BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi bakteri dan jamur dalam
sediaan sirup yang telah digunakan dan disimpan oleh responden yang ada di
Kecamatan Kembaran. Produk farmasi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
produk farmasi steril dan produk farmasi nonsteril. Obat-obatan nonsteril harus
memenuhi kriteria kemurnian mikrobiologis yang sesuai. Hal ini berfungsi secara
efektif dan aman untuk pengobatan pasien (Ratajczak et al., 2015). Menurut
International pharmacopeia edisi VII, bakteri dan jamur yang dibataskan
keberadaanya dalam sediaan non-steril adalah Staphylococcus aureus,
Pseudomanas aeruginosa, Salmonella, Escherichia coli, dan Candida albicans,
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah sediaan obat berbentuk
sirup. Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambahkan obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis (Moh.Anief, 2012). Alasan
menggunakan sampel obat berbentuk sirup karena memiliki kandungan air yang
cukup banyak. Air adalah media kehidupan yang baik, sehingga bakteri dan
mikroorganisme dapat hidup dengan baik dalam obat-obatan berbentuk sirup.
Mikroorganisme ini ada yang bersifat patogen sehingga dapat menyebabkan
penyakit baru pada pasien yang mengonsumsi obat yang sudah tidak stabil yang
mana mikroorganisme ini dapat merusak zat-zat yang terkandung dalam obat
(Pratiwi, 2008).
Menurut Farmakope edisi III sirup mengandung sakarosa tidak kurang dari
64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Jadi sirup merupakan sediaan yang banyak
mengandung gula. Larutan gula yang diberikan pada suatu produk dengan kadar
yang tinggi, dapat meningkatkan tekanan osmosis yang tinggi sehingga dapat
mencegah pertumbuhan mikroba yang bisa sebagai pengawet. Bila sel bakteri
berada dalam larutan gula yang berkonsentrasi tinggi, air intrasel cenderung untuk
bergerak keluar dari sel bakteri ke larutan yang lebih pekat lewat osmosis. Proses
ini yang disebut kreasi menyebabkan sel mengkerut dan sel bakteri tidak
berfungsi lagi. Hal ini disebabkan gula yang bersifat mengikat air sehingga
berfungsi sebagai pengawet (Dina dkk, 2017).
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Pemilihan sampel berdasarkan permintaan pembelian sediaan obat
berbentuk sirup yang berisi obat Parasetamol yang terbanyak yang dibeli oleh
konsumen yang ada di Apotek seluruh Kecamatan Kembaran dan ketersediaan
obat yang ada di apotek wilayah Kecamatan Kembaran. Terdapat delapan apotek
yang ada di Kecamatan Kembaran yaitu Apotek UMP, Apotek Samara, Apotek
Astari, Apotek Avicenna Farma, Apotek Dedy Farma, Apotek Kita Sehat, Apotek
Binar, dan Apotek Rahmatika Farma. Setelah dilakukan survei oleh peneliti di
tiap apotek di wilayah Kecamatan Kembaran terdapat obat yang berisi
parasetamol merek X yang paling banyak dibeli dan digunakan oleh konsumen.
Lalu Peneliti mengambil sampel atau orang yang membeli obat Parasetamol
merek X di apotek-apotek tersebut sebanyak 1 orang, yang bersedia bekerja
sama dalam penelitian ini dan bersedia menyimpan obat dalam jangka waktu
antara 21 hari dan 30 hari. Obat sirup yang telah digunakan dan disimpan oleh
responden lalu diuji cemaran bakteri dan di identifikasi cemaran bakteri.
Sedangkan untuk mengetahui proses penggunaan dan penyimpanan obat sirup
pada delapan responden selama 21 hari dan 30 hari menggunakan teknik
wawancara.
A. Identifikasi Bakteri Dan Jamur
Pada penelitian ini khusus untuk mendeteksi bakteri Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, salmonella, dan jamur
Candida albicans menggunakan media selektif. Media selektif adalah media
yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme tertentu (seleksi) dengan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang lain (Waluyo, 2010). Media
yang digunakan yaitu media MacConkeys untuk deteksi bakteri E.coli, media
Salmonella Shigella Agar untuk deteksi bakteri Salmonella, media Cetrimide
Agar untuk deteksi bakteri P. aeruginosa, media Manitol Salt Agar untuk
deteksi bakteri S.aureus, dan media Sabouroud Dextrose Agar untuk deteksi
jamur C.albicans (Atlas, 2010).
Salah satu perlakuan pada sampel adalah dilakukan pengenceran. Sampel
sediaan obat sirup merek X dilakukan pengenceran sebanyak tiga kali, hal itu
dilakukan agar suspensi bakteri yang tedapat pada sampel memiliki jumlah
yang relatif dapat terhitung pada saat pengkulturan dan memperkecil jumlah
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
koloni (Elfindasari, 2011). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode agar tuang Pour Plate method. Surahmaida (2018)
mengatakan bahwa kelebihan dari metode agar tuang adalah koloni
mikroorganisme tumbuh di dalam dan di permukaan media agar, sehingga
memudahkan dalam perhitungan jumlah koloni bakteri, bakteri yang bisa
terhitung lebih banyak daripada metode sebar dikarenakan metode tuang
lebih cocok untuk bakteri anaerob fakultatif, memiliki keuntungan ekonomi
serta mekanik dan sangat mudah dilakukan, karena tidak membutuhkan
keterampilan khusus.
Inokulasi dilakukan didaerah aseptis sehingga dapat dijamin tidak ada
kontaminan yang masuk ke dalam media. Dilakukan dalam LAF (Laminar
Air Flow) digunakan sebagai tempat untuk inokulasi berbagai
mikroorganisme seperti bakteri ataupun jamur, untuk pembuatan media,
pengenceran sampel yang berguna sebagai alat kerja yang aseptis. Prinsip
kerja LAF yaitu meniupkan udara steril secara continue melewati tempat
kerja sehingga tempat kerja bebas dari debu, spora-spora yang mungkin jatuh
ke dalam media karena mempunyai pola penyaring dan pengaturan aliran
udara sehingga menjadi steril. Sebelum menggunkan LAF untuk memperoleh
ruangan yang steril dan memenuhi persyaratan jumlah mikroba dan partikel,
maka ruang LAF dibersihkan terlebih dahulu bagian dinding, lantai, dan
langit-langit dari debu kotoran dibersihkan dengan cairan disinfektan.
Disinfektan yang digunakan yaitu alkohol 70%. Alkohol merupakan
disinfektan dengan mekanisme kerja mendenaturasi protein dengan daya
bunuh yang cepat. Dengan menggunakan disinfektan tersebut, ruang LAF
sebagai ruang produksi sediaan steril bebas dari mikroorganisme (Syah,
2014).
Pada media untuk pertumbuhan bakteri diinkubasi di inkubator dipilih
suhu inkubasi untuk sampel adalah 37˚C karena merupakan jenis bakteri
yang paling banyak dijumpai sebagai bakteri didalam tubuh manusia, karena
suhu tubuh manusia normal pada suhu 37 ˚C yang merupakan suhu optimum
untuk pertumbuhan bakteri. Dan untuk pertumbuhan jamur diinkubasi pada
suhu ruang lebih cepat karena salah satu faktor yang mempengaruhi
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
pertumbuhan jamur adalah suhu. Di suhu ruang akan mempengaruhi reaksi
kimiawi dan reaksi enzimatis pada jamur yang berpengaruh pada
pertumbuhan jamur. Selain itu suhu juga mempengaruhi kecepatan tumbuh
pada mikroba (Mizana, 2016). Setelah di inkubasi didalam alat inkubator
kemudian mengidentifikasi bakteri dan jamur secara makroskopis, kemudian
menghitung koloni yang tumbuh dengan alat Colony Counter.
1. Identifikasi bakteri dan jamur pada media selektif
Pada penelitian ini identifikasi bakteri (S. aureus, E coli, Salmonella,
P. aeruginosa) dan jamur (C. albicans) pada media pertumbuhan
dilakukan secara makroskopis. Struktur makroskopis yang diamati
meliputi bentuk koloni, warna koloni, dan bentuk tepi koloni.
a. Identifikasi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna kuning
emas tua. S.aureus membentuk pigmen lipochrom yang
menyebabkan koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning
jeruk. Pigmen kuning keemasan tumbuh timbul pada pertumbuhan
selama 18-24 jam pada suhu 37 ˚C. Koloni tumbuh dengan diameter
4 mm. Koloni pada perbenihan padat berbentuk bundar, halus,
menonjol dan berkilau. S.aureus pada media mannitol salt agar
(MSA) merupakan media selektif pada bakteri ini. Manitol salt agar
akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning
dikelilingi zona kuning keemasan karena kemampuan
memfermentasi mannitol (Dewi, 2013). Media dan koloni berwarna
kuning karena terjadi fermentasi mannitol menjadi asam. Produk
yang dihasilkan dari bakteri ini adalah asam organik yang
menghasilkan indikator pH di MSA, yang akan merubah warna
merah media MSA menjadi warna kuning cerah. Media MSA
mengandung konsentari garam NaCl yang tinggi (7,5%-10%)
sehingga membuat MSA menjadi media selektif untuk bakteri
S.aureus, karena tingkat NaCl yang tinggi yang akan menghambat
bakteri lain tumbuh (Rahmi et al, 2015).
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Gambar 4.1. Hasil pemeriksaan S. aureus pada media Manitol Salt Agar
dengan membentuk koloni berwarna kuning
b. Identifikasi bakteri Salmonella
Untuk mengidentifikasi Salmonella digunakan medium SSA
(Salmonella Shigella Agar). Medium SSA merupakan media selektif
untuk bakteri Salmonella. Berdasarkan komposisinya medium ini
terdiri dari peptone, lab lemco/beef extract, laktosa, ox bile dried,
sodiumcitrate, sodium thisulfat, ammonium iron (III) citrate,
brilliant green, dan neutral red agar, yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri lain, sehingga dapat dinyatakan dengan
menggunakan medium selektif ini hanya Salmonella-Shigella yang
tumbuh dan berkembangbiak (Maryantuti, 2007). Salmonella ini
umumnya menghasilkan H2S sehingga akan terlihat titik hitam
ditengah koloni dan tergolong lemah dalam menghasilkan H2S
sehingga koloni akan terlihat jernih dan transparan pada medium
SSA. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37˚C. Perkembangan
bakteri Salmonella sangat cepat dan menakjubkan, setiap selnya
mampu membelah diri setiap 20 menit sekali pada suhu hangat dan
pada media tumbuh yang mengandung protein tinggi. Satu sel
bakteri bisa berkembang menjadi 90.000 hanya dalam waktu 6 jam
(Brooks, 2010). Pertumbuhan bakteri pada medium ini dilihat secara
makroskopik dengan ciri koloni yang kecil, smooth, dengan tepian
hitam kecoklatan, permukaan cembung dengan tepian halus (Yunus,
2017).
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Gambar 4.2. Hasil pemeriksaan Salmonella pada media Salmonella Shigella
Agar (SSA) menghasilkan koloni berwarna hitam kecoklatan
c. Identifikasi bakteri Escherichia coli
Untuk mengidentifikasi bakteri E.coli menggunakan medium
MacConkey Agar merupakan medium selektif yang dapat
membedakan adanya bakteri gram negatif yang dapat
memfermentasi laktosa dengan yang bukan, karena E.coli adalah
bakteri gram negatif yang dapat memfermentasi laktosa. Dari hasil
pengamatan secara makroskopis bahwa E.coli memiliki morfologi
volume tumpul tidak teratur, bentuk koloni bulat (circular), bentuk
permukaan koloni cembung (convex), tepi koloni penuh (entire),
permukaan koloni halus (smooth), dan warna koloni merah muda.
Perubahan warna pada media terjadi akibat adanya penggunaan
nutrisi dari media oleh bakteri. Adanya fermentasi laktosa yang
menyebabkan penurunan pH sehingga mempermudah absorbsi
neural red sehingga mengubah warna koloni menjadi merah muda
dan media menjadi kuning kecoklatan (Elfidasari, 2011).
E.coli Dapat tumbuh baik pada media MacConkey mampu
memfermentasi laktosa. Secara mikroskopik kultur dari bakteri
E.coli sebagian besar membentuk koloni bundar, cembung,
permukaan halus dan tepi yang tegas. Biakan pada medium diferesial
yang mengandung karbohidrat dan pewarna khusus seperti media
MacConkey membedakan koloni yang memfermentasi laktosa dari
koloni koloni yang tidak memfermentasi laktosa dan memungkinkan
identifikasi praduga cepat bakteri enterik (Jawetz, 2012).
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Gambar 4.3. Hasil pemeriksaan E. coli pada media MacConkey Agar
menghasilkan koloni berwarna merah muda
d. Identifikasi bakteri Pseudomonas aeriginosa
P. aeriginosa telah terbukti dapat tumbuh di media yang selektif
yang mengandung cetrimide. Pada media ini telah terbukti
menghasilkan pyocyanin serta fluoresensi dibawah sinar UV 36 0±
20 nm dan memiliki oksidatif positif. Bakteri ini pada media agar
cetrimide dapat menghasilkan ammonia dari acetamide. Bakteri ini
tahan terhadap cetrimide di media pada konsentrasi hingga 0,3 g/L.
P.aeriginosa membentuk koloni berpigmen biru-hijau (Yilmaz,
2017). Secara makroskopis dapat dilihat bentuk koloni yang bulat
halus, membentuk pigmen kehijauan yang larut dalam air dan
berdifusi pada media pertumbuhan sehingga mengubah warna media
Cetrimide menjadi hijau. P.aeruginosa membentuk koloni halus,
tampilan berbentuk bulat dengan tepi datar (Radji, 2006).
Gambar 4.4. hasil identifikasi P. aeruginosa pada media Cetrimide Agar
menghasilkan koloni berwarna hijau
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
e. Identifikasi jamur Candida albicans
Penelitian Mutiawati (2016) mengemukakan bahwa media
kultur yang dipakai untuk biakan C.albicans adalah Sabouraud
dextrose agar (SDA). Media ini selektif untuk fungi dan yeast
melihat pertumbuhan dan identifikasi C. albicans yang mempunyai
pH asam/Ph 5,6. Didalam media SDA mengandung sekitar 15%
pepton, 60% glukosa, dan 23% agar. Glukosa merupakan salah satu
jenis monosakarida yang menjadi sumber energi bagi pertumbuhan
jamur C.albicans sehingga memperoleh sumber nutrisi yang baik
untuk pertumbuhanya. Pertumbuhan pada SDA agar terlihat jamur
yang menunujukan tipikal kumpalan mikroorganisme yang tampak
seperti krem putih kekuningan menimbul diatas permukaan media,
mempunyai permukaan halus dan licin dapat agak keriput dengan
disertai bau ragi yang khas.
Gambar 4.5. hasil pemeriksaan jamur C. albicans pada media Sabouroud
Dextrose Agar (SDA) menghasilkan warna koloni krem kekuningan
Hasil identifikasi bakteri dan jamur secara makroskopis dapat dilihat
di lampiran 1 dan hasil ditunjukan pada tabel berikut :
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Bakteri dan Jamur pada hari ke-21
yang terdapat dalam media pertumbuhan
Sampel Bakteri Jamur
S.aureus Salmonella E.coli P.aeruginosa C.albicans
A + + - + -
B + - + + +
C + + - + +
D + + + + +
E + + + + +
F + + + + +
G + + + + +
H + + + + +
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Bakteri dan Jamur pada hari ke-30
yang terdapat dalam media pertumbuhan
Sampel Bakteri Jamur
S.aureus Salmonella E.coli P.aeruginosa C.albicans
A + + + + +
B + + + + +
C + + + + +
D + + + + +
E + + + + +
F + + + + +
G + + + + +
H + + + + +
Keterangan :
+ = Terdapat pertumbuhan bakteri / jamur pada medium
- = Tidak terdapat pertumbuhan bakteri / jamur pada medium
Dalam sampel obat sirup merek X yang digunakan dan disimpan
selama 30 hari. Sampel A sampai sampel H menunjukan keberadaan
bakteri S.aureus, Salmonella, E. coli, P.aeruginosa, dan jamur
C.albicans. Jadi sampel yang telah digunakan dan disimpan selama 1
bulan/ 30 hari semua sampel tercemar bakteri dan jamur tersebut.
Hal tersebut menjelaskan bahwa sampel pada hari ke 30 dalam
keadaan sudah tidak stabil sehingga obat sudah tidak layak untuk
dikonsumsi.
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Pada penelitian ini juga menggunakan uji sterilisasi yaitu
menggunakan kontrol negatif. Kontrol negatif bertujuan sebagai
faktor kontrol dari media, sehingga dengan adanya kontrol media
yang digunakan selalu dalam keadaan steril. Kontrol negatif
menggunakan media tanpa diberi sampel obat sirup. Medianya
berupa media bakteri MacConkeys Agar (media selektif untuk
mendeteksi bakteri e.coli), Salmonella Shigella Agar (media selektif
untuk mendeteksi bakteri Salmonella sp.), Cetrimide Agar ( media
selektif untuk mendeteksi bakteri P.aeruginosa) dan Manitol Salt
Agar (media selektif untuk mendeteksi bakteri S.aureus), dan media
Sabouroud Dextrose Agar (media selektif untuk mendeteksi jamur
C.albicans). Hasil yang ditemukan pada kontrol negatif menunjukan
dalam keadaan steril, sehingga media dapat digunakan dalam
penelitian. Hasil kontrol negatif dapat dilihat pada gambar 4.6
1 2 3 4 5
Gambar 4.6 Hasil kontrol negatif media 1 (MSA), 2 (SSA), 3 (MC), 4
(CETRIMID),5 (SDA)
B. Hasil Pengukuran Jumlah Koloni
Pada penelitian ini menggunakan pengukuran secara langsung atau
perhitungan menyeluruh (total plate count). Pengukuran pertumbuhan
mikroorganisme secara langsung menggunakan metode pengukuran dengan
plating technique. Prinsip dari metode ini yaitu menumbuhkan sel-sel
mikroba yang masih hidup pada suatu media sehingga sel tersebut
berkembang biak dan membentuk koloni-koloni yang dapat dilihat secara
langsung dengan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop, dan koloni
dapat dihitung menggunakan colony counter (Yunita, 2015).
Hasil perhitungan jumlah koloni pada sampel sediaan obat sirup merek X
dapat dilihat pada Lampiran 17 dan hasil ditunjukan pada tabel 4.3 dan 4.4
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Tabel 4.3 Jumlah koloni bakteri dan jamur pada hari ke-21 S
am
pel
Jumlah koloni CFU/mL
S.a
ure
us
M/T
M
Sa
lmo
nel
la
M/T
M
E.c
oli
M/T
M
P.a
eru
gin
osa
M/T
M
C.a
lbic
an
s
M/T
M
A 3,3 x 101 M 1,0 x 101 M 0 M 4,0 x 101 M 0 M
B 1,0 x 101 M 0 M 8,5 x 101 M 5,5 x 101 M 2,0 x 101 M
C 8,0 x 101 M 3,2 x 102 TM 0 M 1,13 x 102 M 1,76 x 102 TM
D 3,0 x 101 M 4,0 x 101 M 1,5 x 101 M 2,0 x 101 M 1,0 x 101 M
E 1,2 x 102 M 1,0 x 102 M 2,3 x 101 M 1,06 x 102 M 1,0 x 102 TM
F 1,3 x 101 M 3,0 x 101 M 1,0 x 101 M 8,0 x 101 M 9,3 x 101 TM
G 6,6 x 101 M 2,0 x 101 M 2,3 x 101 M 2,0 x 101 M 3,5 x 102 TM
H 9,3 x 101 M 1,16 x 102 M 3,5 x 101 M 1,33 x 102 M 1,0 x 101 M
Keterangan
M = Memenuhi syarat
TM = Tidak memenuhi syarat
Tabel 4.4 Jumlah koloni bakteri dan jamur pada hari ke-30
Sa
mp
el
Jumlah Koloni CFU/mL
S.a
ure
us
T/T
M
Sa
lmo
nel
la
T/T
M
E.c
oli
T/T
M
P.a
eru
gin
osa
T/T
M
C.a
lbic
an
s
T/T
M
A 3,3 x 102 TM 4,7 x 102 TM 3,3 x 102 TM 6,4 x 102 TM 4,5 x 102 TM
B 3,0 x 102 TM 3,1 x 104 TM 3,0 x 102 TM 3,4 x 102 TM 5,1 x 102 TM
C 6,0 x 102 TM 4,5 x 102 TM 1,8 x 103 TM 3,0 x 102 TM 3,0 x 102 TM
D 8,0 x 104 TM 2,5 x 102 TM 3,8 x 102 TM 5,0 x 102 TM 3,0 x 102 TM
E 3,7 x 104 TM 2,03 x 102 TM 3,2 x 104 TM 3,0 x 102 TM 3,1 x 103 TM
F 2,06 x102 TM 2,03 x 102 TM 8,5 x 102 TM 5,7 x 103 TM 3,0 x 103 TM
G 6,1 x 102 TM 7,5 x 103 TM 2,03x102 TM 6,3 x 102 TM 3,7 x 102 TM
H 4,9 x 102 TM 5,3 x 104 TM 9,7 x 102 TM 3,0 x 102 TM 5,0 x 102 TM
Keterangan :
M = Memenuhi syarat
TM = Tidak memenuhi syarat
Berdasarkan tabel diatas kualitas bakteri dan jamur pada produk non-
steril untuk sediaan cair menurut International Pharmacopoeia edisi 7 yang
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
diperbolehkan adalah untuk bakteri 102 dan jamur 101 jamur per g atau ml
sediaan serta harus terbebas dari Eschericia coli.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sediaan obat sirup merek X yang
telah digunakan dan disimpan selama 21 hari hari oleh warga Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas yang memenuhi syarat batasan oleh
International Pharmacopoei adalah sampel A, B, D, dan H. Sedangkan yang
tidak memenuhi syarat yaitu sampel C yaitu terdapat angka yang melebihi
batasan pada bakteri Salmonella dan jamur C.albicans. Sampel E, F dan G
yaitu terdapat angka yang melebihi batasan pada jamur C.albicans.
Pada sediaan obat sirup merek X yang telah digunakan dan disimpan
selama 30 hari oleh warga Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas yang
tidak memenuhi syarat batasan oleh International Pharmacopoei edisi 7
adalah sampel A,B,C,D,E,F,G, dan H.
1. Sampel A
Hasil pengamatan sampel obat sirup yang telah digunakan dan
disimpan selama 21 hari terdapat pertumbuhan bakteri, yaitu adanya
bakteri S.aureus, Salmonella, P.aeruginosa yang masih memenuhi syarat
batasan mikroba menurut International Pharmacopoei edisi VII.
Keberadaan bakteri yaitu S.aureus dan Salmonella penularanya melalui
tangan. Penyebaran bakteri Salmonella dan S.aureus di tangan yang tidak
bersih (Shinasal, 2018). Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara
dengan responden sampel A mengatakan bahwa pada saat sebelum
memberikan obat kepada pasien atau anaknya selalu mencuci tangan
dengan sabun tetapi terkadang bila buru-buru memberikan obat ke pasien
hanya mencuci dengan air saja tanpa dengan sabun dan hal ini
menyebabkan terjadinya kontaminasi mikroba. Bakteri tersebut dapat
dibawa pada tangan maka penting sekali tangan selalu dicuci setelah
menggunakan toilet ataupun sebelum menyiapkan makanan maupun
memberikan obat kepada pasien. Kebiasaan mencuci tangan dengan air
saja tidak dapat melindungi setiap individu dari bakteri dan virus yang
terdapat di tangan, terlebih jika mencuci tangan tidak dibawah air
mengalir (Risnawaty, 2016).
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Adanya bakteri P.aeruginosa dan bakteri S. aureus pada sampel A
yang telah disimpan selama 21 hari. Soleha TU dkk (2015)
mengungkapkan bahwa bakteri dari genus Pseudomonas sp. yaitu
bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat menyebar melalui udara.
Bakteri ini akan menyebabkan penyakit pada penjamu dengan daya tahan
tubuh yang lemah dan biasanya masuk melalui inhalasi. Penelitian
Adrimarsya (2014) mengemukakan bahwa bakteri S.aureus juga
umumnya ditemukan di udara, debu. Jadi kemungkinan adanya bakteri
S.aureus dan P.aeruginosa karena kontaminasi melalui udara.
Diperkuat dengan hasil wawancara dengan responden yaitu pada
saat memberikan obat kepada pasien sampel dibiarkan dalam keadaan
terbuka. Hal ini menyebabkan obat terpapar udara dan mengalami buka
tutup mulut botol obat sirup pada saat akan mengambil obat
menyebabkan bertambahnya mikroba yang terdapat pada sampel. Banyak
tidaknya jumlah koloni ditentukan oleh paparan udara dari luar serta
kurangnya higienitas dalam melakukan tindakan terhadap pasien.
2. Sampel B
Hasil pengamatan sampel obat yang telah digunakan dan disimpan
selama 21 hari dan 30 hari terdapat pertumbuhan bakteri. Khususnya
pada hari ke 21 yaitu adanya bakteri S. aureus, E.coli, P. aeruginosa dan
jamur C. albicans tetapi masih dalam kategori memenuhi syarat batasan
yang ditetapkan International Pharmacopoeia edisi VII.
Keberadaan bakteri P.aeruginosa dan jamur C. albicans ditemukan
dilingkungan yang lembab (Jawetz, 2012). Kotak obat disimpan di dapur
dan berhadapan dengan kamar mandi responden. Hal ini dapat
mengakibatkan kontaminasi mikroba dalam sediaan obat sirup. Penelitian
Fitria (2008) mengemukakan kontaminasi mikroba yang berasal dari
dalam ruangan yang lembab, karena kebanyakan fungi menyukai
lingkungan yang lembab dengan tingkat kelembaban 70% spora jamur
akan meningkat. Bakteri P.aeruginosa cenderung tumbuh ditempat
lembab (Ekawati, 2018). Jika udara lembab akan menyebabkan naiknya
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
suhu didalam ruangan dan kondisi ruangan yang lembab dan bersuhu
tinggi inilah dapat berkembangbiak (Jawetz, 2012).
Adanya bakteri S.aureus pada sampel yang telah digunakan dan
disimpan selama 21 hari. Kebiasaan mencuci tangan tidak dengan sabun
merupakan faktor resiko kolonisasi bakteri terutama jenis Staphylococcus
(Rahmawati, 2017). Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan
responden sampel B yaitu responden mengatakan selalu mencuci tangan
pada saat memberikan obat kepada pasien, tetapi cuci tangan saja juga
tidak cukup tanpa tahu apakah pasien mencuci tangan dengan sabun dan
mempraktekan mencuci tangan dengan benar atau tidak, kemungkinan
responden mencuci tangan dengan tidak benar sehingga mikroba yang
ada di tangan masih ada.
Bakteri E.coli dan S.aureus juga bisa ditemukan di udara. Soleha
TU dkk (2015) mengemukakan bakteri E.coli bisa menginfeksi melalui
inhalasi ketika bakteri tersebut terbawa oleh udara misalnya melalui
debu. Penelitian Adrimarsya (2014) mengemukakan bakteri S.aureus
umumnya ditemukan di udara, debu. Diperkuat dengan hasil wawancara
dengan pasien kemungkinan bakteri ini bisa tumbuh di obat sirup
parasetamol merek X dikarenakan responden pada saat membuka obat
tersebut dalam keadaan mulut botol obat terbuka sehingga udara akan
masuk ke dalam obat tersebut mengakibatkan terjadi kontaminasi
mikroba. Buka tutup pada pengambilan sampel menyebabkan
bertambahnya mikroba yang terdapat pada sampel.
3. Sampel C
Hasil pengamatan sampel obat yang telah digunakan dan disimpan
selama 21 yaitu adanya bakteri S. aureus, P. aeruginosa tetapi masih
dalam kategori memenuhi syarat batasan yang ditetapkan International
Pharmacopoeia kecuali untuk bakteri Salmonella dan jamur C. albicans
sudah tidak memenuhi syarat.
Keberadaan jamur C.albicans dan bakteri P.aeruginosa ditemukan
dilingkungan yang lembab (Jawetz, 2012). Ruangan untuk penyimpanan
obat disimpan di meja makan dan berdekatan dengan kamar mandi
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
responden. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi mikroba dalam
sediaan obat sirup. Pengaruh kelembaban sangat penting untuk
pertumbuhan mikroorganisme, karena untuk pertumbuhan bakteri
dibutuhkan kelembaban yang tinggi. Oleh karena itu, semakin lembab
suatu ruangan maka akan semakin tinggi tingkat pertumbuhan
mikroorganisme.
Keberadaan bakteri S. aureus dan Salmonella penularanya melalui
tangan. S. aureus adalah bakteri yang sering ditemukan pada telapak
tangan (Utama, 2018) dan penyebaran bakteri Salmonella di tangan yang
tidak bersih (Shinasal, 2018). Hal tersebut diperkuat dari hasil
wawancara dengan responden sampel C yaitu responden mengatakan
selalu mencuci tangan pada saat memberikan obat kepada pasien, tetapi
cuci tangan saja juga tidak cukup kemungkinan responden mencuci
tangan dengan tidak benar sehingga mikroba yang ada di tangan masih
ada. Penelitian Purwanti (2015) mengemukakan berdasarkan penelitian
yang dilakukanya bahwa lamanya durasi mencuci tangan mempengaruhi
jumlah koloni kuman, semakin lama seseorang mencuci tangan semakin
sedikit kuman yang ada di tangan. Kemungkinan responden terburu-
terburu memberikan obat kepada anaknya karena kebanyakan responden
hawatir kepada anaknya karena suhu badan tinggi.
Penelitian Adrimarsya (2014) mengemukakan bakteri S.aureus
umumnya ditemukan di udara, debu. Diperkuat dengan hasil wawancara
dengan responden kemungkinan bakteri ini bisa tumbuh di obat sirup
parasetamol merek X pada saat responden membuka obat tersebut.
Karena responden mengatakan obat telah dikonsumsi sebanyak 3-4 kali
sehingga obat sering dibuka tutup menyebabkan bertambahnya mikroba
yang terdapat pada sampel. Penyebaran mikroorganisme di udara berasal
dari debu yang masuk dalam ruangan dan bisa karena bersin dapat
tersebar sejauh 12 kaki kemudian menguap pada waktu jatuh sehingga
meninggalkan droplet nuclei (inti tetesan) yang mampu bertahan dalam
sirkulasi udara di dalam ruangan selama berjam-jam bahkan berhari-hari.
Karena bakteri S.aureus dapat muncul karena adanya kontaminasi dari
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
udara pernafasan melalui hidung dan mulut serta di lingkungan sekitar
manusia (Wikansari, 2012).
4. Hasil sampel D
Hasil pengamatan sampel obat sirup yang telah digunakan dan
disimpan selama 21 hari dan 30 hari terdapat pertumbuhan bakteri,
khususnya pada hari ke 21 yaitu adanya bakteri S.aureus, Salmonella, E.
coli, P.aeruginosa dan jamur C.albicans masih memenuhi syarat batasan
mikroba oleh International Pharmacopoeia. Obat disimpan dengan
wadah kemasan aslinya.
Keberadaan bakteri P.aeruginosa dan jamur C. albicans ditemukan
dilingkungan yang lembab (Jawetz, 2012). Ruangan untuk penyimpanan
kotak obat yang berisi obat sirup disimpan diatas kulkas posisinya
bersebelahan dengan dapur dan kamar mandi responden. Didapur
tersebut terlihat tidak adanya ventilasi dan banyaknya barang yang
terpampang didapur seperti handuk digantung di dapur menyebabkan
dapur dalam keadaan lembab. Karena kualitas udara yang buruk dalam
ruangan dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan menjadikan
lingkungan lembab yang nantinya akan menjadikan pertumbuhan kuman
(Utami, 2017).
Keberadaan bakteri E.coli, S. aureus dan Salmonella penularanya
melalui tangan. Bakteri yang menempel pada tangan karena memegang
benda-benda terkontaminasi maka bakteri dapat hidup berjam-jam pada
tangan jika responden tidak mencuci tangan sebelumnya
(Rahmawati,2017). Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan
responden sampel D mengatakan bahwa pada saat sebelum ataupun
sesudah memberikan obat kepada pasien tidak mencuci tangan terlebih
dahulu karena kelupaan dan tidak sempat, hal ini menyebabkan
terjadinya kontaminasi mikroba.
Pada wawancara dengan responden terkait sendok obat tidak
pernah dicuci saat sebelum dan sesudah digunakan karena pasien lupa
dan langsung saja di letakan di kotak obat dan obat juga dikonsumsi
oleh saudaranya maka mengakibatkan terjadinya kontaminasi mikroba.
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Tumelap (2011) mengemukakan Adanya bakteri E.coli ini disebabkan
karena hygiene dan sanitasi peralatan makanan yang kurang baik. Untuk
itu semua peralatan makananan yang mempunyai peluang bersentuhan
khususnya dengan obat harus selalu dijaga dalam keadaan bersih supaya
terhindar dari kontaminasi kuman serta cemaran zat lainya.
Bakteri S.aureus umumnya juga ditemukan di udara, debu
(Adrimarsya, 2014). Diperkuat dengan hasil wawancara dengan pasien
kemungkinan bakteri ini bisa tumbuh di obat sirup parasetamol merek X
pada saat responden membuka obat tersebut. Karena responden
mengatakan pada saat memberikan obat kepada pasien obat tersebut
dibiarkan dalam kadaan terbuka dan obat juga sering dikonsumsi
sebanyak delapan kali selama 30 hari menyebabkan obat sering dibuka.
Hal inilah bisa terjadi kontaminasi bakteri S.aureus. Dan juga obat
dikonsumsi bersama dengan saudara pasien sehingga rentan terjadi
kontaminasi mikroba.
5. Sampel E
Hasil pengamatan sampel obat sirup yang telah digunakan dan
disimpan selama 21 hari yaitu adanya bakteri S.aureus, Salmonella,
E.coli, P.aeruginosa masih memenuhi syarat batasan mikroba tetapi pada
jamur C.albicans sudah tidak memenuhi syarat batasan yang ditetapkan
oleh International Pharmacopoeia edisi VII.
Adanya jamur C.albicans yang tidak memenuhi syarat pada hari ke
21 karena jumlah jamur dan bakteri akan meningkat pada durasi
penyimpanan yang lama. Keberadaan bakteri P.aeruginosa dan jamur
C.albicans ditemukan dilingkungan yang lembab (Jawetz,2012).
Peletakan kotak obat yang berisi obat sirup parasetamol merek X tidak
dibungkus dengan wadah kemasan asli, kotak obat diletakan di dapur dan
berhadapan langsung dengan toilet responden dimana keadaan tersebut
menyebabkan ruang yang lembab dan kemungkinan menyebabkan
kontaminasi pada sediaan obat sirup. Terkadang kotak obat tidak ditutup
rapat oleh responden, sehingga kotak obat dibiarkan dalam keadaan
terbuka. Dimana ventilasi didalam ruang tersebut kurang baik karena
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
terdapat jendela yang kecil dan terkadang jendela tersebut dibiarkan
dalam keaadan tertutup sehingga ventilasi kurang memenuhi syarat.
Utami (2017) mengemukakan bahwa kualitas udara yang buruk dalam
ruangan menimbulkan lingkungan lembab yang nantinya akan menjadi
pertumbuhan kuman.
Keberadaan bakteri E.coli, S. aureus dan Salmonella penularanya
melalui tangan. Lipinwati (2018) mengemukakan bahwa permukaan
tangan kita terdiri dari lapisan kulit yang mudah terkontaminasi oleh
bakteri ataupun mikroorganisme lainya, selain itu permukaan kulit
menghasilkan beberapa zat yang memberikan nutrisi bagi
perkembangbiakan bakteri. Bakteri yang menempel pada tangan karena
memegang benda-benda terkontaminasi maka bakteri dapat hidup
berjam-jam pada tangan jika responden tidak mencuci tangan
sebelumnya. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan
responden sampel E mengatakan bahwa pada saat sebelum memberikan
obat kepada anaknya tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
Pada wawancara dengan responden terkait sendok obat sebelum
dan sesudah digunakan hanya di lap saja dan dibilas dengan air minum
dan terkadang langsung dimasukan kedalam kotak obat dan obat juga
dikonsumsi oleh saudaranya maka mengakibatkan terjadinya kontaminasi
mikroba. Tumelap (2011) E.coli tumbuh karena mencuci peralatan tidak
menggunakan deterjen antiseptik. Alat makan yang tidak dicuci dengan
bersih dapat menyebabkan organisme atau bibit penyakit yang tertinggal
akan berkembang biak dan mencemari makananan yang akan diletakan
diatasnya.
Penelitian Adrimarsya (2014) mengemukakan bakteri S.aureus
umumnya juga bisa ditemukan di udara, debu. Diperkuat dengan hasil
wawancara dengan responden, karena responden mengatakan pada saat
memberikan obat kepada anaknya obat tersebut langsung ditutup tetapi
tidak rapat dan juga sering dibuka tutup oleh responden karena
menggunakan obat tersebut selama 10 kali bahkan obat tersebut hampir
habis kemungkin bakteri ini bisa masuk ke dalam obat tersebut dan obat
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
juga dikonsumsi juga dengan anak kedua responden. Hal inilah bisa
terjadi kontaminasi bakteri S.aureus. Kandungan gula yang tinggi pada
obat berbentuk sirup juga tudak dapat mencegah reaksi oksidasi yang
mungkin terjadi. Oleh sebab itu, botol cairan obat harus ditutup rapat-
rapat untuk mencegah masuknya udara yang membawa oksigen dan
mikroorgnisme selama penyimpanan (Pratiwi, 2008).
6. Sampel F
Hasil pengamatan sampel obat sirup yang telah digunakan dan
disimpan selama 21 hari yaitu adanya bakteri S.aureus, Salmonella,
E.coli, P.aeruginosa masih memenuhi syarat batasan mikroba tetapi pada
jamur C.albicans sudah tidak memenuhi syarat batasan yang ditetapkan
oleh International Pharmacopoeia edisi VII.
Adanya jamur C.albicans yang tidak memenuhi syarat pada hari ke
21 dan 30. Jamur C. albicans ditemukan dilingkungan yang lembab
(Jawetz, 2012). Peletakan kotak obat yang berisi obat sirup parasetamol
merek X tidak dibungkus dengan wadah kemasan asli obat diletakan di
meja makan dan terkadang kotak obat dibiarkan dalam keadaan terbuka,
meja yang terlihat banyak debu dan atap ruangan yang bocor
memungkinkan masuknya air hujan kedalam ruangan keadaan tersebut
menyebabkan ruang yang lembab dan kemungkinan menyebabkan
kontaminasi pada sediaan obat sirup. Terkadang kotak obat obat tidak
ditutup rapat oleh responden,sehingga kotak obat dibiarkan dalam
keadaan terbuka. Bakteri P.auruginosa tersebar diluas alam terdapat
dilingkungan yang lembab (Jawetz, 2012).
Keberadaan bakteri E.coli, S. aureus dan Salmonella penularanya
melalui tangan. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan
responden sampel F mengatakan bahwa pada saat sebelum memberikan
obat kepada pasien terkadang mencuci tangan bila sempat dan terkadang
tidak mencuci tangan karena terburu-buru langsung memberikan obat
kepada anaknya. Kemungkinan bisa terjadi kontaminasi mikroba karena
perilaku pasien yang kurang bersih. Rahmawati (2017) mengemukakan
Kebiasan mencuci tangan tidak menggunakan sabun juga faktor resiko
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
kolonisasi bakteri teruta S.aureus. Pada wawancara dengan responden
terkait sendok obat sebelum dan sesudah digunakan terkadang di cuci
ataupun terkadang hanya dibilas dengan air saja lalu dimasukan kedalam
kotak obat dan obat juga dikonsumsi oleh saudaranya maka
mengakibatkan terjadinya kontaminasi mikroba. Tumelap (2011)
mengemukakan Adanya bakteri E.coli ini disebabkan karena hygiene dan
sanitasi peralatan makanan yang kurang baik. E.coli tumbuh karena
mencuci peralatan tidak menggunakan deterjen antiseptik.
Penelitian Adrimarsya (2014) mengemukakan bakteri S.aureus
umumnya juga bisa ditemukan di udara, debu. Diperkuat dengan hasil
wawancara dengan responden kemungkinan bakteri ini bisa tumbuh di
obat sirup parasetamol merek X pada saat responden membuka obat
tersebut. Karena responden mengatakan pada saat memberikan obat
kepada anaknya obat tersebut dibiarkan dalam keadaan terbuka, setelah
meminumkanya pada pasien barulah obat ditutup rapat dan kepadatan
ruangan atau jumlah orang yang ada dalam ruangan yang dapat
berpengaruh pada jumlah bakteri udara, karena penyebaran penyakit
dalam ruangan yang padat penghuninya akan lebih cepat jika
dibandingkan dengan ruangan yang jarang penghuninya. Karena dirumah
responden banyak penghuninya sekitar sepuluh orang hal ini
memungkinkan kontaminasi mikroba melalui udara.
7. Sampel G
Hasil pengamatan sampel obat sirup yang telah digunakan dan
disimpan selama 21 hari yaitu ditetapkan oleh International
Pharmacopoeia adanya bakteri S.aureus, Salmonella, E. coli,
P.aeruginosa masih memenuhi syarat batasan mikroba tetapi pada jamur
C.albicans sudah tidak memenuhi syarat batasan mikroba. Penyimpanan
kotak obat terletak di dapur responden yang memiliki kelembaban yang
tinggi dan bersebelahan dengan kamar mandi responden. Kotak obat juga
terkadang dibiarkan dalam keadaan terbuka dan tidak adanya jendela
dibagian dapur. Ventilasi yang kurang menyebabkan berkurangnya kadar
oksigen yang menyebabkan bau pengab dan suhu udara naik
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
menyebabkan kelembaban bertambah (Pramudiyana,2011). Keberadaan
bakteri P.aeruginosa dan jamur C.albicans cenderung tumbuh di tempat
yang lembab (Ekawati, 2018). Jika udara lembab akan menyebabkan
naiknya suhu didalam ruangan dan kondisi ruangan yang lembab dan
bersuhu tinggi inilah dapat berkembangbiak (Jawetsz, 2012).
Keberadaan bakteri S. aureus dan Salmonella penularanya melalui
tangan. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan responden
sampel H mengatakan bahwa pada saat sebelum ataupun sesudah
memberikan obat kepada pasien tidak mencuci tangan, hal ini
menyebabkan terjadinya kontaminasi mikroba. Bakteri tersebut dapat
dibawa pada tangan maka penting sekali tangan selalu dicuci setelah
menggunakan toilet ataupun sebelum menyiapkan makanan maupun
memberikan obat kepada pasien.
Pada wawancara dengan pasien terkait sendok obat hanya di lap
saja sebelum dan sesudah digunakan. Tumelap (2011) mengemukakan
Adanya bakteri E.coli ini disebabkan karena hygiene dan sanitasi
peralatan makanan yang kurang baik karena tidak dicuci.
Adanya bakteri S.aureus umumnya juga ditemukan di udara,
debu. Diperkuat dengan hasil wawancara dengan pasien kemungkinan
bakteri ini bisa tumbuh di obat sirup parasetamol merek X pada saat
responden membuka obat tersebut. Karena responden mengatakan pada
saat memberikan obat kepada pasien obat tersebut ditutup tetapi tidak
rapat dan juga obat sering dibuka tutup sebanyak enam kali. Kandungan
gula yang tinggi pada obat berbentuk sirup juga tidak dapat mencegah
reaksi oksidasi yang mungkin terjadi. Oleh sebab itu, botol cairan obat
harus ditutup rapat-rapat untuk mencegah masuknya udara yang
membawa oksigen dan mikroorgnisme selama penyimpanan (Pratiwi,
2008). Hal inilah memungkinkan bisa terjadi kontaminasi bakteri
S.aureus pada saat obat tidak tertutup rapat dan dalam keadaan terbuka
bakteri yang ada di udara masuk.
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
8. Sampel H
Hasil pengamatan sampel obat sirup yang telah digunakan dan
disimpan selama 21 hari yaitu adanya bakteri S.aureus, Salmonella,
E.coli, P.aeruginosa dan jamur C. albicans masih memenuhi syarat
batasan mikroba yang ditetapkan oleh International Pharmacopoeia edisi
7. Obat disimpan dengan wadah kemasan aslinya.
Keberadaan bakteri P.aeruginosa dan jamur C. albicans ditemukan
dilingkungan yang lembab (Jawetz, 2012). Ruangan untuk penyimpanan
obat disimpan didalam kamar responden yang memiliki kelembapan
yang cukup tinggi karena ventilasi udara didalam kamar sangat kecil
menyebabkan kurangnya udara segar yang masuk sehingga buruknya
distribusi udara didalam ruangan dan terlalu banyak barang yang ada di
kamar sehingga ruangan menjadi panas dan lembab.
Keberadaan bakteri E.coli, S. aureus dan Salmonella penularanya
melalui tangan. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan
responden sampel H mengatakan bahwa pada saat sebelum memberikan
obat kepada pasien tidak sempat untuk mencuci tangan hal ini
menyebabkan terjadinya kontaminasi mikroba. Lipinwati (2018)
mengemukakan bahwa permukaan tangan kita terdiri dari lapisan kulit
yang mudah terkontaminasi oleh bakteri ataupun mikroorganisme lainya,
selain itu permukaan kulit menghasilkan beberapa zat yang memberikan
nutrisi bagi perkembangbiakan bakteri. Bakteri yang menempel pada
tangan karena memegang benda-benda terkontaminasi maka bakteri
dapat hidup berjam-jam pada tangan jika responden tidak mencuci
tangan sebelumnya dapat menularkan infeksi pada diri sendiri terhadap
bakteri dan virus dengan memegang bagian hidung, mata dan mulut.
Pada tangan yang kurang bersih dapat menimbulkan penyakit terkait
infeksi bakteri Salmonella dan E.coli (Risnawaty, 2016).
Responden mengatakan pada saat memberikan obat kepada pasien
obat tersebut langsung ditutup tetapi tidak rapat dan juga sering dibuka
tutup oleh responden karena menggunakan obat tersebut selama 6 kali
kemungkin bakteri ini bisa masuk ke dalam obat tersebut. Hal inilah bisa
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
terjadi kontaminasi bakteri S.aureus dan juga kandungan gula yang tinggi
pada obat berbentuk sirup juga tidak dapat mencegah reaksi oksidasi
yang mungkin terjadi. Oleh sebab itu, botol cairan obat harus ditutup
rapat-rapat untuk mencegah masuknya udara yang membawa oksigen
dan mikroorgnisme selama penyimpanan (Pratiwi, 2008).
9. Sampel 30 hari
Pada sampel hari ke 30 semua sampel tercemar bakteri dan jamur
yaitu adanya bakteri yaitu S. aureus, Salmonella, E.coli, P.aeruginosa
dan jamur C.albicans yang tidak memenuhi syarat batasan cemaran
mikroba menurut International Pharmacopoei edisi 7. Menurut Ali G.
Al-kaf et al (2015) mengatakan bahwa obat cair oral seperti sirup yag
dikonsumsi oleh pediatri beresiko terkontaminasi mikroba selama
penggunaan dan disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan untuk
pertumbuhan mikroorganisme karena sediaan tersebut memili
kelembaban. Kandungan gula yang tinggi pada obat berbentuk sirup juga
tidak dapat mencegah reaksi oksidasi yang mungkin terjadi. Reaksi
oksidasi ini lebih mudah berlangsung dalam keadaan lembap atau dalam
obat yang banyak mengandung air. Oksigen yang terdapat di udara dapat
merusak zat-zat di dalam cairan obat dengan jalan mengoksidasinya.
Kandungan senyawa aktifnya dapat teroksidasi atau terurai membentuk
senyawa lain yang mungkin bersifat toksik atau lebih beracun
dibandingkan zat aslinya. Kerusakan obat akibat cemaran
mikroorganisme menyebabkan intoksikasi biasanya terjadi karena
mengonsumsi produk yang telah mengandung toksin yang dikandung
oleh mikrooganisme bakteri ataupun kapang dan menyebabkan infeksi
(Pratiwi, 2008). Dengan menggunakan obat yang tidak lagi terjamin
stabilitasnya berarti masyarakat menggunakan obat yang efektivitas dan
keamananya sudah menurun.
Selama masa penyimpanan suatu sediaan, dimungkinkan terjadi
kontaminasi. Kontaminasi mikroba dalam sediaan menyebabkan turunya
kualitas produk dan mempengaruhi kesehatan konsumen. Kontaminasi
ini dapat menyebabkan perubahan bau, warna, viskositas, dan
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
penampilan sediaan. Kerusakan obat berbentuk cair mudah diamati
dengan terjadinya perubahan warna menjadi coklat kehitaman dan
dilihat dari kelarutan obat apabila setelah dikocok obat tidak dapat
tercampur dengan baik maka obat dikatakan rusak. Perubahan ini
disebabkan oleh kemampuan mikroorganisme memecah komponen-
komponen produk dan atau merupakan metabolit mikroba. Sumber
kontaminasi yang berbahaya adalah mikroorganisme patogen, tetapi
mikroorganisme nonpatogen dapat juga menyebabkan penyakit jika
dalam jumlah besar dan dalam kondisi yang sesuai bagi pertumbuhan
mikroorganisme (Pristianingrum dkk, 2013). Sehingga kita disarankan
untuk membuang sisa obat tersebut karena selain tidak berkhasiat lagi,
racun yang mungkin ada juga dapat membahayakan tubuh.
Penggunaan dan penyimpanan obat yang kurang baik dan kondisi
lingkungan yang tidak higienis dapat berpengaruh pada kualitas
mikrobiologi produk. Mikroorganisme yang terdapat pada produk obat
yang melebihi batas kualitas mikrobiologi yang diperbolehkan dapat
menyebabkan masalah kesehatan. Responden atau pasien yang
menggunakan obat dan menyimpan obat harus menjaga sanitasi dan
higienis agar obat yang akan digunakan dapat terjamin keamananya dari
kontaminasi mikrobiologi sehingga efek terapi yang diharapkan dari obat
dapat tercapai.
Pengendalian penyimpanan obat khusunya obat berbentuk sirup
yaitu ikuti petunjuk penyimpanan pada label/kemasan obat, sebaiknya
obat disimpan dalam wadah kedap cahaya (dalam wadah berwarna gelap
dan botolnya dapat dimasukkan dalam karton kemasan aslinya) untuk
mencegah panas, cahaya, dan kondisi lembap yang dapat mempercepat
reaksi kerusakan obat. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau
lembap seperti di lemari dekat dapur karena suhunya agak panas dan
jangan meninggalkan obat didalam mobil untuk jangka waktu lama
karena suhu panas dalam mobil dapat merusak obat maka simpan obat
pada suhu kamar dan lebih tepatnya disimpan di wadah kotak obat dan
terhindar dari jangkauan anak-anak. Menyimpan obat cair didalam lemari
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
pendingin dengan membungkus obat terlebih dahulu dalam kantong
plastik karena untuk memperpanjang daya simpan obat dan hindari
penyimpanan dalam freezer sangat tidak dianjurkan karena akan
mempercepat rusaknya obat. Jangan menyimpan obat yang telah
kadaluarsa atau rusak. Dan botol cairan obat harus ditutup rapat-rapat
untuk mencegah masuknya udara yang membawa oksigen dan
mikroorganisme selama penyimpanan (Pratiwi, 2008).
10. Hasil Analisis
Pada penelitian ini hasil analisis yang digunakan untuk mengolah
data yaitu menggunakan uji ANOVA Dua Arah (Two Way Anova)
adalah jenis uji statistika parametrik yang bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan rata-rata antara perlakuan dan antar blok
(group). Tujuan dilakukan pengelompokan antar blok adalah agar
diperoleh homogenitas yang tinggi antar perlakuan yang ditempatkan
pada masing-masing blok (group). Analisis two way anova bagian dari
statististik parametrik yang harus dipastikan data terdistribusi normal
atau tidak. Normalitas data yang dimaksud dalam uji ini adalah
normalitas pada nilai residual standar atau standardized residual.
Langkah pertama melakukan uji normalitas hasil yang didapat
signifikansi kurang dari 0,05 artinya data tidak terdistribusi normal.
Analisi hasil yang di gunakan tidak memenuhi syarat kemungkinan
karena hasil data dari masing-masing sampel yang didapat terlalu ekstrim
atau berbeda jauh, maka peneliti melakukan analisis menggunakan uji
non-parametrik Friedman untuk menguji hipotesis penelitian.
Uji Friedman bertujuan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
yaitu ada perbedaan atau tidak anatara hari ke 21 dan 30 hari pada
sampel sirup yang telah digunakan dan disimpan oleh responden. Dasar
keputusan hasil pada uji ini berdasarkan nilai Sig. Hasil yang didapat
nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
perbedaan rata-rata peningkatan jumlah koloni mikroba pada hari ke 21
dan hari ke 30.
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
C. Keterbatasan Penelitian
1. Sulit menemukan responden yang sesuai kriteria inklusi yang telah
ditetapkan oleh peneliti, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk memenuhi jumlah responden yang dibutuhkan dalam penelitian.
2. Responden tidak mempraktekan penggunaan dan penyimpanan obat
sirup parasetamol sebagaimana yang dianjurkan oleh peneliti, karena
peneliti tidak dapat mengontrol responden di lapangan.
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019