu Hukum Pajak, mengemukakan beberapa pendapat pakar
tentang definisi pajak (Wirawan B. Ilyas, 2010), beberapa di antaranya seperti
dalam kutipan sebagai berikut:
Macam-macam pengertian pajak antara lain:
1. Mr. Dr. N. J. Feldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada
penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum),
tanpa adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Prof. Dr. M.J.H. Smeets
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-
norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra-prestasi
yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah
untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
3. Dr. Soeparman Soemahamidjaja
Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
4. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-
prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Dari beberapa pengertian pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada
lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu:
1) pembayaran pajak harus berdasarkan UU,
2) sifatnya dapat dipaksakan,
3) tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta), dan
5) pajak digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah (rutin
dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.
Penggolongan jenis pajak
Jenis-jenis pajak yang dikenakan dapat digolongkan dalam 3 (tiga)
golongan (Wirawan B. Ilyas, 2010), antara lain:
1. Menurut Sifatnya
Jenis-jenis pajak menurut sifatnya dapat dibagi dua, yaitu:
a. Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul
sendiri oleh wajib pajak (WP) dan tidak dapat dilimpahkan kepada
orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-waktu
tertentu, misalnya PPh.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan
kepada orang lain dan hanya dikenakan kepada hal-hal tertentu atau
peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sasaran/ Objeknya
Menurut sasarannya, jenis-jenis pajak dapat dibagi dua, yaitu:
a. Pajak subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan pertama-tama
dengan memperhatikan keadaan pribadi WP (subjeknya). Setelah
diketahui keadaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya
sesuai gaya pikul, apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya
PPh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama
memperhatikan /melihat objeknya, baik berupa keadaan perbuatan atau
peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.
Setelah diketahui objeknya, barulah dicari subjeknya yang mempunyai
hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui, misalnya Pajak
Pertambahan Nilai.
3. Menurut Lembaga Pemungutannya
Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak dapat dibagi dua, yaitu jenis
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan jenis pajak yang dipungut
oleh pemerintah daerah, yang sering disebut dengan pajak pusat dan pajak
daerah.
Fungsi Pajak
Dalam literatur pajak, sering disebutkan pajak mempunyai dua fungsi,
yaitu fungsi budgeter dan regulerend. Namun, dalam perkembangannya,
fungsi pajak tersebut dapat dikembangkan dan ditambah dua fungsi lagi, yaitu
fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi (Wirawan B. Ilyas, 2010).
1. Fungsi budgeter adalah fungsi yang terletak di sektor publik, yaitu fungsi
untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan UU
berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan dan bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan
pemerintah untuk investasi pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2. Fungsi regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan
digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
letaknya diluar bidang keuangan. Fungsi ini umumnya dapat dilihat pada
sektor swasta. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dr.
Soemitro Djojohadikusumo, yaitu fiscal policy sebagai suatu alat
pembangunan yang harus mempunyai satu tujuan yang bersamaan secara
langsung menemukan dana-dana yang akan digunakan untuk public
invesment dan secara tidak langsung digunakan untuk menyalurkan private
saving ke arah sektor-sektor yang produktif, maupun digunakan untuk
mencegah pengeluaran-pengeluaran yang mengahambat pembangunan.
3. Fungsi demokrasi dari pajak adalah suatu fungsi yang merupakan salah
satu penjelmaan atau wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan
pemeritahan dan pembangunan demi kemaslahatan manusia. Fungsi
demokrasi pada masa sekarang ini sering dikaitkan dengan hak seseorang
apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah. Apabila seseorang
telah melakukan kewajibannya membayar pajak kepada negara sesuai
ketentuan yang berlaku, maka ia mempunyai hak pula untuk mendapatkan
pelayanan yang baik dari pemerintah. Bila pemerintah tidak memberikan
pelayanan yang baik, pembayar pajak bisa melakukan protes (complaint)
terhadap pemerintah dengan menyatakan bahwa ia telah membayar pajak,
mengapa tidak mendapatkan pelayanan yang semestinya.
4. Fungsi redistribusi, yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur
pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
misalnya dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih
besar kepada masyarkat yang mempunyai penghasilan besar dan pajak
yang lebih kecil kepada masyarkat yang mempunyai penghasilan lebih
sedikit (kecil).
Fungsi pajak ketiga dan keempat tersebut sering kali disebut sebagai
fungsi tambahan karena bukan merupakan tujuan utama pemungutan pajak.
Akan tetapi, dengan perkembangan masyarakat modern, fungsi ketiga dan
keempat menjadi fungsi yang juga sangat penting dan tidak dapat dipisahkan
dalam rangka kemaslahatan manusia serta keseimbangan dalam mewujudkan
hak dan kewajiban masyarakat.
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi empat macam (Wirawan B.
Ilyas, 2010), antara lain:
1. Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.
Dengan sistem ini masyarakat (WP) bersifat pasif dan menunggu
dikeluarkannya suatu ketetapan pajak oleh fiskus. Besarnya utang pajak
seseorang baru diketahui setelah adanya surat ketetapan pajak.
2. Semiself assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang pada fiskus dan WP untuk menentukan besarnya pajak
seseorang yang terutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dalam sistem ini, setiap awal tahun pajak WP menentukan sendiri besarnya
pajak yang terutang untuk tahun berjalan yang merupakan angsuran yang bagi
WP yang harus disetor sendiri. Baru kemudian pada akhir tahun pajak fiskus
menentukan besarnya utang pajak yang sesungguhnya berdasarkan data yang
dilaporkan oleh WP.
3. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang penuh kepada WP untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.
Dalam sistem ini WP yang aktif sedangkan fiskus tidak turut campur dalam
penentuan besarnya pajak yang terutang seseorang, kecuali WP melanggar
ketentuan yang berlaku.
4. Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang pada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak
yang terutang. Pihak ketiga yang telah ditentukan tersebut selanjutnya
menyetor dan melaporkannya kepada fiskus. Pada sistem ini, fiskus dan WP
tidak aktif. Fiskus hanya bertugas mengawasi saja pelaksanaan
pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga.
Pajak Pusat
Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang
dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan cq. Direktorat
Jenderal Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan
dimasukkan sebagai bagian dari Penerimaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Wirawan B. Ilyas, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
PBB
PBB adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas benda berupa harta
tidak bergerak yaitu bumi dan bangunan. Pajak ini termasuk pajak objektif dan
merupakan pajak pusat, walaupun sebagian besar penerimaannya diberikan
kepada daerah (Soemarso S.R, 2007).
Pengertian bangunan meliputi:
a. jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan kompleks bangunan;
b. jalan tol;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olahraga;
f. galangan kapal, dermaga;
g. taman mewah;
h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
i. fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Bumi dan bangunan diklasifikasikan berdasarkan nilai jualnya. Klasifikasi
ini digunakan sebagai dasar untuk memudahkan dalam perhitungan pajak yang
terutang. Klasifikasi diatur oleh menteri keuangan. Dalam menentukan
klasifikasi bangunan faktor-faktor yang diperhatikan adalah:
1. bahan yang digunakan;
2. rekayasa;
3. letak;
4. kondisi lingkungan dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Untuk menentukan klasifikasi bumi/tanah, Mardiasmo (2004) dalam
bukunya Perpajakan, memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. letak,
b. peruntukan,
c. pemanfaatan,
d. kondisi lingkungan dan lain-lain.
Dengan keputusan menteri keuangan nomor 523/KMK.04/1998 tentang
penetuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB
(Waluyo, 2007) telah mengatur pokok-pokok:
1. Standar investasi adalah jumlah yang diinvestasikan untuk suatu
pembangunan dan atau penanaman dan atau penggalian jenis sumber daya
alam atau budi daya tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga
kerja, bahan dan alat mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan sampai tahap
produksi atau menghasilkan.
2. Objek pajak yang bersifat khusus adalah objek pajak letak, bentuk,
peruntukan dan atau penggunaannya mempunyai sifat dan karakteristik
khusus.
3. Dalam hal objek pajak yang nilai jual per m2-nya lebih besar dari
ketentuan NJOP, maka NJOP yang terjadi dilapangan digunakan sebagai
dasar pengenaan PBB.
4. Objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan yang tidak bersifat khusus,
NJOP ditentukan berdasarkan nilai indikasi rata-rata yang diperoleh dari
hasil penilaian secara massal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5. Besarnya NJOP sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan serta usaha
bidang perikanan, peternakan dan perairan untuk areal produksi dan atau
areal belum produksi, ditentukan berdasarkan nilai jual permukaan bumi
dan bangunan ditambah dengan nilai investasi atau nilai jual pengganti
atau dihitung secara keseluruhan berdasarkan nilai jual penggati.
6. Untuk objek pajak tertentu yang bersifat khusus, NJOP dapat ditentukan
berdasarkan nilai pasar yang dilakukan oleh pejabat fungsional penilaian
secara individual.
7. Klasifikasi penggolongan dan ketentuan nilai jual, dapat dilihat pada
lampiran IA, IB, IIA, IIB Keputusan Menteri Keuangan.
Pajak Daerah
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat (Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor
10 Tahun 2010).
Pajak Daerah Kabupaten/Kota menurut UU No.28 Tahun 2009, terdiri dari:
1. Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
2. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
3. Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
4. Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
5. Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik
yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
6. Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor.
7. Pajak mineral bukan logam dan batuan (perubahan nomenklatur) adalah
pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik
dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
8. Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah.
9. Pajak sarang burung walet (baru) adalah pajak atas kegiatan pengambilan
dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
10. PBB pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
11. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pendapatan Asli Daerah
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
mengatur tentang Pendapatan asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah
(PAD), yaitu:
1. Hasil pajak daerah,
2. Hasil retribusi daerah,
3. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan,
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan, yang selanjutnya
disebut pajak. Adapun pengertian bumi adalah permukaan bumi yang meliputi
tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota, sedangkan
bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Selanjutnya, perolehan
hak atas tanah dan/atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang
pribadi atau Badan. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah,
termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Perhitungan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berdasarkan
NJOP yang terdapat pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang atas Pajak
Bumi dan Bangunan (SPPT PBB). Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya
disingkat NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli,
NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis,
atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak Pengganti (Peraturan
Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2010). Pajak atas Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan didasarkan pada NJOP PBB.
Besaran pokok BPHTB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi NPOPTKP.
Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Yang menjadi objek pajak BPHTB dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2010 adalah perolehan hak atas tanah dan/atau
bangunan. Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi:
1. Pemindahan hak karena jual beli, tukar-menukar, hibah, hibah wasiat,
waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan
hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang,
pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,
penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha dan hadiah.
2. Pemberian hak baru karena kelanjutan pelepasan hak, dan di luar
pelepasan hak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Hak atas tanah sebagaimana dimaksud diatas adalah hak milik, hak guna
usaha (HGU), hak guna bangunan (HGB), hak pakai, hak milik atas satuan
rumah susun, dan hak pengelolaan.
Dengan demikian, perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan menurut
Erly Suandy (2006) dapat berupa:
1. Tanah termasuk tanaman diatasnya
2. Tanah dan bangunan
3. Bangunan
Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB
Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2010 adalah objek pajak yang
diperoleh:
1. Perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik;
2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum;
3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan
organisasi tersebut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf; dan
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang menjadi subjek pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah dan atau bangunan. Subjek pajak tersebut jika dikenakan kewajiban
untuk membayar pajak, menjadi wajib pajak.
Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Dasar pengenaan BPHTB dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo
Nomor 10 Tahun 2010 adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP). NPOP
dapat berupa harga transaksi atau nilai pasar atau Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP). NPOP dalam hal:
1. Jual beli adalah harga transaksi objek pajak tersebut;
2. Tukar-menukar adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
3. Hibah adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
4. Hibah wasiat adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
5. Waris adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar
objek pajak tersebut;
7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak adalah nilai pasar objek
pajak tersebut;
8. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
9. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak
adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
10. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah nilai pasar
objek pajak tersebut;
11. Penggabungan usaha adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
12. Peleburan usaha adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
13. Pemekaran usaha adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
14. Hadiah adalah nilai pasar objek pajak tersebut;
15. Penunjukkan pembeli dalam lelang adalah nilai transaksi yang tercantum
dalam risalah lelang.
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
a. ANALISIS DATA
Metode Penelitian
1. Obyek Penelitian
Penulis melakukan penilitian di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Jenis Data
a) Data primer
Penulis memperoleh data dari DPPKAD Sukoharjo dan KPP
Sukoharjo.
b) Data Sekunder
Penulis memperoleh data dari buku-buku dan referensi lainnya
yang berhubungan dengan tema penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
a) Obsevasi (observation) merupakan teknik atau pendekatan untuk
mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek
datanya (Jogiyanto, 2004). Observasi yang dilakukan yaitu
pengamati secara langsung pada DPPKAD Sukoharjo khususnya
dibidang pendapatan dan di KPP Sukoharjo.
b) Wawancara (interview) adalah komunikasi dua arah untuk
mendapatkan data dari responden (Jogiyanto, 2004). Wawancara
yang dilakukan yaitu mewawancarai Kepala, Pegawai dan Staff
DPPKAD Sukoharjo khususnya dibidang pendapatan.
c) Perpustakaan yaitu mencari dan membaca referensi yang ada
kaitannya dengan tema penelitian.
4. Metode Analisa Data
Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Whitney,
1960). Metode analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif,
yaitu membandingkan NJOP yang ditetapkan Menteri Keuangan
dengan harga pasar.
b. PEMBAHASAN
1. NJOP yang ditetapkan Menteri Keuangan dan Harga Pasar
Klasifikasi dan besarnya NJOP bumi Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan nomor
Kep.024/RI.32/09.03/2010 pada tanggal 27 Desember 2010. Tiap-tiap
daerah yang ada di Kabupaten Sukoharjo tentu saja memiliki nilai maupun
harga tanah yang berbeda-beda. Kabupaten Sukoharjo sendiri terdiri dari
12 kecamatan antara lain Baki, Bendosari, Bulu, Gatak, Grogol, Kartasura,
Mojolaban, Nguter, Polokarto, Sukoharjo, Tawangsari, dan Weru. Jika
dibahas satu per satu mengenai besarnya nilai maupun harga tanah
diseluruh wilayah Sukoharjo maka akan membutuhkan banyak waktu
sehingga tidak efisien. Oleh karena itu, Kabupaten Sukoharjo
dikelompokkan menurut perkembangan daerahnya, antara lain:
1) Daerah perkembangan cepat, yaitu pada kecamatan Kartasura tepatnya
di kelurahan Kartasura.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Daerah perkembangan sedang, yaitu pada kecamatan Baki tepatnya di
kelurahan Gentan.
3) Daerah perkembangan lambat, yaitu pada kecamatan Bulu tepatnya di
kelurahan Kedungsono.
Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas, klasifikasi dan besarnya
NJOP bumi tahun 2011 Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel II.1.
Klasifikasi dan besarnya NJOP bumi tahun 2011 Kabupaten Sukoharjo
antara lain sebagai berikut:
1) Daerah perkembangan cepat, yaitu pada kecamatan Kartasura tepatnya
di kelurahan Kartasura. Dengan nama jalan yaitu JL. Ahmad Yani,
kode ZNT adalah AE, dan kelas bumi 057 masuk dalam
pengelompokan nilai jual bumi antara Rp2.091.000,00 sampai dengan
Rp2.261.000,00 per m2 mempunyai NJOP bumi senilai
Rp2.176.000,00 per m2 yang merupakan ZNT tertinggi di kelurahan
Kartasura. Untuk nama jalan yaitu DK. Purwogondo, kode ZNT adalah
AC, dan kelas bumi 080 masuk dalam pengelompokan nilai jual bumi
antara Rp73.000,00 sampai dengan Rp91.000,00 per m2 mempunyai
NJOP bumi senilai Rp82.000,00 per m2 yang merupakan ZNT
terendah di kelurahan Kartasura.
2) Daerah perkembangan sedang, yaitu pada kecamatan Baki tepatnya di
kelurahan Gentan. Dengan nama jalan yaitu JL. Raya Songgolangit,
kode ZNT adalah AW, dan kelas bumi 070 masuk dalam
pengelompokan nilai jual bumi antara Rp501.000,00 sampai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Rp573.000,00 per m2 mempunyai NJOP bumi senilai Rp537.000,00
per m2 yang merupakan ZNT tertinggi di kelurahan Gentan. Untuk
nama jalan yaitu KP. Gentan, kode ZNT adalah AN, dan kelas bumi
081 masuk dalam pengelompokan nilai jual bumi antara Rp55.000,00
sampai dengan Rp73.000,00 per m2 mempunyai NJOP bumi senilai
Rp64.000,00 per m2 yang merupakan ZNT terendah di kelurahan
Gentan.
3) Daerah perkembangan lambat, yaitu pada kecamatan Bulu tepatnya di
kelurahan Kedungsono. Dengan nama jalan yaitu DK. Kedungsono,
kode ZNT adalah AF, dan kelas bumi 085 masuk dalam
pengelompokan nilai jual bumi antara Rp17.000,00 sampai dengan
Rp23.000,00 per m2 mempunyai NJOP bumi senilai Rp20.000,00 per
m2 yang merupakan ZNT tertinggi di kelurahan Kedungsono. Untuk
nama jalan yaitu DK. Kedungsono, kode ZNT adalah AA, dan kelas
bumi 092 masuk dalam pengelompokan nilai jual bumi antara
Rp1.400,00 sampai dengan Rp2.000,00 per m2 mempunyai NJOP
bumi senilai Rp1.700,00 per m2 yang merupakan ZNT terendah di
kelurahan Kedungsono.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel II.1 Klasifikasi dan Besarnya NJOP Bumi Tahun 2011
Sumber: KPP Sukoharjo
Untuk mengetahui penetapan NJOP oleh Menteri Keuangan sudah
sesuai dengan harga pasar atau belum, maka penulis melakukan
perbandingan antara NJOP dengan harga pasar dilapangan. Adapun NJOP
dan harga pasar pada masing-masing daerah di Kabupaten Sukoharjo,
antara lain:
1) Daerah perkembangan cepat, yaitu pada kecamatan Kartasura tepatnya
di kelurahan Kartasura. Dengan nama jalan yaitu JL. Ahmad Yani,
kode ZNT adalah AE, dan kelas bumi 057 mempunyai NJOP bumi
senilai Rp2.176.000,00 per m2 dan harga pasarnya adalah
Rp3.000.000,00 per m2. Untuk nama jalan yaitu DK. Purwogondo,
kode ZNT adalah AC, dan kelas bumi 080 mempunyai NJOP bumi
senilai Rp82.000,00 per m2 dan harga pasarnya adalah Rp300.000 per
m2.
Daerah Nama Jalan Kode ZNT
Kelas Bumi
Pengelompokan Nilai Jual Bumi (Rp/m2)
NJOP Bumi
(Rp/m2) Cepat JL. Ahmad Yani AE 057 2.091.000 s/d 2.261.000 2.176.000
DK. Purwogondo AC 080 73.000 s/d 91.000 82.000
Sedang JL. Raya Songgolangit AW 070 501.000 s/d 573.000 537.000
KP. Gentan AN 081 55.000 s/d 73.000 64.000
Lambat DK. Kedungsono AF 085 17.000 s/d 23.000 20.000
DK. Kedungsono AA 092 1.400 s/d 2.000 1.700
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2) Daerah perkembangan sedang, yaitu pada kecamatan Baki tepatnya di
kelurahan Gentan. Dengan nama jalan yaitu JL. Raya Songgolangit,
kode ZNT adalah AW, dan kelas bumi 070 mempunyai NJOP bumi
senilai Rp537.000,00 per m2 dan harga pasarnya adalah
Rp2.500.000,00 per m2. Untuk nama jalan yaitu KP. Gentan, kode
ZNT adalah AN, dan kelas bumi 081 mempunyai NJOP bumi senilai
Rp64.000,00 per m2 dan harga pasarnya adalah Rp400.000,00 per m2.
3) Daerah perkembangan lambat, yaitu pada kecamatan Bulu tepatnya di
kelurahan Kedungsono. Dengan nama jalan yaitu DK. Kedungsono,
kode ZNT adalah AF, dan kelas bumi 085 mempunyai NJOP bumi
senilai Rp20.000,00 per m2 dan harga pasarnya adalah Rp20.000,00
per m2. Untuk nama jalan yaitu DK. Kedungsono, kode ZNT adalah
AA, dan kelas bumi 092 mempunyai NJOP bumi senilai Rp1.700,00
per m2 dan harga pasarnya adalah Rp1.500 per m2.
Berdasarkan NJOP dan harga pasar pada masing-masing daerah di
Kabupaten Sukoharjo tersebut, apabila terdapat perbedaan antara NJOP
dengan harga pasarnya maka dihitung selisihnya. Selisih NJOP dan harga
pasar pada masing-masing daerah di Kabupaten Sukoharjo tersebut dapat
dilihat pada tabel II.2. Adapun perhitungan selisih antara NJOP dan harga
pasar adalah sebagai berikut:
JL. Ahmad Yani = Rp2.176.000,00 - Rp3.000.000,00 = Rp824.000,00
DK. Purwogondo = Rp82.000,00 - Rp300.000,00 = Rp218.000,00
JL. Raya Songgolangit = Rp537.000,00-Rp2.500.000,00= Rp1.963.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
KP. Gentan = Rp64.000,00 - Rp400.000,00 = Rp336.000,00
DK. Kedungsono = Rp20.000,00 - Rp20.000,00 = 0
DK. Kedungsono = Rp1.700,00 - Rp1.500,00 = Rp200,00
Dari perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penetapan NJOP
yang ada di JL. Ahmad Yani lebih rendah Rp824.000,00 dari harga
pasarnya. Penetapan NJOP di DK. Purwogondo lebih rendah
Rp218.000,00 dari harga pasarnya. Penetapan NJOP di JL. Raya
Songgolangit lebih rendah Rp 1.963.000,00 dari harga pasarnya.
Penetapan NJOP di KP. Gentan lebih rendah Rp336.000,00 dari harga
pasarnya. Penetapan NJOP DK. Kedungsono dengan kode AF sudah
sesuai dengan harga pasarnya. Penetapan NJOP di DK. Kedungsono
dengan kode AA lebih tinggi Rp200,00 dari harga pasarnya.
Tabel II.2 Selisih NJOP dan Harga Pasar
Sumber: data yang diolah
Daerah Nama Jalan Kode ZNT
Kelas Bumi
NJOP Bumi (Rp/m2)
Harga Pasar
(Rp/m2)
Selisih (Rp/m2)
Cepat JL. Ahmad Yani AE 057 2.176.000 3.000.000 824.000
DK. Purwogondo AC 080 82.000 300.000 218.000
Sedang JL. Raya Songgolangit AW 070 537.000 2.500.000 1.963.000
KP. Gentan AN 081 64.000 400.000 336.000
Lambat DK. Kedungsono AF 085 20.000 20.000 0
DK. Kedungsono AA 092 1.700 1.500 200
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Untuk mengetahui tingkatan selisih antara NJOP dan harga pasar
tersebut di atas, penulis akan menganalisis dengan menggunakan analisis
rasio, rumusnya adalah:
Analisis rasio = Selisih NJOP dan Harga Pasar NJOP
Adapun perhitungan untuk mengetahui tingkatan selisih antara NJOP
dan harga pasar masing-masing desa tersebut adalah sebagai berikut:
JL. Ahmad Yani = Rp824.000,00 = 0,378 x Rp2.176.000,00
DK. Purwogondo = Rp218.000,00 = 2,658 x Rp82.000,00 JL. Raya Songgolangit = Rp1.963.000,00 = 3,65 x
Rp537.000,00 KP. Gentan = Rp336.000,00 = 5,25 x
Rp64.000,00
DK. Kedungsono = 0 = 0 Rp20.000,00
DK. Kedungsono = Rp200,00 = 0,117 x
Rp1.700,00
Dari perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penetapan NJOP
pada JL. Ahmad Yani sebesar Rp2.176.000,00 masih kurang
Rp824.000,00 agar sesuai dengan harga pasar sebesar Rp3.000.000,00,
maka diperlukan 0,378 kali dari NJOP agar bisa mencapai kekurangan
tersebut sebesar Rp824.000,00. Penetapan NJOP pada DK. Purwogondo
sebesar Rp82.000,00 masih kurang Rp218.000,00 agar sesuai dengan
harga pasar sebesar Rp300.000,00, maka diperlukan 2,658 kali dari NJOP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
agar bisa mencapai kekurangan tersebut sebesar Rp218.000,00. Penetapan
NJOP pada JL. Raya Songgolangit sebesar Rp537.000,00 masih kurang
Rp1.963.000,00 agar sesuai dengan harga pasar sebesar Rp2.500.000,00,
maka diperlukan 3,655 kali dari NJOP agar bisa mencapai kekurangan
tersebut sebesar Rp1.963.000,00. Penetapan NJOP pada KP. Gentan
sebesar Rp64.000,00 masih kurang Rp336.000,00 agar sesuai dengan
harga pasar sebesar Rp400.000,00, maka diperlukan 5,25 kali dari NJOP
agar bisa mencapai kekurangan tersebut sebesar Rp336.000,00. Penetapan
NJOP pada DK. Kedungsono dengan kode ZNT AF sebesar Rp20.000,00
sudah sesuai dengan harga pasarnya. Penetapan NJOP pada DK.
Kedungsono dengan kode ZNT AA sebesar Rp1.700,00, lebih tinggi
Rp200,00 dari harga pasar sebesar Rp1.500,00, maka NJOP sebesar
Rp1.700,00 dikurangi 0,117 kali dari NJOP agar sesuai dengan harga pasar
sebesar Rp1.500,00.
Tabel II.3 Rasio Selisih NJOP dan Harga Pasar
Sumber: data yang diolah
Daerah Nama Jalan Kode ZNT
Kelas Bumi
NJOP Bumi (Rp/m2)
Harga Pasar
(Rp/m2)
Selisih (Rp/m2)
Rasio
Cepat JL. Ahmad Yani AE 057 2.176.000 3.000.000 824.000 0,378 x
DK. Purwogondo AC 080 82.000 300.000 218.000 2,658 x
Sedang JL. Raya Songgolangit AW 070 537.000 2.500.000 1.963.000 3,65 x
KP. Gentan AN 081 64.000 400.000 336.000 5,25 x
Lambat DK. Kedungsono AF 085 20.000 20.000 0 0
DK. Kedungsono AA 092 1.700 1.500 200 0,117 x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Berdasarkan analisis dan perhitungan dari enam sampel tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar penetapan NJOP lebih rendah dari harga
pasarnya, tetapi ada juga yang lebih tinggi dari harga pasarnya.
2. Perhitungan BPHTB
a. Saat menjadi pajak pusat
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 besarnya tarif
BPHTB ditetapkan sebesar 5% (Soessanto, 2010). Kemudian, besarnya
nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak (NPOPTKP) ditetapkan
sebesar Rp20 juta (dua puluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak, dan
Rp150 juta (seratus lima puluh juta rupiah) dalam hal perolehan hak
karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih
dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
keatas atau satu derajat kebawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk
suami atau istri. Penentuan besarnya NPOPTKP diatur dalam dalam
peraturan pemerintah RI Nomor 113 Tahun 2000, dalam pelaksanaannya
NPOPTKP ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Menghitung BPHTB terutang:
BPHTB terutang = tarif pajak x NPOPKP ( NPOP-NPOPTKP)
Besarnya BPHTB yang terutang atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan karena waris dan hibah wasiat dalam pelaksanaannya yang
dilakukan oleh direktorat jenderal pajak dikenakan sebesar 50% dari
BPHTB yang seharusnya terutang. Ketentuan yang mengatur BPHTB atas
perolehan karena hak waris dan hibah wasiat adalah peraturan pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
RI Nomor 111 Tahun 2000 tentang pengenaan bea perolehan hak atas
tanah dan/atau bangunan karena waris dan hibah wasiat.
Besarnya BPHTB yang terutang atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan karena pemberian hak pengelolaan:
1) 0% (nol persen) dari BPHTB yang seharusnya terutang, apabila
penerima hak pengelolaan adalah Departemen, Lembaga Pemerintah
non Departemen, Pemda Provinsi, Pemda Kabupaten/Kota, Lembaga
Pemerintah lainnya, dan Perum Perumnas;
2) 50% dari BPHTB seharusnya terutang, apabila penerima hak
pengelolaan selain dimaksud diatas.
Ketentuan yang mengatur pengenaan BPHTB atas perolehan hak
karena pemberian hak pengelolaan, dalam pelaksanaannya di Direktorat
Jenderal Pajak berdasarkan peraturan pemerintah RI Nomor 112 Tahun
2000 tentang pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan
karena pemberian hak pengelolaan.
Contoh perhitungan:
1) PT. Indah membeli sebidang tanah dan bangunan dengan nilai
transaksi sebesar Rp450.000.000,00. Sesuai SPPT PBB, tanah seluas
60 m2 mempunyai NJOP Rp2.608.000,00 per m2 dan bangunan seluas
100 m2 mempunyai NJOP Rp2.625.000,00 per m2. Besarnya BPHTB
terutang dihitung sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
NJOP tanah: 60 m2 x Rp2.608.000,00 Rp156.480.000,00
NJOP bangunan:100 m2 x Rp2.625.000,00 Rp262.500.000,00 (+)
NJOP PBB Rp418.980.000,00
Harga transaksi /nilai pasar Rp450.000.000,00
Harga transaksi lebih besar dari pada NJOP PBB, maka yang dipakai
sebagai dasar pengenaan pajak (BPHTB) atau NPOP adalah nilai/harga
transaksi, sebaliknya apabila NJOP PBB lebih besar dari pada harga
transaksi, maka yang dipakai sebagai dasar pengenaan pajak (BPHTB)
atau NPOP adalah NJOP PBB.
NPOP Rp450.000.000,00
NPOPTKP Rp 20.000.000,00 (-)
NPOPKP Rp430.000.000,00
BPHTB yang terutang:
5% x Rp430.000.000,00 = Rp21.500.000,00
2) Tuan Restu memperoleh hibah wasiat dari orang tuanya sebidang tanah
senilai Rp700.000.000,00. Dalam SPPT PBB tertera luas tanah (bumi)
2.200 m2 dengan NJOP Rp335.000,00 per m2. Besarnya BPHTB yang
terutang dihitung sebagai berikut:
NJOP tanah: 2.200 m2 x Rp335.000,00 Rp 737.000.000,00
NJOP PBB Rp 737.000.000,00
Harga transaksi /nilai pasar Rp700.000.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
NJOP PBB lebih besar dari pada harga transaksi, maka yang dipakai
sebagai dasar pengenaan pajak (BPHTB) atau NPOP adalah NJOP
PBB, dan sebaliknya.
NPOP Rp737.000.000,00
NPOPTKP Rp150.000.000,00 (-)
NPOPKP Rp587.000.000,00
BPHTB yang terutang:
5% x Rp587.000.000,00 = Rp29.350.000,00
BPHTB yang harus dibayar:
50% x Rp21.850.000,00 = Rp14.675.000,00
3) Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum
Perumnas) memperoleh hak pengelolaan atas tanah seluas 10 ha
dengan NPOP sebesar Rp1.000.000.000,00, maka besarnya BPHTB
yang terutang adalah sebagai berikut:
NPOP Rp1.000.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00 (-)
NPOPKP Rp 940.000.000,00
BPHTB yang terutang:
5% x Rp940.000.000,00 = Rp47.000.000,00
BPHTB yang harus dibayar:
0% x Rp47.000.000,00 = NIHIL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Setelah menjadi pajak daerah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) atas pengalihan wewenang
pemungutan BPHTB dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota, besarnya tarif BPHTB ditetapkan paling tinggi sebesar 5%,
tarif ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang bea
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Kemudian, besarnya nilai
perolehan objek pajak tidak kena pajak (NPOPTKP) ditetapkan paling
rendah sebesar Rp60 juta (enam puluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak,
dan Rp300 juta (tiga ratus juta rupiah) dalam hal perolehan hak karena waris
atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat keatas atau satu
derajat kebawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami atau istri.
NPOPTKP ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo
Nomor 10 Tahun 2010.
Cara menghitung BPHTB:
BPHTB terutang = tarif pajak x NPOPKP ( NPOP-NPOPTKP)
Contoh perhitungan:
1) PT. Indah membeli sebidang tanah dan bangunan dengan nilai transaksi
sebesar Rp450.000.000,00. Sesuai SPPT PBB, tanah seluas 60 m2
mempunyai NJOP Rp2.608.000,00 per m2 dan bangunan seluas 100 m2
mempunyai NJOP Rp2.625.000,00 per m2. Besarnya BPHTB terutang
dihitung sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
NJOP tanah: 60 m2 x Rp2.608.000,00 Rp156.480.000,00
NJOP bangunan: 100 m2 x Rp2.625.000,00 Rp262.500.000,00 (+)
NJOP PBB Rp418.980.000,00
Harga transaksi /nilai pasar Rp450.000.000,00
Harga transaksi lebih besar dari pada NJOP PBB, maka yang dipakai
sebagai dasar pengenaan pajak (BPHTB) atau NPOP adalah nilai/harga
transaksi, sebaliknya apabila NJOP PBB lebih besar dari pada harga
transaksi, maka yang dipakai sebagai dasar pengenaan pajak (BPHTB)
atau NPOP adalah NJOP PBB.
NPOP Rp450.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00 (-)
NPOPKP Rp390.000.000,00
BPHTB yang terutang:
5% x Rp390.000.000,00 = Rp19.500.000,00
2) Tuan Restu memperoleh hibah wasiat dari orang tuanya sebidang tanah
senilai Rp700.000.000,00. Dalam SPPT PBB tertera luas tanah (bumi)
2.200 m2 dengan NJOP Rp335.000,00 per m2. Besarnya BPHTB yang
terutang dihitung sebagai berikut:
NJOP tanah: 2.200 m2 x Rp335.000,00 Rp 737.000.000,00
NJOP PBB Rp 737.000.000,00
Harga transaksi /nilai pasar Rp700.000.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
NJOP PBB lebih besar dari pada harga transaksi, maka yang dipakai
sebagai dasar pengenaan pajak (BPHTB) atau NPOP adalah NJOP PBB,
dan sebaliknya.
NPOP Rp737.000.000,00
NPOPTKP Rp300.000.000,00 (-)
NPOPKP Rp437.000.000,00
BPHTB yang terutang:
5% x Rp437.000.000,00 = Rp21.850.000,00
Berdasarkan perhitungan BPHTB saat menjadi pajak pusat dan saat
menjadi pajak daerah tersebut di atas, ternyata terdapat adanya perubahan
nilai NPOPTKP yang lebih besar, maka pendapatan daerah menjadi lebih
kecil. Belum lagi dengan adanya perhitungan BPHTB yang nihil. Jadi ada
indikasi bahwa NJOP nantinya akan naik. Dengan naiknya NJOP maka
pendapatan daerah akan teratasi.
3. Upaya Tata Ulang NJOP
Saat ini penetapan NJOP sebagai dasar perhitungan BPHTB menjadi
kewenangan Kementrian Keuangan, dalam kenyataan NJOP yang ditetapkan
Kementrian Keuangan belum sesuai dengan harga pasar yang ada di lapangan.
Berdasarkan UU Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UU PDRD) BPHTB dan PBB khususnya sektor perdesaan dan
perkotaan ditambahkan sebagai pajak daerah.
Di tahun 2011 ini BPHTB sudah menjadi pajak daerah, sedangkan PBB
Pedesaan dan Perkotaan untuk saat ini masih merupakan pajak pusat. Padahal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
perhitungan BPHTB didasarkan pada NJOP yang terdapat pada SPPT PBB.
Apabila nanti PBB sudah menjadi pajak daerah, maka kewenangan ketentuan
NJOP menjadi kewenangan Kabupaten Sukoharjo. Oleh sebab itu, dalam
upaya penataan ini yang ditempuh Pemerintah Kabupaten antara lain sebagai
berikut:
1) menginventarisir NJOP yang sudah ada,
2) mendata harga pasar dilapangan,
3) membandingkan harga pasar dengan harga NJOP yang ditetapkan Menteri
Keuangan, dan
4) apabila harga NJOP yang ditetapkan Menteri Keuangan masih jauh dari
harga pasar, maka akan disesuaikan dengan harga lapangan yang ada.
4. Pengaruh NJOP terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo
Dengan penataan NJOP maka meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD). Hal tersebut karena pemungutan BPHTB didasarkan pada NJOP.
Besarnya BPHTB dihitung tarif (5%) x NJOP, apabila NJOP sudah
disesuaikan dengan harga pasar dilapangan (dinaikkan) maka penerimaan
BPHTB akan mengalami kenaikkan, dengan demikian PAD akan meningkat.
Sebaliknya, apabila NJOP belum disesuaikan dengan harga pasar maka
penerimaan BPHTB belum bisa maksimal, jadi NJOP sangat berpengaruh bagi
pendapatan asli daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB III
TEMUAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan analisis serta perhitungan
terhadap data-data dan informasi yang diperoleh, penulis menemukan kelebihan
dan kelemahan.
A. KELEBIHAN
1. Pada perhitungan BPHTB ditemukan adanya perubahan nilai NPOPTKP
yang lebih besar, maka NPOPTKP sebagai pengurang NPOP akan
memperkecil jumlah NPOPKP untuk menghitung BPHTB yang terutang,
sehingga akan menguntungkan bagi wajib pajak karena jumlah pajak yang
harus dibayarkan lebih sedikit.
2. Apabila NJOP sudah sesuai dengan harga pasar dilapangan, maka
pendapatan daerah akan mengalami peningkatan.
B. KELEMAHAN
1. Pada perhitungan BPHTB ditemukan adanya perubahan nilai NPOPTKP
yang lebih besar, maka pendapatan daerah menjadi lebih kecil. Hal ini
merugikan bagi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.
2. Apabila NJOP sudah sesuai dengan harga pasar yang ada dilapangan,
maka dalam perhitungan BPHTB jumlah pajak yang harus dibayar wajib
pajak akan lebih besar, sehingga merugikan wajib pajak.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian yang penulis
lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:
1. Dari enam sampel yang mewakili Kabupaten Sukoharjo tersebut,
disimpulkan bahwa sebagian besar penetapan NJOP lebih rendah dari
harga pasarnya, tetapi ada juga yang lebih tinggi dari harga pasarnya.
2. Perhitungan BPHTB saat menjadi pajak pusat dan saat menjadi pajak
daerah terdapat adanya perubahan nilai NPOPTKP yang lebih besar.
a. Saat menjadi pajak pusat, besarnya nilai perolehan objek pajak tidak
kena pajak (NPOPTKP) ditetapkan sebesar Rp20 juta (dua puluh juta
rupiah) untuk setiap wajib pajak, dan Rp150 juta (seratus lima puluh
juta rupiah) dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat
yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat keatas atau satu
derajat kebawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami atau
istri.
b. Saat menjadi pajak daerah, besarnya nilai perolehan objek pajak tidak
kena pajak (NPOPTKP) ditetapkan paling rendah sebesar Rp60 juta
(enam puluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak, dan Rp300 juta
(tiga ratus juta rupiah) dalam hal perolehan hak karena waris atau
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat keatas atau
satu derajat kebawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami
atau istri.
Atas perubahan nilai NPOPTKP yang lebih besar, maka
pendapatan daerah menjadi lebih kecil. Belum lagi dengan adanya
perhitungan BPHTB yang nihil. Jadi ada indikasi bahwa nilai NJOP
nantinya akan naik. Dengan naiknya nilai NJOP maka pendapatan
daerah akan teratasi.
3. Upaya penataan ulang NJOP yang ditempuh Pemerintah Kabupaten
Sukoharjo antara lain sebagai berikut:
1) menginventarisir NJOP yang sudah ada,
2) mendata harga pasar dilapangan,
3) membandingkan harga pasar dengan harga NJOP yang ditetapkan
Menteri Keuangan, dan
4) apabila harga NJOP yang ditetapkan Menteri Keuangan masih jauh
dari harga pasar, maka akan disesuaikan dengan harga lapangan yang
ada.
4. Penataan NJOP akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Hal
tersebut karena pemungutan BPHTB didasarkan pada NJOP. Besarnya
BPHTB dihitung tarif (5%) x NJOP, apabila NJOP sudah disesuaikan
dengan harga pasar dilapangan (dinaikkan) maka penerimaan BPHTB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
akan mengalami kenaikkan, dengan demikian pendapatan asli daerah akan
meningkat. Jadi NJOP sangat berpengaruh bagi pendapatan asli daerah.
B. REKOMENDASI
Dengan melihat kelemahan yang ditemukan, maka penulis mengemukakan
rekomendasi yang mungkin dapat berguna bagi Pemerintah Kabupaten
Sukoharjo, antara lain:
1. Sebaiknya Pemda mempersiapkan SDM sebaik mungkin dan
mempersiapkan segala infrastruktur termasuk segera menyelesaikan
Rancangan Peraturan Daerah yang mengatur tentang PBB Pedesaan dan
Perkotaan berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 dan
menyampaikannya kepada Menteri Keuangan agar mendapatkan
persetujuan dari Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri, sehingga
PBB Pedesaan dan Perkotaan dapat segera dialihkan ke daerah pada awal
tahun 2014. Dengan demikian, kewenangan NJOP bisa segera menjadi
kewenangan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan Pemerintah Kabupaten
Sukoharjo bisa segera menata ulang NJOP agar pendapatan daerah yang
diperoleh dari BPHTB bisa lebih maksimal.
2. Sebaiknya Pemerintah Daerah mensosialisasikan kepada wajib pajak
perihal BPHTB yang sekarang pemungutannya dialihkan ke daerah agar
wajib pajak benar-benar memahami aturan baru yang berlaku di
Kabupaten Sukoharjo dan juga proses perhitungan pajaknya. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
memahami aturan maka dapat dilakukan pengawasan, sehingga apabila
daerah menentukan tarif ataupun NJOP yang tidak sesuai dengan batas
kewajaran, wajib pajak bisa menegur.