UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL
BERSAMAAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES
ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
PUSKESMAS KOTAMADYA DEPOK
SKRIPSI
ADHITIA
0706264412
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JULI 2012
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL
BERSAMAAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES
ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
PUSKESMAS KOTAMADYA DEPOK
SKRIPSI
ADHITIA
0706264412
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JULI 2012
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
iii
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
iv
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
v
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat serta
pertolongan kepada penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian yang berjudul
“Efek Perseptif Penggunaan Antidiabetes Herbal Bersamaan Dengan Penggunaan
Obat Antidiabetes Oral Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Kotamadya Depok” dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Skripisi ini dibuat
sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Farmasi di
Departemen Farmasi Universitas Indonesia. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan termia kasih kepada :
1. Ibu Dra. Retnosari Andrajati, M.S., Ph.D.,Apt. sebagai pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, arahan serta dukungan selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Katrin, M.S. sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi
ini.
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. sebagai Ketua Departemen
Farmasi Universitas Indonesia.
4. Ibu Dr. Silvia Surini, M. Pharm. Sc. sebagai pembimbing akademik yang
selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama menuntut
ilmu di Departemen Farmasi Universitas Indonesia.
5. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Reguler Departemen
Farmasi Universitas Indonesia.
6. Kepala puskesmas dan seluruh staf di 11 UPT Puskesmas Kecamatan di Kota
Depok yang telah memberikan izin penelitian dan bekerja sama dengan baik
selama penelitian berlangsung.
7. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia untuk diwawancara dan
mengisi kuesioner penelitian ini.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
vii
8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan bantuan baik moril maupun
materil selama penulis menuntut ilmu di Departemen Farmasi Universitas
Indonesia.
9. Siti Rohmaniah yang selalu meluangkan waktu untuk penulis berbagi cerita
serta memberikan semangat dan dukungannya selama penelitian.
10. Jauharul Anwar dan Ghilman Assilmi, sahabat yang telah bersedia
memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian
ini.
11. Rekan-rekan Farmasi 2007 yang turut memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis selama penelitian.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan. Penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Depok, Juli 2012
Adhitia
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
viii
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
ix
ABSTRAK
Nama : Adhitia
ProgramStudi : Farmasi
Judul : Efek Perseptif Penggunaan Antidiabetes Herbal Bersamaan
Dengan Penggunaan Obat Antidiabetes Oral Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Kotamadya Depok
Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping obat
konvensional. Termasuk oleh pengidap diabetes melitus (DM) tipe 2, penyakit kronis
yang para pengidapnya seringkali tidak bisa terlepas dari penggunaan obat
antidiabetes oral (ADO). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola
penggunaan antidiabetes herbal pada pasien DM tipe 2 yang sedang berobat di
puskesmas dan untuk mengetahui efek perseptif yang muncul serta mengetahui
hubungan antara efek perseptif yang muncul dengan frekuensi penggunaan, jangka
waktu penggunaan dan penggunaannya bersama ADO. Penelitian ini bersifat
deskriptif analisis dengan metode potong lintang menggunakan kuesioner yang valid
dan reliabel sebagai panduan wawancara. Penelitian dilakukan di 11 Puskesmas
Kecamatan Kota Depok dari bulan Maret sampai Mei 2012. Responden diambil
dengan metode consecutive sampling. Responden penelitian jumlahnya 101 orang,
sebanyak 52,47 % menggunakan antidiabetes herbal dan 71,70 % pengguna
antidiabetes herbal masih menggunakan ADO. Daun sirsak, daun salam dan kulit
manggis adalah tiga terbanyak antidiabetes herbal yang digunakan. Efek perseptif
paling banyak dirasakan adalah berkurangnya frekuensi buang air kecil sebanyak
24,53 % dan perasaan badan lebih enak sebanyak 18,87 % sedangkan 22,64 %
responden tidak merasakan efek perseptif. Hanya 15,09 % responden merasakan
efek samping perseptif berupa mual dan meningkatnya frekuensi buang air kecil.
Tidak terdapat hubungan antara frekuensi, jangka waktu penggunaan dan
penggunaan ADO dengan munculnya efek-efek perseptif.
Kata kunci : antidiabetes herbal, efek perseptif, antidiabetes oral, diabetes
melitus
XIV + 92 halaman : 18 tabel; 31 lampiran
Daftar Acuan : 36 ( 1980 - 2011)
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
x
ABSTRACT
Name : Adhitia
Program Study : Pharmacy
Title : The Perceptive Effects of the Use of Herbal Antidiabetic
Agents Combined With Oral Antidiabetic Agents to Type 2
Diabetic Patients at Puskesmas Kotamadya Depok
Herbal medicine is often used as an alternative medication in addition to a
conventional one. It is also the case of people suffering from type 2 diabetes mellitus
(DM), a chronic disease in which the patients with this disease often cannot be
detached from the use of oral antidiabetic drugs (OAD). The aim of this research are
to investigate the pattern of the use of herbal antidiabetic agents to type 2 DM
patients who are being treated in puskesmas, to identify the emerging perceptive
effects, and to identify the relation between the perceptive effects with the frequency
of use, period of use, as well as the combined consumption with OAD. The research
is a descriptive analysis with a cross sectional method using a valid and reliable
questionnaire as an interview guideline. The research was conducted at 11
Puskesmas Kecamatan Kota Depok from March to May 2012. The respondents were
chosen by using consecutive sampling method. In the research, there are 101
respondents; 52.47% of them use herbal antidiabetic agents and 71.70% of the users
of herbal antidiabetic agents still consume OAD. Soursop leaves, bay leaves, and
mangosteen peel are three herbal antidiabetic agents that are mostly used. The
perceptive effects that are primarily perceived are the decreased of the frequency of
urination (24.53%) and the better feeling of the body (18.87%) whereas 22.64% of
the respondents do not perceive perceptive effects. Only 15.09% of the respondents
perceive the perceptive side effects such as nausea and the increasing frequency of
urination. There is no correlation between the frequencies of use, the period of use,
and the use of OAD with the emergence of perceptive effects.
Keywords : antidiabetic herbal, perceptive effects, antidiabetic oral, diabetes
mellitus
X IV+ 92 pages : 18 tables; 31 appendices
Bibliography : 36 (1980-2011)
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
1.4 Hipotesis ......................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Diabetes Melitus ............................................................................ 3
2.2 Pengobatan Herbal ......................................................................... 7
2.3 Antidiabetes Herbal ........................................................................ 11
2.4 Puskesmas ...................................................................................... 18
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 19
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 19
3.2 Desain Penelitian ............................................................................ 19
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 19
3.4 Populasi dan Sampel ...................................................................... 20
3.5 Definisi Operasional ....................................................................... 21
3.6 Etika Penelitian .............................................................................. 23
3.7 Kuesioner ....................................................................................... 23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 26
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ........................................ 26
4.2 Data Deskriptif ............................................................................... 26
4.3 Data Analisis .................................................................................. 38
4.4 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 43
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 43
5.2 Saran ............................................................................................... 43
DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 44
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Obat Antidiabetes Oral .............................................................................. 6
4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden di Setiap Puskesmas..................27
4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (Populasi).........................28
4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna Antidiabetes
Herbal (Sampel) ........................................................................................ 31
4.4 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan
Sumber Informasi ...................................................................................... 33
4.5 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan
Alasan Penggunaan ................................................................................... 33
4.6 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan Frekuensi
Penggunaan ............................................................................................... 34
4.7 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan
Jangka Waktu Penggunaan ........................................................................ 34
4.8 Distribusi Frekuensi Efek Perseptif yang Dirasakan ................................. 35
4.9 Distribusi Frekuensi Efek Samping Perseptif ........................................... 36
4.10 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan
Obat Antidiabetes Oral yang Dikonsumsi................................................. 36
4.11 Distribusi Frekuensi Alasan Responden Tidak Menggunakan
Antidiabetes Herbal ................................................................................... 37
4.12 Tabel Silang Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral dengan
Adanya Efek Perseptif ............................................................................... 38
4.13 Tabel Silang Antara Frekuensi Penggunaan dengan
Adanya Efek Perseptif ............................................................................... 39
4.14 Tabel Silang Antara Jangka Waktu Penggunaan dengan Adanya Efek
Perseptif ..................................................................................................... 39
4.15 Tabel Silang Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral
dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 40
4.16 Tabel Silang Antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya
Efek Samping Perseptif ............................................................................. 41
4.17 Tabel Silang Antara Jangka Waktu Penggunaan dengan Adanya
Efek Samping Perseptif ............................................................................. 41
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
3.1 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian Kepada
DinasKesehatan Kota Depok .................................................................... 48
3.2 Surat Keterangan Penerimaan Izin Melakukan Penelitian
di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok dari Dinas Kesehatan
Kota Depok ............................................................................................... 49
3.3 Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian di Lingkungan
Dinas Kesehatan Kota Depok dari Kantor Kesbangpol dan Linmas
Kota Depok ............................................................................................... 50
3.4 Surat Izin Melakukan Penelitian di Puskesmas Kota Depok
dari Dinas Kesehatan ................................................................................. 51
3.5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ................................. 52
3.6 Kuesioner yang Sudah Valid dan Reliabel ................................................ 53
4.1 Kuesioner yang Belum Valid dan Reliabel ............................................... 57
4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner ................................................................... 64
4.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner .............................................................. 65
4.4 Data Mentah Karakteristik Responden Pengguna Antidiabetes ............... 66
4.5 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Jenis Kelamin Responden ............................................................. 69
4.6 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Umur Responden .......................................................................... 70
4.7 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Umur Responden .......................................................................... 71
4.8 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Pendidikan Terakhir Responden ................................................... 72
4.9 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Pekerjaan Responden .................................................................... 73
4.10 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Pekerjaan Responden .................................................................... 74
4.11 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Jangka Waktu Responden Mengidap DM .................................... 75
4.12 Daftar Antidiabetes Herbal yang Digunakan Responden ......................... 76
4.13 Data Mentah Pola Penggunaan Antidiabetes Herbal ................................ 78
4.14 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes
Oral Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek
Perseptif. ................................................................................................... 81
4.15 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes
Oral Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek
Perseptif. ................................................................................................... 82
4.16 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Perseptif .................................................................. 83
4.17 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Perseptif .................................................................. 84
4.18 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
xiv
dengan Adanya Efek Perseptif .................................................................. 85
4.19 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan
dengan Adanya Efek Perseptif .................................................................. 86
4.20 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral
Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Samping Perseptif
................................................................................................................... 87
4.21 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral
Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Samping Perseptif
................................................................................................................... 88
4.22 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 89
4.23 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 90
4.24 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 91
4.25 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 92
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan obat herbal sebagai alternatif penyembuhan penyakit semakin
meningkat di Indonesia karena sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa obat
herbal tidak mempunyai efek samping. Selama kurun waktu tahun 2000 - 2006
terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional, yang dilakukan untuk pengobatan
sendiri (swamedikasi), dari 15,2 % menjadi 38,30 %. Peningkatan ini terjadi
mungkin disebabkan adanya intervensi pemerintah melalui promosi pemanfaatan
obat asli Indonesia dan penggalakkan TOGA (tanaman obat keluarga) atau mungkin
juga berkaitan dengan peningkatan jumlah industri obat tradisional di Indonesia.
Kelompok lansia menjadi faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan
penggunaan obat tradisional untuk swamedikasi. Penyakit yang biasa ditangani
secara swamedikasi dengan obat tradisional biasanya merupakan penyakit-penyakit
ringan (Supardi & Susyanty, n.d.). Tidak menutup kemungkinan swamedikasi
menggunakan obat tradisional dilakukan oleh pengidap penyakit kronis seperti
diabetes melitus yang periode pengobatannya cukup lama.
Diabetes melitus (DM) atau dikenal juga dengan sebutan penyakit kencing
manis merupakan salah satu penyakit kronis yang mengharuskan pasiennya selalu
memonitor kadar gula darahnya. Walaupun tidak menyebabkan kematian secara
langsung, tetapi dapat berakibat fatal jika pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan
DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi non-obat
dan terapi obat. Pengidap DM juga harus selalu mengkonsumsi obat untuk
menstabilkan kadar gula darahnya (Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005).
Keadaan pasien DM yang tidak kunjung sembuh terkadang menimbulkan rasa bosan
dalam berobat dan mulai mencari-cari alternatif pengobatan lain yang dirasa
memberikan kenyamanan bagi psikis dan mental. Bagi beberapa kalangan, atas dasar
alasan ekonomi tidak mampu mengakses pengobatan modern, mendorong mereka
untuk beralih ke pengobatan tradisional, salah satunya dengan mengkonsumsi obat
herbal (Mosihuzzaman & Choudhary, 2008). Ada kekhawatiran munculnya efek
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
hipoglikemik yang berlebihan apabila antidiabetes herbal dikonsumsi bersama
dengan obat antidiabetes oral (ADO). Hasil penelitian pada tikus diabetes yang
diinduksi aloksan menunjukkan bahwa ekstrak daun tapak dara dapat meningkatkan
efek hipoglikemik dari metformin (Ohadoma & Michael, 2011).
Terdapat kurang lebih 26 jenis tanaman yang secara empiris biasa digunakan
sebagai obat antidiabetes. Beberapa diantaranya sudah dilakukan uji khasiat secara
ilmiah (Widowati, Dzulkarnain & Sa’roni, 1997). Oleh karena itu dilakukan
penelitian yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan studi potong lintang
untuk mengetahui tanaman yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Kota
Depok sebagai antidiabetes herbal serta untuk mengetahui gambaran efek-efek
perseptif yang muncul akibat mengkonsumsi antidiabetes herbal.
1.2 Tujuan
a. Mendapatkan pola penggunaan antidiabetes herbal yang digunakan oleh
pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Depok.
b. Mengevaluasi efek-efek yang dipersepsikan oleh pasien DM Tipe 2 yang
mengkonsumsi antidiabetes herbal dan obat antidiabetes oral.
c. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi dan jangka waktu penggunaan
antidiabetes herbal dengan adanya efek hipoglikemik perseptif dan efek
samping perseptif.
1.3 Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pola penggunaan
antidiabetes herbal pada pasien DM yang sedang berobat di puskesmas.
b. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai efek-efek perseptif yang
dirasakan dari penggunaan antidiabetes herbal.
c. Penelitian ini memberikan banyak pengalaman bagi Peneliti tentang cara
berkomunikasi yang baik dengan pasien dan tenaga kesehatan.
1.4 Hipotesis
Ada hubungan antara frekuensi dan jangka waktu penggunaan antidiabetes
herbal dengan adanya efek hipoglikemik perseptif dan efek samping perseptif.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit tertua yang pernah
diketahui oleh manusia, berasal dari bahasa Yunani yang mengandung arti urin yang
manis. Hal ini digambarkan dari gejala yang biasa muncul pada penyakit ini yaitu
urinasi dalam jumlah banyak dan mengandung gula. Secara medis dapat diartikan
sebagai penyakit gangguan metabolisme akibat defisiensi hormon insulin yang
diproduksi oleh sel-sel β di pankreas. Kurangnya hormon insulin mengakibatkan
glukosa dalam darah tidak dapat disimpan dan dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh
menjadi energi (Clark, 2004).
Terdapat berbagai jenis tipe DM, tetapi ada 2 tipe utama yaitu “Insulin-
Dependent Diabetes Mellitus” (IDDM) disebut juga DM Tipe 1 dan “Non-Insulin-
Dependent Diabetes Mellitus” (NIDDM) disebut juga DM Tipe 2. Disamping dua
tipe utama diabetes melitus tersebut, WHO juga menyebutkan 3 kelompok DM lain
yaitu Diabetes Tipe Lain, Toleransi Glukosa Terganggu atau Impaired Glucose
Tolerance (IGT) dan Diabetes Melitus Gestasional atau Gestational Diabetes
Mellitus (GDM). (Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005).
2.1.1 Diabetes Melitus Tipe 1
Seseorang dikatakan mengidap penyakit DM apabila kadar glukosa puasa ≥
126 mg/dL atau pada 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL atau HbA1c ≥ 8%. Jika
kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL tetapi lebih kecil dari 200 mg/dL,
maka dikatakan glukosa toleransi lemah (Sukandar et al., 2008). Diabetes Melitus
Tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin. Pengidap
penyakit ini harus mendapat insulin pengganti. Diabetes Melitus Tipe 1 biasanya
dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan
perbandingan laki-laki sedikit lebih banyak daripada wanita. Insiden DM Tipe 1
memuncak pada usia remaja atau usia dini, maka dulu sering disebut juga Diabetes
Juvenilis. Namun, DM Tipe 1 ternyata dapat timbul pada segala usia (Corwin, 2009).
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Diabetes Melitus Tipe 1 diperkirakan muncul akibat destruksi otoimun sel-sel
β pulau Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Serangan otoimun dapat
timbul setelah infeksi virus misalnya gondongan (mumps), rubela, sitomegalovirus
kronik, atau setelah pajanan obat atau toksin (misalnya golongan nitrosamin yang
terdapat pada daging yang diawetkan). Pada saat diagnosis DM Tipe 1 ditegakkan,
ditemukan antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans pada sebagian besar pasien.
Penyebab seseorang membentuk antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans tidak
diketahui. Salah satu kemungkinan adalah bahwa terdapat suatu agen lingkungan
yang secara antigenis mengubah sel-sel pankreas untuk merangsang pembentukan
otoantibodi. Mungkin juga bahwa para individu yang mengidap DM Tipe 1 memiliki
kesamaan antigen antara sel-sel β pankreas mereka dengan virus atau obat tertentu,
sehingga sistem imun gagal mengenali bahwa sel-sel pankreas adalah self (sel diri
sendiri) (Corwin, 2009).
2.1.2 Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan tipe DM yang lebih umum, lebih banyak
penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita DM Tipe 2 mencapai 90-
95 % dari keseluruhan populasi penderita DM. Umumnya penderita berusia di atas
45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-
anak populasinya meningkat. Penyebab DM Tipe 2 belum terungkap dengan jelas.
Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya
DM Tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurangnya
aktivitas fisik (Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005).
Individu yang mengidap DM Tipe 2 tetap menghasilkan insulin, tetapi terjadi
insensitivitas sel terhadap insulin. Mungkin terdapat kaitan genetik antara
kegemukan dan rangsangan berkepanjangan reseptor-reseptor insulin. Rangsangan
berkepanjangan atas reseptor tersebut dapat menyebabkan penurunan jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada sel-sel. Hal ini disebut downregulation. Mungkin juga
individu yang menderita DM Tipe 2 menghasilkan otoantibodi insulin yang berkaitan
dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin ke reseptor, tetapi tidak
merangsang aktivitas pembawa. Alasan inilah yang menjadikan DM Tipe 2 disebut
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
juga sebagai Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), karena insulin
tetap dihasilkan oleh sel-sel β pankreas (Corwin, 2009).
2.1.3 Gejala Klinik
Gejala penyakit DM yang muncul akan berbeda-beda tergantung pada
tipenya. Pada pengidap DM tipe 1 yang dalam tubuhnya tidak memproduksi insulin,
gejalanya akan muncul lebih dini. Ketiadaan insulin dalam tubuh memaksa tubuh
untuk menggunakan protein dan lemak untuk dijadikan energi. Dengan demikian
sering kita lihat pengidap penyakit DM tipe 1 memiliki tubuh yang sangat kurus dari
awalnya. Lain halnya dengan pengidap penyakit DM tipe 2 yang biasanya baru
terdiagnosa ketika sudah dewasa, biasanya mengalami penurunan berat badan yang
signifikan tanpa sebab yang jelas. Terdapat juga beberapa gejala tipikal yang sering
muncul antara lain gatal-gatal pada kulit, mudah mengantuk, kesemutan, poliuria
(sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak
makan/mudah lapar). Apabila terlambat ditangani bisa menyebabkan penglihatan
kabur, mudah terkena infeksi saat terluka dan sukar sembuh dari luka (Clark, 2004 ).
2.1.4 Terapi Tanpa Obat
Menjaga asupan dan pola makan merupakan salah satu terapi penyakit DM
tanpa obat. Hal ini juga bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan karena
mayoritas pengidap penyakit DM disebabkan oleh pola makan yang tidak baik.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian
dilaporkan bahwa penurunan 5 % berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c
sebanyak 0,6 % dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3 -
4 bulan tambahan waktu harapan hidup. Olahraga yang teratur juga tidak kalah
penting untuk bisa menjaga kadar gula darah tetap normal (Ditjen Binfar & Alkes,
Depkes RI, 2005).
2.1.5 Terapi Obat Antidiabetes Oral
Apabila terapi tanpa obat belum memberikan hasil yang baik dalam
mengendalikan kadar glukosa darah penderita DM, maka perlu dilakukan terapi
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
dengan menggunakan obat, baik dalam bentuk obat antidiabetes oral, terapi isulin,
ataupun kombinasi keduanya. Terapi insulin merupakan keharusan bagi penderita
DM Tipe 1, sedangkan untuk penderita DM Tipe 2 hanya pada kondisi tertentu
apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
Pemilihan obat antidiabetes oral bergantung pada tingkat keparahan penyakit,
kondisi pasien, keberadaan penyakit lain, serta komplikasi yang ada. Terapi ini bisa
dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat
(Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antidiabetes oral dapat dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005) :
a. Obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi golongan sulfonilurea dan
glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).
b. Obat yang meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin (sensitiser insulin),
meliputi golongan biguanida dan tiazolidindion yang dapat membantu tubuh
untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
c. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang
bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk
mngendalikan hiperglikemia post-prandial.
Tabel 2.1. Obat Antidiabetes Oral
Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja
Sulfonilurea Glibenklamida
Glipizida
Glikazida
Glimepirida
Glikuidon
Merangsang sekresi insulin di kelenjar
pankreas, sehingga hanya efektif pada
penderita DM yang sel-sel β
pankreasnya masih berfungsi dengan
baik.
Meglitinida Repaglinide Merangsang sekresi insulin di kelenjar
pankreas.
Turunan
fenilalanin
Nateglinide Meningkatkan kecepatan sintesis
insulin oleh pankreas.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
(sambungan)
Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar),
menurunkan produksi glukosa hati.
Tidak merangsang sekresi insulin oleh
kelenjar pankreas.
Tiazolidindion Rosiglitazone
Troglitazone
Pioglitazone
Meningkatkan kepekaan tubuh
terhadap insulin. Berikatan dengan
PPARγ (peroxisome proliferator
activated receptor-gamma) di otot,
jaringan lemak dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin.
Inhibitor α-
glukosidase
Acarbose
Miglitol
Menghambat kerja enzim-enzim
pencernaan yang mencerna
karbohidrat, sehingga memperlambat
absorpsi glukosa ke dalam darah
Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005
2.2 Pengobatan Herbal
Obat herbal sangat populer di negara berkembang yang masih terkait dengan
unsur tradisi dan memiliki ketersediaan sumber daya hayati. Konsekuensinya obat
herbal akan menjadi sangat berperan sebagai pelayanan kesehatan primer di negara-
negara tersebut. Kurangnya pengalaman, tingkat pendidikan dan informasi yang jelas
tentang suatu obat herbal hanya menjadikan konsumen sebagai korban iklan dan
mitos-mitos tentang khasiat tanaman herbal. Siapapun orang yang akan
menggunakan produk herbal harus mengerti tingkat keamanan dalam
mengkonsumsinya, karena faktanya tidak semua yang alami itu lebih aman dan
efektif (Mosihuzzaman & Choudhary, 2008).
Menurut WHO, yang disebut dengan herba (herbs) adalah bahan mentah dari
semua bagian tanaman, seperti daun, bunga, buah, biji, batang, kayu, akar, rhizoma
dan bagian lainnya baik dalam bentuk utuh, terpisah-pisah, ataupun serbuk.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahan herbal (herbal materials) adalah semua
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
bagian (utuh) atau sebagian dari tanaman obat yang masih dalam keadaan
mentah/kasar, termasuk herba, sari buah segar, getah, minyak murni, minyak
esensial, resin dan serbuk kering dari herba. Adapun yang dimaksud dengan
preparasi herbal (herbal preparations) adalah suatu proses untuk menyelesaikan
produk herbal seperti serbuk, ekstrak, tingtur minyak lemak. Semuanya diproses
dengan cara ekstraksi, destilasi, fraksinasi, purifikasi, fermentasi atau dengan proses
fisika dan biologi lainnya. Produk obat herbal (herbal medicinal products) di
dalamnya terkandung senyawa aktif hasil preparasi, bisa terdiri dari satu atau lebih
tanaman herbal dan dapat pula berisi zat tambahan organik maupun anorganik yang
bukan berasal dari tanaman (misalnya dari hewan dan mineral lainnya). Sedangkan
yang dimaksud dengan tanaman obat (medicinal plants) adalah tanaman yang
tumbuh liar ataupun dibudidayakan yang digunakan untuk tujuan pengobatan (WHO,
2007).
David Winston membagi herbal ke dalam 3 golongan. Pertama makanan
herbal (food herbs) yang khasiat atau aktivitasnya biasa saja, toksisitasnya sangat
rendah dan tidak menimbulkan efek samping. Contohnya adalah bawang putih, jahe,
peppermint, chamomile, akar/daun dandelion. Tanaman herbal tersebut dapat
digunakan dalam jumlah banyak dan jangka waktu yang lama tanpa ada resiko
toksisitas akut maupun kronik (kecuali alergi atau memiliki interaksi dengan obat
yang sedang dikonsumsi). Golongan yang kedua adalah obat herbal (medicine
herbs). Tanaman ini mempunyai aktivitas yang sangat kuat sehingga diperlukan
pengetahuan yang sangat baik atas penggunaannya, meliputi dosis dan lama waktu
penggunaannya. Tanaman semacam ini bukan merupakan suplemen harian, karena
pada beberapa kasus dapat menimbulkan efek samping dan interkasi obat. Contoh
dari golongan ini diantaranya andrographis, ephedra, Cascara sagrada, dll.
Golongan terkahir adalah herbal yang beracun (poison herbs). Tanaman ini
mempunyai tingkat toksisitas akut maupun kronik yang potensinya sangat kuat.
Hanya boleh digunakan oleh ahli medis yang sudah mengerti dengan jelas tentang
toksikologi dan penggunaannya yang sesuai. Tanaman herbal golongan ini
seharusnya tidak dijual secara umum di toko obat maupun tempat-tempat lainnya.
Tanaman yang termasuk golongan ini adalah aconite, belladonna, datura, dll
(Winston, n.d.).
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan Traditional Chinese Medicine
(TCM) yang membaginya ke dalam 3 golongan. Pertama obat kelas atas (superior)
yang nontoksik dan diperuntukkan sebagai tonikum. Golongan kedua obat kelas
menengah (ministerial) yang memiliki tingkat toksisitas sedang dan sebagai
penyangga obat kelas pertama. Golongan terkahir adalah obat kelas bawah (inferior)
yang beracun yang digunakan untuk penyakit-penyakit spesifik dan terbatas waktu
penggunaannya (Winston, n.d.).
Selama ini obat herbal secara umum dianggap aman berdasarkan kepercayaan
masyarakat tradisional. Banyak kasus serius yang dilaporkan terkait efek samping
yang muncul setelah pemberian obat herbal. Kasus toksisitas tersebut muncul karena
kontaminan dan bahan-bahan yang palsu. Sebenarnya beberapa tanaman yang
digunakan sebagai obat herbal bisa sangat bersifat toksik. Pendekatan terhadap
keamanan produk herbal haruslah menjadi prioritas utama dalam sebuah penelitian.
Ada bermacam pendekatan untuk mengevaluasi keamanan obat herbal. Obat herbal
yang bersifat toksik bisa dikarenakan kandungan dan bahan tambahan produk herbal
tersebut beracun atau bisa juga karena adanya kesalahan dalam proses pembuatan
dan terjadi kontaminasi. Evaluasi efek toksik dari kandungan obat herbal
memerlukan studi farmakologi dan fitokimia yang sangat mendalam (Mosihuzzaman
& Choudhary, 2008).
Menurut WHO, seseorang yang dikatakan sehat tidak hanya dilihat dari aspek
kesehatan fisiknya saja, tapi juga termasuk psikis dan kehidupan sosialnya. Akan
tetapi praktek pengobatan modern sekarang hanya berorientasi pada kesehatan fisik
saja. Lain halnya dengan pengobatan tradisional yang selalu menggunakan
pendekatan holistik, yakni fisik, spiritual dan sosial dari seseorang ikut dipulihkan.
Selain itu, tingkat keberhasilan pengobatan dengan produk herbal sangat
berhubungan erat dengan aspek nutrisi dan psikologi (Mosihuzzaman & Choudhary,
2008). Kemanjuran suatu pengobatan juga menjadi daya tarik sekaligus merupakan
alat ukur atas kemampuannya dalam memberikan kesembuhan. Penggunaan obat
herbal selalu dibenarkan atas dasar penggunaannya yang sudah turun menurun. Hal
itu tentu saja tidak menjamin kemanjuran obat herbal dengan alasan yang ilmiah
(WHO, 2007).
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Tidak ada definisi standar dari pengobatan herbal, secara sederhana dapat
diartikan sebagai aplikasi dari suatu tanaman untuk tujuan pengobatan. Sangat
penting untuk diingat bahwa obat herbal masih belum diregulasi dan digunakan
hanya sebagai asupan tambahan, karena belum terstandardisasi dan memungkinkan
terjadinya pemalsuan pada saat proses preparasi. Harus diingat juga beberapa
diantaranya bersifat toksik dan beberapa penelitian pernah menunjukkan adanya
interkasi antara obat konvensional dengan obat herbal (WHO, 2007).
Berdasarkan data Susenas tahun 2000 - 2006, penggunaan obat tradisional
untuk pengobatan swamedikasi mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni 15,59
% pada tahun 2000 dan 38,30 % pada tahun 2006. Akan tetapi presentasenya masih
dibawah pengobatan swamedikasi dengan menggunakan obat konvensional, yakni
87,86 % pada tahun 2000 dan 82,28 % pada tahun 2006. Tujuan sesorang melakukan
swamedikasi adalah biasanya untuk peningkatan kesehatan, mengobati sakit ringan
dan untuk pengobatan rutin penyakit kronis. Obat tradisional yang dimaksud adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum
lansia paling banyak melakukan swamedikasi dengan obat tradisional dibandingkan
dengan kaum muda. Begitu juga dengan orang berpendidikan rendah frekuensinya
lebih banyak bila dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi (Supardi &
Susyanty, n.d.).
Hasil penelitian terhadap ketanggapan adanya efek samping dari obat
tradisional menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden (45,8 %)
menyatakan setuju bahwa obat tradisional dapat menyembuhkan semua penyakit.
Sebanyak 65,8 % responden juga setuju bahwa obat tradisional lebih aman
dibandingkan obat konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
responden terhadap penggunaan obat tradisional dapat dianggap kurang rasional
karena beberapa tanaman obat juga memiliki toksisitas intrinsik. Adanya cemaran
berupa zat toksik seperti logam berat, jamur dan penambahan secara ilegal bahan
kimia obat menjadi faktor yang berperan dalam keamanan obat tradisional. Sebanyak
25 % responden menyatakan pernah mengalami reaksi efek samping ketika
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
11
Universitas Indonesia
mengkonsumsi obat tradisional. Efek samping yang umum dirasakan adalah mual,
muntah, perut kembung, pusing dan diare (Gitawati, 2008).
2.3 Antidiabetes Herbal
Berikut adalah tanaman berkhasiat sebagai antidiabetes yang terdapat dalam
Materia Medika Indonesia.
2.3.1 Alstonia Cortex (Kulit Pulai)
Pulai termasuk tanaman suku kamboja-kambojaan yang tersebar di seluruh
Nusantara. Pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan.
Dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl. Pulai kadang ditanam di
pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman ini berbentuk
pohon dengan tinggi bisa mencapai 20 - 25 m. Batangnya lurus berkayu,
diameternya bisa mencapai 60 cm, percabangannya menggarpu. Kulit batangnya
rapuh, rasanya sangat pahit dan bergetah putih. Daunnya tunggal berwarna hijau,
tersusun melingkar 4 - 9 helai dan bertangkai dengan panjang 7,5 - 15 mm. Bentuk
daun lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur dengan permukaan
atasnya licin, sedangkan permukaan bawahnya buram. Tepinya rata, pertulangannya
menyirip dengan panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm. Perbungaannya majemuk,
tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunganya
wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat.
Buahnya menggantung, berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 -
50 cm. Bijinya kecil dengan panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan
berjambul pada ujungnya. Perbanyakan bisa dilakukan dengan biji atau stek batang
dan cabang. Tanaman ini berbunga di bulan September sampai Oktober. Tanaman ini
tumbuh di pegunungan dan biasa dibudidayakan untuk pohon berteduh. Bagian yang
berkhasiat dari tanaman ini adalah kulit kayunya (Institute of Materia Medica Hanoi,
1990; Ipteknet, 2002).
Taksonominya adalah sebagai berikut (ITIS) :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Alstonia
Jenis : Alstonia scholaris
Kulit pulai biasa digunakan untuk mengobati anemia, gangguan menstruasi,
malaria, diare, disentri dan arthritis akut. Bentuk dekok dari konsentrat kulit pulai
biasa digunakan sebagai obat kumur untuk mengatasi karies pada gigi (Institute of
Materia Medica Hanoi, 1990). Sebuah penelitian juga pernah menemukan adanya
potensi aktivitas penghambatan α-glukosidase pada ekstrak metanol dari daun pulai.
Seperti diketahui bersama bahwa penghambatan enzim α-glukosidase di usus akan
memperlambat pencernaan dan penyerapan karbohidrat sehingga dapat menekan
hiperglikemia post-prandial (Anurakkun, Bhandari & Kawabata, 2006).
2.3.2 Catharanthi Radix (Akar Tapak Dara)
Tapak dara (Catharanthus roseus) banyak dipelihara sebagai tanaman hias.
Tapak dara sering dibedakan menurut jenis bunganya, yaitu putih dan merah.
Tumbuhan semak tegak yang dapat mencapai ketinggian batang sampai 100 cm ini
sebenarnya merupakan tumbuhan liar yang biasa tumbuh subur di padang atau di
pedesaan beriklim tropis. Ciri-ciri tumbuhan ini antara lain memiliki batang yang
berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas dan bercabang
serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan
berdaun tunggal. Bunganya yang indah menyerupai terompet dengan permukaan
berbulu halus. Tapak dara juga memiliki rumah biji yang berbentuk silindris
menggantung pada batang. Bijinya banyak, berukuran sangat kecil berwarna hitam
kecoklatan. Penyebaran tumbuhan ini melalui biji. Tanaman ini biasanya berbunga
sekitar bulan Mei sampai Oktober. (Institute of Materia Medica Hanoi, 1990; Padna,
1999).
Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Catharanthus
Jenis : Catharanthus roseus
Daunnya sering digunakan untuk mencegah oligouria, haematuria, diabetes
melitus dan gangguan menstruasi dengan dosis harian 4-8 g dekokta atau ekstrak
cair. Ekstrak akar dan daunnya aktif sebagai antihipertensi. Ekstrak alkaloid murni
dari daunnya efektif untuk mencegah leukemia, sedangkan dari bagian akarnya
berguna untuk merangsang dilatasi serebrovaskular dan untuk hipertensi (Institute of
Materia Medica Hanoi, 1990). Sebuah penelitian pernah dilakukan pada tikus
diabetes yang diinduksi dengan aloksan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan
bahwa pemberian ekstrak daun Tapak dara dapat meningkatkan efek hipoglikemik
dari metformin (Ohadoma & Michael, 2011).
2.3.3 Allii Cepae Bulbus (Umbi Bawang Merah)
Bawang merah merupakan herba semusim yang tidak berbatang. Daunnya
tunggal memeluk umbi lapis. Umbi lapisnya menebal, berdaging dan berwarna
merah keputihan. Ukuran dan bentuk umbinya bervariasi, diameternya bisa mencapai
20 cm. Batangnya bisa mencapai 100 cm dengan diameter 30 mm. Daunnya panjang
dan berongga, tingginya bisa mencapai 40 cm dengan diameter 20 mm
Perbungaannya berbentuk bongkol, mahkota bunganya berbentuk bulat telur. Habitat
tanaman ini berasal dari Asia Tengah, tetapi sudah banyak dibudidayakan secara
komersil di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim sedang. Bawang merah
memiliki bau yang khas dan menyengat apabila umbinya dihancurkan. (WHO, 1999 ;
Ipteknet, 2002).
Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :
Karajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Liliidae
Bangsa : Liliales
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium cepa L.
Secara tradisional, bawang merah berkhasiat sebagai obat disentri, diuretik,
asma, demam, antimikroba dan juga dapat menurunkan kolesterol. Khasiat lainnya
adalah sebagai hipoglikemik yang pernah dilakukan pengujiannya secara klinik.
Pemberian ekstrak encer sebanyak 100 mg menurunkan terjadinya hiperglikemia
pada orang dewasa. Konsumsi 50 mg sari (juice) bawang merah secara oral kepada
pasien diabetes mengurangi kadar gula dalam darah. Konsumsi bawang pada diet
penderita DM Tipe 2 menurunkan dosis obat hipoglikemik yang digunakan untuk
mengontrol penyakit ini (WHO, 1999).
2.3.4 Momordica Fructus (Buah Pare)
Pare banyak terdapat di daerah tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan
dapat ditemukan liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di
pekarangan dengan dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak
memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat
yang agak terlindung. Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan alat
pembelit atau sulur berbentuk spiral, bercabang banyak dan berbau tidak enak.
Tingginya sekitar 0,2-0,8 m. Batangnya berusuk lima dengan panjang 2-5 m, batang
yang muda berambut rapat. Daunnya tunggal berwarna hijau tua, dengan letak
berselang, bertangkai dengan panjang 1,5-5,3 cm. Bentuk daunnya bulat panjang,
dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7 dengan pangkal
berbentuk jantung. Bunganya tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai
panjang dan berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan panjang 8-30 cm,
berbintil-bintil tidak beraturan dan memiliki rasa pahit. Warna buahnya hijau, bila
masak menjadi oranye yang pecah dengan 3 katup. Bijinya banyak, coklat
kekuningan, bentuknya pipih memanjang dan keras. Tumbuh baik di dataran rendah,
biasa ditanam di pagar, tepi jalan dan kadang-kadang membentuk selimut pencekik
di atas tumbuhan lain (WHO, 1998 ; Padna, 1999).
Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Violales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Momordica
Jenis : Momordica charantia
Buah pare sering digunakan untuk mengobati sakit perut, demam, hipertensi,
disentri dan diabetes. Berdasarkan hasil penelitian, pare dapat meningkatkan proses
perbaharuan sel β di pankreas (Reyes, et al., 2005).
2.3.5 Physali Folium (Daun Ceplukan)
Tanaman ceplukan merupakan tumbuhan liar berupa semak/perdu yang
rendah (biasanya tingginya sampai 1 meter) dan mempunyai umur kurang lebih 1
tahun. Tanaman ini tumbuh dengan subur di dataran rendah sampai ketinggian 1550
meter di atas permukaan laut dan tersebar di tanah tegalan, sawah-sawah kering,
serta dapat ditemukan di hutan-hutan jati. Batangnya berusuk, bersegi tajam dan
berongga. Helaian daunnya berbentuk bulat telur memanjang, bentuk lanset dengan
ujung runcing. Bunganya berwarna kuning, buahnya berbentuk bulat dan bila masih
muda berwarna hijau kekuningan, tetapi bila sudah tua berwarna coklat dengan rasa
asam-asam manis. Buah ceplukan yang masih muda dilindungi kerudung penutup
buah, bulat memanjang, pada waktu masak berwarna kuning. Panjangnya 14-18 mm
dan dapat dimakan. Tanaman ini biasa tumbuh di kebun, tegalan, tepi jalan, semak,
hutan ringan, tepi hutan (WHO, 1998; Padna, 1999).
Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Bangsa : Solanales
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Suku : Solanaceae
Marga : Physalis
Jenis : Physalis angulata
Secara tradisional biasa digunakan untuk mengatasi infertilitas pada wanita
dan untuk mengobati demam berdarah (WHO, 1998). Dapat juga digunakan untuk
mengobati sakit tenggorokan, hepatitis akut, sebagai diuretik dan laksatif (Li, 2006).
2.3.6 Syzygii Cumini Semen (Biji Jamblang)
Jamblang tergolong tanaman buah-buahan yang berasal dari Asia dan
Australia tropik. Biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar, terutama di hutan
jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Pohon dengan
tinggi 10-20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang banyak.
Daunnya tunggal, tebal, dengan tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat
memanjang atau bulat telur terbalik dengan panjang 7-16 cm dan lebar 5-9 cm.
Pangkalnya lebar berbentuk baji, tepinya rata, pertulangannya menyirip, permukaan
atasnya mengkilap dan warnanya hijau. Bunganya majemuk berbentuk malai dengan
cabang yang berjauhan. Bunga tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan.
Kelopak bunga berbentuk lonceng berwarna hijau muda dengan mahkota berbentuk
bulat telur. Benang sari banyak, berwarna putih dan baunya harum. Buahnya buah
buni, lonjong, dengan panjang 2-3 cm (Padna, 1999). Bila masih muda berwarna
hijau, setelah masak warnanya merah tua keunguan. Berbiji satu, bentuknya lonjong,
keras, berwarna putih. Akarnya tunggang, bercabang-cabang berwarna cokelat muda.
Biasanya buah jamblang yang masak dimakan segar. Rasanya agak asam dan sepat.
Kulit kayunya bisa digunakan sebagai zat pewarna. Tanaman ini berasal dari India
sekitar kaki gunung Himalaya kemudian menyebar ke Afrika Timur, Brazil dan Asia
Tenggara (Yarnell et al., n.d.). Buahnya biasa dikonsumsi sebagai makanan,
sedangkan bagian yang digunakan untuk pengobatan dari tanaman ini adalah kulit
kayu dan biji yang sudah dikeringkan (Gruenwald, 2000).
Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygium cumini (L.)
Secara tradisional kulit kayu tanaman ini dipercaya berkhasiat sebagai obat
diare, mengatasi inflamasi pada kulit, mulut dan tenggorokan. Sedangkan biji
jamblang dipercaya berkhasiat untuk penyakit diabetes, mengatasi konstipasi,
penyakit pankreas dan sebagai diuretik (Gruenwald, 2000). Bijinya dalam dosis 10
mg/kg berat badan yang diberikan secara oral kepada kelinci normal dan kelinci yang
dialoksanisasi menunjukkan aktivitas hipoglikemik 23 % dan 20 % (Khare, 2007).
Berdasarkan data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI tahun 1997, terdapat banyak
sekali tanaman yang sering digunakan sebagai antidiabetes herbal, baik yang sudah
diteliti maupun sebatas penggunaan empirik. Terdapat juga beberapa jenis tanaman
yang berdasarkan eksperimen dengan hewan coba berkhasiat menurunkan kadar gula
darah tetapi belum pernah digunakan secara empirik. Tanaman pare termasuk yang
paling banyak mengundang perhatian untuk diteliti, bahkan di India sudah dilakukan
uji klinik. Berbagai sediaan sudah pernah dicoba, mulai dari perasan, infus atau
endapan air. Hewan coba yang diganakan juga bervariasi, yakni tikus, mencit atau
kelinci. Umumnya menunjukkan hasil yang positif menurunkan kadar gula darah.
Tanaman lain yang mendapatkan perhatian sebagai antidiabetes herbal adalah
duwet/juwet/jamblang dan bratawali. Pada jamblang percobaan pernah dilakukan
pada korteks, biji dan daun yang dilakukan. Semua percobaan memberikan hasil
yang positif terutama pada bagian biji. Pada tanaman bratawali percobaan dilakukan
pada batang dalam bentuk infus dengan hewan coba kelinci dengan dosis yang
bervariasi yang menunjukkan hasil positif terhadap enurunan kadar gula darah.
Jamblang dan bratawali memang termasuk dalam penggunaan empirik sebagai
antidiabetes (Widowati, Dzulkarnain & Sa’roni, 1997).
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
2.4 Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah suatu
Kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggung jawab kerja dibagi antar Pusekesmas dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW) (Ditjen Binfar &
Alkes, Depkes RI, 2006).
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat (Ditjen Binfar &
Alkes, Depkes RI, 2006).
Kota Depok memiliki 32 Puskesmas yang tersebar di 11 Kecamatan. Selain
itu Kota Depok juga memiliki 5 Puskesmas pembantu. Puskesmas di kota Depok
telah memiliki dan menjalankan unit pelayanan terkait upaya kesehatan yang wajib
dijalankan oleh puskesmas. Setiap Puskesmas tersebut juga memiliki pelayanan
kesehatan gigi dan pelayanan santun lansia (Sari, 2011).
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Efek perseptif merupakan efek-efek yang dirasakan oleh pengguna dari suatu
obat, baik berupa efek yang diindikasikan maupun efek sampingnya. Pasien DM
Tipe 2 yang sedang menggunakan obat antidiabetes oral kemungkinan akan
merasakan efek hipoglikemik yang berlebihan bila saat itu juga mengkonsumsi
antidiabetes herbal. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disusun kerangka konsep
sebagai berikut :
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi potong lintang deskriptif analisis dengan
menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Data yang dikumpulkan
merupakan data primer.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian : di 11 Puskesmas Kecamatan Kota Depok.
Waktu Penelitian : penelitian dilakukan selama bulan Maret s.d. Mei 2012.
Peneliti meminta perizinan melalui instansi Dinas Kesehatan Kota Depok
(lampiran 3.1, 3.2, 3.3, 3.4).
Efek perseptif yang muncul
Penggunaan antidiabetes herbal
(frekuensi penggunaan, jangka waktu
penggunaan, penggunaan ADO)
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
20
Universitas Indonesia
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh pasien DM Tipe 2 yang sedang
berobat di 11 puskesmas kecamatan yang ada di Kota Depok selama bulan Maret s.d.
Mei 2012.
3.4.2 Sampel
Sampel untuk penelitian ini adalah seluruh pasien DM Tipe 2 yang sedang
berobat di 11 puskesmas kecamatan yang ada di Kota Depok selama bulan Maret s.d.
Mei 2012 yang memenuhi kriteria penelitian.
3.4.2.1 Kriteria Inklusi
a. Responden berumur mulai dari 18 tahun ke atas
b. Responden bersedia mengisi kuesioner
3.4.2.2 Kriteria Eksklusi
Responden yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap (kecuali bagian
karakteristik responden) dan responden yang selama 6 bulan terakhir sudah berhenti
menggunakan antidiabetes herbal.
3.4.2.3 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus
Keterangan :
n = jumlah sampel
Z = derajat kemaknaan dengan α = 0,05 nilai Z = 1,96
P = proporsi pengguna obat herbal antidiabetes dengan nilai P = 0,5
d = derajat presisi dengan nilai d = 0,10
Nilai Z sebesar 1,96 didapatkan karena menginginkan tingkat kepercayaan
sebesar 95 % dengan α sebesar 0,05. Nilai P sebesar 0,5 didapatkan karena peneliti
tidak mengetahui besarnya P dalam populasi sehingga memilih nilai P sebesar 0,5
akan selalu memberikan observasi yang cukup tanpa melihat besarnya nilai proporsi
yang sesungguhnya. Nilai d sebesar 0,10 didapatkan karena nilai tersebut ditetapkan
oleh peneliti dengan mempertimbangkan bahwa dari beberapa contoh penentuan
besar sampel untuk penelitian survei adalah sebesar 0,10.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Sampel yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan di atas sebesar 96,04
dengan pembulatan ke atas, sampel sebesar 97 responden akan diperlukan agar
dicapai tingkat kepercayaan 95%.
3.4.2.4 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling,
yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian
sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
3.5 Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Bebas
3.5.1.1 Antidiabetes Herbal
Semua bentuk obat herbal yang dipersepsikan oleh pasien DM Tipe 2
mempunyai khasiat sebagai antidiabetes. Bisa dalam bentuk jamu, produk obat
herbal yang sudah dikemas dan dijual di toko, atau dalam bentuk simplisianya
langsung. Tanaman yang berkhasiat sebagai antidiabetes diantaranya :
a. Buah pare
b. Biji jamblang
c. Akar tapak dara
d. Kulit pulai
e. Daun ceplukan
f. Umbi bawang merah
g. Lain-lain
3.5.1.2 Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal
Rutinitas penggunaan antidiabetes herbal oleh responden.
Skala : ordinal
Kategorinya :
a. 1 – 3 kali sehari
b. 1 – 4 kali seminggu
c. Tidak teratur
d. Lain-lain
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
3.5.1.3 Jangka Waktu Penggunaan Antidiabetes Herbal
Jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal oleh responden dari awal
menggunakan hingga saat diwawancarai oleh peneliti. Jika pada saat wawancara
responden tidak lagi menggunakan obat tersebut, maka selang waktunya tidak boleh
lebih dari 6 bulan.
Skala : ordinal
Kategorinya :
a. 1 minggu s.d. < 1 bulan
b. ≥ 1 s.d. < 3 bulan
c. ≥ 3 s.d. < 6 bulan
d. ≥ 6 bulan
e. Tidak ingat
3.5.1.4 Obat Antidiabetes Oral
Semua jenis obat antidiabetes oral baik yang diperoleh dari puskesmas
maupun apotek.
Skala : nominal
Kategorinya :
a. Glibenklamid
b. Metformin
c. Lain-lain
3.5.2 Variabel Terikat
3.5.2.1 Efek Hipoglikemik Perseptif
Efek yang dipersepsikan oleh pengguna obat hipoglikemik herbal yang
berkaitan dengan penurunan kadar glukosa dalam darah.
Skala : nominal
Kategorinya :
a. Berkurangnya rasa lemas
b. Berkurangnya frekuensi buang air kecil
c. Berkurangnya rasa haus/lapar yang tidak wajar
d. Berkurangnya kesemutan pada tangan/kaki
e. Lain-lain
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
23
Universitas Indonesia
3.5.2.2 Efek Samping Perseptif
Efek yang dipersepsikan oleh pengguna obat hipoglikemik herbal yang
berkaitan dengan efek-efek yang tidak diinginkan setelah penggunaan.
Skala : nominal
Kategorinya :
a. Ada
b. Tidak ada
3.6 Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan cara persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed concern). Lembar
persetujuan tersebut diberikan sebelum mengisi kuisioner untuk meminta kesediaan
menjadi responden (lampiran 3.5).
3.7 Kuesioner
Data dikumpulkan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa
kuesioner (lampiran 3.6). Kuesioner harus melalui uji validasi dan reliabilitas
sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data.
3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah
alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data. Tujuan dari uji
validitas dan reliabilitas adalah untuk membuat suatu kuesioner yang memiliki skala
pengukuran yang dapat mengukur sesuatu yang seharusnya diukur dan juga
menunjukan hasil yang konsisten, stabil pada skala pengukuran tertentu (Hidayat,
2010).
3.7.1.1 Uji Validitas Kuisioner
Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Prosedur uji validitas kuisioner :
a. Tahap 1, mempersiapkan data hasil kuisioner dari 20 responden.
b. Tahap 2, penentuan besarnya nila r tabel dengan ketentuan df = n-2
dimana n = jumlah responden, yaitu 20 responden, sehingga df = 18.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Taraf signifikansi yang dipakai sebesar 0,5% maka akan didapatkan nilai
r tabel.
c. Tahap 3, perhitungan nilai r hitung kuisioner untuk setiap butir
pertanyaan dengan menggunakan program PASW (Predictive Analytics
Software) Statistics 18. Hasilnya dapat dilihat pada bagian output
Corrected Item Total Correlation.
d. Tahap 4, perbandingan r hitung dengan r tabel, jika r hitung < r tabel
tidak valid, sedangkan r hitung > r tabel valid.
3.7.1.2 Uji Reliabilitas Kuisioner
Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala
pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran
dan hasilnya. Prosedur uji reabilitas kuisioner :
a. Tahap 1, mempersiapkan data hasil kuisioner dari 20 responden.
b. Tahap 2, perhitungan nilai koefisien Alpha Cronbach dengan
menggunakan program PASW Statistics 18. Hasilnya dapat dilihat pada
bagian output Cronbach x Alpha.
c. Tahap 3, skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai
Cronbach x Alpha ≥ 0,70
3.7.2 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya terhadap sampel yang diambil dengan metode
consecutive sampling.
3.7.3 Pengolahan Data Hasil Penelitian
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, diantaranya :
3.7.3.1 Editing
Editing adalah pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan juga
pemisahan data-data yang tidak memenuhi kriteria penelitian.
3.7.3.2 Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
25
Universitas Indonesia
3.7.3.3 Entri Data
Entri data adalah memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam program
PASW Statistics 18.
3.7.3.4 Cleaning Data
Setelah data dimasukan kemudian diperiksa kembali untuk memastikan data
bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisis.
3.7.3.5 Melakukan Teknik Analisis
a. Analisis Deskriptif
Data yang dianalisis secara deskriptif adalah jenis kelamin, umur, pendidikan
terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan, lamanya responden mengidap DM,
antidiabetes herbal yang digunakan, sumber informasi, alasan penggunaan, frekuensi
penggunaan, lama penggunaan, efek perseptif dan efek samping persptif. Analisis
dilakukan menggunakan program PASW Statistics 18 (Hidayat, 2010).
b. Analisis Uji Kai Kuadrat dan Uji Fisher Eksak
Analisis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya hubungan antar variabel.
Program yang digunakan adalah PASW Statistics 18. Ada tidaknya hubungan akan
terlihat pada perbadingan nilai p dan α. Ada hubungan jika Ho ditolak dimana nilai p
< α sedangkan tidak terdapat hubungan jika Ho diterima dimana nilai p > α. Nilai p
dapat dilihat pada baris Pearson chi-square dan kolom Asymp. Sig. (2-sided). Nilai α
yang dipakai adalah 0,05. Nilai X2 dapat dilihat pada baris Pearson chi-square dan
kolom value. Uji Fisher Eksak dilakukan apabila uji kai kuadrat tidak memenuhi
syarat, yakni ketika pada tabel rxc terdapat nilai ekspektasi kurang dari 1 dan 20%
sel memiliki nilai ekspektasi kurang dari 5. Untuk tabel 2x2 apabila terdapat nilai
ekspektasi kurang dari 5 maka dilakukan uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak
dapat dilihat pada nilai p eksak pada baris Fisher’s Exact Test dan kolom Exact. Sig.
(2-sided). Nilai α yang dipakai adalah 0,05. Penentuan ada tidaknya hubungan sama
dengan uji kai kuadrat, yakni dengan membandingkan nilai p dan α (Sabri &
Hastanto, 2010).
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
26
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Uji validitas dan reliabilitas kuisioner dilakukan kepada 20 orang responden
yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan responden penelitian.
Responden yang digunakan berasal dari 2 puskesmas, yakni Puskesmas Kemiri
Muka dan Puskesmas Abadijaya. Namun, hasil dari pengujian ini belum mencapai
nilai validitas dan reliabilitas yang diinginkan. Membuat suatu alat ukur berupa
kuesioner yang valid dan reliabel tidak mudah, sehingga perlu dilakukan revisi
beberapa butir pertanyaan pada kuesioner dengan cara mengubah pertanyaan dan
pilihan jawaban menjadi lebih sederhana dan menyesuaikannya dengan kejadian di
lapangan (lampiran 4.1). Setelah dilakukan pengujian untuk kedua kalinya di
Puskesmas Abadijaya, akhirnya diperoleh kuesioner yang valid dan reliabel.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program PASW
Statistics 18. Nilai r tabel yang ditentukan sebesar 0,468 sedangkan nilai r hitung
(Corrected Item – Total Correlation) yang diperoleh pada setiap butir pertanyaan
yang diuji lebih besar dari r tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut
valid (lampiran 4.2). Untuk uji reliabilitasnya dilihat dari hasil perhitungan nilai
Cronbach’s Alpha yang diperoleh sebesar 0,818. Nilai ini memenuhi syarat
reliabilitas karena lebih besar sama dengan 0,700 ( lampiran 4.3 ).
4.2 Data Deskriptif
4.2.1 Responden Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 11 puskesmas kecamatan yang ada di Kota Depok.
Pemilihannya dilakukan secara cluster sampling dari 38 puskesmas yang ada di Kota
Depok. Sebelas puskesmas kecamatan tersebut yakni UPT Puskesmas Kec.
Sukmajaya, UPT Puskesmas Kec. Pancoran Mas, UPT Puskesmas Kec. Cimanggis,
UPT Puskesmas Kec. Cilodong, UPT Puskesmas Kec. Cinere, UPT Puskesmas Kec.
Limo, UPT Puskesmas Kec. Sawangan, UPT Puskesmas Kec. Beji, UPT Puskesmas
Kec. Tapos, dan UPT Puskesmas Kec. Bojongsari.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jumlah Responden di Setiap Puskesmas
No. Nama Puskesmas Menggunakan Tidak
Menggunakan Total
Antidiabetes Herbal
1. Puskesmas Sukmajaya 8 5 13
2. Puskesmas Pancoran Mas 6 7 13
3. Puskesmas Cimanggis 8 8 16
4. Puskesmas Cilodong 1 1 2
5. Puskesmas Cinere 1 4 5
6. Puskesmas Cipayung 2 9 11
7. Puskesmas Limo 4 2 6
8. Puskesmas Sawangan 6 4 10
9. Puskesmas Beji 11 1 12
10. Puskesmas Tapos 4 2 6
11. Puskesmas Bojongsari 2 5 7
Jumlah 53 48 101
Sedikit banyaknya jumlah responden di setiap puskesmas sangat tergantung pada
karakteristik masing-masing puskesmas. Hal ini terutama sekali terlihat dari ada
tidaknya fasilitas untuk mengukur kadar gula darah. Ketidaktepatan waktu
pengambilan sampel dengan jadwal kunjungan pasien DM juga cukup berpengaruh
pada hasil distribusi frekuensi jumlah responden di setiap puskesmas kecamatan.
Pasien DM yang berobat ke puskesmas kecamatan dan bersedia untuk
menjadi responden penelitian sebanyak 101 orang. Jumlah tersebut telah memenuhi
syarat minimum sampel yang diperlukan. Karakteristik responden dinilai dari
sosiodemografisnya, yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan,
pendapatan per bulan, dan lama responden mengidap penyakit DM.
Responden penelitian ini didominasi oleh perempuan yang persentasenya
mencapai 73,27 % dan sisanya sebanyak 26,73 % adalah laki-laki. Responden paling
banyak adalah lansia berumur >60 tahun sebanyak 50,50 % dan pada rentang umur
46-60 tahun jumlahnya mencapai 44,55 % . Rentang umur kurang dari 45 tahun
menjadi responden yang paling sedikit jumlahnya, yakni sebanyak 4,95 %. Hal ini
bisa terkait dengan kebiasaan banyak orang yang tidak melakukan pemeriksaan
kesehatan (check up) secara rutin, khususnya kondisi gula darah, dan baru merasa
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
28
Universitas Indonesia
perlu untuk memeriksanya ketika sudah merasakan keluhan-keluhan saat usia 40
tahun ke atas.
Pendidikan terakhir responden paling banyak pada tingkat SD/SMP sebanyak
54,46 %, sisanya hampir sama rata untuk yang tidak sekolah, lulusan SMA, dan
lulusan perguruan tinggi.
Mayoritas dari responden adalah lansia, sehingga kebanyakan dari mereka
sudah tidak bekerja. Pekerjaan sebagai pegawai hanya 3,96 % saja, sedangakan yang
berwirausaha sebanyak 7,92 %. Pendapatan per bulan merupakan hal yang sensitif
dan mengingat mayoritas responden adalah lansia, maka variabel ini tidak terlalu
diperlukan sehingga tidak dilakukan pendataan. Lamanya pasien mengalami sakit
DM menjadi variabel yang cukup penting. Sebanyak 39,60 % mengalami sakit DM
dalam rentang waktu ≥1 -< 5 tahun. Pada rentang waktu <1 tahun dan ≥5 -< 10 tahun
memiliki jumlah yang berbeda tipis, yakni sebanyak 22,77 % dan 24,75 %. Sisanya
pada rentang waktu >10 tahun sebanyak 12,87 %. Distribusi frekuensi karakteristik
responden penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (Total)
Karakteristik Responden Total Frekuensi Presentase
JenisKelamin
Laki-laki 27 26,72 %
Perempuan 74 73,27 %
Umur
31-45 tahun 5 4,95 %
46-60 tahun 45 44,55 %
>60 tahun 51 50,50 %
Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah 16 15,84 %
SD/SMP 55 54,46 %
SMA 17 16,83 %
D3, S1, S2, S3 13 12,87 %
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 66 63,35 %
Pegawai 4 3,96 %
Wirausaha 8 7,92 %
Sudah Tidak Bekerja 23 22,77 %
Jangka Waktu Mengidap DM
< 1 tahun 23 22,77 %
≥ 1 - < 5 tahun 40 39,60 %
≥ 5tahun - < 10 tahun 25 24,75 %
≥ 10 tahun 13 12,87 %
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
29
Universitas Indonesia
4.2.2 Responden Pengguna Antidiabetes Herbal
Responden pengguna antidiabetes herbal berjumlah 53 orang dari total
responden 101 orang. Prevalensi yang diperoleh pada pasien DM yang sedang
berobat di puskesmas adalah sebesar 52,47 % yang diperoleh dari rumus :
Data mentah karakteristik responden yang menggunakan antidiabetes herbal dapat
dilihat pada lampiran 4.4.
Responden yang menggunakan antidiabetes herbal paling banyak adalah
perempuan yakni sebesar 79,25 %. Walaupun demikian, berdasarkan hasil analisis
kai kuadrat menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
penggunaan antidiabetes herbal pada pasien DM yang sedang berobat di puskesmas
(lampiran 4.5).
Seperti telah disinggung sebelumnya, mayoritas responden pada penelitian ini
adalah lansia. Hal ini bisa terjadi karena penyakit DM biasanya baru terdiagnosis dan
mulai dirasakan keluhannya setelah usia beranjak tua. Kejadian ini dapat terlihat
jelas pada karakteristik umur dan pekerjaan responden. Dari faktor umur, responden
pada jarak umur 46-60 tahun dan umur >60 tahun jumlahnya tidak terlau berbeda,
yakni sebesar 47,17 % dan 49,06 %. Hanya 3,77 % responden saja yang berumur 31-
45 tahun menggunakan antidiabetes herbal. Berdasarkan analisis Fisher Eksak tidak
menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal dengan umur
responden (lampiran 4.7).
Pendidikan terakhir responden pengguna antidiabetes herbal yang sedang
berobat di puskesmas mayoritas tidak berpendidikan tinggi. Hanya 7,55 % lulusan
perguruan tinggi dan 16,98 % lulusan SMA. Sisanya hanya sampai tingkat SD/SMP
dan bahkan ada juga yang tidak pernah sekolah. Hal ini yang menjadi pertimbangan
pengisian kuesioner dilakukan dengan metode wawancara. Uji kai kuadrat
menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan
antidiabetes herbal (lampiran 4.8)
Responden mayoritas sudah tidak bekerja. Hanya 3,77 % saja masih bekerja
sebagai pegawai dan 7,55 % responden berwirausaha. Hal ini pula yang menjadikan
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
variabel pendapatan per bulan dari responden tidak terlalu perlu untuk ditanyakan
karena responden yang masih bekerja sangat sedikit dan juga karena memang
sebagian besar responden enggan untuk memberikan informasi. Hasil uji Fisher
Eksak menunjukkan tidak adanya hubungan antara pekerjaan responden dengan
penggunaan antidiabetes herbal (lampiran 4.10).
Responden yang menggunakan antidiabetes herbal paling banyak sudah
mengidap penyakit DM selama ≥ 1 - < 5 tahun, yakni sebanyak 47,17 %. Urutan
kedua sebanyak 26,42 % pada rentang waktu ≥5 -< 10 tahun. Untuk responden yang
mengidap DM kurang dari 1 tahun hanya sebesar 9,43 %. Sebanyak 16,98 %
pengguna antidiabetes herbal sudah mengidap penyakit DM selama ≥10 tahun. Hasil
uji kai kuadrat menunjukkan bahwa penggunaan antidiabtes herbal berhubungan
dengan jangka waktu responden mengidap penyakit DM, dengan nilai p 0,008
(lampiran 4.11). Hal ini kemungkinan terjadi karena responden yang mengidap
penyakit DM <1 tahun masih rutin berobat dengan obat-obat dari puskesmas dan
sebagian dari mereka mengatakan belum mengetahui tentang informasi antidiabetes
herbal. Untuk responden yang sudah mengidap DM selama >10 tahun jumlahnya
memang lebih sedikit dibandingkan responden yang sudah mengidap DM <10 tahun.
Hal ini kemungkinan terjadi karena kebanyakan dari mereka saat diwawancara
sudah menghentikan penggunaan obat herbal dan memilih kembali ke obat-obat
konvensional. Distribusi frekuensi karakteristik responden pengguna antdiabetes
herbal dapat dilihat pada tabel 4.3.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Pengguna Antidiabetes Herbal
Karakteristik Responden
Pengguna Antidiabetes Herbal Frekuensi Presentase
JenisKelamin
Laki-laki 11 20,75 %
Perempuan 42 79,25 %
Umur
31-45 tahun 2 3,77 %
46-60 tahun 25 47,1 %
>60 tahun 26 49,06 %
Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah 11 20.75 %
SD/SMP 29 54,72 %
SMA 9 16,98 %
D3, S1, S2, S3 4 7,55 %
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 38 71,70 %
Pegawai 2 3,77 %
Wirausaha 4 7,55 %
Sudah Tidak Bekerja 9 16,98 %
Jangka Waktu Mengidap DM
< 1 tahun 5 9,43 %
≥ 1 - < 5 tahun 25 47,17 %
≥ 5tahun - < 10 tahun 14 26,42 %
≥ 10 tahun 9 16,98 %
4.2.3 Antidiabetes Herbal yang Digunakan
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 18 jenis tanaman dan 5 produk herbal
yang dikonsumsi oleh responden. Kedelapan belas belas tanaman tersebut ada yang
dikonsumsi satu jenis tanaman saja (tunggal) dan ada juga yang dicampurkan.
Mayoritas responden mengkonsumsi antidiabetes herbal yang diolah sendiri melalui
proses perebusan yang bahannya mereka dapat dari pohon di sekitar rumah atau
tetangga. Hanya 5 orang responden yang mengkonsumsi antidiabetes herbal yang
dibeli dalam bentuk kemasan jadi. Kelima produk tersebut adalah kapsul daun
binahong, teh Pro DeEm®
yang mengandung buah mengkudu, jamu Cap
Timbangan®, kapsul Promelin
®, dan kapsul Andrographis Herbs (lampiran 4.12).
Hanya ceplukan dan tapak dara tanaman dari Materia Medika Indonesia Jilid
I sampai VI yang digunakan oleh responden. Selain itu beberapa tanaman yang
digunakan sebagai antidiabetes herbal oleh responden memang secara empiris
digunakan sebagai antidiabetes, diantaranya; sambiloto, tapak dara, mengkudu,
kumis kucing, meniran, dan mahoni. Beberapa tanaman yang digunakan oleh
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
32
Universitas Indonesia
responden memang sudah pernah dilakukan uji khasiat antidiabetes terhadap hewan
coba, diantaranya ; daun sambiloto, herba tapak dara, daun salam, daun dan buah
mengkudu, daun kumis kucing, daun ceplukan, biji mahoni, dan daun brotowali
(Widowati, Dzulkarnain & Sa’roni, 1997).
Daun sirsak menjadi tanaman yang paling banyak digunakan oleh responden
sebagai antidiabetes herbal. Sebanyak 15 responden menggunakan daun sirsak,
disusul dengan penggunaan daun salam sebanyak 11 responden. Daun sirsak
memang sedang populer penggunaannya di masyarakat sebagai obat herbal.
Berdasarkan penelitian terhadap hewan coba menggunakan tikus DM yang diinduksi
dengan streptozotocin, diperoleh perbedaan yang sangat signifikan pada kadar gula
darah tikus yang diberikan ekstrak metanol daun sirsak secara intra peritoneal
(Adeyemi, 2008). Namun, tentu saja penggunaannya tidak boleh berlebihan karena
dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal apabila dikonsumsi dalam dosis tinggi
(Arthur et al., 2011).
Baik tanaman yang sudah ditunjang dengan penelitian ilmiah maupun sekedar
secara empiris digunakan sebagai obat herbal, tentu saja penggunaannya tidak boleh
berlebihan. Selama ini penelitian hanya dilakukan pada hewan coba yang belum
tentu efek yang timbul pada hewan coba berefek pula pada manusia ataupun
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menjamin keamanan penggunaan obat herbal,
sudah saatnya dilakukan pengujian secara klinis terhadap beberapa tanaman yang
berpotensi besar digunakan oleh masyarakat sebagai obat herbal..
4.2.4 Pola Penggunaan Antidiabetes Herbal
Data mentah pola penggunaan antidiabetes herbal dapat dilihat pada lampiran
4.13. Dapat diketahui dari data tersebut, informasi mengenai khasiat antidiabetes
herbal sebagian besar berasal dari teman atau kenalan responden, yakni sebanyak
69,81 %. Begitu pula dengan alasan responden menggunakan antidiabetes herbal,
sebagian besar karena mengikuti saran teman, baik yang pernah menggunakan
ataupun tidak, yakni sebanyak 71,70 %. Data dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel
4.5.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan
Sumber Informasi No. Sumber Informasi Frekuensi Presentasi
1. Keluarga 7 13,21 %
2. Iklan media cetak/elektronik 5 9,43 %
3. Teman 37 69,81 %
4. Penjual 1 1,89 %
5. Pegawai apotek 1 1,89 %
6. Terapis alternatif 1 1,89 %
7. Dokter 1 1,89 %
Jumlah 53 100 %
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal
Berdasarkan Alasan Penggunaan
Lebih dari setengah responden yang menggunakan antidiabetes herbal
mengkonsumsinya rutin setiap hari, 1-3 kali sehari, sebanyak 67,92 %. Sebanyak
13,21 % mengaku mengkonsumsi antidiabetes herbal tidak setiap hari, hanya 1-4 kali
seminggu, yakni sebanyak 13,21 %. Sisanya mengkonsumsi antidiabetes herbal
No. Alasan Penggunaan Frekuensi Presentase
1. Mengikuti saran keluarga
7 13,21 % yang juga menggunakan
2. Inisiatif karena tahu
4 7,55 % Manfaatnya
3. Mengikuti saran teman
38 71,70 % yang juga menggunakan
4. Mengikuti saran dokter di
1 1,89 % Klinik
5. Mengikuti saran terapis
1 1,89 % Alternatif
6. Mengikuti saran pegawai
1 1,89 % Apotek
7. Mengikuti saran penjual 1 1,89 %
Jumlah 53 100 %
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
34
Universitas Indonesia
secara tidak teratur, tergantung ada tidaknya bahan dan terkadang responden merasa
malas untuk mengolahnya. Data dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal
Berdasarkan Frekuensi Penggunaan No. Frekuensi Penggunaan Frekuensi Presentase
1. 1-3 kali sehari 36 67,92 %
2. 1-4 kali seminggu 7 13,21 %
3. Tidak teratur 10 18,87 %
Jumlah 53 100 %
Distribusi frekuensi untuk jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal
nilainya hampir sama untuk setiap kategori. Responden yang mengkonsumsi
antidiabetes herbal ≥6 bulan jumlahnya sedikit, hanya sebanyak 13,21 %. Hal ini
terjadi karena mayoritas responden terkadang merasa bosan menggunakan
antidiabetes herbal dan merasa tidak mengalami perubahan yang signifikan terhadap
penyakit DM yang diderita. Data dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal
Berdasarkan Jangka Waktu Penggunaan No.
Lama Penggunaan Frekuensi Presentase
1. Tidak ingat 14 26,42 %
2. ≥1 minggu -< 1 bulan 11 20,75 %
3. ≥1 bulan -< 3 bulan 10 18,87 %
4. ≥3 bulan -< 6 bulan 11 20,75 %
5. ≥6 bulan 7 13,21 %
Jumlah 53 100 %
Untuk mengetahui efek hipoglikemik yang muncul akibat mengkonsumsi
antidiabetes herbal, efek perseptif yang dipilih berdasarkan berkurangnya gejala-
gejala yang biasa muncul ketika sedang hiperglikemik. Efek-efek perseptif itu
diantaranya berkurangnya rasa lemas, berkurangnya rasa haus/lapar yang tidak wajar,
berkurangnya frekuensi buang air kecil, berkurangnya kesemutan pada tangan/kaki.
Responden juga bisa memilih efek perseptif lain yang dirasakan selain pilihan
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
35
Universitas Indonesia
jawaban yang telah disediakan. Sebanyak 13 orang responden memilih berkurangnya
frekuensi buang air kecil, disusul dengan 10 orang responden yang mengaku
badannya terasa lebih enak setelah mengkonsumsi antidiabetes herbal, 5 orang
responden merasakan berkurangnya rasa lemas, dan 4 orang responden mengaku
berkurangnya kesemutan pada tangan atau kaki. Terdapat 2 orang responden yang
mengaku gula darahnya sempat turun setelah mengkonsumsi antidiabetes herbal.
Dua belas responden mengaku merasa biasa-biasa saja atau tidak merasakan efek
apapun setelah mengkonsumsi antidiabetes herbal. Sisanya merasakan efek-efek
perseptif lain yang bisa dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Efek Perseptif yang Dirasakan
No. Efek Perseptif Frekuensi Presentase
yang dirasakan
1. Berkurangnya rasa lemas 5 9,43 %
2. Berkurangnya frekuensi buang
13 24,53 % air kecil
3. Berkurangnya kesemutan
4 7,55 % pada tangan/kaki
4. Biasa-biasa saja 12 22,64 %
5. Badan lebih enak 10 18,87 %
6. Gula darah sempat turun 2 3,77 %
7. Sakit-sakit badan berkurang 2 3,77 %
8. Sakit pada tumit berkurang 1 1,89 %
9. Penglihatan yang kabur berkurang 1 1,89 %
10. Sakit pinggang berkurang 1 1,89 %
11. Pusing berkurang 1 1,89 %
12. Pegal berkurang 1 1,89 %
Jumlah 53 100 %
Untuk efek samping perseptif, sebanyak 84,91 % responden tidak merasakan
adanya efek samping. Hanya 11,32 % responden merasakan mual setelah
mengkonsumsi antidiabetes herbal dan sebanyak 3,77 % responden mengaku sering
buang air kecil setelah mengkonsumsi antidiabetes herbal. Data dapat dilihat pada
tabel 4.9.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Efek Samping Perseptif
No. Efek Samping Perseptif
Frekuensi Presentase
1. Tidak ada efek samping 45 84,91 %
2. Eneg/mual 6 11,32 %
3. Sering buang air kecil 2 3,77 %
Jumlah 53 100 %
Sebanyak 38 responden mengaku disamping menggunakan antidiabtes herbal
mereka masih mengkonsumsi obat diabetes oral yang mereka dapat dari puskesmas.
Obat antidiabetes oral (ADO) yang mereka konsumsi adalah glibenklamid dan
metformin. Responden yang menggunakan glibenklamid sebanyak 32,08 %, disusul
dengan yang menggunakan kombinasi antara glibenklamid dan metformin sebanyak
26,41 %, sedangkan yang menggunakan metformin saja sebanyak 13,21 %. Seluruh
responden mengaku tidak memiliki keluhan selama menggunakan obat antidiabetes
oral bersamaan dengan penggunaan antidiabetes herbal. Data dapat dilihat pada tabel
4.10.
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal
Berdasarkan Obat Antidiabetes Oral yang Dikonsumsi No. Obat Antidiabetes Oral Frekuensi Presentase
1. Glibenklamid 17 32,08 %
2. Metformin 7 13,21 %
3. Glibenklamid dan Metformin 14 26,41 %
4. Tidak mengkonsumsi 15 28,3 %
Jumlah 53 100 %
4.2.5 Responden Bukan Pengguna Antidiabetes Herbal
Responden dalam penelitian ini yang tidak menggunakan antidiabetes herbal
jumlahnya 48 orang. Responden diberikan pertanyaan mengenai alasan tidak pernah
menggunakan antidiabetes herbal. Sebanyak 16 responden (33,33%) mengaku
alasannya karena lebih percaya dengan obat konvensional yang diresepkan dokter.
Dalam jumlah yang sama, yakni sebanyak 5 responden (10,42%) memiliki alasan
tidak menyukai rasa obat herbal yang pahit atau kurang enak dan mengaku merasa
lebih cocok dengan obat dokter. Responden lainnya memberi alasan obat herbal lebih
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
37
Universitas Indonesia
mahal dan ktidak praktis bila dibandingkan dengan obat yang disediakan di
puskesmas secara gratis. Beragam alasan lainnya dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Alasan Responden
Tidak Menggunakan Antidiabetes Herbal
No. Alasan Tidak Menggunakan Frekuensi Presentasi
Antidiabetes Herbal
1. Lebih percaya obat dokter 16 33,33%
2. Karena obat herbal lebih
4 8,33% mahal dari obat puskesmas
3. Karena tidak suka rasanya 5 10,42%
4. Lebih cocok dengan obat
5 10,42% Dokter
5. Karena sedang terapi
1 2,08% alternatif,tidak boleh minum obat
6. Takut drop karena dosisnya
2 4,17% tidak pasti
7. Lebih percaya obat dokter
2 4,17% efeknya lebih cepat
8. Karena sudah terbiasa rutin
4 8,33% berobat kedokter
9. Karena baru terdiagnosis DM 3 6,25%
10. Belum pernah ada yang
3 6,25% memberi informasi
11. Malas buatnya, tidak praktis 3 6,25%
Jumlah 48 100%
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
38
Universitas Indonesia
4.3 Data Analisis
Data analisis ini merupakan hubungan antara frekuensi penggunaan, jangka
waktu pengunaan dan konsumsi obat konvensional pada pengguna antidiabetes
herbal dengan efek perseptif maupun efek samping perseptif yang dirasakan oleh
responden. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji kai kuadrat dan Fisher
Eksak. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut :
4.3.1 Hubungan Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral (ADO) Pada
Pengguna Antidiabetes Herbal Dengan Adanya Efek Perseptif
Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar
0,224. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel
mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan
uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang
diperoleh adalah sebesar 0,722. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara konsumsi antidabetes oral oleh pengguna antidiabetes herbal dengan adanya
efek perseptif yang muncul. Hasil analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat
dilihat pada lampiran 4.14 dan 4.15.
Tabel 4.12. Tabel Silang Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral
dengan Adanya Efek Perseptif
Status Efek
Perseptif
Obat Antidiabetes Oral
Glibenklamid Metformin Glibenklamid Tidak
dan Metformin Menggunakan
Ada 16 5 9 11
Tidak Ada 1 2 5 4
4.3.2 Hubungan Antara Frekuensi Penggunaan Antidabetes Herbal dengan Adanya
Efek Perseptif
Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar
0,291. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 33,3 % dari total
sel mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga pengujian perlu dilanjutkan
dengan uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
39
Universitas Indonesia
yang diperoleh adalah sebesar 0,406. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara frekuensi penggunaan antidiabetes herbal dengan adanya efek
perseptif yang muncul. Hasil analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat
dilihat pada lampiran 4.16 dan 4.17.
Tabel 4.13. Tabel Silang Antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Perseptif
Status Efek
Perseptif
Frekuensi Penggunaan
1-3 kali sehari 1-4 kali seminggu Tidak Teratur
Ada 27 7 7
Tidak Ada 9 0 3
4.3.3 Hubungan Antara Jangka Waktu Penggunaan Antidiabetes Herbal dengan
Adanya Efek Perseptif
Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar
0,620. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel
mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan
uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang
diperoleh adalah sebesar 0,740. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif
yang muncul. Hasil analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat dilihat pada
lampiran 4.18 dan 4.19.
Tabel 4.14. Tabel Silang Antara Jangka Waktu Penggunaan
dengan Adanya Efek Perseptif
Status Efek
Perseptif
Lama Penggunaan
Tidak Ingat ≥1 minggu - ≥1 bulan - ≥3 bulan -
≥6 bulan
<1 bulan <3 bulan <6 bulan
Ada 10 8 8 8 7
Tidak Ada 4 3 2 3 0
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
40
Universitas Indonesia
4.3.4 Hubungan Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral (ADO) Pada Pengguna
Antidiabetes Herbal Dengan Adanya Efek Samping Perseptif
Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar
0,550. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel
mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan
uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang
diperoleh adalah 1. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya antara
konsumsi obat antidiabetes oral oleh pengguna antidiabetes herbal dengan adanya
efek samping perseptif yang muncul. Hasil analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher
Eksak dapat dilihat pada lampiran 4.20 dan 4.21.
Tabel 4.15. Tabel Silang Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral
dengan Adanya Efek Samping Perseptif
4.3.5 Hubungan Antara Frekuensi Penggunaan Antidabetes Herbal dengan Adanya
Efek Samping Perseptif
Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar
0,472. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel
mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 dan memiliki niali ekspektasi minimum di
bawah 1, sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan uji Fisher Eksak. Hasil uji
Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang diperoleh adalah sebesar 0,334.
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya antara frekuensi penggunaan
antidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif yang muncul. Hasil
analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat dilihat pada lampiran 4.22 dan
4.23.
Status Efek
Samping Obat Antidiabetes Oral
Perseptif Glibenklamid Metformin Glibenklamid Tidak
dan Metformin Menggunakan
Ada 2 0 3 3
Tidak Ada 15 7 11 12
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Tabel 4.16. Tabel Silang Antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif Status Efek
Samping Frekuensi Penggunaan
Perseptif 1-3 kali sehari 1-4 kali seminggu Tidak Teratur
Ada 6 2 0
Tidak Ada 30 5 10
4.3.6 Hubungan Antara Jangka Waktu Penggunaan Antidiabetes Herbal dengan
Adanya Efek Samping Perseptif
Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar
0,575. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel
mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 dan memiliki nilai ekspektasi minimum di
bawah 1, sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan uji Fisher Eksak. Hasil uji
Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang diperoleh adalah sebesar 0,686.
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya antara lamanya penggunaan
antidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif yang muncul. Hasil
analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat dilihat pada lampiran 4.24 dan
4.25.
Tabel 4.17. Tabel Silang Antara Jangka Waktu Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif Status Efek
Samping Lama Penggunaan
Perseptif Tidak Ingat ≥1 minggu - ≥1 bulan - ≥3 bulan -
≥6 bulan
<1 bulan <3 bulan <6 bulan
Ada 0 3 1 2 2
Tidak Ada 14 8 9 9 5
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
42
Universitas Indonesia
4.4 Keterbatasan Penelitian
a. Efek-efek yang dirasakan oleh responden yang menggunakan antidibetes
herbal hanya berupa efek perseptif yang bersifat subjektif.
b. Penelitian ini berupa studi potong lintang sehingga pengambilan data hanya
dilakukan satu kali pada suatu saat.
c. Responden penelitian mayoritas adalah lansia sehingga subjek penelitian
kurang luas.
d. Jumlah sampel masih terlalu sedikit
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
43
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Responden penelitian ini jumlahnya 101 orang, sebanyak 52,47 % menggunakan
antidiabetes herbal dan 71,70 % dari total pengguna antidiabetes herbal masih
menggunakan ADO. Daun sirsak, daun salam dan kulit manggis adalah tiga
terbanyak antidiabetes herbal yang digunakan.
b. Efek perseptif yang paling banyak dirasakan adalah berkurangnya frekuensi
buang air kecil sebanyak 24,53 % dan perasaan badan yang lebih enak sebanyak
18,8 7%. Responden yang tidak merasakan efek perseptif sebanyak 22,64 %.
Mayoritas responden tidak merasakan adanya efek samping perseptif. Hanya
15,09 % responden yang merasakan efek samping perseptif berupa mual dan
meningkatnya frekuensi buang air kecil. Tidak terdapat hubungan antara
frekuensi, lama penggunaan, dan penggunaan antidiabetes oral dengan
munculnya efek-efek perseptif.
5.2 Saran
a. Penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan di seluruh puskesmas di Kota Depok
agar diperoleh jumlah responden yang lebih banyak.
b. Penelitian lanjutan sebaiknya juga melakukan penilaian mengenai tingkat
pemahaman responden tentang penggunaan antidiabetes herbal.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
44
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Anurakkun, N. J., Bhandari, M. R., & Kawabata, J. (2006). α-Glucosidase Inhibitors
from Devil Tree (Alstonia scholaris). Journal of Food Chemistry, 103, 1319-
1323.
Adeyemi, D. O., et al. (2008). Anti Hyperglycemic Activites of Annona mucirata
(Linn). Afr J Tradit Complement Altern Med, 6(1), 62-69.
Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., Larbie,C. (2011). Evaluation of Acute and
Subchronic Toxicity of Annona muricata (Linn.) Aqueous Extrac in Animal.
European Journal of Experimental Biology, 1(4), 115-124.
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Clark, Marie. (2004). Understanding Diabetes. England : John Wiley & Son’s Ltd.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Materia Medika Indonesia Jilid
IV. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid
V. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid
VI. Jakarta
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
(2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
(2006). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta
Gitawati, R. (2008). Profil Konsumen Obat Tradisional Terhadap Ketanggapan Akan
Adanya Efek Samping Obat Tradisional. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,
vol. 11, 283-288.
Gruenwald, J., et al. (2000). PDR for Herbal Medicines. Montvale : Medical
Economics Company Inc.
Hidayat, A. A. A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Jakarta : Health Book Publishing
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
45
Universitas Indonesia
IPTEKnet, Sentra Informasi IPTEK. (2002). Tanaman Obat Indonesia. Tim CoData
Indonesia. 24 Januari 2012.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=154
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=274
Integrated Taxonomic Information System (ITIS). 24 Januari 2011.
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_v
alue=184803
Institute of Materia Medica Hanoi. (1990). Medicinal Plants in Viet Nam. Manila:
WHO Regional Office for the Western Pacific.
Khare, C.P. (2007). Indian Medicinal Plants. Springer Science+Business Media.
Li, T. S. C. (2006). Taiwanese Native Medicinal Plants, Phytopharmacology and
Therapeutic Values. Boca Raton : Taylor & Francis Group.
Mosihuzzaman, M., Choudhary, M. I. (2008). Protocols on Safety, Efficacy,
Standardization, and Documentation of Herbal Medicine. IUPAC Technical
Report, 80, 2195-2230.
Ohadoma, S.C., Michael, H.U. (2011). Effects of Co-Administration of Methanol
Leaf Extract of Catharanthus roseus on The Hypoglycemic Activity of
Metformin and Glibenclamide in Rats. Asian Pacific Journal of Tropical
Medicine, 475-477.
Padna, L.S., Praphatsara, N.B., & Lemmens, R.H.M.J. (1999). Plant Resources of
South East Asia 12, Medicinal and Poisonous Plants. Bogor : Prosea
Foundation Indonesia.
Perkumpulan Endrokinologi Indonesia. (2011). Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : Author
Puspitasari, D. (2010). Efek Perseptif Meniran (Phyllanthus niruri L.) Sebagai
Imunostimulan (Studi Kasus Di Wilayah Jakarta). Depok : Departemen
Farmasi FMIPA UI.
Reyes, B.A.S., et al. (2005). Anti-diabetic Potentials of Momordica charantia and
Androdraphis paniculata and Their Effects on Estrous Cyclicity of Alloxan-
Induced Diabetics Rats. Journal of Ethnopharmacology, 105, 196-200.
Sabri, L., & Hastono, S. P. (2006). Statistik Keseharan. Jakarta : Rajagrafindo
Persada
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Sari, K. C. D. P. (2011). Proposal Penelitian : Evaluasi Rasionalitas Penggunaan
Obat Ditinjau dari Indikator Peresepan menurut World Health Organization
(WHO) pada Puskesmas Wilayah Depok. Depok : Departemen Farmasi FMIPA
UI.
Sastroasmoro, Sudigdo, & Sofyan Ismael. (2008). Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta : CV Sagung Seto.
Sukandar, E.Y., et al. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.
Supardi, S., & Susyanty, A.L. (n.d.). Penggunaan Obat Tradisional Dalam Upaya
Pengobatan Sendiri Di Indonesia.
United States Departement of Agriculture (USDA), Natural Resources Conservation
Service. Plants Database. 24 Januari 2012.
http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=catharanthus+roseus&
mode=sciname&submit.x=8&submit.y=10
http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=allium+cepa&mode=sc
iname&submit.x=24&submit.y=11
http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=momordica+charantia
&mode=sciname&submit.x=12&submit.y=10
http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=physalis+angulata&mo
de=sciname&submit.x=13&submit.y=11
http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=syzygium+cumini&mo
de=sciname&submit.x=9&submit.y=10
Widowati, L., Dzulkarnain, B., Sa’roni. (1997). Tanaman Obat Untuk Diabetes
Melitus. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Winston, David. An Introduction to Herbal Medicine.
World Health Organization. (2007). WHO Guidelines for Assessing Quality of
Herbal Medicines with Reference to Contaminants and Residue. Switzerland :
Author
World Health Organization. (1999). WHO Monographson Selected Medicinal Plants.
Geneva : Author.
World Health Organization Regional Office for The Western Pacific. (1998).
Medicinal Plants in The South Pacific. Manila : author
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Yarnell, E., Abascal, K., & Rountree, R. Clinical Botanical Medicine 2nd Edition.
Mary Ann Liebert Inc.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Lampiran 3.1
Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian Kepada
Dinas Kesehatan Kota Depok
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Lampiran 3.2
Surat Keterangan Penerimaan Izin Melakukan Penelitian di Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Depok dari Dinas Kesehatan Kota Depok
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Lampiran 3.3
Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kota Depok dari Kantor Kesbangpol dan Linmas Kota Depok
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Lampiran 3.4
Surat Izin Melakukan Penelitian di Puskesmas Kota Depok
dari Dinas Kesehatan
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Lampiran 3.5
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara
di Tempat
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program S1 Farmasi
Universitas Indonesia, saya Adhitia akan melakukan penelitian tentang studi efek
yang dipersepsikan dari penggunaan obat herbal antidiabetes. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan tanaman herbal antidiabetes dan
untuk mengevaluasi efek-efek yang dipersepsikan oleh pasien DM Tipe 2. Untuk
keperluan tersebut saya mohon bersedia/tidak bersedia *) Bapak/Ibu/Saudara
untuk menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya kami mohon
bersedia/tidak bersedia *) Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner yang saya
sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban dijamin kerahasiannya.
Demikian lembar persetujuan ini dibuat. Atas bantuan dan partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan terima kasih.
Depok,
Responden,
.............................
*)coret yang tidak perlu
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Lampiran 3.6
Kuesioner yang Sudah Valid dan Reliabel
BAGIAN 1 : KARAKTERISTIK RESPONDEN
Berilah tanda contreng () pada pilihan Bapak/Ibu
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
18-30 tahun
31-45 tahun
46-60 tahun
>60 tahun
Pendidikan terakhir
Tidak sekolah
SD/SMP
SMA
D3, S1, S2, S3
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
Pelajar/Mahasiswa
Pegawai
Wirausaha
Sudah tidak bekerja
Pendapatan per bulan
Tidak bekerja/tidak bersedia
mengisi
< Rp 1.000.000
≥ Rp 1.000.000 - < Rp
2.000.000
≥ Rp 2.000.000 - < Rp
4.000.000
≥Rp 4.000.000
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Sudah berapa lama Ibu/Bapak menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe 2?
< 1 tahun
≥ 1 s.d. < 5 tahun
≥ 5 s.d. < 10
tahun
≥ 10 tahun
BAGIAN 2 : DATA PENGGUNA
1. Apakah Ibu/Bapak pernah mengkonsumsi obat antidiabetes herbal?
Pernah
Tidak pernah
2. Kapan terakhir kali Ibu / Bapak mengkonsumsi obat antidiabetes herbal?
3. Obat antidiabetes herbal apa yang Ibu/Bapak konsumsi ?
4. Dari mana Ibu/Bapak mengetahui bahwa tanaman tersebut berkhasiat sebagai
antidiabetes?
Keluarga
Iklan di media
cetak/elektronik
Teman
Lain-lain
5. Apa alasan Ibu/Bapak menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut ?
Mengikuti saran keluarga
yang juga menggunakan
Inisiatif karena tahu
manfaatnya
Mengikuti saran teman yang
juga menggunakan
Lain-lain
6. Berapa kali Ibu/Bapak menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut ?
1-3 kali sehari
1-4 kali
seminggu
Tidak teratur
Lain-lain
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
55
Universitas Indonesia
7. Berapa jumlah obat antidiabetes herbal yang Ibu/Bapak konsumsi dalam 1 kali
penggunaan?
8. Berapa lama Ibu/Bapak mengkonsumsi obat antidiabetes herbal tersebut ?
Tidak ingat
≥ 1 minggu - < 1
bulan
≥ 1 bulan - < 3
bulan
≥ 3 bulan - < 6
bulan
≥ 6 bulan
9. Manfaat apa yang Ibu/Bapak rasakan setelah mengkonsumsi obat antidiabetes herbal
tersebut? (pilih salah satu)
Berkurangnya rasa lemas
Berkurangnya rasa
haus/lapar yang tidak
wajar
Berkurangnya frekuensi
buang air kecil
Berkurangnya kesemutan
pada tangan/kaki
Lain-lain
10. Apakah ada efek samping yang Ibu/Bapak rasakan setelah mengkonsumsi obat
antidiabetes herbal tersebut?
Ada
Sebutkan
Tidak ada
11. Obat diabetes dari dokter apa yang sedang Bapak/Ibu gunakan ketika mengkonsumsi
obat antidiabetes herbal?
Glibenklamid
Metformin
Lain-lain
Tidak
mengkonsumsi
12. Kapan Ibu/Bapak mengkonsumsi obat antidiabetes herbal ketika harus mengkonsumsi
obat antidiabetes dari dokter?
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
56
Universitas Indonesia
13. Apakah Ibu/Bapak merasakan keluhan saat menggunakan obat diabetes dari dokter
dengan obat antidiabetes herbal?
Ya,
Sebutkan
Tidak
BAGIAN 3: DATA BUKAN PENGGUNA
Apakah alasan Ibu/Bapak tidak menggunakan obat herbal antidiabetes?
___________________________________________________________
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Lampiran 4.1
Kuesioner yang Belum Valid dan Reliabel
BAGIAN 1 : KARAKTERISTIK RESPONDEN
Berilah tanda contreng () pada pilihan Bapak/Ibu !
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
18-30 tahun
31-45 tahun
40-60 tahun
>60 tahun
Pendidikan terakhir
Tidak sekolah
SD/SMP
SMA
D3, S1, S2, S3
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
Pelajar/Mahasiswa
Pegawai
Wirausaha
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Pendapatan per bulan
Belum bekerja/tidak bersedia mengisi
< Rp 1.000.000
≥ Rp 1.000.000 - < Rp 2.000.000
≥ Rp 2.000.000 - < Rp 4.000.000
≥Rp 4.000.000
Sudah berapa lama Ibu/Bapak menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe 2?
< 1 tahun
≥ 1 s.d. < 5 tahun
≥ 5 s.d. < 10 tahun
≥ 10 tahun
BAGIAN 2 : DATA PENGGUNA
14. Apakah Ibu/Bapak pernah atau sedang mengkonsumsi obat antidiabetes herbal?
(Jika YA, lanjut ke Nomor 2, jika TIDAK, lanjut ke BAGIAN 3)
15. Bentuk obat antidiabetes herbal yang Ibu/Bapak konsumsi (Lingkari salah satu!
A atau B atau C, dst.)
A. Serbuk
Nama Produk (bila ada) :_____________
Apakah Ibu/Bapak tahu tanaman yang terkandung di dalamnya? (pilih salah
satu)
a. Jika tahu, sebutkan : ________
b. Tidak tahu
B. Kapsul
Nama Produk (bila ingat) : ____________
Apakah Ibu/Bapak tahu tanaman yang terkandung di dalamnya? (pilih salah
satu)
a. Jika tahu, sebutkan : ________
b. Tidak tahu
C. Cair
Nama Produk (bila ingat) : ____________
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Apakah Ibu/Bapak tahu tanaman yang terkandung di dalamnya? (pilih salah
satu)
a. Jika tahu, sebutkan : ________
b. Tidak tahu
D. Tablet/Kaplet
Nama Produk (bila ingat) : ____________
Apakah Ibu/Bapak tahu tanaman yang terkandung di dalamnya? (pilih salah
satu)
a. Jika tahu, sebutkan : ________
b. Tidak tahu
E. Tanaman herbal yang diolah sendiri (pilih salah satu)
a. Pare
b. Pulai
c. Bawang Merah
d. Tapak Dara
e. Jamblang/Juwet
f. Ceplukan
g. Lain-lain : _____________
16. Dari mana Ibu/Bapak mengetahui bahwa tanaman tersebut berkhasiat sebagai
antidiabetes?
Keluarga
Iklan di media cetak/elektronik
Dokter/Apoteker/Perawat/Tenaga kesehatan
lainnya
Teman
Lain-lain ______________________
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
60
Universitas Indonesia
17. Apa alasan Ibu/Bapak menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut ?
Mengikuti saran Dokter
Mengikuti kerabat saya yang juga
menggunakan
Mengikuti saran dari teman saya yang juga
menggunakan
Karena saya mengetahui obat herbal tersebut
bermanfaat bagi saya
Lain-lain _______________________
18. Berapa kali Ibu/Bapak menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut ?
1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
Tidak teratur
Lain-lain _______________________
19. Berapa jumlah obat antidiabetes herbal yang Ibu/Bapak konsumsi dalam 1 kali
penggunaan?
Serbuk Kapsul/Tablet/
Kaplet Cair Rebusan
1 gelas seduhan 1 kapsul 1 sendok 1 gelas rebusan
2 gelas seduhan 2 kapsul 2 sendok 2 gelas rebusan
3 gelas seduhan 3 kapsul 3 sendok 3 gelas rebusan
4 gelas seduhan 4 kapsul 4 sendok 4 gelas rebusan
> 4 gelas seduhan > 4 kapsul > 4 sendok >4 gelas rebusan
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
61
Universitas Indonesia
20. Berapa lama Ibu/Bapak mengkonsumsi obat antidiabetes herbal tersebut ?
Tidak ingat
≥ 1 minggu - < 1 bulan
≥ 1 bulan - < 3 bulan
≥ 3 bulan - < 6 bulan
≥ 6 bulan
21. Manfaat apa yang Ibu/Bapak harapkan dari penggunaan obat antidiabetes herbal
tersebut?(pilih salah satu)
Jika tidak mengharapkan manfaat apapun (hanya coba-coba) tidak perlu
memilih.
Berkurangnya rasa lemas
Berkurangnya rasa haus/lapar yang tidak
wajar
Berkurangnya frekuensi buang air kecil
Berkurangnya kesemutan pada tangan/kaki
Lain-lain _________________________
22. Manfaat apa yang Ibu/Bapak dapatkan setelah menggunakan obat antidiabetes
herbal tersebut? (pilih salah satu)
Jika tidak mendapatkan manfaat apapun (menurut Ibu/Bapak tidak berefek) tidak
perlu memilih.
Berkurangnya rasa lemas
Berkurangnya rasa haus/lapar yang tidak
wajar
Berkurangnya frekuensi buang air kecil
Berkurangnya kesemutan pada tangan/kaki
Lain-lain ________________________
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
62
Universitas Indonesia
23. Apakah setelah menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut Ibu/Bapak
merasakan gejala di bawah ini? (pilih salah satu)
Jika tidak mendapatkan gejala apapun (menurut Ibu/Bapak tidak berefek) tidak
perlu memilih.
Sering buang air kecil
Perut terasa mual
Kepala pusing
Gatal-gatal dan kulit kemerahan
Lain-lain : ______________________
24. Apakah Bapak/Ibu sedang menggunakan obat diabetes dari dokter ketika
mengkonsumsi obat antidiabetes herbal?
Ya,
Sebutkan __________
Tidak (nomor 12 dan 13 tidak perlu
dijawab)
25. Kapan Ibu/Bapak mengkonsumsi obat diabetes dari doketer?
Bersamaan dengan obat herbal
Selang 1 s.d. 2 jam setelah mengkonsumsi
obat herbal
Selang 1 s.d. 2 jam sebelum lengkonsumsi
obat herbal
Lain – lain
26. Apakah Ibu/Bapak merasakan keluhan saat menggunakan obat diabetes dari
dokter dengan obat antidiabetes herbal?
Ya,
Sebutkan _______________________
Tidak
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
63
Universitas Indonesia
BAGIAN 3: DATA BUKAN PENGGUNA
Apakah alasan Anda tidak menggunakan obat herbal antidiabetes?
____________________________________________________________________
___
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Lampiran 4.2
Hasil Uji Validitas Kuisioner
Tujuan : Untuk menilai validitas dari kuisioner sebagai alat pengumpul data
Hasil :
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
sumber informasi 14.70 21.379 .649 .778
alasan pakai obat herbal 14.70 21.379 .649 .778
frekuensi konsumsi obat
herbal
15.65 23.713 .590 .792
lamanya konsumsi obat
antidiabetes herbal
13.90 21.253 .522 .804
manfaat yang dirasakan 14.20 20.695 .483 .819
efek samping yang
dirasakan
15.45 26.892 .589 .813
obat DM konvensional
yang digunakan
14.90 21.358 .697 .770
Kesimpulan :
df = n – 2 = 20 – 2 = 18
r tabel (0,05 , 18) = 0,468
Jika r hitung < dari r tabel dinyatakan tidak valid dan jika r hitung > r tabel
dinyatakan valid
r hitung dapat dilihat dari nilai Corrected Item – Total Correlation
Maka, nilai Corrected Item – Total Correlation dari semua butir pertanyaan adalah >
0,468 sehingga kuisioner dinyatakan valid
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Lampiran 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner
Tujuan : Untuk menilai reliabilitas dari kuisioner sebagai alat pengumpul data
Hasil :
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.818 7
Kesimpulan :
Skala pengukuran yang reliabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,70
Maka, nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,818 sehingga kuisioner dinyatakan reliabel
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Lampiran 4.4
Data Mentah Karakteristik Responden Pengguna
Antidiabetes Herbal
No. Puskesmas Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6
1 Sukmajaya A D D E A D
2 Sukmajaya B C B A A A
3 Sukmajaya B C B A A B
4 Sukmajaya A D C E A D
5 Sukmajaya B C B A A B
6 Sukmajaya B D B A A B
7 Sukmajaya B D B A A B
8 Sukmajaya A D C E A D
9 Pancoran Mas A D A E A B
10 Pancoran Mas A D D E A B
11 Pancoran Mas B D B A A B
12 Pancoran Mas A C B E A C
13 Pancoran Mas B D B A A C
14 Pancoran Mas B C B A A D
15 Cimanggis B D B D A B
16 Cimanggis B C B A A C
17 Cimanggis B C B A A C
18 Cimanggis B D C A A C
19 Cimanggis B C A A A C
20 Cimanggis B C B A A B
21 Cimanggis B C B A A C
22 Cimanggis A D C E A C
23 Cilodong B C A A A B
24 Cinere B D A A A A
25 Cipayung B C A A A B
26 Cipayung B C C A A C
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
67
Universitas Indonesia
(sambungan)
27 Limo A C B E A D
28 Limo B C B A A B
29 Limo B D A A A B
30 Limo B D A A A C
31 Sawangan B D B A A D
32 Sawangan B D C A A B
33 Sawangan B D A A A D
34 Sawangan A D D D A B
35 Sawangan B D B A A B
36 Sawangan B C B D A B
37 Beji B D B A A C
38 Beji B C B A A B
39 Beji B C B A A C
40 Beji A D C E A C
41 Beji B C B A A B
42 Beji B B B A A A
43 Beji B D A A A B
44 Beji A C B C A B
45 Beji B D C A A C
46 Beji B D B A A D
47 Beji B D C A A D
48 Tapos B B D C A B
49 Tapos B C B D A A
50 Tapos B C A A A B
51 Tapos B C A A A A
52 Bojongsari B C B A A B
53 Bojongsari B C B A A B
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Keterangan :
Q1. Jenis Kelamin
A = Laki-laki
B = Perempuan
Q2. Umur
A = 18-30 tahun
B = 31-45 tahun
C = 46-60 tahun
D = >60 tahun
Q3. Pendidikan Terakhir
A = Tidak Sekolah
B = SD/SMP
C = SMA
D = D3, S1, S2, S3
Q4. Pekerjaan
A = Ibu rumah tangga
B = Pelajara/Mahasiswa
C = Pegawai
D = Wirausaha
E = Sudah tidak bekerja
Q5. Pendapatan per Bulan
A = Tidak bekerja/tidak
bersedia mengisi
B = <Rp 1.000.000
C = ≥Rp 1.000.000
-< Rp 2.000.000
D = ≥Rp 2.000.000
-< Rp 4.000.000
E = ≥Rp 4.000.000
Q7. Lama Menderita DM
A = <1 tahun
B = ≥1 tahun -< 5 tahun
C = ≥5 tahun -< 10 tahun
D = ≥10 tahun
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
69
Universitas Indonesia
Lampiran 4.5
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Jenis Kelamin Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal
dengan Jenis kelamin responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan
jenis kelamin responden
Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan jenis
kelamin Responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 2.035a 1 .154
Continuity Correctionb 1.443 1 .230
Likelihood Ratio 2.039 1 .153
Fisher's Exact Test .181 .115
Linear-by-Linear
Association
2.015 1 .156
N of Valid Cases 101
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,83.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai X2 = 2,035 dengan derajat kebebasan (df) = 1 dan nilai p = 0,154. Karena nilai
p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan jenis
kelamin responden.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Lampiran 4.6
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Umur Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal
dengan umur responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan
umur responden
Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan umur
responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1.064a 2 .588
Likelihood Ratio 1.067 2 .587
Linear-by-Linear
Association
.147 1 .702
N of Valid Cases 101
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,38.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 1,064 dengan derajat kebebasan (df) = 2 dan nilai p = 0,588. Karena nilai
p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan umur
responden. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 33,3% dari
total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu dilakukan uji Fisher
Eksak.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
71
Universitas Indonesia
Lampiran 4.7
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Umur Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal
dengan umur responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan
umur responden
Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan umur
responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .493a 1 .482
Continuity Correctionb .253 1 .615
Likelihood Ratio .494 1 .482
Fisher's Exact Test .552 .308
Linear-by-Linear
Association
.488 1 .485
N of Valid Cases 101
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,76.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,522 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak
berhubungan dengan umur responden.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
72
Universitas Indonesia
Lampiran 4.8
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Pendidikan Terakhir Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal
dengan pendidikan terakhir responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan
pendidikan terakhir responden
Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan
pendidikan terakhir responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.158a 3 .245
Likelihood Ratio 4.254 3 .235
Linear-by-Linear
Association
3.406 1 .065
N of Valid Cases 101
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 6,18.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 4,158 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,245. Karena nilai
p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan
pendidikan terakhir responden.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
73
Universitas Indonesia
Lampiran 4.9
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Pekerjaan Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal
dengan pekerjaan responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan
pekerjaan responden
Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan pekerjaan
reponden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.360a 3 .501
Likelihood Ratio 2.369 3 .499
Linear-by-Linear
Association
2.232 1 .135
N of Valid Cases 101
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,90.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 2,306 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,501. Karena nilai
p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan
pekerjaan responden. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena
50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu dilakukan uji
Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Lampiran 4.10
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Pekerjaan Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal
dengan pekerjaan responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan
pekerjaan responden
Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan pekerjaan
responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .033a 1 .855
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .033 1 .855
Fisher's Exact Test 1.000 .548
Linear-by-Linear
Association
.033 1 .856
N of Valid Cases 101
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,70.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 1 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak
berhubungan dengan pekerjaan responden.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Lampiran 4.11
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal
dengan Jangka Waktu Responden Mengidap DM
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal
dengan jangka waktu responden mengidap DM
Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan
jangka waktu responden mengidap DM
Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan jangka
waktu reponden mengidap DM
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 11.913a 3 .008
Likelihood Ratio 12.413 3 .006
Linear-by-Linear
Association
6.519 1 .011
N of Valid Cases 101
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 6,18.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 11,913 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,008. Karena nilai
p yang diperoleh lebih kecil dari nilai α, maka Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan jangka
waktu responden mengidap DM.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
76
Universitas Indonesia
Lampiran 4.12
Daftar Antidiabetes Herbal yang Digunakan Responden
No. Antidiabetes Eefek Eefek Samping
Herbal Persptif Perseptif
1
Daun Sirsak
Berkurangnya kesemutan pada
tangan dan kaki Tidak ada
2 Badan lebih enak Tidak ada
3 Badan lebi enak Tidak ada
4 Badan lebih enak Tidak ada
5 Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
6 Badan lebih enak Beser
7 Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
8 Badan lebih enak Tidak ada
9 Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
10 Berkurangnya rasa lemas Beser
11 Sakit pinggang berkurang Tidak ada
12
Daun Salam
Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
13 Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Mual
14 Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
15 Badan lebih enak Tidak ada
16 Daun Ceplukan Sakit-sakit di badan berkurang Tidak ada
17
Kulit Manggis
Biasa-biasa saja Tidak ada
18 Berkurangnya kesemutan pada
tangan dan kaki Tidak ada
19 Gula darah sempat turun Tidak ada
20 Daun Sirih Merah
Berkurangnya rasa lemas Mual
21 Badan lebih enak Tidak ada
22 Mahkota Dewa
Biasa-biasa saja Tidak ada
23 Biasa-biasa saja Tidak ada
24 Buah Mengkudu Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
25 Biji Mahoni Biasa-biasa saja Tidak ada
26 Daun Sambiloto
Berkurangnya kesemutan pada
tangan dan kaki Tidak ada
27 Berkurangnya rasa lemas Tidak ada
28 Daun Sukun Berkurangnya kekaburan pada
mata Tidak ada
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
77
Universitas Indonesia
(sambungan)
29 Daun Meniran Gula darah sempat turun Tidak ada
30 Daun Tapak Dara Berkurangnya rasa lemas Tidak ada
31 Daun Brotowali Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
32 Kapsul Daun Binahong Biasa-biasa saja Tidak ada
33
Daun Salam dan Kulit
Manggis Biasa-biasa saja Tidak ada
34 Teh Pro DeEm Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Mual
35
Daun Sirsak dan Daun
Ceplukan Biasa-biasa saja Tidak ada
36
Daun Salam, Daun
Ceplukan, Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
DaunKumis Kucing
37
Daun Salam dan
Mahkota Dewa Badan lebih enak Tidak ada
38
Daun Salam, Daun
Sirsak, Berkurangnya kesemutan pada
tangan dan kaki Tidak ada
Daun Alpukat
39
Daun Salam, Daun
Ceplukan, Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
Daun Alpukat
40 Jamu Cap Timbangan Biasa-biasa saja Tidak ada
41 Buah Mahoni Biasa-biasa saja Tidak ada
42
Buah dan Daun
Mengkudu Sakit pada tumit berkurang Tidak ada
43
Daun Sirsak, Daun
Kumis Kucing, Badan lebih enak Tidak ada
Daun Alpukat
44 Daun Salam, Daun
Sirsak
Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
45 Biasa-biasa saja Tidak ada
46 Berkurangnya rasa lemas Mual
47 Daun Binahong
Berkurangnya kesemutan pada
tangan dan kaki Mual
48 Sakit-sakit di badan berkurang Tidak ada
49 Kapsul Promelin Biasa-biasa saja Tidak ada
50
Daun Sukun dan Daun
Jati Badan lebi enak Tidak ada
51
Andrographis Herbs
(kapsul) Berkurangnya frekuensi buang
air kecil Tidak ada
52
Daun Sirsak dan Daun
Sirih Merah Pusing berkurang Tidak ada
53
Daun Salam, Daun Sirih
Merah, Serai Berkurangnya pegal-pegal Mual
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
78
Universitas Indonesia
Lampiran 4.13
Data Mentah Pola Penggunaan Antidiabetes Herbal
No. Puskesmas Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7
1 Sukmajaya D D A B E B C
2 Sukmajaya C C A C D B C
3 Sukmajaya C C A E C B A
4 Sukmajaya C C C A E B B
5 Sukmajaya D D A E C A C
6 Sukmajaya B C A D E B B
7 Sukmajaya C C B B E B A
8 Sukmajaya C C A A E B D
9 Pancoran Mas C C A C E B D
10 Pancoran Mas C C A E C B D
11 Pancoran Mas C C C A E B A
12 Pancoran Mas A A A D A A D
13 Pancoran Mas C C A A C B C
14 Pancoran Mas C C A D E B C
15 Cimanggis C C A B E B D
16 Cimanggis C C A A E B C
17 Cimanggis A A A C E B A
18 Cimanggis C C B E E B A
19 Cimanggis C C A C E B C
20 Cimanggis C C A D C B B
21 Cimanggis C C C E D B D
22 Cimanggis C C A B C A C
23 Cilodong B B A C C B B
24 Cinere C C A D E B D
25 Cipayung C C A D E B B
26 Cipayung C C C A E B C
27 Limo C C C A E B D
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
79
Universitas Indonesia
(sambungan)
28 Limo C C A A C B C
29 Limo A A B B D A D
30 Limo C C A A E B A
31 Sawangan C C A D E B D
32 Sawangan A A A B E B A
33 Sawangan C C C A C B D
34 Sawangan B B A C E B C
35 Sawangan C C B C E B A
36 Sawangan A A A D E A C
37 Beji C C A E A B B
38 Beji C C A B E B A
39 Beji A A B C C B A
40 Beji C C C D A B A
41 Beji B B B A E B A
42 Beji C C A B E B C
43 Beji D D A C D B A
44 Beji C C A B E B A
45 Beji D D A D C B C
46 Beji C C A B E B A
47 Beji C C C A E B D
48 Tapos A A C A E B D
49 Tapos B B A D C B B
50 Tapos C C C A C B D
51 Tapos C C A B A A A
52 Bojongsari C C B C A A A
53 Bojongsari C C A E E A D
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Keterangan:
Q1. Sumber Informasi
A = Keluarga
B = Iklan Media Cetak/Elektronik
C = Teman
D = Lain-lain
Q2. Alasan Penggunaan
A = Mengikuti saran keluarga
yang juga menggunakan
B = Inisiatif karena tahu
manfaatnya
C = Mengikuti saran teman yang
juga menggunakan
D = Lain-lain
Q3. Frekuensi Penggunaan
A = 1-3 kali sehari
B = 1-4 kali seminggu
C = Tidak teratur
D = Lain-lain
Q4. Lama Penggunaan
A = Tidak ingat
B = ≥1 minggu -< 1 bulan
C = ≥1 bulang -< 3 bulan
D = ≥3 bulan -< 6 bulan
E = ≥ 6 bulan
Q5. Manfaat yang Dirasakan
A = Berkurangnya rasa lemas
B = Berkurangnya rasa
haus/lapar yang tidak wajar
C = Berkurangnya frekuensi
buang air kecil
D = Berkurangnya kesemutan
pada tangan/kaki
E = Lain-lain
Q6. Efek Samping Perseptif
A = Ada
B = Tidak ada
Q7. Antidiabetes Oral yang
Digunakan
A = Glibenklamid
B = Metformin
C = Lain-lain
D = Tidak Mengkonsumsi
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
81
Universitas Indonesia
Lampiran 4.14
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral Pada
Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes oral
pada pengguna antidiabete herbal dengan adanya efek perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral
dengan adanya efek perseptif
Ha = Ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral dengan
adanya efek perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.371a 3 .224
Likelihood Ratio 5.071 3 .167
Linear-by-Linear
Association
2.513 1 .113
N of Valid Cases 53
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,58.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 4,371 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,225. Karena nilai
p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa lama penggunaan antidiabetes oral pada pengguna antidiabetes
herbal tidak berhubungan dengan adanya efek perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat
tidak memenuhi syarat karena 50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5
sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
82
Universitas Indonesia
Lampiran 4.15
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral
Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes oral
pada pengguna antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral
dengan adanya efek perseptif
Ha = Ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral dengan
adanya efek perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .194a 1 .660
Continuity Correctionb .006 1 .940
Likelihood Ratio .189 1 .664
Fisher's Exact Test .722 .458
Linear-by-Linear
Association
.190 1 .663
N of Valid Cases 53
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,40.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,722 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes oral pada pengguna
antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan adanya efek perseptif.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
83
Universitas Indonesia
Lampiran 4.16
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuesni penggunaan
antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek perseptif
Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya
efek perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.472a 2 .291
Likelihood Ratio 3.995 2 .136
Linear-by-Linear
Association
.002 1 .963
N of Valid Cases 53
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,58.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 2,472 dengan derajat kebebasan (df) = 2 dan nilai p = 0,291. Karena nilai
p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa frekuensi penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan
dengan adanya efek perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat
karena 33,3% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu
dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Lampiran 4.17
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuesni penggunaan
antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek perseptif
Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya
efek perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .708a 1 .400
Continuity Correctionb .163 1 .686
Likelihood Ratio .659 1 .417
Fisher's Exact Test .406 .327
Linear-by-Linear
Association
.694 1 .405
N of Valid Cases 53
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,04.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,406 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa frekuensi penggunaan antidiabetes herbal tidak
berhubungan dengan adanya efek perseptif.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
85
Universitas Indonesia
Lampiran 4.18
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan
dengan Adanya Efek Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara jangka waktu penggunaan
antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan
adanya efek perseptif
Ha = Ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan adanya
efek perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.639a 4 .620
Likelihood Ratio 4.159 4 .385
Linear-by-Linear
Association
1.277 1 .258
N of Valid Cases 53
a. 5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,58.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 2,639 dengan derajat kebebasan (df) = 4 dan nilai p = 0,620. Karena nilai
p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan
dengan adanya efek perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat
karena 50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu
dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
86
Universitas Indonesia
Lampiran 4.19
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan
dengan Adanya Efek Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara jangka waktu penggunaan
antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan
adanya efek perseptif
Ha = Ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan adanya
efek perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .427a 1 .513
Continuity Correctionb .103 1 .749
Likelihood Ratio .435 1 .510
Fisher's Exact Test .740 .379
Linear-by-Linear
Association
.419 1 .517
N of Valid Cases 53
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,98.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,740 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal
tidak berhubungan dengan adanya efek perseptif.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
87
Universitas Indonesia
Lampiran 4.20
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral Pada
Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes oral
pada pengguna antidiabetes herbal dengan adanya efek samping
perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral
dengan adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral dengan
adanya efek samping perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.111a 3 .550
Likelihood Ratio 3.105 3 .376
Linear-by-Linear
Association
.848 1 .357
N of Valid Cases 53
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,06.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 2,111 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,55. Karena nilai p
yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa lama penggunaan antidiabetes oral pada pengguna antidiabetes
herbal tidak berhubungan dengan adanya efek samping perseptif. Namun, hasil uji
kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50% dari total sel memiliki nilai
ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
88
Universitas Indonesia
Lampiran 4.21
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral
Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes oral
pada pengguna antidiabetes herbal dengan adanya efek samping
perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral
dengan adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral dengan
adanya efek samping perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 .986
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 .986
Fisher's Exact Test 1.000 .649
Linear-by-Linear
Association
.000 1 .987
N of Valid Cases 53
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,98.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 1 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes oral pada pengguna
antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan adanya efek samping perseptif.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
89
Universitas Indonesia
Lampiran 4.22
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuesni penggunaan
antidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya
efek samping perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1.502a 2 .472
Likelihood Ratio 2.405 2 .300
Linear-by-Linear
Association
1.291 1 .256
N of Valid Cases 53
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,40.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 1,502 dengan derajat kebebasan (df) = 2 dan nilai p = 0,472. Karena nilai
p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa frekuensi penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan
dengan adanya efek samping perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi
syarat karena 50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 nilai ekspektasi
minimal di bawah 1 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Lampiran 4.23
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuesni penggunaan
antidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya
efek samping perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.650a 1 .199
Continuity Correctionb .554 1 .457
Likelihood Ratio 2.815 1 .093
Fisher's Exact Test .334 .249
Linear-by-Linear
Association
1.619 1 .203
N of Valid Cases 53
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,19.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,334 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa frekuensi penggunaan antidiabetes herbal tidak
berhubungan dengan adanya efek samping perseptif.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
91
Universitas Indonesia
Lampiran 4.24
Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara jangka waktu penggunaan
anttidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan adanya
efek samping perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.900a 4 .575
Likelihood Ratio 3.911 4 .418
Linear-by-Linear
Association
1.400 1 .237
N of Valid Cases 53
a. 5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,40.
Kesimpulan :
Nilai X2 = 2,9 dengan derajat kebebasan (df) = 4 dan nilai p = 0,575. Karena nilai p
yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan
dengan adanya efek samping perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi
syarat karena 50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 dan nilai
ekspektasi minimum di bawah 1 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012
92
Universitas Indonesia
Lampiran 4.25
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara jangka waktu penggunaan
anttidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan adanya
efek samping perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .556a 1 .456
Continuity Correctionb .112 1 .738
Likelihood Ratio .577 1 .447
Fisher's Exact Test .686 .377
Linear-by-Linear
Association
.546 1 .460
N of Valid Cases 53
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,91.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,686 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal
tidak berhubungan dengan adanya efek samping perseptif.
Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012