4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)
Klasifikasi ikan mas (C. carpio) menurut Saanin (1984) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Cyprinifarmes
Subordo : Cyprinoidei
Famili : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio L.
Nama daerah : ikan mas, Karper, Tombro, Rayo, Ameh, Masmasan.
4
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
5
Gambar 2.1 Ikan mas (Cyprinus carpio L.)
2.1.2 Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)
Ikan mas (C. carpio) merupakan salah satu ikan yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakat, karena dagingnya enak, kenyal, dan durinya
mengumpul. Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini
yaitu daerah yang berada antara 150 – 1000 meter, suhu optimum 25-30 oC,
pH perairan berkisar antara 7-8 (Rukmana, 2003). Ikan mas mempunyai daya
adaptasi dan laju pertumbuhan yang tinggi dengan pemberian pakan buatan
yang sesuai (Santoso, 1993).
Ikan mas (C. carpio) adalah salah satu ikan perairan tawar yang hidup
di danau, sungai yang perairannya tidak dalam, tidak begitu deras, dan berair
hangat. Ikan mas (C. carpio) termasuk dalam jenis ikan pemakan hewan dan
tumbuhan (omnivora). Ikan mas (C. carpio) bersifat pemakan jasad dasar
(bottom feeders), hal ini menyebabkan air keruh dan rusaknya pematang
tanah kolam (Tim Karya Tani, 2009).
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
6
Tubuh ikan mas (C. carpio) berbentuk agak panjang dan sedikit pipih
ke samping, bibir mulut lunak dan dapat disembulkan (protaktil), serta
memiliki kumis atau sungut (barbel) yang pendek dua pasang pada sudut-
sudut mulutnya. Warna tubuhnya bermacam-macam ada yang merah, hijau,
biru keperakan, hitam, kuning muda, coklat keemasan, dan berbelang-belang
campuran dari beberapa warna (Rukmana, 2003). Secara umum, hampir
semua tubuh ikan mas tertutupi sisik, kecuali beberapa strain yang hanya
memiliki sisik sedikit dan tipe sisiknya adalah sisik tipe sikloid (lingkaran)
(Amri, 2002).
Sirip punggung (dorsal) berukuran memanjang dengan bagian belakang
berjari keras dan di bagian akhir bergerigi. Letak sirip punggung
berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur
mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni berjari keras dan bagian
akhirnya bergerigi. Garis rusuk (Linea lateralis atau gurat sisi) ikan mas
tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh melintang dari tutup insang
sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Kulitnya banyak mengandung
kelenjar lendir, tertutup oleh sisik, sirip dan ekor yang simetris, insang
tertutup tutup insang (Amri, 2002).
2.1.3 Penyakit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Penyakit merupakan salah satu hambatan dalam proses budidaya ikan,
selain faktor lingkungan dan manajemen. Penyakit ikan dapat didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi alat
tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit menyerang ikan
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
7
melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi
di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad patogen (jasad
penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit merupakan hasil
interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad organisme
penyakit (Kordi & Ghufran, 2004). Penyakit bakterial, virus, dan lainnya
merupakan suatu kendala dalam usaha budidaya ikan air tawar (Pasaribu &
Somantri, 2004).
Penyakit MAS pada ikan disebabkan oleh bakteri A. hydrophila, dan
penyakit ini bersifat sistemik (Hernayanti et al., 2004). Bakteri tersebut
menyerang apabila daya tahan tubuh ikan turun akibat stress dan penurunan
kualitas lingkungan (Munajat & Budiana, 2003). Penyakit MAS sering pula
menjadi infeksi sekunder setelah serangan parasit (Hernayanti et al., 2004).
Menurut Tim Karya Tani (2009) ikan mas yang terserang oleh bakteri
A. hydrophila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. sirip punggung, dada, dan ekor rusak serta pecah-pecah ;
2. keadaan ikan lemah, tidak lincah, dan kehilangan kesetimbangan.
3. pada permukaan tubuh ikan ada bagian yang berwarna merah berdarah,
terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip ;
4. di beberapa tubuh ikan, sisik rusak dan rontok serta kulit tampak melepuh ;
5. insang rusak, dan berwarna keputih-putihan dan kebiru-biruan ;
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
8
2.2 Bakteri Aeromonas hydrophila
2.2.1 Klasifikasi Aeromonas hydrophila
Klasifikasi Aeromonas hydrophila menurut Holt et al. (1998) adalah
sebagai berikut :
Phylum : Protophyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Pseudanonadeles
Family : Vibrionaceae
Genus : Aeromonas
Species : Aeromonas hydrophila
2.2.2 Karakteristik Aeromonas hydrophila
A. hydrophila merupakan bakteri patogen yang menyerang ikan air
tawar. Bakteri A. hydrophila termasuk bakteri Gram negatif dan motil,
berbentuk batang dengan ukuran 0,7-0,8 µm. Bakteri ini bersifat fakultatif
dan dapat bergerak karena mempunyai satu flagel di salah satu kutub (Robert,
1978; Munajat & Budiana, 2003).
Bakteri A. hydrophila tidak membentuk kapsul maupun spora, koloni
berbentuk bulat, permukaan cembung dan berwarna kuning keputih-putihan
(krem). Suhu untuk pertumbuhan bakteri A. hydrophila adalah 4-45ºC,
sedangkan suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri A. hydrophila adalah
37°C (Robert, 1978). Bakteri tersebut menyerang semua jenis ikan air tawar
di daerah tropis, sehingga sangat berbahaya bagi budidaya ikan air tawar.
Bakteri ini sering menimbulkan wabah penyakit dalam tingkat kematian
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
9
tinggi (80-100%) dan dalam waktu singkat (1-2 minggu), A. hydrophila sulit
dikendalikan karena ada di air dan dapat menjadi resisten terhadap obat-
obatan (Kamiso, 2004).
Bakteri A. hydrophila menyerang hampir semua ikan air tawar dan ikan
kakap putih yang dipelihara di tambak dengan salinitas rendah. Serangan
bakteri ini baru terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stress
yang disebabkan oleh penurunan kualitas air, kekurangan pakan, atau
penanganan ikan yang kurang baik (Kordi & Ghufron, 2004).
2.2.3 Patogenitas Aeromonas hydrophila
Bakteri A. hydrophila menyebabkan infeksi keseluruh tubuh ikan
disertai dengan pendarahan pada organ dalam tubuh. Bakteri ini dapat
menyebar secara cepat pada padat penyebaran yang tinggi, sehingga dapat
menyebabkan kematian benih sampai 90% (Kabata, 1985). Penyakit yang
dapat timbul oleh serangan A. hydrophila adalah penyakit bercak merah pada
permukaan tubuh, kulit meradang yang diakhiri dengan luka yang seperti
bisul. Ikan yang terinfeksi ini biasanya akan mati dalam waktu satu minggu
(Dana & Angka, 1990). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Austin et al.
(1996) dalam Listriono (2009) bahwa penyakit yang ditimbulkan oleh A.
hydrophila adalah busuknya sirip dan ekor, haemorrhagic septicaemia,
pengelupasan sisik dan pendarahan pada bagian insang dan anus, mata
menonjol, dan abdomen membengkak.
Gejala internal yang muncul adalah pendarahan pada ginjal atau limpa,
bintil merah pada otot daging. Usus tidak berisi makanan tetapi berisi cairan
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
10
kuning, dan rongga mulut dipenuhi cairan kuning (Munajat & Budiana,
2003). Namun gejala eksternal akibat penyakit tersebut adalah adanya ulser
(bisul) yang berbentuk bulat atau tidak teratur dan berwarna merah ke abu-
abuan, mata membengkak dan menonjol (Munajat & Budiana, 2003; Kamiso,
2004; Mulia et al., 2005). Yang membedakan A. hydrophila dengan bakteri
lain adalah kemampuannya yang dapat menyebabkan exophthalmia. Hal
tersebut menunjukan bahwa A. hydrophila mempunyai mekanisme
patogenitas yang berbeda terhadap ikan. Patogenitas A. hydrophila ditentukan
oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal (Austin , 1999 dalam
Listiono, 2009).
2.3 Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder pada tumbuhan didefinisikan sebagai senyawa yang
dihasilkan tumbuhan yang tidak terlibat secara langsung dalam pertumbuhan
namun tetap diperlukan guna menjaga kelangsungan hidup tumbuhan
tersebut. Metabolit sekunder yang diproduksi tanaman antara lain berperan
sebagai sistem pertahanan melawan mikroorganisme, insekta, dan herbivora.
Metabolit sekunder pada tanaman seperti flavonoid, terpenoid, tanin, dan
saponin dapat bersifat antimikroba (Robinson, 1995). Metabolit sekunder
dalam menghambat dan membunuh antimikroba antara lain dengan cara
perusakan dinding sel, menurunkan permeabilitas membran, perubahan
molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan
penghambatan sintesis asam nukleat dan protein (Rice, 1984).
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
11
Sel memiliki jumlah enzim, protein, dan asam nukleat yang berperan
dalam proses metabolik. Membran semipermeabel mempertahankan integritas
seluler yaitu secara selektif mengatur keluar masuknya zat antar sel dengan
lingkungan luar. Dinding sel merupakan pelindung bagi sel dan berfungsi
dalam proses fisiologis, kerusakan pada dinding sel dapat mengawali
terjadinya perubahan-perubahan pada fisiologi sel sehingga dapat
menyebabkan kematian pada sel tersebut (Pelczar & Chan, 1988).
2.4 Pepaya (Carica papaya L.)
2.4.1 Klasifikasi pepaya (Carica papaya L.)
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan pepaya
diklasifikasikan sebagai berikut (Cronquist, 1981) :
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Parietales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica papaya L.
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
12
Gambar 2.2 Pepaya (C. papaya L.)
2.4.2 Morfologi Pepaya (Carica papaya L.)
Pepaya merupakan tanaman semak berbentuk pohon, tumbuh tegak,
batang berongga dan tidak berkayu, pada kulit batang terdapat tanda berkas
tangkai daun yang telah lepas dan bergetah, terkadang pada bagian atas
terdapat percabangan, tinggi pohon tidak mencapai 10 m (van Steenis, 2008).
Bentuk bunga pepaya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu bunga jantan (tidak
memiliki putik), bunga sempurna (berjenis kelamin dua/hermaprodit), dan
bunga betina (tidak memiliki benangsari), berwarna putih kekuningan. Bakal
buah menumpang, buah memilki satu ruang dan dengan 5 sekat semu,
termasuk buah buni (dinding buah terdiri dari dua lapisan, dengan lapisan luar
tipis, dan lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berdaging). Biji berjumlah
banyak, bulat, permukaan berkerut, dan berwarna hitam (Tjitrosoepomo,
1999; Tjitrosoepomo, 2002; Warisno, 2003; Dalimartha, 2009). Daun
berkumpul di ujung batang dan ujung percabangan, tangkai daun berbentuk
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
13
bulat silindris, berongga. Helaian daun berbentuk bulat telur, berbagi menjari
(tulang daun menjari dengan torehan lebih dari setengah panjang tulang
daun), ujung daun meruncing, pangkal berlekuk, warna permukaan atas
berwarna hijau tua, permukaan bawah hijau muda, tulang daun menonjol
pada permukaan bawah (van Steenis, 2008; Tjitrosoepomo, 2002).
2.4.3 Kegunaan Pepaya (Carica papaya L.)
Pepaya (Carica papaya) merupakan salah satu tanaman yang sering
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Kebanyakan masyarakat di Indonesia
memanfaatkan pepaya pada bagian buah, bunga, daun muda, dan batang
muda untuk bahan makanan, sedangkan getah daunnya sering digunakan
untuk melunakan daging (Dalimartha, 2009). Bagian-bagian dari pohon
pepaya dapat digunakan untuk obat mulai dari bagian buah, akar pohon, daun,
biji buah pepaya, dan getahnya pun dapat digunakan sebagai obat-obatan.
Buah pepaya berguna untuk mengobati maag, memperbaiki pencernaan,
sembelit, dan sariawan. Akar pohon pepaya dapat digunakan untuk
mengobati cacingan, penyakit ginjal, encok, dan racun ular. Bagian daun
pepaya dapat digunakan untuk mengatasi cacingan, demam, beri-beri,
disentri, kaki gajah, dan kanker. Biji buah pepaya dapat digunakan untuk
mengobati cacingan, dispepsia (kembung, mual, nyeri lambung) penyakit
kulit dan diare. Pada bagian getahnya dapat digunakan untuk mengobati luka
bakar, jerawat, kutil, dan eksim (Dalimartha, 2009). Secara tradisional biji
pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing gelang, gangguan
pencernaan, diare, penyakit kulit, kontrasepsi pria, bahan baku obat masuk
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
14
angin dan sebagai sumber untuk mendapatkan minyak dengan kandungan
asam-asam lemak tertentu. Minyak biji pepaya yang berwarna kuning
diketahui mengandung 71,60 % asam oleat, 15,13 % asam palmitat, 7,68 %
asam linoleat, 3,60% asam stearat, dan asam-asam lemak lain dalam jumlah
relatif sedikit atau terbatas (Warisno, 2003). Selain mengandung asam-asam
lemak, biji pepaya mengandung metabolit sekunder seperti golongan fenol,
terpenoid, alkaloid, dan saponin. Golongan Triterpenoid merupakan
komponen utama dari biji pepaya dan memiliki aktifitas fisiologi sebagai
sebagai anti bakteri (Sukadana et al., 2008).
2.5 Cara Pemberian Obat Pada Ikan
2.5.1 Rendaman
Metode pengobatan secara rendaman dilakukan bila ikan yang terkena
penyakit hanya beberapa ekor, perendaman dapat dilakukan di dalam bak atau
wadah kecil. Akan tetapi jika jumlah ikan yang terserang cukup banyak,
sebaiknya dilakukan perendaman dalam kolam/bak. Untuk melakukan
perendaman ikan di kolam/tambak, terlebih dahulu harus dihitung berapa
volume air yang terdapat di dalam kolam/tambak tersebut. Volume air
kolam/tambak dapat dihitung dengan mengukur panjang, lebar, dan tinggi
permukaan kolam/tambak (Kordi & Ghufran, 2004).
Nuraeti (2006) meneliti pengaruh ekstrak metanol daun jarak cina
terhadap sintasan ikan mas yang terinfeksi bakteri A. hydrophila dengan cara
perendaman dan dapat menghasilkan sintasan sebesar 73,3% dibandingkan
dengan kontrol yang hanya 20,0%.
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
15
2.5.2 Pembilasan
Pembilasan biasanya diterapkan pada telur ikan yang telah terserang
penyakit jamur. Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi
yang relatif tinggi. Ikan dibilas sekaligus sambil dilakukan penggantian air
(Kordi & Ghufran, 2004).
2.5.3 Penyuntikan
Pengobatan melalui penyuntikan dilakukan untuk mengobati ikan yang
terserang penyakit infeksi. Tindakan pengobatan melalui penyuntikan hanya
efektif digunakan jika ikan yang terserang jumlahnya relatif sedikit (Kordi &
Ghufran, 2004).
Penyuntikan dapat dilakukan secara intraperitoneal (IP), yaitu
penyuntikan dilakukan pada bagian belakang dari rongga perut yakni tepat di
depan sirip perut, dan secara intramuscular (IM), yaitu penyuntikan
dilakukan pada bagian tengah otot punggung dekat sirip punggung.
Penyuntikan secara intramuscular ini dianggap lebih baik, sebab selain sering
dilakukan, resikonya juga relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan
penyuntikan secara intraperitoneal (Kordi & Ghufran, 2004).
2.5.4 Penyemprotan
Penanggulangan penyakit di kolam/tambak dapat dilakukan dengan
cara penyemprotan. Bahan yang digunakan biasanya adalah pestisida.
Pengobatan dengan penyemprotan pestisida ini hanya dilakukan sebagai cara
terakhir, setelah cara-cara lain tidak ada yang efektif (Kordi & Ghufran,
2004).
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
16
2.5.5 Pengobatan Melalui Makanan
Ikan yang telah terserang penyakit dapat juga disembuhkan dengan
pengobatan melalui makanan, terutama terhadap serangan penyakit yang
tidak mengakibatkan kematian secara tiba-tiba. Pengobatan melalui pakan
sebaiknya segera dilakukan pada tahap awal terjadinya serangan, sebab pada
saat itu ikan masih mempunyai nafsu makan. Caranya, obat yang hendak
digunakan dicampurkan dengan makanan (sesuai dosis) sesaat sebelum
makanan diberikan (Kordi, 2004).
2.6 Kualitas Air
Air merupakan media yang paling vital bagi kehidupan ikan. Di dalam
budidaya ikan, kualitas air dan kuantitas air yang memenuhi syarat
merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
2.6.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat berpengaruh bagi
kehidupan ikan. Suhu mempengaruhi aktifitas fisika dan kimia dalam
perairan. Kenaikan suhu perairan akan menaikan derajat metabolisme. Suhu
optimal untuk pertumbuhan ikan di daerah tropis adalah 28-32ºC. Pada
kisaran tersebut, konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh per jam.
Pada suhu 18-25ºC, ikan masih bertahan hidup tapi nafsu makannya mulai
menurun. Suhu air 12-18ºC mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu
kurang dari 12ºC ikan tropis mati kedinginan (Effendie, 1997). Suhu perairan
yang baik untuk pertumbuhan ikan mas adalah 25-30°C (Rukmana, 2003).
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012
17
2.6.2 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) adalah logaritma negatif dari konsentrasi ion
hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan. pH suatu perairan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kehidupan suatu organisme perairan.
Pergoncangan pH yang terlalu besar secara terus menerus akan
mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan ikan maupun organisme yang
hidup di perairan. Pada umumnya nilai pH turun bersama dengan turunnya
kandungan mineral yang ada dalam perairan (Effendie, 1997). pH optimal
untuk ikan mas adalah kisaran 7-9 (Rukmana, 2003).
2.6.3 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung dalam air.
Oksigen sangat penting bagi kehidupan organisme, baik di darat maupun di
air. Oksigen agar dapat dimanfaatkan oleh organisme yang hidup di air harus
berada dalam keadaan terlarut dalam air. Kandungan oksigen terlarut dalam
suatu perairan dipengaruhi oleh luasnya daerah permukaan air yang
bersinggungan langsung dengan atmosfer, tekanan atmosfer, dan udara di
sekelilingnya. Pengurangan oksigen di air disebabkan oleh proses pernafasan
hewan dan tumbuhan air, serta proses penguraian bahan organik. Oksigen
terlarut dalam perairan sangat dibutuhkan semua organisme yang ada di
dalamnya untuk pernafasan dalam rangka melangsungkan metabolisme dalam
tubuh mereka (Effendie, 1997).
Pemberian Ekstrak Biji..., Rinawatiasih, FKIP UMP, 2012