7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bank
2.1.1. Pengertian Bank
Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di setiap
negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan,
jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam
mengembangkan usahanya.
Menurut Kasmir (2010:7) menyatakan “Bank merupakan lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.
Sedangkan menurut Abdullah dan Tantri (2014:3) menyatakan “Bank sebagai
suatu badan yang tugas utamanya menghimpun uang dan sebagai perantara untuk
menyalurkan penawaran dan permintaan kredit kepada pihak ketiga pada waktu
tertentu”.
2.1.2. Kegiatan Bank
Menurut Kasmir (2010:9) aktivitas atau kegiatan bank dapat dijelaskan secara
luas, antara lain:
1. Penghimpun Dana
Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dalam hal ini
bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat.
8
Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan
uangnya. Kemudian untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga
dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan melakukan
transaksi pembayaran. Untuk memenuhi tujuan diatas, baik untuk mengamankan
uang maupun untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut
dengan simpanan. Jenis simpanan yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari
bank yang bersangkutan. Secara umum, jenis simpanan yang ada di bank adalah
terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan bunga (saving deposit) dan
simpanan deposito (time deposit).
2. Penyaluran Dana
Menyalurkan dana (lending) ke masyarakat, dalam hal ini bank memberikan
pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Dengan kata lain, bank menyediakan dana bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi
dalam berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah. Sebelum kredit diberikan
bank terlebih dahulu menilai apakah kredit tersebut layak diberikan atau tidak.
Penilaian ini dilakukan agar bank terhindar dari kerugian kerugian akibat tidak dapat
dikembalikannya pinjaman yang disalurkan bank dengan berbagai sebab. Jenis kredit
yang biasa diberikan oleh bank adalah kredit investasi, kredit modal kerja, atau kredit
perdagangan.
3. Pelayanan Jasa
Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) seperti pengiriman uang (transfer),
penagih surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan
surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of
9
credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes, travelers cheque, dan jasa
lainnya. Jasa-jasa bank lainnya ini merupakan jasa pendukung dari kegiatan pokok
bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana.
2.2. Laporan Keuangan
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan
berikut dikemukakan beberapa pengertian mengenai laporan keuangan, antara lain:
Menurut Kasmir (2012:7) “Laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu”.
Menurut Fahmi (2014:22) “Laporan keuangan merupakan suatu informasi
yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi
tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan tersebut”.
Menurut Hery (2012:3) “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Menurut Ariefiansyah dan Utami (2013:3) “Laporan keuangan merupakan
catatan keuangan mengenai aktivitas perusahaan atau organisasi selama kurun waktu
tertentu (satu periode akuntansi atau satu tahun) yang memperlihatkan kondisi pada
kurun waktu tersebut dan dipergunakan sebagai informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan”.
10
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah hasil dari proses akuntansi yang berisi data-data keuangan. Data-data
keuangan ini digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Dalam praktiknya, laporan keuangan dalam suatu perusahaan tidak dibuat
secara sembarangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau
standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca
dan dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi
manajemen dan pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan
keuangan.
Menurut Kasmir (2012:7) “Bagi suatu perusahaan, penyajian laporan
keuangan secara khusus merupakan salah satu tanggung jawab manajemen keuangan.
Hal ini sesuai dengan fungsi manajer keuangan, yaitu:
1. Merencanakan.
2. Mencari.
3. Memanfaatkan dana-dana perusahaan.
4. Memaksimalkan nilai perusahaan.
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang
diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan
keuangan seperti:
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal
11
4. Laporan catatan atau laporan keuangan
5. Laporan Kas
Masing-masing laporan memiliki komponen keuangan tersendiri, tujuan, dan
maksud tersendiri. Neraca merupakan laporan yang menunjukan jumlah aktiva
(harta), kewajiban (hutang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat
tertentu.
2.2.2. Jenis Laporan Keuangan
Ada berbagai jenis laporan keuangan yang dibuat oleh suatu perusahaan.
Laporan keuangan yang sering dibuat dan disajikan perusahaan diantaranya adalah
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, catatan atas
laporan keuangan dan lain-lain. Berikut jenis-jenis laporan keuangan menurut
Munawir (2010:13):
1. Neraca
Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen
yang ada di neraca. Secara lengkap informasi yang disajikan dalam neraca meliputi:
1. Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki;
2. Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva;
3. Jenis-jenis kewajiban atau hutang (liability);
4. Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban;
5. Jenis-jenis modal (equity);
6. Jumlah rupiah masing-masing jenis modal;
12
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menunjukan
posisi laporan keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada
waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun
financial atau tahun kalender, sehingga neraca disebut dengan balance sheet. Neraca
terbagi atas tiga bagian yaitu:
a. Aktiva
Aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja,
tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan
(deffered charges) atau biaya masih harus dialokasikan pada penghasilan yang
akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible assets)
misalnya goodwill, hak patent, hak menerbitkan dan sebagainya.
b. Hutang
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak
lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau
modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
c. Modal
Hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan.
Atau kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-
hutangnya.
13
2. Laporan Laba Rugi
Laporan tentang kinerja atau kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan. Laporan ini menyajikan seluruh pendapatan dan beban (pengeluaran)
perusahaan selama satu periode akuntansi.
3. Laporan perubahan modal
Laporan perubahan modal merupakan suatu daftar yang dicatat secara
sistematis, yang menjelaskan perubahan modal setelah perusahaan melakukan
kegiatannya selama periode tertentu.
4. Laporan arus kas
Laporan yang melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari
suatu perusahaan selama satu periode.
2.2.3. Karakteristik Informasi Keuangan
Informasi keuangan (laporan keuangan) dapat bermanfaat bagi pemakainya
apabila disusun dan dilaporkan secara objektif. Agar informasi akuntansi itu objektif
maka harus memenuhi karakteristik kualitatif, yang merupakan ciri khas dalam
membuat informasi laporan keuangan yang berguna bagi para pemakai. Empat
karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan menurut Standar Akuntansi
Keuangan (2012:5) yaitu:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang di tamping dalam laporan keuangan adalah
kemudahan untuk segera di pahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai di
asumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan
14
bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimaksudkan dalam
laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa
informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat di pahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan
kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau
mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Relevansi informasi di pengaruhi
pula oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi di pandang material apabila kelalain
tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar
laporan keuangan.
3. Keandalaan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (realible). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang
seharusnya di sajikan atau yang secara wajar di harapkan dapat di sajikan. Jika
informasi dimaksud untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain
yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai
dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesenjangan untuk tidak mengungkapkan
15
mengakibatkan Informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karna itu tidak
dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai
juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antara perusahaan untuk
mengevaluasi posisi laporan keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relative. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan atas
dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk
perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang
berbeda.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah
bahwa pemakai harus mendapatkan informasi tentang kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta
pengaruh perubahan tersebut. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu
pencapaian daya banding.
2.2.4. Tujuan Laporan Keuangan
Hasil akhir dari suatu proses akuntansi adalah laporan keuangan yang
merupakan cerminan dari prestasi manajemen perusahaan pada suatu periode tertentu.
Selain digunakan sebagai alat pertanggung jawaban, laporan keuangan diperlukan
sebagai dasar dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi.
16
Menurut Kasmir (2012:10) “Tujuan laporan keuangan disusun guna
memenuhi kepentingan berbagai pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki
kepentingan terhadap perusahaan”.
Tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
8. Informasi keuangan lainnya.
Menurut Munawir (2010:30) Laporan keuangan akan dapat digunakan oleh
manajemen untuk:
1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
17
2. Untuk menentukan atau mengukur efesiensi tiap-tiap bagian, proses atau
produksi serta untuk menentukan derajad keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan.
3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi
wewenang dan tanggung jawab.
4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur
yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan
perusahaan saat ini untuk memperkirakan hasil operasi arus kas dimasa depan. Jadi
dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui
kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak
hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang
posisi keuangan perusahaan saat ini.
2.2.5. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun
perkembangan suatu perusahaan menurut Munawir (2010:2) adalah:
1. Pemilik Perusahaan
Sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya, terutama
untuk perusahaan yang pimpinannya diserahkan kepada orang lain seperti perseroan,
karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses
tidaknya manager dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manager
biasanya dinilai atau diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan. Karena hasil-
18
hasil stabilitas serta kontinuitas atau kelangsungan perusahaannya tergantung dari
cara kerja atau efisiensi manajemennya, maka jika hasil-hasil yang dicapai oleh
manajemennya tidak memuaskan maka para pemilik perusahaan dalam hal ini
pemegang saham mungkin akan mengganti manajemennya atau bahkan menjual
saham-sahamnya yang dimiliki tersebut.
Keputusan untuk mengganti manajemen, mempertahankan saham yang
dimiliki atau menjual saham-sahamnya akan tergantung dari hasil analisa mereka
terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Dengan kata lain laporan keuangan
diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai, dan
untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang
sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan
saham yang dimilikinya.
2. Manager atau Pimpinan Perusahaan
Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya periode yang baru, lalu
akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya
dan menentukan kebijaksanaan yang lebih tepat. Bagi management yang penting
adalah bahwa laba yang dicapai cukup tinggi, cara kerja yang efisien, aktiva aman
dan terjaga baik, struktur permodalan sehat dan bahwa perusahaan mempunyai
rencana yang baik menegenai masa yang akan mendatang, baik di bidang keuangan
maupun di bidang operasi.
Tetapi yang terpenting bagi management adalah bahwa laporan keuangan
tersebut merupakan alat untuk mempertanggung jawabkan kepada para pemilik
perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Pertanggung jawaban
19
pimpinan perusahaan itu dituangkan dalam bentuk laporan keuangan hanyalah sampai
pada penyajian secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha dalam suatu periode
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang dilaksanakan secara konsisten.
Dalam hubungannya dengan analisa laporan keungan tersebut manager
merupakan “orang dalam” yang dapat menggunakan data keuangan yang ada di
dalam perusahaan, dan hasil analisa sepenuhnya untuk kepentingan perusahaan yang
bersangkutan. Oleh karena itu analisa yang dilakukan oleh management tersebut
disebut “analisa intern”.
3. Investor
Para investor (penanam modal jangka panjang), bankers maupun para kreditur
lainnya sangat berkepentingan atau memerlukan laporan keuangan perusahaan
dimana mereka ini menanamkan modalnya. Mereka ini berkepentingan terhadap
prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya,
untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau
kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Dari hasil analisa tersebut para
investor, bankers dan para kreditur lainnya akan dapat menentukan langkah yang
harus ditempuhnya.
Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan dalam
rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan
mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau “rate of
return” yang cukup baik
20
4. Kreditur dan Bankers
Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan
kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari
perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau keadaaan keuangan perusahaan peminta
kredit akan dapat diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan perusahaan
tersebut. Hal ini akan dilakukan baik oleh kreditur jangka pendek maupun kreditur
jangka panjang.
Kreditur jangka panjang disamping ingin mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar hutangnya dan beban-beban bunganya, juga untuk mengetahui
apakah kredit yang akan diberikan itu cukup mendapat jaminan dari perusahaan
tersebut, yang digambarkan atau terlihat pada kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Para kreditur, bankers ataupun para calon investor merupakan “orang luar”
dari perusahaan sehingga mereka dalam mengadakan analisa laporan keuangan
terbatas datanya, yaitu hanya atas dasar laporan-laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh perusahaan tersebut. Hasil analisa yang diperoleh semata-mata
untuk kepentingan dirinya sendiri atau pihak lain di luar perusahaan. Berhubung
dengan itu analisa yang dilakukan oleh kreditur, bankers, ataupun investor disebut
“analisa extern”
5. Supplier
Dimana laporan keuangan sangat diperlukan untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan, sehingga para supplier dapat mengambil keputusan apakah perlu
21
memberikan produk, barang atau jasa yang dijualnya kepada perusahaan tersebut
dengan pembayaran non cash.
6. Analisis Akademis dan Pusat Data Bisnis
Laporan keuangan sangat berguna untuk bahan analisis terhadap kebijakan-
kebijakan dan perilaku-perilaku perusahaan dalam lingkungan bisnis dimana hal ini
sangat berguna bagi ilmu pengetahuan dan komoditi informasi.
7. Pemerintah
Dimana perusahaan tersebut berdomisili, pemerintah wajib mengetahui
laporan keuangan perusahaan tersebut disamping untuk menentukan besarnya pajak
yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan oleh Biro Pusat
Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar
perencanaan pemerintah. Buruh yang biasanya diwakili oleh organisasinya akan
berusaha untuk memperoleh tingkat upah yang layak dan terselenggaranya jaminan
sosial yang lebih baik.
Dengan melihat laporan keuangan dimana mereka bekerja, maka akan
mengetahui kemampuan perusahaan untuk memberikan upah dan jaminan sosial yang
lebih baik tersebut. Di samping itu dengan melihat perkembangan keuangan dan
hasil-hasil operasinya, para buruh akan dapat menentukan langkah-langkah yang
harus dilakukan sehubungan dengan kelangsungan kerjanya.
Laporan keuangan akan lebih penting lagi bagi buruh terutama untuk
perusahaan yang biasa memberikan bonus atau premi tiap-tiap akhir periode. Karena
dengan laporan keuangan tersebut akan dapat dinilai apakah pemberian bonus atau
22
premi tersebut sudah cukup layak dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang
dicapai perusahaan pada periode yang bersangkutan.
Disamping pihak-pihak tersebut diatas masih banyak lagi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan misalnya: Organisasi
Perusahaan Sejenis, Bursa Effek atau Pasar Uang dan Modal. Jadi melalui laporan
keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi daripada aktivanya, keefektifan
penggunaan aktiva, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban-beban
tetap yang harus dibayar, serta nilai-nilai buku tiap lembar saham perusahaan yang
bersangkutan.
2.3. Rasio Keuangan
2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan laporan yang menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Berikut pengertian
tentang rasio keuangan:
Menurut James C Van Home dalam Kasmir (2012:104) “Rasio keuangan
merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan”. Dari hasil rasio keuangan
ini akan kelihatan kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
23
2.3.2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2010:31) dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan
dan kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian
oleh penganalisa adalah:
1. Likuiditas
Likuiditas, adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang
mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan
tersebut dalam keadaan “likuid”, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi
kewajiban keuangannya tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai
alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya
atau hutang jangka pendek. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera
memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan “illikuid”. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan atau kreditur dinamakan
“likuiditas badan usaha”. Sedangkan yang berhubung dengan pihak intern atau proses
produksi dinamakan “likuiditas perusahaan”.
2. Solvabilitas
Solvabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan
solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup
24
untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak
cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan insolvable.
3. Rentabilitas atau Profitability
Rentabilitas atau profitability: adalah menunjukan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan
diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya
secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui
dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan
jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
4. Stabilitas Usaha
Stabilitas usaha adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang hutangnya dan akhirnya
membayar kembali hutang-hutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan
perusahaan untuk membayar dividend secara teratur kepada para pemegang saham
tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
2.4. Rasio Solvabilitas
2.4.1. Pengertian Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2012:151) menyatakan “Rasio Solvabilitas atau leverage
ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang”.
25
Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya.
Sedangkan menurut Munawir (2010:32) “Solvabilitas adalah menunjukan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan
tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang”.
Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai
aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya,
sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah
hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvable.
2.4.2. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas
Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun semua
kebijakan ini tergantung dari tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio
solvabilitas menurut Kasmir (2012:153) yakni:
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lainnya (kreditor).
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
26
4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva.
6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian
kalinya modal sendiri yang dimiliki.
8. Dan tujuan lainnya.
Sementara itu, manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio menurut Kasmir
(2012:154) adalah:
1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lainnya.
2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada
terdapat sekian kalinya modal sendiri.
27
8. Dan manfaat lainnya.
2.4.3. Keuntungan Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2012:113) keuntungan dengan mengetahui rasio ini adalah:
1. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada
pihak lainnya.
2. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap.
3. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan
modal.
4. Guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depannya.
2.4.4. Implikasi Penggunaan dan Pendekatan Rasio Solvabilitas
Menurut Fred Weston dalam Kasmir (2012:152) rasio solvabilitas memiliki
beberapa implikasi yakni:
1. Kreditor mengharapkan ekuitas (dana yang disediakan pemilik) sebagai
marjin keamanan. Artinya jika pemilik memiliki dana yang kecil sebagai
modal, resiko bisnis terbesar akan ditanggung oleh kreditor.
2. Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat, berupa
tetap dipertahankannya penguasaan atau pengendalian perusahaan.
3. Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari dana yang dipinjamkannya
dibandingkan dengan bunga yang harus dibayarnya, pengembalian kepada
pemilik diperbesar.
28
Sedangkan pengukuran rasio solvabilitas atau leverage ratio menurut Kasmir
(2012:153), dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:
1. Mengukur rasio-rasio neraca dan sejauh mana pinjaman digunakan untuk
permodalan.
2. Melalui pendekatan rasio-rasio laba rugi.
2.5. Capital Adequacy Ratio
2.5.1. Pengertian Capital Adequacy Ratio
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan
modal Capital Adequacy Ratio yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang
harus selalu dipertahankan dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko atau secara
sistematis.
Menurut Wardiah (2013:295) Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan
modal bank atau kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian dalam perkreditan atau perdagangan surat-surat berharga.
Capital Adequacy Ratio menurut standar BIS (Bank for International Settlements)
nomor 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
minimal sebesar 8%. Jika kurang dari itu akan dikenakan sanksi oleh Bank Sentral
disamping diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank, juga akan
dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank. Jika modal rata-
rata suatu bank lebih baik dari bank lainnya maka bank bersangkutan akan lebih baik
solvabilitasnya.
29
Menurut Hasibuan (2011:58) ketetapan Capital Adequacy Ratio sebesar 8%
bertujuan untuk:
1. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan.
2. Melindungi dana pihak ketiga pada bank bersangkutan.
3. Untuk memenuhi ketetapan standar BIS (Bank for International Settlements)
Perbankan International dengan formula sebagai berikut:
a. 4% modal inti yang terdiri dari shareholder equity, preferred stock, dan
freereserves.
b. 4% modal sekunder yang terdiri dari subordinate debt, loan loss provision,
hybrid securities, dan revoluation reserves.
Berikut rumus Capital Adequacy Ratio:
2.5.2. Modal Inti dan Modal Pelengkap
Pengertian modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia
menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 dalam Wardiah (2013:247) terdiri atas modal
inti dan modal pelengkap dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Modal Inti
Modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan yang dibentuk dari laba
setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak. Secara terperinci,
modal inti dapat berupa:
Modal
Capital Adequacy Ratio = X100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
30
a. Modal disetor.
b. Agio saham.
c. Modal sumbangan.
d. Cadangan umum.
e. Cadangan tujuan.
f. Laba yang ditahan.
g. Laba tahun lalu.
h. Laba tahun berjalan. Apabila pada tahun berjalan bank mengalami kerugian,
seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti dan
dikurangi dengan:
1. Goodwill yang ada dalam pembukuan bank.
2. Kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dan jumlah
yang seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
2. Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari
laba setelah pajak, serta pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal.
Secara terperinci, modal pelengkap dapat berupa:
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap.
b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif.
c. Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang
memiliki sifat seperti modal dan mempunyai cirri-ciri:
1. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal
dan telah dibayar penuh.
31
2. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan
Bank Indonesia.
3. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.
4. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi
atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
d. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman dengan ciri-ciri:
1. Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman;
2. Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia;
3. Menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman subordinasi
tersebut;
4. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh;
5. Minimal berjangka waktu 5 tahun;
6. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut, permodalan bank tetap sehat;
7. Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dan segala
pinjaman yang ada.
Pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal pelengkap
adalah maksimum sebesar 50% dari modal inti.
32
2.5.3. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Menurut Wardiah (2013:247) “Aktiva Tertimbang Menurut Risiko merupakan
nilai total aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva
tersebut”. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling
berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian, Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
menunjukan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah
yang cukup.
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko yang digunakan dalam perhitungan modal
minimum sebagaimana tertera pada Peraturan Bank Indonesia Nomor
15/12/PBI/2013 Tentang Penyediaan Modal Minimum Bank Umum terdiri atas:
1. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit.
2. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Operasional.
3. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Pasar.