1
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN
PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL DAERAH
PERKOTAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR
(STUDI TAHUN 1996-2007)
Skripsi
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Farahita Rahmawati Febriantina
F.0106037
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi
perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap
masyarakat, serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan
kesempatan kerja (Tri Widodo, 2006: 4). Pada dasarnya pembangunan
ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2)
penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)
keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan
kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan sekaligus
pendukung bagi keberlanjutan itu sendiri.
Pembangunan di Indonesia telah berhasil memacu pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, yang ditandai terjadinya perubahan struktur
perekonomian. Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan: (1)
merosotnya pangsa sektor primer (pertanian), (2) meningkatnya pangsa sektor
sekunder (industri), dan (3) pangsa sektor tersier (jasa) kurang lebih konstan,
namun kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi untuk skala nasional ditunjukkan oleh
perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) sedangkan untuk skala regional
ditunjukkan oleh perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Seiring
1
3
dengan pertumbuhan ekonomi, transformasi juga terjadi dalam struktur
ekonominya. Transformasi struktural sendiri merupakan proses perubahan
struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa,
dimana masing-masing perekonomian akan mengalami transformasi yang
berbeda-beda.
Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang
berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri atau
dapat juga dikatakan perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari
tradisional menjadi modern. Perubahan struktur yang terjadi dicerminkan oleh
kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB. Terjadinya perubahan
struktural yang dicirikan dengan perubahan kontribusi masing-masing sektor
yaitu dari sektor primer, sekunder dan tersier terhadap PDRB berakibat pada
corak perekonomian daerah perkotaan. Terpusatnya kegiatan ekonomi di
wilayah perkotaan mempunyai kecenderungan makin tingginya tingkat
konsentrasi penduduk pada wilayah tersebut (Sri Kusreni ; 2009 :21).
Tabel 1.1 Kontribusi PDB menurut sektor primer,sekunder dan tersier atas
Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha, Tahun 1960-
1990(%)
Sektor 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 Primer 57,6 56,1 53,05 47,6 39,9 40,8 34,6 Sekunder 10,6 10,3 12,1 16,4 21,6 21,5 25,8 Tersier 31,7 33,6 34,8 35,8 38,3 37,6 39,5
BPS : “ Harga konstan berdasarkan perhitungan tahun dasar 1973 Data tahun 1960-1973 menggunakan tahun dasar 1960
Dari tabel 1.1 diatas, tampak bahwa kontribusi PDB atas dasar
harga konstan 1973 dari sektor primer, sekunder dan tersier pada tahun 1960
masing-masing sebesar 57,6%; 10,6% dan 31,7%. Sedangkan kontribusi sektor
4
primer, sekunder dan tersier pada tahun 1990 masing-masing sebesar 34,6%;
25,8% dan 39,5%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan
distribusi PDB atas dasar harga konstan dari tahun 1960-1990 dari sektor
primer, sedangkan untuk sektor sekunder dan sektor tersier telah terjadi
peningkatan. Penurunan distribusi PDB dari sektor primer sebesar 23%
sedangkan untuk sektor sekunder dan sektor tersier terjadi peningkatan masing-
masing sebesar 15,2% dan 7,8%. Data diatas menunjukkan bahwa dalam
struktur perekonomian Indonesia berdasarkan PDB menurut sektor primer,
sekunder dan tersier mulai tahun 1960-1990 telah terjadi pergeseran.
Perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh banyaknya tenaga
kerja yang terserap pada sektor-sektor perekonomian, jumlah tenaga kerja yang
mengisi sektor-sektor perekonomian tersebut mengindikasikan potensi sektor-
sektor perekonomian. Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang terserap maka
bisa dikatakan bahwa sektor tersebut mempunyai kontribusi besar terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional maupun domestik.
Pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai
dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang (Swasono dan
Sulistyaningsih, 1993). Artinya laju pergeseran ekonomi sektoral relatif cepat
dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja, sehingga Manning (1995)
dalam Suhartini (2001) mengatakan bahwa titik balik untuk aktivitas ekonomi
(economic turning-point) tercapai lebih dahulu dibanding dengan titik balik
penggunaan tenaga kerja (labor turning-point). Jika transformasi kurang
seimbang maka dikuatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi
sumberdaya manusia pada sektor primer.
5
Perubahan struktur penyerapan tenaga kerja merupakan penjelasan
lebih lanjut dari eksistensi perubahan struktural ekonomi. (Hill dalam Ignatia
dan Nachrowi 1996) berpendapat bahwa perubahan distribusi penyerapan
tenaga kerja sektoral biasanya terjadi lebih lambat dibandingkan dengan
perubahan peranan output secara sektoral, mengingat proses penyerapan tenaga
kerja sangat lambat terutama bagi tenaga kerja yang berasal dari sektor dengan
produktivitas rendah seperti sektor pertanian. Pergeseran struktur ekonomi ini
pada akhirnya akan memberikan dampak pada struktur penyerapan tenaga
kerja.
Dinamika ekonomi yang cukup dinamis di Jawa Timur di tengah
kegalauan adanya pengaruh faktor eksternal dan internal, telah menghasilkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,11 persen pada tahun 2007. Suatu pencapaian
yang cukup fantastis, mengingat pertumbuhan itu melebihi pertumbuhan tahun
sebelumnya yaitu tahun 2006 yang hanya mencapai 5,80 persen. Dari total
PDRB yang dihasilkan, tiga sektor tercatat mendominasi pembentukan PDRB
Jawa Timur dalam kurun lima tahun terakhir yaitu sektor perdagangan, hotel
dan restoran (PHR), sektor industri pengolahan dan sektor pertanian.
Tabel 1.2 Perbandingan antara kontribusi PDRB dan penyerapan tenaga kerja
sektoral Provinsi Jawa Timur Tahun 1998-2003 (%)
Sektor Kontribusi PDRB (%) Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja
Sektoral (%) Primer 21,1 47,7 Sekunder 34,9 16,6 Tersier 43,9 35,4
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Melihat pergerakannya sebagaimana terlihat pada tabel 1.2 ada
kecenderungan perekonomian di Jawa Timur semakin menuju ke arah
6
perekonomian sektor sekunder dan sektor tersier. Gambaran ini tampak dari
kecilnya kontribusi sektor primer dan besarnya kontribusi dari sektor sekunder
dan tersier. Dari tahun 1998-2003 sektor primer hanya menyumbang 21,1%
terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur. Tabel 1.2 diatas juga dapat memberi
gambaran mengenai ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur, jumlah tenaga kerja
per sektor di Provinsi Jawa Timur mampu memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Sektor-sektor tersebut masing-
masing memberikan kontribusi dengan proporsi berbeda terhadap penyerapan
jumlah tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Menurut data dari tahun 1998-
2003 di atas sektor primer merupakan penyerap tenaga kerja terbesar yang
memberikan kontribusi sebesar 47,7%, hal ini bertolak belakang dengan
kontribusinya terhadap PDRB. Dari tabel 1.2 dapat diketahui bahwa pada
kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur tidak disertai
dengan perubahan struktur tenaga kerjanya. Artinya laju pergeseran ekonomi
sektoral relatif cepat dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja. Hal ini
dapat dilihat bahwa dari tahun 1998-2003 kontribusi PDRB terbesar adalah
dari sektor tersier sedangkan untuk penyerapan tenaga kerjanya kontribusi
terbesar adalah dari sektor primer. Keadaan seperti ini menunjukkan bahwa di
Provinsi Jawa Timur terjadi dualisme yakni dalam satu sistem terdapat dua
sistem yang berjalan yaitu modern dan tradisional. Boeke menjelaskan teori
dualisme ekonomi sebagai suatu kondisi dimana kedua sektor yaitu pertanian
dan industri tumbuh bersamaan. Tak ada satu sektor pun yang mendominasi
sektor lain, dengan kata lain baik sektor industri maupun pertanian tetap
tumbuh bersamaan dalam berjalannya proses ekonomi. Dalam kerangka
7
dualistik ini terdapat hipotesis bahwa aktivitas ekonomi di sektor modern
(barat) dipicu oleh kebutuhan ekonomis, sedangkan aktivitas ekonomi di sektor
tradisional (timur) hanya dipicu oleh kebutuhan sosial yang hanya memenuhi
kebutuhan subsisten.
Proses pembangunan ekonomi bisa menyebabkan dualisme. Dualisme
berarti ada sektor besar dengan kemampuan modern berdampingan dan tumbuh
bersamaan dengan sektor kecil dengan kemampuan tradisional. Dualisme
ekonomi ini bisa berdampak sosial sebab ia mencerminkan ketimpangan
(inequality). Sehingga secara implisit mengurangi dualisme merupakan salah
satu tujuan kebijakan ekonomi.
Di perkotaan yang masih menyediakan lahan pertanian, luas lahan
pertaniannya semakin menyempit seiring bertambahnya perubahan fungsi
lahan yang telah bermetamorfosa menjadi bangunan tempat tinggal dan bukan
tempat tinggal. Tetapi karena penyerapan tenaga kerja ini cukup banyak, untuk
kebijakan pembangunan bersifat jangka panjang, beberapa pakar ekonomi
Jawa Timur mengusulkan agar Jawa Timur kembali pada pembangunan
Agrobisnis untuk memperkuat sektor primer ini.
Sementara itu, di beberapa perkotaan seperti Surabaya yang
mempunyai industri pengolahan terbanyak, dirasakan semakin jenuh
keberadaannya industrinya akibat berkurangnya lahan industri, sehingga sektor
ini sulit untuk berkembang lebih besar lagi. Untuk mengatasi ini, pemindahan
kawasan industri di Surabaya ke kabupaten/kota lain, sampai saat ini masih
dalam wacana. Kedua kondisi itulah yang menyebabkan distribusi peranan
sektor primer dan sekunder menurun.
8
Yang menjadi permasalahan utama nantinya adalah seberapa jauh
jumlah tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur meningkat atau terserap apabila
jumlah per sektor di tingkat propinsi meningkat dengan laju pertumbuhan
ekonomi propinsi sama dengan laju pertumbuhan nasional. Masalah ini juga
berkaitan erat dengan peningkatan pembangunan daerah dan strategi
perencanaan yang matang, serta kemampuan pemerintah dalam melihat
pergeseran-pergeseran struktur ekonomi dan penyerapan tenaga kerja dari
tahun ke tahun.
Berdasarkan pada uraian yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
bermaksud untuk mengidentifikasi perubahan struktur perekonomian dan
menganalisis penyerapan tenaga kerja untuk daerah perkotaan di Jawa Timur
karena ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam
kehidupan manusia yang mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Struktur
ekonomi di Indonesia pada umumnya dapat dilihat dari komposisi produk
regional menurut sektor-sektor perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang
terserap oleh suatu sektor perekonomian dapat digunakan untuk
menggambarkan daya serap sektor perekonomian tersebut terhadap angkatan
kerja. Dengan demikian proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan
merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian
dalam menyerap tenaga kerja. Keterkaitan antara bertambahnya jumlah
penduduk dan perkembangan ekonomi merupakan suatu hal yang cukup rumit
namun demikian juga sangat menarik. Dalam penelitian ini dipilih daerah
perkotaan karena pertumbuhan ekonomi dan konsentrasi penduduk di kota-kota
besar cukup pesat. Selain itu alasan dipilih rentang waktu dari tahun 1996-2007
9
karena dalam rentang waktu tersebut telah dapat dilihat perubahan struktur
pereokonomian untuk daerah perkotaan di Provinsi Jawa Timur.
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengambil judul “Analisis Perubahan Struktur Perekonomian Dan
Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Daerah Perkotaan Di Provinsi Jawa
Timur (Studi Tahun 1996-2007)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan struktur perekonomian yang diukur dengan analisis
Shift Share (SS) untuk daerah perkotaan di Provinsi Jawa Timur (studi
tahun 1996-2007) ?
2. Bagaimana penyerapan tenaga kerja sektoral yang diukur dengan pangsa
penyerapan tenaga kerja persektor untuk daerah perkotaan di Provinsi
Jawa Timur (studi tahun 1998-2004) ?
3. Sektor ekonomi apa yang merupakan sektor basis yang diukur dengan
analisis Location Quotient (LQ) untuk daerah perkotaan di Provinsi Jawa
Timur (studi tahun 1996-2007) ?
4. Termasuk dalam klasifikasi apa saja sektor ekonomi untuk daerah
perkotaan di Provinsi Jawa Timur berdasarkan analisis Tipologi Klassen
(studi tahun 1996-2007) ?
10
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perubahan struktur perekonomian yang
diukur dengan analisis Shift Share (SS) untuk daerah perkotaan di Provinsi
Jawa Timur (studi tahun 1996-2007).
2. Untuk mengetahui bagaimana penyerapan tenaga kerja sektoral yang
diukur dengan pangsa penyerapan tenaga kerja untuk daerah perkotaan di
Provinsi Jawa Timur (studi tahun 1998-2004)
3. Untuk mengetahui sektor ekonomi apa yang merupakan sektor basis yang
diukur dengan analisis Location Quotient (LQ) untuk daerah perkotaan di
Provinsi Jawa Timur (studi tahun 1996-2007).
4. Untuk mengetahui termasuk dalam klasifikasi apa saja sektor ekonomi
untuk daerah perkotaan di Provinsi Jawa Timur berdasarkan analisis
Tipologi Klassen (studi tahun 1996-2007).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Untuk memperkaya khasanah keilmuan.
2. Sebagai wahana pembelajaran untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis.
3. Sebagai bahan perbandingan dan pengetahuan tambahan bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.
4. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dalam
memantapkan perencanaan pembangunan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan Dan Pertumbuhan Ekonomi
1. Perencanaan Ekonomi
Perencanaan sebenarnya suatu proses yang berkesinambungan dari
waktu ke waktu dengan melibatkan kebijaksanaan dari pembuat keputusan
berdasarkan sumber daya yang tersedia dan disusun secara sistematis. Maka
pelaksanaan perancangan pembuatan perencanaan itu pada dasarnya adalah
mengambil suatu kebijaksanaan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Perencanaan berarti memilih berbagai alternatif yang terbaik dari
sejumlah alternatif yang ada.
b. Perencanaan berarti pula alikasi sumber daya yang tersedia baik
c. Sumber daya alam maupun sumber daya manusia
d. Perencanaan mengandung arti rumusan yang sistematis yang didasarkan
pada kepentingan masyarakat banyak
e. Perencanaan juga menyangkut tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Walaupun tidak ada kesepakatan diantara para ekonom berkenaan
dengan istilah perencanaan ekonomi, sebagian besar ekonom menganggap
10
12
perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan
perekonomian dengan sengaja oleh pemerintah untuk mencapai sasaran dan
tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula (Lincolin Arsyad,1999).
Menurut Jhingan (1999) perumusan dan kunci keberhasilan suatu
perencanaan biasanya memerlukan hal-hal sebagai berikut :
a. Prasyarat pertama bagi suatu perencanaan adalah pembentukan suatu
komisi perencanaan yang harus diorganisir dengan cara tepat.
b. Perencanaan yang baik membutuhkan adanya analisis yang menyeluruh
tentang potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara beserta segala
kekurangannya, oleh karena itu pembentukan suatu kantor jaringan
statistik dari pusat hingga daerah yang bertugas mengumpulkan
informasi dan data-data statistik menjadi suatu kebutuhan utama.
c. Penetapan berbagai sarana dan tujuan yang ingin dicapai hendaknya
realistis dan disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
d. Penetapan sasaran dan prioritas untuk pencapaian suatu tujuan
perencanaan dibuat secara makro dan sektoral.
e. Dalam perencanaan ditetapkan adanya pembiayaan oleh pemerintah
sebagai dasar sumber daya yang tersedia.
f. Suatu perencanaan hendaknya mampu menjamin keseimbangan
perekonomian.
g. Administrasi yang baik, efisien, dan tidak korup adalah syarat mutlak
keberhasilan suatu perencanaan.
13
h. Pemerintah harus menetapkan kebijakan pembangunan yang tepat demi
berhasilnya rencana pembangunan dan menghindari kesulitan yang
mungkin timbul dalam proses pelaksanaannya.
i. Setiap usaha harus dibuat berdampak ekonomis dalam administrasi,
khususnya dalam pengembangan bagian-bagian departemen dan
pemerintahan.
j. Administrasi harus bersih dan efisien memerlukan dasar pendidikan
yang kuat, perencanaan yang berhasil harus memperhatikan standart
moral dan etika masyarakat.
k. Dukungan masyarakat merupakan faktor penting bagi keberhasilan
suatu perencanaan didalam suatu negara yang demokratis, tanpa
dukungan masyarakat tak ada perencanaan yang dapat berhasil.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi sering diartikan sama dengan pembangunan
ekonomi oleh pakar ekonomi, yaitu sebagai kenaikan PDB/PNB saja. Akan
tetapi pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi
atau tidak (Lincolin Arsyad,1999:7).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
negara. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi diharapkan pendapatan
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.
14
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
daripada tahun sebelumnya (pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu
lebih besar dari pendapatan masyarakat pada tahun sebelumnya).
B. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan diartikan sebagai suatu proses perbaikan yang dinamis
dan terus-menerus atas suatu masyarakat atau sistem sosial yang membawa
perubahan dan peningkatan keadaan dari yang mempunyai corak sederhana ke
tingkatan yang lebih maju. Sementara itu, pembangunan ekonomi didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang disertai oleh perbaikan
kelembagaan (Lincolin Arsyad,1999:6).
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf
hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan
riil per kapita (Irawan dan M. Suparmoko, 1993 :5).
Menurut Todaro (2000:23), proses pembangunan harus memiliki 3
(tiga) tujuan inti, yaitu :
a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam
barang kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan, kesehatan,
perlindungan keamanan).
b. Peningkatan standar kehidupan yang tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan, namun juga meliputi penambahan penyediaan lapangan
pekerjaan, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas
15
nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, di mana semuanya itu tidak hanya
untuk memperbaiki kesejahteraan materiil melainkan juga untuk
menumbuhkan jati diri pribadi bangsa yang bersangkutan.
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan bangsa
secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari sikap
ketergantungan.
Permasalahan yang timbul akibat kesalahan upaya pembangunan yang
dilakukan adalah (Tri Widodo, 2006 :7) :
a. Kemiskinan
Permasalahan kemiskinan dalam pembangunan sangat sering
dijumpai di hampir seluruh negara di dunia. Permasalahan yang terjadi pun
memiliki karakteristik yang hampir sama di mana kemiskinan yang tinggi
terjadi di sebuah wilayah pedesaan atau sebuah wilayah yang memiliki
tingkat tingkat kepadatan yang sangat tinggi. Secara sederhana kemiskinan
(absolut) dapat didefenisikan sebagai ketidakmampuan sejumlah penduduk
untuk hidup di atas garis kemiskinan atau batas kemiskinan yang
ditetapkan berdasar kategori tertentu.
Untuk menggambarkan tingkat kemiskinan yang terjadi di sebuah
negara atau wilayah tertentu, para ekonom sering menggunakan indikator
tingkat kemiskinan (poverty gap). Indikator ini mengukur total pendapatan
yang dibutuhkan oleh penduduk miskin agar dapat hidup di atas garis
kemiskinan.
16
b. Pemerataan
Permasalahan kedua yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembangunan adalah tidak meratanya distribusi pendapatan yang diterima
oleh penduduk. Ketimpangan ini terjadi karena rata-rata pendapatan per
kapita masyarakat di daerah pedesaan lebih rendah dibandingkan dengan
rata-rata pendapatan per kapita yang diterima oleh penduduk di kawasan
perkotaan. Ketimpangan pendapatan yang terjadi di daerah pedesaan jauh
lebih rendah bila dibandingkan dengan ketimpangan yang terjadi dalam
distribusi pendapatan di kawasan perkotaan. Perbedaan kedalaman
ketimpangan antara yang terjadi di daerah pedesaan dengan ketimpangan
yang terjadi di kawasan perkotaan disebabkan karena variasi tipe
pekerjaan yang terdapat di kedua wilayah tersebut.
c. Pertumbuhan
Proses pembangunan yang dilakukan di setiap negara tidak dapat
dilepaskan dari permasalahan kemiskinan dan ketimpangan distribusi
pendapatan. Profesor Kuznets mengajukan sebuah teori mengenai
perkembangan ketimpangan distribusi pendapatan dimana ketimpangan
yang dialami oleh negara yang sedang membangun akan tinggi ketika
pembangunan sedang berada dalam tahap awal pembangunan. Tingkat
ketimpangan ini akan terus naik seiring dengan pembangunan yang
dilakukan hingga pada titik tertentu tingkat ketimpangan ini akan turun.
Dalam pembahasan mengenai teori pembangunan, khususnya
pembangunan ekonomi terdapat teori-teori pembangunan yang ada yaitu Teori
17
pertumbuhan linear dan Teori pertumbuhan struktural (Mudrajad Kuncoro,
2000):
1. Teori Pertumbuhan Linear
a. Teori Pertumbuhan Adam Smith
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan menjadi 5 tahap yang
berurutan yaitu dimulai dari masa perburuan, masa beternak, masa
bercocok tanam, perdagangan dan yang terakhir adalah tahap
perindustrian. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari
masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Dalam
prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya
sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang
pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi. Menurut teori ini,
akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan
ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi
secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya.
Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan
daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi,
meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Proses
pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus
tunduk pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi
(Mudrajad Kuncoro, 2000 : 38-41).
18
b. Teori Pembangunan Karl Marx
Karl max dalam bukunya Das Kapital membagi evolusi
perkembangan masyarakat menjadi tiga yaitu dimulai dari feodalisme,
kapitalisme dan kemudian yang terakhir adalah sosialisme. Evolusi
perkembangan masyarakat ini akan sejalan dengan proses pembangunan
yang dilaksanakan. Masyarakat feodalisme mencerminkan kondisi
dimana perekonomian yang ada masih bersifat tradisional. Dalam tahap
ini tuan tanah merupakan pelaku ekonomi yang memiliki posisi tawar
menawar relatif tinggi terhadap pelaku ekonomi lain. Perkembangan
teknologi yang ada menyebabkan terjadinya pergeseran di sektor
ekonomi, dimana masyarakat yang semula agraris-feodal kemudian
beralih menjadi masyarakat industri yang kapitalis. Pada masa kapitalis
ini para pengusaha merupakan pihak yang memiliki tingkat posisi tawar
menawar tertinggi terhadap pihak lain khususnya kaum buruh. Artinya
kaum buruh tidak memiliki posisi tawar menawar sama sekali terhadap
majikannya yang merupakan kaum kapitalis. Sejalan dengan
perkembangan teknologi, para pengusaha yang menguasai faktor
produksi akan berusaha memaksimalkan keuntungannya dengan
menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya pada input modal
yang bersifat padat kapital. Eksploitasi terhadap kaum buruh dan
peningkatan pengangguran yang terjadi akibat substitusi tenaga manusia
dengan input modal yang padat capital pada akhirnya akan menyebabkan
revolusi sosial yang dilakukan kaum buruh. Fase ini merupakan tonggak
baru bagi munculnya suatu tatanan sosial alternatif di samping tata
19
masyarakat kapitalis, yaitu tata masyarakat sosialis (Mudrajad Kuncoro,
2000 : 41-42)
c. Teori Pertumbuhan Rostow
Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu negara
menjadi lima tahap yaitu :
1) Perekonomian Tradisional
Perekonomian pada masyarakat tradisional cenderung bersifat
subsisten. Pemanfaatan teknologi dalam sistem produksi masih sangat
terbatas. Dalam perekonomian semacam ini sektor pertanian
memegang peranan penting (Mudrajad Kuncoro, 2000 :45)
2) Prakondisi Tinggal Landas
Tahap kedua dari proses pertumbuhan Rostow ini pada dasarnya
merupakan proses transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat
industri. Sektor industri mulai berkembang di samping sektor
pertanian yang masih memegang peranan penting dalam
perekonomian (Mudrajad Kuncoro, 2000 :45)
3) Tinggal Landas
Tinggal landas didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling
berkaitan sebagai berikut (Mudrajad Kuncoro, 2000 :46):
a) Kenaikan laju investasi produktif antara 5-10 persen dari
pendapatan nasional.
20
b) Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting
dengan laju pertumbuhan tinggi.
c) Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial dan institusional
yang menimbulkan hasrat ekspansi di sektor modern dan dampak
eksternalnya akan memberikan daya dorong pada pertumbuhan
ekonomi.
4) Tahap Menuju Kedewasaan
Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi
modern terhadap sumber daya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan
tahapan jangka panjang dimana produksi dilakukan secara swadaya.
Tahapan ini juga ditandai denga munculnya beberapa sektor penting
yang baru (Mudrajad Kuncoro, 2000 :47)
5) Tahap Konsumsi Masa Tinggi
Tahap konsumsi masa tinggi merupakan akhir dari tahapan
pembangunanyang dikemukakan oleh Rostow. Pada tahap ini akan
ditandai dengan terjadinya migrasi besar-besaran dari masyarakat
pusat perkotaan ke pinggira kota, akibat pembangunan pusat kota
sebagai sentral bagi tempat bekerja. Pada fase ini terjadi perubahan
orientasi dari pendekatan penawaran menuju pendekatan permintaan
dalam sistem produksi yang dianut. Sementara itu terjadi pula
pergeseran perilaku ekonomi yang semula lebih banyak
menitikberatkan pada sisi produksi kini beralih ke sisi konsumsi
(Mudrajad Kuncoro, 2000 :47)
21
2. Teori Perubahan Struktural
a. Teori Pembangunan Arthur Lewis
Teori pembangunan Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses
pembangunan yang terjadi antara daerah kota dan desa yang
mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi diantara diantara kedua
tempat tersebut. Teori ini juga membahas pola investasi yang terjadi di
sektor modern dan juga sistem penetapan upah yang berlaku di sektor
modern, yang pada akhirnya akan berpengaruh besar terhadap arus
urbanisasi yang ada. Mengawali teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua yaitu
(Mudrajad Kuncoro, 2000 : 51-52) :
1) Perekonomian Tradisional
Dalam teorinya Lewis mengasumsikan bahwa di daerah
pedesaan, dengan perekonomian tradisionalnya mengalami surplus
tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan basis utama
perekonomian yang diasumsikan berada pada perekonomian
tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada
kondisi subsisten pula. Hal ini ditandai dengan nilai produk marginal
dari tenaga kerja yang bernilai nol.
2) Perekonomian Industri
Perkotaan tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat
penampungan tenaga kerja yang ditransfer dari sektor subsisten.
22
Model ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja,
pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di
sektor modern. Keadaan ini ditentukan oleh peningkatan investasi dan
akumulasi modal secara kesuluruhan di sektor modern. Peningkatan
investasi terjadi karena adanya kelebihan keuntungan sektor modern
dari selisih upah dengan asumsi bahwa “parakapitalis” bersedia
menanamkan kembali seluruh keuntungan. Rangkaian proses
pertumbuhan berkesinambungan atas sektor modern dan perluasan
kesempatan kerja diatas diasumsikan akan terus berlangsung sampai
dengan semua surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh sektor
industri.
b. Teori Pola Pembangunan Chenery
Teori ini memfokuskan terhadap perubahan struktur dalam tahapan
proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari
perekonomian negara sedang berkembang, yang mengalami transformasi
dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama
pertumbuhan ekonominya. Penelitian Hollis Chenery tentang
transformasi struktur perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang
semula mengandalkan sektor pertanian menuju ke sektor industri.
Chenery menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan peranan
suatu sektor dalam menciptakan produksi nasional tergantung pada
tingkat pendapatan dan jumlah penduduk negara tersebut. Makin besar
pertumbuhan pendapatan suatu daerah dibanding dengan pertumbuhan
23
penduduk daerah tersebut maka dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
meningkat (Mudrajad Kuncoro, 2000 : 57-58).
C. Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut Arsyad (1999:108), Pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) di dalam wilayah tersebut.
Tujuan dari pembangunan daerah secara umum adalah :
1. Mendorong terciptanya pekerjaan yang berkualitas bagi penduduk, yaitu
dengan mengupayakan peningkatan sumber daya manusia yang lebih
berkualitas, sehingga mampu berperan dalam aktivitas yang lebih
produktif dibanding dengan yang sudah dilakukan.
2. Berusaha menciptakan stabilitas ekonomi dengan cara menyiapkan sarana
prasarana yang dibutuhkan bagi pengembangan aktivitas ekonomi daerah
yang meliputi : penyediaan lahan, tenaga kerja, pembiayaan dan bantuan
teknis/ manajemen untuk mencegah timbulnya ketimpangan-ketimpangan
yang dapat menghambat pembangunan.
3. Mengusahakan terciptanya basis diversifikasi aktivitas ekonomi yang luas,
yang diharapkan dapat memperkecil resiko fluktuasi bisnis. Dengan
adanya basis ekonomi yang kuat maka resiko fluktuasi ekonomi
regional/wilayah dapat diperkecil.
24
4. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam
barang kebutuhan hidup yang pokok, seperti sandang, pangan, papan,
kesehatan dan perlindungan keamanan.
5. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja,
perbaikan kualitas pendidikan, serta peningktan perhatian atas nilai-nilai
kultural dan kemanusiaan, yang semuanya itu tidak hanya untuk
memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga menumbuhkan jati
diri pribadi dan bangsa yang bersangkutan.
6. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi setiap individu serta
bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari
belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap
orang atau bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang
berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka
(Todaro,2000:23-24).
Pembangunan ekonomi apabila dilihat dari sisi kegiatan ekonomi dan
dari sudut penyebarannya adalah (Lincolin Arsyad, 1999:107-108):
a. Daerah Homogen, yaitu daerah yang dianggap sebagai ruang di mana
kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam pelosok ruang terdapat sifat-sifat
yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan
per kapita, sosial-budayanya, geografinya dan sebagainya.
b. Daerah Nodal, yaitu daerah yang dianggap sebagai suatu ekonomi ruang
yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi sehingga
perbatasan daerah tersebut ditentukan oleh tempat-tempat di mana
25
pengaruh dari satu atau beberapa pusat kegiatan-kegiatan ekonomi
digantikan dengan pengaruh dari pusat lainnya.
c. Daerah Perencanaan, yaitu daerah administrasi di mana dalam daerah yang
bersangkutan juga merupakan suatu ekonomi ruang.
d. Yang berada dibawah suatu daerah administrasi tertentu, seperti propinsi,
kabupaten, kota, dan sebagainya. Jadi pengertian daerah disini lebih
ditunjukkan pada pembagian daerah administrasi suatu wilayah.
Ada beberapa teori yang dapat membantu untuk mengetahui arti
penting pembangunan ekonomi daerah. Pada hakekatnya inti dari teori tersebut
berkisar pada dua hal, yaitu : metode dalam menganalisis perekonomian suatu
daerah dan teori-teori yang membahas faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu (Lincolin Arsyad, 1999).
a. Teori Ekonomi Neo-Klasik
Teori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan
ekonomi daerah, yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor-
faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai
keseimbangan alaimiahnya jika modal mengalir tanpa retriksi
(pembatasan). Oleh karena itu, daerah akan mengalir dari daerah yang
berupah tinggi menuju daerah yang berupah rendah (Lincolin
Arsyad,1999:116).
b. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah mempunyai hubungan dengan
permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri
26
yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan
penciptaan lapangan kerja (job creation) (Lincolin Arsyad,1999:116).
Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada
teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada
dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional.
Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan
terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan
akan didirikan di daerah tersebut.
Inti dari teori basis ekonomi ini adalah karena industri basis
menghasilkan barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah
yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan
pendapatan bagi daerah tersebut.Terjadi arus pendapatan dari luar daerah
menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah
tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan
menciptakan kesempatan kerja baru (Lincolin Arsyad,1999:141).
c. Teori Lokasi
Para ekonom regional sering mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi. Perusahaan cenderung
akan meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang
memaksimumkan peluangnya mendekati pasar. Model pengembangan
industri kuno menyatakan bahwa lokasi terbaik adalah biaya termurah
antara bahan baku dengan pasar. (Lincolin Arsyad,1999:116-117). Dari
keterangan di atas maka dapat diketahui bahwa lokasi sangat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pemilihan lokasi yang tepat
27
mendekati pasar dapat meminimumkan biaya dan memaksimumkan
peluang.
d. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada
hirarki tempat ( hierarchy of places). Tempat sentral merupakan suatu
pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang
mendukungnya. Teori ini dapat diterapkan pada pembangunan ekonomi
daerah, baik itu di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan (Lincolin
Arsyad,1999:117).
e. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk
menunjukkan konsep dasar teori ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung
memperparah kesenjangan antara daerah-daerah tersebut. Daerah yang
maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah-
daerah lainnya. Hal ini yang disebut Myrdal (1975) sebagai back wash
effects (Lincolin Arsyad,1999:117-118).
f. Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang
mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi
pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif
(Lincolin Arsyad,1999:118).
28
D. Teori Perkembangan Kota
Perkembangan kota di Indonesia diawali dengan munculnya kota
dekat sungai dan mengadakan kontak dengan wilayah pedalaman. Kota
berfungsi sebagai pusat perkembangan, pusat absorpsi, pusat pelayanan dan
menjadi motor pedesaan. Adanya daya tarik tersebut menyebabkan orang dari
daerah pedesaan banyak yang pindah ke kota. Tingkat perkembangan kota
berdasarkan penduduknya dapat dilihat dari penyebaran penduduk antar kota,
kepadatan penduduk dan pembagian penduduk menurut jenis kelamin, umur
maupun pekerjaannya. Adanya revolusi industri menyebabkan kehidupan kota
mengalami perubahan, kesempatan kerja menjadi terbuka di kota terutama di
sektor industri. Dampak dari revolusi industri menyebabkan produktivitas
meningkat dan terjadinya kosentrasi penduduk di daerah perkotaan.
Kesempatan kerja di kota pada umumnya didominasi oleh sektor jasa
seperti yang dikatakan Reksohadiprojo bahwa di kota-kota di Indonesia
kesempatan kerja kebanyakan pada Public Service, karena itu sektor jasa pada
umumnya mengalami peningkatan yang cukup pesat untuk daerah perkotaan.
Sementara sektor primer mengalami penurunan dalam kontribusinya
sedangkan sektor sekunder relatif konstan. Adanya pertumbuhan tenaga kerja
yang cepat jika tidak diimbangi dengan kesempatan kerja akan menimbulkan
masalah bagi kota itu sendiri.
Pembagian Administratif di Indonesia yaitu :
1. Tingkat Provinsi :
a. Provinsi Daerah Khusus
b. Provinsi Daerah Istimewa
29
2. Tingkat Kabupaten/Kota :
a. Kabupaten Administrasi
b. Kota Administrasi
3. Tingkat Kecamatan :
a. Kecamatan
b. Distrik
4. Tingkat Kemukiman :
a. Mukim (Khusus Aceh)
5. Tingkat Kelurahan/Desa :
a. Kelurahan
b. Desa Nagari
c. Kampung
d. Gampong
e. Pekon
Daerah tingkat II (Dati II) adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia setelah Daerah Tingkat I (Provinsi). Dati II dapat berupa Dati II
Kabupaten atau Dati II Kotamadya. Perbedaan Kabupaten dengan Kotamadya
(kini bernama kota) adalah pada demografi, luas dan sektor usaha utama
daerah. Saat ini istilah Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II tidak
dipergunakan lagi sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999, Daerah Tingkat II Kabupaten dikenal dengan istilah Kabupaten saja dan
Daerah Tingkat II Kotamadya diganti dengan istilah Kota.
Pada dasarnya untuk melihat apakah konsentrasi itu sebagai kota atau
tidak, adalah dari seberapa banyak jenis fasilitas perkotaan yang tersedia dan
30
seberapa jauh kota itu menjalankan fungsi perkotaan. Fasilitas perkotaan/fungsi
perkotaan antara lain adalah sebagai berikut (Robinson Tarigan :2004) :
a. Pusat perdagangan, yang tingkatannya dapat dibedakan atas melayani
masyarakat kota itu sendiri, melayani masyarakat kota dan daerah pinggiran
(daerah perbatasan), melayani beberapa kota kecil (pusat kabupaten),
melayani pusat provinsi atau pusat kegiatan perdagangan antar pulau/ekspor
di provinsi tersebut dan pusat perdagangan beberapa provinsi sekaligus.
b. Pusat pelayanan jasa,baik jasa perorangan maupun jasa perusahaan. Jasa
perorangan, misalnya tukang pangkas, salon, tukang jahit, perbengkelan,
reparasi alat elektronik, pengacara, dokter, notaries, atau warung kopi/nasi.
Jasa perusahaan, misalnya perbankan, perhotelan, asuransi, pengangkutan,
pelayanan pos dan tempat hiburan.
c. Tersedianya prasarana perkotaan, seperti sistem jalan kota yang baik,
jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air minum, pelayanan sampah,
sistem drainase, taman kota dan pasar.
d. Pusat penyediaan fasilitas sosial seperti prasarana pendidikan (universitas,
akademi, SMU, SLTP, SD), termasuk berbagai kursus keterampilan,
prasarana kesehatan dengan berbagai tingkatannya, termasuk apotik, tempat
beribadah, prasarana olahraga, prasarana sosial seperti gedung pertemuan
dan lain-lain.
e. Pusat pemerintahan, banyak kota yang sekaligus merupakan lokasi pusat
pemerintahan. Kota terbesar di suatu provinsi seringkali adalah pusat
pemerintahan tingkat provinsi, demikian pula untuk tingkat kota/kabupaten,
tingkat kecamatan dan tingkat kelurahan/desa. Pusat pemerintahan
31
mempercepat tumbuhnya suatu kota karena banyak masyarakat yang perlu
datang ke tempat itu untuk urusan pemerintahan.
f. Pusat komunikasi dan pangkalan transportasi, artinya dari kota tersebut
masyarakat bisa berhubungan ke banyak tujuan dengan berbagai pilihan alat
penghubung.
g. Lokasi permukiman yang tertata, suatu lokasi dikatakan kota karena jumlah
penduduknya banyak.
Pada daerah perkotaan pertumbuhan penduduk umumnya sangat
cepat. Pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan jumlah tenaga kerja
juga akan tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh :
a. Pertumbuhan penduduk alami (perbedaan antara jumlah kelahiran dan
jumlah kematian).
b. Migrasi dari daerah pedesaan ke perkotaan.
c. Reklasifikasi wilayah yang semula merupakan daerah pedesaan menjadi
daerah perkotaan.
E. Ketenagakerjaan
1. Definisi Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yamg berumur di dalam batas usia
kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain.
Batasan usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun,
tanpa batas umur maksimum. Tenaga kerja (manpower) dipilah pula ke
dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (laborforce) dan bukan angkatan
kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk
32
dalam usia yang bekerja, atau yang mempunyai pekerjaan namun untuk
sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan
yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk
dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang
tidak mencari pekerjaan (Dumairy,1996).
Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor
yaitu kelompok pekerja dan penganggur. Yang dimaksud pekerja adalah
orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai
pekerjaan, dan memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai
pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja.
Adapun yang dimaksud penganggur adalah orang yang tidak mempinyai
pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih mencari
pekerjaan. (Bellante dan Jackson,1990).
2. Tenaga Kerja dan Pembangunan
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di NSB
menjadi semakin serius. Tingkat pengangguran terbuka terbuka di perkotaan
hanya menunjukkan aspek–aspek yang tampak saja dari masalah
kesempatan kerja di NSB yang bagaikan ujung sebuah gunung es. Tenaga
kerja yang tidak bekerja bekerja secara penuh mempunyai berbagai bentuk,
termasuk berbagai bentuk dan underemployment di NSB sangat jarang,
tetapi dari hasil studi ditunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari penduduk
perkotaan di NSB bisa dikatakan tidak bekerja secara penuh
(underutilitized). Untuk itu dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan
33
yang dihadapi NSB perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang
memadai dan menyediakan kesempatan – kesempatan kerja bagi kelompok
masyarakat miskin. Oleh karena itu, peningkatan kesempatan kerja
merupakan unsur yang paling esensial dalam setiap strategi pembangunan
yang menitikberatkan kepada penghapusan (Lincolin Arsyad,1999).
3. Penawaran Tenaga Kerja yang Tidak Terbatas
Dalam analisisnya Lewis membedakan perekonomian menjadi dua
sektor yaitu :
a. Sektor subsisten pedesaan tradisional, yaitu sektor ekonomi yang
kegiatannya tertutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
b. Sektor kapitalis atau disebut juga sektor industri perkotaan modern
umumnya mempunyai produktivitas yang tinggi. Tingkat upah pada
sektor kapitalis umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan sektor
subsisten, sehingga tenaga kerja dari sektor subsisten akan berpindah ke
sektor kapitalis secara bertahap.
Menurut Lewis, faktor yang menyebabkan tingginya tingkat upah
tersebut adalah karena biaya hidup di sektor kapitalis lebih tinggi. Jika
sektor kapitalis memperoleh keuntungan, maka dana tersebut akan
ditanamkan kembali oleh para pengusaha sehingga kegiatan ini akan
menciptakan kesempatan kerja di sektor kapitalis. Dengan demikian tenaga
kerja yang bekerja di sektor kapitalis makin lama akan makin bertambah
banyak jumlahnya.
34
4. Struktur Tenaga Kerja menurut Sektor (Lapangan Pekerjaan/Usaha)
Menurur konsep Labor Force, kegiatan bekerja didefinisikan
sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan
paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan
tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam
usaha atau kegiatan ekonomi orang tua/saudara/orang lain (BPS,2008).
F. Penelitian Sebelumnya
1. Sri Kusreni dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Perubahan
Struktur Ekonomi terhadap Spesialisasi Sektor dan Wilayah serta Struktur
Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral untuk Daerah Perkotaan di Jawa Timur”
memiliki kesimpulan bahwa berdasarkan hasil analisis Structural Equation
Model (SEM) program AMOS 401,SPSS didapat hasil bahwa Perubahan
struktural berpengaruh terhadap spesialisasi regional, Perubahan struktur
ekonomi berpengaruh terhadap spesialisasi sektoral di Jawa Timur,
Spesialisasi regional berpengaruh terhadap struktur penyerapan tenaga kerja
di Jawa Timur, Spesialisasi sektoral berpengaruh terhadap struktur
penyerpan tenaga kerja, Perubahan struktur ekonomi berpengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur.
2. Harry Kiswanto (2009) melakukan penelitian tentang Analisis struktur
perekonomian Kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah dengan
menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ), Dynamic Location
Quotient (DLQ), Shift Share, Metode Rasio Pertumbuhan, Typology
35
Klassen, Matrik Potensi, Indeks Williamson, Indeks Koefisien Konsentrasi
dan Spesialisasi, dan Overlay. Komponen yang diteliti adalah PDRB atas
dasar harga konstan 2000 Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat kurun waktu
1996-2006 baik pada era sebelum maupun selama otonomi daerah. Dari
hasil analisis dapat disimpulkan; Pertama, kontribusi sektoral dan laju
pertumbuhan sektoral di Kota Depok setelah berjalannya otonomi daerah
terjadi peningkatan di semua sektor; Kedua, diketahui sektor-sektor basis do
Kota Depok kurun waktu sebelun dan sesudah otonomi daerah adalah sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa; Ketiga, sebelum dan sesudah
otonomi daerah, sektor industri pengolahan,dan sektor perdagangan, hotel
dan restoranmenjadi sektor yang prima dan potensial; Keempat, setelah
berlangsungnya otonomi daerah membawa perubahan dalam pergeseran
perekonomian Kota Depok menjadi daerah berkembang cepat; Kelima, pola
pertumbuhan ekonomi Kota Depok baik pada era sebelum otonomi daerah
maupun pada era otonomi daerah adalah tidak terspesialisasi dan
terkonsentrasi; Keenam, sektor industri pengolahan merupakan sektor
poensial untuk dikembangkan menjadi sektor dominan.
3. Yunariah (2007) melakukan penelitian tentang analisis struktur ekonomi
dan struktur perkotaan di Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota dengan
menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif. Komponen yang diteliti
Tengah, data-data adalah data-data sekunder yang diperoleh dari badan atau
instansi terkait yaitu BPS Indonesia dan BPS Jawa Tengah. Dari hasil
36
analisis menunjukkan adanya variasi struktur ekonomi dan struktur
perkotaan di Jawa Tengah menurut Kabupaten/ Kota. Dilihat dari struktur
ekonominya (kontribusi sektor ekonomi dan PDRB), Jawa Tengah secara
keseluruhan memiliki dominasi di subsektor industri pengolahan sejak tahun
1995, meskipun di tahun 1990 subsektor pertanian masih mendominasinya.
Akan tetapi apabila dilihat secara agregat, maka kontribusi terbesar dalam
PDRB masih diberikan oleh sektor tersier. Sedangkan jika dilihat dan
penyerapan kesempatan kerja menurut lapangan usaha di Jawa Tengah
secara keseluruhan maka sektor primer terutama subsektor pertanian masih
mendominasinya. Kemudian untuk struktur perkotaan di Jawa Tengah yang
diidentifikasi menurut tingkat urbanisasinya tampak mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun yang dapat dijadikan sebagai sebuah indikator bahwa di
Jawa Tengah telah terjadi kemajuan ekonomi. Secara lebih khusus, (struktur
sosial ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah) tampak bahwa sebagian
daerah seperti seluruh Kota dan beberapa Kabupaten (Kudus, Sukoharjo,
Karanganyar, Semarang, Klaten dan Kendal) telah memiliki struktur
ekonomi dan struktur perkotaan yang bersifat modern (ditandai dominasi
sektor sekunder dan tingginya tingkat urbanisasi) dan sebagian lagi masih
memiliki struktur ekonomi dan struktur perekotaan yang bercorak rural
(ditandai dominasi sektor primer dan rendahnya urbanisasi) diantaranya
adalah beberapa Kabupaten/Kota seperti Wonosobo, Wonogiri, Grobogan,
Kebumen dan Blora tampak pula bahwa sebagian daerah di Jawa Tengah
yang telah memiliki tingkat perekonomian yang lebih baik atau maju
dibandingkan dengan daerah-daerah yang masih memiliki struktur sosial
37
ekonomi bercorak rural. Kondisi ini tampak pada tingkat pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi, tingkat pendapatan perkapita yang lebih besar,
dan juga tingkat kemiskinan maupun tingkat pengangguran yang relatif
rendah. Variasi struktur ekonomi dan struktur perkotaan tampaknya
disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis (luas daerah), kondisi
demografi (kepadatan penduduk) dan kondisi sosial (tingkat pendidikan dan
tingkat kesehatan) masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
38
G. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Dengan menganalisis pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
PDRB Provinsi Jawa Timur dan Kota maka kita dapat mengidentifikasikan
perubahan struktur ekonomi dengan analisis Shift Share (SS), penyerapan
Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan PDRB untuk
Kota dan Provinsi Jawa Timur
1.Perubahan struktur perekonomian dengan Shift Share (SS)
2. Sektor basis dengan LQ
3. Pola dan struktur pertumbuhan sektoral dengan Tipologi Klassen
Perubahan penyerapan tenaga kerja sektoral
Masalah Pembangunan Ekonomi
KebijakanPembangunan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
Kesejahteraan masyarakat
39
tenaga kerja sektoral, sektor yang menjadi basis ekonomi dengan analisis
Location Quotient (LQ) serta gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan
sektoral dengan analisis Tipologi Klassen untuk dikembangkan di masing-
masing kota. Jika terdapat masalah-masalah dalam pembangunan ekonomi,
maka Pemerintah Daerah diharapkan dapat menentukan kebijakan-kebijakan
yang tepat sehingga pembangunan ekonomi bisa lebih terarah dan keberhasilan
pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Timur dapat tercapai. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan
masyarakat Provinsi Jawa Timur pada umumnya.
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian, maka
dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Struktur perekonomian di masing-masing kota di Provinsi Jawa Timur
dengan menggunakan analisis Shift Share (SS), diduga mengalami
pergeseran ke arah sektor sekunder atau tersier.
2. Kondisi penyerapan tenaga kerja sektoral untuk daerah perkotaan di
Provinsi Jawa Timur dengan analisis pangsa penyerapan tenaga kerja
diduga pada sektor sekunder dan tersier.
3. Kondisi basis ekonomi sektoral untuk daerah perkotaan di Provinsi Jawa
Timur dengan analisis Location Quotient (LQ) diduga didominasi sektor
Listrik, gas dan air bersih; perdagangan, hotel dan restoran serta keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan.
40
4. Sektor ekonomi untuk daerah perkotaan di Provinsi Jawa Timur dengan
analisis Tipologi Klassen diduga mayoritas berada pada kelompok sektor
ekonomi Prima dan Berkembang
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Wilayah yang menjadi daerah penelitian adalah kota di Provinsi Jawa
Timur yaitu Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Malang, Kota
Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya (BPS
Provinsi Jawa Timur). Penelitian ini merupakan suatu upaya untuk mengetahui
perkembangan daerah perkotaan di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini
dilakukan dengan melakukan survei atas data-data variabel PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) menurut lapangan usaha dan jumlah tenaga kerja
yang berasal dari lembaga atau badan yang bersangkutan (survei atas data
sekunder).
Pembatasan ruang lingkup penelitian ini adalah pada variabel PDRB
menurut lapangan usaha dan jumlah tenaga kerja sektoral untuk daerah
perkotaan di Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu tahun 1996-2007.
B. Jenis Dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder berasal dari lembaga serta
instansi yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder adalah data
yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data (Mudrajat Kuncoro, 2003:127). Data diperoleh
dengan mengambil dari buku-buku statistik yang diterbitkan oleh BPS. Dan
40
42
data tersebut merupakan data relevan dengan penelitian pada periode waktu
tertentu. Dalam hal ini data yang diperlukan adalah data untuk daerah
perkotaan di Provinsi Jawa Timur.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Buku Laporan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk seluruh
Kota di Provinsi Jawa Timur (Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota
Malang, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Mojokerto dan Kota
Surabaya) tahun 1996-2007.
2. Data Sakernas dan Susenas untuk seluruh kota di Provinsi Jawa Timur
(Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Malang, Kota Pasuruan, Kota
Probolinggo, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya) tahun 1996-2007.
3. Buku Laporan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa
Timur tahun 1996-2007.
4. Data Sakernas dan Susenas Provinsi Jawa Timur tahun 1996-2007.
C. Obyek Penelitian
Definisi Kota dan Desa
1. Menurut Menteri Dalam Negeri RI No. 4/1980
Kota adalah suatu wilayah yang mempunyai batas administrasi
wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu
lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya
ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat
43
pertumbuhan. Suatu daerah dinamakan kota jika syarat-syarat sebagai
berikut terpenuhi :
a. Heterogenitas penduduk
b. Pusat peradaban
c. Pusat pemerintahan
d. Stratifikasi sosial lebih besar
e. Individualistis
f. Kontak sosial lebih banyak
g. Mata pencaharian non agraris dan heterogen
h. Antara rumah dengan tempat kerja jauh terpisah
i. Kepadatan penduduk tinggi
j. Kepadatan rumah tinggi
2. Secara Geografis
Kota adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur
unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk tinggi, corak
kehidupan yang heterogen, sifat penduduknya individualistis dan
materialistis.
3. Dalam konteks administrasi pemerintahan di Indonesia
Kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah
provinsi, yang dipimpin oleh seorang walikota. Kota merupakan daerah
otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahannya sendiri.
44
4. Kriteria yang digunakan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menetapkan
apakah suatu lokasi sudah memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai kota
yaitu :
a. Kepadatan penduduk sebanyak 5000 orang atau lebih setiap km persegi.
b. Rumah tangga pertanian di daerah perkotaan paling besar 25%.
c. Memiliki delapan atau lebih jenis fasilitas perkantoran.
5. Pengertian Desa Menurut Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik
Indonesia.
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut (BPS jawa Timur) :
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku
pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya
antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen
pengeluaran produk domestik regional bruto.
45
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan suatu
tahun dasar
Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi
pada tahun dasar. Karena menggunakan harga konstan (tetap), maka
perkembangan agregat dari tahun ke tahun semata-mata disebabkan oleh
perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa mengandung harga
(inflasi/deflasi)
3. Keunggulan Kompetitif
Suatu sektor dikatakan memiliki keunggulan kompetitif apabila
sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan lebih pesat dalam suatu wilayah
studi jika dibandingkan sektor yang sama di wilayah referensi.
4. Sektor Basis
Suatu sektor yang tingkat kontribusinya didaerah studi lebih besar
dibandingkan dengan kontribusi sektor yang sama di wilayah referensi.
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar kerja, dan biasanya siap
untuk digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian
perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar
kerja. Apabila tenaga kerja tersebut bekerja, maka mereka akan mendapat
imbalan jasa berupa upah/gaji
46
6. Permintaan tenaga kerja
Jumlah penyerapan atau permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh :
upah (dalam hal ini dipengaruhi oleh unsur produktivitas dan inflasi),
output (PDRB), net migration (dengan moivasi ekonomi), dan populasi
(dalam hal ini sudah masuk unsur birth dan death).
7. Penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja mencakup semua orang yang mempunyai
pekerjaan dalam masyarakat, ditambah jumlah mereka yang secara aktif
mencari pekerjaan dan jumlah mereka yang seharusnya dapat
diikutsertakan dalam kegiatan ekonomi apabila terdapat kesempatan kerja
yang memadai.
8. Sektor Ekonomi
Sektor ekonomi merupakan struktur ekonomi suatu wilayah yang
terdiri atas tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier.
Menurut ISIC (International Standard of Industrial Classification). Ketiga
sektor ini dibagi lagi menjadi 9 sektor yaitu : sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan galian (sektor primer), sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor bangunan (sektor sekunder),
sektor perdagangan, hotel dan restoran sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta sektor
jasa-jasa (sektor tersier) (Yunariah dalam Achmad Nuzul, 2009:34). Sektor
yang diteliti meliputi :
47
1) Sektor Pertanian
Meliputi tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan
dan hasil-hasilnya, kehutanan serta perikanan.
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
Meliputi minyak gas dan bumi, pertambangan non migas dan
penggalian.
3) Sektor Industri Pengolahan
Meliputi industri migas dan non migas
4) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Meliputi listrik, gas dan air bersih
5) Sektor Konstruksi
6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Meliputi perdagangan besar dan eceran, hotel dan restoran.
7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Meliputi angkutan kereta api, angkutan jalan raya, angkutan laut/ air,
angkutan udara, jasa penunjang angkutan dan komunikasi.
8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Meliputi bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang
keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.
48
9) Sektor Jasa
Meliputi jasa pemerintahan umum, jasa sosial kemasyarakatan, jasa
hiburan dan kebudayaan serta jasa perorangan dan rumah tangga.
E. Metode Analisa Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua,
yaitu tahap analisis deskriptif dan tahap analisis hipotesa. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengetahui dan memberikan gambaran umum struktur
perekonomian serta perkembangan komponen PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) dan jumlah tenaga kerja sektoral untuk daerah perkotaan di
Provinsi Jawa Timur. Sedangkan analisis uji hipotesis digunakan untuk
menguji kebenaran dari pernyataan-pernyataan seperti yang dirumuskan dalam
hipotesis. Analisis uji hipotesis menggunakan rumus-rumus seperti berikut :
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan kondisi
perekonomian sektoral di masing-masing Kota di Provinsi Jawa Timur
tahun 1996-2007. Kondisi perekonomian dapat digambarkan dengan
melihat besaran kontribusi sektoral dan pertumbuhan PDRB.
a) Kontribusi Sektoral
Salah satu indikator menilai terjadinya perubahan struktur
perekonomian di suatu wilayah dari tahun ke tahun adalah dengan
49
melihat pergeseran kontribusi tiap-tiap sektor ekonomi. Adanya
penurunan kontribusi dari sektor primer dan meningkatnya kontribusi
sektor sekunder dan tersier merupakan salah satu ukuran bahwa telah
terjadi transformasi dalam perekonomian di suatu daerah.
Potensi berbagai sektor ekonomi pembentuk PDRB dari sisi
kontribusi atau sumbangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Lincolin Arsyad, 1999:236) :
KE of Xit = x100%
Dimana :
KE = Kontribusi Ekonomi
Xit = Sektor Pembentuk PDRB pada tahun t
b) Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro
persekonomian daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah
dihitung dengan membandingkan angka PDRB setiap tahun. Untuk
mengukur laju pertumbuhan ekonomi digunakan PDRB atas harga
konstan. Laju pertumbuhan PDRB digunakan sebagai indikator makro
untuk menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau
wilayah. Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi suatu derah atau wilayah
berpengaruh luas terhadap perubahan struktur perekonomian daerah
atau wilayah tersebut. (BPS, 2004 : 38).
50
Sedangkan potensi berbagai sektor ekonomi pembentuk PDRB
dari sisi pertumbuhan dapat dilihat dengan menggunakan rumus
(Lincolin Arsyad, 1999 : 246) :
PE of Xit = x 100%
Dimana :
PE = Pertumbuhan Ekonomi
Xit = Sektor Ekonomi Pembentuk PDRB pada tahun t
Xit-1 = Sektor Pembentuk PDRB pada tahun t-1
Dalam melakukan penelitian dimana data-data sekunder seperti
PDB, PNB, PDRB serta IHK dan sebagainya yang merupakan time
series, seiring dengan perkembangannya waktu berbeda-beda tahun
dasarnya. Jika dua seri atau lebih data angka tersebut memiliki periode
dasar yang sama, maka seri-seri tersebut dapat diperbandingkan secara
langsung. Namun, jika dua seri data tersebut memiliki periode dasar
yang tidak sama, maka angka-angka tersebut tidak dapat
diperbandingkan secara langsung. Perbedaan tahun dasar biasanya
disebabkan oleh kebutuhan tertentu untuk mengakomodasi informasi
baru. Langkah-langkah menyamakan tahun dasar yaitu dengan
menggunakan konversi angka indeks. Metode konversi dapat dilakukan
pada pendapatan nasional harga konstan. Dua pendapatan nasional
dengan tahun dasar yang berbeda dapat saling dikonversikan dengan
syarat pada satu titik waktu tertentu yang sama harus ada dua angka
51
pendapatan nasional harga konstan dengan dua tahun dasar yang
berbeda. Pada periode yang sama, satu PDB harga konstan mengikuti
tahun dasar xx dan satu PDB harga konstan lainnya mengikuti tahun
dasar xy. Rasio xx/xy atau xy/xx menjadi faktor konversi bagi rentetan
data yang menyertainya. ( Haryo Kuncoro, 2008:138)
2. Analisis Hipotesis
a. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share ini dikembangkan oleh Daniel B Creamer
(1943) dan dipakai sebagai suatu alat analisis pada permulaam tahun
1960an oleh Asbhi (1964) sampai sekarang teknik ini membagi
pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah atau
daerah seperti kesempatan kerja, nilai tambah pendapatan jangka
waktu tertentu dalam hal ini akan dipengaruhi pertumbuhan propinsi
(N), bauran industri atau industri mix (M) dan keunggulan kompetitif
(C). Pengaruh terhadap pertumbuhan propinsi disebut pengaruh
pangsa pasar (share), pengaruh bauran industri disebut proporsional
shift, sedangkan pengaruh keunggulan kompetitif disebut regional
share atau differensial shift, sehingga analisa ini disebut analisa shift
share (Presetyo Soepono, 1993 :43-45)
Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitatif yang
biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi
daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang
lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut,
52
analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang yang berhubungan
satu sama lain yaitu (Tri widodo; 2006:112) :
1) Pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional (national
growth effect) yang menunjukkan bagaimana pengaruh
pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah.
Pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional akan
berpengaruh positif terhadap perekonomian daerah apabila
pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional bernilai
positif. Adapun formula dari pertumbuhan sekonomi referensi
adalah sebagai berikut:
Nij = Eij x rn
2) Pergeseran proporsional (proportional shift) menunjukkan
perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah terhadap sektor
yang sama di referensi propinsi atau nasional. Pergeseran
proporsional ini disebut juga pengaruh bauran industri (industry
mix).
Mij = Eij (rin - rn)
Mij = Merupakan pengaruh industri atau Industry Mix yang
selanjutnya disebut proporsional shift dimana apabila Mij
mempunyai tanda (+) berarti bahwa variabel yang dianalisis
mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat dari pertumbuhan
keseluruhan (rin > rn) demikian sebaliknya apabila mempunyai
tanda negatif (-) maupun nol.
53
3) Pergeseran diferensial (differential shift) memberikan informasi
dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah
(lokal) dengan perekonomian yang dijadikan referensi.
Cij = Eij (rij - rin)
Cij = Merupakan keunggulan kompetitif sektor i di wilayah j
(propinsi) atau disebut sebagai differential shift atau regional shift.
Apabila bertanda positif (+) berarti bahwa sektor i mempunyai
kecepatan untuk tumbuh dibandingkan dengan sektor yang sama di
tingkat nasional (rij > rin). Sehingga formula yang digunakan
untuk dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah adalah sebagai
berikut:
Dij = Nij + Mij + Cij
Keterangan :
Eij : nilai tambah atau PDRB dari sektor i di wilayah studi j
rij : laju pertumbuhan sektor i di daerah j
rin : laju pertumbuhan sektor i propinsi
rn : laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) wilayah referensi
(propinsi)
54
b. Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja merupakan isu perekonomian makro
suatu daerah yang sangat penting. Pangsa sektoral dalam penyerapan
tenaga kerja ditunjukkan oleh rumus (Tri widodo: 2006) :
STKi =
Dimana :
STKi = Pangsa penyerapan tenaga kerja sektor i
TK = Jumlah penyerapan tenaga kerja sektor i
c. Analisis Location Quotient (LQ)
Location Quotient ini merupakan suatu teknik yang digunakan
untuk memperluas analisis shift share. Teknik ini membantu kita
untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat
self-sufficiency suatu ekspor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu
daerah dibagi menjadi 2 golongan yaitu (Lincolin Arsyad, 1999 : 140 -
141).
1) Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun
diluar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan
industri basis.
2) Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini
dinamakan industri non basis atau industri lokal.
55
Rumus LQ =
VpVip
vkvik
Di mana:
vik = PDRB sektor i daerah studi k
vkt = PDRB total semua sektor di daerah studi k
Vip = PDRB sektor i daerah referensi p
Vp = PDRB total semua sektor daerah referensi p
Terdapat 3 (tiga) kategori yang dihasilkan dari perhitungan
analisis Location Quotient (LQ), sebgai berikut :
1) LQ > 1, maka sektor yang berpengaruh di tingkat kabupaten atau
kota lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibanding tingkat
Propinsi. Sektor ini dalam perekonomian di Kota atau Kabupaten
memiliki keunggulan komparatif dan dapat dikategorikan sebagai
sektor basis.
2) LQ = 1, maka sektor tersebut baik di tingkat Kabupaten atau Kota
maupun di tingkat Propinsi memiliki tingkat spesialisasi atau
dominasi yang sama.
3) LQ < 1, maka sektor tersebut di tingkat Kabupaten atau Kota
kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan di
tingkat Propinsi. Sektor ini dalam perekonomian di wilayah studi
56
tidak memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai
sektor non basis.
d. Analisis Tipologi Klassen
Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah.
Menurut Tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah
dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang prima, berkembang,
potensial dan terbelakang. Analisis ini mendasarkan pengelompokan
suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor
tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan menggunakan
analisis tipologi klassen, suatu sektor dapat dikelompokkan ke dalam 4
kategori, yaitu :
1) Sektor prima apabila sektor ekonomi tersebut pertumbuhannya
relatif lebih cepat dan sektor tersebut juga memiliki kontribusi yang
relatif besar dibandingkan dengan sektor ekonomi daerah referensi.
2) Sektor potensial apabila sektor ekonomi tersebut pertumbuhannya
relatif lebih lambat dan sektor tersebut memiliki kontribusi yang
relatif besar dibandingkan dengan sektor ekonomi daerah referensi.
3) Sektor berkembang apabila sektor ekonomi tersebut
pertumbuhannya relatif lebih cepat dan sektor tersebut memiliki
kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan sektor ekonomi
daerah referensi
4) Sektor terbelakang apabila sektor ekonomi tersebut
pertumbuhannya relatif lebih lambat dan sektor tersebut juga
57
memiliki kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan sektor
ekonomi daerah referensi
Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat kategori di atas
didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi sektoralnya dan rerata
besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, seperti yang ditunjukkan
tabel berikut (Tri widodo; 2006 : 120-121) :
Tabel 3 Matrik Tipologi Klassen:
Rerata kontribsi sktrl PDRB
Rerata
Laju pertmbhan
Sektoral
Y sektor ≥
Y PDRB
Y sektor ≤
Y PDRB
r sektor ≥ r PDRB Sektor Prima Sektor
Berkembang
r sektor ≤ r PDRB Sektor Potensial Sektor
Terbelakang
Keterangan :
Y sektor = nilai sektor ke i
YPDRB = rata-rata PDRB
r sektor = laju pertumbuhan sektor ke i
r PDRB = laju pertumbuhan PDRB
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Provinsi Jawa Timur
a. Keadaan Geografi
Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Timur
57
59
Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0’ hingga 114,4’Bujur
Timur daan 7,12’ hingga 8,48’ Lintang Selatan. Batas-batas daerah
Provinsi Jawa Timur adalah :
Sebelah Utara : Pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan Selatan)
Sebelah Timur : Pulau Bali
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Provinsi Jawa Tengah
Luas wilayah Provinsi Jawa Timur yang mencapai 46.428,57
km2 habis terbagi menjadi 38 Kabupaten/Kota, 29 Kabupaten dan 9
Kota. Dataran tinggi merupakan daerah dengan ketinggian rata-rata
diatas 100 meter diatas permukaan laut. Daerah ini meliputi Kabupaten
Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten
Bondowoso, Kabupaten Magetan, Kota Blitar, Kota Malang dan Kota
Batu. Dataran sedang mempunyai ketinggian antara 45-100 meter diatas
permukaan laut. Daerah ini meliputi Kabupaten Ponorogo,
Tulungagung, Lumajang, Jember, Ngawi, Madiun, Nganjuk, Bangkalan
dan 2 Kota yaiu Kota Kediri dan Kota Madiun. Sedangkan kabupaten
dan kota lainnya merupakan dataran rendah, dengan ketinggian
dibawah 45 meter diatas permukaan laut yang terdiri dari 16 kabupaten
dan 3 kota.
Ditinjau dari pola penggunaan tanah, maka tanah di Jawa
Timur paling banyak dipakai untuk areal kehutanan, kemudian
persawahan, menyusul untuk tegalan dan permukiman. Menurut data
dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), persentase luas areal hutan di
60
Jawa Timur adalah sekitar 23,36 persen dan 24,29 persen untuk
persawahan. Sementara luas tegalan dan perkampungan memakai 24,36
persen dan 10,37 persen dari total luas wilayah Jawa Timur.
b. Keadaan Ekonomi
Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi-Provinsi di Jawa
dan Nasional 2003-2007 (Miliar Rp.)
Wilayah 2003 2004 2005 2006 2007 Nasional 2.013.674,60 2.295.826,20 2.774.281,10 3.339.479,60 3.957.403,90 Prov. Banten - - 84.622,80 97.867,27 107.431,96 Prov. DKI Jakarta 334.331,30 375.561,52 433.860,25 501.771,73 566.449,35 Prov. Yogya 19.613,42 22.023,88 25.337,60 29.417,35 32.916,74 Prov. Jawa Barat 275.721,68 305.703,40 389.244,65 473.187,29 526.220,23 Prov. Jawa Tengah 171.881,88 193.435,26 234.435,32 281.996,71 312.428,81 Prov. Jawa Timur 300.609,86 341.065,25 403.392,35 470.627,49 534.919,33 Sumber : BPS Provinsi-Provinsi di Jawa dan Pusat
Dari data series 2003-2007, baik Nasional dan seluruh propinsi
di Jawa mengalami kenaikan PDRB. Tidak dipungkiri PDB Nasional
masih didominasi oleh peran PDRB Provinsi di Jawa, atau sekitar 52-
57 persen memberikan peran pada pembentukan PDB Nasional.
Kecuali tahun 2006, PDRB Jawa Timur memberikan kontribusi
terbesar kedua setelah DKI Jakarta selama kurun waktu 2003-2007.
Pada tahun 2007 perekonomian Jawa Timur mampu tumbuh
sebesar 6,11 persen. Pencapaian pertumbuhan ekonomi itu merupakan
tercepat dibanding empat tahun sebelumnya yang mencapai 4,78
61
persen (2003); 5,83 persen (2004); 5,84 persen (2005) dan 5,80 persen
(2006).
2. Kota Kediri
a. Keadaan Geografi
Kota Kediri identik dikenal sebagai kota rokok kretek. Karena di
kota itulah berdiri pabrik rokok kretek PT. Gudang Garam di atas
areal seluas 250 hektar dan memiliki sekitar 40.000 karyawan dan
buruh.
Tabel 4.2 Luas Wilayah Kota Kediri
No Kecamatan Luas (km²) 1 Mojoroto 24,60 2 Kota 14,90 3 Pesantren 23,90
Total 63,40 Sumber : BPS Kota Kediri 2003
Kota Kediri terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Mojoroto,
Kota dan Pesantren. Seluas 63,40 km2 dengan jumlah penduduk
keseluruhan 240.970 jiwa dan 46 kelurahan. Kecamatan dengan luas
wilayah terbesar yaitu Kecamatan Mojoroto (24,6 km2) sedangkan
kecamatan dengan luas terkecil yaitu kecamatan Kota (14,9 km2).
Secara astronomis Kota Kediri terletak di antara 5º9’30’-5º9’37’
Bujur Timur dan 7º45’50”-7º51’30” Lintang Selatan. Secara geografis
Kota Kediri mempunyai luas wilayah 63,40 km2 dengan batas-batas
administrasinya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Gampengrejo dan Grogol
Sebelah Timur : Kecamatan Gurah dan Wates
62
Sebelah Selatan : Kecamatan Ngadiluwih dan Kandat
Sebelah Barat : Kecamatan Semen dan Grogol
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kota Kediri pada tahun 2007 telah mencapai
248.751 jiwa, bertambah 7.261 jiwa dibandingkan dengan tahun 2006.
Tingkat kepadatan penduduk Kota Kediri pada tahun 2007 mengalami
pertambahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu mencapai
3.923 jiwa per km2 sedangkan tahun 2006 mencapai 3,803 jiwa/km2.
Apabila dirinci menurut kecamatan, maka kecamatan kota mempunyai
tingkat kepadatan penduduk paling tinggi dibandingkan dengan dua
kecamatan lainnya yaitu mencapai 5.659 jiwa per km2 , sedangkan
kecamatan Mojoroto mencapai 3.781 jiwa per km2 dan kecamatan
Pesantren mencapai 3.508 jiwa per km2.
Jumlah pencari kerja tahun 2007 mengalami penurunan
sebanyak 747 orang (15,14 persen) dari 4.935 orang pada tahun 2006.
Jumlah pencari kerja pada tahun 2007 sebanyak 4.188 orang dengan
persentase perempuan adalah 48,83 persen dan 51,17 persen adalah
laki-laki.
Penurunan jumlah pencari kerja yang mencapai 15,14 persen
pada periode 2007 diikuti dengan penurunan jumlah penempatan
tenaga kerja atau yang diterima kerja yang mencapai negatif 912
(39,31%) dari 2.320 orang pada tahun 2006, begitu pula dengan
permintaan tenaga kerja. Pada tahun 2006 permintaan tenaga kerja
63
sebanyak 1.783 orang sedangkan tahun 2007 turun menjadi 1.653
orang (7,29%).
Jumlah pencari kerja pada tahun 2007 dirinci menurut jenjang
pendidikan yang ditamatkan yang terbanyak adalah SMA mencapai
2.934 orang, sedangkan yang paling rendah adalah lulusan SD
sebanyak 15 orang. Penempatan kerja pada tahun 2007, lulusan SMP
paling banyak diterima kerja yaitu 1.108 orang dan lulusan Perguruan
Tinggi yang diterima kerja sebanyak 69 orang.
c. Keadaan Ekonomi
Dari data tahun 2003, berdasarkan data PDRB kontribusi yang
cukup signifikan membangun perekonomian Kota Kediri yaitu sektor
industri pengolahan (78,96%), kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran (17,06%). Sedangkan sektor lainnya
(2,98%) meliputi sektor listrik, pertanian, gas dan air bersih,
keuangan, bangunan, pertambangan dan penggalian, jasa-jasa,
pengangkutan dan komunikasi. Kehadiran PT. Gudang Garam
memang sangat menentukan karena selama ini 68% dari 78%
kehidupan perekonomian Kota Kediri bergantung pada Gudang
Garam. Sedangkan 10% yang lain berasal dari sektor industri
pengolahan lain, seperti industri pengolahan bekicot, pengalengan
jagung muda, industri makanan tahu, industri mebel kayu, kusen dan
saniter
64
Tabel 4.3 PDRB Kota Kediri Tahun 2002-2003 Atas Dasar Harga
Berlaku (Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha/Sektor 2002 2003 1 Pertanian 35.395,20 39.618,21 2 Pertambangan dan penggalian 1.258,50 1.385,49 3 Industri pengolahan 15.571.718,50 17.078.150,19 4 Listrik, gas dan air bersih 38.634,45 49.338,94 5 Bangunan 39.665,65 43.782,47 6 Perdagangan, hotel dan restoran 3.384.486,08 3.689.616,00 7 Pengangkutan dan komunikasi 147.074,57 161.028,20
8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 353.358,98 394.154,92
9 Jasa-jasa 157.312,01 172.334,77 PDRB dengan Gudang Garam 19.727.903,95 21.629.409,18 PDRB tanpa Gudang Garam 4.132.660,31 4.432.919,28
Sumber : BPS Kota Kediri
3. Kota Blitar
a. Keadaan Geografi
Wilayah Kota Blitar merupakan wilayah terkecil kedua di
provinsi Jawa Timur setelah Kota Mojokerto.
Tabel 4.4 Luas Wilayah Kota Blitar
No Kecamatan Luas km²
1 Sananwetan 12,15 2 Kepanjenkidul 10,50 3 Sukorejo 9,92
Total 32,57 Sumber : BPS Kota Blitar,2002
Kota Blitar terdiri dari 3 kecamatan yaitu kecamatan
Sananwetan, Kepanjenkidul dan Sukorejo seluas 32,57 km2 dengan
jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 123,787 jiwa. Kecamatan
dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Sananwetan (12,15
km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan
65
Sukorejo (9,92 km2). Lahan terbangun di Kota Blitar seluas 1.416.834
Ha atau sekitar 47,28% dari keseluruhan wilayah. Proporsi terbesar
penggunaan lahannya adalah lahan permukiman, perumahan,
kampong dan lahan persawahan. Sawah irigasi teknis masih cukup
dominan keberadaannya.
Kota Blitar merupakan ibukota Blitar, Jawa Timur. Secara
geografis wilayah Kota Blitar terletak 112°14' - 112°28' Bujur Timur
dan 8°2' - 8°8' Lintang Selatan dengan luas wilayah 32,57 km2 yang
dibagi dalam tiga wilayah kecamatan (Sananwetan, Kepanjenkidul,
dan Sukorejo) dengan jumlah penduduk 19.372 jiwa (Sensus
Penduduk 2002). Adapun batas-batas wilayahnya dapat digambarkan
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Blitar
Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar
Sebelah Barat : Kabupaten Blitar
Sebelah Timur : Kabupaten Blitar
b. Keadaan Demografi
Tabel 4.5 Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kota Blitar
No Kecamatan
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
1 Sananwetan 45.011 3.704 2 Kepanjenkidul 37.529 3.574 3 Sukorejo 41.247 4.157
Total 123.787 3.812 Sumber : BPS Kota Blitar,2002
66
Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu Kecamatan
Sukorejo (4.15jiwa/km2), sedangkan kecamatan dengan tingkat
kepadatan terendah yaitu Kecamatan Kepanjen Kidul (3.574
jiwa/km2).
· Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun : 0,76%
· Jumlah KK : 27.905
Sektor andalan atau potensi daerah adalah perdagangan dan
pertanian. Mata pencaharian di Kota Blitar sebagian besar :
· Pegawai Negeri/TNI : 9.614 (jiwa)
· Pegawai Perusahaan Swasta : 13.627 (jiwa)
· Pedagang/Pengusaha : 12.188 (jiwa)
· Petani/Peternak : 3.806 (jiwa)
· Lainnya : 5.147 (jiwa)
(penggalian, listrik, konstruksi, angkutan, pensiunan)
c. Keadaan Ekonomi
Tabel 4.6 Beberapa Industri Kecil Unggulan Kota Blitar
Jenis industri Tenaga kerja
Kapasitas produksi (per bulan) Pemasaran
Buah belimbing 9 3 ton Lokal dan regional
Kendang jimbe 40 4.000 unit Nasional dan
ekspor
Kerajinan jati gambol 60 100 unit Nasional dan
ekspor
Kerajinan batu alam 35 500 unit Nasional dan
ekspor
Aneka pisau 21 800 unit Lokal dan regional
sambel pecel 40 15.000 kg Lokal dan regional Sumber: Disperindag Kota Blitar, 2003
67
4. Kota Malang
a. Keadaan Geografi
Secara geografis wilayah Kota Malang berada antara 07°46'48" -
08°46'42" Lintang Selatan dan 112°31'42" - 112°48'48" Bujur Timur
dengan luas wilayah 110,06 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Malang
Sebelah Selatan : Kabupaten Malang
Sebelah Timur : Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kabupaten Malang
Kota Malang terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kedungkandang,
Klojen, Blimbing, Lowokwaru dan Sukun serta 57 kelurahan.
Penggunaan lahan di daerah ini berupa hutan belukar yang menempati
bagian barat, utara dan timur. Tanah persawahan menempati bagian
selatan yang merupakan pedataran, tanah perkebunan dan selebihnya
merupakan tanah pemukiman penduduk perkotaan dan pedesaan.
b. Keadaan Demografi
Tabel 4.7 Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Malang
No Kecamatan Luas (km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
1 Kedungkandang 36,89 149.853 3.767 2 Klojen 8,83 117.308 13.307 3 Blimbing 17,77 156.361 8.923 4 Lowokwaru 22,60 166.395 7.459 5 Sukun 20,97 161.750 7.730
Total 110,06 772.642 6.878 Sumber : Kota Malang Dalam Angka 2002
68
Seperti kondisi kota pada umumnya, bahwa hunian terpadat
berada di pusat kota yaitu di Kecamatan Klojen memiliki hunian
terpadat dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 13.867 jiwa
per km persegi. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah
berada di wilayah Kecamatan Kedungkandang dengan tingkat
kepadatan penduduk sebesar 3.459 jiwa per km persegi.
c. Keadaan Ekonomi
Total kegiatan ekonomi tahun 1999 menunjukkan sektor
perdagangan, hotel dan restoran menjadi penyumbang terbesar kedua.
Nilainya Rp 1,8 trilyun. Sebesar 61 persen dari penduduk usia
produktif kota ini mencari nafkah di sektor perdagangan. Selain
perdagangan, Kota Malang juga dikenal dengan industrinya. Berbagai
macam industri seperti makanan, minuman, kerajinan emas dan perak
sampai garmen berdiri di kota ini. Kawasan Kotalama penuh dengan
industri berukuran sedang sampai berat, juga kerajinan keramik.
Kerajinan di Dinoyo misalnya, mulai berkembang dan mendapatkan
tempat di kalangan pencinta keramik di Tanah Air. Sektor industri,
yang merupakan 37 persen dari total kegiatan perekonomian, menjadi
penyumbang terbesar. Nilainya Rp 2,26 trilyun. Komoditas industri
ini mampu menembus pasaran ekspor. Hanya sayangnya realisasi
ekspor Kota Malang tahun-tahun belakangan ini nilainya terus
menurun. Dari total nilai 74,5 juta dollar AS, menurun setengahnya
menjadi 30,9 juta dollar AS pada tahun 1999, dan tahun 2000 turun
lagi menjadi 20,1 juta dollar AS. Kawasan perdagangan seperti Jalan
69
Merdeka Timur atau Jalan Pasar Besar mampu melayani kebutuhan
warga. Tidak hanya kebutuhan warga Kota Malang melainkan juga
warga sekitar seperti dari Blitar, Kediri dan Tulungagung.
5. Kota Probolinggo
a. Keadaan Geografi
Kota yang menjadi daerah transit serta penghubung untuk kota-
kota bagian timur di Jawa Timur seperti Jember, Banyuwangi dan
Malang ini memiliki wilayah seluas 56,67 km2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 191.522 jiwa (Sensus Penduduk 2000). Adapun
batas-batas wilayahnya sebagai berikut:
Batas Utara : Selat Madura
Batas Selatan : Kabupaten Probolinggo
Batas Barat : Kabupaten Probolinggo
Batas Timur : Kabupaten Probolinggo
b. Keadaan Demografi
Tabel 4.8 Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Probolinggo
No Kecamatan Luas (km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
1 Kademangan 21,51 45.293 1.922 2 Wonoasih 15,85 41.333 6.616 3 Mayangan 19,31 104.896 7.573
Total 56,67 191.522 3.380 Sumber: Litbang Kompas diolah dari BPS Kota Probolinggo, 2002
70
c. Keadaan Ekonomi
Tabel 4.9 Ekspor NonMigas Kota Probolinggo Tahun 2001
KOMODITAS VOLUME
(TON) NILAI (US$) TUJUAN Jepang, Kanada, Belgia, Meksiko, jerman, Plywood 92.299,50 31.979.5333,15 Hongkong, Cina, Malaysia, Inggris, AS
Kain dan Pakaian Jadi 7.862,28 30.846.469,00 Asia, Eropa, AS
Malaysia, Taiwan, Cina, Thailand, Korea, Phenolic
Resin* 3.312,46 3.599.544,99
Singapura, Jepang, Filipina, India, Australia.
Kulit 89,29 261.937,61 Malaysia, Singapura Ikan Cacah** 493,00 621.020,00 Singapura , Jepang Kayu Olahan 1.265,02 507.440,66 Jepang, Korea, Taiwan Keramik 19,28 36.719,85 Inggris
Keterangan : * Bahan baku untuk lem ** Tepung dari Ikan Kapasan, Mangia, Cunang
6. Kota Pasuruan
a. Keadaan Geografi
Kota Pasuruan adalah ibukota Pasuruan, Jawa Timur terletak di
persimpangan jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang. Kota
Pasuruan memiliki wilayah seluas 35,29 km2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 158.864 jiwa (Sensus Penduduk 2000).
Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan, 19 kelurahan dan 15 desa. Tiga
kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan
Bugulkidul. Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (16,24
km2), sedang untuk Gadingrejo dan Purworejo masing-masing 10,46
km2 dan 8,59 km2.
Mengenai kondisi eksisting penggunaan tanah di Kota Pasuruan :
· Luas kawasan terbangun 953,74 Ha atau sebesar 55% dari luas
wilayah administrasi.
71
· Luas ruang terbuka merupakan sisa dari kawasan terbangun
yaitu sebesar 2445,16 Ha atau sebesar 45% dari luas wilayah
administrasi.
Letak geografi Kota Pasuruan antara 112 0 33` 55” hingga 113
30` 37” Bujur Timur dan antara 70 32` 34” hingga 80 30` 20” Lintang
Selatan dengan batas-batas wilayah yaitu :
Sebelah Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Malang
Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo
Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto.
b. Keadaaan Demografi
Tabel 4.10 Jumlah, Perkembangan dan Kepadatan Penduduk
Tahun 2001
No Kecamatan Luas (Ha)
Jumlah Penduduk Kepadatan/km²
Rata-rata pertumbuhan
Seks Rasio
1 Gadingrejo 10,46 55.609 5316 0,43 96,21
2 Purworejo 8,59 57.254 6665 (-0,20) 95,21
3 Bugulkidul 16,24 46.933 2889 1,76 94,57
Jumlah 35,29 159.796 4528 0,59 95,37 Sumber : Kota Pasuruan dalam Angka 2001
Dari data kependudukan diatas maka Kota Pasuruan dapat
digolongkan kepada kelas Kota Sedang, dimana berdasar kriteria BPS
mengenai kelas kota, kota sedang adalah kota dengan jumlah
penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa.
· Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun : 0,59%
· Jumlah KK : 35.708
72
· Sektor andalan/potensi daerah : industri meubel dan logam
· Mata pencaharian : pertanian (60.125 jiwa), industri (19.970),
listrik (158 jiwa), konstruksi (1.290 jiwa), perdagangan
(22.917 jiwa), angkutan (5.132 jiwa), keuangan (1.106 jiwa)
serta jasa-jasa (11.887 jiwa).
c. Keadaan Ekonomi
Kondisi Perekonomian Daerah
Denyut nadi kehidupan perekonomian Pasuruan memang
didominasi sektor industri karena areal pertanian dan perkebunan di
Kota Pasuruan relatif lebih sempit bila dibanding Kabupaten
Pasuruan. Yang menonjol dari Kota Pasuruan ini adalah industri kayu
dan logam cor. Selain sektor industri, Kota Pasuruan juga memiliki
sektor perdagangan yang menjadi tenaga penggerak perekonomian
kota. Kontribusi sektor perdagangan tanpa hotel dan restoran
menyumbang Rp 209,39 milyar bagi kegiatan ekonomi kota. Berikut
tabel komoditi ekspor Kota Pasuruan tahun 2001 .
73
Tabel 4.11 Komoditas Ekspor Kota Pasuruan Tahun 2001
KOMODITAS JENIS BARANG NILAI (US$) TUJUAN
Makanan Enting-enting jahe 303.907,00
Hongkong, Amerika,
Prancis, Taiwan, Kanada
Kayu olahan Floring, molding 2.170.515,35 Jepang Meubel kayu/furniture Rak,meja,kursi,lemari 731.927,48 Perancis Kerajinan kayu Stir kayu 18.239,80 Malaysia
Swimming trap (rajungan),
Hasil laut froze hair trap (ikan
layur)
78.520,20 Singapura
TOTAL 3.303.109,83 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, 2002
7. Kota Mojokerto
a. Keadaan Geografi
Kota yang terkenal dengan makanan khas onde-ondenya ini
menyandang predikat kawasan pemerintahan dengan luas lahan
tersempit sekaligus terpadat di Indonesia. Kota ini hanya memiliki
batas administratif seluas 16,46 km2 setara dengan seperempat luas
areal kota mandiri pertama di Indonesia, Bumi Serpong Damai,
sementara penduduknya (2000) sekitar 108.938 jiwa. Berarti
kepadatan per km2 mencapai hampir 6.618 jiwa. Di Jawa Timur, kota
ini menjadi kota terpadat kedua setelah Surabaya. Berdasarkan
penggunaan dan kondisi lahan yang ada, Mojokerto mengembangkan
wilayahnya dalam tiga bagian yaitu : barat, timur dan tengah.
1) Bagian barat merupakan wilayah yang berkarakteristik pertanian
serta masih bersifat relatif rural. Pengembangan daerah ini
berpusat di Kelurahan Prajurit Kulon.
74
2) Di sebelah Timur yang berkarakteristik urban, pengembangannya
terpusat di Kelurahan Kedundung.
3) Dan di wilayah tengah yang merupakan jantung kota,
pengembangannya dipusatkan di Kelurahan Mentikan.
Secara geografi wilayah Kota Mojokerto berada diantara 7° 33’
LS s/d 122° 28’BT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Sungai Brantas
Sebelah Timur : Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto
Sebelah Selatan : Kecamatan Sooko dan Puri Kabupaten Mojokerto
Sebelah Barat : Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto
Aspek penggunaan tanah atau lahan di Kota Mojokerto dapat
menggambarkan dominasi penggunaan antara kawasan terbangun dan
belum terbangun serta penyebaranya pada tahun 1999 penggunaan
tanah atau lahan di Kota Mojokerto dapat di diskripsikan sebagai
berikut (berdasar wilayah Kota Mojokerto dengan luas 16,46 km2 :
pendidikan 0,79%, industri 4,34%, pertanian 41,76%, usaha
perdagangan 2,76%, perkantoran 2,46%, kesehatan 0,66%, sarana
perhubungan 2,40%, kuburan atau makam 0,04%, lapangan olahraga
0,15%, peribadatan 0,21%, lain-lain 0,24%.
b. Keadaan Demografi
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di Kota Mojokerto yaitu sejumlah 112.547
jiwa dengan luas wilayah 1.646,5 Ha sehingga kepadatan
penduduknya 69 jiwa/Ha. Dari data kependudukan di atas maka Kota
75
Mojokerto dapat digolongkan kepada kelas kota sedang, dimana
berdasar kriteria BPS mengenai kelas kota, kota sedang adalah kota
dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa.
Perkembangan Tenaga Kerja
Masyarakat Kabupaten Mojokerto menurut mata
pencahariannya dapat digambarkan sebagai berikut :
· Pegawai Negeri/TNI : 9.646 (jiwa)
· Pegawai perusahaan swasta : 41.431 (jiwa)
· Pedagang/pengusaha : 6.370 (jiwa)
· Petani/peternak : 769.346 (jiwa)
· Lainnya (pertambangan,TKI) : 1.422 (jiwa)
c. Keadaan Ekonomi
Karena letaknya yang cukup strategis, 50 km arah barat Kota
Surabaya, daerah ini menjadi hinterland kota metropolitan dan
termasuk dalam Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto,
Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan). Daerah-daerah ini merupakan
kelompok kawasan yang menyangga Kota Surabaya. Sebagai daerah
penyangga, roda perekonomian wilayah ini sangat dipengaruhi oleh
kegiatan ekonomi di Surabaya. Oleh karena itu mata pencaharian
penduduk sebagian besar cenderung ke arah lapangan usaha
perdagangan, angkutan dan industri pengolahan. Kegiatan
perdagangan bersama hotel dan restoran pada tahun 2001
menghasilkan Rp 215 milyar dari total kegiatan ekonomi kota yang
mencapai Rp 626,2 milyar. Dari sektor angkutan diperoleh Rp 109
76
milyar dan dari sektor industri pengolahan mencapai Rp 97,7 milyar.
Usaha perdagangan sendiri, tanpa hotel dan restoran menghasilkan Rp
157,6 milyar. Adapun komoditas yang diperdagangkan pada
umumnya merupakan barang-barang hasil produksi industri
pengolahan, terutama industri pengolahan tekstil, barang kulit dan alas
kaki.
8. Kota Madiun
a. Keadaan Geografi
Kota Madiun yang merupakan ibukota Madiun, Jawa Timur ini
memiliki wilayah seluas 33,23 km2 dengan jumlah penduduk
sebanyak 192.807 jiwa (sensus penduduk 2000). Kota Madiun
merupakan kota transit pada jalur selatan yang menghubungkan kota-
kota di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat seperti Surabaya,
Jombang, Madiun, Solo, Yogyakarta sampai DKI Jakarta, sehingga
Kota Madiun sangat cocok dan menarik untuk mengembangkan sektor
industri, perdagangan, jasa maupun angkutan.
Secara astronomis Kota Madiun terletak di antara 111º29’45”-
111º33’30” Bujur Timur dan 7º35’45”-7º40’ Lintang Selatan. Adapun
batas-batas administrasinya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Madiun
Sebelah Timur : Kecamatan Wungu
Sebelah Selatan : Kecamatan Geger
Sebelah Barat : Kecamatan Jiwan
77
Kota Madiun merupakan daerah urban sehingga dominasi
penggunaan tanahnya adalah untuk kawasan terbangun yang terdiri
dari perumahan, fasilitas umum dan lainnya. Luas kawasan terbangun
ini pada tahun 2000 mencapai 55% dari luas keseluruhan atau sekitar
1.860,323 Ha. Kota Madiun ini terdiri dari 3 kecamatan yaitu
Mangunharjo, Taman dan Kutoharjo dan 27 kabupaten.
Tabel 4.12 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Madiun,2002
Penduduk No Kecamatan Luas km² Jumlah Kepadatan
1 Mangunharjo 10,04 59.703 5.946 2 Taman 12,46 79.301 6.364 3 Kartoharjo 10,73 49,340 4.598
Total 33,23 188.344 5.668 Sumber : Litbang KOMPAS diolah dari BPS Kota Madiun,2002
b. Keadaan Demografi
a. Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun : 0,49%
b. Jumlah KK : 50.168KK
c. Sektor andalan/potensi daerah : industri makanan
d. Mata Pencaharian :
· Pegawai Negeri/TNI : 13.168 (jiwa)
· Pegawai perusahaan swasta : 20.586 (jiwa)
· Pedagang/pengusaha : 5.723 (jiwa)
· Petani/peternak : 1.921 (jiwa)
· Lainnya (penggalian, listrik, konstruksi, angkutan,
pensiunan) : 1.030 (jiwa)
78
c. Keadaan Ekonomi
Kondisi Perekonomian Daerah
Di Kota Madiun terdapat satu perusahaan yang menjadi urat
nadi industri Kota Madiun sekaligus penggertak utama roda ekonomi
wilayah ini. Perusahaan tersebut adalah PT.Industri Kereta Api (PT
INKA) yang bergerak di bidang pembuatan alat transportasi kereta api
dan kelengkapanyya. PT.INKA adalah produsen kereta api satu-
satunya di Indonesia yang berstatus BUMN yang terbesar baik dari
segi investasi maupun jumlah tenaga kerja diantara enam industri
besar di kota ini. Industri kereta api yang berdiri tahun 1981 ini tidak
hanya menghasilkan produk untuk pasaran dalam negerti melainkan
juga untuk tujuan ekspor ke Malaysia dan Thailand. Kapasitas
produksi per tahun menghasilkan diantaranya 300 gerbong barang, 60
kereta penumpang, 40 KRD dan KRL. Tahun 2001, industri barang
dari logam menyumbang 60,3% dari total nilai industri sebesar Rp
219,1 milyar atau 17% dari total kegiatan ekonomi yang besarnya Rp
788,4 milyar. Sumbangan ini didominasi oleh PT.INKA sebagai satu-
satunya perusahaan besar yang bergerak di bidang pengolahan logam
barang industri lain yang menjadi cirri khas Kota Madiun adalah
industri makanan (home industry) seperti bumbu pecel, kerupuk
lempeng dan brem. Begitu identiknya Madiun dikenal dengan sebutan
kota brem dan pecel Madiun terkenal hingga ke luar kota. Selain
industri, contributor lain yang tak kalah penting dalam menggerakkan
ekonomi Kota Madiun adalah subsector perdagangan. Maraknya
79
perdagangan ditandai dengan meningkatnya jumlah Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) maupun SIUP, khususnya perusahaan kecil yang
dikeluarkan oleh Disperindag Kota Madiun.
Keuangan Daerah
Nilai PDRB di dapatkan dari 9 sektor perekonomian utama yang
ada di Kota Madiun yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
9. Kota Surabaya
a. Keadaan Geografi
Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur yang dikenal
sebagai Kota Pahlawan. Surabaya terletak pada 07° 9”- 07° 21”
Lintang Selatan (LS) 112° 36”- 112° 54” Bujur Timur (BT) dan
dibatasi oleh :
Sebelah Utara dan Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sudoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Posisi demikian menempatkan Kota Surabaya pada kedudukan
sentral di kawasan Indonesia Timur. Luas wilayah Surabaya adalah
52.087 Ha dengan 63,45 persen atau 33,048 Ha dari luas total wilayah
merupakan daratan dan selebihnya sekitar 36,55 persen atau 19,039
80
Ha merupakan wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota
Surabaya. Jumlah Kecamatan di Kota Surabaya adalah 31 kecamatan.
Jumlah Desa/Kelurahan adalah 163.
b. Keadaan Demografi
Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil, sampai dengan Bulan Desember 2007. Jumlah
penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di Kartu keluarga hingga
Desember 2007 adalah 2.861.928 jiwa atau sebanyak 755.914 kepala
keluarga. Komposisi penduduk Kota Surabaya pada tahun 2007
berdasarkan jenis kelamin sebanyak 1.437.682 jiwa penduduk laki-
laki (50,23%) dan 1.424.246 (49,77%) jiwa penduduk perempuan.
Jika dilihat dari komposisi penduduk Kota Surabaya pada tahun
2007 berdasarkan profesi dapat dijelaskan bahwa terbanyak adalah
pegawai swasta sejumlah 684.581 jiwa, selanjutnya adalah sebagai ibu
rumah tangga sejumlah 527.343 jiwa dan sebagai pelajar sebanyak
448.551 jiwa. Komposisi penduduk Kota Surabaya berdasarkan
pendidikan pada tahun 2007 terbanyak adalah pada tingkat pendidikan
SLTA (772.133 jiwa) kemudian SD (769.728 jiwa) serta tidak sekolah
(616.240 jiwa).
c. Keadaan Ekonomi
Berdasarkan data BPS Surabaya, perkembangan perekonomian
Kota Surabaya periode (2002-2004) menunjukkan angka pertumbuhan
yang cukup positif, masing-masing sebesar 3,80 persen (2002), 4,22
persen (2003) dan 5,45 persen (2004), sebagaimana tabel dibawah ini:
81
Tabel 4.13 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya
Tahun 2002 s/d 2004 (%)
No Sektor 2002 2003 2004
Sektor primer : (-2,26) (-5,09) (-0,14)
Pertanian (-2,24) (-5,23) (-0,21)
1
Pertambangan dan penggalian (-2,85) 0,42 2,08
Sektor sekunder : 1,18 2,67 3,66
Industri pengolahan 0,53 1,77 2,51
Listrik,gas dan air bersih 6,42 9,39 7,50
2
Konstruksi 2,10 3,97 6,51
Sektor tersier : 6,11 5,55 6,90
Perdagangan,hotel dan restoran 6,47 6,38 7,45
Pengangkutan dan komunikasi 7,46 5,98 6,20
Keuangan,persewaan dan jasa perusahaan 5,37 2,44 7,99
3
Jasa-jasa 2,03 2,99 3,04
PDRB 3,81 4,23 5,45 Sumber : Bappeko Surabaya (2005) dalam studi Penyusunan PDRB
Kota Surabaya, tahun 2004
Secara umum peranan sektoral perekonomian Kota Surabaya
(2002-2004) rata-rata didominasi oleh sektor tersier (54,37 persen).
Kemudian diikuti oleh sektor sekunder (45,44 persen) dan terakhir
sektor primer (0,19 persen). Besarnya peranan sektor tersier tersebut
disumbang oleh (i) sektor perdagangan, hotel dan restoran (34,76
persen), (ii) sektor angkutan dan komunikasi (8,98 persen), (iii) sektor
perbankan dan lembaga keuangan (6,17 persen), dan (iv) sektor jasa-
jasa (4,46 persen). Disamping peranan masing-masing sektor usaha,
pertumbuhan ekonomi yang terjadi juga didukung oleh adanya
kecenderungan bahwa tingkta inflasi selama tiga periode terakhir
(2002-2004) terus mengalami penurunan dengan tingkta inflasi
masing-masing sebesar 9,30 persen (2002), 7,68 persen (2003) dan
6,96 persen (2004)
82
B. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif pada penelitian ini akan membahas mengenai
PDRB Kota di Provinsi Jawa Timur dan PDRB Provinsi Jawa Timur
berdasarkan harga konstan pada tahun 1996-2007.
a. Provinsi Jawa Timur
Tabel 4.14 PDRB Provinsi Jawa Timur menurut sektor primer,
sekunder dan tersier atas Dasar Harga Konstan 2000
menurut Lapangan Usaha, Tahun 1996-2007 (Jutaan
Rupiah)
Sektor Tahun Primer Sekunder Tersier PDRB
1996 44.275.510 85.757.006 92.556.044 221.203.046 1997 44.891.213 91.762.982 97.796.726 232.276.304 1998 40.823.019 71.432.524 83.099.097 194.861.872 1999 42.882.132 70.816.000 83.661.801 197.226.315 2000 44.359.497 72.098.067 87.046.769 203.665.309 2001 44.830.202 73.350.893 92.267.474 210.448.570 2002 45.769.561 73.343.317 99.339.511 218.452.389 2003 46.656.137 76.213.335 106.014.987 228.884.459 2004 47.927.415 80.296.452 114.005.026 242.228.892 2005 49.725.226 83.968.908 122.680.592 256.374.727 2006 51.941.438 86.427.309 132.880.571 271.249.317 2007 53.967.766 90.458.154 143.388.265 287.814.184
Kontribusi (%) 20,29 34,76 45,09 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah)
Dari tabel 4.14 diatas, tampak bahwa distribusi PDRB Provinsi
Jawa Timur atas dasar harga konstan 2000 dari sektor primer,
sekunder dan tersier pada tahun 1996 masing-masing sebesar 20,2%;
38,77% dan 41,84%. Sedangkan distribusi sektor primer, sekunder
dan tersier pada tahun 2007 masing-masing sebesar 18,75%; 31,43%
dan 49,82%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan
83
distribusi PDB atas dasar harga konstan dari tahun 1996-2007 dari
sektor primer dan sekunder, sedangkan untuk sektor tersier telah
terjadi peningkatan. Penurunan distribusi PDRB dari sektor primer
dan sekunder masing-masing sebesar 23% dan 8,1%, sedangkan untuk
sektor tersier terjadi peningkatan sebesar 7,8%. Data diatas
menunjukkan bahwa dalam struktur perekonomian Provinsi Jawa
Timur berdasarkan PDRB menurut sektor primer, sekunder dan tersier
mulai tahun 1996-2007 telah terjadi pergeseran. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Provinsi Jawa Timur
adalah dari sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan dan
sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Tabel 4.15 Kontribusi PDRB Sektoral Tiap-tiap Kota di Provinsi Jawa
Timur Tahun 1996-2007 (%)
Kota Primer Sekunder Tersier Kediri 0,21 75,98 23,88 Blitar 10,14 21,37 69,09 Malang 0,84 39,36 60,24 Probolinggo 10,42 24,09 66,64 Pasuruan 5,24 28,55 67,14 Mojokerto 1,20 24,58 76,50 Madiun 2,65 41,93 57,73 Surabaya 0,22 45,03 55,44 Sumber : Olah data
Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa sektor primer memiliki
kontribusi terendah hal ini disebabkan karena sesuai dengan kondisi
yang ada lahan pertanian memang sedikit untuk daerah kota karena
lahan yang ada lebih banyak digunakan untuk membangun fasilitas
suatu kota misalnya jalan, jembatan dan gedung sehingga sektor
84
primer memiliki kontribusi sangat kecil untuk seluruh kota di Provinsi
Jawa Timur.Secara umum sektor tersier memiliki kontribusi dominan,
kecuali Kota Kediri dimana sektor sekunder memiliki kontribusi
terbesar.
b. Kota Kediri
Tabel 4.16 PDRB Kota Kediri menurut sektor primer, sekunder dan
tersier atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan
Usaha, Tahun 1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Sektor Tahun Primer Sekunder Tersier PDRB
1996 34.249 11.038.273 2.855.208 13.896.055 1997 34.502 12.347.014 3.032.672 15.335.820 1998 26.779 11.175.359 2.645.628 13.842.218 1999 26.481 11.273.001 2.708.800 13.989.969 2000 27.391 11.138.432 2.790.709 13.942.038 2001 27.444 11.139.555 2.948.923 14.115.921 2002 39.906 12.995.711 4.410.426 17.446.043 2003 39.906 12.995.711 4.410.426 18194983 2004 42.906 14.111.714 5.134.283 19.288.903 2005 43.698 14.049.679 5.500.542 19.593.919 2006 47.058 14.233.882 6.062.313 20.343.252 2007 48.633 14.563.642 6.615.802 21.228.077
Kontribusi (%) 0,21 75,98 23,88 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah)
Dari tabel 4.16 diatas, tampak bahwa distribusi PDRB Kota
Kediri atas dasar harga konstan 2000 dari sektor primer, sekunder dan
tersier pada tahun 1996 masing-masing sebesar 0,25%; 79,4% dan
20,5%. Sedangkan distribusi sektor primer, sekunder dan tersier pada
tahun 2007 masing-masing sebesar 0,23%; 68,6% dan 31,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan distribusi PDRB atas
dasar harga konstan dari tahun 1996-2007 dari sektor primer dan
85
sekunder, sedangkan untuk sektor tersier telah terjadi peningkatan.
Penurunan distribusi PDRB dari sektor primer dan sekunder masing-
masing sebesar 0,02% dan 10,8%, sedangkan untuk sektor tersier
terjadi peningkatan sebesar 10,7%. Data diatas menunjukkan bahwa
dalam struktur perekonomian Kota Kediri berdasarkan PDRB menurut
sektor primer, sekunder dan tersier mulai tahun 1996-2007 telah
terjadi pergeseran. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar
bagi perekonomian Kota Kediri adalah dari sektor sekunder yaitu
sektor industri pengolahan dan sektor tersier yaitu sektor perdagangan,
hotel dan restoran.
c. Kota Blitar
Tabel 4.17 PDRB Kota Blitar menurut sektor primer, sekunder dan
tersier atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan
Usaha, Tahun 1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Sektor Tahun
Primer Sekunder Tersier PDRB 1996 47.017 91.256 266.198 399.538 1997 47.262 95.925 289.735 423.370 1998 41.149 81.235 244.148 356.064 1999 40.824 79.298 240.616 359.937 2000 41.720 90.002 245.528 374.478 2001 42.251 92.464 258.193 392.908 2002 49.722 101.489 355.610 506.820 2003 51.674 111.330 373.614 536.619 2004 52.296 112.980 402.604 567.878 2005 52.964 120.082 429.293 602.339 2006 54.139 123.284 461.103 638.526 2007 54.828 126.663 497.010 678.502
Kontribusi (%) 10,14 21,37 69,09 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah)
86
Dari tabel 4.17 diatas, tampak bahwa distribusi PDRB Kota
Blitar atas dasar harga konstan 2000 dari sektor primer, sekunder dan
tersier pada tahun 1996 masing-masing sebesar 11,8%; 22,8% dan
66,6%. Sedangkan distribusi sektor primer, sekunder dan tersier pada
tahun 2007 masing-masing sebesar 8,08%; 18,7% dan 73,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan distribusi PDRB atas
dasar harga konstan dari tahun 1996-2007 dari sektor primer dan
sekunder, sedangkan untuk sektor tersier telah terjadi peningkatan.
Penurunan distribusi PDRB dari sektor primer dan sekunder masing-
masing sebesar 3,72% dan 4,1%, sedangkan untuk sektor tersier
terjadi peningkatan sebesar 6,6%. Data diatas menunjukkan bahwa
dalam struktur perekonomian Kota Blitar berdasarkan PDRB menurut
sektor primer, sekunder dan tersier mulai tahun 1996-2007 telah
terjadi pergeseran. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar
bagi perekonomian Kota Blitar adalah dari sektor tersier yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa.
87
d. Kota Malang
Tabel 4.18 PDRB Kota Malang menurut sektor primer, sekunder dan
tersier atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan
Usaha, Tahun 1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Sektor Tahun
Primer Sekunder Tersier PDRB 1996 112.877 4.510.647 5.199.066 9.637.675 1997 120.652 5.330.724 6.004.140 11.215.588 1998 168.665 7.064.593 9.116.589 16.127.414 1999 185.740 7.590.371 9.840.404 17.477.587 2000 51.649 2.597.749 3.885.451 6.580.178 2001 53.050 2.666.006 4.074.046 6.793.102 2002 72.915 3.327.027 5.705.454 9.105.395 2003 72.782 3.469.841 6.018.312 9.560.935 2004 72.044 3.631.536 6.427.473 10.131.053 2005 73.896 3.848.730 6.884.549 10.807.173 2006 74.096 3.929.108 7.448.956 11.452.159 2007 72.560 4.075.473 8.002.305 12.150.336
Kontribusi (%) 0,84 39,36 60,24 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah)
Dari tabel 4.18 diatas, tampak bahwa distribusi PDRB Kota
Malang atas dasar harga konstan 2000 dari sektor primer, sekunder
dan tersier pada tahun 1996 masing-masing sebesar 1,17%; 46,8% dan
53,9%. Sedangkan distribusi sektor primer, sekunder dan tersier pada
tahun 2007 masing-masing sebesar 0,59%; 33,5% dan 65,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan distribusi PDRB atas
dasar harga konstan dari tahun 1996-2007 dari sektor primer dan
sekunder, sedangkan untuk sektor tersier telah terjadi peningkatan.
Penurunan distribusi PDRB dari sektor primer dan sekunder masing-
masing sebesar 0,58% dan 13,3%, sedangkan untuk sektor tersier
terjadi peningkatan sebesar 11,9%. Data diatas menunjukkan bahwa
88
dalam struktur perekonomian Kota Malang berdasarkan PDRB
menurut sektor primer, sekunder dan tersier mulai tahun 1996-2007
telah terjadi pergeseran. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi
besar bagi perekonomian Kota Malang adalah dari sektor sekunder
yaitu sektor industri pengolahan dan sektor tersier yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran.
e. Kota Probolinggo
Tabel 4.19 PDRB Kota Probolinggo menurut sektor primer, sekunder
dan tersier atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut
Lapangan Usaha, Tahun 1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Sektor Tahun
Primer Sekunder Tersier PDRB 1996 168.943 477.569 903.927 1.522.269 1997 188.346 561.100 1.024.945 1.735.906 1998 319.958 763.469 1.518.561 2.487.936 1999 378.190 805.874 1.654.224 2.697.429 2000 111.634 309.640 645.125 1.064.525 2001 109.014 301.649 662.196 1.072.859 2002 123.175 293.163 925.089 1.341.427 2003 130.785 274.987 996.712 1.402.484 2004 141.967 264.506 1.077.567 1.484.040 2005 146.090 265.012 1.165.977 1.577.078 2006 155.701 269.681 1.254.946 1.680.326 2007 162.374 277.777 1.349.238 1.789.390
Kontribusi (%) 10,42 24,09 66,64 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah)
Dari tabel 4.19 diatas, tampak bahwa distribusi PDRB Kota
Probolinggo atas dasar harga konstan 2000 dari sektor primer,
sekunder dan tersier pada tahun 1996 masing-masing sebesar 11,09%;
31,3% dan 59,3%. Sedangkan distribusi sektor primer, sekunder dan
tersier pada tahun 2007 masing-masing sebesar 9,07%; 15,5% dan
89
75,4%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan distribusi
PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 1996-2007 dari sektor
primer dan sekunder, sedangkan untuk sektor tersier telah terjadi
peningkatan. Penurunan distribusi PDRB dari sektor primer dan
sekunder masing-masing sebesar 2,02% dan 15,8%, sedangkan untuk
sektor tersier terjadi peningkatan sebesar 16,1%. Data diatas
menunjukkan bahwa dalam struktur perekonomian Kota Probolinggo
berdasarkan PDRB menurut sektor primer, sekunder dan tersier mulai
tahun 1996-2007 telah terjadi pergeseran. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Kota Probolinggo
adalah dari sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan dan
sektor tersier yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi.
f. Kota Pasuruan
Tabel 4.20 PDRB Kota Pasuruan menurut sektor primer, sekunder dan
tersier atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan
Usaha, Tahun 1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Sektor Tahun
Primer Sekunder Tersier PDRB 1996 34.495 250.879 420.156 676.376 1997 35.864 267.887 448.088 715.718 1998 36.013 207.586 401.340 632.494 1999 35.331 199.859 411.477 645.998 2000 36.747 212.478 424.655 674.529 2001 38.391 218.099 448.314 704.805 2002 39.974 182.674 522.247 744.893 2003 41.547 191.775 549.000 782.321 2004 43.119 195.746 588.418 827.282 2005 44.789 206.205 627.159 878.153 2006 46.943 212.705 672.826 932.472 2007 46.933 227.608 718.452 992.993
Kontribusi (%) 5,24 28,55 67,14 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah)
90
Dari tabel 4.20 diatas, tampak bahwa distribusi PDRB Kota
Pasuruan atas dasar harga konstan 2000 dari sektor primer, sekunder
dan tersier pada tahun 1996 masing-masing sebesar 5,09%; 37,09%
dan 62,1%. Sedangkan distribusi sektor primer, sekunder dan tersier
pada tahun 2007 masing-masing sebesar 4,7%; 22,9% dan 72,3%. Hal
ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan distribusi PDRB atas
dasar harga konstan dari tahun 1996-2007 dari sektor primer dan
sekunder, sedangkan untuk sektor tersier telah terjadi peningkatan.
Penurunan distribusi PDRB dari sektor primer dan sekunder masing-
masing sebesar 0,39% dan 14,19%, sedangkan untuk sektor tersier
terjadi peningkatan sebesar 10,2%. Data diatas menunjukkan bahwa
dalam struktur perekonomian Kota Pasuruan berdasarkan PDRB
menurut sektor primer, sekunder dan tersier mulai tahun 1996-2007
telah terjadi pergeseran. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi
besar bagi perekonomian Kota Pasuruan adalah dari sektor tersier
yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor sekunder yaitu
sektor industri pengolahan.
91
g. Kota Mojokerto
Tabel 4.21 Tahun 1996-2007 (Jutaan Rupiah) PDRB Kota Mojokerto
menurut sektor primer, sekunder dan tersier atas Dasar
Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha, Tahun
1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Sektor Tahun
Primer Sekunder Tersier PDRB 1996 10.337 222.398 551.217 708.651 1997 10.335 234.165 576.155 733.722 1998 9.773 146.978 507.488 641.832 1999 9.582 144.851 510.677 656.571 2000 9.681 150.675 520.235 678.537 2001 9.770 158.489 552.565 720.824 2002 9.200 210.857 633.557 853.615 2003 9.450 225.496 670.593 905.540 2004 9.669 232.725 719.140 961.533 2005 10.093 242.368 767.495 1.019.956 2006 9.520 245.055 819.053 1.073.629 2007 9.374 253.169 879.738 1.142.281
Kontribusi (%) 1,20 24,58 76,50 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah)
Dari tabel 4.21 diatas, tampak bahwa distribusi PDRB Kota
Mojokerto atas dasar harga konstan 2000 dari sektor primer, sekunder
dan tersier pada tahun 1996 masing-masing sebesar 1,45%; 31,3% dan
77,78%. Sedangkan distribusi sektor primer, sekunder dan tersier pada
tahun 2007 masing-masing sebesar 0,82%; 22,1% dan 77,01%. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan distribusi PDRB atas
dasar harga konstan dari tahun 1996-2007 dari sektor primer, sekunder
dan tersier. Penurunan distribusi PDRB dari sektor primer, sekunder
dan tersier masing-masing sebesar 0,63%; 9,2 dan 0,71%. Sektor
ekonomi yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Kota
92
Mojokerto adalah dari sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel
dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
h. Kota Madiun
Tabel 4.22 Tahun 1996-2007 (Jutaan Rupiah) PDRB Kota Madiun
menurut sektor primer, sekunder dan tersier atas Dasar
Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha, Tahun
1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Sektor Tahun
Primer Sekunder Tersier PDRB 1996 23.654 409.449 376.392 737.205 1997 23.518 435.571 424.230 797.929 1998 18.657 306.575 356.015 652.578 1999 18.688 296.806 359.528 662.739 2000 18.893 303.367 366.970 680.325 2001 18.508 305.433 386.133 710.074 2002 21.049 276.230 469.009 766.288 2003 21.228 289.112 491.587 801.927 2004 20.958 297.066 523.332 842.356 2005 21.324 314.947 555.085 891.335 2006 21.471 329.018 589.003 939.492 2007 21.180 359.581 617.410 998.170
Kontribusi (%) 2,65 41,93 57,73 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah)
Dari tabel 4.22 diatas, tampak bahwa distribusi PDRB Kota
Madiun atas dasar harga konstan 2000 dari sektor primer, sekunder
dan tersier pada tahun 1996 masing-masing sebesar 3,2%; 55,5% dan
51%. Sedangkan distribusi sektor primer, sekunder dan tersier pada
tahun 2007 masing-masing sebesar 2,12%; 36% dan 61,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan distribusi PDRB atas
dasar harga konstan dari tahun 1996-2007 dari sektor primer dan
sekunder, sedangkan untuk sektor tersier telah terjadi peningkatan.
Penurunan distribusi PDRB dari sektor primer dan sekunder masing-
93
masing sebesar 1,08% dan 19,5%, sedangkan untuk sektor tersier
terjadi peningkatan sebesar 10,8%. Data diatas menunjukkan bahwa
dalam struktur perekonomian Kota Madiun berdasarkan PDRB
menurut sektor primer, sekunder dan tersier mulai tahun 1996-2007
telah terjadi pergeseran. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi
besar bagi perekonomian Kota Madiun adalah dari sektor sekunder
yaitu sektor industri pengolahan dan sektor tersier yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran.
i. Kota Surabaya
Tabel 4.23 Tahun 1996-2007 (Jutaan Rupiah) PDRB KotaSurabaya
menurut sektor primer, sekunder dan tersier atas Dasar
Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha, Tahun
1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Sektor Tahun
Primer Sekunder Tersier PDRB 1996 277.661 26.486.596 26.486.596 48.090.737 1997 122.597 28.673.248 24.242.351 51.174.876 1998 105.609 20.085.141 20.086.004 39.724.322 1999 93.639 19.374.579 20.722.090 39.997.498 2000 96.774 19.517.605 21.293.084 40.981.399 2001 96.661 19.784.210 22.801.216 42.682.088 2002 102.078 22.384.213 31.943.685 54.429.977 2003 97.502 23.376.434 33.834.960 57.308.898 2004 97.525 24.548.066 36.562.086 61.207.676 2005 94.071 25.937.846 39.674.519 65.705.437 2006 112.459 26.446.749 43.510.409 70.069.618 2007 103.974 27.776.581 46.914.461 74.795.018
Kontribusi (%) 0,22 45,03 55,44 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah)
Dari tabel 4.23 diatas, tampak bahwa distribusi PDRB Kota
Surabaya atas dasar harga konstan 2000 dari sektor primer, sekunder
dan tersier pada tahun 1996 masing-masing sebesar 0,57%; 55% dan
94
47.5%. Sedangkan distribusi sektor primer, sekunder dan tersier pada
tahun 2007 masing-masing sebesar 0,13%; 37,1% dan 62,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan distribusi PDRB atas
dasar harga konstan dari tahun 1996-2007 dari sektor primer dan
sekunder, sedangkan untuk sektor tersier telah terjadi peningkatan.
Penurunan distribusi PDRB dari sektor primer dan sekunder masing-
masing sebesar 0,44% dan 17,9%, sedangkan untuk sektor tersier
terjadi peningkatan sebesar 15,2%. Data diatas menunjukkan bahwa
dalam struktur perekonomian Kota Surabaya berdasarkan PDRB
menurut sektor primer, sekunder dan tersier mulai tahun 1996-2007
telah terjadi pergeseran. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi
besar bagi perekonomian Kota Surabaya adalah sektor tersier yaitu
sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor sekunder yaitu
sektor industri pengolahan.
2. Analisis Hipotesis
a. Analisis Shift Share
1) Kota Kediri
Alat analisis Shift Share dalam penelitian ini
menggambarkan kinerja sektor-sektor ekonomi di wilayah Kota
Kediri dibandingkan dengan kinerja perekonomian Provinsi Jawa
Timur. Sehingga dengan alat analisis Shift Share dapat diketahui
adanya perubahan struktur ekonomi Kota Kediri terhadap struktur
ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi yaitu Provinsi Jawa
Timur sebagai referensi atau acuan.
95
Berdasarkan metode Analisis Shift Share tersebut, maka
hasil penelitian terhadap struktur perekonomian Kota Kediri dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.24 Hasil Analisis Shift Share Kota Kediri Tahun 1996-2007
(Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan ( R ) Komponen (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij
Pertanian 0,01 0,04 385,4 -155,9 419,2 648,7 Pertambangan & Penggalian 0,08 0,03 -8,5 -18,5 15,9 -11,0 Industri Pengolahan 0,01 0,02 9.1520,0 -54.842,1 59.383,2 96.061,1 Listrik, Gas & Air Bersih 0,07 0,12 1.127,8 2.096,3 2.320,1 5.544,3 Konstruksi -0,02 -0,01 -283,1 568,5 -100,5 184,8 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,04 0,08 80.186,6 71.311,0 106.507,4 258.005 Pengangkutan & Komunikasi 0,05 0,06 2.302,4 2.487,0 1.265,4 6.054,9 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,02 0,12 12.323,0 -329,2 47.787,0 59.780,8 Jasa-Jasa 0,02 0,09 3.715,4 99,2 6.019,7 9.834,4 Total 0,02 0,02 0,04 191.269,0 21.216,31 223.617,8 436.103,2
Sumber : Hasil analisis Shift Share
Pada tabel 4.24 merupakan hasil analisis Shift Share pada
tahun 1996-2007 di Kota Kediri. Berdasarkan tabel 4.30 dapat
diketahui besarnya PDRB Kota Kediri selama kurun waktu1996-
2007 meningkat sebesar Rp 436.103,2 juta. Hal ini dapat dilihat
dari (Dij) yang positif. Besarnya pertumbuhan PDRB Provinsi
Jawa Timur mempengaruhi peningkatan PDRB Kota Kediri (Nij)
sebesar Rp 191.269 juta. Kegiatan ekonomi di Kota Kediri dalam
kurun waktu tahun 1996-2007 proporsional sehingga meningkatkan
bauran industri (Mij) sebesar Rp 21.216,31 juta. Pengaruh
96
keunggulan kompetitif (Cij) mampu meningkatkan PDRB Kota
Kediri sebesar Rp 223.617,8 juta.
Berdasarkan pengaruh bauran industri (Mij) terdapat 5
sektor ekonomi yang pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya (rin > rn) dalam hal
ini adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Dan
terdapat 4 sektor yang pertumbuhannya lebih lambat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya. Sektor ekonomi
tersebut antara lain sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan.
Berdasarkan pengaruh keunggulan kompetitif (Cij)
terdapat 8 sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan pendapatan
secara regional lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan secara
nasional dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur (rij > rin).
Delapan sektor tersebut antara lain sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sedangkan berdasarkan
pengaruh keunggulan kompetitif terdapat sektor ekonomi yang
mempunyai keunggulan kompetitif rendah yaitu sektor konstruksi.
97
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan pendapatan secara regional
lebih lambat dari pertumbuhan pendapatan secara nasional.
2) Kota Blitar
Alat analisis Shift Share dalam penelitian ini
menggambarkan kinerja sektor-sektor ekonomi di wilayah Kota
Blitar dibandingkan dengan kinerja perekonomian Provinsi Jawa
Timur. Sehingga dengan alat analisis Shift Share dapat diketahui
adanya perubahan struktur ekonomi Kota Blitar terhadap struktur
ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi yaitu Provinsi Jawa
Timur sebagai referensi atau acuan.
Berdasarkan metode Analisis Shift Share tersebut, maka
hasil penelitian terhadap struktur perekonomian Kota Blitar dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.25 Hasil Analisis Shift Share Kota Blitar Tahun 1996-2007
(Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan ( R ) Komponen (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij
Pertanian 0,01 0,01 217,4 -87,9 13,2 142,7 Pertambangan & Penggalian 0,08 -0,02 -12,7 -27,7 51,5 11,1 Industri Pengolahan 0,01 0,03 581,3 -348,3 576,9 809,8 Listrik, Gas & Air Bersih 0,07 0,10 385,3 716,3 482,4 1.584,2 Konstruksi -0,02 0,001 -39,0 78,4 -42,2 -2,8 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,04 0,07 2.427,8 2.159,1 2.576,1 7.163,2 Pengangkutan & Komunikasi 0,05 0,06 1.265,3 1.366,7 666,4 3.298,4 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,02 0,04 738,3 -33,8 670,7 1.375,3 Jasa-Jasa 0,02 0,06 1.615,6 19,7 2.306,3 3.941,7 Total 0,02 0,02 0,05 7.179,5 3.842,623 7.301,7 18.323,8
Sumber : Hasil analisis Shift Share
98
Pada tabel 4.25 merupakan hasil analisis Shift Share pada
tahun 1996-2007 di Kota Blitar. Berdasarkan tabel 4.31 dapat
diketahui besarnya PDRB Kota Blitar selama kurun waktu1996-
2007 meningkat sebesar Rp 18.323,8 juta. Hal ini dapat dilihat dari
(Dij) yang positif. Besarnya pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa
Timur mempengaruhi peningkatan PDRB Kota Blitar (Nij) sebesar
Rp 7.179,5 juta. Kegiatan ekonomi di Kota Blitar dalam kurun
waktu tahun 1996-2007 proporsional sehingga meningkatkan
bauran industri (Mij) sebesar Rp 3.842,623 juta. Pengaruh
keunggulan kompetitif (Cij) mampu meningkatkan PDRB Kota
Blitar sebesar Rp 7.301,7 juta.
Berdasarkan pengaruh bauran industri (Mij) terdapat 5
sektor ekonomi yang pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya (rin > rn) dalam hal
ini adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Dan
terdapat 4 sektor yang pertumbuhannya lebih lambat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya. Sektor ekonomi
tersebut antara lain sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan.
Berdasarkan pengaruh keunggulan kompetitif (Cij)
terdapat 8 sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan pendapatan
99
secara regional lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan secara
nasional dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur (rij > rin).
Delapan sektor tersebut antara lain sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sedangkan berdasarkan
pengaruh keunggulan kompetitif terdapat sektor ekonomi yang
mempunyai keunggulan kompetitif rendah yaitu sektor konstruksi.
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan pendapatan secara regional
lebih lambat dari pertumbuhan pendapatan secara nasional.
3) Kota Malang
Alat analisis Shift Share dalam penelitian ini
menggambarkan kinerja sektor-sektor ekonomi di wilayah Kota
Malang dibandingkan dengan kinerja perekonomian Provinsi Jawa
Timur. Sehingga dengan alat analisis Shift Share dapat diketahui
adanya perubahan struktur ekonomi Kota Malang terhadap struktur
ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi yaitu Provinsi Jawa
Timur sebagai referensi atau acuan.
Berdasarkan metode Analisis Shift Share tersebut, maka
hasil penelitian terhadap struktur perekonomian Kota Malang dapat
dilihat pada tabel berikut.
100
Tabel 4.26 Hasil Analisis Shift Share Kota Malang Tahun
1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan ( R ) Komponen (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij
Pertanian 0,01 0,02 -950,0 384,3 -409,7 -975,4 Pertambangan & Penggalian 0,08 -0,01 -106,2 -230,2 387,5 51,0 Industri Pengolahan 0,01 0,03 -8.220,4 4.926,0 -9.224,4 -12.519 Listrik, Gas & Air Bersih 0,07 0,04 306,3 569,5 -299,3 576,5 Konstruksi -0,02 -0,0006 -3.487,5 7.001,6 -3.434,2 79,8 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,04 0,12 61.314,1 54.527,4 179.963,9 295.805,6 Pengangkutan & Komunikasi 0,05 0,01 -2.244,5 -2.424,4 3.409,6 -1.259,3 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,02 0,02 -129,3 3,4 24,1 -101,7 Jasa-Jasa 0,02 0,08 14.504,6 387,5 30.116,5 45.008,7 Total 0,02 0,02 0,06 60.986,9 65.145,25 200.124,2 653.332,6
Sumber : Hasil analisis Shift Share
Pada tabel 4.26 merupakan hasil analisis Shift Share pada
tahun 1996-2007 di Kota Malang. Berdasarkan tabel 4.32 dapat
diketahui besarnya PDRB Kota Malang selama kurun waktu1996-
2007 meningkat sebesar Rp 653.332,6 juta. Hal ini dapat dilihat
dari (Dij) yang positif. Besarnya pertumbuhan PDRB Provinsi
Jawa Timur mempengaruhi peningkatan PDRB Kota Malang (Nij)
sebesar Rp 60.986,9 juta. Kegiatan ekonomi di Kota Malang dalam
kurun waktu tahun 1996-2007 proporsional sehingga meningkatkan
bauran industri (Mij) sebesar Rp 65.145,25 juta. Pengaruh
keunggulan kompetitif (Cij) mampu meningkatkan PDRB Kota
Malang sebesar Rp 200.124,2 juta.
101
Berdasarkan pengaruh bauran industri (Mij) terdapat 7
sektor ekonomi yang pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya (rin > rn) dalam hal
ini adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sektor pertanian, sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Dan
terdapat 2 sektor yang pertumbuhannya lebih lambat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya. Sektor ekonomi
tersebut antara lain sektor pertambangan dan penggalian dan sektor
pengangkutan dan komunikasi.
Berdasarkan pengaruh keunggulan kompetitif (Cij)
terdapat 5 sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan pendapatan
secara regional lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan secara
nasional dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur (rij > rin).
Delapan sektor tersebut antara lain sektor pertambangan dan
penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sedangkan berdasarkan
pengaruh keunggulan kompetitif terdapat 4 sektor ekonomi yang
mempunyai keunggulan kompetitif rendah yaitu sektor pertanian,
sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan
sektor konstruksi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
102
pendapatan secara regional lebih lambat dari pertumbuhan
pendapatan secara nasional.
4) Kota Probolinggo
Alat analisis Shift Share dalam penelitian ini
menggambarkan kinerja sektor-sektor ekonomi di wilayah Kota
Probolinggo dibandingkan dengan kinerja perekonomian Provinsi
Jawa Timur. Sehingga dengan alat analisis Shift Share dapat
diketahui adanya perubahan struktur ekonomi Kota Probolinggo
terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi
yaitu Provinsi Jawa Timur sebagai referensi atau acuan.
Berdasarkan metode Analisis Shift Share tersebut, maka
hasil penelitian terhadap struktur perekonomian Kota Probolinggo
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.27 Hasil Analisis Shift Share Kota Probolinggo Tahun
1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan ( R ) Komponen (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij
Pertanian 0,01 0,06 -174,8 70,7 -309,7 -413,8 Pertambangan & Penggalian 0,08 0,22 2,7 5,9 14,7 23,4 Industri Pengolahan 0,01 -0,02 -5.624,3 3.370,2 6547,3 4.293,3 Listrik, Gas & Air Bersih 0,07 0,09 506,7 941,9 466,1 1914,929 Konstruksi -0,02 -0,02 -117,0 234,9 -20,1 97,8 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,04 0,12 9.863,5 8.771,7 29.816,5 48.451,9 Pengangkutan & Komunikasi 0,05 0,03 665,4 718,8 -485,1 899,1 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,02 0,01 -164,5 4,3 48,9 -111.1 Jasa-Jasa 0,02 0,07 1.302,6 34,8 2.585,3 3.922,7 Total 0,02 0,02 0,05 6.260,4 14.153,82 38.664,2 59.078,5
Sumber : Hasil analisis Shift Share
103
Pada tabel 4.27 merupakan hasil analisis Shift Share pada
tahun 1996-2007 di Kota Probolinggo. Berdasarkan tabel 4.33
dapat diketahui besarnya PDRB Kota Probolinggo selama kurun
waktu1996-2007 meningkat sebesar Rp 59.078,5 juta. Hal ini dapat
dilihat dari (Dij) yang positif. Besarnya pertumbuhan PDRB
Provinsi Jawa Timur mempengaruhi peningkatan PDRB Kota
Probolinggo (Nij) sebesar Rp 6.260,4 juta. Kegiatan ekonomi di
Kota Probolinggo dalam kurun waktu tahun 1996-2007
proporsional sehingga meningkatkan bauran industri (Mij) sebesar
Rp 14.153,82 juta. Pengaruh keunggulan kompetitif (Cij) mampu
meningkatkan PDRB Kota Probolinggo sebesar Rp 38.664,2 juta.
Berdasarkan pengaruh bauran industri (Mij) semua sektor
ekonomi pertumbuhannya lebih cepat daripada pertumbuhan
pendapatan tingkat nasionalnya (rin > rn) dalam hal ini adalah
Provinsi Jawa Timur yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan
dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan
air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.
Berdasarkan pengaruh keunggulan kompetitif (Cij)
terdapat 6 sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan pendapatan
secara regional lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan secara
nasional dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur (rij > rin).
Delapan sektor tersebut antara lain sektor pertambangan dan
104
penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sedangkan
berdasarkan pengaruh keunggulan kompetitif terdapat 3 sektor
ekonomi yang mempunyai keunggulan kompetitif rendah yaitu
sektor pertanian, sektor konstruksi dan sektor pengangkutan dan
komunikasi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan pendapatan
secara regional lebih lambat dari pertumbuhan pendapatan secara
nasional.
5) Kota Pasuruan
Alat analisis Shift Share dalam penelitian ini
menggambarkan kinerja sektor-sektor ekonomi di wilayah Kota
Pasuruan dibandingkan dengan kinerja perekonomian Provinsi Jawa
Timur. Sehingga dengan alat analisis Shift Share dapat diketahui
adanya perubahan struktur ekonomi Kota Pasuruan terhadap
struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi yaitu
Provinsi Jawa Timur sebagai referensi atau acuan.
Berdasarkan metode Analisis Shift Share tersebut, maka
hasil penelitian terhadap struktur perekonomian Kota Pasuruan
dapat dilihat pada tabel berikut.
105
Tabel 4.28 Hasil Analisis Shift Share Kota Pasuruan Tahun
1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan ( R ) Komponen (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij
Pertanian 0,01 0,02 294,8 -119,2 124,9 300,4 Pertambangan & Penggalian 0,08 0,32 31,0 67,3 288,0 386,4 Industri Pengolahan 0,01 0,006 6,4 -3,8 -1,0 1,5 Listrik, Gas & Air Bersih 0,07 0,06 339,9 631,8 -164,7 806,9 Konstruksi -0,02 -0,03 -956,0 1.919,3 259,0 1.222,4 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,04 0,05 4.633,4 4.120,6 1.078,7 9.832,8 Pengangkutan & Komunikasi 0,05 0,05 1.282,8 1.385,6 -151,7 2.516,6 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,02 0,03 554,8 -14,8 154,5 694,6 Jasa-Jasa 0,02 0,05 1.344,2 35,9 1.575,0 2.955,1 Total 0,02 0,02 0,03 7.531,5 8.022,765 3.162,92 18.717,2
Sumber : Hasil analisis Shift Share
Pada tabel 4.28 merupakan hasil analisis Shift Share pada
tahun 1996-2007 di Kota Pasuruan. Berdasarkan tabel 4.34 dapat
diketahui besarnya PDRB Kota Pasuruan selama kurun waktu1996-
2007 meningkat sebesar Rp 18.717,2 juta. Hal ini dapat dilihat dari
(Dij) yang positif. Besarnya pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa
Timur mempengaruhi peningkatan PDRB Kota Pasuruan (Nij)
sebesar Rp 7.531,5 juta. Kegiatan ekonomi di Kota Pasuruan dalam
kurun waktu tahun 1996-2007 proporsional sehingga meningkatkan
bauran industri (Mij) sebesar Rp 8.022,765 juta. Pengaruh
keunggulan kompetitif (Cij) mampu meningkatkan PDRB Kota
Pasuruan sebesar Rp 3.162,92 juta.
Berdasarkan pengaruh bauran industri (Mij) terdapat 6
sektor ekonomi yang pertumbuhannya lebih cepat daripada
106
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya (rin > rn) dalam hal
ini adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sektor pertambangan dan
penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi,
sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi dan sektor jasa-jasa. Dan terdapat 3 sektor yang
pertumbuhannya lebih lambat daripada pertumbuhan pendapatan
tingkat nasionalnya. Sektor ekonomi tersebut antara lain sektor
pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan.
Berdasarkan pengaruh keunggulan kompetitif (Cij)
terdapat 6 sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan pendapatan
secara regional lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan secara
nasional dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur (rij > rin).
Delapan sektor tersebut antara lain sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sedangkan berdasarkan
pengaruh keunggulan kompetitif terdapat 3 sektor ekonomi yang
mempunyai keunggulan kompetitif rendah yaitu sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor
pengangkutan dan komunikasi. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan pendapatan secara regional lebih lambat dari
pertumbuhan pendapatan secara nasional.
107
6) Kota Mojokerto
Alat analisis Shift Share dalam penelitian ini
menggambarkan kinerja sektor-sektor ekonomi di wilayah Kota
Mojokerto dibandingkan dengan kinerja perekonomian Provinsi
Jawa Timur. Sehingga dengan alat analisis Shift Share dapat
diketahui adanya perubahan struktur ekonomi Kota Mojokerto
terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi
yaitu Provinsi Jawa Timur sebagai referensi atau acuan.
Berdasarkan metode Analisis Shift Share tersebut, maka
hasil penelitian terhadap struktur perekonomian Kota Mojokerto
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.29 Hasil Analisis Shift Share Kota Mojokerto Tahun
1996-2007(Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan ( R ) Komponen (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij
Pertanian 0,01 -0,008 -25,2 10,2 23,0 7,9 Pertambangan & Penggalian 0,08 0 0 0 0 0 Industri Pengolahan 0,01 0,03 269,5 -161,5 230,4 338,4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,07 0,06 501,7 932,5 -155,1 1.279,1 Konstruksi -0,02 0,005 34,9 -70,1 42,8 7,600297 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,04 0,04 4.483,8 3987,5 -701,6 7.769,7 Pengangkutan & Komunikasi 0,05 0,06 2.477,7 2676,3 643,0 5.797,1 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,02 0,03 704,7 -18,8 379,2 1.065,2 Jasa-Jasa 0,02 0,03 940,8 25,1 179,5 1.145,5 Total 0,02 0,02 0,04 9.388,2 7.381,311 641,41 17.410,9
Sumber : Hasil analisis Shift Share
Pada tabel 4.29 merupakan hasil analisis Shift Share pada
tahun 1996-2007 di Kota Mojokerto. Berdasarkan tabel 4.35 dapat
diketahui besarnya PDRB Kota Mojokerto selama kurun
108
waktu1996-2007 meningkat sebesar Rp 17.410,9 juta. Hal ini dapat
dilihat dari (Dij) yang positif. Besarnya pertumbuhan PDRB
Provinsi Jawa Timur mempengaruhi peningkatan PDRB Kota
Mojokerto (Nij) sebesar Rp 9.388,2 juta. Kegiatan ekonomi di Kota
Mojokerto dalam kurun waktu tahun 1996-2007 proporsional
sehingga meningkatkan bauran industri (Mij) sebesar Rp 7.381,311
juta. Pengaruh keunggulan kompetitif (Cij) mampu meningkatkan
PDRB Kota Mojokerto sebesar Rp 641,41 juta.
Berdasarkan pengaruh bauran industri (Mij) terdapat 5
sektor ekonomi yang pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya (rin > rn) dalam hal
ini adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sektor pertanian, sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Dan
terdapat 3 sektor yang pertumbuhannya lebih lambat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya. Sektor ekonomi
tersebut antara lain sektor industri pengolahan, sektor konstruksi
dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Berdasarkan pengaruh keunggulan kompetitif (Cij)
terdapat 6 sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan pendapatan
secara regional lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan secara
nasional dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur (rij > rin).
Delapan sektor tersebut antara lain sektor pertanian, sektor industri
pengolahan, sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan
109
komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan
sektor jasa-jasa. Sedangkan berdasarkan pengaruh keunggulan
kompetitif terdapat 2 sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan
kompetitif rendah yaitu sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan pendapatan secara regional lebih lambat dari
pertumbuhan pendapatan secara nasional.
7) Kota Madiun
Alat analisis Shift Share dalam penelitian ini
menggambarkan kinerja sektor-sektor ekonomi di wilayah Kota
Madiun dibandingkan dengan kinerja perekonomian Provinsi Jawa
Timur. Sehingga dengan alat analisis Shift Share dapat diketahui
adanya perubahan struktur ekonomi Kota Madiun terhadap struktur
ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi yaitu Provinsi Jawa
Timur sebagai referensi atau acuan.
Berdasarkan metode Analisis Shift Share tersebut, maka
hasil penelitian terhadap struktur perekonomian Kota Madiun dapat
dilihat pada tabel berikut.
110
Tabel 4.30 Hasil Analisis Shift Share Kota Madiun Tahun
1996-2007(Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan ( R ) Komponen (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij
Pertanian 0,01 -0,007 -63,0 25,5 54,3 16,8 Pertambangan & Penggalian 0,08 0,004 -1,7 -3,8 5,3 -0,2 Industri Pengolahan 0,01 0,009 266,0 -159,4 -15,2 91,3 Listrik, Gas & Air Bersih 0,07 0,1 34,0 633,9 326,7 1.301,7 Konstruksi -0,02 -0,03 -1.913,6 3.841,9 409,0 2.337,2 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,04 0,05 2.428,9 2.160,1 111,2 4.700,3 Pengangkutan & Komunikasi 0,05 0,06 1.635,1 1.766,1 343,2 3.744,5 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,02 0,04 668,6 -17,8 370,0 1.020,9 Jasa-Jasa 0,02 0,06 1.581,8 42,2 1.998,4 3.622,6
Total 0,02 0,02 0,03 4.943,2 8288,78 3.603,3 16.835,4
Sumber : Hasil analisis Shift Share
Pada tabel 4.30 merupakan hasil analisis Shift Share pada
tahun 1996-2007 di Kota Madiun. Berdasarkan tabel 4.36 dapat
diketahui besarnya PDRB Kota Madiun selama kurun waktu1996-
2007 meningkat sebesar Rp 16.835,4 juta. Hal ini dapat dilihat dari
(Dij) yang positif. Besarnya pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa
Timur mempengaruhi peningkatan PDRB Kota Madiun (Nij)
sebesar Rp 4.943,2 juta. Kegiatan ekonomi di Kota Madiun dalam
kurun waktu tahun 1996-2007 proporsional sehingga meningkatkan
bauran industri (Mij) sebesar Rp 8288,78 juta. Pengaruh
keunggulan kompetitif (Cij) mampu meningkatkan PDRB Kota
Madiun sebesar Rp 3.603,3 juta.
111
Berdasarkan pengaruh bauran industri (Mij) terdapat 6
sektor ekonomi yang pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya (rin > rn) dalam hal
ini adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sektor pertanian, sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor
jasa-jasa. Dan terdapat 3 sektor yang pertumbuhannya lebih lambat
daripada pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya. Sektor
ekonomi tersebut antara lain sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan.
Berdasarkan pengaruh keunggulan kompetitif (Cij)
terdapat 8 sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan pendapatan
secara regional lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan secara
nasional dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur (rij > rin).
Delapan sektor tersebut antara lain sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih,
sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sedangkan berdasarkan
pengaruh keunggulan kompetitif terdapat sektor ekonomi yang
mempunyai keunggulan kompetitif rendah yaitu sektor industri
pengolahan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan pendapatan
112
secara regional lebih lambat dari pertumbuhan pendapatan secara
nasional.
8) Kota Surabaya
Alat analisis Shift Share dalam penelitian ini
menggambarkan kinerja sektor-sektor ekonomi di wilayah Kota
Surabaya dibandingkan dengan kinerja perekonomian Provinsi Jawa
Timur. Sehingga dengan alat analisis Shift Share dapat diketahui
adanya perubahan struktur ekonomi Kota Surabaya terhadap
struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi yaitu
Provinsi Jawa Timur sebagai referensi atau acuan.
Berdasarkan metode Analisis Shift Share tersebut, maka
hasil penelitian terhadap struktur perekonomian Kota Surabaya
dapat dilihat pada tabel berikut.
113
Tabel 4.31 Hasil Analisis Shift Share Kota Surabaya Tahun
1996-2007 (Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan ( R ) Komponen (Juta Rupiah) Sektor
Ekonomi Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij Pertanian 0,01 -0,06 -4.598,7 1.860,5 14.393,0 11.654,8 Pertambangan & Penggalian 0,08 0,22 48,1 104,3 264,9 417,5 Industri Pengolahan 0,01 0,01 72.604,0 29.097,0 25.217,4 126.918,5 Listrik, Gas & Air Bersih 0,07 0,10 37.374,7 69.471,3 45.648,5 152.494,6 Konstruksi -0,02 -0,04 -76.181,1 152.943,8 43.905,9 120.668,7 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,04 0,07 416.024,9 369.976,4 482.716,0 1.268.717 Pengangkutan & Komunikasi 0,05 0,08 111.447,8 120.380,6 113.574,6 345.403,2 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,02 0,02 19.157,1 -511,8 1.096,7 19.742,09 Jasa-Jasa 0,02 0,11 83.350,7 2.226,9 274.548,4 360.126,2 Total 0,02 0,02 0,04 659.227,7 745549,4 1.001.365,9 2.406.143
Sumber : Hasil analisis Shift Share
Pada tabel 4.31 merupakan hasil analisis Shift Share pada
tahun 1996-2007 di Kota Surabaya. Berdasarkan tabel 4.37 dapat
diketahui besarnya PDRB Kota Surabaya selama kurun
waktu1996-2007 meningkat sebesar Rp 2.406.143 juta. Hal ini
dapat dilihat dari (Dij) yang positif. Besarnya pertumbuhan PDRB
Provinsi Jawa Timur mempengaruhi peningkatan PDRB Kota
Surabaya (Nij) sebesar Rp 659.227,7 juta. Kegiatan ekonomi di
Kota Surabaya dalam kurun waktu tahun 1996-2007 proporsional
sehingga meningkatkan bauran industri (Mij) sebesar Rp 745549,4
juta. Pengaruh keunggulan kompetitif (Cij) mampu meningkatkan
PDRB Kota Surabaya sebesar Rp 1.001.365,9 juta.
114
Berdasarkan pengaruh bauran industri (Mij) terdapat 8
sektor ekonomi yang pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya (rin > rn) dalam hal
ini adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor
jasa-jasa. Dan terdapat sektor yang pertumbuhannya lebih lambat
daripada pertumbuhan pendapatan tingkat nasionalnya. Sektor
ekonomi tersebut antara lain sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan.
Berdasarkan pengaruh keunggulan kompetitif (Cij) semua
sektor ekonomi memiliki pertumbuhan pendapatan secara regional
lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan secara nasional dalam hal
ini adalah Provinsi Jawa Timur (rij > rin). Sektor tersebut antara
lain sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.
115
b. Analisis Pangsa Tenaga Kerja
1) Provinsi Jawa Timur
Tabel 4.32 Pangsa Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur Tahun
1998-2003 (%)
Kontribusi No Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 (%)
1 Pertanian 47,09 46,2 45 48,1 47,2 49,06 47,11
2 Pertambangan & Galian 0,51 0,59 0,48 0,55 0,85 0,59 0,59
3 Industri 11,97 12,5 13,5 12,6 12,8 12,12 12,58
4 Listrik, Gas & Air 0,27 0,18 0,2 0,13 0,16 0,21 0,19
5 Konstruksi 4,12 3,62 4,07 3,95 4,07 3,75 3,92
6 Perdagangan 17,99 18,8 20,2 18,3 18,2 17,9 18,55
7 Komunikasi 4,43 4,53 5,29 4,94 4,86 5,01 4,84
8 Keuangan 0,65 0,66 1,06 1,1 1,05 0,81 0,88
9 Jasa 12,68 12,7 10,2 10,2 10,8 10,37 11,15
Total 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Hasil analisis Pangsa Tenaga Kerja
Tabel 4.32 menunjukkan perkembangan penyerapan
tenaga kerja sektoral Provinsi Jawa Timur. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar pada penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Jawa Timur yaitu sektor pertanian sebesar 47,11%. Sektor
ekonomi terbesar penyerap tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur dari
tahun 1998-2007 adalah sektor primer yaitu sektor pertanian sebesar
47,09% pada tahun 1998 dan 49,06% pada tahun 2003. Sedangkan
kontribusi dari sektor perdagangan yang merupakan sektor tersier
hanya sebesar 18,55% dan sektor industri yang merupakan sektor
sekunder hanya sebesar 12,58%. Sektor yang memiliki pangsa
penyerapan relatif kecil yaitu sektor pertambangan dan penggalian
serta sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini menunjukkan bahwa
116
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur masih didominasi
oleh sektor pertanian.
Tabel 4.33 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Tiap-tiap Kota di
Jawa Timur Tahun 1996-2007 (%)
Kota Primer Sekunder Tersier Kediri 5,92 30,66 63,35 Blitar 9,66 16,32 73,81 Malang 4,33 27,66 67,83 Probolinggo 14,59 19,08 65,89 Pasuruan 8,22 34,2 57,48 Mojokerto 3,46 30,26 66,17 Madiun 3,59 12,15 75,38 Surabaya 1,66 24,78 64,89
Sumber : Olah data
Sejalan dengan konstribusi PDRB pada tabel 4.33 dapat
dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja untuk kota-kota di Provinsi
Jawa Timur, sektor primer merupakan sektor yang menyerap tenaga
kerja paling kecil sedangkan sektor tersier merupakan sektor yang
paling besar penyerapan tenaga kerjanya. Kondisi ini sesuai dengan
corak kehidupan di kota dimana lapangan pekerjaan yang ada lebih
bersifat pelayanan mengingat di kota merupakan pusat
pemerintahan maupun bisnis.
117
2) Kota Kediri
Tabel 4.34 Pangsa Tenaga Kerja Kota Kediri Tahun 1998-2004 (%)
Kontribusi No Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (%)
1 Pertanian 6,56 4,33 5,20 3,80 5,65 6,07 7,94 5,65
2 Pertambangan & Galian 0 0,32 0,31 0,20 0,10 0,289 0,71 0,27
3 Industri 24,24 20,6 23,6 23,9 23,90 22,22 25,87 23,46
4 Listrik, Gas & Air 1,38 1,11 0,71 0,50 0,78 0,58 0,71 0,82
5 Konstruksi 6,65 4,07 7,04 6,60 5,75 7,59 6,96 6,38
6 Perdagangan 27,51 32,30 32,4 30,7 29,80 28,60 31,22 30,35
7 Komunikasi 7,51 9,39 6,13 8,60 7,89 7,03 7,05 7,65
8 Keuangan 1,59 1,26 2,25 2,10 2,63 2,12 2,23 2,02
9 Jasa 24,45 26,6 22,4 23,60 23,50 25,50 17,31 23,33
Total 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : Hasil analisis Pangsa Tenaga Kerja
Tabel 4.34 menunjukkan perkembangan penyerapan
tenaga kerja sektoral Kota Kediri. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar pada penyerapan tenaga kerja di
Kota Kediri yaitu sektor perdagangan sebesar 30,35%. Kontribusi
dari sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Kediri
yang merupakan sektor sekunder hanya sebesar 23,46%, padahal
jika dilihat dari PDRB nya sektor industri merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB Kota Kediri.
Sedangkan kontribusi sektor pertanian pada penyerapan tenaga
kerja Kota Kediri hanya sebesar 5,65%. Hal ini menunjukkan
bahwa penyerapan tenaga kerja di Kota Kediri sudah mengarah ke
sektor sekunder yaitu sektor industri dan sektor tersier yaitu sektor
perdagangan.
118
3) Kota Blitar
Tabel 4.35 Pangsa Tenaga Kerja Kota Blitar Tahun 1998-2004 (%)
Kontribusi No Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (%)
1 Pertanian 7,12 9,35 12,4 7,97 11,1 9,03 8,84 9,40
2 Pertambangan & Galian 0,66 0,43 0,3 0,3 0,1 - 0,1 0,26
3 Industri 11,09 12,4 10,6 8,47 10,9 8,54 11,79 10,54
4 Listrik, Gas & Air 0,66 0,43 0,2 0,4 0,29 0,70 0,29 0,42
5 Konstruksi 3,53 5,66 5,25 7,07 5,17 4,86 5,99 5,36
6 Perdagangan 34 33,6 35,2 39,4 35,7 36,05 32,12 35,15
7 Komunikasi 9,53 11 9,56 8,47 7,43 7,55 7,76 8,76 8 Keuangan 0,70 1.5 1,92 3,78 1,66 5,17 3,05 2,53 9 Jasa 32,58 25,4 24,5 24 27,3 27,81 30,06 27,37
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : Hasil analisis Pangsa Tenaga Kerja
Tabel 4.35 menunjukkan perkembangan penyerapan
tenaga kerja sektoral Kota Blitar. Sektor ekonomi yang memberikan
kontribusi terbesar pada penyerapan tenaga kerja di Kota Blitar
yaitu sektor perdagangan sebesar 35,15%. Di Kota Blitar sektor
jasa juga memberikan kontribusi yang besar terhadap penyerapan
tenaga kerja. Kontribusi dari sektor jasa sendiri yang merupakan
sektor tersier adalah sebesar 27,37%. Sedangkan untuk sektor
industri yang merupakan sektor sekunder, walaupun tidak
memberikan kontribusi yang besar namun sektor industri ini
mengalami kenaikan dari tahun tahun 1998-2004 sebesar 0,7%.
Sedangkan kontribusi sektor pertanian pada penyerapan tenaga
kerja Kota Blitar hanya sebesar 9,40%. Hal ini menunjukkan
bahwa penyerapan tenaga kerja di Kota Blitar sudah mengarah ke
sektor sekunder yaitu sektor industri dan sektor tersier yaitu sektor
perdagangan.
119
4) Kota Malang
Tabel 4.36 Pangsa Tenaga Kerja Kota Malang Tahun 1998-200 (%)
Kontribusi No Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
(%) 1 Pertanian 2,06 4,28 1,91 10,8 3,6 2,1 3,95 4,10
2
Pertambangan & Galian - 0,12 0,41 0,26 0,12 0,55 0,17 0,23
3 Industri 19.07 19 18,9 27,4 19,4 20,8 20,7 20,73
4 Listrik, Gas & Air 0,61 0,2 0,1 0,13 0,7 0,73 0,51 0,42
5 Konstruksi 6,91 6,79 4,62 6,49 6,4 7,48 6,89 6,51
6 Perdagangan 29,28 33,1 32,7 10,4 34,3 32,76 32,83 29,33
7 Komunikasi 6,81 7,1 6,17 9,21 8,53 9,31 12,27 8,48
8 Keuangan 2,44 1,5 5,71 4,58 1,4 2,83 3,05 3,07 9 Jasa 32,65 27,8 29,5 30,6 25,2 23,45 19,37 26,95
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Hasil analisis Pangsa Tenaga Kerja
Tabel 4.36 menunjukkan perkembangan penyerapan
tenaga kerja sektoral Kota Malang. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar pada penyerapan tenaga kerja di
Kota Malang yaitu sektor perdagangan sebesar 29,33%. Di Kota
Malang sektor jasa juga memberikan kontribusi yang besar terhadap
penyerapan tenaga kerja. Kontribusi dari sektor jasa sendiri yang
merupakan sektor tersier walaupun cenderung mengalami
penurunan dari tahun 1998-2004, akan tetapi kontribusinya masih
cukup besar yaitu 26,95%. Untuk sektor industri yang merupakan
sektor sekunder, kontribusi yang diberikan terhadap penyerapan
tenaga kerja juga cukup besar yaitu 20,73%. Sedangkan kontribusi
sektor pertanian hanya sebesar 14,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
penyerapan tenaga kerja di Kota Malang sudah mengarah ke sektor
120
sekunder yaitu sektor industri dan sektor tersier yaitu sektor
perdagangan dan jasa.
5) Kota Probolinggo
Tabel 4.37 Pangsa Tenaga Kerja Kota Probolinggo Tahun
1998-2004 (%)
Kontribusi No Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (%)
1 Pertanian 11,93 14,3 14,4 15,7 18 14,31 13,49 14,5
2
Pertambangan & Galian - 0,19 0,05 0,13 - 0,29 - 0,09
3 Industri 12,51 13,5 13,6 16,2 15 15,32 14,8 14,42
4 Listrik, Gas & Air 0,77 0,58 0,4 0,19 0,72 0,29 0,71 0,52
5 Konstruksi 4,78 4,88 4,28 0,19 4,41 7,05 3,44 4,14
6 Perdagangan 31,15 29,4 26,3 30,7 24,6 25,65 27,34 27,88
7 Komunikasi 14,52 11,1 16,9 12,2 14,3 14,55 12,84 13,77
8 Keuangan 1,81 1,68 2,64 1,65 0,75 1,68 1,74 1,70 9 Jasa 22,45 24,1 21,4 22,9 22 19,83 25,64 22,62
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Hasil analisis Pangsa Tenaga Kerja
Tabel 4.37 menunjukkan perkembangan penyerapan
tenaga kerja sektoral Kota Probolinggo. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar pada penyerapan tenaga kerja di
Kota Probolinggo yaitu sektor perdagangan sebesar 27,88%.
Walaupun sektor perdagangan cenderung mengalami penurunan
dari tahun 1998-2004 akan tetapi konribusinya terhadap penyerapan
tenaga kerja masih cukup besar. Di Kota Probolinggo sektor jasa
juga memberikan kontribusi yang besar terhadap penyerapan tenaga
kerja yaitu sebesar 22,62% . Untuk sektor industri yang merupakan
sektor sekunder, kontribusi yang diberikan terhadap penyerapan
121
tenaga kerja yaitu 14,42%. Sedangkan kontribusi sektor pertanian
sebesar 14,5%. Penyerapan tenaga kerja dari sektor industri dan
sektor pertanian sama-sama mengalami peningkatan dari tahun
1998-2004. Walaupun sektor pertanian mengalami peningkatan
akan tetapi kontribusinya masih kecil. Hal ini berarti penyerapan
tenaga kerja di Kota Probolinggo juga sudah mengarah ke sektor
sekunder yaitu sektor industri dan sektor tersier yaitu sektor
perdagangan.
6) Kota Pasuruan
Tabel 4.38 Pangsa Tenaga Kerja Kota Pasuruan Tahun
1998-2004 (%)
Kontribusi No Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (%)
1 Pertanian 10,74 7,86 6,79 8,82 9,11 9,30 3,87 8,07
2
Pertambangan & Galian 0,23 0,09 0,26 - - 0,31 0,20 0,15
3 Industri 31,48 29,1 30,3 29,3 31,4 32,13 35,38 31,30
4 Listrik, Gas & Air - 1,01 0,72 0,23 0,32 0,58 0,73 0,51
5 Konstruksi 3,13 2,1 3,14 1,89 1,52 1,36 3,66 2,39
6 Perdagangan 26,61 30,3 31,3 33,5 25,3 25,83 23,83 28,08
7 Komunikasi 7,95 7,84 8,87 7,5 9,28 11,39 9,09 8,84
8 Keuangan 0,86 1,29 2,04 1,61 2,38 1,87 3,66 1,95 9 Jasa 18,93 20,1 16,6 17,2 20,7 17,24 19,59 18,61
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Hasil analisis Pangsa Tenaga Kerja
Tabel 4.38 menunjukkan perkembangan penyerapan
tenaga kerja sektoral Kota Pasuruan. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar pada penyerapan tenaga kerja di
Kota Pasuruan yaitu sektor industri yang merupakan sektor
sekunder sebesar 31,30%. Penyerapan tenaga kerja dari sektor
122
industri mengalami peningkatan dari tahun 1998-2004 sebesar
3,9%. Di Kota Pasuruan sektor perdagangan juga memberikan
kontribusi yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu
sebesar 28,08% . Sedangkan kontribusi sektor pertanian hanya
sebesar 8,07%. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga
kerja di Kota Pasuruan sudah mengarah ke sektor sekunder yaitu
sektor industri dan sektor tersier yaitu sektor perdagangan.
7) Kota Mojokerto
Tabel 4.39 Pangsa Tenaga Kerja Kota Mojokerto Tahun
1998-2004 (%)
Kontribusi No Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
(%) 1 Pertanian 2,94 3,02 3,79 2,36 4,07 5,18 1,47 3,26
2 Pertambangan & Galian 0,23 0,2 - 0,39 0,49 0,1 - 0,20
3 Industri 23,39 24,6 29,2 23,9 27,6 25 27,35 25,87
4 Listrik, Gas & Air 0,35 0,6 0,19 0,39 0,29 0,61 0,78 0,45
5 Konstruksi 4,70 3,53 3,1 4,82 2,83 3,74 4,90 3,94 6 Perdagangan 32,74 31,9 30,8 32,6 32,8 28,64 30 31,33 7 Komunikasi 8,08 7,96 8,54 8,95 7,11 9,96 7,94 8,36 8 Keuangan 0,94 1,61 2,13 4,62 1,85 2,63 2,75 2,36 9 Jasa 26,63 26,5 22,2 22 22,8 23,84 24,8 24,12
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Hasil analisis Pangsa Tenaga Kerja
Tabel 4.39 menunjukkan perkembangan penyerapan
tenaga kerja sektoral Kota Mojokerto. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar pada penyerapan tenaga kerja yaitu
sektor perdagangan yang merupakan sektor tersier sebesar 31,33%.
Penyerapan tenaga kerja dari sektor industri mengalami
peningkatan dari tahun 1998-2004 sebesar 3,96%. Sedangkan
kontribusi sektor pertanian hanya sebesar 3,26%. Hal ini
123
menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di Kota Mojokerto
sudah mengarah ke sektor sekunder yaitu sektor industri dan sektor
tersier yaitu sektor perdagangan.
8) Kota Madiun
Tabel 4.40 Pangsa Tenaga Kerja Kota Madiun Tahun
1998-2007 (%)
Kontribusi No Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (%)
1 Pertanian 4,02 3,38 2,71 1,7 3,87 3,25 3,69 3,23
2 Pertambangan & Galian 0,14 0,21 0,25 0,14 0,44 1,28 0,11 0,36
3 Industri 7,68 6,02 9,48 5,25 9,61 9,39 8,46 7,98
4 Listrik, Gas & Air 0,56 0,53 0,62 0,24 0,66 1,51 0,33 0,63
5 Konstruksi 3,59 2,96 3,2 1,13 5,24 5,22 3,47 3,54 6 Perdagangan 34,19 37,9 30,9 14,3 36,3 31,2 38,18 31,84 7 Komunikasi 10,94 9,4 10,2 3,88 9,17 12,41 9,98 9,42 8 Keuangan 2,8 1,8 2,96 1,7 3,32 3,37 2,82 2,68 9 Jasa 35,93 37,2 39,7 14,1 28,8 31,44 32,97 31,44
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Hasil analisis Pangsa Tenaga Kerja
Tabel 4.40 menunjukkan perkembangan penyerapan
tenaga kerja sektoral Kota Madiun. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar pada penyerapan tenaga kerja yaitu
sektor perdagangan yang merupakan sektor tersier sebesar 31,84%.
Penyerapan tenaga kerja dari sektor industri yang merupakan sektor
sekunder hanya sebesar 7,98%. Padahal jika dilihat dari kontribusi
terhadp PDRB nya, sektor sekunder menyumbang cukup besar.
Sedangkan kontribusi sektor pertanian hanya sebesar 3,23%. Hal ini
menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di Kota Madiun
sudah mengarah ke sektor sektor tersier yaitu sektor perdagangan
dan jasa.
124
9) Kota Surabaya
Tabel 4.41 Pangsa Tenaga Kerja Kota Surabaya Tahun
1998-2004 (%)
Kontribusi No Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (%)
1 Pertanian 1,26 1,15 2,17 0,63 1,01 1,89 2,26 1,48
2 Pertambangan & Galian 0,27 0,21 0,27 - 0,3 0,11 0,002 0,18
3 Industri 20,88 20 23,8 8,35 23,3 21,48 21,78 19,92
4 Listrik, Gas & Air 0,61 0,15 0,9 0,1 0,4 0,75 0,65 0,50
5 Konstruksi 5,42 3,85 6,15 2,07 4,48 5,18 0,01 4,36 6 Perdagangan 34,11 33,5 35,2 12,8 33,6 34,18 34,96 31,20 7 Komunikasi 9,27 10,6 11,8 5,24 10,5 10,38 8,28 9,45 8 Keuangan 1,87 3,4 3,82 1,99 3,13 3,36 3,34 2,98 9 Jasa 26,15 27 15,9 9,14 22,8 22,67 25,16 21,26
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Hasil analisis Pangsa Tenaga Kerja
Tabel 4.41 menunjukkan perkembangan penyerapan
tenaga kerja sektoral Kota Surabaya. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar pada penyerapan tenaga kerja yaitu
sektor perdagangan dan jasa yang merupakan sektor tersier masing-
masing sebesar 31,20% dan 21,26%. Penyerapan tenaga kerja dari
sektor industri sebesar 19,92%. Sedangkan kontribusi sektor
pertanian hanya sebesar 1,48%. Hal ini menunjukkan bahwa
penyerapan tenaga kerja di Kota Surabaya sudah mengarah ke
sektor sekunder yaitu sektor industri dan sektor tersier yaitu sektor
perdagangan dan jasa.
125
c. Analisis Location Quotient (LQ)
Tabel 4.42 Hasil Analisis Rerata LQ Tiap-tiap kota di Provinsi Jawa
Timur Tahun 1996-2007
Sektor Kediri
Blitar
Malang
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Madiun
Surabaya
Pertanian 0,01 0,54 0,04 0,56 0,27 0,65 0,14 0,01 Pertambangan & Penggalian 0,00 0,06 0,05 0,01 0,08 0 0,02 0,00 Industri Pengolahan 2,59 0,44 1,24 0,73 0,61 0,51 0,86 1,15 Listrik, Gas & Air Bersih 0,12 1,83 0,28 1,24 1,70 2,27 1,15 1,52 Konstruksi 0,04 1,40 0,62 0,09 1,92 1,49 3,58 2,11 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,73 0,86 1,31 1,36 1,39 1,55 0,80 1,25 Pengangkutan & Komunikasi 0,13 2,69 1,09 2,98 2,25 3,08 2,19 1,76 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,46 2,73 1,69 1,47 1,59 1,57 2,26 1,35 Jasa-Jasa 0,10 2,23 1,34 0,87 1,26 1,43 1,65 0,71
Sumber : Hasil analisis Location Quotient
Dengan menggunakan metode LQ, diketahui bahwa selama
periode pengamatan (1996-2007) terdapat beberapa sektor ekonomi
yang bisa dijadikan sebagai sektor ekonomi basis atau potensial. Hal
ini dapat dilihat dari angka rasio masing-masing sektor ekonomi yang
menunjukkan nilai LQ lebih dari satu. Adapun sektor basing di
masing-masing kota di Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :
126
1. Kota Kediri
Yang termasuk dalam sektor basis di Kota Kediri yaitu :
· Sektor Industri Pengolahan dengan indeks LQ rata-rata 2,59.
Hal ini dikarenakan di Kota Kediri terdapat industri rokok
Gudang Garam.
2. Kota Blitar
Yang termasuk dalam sektor basis di Kota Blitar yaitu :
· Sektor Listrik, gas dan air bersih dengan indeks LQ rata-rata
1,83
· Sektor Konstruksi dengan indeks LQ rata-rata 1,40
· Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan indeks LQ
rata-rata 2,69
· Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan
indeks LQ rata-rata 2,73
· Sektor Jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata 2,23
3. Kota Malang
Yang termasuk dalam sektor basis di Kota Malang yaitu :
· Sektor industri pengolahan dengan indeks LQ rata-rata 1,24
· Sektor Perdagangan, hotel dan restoran dengan indeks LQ
rata-rata 1,31
· Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan indeks LQ
rata-rata 1,09
· Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan
indeks LQ rata-rata 1,69
127
· Sektor Jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata 1,34
4. Kota Probolinggo
Yang termasuk dalam sektor basis di Kota Probolinggo yaitu :
· Sektor Listrik, gas dan air bersih dengan indeks LQ rata-
rata 1,24
· Sektor Perdagangan, hotel dan restoran dengan indeks LQ
rata-rata 1,36
· Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan indeks LQ
rata-rata 2,98
· Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan
indeks LQ rata-rata 1,47
5. Kota Pasuruan
Yang termasuk dalam sektor basisi di Kota Pasuruan yaitu :
· Sektor Listrik, gas dan air bersih dengan indeks LQ rata-
rata 1,70
· Sektor Konstruksi dengan indeks LQ rata-rata 1,92
· Sektor Perdagangan, hotel dan restoran dengan indeks LQ
rata-rata 1,39
· Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan indeks LQ
rata-rata2,25
· Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan
indeks LQ rata-rata 1,59
· Sektor Jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata 1,26
128
6. Kota Kota Mojokerto
Yang termasuk dalam sektor basis di Kota Mojokerto yaitu :
· Sektor Listrik, gas dan air bersih dengan indeks LQ rata-
rata 2,27
· Sektor Konstruksi dengan indeks LQ rata-rata 1,49
· Sektor Perdagangan, hotel dan restoran dengan indeks LQ
rata-rata 1,55
· Sektor Pengangkutan dan komunikasi dengan indeks LQ
rata-rata 3,08
· Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan
indeks LQ rata-rata 1,51
· Sektor Jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata 1,43
7. Kota Madiun
Yang termasuk dalam sektor basis di Kota Madiun yaitu :
· Sektor Litrik, gas dan air bersih dengan indeks LQ rata-
rata 1,15
· Sektor Konstruksi dengan indeks LQ rata-rata 3,58
· Sektor Pengangkutan dan komunikasi dengan indeks
LQ rata-rata 2,19
· Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dengan indeks LQ rata-rata 2,26
· Sektor Jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata 1,65
8. Kota Surabaya
Yang termasuk dalam sektor basis di Kota Surabaya yaitu :
129
· Sektor Industri pengolahan dengan indeks LQ rata-rata
1,15
· Sektor Listrik, gas dan air bersih dengan indeks LQ
rata-rata 1,52
· Sektor Konstruksi dengan indeks LQ rata-rata 2,11
· Sektor Perdagangan, hotel dan restoran dengan indeks
LQ rata-rata 1,25
· Sektor Pengangkutan dan komunikasi dengan indeks
LQ rata-rata 1,76
· Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dengan indeks LQ rata-rata 1,35
Walaupun sektor basis merupakan sektor yang paling potensial
untuk dikembangkan dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi di
Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota
Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun dan Kota Surabaya, sektor
non basis juga harus dikembangkan menjadi sektor basis baru
ditunjang dengan adanya sektor basis yang telah ada.
130
d. Analisis Tipologi Klassen
1) Kota Kediri
Tabel 4.43 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kota Kediri Tahun
1996-2007
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
PRIMA : POTENSIAL Kontribusi Besar (Kij ≥
Kin) 1. Industri Pengolahan
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin) BERKEMBANG : TERBELAKANG :
1. Pertanian 1. Pertambangan & Penggalian
2. Listrik, Gas & Air Bersih 2. Konstruksi 3. Perdagangan, Hotel & Restoran 4. Pengangkutan & Komunikasi 5. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Kontribusi Kecil (Kij <
Kin)
6. Jasa-Jasa
Kontribusi Kecil (Kij <
Kin)
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin)
Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
Sumber : Hasil analisis Tipologi Klassen
Selama periode pengamatan, pengelompokkan sektor ekonomi
yang didasarkan pada pola pertumbuhan relatif dan besarnya
kontribusi relatif masing-masing sektor ekonomi di Kota Kediri tidak
ditemukan adalnya sektor ekonomi yang dalam kualifikasi sektor yang
potensial. Yaitu sektor ekonomi yang pertumbuhannya lambat dan
sektor tersebut memiliki kontribusi yang besar dibandingkan dengan
sektor ekonomi yang ada di tingkat/level Provinsi Jawa Timur. Namun
demikian, sebagian besar sektor ekonomi di Kota Kediri
dikelompokkan dalam sektor ekonomi berkembang, sektor ekonomi
tersebut diantaranya yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan
131
dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
serta sektor jasa-jasa. Kemudian yang termasuk dalam sektor ekonomi
prima yaitu sektor industri pengolahan. Sedangkan dua sektor
ekonomi yaitu masing-masing sektor pertambangan dan penggalian
serta sektor konstruksi berdasarkan analisis Tipologi Klassen
dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang terbelakang dibandingkan
dengan sektor ekonomi yang sama di level provinsi.
2) Kota Blitar
Tabel 4.44 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kota Blitar Tahun
1996-2007
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
PRIMA : POTENSIAL
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
1. Listrik, gas dan air bersih 2. Konstruksi 3. Penangkutan&
komunikasi 4. Keuangan,persewaan &
jasa perusahaan 5. Jasa-jasa
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
BERKEMBANG : TERBELAKANG : 1. Pertanian 2. Industri pengolahan 3. Perdagangan, hotel
&restoran
1. Pertambangan & Penggalian
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
Sumber : Hasil analisis Tipologi Klassen
Selama periode pengamatan, pengelompokkan sektor ekonomi
yang didasarkan pada pola pertumbuhan relatif dan besarnya
kontribusi relatif masing-masing sektor ekonomi di Kota Blitar tidak
ditemukan adalnya sektor ekonomi yang dalam kualifikasi sektor yang
132
potensial. Yaitu sektor ekonomi yang pertumbuhannya lambat dan
sektor tersebut memiliki kontribusi yang besar dibandingkan dengan
sektor ekonomi yang ada di tingkat/level Provinsi Jawa Timur. Namun
demikian, sebagian besar sektor ekonomi di Kota Blitar
dikelompokkan dalam sektor ekonomi prima, sektor ekonomi tersebut
diantaranya yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor kontruksi,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Kemudian yang termasuk
dalam sektor ekonomi berkembang yaitu sektor pertanian, sektor
industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian berdasarkan analisis
Tipologi Klassen dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang
terbelakang dibandingkan dengan sektor ekonomi yang sama di level
provinsi.
3) Kota Malang
133
Tabel 4.45 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kota Malang Tahun
1996-2007
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
PRIMA : 1. Industri pengolahan 2. Perdagangan,hotel&
restoran 3. Jasa-jasa
POTENSIAL : 1. Pengangkutan &
komunikasi 2. Keuangan,
persewaan & jasa perusahaan
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
BERKEMBANG : 1. Pertanian 2. Konstruksi TERBELAKANG :
1. Pertambangan & Penggalian
2. Listrik, gas & air bersih
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
Sumber : Hasil analisis Tipologi Klassen
Selama periode pengamatan, pengelompokkan sektor ekonomi
yang didasarkan pada pola pertumbuhan relatif dan besarnya
kontribusi relatif masing-masing sektor ekonomi di Kota Malang
sebagian besar dikelompokkan dalam sektor ekonomi prima, sektor
ekonomi tersebut diantaranya yaitu sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Kemudian yang
termasuk dalam sektor ekonomi potensial yaitu sektor pengangkutan
dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Yang termasuk dalam sektor ekonomi berkembang yaitu
sektor pertanian dan sektor kontruksi. Sedangkan dua sektor ekonomi
yaitu masing-masing sektor pertambangan dan penggalian serta sektor
134
listrik, gas dan air bersih berdasarkan analisis Tipologi Klassen
dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang terbelakang dibandingkan
dengan sektor ekonomi yang sama di level provinsi.
4) Kota Probolinggo
Tabel 4.46 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kota Probolinggo
Tahun 1996-2007
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
PRIMA : 1. Listrik,gas dan air bersih 2. Perdagangan,hotel&
restoran 3. Jasa-jasa
POTENSIAL : 1. Pengangkutan
& komunikasi 2. Keuangan,
persewaan & jasa perusahaan
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
BERKEMBANG : 1. Pertanian 2. Pertambangan &
penggalian 3. Konstruksi
TERBELAKANG : 1. Indutri
pengolahan
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
Sumber : Hasil analisis Tipologi Klassen
Selama periode pengamatan, pengelompokkan sektor ekonomi
yang didasarkan pada pola pertumbuhan relatif dan besarnya
kontribusi relatif masing-masing sektor ekonomi di Kota Probolinggo
sebagian besar dikelompokkan dalam sektor ekonomi prima dan
berkembang, sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor ekonomi
prima tersebut diantaranya yaitu sektor listrik, gas dan air bersih,
135
sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa.
Sedangkan yang termasuk dalam sektor ekonomi berkembang yaitu
sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor
konstruksi. Kemudian yang termasuk dalam sektor ekonomi potensial
yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan. Yang termasuk dalam sektor ekonomi
berkembang yaitu sektor pertanian dan sektor kontruksi. Sedangkan
sektor industri pengolahan berdasarkan analisis Tipologi Klassen
dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang terbelakang dibandingkan
dengan sektor ekonomi yang sama di level provinsi.
5) Kota Pasuruan
136
Tabel 4.47 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kota Pasuruan Tahun
1996-2007
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
PRIMA : 1. Perdagangan,hotel&
restoran 2. Keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan 3. Jasa-jasa
POTENSIAL : 1. Listrik,gas&air
bersih 2. Konstruksi 3. Pengangkutan
& komunikasi
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
BERKEMBANG : 1. Pertanian 2. Pertambangan
&penggalian
TERBELAKANG : 1. Indutri
pengolahan
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
Sumber : Hasil analisis Tipologi Klassen
Selama periode pengamatan, pengelompokkan sektor ekonomi
yang didasarkan pada pola pertumbuhan relatif dan besarnya
kontribusi relatif masing-masing sektor ekonomi di Kota Pasuruan
sebagian besar dikelompokkan dalam sektor ekonomi prima dan
potensial, sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor ekonomi prima
tersebut diantaranya yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor keuangan, persewan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Sedangkan yang termasuk dalam sektor ekonomi potensial yaitu
sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi serta sektor
pengangkutan dan komunikasi. Kemudian yang termasuk dalam
137
sektor ekonomi berkembang yaitu sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian. Sedangkan sektor industri pengolahan
berdasarkan analisis Tipologi Klassen dikategorikan sebagai sektor
ekonomi yang terbelakang dibandingkan dengan sektor ekonomi yang
sama di level provinsi.
6) Kota Mojokerto
Tabel 4.48 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kota Mojokerto Tahun
1996-2007
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
PRIMA : 1. Konstruksi 2. Pengangkutan
&komunikasi 3. Keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan 4. Jasa-jasa
POTENSIAL : 1. Listrik,gas&air
bersih 2. Perdagangan,
hotel & restoran
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
BERKEMBANG : 1. Industri pengolahan
TERBELAKANG : 1. Pertanian 2. Pertambangan
&penggalian
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
Sumber : Hasil analisis Tipologi Klassen
Selama periode pengamatan, pengelompokkan sektor ekonomi
yang didasarkan pada pola pertumbuhan relatif dan besarnya
kontribusi relatif masing-masing sektor ekonomi di Kota Mojokerto
sebagian besar dikelompokkan dalam sektor ekonomi prima. Sektor
138
ekonomi yang termasuk dalam sektor ekonomi prima tersebut
diantaranya yaitu sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewan dan jasa perusahaan serta
sektor jasa-jasa. Sedangkan yang termasuk dalam sektor ekonomi
potensial yaitu sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Kemudian yang termasuk dalam
sektor ekonomi berkembang yaitu sektor industri pengolahan.
Sedangkan dua sektor ekonomi yaitu sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian berdasarkan analisis Tipologi Klassen
dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang terbelakang dibandingkan
dengan sektor ekonomi yang sama di level provinsi.
7) Kota Madiun
139
Tabel 4.49 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kota Madiun Tahun
1996-2007
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
PRIMA : 1. Listrik,gas &air
bersih 2. Pengangkutan
&komunikasi 3. Keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan 4. Jasa-jasa
POTENSIAL : 1. Konstruksi
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
BERKEMBANG : 1. Perdagangan, hotel
&restoran
TERBELAKANG : 1. Pertanian 2. Pertambangan
&penggalian 3. Industri
pengolahan
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
Sumber : Hasil analisis Tipologi Klassen
Selama periode pengamatan, pengelompokkan sektor ekonomi
yang didasarkan pada pola pertumbuhan relatif dan besarnya
kontribusi relatif masing-masing sektor ekonomi di Kota Madiun
sebagian besar dikelompokkan dalam sektor ekonomi prima. Sektor
ekonomi yang termasuk dalam sektor ekonomi prima tersebut
diantaranya yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewan dan jasa
perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sedangkan yang termasuk dalam
sektor ekonomi potensial yaitu sektor konstruksi. Kemudian yang
termasuk dalam sektor ekonomi berkembang yaitu sektor
140
perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan
berdasarkan analisis Tipologi Klassen dikategorikan sebagai sektor
ekonomi yang terbelakang dibandingkan dengan sektor ekonomi yang
sama di level provinsi.
8) Kota Surabaya
Tabel 4.50 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kota Surabaya Tahun
1996-2007
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
PRIMA : 1. Industri pengolahan 2. Listrik,gas&air bersih 3. Perdagangan,hotel
&restoran 4. Pengangkutan&komunikasi 5. Keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan POTENSIAL :
1. Konstruksi
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
Kontribusi Besar (Kij
≥ Kin)
BERKEMBANG : 1. Pertambangan &
penggalian 2. Jasa-jasa
TERBELAKANG : 1. Pertanian
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Kontribusi Kecil (Kij
< Kin)
Tumbuh Cepat (Rij ≥Rin) Tumbuh Lambat (Rij < Rin)
Sumber : Hasil analisis Tipologi Klassen
Selama periode pengamatan, pengelompokkan sektor ekonomi
yang didasarkan pada pola pertumbuhan relatif dan besarnya
kontribusi relatif masing-masing sektor ekonomi di Kota Surabaya
sebagian besar dikelompokkan dalam sektor ekonomi prima. Sektor
ekonomi yang termasuk dalam sektor ekonomi prima tersebut
141
diantaranya yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan
dan komunikasi serta sektor keuangan, persewan dan jasa perusahaan.
Sedangkan yang termasuk dalam sektor ekonomi potensial yaitu
sektor konstruksi. Kemudian yang termasuk dalam sektor ekonomi
berkembang yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor
jasa-jasa. Sedangkan sektor pertanian berdasarkan analisis Tipologi
Klassen dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang terbelakang
dibandingkan dengan sektor ekonomi yang sama di level provinsi.
BAB V
142
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan utama dalam penelitian ini bahwa pada
kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan
perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang (Swasono dan
Sulistyaningsih, 1993). Artinya laju pergeseran ekonomi sektoral relatif cepat
dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja, sehingga Manning (1995)
dalam Suhartini (2001) mengatakan bahwa titik balik untuk aktivitas ekonomi
(economic turning-point) tercapai lebih dahulu dibanding dengan titik balik
penggunaan tenaga kerja (labor turning-point). Akan tetapi tidak demikian
yang terjadi pada daerah perkotaan di Provinsi Jawa Timur. Pergeseran struktur
perekonomian telah disertai dengan pergeseran penyerapan tenaga kerjanya.
Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB yang telah
mengarah ke sektor sekunder dan tersier, begitu juga dengan tenaga kerja yang
kontribusi terbesarnya dari sektor sekunder dan tersier. Kesimpulan yang dapat
diperoleh adalah :
1. Berdasarkan analisis Shift Share dapat diketahui bahwa struktur
perekonomian daerah perkotaan di Provinsi Jawa Timur yaitu Kota Kediri,
Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota
Mojokerto, Kota Madiun dan Kota Surabaya (studi tahun 1996-2007) sudah
mengarah ke sektor sekunder dan tersier.
141
143
2. Penyerapan tenaga kerja sektoral yang diukur dengan analisis pangsa
tenaga kerja persektor untuk daerah perkotaan di Provinsi Jawa Timur yaitu
Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan,
Kota Mojokerto, Kota Madiun dan Kota Surabaya (studi tahun 1996-2007)
sudah didominasi oleh sektor sekunder dan tersier. Hal ini bisa dimengerti
karena kehidupan kota pada umumnya lebih bersifat pelayanan.
3. Berdasarkan analisis Location Quotient (LQ), diketahui bahwa yang
termasuk sektor basis di daerah perkotaan Provinsi Jawa Timur didominasi
oleh sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas
dan air bersih serta sektor konstruksi dan tersier yaitu sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor yang
termasuk dalam sektor basis tersebut adalah sektor yang dapat melayani
pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan.
4. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, dapat diketahui bahwa gambaran
pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah perkotaan di Provinsi Jawa
Timur mayoritas termasuk dalam klasifikasi sektor yang prima yaitu
apabila sektor ekonomi tersebut pertumbuhannya relatif lebih cepat dan
sektor tersebut juga memiliki kontribusi yang relatif besar dibandingkan
dengan sektor ekonomi daerah referensi dalam studi ini yaitu Provinsi Jawa
Timur dan klasifikasi sektor yang berkembang yaitu apabila sektor
ekonomi tersebut pertumbuhannya relatif lebih cepat dan sektor tersebut
memiliki kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan sektor ekonomi
daerah referensi dalam studi ini Provinsi Jawa Timur.
144
5. Berdasarkan Hipotesa dari Swasono dan Sulistyaningsih yang mengatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan perubahan
struktur tenaga kerja yang berimbang tidak terjadi pada daerah perkotaan di
Provinsi Jawa Timur. Hal ini dikarenakan kondisi di daerah perkotaan telah
modern, lahan pertanian yang tersedia pada daerah perkotaan juga semakin
sempit seiring dengan berubahnya fungsi lahan yang telah bermetamorfosa
menjadi bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Hal ini
mengakibatkan para pekerja di sektor pertanian yaitu sektor primer
semakin berkurang dan beralih menjadi buruh pabrik ataupun kuli
bangunan yang berada pada sektor sekunder.
B. Saran
1. Upaya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah sebagai akibat dari
perubahan struktur perekonomian pada daerah perkotaan di Provinsi Jawa
Timur yang telah mengarah ke sektor industri dan jasa yaitu dengan
melakukan restrukturisasi industri yang mengarah kepada kesesuaian
dengan kualitas dan kualifikasi tenaga kerja yang ada sekarang atau
sebaliknya jenis pendidikan yang harus dikembangkan harus disesuaikan
dengan kebutuhan pangsa tenaga kerja, khususnya pasar tenaga kerja pada
sektor industri.
2. Langkah kebijakan yang perlu juga dilakukan untuk mendukung sektor
potensial dalam penyerapan tenaga kerja adalah peningkatan dan
pembenahan kualitas SDM melalui penyuluhan dan pelatihan untuk
menciptakan tenaga kerja yang berkualitas.
145
3. Sektor usaha yang menjadi sektor basis harus dipertahankan serta
dikembangkan lebih lanjut antara lain dengan berusaha mempromosikan
sektor usaha yang menjadi basis ekonomi ke luar daerah guna menarik
investor baru yang bersedia mengembangkan sektor usaha tersebut,
sehingga dapat merangsang sektor ekonomi non basis untuk berkembang
menjadi sektor ekonomi basis. Pemerintah daerah dan swasta daerah juga
perlu melakukan tindakan pro aktif, konduktif dan konstruktif untuk
merangsang tumbuhnya minat penanaman modal di daerah. Hal yang dapat
dilakukan antara lain mengkaji dan menyempurnakan lebih lanjut baik
infrastruktur dan sarana prasarananya, hal ini dimaksudkan agar tidak
menjadi beban bagi investor yang ingin mengembangkan investasinya
sehingga dapat lebih meningkatkan minat investasi.
4. Untuk memacu pertumbuhan perekonomian daerah perkotaan di Provinsi
Jawa Timur kedepan yang meliputi peningkatan output, peningkatan
pendapatan dan lapangan kerja serta dampaknya terhadap sektor-sektor
lain, hendaknya Pemerintah Daerah lebih memprioritaskan pembangunan
dan investasi kearah sektor-sektor yang termasuk dalam kriteria sektor
prima yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih,
sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor kuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor
jasa-jasa.
146
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin.1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta : BPFE
Bellante, Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan (terj.),Wimandjaja, Edisi Kedua, Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.
BPS Provinsi Jawa Timur. 1998. Hasil Susenas 1998 Propinsi Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 1999. Hasil Susenas 1999 Propinsi Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 2000. Hasil Susenas 2000 Propinsi Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 2001. Hasil Susenas 2001 Propinsi Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 2002. Hasil Susenas 2002 Propinsi Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 2003. Hasil Susenas 2003 Propinsi Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 2004. Hasil Susenas 2004 Propinsi Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 1997. Jawa Timur dalam Angka. Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 2000. Jawa Timur dalam Angka. Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 2002. Jawa Timur dalam Angka. Jawa Timur : BPS .
BPS Provinsi Jawa Timur. 2008. Laporan Eksekutif Keadaan Angkatan Kerja Di Jawa Timur 2008. Jawa Timur : BPS.
BPS Provinsi Jawa Timur. 2007. Produk Domestik Bruto Provinsi Jawa Timur 2003-2007. Jawa Timur : BPS.
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Irawan dan M.Suparmoko. 1993. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE.
Kiswanto, Harry. 2009. “Analisis Struktur Perekonomian Kota Depok Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah”. Skripsi. Surakarta : Fakultas Ekonomi UNS. Tidak dipublikasikan.
Kuncoro, Haryo. 2008. “Statistika Deskkriptif Untuk Manager”. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
147
Kusreni, Sri. 2009. Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Spesialisasi Sektoral dan Wilayah Serta Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Untuk Daerah Perkotaan di Jawa Timur. Majalah Ekonomi tahun XIX, No.1 hal 20-31.
Soepono, Prasetyo. 1993. ”Analisis Shift Share : Perkembangan dan Penerapan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, vol.VIII, No.1, hal 43-54.
Swasono dan Sulistyaningsih. 1993. Pengembangan Sumber Daya Manusia : Konsepsi Makro untuk Pelaksanaan di Indonesia. Jakarta : Izufa Gempita.
Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara.
Todaro, Michael P.1994. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi ketujuh. Jakarta : Erlangga.
Yunariah. 2007. “Analisis Struktur Ekonomi dan Struktur Perkotaan di Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota”. Skripsi. Surakarta : Fakultas Ekonomi UNS. Tidak dipublikasikan.
Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakartas : UPP STIM.
148
Lampiran 1
PDRB Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No Sektor/Subsektor 1996 1997 1998 1999 2000I. Pertanian 40.561.270 40.964.739 38.925.865 39.780.132 40.056.30II. Pertambangan & Penggalian 3.714.240 3.926.474 1.897.154 3.102.000 4.303.191III. Industri Pengolahan 70.181.916 75.773.077 59.894.712 59.863.151 60.899.858IV. Listrik, Gas & Air Bersih 2.357.737 2.364.474 2.439.127 2.756.125 3.067.864V. Konstruksi 13.217.348 13.625.431 9.098.686 8.196.724 8.130.345VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 53.982.075 58.149.458 47.233.129 47.375.594 49.473.161VII Pengangkutan & Komunikasi 9.410.439 9.514.022 9.157.881 10.041.343 10.727.733
VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 11.645.654 12.131.761 9.645.973 9.035.305 9.344.831
IX. Jasa-Jasa 17.517.875 18.001.485 17.062.115 17.209.559 17.501.044 PDRB 221.203.046 232.276.304 194.861.872 197.226.315 203.665.309
No Sektor/Subsektor 2003 2004 2005 2006 2007
I. Pertanian 42.143.435 43.331.493 44.700.984 46.486.278 47.942.973
II. Pertambangan & Penggalian 4.512.702 4.595.922 5.024.242 5.455.160 6.024.793
III. Industri Pengolahan 64.133.627 67.520.435 70.635.869 72.786.972 76.163.918
IV. Listrik, Gas & Air Bersih 3.631.943 4.171.616 4.429.542 4.610.042 5.154.635
V. Konstruksi 8.447.765 8.604.401 8.903.497 9.030.295 9.139.601
VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 62.512.781 68.295.968 74.546.736 81.715.963 88.570.615
VII Pengangkutan & Komunikasi 12.953.458 13.830.440 14.521.814 15.504.940 16.710.215
VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 11.122.627 11.783.343 12.666.393 13.611.229 14.763.620
IX. Jasa-Jasa 19.426.121 20.095.275 20.945.649 22.048.439 23.343.815
PDRB 228.884.459 242.228.892 256.374.727 271.249.317 287.814.184Lampiran 2
PDRB Kota Kediri Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No Sektor/Subsektor 1996 1997 1998 1999 2000
I. Pertanian 32.392 32.998 26.134 25.984 26.559
II. Pertambangan & Penggalian 1.857 1.504 645 497
III. Industri Pengolahan 10.975.160 12.282.172 11.125.549 11.223.674 11.087.550
IV. Listrik, Gas & Air Bersih 16.879 17.042 17.272 20.479 22.655
V. Konstruksi 46.234 47.800 32.538 28.848 28.227
VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 2.418.593 2.586.646 2.220.480 2.283.220 2.355.810
VII Pengangkutan & Komunikasi 88.496 91.331 86.905 89.229 94.037
VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 246.783 249.513 237.920 234.762 237.814
IX. Jasa-Jasa 101.336 105.182 100.323 101.589 103.048
PDRB 13.896.055 15.335.820 13.842.218 13.989.969 13.942.038
149
No Sektor/Subsektor 2003 2004 2005 2006 I. Pertanian 40.654 41.581 42.396 45.584 47.102II. Pertambangan & Penggalian 1.351 1.325 1.302 1.474 1.531III. Industri Pengolahan 13.363.623 14.029.170 13.963.824 14.143.815 14.468.292IV. Listrik, Gas & Air Bersih 41.965 51.713 54.346 56.947 59.925V. Konstruksi 30.540 30.831 31.509 33.121 35.425VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 3.812.287 4.181.678 4.511.871 5.000.344 5.479.151VII Pengangkutan & Komunikasi 134.320 135.305 139.258 156.663 176.376
VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 572.466 612.498 635.536 677.214 717.128
IX. Jasa-Jasa 197.777 204.802 213.877 228.092 243.147 PDRB 18.194.983 19.288.903 19.593.919 20.343.252 21.228.077
Lampiran 3
PDRB Kota Blitar Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No Sektor/Subsektor 1996 1997 1998 1999 2000
I. Pertanian 46.145 46.570 40.805 40.562 41.208
II. Pertambangan & Penggalian 873 692.66929 344 262
III. Industri Pengolahan 50.926 55.038 49.719 47.286 58282
IV. Listrik, Gas & Air Bersih 7.667 7.443 7.820 9.289 9.610
V. Konstruksi 32.663 33.444 23.697 22.724 22.111
VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 88.749 93.294 71.662 73.934 75271
VII Pengangkutan & Komunikasi 47.715 49.440 48.397 55.082 58.073
VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 60.187 75.039 57.032 44.700 44.169
IX. Jasa-Jasa 69.547 71.963 67.058 66.900 68.016
PDRB 399.538 423.371 356.065 359.937 374.479
No Sektor/Subsektor 2003 2004 2005 2006 2007I. Pertanian 51.180 51.814 52.463 53.720 54.443II. Pertambangan & Penggalian 494 482 501 419 385III. Industri Pengolahan 66.911 65.997 70.826 71.602 73.115IV. Listrik, Gas & Air Bersih 17.530 18.949 20.060 21.108 22.377V. Konstruksi 26.889 28.034 29.196 30.574 31.171VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 125.294 140.559 155.620 168.554 181.417VII Pengangkutan & Komunikasi 79.362 81.880 79.868 85.705 96.009VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 66.826 71.995 77.541 82.713 88.370IX. Jasa-Jasa 102.132 108.170 116.264 124.131 131.214 PDRB 536.619 567.878 602.339 638.526 678.502
Lampiran 4
PDRB Kota Malang Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No Sektor/Subsektor 1996 1997 1998 1999
I. Pertanian 98.885 108.975 156.338 175317
II. Pertambangan & Penggalian 13.992 11.678 12.328 10.424
150
III. Industri Pengolahan 4.113.944 4.881.702 6.496.904 6.969.688 2.370.792
IV. Listrik, Gas & Air Bersih 34.864 41.858 55.350 67.805
V. Konstruksi 361.840 407.165 512.340 552.878
VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 2.634.516 3.170.788 5.456.993 6.003.397 2.020.552
VII Pengangkutan & Komunikasi 597.222 652.222 997.363 1.102.910
VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.037.571 1.138.243 1.182.733 1.044.473
IX. Jasa-Jasa 929.758 1.042.887 1.479.501 1.689.624
PDRB 9.637.675 11.215.588 16.127.414 17.477.587 6.580.179
No Sektor/Subsektor 2003 2004 2005 2006 I. Pertanian 63.777 63.167 64.668 64.666 II. Pertambangan & Penggalian 9.005 8.877 9.228 9.430 III. Industri Pengolahan 3.233.225 3.387.544 3.596.115 3.663.076 IV. Listrik, Gas & Air Bersih 40.888 45.191 45.858 45.569 V. Konstruksi 195.728 198.801 206.757 220.463 VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 3.630.502 3.942.942 4.251.430 4.638.564 VII Pengangkutan & Komunikasi 436.573 441.581 455.550 476.135 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 763.398 802.384 871.627 947.933 IX. Jasa-Jasa 1.187.840 1.240.566 1.305.942 1.386.324 PDRB 9.560.935 10.131.053 10.807.173 11.452.159
Lampiran 5
PDRB Kota Probolinggo Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No Sektor/Subsektor 1996 1997 1998 1999 2000I. Pertanian 168.557 188.010 319.739 378.004 111.537II. Pertambangan & Penggalian 387 337 219 186 98 III. Industri Pengolahan 450.171 528.348 721.426 754.621 285513IV. Listrik, Gas & Air Bersih 18.396 22.400 29.184 38.433 19.689V. Konstruksi 9.002 10.352 12.859 12.821 4439VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 430.262 508.404 853.803 961.686 307.815VII Pengangkutan & Komunikasi 231.862 248.549 355.748 381.348 189.364VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 149.414 163.391 168.408 150.377 75.162IX. Jasa-Jasa 92.389 104.602 140.602 160.815 72.784 PDRB 1.522.270 1.735.907 2.487.936 2.697.429 1.064.526
No Sektor/Subsektor 2003 2004 2005 2006 2007I. Pertanian 130.344 141.532 145.627 155.216 161.882II. Pertambangan & Penggalian 441 435 463 485 492 III. Industri Pengolahan 236.541 222.799 222.353 227.860 235.503IV. Listrik, Gas & Air Bersih 34.133 37.473 38.454 37.405 37.739V. Konstruksi 4.313 4.234 4.205 4.416 4.535VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 555.196 618.791 678.032 743.355 806.734VII Pengangkutan & Komunikasi 223.889 229.141 239.607 246.815 257.263VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 96.572 105.306 118.113 129.631 143.133IX. Jasa-Jasa 121.055 124.329 130.225 135.145 142.108 PDRB 1.402.484 1.484.040 1.577.078 1.680.326 1.789.390
151
Lampiran 6
PDRB Kota Pasuruan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No Sektor/Subsektor 1996 1997 1998 1999 I. Pertanian 33.741 34.402 35.622 35.022 II. Pertambangan & Penggalian 754 1.463 391 310 III. Industri Pengolahan 142.324 158.767 136.599 131.357 IV. Listrik, Gas & Air Bersih 14.081 13.884 14.306 15.707 V. Konstruksi 94.474 95.237 56.680 52.797 VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 228.914 244.837 216.036 222.856 225.VII Pengangkutan & Komunikasi 68.200 71.044 69.765 78.323 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 58.998 65.846 53.148 47.393 IX. Jasa-Jasa 64.044 66.362 62.393 62.906 PDRB 676.376 715.719 632.495 645.998 674.529
No Sektor/Subsektor 2003 2004 2005 2006 I. Pertanian 39.694 41.315 42.939 45.033 II. Pertambangan & Penggalian 1.853 1.804 1.850 1.910 III. Industri Pengolahan 117.632 118.694 126.723 129.647 142.569IV. Listrik, Gas & Air Bersih 21.962 24.282 25.439 26.185 V. Konstruksi 52.181 52.770 54.043 56.873 VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 303.243 332.599 356.435 382.562 405.765VII Pengangkutan & Komunikasi 97.455 99.856 104.119 109.867 117.163VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 57.803 61.208 66.294 72.078 IX. Jasa-Jasa 90.499 94.755 100.311 108.319 115.349 PDRB 782.321 827.282 878.153 932.472 992.993
Lampiran 7
PDRB Kota Mojokerto Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No Sektor/Subsektor 1996 1997 1998 1999 2000I. Pertanian 10.337 10.335 9.773 9.582 9.682II. Pertambangan & Penggalian 0 0 0 0 0 III. Industri Pengolahan 145.684 156286 79.409 80.109 85.287IV. Listrik, Gas & Air Bersih 18.890 18.965 20.596 22.558 24.295V. Konstruksi 57.825 58.914 46.974 42.187 41.094VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 292.741 313.564 264.887 268.369 274.369VII Pengangkutan & Komunikasi 105.409 106.981 103.899 110.743 113.939VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 62.826 63.320 52.675 45.725 44.763IX. Jasa-Jasa 90.241 92.291 86.027 85.840 87.164 PDRB 708.651 733.722 641.832 656.572 678.537
152
No Sektor/Subsektor 2003 2004 2005 2006 2007I. Pertanian 9.450 9.669 10.093 9.520 9.374II. Pertambangan & Penggalian 0 0 0 0 0 III. Industri Pengolahan 143.249 146.776 152.839 152.962 155.972IV. Listrik, Gas & Air Bersih 34.243 35.233 36.262 35.937 38.039V. Konstruksi 48.004 50.716 53.267 56.156 59.158VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 366.656 399.351 424.311 438.053 463.881VII Pengangkutan & Komunikasi 138.830 145.331 159.391 180.764 199.979VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 62.304 68.114 73.670 82.452 89.727IX. Jasa-Jasa 102.803 106.344 110.123 117.784 126.151 PDRB 905.540 961.533 1.019.956 1.073.629 1.142.281
Lampiran 8
PDRB Kota Madiun Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No Sektor/Subsektor 1996 1997 1998 1999 2000I. Pertanian 23.196 23.129 18.390 18.479 18.606II. Pertambangan & Penggalian 459 389 268 210 288III. Industri Pengolahan 213.188 236.612 187.671 188.331 197.936IV. Listrik, Gas & Air Bersih 8.310 8264 8.989 9.799 10.407V. Konstruksi 187.951 190.696 109.916 98.676 95.025VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 145.545 152.878 121.730 124.481 127.452VII Pengangkutan & Komunikasi 66.746 67.959 66.714 79.887 84.154VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 78.568 114.934 85.829 73.365 72.633IX. Jasa-Jasa 85.534 88.460 81.744 81.795 82.731 PDRB 737.205 797.930 652.578 662.739 680.326
No Sektor/Subsektor 2003 2004 2005 2006 2007I. Pertanian 20.854 20.597 20.951 21.091 20.789II. Pertambangan & Penggalian 374 361 373 380 391III. Industri Pengolahan 172.130 176.159 192.611 199.689 223.342IV. Listrik, Gas & Air Bersih 17.304 20.170 19.900 20.536 21.328V. Konstruksi 99.678 100.737 102.436 108.793 114.911VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 181.618 203.473 219.865 232.815 238.254VII Pengangkutan & Komunikasi 96.373 99.687 106.063 116.758 129.154VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 83.573 86.393 93.507 98.440 104.091IX. Jasa-Jasa 130.023 133.779 135.650 140.991 145.911 PDRB 801.927 842.356 891.335 939.492 998.170
Lampiran 9
PDRB Kota Surabaya Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
153
No Sektor/Subsektor 1996 1997 1998 1999 I. Pertanian 271.399 117.905 103.128 91.595 II. Pertambangan & Penggalian 6.262 4.693 2.481 2.045 III. Industri Pengolahan 18.914.759 20.808.148 14.740.913 14.343.356 14.IV. Listrik, Gas & Air Bersih 708.306 726.085 779.220 887.225 1.016.948V. Konstruksi 6.863.533 7.139.015 4.565.009 4.143.998 4.026.537VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 13.431.663 14.560.565 11.951.479 12.437.153 12.583.003VII Pengangkutan & Komunikasi 3.352.958 3.407.105 3.323.677 3.812.581 4.189.747VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4.059.703 4.179.000 2.861.306 2.451.995 2.499.IX. Jasa-Jasa 2.025.074 2.095.683 1.949.542 2.020.360 2.020.632 PDRB 48.090.737 51.174.876 39.724.322 39.997.498 40.981.399
No Sektor/Subsektor 2003 2004 2005 2006 2007I. Pertanian 86.634 86.760 84.585 10.3353 95.874II. Pertambangan & Penggalian 10.868 10.765 9.486 9.106 8.100III. Industri Pengolahan 18.009.946 18.903.965 20.129.603 20.663.153 21.685.906IV. Listrik, Gas & Air Bersih 1.438.209 1.643.327 1.695.745 1.769.279 2.134.822V. Konstruksi 3.928.280 4.000.774 4.112.498 4.014.317 3.955.854VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 20.304.712 22.269.716 24.411.862 27.168.150 29.310.479VII Pengangkutan & Komunikasi 5.746.068 6.045.070 6.465.323 6.967.435 7.606.692VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3.535.410 3.803.501 4.130.539 4.440.741 4.790.891IX. Jasa-Jasa 4.248.770 4.443.800 4.666.796 4.934.083 5.206.400 PDRB 57.308.898 61.207.677 65.705.437 70.069.619 74.795.018
Lampiran 10
Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 1996-2007
No 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 00-01 02-03 03-04 04I. 0,0099 -0,0498 0,0219 0,0069 0,0119 0,0203 0,0191 0,0282 0,0316II. 0,0571 -0,5168 0,6351 0,3872 -0,0016 0,0276 0,0221 0,0184 0,0932III. 0,0797 -0,2096 -0,0005 0,0173 0,0156 -0,0073 0,0446 0,0528 0,0461IV. 0,0029 0,0316 0,13 0,1131 0,0749 0,1078 -0,0058 0,1486 0,0618V. 0,0309 -0,3322 -0,0991 -0,0081 0,0089 0,011 0,0186 0,0185 0,0348VI. 0,0772 -0,1877 0,003 0,0443 0,0809 0,0832 0,0792 0,0925 0,0915VII 0,011 -0,0374 0,0965 0,0684 0,0099 0,1303 0,0578 0.0677 VIII. 0,0417 -0,2049 -0,0633 0,0343 0,058 0,0501 0,0713 0,0594 IX. 0,0276 -0,0522 0,0086 0,0169 0,0326 0,0395 0,0341 0,0345 0,0423 0,0501 -0,1611 0,0121 0,0327 0,0333 0,038 0,0478 0,0583 0,0584
Pertumbuhan PDRB Kota Kediri Tahun 1996-2007
No 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 01-02 02-03 03-04 04I. 0,0187 -0,208 -0,0057 0,0221 -0,0012 0,4557 0,0527 0,0228 0,0196II. -0,1901 -0,5711 -0,2295 0,674 0,101 0,4061 0,0489 -0,0192 -0,0174III. 0,1191 -0,0942 0,0088 -0,0121 -6E-05 0,1663 0,0335 0,0498 -0,0047
154
IV. 0,0097 0,0135 0,1857 0,1063 0,0675 0,4741 0,1772 0,2323 0,0509V. 0,0339 -0,3193 -0,1134 -0,0215 0,0099 0,0273 0,0429 0,0095 0,022VI. 0,0695 -0,1416 0,0283 0,0318 0,0529 0,4383 0,0686 0,0969 0,079VII 0,032 -0,0485 0,0267 0,0539 0,0331 0,3484 0,0254 0,0073 0,0292VIII. 0,0111 -0,0465 -0,0133 0,013 0,101 1,0155 0,0848 0,0699 0,0376IX. 0,038 -0,0462 0,0126 0,0144 0,0626 0,6822 0,0737 0,0355 0,0443 0,1036 -0,0974 0,0107 -0,0034 0,0125 0,2359 0,0429 0,0601 0,0158
Lampiran 11
Pertumbuhan PDRB Kota Blitar Tahun 1996-2007
No 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 01-02 02-03 03-04 04-05I. 0,0092 -0,1238 -0,006 0,0159 0,0133 0,1779 0,0407 0,0124 0,0125II. -0,2063 -0,5028 -0,2386 0,9552 -0,031 0,0905 -0,0886 -0,0243 0,0394III. 0,0807 -0,0966 -0,0489 0,2325 0,0229 0,0611 0,0578 -0,0137 0,0732IV. -0,0293 0,0506 0,188 0,0345 0,079 0,4188 0,1915 0,081 0,0586V. 0,0239 -0,2915 -0,0411 -0,027 0,0167 0,0463 0,1432 0,0426 0,0415VI. 0,0512 -0,2319 0,0317 0,0181 0,0861 0,4506 0,0565 0,1218 0,1072VII 0,0362 -0,0211 0,1381 0,0543 0,0264 0,2624 0,0547 0,0317 -0,0246VIII. 0,2468 -0,24 -0,2162 -0,0119 0,0505 0,3812 0,0427 0,0774 0,077IX. 0,0347 -0,0681 -0,0024 0,0167 0,0356 0,3869 0,0455 0,0591 0,0748 0,0596 -0,159 0,0109 0,0404 0,0492 0,2899 0,0588 0,0583 0,0607
Pertumbuhan PDRB Kota Malang Tahun 1996-2007
No 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 01-02 02-03 03-04 04-05I. 0,102 0,4346 0,1214 -0,7406 0,0193 0,3773 -0,0012 -0,0096 0,0238II. -0,1654 0,0557 -0,1544 -0,4084 0,085 0,3545 -0,0064 -0,0142 0,0395III. 0,1866 0,3309 0,0728 -0,6598 0,0276 0,2707 0,0445 0,0477 0,0616IV. 0,2006 0,3223 0,225 -0,464 0,0268 0,0007 0,095 0,1052 0,0148V. 0,1253 0,2583 0,0791 -0,6552 0,0102 0,0086 0,0079 0,0157 0,04VI. 0,2036 0,721 0,1001 -0,6634 0,0814 0,5445 0,0758 0,0861 0,0782VII 0,0921 0,5292 0,1058 -0,4882 -0,0742 -0,1582 -0,0075 0,0115 0,0316VIII. 0,097 0,0391 -0,1169 -0,4741 0,0454 0,2943 0,0273 0,0511 0,0863IX. 0,1217 0,4187 0,142 -0,5554 0,0547 0,4485 0,035 0,0444 0,0527 0,1637 0,438 0,0837 -0,6235 0,0324 0,3404 0,05 0,0596 0,0667
Lampiran 12
Pertumbuhan PDRB Kota Probolinggo Tahun 1996-2007
No 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 01-02 02-03 03-04 04-05 I. 0,1154 0,7007 0,1822 -0,704 -0,0235 0,1268 0,0621 0,0858 0,0289 II. -0,1299 -0,3499 -0,1504 -0,473 0,0325 3,4257 -0,0134 -0,0136 0,0644 III. 0,1737 0,3654 0,0460 -0,621 -0,0304 -0,0601 -0,0909 -0,0581 -0,002 IV. 0,2176 0,3029 0,3169 -0,487 0,0317 0,4084 0,193 0,0979 0,0262 V. 0,15 0,2422 -0,003 -0,653 0,014 -0,0329 -0,0092 -0,0183 -0,0068 VI. 0,1816 0,6794 0,1264 -0,679 0,0377 0,5769 0,1023 0,1146 0,0957
155
VII 0,072 0,4313 0,072 -0,503 -0,0006 0,1261 0,0506 0,0235 0,0457 VIII. 0,0936 0,0307 -0,1071 -0,5 0,0623 0,1513 0,0505 0,0904 0,1216 IX. 0,1322 0,3442 0,1438 -0,547 0,0126 0,579 0,0402 0,0271 0,0474 0,1403 0,4332 0,0842 -0,605 0,0078 0,2503 0,0455 0,0582 0,0627
Pertumbuhan PDRB Kota Pasuruan Tahun 1996-2007
No 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 01-02 02-03 03-04 04-05 I. 0,0196 0,0355 -0,0169 0,0369 0,0443 0,0035 0,0431 0,0408 0,0393 II. 0,94 -0,7329 -0,2066 0,4004 0,0803 3,0938 -0,0349 -0,0264 0,0255 III. 0,1155 -0,1396 -0,0384 0,1009 0,029 -0,2427 0,0438 0,009 0,0676 IV. -0,014 0,0304 0,0979 0,0673 0,0377 0,0732 0,1764 0,1056 0,0477 V. 0,0081 -0,4049 -0,0685 -0,032 0,0155 -0,0113 0,017 0,0113 0,0241 VI. 0,0696 -0,1176 0,0316 0,0131 0,0737 0,1718 0,0676 0,0968 0,0717 VII 0,0417 -0,018 0,1227 0,0946 -0,0013 0,1201 0,0162 0,0246 0,0427 VIII. 0,1161 -0,1928 -0,1083 0,0301 0,0777 0,0659 0,0307 0,0589 0,0831 IX. 0,0362 -0,0598 0,0082 0,0227 0,0519 0,2741 0,0496 0,047 0,0587 0,0582 -0,1163 0,0214 0,0442 0,0449 0,0569 0,0503 0,0575 0,0615
Lampiran 13
Pertumbuhan PDRB Kota Mojokerto Tahun 1996-2007
No 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 01-02 02-03 03-04 04-05 I. -0,0002 -0,0544 -0,0196 0,0104 0,0091 -0,0583 0,0272 0,0232 0,0439 II. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 III. 0,0728 -0,4919 0,0088 0,0646 0,0509 0,5159 0,0544 0,0246 0,0413 IV. 0,004 0,086 0,0951 0,0771 0,0994 0,0949 0,171 0,0289 0,0292 V. 0,0188 -0,2027 -0,1019 -0,0259 0,0258 0,0853 0,0493 0,0565 0,0503 VI. 0,0711 -0,1552 0,0131 0,0224 0,0922 0,1327 0,0802 0,0892 0,0625 VII 0,0149 -0,0288 0,0659 0,0289 0,0243 0,154 0,0308 0,0468 0,0967 VIII. 0,0079 -0,1681 -0,132 -0,021 0,0502 0,2841 0,0321 0,0933 0,0816 IX. 0,0227 -0,0679 -0,0022 0,0154 0,0232 0,111 0,0375 0,0344 0,0355 0,0354 -0,1252 0,023 0,0335 0,0623 0,1842 0,0608 0,0618 0,0608
Pertumbuhan PDRB Kota Madiun Tahun 1996-2007
No 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 01-02 02-03 03-04 04-05 I. -0,0029 -0,2049 0,0049 0,0069 -0,0205 0,1341 0,009 -0,0123 0,0172 II. -0,1525 -0,31 -0,2174 0,3704 -0,0135 0,3416 -0,0184 -0,0348 0,0332 III. 0,1099 -0,2068 0,0035 0,051 0,0012 -0,1706 0,0472 0,0234 0,0934 IV. -0,0056 0,0877 0,0902 0,062 0,0573 0,3275 0,1847 0,1656 -0,0134 V. 0,0146 -0,4236 -0,1023 -0,037 0,0129 0,0105 0,0249 0,0106 0,0169 VI. 0,0504 -0,2038 0,0226 0,0239 0,0742 0,2157 0,0912 0,1203 0,0806 VII 0,0182 -0,0183 0,1975 0,0534 0,0375 0,0651 0,0364 0,0344 0,064 VIII. 0,4629 -0,2532 -0,1452 -0,01 0,0312 0,0918 0,0221 0,0337 0,0823 IX. 0,0342 -0,0759 0,0006 0,0114 0,0519 0,4688 0,0173 0,0289 0,014 0,0824 -0,1822 0,0156 0,0265 0,0437 0,0792 0,0465 0,0504 0,0582
156
Lampiran 14
Pertumbuhan PDRB Kota Surabaya Tahun 1996-2007
No 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 01-02 02-03 03-04 04-05 I. -0,5656 -0,1253 -0,1118 0,0293 -0,0009 -0,0336 -0,0484 0,0015 -0,0251 II. -0,2507 -0,4712 -0,1759 0,2193 -0,0126 3,485 -0,0158 -0,0095 -0,1188 III. 0,1001 -0,2916 -0,027 0,0091 0,0108 0,1797 0,0435 0,0496 0,0648 IV. 0,0251 0,0732 0,1386 0,1462 0,0893 0,1281 0,1508 0,1426 0,0319 V. 0,0401 -0,3606 -0,0922 -0,0283 0,0048 -0,0422 0,0138 0,0185 0,0279 VI. 0,0841 -0,1792 0,0406 0,0117 0,1101 0,3498 0,077 0,0968 0,0962 VII 0,0162 -0,0245 0,1471 0,0989 -0,0264 0,337 0,0536 0,052 0,0695 VIII. 0,0294 -0,3153 -0,1431 0,0195 0,0636 0,3208 0,0068 0,0758 0,086 IX. 0,0349 -0,0697 0,0363 0,0001 0,037 0,9686 0,0301 0,0459 0,0502 0,0641 -0,2238 0,0069 0,0246 0,0415 0,2752 0,0529 0,068 0,0735
Kontribusi Sektoral Kota Kediri Tahun 1996-2007
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Pertanian 0,0023 0,0022 0,0019 0,0019 0,0019 0,0019 0,0022 0,0022 0,0022Pertambangan & Penggalian 0,0001 0,0001 0,00005 0,00004 0,00006 0,00006 0,00007 0,00007 0,00007Industri Pengolahan 0,7898 0,8009 0.8037 0,8023 0,7953 0,7854 0,7412 0,7345 0,7273Listrik, Gas & Air Bersih 0,0012 0,0011 0.0012 0,0015 0,0016 0,0017 0,002 0,0023 0,0027Konstruksi 0,0033 0,0031 0.0024 0,0021 0,002 0,002 0,0017 0,0017 0,0016Perdagangan, Hotel & Restoran 0,174 0,1687 0.1604 0,1632 0,169 0,1757 0,2045 0,2095 0,2168Pengangkutan & Komunikasi 0,0064 0,006 0.0063 0,0064 0,0067 0,0069 0,0075 0,0074 0,007 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0178 0,0163 0.0172 0,0168 0,0171 0,0185 0,0302 0,0315 0,0318Jasa-Jasa 0,0073 0,0069 0.0072 0,0073 0,0074 0,0078 0,0106 0,0109 0,0106
Lampiran 15
Kontribusi Sektoral Kota Blitar Tahun 1996-2007
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Pertanian 0,1155 0,11 0,1146 0,1127 0,11 0,1063 0,097 0,0954 0,0912
Pertambangan & Penggalian 0,0022 0,0016 0,001 0,0007 0,0014 0,0013 0,0011 0,0009 0,0008
Industri Pengolahan 0,1275 0,13 0,1396 0,1314 0,1556 0,1517 0,1248 0,1247 0,1162
Listrik, Gas & Air Bersih 0,0192 0,0176 0,022 0,0258 0,0257 0,0264 0,029 0,0327 0,0334
Konstruksi 0,0818 0,079 0,0666 0,0631 0,059 0,0572 0,0464 0,0501 0,0494
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,2221 0,2204 0,2013 0,2054 0,201 0,2081 0,234 0,2335 0,2475
Pengangkutan & Komunikasi 0,1194 0,1168 0,1359 0,153 0,1551 0,1517 0,1485 0,1479 0,1442
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,1506 0,1772 0,1602 0,1242 0,1179 0,1181 0,1265 0,1245 0,1268
Jasa-Jasa 0,1741 0,17 0,1883 0,1859 0,1816 0,1793 0,1927 0,1903 0,1905
157
Kontribusi Sektoral Kota Malang Tahun 1996-2007
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Pertanian 0,0103 0,0097 0,0097 0,01 0,0069 0,0068 0,007 0,0067 0,0062
Pertambangan & Penggalian 0,0015 0,001 0,0008 0,0006 0,0009 0,001 0,001 0,0009 0,0009
Industri Pengolahan 0,4269 0,4353 0,4028 0,3988 0,3603 0,3586 0,34 0,3382 0,3344
Listrik, Gas & Air Bersih 0,0036 0,0037 0,0034 0,0039 0,0055 0,0055 0,0041 0,0043 0,0045
Konstruksi 0,0375 0,0363 0,0318 0,0316 0,029 0,0283 0,0213 0,0205 0,0196
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,2734 0,2827 0,3384 0,3435 0,3071 0,3217 0,3706 0,3797 0,3892
Pengangkutan & Komunikasi 0,062 0,0582 0,0618 0,0631 0,0858 0,0769 0,0483 0,0457 0,0436
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,1077 0,1015 0,0733 0,0598 0,0835 0,0845 0,0816 0,0798 0,0792
Jasa-Jasa 0,0965 0,093 0,0917 0,0967 0,1142 0,1166 0,126 0,1242 0,1225
Lampiran 16
Kontribusi Sektoral Kota Probolinggo Tahun 1996-2007
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004Pertanian 0,1107 0,1083 0,1285 0,1401 0,1048 0,1015 0,0915 0,0929 0,0954Pertambangan & Penggalian 0,0003 0,0002 0,00009 0,00007 0,00009 0,00009 0,0003 0,0003 0,0003Industri Pengolahan 0,2957 0,3044 0,29 0,2798 0,2682 0,258 0,194 0,1687 0,1501Listrik, Gas & Air Bersih 0,0121 0,0129 0,0117 0,0142 0,0185 0,0189 0,0213 0,0243 0,0253Konstruksi 0,0059 0,006 0,0052 0,0048 0,0042 0,0042 0,0032 0,0031 0,0029Perdagangan, Hotel & Restoran 0,2826 0,2929 0,3432 0,3565 0,2892 0,2977 0,3755 0,3959 0,417Pengangkutan & Komunikasi 0,1523 0,1432 0,143 0,1414 0,1779 0,1764 0,1589 0,1596 0,1544Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0982 0,0941 0,0677 0,0557 0,0706 0,0744 0,0685 0,0689 0,071Jasa-Jasa 0,0607 0,0603 0,0565 0,0596 0,0684 0,0687 0,0868 0,0863 0,0838
Kontribusi Sektoral Kota Pasuruan Tahun 1996-2007
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Pertanian 0,0499 0,0481 0,0563 0,0542 0,0538 0,0538 0,0511 0,0507 0,0499Pertambangan & Penggalian 0,0011 0,002 0,0006 0,0005 0,0006 0,0007 0,0026 0,0024 0,0022Industri Pengolahan 0,2104 0,2218 0,216 0,2033 0,2144 0,2111 0,1513 0,1504 0,1435Listrik, Gas & Air Bersih 0,0208 0,0194 0,0226 0,0243 0,0249 0,0247 0,0251 0,0281 0,0294Konstruksi 0,1397 0,1331 0,0896 0,0817 0,0758 0,0736 0,0689 0,0667 0,0638Perdagangan, Hotel & Restoran 0,3384 0,3421 0,3416 0,345 0,3347 0,3439 0,3813 0,3876 0,402 Pengangkutan & Komunikasi 0,1008 0,0993 0,1103 0,1212 0,1271 0,1215 0,1288 0,1246 0,1207Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0872 0,092 0,084 0,0734 0,0724 0,0747 0,0753 0,0739 0,074 Jasa-Jasa 0,0947 0,0927 0,0986 0,0974 0,0954 0,096 0,1157 0,1157 0,1145
Lampiran 17
Kontribusi Sektoral Kota Mojokerto Tahun 1996-2007
158
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004Pertanian 0,0146 0,0141 0,0152 0,0146 0,0143 0,0136 0,0108 0,0104 0,Pertambangan & Penggalian 0 0 0 0 0 0 0 0 Industri Pengolahan 0,2056 0,213 0,1237 0,122 0,1257 0,1243 0,1592 0,1582 0,Listrik, Gas & Air Bersih 0,0267 0,0258 0,0321 0,0344 0,0358 0,0371 0,0343 0,0378 0,Konstruksi 0,0816 0,0803 0,0732 0,0643 0,0606 0,0585 0,0536 0,053 0,Perdagangan, Hotel & Restoran 0,4131 0,4274 0,4127 0,4087 0,4044 0,4157 0,3976 0,4049 0,Pengangkutan & Komunikasi 0,1487 0,1458 0,1619 0,1687 0,1679 0,1619 0,1578 0,1533 0,Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0887 0,0863 0,0821 0,0696 0,066 0,0652 0,0707 0,0688 0,Jasa-Jasa 0,1273 0,1258 0,134 0,1307 0,1285 0,1237 0,1161 0,1135 0,
Kontribusi Sektoral Kota Madiun Tahun 1996-2007
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004Pertanian 0,0315 0,029 0,0282 0,0279 0,0273 0,0257 0,027 0,026 0,0245Pertambangan & Penggalian 0,0006 0,0005 0,0004 0,0003 0,0004 0,0004 0,0005 0,0005 0,0004Industri Pengolahan 0,2892 0,2965 0,2876 0,2842 0,2909 0,2791 0,2145 0,2146 0,2091Listrik, Gas & Air Bersih 0,0113 0,0104 0,0138 0,0148 0,0153 0,0155 0,0191 0,0216 0,0239Konstruksi 0,255 0,239 0,1684 0,1489 0,1397 0,1356 0,1269 0,1243 0,1196Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1974 0,1916 0,1865 0,1878 0,1873 0,1928 0,2172 0,2265 0,2416Pengangkutan & Komunikasi 0,0905 0,0852 0,1022 0,1205 0,1237 0,123 0,1214 0,1202 0,1183Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,1066 0,144 0,1315 0,1107 0,1068 0,1055 0,1067 0,1042 0,1026Jasa-Jasa 0,116 0,1109 0,1253 0,1234 0,1216 0,1226 0,1668 0,1621 0,1588
Lampiran 18
Kontribusi Sektoral Kota Surabaya Tahun 1996-2007
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Pertanian 0,0056 0,0023 0,0026 0,0023 0,0023 0,0022 0,0017 0,0015 Pertambangan & Penggalian 0,0001 0,00009 0,00006 0,00005 0,00006 0,00006 0,0002 0,0002 Industri Pengolahan 0,3933 0,4066 0,3711 0,3586 0,3532 0,3428 0,3171 0,3143 Listrik, Gas & Air Bersih 0,0147 0,0142 0,0196 0,0222 0,0248 0,026 0,023 0,0251 Konstruksi 0,1427 0,1395 0,1149 0,1036 0,0983 0,0948 0,0712 0,0685 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,2793 0,2845 0,3009 0,3109 0,307 0,3273 0,3464 0,3543 Pengangkutan & Komunikasi 0,0697 0,0666 0,0837 0,0953 0,1022 0,0956 0,1002 0,1003 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0844 0,0817 0,072 0,0613 0,061 0,0623 0,0645 0,0617 Jasa-Jasa 0,0421 0,041 0,0491 0,0505 0,0493 0,0491 0,0758 0,0741
Kontribusi Sektoral Propinsi Jawa Timur Tahun 1996-2007
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004Pertanian 0,1834 0,1764 0,1998 0,2017 0,1967 0,1926 0,1893 0,1841 0,1789Pertambangan & Penggalian 0,0168 0,0169 0,0097 0,0157 0,0211 0,0204 0,0202 0,0197 0,019
159
Industri Pengolahan 0,3173 0,3262 0,3074 0,3035 0,299 0,2939 0,2811 0,2802 0,2787Listrik, Gas & Air Bersih 0,0107 0,0102 0,0125 0,014 0,0151 0,0157 0,0167 0,0159 0,0172Konstruksi 0,0598 0,0587 0,0467 0,0416 0,0399 0,039 0,038 0,0369 0,0355Perdagangan, Hotel & Restoran 0,244 0,2503 0,2424 0,2402 0,2429 0,2541 0,2652 0,2731 0,2819Pengangkutan & Komunikasi 0,0425 0,041 0,047 0,0509 0,0527 0,0515 0,0561 0,0566 0,0571Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0526 0,0522 0,0495 0,0458 0,0459 0,047 0,0475 0,0486 0,0486Jasa-Jasa 0,0792 0,0775 0,0876 0,0873 0,0859 0,0859 0,086 0,0849 0,083
Lampiran 19
Tipologi Klassen Kota Kediri Tahun 1996-2007
Tumbuh cepat Tumbuh lambat Kontribusi besar
Sektor Ekonomi Rij ≥Rin Rij < Rin Kij ≥ Kin
Pertanian 0,0441 ≥ 0,0156
Pertambangan & Penggalian 0,034 < 0,083
Industri Pengolahan 0,0275 ≥ 0,0105 0,756 ≥ 0,291
Listrik, Gas & Air Bersih 0,1288 ≥ 0,0749
Konstruksi -0,071 < -0,0264
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,0843 ≥ 0,0495
Pengangkutan & Komunikasi 0,0689 ≥ 0,0545
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,1271 ≥ 0,0255
Jasa-Jasa 0,0954 ≥ 0,0269
Tipologi Klassen Kota Blitar Tahun 1996-2007
Tumbuh cepat Tumbuh lambat Kontribusi besar
Sektor Ekonomi Rij ≥Rin Rij < Rin Kij
Pertanian 0,0172 ≥ 0,0156 Pertambangan & Penggalian -0,0228 < 0,083 Industri Pengolahan 0,0365 ≥ 0,0105 Listrik, Gas & Air Bersih 0,1077 ≥ 0,0749 0,028 ≥ 0,015Konstruksi 0,0019 ≥ -0,0264 0,058 ≥ 0,041Perdagangan, Hotel & Restoran 0,0773 ≥ 0,0495 Pengangkutan & Komunikasi 0,0683 ≥ 0,0545 0,14 ≥ 0,052Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0493 ≥ 0,0255 0,135 ≥ 0,049Jasa-Jasa 0,0643 ≥ 0,0269 0,186 ≥ 0,083
Lampiran 20
Tipologi Klassen Kota Malang Tahun 1996-2007
Tumbuh cepat Tumbuh lambat Kontribusi besar
Sektor Ekonomi Rij ≥Rin Rij < Rin Kij
Pertanian 0,0269 ≥ 0,0156
Pertambangan & Penggalian -0,0126 < 0,083
Industri Pengolahan 0,0399 ≥ 0,0105 0,363 ≥ 0,291
Listrik, Gas & Air Bersih 0,0493 < 0,0749
160
Konstruksi -0,0006 ≥ -0,0264
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1264 ≥ 0,0495 0,351 ≥ 0,266
Pengangkutan & Komunikasi 0,0147 < 0,0545 0,056 ≥ 0,052
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0206 < 0,0255 0,083 ≥ 0,049
Jasa-Jasa 0,0813 ≥ 0,0269 0,112 ≥ 0,083
Tipologi Klassen Kota Probolinggo Tahun 1996-2007
Tumbuh cepat Tumbuh lambat Kontribusi besar
Sektor Ekonomi Rij ≥Rin Rij < Rin Kij
Pertanian 0,062 ≥ 0,0156 Pertambangan & Penggalian 0,2231 ≥ 0,083 Industri Pengolahan -0,02 < 0,0105 Listrik, Gas & Air Bersih 0,099 ≥ 0,0749 0,019 Konstruksi -0,0219 ≥ -0,0264 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1287 ≥ 0,0495 0,364 Pengangkutan & Komunikasi 0,0354 < 0,0545 0,154 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0177 < 0,0255 0,075 Jasa-Jasa 0,0789 ≥ 0,0269 0,083
Lampiran 21
Tipologi Klassen Kota Pasuruan Tahun 1996-2007
Tumbuh cepat Tumbuh lambat Kontribusi besar
Sektor Ekonomi Rij ≥Rin Rij < Rin Kij ≥ Kin
Pertanian 0,0267 ≥ 0,0156
Pertambangan & Penggalian 0,3261 ≥ 0,083
Industri Pengolahan 0,0062 < 0,0105
Listrik, Gas & Air Bersih 0,0622 < 0,0749 0,025 ≥ 0,015
Konstruksi -0,0335 < -0,0264 0,081 ≥ 0,04
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,0556 ≥ 0,0495 0,37 ≥ 0,266
Pengangkutan & Komunikasi 0,0514 < 0,0545 0,117 ≥ 0,052
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0328 ≥ 0,0255 0,078 ≥ 0,049
Jasa-Jasa 0,0576 ≥ 0,0269 0,106 ≥ 0,083
Tipologi Klassen Kota Mojokerto Tahun 1996-2007
Tumbuh cepat Tumbuh lambat Kontribusi besar
Sektor Ekonomi Rij ≥Rin Rij < Rin Kij
Pertanian -0,0083 < 0,0156 Pertambangan & Penggalian 0 < 0,083 Industri Pengolahan 0,0329 ≥ 0,0105 Listrik, Gas & Air Bersih 0,0668 < 0,0749 0,034 ≥ 0,015Konstruksi 0,0057 ≥ -0,0264 0,061 ≥ 0,041Perdagangan, Hotel & Restoran 0,0454 < 0,0495 0,411 ≥ 0,266Pengangkutan & Komunikasi 0,0613 ≥ 0,0545 0,16 ≥ 0,052Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0396 ≥ 0,0255 0,075 ≥ 0,049
161
Jasa-Jasa 0,0319 ≥ 0,0269 0,12 ≥ 0,083
Lampiran 22
Tipologi Klassen Kota Madiun Tahun 1996-2007
Tumbuh cepat Tumbuh lambat Kontribusi besa
Sektor Ekonomi Rij ≥Rin Rij < Rin Kij ≥ Kin
Pertanian -0,0069 < 0,0156
Pertambangan & Penggalian 0,0042 < 0,083
Industri Pengolahan 0,0098 < 0,0105
Listrik, Gas & Air Bersih 0,0933 ≥ 0,0749 0,018 ≥ 0,015
Konstruksi -0,0322 < -0,0264 0,15 ≥ 0,041
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,0507 ≥ 0,0495
Pengangkutan & Komunikasi 0,0632 ≥ 0,0545 0,115 ≥ 0,052
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,0387 ≥ 0,0255 0,111 ≥ 0,049
Jasa-Jasa 0,0569 ≥ 0,0269 0,138 ≥ 0,083
Tipologi Klassen Kota Surabaya Tahun 1996-2007
Tumbuh cepat Tumbuh lambat Kontribusi besar
Sektor Ekonomi Rij ≥Rin Rij < Rin Kij
Pertanian -0,0664 < 0,0156 Pertambangan & Penggalian 0,2272 ≥ 0,083 Industri Pengolahan 0,0196 ≥ 0,0105 0,338 ≥ 0291Listrik, Gas & Air Bersih 0,1069 ≥ 0,0749 0,023 ≥ 0,015Konstruksi -0,0415 < 0,0264 0,089 ≥ 0,041Perdagangan, Hotel & Restoran 0,0799 ≥ 0,0495 0,335 ≥ 0,266Pengangkutan & Komunikasi 0,0812 ≥ 0,0545 0,093 ≥ 0,052Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,027 ≥ 0,0255 0,067 ≥ 0,049Jasa-Jasa 0,1132 ≥ 0,0269
Lampiran 23
Penduduk Kota Kediri Usia 10 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
No Sektor/Subsektor 1998 1999 2000 2001 20021 Pertanian 7.501 4.800 5.142 5.185 7.3172 Pertambangan & Galian 0 360 303 272 1293 Industri 27.703 22.884 23.293 32.612 30.9034 Listrik, Gas & Air 1.573 1.236 704 682 1.0105 Konstruksi 7.605 4.512 6.964 9.006 7.4476 Perdagangan 31.434 35.856 31.983 41.891 38.5837 Komunikasi 8.580 10.416 6.055 11.735 10.2198 Keuangan 1.820 1.392 2.222 2.865 3.4069 Jasa 27.937 29.460 22.190 32.203 30.385
Jumlah 114.283 110.916 98.856 136.451 129.528
162
Penduduk Kota Blitar Usia 10 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
No Sektor/Subsektor 1998 1999 2000 2001 2002
1 Pertanian 3.572 4.991 6.477 5.327 6.963
2 Pertambangan & Galian 330 228 157 200 62
3 Industri 5.560 6.628 5.529 5.661 6.812
4 Listrik, Gas & Air 330 228 106 267 181
5 Konstruksi 1.770 3.021 2.738 4.725 3.237
6 Perdagangan 17.050 17.924 18.375 26.361 22.348
7 Komunikasi 4.780 5.891 4.987 5.661 4.652
8 Keuangan 350 798 999 2.526 1.039
9 Jasa 16.336 13.549 12.798 16.041 17.075
Jumlah 50.144 53.372 52.166 66.835 62.613
Lampiran 24
Penduduk Kota Malang Usia 10 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
Penduduk Kota Probolinggo Usia 10 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
No Sektor/Subsektor 1998 1999 2000 2001 2002
1 Pertanian 9.695 11.281 10.783 16.928 14.926
2 Pertambangan & Galian 0 152 40 140 0
3 Industri 10.164 10.688 10.230 17.523 12.400
4 Listrik, Gas & Air 623 456 300 205 596
No Sektor/Subsektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 1 Pertanian 6616 14774 5724 34737 12306 7619 15783 2 Pertambangan & Galian 0 422 1224 849 410 1995 687 3 Industri 61077 65420 56688 87914 66286 75465 82774 4 Listrik, Gas & Air 1945 688 305 404 2392 2648 2025 5 Konstruksi 22127 23406 13853 20866 21878 27138 27553 6 Perdagangan 93802 114222 97913 33588 117154 118857 131270 7 Komunikasi 21833 24502 18491 29601 29160 33777 49068 8 Keuangan 7829 5160 17121 14719 4785 10267 12190 9 Jasa 104595 96022 88507 98347 86284 85079 77462
Jumlah 320359 344960 299826 321429 341851 362845 399843
163
5 Konstruksi 3.885 3.858 3.211 205 3.653
6 Perdagangan 25.312 23.231 19.737 33.240 20.402
7 Komunikasi 11.795 8.763 12.710 13.207 11.853
8 Keuangan 1.470 1.329 1.980 1.784 621
9 Jasa 18.242 19.032 16.073 24.803 18.215
Jumlah 81.249 79.016 75.064 108.153 82.831
Lampiran 25
Penduduk Kota Pasuruan Usia 10 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
No Sektor/Subsektor 1998 1999 2000 2001 2002
1 Pertanian 7.238 5.240 4.235 7.829 6.584
2 Pertambangan & Galian 152 62 165 0 0
3 Industri 21.210 19.412 18.935 25.964 22.725
4 Listrik, Gas & Air 0 673 449 203 231
5 Konstruksi 2.106 1.399 1.962 1.675 1.098
6 Perdagangan 17.928 20.191 19.508 29.694 18.279
7 Komunikasi 5.353 5.224 5.538 6.658 6.707
8 Keuangan 583 859 1.275 1.427 1.720
9 Jasa 12.752 13.390 10.347 15.294 14.940
Jumlah 67.373 66.636 62.414 88.744 72.284
Penduduk Kota Mojokerto Usia 10 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
No Sektor/Subsektor 1998 1999 2000 2001 2002
1 Pertanian 1.376 1.380 1.732 1.423 2.143
2 Pertambangan & Galian 110 92 0 235 258
3 Industri 10.955 11.224 13.362 14.409 14.558
4 Listrik, Gas & Air 165 276 89 235 152
5 Konstruksi 2.201 1.610 1.419 2.907 1.490
6 Perdagangan 15.336 14.536 14.066 19.632 17.276
7 Komunikasi 3.783 3.634 3.902 5.398 3.744
8 Keuangan 440 736 975 2.786 974
9 Jasa 12.474 12.098 10.166 13.287 12.019
Jumlah 46.840 45.632 45.711 60.312 52.666
Lampiran 26
Penduduk Kota Madiun Usia 10 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
No Sektor/Subsektor 1998 1999 2000 2001 2002
1 Pertanian 2782 2.432 1.671 3.451 2.962
2 Pertambangan & Galian 97 152 151 289 335
3 Industri 5.315 4.332 5.840 10.643 7.361
4 Listrik, Gas & Air 388 380 380 477 503
5 Konstruksi 2.483 2.128 1.973 2.300 4.017
164
6 Perdagangan 23.648 27.284 19.043 28.948 27.775 22.472
7 Komunikasi 7.566 6.764 6.295 7.857 7.026
8 Keuangan 1.940 1.292 1.823 3.451 2.546
9 Jasa 24.850 26.752 24.438 28.650 22.078 22.645
Jumlah 69.166 71.972 61.614 202.752 76.605 72.021
Penduduk Kota Surabaya Usia 10 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
No Sektor/Subsektor 1998 1999 2000 2001 2002
1 Pertanian 14.918 14.194 23.272 21.945 12.431
2 Pertambangan & Galian 3.206 2.637 2.840 0 3.692
3 Industri 247.344 246.096 254.402 291.346 287.022
4 Listrik, Gas & Air 7.283 1.878 9.654 3.376 4.923
5 Konstruksi 64.155 47.482 65.862 72.168 55.262
6 Perdagangan 403.940 413.293 377.094 446.657 414.410
7 Komunikasi 109.766 131.100 126.643 182.742 129.849
8 Keuangan 22.197 41.942 40.887 69.354 38.524
9 Jasa 309.716 333.016 170.340 318.920 281.483
Jumlah 1.184.337 1.232.264 1.070.994 3.487.595 1.232.675
Lampiran 27
Penduduk Provinsi Jawa Timur Usia 10 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
No Sektor/Subsektor 1998 1999 2000 2001
1 Pertanian 7.699.823 7.708.240 7.246.286 10.199.564
2 Pertambangan & Galian 83.644 97.656 77.042 117.560
3 Industri 1.957.162 2.087.851 2.165.713 2.671.61
4 Listrik, Gas & Air 44.006 30.796 32.083 27.520
5 Konstruksi 673.298 603.734 655.072 836.203
6 Perdagangan 2.941.227 3.138.429 3.252.765 3.867.705
7 Komunikasi 723.993 756.210 850.706 1.045.783
8 Keuangan 106.813 109.358 171.087 232.866
9 Jasa 2.073.610 2.120.510 1.643.230 2.161.427
Jumlah 16.350.540 16.691.884 16.094.614 21.185.648
LQ Kota Kediri Tahun 1996-2007
LQ Kota Kediri Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Pertanian 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,005 0,002 0,003 0,003 0,04
Industri Pengolahan 2,49 2,46 2,62 2,64 2,66 2,67 2,64
Listrik, Gas & Air Bersih 0,11 0,11 0,10 0,11 0,11 0,11 0,12
Konstruksi 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,04
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,71 0,67 0,66 0,68 0,70 0,69 0,77
165
Pengangkutan & Komunikasi 0,15 0,15 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,34 0,31 0,35 0,37 0,37 0,40 0,64
Jasa-Jasa 0,09 0,09 0,08 0,08 0,09 0,09 0,12
Lampiran 28
LQ Kota Blitar Tahun 1996-2007
LQ Kota Blitar Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Pertanian 0,63 0,62 0,57 0,56 0,56 0,55 0,51 0,52
Pertambangan & Penggalian 0,13 0,10 0,10 0,05 0,06 0,06 0,05 0,05
Industri Pengolahan 0,40 0,40 0,45 0,43 0,52 0,52 0,44 0,45
Listrik, Gas & Air Bersih 1,80 1,73 1,75 1,85 1,70 1,68 1,74 2,06
Konstruksi 1,37 1,36 1,43 1,52 1,48 1,47 1,22 1,36
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,91 0,88 0,83 0,86 0,83 0,82 0,88 0,86
Pengangkutan & Komunikasi 2,81 2,85 2,89 3,01 2,94 2,95 2,65 2,61
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,86 3,39 3,24 2,71 2,57 2,51 2,66 2,56
Jasa-Jasa 2,20 2,19 2,15 2,13 2,11 2,09 2,24 2,24
LQ Kota Malang Tahun 1996-2007
LQ Kota Malang Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003Pertanian 0,06 0,06 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04Pertambangan & Penggalian 0,09 0,06 0,08 0,04 0,04 0,05 0,05 0,05Industri Pengolahan 1,35 1,33 1,31 1,31 1,21 1,22 1,21 1,21Listrik, Gas & Air Bersih 0,34 0,37 0,27 0,28 0,37 0,35 0,25 0,27Konstruksi 0,63 0,62 0,68 0,76 0,73 0,73 0,56 0,55Perdagangan, Hotel & Restoran 1,12 1,13 1,40 1,43 1,26 1,27 1,40 1,39Pengangkutan & Komunikasi 1,46 1,42 1,32 1,24 1,63 1,49 0,86 0,81Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,05 1,94 1,48 1,30 1,82 1,80 1,72 1,64Jasa-Jasa 1,22 1,20 1,05 1,11 1,33 1,36 1,47 1,46
Lampiran 29
LQ Kota Probolinggo Tahun 1996-2007
LQ Kota Probolinggo Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003Pertanian 0,60 0,61 0,64 0,70 0,53 0,53 0,48 0,50Pertambangan & Penggalian 0,02 0,01 0,01 0,004 0,004 0,005 0,02 0,02Industri Pengolahan 0,93 0,93 0,94 0,92 0,90 0,88 0,69 0,60Listrik, Gas & Air Bersih 1,13 1,27 0,94 1,02 1,23 1,21 1,28 1,53Konstruksi 0,10 0,10 0,11 0,11 0,15 0,11 0,09 0,08Perdagangan, Hotel & Restoran 1,16 1,17 1,42 1,48 1,19 1,17 1,42 1,45Pengangkutan & Komunikasi 3,58 3,50 3,04 2,78 3,38 3,43 2,83 2,82Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,31 2,30 1,44 1,10 1,34 1,45 1,22 1,22Jasa-Jasa 0,77 0,78 0,65 0,68 0,80 0,80 1,01 1,02
166
LQ Kota Pasuruan Tahun 1996-2007
LQ Kota Pasuruan Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003Pertanian 0,27 0,27 0,28 0,27 0,27 0,28 0,27 0,28Pertambangan & Penggalian 0,07 0,12 0,06 0,03 0,03 0,03 0,13 0,12Industri Pengolahan 0,66 0,68 0,70 0,67 0,72 0,72 0,54 0,54Listrik, Gas & Air Bersih 1,95 1,91 1,81 1,74 1,65 1,58 1,50 1,77Konstruksi 2,34 2,27 1,92 1,97 1,90 1,89 1,81 1,81Perdagangan, Hotel & Restoran 1,39 1,37 1,41 1,44 1,38 1,35 1,44 1,42Pengangkutan & Komunikasi 2,37 2,42 2,35 2,38 2,41 2,36 2,30 2,20Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,66 1,76 1,70 1,60 1,58 1,59 1,58 1,52Jasa-Jasa 1,20 1,20 1.13 1,12 1,11 1,12 1,35 1,36
Lampiran 30
LQ Kota Mojokerto Tahun 1996-2007
LQ Kota Mojokerto Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003Pertanian 0,08 0,08 0,08 0,07 0,07 0,070 0,05 0,06Pertambangan & Penggalian 0 0 0 0 0 0 0 Industri Pengolahan 0,65 0,65 0,40 0,40 0,42 0,42 0,57 0,56Listrik, Gas & Air Bersih 2,50 2,54 2,56 2,46 2,38 2,36 2,05 2,Konstruksi 1,37 1,37 1,57 1,55 1,52 1,50 1,41 1,44Perdagangan, Hotel & Restoran 1,69 1,71 1,70 1,70 1,66 1,64 1,50 1,48Pengangkutan & Komunikasi 3,50 3,56 3,44 3,31 3,19 3,14 2,82 2,71Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,68 1,65 1,66 1,52 1,44 1,39 1,49 1,42Jasa-Jasa 1,61 1,62 1,53 1,50 1,50 1,44 1,35 1,34
LQ Kota Madiun Tahun 1996-2007
LQ Kota Madiun Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003Pertanian 0,17 0,16 0,14 0,14 0,14 0,13 0,14 0,14Pertambangan & Penggalian 0,04 0,03 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02Industri Pengolahan 0,91 0,91 0,94 0,94 0,97 0,95 0,76 0,77Listrik, Gas & Air Bersih 1,06 1,02 1,10 1,06 1,01 0,99 1,14 1,36Konstruksi 4,27 4,07 3,61 3,58 3,50 3,48 3,34 3,Perdagangan, Hotel & Restoran 0,81 0,77 0,77 0,78 0,77 0,76 0,82 0,83Pengangkutan & Komunikasi 2,13 2,08 2,18 2,37 2,35 2,39 2,17 2,12Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,02 2,76 2,66 2,42 2,33 2,25 2,25 2,14Jasa-Jasa 1,47 1,43 1,43 1,41 1,42 1,43 1,94 1,91
Lampiran 31
LQ Kota Surabaya Tahun 1996-2007
LQ Kota Surabaya
167
Sektor Ekonomi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Pertanian 0,03 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,09 Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,01 0,003 0,003 0,003 0,01 Industri Pengolahan 1,24 1,25 1,21 1,18 1,18 1,17 1,13 Listrik, Gas & Air Bersih 1,38 1,39 1,57 1,59 1,65 1,66 1,37 Konstruksi 2,39 2,38 2,46 2,49 2,46 2,43 1,88 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,14 1,14 1,24 1,29 1,26 1,29 1,31 Pengangkutan & Komunikasi 1,64 1,63 1,78 1,87 1,94 1,86 1,79 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,60 1,56 1,46 1,34 1,33 1,33 1,36 Jasa-Jasa 0,53 0,53 0,56 0,58 0,57 0,57 0,88