51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam praktik pembelajaran di kelas 5 SD Negeri 2
Wonoroto Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo, dengan jumlah 20
siswa. Dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan metode pembelajaran
Group Investigation, yang akan dilaksanakan melalui dua siklus pada mata
pelajaran IPA kelas 5 dengan materi pokok proses pembentukan tanah karena
pelapukan batuan, dan jenis-jenis tanah untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa. Setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan, dua pertemuan untuk
pembelajaran dan satu pertemuan untuk evaluasi pembelajaran. Berikut tabel 4.1
merupakan tabel pelaksanaan penelitian di kelas 5 SD Negeri 2 Wonoroto,
Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
Tabel 4.1
Pelaksanaan Penelitian
No.
Tanggal Pelaksanaan
Uraian Kegiatan
1. 09 Maret 2013 Uji validitas soal di SD Negeri 1 Wonoroto
2. 18 Maret 2013 Uji validitas angket motivasi di SD Negeri 2 Wonoroto
3. 18 Maret 2013 Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama di SD Negeri 2 Wonoroto menggunakan metode Group Investigation
dengan materi jenis-jenis batuan.
4. 22 Maret 2013 Pelaksanaan siklus I pertemuan kedua di SD Negeri 2 Wonoroto menggunakan metode Group Investigation
dengan materi jenis-jenis pelapukan batuan.
5. 23 Maret 2013 Pelaksanaan evaluasi pembelajaran siklus I
6. 25 Maret 2013 Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama di SD Negeri 2 Wonoroto menggunakan metode Group Investigation
dengan materi jenis-jenis lapisan tanah dan jenis-jenis
tanah. 7. 29Maret 2013 Pelaksanaan siklus II pertemuan kedua di SD Negeri 2
Wonoroto menggunakan metode Group Investigation
dengan materi penyerapan air oleh tanah dan manfaat
jenis-jenis tanah. 8. 30 Maret 2013 Pelaksanaan evaluasi pembelajaran siklus II
52
4.2 Diskripsi Kondisi Awal
Pengunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan hanya
terpusat pada guru menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Hal ini dapat di lihat
pada hasil belajar siswa yang masih jauh dari harapan yaitu 55% siswa mendapat
nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Evaluasi Hasil Belajar Kondisi Awal
No. Rentang Nilai Frekuensi
1. ≤ 39 1
2. 40 – 49 1
3. 50 – 59 4
4. 60 – 69 5
5. 70 – 79 6
6. 80 – 89 2
7. ≥ 90 1
Tabel 4.2 di atas menunjukkan frekuensi pada rentang nilai di bawah 70
berjumlah 11 siswa, sedangkan pada rentang nilai di atas atau sama dengan 70
hanya 9 siswa. Apabila evaluasi pembelajaran kondisi awal disajikan dalam
bentuk diagram batang adalah sebagai berikut.
Gambar 4.1 Diagram Evaluasi Hasil Belajar Kondisi Awal
0
1
2
3
4
5
6
≤ 39 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 -89 ≥ 90
Jum
lah
Sis
wa
Interval Nilai
Pra Siklus
53
Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa masih lebih banyak siswa yang
belum mencapai kiteria ketuntasan minimal yang ditentukan yaitu 70. Sehingga
pembelajaran perlu diperbaiki agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi dan
siswa yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal lebih banyak lagi. Dan
untuk meningkatkan hasil belajar tersebut maka pembelajaran akan dilakukan
dengan metode pembelajaran Group Investigation, agar pembelajran menjadi
menarik dan menyenangkan sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Untuk mengetahui perbandingan persentase tingkat ketuntasan evaluasi
hasil belajar siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Wonoroto pada kondisi awal dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Perbandingan Persentase Ketuntasan Evaluasi Belajar Kondisi Awal
No. Nilai Kategori Jumlah Siswa
Jumlah Persentase (%)
1. ≥ 70 Tuntas 9 45
2. < 70 Tidak Tuntas 11 55
Jumlah 20 100
Rata-rata 66,9 -
Nilai Tertinggi 95 -
Nilai Terendah 36 -
Dari tabel 4.3 di atas perbandingan persentase ketuntasan evaluasi hasil
belajar kondisi awal dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah
KKM sebanyak 11 siswa. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
(KKM) ada 9 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa 55% siswa belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal dan yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal
hanya 45% siswa. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa hanya 66,9. Adapun nilai
terendah yang diperoleh siswa adalah 36 sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh
siswa adalah 95. Pada kondisi awal juga terlihat ketimpangan yang cukup besar
antara nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 36.
Apabila perbandingan persentase hasil belajar kondisi awal disajikan
dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut.
54
Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Persentase Hasil Belajar Kondisi Awal
Gambar 4.2 di atas menunjukkan persentase evaluasi hasil belajar kondisi
awal ada 55% siswa belum tuntas atau belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal dan 45% sudah tuntas atau sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Hasil ini masih jauh dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Maka dari itu
dilakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran Group Investigation dengan
tujuan untuk meningkatkat hasil belajar siswa.
4.3 Hasil Penelitian
Hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan metode Group
Investigation menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan hasil belajar kondisi
awal. Berikut pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II.
4.3.1 Siklus I
Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan proses
pembentukan tanah karena pelapukan batuan dan sub pokok bahasan jenis-jenis
batuan dan pelapukan batuan. Dalam siklus I ini dilakukan melalui tiga kali
pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Tuntas Tidak Tuntas
45%
55%
55
4.3.1.1 Perencanaan Siklus I
Dalam tahap perencanaan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang
akan digunakan dalam penelitian. Perencanaan pembelajaran dengan metode
Group Investigation pada siklus I antara lain menelaah materi pembelajaran IPA
kelas 5 dan mengkaji indikator-indikatornya. Mencari sumber belajar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Setelah itu peneliti menyususn rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sesuai dengan indikator yang telah dikaji. Setelah itu peneliti
menyiapkan alat evaluasi berupa soal pilihan ganda untuk mengukur tingkat
keberhasilan dalam pembelajaran siklus I. Sesudah itu peneliti menyiapkan alat
peraga yang akan digunakan saat pembelajaran berlangsung. Alat peraga yang
digunakan berupa jenis-jenis batuan.
Setelah semua selesai disiapkan langkah selanjutnya adalah menyiapkan
angket motivasi yang digunakan untuk mengukur tingkat motivasi. Kemudian
langkah selanjutnya adalah menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan
untuk menilai pelaksanaan pembelajaran dengan metode Group Investigation.
Kemudiaan langkah selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran siklus I.
4.3.1.2 Pelaksanaan Siklus I
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18
Maret 2013. Kegiatan yang dilakukan pada kegiatan awal yaitu guru
mengucapkan salam dan salah satu siswa memimpin doa. Kemudian guru
mengabsen siswa. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada
siswa “anak-anak coba sebutkan bahan untuk membangun rumah?” Batu, pasir,
semen, kapur dan lain-lain. Kemudian guru menghubungkan jawaban siswa
dengan materi yang akan dipelajari yaitu jenis-jenis batuan. Setelah itu guru
memberi motivasi kepada siswa dengan cara memberikan pujian kepada siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang langkah-langkah metode pembelajaran Group Investigation yang akan
digunakan untuk mempelajari materi jenis batuan.
Pada kegiatan inti guru menerapkan langkah-langkah metode
pembelajaran Group Investigation langkah pertama yaitu tahap mengidentifikasi
56
topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. Disini siswa dan guru bertanya
jawab tentang jenis-jenis batuan. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang
jenis batuan. Dengan bimbingan guru siswa memilih subtopik tentang jenis batuan
misalnya pengolongan batuan berdasarkan permukaannya (halus/kasar), jenis
batuan beku, jenis batuan endapan, atau jenis batuan malian. Siswa bergabung
dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. Guru
membatasi jumlah siswa pada setiap kelompok secara heterogen, satu kelompok
terdiri dari 4-5 siswa.
Langkah kedua adalah tahap merencanakan tugas yang akan dipelajari.
Siswa bersama kelompok merencanakan tugas yang akan dipelajari tentang topik
yang tetah dipilih yaitu tentang pengolongan batuan berdasarkan permukaannya
(halus/kasar), jenis batuan beku, jenis batuan endapan, atau jenis batuan malian,
yang menyangkut apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa yang
akan melakukan dan apa tujuan menginvestigasi topik yang mereka pilih.
Langkah ketiga adalah tahap melaksanakan investigasi. Dalam tahap ini siswa
dibimbing guru, mengumpulkan informasi, menganalisis data hasil investigasi
(hasil temuan) yang mereka lakukan, tentang ciri-ciri, manfaat dan proses
terbentuknya jenis batuan dengan mengamati berbagai jenis batuan yang ada
disekitar. Guru menumbuhkan parsitipasi aktif siswa agar terlibat dalam berbagai
aktivitas kelompok. Guru mengikuti kemajuan setiap kelompok dan memberikan
bantuan jika diperlukan.
Langkah keempat adalah tahap analisis hasil investigasi. Siswa saling
bertukar pikiran, berdiskusi untuk menganalisis dan menggabungkan berbagai
informasi yang mereka peroleh. Siswa dibimbing guru merencanakan presentasi
hasil investigasi yang telah dianalisis. Anggota kelompok membagi tugas dalam
presentasi. Langkah kelima adalah tahap mempresentasikan hasil investigasi.
Masing-masing kelompok mempresentasikan topik yang telah diinvestigasi di
depan kelas. Kelompok yang lain memperhatikan dan menanggapi presentasi
yang dilakukan temannya (berpartisipasi). Siswa dibimbing guru untuk
mengevaluasi kejelasan presentasi yang telah dilakukan. Guru mengatur jalannya
presentasi semua kelompok.
57
Pada kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan adalah tahap evaluasi. Dalam
tahap ini siswa saling memberi umpan balik mengenai ciri-ciri, manfaat dan
proses pembetukan batuan. Siswa dibimbing guru melakukan evaluasi
pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengerjakan soal latihan. Guru
mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam penutup.
b. Pertemuan kedua
Pelaksanaan siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 22 Maret
2013 melalui beberapa kegiatan. Pada kegiatan awal kegiatan yang dilakukan
antara lain guru mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa. Guru
mengabsen siswa. Kemudian menyampaikan apersepsi dengan menanyakan
pelajaran yang lalu. Guru memberikan motivasi dengan memberikan pujian
kepada siswa yang bisa menjawab dan memberikan penguatan bagi siswa yang
belum bisa menjawab. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah metode Group
Investigation yang akan digunakan untuk mempelajari materi pelapukan batuan.
Pada kegiatan inti ada beberapa tahap pembelajaran yang dilakukan antara
lain. Tahap mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.
Dalam tahap ini siswa dan guru bertanya jawab tentang jenis-jenis pelapukan.
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang jenis-jenis pelapukan. Dengan
bimbingan guru siswa memilih subtopik tentang jenis-jenis pelapukan batuan
misalnya penyebab pelapukan fisika, contoh batuan yang mengalami pelapukan
fisika, penyebab pelapukan biologi dan contoh batuan yang mengalami pelapukan
biologi. Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang
telah mereka pilih. Guru membatasi jumlah siswa pada setiap kelompok secara
heterogen, satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
Tahap selanjutnya adalah tahap merencanakan tugas yang akan dipelajari.
Siswa bersama kelompok merencanakan tugas yang akan dipelajari misalnya
penyebab pelapukan fisika, contoh batuan yang mengalami pelapukan fisika,
penyebab pelapukan biologi dan contoh batuan yang mengalami pelapukan
biologi yang menyangkut apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari,
siapa akan melakukan dan apa tujuan menginvestigasi topik yang mereka pilih.
58
Pada tahap melaksanakan investigasi siswa dibimbing guru,
mengumpulkan informasi, menganalisis data hasil investigasi yang mereka
lakukan, tentang jenis dan contoh pelapukan fisika dan kimia dengan mengamati
berbgai jenis pelapukan batuan yang ada disekitar. Guru menumbuhkan parsitipasi
aktif siswa agar terlibat dalam aktivitas kelompok. Guru mengikuti kemajuan
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. Tahap menyiapkan analisis
hasil investigasi, siswa saling bertukar pikiran, menganalisis dan mengabungkan
berbagai informasi yang mereka peroleh. Siswa dibimbing guru merencanakan
presentasi. Anggota kelompok membagi tugas dalam presentasi.
Tahap mempresentasikan hasil investigasi. Masing-masing kelompok
mempresentasikan topik yang telah diinvestigasi. Kelompok berpartisipasi aktif.
Siswa dibimbing guru mengevaluasi kejelasan presentasi yang telah dilakukan.
Guru mengatur jalannya presentasi semua kelompok. Kegiatan Akhir adalah tahap
evaluasi. Siswa saling memberi umpan balik mengenai ciri-ciri, manfaat dan
proses pembentukan batuan. Sebagai evaluasi siswa dibimbing guru mengerjakan
soal latihan. Guru mengakhiri pembelajaran dan mengucapkan salam penutup.
c. Pertemuan ketiga
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2013. Pertemuan ketiga
ini digunakan untuk evaluasi pembelajaran. Pada kegiatan awal guru memberikan
salam dan mengajak siswa berdoa, kemudian mengabsen siswa.
Pada kegiatan inti guru menyampaikan tata tertib dalam mengerjakan soal
evaluasi. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang tata
tertib dalam mengerjakan soal evaluasi. Guru membagi lembar soal evaluasi.
Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan tertib dan jujur. Guru mengawasi
evaluasi pembelajaran. Siswa mengumpulkan pekerjaan mereka dengan tertib.
Guru mengakhiri pembelajaran dan mengucapkan salam penutup.
4.3.1.3 Observasi Siklus I
a. Pertemuan Pertama
Pada siklus I pertemuan pertama siswa masih terlihat sedikit binggung,
Selain itu siswa terlihat kesulitan ketika mengisi lembar kerja siswa dalam
59
melakukan investigasi suatu topik pembelajaran. Selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Pelaksanaan Metode Pembelajaran Group Investigation
Siklus I Pertemuan Pertama
Aspek Indikator Skor Rata-rata
I. Pra
pembelajaran
1. Kesiapan guru dalam menyiapkan ruang,
alat, dan media pembelajaran 3
3 2. Mengatur tempat duduk siswa 3
II. Kegiatan
awal pembelajaran
3. Membuka pelajaran 4
3
4. Menyampaikan apersepsi serta motivasi kepada siswa
4
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2
6. Menyampaikan langkah-langkah metode Group Investigation
2
III. Kegiatan inti pembelajaran
A. Tahap
mengidentifikasi topik dan
mengatur
murid dalam beberapa
kelompok
7. Siswa memilih subtopik 1
2,6
8. Siswa bergabung dalam kelompok 2 9. Membatasi jumlah siswa pada setiap
kelompok
3
10. Guru membantu siswa mengumpulkan informasi
3
B. Tahap
merencanakan tugas yang
akan dipelajari
11. Merencanakan tugas yang akan dipelajari 3 3
C. Tahap melaksanakan
investigasi
12. Mengumpulkan informasi dan menganalisisnya
2
2,3 13. Berpartisipasi aktif dalam kelompok 1
14. Memantau dan memberi bantuan 4 D. Tahap analisis
hasil
investigasi
15. Bediskusi untuk menganalisis dan
mengabungkan informasi
1
2 16. Merencanakan presentasi 2
17. Membagi tugas dalam presentasi 3
E. Tahap mempresentasi
kan hasil
investigasi
18. Mempresentasikan topik yang telah
diinvestigasi
4
3 19. Siswa lain menanggapi presentasi 1 20. Mengevaluasi kejelasan presentasi 3
21. Mengatur presentasi 4
IV. Kegiatan akhir pembelajaran
F. Tahap evaluasi 22. Memberikan umpan balik 1
2,6 23. Mengevaluasi pembelajaran yang telah
dilakukan
3
24. Guru mengakhiri pembelajaran 4
Jumlah Skor 63
Kategori Baik
60
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa pada kegiatan pra pembelajaran
sudah berjalan dengan baik, skor rata-ratanya 3 dengan kategori baik. Pada
kegiatan awal pembelajaran sudah berjalan baik dengan skor rata-rata 3. Tetapi
masih terdapat 2 indikator yang dilaksanakan dengan kategori cukup dengan skor
2. Indikator tersebut yaitu penyampaian tujuan pembelajaran dan penyampaian
langkah-langkah metode pembelajaran Group Investigation. Sedangkan pada
kegiatan inti, tahap mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam
kelompok sudah dilaksanakan dengan cukup baik akan tetapi masih ada indikator
yang belum dilaksanakan dengan baik antara lain siswa memilih subtopik baru
mendapat skor 1 dengan kategori kurang baik. Selain itu dalam bergabung dengan
kelompok siswa baru melaksanakannya dengan cukup baik dengan skor 2.
Pada tahap perencanaan tugas yang akan dipelajari sudah dilaksanakan
dengan baik dengan skor 3. Sedangkan pada pelaksanaan tahap melakukan
investigasi mendapatkan rata-rata 2,3 dengan kategori cukup. Adapun indikator
yang belum dilaksanakan dengan baik yaitu mengumpulkan informasi yang
mendapatkan skor 2 dengan kategori cukup. Indikator berpartisipasi aktif dalam
kelompok mendapat skor 1 dengan kategori sangat kurang. Tetapi memantau dan
memberikan informasi sudah sangat baik dengan skor yang diperoleh 4.
Pelaksanaan tahap analisis hasil investigasi skor rata-rata yang diperoleh
adalah 2 dengan kategori cukup. Pelaksanaan indikator yang masih kurang yaitu
berdiskusi untuk menganalisis dan mengabungkan informasi. Sedangkan
mempresentasikan hasil investigasi rata-rata skor yang diperoleh baik (3), hanya
ada satu indikator yang pelaksanaannya kurang baik yaitu menangapi presentasi.
Pelaksanaan kegiatan akhir yaitu tahap evaluasi sudah berjalan cukup baik
dengan skor rata-rata 2,6 hanya ada satu indikator yang mendapat skor 1 dengan
kategori kurang baik yaitu pemberian umpan balik. Jadi secara keseluruhan skor
hasil observasi pelaksanaan siklus I pertemuan pertama adalah 63 dengan kategori
baik.
b. Pertemuan Kedua
Pada siklus I pertemuan kedua pembelajaran sudah berjalan dengan baik
hal ini terlihat bahwa siswa sudah mulai antusias dalam mengikuti pembelajaran
61
IPA. Adapun hasil observasi pelaksanaan siklus I pertemuan kedua ada pada tabel
4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Pelaksanaan Metode Pembelajaran Group Investigation
Siklus I Pertemuan Kedua
Aspek Indikator Skor Rata-rata
I. Pra pembelajaran 1. Kesiapan guru dalam menyiapkan
ruang, alat, dan media pembelajaran 4
4
2. Mengatur tempat duduk siswa 4
II. Kegiatan awal
pembelajaran
3. Membuka pelajaran 4
3,75
4. Menyampaikan apersepsi serta
motivasi kepada siswa
4
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4
6. Menyampaikan langkah-langkah metode Group Investigation
3
III. Kegiatan Inti pembelajaran
A. Tahap mengidentifikasi
topik dan
mengatur murid dalam beberapa
kelompok
7. Siswa memilih subtopik 2
3,25
8. Siswa bergabung dalam kelompok 3
9. Membatasi jumlah siswa pada setiap
kelompok
4
10. Guru membantu siswa mengumpulkan
informasi
4
B. Tahap
merencanakan tugas yang akan
dipelajari
11. Merencanakan tugas yang akan
dipelajari
4
4
C. Tahap melaksanakan
investigasi
12. Mengumpulkan informasi dan menganalisisnya
3
3 13. Berpartisipasi aktif dalam kelompok 2
14. Memantau dan memberi bantuan 4 D. Tahap analisis
hasil investigasi
15. Bediskusi untuk menganalisis dan
mengabungkan informasi
2
2,3 16. Merencanakan presentasi 2
17. Membagi tugas dalam presentasi 3
E. Tahap mempresentasikan
hasil investigasi
18. Mempresentasikan topik yang telah
diinvestigasi
4
3,25 19. Siswa lain menanggapi presentasi 2 20. Mengevaluasi kejelasan presentasi 3
21. Mengatur presentasi 4
IV. Kegiatan akhir pembelajaran
F. Tahap evaluasi 22. Memberikan umpan balik 2
3,3 23. Mengevaluasi pembelajaran yang telah
dilakukan
4
24. Guru mengakhiri pembelajaran 4
Jumlah Skor 79
Kategori Baik
62
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat pelaksanaan siklus I pertemuan kedua
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang baik. Pelaksanaan pra
pembelajaran sudah berjalan sangat baik dengan skor rata-rata 4. Begitu pula
kegiatan awal pembelajaran sudah berjalan dengan baik dengan skor rata-rata
3,75. Sedangkan pada kegiatan inti, tahap mengidentifikasi topik dan mengatur
murid kedalam kelompok sudah dilaksanakan dengan baik dengan skor rata-rata
3,25. Tetapi masih ada indikator yang baru dilaksanakan dengan cukup baik yaitu
pemilihan subtopik baru mendapat skor 2 dengan kategori cukup baik.
Pada tahap merencanakan tugas yang akan dipelajari sudah dilaksanakan
sangat baik dengan skor 4. Sedangkan pada pelaksanaan tahap melakukan
investigasi mendapatkan rata-rata 3 dengan kategori baik. Adapun indikator yang
belum dilaksanakan dengan baik yaitu berpartisipasi aktif dalam kelompok
mendapat skor 2 dengan kategori cukup.
Pelaksanaan tahap analisis hasil investigasi skor rata-rata yang diperoleh
adalah 2,3. Pelaksanaan indikator yang masih kurang yaitu berdiskusi untuk
menganalisis dan mengabungkan informasi dan merencanakan presentasi.
Sedangkan pelaksanaan mempresentasikan hasil investigasi rata-rata skor yaitu
3,25, indikator yang pelaksanaannya kurang baik yaitu menangapi presentasi.
Pelaksanaan kegiatan akhir yaitu tahap evaluasi sudah berjalan baik
dengan skor rata-rata 3,3. Jadi secara keseluruhan pembelajaran siklus I
pertemuan kedua, skor yang diperoleh yaitu 79 dengan kategori baik. Hal ini
perlu ditingkatkan agar proses belajar mengajar selanjutnya menjadi lebih baik
lagi.
4.3.1.4 Hasil Motivasi Belajar Siklus I
Data motivasi digunakan untuk memperkuat data hasil evaluasi
pembelajaran dengan penggunaan metode Group Investigation. Selain itu data
angket motivasi diambil untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa dalam
mengikuti proses belajar khususnya mata pelajaran IPA dengan menggunakan
metode Group Investigation. Data angket motivasi diambil setiap siklus.
Adapun data angket motivasi belajar siswa yang disajikan dalam bentuk
tabel 4.6.
63
Tabel 4.6
Skor Motivasi Belajar Siklus I
No. Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. ≤ 33 Sangat Rendah - - 2. 34 – 48 Rendah - - 3. 49 – 63 Tinggi 15 75 4. 64 – 80 Sangat Tinggi 5 25
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat siswa yang mempunyai skor ≤
48 tidak ada. Sedangkan interval 49-63 yang berkategori tinggi sebanyak 15 siswa
atau 75% siswa. Dan siswa yang mendapat nilai pada rentang 64-80 dengan
kategori sangat tinggi sebanyak 5 siswa atau 25%. Apabila dibuat dalam bentuk
diagram dapat dilihat seperti di bawah ini.
Gambar 4.3 Diagram Motivasi Belajar Siswa Siklus I
Dari gambar 4.3 di atas, menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang
mempunyai motivasi rendah, semua siswa mempunyai motivasi yang tinggi (49-
63) yaitu 15 siswa, bahkan ada 5 siswa yang mempunyai motivasi sangat tinggi
(64-80). Hal tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran Group
Investigation mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
≤ 33 34 - 48 49 - 63 64 - 80
0 0
15
5
J
u
m
l
a
h
S
i
s
w
a
Motivasi Belajar Siswa
64
4.3.1.5 Evaluasi Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan proses belajar mengajar siklus I didapatkan data nilai evaluasi
hasil belajar seperti pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Nilai Evaluasi Hasil Belajar Siklus I
No. Rentang Nilai Frekuensi
1. ≤ 39 0
2. 40 – 49 0
3. 50 – 59 0
4. 60 – 69 6
5. 70 – 79 5
6. 80 – 89 7
7. ≥ 90 2
Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa frekuensi pada rentang nilai 60-
69 berjumlah 6 siswa, sedangkan pada rentang nilai 70-79 berjumlah 7 siswa dan
rentang 80-89 ada 2 siswa. Dari data tersebut menunjukkan bahwa evaluasi hasil
belajar sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar
kondisi awal.
Jika data evaluasi hasil belajar siklus I disajikan dalam bentuk diagram
batang maka dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.4 Diagram Evaluasi Hasil Belajar Siklus I
0
1
2
3
4
5
6
7
≤ 39 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 -89 ≥ 90
0 0 0
6
5
7
2
J
u
m
l
a
h
S
i
s
w
a
Interval Nilai
65
Dari gambar 4.4 di atas menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan hasil
belajar siswa meskipun masih ada 6 siswa yang belum mencapai kiteria
ketuntasan minimal yang ditentukan yaitu ≥70. Sehingga pembelajaran perlu
dilanjutkan lagi dengan metode yang sama yaitu metode pembelajaran Group
Investigation agar hasil evaluasi hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi dan
siswa yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal lebih banyak lagi.
Untuk mengetahui perbandingan persentase tingkat ketuntasan evaluasi
hasil belajar siswa pada Siklus I maka dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Perbandingan Persentase Evaluasi Hasil Belajar Siklus I
No. Nilai Kategori Jumlah Siswa
Jumlah Persentase (%)
1. ≥ 70 Tuntas 14 70
2. < 70 Tidak Tuntas 6 30
Jumlah 20 100
Rata-rata 77,4 -
Nilai Tertinggi 96 -
Nilai Terendah 60 -
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa perbandingan persentase evaluasi
hasil belajar siklus I, siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (< 70) sebanyak 6
siswa. Sedangkan yang sudah mencapai KKM (≥ 70) ada 14 siswa. Jadi dapat
disimpulkan bahwa 30% siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Sedangkan yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal hanya 70% siswa.
Rata-rata nilai yang diperoleh dari kondisi awal ke siklus I mengalami
peningkatan yang cukup baik yaitu dari 66,9 menjadi 77,4. Adapun nilai terendah
yang diperoleh siswa adalah 60 sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa
adalah 96.
Apabila data evaluasi hasil belajar siklus I disajikan dalam bentuk diagram
sebagai berikut:
66
Gambar 4.5 Diagram Perbandingan Persentase Evaluasi Hasil Belajar
Siklus I
Gambar 4.5 di atas menunjukkan hasil persentase evaluasi hasil belajar
siklus I menunjukkan bahwa 30% siswa belum tuntas atau belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal dan 70% siswa sudah tuntas atau sudah mencapai
kriteria ketuntasan minimal. Secara keseluruhan evaluasi hasil belajar pada siklus
I, sudah lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar kondisi awal. Akan
tetapi hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator kebehasilan yang
ditentukan (90% dari jumlah seluruh (20) siswa mendapatkan nilai ≥70). Maka
dari itu untuk mencapai indikator keberhasilan 90% perlu dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
4.3.1.6 Refleksi Siklus I
Berdasarkan observasi dan analisis evaluasi hasil belajar pada siklus I
menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi masih
ada langkah-langkah yang belum dilaksanakan dengan baik antara lain siswa
belum bisa memilih subtopik yang akan dipelajari secara mandiri, partisipasi aktif
dan diskusi untuk menganalisis data serta mengabungkan informasi dalam
kelompok masih kurang baik. Siswa belum berani menanggapi serta memberikan
umpan balik presentasi kelompok lain.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Tuntas Tidak Tuntas
70%
30%
67
Jika dilihat dari hasil evaluasi hasil belajar menunjukkan hasil yang baik.
Hal tersebut dapat dilihat ada 70% siswa yang mendapat nilai ≥70 atau 14 siswa
tuntas dan 30% mendapat niali <70 atau 6 siswa belum tuntas. Hal tersebut
disebabkan karena interaksi guru dengan siswa belum optimal dalam proses
belajar mengajar di kelas. Selain itu masih terdapat beberapa anak yang tidak
mendengarkan penjelasan dan arahan dari guru. Akan tetapi telah terjadi
peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari nilai kondisi awal 66,9 menjadi 77,4
pada evaluasi hasil belajar siklus I.
Selain hasil belajar kelebihan pada siklus I antara lain motivasi siswa
sudah meningkat dengan baik. Dalam proses belajar mengajar guru juga telah
membatasi jumlah kelompok secara heterogen dan telah menerapkan langkah-
langkah metode pembelajaran Group Investigation dengan baik. Guru telah
menyiapkan ruang dan media pembelajaran dengan baik. Dalam pembelajaran alat
peraga berupa jenis-jenis batuan sudah dimanfaatkan dengan sangat baik. Proses
belajar mengajar sudah melibatkan siswa meskipun siswanya masih belum begitu
aktif dan belum percaya diri.
Berdasarkan kekurangan dan kelebihan yang ada pada siklus I, maka
kekurangan-kekurangannya akan diperbaiki pada proses pembelajaran siklus II.
Begitu juga hal-hal yang sudah baik akan dipertahankan bahkan ditingkatkan pada
pelaksanaan pembelajaran siklus II.
4.3.2 Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I.
Praktek pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan pokok bahasan jenis-jenis
tanah. Sub pokok bahasan pada siklus II pertemuan pertama adalah lapisan tanah
dan jenis-jenis tanah. Sedangkan siklus II pada pertemuan kedua dengan sub
pokok bahasan penyerapan air oleh tanah dan manfaat jenis-jenis tanah. Siklus II
dilakukan melalui tiga kali pertemuan. Dua pertemuan untuk pembelajaran
dengan metode pembelajaran Group Investigation dan satu pertemuan untuk
evaluasi pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya
pembelajaran yang telah dilakukan.
68
4.3.2.1 Perencanaan Siklus II
Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan siklus II ini agar
efektifitas pembelajaran dapat meningkat dibanding pada siklus I adalah melihat
dan menelaah hasil refleksi siklus I. Mencari alternatif untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dan mempertahankan bahkan meningkatkan kelebihan
pada siklus I. Antara lain guru selalu memberikan semangat dan dorongan serta
motivasi agar motivasi belajar siswa meningkat sehingga hasil belajar siswapun
meningkat. Guru lebih memberikan arahan tentang cara membacakan presentasi
yang baik dan percaya diri ketika berbicara dihadapan siswa yang lain. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
diketahui. Guru juga lebih mempertegas tegurannya kepada siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru.
Hal itu dilakukan untuk melatih keberanian siswa dalam menyampaikan
pendapat. Guru juga hendaknya lebih memperhatikan siswa yang ramai dan
menegurnya secara tegas agar tidak menganggu siswa yang lain. Dengan
demikian pembelajaran siklus II diharapkan akan lebih baik lagi jika
dibandingkan siklus I.
Persiapan selanjutnya adalah menelah materi pembelajaran IPA kelas 5
yaitu dengan mengkaji indikator-indikatornya. Mencari sumber belajar yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menyususn rencana pelaksaan pembelajaran
(RPP) sesuai dengan indikator yang telah dikaji. Menyiapkan alat peraga yang
akan digunakan saat pembelajaran berlangsung. Menyiapkan angket motivasi
untuk mengukur motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus II.
Menyiapkan lembar observasi untuk menilai pelaksanaan pembelajaran.
Menyiapkan alat evaluasi.
4.3.2.2 Pelaksanaan Siklus II
a. Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2013 melalui beberapa
kegiatan. Kegiatan awal, guru mengucapkan salam. Salah satu siswa di minta
memimpin doa. Guru mengabsen siswa. Dan melakukan apersepsi “pada saat
bermain dilapangan apa yang kalian injak?”. Kemudian guru menghubungkan
69
jawaban siswa dengan materi yang akan dipelajari yaitu susunan tanah dan jenis-
jenis tanah. Guru memotivasi siswa dengan cara memberikan pujian kepada siswa
yang bisa menjawab dan memberikan penguatan kepada siswa yang belum bisa
menjawab. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah metode pembelajaran
Group Investigation yang akan digunakan untuk mempelajari materi susunan
tanah dan jenis-jenis batuan.
Pada kegiatan inti guru menerapkan langkah-langkah metode
pembelajaran Group Investigation melalui beberapa tahap yaitu tahap
mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. Siswa dan guru
bertanya jawab tentang jenis lapisan tanah yaitu lapisan atas, bawah, tengah dan
lapisan bahan induk batuan. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang jenis
lapisan tanah. Dengan bimbingan guru siswa memilih subtopik tentang jenis tanah
misalnya ciri-ciri tanah berhumus, ciri-ciri tanah berpasir, ciri-ciri tanah liat dan
ciri-ciri tanah berkapur. Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk
mempelajari topik yang telah mereka pilih. Guru membatasi jumlah siswa pada
setiap kelompok secara heterogen, satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
Tahap selanjutnya adalah tahap merencanakan tugas yang akan dipelajari.
Siswa bersama kelompok merencanakan tugas yang akan dipelajari tentang topik
yang tetah dipilih yaitu tentang ciri-ciri tanah berhumus, berpasir, liat dan
berkapur, yang menyangkut apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari,
siapa yang akan melakukan dan apa tujuan menginvestigasi topik yang mereka
pilih.
Tahap melaksanakan investigasi. Siswa dibimbing guru, mengumpulkan
informasi, menganalisis data hasil investigasi (hasil temuan) yang mereka
lakukan, tentang ciri-ciri tanah berhumus, berpasir, liat, dan berkapur dengan
mengamati berbagai jenis tanah yang telah disiapkan guru dan yang ada disekitar
lingkungan sekolah. Guru menumbuhkan parsitipasi aktif siswa agar terlibat
dalam berbagai aktivitas kelompok. Guru mengikuti kemajuan setiap kelompok
dan memberikan bantuan jika diperlukan.
70
Tahap analisis hasil investigasi. Siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi
untuk menganalisis dan mengabungkan berbagai informasi yang mereka peroleh
tentang ciri-ciri jenis-jenis tanah. Siswa dibimbing guru merencanakan presentasi.
Anggota kelompok membagi tugas dalam presentasi.
Tahap mempresentasikan hasil investigasi. Masing-masing kelompok
mempresentasikan topik yang telah diinvestigasi di depan kelas. Kelompok yang
lain memperhatikan dan menanggapi presentasi yang dilakukan temannya
(berpartisipasi). Siswa dibimbing guru untuk mengevaluasi kejelasan presentasi
yang telah dilakukan. Guru mengatur jalannya presentasi semu kelompok.
Pada kegiatan akhir terdapat tahap evaluasi. Siswa saling memberi umpan
balik mengenai susunan tanah dan jenis-jenis tanah. Siswa dibimbing guru
melakukan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengerjakan soal
latihan. Guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam penutup.
b. Pertemuan Kedua
Siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2013. Pada
kegiatan awal guru mengucapkan salam dan mengajak berdoa. Guru mengabsen
siswa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya “Mengapa
setelah turun hujan, air tidak menggenang dipermukaan tanah?” kemudian guru
menghubungkan dengan materi yang akan dipelajari yaitu penyerapan air oleh
tanah. Setelah itu guru memberikan motivasi dengan memberikan pujian kepada
siswa yang bisa menjawab dan memberikan penguatan bagi siswa yang belum
bisa menjawab. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah metode pembelajaran
Group Investigation yang akan digunakan untuk mempelajari materi penyerapan
air oleh tanah dan manfaat jenis-jenis tanah.
Pada kegiatan inti ada beberapa tahap pembelajaran yang dilakukan yaitu
tahap mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. Siswa dan
guru bertanya jawab tentang macam-macam jenis tanah. Siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang macam-macam jenis tanah. Dengan bimbingan guru
siswa memilih subtopik tentang penyerapan air oleh tanah dan manfaatnya
misalnya penyerapan air oleh tanah berhumus, berpasir, liat dan tanah berkapur
71
dan manfaatnya. Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik
yang telah mereka pilih. Guru membatasi jumlah siswa pada setiap kelompok
secara heterogen, satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
Selanjutnya tahap merencanakan tugas yang akan dipelajari. Siswa
bersama kelompok merencanakan tugas yang akan dipelajari tentang topik yang
tetah dipilih misalnya penyerapan tanah berhumus, berpasir, liat dan berkapur
serta menjelaskan manfaatnya yang menyangkut apa yang akan dipelajari,
bagaimana mempelajari, siapa yang akan melakukan dan apa tujuan
menginvestigasi topik yang mereka pilih.
Tahap melaksanakan investigasi. Siswa dibimbing guru, mengumpulkan
informasi, menganalisis data hasil investigasi (hasil temuan) yang mereka
lakukan, tentang penyerapan air oleh tanah melalui percobaan dan menyebutkan
manfaat dari tanah tersebut. Guru menumbuhkan parsitipasi aktif siswa agar
terlibat dalam berbagai aktivitas kelompok. Guru mengikuti kemajuan setiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
Tahap analisis hasil investigasi. Siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi
untuk menganalisis dan mengabungkan berbagai informasi yang mereka peroleh
dari hasil percobaan yang telah mereka lakukan. Siswa dibimbing guru
merencanakan presentasi. Anggota kelompok membagi tugas dalam presentasi.
Tahap mempresentasikan laporan akhir. Masing-masing kelompok
mempresentasikan topik yang telah diinvestigasi di depan kelas. Kelompok yang
lain memperhatikan dan menanggapi presentasi yang dilakukan temannya
(berpartisipasi). Siswa dibimbing guru untuk mengevaluasi kejelasan presentasi
yang telah dilakukan. Guru mengatur jalannya presentasi semua kelompok.
Dikegiatan akhir terdapat tahap evaluasi. Siswa saling memberi umpan
balik mengenai penyerapan air oleh tanah. Siswa dibimbing guru melakukan
evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengerjakan soal latihan.
Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal latihan, siswa mengumpulkan hasil
pekerjaannya. Guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam penutup.
72
c. Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 30
Maret 2013. Pada pertemuan ketiga digunakan untuk evaluasi pembelajaran siklus
II melalui beberapa kegiatan. Pada kegiatan awal guru memberikan salam dan
berdo’a bersama kemudian mengabsen siswa. Selanjutnya pada kegiatan inti guru
menyampaikan tata tertib dalam mengerjakan soal evaluasi pembelajaran (tes)
yang akan dilakukan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang tata tertib dalam mengerjakan evaluasi pembelajaran (tes) yang akan
dilakukan. Guru membagi lembar soal evaluasi. Siswa mengerjakan soal evaluasi
dengan tertip dan jujur. Guru mengawasi lajannya evaluasi pembelajaran (tes).
Siswa mengumpulkan pekerjaan mereka dengan tertib. Pada kegiatan penutup
guru mengakhiri pembelajaran dan mengucapkan salam penutup.
4.3.2.3 Observasi Siklus II
Hasil observasi siklus II menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
Siklus II sudah berjalan dengan sangat baik jika dibandingkan dengan
pelaksanaan pembelajaran siklus I. Hal ini dikarenakan pelaksanaan siklus II
dilaksanakan dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I. Kekurangan yang ada
pada siklus I diperbaiki. Kelebihan-kelebihan yang ada pada siklus I
dipertahankan bahkan ditingkatkan sehingga membuahkan hasil yang maksimal.
Adapun hasil observasi siklus II pertemuan pertama dan pertemuan kedua adalah
sebagai berikut.
a. Pertemuan Pertama
Pembelajaran siklus II pertemuan pertama dengan metode pembelajaran
Group Investigation sudah berjalan dengan sangat baik. Siswa sudah mulai
terbiasa dan sangat tertarik dengan metode pembelajaran Group Investigation
yang melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya.
Adapun hasil observasi pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dapat
dilihat pada tabel 4.9.
73
Tabel 4.9
Hasil Observasi Pelaksanaan Metode Pembelajaran Group Investigation
Siklus II Pertemuan Pertama
Aspek Indikator Skor Rata-rata
I. Pra
pembelajaran
1. Kesiapan guru dalam menyiapkan ruang,
alat, dan media pembelajaran 4
4 2. Mengatur tempat duduk siswa 4
II. Kegiatan awal
pembelajaran
1. Membuka pelajaran 4
4
2. Menyampaikan apersepsi serta motivasi kepada siswa
4
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4
4. Menyampaikan langkah-langkah metode
Group Investigation
4
III. Kegiatan inti pembelajaran
A. Tahap
mengidentifika
si topik dan
mengatur murid dalam
beberapa
kelompok
5. Siswa memilih subtopik 3
3,5
6. Siswa bergabung dalam kelompok 3
7. Membatasi jumlah siswa pada setiap
kelompok
4
8. Guru membantu siswa mengumpulkan informasi
4
B. Tahap
merencanakan
tugas yang akan dipelajari
9. Merencanakan tugas yang akan
dipelajari
4 4
C. Tahap
melaksanakan
investigasi
10. Mengumpulkan informasi dan
menganalisisnya
3
3,3 11. Berpartisipasi aktif dalam kelompok 3
12. Memantau dan memberi bantuan 4
D. Tahap analisis
hasil
investigasi
13. Bediskusi untuk menganalisis dan
mengabungkan informasi
3
3
14. Merencanakan presentasi 3
15. Membagi tugas dalam presentasi 3
E. Tahap
mempresentasikan hasil
investigasi
16. Mempresentasikan topik yang telah
diinvestigasi
4
3,5
17. Siswa lain menanggapi presentasi 3
18. Mengevaluasi kejelasan presentasi 3
19. Mengatur presentasi 4
IV. Kegiatan akhir pembelajaran
F. Tahap evaluasi 20. Memberikan umpan balik 3
3,6 21. Mengevaluasi pembelajaran yang telah
dilakukan
4
22. Guru mengakhiri pembelajaran 4
Jumlah Skor 86
Kategori Sangat Baik
74
Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus
II pertemuan pertama sudah berjalan dengan sangat baik. Pada kegiatan pra
pembelajaran dan kegiatan awal rata-rata skor yang diperoleh 4 dengan kategori
sangat baik. Sedangkan pada kegiatan inti juga sudah dilaksanakan dengan baik
yaitu tahap mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok rata-
rata skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori baik. Tahap merencanakan
tugas yang akan dipelajari rata-rata skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori
sangat baik.
Pada tahap selanjutnya adalah tahap melaksanakan investigasi, rata-rata
skor yang diperoleh adalah 3,3 dengan kategori baik. Sedangkan pada tahap
analisis data, rata-rata skor yang diperoleh adalah 3 dengan kategori baik. Dan
pada tahap mempresentasikan hasil investigasi rata-rata skor yang diperoleh yaitu
3,5 dengan kategori baik. Begitu juga pada kegiatan akhir pembelajaran. Pada
tahap evaluasi rata-rata skor yang diperoleh yaitu 3,6 dengan kategori baik. Jadi
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siklus II pertemuan
pertama berjalan dengan sangat baik, dengan skor yang diperoleh yaitu 86 dengan
kategori sangat baik. Hal ini perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan agar proses
belajar mengajar selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
b. Pertemuan Kedua
Pembelajaran siklus II pertemuan kedua dengan metode pembelajaran
Group Investigation sudah berjalan dengan sangat baik. Langkah-langkah
pembelajaran dilaksanakan dengan tepat. Semua siswa aktif dalam mengikuti
pembelajan, baik dalam diskusi maupun ketika menanggapi siswa yang lain ketika
presentasi. Siswa sudah berani mengeluarkan pendapatnya dan berani bertanya
kedapa kelompok lain yang sedang presentasi di depan kelas. Siswa juga sudah
mampu memberikan upan balik yang diberikan guru.
Adapun hasil observasi pelaksanaan siklus II pertemuan kedua secara rinci
dapat dilihat pada tabel 4.10.
75
Tabel 4.10
Hasil Observasi Pelaksanaan Metode Pembelajaran Group Investigation
Siklus II Pertemuan Kedua
Aspek Indikator Skor Rata-rata
I. Pra
pembelajaran
1. Kesiapan guru dalam menyiapkan
ruang, alat, dan media pembelajaran 4
4
2. Mengatur tempat duduk siswa 4
II. Kegiatan awal pembelajaran
3. Membuka pelajaran 4
4
4. Menyampaikan apersepsi serta
motivasi kepada siswa
4
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4
6. Menyampaikan langkah-langkah
metode Group Investigation
4
III. Kegiatan inti pembelajaran
A. Tahap
mengidentifikasi
topik dan mengatur murid
dalam beberapa
kelompok
7. Siswa memilih subtopik 3
3,75
8. Siswa bergabung dalam kelompok 4 9. Membatasi jumlah siswa pada setiap
kelompok
4
10. Guru membantu siswa
mengumpulkan informasi
4
B. Tahap
merencanakan
tugas yang akan dipelajari
11. Merencanakan tugas yang akan
dipelajari
4 4
C. Tahap
melaksanakan
investigasi
12. Mengumpulkan informasi dan
menganalisisnya
4
4 13. Berpartisipasi aktif dalam kelompok 4 14. Memantau dan memberi bantuan 4
D. Tahap analisis
hasil investigasi
15. Bediskusi untuk menganalisis dan
mengabungkan informasi
4
4 16. Merencanakan presentasi 4 17. Membagi tugas dalam presentasi 4
E. Tahap
mempresentasikan
hasil investigasi
18. Mempresentasikan topik yang telah
diinvestigasi
4
4
19. Siswa lain menanggapi presentasi 4
20. Mengevaluasi kejelasan presentasi 4
21. Mengatur presentasi 4 IV. Kegiatan akhir pembelajaran
F. Tahap evaluasi 22. Memberikan umpan balik 3
3,6 23. Mengevaluasi pembelajaran yang
telah dilakukan
4
24. Guru mengakhiri pembelajaran 4
Jumlah Skor 94
Kategori Sangat Baik
76
Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan siklus II
pertemuan kedua menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan
langkah-langkah metode pembelajaran Group Investigation dengan sangat baik.
Rata-rata skor yang diperoleh pada siklus II pertemuan kedua semua tahap sudah
menunjukkan kategori yang sangat baik. Jadi secara keseluruhan pembelajaran
siklus II pertemuan kedua berjalan dengan sangat baik, dan skor yang diperoleh
yaitu 94 dengan kategori sangat baik. Selain itu siswa termotivasi dan aktif selama
pembelajaran berlangsung.
4.3.2.4 Hasil Motivasi Belajar Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II memberikan angket motivasi kepada
siswa. Pengukuran motivasi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui tingkat
motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran IPA dengan metode pembelajaran
Group Investigation.
Apabila motivasi belajar siklus II disajikan dalam bentuk tabel adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.11
Skor Motivasi Belajar Siklus II
No. Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase(%)
1. ≤ 33 Sangat Rendah - -
2. 34 - 48 Rendah - -
3. 49 - 63 Tinggi 3 15
4. 64 - 80 Sangat Tinggi 17 85
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai
skor pada interval 49-63 yang berkategori tinggi sebanyak 3 siswa atau 15% dari
jumlah semua siswa. Sedangkan siswa yang mendapat nilai pada rentang 64-80
yang berkategori sangat tinggi sebanyak 17 siswa atau 85%. Hal ini membuktikan
bahwa pada siklus II dengan menerapkan metode pembelajaran Group
Investigation dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan baik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada siswa yang mempunyai motivasi rendah, atau semua
siswa mempunyai moivasi belajar yang tinggi.
77
Apabila hasil motivasi belajar siklus II dibuat dalam bentuk diagram maka
dapat dilihat seperti di bawah ini.
Gambar 4.6 Diagram Motivasi Belajar Siklus II
Gambar 4.6 di atas menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang
mempunyai motivasi rendah, hampir semua siswa mempunyai motivasi tinggi
yaitu 3 bahkan 17 siswa mempunyai motivasi sangat tinggi. Hal tersebut
membuktikan bahwa metode pembelajaran Group Investigation mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan sangat baik.
4.3.2.5 Hasil Evaluasi Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar siklus II yang telah dilaksanakan
maka diperoleh data seperti pada tabel 4.12.
Tabel 4.12
Evaluasi Hasil Belajar Siklus II
No. Rentang Nilai Frekuensi
1. ≤ 39 0
2. 40 – 49 0
3. 50 – 59 0
4. 60 – 69 0
5. 70 – 79 5
6. 80 – 89 8
7. ≥ 90 7
02468
1012141618
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
≤ 33 34 - 48 49 - 63 64 - 80
0 0
3
17
Jum
lah
Sis
wa
Motivasi Belajar Siswa
78
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa semua siswa mendapat nilai di atas atau
sama dengan 70. Data tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran sudah
mengalami ketuntasan hasil belajar yang maksimal, di mana ke-20 siswa sudah
mendapatkan nilai di atas kriteria ketuntasa minimal. Hasil ini menunjukkan
bahwa metode pembelajaran Group Investigation mampu mengatasi
permasalahan yang ada di Kelas 5 SD Negeri 2 Wonoroto.
Apabila data evaluasi hasil belajar siklus II disajikan dalam bentuk
diagram adalah sebagai berikut.
Gambar 4.7 Diagram Evaluasi Hasil Belajar Siklus II
Gambar 4.7 di atas menunjukkan bahwa rentang nilai di bawah dengan 70
berjumlah 0, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 70-79 ada 5
siswa, sedangkan pada rentang 80-89 ada 8 siswa dan yang mendapat nilai pada
rentang ≥90 ada 7 siswa. Jadi semua siswa sudah mencapai kriteria krtuntasan
minimal yaitu ≥70.
Untuk mengetahui perbandingan persentase tingkat ketuntasan evaluasi
hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.13.
0
2
4
6
8
≤ 39 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 -89 ≥ 90
0 0 0 0
5
8
7
J
u
m
l
a
h
S
i
s
w
a
Interval Nilai
79
Tabel 4.13
Perbandingan Persentase Evaluasi Hasil Belajar Siklus II
No. Nilai Kategori Jumlah Siswa
Jumlah Persentase (%)
1. ≥ 70 Tuntas 20 100 2. < 70 Tidak Tuntas 0 0
Jumlah 20 100
Rata-rata 84,75 -
Nilai Tertinggi 95 - Nilai Terendah 70 -
Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa perbandingan persentase evaluasi
hasil belajar pada siklus II tidak ada yang mendapat nilai di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Semua siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Adapun nilai terendah yang
diperoleh siswa adalah 70 sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah
95. Sedangkan persentase ketuntasan sudah dicapai 100%. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil evaluasi pembelajaran siklus II sudah mencapai indikator
keberhasilan yang ditentukan (90% dari jumlah keseluruhan siswa). Rata-rata nilai
yang diperoleh siswa pun sudah cukup tinggi jika dibandingkan siklus
sebelumnya yaitu 84,7. Maka dari itu penelitian sudah cukup karena sudah
melebihi indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Apabila data evaluasi hasil belajar siklus II disajikan dalam bentuk
diagram sebagai berikut:
Gambar 4.8 Diagram Perbandingan Persentase Evaluasi Hasil Siklus II
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tuntas Tidak Tuntas
100%
0%
80
Gambar 4.8 di atas menunjukkan bahwa hasil persentase evaluasi hasil
belajar siklus II menunjukkan 100% siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan
minimal. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan Group
Investigation dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
4.3.2.6 Refleksi Siklus II
Berdasarkan observasi dari pelaksanaan siklus II dalam kegiatan
pembelajaran siswa sudah aktif dibandingkan saat pembelajaran siklus I, hal ini
terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dengan metode pembelajaran Group
Investigation yang digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung. Selain
itu juga siswa yang pada saat siklus I kurang mendengarkan arahan dari guru
pada siklus II ini sudah dapat memperhatikan pelajaran dengan baik. Berdasarkan
analisis motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jika
dibandingkan siklus I. Ada 3 siswa mempunyai motivasi yang tinggi sedangkan
17 siswa mempunyai motivasi yang sangat tinggi. Sedangkan hasil analisis
evaluasi hasil belajar siklus II, menunjukkan ketuntasan siswa sudah mencapai
100%. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 84,75 dengan kata lain bahwa nilai
rata-rata tersebut sudah di atas KKM yaitu 70. Dilihat dari hasil tersebut maka
indikator keberhasilan sudah tercapai karena ketuntasan siswa sudah mencapai
100% dan tidak perlu diadakan tindakan siklus berikutnya.
4.4 Perbandingan Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Pada penelitian ini akan dipaparkan beberapa perbandingan hasil
penelitian. Antara lain perbandingan observasi pelaksanaan pembelajaran,
motivasi belajar siswa dan evaluasi hasil belajar. Perbandingan hasil penelitian
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan setelah dilakukan
pembelajaran dengan metode pembelajaran Group investigation. Adapun
perbandingannya seperti di bawah ini.
4.4.1 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II
Kegiatan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan metode
Group Investigation pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan baik dari
pertemuan pertama maupun pertemuan kedua setiap siklusnya. Adapun
81
pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru dan aktifitas siswa ketika
pembelajaran sedang berlangsung. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel
4.14 di bawah ini.
Tabel 4.14
Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II
Pelaksanaan Siklus I Siklus II
Skor Kategori Skor Kategori
Pertemuan 1 63 Baik 86 Sangat Baik
Pertemuan 2 79 Baik 94 Sangat Baik
Pada pertemuan pertama siklus I memperoleh skor 63 dengan kategori
baik. Pada pertemuan kedua siklus I mendapat skor 79 dengan kategori baik.
Sedangkan pertemuan pertama siklus II memperoleh skor 86 dengan kategori
sangat baik. Dan pertemuan kedua siklus II mendapat skor 94 dengan kategori
sangat baik. Data di atas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan skor dari
pertemuan pertama ke pertemuan kedua pada tiap siklusnya.
Hasil perbandingan pelaksanaan pembelajaran dengan metode Group
Investigation pada siklus I dan siklus II apabila disajikan dalam bentuk diagram
adalah sebagai berikut.
Gambar 4.9 Diagram Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Siklus II
63
8679
94
S
k
o
r
Pelaksanaan Pembelajaran
Pertemuan 1
Pertemuan 2
82
Pada gambar 4.9 di atas dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan dari
pertemuan pertama ke pertemuan kedua pada tiap siklusnya. Peningkatan yang
terjadi sangat baik mulai dari pertemuan pertama siklus I dengan skor 63 dengan
kriteria baik, ke pertemuan kedua siklus I meningkat menjadi 70 dengan kriteria
baik. Begitu pula dengan pertemuan pertama siklus II mendapat skor 86 dengan
kriteria sangat baik sedangkan pertemuan kedua siklus II lebih meningkat lagi
menjadi sangat baik dengan skor 96. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran sudah dilaksanan dengan sangat baik sesuai dengan
langkah-langkah metode Group investigation.
4.4.2 Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II
Penggunaan metode pembelajaran Group Investigation dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Berikut
merupakan perbandingan motivasi belajar siswa siklus I dan siklus II.
Tabel 4.15
Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Siklus i dan Siklus II
No. Interval Skor Kategori Siklus I Siklus II
1 ≤ 33 Sangat Rendah - -
2 34 - 48 Rendah - -
3 49 - 63 Tinggi 15 3
4 64 - 80 Sangat Tinggi 5 17
Dari tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa motivasi siswa pada siklus I
ada 15 siswa yang berada pada interval skor 49–63 dengan kategori tinggi
sedangkan 5 siswa berada pada interval skor 64–80 dengan kategori sangat tinggi.
Begitu pula motivasi pada siklus II meningkat dengan sangat baik yaitu 3 siswa
yang berada pada interval 49–63 dengan kategori tinggi, sedangkan 17 siswa
berada pada interval 64–80 dengan kategori sangat tinggi.
Apabila perbandingan motivasi belajar siklus I dan siklus II disajiakan
dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut.
83
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II
Dari gambar 4.10 di atas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
motivasi belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa yang bermotivasi
tinggi ada 15 siswa dan 5 siswa bermotivasi sangat tinggi. Sedangkan pada siklus
II terjadi peningkatan yaitu 3 siswa bermotivasi tinggi sedangkan 17 siswa
mempunyai motivasi belajar yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengunaan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan
motivasi belajar dengan sangat baik.
4.4.3 Perbandingan Evaluasi Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa setelah
menerapkan metode pembelajaran Group Investigation terjadi peningkatan hasil
belajar dari siklus I sampai dengan siklus II jika dibandingkan kondisi awal yang
hanya menggunakan metode ceramah dan hanya berpusat pada guru.
Berikut akan disajikan tabel perbandingan ketuntasan evaluasi hasil belajar
dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II pada tabel 4.16.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Siklus I Siklus II
15
3
5
17Ju
mla
h S
isw
a
Motivasi Belajar
Tinggi
Sangat Tinggi
84
Tabel 4.16
Perbandingan Evaluasi Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No Nilai Kategori
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah Persentase
(%) Jumlah
Persentase
(%) Jumlah
Persentase
(%)
1. ≥ 70 Tuntas 9 45 14 70 20 100
2. < 70 Tidak
Tuntas 11 55 6 30 0 0
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Rata-rata 66,9 77,4 84,75 Nilai Tertinggi 95 96 95
Nilai Terendah 36 60 70
Tabel 4.16 di atas menunjukkan pada kondisi awal, jumlah siswa yang
belum mencapai KKM ada 11 siswa dan 9 siswa sudah mencapai KKM dan
persentase ketuntasan sebesar 55%. Siklus I persentase ketuntasan meningkat
menjadi 70%, 14 siswa sudah mencapai KKM dan 6 siswa belum mencapai
KKM. Siklus II semua siswa sudah mencapai KKM dengan indikator
keberhasilan 100%. Adapun rata-rata nilai pada setiap siklusnya meningkat yaitu
dari kondisi awal 66,4, menjadi 77,4 dan siklus II meningkat menjadi 84,75.
Apabila perbandingan hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk diagram adalah
sebagai berikut.
Gambar 4.11 Diagram Hasil belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
9
14
20
11
6
0
J
u
m
l
a
h
S
i
s
w
a
Pelaksanaan Pembelajaran
≥ 70 Tuntas
< 70 Tidak Tuntas
85
Berdasarkan gambar 4.11 di atas dapat diketahui bahwa evaluasi hasil
belajar pada kondisi awal menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai ≥ 70
dengan kategori tuntas berjumlah 9 siswa sedangkan 11 siswa mendapat nilai < 70
dengan kategori tidak tuntas. Sedangkan pada siklus I siswa yang mendapat nilai ≥
70 dengan kategori tuntas ada 14 siswa dan siswa yang tidak tuntas (< 70) ada 6 siswa.
Dan pada siklus II semua siswa mendapat nilai ≥ 70 dengan kategori tuntas. Jadi
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siklus I meningkat dari kondisi awal yaitu
siswa yang tuntas hanya 9 siswa sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 14
siswa dan pada siklus II lebih meningkat lagi yaitu semua siswa tuntas.
4.5 Pembahasan
Penggunaan metode pembelajaran Group Invesigation dapat membuat
siswa aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Hal ini merupakan
sebuah proses pembelajaran yang baru di SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten
Wonosobo. Selama ini metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
ceramah yaitu guru sebagai sumber ilmu dan siswa mendengarkan ceramah dari
guru, sehingga siswa bersikap pasif dan tidak terlibat langsung dalam
pembelajaran. Untuk itu tentunya guru harus menggunakan metode pembelajaran
yang membuat siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Salah satu
metode pembelajaaran yang melibatkan siswa di dalam proses pembelajaran
adalah metode pembelajaran Group Investigation.
Metode pembelajaran Group Investigation adalah metode pembelajaran
yang menekankan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Langkah-langkah pembelajaran Group
Investigation ada enam tahap yaitu mengidentifikasi topik dan mengatur murid
kedalam kelompok, merencanakan tugas yang akan diinvestigasi, melakukan
investigasi, analisis hasil investigasi, mempresentasikan hasil investigasi dan
evaluasi.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Group
Investigation terdiri dari 2 siklus. Pelaksanaan pada siklus I siswa secara langsung
86
diajak untuk aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan bekerja
sama dengan siswa lain. Pelaksanaan metode pembelajaran Gruop Investigation
dilakukan dengan membagi siswa kedalam empat kelompok secara heterogen.
Ketika mengidentifikasi topik yang akan dipelajari siswa masih terlihat bingung
dan kurang aktif. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan metode
pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung. Pelaksanaan pada siklus II,
siswa sudah lebih kondusif hal ini dapat dilihat dari aktifitas dan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan.
Metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan motivasi
siswa pada mata pelajaran IPA karena pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal
ini terbukti pada siklus I siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan
skor 49-63, ada 15 siswa sedangkan 5 siswa mempunyai motivasi belajar sangat
tinggi dengan skor 64-80. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu
hanya ada 3 siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi dengan skor 49-
63, dan siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat tinggi dengan skor 64-80
ada 17 siswa. Motivasi belajar siswa meningkat disebabkan karena dalam
pembelajaran dengan metode pembelajaran Group Iinvestigation siswa diberi
kesempatan untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam menemukan suatu topik
pembelajaran. Pola pembelajaran yang demikian akan menjadikan pembelajaran
menjadi menyenangkan karena melibatkan dan mengaktifkan siswa untuk
menemukan topik pembelajaran secara mandiri dan mempertanggung
jawabkannya ketika melakukan presentasi. Pembelajaran yang menyenangkan
akan menimbulkan motivasi belajar siswa terus bertambah.
Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi akan lebih tekun dan
bersemangat dalam belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai bisa maksimal.
Hal ini membuktikan bahwa selain dapat meningkatkan motivasi siswa, metode
Group Investigation juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA. Hasil tersebut terlihat bahwa telah terjadi peningkatan dari kondisi
awal yaitu siswa yang tuntas belajar atau mendapat nilai ≥ 70, sebanyak 9 siswa
(45%) dari 20 siswa, dengan nilai rata-rata 66,9. Setelah dilaksanakan perbaikan
87
pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar atau mendapat nilai
≥ 70, bertambah menjadi 14 siswa (70%) dengan nilai rata-rata 77,4.
Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari
kondisi awal ke siklus I yaitu 25%. Setelah mempertimbangkan berbagai
kekurangan-kekurangan yang dilakukan pada siklus I, dilakukan lagi perbaikan
pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II, diketahui bahwa semua siswa tuntas
dalam belajarnya atau mendapat nilai ≥ 70, dengan perolehan nilai rata-rata 84,75.
Mengacu pada hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan
hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 30%.
Berdasarkan hasil di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
dengan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 2 Wonoroto. Peningkatan motivasi dan
hasil belajar tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi
Rosyidah (2009) dalam Skipsinya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII C SMPN 1 Watulimo Trenggalek. Dalam
penelitian tersebut metode Group Investigation dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas VIII yaitu pada siklus I ke siklus ke II sebanyak 82%.
Sedangkan persentase hasil belajar Fisika siswa pada awal sebelum perlakuan
sebesar 53%, siklus I adalah 69% dan meningkat sebesar 22% pada siklus II
menjadi 75%.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswandi
(2009) dalam Skripsinya yang berjudul “Penerapan model pembelajaran Group
Investigation untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang tumbuhan hijau kelas
V SDN Temenggungan 02 kecamatan Udanawu kabupaten Blitar”. Dalam
penelitian tersebut metode Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V dengan materi ajar Tumbuhan hijau, peningkatan yang terjadi yaitu
dari siklus I ke siklus ke II sebanyak 78% dan nilai siswa telah memenuhi standar
kelulusan yang tela ditentukan yaitu sebesar 75.
Selain sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Rosyidah dan
Iswandi penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winoto
88
(2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan model Group Investigation
untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang”.
Dalam penelitian tersebut dengan digunakannya metode Group Investigation
hasil belajar meningkat, yaitu pada siklus I hasil belajar 55 % dan disiklus II
mengalami peningkatan yaitu 75,93 %. Sedangkan pada aspek keaktifan siswa
meningkat dari sebesar 42,34% pada siklus I dan pada siklus II meningkat
menjadi 64,03%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas 5 SD
Negeri 2 Wonoroto, Kabupaten Wonosobo dapat dikategorikan menjadi dua
kriteria karakteristik siswa. Kriteria pertama terdiri dari siswa yang mampu
mencapai kriteria ketuntasan minimal tanpa diadakannya suatu tindakan. Siswa
yang berada pada kriteria ini merupakan siswa yang memiliki antusias dan
motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran. Selain memiliki antusias dan
motivasi yang tinggi siswa tersebut juga memiliki tingkat pemahaman yang tinggi
sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat mencapai KKM yang telah
ditentukan.
Sedangkan kriteria kedua terdiri dari siswa yang dapat mencapai kriteria
ketuntasan minimal setelah diberikannya tindakan. Siswa pada kriteria ini
memiliki antusias dan motivasi yang kurang dalam mengikuti pembelajaran
karena mereka merasa bahwa pembelajaran yang mereka terima belum menarik
sehingga perhatian mereka tidak terfokus pada pembelajaran dan berdampak pada
hasil belajar yang tidak mencapai KKM yang telah ditentukan. Untuk menarik
perhatian pada kriteria ini maka guru melakukan tindakan melalui metode
pembelajaran Group Investigation.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa melalui metode pembelajaran
Group Investigation, dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa mata
pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri 2 Wonoroto, Kabupaten Wonosobo Semester II
Tahun Ajaran 2012/2013.