ANALISIS SEMIOTIK
FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
Skripsi
DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMemperoleh
GelarSarjanaSosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Sinthiani
NIM: 107051102569
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
i
ABSTRAK
Nama : Sinthiani
NIM : 107051102569
Jurusan : Konsentrasi Jurnalistik
Skripsi : Analisis semiotik terhadap film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.
Film adalah karya seni yang sarat dengan simbol-simbol yang di dalamnya
terkandung makna tertentu. Film merupakan salah satu media komunikasi massa
audiovisual yang mampu mempengaruhi jiwa manusia, dimana penontonnya
seakan menyaksikan langsung bahkan seolah-olah ikut terlibat pada peristiwa
yang terjadi dalam sebuah film. Film umumnya dibangun oleh banyak tanda,
tanda- tanda termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik
dalam upaya mencapai efek yang diharapkan.
Studi ini merupakan sebuah upaya untuk menemukan makna semiotik di
balik film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta. Secara umum, penulis menggunakan
metode penelitian kualitatif untuk meneliti film ini. Metode kualitatif
memungkinkan penulis mengkaji film secara lebih mendalam untuk menggali
makna yang tersirat dalam berbagai simbol, kode, dan seluruh adegan yang
hendak digunakan sebagai objek penelitian.
Beberapa pertanyaan yang selanjutnya mengarahkan penulis antara lain :
Bagaimana makna film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta berdasarkan analisis
semiotik Roland Barthes? Bagaimana makna teks judul dari film 3 Hati Dua
Dunia Satu Cinta?
Penulis akan menganalisisnya dengan menggunakan pendekatan semiotik
yang dikembangkan oleh pemikir Perancis, Roland Barthes. Pendekatan semiotik
ala Roland Barthes ini memberi titik tekan pada makna denotatif, konotatif, dan
mitos. Makna denotatif adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign,
dan antara sign dengan objek dalam realitas. Makna konotatif adalah interaksi
yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca/pengguna
dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif.
Sedangkan mitos dalam pengertian Roland Barthes adalah pengkodean makna dan
nilai-nilai sosial (yang sebelumnya arbitrer atau konotatif) sebagai sesuatu yang
dianggap alamiah.
Studi ini berangkat dari keyakinan penulis tentang kekayaan nilai-nilai
moral ke-Islaman dalam film ini. Banyak adegan yang dengan jelas menunjukkan
nilai moral Islami yang menunjukkan sikap toleransi antar agama yang pada saat
ini seakan hilang. Nilai-nilai inilah yang akan penulis gali lebih dalam dengan
menggunakan pendekatan semiotik ala Roland Barthes.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi ini. Berkat
pertolongan serta nikmat-Nya, penulis mampu melalui rintangan dan cobaan saat
mengerjakan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada yang tersayang,
penyeru kebenaran, pembawa keberkahan Rasulullah SAW, beserta keluarga,
sahabatnya dan semoga kita istiqomah menjadi umatnya sampai hari kiamat.
Amin.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan
dan doa dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A selaku Pembantu
Dekan Bidang Kepegawaian. Bapak Drs. Studi Rizal, LK M.A selaku
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Ibu Rubiyanah, M.A selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Ade Rina Farida, M.Si selaku
sekretaris Konsentrasi Jurnalistik.
iii
3. Bapak Dr. Suhaimi M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu bersedia memberikan masukan yang sangat
bermanfaat dalam menyusun skripsi ini.
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu serta berbagai macam
pengalaman selama menuntut ilmu.
5. Segenap staff perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Muhammad Dimyathie AW.BA dan
Ibunda Nurlela yang dengan ketulusan hati memberikan dorongan moral
maupun materil serta iringan doa kepada penulis untuk menuntut ilmu
sampai saat ini, semoga Allah SWT merahmati dan hanya Dialah yang
mampu membalas segala jasa besarmu.
7. Kakak-kakakku, Ka Diana, Bang Win, Ka Isti, Bang Fahmi, Ka Lili, A
Hendra, Ka Uul, Ka Icha yang selalu mendukung dan mendoakan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada Mas Benni Setiawan selaku sutradara dan penulis skenario Film
3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, terima kasih atas waktu yang diberikan
untuk menjawab semua pertanyaan yang membantu penulis dalam
menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
iv
9. Kepada PSM UIN JAKARTA yang banyak memberikan pelajaran dan
pengalaman tentang kehidupan. Teman-teman seperjuangan di PSM UIN
JAKARTA “INFINITO” (Boshy, Ka Sopic, Tutti, Emay, Bishop, Tetha,
Sumbu, Gamut, Dawul, Lasnot, Tubu, Harpa, dan lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu). Teman-teman dari Unit Kegiatan Mahasiswa
lainnya (RIAK, ARKADIA, FORSA, TEATER SYAHID, KALACITRA,
RANITA, dll).
10. Teman-teman Jurnalistik 2007 yang sama-sama berjuang, Lola, Silvia,
Nunu, Nana, Nia, Jeto, Ika, Ririn, Cahya, Era, Ajat, Taufik, Dodo, Dita,
Alan, Zahra, Mawa, Yanti, Admiral, Helmi, Anay dan semua teman
kelasku.
11. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik materi maupun
imateri sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Hanya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya yang dapat penulis
haturkan kepada semua pihak yang telah turut mendukung dan membantu dalam
penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala budi baik dan
bantuan semua pihak yang telah diberikan kepada penulis.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. . v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….7
1. Segi Akademis ………………………………………………… . 7
2. Segi Praktis …………………………………………………….. 7
E. Metodologi Penelitian ........................................................................ 8
1. Pendekatan Penelitian ................................................................... 8
2. Jenis Data ...................................................................................... 8
3. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................... 9
4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 9
5. Teknik Analisis Data ………………………………………… .... 10
6. Teknik Penulisan…………………………………………………13
F. Tinjauan Pustaka…………………………………………………….13
G. Sistematika Penulisan …………………………………………… ... 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Umum tentang Film …………………………………….. .17
1. Pengertian Film ……………………………………………….. .17
2. Sejarah dan Perkembangan Film ………………………………..18
3. Jenis Film ……………………………………………………… .21
4. Unsur-Unsur Pembentuk Film ………………………………… .23
5. Struktur dalam Film ………………………………………….. . .24
6. Sinematografi ………………………………………………….. .27
B. Tinjauan Umum Tentang Semiotika ………………………………. .32
vi
1. Konsep Semiotika ……………………………………………..... 32
2. Konsep Semiotika Roland Barthes ……………………………... 35
C. Tinjauan Umum tentang Toleransi…………………………………... 40
D. Tinjauan Umum tentang Cinta………………………………………. 44
BAB III PROFIL FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
A. Sekilas tentang Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ……………….. ..50
B. Sinopsis Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ………………………. ..53
C. Profil Benni Setiawan …………………………………………… .. ..54
D. Profil Pemeran Utama Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ………… 54
E. Karakter Pemain Film Hati Dua Dunia Satu Cinta ………………….61
F. Tim Produksi dan Para Pemain Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ...62
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA FILM 3 HATI DUA DUNIA
SATU CINTA
A. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos …………………………… . .64
1. Indonesia sebagai Bangsa yang Relijius ……………………… .66
2. Antara “Tradisi dan Agama” ……………………………………74
3. Rosyid : Sosok Pemuda Muslim yang Ideal ………………… .. .84
4. Cinta Beda Agama ………………………………………….. ... .91
B. Analisis Makna Judul Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ……….. 108
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 113
B. Saran ................................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 118
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belakangan ini, agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat
gentar, menakutkan, dan mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering
tampil dengan wajah kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhir banyak muncul
konflik, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan
yang cenderung anakronostik (tidak menghargai sejarah) memang sangat
berpotensi untuk memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga
menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena yang juga terjadi saat ini
adalah muncul dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa nama
agama (mengatasnamakan agama) sehingga realitas kehidupan beragama yang
muncul adalah saling curiga mencurigai, saling tidak percaya, dan hidup dalam
ketidak harmonisan.
Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan
masuk dalam kerangka sistem teologi Islam, yang sejatinya harus dikaji secara
mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu
keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi
terciptanya kerukunan antar umat beragama.
2
Toleransi (Arab: tasamuh) adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh
mayoritas dalam suatu masyarakat.1 Dalam bahasa latin, toleransi disebut dengan
tolerare, yang berarti membiarkan mereka yang berpikiran lainatau berpandangan
lain tanpa dihalang-halangi.2 Contohnya adalah toleransi beragama, dimana
penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-
agama lainnya.
Toleransi menggambarkan sikap saling menghormati dan saling
bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara
etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi merupakan konsep agung
dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama,
termasuk agama Islam.
Dalam Islam, toleransi memiliki konsep yang jelas. Toleransi dalam Islam
merupakan bagian integral dari Islam itu sendiri. Menurut ajaran Islam, toleransi
bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang,
dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka
toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan
serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi
keyakinan manusia terhadap Allah SWT. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah
membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi, di akses tanggal 21/11/2010. 11.57 WIB.
2 Elza Peldi Taher, ed.Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan
Effendi. (Jakarta: Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), 2009) h. 80.
3
Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur
dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara
kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam
pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh
dan tak boleh dilanggar.3 Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak
untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati
keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-
haknya.
Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi
kehidupan manusia. Kerjanya ibarat jarum hipodermik atau peluru yang banyak
dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, dimana kegiatan mengirimkan pesan
sama halnya dengan tindakan menyuntikkan obat yang dapat langsung merasuk ke
dalam jiwa penerima pesan4.
Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibandingkan
dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap,
penerjemahannya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata,
juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subyek yang tidak terbatas
ragamnya. 5
Berkat unsur inilah, film merupakan salah satu bentuk seni alternatif
yang banyak diminati masyarakat, karena dapat mengamati secara saksama apa
yang memungkinkan ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada di balik
3http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204755, diakses
tanggal 21/11/2010. Jam 12.15 WIB 4 Morrisan, Media Penyiaran:Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang:Ramdina
Prakarsa,2005),h.12. 5 Adi Pranajaya. Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, ( Jakarta, BPSDM Citra
Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 2000), h. 6.
4
ceritanya. Yang tak kalah pentingnya, film juga merupakan ekspresi atau
pernyataan dari sebuah kebudayaan.
Film dibuat dengan tujuan tertentu kemudian hasilnya tersebut
ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis.
Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan sistem komunikasi
interpersonal, seperti bahwa film bersifat satu arah. Bahkan bila dibandingkan
dengan jenis komunikasi massa lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif.
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Hassanudin, Anwar Arifin dan
Azwar Hasan mengatakan, bahwa dari sudut pandang teori komunikasi,
khususnya filmologi, diakui bahwa film sangat potensial untuk mempengaruhi
perilaku penonton. Hal ini disebabkan kekuatan dan keunikannya sebagai media
efektif yang mengantar pesan secara mengesankan. Kekuatan pengaruhnya,
mampu menggiring penonton pada situasi identifikasi optik dan identifikasi
psikologik.6
Film saat ini sudah menjadi keseharian dalam kehidupan modern umat
manusia di dunia. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,
menonton film menjadi sangat mudah didapatkan. Setiap hari bahkan setiap jam,
kita dapat menyaksikan berbagai film, baik itu melalui televisi, gedung-gedung
bioskop, VCD, DVD, hingga internet yang tersebar di mana-mana. Bahkan kini
telah hadir Indovision yang beberapa stasiun televisinya hanya menyuguhkan film
6 Anwar Arifin dan Azwar Hasan, “Pemberdayaan Perfilman Indonesia. Suatu Upaya
Memahami Realitas Masyarakat Indonesia” dalam Apresiasi Film Indonesia 2 (Jakarta: Direktorat
Pembinaan Film dan Rekaman Video Departemen Penerangan RI, 1997), h. 74.
5
sebagai program acara setiap harinya. Oleh karenanya saat ini sepertinya film
mustahil dipisahkan dari kehidupan manusia, termasuk anak-anak.
Namun menjadikan film sebagai media pendidikan tentunya harus bisa
menyesuaikan bagaimana pesan pendidikan yang disampaikan dapat diterima oleh
audiensnya tanpa terasa menggurui. Hal inilah yang telah dilakukan oleh seorang
sutradara sekaligus penulis skenario Indonesia yang bernama Benni Setiawan. Ia
membuat sebuah film motivasi tentang toleransi beragama yang sangat memikat,
yaitu 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta. Film yang di produseri oleh Putut Widjanarko,
dan di produksi oleh Mizan ini, bercerita mengenai sepasang kekasih dengan
perbedaan prinsip agama, sang lelaki adalah keturunan Arab yang keluarganya
masih memegang tradisi ke-Islaman dan juga ke-Araban yang kuat. Sang
perempuan, Manado Khatolik dari keluarga yang taat. Mereka berencana untuk
menikah, namun kedua orang tua mereka menentang keras. Orang tua mereka
tidak setuju, karena menurut keyakinan yang dianut, menikah beda agama tidak
legal, alias haram. Tetapi, sepasang kekasih itu terus berusaha mencari jalan agar
cinta mereka menyatu.
Pesan utama yang ingin diangkat dalam film ini tentang toleransi
beragama dan kesadaran untuk menjaga keragaman etnik di Indonesia, serta
mengutamakan keluarga dalam urusan apapun.
Sebagai tontonan, film ini cukup komprehensif karena selain mengusung
topik perbedaan keyakinan, di dalamnya ada pesan dan kritik tersirat yang
diangkat dari kondisi masyarakat saat ini.
6
“Di saat Indonesia menghadapi problem terkait soal toleransi, film
produksi Mizan Productions ini menjawab keresahan tersebut. Ini nilai lebih yang
membuat film ini layak ditonton semua kalangan dari berbagai agama dan etnik,”
ungkap Bachtiar Effendy, Intelektual Muslim dalam diskusi Film 3 Hati Dua
Dunia Satu Cinta.7
Dari masalah yang terlihat sepele inilah akan muncul masalah-masalah
lain dan akhirnya banyak hikmah dan pesan-pesan yang bisa dipetik dari adegan
yang secara natural diperankan oleh para pemainnya.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti bermaksud
menyusun skripsi dengan judul “Analisis Semiotik Film 3 Hati Dua Dunia Satu
Cinta”, karya Benni Setiawan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas,
maka penulis membatasi penelitian pada pesan tanda atau simbol yang
mengandung aspek toleransi beragama dan yang berhubungan dengan cinta yang
ada pada film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta karya Benni Setiawan. menggunakan
analisis semiotik model Roland Barthes, karena menurut Barthes semua objek
kultural dapat diolah secara tekstual. Dengan demikian, semiotik dapat meneliti
bermacam-macam teks seperti berita, film, fashion, fiksi, dan drama.8
7 Bachtiar Effendy, dalam diskusi film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, bertajuk “Merawat
Keberagaman Indonesia” di Cinema XXI, Pondok Indah Mall Jakarta, pada 10 Juli 2010. 8 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, h. 123
7
Sedangkan rumusan masalah yang diangkat pada penelitian skripsi ini
adalah :
1. Bagaimana makna film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta berdasarkan
analisis semiotik Roland Barthes?
2. Bagaimana makna teks judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, Penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk memahami makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film 3 Hati
Dua Dunia Satu Cinta dengan menggunakan analisis semiotik Roland
Barthes.
2. Untuk memahami apa makna teks dari judul film 3 Hati Dua Dunia Satu
Cinta.
D. Manfaat Penelitian
1. Segi Akademis
Di harapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan positif pada
khazanah keilmuan dalam bidang dakwah melalui media massa, khususnya
tentang penelitian analisis semiotika film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta sebagai
media dakwah melalui media massa yaitu film.
2. Segi Praktis
Untuk menambah wawasan bagi praktisi komunikasi dan dakwah tentang
pentingnya pemanfaatan segala bentuk media yang ada sebagai alat bantu atau
8
media dakwah. Juga setiap muslim bisa ikut berperan aktif dalam pengembangan
tugas dakwah, tidak terkecuali para seniman sastra yang mementingkan nilai
toleransi beragama yang mengutamakan cinta kasih sayang sebagai suatu
kebersamaan yang indah. Dan juga penelitian ini diharapkan dapat
mengembangkan pemikiran serta pengetahuan mengenai simbol-simbol dan
tanda-tanda dibalik sebuah film. Serta dapat menghargai sinema Indonesia dan
lebih kritis dalam memilih film yang bermutu.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
kualitatif, dimana hasil temuan akan dideskripsikan kemudian ditinjau kembali
untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka.
Sedangkan taraf analisis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan penjelasan yang lebih rinci terkait
dengan rumusan masalah. Metode deskriptif kualitatif adalah proses pencarian
data untuk memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang
menyeluruh (holistic).
2. Jenis Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori yaitu
data primer dan data sekunder. Sumber data primer yaitu data yang dikumpulkan
oleh peneliti, seperti wawancara langsung, dan ini merupakan sasaran utama
dalam penelitian ini, sedangkan sumber data sekunder digunakan untuk
9
diaplikasikan guna mempertajam analisis data primer, yaitu sebagai pendukung
dan penguat data primer dalam penelitian.
Sumber Data Primer:
Yaitu data yang diperoleh dari hasil analisis semiotik tiap adegan yang
mengandung makna pesan toleransi beragama yang terdapat dalam film “3 Hati,
Dua Dunia, Satu Cinta”. Dan juga diperoleh dari wawancara dengan sutradara
film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, karya Benni Setiawan.
Sumber Data Sekunder:
Yaitu data bersumber pada berbagai referensi seperti buku, film, media
internet, dan terbitan lain yang ada relevansinya dengan masalah penelitian.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta karya
Benni Setiawan. Dan objek penelitian ini adalah scene dalam film 3 Hati Dua
Dunia Satu Cinta yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan
metode sebagai berikut:
a. Observasi atau Pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan
dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.9 Di sini penulis
membaca dan memahami isi pesan dan makna dari tanda atau simbol
9 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)
Cet. Ke-1
10
yang ada pada film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini. Setelah itu
penulis mengutip kemudian mencatat dialog-dialog ataupun paragraf
yang mengandung pesan pada film ini untuk dijadikan sebagai
codingsheet, yakni rangkaian pencatatan lambang atau pesan secara
sistematis untuk kemudian diberikan interpretasi.
b. Metode wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data
dengan melakukan komunikasi tatap muka (face to face) antara
peneliti dan sumber penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan
wawancara dengan Benni Setiawan sebagai sutradara dari film 3 Hati
Dua Dunia Satu Cinta.
c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini,
internet dan lain sebagainya.
Langkah selanjutnya ialah mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil
pemilihan dialog, wawancara, serta dokumnetasi. Lalu mengolah hasil temuan
atau data dan meninjau kembali data yang telah terkumpul. Seluruh data tersebut
nantinya akan dipaparkan dengan didukung oleh beberapa hasil temuan studi
pustaka yang kemudian dianalisis.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
semiotik yang bersifat kualitatif. Secara sederhana semiotik adalah ilmu tentang
tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-
11
konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti. Semiotik adalah studi
tentang bagaimana bentuk-bentuk simbolik diinterprestasikan. Kajian ilmiah
mengenai pembentukan makna.10
Secara substansial, semiotika adalah kajian yang
concern dengan dunia simbol.
Semiotik memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan
menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis
semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan
dimana ia beroperasi. Hal ini memberikan konteks intelektual pada isi: ia
mengulas cara-cara beragam unsur teks bekerja sama dan berinteraksi dengan
pengetahuan kultural kita untuk menghasilkan makna.11
Metode ini memperkaya pemahaman kita terhadap teks, sebagai sebuah
metode, semiotik bersifat interpretatif, dan konsekuensinya sangat subjektif.
Namun hal ini tidak mengurangi nilai semiotik karena semiotik adalah ilmu
tentang memperkaya pemahaman kita terhadap teks12
. Peneliti menggunakan
metode semiotik model Roland Barthes. Di sini tanda dimaknai secara denotasi
dan konotasi tanpa mengesampingkan mitos yang ada, untuk memperoleh
gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh dan
mencakup permasalahan yang diteliti. Ketika suatu tanda yang memiliki makna
konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi
tersebut menjadi mitos.
10
James Lull, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A.
Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), cet. Kel-1, h. 232 11
Jane Stokes, How To Do Media and Cultural Studies, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka,
2006), h. 77. 12
Ibid, hal 76.
12
Dalam proses penelitian, tahap pertama yang dilakukan adalah tahap
pemilihan tanda, yang dilakukan setelah peneliti mengamati secara keseluruhan
adegan dalam film tersebut. Peneliti akan mereduksi film 3 Hati Dua Dunia Satu
Cinta menjadi miteme-miteme (sign) yang membentuknya. Proses pereduksian
teks film hingga menjadi miteme ini didasarkan pada tanda-tanda dominan yang
mampu merepresentasikan makna toleransi antar umat beragama dalam film
tersebut.
Tahap kedua, yaitu tahap analisis tanda. Tahap ini difokuskan pada usaha
mengidentifikasi sistem penanda tingkat pertama dan tingkat kedua, serta
mengidentifikasi kode-kode sinematik dan tata bahasa film apa saja yang
digunakan dalam membentuk sistem penanda tersebut.
Langkah selanjutnya, peneliti berusaha menentukan makna denotasi dan
konotasi film tersebut. Dalam tahap menentukan denotasi dan konotasi, yang
peneliti lakukan terlebih dahulu adalah tanda-tanda apa saja yang
diidentifikasikan sebagai sebuah nilai yang mengandung makna toleransi
beragama yang terdapat dalam film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.
Satu persatu tanda tersebut dijabarkan dalam tahap denotasi. Dalam tahap
denotasi ini, peneliti menjelaskan apa saja yang menjadi penanda, petanda, dan
tanda dalam setiap tanda film tersebut yang merepresentasikan makna toleransi
beragama. Penjelasannya dijabarkan dalam tabel visual berupa cut dari adegan,
transkrip dialog, dan jenis-jenis shot.
Setelah tahap penentuan sistem pemaknaan tingkat pertama (denotasi),
peneliti melakukan analisis tanda. Disini, peneliti memfokuskan pada shot, yaitu
13
shot yang menjelaskan situasi, kondisi, ekspresi para tokoh, dan lingkungan
sekitar.
Masuk pada tahap penentuan konotasi, peneliti melakukan pengamatan
pada bentuk, konsep, dan penandaan. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
identifikasi mitos nilai-nilai toleransi beragama. Bagi Barthes, mitos merupakan
cara berpikir suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara mengkonseptualisasikan atau
memahami sesuatu. Menurut Barthes, mitos adalah sebuah kisah (a story) yan
melaluinya sebuah budaya mejelaskan dan memahami beberapa aspek dari
realitas. Mitos membantu kita untuk memaknai pengalaman-pengalaman kita
dalam satu konteks budaya tertentu. Berdasarkan analisis terhadap kedua tanda
dominan tersebut ditemukan makna-makna konotatif sebagai wujud dari sebuah
mitos.
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh
CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan
pustaka, ternyata penulis belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti
tentang judul ini. Hanya saja ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir
serupa, diantaranya yaitu:
14
A Mighty Heart disusun oleh Rizky Akmalsyah, mahasiswa Konsentrasi
Jurnalistik UIN Jakarta NIM:106051102939 Tahun: 2010. Dalam penelitian
tersebut objek yang diteliti adalah film A Mighty Heart dengan menggunakan
metode semiotika Roland Barthes.
Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta disusun oleh Fikri Ghazali,
mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta. NIM: 206051003915,
Tahun : 2010. Dalam penelitian tersebut objek yang adalah setiap adegan yang
mengandung pesan moral dalam film “3 DOA 3 CINTA” dengan menggunakan
analisis semiotik Roland Barthes. Simbol-simbol itu pada film dipresentasikan
melalui penampilan (appearance) perilaku tokoh dalam film.
Analisis Semiotik Film Animasi Upin dan Ipin disusun oleh Akhmad
Bayhaki, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta NIM :
105051001885 Tahun : 2009. Dalam penelitian tersebut objek yang diteliti adalah
cerita dalam film animasi Upin dan Ipin dengan menggunakan metode semiotika
John Fiske.
Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika film 3 Hati Dua
Dunia Satu Cinta di UIN Syahid Jakarta. Oleh karena itu penulis menggunakan
analisis semiotika untuk film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini
15
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis
membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan ini menguraikan secara singkat mengenai alasan
pemilihan judul, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menerangkan tentang konsep dan pengertian semiotika
secara etimologis dan terminologis, pengertian film, film sebagai media
dakwah, tinjauan umum tentang toleransi beragama, dan tinjauan umum
tentang cinta.
BAB III: SEKILAS TENTANG FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU
CINTA
Pada bab ini berisikan tentang konsep dasar pembuatan film 3 Hati
Dua Dunia Satu Cinta, sinopsis film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, dan
yang terakhir profil sutradara film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.
BAB IV: ANALISIS SEMIOTIK FILM 3 HATI DUA DUNIA
SATU CINTA
16
Dalam bab ini menjelaskan tentang pesan dari tanda dan simbol
yang mempunyai makna dari film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, serta
makna dari judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.
BAB V: PENUTUP
Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa
yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta memberikan
saran-saran dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.
17
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Umum tentang Film
1. Pengertian Film
Awalnya film berupa pita film yang memang digunakan untuk
memproduksi sebuah gambar hidup.Namun dengan semakin majunya teknologi,
era digital pun melibas seluloid/pita film.Film dapat diproduksi dengan format
digital, disebarluaskan juga dalam bentuk digital.
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie.Film, secara
kolektif, sering disebut sinema. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah
Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie =
graph (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan
cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan
alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.1
Menurut UU Perfilman No 8 Tahun 1992, “film adalah karya cipta
seni dan budaya yang merupakan media komunukasi massa pandang-
dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada
pita selluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya
dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses
elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat
dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sisten proyeksi mekanik,
elektronik, dan atau lainnya”.2
1Oleh Galih, http://bahasfilmbareng.blogspot.com/2008/04/pengertian-film.html. Diakses
tanggal 20 Januari 2010, jam 15.02 WIB 2UU Republik Indonesia No 8 Tahun 1992 tentang perfilman. Bab 1, Pasal 1 Ayat 1.
Departemen Penerangan RI.
18
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik
adalah selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang
akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di
bioskop).3Sedangkan melalui kesepakatan sosial istilah film memperoleh arti
seperti yang secara umum dipahami yaitu lakon (cerita) gambar hidup atau segala
sesuatu yang berkaitan dengan gambar hidup.
Pengertian film kini juga diartikan sebagai sebuah genre dalam
kesenian.Seni tari, seni musik, dan juga seni film.Karena didalam sebuah film atau
rekaman gambar bergerak, kita dapat menemukan berbagai jenis seni yang
direkam.Contoh dalam film ada seni artistik, dimana pengambilan gambarnya
harus indah, bagus dan enak dipandang. Film adalah sebuah karya mengandung
unsur keindahan dan membuat film juga dibutuhkan keahlian.Jadi, wajar saja bila
pengertian film sudah dikaitkan dengan seni.
2. Sejarah dan Perkembangan Film
“Dialog haruslah menjadi satu suara di antara banyak suara, seperti sesuatu
yang keluar dari mulut orang-orang yang matanya bercerita secara visual,”
menurut Alfred Hitchcock (1899-1980).4
Foto bergerak pertama berhasil dibuat pada tahun 1877 oleh Eadweard
Muybridge, fotografer Inggris yang bekerja di California.5Muybridge yang juga
mahasiswa Stanford University mencoba membuat 16 foto atau frame kuda yang
3Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan & Kebudayaan.
(Jakarta: Balai Pustaka, 1997). 4 Marcel Danesi. Pengantar Memahami Semiotika Media(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h.
133. 5ibid, h. 133.
19
sedang berlari. Dari ke-16 foto kuda yang berlari ini, Muybridge mengatur
sederetan kamera dengan benang tersambung pada kamera shutter. Ketika kuda
berlari, ia akan memutus benang secara berurutan dan membuka masing-masing
kamera shutter. Hasilnya, foto tersebut terlihat hidup dan berhasil menjadi foto
bergerak pertama di dunia.Sekalipun pada saat itu teknologi perekam belum ada,
Muybridge menggunakan kamera foto biasa untuk menghasilkan gerakan lari
kuda. Dengan kata lain, diperlukan pengambilan gambar beberapa kali agar
memperoleh gerakan lari kuda yang sempurna saat difilmkan. Sejarah mencatat
peristiwa itu pada tahun 1878, dari sinilah ide membuat film muncul.6
Sejak saat itu, banyak orang berbondong-bondong mulai membuat foto
bergerak dan bergulat untuk memperbaiki mesin proyektor.Marey salah satunya,
penemu asal Perancis yang mampu membuat foto bergerak (progresif), sehingga
dengan adanya kamera ini teknologi film dan fotografi mengalami kemajuan yang
pesat.7 Selain itu, Thomas Alva Edison (1847-1931) “sang raja penemu”, juga
sedang berkutat dalam pembuatan film sepanjang 15 detik yang merekam salah
seorang asistennya ketika sedang bersin. Yang untuk pertama kalinya
mengembangkan kamera citra bergerak pada tahun 1888.8Dan alat berbentuk
kotak ini dinamakan kinetoscope (alat untuk memproyeksikan gerak), dan orang
dapat mengintip melalui jendela kecilnya. Di dalamnya terdapat pita film enderos
sepanjang 17 m, sehingga film yang sama dapat dilihat berulang kali.Penemuan
6 “News Display” di akses pada 20 Januari 2010, jam 15.05 WIB, dari http://www.wikimu.com
7Ibid.
8Danesi.Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 133.
20
ini banyak digemari, sampai orang-orang rela mengantri untuk bisa
menikmatinya.9
Ketika itu, di Perancis, Lumiere bersaudara yaitu sang kakak Auguste, dan
sang adik Louis (1862-1954), juga sedang berusaha keras menemukan film. Dan,
pada tanggal 28 Desember 1895, Lumiere bersaudara akhirnya berhasil
menemukan dan mempertunjukkan film mereka untuk pertama kali kepada
masyarakat Paris.10
Salah satu film pertama yang diputar, durasinya sangat
singkat, dan hanya bercerita tentang kereta api yang tiba di stasiun. Berlandasakan
hal ini, para ahli sejarah sepakat menetapkan, bahwa pertunjukkan perdana
Lumiere bersaudara saat itu, dideklarasikan sebagai hari kelahiran dunia
perfilman.11
Kebanyakan sejarawan sinema menelusuri asal-usul film ke tahun 1896,
ketika seorang pesulap asal Prancis, Georges Melies, membuat serangkaian film
yang mengeksplorasi potensi naratif dari medium baru ini. Tahun 1900, Alfred
Dreyfus, seorang perwira militer Prancis, memfilmkan Cinderella dalam 20
adegan. Kemudian, ia juga membuat film A Trip to the Moon (1902), film
pendeknya ini menjadi terkenal dan dipertontonkan secara internasional.
Meskipun saat ini hanya dilihat untuk memuaskan rasa ingin tahu, ia tetaplah
menjadi penanda awal dari suatu bentuk seni yang saat itu belum dilahirkan.12
9 Seiichi Konishi & Keiji Nakamura, Penemuan Film, (Jakarta:Elex Media Komputindo,
2002), cet-1,h.21. 10
“Sejarah Film” oleh Kahirunnisa, diakses pada 20 Januari 2010, jam 15.10 WIB, dari
http://blogiehaha.blogspot.com/2008/09/sejarah-film-dunia-lumiere-vs-melies.html 11
Seiichi Konishi, Penemuan Film,h.22. 12
Danesi.Pengantar Memahami Semiotika Media, h.136.
21
Masa keemasan film dimulai dari film animasi yang mendapatkan
popularitas.Walt Disney membuat film kartun animasi pertama yang
disinkronisasi dengan suara, Streamboat Willie (1928). Kemudian, siklus film
horror klasik, seperti Dracula(1931), Frankenstein (1931), dan The Mummy
(1932), yang melahirkan serangkaian sekuel dan kembangan cerita yang
berlangsung sepanjang 1930-an.13
3. Jenis Film
Ada tiga jenis film yang umum dikenal, yaitu film fitur, film dokumenter,
dan film animasi yang secara umum dikenal sebagai film kartun.14
a. Film Fitur
Film fitur merupakan karya fiksi, yang strukturnya selalu berupa
narasi, yang dibut dalam tiga tahap, yaitu tahap praproduksi, tahap
produksi dan tahap post-produksi.Tahap praproduksi merupakan periode
ketika skenario diperoleh.Skenario bisa berupa adapatsi dari novel, cerita
pendek, atau karya lainnya.Tahap produksi merupakan masa
berlangsungnya pembuatan film berdasarkan skenario itu.Kemudian tahap
post-produksi (editing) ketika semua bagian film yang pengambilan
gambarnya tidak sesuai dengan urutan cerita, disusun menjadi suatu kisah
yang menyatu.
13
ibid, h. 141. 14
Ibid, h. 134.
22
b. Film Dokumenter
Film dokumenter merupakanfilm nonfiksi yang menggambarkan
situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan
perasaannya dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya.
Film dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert
Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of
actuality)”. Berbeda dengan film berita yang merupakan kenyataan, maka
film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya)
mengenai kenyataan tersebut.
c. Film Animasi (Kartun)
Film Kartun (cartoon film) dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Tujuan
utama dari film kartun adalah untuk menghibur. Walaupun tujuan
utamanya adalah untuk menghibur, tapi terdapat pula film-film kartun
yang mengandung unsur-unsur pendidikan didalamnya.
Animasi merupakan teknik pemakaian film untuk menciptakan ilusi
gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi.Pada
masa kini, hampir semua film animasi dibuat secara digital dengan
komputer.
Dalam buku Komunikasi Massa, suatu pengantar, karya Elvinaro
Ardianto, menambahkan satu jenis film, yaitu film berita. Film berita atau
newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena
sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai
23
berita (news value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Yang
terpenting dalam film berita adalah peristiwanya terekam secara utuh.
4. Unsur-unsur Pembentuk Film
Film memang dibentuk oleh banyak unsur (audio dan visual), Secara teori
unsur-unsur audio visual dalam film dikatagorikan ke dalam unsur naratif dan
unsur sinematik.15
Dua unsur tersebut saling berinteraksi satu sama lain untuk
membuat sebuah film.
Unsur naratif adalah materi atau bahan olahan, kalau dalam film yang
dimaksud unsur naratif adalah penceritaannya, sementara yang dimaksud unsur
sinematik adalah cara atau gaya seperti apa bahan olahan itu digarap.
Dalam film cerita unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya.
Sementara unsur sinematik atau gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis
pembentuk film.16
Unsur sinematik terdiri dari empat elemen pokok, yakni:
a. Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada di depan kamera. Ada
empat elemen pentingnya, yaitu setting, tata cahaya, kostum, make up,
akting, dan pergerakan pemain.
b. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta
hubungan kamera dengan objek yang diambil.
15
Bambang Supriadi. Artikel diakses pada 23 Januari 2010, jam 12.41 WIB dari
http://ranabiru.blogspot.com/2010/02/unsur-unsur-pembentuk-film.html. 16
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008) h. 1-2.
24
c. Editing, yaitu proses pemilihan, penyambungan transisi sebuah gambar
(shot) ke gambar (shot) lainnya. Melalui editing struktur,ritme serta
penekanan dramatik dibangun/diciptakan.
d. Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui
indera pendengaran.Elemen-elemennya bisa dari dialog,musik ataupun
effect.
5. Struktur dalam Film
Struktur adalah blueprint; kerangka desain yang menyatukan berbagai
unsur film dan merepresentasikan jalan pikiran dari pembuat film.Struktur
terdapat dalam semua bentuk karya seni. Pada film ia mengikat aksi (action)`dan
ide menjadi suatu kesatuan yang utuh.Struktur yang baik adalah struktur yang
sederhana tapi penuh relief. Penyusunan pikiran dan perasaan si seniman film
ditentukan oleh faktor-faktor :17
a. Keutuhan (semua unsur dalam film mesti bertalian dengan subyek
utamanya.
b. Ketergabungan (harus berhubungan antar unsur, dan menunjukkan
kesimpulan).
c. Tekanan (tekanan akan menentukan posisi dari unit-unit utama dan
sampingan film)
d. Interes (berhubungan dengan “isi” dari setiap unit).
17
http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/struktur-film.html. diposkan oleh Phyrman,di
akses tanggal 23 Januari 2010, jam 12.31 WIB.
25
Struktur film terdiri dari struktur lahiriah dan struktur batiniah.18
Dalam
struktur lahiriah, terdapat unsur-unsur atau unit-unit yang membangun dan ecara
fisik sebuah film dapat dipecah menjadi unsur-unsur sebagai berikut 19
:
a. Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak
kamera dikatifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering
diidtilahkan satu kali take ( pengambilan gambar). Sementara shot setelah
film telah jadi ( pasca produksi) memiliki arti satu rangkaian gambar utuh
yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan shot
biasanya dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa
berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi kurang
dari satu detik, beberapa menit, bahkan jam.
b. Scene (Adegan) adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang
memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang,
waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya terdiri
dari beberapa shot yang saling berhubungan. Biasanya film cerita terdiri
dari 30-35 adegan.
c. Sequence (Sekuen) adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu
rangkaian peristiwa yang utuh. Atausequence adalah sebuah rangkaian
adegan. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling
berhubungan. Dalam karya literatur, sekuen bisa diibaratkan bab atau
sekumpulan bab. Film cerita biasanya terdiri dari 8-15 sequence.
18
Ibid. 19
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30
26
Struktur batiniah ditentukan oleh sejumlah unsur20
:
a. Eksposisi (keterangan tentang tempat, waktu, suasana, watak).
b. Point of attack(konfrontasi awal dari kekuatan- kekuatan yang saling
bertentangan).
c. Komplikasi (menuturkan keterlibatan-keterlibatan antar unsur
pendukung cerita)
d. Discovery ( penemuan informasi- informasi baru dalam pertengahan
cerita)
e. Reversal/ pemablikan (terjadinya komplikasi baru antar pendukung
cerita)
f. Konflik ( perbenturan antara kekuatan-kekuatan yang bertentangan)
g. Rising Action(pengungkapan pengembangan plot utama).
h. Krisis ( timbul apabila komplikasi- komplikasi menuntut keputusan
penting dari tokoh).
i. Klimaks ( puncak paling tinggi dari semua ketegangan dan intensitas,
biasanya timbul bersamaan dengan krisis)
j. Falling action ( klimaks menurun dan menuju kesimpulan)
k. Kesimpulan (tahap semua pertanyaan dijawab, masalah utama
dipecahkan dan diatasi, dalam cerita tragedi disebut katarsis, dalam
komedi disebut happy end).
20
http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/struktur-film.html , diposkan oleh
Phyrman,di akses tanggal 23 Januari 2010, jam 12.31 WIB.
27
6. Sinematografi
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang
berasal dari bahasa latin kinema „gambar„. Sinematografi sebagai ilmu serapan
merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan
menggabung gabungkan gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang
dapat menyampaikan ide.21
Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah
tersedia dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahap inilah
unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi secara umum dapat dibagi
menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film,framing, serta durasi gambar. Kamera
dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok
filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan
sebagainya.Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil,
seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera
dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah objek
diambil gambarnya oleh kamera.
Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam
sinematografi, yakni jarak kamera terhadap obyek (type of shot), yaitu22
:
21
Ibid. 22
Himawan Pratista, Memahami Film, h.104-106.
28
a. Extremelong shot
Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari
obyeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umumnya untuk
menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas.
b. Long shot
Pada long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar
belakang masih dominan. Long shot sering digunakan sebagai estabilising shot,
yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.
c. Medium long shot
Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas.
Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.
d. Medium shot
Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.
Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam
frame.
e. Medium close-up
Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok
tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan
percakapan normal biasanya menggunakan jarak medium close-up.
f. Close-up
Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek kecil
lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta
29
gestur yang mendetil. Close-up biasanya digunakan untuk adegan dialog yang
lebih intim. Close-up juga memperlihatkan mendetil sebuah benda atau obyek.
g. Extreme close-up
Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail bagian
dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah
objek.
Berdasarkan sudut pengambilan gambar (camera angle)23
a. Bird Eye View
Pengambilan gambar dilakukan dari atas ketinggian tertentu, sehingga
memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain yang
tampak dibawah sedemikian kecil.Pengambilan gambar biasanya menggunakan
helicopter maupun dari gedung-gedung tinggi.
b. High Angle
Menempatkan objek lebih rendah daripada kamera, atau kamera lebih
tinggi daripada objek, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek yang
terkesan mengecil.Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan
gambar seperti ini memiliki arti yang dramatic yaitu kecil atau kerdil.
c. Low Angle
Menempatkan kamera lebih rendah dari objek, atau objek lebih tinggi dari
kamera, sehingga objek terkesan membesar.Sudut pengambilan gambar ini
merupakan kebalikan dari high angle.Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang
ini yaitu keagungan atau kejayaan.
23
Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004) h. 46.
30
d. Eye Level
Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek,
tidak ada kesan dramatic tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya
memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.
e. Frog Level
Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat
objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar.
Berdasarkan pergerakan kamera (moving camera) 24
:
a. Pan
Panmerupakan singkatan dari kata panorama.Istilah panorama digunakan
karena umumnya menggambarkan pemandangan secara luas.Panadalah
pergerakan kamera secara horisontal (kanan dan kiri) dengan posisi kamera statis.
b. Tilt
Gerakan kamera secara vertikal, ke atas ke bawah atau bawah ke atas
dengan kamera statis.Tilt Up jika kamera mendongak dan tilt down jika kamera
mengangguk. Tilt sering digunakan untuk memperlihatkan obyek yang tinggi atau
raksasa.
c. Tracking
Tracking shot atau dolly shotmerupakan pergerakan kamera akibat
perubahan posisi kamera secara horisontal.Kedudukan kamera di tripod dan di
atas landasan rodanya.Dolly In jika bergerak maju dan Dolly Out jika bergerak
menjauh.
24
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 108-110.
31
d. Crane shot
Crane shot adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera
secara vertikal,horisontal atau kemana saja selama masih di atas permukaan
tanah.Crane shot umumnya menghasilkan efek high-angle dan sering digunakan
untuk menggambarkan situasi lansekap luas, seperti kawasan kota, bangunan,
areal taman, dan sebagainya.
e. Zoom In/ Zoom Out
Kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan menggunakan
tombol zooming yang ada di kamera.
f. Follow
Gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak.
g. Fading
Pergantian gambar secara perlahan.Fade In jika gambar muncul dan fade
out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling
menggantikan secara bersamaan.
h. Framing
Objek berada dalam framing shot.Frame in jika memasuki bingkai dan
frame out jika keluar bingkai.
32
B. Tinjauan Umum Semiotik
1. Konsep Semiotik
Kita bisa pikirkan sebuah ilmu yang mempelajari kehidupan tanda-tanda di dalam
masyarakat. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi sosial, dan dari sini
menjadi bagian dari psikologi umum; saya akan menyebutnya sebagai semiologi
(dari bahasa Yunani semion “tanda”). Semiologi akan menunjukkan pelbagai hal
yang membentuk tanda, dan hukum apa yang mengaturnya.
Ferdinand de Saussure (1857-1913).25
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk kepada
makna yang sama. Istilah semiotika lebih lazim digunakan ilmuwan Amerika,
sedangkan „semiologi‟ sangat kental dengan nuansa Eropa yang mewarisi tradisi
linguistik Saussurean.26
Istilah semiotik sering digunakan bersama dengan istilah semiologi.Dalam
kedua istilah tersebut tidak terdapat perbedaan yang substansif, ini tergantung di
mana istilah itu populer. Namun yang jelas, keduanya merupakan ilmu yang
mempelajari hubungan antara signs (tanda-tanda) berdasarkan kode-kode tertentu.
Tanda- tanda tersebut akan tampak pada perilaku komunikasi manusia lewat
bahasa, baik lisan maupun isyarat.
Semiotik merupakan sebuah model ilmu pengetahuan sosial dalam
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut
“tanda”.Semiotik berasal dari bahasa Yunani, semion yang berarti tanda.27
Semiotik (semiologi) telah menjadi alat analisis yang popular untuk
meneliti isi dari media massa dan telah banyak digunakan oleh para mahasiswa
25
Danesi.Pengantar Memahami Semiotika Media, h.33. 26
Anthon Freddy S, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas
Makna.(Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 23. 27
Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama. (Malang: UIN-
Malang Press, 2007), h. 9.
33
ilmu komunikasi dalam meneliti makna dari pesan yang termuat dalam media
massa.28
Semiotik pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan
memaknai hal-hal.Memaknai dalam hal ini tidak dapat digabungkan dengan
mengkomunikasikan.Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa
informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.29
Jadi, semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.Ilmu ini menganggap
bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaannya merupakan tanda-
tanda.30
Artinya, semiotik mempelajari sistem, aturan-aturan, yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dengan kata lain, semiotika mempelajari
relasi di antara komponen-komponen tanda, serta hubungan antara komponen-
komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya.
Menurut John Fiske, studi semiotik dapat dibagi ke dalam bagian sebagai
berikut31
:
a. Tanda itu sendiri, hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan
cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya.
Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam
artian yang menggunakannya.
28
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet.
Ke-1, h. 100. 29
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet-3, h.15. 30
Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h. 11. 31
Anthon Freddy S, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas Makna,
h. 27.
34
b. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup
cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu
masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran
komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.
c. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya
bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu, untuk
keberadaandan bentuknya sendiri.
Dalam pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks semiotik
adalah pandangannya mengenai tanda.Saussure memusatkan perhatian pada sifat
dan perilaku tanda linguistik.Menurutnya, “definisi tanda linguistik merupakan
entitas dua sisi (dyad) yang berdifat arbitrer (berdasarkan kesepakatan). Sisi
pertama disebutnya dengan penanda (signifier), dan sisi kedua dari tanda yaitu sisi
yang diwakili secara material oleh penanda, disebut juga sebagai petanda
(signified)”.32
Tanda adalah hasil asosiasi antara signified (petanda) dan signifier
(penanda). Sebagai contoh, kata „laki-laki‟ (yang terdapat di pintu wc) adalah
tanda yang terdiri dari:
Penanda : kata „laki-laki‟
Petanda : sebuah ruang wc yang digunakan hanya untuk manusia
berjenis kelamin laki-laki.33
32
ST. Sunardi, Semiotika Negativa. (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 155. 33
Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h.
46.
35
Sementara itu, Charles Sanders Peirce, dikenal dengan teori segitiga
makna-nya (triangle meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotik berangkat dari
tiga elemen utama yang terdiri dari: tanda (sign), acuan tanda objek, pengguna
tanda (interpertant). Menurut Peirce, “salah satu bentuk tanda adalah kata.
Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah
tanda yang ada dibenak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Apabila elemen-elemen tersebut berinteraksi dalam bentuk seseorang, maka
muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut”.34
2. Konsep Semiotik Roland Barthes
Lahir di Cherbourg Perancis pada tahun 1915, dan dibesarkan di Bayonne,
kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis.Roland Barthes
dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang giat mempraktikkan
model linguistik dan semiologi Saussurean.Ia sangat popular seiring dengan
semakin seringnya analisis semitika dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu.
Barthes memberikan perhatian pada persoalan-persoalan dalam teks sastra,
fotografi, iklan, film dan sebagainya.Pemikirannya adalah serpihan gagasan yang
multidimensi dan mengundang berbagai interpretasi.Karya-karya pokok Barthes,
antara lain: Le degree zero de I‟ecriture atau “Nol Derajat di Bidang Menulis”
(1953, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Writing Degree Zero, 1977).35
Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang
tanda adalah peran pembaca (the reader).Konotasi, walaupun merupakan sifat asli
34
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 115 35
Anthon Freddy S, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas Makna,
h. 34-35.
36
tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.“Barthes
menjelaskan apa yang di sebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang
dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh
Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia
bedakan dari dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama”.36
Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang
memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu
tingkat denotasi dan konotasi.
Barthes menggunakan istilah “orders of signification”. First order of
signification adalah denotasi.Sedangkan konotasi adalah second order of
signification.Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang
berbentuk tanda.Tanda inilah yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda
tersebut muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada
tanda (yang kemudian dianggap sebagai penanda). Pemaknaan baru inilah yang
kemudian menjadi konotasi”.37
Melanjutkan studi Hjelmsev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana
tanda bekerja:
36
Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h. 21-22. 37
Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h.
56-57.
37
1. Signfier
(penanda)
2. Signfied
(petanda)
3. Denotative Sign (tanda Denotatif)
4. CONNOTATIVE SIGNIFIER
(PENANDA KONOTATIF)
5. CONNOTATIVE SIGNIFIED
(PETANDA KONOTATIF)
CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
Gambar 1. Peta tanda Roland Barthes
Sumber : Paul Cobley & Litza Janz, 1999. Introducing Semiotics.NY: Totem Books, hlm.51.
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur
material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga
diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.
Jadi, dalam konsep Barthes, terdapat tanda konotatif yang bukan hanya
sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda
denotatif yang melandasi keberadaannya.Sesungguhnya, inilah sumbangan
Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang
berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.38
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara
penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang
menghadirkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat
pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di
38
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 69.
38
dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.ia
menciptakan makna-makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan
dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan.39
Jadi, makna denotasi adalah makna pada apa yang tampak, makna yang
paling nyata dari tanda, sedangkan konotasi dapat menghasilkan makna lapis
kedua yang bersifat implisit, tersembunyi. Dengan kata lain, denotasi adalah apa
yang digambarkan tanda terhadap obyek, sementara konotasi adalah bagaimana
menggambarkan tanda tersebut.
Reality Signs Culture
First Order Second Order
Gambar 2. The orders of signification
Sumber: Fiske, J. (1990:88) Introduction to Communication Studies.
Dalam gambar tersebut, tanda panah dari signified mengarah pada mitos.
Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda. Mitos bisa
dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi
39
Akhmad Muzakki,Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h.22.
Signifier
Signified
Denotasi
Form
Content Mitos
Konotasi
39
memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai
thirdorder of signification (istilah ini bukan dari Barthes), Barthes menyebut
konsepini sebagai myth (mitos).40
Dalam konsep Barthes, “tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna
tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi
keberadaannya. Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai
mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi
nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu”. Mitos, dalam
pemahaman semiotika Barthes adalah “pengkodean makna dan nilai-nilai sosial
sebagai sesuatu yang dianggap alamiah”.41
Kata „mitos‟ berasal dari kata bahasa Yunani mythos yang arinya kata-
kata, wicara, kisah tentang para dewa. Ini bisa didefinisikan sebagai narasi yang di
dalanya karakter-karakternya adalah para dewa, pahlawan, dan makhluk-makhluk
mistis, dengan plotnya adalah tentang asal-usul segala sesuatu atau tentang
peristiwa metafisis yang berlangsung di dalam kehidupan manusia.42
Mitos lahir melalui konotasi tahap kedua di mana rangkaian tanda yang
terkombinasikan sebagaimana dalam film disebut dengan teks akan membantu
pemaknaan tingkat kedua. Ide- ide dari Barthes banyak digunakan untuk
memahami realitas budaya media kontemporer yang dikonsumsi oleh manusia
40
Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h.
58-60 41
Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h.23. 42
Marcel Danesi. Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 56.
40
setiap harinya seperti film, lagu, novel dan sebagainya.43
Mekanisme kerja mitos
dalam suatu ideologi adalah apa yang disebut Barthes sebagai naturalisasi sejarah.
Suatu mitos akan menampilkan gambaran dunia yang seolah terberi begitu saja
alias alamiah. Nilai ideologis dari mitos muncul ketika mitos tersebut
menyediakan fungsinya untuk mengungkap dan membenarkan nilai-nilai dominan
yang ada dalam masyarakat.
Dalam mitos terdapat pola tiga dimensi, yaitu penanda, petanda, dan tanda
yang dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya.Jadi,
mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek
tentang realitas atau gejala alam.44
Kalau kita memperhatikan kerangka berpikir Barthes, kita pasti akan
menyimpulkan bahwa mitos adalah sejenis konotasi. Dari skema yang diberikan
Barthes, kita melihat bahwa sistem tanda tingkat pertama dijadikan signifier baru
bagi sistem tanda tingkat kedua. Dengan kata lain, tanda denotatif sebagai tanda
tingkat pertama yang terdiri atas penanda dan petanda, pada saat bersamaan tanda
denotatif juga menjadi penanda bagi tanda konotatif.
C. Tinjauan Umum tentang Toleransi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata
“toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk
penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.45
Secara etimologi,
43
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi,h. 101. 44
Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h. 91. 45
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,2001).
41
toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.Sedangkan
menurut istilah (terminologi), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan
pendiriannya.46
Toleransi berarti endurance atau ketabahan, yang bukan hanya menunjuk
pada sikap membiarkan orang lain hidup di sekitar kita tanpa larangan dan
penganiayaan. Toleransi dalam artian seperti ini khususnya di bidang agama
menunjuk pada kerelaan dan kesediaan untuk memasuki dan memberlakukan
agama lain dengan penuh hormat dalam suatu dialog dengan orang lain secara
terus menerus tanpa perlu dipengaruhi oleh pendapat lain dalam dialog tersebut.47
Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk
tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah
penganut agama-agama lain.
Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan
mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa,
warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama.Ini semua
merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan.Landasan
dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
46
Binsar A. Hutabarat, Kebebasan Beragama VS Toleransi Beragama,www.google.com,
diakses tanggal 30 Desember 2010, jam 15.07 WIB. 47
Victor I. Tanja,Pluralisme Agama dan Problema Sosial. Diskursus Teologi Tentang Isu-Isu
Kontemporer.( Jakarta: PT Pustaka CIDESINDO, 1998).
42
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.48
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas
menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau
dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya
peraturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai
bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan
segala bentuk sistem, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan
untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.
Bahwa prinsip menganut agama tunggal merupakan suatu keniscayaan.
Tidak mungkin manusia menganut beberapa agama dalam waktu yang sama, atau
mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab itu, al-
Qur‟an menegaskan bahwa umat islam tetap berpegang teguh pada sistem ke-
Esaan Allah secara mutlak, sedangkan orang kafir pada ajaran ketuhanan yang
ditetapkannya sendiri. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan tentang prinsip
48
Al Qur‟an dan Terjemahannya, h. 845.
43
dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing
sehingga tidak perlu saling hujat menghujat.
Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak
dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah
pihak saling menghormati hak-haknya masing-masing (QS. Al-Mumtahanah: 8):
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.49
Mengenai sistem keyakinan dan agama yang berbeda-beda, al-Qur‟an
menjelaskan pada ayat terakhir surat Al-Kafirun.
“Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku”.50
Ayat tersebut mengandung arti, agamamu khusus buatmu saja dan tidak
boleh dipaksakan kepadaku, dan agamaku khusus buatku dan aku tidak akan
memaksakannya kepadamu.
Dapat disimpulkan bahwa pernyataan “lakum diinukum wa liya diin”
merupakan manifesto qur‟anik tentang pentingnya saling mengahrgai, saling
49
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 924. 50
Ibid, h. 1112.
44
menghormati (mutual respect) antarpenganut agama-agama yang
beragam.Pernyataan ini pula mencerminkan bahwa keyakinan bukanlah sesuatu
yang dapat dipaksakan, keyakinan agama bukan wilayah negosiasi dan kompromi,
dan bergatung pada pilihan pribadi.51
D. Tinjauan Umum tentang Cinta
Dalam bahasa Arab, juga dalam Al-Quran, banyak istilah yang
mengandung pengertian cinta sesuai dengan gejala dan ekspresi yang
ditimbulkannya.Dengan merujuk kepada ayat-ayat yang di dalamnya ada kata-
kata yang mempunyai akar kata “hubb” atau “mahabbah” yang berarti cinta,
dianggap sudah mewakili setidaknya tiga bentuk cinta, yaitu:52
1. Cinta Manusia kepada Tuhan
Cinta manusia kepada Tuhan dengan cara beriman kepada-Nya dan
menjalankan ajaran-ajarannya berupa perintah dan larangan serta banyak berbuat
baik kepada sesama makhluk manusia khususnya maupun makhluk hidup lainnya.
Cinta Allah dan cinta Rasulullah tidak harus dipertentangkan dengan cinta
kepada dunia dengan segala kemegahannya. Bisa saja seseorang tetap taat kepada
Allah atau cinta kepada-Nya, dan pada saat yang sama ia berusaha sekuat tenaga
untuk meraih sebanyak mungkin gemerlap duniawi, karena mencintai yang ini
pun merupakan naluri manusia. Di sini cinta teruji yang mana yang dipilih itulah
yang dominan.
51
Zakiyuddin Baidhawi, Kredo Kebebasan Beragama (Jakarta:PSAP, 2006) h. 58. 52
Sudirman Tebba. Tafsir Al-Quran, Nikmatnya Cinta. (Jakarta: Pustaka irVan, 2006) h.2.
45
Cinta manusia kepada Allah merupakan suatu kualitas yang
mengejewantah pada diri seorang yang beriman, sehingga menghasilkan ketaatan
kepada-Nya, penghormatan dan pengagungan, dan dengan demikian iaAllah
daripada yang lainnya.53
Orang beriman tidak melupakan Allah dalam keadaan apapun, senang atau
susah. Sedang orang kafir baru mengingat Allah ketika mereka mengalami
kesulitan dan jika sudah teratasi mereka kembali lupa.Dengan demikian, cinta
kepada Tuhan diwujudkan dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya, yaitu
melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
2. Cinta Tuhan kepada Manusia
Kalau manusia cinta kepada Tuhan, maka Tuhan pun akan cinta
kepadanya. Jadi, kalau manusia beriman kepada Allah dan beramal shaleh, maka
Tuhan juga akan mencintainya dengan menjanjikan balasan yang setimpal di sisi-
Nya.
Mengenai cinta Tuhan kepada manusia yang berbuat baik, Ia juga
berfirman dalam surat Ali Imran ayat 148:
“ Maka Allah memberi mereka pahala di dunia, Dan pahala yang baik di
akhirat. Dan Allah cinta orang yang berbuat kebaikan”
Siapapun yang menepati janjinya, antara lain dengan menunaikan amanah
secara sempurna, dan bertakwa, yakni melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
53
Ibid. h, 28.
46
larangan-Nya, maka sesungguhnya Allah mencintainya, karena Allah mencintai
orang-orang yang bertakwa, yakni menyukai amal-amal mereka, sehingga bila
mereka mengamalkannya, maka Allah pun menyukai mereka.
3. Cinta Manusia kepada Sesamanya, Harta Benda dan Alam
Cinta manusia kepada sesamanya melintasi batas agama, karena dialami
oleh hampir semua orang, termasuk mereka yang tidak beragama dan ber-Tuhan,
bahkan juga dialami oleh semua makhluk hidup lainnya.
Nikmat cinta itu diciptakan oleh Tuhan sebagai penggerak dalam
kehidupan manusia.Karena cintalah manusia merasa nikmat dalam melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Tuhan.Cinta pula yang mendorong orang bekerja
keras untuk memenuhi kehidupannya, keluarga dan orang-orang yang
dicintainya.Sebaliknya, manusia merasa gelisah sewaktu mengerjakan larangan
dan melaksanakan perintah-Nya.
Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk dwi dimensi yang
diciptakan dari tanah dan ruh. Unsur unsur tanahnya melahirkan kecenderungan
kepada kenikmatan duniawi, sedang unsur jiwanya mengundang untuk meraih
kenikmatan ukhrawi.Manusia harus mampu memenuhi kedua kecenderungan itu
secara proporsional.54
Tetapi, Tuhan mengingatkan agar mencintai sesama dan
harta benda tidak melebihi cinta kepada-Nya agar meraih keselamatan dunia dan
akhirat.
Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam.
Menurut Erich Fromm, dalam buku larisnya (the art of loving) menyatakan bahwa
54
Ibid, h. 169.
47
ke empat gejala: Care, Responsibility, Respect, Knowledge (CRRK), muncul
semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai, dan juga merupakan empat
syarat untuk mewujudkan cinta kasih.55
1. Care(Perhatian)
Cinta adalah perhatian aktif terhadap kehidupan serta perkembangan dari yang
kita cintai, entah sesuatu atau orang.Cinta dianggap tidak ada, jika tidak ada
perhatian aktif ini. Cinta dan usaha tidak dapat dipisahkan, seseorang mencintai
apa yang dia usahakan dan berusaha demi sesuatu yang dia cintai. Bukti bahwa
cinta memuat perhatian (care) Nampak jelas seperti pada cinta seorang ibu
terhadap anaknya, cinta seorang manusia terhadap Tuhannya, dan lain sebagainya.
2. Responsibility(Tanggung jawab)
Perhatian dan kepedulian memuat aspek lain dari cinta, yaitu tanggung jawab.
Saat ini, tanggung jawab sering diartikan sebagai sebuah tugas, sesuatu yang
dibebankan kepada seseorang dari luar dirinya.
Tetapi tanggung jawab dalam artu sebenarnya adalah perbuatan yang benar-
benar bersifat sukarela.Bertanggung jawab berarti mampu dan siap untuk
merespon.56
Kehidupan saudara kita bukan hanya menjadi persoalan saudara kita,
melainkan juga menjadi persoalan kita, tanggung jawab kita.Kita ikut bertanggung
jawab atas nasib sesame, sebagaimana kita bertanggung jawab atas diri kita
sendiri.
55
Erich Fromm. The Art Of Loving, Penerjemah: Syafi‟I Alielha,( Jakarta : Fresh Book, 2002)
h. 44. 56
Ibid, h. 46.
48
3. Respect( Penghormatan atau Penghargaan)
Akan tetapi tanggung jawab bisa dengan mudah berubah menjadi dominasi
dan pemilikan jika tidak disertai dengan respect (penghormatan atau
penghargaan). Penghargaan di sini bukan rasa takut atau keterpesonaan,
melainkan kemampuan melihat seseorang sebagaimana adanya, dengan
menyadari segala keunikan yang ada dalam diri orang tersebut.57
Penghargaan berarti membiarkan dan memperhatikan orang lain tumbuh dan
berkembang sesuai dengan dirinya sendiri, bukan dipaksa berkembang demi
ambisi orang yang mencintai. Jika kita mencintai seseorang, kita merasa menyatu
dengan orang tersebut seperti apa adanya.
4. Knowledge(Pemahaman)
Menghargai atau menghormati seseorang tidak mungkin bisa tanpa
mengenalnya (knowing him), perhatian dan tanggung jawab akan buta jika tidak
disertai oleh pemahaman atau pengetahuan (knowledge). Pengetahuan yang
termasuk aspek cinta adalah pemahaman yang mendalam, pemahaman yang
mampu menembus inti persoalan.
Pengetahuan pikiran yang merupakan pengetahuan psikologis, merupakan
syarat yang diperlukan dalam tindakan mencintai. Kita harus mengenal orang lain
dan juga diri kita sendiri secara obyektif agar kita mampu melihat realitas. Karena
hanya dengan mengenal seseorang secara obyektiflah kita dapat mengenal hakekat
terdalam manusia, dan hal itu hanya dimungkinkan dalam tindakan mencintai.58
57
Ibid, h. 47. 58
Ibid, h. 53.
49
Perhatian, tanggung jawab, penghargaan dan pemahaman merupakan
unsur yang saling terkait satu sama lain. Semua itu merupakan sindrom yang
ditemukan dalam pribadi-pribadi yang matang, yang mampu mengembangkan
kekuatan manusiawainya secara produktif, yang mau memiliki apa yang
diusahakannya sendiri, yang telah meninggalkan impian narsistis, dan yang telah
mencapai kerendahan hati, yang mana semua itu hanya dapat dihasilkan oleh
kegiatan produktif sejati.
50
BAB III
PROFIL FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
A. Sekilas Tentang Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta
Pada awal Juli, tepatnya tanggal 1 Juli 2010, dunia perfilman Indonesia
telah diramaikan dengan munculnya film “3 Hati Dua Dunia Satu Cinta”, dengan
didukung oleh aktor dan aktris terbaik FFI 2010, yaitu Reza Rahadian dan Laura
Basuki
Mengangkat tema toleransi, film “3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta” yang
disutradarai Benni Setiawan dan juga sekaligus menjadi penulis skenario film ini,
diangkat dari novel Da Peci Code dan Rosid & Delia karya Ben Sohib. Dialog-
dialog segar berlatar budaya Arab-Betawi nan menghibur amat ketal mewarnai
film ini.1
Sebagai tontonan, film terbaru produksi Mizan Productions ini cukup
komprehensif karena selain mengusung topik perbedaan keyakinan, di dalamnya
ada pesan dan kritik tersirat yang diangkat dari kondisi masyarakat saat ini.
Mungkin ada yang tersindir oleh adegan penggerebekan para pemuda Islam
terhadap komunitas yang dianggap menganut aliran sesat. Di sisi lain, ada
1 Dwiki Setiyawan, Dilema 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.
http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2010/07/13/dilema-3-hati-dua-dunia-satu-cinta/. Diakses
tanggal 20 Desember jam 10.55 WIB.
51
kepedulian seorang seniman terhadap pendidikan anak jalanan. Film ini
didedikasikan untuk WS Rendra sebagai penyair legendaris. Rosid yang tidak
melanjutkan kuliah tetapi terjun sebagai jurnalis freelance dan aktif berkesenian
itu sangat mengagumi Rendra. Ditandai dengan poster pertunjukan dan buku-buku
Rendra yang dimilikinya, juga betapa gandrungnya ia terhadap puisi-puisi si
Burung Merak itu.
Menurut Bachtiar Effendy, Intelektual Muslim, ia mengakui bahwa tema
yang diangkat dalam film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta sangat strategis dengan
problem aktual yang dihadapi Indonesia saat ini, yaitu soal toleransi beragama dan
keharmonisan etnik. Film ini, bagi Bachtiar, benar-benar merefleksikan realitas
sosial, keagamaan dan budaya yang ada di Indonesia saat ini.
Namun, ia memiliki dua catatan kritis terhadap film ini. Selain ending film
yang dinilai kurang berani menyuguhkan solusi yang “berani”, Bachtiar melihat
ada beberapa adegan yang melompat dan kurang tergambarkan secara utuh.2
Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta patut diacungi jempol. Di tengah-tengah
kecenderungan film Indonesia yang terseret arus komersialisasi, Mizan
Productions berani menempuh jalur idealis dan prinsip. Masyarakat Indonesia
membutuhkan pendidikan melalui media film. Dan melalui film ini, Mizan
Productions melakukan langkah itu. Film ini sangat mendidik dan pantas ditonton
oleh semua kalangan.
2 Ibn Ghifarie, Film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta itu Solusi Pernikahan Beda Agama.
http://agama.kompasiana.com/2010/07/14/film-3-hati-2-dunia-1-cinta-itu-solusi-pernikahan-
beda-agama/. Diakses tanggal 20 Desember 2010, jam 11.23 WIB
52
Menjawab ending film yang dinilai kaku, Putut Widjanarko, justru pada
ending yang dirasa bersifat kompromistis itu terangkum pesan utama yang ingin
disampaikan dari film tersebut. “Film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta adalah tentang
terbukanya berbagai alternatif solusi bagi persoalam pernikahan beda agama,
dan bahwa jalan menuju kebahagiaan kehidupan perkawinan tidaklah tunggal”
jelasnya.3
Film ini juga berhasil meraih 7 piala Citra dalam ajang Festival Film
Indonesia (FFI) 2010. 5 piala utama diberikan untuk kategori Film Terbaik,
Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik, Aktris Terbaik dan Skenario Terbaik, yang
disebut Royal Flush ditambah piala Citra untuk Aktor Pendukung Terbaik dan
Penata Artistik Terbaik.
Film Terbaik : 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ( PT Mizan Production)
Sutradara Terbaik : Benni Setiawan ( 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta)
Skenario Cerita Adaptasi Terbaik : Benni Setiawan ( 3 Hati Dua Dunia Satu
Cinta)
Pemeran Utama Pria Terbaik : Reza Rahadian ( 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta)
Pemeran Wanita Terbaik : Laura Basuki ( 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta)
Pemeran Pendukung Pria Terbaik : Rasyid Karim ( 3 Hati Dua Dunia Satu
Cinta)
Tata Artistik Terbaik : Oscar Firdaus ( 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta) 4
3 Ibid.
4 http://celebrity.okezone.com/read/2010/12/06/206/400791/inilah-daftar-pemenang-ffi-2010
oleh Elang Riki Yanuar – Okezone. Diakses tanggal 23/2/2010. Jam10.51
53
B. Sinopsis Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta
Rosid, pemuda muslim yang idealis dan terobsesi menjadi seniman besar
seperti WS Rendra. Gaya seniman Rosyid dengan rambut kribonya membuat
Mansur, sang ayah, gusar karena tidak mungkin bagi Rosyid untuk memakai peci.
Padahal peci bagi Mansur adalah lambang kesalehan dan kesetiaan kepada tradisi
keagamaan. Bagi Rosyid, bukan sekadar kribonya yang membuatnya tidak
mungkin memakai peci, melainkan karena Rosyid tidak ingin keberagamaannya
dicampur-baur oleh sekadar tradisi leluhur yang disakralkan.
Ternyata tongkrongan seniman Rosyid membawa berkah juga. Delia,
seorang gadis katolik berwajah manis, kepincut pada sosok Rosyid. Tentu saja ini
hubungan yang nekad . Rosyid dan Delia adalah dua anak muda yang rasional
dalam menyikapi perbedaan. Tapi orang tua mana yang rela dengan kisah cinta
mereka. Maka mereka pun mencari cara untuk memisahkan Rosyid dan Delia.
Jurus Frans dan Martha, orang tua Delia, adalah dengan mencoba mengirim Delia
sekolah ke Amerika. Berbeda lagi dengan Mansur. Ia berupaya menjinakkan
Rosyid dengan meminta nasihat Said, sepupunya yang ternyata tega menipunya.
Muzna, ibunda yang sangat dihormati Rosyid, pun turun tangan. Sang Ibu
dengan bantuan Rodiah, adik suaminya, menjodohkan Rosyid dengan Nabila,
gadis cantik berjilbab yang ternyata mengidolakan Rosyid, sang penyair.
Memang, cinta Rosyid dan Delia begitu kuat, tapi sekuat itu juga tantangannya.
Selain perbedaan agama ternyata ada beban psikologis yang harus dihadapi jika
mereka meneruskan hubungan itu hingga ke ikatan pernikahan. Berhasilkah
54
mereka bersatu dalam ikatan perkawinan? Memang nasib cinta tak ada seorang
pun yang tahu.
C. Profil Benni Setiawan
Benni Setiawan, sutradara sekaligus penulis skenario film 3 Hati Dua
Dunia Satu Cinta ini, lahir di Tasikmalaya, 28 September 1964. Ia memulai
debutnya sebagai director, scrifwriter, dan sutradara acara televisi, dan FTV. Ia
merupakan lulusan Fakultas Sinematografi di Institut Kesenian Jakarta pada tahun
1983-1984, dan juga lulusan Teater Institut Kesenian Jakarta pada tahun 1984-
1988.
Selain film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, ia juga membuat beberapa film
yaitu Bukan Cinta Biasa, Selendang Rocker dan Cinta Dua Hati. Dan ia juga
mendapatkan beberapa penghargaan, seperti nominasi skenario festival sinetron
Indonesia 2001 “Kubersujud”, Film Terpuji Bandung 2004 “Kesebelasan”, dan
penghargaan yang terbaru sutradara terbaik dan penulis skenario adaptasi terbaik
Festival Film Indonesia 2010 pada film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.
D. Profil Pemeran Utama Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta
Reza Rahadian 5
Reza Rahadian yang merupakan pemeran utama pria dalam film 3 Hati
Dua Dunia Satu Cinta ini, lahir di Jakarta, 5 Maret 1987. Menjadi artis sudah
menjadi cita-cita Reza Rahadian sejak ia masih kecil. Makanya tak heran bila ia
5 http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/r/reza_rahadian/ dan http://id.wikipedia.org,
diakses 12 Mei 2011, jam 14.06 WIB.
55
lantas aktif berkegiatan teater, saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama
(SMP).
Selain itu, sulung dari dua bersaudara ini juga rajin mendaftarkan diri di
berbagai ajang pemilihan model yang diadakan oleh sejumlah majalah remaja.
Reza Rahadian, memulai debut karirnya di dunia entertainment kala memenangi
ajang pemilihan model, Top Guest Aneka Yess! pada 2004. Saat itu Reza berhasil
menjadi Juara Favorit. Dari sinilah, jalan menuju dunia entertainment pun mulai
terbuka bagi Reza.
Berawal dari modeling, ia mulai merambah dunia seni peran. Beberapa
judul sinetron pun dijajalnya. ABG, Habibi Dan Habibah, Cinta Smu 2, Idola,
Culunnya Pacarku dan Inikah Rasanya adalah beberapa judul sinetron yang
pernah ia lakoni.
Dari sinetron, Reza pun mulai mendapat beberapa tawaran bermain film
layar lebar. Debut aktingnya di layar lebar pertama kali di Film Horor (2007),
Pulau Hantu 2 (2008). Dari film dengan nuansa horor, Reza mulai membuktikan
kualitas aktingnya pada Perempuan Berkalung Sorban (2009).
Karir akting bintang Emak Ingin Naik Haji ini semakin bersinar, namanya
juga bisa disejajarkan dengan pemain-pemain senior. Reza yang bermain apik
dalam Emak Ingin Naik Haji adalah pemain muda berbakat peraih Piala Citra
sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik Festival Film Indonesia 2009.
Mengawali tahun 2010, Reza kembali tampil di film layar lebar produksi
MNC Pictures, Hari Untuk Amanda. Prestasi gemilang di bidang perfilman
berhasil diraih Reza pada ajang Festival Film Indonesia 2010 sebagai Pemeran
56
Utama Pria Terbaik lewat film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Dan yang terbaru pada
Ajang Indonesia Movie Awards 2011, ia mendapat penghargaan sebagai pemeran
utama pria terbaik.
Di film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini, ia berperan sebagai Rosyid.
Seorang pemuda Betawi keturunan Arab. Rosyid merupakan pemuda muslim
yang terobsesi dengan seniman besar seperti WS Rendra. Gaya seniman Rosid
dengan rambut kribonya membuat Mansur, sang ayah, gusar karena tidak
mungkin bagi Rosyid untuk memakai peci. Padahal peci bagi Mansur adalah
lambang kesalehan dan kesetiaan kepada tradisi keagamaan. Bagi Rosid, bukan
sekadar kribonya yang membuatnya tidak mungkin memakai peci, melainkan
karena Rosid tidak ingin keberagamaannya dicampur-baur oleh sekadar tradisi
leluhur yang disakralkan. Meskipun mempunyai sikap yang idealis, Rosyid adalah
seorang anak yang menyayangi kedua orang tuanya.
Filmografi
* Film Horor (2007)
* Pulau Hantu 2 (2008)
* Perempuan Berkalung Sorban (2009)
* Kirun + Adul (2009)
* Queen Bee (2009)
* Perjaka Terakhir (2009)
* Emak Ingin Naik Haji (2009)
* Hari Untuk Amanda (2010)
* Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010)
57
* 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010)
Sinetron
* Inikah Rasanya
* Culunnya Pacarku
* Idola
* Cinta SMU 2
* Habibi dan Habibah
* ABG
* Isabella (sinetron)
* Cewek Penakluk
Laura Basuki 6
Sosoknya yang tinggi dan cantik merupakan magnet bagi wanita kelahiran
Berlin, 9 Januri 1988. Berawal dari modelling, Setelah itu laura pun mendapatkan
banyak tawaran baik dalam produk iklan maupun menjadi bintang video klip.
Laura Basuki, melebarkan sayapnya untuk mantap terjun di dunia layar
lebar tanah air. Setelah bermain gemilang di film Gara-Gara Bola tahun 2008
yang berhasil mendapatkan penghargaan Indonesia Movie Awards 2009 untuk
kategori Pendatang Baru Terbaik dan Pendatang Baru Terfavorit.
Pada tahun 2010, wanita dari dua bersaudara ini, bermain dalam film 3
Hati Dua Dunia Satu Cinta karya Benni Setiawan, di film ini ia diadu acting
dengan Reza Rahadian. Ternyata perjuangannya dalam film ini tidak sia-sia,
6 http://selebritiprofil.blogspot.com/2011/03/laura-basuki-profil-lengkap.html , di akses 12
Mei 2011, jam 14.12 WIB.
58
terbukti dalam ajang Festival Film Indonesia 2010, ia meraih Pemeran Utama
Wanita Terbaik. Kini ia disibukkan dengan syuting sinema 3 Hati Dua Dunia Satu
Cinta.
Di film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, ia berperan sebagai Delia, seorang
gadis Khatolik yang mengagumi sosok Rosyid, seorang pemuda muslim
keturunan Arab. Mereka berdua adalah pemuda modern yang berpandangan
perbedaan itu indah, namun ternyata kedua keluarga mereka tidak menyetujui
hubungan Delia dan Rosyid. Masing-masing keluarga melakukan segala cara agar
mereka berdua berpisah.
Filmografi
• Gara-Gara Bola (2008)
• 3Hati, Dua Dunia Satu Cinta (2010)
Iklan
Sinzhui
Clean & Clear
Coca Cola
Video Klip
Model Video Klip Nidji
Model Video Klip The Titans
59
Arumi Bachsin 7
Arumi lahir di Jakarta, 19 Februari 1994 dari pasangan Rudy Bachsin,
seorang arsitek dan Maria Lilian Pesch. Arumi memiliki darah Palembang-
Bengkulu-Jerman-Belanda. Arumi memulai kariernya sejak usia 12 tahun berawal
dari dunia modelling pada tahun 2006. Salah seorang fotografer mengatakan
bahwa Arumi adalah, "One of the most beautiful model I've ever meet,". Tahun
2007 Arumi pernah menjadi cover majalah Cosmo Girl edisi bulan Februari,
2007. Ia juga pernah menjadi model produk kecantikan rambut 'Elith dan
Miraton'.
Tahun 2008 Arumi memulai debutnya di dunia akting lewat sinetron
"Azizah" dan mendapat peran kecil. Kemudian ia juga membintangi film
pertamanya, "Bestfriend?" (2008) ditahun yang sama dan mendapat peran utama
di film "Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets" (2009) tahun 2009. Namanya pun kian
melambung dan ia pun bermain dalam beberapa judul sinetron yang
menjadikannya artis pendatang baru yang paling bersinar.
Selain menggeluti dunia akting ia juga mulai merambah dunia presenter
dengan menjadi presenter acara musik 'HIP HIP HURA' untuk pertama kalinya. Ia
juga sering membintangi sejumlah video klip dan iklan. Tahun 2010 ia bermain
dalam film "18+" (2010).
Di film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, ia berperan menjadi Nabila, seorang
wanita muslim berjilbab yang cantik, dan juga mengagumi sosok Rosyid. Nabila,
7 http://id.wikipedia.org/wiki/Arumi_Bachsin , diakses 12 Mei 2011, jam 14.23 WIB.
60
dijodohkan dengan Rosyid agar Rosyid dengan Delia tidak bersatu. Antara Rosid
dan Nabila pun terjadi keakraban, mengingat keduanya suka dengan puisi.
Namun, karena didasari dengan cinta yang tidak natural, mereka berdua pun tidak
menjalin kedekatan yang lebih serius.
Filmografi
"Bestfriend?" (2008)
"Pocong Jalan Blora" (2009)
"Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets" (2009)
"18+" (2010)
"Not For Sale" (2010)
"3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta" (2010)
"Pocong Jumat Kliwon" (2010)
"Heart 2 Heart" (2010)
"Baik-Baik Sayang" (2011)
Sinetron
Azizah
Kawin Muda
Chelsea
Dia Bukan Cinderella
Karissa
Sumpah I Luv U
Cintaku
Dia Bukan Anakku
61
E. Karakter Pemain Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta
Rosyid : Seorang pemuda muslim, keturunan Arab-Betawi, berasal dari
keluarga yang sederhana. Ia adalah pemuda yang humoris, meskipun ia
belum melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi, namun ia sangat
peduli dengan keadaan sekitar, terutama mengenai pendidikan anak
jalanan, ia merupakan salah satu pengajar untuk anak-anak jalanan. Ia
sangat mengagumi sosok WS Rendra, dan menyukai jenis sastra
puisi.Rosyid juga sangat menyayangi keluarganya.
Delia : Seorang gadis Khatolik, dari keluarga yang “mampu”. Ia adalah
sosok wanita modern. Berbeda dengan Rosyid, Delia melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, namun ia tidak sombong, ia
juga peduli dengan keadaan sekitar, ia menjadi salah satu anggota SAR
untuk bencana alam. Ternyata sosok Rosyid yang humoris dan peduli
dengan sekitar, membuat Delia “kepincut”.
Nabila : Seorang gadis muslimah, berjilbab dan cantik. Nabila sangat
menyukai puisi-puisi karangan Rosyid. Ia dijodohkan dengan Rosyid, agar
Rosyid tidak berhubungan dengan Delia.
Mansur : Ayah Rosyid, ia mempunyai toko baju. Mansur mempunyai
perwatakan keras namun tetap menyayangi keluarganya.
Muzna : Ibu Rosyid, ia adalah seorang ibu rumah tangga. Muzna memiliki
perwatakan yang lembut, sabar, bijak dan penyayang di keluarganya.
Frans : Ayah Delia, seorang pengusaha kaya. Hampir sama dengan
Mansur, Frans juga memiliki sikap tegas terhadap keluarganya apalagi
62
yang menyangkut soal putrinya, Delia. Namun, Frans juga sangat
menyayangi keluarganya.
Martha : Ibu Delia, ia memiliki perasaan yang sensitif, dan menginginkan
Delia menikah dengan orang yang mempunyai status sama dengan
keluarganya.
Said: Saudara dari Mansur, ia mempunyai tabiat penipu. Ia tega menipu
saudaranya sendiri, Mansur.
Abu Hanif : Ayah dari teman Rosyid, ia mempunyai sifat yang penenang,
dan juga sabar, ia yang menasehati Rosyid mengenai masalahnya dengan
Delia, dan ia juga menyuruh Rosyid untuk berdoa, agar menemukan
jawabannya.
F. Team Produksi dan Para Pemain Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta
Produser Eksekutif HAIDAR BAGIR, BAKHTIAR RAHMAN
Produser PUTUT WIDJANARKO
Co-Producer GANGSAR SUKRISNO, AVESINA SOEBLI
Line Producer BENGKY B. MULYONO
Sutradara & Penulis Skenario BENNI SETIAWAN
Penata Sinematografi ROY LOLANG
Penata Artistik OSCAR FIRDAUS
Penata Musik THOERSI ARGESWARA
Penata Suara HANDI ILFAT, SATRIO BUDIONO
Penata Kostum OGHE RATULIU
63
Penata Rias AKSON JOE
Pemilihan Pemain RULI LUBIS
Editor CESA DAVID LUCKMANSYA
Cast
Rosid REZA RAHADIAN
Delia LAURA BASUKI
Nabila ARUMI BACHSIN
Ibunda Rosid (Muzna) HENIDAR AMROE
Ayahanda Rosid (Mansur) RASYID KARIM
Ayahanda Delia (Frans) ROBBY TUMEWU
Ibunda Delia (Martha) IRA WIBOWO
Said ZAINAL ABIDIN DOMBA
Anto JAY WIJAYANTO
Ayahanda Nabila (Farouk) M. ASSEGAF
Abu Hanif HADAD ALWI
64
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
Film merupakan salah satu jenis karya seni, yang memiliki kondisi terus
berkembang. Film dapat memiliki banyak arti, tergantung siapa yang “melihat”
atau menikmatinya, bilamana dan dimana. Film merupakan karya seni yang sarat
dengan simbol-simbol yang bermakna. simbol berfungsi memimpin pemahaman
subyek kepada obyek.
Dapat dikatakan dalam sebuah film memiliki maksud analisa makna (isi)
dari karya seni yang berkaitan dengan kesadaran terhadap subyek, bentuk,
material, teknik, dan sumber-sumber tertentu, misalnya makna dalam kaitannya
dengan sejarah sosial, atau hal-hal yang menjadi pusat perhatian penulis skenario,
sutradara, dan produser melalui interpretasi terhadap karyanya.
Di bawah ini merupakan upaya penulis mencoba menganalisa scene-scene
yang menggambarkan tentang toleransi beragama dan juga yang berhubungan
dengan cinta dari film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini, dengan menggunakan
analisis semiotik karya Roland Barthes.
A. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos
Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta adalah film dengan latar belakang
perbedaan etnis, budaya dan agama dalam sebuah satu cerita, yang terangkai
dalam film ini. Sejak lama latar belakang sosial, budaya dan agama yang beragam
menjadi bahan baku bagi kisah fiksi, termasuk film cerita di Indonesia. Film ini
65
menceritakan mengenai cinta pada keluarga, cinta pada sesama, cinta pada agama
dan cinta pada Tuhan. Dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes,
penulis akan berusaha menguraikan makna denotasi, konotasi dan mitos yang
mengandung banyak tanda dalam film ini.
Cinta, dalam sebuah analisis semiotik, kini menjadi penanda (signifier).
Cinta merupakan aspek materialnya, sedang apa yang ditunjuknya atau
petandanya adalah apa yang diceritakan dalam film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta
ini. Penulis ingin memulainya dengan cara demikian, sedemikian rupa hingga
mampu menguraikan apa yang tersirat dan apa yang tersurat dalam teks, atau film
ini.
Istilah cinta, dalam Al-Quran disebut “hubb” atau “mahabbah”. Di dalam
Al-Quran bebicara tentang konsep-konsep cinta, seperti cinta Tuhan kepada
manusia dan cinta manusia kepada Tuhan, cinta manusia kepada sesamanya.1
Cinta manusia kepada Tuhannya bisa diwujudkan dengan mencintai makhluk-
Nya, yaitu selalu berbuat baik dan tidak berbuat buruk, apalagi hal-hal buruk yang
merugikan orang banyak, seperti korupsi, dan terorisme.
Maka dengan munculnya film dengan latar belakang sosial, budaya dan
agama pada film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini adalah sebuah usaha yang
tergolong istimewa. Film ini hadir beriring dengan beberapa film yang tak lagi
menghindar dari situasi kondisi sosial-politik-budaya negeri bernama Indonesia
dan menghadapinya, lalu menjadikan latar belakang yang kompleks itu menjadi
1 Sudirman Tebba. Tafsir Al-Qur’an, Nikmatnya Cinta. (Jakarta: Pustaka irVan, 2006), h. 5.
66
sumber drama dan konflik. Ini yang menyebabkan film ini penting untuk dikaji
secara ilmiah.
1. Indonesia sebagai “Bangsa yang Relijius”
Film ini berangakat dari pemahaman umum tentang bangsa Indonesia
sebagai “bangsa yang relijius”. Di bagian awal terlihat shot gambar sebuah masjid
yang berada di tengah- tengah perkampungan. Pada film ini, digambarkan pula,
keadaan keluarga Rosyid yang sangat kental ke-Islamannya, dan keluarga Delia
yang sangat taat menganut agama Khatolik, ini menggambarkan adanya sikap
cinta manusia pada Tuhannya.
Gagasan ini perlahan kian melemah karena di satu sisi terdapat perluasan
dari relijiusitas itu ke dalam bentuk-bentuk gerakan sosial dan kebijakan politik
yang berusaha mewujudkan moralitas yang berdasarkan agama menjadi kebijakan
politik di tingkat lokal. Di sisi lain, juga timbul gerakan radikal yang
menggunakan ancaman kekerasan untuk menerapkan suatu versi ajaran agama.
Pemahaman agama yang dangkalpun akhirnya kerap mewarnai kehidupan
beragama di Indonesia.
Gambar Dialog Type Shot
-
Extreme Long shot:
gambar diambil dari
jarak yang sangat
jauh, sehingga objek
terlihat kecil.
67
-
-
-
“Menurut saya
perbedaan beda agama
itu bukan sekedar
perbedaan keyakinan
tapi lebih soal
psikologisnya, baik
yang menjalaninya,
bagi keluarganya
maupun bagi
lingkungannya terlebih
bagi keturunannya”.
Ujar Mas Santo. Selagi
mereka sedang
berdiskusi, tiba-tiba
Long shot: gambar
diambil dari jarak
jauh, sehingga seluruh
bagian objek dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Medium long shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Long shot: gambar
diambil dari jarak
jauh, sehingga seluruh
bagian objek dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Medium shot: dari
jarak yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
68
mereka didatangi oleh
sekolompok orang
yang tidak dikenal, dan
memaksa mereka untuk
bubar berdiskusi.
“keluar kalian, kalian
mengaku saja kalau
aliran kalian adalah
aliran sesat, kami
sudah mengetahui
kalau aliran ini aliran
sesat, jadi kalian cepat
bubar sebelum kami
memaksa kalian
bubar” ujar salah satu
pemimpin kelompok
tersebut.
“eh,sebentar katanya
kalian semua ini umat
beragama jangan
begini dong caranya”
ujar Rosid.
Lalu perkelahian pun
terjadi, tidak lama
datang kepala Rukun
Warga (RW) setempat
melerai perkelahian
tersebut.
“makanya kalian
saring dulu, jangan
main langsung serang
Medium shot: dari
jarak yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
69
aja” ujar Bapak RW.
Tiba-tiba Rosid
menyeletuk, “ada
unsur duitnya kali pak
RW”.
“enak aja orang Cuma
ongkos transport doang
kok” ujar salah satu
anggota kelompok
tersebut.
“ya sudah-sudah,
kaliankan sekarang
sudah saling
memaafkan, sekarang
bubar dan jangan
sekali-sekali melakukan
tindakan anarkis ya,
sekarang bubar
semua”, ujar Bapak
RW.
Denotasi Gambar sebuah masjid yang berada di tengah-
tengah perkampungan, meskipun sudah padat
tetap ada rumah ibadah. Keberagaman agama di
Indonesia, Islam, Kristen dan lain-lain,
menunjukkan Indonesia kaya akan keragaman
suku, agama dan budayanya. Gambar di atas juga
memperlihatkan, tokoh-tokoh dalam film ini,
Rosyid dan Delia merupakan orang-orang yang
70
relijius.
Kelompok keagamaan mendatangi perkumpulan
Rosyid dan teman-temannya. Mereka
menganggap perkumpulan Rosyid dan teman-
temannya tersebut merupakan aliran sesat, dan
harus dibubarkan dengan jalan kekerasan.
Pertikaianpun terjadi, hingga datang kepala
Rukun Warga (RW) untuk melerai pertikaian
tersebut.
Konotasi Indonesia yang kaya akan keragaman suku,
agama dan budayanya sangat dibutuhkan sikap
toleransi antarsesama anggota masyarakatnya.
Dalam berbeda pandangan, orang sering
memaksakan kehendak dan menganggap
pandangan yang dikemukakannya sebagai satu-
satunya kebenaran, dan karenanya ingin
dipaksakan kepada orang lain. Di sini tergambar
adanya cinta manusia kepada Tuhannya dan cinta
manusia terhadap sesamanya, terlihat dari
keberagaman agama, dan ketaatan mereka pada
Tuhan. Begitu juga mengenai pemahaman
keagamaan yang dangkal dari sekelompok umat,
yang merasa dirinya paling benar, namun belum
71
Sebagai sistem denotatif, adegan di atas menggambarkan Indonesia
sebagai bangsa yang relijius. Film ini memperlihatkan bahwa pemahaman
Indonesia sebagai “bangsa yang relijius” masih punya dasar sosiologis yang
sangat kuat. Para tokoh dalam film ini adalah orang-orang yang menjalankan
agama yang relatif moderat, tak berusaha mengubah ajaran agama menjadi
kebijakan politik. Memang ada pemaksaan kehendak, tapi hal ini terjadi antara
ayah dengan anak, sesuatu yang pada dasarnya merupakan sebuah bentuk inisiasi
lembaga keluarga berbasisi tradisi.
Namun di film ini juga disinggung masalah gerakan radikal yang berbasis
agama. Bukti historik menunjukkan bahwa gerakan-gerakan keagamaan baru
dengan baik sekali dapat menanamkan pengaruh yang kuat pada masyarakat jika
gerakan- gerakan tersebut lahir pada saat peradaban-peradaban sedang dalam
keadaan kacau. Ketidakstabilan yang mengambang merupakan tempat subur bagi
tumbuhnya tipe-tipe organisasi keagamaan yang baru.2 Pemahaman keagamaan
2 Elizabeth K. Nottingham. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama.
(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1996) h. 175.
tentu ia memahami agamanya dengan baik.
Mitos Karena ada realitas yang berwujud pluralitas
dalam masyarakat kita, maka kita perlu bersikap
pluralis, yakni menerima dan menghargai realitas
yang plural itu. Namun, di samping itu setiap
agama harus mempunyai klaim kebenaran
mutlak atas agamanya sendiri.
72
yang dangkal mewarnai kehidupan beragama di Indonesia, ini dialami oleh
beberapa kelompok keagamaan, khususnya umat Islam dan ini juga
mengakibatkan munculnya gerakan keagamaan yang bersifar radikal.
Sebagai sistem mitosnya, penulis melihat bahwa karena ada realitas yang
berwujud pluralitas dalam masyarakat kita, maka kita perlu bersikap pluralis,
yakni menerima dan menghargai realitas yang ada itu. Namun, seseorang yang
memeluk agama harus yakin bahwa agamanya adalah agama yang paling benar.
Agama yang dianut seseorang ibarat “tanah air” baginya, dan agama-
agama lain ibarat “negeri ajaib/ negeri asing”.3 Ibarat “tanah air”, suatu agama
harus dicintai oleh penghuninya sendiri, dan ibarat “negeri asing”, agama-agama
lain tidak mesti dijauhi dan dimusuhi, tetapi sebaiknya lebih baik dikunjungi,
dikenal, diajak dialog agar dapat mengambil pengalaman-pengalaman yang
berharga untuk agama sendiri.
Dalam sejarah politik, sangat sering terjadi agama dijadikan instrumen
oleh para penguasa yang zalim untuk menindas rakyat ataupun melanggengkan
kekuasaannya. Terlihat ada dialog Rosyid memberikan sindiran untuk kelompok
gerakan radikal tersebut, “ada unsur duitnya kali Pak RW”, dan dijawab oleh
seorang dari kelompok tersebut, “enak aja, orang cuma ongkos transport doang
kok”. Dari dialog ini terlihat bahwa agama telah dijadikan instrumen oleh para
penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Pemahaman keagamaan yang
dangkal juga terlihat pada bagian ini, yang menggambarkan sekelompok yang
menamakan atas agamanya, tanpa bukti apapun menuduh suatu kelompok sebagai
3 Elza Peldi Taher, ed. Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan
Effendi. ( Jakarta: Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), 2009) h. 141.
73
aliran yang sesat. Tindakan yang gegabah seperti ini, merupakan kedangkalan
pemahaman agamanya sendiri, mereka harus lebih bisa memahami secara
mendalam agamanya sendiri.
Jika cara pandang agama yang anti-pluralis ini dibawa ke arena politik,
yang akan terjadi adalah perlilaku politik yang eksklusif, yang cenderung
diskriminatif terhadap warga yang mempunyai agama yang berbeda.4 Tetapi
sesungguhnya setiap agama juga mengajarkan pada pentingnya toleransi dan
hubungan kemanusiaan yang penuh cinta kasih, yang jika itu dibawa ke arena
politik akan memunculkan perilaku politik yang terbuka, toleran dan responsif
terhadap masalah-masalah kemanusiaan yang universal.
Cinta manusia kepada Tuhannya dan cinta manusia terhadap sesamanya,
terlihat dari beberapa scene yang menggambarkan ketaatan beribadah. Diskusi
mengenai agama dan masa depan bangsa yang dilakukan Rosyid dan teman-
temannya, memperlihatkan adanya rasa tanggung jawab dan kepedulian dan
perhatian warga negara terhadap tanah airnya.
Masalah gerakan radikal pada bagian ini, menggambarkan adanya salah
pengertian, bagaimana seharusnya sikap cinta manusia pada Tuhannya
diperlihatkan. Sikap ini tidak bisa dilakukan dengan tindakan anarki dan main
hakim sendiri, yang secara tiba-tiba menyerang sebuah kelompok dan mengatakan
kelompok itu sesat tanpa bukti apapun. Namun pada akhirnya, pemahaman dan
pengertian terjadi, dengan saling memaafkan satu sama lain atas kejadian ini, ini
4 Zainuddin Maliki, Agama Rakyat Agama Penguasa Konstruksi tentang Realitas Agama dan
Demokratisasi. (Yogyakarta: Galang Press,2000).
74
memperlihatkan adanya sikap cinta persaudaraan atau cinta manusia terhadap
sesama.
Empat unsur yang menimbulkan cinta kasih seperti perhatian, tanggung
jawab, penghargaan, dan pemahaman, diharapkan dapat menimbulkan sikap
responsif dan toleransi beragama, dengan adanya kemajemukan agama, suku,
budaya dan sosial yang terjadi di Indonesia.
2. Antara “Tradisi dan Agama”
Film ini memperlihatkan sikap kritis terhadap percampuran antara tradisi
dengan agama. Disinggung mengenai “peci putih”, apakah itu merupakan sebuah
kewajiban agama yang harus dilaksanakan atau hanya kebudayaan agama, yang
tidak wajib dilaksanakan?.
Di film ini terjadi perdebatan antara Rosyid dan Mansyur, Mansyur
sebagai abahnya Rosyid yang keturunan Arab, ingin sekali Rosyid memakai peci
dan memotong rambut keribonya, namun Rosyid tidak mau, ia mengatakan peci
hanyalah tradisi kebudayaan agama. Dan di film ini juga terselip adegan yang
menggambarkan mengenai tari Zapin, yang menurut tradisi Arab, wanita tidak
boleh menarikannya. Namun, Delia yang non-muslim tidak mengetahui hal
itu,dan ia ikut menari dengan para lelaki.
75
Gambar Dialog Type Shot
Di depan rumah Rosyid,
Mansyur memanggil
Rosyid. “ Lu belom
cukur juga sarang
tawon itu, dasar anak
syaiton” Mansyur
marah melihat Rosyid
masih dengan rambut
kribonya. Rosyid
bergumam pelan tapi
menohok, “ Kalau
anaknya syaiton,
abahnya apa dong?”.
Mansyur dengan cepat
menyambar gelas kopi
dan menyiram Rosyid.
Namun, Rosyid lebih
cepat lari.
Mansyur terlihat
menuangkan air ke
dalam gelas dengan
mulut komat-kamit.
Karena pengaruh Said,
saudaranya, Mansyur
menggunakan berbagai
cara agar Rosyid mau
memakai peci, dan
memotong rambutnya.
Kemudian Rosyid
meminum air itu, ia
Medium shot: dari jarak
yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Long shot: gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga seluruh
bagian objek dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Medium shot: dari jarak
yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium shot: dari jarak
yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium long shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
76
berpura-pura kejang,
namun, pada akhirnya ia
membohongi abahnya.
Di rumah Ustadz
Cholid, Rosyid ditarik
paksa oleh Mansyur dan
Said, untuk bertemu
Ustadz Cholid.
Terjadi dialog antara
Rosyid dengan Ustadz
Cholid. “ Saya tahu
pakai peci itu baik, tapi
kan gak wajib. Lagian
kenapa harus putih?
Peci putih bukan ajaran
agama” ujar Rosyid.
“Ajaran siape?” tanya
Ustadz. “Leluhur kita”
ujar Rosyid lagi. “Jadi
ente anggap ajaran
leluhur bukan ajaran
agama?” tanya ustadz
lagi. “Tidak semuanye,
ada yang cuma tradisi”
jawab Rosyid. “Maaf
ustadz, menurut saya
peci itu hanya simbol
saja. Pastor juga
memakai penutup
kepala, penganut agama
Yahudi juga. Perkara
Long shot: gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga seluruh
bagian objek dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Extreme Long shot:
gambar diambil dari
jarak yang sangat jauh,
sehingga objek terlihat
kecil.
Long shot: gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga seluruh
bagian objek dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Long shot: gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga seluruh
bagian objek dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Medium long shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
77
model, warna, motif dan
bentuknya itu
tergantung tradisi
dimana mereka
berasal". Ujar Rosyid
lagi. “ Sid, peci putih
dipake ame leluhur kite,
apa yang dari leluhur
kite itu pasti bener.
Kalau ada yang
kelihatannya bener tapi
bukan dari leluhur kita,
itu salah” ujar ustadz
Cholid. “ Maaf ustadz,
kita kayak orang
primitif dong, ngikutin
ajaran nenek moyang
melulu” jawab Rosyid.
Terlihat kepala Rosyid
dengan rambut
kribonya, di tengah-
tengah orang-orang
yang rata-rata memakai
peci putih.
Musik Zapin terdengar,
para lelaki yang banyak
keturunan Arab asik
menari.
Delia yang tertarik
dengan tarian Zapin,
menari bersama para
78
lelaki, musikpun
berhenti dan orang-
orang melihat ke arah
Delia.
Rosyid menarik Delia
keluar rumah. “Kamu
tidak bilang sih, kalau
cewek tidak boleh
gabung sama cowok”
ujar Delia. “ Makanya
nanya, bikin heboh aja
kamu” ujar Rosyid.
Mereka berdua tertawa,
lalu melakukan gerakan
tari Zapin.
Denotasi Rosyid dengan rambut keribonya datang ke
Mansyur, dan Mansyur kesal karena Rosyid belum
memotong rambutnya itu, karena jadi susah untuk
memakai peci. Berbagai cara dilakukan oleh
Mansyur, seperti memakai jimat-jimatan, agar
Rosyid mau memotong rambut dan memakai peci
putih. Namun Rosyid tak terpengaruh.
Mansyur, membawa Rosyid ke salah seorang
ustadz. Di sana Rosyid berdebat dengan ustadz
mengenai pentingnya memakai peci putih, yang
menurut Rosyid itu hanya merupakan tradisi
budaya. Dan di sana Rosyid dianggap sesat oleh
79
jemaah ustadz tersebut.
Terlihat dari kejauhan di sebuah masjid rambut
keribo Rosyid, di tengah-tengah jemaah yang lain
yang memakai peci putih.
Di salah satu rumah teman Rosyid, sedang
mengadakan acara tari Zapin, para lelaki sedang
menari, tiba-tiba Delia ikut menari, dan membuat
orang –orang kaget melihat kejadian itu, karena
perempuan dianggap tidak boleh menari Zapin.
Di akhir cerita film ini, Delia dan Rosyid menari
Zapin bersama, seolah mematahkan mitos bahwa
perempuan dilarang menari Zapin.
Konotasi Simbol keagamaan dan kebudayaan, beribadat
bersama-sama, dan memakai lambang keagamaan
dan lambang kebudayaan telah mempersatukan
kelompok-kelompok manusia dalam ikatan yang
paling erat, akan tetapi seiring dengan
perkembangan zaman dan diikuti perubahan sosial,
timbullah perbedaan pemahaman dan pendapat
mengenai simbol, dan lambang keagamaan
tersebut.
Pemakaian jimat-jimatan yang dilakukan Mansyur,
semata-mata hanya untuk membantu Rosyid,
80
namun pemakaian jimat-jimatan dilarang oleh
agama, khususnya dalam Islam.
Mitos Agama memberi lambang-lambang kepada
manusia, dengan lambang tersebut mereka dapat
mengungkapkan hal-hal yang susah diungkapkan
meskipun hakikatnya pengalaman keagamaan
selamanya tidak dapat diungkapkan.
Jimat adalah segala sesuatu yang diyakini menjadi
sebab datangnya manfaat atau hilangnya kesulitan,
namun bukan merupakan sebab yang dibolehkan
oleh syari‟at (baik secara syar‟i atau qodari),
menurut Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu asy-
Syaikh.
Gambar di atas memang ada persiratan bahwa adanya pemaksaan
kehendak, tapi seperti yang penulis bilang sebelumnya ini terjadi hanya pada
tingkat inisisasi keluarga, antara ayah dan anak. Mansyur memaksa Rosyid untuk
memotong rambut keribonya agar dapat memakai peci putih yang menurut
Mansyur itu merupakan ajaran agama Islam, namun Rosyid menolak karena
menurutnya, memakai peci putih hanya sebuah tradisi. Konflik ayah-anak ini
terjadi karena adanya pelemahan terhadap tradisi tersebut, akibat modernisasi dan
perubahan sosial yang lebih luas.
Mansyur menggunakan berbagai cara seperti memakai jima-jimatan, agar
Rosyid mau memakai peci dan memotong rambut kribonya. Azimat atau juga bisa
81
disebut jimat adalah suatu benda atau sejenisnya yang disakralkan oleh
pembuatnya atau pemakainya. Azimat ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
batu, air yang mengkristal, hewan, manusia, dan bahan lainnya yang sengaja
dibuat oleh manusia atau tercipta oleh proses alam bahkan ada juga dari alam
gaib.
Masyarakat kita sesungguhnya sangat paradoksal, di satu sisi mereka
sangat mengagungkan teknologi namun di sisi lain mereka juga masih
menggantungkan hidup mereka pada benda-benda yang diyakini memiliki
kekuatan tertentu lepas darimana „kekuatan‟ itu bersumber. Tentu saja ini menjadi
lucu karena manusia harus tunduk dan menghamba kepada benda-benda mati
yang tidak bisa melindungi diri sendiri. Mereka justru melupakan Allah SWT
Pencipta segala yang mereka sembah itu.
Dalam sebuah hadits yg diriwayatkan Abdullah bin Mas‟ud radhiallahu
„anhu Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam mengisyaratkan tentang jimat dan
hukumnya. Kata Ibnu Mas‟ud: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda:
إن الرقى والتمائم والتولة شرك
“Sesungguhnya jampi-jampi jimat-jimat dan guna-guna adalah syirik.”
Jimat adalah permata yang dirangkai atau tulang belulang kemudian
dikalungkan di leher-leher anak dgn tujuan menolak bala. Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullah menjelaskan: “Memang asal jimat itu adalah permata yang
dirangkai yng digantungkan pada leher anak agar terpelihara dari gangguan
82
mata-mata jahat”. Kemudian mereka perluas makna jimat tersebut sehingga
mereka menamakan jimat pada segala bentuk perlindungan.
Ritus (ibadat) adalah bagian dari tingkah laku keagamaan yang aktif dan
dapat diamati. Ritus ini mencakup semua jenis tingkah laku, seperti memakai
pakaian khusus, mengucapkan ucapan-ucapan formal tertentu, menyanyi, berdoa,
dan menari.5 Ini semua tergantung bukan kepada ciri hakikatnya tapi pada sikap
emosional kelompok (masyarakat) terhadapnya dan pada konteks sosiokultural
tempat dilaksanakannya.
Senada dengan Eric Sasono, Kritikus Film dan Editor www.rumahfilm.org,
menurut penulis dalam film ini digunakan pendekatan karikatural sebagaimana
yang dipakai Sjumandjaja, mengenai urusan memakai peci sebagai bagian dari
sebuah negosisasi budaya dalam penetapan identitas kultural dan agama dalam
satu individu. Pendekatan humor ini berhasil dengan tepat menyasar pada
penertawaan pandangan kolot dan tak toleran yang dimiliki oleh genarasi tua serta
pewarisan hal-hal tersebut yang kerap dilakukan secara tidak kritis.
Apabila kita memperhatikan sebuah peci putih, kita akan menilai itu hanya
sebuah alat penutup kepala biasa yang berwarna putih. Sebab bukan peci putih itu
yang menjadikannya sakral, tetapi justru berbagai sikap dan perasaan manusianya
yang memperkuat kesakralan peci putih tersebut.
Dan mengenai tarian Zapin, Zapin sendiri berasal dari bahasa arab yaitu
"Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan.
5 Elizabeth K. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama. h. 15.
83
Zapin merupakan hasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari
Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan
sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang
didendangkan.
Musik pengiringnya terdiri dari dua alat yang utama yaitu alat musik petik
gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas.
Sebelum tahun 1960, zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki namun kini
seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial seperti halnya peci,
tarian Zapin sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran
laki-laki dengan perempuan. Dan di akhir film ini, tarian Zapinpun di lakukan
oleh Delia dan Rosyid dengan bersama-sama, seakan mempertegas bahwa tari
Zapin boleh dibawakan dengan laki-laki dan perempuan.
Perlu ditekankan bahwa benda-benda atau sesuatu yang merupakan ritus
yang sakral, seperti halnya di film ini ada sebuah peci putih dan tarian Zapin
sebenarnya secara lahiriah tidak berbeda dengan peci biasa atau tarian biasa yang
dikenal sehari-hari. Demikian padunya agama dengan kebudayaan sehingga sering
sulit menggariskan batas antara agama dan kebudayaan pada sesuatu perkara.6
Sekali lagi, sikap para pemeluklah yang membuat perbedaan penting dalam hal
ini.
Pada bagian ini, sikap menjaga dan melestarikan kebudayaan merupakan
wujud dari sikap perhatian dan kepedulian orang terhadap kebudayaannya.
Meskipun terjadi perbedaan pendapat karena seiring berkembangnya zaman, pada
6 Drs. Sidi Gazalba. Islam & Perubahan Sosio Budaya, Kajian Islam tentang Perubahan
Masyarakat. ( Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983) h. 54.
84
akhirnya pemahaman dan saling menghargai dan menghormati pendapat
merupakan wujud toleransi beragama dan cinta manusia terhadap sesamanya.
Oleh karena itu, meskipun terdapat perbedaan dalam memahami
pentingnya sebuah simbol keagamaan, tetap sikap dan sifat toleransi lah yang
harus ditumbuhkan, agar dalam menjalani kehidupan sosial akan tetap saling
menghargai dan menghormati pendapat satu sama lain.
3. Rosyid : Sosok Pemuda Muslim yang Ideal ?
Reza Rahardian, yang berperan menjadi Rosyid dalam film ini adalah
sosok pemuda muslim yang ideal,7 ia sangat menyayangi kedua orangtuanya
seperti yang ingin digambarkan oleh sutradara film ini. Rosyid adalah pemuda
muslim yang tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, karena tidak
diizinkan oleh Mansyur, sang ayah. Ia bekerja sebagai wartawan freelance di
koran Tempo. Rosyid sangat menyukai sastra, terutama karya-karya WS. Rendra,
meskipun ia tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, ia
tetap peduli dengan pendidikan anak-anak jalanan. Ia menjadi pengajar untuk
anak-anak jalanan, selain itu dengan teman-temannya pula, ia aktif berdiskusi
mengenai masa depan negara Indonesia, dengan dialog-dialog yang kritis.
Kisah kedekatannya dengan Delia yang diperankan oleh Laura Basuki di
film ini, mendapat tentangan dari keluarga Rosyid dan Delia, karena mereka
berbeda keyakinan. Namun, Rosyid dan Delia tetap menjalin kedekatan mereka
dengan tetap menghormati keyakinan masing-masing, dengan sikap toleransi yang
tumbuh dalam diri Rosyid.
7 Wawancara pribadi dengan Benni Setiawan, Jakarta 10 Maret 2011.
85
Gambar Dialog Type Shot
“Ayo siapa yang inget
sila ke-4?” tanya Rosyid
pada anaka-anak jalanan.
“Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat
kebijikasanaan dalam
permusyawaratan
perwakilan” jawab
seorang anak. “Ya, yang
lain jangan pada lupa ya,
lanjut, sila ke-5
Pancasila?” tanya Rosyid
lagi.
“Ocid, juga sayang sama
abah” ujar Rosyid
senang.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Shot : dari
jarak yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Shot : dari
jarak yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Shot : dari
jarak yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
86
-
“Ocid, sayang sama
ummi” ujar Rosyid lirih
kepada Muzna.
-
-
“Mama yang tercinta
akhirya kutemukan juga
jodohku. Seorang yang
bagai kau, sederhana
dalam tingkah dan
bicara, serta
menyayangiku” Rosyid
membacakan puisi untuk
umminya.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
High Angle, Medium
Shot: dari jarak yang
dekat objek diambil
hanya separuh badan.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Denotasi Rosyid menjadi pengajar bagi anak-anak jalanan di
87
rumah singgah Anak Titipan Bangsa, walaupun ia
tidak tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi, namun ia sangat peduli terhadap nasib anak
jalanan. Kini ia bekerja sebagai wartawan freelance
di koran Tempo. Ia sangat menyayangi abah dan
umminya, terlihat dari gambar ia memeluk dan
mencium tangan orangtuanya. Ia adalah pemuda
yang religius, rajin beribadah. Dan di samping itu,
ia juga menyukai sastra, terutama karya WS.
Rendra, yang ia sangat kagumi,dan ia
menyempatkan untuk membacakan puisi untuk
umminya.
Konotasi Di antara sifat Rosyid sebagai pemuda muslim yang
paling menonjol adalah berbakti dan berbuat baik
kepada orang tuanya, karena itu merupakan suatu
hal yang amat sangat ditekankan Islam, dan itu juga
merupakan salah satu ciri dari jati diri muslim yang
melekat pada diri Rosyid.
Mitos Seorang pemuda muslim yang ideal digambarkan
memiliki ciri-ciri antara lain: berbakti pada orang
tua, taat beribadah, kritis, melakukan sesuatu yang
88
bermanfaat bagi manusia dan mencegah
kemudharatan terhadap mereka8.
Tokoh Rosyid yang hanya berpendidikan SMA, memiliki pandangan yang
luas terhadap keadaan sekitarnya, bersikap kritis dan terlibat secara sosial dengan
berbagai persoalan di sekitarnya. Sangat kontras dengan banyak film yang
menjadikan sekolah sebagai sarana untuk pencapaian kenaikan kelas sosial. Film
ini melihat peluang penyadaran dan pendidikan bisa didapat dari aktivisme di
sebuah organisasi non pemerintah, seperti yang dilakukan Rosyid dengan teman-
temannya membuat wadah diskusi mengenai keadaan sekitar, dan juga kesenian,
Rosyid, dengan kecintaannya dengan dunia sastra, gemar membuat puisi. Ini
menunjukkan bahwa generasi muda sekarang masih ada yang peduli dengan
kesenian sastra, terutama puisi.
Rosyid merupakan pemuda yang peduli dengan keadaan pendidikan di
sekitarnya, terutama anak-anak jalanan, ia berusaha agar dirinya yang tidak terlalu
tinggi tingkat pendidikannya, tetap masih bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Orang muslim yang berpegang pada petunjuk Islam akan senantiasa berusaha
untuk berbuat hal-hal yang dapat memberikan manfaat bagi orang-orang di
masyarakatnya dan menghindarkan mereka dari hal-hal yang menyakitkan.
Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi, dalam bukunya yang berjudul
Jati Diri Muslim. Beberapa ciri jati diri muslim, antara lain :
8 Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi. Jati Diri Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999), h.
25.
89
1. Kewajiban orang muslim terhadap Rabb-Nya : Senantiasa mentaati
perintah Tuhannya, merasa bertanggung jawab pada
kepemimpinannya, senantiasa bertaubat, dan lain-lain.
2. Kewajiban orang muslim terhadap dirinya : Sederhana dalam
makan dan minum, banyak membaca doa, menuntut ilmu
sepanjang hidup, berpenampilan menarik, dan lain-lain.
3. Kewajiban orang muslim terhadap orang tuanya : Berbakti kepada
kedua orang tua, mengetahui kedudukan orang tua dan kewajiban
seorang anak kepada kedua orang tuanya, takut berbuat durhaka
kepada orang tua, dan lain-lain.
4. Kewajiban orang muslim terhadap istrinya : menjadi pemimpin
yang baik bagi istrinya, menjadi penyempurna bagi kekurangan
yang dimiliki istirnya, dan lain-lain.
5. Kewajiban orang muslim terhadap anak-anaknya : menggunakan
cara terbaik mendidik anak, menjadikan anak merasa dicintai,
menanamkan akhlakul kharimah pada anak, dan lain-lain.
6. Kewajiban orang muslim terhadap kerabat dan keluarganya :
penghormatan Islam terhadap kaum kerabat, memahami
silaturahmi dalam pengertian luas, dan lain-lain.
7. Kewajiban orang muslim terhadap saudara dan temannya :
mencintai saudara dan teman karena Allah SWT, bersikap toleran
dan pemaaf terhadap saudara dan teman, senantiasa berbuat baik,
dan lain-lain.
8. Kewajiban orang muslim terhadap masyarakatnya : bersikap jujur,
berakhlak mulia, bersifat toleran, mengajak kepada kebenaran,
mendahulukan orang laain atas dirinya sendiri, melakukan sesuatu
yang bermanfaat bagi manusia dan mencegah kemudharatan
terhadap mereka, dan lain-lain.9
Orang muslim tidak akan pernah membiarkan waktu berlalu melainkan
untuk berbuat kebaikan, dan dia juga mengetahui bahwa berbuat kebaikan itu
akan mendatangkan keberuntungan, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT
dalam surat Al-Hajj ayat 77 10
,
“ Dan berbuatlah kebaikan, supaya kalian mendapat kemenangan.”
9 Ibid, h. 16.
10 Ibid, h. 224.
90
Diantara sifat Rosyid sebagai seorang muslim yang paling menonjol
adalah berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain).
Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menempatkan keridhaan orang tua setelah
keridhaan Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat An-Nisa‟ ayat
36 dan juga surat Al-Ankabut ayat 8 11
:
....
“ Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.”
...
“ Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada dua ibu dan
bapaknya.”
Berdasarkan hal tersebut, seorang muslim yang benar-benar menyadari
ajaran agamanya akan menjadi seorang yang paling berbakti dan berbuat baik
kepada kedua orang tuanya daripada orang lain yang ada di dunia ini.
Kemudian, sifat Rosyid yang menghormati Delia sebagai teman dekatnya,
padahal Delia berbeda keyakinan dengan Rosyid. Sifat toleran-lah yang tumbuh
dalam diri Rosyid, sehingga Rosyid senantiasa menghargai dan menghormati
orang yang berbeda keyakinan.
Seorang muslim yang menyadari hukum-hukum agamanya sangat toleran
dalam hubungan antarsesama manusia, karena dia mengetahui bahwa tidak ada
11
Ibid , h. 61.
91
sifat seperti sifat toleran yang dapat memberikan kebaikan bagi seseorang di dunia
dan di akhirat 12
.
Sikap kepedulian dan rasa tanggung jawab Rosyid terhadap pendidikan
anak-anak jalanan, dan kecintaannya dengan sastra puisi, yang jelas pada zaman
sekarang hanya segelintir pemuda yang peduli akan pendidikan anak jalanan dan
sastra puisi. Serta, sikap hormat dan menghargai kepada orang tuanya, dan pada
Delia, yang memiliki perbedaan keyakinan dengan Rosyid, tidak membuat Rosyid
membedakan perlakuannya terhadap Delia. Pemahaman Rosyid sebagai seorang
muslim mengenai perbedaan tidak harus dimusuhi namun sebaliknya kita harus
mengenalnya, dan harus menimbulkan sikap toleransi, ini menjadikan sosok
Rosyid sebagai pemuda muslim yang cinta terhadap Tuhannya, cinta tehadap
orang tuanya, dan cinta terhadap sesamanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tokoh Rosyid, yang ingin digambarkan
dalam film ini, merupakan sosok pemuda muslim yang ideal, yang ciri-ciri
kemuslimannya melekat pada diri Rosyid, seperti berbakti kepada orang tua,
bermanfaat kepada orang lain, taat beribadah, toleran dan lain sebagainya.
4. Cinta Beda Agama
Pada film ini digambarkan kedekatan antara Rosyid dan Delia yang
memiliki perbedaan keyakinan. Rosyid dan Delia yang saling mengenal ketika
Rosyid sedang mengajar anak-anak jalanan, sejak saat itu kedekatan mereka
terjalin. Tidak mudah menjalin kedekatan di antara mereka, segala rintangan yang
datang dari masing-masing keluarga yang tidak menginginkan mereka bersatu.
12
Ibid, h. 192.
92
Keluarga Rosyid, terutama abahnya, Mansyur, sangat marah dan tidak
setuju kedekatan Rosyid dengan Delia. Segala cara ia lakukan demi terpisahnya
hubungan mereka, dengan menjodohkan Rosyid dengan Nabila, seorang gadis
muslim yang cantik. Begitu pula keluarga Delia, Frans, ayah Delia, mendaftarkan
Delia untuk sekolah ke luar negeri, demi terpisahnya hubungan Delia dengan
Rosyid.
Namun, tidak semudah itu memisahkan Rosyid dengan Delia. Yang pada
akhirnya, mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya karena lebih
mementingkan orang sekitar, daripada diri sendiri, di sini tidak ada pemaksaan
kehendak, ini terjadi atas kesadaran mereka pribadi, lalu timbullah rasa toleransi
antar unat beragama dalam diri Rosyid, Delia, dan keluarganya.
Gambar Dialog Type Shot
“Oh, lupa belom muhrim”
ujar Delia sambil tertawa.
-
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
Long Shot: gambar
diambil dari jarak
jauh, sehingga
seluruh bagian objek
dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Extreme Long Shot:
gambar diambil dari
jarak yang sangat
jauh, sehingga objek
93
-
-
-
“ Tidak mudah buat
kamu, buat Delia, buat
kami, juga buat
keluargamu. Tolong
pikirkan” ujar Frans
kepada Rosyid. “ Oh,
begitu om” jawab Rosyid.
“Begitulah” ujar Frans
lagi.
“ Bah, kenalin ini Delia”
ujar Rosyid. “ Teman dari
mana neng?” tanya
Mansyur kepada Delia.
“Teman satu sanggar”
jawab Rosyid.
terlihat kecil.
Extreme Long Shot:
gambar diambil dari
jarak yang sangat
jauh, sehingga objek
terlihat kecil.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
94
-
-
“ Apa kabar om” sapa
Delia pada Mansyur.
“Hmm, baek” jawab
Mansyur sambil manahan
marah. Tiba- tiba wajah
Mansyur berubah, ketika
melihat ke arah leher
Delia yang memakai
kalung salib.
“ Kamu ga mau aku
ketemu abah ya ?” tanya
Delia. “ Bukan gitu,
Cuma” jawab Rosyid
bingung. “ Cuma kenapa,
aku pakai kalung ini
kan?” ujar Delia sedih.
“ Kagak mungkin Allah
ngejodohin beda agama”
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Close Up: gambar
diambil untuk
memperlihatkan
sebuah benda atau
objek.
Medium Close Up :
gambar diambil dari
dada ke atas, latar
belakang tidak begitu
dominan.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
95
ujar Mansyur marah pada
Rosyid. “ Tapi banyak
juga yang nikah beda
agama sampai punya
anak cucu, sampai mati,
apa itu bukan kehendak
Allah?” tanya Rosyid.
“Bukan” jawab Mansyur
tegas. “Darimana abah
tau kalau itu bukan
kehendak Allah?” tanya
Rosyid lagi.
“Astagfirullah aladzim,
itu kagak bisa
ditawar!kalau lu masih
ngotot juga, keluar lu dari
rumah gue! Gue ga aku lu
anak lagi” ujar Mansyur
dengan marah. Rosyid
pergi. Muzna menangis
sedih sekali.
“Kalau gue sih Del, kalau
lu bahagia gue juga ikut
bahagia” ujar salah satu
teman Delia. Delia
menerima buku dari
teman-temannya.
“Makasih lu semua
perhatian sama gue, tapi
gue akan tetap jalani
hidup gue seperti yang
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan
Long Shot: gambar
diambil dari jarak
jauh, sehingga
seluruh bagian objek
dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Close Up: gambar
diambil untuk
memperlihatkan
sebuah benda atau
96
gue mau” ujar Delia.
“Apa bener Tuhan itu
melarang kawin beda
agama, mi?” tanya
Rosyid pada Abu Hanif,
ayah Mahdi. “Nah, lu
Tuhannya siapa?” tanya
Abu Hanif. “Allah SWT”
jawab Rosyid. “Agama
lu?” tanya Abu Hanif lagi.
“Ya, Islam mi” jawab
Rosyid sambil tersenyum.
“Di Islam, kalau yang
muslim laki-lakinya ada
yang ngebolehin tapi juga
ada yang gak ngebolehin,
kalau yang laki-lakinya
non muslim, banyak yang
gak ngebolehin” ujar Abu
Hanif. “ Lu pikirin sendiri
sid, bukan Cuma dari
sudut agama aja, dari
aspek lain juga. Pikirin
dengan mata batin lu,
istikhoroh. Karena yang
mau lu jalanin ga main-
main. Yang se-agama aja
berat, apalagi beda” ujar
Abu Hanif lagi.
-
objek.
Long Shot: gambar
diambil dari jarak
jauh, sehingga
seluruh bagian objek
dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
dada ke atas, latar
belakang tidak begitu
dominan.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
dada ke atas, latar
belakang tidak begitu
dominan.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot:
gambar diambil dari
jarak jauh, sehingga
seluruh bagian objek
dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
97
“Nabila mau kan jadi bini
Rosyid” tanya Rodiyah
pada Nabila. Nabilapun
mengangguk.
Delia tengah membaca
buku tentang Islam.
“Pagi tante, masih inget
saya tante?” sapa Delia
pada Muzna. “Iyalah
inget, Delilah kan?”
jawab Muzna. “Delia
tante, Rosyid ada tante?”
tanya Delia. “Kagak ada
neng. Gak pulang dari
kemarin” jawab Muzna.
“Saya khawatir sama
Rosyid tidak ada
kabarnya. Tolong tante
sampaikan Rosyid untuk
telepon saya” ujar Delia
kecewa. “Biasanya,
Rosyid di rumah Mahdi”
ujar Muzna. “Terima
kasih, saya permisi dulu,
Assalamualaikum” ujar
Delia senang.
“Walaikumsalam” jawab
Muzna lirih.
“Nabila, nanti aku
jelaskan” ujar Rosyid
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Close Up: gambar
diambil untuk
memperlihatkan
sebuah benda atau
objek.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
dada ke atas, latar
belakang tidak begitu
dominan.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
98
pada Nabila. “Gak perlu
Sid, gak apa-apa, udah
jelas kok,
Assalamualikum” ujar
Nabila sambil
meninggalkan Rosyid.
“Kita butuh waktu lagi
Sid?” tanya Delia pada
Rosyid. “Ya, aku ga mau
kita salah ngambil
keputusan”. Ujar Rosyid.
“Sid, aku sayang kamu,
aku gak mau kehilangan
kamu” ujar Delia sedih.
“Sama Del, sama” ujar
Rosyid.
Rosyid menjelaskan
semuanya kepada Nabila,
dan Nabilapun mengerti.
Keluarga Rosyid
mengalami musibah, dan
Delia menolong keluarga
Rosyid. “Terima kasih ya
neng” ujar Muzna pada
Delia. “Sama-sama
ummi” jawab Delia. “Aku
tugas lagi, Sid,
Assalamualaikum” ujar
Delia pada Rosyid,
Muuzna, juga Mansyur
yang kaget
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
dada ke atas, latar
belakang tidak begitu
dominan.
Long Shot: gambar
diambil dari jarak
jauh, sehingga
seluruh bagian objek
dan latar
belakangnya nampak
jelas.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
99
mendengarnya.
Pada akhirnya, orang tua
Delia, membebaskan
pilihan kepada Delia,
dengan perasaan sedih
yang dirasakan Martha,
ibu Delia.
“Sid, abah tetep ga
ngijinin lu ama Delilah,
tapi apa juga pilihan lu,
lu tetep anak abah” ujar
Mansyur lirih.
Keluarga Delia dan
Rosyid, juga Nabila dan
Delia serta teman-teman
Rosyid, menyaksikan
pementasan Rosyid di
gedung teater.
Keluarga Rosyid dan
Delia terlihat sangat
akrab.
“Sebenernya kita masih
bisa terus sama-sama ya,
tapi pasti banyak yang
terluka, buat apa bahagia
kalau banyak yang
nangis” ujar Delia.
“Sid, kita masih bisa
ketemu kan? Ya mungkin
di surga?” tanya Delia
sedih. “Kita liat aja
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Shot: dari
jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
100
nanti” jawab Rosyid
sambil tersenyum.
“Sid, ber-Zapinlah
denganku” ujar Delia
tersenyum.
Denotasi Kedekatan Rosyid dan Delia, dibarengi dengan
sikap toleransi keduanya, yang saling menghargai
keyakinan masing-masing. Seperti terlihat dari
gambar di atas, Rosyid mengantar Delia ke gereja,
dan sebaliknya Delia mengantar Rosyid beribadah
ke masjid.
Namun, kedekatan mereka ditentang oleh
keluarga mereka masing-masing. Usaha keluarga
Rosyid untuk menjauhkan mereka berdua, dengan
menjodohkan Rosyid dengan Nabila, yang
diperankan oleh Arumi Bachsin. Usaha keluarga
Delia untuk menjauhkan mereka berdua dengan
menyekolahkan Delia ke Amerika. Namun, tidak
ada yang berhasil.
Di tengah kegalauan yang dialami Rosyid dan
Delia, Rosyid diberi nasihat oleh ayahnya Mahdi,
yang diperankan oleh Hadad Alwi. Sejak itu,
Rosyid mulai berserah diri pada Allah SWT,
begitu pula dengan Delia, ia juga meminta
101
petunjuk Tuhannya.
Keluarga Rosyid mengalami kecelakaan, dan
Delia-lah yang menolong Mansyur serta ummi
Rosyid, mulai pada saat itu hati keluarga Rosyid
mulai luluh, Delia juga mengucapkan salam, dan
tidak memakai kalung salib lagi.
Pada akhirnya, pada acara pementasan Rosyid,
keluarga Rosyid dan Delia bertemu dan saling
menghargai satu sama lain. Mengenai kisah
kedekatan mereka berduapun diputuskan, tapi
tetap menjaga silaturahmi, dan juga supaya
menjaga hati keluarga dan teman-teman sekitar,
seperti kata Delia, “Buat apa bahagia, kalau
orang di sekitar kita menangis”. Perpisahan
merekapun ditutup dengan adegan menari zapin
bersama.
Konotasi Dalam menjalankan percintaan atau pernikahan
beda agama khususnya dalam Islam, memiliki
perbedaan pendapat mengenai diperbolehkan atau
tidaknya perbuatan tersebut dilaksanakan oleh
umatnya. Di film ini, masing-masing keluarga,
dari Rosyid ataupun Delia sama-sama tidak
menyetujui kedekatan antara mereka. Namun,
102
bukan berarti kita memusuhi setiap orang yang
memiliki perbedaan keyakinan dengan kita. Oleh
karena itu, untuk mengatasi kemajemukan agama
yang ada dibutuhkan sikap toleransi antar umat
beragama agar dapat saling menghargai dan
menghormati agama masing-masing. Dan juga
dibutuhkan pemikiran panjang, tidak memikirkan
diri sendiri namun, juga memikirkan kebahagiaan
orang lain terutama keluarga dalam mengambil
sebuah keputusan.
Mitos Kemajemukan agama di antara umat manusia
tidak terelakkan lagi, bahkan kemajemukan ini
telah merupakan hukum Tuhan (sunatullah).
Karena itu, agama (dalam hal ini Islam) tidak
boleh dipaksakan oleh siapapun kepada siapapun,
karena jika Tuhan menghendaki, maka semua
manusia akan beriman, seperti yang tertuang
dalam Surat Al-Baqarah ayat 256 dan surat Yunus
ayat 99. Dengan demikian jelas, Islam mengakui
hak hidup agama-agama lain, dan membenarkan
para pemeluk agama-agama lain tersebut untuk
menjalankan ajaran-ajaran agama masing-masing.
Di sinilah terletak dasar ajaran Islam mengenai
103
toleransi beragama.
Pada dasarnya, agama-agama yang diakui di Indonesia di dalam ajaran-
ajarannya tidak membenarkan para pemeluknya melangsungkan perkawinan
dengan pemeluk agama lain. Dalam hal ini, Daud Ali yang dikutip oleh Usman
Suparman berpendapat bahwa semua agama-agama yang ada dan diakui
keberadaannya di Indonesia pada hakikatnya berpendapat bahwa perbedaan
agama merupakan halangan bagi pria dan wanita untuk melangsungkan
perkawinan secara sah.13
“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya itu”, menurut Undang-Undang No.1/1974
pasal 2 ayat 1. Dengan perumusan pada pasal ini, tidak ada perkawinan di luar
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu sesuai dengan UUD
1945. “Perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang
oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin”, UU No.1/1974
pasal 8f. Yang dimaksud dengan hukumnya masing-masing ialah hukum agama,
hukum adat dan hukum-hukum lainnya.14
Dalam hukum Islam perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
diperbolehkan dengan ketentuan wanita yang dinikahi adalah wanita ahli kitab.
Hal ini, berlandaskan surat Al-Maidah ayat 5, yang mempunyai arti :
13
Usman Suparman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum Perkawinan.
(Banten: Saudara, 1995 ),h. 50. 14
Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama, Edisi
Kesembilan. (Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan
Keagamaan, 2007) h, 76.
104
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)
orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal
pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang
menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu,
bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak
dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.
Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam)
maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi”.
Yang dimaksud dengan wanita Ahli Kitab dalam Al-Maidah ayat 5 adalah
wanita penganut agama Samawi (agama-agama yang berasala dari langit, yaitu
Islam, Nasrani, Yahudi) dan masih memegang kitab sucinya.15
Namun, para ulama masih memperdebatkan persyaratan wanita yang
disebut ahli kitab tersebut, serta kemutlakan wanita ahli kitab untuk dinikahi. dan
sebagian ulama yang mengharamkan perkawinan pria muslim dengan wanita ahli
kitab dengan berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 221, yang mempunyai arti :
15
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan & Keserasian Al-Qur’an, Volume 3.
(Tangerang: Lentera Hati, 2002) h, 28.
105
“ Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sampai mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-
orang musyrik dengan wanita-wanita mu’min sampai mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya, dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-
Baqarah: 221).
Demikianlah, dengan ayat di atas dengan tegas melarang (mengharamkan)
pernikahan muslim dengan non-muslim (musyrik), baik antara lelaki muslim
dengan wanita non-muslim, maupun antara lelaki non-muslim dengan wanita
muslimah.16
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa
pada tanggal 1 Juni 1980 tentang haramnya pernikahan antara laki-laki muslim
16
Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Nikah Beda Agama, dalam Perspektif Al-Quran &
Hadis. ( Jakarta: Pustaka Darus-Sunnah, 2005), h. 27.
106
dengan wanita Ahli Kitab, maka hal itu karena didasarkan atas pertimbangan
kemaslahatan yang sifatnya lokal.17
Fatwa MUI tersebut selengkapnya sebagai berikut:
Pernikahan wanita muslimah dengan laki-laki non muslim adalah haram
hukumnya.
Seorang laki-laki muslim diharamkan mengawini wanita bukan muslim.
Tentang pernikahan antara laki-laki muslim dan wanita Ahli Kitab terdapat
perbedaan pendapat. Setelah mempertimbangkan bahwa mafsadah-nya lebih
besar daripada maslahat-nya, MUI memfatwakan pernikahan tersebut
hukumnya haram.18
Fatwa MUI yang mengharamkan pria muslim menikahi perempuan bukan
muslimah tadi, sebenarnya sejalan dengan pendapat Mazhab Syafi‟i, karena
seperti disebut di depan tadi, orang-orang Kristen dan Yahudi di Indonesia
khusunya tidak termasuk Ahli Kitab. Jadi, fatwa MUI itu melihat kepada konteks
ke-Indonesiaan.19
Jadi menurut penulis, Ahli Kitab yang ada pada zaman sekarang ini
bukanlah termasuk dari ahli kitab yang asli. Mereka lebih jauh meninggalkan dari
kitab asli sebelumnya. Kitab-kitab mereka telah diubah-ubah sesuai dengan
kehendak hawa nafsu manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa wanita Ahli Kitab
zaman sekarang haram untuk dinikahi.
17
Ibid, h. 30. 18
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia.
(Jakarta: Sekretariat Majelis Ulama Indonesia Masjid Istiqlal, 1995), h. 91. 19
Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Nikah Beda Agama, dalam Perspektif Al-Quran &
Hadis. h. 35.
107
Di film ini, digambarkan adanya perbedaan agama, sosial dan budaya,
meskipun terdapat perbedaan mereka tetap menjaga sikap toleransi dan saling
menghormati dan menghargai, pada awalnya kedua keluarga ini tidak mengenal
dan saling melarang anaknya berdekatan. Namun, pada akhirnya, sikap toleransi
tumbuh di antara mereka.
Dengan demikian, kemajemukan agama di antara umat manusia tidak
terelakkan lagi, bahkan kemajemukan ini telah merupakan hukum Tuhan
(sunatullah). Karena itu, agama (dalam hal ini Islam) tidak boleh dipaksakan oleh
siapapun kepada siapapun, karena Tuhan menghendaki, maka semua manusia
akan beriman, dengan berdasar pada surat Al-Baqarah ayat 256 dan surat Yunus
ayat 99.20
Dengan demikian jelas, Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan
membenarkan para pemeluk agama-agama lain tersebut untuk menjalankan
ajaran-ajaran agama masing-masing. Di sinilah terletak dasar ajaran Islam
mengenai toleransi beragama, dan di film ini ini juga telah digambarkan, bahwa
meskipun Rosyid dan Delia tidak bersatu, tetapi mereka dan masing-masing
keluarganya, pada akhirnya menghargai agama-agama yang berbeda dengan
mereka.
Sikap cinta manusia kepada Tuhannya, terlihat pada bagian ini. Bagaimana
mereka diuji keimanannya agar tetap pada keyakinannya masing-masing. Sikap
cinta manusia kepada Tuhannya, merupakan sebuah perhatian dan rasa tanggung
jawab seorang hamba kepada Tuhannya. Mereka yang berbeda keyakinan harus
20
Elza Peldi Taher, Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan
Effendi. h. 16.
108
tetap saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Memberikan sebuah
penghargaan, yakni kebebasan untuk orang yang kita cintai memilih jalannya
sendiri, tanpa ada paksaan dari manapun. Dan ini memberikan pemahaman bahwa
dalam mengambil sebuah keputusan yang berpengaruh pada orang banyak,
terutama keluarga, harus dipikirkan dan diputuskan secara matang, agar tidak
merugikan pihak manapun. Mementingkan keluarga dam orang sekitar merupakan
sikap cinta manusia terhadap sesamanya.
B. Analisis Makna Teks Judul Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta
Film ini bermula berjudul Komedi Puter, namun diganti menjadi 3 Hati
Dua Dunia Satu Cinta. Penggantian judul tersebut, memiliki beberapa alasan,
salah satunya untuk kepentingan komersial, seperti yang dikatakan oleh Benni
Setiawan sebagai sutradara film ini.
Film yang sedang penulis analisis adalah film berjudul 3 Hati Dua Dunia
Satu Cinta. Makna denotasi dari angka tiga (3) di sana mengarah pada tiga tokoh
utama yang bermain dalam film ini. Ketiga tokoh ini memiliki kebiasaan masing-
masing. Rosyid seorang pemuda yang menyukai puisi WS. Rendra, ia juga
pemuda yang kritis dan juga humoris, meskipun ia tidak “mengenyam” bangku
kuliah tapi ia memiliki pandangan luas terhadap keadaan sekitarnya. Delia,
seorang wanita yang memiliki jiwa sosial tinggi dan menyukai puisi-puisi Rosyid,
dan Nabila seorang wanita muslim yang memiliki latar belakang yang sama
dengan Rosyid, dan ia juga menyukai puisi-puisi Rosyid.
Angka dua (2), mempunyai makna denotasi, yaitu Delia dan Rosyid yang
menjalin sebuah hubungan, namun mereka memiliki masalah perbedaan agama,
109
sosial, dan budaya. Angka satu (1), mempunyai makna denotasi bahwa semua
akan kembali pada satu cinta.
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di ringga perut
kanan atas, dan berwarna kecoklatan. Hati dalam bahasa Arab adalah Qolb, yang
kemudian di-Indonesiakan menjadi kalbu. Ada dua pendapat berkenaan dengan
pengertian Qolb. Pertama, Qolb adalah suatu lintasan perasaan pada diri manusia
tapi tak berwujud sebuah benda atau anggota tubuh. Ia adalah sesuatu yang
abstrak, yang hanya bisa dirasakan. Kedua, Qolb adalah suatu organ tubuh yang
terletak di dada manusia sebagai tempat bertarungnya pengaruh kebaikan dan
kejahatan. Oleh karena itu Qolb selalu terbolak-balik dan mengharu biru
bergejolak. Inilah pendapat yang lebih kuat karena didukung ayat 46 QS. Al Hajj,
yang mempunyai arti:
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Dunia merupakan bumi dan segala yang terdapat di permukaannya, alam
(tempat kita duduki). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, Aku
mendengar Rasulullah bersabda; “Seandainya Bani Adam memiliki sebuah
lembah yang penuh berisi emas, dia akan senang untuk memiliki lembah yang
110
serupa. Tak ada yang memenuhi mata Bani Adam kecuali tanah.” (HR. Bukhari
& Muslim)
Cinta menurut Kahlil Gibran, adalah satu-satunya bunga yang tumbuh dan
mekar dalam setiap hati manusia tanpa adanya bantuan musim. Dan merupakan
satu-satunya kebebasan di dunia, sebab cinta membangkitkan jiwa saat hukum-
hukum kemanusiaan dan fenomena alam tidak dapat lagi mengubah bagiannya.21
Menurut Erich Fromm, cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan
emosi yang mendalam. Ia mengatakan bahwa ke empat gejala: Care,
Responsibility, Respect, Knowledge (CRRK), muncul semua secara seimbang
dalam pribadi yang mencintai.
Sepertinya tidak ada yang sederhana dalam cinta, begitu rumit
mendefinisikannya. Dalam film ini, cinta tergambar sebagai sebuah ketulusan dan
kemurnian, sikap menerima tanpa prasyarat apapun. Dan juga cinta terhadap
sesama, yang tidak mementingkan kepentingan pribadi, namun lebih
mengutamakan kepentingan keluarga dan sekitar.
Makna konotasi judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini, menceritakan
kisah cinta beda agama dengan berbagai konflik atau masalah yang harus dilalui
oleh Rosyid dan Delia, mulai dari permasalahan agama, sosial dan budaya.
Namun, pada akhirnya akan menemukan jalan keluarnya.
Mitos judul film ini 3 hati Dua Dunia Satu Cinta yaitu angka-angka itu ada
kaitannya dengan satu hal yang tampak jelas di layar film ini, kisah cinta beda
agama yang diceritakan secara berlapis-lapis dengan soal lain yaitu latar belakang
21
Kahlil Gibran, Hikmah-hikmah Kehidupan (Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1999)
h. 20
111
sosial, budaya dan agama. Perasaan yang saling menyayangi, namun memiliki dua
kutub perbedaan, dalam hal ini perbedaan sosial, budaya dan agama yang
menghalangi percintaan mereka, namun pada akhirnya akan berakhir pada satu
cinta. Satu cinta mengartikan semua orang mempunyai cinta yang sama, meskipun
berasal dari perbedaan golongan, agama, ras, sosial dan lain-lain, namun tetap
memiliki satu cinta.
Senada dengan apa yang dikatakan Benni Setiawan, “ 3 hati
menggambarkan cinta Rosyid, Delia dan Nabila, 2 dunia menggambarkan
perbedaan keyakinan 2 orang, yaitu Rosyid dan Delia yang memiliki perbedaan
agama, sosial dan budaya, 1 cinta menggambarkan setiap orang memiliki
pengertian tentang cinta itu sama, cinta ya cinta dan akan kembali pada satu
cinta”.22
Membuat judul film yang menggambarkan adanya problem pluralisme
memang tak semudah yang dibayangkan. Dan itulah yang seharusnya sejak
semula menjadi kekuatan utama film ini yang diharapkan menjadi penarik utama
bagi penonton yaitu kisah cinta dengan latar perbedaan agama, sosial dan budaya.
Jadi, makna teks judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta adalah mengenai
kisah cinta segitiga, yang dialami Rosyid, Delia dan Nabila. Namun, di antara dua
orang yang saling menyukai memiliki perbedaan latar belakang sosial, budaya dan
agama yang menjadi penghalang dalam merajut cinta kasih, perbedaan ini
mempengaruhi setiap keputusan yang akan diambil oleh mereka yang pada
akhirnya kembali pada satu cinta.
22
Wawancara pribadi dengan sutradara film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, Benni Setiawan,
Jakarta 10 Maret 2011.
113
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi yang telah dilakukan terhadap
film 3 Hati Dua Satu Cinta, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta merupakan sebuah gambaran
mengenai kehidupan yang memiliki perbedaan agama, suku, budaya
dan sosial. Pandangan simplistis yang mengatakan pandangan orang
yang memiliki perbedaan agama tidak mempunyai sikap toleransi,
terbantahkan di film ini jika kita tidak menutup mata untuk memahami
perbedaan-perbedaan yang ada dengan sudut pandang yang positif.
Kemajemukan agama di antara umat manusia tidak terelakkan lagi,
bahkan kemajemukan ini telah merupakan hukum Tuhan (Sunatullah).
Permasalahan cinta beda agama, dalam film ini, pada akhirnya tidak
bersatu sampai ke jenjang pernikahan. Keputusan itu mereka ambil
karena lebih mementingkan kepentingan keluarga dan sekitar daripada
diri sendiri. Cinta manusia terhadap Tuhannya, sangat diuji
keimannannya, sampai mereka benar-benar yakin terhadap
keyakinannya masing-masing. Sikap cinta manusia terhadap Tuhannya
114
merupakan sebuah tanggung jawab, dan diperlukan perhatian dan
pemahaman yang mendalam.
2. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang relijius, yang terdiri dari
bermacam-macam agama, masyarakatnya perlu mempunyai sikap
toleransi beragama, agar terciptanya Indonesia yang damai. kalau
terjadi perselisihan antara umat Islam dan umat agama lain, umat Islam
dianjurkan mengadakan dialog untuk mencari titik temu (kalimat
sawa’). Ini untuk membantu meringankan ketegangan yang kerap
mewarnai kehidupan umat beragama di Indonesia. Dan ini merupakan
wujud cinta kasih manusia terhadap sesamanya, yang menimbulkan
pemahaman dan saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
3. Demikian padunya agama dan kebudayaan, dalam hal ini agama Islam,
sehingga sering sulit sekali membedakan batas antara agama dan
kebudayaan itu sendiri. Hanya sikap para pemeluklah yang membuat
perbedaan penting atau tidaknya masalah ini, dalam film ini mengenai
peci dan Tari Zapin. Adanya sikap menjaga dan melestarikan
kebudayaan merupakan wujud dari sikap perhatian dan kepedulian
orang terhadap kebudayaannya. Adanya pemahaman dan saling
menghargai dan menghormati pendapat merupakan wujud toleransi
beragama dan cinta manusia manusia terhadap sesamanya. Oleh karena
itu, dibutuhkan sikap toleran dan saling menghargai perbedaan
pendapat mengenai hal tersebut.
115
4. Ciri-ciri kemusliman yang melekat pada diri Rosyid dalam film ini
seperti sikap toleran, bermanfaat kepada orang lain, berbakti kepada
orang tua, taat beribadah. Meskipun pada awalnya, Rosyid
membangkang terhadap Mansyur, namun pada akhirnya ia lebih
mengutamakan kepentingan keluarga dan lingkungan sekitar
dibandingkan kepentingan pribadinya. Seorang muslim yang
menyadari hukum-hukum agamanya sangat toleran dalam hubungan
antarsesama manusia, karena dia mengetahui bahwa tidak ada sifat
seperti toleran yang dapat memberikan kebaikan bagi seorang di dunia
dan di akhirat. Ini memperlihatkan sosok Rosyid sebagai pemuda
muslim yang cinta manusia terhadap Tuhannya, cinta terhadap orang
tuanya, dan cinta manusia terhadap sesamanya.
5. Judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta mengenai kisah cinta segitiga,
yang dialami Rosyid, Delia dan Nabila. Namun, di antara dua orang
yang saling menyukai memiliki perbedaan latar belakang sosial,
budaya dan agama yang menjadi penghalang dalam merajut cinta
kasih, perbedaan ini mempengaruhi setiap keputusan yang akan
diambil oleh mereka yang pada akhirnya kembali pada satu cinta.
Membuat judul film yang berlatar belakang pluralisme memang tidak
mudah, maka dengan membuat angka-angka ini muncul dalam judul
film ini, diharapkan dapat menarik minat penonton.
116
Dengan demikian jelas, Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan
membenarkan para pemeluk agama-agama lain tersebut untuk menjalankan
ajaran-ajaran agama masing-masing. Di sinilah terletak dasar ajaran Islam
mengenai toleransi beragama, dan di film ini ini juga telah digambarkan, bahwa
meskipun Rosyid dan Delia tidak bersatu, tetapi mereka dan masing-masing
keluarganya, pada akhirnya menghargai agama-agama yang berbeda dengan
mereka. Dan di film ini juga diajarkan, bagaimana kita dalam mengambil sebuah
keputusan tidak boleh gegabah, harus berpikiran positif, harus memikirkan
kepentingan keluarga dan sekitar dibandingkan diri sendiri.
B. Saran
Pada bagian ini, penulis ingin menyampaikan bahwa caption yang berada
pada akhir cerita seharusnya tidak perlu dimunculkan, karena sayang sekali
caption ini seakan memberikan pemecahan yang instan terhadap persoalan yang
sudah susah payah dibangun pada film ini. Tampak ketidakpercayaan para
pembuat film, seperti menganggap penonton film ini belum cukup dewasa
menyikapi persoalan ini dengan dewasa. Saran yang penulis ingin berikan adalah:
1. Untuk para muslimin dan muslimah, sikap toleran dan saling
menghargai bisa lebih membantu kita untuk membangun relasi sosial
di dalam masyarakat yang plural.
2. Perbedaan pendapat mengenai tradisi kebudayaan dengan agama,
hendaknya disikapi dengan sikap yang saling menghargai karena
117
perbedaan ini jangan sampai membuat perpecahan antarsesama
manusia.
3. Dalam mengambil sebuah keputusan mengenai persoalan yang
menyangkut orang banyak terutama keluarga, hendaknya
mengutamakan kepentingan keluarga dan sekitar dibandingkan
mengutamakan pribadi, karena Ridha Allah adalah Ridha orang tua.
4. Saat menonton sebuah film, sebaiknya kita tidak bersikap pasif
terhadap apa yang disuguhkan di dalam film tersebut. Tetapi bersikap
kritis dan menilai pesan yang sebenarnya ingin disampaikan oleh
sutradaranya. Sehingga kita tidak mudah terpengaruh dan terprovokasi
oleh sebuah film.
Dan pada intinya, film ini dengan menggunakan strategi komedi mampu
mengangkat persoalan yang tergolong berat yang masih tabu untuk dibicarakan
dan juga sensitif dengan sukses tanpa menjadikannya melodramatis. Pendekatan
komedi telah membuat drama menjadi proporsional dan tidak ada pembedaan
karakter jahat dan baik. Pilihan komedi ini akhirnya memang berhasil
menghaluskan konflik.
118
DAFTAR PUSTAKA
Al- Hasyimi, Muhammad Ali Dr. Jati Diri Muslim. Penerjemah, M. Abdul
Ghoffar E.M. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1999. Cet. Ke-1.
Alwi, Audy Mirza, Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto ke
Media Massa. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.
Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan &
Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Arifin, Anwar dan Azwar Hasan, “Pemberdayaan Perfilman Indonesia. Suatu
Upaya Memahami Realitas Masyarakat Indonesia” dalam Apresiasi Film
Indonesia 2. Direktorat Pembinaan Film dan Rekaman Video Departemen
Penerangan RI, Jakarta, 1997.
Baidhawi, Zakiyuddin, Kredo Kebebasan Beragama. Jakarta: Pusat Studi Agama
dan Peradaban, 2006.
Danesi, Marcel, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra,
2010.
Effendy, Bachtiar, dalam diskusi film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, bertajuk
“Merawat Keberagaman Indonesia” di Cinema XXI, Pondok Indah Mall
Jakarta, pada 10 Juli 2010.
Freddy Susanto, Anthon, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju
Progresivitas Makna. Bandung: PT Refika Aditama, 2005.
Fromm, Erich. The Art Of Loving. Penerjemah: Syafi’I Alielha. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Gazalba, Sidi Drs. Islam & Perubahan Sosio Budaya, Kajian Islam tentang
Perubahan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983.
Gibran, Kahlil, Hikmah-hikmah Kehidupan .Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya,
1999.
Jumroni, ”Metode-metode Penelitian Komunikasi”. UIN Jakarta Press : 2006.
Cet. Ke-1.
119
Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama,
Edisi Kesembilan. Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang dan
Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007.
Konishi, Seiichi & Keiji Nakamura, Penemuan Film,, Jakarta:Elex Media
Komputindo, 2002.
Lull, James, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj).
A. Setiawan Abadi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997.
Manurung, Pappilon. Editor M. Antonius Birowo. Metode Penelitian Komunikasi,
teori dan aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004.
Maliki, Zainuddin. Agama Rakyat Agama Penguasa, Konstruksi tentang Realitas
Agama dan Demokratisasi. Yogyakarta: Galang Press, 2000.
Morrisan, “Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi”. Tangerang
: Ramdina Prakarsa, 2005.
Muzakki, Akhmad, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama.
Malang: UIN-Malang Press, 2007.
Nasuhi, Hamid,dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan
Disertasi. Center for Quality Development and Assurance (CeQDA), UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi
Agama. Jakarta: PT RajaGrafindi, 1996.
Peldi, Elza Taher. Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun
Djohan Effendi. Jakarta: ICRP, 2009.
Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar. Jakarta BPSDM
CitraPusat Perfilman H. Usmar Ismail, 2000.
Pratista, Himawan, Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.
Santosa, Puji. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa,
1931.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, Pesan & Keserasian Al-Qur’an, Volume 3.
Tangerang: Lentera Hati, 2002.
120
Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
_________, Analisis Teks Media. Suatu pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, Analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006.
Stokes, Jane. “How To Do Media and Cultural Studies”. Bandung : Mizan Media
Utama, 2006.
Sunardi, ST. Semiotika Negativa. Yogyakarta : Kanal, 2002.
Suparman, Usman. Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum
Perkawinan. Banten : Saudara, 1995.
Tanja, Victor I ,M.Th.,Ph.D. Pluralisme Agama dan Problema Sosial. Diskursus
Teologi Tentang Isu-Isu Kontemporer. Jakarta: PT Pustaka CIDESINDO,
1998.
Tebba, Sudirman. Tafsir Al-Qur’an, Nikmatnya Cinta. Jakarta: Pustaka irVan,
2006.
Yaqub, Ali Mustafa. Nikah Beda Agama, dalam Perspektif Al-Quran & Hadis.
Jakarta: Pustaka Darus-Sunnah, 2005.
SITUS :
http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi, di akses tanggal 21/11/2010. 11.57 WIB.
http://www.crystalinks.com/numerology2.html . oleh Ellie Crystal, diakses pada
28 april 2011, 10.19 WIB.
http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204755,
diakses tanggal 21/11/2010. Jam 12.15 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi, di akses tanggal 21/11/2010. 11.57 WIB.
http://celebrity.okezone.com/read/2010/12/06/206/400791/inilah-daftar-
pemenang-ffi-2010 oleh Elang Riki Yanuar – Okezone. Diakses tanggal
23/2/2010. Jam10.51
http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/r/reza_rahadian/ dan
http://id.wikipedia.org, diakses 12 Mei 2011, jam 14.06 WIB.
121
http://bahasfilmbareng.blogspot.com/2008/04/pengertian-film.html., oleh Galih.
Diakses tanggal 20 Januari 2010, jam 15.02 WIB
http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/struktur-film.html. diposkan oleh
Phyrman, di akses tanggal 23 Januari 2010, jam 12.31 WIB.
Binsar A. Hutabarat, Kebebasan Beragama VS Toleransi Beragama,
www.google.com, diakses tanggal 30 Desember 2010, jam 15.07 WIB.
Ghifarie, Ibn, Film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta itu Solusi Pernikahan Beda Agama.
http://agama.kompasiana.com/2010/07/14/film-3-hati-2-dunia-1-cinta-itu-
solusi-pernikahan-beda-agama/. Diakses tanggal 20 Desember 2010, jam
11.23 WIB
Setiyawan, Dwiki. Dilema 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.
http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2010/07/13/dilema-3-hati-dua-
dunia-satu-cinta/. Diakses tanggal 20 Desember jam 10.55 WIB.
Supriadi, Bambang. Artikel diakses pada 23 Januari 2010, jam 12.41 WIB dari
http://ranabiru.blogspot.com/2010/02/unsur-unsur-pembentuk-film.html
HasilWawancara
Nama : BenniSetiawan
Pekerjaan : Script writer /Director (Film 3 HatiDuaDuniaSatuCinta)
Tempat : Mizan Productions, Jagakarsa, Jak-Sel.
Tanggal : 10 Maret 2011
Pukul : 14.00 wib.
Keterangan : Wawancarauntuk datapenelitianAnalisis Film 3 HatiDuaDuniaSatuCinta
1. Apakabar Mas Benni?
“ Baik, Alhamdulillah.”
2. Lagiadagarapanatau project apamas,sekarang?
“ Inisayabaruselesai meeting buat serial 3 HatiDuaDuniaSatuCinta, yang
akantayangbulanpuasa.”
3. Apajudul film yang baru?
“ Ya, sayarencanaadatiga film yang terdekat, BukanCintaBiasa 2, PerahuKertas,
danInggitGanarsih.”
4. MasihtetapbekerjasamadenganMizan?
“ Dua film masihdenganMizan, dan yang satudenganWannaBe.”
5. Mengenai film 3 HatiDuaDuniaSatuCinta, darimana ide membuat ide/
gagasanuntukmembuat film tersebut?
“Dari sebuah novel De Peci Code dan Delia &Rosyid, itu yang menjadi ide film ini.”
6. Berapabiayaproduksiuntuk film ini?
“ Saya di sinisebagai director, tidakterlalubanyakterlibatdalammasalahitu.”
7. Bagaimana proses pemilihanparapemain film 3 HatiDuaDuniaSatuCinta?adaaudisi?
“ ProsesnyaadalahsayadantimprodusermenyeleksisiapatokohRosyid, siapatokoh Delia,
kitamemang open casting kitamengaudisisemua,
ternyatayapilihannyakeRezzaRahardian.”
8. Semulajudul film adalahKomediPutermengapadigantimenjadi 3 HatiDuaDuniaSatuCinta?
“ Alasannya, karenamemangkitainginmendekati film yang sifatnyange-pop remaja,
kalauKomediPutaragakterlalusimbolis, terlihatdarisisikomersialnyajuga, takutmembuat
film iniberatmelangkahkebioskop, karena film inikomedi romance.”
9. Apamaknajudul film tersebut?
“ 3hatimenggambarkan 3 orang, duaduniaadalahduaperbedaankeyakinan,
satucintamengartikansemuaitumempunyaicinta yang
samameskipundariberbagaigolongan, karenacintayacinta.”
10. Di film iniandabertindaksebagaisutradarasekaliguspenulisskenario, adakahkendalanya?
“ Kendalanya, terutamasayaharusmenggambarkanceritadari novel itusendiri, karena
novel itubersifatkerasdanidealis, dan setting yang sangatbetawi. Dan
sayaharusmerubahbagaimanaceritaitutidakterlalukeras, agar tidakmembuatsuatu
problem, sayacobacairkandengankomedi romance.”
11. Berapa lama waktu yang dibutuhkanuntukmenemukancerita yang andainginkan?
“ Kira-kira 2 bulanan.”
12. Indonesia merupakanbangsa yang relijius yang terdiridariberbagaimacamsukubudayadan
agama, diperlukansikaptoleransiuntukmenyikapiperbedaantersebut,
menurutandabagaimanasikaptoleransi yang ada Indonesia,?dan yang
berusahadigambarkandalam film inisepertiapa?
“ Sebagian orang di Indonesia memangterlalukerasmenyikapihalitu, dan film
inikeluaruntukmenyikapihaltersebut. Film iniberada di tengah-tengah,
kitasebetulnyainginmenggambarkantoleransiitupenting.Tapi,
kenyataannyabanyaksekalikejadian-kejadianpergolakanataukerusuhan,
dankitamencobamenjebatani agar rasa itumuncullagi , itupunkitasampaikansecarahalus,
kitabuatRosyiddan Delia tidakmenikah, kitamencarisolusiterbaik, agar
tidakmenyakitipihakmanapun.”
13. Membahasmasalahtradisidan agama dalam film ini yang
menggambarkankeberadaansebuahpeciputih di kalanganmuslim,
dengansegalaperbedaanpemahamahanmengenaipecitersebut,
adakahhambatanmembuatcerita yang sangatsensitifini?
“ Adaketakutankitawaktuitu, karena dialog-dialog yang digambarkancukuptajamdalam
film ini, seperti dialog Rosyid, “ apabedanyatopiYahudisamatopikita?”,
jikatidakdisaring, ituakanmembuat orang yang berpikiransempitterpancingemosinya.
Sementara, dialog itumemangadabenarnya,
bahwaartisebuahpecibisadibuatolehsiapapun, tapisetelahsampai di Indonesia,
adasebagiangolongan yang menganggapitu sacral, di sini Islam kanmasihbanyak yang
tradisi, masihbanyak yang memahamihal-haltradisionalmenjadisebuahajaran. Yang
inginkitasampaikan, jelasbahwa di
siniRosyidinginmenyampaikansuatukebenarantapitidakditerimaoleh orang tuanya yang
tradisional.”
14. SepertiapasebenarnyasosokRosyid yang ingindigambarkandalam film
ini?apakahadakendalanya?
“ Rosyidadalahseorangpemuda yang memang ideal, diamenganggur, dia freelance
sebagaiwartawan, diapenulis, diajugapunyajiwasosial yang mengajaranakjalanan,
pedulilingkungan,
supayamenjadicontohgenerasisekarangbahwamerekaharuspeduliterhadapsesamanya.”
15. MengenaiperanArumi B. sebagai Nabila, cenderungsedikit,
padahalsepertinyaiajugamerupakanpemeranwanitautama, mengapa?
“ Ya, karenasebetulnyakitatidakinginterjebakpada drama cintasegitiga. Film
iniadalahsebuah film yang menggambarkantradisibertemutradisi,
cintahanyasebagaibumbusaja.Kalaukebayakanceritacintaakanmenjadicerita yang
biasasaja, seperti di sinetron.”
16. Mengangkatmasalahpercintaanbeda agama kedalamsebuah film,
adakahkendalanya?seperti yang
kitatahumasalahinimasihtabudibicarakandanbanyakmenimbulkan pro-kontra di
sekitarkita?
“ Ya, saya rasa yang
kitasampaikanbukanberartikitamenganjurkanataukitasetujudenganpernikahanbeda
agama, itutidak. Tapi, inihanyasikaptoleransiantarumatberagama, tohpadaakhirnyaada
dialog-dialog, seperti“ Buatapakitabahagia, kalau yang lain menderita”.
Merekamenyadarihalinisendiribukandipaksa.
17. Di akhir film, endingditutupdengancaption, apaalasanandamembuatcaptiontersebut?
“ Seharusnyaitutidakada, caption itubarudibuatsetelahmenjadi film,
sebenarnyaendingnya pas Rosyiddan Delia mengatakan, “ Kita lihatsajananti”,
danmembiarkanpenonton yang menilai. Namun,
adabeberapapertimbangankitadankitatakutiniakanmenimbulkanbanyakprotes.Dan
initerjadi, kitadianggap liberal, danpadaduniamayaada yang mengatakan film
inimerusakakidah.Padahalserangan-serangansepertiini, sudahcobakitatahan,
namunmasihsajaada yang melihat film ini liberal.”
18. Apakahandamengadakansemacamkonsultasiuntuk film
inidenganbeberapaulamaatautokoh agama?
“ Ya, sebelum film inidiluncurkankemasyarakat, kami
mengadakanpertemuandengantokoh agama, ustadz, sepertiDienSyamsudin, ArifinIlham,
danmerekaberkatatidakadamasalah.”
19. Pesanapa yang ingindisampaikandalam film 3 HatiDuaDuniaSatuCintaini?
“ Bagaimanasikapseoranganaklebihmementingkanlingkungan, orang
tuadantidakmemikirkandirisendiri. Menjadianak yang berbakti,
sebelumiamengambilkeputusan, iaharusberpikirpositifdanmaksuddari film
initernyatasampai. Alhamdulilllah, adabeberapa orang yang
memberimasukanbahwamerekasedikitterbantumasalahnyadenganadanya film ini.”
20. Dengankesuksesan yang diraih di ajang FFI kemarin, bagaimanakiatandamembuat film
yang bermutupada film yang akanandagarapsekarangini, agar samasuksesnyadengan film
3 HatiDuaDuniaSatuCinta?
“ Kiatnyaadalahsayaberusahamenghadirkantema yang unik, tidakikut-ikutan. Kita
bertahanpada film saya yang pop dengankomedi romance
remajanamuntetapkentaldengannilai-nilai yang ingindisampaikandalam film tersebut.”
ANALISIS SEMIOTIK
FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Sinthiani
NIM : 107051102569
Pembimbing
Dr. Suhaimi, M.Si
NIP : 19670906 199304 1 002
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SI) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 2011
Sinthiani
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta”.
Telah diujikan dalam sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidatullah Jakarta, pada tanggal 7 Juni 2011. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program
strata 1 (S.1) Pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 7 Juni 2011
Sidang Munaqosah
Ketua Sekretaris
Drs. H. Mahmud Djalal, MA Ade Rina Farida, M.Si
NIP. 19520422 198103 1 002 NIP.197700513 200701 2 018
Penguji I Penguji II
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum Rubiyanah, MA NIP. 19610422 199003 2 001 NIP. 19730822 199803 2 001
Pembimbing,
Dr. Suhaimi, M.Si NIP.1970906 199304 1 002