- 9 -
BAB III
PENYUSUNAN RENSTRA-KL A. Alur Penyusunan Renstra-KL
Rencana strategis KL disusun berdasarkan RPJMN dan berpedoman
pada RPJPN 2005-2025, hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan di sektor
yang sesuai dengan tugas dan kewenangangnya serta aspirasi masyarakat.
Alur penyusunan Renstra-KL ditetapkan melalui proses sebagai
berikut:
1. Proses Teknokratik;
2. Proses Politik; dan
3. Penetapan Renstra-KL.
Alur penyusunan Renstra-KL dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.1 Bagan Alur Penyusunan RPJMN Dan Renstra-KL
Penjelasan atas proses penyusunan Renstra-KL adalah sebagai
berikut:
1. Proses Teknokratik
Rancangan teknokratik Renstra-KL adalah perencanaan yang
dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir
ilmiah untuk menganalisis kondisi obyektif dengan
Mempertimbangkan …
- 10 -
mempertimbangkan beberapa skenario pembangunan selama periode
rencana berikutnya.
Proses tersebut mewadahi sinkronisasi rancangan teknokratik
Renstra-KL dengan rancangan teknokratik RPJMN dan RPJPN 2005-
2025 yang dilakukan dengan pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) antara K/L, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan
Departemen Keuangan.
Proses penyusunan rancangan teknokratik Renstra-KL mengacu
pada rancangan teknokratik RPJMN yang berpedoman pada RPJPN
2005-2025 yaitu Periode pembangunan 2010 -2014 (merujuk pada
rencana pembangunan jangka menengah Tahap II), oleh karena itu
penentuan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan K/L selama 5 (lima) tahun mendatang harus berfokus pada
pencapaian RPJMN 2010 -2014.
2. Proses Politik
Proses politik merupakan proses penyusunan Renstra-KL yang
disesuaikan dengan visi, misi, dan program prioritas (platform) Presiden.
Secara garis besar, proses politik dalam alur penyusunan
Renstra-KL adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan Rancangan Renstra-KL.
Rancangan Renstra-KL berpedoman pada Rancangan Awal
RPJMN yang telah memuat visi, misi, dan program prioritas
(platform) Presiden terpilih.
Rancangan Renstra-KL disusun berdasarkan Rancangan
Teknokratik Renstra-KL dengan mempertimbangkan koordinasi
bersama Pemerintah Daerah untuk mengidentifikasikan
pembagian tugas dalam pencapaian sasaran nasional.
2) Penelaahan …
- 11 -
2) Penelaahan Rancangan Renstra-KL (Trilateral Meeting).
Penelaahan Rancangan Renstra-KL dilakukan melalui
pertemuan trilateral meeting, yang melibatkan tiga pihak, yaitu
K/L, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan
Departemen Keuangan.
Peranan masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
a. K/L menyampaikan Rancangan Renstra yang berisi visi,
misi, tujuan, sasaran dan kebijakan, program serta
kegiatan yang telah memasukkan kebutuhan pendanaan
jangka menengah.
b. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas memperhatikan:
1) Penjabaran sasaran prioritas Presiden dalam
Rancangan Awal RPJMN ke dalam sasaran strategis
K/L;
2) Konsistensi penjabaran kebijakan K/L dengan
Rancangan Awal RPJMN;
3) Konsistensi program dan kegiatan K/L sebagai
penjabaran operasional Rancangan Awal RPJMN yang
memuat Prioritas, Fokus Prioritas, Kegiatan Prioritas
Bidang;
4) Sinergi antara sasaran hasil (outcome) program K/L
dengan program prioritas Presiden;
5) Sinergi antara sasaran keluaran (output) kegiatan K/L
dengan sasaran hasil (outcome) program K/L; serta
6) Sumberdaya yang diperlukan.
c. Departemen Keuangan memperhatikan kebijakan
anggaran dan efisiensi pendanaan bagi program dan
kegiatan K/L untuk jangka menengah sesuai dengan
kebutuhan pendanaan K/L.
Hasil trilateral meeting oleh Kementerian Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
selanjutnya akan digunakan sebagai bahan penyempurnaan
Rancangan Awal RPJMN menjadi Rancangan RPJMN.
3. Penetapan …
- 12 -
3. Penetapan Renstra-KL
RPJMN ditetapkan dengan Peraturan Presiden, dan dijadikan
pedoman dalam menyempurnakan Rancangan Renstra-KL menjadi
Renstra-KL.
Rancangan Renstra-KL ditetapkan menjadi Renstra-KL dengan
Peraturan Pimpinan K/L, dan disampaikan kepada Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,
dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
B. Dokumen Renstra-KL
1. Substansi Renstra-KL
Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan, sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi Kementerian/Lembaga. Informasi baik tentang keluaran
(output), maupun sumberdaya yang tercantum di dalam dokumen
rencana ini bersifat indikatif.
Visi yang terdapat di dalam Renstra-KL merupakan rumusan
umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh K/L pada akhir
periode perencanaan melalui misi. Masing-masing misi memiliki
tujuan yang dilengkapi dengan sasaran strategis sebagai ukuran
kinerjanya.
Dalam mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, K/L
menyusun strategi, kebijakan, dan pendanaan berupa program dan
kegiatan serta rencana sumber pendanaannya. Selain bertanggung
jawab di lingkup kewenangannya sendiri, K/L memiliki sasaran-
sasaran nasional yang harus dicapai sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, dalam rangka melaksanakan prioritas, fokus prioritas, dan
kegiatan prioritas nasional sesuai dengan platform Presiden
(sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN).
Strategi kebijakan dan pendanaan K/L disusun sampai dengan
tingkat program dan/atau Lintas Program dalam K/L yang
dilengkapi …
- 13 -
dilengkapi dengan indikator-indikator kinerja outcome dari masing-
masing program serta rencana sumber pendanaannya.
Sumber pendanaan program dan/atau Lintas Program dalam
K/L antara lain berasal dari Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan/atau
swasta (investasi dari pihak swasta dalam atau luar negeri melalui
mekanisme PPP - Public Private Partnership).
Program disusun sesuai jenis dan jumlahnya yang terdapat di
masing-masing K/L sesuai dengan kelompok karakteristik K/L. Detail
kinerja dan rencana pendanaan program/kegiatan yang dibiayai
APBN disusun dalam matriks Kinerja K/L dan matiks Pendanaan K/L.
Bagan substansi Renstra-KL berdasarkan Kelompok Karakterisik
K/L dapat dilihat sebagai berikut:
a. Kelompok Lembaga Tinggi Negara
Program-program Teknis dilaksanakan oleh organisasi
Lembaga Tinggi Negara.
Gambar 3.2 Bagan Renstra-KL Bagi Lembaga Tinggi Negara
b. Kelompok …
- 14 -
b. Kelompok Departemen
Program Teknis dilaksanakan oleh 1 (satu) unit organisasi
Eselon 1A yang bersifat memberikan pelayanan eksternal.
Gambar 3.3 Bagan Renstra-KL Bagi Departemen
c. Kelompok Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator
Disarankan untuk 1 (satu) Program Teknis digunakan oleh
seluruh Eselon 1A terkait, dengan catatan indikator kinerja
masing-masing Eselon 1A muncul dalam indikator kinerja
program.
Organisasi …
- 15 -
Gambar 3.4 Bagan Renstra-KL Bagi Kementerian Negara dan
Kementerian Koordinator
d. Kelompok Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dan Lembaga Non-Struktural
LPND dan Lembaga Non-Struktural akan menggunakan 1
(satu) Program Teknis untuk Lembaganya.
Gambar 3.5 Bagan Renstra-KL Bagi LPND
2. Sistematika …
- 16 -
2. Sistematika Penulisan Renstra-KL
Penyusunan Renstra-KL mengikuti sistematika sebagaimana
tertuang dalam Box 1:
Box 1. Sistematika Penulisan Renstra-KL BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum 1.2 Potensi dan Permasalahan
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
2.1 Visi Kementerian/Lembaga 2.2 Misi Kementerian/Lembaga 2.3 Tujuan 2.4 Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional • Sesuai dengan penugasan RPJMN pada K/L, terkait dengan prioritas nasional/bidang
(Buku I dan/atau Buku II dan/atau Buku III). • Uraian mencakup indikatif pendanaan dilengkapi dengan indikator‐indikator kinerja
outcome dari masing‐masing Program
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi K/L • Uraian bersifat lengkap (tidak hanya mencakup yang dilakukan langsung oleh K/L tetapi
juga mempertimbangkan keterlibatan daerah dan swasta berikut pendanaan yang diperlukan untuk melaksanakannya)
• Uraian kebijakan yang dilaksanakan melalui Program dan/atau Lintas Program dalam K/L yang bersangkutan
• Uraian dilengkapi dengan indikator‐indikator kinerja outcome dari masing‐masing Program
• Uraian dilengkapi dengan penjelasan mengenai penataan aparatur K/L, meliputi sumber daya manusia, ketatalaksanaan, kelembagaan, dan struktur organisasi sebagai bagian dari kebijakan K/L dalam mencapai Visi, Misi, dan Tujuan.
BAB IV Penutup LAMPIRAN Matriks Kinerja K/L Matriks Pendanaan K/L
C. Tahap …
- 17 -
C. Tahap Penyusunan Renstra-KL
Langkah-langkah penyusunan Renstra-KL dilakukan sebagai berikut:
Langkah I : Persiapan
Langkah II : Identifikasi Kondisi Umum, serta Analisis Potensi dan
Permasalahan K/L
Langkah III : Penyusunan Visi dan Misi K/L
Langkah IV : Penyusunan Tujuan dan Sasaran Strategis K/L
Langkah V : Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi
Langkah VI : Penyusunan Program dan Kegiatan
Langkah VII : Penyusunan Target dan Pendanaan K/L (berbasis KPJM)
Gambar 3.6 Bagan Tahap Penyusunan Renstra-KL
1. Persiapan
Beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh
Kementerian/Lembaga dalam proses penyusunan Renstra-KL
adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi isu-isu strategis atau pilihan-pilihan strategis
yang akan dihadapi dalam jangka waktu pelaksanaan
Renstra-KL;
2. Identifikasi asas legal bagi K/L dalam pelaksanaan tugas dan
justifikasi fungsi dan kewenangannya, selanjutnya bisa
menjadi gambaran awal latar belakang perlunya keberadaan
K/L terhadap kondisi umum yang dihadapi;
3. Identifikasi struktur organisasi beserta tugas pokok dan
fungsinya sebagai dasar untuk melihat dan menentukan
lingkup kewenangan K/L; dan
d. Identifikasi …
- 18 -
4. Identifikasi data-data dan informasi yang diperlukan sebagai
bahan pengambilan keputusan selama proses penyusunan
Renstra-KL.
2. Identifikasi Kondisi Umum serta Analisis Potensi dan
Permasalahan K/L
a. Identifikasi Kondisi Umum K/L
Identifikasi kondisi umum K/L merupakan langkah
bagi K/L untuk menggambarkan pencapaian-pencapaian
yang telah dilaksanakan dalam Renstra-KL periode
sebelumnya serta aspirasi-aspirasi masyarakat terkait dengan
pemenuhan kebutuhan barang publik, layanan publik, dan
regulasi dalam lingkup kewenangan K/L.
Bagian kondisi umum yang akan dituangkan dalam
dokumen Renstra-KL terdiri dari :
1) Hasil evaluasi terhadap pencapaian program dan kegiatan
Evaluasi pencapaian program dan kegiatan didasarkan
pada sasaran dan/atau standar kinerja yang telah
ditetapkan dalam dokumen Renstra-KL pada periode
sebelumnya
2) Hasil aspirasi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
barang publik, layanan publik, dan regulasi dalam
lingkup kewenangan K/L
Proses penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukan
oleh K/L harus melalui wadah dan mekanisme yang
akuntabel.
b. Identifikasi Potensi dan Permasalahan K/L
Identifikasi potensi dan permasalahan merupakan
langkah bagi K/L untuk menganalisis permasalahan, potensi,
kelemahan, peluang serta tantangan jangka menengah dalam
lingkup …
- 19 -
lingkup K/L maupun nasional yang akan dihadapi dalam
rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan oleh
RPJMN yang menjadi lingkup kewenangan K/L, serta untuk
mewujudkan visi dan melaksanakan misi K/L.
K/L dapat menganalisis potensi, permasalahan dan
tantangan yang akan dihadapi dengan menganalisis
perubahan-perubahan yang akan terjadi pada lingkungan
organisasi baik secara internal maupun eksternal.
Hasil evaluasi pencapaian program dan kegiatan K/L,
penjaringan aspirasi masyarakat, identifikasi potensi,
permasalahan dan penyebabnya, serta tantangan yang akan
dihadapi sangat penting untuk menjadi dasar penyusunan
strategi dan kebijakan.
Uraian kondisi umum serta potensi dan permasalahan K/L dituangkan dalam Bab I. Pendahuluan pada subbab 1.1 Kondisi Umum K/L, dan 1.2 Potensi dan Permasalahan K/L.
3. Penyusunan Visi dan Misi K/L
a. Visi (Vision) K/L
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang
ingin dicapai oleh K/L pada akhir periode perencanaan.
Visi memberikan gambaran konsistensi kinerja K/L
selama 5 (lima) tahun mendatang serta gambaran
menyeluruh mengenai peranan dan fungsi suatu organisasi.
Adapun dalam penentuan Visi K/L, perlu untuk
mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Visi harus dapat memberikan arah pandangan kedepan
terkait dengan kinerja dan peranan organisasi K/L;
b. Visi harus dapat memberikan gambaran tentang
kondisi masa depan yang ingin diwujudkan oleh
organisasi K/L;
3) Visi …
- 20 -
c. Visi harus ditetapkan secara rasional, realistis dan
mudah dipahami;
d. Visi harus dirumuskan secara singkat, padat dan
mudah diingat;
e. Visi harus dapat dilaksanakan secara konsisten dalam
pencapaian; dan
f. Visi harus selalu berlaku pada semua kemungkinan
perubahan yang mungkin terjadi sehingga suatu Visi
hendaknya mempunyai sifat fleksibel.
Contoh: Visi Departemen Pendidikan Nasional tahun 2004-
2009: “Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025
menghasilkan: Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (insan
kamil/insan paripurna)”.
b. Misi (Mission) K/L
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Kriteria dalam penentuan Misi K/L adalah sebagai
berikut:
1) Misi harus sejalan dengan upaya pencapaian visi
organisasi dan berlaku pada periode tertentu;
2) Misi harus dapat menggambarkan penjabaran RPJMN
serta tugas-tugas yang dibebankan oleh Undang-
undang terkait;
3) Misi harus dapat menggambarkan tindakan
disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi organisasi
K/L atau bersifat unik terhadap organisasi K/L lainnya;
dan
4) Misi harus dapat menjembatani penjabaran visi K/L ke
dalam tujuan K/L.
Contoh: Misi Departemen Pendidikan Nasional tahun 2004-
2009; antara lain untuk ”Mewujudkan pendidikan yang
mampu membangun insan Indonesia cerdas komphrehensif
dan kompetitif”.
Uraian …
- 21 -
Uraian Visi dan Misi K/L dituangkan dalam dokumen Renstra-KL Bab II. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis K/L, pada subbab 2.1 Visi K/L, dan 2.2 Misi K/L.
4. Penyusunan Tujuan dan Sasaran Strategis K/L
Tujuan dan sasaran strategis K/L disusun berdasarkan hasil
identifikasi potensi dan permasalahan yang akan dihadapi pada
langkah sebelumnya dalam rangka mewujudkan visi dan
melaksanakan misi K/L.
Pada tingkat organisasi K/L, visi, misi, tujuan dan sasaran
strategis K/L berada pada tingkat kinerja dampak (impact).
Pernyataan tujuan harus dilengkapi dengan sasaran
strategis sebagai ukuran kinerjanya. Sasaran strategis dilengkapi
dengan target kinerja sehingga menjadi ukuran keberhasilan dari
pencapaian visi dan misi K/L.
Kriteria penentuan Tujuan K/L adalah sebagai berikut:
a. Tujuan harus sejalan dengan visi dan misi organisasi K/L dan
berlaku pada periode jangka menengah;
b. Tujuan harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin
dicapai pada periode jangka menengah;
c. Tujuan harus dapat dicapai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh K/L; dan
d. Tujuan harus dapat mengarahkan perumusan sasaran
strategis, strategi dan kebijakan, serta program dan kegiatan
dalam rangka merealisasikan misi K/L
Kriteria dalam penentuan Sasaran Strategis K/L adalah
sebagai berikut:
a. Sasaran strategis K/L yang ditetapkan harus merupakan
ukuran pencapaian dari Tujuan K/L;
b. Sasaran strategis mencerminkan berfungsinya outcomes dari
semua program dalam K/L;
c. Sasaran strategis K/L harus dirumuskan dengan jelas dan
terukur; dan
d. Sasaran strategis K/L harus dilengkapi dengan target kinerja.
Kriteria …
- 22 -
Kriteria dalam menentukan target kinerja Sasaran Strategis
K/L adalah sebagai berikut:
a. Specific: sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi dengan
jelas;
b. Measurable: target kinerja dinyatakan dengan jelas dan
terukur; c. Achievable: target kinerja dapat dicapai terkait dengan
kapasitas dan sumberdaya yang ada; d. Relevant: mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target
outcome dalam rangka mencapai target impact yang
ditetapkan; dan
e. Time Bond: waktu/periode pencapaian kinerja ditetapkan. Uraian Tujuan dan Sasaran Strategis K/L dituangkan dalam Bab II tentang Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis K/L (subbab 2.3
dan 2.4). 5. Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi
Strategi dan kebijakan disusun sebagai pendekatan dalam
memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak untuk
segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu (jangka
menengah) serta memiliki dampak yang besar terhadap
pencapaian sasaran nasional serta sasaran strategis K/L.
Strategi dan Kebijakan yang dituangkan ke dalam Renstra-
KL dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu; (i) Arah Kebijakan dan
Strategi Nasional (penugasan dari RPJMN), dan (ii) Arah Kebijakan
dan Strategi K/L.
a. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Strategi Kebijakan dan Pendanaan Nasional dalam
RPJMN sebagaimana tertuang dalam Buku I dan/atau Buku II
dan/atau Buku III menjadi acuan dalam menjabarkan
pelaksanaan program dan kegiatan K/L sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
K/L …
- 23 -
K/L bertanggungjawab dalam mencapai sasaran-sasaran nasional sesuai dengan kewenangannya dalam rangka pencapaian program prioritas Presiden (sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN) selain bertanggungjawab dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategisnya sendiri.
Prioritas merupakan arah kebijakan untuk
memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan.
Sasaran pembangunan tersebut merupakan
penjabaran dari visi dan misi Presiden terpilih. Prioritas terdiri dari fokus prioritas yang digunakan
untuk mencapai sasaran strategis yang dapat bersifat lintas K/L.
Kegiatan prioritas merupakan kegiatan pokok
(kegiatan yang mutlak harus ada) untuk mendapatkan keluaran (output) dalam rangka mencapai hasil (outcome) dari fokus prioritas.
Contoh Prioritas dan Fokus Prioritas :
PRIORITAS 1 : PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT, SERTA PENATAAN KELEMBAGAAN DAN PELAKSANAAN SISTEM PERLINDUNGAN SOSIAL Fokus 1. Perluasan akses pelayanan dasar masyarakat miskin dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS) • Kegiatan Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan
gender (PUG) • Kegiatan Beasiswa untuk Mahasiswa Miskin
Fokus 2. Peningkatan keberdayaan dan kemandirian masyarakat • Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (PNPM
Perkotaan) • Kegiatan Percepatan Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah
Tertmggal (P2SEDT) Fokus 3. Peningkatan kapasitas usaha skala mikro dan kecil melalui penguatan
kelembagaan • Kegiatan Fasilitasi Pengembangan Pemasaran Usaha Mikro dan
Kecil Melalui Koperasi • Kegiatan Percepatan Pembangunan Pusat Pertumbuhan Daerah
Tertinggal (P4DT)
Pada …
- 24 -
Pada Proses politis, K/L masih dapat mengusulkan
strategi kebijakan dan pendanaan nasional yang berbeda
dengan Rancangan Awal RPJMN sejauh tetap dalam koridor
untuk melaksanakan platform Presiden terpilih yang
dinyatakan dalam bentuk Prioritas Nasional.
Usulan strategi kebijakan dan pendanaan nasional
akan ditelaah melalui wadah trilateral meeting.
Uraian Strategi dan Kebijakan Nasional dituangkan dalam Bab III tentang Strategi dan Kebijakan (subbab 3.1).
b. Arah Kebijakan dan Strategi K/L
Arah Kebijakan dan Strategi K/L memuat langkah-
langkah yang berupa program-program indikatif untuk
memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak
untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu
(jangka menengah) serta memiliki dampak yang besar
terhadap pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis.
Program-program tersebut harus mencakup kegiatan-
kegiatan prioritas dalam RPJMN ( Buku I, II, III) sesuai dengan
bidang terkait.
Strategi kebijakan dan Pendanaan K/L merupakan
uraian yang bersifat lengkap, tidak hanya mencakup yang
dilakukan langsung oleh K/L, tetapi juga mempertimbangkan
keterlibatan peran daerah dan swasta berikut pendanaan
yang diperlukan untuk melaksanakannya.
Uraian juga dilengkapi dengan kelembagaan,
ketatalaksanaan, pengelolaan SDM, dan struktur organisasi
untuk melaksanakan misi dalam mencapai visi yang
ditetapkan.
Setiap uraian strategi kebijakan dan Pendanaan K/L
dilaksanakan melalui Program dan/atau Lintas Program
dalam K/L yang bersangkutan dan harus dilengkapi dengan
indikator …
- 25 -
indikator-indikator kinerja outcome dari masing-masing
Program tersebut serta rencana sumber pendanaannya.
Sumber pendanaan program dan/atau Lintas Program
dalam K/L antara lain dapat berasal antara lain dari
Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan swasta (investasi dari
pihak swasta dalam atau luar negeri melalui mekanisme PPP-
Public Private Partnership).
Contoh Strategi Pendanaan K/L:
Departemen Pekerjaan Umum menyusun strategi pendanaan
dalam rangka mencapai target-target Rentra-KL 2005-2009
sebagai berikut:.
dalam triliun rupiah
Sumber Pendanaan Target Pendanaan Pemerintah
• Pusat • Daerah
135,615,1
SWASTA 98Total Pendanaan 248,7Sumber: Renstra Departemen Pekejaan Umum 2005‐2009 Rencana sumber pendanaan dapat berasal dari pemerintah (Pusat
dan Daerah) dan swasta (investasi dari pihak swasta dalam atau luar negeri dan masyarakat melalui mekanisme PPP‐Public Private Partnership).
Pelaksanaan pendanaan melalui APBN dijabarkan ke dalam matriks kebutuhan pendanaan K/L (*)
Uraian mengenai Arah Kebijakan dan Strategi K/L dituangkan dalam Bab III tentang Arah Kebijakan dan Strategi (subbab 3.2).
Box …
- 26 -
Box 2. Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan bagi
Penyusunan Strategi dan Kebijakan K/L
Uraian strategi kebijakan K/L disusun sampai dengan tingkat program dan/atau Lintas Program dalam K/L yang dilengkapi dengan indikator‐indikator kinerja program (outcomes) dari masing‐masing Program tersebut. Tahapan penyusunan program dan indikator kinerja program (outcome) tersebut dapat dilihat pada proses selanjutnya, yaitu Penyusunan Program dan Kegiatan. Sebagai catatan, pada tahap Penyusunan Program dan Kegiatan digunakan pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan dimana pendekatan ini menjelaskan tentang penyusunan kegiatan dan indikatornya. Penggunaan pendekatan restrukturisasi program dan kegiatan dimaksudkan untuk dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja, efektifitas pencapaian sasaran pembangunan dan efisiensi belanja dalam rangka penerapan perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja dan berjangka menengah berdasarkan amanat peraturan perundang‐undangan yang berlaku yaitu Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004. Penerapan perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja, berjangka menengah serta penganggaran terpadu merupakan perwujudan dari pelaksanaan tiga prinsip pengelolaan keuangan publik, yang salah satunya adalah pelaksanaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). Salah satu proses dalam pelaksanaan KPJM adalah K/L melakukan peninjauan kembali program dan kegiatan‐nya melalui suatu proses evaluasi kinerja program dan kegiatan terhadap sasaran dan target kinerja yang ditetapkan, sehingga kemudian dapat ditentukan apakah program dan kegiatan tersebut akan dilanjutkan, ditinjau kembali, atau dihentikan. Hasil evaluasi program dan kegiatan ini selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja, efektifitas pencapaian sasaran pembangunan dan efisiensi belanja dalam rangka penerapan anggaran berbasis kinerja dan berjangka menengah sebagaimana diamanatkan dalam undang‐undang terkait. Detail mengenai restrukturisasi program dan kegiatan dapat dilihat lebih jauh dalam Pedoman Penyusunan Program dan Kegiatan. Selanjutnya, Hasil penyusunan Program dan Indikator Kinerja Outcome akan dituangkan pada Strategi dan Kebijakan K/L pada Dokumen Renstra subbab 3.2, sedangkan hasil penyusunan Kegiatan akan dimasukkan ke dalam lampiran Dokumen Renstra. Sedangkan informasi lebih detail mengenai Program dan Kegiatan serta indikator dan target kinerjanya dituangkan pada Dokumen Renstra‐KL pada bagian lampiran Matriks Kinerja (Formulir 1 Target Pembangunan Untuk Tahun 2010‐2014 K/L).
6. Penyusunan …
- 27 -
6. Penyusunan Program dan Kegiatan
Adapun beberapa kriteria dalam penyusunan program dan
kegiatan beserta indikatornya dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Program K/L
Program didefinisikan sebagai instrumen kebijakan
yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh
K/L untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran, dan/atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh K/L.
Program ditetapkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Program Teknis, merupakan program-program yang
menghasilkan pelayanan kepada kelompok
sasaran/masyarakat (pelayanan eksternal). Program
Teknis disusun berdasarkan:
a) Kelompok karakteristik K/L yaitu:
Kelompok Lembaga Tinggi Negara
• Program-Program Teknis dilaksanakan oleh
organisasi Lembaga Tinggi Negara.
• Program-Program Teknis disesuaikan
dengan lingkup kewenangan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan fungsi Lembaga Tinggi
Negara. Dengan demikian, jumlah Program
Teknis ditentukan sesuai lingkup
kewenangan dari Lembaga Tinggi Negara
tersebut.
Kelompok Departemen
• 1 (satu) unit organisasi Eselon 1A yang
bersifat memberi pelayanan eksternal akan
menggunakan hanya 1 (satu) Program
Teknis.
• 1 (satu) Unit Eselon 1A bersifat pelayanan
eksternal dimungkinkan untuk dapat
melaksanakan lebih dari 1 (satu) Program
Teknis …
- 28 -
Teknis dengan menunjukkan justifikasi
dan/atau pertimbangan kuat yang
mendasarinya, yaitu antara lain berkenaan
dengan aspek: (i) Kompleksitas pelaksanaan
kegiatan-kegiatannya, dan (ii) Besaran
anggaran yang dikelola oleh unit organisasi
yang bersangkutan.
Kelompok Kementerian Negara dan
Kementerian Koordinator
• Disarankan untuk 1 (satu) Program Teknis
digunakan oleh seluruh Eselon 1A dalam
lembaga terkait dengan catatan indikator
kinerja masing-masing Eselon 1A muncul
dalam indikator kinerja program
(outcome).
• Apabila dikehendaki untuk dapat
melaksanakan lebih dari 1 (satu) Program
Teknis, perlu ditunjukkan justifikasi
dan/atau pertimbangan kuat yang
mendasarinya, yaitu antara lain berkenaan
dengan aspek: (i) Kompleksitas pelaksanaan
kegiatan-kegiatannya, dan (ii) Besaran
anggaran yang dikelola oleh unit organisasi
yang bersangkutan.
Kelompok Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) dan Lembaga Non-
Struktural
• LPND dan Lembaga Non-Struktural akan
menggunakan 1 (satu) Program Teknis
untuk Lembaganya.
b) Program Teknis yang disusun harus dapat
mencerminkan tugas dan fungsi unit organisasi
Eselon 1A;
c) Nomenklatur Program Teknis bersifat unik/khusus
(tidak duplikatif) untuk masing-masing organisasi
pelaksananya;
d) Program Teknis harus dapat dievaluasi pencapaian
kinerjanya berdasarkan periode waktu tertentu; dan
e) Program …
- 29 -
e) Program Teknis dilaksanakan dalam periode waktu
jangka menengah, dengan perubahan hanya dapat
dilakukan setelah melalui tahapan evaluasi.
b. Program Generik, merupakan program-program yang
digunakan oleh beberapa organisasi Eselon 1A yang
bersifat pelayanan internal untuk mendukung
pelayanan aparatur dan/atau administrasi
pemerintahan (pelayanan internal). Program Generik
disusun berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
a) Program Generik dilaksanakan oleh 1 (satu) unit
organisasi K/L setingkat Eselon 1A yang bersifat
memberikan pelayanan internal;
b) Nomenklatur Program Generik dibuat unik untuk
setiap K/L dengan ditambahkan nama K/L
dan/atau dengan membedakan kode program; dan
c) Program Generik ditujukan untuk menunjang
pelaksanaan Program Teknis.
Langkah-langkah penyusunan program meliputi:
1) Identifikasi Visi, Misi, dan Sasaran Strategis K/L, yang
bertujuan untuk menentukan kinerja dan/atau bentuk
pelayanan yang akan dicapai oleh K/L;
2) Identifikasi kinerja K/L dan indikator kinerja K/L,;
3) Penyusunan Outcome dan Indikator Kinerja Program;
dan
4) Penamaan Program, yang didasarkan pada keterkaitan
antara indikator-indikator program (outcomes), sesuai
dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Eselon I
penanggungjawabnya, dan bersifat unik (tidak
duplikatif) pada masing-masing organisasi
pelaksananya.
b. Kegiatan K/L
Kegiatan didefinisikan sebagai bagian dari program
yang dilaksanakan oleh satuan kerja setingkat Eselon II yang
terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya
baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang
modal …
- 30 -
modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, dan/atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Kegiatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu:
1) Kegiatan Teknis
Kegiatan Teknis dapat berupa :
a) Kegiatan Prioritas Nasional, yaitu kegiatan-
kegiatan dengan output spesifik dalam rangka
pencapaian Sasaran Nasional. Kegiatan prioritas
nasional harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut, antara lain:
• Memiliki pengaruh yang besar/signifikan
terhadap pencapaian sasaran pembangunan
nasional;
• Merupakan kegiatan yang mendesak dan
penting untuk segera dilaksanakan;
• Merupakan tugas dan tanggung jawab
pemerintah untuk melaksanakannya;
• Memiliki ukuran kinerja yang spesifik, tegas
dan terukur sehingga dapat secara langsung
dipantau manfaatnya terhadap masyarakat;
dan
• Realistis untuk dilaksanakan dan dapat
diselesaikan sesuai dengan target jangka
waktu yang telah ditetapkan.
b) Kegiatan Prioritas K/L, yaitu kegiatan-kegiatan
dengan output spesifik dalam rangka pencapaian
Sasaran K/L.
c) Kegiatan Teknis Non-Prioritas, merupakan
kegiatan-kegiatan dengan output spesifik dan
mencerminkan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja
(Satker) namun bukan termasuk dalam kategori
prioritas.
2) Kegiatan Generik, kegiatan yang digunakan oleh
beberapa unit organisasi eselon 2 yang sejenis.
Kegiatan …
- 31 -
Kegiatan Teknis disusun berdasarkan:
1) 1 (satu) unit organisasi K/L setingkat Eselon 2 yang
bersifat memberikan pelayanan eksternal akan
menggunakan 1 (satu) kegiatan teknis termasuk
kegiatan yang dilaksanakan melalui mekanisme
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;
2) Kegiatan Teknis yang disusun harus dapat
mencerminkan tugas dan fungsi unit organisasi Eselon 2
terkait;
3) Nomenklatur kegiatan teknis bersifat unique/khusus
(tidak duplikatif) untuk masing-masing unit organisasi
Eselon 2 pelaksananya;
4) Kegiatan teknis harus dapat dievaluasi pencapaian
kinerjanya berdasarkan periode waktu tertentu; dan
5) Kegiatan teknis dilaksanakan dalam periode waktu
jangka menengah, dengan perubahan hanya dapat
dilakukan setelah melalui tahapan evaluasi.
Kegiatan generik disusun berdasarkan:
1) Kegiatan generik dilaksanakan oleh 1 (satu) unit
organisasi K/L setingkat Eselon II yang bersifat
memberikan pelayanan internal; dan
2) Nomenklatur Kegiatan generik dibuat unik dengan cara
menambahkan nama Eselon II dan/atau dengan
membedakan kode kegiatan sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
Dalam rangka Perencanaan Kebijakan (yang terdiri dari prioritas, fokus prioritas, dan kegiatan prioritas), dapat terjadi bahwa kegiatan teknis tidak dapat dicerminkan secara langsung pada kegiatan unit Eselon 2 yang berdasarkan Tupoksi sesuai Pendekatan Akuntabilitas Kinerja. Untuk kasus seperti ini, unit Eselon 2 yang bersangkutan dapat menggunakan lebih dari 1 (satu) kegiatan.
Rumusan …
- 32 -
Rumusan kegiatan bagi unit organisasi vertikal K/L di daerah akan ditetapkan sebagai berikut: • Unit vertikal K/L didaerah untuk melaksanakan 6 (enam)
kewenangan pusat akan memiliki rumusan kegiatan tersendiri, yaitu: 1) Unit vertikal berada dibawah unit Eselon 1A teknis
(pelayanan eksternal) dan bersifat pelayanan langsung akan memiliki 1 (satu) kegiatan teknis untuk seluruh unit organisasi vertikal sejenis. Contoh: seluruh Kantor Pelayanan Pajak akan memiliki 1 (satu) kegiatan tersendiri dibawah Dirjen Pajak.
2) Unit vertikal berada dibawah unit Eselon 1A teknis (pelayanan eksternal) namun bersifat memberikan pembinaan kepada unit‐unit pelayanan langsung dibawahnya (dibatasi hanya sampai pada organisasi di tingkat provinsi) akan memiliki 1 (satu) kegiatan teknis untuk seluruh unit organisasi vertikal sejenis. Contoh: seluruh Kanwil Pajak akan memiliki 1 (satu) kegiatan tersendiri dibawah Dirjen Pajak.
3) Unit vertikal bersifat perpanjangan pelaksanaan tupoksi organisasi K/L di daerah (mis: Kanwil Agama, Kantor Kejati, dll) akan memiliki 1 (satu) kegiatan untuk seluruh organisasi vertikalnya (dibatasi hanya sampai pada organisasi di tingkat provinsi) dan ditempatkan dibawah Sekjen organisasi terkait. Contoh: seluruh Kanwil Agama akan memiliki 1 (satu) kegiatan tersendiri dibawah Sekjen DEPAG.
4) Unit vertikal yang langsung berada dibawah K/L dan bersifat memberikan pelayanan langsung akan memiliki 1 (satu) kegiatan teknis untuk seluruh unit organisasi vertikal yang sejenis. Contoh: seluruh Kandep Agama, KUA dan Pendidikan Keislaman (MAN, MIN, dan MTsN) masing‐masing akan memiliki 1 (satu) kegiatan tersendiri dibawah Sekjen DEPAG.
• Unit vertikal K/L didaerah untuk melaksanakan selain 6 (enam) kewenangan pusat, bersifat memberikan pelayanan langsung dan berada dibawah unit Eselon 1A teknis (pelayanan eksternal) akan memiliki 1 (satu) kegiatan teknis untuk seluruh organisasi vertikalnya. Contoh: seluruh UPT pengelolaan sungai‐sungai besar akan memiliki 1 (satu) kegiatan teknis tersendiri di bawah Dirjen Sumber Daya Air.
Langkah …
- 33 -
Langkah-langkah penyusunan kegiatan meliputi:
1) Penyusunan Output Kegiatan, dan
2) Penamaan Kegiatan, yang didasarkan pada keterkaitan
antara indikator-indikator kegiatan (outputs), sesuai
dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Eselon II
penanggungjawabnya, dan bersifat unik (tidak
duplikatif) pada masing-masing organisasi
pelaksananya.
c. Indikator Kinerja Program dan Kegiatan K/L
Indikator ditetapkan secara spesifik untuk mengukur
pencapaian kinerja berkaitan dengan informasi kinerja
(outputs, outcomes dan impacts).
Penetapan indikator kinerja, perlu mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
1) Relevant, indikator terkait secara logis dan langsung
dengan tugas institusi, serta realisasi tujuan dan sasaran
strategis institusi.
2) Well-Defined, definisi indikator jelas dan tidak bermakna
ganda sehingga mudah untuk dimengerti dan digunakan. 3) Measurable, indikator yang digunakan diukur dengan
skala penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa
pengukuran secara kuantitas, kualitas ataupun biaya. a) Indikator Kinerja Kuantitas diukur dengan satuan
angka dan unit,
b) Indikator Kinerja Kualitas menggambarkan kondisi
atau keadaan tertentu yang ingin dicapai (melalui
penambahan informasi tentang skala/tingkat
pelayanan yang dihasilkan); dan
c) Indikator Kinerja Biaya mencerminkan kelayakan
biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran
kinerja.
4) Appropriate, pemilihan indikator yang sesuai dengan
upaya peningkatan pelayanan/kinerja.
5) Reliable, indikator yang digunakan akurat dan dapat
mengikuti perubahan tingkatan kinerja.
- 34 -
6) Verifiable, memungkinkan untuk dilakukan proses
validasi dalam sistem yang digunakan untuk
menghasilkan indikator.
7) Cost-effective, kegunaan indikator sebanding dengan
biaya pengumpulan data.
d. Indikator Kinerja Program (Outcome)
Outcome merupakan manfaat yang diperoleh dalam
jangka menengah untuk beneficiaries tertentu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan
dalam satu program.
Outcome dalam Struktur Manajemen Kinerja
merupakan sasaran kinerja program yang secara
akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi K/L setingkat
Eselon 1A.
Kriteria rumusan outcome program adalah sebagai
berikut:
1) Mencerminkan sasaran kinerja unit organisasi Eselon 1A sesuai dengan visi, misi dan tupoksinya;
2) Outcome Program harus dapat mendukung pencapaian kinerja K/L (visi, misi dan sasaran strategis K/L); dan
3) Outcome Program harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.
Indikator kinerja program dalam kerangka
Akuntabilitas Organisasi merupakan ukuran pencapaian
outcome/kinerja program.
Metode pemilihan Indikator Kinerja Program Teknis
berdasarkan sumber ketersediaan dan pengumpulan datanya
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Kelompok data/informasi tersedia
Indikator kinerja program dapat disusun dengan
menggunakan indikator yang sudah tersedia. Contoh; (i)
IPM (Indeks Pembangunan Manusia), (ii) APK (Angka
Partisipasi Kasar), (iii) APM (Angka Partisipasi Murni)
7) Cost-effective …
- 35 -
dan (iv) IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dimana
data pengukuran pencapaian kinerjanya telah
tersedia/dilakukan pengumpulan dan penghitungannya
oleh instansi lain sehingga K/L bersangkutan dapat data
ini secara langsung.
2) Kelompok data/informasi dikumpulkan sendiri oleh K/L
bersangkutan. Kelompok indikator ini dibagi menjadi 3
(tiga) bagian yaitu:
a) Indikator kinerja program berasal dari indikator
kinerja kegiatan terpenting;
b) Indikator kinerja program merupakan Indeks
Komposit dari Indikator-indikator kinerja
kegiatannya; dan
c) Indikator kinerja program merupakan indikator
survei penilaian pencapaian kinerja program.
e. Indikator Kinerja Kegiatan (Output)
Output merupakan keluaran berupa barang atau jasa
yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendukung pencapaian outcome program.
Output dalam Struktur Manajemen Kinerja merupakan
sasaran kinerja kegiatan yang secara akuntabilitas berkaitan
dengan unit organisasi K/L setingkat Eselon 2.
Kriteria rumusan output kegiatan adalah sebagai
berikut:
1) Mencerminkan sasaran kinerja unit organisasi Eselon 2
sesuai dengan tupoksinya;
2) Output kegiatan harus bersifat spesifik dan terukur;
3) Output kegiatan harus dapat mendukung pencapaian
outcome program; dan
4) Output kegiatan harus dapat dievaluasi berdasarkan
periode waktu tertentu.
Indikator Kinerja Kegiatan dalam kerangka
akuntabilitas organisasi merupakan ukuran pencapaian
output/kinerja keluaran.
Kriteria …
oleh …
- 36 -
Kriteria penyusunan indikator kinerja kegiatan adalah
sebagai berikut:
1) Indikator kinerja kegiatan harus memenuhi kriteria
penyusunan indikator kinerja;
2) Indikator kinerja kegiatan disusun menjadi: (i) Indikator
kuantitas, (ii) Indikator kualitas, dan (iii) Indikator
harga; dan
3) Indikator-indikator kinerja kegiatan harus dapat
mendorong tercapainya output kegiatan yang telah
ditetapkan.
f. Target Kinerja
Target kinerja ditetapkan setelah penyusunan indikator
kinerja.
Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja
spesifik yang akan dicapai oleh K/L, Program, dan Kegiatan
dalam periode waktu yang telah ditetapkan.
Kriteria dalam menentukan Target Kinerja
menggunakan pendekatan “SMART”, yaitu:
1) Specific: Sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi
dengan jelas;
2) Measurable: Target kinerja dinyatakan dengan jelas dan
terukur baik bagi indikator yang dinyatakan dalam
bentuk kuantitas, kualitas dan biaya; 3) Achievable: Target kinerja dapat dicapai terkait dengan
kapasitas dan sumber daya yang ada; 4) Relevant: Mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara
target output dalam rangka mencapai target outcome
yang ditetapkan; serta antara target outcome dalam
rangka mencapai target Impact yang ditetapkan; dan 5) Time Bond: Waktu/periode pencapaian kinerja
ditetapkan.
7. Pendanaan
Perencanaan kebutuhan pendanaan merupakan detail
penjabaran strategi pendanaan program dan kegiatan yang
dibiayai …
- 37 -
dibiayai oleh APBN (Lihat sub bab 3.3.5 Penyusunan Strategi
Kebijakan dan Pendanaan).
Perencanaan kebutuhan pendanaan untuk Renstra-KL yang
disusun dalam perspektif jangka menengah merupakan wujud
dari penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).
Penerapan KPJM merupakan pendekatan pendanaan
berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap
kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu
tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya
keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang
dituangkan dalam prakiraan maju.
Penerapan pendanaan berjangka menengah dilakukan
selama 5 (lima) tahun.
Langkah penyusunan pendanaan K/L adalah sebagai
berikut:
a. Penelaahan (review) program dan kegiatan.
Penelaahan (review) program dan kegiatan bertujuan untuk
menetapkan apakah program dan kegiatan pada periode
Renstra-KL sebelumnya akan dilanjutkan, ditinjau kembali,
atau dihentikan berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh
K/L terhadap pencapaian sasaran dan target kinerja (hasil
evaluasi Renstra-KL periode sebelumnya dicantumkan dalam
Kondisi Umum K/L, lihat sub bab 3.3.3 Identifikasi Kondisi
Umum dan Permasalahan K/L).
Hasil dari penelaahan program dan kegiatan pada Renstra-KL
2005-2009 menjadi salah satu dasar dalam penyusunan
program dan kegiatan baru untuk periode 2010-2014.
b. Penyusunan program dan kegiatan baru untuk periode 2010-
2014.
Penyusunan program dan kegiatan baru periode 2010-2014
merupakan bagian dari proses pada Bab 3.5 Penyusunan
Program dan Kegiatan K/L.
Penyusunan program dan kegiatan mencakup penyusunan
indikator kinerja beserta target kinerjanya.
c. Penyusunan anggaran tahun dasar (2010) bagi program dan
kegiatan baru
Anggaran …
- 38 -
Anggaran tahun dasar 2010 diperoleh dari hasil pemetaan
antara pendanaan program dan kegiatan 2005-2009 hasil
evaluasi terhadap struktur program dan kegiatan baru
(Renstra-KL 2010-2014) dengan menggunakan Pagu
Definitif 2010.
d. Menyusun Prakiraan Maju Jangka Menengah.
Perhitungan prakiraan maju dilakukan untuk tahun anggaran
2011, 2012, 2013, hingga 2014 menggunakan tahun dasar
2010.
Penyusunan prakiraan maju jangka menengah dilakukan
dengan menggunakan baseline terhadap struktur program
dan kegiatan baru. Dalam penyusunan prakiraan maju anggaran tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014, minimal harus memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan yang meliputi:
1) Kebutuhan untuk pembayaran gaji dan tunjangan yang
disesuaikan terhadap database kepegawaian;
2) Kebutuhan operasional dan pemeliharaan kantor
termasuk di dalamnya pembayaran untuk tunggakan
pada pihak ketiga;
3) Kebutuhan anggaran untuk kegiatan yang bersifat tahun
jamak (multi years); dan
4) Kebutuhan penyelesaian kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Skenario-skenario penyusunan prakiraan maju jangka menegah dapat dilihat dalam anak lampiran 5.
Box …
- 39 -
Box 3. Perubahan Baseline
Perubahan baseline dapat terjadi antara lain karena:
I. Perubahan sumber pendanaan
a. Penghematan dari pelaksanaan program.
Penghematan dari pelaksanaan program dihasilkan dari pencapaian output yang
sama dengan biaya yang lebih rendah.
Penghematan tersebut digunakan pada anggaran periode berikutnya;
b. Pemanfaatan cadangan (contingency reserve);
Penggunaan perubahan penerimaan/ketersediaan anggaran.
c. Peningkatan penerimaan anggaran.
Peningkatan penerimaan anggaran yang lebih besar dapat digunakan untuk
menambah resource envelope;
II. Pemanfaatan Dana
a. Perubahan makroekonomi. (misalnya inflasi, nilai tukar Rupiah, dll);
b. Perubahan keluaran yang bukan karena perubahan kebijakan. Contohnya adalah
Program Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) bagi penduduk miskin. Jika
terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin dari yang diperkirakan sebelumnya,
maka baseline mengalami peningkatan dari baseline awal; dan
c. Pemanfaatan untuk kegiatan baru (new initiative). Perubahan baseline juga dapat
digunakan untuk mendanai kegiatan baru sepanjang pagu anggaran mencukupi.
Jika salah satu kegiatan telah selesai pelaksanaanya pada tahun sebelumnya,
maka dimungkinkan mengusulkan kegiatan baru. Pemanfaatan ini tidak selalu
diperuntukkan bagi kegiatan baru, tetapi dapat berupa penguatan pendanaan
terhadap kegiatan yang telah ada sebelumnya dan terus berlanjut
Langkah …
- 40 -
Langkah penyusunan pendanaan K/L dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Program danKegiatan
2005-2009
Evaluasi (PP 21/2004)
Prakiraan Maju
2011 2012
1
3
Struktur Program dan Kegiatan2010-2014
Struktur
Kinerja
2
Penyusunanbased year
2010
2013 2014
4
PaguDefinitif
2010
Program dan kegiatan
2010-2014Pagu
Definitif2010
Program
KegiatanPagu
Definitif2010
Gambar 3.7 Bagan Penyusunan Pendanaan K/L
Hasil penyusunan kebutuhan pendanaan Program dan Kegiatan akan dituangkan pada Dokumen Renstra-KL pada bagian lampiran Matriks Pendanaan K/L (Formulir 2 Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Tahun 2010-2014).