BAB III
Analisis Laporan dan Kinerja Keuangan
Untuk menilai perusahaan, maka sumber data utama yang dipergunakan oleh berbagai pihak
dalah laporan keuangan, karena laporan keuangan memberikan informasi keadaan perusahaan
secara kuatitatif. menurut Fraser dan Ormiston ( 2010 : 7 ),”mengatakan laporan keuangan
perusahaan terdiri 4 ( empat ) jenis, yaitu : neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas dan
laporan perubahan ekuitas “.
Neraca adalah sebuah laporan keuangan perusahaan yang berisikan kekayaan yang dikenal
sebagai aset dan hutang serta modal ( ekuitas ) selama periode akuntansi. Bentuk neraca
seperti huruf T dimana besaran aktiva ( aset ) terletak di sisi kiri dan besaran pasiva( hutang
dan ekuitas ) di sisi kanan.
Aktiva dan pasiva disusun berdasarkan likuiditasnya, semakin likuid paling dulu atau di atas.
Aktiva terdiri aktiva lancar dan aktiva tetap, dan hutang terdiri dari hutang jangka pendek dan
jangka panjang.
Laporan Laba- Rugi adalah laporan perusahaan mengenai operasi perusahan, yang terdiri dari
pendapatan, biaya-biaya dan laba perusahaan selama periode akuntansi, khusus untuk
perusahaan yang telah go publik harus juga mencantumkan pendapatan per saham pada
laporan Laba-Rugi.
Laporan Arus Kas adalah laporan perusahaan yang memberikan informasi tentang arus kas hasil
kegiatan bisnis, yang terdiri dari arus kas hasil operasi, pendanaan ( financing) dan investasi
selama periode akuntansi.
Laporan Ekuitas adalah laporan perusahaan mengenai perubahan ekuitas ( modal sendiri ) yang
terdiri minimal dari saham biasa, agio saham dan laba ditahan. dalam laporan ekuitas juga
dilaporakan perubahan ekuitas yang disebabkan, antara lain : penambahan laba ditahan,
penambahan atau pengurangan saham biasa, pengurangan dan penambahan dana cadangan.
Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu memberi bantuan kepada
pengguna untuk membuat keputusan bisnis yang bersifat financial. Tujuan laporan keuangan
dikemukakan secara jelas oleh PSAK ( pernyataan standar akuntansi keuangan ), adalah sebagai
berikut : “ tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi “.
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggunganjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan telah
digunakan untuk operasi bisnis yang hasilnya untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham
dan nilai pasar perusahaan.
Dari tujuan yang yang telah dikemukakan PSAK tersebut, bisa dipahami bahwa laporan
keuangan merupakan salah satu informasi yang bisa membantu pembuatan keputusan bisnis
dan ekonomi.
Laporan keuangan perusahaan, juga merupakan peta yang menuntun pihak yang
berkepentingan untuk mengetahui kondisi terakhir dan actual dari kondisi keuangan dan
kinerja suatu perusahaan. Dari laporan keuangan dapat diketahui kesehatan, kekuatan,
kelemahan dan potensi suatu perusahaan. Karena laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan dalam masa tertentu atau masa akuntansi.
Tujuan laporan keuangan yang hakiki menurut Sofyan Syafri Harahap dalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva,
hutang dan modal sendiri
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam
aktiva netto
3. Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam
menaksir atau menilai potensi perusahaan dalam menghasilkan laba
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan
kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan
investasi
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan
laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti kebijakan
akuntansi yang dianut perusahaan ( lifo dan fifo untuk persediaan ).
Tabel 1.1 NERACA
Tabel 1.2. Laporan Laba-Rugi
Tabel 1.3. Laporan Arus Kas
Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan angka hasil perbandingan antara satu angka keuangan dengan
angka keuangan lainnya. Angka-angka tersebut terdapat pada laporan keuangan yang terdiri
dari neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas. Rasio keuangan
sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Rasio keuangan hanya merupakan penyederhanaan informasi yang menggambarkan hubungan
antar pos di laporan keuangan. Dengan penyederhanaan ini, pihak yang berkepentingan dapat
dengan cepat menilai hubungan antara pos-pos di laporan keuangan.
Jenis Rasio
Terdapat beberapa kelompok rasio keuangan, para analis keuangan sepakat bahwa kelompok
rasio keuangan terdiri dari : (1) rasio likuiditas, (2) rasio profitabilitas, (3) rasio solvabilitas dan
(4) rasio harga pasar ( market ratios),
Laporan keuangan suatu perusahaan, merupakan informasi posisi keuangan perusahaan pada
periode tertentu yang telah berlalu dan refleksi dari hasil aktivitas bisnisnya selama periode
tertentu. Walaupun demikian nilai ril dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa
laporan tersebut dapat di gunakan untuk membantu meramalkan kondisi keuangan, antara lain
tingkat likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan aktivitas perusahaan, antara lain laba dan
dividen perusahaan di masa yang akan datang. Dari sudut kreditor, kondisi kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dan arus kas yang positif dan cukup besar,menjadi
perhatian utamanya guna menilai kepatutan perusahaan mendapat pinjaman, Bagi investor,
meramalkan prospek perusahaan menghasilkan laba dan tingkat efisiensi perusahaan
merupakan hasil terpenting dari analisis laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan.
Sedangkan dari sudut manajemen, analisis laporan keuangan berguna sebagai cara untuk
mengantisipasi keadaan di masa mendatang, dan yang lebih penting sebagai titik tolak bagi
tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya perusahaan di masa mendatang.
Memahami kondisi perusahaan dimasa lalu, dan sekarang bagi investor, kreditor dan
manajemen sangat penting sebagai permulaan untuk memproyeksikan kondisi keadaan
perusahaan di masa mendatang. Aktivitas yang lazim di lakukan dalam menilai laporan
keuangan perusahaan adalah menyusun rasio keuangan. Rasio keuangan suatu perusahaan
dirancang untuk memperlihatkan hubungan di antara perkiraan-perkiraan/ akun-akun pada
laporan keuangan. Dari rasio keuangan dapat di ketahui kondisi keuangan perusahaan terakhir
dan prospek dari aktivitas bisnisnya. Dengan menganalisis rasio keuangan, investor dapat
menilai apakah perusahaan dapat menggunakan sumber daya secara efisien dan konsisten
dengan tujuan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Di samping itu, rasio
keuangan dapat di gunakan oleh pihak lain seperti bank, untuk menilai apakah cukup beralasan
atau layak untuk memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan. Sedangkan bagi manajemen,
rasio keuangan digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dibanding perusahaan
sejenis dan pesaing.
Untuk melakukan analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara
membandingkan prestasi satu periode di bandingkan dengan prestasi periode sebelumnya,
sehingga di ketahui adanya kecendrungan (trend) selama periode tertentu. selain itu dapat pula
di lakukan dengan cara membandingkan dengan perusahaan sejenis, sehingga dapat di ketahui
bagaimana posisi perusahaan secara makro.
Penggunaan analisis rasio keuangan sangat bervariasi dan tergantung dari pihak yang
memerlukan. Disamping itu juga perlu di sadari bahwa analisis rasio keuangan hanya
memberikan gambaran satu sisi saja, oleh karena itu masih di perlukan lagi tambahan data agar
dapat menghasilkan perhitungan rasio keuangan yang memiliki validitas yang tinggi. Selain itu
perlu di perhatikan secara seksama apabila kita membandingkan rasio keuangan perusahaan
yang satu dengan perusahaan yang lain, adalah sistem akuntasi yang di pergunakan dalam
menyusun laporan keuangan.
a). Rasio Likuiditas
Salah satu yang menjadi perhatian utama dari kebanyakan para manager keuangan, analisis
keuangan dan investor adalah likuiditas suatu perusahaan.
Berdasarkan pendapat Sartono,( 2001: 116 ),” Likuiditas perusahaan, menunjukan kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya,
likuiditas perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah
untuk diubah menjadi kas/tunai yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan”.
Menurut Hickman, Hunter, Byrd,” likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membeli dan
menjual aset secara cepat tanpa menyebabkan turunnya secara proporsi yang besar kepada
aset. Dan perusahaan yang likuiditasnya rendah akan menyebabkan nilai aset menurun”.
(2002:32). Selanjutnya likuiditas juga dapat di artikan sebagai kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan dana kas ketika dana dibutuhkan. Makna dari pendapat tersebut, tingkat
likuiditas penting bagi perusahaan dalam mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban untuk melunasi hutangnya.
Menurut pendapat Van Horne ( 1995 : 359 ), “likuiditas perusahaan mempunyai dua dimensi:
pertama, waktu yang di butuhkan untuk mengkonversi aset menjadi uang tunai, kedua: derajat
atau tingkat kepastian yang berkaitan dengan rasio konversi atau harga dari aset yang di
konversi”. Pendapat tersebut menjelaskan, perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas
tinggi akan lebih cepat mendapatkan uang tunai/kas, dibanding perusahaan yang likuiditasnya
lebih rendah. Di samping itu proses konversi pada aset untuk menjadi uang tunai, proporsi
perusahaan yang tingkat likuiditasnya lebih tinggi, proporsinya lebih besar dibanding dengan
perusahaan yang likuiditasnya lebih rendah.
Rasio likuiditas yang umumnya di gunakan dalam menilai laporan keuangan perusahaan
menurut Brealey dan Myers ( 1996 : 769-770 ) dan Djohanputro ( 2008 : 28-29 adalah rasio
lancar, rasio kas, rasio cepat dan Net Working Capital To Total Assets Ratio.
Rasio Lancar ( current ratio )
Rasio lancar mengukur kecepatan kemampuan perusahaan untuk mengubah harta lancar
perusahaan yang dapat di konversi menjadi kas pada saat kewajiban lancar jatuh tempo.
Disamping itu juga untuk mengetahui persentase harta lancar terhadap kewajiban lancar.
Rasio lancar didapat dengan cara membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar :
Rasio Lancar =Aset lancar
Kewajiban lancar x 100%
Idealnya, nilai rasio lancar lebih besar dari 100 %, semakin besar, perusahaan semakin likuid.
Apabila suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, pembayaran hutang dagang akan
menjadi lebih lambat, pinjaman pada bank dan kreditor lainnya akan bertambah, dan
kewajiban perusahaan menjadi bertambah besar.
Suatu perusahaan dapat mengalami, dimana kewajiban lancar tumbuh lebih cepat dari harta
lancar, maka rasio lancar perusahaan akan menurun, dan hal ini dapat membahayakan bagi
perusahaan, karena rasio lancar merupakan satu-satunya indikator terbaik yang menunjukkan
sejauh mana kewajiban lancar dapat di penuhi dengan harta lancar, maka rasio ini paling
memadai untuk di gunakan sebagai ukuran dari likuiditas perusahaan dalam jangka pendek.
Pernyataan ini berdasarkan hakikat dari rasio lancar yang menunjukkan seberapa besar harta
perusahaan yang dapat di konversi menjadi kas pada saat kewajiban lancar jatuh tempo.
a).2. Rasio Cepat
Pada beberapa akun atau rekening pada harta lancar mempunyai karakteristik lebih cepat di
konversi menjadi kas di banding akun harta lancar lainnya. Jika dana kas perusahaan
mengalami kekurangan untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, perusahaan harus
mengkonversi harta lancar lainnya, seperti piutang dagang, marketable securities dan
persediaan. Dari beberapa akun harta lancar, persediaan lebih memerlukan waktu untuk
dijadikan uang tunai, bila terpaksa harga jualnya pasti dibawah harga jual normal.
Masalah keuangan terjadi pada perusahaan , bila konsumen tidak melakukan pembelian pada
barang persediaan dan gudang perusahaan di penuhi barang-barang yang tidak laku di jual.
Kondisi semakin memburuk bila pimpinan perusahaan fokus pada masalah kas, sekuritas yang
di jual kembali dan piutang dagang. Seharusnya semua komponen harta lancar di kelola secara
seimbang.
Analis keuangan dan investor memahami bahwa komponen harta lancar yang sering
menimbulkan kesulitan bagi perusahaan adalah persediaan. Secara umum karakteristik
persediaan mempunyai likuiditas rendah karena barang persediaan tidak mudah di jual
berdasarkan sifatnya yang khusus dan komplit dan dijual secara kredit. Akibatnya apabila
terjadi likuidasi maka komponen persediaan ini mungkin akan menderita kerugian yang lebih
besar jika di bandingkan dengan harta lancar lainnya.
Untuk menghitung rasio cepat, para analis keuangan, investor dan manajemen, mengurangkan
harta lancar dengan persediaan.
Rasio cepat di hitung dengan cara mengurangi harta lancar dengan persediaan dan kemudian
membagi hasilnya dengan kewajiban lancar :
Rasio Cepat = Aset lancar − persediaan
kewajiban lancar x 100%
Nilai rasio cepat perusahaan idealnya di atas 100 %, semakin besar, perusahaan semakin likuid.
a).3 Rasio kas
Harta perusahaan yang paling likuid adalah kas dan sekuritas yang akan dijual kembali (
marketable securities ). Karena itu untuk menghitung kas rasio adalah sebagai berikut :
Rasio Kas = Kas + Sekuritas yang segera dapat di jual kembali
Kewajiban lancar
Rasio kas menunjukkan kemampuan ril suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
lancarnya yang jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio ini pada suatu perusahaan,perusahaan
tersebut semakin likuid, namun terdapat Tradeoff antara likuiditas dengan profitabilitas. Bila
kas dan sekuritas yang di miliki perusahaan terlalu besar, profitabilitas akan berkurang, karena
kas dan sekuritas tidak memberikan pendapatkan yang signifikan bagi perusahaan. Dengan
demikian para investor dan pemegang saham memberikan perhatian besar pada rasio ini.
Tujuan perusahaan untuk meningkatkan kekayaaan para pemegang sahan tidak akan tercapai
bila rasio kas terlalu besar dan tidak seimbang. Sebaliknya bila rasio kas tidak seimbang dalam
arti terlalu kecil guna mengantisipasi memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo,
perusahaan akan mengalami illiquidity (tidak likuiditas) yang dapat berujung pada perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan bila tidak segera di atasi akan menyebabkan perusahaan
mengalami gagal bayar, sehingga perusahaan dapat dibangkrutkan dan di likuidasi
(dibubarkan).
a).4. Net Working Capital To Total Assets Ratio
Harta lancar yang di miliki perusahaan merupakan modal kerja kotor. Modal kerja di harapkan
akan di konversi menjadi kas secepat-cepatnya, bila kebutuhan kas tidak memadai. Perbedaan
atau selisih antara harta lancar dengan kewajiban lancar di kenal sebagai modal kerja bersih
(Net Working Capital).
Menurut pendapat Sjahrial ( 2007 : 21 ),” Modal kerja bersih positif, berarti uang tunai yang
tersedia lebih besar daripada uang tunai yang harus dibayarkan dalam jangka waktu 12 bulan”.
Modal kerja bersih positif suatu perusahaan merupakan persediaan kas yang potensial bagi
perusahaan, karena itu manajer sering menyatakan modal kerja bersih adalah proporsi atau
bagian dari harta total. Modal kerja bersih atau modal kerja neto yang positif merupakan
indikator yang menggambarkan suatu perusahaan mempunyai trend likuid.
Rasio modal kerja bersih terhadap total harta (total assets), dihitung dengan cara sebagai
berikut :
Net Working Capital To Total Assets Rasio= Net Working Capital=aset lancar−hutang lancar
Total Assets
Perusahaan yang memiliki nilai rasio tinggi pada rasio ini akan mendapat predikat perusahaan
yang memiliki likuiditas. Manajemen dan pemegang saham memahami adanya tradeoff antara
Net Working Capital dengan profitabilitas. Karena itu tidak seharusnya suatu perusahaan
memiliki nilai rasio terlalu tinggi pada Net Working Capital To Total Assets ratio.
TUGAS!
Berdasarkan Tabel 1.1, 1.2, dan 1.3, buatlah hitungan sebagai berikut :
1. Rasio lancar
2. Rasio kas
3. Rasio cepat
4. Net Working Capital To Total Assets Ratio