1
DAMPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH
KEBON KONGOK TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN
MASYARAKAT DESA SUKA MAKMUR KECAMATAN
GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2017
SKRIPSI
Oleh
MUHAMMAD ALFAN NIM: 151.145.107
JURUSAN PENDIDIKAN IPA-BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2017
2
DAMPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH
KEBON KONGOK TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN
MASYARAKAT DESA SUKA MAKMUR KECAMATAN
GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2017
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
MUHAMMAD ALFAN NIM: 151.145.107
JURUSAN PENDIDIKAN IPA-BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2017
3
4
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal :Munâqasyah Mataram,25 Desember 2017
Kepada Yth.Rektor UIN Mataram di- Mataram
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing dan
pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Muhammad
Alfan, NIM. 151.145.107 yang berjudul “Risiko Gangguan Kesehatan
Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok
Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat” telah
memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terimakasih.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Lutvia Krismayanti, M. Kes Mukminah, M.P.H NIP. 198401142009122002 NIP. 198402152015032001
5
Yang bertanda tangan di Nama : Muhammad Alfan
NIM : 151.145.107
Jurusan : IPA Biologi
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Institut : UIN Mataram
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi dengan judul
“Risiko Gangguan Kesehatan Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Kebon Kongok Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung
Kabupaten Lombok Barat” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Apabila di belakang hari ternyata karya tulis saya ini tidak asli,
saya siap dianulir gelar kesarjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di UIN Mataram
Mataram, 25 Desember 2017 Saya yang menyatakan,
Muhammad Alfan NIM. 151.145.107
6
7
Motto
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sekecil
apapun, niscaya dia akan melihat balasannya
(Q.S Al- Zalzalah)”
8
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Kepada orang tua, Bapakku Naranur dan Ibuku Tercinta ST.Asmah
terimakasih banyak atas segalanya sehingga ananda bisa menyelesaikan
bangku kuliah, jasa dan pengorbanan-mu takkan tergantikan. Buat
Ayahku (Alm.Bapak Naranur), terimakasih melalui engkau ananda hadir
di dunia, walau alam memisahkan kita, hanya do’a yang bisa ananda
persembahkan untuk-mu di sana.
2. Kepada saudara/I ku(Kakak Eka Yuliana, Kakak Nurul Arniatul Aini
kakak Muhammad azmin) terimakasih atas motivasi dan dukungan dari
kebersamaan selama ini.
3. Kepada yang terkasih Yuli Cahya Ningsih yang terus menemaniku dalam
suka maupun duka selama menempuh kuliah di UIN Mataram.
4. Kepada teman-teman satu kelas keluarga besar D di Jurusan Ipa Biologi
yang sudah menjadi bagian sejarahku dalam menempuh pendidikan UIN
Mataram
5. Kepada teman-teman Organisasi HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan
IPA Biologi yang telah memberikan pengalaman yang begitu banyak
6. Semua keluarga besarku yang mendo’akan dan menyemangatiku.
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
dengan judul “Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kebon
Kongok Terhadap Gangguan Kesehatan Masyarakat Desa Suka Makmur
Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat Tahun 2017”. Meskipun
masih jauh dari kesempurnaan.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Semoga kita
selaku pengikut setianya dapat menegakkan nilai-nilai sunnah secara
integral dalam kehidupan pribadi dan sosial.
Selain itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tiada
terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam memberikan
bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat berharga terutama
kepada, yang terhormat:
1. Ibu Lutvia Krismayanti, M.Kes., selaku dosen pembimbing I dan
Ibu Mukminah, M.P.H., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Kepada Penguji I Bapak Dr. Suhirman, M.Si dan Penguji II
Bapak Dr. Ir Edi M. Jayadi. MP.
3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Biologi
Bapak Dr. Ir Edi M. Jayadi. MP dan Bapak Alwan Mahsul., M.
Pd.
4. Ibu Dr. Hj. Lubna, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Mataram.
5. Bapak Dr. H. Mutawali, M. Ag., Selaku Rektor UIN Mataram
6. Bapak Alwan Mahsul, M.Pd., Selaku dosen walI
7. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
10
membangun penulis harapkan. Akhir kata penulis menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terimakasih, dan mengharapkan skripsi ini dapat
dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa
depan. Amin Ya Rabbal Alamin.
Mataram, 10 Januari 2018
Penulis
11
12
DAMPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KEBON KONGOK TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN MASYARAKAT
DESA SUKA MAKMUR KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2017
MUHAMMAD ALFAN
NIM:151.145.107
ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi kehadiran suatu tempat pembuangan akhir sampah, dalam suatu wilayah tentu akan menimbulkan masalah bagi penduduk sekitar, terutama yang menetap dengan jarak < 1 Km. Berdasarkan peraturan pemerinah No 81 tahun 2012 bahwa jarak pemukiman harus lebih dari 1 Km, untuk menangulangi dampak langsung, terhadap kualitas lingkungan hidup apabila tempat pembuangan akhir sampah tidak dikelola dengan baik, tentu akan menyebakan pencemaran kualitas air, pencemaran udara, pencemaran tanah dari tumpukan sampah yang ditimbun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, risiko gangguan kesehatan masyarakat di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah kebon kongok Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat. Adapun jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, dengan mengunakan desain Cross Sectional. Populasi penelitian ini yaitu masyarakat di Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, jumlah sampel sekitar 73 kepala keluarga sesuai kreteria inklusi penelitian ini. Data penelitian diperoleh melalui penyebaran kuesioner selama 5 hari penelitian dilakukan. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan positif yang mantap antara pemahaman tempat pembuangan akhir sampah (TPA) dengan gangguan kesehatan masyarakat sekitar. Dengan rincian gejala kesehatan yang sering dialami yaitu diare dengan jumalh 45 responden denagan persentase 61,6%, gangguan kesehatan kulit 35 responden dengan persentase 47 %, jumlah gejala kesehatan cacingan 43 responden dengan persentase 41,1%, jumlah gejala kesehatan Malaria 26 responden dengan persentase 35,6 %, dan terakhir jumlah gejala kesehatan ISPA 23 responden dengan persentase 31,5%. Kata kunci : Tempat pembuagan akhir sampah, masyarakat, gangguan kesehatan
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkaji dan mengelola masalah sampah merupakan suatu keharusan
di berbagai negara baik itu di negara maju maupun negara berkembang
seperti Indonesia. Laporan terbaru berjudul “What a Waste: A Global Review
of Solid Waste Management” yang diterbitkan oleh Bank Dunia
mengungkapkan bahwa jumlah sampah padat di kota-kota dunia akan terus
naik sebesar 70% tahun ini hingga tahun 2025, dari 1,3 miliar ton per tahun
menjadi 2,2 miliar ton per tahun1. Mayoritas kenaikan terjadi di kota-kota di
negara berkembang seperti Indoneia. Menurut data bank dunia menyebutkan,
produksi sampah di Indonesia mencapai 151.921 ton per hari. Hal ini berarti,
setiap penduduk Indonesia membuang sampah padat rata-rata 0,85 kg per hari.
Data yang sama juga menyebutkan, dari total sampah yang dihasilkan secara
nasional, hanya 80% yang berhasil dikumpulkan.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk serta perkembangan kota yang
kompleks mengakibatkan bertambahnya jumlah timbunan sampah yang
dihasilkan. Hal yang sama terjadi pada Kota Mataram, masalah sampah
menjadi prioritas pembangunan, dengan adanya program pembangunan
sarana perkotaan, yaitu salah satunya masalah penanganan masalah
persampahan. Pengelolaan sampah di Kota Mataram ditangani oleh Dinas
Kebersihan Kota Mataram. Menurut data Dinas Kebersihan, pelayanan
1. Nirmalasari Maswain, sistem pengelolah sampah melalui pendekatan sosial masyarakat di desa soagimalaha kecamatan kota maba kabupaten halmahera timur tahun 2014, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado hal: 1
14
kebersihan kepada masyarakat telah menjangkau 82,6% wilayah Kota
Mataram, atau telah menjangkau 19 kelurahan dari 23 kelurahan yang ada.
Sedangkan tingkat pelayanan pengangkutan sampah ke (TPA), sudah
mencapai 60% dari jumlah timbunan sampah yang ada di Kota Mataram.
Namun demikian hingga saat ini upaya untuk mereduksi sampah, sebelum
ditimbun ke tempat pembuangan akhir sampah TPA baik oleh masyarakat,
maupun pemerintah dirasakan masih sangat kurang. Sampah yang berasal
dari Kota dibuang pada satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang
berlokasi di Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok
Barat, berjarak ± 20 km dari Kota Mataram yang dikenal dengan sebutan
(TPA) Kebon Kongok. (TPA) Kebon Kongok memiliki luas 8,6 ha termasuk
sarana dan prasarananya, dan menggunakan sistem penimbunan terkendali
sanitary landfill.2
Kehadiran TPA dalam suatu wilayah tentu akan membawa banyak
masalah bagi penduduk sekitar, terutama yang menetap di sekitar jarak 1 km
dari (TPA). Berdasarkan peraturan pemerintah No 81 tahun 2012 bahwa
jarak pemukiman harus lebih dari 1 km, untuk menanggulangi dampak
langsung, terhadap kualitas lingkungan hidup apabila TPA tidak dikelola
dengan baik. Tempat pembuangan Akhir (TPA) menimbulkan banyak
masalah baik itu pencemaran kualitas air, pencemaran udara, pencemaran
2 (Lalu muhasan, kepala seksi limbah P3, wawancara, Desa Suka Makmur, 2 Mei 2017
15
tanah dari sampah yang telah ditimbun3. Fakta yang terjadi di Desa Suka
Makmur, pemukiman warga hanya berjarak ±10 meter dari TPA, hal ini
tidak mempertimbangkan kondisi lingkungan hidup sekitar TPA. Jika terjadi
penumpukan sampah tentu akan terjadi pembusukan sampah yang
menghasilkan gas (C𝐻4) dan gas Hidrogen sulfida (H2S) yang berbau busuk,
dapat mengundang tikus, nyamuk serta lalat yang mencari makan. Lalat dan
tikus merupakan salah satu vektor penyakit potensial, yang berkembangbiak
di lokasi TPA Kebon Kongok. Tentu jika laju perkembangbiakan lalat dan
tikus dibiarkan akan membuat permasalahan baru, yaitu risiko penyakit
terhadap masyarakat sekitar seperti tipus, disentri, penyakit kulit, kolera dan
diare.4
Penyakit tersebut tidak terlepas dari suatu akibat, dari proses
penimbunan sampah yang menghasilkan pencemaran berupa leachate. Lindi
(leachate) adalah limbah cair sebagai akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan limbah/sampah5, kemudian membilas dan melarutkan materi yang
ada dalam timbunan tersebut. Kandungan leachate tergantung dari kualitas
sampah, maka di dalam leachate bisa pula didapat mikroba patogen, logam
berat dan zat lainnya yang berbahaya. Lindi (leachate) dari timbunan
sanitary landfill menjadi permasalahan bagi lingkungan khususnya untuk air,
3Imam Azhary, Ellina S. Pandebesie, 2007. “Peran serta Masyarakat Dalam Usaha
Memperpanjangmasa Pakai Tpa Kebon Kongok Kota Mataram, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi. hlm : 4
4Poedji Hastutiek, Loeki Enggar Fitri, “Potensi Musca Domestica Linn. Sebagai Vektor Beberapa Penyakit”, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 13, Nomor 3, Desember 2007, hlm : 126.
5Chairil Saleh, Hendro Purnomo, “Analisis Efektifitas Instalasi Pengolahan Limbah Lindi di Tpa Supit Urang Kota Malang”, Jurnal Teknik Pengairan, Vol 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 103
16
Leachete dapat mencemari air permukaan dan air bawah tanah karena pada
umumnya mengandung nilai BOD 2.000-30.000 mg/L dan COD berkisar
3.000-60.000 mg/L6. Leachate dengan karakteristik ini tidak dapat langsung
dibuang ke badan air karena akan mencemari air. Leachate di TPA Kebon
Kongok ditampung di kolam penampungan, untuk selanjutnya alirkan ke
sungai setelah melalui beberapa kolam. Kondisi ini dikhawatirkan akan dapat
mencemari lingkungan.
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah memiliki
ancaman serius terhadap lingkungan alam, perekonomian serta masyarakat
kita. Pembuangan sampah atau aliran polusi turut berpengaruh terhadap
meningkatnya masalah lingkungan dan ekonomi. Kondisi ini terjadi melalui
dua cara. Pertama sampah mengandung bahan-bahan berbahaya, yang secara
langsung mempengaruhi fungsi lingkungan alam, yang menjadi penyokong
utama kehidupan dan perekonomian. Kedua lingkungan alam memiliki
kapasitas asimilatif yang terbatas untuk menyerap residu-residu sampah.
Ketika jumlahnya melebihi kapasitas ini, tentu saja akan menimbulkan
ancaman serius bagi stabilitas dan batas toleransi dari suatu ekosistem.
Ekosistem yang rusak disebabkan oleh sampah, tidak hanya masalah
saat ini namun juga menjadi masalah di masa mendatang. Kita sudah melihat
bahwa dampak yang ditimbulkan oleh residu sampah, terhadap lingkungan
dan kemasyarakatan sangat ditentukan oleh enam faktor. Keenam faktor
tersebut yaitu: (1) potensi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh bahan
6Elsa Try Julita Sembiring, Barti Setiani Muntalif, “Optimasi efisiensi pengolahan lindi dengan Menggunakan constructed wetland”, Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17 Nomor 2, Oktober 2011 hlm : 2
17
buangan, (2) skala spasial dari dampak yang ditimbulkan, (3) tingkat bahaya
yang ditimbulkan, (4) tingkat pajanan/eksposur yang muncul, (5) kualitas
bahan yang digunakan, dan (6) waktu perbaikan dan pemulihan7. Selain
berbahaya bagi lingkungan, sampah juga dapat membahayakan kesehatan
masyarakat. Sampah dapat menjadi sumber bau yang dapat menyebabkan
penyakit saluran pernafasan, seperti ispa, dan penyakit saluran pernafasan
lainnya. Sampah juga dapat menjadi tempat berkembang biaknya bibit
penyakit, yang dapat menyebar dan menyebabkan wabah penyakit bagi
manusia maupun mahkluk hidup lainnya, yang berada di sekitar tempat akhir
pembuangan sampah (TPA).
Menurut survey dapartemen kesehataan RI, yang dilakukan terhadap 56
kabupaten, menunjukkan bahwa dari semua lokasi buangan sampah tidak ada
yang memenuhi syarat kesehatan. Dampak atau risiko dari penanganan
sampah yang kurang tepat dapat mengakibatkan kemerosotan lingkungan dan
dapat menimbulkan masalah terhadap kesehatan serta dapat menurunnya nilai
estetika8. Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu melakukan
penelitian tentang “Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Kebon Kongok Terhadap Gangguan Kesehatan Masyarakat Desa Suka
Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat Tahun 2017.
7 Sofyan Arief, “Pengelolaan Sampah Malang Raya Menuju Pengelolaan Sampah
Terpadu Yang Berbasis Partisipasi Masyarakat”. Jurnal Humanity 2013, hlm:163. 8(Departemen Kesehatan RI, 1987)
18
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun yang rumusan masalah
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana dampak tempat pembuangan akhir (TPA) sampah terhadap
gangguan kesehatan pada masyarakat di sekitar tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah Kebon Kongok ?
2. Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap keberadaan tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah Kebon Kongok ?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna dan
mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian dianggap perlu
dibatasi. Oleh sebab itu penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan
“Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kebon Kongok
Terhadap Gangguan Kesehatan Masyarakat Desa Suka Makmur Kecamatan
Gerung Kabupaten Lombok Barat Tahun 2017”.
D. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dampak tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
terhadap gangguan kesehatan pada masyarakat di sekitar tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah Kebon Kongok ?
2. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap keberadaan tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah Kebon Kongok.
19
E. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintah maupun dinas
kesehatan setempat untuk memperbaiki sistem pengelolaan dan dapat
mengupayakan penangulangan dampak (TPA) Kebon Kongok sebagai
upaya pencegahan risiko gangguan kesehatan pada masyarakat desa
Suka Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat.
b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat mengenai risiko gangguan
kesehatan yang dapat terjadi dengan adanya tempat pembuangan akhir
sampah di sekitar pemukiman mereka.
3. Manfaaat Teoritis
Hasil penelitian ini sebagai penambahan khazanah keilmuan yang
dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan pelajar khususnya.
F. Definisi Oparasional
1. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap akhir dalam pengelolaanya sejak mulai timbul di
sumber, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah merupakan tempat
dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguang
terhadap lingkungan disekitarnya.
2. Sampah diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses
alam yang berbentuk padat atau semi padat9. Pada penelitian ini yang
9UU Nomor 18 Tahun 2008.Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012, dalam
http//ciptakarya. \malangkap.go.id/imgnew diakses tanggal 14 juni 2017 pukul 11.00 hlm, 14
20
menjadi objek penelitian yaitu sampah, dalam bentuk buangan padat yang
berupa organik seperti sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan
maupun anorganik seperti logam/besi, pecahan gelas, plastik, yang
merupakan sisa dari konsumsi maupun penggunaan alat yang tidak
digunakan kembali oleh masyarakat.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sampah
1. Definisi Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses pengunaan barang atau sisa konsumsi. Volume
sampah sangat tergantung pada jumlah penduduk.10Sampah merupakan
segala bentuk buangan padat yang sebagian besar berasal dari aktivitas
manusia (domestik). Sampah domestik lebih banyak didominasi oleh
bahan organik, meskipun tipe dan komposisinya bervariasi dari satu kota
ke kota lainnya bahkan dari hari ke hari. Sampah merupakan penyebab
terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran karena sampah dapat
membawa akibat-akibat negatif, baik terhadap lingkungan disekitarnya,
maupun terhadap kehidupan manusia. Pencemaran tersebut mungkin dapat
berbentuk seperti rusaknya tanah-tanah pertanian, perikanan, gangguan
kehidupan mikroorganisme dan organisme-organisme lainnya di sekitar
lokasi sampah.
Limbah domestik merupakan campuran yang rumit dari zat-zat
bahan mineral dan organik, termasuk partikel-partikel besar dan kecil,
benda padat sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam
bentuk koloid dan setengah koloid. Sampah mengandung zat-zat hidup,
10Chairil Saleh, Hendro Purnomo, “Analisis Efektifitas Instalasi Pengolahan Limbah
Lindi di Tpa Supit Urang Kota Malang”, Jurnal Teknik Pengairan, Vol 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 104
22
khususnya bakteri, virus, dan protozoa, dan dengan demikian merupakan
wadah yang baik sekali untuk pembiakan jasad-jasad renik. Kebanyakan
dari bakteri secara relatif tidak berbahaya namun sebagian dari mereka
secara positif berbahaya karena pathogenik11.
2. Sumber Sampah
Sampah berasal dari kegiatan penghasil sampah seperti pasar,
rumah tangga, perkotaan (kegiatan komersial/ perdagangan), penyapuan
jalan, taman, atau tempat umum lainnya, dan kegiatan lain seperti dari
industri dengan limbah yang sejenis sampah. Beberapa sumber sampah
dapat diklasifikasikan menjadi antara lain: 1) Perumahan, 2) Komersil, 3)
institusi, 4) Konstruksi dan Pembongkaran, 5) Pelayanan perkotaan, 6)
Unit pengolahan, 7) Industri, dan 8) Pertanian.
a. Berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi:
1. Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun
kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar,
sampah-sampah ini dapat menjadi msalah, misalnya daun-daun
kering di lingkungan pemukiman.
2. Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan terhadap
hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan,
karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan)
11Ibid.
23
penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu
perkembangan utama pada diarlektika manusia adalah
pengurangan, penularan penyakit melalui sampah manusia dengan
cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia
dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistim urinoir
tanpa air12.
3. Sampah perkantoran adalah sampah yang berasal dari lingkungan
perkantoran dan pusat perbelanjaan: yang sebagian besar sampah
yang dihasilkan adalah sampah organik, kertas, tekstil, plastik dan
logam.
4. Sampah daerah industri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat. Sampah
umum, biasanya diletakkan di tempat sampah. Pensortiran
sederhana biasanya dilakukan oleh industri, seperti plastik, kertas,
dan bagian dari kulit biasanya disimpan dalam container yang
berbeda untuk dijual. Sedangkan limbah yang dianggap tidak
berharga dibuang ditempat tersendiri. Untuk limbah cair dan
limbah berbahaya, jika perusahaan tidak memiliki fasilitas yang
memadai atau incinerator atau falistas pengelolaan limbah cair,
maka limbah harus dibawa kefasilitas yang dimiliki oleh
12G. Theisen Tchobanoglous, dan S.A. Vigil, Integrated Solid Waste Mangement
Engineering Principles and Mangement Issues. hlm.,5-8.
24
departemen pengelolaan sampah dipemerintah kota Mataram yang
akan diproses lebih lanjut sebelum dibuang.
3. Jenis-Jenis Sampah
Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu :
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi
menjadi:
1. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat
membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan
sebagainya.
2. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk, misalnya, sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-
buahan, dan sebagainya.
b. Berdasarkan mudah dan tidaknya dibakar
1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya, kertas, karet, kayu,
plastik, kain bekas, dan sebagainya.
2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas,
besi/ logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.13
13Marina Aprina, Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali Dan Pengelolaan
Sampah Di Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Keluarga Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan (skripsi FKM Universitas Sumatera Utara Medan 2013 hlm: 60
25
Sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sampah basah yang terdiri dari bahan organik yang mudah
membusuk, sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan,
sayuran, dan lainnya.
2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam, besi tua,
kaleng bekas, dan sampah non logam seperti kertas, kaca, keramik,
dan sisa kain.
3. Sampah lembut, yaitu seperti debu yang berasal dari penyapuan
lantai rumah, gedung, dan penggergajian kayu.
4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah
tangga yang besar seperti, meja, kursi, kulkas, radio, dan peralatan
dapur. 14
B. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA)
1. Definisi tempat pembuangan sampah (TPA)
Paradigma TPA yang dulu merupakan tempat pembuangan akhir
sampah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 (2008:3) menjadi
tempat pemrosesan akhir sampah didefinisikan sebagai pemrosesan akhir
sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012, dijelaskan mengenai
lokasi TPA. Adapun lokasi TPA sebagaimana dimaksud pada Peraturan
14 Widyatmoko, 2002, Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah, Jakarta:
Abdi Tandur hlm. 16
26
Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012, paling sedikit memenuhi syarat,
yaitu: (1) Geologi, yang dimaksud dengan kondisi geologi adalah
kondisi yang tidak berada di daerah sesar atau patahan yang masih aktif,
tidak berada di zona bahaya geologi misalnya daerah gunung berapi,
tidak berada di daerah karst, tidak berada di daerah berlahan gambut,
dianjurkan berada di daerah lapisan tanah kedap air atau lempung, (2)
Hidrogeologi, yang dimaksud dengan kondisi hidrogeologi antara lain
kondisi muka air tanah yang tidak kurang dari 3 meter, kondisi kelulusan
tanah tidak lebih besar dari 10-6 cm/detik, dan jarak terhadap sumber air
minum lebih besar dari 100 meter di hilir aliran, (3) Kemiringan zona,
yang dimaksud dengan kemiringan zona yaitu kemiringan lokasi TPA
berada pada kemiringan kurang dari 20%, (4) Jarak dari permukiman,
yang dimaksud dengan jarak dari permukiman yaitu jarak lokasi TPA
dari pemukiman lebih dari 1 kilometer dengan mempertimbangkan
pencemaran leachate, kebauan, penyebaran vektor penyakit dan aspek
sosial, (5) Tidak berada di kawasan lindung atau cagar alam, (6) Bukan
daerah banjir periode ulang 25 tahun.15
Pengolahan sampah dengan metode pembuangan akhir dilakukan
dengan teknik penimbunan sampah. Tujuan utama penimbunan akhir
adalah menyimpan sampah padat, dengan cara-cara yang tepat dan
menjamin keamanan lingkungan. Menstabilkan sampah (mengkonversi
menjadi tanah), dan merubahnya ke dalam siklus metabolisme alam.
15Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012, hlm, 14
27
Ditinjau dari segi teknis, proses ini merupaka pengisian tanah dengan
menggunakan sampah. Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria
ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan,mudah
dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah, dan aman
terhadap lingkungan sekitarnya16.
2. Metode Pembuangan Sampah
Secara umum, terdapat 3 (tiga) metode pembuangan akhir sampah,
yaitu:
a. Pembuangan Terbuka (Open Dumping)
Pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana,
dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi, dibiarkan
terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut
penuh. Metode pembuangan terbuka walau murah dan sesuai kebutuhan
tetapi tidak saniter, karena menjadi tempat bersarangnya binatang
pengerat dan serangga, sering menimbulkan masalah berupa munculnya
bau busuk, menimbulkan pemandangan tidak indah, menimbulkan
bahaya kebakaran, bahkan sering juga menimbulkan masalah
pencemaran air.17
16Yudi Bujagunasti, “Estimasi Manfaat Dan Kerugian Masyarakat Akibat Keberadaan
Tempat Pembuangan Akhir:Studi Kasus Di Tpa Bantar Gebang,(Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2009) hlm. 43
17Heru Rudianto, R. Azizah, Studi Tentang Perbedaan Jarak Perumahan Ketpa Sampah Open Dumping Dengan Indikator Tingkat Kepadatan Lalat Dan Kejadian Diare(Studi Di Desa Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan),Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol 1 Nomor 3, januari 2005, hlm. 153
28
b. Lahan Urug Terkendali (Controlled Landfill)
Metode lahan urug terkendali merupakan perbaikan atau
peningkatan dari cara pembuangan terbuka, tetapi belum sebaik lahan
urug saniter. Pada metode lahan urug terkendali secara periodik sampah
yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi
potensi gangguan lingkungan.Kegiatan penutupan sampah dilakukan
secara berkala biasanya 7 hari.
c. Lahan Urug Saniter (Sanitary Landfill)
Pada bagian dasar dari konstruksi lahan urug saniter, dibangun
suatu lapisan kedap air, yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan
penyalur leachate, serta pipa penyalur gas yang terbentuk dari hasil
penguraian sampah organik yang ditimbun. Sampah disebarkan secara
merata dan dipadatkan dalam lapisan tipis dengan bulldozer. Begitu
lapisan yang dipadatkan itu mencapai tebal sekitar 2,4 sampai 3 meter,
tutupi lapisan dengan tanah setebal 15 cm, padatkan kembali dan siap
untuk lapisan sampah yang baru. Proses tersebut berlanjut sampai
landfill penuh dan akan ditutup dengan lapisan tanah terakhir dengan
ketebalan sekitar 60 cm18. Metode ini merupakan cara yang ideal
namun memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi.
18Kasam, Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA Sampah (Studi Kasus: TPA Piyungan Bantul), Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan,Vol 3, Nomor 1, Januari 2011, hlm. 19‐30
29
3. Fasilitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan tempat, dimana
sampah diisolasi secara aman, agar tidak menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan sekitarnya, karenanya diperlukan penyediaan
fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai
dengan baik. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 TPA
yang disediakan oleh pemerintah kabupaten/kota, harus dilengkapi
dengan fasilitas, diantaranya: (1) Fasilitas dasar, misalnya jalan masuk,
listrik atau genset, drainase, air bersih, pagar, dan kantor, (2) Fasilitas
perlindungan lingkungan, misalnya lapisan kedap air, saluran pengumpul
dan instalasi pengolahan leachate, wilayah penyangga, sumur uji atau
pantau, dan penanganan gas, (3) Fasilitas operasi, misalnya alat berat
serta truk pengangkut sampah dan tanah, (4) Fasilitas penunjang,
misalnya bengkel, garasi, tempat pencucian alat angkut dan alat berat,
alat pertolongan pertama pada kecelakaan, jembatan timbang,
laboratorium, dan tempat parkir.19
4. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam
menangani sampah, sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Secara garis besar kegiatan di dalam pengelolaan sampah, meliputi
pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan
19Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012 hlm, 31
30
transport, pengolahan dan pembuangan akhir.20Sampai sekarang
pengelolaan sampah diIndonesia masih menggunakan paradigma lama
yaitu kumpul-angkut-buang. Cara ini tidak dapat menyelesaikan masalah
sampah. Teknik pengolahan sampah yang di kenal dengan3R (Reduce,
Reuse dan Recycle)21
Pengelolaan sampah di Kota Mataram ditangani oleh Dinas
Kebersihan Kota Mataram. Menurut data Dinas Kebersihan, pelayanan
kebersihan kepada masyarakattelah menjangkau 82,6% wilayah Kota
Mataram atau telah menjangkau 19 kelurahandari 23 kelurahan yang ada,
sedangkan tingkat pelayanan pengangkutan sampah ke TPA, sudah
mencapai 60% dari jumlah timbulan sampah yang ada di Kota Mataram,
namundemikian hingga saat ini upaya untuk mereduksi sampah, sebelum
ditimbun ke TPA baik oleh masyarakat maupun pemerintah dirasakan
masih sangat kurang.
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui
3 tahan kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan
akhir.22 Sampah yang berasal dari kota dibuang pada satu Tempat
Pembuangan Akhir, berjarak ± 20 km dari Kota Mataram yang dikenal
dengan sebutan TPA Kebon Kongok. Tempat pembuangan akhir sampah
(TPA) Kebon Kongok memiliki luas 8,6 ha termasuk sarana dan
20Yudhi Kartikawan, Pengelolaan Persampahan, (Jurnal Lingkungan Hidup,
Yogyakarta 2000). 21 Fatmawati Mohamad, Dharma Cakrawartana Sutra pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan sampah di dukuh mrican sleman Yogyakarta, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012 hlm: 1
22 A. Aboejoewono, Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya, (Jakarta: Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus, 1985).
31
prasarananya, (TPA) yang berlokasi di Desa Suka Makmur Kecamatan
Gerung Kabupaten Lombok Barat dan menggunakan sistem penimbunan
terkendali(Sanitary Landfill).
Table 1 Proyeksi Volume Sampah yang diangkut ke TPA dari tahun 2006 sampai 201623
Tahun Jumlah
penduduk Jiwa
Volume sampah (𝑚3)
Berat Sampah (Kg)
Pelayanan
Sampah yang diangkut
Volume 𝑚3
Berat (Kg)
2006 367272 368, 649.27 93,198,221,95 60 221,189.56 55,918,933.17 2007 378107 379,524.90 95,947,690,29 60 227,714.94 57,568,614.17 2008 389261 390,720.73 98,778,107.44 60 234,432.44 59,266,864.49 2009 400744 402,246.79 101,692,01098 65 261,460.41 66.099,807.14 2010 412566 414,113.12 104,692,98350 65 269,173.53 68,049.760.02 2011 424737 426,329.76 107,780,42757 65 277,114.35 70,057,277.92 2012 437266 438905.75 110,959,76203 70 307,234.02 77,671,833.42 2013 450166 451,854.12 114,233,24071 70 316,297.89 9,963,268.50 2014 463446 465,183.92 117,603,14745 70 325,628.75 82,322,203.21 2015 477117 478,906.19 121,072,27358 75 359,179.64 90,804,205.18 2016 491192 493,033.97 124,63,917.96 75 396,775.48 93,482,938.47
sumber: Imam Azhary
Menurut W. Wedana Yasa, TPA dengan sistem sanitary landfill
merupakansarana fisik, yang digunakan untuk membuang sisa sampah
padat perkotaan, ke permukaan tanah di bumi dan ditutup pada setiap
ahkhir operasi, setiap harinya yang didesain dan dioperasikan secara
sistematis untuk meminimalkan pengaruhnya terhadap kesehatan
masyarakat umum dan lingkungan.
Namun disisi lain TPA dengan sistem sanitary landfill,
memerlukan biaya operasional dan pemeliharaan yang lebih mahal,
23 Imam Azhary, Ellina S. Pandebesie, 2007. “Peran serta Masyarakat Dalam Usaha
Memperpanjang masa Pakai Tpa Kebon Kongok Kota Mataram, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi. hlm : 5
32
standar operasional dan prosedur harian yang ketat untuk menghindari
terjadinya penimbunan terbuka. Penimbunan terbuka pada lahan sanitary
landfill menimbulkan dampak negatif, diantaranya: kerugian investasi
pembangunan TPA karena memendeknya umur layanannya; sangat
berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan, seperti perkembangan
vektor penyakit, polusi udara akibat gas yang dihasilkan sampah, polusi air
akibat lindi (cairan sampah), dan estetika lingkungan yang
buruk.24Sedangkan menurut peraturan pemerintah No 81 Tahun 2012
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan akhir sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakibatkan oleh: a. Pencemaran air
b. Pencemaran udara, c. Pencemaran tanah, d. Longsor, e. Kebakaran, f.
Ledakan gas metan, g. Hal lain yang menimbulkan dampak negatif.25
C. Pencemaran yang disebabkan sampah
1. Definisi Pencemaran
Pencemaran menurut SK Menteri Kependudukan dan Lingkungan
Hidup No. 02/MENKLH/1998: Pencemaran adalah termasuk atau
dimasukannya mahluk hidup, zat, energi, komponen lain ke dalam air atau
udara, dan berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara, oleh kegiatan
manusia dan proses alam sehingga kualitas air, udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
24I W. Wedana Yasa, et all, Manajemen risiko operasional dan pemeliharaantempat
pembuangan akhir (tpa) regional bangli di kabupaten bangle, Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013 hlm: 3
25Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012
33
Pada saat ini pencemaran pada lingkungan, berlangsung dimana-
mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran
dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya berbagai macam
limbah ataupun sampah. Pencemaran dapat dibagi menjadi (1) pencemaran
air, (2) pencemaran udara, (3) pencemaran tanah. Ketiga pencemaran di
atas terjadi di tempat penelitian.26 Begitu pula dampak negatif yang
kemungkinan akan muncul dan berpotensi menimbulkan risiko, antara lain
adalah: 1. Perubahan tata guna lahan, 2. Pencemaran udara, 3. Pencemaran
air tanah 4. Pencemaran air permukaan, 5. Penurunan jumlah flora darat
(terestrial), 6. Penurunan jumlah flora air (aquatik), 7. Penurunan jumlah
fauna darat, 8. Penurunan jumlah fauna air, 9. Penurunan tingkat kesehatan
masyarakat dan 10. Berkurangnya estetika lingkungan27
2. Macam- macam Pencemaran diakibatkan Sampah
a. Pencemaran udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau
zat-zat asing, didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan
(komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat
asing dalam udara, dalam jumlah tertentu serta berada dalam udara
dalam waktu yang cukup lama, akan dapat menggangu kehidupan
manusia, hewan dan binatang. Bila keadaan seperti itu terjadi maka
27Kasam, hlm 19.
34
udara dapat dikatakan telah tercemar kenyamanan hidup akan
terganggu.28
Pada proses pengangkutan sampah dengan menggunakan truk
terbukaakan berdampak debu berterbangan. Sedangkan pada proses
pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan,
menambah jumlah zat pencemar di udara, prakiraan risiko terhadap
udara yaitu risiko berasal dari bau gas, yang timbul dari proses
degradasi sampah yang semakin lama semakin tidak sedap. Akibat
pencemaran tersebut warga khususnya masyarakat disekitar TPA,
merasa kurang nyaman akibat terhisapnya bau ke dalam pernafasan.
Jenis risiko yang muncul bersifat negatif. Bobotnya besar karena
pencemaran gas yang timbul jumlahnya besar dan berlangsung terus
menerus serta merupakan gas yang berbahaya.29
Pencemaran udara oleh gas yang dihasilkan dari proses
dekomposisi sampah, seperti gas Amonia (N𝐻3) dan gas Hidrogen
sulfida (𝐻2S) yang terlepas ke udara, akan berakibat pada udara sekitar
TPA yang kemudian menjadi bau dan kualitas udara ambien menurun.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa ada
hubungan antara pemaparan gas amonia dengan gejala gangguan
pernafasan termasuk asma30.
28Wisnu Arya wardhana, Dampak Pencemaran Ligkungan, (Yogyakarta: CV Andi
offset 2001) hlm:27 29Kasam, hlm. 20. 30Eko Hartini , Roselina Jayanti Kumalasari, Faktor - Faktor Risiko Paparan Gas
Amonia Dan Hidrogen Sulfida Terhadap Keluhan Gangguan Kesehatan Pada Pemulung Di Tpa Jatibarang Kota Semarang,
35
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilkukan Ratih, bahwa ada
pengaruh paparan gas metana (C𝐻4) terhadap keluhan gangguan
pernapasan pemulung, TPA Mrican Kabupaten Ponorogo dengan nilai
p value = 0,015 dan probabilitas pemulung pada paparan gas (C𝐻4)
yang melebihi NAB untuk menderita keluhan gangguan pernapasan
adalah sebesar 9,2%. Ada pengaruh paparan gas hidrogen sulfida
(𝐻2S) terhadap keluhan gangguan pernapasan pemulung di TPA
Mrican Kabupaten Ponorogo dengan nilai p value = 0,038 dan
probabilitas pemulung pada paparan gas hidrogen sulfide (𝐻2S) yang
melebihi NAB untuk menderita keluhan gangguan pernapasan adalah
sebesar 12%.31
b. Pencemaran Air
Air merupakan salah satu sumber alam, yang mulai terasa
pengaruhnya pada kehidupan manusia. Air merupakan salah satu
kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh setiap mahluk hidup. Air
sumberdaya kini lebih disadari merupakan salah satu unsur penentu
dalam mencapai keberhasilan pembangunan dan peningkatan kualitas
kesehatan manusia.32Pada masa sekarang ini nampaknya sangat sulit,
untuk mendapatkan air yang betul-betul murni. Manusia sebagai
31Ratih Andhika A.R, Tofan Agung E.P2, Pengaruh Paparan CH4 dan H2S Terhadap
Keluhan Gangguan Pernapasan Pemulung Di Tpa Mrican Kabupaten Ponorogo Vol. 1, Nomor. 1, Oktober 2016 hlm:14
32Sriandi Fajarini, Analisisis Kualitas Air tanah Masyarakat disekitar tempat pembuangan Akhir (TPA) sampah Kelurahan Sumur Batu Batar Gebang Bekasi,(skripsi Fakultas Kedokteran , UIN Syarif Hidayah Tullah, Jakarta,2013 hlm: 1-2
36
mahluk hidup yang melakukan aktivitas berperan besar sebagai
penyebab timbulnya masalah-masalah pencemaran sumberdaya air.
Air merupakan salah satu suber kehidupan manusia. Apabila air
telah tercemar maka kehidupan manusia akan terganggu. Hampir semua
mahluk hidup di muka bumi ini membutuhkan air, tanpa air tiada
kehidupan di muka bumi ini. Air yang tercemar dapat mengakibatkan
kerugian yang besar bagi manusia.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak (Permenkes No.416 Tahun 1990). Air lingkungan
yang bersih sangat didambakan oleh setiap orang. Air lingkungan yang
bersih termasuk barang yang langkah, yang harus dijaga kelestariannya.
Akan tetapi pelangaran terhadap peraturan perundangan dengan
lingkungan hidup, menunjukan belum adanya kesadaran, bahwa
lingkungan hidup yang bersih merupakan tanggung jawab bersama. Air
lingkungan yang bersih dapat tercemar oleh senyawa organik maupun
anorganik salah satunya Air Lindi.33
Lindi (leachate) dari sanitary landfill menjadi permasalahan
bagi lingkungan, khususnya untuk air permukaan dan air
tanah.34Leachate dapat merembes melalui tanah dan mencemari air
tanah. Perembesan ini sangat tergantung dari sifat tanah dasar dari TPA.
33ibid hlm.137 34 lsa Try Julita Sembiring , Barti Setiani Muntalif, Optimization Of Leachate Treatment
Efficiency By Using Constructed Wetland, Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17 Nomor 2, Oktober 2011 Hal 1-10
37
Pada dasarnya sifat tanah dari lokasi TPA, dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu tanah yang kedap air atau tidak dapat ditembus oleh air
dan tanah, yang mudah dirembesi oleh leachate secara perlahan. Pada
lokasi TPA dengan struktur tanah kedap air, leachate tidak dapat
merembes dan justru, dapat melimpah keluar TPA sehingga mencemari
air sekitar TPA.
Masalah yang ada di Tempat Pemrosesan Sampah (TPA) salah
satunya adalah adanya air lindi. Air lindi sering terkumpul pada
pertengahan titik pada lahan urug. Lindi mengandung berbagai turunan
senyawa kimia dari pelrutan sampah pada lahan urug dan hasil reaksi
kimia dan biokimia yang terjadi pada lahan urug.35
Beberapa penyakit yang berisiko terkena pada masyarakat melalui
Air yang sudah tercemar sampah:
Tabel 2 Penyakit menular melalui Air36
Jenis Mikroba Penyakit
Virus:
Rota virus
Virus Hepatitis A
Virus Polimyelitis
Diare, terutama pada anak-anak
Hepatitis A
Poliomyelitis
Bakteri :
Vibrio cholera
Escherichia coli
Cholera
Diare/ dysenteri
35 Mochtar Hadiwidodo,et al, Pengolahan air lindi dengan proses kombinasi biofilter
anaerob-aerob dan wetland, Jurnal presipitasi, Vol. 9 Nomor 2 September 2012, hlm : 85-86 36 Wisnu Arya wardhana, Dampak Pencemaran Ligkungan, (Yogyakarta: CV Andi
offset 2001) hlm:110
38
Salmonella typhi
Shigella dysenteriae
Salmonella paratyphia
Typhus Abdominale
Dysenteri
Parathypus
Protozoa:
Entaamoeba histolytica
Balantidia coli
Giardia lamblia
Dysenteri amoeba
Balantidialis
Giardiasis
Metazoa:
Ascaris lumbricoides
Clonorchis sinensis
Diphyllobothrium latum
Tawenia saginata/solium
Schistosoma
Ascaris
Clonorchialis
Dipylobothriasis
Taeniasis
Schistosomiasis
Sumber : Wisnu Arya
3. Efek Pencemaran Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan
Sampah memberikan banyak sekali dampak, baik terhadap
manusia (terutama kesehatan) maupun lingkungan.
a. Dampak terhadap kesehatan
Kontak langsung dengan sampah, dapat berisiko mengalami
gangguan kesehatan.37Beberapa penyakit yang berisiko diderita
masyarakat yang disebabkan tercemarnya air tanah oleh leachate,
diantaranya:
37Asti Mulasari,et al” Analisis Situasi Permasalahan Sampah Kota Yogyakarta Dan
Kebijakan Penanggulangannya” journal.unnes.Januari 2016. hlm 1
39
1. Skabies, gejala klinis akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei
akan menimbulkan ruam dan rasa gatal yang parah terutama pada
malam hari atau setelah mandi.
2. Diare, penyakit diare didefinisikan sebagai buang air besar
(defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah padat, dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat. Jumlah kasus diare yang terlaporkan pada Tahun 2015
di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 28.726 orang dan 100%
tertangani, penemuan kasus diare pada balita tahun 2015 menurun
dari Tahun 2014, 29.662 kasus. Kasus ini melebihi dari target
perkiraan yaitu 697 kasus.38
3. Disentri, salah satu penyakit yang menyerang saluran pencernaan,
khususnya di usus besar. Gejala disentri antara lain: buang air
besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit,
buang air besar dengan tinja bercampur lender, nyeri saat buang
air besar.disentri pmerupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri maupun virus.
4. Ascariari
Atau penyakit cacingan (cacing gelang) dapat terjadi karna
lngkungan yang kotor dan tercemar.penyakit ini menyerang orang
38Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Barat 2015 hlm 38
40
disegala usia, terutama pada anak-anak. Cacing gelang hidup pada
usus manusia.Penyakit ini telah menyebar dieluruh dunia.39
5. Asma
Penyakit yang disebabkan oleh debu dan pembakaran sampah
yaitu asma. adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan)
kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala
episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat
di dada terutama pada malam atau dini hari.
b. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase
atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan
akan mati sehingga beberapa spesies akan lenyap dan menyebabkan
perubahan ekosistem biologis perairan. Penguraian sampah yang
dibuang ke dalam air akan menghasilakan asam organik dan gas cair
organik seperti gas metana. Gas cair organik ini memiliki bau yang
tidk sedap dan dapat meledak pada suhu yang tinggi.
.
39 Wisnu Arya wardhana…, hlm. 143.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan penelitian
Adapun Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian kualitatif. Metode penelitian ini didasarkan pada filsafat positivism,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dengan
pengambilan sampel secara (purposeve sampling), dengan analisisis bersifat
statistik.
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi,
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/ subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik sifat yang dimiliki oleh
subjek atau objek itu40
Adapun populasi pada penelitian ini yaitu masyarakat di Desa Suka
Makmur kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, yang berada di
sekitar kawasan TPA kebon Kongok.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin 40 Sugiyono, statitik Untuk penelitian, (Bandung: alfabeta, 2013), hlm : 60
42
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat mengunakan sampel yang di
ambil dari populasi tersebut41
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah masyarakat yang
bermukim di sekitar TPA Kebon Kongok. Wilayah pemukiman yang
diperkirakan mengalami dampak dengan radius ± 0,5 km dari TPA.
Sedangkan pemilihan sampel dilakukan secara sengaja dan bertujuan
(purposeve sampling).
Guna mendapatkan data awal, peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa pihak yaitu:
1. Petugas Dinas Kebersihan Kota Mataram dalam hal ini pengelola TPA
Kebon Kongok berjumlah 1 orang.
2. Petugas puskesmas yang mengetahui masalah kesehatan di lokasi
penelitian dalam hal ini petugas bagian sanitarian berjumlah 1 orang.
3. Pengambil kebijakan di tingkat RT berjumlah 3 orang.
Adapun rumus dalam pengambilan sampel :
n= 𝑁
1+𝑁𝑒2
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
e :Tingkat ketetapan absolute yang dikehendaki yaitu 10%42
41Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial dan pendidikan. Jakarta: PT Bumi
aksara, 2009, hlm :124
43
maka didapatkan jumlah sampel pada tiap lokasi penelitian
dengan tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan sebesar
10%.
Tabel 3. Jumlah Responden Masyarakat
Lokasi Jarak dari TPA Rukun Tetangga (RT)
Jumlah Sampel
Dusun Kebon Kongok
± 500 m 09 25 kk
± 500 m 01 24 kk
± 500 m 03 23 kk
Jumlah kepala keluarga yang menjadi sampel berjumlah 73 kk.
Dari masing-masing diambil satu dari setiap kepala keluarga, yang
dapat memberikan informasi yang lengkap dan valid terhadap kondisi
kesehatan anggota keluarga.
C. Waktu dan Tempat
Tabel 4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian :
No Tanggal Pelaksanaan Penelitian Waktu
1 11 Desember 2017 Koordinasi dengan penanggung
jawab dilokasi penelitian yaitu di
desa suka Makmur, pengelola TPA
Kebon Kongok, dan Pihak
Puskesmas
2 12 Desember 2017 Wawancara dengan pengelola TPA
Kebon Kongok, petugas Puskesmas
dan pengambil kebijakan di tingkat
RT.
42Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi,(Jakarta
Rajawali press, 2014 hlm 122
44
3 13-15 Desember 2017 Penyebaran Angket pada Responden
di sekitar TPA Kebon Kongok
D. Variabel Penelitian
Varibel merupakan istilah yang tidak pernah ketingalan dalam setiap
jenis penelitian variabel sebagai sebuah konsep. Adapun variabel penelitian
ini yaitu :
Variabel bebas : Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Kebon Kongok.
Variabel terikat :Risiko Gangguan Kesehatan Masyarakat Desa Suka Makmur
E. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional, penelitian mencari
hubungan antara variabel bebas (Faktor risiko) dengan variabel terikat (efek)
dengan melakukan pengukuraan sesaat. Tentunya tidak semua objek harus
diperiksa pada hari ataupun saat yang sama, namun baik variabel risiko serta
efek diukur menurut keadaan atau statusnya pada saat observasi yang
dilakukan.
F. Instrumen / Alat dan Bahan Penelitian
Koesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Informasi berupa risiko gangguan
kesehatan pada masyarakat disekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Kebon
Kogok Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat.
G. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam pelaksanaan penelitian
ini dilakukan dengan cara sabagai berikut :
45
1. Kordinasi dengan penanggung Jawab di lokasi penelitian yaitu di Desa
Suka makmur, pengelola (TPA) Kebon Kongok, dan pihak puskesmas.
2. Wawancara dengan pengelola TPA Kebon Kongok, Petugas Puskemas
dan pengambil kebijakan ditingkat RT.
3. Penyebaran angket pada responden disekitar TPA Kebon Kongok.
H. Teknik Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang terkumpul kemudian diolah secara manual maupun
menggunakan komputer dengan langkah sebagai berikut: (1) Editing,
meneliti kelengkapan, kejelasan serta konsisitensi data dengan tujuan
mengkoreksi data, sehingga jika ada kesalahan dapat segera diklarifikasi;
(2) Koding (Data Coding), mengklarifikasi jawaban maupun hasil
pengukuran serta, melakukan pengkodean data untuk memudahkan
penelitian; (3) Entri data (Data Entering), memasukan data yang diperoleh
ke dalam komputer; (4) Penyajian Data (Data Output), pengelolahan data
sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan SPSS43.
2. Pilihan (Option) dan Skor katagori Penilaian
Berdasarkan hasil Penelitian Berdasarkan tingkat pemahaman baik
secara menyeluruh ataupun setiap faktor menjadi 5 katagori yaitu sangat
tinggi, sedang, rendah, sangat rendah (Anas sudjiono, 2012:175)
43 Bambang Prasetyo, 2014 hlm 177
46
Tabel 5 Pilihan (Option) dan Skor katagori Penilaian
No Rumus Interval Katagori
1 X ≥M + 1,5 SD Sangat Tinggi
2 M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD Baik
3 M - 0,5 SD ≤ X < M + 0,5 SD Sedang
4 M - 1,5 SD ≤ X < M - 0,5 Kurang
5 X < M - 1,5 SD Sangat Kurang
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program
computer, dan disajikan dalam bentuk SPSS.
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan tekhnik berikut:
a. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah “stastistik yang berfungsi untuk
mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum”44. pendapat lain menyebutkan bahwa statistika deskriptif ini
adalah statistika yang mendeskripsikan atau menggambarkan tentang
data yang disajikan dan mencari kuatnya hubungan dua variabel,
memprediksi dan membandingkan tanpa perlu menggunakan uji
signifikansi karena tidak bermaksud untuk melakukan generalisasi.45
44 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2014), h.29. 45 Susila dan Suyanto, metodologi Penelitian Cross Sectional…, h. 195
47
1. Uji Persyaratan
Uji persyaratan dilakukan untuk mengetahui data valid atau tidak.
Sehubungan dengan penggunaan metode regresi sederhana, maka untuk
menghindari pelanggaran-pelanggaran asumsi klasik maka model-model
asumsi klasik harus terpenuhi. Penghitungan suatu ke validan data dalam
uji persyaratan dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS
versi 16.0.
a. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan uji statistik yaitu berdasarkan nilai kurtosis. Uji
normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan uji ini
dapat diketahui data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak.
Apabila nilai signifikan hitung lebih besar dari 0,05 (sig hitung > 0.05),
maka data tersebut berdistribusi normal dan begitu juga sebaliknya.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
menjadi imputan atau kedua objek penelitian bersifat homogen atau
tidak berdsarkan nilai variannya. Jika nilai signifikan lebih besar dari
0,05 (sig > 0,05) maka imputan data tersebut berasal dari data yang
homogen. Namun, jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (sig <
0,05) maka inputan data tersebut tidak homogen.
48
c. Uji Linieritas
Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linearisasi.
Maksudnya apakah garis refresi antara X dan Y membentuk garis
linear atau tidak. Jika tidak linear maka analisis korelasi dengan
Person tidak dapat dilanjutkan. Apabila nilai signifikan hitung lebih
besar dari 0,05 (sig hitung > 0,05), maka data tersebut berdistribusi
linier dan begitu juga sebaliknya.
2. Analisis Korelasi Bivariat
Selain menggunakan analisis statistik deskriptif, pada penelitian ini
juga menggunakan anlisis korelasi product moment. “korelasi product
moment adalah salah satu teknik untuk mencari tingkat keeratan
hubungan antara dua variabel dengan cara memperkalikan (hal-hal
penting) variabel tersebut.”46
Nilai koefisien korelasi r
Nilai koefisien Penjelasan 0,70_ ke atas Hubungan positif yang sangat kuat 0,50_0,69 Hubungan positif yang mantap 0,30_0,49 Hubungan potif yang sedang 0,10_0,29 Hubungan positif yang sangat tak berarti 0,0 Tidak ada hubungan -0,01_-0,09 Hubungan negatif yang tak berarti -0,10_-0,20 Hubungan negatif yang rendah -0,30_-0,49 Hubungan negatif yang sedang -0,50_-0,59 Hubungan negatif yang mantap -0,70_ ke bawah Hubungan negatif yang sangat kuat
46 Subana. Statistika Pendidikan. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 141
49
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Validasi Istrumen
1. Validitas Instrumen Penelitian
Validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah47.
Uji coba validitas angket tentang risiko gangguan kesehatan
masyarakat disikitar tempat pembuangan akhir (TPA) kebon kongok Desa
Suka Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat dilakukan di
Desa Taman Ayu Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat. Uji
validitas yang dilakukan di Desa Taman Ayu ini diberikan pada 15
jumlah responden. Responden untuk uji validitas dipilih di desa Taman
Ayu karena karakteristik umum dari masyarakat dan lingkungannya mirip
seperti kondisi masyarakat dan lingkungan di Desa Suka Makmur
Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok barat yang dekat dengan tempat
pembuangan akhir sampah TPA kebon kongok.
Post test angket pemahaman tentang tempat pembuangan akhir
sampah (TPA) terdiri dari 29 butir pernyataan, sedangkan Post test angket
risiko gangguan kesehatan 38 butir pertanyaan. Setelah penyebaran Post
test istrumen penelitan dilakukan dan diolah dengan bantuan program
47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm 211.
50
microsofr excel dan SPSS versi 16.0 for windows didapatkan hasil, yaitu
dari 29 butir try out angket kecerdasan interpersonal sebanyak 19 butir
pernyataan dinyatakan valid.
Hasil validitas angket menunjukkan nilai signifikan untuk butir
pernyataan yang valid berkisar dari 0,000-0,023. Mengacu pada kaidah
penarikan kesimpulan suatu pernyataan dinyatakan valid apabila nilai
signifikan hitungnya (a) lebih kecil dari 0,05 (sig (a) < 0,05) dan apabila
nilai signifikan hitungnya lebih besar dari nilai signifikan 0,05 (sig (a) >
0,05) maka butir pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan
kaidah tersebut dari 29 butir pernyataan 19 dinyatakan valid karena nilai
signifikan hitungnya lebih kecil dari 0,05 dan 10 butir pernyataan
dinyatakan tidak valid. Hasil uji validitas ini menyebabkan beberapa butir
pernyataan mengalami eliminasi, butir soal yang telah melewati uji
validitas dan dinyatakan validlah yang akan digunakan sebagai instrumen
penelitian sebagai alat ukur, terjadinya eliminasi butir pernyataan
menyebabkan kisi-kisi butir pernyataan mengalami perubahan sebagai
berikut :
51
Tabel 6 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Bebas
Variabel Dimensi Indikator No Pernytaan ∑ Positif Negatif
Tempat Pembuangan
Sampah (TPA) Kebon
Kongok.
1. Pengetahuanmayarakat tenang TPA
a. Untuk mengetahui pengetahuan mayarakat tentang TPA
2,3,4,17,19 5
2. Definisi tempat pembuangan sampah
a. lingkungan sekitar TPA 16 14 2
b. Kelayakan lokasi TPA dengan pemukiman warga
1,5,11,12, 13 5
3. dampak yang yangditimbulkan sampah
a. pencemaran yang di timbulkan sampah
15,18 6,7,8,9,10 7
JumlahPernyataan 12 7 19
Sedangkan untuk post test angket tentang risiko gangguan kesehatan
terdiri dari 38 butir pernyataan didapatkan hasil perhitungan pengolahan
data yang tergambar dalam tabel berikut:
Hasil validitas angket tentang risiko gangguan kesehatan
menunjukkan 20 pertanyaan dinyatakan valid dari 38 total pertanyaan
yang ada dilihat dari nilai signifikan hitungnya (a) lebih kecil dari 0,05
(sig (a) < 0,05) jika nilai signifikan hitungnya lebih besar maka butir
pertanyaan dinyatakan tidak valid. Oleh karena ada 18 butir pernyataan
yang gugur, maka kisi-kisi instrumen angket tentang risiko gangguan
kesehatan perubahan sebagai berikut:
52
Tabel 7 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Terikat
Variabel Indikator No item ∑
Positif Negatif Risiko Gangguan Kesehatan Masyaraka tDesa Suka Makmur
1. Prilaku hidup bersih 20,21,22,23,24 5 2. Gejala penyaki tdiare 25,25,27 3 3. Gejala penyakit Ispa 28,29,30 3 4. Gejala penyakit kulit 31,32,33 3 5. Gejala penyakit
cacingan 34,35,36 3
6. Gejala penyakit Malaria 37,38,39 3
Jumlah item 5 15 20
2. Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu instrumen dikatakan
memiliki tingkat kepercayaan dan konsistensi instrumen, sebab nilai
reliablilitas suatu instrumen dinyatakan baik apabila jawaban atau hasil
suatu instrumen berlaku tetap atau stabil dari waktu ke waktu. hal ini
sesuai dengan teori realiabilitas “suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah
baik”.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui nilai realibilitas dari post test
angket pemahaman tentang sterilisasi dan post test angket perilaku hidup
bersih dan sehat menggunakan bantuan program SPSS version 16.0 for
windows dengan hasil sebagai berikut:
53
Tabel.8 Reliabilitas Pemahaman tempat pembuangan akhir sampah (TPA)
Reliability statistics
Cronbach’s Alpha N of item
.927 19
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach’s untuk
pemahaman tentang tempat pembuangan akhir sampah yaitu 0,927.
Mengacu pada kaidah Jika nilai Alfa Conbarch lebih besar dari 0,6 maka
butir angket tersebut dinyatakan reliabel maka nilai alpha 0,927 > 0,6
yang artinya butir angket pemahaman tentang pemahaman tentang tempat
pembuangan akhir sampah (TPA) reliabel.
Tabel.9 Reliabilitas gangguan kesehatan pada masyarakat
Reliability statistics
Cronbach’s Alpha N of item
.923 20
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat dalam tabel di atas
didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 0.923 yang lebih besar dari 0,6
maka butir pernyataan dalam angket resiko gangguan dinyatakan reliabel.
54
B. Pengumpulan dan Penyajian Data
1. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti
untuk mengambil atau mengumpulkan data penelitian.
a. Pengumpulan data dengan kuesioner (angket)
Metode pengumpulan data dengan kuesioner adalah metode
yang digunakan untuk mendapatkan data primer dari pemahaman
masyarakat tentang tempat pembuangan akhir sampah (TPA) dan
Resiko gangguan kesehatan yang dialami oleh masyarakat Desa Suka
Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat. Pengumpulan
data dengan kuesioner ini memiliki dua tahap yaitu; Pertama,
penyebaran informed consent, yaitu surat tanda persetujuan yang
diberikan kepada populasi, sebagai pernyataan bersedia menjadi
sampel dalam penelitian yang dilakukan pada hari kamis 11 Desember
2017 sampai 12 Desember 2017. Kedua, tahap penyebaran kuesioner
yang dilakukan setelah menentukan sampel, proses dalam penyerahan
angket mulai hari senin tanggal 13-15 Desember 2017 dengan bantuan
team lapangan dalam membantu dalam proses penelitian.
b. Pengumpulan data dengan dokumentasi
Pengumpulan data dengan metode dokumentasi dilakukan untuk
mendapatkan data skunder penelitian terkait dengan sejarah dan profil
desa Suka Makmur kondisi lingkungan masyarakat, sarana dan
55
prasarana desa serta foto-foto kondisi lingkungan rumah dari sampel
penelitian.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah mengumpulkan data adalah penyajian
data penelitian. Penyajian data meliputi pemaparan hasil penelitian berupa
tabulasi data terkait tempat pembuangan akhir (TPA) sebagai variabel
bebas (X), risiko gangguan kesehatan sebagai variabel terikat (Y).
Jumlah responden yang diteliti sebanyak 73 orang. Berikut data tabulasi
dari variabel X dan variabel Y :
Tabel.10. Data tentang tempat pembungan akhir sampah (TPA)(X)Risiko gangguan
kesehatan (Y)
No Variabel X Y
1 Jumlah responden 73 73
2 Tototal skor ssemua responden
623 789
3 Rata-rata skor semua responden
8.53
10.81
C. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskritif mengemukakan tentang frekuensi dari data di atas
yang terdiri dari mean, median, mode, standar deviasi, nilai maksimum
dan minimum serta nilai kuartil dari kedua variabel dengan bantuan
program SPSS version 16.0 for windows.
56
Data hasil perhitungan frekuensi dari data di atas :
Tabel.11. Perhitungan Frekuensi Variabel X dan Y
Statistics Tempat (X) Resiko(Y)
N Valid 75 75
Missing 0 0 Mean 8,53 10,81
Median 9,00 10,00 Mode 10 10
Stand.Deviation 2,754 4,098 Minimum 2 3 Maximum 16 19
Sum 623 789
Berdasarkan tabel frekuensi di atas diperoleh nilai rata-rata untuk
pemahaman tentang tempat pembuangan sampah (TPA) dari 73
responden sebesar 8,53. Nilai medianya adalah 9,00, nilai modus 10, nilai
maksimum 16, nilai minimum 16, sedangkan nilai dari standar deviasi
yang paling penting diperoleh nilai 2,754. Perhitungan nilai terakhir
adalah sum atau nilai total dari 73 responden 623.
Sedangkan untuk angket risiko gangguan kesehatan diperoleh hasil
perhitungan nilai rata-rata yaitu 10,81. Median yaitu 10,00. Nilai modus
10. Nilai strandar deviasi 4,098, nilai maksimum 19 dan nilai minimum
yaitu 3. Perhitungan sum nilai total semua responden adalah 783.
Guna mempermudah pembacaan kategori skor masing-masing
kuesioner maka peneliti membuat tabel kategori skor setiap kuesioner
dengan bantuan program SPSS version 16.0 for windows untuk mengolah
data variabel X maupun variabel Y.
57
Tabel 11 Kategori Skor pemahaman tentang tempat pembuangan Akhir (TPA)
No Batasan Frekuensi Persentase Katagori 1 X ≥ 12,78 3 3,42% Sangat Paham 2 11,784 ≤ X <12,78 10 13,9% Tinggi 3 5,27 ≤ X < 11,78 48 66,% Sedang 4 4,27 ≤ X < 5,27 10 13,4% Rendah 5 X < 4,27 2 1,4% Sangat Rendah Jumlah 73 100 %
Ket M= Mean SD= Standar deviasi
Berdasarkan tabel di atas diperoleh jumlah responden dengan
kategori skor sangat Paham 3 reponden yang jika persentasekan menjadi
3.45% dari keseluruhan 73 responden. Responden pada kategori tinggi
jumlah 10 orang jika dipersentasekan menjadi 13,9% . Responden pada
kategori pemahaman sedang jumlah 48 orang jika dipersentasekan
menjadi 66.7%. Responden pada kategori rendah jumlah 10 orang jika
dipersentasekan menjadi 13. 9% dan sangat rendah 1,4 %.
Hasil pemberian kategori di atas dapat juga dilihat dalam diagram
berikut:
Diagram.1. Kategori Skor Pemahaman Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)
Data
Sangat Tinggi
Tinggi
sedang
rendah
Sangat rendah
58
Sedangkan untuk pemberian kategori skor kuesioner risiko
gangguan kesehatan:
Tabel. 12. Kategori skor risiko gangguan kesehatan
No Batasan Frekuensi Persentase Katagori 1 X ≥ 16.4 9 12,3% Sangat rendah 2 15.4 ≤ X < 16.4 3 4.1% Rendah 3 6.21 ≤ X < 15.4 46 63.0% Sedang 4 5.21≤ X < 6.21 8 11.0% Tinggi 5 X < 5.21 7 9.6% Sangat tinggi Jumlah 73 100 %
Ket M= Mean SD= Standar deviasi
Tabel di atas menunjukkan jumlah responden dengan kategori sangat
tinggi untuk mengalimi risiko gangguan kesehatan 7 reponden yang jika
persentasekan menjadi 9.6%. Responden dengan kategori tinggi
mengalami risiko gangguan kesehatan 8 responden yang jika
persentasekan menjadi 11.0%. Responden dengan katagori skor sedang
untuk mengalami risiko gangguan kesehatan 46 reponden yang jika
persentasekan menjadi 63.0%. responden dengan kategori skor rendah
untuk terhadap risiko gangguan kesehatan 3 reponden yang jika
persentasekan menjadi 4.1%. responden dengan kategori sangat rendah
mengalami risiko gangguan kesehatan 9 reponden yang jika
persentasekan menjadi 12,3%
59
Hasil pemberian kategori di atas dapat juga dilihat dalam diagram
berikut:
Diagram 2. Kategori Dampak terhadap gangguan kesehatan
Rincian data frekuensi gejala penyakit yang dialami oleh responden yang
berjumlah 73 orang. Tabel.12 Frekuensi risiko gangguan kesehatan
Frequency Percent Valid percent
Ya 45 61,6 61,6
Tidak 28 38,4 38,4 Total 73 100,0 100,0
Gejala penyakit diare
Frequency Percent Valid percent
Ya 23 31,5 31,5
Tidak 50 68,5 68,5 Total 73 100,0 100,0
Gejala penyakit Ispa
Frequency Percent Valid percent
Ya 35 47,9 47,9
Tidak 38 52,1 52,1 Total 73 100,0 100,0
Gejala penyakit kulit
Dampak
Sangat tinggi
Tinggi
sedang
Rendah
60
Frequency Percent Valid percent
Ya 30 41,1 41,1
Tidak 43 58,9 58,9 Total 73 100,0 100,0
Gejala penyakit cacingan
Frequency Percent Valid percent
Ya 26 35,6 35,6
Tidak 47 64,4 64,4 Total 73 100,0 100,0
Gejala penyakit Malaria
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov karena, sampel yang digunakan lebih dari 50
dengan uji ini dapat diketahui data yang digunakan berdistribusi
normal atau tidak. Apabila taraf signifikan hitung (a) lebih besar dari
0,05 (Sig hitung (a) > 0,05) maka data tersebut berdistribusi normal dan
apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (Sig hitung (a) < 0,05) maka
data tersebut tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for
windows dengan hasil sebagai berikut:
61
Tabel.13. Hasil Uji Normalitas
One-sampel kolmogorov-smirnov test Pemahaman
TPA Risiko
N 73 73
Normal parametes Mean 8,53 10,81 Stand. Deviation 2,754 4,098
Kolmogorov-smirnov Z 0,744 0,744 Asymp. sig. (2-tailed) 0,637
Hasil pengolahan data dengan menggunakan teknik kolmogrov-
smirnov diatas, diperoleh nilai signifikan pada sig (2-tailed) untuk
data kuesioner 0,637 nilai tersebut lebi besar dari 0,05 maka kuesioner
tersebut berasal dari data yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
menjadi inputan atau kedua objek penelitian bersifat homogen.
Adapun kaidah penetapan suatau data dikatakan homogen yaitu
apabila nilai signifikan (a) lebih besar dari 0,05 (sig (a) > 0,05) maka
data tersebut dinyatakan homogen. sebaliknya jika nilai signifikan (a)
lebih kecil dari 0,05 (sig (a) < 0,05) maka data tersebut berasal dari
data yang tidak homogen. Uji homogenitas pada data penelitaian ini
menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows dengan
hasil sebagi berikut:
Tabel. 14 Hasil Uji Homogenitas Data Penelitian
Test of homogeneity of variances Sig.
Levene statistic 0,802 0,616
62
Hasil uji homogenitas menggunakan SPSS di atas untuk melihat
data penelitian tersebut homogen atau tidak, maka yang harus
diperhatikan adalah nilai signifikan pada kolom terakhir Sig.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai homogenitas
adalah 0,616. Nilai tersebut lebih lesar dari 0,05 maka data tersebut
dinyatakan homogen.
c. Uji Linieritas
uji linearitas digunakan untuk menguji pola sebaran antara
variabel X dan Y akan membentuk garis linier ataukah tidak. pola
sebaran ini berkaitan dengan hubungan keterkaitan antara variabel X
dan variabel Y. jika pola sebaran mendekati garis maka terdapat
keterkaitan antara variabel X dan Y dan sebaliknya, jika pola sebaran
salah satu dari variabel X dan Y menunjukkan keterkaitan antara
keduanya lemah,. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier
atau tidaknya sebaran adalah jika nilai signifikan hitung lebeih kecil
dari 0,05 (sig < 0,05) maka sebaran dinyatakan tidak linier dan jika
nilai signifikan hitung lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05) maka sebaran
dinyatakan linier. Pengujian linieritas pada penelitian menggunakan
bantuan program SPSS versi 16.0 for windows dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel.15. Hasil Uji Linieritas Data Penelitian
Anova table F Sig
TPA* Resiko Between groups Linearity 0,188 0,000
Deviation from linearity 0,485 0,905
63
Pengujian linearitas dengan SPSS bertujuan untuk mengetahui
hubungan antar variabel. dalam menguji linearitas data adalah nilai
signifikan (Sig), nilai F dan nilai deviation from linearity. hasil
analisis diatas menunjukkan bahwa nilai F sebesar 0,485 memiliki
signifikansi sebesar 0,905. interpretasi nilai ini berdasarkan kaidah
diatas bahwa apabila nilai sig (a) hitung > 0,05 artinya 0,905 > 0,05
menunjukkan bahwa data yang diperoleh dinyatakan terdapat
hubungan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) dengan risiko
gangguan kesehatan.
2. Uji Korelasi Bivariant
Setelah data penelitian berdistribusi normal dan linier. Dari data
tersebut kemudian dilakukan analisis bahwa data hasil penelitian ini n.
Uji korelasi Person dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan
antara variabel satu dengan variabel lain. Nilai hubungan dapat
diketahui dari nilai signifikan hitung. Jika nilai signifikan hitung lebih
kecil dari 0,05 (sig < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan, sebaliknya jika signifikan hitung lebih besar dari 0,05 (sig
> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan.
Berikut tabel hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi Person:
64
Tabel.16 Hasil Uji Korelasi
Correlations Pemahaman Risiko
gangguan kesehatan
Pemahaman Pearson correlation 1 0.53 Sig. (2-tailed) 0,000 N 73 73 Pearson correlation 0.53 1 Sig. (2-tailed) 0,000 N 76 76
Hasil analisis korelasi person product mement dari SPSS diatas
menunjukkan bahwa nilai person corelation sebesar 0,53, artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara pemahaman tentang tempat pembuangan
akhir sampah denagan risiko gangguan kesehatan. Nilai koefisien dari
person ini menunjukkan adanya hubungan positif yang mantap antara
pemahaman tentang tepat pembuangan akhir sampah dan sehat dilihat
datri nilai positif pada person correlation diatas, dengan nilai signifikan
yang tidak bisa lepas dari analisis person product moment yaitu sebesar
0,000 pemahan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) > 0,05.
D. PEMBAHASAN
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Sejarah dan Profil Desa Suka Makmur
Desa Suka Makmur lahir pada Tahun 1999. Desa Suka makmur
merupakan hasil pemekaran dari Desa induk Gapuk yang berjarak ± 2
Km sebelah utara dari kantor pemerintah Desa Gapuk. Melihat
perkembangan dari segala aspek dan bidang sehingga berkas
pengusulan menjadi desa persiapanpun diterima dan disepakati oleh
65
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Dengan nama Desa Persiapan
Suka Makmur. Suka Makmur artinya “Kebahagiaan Dunia dan
Akhirat”. Lahirnya Desa Suka Makmur tidak lepas dari peran serta
masyarakat dan pemerintah yang waktu itu dijabat oleh Kepala Desa
Drs. H. Tamjidillah.
Secara geografis dan administrasi Desa Suka Makmur berada di
Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat . dan pada tahun 2000
Desa Suka Makmur menjadi Desa Definitif, dan pada tahun 2001 Desa
Suka makmur memiliki 5 (lima ) Dusun Yaitu ;
a. Dusun Persiapan Mengkok menjadi Dusun mengkok
(Pembentukan Dusun);
b. Dusun persiapan Kedatuk menjadi Dusun Kedatuk (pemekaran
Dusun ketejer);
c. Dusun Ketejer, Dusun Egok dan Dusun Kebon Kongok, yang
semuanya berjejer dari Dusun paling selatan sampai ke utara
d. Dusun Kebon Kongok dusun paling selatan sampai ke utara.
e. Dusun Egok
Jadi lima dusun yang berada di Desa Suka Makmur adalah:
Dusun Mengkok, Dusun Kedatuk, Dusun Ketejer, Dusun Egok, dan
Dusun Kebon Kongok.
66
b. Demografi Desa
Dalam hal pembangunan desa, Desa Suka Makmur Memiliki
Demografi desa sebagai berikut :
1. Jumlah Penduduk
Penduduk Desa Suka Makmur sampai dengan bulan
Desember 2016, berjumlah 5368 Jiwa terdiri dari penduduk laki-laki
2520 Jiwa dan penduduk perempuan 2848 Jiwa dengan jumlah
Kepala Keluarga 1826 KK, yang tersebar di 5 (lima) buah Dusun
tersebut. Dengan perincian penyebaran penduduk sbb :
Tabel: 17 Jumlah Penduduk Desa Suka Makmur
Nama Dusun Jumlah
KK
Penduduk
Laki-Laki
Penduduk
Perempuan
Jumlah
Jiwa
Dusun Mengkok 128 154 194 348
Dusun Egok 625 957 1020 1977
Dusun Ketejer 503 646 752 1398
Dusun Kedatuk 106 141 172 313
Dusun Kbn. Kongok 280 622 710 1332
Jumlah Penduduk 1826 2520 2848 5368
2. Agama
Penduduk Desa Suka Makmur 100 % beragama Islam. Memiliki
sarana Peribadatan (Masjid) yang semuanya berada disetiap Dusun :
a. Masjid Baital Makmur di Dusun Mengkok.
b. Masjid Baitussolihin di Dusun Egok.
c. Masjid Baiturrahman di Dusun Egok.
d. Masjid Al-Mujahiddin di Dusun Ketejer.
e. Masjid Nurul Hidayah di Dusun Kedatuk.
67
f. Masjid Baital Yaqin di Dusun Kebon Kongok
g. Masjid Nurul Iman Dusun Ketejer;
3. Sarana Pendidikan
Adapun mengenai pendidikan masyarakat Desa Suka
Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat sebagai
berikut :
Tabel: 17 Pendidikan Masyarakat Desa Suka Makmur
Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
Belum Masuk TK 315 Orang 325 Orang 640 Orang
Sedang TK/Play Group 120 Orang 130 Orang 250 Orang
Yang tidak pernah
sekolah
330 Orang 444 Orang 774 orang
Tamat SD/ sederajat 135 Orang 234 Orang 369 orang
SD tidak tamat 125 Orang 135 Orang 260 orang
Lulusan SMP/ sederajat 450 Orang 456 Orang 906 orang
Tidak Tamat SMP/
sederajat
101 Orang 122 Orang 223 orang
Lulus SMA/ sederajat 350 Orang 373 Orang 723 orang
Tidak tamat SMA/
sederajat
110 Orang 116 Orang 226 Orang
Tamat D-1 5 Orang 2 Orang 7 Orang
Tamat D-2 10 Orang 9 Orang 19 Orang
Tamat D-3 7 Orang 8 Orang 13 Orang
Tamat S-1 50 Orang 31 Orang 81 Orang
68
4. Bidang Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Desa Suka Makmur adalah
sebagai berikut: Tabel: 18 Sarana-Prasarana Kesehatan Desa Suka Makmur
Sarana Kesehatan Jumlah Keterangan
Puskesmas Pembantu 1 Unit -
Poskesdes 1 Unit -
Posyandu 5 Unit Semua dusun
Bides 1 Orang -
Dukun Terlatih 3 Orang -
Ambulan Desa 1 Unit -
Kelompok Donor Darah 31 Orang -
5. Keadaan Ekonomi Penduduk
Penduduk Desa Suka Makmur sebagian besar bermata
pencarian sebagai petani dan buruh tani (64%). Desa Suka Makmur
miliki luas wilayah ± 320,365 Ha, dan diperuntukan oleh
masyarakat sebagai lahan pertanian dan sawah Seluas ± 124 Ha,
lahan perkebun ± 30 Ha, sedangkan lahan kering (Bukit) seluas ±
120 Ha, dan lain-lain.
2. Pembahasan Hasil Data
a. Pemahaman masyarakat tentang tempat pembuangan akhir
sampah (TPA)
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan sebanyak 3
responden atau sebanyak 3.14%, untuk katagori yang memiliki
pemahaman sangat tinggi tentang tempat pembuangan akhir sampah.
Berdasarkan analisis data didapatakan sebanyak 10 responden atau
sebanyak 13.9%, untuk katagori paham tentang tempat pembuangan
69
akhir sampah. Analisis data didapatakan sebanyak 48 responden atau
sebanyak 66.7%, untuk katagori sedang tentang pemahaman tempat
pembuangan akhir sampah. Analisis data didapatakan sebanyak 10
responden atau sebanyak 13,4%, untuk katagori rendah tentang
pemahaman tempat pembuangan akhir sampah. Analisis data
didapatakan sebanyak 2 responden atau sebanyak 1.4%, untuk katagori
sangat rendah tentang pemahaman tempat pembuangan akhir sampah.
Berdasarkan persentase data penelitian menunjukan pemahaman
masyarakat tentang tempat pembuangan akhir sampah dalam katagori
sedang. Data ini diperoleh dari 73 kk yang menjadi responden dalam
penelitian ini.
Paradigma (TPA) yang dulu merupakan tempat pembuangan
akhir sampah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 (2008:3)
menjadi tempat pemrosesan akhir sampah didefinisikan sebagai
pemerosesan akhir sampah, dalam bentuk pengembalian sampah dan
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara
aman.48 Banyak dari masyarakat yang belum mengatahui jarak aman
tempat tinggal mereka. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA),
yang seharusnya lebih dari 1 km dari TPA untuk menangulangi
pencemaran yang ditimbulkan. Hal ini bukan saja kesalahan dari
masyarakat setempat, akan tetapi menjadi tanggung jawab pemerintah
sebagai pemegang kekuasan dan kebijakan, karena dari hasil kuesioner,
48 Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012 hlm, 31
70
banyak masyarakat tidak pernah mendapatkan sosialisasi tentang jarak
aman dengan tempat pembuangan akhir sampah.
Menurut Chairil Shaleh (2014), sampah merupakan material
sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses
pengunaan barang atau sisa konsumsi. Volume sampah
sangat tergantung pada jumlah penduduk49. Sampah yang dibuang di
tempat pembuangan akhir sampah harus dikelola dengan baik, agar
tidak menjadi masalah bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar
untuk menjaga risiko-risiko yang dapat merugikan. Kerugian investasi
pembangunan TPA karena memendeknya umur layanannya, sangat
berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan, seperti
perkembangan vektor penyakit, polusi udara akibat gas yang dihasilkan
sampah, polusi air akibat lindi (cairan sampah), dan estetika lingkungan
yang buruk. Hal inilah yang menjadi tugas bersama bagi pemerintah
setempat maupun masyarakat, yang memang sudah menetap di
sekitaran tempat pembuangan akhir sampah. Pemerintah daerah
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pengelolaan sampah yang sudah tertuang dalam
(UU No 18 tahun 2008).
49 Chairil Saleh, Hendro Purnomo, “Analisis Efektifitas Instalasi Pengolahan Limbah
Lindi di Tpa Supit Urang Kota Malang”, Jurnal Teknik Pengairan, Vol 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 104
71
b. Risiko gangguan kesehatan
Risiko merupakan akibat yang kurang menyenangkan (merugikan
dan membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kemungkinan penyakit yang
dialami oleh masyarakat yang tinggal di sekitar tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah, yang memang pada dasarnya berbahaya bagi
masyarakat, disebakan oleh kualitas lingkungan yang sudah mulai
tercemar oleh sampah dengan adanya tempat pembuangan akhir yang
menimbulkan bau yang tidak sedap yang dirasakan oleh masyarakat
setempat.
Berdasarkan Analisis kuesioner bahwa diketahui responden
dengan kategori sangat tinggi untuk mengalimi risiko gangguan
kesehatan 7 reponden yang jika persentasekan menjadi 9.6%.
Responden dengan kategori tinggi mengalami risiko gangguan
kesehatan 8 responden yang jika persentasekan menjadi 11.0%.
Responden dengan katagori skor sedang untuk mengalami risiko
gangguan kesehatan 46 reponden yang jika persentasekan menjadi
63.0%. responden dengan kategori skor rendah untuk terhadap risiko
gangguan kesehatan 3 reponden yang jika persentasekan menjadi 4.1%.
responden dengan kategori sangat rendah mengalami risiko gangguan
kesehatan 9 reponden yang jika persentasekan menjadi 12,3%.
Berdasarkan persentase data penelitian menunjukan responden berisiko
72
mengalami gejala penyakit. Data ini diperoleh dari 73 kk yang menjadi
responden dalam penelitian ini.
Dengan rincian gejala penyakit yang dialami oleh responden.
Gejala penyakit diare yang menyatakan pernah dengan jumlah
responden 45 yang dipersentasikan menjadi 61,6%, responden yang
menyatakan tidak mengalami gejala penyakit diare yaitu 28 atau
sebanyak 38,4 %. Penyakit diare didefinisikan sebagai buang air besar
(defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal
100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
padat, dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Jumlah
kasus diare yang terlaporkan pada Tahun 2015 di Kabupaten Lombok
Barat sebanyak 28.726 orang dan 100% tertangani50.
Menurut Sander (2005), penyebab terjadinya diare bisa dari kurang
memadainya ketersedian air bersih, air yang tercemar oleh tinja,
kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak hyginis
kebersihan perongan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan
penyimpanan makan yang tidak semestinya51. Menurut hasil penelitian
Sarah (2015), ada pengaruh penyakit diare dengan kepadaan lalat.52
Seperti lalat M.domestica memiliki potensi tinggi dalam penyebaran
banyak agen penyakit baik secara mekanis maupun biologis pada
50 Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Barat 2015 hlm 38 51 Sander, M. A. Hubungan Faktor Sosio Budaya Dengan Kejadian Diare di Desa
Candinegoro Kecamatan WonayuSiduarjo. Jurnal Medika, tahun 2005Volume 2,Nomor 2: 163-193.
52 Sarah Safira et al, Hubungan Kepadatan Lalat, Dan Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015
73
populasi manusia yang hidup relative dekat dengan suatu Tempat
pembuangan akhir Sampah. Tidak tertutup kemungkinan agen penyakit
ini dapat menyebar luas jauh dari sumber penularan. Seekor lalat
dewasa mampu berpindah pada jarak yang jauh. Selain itu lalat dapat
mengadakan migrasi hingga 8 km.
Menurut Desi Ermaleni (2012, hasil penelitian menunjukan jarak
tempat tinggal Ke tempat pembuangan akhir kurang dai 300 m dengan
kejadian diare mempunyai risiko untuk menderita diare 2,6 kali
dibandingkan dengan jarak tempat pembuangan akhir sampah lebih
dari 600 meter. Begitu pula ada hubungan yang signifikan antara
kualitas bakteriologi dengan kejadian diare dengan p= kualias
bakteriologi air yang buruk mempunyai risiko 3, 188 kali menderita
diare dibandingkan dengan bakteriologi yang baik.53
Responden yang menyatakan gejala penyakit ISPA (infeksi
saluran pernapasan atas), yang dialami oleh responden menyatakan ya
dengan jumlah responden 23 atau sebanyak 31,5% sedangkan
responden yang menyatakan tidak mengalami gejala penyakit ISPA
yaitu 50 atau sebanyak 68,5%. Penyakit ISPA (infeksi saluran
pernapasan akut) adalah infeksi pada saluran pernapasan baik saluran
pernapasan atas atau bawah, dan dapat menyebabkan berbagai spektrum
penyakit yang parah dan mematikan, yang dipengaruhi oleh patogen
penyebab, faktor lingkungan dan faktor pejamu. Penyakit ini dapat
53 Desi Ermleni BR Ginting, Hubungan Kualitas Bakteriologis Air Bersih Dengan
Kejadian Diare, (Skripsi FKM Universitas Indonesia, Depok, 2012), hlm. 76
74
menyerang saluran napas dari rongga sampai alveoli termasuk
adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).54
Penyakit ISPA dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti
burukya kualitas udara yang dipengaruhi oleh pencemaran. Salah
satunya adalah sampah yang merupakan barang buangan yang
menghasilkan gas metana, yang akan menghasilkan bau busuk apabila
hal ini terus dihirup oleh masyarakat tentu sangat berbahaya. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan Ratih (2016), bahwa ada pengaruh
paparan gas metana (C𝐻4) terhadap keluhan gangguan pernapasan
pemulung, TPA Mrican Kabupaten Ponorogo dengan nilai p value =
0,015 dan probabilitas pemulung pada paparan gas (C𝐻4) yang
melebihi NAB untuk menderita keluhan gangguan pernapasan adalah
sebesar 9,2%. Ada pengaruh paparan gas hidrogen sulfida (𝐻2S)
terhadap keluhan gangguan pernapasan pemulung di TPA Mrican
Kabupaten Ponorogo55.
Responden yang menyatakan gejala penyakit Kulit, dialami oleh
responden menyatakan ya dengan jumlah responden 35 atau sebanyak
47,9%, sedangkan responden yang menyatakan tidak mengalami gejala
penyakit kulit yaitu 38 atau sebanyak 52,1%. Penyakit kulit adalah
setiap yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja berupa
54 Anthony Widyanata Lebuan dan Agus Somia, Faktor yang berhubungan dengan infeksi
saluran enapasan akut pada siswa taman kanak-kanak dikelurahan dangin puri kecamatan denpasar timur, E-Jurnal Medika, Vol 6 No 6 Juni Tahun 2017 hlm; 2
55 Ratih Andhika A.R, Tofan Agung E.P2, Pengaruh Paparan C𝐻4 dan 𝐻2S Terhadap Keluhan Gangguan Pernapasan Pemulung Di Tpa Mrican Kabupaten Ponorogo Vol. 1, Nomor. 1, Oktober 2016 hlm:14
75
faktor risiko mekanik, fisik, kimia, biologis dan psikologis (
PERMENAKERTRANSI , RI 2008), Penyakit Kulit bisa disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan dan kebiasan
sehari-hari. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek
yang baik bagi kulit.
Demikian pula sebaliknya, salah satu lingkungan yang perlu
diperhatikan adalah lingkungan kerja, apabila tidak dijaga dngan baik
dapat menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit kulit.
Menurut penelitian Rahayu (2015), terdapat hubungan antara
kebersihan kulit dengan kejadian penyakit kuli di tempat pembuangan
akhir sampah (TPA) Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten
Kudus56.
Responden yang menyatakan gejala penyakit cacingan, yang
menyatakan pernah dengan jumlah responden 30 yang dipersentasikan
menjadi 41,1% sedangkan responden yang menyatakan tidak
mengalami gejala penyakit cacingan yaitu 43 atau sebanyak 58,9%.
Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh soil Transmitted Helminths
(STH), merupakan masalah kesehatan masyarakat, infeksi kecacingan
tergolong penyakit neglected disease yaitu infeksi yang kurang
diperhatikan dan penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala
klinis yang jelas dan dampak yang ditimbulkannya baru terlihat dalam
56 Rahayu Maryani Kusnin, Hubungan Antara Personal Hygiene Dan Pemakaian Alat
Pelindung Diri Dengan Kejadian Penyakit Kulit Pada Pemulung Di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus ( Skripsi Imu Kesehatan UN Malang, Tahun 2015) Hlm 110.
76
jangka panjang seperti kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang
anak57.
Penyakit cacingan dapat disebakan oleh faktor lingkungan salah
satunya adalah lalat sebagai vektor penyakit mekanik sejumlah agen
penyakit tertentu, misalnya virus, bakteri, protozoa cendawan dan
cacing. Lalat juga berperan sebagai inang anatar beberapa jenis cacing
pita atau nematode, antara lain Choanotenia infundibulum. Lalat
berkembang biak pada media berupa tinja, sampah dan limbah buangan
sedangkan dalam lingkungan sekitar Dusun Kebon Kongok banyak
mayarakat mengeluhkan banyak lalat, ditambah dengan belum pernah
ada penyemprotan yang dilakukan oleh pihak pemerintah, maupun
pengelolah tempat pembuangan akhir sampah (TPA), sebagai upaya
menangulangi dampak yang ditimbulkan oleh sampah.
Responden yang menyatakan gejala penyakit malaria dialami oleh
responden menyatakan pernah mengalami dengan jumlah responden 26
atau sebanyak 35,6% sedangkan responden yang menyatakan tidak
mengalami gejala penyakit malaria yaitu 47 atau sebanyak 64,4%.
Penyakit malaria pada manusia disebabkan plasmodium Malriae,
penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus Anoples.
Terjadinya peningkatan penyakit malaria disebabkan oleh masih
kurangnya pengendalian vektor, kebiasaan tidak menggunakan
kelambu, kebiasaan tidak mengunakan anti nyamuk, kebiasaan
57 Rawina Winita, et al. Upaya pemberantasan kecacingan di Sekolah Dasar, Makala
kesehatan Vol .16 No 2, Desember 2012, hal 65-71
77
menggantung pakaian dan jarangnya ada penyemprotan (fogging) dari
Dinas Kesehatan setempat untuk mengendalikan penyebaran nyamuk.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil pembahasan bahwa penelitian yang telah
dilaksanakan oleh peneliti di Desa Suka Makmur kecamatan Gerung
Kabupaten Lombok Barat, yang merupakan wilayah yang paling dekat
dengan Tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Diketahui pemahaman
masyarakat sebanyak 3.14%, untuk katagori yang memiliki pemahaman
sangat tinggi, katagori paham sebanyak 13.9%. selanjutnya 66.7%, untuk
katagori sedang, selanjutnya 13,4% untuk katagori rendah dan persentase
katagori sangat kurang 1.4%.
Diketahui gangguan penyakit yang banyak dirasakan oleh masyarakat
sekitar yaitu gejala penyakit diare dengan jumlah 45 responden dengan
persentase 61,6 %, jumlah gejala penyakit kulit 35 responden dengan
persentase 47 %, jumlah gejala penyakit cacingan 43 responden dengan
persentase 41,1%, jumlah gejala penyakit 26 responden Malaria 35,6 %, dan
terakhir jumlah gejala penyakit ISPA 26 dengan persentase 31,5%. dari
persentasi penyakit yang dialami tentu akan merugikan masyarakat baik
dalam segi kesehatan maupun maupun materil terhadap keberadaan tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah Kebon Kongok.
79
B. Saran
1. Untuk Masyarakat Sekitar TPA
Masyarakat hendaknya dapat mengupayakan perilaku yang sehat
dalam rangka pencegahan penyakit dan masyarakat harus terlibat aktif
dalam kegiatan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse,
recycle), agar dapat menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
praktis mereka, antara lain kesehatan keluarga, kebersihan dan
kenyamanan tempat tinggal, serta lingkungan yang bersih dan sehat.
2. Untuk Pemerintah dan Instansi terkait
Diharapkan instansi terkait dapat mengendalikan dampak TPA
dalam rangka pencegahan dan menurunkan risiko gangguan kesehatan
dengan melakukan sosialisasi dengan masyarakat dan juga melakukan
pengendalian laju perkembangbiakan lalat dan nyamuk secara rutin.
3. Untuk Peneliti selanjutnya
Hendaknya untuk dapat melakukan penelitain lanjutan tentang
hubungan kualitas bakteriologi air bersih terhadap penyakit diare pada
masyarakat di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah kebon
kongok desa Suka Makmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok barat
80
DAFTAR PUSTAKA
A. Aboejoewono, Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya, Jakarta: Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus, 1985.
Asti Mulasari.” Analisis Situasi Permasalahan Sampah Kota Yogyakarta Dan
Kebijakan Penanggulangannya” jurnal.unnes. Januari 2016. Anthony Widyanata Lebuan dan Agus Somia, Faktor yang berhubungan dengan
infeksi saluran enapasan akut pada siswa taman kanak-kanak dikelurahan dangin puri kecamatan denpasar timur, E-Jurnal Medika, Vol 6 No 6 Juni Tahun 2017
Bambang Kurniawan, “Analisis Kualitas Air Sumur Sekitar Wilayah Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (Studi Kasus Di TPA Galuga Cibung bulang Bogor)”. Skripsi, Dapertemen tehnologi pertanian IPB, 2006.
Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta
Rajawali press, 2014. Chairil Saleh dan Hendro Purnomo, “Analisis Efektifitas Instalasi Pengolahan
Limbah Lindi di Tpa Supit Urang Kota Malang”, Jurnal Teknik Pengairan, Vol 5, Nomor 1, Mei 2014.
Elsa Try Julita Sembiring, Barti Setiani Muntalif, “Optimasi efisiensi
pengolahan lindi dengan Menggunakan constructed wetland”, Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 17 Nomor 2, Oktober 2011
Eko Hartini dan Roselina Jayanti Kumalasari, “Faktor - Faktor Risiko Paparan
Gas Amonia Dan Hidrogen Sulfida Terhadap Keluhan Gangguan Kesehatan Pada Pemulung Di Tpa Jatibarang Kota Semarang”,
81
Fatmawati Mohamad, Dharma Cakrawartana Sutra pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan sampah di dukuh mrican sleman Yogyakarta, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012.
G. Theisen Tchobanoglous, dan S.A. Vigil, Integrated Solid Waste Mangement
Engineering Principles and Mangement Issues. Mc. Grw Hill: Kogakusha, 1993.
Heru Rudianto, R. Azizah, “Studi Tentang Perbedaan Jarak Perumahan Ketpa
Sampah Open Dumping Dengan Indikator Tingkat Kepadatan Lalat Dan Kejadian Diare (Studi Di Desa Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan)”, Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol 1 Nomor 3, januari 2005.
Imam Azhary, Ellina S. Pandebesie, “Peran serta Masyarakat Dalam Usaha
Memperpanjang masa Pakai Tpa Kebon Kongok Kota Mataram”, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi, 2007.
I W. Wedana Yasa, Manajemen risiko operasional dan pemeliharaan tempat
pembuangan akhir (tpa) regional bangli di kabupaten bangli, Jurnal Spektran Vol. 1, Nomor. 2, Juli 2013.
lsa Try Julita Sembiring , Barti Setiani Muntalif, Optimization Of Leachate
Treatment Efficiency By Using Constructed Wetland, Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17 Nomor 2, Oktober 2011.
Kasam, Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA
Sampah (Studi Kasus: TPA Piyungan Bantul), Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan,Vol 3, Nomor 1, Januari 2011.
Marina Aprina, Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali Dan
Pengelolaan Sampah Di Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Keluarga Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan (skripsi FKM Universitas Sumatera Utara Medan, 2013.
Mochtar Hadiwidodo, Pengolahan air lindi dengan proses kombinasi biofilter
anaerob-aerob dan wetland, Jurnal presipitasi, Vol. 9 Nomor.2 September 2012.
82
Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial dan pendidikan. Jakarta: PT Bumi aksara, 2009.
Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012, dalam http//ciptakarya.
\malangkap.go.id/imgnew. Poedji Hastutiek, Loeki Enggar Fitri, “Potensi Musca Domestica Linn. Sebagai
Vektor Beberapa Penyakit”, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 13, Nomor 3, Desember 2007.
Sofyan Arief, “Pengelolaan Sampah Malang Raya Menuju Pengelolaan Sampah
Terpadu Yang Berbasis Partisipasi Masyarakat”. Jurnal Humanity 2013. Rahayu Maryani Kusnin, Hubungan Antara Personal Hygiene Dan Pemakaian
Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Penyakit Kulit Pada Pemulung Di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus( Skripsi Imu Kesehatan UN Malang , Tahun 2015)
Ratih Andhika A.R, Tofan Agung E.P2, Pengaruh Paparan C𝐻4 dan 𝐻2S
Terhadap Keluhan Gangguan Pernapasan Pemulung Di Tpa Mrican Kabupaten Ponorogo Vol. 1, Nomor. 1, Oktober 2016.
Rawina Winita, Upaya pemberantasan kecacingan di Sekolah Dasar, Makara
kesehatan Vol .16 No 2, hal 65-71,2012 Sander, M. A.,. Hubungan Faktor Sosio Budaya Dengan Kejadian Diare di Desa
Candinegoro Kecamatan WonayuSiduarjo. Jurnal Medika, Volume 2,Nomor 2, 2005
Sugiyono, statitik Untuk penelitian, Bandung: alfabeta, 2013.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Srikandi Fajarini, Analisisis Kualitas Aair tanah Masyarakat disekitar tempat
pembuangan Akhir (TPA) sampah Kelurahan Sumur Batu Batar Gebang Bekasi, (skripsi Fakultas Kedokteran, UIN Syarif Hidayah Tullah, Jakarta, 2013.
Widyatmoko, Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah, Jakarta:
Abdi Tandur, 2002.
83
Wisnu Arya wardhana, Dampak Pencemaran Ligkungan, Yogyakarta: CV Andi
offset, 2001. Yudi Bujagunasti, “Estimasi Manfaat Dan Kerugian Masyarakat Akibat
Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir:Studi Kasus Di Tpa Bantar Gebang,(Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 2009.
Yudhi Kartikawan, Pengelolaan Persampahan, Jurnal Lingkungan Hidup,
Yogyakarta 2000).
84
Lampiran 1
Kondisi Geologi Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Proses Pembuangan Akhir Sampah
Proses Penimbangan Sampah
85
Truk-Truk Sampah yang melewati Rumah warga
Penyebaran lalat yang terdapat pada rumah warga
86
Lampiran 2
Kordinasi dengan pihak penanggung jawab dilokasi penelitan
Permintaan Izin kepada kepala dusun Kebon kongok
Proses Pemberian kuesioner pada Responden
87
Proses Pengisian Kuesioner pada responden
Proses pengisian Kuesioner pada responden
Proses responenden sedang mengisi kuesioner
88
Team lapangan yang membantu dalam proses penelitian
Team lapangan yang membantu dalam proses penelitian
89
Lampiran 3
Kuesioner sebelum divalidasi
KEMENTERIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN) MATARAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN
IPA BIOLOGI
Jln. Pendidikan No. 35 Mataram Telp. (0370) 621298, 625337, 634490
Prosedur pengisian kuesioner
Penyebaran kuesioner ini adalah untuk mendapatkan data penelitian skripsi.
Peneliti berharap anda bersedia menjadi responden, adapun data yang
didapatkan akan dirahasiakan dan hanya untuk kebutuhan penelitian.
Metode pengisian kuesioner cukup dengan memberikan tanda silang (x) pada
pilihan jawaban anda. Terimaksih atas partisipasi anda dalam penelitian ini.
A. Karakteristik Responden
Nama responden :
Umur :
Pekerjaan :
Jenis kelamin :
B. kuesioner
I. PERTANYAAN TENTANG LINGKUNGAN SEKITAR TPA
1. Berapa jarak rumah anda dengan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) ?
a. ≥ 500 m b. ˂ 500 m
2. Apakah anda mengetahui jarak aman pemukiman dengan tepat pembuangan
akhir sampah (TPA) ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah ada sosialisai oleh pemerintah setempat tentang jarak aman
pemukiman dengan tempat pembuangan akhir sampah ?
a. Ya b. Tidak
90
4. Apakah anda mengetahui bahaya dari pencemaran yang di timbulkan oleh
sampah ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah anda mengetahui bahaya dari pencemaran yang disebabkan oleh air
lindi (cairan hasil dari resapan dari tumpukan sampah) ?
a. Ya b. Tidak
6. Sudah berapa lama anda tingal di sekitar tempat pembuangan akhir sampah
(TPA)?
a. ˂ 1 Tahun b. ≥ 1Tahun
7. Apakah terdapat akses jalan raya beraspal menuju lokasi TPA ?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah anda sering merasakan bau tidak sedap yang timbulkan oleh tempat
pembuangan akhir sampah ?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah anda sering merasakan bau tidak sedap yang di timbulkan oleh
kendaran truk pengangkut sampah ?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah ada pembatas (tembok) antara tempat pembuangan akhir (TPA)
dengan pemukiman ?
a. Ya b. Tidak
11. Apakah ada asap sisa pembakaran yang muncul dari tumpukkan sampah
dilokasi di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) ?
a. Ya b. Tidak
12. Apa Jenis sumber air yang digunakan sehari- hari ?
a. Sungai
b. Sumur
c. Kolam
d. penampungan air hujan
e. PAM/PDAM
13. Apakah air yang digunakan dalam kebutuhan sehari-hari berwarna ?
91
a. Ya b. Tidak
14. Apakah air yag digunakan dalam kebutuhan sehari-hari berbau ?
a. Ya b. Tidak
15. Apakah air yang digunakan dalam kebutuhan sehari-hari berasa ?
a. Ya b. Tidak
16. Berapa jarak sumber air yang anda gunakan dari tempat pembuangan akhir
sampah (TPA) ?
a. ≥ 500 m b. ˂ 500 m
17. Apakah pernah dilakukan pengambilan sampel/ pemeriksaan sampel tanah di sekitar rumah anda ?
a. Ya b. Tidak 18. Apakah pernah dilakukan pengambilan sampel/ pemeriksaan sampel air
disekitar lokasi TPA ? a. Ya b. Tidak
19. Apakah hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kualitas air memenuhi syarat
mikrobiologi (E.Coli) ?
a. Ya b. Tidak
20. Apakah pernah dilakukan pemeriksaan sampel air terhadap sumber air bersih
disekitar TPA (E.coli) ?
a. Ya b. Tidak
21. Apakah penah terjadi longsor di sekitar tempat pembuangan akhir sampah
(TPA) ?
a. Ya b. Tidak
22. Apakah pernah terjadi Banjir di sekitar tempat pembuangan akhir sampah
(TPA) ?
a. Ya b. Tidak
23. Apakah tersedianya alarm kebakaran dan alat pemadam kebakaran yang
dilengkapi dengan alat penutup otomatis ?
a. Ya b. Tidak
24. Apakah jalan menuju lokasi TPA mudah diakses mobil pemadam kebakaran ?
a. Ya b. Tidak
25. Apakah banyak ditemukan binatang pengganggu (tikus, kecoa) ?
92
a. Ya b. Tidak
26. Apakah ada (penyemprotan) untuk pengendalian kepadatan lalat di sekitar
pemukiman warga oleh Dinas kesehatan setempat ?
a. Ya b. Tidak
27. Apakah pernah ada penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) oleh
Dinas Kesehatan setempat ?
a. Ya b. Tidak
28. Apakah di rumah anda pernah dilakukan (Fogging) penyemprotan nyamuk
oleh Dinas kesehatan setempat ?
a. Ya b. Tidak
29. Apakah pernah diadakan pengobatan gratis oleh Dinas keehatan setempat ?
a. Ya b. Tidak
II. PERTANYAAN TENTANG PRILAKU REPONDEN
30. Apakah anggota keluarga anda selalu mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun sebelum makan dan setelah buang air besar?
a. Ya b. Tidak
31. Apakah anda selalu menutup makanan matang dengan tudung saji?
a. Ya b. Tidak
32. Apakah anda sering membuka jendela?
a. Ya b. Tidak
33. Apakah anggota keluarga anda selalu mengganti pakaian 2 kali sehari?
a. Ya b. Tidak
34. Apakah anggota keluarga anda menggunakan peralatan mandi seperti handuk
sendiri?
a. Ya b. Tidak
35. Apakah anda menguras tempat penampungan air seminggu sekali?
a. Ya b. Tidak
36. Apakah tempat penampungan air anda ditutup dengan rapat?
a. Ya b. Tidak
37. Apakah anggota keluarga anda biasa menggantung pakaian?
93
a. Ya b. Tidak
38. Apakah anggota keluarga anda biasa memakai lotion anti nyamuk pada saat
tidur pada pagi atau siang hari?
a. Ya b. Tidak
39. Apakah anda memberikan bubuk bate pada tempat penampungan air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari?
a. Ya b. Tidak
40. Apakah anda memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi,
dan ikan cupang) pada tempat penampungan air ?
a. Ya b. Tidak
III. PERTANYAAN MENGENAI GANGGUAN KESEHATAN
41. Apakah anda memasak air dengan benar (sampai mendidih) ?
a. Ya b. Tidak
42. Apakah di rumah anda terdapat banyak lalat > 6 ekor ?
a. Ya b. Tidak
43. Apakah selama ini anda tidak perah sakit perut ?
a. Ya b. Tidak
44. Apakah anda pernah megalami kram pada perut ?
a. Ya b. Tidak
45. Apakah anda pernah mengalami diare atau mencret dalam 3 bulan terakhir ?
a. Ya b. Tidak
46. Jika Jawabanya ya, Berapa kali anda pernah mengalami diare atau mencret
dalam kurun 3 bulan terakhir ?
a. ≥ 3 kali b. < 3 kali
47. Apakah anda pernah mengalami nyeri tenggorokan ?
a. Ya b. Tidak
48. Apakah Anda pernah mengalami pilek dan hidung mampet ?
a. Ya b. Tidak
49. Apakah Anda pernah mengalami batuk kering dan gatal?
a. Ya b. Tidak
50. Apakah Anda pernah merasakan sesak dada dan disertai bunyi saat bernafas?
94
a. Ya b. Tidak
51. Apakah Anda pernah merasakan gejala khas seperti gatal-gatal?
a. Ya b. Tidak
52. Apakah anda sering measakan gatal pada malam hari ?
a. Ya b. Tidak
53. Apakah anda sering merasakan gatal pada sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan, atau bagian tubuh yang lain?
a. Ya b. Tidak
54. Apakah pada kulit anda pernah muncul bintik-bintik merah atau bentol-bentol
dan bernanah ?
a. Ya b. Tidak
55. Apakah pernah terjadi pembekakan pada permukaan kulit ?
a. Ya b. Tidak
56. Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami infeksi kulit seperti di
Atas?
a. Ya b. Tidak
57. Apakah sering merasakan mual ?
a. Ya b. Tidak
58. Apakah anda pernah mengalami penurunan nafsu makan ?
a. Ya b. Tidak
59. Apakah anda suka makanan daging setengah mentah ?
a. Ya b. Tidak
60. Apakah anda sering mengalami diare berdarah?
a. Ya b. Tidak
61. Apakah anda sering merasakan lemas ? a. Tidak b. Ya
62. Apakah sering merasakan anemia (kekurangan darah) ? a. Ya b. Tidak
63. Apakah anda pernah mengalami gatal-gatal pada bagian anus khususnya pada malam hari?
a. Ya b. Tidak
64. Apakah selama ini anda pernah merasakan nyeri otot yang berkepanjangan ?
95
a. Ya b. Tidak
65. Apakah keluarga anda pernah meglami penyakit malaria ?
a. Ya b. Tidak
66. Apakah anda pernah merasakan sakit kepala ?
a. Ya b. Tidak
67. Apakah anda pernah merasakan (meriang) panas dingin ?
a. Ya b. Tidak
96
97
98
99
100