7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Implementasi
2.1.1 Kesiapan Organisasi Melakukan Perubahan dalam suatu teori
Pendekatan teori dalam penelitian menggunakan mengacu pada efikasi
diri (self efficacy) yang diperkenalkan Bandura (1986) dalam Wainer (2009),
self efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya
dalam kompetensi untuk melaksanakan tugas tertentu dengan baik.
Berdasarkan penelitian Bandura, seseorang yang mempunyai efikasi tinggi
akan menetapkan target yang tinggi pula untuk menghasilkan sesuatu dan
akan berupaya untuk dapat mencapai tujuan dan target tersebut. Apabila
individu tersebut sukses dalam mencapai target yang telah ditetapkan, maka
ia akan menetapkan target lebih tinggi lagi dari target sebelumnya. Apabila
individu tersebut gagal mencapai target maka justru akan lebih giat lagi
untuk meraihnya. Kesuksesan maupun kegagalan dalam pencapaian target
kurang berpengaruh secara langsung terhadap perilaku individu, tetapi ikut
berperan mempengaruhi perasaan dan kepercayaan akan efikasinya.
Menurut Bandura dalam Legowo dkk (2009) ada 3 aspek dalam efikasi
diri: magnitude,generality dan strenght. Aspek magnitude kaitannya dengan
tingkat kesulitan suatu tugas. Individu akan melakukan tindakan yang
dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan akan menghindari tugas atau
situasi yang dirasakan itu diluar batas kemampuannya. Aspek generality
kaitannya dengan luas bidang atau tingkah laku. Beberapa pengalaman
berangsur-angsur atau secara perlahan dapat menimbulkan penguasaan
terhadap pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku, sedangkan
pengalaman lain membangkitkan keyakinan yang meliputi berbagai bidang
tugas. Aspek strenght kaitannya kekuatan atau kemantapan seseorang
8
terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi yang lebih rendah mudah
digoyangkan oleh pengalaman yang memperlemahnya, sedangkan
sebaliknya individu yang memiliki efikasi diri yang kuat akan tekun dalam
meningkatkan usahanya, meskipun dijumpai pengalaman yang
memperlemahnya.
Dari ketiga aspek epikasi diri yaitu magnitude, generality dan strenght,
digeneralisasikan dengan penilaian karyawan organisasi dalam penelitian ini
adalah pegawai keuangan pemerintah terhadap implementasi inovasi
akuntansi pemerintah. Ada Tiga hal utama kemampuan organisasi dalam
melakukan implementasi (Gist dan Mitchel (1992) dalam Wainer (2009))
yaitu:
1. Task demand (Formulasinya do we know what it will take to implement
this change effectively): Adanya pelaksanaan sosialisasi akuntansi
berbasis akrual, adanya pelatihan teknis SAP berbasis akrual, adanya
rekruitmen pegawai, pemberian insentif dan disinsentif. Menggunakan
jasa konsultan dalam rangka implemetasi SAP berbasis akrual.
2. Resource availablity (Formulasinya do we have the resource to
implement this change effectively): Ketersediaan pegawai berlatar
belakang akuntansi, ketersediaan tenaga IT, adanya sistem informasi
akuntansi berbasis IT, tersedianya sarana dan prasarana pendukung,
ketersediaan dana untuk melaksanakan implementasi.
3. Situational factor (Formulasinya can we implement this change
effectively given the situation we currently face): Pegawai keuangan
mempunyai pamahaman dasar akuntansi berbasis akrual, kompetensi
pegawai dalam mengelola keuangan dan menyusun laporan keuangan,
pegawai memahami apa acuan dasar dalam menyusun laporan
keuangan, adanya dukungan pimpinan berupa peraturan-peraturan
tentang penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintah daerah,
9
koordinasi antara BPKAD dan penatausahaan keuangan SKPD terkait
penyampaian laporan keuangan.
.Menurut Wainer, efikasi terhadap perubahan bernilai tinggi apabila
anggota organisasi mampu menerima dengan baik task demand, resource
availability dan situational factor sehingga secara bersama-sama anggota
organisasi mempunyai kepercayaan diri dalam melakukan perubahan dalam
suatu organisasi.
2.1.2 Prasyarat dalam memperkenalkan Akuntansi Akrual
Memperkenalkan akuntansi akrual harus dilihat bukan sebagai
perubahan teknik akuntansi dan memfokuskan hanya pada laporan keuangan
melainkan proses pengelolaan keuangan secara keseluruhan dan juga
membutuhkan perubahan budaya organisasi (Hepworth, 2003). Budaya
organisasi menurut Luthans (1998) dalam Faradillah (2013), merupakan
norma-norma atau nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi,
setiap anggota organisasi berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku
agar diterima dilingkungannya.
Berdasarkan Luthans, budaya organisasi sebagai bentuk karakteristik
pemerintah adalah beraucratic culture yang menekankan pada formalitas,
aturan, peran, kebijakan, prosedur, rantai komando dan pengambilan
keputusan terpusat. Apabila melakukan implementasi maka budaya birokrasi
harus ada perubahan. Keefektifan implementasi menurut Klein dan Sorra
(1996) apabila iklim dan budaya di organisasi berjalan dengan baik dan
perlunya nilai-nilai yang cocok dengan inovasi (innovation-fit value).
Beberapa nilai-nilai yang cocok dengan inovasi sebagai prasyarat agar
berhasil mengimplementasikan akuntansi akrual (Hepworth, 2003):
- Consultation dan acceptance (tidak ada pendekatan dengan tipe
“command and control” di instansi pengelola keuangan pemerintah,
10
budaya dalam pemerintah harus bisa menerima secara terbuka,
mengindetifikasi manfaat dan biaya implementasi, menerima
perubahan peran pertanggungjawaban pada pengelolaan keuangan
pemerintah).
- The accountancy profession to be interested in and involved with the
public sector (karena profesi akuntansi sangat dibutuhkan di sektor
publik karena kapasitas mereka dan kompetensi mereka menguasai
standar akuntansi, tidak hanya profesi akuntansi yang ahli dalam
standar akuntansi, para manajer keuangan sektor swasta juga dilatih
untuk memahami standar di perusahaan).
- Increase the number of financial managers (kontribusi manajer
keuangan dalam implementasi akuntansi akrual sangat dibutuhkan
dengan melakukan rekrutimen tenaga yang berkualifikasi akuntan,
manajer keuangan perlu diberikan pendidikan dan pelatihan yang
dibutuhkan dalam rangka pelayanan publik.
- Accountancy profession co-operation in the development, to become
involved and monitoring accounting standards implemetation (tanpa
adanya keterlibatan profesi akuntansi, maka pemerintah bisa saja
„mengutak-atik‟ standar sesuai dengan kemauan mereka sendiri apalagi
bisa di pengaruhi politik yang berkuasa pada saat itu).
- The understanding and willingness to support by external auditor in
central government (sistem akuntansi akrual sangat kompleks dan
membutuhkan suatu penilaian yang baru seperti contohnya penilaian
aset dan umur aset, mencocokan temuan, prinsip kehati-hatian,
materilitas, dan going concern oleh karena itu tanggung jawab serta
harapan auditor dituntuat untuk mengikuti perubahan).
- A comprehensive management training programme for line manager
how to use accrual accounting system (Manajer lini melalui pelatihan
11
dapat mengambil manfaat dari mengoperasikan akuntansi berbasis
akrual, mereka dapat mempertimbangkan memahami perbedaan antara
akuntansi kas dan akuntansi akrual dan dapat menilai penggunaan dari
informasi akrual basis bagi aktivitas manajemen secara efisien dan
efektif).
- Public sector cultural ethic must neutral civil service (non political),
strong well regarded central agency (the ministry of finance)
(Pemerintah dituntut harus bersikap netral tidak mengandung unsur
politis dalam pelayanan publik, badan pengelola keuangan pemerintah
adalah pusat keagenan berpengaruh kuat dan mampu bertanggung
jawab secara penuh pengelolaan keuangan pemerintah serta memahami
dan menerima dengan baik sistem pengendalian anggaran di seluruh
instansi. Mempunyai kemauan untuk melayani kebutuhan manajemen
lini dan bersikap fleksibel.
- A comphensive annual independent audit (laporan keuangan tahunan
pemerintah yang telah di audit dari setiap instansi yang harus
diserahkan ke legislatif dan diperiksa kembali dengan cermat dan
dirinci kembali agar bisa diambil keputusan secara tepat).
- There must be no systemic corruption and no informal parallel
processes that are allowed to complement the formal processes (Tidak
ada tindakan korupsi sistemik, budaya yang ada di pemerintah harus
menjamin bahwa peraturan yang ditetapkan seperti akuntansi dan
anggaran berbasis akrual itu harus dipatuhi).
- From the outset, there must be willingness to recognize that the
introduction of accrual accounting and budgeting will take time (pada
tahap awal, jarak untuk memperkenalkan akuntansi dan anggaran
berbasis akrual harus melewati masa jabatan (5 tahun) di legislatif
12
maupun masa kerja partai politik di dewan. Karena reformasi perlu
didukung luas diberbagai lapisan politik ).
- The new and additional of IT capacity (perlu ada kapasitas IT yang
dibutuhkan dalam memperkenalkan akuntansi dan anggaran berbasis
akrual, contohnya pada biaya modal).
- There must be the capacity financial and penalties (pemerintah perlu
membuat dan memberikan penghargaan dan sanksi secara finasial
dalam rangka mendukung pendekatan manajemen praktis agar lebih
efisien dalam hal menggunakan sumberdaya dan pelayanan jasa).
- The introduction of accrual accounting and budgeting as part of a
wide-ranging process of reform (Memperkenalkan akuntansi dan
anggaran berbasis akrual dilihat sebagai bagian dari proses reformasi
yang meliputi banyak hal, dan bukan hanya “payung” menuju
kestabilan dan proses manajemen yang tidak berubah).
Model kontijensi Luder (Chan, 1994) ada 2 variabel yang dipergunakan
dalam implementasi yaitu: 1) Structural variables of politico-administrative
system terdiri dari rekruitmen dan pelatihan staf, budaya administrasi,
persaingan politik. 2) Social Structural Variables terdiri dari socioeconomic
status, budaya politik. Hambatan implementasi dalam model kontijensi
Luder yaitu: karakteristik organisasi, aturan hukum, kualifikasi akuntan,
ukuran yuridiksi.
Menurut Vrakking dan Verbeek (1993) dalam Vrakking (1995)
pelajaran yang didapat dari proses implementasi adalah:
1. Good communication and information
Sangat penting untuk menginformasikan ke seluruh tenaga kerja tentang
perubahan. Dengan cara ini akan meningkatkan keinginan melakukan
perubahan (Bochardt, 1989). Melakukan komunikasi, adanya ancaman
strategik bagi seluruh organisasi, dengan cara ini akan memberikan
13
dukungan untuk melakukan perubahan (mengurangi resistensi) (Stein &
Van Waes, 1989).
2. Training
Pemberian pelatihan adalah hal utama yang terpenting untuk
membimbing manajemen organisasi menengah kebawah untuk
mengelola proses perubahan yang berkaitan dengan karyawan (Bochart,
1989).
3. Top down dan bottom up communication
Program perubahan diawali dari top-down, tetapi yang mengembangkan
bottom-up (Otten dan Inder Maur, 1989). Lebih jelasnya kombinasi
antara top-down dan bottom up merupakan tujuan umum yang diatur
pada level manajemen dan mendesain fungsi produk baru untuk
menggantikan posisi bottom-up (Terra, 1988).
4. Powerful leaders, support from opinion leaders
Memastikan ada dukungan dari tokoh kunci (key figures) dalam
organisasi. Harus ada dukungan dari pimpinan (Breur dan Van der Ligt,
1988).
5. Create support
Menurut Vrakking (1995), suatu dukungan mempunyai peranan penting
di semua artikel dan semua isu membahas topik implementasi.
6. Line management must support the change
Organisasi harus mempunyai pejabat-pejabat tinggi sebagai manajemen
lini yang berkecukupan sebagai posisi kunci, untuk mendukung dan
memperluas kerjasama mereka dalam proyek perubahan.
Menurut Ouda (2010) perubahan akuntansi dalam fase transisi
membutuhkan suatu kondisi: 1) dukungan birokrasi, 2) adanya ketentuan
hukum, 3) strategi komunikasi, 4) konsultasi dan koordinasi (5) Kemampuan
teknologi informasi.
14
Weiner (2009) beranggapan bahwa dalam mendukung kesiapan
melakukan perubahan dibutuhkan faktor yaitu kebijakan dan prosedur,
sumber daya organisasi.
Penelitian Eriotis et.al., (2011) menemukan bahwa (1) support of
consultants, (2) IT existing quality, (3) education level of accounting
department staff dan (4) level of specific training merupakan faktor positif
dalam menjelaskan berbagai alternatif implementasi adopsi akuntansi oleh
rumah sakit publik di Italia.
Menurut Klein dan Sorra (1996) kekuatan pengembangan iklim
implementasi yang digunakan: (1) Memastikan ketrampilan (skill) yang
dimiliki karyawan dalam menggunakan inovasi. (2) Memberikan insentif
apabila inovasi digunakan, tidak diberikan insentif apabila menghindari
inovasi. Nilai organisasi yang cocok dengan inovasi yaitu, pertama
bagaimana organisasi harus berhubungan dengan pihak eksternal, kedua
bagaimana setiap anggota organisasi saling berhubungan (communication)
dan saling bekerja sama (co-operation).
Penelitian tentang faktor kegagalan kritis dalam implementasi ERP
(Enterprise Resource Planning), Shirouyehzad, et.al (2011), menemukan
bahwa organisasi bisa mengurangi atau menghilangkan dampak dari
kegagalan dengan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam
implementasi menggunakan pendekatan FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) dilihat dari:
a. Teamwork dan skill (kerjasama dan komposisi tim memegang peranan
penting dalam implementasi, eksternal konsultan dan staf internal
bekerjasama untuk mengembangkan ketrampilan teknis yang sangat
diperlukan bagi para staf untuk mendesain dan melakukan
implementasi).
15
b. User involvement and training (keterlibatan dari para pengguna inovasi
sangat penting dalam rangka memenuhi harapan perubahan, serta peran
perlu adanya pelatihan bagi pengguna dalam rangka memfasilitasi
implementasi).
c. Communication (Harapan terhadap perubahan maupun tujuan dari setiap
level harus dikomunikasikan, komunikasi yang lengkap dan terbuka
dapat meningkatkan kesuksesan dan membuka wawasan secara luas bagi
perusahaan dalam melakukan implementasi).
d. Information technology dan legacy system (tahap transisi merupakan
periode yang genting, IT harus dipelajari sebelum melakukan
implementasi dan bagaimana dampaknya bagi bisnis bagi organisasi).
e. Top management support (faktor kunci dalam keberhasilan
implementasi adalah dukungan dari manajemen puncak, manajemen
senior harus berkomitmen dengan keterlibatan dan kemauan mereka
untuk mengalokasikan semua sumber daya yang bernilai dalam
melakukan).
Menurut Pabedinskaite (2010), faktor yang mendukung keberhasilan
proses implementasi ERP yaitu:
1. Top management support (misi dari manajemen puncak adalah
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi implementasi dan tapi juga
berusaha mencapainya).
2. Appropriate and timely trainning and education employees (pelatihan
berguna untuk calon pengguna dapat menggunakan sistem dan
pendidikan bagi para pengguna untuk membangun pemahaman yang
lebih baik tentang pekerjaan mereka dimana mereka ditempatkan di
organisasi).
16
2.2 Klasifikasi Faktor Pendukung Implementasi
Berdasarkan literatur banyak faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap implementasi. Di Indonesia tantangan dalam implementasi akrual
menurut Simanjuntak (2010) adalah: kebutuhan sistem akuntansi yang
terpadu dan teknologi informasi yang memadai, keandalan pelaporan
keuangan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, komitmen
pemimpin dalam menerima dana dekonsentrasi, kebutuhan SDM yang
kompeten dalam bidang akuntansi pemerintahan, perlunya memberikan
sistem insentif dan renumerasi yang memadai mencegah praktik KKN.
Penelitian lokal tentang SAP telah dilakukan sebelumnya, seperti
penelitian Hartina (2009) menunjukan bahwa Pemkab Langkat masih
menggunakan bantuan jasa konsultan dan pendampingan BPK dalam
menyusun LKPD berdasarkan SAP. Penelitian Sulani (2010) menunjukan
variabel independen seperti SDM, komitmen dan perangkat pendukung
sebagai variabel independen mampu menjelaskan keberhasilan penerapan
PP No.24/2005 pada Pemkab Labuhan Batu. Penelitian Romilia (2011)
menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi diantaranya
faktor komunikasi dan perangkat pendukung berpengaruh positif terhadap
keberhasilan penerapan PP No. 24 tahun 2005. Penelitian Ardiansyah dan
Atmini (2013) berhasil menemukan bukti adanya pengaruh variabel kualitas
SDM dan komunikasi terhadap kesiapan SAP berbasis akrual.
Peneliti hanya mengambil faktor-faktor lingkungan sesuai dengan
kondisi kontekstual terjadi di Indonesia. Kemudian peneliti
mengklasifikasikan kedalam beberapa kategori dan diperoleh matriks faktor
pendukung yang berhubungan dengan implementasi. Matriks tersebut dapat
dilihat seperti dibawah ini:
17
Tabel 1
Matriks Faktor Pendukung
Faktor Pendukung Referensi Penelitian
SDM Ketersediaan tenaga
kerja yang berkualifikasi
keuangan dan akuntansi
Chan, 1994; Hepworth,
2003; Simanjuntak,
2010; Sulani, 2010
Pelatihan bagi para
manajer
Chan, 1994; Vrakking,
1995; Hepworth, 2003;
Shirouyehzad,
et.al,2011;
Keterampilan
menggunakan inovasi
Klein & Sora, 1996;
Pabedinskaite, 2010
Level pendidikan (Eriotis, et.al, 2011)
Komitmen
Organisasi
Dukungan dari
pemimpin melalui
kebijakan dan peraturan
yang berlaku
Chan, 1994; Vrakking,
1995; Hepworth, 2003;
Weiner, 2009;
Pabedinskaite, 2010;
Simanjuntak, 2010;
Sulani, 2010;
Shirouyehzad, et.al,
2011
Memperkenalkan
akuntansi akrual
Hepworth, 2003; Ouda,
2010
IT dan perangkat
pendukung
Sistem informasi
akuntansi berbasis IT
Hepworth, 2003; Ouda,
2010; Simanjuntak
2010; Eriotis, et.al,
2011; Shirouyehzad,
et.al, 2011
Perangkat pendukung
seperti software dan
hardware
Sulani, 2010; Romilia,
2011
Komunikasi Vrakking, 1995; Klein &
Sora, 1996; Ouda, 2010;
Shirouyehzad, et.al,
2011
18
Jasa Konsultan Hartina, 2009; Pabedinskaite, 2010;
Eriotis, et.al, 2011
Penghargaan dan sanksi (Klein & Sora, 1996;
Hepworth, 2003)
Sumber: Data diolah
Berdasarkan matriks faktor pendukung dikemukakan, diperoleh faktor
pendukung implementasi yaitu:
1. SDM
2. Komitmen organisasi
3. IT dan perangkat pendukung
4. Komunikasi
5. Jasa konsultan
6. Penghargaan dan sanksi
2.3 Kerangka Konsep
1. Faktor pertama adalah Sumber Daya Manusia meliputi:
a. Task demand: Pelaksanaan kegiatan pelatihan akuntansi berbasis
akrual, pemahaman dan ketrampilan pengelolaan keuangan berbasis
kas dan akrual.
b. Resource availablity: Ketersediaan SDM yang berkualifikasi
akuntansi.
c. Situational factor: Pegawai keuangan mempunyai pamahaman dasar
akuntansi berbasis akrual, pegawai keuangan mempunyai kompetensi
dalam mengelola keuangan dan menyusun laporan keuangan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Faktor SDM berpengaruh terhadap efikasi. Persiapan implementasi SAP
berbasis akrual akan berjalan dengan efektif apabila efikasi terhadap
SDM tinggi.
19
2. Faktor kedua adalah Komitmen meliputi:
- Task demand: Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dalam rangka
memperkenalkan SAP berbasis akrual.
- Situational factor: Pegawai keuangan memahami peraturan berlaku
sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan yang berdasarkan
SAP, adanya kebijakan dan peraturan daerah tentang penerapan
akuntansi berbasis akrual di pemkab.
Faktor komitmen berpengaruh terhadap efikasi. Persiapan implementasi
akan berjalan dengan efektif apabila penilaian efikasi terhadap
komitmen tinggi.
3. Faktor ketiga adalah IT dan perangkat pendukung
Resource availablity: Ketersediaan sistem informasi berbasis IT,
ketersediaan sarana dan prasaran fasilitas pendukung hardware dan
software.
Faktor IT dan sarana pendukung berpengaruh terhadap efikasi.
Persiapan implementasi SAP berbasis akrual akan berjalan efektif
apabila efikasi terhadap IT dan perangkat perangkat pendukung tinggi.
4. Faktor keempat adalah komunikasi
Situational factor: Koordinasi antara BPKAD dan penatausahaan
keuangan SKPD terkait penyampaian laporan keuangan.
Faktor komunikasi berpengaruh terhadap efikasi. Persiapan
implementasi SAP berbasis akrual akan berjalan efektif apabila efikasi
terhadap komunikasi tinggi.
5. Faktor kelima adalah jasa konsultan
Task demand: Menggunakan jasa konsultan dalam rangka implemetasi
SAP berbasis akrual.
20
Faktor jasa konsultan berpengaruh terhadap efikasi. Persiapan
implementasi SAP berbasis akrual akan berjalan efektif apabila
penilaian efikasi terhadap jasa konsultan tinggi.
6. Faktor keenam adalah penghargaan dan sanksi
Situational factor: Adanya bentuk penghargaan dan sanksi untuk
mendukung implementasi.
Faktor penghargaan dan sanksi berpengaruh terhadap efikasi. Persiapan
implementasi SAP berbasis akrual akan berjalan efektif apabila
penilaian terhadap penghargaan dan sanksi tinggi.
Gambar 1
Kerangka Konsep
Sumber: Data diolah
Impementasi Akuntansi
Berbasis Akrual
- penilaian Efikasi
Faktor Pendukung
SDM
Komitmen
Organisasi
Komunikasi
Jasa Konsultan
Penghargaan dan
Sanksi
IT dan Perangkat
Pendukung