SEDIAAN APUS DARAH TEBAL
1) Tujuan
Mengetahui jenis-jenis protozoa yang terdapat pada darah hewan, baik protozoa yang
terapat dalam darah maupun yang terdapat dalam plasma darah.
2) Alat dan Bahan
Alat:
Objek gelas
Cover gelas
Spuit
Pipet tetes
Bahan:
Darah hewan
Alkohol
Kapas
Giemsa 10%
3) Hasil percobaan
No Jenis hewan
Asal hewan Simptom Hasil
1 Sapi Anaplasma sp
2 Anjing negatif
3 Merpati negatif
4 Kucing negatif
5 Kambing negatif
6 Kerbau negatif
7 Ikan jenara negatif
8 Ikan mujair negatif
9 Macaca fasicularis
negatif
I. PEMBAHASAN
1. SAPI
Di Indonesia beberapa penyakit yang disebabkan oleh protozoa darah dapat
menirnbulkan wabah yang sangat merugikan usaha-usaha peternakan. Sarnpai saat ini
penyakit protozoa darah seperti Babesiosis , Theileriosis dan Trypanosomiasis serta parasit
darah dari golongan Rickettsia yang menyebabkan Anaplasmosis sudah menyebar hampir
seluruh wilayah Indonesia. Dalarn penularan dalam penularan penyakit-penyakit ini
kepadakepada sapi dan kerbau diperlukan vektor. Pengendalian Penyakit-penyakit tersebut
dapat dilaksanakan dengan usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit.
Salah satu faktor yang dapat mengganggu usaha pengembangan peternakan ini adalah
penyakit. Parasit protozoa darah merupakan sekelompok agen penyebab infeksi yang terdapat
dalam darah hewan. Beberapa penyakit protozoa darah yang penting diantaranya adalah
Babesiosis, Theileriosis, Trypanosomiasis. Salah satu penyebab infeksi yang penting untuk
dibicarakan adalah Anaplasmosis. Agen penyebabnya bukan dari kelompok protozoa
melainkan adalah Rickettsia.
Parasit darah merupakan salah satu penyebab penyakit ternak yang cukup penting dan
bersifat endemik sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar antara lain
berupa penurunan berat badan, kehilangan tenaga kerja dan kematian ternak. Jenis-jenis
penyakit parasit darah yang penting di Indonesia antara lain trypanosomiasis, babesiosisd dan
anaplasmosis.
Penyakit trypanosomiasis atau SURRA di Indonesia disebabkan oleh parasit darah
Trypanosoma evansi merupakan salah satu penyakit ternak yang penting dan dapat menular
dari hewan satu ke hewan lainnya (Adiwinata & Dachlan, 1969). Penyakit SURRA
merupakan penyakit yang dapat bersifat akut ataupun kronis (Evans. 1880). Penyakit ini akan
bersifat endemik apabila ditemukan vektor yaitu lalat dari genus Tahanus spp. (Nieschultz .
1930). Penyakit jni ditandai dengan adanya anemia. odema dan demam. Hewan yang dapat
diserang antara lain : sapi, kerbau, kuda, unta, gajah, kambing, domba, anjing, kucing, babi
dan hewan liar lainnya. Kasus SURRA sudah sering dilaporkan di bebarapa daerah di
Indonesia dan wabah SURRA yang terbesar yang menyerang sapi dan kerbau terjadi pada
tahun 1968 - 1969 di Jawa Tengah yang menimbulkan banyak kematian (Adiwinata clan
Dachlan, 1969). Pada tahun 1988 terjadi lagi wabah di Madura yang mengakibatkan kematian
pada sapi. kerbau dan kuda (Sukanto dkk., 1988). Dalam penelitian lain diketahui bahwa
kerbau-kerbau yang terinfeksi mempunyai level parasitaemia yang lebih lama dan tinggi
dibanding sapi (Partoutomo, 1995) .
Babesiosis atau disebut piroplasmosis adalah parasit yang terletak di dalam sel darah
merah dan penularannya melalui vektor caplak Boophilus. Kejadian babesiosis di Indonesia
pertama kali dilaporkan ketika ada wabah yang menyerupai Texas Fever pada tahun 1846
(De Does. 1905). JenisJenis babesiosis yang umum ditemukan di Indonesia adalah Babesia
bigemina dan Babesia bovis, yang biasa menyerang sapi (Ronohardjo dkk ., 1985 : Wilson
dan Ronohardjo. 1984). Parasit darah ini dapat menyerang hewan vetebrata baik domestik
maupun liar. Gejala klinis babesiosis pada umumnya ditandai dengan suhu rektum sampai
41 .5°C, kelemahan, urine berwarna merah (hemoglubinuria), anemia yang biasanya diikuti
dengan ikterus. Sedangkan pada kasus babesiosis yang disebabkan oleh B. bovis disamping
tanpa-tanda di atas, juga disertai ataxia, konvulsi dan paralisis kemudian diikuti dengan koma
dan kematian.
Anaplasmosis merupakan penyakit protozoa yang dapat bersifat akut dan kronis yang
ditandai dengan adanya demam, anemia, ikterus dan kekurusan tanpa hemoglobinuria .
Hewan yang diserang oleh parasit ini adalah sapi, kerbau, unta, babi, domba, kambing, anjing
dan hewan liar. Di Indonesia anaplasmosis disebabkan oleh Anaplasma mcirginale,
pertamakali ditemukan pada kerbau (Blieck & Kaligis, 1912). Penyakit ini ditularkan
melalui vektor caplak yaitu Boophilus microplus yang tersebar luas di Kepulauan Indonesia
(Zwart. 1959). Kejadian anaplasmosis yang menyerang sapi juga telah dilaporkan (Wilson
clan Ronohardjo, 1984: Ronohardjo dkk., 1985). Di daerah tropis dan sub-tropis pada
umumnya A. marginale bersifat endemik (Sukanto, 1992).
A. Babesia sp.
Klasifikasi
Phylum : Apicomplexa
Subclass : Piroplasmia
Ordo : Piroplasmida
Family : Babesiidae
Genus : Babesia
Spesies : Babesia sp. (Levine 1970)
Babesia sp. adalah parasit darah yang dapat menyebabkan babesiosis. Klasifikasi
parasit ini menurut Levine (1970), termasuk dalam subfilum Apicomplexa, kelas piroplasma
dan famili babesiidae. Jenis Babesia sp. yang menginfeksi sapi adalah Babesia bigemina,
Babesia bovis, Babesia divergens, Babesia argentina, Babesia major. Babesia sp. dapat
menyebabkan penyakit yang serius pada sapi, yaitu penyakit Cattle Tick Fever, Texas Fever,
Red Water Fever, Piroplasmosis (Soulsby, 1982). Babesia sp. yang biasanya menginfeksi
sapi-sapi yang ada di Indonesia adalah Babesia bigemina dan Babesia bovis.
Morfologi
Morfologi Babesia sp secara umum mirip, Merozoit didalam eritrosit berbentuk
bermacam-macam (bulat, oval, piriform atau tidak teratur), bentuk piriform secara khas
berpasangan dengan sudut lancip, dengan pewarnaan giemza, plasma parasit terlihat biru dan
intinya berwarna merah . Menurut Levine (1970), merozoit dalam eritrosit berbentuk bundar,
atau tidak teratur. Pada Babesia bovis ditemukan bentuk ”cincin - signet” bervakuol, yang
mempunyai merozoit-merozoit berukuran kira – kira 1,5 – 2,4 μm dan terletak di bagian
tengah eritrosit. Sedangakan Babesia bigemina dalam eritrosit berbentuk piriform, bulat, oval
atau tidak teratur. Merozoit yang piriform ditemukan secara khas berpasang – pasangan dan
berbentuk bulat dengan diameter 2 – 3 μm panjang 4 – 5 μm.
Gambar 1. Bentuk-bentuk Babesia sp. (Soulsby, 1982)
Beberapa jenis Babesia (Levine, 1992):
a. Babesia bigemina
Merupakan penyebab demam Texas pada sapi. Merozoit yang berbeda di dalam sel
darah merah berbentuk seperti buah pir, bulat, seperti telur, atau bentuk tidak beraturan. Jenis
parasit ini mempunyai ukuran yang relatif besar, merozoit berbentuk buah pir panjangnya 4 –
5 μm dan ruang bulat seperti inti berdiameter 2 – 3 μm. Caplak yang bertindak sebagai vektor
parasit ini adalah Boophilus annulatus di wilayah Amerika Utara.
b. Babesia bovis
Merupakan parasit yang menyebabkan piroplasmosis atau babesiosis pada sapi di
Eropa,Uni Soviet, dan Afrika. B. bovis mempunyai ukuran lebih kecil dari B. bigemina,
merozoitnya panjang sekitar 2,4 μm. Jenis caplak yang menjadi vector dari parasit ini adalah
Ixodes persulcatus di Uni Soviet dan Boophilus calcaratus dan Rhipicephalus bursa di
Eropa.
c. Babesia barbera
Merupakan sinonim dari B. Bovis terdapat di daerah yang sama dengan B. bovis dan
mempunyai struktur dan vektor yang sama dengan B. bovis.
d. Babesia divergens
Merupakan penyebab babesiosis pada sapi di Eropa. Merozoitnya hanya mempunyai
panjang sekitar 1,5 μm, dan sudut diantara merozoitnya tumpul. Jenis caplak yang menjadi
vektor untuk parasit jenis ini adalah Ixodes ricinus.
e. Babesia argentina
Mempunyai morfologi yang hampir sama dengan B. bovis tetapi terdapat pada sapi di
Amerika Selatan, Tengah, dan Australia. Caplak yang menjadi vektornya adalah Boophilus
spp. Kemungkinan B. argentina lebih patogen daripada B.bigemina
f. Babesia motasi
Merupakan bentuk yang besar (panjang 4 - 2,5 μm) yang menyebabkan penyakit pada
domba dan kambing di Eropa, Timur Tengah, Uni soviet, Indocina, Afrika dan sebagainya.
Vektornya adalah caplak Rhipicephalus, Haemaphysalis, dan Dermacentor.
g. Babesia ovis
Merupakan bentuk yang kecil, mempunyai panjang sekitar 1,0 – 2,5 μm yang
menyebabkan penyakit pada domba dan kambing di Eropa, Uni Soviet, Timur Tengah, dan
seluruh daerah tropis. Caplak yang menjadi vektornya adalah Rhipicephalus bursa dan ixodes
persulcatus.
A. Anaplasma sp.
Klasifikasi
Subclass : Riketsiaeia
Ordo : Riketsiaeida
Famili : Riketsiae
Genus : Anaplasma
Spesies : Anaplasma sp. (levine, 1970)
Anaplasmosis merupakan penyakit infeksius yang ditularkan pada hewan ternak yang
ditandai dengan anemia. Cara penularanya melalui vektor yaitu caplak Boophilus microplus.
Infeksi Anaplasma sp. biasanya dapat bersamaan dengan infeksi Babesia sp.. Anaplasma sp.
telah lama digolongkan kedalam protozoa, yang menyebabkan Tick-Borne Disease, tapi saat
ini secara taksonomi Anaplasma sp. telah digolongkan ke dalam Rickettsia (Seddon 1966).
Gejala klinis yang tidak jelas pada sapi , kurang dari 1 tahun, dan kejadian fatal, per akut
pada sapi lebih dari 3 tahun, gejala klinis yang dapat ditemukan antara lain pyrexia, anemia,
jaundice, anoreksia, nafas cepat, penurunan produksi susu, abortus. Anaplasma marginale
yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit High fever, Anemia, Bilirubinemia, Bilirubinuria
lebih patogen dibandingkan dengan Anaplasma centrale, beberapa hewan yang dapat menjadi
induk semang dari Anaplasma sp. kerbau, antelops, Elk, bison, unta, biri-biri, kambing
(Astyawati, 2005).
Morfologi
Anaplasma sp. berukuran kecil dan berbentuk bulat seperti bola mempunyai diameter
0,5 μm dan berukuran 1-2 μm terletak di pinggir atau di tengah eritrosit dalam satu eritrosit
biasanya terdapat satu Anaplasma sp., tetapi jika sudah dalam infeksi tingkat tinggi bisa
mencapai empat Anaplasma sp. Dalam satu eritrosit (Seddon, 1966).
Beberapa Jenis Anaplasma (Ashadi, 1992):
a. Anaplasma centrale, Jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tengah
eritrosit.
b. Anaplasma marginale, jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tepi atau
pinggir dinding eritrosit.
Gambar 2. Anplasma sp. dalam sel eritrosit.
A. Theileria sp.
Klasifikasi
Phylum : Apicomplexa
Subclass : Piroplasmia
Ordo : Piroplasmida
Family : Theileriidae
Genus : Theileria
Spesies : Theileria sp. (Levine 1970)
Theileria sp. menurut derajat patogenitasnya dibagi atas Theileria sp. yang patogen
dan Theleria sp. yang non patogen. Jenis Theleria sp. yang patogen pada sapi adalah
Theileria annulata, Theileria bovis, Theileria laurenct dan Theileria parva, penyebab
penyakit east coast fever, mediterran theileriosis, corridor disease atau rhodensian red water
disease. Sedangakan jenis Theileria sp. Yang bersifat non patogen adalah Theileria mutan,
Theileria buffeli, Theileria sergenti dan Theileria orientalis (Levine, 1992).
Morfologi
Menurut Soulsby (1982) bentuk Theileria sp. dalam eritrosit yang paling menonjol
adalah bentuk batang yang memiliki ukuran kira-kira 1,5 – 2,0 X 0,5 – 1,0 μm. Bentuk lain
yang umumnya dijumpai pada eritrosit adalah bundar, oval dan dapat juga berbentuk koma.
Gambar 3. Bentuk-bentuk Theileria sp. (Soulsby, 1982).
Beberapa jenis Theileria (Levine, 1992),
a. Theileria parva
Merupakan penyebab demam pantai timur pada sapi di Afrika. Merozoit di dalam sel
darah merah lebih banyak berbentuk tongkat dan mempunyai panjang sekitar 1,5 – 2,0 μm.
Bentuk memperbanyak diri terdapat dalam limfosit dan terkadang pada sel endotel, terutama
pada bungkul – bungkul limfe dan limpa. Parasit ini mempunyai ukuran diameter kurang
lebih 8 μm. Karena warnanya biru dengan pewarnaan giemsa, mereka dikenal sebagai badan
biru dari Koch. Vektor yang paling penting adalah Rhipicephalus appendiculatus, tetapi
Rhipicephalus jenis lain dan Hyalomma dapat menularkan parasit ini.
b.Theileria annulata
Menyebabkan theileriosis tropis atau Demam Pantai Mediteranian pada sapi di Afrika
sebelah selatan, Uni Soviet sebelah selatan, dan Asia. Frekuensi kematian yang disebabkan
parasit ini lebih rendah jika dibandingkan dengan T. parva. Jenis parasit ini juga mempunyai
meron (badan Koch) di dalam limfosit pada limpa dan bungkul limfe, mereka mirip dengan
meron T. parva. Siklus hidup T. annulata mirip dengan T. parva dan vektornya berbagai
caplak jenis Hyalomma.
c. Theleria mutans
Parasit ini terdapat pada sapi di seluruh wilayah Afrika, sebagian besar Asia dan
beberapa bagian Uni Soviet dan Eropa sebelah selatan. Parasit ini pernah ditemukan dua kali
di AS. Parasit ini mirip dengan T. parva tetapi tidak patogen. Parasit ini ditularkan oleh
caplak Rhipicephalus sp.
2. ANJING
Protozoa yang dapat ditemukan pada darah adalah Babesia sp.. Ditemukan juga
Anaplasma sp. yang saat ini sudah tidak lagi masuk ke dalam Protozoa demikian juga dengan
Haemobartonella sp. Kejadian infeksi protozoa parasit darah pada anjing ras impor lebih
banyak terjadi pada anjing yang memiliki tipe rambut panjang dan protozoa yang paling
banyak ditemukan adalah dari genus Babesia.
Terdapat sekitar 64.000 spesies protozoa telah diberi nama. Sebagian besar protozoa
ini hidup bebas, namun kurang lebih 7.000 spesies merupakan parasit pada bermacam-macam
hewan. Protozoa parasitik tidak hanya ditemukan pada hewan ternak dan hewan kesayangan,
tetapi dapat ditemukan juga pada hewan laboratorium dan satwa liar (Ashadi & Handayani
1992).
Menurut Levine (1990), anjing dapat terinfeksi berbagai jenis protozoa yang beredar
di dalam darah, antara lain Trypanosoma rangeli, Hepatozoon canis, dan Babesia canis.
Trypanosoma rangeli terdapat di dalam plasma darah, Hepatozoon canis di dalam sel darah
putih dan Babesia canis di dalam sel darah merah. Trypanosoma rangeli terdapat di dalam
darah anjing, kucing dan kera serta berbagai mamalia liar di Amerika Selatan bagian utara
dan Amerika Tengah. T. rangeli ditularkan dengan pencemaran tinja yang berasal dari
kumbang pencium, Trypanosoma ini tidak patogen, sedangkan Trypanosoma cruzi yang
kadang-kadang menginfeksi hewan yang sama, cukup patogen. Hepatozoon canis terdapat
pada anjing dan karnivora lain di Asia, Afrika dan Italia. Parasit ini ditularkan oleh caplak
coklat anjing, Rhipicephalus sanguineus. Infeksi terjadi bila caplak yang mengandung
Hepatozoon termakan oleh induk semang mamalia. Babesia canis terdapat pada anjing di
seluruh dunia, tetapi jarang di Amerika Serikat. Parasit ini ditularkan oleh gigitan caplak
sebagai vektor dan vektor yang terpenting adalah Rhipicephalus sanguineus. Karena vektor
dari semua protozoa ini adalah artropoda subtropis dan tropis, maka protozoa itu terutama
terdapat di daerah subtropis dan tropis, epidemiologi mereka ditentukan oleh ekologi
vektornya (Levine 1990).
1. Hepatozoon canis
Hepatozoon canis adalah parasit bersel satu yang ditularkan oleh kutu, biasanya Tick
Dog Brown, sanguineus Rhipicephalus . Karena interval waktu yang lama antara menjadi
terinfeksi dan mengembangkan penyakit, penyakit ini tidak hanya terlihat selama musim
kutu, tetapi sepanjang tahun. Ini bukan penyakit yang sangat umum di Amerika Serikat, tetapi
ketika hal itu terjadi biasanya di Texas dan negara-negara sekitarnya. Parasit ini menginfeksi
anjing, anjing hutan, dan rubah.
Gambar 4. Hepatozoon canis pada darah anjing.
3. KERBAU
Surra adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh parasit protozoa
Trypanosoma evansi, yang dapat bersifat akut atau kronis dan tersebar luas di daerah tropik
dan subtropik, kecuali Australia. Di Indonesia, penyakit Surra (Trypanosomiasis) merupakan
salah satu di antara penyakit hewan menular penting yang menyerang ruminansia besar dan
kuda. Penyakit ini bersifat akut pada kuda dan berakibat fatal, apabila tidak segera diobati,
sedang pada kerbau bersifat kronis dan kurang patogen (SUKANTO, 1994). Namun
demikian, Surra pada kerbau yang biasanya bersifat kronis-subklinis ini, adakalanya bersifat
akut (LEVINE, 1973). PARTOUTOMO et al. (1995) telah melakukan studi patogenesis T.
evansi pada sapi dan kerbau.
Gambar 4. T. Evansi dalam plasma darah hewan.
SUKANTO (1994) juga menyebutkan bahwa, kerbau yang terinfeksi oleh T. evansi,
tidak memperlihatkan gejala klinis yang nyata. Pada infeksi kronis, hewan terlihat kurus,
lesu, anemia dan ada oedema pada bagian dada sampai bawah perut, suhu rektal tinggi (lebih
dari 40°C). Sedang DAMAYANTI (1993) mengemukakan bahwa, gejala kronis yang sering
ditemui pada kerbau impor maupun lokal yang terserang secara alami oleh T. evansi adalah:
demam intermiten, anemia, anoreksia, depresi dan gejala syaraf. Kelainan pascamati tidak
spesifik, sedang gambaran histopatologik berupa peradangan jantung, nekrosis limpa dan hati
serta peradangan paru-paru. Menurut SUKANTO (1994), wabah Surra dapat terjadi ketika T.
evansi dibawa oleh hewan “karier” yang memasuki daerah baru. Atau terjadi pada hewan
yang berasal dari daerah bebas Surra yang dipindahkan ke daerah endemik. Kerbau yang
mengalami infeksi kronis dapat merupakan sumber infeksi untuk ternak lain yang peka.
Kejadian Trypanosomiasis sangat bervariasi dan metode yang digunakan untuk mendeteksi
adanya parasit darah dengan pemeriksaan ulas darah dan atau mikrohematokrit test (MCHT).
Data tersebut diolah dari berbagai sumber yang kebanyakan berasal dari ruminansia (sapi dan
kerbau) secara umum.
Jenis-jenis protozoa darah yang terdapat pada kerbau sama dengan yang terdapat
pada sapi yang telah dibahas di bagian lain laporan pratikum ini.
4. KAMBING
Toksoplasmosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii merupakan salah satu
penyakit parasiter yang infeksius. Penyakit ini menyerang ternak kambing dan domba, dapat
menyebabkan turunnya tingkat produksi dan produktivitas ternak (WATSON dan
BEVERLEY, 1971; DUBEY, 1981). Disamping itu, toksoplasmosis dapat menular ke
manusia atau bersifat zoonosis (SASMITA, 1986). Infeksi T. gondii pada kambing dan
domba bunting bersifat patogenik menyebabkan abortus dan kematian setelah lahir, akan
tetapi infeksi T. gondii yang kurang patogenik akan terjadi mumifikasi, endometritis, dan
menyebabkan infertilitas (BRODIE et al., 1983; BUXTON, 1989; DUBEY, 1990;
RESENDES et al., 2002).
Gambar 4. Toxoplasma gondii pada darah kambing.
Telah disebutkan di atas bahwa infeksi toksoplasmosis pada hewan domba, kambing
dan manusia tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik. Pengenalan toksoplasmosis
secara klinis sangat sukar karena infeksi positif tidak menunjukkan manifestasi gejala
klinisnya, atau bersifat subklinis. Dugaan adanya infeksi toksoplasmosis pada kasus abortus,
ditandai dengan kotiledon yang kecil, odema di antara kotiledon pada kambing dan domba
yang abortus (DUBEY et al. 1981). Pada anak domba yang baru lahir terkena
toksoplasmosis, dapat dikenali adanya kejang-kejang kaki depan atau belakang, dan sendi
lutut karena sendi lutut agak meregang. Pada anak domba tersebut terjadi pergerakan-
pergerakan secara periodik pada kaki depannya dan kepalanya sedikit naik disertai suhu
badan tinggi (41°C) (SOULSBY, 1982; THEDFORD, 1984).
1. Anaplasma
Etiologi :
Kutu - Boophilus microplus
Rhipicephalus spp.
Dermacentor spp.
Ixodes spp.
Epidimiologi :
Adanya ektoparasit pada dermacenton sp yang merupakan vektor penyakit penyakit
anaplasmosis, mengakibatkan kambing tersebut terinfeksi anaplasmosis. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukan keduanya pada tubuh kambing.
Anaplasma menyebabkan anaplasmosis pada hampir semua hewan berdarah panas seperti ,
sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, unta, babi, kuda, keledai, anjing dan hewan liar lainnya.
Spesies anaplasma yang telah diidentifikasi di Indonesia antara lain : Anaplasma marginale,
Paranaplasma caudate dan Paranaplasma discoides yang bersifat pathogen, sedangkan
Anaplasma centrale kurang pathogen.
Anaplasmosis pertama kali dilaporkan menyerang sapi dan kerbau (1897), kemudian pada
tahu (1912) di daerah Cileungsi (Bogor) menyerang kerbau. Pada tahun 1918 menyerang sapi
di Sumatera Utara dan tahun 1934 juga menyerang sapi di daerah Bojonegoro dan Madiun,
sampai saat ini Anaplasma sp sudah teridentifikasi menginfeksi hampir semua ternak
berdarah panas seperti (1)
MORFOLOGI
Dengan mikroskop cahaya, Anaplasma sp berbentuk sperikal kecil dengan ukuran 0,2
– 0,5 mikron, dengan pewarnaan Romanowsky nampak berwarna merah gelap di dalam
eritrosit. Tidak mempunyai sitoplasma, tetapi secara samar-samar terlihat adanya halo (suatu
ruangan halus yang menge lilinginya).
Anaplasmosis ditularkan oleh caplak, lalat penghisap darah seperti Tabanus,
Stomoxys dan nyamuk. Selain itu penularan Anaplasma secara mekanik juga terjadi pada saat
pemotongan tanduk, kastrasi menggunakan alat yang sama tanpa pembersihan terlebih
dahulu. Juga penggunaan jarum suntik yang terus menerus pada saat vaksinasi dan
pengambilan darah dapat menularkan Anaplasma.
Anggota lainnya dari phylum Ciliophora antara lain : Ichthyophthirius, Chilodonella,
Trichodina, Epistylis, Ambiphyra, Eperythrozoon, Haemobartonella, Aegyptianella,
Grahamella, Ehrlichia (3) tidak parasitik sehingga tidak dibahas lebih lanjut.
Gejala :
- Anorexia
- Pucat
- Dehidrasi
- Ikhterus
- Abortus
- Suhu badan meningkat.
- dll
Pengobatan :
Memberi suntikan Imizol (imidocarb) untuk pengawalan memberi suntikan Imizol
(imidocarb) untuk pengawalan .
Pencegahan dan Pengendalian
Membuat karatina dengan ternakan-ternakan yang baru membuat karantina dengan
ternak-ternak yang baru
di impot.
Gambar 5. Anaplasma centralis.
5. MERPATI
1) Plasmodium
Disebabkan oleh Plasmodium sp, yang terpenting Plasmodium gallinaceum, dan
Plasmodium juxtanucleare (P. japonicum).
Morfologi
Plasmodium gallinaceum, Gamon dan Meron bentuknya bulat atau tidak teratur, Inti
sel eritrosit hospes dipindahkan tetapi jarang sampai keluar. Butir pigmen gamon agak besar
dan tidak banyak. Plasmodium juxtanucleare, Merozoit berbentuk bulat, ovoid sampai tidak
teratur (1,2) agak kecil dan biasanya berhubungan dengan inti eritrosit. Gamet bentuknya
bulat, ovoid, tidak teratur atau piriform memanjang . Sel hospes seringkali menggeliat
(distarted = berubah bentuk).
Plasmodium gallinaceum, ayam hutan lebih tahan, pada ayam peliharaan
menimbulkan kematian. Mula-mula suhu badan berfluktuasi (demam intermiten), anemia
(ditandai dengan pucatnya selaput lendir), lemah, lesu, selain itu dapat mengalami
kelumpuhan dan mati karena penyumbatan kapiler-kapiler darah pada otak karena stadium
eksoeritrositik, gemetar, bulu kusam dan kekurusan. Plasmodium (Novyella) juxtanucleare,
tidak teramati gejala penyakit yang nyata, sebelum mati, ayam lesu dan lemah, balungnya
pucat, suhu tubuhnya tidak naik.
2) Leucocytozoon
Leucocytozoonosis ialah suatu penyakit protozoa darah, di Indonesia disebabkan oleh
Leucocytozoon cauleryi (L. cauleryi) dan L. sabrazesi, keduanya menginfeksi Ayam, L.
Simondi menginfeksi Itik dan Angsa), sedangkan L. Smithi menginfeksi Kalkun, dilularkan
oleh lalat Culicoides dan atau Simulium, dengan gejala klinis yang jelas dan kadang-kadang
tidak teramati.
Morfologi
Leucocytozoon cauleryi Gamon dewasa berbentuk bulat berukuran(15,5 X 15,0) mikron, ditemukan didalam eritrosit, (2) atau lekosit yang telah membesar sedemikian rupa sehingga berukuran sekitar 20 mikron (4), inti sel hospes membentuk pita gelap memanjang kira-kira 1/3 keliling parasit
Leucocytozoon sabrazesi Gamon dewasa, memanjang dengan ukuran kira-kira 22 – 24 X 4 -7 mikron (2), Makrogamet dan Mikrogamet berbentuk seperti sosis berukuran 16,0 – 24,0 X 4,0 - 12,0 mikron, dan 13,5 - 24,0 X 4,0 – 11,5 mikron (3). Sel hospes berbentuk gelendong dengan ”tanduk-tanduk” sitoplasma panjang memanjang melebihi parasit dengan ukuran kira-kira 67 X 6 mikron. Inti sel hospes membentuk suatu jungta, sempit berwarna gelap pada pewarnaan, sepanjang suatu sisi parasit
Leucocytozoon simondi Gamet dewasa, bentuknya memanjang atau bulat, sel hospes biasanya memanjang dengan inti membentuk sebuah pita sangat panjang, tipis, gelap sepanjang satu sisi dan dengan “tanduk-tanduk” sitoplasmik menjulur keluar melebihi panjang parasit dan inti, ditemukan pada lekosit dan eritrosit
Leucocytozoon. smiti
Gamon dewasa mula-mula bulat kemudian baru memanjang, sel hospes memanjang dengan “tanduk-tanduk” sitoplasmik pucat meluas keluar melewati parasit yang dikurungnya. Inti sel hospes memanjang, membentuk suatu pita panjang, tipis, gelap sepanjang salah satu sisi parasit, sering kali membelah dan membentuk sutu pita yang berada disetiap sisi parasit
Kadang-kadang menampakkan gejala klinis atau tanpa gejala klinis yang jelas.
Gejala klinis yang teramati antara lain : anemia (pial dan balung pucat), lesu, suka
bergerombol, hilang nafsu makan, (1,2) muntah darah, tinja berwarna hijau, paralisa dan
diikuti kematian akibat kolaps (1) Jika infeksi tanpa gejala klinis yang jelas, teramati
penurunan produksi telur dan daya tetas serta penurunan berat badan.
6. KUCING
Ada dua jenis protozoa yang biasa ditemukan pada kucing, dimana keduanya
menyebabkan diare yang mengarah pada dehidrasi dan turunnya berat badan pada kitten.
1. Giardia protozoa: iini adalah protozoa yang ada pada mucosa membran di usus halus
kucing.
2. Coccidia : ini bisa tertular dikarenakan mengkonsumsi material terinfeksi. coccidia ini
dapat menular ke manusia :toxoplasmosis, Toxoplasma gondii.
Gambar Protozoa darah pada kucing Toxoplasma gondii.
Toxoplasmosis adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma
gondii. Parasit tersebut menginfeksi banyak binatang berdarah-hangat, termasuk manusia,
tetapi paling sering menginfeksi kucing pada famili felidae. Binatang terinfeksi dengan
mengigit daging yang terinfeksi, dengan kontak terhadap kucing feces, atau dengan infeksi
dari ibu ke fetus. Sementara hal ini benar, kontak dengan daging terinfeksi yang belum
dimasak menjadi akibat lebih penting terhadap infeksi manusia pada banyak negara.
7. BIAWAK
1. Babesia bigemina
Babesiosis, yang menginfeksi ruminansia di Indonesia disebabkan oleh spesies :
Babesia (bigemina, argentina) menginfeksi sapi dan Babesia caballi menginfeksi Kuda (1)
dan yang menginfeksi anjing di Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Utara jenis :
Babesia canis dan Babesia gibsoni (Cleveland et al).
Morfologi Babesia sp secara umum mirip, Merozoit didalam eritrosit berbentuk
bermacam-macam (bulat, oval, piriform atau tidak teratur), bentuk piriform secara khas
berpasangan dengan sudut lancip (1, 2), dengan pewarnaan giemza, plasma parasit terlihat
biru dan intinya berwarna merah. Babesia sp berkembang secara aseksual di dalam eritrosit
dengan pembelahan ganda atau skozogoni (pembelahan berlipat ganda), dan seksual didalam
tubuh caplak. Pada umumnya Babesia sp akan kehilangan patogenitasnya setelah melewati
induk semang yang tidak serasi (non spesifik), kenyataan inilah dimanfaatkan untuk
pembuatan vaksin.
Gambar Babesia bigemina pada darah mammalia (kiri) dan darah biawak normal (kanan)
Referensi:
Oka,ibm.2010. Ilmu penyakit parasitic protozoa. Udayana press. Bali
Hiswanti 2003. Toxoplasmosis penyakit zoonosis yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil.USU
press.medan .
http://devideposs.wordpress.com/2010/08/05/toxoplasma-gondii/
http://doktercare.com/penyebab-toxoplasmosis-toxoplasma-gondii.html
Yulka,aln 2007. Parasit darah pada sapid an kambing dilima kecamatan, kota jambi. IPb
press.bogor