61
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dan pengembangan dilaksanakan di MA Tahfidzul Quran
Isy Karima Karangpandan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan pada tahun ajaran
2014/2015, yang secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul penelitian, permohonan
pembimbing, pembuatan proposal, survei ke sekolah yang digunakan untuk
penelitian, permohonan ijin penelitian, dan penyusunan instrumen
penelitian.
b. Tahap penelitian dan pengembangan, meliputi: pengembangan perangkat
pembelajaran dan diujicobakan di semua kegiatan yang berlangsung di
lapangan, uji coba instrumen, dan pelaksanaan pengambilan data respon
siswa dan guru.
c. Tahap penyelesaian, meliputi: analisis data, pembahasan dan penyusunan
laporan penelitian.
Dalam pelaksanaan tahap-tahap tersebut penelitian dan pengembangan
ini mengacu pada langkah-langkah yang disesuaikan dengan langkah Borg dan
Gall. Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014
sampai Juli 2015.
B. Subjek dan Sampel Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X MA
Tahfidzul Qur’an Isy Karima Karangpandan yang sedang menempuh
semester 2 tahun ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian adalah guru
mata pelajaran fisika.
62
2. Sampel Penelitian
Penelitian ini diawali dengan tahapan penelitian pendahuluan yang
melibatkan siswa Sekolah Menengah Atas dan guru Fisika SMA dengan
mendapatkan data studi pendahuluan. Kemudian dilanjutkan dengan tahap
pengembangan. Dalam tahap pengembangan ini melibatkan para pakar
untuk menilai dan memberi masukan terhadap desain produk yang
dikembangkan. Pakar-pakar yang dilibatkan sebagai sampel dalam tahapan
desain produk adalah dosen pendidikan Fisika Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Setiap pakar memiliki latar belakang pendidikan doktor pada
bidang ilmu Fisika dan pendidikan Fisika. Validasi pakar ini untuk
mengetahui kualitas media pembelajaran berbasis ICT untuk diterapkan
dipembelajaran SMA.
C. Metode Penelitian dan Pengembangan
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian pengembangan
(Research and Development). “Penelitian pengembangan digunakan untuk
mendesain produk atau prosedur baru yang teruji secara sistematis di lapangan,
dievaluasi, dikembangkan sedemikian sehingga memenuhi kriteria efektivitas,
kualitas atau kemiripan dengan suatu standar” (Borg dan Gall, 2007:569).
Pada penelitian pengembangan ini akan dikembangkan media
pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan scientific yang memenuhi kriteria
baik dan dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran di SMA.
Gambar 3.1 Langkah-langkah R&D Borg & Gall (Eny, 2012: 24)
1.
Reasearch
and
information
collecting
2. Planning 3. Develop
preliminary
form of
product.
4.
preliminary
field testing.
5. Main
product
revision
6. Main
field testing
7.
Operational
product
revision
8.
Operational
field testing
9. Final
product
revision
10.
Disseminati
on and
implementat
ion.
63
Borg & Gall (1983:772) menyatakan bahwa pendekatan penelitian dan
pengembangan merupakan penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam penelitian. Borg & Gall
(1983) cit. Nusa Putra (2012) menyarankan sepuluh langkah dalam research and
development (R&D) sesuai pada Gambar 3.1. adalah:
(1)Research and information collecting (melakukan pengumpulan
informasi, termasuk kajian pustaka, pengamatan kelas, membuat kerangka
kerja penelitian); (2)Planning(melakukan perancangan, merumuskan
tujuan penelitian, memperkirakan dana dan waktu yang diperlukan,
prosedur kerja penelitian); (3) Develop preliminary form of product
(mengembangkan bentuk produk awal atau perancangan draf awal produk
dan memvalidasi produk); (4)Preliminary field testing (melakukan uji
coba lapangan permulaan); (5)Main product revision(melakukan revisi
terhadapproduk utama); (6)Main field testing (melakukan uji coba
lapangan utama); (7) Operational product revision (melakukan revisi
terhadap uji lapangan utama); (8)Operational fieldtesting(melakukan uji
lapangan operasional); (9) Final product revision(melakukan revisi
terhadap produk akhir); dan (10) Dissemination and implementasion
(mendeseminasikan dan mengimplementasikan produk).
Berdasarkan Gambar 3.1. secara umum tiap-tiap langkah pengembangan
berhubungan dengan secara langsung dengan aktivitas “revisi”. Menurut Ibrahim
(2003) pengembangan perangkat pembelajaran dapat dimulai dari titik manapun
dalam siklus karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia
berorientasi pada tujuan, maka proses pengembangan dimulai dari tujuan. Oleh
karena itu dalam aktivitas revisi tetap mengacu pada koridor tujuan pembelajaran
yang disesuaikan dengan sistem pendidikan. Menurut Sudjana (2001:92), untuk
melaksanakan pengembangan perangkat pembelajaran diperlukan model-model
pengembangan sesuai dengan sistem pendidikan. Dalam pelaksanaan penelitian
dan pengembangan Borg & Gall (2007:594) dalam bukunya menyebutkan:
“If you decided to carry out educational R&D for a Masters and doctoral
you and your advisor will need to consider the appropriate scope of the
64
proposed R&D product or program and also which steps of the R&D cycle
you need to complete for the effort to constituate an acceptable study to
thruthfully represent the R&D process your project school. If you re
considering an R&D project for your Thesis or dissertation study, ou
should give careful consideration to the time required to plan and carry
out such aproject. The considerable time required for R&D project is
worth while. If you are interested in making a controbution that will lead
to an immediate tangible improvement in educational practice"
Berdasarkan penjelasan Borg&Gall tersebut maka dalam pelaksanaan
penelitian pengembangan dapat membatasi langkah penelitian pengembangan
tanpa mengurangi esensi dari penelitian pengembangan tersebut yaitu
menghasilkan suatu produk yang divalidasi dan diujicoba dengan
mempertimbangkan waktu yang tersedia sehingga menambah kontribusi proses
pendidikan.
Menurut Sugiyono (2010:427) metode penelitian pengembangan
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga
menghasilkan suatu produk baru dan selanjutnya menguji kefektifan produk
tersebut. Hal ini diperkuat oleh Dick & Carry (1990) yang menyebutkan bahwa
dalam pengembangan pembelajaran terdapat beberapa komponen yang akan
dilewati dalam proses pengembangan yang berupa urutan langkah. Urutan
langkah ini tidak bersifat kaku sebagaimana telah banyak pengembangan
perangkat pembelajaran yang berhasil dan efektif dengan tanpa harus mengikuti
urutan secara tetap. Oleh karena itu pada penelitian pengembangan ini dilakukan
langkah Borg &Golldari langkah satu sampai dengan tujuh yaitu dari (1) Research
and information collecting (melakukan pengumpulan informasi, termasuk kajian
pustaka, pengamatan kelas, membuat kerangka kerja penelitian); (2) Planning
(melakukan perancangan, merumuskan tujuan penelitian, memperkirakan dana
dan waktu yang diperlukan,prosedur kerja penelitian); (3)Develop preliminary
form of product(mengembangkan bentuk produk awal atau perancangan draf awal
produk dan memvalidasi produk); (4) Preliminary field testing(melakukan uji
coba lapangan permulaan); (5) Main productrevision (melakukan revisi terhadap
65
produk utama); (6)Main field testing (melakukan uji coba lapangan utama); dan
(7)Operational product revision (melakukan revisi terhadap uji lapangan utama)
untuk menghasilkan produk baru yang teruji sampai di uji yang lebih luas. Pada
penelitian dan pengembangan ini telah dikembangkan media pembelajaran
berbasis ICT dengan pendekatan scientific untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kreatif siswa.
D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang
ditempuh dalam membuat produk. Prosedur memaparkan komponen rancangan
produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, disebutkan sifat-sifat komponen
pada setiap tahapan dalam pengembangan, dijelaskan secara analitis fungsi
komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan dijelaskan hubungan
antar komponen dalam sistem.
Untuk memperoleh media pembelajaran berupa media pembelajaran yang
memenuhi unsur kriteria baik, maka dilakukan penelitian pengembangan dengan
menggunakan langkah-langkah yang masih umum dan akan dijabarkan menjadi
lebih jelas sehingga diperoleh alur penelitian seperti pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Bagan Alur Prosedur Pengembangan
Studi Pendahuluan
1. Studi pustaka
2. Survei
lapangan dan
analisis
kebutuhan
Perencanaan
1. Spesifikasi
produk media
pembelajaran.
2. Struktur isi
produk media
pembelajaran
Penyusunan Produk Awal
Penyusunan produk awal
berupa media pembelajaran
fisika berbasis ICT dengan
pendekatan scientific pada
matarei Alat Optik di SMA
Validasi Produk
Validasi produk oleh dosen
ahli
Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dilakukan
kepada 8 responden siswa
Uji Coba Besar
Uji coba besar dilakukan di kelas X MA Tahfidzul Quran
Isy Karima
Produk Akhir
Produk akhir berupa media
pembelajaran fisika berbasis ICT
dengan pendekatan scientific
pada matarei Alat Optik di SMA
yang sudah valid
Revisi
III Revisi
II
Revisi
I
66
Berikut secara lebih terperinci langkah-langkah pengembangan media
pembelajaran dalam bentuk media pembelajaran:
1. Studi Pendahuluan
a. Survei Lapangan
Pada tahap survei lapangan dilakukan observasi ke sekolah yang akan
digunakan untuk penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan dari
tempat yang akan digunakan.
b. Analisis kebutuhan
Pada tahap analisis kebutuhan dan masalah dilakukan studi literatur dan
survei untuk mendapatkan masalah serta kebutuhan pengembangan produk
untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Masalah dikhususkan yang
berkaitan dengan penggunaan internet dalam proses pembelajaran di kalangan
siswa SMA.
2. Perencanaan
Pada tahap pengumpulan data dilakukan analisis materi, pengkajian
perangkat pembuat media, dan penggunaan media yang akan dikembangkan.
Isi dari materi yang akan disampaikan dalam media harus relevan dan sesuai
dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Sehingga harus
dilakukan pengkajian terhadap KI dan KD yang sesuai. Proses pengkajian yang
meliputi analisis KI/KD, analisis sumber belajar, pemilihan materi, dan
penentuan pengguna (user) dilakukan secara bersamaan karena saling berkaitan
dan tidak bisa berdiri sendiri. Materi yang dipilih dalam penelitian adalah alat
optik untuk siswa SMA. Sehingga materinya disesuaikan dengan mata
pelajaran Fisika SMA. Dalam tahap juga dilakukan pengumpulan data-data
yang berkaitan erat dengan materi, perangkat pembuat media, dan penggunaan
media.
3. Pembuatan dan Validasi Produk Awal
a. Pembuatan Produk Awal
Tahapan pembuatan desain media menentukan konsep dari media
pembelajaran yang akan dibangun. Desain yang baik dan terencana akan
mempermudah pembuatan media selanjutnya. Sebelum membuat desain pada
67
media yang digunakan, perlu dipersiapkan rancangan awal dari program yang
akan dibuat. Pada tahapan tersebut dianalisa tujuan dari pembuatan media
pembelajaran. Tujuan ditentukan berdasarkan materi ajar beserta silabus materi
yang akan diajarkan, selanjutnya mengumpulkan objek multimedia, materi
flash pembelajaran, materi-materi yang akan digunakan. Tahapan
pengumpulan komponen yang akan digunakan berdasarkan konsep dan
rancangan. Pada tahapan pembuatan desain media pengumpulan objek dapat
dilakukan berupa:
a. Pengumpulan materi yang akan disampaikan.
b. Pengumpulan gambar, animasi, dan video.
c. Soal evaluasi pembelajaran.
Desain konsep awal yang disusun berisi kompetensi inti, kompetensi
dasar, judul materi ajar dan sub-sub materi ajar didiskusikan dengan tim ahli
yang menguasai pengembangan media pembelajaran khususnya dalam hal
media. Hasil revisi/ masukan terhadap desain konsep awal sebagai kontain
media, digunakan sebagai acuan dalam tahap pengembangan media
pembelajaran.
ambar 3.3. Desain Alur Media Pembelajaran
Dalam mengembangkan media pembelajaran yang berupa media
pembelajaran secara umum harus membuat domain, web hosting, CMS, materi,
video pembelajaran, animasi pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat
dapat diakses oleh siswa secara online sehingga siswa dapat membukanya
kapanpun dan dimanapun asalkan ada koneksi internet. Hal-hal yang perlu
dikembangkan dalam media media meliputi materi, tampilan media, contain
media. Pembuatan kontain media harus dibuat berdasarkan kompetensi inti,
Courses
Materi Pembelajaran
Home Page
68
kompetensi dasar dan indikator yang digunakan di sekolah. Tampilan visual,
materi dan multimedia yang disajikan dalam media harus disusun sebaik
mungkin sehingga mudah dimengerti oleh siswa. Hal tersebut merupakan
bagian dari penilaian yang menentukan baik tidaknya media yang dibuat
sehingga menentukan kelayakan media yang dibuat. Pada tahap pembuatan
media dituntut kreativitas dan keahlian programmer. Kemudian dilakukan
proses pembuatan domain. Setelah membuat domain langkah selanjutnya
memasukan CMS Moodle dalam hosting domain tersebut. Kemudian
dilakukan proses finishing dengan memasukkan materi, animasi pembelajaran,
dan multimedia sehingga dihasilkan media pembelajaran yang dapat diakses
siswa secara online.
b. Validasi Produk Awal
Pada tahapan validasi akan dilakukan validasi media pembelajaran
materi alat optik yang terdiri dari:
a. Validasi materi oleh ahli materi Fisika.
b. Validasi media oleh ahli media pembelajaran.
Ahli diminta mengisi angket penilaian dan memberikan komentar, kritrik serta
saran untuk perbaikan program.
Gambar 3.4. Alur Desain Validasi Media Pembelajaran ICT
c. Revisi Produk Awal
Revisi dilakukan ketika pengembangan media yang dibuat masih
terdapat kekurangan. Revisi mengacu pada hasil validasi oleh ahli dan juga
Validasi Ahli Media Validasi Ahli Materi
Media Memenuhi Kriteria
Baik
Revisi
Produk Awal
69
hasil uji coba produk. Jika dirasa tidak perlu, maka pengembangan produk
dinyatakan selesai.
4. Uji Coba Produk Awal Uji coba kelompok kecil dengan kelompok kecil yang terdiri atas 8
siswa yang dipilih secara acak. Uji coba dilakukan dengan cara mengakses
media pembelajaran dan memberi penjelasan tentang media pembelajaran
yang sedang dikembangkan kepada responden, meminta responden mencoba
sendiri media pembelajaran tersebut, setelah itu dilakukan wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara, media pembelajaran tersebut kemudian
dievaluasi dan direvisi.
5. Revisi Produk Utama
Setelah melakukan uji coba produk awal revisi dilakukan ketika masih
terdapat kekurangan. Revisi tersebut mengacu pada hasil angket respon siswa
dan wawancara yang telah dilakukan.
6. Uji Coba Produk Utama
Uji coba kelompok besar dilakukan pada siswa MA Tahfidzul Qur’an
Isy Karima Karangpandan kelas X yang dipilih sebanyak 1 kelas. Uji coba
dilakukan dengan cara menampilkan media pembelajaran pada responden dan
memberi penjelasan tentang media pembelajaran yang sedang dikembangkan,
meminta responden mengakses sendiri media pembelajaran tersebut,
kemudian diberi angket tanggapan terhadap media pembelajaran oleh
responden, setelah itu dilakukan wawancara. Berdasarkan hasil analisis
angket serta masukan-masukan dari responden, media pembelajaran tersebut
kemudian dievaluasi dan direvisi. Pada tahap kelompok besar dilakukan
analisis Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk menentukan peningkatan
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.
7. Revisi Produk Oprasional
Setelah melakukan uji coba produk Utama revisi dilakukan ketika
masih terdapat kekurangan. Revisi tersebut mengacu pada hasil angket respon
siswa dan wawancara yang telah dilakukan.
70
E. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dari hasil lembar observasi dan angket ahli
media, ahli materi, dan siswa yang merupakan data kualitatif. Data yang
bersifat kuantitatif yaitu data tentang evaluasi terhadap kelayakan isi/ materi
dan media.
F. Instrumen Pengambilan Data
Pengambilan data dalam penelitian dilakukan dengan beberapa teknik
sebagai berikut:
1. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan selama tahap penelitian dari tahap analisis
potensi dan masalah hingga produk selesai dikembangkan.
2. Lembar Observasi Motivasi Siswa
Lembar observasi ini dikembangkan berdasarkan beberapa indikator
yang meliputi adanya rasa senang, perhatian, rasa tertarik, rasa ingin
tahu, dan kemauan dari siswa dalam mengikuti pelajaran.
3. Teknik Angket (Quesioner)
Teknik angket untuk mengukur kelayakan isi/ materi dan media dalam
media pembelajaran. Angket diberikan kepada ahli materi, ahli media,
dan siswa sesuai kebutuhan dan tujuannya. Instrumen angket dijelaskan
lebih lanjut dalam lampiran 5.
4. Teknik Wawancara
Dilakukan terhadap para narasumber yaitu ahli materi dan media
dalam bentuk tanya jawab. Teknik wawancara dilakukan selama proses
validasi media media pembelajaran.Wawancara juga dilakukan kepada
siswa-siswa kelas X MA Tahfidzul Qur’an Isy Karima Karangpandan.
Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur
dengan kisi-kisinya dapat dilihat pada lampiran 7.
5. Tes
Tes digunakan untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep
fisika. Tes diberikan dua kali tiap siklus pembelajaran sebagai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) Sebelum dan Sesudah menggunakan media.
71
a. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Sebelum
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebelum diberikan media
didapatkan dari hasil belajaran siswa pada materi dinamika gerak.
b. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Sesudah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesudah diberikan media
didapatkan dari hasil belajaran siswa pada materi alat optik.
Instrumen dalam penelitian berupa angket, yaitu suatu daftar pernyataan
yang harus ditanggapi oleh responden sendiri dengan memilih alternatif jawaban
yang sudah ada.
1. Kisi-kisi angket
Kisi-kisi dibuat disesuaikan dengan tujuan dan sasaran angket.
Sehingga angket untuk ahli materi, ahli media, dan siswa akan berbeda.
Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang sesuai
dengan penelitian yang dilakukan. Konsep alat ukur media berupa kisi-kisi
angket. Konsep tersebut dijabarkan ke dalam variabel dan indikator yang
dijadikan pedoman dalam menyusun item-item angket sebagai instrumen
pengukuran.
2. Butir angket
Penyusunan butir-butir angket sebagai alat ukur disasarkan pada kisi-
kisi yang telah dibuat. Setelah indikator ditetapkan, kemudian dibuat butir-
butirnya.
3. Prosedur penyusunan angket
Prosedur yang ditempuh dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan
Untuk menentukan bahwa media yang dibuat telah memenuhi kriteria baik.
b. Menetapkan aspek yang ingin diungkap
Untuk memperjelas aspek yang diungkap maka digunakan kisi-kisi angket.
c. Menentukan jenis dan bentuk angket
Dalam penelitian angket yang digunakan adalah angket tertutup.
d. Menyusun angket
72
Angket tersusun atas item-item terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang
dibuat dengan mengacu pada kisi-kisi angket.
e. Menentukan skor
Angket menggunakan format respon empat poin dari skala Likert, dimana
alternatif responnya adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kemungkinan-kemungkinan skor 4
bagi Sangat Setuju (SS), skor 3 bagi Setuju (S), skor 2 bagi Tidak Setuju
(TS), dan skor 1 bagi Sangat Tidak Setuju (STS). Penilaian dilakukan
dengan memberi tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan
penilaian responden. Penilaian/ skor tampak seperti pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Komponen Angket Media
No KOMPONEN SS ST TS STS
1. 1
2. 2
3. 3
Sugiyono (2010:136)
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data yang
bersifat kualitatif. Sebelum dianalisis, dilakukan proses kuantifikasi data dari
kuesioner selanjutnya data tersebut dianalisis secara kualitatif. Untuk data
hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis dengan analisis kualitatif.
1. Data Observasi Motivasi Belajar Siswa
Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dilakukan
uji gain untuk data hasil observasi sebelum dan sesudah menggunakan
media pembelajaran berbasis ICT dengan pendekatan scientific. Gain
ternormalisasi yaitu dengan mengukur gain hasil observasi siswa sebelum
dan setelah menggunakan media dengan persamaan gain ternormalisasi
Hake sebagai berikut:
< 𝑔 > = < sf > −< si >
100−< si >
73
dengan:
g = gain
Sf = nilai rata-rata hasil observasi kelas akhir
Si = nilai rata-rata kelas hasil observasi mula-mula
Keputusan uji:
g dikategorikan tinggi jika (<g>) ≥ 0.7;
g dikategorikan sedang jika 0.7 > (<g>) ≥ 0.3;
g dikategorikan rendah jika (<g>) < 0.3. (Hake,1999)
Indikator keberhasilan penelitian pengembangan adalah
peningkatan perolehan gain hasil analaisis hasil observasi sekurang-
kurangnya sedang (medium). Berarti apabila gain yang diperoleh lebih dari
0,3 maka penelitian pengembangan dikatakan berhasil. Jika tidak demikian
maka penelitian pengembangan dikatakan belum berhasil
2. Data Angket
Data berdasarkan angket perlu dilakukan perhitungan agar dapat
disajikan secara kualitatif. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai
berikut:
a. Angket yang telah diisi responden, diperiksa kelengkapan
jawabannya, kemudian disusun sesuai dengan kode responden.
b. Mengkuantitatifkan jawaban setiap pertanyaan dengan memberikan
skor sesuai dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Membuat tabulasi data.
d. Menghitung persentase dari komponen angket dengan rumus sebagai
berikut:
P(k)
= S/N x 100%
Keterangan:
P(v)
= persentase komponen
S = jumlah skor komponen hasil penelitian
N = jumlah skor maksimum
74
e. Dari persentase yang telah diperoleh kemudian ditransformasikan ke
dalam interval seprti pada Gambar 3.5 agar pembacaan hasil
penelitian menjadi mudah karena data akan diubah menjadi data
kualitatif.
Gambar. 3.5. Interval Kriteria Penilaian.
Sugiyono (2010:144)
3. Data Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa
dilakukan analisis Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebelum dan
sesudah menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dengan
pendekatan scientific.
Menentukan persentase siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dengan cara menghitung sebagai berikut:
P(k)
= S/N x 100%
Keterangan:
P(v)
= persentase komponen
S = jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
N = jumlah siswa seluruhnya
Dari data didapatkan persentase siswa yang sudah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebelum dan sesudah menggunakan media
pembelajaran dari data tersebut dianalisis apakah ada peningkatan
persentase siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Apabila ada peningkatan persentasi ketercapaian Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) maka media pembelajaran berbasis ICT
dengan pendekatan scientific ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif
siswa.
Kurang Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik
25% 0% 75% 50% 100%
Sangat Baik