7
BABBABBABBAB IIIIIIII
KAJIANKAJIANKAJIANKAJIAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
2.12.12.12.1 KAJIANKAJIANKAJIANKAJIAN TEORITEORITEORITEORI
2.1.12.1.12.1.12.1.1 PengertianPengertianPengertianPengertian IlmuIlmuIlmuIlmu PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan AlamAlamAlamAlam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam, baik tumbuhan
maupun hewan serta di dalam IPA juga membahas tentang gejala alam. Hal ini sejalan
dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat
empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut
menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Maksudnya, IPA
merupakan suatu ilmu yang berdasarkan fakta yang ada (nyata).
Ilmu alam bahasa Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan alam) adalah
istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-
benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapanpun dan
dimanapun. Pada dasarnya, ilmu alam maupun ilmu sosial tidak bisa terlepas dari
observasi, karena observasi merupakan suatu cara yang ditempuh untuk mencari
kebenaran dan keakuratan data yang diperoleh.
Menurut Iskandar (1997: 2) yaitu Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan
manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang
sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teori-teori dan hipotesa.
Sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara
yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai
produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan
sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut (Asy'ari, 2006: 7).
Berdasarkan beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains merupakan pengetahuan manusia tentang gejala-
7
8
gejala alam dan kebendaan yang diperoleh dengan cara observasi, eksperimen/penelitian,
atau uji coba yang berdasarkan pada hasil pengamatan manusia. Pengamatan manusia
dapat berupa fakta-fakta, aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan lain
sebagainya.
2.1.22.1.22.1.22.1.2 PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran IPAIPAIPAIPA
lmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai
proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis,
berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah
strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal
tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikat IPA
sebagai proses.
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu
diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru
yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat
mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip
pembelajaran IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut antara
lain: Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik
secara inderawi maupun non inderawi. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat
secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan
siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.
Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan
pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang guru miliki. Pengetahuan yang demikian
sebut miskonsepsi.
Guru perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama
pembelajaran.Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi
dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk
mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep,
simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.IPA terdiri atas produk dan proses. Guru
perlu mengenalkan kedua aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih
9
senang menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA
sangat pesat. Guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan
memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan cara-cara
mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta cara-cara menarik
kesimpulan.
Proses belajar dan mengajar merupakan suatu langkah untuk membimbing siswa
dalam menguasai suatu konsep dan sub konsepnya. Siswa dibimbing melalui metode
mengajar dan media pembelajaran sehingga dapat menguasai konsep suatu pokok
bahasan. Ketercapaian konsep merupakan konsep-konsep dalam Standar Isi KTSP yang
secara minimal harus dikuasai oleh siswa. Ketercapaian konsep dapat diukur melalui tes
ketercapaian konsep kepada siswa.Kemampuan siswa dapat digolongkan menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomotor. Hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan penalaran dan mudah diamati
dengan menggunakan tes. Menurut Gorman dalam Bambang Subali dan Paidi (2002: 13)
kemampuan seseorang meliputi kemampuan intelektual (aptitude) dan kemampuan psikomotor.
Kemampuan intelektual mencakup produk dan proses. Adapun yang termasuk produk adalah
fakta, konsep, dan struktur ilmu pengetahuan, sedangkan yang termasuk proses adalah
kreativitas, pemecahan masalah, dan komprehensif. Pencapaian belajar atau hasil belajar
diperoleh setelah melakukan suatu program pembelajaran. Penilaian atau evaluasi hasil
belajar siswa merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
2.1.32.1.32.1.32.1.3 TujuanTujuanTujuanTujuan PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran IPAIPAIPAIPA
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut kurikulum KTSP (Depdiknas,2006)
adalah :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan ala ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran teknologi, dan
masyarakat.
10
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Tuhan, dan
6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
2.1.42.1.42.1.42.1.4 PengertianPengertianPengertianPengertian MetodeMetodeMetodeMetode PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani (methodos = jalan, cara) dalam filsafat dan
ilmu pengetahuan metode diartikan sebagai cara memikirkan dan memeriksa suatu hal
menurut rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian
bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach tertentu.
Jadi metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan sedangkan approach bersifat
filosofis/aksioma. Karena itu dari suatu approach, dapat tumbuh beberapa metode
(Sabana dan Sunarti, 2009 :20).
Menurut Wiradi, metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan)
yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). “Pembelajaran merupakan proses
interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas dengan
menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian” (Poedjiadi, 2005:75).
Metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik
untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar
berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran
tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui,
mempelajari beberapa metode pembelajaran serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Penerapan metode belajar harus memperhatikan berbagai faktor, antara lain keadaan
peserta didik, fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar, maupun mata pelajaran
yang diajarkan.
11
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Arif, 2011).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada
diri siswa untuk mencapai tujuan.
2.1.52.1.52.1.52.1.5 PengertianPengertianPengertianPengertian MetodeMetodeMetodeMetodeMIDMIDMIDMID (Meaningful(Meaningful(Meaningful(Meaningful InstructionalInstructionalInstructionalInstructional Design)Design)Design)Design)Metode Pembelajaran MID (Meaningful Instructional Design) adalah pembelajaran
yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat
kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah :
1) Lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisis
pengalaman, dan konsep-ide;
2) Reconstruction melakukan fasilitasi pengalaman belajar;3) Production melalui ekspresi-apresiasi konsep.
Salah satu model pengembangan pembelajaran yang relevan untuk mendesain
dan mengembangkan pembelajaran kolaborasi adalah model Constructivist InstructionalDesign (C-ID) dari Willis (1995; 2000). C-ID adalah suatu model pengembangan
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik dengan pola kerja R2D2 (Reflective,Recursive, Design, and Development). Struktur model C-ID itu terdiri dari 4 tahap, yakni
(1) difine, (2) design, (3) development, dan (4) dissemination.Pengembangan model pembelajaran yang berpijak pada pandangan
konstruktivisme berbeda dengan pandangan behaviorisme (misalnya model Dick dan
Carey). Model pengembangan pembelajaran yang konstruktivis memiliki beberapa
karakteristik, diantaranya (1) proses pengembangan pembelajaran bersifat recursive, non-linier, dan tidak ada kepastian (chaos), (2) desain bersifat reflektif dan kolaboratif, (3)
tujuan muncul dari pekerjaan desain dan pengembangan, (4) pembelajaran menekankan
pada belajar dalam konteks yang bermakna, (5) evaluasi formatif menentukan, dan (6)
data subyektif lebih bernilai. Berikut disajikan secara rinci pengembangan model
pembelajaran yang berpijak pada C-ID (Constructivist Instructional Design) :
12
1) Proses ID (Instructional Design) bersifat recursive, non-linier, dan kadang-kadang
semrawut.... Pengembangan bersifat recursive, yakni berpijak pada masalah nyata
pembelajaran dan masalah itu terus berkembang yang kini menjadi fokus perhatian
para pembelajar, siswa, dan para pengelola pembelajaran. Masalah itu bersifat
konteks, artinya terjadi di kampus atau sekolah itu saja yang penyelesainya juga
kontekstual. Proses pengembangan tidak linier, tidak berurutan, pemecahannya tidak
cukup melibatkan satu keahlian saja, dan tidak beorientasi pada pencapaian tujuan
tertentu yang terikat dalam kurikulum.
2) Proses desain dan pengembangan terus berkembang, reflektif, dan
kolaboratif.... Kegiatan pengembangan dimulai dari desain yang kurang jelas, namun
terus dilakukan kegiatan pengembangan sambil terus melakukan perbaikan.
Pengembangan bersifat kolaboratif, artinya melibatkan beberapa pihak, termasuk
pengguna produk hasil pengembangan. Pengembangan seperti itu, dengan
pengembangan pembelajaran yang behavioristik. Dalam pengembangan
pembelajaran yang behavioristik kegiatan desain dimulai dari perencanaan yang
sistematik, rapi, dan jelas, termasuk tujuan pembelajarannya.
3) Tujuan pembelajaran muncul dari desain dan pengembangan kinerja.... Tujuan
pengembangan bukan pijakan dalam melakukan proses pengembangan. Selama
proses pengembangan secara kolaboratif, tujuan muncul dan terkesan “kasar” atau
kurang jelas , kemudian menjadi lebih jelas. Dalam pengembangan pembelajaran
dengan pijakan behavioristik, rumusan tujuan pembelajaran yang opeasional sangat
penting dan menjadi acuan dalam pengembangan produk pembelajaran.
4) Ahli ID (Instructional Design) umum tidak perlu ada. Dalam pandangan
konstruktivisme, generalis ahli ID yang dapat bekerja dengan bidang keahlian dari
berbagai disiplin adalah mitos. Pengembang perlu lebih dulu memahami “proses
pengembangan” pembelajaran sebelum melakukan kegiatan pengembangan
pembelajaran. Jika pengembang melibatkan tenaga ahli, maka diutamakan mereka
yang memahami hal-hal berikut, yakni (1) menguasai isi bidang studi, (2) memahami
kontek pengembangan, (3) memiliki keterampilan dalam mendesain dan
mengembangkan pembelajaran, dan (4) memiliki kewenangan untuk mengabil
keputusan dalam bidang pembelajaran. Dalam pengembangan pembelajaran yang
13
berpijak pada teori behaviristik, ahli yang memiliki pengetahuan khusus, sangat
diperlukan untuk mengembangan pembelajaran.
5) Pembelajaran lebih ditekankan pada kontek dan pemahamam individu yang lebih
bermakna (meaningful). Agar siswa dapat memahami isi lebih bermakna, maka
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada masalah.
Siswa difasilitasi untuk dapat mengakses berbagai informasi (pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap) dalam rangka menyelesaikan masalah. Penyelesaian
masalah tersebut menggunakan berbagai sumber daya informasi, misalnya media
cetak, media audio, media audio visual, multimedia, internet, dan teknologi terpadu.
Hal ini berbeda dengan pengembangan pembelajaran yang berpijak pada teori
behavioristik, pengembangan pembelajaran diarahkan pada penyelesaian tugas atau
penguasaan pengetahuan secara sistematik (bagian demi bagian secara terpisah).
Teori Behavioristik menekankan pada subskill yang diajarkan.
6) Menekankan pada penilaian formatif. Dalam pembelajaran yang berpijak pada teori
konstruktivistik, penilaian formatif dianggap penting. Penilaian itu untuk
mengumpulkan sejumlah informasi dalam rangka perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Dalam pembelajaran yang behaviristik, yang dipandang penting
adalah penilaian sumatif, karena kegiatan pembelajaran lebih diarahkan ke
penguasaan pengetahuan yang telah diajarkan.
7) Data kualitatif mungkin lebih berharga. Penganut teori konstruktvistik meyakini bahwa
sesuatu dapat ditunjukkan atau diamati, tetapi tidak selalu dapat diukur. Untuk itu
disarankan menggunakan penilaian authentik, portofolio, kinerja, proyek, produk, dan
ethnografi. Selama proses pembelajaran, pengembang disarankan menggunakan
lembar observasi, melakukan wawancara, fokus group, kritik ahli, dan sebagainya.
Dalam pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik, lebih banyak
menggunakan data kuantitatif, misalnya menggunakan instrumen penilaian melalui
ujian pilihan ganda. Data kuantitatif digunakan untuk mengukur kebehasilan
pembelajaran dengan mengacu pada rumusan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Ketercapaian tujuan itu diukur dengan menggunakan pretes dan postes.
Dalam hal ini memang agak sulit untuk membedakan secara jelas antara praktek
belajar dan pembelajaran yang dilandasi paham kognitivisme dengan paham
14
konstruktivisme karena kedua kesinambungan tersebut. Seperti yang diungkap aliran
konstruktivisme yang sebenarnya berbasis kognitivisme, belajar adalah suatu proses aktif
menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan dengan membangun
hubungan antara konsepsi yang dimiliki dengan fenomena yang telah dipelajari.
Namun tidak boleh diabaikan bahwa ada sejumlah ahli yang menganggap adanya
sikap khas dari belajar menurut konstruktivisme dan berbeda dari aliran koginitivisme. Ini
di ungkap oleh para ahli yang cenderung menempatkan Jean Peaget sebagai pelopor
aliran kognitivisme, misalnya para ahli yang banyak mengembangkan
teori scaffolding. Konsepsi awal pada hakikatnya adalah skema atau struktur kognitif awal
yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran secara formal, sebagai hasil
pengalaman tatap muka dengan guru. Seringkali konsepsi siswa sering tidak cocok, tidak
konsisten dengan konsepsi ilmuan yang disampaikan oleh guru atau yang dibacanya dari
buku-buku dan majalah ilmiah. Maka terjadilah miskonsepsi, pre-konsepsi atau bingkai
kerja alternative (alternative framework). Miskonsepsi ini merangsang timbulnya apa yang
disebut disonansi kognitif, terjadi ketidakseimbangan (disekuilibrium) dan melalui
perubahan strukturnya kognitifnya, menurut pieget, harus dicapai keadaan ekuilibriummelalui proses yang disebut ekuilibrisasi. Untuk mencapai ekuilibrisasi itu agar terjadi
bentuk struktur kognitif yang baru maka siswa harus belajar.
2.1.62.1.62.1.62.1.6 MeaningfulMeaningfulMeaningfulMeaningful LearningLearningLearningLearning (Belajar(Belajar(Belajar(Belajar Bermakna)Bermakna)Bermakna)Bermakna)
Dalam belajar bermakna ada dua hal yang penting yang harus
diperhatikan. Pertama,karakteristik bahan yang dipelajari. Kedua adalah struktur kognitif
individu pembelajar. Bahan baru yang akan dipelajari tentu saja akan mengubah struktur
kognitif siswa haruslah bermakna, artinya dapat berwujud istilah yang memiliki makna,
konsep-konsep yang bermakana atau hubungan antara dua atau lebih konsep yang
memiliki makna. Selanjutnya bahan baru yang akan dipelajari hendaknya dihubungkan
dengan struktur kogntif siswa secara subtansial dan beraturan. Subtansial artinya bahan
yang dihubungkan harus sejenis atau sama subtansinya dengan yang sudah ada pada
struktur kognitif. Beraturan berarti mengikuti aturan yang sesuai dengan sifat bahan
tersebut (karakteristik pengetahuan baru yang diperkenalkan pada pengetahuan siswa).
Hal lain yang menentukan adalah siswa harus memiliki kemauan untuk menggabungkan
15
konsep baru tersebut dengan strutur kognitifnya sendiri secara subtansial dan beraturan
pula.
Agar siswa dapat memahami isi lebih bermakna, maka disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Siswa difasilitasi untuk dapat
mengakses berbagai informasi (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap) dalam rangka
menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah tersebut menggunakan berbagai sumber
daya informasi, misalnya media cetak, media audio, media audio visual, multimedia,
internet, dan teknologi terpadu. Hal ini berbeda dengan pengembangan pembelajaran
yang berpijak pada teori behavioristik, pengembangan pembelajaran diarahkan pada
penyelesaian tugas atau penguasaan pengetahuan secara sistematik (bagian demi bagian
secara terpisah). Teori Behavioristik menekankan pada subskill yang diajarkan.
Pembelajaran lebih ditekankan pada kontek dan pemahamam individu yang lebih
bermakna (meaningful). Agar siswa dapat memahami isi lebih bermakna, maka disarankanmenggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Siswa
difasilitasi untuk dapat mengakses berbagai informasi (pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap) dalam rangka menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah tersebut
menggunakan berbagai sumber daya informasi, misalnya media cetak, media audio,
media audio visual, multimedia, internet, dan teknologi terpadu. Hal ini berbeda dengan
pengembangan pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik, pengembangan
pembelajaran diarahkan pada penyelesaian tugas atau penguasaan pengetahuan secara
sistematik (bagian demi bagian secara terpisah).
Pembelajaran bermakna memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut:
1) Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan
lama.
2) Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama.
3) Lebih dahulu memberikan ide yang paling umum kemudian hal-hal yang lebih
terperinci
4) Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang
baru disajikan.
16
2.1.72.1.72.1.72.1.7 PengertianPengertianPengertianPengertian InstruksiInstruksiInstruksiInstruksioooonalnalnalnal DesignDesignDesignDesign (((( DesainDesainDesainDesain Instruksional)Instruksional)Instruksional)Instruksional)
Desain artinya rancangan atau rencana. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia/KBBI (2002:257) dinyatakan kerangka kegiatan atau rancangan. Adapun yang
dimaksud dengan instruksional adalah pembelajaran atau pembelajaran. Dalam KBBI
(2002 :17) dibedakan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang
belajar, sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan mengajar, atau
mengajarkan.
Menurut Harjanto (2002) bahwa salah satu bagian dari proses keseluruhan
kegiatan mengajar adalah pembelajaran, pembelajaran selalu berhubungan dengan
belajar. Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran/belajar mengajar perlu
desain/rancangan.
Ibrahim Superman (2003) menyatakan , Desain instruktional (pengembangan,
perancangan, dan perencanaan instruktional ) adalah suatu proses yang sistematik dalam
menyusun sistem instruksional yang efektif dan efisien melalui kegiatan pengidentifikasian
masalah, pengembangan, dan pengevaluasian.
Berdasarkan uraian dan penjelasan para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa istilah desain instruktional pembelajaran sama dengan
pengembangan/perancangan pembelajaran. Desain instruktional adalah suatu
rancangan/perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh pengajar/perancang berdasarkan
analisis kebutuhan, tujuan yang ingin dicapai, yang disusun secara sistematis untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2.1.82.1.82.1.82.1.8 KelebihanKelebihanKelebihanKelebihan dandandandan KKKKekuranganekuranganekuranganekurangan MetodeMetodeMetodeMetodeMeaningfulMeaningfulMeaningfulMeaningful InstructionalInstructionalInstructionalInstructional DesignDesignDesignDesign1.1.1.1. KelebihanKelebihanKelebihanKelebihan
a) Sebagai jembatan menghubungkan tentang apa yang sedang dipelajari siswa.
b) Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
c) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap
d) Membantu siswa membentuk, mengubah, diri atau mentransformasikan informasi
baru.
e) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
17
f) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya
untuk materi pelajaran yang mirip.
g) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang
mirip walaupun telah terjadi lupa.
2.2.2.2. KekuranganKekuranganKekuranganKekurangan
a) Guru merasa kesulitan contoh-contoh konkrit dan realistik.
b) Karena ini membentuk suatu kelompok maka hal sering terjadi adalah
mengandalkan siswa yang pintar.
2.1.92.1.92.1.92.1.9 PerancanganPerancanganPerancanganPerancangan PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran dengandengandengandengan MetodeMetodeMetodeMetodeMeaningfulMeaningfulMeaningfulMeaningful InstructionalInstructionalInstructionalInstructional DesignDesignDesignDesign....Perancangan pembelajaran yang mengarah pada timbulnya pembelajaran
bermakna (Meaningful Instructional Design) sebagai berikut:1) Orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik, melainkan
juga diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta potensi dasar
siswa.
2) Topik-topik yang dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman anak yang
relevan. Pelajaran tidak dipersepsi anak sebagai tugas atau sesuatu yang dipaksakan
oleh guru, melainkan sebagai bagian dari atau sebagai alat yang dibutuhkan dalam
kehidupan anak.
3) Metode mengajar yang digunakan harus membuat anak terlibat dalam suatu aktivitas
langsung dan bersifat bermain yang menyenangkan.
4) Dalam proses belajar perlu diprioritaskan kesempatan anak untuk bermain dan
bekerjasama dengan orang lain.
5) Bahan pelajaran yang digunakan hendaknya bahan yang konkret.
6) Dalam menilai hasil belajar siswa, para guru tidak hanya menekankan aspek kognitif
dengan menggunakan tes tulis, tetapi harus mencakup semua domain perilaku anak
yang relevan dengan melibatkan sejumlah alat penilaian.
2.1.102.1.102.1.102.1.10 HasilHasilHasilHasil BelajarBelajarBelajarBelajar
Hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995: 43). Belajar adalah proses yang dilakukan
18
oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap
tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari bayi sampai masa tua
melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat (Bell-Gredler, 1986:1). Sehingga hasil
belajar adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya. Hasil belajar
yang merupakan perubahan tingkah laku yang telah diperoleh melalui kegiatan belajar
secara aktif otomatis akan tersimpan dengan baik dalm ingatan siswa.
Hasil belajar menurut Gagne dalam (Wahyudi, 2013:34) terdiri dari lima macam
kemampuan yaitu :
1) Ketrampilan intelektual, merupakan kemampuan untuk dapat membedakan ,
menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah.
2) Strategi kognitif, adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta
mengembangkan proses berpikir dengan caa merekam, membuat analisis dan
sintesis.
3) Informasi ferbal, adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan
pengetahuannya tentang fakta-fakta.
4) Ketrampilan motorik, dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran
gerakan otot-otot, serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut.
5) Sikap, adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas
dasar penilaian terhadap stimulus tersebut.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan menjadi tiga kemampuan yaitu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Menurut Slameto (2003:3), perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak
sekali sifat maupun jenisnya. Karena itu, sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan tingkah laku dalam diri
seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar memiliki ciri-ciri :
a) Perubahan terjadi secara sadar.
b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional .
c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
19
f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Secara garis besar pembelajaran IPA harus mengacu pada standar kompetensi
maupun kompetensi dasar IPA. Standar kompetensi IPA yang dibakukan dan harus
ditunjukan siswa pada hasil belajarnya dalam pelajaran IPA.
2.1.112.1.112.1.112.1.11 Faktor-faktorFaktor-faktorFaktor-faktorFaktor-faktor yangyangyangyang MempengaruhiMempengaruhiMempengaruhiMempengaruhi HasilHasilHasilHasil BelajarBelajarBelajarBelajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: faktor yang terdapat
dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern).
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang
berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan
sebagainya.
a. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, yang dapat
digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan
motivasi.
1) Kecerdasan/intelegensi
2) Bakat
3) Minat
4) Motivasi
b. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan
keluarga, lingkungan. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan
tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995: 60) faktor
ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keluarga, keadaan sekolah dan
lingkungan masyarakat.”
1) Keadaan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan.
2) Keadaan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat.
3) Lingkungan masyarakat di samping orang tua, lingkungan juga merupakan
salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa
20
dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak.
Berdasarkan kajian tentang berbagai pendapat mengenai hasil belajar yang
dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu setelah siswa mengalami proses
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes dalam satu satuan waktu, berupa semester atau tahun pelajaran.
2.22.22.22.2 PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian yangyangyangyang RelevanRelevanRelevanRelevan
Penelitian yang dilakukan oleh Linda Lestari dengan judul, “Penggunaan ModelMeaningful Instructional Design untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan
Narasi Sugestif Siswa Kelas X MAN 1 Bandung Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode MeaningfulInstructional Design dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan
narasi. Nilai terendah pada siklus I adalah 44, kemudian pada siklus II meningkat menjadi
62. Nilai rata-rata pada sikuls I adalah 66,5 kemudian meningkat pada siklus II menjadi
72,1. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan jika penggunaan
metode Meaningful Instructional Design dapat meningkatkan minat siswa dalam
pembelajaran menulis karangan narasi.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa
penelitian tindakan kelas mengenai Penggunaan Metode Meaningful Instructional Designuntuk meningkatkan hasil belajar IPA sehingga orisinilitas konsep ini dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Terhadap hasil-hasil penelitian yang secara
variabel berhubungan akan semakin membuktikan akurasi hasil-hasil penelitian
sebelumnya.
2.32.32.32.3 KerangkaKerangkaKerangkaKerangka BerpikirBerpikirBerpikirBerpikir
Pada tahap awal sebelum guru menggunakan metode Meaningful InstructionalDesign, hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri Wringingintung 01 masih rendah.
Dengan rendahnya prestasi belajar IPA tersebut guru berupaya meningkatkan hasil belajar
21
IPA dengan melakukan inovasi pembelajaran yang dilakukan adalah mengemas
pembelajarannya dengan menggunakan metode Meaningful Instructional Design.Penggunaan media yang dilakukan peneliti terdiri dua siklus. Pada siklus I hasil
pekerjaan siswa atau hasil kerja kelompok dipresentasikan pada kelompok lain. Pada
siklus II hasil pekerjaan siswa atau hasil kerja kelompok dipresentasikan pada kelompok
lain di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain.
Berdasarkan asumsi tersebut, diperoleh pemahaman bahwa penerapan metode
Meaningful Instructional Design dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI semester
1 SDN Wringingintung 01 Kecamatan Tulis Kabupaten Batang.
Dari latar belakang dan kajian teori, maka dapat dirumuskan kerangka berpikir
dalam penelitian ini sebagai berikut :
GambarGambarGambarGambar 2.12.12.12.1SkemaSkemaSkemaSkema KerangkaKerangkaKerangkaKerangka BerfikirBerfikirBerfikirBerfikir
Membantu siswamemahamibahan belajar
Membantu siswamembentuk ,mengub
ah diri,mentransformasikan
informasi baru
Informasi yangdipelajari secarabermakna mudah
diingat
Informasi yangdipelajari secara
bermaknamemudahkanproses belajar
Penghubung apayang dipelajari
siswa
MetodeMeaningfulInstructionalDesign
HasilBelajar
22
2.42.42.42.4 HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis TindakanTindakanTindakanTindakan
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan diduga metode MeaningfulInstructional Design dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA
pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Wringingintung 01 Kecamatan Tulis Kabupaten
Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.