1
PENDAHULUAN
Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di
dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan
meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan peningkatan pertumbuhan ditandai
dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring,
2005). Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen
atau pun capital gain dan mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, investor
juga mempertimbangkan nilai perusahaan dalam melakukan investasi. Nilai perusahaan pada
perusahaan go public tercermin pada harga saham. Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian investor
dalam membeli saham di pasar modal. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan
cerminan kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan juga berarti sebagai
penentu dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi
yaitu laba (Stoner, 1995:9). Selain laba (profit), ada hal yang sama pentingnya yaitu
keberlangsungan atau sustainability (Sembiring, 2005).
Keberlangsungan yang dilakukan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
eksternalnya. Umumnya, perusahaan berfokus dari aspek ekonomi yaitu memperoleh laba
demi meningkatkan kekayaan pemegang saham. Namun, perusahaan tidak boleh melupakan
tanggung jawabnya pada aspek sosial dan lingkungan perusahaan. Perusahaan harus
memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya. Apabila
perusahaan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat, maka keberlangsungan
perusahaan akan sulit dicapai. Adanya komitmen perusahaan untuk memperhatikan aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) memunculkan konsep Corporate Social
Responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya
beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk pihak
stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM,
konsumen, dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Perusahaan tidak hanya
mementingkan kesejahteraan shareholders, tetapi juga kepada stakeholders. Perusahaan
yang menerapkan aktivitas CSR akan memperhatikan dampak dari kegiatan operasional
perusahaan terhadap kondisi masyarakat, karyawan dan lingkungan. Dengan adanya konsep
ini, maka pemerintah mengharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Penerapan
CSR awalnya bersifat sukarela, akan tetapi dalam beberapa tahun ini telah dikeluarkan
2
aturan bahwa perusahaan wajib melaksanakan CSR yang tertuang dalam PP No. 47 Tahun
2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan pada Perseroan Terbatas.
Kesadaran stakeholders meningkat terkait pentingnya informasi penerapan CSR
demi keberlangsungan perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan
penerapan CSR di dalam Laporan Tahunan. Di Indonesia, standar akuntansi keuangan
Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR sehingga
secara praktek pengungkapan CSR dilakukan secara sukarela. Pengungkapan CSR diatur
dalam PSAK no 1 tahun 2009 paragraf 12, yaitu perusahaan dapat pula menyajikan laporan
tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value
added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup
memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Menurut Owen (2005), kasus
Enron di Amerika menyebabkan perusahaan memberikan perhatian besar terhadap
pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu tersebut semakin mendorong
perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR. Makin baik tingkat pengungkapan
perusahaan merupakan suatu respon positif yang diberikan perusahaan kepada stakeholder
maupun shareholder. Apabila respon positif dirasakan oleh stakeholder, maka kepercayaan
meningkat dan produk yang dihasilkan perusahaan akan diterima sehingga meningkatkan
laba dan ROE perusahaan.
Tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diduga berbeda dengan
industri low-profile. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996), Utomo
(2000), dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa perusahaan pada
industri high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan
perusahaan low-profile. Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), membagi
perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu industri high-profile dan industri low-
profile. Menurut Robert (1992), industri high-profile memiliki tingkat sensitivitas tinggi
terhadap lingkungan sehingga mereka memilki tekanan besar dari pihak luar untuk
melakukan CSR sebagai bentuk dari pertanggungjawaban sosial perusahaan atas
aktivitasnya yang berdampak buruk pada lingkungan. Sedangkan industri low-profile
memiliki tingkat sensitivitas rendah terhadap lingkungan sehingga tekanan untuk melakukan
CSR pun rendah. Adanya perbedaan karakteristik antara industri high-profile dan low-
profile memiliki dampak yang berbeda dalam tingkat pengungkapan CSR.
Tingkat pengungkapan CSR yang berbeda pada industri high-profile dan low-profile
memiliki dugaan bahwa kinerja keuangan perusahaan juga mengalami perbedaan. Ada
3
beberapa peneliti yang telah menyelidiki pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap
kinerja perusahaan. Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) dan Syahnaz (2012) menyimpulkan
bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan
dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE), tetapi tidak berpengaruh
terhadap CAR. Namun ada pula penelitian yang menemukan hasil yang berbeda. Penelitian
Cahyono dan Nur (2010), dan Yaparto dan Frisko (2013) membuktikan bahwa tingkat
pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang
diproksikan dengan Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Earning Per Share
(EPS), dan Return Realisasi. Selain menggunakan ROE, kinerja keuangan dapat diukur
dengan rasio Tobin’s Q. Nurhayati dan Medyawati (2012) serta Muhammady (2012)
membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Namun ada hasil penelitian yang berbeda.
Penelitian Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari (2013)
membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan
yang diproksikan dengan Tobin’s Q.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten yaitu ditemukan ada yang
berpengaruh dan tidak berpengaruh, sehingga penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut untuk
melihat adanya perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri
high-profile dan low-profile. Dengan melakukan uji beda, maka dapat diteliti lebih lanjut ke
uji hubungan, dimana dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut ke uji hubungan yaitu
apakah terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada
industri high-profile dan low-profile. Kinerja keuangan diukur menggunakan ROE dan
Tobin’s Q sehingga dapat menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang
saham dan nilai perusahaan, dimana ROE merefleksikan nilai buku saham sedangkan
Tobin’s Q mencerminkan nilai pasar saham. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang
dilakukan Utomo (2000) tetapi memiliki sedikit perbedaan. Utomo (2000) meneliti studi
perbandingan praktek tingkat pengungkapan CSR antara perusahaan high-profile dan low-
profile di Indonesia. Perbedaannya adalah penelitian ini akan membahas lebih lanjut
perbedaan tingkat pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile di
Indonesia dengan kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2012 dan hubungan antara
tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Penelitian ini bermanfaat dalam
pemberian informasi mengenai pentingnya tingkat pengungkapan CSR dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan di masa datang. Selain itu, penelitian
4
ini memberikan informasi yang berguna bagi investor sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Teori Stakeholder
Dukungan stakeholder merupakan salah satu unsur dari tercapainya keberlangsungan
perusahaan. Perusahaan beroperasi tidak hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga
demi kepentingan stakeholder. Stakeholder membutuhkan banyak informasi dari
perusahaan, baik dari aspek keuangan, sosial, dan lingkungan sehingga perusahaan
diharapkan untuk mengungkapkan semua aktivitas yang dilakukan. Menurut Freeman dan
McVea (2001) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011:7), stakeholder adalah
setiap individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi demi pencapaian
organisasi.
Menurut Lawrence dan James (2011:8), stakeholder dibagi dua yaitu primary
stakeholder dan secondary stakeholder. Primary stakeholder adalah berbagai pihak yang
berinteraksi langsung dalam aktivitas bisnis serta mempengaruhi kemampuan perusahaan
untuk melaksanakan tujuan utamanya yaitu menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat.
Kategori ini meliputi investor, karyawan, pemasok, kreditur, pelanggan, dan pedagang besar
dan eceran. Sedangkan secondary stakeholder adalah individu atau kelompok di dalam
masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai
aktivitas bisnis dan keputusan utama perusahaan. Kategori ini meliputi masyarakat umum,
komunitas lokal, pemerintah pusat dan daerah, pemerintahan asing, kelompok aktivis sosial,
media, dan berbagai kelompok pendukung bisnis. Munculnya pengakuan mengenai adanya
berbagai stakeholder telah mengubah tujuan perusahaan, dimana semula perusahaan
berfokus pada tanggung jawab ekonomi dalam bentuk memaksimalkan laba demi
kemakmuran shareholder berubah menjadi tanggung jawab kepada para stakeholder yang
lebih luas. Dengan demikian, perusahaan akan berusaha untuk memuaskan kepentingan
stakeholder demi mencapai tujuan perusahaan. Umumnya, teori stakeholder berkaitan
dengan cara yang digunakan perusahaan untuk memperhatikan stakeholder-nya (Gray, et al.,
1997).
Menurut Clarkson (1995) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011: 7), teori
stakeholder adalah sekelompok orang atau individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. Perusahaan harus mampu menjaga hubungan
5
baik dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan stakeholder-nya (Lawrence dan James
(2011: 7)). Salah satu cara untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholder adalah dengan
menerapkan CSR dan mengungkapkannya dalam laporan tahunan.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility (draft 3, 2007), CSR
adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-
keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan
dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan
dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi
dengan organisasi secara menyeluruh. Selain itu, Hartman dan Joe (2011:155) menyatakan
bahwa CSR merupakan tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat
dimana perusahaan beroperasi sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan kelompok –
kelompok stakeholder dan menggabungkan kebutuhan serta kepentingan mereka dalam
proses pembuatan keputusan strategis dan operasional.
Aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan butuh untuk diungkapkan. Pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure,
corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak
sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang
berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas
tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk
menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham.
Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab
yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility terdiri dari beberapa komponen
menurut Global Reporting Initiatives (GRI) tahun 2006. GRI merupakan standar yang
pelaporan yang berstandar Internasional yang secara umum diterima dan diakui secara luas
(William, 2012). Komponen untuk melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility
meliputi:
1. Lingkungan Hidup. Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi,
yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis,
pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber
6
daya alam dan konversi sumber daya alam, serta pengungkapan aktivitas
lingkungan hidup lainnya.
2. Energi. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap pemanfaatan energi.
Aktivitas tersebut meliputi memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi
energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk, serta
pengungkapan aktivitas energi lainnya.
3. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja. Tema ini mencakup aktivitas
perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja perusahaan.
Aktivitas tersebut meliputi mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan
kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja,
menetapkan suatu komite keselamatan kerja, serta pengungkapan aktivitas
ketenagakerjaan lainnya.
4. Lain-lain Tentang Tenaga Kerja. Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan
pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi
rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, serta pengungkapan aktivitas
ketenagakerjaan lainnya.
5. Produk. Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain
kegunaan, durability, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau
kelengkapan isi pada kemasan, serta pengungkapan aktivitas lainnya.
6. Keterlibatan Masyarakat. Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang
diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan,
pendidikan dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.
7. Umum. Tema ini meliputi pengungkapan tujuan perusahaan secara umum
berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan
informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain
yang disebutkan di atas.
Kinerja Keuangan
Menurut Stoner (1995: 9), kinerja adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah
organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. Laporan keuangan
perusahaan merupakan alat komunikasi dan pengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis
laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, memprediksi
kegiatan masa datang, dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Kinerja
keuangan perusahaan dapat diukur dengan berbagai rasio keuangan, akan tetapi rasio yang
7
dipakai dalam penelitian ini adalah ROE (Return on Equity) dan Tobin’s Q (Widayanti,
2006: 39).
ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
modal sendiri. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. ROE merupakan rasio
profitabilitas yang penting bagi investor karena merupakan indikator untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam rangka menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi
pemilik modal (Widayanti, 2006: 39).
Rasio Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur sisi nilai pasar perusahaan
khususnya tentang nilai perusahaan yang menunjukkan suatu kinerja manajemen dalam
mengelola aktiva perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan
Utami (2008), Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham (EMV)
perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (EBV). EMV diperoleh dari hasil
perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir
tahun. EBV diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya. Adapun
Tobin’s Q<1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen telah
gagal dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah.
Tobin’s Q=1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan
dalam mengelola aktiva dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin’s Q>1
menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen berhasil dalam
mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi tinggi (Lindenberg dan
Ross (1981) dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas, maka
investor akan mengejar capital gain dalam mengambil keputusan untuk membeli,
menahan atau menjual saham yang dimilikinya (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).
Tipe Industri High-Profile dan Low-Profile
ISO 26000 menyediakan standar pedoman mengenai tanggung jawab sosial semua
institusi. Pedoman tersebut ditujukan pada perusahaan yang memiliki tipe high-profile dan
low-profile. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), tipe high-profile
memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat
persaingan yang tinggi. Industri ini merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan
masyarakat karena aktivitas operasinya memilki potensi untuk bersinggungan dengan
kepentingan masyarakat luas. Ciri-cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja
8
yang besar, proses produksinya mengeluarkan residu seperti limbah cair atau polusi dan bila
perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan produksi dan hasil produksi akan
membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Industri yang termasuk tipe high-
profile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan lain, kimia, hutan, kertas,
otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman,
media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta transportasi dan
pariwisata.
Di sisi lain, Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), menyatakan bahwa
tipe low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan, resiko politis
dan tingkat persaingan yang rendah. Industri ini merupakan perusahaan yang tidak terlalu
mendapat sorotan luas dari masyarakat, saat operasi yang mereka lakukan mengalami
kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses atau hasil produksinya. Ciri-
cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang lebih kecil, tidak memiliki sisa
residu (seperti limbah) dan biasanya mendapat toleransi dari masyarakat dari kegagalan
dalam produksi/ aktivitas kerja mereka. Industri tipe low-profile meliputi bangunan,
keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk
tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga.
Perumusan Hipotesis
Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile
Kepentingan stakeholder adalah hal yang diutamakan bagi perusahaan demi
kelangsungan hidupnya. Perusahaan tidak hanya berfokus untuk memenuhi kepentingan
pemegang saham, tetapi juga kepentingan stakeholder. Hal tersebut sesuai dengan teori
stakeholder yaitu keberlangsungan perusahaan ditentukan oleh stakeholders, bukan
shareholders (Gray, et al., 1997). Pengungkapan CSR merupakan salah satu cara untuk
menjaga hubungan baik antara perusahaan dan stakeholder-nya agar perusahaan tetap
bertahan. CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat
sekitar dan karyawan atas kegiatan bisnis perusahaan yang menimbulkan berbagai dampak
lingkungan dan juga demi kesejahteraan karyawan.
Tiap perusahaan memiliki tingkat pengungkapan CSR yang berbeda. Umumnya,
perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR karena ada tekanan dari lingkungan sekitar akibat
aktivitas operasi yang dilakukan. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008),
perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua industri, yaitu high-profile dan low-profile.
Industri high-profile memiliki tekanan yang besar dari lingkungannya sehingga akan
9
mengungkapkan CSR lebih banyak dibandingkan industri low-profile yang memiliki
tekanan yang lebih kecil. Di samping itu, resiko politis pada industri high-profile lebih tinggi
daripada low-profile (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hal itu disebabkan karena
menurut UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, industri high-profile
berada di bawah pengawasan pemerintah yang cukup ketat, sedangkan low-profile relatif
rendah pengawasannya kecuali sektor perbankan. Muncul dugaan bahwa industri high-
profile yang berada di bawah pengawasan pemerintah yang ketat akan mengungkapkan CSR
lebih banyak daripada industri low-profile. Berdasarkan perbedaan karakterikstik tersebut
menyebabkan tingkat pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan pada industri high-
profile lebih banyak daripada industri low-profile.
Di sisi lain, pengungkapan CSR juga berkaitan dengan biaya pengungkapan. Ada
kemungkinan industri low-profile lebih banyak mengungkapkan CSR dibandingkan high-
profile ketika industri high-profile dikaitkan dengan biaya pengungkapan yang besar.
Industri high-profile yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi antar perusahaan
dihadapkan dengan biaya pengungkapan CSR yang besar, dimana untuk memenangkan
kompetisi dibutuhkan biaya yang besar. Biaya operasional yang besar mengakibatkan
industri ini tidak mampu untuk mengungkapkan CSR sehingga lebih banyak tingkat
pengungkapan CSR pada industri low-profile dibandingkan high-profile.
Ada beberapa penelitian mengenai tingkat pengungkapan CSR. Utomo (2000)
menyelidiki praktek pengungkapan sosial pada laporan tahunan antara perusahaan high-
profile dan low-profile di Indonesia di BEI dan BEJ. Hasil penelitian Utomo menyimpulkan
bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada low-
profile. Penelitian Utomo diperkuat oleh penelitian Yap dan Widyaningdyah (2009). Yap
dan Widyaningdyah (2009) menyelidiki tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan Go
Public atas perusahaan high-profile dan low-profile di BEI pada tahun 2006. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile
lebih tinggi daripada low-profile.
Dari beberapa penelitian di atas, dapat diajukan hipotesis :
H1 : Ada perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-
profile
Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile
Kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengukur keberhasilan
suatu perusahaan. Tiap perusahaan memiliki kinerja keuangan yang berbeda. Begitu pula
dengan perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile dan low-profile yang diduga
10
memiliki kinerja yang berbeda. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008),
karakteristik industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi daripada low-
profile dimana mereka berlomba-lomba dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan
penjualan dan laba perusahaan. Ketika industri high-profile mendapat tekanan yang besar,
perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan penjualan sehingga laba yang dihasilkan
lebih tinggi dan pada akhirnya ROE meningkat. Namun, akibat tekanan besar yang dihadapi
industri high-profile, maka akan menyebabkan beban yang tinggi pula sehingga laba yang
dihasilkan tidak lebih tinggi, bahkan menjadi lebih rendah (Kieso, 2011: 148). Selain itu,
ketika industri high-profile memiliki tekanan yang besar dan tingkat kompetisi yang tinggi,
dapat dimungkinkan akan memiliki respon pasar yang berbeda dimana dengan tekanan yang
besar, maka respon pasar dapat meningkat, yang tercermin dalam peningkatan harga saham
sehingga dapat mempengaruhi nilai Tobin’s Q. Tobin’s Q pun dapat meningkat atau
menurun. Ada kemungkinan respon pasar pada industri high-profile lebih tinggi atau lebih
rendah dari industri low-profile.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Susenohaji (2011) yang dipublikasikan di
www.academia.edu membuktikan bahwa terdapat perbedaaan kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE pada sektor agrobisnis, dan properti, sedangkan pada sektor pertambangan,
industri kimia, industri makanan dan minuman, jasa dan perdagangan dan industri tekstil
tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile pada
tahun 2005- 2006 (sebelum pelaksanaan CSR) dan 2009-2010 (sesudah pelaksanaan CSR).
Adapun hipotesis yang dapat diajukan :
H2 : Ada perbedaan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile
Hubungan antara Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan pada Industri
High-Profile dan Low-Profile
Muncul dugaan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan
kinerja keuangan. Argumen tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa perusahaan
menggunakan sustainability reporting framework untuk mengkomunikasikan kinerja
manajemen kepada para stakeholder dalam mencapai keuntungan jangka panjang (Finch
(2005) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perusahaan mengungkapkan CSR merupakan
bentuk pertanggungjawaban perusahaan, dimana perusahaan tidak hanya berfokus pada
aspek bisnis, tetapi juga pada aspek sosial. Diharapkan dengan banyak mengungkapkan
CSR, masyarakat mengetahui bahwa perusahaan sadar tentang kepentingan sosial. Ditambah
lagi, setelah masyarakat mengetahui bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan dan
aspek sosial, maka dimungkinkan perusahaan juga peduli terhadap produknya. Dapat
11
dikatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR akan memiliki relevansi semakin bagus
pula kualitas produknya. Dengan produk berkualitas, maka masyarakat akan setia dengan
produk perusahaan, dimana dalam jangka panjang akan meningkatkan pendapatan dan
kinerja keuangan perusahaan pun akan meningkat.
Selain itu, dengan adanya pengungkapan CSR dapat meningkatkan reputasi
perusahaan sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan pihak bank, investor,
pemerintahan, dan masyarakat (McGuire (1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008)).
Perbaikan hubungan yang terjadi tercermin pada peningkatan keuntungan perusahaan dan
harga saham. Kenaikan harga saham merupakan indikasi meningkatnya nilai perusahaan.
Semakin tinggi pengungkapan CSR, hal itu berarti perusahaan sadar akan tujuan jangka
panjang, sehingga menunjukkan kemampuan going concern perusahaan di masa datang. Di
sisi lain, kinerja keuangan yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai
kegiatan dan pengungkapan CSR. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka
semakin mampu perusahaan dalam membiayai pengungkapan CSR.
Adapun berbagai penelitian yang menyelidiki hubungan tingkat pengungkapan CSR
dan kinerja keuangan. Berbagai penelitian tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
Tabel 1. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian Hasil
Dahlia dan Siregar (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return On Equity (ROE), namun tidak
berpengaruh terhadap Capital Adequancy Ratio (CAR)
dengan menggunakan leverage, size, growth dan unexpected
return sebagai variabel control pada perusahaan di BEI tahun
2005 dan 2006.
Syahnaz (2012) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ROA dan
ROE, tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR pada
Perusahaan Perbankan pada tahun 2009-2011.
Cahyono dan Nur (2010) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ROE
dan CAR dengan kepemilikan asing sebagai variabel
moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006-
2008.
Yaparto dan Frisko (2013) Tingkat pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh
terhadap ROA, ROE, dan EPS pada sektor manufaktur di BEI
tahun 2010-2011.
Muhammady (2012) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan
terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur di BEI tahun
2008-2010.
Nurhayati dan Medyawati
(2012)
Tingkat pengungkapan CSR secara parsial tidak berpengaruh
dengan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q
pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 tahun 2009-2011.
Gunawan dan Utami (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai
12
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q dengan
presentase pengelolaan kepemilikan dan jenis industri sebagai
variabel moderator pada perusahaan yang terdaftar di BEI
pada tahun 2005-2006.
Kusumadilaga (2010) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q dengan
profitabilitas sebagai variabel moderating pada perusahaan
manufaktur di BEI tahun 2006 dan 2008.
Bidhari (2013) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada
perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2008-2010
Sumber : Dari berbagai jurnal.
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat hasil penelitian tingkat pengungkapan CSR
dan kinerja keuangan yang tidak konsisten. Maka peneliti ingin membuktikan kembali
dengan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Tingkat pengungkapan CSR memiliki hubungan dengan kinerja keuangan pada
industri high-profile dan low-profile.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan high-profile dan low -profile yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012. Pengambilan sampel ditentukan
secara purposive sampling. Beberapa pertimbangan pengambilan sampel adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan high-profile dan low-profile yang terdaftar di BEI pada tahun 2012.
2. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan laporan tahunan
tahun 2012 di BEI.
3. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan CSR dalam
Laporan Tahunan pada tahun 2012 (www.idx.co.id)
4. Perusahaan high-profile dan low-profile yang menggunakan satuan rupiah dalam
Laporan Tahunan dan memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan.
13
Tabel 2. Kriteria Penentuan Sampel
Sumber : Data diolah, 2014
Kriteria perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR yaitu ketika di dalam Laporan
Tahunan tidak terdapat sama sekali item-item dari kriteria pengungkapan CSR menurut GRI.
Selanjutnya, perusahaan yang tidak memiliki data lengkap meliputi perusahaan yang
menggunakan satuan dollar dan tidak terdapatnya harga saham dalam Yahoo Finance.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan
tahunan dari industri high-profile dan low-profile di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Data
tersebut berasal dari situs resmi di http://www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian Capital
Market Directory) serta bahan pendukung lainnya seperti data dari penelitian sebelumnya
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu juga menggunakan metode
dokumentasi atau kutipan dari berbagai sumber.
Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure). Corporate Social Responsibility
Disclosure diukur menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative (GRI) dengan
jumlah 79 item pengungkapan yang terdiri dari tiga kategori yaitu Economics Performance
Indicators, Environmental Performance Indicators, dan Social Performance Indicators.
Menurut Sayekti (2007), pendekatan untuk mengukur indeks pengungkapan masing-masing
perusahaan dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya
No Kriteria Penentuan Sampel Jumlah
High-
Profile
Jumlah
Low-
Profile
Total
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012. 260 212 472
2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan
Tahunan tahun 2012 di BEI.
(30) (12) (42)
3. Perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR
dalam Laporan Tahunan pada tahun 2012.
(6) (7) (13)
4. Perusahaan yang memiliki data tidak lengkap
pada tahun 2012
(57) (14) (71)
Total sampel yang digunakan 167 179 346
14
diungkapkan perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan.
Pendekatan untuk menghitung jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
menggunakan dikotomi (Dummy) yaitu setiap item yang mengungkapkan CSR diberi nilai 1
dan item yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (Sayekti, 2007).
Variabel lain dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur menggunakan
Return On Equity (ROE) dan Tobin’s Q. Menurut Widayanti (2006), ROE merupakan
kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang
saham dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas.
Sedangkan Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham
perusahaan dengan nilai ekuitas perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam
Gunawan dan Utami (2008), rumusnya adalah sebagai berikut :
Q = EMV + D
EBV + D
dimana :
Q = Nilai Perusahaan
EMV = Nilai pasar ekuitas (harga saham akhir tahun x jumlah saham beredar)
EBV = Nilai buku dari total ekuitas
D (Debt) = Nilai buku dari total hutang
Teknik dan Langkah Analisa
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Dalam penelitian analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis
perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan kinerja keuangan pada
industri high-profile dan low-profile. Analisis deskriptif meliputi penyajian data
melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean,
perhitungan rata-rata dan standar deviasi (Sugiyono, 2010:207).
2. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-S Liliefors metode p-value
15
yang nantinya akan diolah menggunakan SPSS kemudian alat uji statistik parametrik
dapat digunakan bila asumsi data dari sampel berdistribusi normal terpenuhi.
Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi populasi adalah normal
Jika Probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal
3. Pengujian Hipotesis
Uji Beda
Apabila data berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji
Beda Rata-Rata (Independent Sample t Test). Akan tetapi, apabila data tidak
berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney.
Adapun rumusan hipotesis 1 adalah sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2
Ha1 : µ1 ≠ µ2
µ1 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile.
µ2 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile.
Rumusan hipotesis 2 adalah sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2
Ha2 : µ1 ≠ µ2
µ1 = rata-rata kinerja keuangan pada industri high-profile.
µ2 = rata-rata kinerja keuangan pada industri low-profile.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi membahas derajat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR
dengan kinerja keuangan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar derajat
hubungan variabel-variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi. Apabila data normal,
maka pengujian menggunakan korelasi Pearson. Akan tetapi, bila data tidak normal,
maka pengujian menggunakan korelasi Spearman.
Rumusan hipotesis empiris adalah sebagai berikut :
Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan.
Ha : tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan saling berhubungan.
Rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut :
Ho : 𝜌 = 0
Ha : 𝜌 ≠ 0
16
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian N Mean Max Min St Dev
CSR 346 0,41 0,82 0,09 0,14
High-Profile 167 0,45 0,82 0,09 0,15
Low-Profile 179 0,36 0,75 0,11 0,12
ROE 346 0,1 2,07 -3,97 0,34
High-Profile 167 0,08 1,66 -3,97 0,42
Low-Profile 179 0,12 2,07 -1,18 0,25
TOBIN’S Q 346 1,78 52,70 0,11 3,15
High-Profile 167 2,17 52,70 0,25 4,28
Low-Profile 179 1,42 14,10 0,11 1,37
Sumber : Data diolah, 2014
Berdasarkan tabel 3, nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada semua
perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,41. Hasil ini lebih besar dibandingkan oleh
penelitian Sayekti dan Wondabio pada tahun 2005 yang mengambil sampel seluruh
perusahaan di BEI yaitu sebesar 0,2. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak
perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR yang dilakukannya. Selain itu, perusahaan juga
semakin menyadari bahwa investor mulai menaruh perhatian pada aktivitas CSR yang
dilakukan sehingga perusahaan mengungkapkan aktivitas tersebut dalam Laporan Tahunan
demi memenuhi kebutuhan informasi bagi investor. Nilai maksimum atas tingkat
pengungkapan CSR secara keseluruhan sebesar 0,82 oleh PT. Astra International Tbk dan
PT. Timah (Persero) Tbk, sedangkan nilai minimum sebesar 0,09 oleh PT. Cita Mineral
Investindo Tbk dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,14.
Berdasarkan tabel di atas, apabila semua perusahaan diklasifikasikan ke dalam
industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada
industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile yaitu 0,45 dan 0,36. Tingginya
tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diperkuat oleh nilai maksimum
sebesar 0,82 dan nilai minimum sebesar 0,09, dimana nilai maksimum dan minimum pada
industri ini merupakan nilai maksimum dan minimum dari tingkat pengungkapan CSR
secara keseluruhan.
Penelitian ini juga memandang dari sisi kinerja keuangan yaitu ROE dan Tobin’s Q.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif, dihasilkan bahwa nilai rata-rata ROE pada semua
perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,1, dimana nilai maksimum berada pada
17
industri low-profile sebesar 2,07, sedangkan nilai minimum berada pada industri high-profile
sebesar -3,97. Apabila semua perusahaan diklasifikasikan menjadi industri high-profile dan
low-profile, maka nilai rata-rata ROE pada industri low-profile memiliki tingkat ROE yang
lebih tinggi dibandingkan industri high-profile. Nilai rata-rata ROE pada industri low-profile
sebesar 0,12 lebih tinggi dibandingkan industri high-profile, dimana nilai maksimum lebih
tinggi pada industri low-profile sebesar 2,07 dan nilai minimum lebih rendah pada industri
high-profile sebesar -3,97. Tingginya nilai rata-rata ROE pada industri low-profile, didukung
oleh nilai maksimum sebesar 2,07 dan nilai minimum sebesar -1,18 tetapi dengan standar
deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,25. Sedangkan nilai rata-rata ROE pada industri high-
profile sebesar 0,08, dengan didukung oleh nilai maksimum sebesar 1,66 dan nilai minimum
yang cukup besar yaitu -3,97 dengan standar deviasi yang cukup jauh yaitu 0,42. Rendahnya
nilai minimum dan jauhnya standar deviasi menyebabkan tingkat ROE pada industri high-
profile lebih rendah dibandingkan dengan industri low-profile.
Berdasarkan tabel di atas pula, diketahui bahwa nilai rata-rata Tobin’s Q pada semua
perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 1,78. Hal ini menunjukkan dari sudut pandang
investor bahwa semua perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai bukunya.
Namun bila dilihat dari klasifikasinya, nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile
lebih tinggi dari industri low-profile. Nilai pasar industri high-profile lebih tinggi dari
industri low-profile¸ walaupun kedua industri tersebut memiliki nilai pasarnya lebih besar
dari nilai buku. Nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile sebesar 2,17 lebih tinggi
dibandingkan industri low-profile, dimana nilai maksimum dan minimum industri high-
profile lebih tinggi yaitu sebesar 52,7 dan 0,25 daripada industri low-profile.
Pengujian Hipotesis
Penelitian ini memiliki data yang tidak normal, baik dalam tingkat pengungkapan
CSR, ROE, dan Tobin’s Q ( lihat Lampiran 7 halaman 48). Akibat data tidak normal, maka
dalam pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney.
Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile
Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian
perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-profile.
18
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Tingkat Pengungkapan CSR
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014
Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis pertama
diterima yaitu terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR yang signifikan pada industri
high-profile dan low-profile tahun 2012. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik
deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-
profile dan low-profile sebesar 0,45 dan 0,36 yang berarti bahwa secara rata-rata tingkat
pengungkapan CSR dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan
tingkat pengungkapan CSR antar kedua kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan
pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari
kedua industri tersebut yang berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih
besar untuk mengungkapkan CSR akibat aktvitas bisnisnya memiliki tingkat sensitivitas
yang tinggi terhadap lingkungan. Akibat tingginya dampak aktivitas operasi yang dilakukan,
maka perusahaan dituntut untuk melakukan pertanggungjawaban terhadap alam, karyawan
dan mayarakat sekitar. Hal ini tentu berbeda dengan yang dihadapi industri low-profile.
Tekanan yang dihadapi industri low-profile tidak sebesar tekanan yang dihadapi industri
high-profile. Hal itu karena aktivitas bisnis yang dilakukan industri low-profile memiliki
tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan. Dampak dari aktivitas operasi industri
ini tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan alam dan sekitar sehingga masih
mendapat toleransi dari masyarakat. Akibatnya, industri low-profile tidak memiliki tuntutan
khusus untuk melaksanakan CSR, bahkan mengungkapkannya.
Selain itu, industri high-profile mendapat sorotan lebih luas daripada industri low-
profile karena aktivitasnya lebih bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. Ditambah
lagi, pada industri high-profile apabila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan
Test Statisticsa
CSR
Mann-Whitney U 9.686E3
Wilcoxon W 2.580E4
Z -5.661
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: KODING_CSR
19
produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan.
Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada industri low-profile. Apabila industri low-
profile mengalami kegagalan dalam produksi, maka akan mendapat toleransi dari
masyarakat. Hal tersebut karena kegagalan produksi pada industri tersebut, tidak berakibat
fatal bagi masyarakat dan lingkungan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan Yap dan
Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada industri
high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile.
Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile
Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian
perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE pada industri high- profile dan
low-profile.
Tabel 5. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan ROE
Sumber : Diolah dari SPSS.
Berdasarkan tabel 5, hasil pengujian ini memperoleh hasil yang berbeda dengan
hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE ditolak. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE tidak mengalami perbedaan baik pada industri high-profile dan low-profile
pada tahun 2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil p-value sebesar 0,95 melebihi α
sebesar 0,05. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15,
dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada industri high-profile dan
low-profile sebesar 0,08 dan 0,12. Ukuran kinerja keuangan dapat tercermin melalui laba
yang dihasilkan, dimana dapat diukur menggunakan rasio keuangan, dimana dalam
penelitian ini menggunakan ROE dan Tobin’s Q ( Widayanti, 2006: 39). Akan tetapi, ROE
pada industri high-profile dan low-profile tidak mengalami perbedaan dalam penelitian ini.
Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah tingginya tingkat
Test Statisticsa
ROE
Mann-Whitney U 1.489E4
Wilcoxon W 2.892E4
Z -.059
Asymp. Sig. (2-tailed) .953
a. Grouping Variable: KODING_ROE
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014
20
penjualan diiringi oleh tingginya beban yang dihasilkan untuk industri high-profile.
Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Robert. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan
dan Utami (2008), industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi sehingga
perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dengan meningkatkan biaya iklan. Apabila
iklan meningkat, maka masyarakat semakin mengenal dan menginginkan produk tersebut
sehingga tingkat penjualan meningkat. Umumnya, penjualan meningkat menyebabkan laba
perusahaan meningkat pula. Akan tetapi, apabila peningkatan penjualan disebabkan oleh
peningkatan beban yang cukup signifikan, maka laba yang dihasilkan tidak akan meningkat
secara signifikan, bahkan cenderung tetap. Sebaliknya, tingkat kompetisi dari industri low-
profile cukup rendah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik pada
industri high-profile dan low-profile dengan adanya peningkatan penjualan atau tidak,
menghasilkan laba yang tidak jauh berbeda seiring dengan peningkatan biaya iklan.
Di sisi lain, ada banyak faktor yang mempengaruhi komponen laba. Laba yang
bagus tidak hanya selalu dilihat dari tingkat persaingan, tetapi juga dapat terjadi karena
kinerja perusahaan itu memang bagus disamping laba tersebut dapat di- manage. Apabila
industri low-profile memiliki laba tinggi dan kinerja yang bagus, maka tingkat ROE pada
industri ini tetap lebih bagus daripada industri high-profile. Hasil statistik penelitian ini pun
menyatakan bahwa kinerja keuangan industri low-profile lebih tinggi daripada high-profile.
Komponen laba bersih termasuk laba operasi dan laba diluar usaha (Kieso, 2011: 148).
Kemungkinan laba diluar operasi pada industri low-profile lebih tinggi dari laba usaha
sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Pembagian perusahaan menjadi dua
kelompok industri yaitu high-profile dan low-profile merupakan pembagian berdasarkan
kegiatan operasi perusahaan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Apabila
pendapatan diluar usaha lebih tinggi dari pendapatan operasi, maka laba menjadi tinggi. Hal
yang sama juga terjadi pada hasil penelitian ini, yaitu industri low-profile memiliki ROE
yang lebih tinggi daripada high-profile. Sebagai contoh adalah sektor perbankan. Sektor
perbankan memiliki berbagai produk yang ditawarkan diluar kegiatan operasi utamanya,
salah satunya kegiatan operasi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat.
Berbagai produk yang ditawarkan oleh perbankan yaitu salah satunya adalah asuransi.
Kemungkinan pendapatan asuransi lebih tinggi daripada pendapatan utama perbankan. Hasil
penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian Susenohaji, dimana secara garis besar kinerja
keuangan yang diukur dengan ROE tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara industri
high-profile dan low-profile
Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian
21
perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan Tobin’s Q pada industri high-
profile dan low-profile.
Tabel 6. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan Tobin’s Q
Sumber : Diolah dari SPSS.
Berdasarkan tabel di atas, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kedua
diterima, dimana menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan
Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini juga sejalan dengan temuan
dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur
dengan Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile sebesar 2,17 dan 1,42 yang
berarti bahwa secara rata-rata Tobin’s Q dalam industri high-profile lebih tinggi daripada
low-profile. Perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antar kedua
kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan
dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda
salah satunya memiliki resiko politis yang berbeda. Industri high-profile cenderung memiliki
tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-profile. Hal itu disebabkan
karena industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang lebih ketat.
Sebagian besar industri ini bergelut di bidang sumber daya alam yang dimiliki oleh negara
sesuai dengan UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penggunaan
sumber daya alam dilindungi oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Akibatnya,
segala tindakan yang dilakukan relatif dipantau dan dipengaruhi pemerintah. Demi
melindungi penggunaan sumber daya, maka pemerintah membentuk aturan untuk
mengawasi aktivitas perusahaan. Industri ini ditopang oleh pihak pemerintah sehingga dapat
dikatakan memiliki kemampuan going concern yang baik. Perhatian investor meningkat
yang tercermin pada kenaikan harga saham dan meningkatkan nilai perusahaan.
Sebaliknya, industri low-profile memiliki resiko politis yang rendah, kecuali sektor
perbankan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Sektor perbankan memiliki aturan
Test Statisticsa
TOBIN
Mann-Whitney U 1.166E4
Wilcoxon W 2.778E4
Z -3.530
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: KODING_TOBIN
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014
22
ketat yang dibuat oleh Bank Indonesia. Apabila ada bank yang melanggar, maka
konsekuensi yang diterima pun cukup berat. Beratnya konsekuensi mengakibatkan bank
patuh terhadap aturan sehingga resiko politis yang dihadapi oleh bank pun relatif tinggi.
Sedangkan bagi industri low-profile selain sektor perbankan, memiliki resiko politis rendah,
dimana hal itu menunjukkan rendahnya pengawasan dari pemerintah. Dengan pengawasan
yang rendah, investor menganggap industri tersebut memiliki kemampuan going concern
yang rendah sehingga respon investor lebih rendah. Tinggi rendahnya respon investor dapat
tercermin dalam naik turunnya harga saham, sehingga dapat mempengaruhi nilai
perusahaan.
Hubungan Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan
Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Spearman untuk pengujian hubungan
tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE dan
Tobin’s Q pada industri high- profile dan low-profile.
Tabel 7. Hasil Analisis Uji Korelasi Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja
Keuangan Spearman’s rho
CSR ROE TOBIN
CSR CSR
HIGH
CSR
LOW ROE
ROE
HIGH
ROE
LOW TOBIN
TOBIN
HIGH
TOBIN
LOW
CSR Correlation
Coefficient 1.000 1.000 1.000 .121* .135 .121 .070 .022 -.019
Sig. (2-
tailed) . . . .024 .083 .107 .192 .777 .800
N 346 167 179 346 167 179 346 167 179
ROE Correlation
Coefficient .121* .135 .121 1.000 1.000 1.000 .222** .298** .146
Sig. (2-
tailed) .024 .083 .107 . . . .000 .000 .051
N 346 167 179 346 167 179 346 167 179
TOBIN Correlation
Coefficient .070 .022 -.019 .222** .298** .146 1.000 1.000 1.000
Sig. (2-
tailed) .192 .777 .800 .000 .000 .051 . . .
N 346 167 179 346 167 179 346 167 179
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014
Berdasarkan tabel 7, ditemukan bahwa tingkat pengungkapan CSR berhubungan
positif dengan kinerja keuangan yang dilihat dari ROE, dimana semakin tinggi tingkat
pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan perusahaan. Sebaliknya,
23
semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat
pengungkapan CSR. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, menunjukkan bahwa
perusahaan sadar akan kepentingan sosial dan kualitas produknya, sehingga dapat dikatakan
perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR yang tinggi, produknya semakin berkualitas.
Masyarakat akan dengan setia membeli produk yang berkualitas, sehingga akan
meningkatkan penjualan dan laba perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, perusahaan
yang memiliki kinerja keuangan yang baik, akan mampu untuk mengungkapkan CSR
sehingga semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR-nya. Namun ditemukan pula bahwa
tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan penjelasan di
atas, hipotesis ketiga diterima untuk ROE dan hipotesis ketiga ditolak untuk Tobin’s Q.
Namun, ketika dikaitkan dengan pengelompokan industri, ditemukan bahwa tidak
ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE maupun Tobin’s Q baik pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini
berarti bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya ROE
dan Tobin’s Q. Diduga, kinerja ROE dan Tobin’s Q dipengaruhi oleh variabel lain, dimana
tingkat pengungkapan CSR dikatakan manfaat yang diperoleh masih belum jelas dan
pengungkapan CSR sendiri masih bersifat sukarela sehingga kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE dan reaksi pasar yang tercermin pada harga saham yang diukur dengan Tobin’s
Q tidak memperoleh dampaknya. Harga saham relatif tetap menunjukkan bahwa nilai
perusahaan tidak berkembang. Perbedaan Tobin’s Q dalam perusahaan belum tentu
disebabkan oleh CSR karena ternyata tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q tidak
berhubungan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlia dan Siregar
(2008) dan Syahnaz (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan
kinerja keuangan yang diukur dengan ROE memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu,
penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Muhammady (2012) dan Nurhayati dan
Medyawati (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan kinerja
keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q tidak memiliki hubungan yang signifikan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q
24
antara industri high-profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan
yang diukur dengan ROE. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q antar kedua
kelompok industri tersebut sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan
Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang memang
berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih besar untuk mengungkapkan
CSR akibat aktvitas bisnisnya yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap
lingkungan dan memiliki tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-
profile.
Penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan positif antara tingkat
pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang
diukur dengan Tobin’s Q. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi
pula kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, atau semakin tinggi kinerja keuangan yang
diukur dengan ROE, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR. Namun, tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan, baik diukur
dengan ROE dan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-profile.
Implikasi Teoritis dan Terapan
Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat
pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile, dimana industri high-profile
memiliki tingkat pengungkapan CSR yang lebih tinggi daripada industri low-profile, dan
terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-
profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan diukur dengan ROE
serta terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan
yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat hubungan dengan kinerja keuangan yang
diukur dengan Tobin’s Q, memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan
Yap dan Widyaningdyah (2009), Susenohaji (2011), Dahlia dan Siregar (2008), Syahnaz
(2012), Muhammady (2012), serta Nurhayati dan Medyawati (2012). Sebaliknya, hasil
penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono dan Nur (2010),
Yaparto dan Frisko (2013), Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari
(2013).
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR
dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-
profile, dimana tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile
25
lebih tinggi daripada low-profile. Hasil ini akan memudahkan investor dalam membuat
keputusan investasi di antara kedua industri tersebut. Investor akan lebih diuntungkan bila
berinvestasi pada industri high-profile. Hal itu karena industri high-profile lebih direspon
pasar dan memiliki tekanan yang besar untuk melaksanakan dan mengungkapkan CSR
sehingga dampak dari tingkat pengungkapan CSR secara berkelanjutan akan memberi
manfaat jangka panjang bagi perusahaan. Manfaat tersebut dapat meningkatkan profitabilitas
perusahaan di masa depan sehingga dapat dikatakan perusahaan memiliki going concern
yang baik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran bagi perusahaan bahwa
tingkat pengungkapan CSR merupakan salah satu pertimbangan penting bagi investor dalam
membuat keputusan investasi. Oleh karena itu, semakin banyak perusahaan mengungkapkan
CSR, maka semakin baik perusahaan di mata investor. Informasi tingkat pengungkapan CSR
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di bidang sosial di masa
depan sehingga dapat membawa keuntungan baik bagi perusahaan, masyarakat, dan
lingkungan.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dihadapi yaitu ada unsur
subjektifitas dalam penilaian tingkat pengungkapan CSR karena penilaian item-item yang
digunakan dalam penelitian ini masih berdasarkan pertimbangan sendiri. Selain itu, adanya
sedikit subjektifitas pada pengelompokan beberapa kelompok di ICMD yaitu untuk sektor
Holding and Other Investment dan Others. Selain itu, penelitian ini tidak menunjukkan
dampak berkelanjutan dari tingkat pengungkapan CSR.
Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk
penelitian mendatang. Pertama, menambah periode penelitian sehingga dampak dari tingkat
pengungkapan CSR secara berkelanjutan dapat lebih terlihat misalnya dalam rentang 3
tahun. Kedua, mempertimbangkan penyempurnaan daftar penilaian tingkat pengungkapan
CSR sehingga alat tersebut dapat menghasilkan informasi yang sesuai kondisi saat ini dan
lebih teliti. Ketiga, penggunaan informasi lain selain dari Laporan Tahunan sebagai dasar
menilai tingkat pengungkapan CSR perusahaan. Contohnya yaitu Laporan Keberlanjutan
dan survei dari badan organisasi tertentu mengenai aktivitas CSR.
26
DAFTAR PUSTAKA
Bidhari, S, C. 2013. Effect of Corporate Social Responsibility Information Disclosure on
Financial Performance and Firm Value in Banking Industry Listed at Indonesia Stock
Exchange. Faculty of Economics and Business Brawijaya University.
http://www.iiste.org/Journals/index.php/EJBM/article/viewFile/6642/6786 (diakses 11
Januari 2014, 6:15 PM)
Cahyono, Budi dan Etna Nur. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Kinerja Perusahaan dengan Kepemilikan Asing Sebagai Variabel Moderating.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/26643/1/SKRIPSI(r).pdf (diakses 11 Januari 2014, 8:13 PM)
Dahlia, Lely dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi
XI, Pontianak.
El Muhammady dan Faddly Akbar. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6167/1/JURNAL%20SKRIP
SI.pdf (diakses 12 Januari 2014, 7:20 PM)
Fahrizqi, Anggara. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/24469/ (diakses 11 Januari 2014,
7:23 PM)
Gray R, Kouhy and Lavers . 1995. Corporate social and environmental reporting: A
review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting,
Auditing & Accountability Journal 8 (2): 78-101.
http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=869644 (diakses 13 Januari
2014, 6:30 PM)
Gunawan, Barbara dan Suharti Sri Utami. 2008. Peranan Corporate Social Responsibility
dalam Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/843/07-
Barbara%20_174-185_.pdf?sequence=1 (diakses 13 Januari 2014, 7:35 PM).
Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and
Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108.
27
http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1509110 (diakses 13 Januari
2014, 8:10 PM).
Hartman, Laura dan Joe DesJardins. 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk
Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Erlangga.
Ihalauw, John. 2000. Bangunan Teori. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga.
Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting
Vol 1 IFRS Edition. United States of America: Graphics.
Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/22572/1/SKRIPSI_Rimba_Kusumadilaga.PDF (diakses 14
Januari 2014, 7:30 PM).
Lawrence, Anne T. dan James Weber. 2011. Business and Society Stakeholders, Ethics,
Public Policy, Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Nurhayati, Miranty dan Henny Medyawati. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan,
Good Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ45 pada tahun 2009-2011. Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5532/1/JurnalOK.pdf
(diakses 14 Januari 2014, 7:33 PM).
Owen, David. 2005. CSR After Enron:“A Role for the Academic Accounting Profession?”.
ICCSR Research Paper Series.
http://www.nottingham.ac.uk/business/ICCSR/research.php?action=download&id=47
(diakses 16 Januari 2014, 9:15 PM).
Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap
Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X,
Makassar.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.
Stoner, James A. F., Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert. 1995. Management, Sixth
Edition. United States of America: Prentice Hall.
28
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai
Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. Universitas Stikubank.
http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe4/article/download/223/162 (diakses 20
Januari 2014, 9:15 PM).
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Susenohaji. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Atas Ungkapan (Disclosure)
Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Studi Empiris Penerapan Regulasi pada
Perusahaan Go-Publik di Indonesia.)
http://www.academia.edu/6406277/Judul_Analisis_Kinerja_Keuangan_Perusahaan_A
tas_Ungkapan_Disclosure_Tanggungjawab_Lingkungan_Perusahaan_Studi_Empiris_
Penerapan_Regulasi_pada_Perusahaan_Go-Publik_di_Indonesia (diakses tanggal 16
Juli 2014, 16:00 PM)
Syahnaz, Melisa. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Perbankan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/352/299 (diakses
23 Januari 2014, 7:45 PM).
Utomo, Muhammad Muslim. 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan
Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan High-Profile dan
Low-Profile). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung.
Widayanti, Rita, Henny Ekawati, Apriani Dorkas Rambu Atahau, Usil Sis Sucahyo, dan
Maria Rio Rita. 2006. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga.
William. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan
Pedoman Global Reporting Initiative terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. www.ui.ac.id (diakses 26 September 2014, 15:25 PM)
Yaparto, Marissa dan Dianne Frisko. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Periode 2010-2011. Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas
Surabaya. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/111/91 (diakses
25 Januari 2014, 9:15 PM).
Yap, Raldy dan Agnes Widyaningdyah. 2009. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial
pada Laporan Tahunan Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Studi
Empiris atas Perusahan High dan Low Profile). Universitas Katolik Widya Mandala.
29
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18498&val=1144&title (diakses
23 Januari 2014, 8:40 PM).
www.finance.yahoo.com (diakses tanggal 15 Mei 2014, 10:35 AM)
www.globalreporting.org (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:30 PM)
www.hukumonline.com (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:44 PM)
www.idx.co.id (diakses tanggal 25 April 2014, 2:45 PM)
30
LAMPIRAN 1
DAFTAR TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR dari GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI)
ASPEK PENGUNGKAPAN
LINGKUNGAN
1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk mengurangi polusi.
2. Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi.
3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi.
4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber alam, misalnya reklamasi
daratan atau reboisasi.
5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas.
6. Penggunaan material daur ulang
7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.
8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.
10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.
11. Pengelolaan limbah.
12. Riset mengenai pengelolaan limbah.
13. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan.
14. Perlindungan lingkungan hidup.
ENERGI
15. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi.
16. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.
17. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang.
18. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi.
19. Peningkatan efisiensi energi dan produk.
20. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk.
21. Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan.
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
22. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja.
23. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental.
24. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja.
25. Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja.
26. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.
27. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
28. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.
29. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
31
LAIN-LAIN TENTANG TENAGA KERJA
30. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat.
31. Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita / orang cacat dalam tingkat manajerial.
32. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam pekerjaan.
33. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita / orang cacat.
34. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.
35. Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan.
36. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.
37. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau
yang telah membuat kesalahan.
38. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan.
39. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.
40. Pengungkapan persentase gaji untuk pensiun.
41. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan.
42. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.
43. Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada.
44. Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan.
45. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka.
46. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalnya penjualan per tenaga kerja.
47. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut.
48. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja.
49. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain.
50. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan keputusan
dan motivasi kerja.
51. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan.
52. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.
53. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh.
54. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja.
55. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan.
56. Peningkatan kondisi kerja secara umum.
57. Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja.
58. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.
PRODUK
59. Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasan.
60. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.
61. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk.
62. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan.
63. Membuat produk lebih aman untuk konsumen.
64. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.
32
65. Pengungkapan peningkatan kebersihan / kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk.
66. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.
67. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan.
68. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya, ISO 9000).
KETERLIBATAN MASYARAKAT
69. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni.
70. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar.
71. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.
72. Membantu riset media.
73. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni.
74. Membiayai program beasiswa.
75. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.
76. Mensponsori kampanye nasional.
77. Mendukung pengembangan industri lokal.
UMUM
78. Pengungkapan tujuan. Kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat.
79. Informasi hubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebut di atas.
33
LAMPIRAN 2
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI HIGH-PROFILE
NO KODE NAMA PERUSAHAAN (Tbk) KATEGORI TOTAL
1 AALI PT. Astra Agro Lestari Agrobisnis dan Perhutanan
2 UNSP PT. Bakrie Sumatra Plantations Agrobisnis dan Perhutanan
3 BISI PT. Bisi International Agrobisnis dan Perhutanan
4 GZCO PT. Gozco Plantations Agrobisnis dan Perhutanan
5 IIKP PT. Inti Agri Resources Agrobisnis dan Perhutanan
6 JAWA PT. Jaya Agra Wattie Agrobisnis dan Perhutanan
7 LSIP PT. PP London Sumatera Indonesia Agrobisnis dan Perhutanan
8 PALM PT. Provident Agro Agrobisnis dan Perhutanan
9 SIMP PT. Salim Ivomas Pratama Agrobisnis dan Perhutanan
10 SGRO PT. Sampoerna Agro Agrobisnis dan Perhutanan
11 WAPO PT. Wahana Pronatural Agrobisnis dan Perhutanan
12 BTEK PT. Bumi Teknokultura Unggul Agrobisnis dan Perhutanan
13 TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Agrobisnis dan Perhutanan 13
14 ANTM PT. Aneka Tambang Tambang dan Perminyakan
15 ATPK PT. ATPK Resources Tambang dan Perminyakan
16 BIPI PT. Benakat Petroleum Energy Tambang dan Perminyakan
17 CKRA PT. Cakra Mineral Tambang dan Perminyakan
18 DKFT PT. Central Omega Resources Tambang dan Perminyakan
19 CITA PT. Cita Mineral Investindo Tambang dan Perminyakan
20 CTTH PT. Citatah Industri Marmer Tambang dan Perminyakan
21 ELSA PT. Enulsa Tambang dan Perminyakan
22 CNKO PT. Exploitasi Energi Indonesia Tambang dan Perminyakan
23 GTBO PT. Garda Tujuh Buana Tambang dan Perminyakan
24 SMMT PT. Golden Eagle Energy Tambang dan Perminyakan
25 GEMS PT. Golden Energy Mines Tambang dan Perminyakan
26 LAPD PT. Leyand International Tambang dan Perminyakan
27 MITI PT. Mitra Investindo Tambang dan Perminyakan
28 MYOH PT. Samindo Resources Tambang dan Perminyakan
29 TINS PT. Timah (Persero) Tambang dan Perminyakan
30 RUIS PT. Radiant Utama Interinsco Tambang dan Perminyakan
31 ARTI PT. Ratu Prabu Energi Tambang dan Perminyakan 18
32 ADHI PT. Adhi Karya Engineering / Teknik
33 JKON PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Engineering / Teknik
34 DGIK PT. Nusa Konstruksi Enjiniring Engineering / Teknik
35 PTPP PT. PP (Persero) Engineering / Teknik
36 TOTL PT. Total Bangun Persada Engineering / Teknik
37 TRUB PT. Truba Alam Manunggal
Engineering Engineering / Teknik
38 WIKA PT. Wijaya Karya Engineering / Teknik
39 WSKT PT. Waksita Karya Engineering / Teknik
40 CMNP PT. Citra Marga Nusaphala Persada Engineering / Teknik
34
41 JSMR PT. Jasa Marga Engineering / Teknik 10
42 ADES PT. Akasha Wira International Produk makanan dan minuman
43 DAVO PT. Davomas Abadi Produk makanan dan minuman
44 DLTA PT. Delta Djakarta Produk makanan dan minuman
45 FAST PT. Fast Food Indonesia Produk makanan dan minuman
46 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Produk makanan dan minuman
47 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Produk makanan dan minuman
48 MYOR PT. Mayora Indah Produk makanan dan minuman
49 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Produk makanan dan minuman
50 PTSP PT. Pioneerindo Gourmet International Produk makanan dan minuman
51 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Produk makanan dan minuman
52 SKBM PT. Sekar Bumi Produk makanan dan minuman
53 SKLT PT. Sekar Laut Produk makanan dan minuman
54 STTP PT. Siantar TOP Produk makanan dan minuman
55 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Produk makanan dan minuman
56 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Produk makanan dan minuman
57 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Produk makanan dan minuman
58 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Produk makanan dan minuman
17
59 RMBA PT. Bentoel International Investama Tembakau dan Rokok
60 GGRM PT. Gudang Garam Tembakau dan Rokok
61 HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tembakau dan Rokok 3
62 ALDO PT Alkindo Naratama Kertas
63 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Kertas
64 KBRI PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Kertas
65 SPMA PT. Suparma Kertas
66 JKPE PT. Jasuindo Tiga Perkasa Kertas 5
67 AKRA PT. AKR Corporindo Kimia
68 ETWA PT Eterindo Wahanatama Kimia
69 LTLS PT. Lautan Luas Kimia
70 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Kimia
71 INCI PT. Intanwijaya Internasional Kimia
72 AKKU PT. Alam Karya Unggul Kimia
73 AKPI PT. Argha Karya Prima Industry Kimia
74 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Kimia
75 APLI PT. Asiaplast Industries Kimia
76 BRNA PT. Berlina Kimia
77 IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Kimia
78 LMPI PT. Langgeng Makmur Plastik Industri Kimia
79 TRST PT. Trias Sentosa Kimia
80 YPAS PT. Yanaprima Hastapersada Kimia
81 SMCB PT. Holcim Indonesia Kimia
82 SMGR PT. Semen Indonesia Kimia
83 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Kimia
84 GDST PT. Gunawan Dianjaya Steel Kimia
35
85 INAI PT. Indal Aluminium Industry Kimia
86 JPRS PT. Jaya Pari Steel Kimia
87 LMSH PT. Lion Mesh Prima Kimia
88 LION PT. Lion Metal Works Kimia
89 BAJA PT. Saranacentral Bajatama Kimia
90 TIRA PT. Tira Austenite Kimia
91 ARNA PT. Arwana Citramulia Kimia
92 KIAS PT. Keramika Indonesia Assosiasi Kimia
93 MLIA PT. Mulia Industrindo Kimia
94 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Kimia
95 CPRO PT. Central Proteinaprima Kimia
96 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Kimia
97 JPFA PT. JAPFA Kimia
98 MAIN PT. Malindo Feedmiil Kimia
99 SIPD PT. Sierad Produce Kimia 33
100 ASII PT. Astra International Otomotif
101 AUTO PT. Astra Otoparts Otomotif
102 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional Otomotif
103 INDS PT. Indospring Otomotif
104 INTA PT. Intraco Penta Otomotif
105 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Otomotif
106 NIPS PT. Nipress Otomotif
107 PRAS PT. Prima Alloy Steel Universal Otomotif
108 SMSM PT. Selamat Sempurna Otomotif
109 TURI PT. Tunas Ridean Otomotif
110 UNTR PT. United Tractors Otomotif 11
111 INAF PT. Indofarma Kesehatan
112 KLBF PT. Kalbe Farma Kesehatan
113 KAEF PT. Kimia Farma Kesehatan
114 MERK PT. Merck Kesehatan
115 PYFA PT. Pyridam Farma Kesehatan
116 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Kesehatan
117 SCPI PT. Merck Sharp & Dohme Indonesia Kesehatan
118 SRAJ PT. Sejahteraraya Anugerahjaya Kesehatan 8
119 ASSA PT. Adi Sarana Armada Transportasi
120 APOL PT. Arpeni Pratama Ocean Line Transportasi
121 TAXI PT. Express Trasindo Utama Transportasi
122 HITS PT. Humpuss Intermoda Transportasi Transportasi
123 IATA PT. Indonesia Air Transport Transportasi
124 MIRA PT. Mitra International Resources Transportasi
125 WEHA PT. Panorama Transportasi Transportasi
126 NELY PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Transportasi
127 TMAS PT. Pelayaran Tempuran Emas Transportasi
128 SDMU PT. Sidomulyo Selaras Transportasi
36
129 SAFE PT. Steady Safe Transportasi
130 INDX PT. Tanah Laut Transportasi
131 ZBRA PT. Zebra Nusantara Transportasi 13
132 BTEL PT. Bakrie Telecom Media dan Komunikasi
133 ISAT PT. INDOSAT Media dan Komunikasi
134 FREN PT. Smartfren Telecom Media dan Komunikasi
135 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Media dan Komunikasi
136 TBIG PT. Tower Bersama Infrastructure Media dan Komunikasi
137 TRIO PT. Trikomsel Oke Media dan Komunikasi
138 EXCL PT. XL Axiata Media dan Komunikasi
139 INVS PT. Inovisi Infracom Media dan Komunikasi
140 CENT PT. Centrin Online Media dan Komunikasi
141 DNET PT. Dyviacom Intrabumi Media dan Komunikasi
142 EMTK PT. Elang Mahkota Teknologi Media dan Komunikasi
143 KBLV PT. First Media Media dan Komunikasi
144 FORU PT. Fortune Indonesia Media dan Komunikasi
145 IBST PT. Inti Bangun Sejahtera Media dan Komunikasi
146 LMAS PT. Limas Centric Indonesia Media dan Komunikasi
147 ABBA PT. Mahaka Media Media dan Komunikasi
148 MNCN PT. Media Nusantara Citra Media dan Komunikasi
149 MSKY PT. MNC SKY Vision Media dan Komunikasi
150 MFMI PT. Multifilling Mitra Vision Media dan Komunikasi
151 SCMA PT. Surya Citra Media Media dan Komunikasi
152 LPLI PT. Star Pacific Media dan Komunikasi
153 TMPO PT. Tempo Inti Media Media dan Komunikasi
154 VIVA PT. Visi Media Asia Media dan Komunikasi 23
155 BAYU PT. Bayu Buana Pariwisata
156 BUVA PT. Bukit Uluwatu Villa Pariwisata
157 PDES PT. Destinasi Tirta Nusantara Pariwisata
158 GMCW PT. Grahamas Citrawisata Pariwisata
159 HOME PT. Hotel Mandarine Regency Pariwisata
160 SHID PT. Hotel Sahid Jaya International Pariwisata
161 ICON PT. Island Concepts Indonesia Pariwisata
162 PANR PT. Panorama Sentrawisata Pariwisata
163 PGLI PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Pariwisata
164 PLIN PT. Plaza Indonesia Realty Pariwisata
165 PNSE PT. Pudjiadi and Sons Pariwisata
166 PSKT PT.Pusako Tarinka Pariwisata
167 SONA PT. Sona Topas Tourism Industry Pariwisata 13
37
LAMPIRAN 3
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI LOW-PROFILE
NO KODE NAMA PERUSAHAAN KATEGORI TOTAL
1 ARGO PT. Argo Pantes Tekstil
2 ERTX PT. Eratex Djaja Tekstil
3 HDTX PT. Panasia Indo Resources Tekstil
4 STAR PT. Star Petrochem Tekstil
5 SSTM PT. Sunson Textile Manufacture Tekstil
6 TRIS PT. Trisula International Tekstil
7 MYTX PT. APAC Citra Centertex Tekstil
8 MYRX PT. Hanson International Tekstil
9 SRSN PT. Indo Acidatama Tekstil
10 PBRX PT. Pan Brothers Tex Tekstil
11 BIMA PT. Primarindo Asia Infrastructure Tekstil
12 BATA PT. Sepatu Bata Tekstil 12
13 KICI PT. Kedaung Indah Can Produk Rumah Tangga
14 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Produk Rumah Tangga
15 JECC PT. Jembo Cable Company Produk Rumah Tangga
16 KBLI PT. KMI Wire and Cable Produk Rumah Tangga
17 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing &
Commerce Produk Rumah Tangga
18 VOKS PT. Voksel Electric Produk Rumah Tangga
19 ASGR PT. Astra Graphia Produk Rumah Tangga
20 MTDL PT. Metrodata Electronics Produk Rumah Tangga
21 MLPL PT. Multipolar Produk Rumah Tangga
22 INTD PT. Inter Delta Produk Rumah Tangga
23 MDRN PT. Modern Internasional Produk Rumah Tangga
24 KONI PT. Perdana Bangun Pustaka Produk Rumah Tangga 12
25 TCID PT. Mandom Indonesia Produk Personal
26 MBTO PT. Martina Berto Produk Personal
27 MRAT PT. Mustika Ratu Produk Personal
28 UNVR PT. Unilever Indonesia Produk Personal 4
29 ACES PT. Ace Hardware Indonesia Retail
30 TMPI PT. AGIS Retail
31 AIMS PT. Akbar Indo Makmur Stimec Retail
32 CSAP PT. Catur Sentosa Adiprana Retail
33 EPMT PT. Enseval Putra Megatrading Retail
34 ERAA PT. Erajaya Swasembada Retail
35 GREN PT. Evergreen Invesco Retail
36 GLOB PT. Global Teleshop Retail
37 GOLD PT. Golden Retaillindo Retail
38 HERO PT. Hero Supermarket Retail
38
39 KOIN PT. Kokoh Inti Arebama Retail
40 LPPF PT. Matahari Departement Store Retail
41 MPPA PT. Matahari Putra Prima Retail
42 MIDI PT. Midi Utama Indonesia Retail
43 SDPC PT. Millenium Pharmacon International Retail
44 MAPI PT. Mitra Adiperkasa Retail
45 MICE PT. Multi Indocitra Retail
46 META PT. Nusantara Infrastructure Retail
47 TKGA PT. Permata Prima Sakti Retail
48 RALS PT. Ramayana Lestari Sentosa Retail
49 RIMO PT. Rimo Catur Lestari Retail
50 SKYB PT. Skybee Retail
51 AMRT PT. Sumber Alfaria Trijaya Retail
52 RANC PT. Supra Boga Lestari Retail
53 TGKA PT. Tigaraksa Satria Retail
54 WICO PT. Wicaksana Overseas International Retail
55 ASIA PT. Asia Natural Resources Retail 27
56 INPC PT. Bank Artha Graha Internasional Keuangan dan Perbankan
57 BBKP PT. Bank Bukopin Keuangan dan Perbankan
58 BNBA PT. Bank Bumi Arta Keuangan dan Perbankan
59 BACA PT. Bank Capital Indonesia Keuangan dan Perbankan
60 BBCA PT. Bank Central Asia Keuangan dan Perbankan
61 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Keuangan dan Perbankan
62 BDMN PT. Bank Danamon Keuangan dan Perbankan
63 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Keuangan dan Perbankan
64 SDRA PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Keuangan dan Perbankan
65 BABP PT. Bank ICB Bumiputera Keuangan dan Perbankan
66 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Keuangan dan Perbankan
67 BMRI PT. Bank Mandiri Keuangan dan Perbankan
68 MAYA PT. Bank Mayapada Internasional Keuangan dan Perbankan
69 MEGA PT. Bank Mega Keuangan dan Perbankan
70 BCIC PT. Bank Mutiara Keuangan dan Perbankan
71 BBNI PT. Bank Negara Indonesia Keuangan dan Perbankan
72 BBNP PT. Bank Nusantara Parahyangan Keuangan dan Perbankan
73 NISP PT. Bank OCBC NISP Keuangan dan Perbankan
74 BSWD PT. Bank of India Indonesia Keuangan dan Perbankan
75 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Keuangan dan Perbankan
76 BJBR PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat & Banten Keuangan dan Perbankan
77 BJTM PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur Keuangan dan Perbankan
78 BNLI PT. Bank Permata Keuangan dan Perbankan
79 BEKS PT. Bank Pundi Indonesia Keuangan dan Perbankan
80 BKSW PT. Bank QNB Kesawan Keuangan dan Perbankan
39
81 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia Keuangan dan Perbankan
82 AGRO PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Keuangan dan Perbankan
83 BSIM PT. Bank Sinasrmas Keuangan dan Perbankan
84 BTPN PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Keuangan dan Perbankan
85 BVIC PT. Bank Victoria International Keuangan dan Perbankan
86 MCOR PT. Bank Windu Kentjana International Keuangan dan Perbankan
87 ADMF PT. Adira Dinamika Multi Finance Keuangan dan Perbankan
88 BPFI PT. Batavia Prosperindo Finance Keuangan dan Perbankan
89 BFIN PT. BFI Finance Indonesia Keuangan dan Perbankan
90 BBLD PT. Buana Finance Keuangan dan Perbankan
91 CFIN PT. Clipan Finance Indonesia Keuangan dan Perbankan
92 GSMF PT. Equity Development Investment Keuangan dan Perbankan
93 HDFA PT. Hade Finance Keuangan dan Perbankan
94 MFIN PT. Mandala Multifinance Keuangan dan Perbankan
95 SMMA PT. Sinar Mas Multiartha Keuangan dan Perbankan
96 VRNA PT. Verena Multi Finance Keuangan dan Perbankan
97 TIFA PT. Tifa Finance Keuangan dan Perbankan
98 WOMF PT. Wahana Ottomitra Multiartha Keuangan dan Perbankan
99 ABDA PT. Asuransi Bina Dana Arta Keuangan dan Perbankan
100 ASBI PT. Asuransi Bintang Keuangan dan Perbankan
101 ASDM PT. Asuransi Dayin Mitra Keuangan dan Perbankan
102 AHAP PT. Asuransi Harta Aman Pratama Keuangan dan Perbankan
103 ASJT PT. Asuransi Jasa Tania Keuangan dan Perbankan
104 AMAG PT. Asuransi Multi Artha Guna Keuangan dan Perbankan
105 LPGI PT. Lippo General Insurance Keuangan dan Perbankan
106 MREI PT. Maskapai Reasuransi Indonesia Keuangan dan Perbankan
107 PNIN PT. Panin Insurance Keuangan dan Perbankan
108 ASRM PT. Asuransi Ramayana Keuangan dan Perbankan
109 ALKA PT. Alakasa Industrindo Keuangan dan Perbankan
110 BNBR PT. Bakrie & Brothers Keuangan dan Perbankan
111 BHIT PT. Bhakti Investama Keuangan dan Perbankan
112 BMTR PT. Global Mediacom Keuangan dan Perbankan
113 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Keuangan dan Perbankan
114 PLAS PT. Polaris Investama Keuangan dan Perbankan
115 POOL PT. Pool Advista Indonesia Keuangan dan Perbankan
116 SMRU PT. SMR Utama Keuangan dan Perbankan
117 PNLF PT. Panin Financial Keuangan dan Perbankan
118 ARTA PT. Arthavest Keuangan dan Perbankan
119 HADE PT. HD Capital Keuangan dan Perbankan
120 KREN PT. Kresna Graha Sekurindo Keuangan dan Perbankan
121 LPPS PT. Lippo Securities Keuangan dan Perbankan
122 AKSI PT. Majapahit Securities Keuangan dan Perbankan
40
123 PADI PT. Minna Padi Investama Keuangan dan Perbankan
124 BCAP PT. MNC Kapital Indonesia Keuangan dan Perbankan
125 OCAP PT. Onix Capital Keuangan dan Perbankan
126 APIC PT. Pacific Strategic Financial Keuangan dan Perbankan
127 PEGE PT. Panca Global Securities Keuangan dan Perbankan
128 PANS PT. Panin Sekuritas Keuangan dan Perbankan
129 RELI PT. Reliance Securities Keuangan dan Perbankan
130 TRIM PT. Trimegah Securities Keuangan dan Perbankan
131 YULE PT. Yulie Sekurindo Keuangan dan Perbankan 76
132 APLN PT. Agung Podomoro Land Properti
133 ASRI PT. Alam Sutera Realty Properti
134 ELTY PT. Bakrieland Development Properti
135 BAPA PT. Bekasi Asri Pemula Properti
136 BEST PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Properti
137 BIPP PT. Bhuwanatala Indah Permai Properti
138 BMSR PT. Bintang Mitra Semestaraya Properti
139 BKDP PT. Bukit Darmo Property Properti
140 BCIP PT. Bumi Citra Permai Properti
141 CTRA PT. Ciputra Development Properti
142 COWL PT. Cowell Development Properti
143 MDLN PT. Modernland Realty Ltd Properti
144 SCBD PT. Danayasa Arthatama Properti
145 DUTI PT. Duta Pertiwi Properti
146 DART PT. Duta Anggada Realty Properti
147 CTRS PT. Ciputra Surya Properti
148 CTRP PT. Ciputra Property Properti
149 FMII PT. Fortune Mate Indonesia Properti
150 GAMA PT. Gading Development Properti
151 GMTD PT. Gowa Makassar Tourism
Development Properti
152 GWSA PT. Greenwood Sejahtera Properti
153 INPP PT. Indonesia Paradise Property Properti
154 OMRE PT. Indonesia Prima Property Properti
155 DILD PT. Intiland Development Properti
156 KIJA PT. Jababeka Properti
157 JIHD PT. Jakarta International Hotel &
Development Properti
158 JSPT PT. Jakarta Setiabudi Internasional Properti
159 JRPT PT. Jaya Real Property Properti
160 LCGP PT. Laguna Cipta Griya Properti
161 LPCK PT. Lippo Cikarang Properti
162 LPKR PT. Lippo Karawaci Properti
163 MAMI PT. Mas Murni Indonesia Properti
164 EMDE PT. Megapolitan Developments Properti
41
165 MTSM PT. Metro Realty Properti
166 MTLA PT. Metropolitan Land Properti
167 KPIG PT. MNC Land Properti
168 PWON PT. Pakuwon Jati Properti
169 PJAA PT. Pembangunan Jaya Ancol Properti
170 GPRA PT. Perdana Gapuraprima Properti
171 RODA PT. Pikko Land Development Properti
172 PUDP PT. Pudjiadi Prestige Limited Properti
173 RBMS PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Properti
174 BKSL PT. Sentul City Properti
175 SSIA PT. Surya Semesta Internusa Properti
176 SMDM PT. Suryamas Dutamakmur Properti
177 GEMA PT. Gema Grahasarana Properti
178 TOWR PT. Sarana Menara Nusantara Properti
179 SUPR PT. Solusi Tunas Pratama Properti 48
42
LAMPIRAN 4
DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN
DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE
NO 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KODE CTTH ELSA CNKO GTBO SMMT GEMS LAPD MITI MYOH
CSR 0,41 0,73 0,27 0,3 0,49 0,47 0,48 0,51 0,48
ROE 0,208 0,035 0,066 0,089 0,742 0,034 0,062 0,022 -0,233
Q 0,96 0,82 1,38 0,62 6,91 4,22 0,98 1,76 1,75
NO 28 29 30 31 32 33 34 35 36
KODE TINS RUIS ARTI ADHI JKON DGIK PTPP TOTL TRUB
CSR 0,82 0,35 0,42 0,56 0,47 0,43 0,59 0,51 0,44
ROE 0,435 0,095 0,122 0,061 0,181 0,182 0,047 0,187 0,257
Q 1,51 0,93 0,68 1,25 0,91 0,88 1,27 2,13 0,99
NO 37 38 39 40 41 42 43 44 45
KODE WIKA WSKT CMNP JSMR ADES DAVO DLTA FAST ICBP
CSR 0,75 0,65 0,42 0,66 0,46 0,48 0,29 0,68 0,66
ROE -0,306 0,046 -0,127 0,154 0,157 0,399 -1,074 0,357 0,208
Q 1,56 1,12 1,25 2,13 3,34 2,09 5,15 1,17 2,99
NO 46 47 48 49 50 51 52 53 54
KODE INDF MYOR ROTI PTSP PSDN SKBM SKLT STTP AISA
CSR 0,66 0,54 0,44 0,43 0,52 0,47 0,47 0,32 0,65
ROE 0,190 0,140 0,243 -0,224 0,301 -0,063 0,099 0,061 0,129
Q 1,29 2,18 1,61 3,07 0,83 1,65 0,98 1,73 1,29
NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63
KODE ALTO TBLA ULTJ RMBA GGRM HMSP TIRT ALDO FASW
CSR 0,39 0,62 0,49 0,39 0,37 0,53 0,22 0,38 0,58
ROE 0,125 0,086 0,139 0,211 -0,168 0,153 0,747 0,130 0,003
Q 1,87 1,13 1,95 1,34 2,95 10,35 0,95 1,89 1,67
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KODE AALI UNSP BISI GZCO IIKP JAWA LSIP PALM SIMP
CSR 0,65 0,80 0,52 0,3 0,28 0,59 0,58 0,54 0,65
ROE 0,269 -0,119 0,094 0,062 -0,043 0,123 0,178 -0,097 0,094
Q 2,67 0,65 1,64 0,87 12,20 1,07 2,20 1,17 1,07
NO 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KODE SGRO WAPO BTEK ANTM ATPK BIPI CKRA DKFT CITA
CSR 0,62 0,29 0,33 0,7 0,27 0,47 0,25 0,37 0,09
ROE 0,126 1,665 0,014 -0,306 0,233 -0,382 0,002 0,003 0,219
Q 1,47 1,32 9,77 0,97 1,47 1,70 1,12 1,61 0,96
NO 64 65 66 67 68 69 70 71 72
KODE KBRI SPMA JKPE AKRA ETWA LTLS DPNS INCI AKKU
CSR 0,57 0,43 0,43 0,53 0,57 0,28 0,33 0,34 0,38
ROE 0,050 0,051 0,206 0,147 0,068 0,096 0,132 0,038 -0,519
Q 0,63 0,79 1,96 1,98 0,85 0,86 0,85 0,46 4,20
43
NO 73 74 75 76 77 78 79 80 81
KODE AKPI AMFG APLI BRNA IGAR LMPI TRST YPAS SMCB
CSR 0,48 0,66 0,47 0,66 0,46 0,47 0,49 0,53 0,54
ROE 0,037 0,141 0,019 0,181 0,184 0,006 0,045 0,100 0,160
Q 0,80 1,37 0,73 1,23 1,41 0,81 0,80 1,79 2,13
NO 82 83 84 85 86 87 88 89 90
KODE SMGR ALMI GDST INAI JPRS LMSH LION BAJA TIRA
CSR 0,75 0,41 0,51 0,35 0,44 0,46 0,49 0,47 0,42
ROE 0,271 0,024 0,059 0,179 0,028 0,423 0,230 0,073 0,066
Q 3,82 0,74 1,07 0,85 0,55 1,03 1,39 1,16 0,98
NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99
KODE ARNA KIAS MLIA TOTO ASII AUTO IMAS INDS INTA
CSR 0,72 0,48 0,3 0,58 0,82 0,65 0,39 0,35 0,56
ROE 0,262 0,036 -0,025 0,263 -3,978 0,328 0,226 0,444 0,012
Q 1,16 1,23 0,86 2,57 2,18 2,03 1,50 1,11 1,11
NO 100 101 102 103 104 105 106 107 108
KODE LPIN NIPS PRAS SMSM TURI UNTR INAF KLBF KAEF
CSR 0,24 0,34 0,24 0,56 0,38 0,78 0,72 0,71 0,47
ROE 0,253 0,207 0,158 0,118 0,025 0,123 0,100 0,056 0,327
Q 1,24 0,60 1,21 2,85 1,88 1,81 1,27 5,34 2,23
NO 109 110 111 112 113 114 115 116 117
KODE MERK PYFA TSPC SCPI ASSA APOL TAXI HITS IATA
CSR 0,46 0,53 0,38 0,41 0,61 0,41 0,63 0,47 0,46
ROE 0,238 0,178 0,065 0,241 0,143 0,259 0,061 0,189 -0,715
Q 6,25 1,03 3,85 1,22 1,07 2,10 1,33 1,29 1,34
NO 118 119 120 121 122 123 124 125 126
KODE MIRA WEHA NELY TMAS SDMU SAFE INDX ZBRA BTEL
CSR 0,42 0,52 0,29 0,37 0,48 0,32 0,24 0,18 0,51
ROE 0,007 0,040 0,247 0,116 -0,025 -0,189 0,032 0,070 0,189
Q 1,36 0,97 1,03 0,73 1,14 3,51 1,00 2,46 0,95
NO 127 128 129 130 131 132 133 134 135
KODE ISAT FREN TLKM TBIG TRIO EXCL INVS CENT DNET
CSR 0,63 0,32 0,65 0,42 0,42 0,58 0,32 0,22 0,23
ROE 0,158 0,029 0,075 0,267 -0,887 0,065 0,025 -0,314 0,274
Q 1,28 0,91 0,71 2,56 1,49 1,90 1,45 52,74 2,98
NO 136 137 138 139 140 141 142 143 144
KODE EMTK KBLV FORU IBST LMAS ABBA MNCN MSKY MFMI
CSR 0,28 0,27 0,39 0,27 0,16 0,27 0,28 0,32 0,39
ROE 0,218 0,240 0,180 0,185 -0,088 0,017 0,448 0,004 0,101
Q 2,48 0,68 0,75 2,52 0,88 1,19 3,95 3,73 1,12
NO 145 146 147 148 149 150 151 152 153
KODE SCMA LPLI TMPO VIVA BAYU BUVA PDES GMCW HOME
CSR 0,42 0,24 0,39 0,37 0,22 0,48 0,13 0,3 0,38
ROE 0,454 0,049 0,030 0,242 0,036 0,088 0,417 0,194 0,254
Q 7,71 0,25 0,96 3,23 1,50 1,50 0,90 2,75 0,68
44
NO 154 155 156 157 158 159 160 161 162
KODE SHID ICON PANR PGLI PLIN PNSE PSKT SONA CPRO
CSR 0,53 0,32 0,35 0,37 0,43 0,47 0,51 0,33 0,38
ROE 0,043 0,100 0,074 0,067 0,212 -0,044 0,014 0,060 0,113
Q 0,60 4,30 0,95 1,45 1,83 1,33 2,15 1,25 1,29
NO 163 164 165 166 167
KODE CPIN JPFA MAIN SIPD SRAJ
CSR 0,37 0,48 0,33 0,46 0,35
ROE 0,007 0,105 0,181 0,023 0,173
Q 4,98 0,80 2,76 0,76 2,35
45
LAMPIRAN 5
DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN
DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI LOW-PROFILE
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KODE ARGO ERTX HDTX STAR SSTM TRIS MYTX MYRX SRSN
CSR 0,43 0,35 0,33 0,32 0,29 0,56 0,54 0,3 0,51
ROE -1,049 0,071 0,005 0,002 -0,050 0,183 2,071 0,111 0,063
Q 1,16 0,91 1,09 0,67 0,84 1,13 1,29 2,24 1,08
NO 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KODE PBRX BIMA BATA KICI KDSI JECC KBLI SCCO VOKS
CSR 0,42 0,47 0,42 0,46 0,34 0,44 0,57 0,39 0,66
ROE 0,110 -0,014 0,179 0,034 0,117 0,222 0,148 0,260 0,244
Q 1,23 3,65 0,34 0,69 0,81 1,20 0,93 1,15 1,15
NO 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KODE ASGR MTDL MLPL INTD MDRN KONI TCID MBTO MRAT
CSR 0,51 0,28 0,27 0,43 0,47 0,22 0,58 0,52 0,49
ROE 0,207 0,167 0,024 0,202 0,056 0,078 0,137 0,105 0,080
Q 0,98 0,80 0,62 1,57 1,92 0,88 1,88 0,95 0,61
NO 28 29 30 31 32 33 34 35 36
KODE UNVR ACES TMPI AIMS CSAP EPMT ERAA GREN GLOB
CSR 0,75 0,29 0,2 0,11 0,23 0,28 0,33 0,39 0,3
ROE 1,219 0,265 0,004 0,023 0,097 0,156 0,168 0,001 0,272
Q 14,17 7,55 2,25 1,09 1,04 1,43 2,52 0,69 1,76
NO 37 38 39 40 41 42 43 44 45
KODE GOLD HERO KOIN LPPF MPPA MIDI SDPC MAPI MICE
CSR 0,15 0,41 0,29 0,51 0,37 0,44 0,38 0,27 0,33
ROE 0,096 0,183 0,655 -0,399 0,062 0,101 0,094 0,199 0,138
Q 1,48 3,39 1,72 4,35 1,34 2,06 0,90 2,49 0,76
NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63
KODE ASIA INPC BBKP BNBA BACA BBCA BNGA BDMN BAEK
CSR 0,14 0,39 0,35 0,24 0,3 0,44 0,63 0,51 0,44
ROE -0,178 0,033 0,167 0,109 0,073 0,226 0,188 0,143 0,071
Q 2,51 0,95 1,00 0,96 0,98 1,39 1,03 1,16 0,99
NO 64 65 66 67 68 69 70 71 72
KODE SDRA BABP BNII BMRI MAYA MEGA BCIC BBNI BBNP
CSR 0,29 0,27 0,53 0,46 0,39 0,38 0,37 0,56 0,28
ROE 0,221 0,001 0,125 0,210 0,143 0,220 0,117 0,162 0,129
Q 1,12 1,04 1,11 1,10 1,40 1,00 3,13 1,08 0,99
NO 46 47 48 49 50 51 52 53 54
KODE META TKGA RALS RIMO SKYB AMRT RANC TKGA WICO
CSR 0,49 0,18 0,23 0,28 0,3 0,32 0,35 0,46 0,13
ROE 0,046 0,422 0,139 0,238 0,056 0,155 0,101 0,203 0,936
Q 1,72 1,27 2,40 8,83 1,24 0,84 2,32 1,44 0,85
46
NO 73 74 75 76 77 78 79 80 81
KODE NISP BSWD PNBN BJBR BJTM BNLI BEKS BKSW BBRI
CSR 0,37 0,35 0,43 0,48 0,43 0,57 0,42 0,35 0,54
ROE 0,102 0,147 0,129 0,199 0,132 0,109 0,072 -0,034 0,288
Q 1,03 1,39 0,98 1,02 0,88 1,00 1,07 1,33 1,18
NO 82 83 84 85 86 87 88 89 90
KODE AGRO BSIM BTPN BVIC MCOR ADMF BPFI BFIN BBLD
CSR 0,3 0,53 0,35 0,48 0,32 0,25 0,38 0,51 0,27
ROE 0,089 0,125 0,256 0,140 0,123 0,282 0,155 0,171 0,148
Q 1,04 1,05 1,01 0,95 1,00 1,19 0,98 1,02 1,04
NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99
KODE CFIN GSMF HDFA MFIN SMMA VRNA TIFA WOMF ABDA
CSR 0,16 0,15 0,44 0,34 0,19 0,27 0,39 0,34 0,29
ROE 0,136 0,102 0,059 0,245 0,096 0,151 0,181 0,017 0,191
Q 0,81 1,06 1,10 0,98 1,25 0,94 1,02 0,98 1,90
NO 100 101 102 103 104 105 106 107 108
KODE ASBI ASDM AHAP ASJT AMAG LPGI MREI PNIN ASRM
CSR 0,34 0,34 0,2 0,25 0,27 0,27 0,27 0,3 0,22
ROE 0,221 0,163 0,200 0,143 0,192 0,192 0,300 0,136 0,203
Q 0,91 0,86 2,41 1,27 0,92 0,53 1,39 0,45 1,05
NO 109 110 111 112 113 114 115 116 117
KODE APLN ASRI ELTY BAPA BEST BIPP BMSR BKDP BCIP
CSR 0,47 0,29 0,59 0,19 0,41 0,24 0,2 0,3 0,44
ROE 0,093 0,065 0,107 0,139 0,001 0,039 0,105 -0,242 0,134
Q 1,07 1,64 0,55 1,02 2,71 1,50 1,97 1,00 1,58
NO 118 119 120 121 122 123 124 125 126
KODE CTRA COWL MDLN SCBD DUTI DART CTRS CTRP FMII
CSR 0,47 0,32 0,52 0,38 0,42 0,29 0,32 0,49 0,28
ROE 0,038 0,037 0,034 0,158 -0,013 0,062 0,208 -1,178 0,009
Q 1,23 0,45 0,95 1,03 1,02 0,83 1,48 0,98 2,10
NO 127 128 129 130 131 132 133 134 135
KODE GAMA GMTD GWSA INPP OMRE DILD KIJA JIHD JSPT
CSR 0,41 0,32 0,44 0,37 0,24 0,53 0,48 0,42 0,46
ROE 0,121 0,252 0,099 -0,526 0,037 0,133 0,257 -0,097 0,051
Q 1,69 0,81 1,03 0,92 1,05 0,90 0,99 0,60 0,98
NO 136 137 138 139 140 141 142 143 144
KODE JRPT LCGP LPCK LPKR MAMI EMDE MTSM MTLA KPIG
CSR 0,46 0,25 0,35 0,38 0,29 0,42 0,16 0,49 0,33
ROE 0,266 -0,179 -0,081 -0.090 0,049 0,100 0,061 0,117 0,026
Q 3,62 0,84 1,35 1,46 0,33 0,86 1,69 2,22 1,95
47
NO 145 146 147 148 149 150 151 152 153
KODE PWON PJAA GPRA RODA PUDP RBMS BKSL SSIA SMDM
CSR 0,43 0,52 0,32 0,22 0,35 0,49 0,52 0,44 0,39
ROE 0,119 0,064 0,124 0,080 0,004 0,007 0,275 0,263 0,012
Q 0,93 1,00 0,75 2,23 0,71 0,37 1,19 1,68 0,49
NO 154 155 156 157 158 159 160 161 162
KODE GEMA TOWR SUPR ALKA BNBR BHIT BMTR UNIT PLAS
CSR 0,49 0,28 0,46 0,44 0,48 0,48 0,34 0,3 0,35
ROE 0,074 0,051 0,096 0,025 0,130 0,193 -0,004 0,331 0,115
Q 0,96 0,93 1,39 1,01 0,65 1,00 1,85 0,40 3,70
NO 163 164 165 166 167 168 169 170 171
KODE POOL SMRU PNLF ARTA HADE KREN LPPS AKSI PADI
CSR 0,25 0,35 0,3 0,3 0,22 0,37 0,15 0,2 0,27
ROE 0,004 0,008 0,047 0,123 0,066 0,245 0,136 0,080 0,052
Q 2,56 2,04 0,61 0,62 0,84 1,86 0,25 0,91 2,39
NO 172 173 174 175 176 177 178 179
KODE BCAP OCAP APIC PEGE PANS RELI TRIM YULE
CSR 0,3 0,25 0,32 0,27 0,29 0,27 0,2 0,16
ROE 0,083 0,014 0,046 0,442 0,022 0,202 0,101 0,102
Q 1,36 1,53 0,11 1,00 1,80 1,17 1,36 0,73
48
LAMPIRAN 6
HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSR_HIGH 167 .09 .82 .4520 .14674
ROE_HIGH 167 -3.970 1.665 .08001 .417974
TOBIN_HIGH 167 .25 52.70 2.1735 4.28482
CSR_LOW 179 .11 .75 .3623 .11689
ROE_LOW 179 -1.178 2.071 .11931 .253226
TOBIN_LOW 179 .11 14.10 1.4192 1.37415
CSR 346 .09 .82 .4056 .13936
ROE 346 -3.970 2.071 .10055 .342512
TOBIN 346 .11 52.70 1.7833 3.15447
Valid N (listwise) 167
49
LAMPIRAN 7
HASIL ANALISIS UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
CSR_HIGH .071 167 .039 .988 167 .164
ROE_HIGH .318 167 .000 .475 167 .000
TOBIN_HIGH .340 167 .000 .256 167 .000
CSR_LOW .078 167 .015 .989 167 .243
ROE_LOW .217 167 .000 .584 167 .000
TOBIN_LOW .248 167 .000 .465 167 .000
a. Lilliefors Significance Correction
50
LAMPIRAN 8
HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR
Ranks
KODIN
G_CSR N Mean Rank Sum of Ranks
CSR 1 167 205.00 34235.50
2 179 144.11 25795.50
Total 346
Test Statisticsa
CSR
Mann-Whitney U 9.686E3
Wilcoxon W 2.580E4
Z -5.661
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: KODING_CSR
Frequencies
KODING_
CSR N
CSR 1 167
2 179
Total 346
51
LAMPIRAN 9
HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY ROE
Ranks
KODIN
G_ROE N Mean Rank Sum of Ranks
ROE 1 167 173.17 28919.50
2 179 173.81 31111.50
Total 346
Test Statisticsa
ROE
Mann-Whitney U 1.489E4
Wilcoxon W 2.892E4
Z -.059
Asymp. Sig. (2-tailed) .953
a. Grouping Variable: KODING_ROE
Frequencies
KODING_
ROE N
ROE 1 167
2 179
Total 346
52
LAMPIRAN 10
HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TOBIN’S Q
Ranks
KODIN
G_TOB
IN N Mean Rank Sum of Ranks
TOBIN 1 167 191.15 32256.00
2 179 155.17 27775.00
Total 346
Test Statisticsa
TOBIN
Mann-Whitney U 1.166E4
Wilcoxon W 2.778E4
Z -3.530
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable:
KODING_TOBIN
Frequencies
KODING
_TOBIN N
TOBIN 1 167
2 179
Total 346
53
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : SISILIA DEVINA PERMATASARI
NIM : 232011024
ALAMAT ASAL : PERUM PANDANA MERDEKA P-16 NGALIYAN, SEMARANG
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE
DAN LOW-PROFILE PADA TAHUN 2012
RIWAYAT PENDIDIKAN :
SD PL BERNARDUS SEMARANG, LULUS TAHUN 2005
SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG, LULUS TAHUN 2008
SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG, LULUS TAHUN 2011
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS, UKSW SALATIGA, LULUS TAHUN
2014
PENGALAMAN PANITIA / KERJA :
PANITIA “ENTREPRENEURSHIP NATIONAL SEMINAR” 5 FEBRUARI 2013
PANITIA “LEADING IN TRAINING YOUNG ENTREPRENEUR” 6 FEBRUARI
2013
PANITIA “BUSINESS PLAN COMPETITION EXHIBITION” 3 APRIL 2013
PANITIA “ FESTIVAL JURNALISTIK” 11 FEBRUARI 2014
PANITIA WORKSHOP “PLAGIARISM & PUBLIKASI INTERNASIONAL” 19
JUNI 2014
ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GANJIL 2013/2014
ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GENAP 2013/2014
ASISTEN DOSEN “MIKRO EKONOMI” SMT GENAP 2013/2014
1
PENDAHULUAN
Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di
dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan
meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan peningkatan pertumbuhan ditandai
dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring,
2005). Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen
atau pun capital gain dan mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, investor
juga mempertimbangkan nilai perusahaan dalam melakukan investasi. Nilai perusahaan pada
perusahaan go public tercermin pada harga saham. Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian investor
dalam membeli saham di pasar modal. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan
cerminan kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan juga berarti sebagai
penentu dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi
yaitu laba (Stoner, 1995:9). Selain laba (profit), ada hal yang sama pentingnya yaitu
keberlangsungan atau sustainability (Sembiring, 2005).
Keberlangsungan yang dilakukan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
eksternalnya. Umumnya, perusahaan berfokus dari aspek ekonomi yaitu memperoleh laba
demi meningkatkan kekayaan pemegang saham. Namun, perusahaan tidak boleh melupakan
tanggung jawabnya pada aspek sosial dan lingkungan perusahaan. Perusahaan harus
memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya. Apabila
perusahaan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat, maka keberlangsungan
perusahaan akan sulit dicapai. Adanya komitmen perusahaan untuk memperhatikan aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) memunculkan konsep Corporate Social
Responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya
beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk pihak
stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM,
konsumen, dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Perusahaan tidak hanya
mementingkan kesejahteraan shareholders, tetapi juga kepada stakeholders. Perusahaan
yang menerapkan aktivitas CSR akan memperhatikan dampak dari kegiatan operasional
perusahaan terhadap kondisi masyarakat, karyawan dan lingkungan. Dengan adanya konsep
ini, maka pemerintah mengharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Penerapan
CSR awalnya bersifat sukarela, akan tetapi dalam beberapa tahun ini telah dikeluarkan
2
aturan bahwa perusahaan wajib melaksanakan CSR yang tertuang dalam PP No. 47 Tahun
2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan pada Perseroan Terbatas.
Kesadaran stakeholders meningkat terkait pentingnya informasi penerapan CSR
demi keberlangsungan perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan
penerapan CSR di dalam Laporan Tahunan. Di Indonesia, standar akuntansi keuangan
Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR sehingga
secara praktek pengungkapan CSR dilakukan secara sukarela. Pengungkapan CSR diatur
dalam PSAK no 1 tahun 2009 paragraf 12, yaitu perusahaan dapat pula menyajikan laporan
tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value
added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup
memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Menurut Owen (2005), kasus
Enron di Amerika menyebabkan perusahaan memberikan perhatian besar terhadap
pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu tersebut semakin mendorong
perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR. Makin baik tingkat pengungkapan
perusahaan merupakan suatu respon positif yang diberikan perusahaan kepada stakeholder
maupun shareholder. Apabila respon positif dirasakan oleh stakeholder, maka kepercayaan
meningkat dan produk yang dihasilkan perusahaan akan diterima sehingga meningkatkan
laba dan ROE perusahaan.
Tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diduga berbeda dengan
industri low-profile. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996), Utomo
(2000), dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa perusahaan pada
industri high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan
perusahaan low-profile. Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), membagi
perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu industri high-profile dan industri low-
profile. Menurut Robert (1992), industri high-profile memiliki tingkat sensitivitas tinggi
terhadap lingkungan sehingga mereka memilki tekanan besar dari pihak luar untuk
melakukan CSR sebagai bentuk dari pertanggungjawaban sosial perusahaan atas
aktivitasnya yang berdampak buruk pada lingkungan. Sedangkan industri low-profile
memiliki tingkat sensitivitas rendah terhadap lingkungan sehingga tekanan untuk melakukan
CSR pun rendah. Adanya perbedaan karakteristik antara industri high-profile dan low-
profile memiliki dampak yang berbeda dalam tingkat pengungkapan CSR.
Tingkat pengungkapan CSR yang berbeda pada industri high-profile dan low-profile
memiliki dugaan bahwa kinerja keuangan perusahaan juga mengalami perbedaan. Ada
3
beberapa peneliti yang telah menyelidiki pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap
kinerja perusahaan. Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) dan Syahnaz (2012) menyimpulkan
bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan
dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE), tetapi tidak berpengaruh
terhadap CAR. Namun ada pula penelitian yang menemukan hasil yang berbeda. Penelitian
Cahyono dan Nur (2010), dan Yaparto dan Frisko (2013) membuktikan bahwa tingkat
pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang
diproksikan dengan Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Earning Per Share
(EPS), dan Return Realisasi. Selain menggunakan ROE, kinerja keuangan dapat diukur
dengan rasio Tobin’s Q. Nurhayati dan Medyawati (2012) serta Muhammady (2012)
membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Namun ada hasil penelitian yang berbeda.
Penelitian Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari (2013)
membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan
yang diproksikan dengan Tobin’s Q.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten yaitu ditemukan ada yang
berpengaruh dan tidak berpengaruh, sehingga penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut untuk
melihat adanya perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri
high-profile dan low-profile. Dengan melakukan uji beda, maka dapat diteliti lebih lanjut ke
uji hubungan, dimana dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut ke uji hubungan yaitu
apakah terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada
industri high-profile dan low-profile. Kinerja keuangan diukur menggunakan ROE dan
Tobin’s Q sehingga dapat menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang
saham dan nilai perusahaan, dimana ROE merefleksikan nilai buku saham sedangkan
Tobin’s Q mencerminkan nilai pasar saham. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang
dilakukan Utomo (2000) tetapi memiliki sedikit perbedaan. Utomo (2000) meneliti studi
perbandingan praktek tingkat pengungkapan CSR antara perusahaan high-profile dan low-
profile di Indonesia. Perbedaannya adalah penelitian ini akan membahas lebih lanjut
perbedaan tingkat pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile di
Indonesia dengan kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2012 dan hubungan antara
tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Penelitian ini bermanfaat dalam
pemberian informasi mengenai pentingnya tingkat pengungkapan CSR dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan di masa datang. Selain itu, penelitian
4
ini memberikan informasi yang berguna bagi investor sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Teori Stakeholder
Dukungan stakeholder merupakan salah satu unsur dari tercapainya keberlangsungan
perusahaan. Perusahaan beroperasi tidak hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga
demi kepentingan stakeholder. Stakeholder membutuhkan banyak informasi dari
perusahaan, baik dari aspek keuangan, sosial, dan lingkungan sehingga perusahaan
diharapkan untuk mengungkapkan semua aktivitas yang dilakukan. Menurut Freeman dan
McVea (2001) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011:7), stakeholder adalah
setiap individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi demi pencapaian
organisasi.
Menurut Lawrence dan James (2011:8), stakeholder dibagi dua yaitu primary
stakeholder dan secondary stakeholder. Primary stakeholder adalah berbagai pihak yang
berinteraksi langsung dalam aktivitas bisnis serta mempengaruhi kemampuan perusahaan
untuk melaksanakan tujuan utamanya yaitu menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat.
Kategori ini meliputi investor, karyawan, pemasok, kreditur, pelanggan, dan pedagang besar
dan eceran. Sedangkan secondary stakeholder adalah individu atau kelompok di dalam
masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai
aktivitas bisnis dan keputusan utama perusahaan. Kategori ini meliputi masyarakat umum,
komunitas lokal, pemerintah pusat dan daerah, pemerintahan asing, kelompok aktivis sosial,
media, dan berbagai kelompok pendukung bisnis. Munculnya pengakuan mengenai adanya
berbagai stakeholder telah mengubah tujuan perusahaan, dimana semula perusahaan
berfokus pada tanggung jawab ekonomi dalam bentuk memaksimalkan laba demi
kemakmuran shareholder berubah menjadi tanggung jawab kepada para stakeholder yang
lebih luas. Dengan demikian, perusahaan akan berusaha untuk memuaskan kepentingan
stakeholder demi mencapai tujuan perusahaan. Umumnya, teori stakeholder berkaitan
dengan cara yang digunakan perusahaan untuk memperhatikan stakeholder-nya (Gray, et al.,
1997).
Menurut Clarkson (1995) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011: 7), teori
stakeholder adalah sekelompok orang atau individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. Perusahaan harus mampu menjaga hubungan
5
baik dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan stakeholder-nya (Lawrence dan James
(2011: 7)). Salah satu cara untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholder adalah dengan
menerapkan CSR dan mengungkapkannya dalam laporan tahunan.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility (draft 3, 2007), CSR
adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-
keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan
dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan
dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi
dengan organisasi secara menyeluruh. Selain itu, Hartman dan Joe (2011:155) menyatakan
bahwa CSR merupakan tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat
dimana perusahaan beroperasi sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan kelompok –
kelompok stakeholder dan menggabungkan kebutuhan serta kepentingan mereka dalam
proses pembuatan keputusan strategis dan operasional.
Aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan butuh untuk diungkapkan. Pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure,
corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak
sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang
berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas
tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk
menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham.
Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab
yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility terdiri dari beberapa komponen
menurut Global Reporting Initiatives (GRI) tahun 2006. GRI merupakan standar yang
pelaporan yang berstandar Internasional yang secara umum diterima dan diakui secara luas
(William, 2012). Komponen untuk melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility
meliputi:
8. Lingkungan Hidup. Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi,
yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis,
pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber
6
daya alam dan konversi sumber daya alam, serta pengungkapan aktivitas
lingkungan hidup lainnya.
9. Energi. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap pemanfaatan energi.
Aktivitas tersebut meliputi memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi
energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk, serta
pengungkapan aktivitas energi lainnya.
10. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja. Tema ini mencakup aktivitas
perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja perusahaan.
Aktivitas tersebut meliputi mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan
kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja,
menetapkan suatu komite keselamatan kerja, serta pengungkapan aktivitas
ketenagakerjaan lainnya.
11. Lain-lain Tentang Tenaga Kerja. Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan
pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi
rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, serta pengungkapan aktivitas
ketenagakerjaan lainnya.
12. Produk. Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain
kegunaan, durability, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau
kelengkapan isi pada kemasan, serta pengungkapan aktivitas lainnya.
13. Keterlibatan Masyarakat. Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang
diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan,
pendidikan dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.
14. Umum. Tema ini meliputi pengungkapan tujuan perusahaan secara umum
berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan
informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain
yang disebutkan di atas.
Kinerja Keuangan
Menurut Stoner (1995: 9), kinerja adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah
organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. Laporan keuangan
perusahaan merupakan alat komunikasi dan pengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis
laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, memprediksi
kegiatan masa datang, dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Kinerja
keuangan perusahaan dapat diukur dengan berbagai rasio keuangan, akan tetapi rasio yang
7
dipakai dalam penelitian ini adalah ROE (Return on Equity) dan Tobin’s Q (Widayanti,
2006: 39).
ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
modal sendiri. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. ROE merupakan rasio
profitabilitas yang penting bagi investor karena merupakan indikator untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam rangka menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi
pemilik modal (Widayanti, 2006: 39).
Rasio Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur sisi nilai pasar perusahaan
khususnya tentang nilai perusahaan yang menunjukkan suatu kinerja manajemen dalam
mengelola aktiva perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan
Utami (2008), Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham (EMV)
perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (EBV). EMV diperoleh dari hasil
perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir
tahun. EBV diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya. Adapun
Tobin’s Q<1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen telah
gagal dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah.
Tobin’s Q=1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan
dalam mengelola aktiva dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin’s Q>1
menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen berhasil dalam
mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi tinggi (Lindenberg dan
Ross (1981) dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas, maka
investor akan mengejar capital gain dalam mengambil keputusan untuk membeli,
menahan atau menjual saham yang dimilikinya (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).
Tipe Industri High-Profile dan Low-Profile
ISO 26000 menyediakan standar pedoman mengenai tanggung jawab sosial semua
institusi. Pedoman tersebut ditujukan pada perusahaan yang memiliki tipe high-profile dan
low-profile. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), tipe high-profile
memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat
persaingan yang tinggi. Industri ini merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan
masyarakat karena aktivitas operasinya memilki potensi untuk bersinggungan dengan
kepentingan masyarakat luas. Ciri-cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja
8
yang besar, proses produksinya mengeluarkan residu seperti limbah cair atau polusi dan bila
perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan produksi dan hasil produksi akan
membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Industri yang termasuk tipe high-
profile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan lain, kimia, hutan, kertas,
otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman,
media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta transportasi dan
pariwisata.
Di sisi lain, Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), menyatakan bahwa
tipe low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan, resiko politis
dan tingkat persaingan yang rendah. Industri ini merupakan perusahaan yang tidak terlalu
mendapat sorotan luas dari masyarakat, saat operasi yang mereka lakukan mengalami
kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses atau hasil produksinya. Ciri-
cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang lebih kecil, tidak memiliki sisa
residu (seperti limbah) dan biasanya mendapat toleransi dari masyarakat dari kegagalan
dalam produksi/ aktivitas kerja mereka. Industri tipe low-profile meliputi bangunan,
keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk
tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga.
Perumusan Hipotesis
Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile
Kepentingan stakeholder adalah hal yang diutamakan bagi perusahaan demi
kelangsungan hidupnya. Perusahaan tidak hanya berfokus untuk memenuhi kepentingan
pemegang saham, tetapi juga kepentingan stakeholder. Hal tersebut sesuai dengan teori
stakeholder yaitu keberlangsungan perusahaan ditentukan oleh stakeholders, bukan
shareholders (Gray, et al., 1997). Pengungkapan CSR merupakan salah satu cara untuk
menjaga hubungan baik antara perusahaan dan stakeholder-nya agar perusahaan tetap
bertahan. CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat
sekitar dan karyawan atas kegiatan bisnis perusahaan yang menimbulkan berbagai dampak
lingkungan dan juga demi kesejahteraan karyawan.
Tiap perusahaan memiliki tingkat pengungkapan CSR yang berbeda. Umumnya,
perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR karena ada tekanan dari lingkungan sekitar akibat
aktivitas operasi yang dilakukan. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008),
perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua industri, yaitu high-profile dan low-profile.
Industri high-profile memiliki tekanan yang besar dari lingkungannya sehingga akan
9
mengungkapkan CSR lebih banyak dibandingkan industri low-profile yang memiliki
tekanan yang lebih kecil. Di samping itu, resiko politis pada industri high-profile lebih tinggi
daripada low-profile (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hal itu disebabkan karena
menurut UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, industri high-profile
berada di bawah pengawasan pemerintah yang cukup ketat, sedangkan low-profile relatif
rendah pengawasannya kecuali sektor perbankan. Muncul dugaan bahwa industri high-
profile yang berada di bawah pengawasan pemerintah yang ketat akan mengungkapkan CSR
lebih banyak daripada industri low-profile. Berdasarkan perbedaan karakterikstik tersebut
menyebabkan tingkat pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan pada industri high-
profile lebih banyak daripada industri low-profile.
Di sisi lain, pengungkapan CSR juga berkaitan dengan biaya pengungkapan. Ada
kemungkinan industri low-profile lebih banyak mengungkapkan CSR dibandingkan high-
profile ketika industri high-profile dikaitkan dengan biaya pengungkapan yang besar.
Industri high-profile yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi antar perusahaan
dihadapkan dengan biaya pengungkapan CSR yang besar, dimana untuk memenangkan
kompetisi dibutuhkan biaya yang besar. Biaya operasional yang besar mengakibatkan
industri ini tidak mampu untuk mengungkapkan CSR sehingga lebih banyak tingkat
pengungkapan CSR pada industri low-profile dibandingkan high-profile.
Ada beberapa penelitian mengenai tingkat pengungkapan CSR. Utomo (2000)
menyelidiki praktek pengungkapan sosial pada laporan tahunan antara perusahaan high-
profile dan low-profile di Indonesia di BEI dan BEJ. Hasil penelitian Utomo menyimpulkan
bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada low-
profile. Penelitian Utomo diperkuat oleh penelitian Yap dan Widyaningdyah (2009). Yap
dan Widyaningdyah (2009) menyelidiki tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan Go
Public atas perusahaan high-profile dan low-profile di BEI pada tahun 2006. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile
lebih tinggi daripada low-profile.
Dari beberapa penelitian di atas, dapat diajukan hipotesis :
H1 : Ada perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-
profile
Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile
Kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengukur keberhasilan
suatu perusahaan. Tiap perusahaan memiliki kinerja keuangan yang berbeda. Begitu pula
dengan perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile dan low-profile yang diduga
10
memiliki kinerja yang berbeda. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008),
karakteristik industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi daripada low-
profile dimana mereka berlomba-lomba dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan
penjualan dan laba perusahaan. Ketika industri high-profile mendapat tekanan yang besar,
perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan penjualan sehingga laba yang dihasilkan
lebih tinggi dan pada akhirnya ROE meningkat. Namun, akibat tekanan besar yang dihadapi
industri high-profile, maka akan menyebabkan beban yang tinggi pula sehingga laba yang
dihasilkan tidak lebih tinggi, bahkan menjadi lebih rendah (Kieso, 2011: 148). Selain itu,
ketika industri high-profile memiliki tekanan yang besar dan tingkat kompetisi yang tinggi,
dapat dimungkinkan akan memiliki respon pasar yang berbeda dimana dengan tekanan yang
besar, maka respon pasar dapat meningkat, yang tercermin dalam peningkatan harga saham
sehingga dapat mempengaruhi nilai Tobin’s Q. Tobin’s Q pun dapat meningkat atau
menurun. Ada kemungkinan respon pasar pada industri high-profile lebih tinggi atau lebih
rendah dari industri low-profile.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Susenohaji (2011) yang dipublikasikan di
www.academia.edu membuktikan bahwa terdapat perbedaaan kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE pada sektor agrobisnis, dan properti, sedangkan pada sektor pertambangan,
industri kimia, industri makanan dan minuman, jasa dan perdagangan dan industri tekstil
tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile pada
tahun 2005- 2006 (sebelum pelaksanaan CSR) dan 2009-2010 (sesudah pelaksanaan CSR).
Adapun hipotesis yang dapat diajukan :
H2 : Ada perbedaan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile
Hubungan antara Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan pada Industri
High-Profile dan Low-Profile
Muncul dugaan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan
kinerja keuangan. Argumen tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa perusahaan
menggunakan sustainability reporting framework untuk mengkomunikasikan kinerja
manajemen kepada para stakeholder dalam mencapai keuntungan jangka panjang (Finch
(2005) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perusahaan mengungkapkan CSR merupakan
bentuk pertanggungjawaban perusahaan, dimana perusahaan tidak hanya berfokus pada
aspek bisnis, tetapi juga pada aspek sosial. Diharapkan dengan banyak mengungkapkan
CSR, masyarakat mengetahui bahwa perusahaan sadar tentang kepentingan sosial. Ditambah
lagi, setelah masyarakat mengetahui bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan dan
aspek sosial, maka dimungkinkan perusahaan juga peduli terhadap produknya. Dapat
11
dikatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR akan memiliki relevansi semakin bagus
pula kualitas produknya. Dengan produk berkualitas, maka masyarakat akan setia dengan
produk perusahaan, dimana dalam jangka panjang akan meningkatkan pendapatan dan
kinerja keuangan perusahaan pun akan meningkat.
Selain itu, dengan adanya pengungkapan CSR dapat meningkatkan reputasi
perusahaan sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan pihak bank, investor,
pemerintahan, dan masyarakat (McGuire (1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008)).
Perbaikan hubungan yang terjadi tercermin pada peningkatan keuntungan perusahaan dan
harga saham. Kenaikan harga saham merupakan indikasi meningkatnya nilai perusahaan.
Semakin tinggi pengungkapan CSR, hal itu berarti perusahaan sadar akan tujuan jangka
panjang, sehingga menunjukkan kemampuan going concern perusahaan di masa datang. Di
sisi lain, kinerja keuangan yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai
kegiatan dan pengungkapan CSR. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka
semakin mampu perusahaan dalam membiayai pengungkapan CSR.
Adapun berbagai penelitian yang menyelidiki hubungan tingkat pengungkapan CSR
dan kinerja keuangan. Berbagai penelitian tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
Tabel 1. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian Hasil
Dahlia dan Siregar (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return On Equity (ROE), namun tidak
berpengaruh terhadap Capital Adequancy Ratio (CAR)
dengan menggunakan leverage, size, growth dan unexpected
return sebagai variabel control pada perusahaan di BEI tahun
2005 dan 2006.
Syahnaz (2012) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ROA dan
ROE, tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR pada
Perusahaan Perbankan pada tahun 2009-2011.
Cahyono dan Nur (2010) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ROE
dan CAR dengan kepemilikan asing sebagai variabel
moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006-
2008.
Yaparto dan Frisko (2013) Tingkat pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh
terhadap ROA, ROE, dan EPS pada sektor manufaktur di BEI
tahun 2010-2011.
Muhammady (2012) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan
terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur di BEI tahun
2008-2010.
Nurhayati dan Medyawati
(2012)
Tingkat pengungkapan CSR secara parsial tidak berpengaruh
dengan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q
pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 tahun 2009-2011.
Gunawan dan Utami (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai
12
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q dengan
presentase pengelolaan kepemilikan dan jenis industri sebagai
variabel moderator pada perusahaan yang terdaftar di BEI
pada tahun 2005-2006.
Kusumadilaga (2010) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q dengan
profitabilitas sebagai variabel moderating pada perusahaan
manufaktur di BEI tahun 2006 dan 2008.
Bidhari (2013) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada
perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2008-2010
Sumber : Dari berbagai jurnal.
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat hasil penelitian tingkat pengungkapan CSR
dan kinerja keuangan yang tidak konsisten. Maka peneliti ingin membuktikan kembali
dengan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Tingkat pengungkapan CSR memiliki hubungan dengan kinerja keuangan pada
industri high-profile dan low-profile.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan high-profile dan low -profile yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012. Pengambilan sampel ditentukan
secara purposive sampling. Beberapa pertimbangan pengambilan sampel adalah sebagai
berikut :
5. Perusahaan high-profile dan low-profile yang terdaftar di BEI pada tahun 2012.
6. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan laporan tahunan
tahun 2012 di BEI.
7. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan CSR dalam
Laporan Tahunan pada tahun 2012 (www.idx.co.id)
8. Perusahaan high-profile dan low-profile yang menggunakan satuan rupiah dalam
Laporan Tahunan dan memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan.
13
Tabel 2. Kriteria Penentuan Sampel
Sumber : Data diolah, 2014
Kriteria perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR yaitu ketika di dalam Laporan
Tahunan tidak terdapat sama sekali item-item dari kriteria pengungkapan CSR menurut GRI.
Selanjutnya, perusahaan yang tidak memiliki data lengkap meliputi perusahaan yang
menggunakan satuan dollar dan tidak terdapatnya harga saham dalam Yahoo Finance.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan
tahunan dari industri high-profile dan low-profile di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Data
tersebut berasal dari situs resmi di http://www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian Capital
Market Directory) serta bahan pendukung lainnya seperti data dari penelitian sebelumnya
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu juga menggunakan metode
dokumentasi atau kutipan dari berbagai sumber.
Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure). Corporate Social Responsibility
Disclosure diukur menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative (GRI) dengan
jumlah 79 item pengungkapan yang terdiri dari tiga kategori yaitu Economics Performance
Indicators, Environmental Performance Indicators, dan Social Performance Indicators.
Menurut Sayekti (2007), pendekatan untuk mengukur indeks pengungkapan masing-masing
perusahaan dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya
No Kriteria Penentuan Sampel Jumlah
High-
Profile
Jumlah
Low-
Profile
Total
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012. 260 212 472
2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan
Tahunan tahun 2012 di BEI.
(30) (12) (42)
3. Perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR
dalam Laporan Tahunan pada tahun 2012.
(6) (7) (13)
4. Perusahaan yang memiliki data tidak lengkap
pada tahun 2012
(57) (14) (71)
Total sampel yang digunakan 167 179 346
14
diungkapkan perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan.
Pendekatan untuk menghitung jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
menggunakan dikotomi (Dummy) yaitu setiap item yang mengungkapkan CSR diberi nilai 1
dan item yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (Sayekti, 2007).
Variabel lain dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur menggunakan
Return On Equity (ROE) dan Tobin’s Q. Menurut Widayanti (2006), ROE merupakan
kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang
saham dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas.
Sedangkan Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham
perusahaan dengan nilai ekuitas perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam
Gunawan dan Utami (2008), rumusnya adalah sebagai berikut :
Q = EMV + D
EBV + D
dimana :
Q = Nilai Perusahaan
EMV = Nilai pasar ekuitas (harga saham akhir tahun x jumlah saham beredar)
EBV = Nilai buku dari total ekuitas
D (Debt) = Nilai buku dari total hutang
Teknik dan Langkah Analisa
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
4. Analisis Statistik Deskriptif
Dalam penelitian analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis
perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan kinerja keuangan pada
industri high-profile dan low-profile. Analisis deskriptif meliputi penyajian data
melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean,
perhitungan rata-rata dan standar deviasi (Sugiyono, 2010:207).
5. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-S Liliefors metode p-value
15
yang nantinya akan diolah menggunakan SPSS kemudian alat uji statistik parametrik
dapat digunakan bila asumsi data dari sampel berdistribusi normal terpenuhi.
Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi populasi adalah normal
Jika Probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal
6. Pengujian Hipotesis
Uji Beda
Apabila data berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji
Beda Rata-Rata (Independent Sample t Test). Akan tetapi, apabila data tidak
berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney.
Adapun rumusan hipotesis 1 adalah sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2
Ha1 : µ1 ≠ µ2
µ1 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile.
µ2 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile.
Rumusan hipotesis 2 adalah sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2
Ha2 : µ1 ≠ µ2
µ1 = rata-rata kinerja keuangan pada industri high-profile.
µ2 = rata-rata kinerja keuangan pada industri low-profile.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi membahas derajat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR
dengan kinerja keuangan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar derajat
hubungan variabel-variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi. Apabila data normal,
maka pengujian menggunakan korelasi Pearson. Akan tetapi, bila data tidak normal,
maka pengujian menggunakan korelasi Spearman.
Rumusan hipotesis empiris adalah sebagai berikut :
Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan.
Ha : tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan saling berhubungan.
Rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut :
Ho : 𝜌 = 0
Ha : 𝜌 ≠ 0
16
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian N Mean Max Min St Dev
CSR 346 0,41 0,82 0,09 0,14
High-Profile 167 0,45 0,82 0,09 0,15
Low-Profile 179 0,36 0,75 0,11 0,12
ROE 346 0,1 2,07 -3,97 0,34
High-Profile 167 0,08 1,66 -3,97 0,42
Low-Profile 179 0,12 2,07 -1,18 0,25
TOBIN’S Q 346 1,78 52,70 0,11 3,15
High-Profile 167 2,17 52,70 0,25 4,28
Low-Profile 179 1,42 14,10 0,11 1,37
Sumber : Data diolah, 2014
Berdasarkan tabel 3, nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada semua
perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,41. Hasil ini lebih besar dibandingkan oleh
penelitian Sayekti dan Wondabio pada tahun 2005 yang mengambil sampel seluruh
perusahaan di BEI yaitu sebesar 0,2. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak
perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR yang dilakukannya. Selain itu, perusahaan juga
semakin menyadari bahwa investor mulai menaruh perhatian pada aktivitas CSR yang
dilakukan sehingga perusahaan mengungkapkan aktivitas tersebut dalam Laporan Tahunan
demi memenuhi kebutuhan informasi bagi investor. Nilai maksimum atas tingkat
pengungkapan CSR secara keseluruhan sebesar 0,82 oleh PT. Astra International Tbk dan
PT. Timah (Persero) Tbk, sedangkan nilai minimum sebesar 0,09 oleh PT. Cita Mineral
Investindo Tbk dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,14.
Berdasarkan tabel di atas, apabila semua perusahaan diklasifikasikan ke dalam
industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada
industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile yaitu 0,45 dan 0,36. Tingginya
tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diperkuat oleh nilai maksimum
sebesar 0,82 dan nilai minimum sebesar 0,09, dimana nilai maksimum dan minimum pada
industri ini merupakan nilai maksimum dan minimum dari tingkat pengungkapan CSR
secara keseluruhan.
Penelitian ini juga memandang dari sisi kinerja keuangan yaitu ROE dan Tobin’s Q.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif, dihasilkan bahwa nilai rata-rata ROE pada semua
perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,1, dimana nilai maksimum berada pada
17
industri low-profile sebesar 2,07, sedangkan nilai minimum berada pada industri high-profile
sebesar -3,97. Apabila semua perusahaan diklasifikasikan menjadi industri high-profile dan
low-profile, maka nilai rata-rata ROE pada industri low-profile memiliki tingkat ROE yang
lebih tinggi dibandingkan industri high-profile. Nilai rata-rata ROE pada industri low-profile
sebesar 0,12 lebih tinggi dibandingkan industri high-profile, dimana nilai maksimum lebih
tinggi pada industri low-profile sebesar 2,07 dan nilai minimum lebih rendah pada industri
high-profile sebesar -3,97. Tingginya nilai rata-rata ROE pada industri low-profile, didukung
oleh nilai maksimum sebesar 2,07 dan nilai minimum sebesar -1,18 tetapi dengan standar
deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,25. Sedangkan nilai rata-rata ROE pada industri high-
profile sebesar 0,08, dengan didukung oleh nilai maksimum sebesar 1,66 dan nilai minimum
yang cukup besar yaitu -3,97 dengan standar deviasi yang cukup jauh yaitu 0,42. Rendahnya
nilai minimum dan jauhnya standar deviasi menyebabkan tingkat ROE pada industri high-
profile lebih rendah dibandingkan dengan industri low-profile.
Berdasarkan tabel di atas pula, diketahui bahwa nilai rata-rata Tobin’s Q pada semua
perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 1,78. Hal ini menunjukkan dari sudut pandang
investor bahwa semua perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai bukunya.
Namun bila dilihat dari klasifikasinya, nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile
lebih tinggi dari industri low-profile. Nilai pasar industri high-profile lebih tinggi dari
industri low-profile¸ walaupun kedua industri tersebut memiliki nilai pasarnya lebih besar
dari nilai buku. Nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile sebesar 2,17 lebih tinggi
dibandingkan industri low-profile, dimana nilai maksimum dan minimum industri high-
profile lebih tinggi yaitu sebesar 52,7 dan 0,25 daripada industri low-profile.
Pengujian Hipotesis
Penelitian ini memiliki data yang tidak normal, baik dalam tingkat pengungkapan
CSR, ROE, dan Tobin’s Q ( lihat Lampiran 7 halaman 48). Akibat data tidak normal, maka
dalam pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney.
Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile
Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian
perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-profile.
18
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Tingkat Pengungkapan CSR
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014
Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis pertama
diterima yaitu terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR yang signifikan pada industri
high-profile dan low-profile tahun 2012. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik
deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-
profile dan low-profile sebesar 0,45 dan 0,36 yang berarti bahwa secara rata-rata tingkat
pengungkapan CSR dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan
tingkat pengungkapan CSR antar kedua kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan
pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari
kedua industri tersebut yang berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih
besar untuk mengungkapkan CSR akibat aktvitas bisnisnya memiliki tingkat sensitivitas
yang tinggi terhadap lingkungan. Akibat tingginya dampak aktivitas operasi yang dilakukan,
maka perusahaan dituntut untuk melakukan pertanggungjawaban terhadap alam, karyawan
dan mayarakat sekitar. Hal ini tentu berbeda dengan yang dihadapi industri low-profile.
Tekanan yang dihadapi industri low-profile tidak sebesar tekanan yang dihadapi industri
high-profile. Hal itu karena aktivitas bisnis yang dilakukan industri low-profile memiliki
tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan. Dampak dari aktivitas operasi industri
ini tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan alam dan sekitar sehingga masih
mendapat toleransi dari masyarakat. Akibatnya, industri low-profile tidak memiliki tuntutan
khusus untuk melaksanakan CSR, bahkan mengungkapkannya.
Selain itu, industri high-profile mendapat sorotan lebih luas daripada industri low-
profile karena aktivitasnya lebih bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. Ditambah
lagi, pada industri high-profile apabila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan
Test Statisticsa
CSR
Mann-Whitney U 9.686E3
Wilcoxon W 2.580E4
Z -5.661
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: KODING_CSR
19
produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan.
Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada industri low-profile. Apabila industri low-
profile mengalami kegagalan dalam produksi, maka akan mendapat toleransi dari
masyarakat. Hal tersebut karena kegagalan produksi pada industri tersebut, tidak berakibat
fatal bagi masyarakat dan lingkungan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan Yap dan
Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada industri
high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile.
Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile
Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian
perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE pada industri high- profile dan
low-profile.
Tabel 5. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan ROE
Sumber : Diolah dari SPSS.
Berdasarkan tabel 5, hasil pengujian ini memperoleh hasil yang berbeda dengan
hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE ditolak. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE tidak mengalami perbedaan baik pada industri high-profile dan low-profile
pada tahun 2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil p-value sebesar 0,95 melebihi α
sebesar 0,05. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15,
dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada industri high-profile dan
low-profile sebesar 0,08 dan 0,12. Ukuran kinerja keuangan dapat tercermin melalui laba
yang dihasilkan, dimana dapat diukur menggunakan rasio keuangan, dimana dalam
penelitian ini menggunakan ROE dan Tobin’s Q ( Widayanti, 2006: 39). Akan tetapi, ROE
pada industri high-profile dan low-profile tidak mengalami perbedaan dalam penelitian ini.
Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah tingginya tingkat
Test Statisticsa
ROE
Mann-Whitney U 1.489E4
Wilcoxon W 2.892E4
Z -.059
Asymp. Sig. (2-tailed) .953
a. Grouping Variable: KODING_ROE
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014
20
penjualan diiringi oleh tingginya beban yang dihasilkan untuk industri high-profile.
Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Robert. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan
dan Utami (2008), industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi sehingga
perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dengan meningkatkan biaya iklan. Apabila
iklan meningkat, maka masyarakat semakin mengenal dan menginginkan produk tersebut
sehingga tingkat penjualan meningkat. Umumnya, penjualan meningkat menyebabkan laba
perusahaan meningkat pula. Akan tetapi, apabila peningkatan penjualan disebabkan oleh
peningkatan beban yang cukup signifikan, maka laba yang dihasilkan tidak akan meningkat
secara signifikan, bahkan cenderung tetap. Sebaliknya, tingkat kompetisi dari industri low-
profile cukup rendah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik pada
industri high-profile dan low-profile dengan adanya peningkatan penjualan atau tidak,
menghasilkan laba yang tidak jauh berbeda seiring dengan peningkatan biaya iklan.
Di sisi lain, ada banyak faktor yang mempengaruhi komponen laba. Laba yang
bagus tidak hanya selalu dilihat dari tingkat persaingan, tetapi juga dapat terjadi karena
kinerja perusahaan itu memang bagus disamping laba tersebut dapat di- manage. Apabila
industri low-profile memiliki laba tinggi dan kinerja yang bagus, maka tingkat ROE pada
industri ini tetap lebih bagus daripada industri high-profile. Hasil statistik penelitian ini pun
menyatakan bahwa kinerja keuangan industri low-profile lebih tinggi daripada high-profile.
Komponen laba bersih termasuk laba operasi dan laba diluar usaha (Kieso, 2011: 148).
Kemungkinan laba diluar operasi pada industri low-profile lebih tinggi dari laba usaha
sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Pembagian perusahaan menjadi dua
kelompok industri yaitu high-profile dan low-profile merupakan pembagian berdasarkan
kegiatan operasi perusahaan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Apabila
pendapatan diluar usaha lebih tinggi dari pendapatan operasi, maka laba menjadi tinggi. Hal
yang sama juga terjadi pada hasil penelitian ini, yaitu industri low-profile memiliki ROE
yang lebih tinggi daripada high-profile. Sebagai contoh adalah sektor perbankan. Sektor
perbankan memiliki berbagai produk yang ditawarkan diluar kegiatan operasi utamanya,
salah satunya kegiatan operasi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat.
Berbagai produk yang ditawarkan oleh perbankan yaitu salah satunya adalah asuransi.
Kemungkinan pendapatan asuransi lebih tinggi daripada pendapatan utama perbankan. Hasil
penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian Susenohaji, dimana secara garis besar kinerja
keuangan yang diukur dengan ROE tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara industri
high-profile dan low-profile
Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian
21
perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan Tobin’s Q pada industri high-
profile dan low-profile.
Tabel 6. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan Tobin’s Q
Sumber : Diolah dari SPSS.
Berdasarkan tabel di atas, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kedua
diterima, dimana menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan
Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini juga sejalan dengan temuan
dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur
dengan Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile sebesar 2,17 dan 1,42 yang
berarti bahwa secara rata-rata Tobin’s Q dalam industri high-profile lebih tinggi daripada
low-profile. Perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antar kedua
kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan
dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda
salah satunya memiliki resiko politis yang berbeda. Industri high-profile cenderung memiliki
tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-profile. Hal itu disebabkan
karena industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang lebih ketat.
Sebagian besar industri ini bergelut di bidang sumber daya alam yang dimiliki oleh negara
sesuai dengan UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penggunaan
sumber daya alam dilindungi oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Akibatnya,
segala tindakan yang dilakukan relatif dipantau dan dipengaruhi pemerintah. Demi
melindungi penggunaan sumber daya, maka pemerintah membentuk aturan untuk
mengawasi aktivitas perusahaan. Industri ini ditopang oleh pihak pemerintah sehingga dapat
dikatakan memiliki kemampuan going concern yang baik. Perhatian investor meningkat
yang tercermin pada kenaikan harga saham dan meningkatkan nilai perusahaan.
Sebaliknya, industri low-profile memiliki resiko politis yang rendah, kecuali sektor
perbankan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Sektor perbankan memiliki aturan
Test Statisticsa
TOBIN
Mann-Whitney U 1.166E4
Wilcoxon W 2.778E4
Z -3.530
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: KODING_TOBIN
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014
22
ketat yang dibuat oleh Bank Indonesia. Apabila ada bank yang melanggar, maka
konsekuensi yang diterima pun cukup berat. Beratnya konsekuensi mengakibatkan bank
patuh terhadap aturan sehingga resiko politis yang dihadapi oleh bank pun relatif tinggi.
Sedangkan bagi industri low-profile selain sektor perbankan, memiliki resiko politis rendah,
dimana hal itu menunjukkan rendahnya pengawasan dari pemerintah. Dengan pengawasan
yang rendah, investor menganggap industri tersebut memiliki kemampuan going concern
yang rendah sehingga respon investor lebih rendah. Tinggi rendahnya respon investor dapat
tercermin dalam naik turunnya harga saham, sehingga dapat mempengaruhi nilai
perusahaan.
Hubungan Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan
Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Spearman untuk pengujian hubungan
tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE dan
Tobin’s Q pada industri high- profile dan low-profile.
Tabel 7. Hasil Analisis Uji Korelasi Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja
Keuangan Spearman’s rho
CSR ROE TOBIN
CSR CSR
HIGH
CSR
LOW ROE
ROE
HIGH
ROE
LOW TOBIN
TOBIN
HIGH
TOBIN
LOW
CSR Correlation
Coefficient 1.000 1.000 1.000 .121* .135 .121 .070 .022 -.019
Sig. (2-
tailed) . . . .024 .083 .107 .192 .777 .800
N 346 167 179 346 167 179 346 167 179
ROE Correlation
Coefficient .121* .135 .121 1.000 1.000 1.000 .222** .298** .146
Sig. (2-
tailed) .024 .083 .107 . . . .000 .000 .051
N 346 167 179 346 167 179 346 167 179
TOBIN Correlation
Coefficient .070 .022 -.019 .222** .298** .146 1.000 1.000 1.000
Sig. (2-
tailed) .192 .777 .800 .000 .000 .051 . . .
N 346 167 179 346 167 179 346 167 179
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014
Berdasarkan tabel 7, ditemukan bahwa tingkat pengungkapan CSR berhubungan
positif dengan kinerja keuangan yang dilihat dari ROE, dimana semakin tinggi tingkat
pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan perusahaan. Sebaliknya,
23
semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat
pengungkapan CSR. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, menunjukkan bahwa
perusahaan sadar akan kepentingan sosial dan kualitas produknya, sehingga dapat dikatakan
perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR yang tinggi, produknya semakin berkualitas.
Masyarakat akan dengan setia membeli produk yang berkualitas, sehingga akan
meningkatkan penjualan dan laba perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, perusahaan
yang memiliki kinerja keuangan yang baik, akan mampu untuk mengungkapkan CSR
sehingga semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR-nya. Namun ditemukan pula bahwa
tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan penjelasan di
atas, hipotesis ketiga diterima untuk ROE dan hipotesis ketiga ditolak untuk Tobin’s Q.
Namun, ketika dikaitkan dengan pengelompokan industri, ditemukan bahwa tidak
ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE maupun Tobin’s Q baik pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini
berarti bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya ROE
dan Tobin’s Q. Diduga, kinerja ROE dan Tobin’s Q dipengaruhi oleh variabel lain, dimana
tingkat pengungkapan CSR dikatakan manfaat yang diperoleh masih belum jelas dan
pengungkapan CSR sendiri masih bersifat sukarela sehingga kinerja keuangan yang diukur
dengan ROE dan reaksi pasar yang tercermin pada harga saham yang diukur dengan Tobin’s
Q tidak memperoleh dampaknya. Harga saham relatif tetap menunjukkan bahwa nilai
perusahaan tidak berkembang. Perbedaan Tobin’s Q dalam perusahaan belum tentu
disebabkan oleh CSR karena ternyata tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q tidak
berhubungan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlia dan Siregar
(2008) dan Syahnaz (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan
kinerja keuangan yang diukur dengan ROE memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu,
penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Muhammady (2012) dan Nurhayati dan
Medyawati (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan kinerja
keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q tidak memiliki hubungan yang signifikan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q
24
antara industri high-profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan
yang diukur dengan ROE. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q antar kedua
kelompok industri tersebut sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan
Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang memang
berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih besar untuk mengungkapkan
CSR akibat aktvitas bisnisnya yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap
lingkungan dan memiliki tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-
profile.
Penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan positif antara tingkat
pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang
diukur dengan Tobin’s Q. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi
pula kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, atau semakin tinggi kinerja keuangan yang
diukur dengan ROE, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR. Namun, tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan, baik diukur
dengan ROE dan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-profile.
Implikasi Teoritis dan Terapan
Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat
pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile, dimana industri high-profile
memiliki tingkat pengungkapan CSR yang lebih tinggi daripada industri low-profile, dan
terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-
profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan diukur dengan ROE
serta terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan
yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat hubungan dengan kinerja keuangan yang
diukur dengan Tobin’s Q, memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan
Yap dan Widyaningdyah (2009), Susenohaji (2011), Dahlia dan Siregar (2008), Syahnaz
(2012), Muhammady (2012), serta Nurhayati dan Medyawati (2012). Sebaliknya, hasil
penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono dan Nur (2010),
Yaparto dan Frisko (2013), Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari
(2013).
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR
dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-
profile, dimana tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile
25
lebih tinggi daripada low-profile. Hasil ini akan memudahkan investor dalam membuat
keputusan investasi di antara kedua industri tersebut. Investor akan lebih diuntungkan bila
berinvestasi pada industri high-profile. Hal itu karena industri high-profile lebih direspon
pasar dan memiliki tekanan yang besar untuk melaksanakan dan mengungkapkan CSR
sehingga dampak dari tingkat pengungkapan CSR secara berkelanjutan akan memberi
manfaat jangka panjang bagi perusahaan. Manfaat tersebut dapat meningkatkan profitabilitas
perusahaan di masa depan sehingga dapat dikatakan perusahaan memiliki going concern
yang baik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran bagi perusahaan bahwa
tingkat pengungkapan CSR merupakan salah satu pertimbangan penting bagi investor dalam
membuat keputusan investasi. Oleh karena itu, semakin banyak perusahaan mengungkapkan
CSR, maka semakin baik perusahaan di mata investor. Informasi tingkat pengungkapan CSR
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di bidang sosial di masa
depan sehingga dapat membawa keuntungan baik bagi perusahaan, masyarakat, dan
lingkungan.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dihadapi yaitu ada unsur
subjektifitas dalam penilaian tingkat pengungkapan CSR karena penilaian item-item yang
digunakan dalam penelitian ini masih berdasarkan pertimbangan sendiri. Selain itu, adanya
sedikit subjektifitas pada pengelompokan beberapa kelompok di ICMD yaitu untuk sektor
Holding and Other Investment dan Others. Selain itu, penelitian ini tidak menunjukkan
dampak berkelanjutan dari tingkat pengungkapan CSR.
Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk
penelitian mendatang. Pertama, menambah periode penelitian sehingga dampak dari tingkat
pengungkapan CSR secara berkelanjutan dapat lebih terlihat misalnya dalam rentang 3
tahun. Kedua, mempertimbangkan penyempurnaan daftar penilaian tingkat pengungkapan
CSR sehingga alat tersebut dapat menghasilkan informasi yang sesuai kondisi saat ini dan
lebih teliti. Ketiga, penggunaan informasi lain selain dari Laporan Tahunan sebagai dasar
menilai tingkat pengungkapan CSR perusahaan. Contohnya yaitu Laporan Keberlanjutan
dan survei dari badan organisasi tertentu mengenai aktivitas CSR.
26
DAFTAR PUSTAKA
Bidhari, S, C. 2013. Effect of Corporate Social Responsibility Information Disclosure on
Financial Performance and Firm Value in Banking Industry Listed at Indonesia Stock
Exchange. Faculty of Economics and Business Brawijaya University.
http://www.iiste.org/Journals/index.php/EJBM/article/viewFile/6642/6786 (diakses 11
Januari 2014, 6:15 PM)
Cahyono, Budi dan Etna Nur. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Kinerja Perusahaan dengan Kepemilikan Asing Sebagai Variabel Moderating.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/26643/1/SKRIPSI(r).pdf (diakses 11 Januari 2014, 8:13 PM)
Dahlia, Lely dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi
XI, Pontianak.
El Muhammady dan Faddly Akbar. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6167/1/JURNAL%20SKRIP
SI.pdf (diakses 12 Januari 2014, 7:20 PM)
Fahrizqi, Anggara. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/24469/ (diakses 11 Januari 2014,
7:23 PM)
Gray R, Kouhy and Lavers . 1995. Corporate social and environmental reporting: A
review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting,
Auditing & Accountability Journal 8 (2): 78-101.
http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=869644 (diakses 13 Januari
2014, 6:30 PM)
Gunawan, Barbara dan Suharti Sri Utami. 2008. Peranan Corporate Social Responsibility
dalam Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/843/07-
Barbara%20_174-185_.pdf?sequence=1 (diakses 13 Januari 2014, 7:35 PM).
Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and
Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108.
27
http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1509110 (diakses 13 Januari
2014, 8:10 PM).
Hartman, Laura dan Joe DesJardins. 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk
Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Erlangga.
Ihalauw, John. 2000. Bangunan Teori. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga.
Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting
Vol 1 IFRS Edition. United States of America: Graphics.
Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/22572/1/SKRIPSI_Rimba_Kusumadilaga.PDF (diakses 14
Januari 2014, 7:30 PM).
Lawrence, Anne T. dan James Weber. 2011. Business and Society Stakeholders, Ethics,
Public Policy, Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Nurhayati, Miranty dan Henny Medyawati. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan,
Good Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ45 pada tahun 2009-2011. Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5532/1/JurnalOK.pdf
(diakses 14 Januari 2014, 7:33 PM).
Owen, David. 2005. CSR After Enron:“A Role for the Academic Accounting Profession?”.
ICCSR Research Paper Series.
http://www.nottingham.ac.uk/business/ICCSR/research.php?action=download&id=47
(diakses 16 Januari 2014, 9:15 PM).
Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap
Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X,
Makassar.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.
Stoner, James A. F., Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert. 1995. Management, Sixth
Edition. United States of America: Prentice Hall.
28
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai
Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. Universitas Stikubank.
http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe4/article/download/223/162 (diakses 20
Januari 2014, 9:15 PM).
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Susenohaji. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Atas Ungkapan (Disclosure)
Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Studi Empiris Penerapan Regulasi pada
Perusahaan Go-Publik di Indonesia.)
http://www.academia.edu/6406277/Judul_Analisis_Kinerja_Keuangan_Perusahaan_A
tas_Ungkapan_Disclosure_Tanggungjawab_Lingkungan_Perusahaan_Studi_Empiris_
Penerapan_Regulasi_pada_Perusahaan_Go-Publik_di_Indonesia (diakses tanggal 16
Juli 2014, 16:00 PM)
Syahnaz, Melisa. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Perbankan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/352/299 (diakses
23 Januari 2014, 7:45 PM).
Utomo, Muhammad Muslim. 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan
Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan High-Profile dan
Low-Profile). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung.
Widayanti, Rita, Henny Ekawati, Apriani Dorkas Rambu Atahau, Usil Sis Sucahyo, dan
Maria Rio Rita. 2006. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga.
William. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan
Pedoman Global Reporting Initiative terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. www.ui.ac.id (diakses 26 September 2014, 15:25 PM)
Yaparto, Marissa dan Dianne Frisko. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Periode 2010-2011. Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas
Surabaya. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/111/91 (diakses
25 Januari 2014, 9:15 PM).
Yap, Raldy dan Agnes Widyaningdyah. 2009. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial
pada Laporan Tahunan Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Studi
Empiris atas Perusahan High dan Low Profile). Universitas Katolik Widya Mandala.
29
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18498&val=1144&title (diakses
23 Januari 2014, 8:40 PM).
www.finance.yahoo.com (diakses tanggal 15 Mei 2014, 10:35 AM)
www.globalreporting.org (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:30 PM)
www.hukumonline.com (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:44 PM)
www.idx.co.id (diakses tanggal 25 April 2014, 2:45 PM)
30
LAMPIRAN 1
DAFTAR TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR dari GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI)
ASPEK PENGUNGKAPAN
LINGKUNGAN
80. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk mengurangi polusi.
81. Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi.
82. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi.
83. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber alam, misalnya reklamasi
daratan atau reboisasi.
84. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas.
85. Penggunaan material daur ulang
86. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.
87. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
88. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.
89. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.
90. Pengelolaan limbah.
91. Riset mengenai pengelolaan limbah.
92. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan.
93. Perlindungan lingkungan hidup.
ENERGI
94. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi.
95. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.
96. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang.
97. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi.
98. Peningkatan efisiensi energi dan produk.
99. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk.
100. Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan.
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
101. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja.
102. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental.
103. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja.
104. Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja.
105. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.
106. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
107. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.
108. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
31
LAIN-LAIN TENTANG TENAGA KERJA
109. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat.
110. Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita / orang cacat dalam tingkat manajerial.
111. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam pekerjaan.
112. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita / orang cacat.
113. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.
114. Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan.
115. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.
116. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau
yang telah membuat kesalahan.
117. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan.
118. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.
119. Pengungkapan persentase gaji untuk pensiun.
120. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan.
121. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.
122. Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada.
123. Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan.
124. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka.
125. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalnya penjualan per tenaga kerja.
126. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut.
127. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja.
128. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain.
129. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan keputusan
dan motivasi kerja.
130. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan.
131. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.
132. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh.
133. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja.
134. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan.
135. Peningkatan kondisi kerja secara umum.
136. Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja.
137. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.
PRODUK
138. Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasan.
139. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.
140. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk.
141. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan.
142. Membuat produk lebih aman untuk konsumen.
143. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.
32
144. Pengungkapan peningkatan kebersihan / kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk.
145. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.
146. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan.
147. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya, ISO 9000).
KETERLIBATAN MASYARAKAT
148. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni.
149. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar.
150. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.
151. Membantu riset media.
152. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni.
153. Membiayai program beasiswa.
154. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.
155. Mensponsori kampanye nasional.
156. Mendukung pengembangan industri lokal.
UMUM
157. Pengungkapan tujuan. Kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat.
158. Informasi hubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebut di atas.
33
LAMPIRAN 2
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI HIGH-PROFILE
NO KODE NAMA PERUSAHAAN (Tbk) KATEGORI TOTAL
1 AALI PT. Astra Agro Lestari Agrobisnis dan Perhutanan
2 UNSP PT. Bakrie Sumatra Plantations Agrobisnis dan Perhutanan
3 BISI PT. Bisi International Agrobisnis dan Perhutanan
4 GZCO PT. Gozco Plantations Agrobisnis dan Perhutanan
5 IIKP PT. Inti Agri Resources Agrobisnis dan Perhutanan
6 JAWA PT. Jaya Agra Wattie Agrobisnis dan Perhutanan
7 LSIP PT. PP London Sumatera Indonesia Agrobisnis dan Perhutanan
8 PALM PT. Provident Agro Agrobisnis dan Perhutanan
9 SIMP PT. Salim Ivomas Pratama Agrobisnis dan Perhutanan
10 SGRO PT. Sampoerna Agro Agrobisnis dan Perhutanan
11 WAPO PT. Wahana Pronatural Agrobisnis dan Perhutanan
12 BTEK PT. Bumi Teknokultura Unggul Agrobisnis dan Perhutanan
13 TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Agrobisnis dan Perhutanan 13
14 ANTM PT. Aneka Tambang Tambang dan Perminyakan
15 ATPK PT. ATPK Resources Tambang dan Perminyakan
16 BIPI PT. Benakat Petroleum Energy Tambang dan Perminyakan
17 CKRA PT. Cakra Mineral Tambang dan Perminyakan
18 DKFT PT. Central Omega Resources Tambang dan Perminyakan
19 CITA PT. Cita Mineral Investindo Tambang dan Perminyakan
20 CTTH PT. Citatah Industri Marmer Tambang dan Perminyakan
21 ELSA PT. Enulsa Tambang dan Perminyakan
22 CNKO PT. Exploitasi Energi Indonesia Tambang dan Perminyakan
23 GTBO PT. Garda Tujuh Buana Tambang dan Perminyakan
24 SMMT PT. Golden Eagle Energy Tambang dan Perminyakan
25 GEMS PT. Golden Energy Mines Tambang dan Perminyakan
26 LAPD PT. Leyand International Tambang dan Perminyakan
27 MITI PT. Mitra Investindo Tambang dan Perminyakan
28 MYOH PT. Samindo Resources Tambang dan Perminyakan
29 TINS PT. Timah (Persero) Tambang dan Perminyakan
30 RUIS PT. Radiant Utama Interinsco Tambang dan Perminyakan
31 ARTI PT. Ratu Prabu Energi Tambang dan Perminyakan 18
32 ADHI PT. Adhi Karya Engineering / Teknik
33 JKON PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Engineering / Teknik
34 DGIK PT. Nusa Konstruksi Enjiniring Engineering / Teknik
35 PTPP PT. PP (Persero) Engineering / Teknik
36 TOTL PT. Total Bangun Persada Engineering / Teknik
37 TRUB PT. Truba Alam Manunggal
Engineering Engineering / Teknik
38 WIKA PT. Wijaya Karya Engineering / Teknik
39 WSKT PT. Waksita Karya Engineering / Teknik
40 CMNP PT. Citra Marga Nusaphala Persada Engineering / Teknik
34
41 JSMR PT. Jasa Marga Engineering / Teknik 10
42 ADES PT. Akasha Wira International Produk makanan dan minuman
43 DAVO PT. Davomas Abadi Produk makanan dan minuman
44 DLTA PT. Delta Djakarta Produk makanan dan minuman
45 FAST PT. Fast Food Indonesia Produk makanan dan minuman
46 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Produk makanan dan minuman
47 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Produk makanan dan minuman
48 MYOR PT. Mayora Indah Produk makanan dan minuman
49 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Produk makanan dan minuman
50 PTSP PT. Pioneerindo Gourmet International Produk makanan dan minuman
51 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Produk makanan dan minuman
52 SKBM PT. Sekar Bumi Produk makanan dan minuman
53 SKLT PT. Sekar Laut Produk makanan dan minuman
54 STTP PT. Siantar TOP Produk makanan dan minuman
55 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Produk makanan dan minuman
56 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Produk makanan dan minuman
57 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Produk makanan dan minuman
58 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Produk makanan dan minuman
17
59 RMBA PT. Bentoel International Investama Tembakau dan Rokok
60 GGRM PT. Gudang Garam Tembakau dan Rokok
61 HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tembakau dan Rokok 3
62 ALDO PT Alkindo Naratama Kertas
63 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Kertas
64 KBRI PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Kertas
65 SPMA PT. Suparma Kertas
66 JKPE PT. Jasuindo Tiga Perkasa Kertas 5
67 AKRA PT. AKR Corporindo Kimia
68 ETWA PT Eterindo Wahanatama Kimia
69 LTLS PT. Lautan Luas Kimia
70 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Kimia
71 INCI PT. Intanwijaya Internasional Kimia
72 AKKU PT. Alam Karya Unggul Kimia
73 AKPI PT. Argha Karya Prima Industry Kimia
74 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Kimia
75 APLI PT. Asiaplast Industries Kimia
76 BRNA PT. Berlina Kimia
77 IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Kimia
78 LMPI PT. Langgeng Makmur Plastik Industri Kimia
79 TRST PT. Trias Sentosa Kimia
80 YPAS PT. Yanaprima Hastapersada Kimia
81 SMCB PT. Holcim Indonesia Kimia
82 SMGR PT. Semen Indonesia Kimia
83 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Kimia
84 GDST PT. Gunawan Dianjaya Steel Kimia
35
85 INAI PT. Indal Aluminium Industry Kimia
86 JPRS PT. Jaya Pari Steel Kimia
87 LMSH PT. Lion Mesh Prima Kimia
88 LION PT. Lion Metal Works Kimia
89 BAJA PT. Saranacentral Bajatama Kimia
90 TIRA PT. Tira Austenite Kimia
91 ARNA PT. Arwana Citramulia Kimia
92 KIAS PT. Keramika Indonesia Assosiasi Kimia
93 MLIA PT. Mulia Industrindo Kimia
94 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Kimia
95 CPRO PT. Central Proteinaprima Kimia
96 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Kimia
97 JPFA PT. JAPFA Kimia
98 MAIN PT. Malindo Feedmiil Kimia
99 SIPD PT. Sierad Produce Kimia 33
100 ASII PT. Astra International Otomotif
101 AUTO PT. Astra Otoparts Otomotif
102 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional Otomotif
103 INDS PT. Indospring Otomotif
104 INTA PT. Intraco Penta Otomotif
105 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Otomotif
106 NIPS PT. Nipress Otomotif
107 PRAS PT. Prima Alloy Steel Universal Otomotif
108 SMSM PT. Selamat Sempurna Otomotif
109 TURI PT. Tunas Ridean Otomotif
110 UNTR PT. United Tractors Otomotif 11
111 INAF PT. Indofarma Kesehatan
112 KLBF PT. Kalbe Farma Kesehatan
113 KAEF PT. Kimia Farma Kesehatan
114 MERK PT. Merck Kesehatan
115 PYFA PT. Pyridam Farma Kesehatan
116 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Kesehatan
117 SCPI PT. Merck Sharp & Dohme Indonesia Kesehatan
118 SRAJ PT. Sejahteraraya Anugerahjaya Kesehatan 8
119 ASSA PT. Adi Sarana Armada Transportasi
120 APOL PT. Arpeni Pratama Ocean Line Transportasi
121 TAXI PT. Express Trasindo Utama Transportasi
122 HITS PT. Humpuss Intermoda Transportasi Transportasi
123 IATA PT. Indonesia Air Transport Transportasi
124 MIRA PT. Mitra International Resources Transportasi
125 WEHA PT. Panorama Transportasi Transportasi
126 NELY PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Transportasi
127 TMAS PT. Pelayaran Tempuran Emas Transportasi
128 SDMU PT. Sidomulyo Selaras Transportasi
36
129 SAFE PT. Steady Safe Transportasi
130 INDX PT. Tanah Laut Transportasi
131 ZBRA PT. Zebra Nusantara Transportasi 13
132 BTEL PT. Bakrie Telecom Media dan Komunikasi
133 ISAT PT. INDOSAT Media dan Komunikasi
134 FREN PT. Smartfren Telecom Media dan Komunikasi
135 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Media dan Komunikasi
136 TBIG PT. Tower Bersama Infrastructure Media dan Komunikasi
137 TRIO PT. Trikomsel Oke Media dan Komunikasi
138 EXCL PT. XL Axiata Media dan Komunikasi
139 INVS PT. Inovisi Infracom Media dan Komunikasi
140 CENT PT. Centrin Online Media dan Komunikasi
141 DNET PT. Dyviacom Intrabumi Media dan Komunikasi
142 EMTK PT. Elang Mahkota Teknologi Media dan Komunikasi
143 KBLV PT. First Media Media dan Komunikasi
144 FORU PT. Fortune Indonesia Media dan Komunikasi
145 IBST PT. Inti Bangun Sejahtera Media dan Komunikasi
146 LMAS PT. Limas Centric Indonesia Media dan Komunikasi
147 ABBA PT. Mahaka Media Media dan Komunikasi
148 MNCN PT. Media Nusantara Citra Media dan Komunikasi
149 MSKY PT. MNC SKY Vision Media dan Komunikasi
150 MFMI PT. Multifilling Mitra Vision Media dan Komunikasi
151 SCMA PT. Surya Citra Media Media dan Komunikasi
152 LPLI PT. Star Pacific Media dan Komunikasi
153 TMPO PT. Tempo Inti Media Media dan Komunikasi
154 VIVA PT. Visi Media Asia Media dan Komunikasi 23
155 BAYU PT. Bayu Buana Pariwisata
156 BUVA PT. Bukit Uluwatu Villa Pariwisata
157 PDES PT. Destinasi Tirta Nusantara Pariwisata
158 GMCW PT. Grahamas Citrawisata Pariwisata
159 HOME PT. Hotel Mandarine Regency Pariwisata
160 SHID PT. Hotel Sahid Jaya International Pariwisata
161 ICON PT. Island Concepts Indonesia Pariwisata
162 PANR PT. Panorama Sentrawisata Pariwisata
163 PGLI PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Pariwisata
164 PLIN PT. Plaza Indonesia Realty Pariwisata
165 PNSE PT. Pudjiadi and Sons Pariwisata
166 PSKT PT.Pusako Tarinka Pariwisata
167 SONA PT. Sona Topas Tourism Industry Pariwisata 13
37
LAMPIRAN 3
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI LOW-PROFILE
NO KODE NAMA PERUSAHAAN KATEGORI TOTAL
1 ARGO PT. Argo Pantes Tekstil
2 ERTX PT. Eratex Djaja Tekstil
3 HDTX PT. Panasia Indo Resources Tekstil
4 STAR PT. Star Petrochem Tekstil
5 SSTM PT. Sunson Textile Manufacture Tekstil
6 TRIS PT. Trisula International Tekstil
7 MYTX PT. APAC Citra Centertex Tekstil
8 MYRX PT. Hanson International Tekstil
9 SRSN PT. Indo Acidatama Tekstil
10 PBRX PT. Pan Brothers Tex Tekstil
11 BIMA PT. Primarindo Asia Infrastructure Tekstil
12 BATA PT. Sepatu Bata Tekstil 12
13 KICI PT. Kedaung Indah Can Produk Rumah Tangga
14 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Produk Rumah Tangga
15 JECC PT. Jembo Cable Company Produk Rumah Tangga
16 KBLI PT. KMI Wire and Cable Produk Rumah Tangga
17 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing &
Commerce Produk Rumah Tangga
18 VOKS PT. Voksel Electric Produk Rumah Tangga
19 ASGR PT. Astra Graphia Produk Rumah Tangga
20 MTDL PT. Metrodata Electronics Produk Rumah Tangga
21 MLPL PT. Multipolar Produk Rumah Tangga
22 INTD PT. Inter Delta Produk Rumah Tangga
23 MDRN PT. Modern Internasional Produk Rumah Tangga
24 KONI PT. Perdana Bangun Pustaka Produk Rumah Tangga 12
25 TCID PT. Mandom Indonesia Produk Personal
26 MBTO PT. Martina Berto Produk Personal
27 MRAT PT. Mustika Ratu Produk Personal
28 UNVR PT. Unilever Indonesia Produk Personal 4
29 ACES PT. Ace Hardware Indonesia Retail
30 TMPI PT. AGIS Retail
31 AIMS PT. Akbar Indo Makmur Stimec Retail
32 CSAP PT. Catur Sentosa Adiprana Retail
33 EPMT PT. Enseval Putra Megatrading Retail
34 ERAA PT. Erajaya Swasembada Retail
35 GREN PT. Evergreen Invesco Retail
36 GLOB PT. Global Teleshop Retail
37 GOLD PT. Golden Retaillindo Retail
38 HERO PT. Hero Supermarket Retail
38
39 KOIN PT. Kokoh Inti Arebama Retail
40 LPPF PT. Matahari Departement Store Retail
41 MPPA PT. Matahari Putra Prima Retail
42 MIDI PT. Midi Utama Indonesia Retail
43 SDPC PT. Millenium Pharmacon International Retail
44 MAPI PT. Mitra Adiperkasa Retail
45 MICE PT. Multi Indocitra Retail
46 META PT. Nusantara Infrastructure Retail
47 TKGA PT. Permata Prima Sakti Retail
48 RALS PT. Ramayana Lestari Sentosa Retail
49 RIMO PT. Rimo Catur Lestari Retail
50 SKYB PT. Skybee Retail
51 AMRT PT. Sumber Alfaria Trijaya Retail
52 RANC PT. Supra Boga Lestari Retail
53 TGKA PT. Tigaraksa Satria Retail
54 WICO PT. Wicaksana Overseas International Retail
55 ASIA PT. Asia Natural Resources Retail 27
56 INPC PT. Bank Artha Graha Internasional Keuangan dan Perbankan
57 BBKP PT. Bank Bukopin Keuangan dan Perbankan
58 BNBA PT. Bank Bumi Arta Keuangan dan Perbankan
59 BACA PT. Bank Capital Indonesia Keuangan dan Perbankan
60 BBCA PT. Bank Central Asia Keuangan dan Perbankan
61 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Keuangan dan Perbankan
62 BDMN PT. Bank Danamon Keuangan dan Perbankan
63 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Keuangan dan Perbankan
64 SDRA PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Keuangan dan Perbankan
65 BABP PT. Bank ICB Bumiputera Keuangan dan Perbankan
66 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Keuangan dan Perbankan
67 BMRI PT. Bank Mandiri Keuangan dan Perbankan
68 MAYA PT. Bank Mayapada Internasional Keuangan dan Perbankan
69 MEGA PT. Bank Mega Keuangan dan Perbankan
70 BCIC PT. Bank Mutiara Keuangan dan Perbankan
71 BBNI PT. Bank Negara Indonesia Keuangan dan Perbankan
72 BBNP PT. Bank Nusantara Parahyangan Keuangan dan Perbankan
73 NISP PT. Bank OCBC NISP Keuangan dan Perbankan
74 BSWD PT. Bank of India Indonesia Keuangan dan Perbankan
75 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Keuangan dan Perbankan
76 BJBR PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat & Banten Keuangan dan Perbankan
77 BJTM PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur Keuangan dan Perbankan
78 BNLI PT. Bank Permata Keuangan dan Perbankan
79 BEKS PT. Bank Pundi Indonesia Keuangan dan Perbankan
80 BKSW PT. Bank QNB Kesawan Keuangan dan Perbankan
39
81 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia Keuangan dan Perbankan
82 AGRO PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Keuangan dan Perbankan
83 BSIM PT. Bank Sinasrmas Keuangan dan Perbankan
84 BTPN PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Keuangan dan Perbankan
85 BVIC PT. Bank Victoria International Keuangan dan Perbankan
86 MCOR PT. Bank Windu Kentjana International Keuangan dan Perbankan
87 ADMF PT. Adira Dinamika Multi Finance Keuangan dan Perbankan
88 BPFI PT. Batavia Prosperindo Finance Keuangan dan Perbankan
89 BFIN PT. BFI Finance Indonesia Keuangan dan Perbankan
90 BBLD PT. Buana Finance Keuangan dan Perbankan
91 CFIN PT. Clipan Finance Indonesia Keuangan dan Perbankan
92 GSMF PT. Equity Development Investment Keuangan dan Perbankan
93 HDFA PT. Hade Finance Keuangan dan Perbankan
94 MFIN PT. Mandala Multifinance Keuangan dan Perbankan
95 SMMA PT. Sinar Mas Multiartha Keuangan dan Perbankan
96 VRNA PT. Verena Multi Finance Keuangan dan Perbankan
97 TIFA PT. Tifa Finance Keuangan dan Perbankan
98 WOMF PT. Wahana Ottomitra Multiartha Keuangan dan Perbankan
99 ABDA PT. Asuransi Bina Dana Arta Keuangan dan Perbankan
100 ASBI PT. Asuransi Bintang Keuangan dan Perbankan
101 ASDM PT. Asuransi Dayin Mitra Keuangan dan Perbankan
102 AHAP PT. Asuransi Harta Aman Pratama Keuangan dan Perbankan
103 ASJT PT. Asuransi Jasa Tania Keuangan dan Perbankan
104 AMAG PT. Asuransi Multi Artha Guna Keuangan dan Perbankan
105 LPGI PT. Lippo General Insurance Keuangan dan Perbankan
106 MREI PT. Maskapai Reasuransi Indonesia Keuangan dan Perbankan
107 PNIN PT. Panin Insurance Keuangan dan Perbankan
108 ASRM PT. Asuransi Ramayana Keuangan dan Perbankan
109 ALKA PT. Alakasa Industrindo Keuangan dan Perbankan
110 BNBR PT. Bakrie & Brothers Keuangan dan Perbankan
111 BHIT PT. Bhakti Investama Keuangan dan Perbankan
112 BMTR PT. Global Mediacom Keuangan dan Perbankan
113 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Keuangan dan Perbankan
114 PLAS PT. Polaris Investama Keuangan dan Perbankan
115 POOL PT. Pool Advista Indonesia Keuangan dan Perbankan
116 SMRU PT. SMR Utama Keuangan dan Perbankan
117 PNLF PT. Panin Financial Keuangan dan Perbankan
118 ARTA PT. Arthavest Keuangan dan Perbankan
119 HADE PT. HD Capital Keuangan dan Perbankan
120 KREN PT. Kresna Graha Sekurindo Keuangan dan Perbankan
121 LPPS PT. Lippo Securities Keuangan dan Perbankan
122 AKSI PT. Majapahit Securities Keuangan dan Perbankan
40
123 PADI PT. Minna Padi Investama Keuangan dan Perbankan
124 BCAP PT. MNC Kapital Indonesia Keuangan dan Perbankan
125 OCAP PT. Onix Capital Keuangan dan Perbankan
126 APIC PT. Pacific Strategic Financial Keuangan dan Perbankan
127 PEGE PT. Panca Global Securities Keuangan dan Perbankan
128 PANS PT. Panin Sekuritas Keuangan dan Perbankan
129 RELI PT. Reliance Securities Keuangan dan Perbankan
130 TRIM PT. Trimegah Securities Keuangan dan Perbankan
131 YULE PT. Yulie Sekurindo Keuangan dan Perbankan 76
132 APLN PT. Agung Podomoro Land Properti
133 ASRI PT. Alam Sutera Realty Properti
134 ELTY PT. Bakrieland Development Properti
135 BAPA PT. Bekasi Asri Pemula Properti
136 BEST PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Properti
137 BIPP PT. Bhuwanatala Indah Permai Properti
138 BMSR PT. Bintang Mitra Semestaraya Properti
139 BKDP PT. Bukit Darmo Property Properti
140 BCIP PT. Bumi Citra Permai Properti
141 CTRA PT. Ciputra Development Properti
142 COWL PT. Cowell Development Properti
143 MDLN PT. Modernland Realty Ltd Properti
144 SCBD PT. Danayasa Arthatama Properti
145 DUTI PT. Duta Pertiwi Properti
146 DART PT. Duta Anggada Realty Properti
147 CTRS PT. Ciputra Surya Properti
148 CTRP PT. Ciputra Property Properti
149 FMII PT. Fortune Mate Indonesia Properti
150 GAMA PT. Gading Development Properti
151 GMTD PT. Gowa Makassar Tourism
Development Properti
152 GWSA PT. Greenwood Sejahtera Properti
153 INPP PT. Indonesia Paradise Property Properti
154 OMRE PT. Indonesia Prima Property Properti
155 DILD PT. Intiland Development Properti
156 KIJA PT. Jababeka Properti
157 JIHD PT. Jakarta International Hotel &
Development Properti
158 JSPT PT. Jakarta Setiabudi Internasional Properti
159 JRPT PT. Jaya Real Property Properti
160 LCGP PT. Laguna Cipta Griya Properti
161 LPCK PT. Lippo Cikarang Properti
162 LPKR PT. Lippo Karawaci Properti
163 MAMI PT. Mas Murni Indonesia Properti
164 EMDE PT. Megapolitan Developments Properti
41
165 MTSM PT. Metro Realty Properti
166 MTLA PT. Metropolitan Land Properti
167 KPIG PT. MNC Land Properti
168 PWON PT. Pakuwon Jati Properti
169 PJAA PT. Pembangunan Jaya Ancol Properti
170 GPRA PT. Perdana Gapuraprima Properti
171 RODA PT. Pikko Land Development Properti
172 PUDP PT. Pudjiadi Prestige Limited Properti
173 RBMS PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Properti
174 BKSL PT. Sentul City Properti
175 SSIA PT. Surya Semesta Internusa Properti
176 SMDM PT. Suryamas Dutamakmur Properti
177 GEMA PT. Gema Grahasarana Properti
178 TOWR PT. Sarana Menara Nusantara Properti
179 SUPR PT. Solusi Tunas Pratama Properti 48
42
LAMPIRAN 4
DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN
DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE
NO 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KODE CTTH ELSA CNKO GTBO SMMT GEMS LAPD MITI MYOH
CSR 0,41 0,73 0,27 0,3 0,49 0,47 0,48 0,51 0,48
ROE 0,208 0,035 0,066 0,089 0,742 0,034 0,062 0,022 -0,233
Q 0,96 0,82 1,38 0,62 6,91 4,22 0,98 1,76 1,75
NO 28 29 30 31 32 33 34 35 36
KODE TINS RUIS ARTI ADHI JKON DGIK PTPP TOTL TRUB
CSR 0,82 0,35 0,42 0,56 0,47 0,43 0,59 0,51 0,44
ROE 0,435 0,095 0,122 0,061 0,181 0,182 0,047 0,187 0,257
Q 1,51 0,93 0,68 1,25 0,91 0,88 1,27 2,13 0,99
NO 37 38 39 40 41 42 43 44 45
KODE WIKA WSKT CMNP JSMR ADES DAVO DLTA FAST ICBP
CSR 0,75 0,65 0,42 0,66 0,46 0,48 0,29 0,68 0,66
ROE -0,306 0,046 -0,127 0,154 0,157 0,399 -1,074 0,357 0,208
Q 1,56 1,12 1,25 2,13 3,34 2,09 5,15 1,17 2,99
NO 46 47 48 49 50 51 52 53 54
KODE INDF MYOR ROTI PTSP PSDN SKBM SKLT STTP AISA
CSR 0,66 0,54 0,44 0,43 0,52 0,47 0,47 0,32 0,65
ROE 0,190 0,140 0,243 -0,224 0,301 -0,063 0,099 0,061 0,129
Q 1,29 2,18 1,61 3,07 0,83 1,65 0,98 1,73 1,29
NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63
KODE ALTO TBLA ULTJ RMBA GGRM HMSP TIRT ALDO FASW
CSR 0,39 0,62 0,49 0,39 0,37 0,53 0,22 0,38 0,58
ROE 0,125 0,086 0,139 0,211 -0,168 0,153 0,747 0,130 0,003
Q 1,87 1,13 1,95 1,34 2,95 10,35 0,95 1,89 1,67
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KODE AALI UNSP BISI GZCO IIKP JAWA LSIP PALM SIMP
CSR 0,65 0,80 0,52 0,3 0,28 0,59 0,58 0,54 0,65
ROE 0,269 -0,119 0,094 0,062 -0,043 0,123 0,178 -0,097 0,094
Q 2,67 0,65 1,64 0,87 12,20 1,07 2,20 1,17 1,07
NO 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KODE SGRO WAPO BTEK ANTM ATPK BIPI CKRA DKFT CITA
CSR 0,62 0,29 0,33 0,7 0,27 0,47 0,25 0,37 0,09
ROE 0,126 1,665 0,014 -0,306 0,233 -0,382 0,002 0,003 0,219
Q 1,47 1,32 9,77 0,97 1,47 1,70 1,12 1,61 0,96
NO 64 65 66 67 68 69 70 71 72
KODE KBRI SPMA JKPE AKRA ETWA LTLS DPNS INCI AKKU
CSR 0,57 0,43 0,43 0,53 0,57 0,28 0,33 0,34 0,38
ROE 0,050 0,051 0,206 0,147 0,068 0,096 0,132 0,038 -0,519
Q 0,63 0,79 1,96 1,98 0,85 0,86 0,85 0,46 4,20
43
NO 73 74 75 76 77 78 79 80 81
KODE AKPI AMFG APLI BRNA IGAR LMPI TRST YPAS SMCB
CSR 0,48 0,66 0,47 0,66 0,46 0,47 0,49 0,53 0,54
ROE 0,037 0,141 0,019 0,181 0,184 0,006 0,045 0,100 0,160
Q 0,80 1,37 0,73 1,23 1,41 0,81 0,80 1,79 2,13
NO 82 83 84 85 86 87 88 89 90
KODE SMGR ALMI GDST INAI JPRS LMSH LION BAJA TIRA
CSR 0,75 0,41 0,51 0,35 0,44 0,46 0,49 0,47 0,42
ROE 0,271 0,024 0,059 0,179 0,028 0,423 0,230 0,073 0,066
Q 3,82 0,74 1,07 0,85 0,55 1,03 1,39 1,16 0,98
NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99
KODE ARNA KIAS MLIA TOTO ASII AUTO IMAS INDS INTA
CSR 0,72 0,48 0,3 0,58 0,82 0,65 0,39 0,35 0,56
ROE 0,262 0,036 -0,025 0,263 -3,978 0,328 0,226 0,444 0,012
Q 1,16 1,23 0,86 2,57 2,18 2,03 1,50 1,11 1,11
NO 100 101 102 103 104 105 106 107 108
KODE LPIN NIPS PRAS SMSM TURI UNTR INAF KLBF KAEF
CSR 0,24 0,34 0,24 0,56 0,38 0,78 0,72 0,71 0,47
ROE 0,253 0,207 0,158 0,118 0,025 0,123 0,100 0,056 0,327
Q 1,24 0,60 1,21 2,85 1,88 1,81 1,27 5,34 2,23
NO 109 110 111 112 113 114 115 116 117
KODE MERK PYFA TSPC SCPI ASSA APOL TAXI HITS IATA
CSR 0,46 0,53 0,38 0,41 0,61 0,41 0,63 0,47 0,46
ROE 0,238 0,178 0,065 0,241 0,143 0,259 0,061 0,189 -0,715
Q 6,25 1,03 3,85 1,22 1,07 2,10 1,33 1,29 1,34
NO 118 119 120 121 122 123 124 125 126
KODE MIRA WEHA NELY TMAS SDMU SAFE INDX ZBRA BTEL
CSR 0,42 0,52 0,29 0,37 0,48 0,32 0,24 0,18 0,51
ROE 0,007 0,040 0,247 0,116 -0,025 -0,189 0,032 0,070 0,189
Q 1,36 0,97 1,03 0,73 1,14 3,51 1,00 2,46 0,95
NO 127 128 129 130 131 132 133 134 135
KODE ISAT FREN TLKM TBIG TRIO EXCL INVS CENT DNET
CSR 0,63 0,32 0,65 0,42 0,42 0,58 0,32 0,22 0,23
ROE 0,158 0,029 0,075 0,267 -0,887 0,065 0,025 -0,314 0,274
Q 1,28 0,91 0,71 2,56 1,49 1,90 1,45 52,74 2,98
NO 136 137 138 139 140 141 142 143 144
KODE EMTK KBLV FORU IBST LMAS ABBA MNCN MSKY MFMI
CSR 0,28 0,27 0,39 0,27 0,16 0,27 0,28 0,32 0,39
ROE 0,218 0,240 0,180 0,185 -0,088 0,017 0,448 0,004 0,101
Q 2,48 0,68 0,75 2,52 0,88 1,19 3,95 3,73 1,12
NO 145 146 147 148 149 150 151 152 153
KODE SCMA LPLI TMPO VIVA BAYU BUVA PDES GMCW HOME
CSR 0,42 0,24 0,39 0,37 0,22 0,48 0,13 0,3 0,38
ROE 0,454 0,049 0,030 0,242 0,036 0,088 0,417 0,194 0,254
Q 7,71 0,25 0,96 3,23 1,50 1,50 0,90 2,75 0,68
44
NO 154 155 156 157 158 159 160 161 162
KODE SHID ICON PANR PGLI PLIN PNSE PSKT SONA CPRO
CSR 0,53 0,32 0,35 0,37 0,43 0,47 0,51 0,33 0,38
ROE 0,043 0,100 0,074 0,067 0,212 -0,044 0,014 0,060 0,113
Q 0,60 4,30 0,95 1,45 1,83 1,33 2,15 1,25 1,29
NO 163 164 165 166 167
KODE CPIN JPFA MAIN SIPD SRAJ
CSR 0,37 0,48 0,33 0,46 0,35
ROE 0,007 0,105 0,181 0,023 0,173
Q 4,98 0,80 2,76 0,76 2,35
45
LAMPIRAN 5
DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN
DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI LOW-PROFILE
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KODE ARGO ERTX HDTX STAR SSTM TRIS MYTX MYRX SRSN
CSR 0,43 0,35 0,33 0,32 0,29 0,56 0,54 0,3 0,51
ROE -1,049 0,071 0,005 0,002 -0,050 0,183 2,071 0,111 0,063
Q 1,16 0,91 1,09 0,67 0,84 1,13 1,29 2,24 1,08
NO 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KODE PBRX BIMA BATA KICI KDSI JECC KBLI SCCO VOKS
CSR 0,42 0,47 0,42 0,46 0,34 0,44 0,57 0,39 0,66
ROE 0,110 -0,014 0,179 0,034 0,117 0,222 0,148 0,260 0,244
Q 1,23 3,65 0,34 0,69 0,81 1,20 0,93 1,15 1,15
NO 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KODE ASGR MTDL MLPL INTD MDRN KONI TCID MBTO MRAT
CSR 0,51 0,28 0,27 0,43 0,47 0,22 0,58 0,52 0,49
ROE 0,207 0,167 0,024 0,202 0,056 0,078 0,137 0,105 0,080
Q 0,98 0,80 0,62 1,57 1,92 0,88 1,88 0,95 0,61
NO 28 29 30 31 32 33 34 35 36
KODE UNVR ACES TMPI AIMS CSAP EPMT ERAA GREN GLOB
CSR 0,75 0,29 0,2 0,11 0,23 0,28 0,33 0,39 0,3
ROE 1,219 0,265 0,004 0,023 0,097 0,156 0,168 0,001 0,272
Q 14,17 7,55 2,25 1,09 1,04 1,43 2,52 0,69 1,76
NO 37 38 39 40 41 42 43 44 45
KODE GOLD HERO KOIN LPPF MPPA MIDI SDPC MAPI MICE
CSR 0,15 0,41 0,29 0,51 0,37 0,44 0,38 0,27 0,33
ROE 0,096 0,183 0,655 -0,399 0,062 0,101 0,094 0,199 0,138
Q 1,48 3,39 1,72 4,35 1,34 2,06 0,90 2,49 0,76
NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63
KODE ASIA INPC BBKP BNBA BACA BBCA BNGA BDMN BAEK
CSR 0,14 0,39 0,35 0,24 0,3 0,44 0,63 0,51 0,44
ROE -0,178 0,033 0,167 0,109 0,073 0,226 0,188 0,143 0,071
Q 2,51 0,95 1,00 0,96 0,98 1,39 1,03 1,16 0,99
NO 64 65 66 67 68 69 70 71 72
KODE SDRA BABP BNII BMRI MAYA MEGA BCIC BBNI BBNP
CSR 0,29 0,27 0,53 0,46 0,39 0,38 0,37 0,56 0,28
ROE 0,221 0,001 0,125 0,210 0,143 0,220 0,117 0,162 0,129
Q 1,12 1,04 1,11 1,10 1,40 1,00 3,13 1,08 0,99
NO 46 47 48 49 50 51 52 53 54
KODE META TKGA RALS RIMO SKYB AMRT RANC TKGA WICO
CSR 0,49 0,18 0,23 0,28 0,3 0,32 0,35 0,46 0,13
ROE 0,046 0,422 0,139 0,238 0,056 0,155 0,101 0,203 0,936
Q 1,72 1,27 2,40 8,83 1,24 0,84 2,32 1,44 0,85
46
NO 73 74 75 76 77 78 79 80 81
KODE NISP BSWD PNBN BJBR BJTM BNLI BEKS BKSW BBRI
CSR 0,37 0,35 0,43 0,48 0,43 0,57 0,42 0,35 0,54
ROE 0,102 0,147 0,129 0,199 0,132 0,109 0,072 -0,034 0,288
Q 1,03 1,39 0,98 1,02 0,88 1,00 1,07 1,33 1,18
NO 82 83 84 85 86 87 88 89 90
KODE AGRO BSIM BTPN BVIC MCOR ADMF BPFI BFIN BBLD
CSR 0,3 0,53 0,35 0,48 0,32 0,25 0,38 0,51 0,27
ROE 0,089 0,125 0,256 0,140 0,123 0,282 0,155 0,171 0,148
Q 1,04 1,05 1,01 0,95 1,00 1,19 0,98 1,02 1,04
NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99
KODE CFIN GSMF HDFA MFIN SMMA VRNA TIFA WOMF ABDA
CSR 0,16 0,15 0,44 0,34 0,19 0,27 0,39 0,34 0,29
ROE 0,136 0,102 0,059 0,245 0,096 0,151 0,181 0,017 0,191
Q 0,81 1,06 1,10 0,98 1,25 0,94 1,02 0,98 1,90
NO 100 101 102 103 104 105 106 107 108
KODE ASBI ASDM AHAP ASJT AMAG LPGI MREI PNIN ASRM
CSR 0,34 0,34 0,2 0,25 0,27 0,27 0,27 0,3 0,22
ROE 0,221 0,163 0,200 0,143 0,192 0,192 0,300 0,136 0,203
Q 0,91 0,86 2,41 1,27 0,92 0,53 1,39 0,45 1,05
NO 109 110 111 112 113 114 115 116 117
KODE APLN ASRI ELTY BAPA BEST BIPP BMSR BKDP BCIP
CSR 0,47 0,29 0,59 0,19 0,41 0,24 0,2 0,3 0,44
ROE 0,093 0,065 0,107 0,139 0,001 0,039 0,105 -0,242 0,134
Q 1,07 1,64 0,55 1,02 2,71 1,50 1,97 1,00 1,58
NO 118 119 120 121 122 123 124 125 126
KODE CTRA COWL MDLN SCBD DUTI DART CTRS CTRP FMII
CSR 0,47 0,32 0,52 0,38 0,42 0,29 0,32 0,49 0,28
ROE 0,038 0,037 0,034 0,158 -0,013 0,062 0,208 -1,178 0,009
Q 1,23 0,45 0,95 1,03 1,02 0,83 1,48 0,98 2,10
NO 127 128 129 130 131 132 133 134 135
KODE GAMA GMTD GWSA INPP OMRE DILD KIJA JIHD JSPT
CSR 0,41 0,32 0,44 0,37 0,24 0,53 0,48 0,42 0,46
ROE 0,121 0,252 0,099 -0,526 0,037 0,133 0,257 -0,097 0,051
Q 1,69 0,81 1,03 0,92 1,05 0,90 0,99 0,60 0,98
NO 136 137 138 139 140 141 142 143 144
KODE JRPT LCGP LPCK LPKR MAMI EMDE MTSM MTLA KPIG
CSR 0,46 0,25 0,35 0,38 0,29 0,42 0,16 0,49 0,33
ROE 0,266 -0,179 -0,081 -0.090 0,049 0,100 0,061 0,117 0,026
Q 3,62 0,84 1,35 1,46 0,33 0,86 1,69 2,22 1,95
47
NO 145 146 147 148 149 150 151 152 153
KODE PWON PJAA GPRA RODA PUDP RBMS BKSL SSIA SMDM
CSR 0,43 0,52 0,32 0,22 0,35 0,49 0,52 0,44 0,39
ROE 0,119 0,064 0,124 0,080 0,004 0,007 0,275 0,263 0,012
Q 0,93 1,00 0,75 2,23 0,71 0,37 1,19 1,68 0,49
NO 154 155 156 157 158 159 160 161 162
KODE GEMA TOWR SUPR ALKA BNBR BHIT BMTR UNIT PLAS
CSR 0,49 0,28 0,46 0,44 0,48 0,48 0,34 0,3 0,35
ROE 0,074 0,051 0,096 0,025 0,130 0,193 -0,004 0,331 0,115
Q 0,96 0,93 1,39 1,01 0,65 1,00 1,85 0,40 3,70
NO 163 164 165 166 167 168 169 170 171
KODE POOL SMRU PNLF ARTA HADE KREN LPPS AKSI PADI
CSR 0,25 0,35 0,3 0,3 0,22 0,37 0,15 0,2 0,27
ROE 0,004 0,008 0,047 0,123 0,066 0,245 0,136 0,080 0,052
Q 2,56 2,04 0,61 0,62 0,84 1,86 0,25 0,91 2,39
NO 172 173 174 175 176 177 178 179
KODE BCAP OCAP APIC PEGE PANS RELI TRIM YULE
CSR 0,3 0,25 0,32 0,27 0,29 0,27 0,2 0,16
ROE 0,083 0,014 0,046 0,442 0,022 0,202 0,101 0,102
Q 1,36 1,53 0,11 1,00 1,80 1,17 1,36 0,73
48
LAMPIRAN 6
HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSR_HIGH 167 .09 .82 .4520 .14674
ROE_HIGH 167 -3.970 1.665 .08001 .417974
TOBIN_HIGH 167 .25 52.70 2.1735 4.28482
CSR_LOW 179 .11 .75 .3623 .11689
ROE_LOW 179 -1.178 2.071 .11931 .253226
TOBIN_LOW 179 .11 14.10 1.4192 1.37415
CSR 346 .09 .82 .4056 .13936
ROE 346 -3.970 2.071 .10055 .342512
TOBIN 346 .11 52.70 1.7833 3.15447
Valid N (listwise) 167
49
LAMPIRAN 7
HASIL ANALISIS UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
CSR_HIGH .071 167 .039 .988 167 .164
ROE_HIGH .318 167 .000 .475 167 .000
TOBIN_HIGH .340 167 .000 .256 167 .000
CSR_LOW .078 167 .015 .989 167 .243
ROE_LOW .217 167 .000 .584 167 .000
TOBIN_LOW .248 167 .000 .465 167 .000
a. Lilliefors Significance Correction
50
LAMPIRAN 8
HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR
Ranks
KODIN
G_CSR N Mean Rank Sum of Ranks
CSR 1 167 205.00 34235.50
2 179 144.11 25795.50
Total 346
Test Statisticsa
CSR
Mann-Whitney U 9.686E3
Wilcoxon W 2.580E4
Z -5.661
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: KODING_CSR
Frequencies
KODING_
CSR N
CSR 1 167
2 179
Total 346
51
LAMPIRAN 9
HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY ROE
Ranks
KODIN
G_ROE N Mean Rank Sum of Ranks
ROE 1 167 173.17 28919.50
2 179 173.81 31111.50
Total 346
Test Statisticsa
ROE
Mann-Whitney U 1.489E4
Wilcoxon W 2.892E4
Z -.059
Asymp. Sig. (2-tailed) .953
a. Grouping Variable: KODING_ROE
Frequencies
KODING_
ROE N
ROE 1 167
2 179
Total 346
52
LAMPIRAN 10
HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TOBIN’S Q
Ranks
KODIN
G_TOB
IN N Mean Rank Sum of Ranks
TOBIN 1 167 191.15 32256.00
2 179 155.17 27775.00
Total 346
Test Statisticsa
TOBIN
Mann-Whitney U 1.166E4
Wilcoxon W 2.778E4
Z -3.530
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable:
KODING_TOBIN
Frequencies
KODING
_TOBIN N
TOBIN 1 167
2 179
Total 346
53
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : SISILIA DEVINA PERMATASARI
NIM : 232011024
ALAMAT ASAL : PERUM PANDANA MERDEKA P-16 NGALIYAN, SEMARANG
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE
DAN LOW-PROFILE PADA TAHUN 2012
RIWAYAT PENDIDIKAN :
SD PL BERNARDUS SEMARANG, LULUS TAHUN 2005
SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG, LULUS TAHUN 2008
SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG, LULUS TAHUN 2011
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS, UKSW SALATIGA, LULUS TAHUN
2014
PENGALAMAN PANITIA / KERJA :
PANITIA “ENTREPRENEURSHIP NATIONAL SEMINAR” 5 FEBRUARI 2013
PANITIA “LEADING IN TRAINING YOUNG ENTREPRENEUR” 6 FEBRUARI
2013
PANITIA “BUSINESS PLAN COMPETITION EXHIBITION” 3 APRIL 2013
PANITIA “ FESTIVAL JURNALISTIK” 11 FEBRUARI 2014
PANITIA WORKSHOP “PLAGIARISM & PUBLIKASI INTERNASIONAL” 19
JUNI 2014
ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GANJIL 2013/2014
ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GENAP 2013/2014
ASISTEN DOSEN “MIKRO EKONOMI” SMT GENAP 2013/2014