PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN
LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan Menjadi Peserta PROPER Tahun 2009-2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam
menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Disusun Oleh:
Nama : Fitriani Zulfa Sukarta
NPM : 01.08.376
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor: 014/BAN-PT/Ak-XII/VI/2009
Tanggal 12 Juni 2009
BANDUNG
2012
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN
LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan Menjadi Peserta PROPER Tahun 2009-2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam
menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Disusun oleh:
Fitriani Zulfa Sukarta
0108376
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Rima Rachmawati, S.E., M.Si, Ak.)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
(Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak.)
NIP. 195512181986011001
Ketua Program Studi Akuntansi S-1
(Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak.)
NIP.111.1199056
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: Adakanlah
perjalanan dimuka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah).” (QS Ar Rum : 41-42)
Jika pohon terakhir telah ditebang, ikan terakhir telah ditangkap, sungai
terakhir telah mengering, manusia baru sadar kalau uang tak bisa dimakan.
(Suku Indian)
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fitriani Zulfa Sukarta
NPM : 0108376
Tempat, Tanggal lahir : Indramayu, 25 April 1990
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN
LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN”
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan Menjadi Peserta PROPER Tahun 2009-2010)
Merupakan pekerjaan saya sendiri. Apabila terbukti skripsi tersebut bukan hasil
pekerjaan sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian skripsi ini dibuat sebagimana mestinya benar adanya .
Bandung, Agustus 2012
Fitriani Zulfa S
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Kinerja Lingkungan dan
Pengungkapan Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan. Kinerja lingkungan
diukur dengan hasil penilaian PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup). Pengungkapan Lingkungan
diukur dengan menggunakan indikator kinerja lingkungan yang tercakup dalam
Global Reporting Initiative. Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan Earning
Per Share.
Data diambil dari annual report selama dua tahun dari 2009-2010. Sampel
dalam penelitian ini 16 perusahaan manufaktur, metode statistik yang digunakan
adalah analisis persamaan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa secara simultan kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Secara parsial kinerja
lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Serta
pengungkapan lingkungan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan.
Kata kunci: kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan, kinerja keuangan,
PROPER, GRI, EPS
ii
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum wr. wb.
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan hidayah-Nya, Tuhan semesta
alam yang memberi petunjuk, kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
setia. Semoga kita termasuk diantara mereka, ummat yang istiqomah
memperjuangkan risalahnya hingga hari akhir.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, saran, dan
fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
hormat dan kesungguhan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT sumber kekuatan Yang Maha Sempurna. Tiada lelah rasa
syukur ini kupanjatkan hanya pada-Mu Ya Rabbal Alamin. Pertolongan-
Mu padaku di segala keadaan.
2. Rasulullah Muhammad SAW yang selalu menjadi teladan bagi penulis dan
bagi setiap ummatnya. Sumber inspirsasi yang tak tertandingi.
3. Ayah dan Ibu tercinta atas doa, pengorbanan yang begitu besar, tidak
peduli lelah dan sakit, dukungan dan nasehatnya. Supporter paling setia
sedunia.
4. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
5. Ibu Rima Rachmawati, S.E., M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing
sekaligus Ketua Program Studi Akuntansi D3, yang telah memberikan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta memberikan
pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
S1 Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
iii
7. Ibu R. Ait Novatiani, S.E., M.Si., selaku Dosen Wali penulis, terima kasih
banyak atas bantuan, motivasi, dan bimbingan yang tak henti-hentinya
diberikan selama ini.
8. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoel Kadir, M.S., Ak., selaku Ketua
Yayasan Universitas Widyatama Bandung.
9. Bapak Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A., selaku Rektor Universitas
Widyatama.
10. Bapak Dr. H. Nuryaman, S.E., M.Si., Ak., selaku pembantu Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Bandung.
11. Ibu Intan Oviantari, S.E., M.Ak., Ak., selaku Sekretaris Program Studi
Akuntansi S1 Universitas Widyatama Bandung.
12. Sahabat-sahabatku Amalia, Nena, Nisa, Krisna, Pipit, Weni, Jeni, Mega,
Dera, Indah, Ijem, Ike, Linda, Nyit, Neneng, Adya, Fiska, Jeane terima
kasih atas semua kebaikan, kebersamaan, suka dukanya selama ini.
13. Deni, Dinda, Rennier, Hari, Dalas, Imam, Chandra, Ilham, Ahmad,
Ridwan, Diki, terima kasih atas segala kebaikan dan bantuannya selama
ini.
Karya kecil ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik membangun
sangat dinantikan. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Wassalaamu’alaikum wr. wb.
Bandung, Juni 2012
Penulis
Fitriani Zulfa S.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN........................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akuntansi ............................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Akuntansi ........................................................... 9
2.1.2 Jenis-Jenis Akuntansi ........................................................ 11
2.1.3 Prinsip-Prinsip Akuntansi .................................................... 20
2.2 Kinerja Lingkungan melalui PROPER .............................................. 22
2.2.1 Pengertian Kinerja ............................................................... 22
2.2.2 Pengertian Lingkungan ........................................................ 23
2.2.3 Kinerja Lingkungan ............................................................. 25
2.2.4 Indikator Kinerja Lingkungan .............................................. 26
2.2.5 Latar Belakang PROPER ..................................................... 27
2.2.6 Manfaat PROPER Bagi Para Stakeholder ............................ 28
2.2.7 Kriteria Penilaian ................................................................. 29
2.2.8 Penentuan Peringkat ............................................................ 30
2.3 Pengungkapan Lingkungan ................................................................ 31
v
2.3.1 Pengertian Pengungkapan Lingkungan ................................ 31
2.3.2 Komponen Dasar Pengungkapan Lingkungan ...................... 34
2.3.3 GRI (Global Reporting Initiative) ........................................ 35
2.3.4 Pelaksanaan Pengungkapan Lingkungan .............................. 38
2.3.5 Manfaat Pengungkapan Lingkungan .................................... 42
2.4 Kinerja Keuangan .............................................................................. 44
2.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan .............................................. 44
2.4.2 Tujuan Kinerja Keuangan .................................................... 45
2.4.3 Pengukuran Kinerja Keuangan ............................................ 46
2.4.3.1 Earning Per Share (EPS) ..................................... 47
2.4.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Earning Per
Share ................................................................... 48
2.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis .................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ..................................................................................... 56
3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 57
3.2.1 Jenis dan Sumber Data......................................................... 57
3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 58
3.2.2.1 Populasi Penelitian .............................................. 58
3.2.2.2 Sampel Penelitian ................................................ 59
3.2.3 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel ............... 62
3.2.3.1 Variabel Penelitian .............................................. 62
3.2.3.2 Operasionalisasi Variabel .................................... 63
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 70
3.2.5 Rancangan Analisis Data dan Penetapan Hipotesis .............. 71
3.2.5.1 Rancangan Analisis Data ..................................... 71
3.2.5.2 Penetapan Hipotesis Nol dan Alternatif ................ 71
3.2.6 Pemilihan Test Statistik ....................................................... 72
3.2.7 Metode Analisis Data .......................................................... 72
3.2.7.1 Uji Asumsi Klasik ............................................... 72
vi
3.2.8 Analisis Persamaan Regresi Berganda ................................. 76
3.2.9 Penetapan Tingkat Signifikansi ............................................ 78
3.2.10 Penarikan Kesimpulan ......................................................... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 79
4.1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian ............................... 79
4.1.2 Pengolahan Data .................................................................. 80
4.1.2.1 Kinerja Lingkungan ............................................. 80
4.1.2.2 Pengungkapan Lingkungan .................................. 83
4.1.2.3 Kinerja Keuangan ................................................ 87
4.2 Perhitungan Statistik dan Pengujian Hipotesis .................................... 89
4.2.1 Statistik Deskriptif ............................................................... 89
4.2.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan
terhadap Kinerja Keuangan .................................................. 90
4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ............................................... 91
4.2.2.2 Persamaan Regresi Berganda ............................... 97
4.3 Pembahasan ..................................................................................... 105
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .......................................................................................... 109
5.2 Saran................................................................................................ 111
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian PROPER ..................................................................... 30
Tabel 2.2 Indikator GRI ............................................................................. 37
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ....................................................................... 60
Tabel 3.2 Daftar Perusahaan (Sampel) ........................................................ 61
Tabel 3.3 Indikator Kinerja Bidang Lingkungan menurut GRI.................... 65
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel ........................................................... 69
Tabel 3.5 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW) ............................... 76
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan (Sampel) ........................................................ 80
Tabel 4.2 Kinerja Lingkungan Perusahaan Manufaktur Yang Menjadi
Sampel ........................................................................................ 81
Tabel 4.3 Data Pengungkapan Lingkungan Indikator Kinerja Lingkungan
tahun 2009 .................................................................................. 84
Tabel 4.4 Data Pengungkapan Lingkungan Indikator Kinerja Lingkungan
tahun 2010 .................................................................................. 85
Tabel 4.5 Data Variabel Independen dan Dependen .................................... 88
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif ...................................................................... 89
Tabel 4.7 Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... 93
Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas ................................................................... 94
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi ......................................................................... 96
Tabel 4.10 Koefisien Regresi Berganda ........................................................ 97
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi (R-square)............................................... 99
Tabel 4.12 Koefisien Beta dan Zero Order Correlation .............................. 100
Tabel 4.13 Uji Signifikansi (Uji F) ............................................................. 101
Tabel 4.14 Uji Hipotesis Parsial (Uji t) ....................................................... 102
Tabel 4.15 Analisa Hasil Uji Statistik ......................................................... 105
viii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar 1.1 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Tahun 2001-2011 .......................................................................... 2
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................. 52
Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Metode Grafik Plot ................................. 92
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Grafik ............................ 95
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Daftar Perusahaan
Lampiran 3 Hasil Penilaian PROPER
Lampiran 4 Kuantifikasi Pengungkapan Lingkungan
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Penelitian
Lampiran 6 Hasil Olahan SPSS 20.00
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica. dan Dwi Wijayanto. 2007. Pengaruh Environmental
Performance Dan Environmental Disclosure Terhadap Economic
Performance. Accounting Conference. Depok
Al-Tuwajiri, S., Christensen, T. And Hughesll, K.E. 2003. The Relations Among
Environmental Disclosure, Environmental Performance, and Economic
Performance: A Simultaneous Equations Approach. Accounting
Environment Journal. USA.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Badan Pengawas Pasar Modal. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-38/ PM/
1996 (Peraturan No. VIII. G. 2) Tentang Laporan Tahunan.
Bagaeva, Alexandra. 2010. The Value Relevance Of Firms’ Integral
Environmental Impact: Evidence From Russia. Available at
http://apira2010.econ.usyd.edu.au (Diakses 5 Februari 2012)
Banafos, Hubert. 2004. “The Relationship Between Environmental and Financial
Performance of Forest Enterprises Managing Pine Platatiom in Chile”.
Universityof Durham.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.
___________________. 2006. Teori Akuntansi. Edisi Kelima. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.
Bernard Daulat. 2007. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kinerja
Lingkungan Perusahaan”. Skripsi tidak dipublikasikan. FE UNPAD.
Bandung.
Budi Untung, Hendrik. 2008. “Corporate Social Responsibility”. Jakarta : Sinar
Grafika.
Bursa Efek Indonesia. Annual Report 2009, 2010. www.idx.com (Diakses tanggal
25 Maret 2012).
Chariri dan Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip.
Churchill, Gilbert A Jr. 2005. Dasar-dasar Riset Pemasaran Jilid 1 Edisi 4.
Erlangga.
Desiandwi, Sherlina. 2006. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Financial
Performance Terhadap Pengungkapan Informasi Lingkungan Hidup
(Environmental Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan”.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang.
Enggardian, Ermay. 2008. “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan dengan Pengungkapan Lingkungan sebagai
Variabel Moderasi. Skripsi tidak dipublikasikan. FE UNPAD. Bandung.
Environmental Protection Agency (EPA). 2000. “The Relationship between
Firm’s Environmental Performance and Financial Performance”. United
State EPA.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
_____________. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
____________. 2006. Aplikasi Analisis Mulitivariate Dengan Program SPSS,
Badan Penerbit Univesitas Dipongoro, Semarang
____________. 2007. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
BPUNDIP
Global Reporting Initiatives (GRI). 2006. Sustainability Reporting Guidelines.
Amsterdam.
Harun, Ihsan Basarah. 2009. Pengaruh Environmental Performance Terhadap
Financial Performance. Skripsi: Universitas Padjadjaran
Ikhsan, Arfan. 2008. “Akuntansi lingkungan dan pengungkapannya”. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar akuntansi. Edisi Keenam. Aditya Media.
Yogyakarta.
Laporan Hasil Penilaian PROPER. 2010. Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia.
____________________________. 2011. Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia.
Lopez, Jorge Garcia. 2004. The Effectiveness of Indonesia’s Public disclosure
program PROPER.
Mahoney, lois. 2000. “Corporate Social and Environmental Performance and
Their Relation to Financial Performance and Institutional Ownership
Empirical Evidence on Canadian Firms”. University of Central Florida,
School of Accounting Journal.
Mulyadi. (1997). Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 2.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
_______. (1999). Akuntansi Biaya, Edisi kelima. Yogyakarta. Universitas Gadjah
Mada.
_______. (2001). Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada
LaporanTahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik
yang Tercatat diBursa Efek Indonesia tahun 2006. Makalah disampaikan
pada Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 22 – 25 Juli 2008.
Oktavirina. 2006. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Faktor-faktor Lainnya
terhadap Kinerja Lingkungan. Skripsi. Universitas Padjajaran, Bandung.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1: Penyajian Laporan
Keuangan. 2010. Jakarta: IAI.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang. www.bps.go.id
(diakses 20 Maret 2012)
Purwanto, Andie Tri. 2006. Pengukuran Kinerja Lingkungan. Available at
http://andietri.tripod.com (Diakses 20 Maret 2012)
Rakhiemah, Aldilla Noor. dan Dian Agustia. 2009. Pengaruh Kinerja Lingkungan
Terhadap Corporate Social Responsibility (Csr) Disclosure Dan Kinerja
Finansial Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang.
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business : A Skill Building Approach
2nd Edition, John Wiley and Son. New York.
Siaran Pers Hasil PROPER 2009-2010. Kementrian Lingkungan Hidup. Available
at http://www.menlh.go.id (Diakses 5 Februari 2012)
Sofia, Anisa. 2009. Pengaruh Environmental Performance dan Environmental
Disclosure Terhadap Financial Performance. Skripsi: Universitas
Padjadjaran
Solihin, Ismail. 2009. “Corporate Social Responsibility from Charity to
Suistainability”. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Elektronik Universitas
Sumatra Utara. Terdapat pada: library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-
sucipto.pdf (diakses pada 20 Maret 2012)
Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta
Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metedologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: CV ANDI OFFST.
Suratno, Ignatius Bondan. Darsono. dan Siti Mutmainah. 2006. Pengaruh
Environmental Performance Terhadap Environmental Disclosure Dan
Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004). Simposium
Nasional Akuntansi IX Palembang.
Susi. 2005. The Relationship Between Environmental Performance And Financial
Performance Amongst Indonesian Companies. Simposium Nasional
Akuntansi VIII Solo.
Taridi, Tirmidzi. 2009. Perkembangan GCG di Indonesia. Seminar Nasional
“Rejuvenating Our Teaching Research ini Financial Accounting and
Modeling GCG in Indonesia”. Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Warren, S Carls. Reeve, James M. Duchac, Jonathan. 2011. Financial and
Managerial Accounting. Cengage Learning.
Wibisono, Dermawan. 2002. Riset Bisnis. Gramedia Pustaka Utama.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang
positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang
diperlukan oleh masyarakat maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak
jarang masyarakat mendapatkan dampak buruk dari aktivitas bisnis perusahaan.
Banyak kasus ketidakpuasan publik yang bermunculan, baik yang berkaitan
dengan pencemaran lingkungan, serta eksploitasi besar-besaran terhadap energi
dan sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan alam.
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan
banyak keuntungan bagi masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan mendapat
legitimasi bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya. Namun, lama kelamaan
memang perusahaan ini dikenal juga sebagai “binatang ekonomi” yang mencari
keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak yang
dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin besar
yang sukar dikendalikan tanpa tanggung jawab (Almilia, 2007).
Salah satu sektor perusahaan yang melakukan operasi tersebut adalah
perusahaan manufaktur. Dalam perekonomian di Indonesia yang menjadi andalan
adalah sektor industri manufaktur dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Namun perusahaan manufaktur ini mengalami beberapa permasalahan, terlihat
dari pertumbuhan produksi industri manufaktur yang berfluktuasi.
2
Gambar 1.1
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Tahun 2001-2011
Sumber: bps.go.id, Maret 2012.
Dapat disimpulkan dari Gambar 1.1 diatas bahwa pertumbuhan produksi
industri manufaktur besar dan sedang setiap tahunnya selalu terjadi fluktuasi. Hal
ini disebabkan oleh faktor permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri,
selain itu dipengaruhi juga oleh kondisi iklim usaha dan tingginya realisasi
investasi. Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 berfluktuasi dan
pertumbuhan minus hanya terjadi pada tahun 2006 sedangkan pada tahun-tahun
lainnya terjadi pertumbuhan yang positif. Industri manufaktur yang
menyumbangkan pengaruh cukup besar untuk pertumbuhan ekonomi seharusnya
dapat lebih memaksimalkan pertumbuhannya. Perannya akan semakin terlihat
apabila industri manufaktur berhasil mengoptimalkan seluruh kinerja yang
dilakukan oleh perusahaan, salah satunya yaitu kinerja lingkungan. Hal tersebut
akan mendorong kestabilan dari faktok eksternal maupun internal perusahaan,
3
sehingga dapat memaksimalkan kapasitas produksi yang diharapkan dan industri
manufaktur bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Saat ini, permasalahan lingkungan di Indonesia sedang marak
diperbincangkan. Karena dapat di lihat dari berbagai bencana yang akhir-akhir ini
terjadi, seperti banjir, tanah longsor yang terjadi hampir di seluruh daerah di
Indonesia, kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan serta banjir
lumpur di Sidoarja Jawa Timur yang sampai sekarang belum tertangani dengan
baik. Hal ini merupakan bukti rendahnya perhatian perusahaan terhadap dampak
lingkungan dari aktifitas industrinya.
Pemerintah telah mengeluarkan beberapa Undang-undang tentang
lingkungan hidup, seperti Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan lingkungan hidup yang baik dan sehat
merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, serta pembaruan terhadap
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup oleh
Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pun dilakukan.
Sejak tahun 2002 KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) bekerja sama
dengan Bapedal dan instansi terkait lainnya mengadakan PROPER (Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup)
hasil perkembangan PROPER PROKASIH berdasarkan UU No. 3/1997 dan
KepMen 127/MENLH/2002 di bidang pengendalian dampak lingkungan untuk
meningkatkan peran perusahaan dalam program pelestarian lingkungan hidup.
Serta dikeluarnya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2011
4
tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Pada awal pelaksanaannya penilaian kinerja PROPER menggunakan tujuh
warna meliputi emas, hijau, biru, biru minus, merah, merah minus dan hitam.
Pelaksanaan PROPER yang terbaru tahun 2010 hanya terdapat lima warna,
dimana kriteria ketaatan digunakan untuk pemeringkatan biru, merah dan hitam,
sedangkan kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond
compliance) adalah hijau dan emas. Pelaksanaan PROPER yang terbaru tahun
2010 telah menggunakan dasar acuan UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan. Peringkat kinerja perusahaan yang akan
diumumkan kepada masyarakat meliputi kategori taat dan tidak taat terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku sesuai UU No. 32 tahun 2009. Respon baik atas
program PROPER sebagai penilaian kinerja lingkungan perusahaan terus
meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya jumlah kenaikan peserta dari
85 peserta di awal tahun didirikannya PROPER yaitu tahun 2002/2003 dan
sekarang menjadi 995 peserta di tahun 2010/2011 (Laporan Hasil Penilaian
PROPER, 2011).
Tujuan penerapan instrument PROPER adalah untuk mendorong
peningkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui
penyebaran informasi kinerja penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
guna mencapai peningkatan kualitas lingkungan hidup. Peningkatan kinerja
penaatan dapat terjadi melalui efek insentif dan disinsentif reputasi yang timbul
akibat pengumuman peringkat kinerja PROPER kepada publik. Pelaksanaan
5
PROPER difokuskan kepada perusahaan yang memenuhi kriteria, antara lain:
perusahaan yang berdampak besar terhadap lingkungan hidup, perusahaan yang
berorientasi ekspor dan/atau produknya bersinggungan langsung dengan
masyarakat, serta perusahaan publik (Laporan Hasil Penilaian PROPER, 2010).
Menurut Budi Untung (2008:1) Corporate social responsibility adalah
komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribursi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung
jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility) merupakan salah satu dari beberapa
tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders)
(Solihin, 2009). Corporate Social Responsibility sebagai konsep akuntansi yang
baru adalah transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial
yang dilakukan oleh perusahaan, dimana transparansi informasi yang diungkapkan
tidak hanya informasi keuangan perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan
mengungkapkan informasi mengenai dampaksosial dan lingkungan hidup yang
diakibatkan aktivitas perusahaan (Rakhiemah, 2009).
Penelitian mengenai hubungan antara kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan menarik dan penting untuk
diteliti kembali. Atas dasar latar belakang diatas maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN
PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN”.
6
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan secara
simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan?
2. Apakah kinerja lingkungan secara parsial memiliki pengaruh terhadap
kinerja keuangan?
3. Apakah pengungkapan lingkungan secara parsial memiliki pengaruh
terhadap kinerja keuangan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kinerja
lingkungan dan pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan
perusahaan manufaktur peserta PROPER yang terdaftar di BEI periode
2009/2010.
2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kinerja
lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur peserta
PROPER yang terdaftar di BEI periode 2009/2010.
3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pengungkapan
lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur peserta
PROPER yang terdaftar di BEI periode 2009/2010.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, yaitu:
1. Perusahaan selaku pelaku industri yang memiliki dampak terhadap
lingkungan agar memperhatikan pentingnya pengungkapan
pengelolaan lingkungan perusahaannya.
2. Investor sebagai alat bantu dalam mempertimbangkan keputusan
investasinya.
3. Penulis sebagai subjek yang melakukan penelitian memperoleh
manfaat berupa:
a. memberikan gambaran tentang pengaruh kinerja lingkungan
terhadap kinerja keuangan khususnya perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur
b. menambah wawasan tentang kinerja lingkungan dan
pengelolaan lingkungan perusahaan serta menambah literatur
yang ada mengenai kinerja lingkungan dan pengelolaan
lingkungan
c. memenuhi salah satu syarat didalam menempuh ujian sidang
sarjana Ekonomi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama
8
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan cara
mengumpulkan data keuangan perusahaan tersebut secara on line melalui annual
report perusahaan, data yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dan
laporan hasil penilaian PROPER Kementrian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2012 sampai dengan selesai.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akuntansi
2.1.1 Pengertian Akuntansi
Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses
akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori. Pandangan tersebut adalah
akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu, akuntansi
sebagai realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi
sebagai komoditas, dan akhirnya akuntansi sebagai sebuah ideologi.
Adapun definisi akuntansi menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1. Akuntansi Sebagai Seni
Menurut Belkaoui (2006), pengertian akuntansi sebagai seni adalah :
“Akuntansi adalah suatu seni atau keahlian yang menyarankan agar
keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang
yang baik harus diajarkan dan memerlukan adanya pendekatan
legalistik terhadap akuntansi”.
Dapat disimpulkan bahwa akuntansi sebagai seni adalah seni
pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran menurut cara yang berarti dan
dinyatakan dalam nilai mata uang, semua transaksi serta kejadian yang
sedikitnya bersifat finansial dan dari catatan itu dapat ditafsirkan hasilnya.
Seni pencatatan artinya dalam melakukan pencatatan diusahakan serapih
mungkin, dengan menggunakan bahasa yang khas dalam akuntansi dan
teknik tertentu sehingga menarik dan mudah dipahami oleh para pemakai
10
sedangkan teknik pengelompokan dan pengikhtisaran dilakukan menurut
aturan yang tercantum dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
2. Akuntansi Sebagai Proses
Pengertian akuntansi sebagai proses menurut Mulyadi (2001:2)
adalah:
“Proses pengolahan data keuangan untuk menghasilkan informasi
keuangan yang digunakan untuk memungkinkan pengambil keputusan
melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam pengambilan
keputusan.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses pencatatan,
pengklasifikasian, pengelompokkan suatu transaksi yang terjadi di dalam
suatu perusahaan atau organisasi untuk suatu pengambilan keputusan.
Akuntansi sebagai proses menurut Jusup (2001) adalah:
“Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan
penganalisaan data keuangan suatu organisasi”.
Hal ini berarti bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang
kompleks dan menyangkut bermacam-macam kegiatan.
Sedangkan pengertian Menurut Belkaoui (2006), akuntansi sebagai
proses adalah:
“Proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian
informasi ekonomik untuk memungkinkan pembuatan pertimbangan
dan keputusan berdasarkan informasi oleh para pengguna informasi
tersebut”.
3. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Sedangkan menurut Belkaoui (2000), akuntansi sebagai sistem
informasi adalah:
11
“Akuntansi adalah suatu proses yang menghubungkan sumber
informasi atau transmitter (biasanya akuntan), saluran komunikasi,
dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal)”.
Dapat disimpulkan bahwa keunggulan pandangan akuntansi sebagai
sistem informasi yaitu sistem-sistem akuntansi alternatif tidak
membutuhkan pertimbangan yang lebih lama lagi dalam menilai
kemampuannya untuk menghasilkan true income atau dalam hal
kewajaran dari penyajian data historis. Sepanjang setiap pengguna yang
berbeda dapat menemukan informasi yang diinginkan, saat itu pula dapat
ditentukan bahwa sistem tersebut bermanfaat.
Sedangkan akuntansi sebagai sistem informasi menurut Jusup (2001)
adalah:
“Suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-
kegiatan suatu organisasi”.
Jadi dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa informasi
akuntansi sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan perusahaan.
Informasi ini digunakan dalam pengambilan keputusan pihak internal dan
eksternal perusahaan.
2.1.2 Jenis-Jenis Akuntansi
Masyarakat menuntut agar perusahaan senantiasa memperhatikan dampak-
dampak sosial yang timbul dan upaya untuk mengatasinya. Masyarakat
menginginkan dampak tersebut untuk dikontrol karena dampak sosial yang
ditimbulkan terhadap kehidupan masyarakat sangat besar. Dari sini
12
berkembanglah ilmu akuntansi yang selama ini hanya memberikan informasi
tentang kegiatan perusahaan kepada pihak ketiga (stakeholders dan bondholders),
yang mempunyai kontribusi langsung bagi perusahaan, sedangkan pihak lain
sering diabaikan. Dengan berkembangnya ilmu akuntansi tersebut, kemudian
jenis-jenis akuntansi bermunculan, yaitu:
1. Akuntansi Biaya
Akuntansi Biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan
bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisa terhadap biaya-biaya yang
berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang
atau jasa. Akuntansi biaya yang digunakan untuk akuntansi keuangan,
akuntansi biaya mengukur biaya produksi dan penjualan sesuai GAAP,
sedangkan akuntansi biaya yang digunakan untuk kebutuhan internal,
informasi akuntansi biaya memberikan dasar untuk perencanaan,
pengendalian dan pengambilan keputusan.
2. Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan
dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang
saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Akuntansi Keuangan juga
merupakan akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan transaksi
keuangan. Hasil akhir akuntansi keuangan adalah laporan laba/rugi,
laporan perubahan modal, neraca, laporan perubahan posisi keuangan,
catatan atas laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan harus
sesuai dengan prisip akuntansi yang berterima umum.
13
Akuntansi keuangan fokus informasinya adalah informasi keuangan
masa lalu untuk menggambarkan pertanggungjawaban dana yang
dipercayakan oleh pihak luar kepada manajemen suatu perusahaan
(Mulyadi, 2001). Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan peraturan yang
harus digunakan didalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan
untuk kepentingan eksternal. Dengan demikian, diharapkan pemakai dan
penyusun laporan keuangan dapat berkomunikasi melalui laporan
keuangan ini, sebab mereka menggunakan acuan yang sama yaitu SAK.
3. Akuntansi Manajemen
Akuntansi Manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan
pengguna informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak
internal lainnya untuk keperluan penghitungan biaya produk, perencanaan,
pengendalian dan evaluasi, serta pengambilan keputusan. Menurut
Mulyadi (2001) Akuntansi manajemen di samping menghasilkan
informasi masa lalu, juga menyediakan informasi keuangan masa yang
akan datang sebagai salah satu dasar bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan. Akuntansi manajemen juga lebih banyak bersangkutan dengan
pengukuran kinerja manajemen dari berbagai jenjang organisasi. Karena
informasi akuntansi manajemen digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen, maka aspek perilaku manusia dalam organisasi perlu
diperhatikan dalam pengolahan informasi keuangan dalam akuntansi
manajemen.
14
4. Akuntansi Pemerintahan
Lembaga pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya
memerlukan jasa akuntansi, baik analisis maupun untuk meningkatkan
mutu pengawasan, pendidikan, dan pengelolaan keuangan untuk
menghasilkan informasi yang akan digunakan. Akuntansi Pemerintahan
adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan
lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba. Akuntansi
pemerintah berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan transaksi
ekonomi di lembaga-lembaga pemerintah. Pencatatan itu mencakup
administrasi keuangan negara, pelaporan, dan pengontrolan anggaran tidak
terjadi penyimpangan dari Undang-undang dan peraturan yang berlaku.
5. Akuntansi Internasional
Akuntansi internasional didefinisikan sebagai akuntansi untuk
transaksi-transaksi internasional, perbandingan prinsip-prinsip akuntansi di
berbagai negara dan harmonisasi berbagai standar akuntansi dunia.
Kebutuhan akuntansi internasional sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Akuntansi internasional memperluas akuntansi yang bertujuan
umum yang berorientasi nasional dalam arti luas untuk :
a. analisa komparatif internasional
b. pengukuran isu-isu pelaporan akuntansinya yang unik bagi
transaksi-transaksi bisnis multinasional
c. kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional
15
d. harmonisasi keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-
aktivitas politik, organisasi, profesi, dan pembuatan standar
6. Akuntansi Pemeriksaan
Akuntansi pemeriksaan atau yang lebih banyak dikenal istilah auditing
adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian
antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan. Akuntansi pemeriksaan merupakan kegiatan akuntansi
yang berhubungan dengan pemeriksaan akuntansi keuangan atau akuntansi
umum.
7. Akuntansi Perpajakan
Akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang mengkalkulasi,
menangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi
perpajakan sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi (transaksi)
perusahaan. Fungsi akuntansi pajak adalah mengolah data kuantitatif yang
akan digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat
perhitungan perpajakkan dan kelak akan digunakan dalam pengambilan
keputusan.
8. Akuntansi Penganggaran
Akuntansi Penganggaran (budgeting) adalah bidang akuntansi
bertujuan untuk menyusun rencana keuangan untuk periode tertentu di
16
masa yang akan datang dan membandingkan hasil operasi dengan rencana
yang telah di tetapkan.
9. Akuntansi Sosial
Akuntansi Sosial didefinisikan oleh para pakar akuntansi sebagai
proses untuk mengukur, mengatur dan melaporkan dampak interaksi
antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Akuntansi sosial secara
teoritis mensyaratkan perusahaan harus melihat lingkungan sosialnya
antara lain masyarakat, konsumen, pekerja, pemerintah dan pihak lain
yang dapat menjadi pendukung jalannya operasional karena pergeseran
tanggung jawab perusahaan. Akuntansi sosial berkaitan erat dengan
masalah:
(1) penilaian dampak sosial dari kegiatan entitas bisnis
(2) mengukur kegiatan tersebut
(3) melaporkan tanggungjawab sosial perusahaan, dan
(4) sistem informasi internal dan eksternal atas penilaian terhadap
sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya secara sosial
ekonomi
Dalam pertukaran yang terjadi antara perusahaan dan lingkungan
sosialnya terdapat dua dampak yang timbul yaitu dampak positif atau yang
disebut juga dengan manfaat sosial (social benefit) dan dampak negatif
yang disebut dengan pengorbanan sosial (social cost).
17
10. Akuntansi Lingkungan
Akuntansi lingkungan merupakan cabang ilmu akuntansi yang disebut
akuntansi pertanggungjawaban sosial (sosial responsibility accounting).
Menurut Ikhsan (2008) banyaknya perhatian mengenai persoalan
lingkungan menjadi sangat penting untuk mempertimbangkan akuntansi
lingkungan dalam mengungkapkan informasi maka maksud dan tujuan
dikembangkannya akuntansi lingkungan antara lain meliputi:
1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen
lingkungan.
2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan
masyarakat.
Akuntansi lingkungan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan
gambaran mengenai besar dan jenis biaya yang benar-benar terjadi.
Akuntansi lingkungan diterapkan oleh perusahaan untuk mengefisienkan
upaya pengelolaan lingkungan dengan melihat biaya pengelolaan
lingkungan tersebut dan manfaatnya terhadap perusahaan (economic
benefit), sehingga persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapi
perusahaan bisa diminimalisir.
Akuntansi lingkungan sebenarnya menuntut perusahaan yang telah
mengambil apapun manfaat dari lingkungan (sumber daya alam) untuk
kegiatan bisnisnya dalam memaksimalkan laba perusahaan, untuk
melakukan suatu usaha atau kegiatan mempertanggungjawaban semua
dampak yang muncul dengan melakukan suatu kinerja pengelolaan
18
lingkungan atau konservasi lingkungan. Hal ini pula yang banyak dituntut
oleh para stakeholder agar perusahaan melakukan berbagai upaya
tanggung jawab lingkungan.
Ikhsan (2008:12) menyatakan ada beberapa alasan mengapa
perusahaan perlu untuk mempertimbangkan pengadopsian akuntansi
lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi perusahaan, antara lain:
a. Memungkinkan secara signifikan mengurangi dan menghapus
biaya-biaya lingkungan.
b. Biaya dan manfaat lingkungan mungkin kelihatannya melebihi
jumlah nilai rekening/akun.
c. Memungkinkan pendapatan dihasilkan dari biaya-biaya
lingkungan.
d. Memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini
mungkin mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia
dan keberhasilan bisnis perusahaan.
e. Diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat
terhadap produk dari proses lingkungan yang diinginkan.
f. Memungkinkan keuntungan yang lebih bersaing sebagaimana
pelanggan mengharapkan produk/jasa lingkungan yang lebih
bersahabat.
g. Dapat mendukung pengembangan dan jalannya sistem manajemen
lingkungan yang menghendaki peraturan untuk beberapa jenis
perusahaan.
19
Dalam akuntansi lingkungan berkaitan dengan dimasukkannya biaya
lingkungan kedalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga
pemerintah. Menurut Anshari (1997) yang dikutip oleh Bernard Daulat
(2007) biaya lingkungan merupakan biaya yang muncul dalam usaha
untuk mencapai tujuan seperti pengurangan biaya lingkungan,
meningkatkan pendapatan, meningkatkan kinerja lingkungan yang perlu
dipertimbangkan saat ini dan yang akan datang.
Dengan adanya dampak lingkungan yang muncul dan pelaksanaan
kinerja lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan, maka biaya
lingkungan yang ditanggung oleh perusahaan dikemukakan oleh White
and Savage (1995) yang dikutip oleh Oktavirina (2006),
pengelompokkan biaya lingkungan dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Conventional Company Cost
Conventional Company Cost dikelompokkan sebagai biaya internal
bagi perusahaan, yaitu pengumpulan biaya yang mempengaruhi
neraca periode berjalan, peraturan yang ada, dan kondisi pasar.
Sebagian besar perusahaan didalam prakteknya hanya mencakup
conventional cost saja. Biaya ini termasuk pelepasan limbah akhir,
pembelian, dan pemeliharaan sistem pengontrol emisi udara dan
perlengkapannya.
2. Less Tengible Items
Less Tengible Items adalah biaya tidak langsung perusahaan (indirect
cost), saving atau aliran revenue yang mencakup kewajiban, ketaatan
20
pada peraturan di masa mendatang, perubahan nilai saham berkaitan
dengan penilaian kinerja perusahaan atas kegiatan lingkungan,
peningkatan posisi di dalam pasar produk “hijau” dan konsekuensi
ekonomi atas perubahan citra perusahaan berkaitan dengan
performance lingkungannya.
3. Eksternal Cost
Biaya kerusakan sosial atau lingkungan yang terjadi akibat operasi
perusahaan, misalnya biaya dampak memburuknya kesehatan akibat
emisi buangan asap perusahaan yang terjadi karena perusahaan tidak
mematuhi peraturan yang ada, kerusakan bangunan atau hasil panen
akibat sulfur dan kerusakan yang bersifat tidak dapat diperbaharui
terhadap ekosistem atau spesies tertentu akibat kegiatan penambangan
atau perusakan hutan.
2.1.4 Prinsip-Prinsip Akuntansi
Prinsip akuntansi merupakan dasar atau petunjuk bagi mereka yang
melakukan praktek atau kegiatan di bidang akuntansi, sehingga wajib ditaati
khususnya dalam hal proses penyusunan laporan keuangan. Prinsip akuntansi
dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana data sumber-sumber dan
kewajiban ekonomi dicatat sebagai harta dan kewajiban, bagaimana cara
mencatatnya, kapan perubahan tersebut dicatat serta bagaimana mengukurnya dan
informasi apa saja yang diungkapkan dan bagaimana cara mengungkapkannya.
Adapun prinsip-prinsip akuntansi yang perlu diperhatikan dan diterapkan yaitu:
21
1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam
mencatat aktiva, utang, modal dan biaya.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul
dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit
usaha selama suatu periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk
mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau
ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak
yang bebas.
3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah mempertemukan biaya
dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini
berguna untuk menentukan besarnya penghasilan bersih setiap
periode. Dengan adanya prinsip ini kita harus menghitung berapa
besarnya biaya yang sudah benar-benar menjadi beban kita
meskipun belum dikeluarkan, dan berapa besarnya pendapatan
yang sudah benar-benar menjadi hak kita meskipun belum kita
terima selama periode berjalan.
4. Prinsip Konsistensi (consistency Principle)
Metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses
akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun.
Konsistensi tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian
22
metode, jadi masih dimungkinkan untuk mengadakan perubahan
metode yang dipakai. Jika ada penggantian metode, maka selisih
yang cukup berarti (material) terhadap laba perusahaan harus
dijelaskan dalam laporan keuangan, tergantung dari sifat dan
perlakuan terhadap terhadap perubahan metode atau prinsip
tersebut.
5. Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle)
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah menyajikan informasi
yang lengkap dalam laporan keuangan. Hal ini diperlukan karena
melalui laporan keuanganlah kita dapat mengetahui kondisi suatu
perusahaan dan mengambil keputusan atas perusahaan tersebut.
Apabila informasi yang disajikan tidak lengkap, maka laporan
keuangan tersebut bisa menyesatkan para pemakainya.
2.2 Kinerja Lingkungan melalui PROPER
2.2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan
manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja sangat berkaitan dengan
proses penilaian, pengukuran, atau avaluasi. Penilaian atas kinerja diperlukan juga
dalam rangka mengelola operasi perusahaan secara efektif dan efisien melalui
optimalisasi penggunaan sumber daya perusahaan. Penilaian kinerja menurut
Mulyadi (1997:419) adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional
23
suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar
dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.
Mulyadi (1997) juga mengatakan terdapat tiga macam ukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu:
a. Ukuran kinerja tunggal (single criteria), adalah ukuran kinerja
yang hanya menggunakan satu macam ukuran untuk menilai
kinerja manajer.
b. Ukuran kinerja beragam (multiple criteria), adalah ukuran kinerja
yang menggunakan berbagai macam ukuran.
c. Ukuran kinerja gabungan (composite criteria), adalah ukuran
kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran,
memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung
rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.
2.2.2 Pengertian Lingkungan
Lingkungan hidup menurut PSAK No.33, didefinisikan sebagai kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan
hidup pasal 1 mendefinisikan lingkungan dengan pengertian sebagai berikut:
“Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain”.
24
Tujuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup menurut pasal 3
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 yaitu:
a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup
sebagai bagian dari hak asasi manusia
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan, dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global.
Pada saat ini perusahaan tidak dapat lagi mengabaikan masalah
lingkungan hidup sebagai akibat dari kegiatan operasionalnya. Berbagai sanksi
dan denda berdasarkan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah mengenai
pengelolaan lingkungan hidup sudah menanti bagi pihak-pihak yang
melanggarnya. Untuk itu sudah saatnya perusahaan memberikan suatu upaya yang
memperhatikan masalah- masalah lingkungan.
25
2.2.3 Kinerja Lingkungan
Menurut Ikhsan (2008) kinerja lingkungan adalah aktivitas-aktivitas yang
dilakukan perusahaan yang terkait langsung dengan lingkungan alam sekitar.
Suratno (2006) kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan
lingkungan yang baik. Sedangkan menurut Pojasek (2001) yang dikutip oleh
Sofia (2009) kinerja lingkungan merupakan bagian dari suatu proses perencanaan
strategis yang dapat membantu menghadapi isu-isu lingkungan (environmental)
perusahaan. Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan pada kebijakan
lingkungan, sasaran lingkungan, dan target lingkungan.
Purwanto (2006:4) kinerja lingkungan ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu
kinerja lingkungan kuantitatif dan kinerja lingkungan kualitatif. Kinerja
lingkungan yang bersifat kuantitatif adalah hasil yang dapat diukur dari sistem
manajemen lingkungan yang terkait kontrol aspek lingkungan fisiknya, sedangkan
kinerja lingkungan kualitatif adalah hasil dari hal-hal yang terkait dengan ukuran
asset non-fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi, dan semangat kerja
yang dialami manusia pelaku kegiatan dalam mewujudkan kebijakan lingkungan
organisasi, sasaran, dan targetnya.
Beragam aktivitas dapat dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan
tanggungjawabnya terhadap lingkungan sebagai bentuk usaha dalam
meningkatkan kinerja lingkungannya, seperti melakukan daur ulang, mengurangi
polusi, memproduksi barang yang dapat didaur ulang, memproduksi produk
dengan energi yang efisien, memproduksi produk yang tahan lama, dan
memproduksi produk yang mudah diperbaiki. Dalam rangka meningkatkan
26
kinerja lingkungannya, perusahaan diharapkan bisa mengenali atau melakukan
proses produksi berkualitas tinggi yang sesuai dengan tanggung jawab
lingkungan. Menurut Roth and Keller (1997:52) yang dikutip oleh Harun
(2009) mengemukakan karakter proses berkualitas, antara lain:
1. output memuaskan konsumen
2. output sesuai dengan peraturan yang berlaku
3. terdapat variabel yang rendah terhadap dalam proses akitivitas
4. sedikit atau tidak terdapatnya pemborosan
5. Proses pengoperasian yang efisien
Dapat disimpulkan dari keseluruhan pengertian dari para ahli bahwa
kinerja lingkungan merupakan daya dan upaya yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mengurangi dampak-dampak negatif terhadap lingkungan alam dan
sosialnya yang mungkin akan muncul akibat aktivitas operasional.
2.2.4 Indikator Kinerja Lingkungan
Salah satu alat ukur kinerja lingkungan di Indonesia adalah PROPER yang
dirintis oleh pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Lingkungan Hidup.
Pengukuran kinerja lingkungan di Indonesia telah diresmikan sejak tahun 1995.
PROPER merupakan kependekan dari Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemeringkatan perusahaan
dalam kinerja pengelolaan lingkungan dalam program ini adalah melalui lima
peringkat warna, yaitu: emas, hijau, biru, merah, dan hitam.
27
Susi (2005) telah melakukan penelitian kinerja lingkungan dengan
menggunakan PROPER. Penelitiannya membuktikan bahwa rating PROPER
dapat diandalkan dan cukup terpercaya sebagai ukuran kinerja lingkungan
perusahaan, karena kesesuaiannya dengan ISO 14001. Penelitian Lopez (2004)
juga membuktikan bahwa program PROPER di Indonesia cukup efektif untuk
membuat perusahaan lebih mengontrol polusi akibat industrinya.
2.2.5 Latar Belakang PROPER
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup atau PROPER merupakan salah satu upaya alternatif
instrumen penaatan yang dilakukan oleh pemerintah sejak 1995, dalam hal ini
yaitu Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penaatan dan
kepedulian perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui penyebaran
informasi tingkat kinerja penaatan perusahaan kepada masyarakat dan
stakeholders (public information disclosure), maka diharapkan masyarakat dan
stakeholders dapat menyikapi kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan peserta
PROPER sesuai dengan kapasitasnya.
Dasar hukum pelaksanaan PROPER dituangkan dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 127 Tahun 2002 tentang Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER).
PROPER merupakan instrumen yang digunakan oleh Kementerian Negara
Lingkungan Hidup untuk mengukur tingkat ketaatan perusahaan berdasarkan
peraturan yang berlaku. Pelaksanaan PROPER merupakan upaya terpadu untuk
28
melaksanakan kebijakan yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Program PROPER ini merupakan
gabungan dari beberapa program Kementrian Lingkungan Hidup lainnya, yaitu
terdiri dari pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara,
pengelolaan limbah B3, AMDAL, serta pengendalian pencemaran laut.
Untuk memudahkan masyarakat dan para stakeholders memahami tingkat
kinerja penaatan masing-masing perusahaan dan guna membuka lebih besar lagi
ruang apresiasi bagi perusahaan yang telah meningkatkan kinerja penaatannya,
maka saat ini kinerja perusahaan tersebut dikategorikan lima peringkat warna
dengan tujuh kategori. PROPER memberikan kesempatan kepada masyarakat luas
untuk berperan secara aktif dalam pengendalian dampak lingkungan.
Sebagaimana layaknya proses demokratisasi, peranan masyarakat dan individu
secara aktif dituntut baik sebagai individu maupun secara berkelompok. Agar
informasi yang dikeluarkan oleh PROPER legitimat dimata masyarakat maka
pelaksanaan PROPER menerapkan prinsip-prinsip Good Environment
Governance (GEG), antara lain transparansi, fairness, partisipasi stakeholders dan
akuntabel.
2.2.6 Manfaat PROPER bagi para stakeholder
Pelaksanaan PROPER memberikan berbagai manfaat bagi perusahaan dan
para stakeholder lainnya, yaitu:
a. Sebagai instrumen benchmarking bagi perusahaan untuk mengukur kinerja
pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dengan melakukan
29
pembandingan kinerja terhadap kinerja perusahaan lainnya secara nasional
(nonfinancial bencmarking).
b. Sebagai media untuk mengetahui status ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Sebagai salah satu clearing house bagi investor, perbankan, masyarakat
dan LSM sekitar perusahaan untuk mengetahui kinerja pengelolaan
lingkungan perusahaan.
d. Sebagai alat promosi bagi perusahaan yang berwawasan lingkungan
terutama untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam perdagangan.
e. Sebagai bahan informasi bagi pemasok teknologi lingkungan terutama
berkaitan teknologi ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
f. Meningkatkan citra dan kepercayaan perusahaan di mata stakeholder.
g. Memberikan ruang partisipatif bagi para stakeholder untuk terlibat secara
langsung dalam upaya pengendalian dampak lingkungan yang ditimbulkan
dari kegiatan perusahaan.
2.2.7 Kriteria Penilaian
Peringkat kinerja PROPER berorientasi kepada hasil yang telah dicapai
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang mencakupi 7 (tujuh) aspek, yaitu:
1. pentaatan terhadap peraturan pengendalian pencemaran air
2. pentaatan terhadap peraturan pengendalian pencemaran udara
3. pentaatan terhadap peraturan pengelolaan Limbah B3
4. pentaatan terhadap peraturan AMDAL
30
5. sistem manajemen lingkungan
6. penggunaan dan pengelolaan sumber daya
7. community development, participation, dan relation
2.2.8 Penentuan Peringkat
Penilaian kinerja perusahaan di dapat dari hasil analisis data serial
pemantauan yang telah disyaratkan dalam peraturan pelaksana pengendalian
pencemaran lingkungan hidup. Untuk memudahkan komunikasi dengan para
stakeholder dalam menyikapi hasil kinerja penataan masing-masing perusahaan,
maka peringkat kinerja perusahaan dikelompokkan dalam lima peringkat warna:
yaitu emas, hijau, biru, merah, hitam.
Tabel 2.1
Penilaian PROPER
Tingkat
Penataan Alternatif Peringkat
Efek Publikasi Yang
Diharapkan
Lebih dari taat 5 Emas Insentif
reputasi
Penghargaan
stakeholder 4 Hijau
Taat 3 Biru
Belum taat
2 Merah Disentif
reputasi
Tekanan
stakeholder 1 Hitam
Sumber: Siaran Pers Hasil PROPER 2009 – 2010.
31
2.3 Pengungkapan Lingkungan
2.3.1 Pengertian Pengungkapan Lingkungan
Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari laporan
keuangan sedangkan secara teknis pengungkapan merupakan langkah akhir dalam
proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh
laporan keuangan. Pengungkapan meminta adanya perluasan dari pengungkapan
akuntansi konvensional untuk mengakomodasi seluruh pihak-pihak lain yang
berkepentingan, sebagai tambahan di luar pihak investor dan kreditor yang
memiliki kepentingan pribadi terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan. Tujuan
umum pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan yang
bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi. Agar hal tersebut
dapat dicapai diperlukan suatu pengungkapan yang jelas mengenai data akuntansi
dan informasi lain yang relevan.
Menurut Evans (2003) yang dikutip oleh Desiandwi (2006:24)
mengartikan pengungkapan sebagai berikut :
“Disclosure means supplying information in the financial statment,
including the statments them selve, the notes to the statments, and the
supplementary disclosure associated with the statments made by
management or information provided outside the financial statment.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat disclosure adalah
tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada
laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Informasi ini
menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil
operasi perusahaan.
32
Pengungkapan lingkungan juga merupakan wujud pertanggungjawaban
sosial perusahaan (corporate social responsibility). Perusahaan selain menerapkan
pengungkapan (disclosure) juga perlu melakukan CSR, atas aktivitas yang
dilakukan kepada stakeholder. Penerapan CSR adalah suatu perbuatan perusahaan
untuk menerapkan kegiatan CSR.
Di Indonesia, Corporate Social Responsibility merupakan serangkaian
kegiatan pameran, seminar, diskusi, social event yang berkaitan dengan berbagai
upaya tanggung jawab sosial korporat kepada masyarakat dan lingkungan yang
bertujuan sebagai ajang penyebarluasan informasi mengenai prestasi dan kinerja
korporasi dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dan pemberdayaan
masyarakat.
Definisi mengenai CSR menurut WBCSD (World Business Council for
Sustainable Development) adalah :
“The continuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of work
life of workforce and their families as well as of the local community and
social large.”
Hal tersebut berarti bahwa definisi CSR adalah komitmen bisnis yang
berkelanjutan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi dengan meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan dan kerja
mereka dan komunitas lokal dan masyarakat yang luas.
Melalui pengungkapan lingkungan hidup pada laporan tahunan,
masyarakat dapat memantau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan
pelaporan seperti itu, perusahaan memperoleh perhatian, kepercayaan dan
dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan dapat tetap eksis. Pengungkapan
33
lingkungan adalah penyajian informasi yang berkaitan dengan lingkungan di
dalam laporan tahunan perusahaan.
Pengungkapan data akuntansi lingkungan biasanya meliputi hal sebagai
berikut:
1. proses dan hasil kegiatan konservasi lingkungan
2. item-item yang membentuk standar akuntansi lingkungan
3. hasil yang dikumpulkan dari akuntansi lingkungan
Menurut Blacconiere and Patten (1994) yang dikutip oleh Oktavirina
(2006) dalam mengungkapkan pengukuran kinerja lingkungan, ada beberapa yang
harus dipertimbangkan, yaitu:
1. Pernyataan yang mengungkapkan peraturan lingkungan yang berlaku saat
ini.
2. Pernyataan yang mengungkapkan usaha apa saja yang telah dilakukan
perusahaan dalam mematuhi standar lingkungan yang ditetapkan.
3. Penyajian jumlah moneter masa lalu atau saat ini yang telah dikeluarkan
oleh perusahaan dalam memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan.
4. Penyajian estimasi jumlah pengeluaran moneter masa mendatang untuk
pengendalian lingkungan.
5. Pengungkapan aksi tuntutan hukum lingkungan lingkungan yang potensial
ditujukan kepada perusahaan (pengungkapan tuntutan hukum lingkungan).
34
2.3.2 Komponen Dasar Pengungkapan Lingkungan
Perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan dunia
bisnis di Indonesia, menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya
melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR). Tanggung jawab sosial
perusahaan atau CSR sebagai sebuah gagasan menjadikan perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu
nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya
(financial), tetapi CSR harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga
memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Novita, 2008).
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibilty
(CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan
para pemegang saham (shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak
stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal,
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), konsumen dan lingkungan.
CSR menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan praktik bisnis yang
etis dan berkesinambungan (sustainable) secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
Pemahaman ini dapat disebut dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan
bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang
(people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini.
Sedangkan komponen pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan
yang diidentifikasi oleh FASB sebagai berikut :
(1) Statement keuangan (financial statements).
(2) Catatan atas statement keuangan (notes to financial statements).
35
(3) Informasi pelengkap (supplementary information).
(4) Sarana pelaporan keuangan lain (other means of financial reporting).
(5) Informasi lain (other information).
2.3.3 GRI (Global Reporting Initiative)
Standar pengungkapan lingkungan yang berkembang di Indonesia adalah
merujuk standar yang dikembangkan GRI (Global Reporting Initiatives). Global
Reporting Initiative pertama kali disusun pada tahun 1997 oleh The Boston-based
Coalition on Environmentally Responsible Economies (CERES) bekerjasama
dengan Tellus Institute. Selama lebih dari lima tahun terakhir, GRI telah masuk
dalam kriteria kerangka laporan dalam semua aspek perkembangan perusahaan.
GRI juga merupakan suatu organisasi non profit yang berkedudukan di US.
Pedoman yang dikembangkan GRI tidak hanya disusun berdasarkan
environmental standpoint tetapi dari perspektif yang luas termasuk kinerja sosial
dan kinerja ekonomi.
IAMI (Ikatan Akuntansi Manajemen Indonesia) merujuk standar yang
dikembangkan oleh GRI dalam pemberian penghargaan Indonesia Sustainability
Reporting Awards (ISRA) kepada perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam
membuat laporan berkelanjutan atau sustainability report. Standar GRI dipilih
karena lebih memfokuskan pada standar berbagai kinerja ekonomi, sosial, dan
lingkungan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, rigor, dan
pemanfaatan sustainability reporting.
36
Pada tahun 2000, GRI meluncurkan The Sustainability Reporting
Guidelines yang telah diadopsi oleh kurang lebih seratus perusahaan di seluruh
dunia. Di tahun 2002, GRI diadopsi oleh UN dan The UN Global Compact seperti
yang disebutkan dalam dokumen EU dalam Kerangka CSR Eropa. Dari relasi
sosial berdasarkan NGO lokal telah menjadi standar global yang didukung oleh
bisnis, pemerintah, dan komunitas masyarakat. Secara umum, diantara bentuk
inisiatif perusahaan yang lain, dokumen ini mengambil bentuk baru dalam relasi
sosial, seperti bisnis, NGO, dan organisasi keuangan.
Tujuan GRI adalah untuk membantu para investor, pemerintah, perusahaan
dan masyarakat umum untuk memahami lebih jelas mengenai proses peningkatan
dalam pencapaian keberlanjutan (sustainability). GRI memiliki dukungan yang
kuat dari perusahaan dan NGO di seluruh dunia yang merupakan pertemuan
multistakeholder untuk mencari isu verifikasi secara umum. GRI ini mendorong
perusahaan untuk menyusun target, kemudian perusahaan melaporkan atau tidak
target yang telah dicapai tersebut. Jika perusahaan tidak menemukan targetnya,
maka mereka harus memberikan alasannya. Dengan cara ini, stakeholder memiliki
parameter yang dapat menjadi pegangan mengenai akuntabilitas perusahaan.
Selain itu, GRI juga mendorong organisasi untuk membuat perjanjian dengan
stakeholder dan dapat memilih indikator kemajuan perusahaan yang paling
relevan untuk kedua hal tersebut, yakni pelaporan organisasi dan hubungan
dengan para stakeholder-nya. Pertanyaan mengenai GRI yang termasuk dalam hal
itu adalah bagaimana perusahaan dapat berkomunikasi dengan stakeholder-nya
dan dalam isu apa yang harus dilaporkan.
37
Tabel 2.2
Indikator GRI
No. INDIKATOR
KINERJA
ASPEK KINERJA
1. EC Ekonomi 1. Kinerja ekonomi
2. Presensi pasar
3. Dampak ekonomi tidak
langsung
2. EN Lingkungan 1. Bahan
2. Energi
3. Air
4. Keanekaragaman hayati
5. Emisi limbah dan sampah
6. Produk dan jasa
7. Kepatuhan
8. Transportasi
9. Keseluruhan
3. LA Praktik tenaga kerja
dan Kepuasan kerja
1. Pekerjaan
2. Buruh/hubungan manajemen
3. Kesehatan dan keselamatan
kerja
4. Pelatihan dan pendidikan
5. Perbedaan dan persamaan
kesempatan
4. HR Hak asasi manusia 1. Praktik investasi dan perolehan
2. Tidak diskriminasi
3. Kebebasan berasosiasi dan
berkumpul
4. Pekerja anak
5. Pekerja paksaan
6. Praktek keamanan
7. Hak penduduk asli
5. SO Sosial 1. Masyarakat
2. Korupsi
3. Kebijakan publik
4. Perilaku anti persaingan
5. Kepatuhan
6. PR Produk 1. Kesehatan dan keselamatan
pelanggan
38
2. Label produk dan jasa
3. Komunikasi pemasaran
4. Kerahasiaan pelanggan
5. Kepatuhan
Sumber: Global Reporting Initiative, 2006.
2.3.4 Pelaksanaan Pengungkapan Lingkungan
Perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan dunia
bisnis di Indonesia, menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya
melaksanakan pengungkapan lingkungan. Isu-isu yang berkaitan dengan reputasi,
manajemen risiko dan keunggulan kompetitif juga menjadi kekuatan yang
mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi sosial. Adapun
informasi sosial tertuang dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang
telah go public. Dengan demikian diharapkan laporan tahunan tersebut dapat
menjadi media komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat.
Menurut Bapepam No. Kep. 38/PM/1996 terdapat 2 informasi yang
diungkapan dalam laporan tahunan. Pertama adalah pengungkapan wajib
(mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten
yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu negara. Sedangkan yang kedua
adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang
dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang
ada. Pengungkapan informasi sosial perusahaan melebihi persyaratan minimal
dari peraturan pasar modal yang berlaku. Oleh karenanya, perusahaan memiliki
kebebasan untuk mengungkapkan informasi sosialnya dalam laporan tahunan
39
sehingga menyebabkan keragaman hasil atau variasi luas pengungkapan sukarela
antar perusahaan.
Chariri (2007) mengungkapkan bahwa informasi diungkapkan dapat
mengakibatkan kegagalan pasar, hal tersebut disebabkan karena adanya
pembenaran akan intervensi pemerintah untuk memaksa perusahaan yang cukup.
Pengungkapan itulah yang disebut pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
Pelaksanaan pengungkapan lingkungan secara mandatory juga wajib dilaksanakan
oleh perusahaan yang menanamkan modal di Indonesia, BUMN dan juga oleh
Perusahaan Kecil dan Menengah. Sudah sepantasnya bila perusahaan-perusahaan
tersebut menganggarkan biaya pengungkapan lingkungan untuk mengatasi
dampak negatif operasi perusahaan terhadap lingkungan di sekitarnya. Sedangkan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dilakukan diluar kewajiban dan
dilakukan sukarela. Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu
investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan. Pengungkapan sukarela
dilakukan adanya asimetri informasi yang menyebabkan ketidaksempurnaan
informasi.
Menurut Suratno (2006) pengungkapan lingkungan merupakan jenis
pengungkapan sukarela. Pelaksanaan pengungkapan lingkungan di Indonesia
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pelaksanaan pengungkapan lingkungan secara sukarela yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan multinasional ataupun pemegang franchise
dan lisensi internasional sangat dipengaruhi oleh perkembangan
40
pelaksanaan pengungkapan lingkungan di negara asal perusahaan
multinasional maupun pemberi franchise dan lisensi.
2. Pelaksanaan pengungkapan lingkungan oleh perusahaan-perusahaan
domestik harus mengalami proses belajar lebih panjang dalam merancang
dan melaksanakan aktivitas pengungkapan, karena perusahaan ini pada
umumnya belum memiliki pengalaman yang banyak di dalam mengelola
aktivitas pengungkapan lingkungan.
Kewajiban pengungkapan lingkungan di Indonesia telah diatur dalam
beberapa regulasi, antara lain adalah pernyataan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
yang menyarankan kepada perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab
mengenai sosial dan lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari PSAK No. 1 (revisi
1998) mengenai penyajian laporan keuangan pada bagian informasi tambahan,
yaitu :
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement) khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.”
PSAK No. 1 tersebut menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia diberi
kebebasan untuk mengungkapkan atau tidak mengungkapkan informasi
lingkungan dalam laporan keuangannya. Maka dari itu, ada perusahaan yang
mengungkapkan informasi lingkungan dalam laporan keuangannya dan ada
perusahaan yang tidak mengungkapkannya. Walaupun termasuk voluntary
disclosure, kini kesadaran perusahaan publik di Indonesia untuk melakukan
41
environmental disclosure mulai timbul seiring dengan meningkatnya kesadaran
akan Corporate Social Responsibility.
Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut diatur
oleh Undang-Undang RI No.40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha di bidang/ berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-Undang RI No.40
Pasal 74 tahun 2007, yang mewajibkan perusahaan melaksanakan tanggung jawab
sosialnya, menunjukkan manifestasi akan kepedulian pemerintah akan masalah-
masalah sosial yang merupakan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Standar
terhadap praktek pengungkapan sosial akan mendorong perusahaan
bertanggungjawab terhadap lingkungan sosialnya.
Kehadiran akan Undang-undang tersebut diharapkan dapat menambah
suatu wacana baru bagi perundang-undangan di Indonesia serta dapat memberikan
iklim investasi yang baik di kalangan investor. Undang-undang tersebut dapat
juga memberikan kenyamanan dan ketertarikan bagi investor jika terdapat sebuah
kepastian hukum dan jaminan akan adanya keselamatan dan kenyamanan terhadap
modal yang ditanamkan. Secara garis besar bertujuan dari dikeluarkannya
undang-undang tersebut agar dapat memberikan kepastian hukum juga adanya
transparansi dan tidak membeda-bedakan serta memberikan perlakuan yang sama
kepada investor dalam dan luar negeri.
42
2.3.5 Manfaat Pengungkapan Lingkungan
Kontribusi negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya telah
menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat, oleh karena itu dengan
mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan
dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat
mengembalikan kepercayaan masyarakat. Jadi agar bentuk tanggung jawab yang
telah dilakukan oleh perusahaan dapat diketahui oleh berbagai pihak yang
berkepentingan, maka hal itu diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.
Salah satu manfaat pengungkapan adalah memberikan nilai prediktif.
Pengungkapan yang informatif akan memberikan informasi baru yang relevan
bagi investor dan kreditor dalam menilai prospek risiko dan return suatu investasi.
Pemahaman yang baik atas risiko akan meningkatkan daya prediksi tentang
prospek return perusahaan.
Pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) bisa disebut juga
sebagai pengungkapan tanggung jawab sosial. Menurut Novita (2008)
pengungkapan tanggungjawab sosial bertujuan untuk menjalin hubungan
komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan
stakeholder lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan
kepedulian dan tanggung jawab sosial dalam setiap aspek kegiatan operasinya.
Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi didalam laporan tahunan
atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas,
responsibilitas dan transparansi perusahaan kepada investor dan stakeholder
lainnya. Pengungkapan yang lebih rinci mengenai perusahaan akan sangat penting
43
dan bermanfaat untuk melakukan penilaian dari analisis pengambilan keputusan
yang akan mereka lakukan.
Dengan melakukan praktik dan pengungkapan CSR, perusahaan akan
mendapatkan manfaat tersendiri. Solihin (2009) menyebutkan bahwa perusahaan
akan terdorong untuk melakukan praktik dan pengungkapan CSR, karena
memperoleh manfaat seperti peningkatan penjualan dan market share,
memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan
biaya operasi, serta meningkatkan daya tarik perusahaan dimata investor dan
analis keuangan.
Menurut Taridi (2009) ada beberapa manfaat dari praktik dan
pengungkapan CSR bagi perusahaan, antara lain:
1. Pengelolaan sumber daya korporasi secara amanah dan
bertanggungjawab, yang akan meningkatkan kinerja korporasi
secara sustainable.
2. Perbaikan citra korporasi sebagai agen ekonomi yang
bertanggungjawab sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
3. Peningkatan keyakinan investor terhadap korporasi sehingga
menjadi lebih atraktif sebagai target investasi.
4. Memudahkan akses terhadap investasi domestik dan asing.
5. Melindungi Direksi dan Dewan Komisaris tuntutan hukum.
Selain itu, terdapat pula beberapa manfaat pengungkapan lingkungan yang
terkait dengan akuntansi sosial perusahaan, yaitu:
44
a. Para pengguna laporan keuangan akan mendapat informasi yang lebih luas
mengenai efek lingkungan hidup terhadap perusahaan dan bagaimana
perusahaan mengatur hal ini.
b. Keterlibatan perusahaan dan pertanggungjawaban sosial akan
meningkatkan citra bagi perusahaan terhadap dunia luar.
c. Bertujuan sebagai media untuk mengkomunikasikan realitas sosial untuk
pengambilan keputusan ekonomis, sosial, dan politis. Pengungkapan sosial
juga merupakan respon terhadap kebutuhan informasi dan kebutuhan-
kebutuhan yang berkepentingan seperti serikat pekerja, aktivis lingkungan,
dan kalangan lain.
2.4 Kinerja Keuangan (Financial Performance)
2.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan
perusahaan. Kinerja keuangan adalah ukuran umum mengenai kesehatan
keuangan suatu perusahaan secara keseluruhan pada suatu waktu tertentu atau
pengukuran secara subjektif mengenai seberapa baik sebuah perusahaan bisa
menggunakan atau mengelola aset yang dimilikinya dari kegiatan operasional
utama usaha yang dijalankan sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh
manajemen guna menjadi pendapatan bagi perusahaan itu sendiri pada suatu
waktu tertentu. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan mengevaluasi
dan menganalisa laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja
keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi
45
posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa depan dan hal-hal lain yang
menarik perhatian pemakai seperti pembayaran deviden, upah pergerakan harga
sekuritas, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika
jatuh tempo.
Menurut Mulyadi (1997:419) penilaian kinerja adalah penentuan secara
periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya. Untuk membahas metode penilaian kinerja keuangan perusahaan
harus didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai
prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum. Laporan keuangan disebut
sebagai "kartu skor" periodik yang memuat hasil investasi operasi dan
pembiayaan perusahaan, maka fokus akan diarahkan pada hubungan dan indikator
keuangan yang memungkinkan analisa penilaian kinerja masa lalu dan juga
proyeksi hasil masa depan dimana akan menekankan pada manfaat serta
keterbatasan yang terkandung didalamnya (Sucipto, 2003).
2.4.2 Tujuan Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan suatu perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan
untuk mencapai tujuan perusahaan. Setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber
daya, maka kinerja perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya
untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pentingnya laporan keuangan sebagai
informasi dalam menilai kinerja perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan
haruslah mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu
46
tertentu. Oleh sebab itu, pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
perusahaan akan menjadi tepat, sehingga pemegang saham dapat menjadikan
laporan keuangan sebagai informasi yang berguna dalam pengambilan
keputusannya sebagai pemegang saham perusahaan.
2.4.3 Pengukuran Kinerja Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), kinerja keuangan perusahaan
dapat diukur dangan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi
posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai
dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja dimasa depan dan hal-hal
lain yang menarik perhatian pemakai.
Menurut Pradhono dan Joggi (2004) yang dikutip oleh Susi (2005)
terdapat beberapa kategori pengukuran kinerja keuangan perusahaan, yaitu:
1. Earnings Measures: earning per share (EPS), return on assets (ROA),
return on net assets (RONA), return on capital employment (ROCE) and
return on equity (ROE),
2. Cash flow Measures: free cash flow, cash flow return on gross
investment (ROGI), cash flow return on investment (CFROI), total
shareholder return (TSR) and total business return (TBR),
3. Value Measures (economic value added (EVA), market value added
(MVA), cash value added (CVA) and shareholder value (SHV).
Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan Earning Per Share
(EPS) sebagai indikator untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan.
47
Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai Earning Per Share (EPS) akan
diuraikan pada poin di dibawah ini.
2.4.3.1 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) menunjukan besarnya jumlah uang yang akan
didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar diperiode tersebut. EPS atau laba
per saham (LPS) menurut PSAK dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih
yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah
rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu periode. EPS hanya
ditunjukan untuk perhitungan saham biasa (common stock).
Semakin besar laba bersih suatu perusahaan, maka akan semakin besar
EPS. Jika EPS suatu perusahaan meningkat, maka semakin besar pula laba bersih
yang akan dibagikan berupa cash dividend kepada pemegang saham biasa.
Formula perhitungan EPS menurut Warren (2011:516) adalah
�����������ℎ��� =����� ��� − ����������������
��������������� ������ℎ���������������
Nilai EPS digunakan oleh shareholder untuk menilai harga saham tersebut
dipasaran. EPS umumnya menunjukan prospek stakeholder dan manajemen
perusahaan. EPS menjadi perhatian utama investasi publik dan dipertimbangkan
sebagai salah satu indikator penting dalam menilai kesuksesan suatu perusahaan.
Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS.
Rasio-rasio laba ini menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas dan
manajemen aktiva atau kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan
48
laba. Rasio-rasio ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam
rangka menilai faktor-faktor yang mendasari laba perusahaan. Rasio-rasio ini
membantu dalam melakukan penilaian kecukupan laba historis dan
memproyeksikan laba di masa depan melalui pemahaman yang lebih baik
terhadap sebab-sebab terjadinya laba.
Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba
bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini
dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabelnya. Setiap perubahan laba bersih
maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan
laba per saham (EPS).
2.4.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Earning Per Share
Menurut lembar saham yang beredar, Earning Per Share atau laba
perlembar saham dapat mengalami kenaikan karena beberapa faktor antara lain:
1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih
besar daripada persentase penurunan laba bersih.
Begitupula sebaliknya EPS dapat mengalami penurunan disebabkan
bebarapa faktor antara lain:
49
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase
penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih
besar daripada persentase kenaikan laba.
2.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Kinerja lingkungan merupakan upaya-upaya yang dilakukan perusahaan
untuk mengurangi dampak-dampak negatif terhadap lingkungan yang mungkin
akan muncul. Informasi mengenai aktivitas atau kinerja perusahaan merupakan
suatu hal yang sangat berharga bagi stakeholder khususnya investor.
Pengungkapan informasi mengenai hal tersebut merupakan kebutuhan bagi
stakeholder. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik merupakan
good news bagi investor dan calon investor. Perusahaan yang memiliki good news
yang lebih cenderung akan meningkatkan pengungkapan lingkungan dalam
laporan tahunannya (annual report).
Pengukuran kinerja lingkungan merupakan bagian penting dari sistem
manajemen lingkungan. Hal tersebut merupakan ukuran hasil dari sistem
manajemen lingkungan yang diberikan terhadap perusahaan secara riil dan
kongkrit. Selain itu, kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari sistem
manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya.
50
Kinerja lingkungan perusahaan pada penelitian ini diukur dari prestasi
perusahaan mengikuti program PROPER yang merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong
penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen
informasi. Penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolan lingkungan
mulai dikembangkan Kementrian Lingkungan Hidup, sebagai satu alternatif
instrumen sejak 1995. Mengingat hasil penilaian peringkat PROPER ini akan
dipublikasikan secara terbuka kepada publik dan stakeholder lainnya, maka
kinerja penaatan perusahaan dikelompokkan ke dalam peringkat warna. Melalui
pemeringkatan warna ini diharapkan masyarakat dapat lebih mudah memahami
kinerja penaatan masing-masing perusahaan.
Pengungkapan lingkungan merupakan pengungkapan informasi yang
berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan (Suratno,
2006). Pengungkapan informasi lingkungan hidup perusahaan bertujuan
sebagai media untuk mengkomunikasikan realitas untuk pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, dan politis. Melalui pengungkapan lingkungan hidup
pada laporan tahunan, masyarakat dapat memantau aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan.
Pengukuran pengungkapan lingkungan dalam penelitian ini menggunakan
Dummy Variable. Dummy Variable merupakan sebuah variabel nominal yang
digunakan di dalam regresi berganda dan diberi skor 0 dan 1. Skor 1 diberikan
jika diungkapkan dalam annual report dan skor 0 akan diberikan jika tidak
diungkapkan dalam annual report kemudian dihitung skornya.
51
Mulyadi (1997) kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba. Dengan kata lain kinerja keuangan mengukur hasil yang dicapai oleh
perusahaan dalam lingkup keuangan berdasarkan kebijakan-kebijakan yang telah
dibuat dan kegiatan operasional yang telah dijalankan pada suatu waktu tertentu.
Kinerja keuangan perusahaan pada dasarnya diperlukan sebagai alat untuk
mengukur financial health (kesehatan perusahaan) perusahaan. Kinerja keuangan
perusahaan digunakan sebagai media pengukuran subyektif yang menggambarkan
efektifitas penggunaan asset oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis
utamanya dan meningkatkan pendapatan. Al-Tuwaijri (2003) pengukuran kinerja
keuangan dapat dihitung menurut accounting based measures maupun capital
market based. Pada accounting based measures dapat menggunakan analisis
rasio keuangan sebagai pengukuran secara financial. Penelitian ini menggunakan
earning per share. Earning per share atau laba per lembar saham adalah laba
bersih yang tersedia bagi pemegang saham dibagi jumlah saham beredar. Earning
per share merupakan salah satu cara pengukuran kinerja keuangan (Susi, 2005).
Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan pengungkapan
lingkungan yang baik diharapkan akan membawa dampak yang baik pula bagi
investor ataupun calon investor. Perusahaan yang mengedepankan sustainability
tentu akan menterjemahkan prinsip sustainability ke dalam strategi dan operasi
perusahaan, sehingga faktor-faktor yang mendatangkan value bagi perusahaan
dapat juga menjadi bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan oleh
investor serta dengan pengungkapan sosial ini diharapkan investor dapat
52
pemahaman yang lebih baik mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan value yang pada gilirannya akan dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam rangka memaksimalkan kemakmurannya. Ini
berarti bahwa perusahaan yang memiliki tingkat kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan yang baik tentunya akan membawa dampak yang baik
pula bagi perusahaan dan akan tercermin dalam kinerja keuangannya.
Hubungan kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan dapat
dilihat dalam konsep Triple Bottom Line (TBL). Triple bottom line terdiri dari
social equity (people), economic prosperity (profit) dan environmental protection
(planet). Konsep triple bottom line sejalan dengan teori stakeholder, yaitu
perusahaan bertanggung jawab kepada seluruh stakeholder bukan hanya kepada
pemegang saham. Sehubungan dengan konsep stakeholder, maka triple bottom
line merupakan media yang tepat untuk membahas hubungan antara kinerja
lingkungan dengan kinerja keuangan perusahaan.
Telah banyak temuan yang menghubungkan ketiga variabel ini, hubungan
mengenai kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan dan kinerja keuangan
yang dilakukan Al-Tuwaijri (2003) dengan menggunakan
desain penelitian cross-sectional dan data perusahaan untuk tahun 1994. Dapat
disimpulkan bahwa kinerja lingkungan yang baik berpengaruh terhadap kinerja
finansial, dan juga dengan pengungkapan sosial yang lebih terbuka akan
berpengaruh juga terhadap hubungan tanggung jawab sosial dengan profitabilitas
perusahaan.
53
Penelitian dari Almilia (2007) menemukan bahwa secara simultan
environmental performance dan environmental disclosure berpengaruh signifikan
terhadap financial performance, dan hasil uji secara parsial environmental
performance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial
performance perusahaan, tetapi environmental disclosure lah yang memilki
pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan
umum dan pemegang HPH/HPHTI yang terdaftar di BEI periode tahun 2002/2005
dan terdaftar sebagai peserta PROPER periode tahun 2003/2006.
Susi (2005) yang menguji hubungan antara kinerja lingkungan terhadap
kinerja keuangan menggunakan sample 87 perusahaan di Indonesia. Kinerja
lingkungan yang diteliti diukur dengan mengunakan rating kinerja lingkungan
perusahaan atau PROPER yang disediakan oleh Bapedal/Kementerian
Lingkungan Hidup RI, sedangkan kinerja keuangan diukur dengan ROA (return
on assets). Penelitian tersebut membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan, akan tetapi
ukuran perusahaan, listing di BEI dan ISO 14001 berhubungan secara signifikan
terhadap kinerja lingkungan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rating
PROPER, yang disediakan oleh pemerintah Indonesia, cukup terpercaya sebagai
ukuran kinerja lingkungan perusahaan, karena kesesuaiannya dengan sertifikasi
internasional di bidang lingkungan ISO 14001.
Sedangkan penelitian dari Suratno (2006) menghasilkan kesimpulan
bahwa environmental performance mempunyai pengaruh yang signifikan dengan
economic performance, dan juga hubungan positif signifikan antara
54
environmental performance dengan environmental disclosure pada perusahaan
manufaktur yang tercatat di BEI pada periode tahun 2001/2004 dan juga terdaftar
sebagai peserta PROPER periode tahun 2001/2005.
Penelitian Rakhiemah (2009) menemukan bahwa tidak ada pengaruh
signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja finansial serta CSR disclosure
dengan kinerja finansial. Tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja
lingkungan dengan CSR dislosure. Penelitian ini dilakukan terhadap 16
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2004/2006 dan juga
peserta PROPER sejak tahun 2004.
Penelitian mengenai kinerja lingkungan dan kinerja keuangan dilakukan di
Rusia oleh Bagaeva (2010) mereka menyimpulkan bahwa:
“The results of the study show that investors value lower environmental
impacts positively. This result indicates that superior environmental
performance achieved by lower environmental impact is valued as an
investment in Russia and has a positive impact on expected market values.
Lower environmental impacts are likely to be a result of firms’ investments
in equipment modernization. Moreover, lower environmental impacts are
likely to manifest that a firm is unlikely to incur major costs for
environmental compensation in the future”.
Bagaeva (2010) menunjukkan hasil penelitian bahwa kinerja lingkungan
yang unggul dinilai sebagai investasi positif di pasar Rusia. Kinerja ini dicapai
dengan menurunkan dampak lingkungan. Dampak lingkungan yang lebih rendah
berupa klaim dari masyarakat sekitar dan menurunnya tingkat polusi adalah hasil
dari investasi perusahaan dalam modernisasi peralatan.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, penulis
merumuskan hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini, yaitu:
55
H1: Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan.
H2: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
H3: Pengungkapan Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
KINERJA
LINGKUNGAN
(X1)
KINERJA
KEUANGAN
(Y)
PENGUNGKAPAN
LINGKUNGAN
(X2)
56
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
sedangkan subjek penelitian adalah tempat penelitian melekat (Arikunto, 2005).
Objek penelitian ini adalah kinerja lingkungan perusahaan (environmental
performance), pengungkapan lingkungan perusahaan (environmental disclosure)
dan kinerja keuangan perusahaan (financial performance). Subjek penelitian ini
adalah perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur dengan kriteria:
1. peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja Lingkungan Hidup dari
Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2009-2010.
2. terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010.
Alasan peneliti memilih perusahaan sektor manufaktur karena perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam sektor tersebut dinilai memiliki risiko
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh, bahan baku
yang digunakan perusahaan semen sebagian merupakan jenis bebatuan yang
tergolong sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Dalam proses
produksinya pun perusahaan semen banyak menghasilkan gas karbondioksida
yang dapat memicu terjadinya pemanasan global.
57
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis. Menurut Nazir (2005:54), metode deskriptif analisis adalah:
“Metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang, dimana tujuannya adalah untuk membuat gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan fenomena yang diselidiki. Metode ini bukan saja memberikan
gambaran terhadap fenomena tetapi juga menerangkan hubungan, menguji
hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dari suatu
masalah yang ingin dipecahkan.”
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa metode deskriptif analisis
bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki
secara terperinci untuk menghasilkan rekomendasi, untuk keperluan masa yang
akan datang.
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan tipe data kuantitatif. Data kuantitatif adalah
data yang dinyatakan dalam angka-angka, menunjukkan nilai terhadap besaran
variabel yang diwakilinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
data sekunder, yaitu informasi yang dikumpulkan bukan untuk kepentingan studi
yang dilakukan saat ini tetapi untuk beberapa tujuan lain (Churchill, 2005).
Menurut Wibisono (2002) data sekunder biasanya merupakan data masa lalu atau
historikal.
58
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber
yaitu:
1. Data earning per share diperoleh dari annual report perusahaan
manufaktur yang dipublikasikan. Data didapat dari situs perusahaan yang
bersangkutan dan situs www.idx.co.id.
2. Indikator lingkungan diperoleh dari website Global Reporting Initiative
(GRI).
3. Data peringkat PROPER yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup. Data dapat diperoleh dari situs Kementerian Lingkungan Hidup
www.menlh.go.id.
3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2010 dan telah mengikuti Program
Penilaian Peringkat Kinerja Lingkungan Hidup dari Kementrian Lingkungan
Hidup sejak tahun 2009-2010. Populasi dalam penelitian ini adalah:
1. perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2009-2010 berjumlah 179 perusahaan.
59
2. perusahaan manufaktur yang tidak menjadi peserta PROPER tahun 2009-
2010 berjumlah 156 perusahaan.
3. perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010 berjumlah 23 perusahaan.
3.2.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2007). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling dengan pendekatan judgment sampling,
yaitu melibatkan pengambilan sampel dari subjek yang paling dapat memberikan
informasi yang diinginkan (Sekaran, 2003:277). Sampel berasal dari populasi
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-
2010 dan yang telah terdaftar dalam PROPER Kementrian Lingkungan Hidup
tahun 2009-2010. Adapun kriteria pemilihan sampel yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. emiten termasuk kelompok perusahaan industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER
tahun 2009-2010 yang mempublikasikan annual report (laporan
tahunan).
2. perusahaan yang tidak memiliki tingkat PROPER hitam.
3. memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian.
60
Tabel dibawah ini menyajikan hasil seleksi sampel dengan menggunakan
metode purposive sampling.
Tabel 3.1
Pemilihan Sampel
Total populasi penelitian 23
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menjadi
peserta PROPER yang tidak mempublikasikan laporan
tahunan secara konsisten selama periode pengamatan
tahun 2009-2010
(5)
Perusahaan yang memiliki tingkat PROPER hitam (2)
Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap terkait
dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian (0)
Total perusahaan yang menjadi sampel 16
Jumlah Observasi
Periode 2009-2010
16 Perusahaan Manufaktur x 2 tahun 32 Observasi
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari kriteria diatas terpilih 16 perusahaan manufaktur sebagai sampel
dalam penelitian ini dan 32 observasi sebagai sampel data karena data yang akan
diteliti selama 2 tahun yaitu tahun 2009-2010. Terdapat beberapa perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER
yang tidak mempublikasikan laporan tahunan secara konsisten selama periode
pengamatan tahun 2009-2010, serta perusahaan yang memiliki tingkat PROPER
hitam dalam penelitian ini tidak dimasukkan kedalam sampel penelitian
dikarenakan nilai PROPER hitam berpengaruh terhadap earning per share yang
dihasilkan oleh perusahaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut apabila nilai
61
earning per share yang dimiliki perusahaan dengan tingkat PROPER hitam maka
akan menghasilkan data yang tidak valid. Daftar perusahaan sebagai sampel data
penelitian skripsi terangkum dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan (Sampel)
No NAMA PERUSAHAAN KODE BIDANG
INDUSTRI
1 PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. AMFG KACA
2 PT. Century Tekstil Industri (Centex),
Tbk. CNTX TEKSTIL
3 PT. Citra Tubindo, Tbk. CTBN PENGOLAHAN
LOGAM
4 PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk. FASW KERTAS
5 PT. Holcim Indonesia, Tbk. SMCB SEMEN
6 PT. Indah Kiat pulp and paper, Tbk. INKP KERTAS
7 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. INTP SEMEN
8 PT. Indorama Synthetics, Tbk. INDR TEKSTIL
9 PT. Kalbe Farma, Tbk. KLBF FARMASI
10 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. KAEF FARMASI
11 PT. Pelat Timah Nusantara (Latinusa),
Tbk. NIKL
PELAPISAN
LOGAM
12 PT. Sat Nusa Persada, Tbk. PTSN ELEKTONIK
13 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. SMGR SEMEN
14 PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. INRU PULP & PAPER
15 PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk. (UIC) UNIC PETROKIMIA
16 PT. Unilever Indonesia, Tbk. UNVR CONSUMER
GOODS
Sumber : Data diolah sendiri
62
3.2.3 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel
3.2.3.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi bermacam-macam nilai.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:2).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain. Penelitian ini menggunakan variabel Kinerja
Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan sebagai variabel independen.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah
Kinerja Keuangan perusahaan.
63
3.2.3.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel dilakukan untuk memberikan gambaran
mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian agar dapat diukur
dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan judul dalam
penelitian ini, yaitu pengaruh kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan
terhadap kinerja keuangan, maka terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kinerja Lingkungan (Variabel Independen)
Kinerja lingkungan merupakan variabel independen dalam penelitian
ini, disimbolkan dengan (X1). Menurut Pojasek (2001) yang dikutip oleh
Sofia (2009), kinerja lingkungan merupakan bagian dari suatu proses
perencanaan strategis yang dapat membantu menghadapi isu-isu lingkungan
(environmental) perusahaan. Variabel kinerja lingkungan ini diukur
menggunakan hasil penilaian PROPER. PROPER adalah salah satu program
yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia
sebagai salah satu bentuk pengawasan, upaya transparansi dan peningkatan
kontribusi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Hasil PROPER
disampaikan kepada masyarakat disajikan dalam lima peringkat warna yaitu
emas, hijau, biru, merah dan hitam.
Peringkat emas diberikan bagi perusahaan yang telah mencapai ketaatan
penuh terhadap perundang-undangan sesuai dengan kriteria penilaian dan
memperoleh nilai tertinggi pada aspek lebih dari taat (beyond compliance)
yang meliputi 3 aspek pokok penilaian yaitu: sistem manajemen lingkungan,
pemanfaatan sumber daya alam, limbah serta pengembangan masyarakat.
64
Peringkat hijau diberikan bagi perusahaan yang telah melakukan pengelolaan
lingkungan hidup dan corporate social responsibility lebih dari yang
disyaratkan. Perusahan yang melakukan kegiatannya sesuai dengan peraturan
dan Undang-undang yang berlaku diberi peringkat biru. Peringkat merah
diberikan pada perusahaan yang belum melakukan upaya pengelolaan sesuai
dengan persyaratan dan peraturan yang berlaku, sedangkan peringkat terburuk
yaitu hitam diberikan bagi perusahaan yang mengakibatkan pencemaran,
kerusakan lingkungan serta pelanggaran Undang-undang dan peraturan yang
berlaku. Peneliti akan memberi skor kepada setiap perusahaan sesuai dengan
peringkat yang dimiliki. Nilai 5 untuk emas, nilai 4 untuk hijau, nilai 3 untuk
biru, nilai 2 untuk merah, dan nilai 1 untuk hitam.
2. Pengungkapan Lingkungan (Variabel Independen)
Pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan informasi yang
berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan keuangan (Suratno, 2006).
Instrumen pengukuran pengungkapan lingkungan (X2) yang akan digunakan
dalam penelitian mengacu pada instrumen dalam Global Reporting Initiative
(GRI). Indikator lingkungan yang tercakup dalam GRI terdiri dari item inti
(core) dan indikator tambahan (add) pengungkapan.
Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah indikator lingkungan
GRI yang merupakan indikator inti (core) pengungkapan saja, karena sudah
bisa mencakup keseluruhan indikator yang termaksud dan ada beberapa item
tambahan yang jika diterapkan maka ada indikator yang tidak relevan jika
diterapkan di Indonesia. Dalam Standar Global reporting Initiative GRI
65
(2006) terdapat 30 item inti pengungkapan lingkungan dalam pelaporan
berdasarkan environmental indicator yang akan dijadikan dasar
pengungkapan lingkungan dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.3
Indikator Kinerja Bidang Lingkungan menurut GRI
Material
EN 1 Material yang digunakan dan diklasifikasikan berdasarkan berat dan
ukuran.
EN 2 Persentase material bahan daur ulang yang digunakan.
Energi
EN 3 Pemakaian energi yang berasal dari sumber energi utama baik secara
langsung maupun tidak langsung.
EN 4 Pemakaian energi yang berasal dari sumber utama secara tidak
langsung.
EN 5 Energi yang berhasil dihemat berkat adanya efisiensi dan konservasi
yang lebih baik.
EN 6 Inisiatif penyediaan produk dan jasa yang menggunakan energi efisien
atau sumber daya terbaru, serta pengurangan penggunaan energi sebagai
dampak dari initiatif ini.
EN 7 Inisiatif dalam pengurangan pemakaian energi secara tidak langsung
dan pengurangan yang berhasil dilakukan.
Air
EN 8 Total pemakaian air dari sumbernya.
EN 9 Pemakaian air yang memberi dampak cukup signifikan pada sumber
mata air.
EN 10 Persentase dan total jumlah air yang di daur ulang dan digunakan
kembali.
Keanekaragaman Hayati
EN 11 Lokasi dan luas lahan yang dimiliki, disewakan, dikelola, atau
berdekatan dengan area yang dilindungi dan area dengan nilai
keanekaragaman hayati yang tinggi di luar areayang dilindungi.
EN 12 Deskripsi dampak signifikan yang ditimbulkan oleh aktivitas, produk,
dan jasa pada keanekaragaman hayati yang ada di wilayah yang
dilindungi serta area dengan nilai keanekaragaman hayati di luar
wilayah yang dilindungi.
EN 13 Habitat yang dilindungi atau dikembalikan kembali.
EN 14 Strategi, aktivitas saat ini dan rencana masa depan untuk mengelola
dampak terhadap keanekaragaman hayati.
66
EN 15 Jumlah spesies IUCN Red List dan spesies yang masuk dalam daftar
konservasi nasional dengan habitat di wilayah yang terkena dampak
operasi, berdasarkan risiko kepunahan.
Emisi, Efluen, dan Limbah
EN 16 Total emisi gas rumah kaca secara langsung dan tidak langsung yang
diukur berdasarkan berat.
EN 17 Emisi gas rumah kaca secara tidak langsung dan relevan yang diukur
berdasarkan berat.
EN 18 Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pengurangan yang
berhasil dilakukan.
EN 19 Emisi dari substansi perusak lapisan ozon yang diukur berdasarkan
berat.
EN 20 NO, SO dan emisi udara lain yang signifikan dan diklasifikasikan
berdasarkan jenis dan berat.
EN 21 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan.
EN 22 Total berat dari limbah yang diklasifikasikan berdasarkan jenis dan
metode pembuangan.
EN 23 Total biaya dan jumlah yang tumpah.
EN 24 Berat dari limbah yang ditransportasikan, diimpor, diekspor atau diolah
yang dklasifikasikan berbahaya berdasarkan Basel Convention Annex I,
II, III, dan VIII, dan presentase limbah yang dikapalkan secara
internasional.
EN 25 Identitas, ukuran, status yang dilindungi dan nilai keanekaragaman
hayati yang terkandung di dalam air dan habitat yang ada disekitarnya
secara signifikan terkena dampak akibat adanya laporan mengenai
kebocoran dan pemborosan air yang dilakukan oleh perusahaan.
Produk dan Jasa
EN 26 Inisiatif untuk mengurangi dampak buruk pada lingkungan yang
diakibatkan oleh produk dan jasa, dan memperluas dampak dari inisiatif
ini.
EN 27 Persentase dari produk yang terjual dan materi kemasan dikembalikan
berdasarkan kategori.
Kesesuaian
EN 28 Nilai moneter dari denda dan jumlah biaya sanksi-sanksi akibat adanya
pelanggaran terhadap peraturan dan hukum lingkungan hidup.
Transport
EN 29 Dampak signifikan terhadap lingkungan yang diakibatkan adanya
transportasi produk, benda lain dan materi yang digunakan perusahaan
dalam operasinya mengirim para pegawainya.
Keseluruhan
EN 30 Jumlah biaya untuk perlindungan lingkungan dan investasi berdasarkan
jenis kegiatan.
Sumber: Global Reporting Initiative (GRI, 2006)
67
Dalam penelitian ini, penilaian variabel pengungkapan lingkungan
dilakukan dengan Dummy Variable. Dummy Variable merupakan sebuah
variabel nominal yang digunakan di dalam regresi berganda dan diberi skor 0
dan 1. Skor 1 diberikan jika diungkapkan dalam annual report dan skor 0
akan diberikan jika tidak diungkapkan dalam annual report kemudian
dihitung skornya. Dalam penelitian ini, pengukuran item pengungkapan
lingkungan dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
N = ∑ itemyangdiungkapkanperusahaan
∑ itempengungkapanlingkunganGRI
3. Variabel Dependen
Kinerja keuangan merupakan variabel dependen dalam penelitian ini,
disimbolkan dengan (Y). Variabel dependen (variabel terikat) merupakan
variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel
independen (variabel bebas). Kinerja keuangan (financial performance)
merupakan kinerja perusahaan-perusahaan secara relatif dalam suatu industri
yang sama yang ditandai dengan return tahunan industri yang bersangkutan
(Rakhiemah, 2009). Dengan kata lain kinerja keuangan mengukur hasil yang
dicapai oleh perusahaan dalam lingkup keuangan berdasarkan kebijakan-
kebijakan yang telah dibuat dan kegiatan operasional yang telah dijalankan
pada suatu waktu tertentu (Mulyadi, 1999). Dalam penelitian ini digunakan
earning per share (EPS) untuk mengukur kinerja keuangan.
68
Formula perhitungan EPS menurut Warren (2011:516) adalah
������������ℎ��� =�� ��!"#� − ���%%���&&�'�&���
�'������(#)��"%!"##"��ℎ����"( � ��&���
Earning Per Share (EPS) menunjukan besarnya jumlah uang yang akan
didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar diperiode tersebut. EPS atau
laba per saham (LPS) menurut PSAK dihitung dengan membagi laba atau
rugi bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual)
dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu
periode. EPS hanya ditunjukan untuk perhitungan saham biasa (common
stock).
69
Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Kinerja
Lingkungan
(X1)
Kinerja Lingkungan
(environmental
performance) adalah
aktivitas-aktivitas yang
dilakukan perusahaan yang
terkait langsung dengan
lingkungan alam sekitar
(Ikhsan, 2008).
Hasil penilaian kinerja lingkungan KLH
berupa warna indeks PROPER
- Emas
- Hijau
- Biru
- Merah
- Hitam
Interval
Pengungkapan
Lingkungan
(X2)
Pengungkapan lingkungan
(environmental disclosure)
merupakan pengungkapan
informasi yang berkaitan
dengan lingkungan di
dalam laporan tahunan
perusahaan (Suratno,
2006).
Indikator lingkungan menurut Global
Reporting Initiative (GRI), yaitu:
1. Material
2. Energi
3. Air
4. Keanekaragaman Hayati
5. Emisi, Efluen dan Limbah
6. Produk dan Jasa
7. Kesesuaian
8. Transport
9. Keseluruhan
Rasio
Kinerja
Keuangan (Y)
Kinerja keuangan adalah
penentuan ukuran-ukuran
tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan
suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba.
(Sucipto, 2003).
EPS =
*+,-./01+234+55+4+66-7-6+.8
97+4:;+.<1=+405/0110.8>:4+80<,8,:.6-.;
Rasio
70
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengadakan penelitian ini penulis mengumpulkan data-data yang
mendukung dan relevan dengan topik permasalahan diatas. Selanjutnya
menggunakan data-data tersebut sebagai bahan informasi untuk dianalisis untuk
dasar pemecahan masalah. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang relevan
dengan objek yang diteliti. Penelitian lapangan dilakukan dengan
menelaah catatan dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti untuk mendapatkan data yang ditransformasikan menjadi variabel
penelitian.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan
mengumpulkan bahan–bahan dari berbagai sumber dan literatur-literatur
yang berhubungan dengan teknik pembahasan untuk memperoleh dasar
teoritis.
71
3.2.5 Rancangan Analisis Data dan Penetapan Hipotesis
3.2.5.1 Rancangan Analisis Data
Tahap –tahap yang dilalui oleh penulis adalah:
1. Mendapatkan data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang terkait
antara lain kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan dan earning per
share dari perusahaan yang telah ditetapkan.
2. Kemudian menentukan nilai-nilai variabel berdasarkan indikator yang
akan digunakan.
3. Melakukan pengujian statistik untuk menguji hipotesis.
4. Menentukan kesimpulan berdasarkan hasil pengujian statistik.
3.2.5.2 Penetapan Hipotesis Nol dan Alternatif
Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan
dengan ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari variabel-variabel independen
terhadap variabel terikatnya. Pengujian hipotesis yang akan dilakukan adalah
pengujian hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa koefisien korelasi tidak
berarti atau tidak signifikan. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan
bahwa koefisien korelasi berarti atau signifikan. Jika hipotesis nol (H0) ditolak
maka hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Perumusan H0 dan Ha pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H01 : β = 0 Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan
(Financial Performance).
72
Ha1 : β ≠ 0 Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) akan
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan
(Financial Performance).
H02 : β = 0 Pengungkapan Lingkungan (Environmental Disclosure)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan
(Financial Performance).
Ha2 : β ≠ 0 Pengungkapan Lingkungan (Environmental Disclosure)
akan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan
(Financial Performance).
3.2.6 Pemilihan Tes Statistik
Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini, peneliti menggunakan
statistik parametrik berdasarkan data-data yang diperoleh. Karena variabel
terikatnya dipengaruhi oleh dua variabel independen, maka peneliti menggunakan
analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikatnya.
3.2.7 Metode Analisis Data
3.2.7.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini
juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang
digunakan tidak terdapat multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi
73
serta untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan berdistribusi normal
(Ghozali, 2006).
a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan uji statistik, maka perlu dilakukan terlebih dahulu
pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
berdistribusi normal atau tidak. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
melihat normalitas data dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan 2 alat uji,
yaitu:
1. Grafik Normality Probability Plot, ketentuan yang digunakan adalah :
a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regesi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
2. Uji Kolmogrov Smirnov, dalam uji ini pedoman yang digunakan dalam
pengambilan keputusan yaitu:
a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi data tidak normal
b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka distribusi data normal
Hipotesis yang digunakan :
(1) H0 : data residual berdistribusi normal
(2) Ha : data residual tidak berdistribusi normal
74
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel bebasnya. Uji multikolinearitas
dilakukan dengan melihat Tolerance Value dan Variance Influence Factor (VIF).
Multikolinearitas terjadi jika nilai VIF di atas nilai 10 atau tolerance 0,01.
Nilai VIF dapat dihitung dengan rumus:
VIF = 1
@"A����!�
Dimana:
Tolerance Value < 0,01 atau VIF > 10 terjadi multikolinearitas
Tolerance Value > 0,01 atau VIF < 10 tidak terjadi multikolinearitas
c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak
tergambarkan dalam spesifikasi model regresi yang mengakibatkan terjadinya
tingkat keakuratan data. Dengan kata lain, heterokedastisitas terjadi jika residual
tidak memiliki varian yang konstan. Uji heterokedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Chariri, 2007:105). Model regresi yang
baik jika data tidak terjadi heteroskedastisitas atau memiliki variance yang sama.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisidas menggunakan
scatterplot. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas
adalah (Ghozali, 2001:69):
75
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu
teratur (bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (Ghozali, 2005). Autokorelasi timbul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena
residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana hasil pengujian
ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW). Dasar pengambilan keputusan
ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson adalah sebagai
berikut (Ghozali, 2007):
76
Tabel 3.5
Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW)
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi, positif
atau negative
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tdk ditolak
0 < DW < dL
dL ≤ DW ≤ dU
4 – dL < DW < 4
4 – dU ≤ DW ≤ 4 – dL
dU < DW < 4 - dU
Keterangan: DW = Besaran Durbin Watson
du = batas atas
dL = batas bawah
3.2.8 Analisis Persamaan Regresi Berganda
Analisis regresi digunakan untuk menaksir nilai variabel terikat (Y)
berdasarkan nilai variabel bebas (X), serta taksiran perubahan variabel terikat (Y)
untuk setiap satuan perubahan variabel bebas (X).
Bentuk persamaan regresi linier adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2
Dalam hal ini:
a = Konstanta
Y = Kinerja Keuangan
X1 = Kinerja Lingkungan
X2 = Pengungkapan Lingkungan
b1, b2 = Koefisien regresi variabel independen
77
Koefisien b adalah jika nilai b positif, maka hal tersebut menunjukkan hubungan
searah antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Oleh karena itu
peningkatan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan besarnya
variabel terikat dan berlaku sebaliknya. Sedangkan jika nilai b negatif, maka hal
tersebut menunjukkan hubungan berlawanan antara variabel bebas dengan
variabel terikatnya, yang berarti peningkatan besarnya variabel bebas akan diikuti
oleh penurunan besarnya variabel terikat dan berlaku sebaliknya.
1. Uji F
Hal ini dilakukan untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh antara
variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat.
F dari hasil perhitungan SPSS ver 15 dibandingkan dengan Ftabel yang
diperoleh dengan menggunakan tingkat resiko/signifikan level 5% dengan
derajat pembilang (dk1) = k dan derajat pembilang (dk2) = n-k-1, dengan
kriteria penerimaan dan penolakan H0 sebagai berikut:
bila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak
bila Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima
2. Uji t
Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel
terikat digunakan pengujian koefisien regresi secara partial (uji t). Masing-
masing t hasil perhitungan, kemudian dibandingkan dengan t-tabel yang
diperoleh dengan menggunakan taraf nyata 0,05 dan dk = (n-k-1).
78
Uji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah:
H0 diterima bila = -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
H0 ditolak bila = t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
3.2.9 Penetapan Tingkat Signifikansi
Probabilitas adalah nilai peluang kekeliruan atau kegagalan untuk menolak
H0. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0.95
(a=0.05) dan tes yang dilakukan adalah uji 2 pihak. Uji 2 pihak dilakukan karena
masih belum jelasnya hubungan antar variabel bebas dan tidak bebas.
α adalah kesalahan yang mungkin terjadi dalam menarik kesimpulan,
α=0,05 artinya hasil penelitian masih bisa dipertanggungjawabkan bila kekeliruan
dalam proses penelitian tidak lebih dari 5%. Pengujian hipotesis akan dilakukan
dengan menggunakan tingkat signifikansi (α=0,05), karena tingkat signifikansi itu
umum digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dan dianggap cukup tepat
untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti.
3.2.10 Penarikan Kesimpulan
Penulis dapat menarik kesimpulan apakah variabel-variabel bebas
memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat
berdasarkan dari hipotesis-hipotesis yang telah didapatkan. Kemudian penulis
akan melakukan analisis, dari analisis ini akan ditarik kesimpulan dan dibuat
saran-saran yang diharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya.
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Subjek dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan menjadi peserta PROPER. Alasan peneliti memfokuskan
pada sektor manufaktur karena dalam sektor tersebut terindikasi menimbulkan
dampak yang buruk terhadap lingkungan hidup sebagai aktivitas operasinya.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 23 perusahaan. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) tahun 2009-2010.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Pemilihan sampel secara purposive sampling dilakukan dengan tujuan
memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan
dalam penentuan sampel penelitian, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap
hasil analisis (Sumarni, 2006). Kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan
annual report (laporan tahunan) dan memiliki data yang lengkap terkait dengan
80
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian selama tahun 2009 dan 2010,
maka sampel yang didapat sebanyak 16 perusahaan. Berikut daftar sampelnya:
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan (Sampel)
No NAMA PERUSAHAAN KODE BIDANG
INDUSTRI
1 PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. AMFG KACA
2 PT. Century Tekstil Industri (Centex), Tbk. CNTX TEKSTIL
3 PT. Citra Tubindo, Tbk. CTBN PENGOLAHAN
LOGAM
4 PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk. FASW KERTAS
5 PT. Holcim Indonesia, Tbk. SMCB SEMEN
6 PT. Indah Kiat pulp and paper, Tbk. INKP KERTAS
7 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. INTP SEMEN
8 PT. Indorama Synthetics, Tbk. INDR TEKSTIL
9 PT. Kalbe Farma, Tbk. KLBF FARMASI
10 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. KAEF FARMASI
11 PT. Pelat Timah Nusantara (Latinusa), Tbk. NIKL PELAPISAN
LOGAM
12 PT. Sat Nusa Persada, Tbk. PTSN ELEKTONIK
13 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. SMGR SEMEN
14 PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. INRU PULP & PAPER
15 PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk. (UIC) UNIC PETROKIMIA
16 PT. Unilever Indonesia, Tbk. UNVR CONSUMER
GOODS
Sumber : Data diolah sendiri
4.1.2 Pengolahan Data
4.1.2.1 Kinerja Lingkungan
Pengukuran tingkat kinerja lingkungan dilakukan melalui kuantifikasi
hasil peringkat kinerja lingkungan dalam Laporan Hasil Proper yang dikeluarkan
Kementerian Lingkungan Hidup. Hasil PROPER disampaikan kepada masyarakat
81
disajikan dalam lima peringkat warna yaitu emas, hijau, biru, merah dan hitam.
Peringkat emas diberikan bagi perusahaan yang telah mencapai ketaatan penuh
terhadap perundang-undangan sesuai dengan kriteria penilaian dan memperoleh
nilai tertinggi pada aspek lebih dari taat (beyond compliance) yang meliputi 3
aspek pokok penilaian yaitu: sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan sumber
daya alam, limbah serta pengembangan masyarakat. Peringkat hijau diberikan
bagi perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan
corporate social responsibility lebih dari yang disyaratkan. Perusahaan yang
melakukan kegiatannya sesuai dengan peraturan dan Undang-undang yang
berlaku diberi peringkat biru. Peringkat merah diberikan pada perusahaan yang
belum melakukan upaya pengelolaan sesuai dengan persyaratan dan peraturan
yang berlaku, sedangkan peringkat terburuk yaitu hitam diberikan bagi
perusahaan yang mengakibatkan pencemaran, kerusakan lingkungan serta
pelanggaran Undang-undang dan peraturan yang berlaku. Peneliti akan memberi
skor kepada setiap perusahaan sesuai dengan peringkat yang dimiliki. Nilai 5
untuk emas, nilai 4 untuk hijau, nilai 3 untuk biru, nilai 2 untuk merah, dan nilai 1
untuk hitam.
Tabel 4.2
Kinerja Lingkungan Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel
No KODE Nama Perusahaan Peringkat
2009 2010
1 AMFG PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. 3 3
2 CNTX PT. Century Tekstil Industri (Centex),
Tbk. 3 2
82
Sumber: Data diolah sendiri
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa besarnya peringkat
kinerja lingkungan menurut indikator PROPER perusahaan manufaktur yang
paling rendah pada tahun 2010 adalah peringkat 2, yaitu kinerja lingkungan yang
dilakukan oleh PT. Century Tekstil Industri (Centex), Tbk. Hal ini berarti bahwa
PT Century Tekstil Industri mendapatkan peringkat merah dan belum melakukan
upaya pengelolaan sesuai dengan persyaratan dan peraturan yang berlaku.
Sedangkan untuk peringkat kinerja lingkungan yang paling tinggi adalah kinerja
yang dilakukan oleh PT. Holcim Indonesia, Tbk. pada tahun 2010 dan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. pada tahun 2009 dengan peringkat 5 yaitu
emas, hal ini berarti bahwa perusahaan telah mencapai ketaatan penuh terhadap
perundang-undangan sesuai dengan kriteria penilaian dan memperoleh nilai
tertinggi pada aspek lebih dari taat (beyond compliance) yang meliputi 3 aspek
pokok penilaian yaitu: sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan sumber daya
3 CTBN PT. Citra Tubindo, Tbk. 3 3
4 FASW PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk. 3 3
5 SMCB PT. Holcim Indonesia, Tbk. 4 5
6 INKP PT. Indah Kiat pulp and paper, Tbk. 3 3
7 INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa,
Tbk. 5 4
8 INDR PT. Indorama Synthetics, Tbk. 3 3
9 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk. 3 3
10 KAEF PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. 3 3
11 NIKL PT. Pelat Timah Nusantara (Latinusa),
Tbk. 3 3
12 PTSN PT. Sat Nusa Persada, Tbk. 3 3
13 SMGR PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. 4 4
14 INRU PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 4 4
15 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk. (UIC) 3 3
16 UNVR PT. Unilever Indonesia, Tbk. 4 3
83
alam, limbah serta pengembangan masyarakat. Bila dilihat dari jumlah
keseluruhan kinerja lingkungan yang dilakukan masing-masing perusahaan, rata-
rata perusahaan mendapatkan peringkat 3 yaitu biru, hal ini berarti bahwa
perusahaan telah melakukan kegiatannya sesuai dengan peraturan dan Undang-
undang yang berlaku. Perusahaan yang memiliki peringkat 4 (hijau) hanya
beberapa saja.
4.1.2.2 Pengungkapan Lingkungan
Pengukuran pengungkapan lingkungan dilakukan dengan menggunakan
indikator lingkungan berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI). Indikator
lingkungan GRI menunjukkan pengungkapan informasi yang berkaitan dengan
lingkungan di dalam annual report. Indikator lingkungan GRI diukur dengan 30
item inti pengungkapan lingkungan dalam annual report setiap perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER
tahun 2009-2010. Dalam penelitian ini, penilaian variabel pengungkapan
lingkungan dilakukan dengan Dummy Variable. Dummy Variable merupakan
sebuah variabel nominal yang digunakan di dalam regresi berganda dan diberi
skor 0 dan 1. Skor 1 diberikan jika diungkapkan dalam annual report dan skor 0
akan diberikan jika tidak diungkapkan dalam annual report kemudian dihitung
skornya. Dalam penelitian ini, pengukuran item pengungkapan lingkungan
dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
N = ∑ itemyangdiungkapkanperusahaan
∑ itempengungkapanlingkunganGRI
84
Berikut ini adalah data pengungkapan lingkungan berdasarkan indikator
kinerja lingkungan tahun 2009 dan 2010. Indikator kinerja lingkungan ini dibagi
lagi kedalam sembilan aspek, yaitu: material, energi, air, keanekaragaman hayati,
emisi, efluen, dan limbah, produk dan jasa, kesesuaian, transportasi, serta aspek
keseluruhan. Dan menghasilkan 30 item pengungkapan dari segi aspek
lingkungan.
Tabel 4.3
Data Pengungkapan Lingkungan Indikator Kinerja Lingkungan tahun 2009
KODE
PENGU
NGKAP
AN
AMFG CNTX CTBN FASW SMCB INKP INTP INDR KLBF KAEF NIKL PTSN SMGR INRU UNIC UNVR
2009 2009 2009 2009 2009 2009 20009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
EN 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1
EN 2 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
EN 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1
EN 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1
EN 5 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
EN 6 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
EN 7 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
EN 8 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 9 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
EN 10 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
EN 11 1 0 0 0 1 1 I 0 1 0 0 0 1 1 0 1
EN 12 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1
EN 13 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
EN 14 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1
EN 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
EN 16 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 17 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 18 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1
EN 19 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 20 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1
EN 21 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 22 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
EN 23 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
EN 25 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
EN 26 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1
85
EN 27 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1
EN 28 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
Total 6 3 3 11 17 20 7 5 14 1 5 3 30 9 3 25
JML
PENGU
NGKAP
AN
LING
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DISCLO
SURE
SCORE
0.2 0.1 0.1 0.3667 0.5667 0.6667 0.2333 0.1667 0.4667 0.0333 0.1667 0.1 1 0.3 0.1 0.833
Sumber: Data diolah sendiri.
Tabel 4.4
Data Pengungkapan Lingkungan Indikator Kinerja Lingkungan tahun 2010
KODE
PENGU
NGKAP
AN
AMFG CNTX CTBN FASW SMCB INKP INTP INDR KLBF KAEF NIKL PTSN SMGR INRU UNIC UNVR
2009 2009 2009 2009 2009 2009 20009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
EN 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1
EN 2 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
EN 3 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1
EN 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1
EN 5 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
EN 6 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
EN 7 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1
EN 8 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 9 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
EN 10 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
EN 11 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1
EN 12 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1
EN 13 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
EN 14 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1
EN 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
EN 16 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 17 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 18 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
EN 19 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 20 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1
EN 21 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 22 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
EN 23 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
EN 25 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
86
EN 26 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1
EN 27 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1
EN 28 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
EN 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
Total 6 3 4 13 17 21 6 5 14 1 5 3 30 10 3 25
JML
PENGU
NGKAP
AN
LING
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DISCLOSURE
SCORE
0.2 0.1 0.1333 0.4333 0.5667 0.7 0.2 0.1667 0.4667 0.0333 0.1667 0.1 1 0.3333 0.1 0.833
Sumber: Data diolah sendiri
Dapat dilihat dari Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 mengenai data pengungkapan
lingkungan menurut indikator kinerja lingkungan pada tahun 2009 dan 2010,
ditemukan bahwa tidak semua perusahaan mengungkapkan aspek lingkungannya.
Contohnya seperti PT. Kimia Farma pada tahun 2009 dan 2010 hanya
mengungkapkan 1 item dari 30 item pengungkapan yang ada dengan disclosure
score nya adalah 0.0333 atau hanya sekitar 3.33%, yaitu hanya mengungkapkan
presentase produk terjual dan kemasannya yang ditarik menurut kategori.
Sedangkan PT. Semen Gresik pada tahun 2009 dan 2010 telah
mengungkapkan seluruh pengungkapan lingkungannya yaitu 30 item
pengungkapan dengan disclosure score nya adalah 1. Ini berarti bahwa PT. Semen
Gresik sangat memperhatikan aspek-aspek lingkungan sekitarnya dari segi
material, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, efluen, dan limbah, produk
dan jasa, kesesuaian, transportasi, sampai aspek menyeluruh yang
mengungkapkan biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan. Dapat
disimpulkan pula dari keseluruhan pengungkapan yang diungkapkan oleh masing-
masing perusahaan masih banyak perusahaan yang mengungkapkan dibawah 15
87
item pengungkapan. Sedangkan yang mengungkapkan diatas 20 item hanya
beberapa perusahaan saja.
4.1.2.3 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan earning measures yaitu
earning per share (EPS). EPS menunjukan besarnya jumlah laba yang akan
didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar pada periode tertentu. Nilai EPS
didapatkan dari annual report setiap perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010. Formula
perhitungan EPS menurut Warren (2011:516) adalah
������������ℎ��� =�� ��!"#� − ���%%���&&�'�&���
�'������(#)��"%!"##"��ℎ����"( � ��&���
Tabel 4.5 merupakan hasil lengkap pengolahan variabel-variabel bebas,
yaitu kinerja lingkungan sebagai variabel X1 dan pengungkapan lingkungan
sebagai X2, sedangkan variabel tidak bebasnya adalah kinerja keuangan sebagai
variabel Y.
88
Tabel 4.5
Data Variabel Independen dan Dependen
No Nama Perusahaan
Kinerja
Lingkungan
Pengungkapan
Lingkungan EPS (Y)
2009 2010 2009 2010 2009 2010
1 PT. Asahimas Flat Glass,
Tbk. 3 3 0.2 0.2 155 763
2 PT. Century Tekstil Industri
(Centex), Tbk. 3 2 0.1 0.1 -.052 -0.12
3 PT. Citra Tubindo, Tbk. 3 3 0.1 0.1333 0.0177 0.0230
4 PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk. 3 3 0.3667 0.4333 111.7 114.2
5 PT. Holcim Indonesia, Tbk. 4 5 0.5667
0.5667 117 108
6 PT. Indah Kiat pulp and
paper, Tbk. 3 3 0.6667 0.7 -0.029 0.002
7 PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk. 5 4 0.2333 0.2 746 876
8 PT. Indorama Synthetics,
Tbk. 3 3 0.1667 0.1667 4.0 1.7
9 PT. Kalbe Farma, Tbk. 3 3 0.4667 0.4667 97 137
10 PT. Kimia Farma (Persero),
Tbk. 3 3 1 0.0333 11.25 24.98
11 PT. Pelat Timah Nusantara
(Latinusa), Tbk. 3 3 0.1667 0.1667 28 30
12 PT. Sat Nusa Persada, Tbk. 3 3 0.1 0.1 -0.0683 -0.0237
13 PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. 4 4 1 1 566 613
14 PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 4 4 0.3 0.3333 -0.044 0.0003
15 PT. Unggul Indah Cahaya,
Tbk. (UIC) 3 3 0.1 0.10 0.011 0.010
16 PT. Unilever Indonesia, Tbk. 4 3 0.833 0.833 399 444
Sumber: Data diolah sendiri
89
4.2 Perhitungan Statistik dan Pengujian Hipotesis
4.2.1 Statistik Deskriptif
Analisis data statistik deskriptif merupakan proses transformasi data
penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku umum (Sugiyono, 2007). Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan
analisis deskriptif untuk tiga variabel yang terdapat pada tabel 4.6:
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kinerja Lingkungan (X1) 32 2 5 3,31 ,644
Pengungkapan Lingkungan
(X2) 32 ,03 1,00 ,3719 ,30443
Kinerja Keuangan (Y) 32 -,5200 876,0000 167,066541 264,6295004
Valid N (listwise) 32
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Dapat dilihat dari tabel 4.6 mengenai hasil perhitungan analisis deskriptif
untuk tiga variabel, yaitu: variabel kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan
dan kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010.
1. Nilai terendah untuk kinerja keuangan (Y) adalah -0,520, yaitu untuk
perusahaan yang memiliki nilai EPS terendah yang dimiliki oleh PT.
Century Tekstil Industri (Centex), Tbk. Sedangkan nilai tertinggi untuk
kinerja keuangan adalah 876 yaitu untuk perusahaan yang memiliki
90
nilai EPS tertinggi yang dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk. Sedangkan rata-rata dan standar deviasi untuk kinerja
keuangan adalah 167,067 dan 264,630.
2. Nilai terendah untuk kinerja lingkungan (X1) adalah 2,00, yaitu
perusahaan yang memiliki peringkat 2 (merah) dalam PROPER
dimiliki oleh PT. Century Tekstil Industri (Centex), Tbk. Sedangkan
nilai tertinggi adalah 5,00, yaitu untuk perusahaan yang memiliki
peringkat 5 (emas) dalam PROPER dimiliki oleh PT. Holcim
Indonesia, Tbk dan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Sedangkan
rata-rata dan standar deviasinya adalah 3,313 dan 0,644.
3. Nilai terendah untuk pengungkapan lingkungan (X2) adalah 0,03.
Sedangkan nilai tertinggi adalah 1,00. Sedangkan rata-rata dan standar
deviasinya adalah 0,371 dan 0,304.
4.2.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan
terhadap Kinerja Keuangan
Dalam Penelitian ini penulis akan melakukan analisis untuk mengetahui
apakah secara statistik terdapat pengaruh antara kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut, penulis terlebih
dahulu melakukan uji normalitas, uji multikoliniearitas, uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi, analisis regresi berganda, analisis koefisien determinasi, uji-f dan
91
uji-t. Adapun hasil yang diperoleh dari perhitungan software SPSS versi 20.0 for
windows adalah sebagai berikut:
4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pembentukan model regresi, akan dilakukan pengujian
asumsi terlebih dahulu supaya model yang terbentuk memberikan estimasi yang
BLUE (Best Linier Unbiased Estimated). Pengujian asumsi ini terdiri atas empat
pengujian, yakni Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas
dan Uji Autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah data dalam
model regresi berdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah data
yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Salah satu cara
termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram, hal ini
dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang
lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk
satu garis diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan
data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.
92
Berikut uji hasil uji normalitas dengan menggunakan bantuan software
SPSS 20.0 for window.
Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Metode Grafik Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Berdasarkan grafik normal probability plot di atas, dapat diketahui bahwa
data (titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal yang menunjukkan bahwa pola berdistribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Hasil tersebut diperkuat dengan melakukan uji normalitas menggunakan
uji Kolmogorov Smirnov. Secara multivariat pengujian normalitas data dilakukan
terhadap nilai residualnya. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan
nilai asymptotic significance diatas 0,05 (Ghozali, 2007). Berikut uji hasil uji
Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0 for
window.
93
Tabel 4.7
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 32
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.26442543E2
Most Extreme Differences Absolute .197
Positive .197
Negative -.144
Kolmogorov-Smirnov Z 1.112
Asymp. Sig. (2-tailed) .168
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 1.112 dan taraf signifikan sebesar 0,168. Hal ini berarti H0 diterima berada
di atas 0,05 yang berarti data residual terdistribusi normal dan model regresi layak
untuk dipakai dalam penelitian ini.
b. Uji Multikoliniearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen. Multikoliniearitas
berarti adanya hubungan linear yang sempurna di antara variabel independen yang
menjelaskan regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen, karena jika terdapat multikoliniearitas maka
koefisien regresi menjadi tidak tentu dan tingkat kesalahannya menjadi sangat
94
besar. Dalam hal ini digunakan nilai Variance Inflation Factors (VIF) sebagai
indikator ada tidaknya multikoliniearitas diantara variabel bebas. Pada tabel
dibawah ini dapat dilihat nilai untuk masing-masing variabel independen.
Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
kinerja_lingkungan ,890 1,123
pengungkapan_lingkungan ,890 1,123
a. Dependent Variable: kinerja_keuangan
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa variabel kinerja lingkungan
(X1) dan variabel pengungkapan lingkungan (X2) tidak terjadi multikolinearitas
karena nilai VIF dari variabel-variabel tersebut lebih kecil dari 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya (Chariri, 2007:105). Model regresi yang baik jika data tidak
terjadi heteroskedastisitas atau memiliki variance yang sama. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas menggunakan scatterplot. Sedangkan dasar
pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas adalah (Ghozali, 2001:69):
95
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur
(bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berikut hasil pengujian uji heteroskedastisitas menggunakan SPSS 20.0 for
window.
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Grafik
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Berdasarkan gambar scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik koordinat
menyebar tidak beraturan atau menyebar secara acak, yang menunjukkan tidak
ditemukannya indikasi pelanggaran gejala heteroskedastisitas dalam data.
96
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan
waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang
menggunakan time series. Untuk mendiaknosis adanya autokorelasi dalam suatu
model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Durbin-Watson. Output
uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .517a .268 .217 234.1207309 1.611
a. Predictors: (Constant), pengungkapan_lingkungan, kinerja_lingkungan
b. Dependent Variable: kinerja_keuangan
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,611
lebih besar dari batas atas (du) 1,5736 dan kurang dari 4 – 1,5736 (4 – du), maka
dengan demikian tidak terjadi autokorelasi.
Dikarenakan semua uji asumsi klasik telah terpenuhi dan tidak ada
pelanggaran, maka analisis regresi linier berganda dapat dilakukan.
97
4.2.2.1 Persamaan Regresi Berganda
Persamaan regresi linier yang akan dibentuk adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2
Dalam hal ini :
a = Konstanta
Y = Kinerja Keuangan
X1 = Kinerja Lingkungan
X2 = Pengungkapan Lingkungan
b1, b2 = koefisien regresi variabel independen
Dengan menggunakan software SPSS 20.0 for window, diperoleh hasil
analisis regresi linier berganda sebagai berikut:
Tabel 4.10 Koefisien Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -482,992 221,102 -2,184 ,037
Kinerja lingkungan (X1) 180,106 69,151 ,439 2,605 ,014
Pengungkapan lingkungan
(X2) 143,759 146,387 ,165 ,982 ,334
a. Dependent Variable: kinerja keuangan (Y)
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai a sebesar -482,992, nilai b1
sebesar 180,106 dan nilai b2 sebesar 143,759. Dengan demikian maka dapat
dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = -482,992 + 180,106 X1 + 143,759X2
98
Persamaan regresi tersebut mengandung arti:
1. a = Nilai Konstanta sebesar -482,992
Hal ini berarti bahwa tanpa adanya pengaruh kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan maka akan terjadi penurunan kinerja keuangan
hingga mencapai nilai sebesar 482,992.
2. b1 = Koefisien regresi variabel kinerja lingkungan (X1)
Nilai koefisien regresi positif sebesar 180,106. Hal ini berarti bahwa
setiap kenaikan proporsi kinerja lingkungan dengan asumsi variabel
lainnya tetap (cateris paribus), maka kinerja keuangan akan mengalami
peningkatan sebesar 180,106.
3. b2 = Koefisien regresi variabel pengungkapan lingkungan (X2)
Nilai koefisien regresi positif sebesar 143,759. Hal ini berarti bahwa
setiap kenaikan proporsi pengungkapan lingkungan dengan asumsi
variabel lainnya tetap (cateris paribus), maka kinerja keuangan akan
mengalami peningkatan sebesar 143,759.
a. Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien Determinasi (R Square) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan variabel-variabel independen secara simultan dalam
memberikan pengaruh terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan
bantuan Software SPSS 20.0 for window, diperoleh output sebagai berikut:
99
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi (R-square) Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,517a ,268 ,217 234,1207309
a. Predictors: (Constant), pengungkapan lingkungan (X2) , kinerja lingkungan (X1)
b. Dependent Variabel: kinerja keuangan (Y)
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai R square sebesar 0,268 atau
26,8%. Dengan demikian, nilai R square sebesar 26,8% yang menunjukkan arti
bahwa variabel kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan memberikan
pengaruh simultan (bersama-sama) sebesar 26,8% terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi
peserta PROPER tahun 2009-2010. Dengan kata lain, peningkatan (penurunan)
kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan akan diikuti oleh besarnya
peningkatan (penurunan) kinerja keuangan. Sedangkan sisanya sebesar 73,2%
lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Sedangkan untuk melihat besar pengaruh dari setiap variabel bebas
terhadap variabel terikat, dilakukan perhitungan dengan menggunakan formula
Beta x Zero Oder. Beta adalah koefisien regresi yang telah distandarkan,
sedangkan zero order merupakan korelasi pearson dari setiap variabel bebas
terhadap variabel terikat. Dengan bantuan Software SPSS 20.0 for window
diperoleh nilai beta dan zero order sebagai berikut:
100
Tabel 4.12 Koefisien Beta dan Zero Order Correlation
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilakukan perhitungan untuk memperoleh
pengaruh parsial dari setiap variabel bebas sebagai berikut:
Pengaruh kinerja lingkungan (X1) = 0,439 x 0,493 = 0,217 atau 21,7%
Pengaruh pengungkapan lingkungan (X2) = 0,165 x 0,311= -0,051 atau 5.1%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa variabel kinerja
lingkungan (X1) memberikan pengaruh terbesar terhadap kinerja keuangan
sebesar 21,7% dan diikuti oleh variabel pengungkapan lingkungan (X2) hanya
5,1%. Nilai ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kinerja lingkungan
terhadap kinerja keuangan. Jadi setiap perubahan 21,7% pada kinerja keuangan
disebabkan oleh penerapan kinerja lingkungan. Dimana samakin baik penerapan
kinerja lingkungan maka kinerja keuangan akan meningkat atau sebaliknya jika
kinerja lingkungan tidak baik maka kinerja keuangan akan turun. Sedangkan
pengungkapan lingkungan tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap
kinerja keuangan.
Coefficientsa
Model Standardized
Coefficients
Correlations
Beta Zero-order
1
(Constant)
Kinerja lingkungan (X1) ,439 ,493
Pengungkapan lingkungan
(X2) ,165 ,311
a. Dependent Variable: kinerja keuangan (Y)
101
b. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)
Hipotesis yang akan diuji pada pengujian secara simultan ini adalah:
H0 :β1, β1 = 0 Kinerja lingkungan (X1) dan pengungkapan lingkungan
(X2) secara simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta
PROPER tahun 2009-2010.
H1: β1, β1 ≠ 0 Kinerja lingkungan (X1) dan pengungkapan lingkungan
(X2) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta
PROPER tahun 2009-2010.
Tingkat signifikan (α ) sebesar 5%
Dengan menggunakan SPSS, diperoleh output sebagai berikut:
Tabel 4.13 Uji Signifikansi (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 581328,965 2 290664,482 5,303 ,011b
Residual 1589562,982 29 54812,517
Total 2170891,947 31
a. Dependent Variable: kinerja keuangan (Y) b. Predictors: (Constant), pengungkapan lingkungan (X2), kinerja lingkungan(X1)
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
102
Berdasarkan output di atas diketahui nilai Fhitung sebesar 5,303 dengan p-
value (sig) 0,011. Dengan α=0,05, dk1=2, dan dk2= 29 (n-k-1), maka di dapat Ftabel
3,328. Dikarenakan nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikansi 0,011 < 0,05 maka H0
ditolak, artinya kinerja lingkungan (X1) dan pengungkapan lingkungan (X2) secara
simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta PROPER tahun
2009-2010. Dengan kata lain, peningkatan (penurunan) kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan akan diikuti oleh besarnya peningkatan (penurunan)
kinerja keuangan. Untuk melihat signifikansi pengaruh setiap variabel bebas
secara parsial, berikut disajikan pengujian parsial menggunakan uji t.
c. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)
Dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.14 Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -482,992 221,102 -2,184 ,037
Kinerja lingkungan (X1) 180,106 69,151 ,439 2,605 ,014
Pengungkapan
lingkungan (X2) 143,759 146,387 ,165 ,982 ,334
a. Dependent Variable: kinerja keuangan (Y)
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
103
• Pengujian Hipotesis Variabel X1 (Kinerja lingkungan)
H0 (Hipotesis Nol)
H0 : β1 = 0 Kinerja lingkungan (X1) secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010
H1 : β1 ≠ 0 Kinerja lingkungan (X1) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010
Tingkat signifikan (α) sebesar 5%, dk=29 sehingga diperoleh ttabel sebesar
2,045.
Dari tabel output 4.14 di atas diperoleh nilai thitung untuk kinerja
lingkungan (X1) sebesar 2,605 dan ttabel 2,045. Dikarenakan nilai thitung lebih
besar dari nilai ttabel (2,605 > 2,045) dengan nilai signifikansi 0,014 < 0,05 maka
H0 ditolak, artinya kinerja lingkungan (X1) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010. Hal
ini berarti bahwa semakin baik penerapan kinerja lingkungan maka kinerja
keuangan akan meningkat atau sebaliknya jika kinerja lingkungan tidak baik maka
kinerja keuangan akan turun.
104
• Pengujian Hipotesis Variabel X2 (Pengungkapan lingkungan)
H0 (Hipotesis Nol)
H0 : β2 = 0 Pengungkapan lingkungan (X2) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-
2010
H1 : β2 ≠ 0 Pengungkapan lingkungan (X2) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010
Tingkat signifikan (α) sebesar 5%, dk=29 sehingga diperoleh ttabel sebesar
2,045.
Dari tabel output 4.14 di atas diperoleh nilai thitung untuk pengungkapan
lingkungan (X2) sebesar 0,982 dan ttabel 2,045. Dikarenakan nilai thitung berada
diantara nilai ttabel (-2,045 ≤ 0,982 ≤ 2,045) dengan nilai signifikansi 0,334 > 0,05
maka H0 diterima, artinya pengungkapan lingkungan (X2) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta
PROPER tahun 2009-2010. Hal ini berarti bahwa penerapan pengungkapan
lingkungan tidak akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
105
4.3 Pembahasan
Tabel 4.15 merupakan analisa hasil uji statistik baik secara simultan
maupun secara parsial:
Tabel 4.15
Analisa Hasil Uji Statistik
Pengujian
Hipotesis
Hipotesis
Awal Hasil
thitung/
Fhitung
Ttabel/
Ftabel Interpretasi
Parsial Kinerja
lingkungan
Tidak
berpengaruh Berpengaruh 2,605 > 2,045
Berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan
Parsial Pengungkapan
lingkungan
Tidak
berpengaruh
Tidak
berpengaruh 0,982 < 2,045
Tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan
Simultan
Kinerja
lingkungan
dan
pengungkapan
lingkungan
Tidak
berpengaruh Berpengaruh 5,303 > 3,328
Berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS 20
Dari hasil analisis diatas didapat bahwa kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan EPS. Pengujian
106
atas model regresi ini secara simultan menemukan nilai koefisien determinasi R
square sebesar 0,268. Hal ini berarti bahwa secara simultan kinerja lingkungan
dan pengungkapan lingkungan mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta
PROPER tahun 2009-2010 sebesar 26,8%. Pengaruh selebihnya 73,2%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti seperti faktor ukuran
perusahaan atau tipe industri, environmental concern, public visibility.
Dari hasil penelitian, untuk variabel kinerja lingkungan memiliki pengaruh
signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Susi (2005) dan
Enggardian (2008) yang menyatakan bahwa kinerja lingkungan yang di ukur
dengan ROA tidak berpengaruh signifikan dengan kinerja keuangan. Namun hasil
penelitian ini sejalan dengan pernyataan Environmental Protection Agency
(EPA) (2000), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara firm’s
environmental performance dengan financial performance dan juga sejalan
dengan penelitian Mahoney (2000) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan positif antara environmental performance dengan financial
performance yang juga diproksi dengan ROA. Penelitian lainnya yaitu dilakukan
oleh penelitian Banafos (2004) juga menemukan hubungan yang positif
environmental performance and financial performance. Sedangkan untuk
penelitian di Indonesia hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Oktavirina
(2006) dan Bernard (2007) yang menyatakan adanya pengaruh positif antara
kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan.
107
Dengan didapatkan hasil seperti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang memiliki tingkat kinerja lingkungan akan membawa pengaruh
pula bagi kinerja keuangan perusahaan. Pengaruh kinerja yang baik akan
mempengaruhi kinerja keuangan dengan baik pula. Hal ini dapat dilihat dari
benefit yang dibawa oleh kinerja lingkungan yang dapat memenuhi earning per
share (EPS), misalnya benefit yang ada dapat dilihat dari penggunaan clean
technology. Kinerja lingkungan juga akan mengurangi tuntutan hukum dan
pengenaan sanksi atau denda lingkungan oleh pemerintah dan masyarakat.
Aktivitas operasional perusahaan yang dapat berjalan lancar tanpa gangguan yang
berarti juga perusahaan dapat terus menghasilkan profit yang baik. Banyak
perusahaan yang sadar bahwa perilaku etis membuat perusahaan aman dari
gangguan sekitar sehingga dapat beroperasi dengan lancar. Dari hal diatas dapat
disimpulkan bahwa perusahaan yang telah berupaya melakukan penyelarasan atas
tanggung jawab sosial dan lingkungannya dapat terhindar dari masalah-masalah.
Untuk variabel pengungkapan lingkungan (X2) tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan. Dimana nilai thitung berada diantara nilai ttabel
(-2,045 ≤ 0,982 ≤ 2,045). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Almilia (2007) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara environmental disclosure dengan economic performance.
Namun sejalan dengan penelitian Enggardian (2008) yang menyatakan bahwa
pengungkapan lingkungan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hasil ini mungkin disebabkan karena perusahaan publik belum sepenuhnya
menyadari pentingnya pengungkapan informasi yang sifatnya voluntary (Suratno,
108
2006). Hal ini tampak dari tingkat disclosure score yang cukup rendah ditemukan
dalam penelitian ini. Kesadaran perusahaan di Indonesia saat ini baru sampai pada
batas memenuhi kewajiban yang bersifat mandatory. Menurut Hasibuan (2005)
yang dikutip oleh Suratno (2006), perusahaan di Indonesia memiliki karakteristik
kesadaran perilaku yang sangat berbeda dengan negara barat sehingga perlu
ditelaah dengan seksama hal mana yang perlu dinyatakan sebagai kewajiban dan
hal mana yang dinyatakan sebagai pilihan. Hal ini mungkin disebabkan masih
belum adanya standar pengungkapan yang ditentukan, sehingga sulit untuk
disepadankan pengungkapan lingkungan antar tiap perusahaan dan perusahaan
akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka
memutuskan untuk mengungkapkan informasi lingkungan walaupun
pengungkapan lingkungan tersebut merupakan salah satu faktor yang ikut
dipertimbangkan oleh calon investor.
109
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kinerja
lingkungan dan pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan selama
periode tahun 2009-2010 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan menjadi peserta PROPER maka penulis mengambil simpulan
sebagai berikut:
1. Kinerja Lingkungan
Peringkat Kinerja lingkungan menurut indikator PROPER pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menjadi
peserta PROPER tahun 2009-2010 menunjukkan angka rata-rata 3.31.
Perusahaan yang memiliki peringkat kinerja lingkungan yang paling tinggi
yaitu 5 adalah kinerja yang dilakukan oleh PT. Holcim Indonesia, Tbk. pada
tahun 2010 dan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. pada tahun 2009.
Peringkat kinerja lingkungan yang paling rendah yaitu 2 adalah kinerja yang
dilakukan oleh PT. Century Tekstil Industri (Centex), Tbk.
2. Pengungkapan Lingkungan
Pengungkapan lingkungan menurut indikator kinerja lingkungan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menjadi peserta PROPER
pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan angka rata-rata 0.371, sehingga luas
pengungkapan masih tergolong rendah. PT. Kimia Farma pada tahun 2009
110
dan 2010 hanya mengungkapkan 1 item dari 30 item pengungkapan yang ada
dengan disclosure score nya adalah 0.0333. Sedangkan nilai tertinggi
pengungkapan lingkungan yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik pada tahun
2009 dan 2010 telah mengungkapkan seluruh pengungkapan lingkungannya
yaitu 30 item pengungkapan dengan disclosure score nya adalah 1.
3. Kinerja Keuangan
Nilai terendah untuk kinerja keuangan (Y) adalah -0,520, yaitu untuk
perusahaan yang memiliki nilai EPS terendah yang dimiliki oleh PT. Century
Tekstil Industri (Centex), Tbk. Sedangkan nilai tertinggi untuk kinerja
keuangan adalah 876 yaitu untuk perusahaan yang memiliki nilai EPS
tertinggi yang dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
Sedangkan rata-rata untuk kinerja keuangan adalah 167,067.
4. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan terhadap
Kinerja keuangan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 16 perusahaan
manufaktur yang terdaftar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010, peneliti menyimpulkan bahwa:
a. Secara simultan terdapat pengaruh signifikan dari kinerja lingkungan
dan pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan menjadi peserta PROPER tahun 2009-2010, dengan total
pengaruh sebesar 26,8% sedangkan sisanya sebesar 73,2% merupakan
pengaruh dari variabel lain diluar penelitian. Dengan kata lain,
111
peningkatan (penurunan) kinerja lingkungan dan pengungkapan
lingkungan akan diikuti oleh besarnya peningkatan (penurunan)
kinerja keuangan.
b. Secara parsial kinerja lingkungan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010 (thitung > ttabel) dengan pengaruh
sebesar 21,7%. Hal ini berarti bahwa semakin baik penerapan kinerja
lingkungan maka kinerja keuangan akan meningkat atau sebaliknya
jika kinerja lingkungan tidak baik maka kinerja keuangan akan turun.
c. Sedangkan untuk pengungkapan lingkungan secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-
2010 (ttabel < thitung < ttabel) dengan pengaruh hanya 5,1%. Hal ini
berarti bahwa penerapan pengungkapan lingkungan tidak akan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
5.2 Saran
a. Saran untuk peneliti yang akan datang
Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengambil topik serupa,
saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Sampel perusahaan dapat ditambah agar dapat memberikan gambaran
populasi yang lebih akurat serta menambah periode penelitian lebih dari
dua tahun sehingga dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
112
2. Melanjutkan penelitian dengan menggunakan variabel-variabel yang
sama, namun variabel pengungkapan lingkungan dijadikan sebagai
variabel intervening.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk membedakan perlakuan
penelitian untuk tiap industri yang berbeda-beda.
4. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan laporan selain annual
report seperti laporan CSR terpisah atau sustainability reporting yang
dapat menyajikan aktivitas lingkungan secara detail.
5. Peneliti selanjutnya dapat melakukan pembobotan pengungkapan
lingkungan dengan memperhatikan segi kualitas pengungkapan dengan
cara memberikan bobot nilai pada masing-masing item pengungkapan
lingkungan yang digunakan pada penelitian tersebut, item
pengungkapan lingkungan yang baik akan mendapatkan bobot nilai
yang lebih tinggi.
b. Saran untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia
1. Dalam pengakuan biaya lingkungan perusahaan disarankan untuk
mengakuinya sebagai asset dan bukan sebagai beban ataupun biaya
overhead, karena jika diakui sebagai beban maka akan dibebankan
sekaligus pada periode terjadinya beban, dan ini tentu akan mengurangi
laba perusahaan, dan jika dimasukkan dalam komponen biaya
overhead, maka akan menambah biaya produksi dan harga produk pun
menjadi tinggi, hal ini belum sesuai dengan keadaan konsumen di
Indonesia, untuk itu biaya lingkungan lebih baik diakui sebagai asset
113
yang diakui dengan nilai amortized cost-nya, sehingga biaya
lingkungan yang biasanya cukup besar tidak dibebankan sekaligus.
2. Perusahaan hendaknya disamping melakukan kinerja lingkungan,
diharapkan juga memperhatikan faktor lain yang juga berpengaruh
terhadap kinerja keuangan seperti environmental concern yaitu
keikutsertaan ISO 14000 oleh perusahaan atau public visibility atau
pemberitaan permasalahan lingkungan yang ditimbulkan perusahaan
melalui media massa, bulletin, majalah, atau situs yang juga
diperhatikan oleh publik.