II -1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Campuran Beraspal
Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan
aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat
terselimuti oleh aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan
memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan
mengerjakannya, maka kedua-duanya harus dipanaskan masing-masing pada suhu
tertentu.
Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar
partikel agregat, dan agregat sendiri berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis
aspal dalam campuran beraspal diperoleh dari bahan-bahan pembentuk aspalnya.
Dan sifat mekanis agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking),
dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran,
kekerasan, ketahanan, kebersihan, dan ukuran agregat maksimum yang
digunakan. Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang
digunakan.
Kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat
danaspal serta sifat-sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan
tersebut. Perkerasan beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak
akan dapat diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi persyaratan,
meskipun peralatan dan metoda kerja yang digunakan telah sesuai.
Dengan banyaknya kerusakan-kerusakan pada perkerasan jalan terutama
pada perkerasan jalan lentur yang diakibatkan oleh air maupun kelembaban maka
pada spesifikasi umum Bina Marga 2010, divisi VI tentang campuran beraspal
panas dianjurkan untuk menggunakan bahan tambah aspal yaitu bahan aditif
kelekatan atau bahan anti pengelupasan (anti stripping agent).
Campuran beraspal terutama AC-WC pada perkerasan jalan ditempatkan
pada lapisan permukaan (surface course), lapisan atas yang sekaligus akan
II -2
langsung menerima beban dan gesekan dari lalu lintas maupun air. Campuran
aspal tersebut juga dinamakan lapisan aus (wearing course), yang juga sebagai
lapisan yang kedap terhadap air atau sebagai lapisan pelindung terhadap lapisan
yang ada dibawahnya.
Oleh karena itu dalam perancangan campuran beraspal perlu ditambahkan
dengan bahan tambah aspal anti pengelupasan (anti stripping agent) yang
diharapkan dapat lebih memperbaiki kinerja pada campuran beraspal terutama
pada campuran AC-WC. Dengan menambahkan anti stripping agent pada
campuran beraspal diharapkan akan dapat menambah kekuatan pada perkerasan
jalan serta dapat meminimalkan kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh air.
Dengan hal yang tersebut diatas, maka penulis dalam penyelesaian tugas
akhir ini dengan mengambil judul tentang variasi penambahan anti stripping
agent jenis wetfix-be pada campuran beraspal dengan metode Marshall, dan
memakai agregat lokal dari Lab.Uji Bahan Polban dengan mengacu pada
spesifikasi umum Bina Marga 2010. Penambahan tersebut dilakukan pada kadar
aspal optimum. Hal ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara, dengan Spesifkasi Umum Bina Marga 2006
yang hasilnya menunjukkan peningkatan pada sifat- sifat campuran seperti terlihat
pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Hasil Pengujian Marshall AC - WC dengan Penambahan Anti stripping Agent Jenis WETFIX- BE
Sumber tabel : Hasil Penelitian Departemen Teknik Sipil,Universitas Sumatra Utara
II -3
Dan tabel 2.2 adalah hasil pengujian Marshall sisa yang dilakukan oleh
USU, yang memakai agregat lokal dari Patumbak, yang hasilnya dapat dilihat
berikut ini
Tabel 2.2. Hasil Pengujian Marshall sisa pada Kadar Aspal Optimum dengan penambahan jenis WETFIX- BE
Dengan perbedaan rujukan tersebut maka dalam penulisan tugas akhir ini,
apakah ada persamaan ataukah berbedaan hasil didapatkan antara penelitian
sebelumnya dengan menggunakan spesifikasi Umum Bina Marga 2010 dengan
ketentuan yang sifat-sifat campuran beraspal seperti terlihat pada tabel 2.3.
Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar
Kadar aspal efektif (%) 5,1 4,3 4,3 4,0 4,0 3,5
Penyerapan aspal (%) Maks.
Jumlah tumbukan per bidang
Min.
Maks.
Rongga dalam agregat (VMA) ( %) Min.
Rongga terisi aspal (VFB) (%) Min.
Min.
Maks.
Pelelehan (mm) Min.
Marshall Qu0tient (MQ) (kg/mm) Min.
Min.
Min.
perendaman 24 jam, pada suhu 60 oC
membal (refusal)
15 14 13
Sifat-Sifat CampuranLASTON
Lapis Aus Lapis Antara Lapis Pondasi
1,2
75 112(1)
Rongga dalam campuran (VIM) (%)3,5
5
65 63 60
Stabilitas marshall (kg)800 1800(1)
- -
Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan
2,5
3 4,5(1)
250 300
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
90
Tabel 2.3 Ketentuan sifat-sifat campuran Laston (AC)
Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
Sumber : Hasil Penelitian Departemen Teknik Sipil,Universitas Sumatra Utara
II -4
Campuran ini juga mempunyai ukuran maksimum agregat campuran
adalah 19 mm untuk AC-WC bergradasi kasar maupun halus. Adapun ketentuan
gradasi gabungan yang harus dipenuhi untuk setiap perancangan campuran
beraspal, dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini dan gambar 2.1 adalah grafik
batasan gradasi gabungan untuk AC-WC bergradasi kasar.
(mm) Kelas A Kelas B WC BASE WC BASE WC BC BASE WC BC BASE
37,5 100 100
25,4 100 90 - 100 100 90 - 100
19,0 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 73 - 90 100 90 - 100 73 - 90
12,7 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 74 - 90 61 - 79 90 - 100 71 - 90 55 - 76
9,50 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 72 - 90 64 - 82 47 - 67 72 - 90 58 - 80 45 - 66
4,75 54 - 69 47 - 64 39,5 - 50 43 - 63 37 - 56 28 - 39,5
2,36 75 - 100 50 - 723 35 - 553 50 - 62 32 - 44 39,1 - 53 34,6 - 49 30,8 - 37 28 - 39,1 23 - 34,6 19 - 30,8
1,18 31,6 - 40 28,3 - 38 24,1 - 28 19 - 25,6 15 - 22,3 12 - 18,1
0,60 35 - 60 15 - 35 20 - 45 15 - 35 23,1 - 30 20,7 - 28 17,6 - 22 13 - 19,1 10 - 16,7 7 - 13,6
0,30 15 - 35 5 - 35 15,5 - 22 13,7 - 20 11,4 - 16 9 - 15,5 7 - 13,7 5 - 11,4
0,150 9 - 15 4 - 13 4 - 10 6 - 13 5 - 11 4,5 - 9
0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 10 2 - 9 6 - 10 4 - 8 4 - 10 4 - 8 3 - 6 4 - 10 4 - 8 3 - 7
UKURAN AYAKAN
% BERAT YANG LOLOS TERHADAP TOTAL AGREGAT DALAM CAMPURAN
LATASIR (SS)LATASTON (HRS) LASTON (AC)
Gradasi Senjang3 Gradasi Semi Senjang2 Gradasi Halus Gradasi kasar3
Tabel 2.4 Gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal
Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
0
20
40
60
80
100
0,01 0,10 1,00 10,00 100,00
Lolo
s Kom
ulat
if (%
)
Ukuran Saringan (mm)
AGREGAT GABUNGAN AC-WC GRADASI KASAR SPEC. UMUM 2010
Limt Min Limit Max
Batas maksimum
Batas minimum
Gambar 2.1 Grafik batasan gradasi gabungan agregat
Sumber gambar : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
II -5
2.2 Sifat – Sifat Campuran Beraspal
Dalam bukunya Sukirman, Silvia,(1999) yang berjudul Perkerasan Lentur
Jalan Raya menyatakan bahwa perancangan campuran beraspal mencakup
kegiatan pemilihan dan penentuan proporsi material untuk mencapai sifat-sifat
akhir dari campuran beraspal yang diinginkan. Tujuan dari perancangan campuran
beraspal adalah untuk mendapatkan campuran yang efektif dari gradasi agregat
dan aspal yang akan menghasilkan campuran beraspal yang memiliki sifat-sifat
dan persyaratan campuran sebagai berikut :
2.2.1 Stabilitas (Stability)
Stabilitas adalah kemampuan campuran beraspal untuk menerima atau
menahan baban, baik beban yang bersifat statis maupun dinamis (lalu lintas) tanpa
terjadi perubahan bentuk tetap, seperti bergelombang, melendut, bergeser, alur
bleeding atau tanda-tanda yang lain yang mengubah campuran beraspal.
2.2.2 Kelenturan (Flexibility)
Kelenturan (flexibility) adalah kemampuan campuran beraspal untuk dapat
mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu-lintas yang berulang-ulang
tanpa mengalami keretakan dan perubahan volume ini disebut juga punya sifat
ketahanan terhadap leleh.Kelenturan yang tinggi dapat diperoleh dengan :
─ Penggunaan agregat bergradasi senjang.
─ Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi tinggi).
─ Penggunaan aspal yang cukup banyak.
2.2.3 Keawetan/Daya Tahan (Durability)
Durabilitas adalah kemampuan campuran aspal untuk mempertahankan
sifatnya dari pengaruh perubahan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan tersebut
dapat disebabkan oleh cuaca, lalu lintas, air, perubahan suhu atau keausan akibat
gesekan kendaraan. Pada umumnya durabilitas campuran dapat ditingkatkan
II -6
dengan menggunakan aspal dan agregat yang baik, serta pemadatan campuran
yang mencukupi.
2.2.4 Impermeabilitas (Impermeability)
Impermeabilitas adalah kemampuan perkerasan aspal untuk mencegah
masuknya air, udara kedalam perkerasan aspal.Gradasi rapat memberikan
hubungan yang erat antar pertikel agregat, sehingga meningkatkan
impermeabilitas dari campuran. Sifat ini berhubungan dengan kandungan rongga
pada campuran yang telah dipadatkan.
2.2.5 Kemudahan Pelaksanaan (Workability)
Workabilitas adalah kemampuan campuran beraspal untuk
dikerjakan/dicampur, ditempatkan/dihampar dan dipadatkan tanpa mengalami
suatu kesulitan sampai mencapai tingkat pemadatan yang diinginkan dengan
peralatan yang memungkinkan.
2.2.6 Tahanan Geser atau Kesesatan (Skid Resistance)
Tahanan geser atau Kesesatan adalah kemampuan campuran aspal padat
untuk menahan gaya geser yang timbul akibat gesekan. Tahanan geser dapat
ditingkatkan dengan menggunakan agregat dengan permukaan kasar dengan sisi-
sisi yang tajam dan menggunakan kadar aspal yang tidak berlebihan.
2.2.7 Pemadatan
Pemadatan adalah proses pemampatan yang memberikan volume terkecil,
menggelincir rongga sehingga batas yang disyaratkan dan menambah kepadatan
optimal. Pemadatan merupakan suatu upaya untuk memperkecil jumlah VIM,
sehingga memperoleh nilai struktural yang diharapkan.
2.2.8 Temperatur
Temperatur pemadatan merupakan faktor penting yang mempengaruhi
pemadatan, kepadatan hanya bisa terjadi pada saat aspal dalam keadaan cukup cair
II -7
sehingga aspal tersebut dapat berfungsi sebagai pelumas, karena jika aspal sudah
dalam keadaan cukup dingin maka kepadatan akan sulit dicapai. Temperatur
campuran beraspal panas merupakan satu-satunya faktor yang paling penting
dalam pemadatan, disebabkan temperatur pada saat pemadatan sangat
mempengaruhi viskositas aspal yang digunakan dalam campuran beraspal panas.
Apabila temperatur pada saat pemadatan rendah, mengakibatkan kekentalan aspal
menjadi tinggi dan membuat sulit dipadatkan
2.3 Bahan Pembentuk Campuran Beraspal
Bahan adalah merupakan komponen utama pada pekerjaan campuran
beraspal. Komponen bahan dasar yang akan dipergunakan campuran beraspal tersebut
adalah terdiri atas agregat dan aspal. Agregat sendiri terbagi atas agregat kasar
(split), Agregat sedang/medium (screen), dan agregat halus adalah abu batu atau
pasir. Penggunaannya bahan tersebut tergantung dari pada jenis campuran
beraspalnya yang nantinya akan digunakan sebagai lapisan perkerasan jalan.
Dalam penggunaannya semua jenis agregat dan aspal harus sesuai dengan
persyaratan spesifikasi teknis. Untuk itu, pemilihan dan penggunaan dari kedua bahan
tersebut haruslah didasarkan pada hasil uji dari laboratorium. Demikian juga halnya
dengan penanganan dan penyimpanannya, dimana kedua pekerjaan itu harus
diperhatikan agar tidak terjadi perubahan mutu pada bahan tersebut.
Didalam spesifikasi umum Bina Marga 2010 Campuran beraspal harus
menambahkan bahan pengisi (filler) dan bahan anti pengelupasan jika diperlukan.
2.3.1 Aspal
Aspal sering disebut juga dengan bitumen yaitu merupakan material
perekat (cementitious) yang berwarna hitam kecoklatan yang terdiri dari senyawa
hidrokarbon dan bersifat viskoelastis, sehingga akan melunak dan mencair bila
mendapat cukup pemanasan dan juga sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang
membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya
selama proses produksi dan masa pelayanannya. Aspal adalah salah satu
II -8
komponen utama dalam perkerasan lentur, karena aspal mempunyai adhesi yang
kuat dan juga kedap air dan mudah dikerjakan.
Dalam campuran berbahan pengikat aspal selain sifat agregat, sifat aspal
juga sangat menentukan kinerja dari campuran tersebut, oleh karena itu kuantitas
dan kualitas aspal harus sangat diperhatikan yaitu dengan terlebih dulu diadakan
uji laboratorium, sifat-sifat aspal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
Sifat kimia, ditentukan berdasarkan kandungan aspalten dan kandungan
malten (resin, aromated, saturated).
Sifat fisik, yaitu ditentukan berdasarkan durabilitasnya (penetrasi, titik
lembek, daktilitas dan seterusnya), adhesi/kohesi, kepekaan terhadap
perubahan temperatur, dan pengerasan atau penuaan.
Aspal yang digunakan dalam hal ini adalah aspal keras pen 60/70. Dengan
ketentuan mutu aspal keras pen 60/70 yang harus diuji dan dipenuhi menurut
spesifikasi umumBina Marga 2010, yaitu dapat dilhat pada tabel 2.5 berikut ini.
1. Penetrasi, 25o C 0,01 mm SNI 06-2456-1991 60 - 702. Viskositas 135oC cSt SNI 06-6441-2000 3853. Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 ≥ 48
4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 ≥ 232
5. Daktilitas, 25o C cm SNI 06-2432-1991 ≥ 100Kelarutan dalam TrichlorEthilen
7. oCASTM D 5976
Part. 6.1-
8. Berat jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1.09. - - ≥ -1.0
Stabilitas Penyimpanan
Indeks Penetrasi (4)
No. Jenis Pengujian Satuan Metode Tipe I Aspal Pen. 60/70
6. % SNI 06-2438-1991 ≥ 99
Pengujian Residu Hasil TFOT atau RTFOP :10. Berat yang hilang % SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8(2)
11. Penetrasi pada 25oC % SNI 06-2456-1991 ≥ 54
12. - - ≥ -1.0Keelastisan setelah pengem- balian
14. Daktilitas, 25o C cm SNI 06-2432-1991 ≥ 100
Partikel yang lebih halus dari150 mikron (µm)
-
15. % - -
Indeks Penetrasi (4)
13. % AASHTO T 301-98
Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
Tabel 2.5. Ketentuan-ketentuan Aspal Keras pen 60/70
II -9
Sifat-sifat fisik aspal yang sangat mempengaruhi perancangan, produksi dan
kinerjacampuran beraspal antara lain sebagai berikut :
1) Durabilitas (Keawetan)
Drabilitas adalah kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan.
Pengujian durabilitas aspal bertujuan untuk mengetahui seberapa baik, aspal untuk
mempertahankan sifat-sifat awalnya akibat proses penuaan. Walaupun banyak
faktorlainnya yang menentukan, aspal dengan durabilitas yang baik akan
menghasilkan campuran dengan kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang
biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian
penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Sifat aspal terutama
viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tersebut mengalami pemanasan
ataupun penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya sedikit mengalami
perubahan.
2) Adhesi dan Kohesi
Adhesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya,
dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat
adhesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran
beraspal karena sifat ini sangat mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran.
Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak langsung dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat adhesifnes atau daktilitas aspal keras. Aspal
keras yang nilai daktilitasnya rendah adalah aspal yang memiliki daya adhesi yang
kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktilitas yang tinggi.
3) Kepekaan Aspal terhadap Temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur
menurun dan melunak bila temperatur meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah
sifat akibat perubahan temperatur ini dikenal sebagai kepekaan aspal terhadap
temperatur. Kepekaan aspal terhadap temperatur bervariasi untuk masing-masing
jenis aspal dan berbeda bila aspal tersebut berasal dari minyak bumi dengan
sumber yang berbeda walaupun aspal tersebut masuk dalam klasifikasi yang
sama, Pengetahuan tentang kepekaan aspal terhadap temperatur adalah suatu hal
II -10
yang penting dalam pembuatan campuran dan perkerasan beraspal. Pengetahuan
ini berguna untuk mengetahui pada temperatur berapa aspal dan agregat dapat
dicampur dan dipadatkan.
4) Pengerasan dan Penuaan
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas
campuran beraspal. Penuaan aspal ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu
penguapan fraksi minyak ringan yang terkandung dalam aspal dan oksidasi
(penuaan jangka pendek, short-term aging), dan oksidasi yang progresif (penuaan
jangka panjang, long-term aging).
Kedua macam proses penuaan ini menyebabkan terjadinya pengerasan pada
aspal dan selanjutnya akan meningkatkan kekakuan campuran beraspal sehingga
akan mempengaruhi kinerja campuran tersebut. Peningkatan kekakuan ini akan
meningkatkan ketahanan campuran terhadap deformasi permanen dan
kemampuan untuk menyebarkan beban yang diterima, tetapi dilain pihak akan
menyebabkan campuran menjadi lebih getas sehingga akan cepat retak dan akan
menurunkan ketahanannya terhadap beban berulang.
Dalam dua proses penuaan seperti yang telah disebutkan di atas, oksidasi
merupakan suatu faktor penting yang menentukan kecepatan penuaan. Kecepatan
penuaan jangka panjang semata-mata disebabkan oleh oksidasi. Kecepatan
oksidasi yang terjadi sangat dipengaruhi oleh rongga udara yang terkandung
dalam campuran dan lingkungan dimana campuran ini dihampar.
2.3.2 Agregat
Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang
keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah,
abu batu, dan pasir. Dalam manual pekerjaan campuran beraspal panas disebutkan
bahwa ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang
berukuran besar sampai ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat
yang dipakai semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran tersebut.
II -11
Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95%
terhadap berat campuran, sehingga kualitas agregat merupakan salah satu faktor
penentu dari kinerja campuran tersebut. Oleh karena itu sebelum agregat
digunakan untuk perancangan campuran beaspal panas hendaknya harus melalui
pengujian telebih dahulu, untuk mengetahui kualitas dari agregat tersebut.
Kualitas suatu agregat sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang
dikandungnya. Diantara sifat-sifat yang ada yaitu strength atau kekuatan,
durability atau keawetan, adhesiveness atau daya rekat terhadap aspal dan
workability atau kemudahan dalam pelaksanaan. Sifat kekuatan dan keawetan
(strength and durability) dipengaruhi oleh gradasi, kadar lumpur, kekerasan
(hardness) dan bentuk butir (shape-grain).
Berdasarkan spesifikasi umum Bina Marga 2010, agregat yang digunakan
dalam perancangan harus dibuat sedemikian rupa agar campuran beraspal
proporsinya sesuai dengan rumusan campuran kerja, dan memenuhi semua
ketentuan yang disyaratkan tergantung campuran mana yang dipilih. Dalam
pemilihan sumber agregat, harus sudah memperhitungkan penyerapan aspal oleh
agregat. Oleh sebab itu penyerapan air oleh agregat dibolehkan maksimum 3%.
Serta berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda
lebih dari 0,2.
2.3.2.1 Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan untuk rancangan campuran beraspal panas
menurut spesifikasi umum Bina Marga 2010 adalah sebagai berikut :
a) Agregat kasar harus tertahan saringan No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara
basah.
b) Agregat kasar harus bersih, keras, kuat, awet, kering dan bebas dari bahan
lain seperti lempung, zat organik dan yang akan menghalangi kelekatan aspal
terhadap agregat.
c) Agregat kasar harus berasal dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal.
II -12
d) Agregat kasar yang digunakan tidak boleh kotor dan berdebu serta jumlah
bahan lolos saringan No. 200 (0,075 mm) tidak boleh lebih besar dari 1%
serta harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang sesuai spesifikasi teknis
seperti yang terlihat pada tabel 2.6 berikut ini.
Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90%
agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih
2.3.2.2 Agregat Halus
Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir alam
ataupun penyaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan No.8
(2,36 mm) atau sesuai SNI 03-6819-2002. Pasir alam dapat digunakan dalam
campuran AC sampai suatu batas yang tidak melampaui 15% terhadap berat total
campuran. Agregat dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Agregat halus dalam campuran beraspal
berfungsi :
1. Untuk menambah stabilitas dengan memperkokoh sifat saling mengunci
(interlocking) dengan agregat kasar,
No.
3.
6.
80/751
95/901
Maks. 40%
Maks. 1%
Abrasi dengan mesin Los angeles
Partikel pipih dan lonjong
Campuran AC bergradasi kasar
Semua jenis campuran aspal
Maks. 30%
Min. 95 %
maks. 10%
Material lolos ayakan No. 200 (0,075 mm)
SNI 2417-2008
SNI 03-2439-1991
PENGUJIAN STANDART UJI SPEC.
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium
dan magnesium sulfatSNI 3407-2008 mak. 12 %
RSNI T-01-2005
Rasio 1:5
SNI 03-4142-1996
Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm)
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm)
DoT's Pennsylvania Test Method PTM No.
621
1.
2.
5.
bergradasi lainnya Kelekatan agregat terhadap aspal
4.
Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
Tabel 2.6. Persyaratan-persyaratan Agregat Kasar
II -13
2. Untuk mengurangi rongga udara dalam campuran,
3. Untuk menaikan luas permukaan dari agregat sehingga otomatis menaikan
kadar aspal, kadar aspal yang tinggi akan membuat campuran menjadi lebih
awet (durable). Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana yang
ditunjukan pada tabel 2.7. berikut ini.
2.3.3 Bahan Pengisi (Filler)
Bahan pengisi (filler) adalah material yang lolos saringan No. 200 (0,075
mm) tidak kurang 75 % terhadap beratnya, bersifat non plastis dan di tambahkan
dalam keadaan kering serta bebas dari gumpalan-gumpalan. Bahan pengisi yang
digunakan pada perancangan campuran beraspal dalam usaha penyelesian tugas
akhir ini adalah semen tiga roda.
Pada spesifikasi umum Bina Marga 2010, semua campuran beraspal harus
mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dan
maksimum 2% dari berat total agregat. Adapun jenis dan sifat bahan tambah
(filler) untuk campuran beraspal adalah sebagai berikut :
a) Debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau
abu terbang. b) Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji
dengan pengayakan sesuai SNI 03-1968-1990.
No.
2.
3. Maks. 1%
4. Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm)
SNI 03-6877-2002Min. 45%
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) Min. 40%
SNI 03 4142-1996 Material lolos ayakan No. 200 (0,075 mm
kadar lempung SNI 3423-2008
Maks. 8%
PENGUJIAN STANDART UJI SPEC.
1. SNI 03-4428-1997 Nilai setara pasir (sand equivalent)
Min 50% u/ SS, HRS & AC bergradasi halus
Min 70% untuk AC bergradasi kasar
Sumbertabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
Tabel 2.7. Ketentuan Agregat Halus
II -14
c) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, dapat digunakan
sebagai bahan pengisi proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari
berat total campuran beraspal. Sedang kapur yang seluruhnya terhidrasi dan
memenuhi persyaratan yang disebutkan pada tabel 2.8 dibawah ini, dapat
digunakan maksimum 2% terhadap berat total campuran beraspal.
Bahan tambah (filler) pada campuran beraspal berfungsi sebagai :
Untuk memodifikasi gradasi agregat halus, sehingga berat jenis agregat
meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan
berkurang.
Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan
dan stabilitas.
Mengisi rongga dan menambah bidang kontak antar butir agregat sehingga
akan meningkatkan kekuatan campuran.
Bila dicampur dengan aspal, filler akan membentuk bahan pengikat yang
berkonsistensi tinggi sehingga mengikat butir agregat secara bersama-sama.
Menguranggi rongga udara (air void).
Untuk meningkatkan kekentalan bahan bitumen dan untuk mengurangi sifat
rentan terhadap temperatur.
2.3.4 Bahan Tambah Anti Pengelupasan (Anti Stripping Agent)
Hilangnya integritas dari suatu campuran aspal melalui melemahnya
ikatan antara agregat dan pengikat dikenal sebagai pengelupasan. Pengelupasan
biasanya dimulai di bagian bawah lapisan campuran aspal, dan secara bertahap
bergerak ke atas selama bertahun-tahun, itu yang banyak menyebabkan timbul
Berat butiran yang lolos ayakan 75 Mikron SNI 03-4141-1996 ≥ 75 %
Sifat-sifat Metoda Pengujian Persyaratan
Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
Tabel 2.8. Persyaratan bahan untuk kapur terhidrasi seluruhnya
Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
II -15
kerusakan di permukaan seperti alur, lipatan, gelombang, raveling, cracking, dll
(Roberts et all 1996)
Pengelupasan pada perkerasan aspal adalah hilangnya adhesi antara
agregat dan aspal pengikat. Hilangnya adhesi dapat menimbulkan beberapa jenis
kerusakan, kehilangan adhesi dapat diatasi dengan bantuan bahan anti
pengelupasan (anti strippingagent), maksudnya adalah untuk menggantikan
kelembaban di permukaan dari adhesi agregat dan akan menghasilkan ikatan di
permukaan agregat.
Pada spesifikasi umum Bina Marga 2010, Aditif kelekatan atau anti
pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan
kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump)
pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti
stripping agent dalam rentang 0,2% - 0,3% terhadap berat aspal. Anti striping
agent harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh tidak digunakan
pada aspal modifikasi yang bermuatan positif. Namun pada revisi I spesifikasi
umum Bina Marga 2010, kuantitas pemakaian anti stripping agent dalam rentang
0,20 % - 0,4% dari berat aspal.
Adapun bahan tambah aspal yang digunakan dalam tulisan tugas akhir ini
adalah anti stripping agentjenis wetfix-be. Anti stripping agent jenis wetfix-be
merupakan salah satu dari jenis anti stripping yang memiliki kesensitifan yang
cukup tinggi, selain harganya yang relatif mahal, penambahan jumlahnya terhadap
campuran aspalpun sangat sedikit, akan tetapi menghasilkan stabilitas yang cukup
baik. Jenis anti stripping ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :
a. Memodifikasi aspal supaya melekat lebih kuat terhadap agregat, sehingga
penyelimutan aspal terhadap agregat lebih sempurna.
b. Memungkinkan seleksi jenis agregat yang lebih luas.
c. Biaya perawatan yang lebih rendah.
d. Meningkatkan kinerja perkerasan serta meminimalkan kerusakan perkerasan
jalan akibat oleh air.
e. Memperpanjang waktu pelapisan ulang Hotmix.
II -16
2.4 Pengujian Campuran Beraspal (Marshall)
Pada pengujian campuran beraspal (AC-WC) bergradasi kasar, baik yang
memakai maupun yang tidak memakai anti stripping, penulis menggunakan
metode Marshall (SNI 03-2489-1991). Karena metode Marshall merupakan
pengujian yang paling banyak dan paling umum dipakai pada saat ini. Hal ini
disebabkan karena peralatannya sederhana dan cukup praktis untuk dimobilisasi.
Pengujian Marshall bertujuan untuk mengukur daya tahan (stabilitas) terhadap
kelelehan plastis (flow) dari campuran beraspal.
Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran beraspal untuk menerima
beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kg atau pound.
Nilai stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan dikalikan dengan kalibrasi alat dan
faktor kerelasi tebal atau volume benda uji. Nilai ini menunjukan nilai struktural
suatu campuran yang dipengaruhi oleh susunan gradasi, kualitas bahan dan
kandungan aspalnya.
Kelelehan plastis (flow) didefenisikan sebagai perubahan bentuk suatu
campuran yang diakibatkan oleh beban sampai beban maksimum atau sampai
batas runtuh yang dinyatakan dalam milimeter atau 0.01 inchi. Pengukuran flow
dilakukan bersamaan dengan pengukuran stabilitas dimana nilai flow dibaca pada
dial saat benda uji mengalami keruntuhan. Dari hasil pengujian Marshall dengan
beberapa variasi aspal akan diperoleh kadar aspal optimum.
2.5 Parameter dan Formula Pehitungan Marshall
Campuran aspal padat ini dibentuk dari agregat, aspal, filler dan bahan anti
stripping agent yang dicampur secara merata pada suhu tertentu. Campuran
kemudian dipadatkan dalam cetakan marshall, sehingga terbentuk beton aspal
padat. Parameter dan formula untuk menganalisa sifat-sifat campuran beton aspal
padat adalah sebagai berikut :
II -17
2.5.1 Berat Jenis Bulk dan Apparent campuran agregat
Agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus dan
bahan pengisi / filler yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berbeda,
baik berat jenis kering (bulk spesific gravity) dan berat jenis semu (apparent
grafity). Kedua macam berat jenis dari total agregat tersebut dapat dihitung dalam
persamaan berikut ini :
a. Berat Jenis Kering (bulk specific gravity) Campuran Agregat
BJ.bulk =
FillerBJ
Filler
batuabubulkBJ
batuabu
screenbulkBJ
screen
splitbulkBJ
split %...
.%..
%..
%100
.........................(1)
b. Berat Jenis Semu (apparent spesific gravity) Campuran Agregat
BJ.Apparent=
FillerBJ
Filler
batuabuappBJ
batuabu
screenappBJ
screen
splitappBJ
split %...
.%..
%..
%100
.....................(2)
2.5.2 Berat Jenis Efektif Agregat (Gse)
Berat jenis efektif adalah perbandingan antara berat bahan diudara (tidak
termasuk rongga yang menyerap aspal) pada satuan volume dan suhu tertentu
dengan berat air destilasi dengan volume yang sama dan suhu tertentu pula. Berat
jenis efektif agregat, kecuali rongga udara dalam partikel agregat yang menyerap
aspal dapat dihitung dengan rumus yang biasanya digunakan berdasarkan hasil
pengujian kepadatan maksimum teoritis sebagai berikut :
Gse =
AspalBJ
Aspal
Gmm
Agregat
.%100
%
.....................(3)
II -18
2.5.3 Berat Jenis Maksimum Campuran (teoritis)
Berat jenis maksimum campuran (teoritis) adalah perbandingan antara %
berat total campuran dengan % agregat berbanding berat jenis efektif ditambah
dengan % aspal berbanding dengan berat jenis aspal, dengan rumus yang terlihat
dibawah ini :
AspalBj
Aspal
aggeffBj
agg
.%
...%100
......................(4)
2.5.4 Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal
Berat Jenis maksimum campuran beraspal (Gmm) adalah perbandingan berat
isi benda uji campuran beraspal dalam keadaan rongga udara sama dengan nol
pada temperatur 25 oC terhadap berat isi air pada volume dan temperatur yang
sama. Berat jenis maksimum campuran beraspal SNI 03-6893-2002 dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
GmmCBA
A
.........................(5)
Dimana ; A = Berat benda uji kering oven diudara (g)
B = Berat labu berisi air ( 25 oC) (g)
C = berat labu berisi air dan benda uji pada suhu 25oC (g)
2.5.5 Berat Jenis Campuran Beraspal Padat
Perhitungan berat jenis campuran beraspal setelah dipadatkan (Gmb)
kepadatan campuran aspal padat (density) dinyatakan dalam gram/cc dan dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
GmbV
Wa .........................(6)
Dimana ; Gmb = Berat jenis campuran beraspal padat (gr/cc)
Wa = Berat kering di udara (gr)
V = Volume campuran beraspal padat (cc)
II -19
2.5.6 Penyerapan Aspal
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total, tidak
terhadap berat campuran. Perhitungan penyerapan aspal (Pba) menggunakan
rumus sebagai berikut:
Pba = aspalBjgabunganbulkBjaggeffBj
gabunganbulkBjaggeffBj .........100
............(7)
2.5.7 Kadar Aspal Efektif
Kadar aspal efektif (Pbe) campuran beraspal adalah kadar aspal total
dikurangi jumlah aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini
akan menyelimuti permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan
menentukan kinerja perkerasan beraspal. Kadar aspal efektif dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
Pbe = 100
%100.% aspalaspalAbsaspal
.....................(8)
2.5.8 Stabilitas Marshall
Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing-masing yang
ditunjukkan oleh jarum dial. Stabilitas merupakan parameter yang menunujukkan
batas maksimum beban yang dapat diterima oleh suatu campuran beraspal saat
terjadi keruntuhan yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Nilai stabilitas
marshall diperoleh dari pembacaan dial dikali dengan kalibrasi alat, dan
selanjutnya dikorelasi terhadap ketebalan atau volume benda uji. Nilai stabilitas
yang terlalu tinggi akan menghasilkan perkerasan yang terlalu kaku sehingga
tingkat keawetannya berkurang. Angka kerelasi beban (stabilitas) terhadap
ketebalan atau volume benda uji dapat dilihat pada tabel 2.9 dibawah ini.
II -20
Tebal Angka
Min. Maks. Rata2 mm Koreksi
200 213 206,5 25,4 5,56
214 225 219,5 27,0 5,00
226 237 231,5 28,6 4,55
238 250 244,0 30,2 4,17
251 264 257,5 31,8 3,85
265 276 270,5 33,3 3,57
277 289 283,0 34,9 3,33
290 301 295,5 35,5 3,03
302 316 309,0 38,1 2,78
317 328 322,5 39,7 2,50
329 340 334,5 41,3 2,27
341 353 347,0 42,9 2,08
354 367 360,5 44,4 1,92
368 379 373,5 46,0 1,79
380 392 386,0 47,6 1,67
393 405 399,0 49,2 1,56
406 420 413,0 50,8 1,47
421 431 426,0 52,4 1,39
432 443 437,5 54,0 1,32
444 456 450,0 55,6 1,25
457 470 463,5 57,2 1,19
471 482 476,5 58,7 1,14
483 495 489,0 60,3 1,09
496 508 502,0 61,9 1,04
509 522 515,5 63,5 1,00
523 535 529,0 65,1 0,96
536 546 541,0 66,7 0,93
547 559 553,0 68,3 0,89
560 573 566,5 69,9 0,86
574 585 579,5 71,4 0,83
586 598 592,0 73,0 0,81
599 610 604,5 74,6 0,78
611 625 618,0 76,2 0,76
Volume Banda Uji (cm3)
Tabel 2.9 Angka kerelasi beban (stabilitas)
Sumber tabel : Metode campuran aspal dengan alat marshall SNI 06-2489-1991
II -21
2.5.9 Kelelehan (flow)
Seperti halnya cara memperoleh nilai stabilitas, nilai flow merupakan nilai
dari masing-masing yang ditunjukkan oleh jarum dial. Hanya saja jarum dial flow
biasanya dalam satuan mm (millimeter). Suatu campuran yang mempunyai nilai
kelelehan (flow) rendah akan lebih kaku dan kecenderungan akan mengalami
retak dini pada usia pelayanan.
2.5.10 Marshall Quotient
Marshall Quotient (MQ) adalah merupakan hasil bagi nilai stabilitas
(ketahanan) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran beraspal. Nilai
marshall ini akan memberikan nilai fleksibelitas campuran. Semakin tinggi nilai
MQ, maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan
semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan. Dan sebaliknya semakin
rendah MQ maka campuran akan semakin lentur.
Marshall Quotient = Flow
terkoreksiStabilitas ....................(9)
2.5.11 Rongga Terisi Aspal (VFA atau VFB)
Rongga terisi aspal (VFA) adalah persen rongga yang terdapat diantara
partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap
oleh agregat. VMA dapat ihiyung menggunakan rumus sebagai berikut :
VFA =
VMA
VIMVMA100 ....................(10)
Dimana :
VFA : Rongga udara yang terisi aspal, persen dari VMA, (%)
VMA : Rongga diantara mineral agregat, persen volume bulk, (%)
VIM : Rongga udara pada campuran, persen total campuran (%)
II -22
2.5.12 Rongga Antar Agregat (VMA)
Rongga antar agregat (VMA) adalah ruang rongga diantara partikel
agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif
(tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). Jika komposisi campuran
ditentukan sebagai persen berat dari campuran total, VMA yang rendah dapat
mengakibatkan :
Kadar aspal rendah,
Aspal tipis,
Ikatan aspal mudah lepas, lapisan tidak kedap air,mudah terjadi oksidasi,
Stabilitas akan turun.
Maka VMA dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
VMA = ....
.)%100(100campuranaggBulkBj
isiBerataspal .........................(11)
2.5.13 Rongga dalam Campuran (VIM)
Rongga udara dalam campuran(VIM) perkerasan beraspal terdiri atas
ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal dinyatakan dalam
persen. Rongga udara dalam campuran dapat ditentukan dengan rumus berikut:
VIM = teoritiscampmaksBj
isiBerat
....100100
.........................(12)
2.6 Kepadatan Mutlak (Refusal Density)
Kepadatan Mutlak (refusal density) adalah kepadatan tertinggi
(maksimum) yang dicapai sehingga walaupun dipadatkan terus, campuran
tersebut praktis tidak dapat menjadi lebih padat lagi. Kepadatan mutlak adalah
masa persatuan volume termasuk rongga benda uji yang dipadatkan sampai
mencapai kepadatan maksimum.
Rongga dalam campuran kepadatan membal (refusal) dirancang untuk
dapat dicapai dengan persyaratan mminimal 2,5 %. Pemadatan contoh uji dapat
dilakukan dengan menggunakan alat getar listrik (BS 598 Part. 104-1989) atau
II -23
dengan jumlah tumbukan yang lebih banyak sebagai simulasi adanya pemadatan
sekunder oleh lalu lintas, sampai benda uji tidak bertambah lebih padat lagi.
Kepadatan membal (refusal density) dapat dihitung menggunakan rumus ;
= )( BC
A
.........................(13)
dimana: A = masa benda uji di udara (gram)
B = masa benda uji dalam air (gram)
C = masa benda uji kering permukaan jenuh (gram)
γω = berat isi air (=1 gram/cm3)
2.7 Stabilitas Sisa (Retained Stability)
Pengujian Marshall sisa merupakan salah satu jenis pengujian untuk
mengetahui keawetan (durabilitas) campuran. Uji perendaman panas dilakukan
untuk mengukur kinerja ketahanan campuran beraspal terhadap perusakan yang
diakibatkan oleh air. Dari pengujian ini diperoleh stabilitas marshall campuran
setelah dipengaruhi oleh air
Kehilangan stabilitas berdasarkan perendaman diukur sebagai ketahanan
terhadap akibat pengaruh kerusakan oleh air disebut Indeks Perendaman (Index of
Retained Strength) yang dinyatakan dalam persen (%). Indeks Perendaman adalah
hasil perbandingan antara stabilitas benda uji setelah perendaman selama 24 jam
pada suhu 60oC dan stabilitas benda uji standar (rendaman 30oC pada suhu yang
sama). Pada suhu tersebut dianggap campuran tersebut sudah mengalami
perubahan deformasi plastis, sedangkan perendaman selama 24 jam dianggap air
telah meresap dalam campuran dan telah mempengaruhi ketahanan campuran.
Dengan alasan tersebut maka dalam penulisan tugas akhir ini, stabilitas
sisa menjadi suatu parameter untuk dapat menentukan optimalisasi penambahan
kadar anti stripping agent dalam campuran beraspal panas (AC-WC). Karena
Marshall sisa dapat memberikan gambaran dan fungsi sehingga ditambahkannya
anti stripping agent didalam campuran beraspal dengan ketentuan yang diatur
II -24
dalam spesifikasi umum Bina Marga 2010. Hal ini juga tidak terlepas dari
penelitian-penelitian dan pengujian-pengujian sebelumnya yang menjadikan
Marshall sisa sebagai sebuah hasil evaluasi dalam variasi penambahan anti
stripping agent. Karena Marshall sisa/stabilitas sisa menjadi parameter yang
dipakai sebagai indikasi ketahanan campuran terhadap pengaruh air. Stabilitas sisa
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
IRS = menitStabilitas
jamStabilitas
3024 x 100% ≥ 90 % .....................(14)