BABIV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat dan Kondisi Uraum Perusahaan
PT Siantarjaya Ekatama (PT SE) pertama kali merupakan suatu home industri
dimana memiliki 10 orang tenaga kerja dengan mengoperasikan 4 mesin yang
memproduksi sepatu dan sandal. Dalam menjalankan usahanya pemilik hanya
menenma pesanan dari toko-toko grosir yang menjual sepatu dan sandal. Dengan
semakin berkembangnya dunia bisnis terutama semakin menjamumya toko-toko yang
menjual sandal maka pemilik merasa perlu untuk memperluas bidang produksinya
yaitu dengan mulai memproduksi sandal spon. Mala-mula pemilik memberikan
contoh-contoh sandal kepada customer lalu apabila pasar merespon dengan baik dan
model tersebut bisa laku di pasaran maka mulai memproduksi model sandal tersebut.
Dengan semakin meningkatnya permintaan, pemilik merasa perlu untuk
mengembangkan usahanya. Maka didirikanlah sebuah PT yang bernama PT
Siantarjaya Ekatama pada tanggal 10 November 1993 dengan akte notaris nomor C2-
12-060.HT.01.01 tahun 1993 yang berlokasi di jalan Simokalangan Surabaya.
Perusahaan mempekerjakan tenaga kerja 98 orang dengan mengoperasikan 8 mesin.
Pekerja terbagi antara pekerja bagian produksi sepatu dan pekerja bagian produksi
sandal.
38
4.1.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi suatu perusahaan memberikan gambaran mengenai batas
formal dari pembagian tugas, tanggung jawab, wewenang, serta arus pelaporan dan
komunikasi dalam suatu perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi, para anggota
dapat mengetahui tugas, tanggung jawab serta wewenangnya dalam usaha pencapaian
tujuan organisasi. Bentuk struktur organisasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi
dari perusahaan yang bersangkutan.
PT Siantarjaya Ekatama memiliki struktur organisasi yang sederhana seperti
yang tampak pada gambar 4.1.
Gambar 4.1Struktur Organisasi PT Siantarjaya Ekatama
Sumber: Struktur Organisasi PT. Siantarjaya Ekatama
Adapun pembagian tugas dan wewenang dalam PT SE adalah sebagai berikut:
a. Direktur
Merupakan pemilik perusahaan yang ikut serta dalam kegiatan pengelolaan
perusahaan. Direktur memiliki tanggung jawab dan wewenang antara lain:
mengarahkan dan mengkoordinir para manager agar bertindak sesuai dengan
tujuan dan kebijaksanaan perusahaan, menetapkan kuantitas, warna dan harga
bahan baku, bahan pembantu, dan suku cadang mesin.
b. Sekretaris
Sekretaris membantu tugas-tugas direktur dan memiliki tanggung jawab seita
wewenang atas hal-hal yang berhubungan dengan tugas keseharian direktur
termasuk penyiapan jadwal pertemuan dengan pihak ketiga, pertemuan dengan
pihak manajer perusahaan, perjanjian yang dilakukan direktur, penyampaian
komunikasi dengan lini bawah dan penyiapan laporan lain yang berhubungan
dengan tugas keseharian direktur.
c. Manager Keuangan dan Akuntansi
Manager keuangan dan akuntansi bertanggung jawab serta benvewenang atas hal-
hal yang berhubungan dengan keuangan perusahaan serta mengatur pemasukan
dan pengeluaran uang, menyelenggarakan catatan akuntansi perusahaan hingga
penyusunan laporan keuangan.
Manager ini membawahi:
1) Kas
Bagian kas bertanggung jawab atas penerimaan uang dan pengeluaran uang
serta mengadakan dokumentasi atas kegiatannya.
2) Utang
Bagian utang bertugas untuk mengadakan pencatatan yang terjadi atas
transaksi pembelian bahan baku serta pembelian lainnya yang dilakukan
secara kredit.
3) Pajak
Bagian ini bertugas untuk mengadakan perhitungan pajak dan melakukan
hubungan dengan pihak ketiga yaitu pihak perpajakan.
4) Piutang
Bagian piutang bertugas untuk mengadakan pencatatan piutang pelanggan
serta mengawasi jatuh temponya pembayaran dan membuat faktur penagihan
piutang pelanggan.
5) Pembelian
Bagian pembelian bertugas menyiapkan pembelian bahan baku dan bahan
pembantu lainnya berdasarkan permintaan bagian yang terkait misalnya
bagian produksi serta mengawasi perkembangan harga bahan-bahan yang
biasanya dibeli dan mengkoordinasikan dengan bagian lain atas permintaan
bahan-bahan yang harus di beli.
6) Penagih
Bagian ini bertugas menagih pelanggan atas piutang yang sudah jatuh tempo.
d. Manager Pemasaran
42
Manager pemasaran bertugas melakukan pemasaran atau penjualan berdasarkan
permintaan pelanggan dan mengkoordinasikan permintaan tersebut kepada
manager produksi, mengawasi jumlah penjualan untuk tiap pelanggan dan
menjaga hubungan yang baik dengan pelanggan.
e. Manager Produksi
Manager produksi memiliki tanggung jawab dan wewenang yang berkaitan
dengan proses produksi perusahaan serta mengkoordinir bagian-bagian
dibawahnya agar melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan dan bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi.
Manager ini membawahi:
1) Bagian Tehnik
Bagian tehnik bertugas menyiapkan, merawat dan mereparasi segala
perlengkapan produksi untuk menjamin kelancaran produksi serta
mengadakan pengawasan penggunaan mesin pada saat proses produksi.
2) PPC(PlanningProductControl)
Bagian ini yang bertugas melakukan rencana produksi dengan melakukan
perhitungan mengenai berapa bahan baku yang akan digunakan, dan waktu
yang diperlukan untuk memproduksi.
3) Kepala Produksi
Bertanggung jawab atas pelaksanaan proses produksi hingga pengepakan atas
produk, dimana kepala produksi ini membawahi:
a) Mandor Proses Produksi
Mandor dalam proses produksi ini mengawasi jalannya proses produksi
dimulai dari diprosesnya bahan baku hingga menjadi sepatu yang
dikendalikan atau dijalankan oleh beberapa operator mesin. Mandor juga
bertanggung jawab membuat suatu catatan hasil produksi.
b) Mandor Proses Penyerian
Mandor ini mengawasi jalannya proses penyerian sepatu dan melakukan
pencatatan hasil penyerian dalam suatu catatan.
c) Mandor Proses Pengepakan
Mandor ini mengawasi jalannya pengepakan dalam dos dan juga
raelakukan pencatatan dalam suatu laporan hasil alchir.
4) Gudang
Bagian gudang dibagi menjadi dua yaitu gudang bahan baku dan gudang
barang jadi. Kedua bagian gudang ini bertanggung jawab atas penerimaan
maupun pengeluaran bahan baku maupun barang jadi serta bertugas
melakukan pencatatan terhadap arus masuk keluamya persediaan di gudang.
f. Manager Personalia
Manager personalia memiliki tanggung jawab dan wewenang mengenai
kepegawaian termasuk mengadakan pencatatan dan dokumentasi data
keseluruhan pegawai, pengangkatan dan pemberhentian pegawai, perhitungan dan
pembayaran gaji karyawan sampai tahap seleksi tenaga kerja yang diperlukan.
44
4.1.3 Proses Produksi
4.1.3.1 Bahan Baku
Dalam proses produksi, bahan baku yang diperlukan untuk membuat sebuah
sandal adalah spon, sheet sablon, lem, tali sandal dan kap sablon. Sebenarnya untuk
membuat sebuat tali sandal ada juga bahan bakunya sendiri, tetapi di PT. Siantarjaya
Ekatama tidak mempermasalahkan bahan baku dari tali sandal tersebut, karena semua
bahan baku untuk rnembuat sandal tersebut dibeli dari luar. Jadi bahan bakunya hanya
yang tertera diatas.
4.1.3.2 Hasil Produksi
Dalam melakukan kegiatan usahanya, PT SE memproduksi sandal spon
dengan 2 model yaitu model japit dan model slop dengan berbegai tipe dan ukuran
yang berbeda yaitu:
a. Sandal spon ukuran besar yang dimulai dari nomer: 9; 9,5; 10; 10,5.
b. Sandal spon ukuran tanggung yang dimulai dari nomer: 7; 7,5; 8; 8,5.
c. Sandal spon ukuran kecit yang dimulai dari nomer: 6; 6,5.
Yang membedakan model ukuran dewasa yang satu dengan yang lain hanya pada
gambar dari sheet sablon tersebut. Begitu pula dengan ukuran yang tanggung dan
ukuran kecil.
4.1.3.3 Langkah-Langkah Produksi
Adapun langkah-langkah proses produksi untuk model japit di bagi menjadi 3
baeian vaitu:
•41
a. Langkah I : Proses Produksi
Dalam melakukan proses pembuatan sandal mulai dari bahan baku sampai
dengan barang jadi meliputi beberapa tahap yaitu :
1. Proses pemotongan (cutting)
Spon yang berupa lembaran dipotong menjadi beberapa bagian (misalnya:
menjadi 4 bagian).
- Begitu pula dengan sheet sablon yang berupa roll dipotong per bagian-bagian
sesuai dengan ukuran sandal yang akan dibuat.
2. Proses pengeleman
- Setelah diperoleh potongan spon per bagian dan potongan sheet sablon, maka
proses selanjutnya adalah pengeleman. Sheet sablon tersebut dilem pada
potongan spon. Supaya kuat, maka pemberian lem ini dilakukan sampai tiga
kali dengan proses pengenngan melalui alat yang disebut conveyor.
3. Proses pengeplongan
- Setelah spon selesai dilem dan sudah melekat betul, spon sablon dimasukkan
ke mesin plong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Setelah masuk ke
mesin plong, hasil yang diperoleh berupa spon sablon yang berbentuk sandal.
4. Proses tarik tali
Sandal spon sablon yang dihasilkan dari mesin plong, kemudian diraasukkan
lagi ke mesin tarik tali sandal. Disini ukuran tali sandal yang digunakan sesuai
dengan ukuran sandal spon sablon tersebut. Tali sandal yang ada pada sandal
tersebut dibersihkan lagi supaya rapi bentuknya.
b. Langkah II: Proses Penverian
46
Sebelum dilakukan proses penyerian, sandai spon itu diberi label ukuran Pada
proses penyerian ini dilakukan penyerian berdasarkan seri ukuran yaitu seri ukuran
besar dimulai dari nomer 9; 9,5; 10; 10,5 untuk semua jenis model gambar sablon.
Dan seri ukuran tanggung yang dimulai dari nomer 7; 7,5; 8; 8,5. Serta seri ukuran
kecil yang dimulai dari nomer 6; 6,5; 7; 7,5. Tiap satu seri dimasukkan dalam satu
bungkus plastik menjadi setengah lusin yang berisi 6 pasang sandal.
Lalu mandor bagian proses pengepakan ini membuat suatu cacatan yang berisi
jumlah yang dihasilkan (dalam lusinan) menurut tiap seri ukuran dan mengirimnya ke
bagian proses pengepakan. Dalam pengiriman ini tidak disertai dengan dokumen apa
pun karena lokasi pengepakan berada dalam pabrik yang sama.
C. Langkah III: Proses Pengepakan.
Yang dimaksud dalam proses ini adalah hasil proses penyerian yang berupa
sandal spon dalam bentuk lusinan di pak atau dibungkus dalam satu karung yang
berisi: untuk ukuran dewasa berisi 16 lusin, untuk ukuran tanggung 20 lusin, untuk
ukuran kecil berisi 30 lusin. Setelah selesai mandor di bagian ini membuat suatu
laporan yang berisi jumlah karung yang dihasilkan menurut tipe dan ukuran barang.
Setelah itu dikirim ke gudang barang kadi.
Secara singkat alur produksi melewati tahapan atau departemen produksi yang dapat
digambarkan sebagai berikut;
Gambar 4.2Alur Proses Produksi
4.1.4 Prosedur Akuntansi dalam Sikius Produksi.
4.1.4.1 Prosedur Penerimaan Bahan Baku dari Supplier
Bahan baku yang di kirim oleh supplier di terima oleh bagian gudang bahan
baku. Bahan baku tersebut akan di periksa terlebih dahutu kuantitas. kualitas, dan
warnanya oleh bagian gudang bahan baku sebelum dimasukkan ke dalam gudang
bahan baku. Pengiriman bahan baku ini selalu disertai dengan surat jalan dan
rangkapnya. Setelah diperiksa bahan baku tersebut maka surat jalan beserta
rangkapnya ditanda tangani oleh bagian pembelian.
Surat jalan biasanya dalam rangkap tiga yaitu :
a. Lembar kesatu dan kedua dikembalikan kepada pengirim.
b. Lembar ketiga diarsip oleh bagian gudang bahan baku.
Berdasarkan surat jalan yang diterima, bagian gudang bahan baku akan
mencatat penerimaan bahan baku dalam kartu sediaan gudang bahan baku dan
membuat Iaporan penerimaan bahan baku rangkap dua. Laporan penerimaan bahan
baku rangkap dua, surat jalan lembar ketiga dan kartu sediaan gudang bahan baku
diberikan kepada bagian pembelian untuk di cek dan di otorisasi. Kemudian lap>oran
penenmaan bahan baku lembar kedua dan kartu sediaan gudang bahan baku
dikembaiikan kepada bagian gudang bahan baku. Sedangkan laporan penerimaan
bahan baku lembar kesatu dan surat jalan iembar ketiga oleh bagian pembelian
dijadikan dasar untuk membuat laporan pembelian bahan baku, dimana dibuat dalam
rangkap dua. Laporan pembelian bahan baku lembar kedua di arsip oleh bagian
pembelian, dan lembar kesatu di otonsasi oleh manajer akuntansi dan keuangan.
4S
Kemudian di arsip oleh bagian utang untuk digunakan nantinya sebagai dasar
membayar utang.
4.1.4.2 Prosedur Permintaan dan Penerimaan Bahan Baku dari Gudang BahanBaku
Berdasarkan surat kerja lembar ketiga, kepala produksi membuat slip
permintaan bahan baku dalam rangkap dua. Slip permintaan bahan baku sebanyak
dua lembar itu diberikan kepada bagian gudang bahan baku untuk meminta bahan
baku ke gudang bahan baku.
Bagian gudang bahan baku akan merapersiapkan bahan baku sesuai dengan
slip permintaan bahan baku. Bagian gudang bahan baku akan mengantarkan bahan
baku ke bagian proses produksi disertai dengan slip permintaan bahan baku.
Kepala produksi yang menerima bahan baku akan memeriksa jumlah dan
kualitasnya. Lalu slip permintaan bahan baku ditanda tangani oleh kepala produksi.
Slip permintaan bahan baku Iembar kesatu akan diberikan kepada bagian gudang
bahan baku sedangkan lembar kedua diarsip oleh kepala produksi. Dan bahan baku
tersebut diberikan ke bagian proses produksi. Bagian gudang juga akan mencatal
jumlah bahan baku yang dikeluarkan dalam kartu sediaan gudang bahan baku.
Kartu sediaan gudang bahan baku dan slip permintaan bahan baku Iembar
kesatu diberikan kepada manajer produksi untuk diperiksa dan diotorisasi, setelah itu
dikembalikan lagi ke bagian gudang bahan baku.
4.1.4.3 Prosedur Pelaksanaan Proses Produksi daa Penyerahan Barang Jadi keGudang Barang Jadi.
Setelah pesanan diterima dan dicatat oleh bagian pemasaran, maka bagian
pemasaran akan mencocokkan jumlah dan jenis pesanan yang di terima dengan
sediaan barang jadi dengan meminta konfirmasi ke bagian gudang barang jadi.
Apabila pesanan dapat dipenuhi dengan sediaan yang tersedia, maka staf pemasaran
akan meminta otorisasi pada manajer pemasaran, setelah di otorisasi maka akan
dilakukan pengiriman. Tetapi apabila pesanan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan
sediaan yang ada, maka manajer pemasaran akan mengkonfirmasikannya kepada
manajer produksi. Kemudian manajer produksi akan meminta bagian PPC untuk
membuat suatu laporan perencanaan produksi dalam rangkap dua. Kemudian laporan
perencanaan produksi tersebut diberikan kepada manajer produksi untuk di otorisasi,
dimana laporan perencanaan produksi lembar kesatu diarsip oleh manajer produksi
sedangkan laporan perencanaan produksi lembar kedua dikembalikan kepada bagian
PPC. Berdasarkan Iaporan perencanaan produksi lembar kedua, bagian PPC akan
membuat surat perintah produksi dalam rangkap d*ia, dimana surat perintah produksi
lembar kesatu diberikan kepada kepala produksi, sedangkan surat perintah produksi
lembar kedua di arsip oleh bagian PPC.
Setelah itu kepala produksi membuat surat kerja dalam rangkap tiga, yang
ditanda tangani oleh bagian PPC, dimana :
a. Lembar kesatu diberikan kepada bagian PPC
b. Lembar kedua diberikan kepada bagian gudang bahan baku
c. Lembar ketiga di arsip oleh kepala produksi.
Setelah seraua bahan baku diterima oleh operator tiap-tiap mesin rnaka
dibawah pengawasan mandor proses produksi, proses produksi di mulai. Mandor
proses produksi ini bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan proses
produksi.
Setelah proses produksi selesai dilakukan maka mandor proses produksi
membuat laporan hasil produksi dalam rangkap dua dimana lembar kesatu dibenkan
kepada kepala produksi dan Iembar kedua diarsip. Kemudian hasil produksi yang
berupa sandal tersebut dikirim ke bagian proses penyerian tanpa dokumen intern
apapun karena lokasi penyerian ada di dalam pabrik yang sama.
Dalam proses penyerian dilakukan penyerian terhadap produk sesuai dengan
seri ukuran produk. Setelah selesai dilakukan penyerian maka mandor di bat/ian
proses penyerian ini akan membuat suatu laporan hasil dan proses penyerian dalam
rangkap dua dimana lembar kesatu diberikan kepada kepala produksi dan lembar
kedua diarsip. Lalu sandal yang telah di seri dalam lusinan di kirim ke bagian
pengepakan tanpa dokumen intem apapun juga karena lokasinya berada di dalam
pabrik yang sama pula.
Pada bagian ini dilakukan pengepakan dan setelah itu mandor pada bagian
proses pengepakan ini membuat suatu laporan hasil pengepakan dalam rangkap dua
di mana lembar kesatu diberikan kepada kepala produksi dan lembar kedua diarsip
oleh bagian pengepakan.
Berdasarkan ketiga laporan tersebut (laporan proses produksi, laporan proses
penyerian dan laporan proses pengepakan) kepala produksi membuat laporan hasil
produksi dalam rangkap tiga dimana laporan ini memuat informasi mengenai jumlah
produk yang dihasilkan dalam karungan, kualitas produk, tanggal dan waktu
selesainya produksi. Laporan ini lalu diserahkan kepada manajer produksi untuk di
otorisasi sebagai pertanggungjawaban dari kepala produksi. Lembar kesatu dari
laporan hasil produksi ini di arsip oleh manajer produksi sedangkan lembar kedua
dikembalikan dan di arsip oleh kepala produksi dan lembar ketiga diberikan ke
gudang barang jadi.
Dengan membawa lembar ketiga hasil produk berupa karungan tersebut di
kirim ke gudang barang jadi.
4.1.4.4 Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Barang Jadi dari GudangBarang Jadi.
Bagian gudang barang jadi akan menerima semua hasil produksi dan
memeriksanya sesuai dengan laporan hasil produksi lembar ketiga sebelum
dimasukkan ke dalam gudang barang jadi. Kemudian bagian gudang barang jadi akan
mencatat penerimaan tersebut dalam kartu sediaan gudang barang jadi dan membuat
laporan penenmaan barang jadi dalarn rangkap tiga yang dioionsasi oleh manajer
produksi, dimana lembar kesatu diberikan kepada kepala produksi, dan lembar kedua
diberikan kepda bagian personalia untuk menghitung upah buruh. Dalam menenma
barang jadi dan mencatat barang jadi yang raasuk ke gudang barang jadi dilakukan
oleh orang yang sama.
Berdasarkan konfirmasi dari manajer pemasaran, bagian gudang barang jadi
akan membuat slip pengeluaran barang jadi dalam rangkap satu dan mempersiapkan
barang jadi sesuai dengan slip pengeluaran barang jadi.
Barang yang sudah dikeluarkan dari gudang barang jadi akan diterima dan
diperiksa oleh manajer pemasaran sedangkan slip pengeluaran barang jadi akan
diotorisasi oleh manajer pemasaran. Slip pengeluaran barang jadi lembar kedua yang
,52
telah ditanda tangani oleh manajer pemasaran akan dikembalikan ke bagian gudang
barang jadi sedangkan slip pengeluaran barang jadi lembar kesatu diberikan ke
bagian administrasi pemasaran.
Berdasarkan slip pengeiuaran barang jadi lembar kesatu, bagian administrasi
pemasaran akan membuat faktur dan surat jalan. Kemudian bagian administrasi
pemasaran akan menandai pesanan yang teiah di kirim.
Prosedur pengeluaran barang jadi dari gudang barang jadi ini juga berlaku
untuk pesanan yang dapat langsung di penuhi dengan sediaan yang tersedia di gudang
barangjadi.
4.2 Deskripsi Hasil Peneiitian
Dari observasi awal yang dilakukan, PT. Siantarjaya Ekatama memproduksi 2
model sandal, yaitu sandal model japit dan sar.dal model slop. Proses produksi dari
kedua model ini adalah kurang lebih sama. Perbedaannya hanya terletak pada kap
atas dan japitnya. Waktu tenggang yang dipcrlukan untuk memesan bahan baku scjak
saat pesanan dilakukan sampai bahan baku diterima (ieaJ iirm> adalah 1 minggu.
Biaya persediaan bahan baku yang dibebankan untuk senap bahan baku yaitu biaya
pemesanan {ordering cost) dan biaya penyimpanan (currvmg co.sf) ('urrvmg co.st
yang dibebankan pada setiap bahan baku yaitu scbe^ar 1? uv> dan harga bahan baku
itu sendiri dan juga kuantitas persediaan bahan bakii yang terdapat pada gudang
53
penyimpanan bahan baku. Diketahui carrying cost dan ordering cost perusahaan
adaiah sebagai berikut;
Carrying Cost ; Biaya Modal = 5 %
Biaya Asuransi, gaji pegawai, dll = 3 %
Biaya Keusangan = 3 %
Biaya Administrasi = 2 %
13%
Ordering Cost : Biaya Ekspedisi =Rp. 5.000
Biaya telepon & faximili = Rp. 2.500
Biaya administrasi = Rp. 3.000
- Rp. 10.500
4.2.1 Data Pernuntaan
PT. Siantarjaya Ekatama Surabaya merupakan perasahaan yang bergerak
dalam industri sepatu dan sandal dengan produksi bcrdasarkan Mass PrcK.iuction,
yang berarti PT Siantarjaya Ekatama Surabaya memproduksi produknya berdasarkan
hasil permintaan masa lalu (data historis) dari konsumen.
Dari pesanan sandal yang diterima, kebanyakan berdasarkan type produk dan
ukuran produk. Pada dasarnya untuk semua tipe produk sandai spon memiliki bahan
baku dan komposisi yang hampir sama , yang berbeda hanya pada gambar sheet
sablonnya saja dan ukurannya, sehingga sebagian besar dapat dikelompokkan
berdasarkan ukuran tipe produk, yaitu besar, tanggung dan kecil.
Tabel 4.1Data Permintaan Bulan Januari - Februari 2001 ( per pasang)
Kode Produk
Acc. 008 (Model Japit)
Acc. 809 (Model Slop)
UkuranBesarTanggungKecilBesarTanggungKecil
BulanJanuari
21,60019,20023,10025,92024,00015,000
Februari13,92016,80016,80020,52014,40023,200
Sumber : Data Intemal Perasahaan
Data permintaan tersebut didapat dari bagian pemasaran yang dicatat tiap satu
bulanan. Data permintaan ini diambil dalam periode bulanan yaitu 2 bulan mulai dari
bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2001 (Tabel 4.1).
Untuk membatasi penelitian ini maka, hanya diambil dua kode produk dengan
tiga ukuran yang berbeda yaitu Acc. 008 (Model Japit) dan Acc. 809 (Mode! Slop).
4.2.2 Data Pemakaian Bahan
Dari laporan bagian produksi dapat diketahui satu pasang sepatu
membutuhkan atau menghabiskan bahan baku apa saja dan berapa banyak Berikut
ini daftar bahan baku, ukurannya. dan berapa pasang sepatu yang dapat dihasilkannya
dan juga daftar pemakaian bahan baku urstuk 1 pasang sepatu.
55
Tabel 4.2Daftar Pemakaian Bahan Baku
56
Dari Tabel 4.2 maka dapat dihitung jumlah bahan baku yang dibutuhkan
untuk membuat satu pasang sandal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3. Jumlah
bahan yang dibutuhkan ini diperoleh dari ukuran bahan baku dibagi dengan jumlah
pasang sandal yang bisa dihasilkan. Benkut ini adalah daftar pemakaian bahan baku
untuk l pasang sandal.
Tabel 4.3Pemakaian Bahan Baku untuk 1 pasang sandal.
Nama Matenal
Spon / cnf
Sheet Sablon / cirfLem / kg
Tali Sandal / pasang
Kap Sablon / cirf
Jiimlah Bahan Yang Dibutuhkan10 1/2
520
520
0 0149
2
570
10
500
500
0 0149
2
532
9 1/2
441
441
0 0075
2
468
9
432
432
0 0075
2
432
8 1/2
35,5
35.5
0 0100
2
352
8
320
320
0 0100
2
308
7 1/2
312
312
0.0050
2
234
7
252
252
0 0050
2
208
6 1/2
238
238
0 0025
2
168
6
214,5
214,5
0.0025
2
1,1»
Sumber: Data Internal Perusahaan, dioiah.
4.2.3 Input MRP
Dalam melakukan penyusunan perencanaan kebutuhan material (Matenal
Requiremeni Plutmmg) untuk produk sandal membutuhkan data sebagai berikut:
a. Data permintaan produk dari konsumen (telah dijelaskan pada sub bagian
sebelumnya)
b. Jadwal Induk Produksi (Masier Production Schedule) yaitu berisi data mengenai
jadwal produksi untuk masmg-masmg stasiun kerja.
c. Struktur Produk {Produci Struciure 'free) yang berisi gambar material apa saja
yang menyusun produk jadi yaitu produk sandal.
57
d. Penentuan Bill of Material yang berisi komponen matehal I item tertentu yang
menyusun produk sanciai.
e. Daiu Invantory Record yang berisi data persediaan mutenal dasar (bahan baku),
persediaan barang setengah jadi maupun persediaar. barang jadi.
Langkah awai penerapan MRP adalah menyusun MPS yang realistis dan
valid. MPS ini sangat penting bagi departemen produksi sebagai pedoman dalam
melaksanakan aktivitasnya. Dari MPS dapat diketahui puia bcrapa targel produksi
yang harus dicapai tiap hari. MPS yang reaiistis sulit dibuat untuk badan usaha yang
bukan job order, karena la harus meramalkan perrnmtaan pasar. Biia meieset atau
salah dapat menyebabkan penumpukan atau kekurangan produk jadi yang keduanya
merugikan 'oadan usaha.
Langkah kedua adalah membuat Bill of hkaenal (BOM). BOM ini dapat
ditampilkan dalam 2 bentuk yaitu bentuk bagan dar. bentuk tabei sepeni yang
ditunjukkan pada Gambar 4.3, Gambar 4.4, Tabel 4.4 dan Tabei 4.5. Dai i BOIVf ini
akan terlihat macam-rnacam komponen yang dibutuhkan dan berapa banyak. BOM
yang terstruktur tidak hanya menunjukkan kornposisi dari suatu produk tetapi juga
menggambarkan tahapan proses produk itu dibuat.
Langkah terakhir sebelum penerapan MRP adaiah memastikan. bahwa catatan
sediaan tetap akurat yaitu menunjukkan keadaan pohng akhir dcngan sclaki
melakukan pencatatan transaksi-transaksi yang tenad;. Cara tradisionai yang
diiakukan oleh perasahaan adalah dengan mencaiai pengeiuarc.n bahan ba.ku dari
58
gudang pada formulir pengeluaran barang kemudian merekapitulasi pengeluaran
selama satu buian dan mencatatnya pada kaitu sediaan pada akhir bulan, sedangkan
untuk pembeiian uicatat setiap barang diterima di gudang.
Gambar 4.3Struktur Produk Sandal Modc! Japit
Spon !(2 unir) j
i'SPl |
i
i
! Sheet Sabi (2 unit)
i iSS'i
|
on
Sandal(1 pasang)
Si
i i
i i
i i
!ii
:!
!
Lem |
fL> !
j Taii! (2
| i
1
Sandalunit)
TS)
Sumbcr: Data Intemai Perusahaan
Spon(2 unit)
(SP)
Garnbar 4.4Struktur Produk Sandal Model SSop
Soncialf I pasang) i
HSi
| Sheet Sablonj (2 unit)
| ('SS) I
Sumber: Data Internal Pemsahaan
Lem
iL)
| Kap SabionI (2 unit)
iKSi
53
Di samping itu untuk memastikan ketepatan seciiaan, perusahaan melakukan
perhitungan sediaan fisik tahunan. Pada saai itu operasi pabrik dihentikan satu atau
dua hari dan semua sediaan dihitung dengan ieliti.
Tabel 4.4BOM Sandai Modc! Japit
Rakitan31
Komoonen
SP
ss
TS
Jumlah per Rakiian ! Dsskripsi | Sumber
2 unit2 unit
-
Sandai Japit I BuatSpon j Beii
Sheet Sabion j Be!ii_em i 8s!i
2 unit | Taii Sandai j Beli
Surnber : Data Internal Perusahaan
Tabel 4.5BOM Sanda! Model Slop
RakitanS2
Komponen
SP
ssi_
KS
Jumlah per Rakitan I Deskripsij Sanda! Japit
2 unit | Spon2 unit j Sheet Sablon
j Lem2 unit j Kap Sa-blon
Sumbsr*~"" ^1 jBuatBeliBe!iBe!iP<Qlt 1
Surnber : L)ata Intemal Pemsahaan
iabei4.6Catatan Sediaan
Narrsa Barang : SponSaiuan : I. I ni x 22 m\ 15 mvni ! anaoaii 01-0i-2uu'
Uo-u i -s.uv
06-01 -200': 15_Qi -2D3'
i 23-01 -200! nn n.*. i r w
S:: i l> i l r ! P}-,1Tf
UraianSaicio AwaiPemakaianPembeiian
PembeilanPen-iakaian
Rekao
No. Faktur
K-2348-6GSB-612K-257
internaj Perusahaan
tv'asuk
DU
DU
Keiuar
70
Saldo2010 j60 |
1 10 i
!t
60
Seteiah sediaan dihitung secara benar, nilamya dikonversikan ke mata uang
untak tujuan flnansiai. Cara perhitungan ini tidak cukup akurat untuk sistem MRP,
karena itu periu dikembangkan cara pcrhitungan siklus, yaitu setiap hari petugas
ruang penyimpanan menghitung sebagian kecii jenis barang, kesalahan dikoreksi dan
prosedur yang menyebabkan kesalahan dibetulkan. Cara perhitungan siklus ini
memberikan hasil yang lebih dapat dipercaya untuk menunjang keberhasiian
penerapan MRP. Adapun dan catatan sediaan PT. Siantarjaya Ekatama dapat
diketahui sediaan awal, penambahan maupun pemakaian yang dilakukan setiap
periode. Pada Tabel 4.6 tampak contoh beniuk catatan sediaan PT. Siantarjaya
Ekatama untuk bahan baku spon.
4.3 Analisis dan Pembahasan
4.3.1 Jadwal Induk Produksi (MPS)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pertama-tama kita harus membuat
MPS atau jadwai produkst induk. yar.g merupakan data permintaan atau pesanan
yang merupakan gross requirement MPS (lihat Tabel 4.!)
Untuk memudahkan perhitungan dan pelaksanaannya, maka dari MPS
bulanan akan dibagi menjadi MPS mingguan atau harian (tergantung pemakaian).
Dengan mengasumsikan bahwa dalam 1 bulan terdapai 4 minggu. dan dalam !
minggu hanya ada 5 14 hari ,dengan mempertimbangkan on hcimi imimuiry yang
61
dapat dilihat pada Tabel 4.7, maka dapat dibuat MPS harian untuk minggu I dan II
bulan Januari 2001 (lihat Tabel 4.8 dan Tabel 4.9)
Tabel 4.7On Hand Inventory
Acc. 008 (Mode! Japit)| Acc.80S (Mode! Slop)
Sponi Sheet Sablon
LemTaii SandaiKap Sablon
Besar432 pasang648 pasang168 lembar
15 rotl
Tanggung300 pasang424 pasang130 lembar
5 roii
Kecil200 pasang150 pasang50 iembar
10 roii3 kaieng
500 pasang45 iembar
100 pasang50 lembar
500 pasang35 lembar
Sumber: Data internai Peaisahaan
Untuk MPS minggu I, totai produksi adalah sebanyak 10.800 pasang sandal.
Dapat kiia lihat bahwa uniuk langgai 2 jurr.lah sandai model japit yang diproduksi
adalah sebanyak 4.968 pasang dan model siop sebanyak 5.832 pasang sandal. Hal ini
disebabkan karena pada awal periode lerdapat persediaan di tangan sebanyak 432
pasang sandai untuk modei japit dan 648 pasang sandal untuk model siop.
Tabel 4.8MPS Minggu (Januari 2001
(daiam satuan pasang)Ukuran : Besar
Minggu i JanuariTanoGa! !
Mode! Japit jModei Siop i
2001s_
550531
i 3i 982j 1179
9821179
5 i982 i1179 !
69821179
7490585
Total49685832
Sumber Data Internal Perusahaan, dioiah
62
Tabel 4.9MPS Minggu II januan 2001
(dalam satuan pasang')Ukuran : Besar
Minggu ii JanuariTanggal
Model Japit jModel Siop
20012
982
1179
3 i982 j1179 j
4
3821179
982 j1179 |
9321179
7490585
t i 013 i
i 6480
Sumber: Data Internal Perusahaan, diolah.
Untuk MPS minggu ke IL totai produksmya adaiah sebanyak 11.880 pasang
sandai. MPS untuk minggu-minggu benkutnya adaiah sarna dengan MPS mmggu ke
II dimana dalam setiap minggu dsproduksi 11.880 pasang sanda! (untuk buian Januari
2001). Sedangkan untuk bulan-bulan berikutnya dapat dicari denyan cara yang sama
yaitu membagi total permintaan untuk buian tersebut ke dalam hari keria. Untuk MPS
ukuran tanggung dan kecil dapat dicari dengan cara yang sama.
4.3.2 Proses Perhitungan MRP
4.3.2.1 Netting
Dari data MPS mingguan yang juga rnerupakan kebutuhan kotor dapai
diketahui kebutuhan bersih inei reqiiireaient) dengan mengurangi kebutuhan koior
igro.ss requirement) dengan sediaan yang dimiiiki \<:-n iiunJ) atau yang sedang
dipesan (on order). Kebutuhan bersih ini mcrupakan banyaknya proouk. purt aiau
item yang harus diproduksi setiap periode untuk memeiiuhi pesanan konsiunen. i abei
63
4.10 dan Tabel 4.11 adalah perhinmgan kebutuhan bersih untuk produk akhir seiama
2 bulan penama tahun 2001.
Dari Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa permintaan untuk bulan Januari 2001
sebanyak 21.600 pasang (dari minggu pertama sampai dengan minggu keempat) akan
dijadwalkan seiesai tiap minggu sebanyak 5.400 pasang. Dengan adanya sediaan awai
sebanyak 432 pasang snaka pada minggu pertama hanya perlu diproduksi sebanyak
4.968 pasang.
Tabei 4.10Kebutuhan Bersih Untuk Sandal Model Japit
(dalam satuan pasang)Ukuran : Besar
Gross Requirement
On hanci | 432
Net Reauirement
Periode Minggu Ks1
54000
4968
2 | 354000
5400
54000
5400
454000
5400
534800
3480
634800
3480
73480_j
03480
83480
03480
Total
35520
43235088
Sumber : Data Internal Perusahaan. diolah.
Tabe!4.11Kebutuhan Bersih Untuk Sandal Model Slop
(daiam satuan pasang)Ukuran • Besar
r:
Gross Requirement
iOnhand j 648
Penode Mmcgu Ke
6480
0Net Requirement j 5832
2 j 364300
6480
6480C
6430
464800
6480
51300
5130
,-,D51300
5130
" 75130
o5130
85130
o5130
Tota!
46440
64845792
Suinber: Data Intemal Perusahaan, dioiah.
Sedangkan pada bulan Februari 2001 permintaan sebanyak 13.920 pasang
(dari rnmggu kelima sampai dengan minggu kedelapan) akan dijadwalkan selesai tiap
64
minggu sebanyak 3.480 pasang. Dengan demikian total yang haras diproduksi sampai
akhir buian kedua adala'n sebanyak 35.088 pasang. Demikian pula dengan buian-
bulan berikutnya dibuat dengan cara yang sama. PenjeSasan Tabel 4.10 sama dengan
Tabei 4.11 hanya beda pada modei dan banyaknya sandai yang diproduksi.
Selanjutnya seteiah mengetahui berapa banyak pasang sepatu yang harus
diproduksi, maka direncanakan kebutuhan bahan baku. kapan harus dipesan dan
berapa banyak yang harus dipesan melalui tahap lat sizmg dan offsettmg.
4.3.2.2 Lot Sizing
Berikut ini akan dihitung kebutuhan bersih untuk kelirna jenis 'oahan baku.
Dari Tabel 4.3 dapat diiihat pemakaian bahan baku untuk menghasilkan satu pasang
sandal untuk setiap ukuran. Dengan mengetahui berapa pasang sandai yang harus
diproduksi dan banyaknya bahan yang dsbutuhkan untuk membuat satu pasang
sandal, maka dapat dihitung berapa banyak bahan yang dibutuhkan setiap minggunya
seperti yang tampak pada Tabel 4.12 sampai derigan Tabel 4.24
TabeS4.12Kebutuhan Bersih Uniuk Sc-on
UKuran '. BisasSatuan = Lembar1 letnbar = 2,42 m~Lead Time = i minesu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hanci i 168Net Requirement
JanuanJ t
420 |378 j
o !
20012 I
231 i
i147 i
o ! 8^
4231
231
Febr5
168
0168
jar:
i
i
i
i
200":
168
C168
7168
3158
' o
158
Totai157542u158987
Sumber : Data Intemal Perusahaari. Uio'iah.
65
Tabei 4.13Kebutuhan Bersih Untuk Spon
Ukuran: Tanggung
Satuan = Lembar1 lembar = 2,42 m2
Lead Time - 1 minggu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand |130Net Requirement
Januari 20011
128
20
21383001640
3138
26• o
4138
-112112
Februari 20015
100
0100
6100
0100
7100
0100
8100
0100
Total942300130512
Sumber : Data Internal Perusahaan, Diolah.
Tabei4.14Kebutuban Bersih Untuk Spon
Ukuran : Kecil
Satuan: Lembar1 lembar = 2,42 m"Lead Time = 1 minseu
Gross ReauirementSchedulsd RecsiptOnHand | 50Net Requirement
Januari 20011
8750130 .
291
-7878
39110090
491
-8282
Februari 20015
95
095
695
095
795
095
895
095
Total74015050
540
Sumber : Data Internal Perusahaan, Diolah.
Sandal yang harus diproduksi untuk minggu pertama, untuk ukuran besar :
Model japit : 4.968 pasang
Model slop : 5.832 pasang.
Total : 10.800 pasang
66
Dalam 1 lusin sandal :
ukuran besar terdiri dari 2 pasang ukuran 10 '/2; 2 pasang ukuran 10; 4 pasang
ukuran 9 /4; dan 4 pasang ukuran 9.
ukuran tanggung terdiri dari 2 pasang ukuran 8 'A; 2 pasang ukuran 8; 4 pasang
ukuran 7 Vi; dan pasang ukuran 7.
ukuran kecil terdiri dari 4 pasang ukuran 6 Vz; dan 6 pasang ukuran 6.
Dari Tabel 4.12, kebutuhan kotor spon ukuran besar untuk minggu pertama
sebanyak 210 lembar, minggu kedua 231 lembar dan seterusnya dengan total 1.575
lembar untuk 8 minggu pertama. Perhitungan ini didapat dari :
Kebutuhan Spon = (jumlah produksi) x (jumlah pasang sandal per lusin) x
(kebutuhan spon per pasang) / (luas ukuran lembaran spon).
No. 10 Vi = 10.800 pasang x 2/12 =1.800 pasang
= 1.800 pasang x 0,0526 m2 = 94,68 m2
= 94,68 m2 / 2,42 m2 - 39,12 lembar atau 40 lembar
No 10 = 10.800 pasangx 2/12 =1.800 pasang
= 1.800 pasang x 0,0505 m2 = 90,72 m2
= 90,72 m2 / 2,42 m2 = 37,48 lembar atau 38 lembar
No. 9 V2 = 10.800 pasang x 4/12 =3.600 pasang
= 1.800 pasang x 0,0448 m2 = 161,28 m2
= 161.28 m2 / 2;42 m2 = 66,64 lembar atau 67 lembar
67
No. 9 = 10.800 pasang x 4/12 =3.600 pasang
= 3.600 pasang x 0,0432 irr = 155,52 m;
= 155.52 m2 < 2.42 rrf = 64,26 lembar atau 65 lembar
Total lembar spon yang diperlukan untuk ukuran besar yaitu 210 lerabar
Selanjutnya dengan adanya penerimaan yang direncanakan {scheduled
receipt) tiba pada awal minggu pertama sebanyak 420 lembar dan sediaan awal (on
hantf) sebanyak 168 lembar, maka pada minggu pertama tidak dibutuhkan pemesanan
bahan baku spon. baru pada awal minggu ketiga dibutuhkan bahan bakd sebanyak 84
lembar untuk memenuhi pennintaan yang ada. 231 lembar untuk minggu keempat
dan seterusnya. Demikian pula dengan spon tanggung dan kecil dihitung dengan cara
yarui sama.
Tabel4.15Kebutuhan Bersih Untuk Sheet Sablon
Ukuran : Besar
Satuan = Roll1 roll = 50 yardLead Time = 1 minggu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 15Net Requirement
Januari 2001111
40
212
-88
312
012
412
012
Februari 200159
09
69
09
79
09
89
09
JTotal8301568
Sumber : Data Internal Perusahaan, Diolah.
68
Tabel 4.16Kebutuhan Bersih Untuk Sheet Sablon
Ukuran : Tanggung
Satuan = Roll1 roll = 50 yardLead Time = 1 minggu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 5Net Requirement
Januari 2001171080
27
10
37
-66
47
07
Februari 200155
05
65
05
75
05
85
05
Total4810533
Sumber: Data Internal Perusahaan, Diolah.
TabeI4.17Kebutuhan Bersih Untuk Sheet Sablon
Ukuran : Kecil
Satuan = Roll1 roll = 50 yardLead Time = 1 mininiu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 10Net Requirement
Januan 200115050
25
00
35
-55
45
05
Februari 200155
05
65
05
75
05
85
05
Total4001030
Sumber: Data internal Perusahaan, Diolah.
Dari Tabel 4.15. kebutuhan kotor sheet sablon ukuran besar untuk minggu
pertama sebanyak 11 roll. minggu kedua 12 roll dan seterusnya dengan total 83 roll
untuk 8 minggu pertama. Perhitungan ini didapat dari:
No.10 Vz= 10.800 pasangx 2/12 =1.800 pasang
= 1.800 pasang x 0,0526 nr = 94,68 m2
= 94.68 m : / 49.5 nr = 1.91 roll
69
No.10 = 10.800 pasangx 2/12 =1.800 pasang
=1.800 pasang x 0,0505 m2 = 90,72 m2
= 90.72 ITT, 49,5 m : = 1,83 roll
No. 9 V2 = 10.800 pasang x 4,12 =3.600 pasang
= 3.600 pasang x 0.0448 m : = 161,28 m2
= 161,28 m : /49,5 m:= 3,26 roll
No. 9 = 10.800 pasang x 4 12 =3.600 pasang
= 3.600 pasang x 0,0432 m; = 155,52 m2
= 155.52 m : 49.5 m : = 3,14 roll
Total roll sheet sablon yang diperlukan untuk ukuran besar yaitu 10,14 roll atau 11
roll.
Selanjutnya dengan adanya sediaan awal (on hancf) sebanyak 15 roll, maka
pada awal minggu pertama tidak dibutuhkan pemesanan bahan baku spon, baru pada
awal minggu kedua dibutuhkan bahan baku sebanyak 8 roll untuk memenuhi
permintaan yang ada, 12 roll untuk awal minggu ketiga dan seterusnya. Demikian
pula dengan sheet sablon tanggung dan kecil dihitung dengan cara yang sama.
Dari Tabel 4.18. kebutuhan kotor lem untuk minggu pertama sebanyak 8
kaleng, minggu kedua 9 kaleng dan seterusnya dengan total 63 kaleng untuk 8
minggu pertama.
70
TabeI4.18Kebutuhan Bersih Untuk Lem
Satuan = Kaleng1 kaleng = 25 kgLead Time = 1 minggu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 3Net Requirement
Januari 2001181050
29
-44
39
09
49
09
Februari 200157
07
67
07
77
07
87
07
Total6310350
Sumber : Data Internal Perusahaan, Diolah.
Perhitungan ini didapat dari :
N o. 10 Vz = 10.800 pasang x 2/12 = 1.800 pasang
=1.800 pasang x (1 kg / 67 pasang) = 26.82 kg
No.10 = 10.800 pasangx 2/12 =1.800 pasang
= 1.800 pasang x (1 kg / 67 pasang) = 26.82 kg
No. 9 Vz = 10.800 x 4/12 =3.600 pasang
= 3.600 pasang x (1 kg / 133 pasang) = 27 kg
No. 9 = 10.800 x 4/12 =3.600 pasang
= 3.600 pasang x (1 kg / 133 pasang) = 27 kg
No.8 V2= 10.076 pasangx 2/12 =1.679 pasang
= 1.679 pasang x (1 kg / 100 pasang) = 16,79 kg
No.8 = 10.076 pasangx 2/12=1.679 pasang
= 1.679 pasang x (1 kg / 100 pasang) = 16.79 kg
71
No. 7 V2 = 10.076 pasang x 4/12 =3.358 pasang
= 3.358 pasang x (1 kg / 200 pasang) = 16,79 kg
No. 7 = 10.076 pasangx 4/12 =3.358 pasang
= 3.358 pasang x (1 kg / 200 pasang) = 16,79 kg
No. 6 V2 = 9.175 pasang x 6/12 = 4.587 pasang
= 4.587 pasang x (1 kg / 400 pasang) = 11,47 kg
No. 6 = 9.175 x6'12 = 4.587 pasang
= 4.587 pasang x (1 kg / 400 pasang) = 11,47 kg
Total lein yang diperlukan untuk semua ukuran yaitu 197,74 kg , karena pembelian
lem dalam bentuk kaleng maka lem yang diperlukan 7,9 kaleng atau 8 kaleng ( 1
kaleng = 25 kg).
Selanjutnya dengan adanya penerimaan yang direncanakan {scheduled
receipi) tiba pada awal minggu pertama sebanyak 10 kaleng dan sediaan awal (on
hand) sebanyak 3 kaleng, maka pada awal minggu pertama tidak dibutuhkan
pemesanan bahan baku lem, baru pada awal minggu kedua dibutuhkan bahan baku
sebanyak 4 kaleng untuk memenuhi permintaan yang ada, 9 kaleng untuk awal
minggu ketiga dan seterusnya.
Dari Tabel 4.19, kebutuhan kotor tali sandal ukuran besar untuk minggu
pertama sebanyak 414 lusin, minggu kedua 450 lusin dan seterusnya dengan total
2924 lusin untuk 8 minggu pertama.
72
TabeI4.19Kebutuhan Bersih Untuk Tali Sandal
Ukuran : Besar
Satuan = Lusin1 lusin= 12 pasangLead Time = 1 minggu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 500Net Requirement
Januari 20011
414
860
2450
-364364
34508003500
4450
-100100
Februari 20015
290
0290
6290
0290
7290
0290
8290
0290
Total29248005001624
Sumber: Data Intemal Perusahaan, Diolah.
Tabel 4.20Kebutuhan Bersih Untuk Tali Sandal
Ukuran : Tangguiig
Satuan = Lusin1 lusin = 12 pasangLead Time = 1 minsau
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand j 100Net Requirement
Januari 20011
375300250
2400
-375375
i _ 3
400
0400
4400
0400
Februari 20015
350
0350
6350
0350
7350
0350
8350
0350
Total2975300100
2575
Sumber: Data Internal Perusahaan, Diolah.
Tabel 4.21Kebutuhan Bersih Untuk Tali Sandal
Ukuran : Kecil
Satuan = Lusin1 lusin = 12 pasangLead Time = 1 minggu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 500Net Requirement
Januari 20011
465
350
2482
-447447
3482
0482
4482
0482
Februari 20015
350
0350
6350
0350
7350
0350
8350
0350
Total3311
0500
2811
Sumber: Data Internal Perusahaan. Diolah.
73
Selanjutnya dengan adanya sediaan awal {on hand) sebanyak 500 lusin, maka
pada awal minggu pertama tidak dibutuhkan pemesanan bahan baku tali sandal, baru
pada awal minggu kedua dibutuhkan bahan baku sebanyak 364 lusin untuk
memenuhi permintaan yang ada, 450 lusin untuk awal minggu ketiga dan seterusnya.
Demikian pula dengan tali sandal tanggung dan kecil dihitung dengan cara yang
sama.
Tabel 4.22Kebutuhan Bersih Untuk Kap Sablon
Ukuran : Besar
Satuan = Lembar1 lembar = 1.275 m~Lead Time = 1 mimnju
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 45Net Reguirement
Januari 20011
2193001260
2242
-116116
3242
0
242
4242
0242
Februari 20015
192
0
192
6192
0
192
7192
0192
8192
0
192
Total171330045
1368
Sumber: Data Internal Perusahaan, Diolah.
Tabei 4.23Kebutuhan Bersih Untuk Kap Sablon
Ukuran : Tanggung
Satuan = Lembar1 lembar = 1.275 m2
Lead Time = 1 minimu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 50Net Requirement
Januari 20011
113200
137
0
2
121
16-16
3
121
0121
4121
0121
Februari 20015
73
0
73
6
73
073
773
0
73
8
73
0
73
Total768
20050
518
Sumber: Data Internal Perusahaan. Diolah.
74
Tabel 4.24Kebutuhan Bersih Untuk Kap Sablon
Ukuran : Kecil
Satuan = Lembar1 lembar = 1,275 m2
LeadTime= 1 minggu
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand j 35Net Requirement
Januari 20011
4050450
242
3-3
342
042
442
042
Februari 20015
63
063
663
063
763
063
863
063
Total4185035
333
Sumber: Data Internal Perusahaan, Diolah.
Dari Tabel 4.22, kebuluhan kotor kap sablon ukuran besar unluk minggu
penama sebanyak 219 lembar, minggu kedua 242 lembar dan seterusnya dengan total
1713 lembar umuk 8 minggu pertama. Perhitungan ini didapat dari :
Sandai yang harus diproduksi untuk minggu pertama. untuk ukuran besar yaitu 5832
pasang.
No. 10 Vz = 5.832 pasang x 2,12 = 972 pasang
= 972 pasang x 0.0567 m : = 55.11 m :
= 55,11 m~. 1,275 nr = 43,22 lembar atau 44 lembar.
No.10 =5.832 pasang x 2/12 = 972 pasang
= 972 pasang x 0,0531 m2 = 51,61 m2
= 51.61 m" 1.275 m' =40,48 lembar atau 41 lembar.
No. 9 '-2 = 5.832 pasang x 4/12 =1.944 pasang
= 1.944 pasang x 0,0447 m : = 86,89 m2
= 86,89 m: 1,275 m2 = 68,15 lembar atau 69 lembar.
75
No. 9 =5.832 pasang x 4/12 =1.944 pasang
= 1.944 pasang x 0,0425 m~ = 82,62 m2
= 82,62 m" / 1.275 m" = 64,8 lembar atau 65 lembar.
Total lembar kap sat>lon yang diperlukan untuk ukuran besar yaitu 219 lembar.5
Selanjutnya dengan adanya penerimaan yang direncanakan (schcduled
receipi) tiba pada awal minggu pertama sebanyak 300 lembar dan sediaan awal (on
hand) sebanyak 45 lembar, maka pada awal minggu pertama tidak dibutuhkan
pemesanan bahan baku spon. baru pada awal minggu kedua dibutuhkan bahan baku
sebanyak 116 lembar untuk memenuhi permintaan yang ada, 242 lembar untuk awal
minggu ketiga dan seterusnya. Demikian pula dengan kap sablon tanggung dan kecil
dihitung dengan cara yang sama.
Untuk menentukan kapan dilakukan pemesanan bahan baku dan ukuran
kelompoknya (lol .v/rc), dilakukan analisis dan pemilihan terhadap ketiga teknik yang
telah dipilih untuk dibahas, yaitu teknik liconomic Order Ouanlily (EOQ), Loi For
Lof (LFL) dan l.east To/al Cosl (LTC).
Berikut ini adalah perhitungan untuk bahan baku utama dengan menggunakan
ketiga teknik lo/ sizing yang dipilih :
UntukSpon
('anying Cos/ = Persentasi x Harga per lembar spon
Canying Cost = 13 % x Rp. 60.000/lembar/tahun = Rp. 7.800/lembar/tahun
Jadi Canying Co.st per minggu = Rp. 150/lembar/minggu.
76
Perhitungan dengan menggunakan EOQ
EOQ 2. D. S
H
2 . 197. 10.500. 150
= 166,072 lembaratau 167 lembar
Keterangan : D = Permintaan per 8 minggu
= 210+231 +231 +231 + 168+ 168-^ 168+ 1688
v
= 196,875 lembaratau 197 lembar
S = Ordering Cost = Rp. 10.500 / pemesanan
H = Currymg Cost = Rp. 150 /unit
Dari rumus EOQ ini dapat diketahui kuantitas yang paling ekonomis yaitu 167
lembar.
Tabel 4.25Perencanaan Kebutuhan Dengan EOQ
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 168Planner Order Release
Januari 20011
2104203780
2231
147167
3231
83167
4231
19167
Februari 20015
168
18167
6168
17167
7168
16167
8168
150
TC = (Frekuensi pemesanan x Ordering cost) + Carrying Cost (Jumlah on hand
inventory)
= 6 x R p . 10.500+ Rp. 150 ( 3 7 8 + 147 + 83 + 1 9 + 1 8 + 1 7 + 1 6 + 1 5 )
= Rp. 166.950 per 8 minggu
77
• Perhituniian denaan menRgunakan LFL
Teknik Loi For Lol ini paling mudah karena memesan sesuai dengan
kebutuhan bersih tiap periode.
Tabel 4.26Perencanaan Kebutuhan Dengan LFL
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand | 168Planned Order Release
Januari 20011
210420378
0
2231
14784
3231
0231
4231
0168
Februari 20015
168
0168
6168
0168
7168
0168
8168
00
TC = 6 x Rp. 10.500 x Rp. 150 ( 378 + 147)
= kp. 141.750
• Perhiturman denaan men^^unakan LTC
Teknik LTC menggunakan trial <$• error dalam menentukan besarnya loi \i:e
yang akan dipilih. Dari perhitungan di bawah ini tampak bahwa pemesanan uniuk 1
periode lebih menguntungkan daripada pemesanan untuk 2 periode sekaligus, karena
menghasilkan tolal cost per periode yang palmg kecil
Penode-\_•>
3-44
4-55
5-66
6-77
7-38
Ouantitv Order84315231399168336168336168336168
Cummulative Cost10.50010.500 +10.50010.500 +10.50010.500 +10.50010.500 +10.50010.500 +10 500
150(231)
150(168)
150(168)
150(168)
150(168)
Cost per PeriodeRp 10.500Rp 45.150/2 = Rp 22.575Rp 10.500Rp 35.700/2 = Rp 17.850Rp 10.500Rp 35.700/2 = Rp 17.850Rp 10.500Rp 35.700/2 = Rp 17.850Rp 10.500Rp 35.700/2 = Rp 17.850Rp 10.500
78
Tabel 4.27Perencanaan Kebutuhan Dengan LTC
Gross RequirementScheduled ReceiptOn Hand ] 168Planned Order Release
Januari 20011
2104203780
2231
14784
3231
0231
4231
0168
Februari 20015
168
0168
6168
0168
7168
0168
8168
00
TC = 6 x R p . 10.500 xRp. 1 5 0 ( 3 7 8 ^ 147)
= Rp. 141.750
Dengan cara yang sama dapat dicari lotal cost untuk bahan baku utama Iainnya,
juga Lot Si:e dan kapan pelepasan ordernya. Adapun perhitungan dari masing-masing
bahan baku utama lainnya dapat dilihat pada lampiran 4.2.
Tabel 4.28Perbandingan Total Cost Antara EOQ, LFL, dan LTC
Untuk Bulan Januari dan Februari 2001(dalam satuan rupiah)
Bahan Baku
Spon
Sheet Sablon
Lem
Tali Sandal
Kap Sabon
UkuranBesar
TanggungKecilBesar
TanggungKecil
-Besar
TanggungKecilBesar
TanggungKecil
Total
EOQ166.950107.700114.90065.30043.10041.15078.000
52.027.5059.10058.266105.15071.55055.200
966.366
LFL141.7508130066.30074.80065.92564.62577.25078.40573.75073.80679.80070.65065.400
1.013.761
LTC141.75081.30066.30048.40035.95034.00063.00050.43033.325 |
48.273,7578.00056.15041.250
729.855
Sumber : Data Internal Perusahaan. Diolah
79
Perbandingan iotal cosf yang diperoleh antara teknik EOQ, LFL dan LTC untuk
masing-masing bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.28. Dari Tabel tersebut dapat
dilihat bahwa teknik LTC menghasilkan biaya yang paling kecil. Karena itu dalam
kasus mi PT. Siantarjaya Ekatama dianjurkan untuk menggunakan teknik LTC.
4.3.2.3 Offsetting
Setelah mengetahui kebutuhan bersih dan \ot size yang akan digunakan, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan saat yang tepat untuk melakukan pesanan
guna memenuhi kebutuhan bersih dalam bentuk Malerial Requirement Plan seperti
yang terlampir pada lampiran 4.3. Misalnya pada spon ukuran besar; pada awal
minggu pertama pada bulan Januari 2001 kebutuhan kotornya (gross requiremeni)
adalah 210 lembar, setelah diketahui adanya jadwal penerimaan {schednled receipt)
pada awal minggu pertama sebesar 420 lembar dan persediaan bahan baku (on hand)
sebesar 168 lembar, maka untuk minggu kedua tidak diperlukan rencana pemesanan
bahan baku (planned order releases). karena kuantitas persediaan bahan baku sebesar
378 lembar masih dapat digunakan untuk kebutuhan kotor pada minggu kedua
sebesar 231 lembar, bahkan ada kelebihan yaitu sebesar 147 lembar. Maka untuk
memenuhi kebutuhan kotor sebesar 231 lembar pada minggu ketiga, dilakukan
rencana pemesanan bahan baku pada awal minggu kedua yaitu sebesar 84 lembar,
karena lead time dari supplier yaitu 1 minggu.
Cara ini digunakan juga untuk bahan baku lainnya.
80
Dari Material Requirement Plan ini dapat diketahui kapan sebaiknya
melakukan pemesanan supaya bahan dapat tersedia pada saat dibutuhkan dan dalam
jumlah berapa. Penentuan waktu dan kuantitas barang yang dipesan ini penting.
karena bila tidak direncanakan dapat menimbulkan pembengkakan dan pemborosan
biaya.
4.3.3 Analisis Perbandingan Biaya Sediaan
Untuk mengetahui apakah rencana produksi yang baru dengan menggunakan
sistem MRP akan memberikan hasil yang lebih baik dari rencana yang dibuat oleh
PT. Siantarjaya Ekatama, maka dilakukan analisis perbandingan antara sistem yang
lama (yang digunakan oleh PT. Siantarjaya Ekatama sekarang ini) dengan sistem
MRP.
ivarena yang dibahas di sini adalah mengenai biaya persediaan bahan baku,
maka analisis perbandingan juga mengenai seputar biaya persediaan yang merupakan
salah satu unsur biaya produksi (FOH).
Selama ini PT. Siantarjaya Ekatama dalam mengadakan persediaan tidak
menggunakan teknik-teknik seperti yang ada dalam teori, melainkan berdasarkan
kebutuhan atas permintaan barang dan persediaan pengamanan, dimana pesanan
dilakukan berdasarkan bon permintaan dari bagian gudang. Kurangnya koordinasi
dan komunikasi antara bagian gudang, produksi dan pembelian menyebabkan sering
terjadinya stagnasi produksi karena terlambatnya bahan baku, kesalahan pemesanan
81
dan lain sebagainya. Tabel 4.29 merupakan biaya persediaan aktual yang terjadi
selama 2 bulan mulai bulan Januari 2001 sampai dengan Februari 2001.
Dari Tabel 4.29 tampak bahwa biaya persediaan yang dikeluarkan oleh PT.
Siantarjaya Ekatama tiap bulan cukup besar terutama untuk membayar bunga
investasi atas sediaan karena untuk menjamin kelancaran produknya, PT. Siantarjaya
Ekatama menimbun banyak sekali sediaan spon, sheet sablon dan bahan baku
lainnva.
Tabel 4.29Biaya Persediaan Bahan Baku
Januari - Februari 2001(dalam rupiah)
Biaya SediaanBiaya Pemesanan* Perlengkapan / Adm.* Biaya Lain-lain
Jumlah
Biava Penvimpanan* Perlengkapan* Bunga Investasi* Depresiasi Gudang* Kerusakan* Pengangkutan* Kehilangan
JumlahTotal
Januari
127.100153.400280.500
124.30010.457.450
1.350.525870.800153.70040.500
12.997.27513.277.775
Februari
'43.700'72.700316.400
210.05015.450.250
1.350.525980.050457.800
32.00018.480.67518.797.075
Total
270.800326.100596.900
334.35025.907.700
2.701.0501850.850611.500
72.50031.477.95032.074.850
Sumber : Data Internal Perusahaan.
Dengan MRP, PT. Siantarjaya Ekatama dapat lebih baik dalam merencanakan
dan mengontrol sediaannya agar tersedia pada saat dibutuhkan, sehingga selain dapat
menjamin kelancaran produksi juga dapat mengurangi tingkat kerusakan atau
82
kehilangan, bunga investasi dan biaya-biaya Iainnya yang diperlukan untuk menjaga
dan menyimpan sediaan tersebut.
Berikut adalah penghematan yang dihasilkan oleh MRP selama 2 bulan pertama
(Januari - Februari 2001):
Biaya sediaan sebelum menggunakan MRP (Tabel 4.29) = Rp 32.074.850
Biaya sediaan sesudah menggunakan MRP (Tabel 4.28) = Rp 729.855
Penghematan Rp 31.344.995
Penghematan yang dihasilkan oleh sistem MRP mi kelihatannya tidak terlalu
material jika dibandingkan dengan total biaya produksinya yang sebesar Rp.
691.731.800 untuk bulan Januari dan Februari lahun 2001 (sumber internal
perusahaan). Penghematan yang dihasilkan dalam 2 bulan pertama adalah sekitar
hanya 4,5 % dari total biaya produksi. Mungkin saat ini penghematan tersebut kurang
berarti bagi perusahaan karena masih kecilnya kapasitas produksi perusahaan
sehingga inefisiensi yang mungkin terjadi juga relatif kecil. Namun untuk jangka
panjang jika suatu saat perusahaan berkembang dengan pesat dan kapasitas
produksinya semakin bertambah besar maka akan menjadi masalah bagi perusahaan
apabila perusahaan tidak membuat perencanaan produksi yang tepat dan terperinci
karena kapasitas produksi yang besar cenderung menghasilkan inefisiensi yang besar
pula jika tidak ada perencanaan yang matang. Di samping itu juga jangka panjang,
jika sistem MRP ini diterapkan dengan baik maka dapat mengurangi keterlambatan
pengiriman dan klaim dari pelanggan yang sering dialami oleh perusahaan. Dengan
83
demikian untuk jangka panjang pelayanan kepada pelanggan dapat terus ditingkatkan.
Hal ini penting supaya tidak terjadi kehilangan kepercayaan dari pelanggan, sebab
kepercayaan dari pelanggan ini merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk bisa
tetap berjalan dan berkembang serta tidak kalah dalam bersaing dengan perusahaan-
perusahaan lain yang sejenis.
Dalam mengupayakan sistem MRP ini, PT. Siantarjaya Ekatama perlu
memfokuskan pada dua hal pokok yaitu peningkatan kemampuan fasilitas komputer
penunjang sistem dan program pelatihan kepada para karyawan perusahaan terhadap
penggunaan sistem yang baru.