1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media komunikasi massa mempunyai peranan yang sangat penting bagi
kehidupan bermasyarakat pada umumnya. Setiap orang percaya bahwa media
memang memiliki kekuatan, meskipun secara mengejutkan adalah sulit untuk
menetapkan secara akurat kekuatan jenis apakah yang dimiliki oleh sebuah media.
Kekuatan utama media terletak pada fakta bahwa media dapat di bentuk apa yang
kita ketahui tentang dunia dan dapat menjadi sumber utama berbagai ide dan
opini1.
Media elektronik, yakni televisi adalah salah satu media yang saat ini sangat
dekat dengan masyarakat Indonesia. Tidak di pungkiri setiap individu bisa
terbentuk dengan program yang ada dalam televisi, karena kini televisi menjadi
candu yang sangat mudah masuk dalam lingkup kehidupan masyarakat, sehingga
tiada hari tanpa menghidupkan televisi. Di abad yang demikian pesatnya dalam
perkembangan dunia informasi ini tidak ada yang tidak melihat televisi, semua
kalangan masyarakat dari kaum elite sampai kaum ploletar, dari yang hanya
menikmatinya sebagai hiburan atau yang menjadikannya suatu kebutuhan dalam
mengikuti perkembangan isu-isu politik juga program yang sedang tren di
masyarakat sampai pada kebutuhan spiritual seperti acara-acara ceramah agama.
Televisi sendiri mempunyai peran utama dalam memperkenalkan norma-
norma baru dalam masyarakat. Karena telah menyita sedemikian banyak waktu
dan perhatian masyarakat, televisi telah dijuluki sebagai Tuhan Pertama, Tuhan
1 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media : Pengantar Kepada kajian Media, (Yogyakarta&Bandung : 2008), hal. 02.
2
kedua, Orang Tua Ketiga, Narkotik Elektronik, Kotak Ajaib, Jendela Dunia dan
sebagainya. Pengenalan norma-norma baru yang demikian cepat itu
dimungkinkan karena media bergerak dengan prinsip kebebasan berekspresi,
meskipun prinsip tersebut sering digunakan sebagai dalih untuk mengejar
kepentingan ekonomi2.
Akhir-akhir ini kita disuguhkan acara-acara benuansa islami dengan metode
kajian Islam dengan berbagai model dan ciri khas seorang penceramah, baik
ustadz atau ustadzah. Mulai dari konsep yang model serius dengan tafsir
kontemporer sampai yang banyak guyonan di dalamnya. Entah hal ini merupakan
suatu bentuk tuntuan masyarakat Indonesia yang mengalami degradasi iman
ataukah bentuk program tayangan yang mengekor dari stasiun televisi lainnya
yang sudah dulu menayangkan acara serupa.
Menurut sebagian orang televisi menjadi alat yang tepat untuk menyebarkan
dakwah, karena seperti yang kita ketahui penyebaran dakwah sendiri saat ini
mendapat porsi yang cukup bagus dalam media. Setiap hari atau pada waktu-
waktu tertentu banyak program yang menayangkan kegiatan dakwah bil lisan
(ceramah dari sejumlah muballig atu da’i). Tentunya hal ini menjadi sebuah
terobosan yang menarik dalam strategi berdakwah saat ini.
Yang menarik disini adalah program acara tersebut tidak hanya ditayangkan
pada bulan Ramadhan saja, karena pada hakikatnya dakwah dalam perspektif
Islam adalah salah satu bentuk komitmen muslim terhadap agamanya. Jika dahulu
para penyebar agama berdakwah melalui pendekatan dengan cara berdagang atau
sebagaimana Wali Songo dalam berdakwah yang menggunakan kesenian daerah
2 Deddy Mulyana M.A, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik dan Budaya komunikasi Masyarakat kontemporer (Bandung 2001), hal. 128.
3
setempat, namun di era informasi ini dakwah juga dapat kita temui dalam media
televisi dengan berbagai kemasan dan jenis program yang menyajikan acara-acara
bernuansakan religi.
Salah satu program yang bertajuk religi adalah acara Chatting dengan YM
yang disiarkan oleh stasiun televisi ANTV setiap kamis dan jumat pada pukul
21.30 sampai 22.30 WIB. Program ini pada mulanya merupakan program acara
yang ditayangkan setiap hari pada bulan ramadhan, namun karena antusiasme
yang sangat besar dari para penonton juga para penggemarnya akhirnya program
acara tersebut di lanjutkan sampai sekarang meskipun dengan pengurangan jam
tayang, akan tetapi formatnya kurang lebih hampir sama dengan waktu bulan
Ramadhan. Disiarkan secara live pada hari Jumat, sedangkan pada hari kamis
merupakan siaran ulang dari episode-episode pilihan dari yang pernah disiarkan
pada bulan Ramadhan. YM sendiri adalah singkatan dari nama Ustadz Yusuf
Mansyur, Kiai atau Da’i yang menjadi pembicara dalam acara tersebut.
Chatting Dengan YM merupakan sebuah sajian program talkshow
entertainment religi dengan tema yang berbeda di setiap episodenya. Kajian yang
dibahas meliputi Indahnya Islam (Fiqih, Aqidah, dan lain-lain), Amalan di bulan
Ramadan, Amalan Harian, Kisah Sukses / Inspiring People, dan lain-lain.
Disamping itu, yang menarik dan membedakan program acara ini dengan
program acara yang sejenis adalah tentang baimanana cara cepat menghafal Al-
Qur’an, kemudian ajakan untuk bersedekah dengan cara memaparkan rumus
matematika sedekah, serta amalan-amalan ataupun doa-doa untuk memperlancar
usaha, jodoh, rezeki, juga problematika umat lainnya. Sehingga dengan
menghadirkan orang-orang yang sudah pernah mengamalkan cara-cara tersebut
4
dan ternyata berhasil menjadikan banyak orang yang menonton acara tersebut
menjadi tertarik untuk ikut melakukan hal yang serupa.
Program acara ini di pandu oleh Denny Cagur sebagai co-host yang juga
didampingi Ustadz Yusuf Mansyur sebagai host yang juga sebagai narasumber.
Program acara ini diformat sangat ringan namun penuh makna, mengangkat isi
pesan dakwah dari para narasumber yang menginspirasi baik itu dari kehidupan
pribadi dari Ustadz Yusuf Mansyur sendiri maupun bintang tamu yang
didatangkan dengan latar belakang yang sesuai dengan tema pada setiap
episodenya.
Chatting dengan YM sendiri menghadirkan obrolan dua arah baik dengan
bintang tamu maupun pemirsa di studio. Di awal pembukaan acara Ustadz Yusuf
Mansyur selalu memberikan tausyiah (wejangan) ataupun dengan membaca
beberapa ayat Al-Qur’an pilihan yang bibaca bersama-sama dengan para pemirsa
di studio.
Media merupakan salah satu piranti dakwah yang sangat prospektif. Melalui
media, dakwah dapat tersebar dan diterima banyak kalangan secara tepat dan
efektif sehingga peluang umat untuk kembali ke jalan yang benar kian luas. Dan
yang perlu dikembangkan adalah penguasaan strategi dakwah dalam ranah media
untuk mendukung konsolidasi dakwah yang tepat.
Program acara Chatting dengan YM yang ditayangkan ANTV layak untuk
diteliti karena dari program acara tersebut banyak wawasan juga pengetahuan
Islam yang disuguhkan. Tidak hanya tentang Islam yang monoton, akan tetapi
lebih kepada implementasi dalam kehidupan sehari-hari untuk beragama yang
lebih baik. Selain itu, banyaknya para pemirsa atau penonton yang tergerak
5
hatinya ketika melihat acara tersebut juga menjadi faktor yang melatarbelakangi
peneliti untuk melakukan penelitian terhadap program acara ini, untuk mengetahui
strategi dan pesan dakwah yang disampaikan dari program acara tersebut.
Merujuk pada teori Dennis McQuail (1987) memberikan beberapa teori
komunikasi massa dan salah satunya yakni teori normatif, teori ini berbunyi
bagaimana seharusnya media berperan ketika serangkaian nilai sosial ingin
diterapkan dan dicapai sesuai dengan sifat dasar nilai-nilai sosial tersebut3.
Berlandaskan teori tersebut, maka peran media menjadi sangat penting
kaitannya dalam hal ini untuk dapat menjadi alat dalam menyampaikan nilai-
nilai yang terkandung dalam pesan dakwah sehingga sifat dasar dari nilai
keagamaan tersebut dapat ditangkap dan di pahami oleh masyarakat sesuai Al
Qur’an dan Hadist.
Dalam konteks kehidupan beragama, ajaran-ajaran agama seringkali
disampaikan melalui kegiatan yang disebut dengan dakwah, dimana di
dalamnya mengandung berbagai macam unsur pesan baik yang bersifat
moral, ketauhidan, sosial dan lain sebagainya. Pesan-pesan dakwah harus
mampu memberikan rangsangan yang kuat kepada komunikannya
sehingga dapat memalingkan rangsangan buruk yang datang dari luar dan
dapat mempengaruhi perilakunya. Pesan-pesan dakwah tidak hanya sekedar
agar pesan tersebut dapat disampaikan dan diterima oleh khalayak ramai, tetapi
juga dapat mampu dimengerti dan dihayati serta pada titik tertinggi mampu di
laksanakan dengan baik oleh penerimanya.
Dakwah dapat pula diartikan sebagai upaya terus-menerus untuk
3 Nurudin, Komunikasi massa, (Malang : 2004), hal. 153
6
melakukan perubahan pada diri manusia yang meyangkut pikiran (fikrah),
perasaan (syu’ur), dan tingkah laku (suluk), sehingga terbentuk sebuah
masyarakat Islami (al-mujtama’ al-Islami)4.
Adapun judul yang dirumuskan peneliti adalah “Analisis Isi Pesan
Dakwah Pada Program Acara Chatting dengan YM (Ustadz Yusuf
Mansyur) di ANTV”. Jadi penelitian ini mempunyai fokus penelitian
mengenai isi pesan dakwah yang terdapat pada program acara Chatting dengan
YM (Ustadz Yusuf Mansyur) yang disiarkan oleh ANTV.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan masalah diatas, maksud dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji juga mengurai lebih dalam lagi mengenai isi
dari pesan dakwah yang disampaikan dan berapa frekuensi kemunculan
pesan tersebut dalam tayangan program acara Chatting dengan YM (Ustadz
Yusuf Mansyur) di ANTV.
Untuk mempermudah dan lebih memfokuskan penelitian ini, penulis
menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Jenis pesan dakwah apa saja yang ada dalam tayangan program
acara Chatting dengan YM di ANTV?
2. Seberapa sering frekuensi pesan-pesan itu disampaikan dalam
acara tersebut?”.
4 Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah : Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam (Bandung : 2003), hal. 06.
7
C. Tujuan penelitian
Dari pemaparan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah peneliti ingin mengetahui sebagai berikut:
1. Isi pesan dakwah apa saja yang muncul dalam program acara Chatting
dengan YM di ANTV.
2. Berapa besar frekuensi kemunculan isi pesan-pesan tersebut dalam
program acara Chatting dengan YM di ANTV.
D. Manfaat Penelitian
D.1. Manfaat Akademik
Penelitian ini merupakan analisis isi program acara Chatting dengan
YM, didalamnya banyak pesan-pesan dakwah yang kemudian sedikit banyak
mempengaruhi orang yang melihatnya. Lebih dari itu, penelitian ini
diharapkan bisa memberikan wawasan keilmuan yang lebih dalam terutama
yang berhubungan dengan komunikasi dan strategi dakhwah melalui media
massa, khususnya media televisi. Secara metodologi, hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan referensi kajian keilmuan yang berkaitan dengan
penelitian selanjutnya dengan kajian keilmuan juga metode yang berbeda
dalam menganalisa program acara di televisi.
D.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
masyarakat luas yang terjun dalam dunia dakwah, baik dalam lingkup kecil
maupun besar terutama dalam perkembangan strategi dakwah melalui media
televisi.
8
E. Kajian Pustaka
E.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang menjadi referensi bagi peneliti adalah
penelitian tentang analisis isi pesan dakwah pada program acara ensiklopedi
Islam di Metro TV pada bulan Ramadhan 1427 H oleh Achmad S. Indratmo
mahasiwa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyang Malang. Isi dari pesan
dakwah dari program acara Ensiklopedia Islam yang menjadi subjek
penelitiannya.
Dari kesimpulan yang di dapat penelitian tersebut menunjukkan bahwa
program acara Ensiklopedia Islam di Metro TV pada bulan Ramadhan ini
terdapat pesan dakwah Islam yang disampaikan kurang mendapat porsi yang
cukup, apabila diandingkan dengan pesan lain yang ada di dalam acara tersebut.
E.2. Komunikasi Dakwah
Komunikasi merupakan sesuatu yang urgen dalam kehidupan umat
manusia. Fungsi komunikasi akan terus berkembang selama ilmu komunikasi itu
masih ada. Setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam bentuk
apapun akan membuat perubahan sikap juga tingkah laku dari komunikan.
Antara komunikasi dan dakwah sebenarnya terdapat beberapa persamaan
dalam proses pelaksanaannya, karena pada dasarnya dakwah itu merupakan suatu
bentuk komunikasi yang khas yang membedakan dirinya dari bentuk komunikasi
yang lain pada umumnya.
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi
ialah menjawab pertanyaan dengan cara yang baik, untuk menjelaskan
9
komunikasi ialah menjawab pertanyaan berikut “Who says what in which
channel to whom with what effect”.
Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
Jika pertanyaan tersebut dijawab, maka dakwah dapat memenuhi kriteria
komunikasi, yaitu :
1. Who : Setiap pribadi muslim.
2. Says What : Pesan-pesan (risalah) Al-qur’an dan As-Sunnah
serta penjabaran dari Al-Qur’an dan As-sunnah.
3. To Whom : Kepada manusia pada umumnya.
4. In Which Channel : Memakai media atau saluran dakwah apa saja
yang sah secara hukum.
5. With What Effect : Terjadinya perubahan tingkah laku, sikap, dan
perbuatan sesuai dengan pesan-pesan yang
disampaikan sesuai dengan pesan-pesan yang
disampaikan oleh komunikator (perubahan disebut
dengan istilah)5.
Komunikasi dakwah bukan hanya sekedar proses penyampaian suatu pesan
mengenai dakwah oleh seseorang kepada orang lain. Hal yang perlu di lihat
adalah dengan melihat komponen antara yang satu dan komponen yang lain
secara fungsional, dimana terdapat tujuan yang jelas yang ingin dicapai.
5 Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 153.
10
Sebelum suatu pesan dakwah dapat dikonstruksikan untuk disampaikan
kepada komunikan dengan tujuan mempengaruhi dan mengajak, disitu harus
terdapat materi atau pesan dakwah yang dirumuskan sesuai dengan ajaran Islam.
Pengertian komunikasi dakwah tidak ditekankan pada aspek tujuannya saja,
tetapi juga menekankan efek yang muncul kepada komunikan sebagai akibat dari
penyampaian suatu pesan.
Ditinjau dari prosesnya, dakwah adalah komunikasi dalam arti kata bahwa
dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari dua manusia, yakni
dai sebagai komunikator, dan mad’u sebagai komunikan. Proses tersebut
berlangsung dalam kegiatan dakwah. Yaitu proses penyampaian pesan dakwah
kepada mad’u.
Selain itu, komunikasi dalam proses dakwah tidak hanya ditujukan untuk
memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, dan membina hubungan sosial
yang baik. Tetapi, tujuan yang terpenting dalam komunikasi dakwah adalah
mendorong mad’u untuk bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan
terlebih dahulu memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, dan membina
hubungan baik.
Dalam penelitian terdahulu oleh Achmad S. Indratmo, komponen
komunikasi dakwah menurut Toto Tasmara yaitu sebagai berikut6:
1. Sumber (source) : Al Qur’an dan sunnah.
2. Komunikator : Khusus : Ulama
Umum : Seluruh Umat Islam yang dewasa.
3. Pesan (message) : Al Qur’an dan sunnah.
6 Achmad S. Indratmo, Analisi Isi Pesan Dakwah Pada Program Acara Ensiklopedia Islam di Metro TV pada Bulan Ramadhan 1427 H, 2007, hal. 5-6.
11
Penjabaran Al Qur’an dan As-sunnah dalam
kehidupan.
4. Pendekatan (approach) :Hikmah, kasih sayang, dan persuasif.
5. Tujuan (destination) : Perubahan sikap, dan tingkah laku sesuai
dengan isi dan harapan dari pesan yang
disampaikan.
Perbedaan kegiatan-kegiatan lahiriah, antara komunikasi dan dakwah nyaris
tidak kelihatan, karena memang begitu tajam. Bahkan lebih terasa persamaannya
dengan beberapa bentuk aktivitas komunikasi yang dikenal selama ini. Hal itu,
ada benarnya karena memang komunikasi dakwah pada dasarnya memiliki
prsamaan dengan bentuk kegiatan komunikasi lain yang sama-sama berlandaskan
prinsip-prinsip yang diajarkan oleh teori komunikasi.
E.3. Pesan Dakwah
E.3.1. Pengertian Dakwah
Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh
komunikator7. Namun ada juga yang mengartikan pesan adalah apa yang
dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima8.
Pesan disampaikan dalam bentuk simbol, baik verbal (lisan) atau
nonverbal (non-lisan). Simbol lisan adalah kata-kata, sedangkan simbol
nonverbal adalah apa yang anda sampaikan dengan nada suara atau gerak
fisik (gestures) seperti gerak mata, ekspresi wajah, menggapaikan tangan,
memainkan jari-jemari atau sikap badan (postures) dan penampilan
7 A.W. Widjaja, Komunikasi (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat), (Jakarta: Bumi Akasara, 1993), hal. 14. 8 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 97.
12
(appearance), atau isyarat, seperti membunyikan alat atau menunjukkan
warna9.
Sedangkan dakwah secara bahasa adalah ajakan atau seruan. Secara
istilah dakwah merupakan proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang
berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan
tersebut10. Namun ada juga yang mengartikan bahwa dakwah adalah ajakan
atau seruan untuk mengajak kepada seseorang atau sekelompok orang untuk
mengikuti dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam11.
Dari berbagai macam pengertian dakwah tersebut, pada dasarnya
mencerminkan hal-hal berikut:
1) Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan
sadar dan terencana.
2) Usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah,
memperbaiki situasi yang lebih baik.
3) Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni
hidup bahagia sejahtera di dunia ataupun di akhirat.
Pesan Dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i
kepada mad’u12. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah
dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Lain halnya dengan Toto Tasmara
dalam bukunya Komunikasi Dakwah, dia berpendapat bahwa pesan dakwah
ialah semua pernyataan yang bersumberkan al-Qur’an dan Sunnah baik
tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.
9 M.S. Hidajat, Public Speaking dan Teknik Presentasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 43-44. 10 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 31. 11 Andy Dermawan, Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 2002), hal. 24. 12 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 24.
13
Sedangkan Moh. Ali Aziz dalam bukunya Ilmu Dakwah, menyatakan
bahwa pesan dakwah merupakan isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan
dan sebagainya yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan
perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pesan dakwah adalah segala bentuk
simbol-simbol yang berupa kata, gambar, dan sebagainya yang berlandaskan
pada al-Qur’an dan Sunnah dan diharapkan dapat memberikan pemahaman
bahkan perubahan dari sikap atau perilaku yang negatif ke sikap atau
perilaku yang positif pada diri mitra dakwah.
E.3.2 Macam-macam Pesan Dakwah
a. Masalah Keimanan (Akidah)
Akidah berasal bahasa Arab “aqidah” yang bentuk jamaknya adalah
“aqaid” berarti kepercayaan atau keyakinan. Oleh karena itu akidah
merupakan pondasi utama bagi setiap muslim. Akidah inilah yang menjadi
dasar untuk memberikan arah bagi hidup dan kehidupan seorang muslim.
Akidah dalam Islam bersifat i tiqad batiniyah yang mencakup
masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman, yakni iman
atau percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir serta qadha’ dan qadar.
b. Masalah Keislaman (Syariah)
Syariah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir (nyata)
dalam rangka mentaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur
hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup
antara sesama manusia. Ini dijelaskan dalam sabda Nabi SAW:
14
“…Islam ialah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tidak
ada Tuhan yang sebenarnya melainkan Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah, dan engkau mendirikan shalat,
memberikan zakat, engkau berpuasa pada bulan Ramadhan, dan engkau
menjalankan haji ke Baitullah bila engkau mampu menjalankannya…”
(HR. Muslim)13.
Hadits tersebut mencerminkan hubungan antara manusia dengan
Allah SWT. Artinya masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah
syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-
masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesama manusia
diperlukan juga. Seperti hukum jual-beli, berumah-tangga, bertetangga,
warisan, kepemimpinan dan amal-amal saleh lainnya. Demikian juga
larangan-larangan Allah seperti minum minuman keras, berzina, mencuri
dan sebagainya termasuk pula dalam materi dakwah (nahi anil munkar).
c. Masalah Budi Pekerti (Akhlak)
Ditinjau dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa Arab
akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari khuluq, yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku. Dari segi istilah, akhlak merupakan suatu keadaan
yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-
perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan
atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik
dan terpuji menurut pandangan akal dan hukum Islam, disebut akhlak yang
13 Imam Namawi, Hadits Arba in dan Terjemahan, (Solo: Kuala Pustaka, 2004), hal. 5.
15
baik. Jika perbuatan yang timbul itu tidak baik, maka dinamakan akhlak
yang buruk.
Adapun akhlak terdiri dari akhlak terhadap khaliq dan akhlak
terhadap makhluk (manusia maupun bukan manusia). Masalah akhlak dalam
aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni
untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini
berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting
dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak
sebagai penyempurna keimanan dan keislaman.
E.3.3 Pertimbangan Memilih Pesan Dakwah
Materi dakwah (Iman, Islam dan Ihsan) adalah materi dasar yang dapat
diperluas dengan materi lain yang mengandung dan memperdalam materi
dasar tersebut, seperti kisah para Nabi dan Rasul, para syuhada dan sholihin,
serta hasil ijtihad para ulama, dan hasil penelitian pakar yang berhubungan
dengan materi dasar tersebut termasuk juga doa-doa dan sebagainya.
Dalam operasionalnya pemilihan materi dakwah harus sesuai dengan
keadaan. Materi dakwah itu dapat disampaikan secara verbal seperti pada
majelis ta’lim, pengajian rutin, pementasan qasidah, musabaqah tilawatil
qur’an, doa bersama dan lain-lainnya atau bisa juga disampaikan melalui
non verbal seperti zakat, infaq, shadaqah, pementasan, pantomim, khitanan
masal dan lainnya14.
Namun adakalanya masih terdapat komunikator yang tidak menyadari
bahwa pesan yang disampaikannya itu tidak berkaitan dengan komunikan,
14 M. Hasyim Syamhudi, Manajemen Dakwah, (Surabaya: eLKAF, 2007), hal. 50.
16
dan komunikan tidak merasa berkepentingan sehingga komunikasi tidak
berjalan responsif. Oleh karena itu, dalam merencanakan sebuah pesan
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut15:
a. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju pada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
dapat mengerti.
c. Pesan harus dapat membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan,
dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan
tersebut yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada
pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
E.4. Media Dakwah
Media merupakan alat atau wahana yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Secara lebih spesifik,
yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi
pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video, kaset, slide, dan
sebagainya.
Menurut Wahyu Ilaihi16 komunikasi yang bermedia (mediated
communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana
untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya,
dan atau banyak jumlahnya. Komunikasi bermedia disebut juga dengan
15 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 99. 16 Ibid, hal.104.
17
komunikasi tak langsung (indirect communication) dan sebagai
konsikuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dakwah
ini dilancarkan.
Namun yang perlu digaris bawahi saat ini banyak media lain yang
mendukung, contohnya twitter. Dalam acara Chatting dengan YM ini
pemirsa di rumah bisa memberikan masukan ataupun tanggapannya melalui
twitter yang kemudian programmer acara menampilkan melalui running
teks (tulisan berjalan) yang ada di layar televisi.
Media dakwah sendiri memiliki alat untuk menyampaikannya kepada
mad’u atau komunikan, hal ini tentu di selaraskan dengan keadaan
masyarakat sekitar.
Hamzah Ya’qub membagi media dakwah menjadi lima :
Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan
lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.
Tulisan, buku majalah. Surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, sms),
spanduk.
Lukisan, gambar, karikatur, dan lain-lain.
Audio visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi,
slide, ohp, internet dan sebagainya.
Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran
Islam yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.
18
E.5. Dakwah Islam
Untuk menghadapi berbagai tantangan umat Islam dewasa ini, dakwah merupakan
suatu yang sangat relevan untuk dikembangkan di era informasi ini, salah satu
media dakwah yang efektif dan dapat dikembangkan pada era informasi ini adalah
pers atau media islam.
Dalam bukunya Drs. Samsul Munir Amin17 yang di sadur dari
bukunya Dedy Djamaluddin Malik “Peranan Pers Islam di Era Informasi,
hal.161, pers atau media menurut Wilkerson merupakan: “vital factor in all
the great political and social struggle”. Lebih lanjut dia mengatakan:
“Aside from its power as a crusading influence, the press has been a
most important medium in the formation of public opinion, serving as an
open forum in which serious questions have been discussed and decided”.
Dakwah sendiri merupakan aktivitas untuk mengajak manusia agar
berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan
dan menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari
perbuatan munkar arag mereka mendapat kebahagiaan d dunia dan akhirat.
Seperti dalam Al Qur’an surat Al Imron ayat 104 telah dijelaskan dakwah
itu sendiri yaitu:
17 Drs. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. XiV
19
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma 'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung18.
Di samping itu, dakwah Islam juga dapat dimaknai sebagai usaha dan
aktivitas orang beriman dalam mewujudkan ajaran Islam dengan
menggunakan system dan cara tertentu ke dalam kenyataan hidup
perorangan, keluarga, kelompok masyarakat juga Negara merupakan
kegiatan yang menyebabkan terbentuknya komunitas dan masyarakat muslim
serta peradabannya.
Oleh karena itu, dakwah merupakan aktivitas yang berfungsi
mentransformasikan nilai-nilai Islam sebagai ajaran (doktrin) menjadi
kenyataan tata masyarakat dan peradabannya yang mendasar kan pada
pandangan dunia Islam yang bersumber pada Al-quran dan As-sunnah.
Seperti yang tertera dalam firman Allah SWT :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. [845]. Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar
18 Imad Zaki Al-Barudi, Mushaf Al-Qur’an Terjemahan, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), QS. Ali Imron 05 : 104 .
20
yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil ”19.
E.6. Strategi Dakwah
Dalam bukunya Prof. Hamidi, salah satu dosen pengajar Ilmu
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang menyebutkan,
Strategy is a way to achieved clearly specified goals with a combination of
means and in a certain time period. By anticipating we try to predict what
the appointment(s), one self and/ or nature can do20
Jika seorang da’i mampu menjalankan strategi dakwah dengan
hikmah, ia akan mudah mencapai keinginannya dalam arti keberhasilan atau
efektifitas dakwahnya.
Hal ini bisa dilihat dalam metode yang digunakan oleh da’i dalam
berdakwah, seperti yang kita tau banyak pendakwah yang melenceng dari
tujuannya berdakwah. Nabi Muhammad SAW, sebagai imam para da’i,
telah menerapkan strategi dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau,
Allah memberi manfaat kepada hamba-Nya dan menyelamatkan mereka
dari syirik menuju tauhid. Siasat beliau tersebut bermanfaat besar dalam
menyukseskan dakwahnya, membangun negaranya, menguatkan
kekuasaannya, dan meninggikan kedudukannya.
Berikut peneliti paparkan secara singkat cara atau strategi dakwah,
yakni21:
1. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan audiens
(penerima dakwah).
19 Ibid, QS. An-Nahl 16 : 125. 20 Van den Ban, 1988:321, dalam buku Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, (UMM Press, Malang : 2010), hal.126. 21Ibid, hal. 127.
21
2. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan, menimbulkan
fitnah.
3. Menjinakkan hati dengan harta dan kedudukan.
4. Menjinakkan hati dengan member maaf ketika dihina, berbuat baik
ketika disakiti, bersikap lembut ketika dikasari, dan bersabar ketika
dizhalimi.
5. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya
tetapi berbicara dengan sasaran umum seperti yang sering dilakukan
Nabi Muhammad SAW.
6. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seseorang pada tujuannya.
7. Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan.
8. Memberikan perumpamaan-perumpamaan.
Dalam era globalisasi dan era informasi seperti sekarang ini, diperlukan
penerapan dakwah yang dapat menjangkau dan mengimbangi kemajuan-
kemajuan tersebut. Dengan demikian dakwah harus dikembangkan melalui
berbagai strategi pendekatan.
E.7. Televisi
Televisi merupakan media audio visual yang sangat efektif dalam
menyebarkan informasi kepada khalayak atau pemirsa. Televisi sendiri
merupakan hasil teknologi elektronik yang dapat menyiarkansuatu program dalam
bentuk suara sekaligus gambar dari stasiun yang memancarkannya.
22
E.7.1. Fungsi Televisi
Fungsi televisi sebagai media massa sendiri adalah22:
1. Penerangan (The information function)
Fungsi ini terdapat pada media massa audio visual yang mempunyai
dua faktor, yaitu immediacy dan realism. Immediacy mengandung
pengertian langsung dan dekat, peristiwa yang disiarkan oleh stasiun
televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsanya.
2. Pendidikan (The Educational Function)
Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang
ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang
jumlahnya begitu banyak dan simultan.
3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)
Sebagaian besar dari alokasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara
hiburan, hal ini dikarenakan pada layar televisi dapat ditampilkan gambar
hidup serta suaranya bagaikan kenyataan dan dapat dinikmati oleh
semua khalayak.
E.7.2. Televisi Sebagai Media Dakwah
Tidak dapat di pungkiri bahwa media elektronik merupakan media efektif
dalam menyampaikan pesan-pesan yang dalam hal ini pesan keagamaan
kepdan khalayak penerima dakwah. Pada era saat ini, media elektronik
dalam hal ini televisi, sangat efektif sebagai untuk menyampaikan pesan
kepada khalayak ramai. Oleh karena itu, dakwah juga bisa disampaikan
melalui media elektronik ini, agar pesan-pesan dakwah bisa diterima secara
efektif. 22 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Mandar maju, Bandung: 1993, hal.24
23
E.8. Analisis Isi
Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media
massa. Pelopor analisi isi adalah Harold D.Lasswell, yang melopori teknik
simbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian
diberi interpretasi.
Analisis ini dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk
komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi, maupun semua bahan-
bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu social dapat
menggunakan analisis isi sebagai tenik/metode penelitian. Holsti menunjukkan
tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir
75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7%),
komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%)23.
Sedangkan definisi Kerlinger (1986) agak khas yaitu, analisis
komunikasi secara sistematis, objektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur
variabel. Dalam definisi Kerlinger ada tiga konsep yang tercakup didalamnya.
Pertama, analisis isi bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan dianalisis
dipilih menurut aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit seperti, cara
penentuan sample. Kedua analisis isi bersifat obyektif. Ketiga analisis isi
bersifat kuantitatif24.
Bersifat sistematis artinya isi yang dianalisa sesuai dengan prosedur
yang tepat, dan cukup menggunakan satu pedoman dalam keseluruhan
analisanya, karena pedoman alternatif yang digunakan sering memunculkan
23 http://andreyuris.wordpress.com, di akses pada tanggal 29 september 2012 24 Andi Bulaeng, Metode Penelitian kontemporer, Andi Yogyakarta, Yogyakarta:2004, hal. 71.
24
kesimpulan yang membingungkan.
Bersifat obyektif artinya peneliti tidak dapat mengikuti sertakan
pendapat pribadi dalam hasil analisisnya, karena hal tersebut akan
meghasilkan kesimpulan yang tidak sama. Oleh karena itu, sebelumnya
peneliti harus menetapkan definisi operasional, dan tata cara pengklasifikasian
yang jelas, lengkap, dan fokus, bila tidak maka peneliti tidak akan menemukan
obyektifitas dan reliabilitas kesimpulan yang diharapkan.
Bersifat kuantitatif artinya analisis isi bertujuan mempresentasikan
kerangka pesan secara akurat dengan pengukuran secara numerik. Dengan
demikian peneliti dapat membuat kesimpulan dan laporan secara ringkas,
namun menuntut peneliti menggunakan perangkat statistik sebagai alat
interpretasi. Adapun kegunaan analisis isi yaitu:
1. Menggambarkan isi komunikasi.
2. Menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan.
3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata.
4. Melalui image suatu kelompok tertentu dan masyarakat.
5. Menciptakan titik awal terhadap studi efek media.
Tahap-tahap dalam analisis isi25:
1. Merumuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis.
2. Mendefenisikan populasi yang diteliti.
3. Memilih sampel yang sesuai dari populasi.
4. Memilih dan menentukan unit analisis.
5. Menyusun kategori-kategori isi yang dianalisis.
25Ibid, hal. 172
25
6. Membuat sistem hitungan.
7. Melatih para pengkode dan melakukan studi percobaan.
8. Mengkode isi menurut definisi yang telah ditentukan.
9. Menganalisis data yang sudah dikumpulkan.
10. Mencari kesimpulan-kesimpulan dan mencari indikasi
F. Definisi Konseptual
Penelitian ini menggunakan konsep kategorisasi pesan dakwah yang terdiri
dari tiga kategori besar, masing-masing kategori diperinci sesuai dengan tema
kelompok besarnya. Adapun yang dipakai dalam penelitian ini adalah kategorisasi
pesan dakwah menurut Moh. Ali Azis, yang mengelompokkan secara garis besar
pesan dakwah menjadi pesan dakwah jenis aqidah, ibadah, muamalah dan akhlak
mulia26.
Pesan dakwah jenis aqidah meliputi keenam rukun iman, yaitu:
a. Iman kepada Allah; yaitu mempercayai bahwa Allah merupakan Tuhan
yang Maha Esa dan wajib kita yakini keberadaannya.
b. Iman kepada Malaikat; mengimani bahwa Malaikat adalah utusan Allah
yang selalu taat dan tidak pernah ingkar.
c. Iman kepada Kitab Allah; mempercayai adanya Kitab-Kitab (Taurat,
Injil, Zabur dan Al-Qur’an) yang di wahyukan oleh Allah kepada Nabi
dan Rasul pilihannya.
d. Iman kepada Rasul; percaya bahwasanya Allah mempunyai utusan di
muka bumi ini yang disebut dengan Rasul.
26 Moh. Ali Azis. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004. hal. 94-95
26
e. Iman kepada hari Kiamat; percaya bahwasanya hari kiamat itu memang
benar adanya.
f. Iman kepada Qadha dan Qadar; mengimani bahwasanya segala takdir
yang menimpa terhadap kita baik maupun buruk semua merupakan
kehendak Allah.
Pesan dakwah kategori ibadah rinciannya meliputi; Shalat, Doa, Tilawah,
Puasa, Zakat dan Haji. Sedangkan kategori muamalah meliputi hukum perdata
atau dalam Islam disebut Al-Qanunul Khas, seperti hukum niaga, hukum waris,
hukum nikah dan lain sebagainya. Kemudian ada juga hukum publik (Al-Qanunul
‘am), antara lain; hukum pidana (hinayah), hukum Negara (khilafah), hukum
perang dan damai (jihad).
Sedangkan pesan dakwah kategori akhlak mulia meliputi akhlak kepada
Khaliq (Sang Pencipta) dan akhlak dengan makhluk yang terbagi menjadi dua
yaitu yang berhubungan dengan sesama manusia dan yang berhubungan dengan
mahluk Allah selain manusia misalnya hewan dan lingkungan sekitar kita.
G. Metode Penelitian
G.1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah analisis isi, menurut
Barelson (1952) analisis isi yaitu sebuah metode penelitian yang obyektif,
sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu
komunikasi27.
Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggunakan
statistik sebagai analisisnya. Hal ini mempermudah peneliti membuat
27 Ibid, 164.
27
kesimpulan secara ringkas dan obyektif. Dalam analisis isi, kuantifikasi
menjadi penting untuk mempermudah peneliti dalam mempersentasikan
konsep tema dan isi pesan komunikasi.
G.2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah program acara Chatting dengan YM
yang ditayangkan di ANTV setiap hari Kamis, dan hari Jumat secara live
pada bulan Oktober 2012 yang terdiri` dari 8 episode.
G.3. Unit Analisis
In written content, the unit of analysis might be a single word or symbol, a
theme (a single assertion about one subject), or an entire article or story
Pada kutipan diatas dalam buku “Mass Media Research” unit analisis
diartikan sebagai satuan terkecil dalam analisis isi yang diperhitungkan
sebagai obyek penelitian. Unit analisis dapat berupa simbol tunggal,
pernyataan atau artikel lengkap dalam sebuah cerita28.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah kalimat perkataan dari
dialog tentang pesan dakwah dalam program acara Chatting dengan YM
yang didalam mengandung materi-materi dakwah Islam pada 8 episode.
Sedangkan satuan ukur dalam penelitian ini adalah frekuensi kemunculan dari
dialog dalam tema dalam setiap acaranya selama 8 episode.
G.4. Kategorisasi
Mengingat dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi,
maka validitas dan hasil-hasilnya sangat tergantung pada kategori-
kategorinya. Seperti dikatakan Bernard Barelson, bahwa analisis isi tidak bisa
28 Wimmer and Domminick, Mass Media Reseacrh An Introduction, (USA :Thomson Learning Academic, 2003), hal. 148-149
28
lebih baik dari kategori-kategorinya.
Sejalan dengan tujuan komunikasi dakwah bahwasanya pesan yang
disampaikan mempunyai tujuan dapat merubah perilaku obyeknya agar
sesuai dengan risalah-risalah yang terdapat didalam Al Qur’an, maka pesan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah isi dakwah dalam acara Chatting
dengan YM yang berupa informasi, ajakan, peringatan, pemberitahuan,
himbauan, dan larangan yang harus dijalankan dalam kehidupan
bermasyarakat berdasarkan aturan-aturan yang telah digariskan oleh agama
melalui Al-Qur’an dan As-Snnah.
Sebagaimana telah dijabarkan dalam definisi konseptual diatas, maka
dalam kaitannya dengan penelitian ini kategori pesan dakwah yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kategori Aqidah (keimanan), adalah tindakan menyakini dan
mempercayai mengenai keberadaan Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari
Kiamat serta Qadha dan Qadar. adapun indikator mengenai kategori ini
yaitu;
a. Iman kepada Allah, yaitu mempercayai bahwa Allah merupakan
Tuhan yang Maha Esa dan wajib kita yakini keberadaannya.
b. Iman kepada Malaikat, mengimani bahwa Malaikat adalah utusan
Allah yang selalu taat dan tidak pernah ingkar.
c. Iman kepada Kitab Allah, mempercayai adanya Kitab-Kitab (Taurat,
Injil, Zabur dan Al-Qur’an) yang di wahyukan oleh Allah kepada
Nabi dan Rasul pilihannya.
29
d. Iman kepada Rasul, percaya bahwasanya Allah mempunyai utusan di
muka bumi ini yang disebut dengan Rasul.
e. Iman kepada hari Kiamat, percaya bahwasanya hari kiamat itu
memang benar adanya.
f. Iman kepada Qadha dan Qadar, mengimani bahwasanya segala takdir
yang menimpa terhadap kita baik maupun buruk semua merupakan
kehendak Allah.
2. Kategori Ibadah, yaitu semua hal dan perbuatan yang disukai dan
diridhoi oleh Allah SWT, baik yang bathiniyah maupun yang
lahiriyah29. Dengan kata lain, kategori ibadah dapat dipahami sebagai
sebuah aturan atau hukum mengenai segala hal menyangkut perbuatan
yang disukai dan diridhoi oleh Allah dan bersifat wajib dilasanakan
oleh manusia. Adapun indikator kategori ibadah adalah sebagai berikut:
a. Shalat, yaitu suatu amalan yang terdiri dari perkataan dan
perbuatan, yang diawali takbiratul ihram dan diakhiri dengan ucapan
salam.
b. Doa, yaitu suatu amalan perkataan yang dipanjatkan kepada Allah
SWT.
Contoh: “syarat agar doa seseorang cepat dikabulkan oleh Allah
SWT adalah harus selalu menjaga diri dari perbuatan maksiat dan
memaksimalkan waktu-waktu yang telah ditentukan sebagai waktu
cepat terkabulnya doa, seperti: saat bepergian, sepertiga malam
terakhir, doa diantara waktu maghrib dan isya’ dan lain sebagainya”
29 Shihab, M. Quraish. 2001. Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Cetakan 22, Mizan: Bandung
30
c. Puasa, adalah suatu ibadah untuk menahan diri tidak makan dan tidak
minum mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Contoh: “setiap umat Islam yang berakal dan akil baligh diwajibkan
berpuasa pada bulan Ramadhan”.
d. Zakat, merupakan isim masdhar dari kata zakā yang berarti berkah,
tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan menurut istilah, zakat adalah
menyerahkan harta tertentu untuk orang tertentu yang telah ditentukan
syara’ dengan niat karena Allah.30
e. Haji, Secara etimologis, haji berarti pergi menuju tempat yang
diagungkan. Secara terminologis berarti beribadah kepada Allah dengan
melaksanakan manasik haji, yaitu perbuatan tertentu yang dilakukan
pada waktu dan tempat tertentu dengan cara yang tertentu pula.31
3. Kategori Muamalah, yakni segala urusan yang mencakup tentang
hubungan kehidupan manusia. Dengan demikian, kategori muamalah
dimaknai sebagai segala macam bentuk hukum yang mengatur tentang
hubungan kehidupan umat manusia di dunia. Indikator katergori bidang
muamalah adalah sebagai berikut:
a. Munakahat (Pernikahan), menurut istilah syariat Islam adalah akad
yang menghalalkan pergaulan antara laki – laki dan perempuan yang
tidak ada hubungan Mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi
hak dan kewjiban antara kedua insan.32
30 http://menjadihebat.blogspot.com (diakses 04 Februari 2013, jam 14.06) 31 http://altaftour.com/index.php/definisi-haji (diaksesl 04 Februari 2013, jam 14.06) 32 http://miftachr.blog.uns.ac.id (diakses 04 Februari 2013, jam 14.06)
31
b. Tijarah (Perdagangan), suatu perjanjian tukar menukar benda atau
barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah
pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya
sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh
syara’ dan disepakati.33
4. Akhlak Mulia, yaitu perangai yang tercermin pada tutur kata tingkah
laku dan sikap yang sesuai dengan sunnah Rasul34. Adapun
indikatornya sebagai berikut:
a. Tilawah/Membaca Al-Qur’an, Dengan menggabungkan antara arti
bacaan dan himpunan atau kumpulan, dalam menelusuri makna
kalimat Al-Qur'an, bisa dapatakan titik temu, bahwa ketika seorang
membaca Al-Qur'an, ia telah mengumpulkan huruf-huruf kalimat
dalam suatu rangkaian yang utuh, lalu melafalkannya dengan lisannya,
dalam bentuk kalimat atau kata yang sempurna, sehingga enak
didengarnya, nampak menjadi sebuah bangunan yang kuat saling
mendukung, tak tergoyahkan. Dari membaca akan lahir pemahaman.
Dari pemahaman akan lahir amal. Dengan demikian peranan nampak
bahwa membaca merupakan urutan pertama dalam membangun ilmu
pengetahuan, dan selanjutnya untuk membangun sebuah peradaban.35
b. Menutup Aurat, merupakan istilah Arab yang bermaksud bagian
anggota badan yang wajib ditutup (haram jika dipamerkan) kepada
orang asing (ajnabi) yang bukan muhrim. Diperjelaskan lagi, batas
33 http://www.referensimakalah.com (diakses 04 Februari 2013, jam 14.17) 34 Ibid. 35 http://www.pesantrenvirtual.com (diakses 04 Februari 2013, jam 14.06)
32
aurat juga merangkumi jenis pakaian yang tidak menonjolkan bentuk
tubuh badan.
c. Jujur, adalah sifat dalam perktaan, penempilan, dan bertindak apa
adanya, tanpa di buat-buat. Jujur merupakan salah satu sifat manusia
yang mulia, orang yang memiliki sifat jujur biasanya dapat mendapat
kepercayaan dari orang lain.
d. Sedekah, adalah pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yg
berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai
dengan kemampuan pemberi.
e. Sabar, yakni menahan, dimaknai usaha menahan diri dari hal-hal
yang tidak disukai dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan.
Merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada
Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran
merupakan setengahnya keimanan
f. Tawakal yaitu suatu akhlak pribadi dengan berserah diri atas
segenap kehendak Allah SWT.
Contoh: “Setelah berdoa dan berusaha dengan segala
kemampuan yang dimiliki kita harus memasrahkan semua
urusan kita kepada kehendak Allah SWT“.
G.5. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang dipakai adalah dokumentasi, yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa rekaman
video. Pada penelitian ini peneliti melakukan dokumentasi dengan cara
merekam acara Chatting dengan YM yang ditayangkan di ANTV mulai pukul
33
21.30 wib hingga pukul 22.30 wib setiap hari kamis dan jumat, agar
mempermudah untuk penentuan tema dan isi pesan yang disampaikan pada
acara tersebut.
Setelah data terkumpul kemudian dimasukkan kedalam lembar koding
sheet yang telah disiapkan oleh peneliti yang sesuai dengan kategori isi pesan
yang ditentukan.
G.6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan alat analisis tabel frekuensi untuk
menghitung rata-rata (mean). Data berupa setiap tema dan isi pesan dalam
program acara Chatting dengan YM di ANTV dimasukkan kedalam kategori
yang telah ditentukan. Data tersebut kemudian di analisis menggunakan
table frekuensi kemunculan setiap kategori penelitian.
Selanjutnya data di analisis dengan tabulasi silang dengan tujuan untuk
mengetahui prosentase yang muncul dalam setiap kategori penelitian. Adapun
koding sheet koder, koding sheet kategori pesan dakwah dan tabel frekuensi
sebagai berikut:
Tabel 1
Kategori Pesan Dakwah
No Indikator Frekuensi Prosentase
1
2
3
34
Pemunculan kategori dalam bentuk prosentase tersebut kemudian
dianalisis deskriptif, dimana peneliti melakukan interpretasi atau penafsiran
untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai kategori Pesan dakwah
yang terdapat dalam program acara Chatting dengan YM di ANTV.
G.7. Uji Reliabilitas Kategori
Dalam rangka untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan, sebelum kategori digunakan dalam penelitian,
kategori perlu diuji dahulu. Pengujian kategori dimaksudkan untuk mengetahui
apakah kategori yang digunakan sudah reliabel atau belum. Bila hasil uji
kategori menunjukkan reliabel, maka kategori tersebut layak digunakan
dalam penelitian.
Untuk uji reliabilitas kategori diperlukan minimal dua orang koder.
Koder yaitu orang yang diminta memberi penilaian pada kategori penelitian
yang telah dibuat peneliti. Koder digunakan untuk mendapatkan kesepakatan
penilaian atas kategori penelitian yang telah dibuat oleh peneliti. Reliabilitas
antar koder dapat dihitung menggunakan rumus statistik milik Holsti (1969)
sebagai berikut:
Coefisien Reliability = 2M
N1+N2
M = Jumlah koding yang disepakati oleh peneliti dan koder
N1, N2 = Total jumlah koding dari pengkode
Kemudian kesepakatan dari hasil penilaian para koder diuji lagi menggunakan
rumus Scoot pi sebagai berikut:
35
Pi = %ob served agreement- %expected agreement
1 -% expected agreement
Pi = nilai kesepakatan
Observed agreement = jumlah yang disetujui antara- pengkode yaitu
nilai Coefisien -Reliability (CR)
Expected agreement = persetujuan yang diharapkan dalam suatu kategori
yang sama nilai matematisnya dinyatakan dengan
jumlah hasil pengukuran dari proporsi seluruhnya.
Menurut Domminick dan Wimmer36 kesepakatan 75% sudah cukup
reliabel. Jadi, pada tingkat kesepakatan 75% atau lebih kategori sudah
dinyatakan reliabel. Namun, sebaliknya jika tingkat kesepakatan tidak
mencapai 75% maka kategori perlu dibuat lebih spesifik lagi.
36 Dalam buku Jamaluddin Ritonga, Riset Kehumasan, Jakarta : Gramedia Widiasaran Indonesia, 2004, hal 87.