8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis memaparkan tiga penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang Pengaruh Wisata
Makam Proklamator Bung Karno Terhadap Tingkat Pendapatan Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah Di Kota Blitar.
1. Yhoga Bagus Adhikrisna (2016) melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pariwisata Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur 2011-2014”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perkembangan dan menganalisis pengaruh jumlah
wisatawan, jumlah hotel dan jumlah restoran terhadap produk domestik
regional bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh saudara Yhoga tersebut diketahui Jumlah Wisatawan (X1),
Jumlah Hotel (X2), dan Jumlah Restoran (X3) terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (Y) berpotensi mempengaruhi PDRB secara positif. Ketiga
variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependennya, sehingga hendaknya dapat dijadikan landasan bagi pemerintah
Provinsi Jawa Timur untuk mengambil kebijakan dalam rangka
pengembangan perekonomian di Provinsi Jawa Timur.
9
2. Rony Ika Setiawan (2013) “Strategi Pemasaran Pendukung Sektor Pariwisata
Berbasis Usaha Mikro dan Kecil di Kota Blitar”. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan strategi pemasaran pendukung sektor pariwisata berbasis
usaha mikro dan kecil di Kota Blitar. Berdasarkan dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rony dapat diketahui prioritas strategi pemasaran sektor
pendukung pariwisata berbasis usaha mikro dan kecil di Kota Blitar urutannya
adalah sebagai berikut: product/service, people, price, positioning,power,
physical, publicity, promotion, place, publicrelation, dan purchasing power.
Dengan meningkatkan pelatihan manajemen usaha terutama yang berkaitan
dengan strategi pemasaran, mereka akan dapat meningkatkan pemasaran ke
daerah/propinsi dan Negara lain.
3. Firdausa (2013) dengan judul penelitian Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha,
dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak.
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh modal awal, lama usaha,
dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang kios di pasar bintoro demak.
Dengan menggunakan metode Regresi Linier Berganda. Dan hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa modal awal, lama usaha dan jam kerja berpengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang, pengaruh ketiganya cukup besar.
Persamaan penelitian sekarang dengan peneliti-peneliti terdahulu yaitu pada
peneliti pertama sama-sama menggunakan objek tentang pariwisata dan memakai
tiga variabel independen. Untuk analisis pada peneliti pertama sama-sama
menggunakan alat analisis regresi. Pada peneliti kedua sama-sama menggunakan
pelaku UMKM sebagai variabel indepeden. Peneliti kedua sama-sama
10
menggunakan studi kasus di Kota Blitar. Sedangkan pada peneliti ketiga sama-
sama menggunakan variabel terikat (Y) tentang pendapatan dan variabel bebas
(X) tentang jam kerja, modal, lama usaha.
Perbedaan penelitian sekarang dengan peneliti-peneliti terdahulu adalah
pada lokasi studi kasus, peneliti pertama menggunakan studi kasus di Jawa Timur,
sedangkan penelitian sekarang menggunakan studi kasus di Kota Blitar. Untuk
alat analisis pada peneliti kedua menggunakan software Expert Choice2000
melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sedangkan penelitian
sekarang menggunakan analisis regresi linier berganda.
B. Landasan Teori
1. Pendapatan
1) Pengertian Pendapatan
Tujuan pokok dijalankannya suatuusaha perdagangan adalah untuk
memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsunganhidup usaha perdagangannya.
Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah
merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran.
Pendapatanjuga dapat diartikan sebagai hasil dari penjualan baik itu
berupa uang atau barang yang diterima dan merupakan balas jasa untuk
faktor-faktor produksi. Upaya peningkatan pendapatan ini ditempuh melalui
usaha produktivitas seluruh sumber daya manusia yang ada dalam keluarga.
Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari keseluruhan anggota
rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhikeluarga
11
ataupunperorangan anggota rumah tangga. Pendapatan seseorang dapat
berubah-ubah dari waktu kewaktu sesuai kemampuan mereka. Oleh sebab itu,
dengan berubahnya pendapatan seseorang akan berubah pula besarnya
pengeluaran mereka untuk konsumsi suatu barang. Jadi pendapatan
merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi konsumsi seseorang
atau masyarakat terhadap suatu barang.
Seorang pengusaha dalam melakukan usahanya akan selalu berfikir
bagaimana mengalokasikan input seefektif dan seefisien mungkin untuk
memperoleh hasil maksimal dan memaksimumkan keuntungan atau
pendapatan. Namun, islam tidak menyukai atas pembuatan memaksimalkan
pendapatn demikian. Bagaimanapunjuga, praktik mamaksimalisasi
pendapatan (laba) yang saat ini terlalu berlebihan dalam menekan efisiensi
ekonomi dan tidak mengindahkan implikasi yang kurang baik pada ekonomi.
Pendapatan adalah penerimaan dana sebagai hasil dari suatu investasi.
Pendapatan juga berarti aliran penerimaan kas atau harta lain yang diterima
dari konsumen sabagai hasil penjualan barang atau pemberian jasa.
Sedangkan dalam pedoman akuntansi Indonesia dikatakan bahwa pendapatan
adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban suatu
badan usaha yang timbul dari pengaruh barang dan jasa atau aktivitas usaha
lainnya dalam suatu periode.
2) Macam-Macam Pendapatan
Biro pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:
a. Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari :
12
(1) Gaji dan upah
(2) Usaha sendiri
(3) Hasil investasi
(4) Keuntungan sosial
b. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan yang berupa:
(1) Bagian pembayaran upah dari gaji yang dibentuk dalam : bonus,
pengobatan, transportasi, perumahan, rekreasi.
(2) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah
c. Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan adalah, yaitu penerimaan
yang berupa : pengambilan tabungan, penjualan barang-barang yang
dipakai, penagihan piutang, pinjaman utang, kiriman uang, warisan.
3) Sumber Pendapatan
Menurut Sumardi Evert, pendapatan yang diterima seseorang berasal dari
berbagai sumber pendapatan yaitu:
a. Pendapatan sector formal, yaitu pendapatan yang bersumber dari upah
atau gaji yang diperoleh secara tetap dan jumlah yang telah ditentukan.
b. Pendapatan sector informal, yaitu pendapatan yang bersumber dari
perolehan atau penghasilan tambahan.
c. Pendapatan sub intern, yaitu pendapatan yang bersumber dari usaha
sendiri seperti dari hasil bercocok, beternak, hasil dari kebun dan
sebagainya.
13
4) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
jumlah tenaga kerja, jam kerja, modal usaha, dan pengalaman usaha. Hal-hal
yang mempengaruhi pendapatan menurut Wahyudin dan Oktariana
ditentukan berdasarkan dari beberapa teori seperti menurut Tjiptoroso dalam
Wahyudin dan Oktariana, bahwa dengan modal yang relatif besar akan
memungkinkan suatu unit penjualan menambah variasi komoditas
dagangannya. Dengan cara ini berarti akan semakin memungkinkan diraihnya
pendapatan yang lebih besar. Menurut Sentayani dalam Wahyudin dan
Oktarina, bahwa penggunaan tenaga kerja dapat pula meningkatkan
pendapatan karena dengan tambahan jumlah tenaga kerja akan
memungkinkan adanya pelayanan yang lebih baik kepada konsumen, baik
dalam arti kualitas maupun kuantitas pelayanan. Melalui cara ini maka akan
dapat memikat jumlah pelanggan yang lebih banyak dan lebih
memungkinkan terpeliharanya loyalitas pelanggan, dan akhirnya akan
meningkatkan pendapatan.
Untuk meningkatkan pendapatan usaha pengusaha konveksi harus
meningkatkan kinerja pengelolaan usahanya, seperti pemanfaatan modal kerja
secara optimal, dan penggunaan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhitingkatpendapatanadalah :
a. Faktor tenaga kerja, dalam hal ini tenaga kerja yang diukur dengan jumlah
tenaga kerja yang digunakan.
b. Faktor alam, seperti tersedianya bahan baku untuk proses produksi.
14
c. Faktor modal, modal yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha,
terutama modal kerja untuk kegiatan operasi sehari-hari.
d. Faktor keahlian, keahlian dalam hal ini ditunjukkan dengan keterampilan
kewirausahaan seorang pengusaha, semakin lama seorang pengusaha
menekuni usahanya, maka akan semakin memiliki ketrampilan
kewirausahaan yang tinggi.
Menurut Suwardjono dalam Astuti bahwa tingkat pendapatan dipengaruhi
oleh:
a. Modal atau pendanaan yang mengakibatkan adanya tambahan dana.
b. Untung dari penjualan aktiva yang berupa produk perusahaan.
c. Hadiah, sumbangan atau temuan.
d. Penyerahan produk perusahaan berupa hasil penjualan produk atau
penyerahan jasa.
Adanya modal kerja yang lebih dari cukup akan mengurangi risiko
dan meningkatkan hasil perusahaan. Pendapatan ini didasarkan bahwa dengan
cukup tersedianya modal kerja maka, kegiatan dapat diarahkan pada
pencarian hasil yang lebih tinggi dengan ekspansi/perluasan usaha.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat pendapatan, diantaranya faktor modal kerja,
tenaga kerja, jam kerja, lama usaha, ketersediaan bahan baku, teknologi, serta
produk.
15
2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah diatur oleh
undang-undang No 20 tahun 2008. Pengertian UMKM adalah peluang usaha
produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur oleh undang-undang.
Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri,yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi yang kriteria usaha kecil
sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang. Kriteria UMKM,
peluang usaha mikro memiliki asset maksimal Rp 50 juta, dengan omset
maksimal Rp 300 juta/ tahun. Peluang usaha kecil memiliki asset > Rp 50 juta
-Rp 500 juta dengan omset > Rp 300 juta –Rp 2,5M /tahun. Peluang usaha
menengah memiliki asset > Rp 500 juta –Rp 10 M dengan omset > Rp 2,5 M
– Rp 50 M /tahun.
Bentuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berupa perusahaan
perorangan, persekutuan, seperti misalnya firma dan CV maupun perseroan
terbatas. Dari perspektif dunia diakui bahwa usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital didalam
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya dinegara-negara
sedang berkembang (NSB), tetapi juga dinegara-negara maju (NM). Di
Negara maju UMKM sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha
16
tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar,
seperti halnya di negara sedang berkembang tetapi juga dibanyak negara
kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestic
bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar. Menurut
Aharoni (1994) dalam Tulus Tambunan (2009), jumlah UMKM dinegara
adidaya tersebut mencapai sedikitnya diatas 99 persen dari jumlah unit usaha
dari semua kategori. Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan inti dari
basis industri di Amerika Serikat. UMKM juga sangat penting dibanyak
negara Eropa, khususnya Eropa Barat. Di Belanda misalnya, jumlah UMKM
sekitar 95% dari jumlah perusahaan di negara kincir angin tersebut (Bijmolt
dan Zwart, 1994) dalam Tulus Tambunan (2009). Seperti di Amerika Serikat,
juga dinegara-negara industri maju lainnya yang tergabung dalam OECD,
seperti Jepang, Jerman, Prancis dan Kanada. UMKM merupakan motor
penting dari pertumbuhan ekonomi, inovasi dan progres teknologi
(Thornburg, 1993 dalam Tulus Tambunan 2009).
Di Negara yang sedang berkembang UMKM yang ada memiliki
karakteristik yang berbeda dengan usaha besar, karakteristik yang dimiliki
adalah sebagai berikut (Tulus Tambunan, 2009:2) :
a. Jumlah perusahaan sangat banyak jauh melebihi jumlah usaha besar.
Terutama dari kategori usaha mikro, dan usaha kecil. Berbeda dengan
usaha besar dan usaha menengah, usaha mikro dan usaha kecil tersebar
diseluruh pelosok perdesaan, termasuk diwilayah-wilayah yang terisolasi.
Oleh karena itu, kelompok usaha ini mempunyai suatu signifikansi lokal
17
yang khusus untuk ekonomi perdesaaan. Dalam kata lain, kemajuan
pembangunan ekonomi perdesaan sangat ditentukan oleh kemajuan
pembangunan UMKM nya.
b. Karena sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMKM
dapat dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan
nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan
pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin. Hal ini juga yang bisa
menjelaskan kenapa pertumbuhan UMKM menjadi semakin penting
diperdesaan di negara sedang berkembang, terutama diderah-daerah
dimana sektor pertanian mengalami stagnasi atau sudah tidak mampu lagi
menyerap pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga kerja
diperdesaan. Teori dari A. Lewis (suplai tenaga kerja tak terbatas),
kondisi kelebihan tenaga kerja diperdesaan akan menciptakan arus
manusia terus-menerus dari perdesaan ke perkotaan. Apabila kegiatan-
kegiatan ekonomi perkotaan tidak mampu menyerap pendatang-
pendatang tersebut, jumlah pengangguran akan meningkat dan akan
muncul banyak masalah sosial diperkotaan. Oleh sebab itu, kegiatan-
kegiatan nonpertanian diperdesaan, terutama industri, selalu diharapkan
bisa berfungsi sebagai sumber penyerapan kelebihan penawaran tenaga
kerja kesektor pertanian sehingga bisa membatasi arus migrasi
keperkotaan dan dalam hal ini UMKM perdesaan dapat memainkan suatu
peran yang signifikan.
18
c. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM bisa
bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada
tahun 1997-1998. Oleh sebab itu, kelompok usaha ini dianggap sebagai
perusahaan-perusahaan yang memiliki fungsi sebagai basis bagi
perkembangan usaha lebih besar. Misalnya usaha mikro bisa menjadi
landasan bagi pengembangan usaha kecil, sedangkan usaha kecil bagi
usaha menengah dan usaha menengah bagi usaha besar.
d. Walaupun pada umumnya masyarakat perdesaan miskin, banyak bukti
yang menunjukkan bahwa orang-orang desa yang miskin bisa menabung
dan mereka mau mengambil risiko dengan melakukan investasi. Dalam
hal ini, UMKM bisa menjadi suatu titik permulaan bagi mobilitas
tabungan/investasi diperdesaan sementara pada waktu yang sama,
kelompok usaha ini dapat berfungsi sebagai tempat pengujian dan
peningkatan kemampuan berwirausaha dari orang-orang desa.
e. Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh UMKM juga untuk
masyarakat kelas menengah dan atas, terbukti secara umum bahwa pasar
utama bagi UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi sederhana
dengan harga relatif murah, seperti pakaian jadi dengan desain sederhana,
mebel dari kayu, bambu, dan rotan, barang-barang lainnya dari kayu, alas
kaki, dan alatalat dapur dari aluminium dan plastik. Barang-barang ini
memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat miskin atau masyarakat
berpendapatan rendah. Namun demikian, banyak juga UMKM yang
membuat barang-barang nonkonsumsi, seperti peralatan-peralatan
19
produksi, berbagai macam mesin sederhana dan/atau komponen-
komponennya, bahan-bahan bangunan dan barang-barang setengah jadi
lainnya untuk kebutuhan kegiatan-kegiatan dibanyak sektor, seperti
industri, konstruksi, pertanian, perdagangan, pariwisata dan transportasi.
f. Seperti sering dikatakan didalam tulisan satu keunggulan dari UMKM
adalah tingkat fleksibilitasnya yang tinggi, relatif mampu bersaing
terhadap pesaingnya yaitu usaha besar. Berry dkk (2001) dalam Tulus
Tambunan (2009) menyatakan kelompok usaha ini dilihat sangat penting
di industriindustri yang tidak stabil atau ekonomi-ekonomi yang
menghadapi perubahan-perubahan kondisi pasar yang cepat, seperti
kondisi ekonomi 1997-1998 yang dialami oleh beberapa negara di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut laporan BPS terdapat perbedaan
antara usaha mikro usaha kecil dan usaha menengah dalam latar belakang
atau motivasi pengusaha melakukan usaha. Perbedaan motivasi
pengusaha sebenarnya harus dilihat sebagai karakteristik paling penting
untuk membedakan antara UMKM dengan usaha besar, maupun antar
sub kategori didalam kelompok UMKM itu sendiri. Menurut laporan itu,
sebagian besar pengusaha mikro di Indonesia mempunyai latar belakang
ekonomi yakni alasan utama melakukan kegiatan tersebut adalah ingin
memperoleh perbaikan penghasilan. Perbedaan lain antara UMKM
dengan usaha besar maupun didalam kelompok UMKM itu sendiri
menurut status badan hukum. Jelas, semua perusahaan didalam kelompok
usaha besar berbadan hukum. Namun tidak demikian dengan UMKM.
20
Berdasarkan hasil survey BPS, terlihat bahwa sebagian besar UMKM
tidak berbadan hukum yang mencapai sekitar 95,1 persen dari jumlah
unit usaha.
3. Pariwisata
Menurut etimologi kata pariwisataidentikkan dengan kata “travel”
dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan
melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu
perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu
tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan
kesenangan (Sinaga, 2010:12).
Menurut Yoeti (1987:103-109), Secara etimologi kata Pariwisata
berasal dari bahasa sanskerta. Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu
masing – masing kata pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali – kali,
berputar – putar dan lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian, yang
dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa inggris. Atas dasar
tersebut maka pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali – kali atau berputar – putar dari suatu tempat ke tempat lain.
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu yang di selenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud
bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi
semata – mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan
rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
21
Menurut Spillane (1987:22) seseorang dapat melakukan perjalanan atau
pariwisata dengan berbagai cara karena alasan yang berbeda – beda pula.
Suatu perjalanan dapat dianggap sebagai perjalana wisata bila memenuhi tiga
persyaratan yang diperlukan, yaitu:
a. Harus bersifat sementara.
b. Harus bersifat sukarela dalam arti tidak terjadi karena dipaksa
c. Tidak bekerja yang bersifat menghasilkan upah ataupun bayaran.
4. Wisatawan
Menurut Irawan, (2010:12) arti kata wisatawan yang berasal dari kata
wisata maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata tourist dalam
bahasa inggris. Kata itu berasal dari bahasa sansekerta: wisata yang berarti
perjalanan yang dapat disamakan dengan kata travel dalam bahasa inggris
dan kata wan untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya,
keadaannya, jabatannya, kedudukan seseorang. Jadi wisatawan adalah setiap
orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain
dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu.
Jenis dan macam wisatawan menurut Yoeti (1987:131-133) melihat
dari sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata itu
dilakukan:
a. Wisatawan asing (foreign tourist)
Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang
datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara
dimana ia biasanya tinggal.
22
Wisatawan asing bagi suatu negara dapat ditandai dari status
kewarganegaraan, dokumen perjalanan yang dimilikinya dan dapat pula
dari jenis mata uang yag dibelanjakannya, karena pada umumnya
golongan wisatawan ini hampir selalu menukarkan uangnya terlebih
dahulu pada Bank atau Money Changers sebelum berbelanja.
Dalam rangka meninkatkan tambahan penghasilan devisa negara,
maka jenis wisatawan ini yang perlu ditingkatkan jumlahnya, karena
uang yang dibelanakannya merupakan devisa bagi negara yang menjadi
tourist receiving countries.
b. Domestic Foreign Tourist.
Yang dimaksudkan dengan wisatawan semacam ini adalah orang
asing yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negara, yang
melakukan perjalana wisata di wilayah negara dimana ia tinggal.
Orang tersebut bukan warga negara dimana ia berada, tetapi adalah
warga negara asing yang karena tugasnya atau kedudukannya menetap
dan tinggal pada suatu negara, dengan memperoleh penghasilan dengan
mata uang negara aslinya atau dengan mata uang negara dimana ia
tinggal tetapi dalam jumlah yang berimbang, karena itu dalam
membelanjakan uangnya dapat dengan mata uang negara aslinya atau
dapat pula dengan mata uang neara dimana ia tinggal. Contohnya,
seorang bangsa Amerika yang bekerja di Kedutaan Besar Amerika
Serikat di Jakarta yang melakukan perjalanan wisata ke Bali.
23
c. Domestic tourist
Adalah wisatawan dalam negeri, yaitu seseorang warga negara
suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah
negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Jadi di sini tidak
ada sama sekali unsur asingnya, baik kebangsaannya, uang yang
dibelanjakannya atau dokumen perjalanan yang dimilikinya.
d. Indigenous Foreign Tourist
Adalah warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya
atau jabatanya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya,
mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Eropa pulang ke Indonesia dan
sampai di Indonesia mereka melakukan perjalanan wisata ke suatu
tempat di wilayah Indonesia.
e. Transit tourist
Transit tourist adalah wisatawan yang sedang melakukan
perjalanan wisata ke suatu negara tertentu yang menumpang kapal laut,
pesawat ataupun kereta api yang terpaksa mampir atau singgah pada
suatu pelabuhan , bandar udara ataupun stasiun kereta api bukan atas
kemauannya sendiri. Biasanya hal ini terjadi bila transportasi yang
digunakan diganti untuk meneruskan perjalanan ke negara tujuan atau
menambah penumpang atau bahan bakar dan kemudian melanjutkan
perjalanan untuk tujuan semula. Karena waktunya relatif cukup lama,
24
maka waktu menunggu ini diunakan oleh penumpang untuk
sightseeingatau berkeliling di tempat d mana ia singgah.
f. Business Tourist.
Business Tourist adalah orang yang melakukan perjalanan baik
orang asing atau warga negara sendiri yang mengadakan perjalanan
untuk tujuan lain bukan wisata, tetapi perjalanan wisata akan
dilakukannya setelah tujuan utamanya selesai. Jadi di sini tujuan wisata
adalah merupakan tujuan sekunder setelah tujuan primer selesai
dilakukan.
5. Pengertian Pedagang
Kegiatan perdagangan dapat menciptakan kesempatan kerja melalui dua
cara. Pertama secara langsung, yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja
yang benar. Kedua secara tidak langsung, yaitu dengan perluasan pasar yang di
ciptakan oleh kegiatan perdagangan di satu pihak dan pihak lain dengan
memperlancar penyaluran dan pengadaan bahan baku. (Kurniadi dan
Tangkilisan, 2010)
Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan
menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab
sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau
per satuan.(Sugiharsono dkk, 2000:45)
Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan
membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk di
jual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang masih
25
berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain.
(Widodo, 2008:285-286).
6. Pengertian Jam Kerja
Analisis jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi mikro, khususnya
pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan individu untuk
bekerja dengan harapan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja dengan
konsekuensi mengorbankan penghasilan yang seharusnya ia dapatkan.
Kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam kerja panjang ataupun pendek
adalah merupakan keputusan individu (Wicaksono, 2011).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan jam kerja adalah lamanya
waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha. Di mulai sejak usaha tersebut
buka sampai usaha jualannya tutup, tiap harinya.Semakin lama jam kerja yang
digunakan pedagang untuk menjalankan usahanya, berdasarkan jumlah barang
yang ditawarkan, maka semakin besar peluang untuk mendapatkan tambahan
penghasilan.
7. Pengertian Modal
Santoso (2001) mengatakan bahwa modal adalah jumlah total uang yang
dikeluarkan pengusaha untuk mendirikan suatu usaha dan mengoperasikan
usaha. Menurut Bambang Riyanto (1998 : 10) Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan : “Modal adalah hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi
lebih lanjut. Dalam perkembangannya kemudian modal ditekankan pada nilai,
daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam
barang-barang modal”.
26
Menurut Fair (2007) menyatakan bahwa modal merupakan factor penting
dalam melakukan usaha, sebab modal mempunyai hubungan yang sangat kuat
dengan berhasil atau tidaknya suatu usaha yang dijalani. Atau pengertian klasik
modal mengandung pengertian hasil produksi yang digunakan untuk produksi
lebih lanjut atau dapat juga dijelaskan bahwa jika suatu usaha menambahkan
modal berarti usaha tersebut dapat dikatakan mengalami peningkatan atau
berkembang sehingga peningkatan modal dapat mempengaruhi pendapatan.
8. Pengertian Lama Usaha
Menurut Sukirno (1994) lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan, lamanya seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang
usahanya akan mempengaruhi kemampuan atau keahliannya, sehingga dapat
menambah efisiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih kecil dari pada
hasil penjualan. Keahlian usaha merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk mengorganisasikan dan menggunakan faktor-faktor lain dalam kegiatan
memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat.
9. Hubungan Antara Variabel Independent Terhadap Variabel Dependent
a. Hubungan Jam Kerja (X1) Terhadap Pendapatan (Y)
Hasil penelitian Jafar dan Tjiptoroso dalam Firdausa (2012) membuktikan
adanya hubungan langsung antara jam kerja dengan tingkat pendapatan. Setiap
penambahan waktu operasi akan makin membuka peluang bagi bertambahnya
omzet penjualan. (Firdausa,2012).
27
b. Hubungan Modal Dagang (X2) Terhadap Pendapatan (Y)
Modal merupakan input (factor produksi) yang sangat penting dalam
menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan
factor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan (Suparmoko dalam
Firdausa, 2012). Sehingga dalam hal ini modal bagi pedagang juga merupakan
salah satu factor produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan.
c. Hubungan Lama Usaha (X3) Terhadap Pendapatan (Y)
Lamanya suatu usaha dapat menimbulkan pengalaman berusaha, dimana
pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku
(Sukirno, 1994). Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan, lama seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan
mempengaruhi produktivitasnya (kemampuan profesionalnya/keahliannya),
sehingga dapat menambah efisiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih
kecil dari pada hasil penjualan. Semakin lama menekuni bidang usaha
perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun
perilaku konsumen. (Wicaksono, 2011).
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan peneliti,
dimunculkan kerangka berfikir untuk menjelaskan analisis tingkat pendapatan
usaha mikro kecil dan menengah di wisata makam proklamator bung karno Kota
Blitar.
28
Sumber : Firdausa, diolah, 2017
Gambar 2.1.KerangkaPemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk
menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya
masih harus di uji secara empiris. Hipotesis yang di maksud merupakan dugaan
yang mungkin benar atau mungkin salah. Dengan mengacu pada dasar suatu
pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan studi empiris yang pernah
dilakukan berkaitan dengan penelitian di bidang ini, maka akan diajukan hipotesis
“Diduga bahwa jam kerja, modal dagang dan lama usaha berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan”.
Jam Kerja
(X1)
Lama Usaha
(X3)
Pendapatan
(Y)
Modal Dagang
(X2)