ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINYAK SAWIT MERAH SEBAGAI MINYAK KESEHATAN
(STUDI KASUS : PERUMAHAN CIOMAS PERMAI, BOGOR)
M. ALIF BARDHANI S
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan
dalam tugas akhir yang berjudul :
ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINYAK SAWIT MERAH SEBAGAI MINYAK KESEHATAN
(STUDI KASUS : PERUMAHAN CIOMAS PERMAI, BOGOR)
merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi
pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Tugas akhir ini belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis diperguruan tinggi
lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2009
M. Alif Bardhani SF.052054055
ABSTRACT
M. Alif Bardhani S. Analysis of Consumer’s Perception toward Red Palm Oil as Health Oil. Case Study in Perumahan Ciomas Permai, Bogor. Under the supervision of Fransisca R. Zakaria as the head of the committee and Nurheni Sri Palupi as member.
Product of red palm oil is a new product which is still not marketed yet in sufficient quantity so that it is not recognized by many people. Because of that, it needs promotion about the benefit and quality for the consumer. The approach in this research is market or selling the product of red palm oil to the respondent through direct marketing (door to door), and at the same time do the analysis of consumer’s perception to the product of red palm oil. In general the aim of this research is to know consumer’s perception in getting decision of buying and strategy alternative which can be done in marketing of red palm oil in Perumahan Ciomas Permai, Bogor. Location of this research is in Perumahan Ciomas Permai, Blok B Desa Ciapus Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
The method of this research is case study with descriptive and quantitative analysis with double regression. The processing and data analysis were done with application of Microsoft Excel, which is shown in the form of tabulation and correlation matrix and analysis double regression linier with counting use computer program SPSS The number of respondent were 35 people who represent middle household.
Based on the research, through direct marketing and consumer’s analysis, it was found that there were four factors which influence the process of buying decision red palm oil namely price, color, content of nutrient and the packaging. The strategy of marketing which can be done for the product of red palm oil is maintain and improve the quality of red palm oil (the hygienic control, quality, purity, color and nutrient content)., giving a discount in a certain sales, promotion by distributing brochure and leaflet, service of delivery and guarantee the continuity of red palm oil availability.
Kata Kunci : Consument Preferension, red palm oil
ABSTRAK
M. Alif Bardhani S. Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Pemasaran Minyak Sawit Merah Sebagai Minyak Kesehatan. Studi Kasus di Perumahan Ciomas Permai, Bogor. Dibimbing oleh Fransisca R. Zakaria sebagai Ketua dan Nurheni Sri Palupi sebagai Anggota
Produk minyak sawit merah (MSM) merupakan produk baru yang belum dipasarkan dalam jumlah yang besar sehingga belum banyak dikenal di kalangan masyarakat umum. Oleh karena itu, diperlukan promosi tentang manfaat, keunggulan dan mutu produk kepada konsumen. Pendekatan yang dilakukan dalam kajian ini adalah memasarkan produk MSM kepada responden dengan cara pemasaran langsung (door to door), dan secara bersamaan melakukan analisis persepsi konsumen terhadap produk MSM yang dipasarkan. Tujuan kajian ini secara umum adalah mengetahui persepsi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian dan alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam pemasaran MSM di perumahan Ciomas Permai Bogor. Lokasi kajian dilaksanakan di kompleks perumahan Ciomas Permai, Blok B Desa Ciapus Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Tugas akhir ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Mei sampai bulan Juli 2008.
Metode kajian yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis deskriptif dan kuantitatif dengan regresi berganda. Dari masing-masing lokasi yang mewakili kelas menengah dilakukan accidental sample, yaitu responden ada pada saat didatangi rumahnya dan bersedia untuk diwawancarai. Penyebaran kuesioner dilakukan pada 35 sampel mewakili rumah tangga kelas menegah. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan aplikasi Microsoft Excel, yang disajikan dalam bentuk tabulasi serta matriks korelasi dan analisis regresi linier berganda dengan bantuan penghitungan menggunakan program komputer SPSS.
Dari hasil kajian, didapatkan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian MSM yang pertama dilakukan oleh konsumen melalui tahapan-tahapan pembelian seperti pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan perilaku setelah pembelian. Jika responden sering membeli, maka kemungkinkan tidak seluruhnya mengikuti tahapan proses yang dilalui dalam pengambilan keputusan pembelian MSM. Berdasarkan hasil kajian, melalui pemasaran langsung diperoleh hasil analisis konsumen yang diolah dengan menggunakan analisis regresi berganda, dan ternyata didapatkan empat peubah yang paling mempengaruhi proses keputusan pembelian MSM adalah harga, warna, kandungan gizi dan kemudahan didapat. Strategi bauran pemasaran yang dapat dilakukan pada produk MSM adalah (1) strategi produk, yaitu menjaga dan meningkatkan mutu MSM melalui pengawasan yang higienis, mutu, tingkat kejernihan, warna dan kandungan gizi; (2) strategi harga dengan pemberian potongan harga dalam jumlah pembelian tertentu; (3) strategi promosi dengan cara penyebaran brosur dan leaflet; (4) strategi tempat atau distribusi dengan pelayanan siap antar dan menjamin kontinuitas ketersediaan MSM.
Kata Kunci : Persepsi konsumen, minyak sawit merah
RINGKASAN
Produk minyak sawit merah (MSM) merupakan produk baru yang belum dipasarkan dalam jumlah yang besar sehingga belum banyak dikenal di kalangan masyarakat umum. Oleh karena itu, diperlukan promosi tentang manfaat, keunggulan dan mutu produk kepada konsumen. Produk MSM telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1995 tentang minyak makan. MSM merupakan pangan alami tanpa penggunaan senyawa kimia dan perlakuan yang merusak kandungannya. Produk MSM merupakan pangan fungsional untuk kesehatan, terutama untuk mengurangi risiko penyakit kanker dan jantung.
Secara umum, prinsip proses produksi MSM ini sama dengan proses produksi minyak sawit komersial, yaitu minyak goreng. Proses pengolahan MSM tergolong minimal proses, perlakuan yang merusak β-karoten dihilangkan, yaitu tidak ada tahapan bleaching (pemucatan), sehingga minyak masih tetap berwarna merah yang kaya kandungan β-karoten. β-karoten merupakan salah satu komponen mikro di dalam minyak sawit yang memiliki beberapa aktivitas biologis yang bermanfaat bagi tubuh, antara lain menanggulangi kebutaan karena xeropthalnia, mencegah timbulnya penyakit kanker dan mencegah proses penuaan dini.
Pendekatan yang dilakukan dalam kajian ini adalah memasarkan produk MSM kepada responden dengan cara pemasaran langsung door to door dan secara bersamaan melakukan analisis persepsi konsumen terhadap produk MSM yang dipasarkan. Tujuan kajian ini secara umum adalah mengetahui persepsi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian dan alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam pemasaran MSM di perumahan Ciomas Permai Bogor. Secara khusus, kajian ini bertujuan untuk (1) melakukan pemasaran secara langsung door to door, (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan konsumen dalam pembelian MSM, (3) mengevaluasi proses keputusan mengkonsumsi MSM oleh konsumen dan (4) mengkaji perilaku konsumen terhadap strategi pemasaran MSM yang dilakukan oleh produsen dengan pendekatan bauran pemasaran.
Lokasi kajian dilaksanakan di kompleks perumahan Ciomas Permai, Blok B Desa Ciapus Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor : (1) memiliki produsen MSM dengan skala rumah tangga, (2) konsumen yang mengkonsumsi MSM adalah konsumen kelas menengah yang relatif banyak berdomisili di Perumahan Ciomas Permai.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, wilayah perumahan Ciomas Permai dibedakan atas tiga kategori, yaitu kelas atas, menengah dan bawah. Namun pada kajian ini difokuskan pada kelas menengah. Wilayah yang mewakili kelas menengah adalah rumah tipe 21 dan 36 yang sudah direnovasi dan memiliki penghasilan 2-5 juta per bulan. Pada kajian ini bahasan cakupan penghasilan responden hanya digunakan sebagai indikator kelas menengah, sedangkan tipe rumah dan kepemilikan mobil untuk membantu pemilahan responden.
i
Dari masing-masing lokasi yang mewakili kelas menengah dilakukan accidental sample, yaitu responden ada pada saat didatangi rumahnya, memakai produk MSM dan bersedia untuk diwawancarai. Penyebaran kuesioner dilakukan pada 35 responden mewakili rumah tangga kelas menengah di perumahan Ciomas Permai Bogor.
Metode kajian yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis deskriptif dan kuantitatif dengan regresi berganda. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan aplikasi Microsoft Excel, yang disajikan dalam bentuk tabulasi serta matriks korelasi dan analisis regresi linier berganda dengan bantuan penghitungan menggunakan program komputer SPSS.
Dari hasil kajian, didapatkan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian MSM dilakukan oleh konsumen melalui tahapan-tahapan pembelian seperti pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan perilaku setelah pembelian. Jika responden sering membeli, maka kemungkinan tidak seluruhnya mengikuti tahapan proses yang dilalui dalam pengambilan keputusan pembelian MSM. Pada tahap pengenalan kebutuhan, manfaat yang dicari dari pembeli MSM adalah higienis untuk kesehatan. Motivasi dalam melakukan pembelian dikarenakan faktor harga terjangkau. Tahap pencarian informasi, sumber informasi utama yang diperoleh konsumen mengenai MSM adalah dari diri sendiri dan dengan media yang paling mempengaruhi konsumen adalah brosur. Di dalam tahapan alternatif, yang menjadi pertimbangan awal dan indikator mutu bagi konsumen dalam melakukan pembelian MSM adalah tingkat kejernihan. Pada tahap pembelian, pembelian dilakukan secara terencana maupun bila persediaan dirumah sudah habis. Pembelian MSM didasarkan pada keputusan ibu/istri. Rataan pengeluaran yang dilakukan responden untuk membeli minyak sawit (Rp. 30.000 - 75.000) sebesar 51% dari total responden. Hal tersebut karena responden membeli minyak sawit untuk dikonsumsi keluarga dengan jumlah keluarga rataan 4 orang. Besaran pengeluaran tersebut sebagai pendekatan bahwa konsumen akan membeli produk MSM sebesar kisaran pengeluaran tersebut.
Berdasarkan hasil kajian, hasil penjualan melalui pemasaran langsung door to door berjumlah 35 dari 50 botol produk yang ditawarkan. Dari 35 orang yang membeli dengan 1 kali kunjungan sebanyak 86% dan 2-3 kali kunjungan sebanyak 14%. Hasil analisis konsumen yang diolah dengan menggunakan analisis regresi berganda diperoleh empat peubah yang paling mempengaruhi proses keputusan pembelian MSM adalah harga, warna, kandungan gizi dan kemudahan didapat. Dari peubah tersebut dapat dirumuskan suatu strategi bauran pemasaran secara kualitatif oleh produsen, yang meliputi strategi produk, strategi harga, strategi promosi dan strategi tempat. Strategi bauran pemasaran yang dapat dilakukan pada produk MSM adalah (1) strategi produk, yaitu menjaga dan meningkatkan mutu MSM melalui pengawasan yang higienis, mutu, tingkat kejernihan, warna dan kandungan gizi; (2) strategi harga dengan pemberian potongan harga dalam jumlah pembelian tertentu; (3) strategi promosi dengan cara penyebaran brosur dan leaflet; (4) strategi tempat atau distribusi dengan pelayanan siap antar dan menjamin kontinuitas ketersediaan MSM.
ii
ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINYAK SAWIT MERAH SEBAGAI MINYAK KESEHATAN
(STUDI KASUS : PERUMAHAN CIOMAS PERMAI, BOGOR)
M. ALIF BARDHANI S
Tugas AkhirSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Tugas Akhir : Analisis Persepsi Konsumen terhadap Produk Minyak Sawit Merah sebagai Minyak Kesehatan (Studi Kasus di Perumahan Ciomas Permai, Bogor)
Nama Mahasiswa : M. Alif Bardhani SNomor Pokok : F.052054055Program Studi : Industri Kecil Menengah
Menyetujui, Januari 2009
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Fransisca R. Zakaria, MS . Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSiKetua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah PascasarjanaIndustri Kecil Menengah
Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis MS,Dipl.Ing.DEA. Prof.Dr.Ir.Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : ................................. Tanggal Lulus :.....................................
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya, sehingga tugas akhir yang berjudul ANALISIS PERSEPSI
KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINYAK SAWIT MERAH SEBAGAI
MINYAK KESEHATAN (STUDI KASUS DI PERUMAHAN CIOMAS
PERMAI, BOGOR) berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri kecil Menengah,
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari
beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Fransisca R. Zakaria, MS, selaku pembimbing utama yang telah
memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan
penulisan Tugas Akhir ini.
2. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi, selaku pembimbing anggota yang juga telah
memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan
penulisan Tugas Akhir ini.
3. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis MS, Dipl.Ing. DEA, selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan yang sangat berarti guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.
4. Istri dan anak-anakku serta keluarga yang banyak memberi semangat dan do’a
sampai dengan Tugas Akhir ini selesai.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kerjasama dan
informasi yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga kajian ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri
kecil pada umumnya dan kegiatan pemasaran minyak sawit merah pada khususnya.
Saran dan kritik atas kajian ini diharapkan, agar kajian ini menjadi lebih sempurna
serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Januari 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 15 September 1970 di Jakarta sebagai putra
sulung dari Bapak Soebarjono S., SE dan Ibu Kusumawardhani (Alm). Penulis
menyelesaikan pendidikan sarjana dari Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya pada tahun 1995. Penulis
diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Industri Kecil Menengah
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2006.
Penulis bekerja sejak tahun 1995 sampai sekarang di PT. Bank Negara
Indonesia (persero) Tbk. Selama bekerja pada PT. Bank Negara Indonesia
(persero) Tbk, penulis ditugaskan sebagai Asisten Administrasi di Kantor Cabang
Wonokromo, Graha Pangeran Surabaya dan Kantor Wilayah 06. Pengelola
Pemasaran dan Penyelia Pemasaran Bisnis di Kantor Cabang Parigi dan Palu,
Task Force Analist di Divisi Kebijakan dan Manajemen Risiko, Analisis Kredit
Pemasaran Bisnis Menengah di Sentra Kredit Menengah Jakarta dan sekarang
ditugaskan sebagai Relationship Manager di Sentra Kredit Menengah Jakarta
Timur.
Penulis menikah dengan Sri Julianti Husein, SH pada tahun 1998 dan
dikaruniai 3 (tiga) orang anak, anak pertama bernama M. Iskandar Zulkarnain (8
tahun), Ibrahim Putera Alif (7 tahun) dan M. Juldan Naufal (Alm).
Penulis
DAFTAR ISIHalaman
ABSTRAK................................................................................................... ii......................................................................................................................RIWAYAT HIDUP.................................................................................... iiiPRAKATA.................................................................................................. ivDAFTAR TABEL....................................................................................... viDAFTAR GAMBAR.................................................................................. viiDAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vii
I. PENDAHULUAN............................................................................. 11. Latar Belakang ............................................................................ 12. Perumusan Masalah ..................................................................... 33. Tujuan .......................................................................................... 34. Kegunaan ..................................................................................... 4
II. LANDASAN TEORI........................................................................ 51. Industri Minyak Kelapa Sawit .................................................... 52. Perilaku Konsumen ..................................................................... 93. Persepsi Konsumen ..................................................................... 134. Bauran Pemasaran ....................................................................... 145. Strategi Pemasaran MSM (Minyak Sawit Merah)....................... 186. Persepsi Konsumen terhadap Beberapa Produk .......................... 21
III. METODOLOGI................................................................................ 251. Lokasi dan Waktu Kajian ............................................................ 252. Jemis Pengumpulan dan Sumber Data ........................................ 253. Metode Penentuan Responden..................................................... 254. Kegiatan Penelitian ...................................................................... 265. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 321. Karakteristik Responden ............................................................. 322. Pemasaran .................................................................................... 333. Validitas dan Reliabilitas Data .................................................... 354. Keputusan dalam Pembelian MSM.............................................. 365. Implikasi Persepsi Konsumen Terhadap Strategi Pemasaran .... 49
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 52A. Kesimpulan............................................................................................. 52B. Saran....................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 54
LAMPIRAN................................................................................................. 57
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Sifat fisikokimiawi minyak sawit kaya pro vitamin A........................ 7
2. Daftar atribut yang akan diuji validitas............................................... 28
3. Karakteristik umum responden MSM................................................. 32
4. Hasil uji validitas untuk peubah persepsi konsumen........................... 35
5. Hasil uji validitas untuk peubah faktor- faktor pengambilan keputusan pembelian MSM.................................................................................. 35
6. Motivasi konsumen dalam pembelian MSM....................................... 38
7. Tingkat keterlibatan konsumen dalam pembelian MSM.................... 38
8. Pertimbangan awal konsumen dalam pembelian MSM...................... 41
9. Tingkat kepuasaan konsumen setelah mengkonsumsi MSM.............. 44
10. Tindakan konsumen setelah mengkonsumsi MSM............................. 44
11. Proses keputusan pembelian MSM..................................................... 45
12. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen pemasaran MSM................................................................ 46
13. Persepsi konsumen terhadap pemasaran MSM................................... 47
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Proses produksi MSM pada skala 5 liter................................................ 8
2. Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi........................................................................................ 10
3. Sumber-sumber informasi konsumen..................................................... 11
4. Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian.......... 13
5. Empat unsur dalam bauran pemasaran................................................... 15
6. Alasan pembelian MSM bagi konsumen................................................ 37
7. Sumber informasi konsumen dalam pembelian MSM........................... 39
8. Media yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian MSM40
9. Faktor yang menunjukan mutu MSM.................................................... 42
10. Penentu pembelian MSM dalam keluarga.............................................. 42
11. Pengeluaran per bulan untuk pembelian minyak sawit.......................... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Brosur MSM........................................................................................ 58
2. Kuesioner kajian.................................................................................. 59
3. Hasil uji validitas dan reliabilitas........................................................ 64
4. Hasil pengolahan data regresi berganda.............................................. 66
5. Persepsi Konsumen terhadap Brosur MSM........................................ 68
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis,
karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan dan tumbuh
dengan baik di iklim tropis seperti Indonesia. Sedangkan minyak makan
merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok bangsa Indonesia.
Permintaan akan minyak makan di dalam dan luar negeri yang kuat
merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam
perekonomian bangsa. Nilai ekonomi kelapa sawit yang tinggi telah
menyebabkan perkebunan tanaman ini berkembang pesat di Indonesia dengan
produk utama minyak goreng sawit (Brodjonegoro, 2003).
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki potensi
ekonomi yang relatif besar. Di Indonesia, kelapa sawit lebih banyak dikenal
sebagai bahan baku CPO (Crude Palm Oil) yang kemudian diolah menjadi
minyak goreng sawit atau menjadi minyak sawit merah (MSM). MSM
mengandung komponen minor yang memiliki nilai nutrisi tinggi seperti
senyawa karotenoid dan vitamin E (alphatokoferol dan tokotrienol) dalam
jumlah yang sangat tinggi, yaitu masing-masing sekitar 500 ppm dan
600-1000 ppm (Susilawati dkk, 1997). Selain itu, kandungan karoten yang
tinggi memberikan warna merah cerah pada produk MSM juga memiliki
kandungan gizi sehingga produk tersebut sangat populer sebagai minyak
untuk kesehatan.
Dari sekian banyak produk hasil turunan kelapa sawit, MSM merupakan
minyak sawit yang diproses secara minimal, sehingga secara alami
mengandung tokoferol dan tokotrienol (konstituen dari vitamin E), serta
karotenoid (provitamin A) yang memberikan warna merah pada minyak
tersebut. Karotenoid kelompok alfa dan beta karoten berperan sebagai
pencegah defisiensi vitamin A (Muhilal, 1991), pencegah penyakit jantung
koroner dan kanker (Iwasaki dan Murakoshi, 1992) serta berperan
menghambat penuaan dini (May, 1994).
Gambar 1. Pohon Industri Kelapa sawit
Secara umum, proses produksi MSM ini prinsipnya sama dengan proses
produksi minyak sawit komersial, yaitu minyak goreng. Satu hal yang
membedakan hanyalah pada proses produksi, MSM ini tidak ada tahapan
bleaching (pemucatan) sehingga minyak masih tetap berwarna merah yang
kaya kandungan β-karoten akan memiliki prospek yang cerah di masa
mendatang. β-karoten merupakan salah satu komponen mikro di dalam
minyak sawit yang memiliki beberapa aktivitas biologis yang bermanfaat bagi
tubuh, antara lain menanggulangi kebutaan karena xeropthalnia, mencegah
timbulnya penyakit kanker, mencegah proses penuaan dini, mencegah
penyakit alzheimer, meningkatkan imunitas tubuh, serta sebagai pemusnah
radikal bebas (Fauzi dkk, 2002).
Prospek MSM sangat cerah, karena selain berfungsi sebagai minyak
kesehatan juga karena adanya permintaan terhadap minyak goreng yang
berasal dari minyak kelapa sawit (MKS) terus meningkat (Muhilal, 1991).
Peningkatan tersebut didukung dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
GDP (Gross domestic product) dunia. Disamping itu, prospek pemasaran
MSM juga dipengaruhi pesatnya perkembangan industri yang berbasis bahan
baku produk kelapa sawit. Dengan melihat kecenderungan pasar, perimbangan
faktor penawaran dan permintaan, maka prospek pemasaran MSM akan
cenderung meningkat.
Produk MSM merupakan produk baru yang belum ada di pasaran,
sehingga belum banyak dikenal di kalangan masyarakat umum. Oleh karena
itu, diperlukan promosi tentang manfaat, keunggulan produk dan mutu produk
kepada konsumen. Dalam konsep pemasaran, diperlukan terciptanya
hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak kunci, yaitu
pelanggan, pemasok, penyalur guna mempertahankan preferensi dan bisnis
jangka panjang. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
mendukung upaya tersebut adalah penerapan marketing mix atau bauran
pemasaran meliputi harga, produk, distribusi dan promosi. Bauran pemasaran
adalah salah satu cara pemasaran yang banyak digunakan untuk menempati
posisi yang penting dalam penyusunan strategi pemasaran (Kotler dan
Amstrong, 1997). Selain itu, persepsi konsumen dapat didefinisikan sebagai
2
tindakan-tindakan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan
menggunakan barang-barang atau jasa yang dipengaruhi lingkungan termasuk
proses pengambilan keputusan (Engel dkk, 1994). Persepsi konsumen
menjadi penting dilakukan guna memperoleh masukan dari konsumen tentang
produk yang dipasarkan dan proses pengambilan keputusan dalam pembelian
oleh konsumen.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal yang telah dijabarkan, maka permasalahan pada kajian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana tingkat penerimaan konsumen terhadap pemasaran secara
langsung door to door dari produk MSM ?
b. Faktor-faktor apakah yang mendasari konsumen dalam memilih MSM ?
c. Bagaimana perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian MSM ?
d. Bagaimana mengukur dampak perilaku konsumen terhadap strategi
pemasaran MSM dengan marketing mix atau bauran pemasaran tersebut ?
3. Tujuan
Tujuan kajian ini secara umum adalah mengetahui persepsi konsumen
dalam pengambilan keputusan pembelian dan alternatif strategi yang dapat
dilakukan dalam pemasaran MSM di perumahan Ciomas Permai Bogor.
Secara khusus, kajian ini bertujuan untuk ;
a. melakukan pemasaran secara langsung door to door.
b. mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan
konsumen dalam pembelian MSM.
c. mengevaluasi proses keputusan mengonsumsi MSM oleh konsumen.
d. mengkaji perilaku konsumen terhadap strategi pemasaran MSM yang
dilakukan oleh produsen dengan pendekatan marketing mix atau bauran
pemasaran.
3
4. Kegunaan
Kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi :
a. Kepada produsen maupun investor sebagai masukan dan informasi
pemasaran produk baru MSM yang dapat dilakukan dalam pengembangan
usahanya.
b. Sebagai perluasan kajian ilmu manajemen yang menyangkut bidang
manajemen pemasaran produk baru.
c. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan atau sejenisnya.
4
II. LANDASAN TEORI
1. Industri Minyak Kelapa Sawit
a. Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit
(Elaeis guinensis JACQ). Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari
serabut buah (pericarp) dan inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri
dari tiga lapis yaitu lapisan luar atau kulit buah yang disebut pericarp,
lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan paling
dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan kulit biji
(testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata-
rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%, dan
endocarp tidak mengandung minyak (Ketaren, 2005).
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai
dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas
asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan
dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit
bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak bebas
(ALB) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak
kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % ALB. Setelah pengolahan,
kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1% -
22,2% (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % - 2,1 % (terendah),
(Departemen Perindustrian, 2007).
Warna pada minyak kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang
mendapat perhatian khusus, karena minyak kelapa sawit mengandung
warna merah. Menurut Ketaren (2005), zat warna dalam minyak kelapa
sawit terdiri dari dua golongan, yaitu zat warna alamiah (karotenoid) dan
zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah.
Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti,
pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati
lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai
sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan
dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran.
Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu
internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam
tembaga, dan peroksida.
Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai
bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh
karena itu, keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya
harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat
ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari
sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama
pemrosesan dan pengangkutan (Departemen Perindustrian, 2007).
b. Minyak Sawit Merah (MSM)
Industri minyak goreng di Indonesia dalam proses produksinya
meliputi tahapan proses pemurnian. Proses pemurnian yang sering
diterapkan adalah pemurnian secara fisik, yang terdiri dari penghilangan
gum (degumming), penghilangan pigmen atau pemucatan (bleaching),
penghilangan bau (deodorizing) dan pemisahan fraksi padat dan fraksi cair
(fraksination). Fraksi cair atau RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized
Palm Olein) ini disebut sebagai minyak goreng. Proses penghilangan
pigmen atau pemucatan (bleaching) pada industri minyak goreng
dilakukan untuk menghilangkan pigmen warna, yaitu kandungan karoten
yang terdapat pada minyak sawit (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Di sisi lain, pengembangan proses pengolahan minyak sawit kaya
karoten yang dinamakan minyak sawit merah (MSM) dilatarbelakangi
oleh keprihatinan akan proses pemucatan (bleaching) pada pembuatan
minyak goreng sawit yang menghancurkan karotenoid untuk mendapatkan
warna kekuningan pada minyak sawit. Berdasarkan hasil analisa terhadap
kadar ALB, titik keruh, kadar karoten dinyatakan bahwa minyak sawit
merah kaya provitamin A bermutu baik. Karakteristik minyak sawit kaya
provitamin A dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Sifat fisikokimiawi minyak sawit merah kaya pro vitamin A
Parameter NilaiKomposisi asam lemak (%)MiristatPalmitatStearatOleatLinoleat
0,942,662,92
42,1211,39
Kadar asam lemak bebas (%) 0,04Kadar karoten (ppm) 420,24Titik keruh (0C) 8Bilangan iod (g I2/100g minyak) 56,4Kekentalan (cp) 57,39Indeks Refraksi 1,4631Titik asap (0C) 180
Sumber : Jatmika dkk (1996)
Kadar karoten minyak sawit merah lebih dari 60 kali kadar karoten
pada minyak goreng biasa. Kadar karoten minyak goreng sawit biasa
adalah 17 ppm dan minyak sawit merah 400-500 ppm. Sedangkan kadar
vitamin E minyak sawit merah minimum adalah 800 ppm dan kadar
vitamin E minyak goreng sawit biasa minimum 500 ppm (Jatmika dan
Guritno, 1997).
c. Proses pengolahan MSM
Tahap proses pengolahan MSM terdiri dari fraksinasi, netralisasi,
pemisahan sabun dan kotoran. CPO terdiri dari 2 fraksi, yaitu stearin
(lapisan bagian bawah yang berwujud padat) dan olein (lapisan bagian
bawah yang berwujud cair), kedua fraksi ini mempunyai sifat dan
komposisi yang berbeda. Untuk mendapatkan produk yang homogen dan
penampakan yang menarik, maka proses pengolahan MSM dilakukan
dengan fraksinasi stearin dan olein.
Pada umumnya proses fraksinasi dilakukan pada suhu ruang,
namun demikian pemisahan pada suhu ruang tidak optimal karena masih
ada stearin yang terbawa disaat pengambilan olein dan stearin yang tersisa
masih mengandung olein. Komposisi minyak ini tergolong sehat, karena
minyak yang sehat bagi tubuh adalah campuran yang seimbang antara
7
lemak jenuh, monounsaturated dan polyunsaturated dalam rasio 1 : 1 : 1
(Winarno, 1999). Konsumsi polyunsaturated terlalu banyak dapat
menyebabkan batu empedu menurunkan kadar high density lipoprotein
(HDL) bahkan dapat menyebabkan atherosclerosis (Winarno, 1999).
Proses produksi MSM dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses produksi MSM pda skala 5 liter (Wardi, 2008)
8
378 ml NaOH 11,1%
CPO (5 liter)
Fraksinasi pada suhu ruang
Olein Stearin
Dipanaskan hingga suhu 600C
Pengadukan 11,3 rpm selama 30,1 menit
Pengendapan selama 24 jam
Dipanaskan hingga suhu 300C
Sentrifuse 1000 rpm 15
MSM (olein)
Pengemasan dan pelabelan
Dipanaskan hingga suhu 600C
Penyaringan dengan saringan dapur
MSM (stearin)
Pengemasan dan pelabelan
2. Perilaku Konsumen
Ada dua elemen penting dari perilaku konsumen, yaitu (1) proses
pengambilan keputusan, dan (2) kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan
jasa-jasa ekonomis. Engel dkk (1994), mengemukakan perilaku konsumen
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung dalam
usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk
proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan
tersebut.
Perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1995) adalah
“consumer behavior may be defined as decision process and physical motivity
individuals image in when evaluating, acquiting, using or disposing of goods
and service”. (perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses
pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik melibatkan dalam
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang
dan jasa).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan individu, kelompok
atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan
untuk mendapatkan dan menggunakan barang-barang atau jasa yang
dipengaruhi oleh (1) faktor individual konsumen yang meliputi pendidikan
dan penghasilan konsumen; (2) pengaruh lingkungan; (3) strategi pemasaran
(Assael, 1987). Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, pemasar harus mampu
mengenal dan memahami tentang perilaku konsumennya.
Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana
konsumen membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya yang
dimilikinya (waktu, uang dan usaha) untuk memperoleh barang atau jasa yang
diinginkan. Model perilaku konsumen merupakan penyederhanaan dari
konsepsi mengenai bagaimana perilaku konsumen terjadi dan dibentuk oleh
peubah-peubah yang mempengaruhinya. Banyak model yang telah
dikembangkan dan salah satunya akan dibahas disini adalah model Engel dkk
(1994) yang dikenal dengan Engel, Kollat dan Blackwell (EKB).
9
Engel, dkk (1994) telah mengembangkan model yang komprehensif
yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk memahami proses
pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Model perilaku pengambilan keputusan EKB dapat dijelaskan pada Gambar 2.
Proses keputusan konsumen dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu
keputusan rasional (keputusan yang didasari atas pertimbangan yang cermat
dan evaluasi produk yang utilarian) dan keputusan hedonik, yaitu keputusan
yang berdasarkan atas pertimbangan simbolis, emosi, kesenangan indra,
lamunan dan estetika.
Menurut Engel, dkk (1994) keputusan konsumen terdiri dari lima
tahapan, yaitu :
a. Pengenalan kebutuhan
Tahapan pengenalan kebutuhan mulai dirasakan konsumen ketika
adanya ketidaksesuaian antara situasi konsumen sekarang dan keadaan
yang diinginkan. Jika tingkat ketidaksesuaian yang dirasakan itu berada di
bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhanpun tidak terjadi.
Tetapi apabila tingkat kesesuaian yang dirasakan itu berada di atas
ambang, maka terjadi pengenalan kebutuhan.
10
Gambar 2. Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor- faktor yang mempengaruhi (Engel dkk, 1994)
Pengaruh Eksternal(Pengaruh Lingkungan)
Kelas sosialPengaruh pribadiKeluarga
Perbedaan IndividuMotivasi dan
keterlibatanPengetahuanKepribadian dan gaya
hidup
Proses KeputusanPengenalan kebutuhanPencarian informasiEvaluasi alternatifPembelianEvaluasi setelah
pembelian
Proses PsikologisPengolahan informasiPembelajaran Perubahan
sikap/perilaku
b. Pencarian informasi
Pencarian informasi didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang
termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan (pencarian
internal) atau perolehan informasi dan lingkungan (pencarian eksternal).
Pencarian informasi yang dilakukan seseorang tergantung pada kekuatan
dorongannya, jumlah informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh
informasi tambahan, nilai yang diberikan pada informasi tambahan dan
kepuasan yang diperoleh dari pencarian tersebut. Jika pencarian informasi
secara internal tidak memadai untuk memberikan arah tindakan yang
memuaskan, maka pencarian akan beralih kepada pencarian eksternal.
Berdasarkan Kotler (1997), ada empat sumber informasi yang
diperoleh konsumen, yaitu sumber pribadi, sumber komersial, sumber
pengalaman dan sumber umum. Dalam kajian ini sumber informasi yang
digunakan adalah sumber pribadi yang terdiri dari keluara, teman, tetangga
dan kenalan. Sumber-sumber konsumen dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Sumber-sumber informasi konsumen (Kotler,1997)
c. Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif adalah konsumen mengevaluasi berbagai
alternatif dan membuat pertimbangan nilai yang terbaik untuk memenuhi
kebutuhan. Pada tahapan ini konsumen harus (1) menentukan kriteria
evaluasi yang digunakan, (2) memutuskan alternatif mana yang akan
dipertimbangkan, (3) menilai kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan
11
Sumber Informasi Konsumen
Sumber Pengalaman
PenangananPemeriksaanPenggunaan
Produk
Sumber Umum
Media massaOrganisasi Penilaian
Konsumen
Sumber Komersial
IklanSalesGrosirAgen
Sumber PribadiKeluargaTeman
TetanggaKenalan
dan (4) memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat suatu
pilihan akhir.
Dalam evaluasi alternatif, konsumen menggunakan dimensi atau
atribut tertentu yang disebut dengan kriteria evaluasi yang terdiri dari
harga, rasa, kemudahan memperoleh produk, kandungan gizi dan kriteria
asal yang bersifat hedonik (prestise dan status). Penentuan kriteria evaluasi
tertentu yang akan digunakan oleh konsumen selama pengambilan
keputusan akan bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah
pengaruh situasi, kesamaan alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan dan
pengetahuan.
Setelah menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk
menilai alternatif, maka konsumen memutuskan altenatif mana yang akan
dipertimbangkan. Tahap ini terdiri dari menentukan alternatif-alternatif
pilihan, menilai alternatif-alternatif pilihan dan terakhir menyeleksi kaidah
keputusan (Engel dkk, 1994).
d. Keputusan pembelian
Konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan akan
membeli, dimana membeli dan bagaimana membayar. Kotler (1995)
menerangkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi niat
pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap atau
pendirian orang lain. Sejauhmana pendirian orang lain dapat
mempengaruhi proses alternatif yang disukai seseorang tergantung pada
dua hal, yaitu (1) intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap
alternatif yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk
menuruti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan
semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, maka konsumen
akan semakin menyesuaikan maksud pembeliannya. Sebaliknya,
preferensi seseorang terhadap suatu merek akan meningkat, jika orang
yang disenangi juga menyukai keputusan yang sama. Faktor kedua yang
mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor
situasi yang tidak diantisipasi. Adanya faktor ini akan dapat mengubah
12
rencana pembelian suatu produk yang akan dilakukan konsumen. Tahapan
antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian (Kotler, 1997)
e. Evaluasi setelah pembelian.
Setelah pembelian terjadi, konsumen akan mengevaluasi hasil
pembelian yang dilakukannya. Hasil evaluasi setelah pembelian dapat
berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Jika konsumen merasa puas, maka
keyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap
pembelian selanjutnya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas
pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan,
komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk mempertahankan
pelanggan menjadi hal yang sangat penting dalam strategi pemasaran.
3. Persepsi Konsumen
Persepsi merupakan aktivitas penting yang menghubungkan konsumen
individual dengan kelompok, situasi dan pengaruh pemasar (Hawkins et al
1996). Persepsi didefinisikan oleh Craven (1997) sebagai proses dimana
individu memilih, mengorganisasi dan mengintepretasikan stimuli ke dalam
gambaran yang mempunyai arti dan masuk akal sehingga dapat dimengerti.
13
Evaluasi alternatif
Niat pembelian
Keputusan pembelian
Sikap orang lain
Situasi yang tidak diantisipasi
Menurut Kotler (1997) persepsi merupakan proses bagaimana individu
memilih, mengorganisasikan, dan mengintepretasikan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi
meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi
mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan,
pendengaran, penyentuhan perasaan dan penciuman. Jika informasi berasal
dari suatu situasi yang telah diketahui oleh seseorang, maka informasi yang
datang tersebut akan mempengaruhi cara seseorang mengorganisasikan
persepsinya. Hasil pengorganisasian persepsinya mengenai suatu informasi
dapat berupa pengertian tentang sesuatu obyek tersebut. Pengorganisasian
persepsi menurut Thoha (1993) meliputi kesamaan dan ketidaksamaan;
kedekatan dalam ruang; kedekatan dalam waktu.
4. Bauran Pemasaran
Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan berdasarkan itu, unit
usaha diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi
pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran
perusahaan, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran (Kotler, 1997). Pada
dasarnya, strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan
peubah-peubah seperti segmentasi pasar, indentifikasi pasar sasaran,
positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran (Tjiptono,
1995).
Salah satu konsep dalam teori pemasaran moderen adalah bauran
pemasaran. Menurut Kotler (1997), bauran pemasaran adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya
dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari empat unsur yang dikenal
dengan empat P (four P), yaitu Product (produk), price (harga), place (tempat)
dan promotion (promosi). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.
a. Strategi Produk
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu juga produk merupakan
alat bauran pemasaran yang paling mendasar. Macam produk dapat berciri
14
fisik dan dapat berciri jasa layanan. Strategi produk didefinisikan sebagai
suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan
dengan produk yang dipasarkan. Strategi produk yang tepat akan
menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul
dari para pesaingnya.
Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan, karena
produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia.
Produk dapat mencakup sesuatu benda fisik, jasa, prestise, tempat,
organisasi maupun ide. Menurut Kotler dan Amstrong (2001), terdapat
tiga aspek dari produk yang perlu diperhatikan, yaitu :
i. Produk Inti (Core Product)
Produk inti merupakan manfaat inti yang ditampilkan oleh suatu
produk kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
ii. Produk Yang Diperluas (Augmented Product)
Disamping manfaat inti atau produk inti, suatu produk mungkin
memberikan manfaat-manfaat tambahan yang lain kepada konsumen.
Produk ini mencakup berbagai tambahan manfaat yang dapat
dinikmati oleh konsumen dari produk inti yang dibelinya.
iii. Produk formal (Formal Product)
Produk formal adalah produk yang merupakan “menampilkan atau
mewujudkan“ dari produk inti maupun perluasan produknya, lebih
dikenal sebagai daya tarik yang tampak langsung (tangible offer) di
15
Gambar 5. Empat unsur dalam bauran pemasaran (Kotler, 1997)
Bauran Pemasaran
Produk Harga Promosi Tempat
Pasar sasaran
mata konsumen. Lima komponen yang terdapat pada produk formal
adalah desain atau bentuk coraknya, daya tahan atau mutu, daya tarik
atau keistimewaan, pengemasan atau bungkus dan nama merek atau
brand name.
b. Strategi Harga
Harga merupakan jumlah uang tertentu yang harus dibayar oleh
pelanggan untuk produk tertentu. Menurut Kotler (1997), harga suatu
produk merupakan ukuran terhadap besar kecilnya nilai kepuasan
seseorang terhadap produk yang dibelinya.
Strategi harga adalah satu-satunya strategi yang menghasilkan
pendapatan penjualan bagi perusahaan (Tjiptono, 1995). Strategi ini
meliputi memilih metode penetapan harga produk, memodifikasi harga
yang sudah ada, serta memprakarsai dan menanggapi perubahan harga.
Tujuan dari strategi harga ini adalah untuk mempertahankan pangsa pasar,
mencapai keuntungan maksimum dan mencapai pertumbuhan penjualan
yang tinggi. Sebelum penetapan harga dilakukan, perusahaan harus
menentukan apa yang ingin dicapai dari produk yang dipasarkannya,
dengan mempertimbangkan faktor pelanggan, pesaing dan biaya produksi.
c. Strategi Distribusi
Menurut Kotler (1997), saluran distribusi atau tempat adalah
himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil hak atau
membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa selama berpindah
dari produsen ke konsumen. Distribusi merupakan kegiatan pemasaran
yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan,
mengirim dan menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada
konsumen (Tjiptono, 1995).
Dalam pendistribusian ini dibutuhkan penyalur-penyalur, baik milik
perusahaan itu sendiri maupun yang bukan milik perusahaan. Perusahaan
yang bergerak di bidang distribusi ada beberapa macam, diantaranya agen,
penyalur, distributor, pedagang besar, pengecer dan perwakilan dagang di
16
luar negeri. Perusahaan harus mengerti berbagai jenis pengecer, pedagang
grosir dan perusahaan distribusi fisik.
d. Strategi Promosi
Produk yang sudah direncanakan dengan baik belum menjamin
keberhasilan pemasaran produk tersebut. Kegiatan promosi tidak boleh
terhenti hanya pada memperkenalkan produk kepada konsumen saja, akan
tetapi harus dilanjutkan agar konsumen menjadi tertarik dan kemudian
membeli produk tersebut. Promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan
yang dilakukan perusahaan dalam mengkomunikasikan kebagusan
produknya, membujuk, mengingatkan para pelanggan dan konsumen
sasaran untuk membeli produk tersebut (Kotler, 1997).
Alat-alat yang dapat digunakan untuk mempromosikan suatu produk
ada beberapa macam, yaitu :
i. Iklan atau advertensi yang dilakukan melalui surat kabar, majalah,
radio, televisi, dan lain-lain. Penentuan media harus sesuai dengan
konsumen sasaran.
ii. Promosi penjualan dilakukan dengan cara memberikan contoh produk
kepada calon konsumen atau demonstrasi ditempat yang ramai
dengan tujuan, agar langsung menarik perhatian konsumen.
iii. Publisitas digunakan untuk membentuk pengaruh secara tidak
langsung kepada konsumen agar tahu dan menyenangi produk yang
dipasarkan, yaitu dilakukan melalui berita disurat kabar, radio atau
televisi yang umumnya bersifat memasyarakat.
iv. Personal selling adalah kegiatan untuk melakukan kontak langsung
dengan calon konsumen, melalui cara door to door selling, mail
order, telephon selling dan direct selling.
Promosi ini merupakan suatu kegiatan yang sangat menentukan
untuk meningkatkan nilai penjualan dan pertumbuhan produk. Hal yang
harus diperhatikan dalam menetapkan kebijakan promosi adalah
menentukan tujuan komunikasi, memilih media yang tepat, waktu
penyampaian dan menetapkan anggaran promosi.
17
5. Strategi pemasaran MSM sebagai produk baru
a. Produk baru
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa promosi adalah salah satu faktor
yang diperlukan bagi keberhasilan dan strategi pemasaran yang diterapkan
suatu perusahaan terutama pada saat ini ketika era informasi berkembang
pesat, maka promosi merupakan salah satu senjata ampuh bagi perusahaan
dalam mengembangkan dan mempertahankan usaha terutama usaha dalam
pengembangan produk baru (Swastha, 1992).
Suatu produk tidak akan dibeli bahkan dikenal apabila konsumen
tidak mengetahui kegunaannya, keunggulannya, dimana produk dapat
diperoleh dan berapa harganya. Untuk itulah konsumen yang menjadi
sasaran produk atau jasa perusahaan perlu diberikan informasi yang jelas.
Peranan promosi berguna untuk memperkenalkan produk dan mutu kepada
masyarakat, memberitahukan kegunaan dari produk MSM kepada
masyarakat serta cara penggunaanya dan memperkenalkan produk baru
minyak untuk kesehatan (Gitosudarmo, 1994).
Oleh karenanya menjadi keharusan bagi perusahaan untuk
melaksanakan promosi dengan strategi yang tepat agar dapat memenuhi
sasaran yang efektif. Promosi yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan
perusahaan. Dimana harus diperhitungkan jumlah dana yang tersedia
dengan besarnya manfaat yang diperoleh kegiatan promosi yang
dijalankun perusahaan.
Sebagaimana diketahui bahwa keadaan dunia usaha bersifat
dinamis, yang selalu mengalami perubahan yang terjadi setiap saat dan
adanya keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu,
strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk
keberhasilan perusahaan umumnya dan pada bidang pemasaran
khususnya. Disamping itu, strategi pemasaran yang diterapkan harus
ditinjau dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan
lingkungan pasar tersebut. Dengan demikian, strategi pemasaran harus
dapat memberikan gambaran yang jelas dan terarah tentang apa yang
18
dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap kesempatan atau paduan
pada beberapa sasaran pasar.
Setelah perusahaan berhasil menciptakan produk yang dibutuhkan
dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode
penyampaian produk/jasa ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga
tiba pada tempat yang tepat, dengan harapan produk/jasa tersebut berada
ditengah-tengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan
produk baru tersebut (Stanton, 1986).
Langkah kegiatan untuk memperlancar arus produk adalah
memilih saluran distribusi (Channel of Distribution). Masalah pemilihan
saluran distribusi adalah masalah yang berpengaruh bagi pemasaran,
karena kesalahan dalam memilih distribusi dapat menghambat bahkan
memacetkan usaha penyaluran produk dari produsen ke konsumen.
Distributor-distributor atau penyalur ini bekerja aktif untuk
mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar
produk tersebut dapat diterima oleh konsumen dan konsumen loyal
terhadap produk baru. Dalam memilih saluran distribusi ini ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut (Jauch, 1993):
1. Sifat pasar dan lokasi pembeli
2. Lembaga-lembaga pemasaran terutama pedagang-pedagang perantara
3. Pengendalian persediaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan yang
ekonomis.
4. Jaringan pengangkutan.
Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan agen untuk
menyalurkan jasanya kepada konsumen. Salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan dalam kebijakan saluran distribusi adalah memperhitungkan
adanya perubahan persepsi konsumen pada masyarakat dengan pola
distribusi. Hal ini berkaitan dengan perlu distribusi mengikuti dinamika
para konsumen.
19
b. MSM sebagai minyak kesehatan
MSM merupakan pangan alami tanpa penggunaan senyawa
kimia dan perlakuan yang merusak kandungannya. Proses
pengolahan MSM tergolong minimal proses, perlakuan yang
merusak β-karoten dihilangkan. Peran lemak dan minyak bagi
kesehatan makin diperhatikan orang karena naiknya status sosial,
gaya hidup yang moderen dan berubahnya pola makan. Bukti-
bukti baru baik yang berkaitan dengan efek yang merugikan
maupun yang menguntungkan dalam mengonsumsi jenis lemak
tertentu banyak muncul di media masa atau majalah ilmiah.
Disamping yang sejalan, ada pula yang berlawanan, sehingga
diperlukan kesamaan pandangan tentang jumlah, jenis, komposisi
dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan konsumsi minyak
atau lemak dalam makanan sehari-hari.
Sehubungan dengan hal tersebut, para pakar kesehatan
masyarakat dan ahli ilmu dan teknologi pangan membahas
konsumsi lemak dan minyak yang ideal bagi kesehatan manusia.
Hasilnya berupa rekomendasi atau anjuran-anjuran yang sangat
bermanfaat baik bagi konsumen, penyuluh gizi, pengolah
makanan, ahli kesehatan, produsen dan distributor makanan serta
masyarakat dunia.
Rekomendasi yang dikeluarkan kelompok ahli FAO/WHO
(2000) tersebut meliputi konsumsi minimum lemak/minyak bagi
orang dewasa, bayi, dan balita; batas maksimal konsumsi
lemak/minyak; asam-asam lemak isomer, serta senyawa-senyawa
yang dihubungkan dengan konsumsi lemak/minyak, yaitu
antioksidan dan kakarotenoid; rekomendasi menyangkut konsumsi
asam lemak ensensial serta informasi gizi dan program-program
pembinaan yang diperlukan.
20
MSM lebih dianjurkan sebagai minyak makan untuk
menumis sayuran, daging dan bumbu. MSM juga baik digunakan
dalam pembuatan minyak salad, serta dapat digunakan sebagai
bahan fortifikasi makanan untuk produk pangan berbasis
minyak/lemak, seperti margarine dan selai kacang (Andarwulan
dkk, 2003). MSM tidak dianjurkan digunakan sebagai minyak
goreng, karena karotenoid yang terkandung didalamnya rusak
pada suhu tinggi. Namun demikian, pada label penggunaan
pemasaran MSM pada suhu tinggi hanya menurunkan efektifitas
vitamin A 15-75% (Jensen dkk, 1992). Penggunaan sebagai minyak
goreng dijadikan alternatif karena menggoreng merupakan
rutinitas yang dilakukan dalam pengolahan makanan.
Kemanfaatan vitamin A dan E kurang maksimal pada saat
digunakan untuk menggoreng, tetapi dapat dirasakan. Selain itu,
sifat vitamin A dan E sebagai antioksidan sehingga MSM dapat
dimanfaatkan sebagai minyak perawatan kulit, yaitu lulur dan
pijat. Produk MSM merupakan pangan fungsional untuk kesehatan
terutama untuk mengurangi risiko penyakit kanker dan jantung
(Britton dan Forambi, 1999).
Rekomendasi yang diberikan oleh kelompok ahli
FAO/WHO (2000) adalah sebagai berikut; (1) di negara-negara
dimana kekurangan vitamin A merupakan masalah gizi,
penggunaan minyak sawit merah akan dimurnikan, hendaknya
digunakan teknik-teknik yang dapat memelihara kandungan
karotenoid dan tokoferol (vitamin E) di dalamnya, dan (2) kadar
tokoferol dalam minyak makan harus cukup untuk menstabilkan
asam lemak tidak jenuh yang terdapat di dalamnya. Oleh karena
itu, bahan pangan dengan kandungan FUFA (polyunsaturated fatty
acid) tinggi harus mengandung minimal 0,6 mg tokoferol per gram
FUFA.
21
6. Persepsi konsumen terhadap beberapa produk baru
Wardi (2008) meneliti pengembangan produk minyak sawit merah
(MSM) dan introduksi pemasarannya. Berdasarkan hasil penelitian, produk
MSM pada skala 5 liter mempunyai asam lemak bebas (ALB) 0,19% dan
rendemen 87%. Rendemen total MSM dari produksi 400 liter adalah 350 liter
yang terdiri atas 200 liter stearin dan 150 liter olein. Biaya produksi untuk
produk stearin Rp. 6.000/kemasan dengan harga jual tanpa plastik segel dan
label produk Rp. 5.000/kemasan. Biaya produksi produk olein 1 dan olein 2
masing-masing adalah Rp 5.200/250ml dan Rp. 5.600/330ml dengan harga
jual masing-masing dengan plastik segel dan label produk adalah Rp.
15.000/250ml dan Rp. 7.500/330ml.
Untuk melihat penerimaan MSM di lingkungan IPB dilakukan survei
konsumen dengan menggunakan kuesioner kepada 30 orang responden. Hasil
Survei konsumen menunjukkan bahwa 83,33% telah menggunakan produk
MSM, hanya 16,67% yang belum menggunakan dengan alasan masih kurang
informasi tentang produk dan masih ragu dengan kemasan dan klaim produk.
Klaim produk yang paling banyak digunakan konsumen adalah sebagai
minyak tumis (84%). Warna produk diterima hanya 57,9% oleh responden.
Rasa dan aroma produk belum dapat diterima oleh konsumen, sehingga perlu
dilakukan deodorisasi. Manfaat produk belum dapat dirasakan oleh sebagian
besar konsumen (92%), karena belum dikonsumsi secara rutin. Harga produk
dinilai oleh responden sebagian besar (60%) menyatakan sesuai dengan mutu
dan kemasan yang digunakan dan 64% dari responden masih ingin
menggunakan produk kembali meskipun produk masih memiliki kekurangan
dalam mutu dan kemasan.
Dari hasil penelitian pemasaran yang telah dilakukan di kampus IPB
Darmaga tersebut, menyatakan bahwa sebagian besar telah mengkonsumsi.
Oleh karena itu, penulis mengkaji lebih lanjut di sekitar kampus IPB
Darmaga, yaitu di kecamatan Ciomas untuk mengkaji persepsi dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam memilih
produk baru MSM.
22
Rusma (2005) mengkaji tentang preferensi konsumen terhadap beras
organik konsumen rumah tangga di wilayah Bogor. Beras organik merupakan
produk dari pertanian padi dengan sistem budidaya organik. Tujuan kajian ini
secara umum adalah mengetahui perilaku konsumen beras organik konsumen
rumah tangga di wilayah Bogor. Kajian dilaksanakan di Lembaga Pertanian
Sehat (LPS) yang berlokasi di wilayah Bogor. Teknik penarikan sampel
dilakukan secara kebetulan (acidental sampling), yaitu 50 responden yang
dipilih merupakan konsumen beras organik yang bersedia untuk diwawancara.
Metode kajian yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis deskriptif
dan kuantitatif dengan analisis komponen utama (Principal Component
Analysis).
Dari hasil kajian, didapatkan hasil bahwa manfaat yang dicari dari
pembeli beras organik adalah untuk kesehatan. Pertimbangan awal dan
indikator mutu bagi konsumen dalam melakukan pembelian beras organik
adalah faktor rasa. Dari analisis komponen utama didapatkan enam peubah
utama yang paling mempengaruhi proses keputusan pembelian beras organik
adalah mutu, promosi, harga, pengaruh teman, rasa dan pengaruh keluarga.
Dari peubah tersebut dapat dirumuskan suatu strategi bauran pemasaran secara
kualitatif oleh produsen yang meliputi strategi produk dengan menjaga dan
meningkatkan mutu beras organik melalui pengawasan beras yang higienis,
keseragaman ukuran, pencapaian produk yang memenuhi standar
internasional; strategi harga dengan pemberian potongan harga dalam jumlah
pembelian tertentu; strategi promosi dengan cara penyebaran brosur dan
leaflet; strategi tempat dengan penataan tempat penjualan, pelayanan siap
antar dan menjamin kontinuitas ketersediaan produk.
Produk beras organik pada tahun 2005 merupakan produk yang relatif
baru di kota Bogor. Berdasarkan kajian dengan alat analisis komponen utama
didapatkan enam peubah utama yang paling mempengaruhi proses keputusan
pembelian beras organik dan strategi yang dilakukan oleh produsen. Penulis
mengkaji dengan alat analisis regresi berganda dan produk yang diteliti
produk baru.
23
Sastri (2003) Kajian Perilaku Konsumen Minyak Goreng Bimoli dan
Implikasinya terhadap Strategi Pemasaran Produk Bimoli. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen yang
membeli produk minyak goreng sawit, menganalisis sikap konsumen terhadap
berbagai atribut produk minyak goreng sawit bermerek, menganalisis atribut-
atribut apa yang menjadi keunggulan produk minyak goreng sawit bermerek
Bimoli dibandingkan dengan produk sejenis lainnya dari sisi konsumen, dan
untuk memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh PT. Intiboga
Sejahtera yang sesuai dengan kondisi saat ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah responden individu yang
mengonsumsi produk minyak goreng sawit bermerek (non curah) dan berada
di wilayah Jakarta. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
100 orang yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta, yaitu masing-masing 20
sampel di Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan
Jakarta Pusat. Pengambilan sampel dilakukan di hipermarket Carrefour Ratu
Plaza, Carrefour Duta Merlin, Carrefour MT Haryono, Carrefour Cempaka
Putih, dan Hero Sunter secara langsung (face to face). Sedangkan unit sampel
yang akan dianalisis adalah konsumen individu yang berusia 17 tahun ke atas
dengan asumsi bahwa pada usia tersebut konsumen secara individu dapat
memberikan penilaian secara benar dan logis serta dapat membuat keputusan
pembelian sendiri, disamping mengerti mengenai produk yang akan
dikonsumsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengenal merek
minyak goreng cukup beragam. Bimoli merupakan merek minyak goreng
sawit yang paling banyak dikenal (top of mind). Sebanyak 69% responden
menyebutkannya pada urutan pertama. Responden umumnya tidak
mengetahui karakteristik khas antara Bimoli Klasik dan Bimoli Spesial.
Mereka umumnya hanya tahu bahwa minyak goreng yang mereka gunakan
adalah minyak goreng Bimoli. Karena itu maka pembahasan selanjutnya
hanya menekankan pada merek dan pengguna Bimoli, tidak dipisah antara
merek dan pengguna Bimoli Klasik dan Spesial.
24
Strategi pemasaran yang dapat dilakukan Bimoli untuk mempertahankan
posisinya sebagai market leader adalah sebagai berikut: (1) Menyusun iklan
yang kreatif dengan pernyataan (statement) yang berkaitan dengan
positioning. (2) Menanamkan positioning baru Bimoli dengan iklan di media
elektronik dan media cetak yang sesuai dengan target pasar dari Bimoli, yaitu
ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang cukup
tinggi. (3) Menyusun program (event) marketing yang berkaitan dengan
karakter produk seperti menyelenggarakan demo masak, sponsor berbagai
acara dan seminar yang berhubungan dengan kesehatan. (4) Memperbaiki
layanan pelanggan bebas pulsa sebagai upaya untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan. (5) Meningkatkan distribusi produk Bimoli dengan kemasan 250
ml ke seluruh modern outlet seperti supermarket, hipermarket, dan
minimarket.
25
III. METODE KAJIAN
1. Lokasi dan waktu kajian
Lokasi kajian dilaksanakan di kompleks perumahan Ciomas Permai
Blok B Desa Ciapus Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi
ini dipilih dengan sengaja dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor : (1)
memiliki produsen minyak sawit merah dengan skala rumah tangga, (2)
konsumen yang mengonsumsi minyak sawit merah adalah konsumen kelas
menengah yang relatif banyak berdomisili di Perumahan Ciomas Permai.
Tugas akhir ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Mei sampai
bulan Juli 2008.
2. Jenis, pengumpulan dan sumber data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (observasi), diskusi dan
wawancara dengan konsumen yang telah mengonsumsi minyak sawit merah.
Data primer yang dikumpulkan meliputi identitas responden, persepsi dan
faktor-faktor dalam pengambilan keputusan pembelian minyak sawit merah.
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang terkait dengan
kajian, makalah-makalah seminar dan data-data statistik dari instansi-instansi
terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian dan
Perkebunan.
3. Metode Penentuan Responden
Responden yang dipilih sebagai sampel adalah keluarga yang
mengonsumsi minyak sawit merah yang berada di perumahan Ciomas Permai.
Responden tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa pernah mengonsumsi
minyak sawit merah. Untuk memudahkan pengambilan sampel di lapangan
maka teknik pengambilan sampel menurut kluster wilayah (area cluster
sampling) dengan menggunakan pendekatan lingkungan fisik dan tempat
tinggal. Selain kelas sosial, indikator seperti pekerjaan dan tempat tinggal
dijadikan pendekatan pada kajian (Kotler, 2002).
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, wilayah perumahan Ciomas
Permai dibedakan atas tiga kategori, yaitu kelas atas, menengah dan bawah.
Namun pada kajian ini difokuskan pada kelas menengah. Wilayah yang
mewakili kelas menengah adalah rumah tipe 21 dan 36 yang sudah direnovasi
dan memiliki penghasilan 2-5 juta per bulan. Pada kajian ini bahasan cakupan
penghasilan responden hanya digunakan sebagai indikator kelas menengah,
sedangkan tipe rumah dan kepemilikan mobil hanya membantu penulis di
lapangan memilah responden.
Dari masing-masing lokasi yang mewakili kelas menengah dilakukan
accidental sample, yaitu responden ada pada saat didatangi rumahnya dan
bersedia untuk diwawancarai. Dalam hal ini digunakan 35 sampel mewakili
rumah tangga kelas menengah di perumahan Ciomas Permai.
4. Kegiatan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode action reseach, yaitu penelitian
yang dilakukan langsung dengan melakukan penjualan langsung (door to
door) ke responden. Tahapan yang dilakukan pada pemasaran secara langsung
ini adalah sebagai berikut :
a Jumlah responden yang diambil dalam penelitian berjumlah 35 responden
dari 50 orang yang ditawarkan produk MSM. Hal tersebut didasarkan pada
kemampuan responden dalam merespon produk MSM dan menurut
Singarimbun (1995) menyatakan bahwa jumlah responden dalam
penentuan sampel minimal berjumlah 30 orang dianggap mewakili
populasi. Populasi merupakan seluruh subyek penelitian. Populasi menurut
Singarimbun (1995) adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisis yang
memiliki ciri-ciri yang akan diduga.
b Melakukan pengelompokkan responden berdasarkan jumlah blok di
Perumahan Ciomas Permai, Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas, Kabupaten
Bogor yang dijadikan objek penelitian adalah blok B.
c Produk ditawarkan secara langsung ke responden sebanyak 50 orang
dengan harga Rp. 15.000/225 ml, memberikan penjelasan terlebih dahulu
26
tentang kelebihan dan kekurangan produk MSM yang dijual melalui
bantuan brosur MSM. Bentuk brosur dapat dilihat pada Lampiran 1.
d Selanjutnya pemilihan responden dilakukan secara acak sampai
mendapatkan 35 responden sebagai sampel dalam penelitian.
e Satu minggu kemudian peneliti mendatangi responden yang telah membeli
produk MSM, untuk selanjutnya diberikan beberapa pertanyaan sesuai
dengan kuesioner kajian.
5. Pengolahan dan Analisis Data
Data-data tersebut dianalisis dalam tiga tahapan sebagai berikut :
a. Pengujian Kuesioner
Pengujian kuesioner dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
pertanyaan di dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden. Bentuk
kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2. Uji pendahuluan atau uji coba
yang dilakukan adalah uji validitas dengan menyebarkan kuesioner kepada
15 orang responden dengan kriteria responden adalah orang yang pernah
mengonsumsi minyak sawit merah.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode Cochran Q
Test, yaitu dengan memberikan pertanyaan tertutup kepada responden.
Pilihan jawaban dari pertanyaan tersebut sudah disediakan. Responden
dapat memilih atribut mana yang dianggap berkaitan dengan produk
minyak sawit merah. Atribut yang sudah disediakan ditentukan oleh
peneliti dengan melihat keadaan dan mengacu pada penelitian-penelitian
terdahulu. Adapun atribut-atribut yang diuji dapat dilihat pada Tabel 2.
Untuk mengetahui atribut yang valid, dilakukanlah tes Cochran
dengan prosedur sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis yang akan diuji, yaitu :
Ho : Kemungkinan semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh respondenHa : Kemungkinan semua atribut yang diuji tidak dipertimbang
kan oleh seluruh responden
27
Tabel 2. Daftar atribut yang akan diuji validitas
Atribut Skor1. Harga2. Isi
3. Kejernihan4. Aroma
5. Warna6. Citra rasa
7. Kemasan8. Kandungan gizi9. Manfaat10. Kemudahan didapat11. Pencantuman kode produksi,
kedaluarsa dan kehalalan
1 2 3 4 51 2 3 4 51 2 3 4 51 2 3 4 51 2 3 4 51 2 3 4 51 2 3 4 51 2 3 4 51 2 3 4 51 2 3 4 51 2 3 4 5
Keterangan : 1 (sangat tidak penting); 2 (tidak penting); 3 (agak penting); 4 (penting); 5 (sangat penting)
2. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut :
( )
∑∑
∑∑
−
−−
= n
ii
n
ii
k
ii
k
ii
hit
RRk
CCkk
Q2
221
keterangan :
k = jumlah atribut yang diujiCi = jumlah skor atribut iRi = jumlah skor responden i
3. Penentuan Q tabel dengan α = 0,05, derajat kebebasan (dk) =
k−1, maka diperoleh Qtab (0,05 ; dk) dari tabel Chi square
Distribution.
4. Keputusan :
Tolak Ho dan terima Ha, jika Qhit > Qtab
Terima Ho dan tolak Ha, jika Qhit < Qtab
28
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha
(α). Uji ini dilakukan untuk mengetahui keandalan kuesioner. Nilai
dari r11 dibandingkan dengan nilai pada rtabel. Apabila nilai r11 lebih
besar dari nilai rtabel maka dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut
reliabel. Rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen
yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai. Rumus ini
ditulis seperti berikut :
r11 =
σ
σ∑−
− 2t
2b1
1kk
dimana :
r11 = reliabilitas konsumenk = banyaknya butir pertanyaan
2tσ = varian total
2bσ∑ = jumlah varian butir
b. Tabulasi Deskriptif
Penggunaan tabulasi deskriptif ditujukan untuk mendapatkan
karakteristik responden secara deskriptif, selain itu dengan tabulasi
deskriptif dapat mengetahui sebaran pengambilan keputusan
pembelian produk MSM oleh responden. Tabulasi yang digunakan
adalah tabulasi dengan penjelasnya menggunakan tabel frekuensi.
c. Regresi Berganda
Metode yang digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif
adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan penghitungan
menggunakan program komputer SPSS. Peubah yang dianalisis
dalam kajian ini dibedakan menjadi peubah dependen (Y) dan
peubah independen (X).
Peubah dependen adalah peubah tergantung yang
keberadaannya dipengaruhi peubah lainnya. Dalam penelitian ini
peubah dependen adalah persepsi konsumen. Peubah independen
merupakan peubah bebas yang mempengaruhi peubah dependen
29
terdiri dari sebelas peubah, yaitu harga, isi, kejernihan, aroma,
warna, citra rasa, kemasan, kandungan gizi, manfaat, kemudahan
didapat, pencantuman kode produksi, kedaluarsa dan kehalalan.
Persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + … + b11X11 + ei
Keterangan:Y = Peubah dependen (persepsi konsumen)a = Konstanta X1 = Harga X2 = IsiX3 = Kejernihan X4 = AromaX5 = WarnaX6 = Citra rasa X7 = KemasanX8 = Kandungan giziX9 = ManfaatX10 = kemudahan didapat X11 = Pencantuman kode produksib = Koefisien parsial / koefisien regresi X terhadap Yei = Faktor error/disturbancea dan b dapat ditemukan dengan menggunakan rumus berikut :
Untuk menguji apakah pertanyaan hipotesis benar digunakan
Uji statistik Uji-t. Menentukan H0 dan H1 (Hipotesis nihil dan
Hipotesis alternatif). Jika signifikansi nilai t > 0,05 maka tidak ada
pengaruh yang signifikan antara peubah bebas terhadap peubah
terikat, artinya H0 diterima dan menolak H1 pada tingkat signifikansi
α = 5%. Namun apabila nilai t-sig > 0,05 dan t-sig < 0,10 maka ada
pengaruh yang signifikan pada signifikansi α = 10%. Hipotesis uji t
adalah sebagai berikut :
30
Ho :Terdapat beda antara persepsi konsumen dengan sebelas peubah independen (harga, isi, kejernihan, aroma, warna, citra rasa, kemasan, kandungan gizi, manfaat, kemudahan didapat, pencantuman kode produksi, kedaluarsa dan kehalalan)
H1 : Tidak terdapat beda antara persepsi konsumen dengan sebelas peubah independen (harga, isi, kejernihan, aroma, warna, citra rasa, kemasan, kandungan gizi, manfaat, kemudahan didapat, pencantuman kode produksi, kedaluarsa dan kehalalan)
Uji Ketepatan Model (Uji F) dilakukan untuk mengetahui
bagaimanakah pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tak
bebas secara bersama-sama. Uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Menentukan H0 dan H1 (Hipotesis Nihil dan Hipotesis
alternatif). Kriteria uji-F, Apabila F-hitung > F tabel maka H0
ditolak, berarti signifikan. Sebaliknya, apabila F-hitung < F tabel
maka H0 diterima yang berarti tidak signifikan.
Ho :Terdapat pengaruh secara bersama-sama antara persepsi konsumen dengan sebelas peubah independen (harga, isi, kejernihan, aroma, warna, citra rasa, kemasan, kandungan gizi, manfaat, kemudahan didapat, pencantuman kode produksi, kedaluarsa dan kehalalan)
H1 : Tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama antara persepsi konsumen dengan sebelas peubah independen (harga, isi, kejernihan, aroma, warna, citra rasa, kemasan, kandungan gizi, manfaat, kemudahan didapat, pencantuman kode produksi, kedaluarsa dan kehalalan)
31
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Karakteristik umum responden minyak sawit merah (MSM) dalam
kajian ini dapat ditunjukkan dari usia, pekerjaan, besar pengeluaran keluarga
per bulan, tingkat pendidikan dan jumlah anggota dalam keluarga (Tabel 3).
Tabel 3. Karakteristik umum responden minyak sawit merah
No. Karakteristik Responden Jumlah(orang)
Persentase (%)
1 Usia20- 27 tahun28- 35 tahun36-43 tahun44-51 tahun>52 tahun
1161431
3464083
Total 35 1002 Pekerjaan
Pegawai negeriPegawai swastaWirausahaIbu rumah tangga
631
25
1793
71Total 35 100
3 Pengeluaran Keluarga/Bulan< Rp. 1.500.000Rp. 1.500.000 – <Rp. 2.500.000Rp. 2.500.000 – <Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000
218132
651376
Total 35 1004 Pendidikan Terakhir
SDSLTADiplomaSarjanaPascasarjana
122291
3636
262
Total 35 1005 Status Dalam Keluarga
Ayah/SuamiIbu/IstriAnak
5282
14806
Total 35 1006 Jumlah Anggota Keluarga
1-2 orang3-4 orang> 5 orang
1277
37720
Total 35 100
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa, responden MSM
didominasi oleh konsumen yang berusia antara 28-35 tahun, yaitu 45%.
Banyaknya konsumen pada tingkatan umur di atas, karena MSM sebagai
minyak untuk kesehatan, dimana konsumennya sebagian besar kalangan
golongan usia menengah dan keluarga muda yang sejak dini sudah
memperhatikan kesehatan.
Sebagian besar dari responden merupakan ibu rumah tangga (71%)
dan sebagian kecil sebagai pegawai negeri (17%). Penggunaan produk MSM
sependapatan dengan hasil penelitian Wardi (2008) menyatakan bahwa
perempuan berpendidikan SLTA (50%) dan perempuan berpendidikan
perguruan tinggi (28%) menempati urutan pertama dan kedua. Perempuan
adalah ibu rumah tangga yang sangat memperhatikan kesehatan keluarga dan
produk terkait dengan tugas wanita sebagai ibu rumah tangga.
Besar pengeluaran per bulan yang dikeluarkan responden adalah Rp.
1.500.000 – <Rp. 2.500.000 (51%) dan Rp. 2.500.000 – <Rp. 3.000.000
(37%). Berdasarkan besar pengeluaran yang dilakukan dapat digolongkan
bahwa sebagian besar konsumen MSM merupakan kelas menengah ke atas.
Tingkat pendidikan didominasi oleh responden yang berpendidikan
SMA sebesar 63% dan sarjana (26%). Hal ini berarti faktor pendidikan
mencerminkan pengaruh konsumen di dalam pengambilan keputusan
pembelian MSM. Jumlah keluarga responden kebanyakan berjumlah kurang
dari 4 orang (77%) dan status responden didominasi oleh ibu/istri (80%). Hal
ini sesuai dengan pengamatan di lapangan yang menunjukkan pembeli banyak
diwakili oleh kaum perempuan yang mengerti dan mengetahui kebiasaan
keluarga dalam mengonsumsi minyak sawit.
2. Pemasaran
Penentuan strategi segmentation, targeting dan positioning (STP) yang
tepat merupakan tahapan yang menentukan keberhasilan pemasaran, dimana
pada tahap ini ditentukan pasar mana yang akan diraih. Perusahaan MSM
memiliki pangsa pasar yang jelas, yaitu konsumen menengah ke atas sebagai
segmen pasarnya, dengan memproduksi minyak untuk kesehatan.
33
Berdasarkan penelitian Wardi (2008) menyatakan ada tiga jenis produk
dari sawit merah yang dipasarkan, yaitu satu produk dari strearin dan dua
produk dari olein. Produk olein dilengkapi dengan merek, label dan kemasan
botol sedangkan produk stearin hanya dilengkapi dengan satu atribut produk,
yaitu kemasan plastik. Produk olein (225 ml) dengan sasaran golongan yang
peduli kesehatan dan tidak sensitif harga, positioning minyak kesehatan kaya
vitamin A dan E dengan mutu terjamin. Produk olein (330 ml) dan dengan
sasaran golongan yang peduli kesehatan dan sensitif harga.
Pemasaran produk pada kajian ini adalah pemasaran produk olein (225
ml) yang dilakukan dengan cara sistem penjualan langsung kepada konsumen.
Sedangkan produk olein (330 ml) dan produk strearin tidak dipasarkan.
Produk ditawarkan secara langsung ke responden sebanyak 50 orang, namun
produk yang terjual hanya 35 produk. Produk yang dijual olein (225 ml) harga
Rp.15.000/botol. Menurut Kotler (2001) menyatakan bahwa zero-level
Channel (Direct Marketing Channel), dimana produsen menjual secara
langsung kepada konsumen. Tiga cara utama dari penjualan langsung adalah
door to door, mail order dan manufacturer owned stored. Proses dalam
menawarkan adalah dengan cara memperkenalkan produk pada keunggulan
produk dari kemanfaatan dan harga yang terjangkau. Rataan kunjungan ke
konsumen dilakukan 1 kali kunjungan konsumen langsung membeli (86%)
dan 2-3 kali menawarkan dan beli (14%).
Sistem penjulan langsung dilakukan dengan sistem menawarkan
produk dari rumah ke rumah (door to door) dipilih sebagai cara
memperkenalkan produk baru yang dianggap efektif pada proses penjualan.
Namun demikian, loyalitas konsumen rendah (Kotler, 2001). Kegiatan
promosi yang dilakukan dalam pemasaran MSM, antara lain kemasan yang
dilengkapi dengan merek perusahaan dan keterangan-keterangan tentang
produk. Kegiatan promosi lain yang dapat dilakukan dengan memberikan
potongan harga kepada konsumen yang membeli atau memesan MSM dalam
jumlah tertentu. Selain itu, pengenalan produk kepada masyarakat konsumen
yang belum pernah mengonsumsinya.
34
3. Validitas Dan Reliabilitas
Pengukuran validitas pada instrumen ini dilakukan dengan korelasi
Rank Spearman antara skor butir pertanyaan dengan total skornya.
Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana pertanyaan dapat
dimengerti dan dipahami oleh responden. Jika butir pertanyaan berkorelasi
secara signifikan dengan total skor pada taraf α = 0,6 maka butir pertanyaan
dinyatakan valid. Pengukuran validitas dan reliabilitas dengan cara
mengujicobakan kuesioner kepada 15 responden, bahwa seluruh butir
pertanyaan yang digunakan valid, hal ini ditunjukkan masing-masing butir
berkorelasi signifikan dengan total skor nilai signifikan < 0,05 (Nurgiyantoro,
2000). Hasil uji validitas untuk peubah persepsi konsumen dapat dilihat pada
Tabel 4 dan hasil uji validitas untuk peubah faktor- faktor pengambilan
keputusan pembelian minyak sawit merah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Hasil uji validitas untuk peubah persepsi konsumen
Peubah α Cronbach KetTingkat kejernihan Harga terjangkauKemudahan diperoleh Kandungan gizi kaya β-karoten Ukuran kemasan yang menarik
0,85280,78160,67950,70850,6494
ValidValidValidValidValid
Tabel 5. Hasil uji validitas untuk peubah faktor- faktor pengambilan keputusan pembelian MSM
Peubah α Cronbach KetHarga Isi Kejernihan Aroma WarnaCita rasa Kemasan Kandungan gizi Manfaat Kemudahan didapat Kode produksi, kedaluwarsa, kehalalan
0,58700,62380,59120,51950,67050,58380,58280,59840,53570,62700,6780
ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid
35
Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa nilai reliabilitas yang
dicapai pada peubah persepsi konsumen adalah sebesar 0,7845 dan pada
peubah faktor-faktor pengambilan keputusan sebesar 0,6264. Nilai alpha
tersebut lebih besar dari 0,6 artinya instrumen yang digunakan valid.
4. Keputusan dalam Pembelian Minyak Sawit Merah
a. Tahap Proses Keputusan Pembelian
Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan
membeli tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu proses yang terdiri
dari beberapa tahapan. Berdasarkan Model Engel, dkk (1994) terdapat
lima tahapan proses keputusan pembelian konsumen, yaitu (1) pengenalan
kebutuhan, (2) pencarian informasi, (3) Evaluasi alternatif, (4) pembelian
dan (5) perilaku setelah pembelian. Begitupula dalam proses keputusan
pembelian MSM.
1) Pengenalan Kebutuhan
Proses keputusan pembelian dimulai dengan tahap awal, yaitu
pengenalan kebutuhan oleh konsumen. Pada umumnya, konsumen
mulai mengenal kebutuhan MSM tersebut pada saat konsumen mulai
menyadari manfaat yang diperoleh, jika membeli dan mengonsumsi
MSM tersebut.
Hasil analisis menunjukkan terdapat 34% dari keseluruhan
responden menyatakan bahwa manfaat yang dicari dari pembelian
MSM adalah produk higienis. Produk yang diproduksi sudah
memenuhi standar pabrikan walaupun diproduksi pada skala industri
kecil sehingga tingkat higienis produk dapat dimaksimalkan.
Manfaat lainnya yang dicari adalah mutu yang baik dan
menjaga kesehatan. Kemanfaatan mutu yang baik adalah produk
merupakan pangan alami tanpa penggunaan kimia dan perlakuan yang
merusak kandungan beta karoten dan minyak ini tidak mengalami
proses degumming, netralisasi, pemucatan dan deodorisasi (Ketaren,
1986). Selain itu, Produk MSM dapat menjaga kesehatan adalah
36
kandungan gizi kaya vitamin A dan E sehingga dapat mencegah
penyakit kanker, jantung dan tidak menyebabkan batuk. Manfaat yang
dicari konsumen dalam pembelian MSM dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Alasan pembelian MSM bagi konsumen
Setelah diketahui manfaat yang dicari, maka ada beberapa
motivasi tertentu yang mendorong konsumen dalam melakukan
pembelian MSM seperti faktor harga, kemudahan memperoleh,
kandungan gizi dan keingintahuan dari diri konsumen, sehingga
konsumen mencoba membeli.
Faktor harga merupakan sumber motivasi utama dalam
pembelian MSM, yaitu 74% dari total responden. Hal lainnya yang
mendorong konsumen dalam melakukan pembelian MSM adalah
harga yang terjangkau. Sesungguhnya, harga jual minyak sawit merah
ini bersaing dengan produk minyak sawit goreng, namun demikian
harga ini menjadi hal yang memotivasi konsumen. Hal ini senada
dengan hasil penelitian Wardi (2008) menyatakan bahwa harga produk
dinilai cocok dengan manfaat dan kandungan produk bagi konsumen
(60%) dan 40% menyatakan tidak sesuai dengan alasan harga
tergolong mahal, tidak bersaing dengan produk minyak yang
dipasaran, manfaat produk belum terasa dan masih banyak kekurangan
dari produk tersebut.
37
Sehat/tidak menyebabkan
batuk26%
Mutu yang baik29%
Higienis34%
Lainnya11%
Selain itu, faktor kandungan gizi MSM yang kaya vitamin A
dan E merupakan sumber motivasi kedua (26%) dari total responden.
Hal ini ditunjukan dalam pelabelan yang ada pada brosur yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Faktor yang menjadi sumber motivasi
konsumen dalam pembelian minyak sawit merah dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Motivasi konsumen dalam pembelian MSM
Motivasi Konsumen (orang)
Persentase (%)
HargaKandungan gizi kaya vitamin A dan E
269
7426
Jumlah 35 100
Berkaitan dengan tingkat keterlibatan konsumen, jika tidak
membeli MSM menyatakan biasa saja 71% dari total responden. Hal
ini disampaikan bahwa substitusi MSM cukup banyak diantaranya
minyak jagung, minyak kedelai, minyak goreng, virgin coconut oil
(VCO) dan responden yang menyatakan merasa ada yang kurang 29%.
Responden merasa cocok dalam mengonsumsi MSM sehingga jika
tidak menggunakan merasa ada yang kurang. Tingkat keterlibatan
konsumen, jika tidak membeli minyak sawit merah dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Tingkat keterlibatan konsumen dalam pembelian MSM
Tingkat keterlibatan Konsumen (orang)
Persentase (%)
Merasa ada yang kurang Biasa saja
1025
2971
Jumlah 35 100
2) Pencarian Informasi
Setelah konsumen merasakan dan mengenali kebutuhan yang
ingin dipenuhinya melalui pemahaman manfaat yang dicari, serta
38
adanya tingkat keterlibatan dalam mengonsumsi MSM, konsumen
akan mencari informasi sebanyak mungkin tentang MSM yang ingin
dibelinya. Pencarian informasi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
secara internal berdasarkan ingatan (informasi dari ingatan diri sendiri)
dan secara eksternal melalui sumber pribadi (keluarga, teman) dan
sumber komersial (iklan/promosi). Sumber informasi menjelaskan
darimana konsumen mengetahui atau mendapatkan informasi
mengenai suatu produk.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 43% sumber informasi
mengenai MSM yang diperoleh konsumen secara internal (diri sendiri)
sedangkan sumber informasi ekternal diperoleh dari teman (34%),
keluarga (14%) dan selebihnya dari orang lain/asing. Adanya sumber
informasi tersebut merangsang pembelian, karena diantara konsumen
dan sumber informasi sudah saling mengenal, sehingga informasi yang
didapatkan konsumen dapat dipercaya.
Dalam sumber informasi tidak dimasukkan peubah iklan yang
merupakan sumber komersial, karena dari pihak pemasaran minyak
sawit merah sendiri tidak pernah mengadakan iklan sampai saat ini
dalam bentuk apapun. Sumber informasi mengenai minyak sawit
merah yang diperoleh konsumen dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Sumber informasi konsumen dalam pembelian MSM
Dengan didapatkannya berbagai informasi melalui berbagai
sumber seperti melalui diri sendiri, keluarga, teman atau orang lain,
39
Diri sendiri43%
Teman34%
Keluarga14%
Lainnya9%
Surat kabar3%
Tabloid6%
Brosur71%
Lainnya20%
Brosur71%
Lainnya20%
Tabloid6%
Surat kabar3%
maka salah satu sumber tersebut dapat menjadi media yang
mempengaruhi konsumen dalam pembelian MSM. Media yang paling
mempengaruhi konsumen dalam pembelian MSM adalah brosur
(71%). Hal ini dibuktikan bahwa faktor yang membuat konsumen
tertarik untuk membeli adalah brosur (48%). Kemenarikan brosur yang
diproduksi adalah mudah dimengerti dan dipahami, yaitu 80% dari
total responden (Lampiran 5). Media yang paling mempengaruhi
konsumen dalam pembelian minyak sawit merah dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Media yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian MSM
3) Evaluasi Alternatif
Setelah konsumen memiliki informasi yang cukup tentang hal-
hal yang berkaitan dengan produk yang akan dibeli, maka selanjutnya
melakukan evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif diartikan sebagai
suatu proses, di mana suatu alternatif dievaluasi dan dipilih untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
Pada tahap ini, konsumen menetapkan kriteria-kriteria yang
relevan dengan keinginannya untuk dapat membuat suatu keputusan
yang dirasakan paling bermanfaat untuk memecahkan masalahnya.
Kriteria ini dijadikan pertimbangan awal dalam pembelian MSM, yaitu
tingkat kejernihan produk MSM (80%), kemudahan dalam
40
memperoleh produk (66%), harga yang terjangkau (63%), ukuran
kemasan yang menarik (60%) dan kandungan gizi kaya β-karoten
(51%).
Pertimbangan awal konsumen dalam pembelian MSM
didasarkan pada pertanyaan dari sangat setuju, setuju, agak setuju,
tidak setuju, sangat tidak setuju. Berdasarkan hal tersebut tingkat
kejernihan menjadi dasar pertimbangan dengan skor persentase
tertinggi, sehingga produsen perlu memperhatikan tingkat kejernihan
produk. Faktor yang menjadi pertimbangan awal konsumen dalam
melakukan pembelian MSM dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pertimbangan awal konsumen dalam pembelian MSM
Indikator Persentase (%)Agak setuju
setuju Sangat setuju
Tingkat kejernihanHarga yang terjangkauKemudahan diperolehKandungan gizi kaya vitaminUkuran kemasan
3
6
2037314934
8063665160
Faktor yang menentukan mutu MSM dibandingkan dengan
minyak sawit lain berdasarkan jawaban responden adalah kandungan
gizi β-karoten (54%). Hal ini dipertegas bahwa proses produksi MSM
tidak mengalami proses degumming, netralisasi, pemucatan dan
deodorisasi sehingga produk merupakan pangan alami tanpa
penggunaan kimia dan perlakuan yang merusak kandungan beta
karoten.
Faktor lain seperti baik untuk digoreng (11%), tidak bau tengik
(11%), tidak mudah beku (9%), faktor-faktor lainnya (9%) dan tidak
berwarna (6%) dianggap oleh responden sebagai faktor yang bukan
menunjukkan mutu MSM. Faktor yang menunjukan kualitas MSM
dapat dilihat pada Gambar 9.
41
Gambar 9. Faktor yang menunjukan mutu MSM
4) Proses Pembelian
Tujuan akhir dari tahapan pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi dan evaluasi alternatif adalah untuk melakukan tindakan
pembelian. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen menyusun daftar
pilihan yang diikuti dengan adanya kemungkinan konsumen
membentuk niat-niat untuk membeli produk yang disukai.
Dalam melakukan proses pembelian, konsumen mengambil
keputusan mengenai penentu keputusan dan besarnya pengeluaran
yang dikeluarkan untuk pembelian produk. Keputusan pembelian
MSM dalam keluarga ditentukan sebagian besar oleh ibu/istri (80%).
Hal ini terjadi karena ibu/istri mengetahui kebiasaan keluarga dan
mengerti apa yang diperlukan oleh keluarga. Keputusan pembelian
MSM dapat dilihat pada Tabel 10.
Gambar 10. Penentu pembelian MSM dalam keluarga
42
Ibu/istri80%
Anak6%
Lainnya3%
Ayah/suami11%
Kandungan gizi54%
Lainnya9%
Baik untuk digoreng
11%Tidak bau
tengik11%
Tidak mudah beku9%
Tidak berwarna6%
< Rp. 30.00043%
Rp. 30.000 - <Rp. 75.000
51%
> Rp. 75.0006%
Sastri (2003) menyatakan bahwa secara demografis Bimoli
diperuntukkan untuk wanita yang telah menikah, dalam hal ini
keluarga merupakan segmen utama Bimoli. Hal ini mendukung bahwa
kaum ibu memiliki prosentase terbesar dalam proses pembelian
minyak sawit. Besarnya pengeluaran responden dalam pembelian
minyak sawit cukup bervariasi. Besar pengeluaran minimal yang
dikeluarkan responden dalam kurun satu bulan pembelian adalah Rp.
15.000 dan maksimal mencapai Rp. 140.000 dengan produk yang
dibeli adalah produk olein (225 ml). Rataan besar pengeluaran per
bulan untuk pembelian minyak sawit adalah Rp. 30.000 – Rp. 75.000
(51%). Besar pengeluaran per bulan untuk pembelian minyak sawit
dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Pengeluaran per bulan untuk pembelian minyak sawit
5) Perilaku Setelah Pembelian
Perilaku proses keputusan tidak berhenti pada tahap pembelian.
Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi apakah pembelian yang
dilakukan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hasil dari tahap setelah
pembelian adalah bentuk kepuasan atau ketidakpuasan. Keyakinan dan
sikap yang terbentuk pada tahap ini berpengaruh pada niat pembelian
di masa akan datang.
Dari hasil analisis, diketahui bahwa sebanyak 94% responden
menyatakan puas akan pembelian MSM dan 6% menyatakan tidak
43
merasa puas, karena ada responden yang menganggap ketidakjernihan
MSM dan tidak tersedianya MSM di berbagai tempat pembelanjaan.
Bagi yang merasa puas karena kandungan gizi yang kaya akan vitamin
A dan E tinggi dan mutu yang baik serta harga yang terjangkau untuk
keluarga. Tingkat kepuasaan konsumen setelah mengkonsumsi MSM
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Tingkat kepuasaan konsumen setelah mengkonsumsi MSM
Sikap Konsumen (orang)
Persentase (%)
PuasTidak puas
332
946
Jumlah 35 100
Tingkat kepuasan dapat menumbuhkan loyalitas konsumen
terhadap produk. Hal ini dapat dilihat dari tindakan konsumen ketika
ada produk minyak sawit biasa mengadakan promosi. Sebagian besar
responden tidak terpengaruh dengan promosi tersebut (86%). Tindakan
konsumen jika ada produk minyak sawit biasa mengadakan promosi
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Tindakan konsumen setelah mengkonsumsi MSM
Sikap Konsumen (orang)
Persentase (%)
Beralih kepada produk lainTidak ada pengaruh
530
1486
Jumlah 35 100
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa proses keputusan pembelian yang pertama kali
dilakukan oleh responden MSM melalui kelima tahapan proses
keputusan. Tetapi jika untuk responden yang sering membeli,
memungkinkan keseluruhan tahapan tidak dilalui dalam pengambilan
keputusan pembelian MSM. Untuk itu, dilakukan upaya
44
mengidentifikasi faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen pada
proses keputusan pembelian MSM.
Tujuan responden mempertimbangkan berbagai faktor di dalam
proses keputusan pembelian MSM adalah untuk mendapatkan hasil
pembelian yang sesuai dengan harapannya sehingga yang
bersangkutan merasa puas dan akan menimbulkan loyalitasnya
terhadap produk untuk melakukan pembelian ulang. Ringkasan proses
keputusan pembelian MSM dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Proses keputusan pembelian MSMNo. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KETERANGAN PILIHAN1 Pengenalan Kebutuhan
Manfaat pembelian minyak sawit merahMotivasiKeterlibatan
HigienisHarga terjangkauBiasa saja
2 Pencarian InformasiSumber InformasiMedia yang paling mempengaruhi
Diri sendiriBrosur
3 Evaluasi AlternatifPertimbangan awalUnsur kualitas
Tingkat kejernihanKandungan gizi β-karoten
4 PembelianPengambil keputusanBesar pengeluaran
Ibu/istriRp. 30.000-Rp.75.000
5 Evaluasi Setelah PembelianTingkat kepuasan Loyalitas pada promosi produk
PuasTidak ada pengaruh dengan promosi produk lain
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap pemasaran MSM
Hasil analisis regresi pengaruh peubah bebas terhadap peubah
terikat (persepsi konsumen), baik secara bersama-sama maupun secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap persepsi konsumen dapat dilihat
Pada Lampiran 4. Hal ini didasarkan pada hasil uji statistik dengan uji F
(F-tes) adalah sebesar 44,63 dengan tingkat signifikasi 0,001 berarti
seluruh peubah bebas yang ada dalam model ini, yaitu harga, isi,
kejernihan, aroma, warna, citrarasa, kemasan, kandungan gizi β-karoten,
manfaat, kemudahan memperoleh dan pencantuman kode produksi secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap persepsi konsumen. Hasil
45
10851 176,3424,1908,0275,1682,10 xxxxY ++−−=
analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen
terhadap pemasaran MSM dapat dilihat pada Tabel 12.
Besarnya R2 = 0,825, angka ini memberi arti bahwa sebesar 82,5
persen variasi peubah terikat (persepsi konsumen) dapat dijelaskan oleh
peubah bebas harga, isi, kejernihan, aroma, warna, citrarasa, kemasan,
kandungan gizi β-karoten, manfaat, kemudahan memperoleh dan
pencantuman kode produksi, sedangkan sisanya 17,5 persen dijelaskan
oleh peubah lain yang tidak dimasukkan ke dalam model ini.
Tabel 12. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap pemasaran MSM
Variabel/Konstanta
Koefisien Regresi
StandartError
t hitung Signifikan
Konstanta 10,682 4,247 2,515 0,019Harga -1,275 0,455 -2,805 0,010Isi 0,774 0,435 1,780 0,088Kejernihan -0,195 0,451 -0,432 0,669Aroma -0,047 0,460 -0,101 0,920Warna -0,908 0,411 -2,212 0,037Cita rasa 0,618 0,437 1,415 0,170Kemasan -0,451 0,408 -1,104 0,281Kandungan gizi 1,424 0,418 3,409 0,002Manfaat 0,148 0,442 0,336 0,740Kemudahan didapat 3,176 0,536 5,928 0,000Kode produksi, kedaluwarsa, kehalalan
-0.443 0.338 -1.312 0.202
R2 = 0,825 F = 44,63
Hasil pengujian terhadap pengaruh peubah-peubah bebas secara
parsial (pengaruh tiap-tiap peubah bebas terhadap peubah terikat)
menunjukkan bahwa tidak semua peubah bebas memiliki pengaruh positif
dan nyata terhadap peubah persepsi konsumen. Setelah dilakukan kontrol
terhadap nilai peubah bebas lainnya, ternyata terdapat dua peubah bebas
lainnya yang memiliki pengaruh secara negatif dan nyata terhadap peubah
persepsi konsumen.
Dua peubah bebas tersebut adalah kemudahan didapat dan
kandungan gizi kaya β-karoten. Peubah kemudahan didapat memiliki nilai
46
t hitung 5,928 pada signifikansi 0,000 < α = 0,05 dan kandungan gizi β-
karoten memiliki nilai t hitung 3,409 signifikansi 0,002 < α = 0,05. Hal ini
berarti bahwa peubah kemudahan didapat dan kandungan gizi β-karoten
menyatakan hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, kemudahan didapat
dan kandungan gizi β-karoten berpengaruh nyata terhadap persepsi
konsumen MSM. Semakin mudah konsumen memperoleh produk MSM
dan kandungan gizi makin meningkat maka persepsi konsumen terhadap
produk MSM akan makin tinggi. Hal tersebut dipertegas dengan pendapat
responden tentang persepsi terhadap pemasaran MSM (Tabel 13). Dan
pendapat dari Sastri (2003) menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis
Biplot konsumen mempersepsikan Bimoli sebagai minyak goreng dengan
merek terkenal yang mudah didapat serta memiliki kandungan zat gizi
yang tinggi dan tidak mengandung kolesterol. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa konsumen telah mempersepsikan Bimoli dengan minyak goreng
yang sehat.
Tabel 13. Persepsi konsumen terhadap pemasaran MSM
Indikator Persentase (%)Agak setuju
setuju Sangat setuju
Kemudahan diperoleh Kandungan gizi β-karoten
1111
4915
4074
Berdasarkan, hasil data tersebut membuktikan bahwa persepsi
konsumen terhadap pemasaran MSM didasarkan pada pertimbangan
kemudahan didapat dan kandungan gizi β-karoten. Hal ini terlihat dari
jawaban responden pada Tabel 13, yaitu sebesar 74% menjawab sangat
setuju kandungan gizi β-karoten merupakan faktor yang dipertimbangkan
dan 40% menyatakan sangat setuju dan 49% setuju bahwa peubah
kemudahan diperoleh merupakan faktor yang dipertimbangkan.
Oleh karena itu, kegiatan pemasaran delivery order menjadi
perhatian penting didalam pelaksanaan pemasaran MSM. Kemudian
47
kandungan gizi MSM menjadi fokus dalam proses produksi dan pelabelan
dalam kegiatan pemasaran.
Hasil penelitian Wardi (2008) menyatakan bahwa lima
pertimbangan yang paling dominan adalah manfaat (53%) menunjukkan
bahwa kandungan gizi β-karoten dapat mencegah penyakit kanker dan
jantung. Selanjutnya faktor harga (27%) menyatakan bahwa harga yang
lebih murah mampu menarik minat konsumen untuk menggunakan
produk. Selain itu, penelitian tersebut menegaskan bahwa 17% konsumen
belum menggunakan produk MSM dengan alasan warna produk yang
masih asing. Hal ini dianggap oleh peneliti bahwa wajar, konsumen
menilai hal tersebut karena persepsi konsumen tentang minyak adalah
bening dan warna merah minyak dapat dipersepsikan sebagai pewarna
pangan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sependapat bahwa terdapat
dua peubah bebas lainnya yang memiliki pengaruh secara negatif dan
nyata terhadap peubah persepsi konsumen, yaitu peubah harga dan warna.
Peubah harga memiliki nilai t hitung -2,805 signifikansi 0,010 < α = 0,05
dan peubah warna memiliki nilai t hitung -2,212 signifikansi 0,037 < α =
0,05. Hal ini berarti bahwa peubah harga dan warna menyatakan hipotesis
nol ditolak. Semakin harga tinggi konsumen akan berpindah produk lain
dan perubahan warna yang semakin merah konsumen akan memilih
produk lain. Dengan demikian, harga dan warna berpengaruh nyata
terhadap persepsi konsumen MSM.
Dari analisis Thurstone pada penelitian Sastri (2003) terlihat bahwa
pertimbangan utama responden dalam memilih minyak goreng adalah
faktor harga, diikuti dengan atribut non kolesterol, dan kandungan dalam
hal ini adanya penambahan zat-zat gizi, seperti vitamin, omega-9, atau
tidak. Bila dihubungkan dengan prioritas atribut utama yaitu harga, maka
dapat disimpulkan bahwa konsumen menginginkan minyak goreng yang
memiliki kandungan gizi tambahan, non kolesterol dan tentunya dengan
harga yang sesuai.
48
5. Implikasi Studi Perilaku Konsumen terhadap Strategi Pemasaran
Hasil kajian analisis perilaku pembelian konsumen tidak hanya
ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen
dalam melakukan pembelian suatu produk. Tetapi juga dapat digunakan untuk
menganalisis implikasi studi perilaku konsumen terhadap strategi pemasaran
MSM bagi produsen. Secara deskriptif, dengan tidak secara khusus
menetapkan faktor internal dan eksternal yang diikuti dengan proses skoring
dan pembobotan menurut teknik penyusunan strategi secara spesifik. Sebagai
ilustrasi, dengan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelian
MSM, maka dapat disusun suatu strategi bauran pemasaran yang terdiri dari
(1) strategi produk, (2) strategi harga, (3) strategi promosi dan (4) strategi
distribusi, secara kualitatif dari hasil regresi berganda dihasilkan empat faktor
yang berpengaruh terhadap persepsi konsumen pada pemasaran MSM, yaitu
harga, warna, kemudahan diperoleh dan kandungan gizi β-karoten. Strategi
pemasaran yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Strategi Produk
Strategi pengembangan suatu produk yang dilakukan produsen
disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal tersebut
tercermin dari penelitian Wardi (2008) yang menyatakan bahwa manfaat
(53%) merupakan faktor yang dominan dalam menggunakan produk.
Manfaat yang diinginkan konsumen dalam pembelian MSM berdasarkan
hasil analisis adalah higienis untuk kesehatan (34%). Sedangkan motivasi
konsumen dalam melakukan pembelian MSM adalah faktor kandungan
gizi β-karoten (46%).
Oleh karena itu, penting bagi produsen untuk melakukan suatu
strategi produk. Strategi produk tersebut dapat berupa upaya menjaga dan
meningkatkan mutu MSM pada pengawasan produk misalnya proses
produksi; tingkat higienis, tingkat kejernihan produk, pencapaian produk
yang memenuhi standar internasional baik dari proses pembuatan dan
bahan penunjang lainnya seperti ISO 9000 dan ISO 14000.
49
Pemilihan bahan baku yang digunakan merupakan upaya yang
dilakukan agar konsumen merasa puas dengan keinginannya memilih
MSM yang telah ada hingga saat ini dan juga semakin banyak alternatif
pilihan bagi konsumen didalam melakukan pembelian. Selain itu,
penyediaan kemasan dengan berbagai ukuran dapat menarik minat baru
konsumen dalam melakukan pembelian. Jenis kemasan yang disukai
responden sebesar 57% memilih pouch. Responden berpendapat bahwa
yang menarik dari kemasan MSM disebabkan oleh warna pelabelan
(43%).
b. Strategi Harga
Strategi harga yang ditetapkan produsen sangat mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian. Fokus perhatian konsumen pada
saat melihat produk MSM adalah faktor harga (74%). Harga produk Rp.
15.000,-/225 ml dianggap mahal oleh 40% responden (Wardi, 2008)
dengan alasan bahwa manfaat produk belum terasa dan masih banyak
kekurangan dari produk MSM. Strategi yang dapat dilakukan adalah
dengan pemberian potongan harga untuk jumlah pembelian tertentu.
Pertimbangan ini beralasan, karena dapat menarik minat konsumen untuk
membeli lebih banyak dan juga memberikan keringanan biaya dalam
pembelian. Sebagian besar responden menyatakan strategi pemberian
potongan harga akan menarik konsumen untuk melakukan pembelian
berulang. Hal ini sependapat dengan hasil analisis pada pernyataan jika
harga naik sebagian besar (52%) akan memilih produk minyak lain yang
lebih murah (Lampiran 5).
c. Strategi Promosi
Promosi ikut memegang peranan penting dalam memberikan
pengaruh terhadap penjualan. Promosi yang dilakukan harus disesuaikan
dengan tujuan yang telah ditetapkan produsen. Tujuan dari usaha yang
dikelola produsen untuk memaksimalkan laba atau keuntungan.
50
Upaya promosi yang dapat dilakukan adalah melalui penyebaran
brosur dan leaflet. Tujuan upaya ini adalah untuk menginformasikan
kepada konsumen tentang keberadaan produk MSM ini. Jenis promosi ini
cukup murah dan efektif, mengingat pangsa pasar yang dibidik adalah
menegah ke atas. Selain itu, promosi dengan memberikan potongan harga
untuk pembelian dengan jumlah tertentu sangat menarik untuk konsumen.
d. Strategi Distribusi (Tempat)
Tempat penjualan merupakan salah satu aspek penting yang perlu
diperhatikan guna menarik perhatian konsumen. Selain itu, sistem
distribusi yang baik dapat memberikan sesuatu yang memudahkan
konsumen dalam membeli produk yang akan dibeli.
Upaya yang dilakukan dalam distribusi produk adalah dengan
meningkatkan peran sales dan program layanan siap antar sehingga
memudahkan bagi keluarga yang sibuk bekerja. Hal tersebut didukung
oleh penelitian Sastri (2003) menyatakan salah satu strategi pemasaran
yang dilakukan Bimoli adalah menyusun program marketing yang
berkaitan dengan karakter produk. Selain itu, kontinuitas ketersediaan
produk harus terus dijaga, agar pada saat konsumen menginginkannya
produk tersebut ada. Hal seperti ini dapat membantu meningkatkan
loyalitas konsumen terhadap produk MSM.
51
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Manfaat yang dicari dari pembeli MSM (Minyak Sawit Merah)
adalah higienis untuk kesehatan dan harga yang terjangkau. Sumber
informasi utama berawal dari diri sendiri dan media yang paling
mempengaruhi konsumen adalah brosur. Pertimbangan awal bagi konsumen
dalam melakukan pembelian MSM adalah tingkat kejernihan produk dan
indikator mutu bagi konsumen dalam melakukan pembelian MSM adalah
kandungan gizi β-karoten. Pengambilan keputusan didominasi oleh ibu/istri
dengan besar rataan pengeluaran Rp.30.000-75.000/bulan dan setelah
pembelian, konsumen puas dengan kandungan gizi β-karoten pada produk
MSM.
Berdasarkan hasil regresi, faktor yang mempengaruhi proses
keputusan pembelian MSM pada umumnya terkait dengan harga, warna,
kandungan gizi β-karoten dan kemudahan memperoleh MSM. Sedangkan
isi, kejernihan, aroma, citrarasa, kemasan, manfaat dan pencantuman kode
produksi tidak mempunyai pengaruh yang nyata.
Berdasarkan peubah yang mempunyai nilai pengaruh yang nyata
tersebut dapat dirumuskan suatu strategi bauran pemasaran secara kualitatif
oleh produsen, yaitu (1) strategi produk yang dilakukan adalah menjaga dan
meningkatkan mutu MSM pada pengawasan produk misalnya higienis,
mutu, tingkat kejernihan, warna dan kandungan gizi; (2) strategi harga
dengan pemberian potongan harga dalam jumlah pembelian tertentu; (3)
strategi promosi dengan cara penyebaran brosur dan leaflet; (4) strategi
tempat atau distribusi dengan pelayanan siap antar dan menjamin kontinuitas
ketersediaan MSM.
2. SARAN
a) Berdasarkan hasil analisis regresi, produsen perlu memperhatikan
peubah kejernihan, isi/ukuran, aroma, citarasa, kemasan, dan
pencantuman kode produksi.
b) Peningkatan pangsa pasar dapat dilakukan dengan pertahankan mutu
produk dan peningkatan kandungan MSM.
c) Pengembangan distribusi atau tempat diarahkan melalui konsep
keagenan dan distributor dengan model MLM serta pelayanan siap antar.
53
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., Jenny E., dan Donald S. 2003. Mikroenkapsulasi Minyak Makan Merah untuk Produk Suplemen dan Fortifikasi Pangan. Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesia). Departemen Pertanian, Jakarta.
Andarwulan, N dan S. Koswara. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press, Jakarta.
Asseal, H. 1987. Consumer Behavior and Marketing Action. PWS, Kent Publishing Company, Boston.
Britton, G and Forambi E.O. 1999. Antioxidant Activity of Plam Oil carotenes in Organic Solution: Effects of Structure and Chemical Reactivity. Journal Food Chemistry Vol 64:569-573.
Brodjonegoro, B. 2003. Posisi Sektor Perkebunan dalam Rangka Otonomi Daerah, LPEM-FEUI, Jakarta.
Craven, D.W. 1997. Pemasaran Strategis. (Terjemahan, Edisi 4). Erlangga. Jakarta.
Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Jakarta.
Engel, James F, Roger D. Blackwel and Paul W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen, (Terjemahan). Binapura Aksara, Jakarta.
Fauzi, Y. dkk. 2007. Seri Agribisnis Kelapa Sawit – Budidaya, Pemanfaatan Hasil, Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Gitosudarmo, I. 1994. Manajemen Pemasaran. BPFE, Yogyakarta.
Handoko, T. H. 1995. Manajemen. Edisi 2. BPFE, Yogyakarta.
Hawkins, D. I. and R. J. Best. 1996. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. Mc Graw-Hill Companies, Inc., New York.
Iwasaki, R and Murakoshi, M. 1992. Palm Oil Yields Carotene for World Markets. Jurnal American Oil Chemist's Society. Februari Vol. 3 (2) p. 210-217.
Jauch, L.R. 1993. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Erlangga, Jakarta.
Jatmika, A dan P. Guritno. 1997. Pembuatan Produk Pangan Berbentuk Emulsi dari Minyak Sawit Merah. Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesia). Departemen Pertanian, Jakarta.
Jensen N.H., A.B. Nielsen and R.Wilbrandt. 1982. Chlorophyll a Sensitized Trans Cis Photoisomerization of All Trans-Beta-Caroten. Journal American Oil Chemists’s Society 104 : 6117-6119.
Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kotler, P dan Armstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. (Terjemahan-Jilid I). Erlangga, Jakarta.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Terjemahan – Jilid 2). PT. Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan dan Pengendalian, Edisi ke delapan, Salemba Empat, Jakarta.
Loudon, D.L and Albert J. Della Bitta. 1993. Consumer Behavior : Concept and Aplications, Mc. Graw Hill Inc., New York.
Madura, J. 2001. Pengantar Bisnis. PT. Salemba Empat, Jakarta.
May, C.Y. 1994. Palm Oil Carotenoids Food and Nutrition Bulletin 15(2);130-136.
Muhilal. 1991. Minyak Sawit Suatu Produk Nabati untuk Penanggulangan Archelosklerosis dan Penundaan Proses Penuaan. Prosiding Seminar Nilai Tambah Minyak Kelapa Sawit Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan. Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesia). Departemen Pertanian, Jakarta.
Nurgiyantoro, B. 2000. Statistik Terapan untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Rusma, J. 2005. Kajian Preferensi Konsumen terhadap Beras Organik Konsumen Rumah Tangga di Wilayah Bogor. Tesis pada Program Magister Profesional Industri Kecil, IPB. Bogor.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit – Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
55
Susilawati, E., P. Guritno dan E. Nuryanto. 1997. Pembuatan Minyak Sawit Merah dengan Proses Fraksinasi Ganda. Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesia). Departemen Pertanian, Jakarta.
Singarimbun, 1995. Metodologi Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta.
Stanton, W.J. 1986. Prinsip Pemasaran. Erlangga.
Swastha, B.D. 1992. Riset Tentang Minat dan Perilaku Konsumen : Sebuah Catatan dan Tantangan bagi Peneliti yang Mengacu pada Theori of Reasoned Action, Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, FE-UGM, No. 1 tahun ke VII.
Thoha, M. 1993. Pembinaan Organisasi. CV. Rajawali, Jakarta
Tjiptono, F.1995. Strategi Pemasaran. Andi Offset, Yogyakarta.
Wardi. 2008. Pengembangan Produk Minyak Sawit Merah (MSM) dan Introduksi Pemasarannya. Skripsi pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
[WHO] World Health Organization. 2000. Obesity : Preventing and Managing the Global Epidemic. Report of a WHO Expert Committee, Geneva.
Winarno, F.G. 1999. Minyak Goreng dalam Menu Masyarakat. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, IPB. Bogor.
56
Lampiran 1. Brosur Minyak Sawit Merah
58
Minyak sawit merah mempunyai manfaat, yaitu (1) sumber proviamin A dalam jumlah signifikan untuk menjaga pengelihatan dan sistem imun, (2) sumber tokotrienol terbaik dan kaua akan tokoferol, konstituen dari vitamin E, (3) kaya akan beta karoten, (4) merupakan salah satu sumber bahan pangan terbaik untuk kesehatan jantung, (5) mampu menurunkan kadar kolesterol darah, (6) meningkatkan kadar HDL (High Density Lipid-kolesterol baik), (7) mampu melindungi jantung lebih baik, (8) mampu mengurangi arterosklerosis, sehingga dapat menghindari dari resiko terkena stroke, (10) mampu menormalkan tekanan darah, serta (11) mampu bertindak sebagai penangkap radikal bebas antioksidannya sehingga dapat mengurangi resiko terkena penyakit kanker.
Vitamin ABetakaroten sebagai provitamin A sebaai salah satu zat gizi mikro di dalam minyak sawit mempunyai beberapa aktivitas biologis yang bermanfaat bagi tubuh, antara lain menanggulangi kebutaan karena xeropthalnia, mencegah timbulnya penyakit kanker, mencegah proses penuaan dini, mencegah penyakit Alzheimer, meningkatkan imunitas tubuh, serta sebagai pemusnah radikal bebas.
Vitamin ESelain berfungsi sebagai antioksidan dan vitamin E juga berperan dalam sintesis asam nukleat, pembentukan sel darah merah dan sintesis koenzim A yang penting dalam proses pernafasan.
Saran penyajian (untuk makanan) :Tambahkan beberapa sendok teh sesuai selera pada saos salad, bumbu gado-gado, sayur yang siap santap, nasi goreng, mie, bakso, bubur, dll
Saran untuk lulur:Usapkan minyak ke seluruh tubuh, biarkan selama 30 menit. Bilas dengan air hangat menggunakan handuk, kemudian mandi seperti biasa.Di produksi oleh :TeknoPark Fakultas Teknologi PertanianInstitut Pertanian Bogor, BogorPhone : 0811918744, e-mail : [email protected] Pr
oduk
Rp. 15.000/225ml
Dianalisis di LaboratoriumIlmu dan Teknologi PanganInstitut Pertanian Bogor, Bogor
59
Lampiran 2. Kuesioner kajian
Kuesioner No. Responden :………..
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk meyusun tesis mengenai “Kajian Persepsi Konsumen terhadap Minyak Sawit Merah (Studi Kasus Perumahan Ciomas Permai, Bogor” oleh M. ALif Bardhani S (F.052054055), mahasiswa Program Magister Industri Kecil dan Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Mohon kesediaan Anda meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap. Semua informasi yang diterima dari hasil kuesioner ini bersifat rahasia dan diperunakan hanya untuk keperluaan akademis. Atas kerja sama Anda, saya ucapkan terima kasih.
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan2. Usia 20-27 tahun 36-43 tahun >52 tahun 28-35 tahun 44-51 tahun3. Pendidikan terakhir SD SMU/SMK Sarjana SMP Diploma/akademi Pascasarjana4. Status dalam keluarga : Ayah/Suami Anak
Ibu/Istri lainnya, sebutkan............5. Pekerjaan : Pegawai Negeri/PNS Karyawan swasta Pensiunan Mahasiswa Wiraswasta
Ibu rumah tangga lainnya, sebutkan.........6. Rata-an pengeluaran keluarga per bulan
< Rp. 1.500.000.- Rp.1.500.000,- <Rp. 2.500.000,-Rp. 2.500.000,- < Rp. 3.500.000,-
Lainnya, sebutkan………………………………7. Jumlah anggota keluarga anda 1-2 orang 3-4 orang 5-6 orang lainnya, sebutkan...........
60
B. HAL YANG DIKAJI1. Apa alasan utama Anda untuk membeli minyak sawit merah tersebut ?a. Kebiasaan keluarga e. Higienisb. Kandungan gizi (vit.A,vit E) f. Coba-cobac. Mudah diperoleh g. Lainnya, sebutkan……………d. Untuk kesehatan
2. Manfaat apa yang Anda cari dari pembelian minyak sawit merah ?a. Sehat/tidak menyebabkan batuk c. Higienisb. Mutu yang baik d. Lainnya,sebutkan………………
3. Apa jenis kemasan minyak goreng yang paling Anda sukai?a. Botol b. Pouch/isi ulang c. Jerigen
4. Apa yang Anda rasakan jika tidak membeli minyak sawit merah ?a. Merasa ada yang kurang b. Biasa saja
5. Darimana Anda mengetahui minyak sawit merah yang Anda beli ?a. Diri sendiri d. Orang asing/lainb. Keluarga/saudara e. Lainnya, sebutkan…………….c. Teman
6. Media apa yang paling mempengaruhi Anda dalam pembelian minyak sawit merah ?a. Surat kabar d. Brosur/leafletb. Tabloid/Majalah e. Lainnya, sebutkan ……………….c. Internet
7. Jika media yang informasi yang digunakan berupa brosur/leaflet, bagaimana menurut Anda ?a. Kalimat berbelit-belit d. Tidak dapat dibaca dan dipahamib. Mudah dibaca e. Lainnya, sebutkan ……………….c. Mudah dipahami
8. Bagaimana pengaruh anggota keluarga dalam menyarankan pembelian minyak sawit merah ?a. Membuat Anda tertarik untuk membelib. Membuat Anda membelic. Tidak berpengaruh
9. Bagaimana pengaruh teman dalam menyarankan pembelian minyak sawit merah ?a. Membuat Anda tertarik untuk membelib. Membuat Anda membelic. Tidak berpengaruh
61
10. Bagaimana promosi yang dilakukan mempengaruhi anda dalam membeli minyak sawit merah ?a. Membuat Anda tertarik untuk membelib. Membuat Anda membelic. Tidak berpengaruh
11. Apa yang paling menarik dari kemasan mengenai minyak sawit merah ?a. Isi tulisan d. Warnab. Cara penulisan e. Bahan kemasanc. Bentuk dan ukuran f. Lainnya,
sebutkan……………….
12. Jika Anda melihat produk minyak sawit merah, maka yang menjadi fokus perhatian adalah :a. Harga d. Tempat penjualanb. Rasa e. Kadungan gizi (vit A, vit E) c. Ukuran f. Lainnya, sebutkan……………….
13. Yang ikut memberikan pertimbangan dalam menentukkan alternatif pilihan dalam pembelian minyak sawit merah adalah :a. Diri sendiri d. Orang asing/lainb. Keluarga/saudara e. Lainnya, sebutkan…………….c. Teman
14.Menurut Anda, yang menunjukkan kualitas minyak sawit merah adalah :a. Baik untuk digoreng d. Tidak mudah bekub. Tidak bau tengik e. Kandungan gizi ((vit A, vit E)c. Tidak berwarna f. Lainnya, sebutkan……………….
15. Berapa orang dalam keluarga Anda yang menyukai minyak sawit merah tersebut ?a. 1 orang (Diri sendiri) c. 3 orangb. 2 orang d. Lebih dari 3 orang
16. Yang menentukan keputusan pembelian minyak sawit merah dalam keluarga Anda adalah :a. Ayah/suami c. Anakb. Ibu/istri d. Lainnya, sebutkan……………….
17. Cara memutuskan pembelian minyak sawit merah yang anda lakukan adalah :a. Terencanab. Mendadakc. Persediaan sudah habis
62
18. Besar pengeluaran yang anda lakukan untuk membeli minyak sawit per bulan adalah Rp……………………..
19. Bagaimana pengaruh wiraniaga/penjual dalam membeli minyak sawit merah ?a. Membuat Anda tertarik untuk membelib. Membuat Anda membelic. Tidak berpengaruh
20. Jika jenis minyak sawit merah yang biasa Anda beli tidak ada, maka :a. Akan mencari ditempat lainb. Akan membeli jenis lainc. Tidak akan membeli
21. Jika harga minyak sawit merah yang biasa Anda beli mengalami kenaikan, maka :a. Tetap akan membelib. Akan mencari ditempat lainc. Akan membeli jenis lain
22. Bentuk promosi yang akan membuat Anda tertarik untuk membeli minyak sawit merah adalah :a. Pemberian contoh gratisb. Potongan hargac. Lainnya, sebutkan………………..
23. Jika ada produk sejenis yang lain mengadakan promosi, maka anda :a. Beralih kepada produk lainnyab. Tidak ada pengaruh
24. Apakah Anda merasa puas terhadap minyak sawit merah yang biasa Anda beli?a. Yab. Tidak
63
C. Bagaimana pendapat Anda mengenai (seberapa setuju) faktor-faktor dibawah ini yang menjadi dasar pertimbangan dalam mementukan pilihan dalam pembelian minyak sawit merah ?
NO
KATEGORI NILAISangat Setuju
Setuju Agak Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
1.2.3.4.
5.
KejernihanHarga terjangkauMudah diperolehKandungan gizi kaya vitamin A dan EUkuran botol yang menarik
D. Bagaimana pendapat Anda mengenai seberapa penting faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi dalam pembelian minyak sawit merah
NO
KATEGORI NILAISangat Penting
Penting Agak Penting
Tidak Penting
Sangat Tidak
Penting1.2.3.4.5.6.7.8.
9.10.11.
HargaUkuran/isi
KejernihanAroma
WarnaCitra rasa
KemasanKandungan gizi (Vit. A, E, Karoten)ManfaatKemudahan didapatPencantuman kode produksi, kedaluarsa dan kehalalan
E. Komentar Umum
64
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
bvLampiran 3. Hasil Uji validitas dan Reliabilitas
A. Persepsi konsumen dalam melakukan pembelian minyak sawit merah
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Mean Std Dev Cases
1. VAR00001 4.7333 .4577 15.0 2. VAR00002 4.4667 .5164 15.0 3. VAR00003 4.7333 .4577 15.0 4. VAR00004 4.6000 .5071 15.0 5. VAR00005 4.6667 .4880 15.0
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
VAR00001 18.4667 2.6952 .1774 .8528VAR00002 18.7333 2.2095 .4529 .7816VAR00003 18.4667 1.9810 .7613 .6795VAR00004 18.6000 1.9714 .6621 .7085VAR00005 18.5333 1.8381 .8278 .6494
Reliability Coefficients
N of Cases = 15.0 N of Items = 5
Alpha = .7845
64
B. Faktor Yang mempengaruhi Pembelian Minyak Sawit Merah
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Mean Std Dev Cases
1. VAR00001 4.7333 .5936 15.0 2. VAR00002 4.0000 .7559 15.0 3. VAR00003 4.4667 .7432 15.0 4. VAR00004 4.1333 .8338 15.0 5. VAR00005 4.2000 .7746 15.0 6. VAR00006 4.4667 .5164 15.0 7. VAR00007 3.9333 .8837 15.0 8. VAR00008 4.6667 .6172 15.0 9. VAR00009 4.2667 .8837 15.0 10. VAR00010 4.5333 .6399 15.0 11. VAR00011 4.2667 .9612 15.0
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
VAR00001 42.9333 12.6381 .3971 .5870VAR00002 43.6667 13.0952 .1828 .6238VAR00003 43.2000 12.3143 .3451 .5912VAR00004 43.5333 10.5524 .6312 .5195VAR00005 43.4667 14.4095 -.0583 .6705VAR00006 43.2000 12.7429 .4495 .5838VAR00007 43.7333 11.6381 .3728 .5828VAR00008 43.0000 12.8571 .3227 .5984VAR00009 43.4000 10.6857 .5539 .5357VAR00010 43.1333 13.5524 .1496 .6270VAR00011 43.4000 13.8286 -.0120 .6780
Reliability Coefficients
N of Cases = 15.0 N of Items = 11
Alpha = .6264
65
Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data Regresi Berganda
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Persepsi konsumen 23.1143 2.12508 35
Harga 4.6571 .68354 35
Isi 4.2571 .74134 35
Kejernihan 4.3429 .80231 35
Aroma 4.1143 .86675 35
Warna 4.0286 .78537 35
Cita rasa 4.2000 .63246 35
Kemasan 3.8857 .83213 35
Kandungan gizi 4.6286 .68966 35
Manfaat 4.3143 .79600 35
Kemudahan didapat 4.2857 .66737 35
Kode produksi, kedaluwarsa, kehalalan 4.3143 .90005 35
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Kode produksi, kedaluwarsa, kehalalan, Kejernihan, Isi, Harga, Cita rasa, Kandungan gizi, Warna, Kemasan, Manfaat, Kemudahan didapat, Aroma(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Persepsi konsumen
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
Durbin-Watson
1 .825(a) .681 .528 1.45942 .681 4.463 11 23 .001 1.943
a Predictors: (Constant), Kode produksi, kedaluwarsa, kehalalan, Kejernihan, Isi, Harga, Cita rasa, Kandungan gizi, Warna, Kemasan, Manfaat, Kemudahan didapat, Aroma
b Dependent Variable: Persepsi konsumen
Lanjutan Lampiran 4.
66
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 104.555 11 9.505 4.463 .001(a)
Residual 48.988 23 2.130
Total 153.543 34
a Predictors: (Constant), Kode produksi, kedaluwarsa, kehalalan, Kejernihan, Isi, Harga, Cita rasa, Kandungan gizi, Warna, Kemasan, Manfaat, Kemudahan didapat, Aroma
b Dependent Variable: Persepsi konsumen
Coefficients(a)
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients
B Std. Error Betat Sig.
1
(Constant) 10.682 4.247 2.515 .019
Harga -1.275 .455 -.410 -2.805 .010
Isi .774 .435 .270 1.780 .088
Kejernihan -.195 .451 -.074 -.432 .669
Aroma -.047 .460 -.019 -.101 .920
Warna -.908 .411 -.336 -2.212 .037
Cita rasa .618 .437 .184 1.415 .170
Kemasan -.451 .408 -.176 -1.104 .281
Kandungan gizi 1.424 .418 .462 3.409 .002
Manfaat .148 .442 .056 .336 .740
Kemudahan didapat 3.176 .536 .997 5.928 .000
Kode produksi, kedaluwarsa, kehalalan -.443 .338 -.188 -1.312 .202
a Dependent Variable: Persepsi konsumen
Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 19.2001 25.7679 23.1143 1.75361 35
Residual -2.80322 2.18975 .00000 1.20034 35
Std. Predicted Value -2.232 1.513 .000 1.000 35
Std. Residual -1.921 1.500 .000 .822 35
a Dependent Variable: Persepsi konsumen
67
Lampiran 5. Persepsi Konsumen terhadap Brosur MSM
Media yang mempengaruhi untuk membeli MSM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 1 2.9 2.9 2.9
2.00 2 5.7 5.7 8.6
4.00 25 71.4 71.4 80.0
5.00 7 20.0 20.0 100.0
Total 35 100.0 100.0
Pendapat tentang media promosi yang digunakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 1 2.9 2.9 2.9
2.00 6 17.1 17.1 20.0
3.00 28 80.0 80.0 100.0
Total 35 100.0 100.0
Bagaimana pengaruh iklan?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 17 48.6 48.6 48.6
2.00 4 11.4 11.4 60.0
3.00 14 40.0 40.0 100.0
Total 35 100.0 100.0
Apa yang paling menarik dari kemasan MSM?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 7 20.0 20.0 20.0
3.00 6 17.1 17.1 37.1
4.00 15 42.9 42.9 80.0
5.00 5 14.3 14.3 94.3
6.00 2 5.7 5.7 100.0
Total 35 100.0 100.0
68
Lanjutan Lampiran 5.
jika harga naik?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 17 48.6 48.6 48.6
3.00 18 51.4 51.4 100.0
Total 35 100.0 100.0
bentuk promosi yang menarik untuk membeli MSM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 11 31.4 31.4 31.4
2.00 24 68.6 68.6 100.0
Total 35 100.0 100.0
jika ada produk sejenis berpromosi?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 5 14.3 14.3 14.3
2.00 30 85.7 85.7 100.0
Total 35 100.0 100.0
69