BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu faktor
risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada
usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi. BBLR hingga saat ini masih merupakan masalah diseluruh dunia karena
maerupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir.
Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran didunia dengan batasan
3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio
ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram.
(Atikah, 2010).
Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika di
bandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainya. Angka tersebut 3,4
kali lebih tinggi dari Malaysia dan 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina. Indonesia
menduduki rangking ke-6 setelah Singapura (tiga per 1.000), Brunei Darussalam
(delapan per 1.000), Malaysia (10 per 1.000), Vietnam (18 per 1.000) dan
Thailand (20 per 1.000) (Metrotvnews).
Angka kejadian BBLR diindonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah
diseluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi
baru lahir. Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50%
meninggal saat bayi (Syafrudin, 2011).
Di negara berkembang, termasuk Indonesia, tingginya angka kesakitan dan
kematian bayi berat lahir rendah (bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram) masih menjadi masalah utama. Penyebab utama kesakitan dan kematian
BBLR antara lain adalah asfiksia, sindrom gangguan napas, infeksi, serta
terjadinya hipotermi (Atikah, 2010).
Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010 s.d 2012
cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587,tertinggi di
Kabupaten Muna 79 orang, menyusul Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe
Selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang
cukup tinggi yaitu 1.166 kematian bayi. Kematian bayi tertinggi pada tahun
2011terdapat di Kabupaten Muna sebanyak 197 orang, di susul Kabupaten Buton
172 orang dan Kabupaten Konawe Selatan 167 orang. Di tahun 2012 jumlah
kematian mengalami penurunan yang cukup signikan yaitu 693 orang, jumlah
tertinggi di Kabupaten Muna 122 orang,dan menyusul Buton 82 orang dan
Bombana 78 orang. Kematian Neonatal terbesar di sebabkan oleh sebab lain-lain
sebanyak 244 orang ,BBLR 120 orang, Asfiksia 89 orang ,Sepsis 9 orang dan
tetanus 3 orang,dengan demikian total kematian neonatal tahun 2012 484 orang,
hal ini menunjukan masa neonatal merupakan resiko kematian bayi yang paling
tinggi yaitu 444 kematian dari 693 bayi.).(Profil Dinkes Provinsi Sultra,2014).
Dari hasil laporan pembinaan pelayanan kesehatan anak dinas kesehatan
Kabupaten Muna tahun 2013 tercatat jumlah bayi baru lahir adalah 5.899 orang,
BBLR sebanyak 137 orang (2,32%) . Pada bulan Januari-April 2014 tercatat
jumlah bayi baru lahir adalah 2330 orang, BBLR sebanyak 93 orang (3,99 %).
(Dinkes Kab.Muna, 2014)
Sedangkan angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna sejak mulai di bukanya ruang teratai pada bulan November 2013
terdapat 30 orang kasus BBLR sampai dengan bulan Juni 2014.
Melihat masih tingginya angka kejadian (BBLR) tersebut dan dengan
melihat dampak yang akan ditimbulkannya seperti kecerdasan, hambatan
pertumbuhan, serta respons imunitas yang rendah sehingga penulis tertarik untuk
melaksanakan studi kasus mengenai bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna sebagai studi kasus yang
berjudul “Manajemen dan Pndokumenatsian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Pada Bayi Ny “N” dengan BBLR Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Mulai Tanggal 18 s.d 21 juni 2014.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Adapun ruang lingkup penulisan studi kasus ini adalah Manajemen
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny “N” dengan BBLR Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 18 Juni s.d 21 Juni 2014
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya informasi sekaligus pelayanan nyata tentang proses
manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny “N’’ dengan BBLR di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 18
s.d 21 Juni 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengumpulan dan analisa data dasar pada Bayi Ny “N”
dengan BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.
b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Bayi Ny “N” dengan BBLR
di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan
BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.
d. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny “N”
dengan BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.
e. Merencanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di
Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai
tanggal 18 s.d 21 juni 2014.
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny “N” dengan
BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.
g. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny “N”
dengan BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014..
h. Mendokumentasikan semua temuan asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruang Perinatologi
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21
Juni 2014.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya tentang
bayi.
b. Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk mengembagkan studi
kasus barikutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
kebidanan dalam mengatasi masalah bayi serta dapat digunakan sebagai
bahan bacaan di perpustakaan dan bahan untuk studi kasus selanjutnya.
b. Bagi lahan praktek
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan informasi untuk
meningkatkan asuhan manajemen kebidanan yang diterapkan terhadap
klien dalam mengatasi masalah bayi serta memberikan perawatan bayi
yang baik dan benar.
c. Bagi penulis
Sebagai kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.
E. Metode Telaah
Metode yang digunakan dalam penelaahan Studi Kasus ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku, situs dan makalah-makalah yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan
dalam menyusun studi kasus ini.
2. Studi Kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses
manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu:
identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual,
antisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan
kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan
kebidanan dan evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa / wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya
guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan
kebidanan pada klien tersebut.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala
sampai ke kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
3. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang
bersumber dari catatan bidan
4. Diskusi
Yaitu mengadakan konsultasi dengan bidan yang menangani langsung
klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing studi kasus
mengenai klien.
F. Sistematika Penulisan
Studi kasus ini terdiri dari lima bab dan disusun dengan sistematika
sebagai berikut :
1. Bab 1 Pendahuluan, Meliputi latar belakang masalah, ruang lingkup
pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah, dan
sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka, meliputi telaah pustaka yang terdiri dari bayi
baru lahir normal, bayi berat lahir rendah dan konsep dasar manajemen
asuhan kebidanan terdiri dari pengertian manajemen, pedoman
penerapan manajemen, langkah-langkah manajemen
Pendokumentasian asuhan kebidanan.
3. Bab III Studi Kasus, meliputi pengkjian dan analisa data dasar,
merumuskan diagnosa/ masalah aktual, merumuskan diagnosa/
masalah pontesial, mengidentifikasi indakan segera dan
kolaborasi,rencana asuhan kebidanan pelaksanaan tindakan asuhan
kebidanan, evaluasi asuhan kebidanan dan pendokumentasian.
4. Bab IV Pembahasan, membahas tentang kesenjangan antara teori
dengan fakta yang ada di bahas secara sistematis mulai dari langkah 1
sampai 7.
5. Bab V Penutup
Terdiri atas Kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Bayi Baru Lahir Normal
a. Pengertian
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin
ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup
dengan baik (Marmi, 2012).
b. Ciri-ciri
Bayi aterm normal memiliki berat badan sekitar 3,5 kg, panjang
badan 50 cm dari atas kepala hingga tumit, lingkar kepala oksipital-
frontal sekitar 34-35 cm, sebagian besar bayi montok dan memiliki perut
yang menonjol. Bayi cendrung berbaring dengan sikap fleksi, dengan jari
tangan jika diregangkan mencapai tinggi paha.Verniks kaseosa
merupakan zat berwarna putih dan lengket, yang ada dikulit bayi
semenjak lahir. Jumlah verniks bervariasi. Fungsi verniks kaseosa adalah
sebagai pelindung ketika didalam kandungan dan setelah lahir,
mongering, lalu menghilang beberapa jam setelah lahir. (Diane,2011).
Menurut Marmi (2012) cirri-ciri bayi baru lahir normal yaitu :
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjang badan 48-52 cm
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
6) Pernafasan ± 40-60 kali/menit
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genitalia : pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minoradan pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13) Refleks graps atau menggenggam sudah baik
14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
2. Bayi Berat Lahir Rendah
a. Pengertian
1) Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR
dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat
badan lahir kurang dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir
antara 1501-2499 gram (Marmi, 2012).
2) Bayi BBLR adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada saat lahir. Bayi dengan berat badan lahir ada dua
kelompok yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu (preterm) yang disebut berat badan rendah premature
dan bayi yang lahir dengan usia kehamilan besar 37 minggu disebut
pertumbuhan janin terhambat (IUGR) (Atikah, 2010).
3) Defenisi berat badan lahir rendah (BBLR) hanya didasarkan pada
berat badan dan tidak memperhitungkan usia gestasi bayi.
Demikian juga, defenisi usia gestasi tidak memperhitungkan berat
badan lahir (Diane, 2011).
4) BBLR adalah berat badan bayi kurang dari 2500 gram.
(Sudarti, 2013).
5) Istilah prematuritas telah diganti dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia
kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari
semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi
keduanya.
(Manuaba, 2010).
6) Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau low birth weight infant
(LBWI), adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Wafi, 2010).
b. Klasifikasi BBLR
1) Berat badan
Menurut Sarwono (2010) Berkaitan dengan penanganan
dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan dalam :
a) Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500-2500 gram
b) Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir< 1500
gram
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER ), berat lahir <1000
gram
2) Usia gestasi
Berdasarkan usia gestasi BBLR dapat dibagi menjadi dua yaitu:
prematuritas murni dan dismatur. Bayi prematuritas murni lahir
dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau neonatus
kurang bulan-sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). Bayi dismatur
lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa
kehamilan (Wafi, 2010).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum lengkap 37
minggu gestasi. Minggu gestasi dihitung dari Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) dan tidak berhubungan dengan berat badan bayi,
panjang bayi, lingkar kepala bayi, atau bahkan semua pengukuran
janin atau ukuran neonates.
Oleh karena itu, yang terpenting adalah adanya hubungan
antara dua pertimbangan yang berbeda ini, yaitu berat badan (untuk
pengkajian pertumbuhan) dan usia gestasi (untuk pengkajian
maturitas).
Berbagai tipe bayi BBLR dapat digambarkan :
a) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal pada saat lahir,
mereka kecil karena persalinan dimulai sebelum akhir 37 minggu
gestasi. Bayi prematur ini tumbuh sesuai dengan usia gestasi
mereka (SMK).
b) Bayi dengan laju pertumbuhan itrauterin lambat dan yang
dilahirkan aterm atau lebih dari aterm, bayi aterm atau post-term ini
pertumbuhannya kurang untuk usia gestasi. Mereka kecil untuk
masa kehamilan (KMK).
c) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin lambat dan sebagai
tambahan, yang dilahirkan sebelum aterm. Bayi prematur ini kecil,
baik karena persalinan dini maupun pertumbuhan intrauterin yang
terganggu. Mereka kecil untuk masa kehamilan dan bayi prematur.
d) Bayi yang dianggap besar untuk masa kehamilan (LGA) diberat
badan berapapun bila mereka berada diatas 90 persentil
(Diane, 2011).
3) Karakteristik BBLR
a) Karakteristik BBLR Secara Umum
Menurut Atikah (2010) secara umum, gambaran klinis dari
bayi BBLR adalah sebagai berikut:
(1) Berat kurang dari 2500 gram dan panjang badan < dari 45 cm
(2) Lingkar dada kurang dari 30 cm
(3) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
(4) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
(5) Kepala lebih besar
(6) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
(7) Otot hipotonik lemah
(8) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea
(9) Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus
(10) Kepala tidak mampu tegak
(11) Pernapasan 40-50 kali/menit
(12) Nadi 100-140 kali/menit.
b) Karakteristik BBLR Dismatur
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK):
(1) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi
beratnya kurang dari 2500 gram.
(2) Gerakannya cukup aktif dan tangis cukup kuat
(3) Kulit keriput, lemak di bawah kulit tipis
(4) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting susu kecil.
Bila cukup bulan, payudara dan puting sesuai masa kehamilan
(5) Bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia
minora
(6) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
(7) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
(8) Mengisap cukup kuat (Atikah, 2010).
c) Karakteristik BBLR premature
Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan
pada premature murni adalah:
(1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari
45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada
kurang dari 30 cm.
(2) Gerakan kurang aktif Umur kehamilan otot masih hipotonis
(3) kurang dari 37 minggu
(4) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
(5) Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
(6) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
(7) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu
(8) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama
pada dahi dan pelipis dahi dan lengan
(9) Lemak subkutan kurang
(10) Genitalia belum sempurna, pada wanita labia belum tertutup
oleh labia mayora minora
(11) Reflex mengisap dan menelan serta reflex batuk masih lemah
(12) Bayi premature mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan
prepentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas.
d) Faktor penyebab BBLR
Menurut Atikah (2010) secara umum faktor-faktor yang
berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut
1) Faktor ibu :
a) Penyakit :
(1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti : anemia sel berat,
perdarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat,
eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih
dan ginjal)
(2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
HIV/AIDS, malaria, TORCH
b) Ibu :
(1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan
pada usai < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
(2) Kehamilan ganda
(3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (< 1 tahun)
(4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
Keadaan sosial ekonomi :
(1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah
(2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
(3) Keadaan gizi yang kurang baik
(4) Pengawasan antenatal yang kurang
(5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan
dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
c) Sebab lain :
(1) Ibu perokok
(2) Ibu peminum alcohol
(3) Ibu pecandu obat narkotik
(4) Penggunaan obat antimetabolik
d) Faktor janin :
(1) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
(2) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)
(3) Disautonomia familial
(4) Radiasi
(5) Kehamilan kembar/ganda (gemeli)
(6) Aplasia pancreas
e) Faktor plasenta :
(1) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya
(hidramniom)
(2) Luas permukaan berkurang
(3) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit)
(4) Infark
(5) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)
(6) Plasenta yang lepas
(7) Sindrom plasenta yang lepas
(8) Sindrom transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik)
f) Faktor lingkungan :
(1) Bertempat tinggal didataran tinggi
(2) Terkena radiasi
(3) Terpapar zat racun.
1. Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat
digolongkan menjadi sebagai berikut :
1) BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :
(a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
(b) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia
(c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
(d) Malaria kronik, penyakit kronik
(e) Ibu hamil merokok
2) BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :
(a)Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar
(b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya
(c) Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah sehingga
tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim)
(d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum
hemorrhage)
(e) Ibu hamil yang sedang sakit
(f) Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya
Penyebab prematur dengan berat badan rendah dibagi atas
empat yaitu faktor maternal, fetal, medical, dan iatrogenic. Faktor
maternal adalah penyakit yang dialami ibu selama mengandung,
komplikasi persalinan seperti plasenta previa, dan perdarahan, serviks
inkompeten, dan infeksi maternal. Faktor fetal adalah kehamilan
ganda dan malformasi congenital. Faktor medical adalah proses
kelahiran yang harus dilakukan sebelum waktunya oleh karena ibunya
diabetes, penyakit jantung yang parah, hipertensi, hipoksia fetus,
hidrops fetalis, dan lain-lain (Atikah, 2010).
Menurut Marmi (2012) berat badan lahir seorang bayi
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari bayi itu
sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Status gizi ibu hamil
Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu
hamil. Gizi yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan
berat badan cukup. Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat
menyebabkan berat badan lahir rendah.
Status gizi ibu hamil pada trimester pertama akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa
perkembangan dan pembentukan organ-organ tubuh
(organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan janin
terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika tidak terpenuhi,
plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan
mengurangi kemampuannya mensintesis zat-zat yang
dibutuhkan oleh janin.
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil tersebut, dapat
menggunakan beberapa cara antara lain : dengan memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar
Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb.
b. Umur ibu saat hamil
Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan
banyak permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh
seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir
kurang. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum
bisa memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya
untuk janin didalam rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga
bisa menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri masih
membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan
janin yang ada dalam kandungannya.
c. Umur kehamilan
Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin,
semakin tua kehamilan maka berat badan janin akan semakin
bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin ±1000
gram, sedangkan pada kehamilan 37-42 minggu berat janin
diperkirakan mencapai 2500-3500 gram.
d. Kehamilan ganda
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang
berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur dengan
BBLR. Kebutuhan untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar
sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang
dapat menganggu pertumbuhan janin dalam rahim.
e. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan
tentang masalah kesehatan dan kehamilan yang akan
berpengaruh pada perilaku ibu, baik pada diri maupun terhadap
perawatan kehamilannya serta pemenuhan gizi saat hamil.
Tingkat pengetahuan seorang akan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, informasi, pengalaman, dan sosial ekonomi.
Pengetahuan sangat berhubungan dengan pendidikan, sedangkan
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
diperlukan mengembangkan diri. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin mudah memerima dan mengembangkan
ilmu pengetahuan serta teknologi, sehingga semakin meningkat
produktivitas dan kesejahteraan keluarga. Namun demikian,
tingkat pendidikan tidak bisa menjamin tingkat pengetahuan
seseorang.
f. Penyakit ibu
Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat
badan lahir bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil,
misalnya : jantung, hipertensi, pre-eklamsi dan eklamsi, diabetes
mellitus dan karsinoma. Penyakit tersebut dapat menimbulkan
retardasi pertumbuhan intauterin (IUGR) janin, yang
menyebabkan janin menjadi jauh lebih kecil dan lemah daripada
yang diharapkan untuk tahap kehamilan bersangkutan.
g. Faktor kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk
seperti merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan
pemenuhan nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomali
plasenta karena tidak mendapat nutrisi yang cukup dari arteri
plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar
makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang berlebihan juga
dapat merupakan faktor pencetus terjadinya masalah berat badan
lahir rendah.
1. Akibat BBLR :
a. Gangguan tumbuh kembang
Menurut (Herry, 2004) dalam (Marmi, 2012) Tingginya
angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup
resiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil
yang tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada
awal kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih
lambat, terlebih lagi apabila mendapat ASI eksklusif yang kurang
dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu
bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang
rendah.
Balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi remaja yang
mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktifitas
yang rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut
akan menjadi dewasa yang pendek, dan apabila itu wanita maka jelas
wanita tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi
dan terus berlangsung hingga hari ini.
b. Hipotermi
Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Hal ini
terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan
lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas
dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal.
Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang
belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang
karena lemak coklat yang belum cukup.
Oleh karena itu, pemajanan terhadap terhadap lingkungan
yang dingin dapat berakibat pada perubahan fisiologis multisistem,
yang secara signifikan mengganggu status kesehatan bayi. Saat suhu
tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkatkan laju
metabolisme pasalnya dengan membakar glukosa untuk
menghasilkan energi dan panas.
c. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim
hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak
dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat
diperberat oleh polisitemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi
harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini
atau lebih cepat betambah coklat (Marmi, 2012).
d. Asfiksia
Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Asfiksia
atau gagal bernapas secara spontan saat lahir atau beberapa menit
setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini
disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan
perkembangan yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih
lemah dan tulang iga yang mudah melengkung.
e. Kematian
Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Pada
saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan
lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar
jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal.
Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup di luar
uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka semakin
kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya,
sehinggan mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angka
kematian pada bayi.
2. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Sarwono (2009) penanganan BBLR secara umum
adalah dengan mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah
infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi atau ASI, dan penimbangan
dengan ketat. Adapun penjelasannya diuraikan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mudah mengalami
hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan
dengan ketat (Sarwono, 2009).
Bila belum memiliki incubator, bayi dapat dibungkus
dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas,
sehingga panas tubuhnya dapat dipertahankan (Manuaba, 2010).
Metode yang tepat dalam merawat BBLR yakni dengan
metode kangaroo mother care atau metode kanguru. Metode
kanguru adalah perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru
dalam kantung ibunya caranya : bayi diletakkan dalam dekapan
ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring
kekiri atau kekanan, bayi dibungkus dengan kain hangat dan
kepala diberi topi,bayi sakit diletakkan di ruang hangat (tidak
kurang dari 250C ), pastikan tangan selalu hangat saat memegang
bayi, bila popok kain basah harus selalu di ganti, bayi
mendapatkan sumber panas alami (36 – 370C ) terus menerus
langsung dari kulit ibu,, mendapatkan kehangatan udara dalam
kantung/ baju ibu, serta ASI menjadi lancar.dekapan anda
adalahenergi bagi si kecil, jemur dengan sinar matahari pagi
kurang lebih ½ jam. (Syafrudin,2011 hal ; 372 ).
Menurut Marmi (2012) mekanisme pengaturan tempratur
tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu
diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi
dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko
tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermi mudah
terjadi ada bayi yang tubuhnya basah atau tidak segera dikeringkan
dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relati hangat. Cegah
uapaya kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :
1) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya
untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban
pada permukaan tubuh bayi.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti
handuk dan kainyang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan
selimut dan kain hangat, kering dan bersih.
3) Tutupi kepala bayi dan pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau
diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan
yang relatif luas dan bayi akan cepat kehilangan panas jika again
tersebut tidak ditutup.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI karena pelukan
ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan
bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena,
bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubunya
(terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan,
terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan
kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada
saat bayi berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian
atau selimut. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama
setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan bayi baru lahir.
6) Tempatkan bayi di lingkungan hangat dan idealnya bayi baru lahir
ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat
tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara
yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan
infeksi pada bayi.
7) Rangsangan taktil merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai
refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh
bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi sehat hal ini
biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.
Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan
rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan,
segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.
b. Mencegah Infeksi Dengan Ketat
BBLR sangat rentang akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi (Sarwono, 2009).
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan
prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas BBLR (Marmi, 2012).
Menurut sudarti (2013) pencegahan infeksi dapat dilakukan
dengan cara yaitu :
1) Cara kerja aseptic, cuci tangan setiap akan memegang bayi.
2) Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas tang menderita infeksi masuk ketempat bayi
dirawat.
4) Antibiotic disesuaikan dengan pola kuman
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi baru lahir adalah
perhatian yang utama, terutama di rumah sakit tempat bayi beresiko
mengalami infeksi silang. Mencuci tangan dengan cermat dan sering
menggunakan sabun atau alkohol tepat menjadi salah satu metode
yang paling penting pada pencegahan infeksi. Pada situasi yang sibuk,
membersihkan dengan larutan cuci tangan berbahan dasar alkohol
adalah cara yang paling praktis meningkatkan kepatuhan, dan
menggunakan sarung tangan semakin mengurangi kontaminasi.
(Diane, 2009).
c. Pengawasan nutrisi/ASI yang adekuat
Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat (Sarwono, 2009).
Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB
dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung, refleks masih lemah sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekuensi
yang lebih sering (Marmi, 2012).
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan menggunakan sonde menuju lambung. Permulaan cairan
yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan
sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari (Manuaba, 2010). Menurut
Marmi (2012) jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg) yaitu :
TABEL 1. JUMLAH CAIRAN YANG DI BUTUHKAN BAYI (ML/KG )Berat (g) Umur (hari)
1 2 3 4 5+
>1500 60 80 100 120 150
<1500 80 100 120 140 150
TABEL 2. JUMLAH ASI YANG DI BUTUHKAN BAYI SEHAT BERAT 1250-1499 GRAM
Pemberian Umur (hari)1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam
(ml/kali)
10 15 18 22 26 28 30
d. Penimbangan yang ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
(Sarwono, 2009).
Menurut Sudarti (2013) bayi dengan berat badan 1500-2500 gr
tidak boleh kehilangan berat badan >10% dari berat badan lahir 4-5
lahir dan berat badan <1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai
15% dari berat badan lahir 7-10 hari.
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut
manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak klien maupun yang member asuhan
(Suryani, 2008).
2. Pedoman Penerapan
a. Tujuan asuhan pada bayi baru lahir
Tujuan asuhan pada bayi baru lahir ini adalah memberikan
asuhan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat masih di ruang
rawat serta mengajarkan kepada orang tua dan memberi motivasi agar
menjadi orang tua yang percaya diri. Setelah kelahiran, akan terjadi
serangkaian perubahan tanda-tanda vital dan tampilan klinis jika bayi
reaktif terhadap proses kelahiran. (Wafi, 2010).
b. Perubahan pada bayi baru lahir
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami
sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat
untuk bayi menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar
uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan
yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa
transisi yang baik (Wafi, 2010).
Periode transisional mencakup tiga periode, meliputi periode
reaktivitas, fase tidur, dan periode kedua reaktivitas. Karakteristik
masing-masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir
(Marmi, 2012).
1) Reaktivitas I
Dimulai pada masa persalinan dan berakhir setelah 30
menit. Selama periode ini detak jantung cepat dan pulsasi tali pusat
jelas. Warna kulit terlihat sementara sianosis atau akrosianosis.
Selama periode ini mata bayi membuka dan bayi memperlihatkan
perilaku siaga. Bayi mungkin menangis, terkejut atau terpaku.
Selama periode ini setiap usaha harus dibuat untuk memudahkan
kontak bayi dan ibu. Membiarkan ibu memegang bayi untuk
membantu proses pengenalan. Bayi sering mengeluarkan kotoran
dengan seketika setelah persalinan dan suara usus pada umumnya
terdengar setelah usia 30 menit. (Marmi, 2012).
2) Fase tidur
Berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam persalianan.
Tingkat tarif pernapasan menjadi lebih lambat. Bayi dalam keadaan
tidur, suara usus muncul tapi berkurang. Jika mungkin bayi tidak
diganggu untuk pengujian utama dan jangan memandikannya.
Selama masa tidur memberikan kesempatan pada bayi unutuk
memulihkan diri dari proses persalinan dan periode transisi ke
kehidupan di luar uterin (Marmi, 2012).
3) Periode reaktivitas II
Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah persalinan.
Jantung bayi labil dan terjadi perubahan warna kulit yang
berhubungan dengan stimulus lingkungan. Tingkat pernafasan
bervariasi tergantung pada aktivitas. Neonatus mungkin
membutuhkan makanan dan harus menyusu. Pemberian makan
awal penting dalam pencegahan hipoglikemia dan stimulasi
pengeluaran kotoran dan pencegahan penyakit kuning. Pemberian
makan awal juga menyediakan kolonisasi bakteri isi perut yang
mengarahkan pembentukan vitamin K oleh traktus intestional
(Marmi, 2012).
Periode transisi ke kehidupan ekstrauterin berakhir setelah
periode kedua raktivitas. Hal ini terjadi sekitar 2-6 jam setelah
persalinan. Kulit dan saluran pencernaan neonatal belum
terkolonisasi oleh beberapa tipe bakteri (Marmi, 2012).
c. Pemeriksaan pada bayi baru lahir
Menurut Marmi (2012) pemeriksaan pada bayi baru lahir dapat
dilakukan sebagai berikut :
1) Pengkajian fisik
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur
perawatan bayi segera setelah lahir. Berikut ini adalah prosedur
perawatan bayi segera setelah lahir :
a) Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat
persalinan, riwayat keluarga.
b) Menilai skor APGAR.
c) Melakukan resusitasi neonatus.
d) Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu
pendek dan harus diawasi setiap hari.
e) Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertuliskan
nama ibu, diikatkan dipergelangan tangan atau kaki.
f) Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda-tanda vital.
g) Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik),
atau dalam inkubator jika ada indikasi.
h) Menentukan tempat perawatan : rawat gabung, rawat khusus atau
rawat intensif.
i) Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang
diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif, langsung
diberikan vaksinasi pada bayi.
2) Pengukuran antropometri
a) Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke
titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas
dan pembungkus bayi.
b) Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi ditempat yang datar. Ukur panjang badan dari
kepala sampai tumit dengan kaki atau badan bayi diluruskan. Alat
ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
c) Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala
kembali lagi ke dahi.
d) Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke
dada yaitu pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran
dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Periksa adanya trauma kelahiran dan perhatikan
adanya kelainan kongenital.
b) Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi
tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauterin.
c) Mata
Lakukan pemeriksaan diantaranya jumlah, posisi, adanya
strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna, glaucoma
congenital, katarak congenital, trauma, sekret.
d) Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, periksa adanya sekret
adanya pernapasan cuping hidung.
e) Leher
Periksa adanya trauma leher, lakukan perabaan untuk
mengidentifikasi adanya pembengkakan, periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
f) Tangan
Periksa jumlah jari, kedua lengan harus sama panjang,
lengan harus bebas bergerak, telapak tangan harus dapat terbuka
dan periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi.
g) Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat napas, pada bayi
cukup bulan, putting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak
simetris dan payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
h) Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara
bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas, jika perut sangat
cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, abdomen yang
membuncit kemungkinan hepatosplenomegali/tumor, jika perut
kembung kemunginan adanya enterokolis vesikalis dan omfalokel.
i) Genitalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3
cm, posisi lubang uretra, periksa adanya hipospadia dan epispadia,
skrotum dipalpasi untuk memastikan jumlah testis. Pada bayi
perempuan yang cukup bulan labia mayora menutupi labia minora,
lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.
j) Anus dan rektum
Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya
mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai
48 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug
syndrome, megakolon/obstruksi saluran pencernaan.
k) Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki, panjang kedua
kaki, gerakan, dan adanya polidaktili/sidaktili pada jari kaki
l) Kulit
Periksa adanya ruam dan bercak/tanda lahir,
pembengkakan, verniks kaseosa dan lanugo.
4) Pemeriksaan refleks
a) Refleks hisap
Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan. Tekanan
pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas timbul isapan
yang kuat dan cepat yang dapat dilihat pada waktu bayi menyusu.
b) Refleks rooting
Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi dan
bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka
mulutnya.
c) Refleks genggam
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan
dengan gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat.
Jika telapak tangan bayi ditekan, bayi mengepalkan tinjunya.
Menurut Short (2008) refleks genggam menghilang pada usia 6-8
bulan.
d) Refleks moro
Timbulkan pergerakan tangan yang simetris apabila kepala
tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
Menurut Short (2008) refleks moro muncul pada saat lahir sampai
bayi berusia 3 bulan.
e) Refleks tonik otot leher asimetris
Refleks ini dapat ditimbulkan dengan cara menolehkan
kepala bayi kesatu sisi dan bayi akan bereaksi dengan gerakan
ekstensi lengan dan tungkai pada sisi yang berlawanan. Refeks ini
berangsur menghilang pada usia kehamilan 36 minggu dan hampir
tidak tampak pada bayi cukup bulan, kemudian muncul lagi pada
usia 1 bulan dan selanjutnya menghilang lagi (Short, 2008).
f) Refleks tonik otot leher simetris
Bila kepala bayi diekstensikan, akan terdapat tonus otot
ekstensor lengan dan tonus otot fleksor tungkai. Bila difleksikan,
akan terjadi sebaliknya. Refleks ini menghilang pada usia 8-10
minggu (Short, 2008).
d. Peran bidan
Menurut Marmi (2012) bidan berperan dalam asuhan terhadap
bayi dan balita terutama dalam hal :
1) Melakukan pengkajian/pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
2) Penyuluhan kesehatan pada keluarga yaitu pemberian makanan bayi,
cara pemberian ASI pada bayi, cara menyusui bayi yang baik, hal-hal
yang mempengaruhi produksi ASI, saat pergantian ASI dengan susu
buatan, perlunya bayi mendapat makanan tambahan, menghentikan
pemberian ASI, pemeriksaan rutin/berkala, imunisasi.
3) Bidan berperan dalam pemberian ASI dengan memberikan konseling
pada ibu mengenai biarkan bayi memperoleh kolostrum saat menyusu,
hindarkan pemberian makanan lain selain ASI sampai bayi berusia 6
bulan, cara menyusui yang benar, tanda bayi cukup ASI dan
memberikan dukungan psikologi.
4) Bidan berperan dalam pemantauan BAB dan BAK yaitu
mengobservasi frekuensi, konsistensi, dan warna, mengganti popok
bila bayi BAB/BAK, pola bayi BAB/BAK dan cara mengobservasi
frekuensi, konsistensi dan warna.
e. Penatalaksanaan bayi baru lahir normal
1) Membersihkan jalan nafas
Bila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara yaitu meletakkan bayi pada
posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat, gulung sepotong
kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan
kepala tidak menekuk, bersihkan hidung, rongga mulut dan
tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus dengan kassa
steril, tepuk kedua kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar, dan membersihkan jalan nafas.
2) Memotong dan merawat Tali Pusat
Sebelum memotong tali pusat, pastikan tali pusat telah di
klem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
3) Mempertahankan Suhu tubuh Bayi
Bayi baru lahir harus dibungkus hangat, suhu tubuh bayi
merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat
sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
4) Memberikan injeksi vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi
lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K per oral 1 mg/hari
selama 3 hari sedangkan bayi resiko tinggi di beri vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5 – 1 mg secara IM.
5) Memberi obat/salep mata, untuk mencegah infeksi
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin
dan langsung diteteskan pada mata bayi segera stetelah lahir.
6) Identifikasi Bayi
Sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada
setiap bayi lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi
dipulangkan.
Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata,
dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan
krisis, dan dokter memberi intruksi khusus. (Setia, 2013).
3. Langkah-langkah Manajemen
a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Untuk memperoleh data diperoleh dengan cara :
1) Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas, bio-psiko-sosio-spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital.
b. Langkah II: Merumuskan Diagnosa/ Masalah Aktual
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis
atau masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan.
c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial dan Antisipasi
penanganan
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini
menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman.
d. Langkah IV: Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi Segera dengan
Tenaga Kesehatan Lain
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi klien.Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak
hanya berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan
bidan.
e. Langkah V: Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
untuk klien tersebut.
f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan
Aman
Pada langkah keenam rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
g. Langkah VII: EvaluasiPada langkah terakhir, dilakukan evaluasi
keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan. Apakah benar-benar telah
terpenuhi sebagaimana diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya (Suryani, 2008)
h. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Pengertian
Menurut Tungpalan (1983) dalam Marmi (2012)
mengatakan bahwa dokumen adalah catatan yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau
merekam peristiwa dan objek maupaun aktifitas.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah
bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan
bidan setelah memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi
merupakan suatu informasi lengkap meliputi satus kesehatan
pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respon
pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian
dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan
klinik pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi
yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan
juga dapat digunakan sebagai wahana komunikasi dan koordinasi
antar profesi yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu
fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian
integral dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.
Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam
menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang
mutlak bagi setiap tenaga kebidan agar mampu membuat
dokumentasi kebidanan secara baik dan benar.
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan, sehingga langkah-langkah dalam manajemen
kebidanan merupakan alur pikir dalam pemecahan masalah dan
mengambil keputusan klinis. Asuhan yang dilakukan harus dicatat
secara benar, sederhana, jelas dan logis sebagai
pendokumentasian.
Pendokumentasian yang diterapkan dalam metode SOAP
merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas. Logis dan
singkat. (Wafi, 2011).
b. Proses Manajemen SOAP
1) S (Data Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney. S (Subyektif) ini
merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien. Informasi
tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
berhubungan dengan diagnosa.
2) O (Data Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam
data focus untuk mendukung assessment sebagai langkah 1 varney.
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan
pada waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan
laboratorium, USG, dan lain-lain. Apa yang diobservasi oleh bidan
akan menjadi komponen yang berarti dari diagnose yang akan
ditegakkan. (Marmi, 2012).
3) A (Assessment)
Assessment menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
(a) Diagnosis / masalah (diagnose adalah rumusan dari hasil
pengkajian mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang
didapat,masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu
kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk dalam
diagnosa).
(b) Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah
(c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/
kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4
varney (Marmi, 2012).
4) P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan
dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7
(Marmi, 2012).
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan di jabarkan tentang penerapan manajemen asuhan
kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi Ny.” N “dengan
BBLR di ruang Teratai Rumah sakit umum Daerah Kabupaten Muna pada tanggal
18 s.d 21 juni 2014,yang diawali dengan penngumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi.
A. Pengumpulan data dasar
Dalam proses pengumpulan data di kerjakan dengan mengkaji secara umum
dengan berfokus pada keluarga bayi pada tanggal 18 juni 2014,pukul 16.10 WITA
1. Pengkajian Data
Biodata
a) Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “N”
Tanggal lahir / jam : 18 juni 2014 Jam16.00 WITA
Anak : Ke lima
Jenis kelamin : laki-laki
Umur saat dikaji : 0 hari
b) Identitas orang tua
Nama Ibu/ Ayah : Ny “N”/ Tn “U”
Umur Ibu/ Ayah : 30 Tahun/ 35 Tahun
Suku : Muna/ Muna
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : S1/ S1
Pekerjaan : PNS / Wiraswasta
Pernikahan ke- : 1/1
Alamat : Waara
2. Data Biologis / Fisiologis
a) Keadaan bayi sekarang
Bayi lahir tanggal 18 juni 2014 jam 16.00 wita dengan sectio caesar
langsung menangis, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, jenis
kelamin laki-laki, berat badan lahir 1600 gram, panjang badan 40cm.
b) Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan :
(1)Hamil yang ke lima, pernah melahirkan empat kali dan tidak
pernah keguguran (GV PIv A0).
(2) HPHT Tanggal 07-11-2013, HTP tanggal 14-08-2014, pernah
memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 4 kali
(3) Penyakit yang diderita selama hamil tekanan darah tinggi.
(4) Ibu merasakan pergerakan janin sejak umur kehamilannya ± 5
bulan.
(5) Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus
90 tablet 1x1/hari
c) Riwayat Persalinan/ Kelahiran
(1) Umur kehamilan : 31 minggu 6 hari
(2) Tempat persalinan : RSUD Kabupaten Muna
(3) Penolong pesalinan : Dokter Spesialis Kandungan
(4) Jenis persalinan : Sectio Caesar
(5) Tanggal /Jam lahir : 18 juni 2014 Jam 16.00 Wita
d) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi
(1) Nutrisi/ Cairan
(2) Bayi belum disusui oleh Ibunya setelah melahirkan
(3) Eliminasi
(4) Tidur / Istirahat : Bayi tertidur saat dikaji
(5) Personal hygiene terpelihara oleh petugas
e) Pemeriksaan Umum
(1) Jenis kelamin :laki – laki
(2) BBL/PBL : 1600 gram/ 40 cm
(3) Keadaan Umum : Baik/ Tidak ada cacat bawaan
(4) Masa gestasi : 31 minggu 6 hari
(5) Apgar Skor : 8/10
(a) Seluruh tubuh berwarna kemerah-merahan : 2
(b) Denyut jantung 142 kali/menit : 2
(c) Bayi menangis jika diberi rangsangan : 2
(d) Gerakan tangan dan kaki lemah : 1
(e) Bayi menangis lemah : 1
f) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Suhu badan : 36,8°C
Pernapasan : 45 x/menit
Denyut jantung : 140x/menit
g) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)
(1) Kepala
Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura
lebar dan belum menutup, tidak ada benjolan.
(2) Wajah
Tidak oedema, tidak ikterus
(3) Mata
Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, conjungtiva
merah muda, Mata bersih tidak ada secret
(4) Hidung
Tidak ditemukan adanya kelainan
(5) Mulut dan Bibir
Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap
Lemah
(6) Telinga
Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,
tidak ada secret.
(7) Leher
Tidak ada trauma
(8) Dada dan Perut
Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama
pernapasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu
kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa.
(9) Genetalia
Skrotum kecil, testis tidak teraba
(10)Ekstermitas
Pergerakan lemah, Tidak ada cacat bawaan
(11) Keadaan Kulit
Warna kulit kemerahan, tipis, transparan,pembuluh darah
kelihatan .
h) Resfleks
(1)Refleks Moro : ada
(2)Refleks Megisap : ada
(3)Refleks menelan : ada
(4)Refleks Menggeggam : ada
i) Pemeriksaan Pengukuran
(1) Ukuran lingkaran
(a) Lingkar Kepala : 30 cm
(b) Lingkar Dada : 29 cm
(c) Lingkar Perut : 28 cm
(d) Lila : 8 cm
(2) Ukuran panjang
(a) Kepala - Syimpisis : 16 cm
(b) Sympisis kaki : 21 cm
(c) Panjang lengan : 10 cm
3. Data psikologis, Spritual dan Ekonomi
a) Pola emosional bayi, bayi tenang/tidur saat dikaji
b) ersepsi orang tua terhadap anaknya, orang tua sabar dan
mempercayakan sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan.
c) Orang tua nampak tenang dan menerima keadaan bayinya serta mau
bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk perawatan bayinya
terutama pemberian ASI.
d) Ibu tinggal dirumah sendiri
e) Biaya hidup dan biaya perawatan ditanggung oleh Ayah
4. Data Tambahan
Pemberian susu formula untuk bayi BBLR sebagai nutrisi
tambahan untuk bayi karena ASI ibu belum ada berdasarkan intruksi dari
dokter.
B. Identifikasi diagnosa/masalah aktual
Berdasarkan data dasar yang ada, maka dapat diidentifikasi diagnosa padabayi
berupa :
Bayi baru lahir, sesuai masa kehamilan dengan bayi berat lahir rendah.
1. Bayi baru lahir sesuai masa kehamilan
Data Dasar :
a) Data Subjektif
(1) Ibu mengatakan HPHT tanggal 7-11-2013
(2) keluarga mengatakan bayi lahir tanggal 18-06-2014, jam 16.00 wita
b) Data Objektif
(1) Tafsiran persalinan 14-08-2014
(2) Berat badan : 1600 gram
(3) Panjang badan : 40 cm
(4) Tanda-tanda vital
(a) Laju jantung : 140 kali/menit
(b) Pernapasan : 45 kali/menit
(c) Suhu : 36,8°C
Analisis Dan Interpretasi Data
a. Usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus neagle. Dari HPHT
yaitu tanggal 7-11-2013 sampai pada bayi dilahirkan yaitu tanggal
18-06-2014 maka bayi berumur 31 minggu 6 hari, umur kehamilan
39 minggu bayi tersebut sudah aterm (Hutari, 2012 :72).
b. Bayi normal memiliki berat badan 2.500-4.000 gram, panjang
badan 47-52 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm,
testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang, panjang
kuku melewati bantalan kuku refleks isap dan menelan baik. Tidak
ada kelainan pada pemeriksaan fisik menandakan bayi norma
(Asuhan Kebidanan Edisi 4, Helen Varney).
2. Bayi Berat Lahir Rendah
Data dasar
a. Data subyektif
Ibu mengatakan pada masa kehamilan status gizinya kurang
b. Data obyektif
Status gizi ibu kurang yaitu lingkar lengan atas 20 cm dan peningkatan
berat badan 5 kg selama kehamilan.
Analisis dan interprestasi data
Status gizi ibu hamil pada trimester pertama akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan
dan pembentukan organ-organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II
dan III kebutuhan janin terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika
tidak terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan
mengurangi kemampuannya mensintesis zat-zat yang dibutuhkan oleh
janin, (Kukuh, 2012).
C. Merumuskan diagnosa/masalah potensial
Berdasarkan keadaan ibu dapat di tetapkan adanya suatu masalah potensial
yang akan terjadi yaitu hipotermi dan infeksi tali pusat.
1. Potensial Terjadi Hipotermi
Data Dasar
a. Data Subjektif: -
b. Data Objektif
1) Umur kehamilan 31 minggu 6 hari
2) Berat badan 1600 gram
3) Kulit bayi tipis
4) Suhu: 36,8°C
5) Bayi terbungkus sarung di dalam inkubator.
Analisis Dan Interpretasi Data
Hipotermi dapat terjadi karena peningkatan penguapan akibat
kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan permukaan tubuh yang
lebih lama dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir
normal. Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu
tubuh yang belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang
berkurang karena lemak coklat yang belum cukup (Winkjisastro, 2002)
dalam (Marmi, 2012).
1. Potensial Terjadi Infeksi Tali Pusat
Data Dasar
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya lahir kurang bulan dengan berat 1600
gram.
b. Data Objektif
1) Tali pusat belum puput dan basah
2) Berat badan lahir 1600 gram (N > 2500 gram)
3) TTV
Suhu : 36,8°C
Denyut Jantung Janin : 140 x/menit
Pernapasan : 45 x/menit
Analisis Dan Interpretasi Data
Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Kerentanan terhadap
infeksi ini karena kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih
rendah dan fungsi imun belum sempurna (Atikah, 2010).
D. Mengidentifikasi tindakan segera/kolaborasi
Berdasarkan data yang telah di kumpulkan maka dilakukan pemantauan
pada bayi yaitu :
Tindakan kolaborasi dengan dokter anak yaitu Pemberian susu setiap 3 jam
E. Rencana tindakan asuhan kebidanan
Sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada maka di buat rencana asuhan
dari setiap diagnosa dan masalah untuk mengatasi masalah yang ada.
Asuhan yang akan di laksanakan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang di
kehendaki berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada,hal tersebut dapat dilihat
pada uraian dibawah ini :
1. Tujuan
a. Terjadinya peningkatan berat badan
b. Tidak terjadi hipotermi pada bayi
c. Tidak terjadi infeksi tali pusat
2. Kriteria
a. Berat badan meningkat atau penurunan tidak lebih 10 % dari berat badan
lahir
b. Produksi ASI Ibu lancar dan bayi dapat menyusu dengan baik
c. TTV dalam batas normal
1) Suhu tubuh : 36,5°C-37,2°C
2) Pernapasan : 30-60 kali/menit
3) Denyut jantung : 120-160 kali/menit
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi: merah, bengkak, panas, nyeri dan
pengeluaran pus.
3. Rencana Tindakan
Tanggal 18 juni 2014 Jam 16.15 WITA
1. Melakukan informed consed untuk tindakan yang akan dilakukan
Rasional : agar ibu mengerti dengan tindakan yang akan dilakukan
sehingga dapat kooperatif dan dapat melindungai bidan dari
tuntutan hukum.
2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
Rasional : agar ibu dapat mengetahui keaadaan bayinya
3. Membungkus tali pusat
Rasional : agar tidak terinfeksi
4. Membersihkan jalan napas
Rasional : agar bayi dapat bernapas dengan baik
5. Memberikan vitamin K 0,5 mg secara intra muskular pada paha kiri bayi
Rasional : agar tidak tejadi perdarahan pada otak.
6. Memberikan oxytetracyclin
Rasional : untuk mencegah infeksi pada mata bayi
7. Menimbang berat badan bayi
Rasional : untuk mengetahui berat dan panjang bayi
8. Mengobservasi tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi
9. Merawat bayi dalam inkubator
Rasional : agar suhu bayi terjaga
10. Mengobservasi eliminasi, BAB dan BAK
Rasional : untuk mengetahui bayi sudah BAK dan BAB
11. Memberi PASI (susu formula)
Rasional : agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
F. P elaksanaan asuhan kebidanan
Asuhan akan dilaksanakan berdasarkan perencanaan,pelaksanaan asuhan tersebut adalah :
Tanggal 18 juni 2014 Jam 16.20 WITA
1. Melakukan informed consed untuk tindakan yang akan dilakukan
Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
Hasil : ibu telah mengetahuinya
3. Membungkus tali pusat
Hasil : Tali pusat telah dibungkus dengan kasa steril
4. Membersihkan jalan napas
Hasil : jalan napas telah dibersihkan
5. Memberikan vitamin K 0,5 mg secara intra muskular pada paha kiri bayi
Hasil : telah diberikan vitamin K 0,5 mg
6. Memberikan oxytetracyclin
Hasil : telah diberikan salep mata
7. Menimbang berat badan bayi
a) Berat badan : 1600 gram
b) Panjang badan : 40 cm
Hasil : berat badan bayi dan panjang bayi telah ditimbang
8. Mengobservasi tanda-tanda vital
a) Laju jantung : 140 kali permenit
b) Penapasan : 42 kali/ menit
c) Suhu : 36,80C
Hasil : tanda-tanda vital telah periksa
9. Merawat bayi dalam incubator
Hasil : bayi telah dirawat dalam incubator dengan suhu 33,40C
10. Mengobservasi eliminasi, BAB dan BAK
Hasil : bayi BAB dan BAK satu kali pada pukul 22.00 WITA
11. Memberi PASI (susu formula) sesuai dengan intruksi dokter
Hasil : PASI telah diberikan 10 cc melalui dot / 3 jam
G. E valuasi asuhan kebidanan
Setelah melaksanakan asuhan yang telah di rencanaka, maka dilakukan
evaluasi guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari keadaan bayi.
Tanggal 18 juni 2014 Jam 17:30 WITA
1. Gangguan pemenuhan nutrisi telah teratasi dengan kriteria:
a. Berat badan bayi bertambah menjadi 1675 gram
b. Bayi mengisap dengan baik
2. Hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas normal:
S : 36,8°C
DJ : 140 x/menit
P : 45 x/menit
3. Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan
pengeluaran pus.
B. Pendokumentasian
1. Identitas bayi / orang tua
Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “N”
Tanggal lahir / jam : 18-06-2014 Jam 16.00 WITA
Anak : Kelima
Jenis kelamin : laki-laki
Umur saat dikaji : 0 hari
2. Identitas orang tua
Nama Ibu/ Ayah : Ny “N”/ Tn “U”
Umur Ibu/ Ayah : 30 Tahun/ 35 Tahun
Suku : Muna/ Muna
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : S1/ S1
Pekerjaan : PNS / Wiraswasta
Pernikahan ke- : 1/1
Alamat : Waara
a. Data Subyektif ( S )
Ibu mengatakan :
1. Hamil yang ke lima, pernah melahirkan empat kali dan tidak pernah
keguguran (GV PIv A0).
2. HPHT Tanggal 07-11-2013, HTP tanggal 14-08-2014
3. Memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak empat kali
4. Selama hamil ibu kurang makan
5. Tidak ada ketergantungan obat dan alkohol.
6. Tekanan darahnya naik, penglihatannya kabur, dan bengkak pada wajah
dan ekteremitas.
7. Dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit DM, hipertensi, jantung,
malaria
8. Melahirkan pada tanggal 18-06-2014 jam : 16.00 Wita
b. Data Obyektif (O)
1. Bayi lahir tanggal 18-06-2014 Jam 16.00 WITA dengan BBLR, Seksio
Caesarea
2. Bayi lahir segera menangis dengan BB 1600 gram, PB 40 cm, anus (+).
3. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum
1) BBL : 1600 gram
2) PBL : 40 cm
3) JK : laki-laki
4) LK : 30 cm
5) LD : 29 cm
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8°C
Denyut Jantung Janin : 140 x/menit
Pernapasan : 45 x/menit
c. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)
1) Kepala
Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar dan
belum menutup, tidak ada benjolan
2) Wajah
Tidak oedema, tidak ikterus
3) Mata
Simetris kiri dan kanan, kklera berwarna putih, conjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
4) Hidung
Tidak ditemukan adanya kelainan
5) Mulut dan Bibir
Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap lemah
6) Telinga
Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak
ada secret.
7) Leher
Tidak ada trauma
8) Dada dan Perut
Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama pernapasan
bayi, Tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat
tampak basah dan terbungkus dengan kasa.
9) Genetalia
Skrotum kecil,testis tidak teraba, ada lubang anus
10) Ekstermitas
(a) Pergerakan lemah
(b) Tidak ada cacat bawaan
(c) Keadaan Kulit : Kulit tipis, transparan, pembuluh darah
kelihatan
d. Data tambahan
Pemberian susu formula berdasarkan intruksi dokter
c. Assesment (A)
Bayi baru lahir, sesuai masa kehamilan dengan bayi berat lahir rendah
d. Planning (P)
Tanggal 18 juni 2014 Jam 17.15 WITA
1. Melakukan informed consed untuk tindakan yang akan dilakukan
Hasil : Keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
Hasil : ibu telah mengetahuinya
3. Membungkus tali pusat
Hasil : Tali pusat telah dibungkus dengan kasa steril
4. Membersihkan jalan napas
Hasil : Jalan napas telah dibersih
5. Memberikan vitamin K 0,5 mg secara intra muskular pada paha kiri bayi
Hasil : Telah diberikan vitamin K 0,5 mg
6. Memberikan oxytetracyclin
Hasil : Telah diberikan salep mata
7. Menimbang berat badan bayi
a) Berat badan : 1600 gram
b) Panjang badan : 40 cm
Hasil : berat badan bayi dan panjang bayi telah ditimbang
8. Mengobservasi tanda-tanda vital
a) Laju jantung : 140 x/ menit
b) Penapasan : 45 x/ menit
c) Suhu : 36,80C
Hasil : Tanda-tanda vital telah periksa
9. Merawat bayi dalam incubator
Hasil : Bayi telah dirawat dalam incubator dengan suhu 33,40C
10. Mengobservasi eliminasi, BAB dan BAK
Hasil : Bayi BAB dan BAK satu kali pada pukul 22.00 pada tanggal 18
Juni 2014.
11. Memberi PASI (susu formula) sesuai dengan intruksi dokter
Hasil : PASI telah diberikan 10 cc melalui dot / 3 jam
TABEL 3. PERKEMBANGAN PADA BAYI NY ”N” DENGAN BBLR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
TANGGAL18 s.d 21 JUNI 2014No Hari/tanggal TTV Nutrisi
(susu)/hariBB( gram )
1. Rabu/18-6-2014 DJ : 140x/menitS : 37,3 °CP : 40x/menit
60 ml 1600
2. Kamis/19-6-2014 DJ : 141x/menitS : 36,4 °CP : 45x/menit
60 ml 1575
3. Jumat/20-6-2014 DJ : 144x/menitS : 36,6 °CP : 44x/menit
70 ml 1625
4. Sabtu/21-6-2014 DJ:145x/menit S :37 °C P : 45x/menit
90 ml 1675
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kesesuaian maupun kesenjangan
antara tinjauan pustaka dengan studi kasus pada bayi “N” dengan BBLR Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014
dengan teori penanganan Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam pembahasan Bayi
Berat Lahir Rendah, penulis akan membahas berdasarkan pendekatan Manajemen
Asuhan Kebidanan 7 langkah varney yaitu :
A. Pengumpulan Data Dasar
Pada tahap ini penulis tidak menemui hambatan yang berarti pada saat
pengumpulan data, karena orang tua maupun keluarga terbuka dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan yang berhubungan dengan keadaan klien sehingga
memudahkan penulis dalam pengumpulan data. Pada kasus bayi Ny”N” dengan
BBLR memperoleh hasil pengkajian dimana semua keluhan terhadap bayi Ny”N”
ditemukan pada teori yaitu BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berdasarkan data yang
diperoleh di dalam studi kasus bayi Ny”N” dengan BBLR menunjukkan adanya
kesamaan dengan penjelasan bayi berat lahir rendah sesuai dengan konsep dasar.
Dalam teori ditemukan bahwa tahap pengkajian merupakan dasar
manajemen kebidanan yang kegiatannya ditujukan untuk mengumpulkan
informasi mengenai bayi Ny“N” dengan kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
tentang masalah kesehatannya meliputi Bio, Psiko, Sosial dan Spritual. Dalam
asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi Ny“N” penulis tidak mendapat
hambatan karena adanya kerjasama yang baik dari orang tua bayi, keluarga dan
bidan yang terlibat untuk memberikan informasi/ data sesuai keadaan dan
perawatan bayi Ny“N” sehingga memudahkan dalam pengumpuan data.
Menurut teori bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang 37 minggu
dengan berat badan <2500 gram adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dimana
berat badan ini tidak sesuai dengan berat badan seharusnya untuk usia kehamilan
(N : > 2500 gram) atau dengan kata lain prematuritas adalah hal yang dialami oleh
klien yang dikaji sehingga terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta
yang ada.
Adapun faktor yang menjadi penyebab BBLR prematur menurut teori
yang disebutkan dalam buku Atikah (2010) BBLR tipe premature disebabkan oleh
: Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan pada usia
<20 tahun atau >35 tahun, kehamilan kembar, pernah melahirkan bayi prematur
sebelumnya, cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah sehingga tidak
mampu menahan berat bayi dalam rahim), perdarahan sebelum atau saat
persalinan (antepartum hemorrhage) dan ibu hamil yang sedang sakit.
Kenyataan yang penulis dapatkan adalah bayi Ny“N” mengalami BBLR
prematur masuk dalam kategori penyebabnya yaitu ibu dengan berat badan
rendah pada saat hamil,usia ibu > 35 tahun dan tekanan darah ibu yang naik
(Preeklampsia berat) sehingga terdapat kesesuaian antara fakta dengan teori yang
ada.
B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa/masalah aktual yang ada pada
bayi Ny“N” adalah BBLR, SMK sesuai dengan konsep teori bahwa Bayi Kurang
Bulan (BKB) adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan di bawah 37 minggu
dengan berat badan 1600 gram adalah BBLR. Dimana berat badan ini sesuai
dengan berat badan seharusnya untuk usia kehamilan sehingga disebut Sesuai
Masa Kehamilan (SMK) dan hal ini memang dialami oleh klien yang dikaji
sehingga terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta yang ada.
Gangguan pemenuhan nutrisi merupakan masalah aktual, berdasarkan teori
bahwa yang disebutkan Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena
ukuran tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energy, lemah dan lambungnya
kecil. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan,
membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering
(Atikah, 2010: 11). Karena kecilnya tubuh bayi dan daya isap bayi berat badan
lahir rendah yang lemah sehingga menyebabkan bayi Ny”N” mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi . Dari teori tersebut terdapat kesesuaian
dengan kenyataan pada bayi “N” yaitu bayi “N” tubuhnya yang kecil dan refleks
hisap yang lemah.
C. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Pada tahap ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan masalah
potensial yang diangkat. Dimana penulis mengidentifikasi masalah potensial pada
kasus ini adalah potensial terjadi hipotermi dan infeksi tali pusat. Berdasarkan
teori bayi berat lahir rendah mengalami gangguan immunologik yang belum
sempurna dan bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi karena
sistem kekebalan tubuh bayi belum matang yang bisa mengakibatkan BBLR
rentan terhadap infeksi selain itu, sedikitnya lemak tubuh terutama lemak coklat
yang terdapat dibawah kulit dan sistem pengaturan suhu pada BBLR belum
matang sehingga bisa mengakibatkan bayi mengalami hipotermi, disini tidak ada
kesenjangan antara teori dan data yang ada dalam menegakkan masalah yang
mungkin muncul pada bayi bila tidak segera ditangani.
D. Melaksanakan Tindakan Segera dan Kolaborasi
Dalam teori didapatkan adanya tindakan segera/kolaborasi/ konsultasi
pada bayi berat lahir rendah, pada kasus ini penulis menemukan adanya indikasi
untuk melakukan tindakan segera/ konsultasi dan kolaborasi yaitu pemberian susu
setiap 3 jam.
E. Rencana Asuhan Kebidanan
Dalam membuat perencanaan ini ditentukan tujuan dan kriteria yang akan
dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi Ny“N” dengan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) sesuai dengan teori dimana rencana asuhan kebidanan
dikembangkan berdasarkan pada intervensi dan rasional sesuai dengan masalah
aktual dan potensial pada bayi dengan Berat Lahir Rendah, seperti : kebutuhan
eliminasi bayi terpenuhi, tidak terjadi hipotermi pada bayi, tidak terjadi infeksi tali
pusat.
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada tahap pelaksanan asuhan kebidanan pada bayi “N” ini, penulis
melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana. Pada tahap ini penulis
tidak menemukan permasalahan karena hal ini ditunjang oleh ibu dan keluarga
bayi “N” yang mau bekerja sama dalam perawatan bayinya serta mau menerima
saran dan asuhan kebidanan yang diberikan, seperti : membungkus tali pusat,
membersihkan jalan napas,memberikanvit.K 0,5 mg secara intra muskular pada
paha kiri bayi, memberikan oxytetracyclin ,meletakan bayi di infart warmer,
menimbang berat badan bayi, mengobservasi tanda-tanda vital,mengobservasi
BAB dan BAK, memberi PASI ( susu formula ) sesuai dengan intruksi dokter
anak, merawat bayi dalam inkubator.
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan
kebidanan dimana pada tahap ini dinilai adanya kemajuan dan keberhasilan dalam
mengatasi masalah yang dihadapi bayi Ny”N” dalam evaluasi yang telah
dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah mempelajari teori tentang Bayi Berat Lahir Rendah /Sesuai Masa
Kehamilan dan pengalaman langsung di Ruang teratai RSUD Kabupaten Muna,
maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Didapatkan hasil dari pengkajian terhadap By. Ny.N yaitu ‘bayi baru lahir
secara operasi (sectio caesarea), lahir pada tanggal 18 juni 2014, pukul
16 :00 wita, warna kulit kemerahan.
2. Didapakan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap By. Ny.N yaitu “ Bayi
baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan segerasetelah lahir, dengan
BBLR, masalah yang muncul pada kasus ini yaitu bayi baru lahir operasi
(Sectio Saesarea) dengan berat badan yang kurang.
3. Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah pada
By. Ny.N tidak teratasi berupa hipotermi.
4. Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu
merawat bayi dalam inkubator.
5. Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada By. Ny. N
dengan BBLR yaitu tindakan yang dilakukan merawat bayi dalam
inkubator.
6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat yaitu perawatan bayi dalam inkubator.
7. Hasil evaluasi terhadap By. Ny.N yaitu bayi telah mengalami kenaikan
berat badan 75 ons.
8. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahapan dari
proses asuhan kebidanan, karena hal ini merupakan bukti pertanggung
jawaban bidan terhadap pasien.
B. Saran
Adapun saran dari penulis kemukakan untuk mencapai asuhan kebidanan
yang baik diperlukan:
1. Pada tempat pelayanan kesehatan yag melakukan perawatan bayi diharapkan
ruangan yang cukup hangat, peralatan yang tetap steril tersedianya tempat
mencuci tangan dengan meggunakan kram/ air mengalir dan bila
memungkinkan menyiapkan pakaian khusus dalam ruangan, baik untuk
petugas maupun pengunjung bayi.
2. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengawasan dan penanganan
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan serta penanganan dan
pengawasan yang tepat pada bayi khususnya berat badan lahir rendah.
3. Bagi masyarakat agar memeriksakan kehamilannya secara teratur dan
berkualitas agar bisa dipantau keadaan janinnya.