CASE REPORT PERAWATAN ORTODONTI
NOMOR MODEL : 02
NAMA PASIEN : Sari Lestarina
OPERATOR : Rinda Febrina, S.KG
NO.MHS : 04094707007
PEMBIMBING : drg.Arya Prasetya. B, Sp.Ort
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
LAPORAN CASE REPORT
ORTODONTI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Bagian Orthodonsi Program Profesi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Oleh
Rinda Febrina, S.KG
04094707007
Palembang, Maret 2013
Menyetujui Pembimbing
Bagian Ortodonsi,
drg. Arya Prasetya. B, Sp. Ort
STATUS PEMERIKSAAN
DAN PERAWATAN ORTHODONTI
Operator : Rinda Febrina
No.Mhs : 004094707007
Pembimbing : drg. Arya Prasetya.B, Sp.Ort
No. Kartu : 46.37.71
No. Model : 02
I. IDENTITAS
Nama pasien : Sari Lestarina
Umur : 9 tahun
Suku : Palembang
Jenis kelamin : Perempuan
Status Kawin : Belum kawin
Alamat : Lrg. Muhajirin Lorok Pakjo no 5114 Palembang
Telepon : 0711 8485457
Pekerjaan : Pelajar
Rujukan dari : Datang Sendiri
Nama Ayah : M. Sartono
Suku : Palembang
Umur : 57 tahun
Nama Ibu : Rasani
Suku : Palembang
Umur : 53 tahun
Pekerjaan orang tua : PNS
Alamat orang tua : Lrg. Muhajirin Lorok Pakjo no 5114 Palembang
II. WAKTU PERAWATAN
Pendaftaran : Tgl. 4 Januari 2012
Pencetakan : Tgl. 4 Januari 2012
Pemasangan alat : Tgl. 7 Maret 2012
Retainer : Tgl.
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subjektif ( Anamnesis )
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan gigi geligi rahang bawahnya tidak beraturan dan
berjejalan sejak 1 tahun yang lalu dan ingin dirapikan dengan menggunakan kawat
gigi.
Riwayat Kesehatan :
Kelahiran : Normal
Urutan kelahiran : Anak Ke 4 dari 4 anak
Nutrisi : ASI 24 bulan
Penyakit berat yang pernah diderita : tidak ada
Kelainan Kongenital : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan gigi geligi :
Gigi Decidui :
Gigi susu tumbuh normal sesuai waktunya, pada waktu kecil ada gigi yang
berlubang.
Gigi Bercampur :
Banyak tunggul gigi yang belum dicabut saat gigi barunya tumbuh dan gigi
gerahamnya ada yang berlubang dan sudah ditambal
Gigi Permanen :
Gigi geraham atasnya ada yang berlubang dan belum ditambal
Kebiasaan Buruk (berkaitan dengan keluhan pasien): Pasien sering menggigit
kuku sejak kelas 3 SD dengan frekuensi jarang
Riwayat Keluarga (berkaitan dengan keluhan pasien)
Ayah memiliki susunan gigi yang normal
Ibu memiliki susunan gigi yang berjejal
Kakak perempuan dan kakak laki laki pasien memiliki susunan gigi depan yang
berjejal
B. Pemeriksaan Objektif
Umum :
Jasmani : Baik, ket: pasien datang dalam keadaan sehat
Mental : Baik, ket: pasien kooperatif saat komunikasi
Status gizi : normal
Tinggi badan (TB) : 120 cm
Berat badan (BB) : 25 kg
Indeks masa tubuh (IMT) = BB( kg ) = 25 = 17,4
TB² ( m ) (1,2)²
Kategori status gizi : Kurus
Lokal :
a. Ekstra Oral :
Wajah Depan
1. Indeks Kepala : Lebar Kepala Maks X 100
Panjang Kepala Maks
: 150mm X 100
180 mm
: 83,3 ( Brakisefali)
Bentuk kepala: Brakisefali
2. Simetri : Simetris
3. Proporsi : Normal
4. Tonus otot mastikasi : Normal
5. Tonus otot bibir : Normal
6. Posisi bibir waktu istirahat : Tertutup
Wajah Samping
Profil muka : Cembung
Muka : Jarak Nasion-Gnathion : 75mm Lebar Bizygomatik : 87mm
Indeks muka : Jarak N-Gn X 100 = 86,2
Lebar Bizygomatik
Bentuk muka : Mesoprosop
b. Intra Oral
Jaringan Lunak
Gingiva : Normal
Mukosa : Normal
Lidah : Normal
Tonsil : Normal
Palatum : Tinggi
Frenulum : Fren. Labii Superior : Sedang
Fren. Labii Inferior : Rendah
Fren. Labii Lingualis : Normal
Pemeriksaan Gigi :
K R T
O O K V VI V VI III III II I II I I II III IV V K O O
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
O O T V VI III II I I II III IV V T O O
Keterangan :
K : Karies R : Radiks T : Tambalan
I : Inlay X : Telah dicabut P : Persistensi
Im : Impaksi J : Jaket O : Belum Erupsi
Ag : Agenesis B : Bridge En : Prwtn endodontik
Analisa Fungsi
Penelanan : Normal
Bicara : Lidah normal
Penutupan mulut : Normal
Pernapasan : Mulut tertutup
Senyum : Normal
Kelainan TMJ : Tidak ada kelainan
IV. ANALISA FOTO GRAFI
A. Analisa Foto Wajah
Tampak Depan Tampak Samping
Metode analisis Fotografi menurut Graber
Simetris ( simetris wajah dapat dianalisi dengan wajah dibagi dua dengan
menggunakan garis simetris wajah melalui titik glabella, puncak hidung, titik
tengah bibir, dan titik tengah dagu)
Proporsi : Normal ( wajah dapat dibagi menjadi tiga bagian, bagian atas dari
batas garis rambut ke titik glabella, bagian tengah dari titik glabella ke titik
subnasal, dan bagian bawah dari titik subnasal ke titik menton, proporsi
normal didapat bila perbandingannya 1/3 bagian atas.1/3 bagian tengah.1/3
bagian bawah)
Garis orbita kanan kiri – garis mulut : Sejajar/Tidak sejajar
Profil : Cembung/Lurus/Cekung ( profil cembung karena symphisis lebih ke
posterior dibandingkan titik glabella dan lip kontur ).
Kesimpulan: Dari analisa fotografi didapat bahwa pasien memiliki wajah yang simetris,
proporsi wajah normal, garis orbita kanan dan kiri dengan garis mulut sejajar, dan memiliki
profil wajah cembung.
B. Analisa Model Studi
Rahang Atas
Arah Sagital
Inklinasi gigi insisivus :
- Gigi 11 dan 21 normal
- Gigi 21 dan 22 normal
Pergeseran gigi posterior : Tidak ada kelainan
Kurva spee : Kanan :2,1 mm (Datar) Kiri: 4,2 mm (Terbalik)
Nilai normal : kedalaman kurva > 2mm dan ≤4mm
Arah Transversal
Midline : Midline gigi segaris dengan midline rahang
Arah Vertikal
Infra versi : Tidak ada
Supra versi : Ada gigi 14
Rahang Bawah
Arah Sagital
Inklinasi gigi insisivus :
Gigi 31 normal
Gigi 32 dan 41 linguoversi
Gigi 42 distolinguoversi
Pergeseran gigi posterior : tidak ada kelainan
Kurva Spee : Normal (Kanan : 2,7 mm Kiri: - mm)
Nilai normal : kedalaman kurva > 2mm dan ≤4mm
Arah Transversal
Midline : Midline gigi segaris dengan midline rahang
Arah Vertikal
Infra versi : Ada 33 dan 44
Supra versi : Tidak ada
Kesimpulan :
Midline gigi pada RA segaris dengan midline rahang atas : Normal
Midline gigi pada RB segaris dengan midline rahang bawah :
Normal
Model Dalam Keadaan Oklusi
Arah Sagital
Overjet : 11 : 4,0 mm 21 : 3,30mm41 31
Relasi Kaninus : Kanan dan kiri belum bisa ditentukan
Relasi M1 permanen : - Kanan klas I Angle - Kiri klas I Angle
Cross bite anterior : Tidak ada kelainan
Arah Transversal
Garis Median Gigi : segaris dengan midline rahang
Cross bite posterior : tidak ada kelainan
Lain-lain : tidak ada kelainan
Arah Vertikal
Overbite : 11 : 3,6 mm 21 : 3, 5mm 41 31
Open bite : tidak ada kelainan
Deep bite : tidak ada kelainan
C. Skema Gigi-Gigi Dari Oklusal
Rahang Atas Malposisi
24 palatoversi
Rahang Bawah Malposisi
32 dan 41 linguoversi
42 distolinguoversi
43 distolabioversi
44 linguoversi
D. Skema Gigi-Gigi dalam Keadaan Oklusi
Arah Anterior
Garis Median Gigi segaris dengan Garis Median Rahang
Arah kanan
Relasi Molar kanan kelas I
Overjet 11 = 4,0 mm
41
Overbite 11 = 3,6 mm
41
Relasi molar kanan 16/46: I
Arah kiri
Relasi Molar kiri kelas I
Overjet 21 = 3,3mm
31
Overbite 21 = 3,5 mm
31
Relasi molar kiri 26/36: I
Lebar Mesiodistal Gigi – Gigi ( mm )
RAHANG BAWAH
Gigi Kanan Kiri Normal Ket Kanan Kiri Normal Ket
1 7,7 8,5 7,40-9,75 Normal 5,8 6,0 4,97-6,60 Normal
2 6,6 6,7 6,05-8,10 Normal 6,25 6,0 5,45-6,85 Normal
III 6,5 5,4 6,6-7,0 Normal 6,5 IE 6,15-8,15 Normal
4 7,1 6,9 6,75-9,00 Normal 7,3 BE 6,35-8,75 Normal
5 6,2 6,5 6,00-8,10 Normal 6 BE 6,80-9,55 Normal
6 10,6 11 9,95-12,1 Normal 11,2 11,6 10,6-13,1 Normal
Kesimpulan :
Ukuran gigi geligi pasien masih dalam batas normal.
V. Perhitungan
A. Analisa Ruang
Rahang Atas
Ukuran mesiodistal gigi : 12+11+21+22 = 30,5 mm
Lengkung gigi 12 s/d 22 = 3 2 , 9 mm
Selisih (+/-) = -2,4 mm
Ukuran mesiodistal gigi : 13+14+15 = 21,3 mm
Lengkung gigi 13 s/d 15 = 2 2 , 5 mm
Selisih (+/-) = -1,25 mm
Ukuran mesiodistal gigi : 23+24+25 = 21,75 mm
Lengkung gigi 23 s/d 25 = 2 3 , 1 mm
Selisih (+/-) = -1,35 mm
Kesimpulan : berdasarkan perhitungan analisa ruang terdapat kekurangan
ruang sebesar (-2,4)+(-1,25)+(-1,35) = 5,0 mm
Rahang Bawah
Ukuran mesiodistal gigi : 42+41+31+32 = 23,25 mm
Lengkung gigi 42 s/d 32 = 2 4,5 mm
Selisih (+/-) = -1,25 mm
Ukuran mesiodistal gigi : 43+44+45 = 19.8 mm
Lengkung gigi 43 s/d 45 = 18,3 mm
Selisih (+/-) +1,5 mm
Ukuran mesiodistal gigi : 33+34+35 = - mm
Lengkung gigi 33 s/d 35 = - mm
Selisih (+/-) = - mm
Kesimpulan : berdasarkan perhitungan analisa ruang terdapat kekurangan
ruang sebesar (-1,25)+ 1,5 = 0,25 mm
Perhitungan
1. Metode MOYERS
Rahang Atas
∑ 12-22 = 29,5 mm
Panjang lengkung C-P2 kanan = 22,15 mm
Panjang lengkung C-P2 kiri = 22,75 mm
Tabel Moyers = 23,6 mm
Diskrepansi lengkung kanan = -1,45 mm
Diskrepansi lengkung kiri = -1,85 mm
Artinya berdasarkan perhitungan moyers terdapat kekurangan ruang pada RA
regio kiri -1,85 mm dan pada regio kanan terdapat kekurangan ruang sebesar -
1,85 mm.
Rahang Bawah
∑ 32-42 = 23,25mm
Panjang lengkung C-P2 kanan = 23,9mm
Panjang lengkung C-P2 kiri = 22,3 mm
Tabel Moyers = 21,1 mm
Diskrepansi lengkung kanan = -2,8 mm
Diskrepansi lengkung kiri = -1,2 mm
Artinya berdasarkan perhitungan moyers terdapat kekurangan ruang pada RB
regio kiri -2,8 mm dan pada regio kanan terdapat kekurangan ruang sebesar
-1,2 mm.
2. Metode Pont
Jarak mesio – distal 21 12 : 30,5 mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 35,25 mm
Jarak P1 – P1 perhitungan : Ʃ I X 100 80 : 3 0,5 x100 80 : 38,125 mm
Kontraksi 2,875mm
Keterangan :
Pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter P ( Metode Pont ) mengalami
kontraksi sebesar 2,875 mm termasuk dalam kategori derajat ringan ( mild
degree).
Jarak M1 – M1 pengukuran : 44,7 mm
Jarak M1 – M1 perhitungan : Ʃ I X 100 = 47,66 mm 64
Diskrepansi : 2,96 mm
Kontraksi 2,96 mm
Keterangan :
Pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter M ( Metode Pont ) mengalami
kontraksi sebesar 2,96 mm termasuk dalam kategori derajat ringan ( mild
degree).
3. Metode Nance
Rahang Atas Kanan
C1Ro = 11,5mm
M1= 10,6mm
M1 Ro= 13,8mm
C1= x
X = 11,5 x 10,6
13,8
= 8,83mm
Ruangan yang tersedia pada model : 6,50mm
Diskrepansi ruangan bagi erupsi gigi C kanan = (650-8,83) mm
= -2,3mm
Rahang Atas Kiri
C1Ro = 9,0mm
M1= 11mm
M1 Ro= 12,3mm
C1= x
X = 9,0x 11,0
12,3
= 8,04 mm
Ruangan yang tersedia pada model : 5,4 mm
Diskrepansi ruangan bagi erupsi gigi C kiri = (5,4-8,04) mm
= -2,64mm
Diskrepansi ruangan pada RA : (-2,3)+(-2,64) = 4,94 mm
KESIMPULAN: terdapat kekurangan ruang erupsi untuk gigi C RA
sebesar 4,94 mm
Rahang Bawah Kiri
C1Ro = 7,1mm
P1 Ro = 8,1 mm
P2 Ro = 8,6 mm
M1 Ro = 14,4 mm
M1 = 11,6
C1, P1, P2 = ?
C1 = 7,1mm x 11,6 mm
14,4 mm
= 5,96mm
P1 = 8,1 mm x 11,6mm
14,4 mm
= 6,52mm
P2 = 8,6 mm x 11,6 mm
14,4 mm
= 6,93mm
Total ruangan bagi erupsi C-P2 menurut metode Huckaba=
(5,96+6,52+6,93)mm
= 19,42mm
Total Ruangan bagi erupsi C-P2 pada model = 17,9mm
Diskrepansi ruangan bagi erupsi C-P2 :17,9mm-19,42mm =-1,52 mm
Kesimpulan perhitungan Metode Nance pada RA dan RB:
berdasarkan perhitungan metode Nance terdapat kekurangan ruang erupsi gigi
C RA sebesar 4,94 mm dan kekurangan ruang erupsi gigi C-P2 kiri RB
sebesar 1,52 mm
4. Metode Korkhaus
∑ MD gigi 11-22 = 30,5mm
Tabel Korkhaus = 17,8 mm
Jarak I – (P1-P1) Pengukuran = 18,2mm
Diskrepansi = 0,4 mm
Kesimpulan : dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode korkhaus
dapat ditarik kesimpulan bahwa gigi insisivus mengalami protrusi sebesar 0,4
mm.
VI. Analisa Foto Rontgen
Jenis Foto : Panoramik
Terdapat sisa akar gigi desidui 53 dan 63
Terdapat lesi karies pada gigi 16 dan 26
VII. Determinasi Lengkung
Midline RA dan RB segaris
Kelainan gigi geligi :
o Gigi 24 palatoversi
o Gigi 14 supraversi
o Gigi 41 linguoversi
o Gigi 32 linguoversi
o Gigi 42 distolinguoversi
o Gigi 43 distolabioversi
o Gigi 44 linguoversi
Gigi tersebut di atas perlu diperbaiki posisinya dalam lengkung gigi normal
Overjet dan overbite awal :
Overjet : 11 : 4,0 mm 21 : 3,3 mm41 31
Overbite : 11 : 3,6 mm 21 : 3,5 mm 41 31
Overjet dan overbite akhir ;
Overjet : 11 : 3 mm 21 : 3 mm41 31
Overbite : 11 : 3 mm 21 : 3 mm 41 31
Rahang Atas Kanan Kiri
Lengkung gigi I1-M1 47,15 mm 48,2 mm
∑MD I1-M1 49,75 mm 50,2mm
Diskrepansi -2,6 mm -2,0 mm
Rahang Bawah Kanan Kiri
Lengkung gigi I1-M1 43,6 mm 43,75 mm
∑MD I1-M1 46,25 mm 45,5 mm
Diskrepansi -2,65mm -1,75 mm
RA RB
Lengkung mula mula 89,8 mm 86,7 mm
Lengkung ideal 94,4 mm 91,1 mm
Diskrepansi -4,6 mm -4,4 mm
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan Determinasi lengkung terdapat kekurangan
ruang sebesar 4,6 mm pada RA dan kekurangan ruang sebesar 4,4mm
pada RB.
VIII. DIAGNOSA ORTODONTI
Maloklusi Angle Kelas I dengan tipe dental dengan :
Overjet : 11 : 4,0 mm 21 : 3,3 mm41 31
Overbite : 11 : 3,6 mm 21 : 3,5 mm 41 31
Malposisi gigi individual :
o Gigi 24 palatoversi
o Gigi 14 supraversi
o Gigi 41 linguoversi
o Gigi 32 linguoversi
o Gigi 42 distolinguoversi
o Gigi 43 distolabioversi
o Gigi 44 linguoversi
Kebiasaan menggigit kuku sejak kelas 3 SD dengan frekuensi jarang
IX. ETIOLOGI :
Kebiasaan menggigit kuku sejak kelas 3 SD dengan frekuensi jarang
Premature loss gigi 74 dan 75
Karies pada gigi 53 dan 63
Persistensi gigi 64
X. PROSEDUR PERAWATAN
A. Rencana Perawatan
1) Penjelasan tentang perawatan ortodontik
2) Menghilangkan kebiasaan buruk
3) Mencari ruangan untuk pergerakan gigi
4) Koreksi Malposisi
5) Penyesuaian Oklusi
6) Retainer
B. Jalannya Perawatan
1. Penjelasan tentang perawatan ortodontik
Memberikan penjelasan dan gambaran tentang pemakaian alat ortodontik yang
merupakan perawatan yang relatif lama dan memerlukan kedisiplinan, kekooperatifan,
dan motivasi tinggi dari pasien agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan tidak
kembali ke bentuk semula
2. Menghilangkan kebiasaan buruk
Pasien dianjurkan menghilangkan kebiasaan buruknya karena menggigit kuku akan
menyebabkan crowded pada gigi anterior. Kebiasaan tersebut dapat memperparah
kondisi gigi yang berjejal yang sudah ada dan apabila masih dilakukan selama
perawatan berlangsung dapat menganggu jalannya perawatan karena menyebabkan
gigi yang sudah dirawat kembali ke posisi yang semula
3. Mencari ruangan untuk pergerakan gigi
a. Berdasarkan Metode Moyers
Rahang Atas
Diskrepansi lengkung kanan = -1,45 mm
Diskrepansi lengkung kiri = -1,85 mm
Rahang Bawah
Diskrepansi lengkung kanan = -2,8 mm
Diskrepansi lengkung kiri = -1,2 mm
b. Berdasarkan Metode Pont
Pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter P ( Metode Pont ) mengalami
kontraksi sebesar 2,875 mm dan pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter
M ( Metode Pont ) mengalami kontraksi sebesar 2,96 mm termasuk dalam
kategori derajat ringan ( mild degree).
c. Berdasarkan Metode Nance
Rahang Atas :
Diskrepansi ruangan bagi erupsi gigi C kanan = (6,50-8,83) mm
= -2,3mm
Diskrepansi ruangan bagi erupsi gigi C kiri = (5,4-8,04) mm
= -2,64mm
Diskrepansi ruangan bagi C rahang atas -2,3 + (-2,64) = -4,94 mm
Rahang Bawah :
Diskrepansi ruangan bagi erupsi C-P2 kiri :17,9mm-19,42mm = - 1,52 mm
d. Berdasarkan Determinasi Lengkung
Pada rahang atas terdapat kekurangan ruang sebesar 4,6 mm sedangkan pada
rahang bawah terdapat kekurangan ruang sebesar 4,4mm.
Kekurangan ruang pada rahang atas dan rahang bawah diatasi dengan aktivasi
sekrup ekspansi ¼ putaran per minggu sehingga sekrup akan diputar ±20 kali
untuk mendapatkan kekurangan ruangan.
e. Metode Korkhaus
∑ MD gigi 11-22 = 30,5
Tabel Korkhaus = 17,8 mm
Jarak I – (P1-P1) Pengukuran = 18,2mm
Diskrepansi = 0,4 mm
Kesimpulan : dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode korkhaus
dapat ditarik kesimpulan bahwa gigi insisivus mengalami protrusi sebesar 0,4
mm.
4. Koreksi Malposisi Gigi dan Pengaturan Lengkung Gigi
Rahang Atas
Plat aktif yang dilengkapi:
1. Plat Akrilik
2. Labial Bow dengan U Loop dari P1-P1 diameter 0.7mm untuk mempertahankan
lengkung gigi
3. T spring dengan diameter 0,7mm pada gigi 24 untuk mendorong gigi ke bukal
agar masuk ke lengkung gigi ideal
4. Sekrup ekspansi
5. Klamer Adams diameter 0.8mm pada gigi 16 dan 26 → penjangkar
Aktivasi alat:
1.Mengaktifkan sekrup ekspansi setiap 2 minggu untuk mendapatkan ruangan
bagi pergerakan gigi geligi
2. Mengaktifkan T spring untuk mendorong gigi 14 ke bukal
Rahang Bawah :
Plat aktif yang dilengkapi:
1. Plat Akrilik
2. Labial Bow dengan U Loop dari P1-P1 diameter 0.7mm untuk meretraksi
43 ke lingual mempertahankan lengkung gigi
3. Simple spring dengan diameter 0,6mm pada gigi 41, 32 dan 42 untuk
mendorong gigi ke labial agar masuk ke lengkung ideal
4. Artificial teeth untuk menggantikan gigi 74 dan 75 yang tanggal sebelum
waktunya
5. Klamer Adams diameter 0.8mm pada gigi 36 dan 46 → penjangkar
Aktivasi alat:
1. Aktivasi sekrup ekspansi ½ putaran tiap 2 minggu untuk
mendapatkan ruangan
2. Mengaktifkan Simple Spring setiap 2 minggu untuk mendorong gigi 41, 32
dan 42 ke labial
5. Penyesuaian Oklusi
Mula mula pasien diinstruksikan untuk menggigit articulating paper bewarna
biru dalam posisi sentrik kemudian pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan
mastikasi. Sesudah itu, dilakukan pemeriksaan tonjol-tonjol oklusal dan sisi mesial
gigi, apabila bewarna biru menandakan adanya traumatik oklusi sehingga perlu
dilakukan grinding pada gigi tersebut sampai semua warna biru seimbang pada
semua sisi insisal dan semua tonjol. Untuk mencegah terjadinya karies pada gigi
yang digrinding maka dilakukan penghalusan/polishing dan aplikasi topikal
fluoride.
6. Pemakaian Retainer
Pemakaian retainer dimaksudkan untuk mempertahankan lengkung gigi yang
telah terkoreksi sampai terjadi kestabilan dalam lengkung gigi yang baru serta
mencegah agar gigi-gigi tidak relaps.Alat yang digunakan dalam tahap ini adalah
Hawley Retainer yang terdiri dari busul labial kawat stainless steel diameter 0,7mm
dan klamer adams diameter 0,8mm pada gigi molar pertama.
Cara pemakaian retainer dalam keadaan pasif :
1. Pemakaian selama 3 bulan pertama dipakai siang dan malam, kontrol 1 bulan
sekali
2. Bila dalam waktu 1 bulan terdapat kegoyahan gigi, pemakaian di perpanjang 3
bulan lagi. Bila mobilitas gigi berkurang, retainer hanya dipakai pada malam
hari
3. Bila retainer sudah terasa tidak sesak, pemakaian dihentikan dan kontrol 3
bulan dilakukan berikutnya. Bila tidak ada perubahan, pemakaian retainer
dihentikan.
XI. GAMBAR/ DESAIN ALAT
Keterangan :
1. Busur Labial diameter 0,7 mm
2. T spring diameter 0,7 mm
3. Sekrup ekspansi
4. Klamer Adams diameter 0,8 mm
5. Plat Akrilik
Keterangan :
1. Busur Labial diameter 0,7 mm
2. Simple Spring diameter 0,6 mm
3. Sekrup ekspansi
4. Klamer Adams diameter 0,8 mm
5. Plat Akrilik
XII. PROGNOSIS
A. Baik
Baik karena pasien sangat kooperatif dan merupakan kemauan sendiri untuk
menggunakan kawat gigi
Palembang, 201
Menyetujui,
Pembimbing Operator,
Drg.Arya Prasetya. B,Sp.Ort Rinda Febrina,S.KG
NIP NIM : 04094707007
LEMBAR PERSETUJUAN PERAWATAN ORTODONTI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Nama Pasien : Sari Lestarina
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lrg. Muhajirin Lorok Pakjo no 5114 Palembang
Operator : Rinda Febrina,SKG
Pembimbing : drg. Arya Prasetya . B,Sp.Ort
No Kegiatan Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Persetujuan pasien
Anamnesia dan pemeriksaan klinis
Mencetak dan mengisi gips
Membuat work model dan studi model
Diskusi I
Diskusi II
Persetujuan rencana perawatan dan desain alat
Pembuatan alat
Insersi alat
4 Januari 2012
14 Januari 2012
16 Januari 2012
16 Januari 2012
16 Januari 2012
18 Januari 2012
18 Januari 2012
8 Februari 2012
7 Maret 2012
XII. KONTROL PASIEN
NO TANGGAL PENGUKURAN JENIS KEGIATAN
OBSERVASI
1 7-3-2012 Overjet 11-41 = 4,0 mm21-31 = 3,3 mmOverbite 11-41 = 3,6mm21-31 = 3,5 mm
Insersi alat orthodonsi
2 14-3-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah 4,0 mm 4,0 mm
21-31Sebelum sesudah 3,3 mm 3,3 mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah 3,6 mm 3,6 mm
21-31Sebelum sesudah 3,5mm 3,5 mm
Aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran
Sekrup ekspansi rahang bawah belum diaktivasi
belum ada perubahan
3 21-3-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah 4,0 mm 3,25 mm
21-31Sebelum sesudah 3,3 mm 2,9 mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah 3,6 mm 3,25 mm
21-31Sebelum sesudah 3,5 mm 3,15 mm
Aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran
Sekrup ekspansi rahang bawah belum diaktivasi
Belum ada pergerakan gigi geligi
Overjet dan overbite berkurang
4 7-4-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah3, 25mm 3,25 mm
21-31Sebelum sesudah 2,9 mm 2,9 mm
Overbite
Aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran
Sekrup ekspansi rahang bawah belum diaktivasi
Pengurangan akrilik di bagian
Belum ada pergerakan gig geligi karena pasien jarang memakai alat.
Overjet dan overbite tetap .
11-41Sebelum sesudah3,25 mm 3,25 mm
21-31Sebelum sesudah3,15 mm 3,15 mm
gigi 33 dan 43 karena gigi geligi tersebut in erupsi
5 18-4-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah 3,25mm 3,3 mm
21-31Sebelum sesudah 2,9 mm 2,7 mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah3,25 mm 3,6 mm
21-31Sebelum sesudah3,15 mm 3,3 mm
Aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran
Sekrup ekspansi rahang bawah belum diaktivasi
Aktivasi T spring pada gigi 24
Terdapat pergerakan gigi 31 ke arah labial sejauh 1mm.
Overjet 21-31 berkurang.
Overjet 11-41 dan overbite bertambah
6 9-5-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah 3,3 mm 3,35 mm
21-31Sebelum sesudah 2,7 mm 2,6 mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah3,6 mm 3,6 mm
21-31Sebelum sesudah 3,3 mm 3,3 mm
Aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran
Aktivasi sekrup ekspansi rahang bawah ¼ putaran
Aktivasi T spring pada gigi 24
Pembuangan akrilik pada daerah palatal gigi 26
Gigi 24 terdorong ke bukal sejauh 1mm.
Overjet 21-31 berkurang.
Overjet 11-41 bertambah
Overbite tetap
7 23-5-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah3,35 mm 3,3 mm
21-31Sebelum sesudah 2,6 mm 2,7 mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah 3,6 mm 3,4 mm
Aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran
Aktivasi sekrup ekspansi rahang bawah ¼ putaran
Aktivasi T spring gigi 24
Gigi bergerak ke arah bukal sejauh 0,7mm
Gigi 42 bergerak ke arah lingual sejauh 1,3 mm.
Overjet 11-41 dan overbite berkurang.
Overjet 21-31 bertambah
21-31Sebelum sesudah3,3 mm 3,4 mm
8 30-5-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah 3,3 mm 3,2 mm
21-31Sebelum sesudah 2,7 mm 2,9 mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah3,4 mm 3,2 mm
21-31Sebelum sesudah 3,4 mm 3,1 mm
Aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran
Sekrup ekspansi RB tidak diaktivasi
Gigi 24 tidak lagi palatoversi
Gigi 41 terdorong ke lingual sejauh 0,7 mm
Malposisi gigi geligi RB belum terkoreksi
Gigi 34 in erupsi Overjet 11-41 dan
overbite berkurang.
Overjet 21-31 bertambah
9 14-7-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah 3,2 mm 3,1 mm
21-31Sebelum sesudah 2,9 mm 3,0 mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah 3,2 mm 3,1 mm
21-31Sebelum sesudah 3,1 mm 3,1 mm
Aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran
Sekrup ekspansi RB tidak diaktivasi
Aktivasi simple spring gigi 41
Gigi 42 bagian distal bergerak ke arah lingual sejauh 1 mm
Malposisi gigi 24 telah terkoreksi.
Overjet dan overbite 11-41 berkurang.
Overjet 21-31 bertambah
Overbite 21-31 tetap
10 14-8-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah 3,1 mm 3,1 mm
21-31Sebelum sesudah 3,0 mm 3,1 mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah 3,1 mm 3,1 mm
21-31Sebelum sesudah 3,1mm 3,1 mm
Aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran
Aktivasi sekrup ekspansi rahang bawah ¼ putaran
Aktivasi Tspring gigi 24
Aktivasi simple spring gigi 41
Gigi 42 ke arah labial sejauh 1mm.
Overjet 21-31 bertambah.
Overjet 21-31 dan overbite tetap
Jarak distal 33-mesial 36 = 13,1 mm
11 27-10-2012 Overjet Aktivasi sekrup Pergerakan gigi
11-41Sebelum sesudah 3,1 mm 3,1 mm
21-31Sebelum sesudah 3,1 mm 3,1mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah 3,1 mm 3,4 mm
21-31Sebelum sesudah 3,1 mm 3,1 mm
ekspansi rahang atas ¼ putaran
Aktivasi sekrup ekspansi rahang bawah ¼ putaran.
Aktivasi simple spring pada gigi 32,41,42
geligi tidak ada Overjet dan
overbite 21-31 tetap
Overjet 21-31 bertambah
12 24-11-2012 Overjet 11-41Sebelum sesudah 3,1 mm 3,0 mm
21-31Sebelum sesudah 3,1 mm 3,0 mm
Overbite 11-41Sebelum sesudah 3,4 mm 3,4 mm
21-31Sebelum sesudah 3,1 mm 3,1mm
Sekrup ekspansi rahang bawah dan rahang atas tidak diaktivasi.
Pengurangan akrilik di bagian lingual gigi 46
Pengurangan akrilik di dasar artificial teeth gigi 74 karena gigi 34 in erupsi
Observasi RA dan RB
Gigi 34 in erupsi
Overjet berkurang.
Overbite tetap.
XIII. PERBANDINGAN MODEL STUDI SEBELUM DAN SETELAH PERAWATAN
SEBELUM PERAWATAN SETELAH PERAWATAN
XIV. TINJAUAN PUSTAKA
Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, hal ini dapat terjadi
karena tidak sesuainya antara lengkung gigi dan lengkung rahang. Keadaan ini terjadi baik
pada rahang atas maupun rahang bawah. Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
pada pengunyahan, bicara serta estetik.1
Etiologi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor umum dan
faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu herediter, kelainan
kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada masa prenatal dan posnatal,
malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan penyakit-penyakit dan keadaan
metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi ke arah maloklusi seperti
ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan metabolis, penyakit-penyakit infeksi.
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya gigi
berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali ukuran gigi,
anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi desidui, persistensi
gigi desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi.1
Kebiasaan jelek mempunyai pengaruh yang besar pada maloklusi, khususnya pada
masa periode gigi bercampur. Salah satunya adalah kebiasaan menghisap jari, kebiasaan ini
menyebabkan protrusi insisivus permanen atas dan menghalangi perkembangan lengkung
mandibula.2,4,7 Keparahan maloklusi yang disebabkan oleh kebiasaan menghisap jari
dipengaruhi oleh durasi, frekuensi, dan intensitas. Kebiasaan menggigit bibir, mengedot, dan
meletakkan lidah diantara insisivus atas dan bawah selama periode gigi bercampur dapat
mengganggu perkembangan tulang rahang dan gigi geligi apalagi kalau kebiasaan ini
diteruskan sampai periode gigi permanen.2,4
Klasifikasi maloklusi menurut Angle: 2,3,5 ,6
Klas I Maloklusi
Relasi molar normal, puncak cusp mesio bukal molar pertama rahang atas terletak
pada garis bukal molar pertama rahang bawah dan puncak cusp gigi kaninus rahang atas
terletak tepat pada pertemuan kaninus dan premolar pertama rahang bawah.
Menurut Dr. Martin Dewey, maloklsi klas I terdiri dari beberapa tipe yaitu:
Tipe 1 : gigi berjejal dan caninus sering terletak di labial
Tipe 2 : protrusi atau labioversi gigi incisivus atas
Tipe 3 : satu atau lebih gigi incisivus atas lebih ke lingual terhadap gigi incisivus
bawah (cross bite anterior)
Tipe 4 : cross bite pada gigi molar atau premolar (cross bite posterior)
Tipe 5 : mesial drifting dari gigi molar karena tanggalnya gigi depannya.
Klas II Maloklusi
Relasi molar pertama rahang bawah lebih ke distal terhadap molar pertama rahang
atas, puncak bonjol mesio bukal molar pertama rahang atas terletak di depan garis bukal
molar pertama rahang bawah dan puncak cusp gigi kaninus rahang atas terletak di depan
pertemuan gigi kaninus dan premolar pertama rahang bawah.2,3,5,6 Sub klasifikasi maloklusi
Angle Klas II menurut hubungan gigi insisivus, yaitu :2,4
Divisi I : Proklinasi insisivus pertama atas dengan peningkatan overjet.
Divisi II : Retroklinasi insisivus atas dengan overjet mungkin normal atau
sedikit lebih besar dari normal. Insisivus kedua atas proklinasi.
Klas III Maloklusi
Relasi molar pertama rahang bawah lebih ke mesial terhadap molar pertama rahang
atas, puncak cusp mesiobukal molar pertama rahang atas terletak di belakang garis bukal
molar pertama rahang bawah dan puncak cusp gigi kaninus atas terletak di belakang
pertemuan gigi kaninus dan premolar pertama rahang bawah.
Maloklusi klas III dibagi beberapa tipe, yaitu:
Tipe 1 : hubungan icisor edge to edge
Tipe 2 : incisivus atas menumpang pada incisive bawah seperti hubungan normal
dan incisivus bawah agak berjejal.
Tipe 3 : incisivus atas linguoversi (crossbite anterior), dalam hal ini progeni.
Perawatan maloklusi dapat dilakukan dengan alat cekat dan alat lepasan.3
Alat Lepasan terdiri dari komponen berikut:
1. Plat Dasar
Merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan, umumnya berupa plat
akrilik, berfungsi untuk:
- Mendukung komponen-komponen yang lain , seperti tempat penanaman basis spring,
klammer, busur labial dan lain-lain.
- Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi penjangkar.
- Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.
- Melindungi spring-spring di daerah palatal.
- Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan
Plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak menyita rongga mulut sehingga bias enak
dipakai oleh pasien (comfortable), tetapi cukup tebal agar tetap kuat jika dipakai di dalam
mulut. Umumnya ketebalan plat setebal 1 malam model (2mm).
2. Klamer/Clasp dan Modifikasinya
Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen retentif dari alat
ortodontik lepasan .
Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya berupa cangkolan/klamer/clasp dan kait /
hook, berfungsi untuk :
- Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.
- Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.
- Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan kekuatan pertahanan yang
berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif untuk
menggerakkan gigi.
- Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik.
Klamer dipasang pada gigi dapat memberikan tahanan yang cukup terhadap kekuatan
yang dikenakan terhadap gigi yang digerakkan. Dapat menahan gaya vertikal yang dapat
mengangkat plat lepas dari rahang dan menggangu stabilitas alat.
Pemilihan jenis , jumlah dan letak penempatan klamer pada gigi anchorage tergantung
kepada: jumlah spring yang dipasang, letak spring, serta bentuk dan jumlah gigi
penjangkarnya.
Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai komponen retentive pada
alat ortodontik lepasan adalah :
- Klamer C / Simple/Buccal Clasp.
- Klamer Adams / Adams Clasp.
Klamer ini menggunakan undercut gigi di mesiobukal dan distobukal sebagai tempat
retensi. Pada anak-anak, undercut dapat terletak di bawah tepi gingiva sehingga waktu
membuat cangkolan tepi gingiva pada model harus dibuang sedikit. Dengan demikian
gingiva akan tergeser sedikt apabila klamer terpasang, Perlu diperhatikan bahwa
klamer tidak masuk terlalu dalam melebihi undercut . Pada orang dewasa, terutama
bila didapatkan resesi gingiva sebaiknya arrowhead jangan mengenai gingiva, tetapi
tepat pada undercut . Ukuran kawat yang digunakan umumnya 0,7mm, meskipun
kawat 0,6 mm dapat juga digunakan pada gigi premolar, kaninus, dan sebuah insisivus
atas.
- Klamer kepala panah / Arrow Head Clasp
- Bentuk modifikasi (Kawat tunggal, Ring, Triangulair, Arrowhea, Pinball)
3. Pir-Pir Pembantu/ Auxilliary Springs
Pir-pir pembantu (auxilliary springs) adalah pir-pir ortodontik yang digunakan untuk
menggerakkan gigi-gigi yang akan dikoreksi baik secara individual atau beberapa gigi
secara bersama-sama.
Macam-macam spring :
- Pir Jari / Finger spring
Pir jari merupakan bagian retentif dari alat ortodontik lepasan yang menyerupai jari-
jari sebuah lingkaran memanjang dari pusat lingkaran ke sisi lingkaran (lengkung
gigi).
- Pir Simpel / Simple spring
Berfungsi untuk menggerakkan gigi individual ke arah labial atau bukal.Diameter
kawat yang digunakan adalah 0.5-0.6 mm.Lengan pegasnya di atas titik kontak dan
tidak menganggu oklusitidak menempel gusidanbagian labialnya sejajar
permukaan insisal gigi, sepanjang 1/3 mesial-distal (bila lebih, maka gigi akan
rotasi)Pegas inidapat dimodifikasi dengan koildimanaretensi pegas ke arah
pergerakan gigiAktivasi dilakukan dengan cara menggerakkan lengan pegas ±3mm
ke arah pergerakan atau memperbesar koil.
- Pir Lup / Loop spring / Buccal retractor spring
Pir ini dipakai untuk meretraksi gigi kaninus atau premolar ke distal.
- Pir Kontinyu / Continous spring/ T Spring
Pir ini berfungsi untuk mendorong dua gigi atau lebih secara bersama-sama kearah
labial/bukal misalnya gigi-gigi insisivus, kaninus atau premolar. Aktivasi dilakukan
dengan cara menarik pegas menjauhi lempeng akrilik. Pegas ini kaku dan hanya perlu
diaktivasi sedikit, pegas akan terletak dalam posisi yang benar sewaktu pasien
memasang peranti. Apabila gigi sudah bergerak agak banyak padahal belum mencapai
letak yang diinginkan, pegas dapat diperepanjang dengan cara membuka lup pegas. T
sping ini dibuat dari kawat 0,5mm.
4. Busur Labial dengan Lup U
Sesuai dengan namanya busur labial merupakan kawat melengkung yang menempel pada
permukaan labial gigi-gigi. Busur labial ini memberikan kekuatan yang besar meskipun
diaktivasi sedikit yang dapat menyebabkan kehilangan penjangkaran. Hanya diperlukan
aktivasi sedikit saja, jangan lebih dari 1mm. Busur ini bukan merupakan retnsi yang baik
sehingga jangan digunakan sebagai retensi tambahan apabila masih dimungkinkan
menggunakan retensi di regio lain.
Fungsi Busur labial :
- Untuk meretraksi gigi-gigi depan ke arah lingual/palatianal.
- Untuk mempertahankan lengkung gigi dari arah labial.
- Untuk mempertinggi retensi dan stabilitas alat.
- Untuk tempat pematrian pir-pir (auxilliary springs)
Busur labial dengan lup U ini diaktifkan dengan menggunakan tang pembentuk lup.
Lup dipegang dengan tang dan kemudian kaki depan lup ditekuk atau sempitkan lup dengan
tang. Busur labial dibuat dengan kawat 0,7 mm.
5. Busur Lingual (Lingual Arch/Mainwire)
Merupakan lengkung kawat dibagian palatinal / lingual gigi anterior berfungsi untuk :
- Mempertahankan lengkung gigi bagian palatinal / lingual.
- Tempat pematrian auxilliary springs auxilliary
- Untuk mempertahankan kedudukan auxilliary springs
- Meningkatkan stabilitas alat di dalam mulut
Pergerakan gigi
Ada beberapa tipe pergerakan gigi yang terjadi selama perawatan orthodonsi yang
dikelompokan sebagai berikut:4
1. Pergerakan tipping
Tipping adalah jenis pergerakan yang sederhana dimana kekuatan utama diaplikasikan ke
mahkota yang mengakibatkan pergerakan mahkota dalam arah tekanan, sedangkan akar dalam
arah yang berlawanan.
2. Pergerakan rotasi
Rotasi gigi dalam soketnya membutuhkan aplikasi tekanan ganda. Tekanan ini bias
diperoleh baik dengan mengaplikasikan tekanan pada satu titik di mahkota gigi dan “stop”
untuk mencegah pergerakan bagian lain dari mahkota, atau yang lebih efisien adalah
dengan mengaplikasikan tekanan berlawanan terhadap daerah-daerah gigi yang berbeda.
3. Pergerakan bodily
Pergerakan bodily mempunyai arti pergerakan translasi yang menyeluruh dari sebuah gigi
ke posisinya yang baru, dengan semua bagian dari gigi bergerak dalam jumlah yang
setara. Karena tekanan hanya dapat diaplikasikan langsung pada mahkota gigi, tekanan
harus diaplikasikan pada daerah mahkota yang lebar, dan setiap pergerakan tilting harus
dibatasi, jika ingin diperoleh pergerakan bodily.
4. Pergerakan torque
Torque dianggap sebagai karakteristik gerak tipping terbalik dengan ciri khas pergerakan
akar ke lingual. Sebuah tekanan couple diaplikasikan pada daerah mahkota gigi yang luas
atau tekanan berlawanan diaplikasikan untuk mencegah pergerakan mahkota. Tekanan
yang mengenai strutur periodontal adalah yang paling besar pada daerah didekat apeks
gigi.
5. Pergerakan vertikal
Pergerakan gigi secara vertikal memerlukan aplikasi tekanan pada daerah mahkota gigi
yang luas.
6. Intrusi
Pergerakan secara bodily gigi sepanjang sumbu axisnya dalam arah apikal. Melibatkan
resorpsi dari tulang, khususnya disekitar apeks gigi. Pada gerakan ini, seluruh struktur
pendukung berada dibawah tekanan, sama sekali tanpa daerah tegangan.
7. Ekstrusi
Pergerakan bodily gigi sepanjang sumbu axisnya dalam arah oklusal.
Sekrup ekspans i
Terdapat berbagai macam sekrup ekspansi yang dapat digunakan untuk menggerakkan gigi.
Ada yang berbentuk guide pin tunggal maupun ganda (Fischer). Sekrup dengan pin ganda
lebih stabil, tetapi sekrup pin tunggal lebih berguna apabila tempatnya sempit misalnya di
rahang bawah. Salah satu keuntungan pemakaian sekrup adalah dapat digunakan untuk
menggerakkan gigi tetapi gigi tersebut juga dapat digunakan sebagai peranti.
Untuk mengaktifkan sekrup dilakukan pemutaran dengan kunci yang tersedia, sesuia
dengan arah perputaran yang biasanya berupa tanda panah. Apabila pada sekrup tidak terdapat
tanda panah perputaran, sebaiknya pada lempengakrilik diberi tanda arah perputaran. Sekrup
diputar seperempat putaran seminggu sekali. Operator perlu mengajari pasien atau orang
tuanya cara memutar sekrup dengan benar. Untuk mengontrol apakah pasien memutar sekrup
dengan benar, operator dapat memutar sekrup ke rah yang berlawanan dan menghitung
apakah pemutaran sesuai dengan yang seharusnya. Bila sekrup diputar setiap minggunya
tetapi pasien tidak mau memakai peranti biasanya peranti tidak dapat dipakai karena peranti
lebih besar atau lebih panjang dari lengkung gigi.
Sekrup ekspansi memberikan kekuatan intermittent yang besar, yang akan berkurang
setelah gigi bergerak. Meskipun sekrup ekspansi memberikan kekuatan yang besar namun
masih dapat diterima oleh karena aktivasinya kecil kurang lebih 0,2mm per minggu setiap
seperempat putaran, Aktivasi seperemat putaran tiap minggu akan menggerakkan gigi 1 mm
tiap bulan. Pasien harus diajari agar dapat memasang peranti dengan baik sesudah diaktivasi,
Sekrup ekspansi dapat digunakan untuk mengekspansi lengkung geligi ke arah
transversal maupun sagital, anterior maupun posterior tergantung jenis dan penempatan
sekrup. Sekrup yang kecil dapat menggerakkan satu gigi ke arah labial atau bukal.
Untuk mengekspansi lengkung geligi anterior ke arah transversal dapat digunakan
sekrup ekspansi tipe kipas atau dengan pegas Coffin. Stabilitas peranti yang menggunakan
sekrup lebih daripada sekrup pegas Coffin. Kedua belahan lempeng akrilik yang
menggunakan sekrup masih erhubung sedangkan peranti yang menggunakan pegas coffin
terpisah.
Plat ekspansi merupakan alat ortodontik lepasan yang sering digunakan pada kasus
gigi depan berjejal yang ringan. Kekurangan ruang guna mengatur gigi-gigi tersebut diperoleh
dengan menambah perimeter lengkung gigi menggunakan plat ekspansi. Pada pasien dewasa,
pelebaran yang dihasilkan merupakan gerakan ortodontik, yaitu hanya melebarkan lengkung
gigi dengan cara tipping, merubah inklinasi gigi.
Sifat plat ekspansi ; Lepasan atau removable : alat bisa dipasang dan dilepas oleh
pasien , mempunyai sumber kekuatan untuk menngerakkan gigi, yaitu sekrup ekspansi atau
coffin spring, atau pir-pir penolong ( auxilliary spring ). , Mekanis : merubah posisi gigi
secara mekanis , alat tidak mudah lepas, karena retensi yang diperoleh dari Adams clasp atau
Arrowhead clasp serta verkeilung dari plat dasar yang menempel pada permukaan lingual atau
palatinal gigi.
Elemen-elemen plat ekspansi
Plat ekspansi terdiri dari :
1. Plat dasar akrilik
2. Klamer yang mempunyai daya retensi tinggi, misalnya Adam’s clasp atau Arrowhead
clasp.
3. Elemen ekspansif, dapat berupa sekrup ekspansi maupun coffin spring
4. Busur labial ( labial arch )
5. Kadang dilengkapi juga dengan spur atau taji, tie-bar dan pir-pir penolong (auxilliary
spring ).
XV. PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan model diagnostik saat oklusi didapatkan lengkung gigi rahang
bawah dalam keadaan normal dalam hubungannya dengan gigi-gigi rahang atas. Cusp mesio
bukal dari gigi molar pertama rahang atas terletak pada groove bukal gigi molar pertama
bawah. Kemudian pada rahang atas pasien gigi premolar pertama atas kiri terletak lebih
palatal dari lengkung ideal gigi sedangkan gigi anterior bawahnya berjejal. Sehingga
berdasarkan klasifikasi Angle, pasien ini mengalami maloklusi Angle Klas I tipe 1 dimana
terdapat crowding pada gigi anterior bawahnya.
Faktor keturunan (herediter) kemungkinan merupakan penyebab utama dari terjadinya
malposisi, selain dari kemungkinan adanya persistensi radiks gigi molar pertama kiri desidui
di rahang atasnya dan premature loss pada gigi molar pertama dan kedua desidui sebelah kiri.
Pasien juga memiliki kebiasaan buruk menggigit kuku sejak kelas 3 SD dengan frekuensi
jarang sehingga menjadi faktor penyebab gigi geligi anterior bawahnya tumbuh berjejal.
Dari perhitungan dengan menggunakan metode Moyers, lengkung gigi sebelah
kanan rahang atas mengalami diskrepansi -1,45 mm, sedangkan lengkung gigi sebelah kiri
rahang atasnya mengalami diskrepansi sebesar -1,85 mm. Untuk rahang bawahnya lengkung
kanan mengalami diskrepansi sebesar -2,8 mm dan lengkung kirinya sebesar -1,2 mm. Dari
perhitungan dengan menggunakan metode Pont, pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter
P mengalami kontraksi sebesar 2,875 mm dan pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter M
mengalami kontraksi sebesar 2,96 mm sehingga tergolong dalam kategori derajat ringan (
mild degree).
Sedangkan berdasarkan metode Nance, rahang atas kanan mengalami diskrepansi
ruangan bagi erupsi gigi C kanan -2,3 mm dan rahang ats kirinya mengalami diskrepansi
ruangan bagi erupsi gigi C kiri sebesar -2,64 mm. Untuk rahang bawahnya mengalami
diskrepansi ruangan bagi erupsi C-P2 sebelah kiri sebesar - 1,52 mm.
Dari perhitungan dengan determinasi lengkung terdapat kekurangan ruang pada
rahang atas sebelah kanan sebesar 2,6 mm dan sebelah kiri sebesar 2,0 mm. Pada rahang
bawah sebelah kanan sebesar 2.65 dan sebelah kiri 1.75. Menurut metode Korkhaus,
menunjukkan bahwa gigi mengalami protrusi sebesar 0,4 mm.
Perawatan orthodonti pada pasien ini dilakukan dengan menggunakan alat ortodonti
lepasan (removable) pada rahang atas dan rahang bawah yang dimulai pada tanggal 7 Maret
2012 hingga 24 November 2012 memperoleh hasil sebagai berikut:
SEBELUM PERAWATAN SETELAH PERAWATANOverjet 11-41 = 4,0 mm21-31 = 3,3 mmOverbite 11-41 = 3,6 mm21-31 = 3,5 mm
Overjet 11-41 = 2,9 mm21-31 = 2,9 mmOverbite 11-41 = 3,5 mm21-31 = 3,1 mm
Pasien datang pada tanggal 14 Maret 2012 untuk kontrol yang pertama. Pada kontrol
pertama ini dilakukan aktivasi sekrup ekspansi rahang atas ¼ putaran. Sedangakan sekrup
ekspansi rahang bawah belum diaktivasi. Pada kontrol pertama ini belum terjadi pergerakan
dari gigi geligi pasien.
Pada kontrol ke dua, tanggal 21 Maret 2012 overjet dan overbite pasien terjadi
perubahan dan berkurang. Overjet 11-41 berkurang dari 4,0 mm menjadi 3,25 mm dan overjet
21-31 berkurang dari 3,3 mm menjadi 2,9 mm. Sedangkan overbite 11-41 berkurang dari awal
3,6 mm menjadi 3,25 mm dan overbite 21-31 yang semula 3,5 mm menjadi 3,15 mm. Pasien
diberikan instruksi untuk tetap mengguanakan alat.
Pada kontrol ke tiga tanggal 7 April 2012 , overjet dan overbite pasien tidak terjadi
perubahan dan belum terjadi pergerakan gigi geligi. Hal ini disebabkan karena pasien jarang
memakai alatnya sehingga tidak terjadi perubahan. Selain itu pada kontrol ketiga ini juga
dilakukan pengurangan akrilik pada lingual gigi 33 dan 44 yang sedang erupsi dan tetap
diberikan instruksi untuk tetap menggunakan alat.
Pada kontrol keempat tanggal 18 April 2012 terdapat perubahan yaitu overjet gigi
11/41 yang awalnya 3,25 mm menjadi 3.3mm, dan overjet gigi 21/31 yang awalnya 2.9 mm
menjadi 2.7 mm. Sedangkan overbite 11-41 bertambah dari awal 3,25 mm menjadi 3,6 mm
dan overbite 21-31 yang semula 3,15 mm menjadi 3,3mm. Pada gigi 31 terjadi pergerakan ke
arah labial sejauh 1 mm. Pada kontrol keempat ini dilakukan aktivasi sekrup ekspansi rahang
atas ¼ putaran dan aktivasi T spring pada gigi 24 untuk pertama kalinya. Sekrup ekspansi
rahang bawah belum diaktivasi.
Pada kontrol kelima tanggal 9 Mei 2012 terdapat perubahan yaitu overjet gigi 11/41
yang awalnya 3,3 mm menjadi 3.35 mm, dan overjet gigi 21/31 yang awalnya 2.7 mm
menjadi 2.6 mm. Sedangkan overbitenya tetap. Pada gigi 24 terjadi pergerakan ke arah bukal
sejauh 1 mm sehingga T spring kembali diaktivasi. Pada kontrol kelima ini juga dilakukan
aktivasi sekrup ekspansi rahang atas dan rahang bawah ¼ putaran untuk pertama kalinya serta
dilakukan pembuangan akrilik pada bagian palatal pada gigi 26 dikarenakan pasien mengeluh
sakit pada daerah tersebut.
Pada kontrol keenam tanggal 23 Mei 2012 terdapat perubahan yaitu overjet gigi 11/41
yang awalnya 3,35 mm menjadi 3.3 mm, dan overjet gigi 21/31 yang awalnya 2.6 mm
menjadi 2.7 mm. Sedangkan overbite 11-41 berkurang dari awal 3,6 mm menjadi 3,4 mm dan
overbite 21-31 bertambah yang semula 3,3 mm menjadi 3,4 mm. Pada gigi 42 terjadi
pergerakan ke arah lingual sejauh 1,3 mm. Pada kontrol keempat ini dilakukan aktivasi sekrup
ekspansi rahang atas dan rahang bawah ¼ putaran dan aktivasi T spring pada gigi 24 karena
gigi tersebut bergerak ke bukal 0,7 mm.
Pada kontrol ketujuh tanggal 30 Mei 2012 terdapat perubahan yaitu overjet gigi 11/41
yang 3,3 mm menjadi 3.2 mm, dan overjet gigi 21-31 dari 2.6 mm menjadi 2.9 mm.
Sedangkan overbite 11-41 berkurang dari awal 3,4 mm menjadi 3,2 mm dan overbite 21-31
bertambah yang semula 3,4 mm menjadi 3,1 mm. Selain itu, pada kontrol ketujuh ini gigi 24
tidak lagi palatoversi dan malposisi gigi geligi rahang bawah belum terkoreksi. Pada gigi 41
terjadi pergerakan ke arah lingual sejauh 0,7 mm. Pada kontrol ketujuh ini dilakukan aktivasi
sekrup ekspansi rahang atas dan ¼ putaran dan sekrup ekspansi rahang bawah tidak
diaktivasi.
Pada kontrol kedelapan tanggal 14 Juli 2012 terdapat perubahan yaitu overjet gigi 11-
41 yang 3,2 mm menjadi 3.1 mm, dan overjet gigi 21-31 bertambah dari dari 2.9 mm menjadi
3.0 mm. Sedangkan overbite 11-41 berkurang dari awal 3,2 mm menjadi 3,1 mm dan overbite
21-31 tetap. Selain itu, pada kontrol kedelapan ini malposisi gigi 24 terkoreksi dan pada
bagian distal gigi 42 terjadi pergerakan ke arah lingual sejauh 1 mm. Pada kontrol kedelapan
ini dilakukan aktivasi sekrup ekspansi rahang atas dan ¼ putaran dan sekrup ekspansi rahang
bawah tidak diaktivasi. Pada kontrol kedelapan ini dilakukan aktivasi simple spring pada gigi
41 untuk pertama kalinya agar gigi 41 tidak semakin bergerak ke lingual.
Pada kontrol kesembilan tanggal 14 Agustus 2012 terdapat perubahan yaitu overjet
gigi 21-31 bertambah dari dari 3,0 mm menjadi 3.1 mm. Sedangkan overjet dan overbite
overbite 11-41 serta overbite 21-31 tetap. Selain itu, gigi 42 terjadi pergerakan ke arah labial
sejauh 1 mm. Pada kontrol kedelapan ini dilakukan aktivasi sekrup ekspansi rahang atas dan
rahang bawah ¼ putaran. Pada kontrol kesembilan ini juga dilakukan aktivasi simple spring
pada gigi 41 agar gigi 41 tidak semakin bergerak ke lingual dan aktivasi T spring pada gigi
24.
Pada kontrol kesepuluh tanggal 27 Oktober 2012 terdapat perubahan yaitu overjet
gigi 11-41 bertambah dari dari 3,1 mm menjadi 3.4 mm. Sedangkan overjet dan overbite
overbite 21-31 serta overbite 11-41 tetap. Pada kontrol kesepuluh ini dilakukan aktivasi
sekrup ekspansi rahang atas dan rahang bawah ¼ putaran. Pada kontrol kesepuluh ini juga
dilakukan aktivasi simple spring pada gigi 32 ,41, dan 42 agar gigi geligi tersebut tidak
semakin bergerak ke lingual.
Pada kontrol kesebelas tanggal 24 November 2012 terdapat perubahan yaitu overbite
gigi 11-41 dan 21-31 yang 3,1 mm menjadi 3,0 mm, sedangkan overjet gigi 11-41 dan 21-31
tetap. Pada kontrol kedelapan ini tidak dilakukan aktivasi sekrup ekspansi rahang atas dan
rahang bawah ¼ putaran dan sekrup ekspansi rahang bawah tidak diaktivasi dan hanya
dilakukan observasi saja pada RA dan RB. Pada kontrol kesebelas ini dilakukan pengurangan
akrilik pada bagian lingual gigi 46 dan di dasar artificial teeth gigi 74 dikarenakan gigi 34
sedang erupsi. Pasien tetap diinstruksikan untuk tetap memakai alat dan dilakukan observasi
lanjut.
XVI. KESIMPULAN
Pasien dengan kasus maloklusi angle kelas I tipe I dental dapat dilakukan perawatan
dengan menggunakan alat ortodonti lepasan. Pemeriksaan, analisa, dan rencana perawatan
yang tepat penting dalam menentukan keberhasilan perawatan.
Keberhasilan perawatan ditunjang oleh komunikasi dan sikap pasien yang kooperatif
dalam menjalankan perawatan dimana pasien rutin memakai alat lepasan setiap hari dan rajin
kontrol.