Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Di Instalasi Farmasi Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Tahun 2015
Ita Purnama Bulan1 dan Dumilah Ayuningtyas2
1. Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,Depok, Indonesia
2. Doktor, Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UniversitasIndonesia, Depok, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menganalisis waktu tunggu pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Awal Bros Bekasi. Penelitian ini merupakan kualitatif dan kuantitatif, dengan sampel sebanyak 172 lembar resep baik racikan maupun non racikan. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep sebesar 22 menit untuk resep non racikan sedangkan untuk resep racikan sebesar 41 menit. Faktor penghambat yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Awal Bros Bekasi adalah SDM yang belum memadai, ketersediaan obat yang masih kurang, sistem komputerisasi yang belum memadai, masa kerja/ pengalaman petugas dan sarana ruang racik yang kurang luas.
Analysisi Of Waiting Time Prescpriped Service In Installation of Pharmacy Outpatient Awal Bros Hospital, Bekasi in 2015
Abstract
This study analyzes the waiting time of prescription services in Installation of Pharmacy Awal Bros Hospital, Bekasi. It is a qualitative and quantitative research, with sampel of 172 prescriptions, both concoction and non concontion drugs. This study found that the average waiting time of conconction drugs is 41 minutes, while the non concoction drugs is 22 minutes. The factors affecting those waitng time is insufficient of human resources, lack of drugs provision, inadequate correction of IT system lack of work experience, improper working space for doing concoction drugs.
Keywords: waiting time; prescription service; hospital pharmacy
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Pendahuluan
Di era globalisasi telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri
termasuk industri kesehatan. Pertumbuhan tersebut diiringi dengan semakin ketatnya
persaingan antar pemberi layanan kesehatan. Pelayanan kesehatan telah berubah menjadi
sesuatu yang bisa diperdagangkan. Rumah sakit berlomba-lomba untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya, disertai dengan berbagai fasilitas dan peralatan
kedokteran yang modern dan terlengkap, guna menjadi rumah sakit yang terdepan dalam
pemberian jasa pelayanan kesehatan (Ilyas, 2013).
Fasilitas kesehatan harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di tengah-
tengah masyarakat. Perubahan ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan terhadap
pelayanan kesehatan yang bermutu, hal ini merupakan tantangan bagi industri kesehatan.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang paling
penting dalam menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu, pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI,
2004).
Farmasi merupakan salah satu unit yang memberikan pendapatan yang cukup berarti untuk
sebuah rumah sakit serta adanya tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan
farmasi, yang mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug
oriented) ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian.
Instalasi farmasi merupakan unit fungsional yang bertanggung jawab kepada direktur melalui
kepala penunjang medis dengan tugas pokok dan fungsi yang mengunjang kegiatan
operasional rumah sakit.
Berdasarkan hasil observasi penulis tentang waktu tunggu pasien yang dimulai dari waktu
penghargaan resep sampai waktu penyerahan obat kepada pasien tanpa melihat lama proses
dari masing-masing proses pelayanan resep, dengan sampel 10 resep yang diantaranya lima
resep non racikan dan lima resep racikan dengan rata-rata waktu sekitar 20 menit untuk resep
non racikan dan 40 menit untuk resep racikan. Jika dibandingkan dengan standar pelayanan
minimal yang ada di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi terjadi penurunan mutu pelayanan. Oleh
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep obat di Instalasi
Farmasi Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Awal Bros Bekasi.
Tinjauan Teoritis
Rumah Sakit
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang dimaksud dengan rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.
Pelayanan di rumah sakit dibedakan menjadi dua yaitu pelayanan utama yang terdiri dari
pelayanan medik dan Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) sedangkan pelayanan
pendukung seperti pelayanan laboratorium (Siregar Siregar dan Amalia, 2003).
Waktu Tunggu Pelayanan
Menurut Kepmenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit dijelaskan bahwa waktu tunggu pelayanan resep obat non racikan adalah
tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat non racikan/
obat jadi. Sedangkan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan adalah tenggang waktu
mulai pasien meyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan.
Menurut Widiasari (2009), waktu pelayanan resep terdiri dari berbagai tahap yaitu tahap
penghargaan, tahap pembayaran dan penomoran memakan waktu lebih dari satu menit; tahap
resep masuk dan tahap pengecekan dan penyerahan obat waktu lebih dari dua menit; tahap
pengambilan obat paten, tahap pembuatan obat racikan dan tahap etiket dan kemas
membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan untuk obat racikan diperlukan waktu
menghitung, menimbang dan mengambil obat sesuai dengan dosis yang diperoleh, serta etiket
dan kemas membutuhkan ketelitian, khususnya pada obat racikan agar tepat dosisnya pada
setiap kemasan.
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Penyebab lamanya waktu pelayanan resep pasien umum (Ayuningtyas, 2011) disebabkan
adanya komponen delay yang menyebabkan proses menjadi lebih lama, stok obat sering
kosong, program komputer yang belum sempurna, SDM yang kurang terampil dan cekatan,
SOP belum berjalan sesuai prosedur.
Proses Pelayanan Farmasi
Kepmenkes Nomor 1027/Menkes/SK/2004 Tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotik,
pelayanan farmasi meliputi pelayanan resep yang terdiri dari skrining resep, penyiapan obat
(peracikan obat, etiket, pengemasan, penyerahan obat, infromasi obat, konseling, dan
monitoring penggunaan obat), promosi edukasi, dan pelayanan residensial.
Sumber Daya Manusia Farmasi
Peraturan Pemerintah No. 51 tentang Tenaga Kefarmasian Sumber Daya Manusia, memiliki
persyaratan terdaftar di Departemen Kesehatan, mempunyai izin kerja, terdaftar di asosiasi
profesi, 30 tempat tidur idealnya memiliki satu Apoteker.
Fasilitas dan Peralatan Farmasi
Beberapa persyaratan dalam ruangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit diantaranya tersedianya
fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi tetap dalam
kondisi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing
barang farmasi dan sesuai dengan peraturan, tersedianya fasilitas produksi yang memenuhi
standar, tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat, tersedianya fasilitas pemberian
informasi dan edukasi, tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep, ruangan
perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai dengan peraturan dan
tata cara penyimpanan yang baik, obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi
menjamin keamanan setiap staff.
Mutu Pelayanan Farmasi
Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap
pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis sehingga dapat diidentifkasi
peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil
sehingga terbentuk proses mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan.
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan diantaranya unsur masukan (input): tenaga,
sarana dan prasarana, ketersediaan dana, unsur proses: tindakan yang dilakukan oleh seluruh
staf farmasi, unsur lingkungan: kebijakan-kebijakan, organisasi, manajemen.
Indikator dan Standar yang dikeluarkan Kepemenkes No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, sebagai berikut waktu tunggu pelayanan farmasi untuk obat
jadi ≤ 30 menit dan racikan ≤ 60 menit, tidak adanya kesalahan pemberian obat sebesar 100%,
kepuasan pelanggan 100%, penulisan resep sesuai formularium 100%.
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari pasien,
lembaga sosial, atau swadaya masyarakat bahkan Pemerintah sekalipun. Mutu pelayanan
kesehatan adalah hasil akhir (output) dari interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek,
komponen, dan unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem.
Metode Penelitian
Mengukur waktu pelayanan resep mulai dari penghargaan samapai obat ke tangan pasien/
keluarga pasien. Alat yang digunakan dengan menggunakan Stopwatch, formulir pengamatan,
alat tulis, pedoman wawancara, dan recorder.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan desain cross sectional.
Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi URJ Rumah Sakit Awal Bros Bekasi, Jalan K.H
Noer Ali Kav. 17-18 Kalimalang, Bekasi pada tanggal 19 sampai dengan 25 Mei 2015.
Sampel penelitian sebanyak 172 lembar resep terdiri dari sampel non racikan 103 (60%)
lembar resep dan racikan 69 (40%) lembar resep dengan menggunakan teknik convenience
sampling.
Variabel input meliputi sumber daya manusia, saranan dan prasarana, prosedur, formularium.
Variable proses meliputi penerimaan, persiapan, peracikan, penulisan etiket dan penyerahan
obat. Variable ouput menganalisis waktu tunggu pelayanan resep di Instalasi Farmasi Unit
Rawat Jalan Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Tahun 2015. Teknik pengambilan data dengan
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
pengamatan langsung selama enam hari dan dilakukan pencatatan di dalam formulir
pengamatan yang telah disediakan.
Hasil Penelitian
A. INPUT
Sumber Daya Manusia
Jumlah SDM yang terkait dengan pelayanan resep di Instalasi Farmasi URJ ada 31 orang
terdiri dari 1 orang Penanggung Jawab Asisten Apoteker, 4 orang Administrasi yang bertugas
sebagai kasir, 22 orang Asisten Apoteker dan 4 orang Pekarya sebagai juru racik dengan masa
kerja informan diatas lima tahun.
Petugas Asisten Apoteker memiliki pengetahuan obat yang cukup, namun bila ada obat-obat
yang baru tentunya perlu untuk menambah pengetahuan tentang obat, hal ini berdampak
terhadap waktu pelayanan resep obat. Hal ini dirasakan oleh petugas administrasi penerimaan
resep, dimana sering kali menanyakan fungsi obat yang tertera dalam resep tersebut.
Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan bahwa ruang racik tampak sempit, bila ada
penambahan petugas di ruang racik tentunya akan menjadi sempit. Ruang racik hanya muat
untuk dua orang saja.
Di lihat dari sistem komputerisasi juga kurang memadai terlebih jika koneksi internet
melambat semua resep menumpuk. Terkadang terjadi ketidaksesuaian antara harga obat
dengan ketersediaan obat. Sering kali petugas penerimaan resep menanyakan ke belakang
untuk mengecek apakah obat masih tersedia atau bertanya kepada Asisten Apoteker yang ada
di belakang.
Prosedur
Hasil telaah dokumen dan wawancara dengan narasumber rumah sakit ini sudah memiliki
prosedur tetap untuk pelayanan farmasi, hal ini diperkuat dengan beberapa narasumber.
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Namun tidak didukung oleh sistem komputerisasi yang baik dan menjadi hambatan terhadap
lamanya waktu tunggu pelayanan resep.
Formularium
Hasil wawancara dengan narasumber masih ada sebagian dokter yang menuliskan resep diluar
daftar formularium hal ini mengganggu proses pelayanan resep.
B. PROSES
Alur Pelayanan Resep Obat
Tahap penghargaan dan penerimaan obat berjumlah dua orang. Dalam proses pemberian
harga, petugas mengecek obat apakah tersedia melalui komputer, kemudian menghitung dan
menghargai obat.
Tahap pengambilan obat, bila resep non racikan maka petugas akan mengambil obat dalam
rak penyimpanan obat sesuai yang tertera di dalam resep, kemudian obat diletakkan dalam
piring obat, dan memberikan etiket sesuai dengan jenis dan jumlah obat dan petugas akan
memberi paraf pada resep.
Tahap racik obat akan menghitung terlebih dahulu jumlah dosis dan sediaan obat yang
dibutuhkan, mencatatnya dalam formulir racikan, kemudian mengambil obat sesuai jumlah
yang dibutuhkan, diberi secarik kertas dengan keterangan nomor urut resep dan jumlah
kapsul, berat obat bila sediaan berbentuk salep, kemudian diletakan dimeja timbang.
Tahap etiket melakukan proses verifikasi dengan cara mengecek kembali kesesuaian obat,
jumlah, cara pakai, kemudian memberi paraf di dalam resep, diletakkan di meja untuk
diteruskan penyerahan obat.
Tahap penyerahan obat, melakukan verifikasi kembali dengan mengecek jumlah obat,
sediaan, cara minum/cara pakai, apakah telah sesuai dengan resep. Petugas memanggil pasien,
meminta nomor urut resep dan menanyakan dari dokter mana, nama pasien dan tanggal lahir
pasien, dan menjelaskan jumlah obat, cara pakai dan fungsi dari obat tersebut.
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
C. OUTPUT
Waktu Tunggu Pelayanan Resep
Hasil pengamatan selama enam hari, rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat pasien yang
non racikan adalah 22 menit, dimana hasil ini melebihi standar waktu yang ditetapkan oleh
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi sebesar 15 menit. Sedangkan rata-rata waktu tunggu resep
racikan adalah 41 menit, dimana hasil ini belum memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi sebesar 30 menit.
Gambar 6.1. Diagram Rata-Rata Waktu Tunggu Pelayanan Resep URJ di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Tahun 2015
Gambar 6.2. Diagram Presntase Resep Non Racikan Yang Melebihi Standar Waktu
Tunggu Pelayanan Resep URJ di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Awal Bros Bekasi
Tahun 2015
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Gambar 6.3. Diagram Presentase Resep Racikan Yang Melebihi Standar Waktu
Tunggu Pelayanan Resep URJ di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Awal Bros Bekasi
Tahun 2015
Pembahasan
A. INPUT
Sumber Daya Manusia
Jumlah petugas di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Awal Bros Bekasi sebanyak 31 orang yang
terdiri dari 1 orang Penanggung Jawab, 4 orang administrasi, 22 orang Asisten Apoteker, dan
4 orang Pekarya. Mereka mengeluhkan masih kurang orang di saat jam sibuk. Menurut
perhitungan penulis jika dilihat dari beban kerja per unit Farmasi dengan perhitungan formula
ilyas sekitar 180 jam unit/hari yang artinya beban kerja satu unit Instalasi Farmasi adalah 180
jam/hari dengan jumlah kebutuhan SDM sebanyak 2 orang. Masa kerja yang kurang dari satu
tahun sangat mempengaruhi terhadap lamanya waktu pelayanan resep.
Pengetahuan obat yang luas dapat mempercepat proses pelayanan resep, menurut Ratnawati
(2013) mengatakan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap lama waktu pelayanan, hal
yang sering berpengaruh adalah pengetahuan personil tentang alur pelayanan resep non
pribadi, nama obat, serta kebiasaaan dokter spesialis dalam meresepkan obat-obatan.
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Sarana dan Prasarana
Hasil pengamatan yang dilakuakn bahwa sarana dan prasarana yang ada di Instalasi Farmasi
RSAB Bekasi sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit No.1197/Menkes/X/2004. Adapun kendala masih sering dirasakan
seperti masih adanya program komputer yang bermasalah, jaringan internet terganggu
sehingga memperlambat entry resep dan ruang racik yang terlalu sempit sehingga
memperlambat pelayanan resep racikan.
Prosedur
Prosedur tetap sudah untuk pelayanan Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi
sudah ada, namun hasil pengamatan tampak bahwa prosedur kerja berada dalam box
pengarsipan ruang koordinator Instalasi Farmasi.
Formularium
Hasil wawancara didapatkan bahwa ada sebagian dokter yang masih menuliskan resep obat
diluar daftar formularium, hal ini tentu memberikan efek terhadap waktu pelayanan resep.
Yulianthy (2012) mengatakan ada sebagian kecil yang melanggar dalam menuliskan resep
obat di luar daftar formularium. Kondisi ini sama dengan yang ada di Rumah Sakit Awal Bros
Bekasi masing ada beberapa dokter yang menuliskan resep diluar daftar formularium.
B. PROSES
Alur Pelayanan Resep
Tahap penerimaan resep, dari hasil pengamatan terlihat antrian cukup panjang di depan loket
pada jam-jam sibuk dikarenakan sistem informasi yang belum sempurna, terutama pada
jaringan sistem yang lambat. Selain itu juga dikarenakan adanya negosiasi harga obat, bila
obat tersebut harganya cukup mahal, biasanya petugas menyarankan membeli setengah resep
dulu. Selain itu bila ada stok yang tidak tersedia petugas Asisten Apoteker menelepon gudang
farmasi untuk memesan obat dan petugas lain mengambilnya. Hasil wawancara beberapa
narasumber mengatakan bahwa yang berkontribusi paling besar terhadap waktu tunggu
pelayanan resep pada bagian penerimaan dan penghargaan dikarenakan sistem komputer yang
belum memadai dan ketersediaan obat.
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Tahap persiapan obat, satu lember resep yang menyiapkan satu Asisten Apoteker. Obat-
obatan tersusun rapi berdasarkan abjad dan jenis sediaan obat, di ruangan ini juga terdapat
telepon yang berfungsi menelepon dokter bila ketersediaan obat tidak ada dan mesin etiket.
Kendala yang sering dikeluhkan oleh petugas dalam proses ini antara lain mengenai
ketersediaan obat dan pembacaan resep dokter yang masih menulis resep dengan tangan yang
kurang jelas. Hal ini mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep.
Tahap peracikan obat, ruang peracikan berada dalam ruangan terpisah karena sifatnya aseptik,
petugas yang bertugas di ruangan ini ada tiga orang Asisten Apoteker yang bertugas satu
orang bertugas menghitung dosis racikan dan dua orang bertugas sebagai memblender dan
mengemas. Kendala ruang racik yang terlalu sempit sehingga gerakan si petugas tidak
ergonomis.
Tahapa etiket, melakukan verifikasi kesesuaian resep dengan jumlah obat yang telah
disiapkan, serta membuat copy resep apabila pasien mengambil obat tidak semuanya. Hal ini
sangat penting karena obat yang jumlahnya tidak sesuai resep atau dosis obat yang berbeda
akan mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep. Kendala yang sering terjadi bila obat
sudah tahap penyerahan obat, petugas penyerahan obat selalu mengecek ulang kesesuaian
obat dengan jumlah, jenis dan dosis obat dan sering terjadi kesalahan penempelan etiket obat
sehingga obat yang akan diserahkan menjadi tertunda karena salah etiket.
Tahap penyerahan obat, masih terjadi menumpuk obat, hal ini terjadi antara lain karena pada
bagian ini seringkali pasien menanyakan atau konsultasi kepada petugas mengenai obat yang
diberikan yang cukup menyita waktu sehingga obat yang lain menjadi lama dalam penyerahan
obat. Setiap tahapan mempunyai waktu tunggu pelayanan resep, dalam menghitung waktu
tunggu semua waktu dijumlahkan.
OUTPUT
Waktu Tunggu Pelayanan Resep
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan
farmasi yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan
pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggarannya sesuai
dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan etik profesi farmasi.
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Hasil penelitian, penulis membandingkan dengan hasil penelitian Wongkar (2000) dan
Widiasari (2009). Dalam penelitian Wongkar (2000) mendapatkan hasil waktu tunggu
pelayanan resep di Apotik Kimia Farma Kota Pontianak, untuk resep non racikan sebesar 12
menit dan resep racikan sebesar 32 menit sedangkan Widiasari (2009) mendapatkan hasil
waktu tunggu pelayanan resep Unit Rawat Jalan di Rumah Sakit Tugu Ibu Depok
menghasilkan rata-rata waktu pelayanan resep untuk obat paten/ non racikan adalah 14 menit
dan untuk obat racikan diperoleh rata-rata waktu 27 menit. Jika dibandingkan dengan Rumah
Sakit Awal Bros Bekasi yang menghasilkan rata-rata waktu tunggu pelayanan resep, untuk
resep non racikan sebesar 22 menit dan resep racikan sebesar 41 menit. Jika dibandingkan
dengan penelitian Wongkar dan Widiasari, penelitian waktu tunggu pelayanan resep di
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi masih sangat jauh dengan hasil penelitian Wongkar dan
Widiasari.
Kesimpulan
Hasil pengamatan selama penelitian, rata-rata waktu tunggu pelayanan resep non racikan
adalah 22 menit, melebihi standar yang ditetapkan yaitu 15 menit. Sedangkan resep racikan
adalah 41 menit, melebihi standar yang ditetapkan yaitu 30 menit. SDM farmasi adalah sesuai
dengan latar belakang pendidikan. Jumlah farmasi dengan adanya sistem lembur berarti SDM
yang tersedia belum memenuhi kecukupan yang dibutuhkan. Masa kerja yang kurang dari
satu tahun juga mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep, hal ini karena pengalaman
yang dimiliki petugas kurang dan belum hafal peletakan obat serta merk dagang obat yang
tersedia di rumah sakit.
Pengetahuan akan obat sangat mempengaruhi waktu tunggu pelayanan, hal yang sangat
berpengaruh antara lain tentang alur pelayanan resep non pribadi, nama obat, serta kebiasaaan
dokter spesialis dalam meresepkan obat-obatan.
Sarana ruangan yang kurang terutama di ruang racik yang sempit sehingga agak sulit untuk
menambah personil bila diperlukan pada jam-jam sibuk, sistem kompuetrisasi yang kurang
memadai terutama untuk pelayanan resep pada tahap penerimaan resep.
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Ketersediaan obat, dimana bila obat tidak tersedia petugas perlu waktu untuk mencari obat di
gudang farmasi, bila ada petugas akan mengambil obat tersebut. Bila tidak tersedia maka
konfirmasi dengan dokter untuk mengganti obat dengan obat yang ada di Instala Farmasi URJ
Rumah Sakit Awal Bros Bekasi. Hal ini terkait dengan prosedur permintaan barang yang
kurang efektif.
Penulisan resep di luar daftar formularium, mempengaruhi waktu tunggu pelayanan karena,
petugas harus melakukan konfirmasi kepada dokter untuk mengganti jenis obat yang ada
dalam daftar formularium.
Saran
Bagi Rumah Sakit Awal Bros Bekasi harus adanya pemeliharan Jaringan Sistem Informasi
Rumah Sakit RS Awal Bros Bekasi secara berkala sehingga memperlancar proses pelayanan
dan diadakan secara rutin sosialisasi daftar formularium kepada dokter-dokter sehingga lebih
memahami aturan-aturan yang ditetapkan oleh rumah sakit.
Bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Awal Bros Bekasi harus mengupayakan penambahan
SDM sebanyak dua Asisten Apoteker, mengupayakan ketersediaan obat yang cukup dengan
cara mempermudah prosedur permintaan barang, mengupayakan perluasan ruangan terutama
di bagian peracikan, mengadakan pelatihan secara berkala tentang pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan.
Daftar Referensi
Ilyas, Yaslis. (2013). Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda dan Formula. Depok: Badan Penerbit FKM UI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal RS bidang Farmasi
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit. 2004
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Puspitasari, A. (2011). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep PasienUmum di Depo Farmasi Rawat Jalan RS. Karya Bhakti Tahun 2011. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
Kepmenkes Nomor 1027/Menkes/SK/2004 Tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotik.2004
Ratnawati, Emma. (2013). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Racik Pasien Anak Rawat Jalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Hermina Bekasi Tahun 2013. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
Septini, Renni. (2012). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Akses Rawat Jalan Di Yanmasum Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Tahun 2011. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. 2009
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Praktek Kefarmasian. 2009
Wongkar, L. (2001). Analisis Waktu Pelayanan Pengambilan Obat di Apotek Kimia Farma Kota Pontianak Tahun 2000. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta
Yamani, Cholid. (2012). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan Di Klinik dr. Katili Bogor Tahun 2012. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
Yulianthy. (2012). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Umum Di Farmasi Unit Rawat Jalan Selatan Pelayanan Kesehatan Sint Carolus Tahun 2011. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015
Analisis waktu ..., Ita Purnama Bulan, FKM UI, 2015