65
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan desa wisata terhadap ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan dengan
mengambil dua desa wisata sebagai studi kasus, satu di Bali dan satu lagi di Yogyakarta.
Desa wisata di Bali yang dipilih adalah Desa Bedulu di Gianyar, sedangkan di
Yogyakarta adalah Desa Petingsari, Kabupaten Sleman. Data yang dikumpulkan dari
kedua obyek penelitian dengan kisi-kisi yang dijelaskan di bawah ini dianalisis secara
kualitatif kritis dan komparatif untuk rumusan masalah yang sudah dituangkan di bagian
akhir Bab Pendahuluan.
Pada dasarnya, konsep partisipatif mengandung arti bahwa pelaksanakan kegiatan
dilaksanakan dengan konsep dari, oleh, dan untuk masyarakat tanpa menutup
kemungkinan pembinaan dan kerja sama dengan pihak kedua atau ketiga. Pada
prinsipnya, gagasan partisipatif memberikan peran dan tanggung jawab lebih pada
masyarakat. Secara lebih konkret, konsep ini menunjukkan bahwa pengelolaan desa
wisata harus memperhatikan kehidupan sosial budaya, menjaga lingkungan alam, dan
dinamisasi ekonomi, karena sumber daya alam akan dikelola secara berkelanjutan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengadopsi paradigma
interpretative. Paradigma ini mengharuskan peneliti untuk mengerti cara berpikir dari
para aktor yang diteliti (Denzin dan Lincoln, 2011; Veal, 2006; Jennings, 2010). Dalam
66
hal ini, aktornya adalah orang atau pelaku yang terlibat di dalam objek penelitian dan
yang terkait, yang dalam hal ini adalah masyarakat dalam pengelolaan desa wisata,
pengelola desa wisata dan para stakeholders. Fenomena yang terjadi pada kedua desa
wisata ini telah diteliti dari perspektif masyarakat lokal. Mengingat sedikitnya penelitian
serupa mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan desa wisata, penelitian yang
telah ada masih dalam exploratory stage, sehingga diperlukan informasi primer yang
lebih dalam dengan berdiskusi langsung dengan masyarakat lokal demi mendapat
pengertian yang lebih komprehensif. Pemahamannya dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu pemahaman dengan mengambil data melalui wawancara
mendalam (in-depth interview). Pendekatan kualitatif dalam pengumpulan data dipilih,
karena sesuai dengan paradigma interpretative (Cresswell, 2009). Secara khusus, cara itu
diambil untuk membantu memahami interaksi antara anggota kelompok (Veal, 2006).
Selanjutnya, seperti yang dijelaskan oleh Merriam (1991), suatu penelitian kualitatif
merupakan metode yang sangat cocok untuk menangani masalah yang kompleks dan
memperluas basis pengetahuan yang mencakup banyak aspek.
Selain itu, mengingat pendekatan kualitatif menggunakan in-depth interview
tergolong cara yang relatif informal, sehingga metode pengambilan data in-depth ini
dianggap lebih cocok dengan masyarakat di desa wisata dan melihat partisipasi warga
dalam pengelolaan desa wisata. Karena tingkat kehidupan masyarakat yang longgar
waktu dan paternalistik, maka pendekatan kuantitatif yang terkesan formal melalui
pedoman angket, pelaksanaanya akan membutuhkan pengawalan yang intensif.
Penelitian tentang partisipasi dan mempelajari kehidupan sosial di masyarakat lebih
67
banyak menggunakan keikutsertaaan peneliti dalam aktivitas sosial seperti yang
dilakukan oleh para peneliti bidang anthropologi. Meskipun menggunakan pendekatan
anthropologis, analisis untuk pendekatan kualitatif dapat digunakan.
Seperti yang disampaikan oleh Ezzy (2002), untuk menjelaskan fenomena sosial yang
ada, sulit menggunakan pendekatan kuantitatif, karena fenomena tersebut sulit dijelaskan dengan
metode testing statistikal, dan memerlukan pendekatan kualitatif untuk eksplorasi fenomena
sosial yang ada. Dengan demikian, pendekatan kualitatatif sangat relevan dengan subjek terhadap
materi yang dikaji, yaitu dengan analisis kualitatif dan data yang dikumpulkan secara in depth
interview. Hasil data indepth interview atau wawancara mendalam itu digunakan sebagai dasar
interpretasi dan analisis.
Partisipasi masyarakat di dua desa wisata ini dikaji lewat nilai-nilai, norma,
budaya, dan perilaku masyarakat lokal yang terlibat dalam bisnis pariwisata. Chariri
(2009) mengungkapkan bahwa dalam kehidupan masyarakat, terjadi interaksi sosial
melalui interaksi individu dan lingkungannya sehingga tercipta realitas sosial (socially
constructed reality) sebagai praktik ciptaan manusia (human creation). Hal ini juga
merupakan wacana simbolik yang dibentuk oleh individunya (symbolic discourse) serta
hasil dari kreativitas manusia (human creativity).
Beberapa ciri penelitian kualitatif menurut Finlay (2006) selalu dikaitkan dengan
peran peneliti, hubungan yang dibangun, proses yang dilakukan, peran makna dan
interpretasi, serta hasil temuan. Berdasarkan referensi Finlay (2006), maka ciri-ciri
pendekatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut ini.
68
1) Peneliti bertindak sebagai figur utama yang mempengaruhi konstruksi perumusan
hasil penelitian. Penelitian dilakukan melalui proses pemilihan data dan interpretasi
data. Oleh sebab itu, peneliti terjun langsung selama beberapa waktu ke desa-desa
wisata tersebut yang masing-masing memiliki karakteristik yang spesifik dengan
keunikan yang berbeda.
2) Penelitian kualitatif merupakan proses yang melibatkan peserta, peneliti, pihak
steakholder, serta hubungan yang dibangun dalam pengaruh lingkungan sosial,
budaya, ekonomi, sejarah, dan dampak lingkungan pada obyek yang diteliti. Untuk
itu, dilakukan pendekatan survei yang melibatkan diri dalam obyek penelitian, dan
dalam pengumpulan data penulis telah membangun hubungan sosial dengan
masyarakat dan pemangku kepentingan Desa Wisata Bedulu dan Desa Wisata
Pentingsari.
3) Penelitian kualitatif bersifat inductive, exploratory, dan proposition generating serta
selalu mendasarkan pada fenomena yang terjadi pada saat penelitian dan dimulai
dengan pertanyaan pembuka (opened questionaire); dan tidak dimulai dengan
pernyataan hipotesis yang diuji kebenarannya. Penelitian kualitatif ini
menginvestigasi fenomena sosial, utamanya keterlibatan atau partisipasi masyarakat
pada kedua desa wisata yang dilakukan secara induktif eksploratif untuk
menghasilkan proposisi baru terhadap peran partisipasi masyarakat yang
sesungguhnya dalam pengelolaan desa wisata, dan dampaknya pada aspek sosial
budaya, lingkungan, dan ekonomi.
69
4) Pemberian makna (meaning) dan penarikan interpretasi masyarakat dan pemangku
kepentingan atas fenomena yang terjadi pada desa wisata dilihat sudut pandang
pelaku. Artinya, sudut pandang pelaku desa wisata merupakan pelaku yang perlu
dijajagi dan diinterpretasikan sebagaimana sudut pandang masyarakat desa setempat.
5) Hasil temuan bersifat kompleks, rinci, dan komprehensif, karena digali dari
sumbernya secara detail, kompleks, dan mendalam dari masyarakat kedua desa.
6) Hasil temuan dari fenomena yang terjadi di masing-masing desa tersebut akan
dikomparasi sehingga masing-masing desa wisata diketahui keunikan dan
perbedaannya, khususnya berkenaan dengan dampak sosial budaya, lingkungan, dan
ekonomi yang terjadi di masyarakat di desa wisata tersebut.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua desa wisata, yakni Desa Wisata Bedulu, Gianyar
dan Desa Wisata Pentingsari, Yogyakarta. Di kedua desa tersebut, dieksplorasi peran dan
partisipasi masyarakat dalam aktivitas dan pengelolaan desa wisata dan dampaknya
terhadap sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi masyarakat setempat serta bagaimana
tingkat keberlangsungannya. Masing-masing desa wisata mencakup beberapa daya tarik
wisata yang terletak di sekitar desa wisata. Dengan demikian, paket desa wisata yang
ditawarkan meliputi beberapa aktivitas seni dan budaya yang dilaksanakan pada daya
tarik wisata sekitar desa wisata tersebut. Seperti contoh, Desa Wisata Bedulu berdekatan
dengan Daya Tarik Wisata Goa Gajah, dan Relief Yeh Pulu. Dengan demikian, aktivitas
hiking para wisatawan mencakup ke daya tarik wisata tersebut.
70
Demikian pula halnya dengan Desa Wisata Pentingsari. Di samping aktivitas di
lokasi desa wisata dan rumah penduduk, wisatawan juga mengunjungi situs sejarah yang
berkaitan dengan warisan perjuangan para pahlawan dan bekas-bekas peninggalan zaman
kejayaan terdahulu. Hal ini pula yang menjadi alasan untuk mengeksplorasi lebih dalam
aktivitas desa wisata yang dilakukan pada lokasi-lokasi di luar desa wisata.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data.
Dalam suatu penelitian, jenis data diklasifikasikan menjadi dua, yakni data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berupa ungkapan, uraian,
deskripsi yang diperoleh dari wawancara, gambaran observasi, dan sumber tertulis atau
lisan lainnya. Data kualitatif digali dari responden melalui wawancara mendalam dan
observasi langsung (direct observation) terhadap masalah yang diteliti, yaitu mengenai
partisipasi masyarakat. Data tersebut dilengkapai dengan data kuantitatif yang diambil
dari dokumen-dokumen tekstual (textual documents) yang relevan dengan penelitian ini.
Data kuantitatif juga dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu yang berupa data yang dapat
diukur dan dinyatakan dengan angka, seperti jumlah pengunjung ke desa wisata,
pengguna jasa penginapan dan restoran. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber lain, yang tersedia pada lembaga atau institusi yang menyimpan dan
mempersiapkan data tersebut. Contohnya database dari biro pusat statistik, dinas
pariwisata, pengelola desa wisata, dan masyarakat adat atau tradisional setempat. Data
kuantitatif ini digunakan sebagai bahan pembanding dalam analisis deskriptif yang
dibutuhkan.
71
3.3.2 Sumber Data
Terdapat dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer mencakup data yang
diperoleh langsung dari sumbernya yang asli melalui wawancara dan pengamatan yang
mendalam. Dalam hal ini, data primer dikumpulkan dari para responden kunci (key
respondents) antara lain keterangan atau informasi dari masyarakat lokal yang
berpartisipasi langsung dalam pengelolaan desa wisata seperti pemuka masyarakat,
pengelola desa wisata masyarakat, dan para wisatawan yang sedang berkunjung.
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dan dipublikasikan melalui alat
media oleh instansi dan lembaga tertentu yang berkaitan dengan substansi penelitian yang
sedang dilaksanakan. Data primer dan data sekunder dikumpulkan dari sumbernya dan
mengadakan eksplorasi terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat kedua desa
tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari informasi kunci yang diwawancarai,
dibuat catatan khusus, tabulasi dan sintesis yang selanjutnya dilakukan analisis deskriptif
kualitatif dengan menghubungkan jawaban yang diperoleh dari masyarakat lokal baik
yang berasal dari para tokoh masyarakat Desa Bedulu dan Desa Pentingsari yang sangat
tahu dan mengerti akan berbagai masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan
pengelolaan di dua desa wisata ini. Pemilihan dan penentuan responden didasarkan atas
hasil diskusi dengan ketua Desa Wisata bersangkutan. Di samping itu, sumber informasi
lainnya adalah dari pejabat pemerintah yang memiliki keterkaitan dengan obyek
penelitian ini. Informan adalah orang yang sangat penting dalam penelitian ini karena
segala informasi yang ingin diperoleh terdapat pada informan yang dipilih untuk dimintai
72
informasi data yang ingin diperoleh untuk dijadikan dasar dalam menyelesaikan
penelitian ini. Dengan demikian, dalam menentukan informan, diperoleh beberapa
pertimbangan antara lain : 1) yang bersangkutan sudah memiliki pengetahuan dan
pengalaman pribadi yang sangat mendalam tentang informasi yang diperoleh, 2) orang
bersangkutan sebagai informan adalah tokoh masyarakat penduduk asli dalam arti
masyarakat yang lahir dan tinggal di desa itu, dan 3) ditinjau dari sudut usia dalam artian
yang bersangkutan sudah mengerti dan memahami permasalahan yang diteliti serta sehat
jasmani dan rohani.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dibutuhkan dalam proses
penelitian. Penelitian kualitatif ini menggunakan instrumen penelitian yang dibutuhkan
berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam suara (audio recorder),
kamera, dan video camera. Teknik pelaksanaannya dilakukan secara informal, terlibat
langsung dalam kehidupan masyarakat sehingga tidak menunjukkan suatu kegiatan
penelitian yang sebenarnya. Instrumen penelitian berupa panduan wawancara berupa
daftar pertanyaan dimuat pada Lampiran 1.
3.5 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan di Dua desa wisata ini bersifat kualitatif dengan metode
deskriptif analitikal kualitatif. Metode deskriptif analitikal kualitatif itu dilakukan untuk
menggali informasi tentang pengelolaan desa wisata melalui partisipasi masyarakat dan
dampaknya terhadap sosial budaya masyarakat, lingkungan, dan ekonomi.
73
Penelitian ini dilakukan selama 18 bulan. Pada bulan April tahun 2013, dilakukan
survey ke lokasi melakukan penjajakan, untuk mengetahui kemudian memantau
perkembangan kedua desa wisata tersebut. Dalam Enam bulan berjalan, ternyata kedua
desa wisata ini tergolong desa wisata yang proaktif dan senantiasa dikunjungi oleh
wisatawan. Bila dibandingkan antara Desa Wisata Bedulu dengan beberapa desa wisata
di Bali, hasilnya menunjukkan bahwa Desa Wisata Bedulu tergolong stabil dan
aktivitasnya berjalan dengan baik. Demikian pula halnya Desa Wisata Pentingsari setiap
tahunnya senantiasa proaktif dan selalu memperoleh penghargaan dari Kemenparekraf.
Berdasarkan penjajakan awal selama lebih kurang enam bulan, selanjutnya mulai
dilakukan wawancara mendalam dengan informan di kedua desa wisata tersebut.
Wawancara di Desa Wisata Pentingsari dilakukan sebanyak empat kali dan sebanyak
empat kali pula di Desa Wisata Bedulu, dalam kurun waktu enam bulan. Setelah
melakukan pengolahan data hasil wawancara mendalam, kegiatan dilanjutkan kembali
dengan menyusun persiapan Focus Group Discussion (FGD) di kedua lokasi penelitian.
Berdasarkan hasil FGD kedua lokasi tersebut, tingkat partisipasi masyarakat lokal dapat
dikonfirmasi dan diverifikasi kembali dampaknya di masyarakat.
Lebih lanjut, dilakukan studi komparatif untuk membandingkan hasil eksplorasi
permasalahan dan fenomena yang terjadi di kedua objek penelitian tersebut. Cakupan
wilayah penelitian Desa Bedulu meliputi Puri Bedulu, Relief Yeh Pulu, pasar tradisional,
sekolah dasar setempat, Goa Gajah, sentra pembuatan gerabah, wantilan dan beberapa
pura yang menyimpan beberapa benda sejarah arkeologi. Di lain pihak, cakupan wilayah
penelitian di Desa Wisata Pentingsari meliputi camping ground (tempat berkemah),
74
daerah wisata sejarah ke Watu Persembahan, Watu Gendong, Watu Payung, Watu
Gendong, wisata alam, wisata agro, dan penginapan di beberapa rumah penduduk.
Teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Metode Pengumpulan Data Kualitatif dan Instrumen Penelitian
No Teknik Pengumpulan Data Jenis Instrumen
1
Wawancara mendalam/In-
depth Interview
Pedoman pertanyaan wawancara, catatan
singkat penelitian, formulir isian
penelitian, perekam (voice recorder)
2 Observasi Lembar panduan observasi
3 Dokumentasi Kamera digital
4
Focus Group Discussion
(FGD)
Pedoman topik focus group discussion,
perekam, formulir persetujuan menjadi
peserta FGD.
Pada teknik pengumpulan data in-depth interview, diadopsi teknik purposive
sampling dan sampel menggunakan snow bowling methods, di mana peneliti
menggunakan pengetahuan mereka untuk menentukan siapa saja narasumber yang paling
tepat untuk dimasukkan dalam penelitian. Dengan mendasarkan pada potensi informasi
dan pengetahuan yang dimiliki oleh narasumber yang cocok dengan kriteria yang terkait,
maka wawancana dengan responden dilakukan dan terfokus pada permasalahan yang
diteliti (Jennings, 2010: 140-141). Meskipun penelitian ini terbatas pada dua desa wisata,
pemilihan narasumber yang cocok tidaklah mudah karena diperlukan narasumber yang
75
sesuai dan memiliki pengetahuan khusus dan menyeluruh mengenai objek yang diteliti,
yang hanya dimiliki oleh sebagian kecil dari para responden, seperti pelaku wisata,
masyarakat, staf pengelola desa wisata, LSM, dan pemerintah.
Kriteria yang dipilih, responden dan narasumber harus merupakan anggota dari
tim pengelola desa wisata (ketua atau koordinator) dan pengunjung desa wisata tersebut.
Narasumber harus telah berpartisipasi aktif atau terlibat dalam aktivitas desa wisata
tersebut sejak awal mula terbentuknya desa wisata dan terlibat secara langsung dalam
pengelolaan.
Kriteria ini penting untuk memastikan bahwa narasumber yang diwawancarai
dapat memberikan jawaban yang tepat tentang keadaan desa tersebut, dan dapat
memberikan gambaran analisis tentang pengaruh ekonomi, perkembangan sosial budaya
masyarakat, dan dampaknya pada lingkungan. Teknik purposive sampling dianggap
sebagai cara yang paling efektif dalam memilih individu kunci untuk diwawancarai.
Mengenai jumlah responden yang diambil, digunakan teknik snow bowling, yaitu
jumlahnya tidak ditentukan, tetapi mendasarkan pada kecukupan informasi yang
diperoleh.
Narasumber yang diwawancarai telah dapat berpartisipasi secara penuh dalam
penelitian ini secara sukarela, tidak di bawah tekanan atau intimidasi oleh kelompok
ataupun pemangku kepentingan yang lainnya, memahami tujuan penelitian, dan
menyepakati atas hak publikasi penelitian sebelum wawancara dimulai. Jumlah
responden dan nama informan kunci tercantum pada Lampiran 2.
76
Data yang diperoleh dari in-depth interview adalah dalam bentuk rekaman
interview dari responden kunci tersebut, dibuat transcript wawancara untuk dianalisis
lebih lanjut. Analisis dilakukan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah
berdasarkan teori yang dipilih.
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif berorientasi pada pemaknaan terhadap suatu objek penelitian
dan peneliti sekaligus sebagai instrumen penelitian atau dengan menggunakan
pendekatan intrepretatif, digambarkan pada Gambar 3.1. Metode analisis deskriptif
analitikal kualitatif dengan studi komparatif merupakan upaya untuk mengorganisasikan
dan menginterpretasikan data agar diperoleh pemahaman tentang data tersebut sesuai
dengan tujuan penelitian. Berdasarkan data yang dikumpulkan, sejak observasi dilakukan,
sesungguhnya data telah dianalisis atau ditafsirkan oleh peneliti. Meskipun demikian,
hasil yang diperoleh harus dieksplorasi dan dibuat sintesis, sehingga menghasilkan
proposisi dan kesimpulan baru. Langkah tersebut dilakukan setelah mengadakan reduksi
data. Fenomena yang terjadi di masyarakat digali dan dieksplorasi untuk lebih lanjut
dianalisis mengikuti alur pada Gambar 3.1 di bawah ini.
77
Gambar 3.1
Langkah-langkah Teknik Analisis Penelitian Kualitatif
Data yang diperoleh dari in-depth interview adalah dalam bentuk rekaman
interview. Rekaman interviev ini diketik menjadi transcript wawancara (contoh dokumen
observasi dan wawancana disertakan dalam Lampiran 2. Nama informan yang
diwawancarai diubah dengan menggunakan kode-kode tertentu demi menjaga
kerahasiaan responden.
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif analitik dengan uraian dan kutipan-
kutipan data kualitatif. Keseluruhan uraian dibagi ke dalam delapan bab, yaitu Bab I
sampai dengan Bab III merupakan bab awal yang berisi latar belakang penelitian,
Identifikasi permasalahan dan pengkategorian
Analisis informasi di lapangan berdasarkan kajian pustaka
Penafsiran data menggunakan pengetahuan, ide-ide, dan konsep di
masyarakat Desa Bedulu dan Pentingsari.
Merinci usaha secara formal dan menemukan tema, merumuskan, dan
memberikan makna pada tema
Memberikan arti, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan dimensi
uraian. Melaksanakan coding pada keseluruhan data yang telah ditranskrip.
Melakukan studi komparasi atas tema-tema yang terbentuk guna merumuskan
hasil yang spesifik pada kedua desa wisata
Merinci usaha secara formal dan reduksi data sesuai tema
78
kerangka teori, dan metode kerja. Bab-bab berikutnya adalah bab analisis, yang bisa
diringkas isinya sebagai berikut ini.
Bab IV menjelaskan gambaran umum masyarakat Desa Wisata Bedulu dan Desa
Wisata Pentingsari. Gambaran umum dan kondisi wilayah penelitian dapat digunakan
sebagai set up dalam pembahasan dan analisis. Bab V membahas tingkat partisipasi
masyarakat dan dampak pengelolaan Desa Wisata Bedulu terhadap sosial budaya,
ekonomi, dan lingkungan masyarakat. Bab VI menganalisis tingkat partisipasi dan
dampak pengelolaan Desa Wisata Pentingsari terhadap sosial budaya, ekonomi, dan
lingkungan masyarakat. Bab VII membahas perbandingan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan Desa Wisata Bedulu dan Desa Wisata Pentingsari dan dampaknya terhadap
sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan masyarakat. Bab VIII adalah simpulan dan
saran.
79
BAB IV
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT
DESA BEDULU DAN PENTINGSARI
Dalam bab ini, diuraikan hasil penelitian yang terkait dengan kondisi yang ada di
kedua desa wisata, yaitu Desa Wisata Bedulu, Gianyar dan Desa Wisata Pentingsari,
Yogyakarta. Uraian mengenai kondisi kedua desa yang dimaksud penting dalam suatu
analisis untuk memberikan gambaran dan urutan pembahasan yang dilakukan (Abdullah,
2008).
4.1 Profil Dua Desa Wisata: Bedulu dan Pentingsari
4.1.1 Profil Desa Wisata Bedulu
Desa Bedulu adalah salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Blahbatuh,
Kabupaten Gianyar, Provins Bali, yang memiliki luas wilayah 401,39 hektar, dengan
jumlah kepala keluarga sebanyak 2199 kk, terdiri atas 9.604 jiwa. Desa Bedulu berada
pada 25 km dari kota Denpasar dengan jarak tempuh selama 35 menit dan 5 km dari kota
Gianyar dengan jarak tempuh selama 10 menit, serta 60 km dari pelabuhan udara Ngurah
Rai dengan jarak tempuh selama 90 menit. Masyarakat Desa Bedulu masih lebih banyak
mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan dan dari usaha jasa dibidang seni dan jasa
lainnya.
4.1.2 Profil Desa Pentingsari
Desa Pentingsari terletak di lereng Gunung Merapi, Kelurahan Umbulharjo,
Kecamatan Cangringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Jogjakarta, yang memiliki
luas wilayah 103 hektar, dengan jumlah kepala keluarga 122 kk, terdiri atas 399 jiwa.
80
Desa Pentingsari berada pada 45 km dari pelabuhan udara Adi Sucipto dengan jarak
tempuh selama 60 menit. Masyarakat Desa Pentingsari memiliki mata pencaharian utama
adalah sebagai petani (64,6%) dan sisanya sebagai pegawai negeri, dan usaha jasa
lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan Focus Group Discussion (FGD)
yang dilakukan di Desa Bedulu dan Desa Pentingsari, ditemukan bahwa kedua desa
memiliki profil yang serupa. Pengelolaan dan fokus kegiatan adalah pada partisipasi
masyarakat. Tabel 4.1 menjelaskan perbandingan profil kedua desa wisata tersebut.
81
Tabel 4.1
Profil Dua Desa Wisata; Bedulu dan Pentingsari
No Desa Bedulu Profil Pentingsari
1 2007 Tahun menjadi Desa wisata 2008
2 9604 jiwa Jumlah penduduk 399 jiwa / 122 KK
3 Hindu Mayoritas Agama Islam
4 401,39hektar Luas wilayah 103 Ha
5 Alam, arkeologi,
relief, budaya lokal,
seni tari, tabuh,
kuliner
Potensi Alam, situs sejarah,
budaya lokal, seni tari,
tabuh, membatik,
kuliner
6 Diatas 50 orang Jumlah kunjungan
per bulan
Diatas 100 orang
7 Diatas Rp 17,5 juta Incomedesa wisata/ bulan Diatas 10 juta
8 Anak Agung Astawa
Yayasan
Dharmodayana
Pengelola Bapak Sumardi
Ketua Sadar Wisata
9 Relief Yeh Pulu,
Goa Gajah,
Tampaksiring,
Objek wisata terdekat Borobudur, Gunung
Merapi, Golf Course
10 - Prestasi sebagai desa
wisata
Juara II tahun 2009
Sapta Pesona, 2011
Juara I Desa Wisata
2013,
11 25 orang Jumlah Warga terlibat
langsung
50 orang
12 60 km / 90menit Jarak dari airport/ waktu
tempuh
45 km / 1 jam
13 Pemberdayaan
masyarakat
Icon/Selogan Meningkatkan taraf
hidup masyarakat.
14 PNPM Mandiri Rp
150 juta
Bantuan Pemerintah Pembinaan dari
pemerintah.
15 BTB, BVA, PHRI,
institusi pendidikan
Pembinaan
Pemerintah/LSM/ Kampus
Pemerintah, PHRI
Sumber: hasil penelitian (2015)
BTB : Bali Tourism Board
BVA : Bali Villa Association
82
PHRI : Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia
Berdasarkan data profil kedua desa wisata, terlihat bahwa kedua desa wisata
memiliki kemiripan dalam aktivitas dan pelayanan. Pengelolaan yang berbeda
dikarenakan bentuk usaha dan model pendanaannya yang memiliki sumber berbeda.
Untuk keseimbangan isi, aspek-aspek gambaran umum masing-masing desa
diuraikan sama, yaitu mulai dari sejarah desa, letak geografis, sejarah desa wisata sampai
dengan harga paket wisata dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan desa
wisata masing-masing. Walaupun masing-masing desa memiliki perbedaan kondisi
dalam aspek-aspek dimaksud, uraian sedapat mungkin dibuat sama jangkauannya.
4.2 Gambaran Umum Masyarakat Desa Bedulu
4.2.1 Sejarah Desa Bedulu
Desa Bedulu adalah salah satu desa yang menarik dari sembilan desa yang
terdapat di kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Berdasarkan narasumber
sekaligus ketua Desa Wisata Bedulu, yaitu I Gusti Agung Astawa,Desa Bedulu memiliki
tempat peninggalan sejarah yang dijadikan sebagai destinasi pariwisata. Di desa ini,
terdapat peninggalan arkeologi yang dikeramatkan oleh masyarakat dan peninggalan
tersebut tersimpan di beberapa pura di desa Bedulu. Bedulu adalah sebuah desa kuno
yang sudah dihuni sejak masa prasejarah sebelum Agama Hindu-Budha masuk ke desa
ini. Pengaruh Hindu-Budha masuk ke Bali membuat penduduk desa mempertahankan
adat budaya yang masih ada. Mereka hidup dalam masyarakat kelompok di pedukuhan
atau kelompok-kelompok dengan pola hidup sederhana (adat) yang sudah berjalan sekitar
2,5 abad yang lalu.Masyarakat adat mempunyai tradisi untuk orang yang meninggal
83
dengan sistem pekuburan sarkopagus. Pengaruh Hindu-Budha masuk pertama di Desa
Bedulu terlihat jelas.Penyembulan Bedulu dan Arca Siwa Mahaguru yang tersimpan di
Pura Desa Alit (Gambar 4.1).Pura ini sudah ada sejak dahulu dan dibangun dari abad 8 –
10 Masehi.Desa Bedulu adalah salah satu desa yang menarik dari sembilan desa yang
terdapat di kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Diantara peninggalan yang
ada terbentang persawahan yang asri dan hijau, dengan kondisi alam desa yang masih
asli, membuat pemandangan destinasi wisata menjadi sangat menarik.
Gambar 4.1
Arca Arkeologi dan Relief Yeh Pulu
Pada masa Bali kuno berkembang, terdapat 9 sekte yang ada di Bali, yaitu Sekte
Brahma, Pasupati, Siwa Sidantha, Waisnawa, Budha, Brahma, Rsi, Sora, dan Ganapatya.
Raja Udayana dan Raja Gunapriyadarmapati mengadakan pertemuan untuk menyatukan
sekte-sekte yang ada di Bali. Dengan mengundang tokoh–tokoh agama dari Bali dan
Jawa Timur, musyawarah itu dilaksanakan di Pura Samuan Tiga atau Kayangan Jagat
yang sampai saat ini dipakai sebagai salah satu destinasi wisata di Gianyar. Dari hasil
84
pertemuan, terdapatlah suatu kesepakatan agar sekte–sekte bersatu dan dapat berjalan
dengan saling menunjang kehidupan sosial satu sama lainnya yang sampai saat ini
terdapat desa pekraman di Bali dan di setiap keluarga dibangun merajan atau sanggah
rong tiga.
Pengaruh budaya Hindu-Budha masuk ke Bali melalui pantai utara Bali, karena di
tempat itu terdapat pelabuhan-pelabuhan kuno seperti yang disebutkan prasasti Bali kuno.
Masuknya pengaruh tersebut ke Bedulu diperkirakan melalui jalur darat, yaitu dari Bali
Utara (Buleleng), Kintamani, Tampaksiring, kemudian Bedulu. Hal ini terbukti dengan
ditemukan stupika dan meterai tanah liat yang berisi mantera Agama Budha di kompleks
persawahan Nyembulan tahun 1942 dan benda-benda tersebut disimpan di Museum Bali
di Denpasar. Meterai yang berisi mantera Agama Budha yang ditulis dengan Bahasa
Sansekerta berasal dari abad VIII-X Masehi.
Selain temuan benda-benda tersebut, masuknya pengaruh Hindu di Bedulu
ditemukan sebuah Arca Siwa Caturhuja yang tersimpan di Pura Desa Alit Bedulu. Arca
ini berasal dari masa yang sama dengan meterai tanah liat yang ditemukan disawah
Nyembulan Bedulu, yaitu abad VIII-X Masehi. Dalam Kitab Negara Kertagama yang
ditulis oleh Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi, disebutkan bahwa pusat pemerintahan raja
Bali kuno terakhir adalah di Bedulu dekat Goa Gajah. Berdasarkan keterangan tersebut,
dapat diperkirakan bahwa Pura Samuan Tiga yang dibangun pada abad ke X Masehi
bertempat di pusat kerajaan Bali Kuno, yaitu Badahuku (Bedulu). Istana atau keraton
kerajaan Bali Kuno diperkirakan di situs Jero Agung dan ditempat itu dibangun sebuah
pura bernama Pura Jero Agung yang disungsung oleh Subak dan masyarakat
85
Bedulu. Berdasarkan sumber tertulis (lontar),raja Bali Kuno terakhir bernama Maya
Denawa atau Dalem Badahulu, sedangkan menurut prasasti Langgahan Raja Bali Kuno
terakhir bernama Sri Astarura Ratna Bhumi Banten.
Raja Bali Kuno (Sri Astasura Ratna Bhumi Banten) dengan pusat
pemerintahannya di Badahulu (Bedulu) ditaklukkan oleh Raja Majapahit (Jawa Timur)
pada tahun 1343 Masehi. Dengan kalahnya raja Bali Kuno (Sri Astasura Ratna Bhumi
Banten) pemerintah di Bali vakum. Untuk mengisi kekosongan itu, maka Sri Kresna
Kapakisan di Jawa Timur diangkat menjadi raja Bali dengan pusat Pemerintahan di
Samplangan sebelah timur kota Gianyar. Dari Samplangan pusat pemerintahan pindah ke
Gelgel kemudian dari Gelgel ke Beng, Gianyar.Salah satu putra raja Gianyar yang
menjadi syahbandar di Cucukan menjadi pacek (cikal bakal) Puri Bedulu tahun 1887
Masehi.
4.2.2 Keadaan Geografis
Desa Bedulu adalah bagian dari wilayah kecamatan Blahbatuh, Kabupaten
Gianyar, provinsi Bali, yang memiliki luas wilayah 401,39 hektar, terletak sekitar 150
meter dari pemukiman air laut. Batas Desa Bedulu yaitu di sebelah utara berbatasan
dengan desa Pejeng, sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Bitra, sebelah selatan
berbatasan dengan desa Buruan yaitu pertemuan sungai Jurang dengan sungai Petanu,
dan sebelah barat berbatasan dengan desa Kemenuh yang dibatasi dengan sungai Petanu.
Gambar 4.2 menunjukkan peta desa Bedulu.
Landscape pertemuan sungai Jurang dengan sungai Petanu menjadikan panorama
pemandangan alam yang sangat menarik. Di Desa Bedulu terdapat rumah peninggalan
86
raja jaman dulu, yang dikenal dengan Puri Bedulu. Sementara itu peninggalan raja
Bedulu yang saat ini masih ada digunakan sebagai pusat kegiatan Desa Wisata Bedulu.
Peninggalan rumah raja ini banyak dikunjungi oleh wisatawan dan digunakan sebagai
obyek kajian oleh beberapa sosiolog.
Wilayah Desa Bedulu mencapai luas 401.39 hektar dihuni oleh penduduk asli dan
penduduk pendatang tercatat sebagai penduduk Desa Bedulu yang berjumlah sebanyak
9604 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.114 kepala keluarga. Kepadatan
penduduk Desa Bedulu setiap km2
ditempati oleh 18.9 jiwa.
Jumlah penduduk berdasarkan umur tahun 2014, Tabel 4.2
Tabel 4.2
Jumlah penduduk Desa Bedulu berdasarkan umur
No Indikator Jumlah (orang) Persen
1 0 ≤ 14 tahun 2.745 orang 28,6
2 15 ≤ 64 tahun 5.706 orang 59,4
3 ≥ 65 tahun 1.153 orang 12.0
Jumlah 9.604 orang 100
Sumber: Statistik Desa Bedulu, 2015
Pola hidup masyarakat masih memperlihatkan desa tradisional dengan mata
pencaharian utama mereka sebagai petani (22.30%), pengerajin yaitu; seni lukis, seni tari,
dan seni ukir dari batu sebesar 30%, dan bekerja dibidang jasa, bangunan dan lain–lain
sebesar 47.7 % (lihat Tabel 4.3).
Tabel 4.3
Mata Pencaharian Masyarakat Desa Bedulu
87
No Indikator Jumlah (orang) Persen
1
2
Usia sekolah
Petani
2.745 orang
2.142 orang
28,6
22,3
3 Pengrajin 1.881 orang 30
4 Jasa 1836 orang 19,1
Jumlah 9604orang 100
Sumber: Statistik Desa Bedulu, 2015
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah penduduk Desa Bedulu
dominan bekerja sebagai pengrajin. Hal ini terjadi karena Desa Bedulu terletak di
Kabupaten Gianyar dengan sentra perekonomian pada bidang pariwisata. Berikut ini
adalah peta pulau Bali dan Desa Bedulu.
88
Gambar 4.2a
Peta Pulau Bali
U Gambar 4.2
Peta Desa Wisata Bedulu
89
Gambar 4.2b
Peta Desa Wisata Bedulu
Pola hidup masyarakat masih memperlihatkan desa tradisional dengan mata
pencaharian utama mereka adalah sebagai petani dan sebagian dari masyarakat sebagai
seniman, yaitu seni gambar, seni lukis, dan seni ukir dari batu. Mata pencaharian sebagai
seniman ini adalah sebagai pekerjaan tambahan, untuk memperoleh penghasilan
tambahan.
Desa wisata Bedulu menggunakan bangunan tradisional yang berada
dilingkungan perumahan penduduk, karena pola pemukiman penduduk di Bali umumnya
terdapat pembagian yang disebut Tri Hita Karana, yaitu Parahyangan, Pawongan, dan
Palemahan, maka disetiap pekarangan rumah terdapat bangunan tempat suci
(merajan/sanggah) dan bangunan tempat tinggal seperti bale daja (gedong),bale dangin
(bale gede), bale dauh (loji),bale delod, dan pawon.
Bangunan yang digunakan sebagai penginapan (homestay) adalah bangunan yang
tidak digunakan sebagai tempat tidur (kosong) oleh pemilikinya, seperti bale dauh, bale
daja, karena pada bagian depan bangunan itu terdapat semacam teras untuk tempat
santai. Bangunan itu dilengkapi dengan fasilitas berupa kamar mandi, AC, air panas,
dan lain-lain.
4.2.3 Potensi Wisata Desa Bedulu
4.2.3.1 Potensi alam
Desa Bedulu adalah salah satu desa yang teletak di Kecamatan Blahbatuh,
Kabupaten Gianyar, memiliki banyak potensi wisata yang perlu dikembangkan
90
dilestarikan.Keindahan alam merupakan salah satu aset untuk menarik jumlah
wisatawanuntuk menikmati keindahan alam dengan pemandangan yang indah dimana di
Desa Beduluterbentang tanah persawahan yang indah dan juga peninggalan purbakala
banyak tersimpan di desa ini.
4.2.3.2Potensi budaya
Desa wisata Bedulu memiliki potensi yang sangat menarik dari sejak dulu.
Potensinya berupa peninggalan budaya (arkeologi) dan disamping itu terdapat tokoh-
tokoh seni (patung, lukis, tari), pengrajin gerabah dengan tradisionil. Potensi budaya
yang ada di desa ini adalah arkeologi di desa Bedulu yang tersimpan di beberapapura dan
tempat lainnya, antara lain sebagai berikut.
a. Museum Arkeologi, tersimpan benda-benda budaya dari beberapa situs di Bali
dari masa prasejarah hingga masa klasik, yaitu dari masa 200 - 2500 tahun hingga
abad XIV - XV Masehi
b. Pura Samuan Tiga, Pura Samuan Tiga ini merupakan Pura Kahyangan Jagat
berasal dari masa sejarah terdiri atas dolmen, yang terbuat dari perunggu dan batu
padas, juga lingga yoni, dan lain- lain. Di pura ini pada masa lalu (abad X
masehi), terjadi pertemuan tokohagama dari Jawa dan Bali yang berhasil
mempersatukan sekteyang ada di Bali, kemudian muncul konsep pemujaan
Trimurti yang masih diwarisi oleh umat Hindu di Bali termasuk konsep
Kahyangan Tigayang diterapkan di kehidupan rumah tangga. Pada saat piodalan
bulan April–Mei, dapat dilakukan kegiatan Nampiog dan Mesut Sampian.
91
c. Relief Yeh Pulu. Pengunjung yang akanmelihat Relief Yeh Pulu harus melewati
panorama persawahan dan telaga dan dari pura Dalem Puri berjalan, dan melewati
kali kecil dan persawahan sampai pada jembatan Tukad Jurang. Dapat dilihat
bukit kecil dengan pemandangan alam persawahan yang sangat indah, melalui
anak tangga menuruni tebing dengan hamparan sawah sepanjang aliran sungai
sampai kepada Candi Bentar. Setelah melewati Candi Bentar terbentang relief
peninggalan kuno sepanjang 25 meter dengan tinggi 2 meter yang melukiskan
ihwal kehidupan sehari-hari dalam hutan dengan segala aktivitasnya. Relief ini
ditemukan pada tahun 1951 oleh punggawa Ubud dan berdasarkan gaya pahatan
yang ditemukan, diperkirakan relief ini dibuat pada abad ke XVI Masehi.
d. Pura Pengastulan. Pura terbesar di desa Pekraman Bedulu dimana terdapat
beberapa pelinggih sebagai tempat penyimpanan arca kuno abad XII-XIV Masehi.
Di Pura Pengastulan, terdapat Pura Lawa, Pura Gunung Langkur, Pura
Pengubengan, Pura Desa Alit, Pura Beji, dan Pura Desa.
e. Goa Gajah;ditemukan tahun 1952 oleh Dinas Purbakala Bali. Di tempatini,
terdapat goa berbentuk huruf T. Pada dinding pintu masuk sebelah kanan terdapat
prasasti singkat ditulis dengan huruf Kediri Kwadrat yang berasal dari abad XI
Masehi dan di dalam goa terdapat patung manusia berkepala gajah. Di depan goa
terdapat kolam tempat beberapa pancuran yang dipercayai sebagai tempat
permandian para dewa. Pada saat ini, Goa Gajah adalah sebagai tempat destinasi
wisata yang sangat terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan
mancanegara maupun wisawatan Nusantara.
92
4.2.4 Aktivitas dan Atraksi Budaya
Aktivitas budaya yang dilakukan oleh masyarakat Bedulu, disamping sebagai
petani, juga membuat gerabah dari tanah liat secara tradisional, memahat patung kayu
dalam bentuk bermacam-macam binatang, melukis telur, mewarnai patung-patung kayu
yang disalurkan ke beberapa artshop di Goa Gajah. Di bidang seni tari, ditampilkan seni
tari legong, kecak, seni tabuh, dan seni kerawitan. Gambar 4.3 menunjukkan aktivitas
wisatawan di Desa Bedulu.
Membuat Sate Lilit Bali Berinteraksi dengan siswa SD 5 Bedulu
Gambar 4.3
Aktivitas Wisatawan di Desa Wisata Bedulu
Yang paling menarik diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke desa Wisata
Bedulu adalah melukis diatas kanvas. Di desa Bedulu, terdapat banyak pelukis ternama,
yaitu I Gusti Ketut Kusir, I Made Madra, Ida Bagus Made Nadra, I Gusti Putu Jawi Nuja,
dan pelukis lainnya. Hasil karya pelukis ini dipamerkan di rumah lukisan Dua Likur desa
Bedulu.
Atraksi budaya yang disajikan dalam kunjungan ke desa Bedulu adalah hal-hal
sebagai berikut ini.
a. Membuat makanan tradisional Bali. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka
melestarikan dan memperkenalkan kuliner Bali kepada para wisatawan
mancanegara maupun wisatawan Nusantara. Untuk para wisatawan
93
mancanegara,kuliner disajikan mulai dari memilih bahan di pasar sampai siap
disajikan dan sekaligus dinikmati bersama dalam acara makan malam. Hal ini
diatur sedemikian rupa agar para wisatawan langsung dapat berinteraksi dengan
masyarakat dipasar sehingga terasa berkesan yang tidak diperoleh ditempat lain.
b. Atraksi budaya meliputi:mejejahitan, nanding canang, mebanten, melukis telor,
melukis di atas kanvas, membuat jajan tradisional Bali (sumping, bantal,),
panggang sate, membuat katik sate, membuat kelakat, membuat kelangsah,
sengkui, membuat patung dari kayu, mebongbong ayam, latihan Tari Bali anak-
anak.
c. Atraksi hiburan kesenian yang ditampilkan pada saat makan malam adalah
pertunjukan tari anak-anak dari Sanggar Subadrika Puri Bedulu. Tarian yang
ditampilkan di antaranya; Tari Panyembrama, Legong Kraton, Oleg
Tamulilingan, Baris, Tari Joged, dan Kecak (on request).
4.2.5 Fasilitas Desa Wisata Bedulu
Desa Wisata Bedulu memiliki 18 kamar tersebar di rumah-rumah masyarakat, 10
kamar diantaranya sudah pakai pendingin (AC / Air Conditioning) dan 8 kamar hanya
dilengkapi dengan kipas angin dan kamar mandi.Fasilitas restoran terdapat di destinasi
wisata Goa Gajah, yaitu Restoran Petanu, Talisman, dan Restoran Yeh Pulu. Sarapan
pagi dan makan malam dengan pertunjukan tari Bali biasanya dipertunjukkan di Puri
Bedulu. Pada daya tarik wisata ini, juga terdapat fasilitas gamelan, bale-bale bengong,
dan dapur umum yang digunakan untuk praktek memasak, melukis, mejejahitan, dan
membuat kue tradisional Bali.
94
Desa Wisata Bedulu menyediakan transportasi untuk tours ke daya tarik wisata
yang ada di luar desa Bedulu, seperti Tirta Empul Tampaksiring, Gunung Kawi,
Kintamani dan lain-lain. Programwisata Bedulu terdiriatas; tracking ke Goa Gajah,
Tebing Sungai Petanu, Pura Dari, Pura Jaksan/Dalem, Sekolah Dasar 4, Bedulu, Pura
Pengastulan, Situs Jero Agung/Pura Jero Agung, Peti Batu (Sarkofagus) rumah I Gusti
Badung, Rumah pengrajin gerabah di Lemon, Relief Yeh Pulu, Sawah Uma Telaga, Pura
Samuan Tiga, dan Ancak Saji Puri Bedulu.
4.2.6 Sejarah Berdirinya Desa Wisata Bedulu
Pada tahun 2007, Bapak Anak Agung Gede Astawa bersama Bapak Ketut John
menyusun proposal desa wisata dan diajukan kepada Ketua Bali Tourisn Board (BTB)
yang sekarang di kenal dengan GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) yang
diarahkan oleh Bapak Djenaldi Gozana yang mengurus desa wisata di Bali Tourism
Board. Pada tahun 2011, usulan tersebut disetujui dan memperoleh bantuandana sebesar
150 juta rupiah. Dengan dana tersebut, Yayasan Darmodayana mulai menyusun rencana
dan program kerja desa wisata. Mulai dari sosialisasi kepada masyarakat, melibatkan
masyarakat dalam menyediakan penginapan, dan membantu asistensi wisatawan dalam
melakukan aktivitas budaya. Masyarakat lokal yang tergabung dalam sanggar Kecak
Bedulu dan sanggar tari setempat juga diundang dan dilibatkan dalam kegiatan desa
wisata ini. Sejak dibuka dan dikembangkan, desa wisata ini berkembang secara positif.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu pada tahun 2012
sebanyak 525 orang wisatawan dan tahun 2011 sebanyak 400 orang wisatawan dengan
lama tinggal rata- rata dua malam.
95
4.2.7 Visi dan Misi Desa Wisata Bedulu
Dalam pengelolaan suatu desa wisata, diperlukan visi dan misi untuk mengetahui
dan merencanakan arah pengembangan desa wisata, sehingga pengelola membuat suatu
strategi pengelolaanuntuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Untuk mencapai
arah kebijaksanaan Desa Wisata di Desa Bedulu, maka pengurus menetapkan visi dan
misi yang harus dicapai, sebagai berikut ini.Visi Desa Wisata Bedulu adalah:
meningkatkan taraf hidup masyarakat Bedulu dibidang ekonomi, yang berbasiskan
kepada alam budaya dan pertanian.Misi Desa Wisata Desa Bedulu adalah:
a. pemberdayaan masyarakat desa Bedulu dengan memaksimalkan pemanfaatan
potensi alam dan lingkungan, dan
b. pemberdayaan masyarakat desa Bedulu dengan memaksimalkan pemanfaatan
sosial budaya, adat istiadat, dan peninggalan sejarah masyarakat Desa Bedulu
dengan memaksimalkan potensi pertanian dan perkebunan.
4.2.8 Peran Pemerintah
Keberhasilan pengembangan desa wisata tidak terlepas dari campur tangan
pemerintah sebagai salah satu potensi untuk menggalakkan dunia pariwisata di Indonesia.
Desa Wisata Bedulu adalah salah satu desa wisata yang dibantu oleh pemerintah dari 50
desa yang dikembangkan sebagai desa wisata di Bali. Pada tahun 2007, Desa Bedulu
diresmikan sebagai desa wisata dan pada tahun 2011 mendapat bantuan pemerintah
melalui bantuan dana PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri)
sebesar Rp150 juta. Program PNPM ini diberikan dalam rangka pembinaan dengan
96
komposisi 70 persen untuk bantuan langsung kepada masyarakat, 20 persen untuk dana
pendamping, dan 10 persen untuk bantuan manajemen.
4.2.9 Peran Masyarakat dan Pengelolaan Desa Wisata
Tujuan dari pengembangan desa wisata adalah dari dan untuk masyarakat yang
penerapannya diharapkan memberi keuntungan dan peluang pada masyarakat untuk
berpartisipasi secara aktif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan perluasan
lapangan kerja. Kegiatan Desa Wisata Bedulu sepenuhnya melibatkan masyarakat desa
baik partisipasi dalam menyediakan akomodasi maupun kegiatan lainnya dalam aktivitas
wisata sesuai dengan program–program yang telah diatur oleh pengelola Desa Wisata
Bedulu dan kegiatannya semuanya berbasiskan alam.
Desa Wisata Bedulu dikelola oleh Yayasan Dharmadayana yang dipimpin oleh
Anak Agung Astawa dibantu oleh Ketut John. Kantor yayasan ini bertempat di Puri
Bedulu. Desa Wisata Bedulu bekerjasama dengan beberapa biro perjalanan, baik biro
perjalanan dalam dan luar negeri seperti Golden Kris Tour dan Asia World.
4.2.10Program dan Kebijakan Pengembangan Desa Wisata Bedulu
Desa Wisata Bedulu mengangkat potensi purbakala arkeologi sebagai daya tarik
wisata dimana terdapat banyak situs sejarah yang perlu dilestarikan. Maka, kedepan
pengelola akan lebih banyak memelihara, menjaga, dan melestarikan situs–situs sejarah
ini agar tetap terjaga untuk masa depan para generasi penerus, masyarakat Bedulu, dan
masyarakat Bali agar tetap menarik untuk dikunjungi dan diteliti.
97
Karena Desa Wisata Bedulu lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan
mancanegara, maka kedepan pengelola lebih banyak memberikan keterampilan dan
kursus bahasa asing, menari, seni tabuh, dan seni ukir untuk masyarakat. Disamping itu,
masyarakat Bedulu kedepan dapat menyiapkan akomodasi lebih banyak, bekerjasama
dengan para pengusaha, biro perjalanan dan pemerintah daerah.Selanjutnya, dilakukan
upaya melestarikan destinasi wisata yang terdapat di Desa Bedulu dan sekitarnya sebagai
daya tarik wisata dan Mengadakan promosi lebih intensif untuk meningkatkan jumlah
kunjungan ke Desa Wisata Bedulu.
4.2.11Harga Paket Wisata
Desa wisata Bedulumenawarkan paket kunjungan yang dipasarkan melalui biro
perjalanan. Biaya paket perorang minimal 10 orang dikenakan sebesar Rp. 350.000.
Biaya tersebut didistribusikan untuk biaya kamar sebesarRp. 100.000, disetorkan ke
yayasanRp 25.000, biaya kegiatan;Rp 225.000. Kegiatan yang dilakukan
meliputicooking class, hiking, latihan menari, tabuh, membuat gerabah dan patung serta
membuat kue khas Bali.
Dana yayasan dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat, dana punia,
kebersihan desa,serta kegiatan sosial di desa. Lancarnya pelaksanaan programdesa wisata
di desa ini merupakan bukti bahwa masyarakat berkontribusi dan mendukung kegiatan
wisata ini.
98
4.2.12 Kendala-kendala yang Dihadapi
Dalam melaksanakan program–program Desa Wisata Bedulu, yang paling
menonjol adalah sumber daya manusia yang belum profesional khususnya dalam bidang
komunikasi, karena belum banyak masyarkat Desa Bedulu menguasai bahasa Inggris dan
bahasa asing lainnya. Pengunjung Desa Wisata Bedulu berasal dari beberapa negara,
yaitu wisatawan Prancis, Italia, Spanyol, disamping wisatawan domestik. Disamping itu,
dimasa yang akan datang akan banyak dihadapi kendala dalam mempromosikan Desa
Wisata ini karena persaingan akan semakin ketat. Oleh karena itu, peran pemerintah dan
swasta sangat diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan aktivitas desa wisata.
4.3 Gambaran Umum Masyarakat Desa Wisata Pentingsari
Desa Pentingsari terletak diKelurahan Umbulharjo,Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pentingsari terletak dikawasan
yang berdekatan dengan lereng Gunung Merapi yaitu mempunyai hubungan sejarah masa
lampau dan di lereng destinasi wisata Kali Adem sebelum Lapangan Golf Merapi. Desa
Pentingsari terletak di daerah yang sejuk, berudara segar, berada di ketinggian ± 600
meter, pada jarak 13 km dari pusat Kota Yogyakarta. Desa ini dapat ditempuh 50 menit
perjalanan dari kota Yogyakarta. Kondisi lingkungan berupa alam pedesaan berkontur
bukit dan dataran rendah yang diapit oleh dua buah sungai. yaitu Sungai Kuning dan
Sungai Pawon yang berhulu di lereng Gunung Merapi.
99
Dataran Pentingsari berbentuk semenanjung dibatasi oleh lembah dan sungai. Di
sebelah barat terdapat lembah yang sangat curam yaitu Kali Kuning dan sebelah selatan
terdapat lembah yang hanya berupa Goa Ledoh atau Ponteng dan Gondoran. Selanjutnya,
di sebelah timur terdapat lembah curam yaitu Kali Pawon dan sebelah utara merupakan
daratan yang dapat berhubungan langsung dengan pelataran Gunung Merapi.
4.3.1 SejarahDesa Pentingsari
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Sumardi, yang pertama kali
mendiami Dusun Pentingsari adalah Eyang Kyai Jokarto. Beliau adalah seorang prajurit
Pangeran Diponegoro, yang hidup sekitar tahun 1870 sampai 1905. Beliau menempati
daratan Pentingsari sebagai tempat persembahyangan dan perjuangan sekaligus sebagai
tempat tinggal, karena bentuk Desa Pentingsari sangat strategis. Daerah ini dijadikan
sebagai pusat perjuangan melawan penjajah Belanda. Dusun Pentingsari dikelilingi oleh
sungai yang luas.Sebelumnya tidak ada yang betah dan bertahan lama tinggal di daratan
Pentingsari karena mengalami banyak gangguan dari huru hara, penyakit, dan gangguan
makhluk halus yang mendiami Kali Kuning, Kali Pawon, dan sekitarnya. Yang kuat
menghadapi gangguan ituhanya Eyang Kyai Jokartokarena beliau adalah orang sakti yang
dianggap mampu mengalihkan aliran lahar dari Gunung Merapi, sehingga tidak sampai di
Dusun Pentingsari.
Daratan Pentingsari dikuasai oleh keluarga Eyang Kyai Jokarto.Ketika
pemerintahan Umbulharjo pindah ke Pentingsari sekitar tahun 1895,Kelurahan
Umbulkaya berganti nama menjadi Kelurahan Pentingsari dengan lurah pertama Eyang
Kyai Jokarto.
100
Masyarakat Pentingsari sangat tersiksa setelah dijajah oleh pemerintah Belanda
dan penjajah Jepang pada tahun 1942. Tanah milik masyarakat Pentingsari dikuasai dan
hasilnya diambil oleh orang Jepang.Lebih lanjut, masyarakat harus kerja paksa mulai
pagi sampai jam 12.00 siang, masyarakat hanya diberi satu gelas jagung utuh dan mentah.
Sampai saat ini, banyak tempatbersejarah, semenjak kerajaan Kesultanan
Hamengku Buwono ramai dikunjungi oleh wisatawan Nusantara maupun wisatawan
mancanegara. Disamping tempat-tempat peninggalan yang bersejarah, Desa Pentingsari
juga memiliki daya tarik alam yang indah dan asri yang dikelola oleh masyarakat
sehingga sering memperoleh penghargaan dan juara dalam perlombaan-perlombaan yang
diadakan oleh pemerintah Daerah Istimewa Yogjakarta. Desa ini tidak saja sebagai juara
di kabupaten dan provinsi, tetapi juga juara nasional dibidang lingkungan alam sehingga
pemerintah menetapkan Desa Pentingsari sebagai Desa Wisata.
WilayahDesa Wisata Pentingsari terdiri atas areal pemukiman, perkebunan, hutan
rakyat, dan pertanian.Masyarakatnya beragama Islam dengan memiliki mata pencaharian
petani dan pegawai negeri. Pada masa lalu, menurut penuturan dari Bapak Sumardi
selaku ketua Desa Wisata Pentingsari, di Desa Pentingsari banyak terdapat peninggalan
sejarah. Peninggalan ini yang dijadikan sebagai destinasi wisata sampai saat ini; seperti
Gajah Watu Persembahan (Gambar 4.4), MakamPentingsarimerupakan makam pejuang
melawan penjajah Belanda.
101
Gambar 4.4
Gajah Watu Persembahan di Desa Wisata Pentingsari
Pada tahun 1942–1945, Desa Pentingsari pernah dijajah oleh Belanda. Setelah itu,
Desa Pentingsari dikuasai oleh Jepang. Penjajah Jepang menguasai 70 hektar tanah
masyarakat dan masyarakat kerja paksa dan hasilnya tidak diberikan kepada masyarakat,
tetapi dinikmati oleh orang–orang Jepang. Sejak jaman dulu, masyarakat Pentingsari
sudah memiliki keunikan budayanya adat istiadat budaya yang masih tetap dilestarikan
sampai saat ini.
4.3.2 Keadaan Geografis
Desa Wisata Pentingsari terletak di Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pentingsari
terletak di lereng Gunung Merapi yang meletus pada tahun 2010dan berdekatan dengan
Destinasi Wisata Kali Adem, sebelum lapangan golf yang memiliki udara sejuk dan
masih dalam pengembangan destinasi wisata Gunung Merapi.
Desa Wisata Pentingsari dibatasi oleh beberapa desa, yaitu sebelah utara adalah
dusun Gambrutan, sebelah barat adalah dusun Samba, dan setelah sungai Kuning sebelah
selatan adalah dusun Bedoyo, sebeleh timur setelah sungai Pawon adalah dusun Gatak
102
Cancangan.Luas wilayah Desa Pentingsari adalah 103 hektar yang terdiri atas; tanah
pekarangan seluas 25 hektar, tanah sawah seluas 25 hektar, tanah tegalan seluas 39
hektar, dan tanah perkebunan seluas 14 hektar. Luas pekarangan termasuk luas
pemukiman penduduk. Berikut Peta Desa Wisata Pentingsari (Gambar 4.5).
103
Gambar 4.5
Peta Desa Wisata Pentingsari
Gambar 4.5
Peta Desa Wisata Pentingsari.
104
Desa Pentingsari terbagi atas dua Rukun Warga (RW) dan empat Rukun Tetangga
(RT) dengan jumlah penduduk sebanyak 339 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak
122 kepala keluarga, terdiri dari 162 jiwa laki-laki dan 177 jiwa perempuan.Kepadatan
penduduk rata-rata 2,6 jiwa per km2. Mata pencaharian penduduk Desa Wisata desa
Pentingsari adalah sebagian besar sebagai petani selain itu ada sebagian kecil merupakan
pegawai negeri dan pegawai swasta.Dari segi umur, 85% penduduk Desa Pentingsari,
merupakan anak muda yang berusia 15-64 tahun, 5,7% terdiri dari anak-anak, dan 9,4%
berumur > 65 tahun (Tabel 4.4 dan 4.5).
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Desa Pentingsari Berdasarkan Umur
No Indikator Jumlah (orang) Persen
1 0 ≤ 14 tahun 20 orang 5,7
2 15 ≤ 64 tahun 287 orang 85
3 ≥ 65 tahun 32 orang 9,4
Jumlah 339 orang 100
Tabel 4.5
Mata Pencaharian Masyarakat Desa Pentingsari
No Indikator Jumlah (orang) Persen
1 Guru 10orang 3
2 PNS 8 orang 2,5
3 Pensiunan 32 orang 10,1
4 Petani 219 orang 68,7
5 Karyawan 50 orang 15,7
Jumlah 319 orang 100
Sumber: statistik Desa Pentingsari, 2015.
105
4.3.3 Potensi Alam dan Budaya Desa Pentingsari
Desa Pentingsari memiliki panorama yang asli pedesaan, sejuk dengan suhu udara
minimal 17,10C dan suhu maksimal 25
0C, serta mempunyai spesifikasi khusus yaitu
dekat dengan daerah pegunungan. Daya tarik wisata yang ada di Desa Wisata Pentingsari
meliputi: daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya yang berbentukpeninggalan
jaman penjajahan, daya tarik wisata minat khusus seperti olah ragaalam, daya tarik wisata
agro seperti pertaniandan perkebunan.
Menurut konsep dinas pariwisata, pengembangan kawasan desa wisataadalah
untuk mendorong pembangunan wilayah perdesaan. Khusus yang berkaitan dengan
wisata alam, sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa desa Pentingsari memiliki
potensi lingkungan alam yang cukup besar terutama lahan pertanian dan perkebunannya
sangat potensial untuk didorong menjadi desa wisata alam.
Potensi wisata Desa Pentingsari terdiri atas potensi alam dan budaya. Sama
dengan Desa Wisata Bedulu, Desa Pentingsari juga memiliki tempat-tempat peninggalan
jaman dulu kala yang dipercayai sebagai tempat-tempat bersejarah yang dipromosikan
bagi para wisatawan yang berkunjung sebagai potensi budaya antara lain:Watu
Persembahan, Watu Dakon, Watu Gajah, Makam Pentingsari yang merupakan makam
pejuang tahun 1948-1949, Watu Payung, Sendang Sari Luweng, Sunan Kalijaga, tahun
1477 dan Watu Gendong–Camping. Seluruh tempat bersejarah tersebut dijadikan daya
tarik wisata yang dipaketkan untuk dikunjungi dalam kegiatan desa wisata.
106
4.3.4 Aktivitas dan Atraksi Budaya
Aktivitas budaya yang telah menjadi kebiasaan sebagai budaya masyarakat
Pentingsari diantaranya aktivitas seni tari yaitu tari Kuda Lumping. Tari Kuda Lumping
adalah tari klasik yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka dan diajarkan secara
turun temurun kepada generasi muda, termasuk pengunjung desa wisata. Masyarakat
setempat juga memiliki kesenian tradisional tabuh yang juga diajarkan kepada wisatawan
yang membeli paket Desa Wisata Pentingsari.
Atraksi budaya yang disajikan dalam menyambut tamu yang berkunjung ke Desa
Wisata Pentingsari adalah terkenal dengan kuliner tradisional masakan masyarakat Desa
Pentingsari.Disamping kuliner, juga diajarkan seni tabuh, seni pewayangan, seni tari, dan
kerajinan tangan dan membatik.
4.3.5 Fasilitas Desa Wisata Pentingsari
Sarana yang telah tersedia di Desa Wisata Pentingsari diantaranya adalah sarana
penginapan, ruang pertemuan, ruang belajar membatik, belajar Wayang Suket, belajar
membuat anyaman janur dan camping ground. Untuk sarana akomodasi, masing-masing
anggota masyarakat menyiapkan rumah dengan tempat tidur yang layak dihuni oleh
wisatawan. Rumah Joglo juga ada dan digunakan sebagai sarana pertemuan dan tempat
belajar menari. Tersedia pula balai tempat belajar menggambar, membuat wayang,
tempat memasak jamu dan makanan tradisional, serta fasilitas toilet dan kamar mandi
yang bersih.
Kegiatan yang dikemas oleh masyarakat Desa Pentingsari untuk para wisatawan
yang berkunjung ke Desa Wisata Pentingsari, meliputi hal berikut ini.
107
a. Pertanian: kegiatan pertanian yang dilakukan dengan bercocok tanam ; menanam
tanaman pangan serta memberikan pengetahuan bercocok tanam dengan tanpa
menggunakan media tanah untuk bercocok tanam.
b. Perkebunan: kegiatan perkebunan yang dilakukan dengan mendatangi perkebunan
coklat, kopi, vanili, serta cengkih. Disini pengunjung diajarkan cara pengolahan
tanah, penanaman bibit, pemeliharaan tanaman, pemetikan buah, hingga proses
penjualan hasil panen.
c. Jelajah alam (trekking): kondisi alam di Desa Wisata Pentingsari yang diapit oleh
Dua Sungai (Sungai Pawon dan Sungai Kuning) sangat cocok untuk trekking
remaja, anak-anak,dewasa dan orang tua dengan melewati jalur susur sungai,
melewati hamparan sawah, naik turun tebing dengan terowongan yang sangat
unik dan indah, berjalan di tengah rindangnya berbagai jenis tanaman hutan.
d. Outbound: kegiatan outbound dilakukan oleh anak-anak dengan bermain games
pendidikan dan diajarkan kemandirian, sementara bagi yang dewasa dikirim ke
sungai untuk melakukan games outbound dan berbasah-basahan. Acara kemudian
dilanjutkan dengan acara bebas berinteraksi dengan alam, yang mayoritas lebih
banyak bermain di sungai dengan ditemani olehpemandu.
e. Belajar membatik: di Desa Wisata Pentingsari ada paket khusus untuk
pengunjung yang ingin belajar membatik, peserta akan diajari membatik diatas
kain putih selebar ½ meter sebagai media membatik.
108
f. Belajar membuat kreasi janur: ada kerajinan tangan yang berbahan dari janur
yang akan dikreasikan menjadi berbagai bentuk, seperti kembang mayang yang
biasa digunakan untuk acara pernikahan, dan membuat ketupat.
g. Melihat pengolahan jamur dan kopi: pengunjung akan diantar untuk melihat
bagaimana proses penanaman jamur hingga dipanen dan siap diproses menjadi
aneka kuliner.Selanjutnya, ada pula kegiatan pengolahan biji kopi mulai
daripemetikan, pembersihan kulit, kemudian disangrai hingga terakhir ditumbuk
secara tradisional.
4.3.6 Sejarah terbentuknya Desa Wisata Pentingsari
Desa wisata adalah salah satu program pemerintah secara nasional dalam usaha
meningkatkan kunjungan wisata yang datang ke Indonesia, khususnya bagi wistawan
yang mempunyai minat khusus pada masalah lingkungan. Desa Wisata Pentingsari
tertarik menjadi desa wisata bermula dari terpilihnya desa ini sebagai juara nasional
dibidang lingkungan dan penghijauan. Setelah memenangi juara dan mempertimbangkan
persyaratan yang ditetapkan, maka desa ini setuju untuk dijadikan Desa Wisata.
Persyaratan untuk menjadi desa wisata kampung harus memiliki home stay dan setiap
keluarga di desa harus memiliki minimal 2 buah kamar yang khusus diperuntukkan bagi
tamu atau wisatawan (wisatawan tidak boleh bercampur dengan keluarga)
Bapak Sumardi sebagai ketua Desa Wisata Pentingsari,sampai saat ini
mempunyai inisiatif mengumpulkan warga dalam pertemuan pertama ; masyarakat yang
hadir 73 kepala keluarga dari 126 kepala keluarga masyarakat Desa Wisata Pentingsari
saat itu. Sebanyak 55 keluarga belum siap mendukung berdirinya desa wisata. Pertemuan
109
kedua belum ada perubahan sampai pada pertemuan ketiga kalinya, baru 85 % dari
masyarakat Pentingsari mendukungnya, yaitu sebanyak 106 kepala keluarga mendukung
untuk berdirinya Desa Wisata Pentingsari. Pada tanggal 3 Maret 2008, di Desa
Pentingsari dilakukan survei oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
sekaligus meminta Bapak Sumardi untuk mengajukan permohonan bantuan dengan
membuat proposal kebutuhan untuk perlengkapan menjadi desa wisata yang ditujukan
kepada pemerintah daerah. Pada tanggal 15 April 2008, secara resmi desa Pentingsari
ditetapkan menjadi desa wisata. Jumlah kamar yang tersedia sebanyak 168 buah kamar
dengan kapasitas bisa menampung wisatawan sebanyak 400 – 600 orang wisatawan.
4.3.7 Visi dan Misi Desa Wisata Pentingsari
Dalam pengelolaan suatu desa wisata, diperlukan visi dan misi untuk mengetahui
dan merencanakan arah desa wisata sehingga pengelola membuat suatu strategi
pengelolaan untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Visi Desa Wisata
Pentingsari adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat Pentingsari dibidang ekonomi,
yang berbasiskan kepada alam, budaya, dan pertanian.
Misi Desa Wisata Pentingsari adalah:
a. pemberdayaan masyarakat Desa Pentingsari dengan memaksimalkan pemanfaatan
potensi alam dan ligkungan, dan
b. pemberdayaan masyarakat Desa Pentingsari dengan memaksimalkan pemanfaatan
sosial budaya, adat istiadat, dan peninggalan sejarah masyarakat Desa Pentingsari
dengan memaksimalkan potensi pertanian dan perkebunan.
110
4.3.8 Peran Pemerintah
Keberhasilan Desa Wisata Pentingsari tidak terlepas dari keterlibatan pemerintah
setempat. Berdasarkan informasi narasumber yakni Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten
Sleman, keterlibatan pemerintah daerah dalam pengembangan Desa Wisata Pentingsari
ini tidak dalam bentuk pemberian bantuan berupa uang, tetapi pemerintah membantu
dalam hal memberikan pembinaan, pelatihan, dan turut serta mempromosikan Desa
Wisata Pentingsari.
4.3.9 Peran Masyarakat dan Pengelola Desa Wisata Pentingsari
Sistem pengelolaan Desa Wisata Pentingsari adalah dengan pengelolaan
berbasiskan pada masyarakat dengan membentuk kelompok sadar wisata. Untuk
pengaturan sistem kerja organisasi, dibuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga. Untuk mengoperasikan jalannya organisasi, dibentuklah struktur organisasi.
Struktur organisasi yang dimaksudkan adalah untuk menjalankan organisasi desa wisata
dan pembagian tugas dari masing-masing orang yang telah ditunjuk. Seperti yang sudah
diketahui, masyarakat desa Pentingsari sebagian sudah kerja untuk mengkhususkan pada
pengelolaan desa wisata ini. Sebagian besar masyarakat sudah tidak bekerja di sektor
lain, tetapi umumnya sudah mengkhususkan pada pengelolaan desa wisata ini. Mengenai
bentuk struktur organisasi pengelolaan desa wisata, disusun organisasi sebagaimana
Gambar 4.6 berikut ini.
111
Ketua
Sekretaris Bendahara
Seksi/koordinator
Gambar 4.6
Struktur Organisasi
Desa Wisata Pentingsari
Pengurus Desa Wisata Pentingsari:
Ketua : Sumardi
Wakil Ketua : Doto Yogantoro
Sekretaris : Harajun
Wakil Sekretaris : Dasimun
Bendahara : Ag. Warinti
Wakil bendahara : Eko Ruyanto
Seksi/koordinator
Akomodasi : Doto Yogantoro
Kegiatan : Maryanto & Sudiyan
Konsumsi : Ibu Dukuh & Sumpardi
Pengembangan : Susi Susilawati & Ria
Keamanan : Sunaryo & Yudi
Cendramata : Tri Sukoyo
112
4.3.10 Program dan Kebijakan Pengembangan Desa Wisata Pentingsari
a. Pelestarian lingkungan.
Masyarakat desa Pentingsari diberdayakan untuk menjaga lingkungan alam
dengan pemberdayaan kelompok pertanian, perkebunan dengan bersama-sama
menjaga lingkungan tetap hijau dan lestari, dan kelompok tani ikan untuk
memanfaatkan air yang mengalir di sungai, dan kelompok tani wanita yang
disarankan untuk memanfaatkan umbi-umbian lokal untuk pangan lokal. Dalam
kelompok penghijauan, secara sadar masyarakat Desa Pentingsari apabila ingin
menebang kayu perkebunan harus terlebih dulu menanam sepuluh pohon
sampai pasti hidup baru bisa menebang satu pohon yang sudah tua. Pelestarian
lingkungan juga dilaksanakan dengan menggunakan media adat dan budaya,
seperti gotong royong bersih-bersih lingkungan secara berkesinambungan.
Untuk melestarikan lingkungan, dibuat suatu paket wisata pertanian dan
perkebunan sebagai salah satu daya tarik pengunjung ikut berpartisipasi
menanam pohon, sehingga semakin banyak pengunjung maka semakin banyak
tanamam pertanian dan perkebunan yang ditanam.
b.Pelestarian Seni dan Budaya.
Untuk melestarikan seni dan budaya sebagai peninggalan para leluhurnya, seni
tari dan gambelan tetap dipertahankan, bahkan dilestarikan agar seni dan budaya
ini tetap bertahan sampai kepada generasi berikutnya sehingga seni tari dan
gamelan ini juga dipertontonkan bagi para wisatawan dan pada hari-hari tertentu
113
pada upacara adat dan hari raya, seperti misalnya kesenian Kuda Lumping, Tari
Klasik, Petrukan, dan Jatilan tetap dipertahankan.
c. Kerjasama
Desa Wisata Pentingsari melaksanakan kerjasama dengan Dinas Pariwisata
Kabupaten Sleman dalam pengelolaan dan pemberdayaan desa wisata Selain
itu,Desa Pentingsari juga mengadakan kerjasama dengan desa wisata lainnya
terutama dengan desa wisata yang berada di Kabupaten Sleman. Demikian
juga,dilakukan kerjasama dengan biro perjalanan sebagai mitra usaha dalam
rangka meningkatkan jumlah kunjungan ke Desa Wisata Pentingsari.
Dalam meningkatkan tingkat hunian Desa Wisata Pentingsari menurut Bapak
Doto Yogantoro (marketing), disamping mempromosikan kepada lembaga–
lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, juga dilakukan dengan bekerjasama
dengan beberapa biro perjalanan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
demikian juga dengan instansi pemerintah.
4.3.11 Harga Paket Wisata
Desa Wisata Pentingsari menawarkan paket wisata yang beragam dan harga yang
menarik, dalam arti relatif murah setelah dibandingkan dengan atraksi dan fasilitas yang
bisa dinikmati wisatawan. Bagi tamu rombongan yang jumlahnya lebih dari 40 orang
disiapkan harga paket khusus dengan klasifikasi sebagai berikut ini.
a. Harga Paket Fasilitas Desa Pentingsari
- Menginap di homestay perhari perorang fullboard Rp 100.000
- Sewa Arena outbond/camping ground Rp 200.000/orang
114
- Sewa Joglo/Tempat Pertemuan Rp 600.000/hari
- Sewa sound system Rp 250.000/hari
- Tour Guide Rp 75.000/hari
b. Harga Paket Atraksi Wisata
- Pelatihan Pertanian/Perkebunan Rp 15.000/orang
- Atraksi bajak sawah/tanam padi Rp 20.000/orang
- Atraksi Wiwitan/panen padi Rp 15.000/orang
- Memancing/tangkap ikan Rp 15.000/orang
- Tracking/Petualangan Rp 15.000/orang
- Sepak bola lumpur Rp 10.000/orang
- Outbond/field trip TK-SD Rp 75.000/orang
- Outbond/fun game SMP/mhs Rp 100.000/orang
- Outbond/Fund game dewasa Rp 125.000/orang
c. Harga Paket Atraksi Budaya
- Penyambutan/Punokawan Rp 20.000/orang
- Cokekan/karawitan Rp 17.500/orang
- Belajar menggambar Rp 15.000/orang
- Belajar gamelan Rp 15.000/orang
- Belajar tari klasik Rp 15.000/orang
- Paket Kenduri Rp 75.000/orang
- Paket atraksi kuliner pedesaan Rp 15.000/orang
- Kreasi Janur Rp 10.000/orang
115
- Membatik Rp 25.000/orang
d. Paket Makanan dan Snack
- Welcome drink/snack (harga mulai) Rp 5.000/orang
- Nasi kotak Rp 17.500/orang
- Makan Prasmanan Rp 20.000/orang
e. Paket Tour
- Lava and volcano Merapi tour Rp 350.000/orang
- Kunjungan ke sentra jamu godok Rp 20.000/orang
- Kunjungan ke sentra sapi perah Rp 17.500/orang
- Kunjungan ke museum Gunung Merapi Rp 12.500/orang
Biaya paket dihitung untuk tamu rombongan minimum 40 orang. Bilamana
rombongan kurang dari 40 orang, maka akan berlaku harga yang berbeda,dan
berlaku sejak tahun 2008 - sekarang.
Desa Wisata Pentingsari adalah salah satu dari 37 desa wisata yang terdapat
diseluruh Kabupaten Sleman dengan keunikan yang berbeda-beda. Desa Wisata
Pentingsari memiliki kekhususan kelestarian alam dan lingkungan yang lestari disamping
memiliki beberapa tempat bersejarah yang dipromosikan bagi wisatawan.
4.3.12 Kendala yang Dihadapi
Dalam melaksanakan program–program Desa Wisata Pentingsari,kendala utama
yang dihadapi serupa dengan Desa Wisata Bedulu ;kompetensi sumber daya manusia
belum mampuberkomunikasi dan berinteraksi dengan wisatawan dengan baik. Kendala
116
lain yakni keterampilan masyarakat dan pengelola dalam melayani, memasarkan, dan
mengembangkan aktivitas desa wisata, masih terbatas. Implikasi dari kendala ini adalah
aspek pelayanan yang disajikan kepada wisatawan kurang memuaskan sehingga mereka
tidak mau datang kembali untuk menghabiskan waktunya berlibur. Dengan demikian,
peran pemerintah dan swasta dalam hal memberikan bimbingan teknis, dukungan dana,
dan promosi sangat diharapkan sehingga membantu dalam meningkatkan aktivitas desa
wisata.