Prof. Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Si Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
BAHAN PAKAN LOKAL BERBASIS HASIL SAMPING AGROINDUSTRI PERTANIAN (PaJaLe dan Sawit)
Suatu kegiatan ekonomis yang membudidakan organisme akuatik (Ikan, udang dan tanaman air) di perairan tawar, payau,
dan laut yang dapat diulang (repeatable), berkelanjutan (sustainable) dan beroreintasasi pada keuntungan (profitable)
AKUAKULTUR/AQUACULTURE (PERIKANAN BUDIDAYA)
Juta
To
n
Juta
US$
Finfish
Moluska
Krustasea
Hewan akuatik lain
Tanaman air
Produksi Akuakultur Dunia
Pendapatan
Akuakultur Dunia
1995 2000 2005 2010 2014
1995 2000 2005 2010 2014
Sumber: FAO 2016
27 Juta US$
160 Juta US$
30 Juta ton
90 Juta ton
200%
PERKEMBANGAN AKUAKULTUR
Dunia Amerika Eropa Afrika Oseania Asia
Produksi total
(Juta ton) 167.2 20.5 17 17.7 1.5 117.5
Produksi perikanan
tangkap (juta ton) 93.4 17 14 15.8 1.3 52.5
Produksi akuakultur
(juta ton) 73.8 3.5 3 1.9 0.2 65
Akuakultur/total
produksi (%) 44.1 17.1 17.6 10.7 13.3 55.3
Asia Sebagai Pusat Akuakultur Dunia
Filipina
Vietnam
India
Indonesia
Tiongkok
5 Besar Produsen
Akuakultur Dunia
(FAO 2016)
>40 JT
>10 JT (5.5% produksi Dunia)
>5 JT
88% 12%
Komoditas
Akuakultur
30,8% Rumput laut Alga, Kerang
Butuh pakan Tidak butuh pakan
Ikan dan Udang 69,2%
0
500
1000
1500
2000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pakan Ikan Pakan udang Total pakan
8,3% / tahun
GPMT: Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (16 Perusahaan Pakan)
Rib
u T
on
Produksi Pakan Ikan dan Udang (GPMT)
85.8% 14.2%
Pakan non-pabrik
(koperasi, on farm feed
manufacture)
Produksi pakan
pabrik anggota
GPMT
Produksi Pakan Ikan Indonesia
98% Pakan ikan
air tawar
o Excluding:
o Perusahaaan pakan non GMPT
o Pakan impor
EPA
DHA
Albumin
Protein
Konsumsi dan
Ketahanan
Pangan
Nasional
>
Pakan adalah komponen termahal dalam biaya produksi dengan
kontribusi 45 - 89% (Suprayudi et al. 2010).
Mas
NilaMerah
Udang
Kakap
[VALUE]%
[VALUE]%
[VALUE]%
[VALUE]%
Biaya produksi lain Biaya pakan
Pakan Cekaman
Fisiologis
pada Ikan
Pakan berkualitas +Harga
Kompetitif
Efisiensi produksi dan
biaya produksi
Beban Limbah Ke Lingkungan
(NH3, P, NO2)
kg/
kapita
kg/
kapita
21
35
Konsumsi Ikan Dunia pada 2050
2015
2050
Asia Afrika
Eropa
Amerika
Asia
Eropa
Afrika
Amerika
7.6Milyar
9.8Milyar
32%
66.67%
Populasi Dunia pada 2050 (UN2016) (FAO 2016)
Pemenuhan kebutuhan protein melalui konsumsi ikan akan meningkat 66.67% pada tahun 2050
dibandingkan tahun 2015. Mendorong produksi akuakultur yang harus meningkat sebesar 200%
Proyeksi produksi akuakultur dunia yang harus dipenuhi tahun 2050
140 339.5
Juta
ton Juta
ton
2015 2050
~200%
Diilustrasikan berdasarkan data
FAO (2016)
Bahan Pakan berdasarkan Peruntukan Makronutrien
Sumber Protein
• Tepung Ikan
• Meat Bone Meal
• Poultry Meat Meal
• Single Cell Protein
• Soy bean Meal
• Corm Gluten
Sumber lemak
• Crude Palm Oil
• Fish Oil
• Soy bean Oil
Sumber Karbohidrat
• Dedak
• Gandum dan turunannya
• PKM
• Tapioka
• Gaplek
• Menir
Kadar Protein Bahan Baku Pakan
M Agus S_JAMBI
Ka
da
r Pro
tein
(%
)
Jagung
Terigu
Pollard
PKM
Dedak
DDGS
BKT
BK
RLaut
DSM
Lupin
SCP
Karet
Kapuk
TI Lokal
TI Impor
PBM
MBM
Bulu
SCP
Glutens
BM & FtM
Pakan Ikan AT
Pakan Udang
Pakan Ikan Laut
24/10/2018
Tapioka
Molase
Fish
meal
Soybean
meal
Poultry Meat
Meal
Meat and
Bone
meal
Additive,
Amino Acid,
Vitamin, dll
Presentase Komposisi Sumber Bahan Baku Pakan Ikan Di Indonesia
Dedak Kopra
Kelapa
Palm Kernel
Meal (Sawit)
80%
20%
Impor
Lokal
Subtitusi bahan baku impor dengan bahan baku lokal menjadi
krusial untuk mendukung keberlanjutan akuakultur Indonesia
Singkong
dan turunan
produknya
Gandum dan
turunan
produknya
Jagung, Fish meal, dll
Berbagai bahan
baku dan penelitian
diakukan untuk
mengganti TI
Fish Meal/
Tepung Ikan
Kandungan asam amino
dan asam lemak yang
sangat baik untuk ikan
Menjadi sumber bahan
baku protein utama
pada pakan ikan
• Inkonsistensi produksi: Iklim/Musim
• Tingginya Permintaan
• Kompetensi dengan kebutuhan manusia
Kenaikan Harga dan
Kelangkaan Stok di
pasar Dunia
Harga Tepung Ikan (Biru), dan Tepung Kedelai (Jingga), USD/Metric Ton
3000 3000
2500
2000
1500
1000
500
Rabobank (2018) Harga dan kualitas
tepung ikan lokal
belum kompetitif
dibanding tepung
impor
Tepung Ikan Sebagai Sumber Protein Utama Pakan
Subtitiusi Tepung Ikan Dengan Berbagai Bahan Baku Lain
MBM (Meat bone meal)
Yang et al. 2004
SBM (Soybean meal)
Suprayudi et al. 1999; 2000
CGM (Corn gluten meal)
Sambasivam 2017
FM (Fish Meal)
PBM (Poultry by-product
Meal) Kureshy et al. 2000
Full/Partial
Replacement
SBM sulit untuk
digantikan dengan bahan
lain karena harga dan
kandungan nutrienya
Dapat saling
mensubtitusi
Bungkil kedelai dalam pakan ikan
sulit untuk tergantikan karena
harga per-proteinya yang lebih
murah dengan kandungan asam
amino yang lebih lengkap. Perlu
dicari sumber alternatif kedelai
4% Abu
19% Minyak
36% Protein
19% Fiber
9% Karbohidrat
13% Air
Soybean
Meal
Arginine, methionin, lysine
dan valine dan 16 asam
amino lain
Bungkil kedelai
-
100
200
300
400
500
600
700
-
1
2
3
4
5
Quantity (Ton) Price (USD/Metric ton)
Impor SBM untuk pakan ternak
dan ikan Indonesia
BPS 2017
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
2015 2016 2017 2018
Rp
/Kg
Kedelai Impor Kedelai lokal
Harga Kedelai Indonesia
Rekor
Tertinggi 5600
tertinggi
PEMILIHAN BAHAN BAKU
Syarat:
1. Lokal atau Potensi lokal tinggi
2. Tidak mengandung Hazard Material
3. Berbasis Industri
4. Tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia
5. Berbasis hasil samping
6. Ketersediaan Melimpah
7. Memilikik kadar protein yang memadai
8. Harga Kompetitif
24/10/2018 M Agus S_JAMBI
PKM • Masuk kriteria pemilihan bahan baku
• Pengganaan PKM 5-15%
• Bisa digunakan langsung baik PKM atau modifikasi PKM
• Diubah menjadi Magot Sumber protein, jika harga PKM Rp 1500 maka HPP tepung maggot Rp 8772 Dgn rincian:
• Bahan baku PKM 3 kg menjadi 1 kg maggot basah ( Rp 4500): Moist maggot 45%, harga tepung maggot kadar air 5% Rp 7772; biaya produksi 1000), ini belem termasuk keuntungan dan transport (Rp 1200) maka harga pasar Rp 9964. Cp maggot 43.2% (https://maggotbsf.com/index.php/17-seputar-maggot-bsf/9-kandungan-nutrisi-maggot-black-soldier-fly), Maka per g protein Magot 23,1 ; SBM 15.03: MBM 14.2; TI45:20; TI55:27.
Penelitian Subtitiusi Tepung Ikan dengan Bahan Baku Lokal Secara Parsial dan Total
Bungkil kedelai
Gurame
Biji Kapuk
Udang, Mas Wellem et al. 2012;
Suprayudi et al. 2012d Suprayudi et al. 1999; 2000
Kulit Singkong
Mas, Nila
El Quisary et al. 2011;
Suprayudi et al. 2012b
Kulit Kakao
Suprayudi et al. 2012b
Cahaya et al. 2012
Nila, Gurame
Kopra
Mas
Suprayudi et al. 2012d
Bah
an
bak
u
pen
gg
an
ti
Ko
mo
dit
as
targ
et
Bah
an
bak
u
pen
gg
an
ti
Ko
mo
dit
as
targ
et
Biji Karet
Suprayudi et al. 2012c, 2014c,
2015a, Yusuf et al. 2017
Anugerah et al. 2018
Mas, Nila, Gurame,
Patin Lele
DDGS Jagung
Gurame, Kerapu bebek,
Nila, Lele, Bawal
Suprayudi et al. 2012a, 2015b,
2015c, Rizky et al. 2009
Limbah
pengolahan
ikan
Kerapu bebek
Suprayudi et al. 2016
Daung
Singkong
Ikan Nila
Mulyasari et al. 2017
Tepung
bioflok dan
spirulina
Ikan Cobia
Saputra et al. 2017
Orasi Ilmiah Guru Besar IPB
40-50% kulit
50-60% daging
Biji Karet Sebagai Bahan Baku Potensial Subtitusi Bungkil Kedelai pada Pakan
012345
Total By Product BijiKaret
Telah dimanfaatkan Belum dimanfaatkan
Ju
ta T
on
4.1 jt 1 jt 25%
3.1 jt
75%
Replanting
Ditje
n P
erk
eb
un
an
20
17
Biji karet sebagai limbah agro belum maksimal termanfaatkan, tidak bersaing untuk konsumsi manusia sehingga potensial digunakan sebagai pengganti
bungkil kedelai
Nilai nutrisi Bungkil
Karet*
Bungkil
Kedelai**
Protein 41,27% 49,17%
Lemak 4,73% 1,65%
Kadar Abu 5,92% 7,26%
Serat Kasar 5,94% 3,63%
BETN 42,15 35,09%
GE (kkal/kg) 4480 4346.8 (*Suprayudi et al. 2014 ** (www.iaffd.com)
Pemanfaatan Biji Karet Potensi
pemanfaatan
Asam amino esensial Biji karet (%)* Bungkil kedelai (%)**
Arginine 9,37 2,64
Histidine 2,32 1,11
Isoleucine 1,97 2,17
Leucine 4,36 3,29
Lysine 0,73 2,68
Methionine 0,45 0,66
Phenylalanine 3,71 1,37
Threonine 1,79 1,75
Valine 6,02 0,6
Triptofan 0,52 2,33
Minyak Biji
Karet* Minyak Sawit**
Minyak
Jagung** Minyak Kedelai*
Palmitat 8,8 43,5 10,0 11,7
Stearat 7,7 4,3 3,5 3,2
Oleat 22,6 36,6 26,8 22,6
Linoleat 38,1 9,1 48,0 55,3
Linolenat 22,5 - 1,0 6,2
Asam amino esensial biji karet dibandingkan bungkil kedelai
Asam lemak esensial biji karet dibandingkan bahan lain
*Data diolah dari Ramadhas et al. (2005) dan Karima (2015); ** Data diperoleh dari www.iaffd.com
*Data diolah dari Widyarani et al (2016); **Data diperoleh dari Aquaculture Feed Ingredient Composition Database (www.iaffd.com)
HCN Hidrogen sianida
Serat tinggi
Anti
Nutrisi
Biji karet
Mengikat Hb
darah
Mengurangi
pasokan O2
Menghambat pembentukan ikatan
phosphor (Ada pada asam amino,
protein)
Menghambat kerja enzim tripsin
dan kimotripsin (Protein>Asam
Amino)
O2 O2
Hambatan dalam Pemanfaatan Biji Karet Sebagai Bahan Baku Pakan
Menurunkan
kecernaan nutrien
Treament
pengolahan
untuk
mengurangi
anti nutrisi
Treament Fisik
Treament Kimia
Treament Biologi Kerusakan ginjal pada ikan mas
yang diberipakan tepung biji karet
Supra
yudi e
t al. 2
014
Parameter TBK TBKD
Kecernaan (%)
Protein 75.12±0.35a 80.02±0.80b
Total 62.23±0.84a 62.55±0.85a
Bahan 42.81±3.51a 53.48±3.20a
Energi 70.06±1.66a 73.26±0.96a
Bahan HCN NDF ADF Total P P terlarut
TBK 0,031 44,2 26,63 35,13 8,98
TBKD 0,029 43,61 28,9 34,82 9,9
Kecernaan Nutrien dari tepung biji karet tanpa diolah (TBK) dan diolah dengan pemanasan (TBKD)
Kecernaan protein
meingkat 6.5% tanpa
merubah tingkat
kecernaan yang lain
Konsentrasi sianida (HCN), neutral detergent fiber (NDF), acid detergent fiber (ADF), total fosfat, dan fosfat terlarut (%) tepung biji karet
Treatment fisik berupa pemanasan terbukti mampu menurunkan
HCN sebesar 6.45%
Tepung biji karet tanpa diolah (TBK) dan diolah secara biologis dengan rumen domba (TBKRD) dan secara kimia dengan cocktail-enzyme (TBKKE)
a a
a a
b b
b b c c
c c
0255075
100
Protein Total Bahan Energi
Kecern
aan
N
utr
ien
(%
)
15.53%
17.38%
9.11%
13.6%
89.9%
97.73% 18.35%
16.67%
a a a a
a
a a a a b b b b b b b b b c b b c c b b b
b
0
50
100
Arg His Thr Val Lis Met Iso Leu Fen
Kecern
aan
asam
am
ino
(%
)
TBK TBKRD TBBKE
113%
124%
Bahan HCN NDF ADF Total P P terlarut
TBK 0,031 44,2 26,63 35,13 8,98
TBKRD 0,023 35,6 30,12 30,94 17,07
TBKKE 0,021 33,8 31,9 31,06 19,8
Konsentrasi sianida (HCN), neutral detergent fiber (NDF), acid detergent fiber (ADF), total fosfat, dan
fosfat terlarut (%)
25-
30% 90-
122%
Tepung Biji Karet
Telah berhasil
digunakan sebesar
50-75% dari protein
pakan pada
berbagai jenis ikan
Ikan Mas Suprayudi et al. (2012d)
Suprayudi et al. (2015a)
Ikan Nila Yusuf et al. (2017)
Anugrah et al. (2018)
Ikan Lele Samsunarno et al. (2013)
Ikan Patin Suprayudi et al. (2014c)
Ikan Gurame Cahaya et al. (2012)
Benedictus et al. (2017)
Protein
Pakan Kinerja produksi
Kinerja Ekonomi
Kinerja Ekologi In
du
str
i
Aku
ak
ult
ur
Se
Energi
Cr
Su
sta
inab
le
Aq
uac
ult
ure
Efisiensi
Efisiensi Kecernaan Pakan
• Pengembangan proses pre-treatment (fisik,
kimia, enzimatis, maupun biologis)
• Menurunkan konsentrasi zat-zat antinutrisi
• Meningkatkan bioavailabilitas nutrient
• Mengurangi jumlah limbah padat dari feses
• Optimalisasi pemanfaatan energi
nonprotein (Karbohidrat dan/atau
lemak)
Efisiensi Metabolisme
Nutrisi dan teknologi pakan ikan dalam perspektif masa depan
Pengembangan Industri Pakan Akuakultur
Eksplorasi Bahan
Baku Lokal Kombinasi bahan
baku lokal dan
suplementasi nutrien
Soybean meal dan Fish meal analog
berbasis biji karet dan bahan baku lokal
lainya, by product dan bahan baku limbah
dengan suplementasi
Pengembangan Industri Pakan Akuakultur
Integrasi Industri Pertanian, Perkebunan,
Pakan dan Akuakultur Nasional
Bahan baku (raw material, by
product)
Industri
Pertanian,
Perkebunan
Industri
Pakan
Teknologi
Proses Industri
Akuakltur
By product
Unggul Skala Produksi (Kuantitas), Kontinuitas Produksi, dan
Efisiensi Produksi
• Menekan Penggunaan Bahan Baku Impor
• (Kemandirian Pakan)
• Ketersediaan Pakan yang Berkualitas dan Harga Kompetitif
• Peningkatan Produksi Akuakultur
Penutup
Keterbatasan bahan baku pakan
konvensional Efisiensi Produksi
Tantangan Pakan Akuakultur Masa Depan
Penyediaan bahan baku lokal
Peningkatan efisiensi Protein
Prototipe Bungkil Kedelai Anlog (BKa)
dan Tepung Ikan Analog (FMa)
(BKa) (FMa)
Indonesia bermartabat dalam penyediaan bahan
baku dan mendukung keberlanjutan industri
akuakultur nasional
Terima Kasih
Prof. Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Si Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor