Pemeriksaan Fisik Neonatus
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonates, dilakukan anamnesis yang cermat untuk
mengetahui hal-hal berikut ini:
Riwayat penyakit keturunan
Riwayat kehamilan-kehamilan sebelumnya
Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat persalinan sekarang
Informasi ini sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan dalam periksaan
fisik. Pemeriksaan bayi dilakukan dalam keadaan telanjang dibawah lampu yang terang, yang
berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat yang
dipergunakan untuk pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat
Pemeriksaan fisis pada neonatus dilakukan kurang lebih 3 kali, yakni:
I. Pada saat lahir
II. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam atau hari berikutnya
III. Pemeriksaan pada waktu pulang.
I. Pemeriksaan Pada Saat Lahir
Tujuan pemeriksaan:
Untuk menilai adaptasi neonates dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin
Untuk mencari kelainan congenital terutama yang perlu penanganan segera
Vital sign
Keadaan umum
Kepala dan leher
Thorax
Abdomen
Urogenital
Ekstremitas & spine
Penilaian adaptasi neonates
Sebelum melakukan penilaian terhadap adaptasi neonatus, dilakukan resusitasi terhadap
neonates terlebih dahulu baru kemudian menghitung APGAR Score.
Langkah-langkah resusitasi berupa:
Hangatkan bayi
Atur posisi kepala → sedikit ekstensi
Hisap lender atau sisa ketuban
Atur posisi kepala kembali
Penilaian adaptasi neonates dilakukan dengan cara menghitung APGAR Score. Criteria yang
dinilai adalah
Appereance atau warna kulit
Pulse atau laju jantung
Grimace atau reflex
Activity atau tonus otot
Respiration atau usaha bernapas
TABEL 1. NILAI APGAR
Tanda 0 1 2
Laju jantung
(Pulse)
Tidak ada <100 >100
Usaha bernapas
(Respiration)
Tidak ada
(apnea)
Lambat
(menggap-menggap)
Menangis kuat
Tonus otot
(Activity)
Lumpuh Ekstremitas fleksi
sedikit
Gerakan aktif
Refleks
(Grimace)
Tidak bereaksi Gerakan sedikit
(menyeringai)
Reaksi melawan
(bersin/batuk)
Warna Kulit
(Appereance)
Seluruh tubuh
biru/pucat
Tubuh kemerahan,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh
kemerahan.
Setiap criteria diatas diberi nilai 0,1 atau 2 sehingga neonates dapat memperoleh nilai 0 sampai
10. Penilaian ini dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk
adaptasi neonatal. Hasil penilaiannya berarti:
Nilai 7-10 : Neonatus beradaptasi dengan baik
Nilai 4-6 : Neonatus dalam keadaan asfiksia ringan sampai sedang
Nilai 0-3 : Neonatus dalam keadaan derajat asfiksia berat
Penilaian Apgar ini perlu diulang setelah 5 menit untuk mengevaluasi apakah tindakan
resusitasi kita sudah adekuat atau belum. Bila belum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
lain. Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostic karena berhubungan dengan
morbiditas neonatal.
Mencari kelainan congenital
Pada anamnesis perlu ditanyakan:
Apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus pada
trimester pertama?
Apakah ada kelainan bawaan pada keluarga?
Apakah ibu menderita penyakit yang dapat menggangku pertumbuhan janin, seperti:
diabetes mellitus, asma bronchial, dll
Sebelum memeriksa bayi, perlu diperiksa cairan amnion, tali pusat dan placenta.
Cairan amnion
Volume cairan amnion perlu diukur. Bila volumenya lebih dari 2000ml disebut
polihidramnion atau hidramnion saja. Apabila volumenya kurang dari 500ml disebut
sebagai oligohidramnion. Polihidramnion biasa terdapat pada bayi dengan obstruksi
pada traktus intestinalis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau eklamsi.
Pada Oligohidramnion, perhatikan juga ekstremitas bawah akan kemungkinan adanya
pes equanovarus atau valgus congenital.
Tali Pusat
Perhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Perhatikan juga
pada potongan tali pusat, apakah ada satu vena dan dua arteri. Bila hanya mempunyai
satu arteri umbilikalis, dapat memberikan probabilitas untuk terjadinya kelainan
congenital terutama pada system pencernaan, urogenital, respiratorik atau
kardiovaskular.
Plasenta
Plasenta harus ditimbang dan perhatikan adanya pekapuran, nekrosis dsb. Pada bayi
kembar, harus ditelit apakah terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar
identik atau tidak). Selain itu, perhatikan juga adanya anastomosis vascular antara
kedua amnion, bila ada perlu diperhatikan kemungkinan terjadi transfuse feto-fetal
Setelah pemeriksaan cairan amnion, tali pusat dan placenta kemudian dilakukan pemeriksaan
bayi secara tepat tetapi menyeluruh
o Berat lahir dan masa kehamilan
Bayi dikatakan mempunyai berat badan rendah apabila berat badannya <2500gr tanpa
memandang masa gestasi. Penyebab bayi berat lahir rendah (BBLR) biasanya karena
bayi kurang bulan (premature) dan bayi lahir kecil untuk masa kehamilan. Kejadian
kelainan congenital pada bayi kurang bulan adalah dua kali lebih banyak dibanding pada
bayi cukup bulan, dan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian kelainan
congenital tersebut sampai 10 kali lebih besar
o Mulut
Perhatikan apakah terdapat labio-gnato-palatoskisis (bibir-gusi-palatum membelah)
Perhatikan apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya
atresia esophagus. Pemeriksaan akan patennya esophagus dilakukan dengan
memasukkan kateter ke dalam lambung. Bila kateter masuk ke dalam lambung,
masukkan 5-10ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk
ke dalam lambung; dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus. Kemudian
cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30ml
pikirkan adanya atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patennya esophagus
dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, arteri umbilikalis
hanya satu, polihidramnion, atau hipersalivasi.
• Perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depressor anguli oris. Pada keadaan
ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut mulut dan mandibula
akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah
yang sehat (sebaliknya pada paresis N.fasialis). Pada 20% keadaan seperti ini
dapat ditemukan kelainan kongenital berupa kelainan kardiovaskular dan
dislokasi panggul kongenita
o Anus
Perhatikanlah adanya anus imperforata dengan memasukkan termometer ke dalam
anus. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
o Kelainan pada garis tengah
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida, meningomielokel, sinus
pilonidalis, genetalia yang ambigus, eksomfalus, dan lain-lain.
o Jenis kelamin
Apabila terjadi keraguan terhadap jenis kelamin bayi, misalnya pembesaran klitoris pada
bayi perempuan atau terdapatnya hipospadi atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya
pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan kromosom
II. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan lanjutan dilakukan setelah neonatus berada dalam keadaan stabil. Pemeriksaan
lanjutan ini terdiri dari: Pemeriksaan umum, Pemeriksaan sistematik secara rinci, Pemeriksaan
usia kehamilan
a. Pemeriksaan umum
• Vital sign
Respiration Rate
RR normal: 40-60x/menit dengan periodic breathing (henti nafas 5-10
detik diantara pola nafas reguler
RR >60x/m :
1. kelainan paru
2. kelainan jantung
3. kelainan metabolik
Pola nafas
1. normal : pola nafas abdominal (inspirasi bagian dada tertarik ke
dalam & pada saat yang sama perut bayi membuncit)
2. abnormal : gasping
Evaluasi gawat Nafas (Downes score)
Pemeriksaan Nadi/Heart Rate
- Bayi aterm :
1. Saat tidur : 90x/menit
2. Saat aktif : 180x/menit
- Bayi prematur : 140-150x/menit (tidur)
- Harus diperiksa pada 4 ekstremitas
- Kelainan nadi :
1. Nadi lemah : curah jantung buruk/vasokonstriksi perifer
2. Nadi femoral lemah/(-) : lesi jantung koartasio aorta
Suhu
- Tempat pemeriksaan : axila dan rectal
- Suhu normal : 36,5 – 37,5⁰C
- Abnormal :
1. Febris/hipertermia : dehidrasi, gangguan serebral, infeksi,
kenaikan suhu lingkungan
2. Hipotermia : suhu dibawah normal : sepsis (apabila
ekstremitas dingin dan tubuh panas), kedinginan
II. Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan lanjutan dilakukan setelah neonatus berada dalam keadaan stabil. pemeriksaan
lanjutan terdiri dari: pemeriksaan umum, pemeriksaan sistematik secara rinci,pemeriksaan usia
kehamilan.
a. Pemeriksaan umum
o Warna kulit
Kulit neonatus normalnya berwarna kemerahan, kadang-kadang terlihat sianosis pada
ujung-ujung jari pada hari pertama.
Cyanosis :Warna kebiruan pada kulit dan mukosa
Klasifikasi :
Cyanosis sentral : kelainan jantung (TF)
Cyanosis perifer : kedinginan
Warna kulit pucat terdapat pada anemia berat atau asfiksia palida. Plethora tampak
pada polisitemia. Anemia Refleksi kekurangan Hemoglobin dalam sirkulasi secara klinis
Penyebab :
Kekurangan aliran darah dari ibu ke bayi (intrauterine)
Perdarahan tali pusat (ikatan kurang erat)
Transfusi fetal to maternal (posisi bayi diatas posisi ibu saat lahir sebelum tali
Cyanosis sentral Cyanosis Perifer
pusat diikat )
Infeksi sistemik (sepsis)
G6PD defisiensi
Anemia of prematurity
Warna kulit yang kuning (ikterus) disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam
serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar bilirubin indirek member
warna kuning-jingga sedang penumpukan bilirubin direk memberikan warna kuning
kehijauan. Pada neonatus yang berkulit gelap, ikterus sebaiknya diperiksa pada mukosa.
Identifikasi :
o inspeksi (Kramer)
o pemeriksaan lab : HvdB(evaluasi BT, BD, BI)
• Icterus fisiologis : icterus normal pada bayi
Ciri :
1. kramer I-II
2. keadaan umum baik (gerak tangis normal, minum normal)
• Icterus patologis :
Ciri :
1. Kramer >II
2. Bayi malas minum
3. Terlalu banyak tidur
4. Kejang, iritabel
5. BAB acholis (pucat)
6. Perut distended
ABO inkompatibilitas
Rhesus inkompatibilitas
G6PD defisiensi
Sepsis
Cholestasis
Pada orang kulit berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat warna kebiruan pada
punggung dan bokong yang disebut Mongolian spot.
o Keaktifan
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi, gerakan tungkai dan lengan. Pada
neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam keadaan fleksi,
sedang gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris. Bila ada asimetri pikirkan
adanya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonatus diam saja, mungkin terdapat
depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan tetapi masih mungkin juga bayi
dalam keadaan tidur nyenyak.
o Tangisan bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya tangisan yang
melengking menunjukkan bayi bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan
yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesukaran pernapasan.
Dyspnea
• Definisi : kesulitan bernafas
• Identifikasi :
1. Respirasi rate/menit meningkat
2. Pernafasan cuping hidung
3. Retraksi subcostal
4. Retraksi suprasternal
5. Retraksi intercostal space
o Wajah neonatus
Wajah neonatus dapat menunjukkan kelainan yang khas misalnya pada wajah pasien
sindrom down, sindrom Pierre-Robin, kretinisme, dan sebagainya.
o Keadaan gizi
Keadaan gizi neonatus dinilai dari berat badan serta panjang badannya disesuaikan
dengan masa kehamilan, tebalnya lapisan subkutan, serta kerutan pada kulit.
b. Pemeriksaan secara rinci
o Kulit
Penyebab :
1. gangguan paru primer :
• HMD (Hyaline Membrane Disease)• Atelektasis • Pneumonia• Meconeal aspiration syndrome• Transient tachypnea of the neorn
2. Gangguan jantung :
• CHD kompleks
Perhatikan terdapatnya petekie atau ekimosis yang dapat disebabkan trauma lahir
atau oleh sepsis, penyakit perdarahan, atau trombositopenia.
Perhatikan terdapatnya tumor di kulit. Catat ukuran, bentuk, konsistensi serta
warnanya.
Perhatikan apakah ada kelainan bawaan lain pada kulit. Turgor kulit yang jelek atau
kulit yang keriput menandakan terdapatnya dehidrasi atau gizi buruk.
Pada lebih kurang 40% neonatus cukup bulan, di kulit hidung dan pipi terlihat bintik-
bintik putih kekuningan yang disebut milia, yaitu kista epidermal yang berisi materi
keratin, yang biasanya menghilang dalam beberapa minggu. Kadang di daerah
sekitar dahi dan ketiak terlihat miliara kristalina yaitu vesikula jernih yang
disebabkan oleh retensi keringat akibat obstruksi saluran keringat.
o Kepala dan leher
Kepala
Ukuran kepala : kurva Nellhouse 1. Mikrosefalia : < -2SD2. Makrosefalia : > +2SD3. Normal : -2SD s/d +2SD
Bentuk kepala : tergantung macam persalinan 1. Pervaginam : moulage → Saling menumpuk2. Sectio caesaria/sungsang : bulat
• Fontanella mayor : terbuka, ukuran 3x3cm• Sutura : terbuka ±0,5cm• Trauma lahir :
1. Caput sucudaneum:- Benjolan melewati garis tengah- Benjolan berisi air
2. Cephal hematom:- Benjolan tidak melewati garis tengah- Benjolan berisi darah- Tidak perlu diberikan terapi- Perlu anamnesa riwayat kelahirannya
3. Perdarahan subaponeurotik Fontanella mayor Besar• Akondroplasia
• Sindroma alpert • Hipotiroid/atiroid • Hidrosefalus • Prematuritas • Sindroma rubella
Wajah
Seringkali wajah neonatus tampak asimetris karena posisi janin intrauterine. Kelainan
wajah yang khas terdapat pada beberapa sindrom seperti sindrom Down atau sindrom
Pierre-Robin yang mudah dikenal. Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lahir seperti
laserasi, paresis N.fasialis atau patah tulang zigomatikus.
MataPemeriksaan mata pada neonatus seringkali sulit dilakukan karena biasanya matanya
tertutup.Dengan menggoyang-goyangkan kepala nya secara perlahan-lahan mata
neonatus akan terbuka sehingga dapat diperiksa.
Mikroftalmia kongenital dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi
Glaukoma kongenital mulanya terlihat pembesaran kemudian sebagai kekeruhan
kornea
Katarak kongenital terlihat pupil berwarna putih
Trauma pada mata terlihat edema palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Perhatikanlah adanya sekret mata
Konjungtivitis oleh kuman gonokok dapat cepat menjadi panoftalmka dan
menyebabkan buta. sekretnya purulen, pus sangat banyak, perlu diirigasi sesering
mungkin dengan NaCl untuk mencegak panoftalmika dan kebutaan.
Telinga
Perhatikan letak daun telinga.
Letak daun telinga normal: simetris dengan orbita Daun telinga yang letak rendah (low set ear) antara lain merupakan sindrom
Pierre-Robin. Sinus yang terdapat di tengah adalah sisa dari branchial cleft, kadang terlihat
auricle tag (dilapisi kulit).Pemeriksaan membran timpani pada neonatus, jarang dilakukan. Tapi bila ada infeksi periksalah membrane timpani.
HidungNeonates bernafas melalui hidung.
Bila bernafas melalui :
Mulut : terdapatnya obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral atau fraktur hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Pernafasan cuping hidung : adanya gangguan paru. Hidung tersumbat oleh secret mukopurulen kadang berdarah: sifilis congenital.
MulutPemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi.
Inspeksi:
o Adanya labio dan gnatoskisis, adanya gigi atau ranula yaitu kista lunak yang berasaldari dasar mulut.
o Lidah yang membesar seperti pada sindrom Beckwith atau selalu bergerak seperti pada Sindrom Down.
o Lidah keluar masuk (tanda foote) pada neonates dengan edema otak atau tekanan intracranial meninggi.
o Tanda hipersaliva pada neonatus dengan kasus atresia esophagus dengan atau tanpa fistula trakeo esofagus.
Palpasi: Adanya high arch palate, palatopsikis, dan baik tidaknya refleks isap.
Leher Pada neonatus leher tampak pendek dan pergerakannya baik. Apabila ada
keterbatasan pergerakan pikirkan kelainan tulang leher. Tumor pada leher seperti tiroid, hemangioma, higroma kistik dapat menekan
trakea dan perlu tindakan segera. Trauma leher pada persalinan sulit menyebabkan kerusakan pleksus brakialis
sehingga terjadi paresis pada tangan, lengan, atau diafragma. Dapat terjadi perdarahan m.sternocleidomastoideus yang bila tidak ditangani dengan baik menyebabkan tortikolis.
Terdapat pula Webbed neck pada turner sindrom.o Dada
Inspeksi
Laju nafas : 40-60x/menit Bentuk dada : tong, kadang pektus ekskavatum atau karinatum tapi tidak punya arti
klinis. Respirasi : dinding dada bergerak bersama dengan dinding perut. Gangguan pernapasan terlihat pernapasan paradoksal dan retraksi saat inspirasi. Gerakan dada harus simetris, gerak tidak simetris pada pneumotorak, paresis
diafragma, hernia diafragmatika.
Palpasi
Dapat ditemukan fraktur klavikula serta meraba iktus kordis.
Perkusi
Pada neonatus jarang dilakukan perkusi dada.
Auskultasi
Laju jantung : 120-160x/menit
Bunyi napas : bronkovesikuler
Adanya bising usus pada dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
o Abdomen
Dinding perut pada neonatus lebih datar dibandingkan dinding dadanya
- Cekung : hernia diafragmatika
- Buncit : hepatosplenomegali atau tumor lainnya atau cairan dalam rongga perut.
- Kembung : enterokolitis nekrotikans, perforasi usus atau ileus. omfalokel, atau
duktus omfaloenterikus persisten.
Hati teraba 2-3cm di bawah arcus kosta kanan.
Limpa teraba 1cm di bawah arkus kosta kiri.
Ginjal dapat teraba bila posisi bayi terlentang dan tungkai bayi dilipat yaitu setinggi
umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut, bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-
3cm.
Trauma pada abdomen bisa karena kelainan yang sukar misalnya letak sungsang,
dapat mengakibatkan perdarahan hati, limpa, atau kelenjar adrenal.
o Genitalia Eksterna
Bayi perempuan (cukup bulan) :
- Labia minora tertutup oleh labia mayora
- Lubang uretra terpisah dari lubang vagina
- Kadang tampak secret yang berdarah dari vagina karena pengaruh hormon ibu.
Bayi laki-laki :
- Biasanya fimosis
- Ukuran penis antara 3-4cm (panjang) dan 1-1,3cm (lebar)
- Skrotum biasanya besar dan punya banyak rugae dengan testis sudah turun ke
dalam skrotum
Kelainan-kelainan yang sering ditemukan:
- Hipospadia : defek pada bagian ventral ujung penis saja atau berupa defek
sepanjang penisnya.
- Epipadia : defek pada dorsum penis
- Hidrokel
- Pada bayi kurang bulan sering ditemukan kriptorkismus yaitu testis belum turun
ke dalam kantong skrotum
- Torsi testis terjadi in utero dan dapat dilihat pada saat lahir berupa testis yang
membesar dan keras
Pada beberapa kasus sulit membedakan jenis kelamin neonatus. Misalnya pada bayi
perempuan dengan klitoris yang besar dan labia mayora berfusi dan berpigmen
banyak. Pada bayi laki-laki dengan penis kecil dan skrotum terpisah.
o Anus
Untuk mengetahui:
- Ada atau tidaknya atresia ani
- Fistula besar yang terletak di depan atau belakang anus yang normal
Mekonium biasanya terjadi 24jam pertama. Bila setelah 48 jam belum keluar
mekonium kemungkinan mekonium plug sindrom, megakolon, atau obstruksi saluran
pencernaan.
o Tulang Belakang dan Ekstremitas
Neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap. Tanban pemeriksa meraba sepanjang
tulang belakang untuk mencari adanya skoliosis, meningokel, spina bifida okulta atau
pilonidalis.
Pada ekstremitas, Perhatikan :
- Pergerakan ekstremitas
Asimetri pada patah tulang atau kelumpuhan saraf
- Tonus ekstremitas
Hipotonia umum (floppy infant) pada kelainan susunan saraf pusat
- Posisi kedua kaki
Apakah ad apes equinovarus atau valgus
- Keadaan jari-jari tangan dan kaki
Apakah ada polidaktili, sindaktili, atau clawhand atau clawfeet
o Ukuran Antopometrik
Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai ukuran badan
sebagai berikut :
- Berat antara 2500 sampai 4000gram
- Panjang 45 sampai 54 cm
- Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm
- Lingkar dada 2cm lebih kecil dari lingkar kepala
o Pemeriksaan Neurologis
- Inspeksi
Perhatikan adanya malformasi, trauma fisis, dan kejang.
Pada neonatus normal dengan masa kehamilan 32-40 minggu terlihat abduksi
pada paha, dan fleksi pada sendi anggota gerak, simetris kanan-kiri.
Pada neonatus dengan masa kehamilan 25-30 minggu terlihat lengan dalam
keadaan fleksi, dan tungkai dalam fleksi atau ekstensi.
- Pemeriksaan Kepala
Diameter ubun-ubun besar : 2,1 cm dan sutura tidak dapat dimasuki ujung jari.
Sutura yang lebar,dengan ubun-ubun besar tegang dan membonjol terdapat
pada tekanan intrakranial yang meninggi pada hidrosefalus
Ubun-ubun besar yang tegang dan membonjol pada bayi dalam keadaan tidur
berarti tidak normal
Ubun-ubun besar tegang tidak selalu abnormal , mungkin juga normal karena
edema,molding berlebihan,perdarahan subgaleal atau berkas infuse yang salah
Tingkat kesadaran terdiri atas sadar, apatik/letargi, somnolen, spoor, koma
Ada keadaan yang disebut jitteriness/tremulousness, gerakan gemetaran pada
angggota gerak dan rahang, keadaan ini dapat dibedakan dengan kejang dengan
monitoring EEG atau dengan criteria klinis berupa tidak adanya gerakan bola
mata, tidak ada perubahan pernapasan, timbulnya dapat diprovokasi, dan
gerakan berhenti bila anggota gerak difleksikan secara pasif
- Pemeriksaan Saraf Otak
Pemeriksaan saraf otak neonatus berbeda dengan pada anak.
1. Saraf VII, XII, dan IX
Pada saat pasien bangun dan menangis, perhatikan :
- mata dan sudut mulut untuk memeriksa saraf otak VII (fasialis). Paresis bila
mulut mencong ke sisi sehat, mata tidak dapat menutup.
- Lidah dan langit-langit
- Pada lidah perhatikan ukuran dan gerakannya, apakah ada fasikulasi (saraf
XII)
- Pada langit-langit perhatikan arkus farings dan uvula. Paresis saraf IX bila
arkus sisi paresis tertinggal
2. Saraf V, VII dan XII
Reflex rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien,
maka pasien akan menoleh kearah rangsangan dan berusaha memasukkan ujung
jari ke dalam mulut. Bila ujung jari dimasukkan 3cm akan diisap (sucking reflex).
3. Saraf IX dan X dengan pemeriksaan reflex menelan.
4. Saraf III, IV, dan VI
Dengan memperhatikan pada saat mengisap mata bayi biasanya terbuka
spontan. Pada saat itu lakukan pemeriksaan pergerakan bola mata
5. Saraf VIII
Doll’s eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri dan ke
kanan.
6. Saraf I, II, XI sulit dilakukan pada neonatus.
- Pemeriksaan motor
Tonus fasik : tonus fasik diperiksa dengan menguji tahanan anggota
gerak untuk bergerak dan aktivasi reflex tendon,pada neonatus predominan
dalam posisi fleksi,reflex tendon yang selalu ada pada neonatus reflex
patella.selain itu terdapat reflex hammer, reflex biceps dan Achilles.
Tonus postural : tahanan terhadap tarikan gaya berat.Terdapat 3 macam
pemeriksaan tonus postural, yaitu reaksi tarika, suspense vertikal dan
horizontal.Reaksi tarikan yang paling sensitive dan berguna dapat dilakukan saat
pasien dengan endotracheal tube.Suspensi horizontal dilakukan memegang
toraks pasien dan mengangkat horizontal, suspense vertical digunakan untuk
memeriksa deviasi mata ke lateral.
- Pemeriksaan Refleks Neonatal Primer
1. Refleks Moro
Reaksi kejutan yang menimbulkan rasa jatuh pada bayi.
Cara : Bayi dalam posisi terlentang, dan kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat
beberapa sentimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa.
reaksi : bayi akan kaget, lengandirentangkan dalam posisi abduksi ekstensi, tangan
dibuka dan gerakan lengan adduksi dan fleksi.
2. Refleks Withdrawal
Cara : dilakukan dengan jarum untuk metrangsang telapak kaki
Reaksi : fleksi pada tungkai yang dirangsang dan ekstensi tungkai kontralateral.
3. Refleks Plantar Grasp
Cara : meletakkan jari pemeriksa pada telapak kaki pasien
Reaksi : reflek jari-jari kaki
4. Refleks Palmar Grasp
Cara : meletakkan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
Reaksi : fleksi jari-jari tangan
- Pemeriksaan oftalmologi
Pemeriksaan oftalmologi dilakukan secara indirek dengan obat midriatikum atau secara
direk tanpa obat.Pemeriksaan direk lebih baik dilakukan pada pasien sedang menyusu,
oleh karena biasanya mata tebuka.
- Pemeriksaan Sensibilitas
Jarang dilakukan. Namun pada pemeriksaan refleks rooting, refleks sentuhan dan
rangsang sakit yang dapat menyebabkan bayi menangis dapat pula sebagai cara untuk
uji sensibilitas.
o Pemeriksaan usia kehamilan
Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus penting untuk mengkategorikan
neonatus cukup bulan, kurang bulan, atau lebih bulan. Dan apakah sesuai, lebih kecil,
atau lebih besar untuk usia kehamilannya.
III. PEMERIKSAAN PADA WAKTU MEMULANGKAN
Untuk meyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma.
Perhatikan :
- Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan ubun-ubun.
- Kulit : adanya ikterus, pioderma.
- Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian.
- Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya
- Tali pusat : adanya infeksi.
Perhatikan juga apakah bayi sudah bisa menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI
yang benar.
Recommended