7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres Kerja
1. Pengertian Stres
Setiap orang pernah mengalami stres, dan orang yang normal dapat
beradaptasi dengan stres jangka panjang atau stres jangka pendek hingga
stres itu berlalu. Palupi (2003) mendefinisikan stres sebagai
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional dan spiritual manusia. Stres adalah persepsi kita terhadap
situasi atau kondisis didalam lingkungan kita sendiri. Stres adalah
kondisi dimana seseorang merespon untuk menyeimbangkan status yang
normal. (sundeen, 1995)
Kreitner dan Kinici (2004) mengidentifikasikan stres adalah respon
adaptif, dipengaruhi oleh karakteristik individual dan atau proses
psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal
yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau psikologis terhadap seseorang.
Sementara itu Hans Seyle (1976) juga menyatakan bahwa stres
merupakan situasi dimana suatu tuntutan yang sifatnya tidak spesifik dan
mengharuskan seseorang memberikan respon atau mengambil tindakan.
(Alimul, 2006)
8
2. Macam-macam sumber Stres
Menurut Nursalam (2002) dalam bukunya menyebutkan beberapa macam
sumber stres yaitu :
a. Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena
temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising,
sinar matahari, atau tegangan arus listrik.
b. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan,
zat beracun asam basa, gas, prinsipnya karena senyawa kimia
c. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau
parasit.
d. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh,
diantaranya gangguan struktur tubuh, fungsi organ, jaringan dan lain-
lain.
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan, dan proses lansia.
9
f. Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya, atau faktor keagamaan.
3. Model Stres
Alimul (2006) mengatakan, model ini mengintegrasikan komponen
biologik, psikologik, dan sosio-budaya dari asuhan keperawatan. Model
yang utuh menggabungkan landasan teoritis, komponen-komponen bio-
psiko-sosial, rentang respon koping. Model ini terdiri dari komponen-
komponen berikut :
a. Faktor presdisposisi yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres.
b. Stresor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang memerlukan
energi ekstra untuk koping.
c. Penilaian terhadap stresor yaitu suatu evaluasi tentang makna stresor
bagi kesejahteraan seseorang dimana stresor mempunyai arti,
intensitas dan kepentingannya.
d. Sumber Koping yaitu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang.
e. Mekanisme koping yaitu tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah
10
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri.
f. Rentang respon koping yaitu suatu kisaran respon manusia yang
adaptif ke maladaptif.
g. Aktivitas tahap pengobatan yaitu kisaran fungsi keperawatan yang
berhubungan dengan tujuan pengobatan, pengkajian, intervensi dan
hasil yang diharapkan.
11
Faktor presdiposisi
Biologik psikologik sosiobudaya
Stresor Presipitasi
Sifat asal waktu jumlah
Penilaian terhadap stresor
Kognitif afektif fisiologik perilaku sosial
Sumber-sumber koping
Kemampuan personal dukungan sosial aset materi keyakinan positif
Mekanisme koping
Konstruktif destruktif
Rentang mekanisme koping
Respon adaptif Respon maladaptif
2.1. Skema komponen biopsiko sosial dari model stres adaptasi (Stuart,1998)
12
4. Pengertian Stres Kerja
Stres yang dialami seseorang tidak hanya dilingkungan keluarga
tetapi juga ditempat kerja. Tidak ada pekerjaan yang bebas stres, pada
kenyataannya setiap pekerjaan memiliki beberapa tingkat tantangan dan
kesulitan.
Setiap pekerjaan mengandung kesulitan, untuk itu pekerja dibayar
untuk menyesuaikan diri. Kesulitan kerja itu sendiri sebenarnya tidak
menimbulkan kejenuhan, tapi kurang kendali pekerja terhadap situasi
kerjanya yang menimbulkan ketidak pastian, frustasi, berkurangnya
motivasi dan akhirnya menimbulkan kejenuhan. Palupi (2003)
menyebutkan bahwa stres kerja adalah ketegangan yang dengan mudah
muncul akibat kejenuhan yang timbul dari beban kerja yang berlebihan.
5. Penyebab Stres Kerja
Alasan yang menyebabkan stres kerja sangat banyak, berkisar dari
perubahan ekonomi sampai ke kemajuan teknologi yang sangat cepat.
Palupi (2003) mengelompokkan penyebab stres kerja kedalam kategori :
a. Penyebab Organisasional
1) Kurangnya otonomi dan kreativitas.
2) Harapan, tenggang waktu dan kuota yang tidak logis.
3) Kurangnya pelatihan.
4) Karier yang melelahkan.
5) Hubungan dengan atasan yang buruk.
6) Bertambahnya tanggung jawab tanpa penambahan gaji.
13
7) Selalu mengikuti perkembangan teknologi (mesin fax, voice
mail).
b. Penyebab Individual
1) Pertentangan antara karier dan tanggung jawab keluarga.
2) Ketidak pastian ekonomi.
3) Kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja.
4) Kejenuhan, ketidak puasan kerja.
5) Konflik dengan rekan kerja.
c. Penyebab Lingkungan
1) Buruknya kondisi lingkungan kerja (pencahayaan, kebisingan,
ventilasi, suhu, dan lainnya).
2) Diskriminasi ras.
3) Pelecehan seksual.
4) Kekerasan ditempat kerja.
5) Kemacetan saat berangkat dan pulang kerja.
Hudak dan Gallo (1997) menyatakan sumber/penyebab stres
perawat adalah pekerjaan yang diulang-ulang, setiap langkah harus ditulis,
perpindahan perawat dari tempat lain, situasi krisis akut yang sering,
bahaya fisik (jarum-jarum, pasien isolasi, dan lainnya), mengangkat berat,
pasien tidak sadar, teman sejawat yang bingung, bunyi-bunyian yang
terus menerus (suara monitor dan alat-alat penunjang medis lainnya,
rintihan, jeritan pasien).
14
Penelitian sederhana yang dilakukan oleh Huckabay dan Jagla
(1979) dalm buku Abraham dan Shanley (1997) menemukan bahwa
beban kerja yang berlebihan dipandang sebagai sumber stres yang paling
penting, sedangkan kematian pasien dan masalah komunikasi dengan
teman sejawat merupakan penyebab stres berikutnya.
6. Akibat Stres Kerja
Stres dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, hal ini
terdapat beberapa unsur yang diantaranya unsur langsung, dimana stres
dapat menghasilkan atau mempengaruhi secara langsung dari
perubahan fisiologis dan psikologis, seperti adanya ketegangan akan
menyebabkan terjadinya proses pelepasan hormon secara langsung
yaitu hormon katekolamin dan kortikosteroid yang kondisi berdebar-
debar, denyut nadi cepat dan lain-lain.
a. Unsur kepribadian, bahwa stres dapat dipengaruhi karena adanya
tipe kepribadian yang memudahkan timbulnya kesakitan
b. Unsur interaktif, stres dapat menyebabkan ketidakkebalan tubuh,
sehingga tubuh akan menjadi mudah terjadi gangguan pada tubuh,
baik biologis maupun psikologis. Proses ini karena adanya
interaksi antara faktor, dan dari dalam untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
c. Unsur perilaku sehat, stres secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kesakitan, akan tetapi dapat merubah perilaku
15
terlebih dulu seperti adanya peningkatan konsumsi alkohol, rokok
dan lain-lain.
d. Unsur perilaku sakit, stres dapat mempengaruhi secara langsung
terhadap kesakitan tanpa menyebabkan adanya perilaku sakit
seperti mencari bantuan pengobatan.
7. Tahapan Stres
Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan,
menurut Van Amberg (1979) dalam Alimul (2004) membagi stres
menjadi enam tahap, diantaranya :
a. Tahap pertama
Merupakan tahap yang paling ringan, ditandai dengan
adanya semangat kerja besar, penglihatan mata tajam tidak seperti
pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang
tidak seperti biasanya, merasa senang pada pekerjaan tetapi
kemampuan yang dimiliki semakin berkurang.
b. Tahap kedua
Pada tahap ini seseorang merasa letih sewaktu bangun pagi,
terasa lelah setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore,
sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut
jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung
dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.
16
c. Tahap ketiga
Seseorang mengalami gangguan lambung dan usus seperti
keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur, gangguan pola
tidur seperti sulit memulai tidur atau terbangun tengah malam dan
sulit untuk tidur kembali, tenaga seperti tidak ada, perasaan tidak
tenang, ketegangan otot semakin terasa.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini seseorang akan merasa pekerjaan yang
menyenangkan menjadi membosankan, tidak mampu
melaksanakan tugas sehari-hari, kemampuan mengingat dan
konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan
kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya, gangguan pola
tidur.
e. Tahap kelima
Ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak
mapu menyelasaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana,
gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan
ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.
f. Tahap keenam
Tahap ini merupakan puncak dan seseorang mengalami
panik dan perasan takut mati dengan ditemukan gejala seperti
detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar
17
seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau
pingsan.
8. Pengelolaan Stres Kerja
Usaha untuk mengatasi stres kerja secara efektif, tidak peduli
besar atau kecil masalah tersebut, diperlukan strategi koping. Palupi
(2003) mendifinisikan koping yang efektif sebagai suatu proses mental
untuk mengatasi tuntutan yang dianggap sbagai tantangan terhadap sifat
pada diri seseorang. Dalam melakukan koping diperlukan sifat internal
yaitu kreatifitas, kesabaran, optimisme, intuisi, rasa humor, hasrat dan
kasih sayang. Sifat eksternal meliputi waktu, uang dan dukungan sosial.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat
komponen pokok :
a. Peningkatan kesadaran terhadap masalah
Fokus obyektif yang jelas dan prespektif yang utuh terhadap
situasi yang tengah berlangsung.
b. Pengolahan informasi
Suatu pendekatan yang mengharuskan anda mengalihkan
persepsi sehingga ancaman dapat diredam. Pengelolaan informasi
juga meliputi pengumpulan informasi dan pengkajian semua
sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
18
c. Perubahan perilaku
Tindakan yang dipilih secara sadar, dilakukan bersama sikap
yang positif, dapat meringankan, meminimalkan atau
menghilangkan stressor.
d. Resolusi damai
Suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil diatasi.
B. Motivasi Kerja
1. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Menurut Stoner dan
Freeman ( 1995 ) hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan,
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah
tekad tertentu. Sedangkan Purwanto berpendapat bahwa motivasi
adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang yang melakukan
sesuatu. Selain itu menurut Sbortell dan kaluzny (1994 ) motivasi
adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan
pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.
Berbagai macam definisi tentang motivasi, Stanford (1970) ada
tiga point penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara
kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya
sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang baik fisiologis maupun
psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan
19
tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari siklus motivasi. (Nursalam,
2002)
Nursalam (2002) menyebutkan teori-teori motivasi ada beberapa
diantaranya adalah :
a. Teori Kebutuhan
Menurut teori kebutuhan, seseorang mempunyai motivasi
kalau dia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan
hidupnya. teori kebutuhan adalah :
1) Teori Hirarki Kebutuhan menurut Maslow
Dikembangkan oleh Abraham Maslow, dia
memandang manusia sebagai hirarki lima macam kebutuhan,
mulai dari kebutuhan fisiologis sampai dengan kebutuhan
tertinggi yaitu aktualisasi diri. Menurut Maslow manusia
akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang
paling kuat atau menonjol.
2) Teori ERG
Existence (Eksistensi) Relatedness (Keterkaitan)
Growt (Pertumbuhan). Teori ERG menyatakan bahwa jika
kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan,
kebutuhan yang lebih rendah akan kembali, walaupun sudah
terpuaskan.
20
3) Teori Tiga Macam Kebutuhan
John W. Atkinson mengusulkan ada tiga macam
kebutuhan dalam diri orang yang termotivasi, kebutuhan
untuk mencapai prestasi (need for achievement), kebutuhan
kekuatan (need of power) dan kebutuhan untuk berafiliasi
dengan orang lain.
4) Teori Dua Faktor
Dikembangkan ole Frederick Herzberg, dia meyakini
bahwa karyawan dapat termotivasi oleh pekerjaannya
sendiri dan didalamnya terdapat kepentingan yang
disesuaikan dengan tujuan organisasi. Termasuk
didalamnya adalah faktor ekstrinsik (kondisi pekerjaan,
keamanan kerja, status, prosedur pekerjaan) faktor-faktor ini
menjadi penyebab ketidakpuasan, jika tidak ditangani
menyebabkan kinerja buruk dan sikap negatif. Faktor
intrinsik (pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan
itu sendiri) faktor ini menciptakan kesempatan untuk
kepuasan yang tinggi, motivasi yang tinggi atau penyebab
kepuasan.
b. Teori Keadilan
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama
dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan
dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi kalau
21
mereka mengalami kepuasan dan mereka terima dari upaya dalam
proporsi dan dengan usaha yang mereka pergunakan.
c. Teori Harapan
Menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai
alternatif tingkah laku, berdasarkan harapan adakah keuntungan
yang diperoleh dari setiap tingkah laku.
d. Teori Penguatan
Menurut teori ini, seorang merasa termotivasi kalau dia
memberikan respon pada rangsangan dalam pola tingkah laku
konsisten sepanjang waktu.
Motivasi adalah penggerak tingkah laku manusia. Setiap
tindakan manusia digerakkan, dilator belakangi oleh motif tertentu.
Tanpa motivasi orang tidak akan berbuat apa-apa. Handoko (1992)
menyebutkan bahwa motivasi berperanan terhadap tingkah laku,
diantaranya adalah :
a. Peranan motivasi pada pengamatan
Motivasi mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap pengamatan seseorang, pengamatan seseorang akan
bermakna lain karena motivasi tertentu.
b. Peranan motivasi pada perhatian
Bila ada orang sedang dikuasai motif tertentu, maka
perhatiannya pun akan tertuju pada hal-hal yang sesuai motif
yang sedang menguasainya.
22
c. Peranan motivasi pada ingatan
Motivasi juga sangat mempengaruhi ingatan seseorang.
Apa saja yang dianggap penting dan berguna bagi seseorang
pasti akan diingat terus dan sukar dilupakan.
d. Peranan motivasi pada pikiran dan fantasi
Peranan motivasi didalam berpikir terutama pada
penggunaan informasi-informasi yang tersedia untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Motivasi pada fantasi
tidak banyak berbeda dengan pengaruhnya terhadap berpikir,
apa yang difantasikan orang adalah cermin dari apa yang
sedang menjadi harapannya, atau apa yang sedang menjadi
kebutuhannya.
Handoko (1992) menyebutkan seseorang melakukan tindakan
karena ada penyebabnya, diantaranya adalah motif ekstrinsik (faktor
dari luar) misalnya orang yang giat bekerja demi upah/gaji yang
tinggi, orang yang belajar giat untuk mendapatkan predikat teladan.
Faktor intrinsik (faktor dari dalam) misalnya rasa ingin tahu, motif
memanipulasi, giat, motif bergerak dan lain-lain.
2. Motivasi Kerja
a) Pengertian
Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan. Aktivitas ini melibatkan baik fisik
maupun mental, seperti dikemukakan oleh M. As’ad (2001)
23
dalam buku Nursalam (2002). Menurut pendapat dari Gilmer
(1971), bahwa bekerja itu merupakan proses fisik maupun mental
manusia dalam mencapai tujuannya. Sedangkan menurut
Mangkunegara (2000), motivasi kerja adalah kondisi yang
berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
b) Menurut Mangkunegara (2000) dalam Nursalam (2002), terdapat
lima prinsip kerja perawat yaitu :
1) Prinsip partisipatif
Para pegawai perlu diikut sertakan dalam menentukan tujuan
yang akan dicapai oleh pemimpin.
2) Prinsip komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berkaitan
dengan tugas, informasi yang jelas akan lebih memotivasi
pegawai.
3) Prinsip mengakui andil bawahan
Dengan pengakuan dari pemimpin akan lebih mudah
memotivasi kerja pegawai.
4) Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin memberikan wewenang kepada pegawai untuk
sewaktu-waktu mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang
dilakukan.
24
5) Prinsip memberi perhatian
Pemimpin memberi perhatian terhadap apa yang diinginkan oleh
pegawai.
C. Perawat Ruang Intensif
Keperawatan kritis menurut Hudak, Gallo dan Benz (1990) adalh
melibatkan kemampuan menyatakan pendapat secara hati-hati, evaluasi yang
bijaksana, kemampuan membedakan, kehati-hatian, ketepatan yang sangat
diperlukan, menentukan situasi, pemecahan masalah untuk keluar dari krisis
dan hal ini merupakan isu yang disangsikan ditambah dengan resiko ketidak
pastian.
Hudak dan Gallo (1997) menyatakan dalam bukunya, unit keperawatan
kritis adalah tempat dimana terdapat usaha perjuangan hidup melawan
kematian. Semula dokter yang menjadi tumpuan utama para pasien, tetapi
pada akhirnya perawat lebih menjadi tempat tumpuan utama karena
keberadaannya yang terus-menerus.
Hudak dan Gallo (1997) juga menyebutkan perawat di unit perawatan
intensif seringkali merasa bangga terhadap diri sendiri, tingkat pelayanan yang
harus dilaksanakan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan dengan dan kompleks lebih dibanding perawat lain di Rumah Sakit.
Sejalan dengan kebanggaan diri ini dan kebanggaan positif terhadap profesi
ada hal lain yang diharapkan dari perawat unit perawatan intensif, yaitu tetap
mempertahankan ketenangan dalam situasi yang menekan sekalipun. Pasien
dan keluarga akan bereaksi baik dan bersikap tenang terhadap perawat
25
profesional yang bersikap tenang, dan yang terpenting mereka mengharapkan
agar perawat secara emosional terlibat dalam perawatan mereka.
26
D. Kerangka Teori
Dari uraian tinjauan pustaka, dapat dirumuskan kerangka teori
sebagai berikut :
2.2. Kerangka Teori, Sumber Nursalam (2002), Abraham dan Shanley
(1997), Stuart (1998)
Stres Kerja Perawat Ruang Intensif
Motivasi Kerja • Faktor
ekstrinsik(keberadaan rekan kerja)
• Faktor instrinsik (kebutuhan)
Gejala fisiologis Sakit kepala,
migrain Peningkatan
tekanan darah
Peningkatan denyut jantung
Gejala fisik lainnya
Gejala psikologis Gangguan
tidur Depresi Kepuasan
kerja menurun
Perilaku Produktivitas
menurun Motivasi
menurun
Faktor Presipitasi • Keadaan pasien
diruang Intensif • Tingkat
ketergantungan pasien
• Beban kerja • Tuntutan tugas • Tuntutan peran • Kebijakan
manajerial dan pimpinan
Faktor Presdisposisi • Kebutuhan untuk
bekerja, ekonomi dan aktualisasi diri
• keberadaan rekan kerja yang saling membantu
27
E. Kerangka konsep
Variabel bebas Variabel terikat
2.3. Kerangka konsep
F. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
Motivasi Kerja Perawat
2. Variabel Dependent
Stres Kerja Perawat Ruang Intensif
G. Hipotesis
Berdasar kerangka konsep diatas maka hipotesis penelitian tersebut adalah :
Ho : Tidak ada hubungan antara motivasi kerja dengan stres kerja Perawat
Ruang Intensif di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
Ha : Ada hubungan antara motivasi kerja dengan stress kerja perawat Ruang
Intensif di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
Motivasi Kerja
Stres Kerja Perawat Ruang Intensif