9
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan bahasa Inggris yaitu natural
science yang secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,
berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science secara
harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam ini. Patta Bundu (2006:9) menjelaskan secara tegas
bahwa yang dimaksud dengan kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia
adalah IPA itu sendiri.Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat sekolah
SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah
menengah.
Definisi IPA menurut H.W. Fowler (Salirawati, 2008:20) yakni ilmu yang
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi,disamping itu juga membiasakan
siswa untuk melakukan pengamatan yang ada dilingkungan sekitar .
Menurut Permendiknas (2007:149), IPA berkaitan dengan bagaimana siswa
mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki
kemampuan proses penemuan. IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan
manusia secara kodrati terhadap apa yang ada di sekelilingnya (alam). Secara khusus,
siswa di sekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang
sebenarnya diarahkan dengan benar oleh guru supaya berlangsung secara sistematis
dan tidak terjadi miskonsepsi.
Menurut Trianto, (2012:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan
10
tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya Menurut Carin dan Sund
(Trianto, 2012:153) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan merupakan kumpulan data
hasil observasi dan eksperimen.
Menurut Abruscato, Jseph dan Derosa, Donald A (2010:6), Sains adalah:
“Science is the name we give to group of process through wich we
can systematically gather information about the natural world.
Science is also the the knowledge the use of such process. Finally,
science is characterized by those values and attitudes processed by
people who use scientific process to gather knowledge”.
Menurut Trianto (2012:136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori
yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala – gejala alam, lahir
dan berkembang melalui metode ilmiah, seperti observasi dan eksperimen, serta
menuntut sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
Menurut Trianto, (2012:137) IPA dipandang sebagai proses, produk, dan
prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan
pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai
produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam
sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi
pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang
dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode
ilmiah (scientific method).
Berdasarkan beberapa uraian pengertian sains diatas yang telah dikemukakan
oleh para ahli, simpulan dari penulis bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari
tentang alam semesta baik makhluk hidup maupun benda mati yang didapatkan
dengan cara observasi atau eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin
tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya sehingga dapat menarik kesimpulan.
Menurut Trianto, (2012:153) bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama,
yakni:
a. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk
11
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah
baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
b. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah.
c. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
d. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari- hari.
Menurut Depdiknas, (2003:3) hakikat dan tujuan pembelajaran IPA
diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:
1. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan
konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling
ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.
3. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,
memecahkan masalah dan melakukan observasi.
4. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur,
terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.
5. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis
induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip
sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.
6. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari
keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam
teknologi.
Menurut Trianto, (2012:141) merujuk pada hakikat IPA, maka nilai-nilai IPA
yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:
a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis
menurut langkah-langkah metode ilmiah.
b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan
masalah.
c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan
masalah baik dalam kaitannya dengan sains maupun dalam
kehidupan.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, simpulan bahwa tujuan
pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki sikap ilmiah, menerapkan metode
ilmiah untuk memecahkan berbagai permasalahan, serta untuk meningkatkan
keimanan dan mewjudkan rasa syukur kepada Tuhan atas keindahan alam yang telah
12
Tuhan berikan. Dengan demikian, menurut Trianto, (2013:143) semakin jelasnya
bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan
proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep,
teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif
terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses
belajar mengajar IPA hanya menghafalkan fakta, prinsip, atau teori saja. Untuk itu
perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-
idenya. Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki
tangga tersebut. Dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses
ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk
ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori
yang berlaku secara universal.
Tujuan pembelajaran IPA diterapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD). Dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, standar isi
adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran,
dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. SK adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri
atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku
secara nasional; kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus
dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun
indikator kompetensi.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD/MI merupakan standar
minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan
13
dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD
didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. SK dan KD untuk mata
pelajaran IPA siswa kelas 4 semester II secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 di
halaman berikut:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau
bentuk suatu benda.
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah gerak
suatu benda.
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah bentuk
suatu benda
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
8.1 Mendeskripsikan energi panas
dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat-
sifatnya
8.2 Menjelaskan berbagai energi
alternatif dan cara
penggunaannya.
8.3 Membuat suatu karya/model
untuk menunjukkan perubahan
energi gerak akibat pengaruh
udara, misalnya roket dari
kertas/baling-baling/pesawat
kertas/parasut
8.4 Menjelaskan perubahan energi
bunyi melalui penggunaan alat
musik
9.Memahami perubahan kenampakan permukaan
bumi dan benda langit
9.1 Mendeskripsikan perubahan
kenampakan bumi.
9.2 Mendeskripsikan perubahan
kenampakan bumi.
10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan
Pengaruhnya terhadap daratan.
10.1 Mendeskripsikan berbagai
penyebab perubahan lingkungan
fisik (angin, hujan, cahaya
matahari, dan gelombang air
laut).
14
10.2 Menjelaskan pengaruh
perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor)
10.3 Mendeskripsikan cara
pencegahan kerusakan
lingkungan (erosi, abrasi, banjir,
dan longsor)
11. Memahami hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
11.1 Menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan
lingkungan
11.2 Menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan
teknologi yang digunakan
11.3 Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian lingkungan
Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
2.1.2 Pendekatan Inquiry
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris Inquiry berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami informasi. Inkuiri merupakan perluasan
proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Menurut Trianto (2009:166)
menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan sepenuh hati. Dengan syarat sasaran utama pembelajaran
inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar,
(2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, (3)
15
mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses
inkuiri.
Menurut Trianto, (2009:166) kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya
kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Aspek sosial dikelas dan suasana terbuka yang mengundang
siswa berdiskusi.
2. Inkuiri berfokus pada hipotesis.
3. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu peranan guru adalah sebagai berikut:
1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah
berfikir.
2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami
kesulitan.
3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka
buat.
4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
kelas.
5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
6. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi
kelas.
7. Rewarder, member penghargaan pada prestasi yang dicapai
siswa.
Menurut Sanjaya (2006:197) Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama
dalam pendekatan inkuiri, yaitu:
1. Pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
16
3. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,
logis dan kritis atau mngembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental. Dengan demkian, dalam
metode inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
kemampuan yang dimilikinya secara optimal.
Sementara itu menurut Sagala, (2004) pendekatan inkuiri merupakan
pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa
yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa
lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan
masalah.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat diambil disimpulkan bahwa pendekatan Inquiry adalah
pendekatan yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa
berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang
pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan
masalah yang dihadapi.
2.1.2.1 Langkah-langkah Pendekatan Inquiry
Menurut Trianto, (2009:172) langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran
Inkuiri yaitu:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan: kegiatan inkuiri
dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk
meyakinkan bahwa pertanyaan tersebut dituliskan dipapan
tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
Rumusan masalah merupakan arah yang dicapai dalam
pembelajaran. Perumusan masalah harus sesuai dengan materi
yang akan diajarkan dalam pembelajaran IPA.
2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau
solusi permasalahan yang dapat diuji. Untuk memudahkaan
proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai
17
hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih
salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang
diberikan. Dilakukan dengan diskusi dan harus sesuai dengan
kemampuan siswa. Mengumpulkan, mengolah dan
menganalisis data, siswa tentu harus mencari bukti-buktinya
dengan arahan guru dan sumber-sumber harus relevan.
3. Mengumulkan Data.
Hipotesis yang digunakan untuk menununtun proses
pengumpulan data. Data yang sudah dianalisis kemudian
disimpulkan dengan mengkaji hipotesis yaitu benar atau salah.
Bila dianggap hipotesisnya kurang tepat, maka langkah ini
dapat digunakan untuk merefisi rumus masalah hipotesis, bila
perlu mengulang langkah ketiga.
4. Analisis data.
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh.
Faktor terpenting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran
„benar‟ atau „salah‟. Setelah memproleh kesimpulan dari data
percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telh
dirumuskan.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat
kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Dalam upaya menanamkan konsep, misalnya kosep IPA pokok bahasan yang
saling ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran
akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif
dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dan
bimbingan guru. Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen &
Kauchak, (Trianto, 2009:172). Adapun tahapan proses pembelajaran inkuiri disajikan
pada tabel 2.1 sebagai berikut:
18
Tabel 2.2
Tahap Pendekatan Inquiry
Fase Perilaku guru
1. Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dituliskan dipapan tulis.
Guru membagi siswa dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis.
Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi priorits
penyelidikan.
3. Merancang
percobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk menentukan langkah-langkah yang
sesuai dengan hipotesis yang akan
dilakukan.
Guru membimbing siswa mengurutkan
langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan
percobaan untuk
memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan
5. Mengumpulkan dan
menganalisis data
Guru memberikan kesempatan pada tiap
kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul.
6. Membuat
kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan.
Standar Kompetensi (SK) yang digunakan pada penelitian ini SK 10. Memahami
Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Kompetensi Dasar
yang digunakan (KD) 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan
lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, gelombang air laut) untuk siklus I.
Siklus II menggunakan SK 10. dan (KD) Menjelaskan pengaruh perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir dan longsor)
19
Pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup (BSNP No 41, 2007).
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran.
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai.
d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang
dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentangTopik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber.
b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya.
d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
20
e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis.
c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif.
e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok.
g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok.
h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival,serta produk yang dihasilkan.
i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik.
b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber.
c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.
d. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.berfungsi
sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar.
e. Membantu menyelesaikan masalah.
21
f. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi.
g. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.
h. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir guru:
a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran.
b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
Dari tahapan pembelajaran inkuiri menurut penerapan Eggen & Kauchak,
(Trianto, 2009:172) disimpulkan bahwa suasana kelas yang nyaman merupakan hal
penting, karena pertanyaan-pertanyaan berasal dari siswa agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Kerjasama guru dengan siswa, siswa dengan siswa
diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau tiga
lebih siswa yang bekerja sama dalam berpikir, bertanya, akan lebih baik hasilnya jika
dibandingkan bila siswa bekerja sendiri. Dan peranan guru memonitor pertanyaan
siswa, memerlukan aturan penting yaitu: (1) pertanyaan harus dapat dijawab “ya”
atau “tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab
pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan, (2) pertanyaan harus disusun
sedemikian rupa sehingga tidak mengarahkan guru memberikan jawaban pertanyaan,
tetapi mengarahkannya jawaban sendiri.
Menurut (BSNP No 41, 2007) sehingga disimpulkan perencanaan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu: (1) Dalam kegiatan eksplorasi: (a) guru
akan menggunakan pendekatan Inkuiri yang sesuai dengan penelitian. (b) guru akan
memfasilitasi media dan sumber belajar sesuai dengan materi yang sudah
disampaikan pada awal pendahuluan dan melibatkan peserta didik aktif dalam setiap
22
kegiatan pembelajaran. (2) Dalam kegiatan elaborasi: (a) siswa dibimbing guru dalam
membentuk kelompok. (b) Siswa mendapatkan pertanyaan dari guru sesuai dengan
materi yang diajarkan. (c) siswa difasilitasi perlengkapan percobaan dan kemudian
siswa mendiskusikannya dengan kelompok masing-masing untuk menemukan
jawaban sementara dari beberapa pertanyaan yang disampaikan, akan tetapi tugas
guru disini yaitu membimbing siswanya untuk mengarahkan jawaban tetapi tidak
memberikan jawabannya secara langsung agar siswa menemukan sendiri jawabannya
dengan kelompoknya. (3) Dalam kegiatan konfirmasi: (a) Guru memberikan umpan
balik atau penguatan kepada siswa dengan cara guru bertanya “jadi hari ini kita sudah
belajar mengenai apa saja anak-anak”. (b) Kemudian bertanya kepada siswa “siapa
yang masih belum jelas mengenai pembelajaran kita pada hari ini”. (c) Guru memberi
motivasi belajar kepada siswa yang masih mengalami kurang atau belum
berpastisipasi aktif dalam pembelajaran. (d) Guru memberikan reward berupa bintang
yang terbuat dari kertas yang kenyataannya membuat siswa menjadi senang sehingga
berlomba-lomba dalam kelompok menjadi yang terbaik dalam menyelesaikan
pertanyaannya secara kelompok tersebut. Dan selanjutnya dalam kegiatan penutup
guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan tentang pembelajaran pada hari ini
dan siswa membuat rangkuman dicacatannya serta memberikan pengayaan tindak
lanjut berupa remidi.
2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inquiry
Menurut Amien (Suryanti, 2009:142) pendekatan inkuri sebagai strategi
pembelajaran memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
2. Menciptakan suasana akademik yang mendukung
berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.
3. Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif.
4. Meningkatkan penghargaan sehingga siswa mengembangkan
ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri.
5. Mengembangkan bakat individual secara optimal.
6. Menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal.
23
Manfaat pendekatan inkuiri sebagai pembelajaran yaitu:
1. Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan
siswa aktif.
2. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada
siswa.
3. Membantu dalam ingatan dan transfer pada situasi belajar yang
baru.
4. Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga
mereka dapat memperoleh informasi pembelajaran yang
cukup.
5. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif
sendiri, bersifat jujur, obyektif dan terbuka.
6. Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional yaitu guru
yang menguasai kelas.
Menurut Sanjaya, (2008:206) adapun kelemahan pembelajaran yang menggunakan
pendekatan inkuiri, diantaranya:
1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Sulit dalam merancang pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi
pembelajaran inkuiri akan sulit di implementasikan oleh setiap
guru.
2.1.3 Hasil Belajar
Menurut Reigeluth dalam Keller, (2008:137) menyebutkan bahwa hasil
belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari
penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek
yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan efek yang diinginkan dan bisa juga
berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.
Menurut Agus Suprijono, (2009:5) hasil belajar adalah pola – pola perbuatan,
nilai – nilai, pengertian – pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan.
Menurut Anni, (2005:120) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
24
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek
perubahan perilaku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan
belajarnya.
Purwanto (2013:44) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan
dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.
Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Menurut Winkel, (Purwanto 2013:45) mendefinisikan hasil belajar sebagai
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi Bloom (aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik).
Purwanto (2013:46) mendefinisikan bahwa hasil belajar merupakan
pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar.
Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil
belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar
yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya.
Menurut Patta Bundu (2006: 17), hasil belajar adalah tingkat penguasaan
yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar. sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, aspek afektif
berkaitan dengan penguasaan nilai-nilai atau sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil
belajar, sedangkan aspek psikomotorik yaitu berkaitan dengan keterampilan-
keterampilan motorik yang dimiliki oleh siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:251) hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi :
1. Dari sisi siwa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.
2. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
25
Menurut Nana Sudjana (2004:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama yakni:
1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik
dan psikis.
2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah
ialah kualitas pengajaran.
Caroll (Nana Sudjana 2004:40) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh lima faktor, yakni:
a. Bakat pelajar
b. Waktu yang tersedia untuk belajar.
c. Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran.
d. Kualitas pengajaran.
e. Kemampuan individu.
Dari beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar.
Taksonomi Tujuan Belajar domain kognitif (Benyamin S. Blom,1956)
Kategori dari Taxonomi
1. Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling
rendah tingkatannya.
2. Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang
baru kedalam skema yang telah ada kedalam pemikiran peserta didik.
3. Mengaplikasikan (aply): mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif: menjalankan dan mengimplementasikan.
26
4. Menganalisis (Analyze): menguraikan suatu permasalahan atau objek ke
unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-
unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam
menganalisis: menguraikan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat.
5. Mengevaluasi (evaluate): membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria
dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam
kategori ini: memeriksa dan mengritik.
6. Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi satu bentuk
kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini,
yaitu: membuat, merencanakan dan memproduksi.
Rumusan Tujuan belajar Domain afektif dari David Krathwohl
Kategori dari taxonomi.
1. Menerima kemampuan murid melihat fenomena atau stimull: aktivitas,
texbook, musik, usaha menimbulkan, memelihara dan mengalahkan perhatian
murid tingkat terendah.
2. Menjawab pastisipasi aktif dari murid. Tidak sekedar melihat fenomena tetapi
mereaksinya termasuk disini interes mencari dan menyenagi sesuatu.
3. Menilai: kemampuan meletakkan nilai terhadap obyek, fenomena atau tingkah
laku. Penilaian dari hal yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
Penilaian berdasarkan internalasi juga sikap dan apresiasi.
4. Organisasi: menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan pertentangan,
membangun sistem nilai yang konsisten. Tekanan pada perbandingan
hubungan dan sintesa nilai-nilai. Meliputi juga konsep nilai filsafat hidup.
5. Karakterisasi dari nilai atau kelompok nilai: individu mengkontrol tingkah
lakunya hingga tercermin. Tingkah lakunya menjadi konsisten dan
prediktabel. Disini meliputi pola umum dari menyesuaikan pribadi, sosial dan
emosi.
Rumusan Tujuan belajar Domain Psikomotor
Kategori dari Taxonomi:
27
1. Persepsi: menunjukkan kepada proses kesadaran akan adanya perubahan
setelah keaktifan: melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, membau, serta
gerak dari urat syaraf kita.
2. Kesiapan: menunjukkan langkah lanjut setelah adanya persepsi: kemampuan
dalam membedakan, memilih, menggunakan tepat dalam membuat respon.
3. Merespon terpimpin: dengan perpsepsi dan kesiapan, mengembangkan
kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat laporan
4. Mekanisme: penggunaan sejumlah skiill dalam aktifitas kompleks meliputi 1,
2, 3,.
5. Respons yang kompleks menggunakan sikap dan pengalaman 1,2, 3 dan 4,
penggunaan perencanaan tes, menggunakan model.
Besarnya hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran
terhadap hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen.
Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012:49) teknik pengukuran dibedakan
menjadi 2 yaitu teknik tes dan non tes.
1. Teknik tes
Menurut Suryanto Adi, dkk (2009) secara sederhana tes adalah seperangkat
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang
sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Endang Poerwanti
(2008:4) :
1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal
soal maupun jawabannya.
b. Tes Lisan
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya
dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu
28
penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak
menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.
c. Tes Unjuk Kerja
Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai
indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.
2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya
a. Tes Esei (Essay-type Test)
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan
gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
b. Tes Jawaban Pendek
Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes
diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi
memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata
pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.
c. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk
menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut
dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).
3. Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan
a. Tes masuk, diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program
pengajaran dimulai.
b. Tes formatif, dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung.
c. Tes sumatif, diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara
keseluruhan (total).
d. Pre-tes dan post –test, hasil pra test digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik pada awal programpengajaran dan menentukan
sejauh mana kemajuan seorang peserta didik. Kemajuan yang dicapai bisa
dilihat dari perbandingan pra-tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di
akhir program pengajaran (post-test).
2. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan tekik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif.
Ada beberapa macam teknik non tes Endang Poerwanti (2008:3-19 – 3-31) yaitu:
a. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang
sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta
didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa
menggunakan instrumen.
29
b. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang
diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek
kepribadian peserta didik.
c. Angket
Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh
informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket
sikap (Attitude Questionnaires).
d. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)
Work Sample Analysis digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan
tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa
informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa
berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.
e. Task Analysis (Analisis Tugas)
Task Analysis digunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu
tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa
daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.
f. Checklists dan Rating Scales
Checklists dan Rating Scales dilakukan untuk mengumpulkan informasi
dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan
data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format
yang dipergunakan.
g. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik
dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan belajar dan prestasi siswa.
h. Komposisi dan Presentasi
Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.
i. Proyek Individu dan Kelompok
Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan
untuk individu maupun kelompok.
Hasil belajar dalam ini diukur dengan memberikan soal tes kepada siswa. Tes
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa. Bentuk tes yang dipakai
untuk mengukur hasil belajar siswa adalah bentuk soal pilihan ganda dengan empat
pilihan jawaban pada setiap nomornya. Tes diberikan sebelum tindakan, setelah
tindakan siklus I, dan setelah tindakan siklus II.
2.1.4 Hubungan Pendekatan Inquiry terhadap Hasil Belajar IPA.
30
Pendekatan inkuri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana
atau jalan apa yang harus ditempuh oleh siswa dengan bimbingan guru sampai pada
penemuan-penemuan. Pendekatan Inquiry mengutamakan menyelesaikan
permasalahan dengan cara mencari jawaban sendiri dan bekerjasama didalam
kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajarannnya.
Menurut Piaget (Sliman, 2007:4) menjelaskan tentang pendekatan inkuiri sebagai
pembelajaran ialah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol mencari jawaban atas pertanyaan
sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan yang lain, membandingkan apa yang
mereka temukan dengan yang orang lain temukan. Pada pendekatan Inquiry
diperoleh beberapa temuan bahwa Inquiry dapat memberikan pengalaman siswa dan
memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan, proses pembelajaran lebih
menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari jawabannya
dengan bantuan alat peraga yang konkret atau nyata. Pendekatan Inquiry,
menugaskan siswa untuk menemukan jawabannya bersama kelompoknya sehingga
saling membantu. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu siswa tentang penyelesaian
dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Adanya rasa ingin tahu merupakan daya
untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga mampu berbagi pengetahuan
belajar dengan yang lain. Penerapan pendekatan Inquiry dapat membangkitkan
keingintahuan dan kerjasama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang
menyenangkan sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPA juga meningkat. Melalui pendekatan Inquiry guru akan membantu
mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya. Jika model ini sering digunakan secara teratur berarti berguna
untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan sekaligus
memecahkannya. Pendekatan Inquiry merupakan proses pembelajaran yang
31
menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan satu
masalah yang dibatasi oleh satu disiplin ilmu.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
1. Armi Maulani. 2013.dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Model
Pembelajaran CTL untuk meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”.Hasil Penelitiannya adalah
Peningkatan keaktifan dapat dilihat dari peningkatan presentase skor angka
keaktifan belajar siswa terhadap IPA sebesar 75.Pra siklus menunjukkan
hanya sisanya sebanyak 20 siswa atau 83,33% kurang aktif terhadap IPA.Pada
siklus I siswa yang aktif terhadap IPA yaitu sebanyak 13 siswa atau 54,17%
sedangkan yang kurang aktif terhadap IPA sebanyak 11 siswa atau 45,83%.
Pada siklus II siswa yang aktif terhadap IPA sebanyak 23 siswa atau
95,83%.Sedangkan siswa yang kurang aktif terhadap IPA sebanyak 1 siswa
atau 4,17%. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan sebagai berikut : pra
siklus siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM =70
)sebanyak 6 siswa atau 25,00% sedangkan yang belum mencapai KKM
sebanya 18 siswa atau 75,00%.Pada siklus I siswa yang mencapai KKM 14
siswa atau 58,33% sedangkan yang belum dapat mencapai KKM 10 siswa
atau 41,67%. Pada pembelajaran siklus II siswa yang mencapai KKM
sebanyak 22 siswa atau 91,67% sedangkan yang belum dapat mencapai KKM
sebanyak 2 siswa atau 8,33%. Berdasarkan data hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa jika dalam proses pembelajaran guru memiliki
kelemahan pada persentase belajar pada siklusI belum terpengaruh
sepenuhnya CTL dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
sehingga pada pelaksannan siklus II dengan menggunakan CTL secara
keselurahan yang ebelumnya merefleksi hasil siklus sebelumnya dan
solusinya dengan menggunakan model pembelajaran CTL berpengaruh pada
32
proses pembelajaran maka dapat disimpulakan dengan menggunakan model
CTL sangat berpengaruh dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA
siswa kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
2. Ngadinah, 2012. Dalam skripsinya yang berjudul “ Peningkatan keaktifan dan
hasil pembelajaran tematik dengan tema peristiwa melalui pendekatan
kontekstual/contextual teaching and learning (CTL) bagi siswa kelas I
semester 2 SDN 2 Kalangan kecamatan tujungan kabupaten Blora tahun
pelajaran 2011/2012. Hasil penelitiannya adalah Peningkatan keaktifan dapat
dilihat dari peningkatan presentase skor angka keaktifan belajar siswa
terhadap IPA sebesar pada siklus I prosentase sekitar 5,6% hanya ada 6 siswa
yang aktif dalam pembelajaran kelompok dari jumlah siswa sebanyak 36 dan
pada siklus II menacapai 91,7% terdapat peningkatan keaktifan sebanyak 33
siswa. Dan hasil belajar siswa terkhususnya mata pelajaran IPA dengan KKM
60 pada siklus I yaitu 75% dari 27 siswa yang tuntas dan ada 9 siswa yang
belum tuntas. Kemudian hasil belajar pada siklus II mengalami 88,89% masih
ada 4 siswa yang mengalami tidak tuntas.
3. Penelitian dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan inkuiri juga
dilakukan oleh Budi Suwiji dengan judul “Upaya Peningkatan Kreativitas
Belajar IPA Tentang Perubahan Energi Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa
Kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 Tahun
2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas
belajar IPA tentang perubahan energi yang diupayakan melalui pendekatan
inkuiri siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2
tahun 2011/2012. Hal ini terlihat pada kondisi pra siklus, hanya 10 % dari
seluruh siswa saja yang kreatif untuk mengajukan pertanyaan ketika guru
melaksanakan pembelajaran. Setelah ada tindakan yang berupa 8 aktivitas
pembelajaran yang tercermin melalui 3 aspek yakni rasa ingin tahu, toleransi
terhadap resiko dan keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan,
nampak ada peningkatan kreativitas siswa yakni pada siklus 1 aspek rasa
33
ingin tahu tercapai oleh 80 %, di siklus 2 naik menjadi 90 %. Aspek oleransi
terhadap resiko di siklus 1 mencapai 75 %, siklus 2 90 %, dan pada aspek
keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan dari 85 % di siklus 1 naik
menjadi 95% di siklus 2. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar
80%, maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan pendekatan inkuiri
dalam pembelajaran IPA kelas IV SD berhasil. Saran bagi guru hendaknya
dalam pembelajaran IPA menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri,
karena seluruh langkah-langkah inkuiri dapat meningkatkan kreativitas belajar
siswa.
Penelitian yang telah diuraikan walaupun berbeda akan tetapi masih
berhubungan dengan penelitian ini. (1) menggunkan model CTL, prosentase
keaktifan pada pra siklus menunjukkan skor angka hanya 75, sisa 20 siswa atau
83,33% kemudian siklus I ada 13 siswa atau 54,17% siswa yang kurang aktif
terhadap IPA 11 atau 45,83%. Dan pada akhirya dengan menggunakan model
CTL pada siklus II mengalami pningkatan sebanyak 23 siswa atau 95,83%
sehingga model pembelajaran CTL dapat memberi pengaruh peningkatan
keaktifan dan hasil belajar IPA. Penelitian (2) pada pra siklus prosentase 5,6%
hanya ada 6 siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran yang berjumlah 36 siswa
dan pada siklus kedua mencapai 91,7% terdapat peningkatan keaktifan sebanyak
33 siswa. Dan hasil belajar siswa terkhususnya mata pelajaran IPA dengan KKM
60 pada siklus I yaitu 75% dari 27 siswa yang tuntas dan ada 9 siswa yang belum
tuntas. Kemudian hasil belajar pada siklus II mengalami 88,89% masih ada 4
siswa yang mengalami tidak tuntas. Sehingga dengan menggunakan model CTL
dapat mempengaruhi keaktifan dan hsil belajar siswa terutama pada siklus II
meningkat. Penelitian (3) hasil penelitian menunjukkan pada pra siklus hanya ada
10% dari seluruh siswa saja yang kreatif. Peningkatan kreativitas nampak pada
siklus II menjadi 90%, aspek toleransi siklus I resiko di siklus I mencapai 75%,
siklus II 90%, dan pada aspek keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan
34
dari 85% di siklus I naik menjadi 95% di siklus II. Berdasarkan indikator
keberhasilan tindakan sebesar 80%, maka pemberian tindakan yang berupa
penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas IV SD berhasil.
Sebagai guru hendaknya dalam pembelajaran IPA menerapkan pendekatan
pembelajaran inkuiri, karena seluruh langkah-langkah inkuiri dapat meningkatkan
kreativitas belajar siswa. Berdasarkan hasil – hasil penelitian di atas menunjukkan
bahwa pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa. Dengan demikian penelitian tersebut mendukung penelitian ini. Pada
penelitian ini menekankan penerapan pembelajaran Inquiry untuk meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar IPA
2.3 Kerangka Berfikir
Kegiatan belajar mengajar guru yang sudah menerapkan sistem pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan standar kompetensi namun akan tetapi pada kenyataannya
masih terdapat keprihatinan mengenai keaktifan dan hasil belajar di SD N Bugel 01
yang masih sedikit lebih berpusat pada guru, siswa cenderung sedikit tidak aktif.
Siswa merasa bosan sehingga respon siswa selama pembelajaran ada yang hanya
diam saja, bermain sendiri. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan berjalan
dengan baik, apabila guru dapat menerapkan pendekatan Inquiry yang melibatkan
siswa secara aktif, salah satunya dengan pembelajaran Inquiry. Dalam pendekatan
Inquiry guru berperan sebagai fasilitator. Selain itu siswa akan tumbuh kreativitas dan
keterampilan dalam belajar. Disamping itu, dapat menumbuhkan sikap dan antusias
siswa dalam menerima materi, karena siswa dilibatkan secara langsung, sehingga
belajar siswa menjadi bermakna. Oleh karena itu, dalam pembelajaran selanjutnya
tentang KD 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan
(erosi, abrasi, banjir, dan longsor) dengan harapan dapat meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar.
35
Keterampilan Menjawab
pertanyaan guru
Skor Sikap
Hasil belajar KKM 75
Skor Tes
Tes Formatif
6. membuat Kesimpulan
Pendekatan Inquiry
Menanggapi hasil pekerjaan
siswa lain
Mempresentasikan hasil
pekerjaan
Mencari informasi yang
perlu diperlukan untuk
memecahkan masalah.
Lembar
Observasi Membuat catatan berdasarkan
materi.
Menjawab pertanyaan guru
Mengajukan pertanyaan pada
guru.
KD 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan
lingkungan fisik
1.Menyimak pertanyaan
2. membuat hipotesis
4. Melakukan Percobaan
3. Mendemonstrasikan kegiatan
abrasi oleh air
Pengukuran
Keterampilan
5. Mengumpulkan dan
menganalisi data
Keterampilan
Mengajukan pertanyaan
pada guru.
Keterampilan Mencari
informasi yang perlu
diperlukan untuk
memecahkan masalah.
Keterampilan Membuat
catatan berdasarkan
materi.
Keterampilan
Mempresentasikan hasil
pekerjaan
Keterampilan
Menanggapi hasil
pekerjaan siswa lain
Lembar
Observa
si
Skor keterampilan
36
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut: peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA di duga dapat
diupayakan melalui pendekatan Inquiry Siswa Kelas 4