i
�
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN
POST OPERASI MASTEKTOMI DI RUANG MAWAR 2
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
APRIYANI YUNI PRATIWI
NIM. P. 09067
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
�
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Apriyani Yuni Pratiwi
NIM : P. 09067
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah :
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
Yang Membuat Pernyataan
Apriyani Yuni Pratiwi
NIM . P. 09067
Asuhan Keparawatan Nyeri Akut Pada
Ny. S Dengan Post Operasi Mastektomi
Di Ruang Mawar 2 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
iii
�
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Apriyani Yuni Pratiwi
NIM : P. 09067
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul :
Telah disetujui untuk dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII
Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal :
Pembimbing : Setiyawan, S.Kep.,Ns (...............................)
NIK. 201084050
Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny. S Dengan
Post Operasi Mastektomi Di Ruang Mawar 2 RSUD
Dr. Moewardi Surakarta�
iv
�
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Apriyani Yuni Pratiwi
NIM : P. 09067
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul :
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Senin, 07 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
PENGUJI I : Setiyawan, S.Kep.,Ns (…………………….)
NIK. 201084050
PENGUJI II : Nurul Devi Ardiani, S. Kep., Ns (…………………….)
NIK. 201186080
PENGUJI III : Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep., Ns (…………………….)
NIK. 2001185071
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns
NIK. 201084050
Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny. S Dengan Post
Operasi Mastektomi Di Ruang Mawar 2 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta�
v
�
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny. S Dengan
Post Operasi Mastektomi.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKES Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang selalu memberikan bimbingan ddan motivasi selama proses
pembelajaran di STIKES Kusuma Husada Surakarta.
3. Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji
yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,
inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
kesempurnaannya studi kasus ini.
4. Fakhrudin N. S, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah memberi
petunjuk, pengarahan dan koreksi masukan-masukan demi sempurnanya studi
kasus ini.
vi
�
5. Nurul Devi A, S.Kep.,Ns, sebagai dosen penguji yang telah dengan cermat
memberi segala petunjuk, pengajaran, bimbingan dan koreksi-koreksi yang
baik demi kesempurnaan studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sebar dan wawasanya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, bapak Bambang dan ibu Supartini yang selalu menjadi
inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman dan kakakku Aris Innarno yang telah memberikan motivasi dan
selalu membantu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu, yang
telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan, Amin.
Surakarta, 26 April 2012
Penulis
vii
�
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Tujuan penulisan ............................................................ 4
C. Manfaat penulisan .......................................................... 4
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ...................................................................... 6
B. Perumusan Masalah Keperawatan .................................. 9
C. Perencanaan Keperawatan ............................................. 10
D. Implementasi Keperawatan ............................................ 10
E. Evaluasi Keperawatan .................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan ................................................................... 14
1. Pengkajian …………………………………………. 14
2. Diagnosa Keperawatan …………………………….. 20
viii
�
3. Intervensi keperawatan …………………………….. 21
4. Implementasi Keperawatan ……………………...… 23
5. Evaluasi Keperawatan …………………………...… 24
B. Simpulan ........................................................................ 25
C. Saran …………………………………………………… 27
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
ix
�
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Log Book
Lampiran 2 : Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3 : Surat Keterangan Selesai Pengmbilan Data
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan
��
�
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya jaman banyak terdapat masalah
kesehatan yang terjadi baik pada wanita atau pria. Salah satu masalah
kesehatan adalah keganasan yang sering ditemukan diseluruh dunia,
keganasan yang sering menyerang wanita adalah kanker payudara dan
setiap wanita dalam hidupnya setelah lahir mempunyai 10% kemungkinan
mendapat penyakit ini (Sjamsuhidat, 2004).
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun
2007 kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap
di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%).
Hal ini sama dengan estimasi Globocan (IACR) tahun 2002. Prevelensi
tumor/kanker menurut diagnosis tenaga kesehatan (RISKESDAS) 2007 di
Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,8 %, Prevelensi tertinggi di Kabupaten
Magelang (1,6 %), Cilacap (1,5 %), Kebumen (1,3 %), Banyumas,
Wonogiri, Surakarta, Tegal Kota (masing-masing 1,2 %).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya
dirasakan berbeda pada jaringan payudara disekitarnya, tidak
menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa
��
��
�
digerakkan dengan mudah dibawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan
biasanya melekat pada dinding dada atau kulit disekitarnya. Pada kanker
stadium lanjut, bisa berbentuk benjolan yang membengkak atau borok
dikulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak
seperti kulit jeruk (Ranggiasanka, 2010: 39)
Kanker biasanya tidak menyakitkan mulanya. Gejala pertama
seringkali rasa tidak nyaman yang ringan, yang sangat bisa menjadi rasa
sakit parah yang meningkat sebagaimana pembesaran kanker. Rasa sakit
tersebut bisa terjadi dari tekanan kanker atau longsor kedalam saraf atau
struktur lain. Meskipun begitu tidak semua kanker menyebabkan rasa sakit
berat. Dengan cara yang sama, kurangnya rasa sakit tidak menjamin
bahwa kanker tidak berkembang atau menyebar (Ranggiasanka, 2010 :
17-18).
Pengobatan kanker payudara terdiri atas operasi dan radioterapi.
Ini diarahkan kebenjolan dan nodul getah bening di ketiak. Sedangkan
terapi kombinasi terdiri atas radioterapi, kemoterapi dan terapi hormon
(Buckman dan Whittaker, 2010: 38)
Kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir
selalu meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosa
ditegakkan) untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat
sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi
(pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving
��
�
(hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya)
(Ranggiansanka, 2010 : 51).
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif
dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut (Mubaroq, 2007). Menurut NANDA
(2003) dilihat dari penyebab nyeri, nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut ialah nyeri yang timbul secara tiba-tiba atau perlahan
dengan intensitas ringan sampai berat, waktu berakhirnya dapat
diantisipasi atau diperkirakan dan durasi kurang dari 6 bulan tetapi yang
didominan pada nyeri akut umumnya mempunyai batasan karakteristik
sebagai faktor pencetus (Mubaroq, 2007). Nyeri pasca operasi mastektomi
berasal dari kerusakan ujung syaraf yang parah, pembengkakan dan
peradangan serta memar (Geffen, 2007: 63).
Pada observasi yang dilakukan penulis selama melakukan studi
kasus pada pasien dengan Post Operasi Mastektomi dengan keluhan utama
nyeri. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan kasus dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny. S Dengan Post Operasi
Mastektomi Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
��
�
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan Studi Kasus tentang Nyeri Akut Pada Ny. S Dengan Post
Operasi Mastektomi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.S dengan nyeri akut
post operasi mastektomi.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.S dengan
nyeri akut post operasi mastektomi.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.S
dengan nyeri akut post operasi mastektomi.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny.S dengan nyeri akut
post operasi mastektomi.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.S dengan nyeri akut post
operasi mastektomi.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny.S
dengan nyeri akut post operasi mastektomi.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai wacana untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan post operasi mastektomi.
��
�
b. Sebagai wacana untuk studi kasus berikutnya dibidang kesehatan
terutama dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri akut post
operasi mastektomi.
2. Manfaat praktis
a. Rumah Sakit
1) Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai masukan perbaikan
dalam pemberian asuhan keperawatan dengan masalah post operasi
mastektomi.
2) Meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan dengan masalah
post operasi mastektomi.
b. Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai dengan
profesi yang penulis tekuni sebagai perawat, sehingga nantinya dapat
diterapkan dilapangan.
c. Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang.
��
�
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2012 diruang Mawar 2
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta dengan sumber informasi
pasien, keluarga pasien dan status pasien.
Berdasarkan pengkajian didapatkan identitas pasien sebagai berikut
nama Ny. S. umur 45 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat di Purwodadi,
pekerjaan swasta, pendidikan SMA, masuk tanggal 29 Maret 2012, dengan
diagnosa medis post operasi mastektomi, penanggung jawab Tn. M, umur 50
tahun, pendidikan SMA, alamat Purwodadi, hubungan dengan pasien suami.
Hasil pengkajian didapatkan Ny. S mengeluh nyeri pada luka post
operasi mastektomi dipayudara sebelah kiri. Riwayat penyakit sekarang
didapatkan data bahwa kurang lebih 1 tahun yang lalu pasien mengeluh ada
benjolan pada payudara sebelah kiri tetapi dihiraukan. Lama kelamaan
benjolan semakin membesar. Pada tanggal 28 Desember 2011 pasien
dilakukan operasi mastektomi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pada tanggal
29 Maret 2012 saat pasien kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
pasien lalu disuruh opname karena kondisinya melemah.
Berdasarkan pengkajian pada riwayat kesehatan dahulu didapatkan
data, bahwa pasien mengatakan dahulu sudah pernah diopname pada saat
�
��
��
�
operasi, tanggal 28 Desember 2011 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pasien
tidak mempunyai elergi terhadap apapun.
Riwayat kesehatan keluarga didapatkan data pasien mengatakan tidak
ada riwayat penyakit keturunan, seperti DM, hipertensi dan asma, sedangkan
pada riwayat kesehatan lingkungan didapatkan data pasien mengatakan tinggal
didaerah pedesaan, tinggal didaerah yang bersih, sirkulasi sukup dan
pencahayaan cukup.
Hasil pengkajian pola kesehatan fungsional pada pola kognitif dan
perceptual, sebelum sakit pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan
lancar, mampu berorientasi penuh pada lingkungan, mengidentifikasi keadaan,
orang dan situasi dengan kesadaran penuh. Selama sakit pasien mengatakan
penyebab nyerinya karena adanya luka, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
didada sebelah kiri, nyeri hebat dengan skala 8 (0-10), nyeri terus- menerus.
Pada pola nutrisi dan metabolisme didapat hasil, sebelum sakit pasien makan 3
kali sehari, nasi, lauk, sayur, kadang buah. Minum air putih, kadang teh. 4-6
gelas sehari, 1000cc-1500cc, selama sakit pasien mengatakan mual, tidak nafsu
makan, dalam sekali makan habis 5 sendok saja, minum air putih kadang teh.
4-5 gelas /hari. Pasien mengatakan sebelum sakit dapat beraktivitas secara
mandiri. Selama sakit aktivitas pasien seperti makan, minum berpakaian dan
ambulasi memerlukan bantuan orang lain. Sedangkan untuk toileting, pasien
dibantu orang lain dan alat. Pasien mengatakan badannya lemah sehingga tidak
kuat untuk beraktivitas. Pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur dengan
nyenyak dan jarang tidur siang (7-8 jam) . Selama sakit pasien mengatakan
��
�
tidak bisa tidur dengan nyenyak dan sering terbangun karena nyeri yang
dirasakan. Tidur hanya 3-4 jam dalam sehari.
Keadaan umum pasien sedang, composmentis. Tekanan darah 130/80
mmHg. nadi 88 kali /menit, pernafasan 20 kali /menit, suhunya 360C. Pada
pemeriksaan dada (jantung dan paru) hanya bisa dilakukan pemeriksaan
dengan cara inspeksi dan auskultasi saja karena terdapat luka pada dada
sebelah kiri. Payudara sebelah kiri terdapat luka, dengan karakteristik luka
yaitu berbau, terdapat pus, warna kulit disekitar luka kuning keputih-putihan
dan jaringan nekrosis dengan diameter kurang lebih 20 cm, sedangkan
payudara sebelah kanan normal. Pemeriksaan fisik jantung dengan cara
inspeksi didapatkan data yaitu ictus kordis tidak tampak karena terdapat luka
dan dengan cara auskultasi didapatkan data bunyi jantung normal, sedangkan
pada pemeriksaan fisik paru dengan cara inspeksi didapatkan data dada
simetris kanan dan kiri, terdapat luka pada dada sebelah kiri. Pada auskultasi
paru didapatkan data bunyi nafas vesikuler. Ekstermitas atas pada lengan kiri
odem dengan kekuatan otot 2 dan tangan kanan, kaki kiri dan kaki kanan
dengan kekuatan otot 5. Ekstremitas bawah sebelah kanan terpasang infuse
KAEN 3B 20tpm. Capilary reffil kurang dari 2 detik.
Pasien mendapat terapi ceftriaxcone 1gr/12 jam untuk indikasi infeksi
pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh, ranitidine 25mg/12 jam untuk
indikasi mengurangi gejala refluk esofagitis, ketorolac 10 mg/8 jam
diindikasikan untuk penatalaksanaan terhadap nyeri akut derajat sedang-berat
segera setelah operasi, infuse KAEN 3B 20 tetes /menit.
��
�
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 April 2012 didapatkan
hasil yaitu Hemoglobin 11,2 gr/dl dengan nilai normal 12-16, hematokrit 33%
(40-48), leukosit 6,9X103/ml (4,5-10,0), trombosit 275 /ul (150-440), eritrsosit
3,6 jt/mm3 (4,2-5,4), Gula Darah Sewaktu (GDS) 81 mg/dl (<140), Serum
Glutamik Oksaloasetik Transaminase (SGOT) 32 U/L (31), Serum Glutamik
Glutamik Pyruvik Transaminase (SGPT) 84 U/L (32), albumin 2,8 gr/dl (3,8-
5,1), kreatinin 0,6 mg/dl (0,5-0,9), ureum 45 mg/dl (10-50), natrium 139,
kalium 4,7, klorida 111.
Hasil rontgen pada tanggal 2 April 2012 yaitu heparnya ukuran
abdomen dilatasi vaskuler (-), nodul (+), multiple. Pancreas kedua ren, lien
VU, uterus dalam batas normal tidak tampak limfadenopati paraaorta. Tampak
echo cairan dicavum pleura bilateral terutama kiri. Kesan: multiple nodul
dihepar curiga metastase. Efusi pleura terutama kiri.
B. Perumusan Masalah Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S ditemukan data fokus yaitu
data subjektifnya pasien mengatakan penyebab nyerinya karena adanya luka,
nyeri seperti ditusuk-tusuk, lokasi nyeri didada sebelah kiri, nyeri hebat dengan
skala 8 (0-10), nyeri terus-menerus sedangkan data objektifnya didapatkan
wajah pasien tampak meringis kesakitan, menahan sakit saat bergerak dan
terdapat luka post operasi mastektomi pada payudara sebelah kiri. Berdasarkan
data yang didapat masalah yang muncul adalah nyeri akut dan ditegakkan
���
�
diagnosa keperawatan utama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik (pembedahan).
C. Rencana Keperawatan
Berdasarkan tujuan dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri berkurang dengan skala 4-6. Dengan kriteria hasil pasien
mengatakan nyeri berkurang, tidak merintih kesakitan, tidak terlihat pucat.
Intervensinya adalah kaji karakteristik nyeri (PQRST) dan observasi tanda-
tanda vital, rasionalnya adalah dapat mengetahui tentang nyeri, ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam rasionalnya adalah dapat mengurangi rasa nyeri,
kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik sesuai program (NIC
dan NOC, 2007).
D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012 pada
pukul 08.30 WIB mengkaji nyeri pasien, dengan respon subjektif yaitu pasien
masih merasakan nyeri pada lukanya dada sebelah kiri, dengan skala 8 (0-10),
nyeri terus menerus dan respon objektifnya pasien tampak meringis kesakitan.
Pada pukul 09.00 WIB memberikan injeksi ketorolac 1 ampul (10 mg) dengan
respon objektif, obat masuk melalui selang infus. Pukul 09.15 WIB melakukan
perawatan luka dengan respon objektif pasien tampak lebih nyaman, balutan
sudah diganti dan karakteristik lukanya yaitu berbau, terdapat pus, warna kulit
���
�
disekitar luka kuning keputih-putihan dan jaringan nekrosis dengan diameter
kurang lebih 20 cm. Pada pukul 10.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan
respon objektif tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88 kali /menit, pernafasan
20 kali /menit, suhu 360C, dan pada pukul 11.00 WIB mengajarkan untuk nafas
dalam untuk mengontrol nyeri dengan respon objektif pasien tampak
melakukan nafas dalam.
Tindakan yang dilakukan pada tanggal 4 April 2012 2012 pukul 09.00
WIB mengkaji nyeri pasien, respon subjektif yaitu pasien masih merasakan
nyeri pada lukanya dada sebelah kiri, dengan skala 8 (0-10), nyeri terus
menerus. Respon objektifnya yaitu pasien tampak meringis kesakitan, pukul
09.15 WIB memberikan injeksi ketorolac 1 ampul (10 mg) dengan respon
objektif, obat masuk melalui selang infuse, pukul 09.30 WIB melakukan
perawatan luka dengan respon objektif pasien tampak lebih nyaman, balutan
sudah diganti dan karakteristik lukanya yaitu berbau, terdapat pus, warna kulit
disekitar luka kuning keputih-putihan dan jaringan nekrosis dengan diameter
kurang lebih 20 cm. Pukul 11.00 WIB menganjurkan untuk nafas dalam untuk
mengontrol nyeri dengan respon objektif pasien tampak melakukan nafas
dalam.
Pada hari ketiga tanggal 5 April 2012 pukul 08.15 WIB mengobservasi
keadaan umum pasien, respon subjektif yaitu pasien masih merasakan nyeri
pada lukanya dada sebelah kiri, dengan skala 8 (0-10), nyeri terus menerus dan
terkadang mengeluh sesak nafas, dengan respon objektif pasien tampak
meringis kesakitan, tidak tampak penggunaan otot bantu nafas, terpasang water
���
�
seal drainage (WSD) dengan produktifitas merah tua dan terpasang oksigen 2
liter (terkadang dilepas), pukul 09.00 WIB memberikan injeksi ketorolac 1
ampul (10 mg) dengan respon objektif, obat masuk melalui selang infuse,
pukul 09.10 WIB melakukan perawatan luka dengan respon objektif pasien
tampak lebih nyaman, balutan sudah diganti dan karakteristik lukanya yaitu
berbau, terdapat pus, warna kulit disekitar luka kuning keputih-putihan dan
jaringan nekrosis dengan diameter kurang lebih 20 cm. Luka juga sudah
menyebar keketik dan lengan bagian atas sebelah kiri, pukul 09.30 WIB
memposisikan pasien setengah duduk dengan respon objektif pasien tampak
lebih nyaman. Pukul 10.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan respon
objektif tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 70 kali /menit, pernafasan 18 kali
/menit, suhu 36,90C, pukul 11.30 WIB menganjurkan untuk nafas dalam untuk
mengontrol nyeri dengan respon objektif pasien tampak melakukan nafas
dalam.
E. Evaluasi
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 April
2012 adalah pasien masih merasakan nyeri pada lukanya sebelah kiri, dengan
skala 8 (0-10), nyeri turus menerus, pasien tampak meringis kesakitan dan
karakteristik lukanya yaitu berbau, terdapat pus, warna kulit disekitar luka
kuning keputih-putihan dan jaringan nekrosis dengan diameter kurang lebih 20
cm . Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88 kali /menit, pernafasan 20 kali
/menit, suhu 360C. Masalah nyeri akut belum teratasi. Intervensi dilanjutkan,
��
�
kaji karakteristik nyeri (PQRST), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic.
Pada tanggal 4 April 2012 2012 adalah pasien masih merasakn nyeri
pada lukanya sebelah kiri, dengan skala 8 (0-10), nyeri turus menerus, pasien
tampak meringis kesakitan dan karakteristik lukanya yaitu berbau, terdapat pus,
warna kulit disekitar luka kuning keputih-putihan dan jaringan nekrosis dengan
diameter kurang lebih 20 cm. Masalah nyeri akut belum teratasi. Intervensi
dilanjutkan, kaji karakteristik nyeri (PQRST), ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic.
Pada tanggal 5 April 2012 adalah pasien masih merasakan nyeri pada
lukanya sebelah kiri, dengan skala 8 (0-10), nyeri terus menerus dan terkadang
mengeluh sesak nafas. Pasien tampak meringis kesakitan. Tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 70 kali /menit, pernafasan 18 kali /menit, suhu 36,90C,
tidak tampak menggunakan otot bantu nafas, tampak terpasang WSD dengan
produktifitas merah tua, terpasang oksigen 2 liter (terkadang dilepas). Masalah
nyeri akut belum teratasi. Intervensi dilanjutkan, kaji karkteristik nyeri
(PQRST), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat analgesic.
���
�
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Nyeri
Akut Pada Ny. S Dengan Post Operasi Mastektomi Di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Disamping itu penulis akan membahas tentang faktor pendukung
dan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang sistematis untuk
menentukan status kesehatan pasien dan untuk mengidentifikasi semua
masalah kesehatan yang aktual atau potensial (Brunner dan Suddarth,
2002).
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan post operasi
mastektomi adalah pengkajian yang teratur tentang nyeri dan
ketidaknyamanan (Brunner dan Suddarth, 2002).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara dengan gejala awal berupa sebuah benjolan yang
biasanya dirasakan berbeda pada jaringan payudara disekitarnya, tidak
menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
���
�
���
�
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan
bisadigerakkan dengan mudah dibawah kulit. Pada stadium lanjut,
benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit disekitarnya. Pada
kanker stadium lanjut, bisa berbentuk benjolan yang membengkak atau
borok dikulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan
tampak seperti kulit jeruk (Ranggiasanka, 2010). Pengobatan kanker
payudara terdiri atas operasi dan radioterapi. Hal ini diarahkan kebenjolan
dan nodul getah bening di ketiak sedangkan terapi kombinasi terdiri atas
radioterapi, kemoterapi dan terapi hormon (Buckman dan Whittaker,
2010: 38).
Gambaran klinis dari kanker payudara adalah nyeri payudara atau
pembengkakan salah satu payudara. Rasa sakit tersebut bisa terjadi dari
tekanan kanker atau longsor kedalam saraf atau struktur lain. Meskipun
begitu tidak semua kanker menyebabkan rasa sakit berat. Dengan cara
yang sama, kurangnya rasa sakit tidak menjamin bahwa kanker tidak
berkembang atau menyebar (Ranggiasanka, 2010 : 17-18).
Kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir
selalu meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosa
ditegakkan) untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat
sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi
(pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving
(hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya) yang terdiri
���
�
dari mastektomi total atau sederhana, radikal termodifikasi dan radikal
(Ranggiansanka, 2010: 51).
Data yang diperoleh penulis pada pengkajian Ny. S riwayat
keperawatan, keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri karena
adanya luka, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri didada sebelah kiri, nyeri
hebat dengan skala 8 (0-10), nyeri terus- menerus. Nyeri post operasi
mastektomi berasal dari ujung syaraf yang parah, peradangan,
pembengkakan serta memar yang disebut sindrom nyeri pasca mastektomi
atau PMPs. Dengan tanda-tanda PMPs yaitu dinding dada nyeri dan
kesemutan bawah lengan serta dirasakan di bahu, bekas luka, lengan atau
ketiak. Keluhan umum lainnya termasuk mati rasa, nyeri tertusuk, tajam
atau rasa gatal tak tertahankan (Geffen, 2007: 63).
Riwayat penyakit sekarang didapatkan data bahwa kurang lebih
1tahun yang lalu pasien mengeluh ada benjolan pada payudara sebelah kiri
tetapi tidak dihiraukan. Lama kelamaan benjolan semakin membesar.
Benjolan pada kanker payudara itu bisa terjadi dari berbagai jaringan
didalam organ. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya,
sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup
kejaringan yang didekatnya dan bisa menyebar (metastasis) keseluruh
tubuh. Kebanyakan benjolan di payudara ternyata hanyalah perubahan
fibrokistik. Istilah fibrokistik mengacu pada fibro dan kista.Fibrosis adalah
pembentukan jaringan parut, sedangkan kista adalah kantung berisi cairan.
Perubahan fibrokistik dapat menyebabkan payudara bengkak dan nyeri.
���
�
Seringkali terjadi sebelum periode menstruasi dimulai. Payudara dapat
terasa kenyal dan kadang keluar cairan bening atau susu dari putting
(Bruner dan Suddarth, 2002).
Hasil pengkajian tentang pola nutrisi dan metabolisme didapatkan
selama sakit pasien mengalami mual dan nafsu makan menurun. Hampir
setiap penderita yang mendapatkan terapi penyinaran atau kemoterapi
mengalami efek sampimg berupa mual atau muntah dan berkurangnya
jumlah sel darah putih. Mual yang dirasakan Ny. S itu sendiri biasanya
disebabkan oleh distensi atau iritasi di bagian mana saja dari saluran
gastrointestinal, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang
lebih tinggi. Interprestasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau
bagian dari pusat muntah (Muttaqin, 2011).
Pada pengkajian aktivitas dan latihan pasien mengatakan badannya
lemah sehingga tidak kuat untuk beraktivitas karena nyeri yang
dideritanya dan pada pasien kanker umumnya mengalami defisit nutrisi
akibat sel kanker menyerap lebih banyak nutrisi dari pada sel-sel tubuh
yang normal hal ini diperkuat teori K. Iyer (2006) bahwa pada penderita
kanker mengalami anemia dan kelemahan.
Pada pola tidur didapatkan bahwa selama sakit pasien mengatakan
tidak bisa tidur dengan nyenyak, tidurnya kurang lebih 3-4 jam sering
terbangun karena nyeri pada lukanya. Ini disebakan karena nyeri syaraf
setelah mastektomi disebut sindrom nyeri pasca mastektomi atau PMPs.
���
�
Tanda-tanda PMPs adalah dinding dada nyeri dan kesemutan bawah
lengan (Geffen, 2007).
Pada pemeriksaan fisik dada didapatkan payudara kiri terdapat
luka. Dengan karakteristik luka yaitu berbau, terdapat pus, warna kulit
disekitar luka kuning keputih-putihan dan jaringan nekrosis dengan
diameter kurang lebih 20 cm. Efek samping dari kemoterapi salah satunya
adalah merusak sel yang normal sehingga sel yang mulanya normal
menjadi abnormal (ISO, 2010).
Pasien mendapat terapi KAEN 3B 20 tetes per menit kerena untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang Karena cairan kristaloid
kandungannya sama dengan komposisi tubuh, ceftriaxcone 1gr/12 jam
untuk indikasi infeksi pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh,
ranitidine 25mg/12jam untuk indikasi mengurangi gejala refluk esofagitis,
ketorolac 10 mg/8jam adalah golongan analgesik diindikasikan untuk
penatalaksanaan terhadap nyeri akut derajat sedang-berat segera setelah
operasi (ISO, 2010).
Hasil rontgen pada tanggal 2 April 2012 yaitu heparnya ukuran
abdomen dilatasi vaskuler (-), nodul (+), multiple.Pancreas kedua ren, lien
VU, uterus dalam batas normal tidak tampak limfadenopati paraaorta.
Tampak echo cairan dicavum pleura bilateral terutama kiri. Kesan:
multiple nodul dihepar curiga metastase. Efusi pleura terutama kiri.Secara
anatomis payudara dan paru berdekatan. Penentuan stadium kanker
dengan sistem Tumor size Node Metastase (TNM) itu sistem yang paling
���
�
umum digunakan untuk menggambarkan stadium kanker payudara adalah
sistem TNM. Sistem ini memperhitungkan ukuran tumor dan penyebaran
(T), apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening (N), dan
apakah telah menyebar ke organ yang jauh (M), jadi nodul (+) itu berarti
kanker sudah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada,
misalnya kehati tulang atau paru-paru (Brunner dan Suddarth, 2002),
sedangkan pada hasil rontgen didapatkan hasil terjadi efusi pleura itu
karena kanker yang berhubungan dengan selaput yang melindungi paru-
paru (pleura) atau struktur seperti kantong yang mengelilingi jantung
(perikardium) seringkali mengeluarkan cairan, yang menumpuk disekitar
organ tersebut, penumpukan cairan dalam jumlah banyak bisa
mengganggu pernafasan atau memompa jantung akibat dari metastase
(Ranggiasanka, 2010).
Hasil Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 April 2012
didapatkan hasil yaitu Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit menurun,
penurunan hemoglobin pada penderita kanker payudara dapat disebabkan
oleh efek samping dari pengobatan kemoterapi hal ini dikarenakan dapat
menyebabkan sitopenia (suatu keadaan dimana tejadi kekurangan satu atau
beberapa sel darah, misalnya eritrosit) sehingga dapat menyebabkan
keadaan anemia yaitu berkurangnya hemoglobin dalam darah (Anonim,
2011). Serum Glutamik Pyruvik Transaminase (SPGT) mengalami
kenaikan karena hati mengalami gangguan akibat sel kanker bermetastase
�
�
kehati sehingga hati tidak bisa melakukan fungsi normalnya hal ini
ditunjang dari pemeriksaan rontgen dengan didapatkan hasil nodul (+).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu komponen pengkajian dari proses
keperawatan berfugsi sebagai dasar untuk mengidentifikasi diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif. Segera setelah penyelesaian riwayat
kesehatan dan pengkajian kesehatan, perawat mengorganisasikan,
menganalisa, mensintesa dan merangkum data yang telah terkumpul dan
menentukan kebutuhan atau masalah klien terhadap asuhan keperawatan
(Bruner and Suddarth, 2002).
Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis adalah
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, yang telah disesuaikan
dengan diagnosa keperawatan NANDA. Pada kasus yang dialami Ny. S
terjadi nyeri akut yaitu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International Association for the Study of Pain) awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan
(NANDA, 2011).
Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berhubungan agen
cidera fisik dengan alasan nyeri akut berkaitan dengan trauma yang
��
�
diakibatkan oleh prosedur pembedahan. Beberapa agens kemoteraupetik
menyebabkan nekrotik jaringan, neuropati perifer dan stomatitis yang
merupakan sumber potensial dari nyeri (Brunner dan Suddarth, 2002).
Pada kasus Ny. S penulis merumuskan masalah keperawatan utama
nyeri akut karena nyeri yang dirasakan kurang lebih 1 bulan yang lalu, hal
ini didukung keluhan utama dan awitan nyeri pada Ny. S kurang dari 6
bulan. Pada etiologi yang ditegakkan dari diagnosa keperawatan utama
adalah agen cidera fisik karena pada pengkajian ditemukan adanya luka
post operasi mastektomi.
3. Intervensi
Intervensi atau perencanaan yaitu setelah diagnosa keperawatan
dididentifikasi, komponen perencanaan dari proses keperawatan
dirumuskan. Fase ini mencakup menentukan prioritas pada diagnosa
keperawatan, menentukan tujuan, mengidentifikasi intervensi keperawatan
spesifik yang sesuai untuk pencapaian tujuan, menetapkan hasil akhir yang
diharapkan (Bruner and Suddarth, 2002).
Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan
kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (Jelas),
Measureable (dapat di ukur), Acepptance, Rasional, dan Timming, tetapi
dalam hal ini, terdapat kesenjangan dengan prinsip tersebut, terutama
dalam penentuan kriteria hasil dan waktu pencapaian. Kriteria hasil, pasien
mengatakan nyeri berkurang, tidak merintih kesakitan, tidak terlihat pucat.
�
�
Sedangkan penentuan waktu pencapaian selama tiga hari mungkin terlalu
singkat untuk dapat dicapai, mengingat nyeri akut mungkin tidak akan
hilang sepenuhnya dalam kurun waktu tersebut. Penyusunan intervensi
dalam kasus ini tidak sepenuhnya sesuai dengan teori, namun disesuaikan
dengan kebutuhan dan keadaan klien.
Berdasarkan tujuan dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan nyeri berkurang. Dengan kriteria hasil pasien
mengatakan nyeri berkurang, tidak merintih kesakitan, tidak terlihat pucat.
Intervensinya mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) dan observasi tanda-
tanda vital, terutama tekanan darah, nadi dan respirasi, karena merupakan
indikator penting terhadap adanya peningkatan intensitas nyeri. Mediator
nyeri, seperti prostaglandin, dapat memicu rangsang saraf simpatis yang
menimbulkan peningkatan tanda vital tersebut (Wolff, 2005), ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi napas dalam dipercaya
dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu dengan
merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan
oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh
darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami
spasme dan iskemic. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu
merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan
enkefalin (Smeltzer & Bare, 2002), kolaborasi dengan dokter untuk
memberikan analgetik (ketorolak). Ketorolak merupakan suatu analgesik
��
�
non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang
menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi.
Ketorolac menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai
analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap
reseptor opiat. Setelah pemberian dosis tunggal intravena, volume
distribusinya rata-rata 0,25 L/kg. Ketorolac dan metabolitnya (konjugat
dan metabolit para-hidroksi) ditemukan dalam urin (rata-rata 91,4%) dan
sisanya (rata-rata 6,1%) diekskresi dalam feses. Pemberian Ketorolac
secara parenteral tidak mengubah hemodinamik pasien (Anonim, 2012).
4. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan yaitu fase implementasi
dari rencana keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan
rencana keperawatan yang telah disusun, rencana keperawatan menjadi
landasan untuk implementasi, saat implementasi asuhan keperawatan,
perawat secara berkesinambungan mengkaji pasien dan responnya
terhadap asuhan keperawatan, perubahan dibuat dalam rencana
keperawatan sesuai perubahan kondisi, masalah dan respon pesien (Bruner
and Suddarth, 2002).
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. S sama dengan
yang ada diintervensi yaitu mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) dan
observasi tanda-tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
��
�
Penulis juga melakukan implementasi diluar intervensi yaitu
melakukan perawatan luka. Karena medikasi juga diberikan untuk
keefektifan analgesik dan untuk menangani gejala-gejala lain yang dapat
menunjang pada pengalaman nyeri (Brunner dan Suddarth, 2002).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan
diarahkan untuk menentukan respon pasien terhadap intervensi
keperawatan dan sebatas mana tujuan-tujuan sudah dicapai. Rencana
keperawatan memberikan landasan bagi evaluasi (Bruner and Suddarth,
2002).
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3
April 2012 adalah pasien masih merasakan nyeri pada lukanya sebelah kiri
dengan skala 8 (0-10) dan karakteristik lukanya yaitu berbau, terdapat pus,
warna kulit disekitar luka kuning keputih-putihan dan jaringan nekrosis
dengan diameter kurang lebih 20 cm, nyeri turus menerus, pasien tampak
meringis kesakitan. Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88 kali /menit,
pernafasan 20 kali /menit, suhu 360C. Masalah nyeri akut belum teratasi
karena nyerinya belum berkurang. Intervensi dilanjutkan, kaji karakteristik
nyeri (PQRST), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat analgesik.
Pada tanggal 4 April 2012 2012 adalah pasien masih merasakn nyeri
pada lukanya sebelah kiri, dengan skala 8 (0-10) dan karakteristik lukanya
��
�
yaitu berbau, terdapat pus, warna kulit disekitar luka kuning keputih-
putihan dan jaringan nekrosis dengan diameter kurang lebih 20 cm , nyeri
turus menerus, pasien tampak meringis kesakitan. Masalah nyeri akut
belum teratasi karena nyeri yang dirasakan pasien belum berkurang.
Intervensi dilanjutkan, kaji karakteristik nyeri (PQRST), ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgesik.
Pada tanggal 5 April 2012 adalah pasien masih merasakan nyeri
pada lukanya, dengan skala 8 (0-10) dan karakteristik lukanya yaitu
berbau, terdapat pus, warna kulit disekitar luka kuning keputih-putihan
dan jaringan nekrosis dengan diameter kurang lebih 20 cm, nyeri terus
menerus. Pasien tampak meringis kesakitan. Tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 70 kali /menit, pernafasan 18 kali /menit, suhu 36,90C, tidak
tampak menggunakan otot bantu nafas, tampak terpasang WSD dengan
produktifitas merah tua dan terpasang oksigen 2 liter (terkadang dilepas).
Masalah nyeri akut belum teratasi karena nyeri belum berkurang.
Intervensi dilanjutkan, kaji karkteristik nyeri (PQRST), ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgesik.
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi
kepada pihak lain sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang
penyakit kanker payudara dan penatalaksanaanya. Walaupun dalam
penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak kekurangan, tetapi dengan
��
�
kekurangan tersebut penulis mendapatkan masukan dari pihak lain
sehingga penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih sempurna
serta dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis.
B. SIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis melakukan Pengkajian, Analisa Data, Penentuan
Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi tentang Asuhan
Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny.s Dengan Post Operasi Mastektomi di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta secara metode studi kasus, maka dapat
ditarik kesimpulan :
1. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada Ny. S telah dilakukan
secara komprehensif dan diperoleh hasil, yaitu terdapat keluhan utama
nyeri, nyerinya karena adanya luka, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
didada sebelah kiri, nyeri hebat dengan skala 8 (0-10), nyeri terus-
menerus. Tekanan darah 130/80 mmHg,nadi 88 kali /menit, pernafasan
20 kali /menit, suhu 360C. Pengkajian fisik terdapat luka post operasi
mastektomi pada payudara sebelah kiri. Hasil pemeriksaan rontgen
tampak echo cairan dicavum pleura bilateral terutama kiri brarti
kanker payudara sudah metastase keparu-paru terbukti dengan pasien
terpasang WSD.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus Ny. S adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan).
��
�
3. Rencana keperawatan yang disusun yaitu kaji karakteristik nyeri
(PQRST) dan observasi tanda-tanda vital, ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik
sesuai program (ketorolac 10 mg/8jam).
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari
rencana keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan
secaran komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan
(Doengoes, 2000) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya didapatkan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil
belum tercapai, maka nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
pada Ny.S belum teratasi dan intervensi dilanjutkan, kaji karakteristik
nyeri (PQRST), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat analgesik.
6. Hasil analisa kondisi Ny. S post operasi mastektomi pasien
mengatakan nyeri terus meneurus, terdapat luka pada dada sebelah
kiri. Dengan hasil rontgen nodul (+) dan efusi pleura.
C. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
nyeri akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
khususnya dibidang kesehatan antara lain :
��
�
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Halini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun
klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
yang optimal pada umumnya dan pasien post perasi mastektomi khususnya
dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan
prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebihmaksimal,
khususnya pada klien dengan post operasi mastektmi. Perawat diharapkan
dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil,
inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
B. Lubis, Delyuzar Bag Patologi Anatomi Fak. Kedokteran U.S.U. Medan, dari
Venkateswaran K. Iyer. Role of Fine Needle Aspiration Cytology in the
Management of Pediatric Renal Tumors. Journal of Indian Association
of Pediatric Surgeons. http://www.jiaps.com/article.asp?issn=0971-
9261;year=2007;volume=132;issue=3�Diakses 25 April 2012
Buchman, Whittaker (2010), Apa yang Seharusnya Anda Ketahui Tentang Kanker
Payudara, Penerbit Intan Sejati, Bandung.
Doengoes, E.Marilyn, Marry F.M., & Alice CM. Geissler, (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerjemah I Made
Kariasa, S.Kp, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Geffen R. J (2007), kanker Payudara: Cara Pengobatan Alternatif, Penerbit PT.
Indeks, Jakarta
Ikatan Apoteker Indonesia, (2010), Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia,
PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.
Mubarak, Wahid I, (2007), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan
Aplikasi dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Muttaqin, Arif (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal, EGC, Jakarta.
NANDA, (2005-2006), Panduan Diagnosa Keperawatan, Penerjemah Budi
Santosa, Penerbit Prima Medika.
Nurcahyo. (2011), Pengobatan Kanker. Http://indonesiaindonesia./f/11257-
pengobatan-kanker/ diakses tanggal 25 April 2012.
Pemerintah provinsi Jawa Tengah Dinas Kesehatan. 2006. Profil kesehatan
provinsi Jawa Tengah.
Ranggiasanka A (2010), Waspada Kanker pada Pria & Wanita, Penerbit Siklus,
Yogyakarta.
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare, (2002), Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical Nursing, Vol. 2, 8th
Ed, Penerjemah Esty Wahyuningsih,
S.Kep., Ns., Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Apriyani Yuni Pratiwi
Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 30 April 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah :Rembun 03/03, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali
Riwayat Pendidikan : TK PERTIWI Rembun
MIN Tinawas
MTs Negeri Gondangrejo
SMA Negeri 1 Gondangrejo
Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : Anggota OSIS
Publikasi :