BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam kegiatan ini adalah true experimental
(eksperimen sesungguhnya). Eksperimen murni adalah suatu bentuk
rancangan yang memperlakukan dan memanipulasi subjek penelitian
dengan kontrol secara ketat. Dengan kata lain penelitian eksperimen murni
memiliki ciri yaitu ada perlakuan (memanipulasi suatu varibel), ada
randominasi dan semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu
mengontrol hampir semua pengaruh factor penelitian terhadap variabel
hasil penelitian yang diteliti (Rajab, 2009).
3.1.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
The Postest Only Control Group Design. Dalam rancangan ini pengukuran
awal tidak dilakukan karena diasumsikan bahwa di dalam suatu populasi
tertentu tiap unit populasi adalah homogen maka pengukuran variabel
dilakukan setelah pemberian perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah
dengan pemberian berbagai konsentrasi ekstrak ekstrak daun ketul
konsentrasi konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% .
51
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah
Malang yang beralamat di Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang. Penelitian
dilaksanakan selama 2 minggu, yaitu pada tanggal 10 September-23 September
2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generaslisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2013). Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)
strain wistar.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan sebanyak 28 ekor yang diperoleh dari tempat
peternakan tikus di daerah Dau.
3.3.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel
(Sugiyono, 2013). Teknik sampling yang digunakan yaitu Purposive
Sampling. Purposive sampling yaitu responden yang terpilih menjadi anggota
sampel atas dasar pertimbangan peneliti sendiri (Darmawan, 2013). Anggota
52
sampel pada penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang
berusia 2-3 bulan dengan bobot 100-200 gram.
3.3.4 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap
(RAL). Rancangan acak lengakap (RAL) merupakan rancangan yang
peletakan perlakuan dilakukan secara acak pada seluruh materi percobaan.
Hal ini berarti seluruh unit percobaan mempunyai peluang yang sama besar
untuk menerima perlakuan.
Besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan prosedur
baku dalam penetapan jumlah sampel yang menggunkan hewan coba (tikus)
sebagai sampel percobaan. Selanjutnya untuk menentukan jumlag
pengulangan digunakan rumus Federer (1963) sebagai berikut:
(t-1)(r-1)≥ 15
Dimana, t = banyak perlakuan
r = banyak ulangan (Dewi et al, 2013).
(r-1)(t-1) ≥ 15
(r-1)(7-1) ≥ 15
6 (r-1) ≥ 15
6r- 6 ≥ 15
6r ≥ 21
r ≥
= 3,5 (ulangan yang digunakan adalah 4 kali)
53
Jadi jumlah sampel keseluruhan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 28 ekor tikus putih yang meliputi:
A. Kelompok kontrol negatif (tidak diberi perlakuan dengan tidak diberi
ekstrak daun ketul)
B. Kelompok kontrol positif (tidak diberi perlakuan dengan tidak diberi
salep luka bakar)
C. Kelompok perlakuan I : pemberian ekstrak daun ketul dengan
konsentrasi 5% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
D. Kelompok perlakuan II : pemberian ekstrak daun ketul dengan
konsentrasi 7,5% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
E. Kelompok perlakuan III : pemberian ekstrak daun ketul dengan
konsentrasi 10% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
F. Kelompok perlakuan IV : pemberian ekstrak daun ketul dengan
konsentrasi 12,5% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
G. Kelompok perlakuan V : pemberian ekstrak daun ketul dengan
konsentrasi 15% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
Rancangan Acak Lengkap dengan gambaran:
Kelompok Ulangan
1 2 3 4
A A1 A2 A3 A4
B B1 B2 B3 B4
C C1 C2 C3 C4
D D1 D2 D3 D4
E E1 E2 E3 E4
F F1 F2 F3 F4
G G1 G2 G3 G4
54
3.4 Jenis Variabel
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2013).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berbagai jenis konsentrasi ekstrak
daun ketul (Bidens pilosa L.) yaitu dengan konsentrasi 5%, 7,5%, 10%,
12,5% dan 15% .
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah penyembuhan luka sayat yang ditandai dengan
indikator tidak adanya eritrema (fase inflamasi), tidak adanya pembengkakan(
fase proliferasi),dan luka menutup (fase maturasi). Luka dikatakan sembuh
apabila luka telah tertutup oleh jaringan baru. Waktu observasi dilakukan
selama 2 minggu pada masing-masing kelompok.
3.4.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2013). Variabel
kontrol dalam penelitian ini adalah batas waktu penyembuhan luka bakar
yaitu selama 2 minggu pada punggung tikus putih (Rattus norvegicus), jenis
tikus strain wistar jantan , umur 2-3 bulan, berat badan 100-200 gram, suhu
ruang 25ºC, kandang bersifat homogen, perawatan dilakukan setiap hari
sekali, jenis makanan yaitu pakan ayam (BR-1) dan minuman air aquades.
55
3.5 Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahan makna dalam tiap variabel maka perlu
didefinisikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun
operasional variabel tersebut, yaitu:
1. Jenis tanaman yang digunakan sebagai ekstrak adalah bagian tanaman
yang memiliki potensi sebagai penyembuh luka sayat. Jenis tanaman yang
digunakan yaitu daun ketul (Bidens pilosa L.).
2. Luka sayat adalah luka yang diakibatkan oleh terkena benda tajam
sehingga tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, biasanya
terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan
luka berlangsung dari bagian internal ke eksternal. Dalam penenelitian ini
luka sayat dibuat pada punggung tikus putih dengan menyayat
menggunakan scalpel steril dengan panjang 2 cm dan kedalaman sampai
area subkutan (Amaliya, 2013).
3. Ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.) adalah ekstrak yang dibuat secara
maserasi yang kinetik dengan menggunakan pelarut etil alkohol (etanol)
90%. Tanaman daun B. pilosa diambil dan ekstrak dibuat di Laboratorium
Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Ekstrak dibuat dengan
konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% . Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Kakki et al , 2016) yaitu dengan konsentrasi 5%
pada ekstrak B. pilosa yang digunakan dalam penyembuhan luka.
56
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Persiapan Penelitian
1. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Kandang tikus
- Penutup kandang
- Pencukur otomatis/razer
- Sarung tangan/handscoen
- Gunting
- Botol air
- Plester transparan
- Kertas saring
- Gelas ukur
- Pipet tetes kecil
- Pipet tetes besar
- Corong
- Labu takar
- Timbangan analis
- Kertas label
- Blender
- Nampan plastik
- Ayakan
- Oven
- Pisau bedah (Scapel)
- Sekam
- Pakan ayam (BR-1)
- Air
- Daun Ketul
- Kertas lembar observasi
- Etanol 90%
- Aquades
2. Pembuatan Ekstrak Daun Ketul
Dalam pembuatan ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L) peneliti
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyiapkan daun ketul (Bidens pilosa L) .
b. Mengeringkan daun ketul (Bidens pilosa L) dengan oven 50ºC
sampai daun ketul kering secara fisiologis dengan ditandai
ketika diremas daun mudah hancur (Sutjipto et al,2009).
57
c. Menghaluskan daun ketul (Bidens pilosa L) yang sudah kering
dengan menggunakan blender dan mengayak serbuk yang
sudah jadi hingga halus.
d. Menimbang serbuk daun ketul (Bidens pilosa L) yang sudah
halus dengan timbangan analitik sebanyak 250 gram (Edefia,
2015).
e. Merendam serbuk daun ketul (Bidens pilosa L) kedalam
larutan etanol 90% sebanyak 750 ml selama 72 jam.
f. Menyaring larutan daun ketul (Bidens pilosa L) dengan kain
saring dan kertas saring untuk memisahkan ampas dengan
filtratnya.
g. Menguapkan etanol dalam ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L)
dengan rotary evaporator dengan suhu 55ºC sampai ekstrak
berubah menjadi kental.
h. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% dan kontrol.
Pembuatan masing-masing kepekatan dilakukan dengan cara
pengenceran dari sediaan 100%. Larutan konsentrasi daun ketul
(Bidens pilosa L.) yang dibuat adalah 30 ml pada tiap-tiap
konsentrasi. (Lampiran 4).
3. Adaptasi Tikus
Sebelum dilakukan percobaan, tikus diadaptasikan dalam kandang
yang diletakkan di Laboratorium Kimia UMM selama 7 hari agar
dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.
58
4. Pembuatan Luka Sayat
Pada penelitian ini luka sayat dibuat pada punggung tikus dengan
menggunakan scapel setelah punggung tikus diberi alcohol.
Panjang luka dibuat ± 2 cm, kedalaman sampai area subkutan.
Perawatan luka dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama.
5. Perlakuan Luka Sayat
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menncuci tangan, mengatur posisi tikus senyaman mungkin
c. Memakai sarung tangan yang bersih
d. Pada kelompok perlakuan I luka ditetesi ekstrak daun ketul
konsentrasi 5 % sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan kain kassa,
Pada kelompok perlakuan II luka ditetesi ekstrak daun ketul
konsentrasi 7,5 % sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan kain
kassa, Pada kelompok perlakuan III luka ditetesi ekstrak daun
ketul konsentrasi 10 % sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan kain
kassa, Pada kelompok perlakuan IV luka ditetesi ekstrak daun
ketul konsentrasi 12,5% sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan
kain kassa, Pada kelompok perlakuan V luka ditetesi ekstrak
daun ketul 17,5% sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan kain
kassa masing-masing 1 kali sehari dan diteteskan sama rata.
Pada perlakuan kontrol (-) hanya diganti dengan kain kasa saja
dan pada perlakuan kontrol (+) ditetesi dengan povidone iodine
dan ditutup dengan kain kassa setiap 1 hari sekali. Perlakuan
sediaan dilakukan setiap hari pada pukul 9 pagi WIB.
59
3.6.2 Pelaksanaan Penelitian
Gambar 3.1
Pelaksanaan Penelitian
28 ekor tikus putih (Rattus norvegicus)
Melakukan adaptasi pada tikus selama 7 hari
Mencukur bulu punggung dan pembuatan luka sayat panjang
luka dibuat dengan ± 2 cm, kedalaman sampai area subkutan
Melakukan perlakuan luka dilakukan setelah 15 menit dari pembuatan luka
Kelompok Kontrol (-) (4 ekor tikus tidak diberi ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.)
Kelompok Perlakuan I pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 5% sebanyak
(5 tetes) setiap 1 kali sehari.
Menutup bagian luka pada punggung tikus dengan menggunakan kain kassa. Perlakukan
dilakukan sampai hari ke 14 dan diukur luas luka dari semua kelompok setiap hari
Pengumpulan data Analisis data Hasil dan Pembahasan
Kelompok Kontrol (+) (4 ekor tikus diberi povidone iodine)
Data hasil penelitian dimanfaatkan menjadi sumber belajar biologi berbentuk Leaflet
Kelompok Perlakuan II pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 7,5%
sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
Kelompok Perlakuan III pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 10%
sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
Kelompok Perlakuan IV pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 12,5%
sebanyak (3 tetes) setiap 1 kali sehari.
Kelompok Perlakuan V pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 15%
sebanyak (3 tetes) setiap 1 kali sehari.
60
3.6.3 Pengamatan Penelitian
Pengamatan dilakukan setiap 1 x 24 jam selama 2 minggu di
Laboratorium Kimia UMM Malang. Parameter yang diamati
penyembuhan luka sayat yang ditandai dengan indikator tidak adanya
eritrema, tidak adanya pembengkakan, luka mulai menutup dan luka
menutup. Luka dikatakan sembuh apabila luka telah tertutup oleh jaringan
baru dan dilihat dari hari percepatan penyembuhan luka.
3.7 Prosedur Pengambilan Data
3.7.1 Data dan Sumber Data
Data yang diambil adalah data dalam penelitian tentang kecepatan
menutupnya permukaan luka adalah kecepatan menutupnya permukaan
luka dilihat dari hari tercepat penyembuhan luka, tidak adanya eritrema,
tidak adanya pembengkakan, luka mulai menutup dan luka menutup.
Penentuan kecepatan penyembuhan luka sayat dilakukan secara objektif
dengan mengambil foto setiap hari sekali sejak diberi perlakuan berbagai
konsentrasi ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.).
3.7.2 Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian
ini adalah observasi eksperimen. Teknik pengumpulan data secara
langsung dengan prosedur berencana yang melibatkan kegiatan melihat
dan mencatat kegiatan tertentu. Observasi eksperimen yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah tidak adanya eritrema, tidak adanya
pembengkakan, luka mulai menutup dan luka menutup. luka yang
61
dilakukan pengukuran setiap hari sekali sejak diberi perlakuan. Penentuan
kecepatan penyembuhan luka sayat dilakukan secara objektif dengan
mengambil foto setiap hari sekali sejak diberi perlakuan berbagai
konsentrasi ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.).
3.8 Tahap Pengembangan Pembuatan Leaflet Sebagai Sumber Belajar
Proses kegiatan belajar dan pembelajaran membutuhkan sumber belajar
yang menjadi sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Sumber belajar yang
digunakan yaitu leaflet yang mampu memberikan visualisasi yang dapat
menarik minat siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan
metode dalam studi pengembangan dengan modifikasi dari metode Learning
Cycle 3E yang diperkenalkan oleh Robert Karplys dalam SCIS atau Science
Curriculum Improvenment pada tahun 1967.
Learning Cycle yang merupakan suatu pembelajaran yang menuntut siswa
menjadi pembelajar mandiri, otonom, serta menjadikan mereka berpikir secara
kritis dalam memecahkan. Learning Cycle adalah salah satu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengoptimalkan cara belajarnya dan mengembangkan daya nalarnya (Dasna et
al, 2007 dalam Ekayanti, 2014). Learning Cycle terdiri dari 3 tahapan yaitu
eksplorasi, eksplanasi, dan elaborasi.
a. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan fase awal yang harus dilakukan untyk
membawa siswa memperoleh pengetahuan dengan cara melalui pengalaman
langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Eksplorasi
dilakukan untuk melihat kebutuhan guru/siswa, yang dilakukan dengan cara
62
melihat hasil penelitian terdahulu, silabus dan RPP. Selanjutnya akan
dihasilkan konsep esensial.
b. Tahap Eksplanasi
Tahap Eksplanasi ini dilakukan untuk melengkapi, menyempurnakan dan
mengembangkan konsep-konsep esensial yang telah diperoleh dari tahap
pertama. Kegiatan pada tahapan ini untuk mencari konsep-konsep yang relevan
melalui studi pustaka dan konsultasi kepada para ahli. Hasil dari studi pustaka
dan konsultasi para ahli akan memberikan pandangan bagi peneliti tentang
desain produk leaflet yang akan dikembangkan.
c. Tahap Elaborasi
Tahap elaborasi merupakan tahap akhir, di mana hasil studi pustaka dan
konsultasi dengan para ahli yang akan digunakan untuk membuat sebuah
produk. Kegiatan dari tahap ini merupakan penerapan dari konsep-konsep yang
telah dipahami. Tujuannya adlah untuk mengubah konsep-konsep yang telah
dikonsultasikan kepada para ahli untuk mengembangkan leaflet.
3.9 Teknik Analisis Data
3.9.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk
menguji apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini
dapat digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval ataupun
rasio (Fallo et al, 2013).
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk uji normalitas Liliefors
adalah sebagai berikut :
63
a. Pengamatan X1, X2……Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2……Zn
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Zi = Xi – X (rata- rata)
S
Keterangan : X : rata-rata dari sample
S : Simpangan baku
b. Setiap bilangan baku selalu menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian menghitung peluang F(Zi) = P(Z≤Zi)
c. Selanjutnya menghitung Z1,Z2,……Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Z1. Jika proporsi ini ditetapkan oleh S (Zi) maka:….
S(Zi)=n
ZiZnZZ .....2,1
d. Menghitung selisih F (Zi)-S(Zi) dan menentukan harga
mutlaknya.
e. Mengambil harga yang paling besar dari harga yang mutlak
tersebut, Sebutlah harga terbesar ini dengan L0 (Lhitung).
f. Untuk menolak atau menerima hipotesis nol, kita bandingkan L0
dengan nilai kritis L yang diambil dari table untuk titik uji
normalitas (Liliefors) dengan taraf (α 0.01 = 0.231 dan α 0.05 =
0.19) dengan kriteria:
Ho ditolak jika Lo> L berarti populasi terdistribusi tidak
normal
Ho diterima jika Lo < L berarti populasi berdistribusi normal
(Sudjana, 2005).
64
3.9.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas varian merupakan asumsi penting perhitungan
analisis varian.Uji ini dilakukan untuk memastikan apakah asumsi masing-
masing data sudah terpenuhi atau belum. Dikatakan datanya bersifat
homogen jika X2
hitung < X2
tabel. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut :
Data yang diperoleh dari masing- masing sampel n1, n2…..nx dengan
datanya adalah Yij( i = 1,2….k dan j = 1,2….nk) dihitung variannya
masing- masing adalah (Si)2, (S2)
2,…,(Sk)
2.
Si2=
)1(
/)( 22
i
i
r
rYijYi
Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : α 21= α
22=……= α
2t yang berarti ragam dari semua perlakuan
sama
Hi : minimal ada satu perlakuan yang ragamnya tidak sama
dengan yang lain
Jk dihitung sebagai berikut :
JK = 2x
2
r
xt
Untuk memudahkan perhitungan, satu-satuan yang diperoleh
untuk uji barlett lebih baik disusun dalam sebuah daftar.
Statistik yang digunakan adalah :
X2
hitung =ln 10 [(B) - (∑db log S2)]
65
Derajat bebas v = t-1, dengan demikian jika X2
> X2.α(t-1) maka Ho
ditolak. Nilai X2
ini perlu dikoreksi sebelum dibandingkan dengan nilai
X2.α dengan derajat bebas v= t-1. Disini t adalah banyaknya perlakuan.
S2= total JK/Total db
Faktor koreksi = 1+
)1(
1
1
1
)1(3
1
ririt
X2(terkoreksi) = (1/C)X
2
Kesimpulan
Ho: ditolak jika X2 terkoreksi > X
2 tabel
Ho: diterima jika X2
terkoreksi < X2 tabel
Hipotesis nol diterima (ragam dari semua perlakuan adalah sama atau
variansinya homogen, jika X2 hitung < X
2 tabel, dimana X
2(1-α) (k-1)
dapat dilihat dari daftar distribusi chi-kuadrat.
Uji homogenitas bertujuan untuk keberlakuan asumsi annova, yaitu
menguji apakah masing-masing kelompok memiliki varians yang sama
(seragam) atau tidak (Martono, 2011).
3.9.3 Uji Oneway ANOVA
Uji oneway ANOVA digunakan untuk menentukan apakah rata-
rata dua atau lebih kelompok (variabel dependen) berbeda secara nyata.
Analisis ini memiliki asumsi bahwa kelompok yang dianalisis memiliki
varian yang sama (Trihendradi, 2010).
Uji Anova satu uaitu tektik statistik parametrik yang digunakan
untuk mennguji perbedaan antara 3 atau lebih kelompok data berskala
66
interval atau rasio yang berasal dari 1 variabel bebas. Adapun beberapa
langkah yang harus ditempuh yaitu :
a. Menentukan hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian berbagai dosis ekstrak daun B.
pilosa terhadap luka sayat pada punggung tikus putih (Rattus
norvegicus)
b. Mengelompokkan data sesuai dengan perlakuannya dan dihitung
jumlah perlakuan (T) dan jumlah umum (G)
c. Dengan menggunakan t sebagai banyaknya perlakuan dan r sebagai
banyaknya ulangan. Derajat bebas dapat ditentukan untuk setiap
sumber keberagaman, yaitu :
Db umum = (r)(t)-1
Bd perlakuan = t-1
Db galat = t(r-1)
d. Menghitung faktor korelasi (FK) dan berbagai jumlah kuadrat (JK)
dengan menggunakan Xi untuk menunjukkan pengukuran petak ke-
I dan Ti sebagai jumlah perlakuan ke-I dan n sebagai bayaknya
petak percobaan = (r) (t)
FK = ( ∑
JK galat = JK umum – JK perlakuan
e. Menghitung kuadrat tengah (KT) untuk setiap sumber
keberagaman dengan membagi JK dengan db yang bersangkutan
67
Menghitung nilai F unuk menguji beda nyata perbedaan
perlakuan
f. Nilai Ftabel ditentukan melalui table analisis varians satu arah dan
tingkat signifikan atau taraf nyata ditentukan lebih dahulu yaitu 5%
g. Membuat table anava satu arah
Sumber
Keragaman
Db JK KT Fhitung Ftabel
Perlakuan
Galat Percobaan
Umum
h. Memasukkan semua nilai yang dihitung kedalam table anava satu
arah
i. Memandingkan ilai Fhitung dengan Ftabel dan menentukan beda nyata
di antara perlakuan dengan ketentuan sebagai berikut :
Apabila nilai Fhitung > Ftabel pada taraf nyata 1% perbedaan
perlakuan dikatakan berbeda dengan nyata.
Apabila nilai Fhitung > Ftabel pada taraf nyata 5% tetapi lebih
kecil dan atau sama dengan nilai Ftabel pada taraf nyata 1%,
perbedaan perlakuan dikatakan berbeda nyata
68
Apabila nilai hitung Fhitung > Ftabel dan atau sama denga Ftabel
pada taraf nyata 5% perbedaan perlakuan dikatakan tidak
berbeda nyata.
3.9.4 Uji Duncan’s
Uji lanjut setelah anava yaitu dengan Uji Duncan’s 5%. Uji ini
dilakukan untuk menentukan atau memilih perlakuan yang terbaik atau
paling efektif dari sejumlah n perlakuan dengan berdasar pada nilai rerata.
Adapun beberapa langkah -langkah yang harus ditempuh, yaitu :
a. Mengurutkan rerata dari yang kecil ke yang besar
b. Menentukan nilai Sy
Sy = r
KTG
Keterangan :
KTG = MKG = MKD = jumlah kuadrat galat dibagi derajat
bebasan galat
r = ulangan
c. Menentukan nilai R (p, v, ) dengan cara membandingkannya
pada tabel uji Duncan.
d. Menentukan Nilai MDRS 5% Selingan: rp, Sy
e. Menyusun tabel kerja uji Duncan’s 5%
Uji analisa tersebut menggunakan program SPSS 21.0 for Windows
dengan nilai probabilitas dan angka kepercayaan 95%.