7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Alat Kontrasepsi Intra Uteri (AKDR)
a. Pengertian
AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus
berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380 A)
yang terpasang didalam rahim dengan memakai alat khusus oleh
dokter atau bidan. (Saifudin, 2006, p. MK-63)
b. Jenis AKDR
1) Lippes Loop
Lippes Loop, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert
secara biologik) ditambah Barium Sulfat. Lippes loop ada
empat macam yaitu :
a) Lippes Loop A :Panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm,
benang biru, satu titik pada pangkal
AKDR dekat benang ekor.
b) Lippes Loop B :Panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm,
2 benang hitam, bertitik 4.
c) Lippes Loop C :Panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm,
2 benang kuning, bertitik 3.
8
d) Lippes Loop D :Panjang 27,5 mm, lebar 30.0 mm,
2 benang putih, bertitik 2.
Lippes Loop ini dapat bertahan sampai menopause,
sepanjang tidak ada keluhan. (Hartanto, 2004, pp. 212-213)
2) CuT 380 A
CuT 380 A : Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat
Cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing
33 mm2 pada masing-masing lengan horizontal. Daya kerja 8
tahun atau sampai 10 tahun.
(Hartanto, 2004, pp. 213)
3) Nova-T
Nova-T : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2 luas
permukaan Cu dengan inti Ag di dalam kawat Cu-nya. Daya
kerja 5 tahun.
(Hartanto, 2004, pp. 214)
4) AKDR dengan progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormone steroid adalah
Prigetase yang mengandung Progesteron dan Mirena yang
mengandung Levonorgestrel.
(Saifuddin, 2006, pp. MK-63)
c. Mekanisme Kerja
AKDR akan berada dalam uterus, bekerja terutama mencegah
terjadinya pembuahan (fertilisasi) dengan menghalangi bersatunya
9
ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai
tuba falopi dan menginaktifasikan sperma. Ada beberapa mekanisme
cara kerja AKDR sebagai berikut :
1) Timbulnya reaksi radang lokal di dalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Disamping
itu, dengan munculnya leokosit, makrofag, dan sel plasma yang
dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa atau ovum dan
blastocyt.
2) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang
menyebabkan terhambatnya implantasi.
3) Gangguan atau terlepasnya blastocyt telah berimplantasi di
dalam endometrium
4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
5) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
6) Pemadatan endometrium oleh leokosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastokis dirusak oleh makrofag dan balstokis
tidak dapat melakukan nidasi.
7) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi
kemampuan untuk melakukan konsepsi.
(Hartanto, 2004, p.205)
10
d. Efektifitas
Efektifitas metode AKDR yaitu 0,6 – 0,8 kehamilan per 100
perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.(Saifuddin, 2006,
p. MK - 75)
1) Efektifitas dari AKDR dinyatakan dalam rangka kontinuitas
yaitu beberapa lama AKDR tetap berada di dalam uterus tanpa
:
a) Ekspulsi spontan.
b) Terjadinya kehamilan
c) Pengangkutan / pengeluaran karena alasan-alasan medis
atau pribadi.
2) Efektifitas dari bermacam-macam AKDR tergantung pada :
a) AKDR-nya yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau
Progesterone.
b) Akseptor yaitu umur, paritas, frekuensi senggama.
3) Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu
umur, dan paritas, diketahui :
a) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi
dan pengangkatan/pengeluaran AKDR.
b) Makin muda usia, terutama pada nulligravida, makin
tinggi angka ekspulsi dan pengankatan/pengeluaran
AKDR.
11
Dari uraian diatas, maka efektifitas dari AKDR
tergantung pada pasien dan medis, termasuk kemudahan
insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari
pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui
terjadinya ekspulsi dan kemudahan untuk mendapatkan
pertolongan medis.(Hartanto, 2004, p.207)
e. Keuntungan AKDR
Keuntungan - keuntungan AKDR adalah sebagai berikut :
1) Efektif dengan proteksi jangka panjang.
2) Tidak menganggu hubungan suami istri.
3) Tidak berpengaruh terhadap produksi ASI.
4) Kesuburan segera kembali sesudah AKDR dilepas.
5) Mengurangi nyeri haid.
(Saifudin, 2006, p. MK-63)
f. Kerugian AKDR
AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna, sehingga
masih terdapat beberapa kerugian antara lain :
1) Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genetalia
diperlukan sebelum pemasangan AKDR.
2) Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul.
3) Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang
dan mencabutnya.
12
4) Bertambah darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan
pertama pemakaian AKDR.
5) Klien tidak dapat mencabut sendiri AKDR-nya.
6) Tidak dapat melindungi klien terhadap PMS (penyakit menular
seksual), AIDS/HIV.
7) AKDR dapat keluar rahim melalui kanalis hingga keluar
vagina.
(Saifudin, 2006, p.MK 63-64)
g. Indikasi
Yang boleh menggunakan AKDR antara lain:
1) Usia reproduksi.
2) Telah memiliki anak maupun belum.
3) Menginginksn kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk
mencegah kehamilan.
4) Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi.
5) Pasca keguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang
panggul.
6) Mempunyai resiko rendah mendapat penyakit menular seksual.
(Saifudin, 2006, p. MK-64)
h. Kontraindikasi
Kontraindikasi AKDR terbagi manjadi dua yaitu :
1) Kontra-indikasi absolut :
a) Infeksi pelvis akut, diduga Gonorrhoe atau Chlamyda.
13
b) Kehamilan atau diduga hamil.
2) Kontra-indikasi relatife :
a) Partner seksual yang banyak.
b) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila
terjadi komplikasi.
c) Pernah mengalami infeksi pelvis
d) Cervicitis akut atau purulent.
e) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang
menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan
ektopik.
f) Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes
Militus, Pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain).
g) Kelainan pembekuan darah.
3) Keadaaan-keadaan lain yang dapat menyebabkan
kontraindikasi untuk insersi AKDR :
a) Keganasan endometrium atau serviks
b) Endometriosis
c) Myoma uteri
d) Polip endometrium
e) Kelainan congenital uterus
f) Dismenorhoe yang hebat, darah haid yang banyak, haid
yang irregular, atau perdarahan bercak atau (spotting)
14
g) Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit
gangguan Cu yang turun menurun
h) Anemia
(Hartanto, 2004, pp. 208-209)
i. Efek Samping
1) Beberapa efek samping yang ringan ialah sebagai berikut :
a) Nyeri pada waktu pemasangan. Kalau nyeri sekali, dapat
dilakukan anestesi paraservikal.
b) Kejang rahim, terutama pada bulan-bulan pertama. Hal
ini dapat diatasi dengan memberikan spasmollitikum atau
pemakaian AKDR lebih kecil ukurannya.
c) Nyeri pelvic. Pemberian spasmolitikum dapat
mengurangi keluhan ini.
d) Perdarahan diluar haid.
e) Darah haid lebih banyak.
f) Sekret vagina lebih banyak.
2) Disamping itu pula terjadi efek samping yang lebih serius yaitu
sebagai berikut :
a) Perforasi uterus
b) Infeksi pelvic
c) Endometritis
(Prawirohardjo, 2005, p. 914)
15
j. Waktu Pemasangan
AKDR dapat dipasang pada :
1) Bersamaan dengan menstruasi
2) Segera setelah bersih menstruasi
3) Pada masa akhir puerperium
4) Tiga bulan pasca persalinan
5) Bersamaan dengan seksio sesarea
6) Bersamaan dengan abortus dan curetase
7) Hari kedua-ketiga pasca persalinan.
(Arum, 2009, p.150)
k. Hal-hal yang harus diketahui oleh akseptor AKDR
1) Cara memeriksa sendiri benang ekor AKDR.
2) Efek samping yang sering timbul misalnya perdarahan haid
yang bertambah banyak atau lama, rasa sakit atau kram.
3) Segera mencari pertolongan medis bila timbul gejala-gejala
infeksi.
4) Jenis AKDR yang dipakai.
5) Pertimbangan pemakaian metode kontrasepsi tambahan seperti
kondom atau spermisid selama tiga bulan pasca pemasangan.
6) Mengetahui tanda bahaya AKDR : terlambat haid, perdarahan
abnormal, nyeri abdomen, dispareunia, keputihan abnormal,
demam/menggigil, benang ekor AKDR hilang/bertambah
pendek/bertambah panjang.
16
7) Bila mengalami keterlambatan haid segera periksa ke petugas
kesehatan.
8) Sebaiknya tunggu tiga bulan untuk hamil kembali setelah
pelepasan AKDR dan gunakan metode kontrasepsi lain. Ini
dapat mencegah kehamilan ektopik.
9) Bila berobat apapun, beritahu dokter bahwa akseptor
menggunakan AKDR.
10) AKDR tidak memberi perlindungan terhadap virus AIDS.
(Hartanto, 2004, p. 229)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
a. Faktor Endogen dan Faktor Eksogen
1) Faktor Endogen
a) Jenis Ras
Setiap ras di dunia memiliki perilaku spesifik, saling
berbeda satu dengan lainnya.
b) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari–hari. Pria
berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal.
Sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau
perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan
perilaku wanita disebut feminim.
17
c) Sifat Fisik
Perilaku individu akan berbeda - beda karena sifat
fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk
berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
d) Sifat Kepribadian
Perilaku individu adalah manifestasi dari kepribadian
yang dimilikinya sebagai perpaduan antara faktor genetik dan
lingkungan. Perilaku individu tidak ada yang sama karena
adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu, yang
dipengaruhi oleh aspek kehidupan, seperti pengalaman, usia,
watak, tabiat, sistem norma, nilai, dan kepercayaan yang
dianutnya.
e) Bakat Pembawaan
Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan
lingkungan serta tergantung pada adanya kesempatan untuk
pengembangan.
f) Intelegensi
Inteligensi sangat berpengaruh terhadap individu. Oleh
karena itu, kita kenal ada individu yang inteligen, yaitu
individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak
tepat, cepat, dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang
memiliki inteligensi rendah dalam mengambil keputusan
akan bertindak lambat.
18
2) Faktor Eksogen
a) Faktor Lingkungan
Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada di
sekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial.
Lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.
b) Pendidikan
Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses
kehidupan, berupa interaksi individu dengan lingkungannya,
baik secara formal maupun informal. Proses pendidikan pada
dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun
kelompok.
c) Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke
dalam konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh
dalam cara berfikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku
individu.
d) Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi, misalnya keluarga yang sosial ekonomi
berkecukupan akan memenuhi kebutuhan hidupnya, itu akan
berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut. Sebaliknya,
keluarga yang sosial ekonomi rendah, mereka mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutahan hidupnya, sehingga
mereka berperilaku, misalnya meminjam uang, mengadaikan
19
barang dan lain-lain.
e) Kebudayaan
Hasil suatu kebudayaan manusia akan mempengaruhi
perilaku manusia tersebut.
f) Faktor lain
Faktor lain disini misalnya sususan saraf pusat, persepsi,
dan emosi juga mempengaruhi perilaku manusia.
(Sunaryo, 2004, p.8-11)
3) Determinan Perilaku Kesehatan
Perilaku yaitu pemilihan metode kontrasepsi dipengaruhi
oleh faktor-faktor baik dari luar maupun dari dalam subjek.
Faktor yang menentukan perilaku ini disebut determinan. Dalam
bidang kesehatan, terdapat tiga teori determinan, antara lain :
a) Teori Lawrence Green
Green membedakan determinan masalah kesehatan
maenjadi dua yaitu behavior factor (faktor perilaku) dan non-
behavior factor (faktor non perilaku). Dan selanjutnya Green
menganalisis, bahwa faktor-faktor perilaku ditentukan oleh 3
faktor utama, yaitu :
(1) Faktor Predisposisi (Disposing Factor)
Faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
20
nilai-nilai, tradisi, pendidikan, pekerjaan, dan sosila
ekonomi.
(2) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor pemungkin adalah saran dan prasarana
atau fasilitas untuk terjadi perilaku kesehatan,
misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat
pembuagan air, tempat pembuangan sampah, tempat
olahraga, makanan bergizi.
(3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor penguat untuk terjadinya perilaku disini
adalah adanya contoh dari tokoh masyarakat, tokoh
agama, petugas kesehatan yang melakukan perilaku
kesehatan, dan merupakan referensi perilaku
masyarakat. (Notoatmodjo, 2005, pp.59-60)
b) Teori Snehandu B.Karr
Karr menganalisis perilaku kesehatan mempunyai lima
determinan perilaku yaitu :
(1) Behavior Intention (Niat)
Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
kesehatan atau perawatan kesehatannya.
(2) Social-Support (Dukungan Sosial)
Dukungan social dari masyarakat sekitarnya.
21
(3) Accessibility Of Information (Terjangkaunya Informasi)
Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan
atau fasilitas kesehatan.
(4) Personal Autonomy (Kebebasan Pribadi)
Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini
mengambil tindakan atau keputusan.
(5) Action Situation (Situasi Yang Memungkinkan)
Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau
tidak bertindak.
(Notoadmodjo, 2003, p.166)
c) Teori WHO
WHO merumuskan determinan perilaku menjadi 4, yaitu
:
(1) Pemikiran Dan Perasaan (Thoughts and Feeling)
Pemikiran dan perasaan merupakan modal awal untuk
bertindak atau berperilaku.
(2) Adanya Acuan Atau Referensi (Personal Refenreces)
Perubahan perilaku masyarakat tergantung dari
perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya tokoh
masyarakat setempat.
(3) Sumber Daya (Resources)
Sumber daya ini merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya perilaku.
22
(4) Sosial Budaya (Culture)
Sosial budaya mempengaruhi terbentuknya perilaku
seseorang. Hal ini dapat dilihat dari perilaku tiap etnis di
Indonesia yang berbeda-beda.
(Notoatmodjo, 2005, pp.62-63)
3. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau
penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan, atau upaya untuk
mempengaruhi, dan atau mengajak orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat, agar melakukan perillaku hidup sehat.
Hasil yang diharapka dari suatu pendidikan kesehatan di sini adalah
perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif.
(Notoatmodjo, 2003, pp.16-17)
Menurut Effendy (2001, p. 232) pengertian pendidikan
keshatan identik dengan penyuluhan kesehatan, karena keduanya
berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu
23
perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah
kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan
kesehatannya.
Menurut Anwaz dalam Effendy (2001, p.232), penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (2001, p. 233),
penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana
caranya dan melakukan apa saja yang bisa dilakukan, secara
perorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila
perlu.
b. Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan menurut Lawrence Green dalam bukunya
Notoatmodjo (2003, pp.17-18) dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
1) Pendidikan kesehatan dalam faktor predisposisi
Dalam pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah
kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan
24
masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Pendidikan kesehatan memberikan pengertian tentang tradisi,
kepeercayaan masyarakat, dan sebagainya, baik yang
merugikan maupun yang menguntungkan kesehtan. Bentuk
pendidikan kesehatan ini antara lain : penyuluhan kesehatan,
pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk,
billboard, dan sebagainya.
2) Pendidikan kesehatan dalam faktor pemungkin
Bentuk pendidikan kesehatannya yaitu memberdayakan
masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan prasarana
kesehatan dengan cuma-cuma tetapi memberikan kemampuan
dengan cara bantuan tehnik (pelatihan dan bimbingan),
memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk
pengadaan saran dan prasarana.
3) Pendidikan kesehatan dalam faktor penguat
Pendidikan kesehatan dalam faktor penguat dalah dalam
bentuk pelatihan-pelatihan bagi toma, toga, dan petugas
kesehatan. Tujuan utama dari pelatihan ini dalah agar sikap dan
perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh, atau acuan bagi
masyarakat tentang berperilaku hidup sehat.
25
c. Sasaran pendidikan kesehatan
Tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Dari
tujuan tersebut jelas bahwa yang menjadi sasaran pendidikan
kesehatan adalah masyarakat khususnya, perilaku masyarakat.
Berdasarkan pentahapan upaya pendidikan kesehatan ini, maka
sasaran di bagi dalam tiga kelompok :
1) Sasaran Primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung
segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai
dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat di
kelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah
kesehatan umum, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
dan anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.
2) Sasaran Sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas
kesehatan. Disebut sasaran sekunder, karena dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Di
samping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat
sebagai hasil pendidikan kesehatan ini akan memberikan
contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitar.
26
3) Sasaran Tersier
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di
tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan
kesehatan. Dengan kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan
oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku
para tokoh masyarakat, dan juga masyarakat umum.
(Notoatmodjo, 2003, pp.26-27)
d. Tujuan
Tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok menurut
Effendy (2001, pp. 233-234) adalah :
1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan
lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
2) Terbentuknya perilaku sehat pada induvidu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik
fisik, mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian.
3) Menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk
merubah perilaku perorangan dan atau masyarakat dalam bidang
kesehatan.
27
e. Tempat Penyelenggaraan
Penyelenggaraan pendidikan kesehatan menurut Effendy
(2001, p. 235) dapat dilakukan diberbagai tempat, diantaranya adalah
:
1) Di dalam institusi pelayanan
Dapat dilakukan di rumah sakit, puskesmas, rumah
bersalin, klinik dan sebagainya, yang dapat diberikan secara
langsung kepada individu maupun kelompok mengenai penyakit,
perawatan, pencegahan penyakit dan sebaginya. Tetapi dapat
juga diberikan secara langsung misalnya melalui poster, gambar-
gambar, pamphlet, dan sebagainya.
2) Di masyarakat
Pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan
melalui pendidikan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat
binaan secara menyulur dan terorganisasi sesuai dengan masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat.
Pendidikan kesehatan masyarakat di masyarakat biasanya
berkaitan dengan pembinaan wilayah binaan Puskesmas atau
oleh karena kejadian luar biasa seperti wabah dan lain
sebagainya.
28
f. Ruang Lingkup
1) Sasaran pendidikan kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang dijadikan subjek dan objek
perubahan perilaku, sehingga diharapkan dapat memahami,
menghayati dan mengaplikasikan cara-cara hidup sehat dalam
kehidupan sehari-harinya.
2) Materi / pesan
Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada
masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan
dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan
langsung manfaatnya.
g. Metode
Metode yang dipakai hendaknya metode yang dapat
mengembangkan komunikasi dua arah yang memberikan pendidikan
terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran
terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah
dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi,
simulasi, bermain peran, dan sebagainya.
29
4. Pekerjaan
Kerja adalah Sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai
profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan.Pengeluaran
energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu. Manusia bekerja untuk dapat menghasilkan suatu
pendapatan (uang), yang akan mereka gunakan untuk memenuhi
kebutuhannya.
Ibu yang bekerja mempunyai waktu kerja sama seperti dengan
pekerja lainnya. Adapun waktu kerja bagi pekerja yang waktu siang 7
jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu
minggu, atau dengan 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5
hari kerja dalam satu minggu. Sisa waktunya 16-18 jam digunakan untuk
kehidupan dalam keluarga, masyarakat, tidur, dan lain-lain (Siswanto
Sastrohadiwiryo, 2003:13). Dengan sisa waktu yang dimiliki oleh Ibu
bekerja sehinga mereka lebih memilih metode kontrasepsi yang praktis.
Menurut mereka metode kontrasepsi AKDR kurang praktis, karena
memerlukan pemeriksaan khusus, serta harus membuka aurat.
Adapun pekerjaan yang akan diteliti dibagi dua yaitu bekerja dan
tidak bekerja. Untuk bekerja, masih dibagi lagi, yaitu petani, pedagang,
PNS (pengawai negeri sipil), swasta, wiraswasta, dan buruh.
30
5. Ekonomi
Ekonomi adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang.
Ekonomi juga cakupan urusan keuangan rumah tangga.
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal
ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang di
perlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan.
Pengolongan masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status sosial
ekonomi dibedakan 3 tingkatan yaitu, upper class (tingkat atas), meddlo
class (tingkat menengah), lower class (tingkat bawah).
Adapun yang diteliti yaitu pendapatan perkapita kurang dari Rp
939.756,- dan lebih dari Rp 939.756,-. Ini disesuaikan dengan upah
minimal regional untuk Kota Semarang tahun 2010 sebesar Rp 939.756,-
.(Http://www.wordpress.com)
6. Pengetahuan
a. Pengertian
Ahli pengetahuan mengatakan bahwa tidak mudah untuk
membuat definisi tentang pengetahuan, lebih mudah
mengelompokkan atau menggolongkannya. Beberapa pengertian
atau batasan tentang pengetahuan adalah sebagai berikut :
1) H.M. Rasjidi
Pengetahuan (knowledge) itu adalah pekerjaan (fungsi) dari
pada otak.
31
2) International Encyclopedia of Higher Education
“The totally of fact, truth, principles, and information to
which man has acces”. Pengetahuan adalah keseluruhan fakta-
fakta, kebenaran, asas-asas, dan keterangan yang diperoleh dari
manusia.
3) Jujun S. Surisumantri
Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang
kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya
ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang
diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya
seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah mental
yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya
kehidupan kita. Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi
pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
(Wijono, 2006, p. 136).
4) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). (Notoatmodjo, 2003, p.121)
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007, pp.140-142), pengetahuan yang
dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu :
32
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recaal (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek
yang diketahui tersebut.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi artinya apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen – komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan sesorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis
dari komponen – komponen pengetahuan yang dimiliki.
33
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma – norma yang berlaku
di masyarakat.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat
– tingkat tersebut diatas.
(Notoadmodjo, 2003, p.124)
d. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengaruh pengetahuan terhadap pertumbuhan anak maupun
remaja sangat penting. Oleh sebab itu, seseorang yang mempunyai
cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya
(Notoadmodjo, 2003, p. 58).
Menurut Sukmadinata (2009), faktor - faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :
34
1) Faktor internal
a) Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera
seseorang.
b) Rohani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis,
intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif
individu.
2) Faktor eksternal
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang
lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir
sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh
dari gagasan tersebut.
b) Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik,
berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,
majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi
lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak
pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan
35
media massa mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki
seseorang.
c) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang
baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan
status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi
pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.
d) Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam
kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain.
Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih
besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial
juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan
untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.
e) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat
diperoleh dari lingkungan dalam proses perkembangannya,
misalnya seseorang mengikuti kegiatan yang mendidik,
seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat
memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan
tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
36
B. KERANGKA TEORI
Bagan 2.1 Faktor - faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode
kontrasepsi AKDR
Sumber : (Green,L dalam Notoatmodjo, 2003: 164)
Faktor Predisposisi :
1. Nilai-nilai
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Tradisi
5. Pengetahuan
6. Pekerjaan
7. Pendidikan
8. Sosial ekonomi
Faktor Penguat :
1. Sikap dan perilaku tokoh
masyarakat
2. Sikap dan perilaku tokoh
agama
3. Sikap dan perilaku petugas
kesehatan
Faktor Pemungkin :
1. Sarana dan prasarana
kesehatan
Pemilihan metode kontrasepsi AKDR
37
C. KERANGKA KONSEP
Variabel bebas Variabel terikat
Bagan 2.2 Variabel bebas dan variabel terikat
Sumber : (Green,L dalam Notoatmodjo,2005:64)
D. HIPOTESIS
1. Ada hubungan antara pendidikan kesehatan tenteng AKDR dengan
pemilihan metode kontrasepsi AKDR.
2. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pemilihan metode kontrasepsi
AKDR.
3. Ada hubungan antara pendapatan perkapita dengan pemilihan metode
kontrasepsi AKDR.
4. Ada hubungan antara pengetahuan Ibu tentang AKDR dengan
pemilihan metode kontrasepsi AKDR.
Pemilihan metode
kontrasepsi AKDR
Pendidikan
kesehatan tentang
AKDR
Pekerjaan
Pengetahuan Ibu
tentang AKDR
Pendapatan
perkapita