BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Permainan Sepakbola
Sepakbola adalah suatu permainan dengan bola yang dimainkan oleh dua regu yang
masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang termasuk seorang penjaga gawang.
Permainan sepakbola dilakukan dengan seluruh bagian badan kecuali dengan kedua
lengannya atau tangan. Hampir seluruh permainan dilakukan dengan keterampilan kaki
kecuali penjaga gawang yang pada waktu memainkan bola bebas menggunakan anggota
badannya, dengan kaki maupun tangannya.
Suatu kesebelasan sepakbola yang baik, kuat dan tangguh adalah suatu kesebelasan
yang mampu menyelenggarakan permainan yang baik. Untuk mencapai kerjasama tim yang
baik dan tangguh diperlukan pemain yang dapat menguasai bagian-bagian dari berbagai
macam teknik dasar sehingga dapat memainkan bola dalam segala posisi dan situasi dengan
cepat, tepat, dan cermat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu sesuai dengan hasil
yang dikehendaki. Untuk menjadi pemain sepakbola yang handal seorang pemain harus
mengenal tentang karakteristik bola itu sendiri sebelum melakukan suatu permainan. Hal ini
disebabkan permainan sepakbola menuntut penguasaan teknik yang komplek yang mana
seorang pemain sepakbola harus terampil mengoperkan bola, lari dan menggiring bola dan
mencetak gol dengan sasaran yang tepat sehingga sulit dijangkau oleh penjaga gawang.
Menurut Devaney (1986:30) bahwa “Seorang pemain sepakbola yang hebat, harus dapat
menggiring bola, menendang bola, menerima bola, dan menembak bola (shooting),
semuanya ini dikenal dengan penguasaan bola”. Dengan demikian seorang pemain sepakbola
yang tidak menguasai teknik dasar bermain tidaklah mungkin akan menjadi pemain
sepakbola yang baik.
Kualitas pemain sepakbola sangat menentukan tingkat permainan suatu tim sepakbola.
Makin baik tingkat pemain dalam memainkan dan menguasai bola, makin cepat dan cermat
kerjasama kolektif akan tercapai. Suatu kesebelasan akan lebih lama menguasai bola akan
mendapatkan keuntungan fisik, moril, dan taktik. Pertama yang harus dikuasai adalah teknik
dasar yang merupakan faktor utama dalam bermain sepakbola, yang dilakukan dengan
latihan berulang-ulang sehingga menjadi suatu gerakan yang otomatis. Dikatakan pula oleh
Coerver (1985:21) bahwa “Seperti halnya di sekolah yang harus dipelajari terlebih dahulu
adalah membaca dan menulis sebelum dapat belajar lebih lanjut, dalam sepakbola yang harus
di kuasai adalah teknik dasar bermain dengan baik atau berlatih secara terarah. Teknik-teknik
dasar diperlukan sewaktu lari berliku-liku, berputar dan berbalik, begitu pula saat melindungi
bola”.
Sepakbola yang menarik menuntut dimilikinya berbagai teknik, pandangan dalam
permainan, dan kepribadian seorang pemain guna dapat mengatasi semua situasi yang dapat
terjadi selama pertandingan. Peran seorang pelatih maupun pembina disini dalam mengajar
teknik dasar bermain sepakbola yang tepat, diharapkan nanti akan tumbuh pemain yang
berkepribadian, dan sportif. Seorang pemain yang mempunyai moral, kepercayaan diri dan
keberanian dalam permainannya, maka ia telah menguasai teknik dasar menguasai bola.
Seorang pemain yang tidak menguasai satu segi saja dari permainan sepakbola, tidak
mungkin ia mempunyai kepercayaan pada permainannya sendiri.
Teknik merupakan dasar yang penting di dalam membentuk dasar untuk menguasai
bola agar selalu dapat dikontrol dalam berbagai situasi pertandingan yang bagaimana pun
sulitnya. Hal yang sama diungkapkan oleh Dietrich (1981:2) bahwa “Barang siapa hendak
menjadi pemain sepakbola yang baik, pertama-tama harus mampu menendang dan
menyundul bola (heading), juga harus dikuasai kemahiran dasar membawa bola (dribbling)
dan menahan bola (controlling)”. Begitu juga pada awal pendidikan, dilatih duhulu secara
mendalam berbagai dasar teknik dan taktik permainan. Misalnya lari tanpa bola untuk
menempati posisi bebas, membayang-bayangi pemain lawan dan sebagainya, sebelum
pemain sepakbola mendapat kesempatan untuk mulai bermain sepakbola. Keterampilan
teknik yang baik disesuaikan ke dalam berbagai situasi tertentu yang memungkinkan seorang
pemain untuk menguasai bola lebih banyak di dalam suatu pertandingan.
Menurut Sneyers (1998:10) bahwa “Mutu suatu kesebelasan ditentukan oleh
penguasaan teknik dasar tentang sepakbola. Semakin terampil seorang pemain dengan bola,
semakin mudah ia dapat menguasai meloloskan diri dari suatu situasi, semakin baik jalannya
pertandingan bagi suatu kesebelasan”. Sepakbola pada dasarnya adalah suatu usaha untuk
menguasai bola, atau merebutnya kembali bila sedang dikuasai oleh lawan. Apabila teknik
dasar sudah dikuasai, maka bola akan lebih lama berada dalam penguasaan. Pemain akan
lebih leluasa untuk menentukan jalannya pertandingan dan menjebolkan gawang lawan.
Kesebelasan yang kurang menguasai teknik dasar, lebih sering kehilangan bola. Mempelajari
dan memelihara teknik dasar itu harus selalu dilakukan. Tentang cara-cara memainkan bola,
menumbuhkan naluri terhadap gerak bola, dan semuanya itu hanya dapat dikuasai dengan
melakukan latihan yang berulang-ulang dan sistematis. Penguasaan teknik dasar yang baik,
di samping meningkatkan kualitas permainan, maka bagi seorang pemain tersebut akan
mampu melakukan taktik permainan, mampu membaca permainan lawan, mampu mengikuti
perkembangan teknik dengan baik.
Teknik dasar dalam olahraga merupakan keterampilan dan kecakapan manusia untuk
bergerak secara cepat dan tepat sesuai dengan tujuan. Hal ini sebagai dasar untuk mencapai
prestasi. Bila teknik dasar sudah dikuasai, maka bola lebih lama dikuasai oleh seorang
pemain dan lebih leluasa bagi suatu kesebelasan untuk menentukan jalannya suatu
pertandingan dan memenangkannya.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Bermain Sepakbola
Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan
tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang mampu
menampilkan permainan yang kompak. Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik
bila terdapat kerjasama tim yang baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang tangguh
diperlukan pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam teknik
dasar bermain sepakbola dan terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik
dasar bermain setiap pemain lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat
menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat
penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan
dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai.
Dengan demikian kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan
keuntungan secara fisik dan taktik.
Faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian baik bagi pemain, pelatih dan
semua pihak yang bersangkutan dengan pembinaan prestasi dalam permainan sepakbola.
Selain faktor-faktor tersebut dalam setiap cabang olahraga selalu membutuhkan unsur-
unsur khusus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Unsur-unsur yang menentukan
dalam pencapaian prestasi permainan sepakbola secara garis besar terdiri dari kondisi
fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat unsur kelengkapan pokok tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Kondisi Fisik
Dalam semua cabang olahraga termasuk sepakbola, faktor kondisi fisik
merupakan faktor utama yang harus dibina, disamping penguasaan teknik dan taktis.
Pada pertandingan sepakbola seringkali terjadi dengan tempo yang sangat tinggi,
sehingga diperlukan kerja otot yang tinggi. Dalam hal ini jelas diperlukan kondisi fisik
yang prima. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa untuk menjadi pemain sepakbola
yang berprestasi diperlukan kondisi fisik yang baik. Dalam usaha pencapaian prestasi
tinggi dalam permainan sepakbola peningkatan kondisi fisik perlu dilakukan secara
terus menerus.
Teknik dan taktis dalam permainan sepakbola, tidak mungkin dapat diterapkan
secara sempurna apabila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang baik dari pemain.
Meskipun unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk masing-masing cabang olahraga
berbeda, tetapi unsur kondisi fisik sangat diperlukan oleh semua cabang olahraga. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Mochamad Sajoto (1995:8) bahwa “kondisi fisik adalah
satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang
atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau
ditawar-tawar lagi”.
Demikian halnya dengan cabang olahraga sepakbola, unsur fisik yang memadai
merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh semua pemainnya. Adapun unsur-unsur
fisik yang harus dimiliki oleh pemain menurut Mochamad Sajoto (1995:8) adalah
mencakup:
1. Kekuatan
2. Daya tahan
3. Daya ledak
4. Kecepatan
5. Daya lentur
6. Kelincahan
7. Koordinasi
8. Keseimbangan
9. Ketepatan
10. Reaksi
Unsur-unsur tersebut harus diperhatikan oleh pelatih maupun pemain sepakbola.
Untuk dapat memiliki kondisi fisik yang prima, pemain sepakbola dituntut untuk
melakukan latihan fisik yang sistematis, terprogram dan kontinyu. Apabila seorang
pemain memiliki kemampuan fisik yang prima, maka pemain tersebut dapat
memungkinkan bermain dengan cepat serta mengikuti pola taktis dan strategi dalam
permainan sepakbola yang telah diintruksikan oleh pelatih.
2) Unsur Teknik
Penguasaan teknik merupakan unsur utama dalam olahraga. Latihan teknik yang
bertujuan untuk mengembangkan penguasaan gerak dalam cabang olahraga tersebut.
Penguasaan teknik merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai prestasi yang
optimal. Demikian juga dalam permainan sepakbola, untuk mencapai prestasi dalam
permainan sepakbola faktor utama yang harus dikembangkan adalah unsur
keterampilan teknik dasar bermain sepakbola.
Menurut Suharno HP (1986:42) bahwa “teknik adalah suatu proses gerakan dan
pembuktian dalam praktik sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti
dalam cabang olahraga”. Penguasaan teknik dasar permainan sepakbola merupakan
salah satu unsur yang menentukan menang dan kalahnya satu regu dalam
pertandingan, disamping unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Sehingga apabila ingin
meningkatkan mutu prestasi pemain sepakbola, maka teknik dasar ini harus benar-
benar dikuasai oleh pemain terlebih dahulu. Untuk dapat menguasai keterampilan
teknik dasar bermain sepakbola, harus melakukan latihan secara sistematis, teratur dan
kontinyu dan berulang-ulang dengan mengikuti prinsip pola gerak yang benar.
3) Taktik dan Strategi
Dalam cabang olahraga khususnya permainan, apabila kemampuan teknik dan
fisik telah memadai, maka tahap selanjutnya dalam meningkatkan prestasi atau
kemampuan permainan tim adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang
strategi dan taktik dalam bermain.
Menurut Suharno HP (1986:42) yang dimaksud dengan “taktis ialah siasat atau
akal yang digunakan pada saat pertandingan untuk mencari kemenangan secara
sportif”. Dalam permainan sepakbola, kemampuan dalam strategi dan taktik juga
mutlak diperlukan untuk memperoleh kemenangan dalam suatu pertandingan. Tanpa
memiliki kemampuan dalam taktik dan strategi dalam permainan, maka pemain tidak
akan dapat mengembangkan pertandingan, sehingga sangat mustahil untuk dapat
meraih prestasi yang tinggi dalam permainan sepakbola.
4) Mental
Mental yang tinggi merupakan salah satu modal utama untuk menuju jenjang
kematangan juara, setelah menguasai teknik, taktik maupun fisik. Tanpa memiliki
mental yang baik, sulit kiranya untuk dapat mencapai prestasi yang optimal, meskipun
memiliki kemampuan teknik, fisik dan taktik yang baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Harsono (1988:101) bahwa “Betapa sempurnanya perkembangan fisik,
teknik dan taktis atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang prestasi tinggi tidak
mungkin akan dapat dicapai”.
Pembinaan mental dan kematangan juara dalam sepakbola sama pentingnya
dengan pembinaan teknik, fisik dan taktik. Pembinaan mental pemain harus ditujukan
pada penanaman unsur-unsur psikologis yang mendukung terhadap pencapaian
prestasi dalam olahraga. Pembinaan mental dan kematangan juara, dapat dilakukan
melalui pemberian pengertian kepada atlet serta melalui berbagai pertandingan uji
coba di dalam tim sendiri maupun uji coba dengan tim yang lain.
b. Teknik Dasar Bermain Sepakbola
Teknik merupakan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pemain agar tercapai
prestasi yang semaksimal mungkin. Menurut Hamidsyah Noer (1996:271) “Teknik
adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktik dengan sebaik mungkin untuk
menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga.” Sedangkan menurut
Suharno HP (1986:47) bahwa: “Teknik dasar adalah suatu teknik dimana proses
gerakannya merupakan dasar, dan gerakan itu dalam kondisi sederhana dan mudah”.
Pembinaan teknik dasar bermain sepakbola disamping pembinaan kondisi fisik,
pembinaan taktik, dan pembinaan kematangan juara. Jelaslah dari kelima macam
pembinaan tersebut yang fundamental dan yang harus lebih diutamakan adalah
pembinaan teknik dasar bermain di samping pembinaan lainnya. Kemampuan teknik
menguasai bola merupakan syarat utama bagi setiap pemain sepakbola yang erat
hubungannya dengan prestasi, oleh karena itu setiap pemain perlu mempelajari unsur-
unsur teknik secara seksama. Yang dimaksud dengan teknik dasar bermain sepakbola
adalah menendang bola, menggiring bola (dribbling), mengontrol bola (controlling),
menyundul bola (heading), melempar bola (throw-in), dan menembak bola (shooting)
yang di uraikan pada penjelasan berikut ini:
a. Menendang Bola
Menendang bola merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang sering
digunakan dalam permainan sepakbola. Suatu kesebelasan yang tangguh adalah suatu
kesebelasan yang semua pemainnya yang menguasai teknik dasar menendang bola
yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menendang bola adalah sebagai
berikut :
1) Pada waktu akan menendang bola, pandangan mata mengikuti arah posisi bola
yang akan diarahkan.
2) Posisi kaki tumpu tepat disamping bola karena hal ini dapat menentukan arah
lintasan dan tinggi rendahnya lambungan bola.
3) Pergelangan kaki yang akan menendang bola dikuatkan, tungkai kaki yang
menendang bola diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke belakang bola.
Macam-macam teknik dasar menendang bola:
1) Teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam
Dalam mengajarkan teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian
dalam harus dilakukan bersama-sama dengan latihan menghentikan bola.
Adapun teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam adalah sebagai
berikut: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah dibelakang bola dan arah sasaran
bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain lari ke arah bola, menendang bola
dengan kaki bagian dalam ke arah kawan kemudian kawan yang menerima bola
tadi menendang bola kembali ke arah pemain yang menendang pertama.
2) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki
Teknik menendang bola dengan punggung kaki ini sering digunakan dalam
permainan untuk menembakkan ke gawang. Adapun teknik dasar menendang
bola dengan punggung kaki adalah: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah di
belakang bola dan arah sasaran bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain
berlari dan menendang bola dengan punggung kaki ke arah sasaran, (d)
kemudian pemain yang menerima bola menendang kembali ke arah pemain yang
menendang pertama kali.
3) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam dan bagian
luar.
Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam
dan luar adalah: (a) Letakkan kaki tumpu di samping bola dengan jarak kurang
lebih 25 cm, dan posisi kaki agak ke belakang, arah kaki tumpu sejajar dengan
arah sasaran; (b) Kaki yang akan menendang diangkat ke belakang kemudian
diayunkan ke arah belakang bola; (c) Sikap badan agak condong ke depan,
kedua lengan terbuka di samping badan untuk menjaga keseimbangan; (d) Bola
yang ditendang hendaknya mengenai tengah-tengah bola maka bola akan
melambung rendah atau sedang.
b. Mengontrol Bola (Controlling)
Dalam permainan sepakbola, mengontrol bola sangat penting baik itu bola datar
maupun bola di udara yang datang kepada seorang pemain sepakbola dari berbagai
ketinggian dengan segala macam kecepatan dan sudut. Untuk menghentikan bola
datar dan yang berada di udara seorang pemain harus bisa menguasai dan siap
mengoperkan kepada pemain yang lain dalam suatu permainan. Mengontrol bola bisa
dilakukan dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali tangan. Menurut
Scheunemann (2008:56) “apa pun bagian tubuh yang dipakai, cara mengontrol bola
pada dasarnya sama. Sesaat sebelum bola sampai, pastikan bagian tubuh yang
digunakan sedikit mengalah ke belakang. Hal ini akan mencegah bola untuk
memantul dengan keras ke depan”. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengontrol bola:
1) Seorang pemain, lari menjemput arah datangnya bola dan pandangan ke arah
berhentinya bola.
2) Kaki tumpu menerirna seluruh berat badan, kedua lutut sedikit ditekuk.
3) Sebelum mengontrol bola seorang pemain harus segera memikirkan bola yang
telah dikuasai untuk dioperkan kepada kawan, di giring atau ditembakkan ke
arah gawang.
4) Posisi badan siap menerima bola yang datang dengan semua bagian tubuh
kecuali tangan.
Macam-macam teknik dasar mengontrol bola:
1) Teknik dasar mengontrol bola dengan kaki bagian dalam
Penggunaan dalam permainan sepakbola adalah untuk menahan bola datar
yang bergulir di atas tanah. Adapun teknik menahan bola dengan bagian kaki
bagian dalam sebagai berikut: (a) Seorang pemain harus lari menyusul arah
datangnya bola, pandangan tertuju ke arah bola dan setelah dekat bola segera
berhenti, (b) Posisi kaki digerakkan ke depan ke arah datangnya bola, tepat di
tengah-tengah kaki bagian dalam menahan bola, (c) Kaki penerima bola
digerakkan ke belakang mengikuti arah lintasan bola, (d) Kemudian letakkan
kaki penerima dalam posisi tegak lurus dengan kaki tumpu, lurus pada ujung
tumit kaki tumpu.
2) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki
Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk mengontrol
operan bola dari teman baik bola datar maupun bola lambung. Adapun tekniknya
sebagai berikut: (a) Lari menyongsong arah datangnya bola, pandangan tertuju
ke arah datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti, (b) Ujung jari
(sepatu) kaki tumpu ke arah datangnya bola, letakkan kaki tumpu sedikit
ditekuk, (c) Kaki penerima menerima bola tepat pada punggung kaki di tengah-
tengah bola, selanjutnya kaki penerima digerakkan ke arah belakang mengikuti
arah lintasan bola hingga kaki penerima dan bola berhenti.
3) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki bagian luar
Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari menyongsong arah datangnya
bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti, (b) Ujung jari kaki tumpu
menghadap arah datangnya bola, ke dua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki
penerima segera digerakkan ke depan ke arah datangnya bola dengan punggung
kaki bagian luar pada tengah tengah depan bola, (d) Kemudian kaki penerima
digerakkan ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola.
4) Teknik dasar mengontrol bola dengan paha.
Mengontrol bola dengan paha sering digunakan dalam permainan
sepakbola, biasanya untuk mengontrol bola yang melambung. Adapun tekniknya
sebagi berikut: (a) Seorang pemain berlari menjemput arah datangnya bola dan
berhenti di tempat jatuhnya bola, (b) Kaki tumpu menghadap arah datangnya
bola, kedua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima diangkat ke depan,
paha diangkat ke atas menghadap arah jatuhnya bola kemudian menahan bola
dengan paha.
5) Teknik dasar mengontrol bola dengan dada
Teknik mengontrol bola dengan dada biasanya digunakan untuk menerima
bola di udara yang datang ke arah seorang pemain sepakbola. Adapun tekniknya
adalah sebagai berikut: (a) Seorang pemain lari segera menjemput arah jatuhnya
bola, (b) Kedua kaki berdiri kangkang ke muka belakang, kedua lutut sedikit
ditekuk dan pandangan terarah pada jatuhnya bola, (c) Dada dibusungkan siap
menerima jatuhnya bola. Apabila bola diterima dengan otot dada sebelah kanan
atau kiri, setelah bola menyentuh dada posisi badan segera di tarik ke belakang.
6) Teknik dasar mengontrol bola dengan dahi
Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk mengontrol
bola lambung di udara. Adapun teknik menerima bola dengan dahi adalah
sebagai berikut: (a) Daerah kepala di atas alis dibawah rambut, apabila bola
melambung datar di udara setinggi dahi. Seorang pemain segera menjemput ke
arah datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti dengan posisi
kaki kangkang muka-belakang, kedua lutut sedikit ditekuk, (b) Setelah bola
menyentuh dahi, badan segera ditarik ke belakang, (c) Setelah bola jatuh ke
tanah kemudian di kontrol dan segera dikuasai.
c. Menggiring Bola (Dribbling)
Menurut Mielke (2003:1) “dribbling dalam permainan sepakbola didefinisikan
sebagai penguasaan bola dengan kaki saat kamu bergerak di lapangan permainan”.
Menggiring bola dapat di artikan sebagai suatu gerakan lari menggunakan bagian
kaki mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas tanah. Menggiring bola
dapat dilakukan pada saat-saat menguntungkan saja, yaitu bebas dari lawan.
Kegunaan teknik menggiring bola antara lain untuk melewati lawan, berputar dan
mengubah arah bola, mencari kesempatan memberikan umpan bola kepada kawan
dengan tepat, menahan bola tetap dalam penguasaan, dan menyelamatkan bola,
apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk segera mengoperkan bola
kepada kawan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggiring bola :
1) Bola yang berada dalam penguasaan pemain, harus selalu dekat dengan kaki,
badan pemain terletak antara bola supaya tidak mudah direbut oleh lawan, bola
selalu dikontrol.
2) Di depan pemain terdapat daerah kosong, bebas dari lawan.
3) Bola digiring dengan kaki kanan atau kiri, setiap langkah kaki kanan atau kiri
mendorong bola ke depan, bukan di tendang. Irama sentuhan kaki pada bola
tidak mengubah irama langkah kaki yang teratur.
4) Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu pada bola saja,
akan tetapi harus memperhatikan atau mengamati situasi lapangan atau posisi
lawan maupun kawan.
5) Posisi badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas seperti pada waktu
posisi berlari.
Macam-macam teknik dasar menggiring bola:
1) Teknik dasar menggiring bola dengan kaki bagian dalam
Menurut Mielke (2003:2) “dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam
memungkinkan seorang pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan
kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar”. Sering digunakan
dalam permainan sepakbola untuk berputar dan mengubah arah bola. Teknik
menggiring bola dengan punggung kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: (a)
Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang bola
dengan punggung kaki bagian dalam, (b) Kaki yang digunakan untuk
menggiring bola tidak diayunkan seperti teknik menendang bola akan tetapi
setiap langkah secara teratur mendorong bola di depan kaki sehingga tidak
mudah direbut oleh lawan, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit
ditekuk dan pada waktu kaki menyentuh bola, kemudian melihat situasi
lapangan, posisi kawan atau lawan.
2) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki
Seorang pemain dapat membawa bola dengan cepat. Biasanya teknik ini
sering digunakan apabila di depan pemain terdapat daerah bebas dari lawan yang
cukup luas sehingga jarak untuk menggiring bola cukup jauh. Teknik
menggiring bola dengan punggung kaki adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki
sama dengan posisi kaki dalam menendang dengan menggunakan punggung
kaki, (b) Setiap langkah secara teratur dengan punggung kaki kiri atau kanan
mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki, (c) Pada saat
menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, dan pandangan pada bola juga
melihat situasi lapangan, posisi lawan dan kawan.
3) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki bagian luar
Menurut Mielke (2003:4) “menggunakan sisi kaki bagian luar untuk
melakukan dribbling adalah salah satu cara untuk mengontrol bola”. Sering
digunakan dalam permainan sepakbola karena bagian kaki yang bersentuhan
dengan bola cukup luas, pemain dapat dengan mudah bergerak ke depan atau
mengubah arah sesuai dengan arah kaki pada waktu berlari. Teknik menggiring
bola dengan punggung kaki bagian luar adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki
sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan punggung kaki bagian
luar, (b) Setiap langkah secara teratur dengan punggung kaki bagian luar kaki
kanan atau kiri mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan
kaki sesuai dengan irama lari, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit
ditekuk, pada waktu kaki menyentuh bola pandangan selanjutnya melihat situasi
lapangan, posisi lawan atau kawan.
d. Menyundul Bola (Heading)
Menyundul bola merupakan suatu keterampilan teknik dasar dalam permainan
sepakbola dengan menggunakan bagian kepala. Para pemain bisa melakukan heading
ketika sedang meloncat, melompat ke depan, menjatuhkan diri (diving), atau tetap
diam dan mengarahkan bola dengan tajam ke gawang atau teman satu tim (Mielke,
2003:49). Kegunaan menyundul bola dalam permainan sepakbola antara lain adalah
untuk mengoperkan bola kepada teman untuk memasukkan bola ke arah gawang
lawan dan untuk menyapu bola di daerah pertahanan sendiri serta mematahkan
serangan lawan. Adapun teknik menyundul bola ada dua macam yaitu menyundul
bola dengan sikap berdiri di tempat dan menyundul bola dengan sikap berlari yang
akan diuraikan sebagai berikut:
1) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berdiri ditempat
Teknik menyundul bola dengan sikap ini sering digunakan oleh seorang
pemain untuk mengoperkan bola kepada kawan. Adapun tekniknya akan
diuraikan sebagai berikut: (a) Posisi badan menghadap ke arah datangnya bola,
kedua kaki berdiri kangkang ke muka dengan kedua lutut sedikit ditekuk, (b)
Badan ditarik ke belakang, sikap badan condong ke belakang, otot-otot leher
dikuatkan hingga dagu merapat pada leher, dan pandangan ke arah datangnya
bola, (c) Seluruh berat badan diikutsertakan ke depan, badan condong ke depan
diteruskan hingga dahi tepat mengenai bola dan gerak lanjutan ke arah sasaran
dengan mengangkat kaki belakang ke depan dilanjutkan lari ke rencana posisi.
2) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berlari
Menyundul bola dengan sikap berlari biasanya sering digunakan dalam
permainan sepakbola untuk memasukkan bola ke gawang lawan atau tindakan
penyelamatan. Adapun tekniknya diuraikan sebagai berikut: (a) Pemain lari
menjemput arah datangnya bola, pandangan mata tertuju ke arah bola, (b) Otot-
otot leher digerakkan, kemudian dagu ditarik merapat pada leher, (c) Badan
ditarik ke belakang melengkung ke daerah pinggang, kemudian digerakkan ke
seluruh tubuh sehingga dahi dapat mengenai bola, (d) Pada waktu menyundul
bola hendaknya pandangan mata tetap terbuka dan selalu rnengikuti ke mana
bola diarahkan dan selanjutnya diikuti gerak lanjutan untuk segera lari mencari
posisi.
e. Melempar Bola (Throw-in)
Melempar bola pada permainan sepakbola dilakukan bila terjadi bola
seluruhnya melampaui garis samping, baik bola datar yang menggulir di atas tanah
maupun yang melayang di udara, maka seorang pemain lawan dari pihak terakhir
yang menyentuh bola, dapat melakukan lemparan ke dalam di belakang garis
samping ditempat bola meninggalkan lapangan permainan. Melempar bola ke dalam
harus dilakukan sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku. Throw-in dapat
menjadi senjata yang ampuh dalam rencana serangan sebuah tim (Mielke, 2003:39).
Dalam melempar bola tidak dibenarkan langsung membuat gol, dan keuntungannya
di dalam melempar bola ke dalam tidak ada hukuman bagi pemain yang berdiri di
posisi offside.
Prinsip teknik dasar melempar bola adalah: (a) Sikap berdiri, kedua kaki rapat
dengan lutut sedikit di tekuk, (b) Sikap memegang bola. Kedua tangan memegang
bola dengan jari-jari (direnggangkan). Jari-jari yang di belakang bola adalah ibu jari
tangan kanan bertemu dengan ibu jari tangan kiri, dan ujung jari telunjuk tangan
kanan bertemu dengan ujung jari telunjuk tangan kanan, sedangkan jari-jari yang lain
memegang bola dibagian samping bola. Jadi seolah-olah tangan membuat wadah
untuk bola, (c) Cara melempar adalah kedua tangan dengan bola diangkat di atas
belakang kepala, pandangan mata tertuju ke arah kawan yang akan diberi operan
bola. Pada waktu melemparkan bola dengan kekuatan otot-otot perut, bahu dan
tangan diayunkan ke depan, dibantu kedua lutut yang diluruskan dan badan
digerakkan seolah-olah dijatuhkan ke depan bersamaan dengan bola yang dilepaskan,
(e) Gerak lanjutan setelah bola dilepaskan, yaitu tetap berdiri di atas kedua kaki
dengan ujung-ujung kaki tetap di atas tanah dan diteruskan dengan gerakan lari untuk
mencari posisi.
f. Menembak Bola (Shooting)
Permainan sepakbola seorang anak dinyatakan terampil dalam menembak bola
(shooting) apabila dia dapat berhasil memasukan bola ke dalam gawang paling
sedikit 80% dari tembakannya. Bagi pemain tenis mereka dinyatakan terampil dalam
melakukan service apabila 60 sampai 70% service pertamanya masuk. Dengan
contoh-contoh tersebut bahwa keterampilan dinilai oleh produktivitas penampilan
yang dilakukan pemain.
Menurut Mielke (2003:67) “dari sudut pandang penyerangan, tujuan sepakbola
adalah melakukan shooting ke gawang”. Seseorang pemain harus menguasai
keterampilan dasar menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan
shooting yang memungkinkannya untuk melakukan tendangan shooting dan
mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan. Permainan sepakbola adalah cabang
olahraga permainan beregu atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan
tangguh adalah kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak.
Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama tim yang baik.
Untuk mendapatkan kerjasama tim yang tangguh diperlukan pemain-pemain yang
menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan
terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap
pemain lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat menentukan tingkat
permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan
keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan dan
menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai.
Dengan demikian kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan
mendapatkan keuntungan secara fisik dan taktik.
Untuk dapat mencapai penguasaan teknik-teknik dasar bermain sepakbola
pemain harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan teknik yang benar, cermat,
sistematik yang dilakukan berulang-ulang terus menerus dan berkelanjutan, sehingga
menghasilkan kerjasama yang baik antara sekumpulan syaraf otot untuk
pembentukan gerakan yang harmonis, sehingga menghasilkan otomatisasi gerakan.
Untuk dapat mencapai gerakan yang otomatis harus dimulai sejak usia muda.
Shooting sepakbola adalah gerakan yang dibutuhkan dalam permainan
sepakbola, terlepas sama sekali dari permainannya. Maksudnya adalah pemain
melakukan gerakan-gerakan dengan bola dan gerakan-gerakan tanpa bola. Dengan
demikian setiap pemain dapat dengan mudah memerintah bola dan memerintah
badan atau anggota badan sendiri dalam semua situasi bermain. Setiap pemain
sepakbola dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan
tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan kedua belah
tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat. Dengan demikian setiap pemain
telah memiliki gerakan yang otomatis atau ball feeling yang sempurna serta peka
terhadap bola.
Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha pengkajian
terhadap peserta didik, bentuk dan modal pembelajaran serta faktor-faktor yang
menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Pembentukan keterampilan
olahraga pada umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang menyangkut
gerakan-gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi syaraf
dan diperoleh dari hasil belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh tingkat
keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang lama
agar fungsi sistem syaraf dapat terkoordinasi dengan sempurna yang menuju pada
otomatisasi gerakan. Pyke (1991:61) menyatakan bahwa “tanpa belajar atau latihan
suatu keterampilan tidak akan tercapai”.
Teknik dasar bermain sepakbola merupakan semua gerakan-gerakan yang
diperlukan untuk bermain sepakbola. Kemudian untuk bermain ditingkatkan menjadi
keterampilan teknik bermain sepakbola yaitu penerapan teknik dasar bermain ke
dalam permainan. Teknik dasar bermain sepakbola meliputi teknik tanpa bola dan
teknik dengan bola. Teknik tanpa bola merupakan semua gerakan-gerakan tanpa bola
yang terdiri dari lari cepat mengubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu
dengan badan dan gerakan-gerakan khusus penjaga gawang. Sedangkan teknik
dengan bola meliputi mengenal bola, menendang bola, mengontrol bola, mengiring
bola, heading, melempar bola, menembak bola. Beberapa teknik dasar yang perlu
dipelajari menurut Sneyers (1998:11), yaitu:
“Mengendalikan bola dengan kaki, paha, dada dan kepala, meneruskan bola
tanpa ditahan, dribbling, tendangan sambil salto, pass pendek dan panjang,
melempar bola, tendangan langsung dan tidak langsung, tendangan sudut
pendek dan yang panjang, menyundul bola, memberi efek pada bola dan
sebagainya”.
Sedangkan menurut Fuchs, Dieter and Gunter (1981:48) adalah “keterampilan
teknik bermain sepakbola terdiri dari menendang, trapping, dribling, volleying,
heading dan throw-in”. Selanjutnya disebutkan secara garis besarnya keterampilan
teknik bermain sepakbola yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepakbola
meliputi: menendang (instep kick, inside foot kick, outside foot kick, heel kick),
trapping atau menghentikan bola (sole of the foot trap, Foot trap, body trap). Tiap
bagian dapat diajarkan secara terpisah-pisah sesuai dengan kebutuhan bahan atau
materi pembelajaran.
Indikator penguasaan keterampilan bermain sepakbola, apabila masing-masing
anak menguasai dan mampu melakukan berbagai teknik dasar bermain sepakbola
tersebut. Dalam proses pembelajaran selanjutnya, pemain agar selalu mempelajari
dan mempraktikkan berulang-ulang bagaimana mengolah dan mempermainkan bola
agar dapat menumbuhkan naluri terhadap gerak bola.
Pembelajaran keterampilan gerak bermain sepakbola adalah hasil tes dan unsur-
unsur dasar bermain sepakbola. Banyak sekali model tes keterampilan bermain
sepakbola yang telah dibakukan dan hasilnya dapat dijadikan prediksi keterampilan
masing-masing anak. Menurut Mor-Christian General Soccer Ability Skill Test
Battery dalam Strand & Wilson (1993:122) meliputi: “passing, dribbling dan
shooting”. Yeagley Soccer Battery Test dalam Strand & Wilson (1993:124)
menyebutkan bahwa “item tes untuk keterampilan bermain sepakbola meliputi
dribbling, wall volley dan juggling. Tes keterampilan bermain sepakbola dari Plooyer
(1970:152-157) meliputi “menimang-nimang bola, keterampilan dalam lapangan
bujur sangkar, menggiring dan menendang bola ke dalam sasaran, menembak ke
sasaran dalam gawang, dan tes keterampilan lari sambil menendang bola ke dalam
sasaran yang berada di sebelah kanan dan kiri”.
c. Dribble Shooting Sepakbola
Dribble shooting merupakan gabungan dua kata antara dribble dan shooting. Yang
dimaksud dengan dribble adalah “keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua
pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap
melakukan operan atau tembakan” (Mielke, 2003:1). Dribble dipengaruhi oleh
koordinasi, ketajaman indera, kecepatan gerak, perasaan gerak serta teknik gerakan itu
sendiri.
Seorang pemain mutlak harus bisa menembak dengan cara yang benar. Menurut A.
Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun (1992:20) bahwa, “tembakan bola
adalah suatu usaha untuk memindahkan bola dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kaki atau bagian kaki”. Kemampuan melakukan gerakan tembakan bola
mutlak diperlukan untuk menjadi pemain sepakbola yang baik. Dengan menguasai teknik
dasar tembakan bola dengan baik, maka akan dapat menembak dengan tepat yang akan
menunjang untuk memenangkan suatu pertandingan.
Kemampuan teknik tembakan bola besar peranannya dalam permainan sepakbola,
sebab sebagian besar permainan sepakbola dilakukan dengan tembakan bola.
Kemampuan tembakan diperlukan untuk memasukkan bola ke gawang baik dalam jarak
dekat atau jarak jauh. Teknik menembak bola dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki. Untuk mendapatkan manfaat tembakan bola secara optimal, pemain harus
menguasai teknik menembak bola dengan baik. Kesebelasan sepakbola yang baik yaitu
suatu kesebelasan yang semua pemainnya menguasai teknik tembakan bola dengan baik,
cermat, akurat dan tepat ke arah sasaran yang dituju.
Dribble shooting merupakan salah satu teknik dasar sepakbola yang mempunyai
kontribusi besar untuk mencetak gol ke gawang lawan. Pendapat lain dikemukakan Eric
(2003:1) bahwa, “Tujuan utama dari pada permainan sepakbola adalah mencetak gol
sebanyak-banyaknya”. Ini berarti bahwa latihan dribble shooting mau tidak mau mesti
menjadi satu latihan inti dalam program latihan sepakbola mana pun juga.
Pertama yang dilakukan oleh kebanyakan pemain adalah melakukan shooting
secara langsung dari dribbling mereka sendiri (Mielke, 2003:70). Seorang pemain yang
mendekati gawang harus mengalahkan pertahanan lawan dan kemudian melakukan
shooting ke gawang. Para pemain harus mengembangkan kebiasaan shooting sesegera
mungkin setelah mereka mendapatkan posisi tembakan langsung ke gawang. Terlalu
banyak pemain yang menunggu untuk mendapatkan peluang sempurna yang membuat
lawan bisa menyerobot bola atau mereka kehilangan kontrol terhadap dribblingnya
sendiri. Keterampilan menggiring bola yang baik dan kemampuan untuk menggunakan
beberapa gerakan mengecoh serta membalik sangat penting untuk menciptakan shooting
dari suatu giringan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa, dribble shooting adalah
kemampuan seseorang untuk menggiring dan menembak bola ke arah gawang terhadap
permainan sepakbola. Dribble shooting dipengaruhi oleh koordinasi, jarak dan besarnya
target, ketajaman indera, kecepatan gerak, perasaan gerak serta teknik gerakan tembakan.
2. Pendekatan Pembelajaran
Menurut Richards and Rodgers (1986:9) “Pendekatan adalah suatu aksiomatik yang
menggambarkan sifat dari mata pelajaran yang diajarkan. Pendekatan aksiomatik ini yang
menjelaskan sifat materi pelajaran diajarkan”. Dapat juga dikatakan bahwa pendekatan
merupakan sudut pandang bagi pendidik atau pengembangan terhadap proses pembelajaran,
seperti pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan
yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada
guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif
atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuisi serta strategi pembelajaran
induktif.
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensinya yang dibawa
sejak lahir, hal ini sesuai pendapat Max Darsono, A. Sugandi, Martensi K.Dj (2000:1)
bahwa hasil suatu belajar adalah perubahan. Morris & Shermis (1992:1) mengatakan
“belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan
secara genetis”. Perubahan itu terjadi pada pemahaman perilaku, persepsi, motivasi atau
campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dari situasi tertentu.
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan
dan nilai sikap (Winkel, 1999:36). Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang
menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan dan pengalaman, perilaku fisik
(pertumbuhan) dan perubahan karena kematangan tidak termasuk belajar. Memperhatikan
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar secara umum adalah
perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman.
Pendekatan belajar merupakan salah satu strategi dasar dalam belajar mengajar
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Djamarah Syaiful Bahri
(2002:6), ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar: (1) Mengidentifikasi serta
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik
sebagaimana yang diharapkan, (2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, (3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode
dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif, (4) Menetapkan norma
dan batas minimal keberhasilan. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembina maupun
pelatih harus memilih cara pendekatan belajar mengajar paling tepat dan efektif untuk
mencapai tujuan, artinya bagaimana cara pembina maupun pelatih memandang suatu
persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang digunakan dalam memecahkan suatu kasus
akan mempengaruhi hasilnya.
Pendekatan pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran
menekankan pada penguasaan keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga dalam hal
ini yang dibahas dalam penelitian ini adalah dribble shooting sepakbola. Dalam pendekatan
pembelajaran menekankan pada strategi dasar dalam belajar mengajar yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Joyce, Weil, & Calhoun (2008:8-12) mengemukakan metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola yang digunakan untuk mengatur proses
pembelajaran. Sedangkan menurut Dick & Carey (1990:1) metode pembelajaran adalah
suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis atau mencapai tujuan seperti yang
diharapkan.
Metode pembelajaran bisa berbentuk penerapan cara-cara pembelajaran agar proses
belajar bisa berlangsung dengan baik dan tujuannya bisa tercapai. Dalam penelitian ini,
metode pembelajaran gerak menjadi fokus penelitian. Sebagai seorang pelatih atau pembina,
metode pembelajaran dalam mempelajari suatu keterampilan gerak sangatlah penting. Hal
ini disebabkan karena pemain yang dilatih memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat, maka tujuan penguasaan gerakan
keterampilan akan tercapai.
Dalam mempelajari keterampilan gerak, pembina maupun pelatih bisa menyesuaikan
dengan waktu, urutan dari materi pembelajaran, dan lingkungan belajar. Pelatih dapat
memilih metode yang tepat yang sesuai dengan kehendak pelatih yang tentunya disesuaikan
dengan kondisi-kondisi belajar itu sendiri. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang
tepat, selain diharapkan tujuan penguasaan gerak itu tercapai, pembelajaran itu sendiri akan
menjadi menarik. Metode pembelajaran dengan tujuan menghasilkan gerakan keterampilan
yang efisien, benar dan baik harus dilaksanakan dengan benar pada setiap pembelajaran.
Untuk mendapatkan hasil keterampilan gerak yang baik, maka berbagai macam metode
pembelajaran gerak bisa digunakan dan diterapkan oleh pelatih maupun pembina dalam tim.
Menurut Rusli Lutan (2002:81) mengemukakan bahwa, metode belajar merupakan cara
atau jalan yang ditempuh untuk menyajikan tugas-tugas ajar berupa kerja fisik dan
keterampilan. Winarno Surakhmad (1994:96) mengemukakan bahwa metode adalah cara
yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Hal ini senada dikemukakan
oleh Atwi Suparman (1994:149) bahwa metode sebagai suatu cara yang digunakan dalam
menyajikan pelajaran kepada siswa untuk mencapai suatu tujuan.
Melihat uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah
cara penyajian materi pelajaran yang dilakukan secara berencana dan sistematis, dimana
pemberian beban latihan makin hari makin meningkat. Dengan berlatih secara sistematis dan
melalui pengulangan-pengulangan yang konstan, maka neurophysiologis akan menjadi
bertambah baik. Gerakan gerakan yang semula sukar dilakukan lama-kelamaan menjadi
gerakan otomatis, sehingga semakin kurang membutuhkan konsentrasi dari pada sebelum
melakukan belajar, sehingga tenaga yang dikeluarkan akan dihemat.
a. Tujuan Pendekatan Pembelajaran
Dipilihnya beberapa pendekatan tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan
untuk memberi strategi dasar bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional
pembelajaran. Dalam hal ini pendekatan bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan
hasil pembelajaran sehingga strategi dasar dalam belajar mengajar yang digunakan bisa
diraih sebaik dan semudah mungkin untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Tujuan pendekatan pembelajaran adalah memberikan suatu pemahaman tentang
strategi pembelajaran yang dianggap efektif dan memberi panduan yang dapat diuji
kecocokannya dengan kondisi nyata. Tujuan pendekatan seperti berikut: (1)
Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran, (2) Menilai hasil-
hasil pembelajaran yang telah dicapai, (3) Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang
timbul, dan (4) Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
Keberhasilan pencapaian tujuan yang ditentukan oleh kemampuan pembina maupun
pelatih dalam memberikan bimbingan dan pencermatan gerakan melalui tahapan
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek,
penyesuaian pola gerakan dan kreativitas (Winkel, 1999:44). Semakin tepat pendekatan
yang digunakan dalam proses pembelajaran, maka semakin efektif dalam mencapai
tujuan. Pembina maupun pelatih harus mampu memilih pendekatan mengajar yang tepat
sehingga memberikan peluang terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien.
Menurut Nadisah (1992:96) bahwa pendekatan mengajar dan strategi yang digunakan
akan dirasa cocok apabila mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses.
Pendekatan mengajar merupakan suatu cara yang digunakan menyajikan pelajaran
kepada pemain untuk mencapai tujuan. Pendekataan mengajar adalah suatu cara khusus
yang digunakan untuk mengajar secara sistematis guna mencapai tujuan yang
diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang mengatur faktor eksternal
dalam kegiatan belajar yang mendukung dan mendorong serta menjaga tercapainya
tujuan pengajaran. Dalam proses pembelajaran ada dua kegiatan yaitu kegiatan
mengajar yang dilakukan oleh pembina maupun pelatih dan kegiatan belajar yang
dilakukan oleh pemain. Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey
dalam Syaiful Sagala, 2003:61). Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara penerapan
materi dengan keadaan yang bervariasi secara terencana dan sistematis untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Melalui pendekatan pembelajaran akan dapat didefinisikan
dengan jelas mengenai tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam
pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran dapat membantu menyelesaikan tugas
pembina maupun pelatih melalui pemilihan bentuk instruksi dan penilaian sesuai
dengan kondisi pembina maupun pelatih dan kemampuan mahasiswa. Dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani jika pembina maupun pelatih memiliki suatu
pendekatan pembelajaran yang tersusun secara rinci, akan memudahkan dalam
mengelola kelas saat di lapangan. Pemanfaatan sumber belajar oleh pembina maupun
pelatih akan membantu menciptakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan mahasiswa. Untuk itu, para pembina maupun pelatih olahraga dapat
mengembangkan atau menciptakan model-model dan pendekatan pembelajaran, dengan
tujuan untuk memperlancar proses penguasaan satu keterampilan gerak yang diajarkan
kepada mahasiswa. Tentunya pengembangan dan penciptaan model pembelajaran harus
memiliki landasan dan dasar pemikiran yang kuat, agar tidak berdampak negatif pada
mahasiswa. Oleh karena itu pengembangan dan penciptaan berbagai model oleh
pembina maupun pelatih dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga
memiliki fungsi dan peranan yang penting. Fungsi utamanya adalah sebagai acuan yang
digunakan untuk menyusun materi pembelajaran tertentu, untuk membantu mahasiswa
dalam memahami dan menguasai keterampilan motorik yang diajarkan. Adapun bentuk
model pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan
tujuan pembelajaran yang dirancang.
Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa pada intinya pendekatan bertujuan
mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah tujuan yang telah digariskan dengan strategi
dasar dalam belajar mengajar.
b. Prinsip-Prinsip Pendekatan Pembelajaran
Prinsip pembelajaran adalah karakteristik kunci dari suatu pembelajaran yang
memisahkannya dari aspek-aspek lain. Prinsip pembelajaran bukan suatu model atau
metode pembelajaran, tetapi aspek yang mendasari berbagai model dan metode. Prinsip
pembelajaran David Maerrill yang diberi istilah first principle of instruction dan prinsip
pembelajaran situasional. First principle of instruction mencakup lima prinsip atau
dinyatakan dalam fase-fase yang disebut dengan fase-fase pembelajaran, yakni
demonstrasi, aplikasi, prinsip berbasis pada tugas, aktivasi, dan integrasi (Maerrill,
2011:44-45). Kelima fase tersebut dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip, seperti: (1)
belajar difasilitasi bila peserta didik terlibat dalam strategi pembelajaran yang berpusat
pada tugas, (2) belajar difasilitasi ketika pengetahuan diaktifkan sebagai dasar untuk
mendapatkan pengetahuan baru, (3) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru
didemonstrasikan pada peserta didik, (4) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru
diterapkan oleh peserta didik, (5) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru terintegrasi
ke dalam dunia peserta didik.
Selain dari prinsip Merrill, prinsip kedua adalah pembelajaran situasional
(situational principles of instruction) yang dipandang sebagai prinsip pembelajaran
yang tidak universal karena hanya diterapkan dalam situasi tertentu. Prinsip situasional
terjadi pada suatu rangkaian kesatuan (continuum) dari situasi yang sangat umum
kepada suatu situasi sangat lokal (situasi yang diterapkan amat sangat jarang). Situasi
tersebut menjadi sangat penting ketika berupaya menciptakan ketelitian pada prinsip-
prinsip pembelajaran yang dilakukan. Peningkatan ketelitian sangat penting dalam
rangka membantu para praktisi pendidikan dalam merancang dan menentukan
pembelajaran yang berkualitas, begitu pun bagi peneliti untuk merancang penelitian
yang berguna untuk mengonstruksi dasar pengetahuan umum. Oleh karena itu, perlu
memperhatikan tiga prinsip, yakni jenis- jenis, bagian-bagian, dan kriteria.
Pertama, jenis mencakup klasifikasi konsep dan prosedur penggunaannya.
Penjelasan terhadap klasifikasi dan prosedur pelaksanaan terhadap suatu aktivitas
dipandang dapat meningkatkan ketelitian yang bermuara pada peningkatan kualitas
pelaksanaannya. Jika pembelajaran di desain dengan mempertimbangkan jenis-jenis,
maka pemahaman terhadap pembelajaran yang dimaksud dapat dipahami dengan
komprehensif. Prinsip situasional dalam hal ini tergantung dari jenis situasi di mana
pembelajaran itu diimplementasikan.
Kedua, prinsip situasi berhubungan dengan bagian-bagian. Jika jenis situasi hanya
menggunakan satu cara dalam mendesain pembelajaran, sedangkan bagian-bagian dapat
menggunakan berbagai macam cara tergantung dari situasi di mana bagian tesebut
sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dengan demikian, semua bagian-bagian
dibutuhkan untuk membentuk suatu sistem pembelajaran yang di desain, sedangkan
setiap jenis mencakup keseluruhan cara yang digunakan.
Ketiga, prinsip situasi berhungan dengan kriteria yang menentukan standar atau
indikator suatu model yang dikembangkan baru dikatakan memenuhi kriteria baik atau
sebaliknya. Kriteria merupakan suatu standar dalam mengukur dan menilai suatu
pembelajaran yang berhasil di desain secara baik dan benar. Oleh karena itu, perancang
atau peneliti harus mempertimbangkan jenis, bagian, dan kriteria di dalam
mengembangkan suatu model, pendekatan, metode, strategi, atau evaluasi pembelajaran
dalam upaya untuk menciptakan kualitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. Namun
demikian, tidak ada suatu prinsip yang jauh lebih baik dari prinsip lain.
Terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan pendekatan yaitu prinsip
agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, mengembirakan
penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah
untuk diterima oleh peserta didik melalui strategi dasar dalam pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran, peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Secara garis besar prinsip-prinsip
konstruktivisme yang diambil adalah: (1) pengetahuan dibangun oleh peserta didik
sendiri, baik secara personal maupun secara sosial, (2) pengetahuan tidak dipindahkan
dari guru ke peserta didik, kecuali dengan kearifan peserta didik sendiri untuk bernalar,
(3) peserta didik aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan
konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah, (4)
guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi peserta
didik berjalan mulus.
Prinsip pendekatan pembelajaran berhubungan dengan kriteria yang menentukan
standar atau indikator suatu model yang dikembangkan baru dikatakan memenuhi
kriteria baik atau sebaliknya. Kriteria merupakan suatu standar dalam mengukur dan
menilai suatu pembelajaran yang berhasil di desain secara baik dan benar. Oleh karena
itu, peneliti harus mempertimbangkan jenis, bagian, dan kriteria di dalam
mengembangkan suatu model, pendekatan, metode, strategi, atau evaluasi pembelajaran
dalam upaya untuk menciptakan kualitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. Namun
demikian, tidak ada suatu prinsip yang jauh lebih baik dari prinsip lain.
3. Pendekatan Pembelajaran Drill dan Bermain
a. Praktik Drill
Keterampilan gerak teknik shooting sepakbola dapat dikuasai oleh anak latih
dengan baik bila disertai dengan umpan balik dan balikan informatif tentang gerakan
yang dilakukan. Umpan balik (feedback) adalah respon yang dihasilkan dari informasi
yang diterima selama atau sesudah satu gerak (Schmidt, 1988:424). Sedangkan balikan
informatif merupakan masukan sensori yang memungkinkan kemajuan dalam keahlian
(Rahantoknam, 1988:64). Selain itu, diperlukan praktik latihan yang ajeg, maju, dan
berkelanjutan. Umpan balik dibedakan menjadi dua, yaitu umpan balik intrinsik dan
ekstrinsik.
Pada proses berlatih melatih teknik shooting sepakbola, umpan balik ekstrinsik
yang diberikan. Pada umpan balik ekstrinsik pelatih menyampaikannya pada akhir dari
serangkaian gerak yang telah dilakukan. Schmidt (1988:426) menyebutnya dengan
terminal feedback (umpan balik terminal), dimana umpan balik diberikan setelah satu
gerak selesai dilakukan anak latih. Jadi setelah selesai satu gerak dilakukan evaluasi
oleh pelatih untuk selanjutaya diberikan koreksi-koreksi seperlunya bila terjadi
kesalahan gerak. Akan tetapi bila tidak terjadi kesalahan dalam gerakan cukup diberikan
informasi verbal dengan kata-kata, misalnya bagus atau yang sifatnya membenarkan
gerak yang dilakukan anak latih.
Informasi verbal yang membenarkan gerak merupakan salah satu bentuk
pematrian atau penguatan (reinforcement) yang dilakukan oleh pelatih. Selain itu
melalui latihan yang intensif dan progresif juga merupakan bentuk pematrian
keterampilan, dan tentunya disertai dengan umpan balik dan balikan informatif yang
sesuai dan tepat. Dengan demikian umpan balik dan balikan informatif dalam belajar
keterampilan gerak selalu diperlukan, agar mendukung penguasaan keterampilan gerak
yang baik dan benar. Cara ini memberikan gambaran yang jelas kepada anak latih
tentang gerak yang benar dan yang salah, serta selalu dalam keadaan yang terkontrol.
Pada permainan sepakbola, bola selalu dalam keadaan bergerak dan sebagai objek
yang ditendang dengan kaki. Untuk itu diperlukan kemampuan dan ketajaman melihat
serta mengkoordinasikannya dengan gerakan tungkai. Pada saat melihat bola, langsung
terjadi proses di dalam otak untuk memperkirakan sasaran agar bola dapat ditendang
secara baik. Proses ini berlangsung cepat dan tidak terlihat oleh mata. Agar diperoleh
keefektifan gerak yang dilakukan, diperkokoh kemampuan antisipasi gerak yang baik.
Menurut Bloom (1981:37) keefektifan dan kemampuan mengantisipasi gerak
dapat ditingkatkan dengan cara melakukan latihan-latihan drill secara kontinyu. Pada
teknik shooting sepakbola latihan drill dilakukan dengan cara memberikan feeding
(umpan) bola sebanyak mungkin pada anak latih, untuk selanjutnya ditendang ke
sasaran. Untuk itu, anak latih harus melakukan gerakan teknik shooting sepakbola
secara terus menerus sampai batas waktu yang ditentukan. Oleh karena pengulangan
tehadap setiap gerak yang dilakukan akan memperkuat koneksi antara stimulus dan
respon, sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak latih dalam merespon stimulus
yang diterima (Rahantoknam, 1988:26).
Gerak yang terjadi dalam aktivitas olahraga, merupakan akibat adanya stimulus
yang diproses di dalam otak dan selanjutnya direspon melalui kontraksi otot, setelah
merima perintah dari sistem komando syaraf yaitu otak. Oleh karena itu keterampilan
gerak selalu berhubungan dengan sistem motorik internal tubuh manusia yang hasilnya
dapat diamati sebagai perubaban posisi sebagian badan atau anggota badan (Keogh &
Sugden, 1985:33). Selanjutnya gerak yang dilakukan secara berulang-ulang akan
tersimpan dalam memori pelaku yang sewaktu-waktu akan muncul bila ada stimulus
yang sama. Untuk itu, keterampilan gerak dalam olahraga harus selalu dilatihkan secara
berulang-ulang agar tidak mudah hilang dari memori, sehingga individu tetap terampil
dalam setiap melakukan gerakan.
Ketepatan pemberian pengulangan (drill) pada setiap gerak teknik akan
mempercepat anak latih dalam menguasai keterampilan gerak. Sebaliknya, koneksi anak
latih akan menjadi lemah bila pengulangan (drill) dilakukan secara tidak terprogram
(Rahantoknam, 1988:26). Selain itu latihan-latihan drill (pengulangan) sangat
diperlukan guna mengembangkan teknik dasar dan meningkatkan kondisi fisik (Jones,
1988:144).
Teknik shooting sepakbola merupakan teknik dasar tendangan yang relatif sulit
dilakukan, khususnya bagi pemula. Untuk dapat melakukan seluruh rangkaian gerak
teknik shooting sepakbola dengan baik dan benar diperlukan latihan yang dilakukan
secara efektif dan efisien. Latihan-latihan dengan praktik drill sangat bagus untuk
membantu meningkatkan kemampuan penguasaan teknik dasar tendangan. Dengan
menggunakan praktik drill, maka teknik shooting sepakbola dapat lebih cepat dikuasai
(Applewhaite & Moss, 1987:15).
Penelitian ini menggunakan sampel pemain sepakbola. Untuk itu penerapan
metode yang tepat sangat diperlukan dalam mengajarkan keterampilan bermain
sepakbola. Praktik drill merupakan salah satu metode yang tepat digunakan pada para
pemula (Keogh & Sugden, 1985:73). Dengan demikian, praktik drill pada penelitian ini
adalah bertambahnya kemampuan shooting sepakbola sebagai akibat dari latihan secara
progresif yaitu diulang-ulang, ajeg, dan berkelanjutan.
Setiap awal pembelajaran gerak teknik, diupayakan agar lingkungan tidak
mempengaruhi proses latihan. Dengan demikian proses latihan dilakukan secara tertutup
(closed training), sehingga jenis keterampilan yang ditampilkan merupakan jenis
keterampilan tertutup (closed skill). Jenis keterampilan tetutup adalah satu keterampilan
yang ditampilkan dalam satu kondisi lingkungan yang dapat diprediksi atau tetap
sehingga memungkinkan individu untuk menyusun rencana gerak secara baik (Schmidt,
1988:115).
Pada pelaksanaan teknik shooting sepakbola, diperlukan serangkaian gerakan yang
kompleks. Untuk itu, anak latih harus melakukan dengan cara menirukan dan
mengulang-ulang secara terus menerus gerakan yang sama, sehingga akan menjadikan
satu pola bentuk gerak, yaitu teknik shooting sepakbola. Oleh karena aktivitas motorik
pada keterampilan tertutup tidak memerlukan penyesuaian (adjusments) ruang dan
waktu dalam pola geraknya. Dengan demikian faktor-faktor lain di luar gerak tidak
memberikan pengaruh yang besar selama dalam pelaksanaan gerak teknik.
Menurut Schornborn (1997:122) pengajaran teknik bagi pemain sepakbola pemula
harus berorientasi pada tugas dan tujuan (task-and goal-oriented) bukan hanya pada
gerakan (motion-oriented). Artinya, proses latihan pada keterampilan tertutup dilakukan
dengan menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tugas (task-orientated
approach). Dengan demikian pembelajaran teknik shooting sepakbola pada pemula
dibagi menjadi beberapa tahapan pelaksanaan serangkaian teknik shooting sepakbola.
Adapun cara pembelajaran dilakukan dengan menggunakan hitungan untuk memerinci
tahapan teknik shooting sepakbola.
Berdasarkan pelaksanaan proses latihan yang dilakukan, maka praktik drill lebih
menekankan pada bentuk teknik. Pada teknik shooting sepakbola yang diajarkan dengan
menggunakan praktik drill, anak latih hanya menirukan gerakan yang diperagakan oleh
pelatih, dimana setiap tahap gerakan teknik shooting sepakbola harus dikuasai satu
persatu. Selain itu, proses pembelajaran dilakukan secara rinci dan dibagi dalam tahapan
gerak, kondisi lingkungan yang mudah diprediksi, variabel latihan sedikit, serta tidak
memerlukan penyesuaian ruang dan waktu yang rumit. Sebagai akibatnya, daya pikir
dan kreativitas anak latih dalam belajar teknik shooting sepakbola tidak berkembang
meskipun bentuk gerak teknik lebih baik. Sehingga metode latihan drill lebih sesuai
diterapkan pada pemain sepakbola pemula yang memiliki kemampuan persepsi dan
koordinasi gerak kurang baik.
Setiap metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran maupun latihan tidak
mungkin dapat diterapkan secara optimal. Artinya, setiap metode tentunya memiliki
kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan dan kelebihan praktik drill, sebagai
berikut:
Tabel 1. Kelemahan dan Kelebihan Praktik Drill
Kelemahan Kelebihan
1. Kurang waktu recovery, sehingga anak
latih cepat mengalami kelelahan.
2. Variasi latihan sedikit, sehingga anak
1. Tepat bagi anak latih yang memiliki
kemampuan persepsi dan koordinasi
gerak yang kurang baik.
latih mudah mengalami kebosanan.
3. Pengulangan gerak yang terus
menerus membuat daya pikir dan
kreativitas anak latih dalam belajar
tidak berkembang.
4. Bila sarana dan prasarana kurang
memadai, proses latihan menjadi tidak
efektif.
2. Tepat untuk penguatan memori anak
latih terhadap setiap gerak teknik
yang diajarkan sehingga untuk
pembentukan gerak teknik dapat
dilakukan dengan cepat.
3. Bermanfaat untuk mengadaptasi
beban latihan yang relatif berat.
b. Praktik Bermain
Praktik bermain memanfaatkan kekuatan motivasi yang terkait dengan bermain
dan permainan untuk memperlihatkan hal yang positif dan tujuan keterlibatan.
Lingkungan yang menyenangkan merangsang minat pemain dan memungkinkan para
peserta untuk mempertahankan partisipasi. Menggunakan strategi yang memperlihatkan
motivasi intrinsik termasuk tantangan optimal, penguasaan tugas, bermain game dan
permainan kompetensi, sebagai dasar positif untuk belajar, menciptakan pengaturan ini
menyenangkan. Prinsip-prinsip ini mencerminkan pendekatan psikologis untuk motivasi
yang didasarkan pada teori pengendalian internal dan aplikasi mereka dalam pengaturan
permainan (Piltz, 2002:4).
Ketepatan dalam mengantisipasi gerak bola ditentukan oleh mata dan kemampuan
koordinasi gerak. Artinya, mata sebagai penerima stimulus berupa bola yang bergerak.
Kemampuan koordinasi yang didukung oleh ketajaman melihat suatu objek, ikut
menentukan ketepatan dalam pengambilan jarak antara posisi berdiri dengan gawang.
Keadaan ini hanya akan diperoleh melalui suatu proses latihan yang ajeg, teratur, dan
progresif. Pada waktu latihan selain meningkatkan keterampilan gerak, juga
meningkatkan ketepatan antisipasi, koordinasi, dan pemahaman terhadap keterampilan
gerak yang dilakukan (Sage, 1984:131). Dengan demikian, pada akhirnya akan
diperoleh suatu otomatisasi gerak.
Pada dasarnya model pemrosesan informasi bersumber dari model input-proces-
output. Pada teknik dribble shooting sepakbola input (masukan) berupa semua gerakan
yang dilakukan oleh teman (pengumpan) sampai terjadi gerakan menembak. Setelah
informasi atau masukannya diterima, maka terjadilah proses antara lain
mengidentifikasi stimulus, memilih respons, dan memprogramkan respons. Adapun
output (keluarannya) berupa gerak yang sesuai dengan perintah guru, pembina maupun
pelatih (Schmidt, 1988:77).
Pada teknik dribble shooting sepakbola perintahnya adalah menembak bola ke
arah gawang. Untuk itu, pemrosesan informasi dalam mempelajari suatu keterampilan
perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Oleh karena hasil belajar dribble shooting
sepakbola merupakan perpaduan dari proses kemampuan psikis dan fisik. Galambas dan
Morgan dalam Rahantoknam (1988:37) menyatakan bahwa belajar dapat lebih
menguntungkan bila tidak dilihat sebagai suatu proses tunggal, seperti daya ingat
(memory) yang terletak pada bagian tertentu dalam sistem syaraf. Akan tetapi lebih dari
itu, sebagai suatu rangkaian peristiwa yang mencakup sejumlah proses pengolahan
informasi yang terjadi dengan cara tertentu. Apabila hal ini benar, maka secara logis
dapat diasumsikan bahwa proses belajar dapat dipermudah dengan menerapkan konsep-
konsep proses informasi ke dalam mengajar ataupun melatih.
Pada permainan sepakbola, khususnya teknik dribble shooting sepakbola terdapat
berbagai faktor di lingkungan permainan yang secara mendadak dapat berpengaruh
terhadap kelancaran proses menembak bola. Dengan demikian, latihan harus
disesuaikan dengan situasi permainan yang sebenarnya, karena situasi sesungguhnya
sangat baik untuk perkembangan keterampilan gerak (Keogh & Sugden, 1985:74).
Sepakbola merupakan permainan yang relatif lebih sulit dibandingkan dengan
olahraga lainnya, khususnya bagi pemula. Dengan demikian bentuk latihan yang
diberikan pada pemula harus menyenangkan, sehingga pemain tidak bosan dalam
latihan dan bahkan berhenti bermain sepakbola. Oleh karena itu pembelajaran sepakbola
untuk pemain harus dalam bentuk aktivitas yang menyenangkan, karena pemain akan
cepat belajar menggunakan keterampilan sehingga akan mempermudah pencapaian
prestasi puncak.
Proses pembelajaran dengan pendekatan bermain akan mempermudah pemain
dalam proses pengembangan keterampilan. Pada proses pembelajaran tersebut pemain
dapat langsung mengembangkan pola teknik yang diajarkan sesuai dengan lingkungan
permainan sebenarnya. Penerapan metode yang mengarah pada kondisi pertandingan
yang sebenarnya akan mempercepat penguasaan keterampilan yang diajarkan (Bloom,
1981:22).
Keberhasilan pemain sepakbola bukan hanya disebabkan karena kemampuan
keterampilan gerak, melainkan bagaimana penafsiran pemakaian keterampilan gerak
tersebut pada permainan. Artinya, latihan yang diterapkan oleh pelatih harus
berorientasi pada situasi pertandingan yang sebenarnya, sehingga dapat membantu
pemain dalam melakukan strategi di lapangan serta meningkatkan kemampuan
membaca dan mengantisipasi gerakan lawan.
Berdasarkan dari cara bermain, keterampilan dalam sepakbola dapat dikategorikan
sebagai jenis keterampilan terbuka (open skill). Menurut Schmidt (1988:132)
keterampilan terbuka adalah keterampilan motorik yang ditampilkan dalam satu kondisi
lingkungan yang tidak dapat diprediksi atau diperlukan kemampuan individu untuk
melakukan adaptasi terhadap respons motorik dengan kondisi lingkungan yang selalu
dinamis. Adapun proses pembelajaran keterampilan terbuka (open skill) berorientasi
pada proses.
Pendekatan yang berorientasi pada proses lebih terpusat pada pemain, yang
merupakan landasan dari keterampilan terbuka. Sehingga pada metode pendekatan
bermain, pemain memiliki kedudukan sebagai subjek belajar. Untuk itu, diperlukan
suatu model instruksi latihan yang terbuka (open training). Pada model instruksi latihan
yang terbuka (open training), diperlukan dimensi kognitif untuk mengarahkan tujuan
dan sasaran yang berhubungan kemampuan gerak. Model instruksi terbuka juga
merupakan model pembelajaran yang bersifat perceptually oriented, yaitu aktivitas
keterampilan motorik yang memerlukan kemampuan perseptual untuk mengantisipasi
setiap perubahan kondisi lingkungan (Singer, 1980:140).
Keadaan lingkungan dan lawan bermain sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam melakukan teknik dribble shooting sepakbola. Karena itu, pada waktu latihan
perlu diciptakan kondisi yang berubah-ubah agar pemain terbiasa dalam mengadaptasi
lingkungannya. Dengan demikian, proses latihan dalam metode pendekatan bermain
lebih menekankan pada fungsi teknik.
Proses latihan ditekankan pada pengetahuan pemain tentang karakteristik bola dan
kecenderungan pola permainan lawan, yaitu melalui latihan: (1) antisipasi khusus, (2)
meningkatkan kuantitas dan variasi bentuk permainan, (3) gaya melatih yang
mengembangkan pemahaman dan pemecahan masalah, serta (4) menciptakan latihan-
latihan yang mendekati dan menyerupai permainan sesungguhnya (open match play
situation). Dengan demikian, metode pendekatan bermain merupakan kerangka
konseptual tentang interaksi belajar mengajar yang disusun secara sistematis dan
dirancang untuk membantu tercapainya tujuan latihan. Adapun kerangka konseptual
disusun dan dirancang dengan kondisi lingkungan yang sulit diprediksi sebelumnya,
variabel latihan yang berubah-ubah, dan menggunakan pendekatan yang berorientasi
pada proses.
Menurut Singer (1980:223) tidak ada satu metode yang terbaik untuk semua tugas,
kecuali situasi dan kondisi variabel sekitar tempat latihan relatif mendukung. Artinya
bahwa setiap pendekatan pembelajaran dapat dipastikan memiliki kelemahan selama
diterapkan dalam proses latihan. Adapun kelemahan dan kelebihan dari praktik bermain
sebagai berikut:
Tabel 2. Kelemahan dan Kelebihan Praktik Bermain
Kelebihan Kelemahan
1. Tepat bagi pemain yang memiliki
kemampuan persepsi dan
koordinasi gerak yang baik.
2. Latihan bervariasi, sehingga
pemain tidak mengalami
kebosanan.
3. Recovery cukup, sehingga
pemain tidak mengalami
kelelahan.
4. Meningkatkan daya pikir dan
daya kreativitas pemain.
1. Kurang efisien dari segi waktu,
terutama bagi pemain yang
memiliki kemampuan koordinasi
rendah.
2. Perlu penekanan beban tugas
pada pemain, sehingga memiliki
beban latihan yang sama.
Perbedaan antara pendekatan pembelajaran dengan praktik drill dan bermain dapat
dirangkum ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Perbedaan Antara Praktik Drill dan Bermain
Proses Praktik Drill Praktik Bermain
Persepsi Lingkungan berubah-ubah dan
sulit dikendalikan.
Keadaan lingkungan stabil dan
mudah diprediksi.
Desisi Menyesuaikan dengan tugas
motorik dan tujuan yang
diinstruksikan.
Menirukan model atau sesuai
petunjuk pelatih.
Eksekusi Rangsang motorik berubah-
ubah.
Rangsang motorik tetap.
Umpan balik Berasal dari dalam diri pemain
(tergantung dari keberhasilan
pemain dalam melakukan
eksekusi).
Berasal dari pelatih atau dari
luar pemain.
Orientasi Fungsi teknik (form follow the
function).
Bentuk teknik (form pattern).
4. Pendekatan Pembelajaran Keterampilan Dribble Shooting Sepakbola Menggunakan
Praktik Drill dan Bermain
Keterampilan dapat digambarkan sebagai kualitas penampilan seseorang dalam
melakukan tugas gerak fisik. Indikator kualitas yang harus dipenuhi sebagai gerak terampil
yaitu efektif, efisien dan adaptif. Dribble shooting sepakbola merupakan kualitas
penampilan pemain dalam melakukan tugas gerak dribble shooting sepakbola. Untuk dapat
menguasai keterampilan gerak dribble shooting sepakbola dengan baik, harus melalui proses
pembelajaran.
Perlu memilih pendekatan yang tepat dan sesuai dengan tipe gerak dasar pemain,
sehingga pendekatan yang digunakan benar efektif dan efisien dalam merangsang minat
pemain untuk belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga akan berkembang secara
maksimal. Pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran bermain
sepakbola, harus dapat menimbulkan rasa senang pada pemain juga memberikan peluang
bagi pembina maupun pelatih dalam memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal
sehingga tidak ada alasan bagi pembina maupun pelatih terhambatnya proses pembelajaran
sepakbola karena faktor kurang memadainya fasilitas dan alat olahraga yang tersedia.
Pembelajaran dalam permainan sepakbola bertujuan agar pemain dapat menguasai
dribble shooting sepakbola. Menurut Sugiyanto (1998:289) bahwa, “keterampilan gerak bisa
diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas gerak tertentu dengan baik.
Semakin baik penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaannya akan semakin efisien”.
Gerakan keterampilan merupakan salah satu kategori gerakan dalam melakukannya
diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh secara keseluruhan atau sebagian tubuh. Gerakan
keterampilan merupakan gerakan yang memenuhi kriteria tertentu. Rusli Lutan dan Adang
Suherman (2000:56) menyatakan bahwa, tiga indikator gerak terampil yaitu: (1) efektif
artinya sesuai dengan produk yang diinginkan, (2) efisien artinya sesuai dengan proses yang
seharusnya dilakukan, (3) adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan
dimana gerak tersebut dilakukan.
Menurut Cassidy, Jones & Potrac (2004:28) bahwa melalui pengamatan yang bersifat
mendidik yang lebih baik, para pelatih maupun pembina diharapkan untuk mengembangkan
fase kognitif (pemikiran), afektif (rasa) dan psikomotor (fisik). Dalam proses belajar
penguasaan keterampilan gerak, selain unsur psikomotor yang terlibat, ada pula unsur
kognitif dan afektif. Artinya, meskipun tekanan belajarnya ialah penguasaan suatu
keterampilan olahraga, tidak berarti unsur-unsur lain seperti kognitif (misalnya pemahaman
konsep) dan afektif (misalnya peraturan serta nilai yang terkandung di dalam cabang
olahraga) diabaikan. Penguasaan suatu keterampilan tidak dapat dicapai dengan mudah,
tetapi diperlukan proses pembelajaran yang cukup panjang. Sugiyanto (1998:315)
menyatakan bahwa “proses belajar keterampilan dibagi dalam 3 fase belajar yaitu: (1) fase
kognitif, (2) fase asosiatif dan (3) fase otonom”. Penjelasan ketiga tahapan tersebut
dirangkum sebagai berikut:
1) Fase kognitif
Dalam fase ini proses belajar diawali dengan berpikir tentang gerakan yang
dipelajari, mahasiswa berusaha mengetahui dan memahami konsep gerakan yang
diberikan kepadanya baik yang bersifat verbal maupun yang bersifat visual artinya
gerakan-gerakan yang diinformasikan dengan kata-kata (yang didengar) maupun yang
diinformasikan melalui demontrasi langsung, informasi tersebut ditangkap oleh indera
yang kemudian diproses dalam mekanisme perseptual, setelah mendapatkan gambaran
tentang gerakan yang dipelajarinya diproses kembali menjadi ke dalam mekanisme
pengambilan keputusan apa yang akan diperbuat, dan kemudian diwujudkan dalam
bentuk rencana gerak dan selanjutnya diproses dalam mekanisme pengerjaan.
Tahap ini mahasiswa menerima informasi tentang konsep gerak, dan berusaha
memahami serta mencoba mengulang-ulang gerakan. Dalam usaha penerapan konsep
gerak tersebut, tidak mustahil mahasiswa banyak mengalami kesalahan, gerakan kaku,
dia meniru contoh gerakan temannya, dan hasil gerakannya tidak konsisten, namun
dengan mempraktikkan gerakan berulang-ulang gerakan demi gerakan, penguasaan
keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat memasuki fase belajar selanjutnya.
2) Fase asosiatif
Setelah tahap pertama dilalui maka belajar atau berlatih beralih ke tahap asosiatif
atau fase menengah. Pada awal tahap ini ditandai dengan pelaksanaan tugas gerak yang
dilakukan oleh mahasiswa semakin efektif dan efisien, artinya kesalahan gerakan
semakin berkurang, pelaksanaan gerakan mulai semakin halus, terkoordinir, tetapi belum
otomatis. Pelaku mulai mampu melakukan gerakan dan menyesuaikan diri dengan
gerakan kekikukan, seperti timing, kecepatan dan kekuatan gerakan. Karena itu dalam
tahap asosiatif ini siswa lebih memusatkan perhatian bagaimana melakukan pola gerak
sebaik-baiknya, dan bukan lagi mencari-cari pola gerak yang akan dilakukannya, namun
tetap melalui gerakan yang berulang-ulang, pelaksanaan gerakan semakin efisien dan
kesalahan-kesalahan semakin berkurang.
Untuk meningkatkan penguasaan gerakan yang benar perlu adanya koreksi dari
pelatih maupun pembina, orang lain atau melalui rekaman gerakan yang dilakukan
mahasiswa sehingga ia dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukannya
melalui repetisi atau pengulangan-pengulangan gerakan yang pada akhirnya mahasiswa
dapat merangkai gerakan secara terpadu.
3) Fase otomatisasi
Setelah seseorang belajar dalam suatu periode tertentu, maka pada akhirnya dia
akan sampai pada tahap otomatisasi. Artinya pelaku mulai melakukan gerak secara
otomatis karena telah latihan gerakan berulang-ulang dengan teratur dan dengan
frekuensi ulangan yang banyak dalam jangka waktu yang relatif lama. Kemampuan
kognitif mulai berkurang karena gerakan yang dilakukan telah dilakukan secara
otomatis, dan hasil gerakan lebih baik dibandingkan dengan tahap-tahap sebelumnya.
Dalam arti lain, keterampilan yang dipelajari dapat ditampilkan secara cermat dan tepat,
serta gerakannya tidak terganggu oleh kegiatan lingkungan yang terjadi secara simultan.
Belajar dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk melakukan proses perubahan
tingkah laku ke arah yang konsisten (menetap) sebagai pengalaman dari interaksi individu
dengan lingkungannya. Pengertian ini mengandung makna bahwa proses belajar ditunjukkan
dengan adanya usaha atau kegiatan tertentu untuk mencapai perubahan pada diri individu.
Proses belajar merupakan satu hubungan yang terus-menerus dan berkesinambungan
antara pembina maupun pelatih dengan mahasiswa. Pengalaman mahasiswa yang
merupakan hasil belajar adalah cerminan dari apa yang diajarkan oleh pembina maupun
pelatih selama proses belajar. Proses belajar memang tidak dapat diamati, tetapi hasil belajar
yang berupa penampilan gerak merupakan perilaku yang dapat diamati secara langsung.
Perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari proses belajar sifatnya relatif
permanen. Adapun yang dimaksud dengan hasil perubahan yang bersifat relatif permanen
diantaranya dalam bentuk yang antara lain mencakup hal-hal seperti pengertian, sikap,
pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan.
Belajar keterampilan motorik akan menghasilkan satu perubahan perilaku yang akan
nampak sebagai hasil, terutama pada perubahan keterampilan. Perubahan individu sebagai
hasil belajar keterampilan motorik antara lain ditandai dengan terjadinya perubahan pada
sistem syaraf dan sistem otot. Pada sistem syaraf, individu akan lebih mengenal terhadap
bentuk-bentuk stimulus yang serupa dengan yang pernah diterima selama proses belajar.
Kondisi tersebut akan memudahkan dan mempercepat individu dalam merespons setiap
stimulus yang sama atau hampir sama. Sedangkan perubahan pada sistem otot diantaranya
akan menjadi lebih kuat, tahan, dan cepat dalam merespons setiap stimulus yang berupa
gerak.
Di dalam proses pembelajaran gerak keterampilan diperlukan adanya kondisi tertentu
yang berbeda dengan kondisi belajar pada jenis belajar yang lain. Ada dua jenis kondisi pada
belajar gerak keterampilan, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal (Gagne, 1985:231).
Kondisi internal adalah kondisi yang ada pada diri mahasiswa, sedangkan kondisi eksternal
adalah kondisi yang ada pada situasi belajar. Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu:
mengingat bagian-bagian keterampilan (recall of part-skills) dan mengingat rangkaian
pelaksanaan (recall of executing routine). Kondisi eksternal meliputi lima hal, yaitu:
instruksi verbal, gambar, demontrasi, praktik, dan umpan balik.
Pembelajaran gerak menurut Piaget dalam Good & Brophy (1990:134) menyatakan
bahawa “Skema Sensor Motorik” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila diberikan
contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan gambaran visual dapat
menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan dan menjadi tambahan kesempatan
dalam praktik dengan umpan balik yang korektif. Latihan merupakan hal yang sangat
penting bagi peserta mahasiswa sebagai umpan balik. Umpan balik dalam belajar
keterampilan gerak bersifat internal selain umpan balik internal ini keterampilan gerak juga
menghasilkan umpan balik eksternal melalui kejadian di lingkungannya. Pada pembelajaran
keterampilan gerak penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila
mahasiswa tidak diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat
mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu tetapi tidak
efisien dan secara potensial tidak produktif.
Dengan adanya perubahan pada sistem syaraf dan sistem otot individu sebagai akibat
dari latihan, maka dalam belajar keterampilan motorik terjadinya perubahan akan lebih
permanen bila dibandingkan dengan belajar yang bukan keterampilan motorik. Artinya,
individu yang pernah belajar satu keterampilan motorik akan membekas lebih lama dari
pada belajar yang non keterampilan motorik. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Good &
Brophy (1990:52) bahwa belajar meningkatkan kemampuan untuk penampilan, perubahan
hasil belajar dapat diamati dari penampilan sebagai kesimpulan bahwa telah terjadi proses
belajar terutama belajar motorik yang peningkatannya melalui latihan. Dengan demikian
hasil belajar yang bersifat motorik (psikomotor) akan membekas lebih lama dari pada hasil
belajar yang bersifat kognitif. Sebab prinsip belajar antara lain (1) berhubungan dengan
suatu hal, (2) prosesnya aktif, (3) tergantung dari usaha dan aktivitas, dan (4) melibatkan
kemauan, intelektual, dan emosional (Annarino, Cowell & Hazelton, 1980:53).
Istilah pembelajaran selalu berkaitan dengan pengertian interaksi belajar mengajar
antara pembina dan pelatih dengan mahasiswa, sehingga dampak dari proses belajar akan
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku pada mahasiswa. Untuk itu, dalam
pengertian pembelajaran mengandung suatu proses belajar mengajar untuk mencapai
perubahan ke arah peningkatan baik yang berupa pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
nilai maupun sikap yang dapat menetap secara relatif permanen sebagai hasil dari latihan.
Adapun ciri-ciri proses pembelajaran, antara lain: (1) ada tujuan yang akan dicapai, (2) ada
bahan (materi) yang menjadi isi dari interaksi, (3) ada metode sebagai cara atau pendekatan
yang digunakan untuk mencapai tujuan, (4) ada situasi yang memungkinkan proses belajar
mengajar berlangsung dengan baik, dan (5) ada evaluasi terhadap proses dan hasil belajar
(Sardiman, 2001:54).
Menurut Nana Sudjana (2000:25) bahwa hakikat belajar mengajar adalah peristiwa
belajar yang terjadi pada mahasiswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar
yang diatur oleh pembina. Asumsi yang melandasi hakikat belajar mengajar tersebut adalah:
(a) proses belajar mengajar yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang
tepat, (b) program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem, (c)
proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan
kegiatan belajar, (d) pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengintegrasian
fungsional antara teori dan praktik serta materi penyampaiannya, (e) pembentukan
kompetensi profesional memerlukan pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas
sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan
aktual, (f) kriteria keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian
penguasaan kompetensi, (g) materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang.
Pembelajaran dalam permainan sepakbola bertujuan agar mahasiswa dapat menguasai
dribble shooting sepakbola. Menurut Sugiyanto (1997:289) bahwa, “keterampilan gerak bisa
diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas gerak tertentu dengan baik.
Semakin baik penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaannya akan semakin efisien”.
Gerakan keterampilan merupakan salah satu kategori gerakan dalam melakukannya
diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh secara keseluruhan atau sebagian tubuh. Gerakan
keterampilan merupakan gerakan yang memenuhi kriteria tertentu. Adang Suherman
(2000:56) menyatakan bahwa, tiga indikator gerak terampil yaitu: (1) efektif artinya sesuai
dengan produk yang diinginkan, (2) efisien artinya sesuai dengan proses yang seharusnya
dilakukan, (3) adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana gerak
tersebut dilakukan.
Menurut Sage dalam Pate, McClenaghan & Rotella (1993:203), bahwa “Gerakan
refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang mengirimkan suatu tanda
sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut-serabut otot”. Biasanya, gerakan-gerakan
ini dikendalikan pada tingkat jaringan syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai
peranan penting dalam olahraga. Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali
yang cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang makin
bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian memperoleh kekuatan untuk
membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar bergerak. Selama penampilan gerakan
sederhana yang terpisah, anak mulai mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima
sensoris dengan penampilan gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan
tingkah laku gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui pengamatan untuk
menggunakan masukan sensoris guna membuat keputusan yang sesuai untuk menghasilkan
respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal masa anak-anak usia 2-8
tahun ditunjukkan oleh pencapaian dan perkembangan yang cepat dari kemampuan gerak
yang semakin kompleks. Pengembangan gerak selama dua tingkatan pertama sangat
tergantung pada proses kematangan sebagai akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu
tergantung pada pengalaman anak-anak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai
peralihan yang cepat dari perkembangan yang berdasarkan pada kematangan menuju suatu
proses yang sangat tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak.
Keterampilan dapat digambarkan sebagai kualitas penampilan seseorang dalam
melakukan tugas gerak fisik. Indikator kualitas yang harus dipenuhi sebagai gerak terampil
yaitu efektif, efisien dan adaptif. Dribble shooting sepakbola merupakan kualitas
penampilan pemain dalam melakukan tugas gerak dribble shooting sepakbola. Untuk dapat
menguasai keterampilan gerak dribble shooting sepakbola dengan baik, harus melalui proses
pembelajaran.
Perlu memilih pendekatan yang tepat dan sesuai dengan tipe gerak dasar mahasiswa,
sehingga pendekatan yang digunakan benar efektif dan efisien dalam merangsang minat
mahasiswa untuk belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga akan berkembang
secara makimal. Pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran bermain
sepakbola, harus dapat menimbulkan rasa senang pada mahasiswa juga memberikan peluang
bagi pembina maupun pelatih dalam memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal
sehingga tidak ada alasan bagi pembina maupun pelatih terhambatnya proses pembelajaran
sepakbola karena faktor kurang memadainya fasilitas dan alat olahraga yang tersedia.
Jenis pendekatan pembelajaran yang juga dapat digunakan untuk pembelajaran dribble
shooting sepakbola, diantaranya yaitu praktik drill dan praktik bermain. Pada penelitian ini
akan dibahas secara lebih lanjut mengenai pembelajaran keterampilan dengan praktik drill
dan praktik bermain.
a. Pendekatan Pembelajaran Drill Untuk Keterampilan Dribble Shooting Sepakbola
Pelaksanaan pembelajaran seorang mahasiswa harus melakukan pengulangan
gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya. Semakin sering atau semakin banyak
mengulang-ulang gerakan yang dipelajari maka akan terjadi otomatisasi gerakan yang
efektif dan efisien.
Pengaturan giliran praktik dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor
penting untuk meningkatkan penguasaan gerakan keterampilan. Dengan keterampilan
yang telah dimilikinya menjadi lebih baik dan otomatis. Oleh karena itu seorang pelatih
maupun pembina harus cermat dan tepat dalam menerapkan program pembelajaran.
Praktik drill merupakan pendekatan pembelajaran yang pelaksanaannya dengan
cara memberikan feeding (umpan) bola sebanyak mungkin pada anak latih, untuk
selanjutnya ditendang ke sasaran. Dalam hal ini mahasiswa melakukan gerakan sesuai
dengan instruksi dari pelatih maupun pembina dengan cara memberikan feeding
(umpan) bola sebanyak mungkin pada anak latih, untuk selanjutnya ditendang ke
sasaran.
Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus menerus sampai batas
waktu yang ditentukan adalah ciri dari praktik drill. Pembelajaran yang dilakukan
secara terus menerus sampai batas waktu yang ditentukan akan berpengaruh terhadap
kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
rangsang cukup berat yang diberikan terhadap sistem aerobik di dalam tubuh. Junusul
Hairy (1989:203) menyatakan bahwa “latihan terus menerus dapat mempertinggi
kapasitas aerobik, karena bentuk latihan tersebut memberikan pembebanan yang cukup
berat terhadap sistem aerobik, sehingga dipergunakan untuk meningkatkan kesegaran
aerobik”. Pendapat lain dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifudin (1996:142),
“Metode terus menerus dapat meningkatkan daya tahan keseluruhan dan peningkatan
perlawanan terhadap kelelahan”.
Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa, pendekatan pembelajaran
praktik drill pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan.
Disamping itu juga dengan latihan secara terus menerus akan meningkatkan
kemampuan mengontrol gerakan pada waktu melakukan pembelajaran dan akan
merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk
membantu mencapai prestasi yang lebih baik.
1) Pelaksanaan pembelajaran keterampilan dribble shooting sepakbola dengan praktik
drill
Pelaksanan dribble shooting sepakbola dengan pendekatan pembelajaran
praktik drill yaitu mahasiswa diintruksikan melakukan keterampilan dribble
shooting sepakbola secara berulang–ulang dan terus menerus sampai batas waktu
yang ditentukan. Mahasiswa tidak diberi kesempatan untuk istirahat sampai batas
waktu yang telah dijadualkan.
Dengan melakukan gerakan yang berulang–ulang dan terus menerus sampai
batas waktu yang ditentukan maka dengan sendirinya akan terjadi perbaikan kualitas
sistem syaraf, yang mengarah pada perbaikan pola gerakan keterampilan dribble
shooting sepakbola. Seperti yang dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip
Syarifudin (1996:142) menyatakan ”Metode terus menerus meningkatkan self
control atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan yang melelahkan, dan
kemampuan untuk merangsang kelompok otot yang memegang peranan penting
dalam pelaksanaan cabang olahraga”.
2) Sistem memori dalam pendekatan pembelajaran praktik drill
Pendekatan pembelajaran praktik drill merupakan bentuk pembelajaran yang
dilakukan secara terus menerus sampai batas waktu yang ditentukan. Dalam hai ini
mahasiswa melakukan keterampilan sepakbola secara terus menerus sesuai dengan
program yang telah dijadualkan. Dengan melakukan keterampilan sepakbola secara
berulang-ulang, maka akan menguatkan respon.
Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, pembelajaran dribble
shooting sepakbola dengan praktik drill termasuk sistem memori jangka panjang
atau long term memory. Dalam hal ini Rusli Lutan (1988:170) berpendapat bahwa :
Tujuan latihan teknik dalam olahraga ialah untuk menguasai
keterampilan secara efisien dan keterampilan itu melekat selama waktu
tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan konsep memori jangka panjang, karena
dalam banyak hal pengembangan memori jangka panjang merupakan tujuan
akhir dari proses mengajar atau belajar dalam keterampilan motorik. Dalam
keadaan informasi itu melekat, maka pada suatu ketika bisa terjadi memori itu
melemah yang berarti informasi dalam jagka panjang itu semakin hilang.
Selain itu, dengan latihan atau pengulangan maka semakin meningkat jumlah
asosiasi dalam informasi yang telah dipelajari (misalnya semakin meningkat
kebermaknaannya).
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran dribble
shooting sepakbola yang dilakukan secara terus menerus sampai batas waktu yang
ditentukan, maka suatu keterampilan akan dikuasai dengan baik. Keterampilan yang
dilakukan secara terus menerus akan tersimpan di dalam memori, sehingga
mahasiswa akan memiliki konsep gerakan dribble shooting sepakbola yang
konsisten. Pada waktu lain, keterampilan yang dikuasai tidak akan mudah hilang.
Jika tidak ditunjang dengan latihan lambat laun keterampilan yang dimiliki akan
menurun.
b. Pendekatan Pembelajaran Bermain Untuk Keterampilan Dribble Shooting
Sepakbola
Pendekatan pembelajaran praktik bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
lebih menekankan pada fungsi teknik. Pendekatan pembelajaran praktik bermain
merupakan kerangka konseptual tentang interaksi belajar mengajar yang disusun secara
sistematis dan dirancang untuk membantu tercapainya tujuan latihan.
1) Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Dribble Shooting Sepakbola dengan
Pendekatan Praktik Bermain
Pendekatan pembelajaran praktik bermain dapat juga diterapkan untuk
meningkatkan keterampilan dribble shooting sepakbola. Di dalam pelaksanaannya,
yaitu mahasiswa melakukan gerakan keterampilan dribble shooting sepakbola
dalam memainkan dan menembakkan bola ke arah gawang lawan dalam berbagai
posisi dan semua situasi dan kondisi permainan dengan cepat, tepat, cermat, dan
sistematik agar tidak membuang energi dan waktu sesuai dengan harapan yang
diinginkan instruksi dari pelatih maupun pembina sehingga akan tumbuh pemain
yang berkepribadian, sportif, memiliki moral, kepercayaan diri dan keberanian
dalam permainannya.
Menurut Luxbacher (2004:1) “Pengembangan keterampilan bermain pada
dasarnya dapat dilakukan melalui jenis permainan yang memanfaatkan sebuah bola
atau lebih”. Bagi seorang pemain sepakbola akan mampu melakukan taktik
permainan, mampu membaca permainan lawan, dan mampu mengikuti
perkembangan teknik dengan baik. Pelatih maupun pembina dapat memberikan
koreksi, dan dapat digunakan untuk relaksasi. Dengan demikian kondisi mahasiswa
akan pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati kesalahan pada saat
melakukan permainan sepakbola, sehingga pada kesempatan berikutnya kesalahan
tersebut tidak diulangi lagi.
2) Sistem Memori dalam Pendekatan Pembelajaran Praktik Bermain
Pendekatan pembelajaran praktik bermain merupakan bentuk pembelajaran
yang dilakukan sesuai dengan situasi permainan yang sebenarnya, karena situasi
sesungguhnya sangat baik untuk perkembangan keterampilan gerak.
Pembelajaran dribble shooting sepakbola dengan pendekatan pembelajaran
praktik bermain termasuk sistem memori jangka pendek atau short term memory.
Short term memory merupakan suatu pemrosesan informasi yang diterima dalam
waktu singkat dan dapat hilang dengan cepat pula karena lamanya waktu. Menurut
hasil penafsiran Sperling yang dikutip Rusli Lutan (1988:164) bahwa: (1)
Penyimpanan sensori jangka pendek mampu untuk menyimpan semua informasi
yang dihadirkan ke dalamnya (karena subjek dapat mengingatkan kembali huruf
jika suara dibunyikan dengan segera). (2) Penyimpanan sensori jangka pendek itu
kehilangan informasi dengan cepat seiring dengan lamanya waktu.
Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pendekatan
pembelajaran dribble shooting sepakbola dengan praktik bermain yaitu mahasiswa
akan mengingat gerakan sepakbola pada saat melakukan gerakan tersebut.
5. Koordinasi Mata-Kaki
Koordinasi mata-kaki merupakan salah satu kemampuan fisik yang sangat berpengaruh
dalam permainan sepakbola. Banyak gerakan-gerakan dalam sepakbola yang memerlukan
koordinasi dan salah satu koordinasi tersebut adalah koordinasi mata-kaki. Koordinasi tersebut
merupakan dasar untuk mencapai suatu keterampilan yang tinggi dalam bermain sepakbola.
Menurut Suharno HP (1993:61) “koordinasi adalah kemampuan pemain untuk merangkaikan
beberapa unsur gerak menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras”. Selanjutnya Mochamad
Sajoto (1995:17) bahwa “koordinasi adalah kemampuan pemain untuk merangkaikan beberapa
gerakan ke dalam satu pola gerakan yang selaras dan efektif sesuai dengan tujuannya”. Dari
uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa koordinasi mata-kaki adalah kemampuan pemain
dalam mengintegrasikan antara mata (pandangan) dengan gerakan kaki secara efektif.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi Mata-Kaki
Faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi menurut Suharno HP (1993:62)
antara lain:
1. Pengaturan syaraf pusat dan tepi. Hal ini berdasar pembawaan pemain dan hasil dari
latihan-latihan.
2. Tergantung tonus dan elaktisitas otot yang melakukan gerakan.
3. Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan dan kelentukan pemain.
4. Baik dan tidaknya koordinasi kerja syaraf, otot dan indera.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa kemampuan koordinasi
seorang pemain dipengaruhi oleh pembawaan dan unsur-unsur kondisi fisik seperti
kelincahan, kelentukan, keseimbangan. Dengan demikian latihan untuk mengembangkan
unsur-unsur kondisi fisik tersebut, secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan
koordinasi pula.
Hal penting yang berpengaruh terhadap kemampuan koordinasi adalah latihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan koordinasi tersebut dapat diciptakan dan
diupayakan melalui latihan secara sistematis, teratur dan kontinyu. Dengan latihan yang
dilakukan secara berulang-ulang gerakan yang memerlukan koordinasi akan dapat
dilakukan dengan mudah bahkan dapat menjadi gerakan yang otomatis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hamidsyah Noer (1996:8) “dengan pengulangan suatu gerakan yang
dilakukan secara terus menerus maka akhirnya gerakan tersebut menjadi gerakan yang
otomatis”. Menurut pendapat Harsono (1988:102) yaitu:
“Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan
(repetition) yang konstan maka organisasi-organisasi, mekanisme neuro
physiologis kita akan bertambah baik, gerakan-gerakan yang semula sukar
dilakukan lama kelamaan akan menjadi gerakan yang otomatis dan reflektif, yang
makin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf sebelum melakukan
latihan-latihan”.
b. Hakikat Koordinasi Mata-Kaki
Inti dari aktivitas olahraga adalah gerak manusia itu sendiri. pemain bergerak untuk
melempar, berlari, menendang, menggiring. Tetapi gerak manusia dalam olahraga
merupakan gerak yang dilakukan secara terencana dan terorganisir. Pelaksanaan gerak
secara efektif dan efisien hanya dimungkinkan bila gerakan-gerakan dilakukan dapat
dikoordinir dengan baik.
Tingkat koordinasi pemain tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu
gerakan secara mulus, tepat dan efisien (Harsono, 1988:220). Seorang pemain dengan
koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara
sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan yang masih
baru baginya. Dia juga dapat mengubah dan berpindah secara cepat.
Dari pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efisien. Keterampilannya
sendiri bisa melibatkan koordinasi mata-kaki (foot eye coordination). Koordinasi mata-
kaki berkaitan dengan proses informasi untuk menghasilkan suatu gerakan. Infomasi
yang diperoleh sebagai stimulus melalui mata, kemudian direspon dan diproses
menghasilkan suatu gerakan berdasarkan informasi yang pada akhirnya menghasilkan
suatu gerakan kaki.
c. Peranan Koordinasi Mata-Kaki Terhadap Dribble Shooting Sepakbola
Dalam permainan sepakbola, koordinasi mata-kaki diperlukan karena akan sangat
menunjang untuk menguasai jalannya permainan, koordinasi mata-kaki merupakan dasar
untuk mencapai keterampilan yang tinggi dalam menendang, mengontrol dan menggiring
bola.
Dribble shooting sepakbola merupakan gerakan yang cukup komplek karena
dribble shooting sepakbola merupakan gabungan dari berbagai unsur seperti gerakan
berlari, mengontrol, menyentuh bola serta melihat situasi di lapangan. Dribble shooting
sepakbola merupakan kemampuan menggiring dan menembak bola ke gawang dengan
kaki. Pemain juga dituntut untuk mengintegrasikan gerakan mendorong, mengontrol,
menggiring dan menembak bola ke arah gawang serta harus memiliki koordinasi mata-
kaki yang baik. Dengan mempunyai koordinasi mata-kaki yang baik, maka seorang
pemain akan dapat melakukan dribble shooting sepakbola dengan baik pula.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai pendekatan pembelajaran sudah banyak dilakukan, beberapa hasil
temuan penelitian yang menarik dan memiliki relevansi yang dekat dengan penelitian ini, akan
diungkap kembali sebagai berikut:
1. Suharta, A. (1997) meneliti tentang pengaruh pendekatan mengajar dan kemampuan awal
terhadap hasil belajar servis bolavoli, yang menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi lebih tepat dipakai dengan pendekatan mengajar langsung.
Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah lebih tepat dipakai dengan
pendekatan mengajar tidak langsung dalam belajar servis bolavoli.
2. Samijo, E.R. (2007) meneliti tentang perbedaan pengaruh metode mengajar dan koordinasi
mata-tangan terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli mini, yang menyimpulkan
bahwa ada perbedaan pengaruh antara metode mengajar dan koordinasi mata-tangan terhadap
keterampilan teknik dasar bermain bolavoli mini.
3. Sugiyono (2007) meneliti tentang perbedaan pengaruh strategi pembelajaran dan kemampuan
motorik terhadap hasil jump shot bolabasket, yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh
strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung, kemampuan motorik terhadap hasil jump
shot bolabasket.
4. M. Furqon H. (1991) menyatakan bahwa, metode latihan lari cepat akselerasi (acceleration
sprint) dan lari cepat hollow (hollow sprint) berpengaruh terhadap kecepatan lari. Metode
latihan lari cepat hollow (hollow sprint) memiliki pengaruh yang lebih baik dan pada lari
cepat akselerasi (acceleration sprint) terhadap peningkatan prestasi lari cepat. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa acceleration sprint cukup efektif untuk
meningkatkan kecepatan lari.
5. Pomo Warih Adi (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat kemampuan gerak
dasar berpengaruh terhadap hasil pembelajaran keterampilan teknik dasar bermain sepakbola.
Siswa yang memiliki tingkat kemampuan gerak dasar tinggi memiliki peningkatan hasil
pembelajaran keterampilan teknik dasar bermain sepakbola yang lebik baik dibandingkan
siswa yang memiliki tingkat kemampuan gerak dasar rendah.
C. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan pengaruh antara praktik drill dan praktik bermain terhadap peningkatan
dribble shooting sepakbola.
Penyampaian suatu materi perkuliahan dengan pendekatan yang berbeda akan
memungkinkan hasil yang tidak sama. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan mahasiswa
secara fisik dan mental yang berbeda pula sehingga motivasi belajar yang ditimbulkan juga
tidak sama. Pada praktik drill, latihan yang diberikan berorientasi pada kemampuan
penguasaan teknik dribble shooting sepakbola. Artinya, bahwa penekanan latihan cenderung
pada peningkatan kemampuan menggiring dan menendang bola secara terus menerus pada
setiap sesi latihan sampai batas waktu yang ditetapkan. Keuntungan dari praktik drill adalah
mahasiswa dapat meningkatkan otomatisasi gerak dengan cepat, sedangkan kelemahan dari
praktik drill adalah memungkinkan mahasiswa mengalami kebosanan sebagai akibat dari
kelelahan selama latihan berlangsung.
Sedangkan praktik bermain pada pengaplikasian di lapangan, terutama pada penekanan
secara fisik dan mental. Kelebihan praktik bermain adalah peluang untuk pengayaan
keterampilan gerak teknik yang dilatihkan pada mahasiswa akan lebih mudah adaptasi pada
situasi permainan sepakbola yang sebenarnya. Pada praktik bermain, latihan yang diberikan
berorientasi pada penerapan teknik dribble shooting sepakbola. Dengan demikian,
mahasiswa langsung dapat mengembangkan teknik yang diajarkan sesuai dengan
lingkungan permainan.
Dari uraian di atas dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang ada pada
masing-masing pendekatan pembelajaran, maka dapat diduga bahwa antara praktik drill dan
praktik bermain akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap dribble shooting
sepakbola.
2. Perbedaan peningkatan dribble shooting sepakbola antara mahasiswa yang memiliki
koordinasi mata-kaki baik, sedang dan kurang.
Koordinasi adalah kemampuan mahasiswa untuk merangkaikan beberapa unsur gerak
menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras dan dapat disebut juga sebagai bagian penting
dari semua gerakan aktivitas olahraga. Koordinasi mata-kaki yang dimiliki oleh setiap
mahasiswa tidak semuanya sama, ada yang baik, sedang dan ada pula yang kurang. Baik,
sedang dan kurangnya koordinasi mata-kaki yang dimiliki oleh seorang mahasiswa tentunya
akan berpengaruh terhadap keterampilan pemain yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan
koordinasi mata-kaki merupakan salah satu unsur yang dominan dalam gerakan-gerakan
yang memerlukan tingkat eksplosifitas tinggi.
Dari uraian tersebut di atas, dapat diduga bahwa perbedaan koordinasi mata-kaki yang
baik, sedang dan kurang dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan
dribble shooting sepakbola.
3. Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-kaki
terhadap peningkatan dribble shooting sepakbola.
Peningkatan dribble shooting sepakbola yaitu peningkatan menggiring dan menembak
bola ke arah gawang terhadap permainan sepakbola yang ditekuni dengan hasil yang baik.
Dalam melatih dan meningkatkan dribble shooting sepakbola, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, salah satu diantaranya adalah penerapan pendekatan pembelajaran.
Kecermatan dan ketepatan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting untuk memperoleh peningkatan dribble shooting sepakbola yang lebih
baik, maka latihan yang diterapkan harus mempunyai ciri-ciri latihan eksplosif power.
Latihan eksplosifitas dapat memperbaiki kecepatan, pengembangan tenaga dan keduanya itu
sangat diperlukan untuk menunjang prestasi yang lebih baik. Hal ini dapat membawa
pemikiran bahwa perlunya pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk
meningkatkan dribble shooting sepakbola yang tentunya disesuaikan dengan koordinasi
mata-kaki mahasiswa.
Pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan dribble shooting
sepakbola mahasiswa diantaranya adalah praktik drill dan praktik bermain. Kedua macam
bentuk pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif dan variasi latihan
untuk mengembangkan dan meningkatkan dribble shooting sepakbola.
Bagi mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki yang kurang penerapan praktik
drill kurang menguntungkan. Koordinasi mata-kaki yang kurang, mahasiswa akan sulit
beradaptasi dengan membutuhkan koordinasi mata-kaki yang baik. Praktik bermain lebih
tepat digunakan bagi mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki yang kurang untuk
menguasai dribble shooting sepakbola. Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diduga
terdapat hubungan antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-kaki terhadap
peningkatan dribble shooting sepakbola.
D. Pengajuan Hipotesis
Bertolak pada kerangka pemikiran yang mengacu pada jawaban sementara, maka
hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh antara praktik drill dan praktik bermain terhadap peningkatan
dribble shooting sepakbola.
2. Ada perbedaan peningkatan dribble shooting sepakbola antara mahasiswa yang memiliki
koordinasi mata-kaki baik, sedang dan kurang.
3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-kaki terhadap
peningkatan dribble shooting sepakbola.