DEWA DAPUR DALAM PERSPEKTIF UMAT
TRIDHARMA DI INDONESIA
(Studi Kasus Di Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Disusun Oleh:
TRI INDAH ANNISA AS
NIM: 1113032100039
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017
v
ABSTRAK
Tri Indah Annisa As
Judul skripsi “Dewa Dapur Dalam Perspektif Umat Tridharma di Indonesia,
Studi Kasus di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi.”
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data, guna memperoleh
jawaban secara konseptual mengenai bagaimana perspektif umat Tridharma di
Indonesia, studi kasus di kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi tentang doktrin dan
praktik ritual tentang Dewa Dapur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Dewa Dapur adalah salah satu dari
banyaknya para dewa yang dihormati oleh umat Tridharma yang berketurunan
Tionghoa. Dewa Dapur merupakan salah satu banyak dewa penjaga rumah dari
yang bertugas untuk mengawasi dan menjaga anggota keluarga. Dewa Dapur
merupakan dewa yang memiliki peranan yang penting dalam kehidupan mereka.
Dewa Dapur dipercaya sebagai pemberi keberkahan suatu keluarga dan penentu
suatu kemakmuran untuk anggota keluarga. Oleh karena itu, setiap tahun selalu
diadakan penghormatan persembahyangan kepada Dewa Dapur. Kepercayaan
terhadap Dewa Dapur merupakan suatu mitologi yang berasal dari Cina dan
menjadi tradisi dari zaman dahulu hingga sekarang. Begitu pula dengan
masyarakat Tionghoa yang beragama Tridharma di Indonesia di kelenteng Hok
Lay Kiong Bekasi yang masih memegang teguh tradisi dan kepercayaan leluhur
mereka.
Kajian ini menggunakan penelitian kepustakaan dan studi kasus lapangan
dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis-kritis. Metode deskriptif ini
dimaksudkan untuk menguraikan (mendeskriptifkan) masalah yang sedang
dibahas secara teratur mengenai seluruh pengetahuan tentang persepsi umat
Tridharma kepada Dewa Dapur di kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, dan
meninjau perkembangan kepercayaan ini pada masa sekarang. Dengan demikian
masalah akan lebih jelas. Sedangkan, metode analisis-kritis digunakan untuk
menganalisis pengetahuan-pengetahuan umat Tridharma di Kelenteng Hok Lay
Kiong Bekasi terhadap kepercayaan Dewa Dapur.
vi
KATA PENGANTAR
Tak henti-hentinya penulis bersyukur kepada Allah SWT bahwa atas
pertolongan dan petunjuk-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam
teruntuk Nabi agung Muhammad SAW. yang telah membimbing manusia menuju
jalan Rida-Nya.
Penulisan skripsi ini melalui serangkaian upaya dan kajian yang
melibatkan banyak pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung. Karena itu terimakasih yang sebesar-besarnya
pertama kepada pembimbing skripsi penulis Prof. Ikhsan Tanggok, MA. yang
dengan penuh teliti dan telaten memberikan bimbingan, wawasan, dan solusi
kesulitan penulis serta tetus memotivasi agar program S1 ini terselesaikan dengan
sempurna.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada segenap citivas akademika
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terutama Prof. Dede
Rosyada, MA. (Rektor UIN Syarif Hidatullah Jakarta), Pimpinan Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidatullah Jakarta, terutama Prof. Dr. Masri Mansoer
(Dekan Fakultas Ushuluddin), dan Dr. Media Zainul Bahri (Ketua Jurusan Studi
Agama-Agama) dan Dra. Halimah SM,. M.Ag. (Seketaris Jurusan Studi Agama-
Agama). serta jajaran pimpinan seluruh dosen yang telah mentransformasikan
ilmu pengetahuan dengan tulus ikhlas dan penuh perhatian.
vii
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Amin Nurdin, MA.
(Pembimbing Akademik), Abdul Hakim Wahid, MA., Bu Dra. Siti Nadrah, MA.
dan Pak Toto, S. TH, I. yang membantu semangat skripsi penulis dengan baik.
Sejumlah senior sekaligus teman yang juga turut mendorong terselesainya
skripsi ini seperti Bang Uki, Kak Feby dan Kak Roman. Teman-teman jurusan
Studi Agama-Agama seperjuangan angkatan 2013 seperti Ririn, Adiba, Ilawati,
Yuliana, Fuji, Novi, Nevar, Ana, Pipit, Rahmat, Riki, Fauzi dan lain-lain.
Sahabat-sahabat dekat yang memberikan dorongan dan semangat seperti Nur
Syamsyiah, Annisa Rizki Amalia, Rayyan Adilla Anwar, Mawaddah Salimah dan
lain-lain. Terimakasih juga kepada Ach. Faizal yang memberikan semangat dan
kasih sayangnya yang setia menemani penulis dalam suka dan duka dalam
meyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa kepada teman-teman KKN Merpati Pelan
2016 yang tetap kompak dan memberikan semangat seperti Bang Zaki, Rifani,
Asep, Putra, Koko, Ovi, Ayu, Rara, Sukma dan Bella. Serta mereka yang turut
memberikan dukungan yang tidak bisa penulis sebutkan kepada mereka penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penghargaan dan terimakasih yang tiada tara kepada kedua orang tua,
papah Ady Sanusi dan mamah Ida Masjidah serta kakak saya Laela Mathofani
(Aa Lela), Siti Khodijah (Ka Iid), Kak Siti, Nada Silvia (adik Nada), Husnul
Khotimah (adik Usnul), dan Adinda Sholehatusyarifah (adik Dinda). Kasih
sayang, doa dan restu mereka yang selalu mengiringi langkah penulis demi
keberhasilan studi dan kemanfaatan ilmu yang penulis peroleh kepada keluarga
tercinta skripsi ini penulis persembahkan.
viii
Kepada semuanya semoga Allah menerima amal kebaikannya.
Jazakumullah khairan katsiran penulis menyadari dalam penulis ini masih belum
mencapai kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan tulisan
ini berguna bagi siapapun yang membaca dan berkah untuk penulis Amin.
Jakarta, 20 Juni 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
LEMBAR PERYATAAN .................................................................................. iii
PENGESESAHAN PENGUJI ......................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 6
C. Tujuan Masalah .................................................................................. 7
D. Kajian Pustaka .................................................................................... 8
E. Metodologi dan Tehnik Penulisan .................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 12
BAB II SELAYANG PANDANG AGAMA TRIDHARMA
A. Pengertian dan Dasar Keimanan Agama Tridharma ....................... 14
B. Selayang Pandang Kemuculan Tridharma ....................................... 17
C. Agama-Agama dalam Perkumpulan Tridharma .............................. 22
1. Agama Tao .................................................................................. 22
2. Agama Khonghucu ..................................................................... 23
x
3. Agama Buddha .................................................................... 25
BAB III PENGERTIAN, MITOLOGI, FUNGSI, DAN PERAN DEWA
DAPUR
A. Pengertian dan Kemunculan Awal Dewa Dapur ...................... 28
B. Mitologi (Kisah Asal-Usul) Kepercayaan Masyrakat Cina
Terhadap Dewa Dapur ............................................................... 35
C. Hari Raya Untuk Pemujaan Dewa Dapur .................................. 48
1. Menghantar Dewa Dapur ..................................................... 51
2. Penyambutan Dewa Dapur ................................................... 54
D. Fungsi dan Peran Dewa Dapur dalam Kehidupan .................... 57
BAB IV PERSEPSI UMAT TRIDHARMA DI KLENTENG HOK LAY
KIONG BEKASI DALAM RITUAL PERSEMBAHYANGAN
DEWA DAPUR
A. Definisi Pengentahuan Dewa Dapur ....................................... 61
B. Ritual Persembahyangan Dewa Dapur ................................... 67
C. Prosesi Pelaksanaan Ritual Persembahyangan Kepada
Dewa Dapur ............................................................................. 76
D. Relevansi Perayaan Dewa Dapur Pada Zaman Sekarang ....... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 102
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ...................................................................................................................... 103
Surat Izin Penelitian ................................................................................ 103
Lampiran 2 ....................................................................................................................... 104
Bukti Wawancara ..................................................................................... 104
Lampiran 3 ................. .................................................................................. 109
Pertanyaan Wawancara .......................... ..................................... 109
Hasil Wawancara Bapak Jayasena ............................................... 111
Hasil Wawancara Bapak Ingsuhendi ........................................... 117
Hasil Wawancara Bapak Drajat ................................................... 123
Hasil Wawancara Bapak Agus .................. .................................. 130
Hasil Wawancara Bapak Sulai ..................................................... 136
Lampiran 4 ..................................................................................................... 142
Foto kegiatan Lapangan ......................................................................... 142
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cina adalah sebuah negara yang mempunyai sejarah cukup panjang
yang konon dimulai sekitar tahun 2700 SM. Pada waktu itu tradisi dan
lembaga-lembaga di Cina sudah dibakukan, sudah membudaya dan tersusun
secara rapi. Sekalipun demikian, tidak diketahui secara pasti bagaimana semua
itu terjadi. Beberapa sumber kuno, seperti Sje-tsing,1 buku tentang pujian, dan
Shu Ching,2 buku tentang sejarah yang memberi kesan bahwa bangsa Cina
purba adalah monoteis, yakni percaya kepada satu Tuhan. Nama-nama yang
mereka berikan kepada Tuhan itu adalah Shang-ti yang berarti Penguasa
Tertinggi dan Tien yang berarti surga.3
Menurut Irene Dea Collier, “bangsa Cina dipenuhi dengan berbagai
dongeng, dewa-dewi, figur-figur historis, para penyair, penulis, filosof, naga,
burung api (phoenix), kura-kura darat, unicorn, dan juga pohon-pohon buah
yang berbunga. Tokoh-tokoh dari periode yang penuh dengan konflik,
perbedaan agama, dan pertentangan filsafat, saling berinteraksi dalam
dongeng-dongeng (mitos) bangsa Cina. Tak ada pemisahan yang jelas antara
1Sje-tsing adalah Sebuah buku yang berisi tentang puji-pujian yang ditunjukan kepada
tuhan dalam sebuah ritual-ritual keagamaan di Cina. Agussalim Sitompul, “Agama Konfusius,”
dalam Mukti Ali, ed, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1997), h.
217 2Shu Ching adalah sebuah buku sejarah perjalanan agama Khonghucu yang awalnya
memiliki kepercayaan monoteisme. Agussalim Sitompul, “Agama Konfusius,” dalam Mukti Ali,
ed, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1997), h. 217 3Agussalim Sitompul, “Agama Konfusius,” dalam Mukti Ali, ed, Agama-Agama Dunia, h.
217.
2
fakta dan hayalan dalam dongeng-dongeng bangsa Cina, antara langit dan
bumi, lalu antara sejarah dan dongeng, antara masa lalu dan masa kini.”
Orang-orang Cina dahulu adalah orang yang memiliki kepedulian kuno
terhadap roh jahat maupun yang baik. Agama yang dipercayai oleh kaum
petani adalah kepercayan animisme, yang dalam artinya bahwa agama ini
percaya kepada roh yang berada di mana-mana. Dipercayai pohon-pohon dan
aliran sungai mempunyai roh sendiri, dan memiliki sumber kehidupan dan
kekuatan mereka sendiri. Benda-benda yang berada di alam semesta dianggap
memiliki kekuatan roh dan dianggap memiliki sumber pengetahuan, dan
kekuatan yang menjadi kebutuhan sekaligus ketakutan spritual manusia. Para
ahli nujum dipuja dimasa Cina kuno, karena mereka dapat berhubungan
dengan roh-roh ini. Leluhur yang sudah meningal ditakuti dan sekaligus
dihormati, karena orang Cina mengganggap mereka dapat tetap berada dalam
rumah ditengah-tengah keluarga, dan menyebabkan orang Cina memiliki
kepercayaan akan mendapatkan banyak kesulitan jika mereka tidak
ditenangkan. Pada suatu ketika roh jahat dapat menguasai tubuh dan hidup
seseorang. Dalam perjalanan sebuah kepercayaan orang Cina pada masa
gerakan (penghormatan untuk jalan) yang dikenal sebagai Taoisme Religius
menjadi terorganisasi, para pendeta bersedia untuk mengusir setan. Roh dapur,
Dewa rumah keluarga, Dewa kebaikan dihormati siang dan malam dengan
persembahan kecil, hadiah nasi dan bunga.4
Disisi lain, Etnis Cina merupakan etnis yang mengalahkan jumlah etnis
lain di planet bumi ini, karena kita sudah mengetahui secara formal dan
4Dennis Lardner dan John Tully, Jejak Rohani Sang Guru Suci Memahami Spritualitas
Buddha, Konfusius, Yesus, Muhammad (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 79.
3
informal dari data jumlah kependudukan yang selalu diduduki rengking satu
oleh negeri Tirai Bambu Republik Cina. Cina bisa dianggap sebagai etnis dan
juga bisa dianggap sebagai sebuah kebudayaaan. Kebudayaan kehidupan
orang-orang Cina yang sangat menarik untuk dikaji dan diteliti dari berbagai
aspek, yang salah satunya yaitu tentang cara hidup dan cara berkeyakinan
orang-orang Cina awam.
Orang-orang Cina awam adalah kelompok yang terbenam di dalam
misteri, legenda, dan dongeng rakyat tradisional yang sudah berusia ribuan
tahun. Sebagian dari misteri, legenda dan dongeng ini tidak bisa dijelaskan
oleh apapun dalam khazanah ilmu pengetahuan Barat atau budaya lainnya.
Sebagian besar dari misteri, legenda, dan dongeng itu bahkan lebih mirip
tahayul atau klenik.5
Ada banyak keyakinan yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari
komunitas etnis Cina ini. Beberapa keyakinan terkait dengan kewajiban-
kewajiban religius atau dengan misteri keberuntungan di masa depan. Lainnya
terkait dengan hal-hal yang dianggap orang lain sebagai tahayul tanpa basis
aktual. Maka akan tampak jelas bahwa religi sejati dari orang Cina awam ini
sangat terkait dengan upaya mengejar kesuksesan duniawi, menenangkan
arwah orang-orang yang sudah mati, dan mengungkap misteri tersembunyi
masa depan. Ketiga hal di atas bisa dikendalikan dengan cara memberi
penghormatan ritualistik pada mereka yang sudah mati sehingga arwah
mereka tenang dan senang, dengan cara mengupayakan harmoni dan
keberimbangan dalam kehidupan sehari-hari, dan dengan mengunakan
5Frena Bloomfield, Chinese Beliefs, terj Teguh W. Utomo (Surabaya: Liris, 2010), h. 3.
4
berbagai metode ramalan. Dalam lingkungan hal-hal seperti itu lah kehidupan
komunitas Cina dibangun. Adat, kebiasaan, dan cara hidup seperti itulah yang
selalu dibawa-bawa orang Cina ke mana saja.6
Masyarakat Cina percaya bahwa kekuatan dan usaha manusia tidak akan
mampu untuk menjamin kesehatan, kesuksesan dalam hal ekonomi, dan
keharmonisan rumah tangga. Mereka menyakini bahwa kegagalan dan
kesuksesan manusia tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh manusia, namun
manusia membutuhkan kekuatan supranatural dan spritual lain yang lebih
besar dan berkuasa. Dalam hal ini, yang membuat masyarakat Cina
mempercayai keberadaan dewa-dewi sebagai pelindung alam semesta dan
pengontrol kehidupan manusia. Oleh sebab itu, kehidupan bangsa Cina selalu
diwarnai oleh kepercayaan religi terhadap dewa-dewi.
Kepercayaan atas dewa-dewi yang dibangun oleh orang Cina, awalnya
dianggap sebagai bentuk kepercayaan tipe politeisme. Poloteisme merupakan
fenomena kepercayaan kepada berbagai dewa personal, yang masing-masing
dewa tersebut memegang kekuasaan atas bidang kehidupan manusia. Sebuah
kepercayaan politeisme dimiliki oleh suatu sekelompok orang, karena
memiliki beberapa alasan seperti: pertama, politeisme dianggap sebagai
bentuk kesadaran religius seluruh jalan hidup eksistensi manusia berada dalam
hubungan dengan Tuhan. Kehidpuan sehari-hari mempunyai arti religius dan
segala sesuatu dipandang sebagai bagian dari keagungan Tuhan, dari sini
berkembang suatu praktik yang cenderung ke arah politeisme. Kedua,
pemahaman religius tentang alam, terutama di antara masyarakat kuno, telah
6Frena Bloomfield, Chinese Beliefs, h. 5-6.
5
mengantar pada pemikiran bahwa fenomena alam merupakan manifestasi
Tuhan.7 Dari latar belakang kepercayaan tersebut yang membuat kepercayaan
orang Cina mengangap setiap aspek kehidupan memiliki nyawa, roh yang
disebut dewa.
Dari pemikiran di atas yang menjadikan orang Tionghoa menghormati
para dewa dan yang salah satunya yaitu Dewa Dapur. Dewa Dapur adalah
salah satu dewa yang termasuk dalam katagori Dewa Penjaga Rumah. Dewa
Penjaga Rumah dipercaya dan dipuja oleh seluruh keluarga dalam kehidupan
sehari-hari. Dipercayai bahwa Dewa Dapur dapat memberikan perlindungan,
keamanan, kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan setiap rumah tangga
dan anggotanya. Dan salah satu dewa yang bisa memberikan banyak
keberkahan jika kita menghormatinya.
Orentasi di atas menandakan bahwa Perayaan kuno dalam setiap budaya
adalah sumber dari religi, berkarakter ritualistik, dan memenuhi semua tujuan
kekuatan ghaib, ini juga berlaku bagi perayaan-perayaan besar oleh orang
Cina seperti perayaan terhadap dewa-dewa, khusunya Dewa Dapur. Dewa
Dapur adalah Dewa yang memiliki tugas melapor ke langit tentang tingkah
pola penghuni rumah selama setahun. Maka, ketika tepat perayaan Dewa
Dapur, bibir dari patung Dewa Dapur perlu diusap dengan madu untuk
membuat Dewa Dapur berkata-kata yang manis ketika melapor, kecuali yang
baik-baik yang sesuai dengan keinginan penghuni rumah kepada penguasa
langit. Bahkan, ada yang menyajikan makanan berbahan ketan sehingga mulut
Dewa Dapur lengket dan tidak bisa melapor apapun kepada penguasa langit.
7 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 140.
6
Dari semua prilaku tersebut diasosiasikan dengan nasib baik dan datangnya
kesejahteraan. Dalam gaya khas orang Cina, mereka bisa mempertahankan
sebagian besar tradisi meski mereka sudah tidak lagi punya pemahaman penuh
atas penyembahan tersebut.8
Bertitik tolak pada pola pikir di atas, penulis tertarik mengali lebih dalam
lagi mengenai ajaran tentang doktrin serta praktik pemujaan atas dewa-dewa
khususnya Dewa Dapur dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa yang
beragama Tridharma. Untuk itu saya mengambil penelitian ini dengan judul
“Dewa Dapur Dalam Perspektif Umat Tridharma di Indonesia, Studi Kasus
Di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi”. Topik ini menarik untuk dikaji karena
dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang doktrin pemujaan
terhadap Dewa Dapur serta ingin melihat persepsi orang Cina yang beragama
Tridharma dalam memaknai perayaan Dewa Dapur. Serta nantinya dapat
bermanfaat bagi mahasiswa sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Kepercayaan terhadap Tuhan, Dewa, Roh bahkan kepada Lelulur adalah
salah satu aspek terpenting dalam penyembahan ibadah penganut agama
Tridharma. Disisi yang lain, tidak kalah penting yaitu penyembahan kepada
Dewa Dapur. Dewa Dapur dianggap sebagai salah satu dari sekian banyak
dewa yang dipercaya oleh masyarakat Cina khususnya penganut agama
kepercayaan Tridharma sebagai pembawa rejeki serta penentu kemakmuran
sebuah keluarga. Pentingnya Dewa Dapur untuk penganut agama Tridharma
8Frena Bloomfield, Chinese Beliefs, h. 76
7
sehingga ada hari raya besar umat Cina yang disebut Tahun Baru Imlek untuk
menghormati Dewa Dapur dalam setahun sekali.
Banyak hal yang dapat diangkat sebagai bahan penelitian perihal Wajah
Dewa Dapur dalam kepercayaan umat Tridharma ini. Maka agar dalam
pembahasan skripsi ini tidak melebar, penulis membatasinya pada masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keyakinan umat Tridharma terhadap penyembahan Dewa
Dapur ?
2. Bagaimana praktik perayaan Dewa Dapur oleh umat Tridharma ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini adalah untuk mengetahui, mempelajari, serta untuk mengenal Wajah Dewa
Dapur dalam perspektif umat Tridharma. Dan disisi lain bertujuan untuk
mendapat gambaran secara objektif mengenai penyembahan Dewa Dapur
oleh umat Tridharma dan Pandangan umat Tridharma tentang fungi dan
makna Dewa Dapur di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi yang meliputi :
1. Ingin mengetahui keyakinan umat Tridharma terhadap penyembahan
Dewa Dapur.
2. Ingin mengetahui secara langsung praktik perayaan Dewa Dapur oleh
umat Tridharma.
Selain itu, penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir
proses pembelajaran di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
8
Jakarta pada jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin, yaitu berupa
penulisan karya ilmiah/skripsi yang nantinya dapat dimanfaatkan kepada
semua pihak yang membutuhkan referensi ini, khususnya para peneliti yang
sesuai dengan topik penelitian ini.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai penelitian terdahulu
yang mana bukan untuk melihat referensi buku yang ingin digunakan tetapi
untuk mengetahui orisinilitas judul yang ingin diteliti, dan disisi lain ingin
mengetahui sarjana siapa saja yang pernah mengkaji tema ini untuk
melecaknya.
Kajian pustaka ini sebagai pijakan dalam penulisan dalam mencari data-
data yang mendahuluinya. Sementara berkenaan dengan tema yang penulis
teliti yang membahas Dewa Dapur dalam persepsi umat Tridharma di
Indonesia. Dalam penelusuran penulis, ada sarjana Pradany Hayyu dari
Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Cina
telah membuat skripsi yang meneliti penelitian yang berjudul Dewa Dapur
Sebagai Salah Satu Mitos dalam Mitologi Cina dan Bentuk Pemujaanya pada
tahun 2009. Sarjana UI yang telah meneliti dari segi pendekatan historis dalam
bagaimana sejarah mitologi Dewa Dapur tersebut dan bentuk pemujaannya.
Sedangkan tema yang penulis bahas adalah “Dewa Dapur Dalam
Perspektif Umat Tridharma di Indonesia, Studi Kasus Di Kelenteng Hok Lay
Kiong Bekasi” dengan menekankan pendekatan Sosiologis dan Antropologis
untuk melihat hubungan sosial dan persepsi atas ritual penganut agama
9
Tridharma dari adanya perayaan Dewa Dapur dalam kajian objektif di
Indonesia yang berada di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi.
E. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan
Metode adalah rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi
berhasilnya proses penelitian dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan
metodologi penelitian yaitu sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur
yang digunakan dengan suatu disiplin ilmu.
Metode penelitian disini mengunakan kerangka yang telah tersistem, baik
dalam bidang keilmuan maupun yang lain. penelitian ini menggunakan
interaksionis simbolik, dengan menggunakan pendekatan psikologis. Di sisi
lain juga mengunakan pendekatan antropologis dan sosiologis untuk
menganalisa, sebagaimana pendapat Glock dan Sark dalam karya Psikologi
Agama (2001), bahwa untuk melihat tingkat religiusitas dapat di lihat dengan
beberapa dimensi yaitu ritual, keyakinan, intelektual (pengetahuan),
pengalaman (penghayatan) dan konsekuensi.
1. Metode Penelitian
Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metodologi penelitian kualitatif memiliki tujuan
utama mengumpulkan data deskriptif yang mendetesiskan objek penelitian
secara rinci dan mendalam dengan maksud mengembangkan konsep atau
pemahaman dari suatu gejala. Hal ini dilaksanakan karena disadari bahwa
ada banyak hal yang tidak mungkin diungkap hanya melalui observasi dan
10
pengukuran-pengukuran saja.9 Dengan metode penelitian tersebut di atas,
diharapkan mendapatkan data-data sehingga penelitian ini dapat
ditemukan kesimpulan yang tepat dan objektif.
a. Sumber Data
Adapun teknik pengumpulan data sebagai sumber penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Data Primer adalah data yang langsung dari sumber
penganutnya yang menjalankan agamanya sendiri. Di lain sisi
data primer yaitu sebuah data yang sebenarnya langsung
dengan tema peneliti yang sumbernya berupa:
a. Buku-buku yang sesuai tentang judul tesis buku Dewa
Dapur dan Kebudayaan Cina seperti :
1. Frena Bloomfield. Chinese Beliefs, terj Teguh W.
Utomo. Surabaya: Liris, 2010.
2. Amy Tan. The Kitchen God’s Wife (Isteri Dewa
Dapur), terj Joyce K.Isa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994.
3. Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Slayang
Pandang. Jakarta: Gramedia, 2013.
b. Interview (wawancara), yakni penulis mengumpulkan
data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara langsung kepada penganut agama Khonghucu
yang ada di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi tentang
9Sandjaja & Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006), h.
49.
11
persepsi perayaan dan penyembahan kepada Dewa
Dapur.
c. Observasi yaitu penulis mendatangi langsung
Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, guna memperoleh
data yang konkrit tentang hal-hal yang menjadi objek
penelitian.
d. Dokumentasi yaitu penulis mendapat data-data dari
dokumentasi yang ada di Kelenteng. Seperti Berkas,
arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Data Sekunder adalah sebuah data sumber kedua dari data yang
bukan dari penganutnya. Di sisi yang lain data sekunder adalah
data yang relevan tapi tidak berhubungan langsung yang
didapat melalui literatur kepustakaan (Library Research),
seperti buku-buku, jurnal, arsip, ensiklopedi, majalah, dan
sumber kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini seperti:
a. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama
Khonghucu di Indonesia. Jakarta: Pelita Kebijakan, 2005.
b. E.T.C. Werner, Mitos dan Lengenda China. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
3. Data komplementer, yaitu data pelengkap dari data primer yang
didapat melalui website.
Adapun dalam pembahasan tesis ini, penulis menggunakan metode
analisa deskriptif. Deskriptif yang dimaksud adalah metode penulisan yang
12
berusaha menggambarkan atau menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
judul tesis ini menurut apa adanya secara jelas dan detail tanpa mengurangi
ataupun menambahkan.
Sebagaimana mestinya suatu penelitian tentang agama harus
mengunakan medote pendekatan Studi Agama. Penulis mengunakan
pendekatan Antropologis. Pendekatan antropologis yaitu salah satu konsep
pandangan bahwa praktik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan
secara esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam
masyarakat yang sedang diteliti.10
Sedangkan teknik penulisan tesis ini, penulis merujuk pada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Tesis, Tesis dan Desertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Biro Akademik dan
Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2009/2010.
F. Sistematika Penulisan
Untuk dapat mewujudkan dan menghadirkan penulisan yang sistematis,
penulis menyusun skripsi ini berdasarkan urutan-urutan tertentu secara garis
besar tentang hal-hal yang akan disajikan. Adapun sistematika penulisannya
sebagai berikut.
Bab Pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini tercakup di
dalamnya berisikan: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
10Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta : LkiS Yogyakarta, 2002),
hal. 34.
13
Masalah, Tujuan Masalah, Kajian Pustaka, Metodologi dan Tehnik Penulisan,
dan Sistemtika Penulisan.
Bab Kedua ini mendeskripsikan tentang selayang pandang agama
Tridharma yaitu terdiri dari Pembahasan Pengertian Agama Tridhama,
Selayang Pandang Kemunculan Agama Tridharma, serta Agama-Agama
Dalam Perkumpulan Tridharma seperti: Agama Tao, Agama Khonghucu, dan
Agama Buddha.
Bab Ketiga menjelaskan studi literatur atas Pengertian, Mitologi, Fungsi
dan Peran Dewa Dapur dengan penjelasan di dalamnya terdapat Pengertian
dan Kemunculan Awal Dewa Dapur, Mitologi Kepercayaan Masyarakat Cina
Terhadap Dewa Dapur, Hari Raya Untuk Pemujaan Dewa Dapur, serta Fungsi
dan Peran Dewa Dapur dalam Kehidupan.
Bab Keempat membahas tentang studi lapangan atas Persepsi Umat
Tridharma Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi dalam Ritual Pemujaan Dewa
Dapur mengenai Persepsi Umat Tridharma Tentang Dewa Dapur, Ritual
Pemujaan Dewa Dapur, Prosesi Pelaksanaan Ritual Upacara
Persembahyangan Dewa Dapur, dan Relevansi Perayaan Dewa Dapur Pada
Zaman Sekarang.
Bab Kelima sebagai bab terakhir Penutup yang berisikan Kesimpulan dari
pokok permasalahan dalam kajian skripsi ini.
14
BAB II
SELAYANG PANDANG AGAMA TRIDHARMA
Dalam bab ini penulis akan membahas selayang pandang agama Tridharma
(Tao, Khonghucu, dan Buddha) dengan penjelasan di dalamnya terdapat
Pengertian dan Dasar Keimanan Agama Tridhama, Selayang Pandang
Kemunculan Agama Tridharma, serta Agama-Agama Dalam Perkumpulan
Tridharma seperti: Agama Tao, Agama Khonghucu, dan Agama Buddha.
A. Pengertian Agama Tridhama
Menurut Irene Corner dalam bukunya Mitologi Cina menyatakan
bahwa : Cina adalah mosaik dari beragam kelompok dan tradisi yang
mengalir dan berjalan beriringan, yang menyatu atau menyimpang dari
berbagai tempat dan realitas yang berbeda. Cina berdiri dan diperkuat
dengan pengaruh agama seperti Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme.
Pada abad ke 5 SM, Konfusius memperkenalkan pemikirannya, yang
menekankan kepada pemenuhan kewajiban dan budi pekerti yang luhur.
Konfusianisme bukanlah sebentuk agama, namun pengaruh pemikiran
Konfusius amat mendalam bagi pembentukan konsep budi pekerti dan
pemerintahan bangsa Cina. Dan berjalanya waktu diantara tahun 600-300
SM, muncul pemikiran Taoisme. Pada mulanya, Taoisme adalah filsafat
yang menganjurkan agar manusia hidup harmonis dengan Tao. Tao disini
15
memiliki makna yang disebut sebagai jalan, atau alam semesta. Namun
kemudian, Taoisme berkembang pesat menjadi sistem keagamaan yang
melibatkan banyak dewa dan dewi, arwah, hantu, iblis, kekuatan magis, dan
pencarian keabadian. Perkembangan zaman di ikuti pula dengan
perkembangan kepercayaan di Cina. munculnya agama Buddha di India dan
berkembang pula di Cina menjadikan Buddhisme menjadi satu agama baru
di Cina, dan figur mistisnya adalah sang Buddha, manusia biasa yang
kemudian bisa menjadi dewa, dan salah satu doktrin yang kuat tentan
kepercayaan Kuan Yin. Kuan Yin dipercaya sebagai dewi yang memiliki
kemurahan hati.1
Berbagai unsur dan karakter yang bersumber dari tiga sumber di atas
(Konfusianisme, Taoisme dan Buddhisme) yang memunculkan
pencampuran kepercayaan dari tiga agama tersebut yang disebut Tridharma.
Tridharma berasal dari kata Tri dan Dharma. Tri berarti tiga dan Dharma
berarti ajaran kebenaran. Secara harfiah Tridharma berarti tiga ajaran
kebenaran. Yang dimaksud dengan tiga ajaran kebenaran di sini ialah ajaran
Sakyamuni Buddha, ajaran Khonghucu (Kong Zi) dan ajaran Lao Zi (Lo cu).
Tridharma merupakan agama yang penghayatannya menyatu dalam ajaran
Buddha, Khonghucu, dan Lao Zi. Tridharma bukan sekte atau sub sekte
mahzab dari Agama Buddha (Mahayana) karena mahzab Agama Buddha
itu Theravada, mahayana dan Tantrayana. Tridharma juga bukan sekte atau
sub sekte atau mahzab dari Agama Khonghucu (Ru Ji). Tridharma juga
1Irene Dea Collier, Mitologi Cina (Depok: Oncor Semesta Ilmu, 2011), h. 6-7.
16
bukanlah sekte atau sub sekte atau mahzab dari agama Tao (Dao). 2 Bisa
diambil benang merah bahwa Tridharma adalah sebuah bentuk agama yang
beraliran sinkretisme dari pencampuran tiga agama Khonghucu, Tao dan
Buddha. Yang mana ajarannya diambil dari tiga ajaran tersebut dengan cara
menyatukan persepsi bawaan kebudayaan Tionghoa.
Disisi lain, Tridharma dilihat dari suatu bentuk ajaran kebenaran,
Tridharma tidak hanya dianut oleh masyarakat Tionghoa semata namun juga
merupakan ajaran yang bukan hanya berkembang di negara asalnya saja di
Cina. Karena Tridharma merupakan sebuah bentuk kepercayaan campuran
yang memiliki dasar keimanan dari tiga kepercayaan Konfusius, Tao, dan
Buddha. Keimanan Tridharma harus diyakini dan dipercayai secara holistic
(utuh integral) oleh umat Tridharma tanpa mengenyampingkan salah satu
dari ketiga ajaran tersebut. menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, iman
atau keimanan adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang berhubungan
dengan agama.3 kepercayaan Tridharma memiliki lima dasar keimanan yang
harus dimiliki oleh umat Tridharma (Anggota Majelis Tridharma) ialah:
1. Keimanan terhadap Thian, Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber
kehidupan dan alam semesta beserta isinya.
2. Keimaanan terhadap Buddha Sakyamuni, Nabi Khong Hu Cu, Nabi Lo
Cu sebagai pembabar ajaran kebenaran.
2Marga Singgih, Tridharma Selayang Pandang (Jakarta: Perkumpulan Tridharma, 2016), h.
1. 3Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 751.
17
3. Keimanan terhadap para Buddha/ Bodhisatva4/ Dewata/ Sin Beng5/
Kongco/ Makco.6
4. Keimanan terhadap kitab suci Tripitaka, Su Si Ngo Keng dan To Tek
Keng.
5. Keimanan terhadap kebahagiaan dan keberkahan (Po Pi Peng An)
sebagai hasil dari pengalaman ajaran Tridharma.7
Dasar keimanan Tridharma di atas menjadi jalan kehidupan bagi umat
Tridharma yang dalam kesehariannya memiliki identitas administratif
kependudukan yang saling berbeda satu sama lain, tetapi bisa hidup
berdampingan dengan menjalankan keharmonian tiga agama dalam satu
kepercayaan utuh. Makna di atas harus digaris bawahi dan diambil benang
merah bahwa dasar keimanan dari ketiga ajaran agama tersebut sama sekali
tidak mencampuradukan ajaran, sehingga tercipta suatu ajaran yang baru.
Ketiga ajaran agama tersebut masing-masing tetap bersumber dan
berpedoman pada kitab sucinya sendiri-sendiri dan menghormati
kepercayaan masing-masing. Sebagai contoh tempat ibadah keagamaan
Tridharma yaitu Kelenteng. Dan di dalam kelenteng tersebut mempunyai
altar pemujaan terhadap masing-masing agama yang disebut Trinabi Agung
(Sakyamuni Buddha, Khong Zi, dan Lao Zi).
B. Selayang Pandang Kemunculan Tridharma
4Bodhisatva adalah sebutan untuk manusia yang telah mencapai penerangan dan disebut
juga sebagai seorang manusia yang mendedikasikan dirinya demi kebahagian makluk selain
dirinya di alam semesta. 5Sin Beng merupakan bentuk kepercayaan kepada dewa atau roh suci. 6Kongco/ Makco merupakan sebutan kepada roh Leluhur (kakek leluhur/ nenek leluhur). 7 Marga Singgih, Kapita Selekta Tridharma. h. 13
18
Cina adalah sebuah negara yang mempunyai sejarah cukup panjang
yang konon dimulai sekitar tahun 2700 SM. Pada waktu itu tradisi dan
lembaga-lembaga di Cina sudah dibakukan, sudah membudaya dan tersusun
secara rapi. Sekalipun demikian, tidak diketahui secara pasti bagaimana
semua itu terjadi. Beberapa sumber kuno, seperti Sje-tsing8 buku tentang
pujian, dan Shu Ching9 buku tentang sejarah yang memberi kesan bahwa
bangsa Cina purba adalah monoteis, yakni percaya kepada satu Tuhan.
Nama-nama yang mereka berikan kepada Tuhan itu adalah Shang-ti yang
berarti Penguasa Tertinggi dan Tien yang berarti surga.10 Disisi lain, agama
di Cina selanjutnya mengalami kemerosotan. Disamping tetap percaya
terhadap Shang-ti, bangsa Cina kuno kemudian percaya pula terhadap roh-
roh halus dan roh-roh nenek moyang, yang semuanya mereka puja dalam
upacara-upacara korban. Kira-kira pada abad VI SM agama dan moral
masyarakat Cina mengalami kemerosotan. Kebudayaan dan peradaban yang
sebelumnya telah dibangun dengan susah payah oleh Dinasti-Dinasti
sebelumnya kini tinggal hanya sekedar bayangan saja. Maksudnya bahwa
yang awalnya bangsa Cina memiliki peradaban dan pengetahuan tentang
agama yang monoteisme berkembang menjadi politeisme yang pada waktu
8Sje-tsing adalah Sebuah buku yang berisi tentang puji-pujian yang ditunjukan kepada
tuhan dalam sebuah ritual-ritual keagamaan di Cina. Agussalim Sitompul, “Agama Konfusius,”
dalam Mukti Ali, ed, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1997), h.
217 9Shu Ching adalah sebuah buku sejarah perjalanan agama Khonghucu yang awalnya
memiliki kepercayaan monoteisme. Agussalim Sitompul, “Agama Konfusius,” dalam Mukti Ali,
ed, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1997), h. 217 10Agussalim Sitompul, “Agama Konfusius,” dalam Mukti Ali, ed, Agama-Agama Dunia, h.
217.
19
yang sama mengalami kemerosotan moral dari beberapa ritual. Seperti
contoh memberikan sebuah tumbal saat ritual pengorbanan.
Dari kemerosotan peradaban dan kepercayaan di Cina munculah seorang
tokoh membawa ajaran yang merubah kepercayaan bangsa Cina kuno
seperti guru Khong Hu cu, guru Lao Tze dan yang terakhir Sang Buddha
Gautama. Dan di tempat yang sama dengan berjalannya waktu tiga agama
besar yang awalnya berdiri sendiri sebagai dasar kepercayaan para Kaisar
maupun raja-raja Dinasti di Cina dengan bersamaan melebur menjadi satu
kepercayaan baru yang disebut Tridharma. Istilah Tridharma (San Jiao)
muncul pada masa Dinasti Doghan (sekitar abad 1) setelah agama Buddha
masuk ke negeri Cina. Sebenarnya Buddhisme merupakan ajaran pertama
yang berbentuk lembaga keagamaan yang pertama kali hadir di Cina,
setelah itu barulah Taoisme (Dao Jiao) dan Konfusianisme (Ru Jiao).
Namun pada zaman itu, urutan kronologis San Jiao ditetapkan oleh Kaisar
sebagai agama Ru, Dao, dan Buddha. Semenjak awal mula masuknya
Buddhisme ke Cina, berbagai usaha untuk menyatukan ketiga ajaran
tersebut sudah diusahakan. Sepanjang sejarah Cina, hubungan antara ketiga
ajaran tersebut memang tidak selalu mulus, tetapi hal itu umumnya
diakibatkan ulah para penguasa yang menjadikannya sebagai komooditas
politik. Setelah paham komunis memasuki Cina pengaruh San Jiao di Cina
daratan memudar, tetapi tetap eksis di Taiwan, Hong Kong, Macau,
20
Singapura, Indonesia, dan negara-negara lain dimana banyak bermukim
masyarakat Cina perantauan.11
Dari literatur yang lain penulis menemukan bahwa kepercayaan
Tridharma ada sebagai gabungan dari tiga ajaran Khonghucu, Tao, dan
Budhha mulai ada pada Dinasti Ming tahun 1546 M yang diajarkan dan
diprakarsai oleh guru Lin Zhao. Lin Chao En adalah seorang pemimpin dan
pendiri agama Tridharma (San Jio) yang memiliki intelektual sangat tinggi.
Beliau mempelopori agama dengan unsur-unsur gabungan Konfusianisme,
Taoisme, dan Buddhisme. Lin Chao En mengambil saripati dari tiga ajaran
dan menggabungkannya sehingga dapat diterima dengan baik oleh
masyarakar setempat. Fokus Lin adalah pada budidaya pikiran umum Kong
Zi, Lao Zi dan Buddha.12
Disisi lain, kepercayaan Tridharma memasuki Indonesia yang memiliki
cerita asal usul sejarah yang panjang. Tridharma disebut San Kauw dalam
dialek Hokkian yang secara harfiyah “tiga ajaran”. Tiga ajaran yang
dimaksud adalah Tao, Khonghucu, dan Buddha yang muncul dan hanya ada
di Indonesia.13 Tridharma itu mencangkup tiga ajaran (Sam Kau, Tree
Hings, tiga agama, Tree Religions of Cina) yang merupakan satu dasar atau
satu doktrin (Sam Kauw Hwee) karena agama yang diakui oleh pemerintah
Indonesia (rezim orde baru) hanya lima, maka Tridharma dikelompokkan
dalam lingkup agama Buddha. Disisi yang lain, Istilah Tridharma popular
11Dikutip dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tridharma Diakses Pada Tanggal 10 Maret
2017 Jam 16.10. 12Marga Singgih, Tridharma Selayang Pandang, h. 70. 13 Di Indonesia nama Tridharma yaitu Sam Kauw Hwee sedangkan di Cina San Jiao.
21
melalui sebuah organisasi yang berangotakan orang-orang dari penganut
ajaran Khongfusius, Taoisme, dan Buddhisme. “Perkumpulan” yang
didasarkan pada tiga ajaran (dharma) tersebut selanjutnya juga menyebut
perkumpulan itu sebagai Majlis Tridharma. Namun karena hanya Buddha
yang diakui sementara Khonghucu dan Tao meninduk kepada agama
Buddha. Akhirnya istilah ini lebih melekat kepada agama Buddha
Tridharma, yaitu agama yang penghayatannya menyatu dalam ajaran
Buddha Konghucu, dan Tao.14
Secara organisatoris dan historis Tridharma bersifat Indonesia Sentris,
dalam artian sebagai sebuah Organisasi, maka Tridharma didirikan,
berkembang dan kemudian memberikan pelayanan keagamaan atau
kemasyarakatan, khusus hanya di Indonesia saja dan tidak mempunyai
hubungan atau jejaring dengan organisasi keagamaan atau kemasyarakatan
serupa di negara lain. Kwee Tek Hoay adalah tokoh sentral dalam organisasi
Tridharma sejak awal pergerakan Tridharma dimulai pada awal tahun 1934
Sam Kauw Hwee menerbitkan majalah Sam Kauw Gwat Po dalam bahasa
Indonesia yang bertujuan untuk menyebarluaskan misi organisasi yaitu
pembinaan kerohanian bagi umat atau anggota sehingga dapat mencegah
kristenisasi terhadap masyarakat Tionghoa pada masa itu, yang mana
akhirnya hari kelahiran Kwee Tek Hoay, 31 Juli 1889 ditetapkan sebagai
Hari Tridharma.15
14Sri Susanti, Teologi Buddha Tridharma, Skripsi Jurusan Studi Agama-agamaFakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (Riau, 2014), h. 25. 15Marga Singgih, Tridharma The Way of Life (Jakarta: Yayasan Bakti, 2010), h. 1.
22
Terbentuknya keagamaan Tridharma oleh Kwee Tek Hoay memiliki
harapan seperti: Pertama, memberikan pengertian atau pengajaran ajaran
Tridharma agar umat dapat jadi warga masyarakat yang berguna bagi
sesama dan lingkungan. Kedua, mencegah Krristenisasi di kalangan warga
Tionghoa yang masa itu dilakukan oleh para misionaris Barat yang
mendompleng penjajahan Portugis, Inggris dan Belanda. Dan Ketiga,
memajukan bagi generasi muda agar dapat meningkatkaan taraf
penghidupan.16
C. Agama-Agama Dalam Perkumpulan Tridharma
Agama Tridharma adalah agama yang telah dibakukan menjadi satu
kesatuan dari agama Tao, Khonghucu, dan Buddha. Bagi umat Tridharma
yang dalam keseharian memiliki identitas.
1. Agama Tao
Taoisme adalah agama yang lebih menekankan keserasian
hubungan antara manusia dengan alam. Taoisme juga dikenal
dengan Daoisme yang diprakarsai oleh Laozi. Taoisme muncul pada
tahun 604-517 SM atau abad ke-6 sebelum Masehi. Taoisme
merupakan ajaran Laozi karena, membahas mengenai Dao ( Jalan )
dan De (Kebajikan) yang diajarkan Laozi.17
Kemudian Taoisme memiliki penekanan kuat terhadap
keselarasan manusia dengan Dao dan alam semesta. Dao dipandang
16Marga Singgih, Tridharma Selayang Pandang, h.78.
17Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2006), h. 4.
.
23
mengatasi segala hal, baik manusia maupun alam, dan sekaligus juga
tersebar di dalam alam ini. Dalam Taoisme dikatakan bahwa
manusia harus hidup menurut tata cara alam (Dao), memahami
hakikatnya, dan hidup selaras dengannya. Agama Tao menerapkan
prinsip-prinsip wu-wei (tanpa berbuat) sebagai wujud dari
pengenalan terhadap Tao (jalan) yang oleh penganut Tao dianggap
sumber dari segala sesuatu yang ada di alam ini. Dia merupakan
sumber yang tertinggi di alam ini. Karena sumber dari ajaran Tao
tersebut berasal dari Laozi, dengan kitabnya yang cukup terkenal
adalah Tao-te Ching yang memiliki arti sebuah jalan dan kekuatan
klasik.18
2. Agama Khonghucu
Munculnya agama Khonghucu yaitu sebagai respon dari sebuah
masalah yang terjadi di negara Cina. Agama Khonghucu diambil
dari sebutan nama seorang tokoh yang dianggap guru besar yang
sangat berpengaruh terhadap religi masyarakat bangsa Cina yaitu
Guru Khonghucu karena, murid-muridnya (murid Khonghucu) pada
masa itu menyebutnya Khongcu atau Khonghucu yang berarti “Guru
Khong”. Sarjana-sarjana Barat menyebutnya Konfusius. Di kalangan
Majlis Tinggi Agama Khonghucudi Indonesia, ia disebut Nabi
Khonghucu.
18Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. h. 49.
24
Lahirnya Konfusius, atau Khong Hu Tsu atau K’oeng Foe-tze,
sangat berpengaruh dalam perkembangan kehidupan kepercayaan di
Cina yang ajaran-ajarannya kemudian sangat berpengaruh besar
dalam kehidupan bangsa Cina. Dari kejadian tersebut yang
menjadikan Khonghucu dibutuhkan oleh masyarakat Cina dan
ajarannya menjadi kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Cina
Pula.19
Kemunculan Konfusius menjadi sebuah bentuk gerakan
perubahan besar dalam perjalanan kepercayaan orang Cina yang
pendirinya yaitu guru Khonghucu. Dalam perjalan hidupnya,
Khonghucu tidak hanya dikenal sebagai guru yang bijaksana,
namaun juga dapat dikatakan sebagai pemimpin yang bijaksana.
Bagi Khonghucu keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya
ditentukan oleh power (kekuasaan), tetapi yang lebih penting adalah
etika yang mulia. Etika yang mulia itu hanya didapat (diperoleh)
melalui proses belajar. Oleh karena itu, dalam hidupnya Khonghucu
lebih menekankan pentingnya belajar. Dalam sejarah hidupnya
khonghucu selalu berpindah tempat dari suatu negeri ke negeri yang
lainnya demi mengajarkan pengetahuan pada murid-muridnya.
Meskipun demikian, tidak semua masyarakat pada masa itu dapat
menerima ajaran Khonghucu.20
19Agussalim Sitompul, “Agama Konfusius,” dalam Mukti Ali, ed, Agama-Agama Dunia, h,
218. 20Ikhsan Tanggok, Menggenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia (Jakarta: Pelita
Kebijakan, 2005), h. 24.
25
Ajaran pokok agama Khonghucu dikenal dengan sebutan
hubuungan vertikal antara manusia dengan Sang Khalik dan
hubungan horizontal antara sesama manusia. Agama Khonghucu
disebut sebagai Zhong Shu, satya kepada (firman) Tuhan, dan tepa
salira (tenggang rasa) kepada sesama manusia. 21 Konsep ketuhanan
yang dianut agama Khonghucu adalah agama monoteis, yaitu agama
yang percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut sebagai
Tian (Tuhan Yang Maha Esa) atau Shandi (Tuhan Yang Maha
Kuasa). Dan kitab agama Khonghucu yang berisi pokok-pokok
ajaran dan sabda-sabda Nabi Kongzi yang dihimpun oleh murid-
muridnya dalam senuah Kitab Suci Si Shu (Su Si) yang berarti Kitab
Suci Yang Empat.22
3. Agama Buddha
Agama Buddha adalah agama yang terakhir dalam sejarah
berkembangnya keagamaan di Tiongkok setelah agama Tao dan
Khonghucu. Agama Buddha merupakan bukan agama asli yang lahir
dari tanah negeri Cina melainkan negeri India. Walaupun begitu,
kedudukan sekarang agama Buddha di Cina memiliki pengaruh
penting di Cina. Agama Buddha adalah salah satu agama yang
dipercayai dan dianut oleh masyarakat di Cina. Tidak diketahui
secara pasti kapan agama Buddha masuk ke Cina.
21Yoest, Riwayat Kelenteng, Vihara, Lithang di Jakarta & Banten (Jakarta: Aksara Persada,
2008), h. 34. 22Yoest, Riwayat Kelenteng, Vihara, Lithang di Jakarta & Banten, h. 32.
26
Namun disisi lain, dari pendapat literatur yang umumnya
diterima ialah pada permulaan Dinasti Han, ketika kaisar Ming Ti
pada tahun 58-76 M.23 Mengirimkan utusan ke India untuk meneliti
agama Buddha. Perkembangan awal agama Buddha kurang
memperlihatkan hasil yang mengembirakan karena mendapat
perlawanan dan tantangan dari kepercayaaan dan filsafat asli Cina
yang telah berkembang sebelumnya, seperti yang di ajarkan oleh
Konfusianisme dan Toisme. Berjalannya waktu dengan
perkembangan yang cukup pesat mulai terjadi setelah abad kedua
Masehi, yang antara lain karena jatuhnya Dinasti Han yang diikuti
dengan merosotnya paham Konfusianisme dan Taoisme sehingga
mengakibatkan Cina menghadapi periode kegelisahan budaya.24
Berangkat dari situasi itulah agama Buddha dipandang muncul
mampu memenuhi kebutuhan yang ada dengan menawarkan suatu
upacara, keagamaan yang berbeda dari tradisi-tradisi yang sudah ada
sebelumnya. Tetapi disisi lain, dari adanya tradisi-tradisi asli di Cina
pula mampu membentuk kualitas agama Buddha dipercaya oleh
masyarakat di Cina.
Buddha adalah agama yang menggajarkan Dhamma. Dhamma
disini yaitu sebuah bentuk ajaran untuk mendapatakan pencerahan
dan mendapatkan penerangan sejati. Karena, agama Buddha
23Abdurrahman, “Agama Buddha,” dalam Mukti Ali, ed, Agama-Agama Dunia
(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1997), h. 138. 24Abdurrahman, “Agama Buddha,” dalam Mukti Ali, ed, Agama-Agama Dunia , h. 138.
27
mengajarkan Dhamma oleh sebab itu, agama Buddha disebut Agama
Buddha Dhamma. Buddha Dhamma diterjemahkan sebagai agama
yang memiliki sifat khas sebagaiman ia bukan disebut agama
kepecayaan, melainkan agama pemikiran dan meditasi. Karena kata
Buddha Dhamma mempunyai arti yang luas, meliputi Agama,
Filsafat Hidup, Ilmu Jiwa dan Metafisika.25
Dapat diambil benang merah bahwa dari ketiga agama
kepercayan di atas dapat dijelaskan bahwa agama Khonghucu lebih
menekankan nilai-nilai etika kehidupan, yaitu keserasian hubungan
antara manusia dengan manusia termasuk hubungan manusia dengan
roh leluhurnya, agama Tao lebih menekankan keserasian hubungan
antara manusia dengan alam, dan Buddha lebih mengajarkan untuk
pencapaian kebahagian yang sebenarnya. Tiga ajaran ini sangat
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan keagamaan orang
Cina, sehingga sulit bagi kita untuk memisahkan mana diantara
praktek-praktek keagamaan orang Cina ini yang benar-benar
bersumber pada Konfusianisme, Taoisme atau Buddhisme.
25Majelis Budhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dharma (Jakarta: Majelis Budhayana
Indonesia, 1980), h. 4.
28
BAB III
PENGERTIAN, FUNGSI DAN PERAN DEWA DAPUR
Dalam bab ini penulis akan membahas studi literatur atas Pengertian, Fungsi
dan Peran Dewa Dapur dengan penjelasan di dalamnya terdapat Pengertian dan
Kemunculan Dewa Dapur, Mitologi Kepercayaan Masyarakat Cina Terhadap
Dewa Dapur, Hari Raya Untuk Pemujaan Dewa Dapur, serta Fungsi dan Peran
Dewa Dapur dalam Kehidupan.
A. Pengertian dan Kemunculan Dewa Dapur
Sebelum membahas pengertian Dewa Dapur penulis akan memaparkan
terlebih dahulu bagaimana sebuah kepercayaan di dalam agama terhadap
sebuah dewa bisa menjadi ritual yang diagungkan. Masyarakat Cina percaya
bahwa kekuatan dan usaha manusia tidak akan mampu untuk menjamin
kesehatan, kesuksesan dalam hal ekonomi, dan keharmonisan rumah tangga.
Mereka menyakini bahwa kegagalan dan kesuksesan manusia tidak dapat
dikontrol sepenuhnya oleh manusia, namun manusia membutuhkan kekuatan
supranatural dan spritual lain yang lebih besar dan berkuasa. Dalam hal ini,
yang membuat masyarakat Cina mempercayai keberadaan dewa-dewi sebagai
pelindung alam semesta dan pengontrol kehidupan manusia. Oleh sebab itu,
kehidupan bangsa Cina selalu diwarnai oleh kepercayaan religi terhadap dewa-
dewi.
29
Kepercayaan atas dewa-dewi yang dibangun oleh orang Cina, awalnya
dianggap sebagai bentuk kepercayaan tipe politeisme. Poloteisme merupakan
fenomena kepercayaan kepada berbagai dewa personal, yang masing-masing
dewa tersebut memegang kekuasaan atas bidang kehidupan manusia. Sebuah
kepercayaan politeisme dimiliki oleh suatu sekelompok orang, karena memiliki
beberapa alasan seperti: pertama, politeisme dianggap sebagai bentuk
kesadaran religius seluruh jalan hidup eksistensi manusia berada dalam
hubungan dengan Tuhan. Kehidupan sehari-hari mempunyai arti religius dan
segala sesuatu dipandang sebagai bagian dari keagungan Tuhan, dari sini
berkembang suatu praktik yang cenderung ke arah politeisme. Kedua,
pemahaman religius tentang alam, terutama di antara masyarakat kuno, telah
mengantar pada pemikiran bahwa fenomena alam merupakan manifestasi
Tuhan.1 Dari latar belakang kepercayaan tersebut yang membuat kepercayaan
orang Cina mengangap setiap aspek kehidupan memiliki nyawa, roh yang
disebut dewa.
Pilihan terhadap dewa atau dewi mana yang dipuja oleh orang Cina sangat
bergantung pada personal masing-masing. Bisa jadi satu keluarga memiliki
favorit tertentu atau suatu daerah memiliki satu dewa-dewi tertentu yang
dianggap paling berpengaruh. Dewa atau dewi diyakini dan dipandang orang
Cina punya super daya yang bisa mensejahterakan urusan individual
kehidupan. Dewa dan dewi dalam kepercayaan orang Cina bisa diperdayai dan
disuap untuk tujuan membantu manusia dalam soal urusan keduniawan.
1Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 140.
30
Misalnya Dewa Dapur yang selalu tinggal di altar masing-masing rumah, akan
disuap dengan madu pada menjelang malam Tahun Baru Imlek. Menurut
tradisi, pada malam seperti itu Dewa Dapur akan terbang ke surga dan
membawa laporan tentang prilaku keluarga di mana dia tinggal. Karena sudah
disuap madu, maka laporan yang keluar dari mulutnya akan berupa yang
manis-manis saja tentang semua orang dalam keluarga itu. Dan prilaku semua
keluarga yang jelek-jelek tidak Dewa Dapur laporkan kepada Tuhan.2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dewa adalah roh yang dianggap
atau dipercayai sebagai manusia halus yang berkusa atas alam dan manusia.
Dalam pengertian yang lain Dewa adalah sesuatu yang sangat dipuja dan di
agungkan.3 Menurut Wang Yi’E dalam bukunya Daois in China menjelaskan
tentang lima makna ‘dewa’ (deities) dalam kepercayaan Daoisme yaitu
pertama, Dewa memiliki pokok-pokok awal mula alam semesta karena dewa
muncul dari awal mula alam semesta dan merupakan penjelmaan qi (Tuhan).
Kedua, para dewa tidak meninggal dunia karena kehidupan mereka serupa
dengan alam. Ketiga, dewa memiliki kekuatan yang melebihi orang biasa,
seperti menyebrangi langit dengan cepat, mengatur angin dan hujan, dan
menentukan siapa saja yang diberkati dan diberi hukuman. Para dewa dapat
mengatur semua hal di bumi, dan manusia harus mematuhi mereka, jika tidak
mendapat hukuman. Keempat, ‘langit’ (Thian) yang menjadi tempat dewa
bersemayam tidak jauh berbeda dengan dunia manusia yang memiliki sistem
menejemen dan hirarki. Setiap dewa harus mengurus tugas masing-masing dan
2Freena Bloomfield, Chinese Beliefs, terj Teguh W. Utomo (Surabaya: Liris, 2010), h. 53 3Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta PT Balai Pustaka 2007), h. 322.
31
mematuhi atasan meraka. Kelima, para dewa memiliki pembagian tugas yang
jelas dalam menjaga dan mengawasi dunia manusia.4
Dewa dalam keprcayaan masyarakat Cina terdiri dari berbagai kategori.
Beberapa kategori diantaranya yaitu dewa pencipta alam (yang dipimpin oleh
Yuhuang5/Kaisar Giok/Thian), Dewa penguasa manusia (yang mengurus
berbagai kehidupan manusia, seperti kematian, usia, dan lain-lain), juga
terdapat dewa penjaga rumah.
Dilihat dari fungsi dan tugasnya Dewa Dapur adalah salah satu dewa
penjaga rumah yang memiliki peran besar dalam kehidupan keluarga
masyarakat Cina. Beberapa dewa rumah lainnya antara lain Dewa Obat
(Yaowang), Dewa Pintu (Menshen), Dewa Kamar Mandi (Ceshen), Dewa
Sumur (Jingshen), Dewa Kesejahteraan (Caishen), Dewa Tempat Tidur
(Chuangshen), Dewa Asmara (Aishen), Dewa Reuni (Tuanyuanshen), Dewa
Kelahiran (Shengyushen), dan lain-lain. Dewa penjaga rumah memiliki
pengertian sebagai dewa yang dipercaya dan dipuja oleh seluruh keluarga
dalam kehidupan sehari-sehari. Masyarakat Cina memuja dewa penjaga rumah.
Yang menjadi pokok tugas hal yang dilindunginya adalah keamanan,
kesejahteraan, dan kebahagian setiap rumah tangga beserta anggotanya.6
4Wang Yi’E, Daoism In China (Beijing: China Intercontinental Press, 2004), h.59-60.
Lihat di Pradnya Hayyu, Dewa Dapur Sebagai Salah Satu Mitos Dalam Mitologi Cina Dan
Bentuk Pemujaannya, Skripsi Program Studi Cina Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia, h. 24. 5Yuhuang adalah pimpinan seluruh dewa-dewi yang tinggal di Tian atau ‘Langit’. 6Pradnya Hayyu, Dewa Dapur Sebagai Salah Satu Mitos Dalam Mitologi Cina Dan Bentuk
Pemujaannya, Skripsi Program Studi Cina Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia (Depok, 2009), h. 21.
32
Dalam Beberapa Literatur, penulis menemukan berbagai macam istilah
nama Dewa Dapur seperti Zaoshen7 (Dewa Dapur), Zao Juun Shen8 (Dewa
Dapur), Caojun9 (Dewa Dapur), Coo-kun (Dewa Dapur), Tsou Chun10 (Dewa
Dapur), Kitchen God11 (Dewa Dapur), Kitchen Diety (Dewa Dapur), God of
Hearth (Dewa Tungku), dan di Indoneesia Dewa Dapur terkenal dengan nama
Toapekong12 Chao Kun Kong13 (Dewa Dapur), Tjiao Kun Kong14 (Dewa
Dapur).
Melihat asal usul kemunculan Dewa Dapur yaitu bahwa Dewa Dapur lebih
dikenal dengan sebutan Zaoshen yang memiliki asal usul pencampuran kata
Zao berarti dapur atau kompor (tungku), dengan konteks kompor sebagai
instrumen utama dalam sebuah dapur. Sedangkan Shen berarti dewa atau roh.
Studi tentang agama populer di Cina menunjukkan bahwa pemujaan Dewa
Dapur tidak muncul langsung semata-mata dipuja dalam sejarah Cina. Dimulai
dari sejarah dapur memiliki proses perkembangan yang cukup panjang. Bukti-
bukti sejarah dapat dilacak berdasarkan penemuan fosil Manusia Yuanmou
yang ditemukan di Yuanmou, provinsi Yunan, pada tahun 1965. Fosil manusia
purba telah berusia 17.000.000 tahun ini menunjukan adanya debu dan
8Freena Bloomfield, Chinese Beliefs, h. 59. 9E.T.C. Werner, Mitos dan Lengenda China (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008).
h.154. 10M. Ikhsan Tanggok. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao (Jakarta: Uin Jakarta Press,
2006), h. 94. 11Amy Tan, The Kitchen God’s Wife (Isteri Dewa Dapur), terj Joyce K.Isa (Jakarta:
Gramedia, 1994), h. 92. 12Toapekong adalah sebutan para dewa atau para suci yang dihormati oleh orang Indonesia
yang di letakan dalam satu altar di sebuah kelenteng yang berkepercayaan Tridharma, dan Dewa
Dapur pun dipanggil dengan sebutan Toapekong Dapur. 13Marcus A.S, Hari Raya Tionghoa, h. 235. 14Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Selayang Pandang, h. 78.
33
potongan arang dilapisan tanah tempat manusia purba tersebut tertimbun
selama bertahun-tahun. Para arkiolog pun menilai bahwa hal tersebut
merupakan bukti manusia primitif telah mampu menggunakan api.
Berdasarkan fosil yang telah ditemukan, dapat dibuktikan bahwa manusia
Yuanmou yang tinggal di goa telah menciptakan api. Selain itu juga ditemukan
beberapa batu berbentuk bulat yang berubah warna menjadi hitam pekat karena
proses pembakaran. Bagi manusia primitif, api digunakan untuk
menghangatkan badan, memasak, alat penerangan, dan melawan binatang liar
di malam hari.15
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan tentang api telah
dikenal oleh manusia primitif sejak periode batu. Setelah manusia dapat
menciptakan api dengan sendiri, dengan berjalanannya waktu mereka mulai
menciptakan media untuk memasak yaitu tungku. Dalam melangsungkan
kehidupannya, manusia tidak bisa dipisahkan dari keberadaan api. Karena api
dinilai memiliki peranan yang penting dalam berlangsungnya kehidupan. Oleh
sebab itu, tulisan kuno sejarah Cina menunjukkan bahwa Dewa Api dahulu di
puja dan dikenal paling awal dari pada pemujaan kepada Dewa Dapur, dipuja
jauh sebelum kompor diciptakan yaitu Zhurong (Dewa Api). Dewa Api dalam
kepercayaan orang Cina adalah dewa yang populer dikenal oleh rakyat dan
memiliki banyak kuil yang dibangun untuk menghormatinya karena dianggap
memiliki peran yang penting untuk kehidupan. Pada zaman primitif batu
dibentuk berjajar menjadi bulat dengan memiliki lubang untuk menjadi tempat
15Pradnya Hayyu, Dewa Dapur Sebagai Salah Satu Mitos Dalam Mitologi Cina Dan
Bentuk Pemujaannya, Skripsi Program Studi Cina Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia (Depok, 2009), h. 28.
34
api, dan itu bentuk awal dari kompor batu bata, yang masih umum digunakan
di kalangan etnis minoritas Cina zaman dahulu. Pada waktu yang bersamaan
situlah melakukan penyembahkan kepada Dewa Api.16
Dilihat dari segi ilmu antropologi bahwa kepercayaan terhadap dewa-dewi
merupakan bagian agama yang disebut sistem religi karena semua aktivitas
manusia yang beragama memiliki sebuah nilai religi yang berdasarkan atas
suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan (religious
emotion). Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan
tindakan-tindakan yang bersifat religi. Emosi keagamaan itulah yang
menyebabkan bahwa sesuatu benda, suatu tindakan, atau gagasan, mendapat
suatu nilai keramat (sacred value) dan dianggap keramat (suci). Sistem religi
dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin
memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. Sistem
kepercayaan secara khusus mengandung banyak subunsur. Subunsur dari suatu
kepercayaan mengandung banyak konsepsi seperti konsepsi tentang dewa-
dewa yang baik maupun yang jahat, sifat dan tanda dewa-dewa, konsepsi
tentang makhluk-makhluk halus lainnya seperti roh-roh leluhur, roh-roh lain
yang baik maupun yang jahat, hantu dan lain-lain, konsepsi tentang dewa
tertinngi dan pencipta alam, masalah terciptanya dunia dan alam (kosmologi),
masalah mengenai bentuk dan sifat-sifat dunia dan alam (kosmologi), konsepsi
16Di kutip dari www.china.org.cn diakses pada tanggal 9 Februari 2017, pukul 21:50.
35
tentang hidup dan maut, konsepsi tentang dunia roh, dunia akhirat dan lain-
lain.17
Dalam masalah ini kepercayaan Cina merupakan sebuah bentuk agama
yang memiliki gejala kepercayaan yang begitu sering memiliki bentuk ritual
yang berada di mana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha untuk
membuat abstraksi ilmiah yang berisi tentang mitos. Agama berkaitan dengan
usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya
sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama senantiasa dipakai untuk
menanamkan keyakinan baru ke dalam sanubari terhadap alam gaib begitu pula
konsep surga-surga telah didirikan di alam tersebut. Namun demikian agama
juga berfungsi melepaskan belengu-belengu adat atau kepercayaan manusia
yang sudah usang.18
B. Mitologi Kepercayaan Masyarakat Cina Terhadap Dewa Dapur
Sebelum membahas mitologi kepercayaan masyarakat Cina terhadap
Dewa Dapur, penulis akan memaparkan terlebih dahulu mengenai kepercayaan
awal orang Cina. Kita tidak dapat mengetahui secara pasti seperti apa pikiran
dan kepercayaan orang Cina secara mendalam. Kesulitan akan mendapatkan
data yang tepat terjadi karena kurang adanya peningalan-peningalan
kepercayaan orang Cina yang tertulis yang menceritakan bentuk kepercayaan
masyarakat Cina pada waktu itu. Kita hanya mendapatkan informasi dari
17Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
295. 18Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi Agama
(Jakarta: Raja Grafindo Persada), h. 3.
36
cerita-cerita rakyat Cina yang menjadi sebuah mitologi yang dipercayai oleh
orang Cina dan akan menjadi sebuah bentuk kultus yang diyakini. Mitologi
sulit diterima oleh akal sehat, namun agar dapat diterima oleh sebagian besar
masyarakat Cina pada waktu itu, mitologi tersebut disebarkan melalui cerita-
cerita rakyat.
Menurut Irene Dea Collier dalam bukunya Mitologi Cina “bangsa Cina
adalah bangsa yang dipenuhi dengan berbagai dongeng, dewa-dewi, figur-figur
historis, para penyair, penulis, filosof, naga, burung api (phoenix), kura-kura
darat, unicorn, dan juga pohon-pohon buah yang berbunga. Tokoh-tokoh dari
periode yang penuh dengan konflik, perbedaan agama, dan pertentangan
filsafat, saling berinteraksi dalam dongeng-dongeng (mitos) bangsa Cina. Tak
ada pemisahan yang jelas antara fakta dan hayalan dalam dongeng-dongeng
bangsa Cina, antara langit dan bumi, lalu antara sejarah dan dongeng, antara
masa lalu dan masa kini.”19
Dongeng-dongeng tersebut membuat masyarakat Cina seakan-akan
membentuk sebuah kepercayaan dan keyakinan sendiri dengan memunculkan
bentuk penyembahannya kepada yang dipercayai dari sebuah mitos dongeng
cerita rakyat Cina. Kata ‘mitos’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
bermakna cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, yang
mengandung penafsiran tentang asal usul semesta alam, manusia, dan bangsa
yang mengandung arti yang mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.20
19Irene Dea Collier, Mitologi Cina (Depok: Oncor Semesta Ilmu, 2011), h. 5. 20Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 749.
37
Di mata dunia, Cina merupakan salah satu negara yang terkenal dengan
mitologinya. Masyarakat Cina percaya terhadap suatu kekuatan yang dapat
mengendalikan hidup di dunia dan dianggap mampu menentukan nasib mereka
yang masih hidup. Kepercayaan tersebut adalah kepercayaan yang turun-
memurun yang diyakini oleh masyarakat Cina. Kekuatan tersebut dalam
pandangan orang Cina diwujudkan dalam bentuk pemujaan dan pengkultusan
dewa-dewa personal atau yang dalam masyarakat Cina sering disebut Shen
yang berarti roh.
Dari penjelasan di atas di ambil benang merah bahwa kepercayaan orang
Cina yang terpaku pada tujuan dunia dilandasi oleh kosmologi orang Cina itu
sendiri. Kosmologi adalah sebah teori atau seperangkat keyakinan yang
berhubungan dengan alam semesta atau kosmos. Keyakinan ini dapat
mencangkup dalil-dalil mengenai struktur, organisasi dan fungsi supranatural,
alam dam dunia-dunia sosial. Kosmologi Cina adalah seperangkat keyakinan
yang berhubungan dengan alam semesta orang Cina. Keyakinan ini dapat
meliputi konsep mengenai dewa-dewa, roh-roh, roh-roh leluhur, hidup setelah
kematian, hidup di dunia saat ini dan lain-lain.
Dalam kosmologi orang Cina, alam dilihat sebagai wadah (tempat) dan
isinya terdiri dari benda-benda nyata atau tampak dan benda-benda tidak nyata
atau gaib sebagai unsur-unsurnya yang dihidupkan oleh berbagai kekuatan
yang mereka kenal dengan dewa-dewa, roh-roh dan Tuhan.21 Alam dihidupkan
dan dikuasai oleh salah satu dari berbagai jenis kekuatan yang menguasai
21M. Ikhsan Tanggok. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao (Jakarta: UIN Jakarta Press.
2006), h. 1.
38
unsur-unsur alam tersebut. Dan roh tidak hanya sekedar dipuja, tapi juga
dianggap menghidupkan sesuatu atau dapat juga dianggap sebagai penambah
kekuatan yang ada dalam diri manusia.22
Cara berpikir kosmologi orang Cina menjadi sebuah kisah-kisah dalam
mitologi Cina yang memiliki pengaruh yang kuat dari agama rakyat di Cina,
seperti Konfusianisme, Taoisme dan juga Buddhisme. Mitologi Cina
mengandung bermacam-macam kisah sakral luar biasa yang menceritakan
bagaimana dunia dan manusia diciptakan. Kisah-kisah tersebut dianggap sakral
karena dianggap memiliki berhubungan dengan kehidupan para dewa yang
menjelma menjadi sebuah nilai spitual yang mendalam bagi bangsa Cina. Dari
kepercayaan tersebut memunculkan kepercayaan yang mendalam atas
menghormati para roh leluhur, pemujaan terhadap roh dan alam dan pemujaan
terhadap langit sebagai berikut.
1. Pemujaan terhadap alam dan roh
Semua peradapan di dunia dimulai dari perkembangan bangsa
primitif menuju bangsa modern. Itupun terjadi juga pada suku bangsa
Cina. Bangsa Cina dahulu kala adalah kaum petani yang bercocok
tanam. Masyarakat petani yang primitif erat sekali hubungannya
dengan alam dan kekuatan-kekuatan kedewataan yang terdapat pada
alam. Penghormatan kepada alam memunculkan perayaan ritual yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hasil pertaniaan.
22M. Ikhsan Tanggok. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, h. 2.
39
Suku bangsa Cina menaruh kepercayaan yang kuat akan berbagai
bentuk pemujaan. Bentuk kepercayaan bangsa Cina tersebut yaitu
dengan memuja shen23 dan kui.24 Kui dan shen inilah yang dapat
mempengaruhi dan mengatur alam ini yang dipercaya memberikan
kesejahteraan untuk bangsa Cina. Kepercayaan semacam itu,
menyebabkan mereka senantiasa berusaha untuk membahagiakan dan
menggembirakan kui dan shen.25
2. Pemujaan terhadap roh leluhur
Menurut Ikhsan Tanggok dalam bukunya Mengenal lebih dekat
agama khonghucu di Indonesia: “pemujaan terhadap roh leluhur
sebuah bentuk ekspresi dasar etika orang Cina.”26 Pemujaan roh
leluhur sebagai bentuk pemujaan dan penghormataan orang yang
masih hidup terhadap orang yang meninggal yang dianggap mereka
selalu hidup dan mengawasi orang-orang yang masih hidup. Pemujaan
terhadap roh lelulur adalah bentuk pemujaan yang dilakukan di dalam
rumah maupun dalam kultus resmi negara yang diadakan di kemudian
hari. Kultus leluhur ini menunjukan bahwa suku bangsa Cina telah
memberikan penghormatan yang besar terhadap orang tua baik pada
saat mereka masih hidup maupun pada saat mereka sudah mati. Rasa
23Shen yaitu sejenis semangat atau arwah nenek moyang. Shen juga disebut sebagai roh.
Lihat di Ikhsan Tanggok, Menggenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia (Jakarta: Pelita
Kebijakan, 2005), h.6. 24Kui yaitu tenaga alam seperti matahari, bulan dan bintang. Lihat di Ikhsan Tanggok,
Menggenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia (Jakarta: Pelita Kebijakan, 2005), h.6. 25Ikhsan Tanggok, Menggenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia (Jakarta: Pelita
Kebijakan, 2005), h.6. 26Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu, h. 10.
40
hormat yang besar terhadap orang tua dan leluhur inilah yang telah
membentuk dasar etika orang-orang Cina.
3. Pemujaan terhadap langit
Langit (Tian) adalah sembahan utama bangsa Cina. Dengan tegas
bisa menyebut langit sebagai satu-satuya sembahan yang dipuja karena
di atas dewa tidak ada lagi keluarga dewa-dewi. Langit menerima
selurh pemujaan yang dihanturkan secara langsung kepada-Nya. Bagi
mereka, langit adalah lengkungan cerah kebiruan yang abadi dan
menyenangkan ketika dipandang. Langit bukanlah angkasa yang
berangin atau awang-awang yang menjatuhkan hujan,, tapi langit
adalah hal melampaui segala agitasi,27 yang harus dipuja dan dilayani
oleh semua yang terbang di udara dan berjalan di muka bumi. Langit
dianggap sebagai sesuatu yang hidup. Bangsa Cina tidak memuja
langit karena roh agung atau kekuatan yang ada dibelakangnya, tapi
karena langit itu sendiri. Langit yang hidup seperti anggapan mereka
dahulu, sebagai sesuatu yang belum terpisah antara roh dan jasadnya.
Langit mengatasi, mengetahui, dan menguasai segalanya.28
Dari dasar kepercayaan itulah juga dibangun kepercayaan orang Cina
terhadap Dewa Dapur. Dewa yang dianggap penting untuk keberlangsungan
hidup keluarga orang Cina. Oleh sebab itu, suatu keluarga harus memiliki
27Agitasi adalah sebuah perasaan keresahan atau kegelisahan yang merupakan bentuk
gangguan yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan dan tidak bertujuan atau kelelahan,
biasanya berhubungan dengan keadaan tegang. 28Allan Menzies, (History of Religion: A Sketch of Primitive Reeligious Beliefs and
Practices and of the Origin and Character of the Great Systems) Sejarah Agama-Agama Studi
Sejarah Karakteristik dan Praktik Agama-agama Besar Dunia, terj Dion Yulianto & EmIrfan
(Yogyakarta: Forum, 2014), h. 133.
41
kedekatan dengan Dewa Dapur. Cerita bagaimana Dewa Dapur mulai dipuja di
dalam kehidupan keluarga di Cina terdiri dari berbagai macam versi.
a. Kisah Mitologi Dewa Dapur Versi Pertama
Mitologi Dewa Dapur pertama Menurut E.T.C. Werner dalam
bukunya Mitos dan Legenda Cina bahwa asal mula kepercayaan Dewa
Dapur bermula ketika seorang pendeta Tao bernama Li Shaojun dari
Negara Qi mendapatkan dua keberkahan dari Dewa Dapur, yaitu
dengan tidak bisa tua dan bisa hidup tanpa makan. Li Shaojun
kemudian menghadap Kaisar Xiaowudi (Memerintah pada 140-189
SM) dari Dinasti Han. Li Shaojun menjanjikan kepada kaisar yang
mudah percaya itu bahwa dia akan mendapat keberkahan yang sama
berupa kekuatan dari dewa jika dia bersedia melindungi dan
mengembangkan agama Li Shaojun itu. Li Shaojun menambahkan
bahwa dengan cara inilah Kaisar Huangdi memperoleh
pengetahuannya tentang hidup abadi dan sehingga bisa memperoleh
emas yang banyak.
Akhirnya Sang Kaisar menyuruh pendeta untuk membawakan
kepadanya gambar dewa pelindungnya tersebut. Pada suatu malam
bayangan seorang dewa Caoujun muncul di hadapan kaisar. Terpedaya
oleh tipuan ini, dan terbuai dengan batangan emas yang akan
diperolehnya, kaisar memutuskan untuk mempertaruhkan segalanya
demi pil keabadian yang menjadi salah satu berkah yang dijanjikan,
sang Kaisar pun mempersembahkan kurban dengan sunguh-sunguh
42
kepada Dewa Dapur. Inilah awal mula kurban dipersembahkan secara
resmi kepada Dewa Dapur.
Kaisar menunggu keberkahan yang dijanjikan ketika menyembah
Dewa Dapur, teryata Kaisar dibohongi karena hasilnya tidak tercapai
dan membuat Kaisar Xiaowudi kehilangan kepercayaan terhadap Li
Shaoujun. Tetapi ketika pemujaan yang telah diresmikan oleh suatu
pejabat kaisar akan membuat sebuah ritual atau kepercayaan akan tetap
tumbuh. Dan cerita Dewa Dapur berlanjut dan meningkat, dan tetap
ada sampai sekarang.29
b. Kisah Mitologi Dewa Dapur Versi Kedua
Amy Tan adalah seorang novelis wanita Cina ternama yang tinggal
di Amerika, juga melukiskan tentang Dewa Dapur dalam novelnya
yang berjudul The Kitchen God’s Wife yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan judul Isteri Dewa Dapur. Novel ini
menceritakan tentang kehidupan keluarga Seorang wanita Cina yang
tinggal di Amerika. Salah satunya menceritakan legenda kepercayaan
awal mulanya memuja Dewa Dapur yang menjadi tradisi kedekatan
Dewa Dapur dengan suatu keluarga yang dipuja setiap tahun ketika
Hari Raya Imlek. Legeda ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan
dengan versi yang telah dijelaskan sebelumnya, hanya saja ada
perbedaan nama dan gaya penceritaan. Bedasaran kisah dalam novel,
kisah Dewa Dapur di bawah ini diceritakan menggunakan kalimat
29E.T.C. Werner, Mitos dan Lengenda China (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008).
h.157.
43
langsung dari seorang nenek kepada cucunya yang penasaran akan
legenda Dewa Dapur.
“Pada zaman dahulu ada seorang laki-laki petani kaya
di Cina bernama Zhang yang sudah memiliki seorang istri.
Zhang memiliki kelebihan kekayaan dengan harta berlimpah.
Dengan kekayaannya Zhang menyakiti istrinya dengan
memiliki niatan berselingkuh dengan wanita nakal bernama
Lady Li. Bukan hanya berselingkuh, melainkan juga dengan
mengusir istrinya dari rumah dan bersenang-senang dengan
wanita lain di rumahnya. Beberapa waktu kemudian Zhang
mendapat balasan dari prilakunya yang buruk terhadap
istrinya, dan akhirnya Zhang jatuh miskin. Zhang menjadi
pengemis, begitu miskinnya sampai pakaiannya penuh dengan
tambalan. Pekerjaannya sekarang hanya meminta-minta dari
satu tempat ke tempat yang lain. Karena begitu susahnya untuk
makan dan minum. Zhang jatuh sakit dan jatuh pingsan di
jalan dan merasa bahwa ajalnya sudah dekat. Tetapi ada
seorang perempuan yang merasa iba dengan nasib zhang, lalu
membawa zhang pulang kerumah.
Zhang terbangun dari pingsannya dan merasa kaget
bahwa ada orang baik menolongnya. Beberapa waktu
kemudian datang seorang perempuan mendekat. Zhang kaget
tak habis pikir bahwa perempuan itu ialah mantan istrinya
yang telah disakitinya. Zhang merasa malu bahwa perempuan
baik tersebut adalah mantan istrinya. Zhang melompat ke
tempat pembakaran api unggun karena tidak mau bertemu
dengan mantan istrinya. Zhang langsung meninggal seketika
bersama rasa malunya.”30
Peristiwa tersebut dilihat dan didengar oleh Kaisar Kemala
(Thian/Tuhan) tentang keberanian Zhang atas mengakui kesalahan.
Dan Kaisar mengangkat Zhang menjadi Dewa Dapur, yang tugasnya
memata-matai tindakan semua orang setiap tahunnya. Dan melaporkan
naik ke langit kepada-Ku siapa yang pantut menerima keberuntungan,
dan siapa yang patut menerima sial. Atas cerita mitos kejadian tersebut
30Amy Tan, The Kitchen God’s Wife (Isteri Dewa Dapur), terj Joyce K.Isa (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 90-93.
44
orang-orang di Cina percaya bahwa ada Dewa Dapur yang sedang
mengawasi mereka disetiap sudut rumah dan toko. Pada setiap tahun,
hari ke tujuh sebelum Tahun Baru Imlek, Dewa Dapur naik ke langit
dari perapian dapur untuk melaporkan nasib siapa yang patut diubah,
yang baik menjadi buruk, atau yang buruk menjadi baik.
Diambil benang merah dari cerita versi kedua di atas bahwa Dewa
Dapur awalnya adalah seorang manusia yang berdosa. Diakhir
hidupnya melakukan sebuah penyesalan dan berani membuat
pengorbanan dengan menghilangkan nyawanya yang membuat Kaisar
(Thian/Tuhan) memberikan penghargaan dengan mengangkatnya
sebagai Dewa Dapur atas sikap yang berani tersebut. Disisi lain
diangkatnya menjadi seorang Dewa Dapur yaitu dilihat dari tempat
kejadian tersebut yang berada di perapian dapur. Karena, kematiannya
tersebut di sebuah dapur mitologi cerita tersebut dibangun bahwa
Tuhan mengangkatnya menjadi seorang Dewa Dapur.
c. Kisah Mitologi Dewa Dapur Versi ketiga
Dikisahkan di daerah Hokkian hidup seorang miskin bernama Thio
Teng Hok. Dia miskin juga pemalas dan seorang yang gemar berjudi.
Padahal setiap kali judi selalu kalah. Dia sudah memiliki isteri. Thio
Teng Hok ini sangat beruntung karena isterinya seorang yang sangat
bijaksana dan rajin bekerja keras mencari nafkah untuk kebutuhan
rumah tangga mereka. Thio Teng Hok punya kebiasaan buruk selain
senang berjudi dia juga peminum berat, malah terkadang sering
45
melanggar adat istiadat yang berlaku di tengah masyarakat. Kerjaan
Thio Teng Hok selalu meminta uang kepada isterinya untuk berjudi,
setiap kali isterinya pulang, Thio Teng Hok merayu manis untuk
meminta uang. Karena, isterinya baik hati selalu merasa tak tega,
isterinya selalu memberikannya uang.
Sifat buruk Thio Teng Hok makin hari makin
menjadi buruk yang membuat perekonomian keluarganya
melarat. Diceritakan bahwa “suatu hari ada saudagar yang
sedang mencari seorang selir istri yang cantik rupanya
dan baik akhlaknya yang bisa menemaninya di istana”.
Mendengar berita itu Thio Teng Hok berniat menjual
istrinya ke saudagar kaya tersebut. dan merayu istrinya
untuk mau menikah dengan saudagar kaya supaya
perekonomian keluarganya bisa di atasi. Istrinya pun
menyetujui permintaan suaminya.
Sekarang istrinya Thio Teng Hok sudah menjadi
istri dari saudagar kaya dan itu menjadi sebuah peluang
kesempatan untuk meminta uang terus menerus kepada
mantan istrinya yang baik hati. Berjalannya waktu mantan
istrinya merasa takut juga selalu membantu mantan
suaminya dengan memberikannya uang. Dan berinisiatif
dengan memberikan mantan suaminya dengan beberapa
keping uang emas untuk terakhir kalinya. Karena takut
ketahuan, uang kepingan emas itu ditaruh ke dalam kue
Ang-kui-ko. Thio Teng Hok tidak menyadari bahwa kue
yang diberikan istrinya berisi kepingan emas. Lalu, Thio
Teng Hok menjual kuenya tanpa membuka kue dengan
harga yang murah. Ketika uang penjualan kue tersebut
habis dimeja judi. Thio Teng Hio kembali menemui
mantan istrinya untuk meminta uang tersebut.
“Sayang, aku perlu uang lagi!” kata Thio Teng Hok
tanpa malu-malu. “Apakah kue yang kuberikan padamu
itu tidak kau makan?” tanya mantan isteriya. “Semua kue
itu aku jual, uangnya kujadikan modal berjudi... maafkan
aku,” kata Thio Teng Hok sebelum mantan isterinya
berbicara lebih jauh lagi. “Sungguh sial kau ini! Di dalam
kue-kue itu kuisi dengan uang emas cukup banyak, dasar
sial!” kata mantan isterinya.31
31Marcus A, Hari Raya Tionghoa, h. 255-267.
46
Thio Teng Hok terkejut saat mendengar keterangan mantan
isterinya. Teryata di dalam kue yang dia jual dengan harga tak
seberapa itu terdapat uang emasnya. Thio Teng Hok sangat menyesal
dan kaget mendengar kemarahan mantan isterinya. Dia jadi sangat
malu. Ia anggap dirinya sangat berdosa. Karena, semua kebaikan
isterinya dibalas dengan kejahatan. Thio Teng Hok jadi putus asa dan
membenturkan kepalanya ke Thiang dapur hingga kepalanya pecah
dan meninggal dunia seketika.
Mantan Isteri Thio Teng Hok merasa bingung dengan mayat
mantan suaminya. Dia berisiniatif mengkuburkan mayat suaminya itu
di dapurnya. Untuk mengenang hubungan mereka, mantan isterinya
membuatkan papan nama dengan tulisan “Thio Teng Hok Sin Wi”
(papan nama almarhum Thio Teng Hok). Setiap harinya biasanya pada
tanggal 1 dan 15 setiap bulan, mantan isteri Thio Hok ini
menyembahyangi mantan suaminya. Seminggu kemudia akan tiba
Tahun Baru Imlek, dia juga bersembahyang di dapur.32
Dari cerita versi mitologi kemunculan Dewa Dapur ketiga di atas
dapat diambil benang merah bahwa awal mula pemujaan Dewa Dapur
dikarena ada seorang perempuan yang baik hati yang menguburkan
mayat mantan suaminya yang buruk sifatnya di dapur. Disisi lain
untuk mengenang hubungan mereka perempuan tersebut juga
melakukan pemujaan secara rutin di makam suaminya di dapur.
32Marcus A, Hari Raya Tionghoa, h. 268.
47
Mitologi peristiwa di atas terjadi seminggu sebelum Tahun Baru
Imlek. Yang menjadikan setiap tiba Tahun Baru Imlek terdapat sebuah
penyembahan terhadap Dewa Dapur dengan harapan mendapat
anugrah dari Dewa Dapur.
d. Kisah Mitologi Dewa Dapur Versi keempat.
Dikisahkan pada buku Hari Raya Tionghoa bahwa kisah awal mula
pemujaan terhadap Dewa Dapur yaitu Pada masa pemerintahan Kasiar
Han Soan Tee tahun 73 sebelum Masehi, ada seorang bernama Im Chu
Hong. Tanggal 24 Cap Ji Gwee (bulan dua belas Imlek), pagi-pagi
sekali Im Chu Hong sedang masak di dapur. Tiba-tiba Toapekong
Dapur muncul dihadapannya. Bukan main kagetnya Im Chu Hong, ia
segera berlutut dan memohon ampun. Im Chu Hong menyembelih
seekor kambing setelah dimasak kemudian disembahyangkan kepada
Dewa Dapur tersebut. Sejak saat itu kehidupan Im Chu Hong langsung
berubah, dia bisa hidup senang. Orang-orang lalu meniru tradisi dan
perbuatan yang dilakukan oleh Im Chu Hong ini.
Riwayat hidup Chao Kun Kong ini terdapat di kitab Khouw Ciu
Lee. Chao Kun Kong ini putera Raja Coan Hiok bergelar Kho Yang Si,
Kerajaannya ada di kota Kho yang, Hoo-lam. Semasa kecil dia
bernama Lai dan memegang jabatan sebagai Pengawas Api.33
33Marcus A, Hari Raya Tionghoa, h. 254.
48
Berdasarkan keempat versi Dewa Dapur di atas, dapat diambil
benang merah bahwa kemunculan mitologi awal mula Dewa Dapur
dipuja dan disembah yaitu ketika awalnya Dewa Dapur seorang
manusia dan diangkat oleh Tuhan (Thian) menjadi Dewa Dapur untuk
mengawasi manusia. Hal ini berdasarkan dari banyaknya kisah Dewa
Dapur diberbagai literatur Cina dan Barat, baik dalam buku maupun
sumber elektronik. Banyaknya kisah Dewa Dapur yang berkembang
diantara masyarakat Cina juga menunjukan bahwa mitos Dewa Dapur
sangatlah kaya dan hidup dalam bagian masyarakat Cina.
Tidak mudah untuk pasti menentukan kapan Dewa Dapur mulai
dipuja dan disembah dalam kehidupan masyarakat Cina berdasarkan
Kisah-kisah mitos di atas. Namun, dalam literatur di atas memuat kisah
tentang Dewa Dapur hidup dan berkembang pada pemerintahan kasiar
Han Soan Tee tahun 73 sebelum Masehi. Awalnya adalah seorang
manusia yang diangkat oleh Thian (Tuhan) menjadi Dewa Dapur.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 73 sebelum masehi mitos
tentang Dewa Dapur telah beredar dan berkembang di antara
masyarakat Cina.
C. Hari Raya Untuk Pemujaan Dewa Dapur
Hari raya bangsa Tionghoa atau hari raya yang ditaati dan dirayakan oleh
orang Tionghoa tidaklah banyak. Tetapi hari raya yang dirayakan oleh orang
Cina pada umumnya itu selalu ditambahkan dengan hari raya yang
49
berhubungan dengan ritual pemujaan seperti hari ulang tahun dewa-dewa yang
dipuja oleh bangsa Tionghoa dan hari peringatan berbagai tokoh bersejarah
yang telah berjasa pada bangsanya. Maka, bisa dikatakan dalam hitungan
penanggalan Imlek hampir setiap bulan ada hari raya yang diperingati untuk
menjalani sebuah ritual pemujaan.
Hari raya orang Tionghoa biasa disebut dengan festival. Festival paling
populer orang Cina adalah Tahun Baru Imlek, yang perayaannya bisa
berlangsung lima belas hari. Hari raya Imlek menjadi waktu berkumpul
bersama keluarga yang masih sangat diritualkan, seperti Natal bagi orang Barat
atau Idul Fitri untuk umat Islam. Festival Imlek menggunakan penanggalan
kalender bulan (lunar). Masuknya waktu Imlek ketika ditandai dengan
datangnya tanda matahari, berada di tengah jalan antara solstice (matahari
terjauh dari khatulistiwa) musim dingin dan equinox (matahari tepat di atas
khatulistiwa) musim semi, yang kira-kira antara pertengahan Januari dan
pertengahan Februari.34
Penanggalan Imlek dihitung berdasarkan perhitungan lunar (bulan),
sehingga sangat berbeda dengan sistem solar atau yang dihitung berdasarkan
peredaran matahari atau ditambah sistem lunar sangat tepat untuk berbagai
pekerjaan pertanian.35 Tiap tanggal 15 berdasarkan sistem lunar, maka
rembulan terlihat purnama sempurna, dan air laut pun pasang.
34Frena Bloomfield, Chinese Beliefs, terj Teguh W. Utomo h. 72. 35Karena pada masa Cina kuno rakyat Cina bersentral pada pekerjaan pertanian. Karena,
pekerjaan tani tergantung pada keadaan alam. Maka, penanggalan lunar ini menjadi suatu
kebutuhan yang mutlak bagi para petani. Bagi mereka perhitungan berdasarkan solar (matahari)
tidak berarti sama sekali.
50
Hari Raya Imlek ini dimulai pada tanggal 1 Imlek dan selesai pada tanggal
15 Imlek. Hari Raya ini memulai siklus baru dari Tahun Baru Imlek. Jadi,
orang Tionghoa di daratan Tiongkok menyambut kedatangan musim semi
sebagai bentuk petanda masuknya Tahun Baru. Kebiasaan orang Cina pada
Tahun Baru Imlek yaitu melakukan pemujaan untuk leluhurnya. Orang-orang
yang tinggal di tempat yang jauh dari rumah leluhurnya, akan pulang untuk
merayakan pesta ini bersama orang tuanya. Beberapa minggu sebelum hari
raya, orang akan mengirim kartu ucapan selamat kepada kerabat dan handai
taulannya, menghormati orang tuanya, dan kerabat-kerabat yang lebih tua. Tiap
keluarga akan membersihkan rumahnya karena mereka menyakini bahwa satu
minggu menjelang Hari Raya Imlek, Dewa Dapur (Caozhung atau Ts’ao
Chung, yang berarti Panggeran Dapur) akan berangkat ke langit untuk
melaporkan semua peristiwa di dunia yang telah terjadi di tahun yang telah
dilalui manusia.36
Menurut Marcus dalam bukunya yang berjudul Hari Raya Tionghoa,
“sejarah Tahun Baru Imlek dirayakan karena ada tiga pendapat atau tiga versi
yang berlainan alasan. Yang pertama dirayakan karena adanya musim semi
atau “cun,” sehingga pada harian tahun baru orang Tionghoa mengucapkan
selamat dengan ucapan “Sin Cun Kiong Hi.” Versi yang kedua pada zama
kuno dikatakan, bahwa hari itu adalah harian “Giok Hong Siang Tee” menitis
36Hayatun Nufus, Kebudayaan Tionghoa dalam Novel Dimsum Terakhir Karya Clara NG
dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, Skripsi Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas
Indonesia (Jakarta, 2014), h. 81.
51
ke muka bumi dan beliau menjadi seorang raja. Alasan yang ketiga adalah hari
lahirnya Bi Lek Hud atau O Mi To Hud.37
Tahun Baru Imlek sebenarnya sudah dimulai seminggu sebelum tanggalnya
tiba. Yakni dengan sembahyang “perjalanan Dewa Dapur (Tjiao Kun Kong) ke
langit.” Tempat Dewa Dapur ada di dapur-dapur orang Tionghoa. Maka
kedudukan Dewa Dapur ini diyakini, banyak memperhatikan tindak-tanduk
pemilik rumah. Dan tradisi ini pada akhirnya berkembang secara luas diseluruh
Cina dan tetap dipertahankan hingga saat ini.
1. Mengantar Dewa Dapur
Tahun Baru Imlek bisa dikatakan sebagai perayaan untuk Dewa
Dapur karena serangkain aktivitas masyarakat Cina untuk merayakankan
Tahun Baru Imlek yaitu dengan melakukan pemujaan menghantarkan
Dewa Dapur naik ke langit. Tepat Pada tanggal 23 bulan 12 Imlek atau
tanggal 24 bulan ke 12 Imlek melakukan pemujaan terhadap Dewa Dapur,
tapi penulis menemukan banyak literatur yang menerangkan pemujaan
Dewa Dapur terbanyak pada tanggal 23 bulan 12 Imlek dibandingkan
tanggal 24 bulan 12 Imlek. Pada tanggal tersebut Dewa Dapur akan naik
ke langit untuk menyampaikan berbagai laporan kepada Tuhan mengenai
tingkah laku penghuni rumah tersebut. Naiknya Sang Dewa Dapur harus
diantar oleh penghuni rumah dengan menyediakan pembakaran hio (dupa)
harum, menyediakan sajian dan membakar mercon atau petasan. Pemujaan
37Bi Lek Hud atau O Mi To Hud yaitu sebutan kelahiran Tuhan. Lihat di Marcus A.S, Hari
Raya Tionghoa, h. 63.
52
kepada Dewa Dapur dilaksanakan cukup dengan bentuk Tiam-hio,38
dihadapan altar Dewa Dapur. Adapun doa yang dipanjatkan ketika
melakukan pemujaan Dewa Dapur yaitu :
“Hari ini tanggal 24 bulan 12 imlek ialah hari yang
melambangkan bahwa Tuhan Maha Melihat, Tuhan Maha
Mendengar, Tuhan menilai perbuatan insani akan kesatuannya di
dalam kebajikan. Akan genap setahun menempuh penghidupan
dalam tahun yang sedang berjalan dan akan kami masuki tahun
yang baru. Banyak perbuatan telah kami lakukan, perbuatan yang di
dalam kebajikan, yang Tuhan berkenan, maupun perbuatan yang
mungkin lepas dari kebajikan, yang Tuhan tidak berkenan. Maka
pada saat suci ini kami membuka hati, dengan tulus dan kerendahan
hati bersujud menerima Firman akan prilaku yang bajik, semoga
kami mampu meningkatkan pembinaan akan hal yang tidak bajik,
semoga berkenaan Thian meneguhkan Iman kami berani mengakui
dengan kesadaran dan memperbaikinya. Teguhkanlah kami untuk
berbuat amal soleh kepada sesama mausia dan sesama makluk,
sehingga boleh memuliakan kebesaran kebajikan Thian dan
membawa berkah.”39
Ritual mengantarkan Dewa Dapur ke langit biasanya dilakukan pada
malam hari setelah semua keluarga makan malam. Sebelumnya, anggota
keluarga telah membeli segala perlengkapan yang diperlukan di dapur dan
telah dipersiapkan beberapa meja yang diletakan di depan tungku atau
kompor, yaitu dihadapan gambar Dewa Dapur. Perlengkapan yang telah
disiapkan sebelumnya, seperti hio, bunga, arak lilin, permen, buah-buahan,
38Tiam-hio yaitu bentuk pemujaan di depan patung yang dipuja dengan membakar batang
dupa atau hio sebagai instrumen ritual pemujaan. 39Matakin, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu (solo: MATAKIN,
1984), h. 86.
53
dan makanan manis pun mulai digunakan sebagai instrumen utama untuk
menghantarkan Dewa Dapur ke langit.40
Menurut Ikhsan Tanggok dalam bukunya yang berjudul Mengenal
Lebih Dekat Agama Tao “Pada saat Dewa Dapur akan naik kelangit,
orang-orang Cina umumnya memakan permen untuk tujuan sama dengan
mengusap patung atau gambar Dewa Dapur dengan madu yaitu agar Dewa
Dapur melaporkan yang baik-baik saja pada Dewa Langit yang bertempat
tinggal di langit yang amat tinggi. Sebagian besar orang-orang Cina di
Indonesia, terutama pada saat Dewa Dapur akan naik ke langit, yaitu pada
saat, menjelang tahun baru Imlek, melakukan upacara, dengan menyalakan
beberapa batang hio, menyuguhkan sedikit sajian makanan, dan
melakukan pemujaan terhadapnya di depan althar Dewa Dapur.41
Pada tanggal 23 atau 24 bulan 12 Imlek orang Cina bukan hanya
melakukan ritual menghantarkan Dewa Dapur dengan sesaji dan
pembakan dupa hio. Tapi pada hari itu pula disebut sebagai Hari
persaudaraan atau hari kenaikan malaikat Dapur, pada hari tersebut umat
Tionghoa diwajibkan berdana (membantu fakir miskin), menjelang tahun
baru Imlek, bantuan-bantuan yang berasal dari umat Tionghoa dibagikan
pada fakir miskin tanpa membedakan golongan. Tempat Dewa Dapur ini
adalah di dapur. ia dipercayai sepanjang tahun untuk mengawasi gerak
gerik penghuni rumah. Pada tanggal 24 bulan ke 12 naiklah Dewa Dapur
40Pradnya Hayyu, Dewa Dapur Sebagai Salah Satu Mitos Dalam Mitologi Cina Dan
Bentuk Pemujaannya, Skripsi Program Studi Cina Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia (Depok, 2009), h 44. 41M. Ikhsan Tanggok. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, h. 42.
54
ini ke langit untuk mengajukan laporan kepada Tuhan (Thian) mengenai
tingkah laku penghuni rumah tersebut. naiklah Dewa Dapur ini ke langit
diantar dengan membakar batang dupa, mempersembahkan sesajian dan
menyembunyikan petasan. Supaya laporan Dewa Dapur ini hanya berisi
kata-kata yang baik saja, orang Cina mengoleskan madu kemulut Dewa
Dapur.42
Kebiasaan mengoleskan madu ke mulut Dewa Dapur ini berasal dari
orang-orang yang datang dari propinsi Fukien (Hokkian). Kebiasaan ini
menginginkan agar Dewa Dapur membawa laporan yang manis-manis saja
pada Tuhan tentang diri mereka. Namun caranya yang berlainan. Pada saat
Dewa Dapur naik ke langit, dijalan-jalan raya banyak penjual manisan
sebesar-besar buah jeruk. Manisan tersebut diberi nama “manisan perekat
Gigi”. Makanan itu dimaksudkan untuk pelekat gigi Dewa Dapur saat
memakannya, konon “untuk mencegah Dewa Dapur ini mengerakan
lidahya, hingga lidahnya terlalu bebas bergerak hingga bisa mengeluh
keadaan rumah tangga penghuni rumah kepada Kaisar Langit.43
2. Penyambutan Dewa Dapur
Penyambutan Dewa Dapur disebut juga sebagai peristiwa turunnya
Dewa Dapur dari langit yang mana Dewa Dapur selesai dengan
pekerjaannya atas melaporkan perilaku pemilik rumah selama setahun.
Penyambutan Dewa Dapur disebut juga sebagai hari Cap Ji Gwe Ji si44
42M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu, h. 173 43Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Slayang Pandang (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 205. 44Cap Ji Gwe Ji si adalah sebutan untuk perayaan Dewa Dapur pada Tahun Baru Imlek
dalam bahasa Cina, dan nama tersebut hanya terdapat pada penanggalan Imlek di kalender Cina.
55
(hari Cao Kun Kong turun) pada tanggal 30 bulan ke 12 penanggalan
Cina. Berlangsung seminggu setelah Dewa Dapur naik ke langit.
Ritual menyambut Dewa Dapur dilakukan secara sederhana, yaitu
anggota keluarga memasang gambar Dewa Dapur yang baru ditempel di
dekat tempat memasak. Masyarakat tidak menyebut istilah ‘membeli’
Dewa Dapur untuk mengartikan membeli lukisan yang baru, namun
mengunakan kata ‘menyambut’ untuk mengundang Dewa Dapur kembali.
Ada juga bentuk lain dalam menyambut datangnya Dewa Dapur ke
keluarga masyarakat Cina, yaitu dengan mengganti lampu di dapur
keluarga tersebut, lalu membakar hio di depan lukisan Dewa Dapur yang
baru. Saat melakukan ritual ini masyarakat Cina seperti sedang sibuk
menyiapkan penyambutan tamu yang datang dari jauh. Mereka melakukan
usaha terbaiknya untuk menyediakan makanan, arak, dan hio yang
nantinya akan dibakar sebagai penghormatan kepada Dewa Dapur, sedikit
rasa cemas juga menyelimuti setiap orang, masing-masing dari mereka
bertanya-tanya apakah Dewa Dapur telah mengatakan hal yang baik
tentang diri mereka di hadapan Tuhan. Hal ini tentu akan berpengaruh
terhadap kehidupan yang akan mereka jalani selanjutnya, apakah bernasib
baik atau buruk.45 Adapun doa yang di ucapkan ketika ritual menyambut
Dewa Dapur yaitu:
“Hari ini tanggal 4 Cia Gwee ialah hari yang melambangkan
bahwa Tuhan Maha Kasih, Maha Adil dan Maha Suci. Tiap-tiap
perbuatan akan membawa buah yang harmonis dengan kebenaran,
45Pradnya Hayyu, Dewa Dapur Sebagai Salah Satu Mitos Dalam Mitologi Cina Dan
Bentuk Pemujaannya, Skripsi Program Studi Cina Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia (Depok, 2009), h. 49.
56
kami selaku makhluk wajib takwa dan siap menerima Firman. Yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, wajib bersedia
menerima dengan takwa dan kerelaan dan menaati semuanya itu
dengan siap mebina diri. Kami yakin hanya kebajikan berkenaan
Thian, tiada jarak jauh tidak terjangkau. Bukanlah Tuhan itu
memihak hanya kebajikan satu-satunya. Siaplah kami untuk
mengerti akan Firman, bersedia menerima Firman, berusaha
menegakkan Firman, dan sepenuh Iman dan semangat berusaha
melaksanakan demi tegaknya Firman. Menghayati itulah rahmat
yang terbesar atas hidup insani.”46
Adanya banyak toapekong yang dipuja dan dipercayai oleh orang
Cina (Tionghoa), membuat banyak orang menyatakan banyak Tuhan yang
disembah. Pendapat ini tidak benar. Orang Tionghoa mempunyai suatu
konsepsi tentang keadaan di langit. Keadaan di langit itu dibuatnya
menurut keadaan pemerintahan mereka di dunia. Jadi ada satu kekuasaan
tertinggi, yaitu Kaisar. Di bawahnya Tuhan adalah dewata-dewata dan
dewi-dewi, masing-masing dengan tugas kewajiban sendiri-sendiri,
sebagaimana di bawahnya kaisar di dunia ada menteri-menteri, sipil, dan
militer, masing-masing pun dengan tugas kewajiban sendiri-sendiri.
Dewata-dewata dan dewi-dewi ini, yang di Indonesia dipuja dalam kuil-
kuil dan yang umummnya disebut ‘Toapekkong’, ada yang berkewajiban
melakukan pengawasan terhadap perbuatan manusia dalam lingkungan
kekuasaan atau lingkungan wilayah masing-masing.
Seperti ‘Toapekkong Dapur,’ Tjiao Kun Kong, yang dalam rumah
orang Tionghoa mempunyai kedudukan di dapur, tiap tahun beberapa hari
menjelang Tahun Baru Imlek ‘naik ke langit’ untuk mengajukan laporan
46Matakin, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu (solo: MATAKIN,
1984), h. 86.
57
kepada Tuhan mengenai sepak terjang penghuni-penghuni rumah tempat
ia dipuja.47
D. Fungsi dan Peran Dewa Dapur dalam Kehidupan
Kehidupan orang Cina adalah kelompok bangsa yang memiliki kehidupan
yang selalu memelihara tradisi dan keyakinan sejak ribuan tahun lalu.
Komunitas Cina sangat terkait dengan kewajiban-kewajiban tradisional,
keyakinan tradisional, dan tahayul yang memunculkan sebuah tradisi-tradisi
yang dibarengi dengan ritual. Tradisi-tradisi semacam itu cukup rahasia dan
orang Cina enggan membicarakannya kepada orang asing. Kehidupan
komunitas Cina memiliki keterkaitan keyakinan dengan kewajiban-kewajiban
religius atau dengan misteri keberuntungan di masa depan. Nilai kewajiban
religius mungkin dianggap sebagaian orang sebagai tahayul tanpa basis
faktual (nyata).
Sejatinya ritual-ritual pemujaan yang memiliki nilai religi yang dilakukan
orang Cina sejatinya sangat memiliki upaya mengejar kesuksesan duniawi,
menenangkan arwah orang-orang yang sudah mati, dan mengungkapkan
misteri tersembunyi masa depan. Salah satu ritual untuk mengejar kesuksesan
duniawi yaitu dengan cara memberi penghormatan ritualistik pada mereka-
mereka yang sudah meninggal sehingga arwah mereka tenang dan senang.
47Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Slayang Pandang, h. 78.
58
Dengan cara itu kehidupan adat, kebiasaan dan cara hidup orang Cina
dibangun.48
Bangsa Cina memang mempercayai akan adanya Tuhan Yang Maha Esa
yang disebut dengan (Thian). Thian adalah sumber dari segala yang ada di
dunia ini. Konsep Thian yang digambarkan dalam kitab-kitab suci Cina seperti
kitab Ngo King dan Su Si bahwa Thien atau Thian yang bersifat roh.49 Di
waktu yang sama orang Cina percaya akan dewa-dewa yang dianggap
mendapatkan mandat (amanat atau tugas) yang tinggal bersama manusia dan
memiliki tugas untuk melihat perbuatan manusia yang hidup di dunia.
Di negara Cina sendiri telah percaya bahwa setiap kota mempunyai
toapekkong (pelindung).50 Kepercayaan ini bersifat animisme yang bersifat
dongeng. Dan salah satu toapekkong yang dipercayai yaitu Dewa Dapur.
Dewa Dapur dipercayai dan dipuja oleh orang-orang Cina karna memiliki
peran dan fungsi untuk berlangsungnya kehidupan dunia orang Cina. Tentu ia
memiliki peranan dan manfaat bagi kehidupan sosial.fakta bahwa kepercayaan
masyarakat terhadap Dewa Dapur masih ada hingga saat ini membuktikan
bahwa mitos Dewa Dapur tetap hidup. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
peranan Dewa Dapur dilihat dari berbagai segi.
1. Dewa Dapur dipuja dan disembah sebagai salah satu bentuk mitos
Cina. Dewa Dapur dapat befungsi sebagai sarana pendidikan moral
bagi masyarakat karena di dalam mitologi asal usul adanya Dewa
48Frena Bloomfield, Chinese Beliefs, terj Teguh W. Utomo, h. 6. 49Ikhsan Tanggok, Menggenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, h. 47. 50Toapekkong adalah sebutan dewa-dewa, roh-roh yang tinggal bersama manusia. Dan
sebutan para dewa yang dihormati.
59
Dapur mengandung pelajaran seperti: menjaga etika moral, kesetiaan
dan kejujuran. Karena dari berbagai versi legenda kemunculan Dewa
Dapur banyak mengandung hikmah dan makna yang dapat menjadi
pelajaran untuk umat Tridharma yang berketurunan Tionghoa.
2. Dewa Dapur sebagai Dewa yang menjadi wakil Tuhan (Thian) di bumi
untuk mengawasi sebuah keluarga.
Seperti yang telah dijelaskan di atas dari mitos kepercayaan orang
Cina terhadap Dewa Dapur yaitu bahwa Thian (Tuhan) adalah
pemimpin tertinggi para dewa yang bersemayam di langit. Orang
Tionghoa mempunyai suatu konsepsi tentang keadaan langit. Konsepsi
keadaan langit disamakan dan dibuat seperti keadaan pemerintahan
keadaan di dunia. Kekuasaan tertinggi yaitu Tuhan, sebagaimana di
dunia pun ada satu kekuasaan yang tertinggi, yaitu kaisar (sistem yang
dianut oleh negara Cina kuno). Di bawahnya Tuhan ada dewa-dewa
dan dewi-dewi, masing-masing dengan tugas kewajiban sendiri-
sendiri, sebagaimana di bawahnya kaisar di dunia memiliki menteri-
menteri, pekerja sipil dan militer, masing-masing pun dengan tugas
kewajiban sendiri-sendiri. Dewa-dewa dan dewi-dewi ini, yang disebut
dengan sebutan Toapekkong yang memiliki arti sebagaai pelindung.
Orang Cina percaya bahwa semua aspek kehidupan memiliki
toapekkongnya sendiri. Ada yang berkewajiban melakukan
60
pengawasan terhadap perbuatan manusia dalam lingkungan kekuasaan
atau lingkungan wilayah masing-masing.51
Begitu pula dengan Dewa Dapur yang memiliki peran untuk tinggal
bersama manusia didalam rumah yang memiliki kedudukan di dapur,
dan setiap tahun Dewa Dapur memiliki tugas untuk mengajukan
laporan kepada Tuhan mengenai perilaku anggota keluarga tempat
Dewa Dapur tinggal. Menjelang Tahun Baru Imlek Dewa Dapur naik
ke langit untuk melaporkan kepada Tuhan mengenai perbuatan
penghuni rumah selama setahun . Apa yang dilakukan oleh Dewa
Dapur merupakan sebuah tugas untuk mengtiplifikasikan tugas sebagai
toapekkong yaitu wakil Tuhan.
3. Dewa Dapur sebagai pelindung keluarga.
Dewa Dapur merupakan dewa penjaga rumah yang satu-satunya
dewa yang tinggal di rumah bersama keluarga. Yang menyebabkan, Ia
memiliki peran kedekatan khusus dengan kehidupan masyarakat Cina
dibandingkan dengan dewa-dewa lainnya, orang Cina sangat
menghormati dan memuja Dewa Dapur karena dipercaya dapat
melindungi dan memberikan kesejahteraan sepanjang tahun kepada
keluarga tempat dimana Dewa Dapur tinggal bersama keluarga
tersebut.
51Nio Joe Lan, peradaban Tionghoa Selayang Pandang, h. 78.
61
BAB IV
PERSEPSI UMAT TRIDHARMA KELENTENG HOK LAY KIONG
BEKASI DALAM RITUAL PEMUJAAN DEWA DAPUR
Dalam bab ini penulis akan membahas studi lapangan atas persepsi umat
Tridharma kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi dalam ritual pemujaan Dewa Dapur
mengenai Persepsi Umat Tridharma Tentang Dewa Dapur, Ritual Pemujaan Dewa
Dapur, Prosesi Pelaksanaan Ritual Upacara Persembahyangan Dewa Dapur, dan
Relevansi Perayaan Dewa Dapur Pada Zaman Sekarang.
A. Persepsi Umat Tridharma Tentang Dewa Dapur
Tiongkok merupakan salah satu negara yang terkenal dengan
mitologinya. Arti mitologi secara etimologi berasal dari kata myth yang
berasal dari kata mitos dalam bahasa Yunani yang bermakna cerita atau
sejarah yang dibentuk dan diriwayatkan sejak dan tentang masa lampau.1 Dari
mitologi tersebut kepercayaan masyarakat Cina dibangun untuk mempercayai
terhadap suatu kekuatan yang dapat mengendalikan hidup dan menentukan
nasib mereka merupakan kepercayaan yang turun-menurun diyakini oleh
masyarakat Cina. Kepercayaan tersebut dipercayai bahwa ada kekuatan yang
diwujudkan dalam bentuk dewa yang berupa roh yang diyakini bisa
membantu manusia dalam mengatasi permasalahan yang ada di kehidupan
dunia.
1 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 657.
62
Makna mitos dalam sebuah agama nampak memiliki fungsi dan tujuan
penting dari perjalanan terbentuknya agama. Mitos memiliki serangkain
simbol dari identitas agama yang disatukan dan disusun dalam bentuk cerita
perjalanan agama. Adanya mitos membuat kesadaran manusia berubah-rubah
menurut kebiasaan budaya yang dibangun atas kepercayaan tersebut. Suatu
mitos religius bukanlah sekedar kontemplasi intelektual, bukan pula suatu
hasil penalaran, melainkan lebih merupakan orientasimental dan spiritual
yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan yang Ilahi (sosok yang
diagungkan).2
Mitos menjelaskan eksistensi dunia maupun manusia. Karena mitos
dimengerti sebagai suatu cerita yang mengkisahkan kebenaran yang
mengesampingkan metode ilmiah dan memang tidak dapat dibahasakan
secara ilmiah. Mitos berfungsi sebagai pengukuh kenyataan suci. Di dalam
mitos dianggap memiliki daya untuk memikat kebenaran yang berujung
kepada hal yang membawa keselamatan jika mempercayainya. Mitos
memiliki daya pikat dan kekuatan kepada penganut agama yang menjadikan
mitos memiliki makna yang bisa mengasosiasikan sebuah ritus keagamaan
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.3
Disisi lain, sebuah mitos menyebar dalam kebeberapa aspek dalam
agama, salah satunya tipe ketuhanan. Masyarakat Cina merupakan
masyarakat yang memiliki tipe ketuhanan bersifat politeisme, yaitu percaya
2 Mariasusa Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Penetbit Kanisius, 1995), h.
162. 3 Mariasusa Dhavamony, Fenomenologi Agama, h. 163.
63
terhadap banyak dewa. Pada awal mulanya dewa-dewi dalam mitologi Cina
digambarkan berdasarkan khayalan rekayasa pikiran berupa gambaran
makhluk seperti manusia atau manusia yang telah meninggal yang diberi
kemampuan lebih karena perbuatan baiknya. Imajinasi ini kemudian
berkembang menjadi sebuah dunia lain yang memiliki kaitan kedekatan
hubungan yang mirip dengan mekanisme kehidupan dunia manusia yang
nyata.
Seperti penjelasan bahwa awal mulanya Dewa Dapur adalah seorang
manusia biasa yang memiliki kesalahan. Tetapi, karena dipenghujung
kehidupanya menyesali perbuatan atas kesalahannya. Tuhan mengangkat-Nya
menjadi Dewa Dapur yang memiliki tugas untuk mencatat perbuatan manusia
di dalam keluarga. Ini tersebut serupa dengan yang dikatakan Bapak Agus
dalam wawancara yang menyatakan:
”Dewa Dapur adalah Dewa yang awalnya adalah manusia biasa.
Dan karena sifat penyesalan atas kesalahan atas segala dosa yang
diperbuat-nya dengan bunuh diri, arwah dari manusia ini, Tuhan
mengangkat-Nya Menjadi Dewa Dapur.”4
Dewa Dapur disini masuk dalam kategori setengah dewa. Yang dalam
bahasa inggis adalah ‘demigods’. Dalam kamus Inggris-Indonesia yang
disusun oleh John M. Echol dan Hassan Shadily,5 kata ‘god’ berarti dewa,
sedangkan ‘demigods’ berarti setengah dewa. Pengetahuan tentang dewa
diketahui bahwa dewa tidak menjelma sebagai manusia meskipun ia
4 Bapak Agus, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 4 Mei
2017. 5 John M. Echol & Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2010), h.173.
64
direpsentasikan sebagai sosok manusia yang dipuja di altar. Sedangkan
setengah dewa merupakan manusia yang didewakan. Yang pada zaman
dahulu pernah hidup dan disuatu zaman kemudian mulai dipuja. Oleh karena
itu, Dewa Dapur berasal dari seorang manusia yang didewakan termasuk
dalam kategori ‘legendary demigods’ atau manusia setengah dewa.
Cerita legenda kemunculan Dewa Dapur di atas menandakan adanya
keanekaragaman. Dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya kisah Dewa
Dapur yang berkembang di antara masyarakat Cina maupun Indonesia
menunjukan bahwa kisah legenda mitos Dewa Dapur sangatlah kaya dan
tetap hidup dalam masyarakat, khususnya keturunan Tionghoa seperti yang
ada di Kelenteng Hok Lay Kiong, di Bekasi.
Dari penjelasan di atas menjelaskan bahwa Manusia secara ilmiah
memiliki konsep-konsep intristik tentang makna. Manusia membangun soal
pengertian akan konsep-konsep yang ada melalui pengaruh tradisi dan
pengalaman-pengalaman pribadi yang sangat terbatas. Dan dengan makna ini
sesuatu memiliki arti yang berbeda-beda tergantung situasinya. Situasi disini
digambarkan dari cara interpretasi yang disadarkannya oleh pengalamannya
yang menjadi sejarah pengalaman hidup seseorang. Karena, sejarah adalah
saksi yang setia dalam menunjukan bagaimana interprestasi subjektif tentang
makna.
Makna tersebut dikaitkan dengan apa yang dimaksud dengan siapakah
Dewa Dapur?. Dewa Dapur dapat didefinisikan sebagai sesosok dewa yang
65
tinggalnya di sebuah rumah tangga yang posisinya adalah di dapur. Dewa
Dapur disini memiliki posisi penting dalam kehidupan keluarga dan rumah
tangga orang Cina. doktrinnya akan tetep terjaga dimanapun keturunan
Tionghoa tinggal.Perkembangan kepercayaan tradisi ritual Dewa Dapur di
keturunan Tionghoa menjadikan banyaknya definisi yang berbeda dari para
penganutnya, khusunya masyarakat yang memiliki kepercayan Tridharma.
Di bawah ini merupakan definisi tentang pengetahuan yang diketahui
atas Dewa Dapur yang penulis dapatkan dari penganut kepercayaa Tridharma
atau masyarakat yang berketurunan Tionghoa di kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi:
1. Dewa Dapur menurut Bapak Drajat
Dewa Dapur adalah “salah satu dewa yang bertempat tinggalnya
di rumah. Dewa Dapur adalah dewa yang memiliki tugas menata seluk
beluk kehidupan yang berkaitan dengan rumah tangga. Dewa Dapur
adalah dewa yang mengatur (manage) rumah tangga. Dengan tujuan
supaya penghuni rumah bisa mengatur kehidupan rumah tangga dengan
baik. Dengan contoh : tinggalnya Dewa Dapur ditatanan rumah tangga
supaya penghuni rumah hidup rukun, prilaku berakhlak baik dan
bertaggung jawab atas kewajibannya. Dewa Dapur sebagai Dewa yang
mengarah kepada acuan hidup untuk memikirkan hidup setelah hari
esok.”6
2. Dewa Dapur menurut Bapak Agus
Dewa Dapur adalah: “Dewa yang berasal dari ajaran tradisi
Taoisme. Dewa Dapur adalah dewa yang berada di dapur yang bertugas
mengawasi penghuni anggota rumah serta mencatat perbuatan prilaku
keluarga pemilik rumah untuk dilaporkan kepada pengguasa langit yang
berada di langit.”7
3. Menurut Bapak Ing Suhendi
6Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017. 7Bapak Agus, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 4
Mei 2017.
66
Dewa Dapur adalah: “sosok dewa yang hidup dari sebuah lengeda
cerita rakyat. Dewa Dapur adalah dewa yang dianggap membawa
keberuntungan dan keberkahan dalam sebuah kehidupan rumah tangga
(keluarga). Dan lengenda yang beredar bahwa Dewa Dapur
digambarkan sesesok sepasang laki-laki dan perempuan yang menjadi
Dewa dan Dewi Dapur.”8
Dari beberapa keterangan definisi di atas yang dipaparkan oleh
pengetahuan masyarakat kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi. Penulis
mengambil benang merah bahwa Dewa Dapur adalah salah satu diantara
banyaknya dewa yang dipercayai oleh orang Tionghoa. Dan Dewa Dapur
adalah salah satu dewa yang termasuk dalam katagori Dewa Penjaga
Rumah. Dewa Penjaga Rumah dipercaya dan dipuja oleh seluruh keluarga
dalam kehidupan sehari-hari. Dipercayai bahwa Dewa Dapur dapat
memberikan perlindungan, keamanan, kesehatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan setiap rumah tangga dan anggotanya. Dan salah satu dewa
yang bisa memberikan banyak keberkahan jika kita menghormatinya.
Disisi lain, Secara khusus agama kepercayaan orang Tionghoa
menggolongkan para dewa yang dianggap Roh Suci yang dipujanya dalam
3 penggolongan utama, yaitu:
1. Dewata penguasa alam semesta yang mempunyai wilayah kekuasaan
langit. Para Dewata golongan ini dipimpin oleh Dewata tertinggi yaitu
Yu Huang Da Di.
8Bapak Ing Suhendi, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017.
67
2. Dewata penguasa bumi, yang memiliki kekuasaan di bumi,. Kekuasaan
mereka adalah dunia dan manusia, termasuk akhirat. Seperti Dewa
hutam, Dewa Api, Dewa Bumi dan termasuk Dewa Dapur.
3. Dewa Penguasa Manusia yaitu para dewata yang tugasnya mengurus
soal-soal yang bersangkuan dengan kehidupan manusia seperti:
kelahiran, perjodohan, kematian, usia, rejeki, kekayaan kepangkatan
dan lainya.9
Dari penggolongan di atas dapat diambil kebenarannya bahwa
Dewa Dapur termasuk dalam kategori Dewata Penguasa Bumi yang
memiliki tugas berkaitan yang ada di dunia dengan bermacam dimensi
seperti dunia, manusia, dan termasuk akhirat. Walaupun sebenarnya semua
Dewata termasuk malaikat langit tetapi, Dewata-dewata memiliki tugas
masing-masing secara personal dalam mendapatkan mandatnya dari
Tuhan. Dewa Dapur salah satu dewa pelindung yang populer dalam
keluarga masyarakat Tionghoa karena, Dewa Dapur salah satu dewa
penjaga yang tinggalnya di dalam rumah ditiap-tiap keluarga.
B. Ritual Pemujaan Dewa Dapur
Kelenteng Hok Lay Kiong adalah salah satu kelenteng besar yang ada di
bagian wilayah Bekasi Timur, Kota Bekasi. Kelenteng ini adalah kelenteng
yang menjadi pusat bagi orang-orang yang memiliki kepercayaan Tridharma.
Tridharma berasal dari kata Tri dan Dharma. Tri berarti tiga dan Dharma
9Ir Setiawan & Kwa Thpng Hay, Dewi-Dewi Kelenteng (Semarang: Yayasan Kelenteng
Sampookong, 1990), h. 17.
68
berarti ajaran kebenaran. Jadi secara harfiah Tridharma berarti Tiga Ajaran
Kebenaran. Yang dimaksud dengan Tiga Ajaran Kebenaran di sini ialah ajaran
Sang Buddha Gautama, Ajaran Nabi Khong Hu Cu, dan ajaran Nabi Lo Cu.
Tridharma merupakan agama Buddha Mahayana yang juga mempelajari
Konfusianisme dan Taoisme. Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah
penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya.10
Karena, di kelenteng ini memiliki fasilitas untuk sembahyang kepada
kepercayaan dari Tiga Ajaran tersebut kelenteng Hok Lay Kiong dinaungi
oleh yayasan yang memiliki legalitas dari kepemerintahan Kota Bekasi.
Disisi lain, kelenteng Hok Lay Kiong selalu ramai oleh para pemuja
agama yang memiliki kepercayaan Tridharma dari berbagai wilayah secara
rutin setiap tanggal 1 dan 15, sesuai kalender Cina. karena, Kelenteng Hok
Lay Kiong merupakan sebuah kelenteng yang selalu menjaga tradisi yang
berasal dari negara Cina, salah satu alasannya yaitu bahwa di dalamnya
terdapat patung dewa-dewa dari tiga kepercayaan kebenaran tersebut.
Kelenteng Hok Lay selalu menjalankan sebuah ritual persembahyangan untuk
menghormati para dewa kepercayaan masing-masing Tiga Ajaran Agama
Kebenaran Tersebut (Tridharma). Salah satunya Kelenteng Hok Lay Kiong
menjalankan tradisi perayaan persembahyang ritual terhadap Dewa Dapur.
Ritual adalah serangkain kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk
tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga
berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam
10Marga Singgih, Tridharma Suatu Pengantar (Jakarta:Bakti, 1995), h. 1.
69
ritual biasanya sudah diatur dan dilaksanakan secara kesepakatan bersama.
Menjelaskan tentang bentuk ritual, banyak para ahli menganggap konsepsi dan
kepercayaan inti agama, memandang ritual hanya sebagai suatu terjemahan
lahiriyah dari inti kepercayaan.
Penulis menemukan berbagai definisi arti ritual dari berbagai referensi
sebagai berikut: pertama, secara harfiah dikatakan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh sekelompok orang atau perorangan dengan tata cara
tertentu. Kedua, menurut ilmu sosiologi arti ritual adalah aturan-aturan
tertentu yang digunakan dalam pelaksanaan agama yang melambangkan
ajaran dan yang mengingkatkan manusia pada ajaran tersebut. ketiga,
berdasarkan ilmu antropologi agama,ritual dapat diartikan sebagai perilaku
tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara bekala,
bukan sekedar sebagai rutinitas yang bersifat teknis melainkan menunjuk pada
tindakan yang didasari oleh keyakinan religius terhadap kekuasaan atau
kekuatan mistis. Keempat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan
arti ritual adalah hal ihwal ritus atau tata cara dalam upacara keagamaan. Yang
rangkaian tindakan yang ditata oelh adat atau hukum yang berlaku dalam
masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang
biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan.11
Fungsi ritual memiliki kepentingan-kepentingan yang nyata seperti:
pertama, bahwa ritual itu mengikat anggota-anggota klan menjadi satu, dan
kedua, bahwa pelaksanaan ritual secara kolektif dalam saat-saat konsentrasi
11Dikutip dari https://pengertianmenurutparaahli.org/pengertian-ritual-menurut-para-ahli/
diakses pada tanggal 28 Mei 2017 pukul 11:00.
70
memperbaharui rasa solodaritas pada mereka. Ritual-ritual itu membangkitkan
kegairahan, dimana semua kesadaran individualitas lenyap dan semua orang
merasa dirinya sebagai kolektifitas di dalam dan melalui benda-benda suci
yang mereka sediakan.12
Dari definisi beberapa ahli tentang ritual di atas menjelaskan bahwa ritual
itu sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup sebuah agama. Dan ritual
dihadirkan untuk menunjukan masih eksisnya suatu agama. itu terbukti juga
dalam agama Cina, ritual menjadi suatu bentuk tindakan atas eksistensi sebuah
agama. Itu semua terbukti dari muncul banyaknya keyakinan yang
mempengaruhi kehidupan sehari-hari komunitas etnis Cina. Beberapa
keyakinan tersebut terkait dengan kewajiban-kewajiban religius atau dengan
misteri keberuntungan di masa depan. Lainnya terkait dengan hal-hal yang
dianggap orang lain sebagai tahayul tanpa basis aktual. Maka akan tampak
jelas bahwa religi sejati dari orang Cina awam ini sangat terkait dengan upaya
mengejar kesuksesan duniawi, menenangkan arwah orang-orang yang sudah
mati, dan mengungkap misteri tersembunyi masa depan. Ketiga hal di atas
bisa dikendalikan dengan cara memberi penghormatan ritualistik pada mereka
yang sudah mati sehingga arwah mereka tenang dan senang, dengan cara
mengupayakan harmoni dan keberimbangan dalam kehidupan sehari-hari, dan
dengan mengunakan berbagai metode ramalan. Dalam lingkungan hal-hal
12E.E Evans Pritchard, Teori-teori Tentang Agama Primitif (Yogyakarta: PLP2M, 1984), h.
81.
71
seperti itu lah kehidupan komunitas Cina dibangun. Adat, kebiasaan, dan cara
hidup seperti itulah yang selalu dibawa-bawa orang Cina ke mana saja.13
Kepercayaan yang melahirkan tradisi-tradisi orang Cina dilahirkan dari
dasar pemikiran kepercayaan Tridharma (Tiga Ajaran Kebenaran) agama Tao,
Khonghucu, dan Buddha. oleh sebab itu, kepercayaan orang Cina dibangun
atas dasar kepercayan tiga agama tersebut. Dalam menjelaskan tradisi agama
Cina yang dibangun dari dasar tiga agama tersebut. penulis mengutip pendapat
Jochim dari buku Ikhsan Tanggok yang berjudul Mengenal Lebih Dekat
Agama Tao yaitu:
“Keyakinan keagamaan di Cina memiliki serangkaian
tradisi yang dibagi dalam tradisi besar (great tradition) dan
tradisi kecil (little tradition). Tradisi besar sebagaimana dikatakan
oleh Jochim adalah ditandai dengan praktek-praktek dan
keyakian-keyakinan keagamaan yang berasal dari sumber-sumber
yang di dalamnya terdapat Taoisme, Konfusianisme, dan
Buddhisme yang ajarannya saling melengkapi antara satu dengan
yang lainya, dan telah dijadikan pedoman dalam kehidupan
sehari-hari orang Cina. . Jika Konfusianisme lebih menekankan
nilai-nilai etika kehidupan, yaitu keserasian hubungan antara
manusia dengan manusia termasuk hubungan manusia dengan roh
leluhurnya, Taoisme lebih menekan keserasian hubungan antara
manusia dengan alam, dan Buddhisme lebih menekankan
mengenai kehidupan setelah mati.”
Pembentukan kepercayaan tiga ajaran ini sangat berpengaruh
dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan keagamaan orang Cina,
sehingga masyarakat Cina sulit untuk memisahkan mana di antara praktek-
13Frena Bloomfield, Chinese Beliefs, h. 5-6
72
praktek keagamaan orang Cina yang sedang mereka langsungkan ini yang
benar bersumber pada paham Konfusianisme, Taoisme atau Buddhisme.
Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi di atas
dapat diambil benang merah, bahwa semua itu berdasarkan atas suatu
getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan (religious emotion).
Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan-
tindakan bersifat religi. Religi merupakan masalah penyebab manusia
percaya pada adanya suatu kekuatan gaib yang dianggapnya lebih tinggi
dari padanya. Salah satu ritual itu tersirat dari bentuk perayaan terhadap
Dewa Dapur di Indonesia .
Dewa Dapur adalah dewa penjaga rumah yang memiliki peranan
penting dalam kehidupan keluarga Cina. Kedudukannya yang diangkat
langsung oleh Tuhan yang membuat-Nya memiliki wewenang khusus
dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, Dewa Dapur sangat
dipercayai dan dihormati oleh masyarakat Cina. Karena, Dewa Dapur
mendapatkan kedudukan yang penting untuk mengawasi keluarga, maka
tak heran masyarakat yang keturunan Tionghoa bila tahun baru Imlek tiba.
Masyarakat Cina bersama-sama menyiapkan ritual pemujaan terhadap
Dewa Dapur untuk ‘pergi’ menghadap Tuhan.
Dewa Dapur adalah salah satu Dewa yang dihormati oleh
komunitas orang-orang Tionghoa khususnya yang beragama Tridharma.
Perayaan ritual Dewa Dapur secara umum dirayakan dua kali dalam
73
setahun ketika seminggu menjelang Tahun Baru Imlek dan tiga hari
setelah Tahun Baru Imlek. Biasanya pula perayaan Dewa Dapur juga
dirayakan ketika hari ulang tahunnya, tetapi itu sangat jarang sekali
dirayakan oleh masyarakat Tionghoa. Disisi lain, Penulis menemukan di
dalam banyaknya literatur bahwa ritual perayaan Dewa Dapur jatuh pada
tanggal 24/25 bulan 12 Imlek sebagai ritual persembahyangan naiknya
Dewa Dapur dan 3 bulan 1 penanggalan Imlek sebagai ritual turunya
Dewa Dapur. Tapi, disisi lain ada yang merayakan pada 23 bulan 12 Imlek
dan tanggal 4 bulan 1 penanggalan Imlek.14 Seperti sebuah penggenalan
puisi mengenai persembahyangan bagi Dewa Dapur yang ditulis oleh
sastrawan dari Dinasi Song.
“Di tanggal 24 bulan ke-12, Dewa Dapur naik ke surga
membawa laporanNya berkendaraan awan yang ditiup oleh angin,
ia menikmati makanan dan minuman yang melimpah,ikan segar
dan kepala babi yang dimasak dengan baik.”15
Perbedaan jatuhnya perayaan ritual terhadap Dewa Dapur tersebut
juga penulis temukan di masyarakat komunitas Tionghoa yang memiliki
kepercayaan Tridharma di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi sebagai
berikut.
14Hal ini dapat di lihat dalam Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Slayang Pandang (Jakarta:
Gramedia, 2013), h. 205. , Matakin, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu
(solo: MATAKIN, 1984), h. 86. , M. Ikhsan Tanggok. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao
(Jakarta: Uin Jakarta Press, 2006), h.193., dkk. 15Himpunan Yayasan Tridharma, Kisah Para Suci (Jakarta: Yayasan Balai Kitab Tridharma
Indonesia, 2011), h. 54.
74
1. Menurut bapak Agus menyatakan bahwa perayaan ritual Dewa Dapur
adalah tanggal 24 bulan 12 Imlek dan tanggal 4 bulan 1 penanggalan
Imlek.
“Perayaan ritual sembahyang yang dilakukan untuk
menghormati Dewa Dapur berlangsung 2 kali. Pertama pada
tanggal 24 bulan 12 Imlek diperinggati sebagai persembahyangan
dalam mengantar Dewa Dapur naik ke langit untuk melaporkan
kepada pengguasa langit (Tuhan Yang Maha Esa). Kedua pada
tanggal 4 bulan 1 Imlek (tiga hari setelah Imlek) diperingari
sebagai persembahyangan terhadap Toapekong Dapur turun dari
langit untuk bertugas kembali mengawasi manusia.”16
2. Menurut bapak Drajat menyatakan bahwa perayaan ritual Dewa Dapur
adalah tanggal 24/25 bulan 12 Imlek dan tanggal 3 bulan 1
penanggalan Imlek.
“Perhitungan jatuhnya perayaan Ritual Dewa Dapur tidak
mengikuti pertanggalan Nasional atau masehi melainkaan melihat
pertanggalan Imlek. Yang mana penanggalan imlek dilihat dari
sistem penglihatan bulan. Jatuhnya perayaan Dewa Dapur
dihitung seminggu sebelum jatuhnya Hari Raya Imlek. Satu bulan
dalam penanggalan imlek terdiri dari 31 atau 30 hari dan jika
perayaan Dewa Dapur itu semnggu sebelum tanggal satu jadi
jatuhnya pada tanggal 24/25 bulan ke 12 imlek sebagai tanggal
riual kenaikan Dewa Dapur naik kelangit, dan melakukan ritual
yang sama pada tanggal 3 bulan 1 imlek sebagai
persembahyangan ritual menyambut turunnya Dewa Dapur dari
langit.”17
3. Menurut bapak Agus menyatakan bahwa perayaan ritual Dewa Dapur
adalah tanggal 24 bulan 12 Imlek dan tanggal 4 bulan 1 penanggalan
Imlek.
“Ada 2x perayaan untuk ritual persembahyangan kepada
Dewa Dapur yaitu yang pertama jatuh pada tanggal 24 bulan12
pada penanggalan Imlek yaitu seminggu sebelum hari raya Imlek.
16Bapak Agus, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 4
Mei 2017. 17Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017.
75
Yang mana disebut sebagai perayaan naiknya Toapekong Dapur
ke langit untuk melapokan prilaku keluarga yang ada di rumah.
Yang kedua, pada tanggal 4 bulan 1 penanggalan Imlek yaitu 3
hari setelah perayaan Imlek disebut sebagai ritual
persembahyangan Toapekong Dapur turun untuk bertugas kembali
dan membawa berkah untuk keluarga.”18
4. Menurut Bapak Sulai menyatakan bahwa perayaan ritual Dewa Dapur
adalah tanggal 24 bulan 12 Imlek dan tanggal 4 bulan 1 penanggalan
Imlek.
“Persembahyangan untuk Dewa Dapur itu pada umumnya
dilaksanakan 2x yaitu seminggu sebelum hari raya Imlek pada
tanggal 24 bulan 12 Imlek, dan seminggu setelah hari raya Imlek
yaitu tanggal 4 bulan 1 Imlek.”19
Dari peryataan narasumber kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi di
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perayaan Dewa Dapur pada
umumnya dirayakan 2x dalam setahun yang ritual persembahayangan
Dewa Dapur jatuh pada tanggal 24 bulan 12 penanggalan Imlek
diperingati sebagai ritual pengantaran ‘naik-Nya’ Dewa Dapur ke langit
dan tanggal 3 bulan 1 Imlek (4 bulan 1 Imlek) atau tiga hari setelah Imlek
diperingati sebagai ritual ‘turun-Nya’ Dewa Dapur ke bumi. Dan untuk di
kelenteng Hok Lay Kiong sendiri melaksanakan perayaan ritual
persembahyangan kepada Dewa Dapur pada tanggal 24 bulan 12 Imlek
dan tanggal 3 bulan 1 Imlek seperti. Jatuhnya waktu ritual ‘naik dan turun-
Nya’ Dewa Dapur diperkuat dari penjelasan menurut buku koleksi
18Bapak Ing Suhendi, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017. 19Bapak Sulai, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017.
76
kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi kepercayaan Tridharma berjudul Kisah
Para Suci yang penulis dapatkan yaitu:
“Pada tanggal 24 bulan 12 Imlek umat Tridharma
melakukan persembahangan Toa Pek Kong naik dan tanggal 3
bulan 1, Toa Pe Kong turun. Yang disebut Toa Pek Kong adalah
Toa Pek Kong atau Dewa Dapur. Diyakini Dewa Dapur naik
dengan membawa laporan akan perilaku keluarga berikut anggota
keluarga, baik dan buruknya, kehadapan Giok Hong Te.”20
C. Prosesi Pelaksanaan Ritual Upacara Persembahyangan Dewa Dapur
Perayaan Dewa Dapur adalah sebuah bentuk kepercayaan orang Cina
yang didapat dari sebuah mitologi yang mentradisi dan menjadi sebuah
kepercayaan yang sangat penting untung keluarga Tionghoa. Menurut
pengetahuan literatur yang penulis ketahui, bahwa Dewa Dapur merupakan
sosok dewa yang paling memiliki kedekatan dengan keluarga orang Cina dan
khususnya yang berketurunan Tionghoa. Kepercayaan mereka terhadap para
dewa dianggap sebagai bentuk penghormatan, dan bukan hanya sekedar
pemujaan semata. Karena kata Pemujaan dalam buku Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sebuah bentuk proses, cara, perbuatan memuja. Memuja
artinya menghormati dewa-dewa dan sebagainya dengan membakar dupa,
membaca mantra, dan sebagainya.21 Peryataan tersebut berlaku pula kepada
kepercayaan terhadap Dewa Dapur. Oleh sebab itu, Masyarakat Tionghoa
20Giok Hong Tie adalah sebutan lain untuk penguasa langit (Tuhan). Giok Hong Tie adalah
Dewa Pertama Alam Langit. Dewata Tertinggi yang melaksanakan pemerintahan alam semesta
dan dibantu oleh para dewata lain, seperti dewa matahari, dewa bintang, dewa halilintar, dan Dewa
Dapur. Dan Dewa Dapur pada tanggal 24 bulan 12 Imlek akan naik ke langit bertemu Giok Hong
Tie untuk melaporkan segala perbuatan prilaku manusia di dalam keluarga tempat Dewa Dapur
tinggal. Lihat di karya Himpunan Yayasan Tridharma, Kisah Para Suci, h. 54. 21Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 662.
77
sangat menghormati Dewa Dapur. Kata menghormati dilekatkan untuk para
dewa sangat cocok dibandingkan hanya dengan kata memuja, karena menurut
masyarakat Tionghoa cara menghormati adalah sebuah bentuk menjalankan
tradisi dari nenek moyang. Cara menjalankan tradisi tersebut dengan bentuk
cara menghormati yang di dalamnya mendapatkan keberkahan bukan hanya
permintaan membuta seperti hanya memuja.22
Menurut masyarakat Tionghoa persembahyangan bentuk penghormatan
yang mereka lakukan untuk para dewa sebetulnya berasal dari tradisi orang
Tionghoa untuk menghormati dewa tersebut. itu semua mereka kaitkan
dengan sebuah masa sebagai bentuk penghormatan kepada seorang tokoh
yang telah berjasa pada zaman dahulu yang melakukan perbuatan baik. Dan
mereka menghormatinya dengan cara menyembayangi membuat ritual yang
dikhususkan untuk mereka (para dewa) supaya manusia mendapatkan
kebaikan dan keberkahan dari mereka.23
Dari peryataan di atas dapat diambil benang merah bahwa sikap manusia
terhadap agama memperlihatkan suatu pikiran yang tunduk, agama diungkap
dalam mitos-mitos dan upacara-upacara yang mempunyai makna sosial dan di
mana seluruh keturunan ambil bagian. Agama membangun hubungan
komunal dengan makhluk makhluk rohani (dewa-dewa) yang lebih dari
sekedar daya-daya impersonal. Agama bisa mencari pertolongan dari dewa-
22Bapak Jaya Sena, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017. 23Bapak Agus, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 4
Mei 2017.
78
dewa, tetapi hanya dengan memohon, bukan dengan memerintah. Tujuan
agama yaitu memiliki sifat kedekatan dan kesatuan dengan yang illahi.
Dari bentuk penghomatan yang dilakukan masyarakat Cina terhadap para
dewa di atas menjadikan tidak adanya pengetatan di dalam penghayatan ritual
kepercayaan tersebut. Maksudnya bahwa bentuk penghormatan terhadap para
dewa khususnya kepada Dewa Dapur tidak memiliki keharusan dalam
melakukan perayaan sembahyangan kepada-Nya dan menandakan tidak ada
hukuman jika tidak melaksanakan persembahyangan tersebut. Peryataan
tersebut diperkuat dari peryataan penganut kepercayaan Tridharma:
“Menghormati atau menjalani ritual terhadap Dewa Dapur
bukan sebagai bentuk keharusan yang memiliki arti wajib sebagai
pemeluknya. Tetapi sebagai bentuk kesadaran diri yang berbentuk
penghormatan terhadap Dewa Dapur. Karena, Dewa Dapur dianggap
sebagai sewa yang memiliki tugas menjadi perwakilan Tuhan Yang
Maha Esa. Kalau, mengacu kepada kebudayaan kuno itu adalah bentuk
kepantasan.24 Dewa Dapur adalah dewa yang dibangun atas dasar
legenda yang tidak disyariatkan secara tertulis. Dewa Dapur merupakan
dewa sebagai bentuk simbolis sebagai dewa yang berfigur mendapatkan
tugas untuk mengawasi keluarga.”25
Dari bentuk kesadaran diri di atas yang menjadikan tidak ada sanksi ketika
seseorang penganut Tridharma tidak menjalankan Ritual penghormatan kepada
Dewa Dapur. Karena ritual menghormati Dewa Dapur adalah sifat kesadaran
diri sendiri. Dan tidak memiliki hukuman (sanksi) secara tertulis.26 Kesatuan
tersebut merupakan bentuk cerminan kepercayaan. Menurut H. Richard
24Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017. 25Bapak Ing Suhendi, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017. 26Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017.
79
Niebuhr menjelaskan tentang kepercayaan. Bahwa kepercayaan “mengarahkan
perhatian kita pada dinamika kepercayaan manusia yang dibentuk dan
dirasakan dalam hubungan-hubungan tradisi (tiga unsur yang tergabung). Di
dalam semua hubungan tersebut rasa percaya dan setia diperdalam dan
diperkuat dalam upaya bersama untuk mempercayakan dan menyerahkan diri
kepada suatu pusat nilai dan kekuatan yang melampaui kita manusia.”27
Kepercayaan adalah sikap dan tindakan kepercayaan dan kesetian terhadap
berbagai realitas tertentu yang menjadi sumber nilai dan objek rasa setia.28
Dari sikap kepercayaan itulah yang membentuk penghayatan kepada Dewa
Dapur berupa sembahyang yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa,
walaupun tradisi tersebut berupa legenda zaman dahulu. Sembahyang terhadap
Dewa Dapur merupakan bentuk penghormatan dan bukan bentuk keharusan,
jadi tidak ada sanksi jika tidak menjalankan. Karena, ada sebuah prinsip yang
mengatakatan “bahwa tidak ada hukuman selama seseorang tidak melakukan
kejahatan”. Dan ada filosofi mengatakan pula “Jangan kau mencari dewa,
jikalau prilakmu baik, maka dewa yang akan mencarimu.”29 Peryataan tersebut
memiliki makna bahwa ketika seseorang menghormati dewa maka seseorang
itu akan mendapatkan kebaikan. Karena, sebuah penghormatan kepada dewa
adalah sebuah cerminan kita melakukan kebaikan.
27Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan menurut James W. Fowler, h.
46. 28Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan menurut James W. Fowler, h.
5.3 29Bapak Agus, Wawancara Pribadi , Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 4
Mei 2017.
80
Ritual persembahyangan setiap agama memiliki perbedaan masing-
masing. Tetapi, ritual persembahyangan tiap-tiap agama memiliki esensi yang
sama karena di dalamnya mengharapkan sebuah timbal balik kebaikan kepada
penganutnya. Begitu pula pada ritual persembahyangan terhadap Dewa Dapur.
Kita ketahui bahwa ritual persembahyangan kepada Dewa Dapur jatuh pada
tanggal 24 bulan 12 Imlek yang mana berbarengan seminggu sebelum jatuhnya
hari raya Tahun Baru Imlek.
Pada Tahun Baru Imlek orang-orang Cina sangat sibuk, seperti
merapihkan rumah, menghias rumah, memasak makanan yang tak biasanya
dari perayaan lainya. Selain itu Tahun Baru Imlek dirayakan sebagai
momentum untuk menyembah dewa-dewi, arwah leluluh bahkan kepada
Tuhan. Seperti memberikan penyembahan kepada Dewa-dewa rumah,
khususnya Dewa Dapur, tiba-tiba Dewa Dapur mendapat perhatian khusus
pada saat itu. Dewa Dapur adalah dewa yang memiliki tugas melapor ke langit
tentang tingkah pola penghuni rumah dalam setahun. Maka pada penghantaran
Dewa Dapur, masyarakat keturuan Tionghoa di kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi membuat sesembahan untuk persembahyangan kepada-Nya. Di dalam
buku Kisah Para Suci karangan Balai Kitab Tridharma Indonesia menyatakan
bahwa: “ketika melakukan persembahyangan kepada Dewa Dapur biasanya
membawa arak sebagai persembahannya, namun ada pula yang menggunakan
81
air teh dengan batang hio. Ada pula membawa makanan, minuman, uang
kertas, dan makanan manis-manis.”30
Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi sendiri ketika tiba seminggu sebelum
masuk hari raya Tahun Baru Imlek. Pengurus kelenteng pada saat itu sangat
sibuk dengan segala pekerjaan persembahyangan untuk para dewa, dan salah
satunya kepada Dewa Dapur. Semua melakukan kerja bakti dengan bersih-
bersih kelenteng. Setelah semuanya bersih. Pengurus kelenteng menyiapkan
sesembahan di depan altar Dewa Dapur seperti: Nasi beserta lauknya yang
sudah matang, arak putih, buah-buahan, makanan yang manis-manis, sayuran,
dan yang terakhir daging-dagingan yang memiliki tiga bentuk perwakilan
perwujudan alam seperti Babi mewakili dunia darat, ikan mewakili dunia air,
dan ayam mewakili tingkatan udara dunia atas. Perlengkapan di atas di
sejajarkan di depan meja altar dengan pelengkap dupa hio dan kertas bentuk
burung yang dibakar.31
Kelengkapan keanekaragaman persembahyangan di atas memungkin
hanya ada di kelenteng, karena di tempat ini memiliki dana yang memadai
yang bersumber dari sumbangan umat Tridharma yang bersembahyang di
kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi. Tetapi, perlengkapan tersebut untuk sebua
keluarga yang memiliki altar Dewa Dapur di rumahnya, mungkin hanya bisa
menyiapkan sesajen dari kesanggupan pemilik rumah dan tidak ada paksaan
kemewahan ketika melakukan persembahyangan kepada Dewa Dapur. Seperti
30Himpunan Yayasan Tridharma, Kisah Para Suci, h. 55. 31Bapak Sulai, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017.
82
peryataan yang dikatakan oleh masyarakat Tridharma di Kelenteng Hok Lay
Kiong Bekasi.
“Sembahyang kenaikan Dewa Dapur ke langit dikatakan
sebagai ritual Toapekong naik. Dan Alat perlengkapan untuk
sembahyang kenaikan Dewa Dapur yaitu banyak variasinya tergantung
daerah kebisaan adat kebiasaan yang sudah dijalankan disuatu daerah.
Dan juga menyeseuaikan ekomomi yang dimiliki pemilik rumah. Kalau
hanya sanggup menyediakan nasi untuk menghantarkan Dewa Dapur
itupun tidak masalah. Sifat menyediakan sesaji untuk ritual tidak
memaksakan.”32
Peryataan di atas dapat diambil benang merah bahwa setiap ada perayaan
persembahyangan yang ditujukan kepada para dewa, masayarakat tidak
dipaksa untuk membawa sesajian yang diluar kesanggupan individunya karena
semua ritual ini bersifat tidak memaksa. Ada pribahasa yang menyatakan
bahwa “apa yang kau berikan yang ditujukan kepada dewa akan diterima
walaupun hanya segelas air putih, karena itu bernilai kebaikan”. Ritual Dewa
Dapur disini pun tidak bernilai keharusan dan hanya kesadaran sebagai
menjalankan tradisi yang menjadi kepercayaan. Karena, persembahyangan
kepada Dewa Dapur tidak ada perintah secara tertulis dalam kitab suci untuk
membawa sesaji yang khusus, oleh sebab itu berdasarkan kesanggupan
masyarakat.
Pada waktu yang sama ketika perlengkapan sesaji di atas siap,
dilanjutkan dengan menjalankan prosesi persembahyangan Dewa Dapur.
Dalam pelaksanaan prosesi ritual sembahyang kepada Dewa Dapur dilakukan
pada pukul jam 8 malam. Kita ketahui bahwa yang dilakukan masyarakat pada
32Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017.
83
umumnya melakukan pembersihan rumah beserta altar yang dibersihkan,
menyiapkan sajian-sajian yang di letakan meja altar, Dan tidak lupa patung
Dewa Dapur diletakan ditengah-tengah yang dinaungi alikatur kakan kiri
dengan atap. Selain itu, di samping patung Dewa Dapur dituliskan syair-syair
sebagai bentuk sogokan (doa). Prosesi tersebut berlangsung harus dilengkapi
dengan pembakan dupa hio,33 dan kertas kuda-kudaan sebagai simbolik
kendaraan Dewa Dapur terbang kelangit.34 Dan disisi lain patung atau gambar
bibir Dewa Dapur perlu diusap dengan madu untuk memastikan kata-kata yang
dilaporkan yang manis-manis saja. Bahkan, ada yang menyajikan makanan
berbahan ketan sehingga mulut Dewa Dapur lengket tidak bisa melaporkan
apapun.35
Adapun doa yang dipanjatkan ketika prosesi berlangsung pada umumnya
yaitu untuk mendapatkan keberkahan dari Tuhan dan supaya menjalankan
kehidupan kedepanya menjadi lebih baik lagi. Seperti permintaan doa
masyarakat Cina pada zaman Dinasti Ching:
“Paduka Zao Jun,36 yang Mulia,
sebutlah kebaikan kami di langit,
bawalah berkah bagi kami apabila Anda turun kembali.”37
33Hio dalam persembahyangan masyarakat Tionghoa adalah perlengkapan yang wajib.
karena, hio diibaratkan sebagai penghantar asap yang di terbang ke langit yang membawa
sesembahan dan permohonan doa. 34Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017. 35Frena Bloomfield, Chinese Beliefs, terj Teguh W. Utomo, h. 76. 36Zao Ju adalah Nama lain dari nama Dewa Dapur. Karena, nama Dewa Dapur dalam
perkembangan suku, budaya memiliki banyak panggilan. 37Himpunan Yayasan Tridharma, Kisah Para Suci, h. 55.
84
Doa di atas menandakan bahwa makna dari persembahyangan ritual Dewa
Dapur yaitu mendapatkan keberkahan dari Dewa Dapur. Dan menjadikan
personil keluarga menjadi baik, rukun dan bertanggung jawab atas prilakunya.
Disisi lain, tidak cukup perayaan ritual persembahyangan Dewa Dapur
pada tanggal 24 bulan 12 Imlek yang jatuh seminggu sebelum Tahun Baru
Imlek sebagai penghantaran Dewa Dapur ‘naik’ ke langit. Tetapi, masyarakat
Tionghoa pada umumnya harus menjemput Dewa Dapur turun ke bumi untuk
menjalankan tugasnya kembali dan membawa keberkahan dari laporan yang
dilaporkan kepada penguasa langit (Tuhan) yaitu pada tanggal 4 bulan 1 Imlek
bertepatan 3 hari setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Sesembahan dan
kemeriahan saat pengantaran Dewa Dapur naik ke langit harus sama saat
turunnya Dewa Dapur ke bumi. Masyarakat Tionghoa sanggat sibuk
menyiapkan perlengkapan yang sama di depan altar Dewa Dapur.
Perlengkapan prosesi ritual turunya Dewa Dapur ini pada umumnya sama
perlengkapan persembahan atas naiknya Dewa Dapur ke langit. Yang
membedakan hanya doa yang dipanjatkan ketika prosesi ‘turun’ Dewa Dapur
berlangsung. Seperti kutipan syair doa dari Dinasti Song saat ritual turunnya
Dewa Dapur ke Bumi :
“Wahai Dewa Dapur jaganlah Kau menyebutkan hal-hal tidak
baik dalam laporanMu, dan bawalah keberkahan dan keberuntungan saat
engkau kembali.”38
38Himpunan Yayasan Tridharma, Kisah Para Suci, h. 54.
85
Prosesi persembahyanan naiknya atau turunya Dewa Dapur di atas pada
umumnya dilakukan individu karena, orientasi dari doa yang dipanjatkan untuk
keberuntungan si individu. Tetapi pada umumnya boleh dilakukan secara
berjama’ah seperti yang dilakukan perayaannya di kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi bersama-sama dengan umat Tridharma lainnya.39 Dan pada umumnya
pula posesi persembahyangan kepada Dewa Dapur dilakukan oleh orang tua
terlebih dahulu dan lalu dilanjutkan oleh anak-anak remaja atau yang lebih
muda. Dan tempat pelaksanaan prosesinya yaitu di dapur seperti namanya
Dewa Dapur bertempat di dapur. Masyarakat pada umumnya membuat altar
kecil di dapur untuk persembahnyan Dewa Dapur. Tetapi, untuk di kelenteng
sendiri altar Dewa Dapur yaitu di ruangan paling belakang setelah altar-altar
para dewa lainya.
Disisi lain, karena prosesi perayaan ritual Dewa Dapur bertepatan dengan
datangnya Tahun Baru Imlek, ada amalan-amalan ketika tiba perayaan ritual
ini selain masyarakat Tionghoa membersihkan dan merapihkan rumah dan altar
yaitu dianjurkan menjadi vegetarian. Karena, di dalamnya mengandung makna
bahwa menjadi vegetarian mengkondisikan seseorang tidak membunuh.40
Berdema dengan fakir miskin dan biasanya, melakukan sedekah kepada sesama
manusia.41 Pada momentum tersebut disebut sebagai Hari Persaudaraan (Hari
Kenaikan Dewa Dapur). Pada hari ini masyarakat Tionghoa dianjurkan untuk
39Bapak Sulai, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017. 40Bapak Agus, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 4
Mei 2017. 41Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017.
86
berdana membantu fakir miskin dan memberikan bantuan-bantuan tanpa
membedakan golongan manusia.42
Adapun fungsi dan peran atas perayaan riual persembahyangan Dewa
Dapur yang dilakukan masyarakat umat Tridharma yaitu: Pertama, Dewa
Dapur secara umum adalah sebagai Dewa yang memiliki tugas perwakilan
Tuhan untuk menata dan menggatur rumah tangga. Bukan hanya manata
bentuk pemberian rizki dalam urusan perut saja, melainkan memiliki fungsi
mengkontrol prilaku penghuni rumah yang berupa moral dan akhlak serta
memberikan motivasi semangat hidup.43 Kedua, dengan adanya kepercayaan
Dewa Dapur telah Memberikan suatu peringatan atas peristiwa yang terjadi
pada diri kita. Memberikan petunjuk supaya kita selalu berhati-hati dalam
berprilaku.44 Ketiga, Adanya kepercayaan adanya Dewa Dapur sebagai
motivasi di dalam keluarga untuk selalu berbuat baik dan menjalankan
kehidupan berkeluarga yang baik. Karena percaya bahwa Dewa Dapur sedang
mengawasi dan mengevaluasi keadaan keluarga.45 Keempat, Dari fungsi
tersebut yang menjadikan keluarga mendapatkan keberkahan dan kebaikan
menjadikan hidup keluarga menjadi rukun.46
42Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia (Jakarta:
Pelita Kebajika, 2005), h. 173. 43Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017. 44Bapak Agus, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 4
Mei 2017. 45Bapak Ing Suhendi, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017. 46Bapak Jaya Sena, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017.
87
Dari penyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya
kepercayaan terhadap Dewa Dapur itu dijalankan untuk keberlangsungan
kehidupan masyarakat Tionghoa ke depannya. Karena, memberikan
keberkahan yang luar biasa kepada keluarga dan anggota keluarga pemilik
rumah jika memberikan perayaan kepada Dewa Dapur. Dari alesan fungsi dan
peran luar biasa tersebut yang menjadikan ritual penghormatan Dewa Dapur
bukan dilaksakan pada tanggal 24 bulan 12 Imlek dan tanggal 4 bulan 1 Imlek
saja. Melainkan ketika sepasang pengantin yang berketurunan Tionghoa ingin
menikah dan melaksanakan pernikahan. Harus melakukan ritual
persembahyangan kepada Dewa Dapur. Alasennya, supaya sepasang pengantin
ini dalam menjalankan bahtera rumah tangga mendapatkan keberkahan dari
Dewa Dapur tersebut.47
D. Relevansi Perayaan Dewa Dapur Pada Zaman Sekarang
Tridharma adalah sebutan dari tiga ajaran Taoisme, Konfusianisme dan
Buddhisme yang menjadi kesatuan dari ajaran agama orang Tionghoa di Cina
maupun di Indonesia. Dari tiga ajaran itulah sebagai perwujudan dari hasil
kepercayaan dan kebudayaan Tionghoa. Memunculkan nilai sinkretisme dari
tiga aliran utama yang menjadi perwujudan tempat ibadah Tridharma yaitu
sebuah kelenteng. Kelenteng adalah tempat ibadah yang pada umumnya
dipergunakan oleh masyarakat Tionghoa yang memiliki kepercayaan
Tridharma. Karena di dalam kelenteng terdapat para dewata yang dihormati
dari Tiga Agama Besar di atas seperti: Dewata Buddhisme dipuja juga oleh
47Bapak Ing Suhendi, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017.
88
penganut agama Tao, para Dewata Tao juga mendapatkan penghormatan
serupa dari penganut Buddhis, begitu pula dengan Khonghucu. Patung-patung
dari tokoh tertinggi ketiga aliran kepercayaan tersebut ditempatkan dan dipuja
bersama-sama di atas satu altar pemujaan.
Dari latar belakang Kepercayaan Tridharma di atas, oleh sebab itu
Tridharma dibangun dengan memegang prinsip-prinsip kepercayaan masing-
masing, walaupun tokoh atau dewa yang mereka sembah dominan sama.
Masyarakat Tionghoapun tidak mencampur adukan syariat yang fundamental
dalam kepercyaan Tridharma tersebut. Gambaran prinsip tiga ajaran ini adalah
satu, dan telah menjadi satu dalam segala kegiatan spritual orang Tionghoa
seperti Dewa Dapur. Dewa Dapur adalah dewa penjaga rumah yang dipercayai
dan disembah semua lapisan masyarakat Tionghoa. karena, Dewa Dapur dewa
adalah dewa yang dianggap penting untuk kelangsungan nasib kehidupan
masyarakat yang beragama Tao, Khonghucu, ataupun Buddha.
Disisi lain fungsi dan peran Dewa Dapur sangat krusial dalam
kehidupan masyarakat Tionghoa karena, Dewa Dapur berada pada lapisan
keluarga dan posisinya sangat memiliki kedekatan dengan keluarga Tionghoa.
Oleh sebab itu, yang menjadikan Dewa Dapur masih tetap eksis dipercaya dan
dipuja keberadaannya di dalam keluarga masyarakat Tionghoa. Walaupun dari
kebanyakan masyarakat Tionghoa tidak tahu asal-usul mula kepercayaan
Dewa Dapur. Masyarakat Tionghoa seakan–akan tidak peduli bagaimana
kemunculan Dewa Dapur walau hanya dari sebuah mitologi legenda semata.
89
Dewa Dapur pada saat ini dengan perubahan zaman, dengan kemajuan
kebudayaan, peradaban, dan ilmu pengetahuan, semestinya kepercayaan
keagamaan manusia khusunya orang Tionghoa akan peran, fungsi, dan makna
Dewa Dapur mengalami kemunduran. Tetapi sekarang kita lihat dengan kaca
modern upacara-upacara yang berkaitan dengan kepercayaan rakyat
khususnya khas Tionghoa masih dipercayai dan berlangsung meriah dan tidak
menunjukan tanda-tanda akan punah ditelan jaman. Malahan ada dewa-dewa
yang pada zaman dahulu dipuja yang memiliki peran yang dipercaya oleh
masyarakat tradisional Tionghoa pada zaman moderen menyesuaikan dengan
zaman modern. Seperti Dewa Dapur yang dahulunya pada zaman dahulu
dikenal pertama kali dengan sebutan dewa api lalu, berevolusi menjadi Dewa
Dapur. Itu menandakan nilai religius dari setiap ritual agama memiliki tempat
khusus dihati penganutnya.
Disisi yang lain, kepercayaan ritual Dewa Dapur banyak mengalami
perubahan bentuk ritual persembahyangan yang disebabkan perubahan zaman.
Semua itu dibuktikan dari berubahnya bentuk dapur. Walaupun berubah
bentuk dapur yang pada zaman dahulu dengan dapur pada zaman sekarang
tetapi, ritual penghormatan Dewa Dapur tidak hilang dan tidak kehilangan
makna. Pada zaman modern sekarang kebanyakan rumah sudah tidak ada altar
di dapur. Permasalahan itu semua tidak menyebabkan hilangan perayaan
Sembahyang penghormatan kepada Dewa Dapur. Ritual ini tetap dirayakan
karena, kepercayaan terhadap Dewa Dapur bukan kepercayaan membuta tetapi
90
kepercayaan yang mendasar karena, di dalam ritual penghormatan Dewa
Dapur memiliki nilai moral dan etika yang baik untuk di jalankan manusia.48
Perubahan zaman menjadikan tradisi semakin ditinggalkan karena,
dianggap tidak relevan. Itu tejadi pula pada perayaan ritual Dewa Dapur
zaman sekarang. Pada umumnya zaman dahulu setiap rumah memiliki altar
kecil untuk para dewa dan ada pula khusus Dewa Dapur di rumah. Tetapi,
Pada rumah-rumah modern sekarang sudah tidak ada altar khusus untuk Dewa
Dapur. Itu yang menjadi penyebab lunturnya kepercayaan atas penghormatan
persembahyangan Dewa Dapur. Yang biasanya dilakukan di rumah, tetapi
sekarang hanya di kelenteng.49
Dapat diambil benang merah bahwa perintah ritual persembahyangan
penghormatan Dewa Dapur memang tidak punya ajaran yang tertulis yang
berupa fatwa atau kitab suci yang menyebabkan lunturnya tradisi tersebut.
Latar belakang itulah yang menjadikan ritual ini bersifat kesadaran dan tidak
memiliki keharusan wajib yang memiliki sanksi jika tidak menjalankan. Itu
yang menyebabkan anak-anak muda pada zaman sekarang tidak mudah
percaya akan tradisi ini dengan begitu saja terhadap Dewa Dapur. Mereka
menganggap kepercayaan Dewa Dapur hanya sebuah legenda dan dongeng
atas keberadaannya.50
48Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27 April 2017. 49Bapak Agus, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 4
Mei 2017. 50Bapak Jaya Sena, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017.
91
Permasalahan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harus ada peran
orang tua. Disini orang tua memiliki andil bagaimana orang tua bisa
menjelaskan tradisi ritual Dewa Dapur kepada anak-anaknya supaya tetap
dijalankan dan dilestarikan. Karena kepercayaan terhadap Dewa Dapur bukan
kepercayaan membuta tetapi kepercayaan yang mendasar.51 Walaupun Dewa
Dapur kehilangan tempatnya di rumah pada zaman moderen sekarang dengan
tidak dihormati atau diabaikan keberadaanya. Tetapi, Dewa Dapur tetap akan
ada dan eksistesnsi Dewa Dapur tetap di puja dan tetap ada di dalam
keluarga.52
Kepercayaan model tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh
Fowler bahwa kepercayaan hendak dimengerti secara dinamis. Kepercayaan
itu meliputi kenyataan bahwa pribadi menemukan arti atau ditemukan oleh arti
itu. Kepercayaan mencangkup baik konstruksi aktif atas keyakinan dan
komitmen maupun sikap pasif dalam menerimanya. Kepercayaan mencangkup
segala ekspresi religius eksplisit dan seluruh pembentukan kepercayaan, dan
juga segala cara untuk menemukan dan mengarahkan diri pada koherensi
dalam lingkunan yang paling akhir, namun yang tidak bersifat religus.53
Kesemua itu adalah ekspresi dari sebuah agama. karena, agama adalah sistem
simbol yang berfungsi untuk menanamkan semangat dan motivasi yang kuat,
mendalam, dan bertahan lama pada manusia dengan menciptakan konsepsi-
51Bapak Jaya Sena, Wawancara Pribadi , Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017. 52Bapak Ing Suhendi, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong
Bekasi, 6 Mei 2017. 53Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan menurut James W. Fowler
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995), h. 45.
92
konsepsi yang bersifat umum tentang eksistensi, dan membungkus konsepsi-
konsepsi itu sedemikian rupa dalam suasana faktualitas sehingga suasana dan
motivasi itu kehihatan sangat realistis.54 Adanya sosok Dewa Dapur yang
mitologinya memberikan motivasi dan nilai moral kepada manusia yang
menyebabkan Dewa Dapur masih dihormati oleh masyarakat Tionghoa
khusunya di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi.
54Roger M Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspeksif Kontemporer (Jakarta: Gelora
Aksra Pratama, 1981), h. 95.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian sebagai berikut:
Dewa Dapur adalah salah satu dewa yang dipercayai oleh masyarakat
keturunan Tionghoa berada. Mau beragama apapun orang Tionghoa
menganut suatu kepercayaan. Pasti memiliki kepercayaan kepada Dewa
Dapur.
Dewa Dapur merupakan salah satu Dewata penguasa bumi, yang memiliki
kekuasaan di bumi. Kekuasaan mereka adalah di alam dunia dan didekat
manusia. Dewa Dapur menjadi salah satu dewa penjaga rumah dari banyak
dewa seperti dewa pintu, dewa kamar, dewa obat, dewa kelahiran dan masih
banyak dewa lainnya. Dewa Dapur merupakan dewa yang memiliki
kedekatan sangat khusus dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Karena,
Dewa Dapur adalah dewa yang bertempat tinggal di dalam rumah.
Kedekatan Dewa Dapur di hati keluarga dan masyarakat Tionghoa karena,
Dewa Dapur memiliki fungsi dan peran yang banyak yang mendatangkan
keberkahan dan keuntungan untuk pemilik rumah yaitu: Pertama, Dewa
Dapur secara umum adalah sebagai Dewa yang memiliki tugas perwakilan
Tuhan untuk menata dan menggatur rumah tangga. Bukan hanya manata
94
bentuk pemberian rizki dalam urusan perut saja, melainkan memiliki fungsi
mengkontrol prilaku penghuni rumah yang berupa moral dan akhlak serta
memberikan motivasi semangat hidup. Kedua, dengan adanya kepercayaan
Dewa Dapur telah Memberikan suatu peringatan atas peristiwa yang terjadi
pada diri kita. Memberikan petunjuk supaya kita selalu berhati-hati dalam
berprilaku. Ketiga, Adanya kepercayaan adanya Dewa Dapur sebagai
motivasi di dalam keluarga untuk selalu berbuat baik dan menjalankan
kehidupan berkeluarga yang baik. Karena percaya bahwa Dewa Dapur sedang
mengawasi dan mengevaluasi keadaan keluarga. Keempat, Dari fungsi
tersebut yang menjadikan keluarga mendapatkan keberkahan dan kebaikan
menjadikan hidup keluarga menjadi rukun.
Fungsi dan peran Dewa Dapur tersebut yang membuat Dewa Dapur
Dipercayai dapat memberikan perlindungan, keamanan, kesehatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan setiap rumah tangga dan anggotanya. Dan
Dia merupakan salah satu dewa yang bisa memberikan banyak keberkahan
jika kita menghormatinya. Bentuk perhormatan kepada Dewa Dapur yaitu
dengan cara melakukan persembahyangan ritual kepada-Nya. Perayaan Dewa
Dapur pada umumnya dirayakan 2x dalam setahun yaitu pada saat seminggu
sebelum tiba Hari Raya Tahun Baru Imlek dan tiga hari setalah Tahun Baru
Imlek. Ritual persembahyangan Dewa Dapur itu jatuh pada tanggal 24 bulan
12 penanggalan Imlek diperingati sebagai ritual pengantaran ‘naik-Nya’
Dewa Dapur ke langit dan tanggal 3 bulan 1 Imlek (4 bulan 1 Imlek) atau tiga
hari setelah Imlek diperingati sebagai ritual ‘turun-Nya’ Dewa Dapur ke
95
bumi. Dan untuk kelenteng Hok Lay Kiong sendiri melaksanakan perayaan
ritual persembahyangan kepada Dewa Dapur pada tanggal 24 bulan 12 Imlek
dan tanggal 3 bulan 1 Imlek. Dan ada waktu diluar itu untuk memberikan
penghormatan kepada Dewa Dapur yaitu pada saat upacara pernikahan
masyarakat Tionghoa dan ulang tahun Dewa Dapur.
Adapun praktiknya prosesi persembahyangan kepada Dewa Dapur yaitu
pertama-mana membersihkan altar Dewa Dapur, menyediakan perlengkapan
persembahyangan seperti hio untuk dibakar sebagai menghantarkan Dewa
Dapur, dan yang tidak lupa sesaji makanan untuk menyuap Dewa Dapur yang
salah satunya makanan yang manis-manis supaya Dewa Dapur melaporkan
prilaku angota keluarga kepada Tuhan yang baik-baik. Persembahyangan
kepada Dewa Dapur biasanya dilakukan individu di rumah yang dimulai
dengan orang tua terlebih dahulu lalu orang yang lebih muda. Tetapi
sedangkan di kelenteng pada umumnya dilakukan berjama’ah.
Kepercayaan terhadap Dewa Dapur merupakan tradisi kepercayaan
masyarakat Cina yang sudah mentradisi. Kepercayaan masyarakat Cina disini
dibangun untuk mempercayai terhadap suatu kekuatan yang dapat
mengendalikan hidup dan menentukan nasib mereka merupakan kepercayaan
yang turun-menurun diyakini oleh masyarakat Cina. Kepercayaan tersebut
dipercayai bahwa ada kekuatan yang diwujudkan dalam bentuk dewa yang
berupa roh yang diyakini bisa membantu manusia dalam mengatasi
permasalahan yang ada di kehidupan dunia.
96
Pernyataan di atas diperkuat oleh ada banyak alasan keyakinan yang
mempengaruhi kehidupan sehari-hari komunitas etnis Cina tersebut.
Beberapa keyakinan tersebut sangat terkait dengan kewajiban-kewajiban
religius atau dengan misteri keberuntungan di masa depan. Lainnya terkait
dengan hal-hal yang dianggap orang lain sebagai tahayul tanpa basis aktual.
Maka akan tampak jelas bahwa religi sejati dari orang Cina ini sangat terkait
dengan upaya mengejar kesuksesan duniawi, menenangkan arwah orang-
orang yang sudah mati, dan mengungkap misteri tersembunyi masa depan.
Ketiga hal di atas bisa dikendalikan dengan cara memberi penghormatan
ritualistik pada mereka yang sudah mati sehingga arwah mereka tenang dan
senang, dengan cara mengupayakan harmoni dan keberimbangan dalam
kehidupan sehari-hari, dan dengan mengunakan berbagai metode ramalan.
Dalam lingkungan hal-hal seperti itulah kehidupan komunitas Cina dibangun.
Adat, kebiasaan, dan cara hidup seperti itulah yang selalu dibawa-bawa orang
Cina ke mana saja.
Tetapi dalam era modern sekarang ritual penghormatan terhadap Dewa
Dapur mengalami kemerosotan akan eksistensi dan relevansi ritual terhadap
Dewa Dapur untuk anak-anak muda yang hidup di zaman sekarang karena,
salah satu penyebab kemerosotan pernghormatan kepada Dewa Dapur
disebabkan bahwa perayaan Dewa Dapur bukanlah keharusan yang
perintahnya tertulis di kitab suci dan merupakan hanya kesadaran
kepercayaan dari menjalankan tradisi. Tetapi, disisi yang lain ritual Dewa
Dapur masih tetap dijalankan oleh orang tua karena percaya bahwa Dewa
97
Dapur membawa keberkahan untuk keluarganya. Alesan mereka tetap
berpegang teguh kepada keyakinan tersebut sangatlah sederhana. Mereka
mengatakan bahwa kepercayaan terhadap dewa-dewi adalah warisan leluhur,
sehingga tanpa perlu mempertanyakan lebih jauh. Walaupun banyaknya versi
legenda kemunculan dari asal-usul Dewa Dapur yang belum terverifikasi
kebenarannya. Analisa tersebut menjadi penutup dalam kesimpulan skripsi
ini.
98
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Press, 1997.
A.S, Marcus, Hari Raya Tionghoa,Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2015.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1996.
Bloomfield, Frena. Chinese Beliefs, terj Teguh W. Utomo. Surabaya: Liris,
2010.
Cremers, Agus. Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan menurut James
W. Fowler. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995.
Collier, Irene Dea. Mitologi Cina. Depok: Oncor Semesta Ilmu, 2011.
Connolly, Peter. Aneka Pendekatan Studi Agama. Yogyakarta : LkiS
Yogyakarta, 2002.
Dawson, Raymond. Khonghucu Penata Budaya Kerajaan Langit, terj Joko
Suyoto. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993.
Dhavamony, Mariasusai. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius,
1995.
Echol, John M. Dkk. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2010.
Himpunan Yayasan Tridharma, Kisah Para Suci. Jakarta: Yayasan Balai
Kitab Tridharma Indonesia, 2011.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta PT Balai Pustaka
2007.
Keesing, Roger M. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer.
Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1981.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Lardner, Dennis, dkk. Jejak Rohani Sang Guru Suci Memahami
Spritualitas Buddha, Konfusius, Yesus, Muhammad. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.
99
Majelis Budhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dharma. Jakarta:
Majelis Budhayana Indonesia, 1980.
Matakin, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu.
solo: MATAKIN, 1984.
Menzies, Allan. (History of Religion: A Sketch of Primitive Reeligious
Beliefs and Practices and of the Origin and Character of the Great Systems)
Sejarah Agama-Agama Studi Sejarah Karakteristik dan Praktik Agama-agama
Besar Dunia, terj Dion Yulianto & EmIrfan. Yogyakarta: Forum, 2014.
Nahrawi, Muh Nahar. Memahami Khonghucu Sebagai Agama. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Slayang Pandang. Jakarta: Gramedia,
2013.
Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat, terj Abdul Muis
Naharong. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994, cet. V.
Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat Suatu Pengantar
Sosiologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pritchard, E.E Evans. Teori-teori Tentang Agama Primitif . Yogyakarta:
PLP2M, 1984.
Setiawan, dkk. Dewi-Dewi Klenteng. Semarang: Yayasan Klenteng
Sampookong, 1990.
Sandjaja, dkk. Panduan Penelitian. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006.
Singgih, Marga. Tridharma Suatu Pengantar. Jakarta:Bakti, 1995.
Singgih, Marga. Tridharma Selayang Pandang. Jakarta: Perkumpulan
Tridharma, 2016.
Singgih, Marga. Tridharma The Way of Life. Jakarta: Yayasan Bakti,
2010.
Susanti, Sri. Teologi Buddha Tridharma, Skripsi Jurusan Studi Agama-
agamaFakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Riau,
2014.
Tan, Amy. The Kitchen God’s Wife (Isteri Dewa Dapur), terj Joyce K.Isa.
Jakarta: Gramedia, 1994.
Tanggok, Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia.
Jakarta: Pelita Kebijakan, 2005.
100
Tanggok, Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2006.
Yi’E, Wang. Daoism In China. Beijing: China Intercontinental Press,
2004.
Yoest. Riwayat Kelenteng, Vihara, Lithang di Jakarta & Banten. Jakarta:
Aksara Persada, 2008.
Werner, E.T.C. Mitos dan Lengenda China. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Skripsi
Ahsani, Juli. Tuhan dan Penciptaan Manusia dalam Ajaran Agama
Khonghucu, Skripsi Jurusan Studi Agama-agamaFakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta, 2014.
Hayyu, Pradnya. Dewa Dapur Sebagai Salah Satu Mitos Dalam Mitologi
Cina Dan Bentuk Pemujaannya, Skripsi Program Studi Cina Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Depok, 2009.
Nufus, Hayatun. Kebudayaan Tionghoa dalam Novel Dimsum Terakhir
Karya Clara NG dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA, Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas Indonesia. Jakarta, 2014.
Wawancara
Bapak Agus, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Klenteng Hok Lay
Kiong Bekasi, 4 Mei 2017.
Bapak Drajat, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27
April 2017.
Bapak Ing Suhendi, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Klenteng Hok
Lay Kiong Bekasi, 6 Mei 2017.
Bapak Jaya Sena, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Klenteng Hok Lay
Kiong Bekasi, 6 Mei 2017.
Bapak Sulai, Wawancara Pribadi, Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, 27
April 2017.
101
Website
https://pengertianmenurutparaahli.org/pengertian-ritual-menurut-para-ahli/
diakses pada tanggal 28 Mei 2017 pukul 11:00.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tridharma Diakses Pada Tanggal 10 Maret
2017 Jam 16:10.
https://pengertianmenurutparaahli.org/pengertian-ritual-menurut-para-ahli/
diakses pada tanggal 28 Mei 2017 pukul 11:00.
www.china.org.cn diakses pada tanggal 9 Februari 2017, pukul 21:50.
102
LAMPIRAN-LAMPIRAN
103
LAMPIRAN I
SURAT BUKTI WAWANCARA
104
LAMPIRAN II
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
105
106
107
108
109
LAMPIRAN III
PERTANYAAN WAWANCARA
1. Ajaran (Doktrin) apakah yang kalian percayai dari penyembahan Dewa
Dapur?
2. Sebenarnya, lebih cocok (tepat) dikatakan Menyembah, Memuja atau kata
Menghormati yang dikaitkan dengan ritual terhadap Dewa Dapur?
3. Bagaimana cara perhitungan tanggal Imlek dalam menentukan perayaan
Dewa Dapur?
4. Apakah semua komunitas Agama Tridharma merayakan perayaan Dewa
Dapur?
5. Adakah keharusan untuk menyembah Dewa Dapur untuk penganut
Tridharma?
6. Jika keharusan, Apa sanksi yang didapat kalau tidak menyembah Dewa
Dapur?
7. Apakah ada batasan Umat Tridharma dalam merayakan ritual Perayaan
Ritual Tridharma (contoh komunitas orang Tionghoa)?
8. Fungsi dan peran apa yang kalian ketahui dari kalian menyembah Dewa
Dapur?
9. Makna apa yang didapat dari penyembahan Dewa Dapur?
10. Taukah anda asal-usul (sejarah/mitologi) Dewa Dapur?
11. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan sebelum melakukan ritual
penyembahan kenaikan Dewa Dapur?
12. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan dalam penyambutan ritual
turunnya Dewa Dapur?
13. Dimana biasanya memuja Dewa Dapur? (menggunakan foto, patung Dewa
Dapur)
14. Biasanya, bagaimana pelaksanaan berjalan prosesi ritual kepada Dewa
Dapur?
15. Apakah penyembahan Dewa Dapur dilakukan seorang (individu) atau
berjama’ah (bersama-sama)?
110
16. Dewa Dapur inikan dikatakan Dewa Keluarga, apakah semua anggota
keluarga memuja Dewa Dapur? Atau hanya sebagaian anggota keluarga
saja?
17. Doa khusus (keinginan) apakah yang dipanjatkan (diharapkan) saat
perayaan ritual Dewa Dapur? (apa yang diminta saat berdoa kepada
DewaDapur)
18. Adakah amalan khusus yang dilakukan saat tiba perayaan ritual Dewa
Dapur?
19. Apakah ada hari, bulan, atau tanggal khusus lagi selain hari raya Imlek
dalam ritual Penyembahan Dewa Dapur?
20. Ada tidak perubahan pemujaan dari masyarakat tradisional dengan zaman
modern, yang berkaitan dengan model dapur yang mana kaitan Dewa
Dapur dahulunya dengan Tunggku!
111
HASIL WAWANCARA
Pertanyaan Penelitian di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi Tentang Dewa Dapur
Nama (interview) : Romo Jaya Sena Asoha
Jabatan : Pandita-pandita
Alamat: Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi Timur
(Jln.Mekarsari RT 05/03 NO 17)
Penganut (kepercayaan): Buddha Tridharma
Tanggal: 06 Mei 2017
1. Ajaran (Doktrin) apakah yang kalian percayai dari penyembahan Dewa
Dapur?
Jawab:
Dewa Dapur adalah Dewa Cao Kung Kong. Dewa yang dipercayai
memberikan kebaikan, kebahagiaan dan keberkahan. Yang tugasnya
memperhatikan dan mengawasi prilaku keluarga agar keluarga bisa berbuat
baik.
2. Sebenarnya, lebih cocok (tepat) dikatakan Menyembah, Memuja atau kata
Menghormati yang dikaitkan dengan ritual terhadap Dewa Dapur?
Jawab:
Lebih cocok dengan kata Menghormati, karena orang Tionghoa menjalankan
tradisi dari nenek moyang dan menjalankanya sebagai bentuk cara
menghormati.
3. Bagaimana cara perhitungan tanggal Imlek dalam menentukan perayaan
Dewa Dapur?
Jawab:
Jatuhnya ritual persembahyangan kepada Dewa Dapur dilaksanakan 2x yaitu
pada tanggal 24 bulan 12 bulan Imlek yaitu perayaan persembahyangan
112
Toapekong naik ke langit untuk melaporkan perbuatan prilaku penghuni
rumah kepada Tian (Tuhan). Dan tanggal 4 bulan 1 Imlek adalah ritual
persembahyangan untuk menyambut turunnya Dewa Dapur ke bumi untuk
bertugas kembali dan memberikan keberkahan kepada pemilik rumah.
4. Apakah semua komunitas Agama Tridharma merayakan perayaan Dewa
Dapur?
Jawab:
Diharapkan semua Tridharma merayakan Dewa Dapur, karena itu bukan
keharusan, mungkin tidak semua melakukan ritual ini. Dan biasanya hanya
orang-orang tua yang melakukan ritual kepada Dewa Dapur.
5. Adakah keharusan untuk menyembah Dewa Dapur untuk penganut
Tridharma?
Jawab:
Tidak ada keharusan atau kewajiban untuk mempercayai Dewa Dapur karena
bentuknya berupa penghormatan. Sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Tetapi umumnya harus menjalankannya.
6. Jika keharusan, Apa sanksi yang didapat kalau tidak menyembah Dewa
Dapur?
Jawab:
Tidak ada sanksi jika tidak menjalankan ritual perayaan kepada Dewa Dapur.
Jika memang keharusan juga tidak ada sanksi tertulis jika tidak
menjalankannya.
7. Apakah ada batasan Umat Tridharma dalam merayakan ritual Perayaan Ritual
Tridharma (contoh komunitas orang Tionghoa)?
Jawab:
Tidak ada batasan. Semua orang boleh menghormati dengan kembali apakah
dia percaya atau tidak. Karena dasarnya kepercayaan.
8. Fungsi dan peran apa yang kalian ketahui dari kalian menyembah Dewa
Dapur?
Jawab:
Fungsi dan perannya adalah mengawasi memperhatiakan prilaku setiap orang
yang ada di dalam rumah. Serta menjaga penghuni rumah untuk selalu bisa
113
berprilaku baik untuk bisa mengkontrol prilaku dan mengingat bahwa di
dalam rumah ada Dewa Dapur yang mengawasinya. Dari fungsi tersebut yang
menjadikan keluarga mendapatkan keberkahan dan kebaikan.
9. Makna apa yang didapat dari penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
Makna yang didapat bahwa kita bisa menjaga prilaku dan akhlak. Dan Bisa
mengkontrol perbuatan karena merasa sedang diawasi oleh Dewa Dapur.
10. Taukah anda asal-usul (sejarah/mitologi) Dewa Dapur?
Jawab:
Hidup seorang suami istri yang sangat miskin. Karena sangat miskin
kehidupannya sang suami tega menjual istrinya kepada hartawan yang sangat
kaya. Uang dari penjualan istrinya dihabiskan untuk bermain judi. Akhirnya
kehidupan sang suami semakin miskin dan melarat. Suatu hari hartawan yang
membeli istrinya melakukan bakti sosial membagian sumbangan kepada fakir
miskin. Dan suaminya yang mendengar itu langsung datang untuk mengantri.
Istrinya melihat suaminya ikut mengantri. Sang istri merasa kasian atas
kemiskinan yang semakin oleh mantan suaminya. Sang istri ingin
memberikan sumbangan kepada sang suami, tetapi suami berada dibarisan
urutan belakang karena sang istri membagikan sumbangan dari urutan barisan
paling depan. Istri merasa kasihan karena sang suami tidak kebagian
sumbangan. Keesokan harinya sang istri berinisiatif untuk membagian
sumbangan dari barisan belakang. Tetapi suami berada dibarisan paling depan
dan akhirnya sang suami tidak mendapatkan sumbangan lagi. Sang istri
merasa kasihan dan merubah pemikiran bahwa besok akan membagikan
sumbangan dari barisan yang tengah. Tetapi keesokan harinya sang istri tidak
melihat mantan suaminya. Teryata suaminya telah meninggal dunia. Sang
istri sangat terpukul dan sedih mendengar kabar tersebut.
Dari kesetian tersebut Tuhan mengangkat suaminya dan istrinya menjadi
Dewa Dapur.
11. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan sebelum melakukan ritual
penyembahan kenaikan Dewa Dapur?
Jawab:
114
Setiap persembahan selalu menyiapkan Lilin, dupa, permen-permen, air teh,
kue-kue. Dan lagi-lagi tergantung semua itu dari kesanggupan kemampuan
pemilik rumah.
12. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan dalam penyambutan ritual
turunnya Dewa Dapur?
Jawab:
Alat perlengkapan ketika ritual persembayangan menyambut turunnya Dewa
Dapur yatitu selalu menyiapkan lilin, dupa, permen-permen, air teh, kue-kue.
Dan lagi-lagi tergantung semua itu dari kesanggupan kemampuan pemilik
rumah.
13. Dimana biasanya memuja Dewa Dapur? (foto, patung)
Jawab:
Di dapur dong karena, namanya Dewa Dapur, membuat altar kecil di Dapur
dengan sebuah papan nama di atasnya. Foto ataupun patung jarang di
Indonesia di temukan.
14. Biasanya, bagaimana pelaksanaan berjalan prosesi ritual kepada Dewa
Dapur?
Jawab:
Berjalannya prosesi ritual kepada Dewa Dapur yaitu ketika semua alat
perlengkapan sudah dipersiapkan dan semua orang telah berkumpul (satu
keluarga) maka yang dahulu melakukan sembahyang yaitu orang tua dahulu
setelah itu anak-anak. Makanan yang menjadi sesembahan dimakan bersama-
sama karenasupaya mendapatkan berkah.
15. Apakah penyembahan Dewa Dapur dilakukan seorang (individu) atau
berjama’ah (bersama-sama)?
Jawab:
Biasa umumnya dilakukan individu. Tetapi boleh dilakukan secara jama’ah
tergantung keadaan anggota keluarga.
16. Dewa Dapur ini kan dikatakan Dewa Keluarga, apakah semua anggota
keluarga memuja Dewa Dapur? Atau hanya sebagaian anggota keluarga saja?
Jawab:
115
Baiknya semua anggota melakukan sembahyang penghormatan kepada Dewa
Dapur. Tetapi karena bukan bentuk keharusan. Maka hanya sebagian orang di
anggota keluarga yang menghormati Dewa Dapur. Apalagi pada zaman
sekarang anak-anak muda sudah meninggalkan tradisi ini.
17. Doa khusus (keinginan) apakah yang dipanjatkan (diharapkan) saat perayaan
ritual Dewa Dapur? (apa yang diminta saat berdoa kepada DewaDapur)
Jawab:
Karena Dewa Dapur adalah dewa keluarga yang mengawasi dan menjaga
prilaku keluarga. Maka oleh sebab itu permintaan yang dipanjatkan saat
prosesi sembahyang kepada Dewa Dapur yaitu supaya mendapatkan
keberkahan,mendapatkan kebaikan, dan supaya dijaga akhlak prilaku
keluarga. Dan saat pemanjatkan doa ini ketika pada saat kenaikan Dewa
Dapur ke langit dan yang dipinta yaitu supaya melaporkan prilaku anggota
keluarga yang baik-baik kepada Tuhan.
18. Adakah amalan khusus yang dilakukan saat tiba perayaan ritual Dewa
Dapur?
Jawab:
Tidak ada amalan khusus yang dilakukan ketika tiba perayaan ritual Dewa
Dapur. Biasanya hanya bersih-bersih rumah dan altar sembahyangan karena
ritual Dewa Dapur jatuh seminggu sebelum tiba hari raya Imlek.
19. Apakah ada hari, bulan, atau tanggal khusus lagi selain hari raya Imlek dalam
ritual Penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
Biasanya pada tanggal hari kelahiran Dewa Dapur, anggota keluarga biasanya
melakukan persembahyangan. Tetapi pada zaman sekarang sudah jarang
ditemukan ritual kelahiran Dewa Dapur.
20. Ada tidak perubahan pemujaan dari masyarakat tradisional dengan zaman
modern ? yang berkaitan dengan model dapur, yang mana kaitan Dewa Dapur
dahulunya dengan Tunggku.
Jawab:
Jelas ada berbedaannya. Karena Dewa Dapur tidak punya ajaran yang tertulis
yang berupa fatwa atau kitab suci. Anak-anak muda pada zaman sekarang
116
tidak mudah percaya akan tradisi ini dengan begitu saja terhadap Dewa Dapur
karena mereka anggap hanya sebuah lengeda dan dongeng atas
keberadaannya. Sekarang tinggal bagaimana orang tua yang bisa menjelaskan
tradisi ritual Dewa Dapur.
117
HASIL WAWANCARA
Pertanyaan Penelitian di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi Tentang Dewa Dapur
Nama (interview) : Pak Ing Suhendi
Jabatan : Pandita Tridharma
Alamat: Babelan
Penganut (kepercayaan): Buddha Tridharma
Tanggal: 07 Mei 2017
1. Ajaran (Doktrin) apakah yang kalian percayai dari penyembahan Dewa
Dapur?
Jawab:
Dewa Dapur adalah sosok dewa yang hidup dari sebuah lengeda cerita rakyat.
Dewa Dapur adalah dewa yang dianggap membawa keberuntungan dan
keberkahan dalam sebuah kehidupan rumah tangga (keluarga). Dan lengenda
yang beredar bahwa Dewa Dapur digambarkan sesesok sepasang laki-laki dan
perempuan yang menjadi Dewa dan Dewi Dapur.
2. Sebenarnya, lebih cocok (tepat) dikatakan Menyembah, Memuja atau kata
Menghormati yang dikaitkan dengan ritual terhadap Dewa Dapur?
Jawab:
Oh,, Lebih cocok dengan bahasa menghormati. Karena, orang yang kita
sucikan atas perbuatannya.
3. Bagaimana cara perhitungan tanggal Imlek dalam menentukan perayaan
Dewa Dapur?
Jawab:
Ada 2x perayaan untuk ritual persembahyangan kepada Dewa Dapur yaitu
yang pertama jatuh pada tanggal 24 bulan12 pada penanggalan Imlek yaitu
seminggu sebelum hari raya Imlek. Yang mana disebut sebagai perayaan
naiknya Toapekong Dapur ke langit untuk melapokan prilaku keluarga yang
118
ada di rumah. Yang kedua, pada tanggal 4 bulan 1 penanggalan Imlek yaitu 3
hari setelah perayaan Imlek disebut sebagai ritual persembahyangan
Toapekong Dapur turun untuk bertugas kembali dan membawa berkah untuk
keluarga.
4. Apakah semua komunitas Agama Tridharma merayakan perayaan Dewa
Dapur?
Jawab:
Kalau penganut Tridharma pada umumnya merayakan perayaan Dewa Dapur.
Karena Dewa Dapur adalah sebuah legenda yang bangun oleh masyarakat
Tionghoa di Cina sebagai sebuah Tradisi. Dan penganut Tridharma pasti
keturunan Tionghoa yang kebanyakan akan menjalankan tradisi perayaan
menghormati Dewa Dapur.
5. Adakah keharusan untuk menyembah Dewa Dapur untuk penganut
Tridharma?
Jawab:
Tidak ada kaharusan atau kewajiban dalam menghormati Dewa
Dapur.karena, Dewa Dapur adalah dewa yang dibangun atas dasar legenda
yang tidak disyariatkan secara tertulis. Dewa Dapur merupakan dewa sebagai
bentuk simbolis sebagai dewa yang berfigur mendapatkan tugas untuk
mengawasi keluarga.
6. Jika keharusan, Apa sanksi yang didapat kalau tidak menyembah Dewa
Dapur?
Jawab:
Tidak ada sanksi karena perayaan Dewa Dapur merupakan sebuah tradisi.
Ketika tradisi itu tidak dijalankan tidak ada sanksi tertulis di dalamnya.
7. Apakah ada batasan Umat Tridharma dalam merayakan ritual Perayaan Ritual
Tridharma (contoh komunitas orang Tionghoa)?
Jawab:
Tidak ada batasan. Karena dasarnya adalah keyakinan. Ketika seseorang
peryaca kepada Dewa Dapur maka dipersilahkan untuk menghormatinya
kalaupunmereka bukan dari kalangan Tridharma atau keturunan Tionghoa.
119
8. Fungsi dan peran apa yang kalian ketahui dari kalian menyembah Dewa
Dapur?
Jawab:
Fungsi dan peran Dewa Dapur salah satunya sebagai motivasi di dalam
keluarga untuk selalu berbuat baik dan menjalankan kehidupan berkeluarga
yang baik. Mengawasi dan mengevaluasi keadaan keluarga. Apakah bersifat
baik atau buruk.
9. Makna apa yang didapat dari penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
Makna yang didapat dari penyembahan Dewa Dapur yaitu mendapatkan
keberkahan dari Dewa Dapur. Dan menjadikan personil keluarga menjadi
baik.
10. Taukah anda asal-usul (sejarah/mitologi) Dewa Dapur?
Jawab:
Hidup seorang suami istri yang sangat miskin. Karena sangat miskin
kehidupannya sang suami tega menjual istrinya kepada hartawan yang sangat
kaya. Uang dari penjualan istrinya dihabiskan untuk bermain judi. Akhirnya
kehidupan sang suami semakin miskin dan melarat. Suatu hari hartawan yang
membeli istrinya melakukan bakti sosial membagian sumbangan kepada fakir
miskin. Dan suaminya yang mendengar itu langsung datang untuk mengantri.
Istrinya melihat suaminya ikut mengantri. Sang istri merasa kasian atas
kemiskinan yang semakin oleh mantan suaminya. Sang istri ingin
memberikan sumbangan kepada sang suami, tetapi suami berada dibarisan
urutan belakang karena sang istri membagikan sumbangan dari urutan barisan
paling depan. Istri merasa kasihan karena sang suami tidak kebagian
sumbangan. Keesokan harinya sang istri berinisiatif untuk membagian
sumbangan dari barisan belakang. Tetapi suami berada dibarisan paling depan
dan akhirnya sang suami tidak mendapatkan sumbangan lagi. Sang istri
merasa kasihan dan merubah pemikiran bahwa besok akan membagikan
sumbangan dari barisan yang tengah. Tetapi keesokan harinya sang istri tidak
melihat mantan suaminya. Teryata suaminya telah meninggal dunia. Sang
istri sangat terpukul dan sedih mendengar kabar tersebut.
120
Dari kesetian tersebut Tuhan mengangkat suaminya dan istrinya menjadi
Dewa Dapur.
11. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan sebelum melakukan ritual
penyembahan kenaikan Dewa Dapur?
Jawab:
Karena, perayaan Dewa Dapur adalah bentuk persembahyangan. Maka, Yang
di persiapkan dan yang dibutuhkan adalah lilin yang memiliki arti lambang
penerangan, dupa yang memiliki arti keharuman, air teh dan air putih
12. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan dalam penyambutan ritual
turunnya Dewa Dapur?
Jawab:
Sama seperti dengan ritual saat kenaikan Dewa Dapur, tidak ada perbedanya
semua itu tergantung dengan kemampuannya.
13. Dimana biasanya memuja Dewa Dapur? (foto, patung)
Jawab:
Di dapur, karena namanya Dewa Dapur, penyembahan ritualnya yah, di dapur
karena,altar dibuat di dapur. Sedangkan di kelenteng tidak di dapur melainkan
ditempat jajaran para Dewa. Yang membedakanya berada dibelakangdari
para-para dewa. Dan tidak beruba foto atau patung melainkan tulisan nama
Dewa Dapurdi depan altar.
14. Biasanya, bagaimana pelaksanaan berjalan prosesi ritual kepada Dewa
Dapur?
Jawab:
Tidak ada ritual prosesi yang khusus, karena dewa keluarga, maka
sembayangan keluarga saja. Biasanya dimulai dari orang tua dan lalu anak-
anaknya.
15. Apakah penyembahan Dewa Dapur dilakukan seorang (individu) atau
berjama’ah (bersama-sama)?
Jawab:
Pada umumnya individu. Tetapi ketika dirumah, persembahyangan dilakukan
bersama anggota keluarga Pasti berjamaah. Tetapi bergantian.
121
16. Dewa Dapur inikan dikatakan Dewa Keluarga, apakah semua anggota
keluarga memuja Dewa Dapur? Atau hanya sebagaian anggota keluarga saja?
Jawab:
Seperti tadi yang saya katakan bahwa ada yang melaksanakan
persembayangan kepada Dewa Dapur ada yang tidak. Tetapi pada umumnya
kalau yang beragama Tridharma pasti menghormati Dewa Dapur. tetapi
karena sebagai bentuk penghormatan maka ada yang melaksanakan ada yang
tidak. Tetapi biasanya setiap pernikahan orang Tionghoa pasti semua
keluarga melakukan ritual persembahyangan Dewa Dapur. karena ada nilai
moral yang di ambil dari legenda Dewa Dapur seperti nilai kesetiaan.
17. Doa khusus (keinginan) apakah yang dipanjatkan (diharapkan) saat perayaan
ritual Dewa Dapur? (apa yang diminta saat berdoa kepada DewaDapur)
Jawab:
Tidak ada doa khusus yang dipanjatkan kepada Dewa Dapur. Doa yang
dipanjatkan Tergantung kepada kebutuhan yang di pinta pada Dewa Dapur
tergantung kebutuhan yang dibutuh oleh keluarga.
18. Adakah amalan khusus yang dilakukan saat tiba perayaan ritual Dewa
Dapur?
Jawab:
Tidak ada amalan khusus yang dilakukan saat tiba perayaan ritual Dewa
Dapur. Tapi, biasanya karena ritual ini jatuhnya sebelum perayaan harai raya
Imlek anggota keluarga biasanya melakukan bersih-bersih rumah dan bersih-
bersih altar dewa-dewa.
Dan biasanya melakukan sedekah membagi-magi makanan kepada keluarga.
19. Apakah ada hari, bulan, atau tanggal khusus lagi selain hari raya Imlek dalam
ritual Penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
kan tadi sudah saya jelaskan bahwa yang khususnya kan pada hari raya Imlek
yaitu pada tanggal 24 bulan 12 Toapekong Dapur naik, dan tanggal 4 bulan 1
Toapekong Dapur turun. Sedangkan perayaan yang tidak khususnya yaitu
dirayakan pada saat ada perayaan pernikahan. Setiap pernikahan orang
122
Tionghoa, harus melakukan ritual persembahyangan kepada Dewa Dapur
supaya dalam menjalankan bahtera rumah tangga mendapatkan keberkahan.
20. Ada tidak perubahan pemujaan dari masyarakat tradisional dengan zaman
modern, yang berkaitan dengan model dapur yang mana kaitan Dewa Dapur
dahulunya dengan Tunggku!
Jawab:
Jujur saya saya katakan bahwa pada umumnya pada zaman sekarang sudah
tidak ada yang mengunakan tungku untuk memasak, sudah pada mengunakan
kompor gas. Tetapi apapun dapurnya mengunakan tungku ataupun pakai
kompor gas Dewa Dapur tetap ada. Walaupun Dewa Dapur tidak dihormati
atau diabaikan, Dewa Dapur tetap ada. Esesnsinya Dewa Dapur tetap di puja
dan tetap ada didalam keluarga.
123
HASIL WAWANCARA
Pertanyaan Penelitian di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi Tentang Dewa Dapur
Nama (interview) : Bapak. Drajat
Alamat: Jalan Pejuang No. 9 Bekasi Utara
Penganut (kepercayaan) : Buddha Tridharma
Tanggal: 27 April 2017
1. Ajaran (Doktrin) Apakah yang Bapak ketahui tentang penyembahan Dewa
Dapur?
Jawab :
Dewa Dapur adalah Dewa yang tinggalnya dirumah yang memiliki tugas
menata kehidupan yang berkaitan dengan rumah tangga yang tinggal ditatanan
rumah tinggal. Dewa Dapur adalah dewa yang mengatur (manage) rumah
tangga. Dengan tujuan supaya penghuni rumah bisa mengatur kehidupan
rumah tangga. Dengan contoh : tinggalnya Dewa Dapur ditatanan rumah
tangga supaya penghuni rumah hidup rukun, prilaku berakhlak baik dan
bertaggung jawab atas kewajibannya. Dewa Dapur sebagai Dewa yang
mengarah kepada acuan hidup untuk memikirkan hidup setelah hari esok.
2. Sebenarnya, lebih cocok (tepat) dikatakan Menyembah, Memuja atau kata
Menghormati yang dikaitkan dengan ritual terhadap Dewa Dapur?
Jawab:
Penyembahan ritual terhadap Dewa Dapur lebih cocok dengan bahasa
“Menghormati/ bentuk penghomatan”, karena kata menghormati mengandung
arti bukan meminta tetapi, untuk mendapatkan keberkahan dari bentuk
penghormatan kepada Dewa Dapur. Sedangkan kata memuja mengandung sifat
yang artinya meminta yang mengarah ke perbuatan musyrik kepada sesuatu
yang ghaib yang tidak terlihat. Penghormatan kepada Dewa Dapur hanya
sebuah bentuk simbolik dalam hidup untuk mendapat keberkahan.
124
3. Bagaimana cara perhitungan tanggal Imlek dalam menentukan jatuhnya
perayaan Dewa Dapur?
Jawab:
Perhitungan jatuhnya perayaan Ritual Dewa Dapur tidak mengikuti
pertanggalan Nasional atau masehi melainkaan melihat pertanggalan Imlek.
Yang mana penanggalan imlek dilihat dari sistem penglihatan bulan. Jatuhnya
perayaan Dewa Dapur dihitung seminggu sebelum jatuhnya Hari Raya Imlek.
Satu bulan dalam penanggalan imlek terdiri dari 31 atau 30 hari dan jika
perayaan Dewa Dapur itu semnggu sebelum tanggal satu jadi jatuhnya pada
tanggal 24/25 bulan ke 12 imlek sebagai tanggal riual kenaikan Dewa Dapur
naik kelangit, dan melakukan ritual yang sama pada tanggal 3 bulan 1 imlek
sebagai persembahyangan ritual menyambut turunnya Dewa Dapur dari langit.
4. Apakah semua komunitas Agama Tridharma merayakan perayaan Dewa
Dapur?
Jawab:
Tidak semua Komunitas atau orang yang memiliki kepercayaan Tridharma
menghormati dan melalukan penyembahan ritual kepada Dewa Dapur. Karena
suatu bentuk penghormatan adalah muncul dari kesadaran diri pribadi. Dan
pada zaman sekarang Ritual penghormatan Dewa Dapur dianggap sebagai
urusan orang tua dan orang muda yang hidup di zaman sekarang dianggap
tidak memiliki keharusan, orentasi pemikiran tersebut sebagai bentuk benturan
budaya.
5. Adakah keharusan untuk menyembah Dewa Dapur untuk penganut Tridharma?
Jawab:
Menghormati atau menjalani ritual terhadap Dewa Dapur bukan sebagai bentuk
keharusan yang memiliki arti wajib sebagai pemeluknya karena sebagai bentuk
kesadaran diri bentuk penghormatan terhadap Dewa Dapur, tetapi kalau
mengacu kepada kebudayaan kuno itu adalah bentuk kepantasan. Karena Dewa
Dapur dianggap sebagai Dewa yang memiliki tugas menjadi perwakilan Tuhan
Yang Maha Esa.
6. Jika keharusan, Apa sanksi yang didapat kalau tidak menyembah Dewa Dapur?
Jawab:
125
Tidak ada sanksi ketika seseorang penganut Tridharma tidak menjalankan
Ritual penghormatan kepada Dewa Dapur. Karena ritual menghormati Dewa
Dapur adalah sifat kesadaran diri sendiri. Dan tidak memiliki hukuman (sanksi)
secara tertulis.
7. Apakah ada batasan Umat Tridharma dalam merayakan ritual Perayaan Ritual
Tridharma (contoh komunitas orang Tionghoa)?
Jawab:
Menjalankan Ritual penghomatan terhadap Dewa Dapur tidak memiliki
batasan siapa saja orang bisa menjalankan ritual ini sejauh mereka menyakini.
Kalau dilihat keindonesian riual ini sudah bercampur antara tradisi dan budaya.
Karena kita Bhinneka jadi siapapun bebas menjalani atau tidak.
8. Fungsi dan peran apa yang kalian ketahui dari kalian menyembah Dewa
Dapur?
Jawab:
Fungsi Dewa Dapur secara umum adalah sebagai Dewa yang memiliki tugas
perwakilan Tuhan untuk menata dan menggatur rumah tangga. Bukan hanya
manata bentuk pemberian rizki dalam urusan perut saja, melainkan memiliki
fungsi mengkontrol prilaku penghuni rumah yang berupa moral dan akhlak
serta memberikan motivasi semangat hidup.
9. Makna apa yang didapat dari penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
Yang didapat dari menjalankan ritual penghormatan Dewa Dapur yaitu
mengandung banyak nilai positif yaitu menjadikan hidup hemat, memiliki
semangat hidup, memiliki prilaku yang baik, dan menjadikan kehidupan rumah
tangga yang rukun.
10. Taukah anda asal-usul (sejarah/mitologi) Dewa Dapur?
Jawab:
Saya tahu bahwa keperyaan terhadap Dewa Dapur dibangun dari mitologi
legenda zaman terdahulu. Kira-Kira 1000 SM kepercayaan terhadap Dewa
Dapur telah ada dari Dinasti Sou dan Dinasti Tang. Yang mana dahulu Dewa
Dapur di personifikasikan dengan Dewa dengan figur nenek-nenek yang
berbaju merah. Dan merah melambangkan dengan api. Karena dahulu sebelum
126
adanya Dewa Dapur, manunia lebih dahulu memuja Api sebagai unsur utama
di dapur. Api dilambangkan warna merah yang memiliki arti berani.
11. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan sebelum melakukan ritual
penyembahan kenaikan Dewa Dapur?
Jawab:
Sembahyang kenaikan Dewa Dapur ke langit dikatakan sebagai ritual
Toapekong naik. Dan Alat perlengkapan untuk sembahyang kenaikan Dewa
Dapur yaitu banyak variasinya tergantung daerah kebisaan adat kebiasaan yang
sudah dijalankan disuatu daerah. Dan juga menyeseuaikan ekomomi yang
dimiliki pemilik rumah. Kalau hanya sanggup menyediakan nasi untuk
menghantarkan Dewa Dapur itupun tidak masalah. Sifat menyediakan sesaji
untuk ritual tidak memaksakan.
Dan biasanya Perlengkapan sesaji yang disuguhkan untuk Dewa Dapur yang
biasa dilakukan di kelenteng yaitu :
Nasi beserta lauknya yang sudah matang, arak putih, buah-buahan, makanan
yang manis-manis, sayuran,dan yang terakhir daging-dagingan yang memiliki
tiga bentuk perwakilan perwujudan alam seperti Babi mewakili dunia darat ,
ikan mewakili dunia air, dan ayam mewakili tingkatan udara dunia atas.
Perlengkapan di atas di sejajarkan di depan meja altar dengan pelengkap dupa
hio dan kertas bentuk burung yang dibakar.
12. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan dalam penyambutan ritual
turunnya Dewa Dapur?
Jawab:
Ritual penyambutan Dewa Dapur adalah bentuk persembahyangan untuk
merayakan turunnya Dewa Dapur dari langit yang jatuh pada tangal 3 bulan 1
Imlek. Alat perlengkapan yang dipersiapkan saat ritual penyambutan Dewa
Dapur turun dari langit sama seperti ritual menghantar naiknya Dewa Dapur ke
langit.
Nasi beserta lauknya yang sudah matang, arak putih, buah-buahan, makanan
yang manis-manis, sayuran,dan yang terakhir daging-dagingan yang memiliki
tiga bentuk perwakilan perwujudan alam seperti Babi mewakili dunia darat ,
ikan mewakili dunia air, dan ayam mewakili tingkatan udara dunia atas.
127
Perlengkapan di atas di sejajarkan di depan meja altar dengan pelengkap dupa
hio dan kertas bentuk burung yang dibakar.
13. Dimana biasanya memuja Dewa Dapur? (ketika ritual mengunakan foto atau
patung Dewa Dapur).
Jawab:
Dewa Dapur muncul dan dibangun dari mitologi dan legenda zaman dahulu di
negara Cina. Dewa Api adalah Dewa yang lebih dahulu dikenal sebelum
muncul ritual sembahyang penghormatan terhadap Dewa Dapur. Api dianggap
unsur elemen penting dalam dapur. Dan biasanya altar atau tempt sembahyang
yang dilakukan untuk Dewa Dapur dilakukan dekat dapur. Ada yang memakai
patung dan gambar. Tetapi kalau untuk disini hanya dengan mengunakan
papan nama yang tergantung. Walaupun tidak mengunakan patung atau gambar
yang diharapkan dari penghormatan kepada Dewa Dapur yaitu mengharapkan
keberkahannya.
14. Biasanya, bagaimana pelaksanaan berjalan prosesi ritual kepada Dewa
Dapur?
Jawab:
Pelaksanaan prosesi ritual kepada Dewa Dapur jatuh seminggu sebelum
jatuhnya perayaan Hari Raya Imlek. Prosesi sembahyang kepada Dewa Dapur
jatuh pada pukul jam 8 malam. Sebelumnya rumah beserta altar dibersihkan,
sajian-sajian disiapkan di meja altar. Patung Dewa Dapur diletakan ditengah-
tengah yang dinaungin oleh kakan kiri dengan atap. Disamping patung Dewa
Dapur terdapat syair-syair sebagai bentuk sogokan (doa). Prosesi berlangsung
dengan pembakan dupa hio dan kertas kuda-kudaan sebagai simbolik
kendaraan Dewa Dapur terbang kelangit.
15. Apakah penyembahan Dewa Dapur dilakukan seorang (individu) atau
berjama’ah (bersama-sama)?
Jawab:
Ketika sembahyang penghormatan Dewa Dapur dilakukan di rumah biasanya
dilakukan secara individu. Karena kepercayaan terhadap Dewa Dapur bukan
bentuk keharusaan. Dan ketika dilakukan di Kelenteng dilakukan bersama-
sama dengan penganut Tridharma lainnya.
128
16. Dewa Dapur inikan dikatakan Dewa Keluarga, apakah semua anggota
keluarga memuja Dewa Dapur? Atau hanya sebagaian anggota keluarga saja?
Jawab:
Jawabannya kembali lagi kepada keyakinan individu. Karena sembahnyang
Dewa Dapur adalah bentuk penghormatan, maka di dalamnya tidak terdapat
penekanaan (tidak diwajibkan). Kewajiban individu adalah menghormati
leluhur. Maka kesimpulannya jika di dalam keluarga Cuma hanya ibunya saja
yang melakukan smebahyang kepada Dewa Dapur, itu bukan sebagai masalah.
17. Doa khusus (keinginan) apakah yang dipanjatkan (diharapkan) saat perayaan
ritual Dewa Dapur? (apa yang diminta saat berdoa kepada DewaDapur).
Jawab:
Karena sembahyang kepada Dewa Dapur adalah bentuk penghormatan. Maka
yang diharapkan dari ritual ini adalah ingin mendapatkan keberkahan dari
Dewa Dapur. Supaya kehidupan rumah tangga sejahtera.
18. Adakah amalan khusus yang dilakukan saat tiba perayaan ritual Dewa
Dapur?
Jawab:
Tidak ada amalan khusus ketika jatuhnya perayaan Dewa Dapur, melainkan
semuanya hanya berbentuk doa-doa, parita-parita sebagai bentuk bersyukur.
Dan biasanya melakukan sedekah kepada sesama manusia.
19. Apakah ada hari, bulan, atau tanggal khusus lagi selain hari raya Imlek dalam
ritual Penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
Yang umumnya tidak ada hari khusus lainnya selain tanggal 24 bulan 12
penanggalan Imlek sebagai kenaikan Dewa Dapur naik ke langit, dan 3 bulan 1
penanggalan Imlek sebagai penyambutan turunnya Dewa Dapur turun ke bumi.
Tetapi jika ingin sempurna melakukan penghormatan kepada Dewa Dapur.
Dianjurkan melakukan ritual penghormatan pada tanggal 3 bulan 8 Imlek
sebagai hari Ulang Tahun Cau Kung Kong (Dewa Dapur).
20. Ada tidak perubahan pemujaan dari masyarakat tradisional dengan zaman
modern, yang berkaitan dengan model dapur yang mana kaitan Dewa Dapur
dahulunya dengan Tunggku!
129
Jawab:
Sangat banyak perubahan bentuk ritual sembahyangan karena makin
berubahnya zaman. Seperti berubahnya bentuk dapur. Walaupun berubah
bentuk tetapi tidak merubah makna. Walaupun sudah tidak ada altar di dapur.
Sembahyang kepada Dewa Dapur tetap dirayakan. Karena kepercayaan
terhadap Dewa Dapur bukan kepercayaan membuta tetapi kepercayaan yang
mendasar.
130
HASIL WAWANCARA
Pertanyaan Penelitian di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi Tentang Dewa Dapur
Nama (interview) : Bapak Agus
Jabatan : Ketua Yayasan Tridharma
Alamat: Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi Timur
Penganut (kepercayaan): Buddha Tridharma
Tanggal: 04 Mei 2017
1. Ajaran (Doktrin) apakah yang kalian percayai dari penyembahan Dewa
Dapur?
Jawab:
Dewa Dapur adalah Dewa yang berasal dari ajaran tradisi Taoisme. Dewa
Dapur adalah dewa yang berada di dapur yang bertugas mengawasi penghuni
anggota rumah serta mencatat perbuatan prilaku keluarga pemilik rumah
untuk dilaporkan kepada pengguasa langit yang berada di langit.
2. Sebenarnya, lebih cocok (tepat) dikatakan Menyembah, Memuja atau kata
Menghormati yang dikaitkan dengan ritual terhadap Dewa Dapur?
Jawab:
Lebih cocok kaitannya dengan menghormati karena, sebetulnya ritual
sembahnyang ini berasal dari tradisi orang Tionghoa untuk menghormati
dewa tersebut. yang masa sebagai bentuk penghormatan kepada seorang
tokoh yang telah berjasa pada zaman dahulu yang melakukan perbuatan baik.
Dan kami menghormatinya dengan cara menyembayangi mereka (dewa)
supaya mendapatkan kebaikan dan keberkahan dari mereka.
3. Bagaimana cara perhitungan tanggal Imlek dalam menentukan perayaan
Dewa Dapur?
Jawab:
131
Perayaan ritual sembahyang yang dilakukan untuk menghormati Dewa
Dapur berlangsung 2 kali. Pertama pada tanggal 24 bulan 12 Imlek
diperinggati sebagai persembahyangan dalam mengantar Dewa Dapur naik ke
langit untuk melaporkan kepada pengguasa langit (Tuhan Yang Maha Esa).
Kedua pada tanggal 4 bulan 1 Imlek (tiga hari setelah Imlek) diperingari
sebagai persembahyangan terhadap Toapekong Dapur turun dari langit untuk
bertugas kembali mengawasi manusia.
4. Apakah semua komunitas Agama Tridharma merayakan perayaan Dewa
Dapur?
Jawab:
Pada umumnya semuanya merayakan di kelenteng. Karena, di kelenteng
ketika seseorang melakukan sembahyang kepada tuhan yang berada di depan
dan mereka melakukan persembahyang ke dalam ke semua dewa-dewa yang
di dalamnya termasuk Dewa Dapur.
5. Adakah keharusan untuk menyembah Dewa Dapur untuk penganut
Tridharma?
Jawab:
Tidak ada keharusan dalam menghormati Dewa Dapur. Apalagi pada zaman
sekarang sudah menghilangkan tradisi-tradisi persembahyangan untuk
menghormati para dewa. Karena persembahyangan identik orang tradisional
untuk orang dulu.
6. Jika keharusan, Apa sanksi yang didapat kalau tidak menyembah Dewa
Dapur?
Jawab:
Karena sembahyang adalah bentuk penghormatan dan bukan bentuk
keharusan, jadi tidak ada sanksi jika tidak menjalankan. Karena, memiliki
prinsip bahwa tidak ada hukuman selama seseorang tidak melakukan
kejahatan. Ada filosofi mengatakan “Jangan mencari dewa, kalau prilaku
kita baik, dewa yang akan mencari dewa” yang memiliki makna bahwa
ketika seseorang menghormati dewa akan mendapatkan kebaikan.
7. Apakah ada batasan Umat Tridharma dalam merayakan ritual Perayaan Ritual
Tridharma (contoh komunitas orang Tionghoa)?
132
Jawab:
Tidak ada batasan dan tidak ada paksaan menghormati dewa-dewa khususnya
Dewa Dapur. Karena landasannya adalah kepercayaan. Jika seseorang
percaya maka mereka akan melaksanakan.
8. Fungsi dan peran apa yang kalian ketahui dari kalian menyembah Dewa
Dapur?
Jawab:
Fungsi dan peran dari melakukan sembahyang penghormatan kepada Dewa
Dapur yaitu bahwa Dewa Dapur sedang mengawasi dan mencatat prilaku kita
sehari-hari. Dan dengan adanya kepercayaan Dewa Dapur telah Memberikan
suatu peringatan atas peristiwa yang terjadi pada diri kita. Memberikan
petunjuk supaya kita selalu berhati-hati dalam berprilaku.
9. Makna apa yang didapat dari penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
Makna yang didapat dari melakukan ritual dan percaya terhadap Dewa Dapur
yaitu membuat hidup baik, dan akan menjadikan orang berprilaku dan
berakhlak baik karena berpikir bahwa segala perbuatan yang dilakukannya
dicacat oleh Dewa Dapur. Menjalani kehidupan lebih berhati-hati karena
hidupnya dianggap sedang diawasi oleh Dewa Dapur. Hidup menjadi lebih
waspada dengan menjalani hidup rukun. Lebih menjaga harta dijalan yang
benar dengan tidak boros.
10. Taukah anda asal-usul (sejarah/mitologi) Dewa Dapur?
Jawab:
Legenda Dewa Dapur muncul dan bisa dihormati karena mengandung
pelajaran yang dapat diambil hikmat dari cerita tersebut seperti cerita di
bawah ini:
Dahulu hidup seorang laki-laki yang kaya memiliki istri yang sangat baik.
Karena, memiliki kekayaan yang banyak suami ini berselingkuh dengan
wanita lain dan menikahinya. Wanita yang menjadi istri barunya ini ternyata
wanita yang tidak baik. Istri lamanya diusir dan diceraikan. Baru menikah 1
tahun suaminya jatuh miskin dan mengalami kebutaan. Istri keduanya tidak
mau mengurusinya. Akhirnya suaminya mengemis dan kelaparan hingga
133
sakit dijalan. Istri pertamanya melihat suaminya jatuh miskin dan langsung
menolong dan membawanya pulang untuk merawat dan mengobati
kebutaannya. Setelah beberapa hari merawat suaminya. Akhirnya Suaminya
sembuh dan bisa melihat. Suaminya penasaran wanita siapa yang telah baik
merawat dan mengobatinya. Melihat kejauhan bahwa wanita tersebut adalah
istrinya. Suaminya sangat malu atas segala perbuatannya terhadap istri
pertamanya dan lari ke dapur lalu, ngumpet disebuah tunggu. Dan akhirnya
suaminya meninggal terbakar di dalam tungku. Arwah inilah yang dianggat
oleh Dewa Tertinggi menjadi Dewa Dapur karena sikap penyesalan terhadap
perbuatannya kepada istrinya yang pertama.
11. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan sebelum melakukan ritual
penyembahan kenaikan Dewa Dapur?
Jawab:
Dalam tradisi Tionghoa ketika melakukan persembahyangan
perlengkapannya selalu sama seperti adanya lilin, dupa hio, buah-buhan yang
mani, kue-kueyang manis khusunya kue keranjang, gula batu, dan minuman
teh dan air putih.
12. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan dalam penyambutan ritual
turunnya Dewa Dapur?
Jawab:
Dalam tradisi Tionghoa ketika melakukan persembahyangan
perlengkapannya selalu sama seperti adanya lilin, dupa hio, buah-buhan yang
mani, kue-kueyang manis khusunya kue keranjang, gula batu, dan minuman
teh dan air putih.
13. Dimana biasanya memuja Dewa Dapur? (dan melakuakan pemujaan
mengunakan foto atau patung)
Jawab:
Karena namanya Dewa Dapur, melakukan ritual sembahyanganpun juga di
dapur. Biasanya dibuat altar kecil di dapur untuk tempat sembahyang kepada
Dewa Dapur. Dan di Indonesia tidak ada yang mengunakan patung atau foto
Dewa Dapur melainkan hanya mengunakan papan gantung nama yang
134
bertuliskan Dewa Dapur. Sedangkan di kelenteng biasanya meja altar untuk
sembahyang Dewa Dapur terdapat dibelakang.
14. Biasanya, bagaimana pelaksanaan berjalan prosesi ritual kepada Dewa
Dapur?
Jawab:
Berjalannya prosesi ritual persembahyangan kepada Dewa Dapur sama
seperti persembahyangan kepada dewa-dewa lainnya dengan meyediakan
persembahyangan. Bedanya persembahyan kepada Dewa Dapur
menyuguhkan makanan-makanan yang manis-manis dengan tujuan Dewa
Dapur ketika melaporkan kepada Tuhan yang manis-manis dan yang bagus-
bagus saja.
15. Apakah penyembahan Dewa Dapur dilakukan seorang (individu) atau
berjama’ah (bersama-sama)?
Jawab:
Biasanya dan pada umumnya sembahyang kepada Dewa Dapur dilakukan
sendiri-sendiri atau individu. Jarang melakukannya dengan jama’ah.
Walaupun ada tapi sedikit. Karena pengaruh perubahan zaman.
16. Dewa Dapur inikan dikatakan Dewa Keluarga, apakah semua anggota
keluarga memuja Dewa Dapur? Atau hanya sebagaian anggota keluarga saja?
Jawab:
Karena menghormati Dewa Dapur bukan sebagai bentuk ajaran keharusan
dan tidak ada berupa sanksi jika tidak menjalankannya. Maka ada didalam
suatu keluarga yang tidak menghormati. Karena ini semua adalah bagi yang
mempercayainya. Jika tidak percaya, tidak melakukan persembahyangan.
Realitanya pada zaman sekarang anak muda sudah meniggalkan tradisi tidak
melakukan penyembahan kepada Dewa Dapur.
17. Doa khusus (keinginan) apakah yang dipanjatkan (diharapkan) saat perayaan
ritual Dewa Dapur? (apa yang diminta saat berdoa kepada DewaDapur)
Jawab:
Doa khusus yang biasa dipanjatkan kepada Dewa Dapur yaitu berupa
keinginan dan harapan agar keluarga mendapatkan kebaikan, dilindungi,
diberi rezeki, dan supaya anggota keluarga bisa berprilaku baik.
135
18. Adakah amalan khusus yang dilakukan saat tiba perayaan ritual Dewa
Dapur?
Jawab:
Jatuhnya ritual persembahyangan Dewa Dapur jatuh pada 7 hari sebelum hari
raya Imlek biasanya amalan yang dilakukan anggota keluarga yaitu bersih-
bersih rumah dan membersihkan altar persembahyangan. Dan pada waktu
perayaan itu dianjurkan menjadi vegetarian. Karena, di dalamnya
mengandung makna bahwa menjadi vegetarian mengkondisikan seseorang
tidak membunuh.
19. Apakah ada hari, bulan, atau tanggal khusus lagi selain hari raya Imlek dalam
ritual Penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
Biasanya pada tanggal persembahyangan tangal 1 dan 15 setiap bulannya.
Walaupun itu tanggal persembahyangan kepada leluhur. Jika di kelenteng
semua Dewa yang ada di kelenteng di hormati dan melakukan
persembahyangan kepada semuanya termasuk Dewa Dapur.
20. Ada tidak perubahan pemujaan dari masyarakat tradisional dengan zaman
modern, yang berkaitan dengan model dapur yang mana kaitan Dewa Dapur
dahulunya dengan Tunggku!
Jawab:
Ia ada perubahan karena mengikuti perubahan zaman. Perubahan zaman
menjadikan tradisi semakin ditinggalkan karena dianggap tidak relevan.
Biasanya dahulu setiap rumah umumnya memiliki altar kecil untuk Dewa
Dapur dirumah. Pada rumah-rumah modern sekarang tidak ada. Dan sekarang
penghormatan persembahyangan di lakukan di kelenteng, tidak di rumah.
136
HASIL WAWANCARA
Pertanyaan Penelitian di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi Tentang Dewa Dapur
Nama (interview) : Bapak Sulai
Jabatan : Ketua Yayasan Tridharma
Alamat: Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi Timur
Penganut (kepercayaan): Buddha Tridharma
Tanggal: 04 Mei 2017
1. Ajaran (Doktrin) apakah yang kalian percayai dari penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
Dewa Dapur adalah salah satu dewa yang dipercayai oleh masyarakat Cina
yang membawa keberkahan untuk keluarga yang memiliki tugas mengawasi
manusia yang bertempat tinggal dirumah sebuah keluarga.
2. Sebenarnya, lebih cocok (tepat) dikatakan Menyembah, Memuja atau kata
Menghormati yang dikaitkan dengan ritual terhadap Dewa Dapur?
Jawab:
Lebih cocok menghormati untuk dilekatkan kepada Dewa Dapur dan untuk
semua dewa disini. Di kelenteng ini kami menghormatinya. Menghormati
disini memiliki artian bahwa kita akan mendapatkan keberkahan dari
menghormati para Dewa.
3. Bagaimana cara perhitungan tanggal Imlek dalam menentukan perayaan Dewa
Dapur?
Jawab:
Perayaan ritual Dewa Dapur dalam penanggalan Imlek pada umumnya
dirayakan dua kali yaitu pada tanggal 24 bulan 12 penanggalan Imlek jatuh
seminggu sebelum Hari Raya Tahun Baru Imlek dan tanggal 4 bulan 1
penanggalan Imlek jatuh 3 hari setelah Hari Raya Tahun Baru Imlek.
137
4. Apakah semua komunitas Agama Tridharma merayakan perayaan Dewa
Dapur?
Jawab:
Kalau untuk Agama Tridharma disini seharusnya merayakan perayaan Dewa
Dapur. Karena, Dewa Dapur kami anggap dewa keberuntungan buat kami
dikehidupan ini.
5. Adakah keharusan untuk menyembah Dewa Dapur untuk penganut Tridharma?
Jawab:
Ritual perayaan Dewa Dapur walaupun pada umumnya dirayakan oleh
penganut Tridharma. Tetapi, tidak ada keharusan untuk melaksanakannya.
Karena, penghormatan disini sesuai dengan kepercayaan pribadi masing-
masing.
6. Jika keharusan, Apa sanksi yang didapat kalau tidak menyembah Dewa Dapur?
Jawab:
Karena, ritual perayaan terhadap Dewa Dapur bukan bentuk keharusan. Maka,
tidak ada sanksi jika tidak menyembah atau membuat penghormatan terhadap-
Nya.
7. Apakah ada batasan Umat Tridharma dalam merayakan ritual Perayaan Ritual
Tridharma (contoh komunitas orang Tionghoa)?
Jawab:
Tidak ada batasan untuk menghormati para dewa. Siapapun boleh membuat
ritual terhadap dewa. Karena dasar semua ini adalah sebuah kepercayaan. Jika
mereka tidak mempercayai dan tidak menghomatipun tidak masalah dan tidak
mendapat sanksi.
8. Fungsi dan peran apa yang kalian ketahui dari kalian menyembah Dewa
Dapur?
138
Jawab:
Fungsi dan peran dari Dewa Dapur yaitu mendapat Keberkahan, kehidupan
menjadi lebih bahagia dan dapat terkontrol semua prilaku. Karena, kita selalu
berfikir bahwa kehidupan kita ada yang mengawasi.
9. Makna apa yang didapat dari penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
Makna yang didapat yaitu bahwa kehidupan lebih tertata karena ada peran
Dewa Dapur yang selalu melihat dan mengawasi gerak-gerik prilaku manusia
khususnya dikeluarga di dalam rumah karena, Dewa Dapur adalah anggaran
dasar yang ada di rumah tangga.
10. Tau kah anda asal-usul (sejarah/mitologi) Dewa Dapur?
Jawab:
Sejauh ini saya tidak tau tentang asal usul Dewa Dapur. Saya hanya
menjalankan tradisi dari leluhur saya saja.
11. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan sebelum melakukan ritual
penyembahan kenaikan Dewa Dapur?
Jawab:
Perlengkapan yang disiapkan yaitu buah-buahan, kue, manisan-manisan, uang
kertas yang buat dibakar, dan baju-baju dewa untuk persembahan. Tetapi yang
lebih lengkap seperti yang dikatakan pak Drajat bahwa perlengkapan sesaji
yang disuguhkan untuk Dewa Dapur yang biasa dilakukan di kelenteng yaitu :
Nasi beserta lauknya yang sudah matang, arak putih, buah-buahan, makanan
yang manis-manis, sayuran,dan yang terakhir daging-dagingan yang memiliki
tiga bentuk perwakilan perwujudan alam seperti Babi mewakili dunia darat ,
139
ikan mewakili dunia air, dan ayam mewakili tingkatan udara dunia atas.
Perlengkapan di atas di sejajarkan di depan meja altar dengan pelengkap dupa
hio dan kertas bentuk burung yang dibakar.
12. Alat perlengkapan apakah yang dipersiapkan dalam penyambutan ritual
turunnya Dewa Dapur?
Jawab:
Sama seperti pengantaran kenaikan Dewa Dapur perlengkapan sesaji yang
dibawa.
13. Dimana biasanya memuja Dewa Dapur? (foto, patung)
Jawab:
Dari namanya saja Dewa Dapur. Altar Dewa Dapur diletakan di dapur. Tetapi,
kalau di kelenteng altar Dewa Dapur berada di ruangan belakang, berbeda
dengan dewa-dewa lain diletakan di ruangan depan. Lalu di altar Dewa
Dapurpun tidak ada patungnya melainkan hanya sebuah foto atas Dewa Dapur.
14. Biasanya, bagaimana pelaksanaan berjalan prosesi ritual kepada Dewa
Dapur?
Jawab:
Prosesi ritual Dewa Dapur yaitu jatuh pada malem hari jam 20.00 WIB. Semua
sesaji perlengkapan di letakan di depan altar yang sudah di bersihkan. Lalu
membakar hio dan uang-uangan kertas. Lalu berdoa di depan altar Dewa
Dapur.
15. Apakah penyembahan Dewa Dapur dilakukan seorang (individu) atau
berjama’ah (bersama-sama)?
Jawab:
140
Yah, pada umumnya secara Individu karena, biasanya permintaan atau doa
yang dipanjatkan lebih secara personal.
16. Dewa Dapur inikan dikatakan Dewa Keluarga, apakah semua anggota
keluarga memuja Dewa Dapur? Atau hanya sebagaian anggota keluarga saja?
Jawab:
Pada umumnya ketika orang tuanya menghormati Dewa Dapur, semua anggota
keluarga seperti anak-anaknya menghormati Dewa Dapur pula. Tetapi, pada
zaman sekarang anak-anak sudah menghilangkan tradisi tersebut dan hanya
sebagaian anggota keluarga yang memiliki kesadaran saja.
17. Doa khusus (keinginan) apakah yang dipanjatkan (diharapkan) saat perayaan
ritual Dewa Dapur? (apa yang diminta saat berdoa kepada DewaDapur)
Jawab:
Tidak ada doa khusus yang dipajatkan. Pada umumnya hanya mengharapkan
keberkahan untuk kehidupan anggota keluarga saja supaya mendapatkan
keselamatan dan rejeki yang banyak.
18. Adakah amalan khusus yang dilakukan saat tiba perayaan ritual Dewa
Dapur?
Jawab:
Tidak ada amalan khusus saat tiba perayaan Dewa Dapur. Hanya saja karena
perayaan ritual ini jatuh seminggu sebelum Tahun Baru Imlek biasanya hanya
membersihkan altar dan rumah.
19. Apakah ada hari, bulan, atau tanggal khusus lagi selain hari raya Imlek dalam
ritual Penyembahan Dewa Dapur?
Jawab:
141
Sejauh ini tidak ada dan saya tidak tahu selain dua kali selama setahun.
20. Ada tidak perubahan pemujaan dari masyarakat tradisional dengan zaman
modern, yang berkaitan dengan model dapur yang mana kaitan Dewa Dapur
dahulunya dengan Tunggku?
Jawab:
Pasti ada, seperti bentuk altarnya berbeda, bentuk dapur yang lebih modern,
lalu penghayatan terhadap Dewa Dapur pada zaman sekarang yang sudah
berubah. Sudah banyak anak-anak keturunan zaman sekarang melupakan
tradisi dari leluhur Cina ini.
142
LAMPIRAN IV
FOTO KEGIATAN LAPANGAN
Foto 1: Tampak Depan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi
Foto 2: Tampak Dalam Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi
143
Foto 3: Patung Tokoh Tridharma yang disejajarkan seperti Agama Tao,
Khonghucu, dan Buddha (Tiga Ajaran Kebenaran)
Foto 4: Altar Dewa Dapur
144
Foto 5: Altar Berbagai Dewa
Foto 6: Narasumber Bapak Sulai
145
Foto 7: Narasumber Bapak Drajat
Foto 8: Narasumber Bapak Agus
146
Foto 9: Narasumber Bapak Ingsuhendi
Foto 10: Narasumber Bapak Jayasena