Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami

perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang kesehatan

yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis

untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang

lain. Sampai sekarang penelitian tentang transplantasi organ masih terus dilakukan.

Transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan suatu

jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan

pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu

tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama.

Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada

penerima.

Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23

tahun 1992 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan

Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis

serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.

Transplantasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional dan

berlandaskan kepada kode etik. Kode etik tenaga kesehatan ditetapkan oleh asosiasi tenaga

kesehatan internasional, nasional, dan negera bagian atau provinsi. Tenaga kesehatan harus

mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan

keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Tenaga kesehatan

memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien.

Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang etik dan hukum dalam melakukan

transfusi organ tubuh.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

2

1.2 Tujuan

Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah

etika dan hukum keperawatan. Selanjutnya pembahasan masalah transplantasi organ tubuh

manusia ini bertujuan untuk mendalami bagaimana etika dan hukum kesehatan di Indonesia

mengatur masalah transplantasi organ tubuh. Selain itu, makalah ini juga di harapkan dapat

memberikan informasi kepada masyarakat luas bagaimana prosedur transplantasi organ baik

kepada pendonor maupun kepada pihak yang menerima.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Transplantasi organ

Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu

jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya

sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut

melipui kecocokan organ dari donor dan resipen.

Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik

yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini

adalah terapi pengganti (alternative) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong

pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan

terapi konservatif.

2.2 Klasifikasi Transplantasi Organ

Ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka

transplantasi dapat dibedakan menjadi :

a. Transplantasi dengan donor hidup

Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ

tubuh seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa

mengancam kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang

bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta organ-organ yang

berpasangan misalnya ginjal.

b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah

Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau

jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang

biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi

misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

4

2.3 Konsep Etika

2.3.1 Pengertian Etika

Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat,

kebiasaaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah

suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari

pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan

bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut

aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :

baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).

Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada

metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia;

yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah

suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai

perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar

perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).

Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari

martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari

profesi.

Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.

Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan

“standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi

anggota masyarakat di mana ia tinggal.

Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta

menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu

bentuk perbuatan yang nyata.

2.3.2 Kode Etik Keperawatan

Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar

kesempurnaan dan nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan

oleh semua anggota kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang

waktu, dan berfungsi sebagai standar untuk tindakan profesional mereka.

Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina

profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan

di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

5

Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di jakarta pada tanggal 29 November

1989.

Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.

Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat

terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.

Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat

terhadap tugasnya.

Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap

sesama perawat dan profesi kesehatan lain.

Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat

terhadap profesi keperawatan.

Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat

terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.

Dengan penjabarannya sebagai berikut:

a. Tanggung jawab Perawat terhadap klein

Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada

tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap

keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat.

Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara

suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan

kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.

Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan

masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan

tradisi luhur keperawatan.

Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan

masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya

kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas

dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.

b. Tanggung jawab Perawat terhadap tugas

Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai

kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

6

Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan

dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak

yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan

yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma

kemanusiaan.

Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha

dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan

kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama

yang dianut, dan kedudukan sosial.

Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam

melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan

kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada

hubungannya dengan keperawatan.

c. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat

Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga

kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan

kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru.

Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya

kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari

profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

d. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi

Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-

sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan

keperawatan.

Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan

menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.

Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan

keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan

keperawatan.

Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi

profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

7

e. Tanggung jawab Perawat terhadap Negara

Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah

digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.

Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada

pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan

kepada masyarakat.

Kode Etik Keperawatan Menurut ICN (International Council 0f Nurses Code

for Nurses)

ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia yang

didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Squar,

London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian Kode Etik ini diuraikan sebagai berikut:

Tanggung Jawab Utama Perawat

Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatnya kesehatan,

mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi

penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, perawat harus

meyakini bahwa :

o Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.

o Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan terhadap kehidupan yang

bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia.

o Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan kepada

individu, keluarga, kelompok, dam masyarakat, perawat mengikut sertakan

kelompok dan institusi terkait.

Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat

Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas,

perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai

nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan

inidividu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi pasien atau klien.

Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat

memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau

pengadilan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

8

Perawat dan Pelaksanaan praktek keperawatan

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan

standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan

standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan

yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu.

Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai

dengan standar profesi keperawatan.

Perawat dan lingkungan Masyarakat

Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap mempunyai inisiatif,

dan dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan

masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

Perawat dan Sejawat

Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik

tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan. Perawat

dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa

terancam.

Perawat dan Profesi Keperawatan

Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan

standar praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan

ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan

perawatan secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi,

berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan

kondisi pelaksanaan praktek keperawatan.

2.3.3 Tujuan Kode Etik Keperawatan

Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat,

dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati

martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

o Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien,

teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan

maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

9

o Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi

keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan

tugasnya.

o Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya

diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.

o Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar

dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.

o Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga

keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas

praktek keperawatan.

2.3.4 Fungsi hukum dalam praktek keperawatan :

Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan:

- Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai

dengan hukum.

- Membedakan tanggungjawab perawat dengan profesi lain.

- Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.

- Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan

meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum ( Kozier, Erb,

1990 ).

2.3.5 Transplantasi Organ dari Segi Etika Keperawatan

Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi

suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik

keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan

teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi “ Perawat bertindak melindungi klien

dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak

kompeten, tidak etis dan illegal ”. Seorang perawat dalam menjalankan profesinya

juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :

a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu

berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap

kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

10

keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi

merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan

tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian

dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional

merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat

keputusan tentang perawatan dirinya. Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi

organ maka hal yang menjadi pertimbangan adalah seseoranhg melakukan

transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja

pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah

dipertimbangkan secara matang.

b. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,

memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau

kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam

situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap

orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini

direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang

benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh

kualitas pelayanan kesehatan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus

diupayakan semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak

menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh

pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan

untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan

dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada

agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman

dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien

tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

11

perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya

batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk

pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab

individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi

penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun

hubungan saling percaya.

f. Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan

komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati

janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban

seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,

menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa

tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,

mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam

memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan yang

matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor

maupun resipien, tidak meruguikan pihak manapun serta berorientasi pada

kemanusiaan.

Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar

nilai-nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai tersebut adalah,

keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat

menjunjung tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang perawat tidak

akan begitu mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi organ hanya

dengan motivasi komersiil.

2.4 Konsep Profesional

2.4.1 Pengertian Profesi

Profesi menurut Daniell Bell (1973) adalah aktifitas intelektual yang

dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal atau tidak formal

dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok badan yang

bertanggungjawab pada keilmuan tersebut dalam pelayanan pada

masyarakat,menggunakan etika dln profesi dengan mengimplementasikan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

12

kompetensi mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis dan moral serta

bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.

Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi.

Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan

lainnya. Daftar karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah

diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:

Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan

mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang

berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.

Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para

anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.

Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi

anggotanya.

Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan

pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.

Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada

persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.

Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk

mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan

pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan

keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.

Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga

hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan

teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.

Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya

dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa

campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior,

praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

13

Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya

dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan

dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.

Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status

yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut

bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi

masyarakat

Menurut DE GEORGE : PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan

sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan

suatu keahlian. PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau

pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu

keahlian yang tinggi.

2.4.2 Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu,

kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional.

Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term

yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang

yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya.

Menurut Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada

derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan

sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah.

Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk

bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.

2.4.3 Ciri-ciri profesi

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,

yaitu :

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini

dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap

pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus

meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

14

4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu

berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan

berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka

untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

2.5 Peran dan Fungsi Perawat

2.5.1 Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi

oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran

adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial

tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas

perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang

diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan

tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.

Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

2.5.2 Elemen Peran

1. Care Giver

Pada peran ini perawat diharapkan mampu

a. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok

atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah

yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.

b. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat

harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien.

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi

diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.

2. Educator

Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru

membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara

guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

15

keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti

dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan

secara teknis.

Peran ini dilakukan untuk :

a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien

mengatasi kesehatanya.

b.Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien

3. Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan

mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan

interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang.

Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.

Peran perawat :

a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat

sakitnya.

b.Perubahan pola interaksi merupakan dasar dalam merencanakan metode

untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.

c. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau

keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman

yang lalu.

d.Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan

4. Sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi

pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

Peran perawat:

a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan

klien.

b.Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

16

c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :

- merencanakan

- mengorganisasikan

- mengarahkan

- mengontrol

5. Leader

Suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok

orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

6. Role Model

Perawat berperan sebagai teladan bagi individu, masyarakat dan

komunitas. Serta perawat profesional juga menjadi sosok perawat ideal yang

senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional dalam memberikan

asuhan keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat profesional memiliki

pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia lebih matang dari segi konsep, teori,

dan aplikasi.

7. Administrator

Perawat berperan dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan

sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan terhadap individu,

keluarga dan komunitas

8. Decisionmaking

Perawat berperan sebagai pengambil keputusan dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai standar keperawatan dan masalah yang terdapat pada

klien.

9. Protector

Peran protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi

dan menjamin hak dan kewajiban Klien agar terlaksana dengan seimbang dalam

memperoleh pelayanan Kesehatan.

10. Client Advocate (Pembela Klien)

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan

termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan

kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

17

a. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan

informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi

lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

b.Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien

yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak

petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama

kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela

hak-hak klien.

11. Manager

Dalam hal ini Perawat mempunyai peran dan tanggungjawab dalam

mengelola pelayanan maupun Pendidikan Keparawatan sesuai dengan

Manajemen Keperawatan dalam kerangka paradigma Keperawatan.

12. Rehabilitator

Rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian Asuhan

Keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh

dan dapat berfungsi normal.

13. Comforter

Sebagai comforter perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa

aman pada klien

14. Comunicator

Peran sebagai communicator, Perawat bertindak sebagai penghubung

antara klien dengan anggota Kesehatan lainya. Ex: perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk

diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

18

2.5.3 Fungsi Perawat

Fungsi adalah seperangkat tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan

posisinya atau statusnya.

1. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana

perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan

sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar

manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,

pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan

dan kenyamanan,.pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan

harga diri dan aktualisasi diri.

2. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan

atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang

diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum,

atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan di antara tim satu dengan lainya fungsi ini dapat terjadi apa bila

bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti

dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyakit

kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga

dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan

bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

19

2.6 Konsep Hak dan Kewajiban Pasien

Dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal

yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (krn telah

ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk

menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

Pernyataan hak-hak pasien (Patient;s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The

American Hospital Association (AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk

meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang akan

dirawat di RS, yaitu :

1. Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan

keperawatan/keperawatan yang akan diterimanya.

2. Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang memeriksanya

berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan prognosis dalam arti pasien layak untuk

mengerti masalah yang dihadapinya.

3. Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu persetujuan

tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting yang

kemungkinan akan dialaminya, kecuali dalam situasi darurat.

4. Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan

diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya.

5. Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut

program asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan

dirahasiakan.

6. Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan

kesehatan yang diberikan kepadanya.

7. Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain yang lebih

lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut, dan

RS yang ditunjuk dapat menerimanya.

8. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS dengan instansi

lain, seperti instansi pendidikan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan

asuhan yang diterimanya.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

20

9. Pasein berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila diikutsertakan sebagai suatu

eksperimen yang berhubungan dengan asuhan atau pengobatannya.

10. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi dari

dokternya ke dokter lainnya, bila dibutuhkan dalam rangka asuhannya.

11. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang

diperlukan untuk asuhan keehatannya.

12. Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang harus dipatuhinya

sebagai pasien dirawat.

Hak pasien menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (UU No. 8/1999) pasal 4 adalah

Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa

Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa

Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan

Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengket

pelindungan

Konsumen secara patut

Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi hak pasien :

1. Meningkatnya kesadaran para konsumen terhadap asuhan kesehatan dan lebih

besarnya partisipasi mereka dalam perencanaan asuhan

2. Meningkatnya jumlah malpraktik yang terjadi dimasyarakat

3. Adanya legislasi (pengesahan) yang diterapkan untuk melindungi hak-hak asasi

pasien

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

21

4. Konsumen menyadari tentang peningkatan jumlah pendidikan dalam bidang

kesehatan dan penggunaan pasien sebagai objek atau tujuan pendidikan dan bila

pasien tidak berpartisipai apakah akan mempengaruhi mutu asuhan kesehatan atau

tidak.

Kewajiban Pasien :

Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk melakukan

sesuatu yang memang harus dilakukan, agar dapat dipertanggungjawabkan sesuai

sesuai dengan haknya.

1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib yang ada

diinstitusi kesehatan dan keperawatan yang memberikan pelayanan kepadanya.

2. Pasien wajib mematuhi segala kebijakan yang ada, baik dari dokter ataupun

perawat yang memberikan asuhan.

3. Pasien atau keluarga wajib untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur

tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang merawatnya.

4. Pasien atau keluarga yang bertanggungjawab terhadapnya berkewajiban untuk

menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan

selama perawatan.

5. Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan sesuai

dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujuinya

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

22

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisa Kasus

An. A umur 8 tahun, di diagnose Leukemia sejak berumur 2 tahun. Selama ini

keluarga bolak balik ke Rumah Sakit untuk melakukan transfuse darah tiap 2 minggu

sekali. Dokter pernah mengatakan bahwa salah satu therapynya bias dengan transplantasi

sum-sum tulang dari pihak keluarga, sehingga saat itu ibu ingin hamil lagi dan lahir An. B

saat ini sudah berumur 5 tahun. Keluarga menginginkan dokter melakukan tindakan

pengambilan sum-sum tulang An. B.

Diskusikan :

1. Apa hak dan kewajiban masing – masing orang yang terlibat dalam kasus ini?

2. Siapa yang bertanggungjawab, jelaskan alasannya?

3. Bagaimana peran masing – masing jika dikaitkan dengan masalah etik dan hukum?

4. Apa solusi terbaik yang akan dilakukan, jelaskan alasannya?

3.2 Pembahasan Kasus

Pada skenario 2 dengan kasus transplantasi organ tidak terdapat unsur malpraktek

karena transplantasi terhadap An.B belum ada dilakukan, hanya terdapat unsur motivasi dari

seorang ibu untuk mendonorkan sum-sum tulang An.B untuk kesembuhan An.A.

Bagi keluarga harus mempertimbangkan untuk menjadikan An. B sebagai pendonor.

Serta memperhatikan umur dan kesehatan An. B.

Sesuai dengan UU RI nomor 23 tahun 2002 undang-undang tentang perlindungan anak.

Pasal 47 :

a. Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi anak dari upaya

transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain.

b. Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi anak dari perbuatan

:

Pengambilan organ tubuh anak dan/atau jaringan tubuh anak tanpa

memperhatikan kesehatan anak.

Jual beli organ dan/atau jaringan tubuh anak

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

23

Penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek penelitian tanpa

seizin orang tua dan tidak mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak.

Bagi dokter yang akan melakukan transplantasi harus memberikan penjelasan dan

informasi yang jelas tentang tindakan transplantasi kepada keluarga. Dalam memberikan

pelayanan kesehatan dokter harus bertindak profesional dan sesuai etik kedokteran yang telah

diputuskan oleh pengurus besar ikatan dokter indonesia no. 221 /pb/a.4/04/2002 tentang

penerapan kode etik kedokteran indonesia.

Jika ditinjau dari etik kedokteran tindakan transplantasi wajib dilakukan jika ada

indikasi, berlandaskan beberapa pasal yaitu:

Pasal 2 : Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai

dengan standar profesi yang tertinggi.

Pasal 7a : Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan

pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai

rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7d : Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi

hidup makhluk insani.

Pasal 10 : Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu

dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan

suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien

kepada dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Dalam PP no. 18 tahun 1981 tentang transplantasi tubuh manusia yang terdapat pada

pasal 15 terdiri dari 2 ayat, yang berbunyi sebagai berikut :

Ayat 1 : Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan tubuh

manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu

diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai operasi,

akibat-akibatnya, dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.

Ayat 2 : Dokter sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 harus yakin benar, bahwa

calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

24

Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, Perawat dalam menjalankan profesinya juga

diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :

1. Otonomi

2. Berbuat baik

3. Keadilan

4. Tidak merugikan

5. Kejujuran

Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar nilai-nilai

dalam praktek perawat professional.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · PDF filePemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia

25

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemajuan teknologi dibidang kedokteran memungkinkan terjadinya transplantasi

organ tubuh manusia. Hal ini saat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena

dengan transplantasi organ-organ tubuh manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi lagi

dengan normal dapat digantikan dengan organ yang masih berfungsi dengan baik. Akan

tetapi tidak dapat dipungkiri banyaknya masalah yang muncul akibat kemajuan teknologi ini

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Transplantasi boleh saja dilakukan dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan berupa

hukum kesehatan dan etika tenaga kesehatan yang berlaku di Indonesia. Dengan

memperhatikan hukum kesehatan dan etika yang berlaku maka usaha mulia untuk menolong

pasien yang memiliki masalah dengan salah satu organ tubuhnya dapat terlaksana.

4.2 Saran

Upaya yang dilakukan oleh manusia untuk dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya dapat dilakukan dengan semaksimal mungkin. Oleh sebab itu, sebaiknya para

dokter tidak menyalahgunakan keahliannya dalam transplantasi. Karena jika dokter tidak

melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum maka tidak akan bisa terjadi malpraktek

karena yang mampu mengambil dan memindahkan organ-organ tersebut hanya dokter. Selain

itu harus memperhatikan umut dan kesehatan orang yang akan dijadikan sipendonor.

Bagi keluarga harus memeperhatikan siapa yang akan dijadikan sipendonor.

Janganlah mengorbankan Anak yang masih kecil untuk dijadikan sipendonor karena anak

juga punya hak untuk hidup sehat. Dan pemerintahpun telah menetap kan uu perlindungan

anak tentang transplantasi terhadap anak pada pasal 47.


Recommended