LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT
A. Pengertian
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan
perkembangan menitkberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat
yang paling rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whalex
dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak
hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup
dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,
besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat,
panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang
merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri
pada setiap anak.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC
yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi
walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang
berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru), atau TBC
tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian
imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi
umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal. Efek
samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitis regional dan reaksi panas.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbang anak
1. Faktor keturunan (Herediter)
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak
melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan,
gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh kelainan kromosom (contoh; syndrome
down, syndrome turner) juga diakibatkan oleh factor lingkungan yang kurang
memadai.
a. Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak laki-laki berbeda dengan
perempuan
b. Ras : ras/suku bangsa dapat mempengaruhi tumbang anak, beberapa suku
bangsa memiliki karakteristik.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Internal
1. Intelegensi
Pada umunya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik dibandingkan
jika intelegensi rendah.
2. Hormon
Ada 3 jenis hormone yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik untuk
pertumbuhan tinggi badan terutama pada masa kanak-kanak, hormone tiroid
menstimulasi pertumbuhan sel interstitial testis, memproduksi testosterone
dan ovarium memproduksi estrogen yang mempengaruhi perkembangan
dan reproduksi.
3. Emosi
Hubungan yang hangat dengan orangtua, saudara teman sebaya serta guru
berpengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial, intelektual anak, cara
anak berinteraksi dengan keluarga akan mempengaruhi interaksi anak diluar
rumah.
b. Lingkungan Eksternal
1. Kebudayaan
Budaya keluarga /masyarakat mempengaruhi bagaiman anak
mempersepsikan dan memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.
2. Status sosial ekonomi keluarga
Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
sosial ekonomi yang rendah serta banyak punya keterbataan untuk
memenuhi kebutuhan primernya.
3. Nutrisi
Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat yang
didapat dari makanan bergizi
4. Iklim/cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak
5. Olahraga/latihan fisik
Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
psikososial anak.
6. Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak bungsu
akan mempengaruhi pola anak setelah diasuh dan dididik dalam
keluarga
C. Periode Perkembangan
Menurut Donna L. Wong (2000) perkembangan anak secara umum terdiri dari :
1. Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi
pembentukan organ dan system organ anak. Selain itu hubungan antara kondisi
itu memberi dampak pada pertumbuhannya.
2. Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan). Pada
periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek
kognitif, motorik dan social.
3. Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan pra sekolah 3-6
tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut pada usia
pra sekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan relative menetap.
4. Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki
sedikit lebih meningkat daripada perempuan dan perkembangan motorik lebih
sempurna.
5. Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-18
tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah kematangan
identitas seksual dengan perkembangannya organ reproduksi.
D. Perkembangan Anak Balita
Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan social emosional dan intelegensi
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkem-
bangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini
sehingga setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun. Apabila tidak terdeteksi dan
tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas perkembangan.
Kratenburg, dkk (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test)
mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembanagn anak balita yaitu :
1. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Fine motor adaptif (gerakan motorik halus)
Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan
bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi yang cermat
missal: ketrampilan menggambar.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti perintah
berbicara spontan.
4. Gross motor (motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa
“Milestone” pokok yang harus diketahui dalam mengikuti taraf perkembangan
secara awal. Milestone adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak
umur tertentu misalnya:
a. 4-6 minggu :tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu
kemuadian.
b. 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara.
c. 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.
d. 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
e. 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan jari
telunjuk dan ibu jari.
f. 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal.
KONSEP DASARASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT (TUMBANG)
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
Identitas Anak dan/atau Orang Tua
a. Nama
b. Alamat
c. Telepon
d. Tempat dan tanggal lahir
e. Ras/kelompok entries
f. Jenis kelamin
g. Agama
h. Tanggal wawancara
i. Informan
Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang
akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan
terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat
memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu
ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada
anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi.
Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan,
ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama.
Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu
menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan
kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk
kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus
mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang berarti
dalam pemberian imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap
imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi dapat pula
dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat mengidentifikasikan
indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola
perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
Tinjauaan Sistem (TS)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah
kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi, namun
tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan
anak karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi yang
diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada
pada tubuh anak belum disadari olehnya dan juga keluarga, sehingga alangkah baik jika
sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk peninjauan
terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:
a. Menyeluruh/umum
b. Integument
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Leher
j. Dada
k. Respirasi
l. Kardiovaskuler
m. Gastrointestinal
n. Genitourinaria
o. Ginekologik
p. Muskuluskeletal
q. Neurologik
r. Endokrin
Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki
kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit
menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi
kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat
kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada
riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan
kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini
diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya
bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta
diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada
anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai
anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga
memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi,
alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat
membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting
yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga
yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk
memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi
anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan
imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak.
Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
2. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang
ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi
dan juga pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan
pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang harus
diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar.
Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat
diterapkan di lapangan adalah:
a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan warna
dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan bagi anak,
dan menyediakan makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak menjadi
kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk
pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak menakutkan
anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan
mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak
mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri
kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di pangkuaan
orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak yang
lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui nasehat
petugas.
Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga
memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan kecemasan
pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah melakukan
pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji adalah
a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil,
seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta
apakah ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani
dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui
riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara
normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan
terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan
tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat
mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan
sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk
memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan
lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada
anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut
cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran
antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-
masing ukuran antropometri:
a) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah
sebagai berikut:
1) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera
(distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan dapat
berupa dacin atau timbangan injak.
2) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut
dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun,
dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan dacin. Untuk anak yang
berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan
posisi berdiri.
Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:
1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila
perlu, cukup pakaian dalam saja.
2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan
dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke
timbangan. Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di
atas timbangan injak tanpa dipegangi.
3) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas
tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
4) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang
berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan
ditimbang.Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu
sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
rumus berikut. BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
5) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan
6) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang
berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang, atau buruk. Untuk
menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada
kurva KMS, apakah berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau,
kuning, atau merah.
b) Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi
untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan
pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
1) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita pengukur
(meteran).
2) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai
menempel pada meja (posisi ekstensi).
3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus
dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi
tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada
bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua
tanda tersebut dengan pita pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah
sebagai berikut :
1) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan
bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal
dan menempel pada alat pengukur.
2) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan
posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
c) Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi dan
terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva normal,
berarti ukuran kepala besar (macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah
kurva normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar kepala ini
dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala :
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supraorbita
bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior kemudian tentukan
hasilnya
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
d) Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya perlu
diketahui :
1) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan
bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan siku. Pemilihan lengan
kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dari
pada lengan kanan, sehingga ukurannya lebih stabil.
2) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan pita
pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
3) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita
pengukur.
4) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status anak.
e) Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan.
Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang
Xifoidius (incisura subternalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan
posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :
1) Siapkan pita pengukur
2) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
3) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.
D. Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun
petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan
anak dapat diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari
rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital
dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan
perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.
E. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku Pedoman Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini
dapat diketahui mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam
keadaan normal, meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku
Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
f. Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang
lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila anak
berada di klinik.
Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan
balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan normal
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal apabila grafik
berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit
di atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna
hijau. Sementara, pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan
dengan pengukuran antropometri adalah BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan/kepandaian anak
sesuai dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang
Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan
kalender balita (KMS), maka kemampuan anak sesuai usia yang terdapat pada gambar.
Sementara apabila menggunakan tes DDST, anak dapat melewati tugas-tugas
perkembangannya sesuai usia. Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan anak berada
jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah.
Ukuran antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar
lengan dada. Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan
kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak mengalami
keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya,
atau pada gambar kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi
yang terjadi di lingkungan
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang peran sebagai orangtua baru
3. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
4. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh
kembangnya.
5. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
6. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk meningkatkan status
imunisasi
C. PERENCANAAN
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi
yang terjadi di lingkungan
a. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang pada anak
b. Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam tempat tidur
anak.
Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbang
c. Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa takut.
Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan
d. KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang peran sebagai orangtua baru.
a. Jelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang baik sesuai
umur anak, cara menggendong, cara memberikan ASI yang baik dan bagaimana
menyendawakan bayi.
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perawatanan anak
b. Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai role model
anaknya.
Rasional: memberi pemahaman orang tua supaya bias memberi contoh yang baik bagi
anaknya
c. Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus dilewati anak
sesuai dengan umurnya
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
3. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
a. Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
Rasional: mengurangi risiko cedera pada saat anak beraktivitas
b. Lindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu
Rasional: mengurangi risiko cedera pada kaki anak
c. Beri makanan yang aman untuk usia anak
Rasional: mencegah risiko keracunan makanan
d. Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
Rasional: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan oleh air mandi yang terlalu panas
4. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh
kembangnya.
a. Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
b. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan tumbang yang
dilewati anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan
Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh kembang anaknya
c. Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak
Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan anaknya
5. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
a. Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini sesuai
umur
Rasional: agar ibu paham tentang tumbang anaknya
b. Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan
Rasional: mengurangi kecemasan ibu
c. Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
Rasional: agar kesehatan anak tetap terjaga
6. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d
a. Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh anaknya
Rasional: meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus didapatkan oleh
anak
b. Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan kepada
anaknya selain imunisasi yang harusnya didapatkan
Rasional: memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan
c. Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk mencegah
penyakit yang bisa diderita oleh anaknya
Rasional: mencegah penyakit yang mungkin diderita anak.
D. PELAKSANAAN
Tindakan keperawatan yang diberikan disesuaikan dengan rencana keperawatan.
E. EVALUASI
A. Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang sesuai dengan
kelompok usia.
B. Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya
C. Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya diidentifikasi dan
lingkungan rumah. Keluarga akan menekankan dan mendemonstrasikan kegiatan yang aman
di rumah.
D. Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses tumbang pada anaknya
dan informasi yang diberikan.
E. Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan perkembangan
anak
F. Dx 6 : ibu dapat memberikan imunisasi tambahan yang bisa didapat oleh anaknya
selain imunisasi yang harus didapat oleh anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC
Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta. Salemba Medika.
Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.