7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Kebiasaan Belajar
a. Pengertian Kebiasaan Belajar
Kebiasaan merupakan suatu kegiatan atau hal-hal yang sering
dilakukan. Sedangkan menurut Witherington (dalam Djaali 2011:128)
kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar
secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan
bersifat otomatis. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa
tindakan seseorang yang sudah menjadi kebiasaan dalam menanggapi
suatu hal dapat berjalan terus menerus secara otomatis.
Belajar adalah proses yang dilakukan oleh siswa di sekolah
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan membuat siswa
memiliki tingkah laku yang lebih baik dibandingkan dengan saat siswa
belum belajar. Menurut Slameto (2010:82), belajar bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilam, cara-
cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Pendapat lain dari
Muhibbin (2011:128), mengemukakan bahwa kebiasaan belajar
adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang
lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan
waktu.
7
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
8
Setelah mengerti makna kebiasaan dan belajar, berlanjut
mengkaji makna kebiasaan belajar. Menurut Djaali (2011:128),
kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang
menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca
buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan
kegiatan. Melalui kebiasaan belajar itu dapat menguasai perilaku
siswapada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Kebiasaan
belajar merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan oleh
seseorang secara berulang-ulang dan menjadi suatu ketetapan dan
bersifat otomatis.
Berdasarkan pengertian kebiasaan belajar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah suatu cara atau metode
yang dilakukan seseorang secara berulang-ulang, sehingga
menghasilkan keterampilan belajar dimana siswa akan terbiasa
melakukannya secara otomatis. Kebiasaan belajar yang tersusun dan
terencana dengan baik akan menghasilkan dorongan bagi diri siswa
untuk bertanggung jawab dengan tugasnya. Apabila siswa memiliki
kebiasaan belajar yang kurang tepat, maka siswa tersebut tidak
memiliki kemandirian yang baik. Kebiasaan belajar yang tidak sesuai
dapat mengakibatkan siswa tidak memiliki kemandirian yang baik,
karena siswa cenderung akan meminta bantuan kepada orang lain.
Maka, kebiasaan belajar harus ditanamkan dan dikembangkan pada
siswa karena kebiasaan belajar bukan bawaan sejak lahir. Kebiasaan
seseorang dalam belajar terbentuk dari kebiasaan belajar mandiri di
rumah dan kebiasaan belajar di sekolahnya.
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
9
b. Indikator Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar siswa tentu saja berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya. Sedangkan indikator kebiasaan belajar itu ada
banyak macamnya menurut beberapa ahli. Gie dalam Sayfudin (2015:
22) memaparkan dua jenis kebiasaan belajar, yaitu kebiasaan belajar
yang baik dan kebiasaan belajar yang buruk. Rincian kebiasaan belajar
tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Kebiasaan belajar yang baik dan buruk
No Kebiasaan Belajar yang Baik Kebiasaan Belajar yang Buruk
1) Belajar secara teratur setiap
hari
Jarang atau bahkan tidak pernah
belajar sama sekali.
2) Mempersiapkan semua
keperluan studi pada
malamnya sebelum keesokan
harinya berangkat
Tidak pernah mempersiapkan
keperluan studi dengan baik,
sehingga ada keperluan studi
yang tertinggal.
3) Senatiasa hadir di kelas
sebelum pelajaran di mulai
Sering terlambat hadir di kelas.
4) Terbiasa belajar sampai
paham betul dan bahkan
tuntas tak terlupakan lagi
Belajar tanpa memahami dengan
betul materinya, sehingga mudah
terlupakan.
5) Terbiasa mengunjungi
perpustakaan untuk
menambah bacaan atau
menengok buku referensi
mencari arti-arti istilah
Jarang sekali masuk perpustakaan
dan tidak tahu caranya
mempergunakan ensiklopedi dan
berbagai karya acuan lainnya.
(Sayfudin, 2015: 22)
Sementara itu Slameto (2010:82) menguraikan kebiasaan belajar
yang mempengaruhi belajar, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya.
2) Membaca dan membuat catatan.
3) Mengulangi bahan pelajaran.
4) Konsentrasi.
5) Mengerjakan Tugas.
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
10
Astri Megasari (dalam Anjari Yustiningrum 2009: 28) menyatakan
bahwa indikator kebiasaan belajar diantaranya:
1) Menentukan target yang akan dicapai
Belajar bersifat keseluruhan dari materi, nilai dan cara belajar
harus memiliki struktur dan penyajian secara sederhana agar siswa
lebih mudah dalam menentukan terget pencapaian belajar sesuai
dengan tujuan instruksional.
2) Membuat rencana belajar
Membuat dan menentukan rencana belajar agar konsep-konsep
baru dapat dibedakan dengan apa yang telah dipelajari, mudah
dipelajari dan dikuasai.
3) Belajar rutin setiap hari
Belajar dengan penuh konsentrasi dan teratur tidak merusak.
Yang merusak adalah menggunakan waktu tidur untuk belajar,
mengurangi waktu istirahat akhirnya akan merusak badan. Belajar
sungguh-sungguh selama 4-8 jam sehari dengan teratur sudah cukup
untuk memberi hasil yang memuaskan.
4) Mengulang bahan pelajaran
Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan
adanya pengulangan “bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah
terlupakan” akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang
dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih
penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah
dipelajari. Agar dapat mengulang dengan baik maka perlulah kiranya
disediakan waktu untuk mengulang dan menggunakan waktu itu sebik-
baiknya.
5) Membaca Buku
Membaca buku pengaruhnya terhadap belajar. Hampir sebagian
besar kegiatan belajar adalah membaca. Agar dapat belajar dengan
baik maka perlulah membaca dengan baik pula. Karena membaca
adalah alat belajar.
6) Mengerjakan tugas
Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tes/ulangan atas
ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat/mengerjakan
latihan-latihan yang ada dalam buku-buku ataupun soal-soal buatan
sendiri. Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan
tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR,
menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan,
tes/ulangan harian, ulangan umum dan ujian.
7) Membuat catatan
Membuat catatan memerlukan pemikiran, jadi tidak sama
dengan menyalin. Catatan itu harus merupakan outline atau rangkuman
yang memberi gambaran tentang garis-garis besar dari pelajaran itu.
Gunanya ialah membantu kita untuk mengingat pelajaran. Jadi sewaktu
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
11
belajar siswa harus telah mencoba memahami dan mencamkan isi
pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ada banyak
indikator kebiasaan belajar yang berbeda-beda dari setiap pendapat
ahli. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan indikator kebiasaan
dari pendapat Slameto (2010: 82), yaitu tentang pembuatan jadwal dan
pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan
pelajaran, konsentrasi, dan mengerjakan tugas. Berikut ini adalah sub
indikator yang tercermin dari indikator kebiasaan belajar tersebut.
1) Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya
a) Membuat jadwal belajar di rumah
b) Belajar secara teratur sesuai jadwal
2) Membaca dan membuat catatan
a) Membaca buku pelajaran
b) Membuat catatan dari buku pelajaran yang dibaca
3) Mengulangi bahan pelajaran
a) Mempelajari lagi materi yang telah dijelaskan guru di rumah
b) Membaca buku catatan mata pelajaran yang telah dijelaskan
guru
4) Konsentrasi
a) Fokus memperhatikan penjelasan guru mengenai materi
pelajaran hari itu
b) Tidak melakukan aktivitas yang mengganggu konsentrasi
belajar
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
12
5) Mengerjakan tugas
a) Mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya
b) Tidak mencontek dalam mengerjakan tugas
2. Motivasi Berprestasi
a. Pengertian Motivasi Berprestasi
Eysenck dalam Slameto (2010: 170) merumuskan bahwa
motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan,
intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia,
merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep
lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Sementara itu,
Gleitman, 1986; Reber, 1988 dalam Syah (2011: 153) mengatakan
bahwa motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi
merupakan suatu hal yang dapat mendorong seseorang untuk
bertingkah laku. Motivasi dilakukan oleh individu dengan tujuan untuk
membangkitkan semangat terhadap seseorang. Dalam pendidikan,
motivasi berprestasi merupakan suatu upaya untuk kompetensi
mencapai sukses dengan berbagai keunggulan. Kompetensi tersebut
dilakukan individu dengan orang lain atau dengan prestasi yang telah
mereka peroleh sebelumnya. Seseorang yang memiliki motivasi
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
13
berprestasi selalu ingin mencapai prestasi yang lebih baik dari
sebelumnya dan bertanggung jawab atas keberhasilan tugas-tugas yang
dilakukan.
Motivasi adalah kekuatan yang memberikan rangsangan pada
siswa supaya bersemangat dalam mencapai tujuan. Menurut Clelland
(1987: 40), motivasi berprestasi didefinisikan sebagai upaya untuk
mencapai sukses atau berhasil dalam kompetensi dengan suatu ukuran
keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi
sendiri. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kompetensi
tersebut dilakukan individu dengan orang lain atau dengan prestasi
yang telah mereka peroleh sebelumnya.
Orang tua memiliki peran yang besar terhadap perkembangan
dan pertumbuhan siswa. Menurut Suhandana (Suryana, 2006: 52)
memberikan pengertian, motif berprestasi adalah suatu nilai sosial
yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna
mencapai kepuasan pribadi. Aplikasi dari motif berprestasi
menjelaskan bahwa individu akan mengerjakan sesuatu dengan gigih
dan resiko pekerjaannya adalah moderat, maka dia akan bekerja lebih
bertanggung jawab dan memperoleh umpan balik atas hasil prestasinya
(Wijono, 2007: 20). Motif berprestasi ini mengarah terhadap
kepentingan masa depan dibandingkan masa lalu atau masa kini dan
siswa akan menjadi lebih kuat dalam menghadapi kegagalan karena
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
14
dirinya dapat memperkirakan situasi yang akan datang untuk
memperoleh prestasi yang lebih baik.
Dalam kegiatan belajar, motivasi berprestasi dapat disebut
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar dan memberi arah sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh siswa dapat tercapai dengan hasil sebaik-baiknya.
Dengan adanya motivasi berprestasi, maka siswa yang belajar akan
dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi siswa akan
sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi dalam belajarnya.
b. Indikator Motivasi Berprestasi
Motivasi dapat mempengaruhi siswa dalam melakukan suatu
kegiatan tertentu. Beberapa siswa dimotivasi untuk berprestasi, untuk
bekerja sama dengan siswa lain dan mengekspresikan motivasi ini
dengan banyak cara yang berbeda. Meskipun motivasi berprestasi itu
merupakan suatu kekuatan, namun bukan merupakan suatu substansi
yang dapat diamati. Yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi
indikator-indikator motivasi berprestasi itu sendiri.
Terdapat beberapa kajian teori yang digunakan sebagai dasar
dalam penelitian ini. Teori tersebut salah satunya mengenai motivasi
berprestasi. Menurut Hamzah B. Uno, (2008: 49) indikator motivasi
berprestasi, diantaranya:1) Adanya hasrat keinginan berhasil. 2)
Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan. 3) Adanya
harapan dan cita-cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dan
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
15
penghormatan diri. 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 6)
Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga siswa dapat belajar
dengan baik.
3. Kemandirian Belajar
a. Pengertian Kemandirian Belajar
Banyak pakar yang merumuskan definisi kemandirian sesuai
dengan kajian yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam,
sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya.
Namun, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan.
Kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain.
Kemandirian merupakan salah satu aspek yang sangat penting
bagi individu. Seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak lepas
dari cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki kemandirian tinggi
relatif mampu menghadapi segala permasalahan karena individu yang
mandiri tidak tergantung dengan orang lain, selalu menghadapi dan
memecahkan masalahnya sendiri.
Wedemeyer dalam Rusman (2010:353) berpendapat bahwa
peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk
belajar tanpa menghadiri pembelajaran yang diberikan guru atau
pendidik di kelas. Siswayang mandiri akan berusaha sendiri dahulu
untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
16
media pandang dengar. Peran guru atau instruktur dalam proses belajar
mandiri adalah fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap memberikan
bantuan kepada siswa bila diperlukan.
Menurut Samani dan Hariyanto (2012: 131) mandiri adalah
mampu memenuhi kebutuhan sendiri dengan upaya sendiri dan tidak
bergantung kepada orang lain. Pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa mendiri adalah berpikir untuk melakukan sesuatu untuk
menemukan cara baru dan tidak bergantung kepada orang lain.
Belajar merupakan masalah setiap orang sehingga istilah
belajar sudah tidak asing bagi semua orang. Akan tetapi, pengertian
tentang belajar berbeda-beda karena itulah pengertian belajar belum
dapat diseragamkan. Banyak definisi yang diberikan tentang belajar.
Misalnya menurut Sumadi Suryabrata (2014: 232) mengatakan
“belajar itu membawa perubahan, perubahan itu pada pokoknya
didapatkan kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha”.
Setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda
dengan teman-temannya, hal ini disebabkan karena siswa memiliki
potensi yang berbeda dengan orang lain. Menurut Hendra Surya (2003:
114), “belajar mandiri adalah proses menggerakkan kekuatan atau
dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk menggerakkan
potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau
pengaruh asing di luar dirinya. Dengan demikian belajar mandiri lebih
mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara
belajar”.Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
17
kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa
bantuan orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan
tindakannya.
Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila
siswa telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan
dengan orang lain. Ciri-ciri pokok siswa mampu mandiri dalam belajar
sendiri melakukan belajar dengan cara dan teknik sesuai dengan
kemampuan sendiri serta mampu mengetahui kekurangan diri sendiri.
Sebagai syarat agar siswa dapat belajar mandiri, siswa tersebut harus
memiliki dan melatih metode belajar yang baik, sehingga ketika
pemberian tugas belajar, harus sudah timbul dalam jiwa dan pikiran
siswa untuk menata kegiatan belajar sendiri berdasarkan metode
belajar yang baik tidak harus “diperintah”. Siswa mengetahui arah
tujuan serta yang harus diperbuatnya dalam menyelesaikan tugas yang
dihadapkan kepadanya.
Kemandirian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi individu dan tidak bergantung pada orang
lain untuk menguasai suatu kompetensi.Seseorang sedang menjalankan
kegiatan belajar mandiri lebih ditandai dan ditentukan oleh motif yang
mendorongnya belajar. Bukan oleh kenampakan fisik kegiatan
belajarnya. Dengan mengingat bahwa belajar mandiri lebih ditentukan
oleh motif belajar yang timbul di dalam diri pembelajar, maka guru
dalam menyelenggarakan pembelajarannya dituntut untuk dapat
menumbuhkan niat belajar dalam diri pembelajar.
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
18
Kemandirian siswa dalam belajar dalam penelitian ini adalah
perilaku yang akan diukur yaitu siswa sebagai subyek yang akan
diteliti, hal ini terkait dengan kemandirian siswa tersebut dalam
belajar, bertujuan agar siswa mampu menemukan sendiri apa yang
harus dilakukan dan memecahkan masalah di dalam belajar dengan
baik dan tidak bergantung pada orang lain.
Agar siswa dapat mandiri dalam belajar maka siswa harus
mampu berpikir kritis, bertanggung jawab atas tindakannya, tidak
mudah terpengaruh pada orang lain, bekerja keras dan tidak tergantung
pada orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor
pembentuk dari kemandirian belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
kemandirian belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah
menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan padanya. Arti secara
mandiri tersebut adalah tidak bertanggung pada orang lain.
Siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar bukan berarti
siswa tersebut belajar sendirian, bukan berarti mengasingkan siswa
untuk belajar sendiri tanpa adanya pendamping atau teman belajar
maupun gurunya. Namun kemandirian belajar lebih ditekankan pada
siswa berusaha sendiri terlebih dahulu untuk memahami isi dari
pelajaran. Saat siswa menemukan kesulitan, barulah siswa bertanya
pada guru atau teman untuk mendiskusikan kesulitan yang siswa
alami.
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
19
Kemandirian belajar terbentuk tidak terlepas dari dua faktor
yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Seperti
pendapat dari Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2005: 118)
bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar,
yaitu faktor dari dalam diri anak tersebut (internal) yang meliputi
kondisi fisik maupun kondisi psikologi anak dan faktor dari luar anak
(eksternal) yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Sebagaimana aspek-aspek psikologis, kemandirian bukanlah
semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu
sejak lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi
yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang dimiliki sejak
lahir sebagai keturunan dari orang tuanya.
Sedangkan menurut Hasan Basri (1995: 53-54) faktor-faktor
yang mempengaruhi kemandirian belajar adalah sebagai berikut:
1) Faktor Endogen (internal)
Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang
bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan
dan kondisi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan
yang melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir
adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar
dari ayah dan ibu akan didapatkan di dalam diri seseorang, seperti
bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
2) Faktor Eksogen (eksternal)
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau
pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan
dengan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi
individu sangat mempengaruhi perkembanagan kepribadian
seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif. Lingkungan
keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
20
dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian
termasuk pula dalam hal kemandiriannya.
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2005: 118-119)
menyebutkan sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian, yaitu:
a. Gen atau keturunan orangtua. Orang tua memiliki sifat
kemandirian tinggi sering kali menurunkan anak yang memiliki
kemandirian juga.
b. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh dan mendidik
anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak
remajanya.
c. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah
yang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan
cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan
menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa.
d. Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat
yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial,
merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai
manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat
menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja
atau siswa.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai
kemandirian seseorang tidak terlepas dari faktor-fakor yang mendasari
terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian sangat menentukan sekali tercapainya
kemandirian seseorang, begitu pula dengan kemandirian belajar siswa
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun yang
berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan sosial
ekonomi dan lingkungan masyarakat.
Sikap orang tua yang tidak memanjakan anak akan
menyebabkan anak berkembang secara wajar dan menggembirakan.
Sedangkan anak-anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
21
dalam hal perkembangan kemandiriannya. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belaja
terdapat dari internal dan ekternal.
b. Indikator Kemandirian Belajar
Seseorang yang mempunyai kemandirian belajar dilihat dari
segi belajarnya siswa tidak perlu disuruh bila belajar itu dikalahkan
atas inisiatif belajarnya, siswa tidak perlu disuruh bila belajar itu
dilakukan atas inisiatif sendiri. Untuk mengetahui apakah seseorang itu
mempunyai kemandirian belajar, maka perlu diketahui indikator
kemandirian belajar.
Indikator kemandirian belajar adalah sebagai berikut:
1. Sikap tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain.
2. Sikap percaya diri.
3. Sikap original atau bukan sekedar meniru orang lain.
4. Sikap mau mencoba sendiri.
(Desmita, 2011: 186)
4. Siswa Kelas Tinggi
Tingkatan sekolah dasar tidak hanya terbagi dalam enam kelas,
dari kelas I sampai dengan kelas VI, namun ada pembagian tingkatan
lainnya yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Menurut Supandi dalam
Kawuryan (2011: 1), “tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari
kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas
empat, lima, dan enam”.
Dirman dan Juarsih (2014: 59-60) menyatakan bahwa masa usia
sekolah dasar terbagi menjadi dua yaitu: masa kelas-kelas rendah dan
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
22
masa kelas tinggi. Adapun ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah 6 atau 7
sampai 9 atau 10 tahun adalah sebagai berikut.
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi.
b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Membandingkan dirinya dengan peserta didik (siswa) yang lain.
e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu
dianggap tidak penting.
f. Pada masa itu (terutama 6 sampai 8 tahun) peserta didik (siswa)
menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah
prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Adapun ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9 atau 10 sampai 12
atau 13 tahun) adalah sebagai berikut.
a. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.
b. Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata
pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
d. Sampai usia 11 tahun peserta didik (siswa) membutuhkan guru atau
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi
keinginannya. Setelah usia ini pada umumnya peserta didik (siswa)
menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya.
e. Pada masa ini peserta didik (siswa) memandang nilai (rapor)
sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama.
Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan
permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat
peraturan sendiri.
Sementara itu, Nasution dalam Sudrajat (2015:1) menjelaskan
bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas
sebagai berikut.
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
kongkrit,
b. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar,
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
23
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan
mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor
ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor,
d. Pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan
berusaha menyelesaikan sendiri,
e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran
yang tepat mengenai prestasi sekolah,
f. Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya
untuk bermain bersama-sama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan siswa kelas tinggi adalah siswa yang berada pada
jenjang pendidikan kelas IV, V, dan VI SD. Selain itu, pernyataan ahli-ahli
di atas mengenai sifat-sifat khas siswa pada kelas tinggi cukup untuk
membuat peneliti merasa layak melakukan penelitian mengenai pengaruh
kebiasaan belajar dan motivasi berprestasi terhadap kemandirian dalam
belajar pada siswa kelas tinggi (atas).
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terkait dengan kebiasaan belajar telah dilakukan
oleh beberapa ahli diantaranya :
1. Fatiya Rosyida, Sugeng Utaya, dan Budijanto (2016) dengan judul
Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Self-Efficacy terhadap Hail Belajar
Geografi di SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan belajar
secara signifikan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan
sumbangan efektif 65,60%. Self-efficacy secara signifikan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dengan sumbangan efektif sebesar 15,80%.
Kebiasaan belajar dan self-efficacy secara signifikan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dengan sumbangan efektif sebesar 65,20%.
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
24
2. Penelitian Irzan Tahar dan Enceng (2006) dengan judul Hubungan
Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara
kemandirian belajar dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen
Keuangan. Hubungan yang demikian diartikan bahwa semakin tinggi skor
kemandirian belajar cenderung semakin tinggi pula hasil belajar mata
kuliah Manajemen Keuangan.
3. Penelitian Sukhvir Kaur (2013) dengan judul Academic Achievement in
Relation to Achievement Motivation of High School Student. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa laki-laki dan perempuan memiliki
tingkat motivasi berprestasi yang sama. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di variable yang diteliti,
sehingga sebagian diterima di Indonesia dalam mendukung prestasi
akademik. Motivasi berprestasi saat ini berkontribusi terhadap prestasi
akademik siswa. Penelitian tersebut terbatas yaitu 200 siswa.
4. Penelitian V. R. Santha Kumari dan Dr. S. Chamundeswari (2015) dengan
judul Achievement Motivation, Study Habits and Academic Achievement
of student at the Secondary Level. Hasil penelitian menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan dalam motivasi berprestasi, kebiasaan belajar,
dan prestasi akademik siswa. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
siswa perempuan di ketiga sistem pendidikan lebih baik dalam hal
motivasi berprestasi, kebiasaan belajar, dan prestasi akademik
dibandingkan dengan siswa laki-laki di sekolah yang sama.
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
25
Penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti karena terdapat variabel sama dengan variabel penelitian yang
dilakukan. Variabel tersebut yaitu variabel kebiasaan belajar, motivasi
berprestasi, dan kemandirian belajar.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan keempat
penelitian yang relevan tersebut adalah penelitian yang dilakukan mengambil
sampel siswa Sekolah Dasar (SD) . Sedangkan sampel dari keempat penelitian
yang relevan tersebut adalah siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan
SMA (Sekolah Menengah Atas). Penelitian yang dilakukan yaitu di Sekolah
Dasar (SD) kelas IV. Tempat penelitian adalah di Gugus Ki Hajar Dewantara
Kecamatan Cilongok.
C. Kerangka Pikir
Kemandirian belajar merupakan salah satu kunci sukses bagi siswa
baik dalam masa sekolah maupun ketika sudah tidak menempuh pendidikan
secara formal lagi. Siswa yang sudah memiliki suatu kemandirian dapat ia
terapkan dalam dunia kerjanya nanti. Kemandirian pada siswa berawal dari
keluarga serta dipengaruhi oleh kebiasaan belajar siswa tersebut.
Salah satu kunci dari kemandirian belajar tersebut adalah motivasi.
Siswa yang memiliki motivasi selalu ingin mencapai prestasi yang lebih baik
dari sebelumnya. Motivasi yang dibutuhkan adalah motivasi berprestasi.
Siswa dapat memperoleh motivasi berprestasi tersebut dari diri sendiri
maupun dari luar diri siswa itu sendiri. Faktor dari luar dari diri siswa
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
26
diantaranya adalah kebiasaan belajar. Mengingat siswa usia sekolah dasar
lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah dan juga di rumah.
Kebiasaan belajar di rumah turut membentuk kemandirian siswa. Kebiasaan
belajar dan motivasi berprestasi merupakan aspek yang dapat mempengaruhi
kemandirian belajar siswa. Hubungan antar variabel dapat dilihat pada gambar
2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian
Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel maka
dalam penelitian ini mengajukan suatu hipotesis. Menurut Sugiyono (2010:
96) menyebutkan “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Hipotesis ini dikatakan sementara karena
jawaban yang diperoleh berdasarkan teori-teori yang relevan, belum teruji
kebenarannya. Hipotesis pada dasarnya belum menunjukkan fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
tersebut maka dapat diajukan hipotesis terdapat hubungan positif dan
(X1)
Kebiasaan Belajar
(X2)
Motivasi Berprestasi
(Y)
Kemandirian
Belajar Siswa
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018
27
signifikan antara persepsi kebiasaan belajar dan motivasi berprestasi terhadap
kemandirian belajar siswa. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Ada pengaruh kebiasaan belajar terhadap kemandirian belajar pada
siswa kelas IV di gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Cilongok.
2. Ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap kemandirian belajar
pada siswa kelas IV di gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan
Cilongok.
3. Ada pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi berprestasi terhadap
kemandirian belajar pada siswa kelas IV di gugus Ki Hajar
Dewantara Kecamatan Cilongok.
Pengaruh Kebiasaan Belajar..., Uun Ulfiani, FKIP UMP, 2018