EFEKTIVITAS KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM MENANAMKAN
NILAI-NILAI AGAMA TERHADAP ANAK TUNAWICARA DI
SEKOLAH LUAR BIASA NEGERIMUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Satu (S.1) Dalam Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah
Oleh:
LILIS SETYOWATI
NIM: UK 140129
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
2
3
4
5
MOTTO
ل ح ۱عبط اء ال عو ۱اى ج م يصهايدزيل لعل ۱ مس فع الر ير مس فخ ا هي ۱ا اه
۱اظخغ حصد ج ل ۱فا م ها عليل ال يص ا ۱
ا ء ك يعع ا هي ج ۱ه يحش ۱ حل ج ع ۱فا
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta telah
datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum). Dan tahukah engkau
(Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau dia
(ingin) mendapatkan pengajaran, yang bermanfaat kepadanya?. Adapun orang
yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), maka engkau
(Muhammad) memberi perhatian kepadanya, padahal tidak ada (cela) atasmu
kalau dia tidak menyucikan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang
kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang dia takut
(kepada Allah), engkau (Muhammad) malah mengabaikannya”.
(Q.S Abasa : 1-10)1
1Tim Penerjemah dan Penafsir al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985), 585.
6
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dengan tulus penulis persembahkan untuk orang-orang tersayang
yang selalu membantu, mensuport,dan banyak memberi motivasi kepada
penulis berada di posisi sekarang ini. Akhirnya skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
Bapak Ngadio dan Ibu Sunarti tercinta, yang dengan doa tulus, motivasi dan
kasih sayangnya berjuang membesarkan dan mendidik penulis hingga seperti
sekarang ini. Terima kasih tak terhingga untukmu bapak ibu.
Untuk kalian berdua my brother Dwi Setiawan dan Dimas Prasetyo yang
selalu tidak lupa mendoakan dengan hati yang tulus untuk penulis, selalu
memberikan semangat serta motivasi yang selalu tidak berhenti engkau
berikan.Serta keluarga besarku yang tidak lupa juga untuk mensuport penulis
untuk yang terbaik.
Untuk seluruh Dosen Fakultas Dakwah yang telah mendidik penulis hingga
sekarang ini. Terutama untuk Agus Salim, S.Ag., M.Pd.I sebagai dosen
pembimbing I dan Edy Kusnadi M.Phil sebagai Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan
skripsi ini. Seluruh Keluarga besar SLB NEGERI Muaro Jambi yang telah
membantu penulis hingga saat ini.
Untuk sahabat tercinta THE PRINCESS Deshi Afrianti alias Teteh dan Siti
Patonah Alias Mican yang selalu membantu penulis, mendoakan, memberi
semangat yang tak pernah mengeluh,dan yang selalu berusaha membuat
penulis tersenyum. I LOVE YOU SO MUCH. Terima kasih PRINCESS.
Untuk keluarga kedua MY KPI, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang
tidak bisa disebuti satu persatu.Masing-masing kalian yang telah memberikan
inspirasi dan membuat semuanya lebih bermakna. Alfi asyrofia, Uus,Irna,
Deshi, Nana, semua ciwi-ciwi KPI.
Semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak telah
membantu dari segi apapun dan memberi pengtahuan baru untuk penulis.
Semoga bisa bermanfaat dan Allah selalu melindungi kita Amin...
7
ABSTRAK
Komunikasi adalah suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat menghindari yang
namanya komunikasi, baik pada diri sendiri maupun orang lain, dari kelompok
kecil ke kelompok besar. Namun dalam kegiatan komunikasi terkadang
ditemukan hambatan dalam proses penyampaian pesan, pengiriman pesan,
sampai pemahaman pesan, khususnya untuk anak penyandang tunawicara
sangat dibutuhkan kemampuan khusus dari seorang guru atau pembina tentang
bagaimana mengajar dan memberikan intruksi dalam upaya pemberian ilmu
pengetahuan sesuai dengan kurikulum yang ada. Terlepas dari hal itu peneltian
ini dilatarbelakangi oleh realitas yang terjadi dalam ruang lingkup anak
penyandang tunawicara yang menggunakan bahasa isyarat atau bahasa
nonverbal di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muaro Jambi Desa Bukit
Baling. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang
bagaimana keefektifan komunikasi nonverbal dalam menanamkan nilai-nilai
keagamaan terhadap anak tunawicara khususnya dibidang keagamaan.
Pendekatan penelitan yang penulis gunakan adalah (library research)
dalam tehnis deskriptif kualitatif eksploratif, dengan menekankan pada sumber
tertulis terutama pada keefektifan komunikasi nonverbal dalam menanamkan
nilai-nilai agama terhadap anak tunawicara. Peneitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dokumentasi, wawancara, dan observasi dengan
menerapkan teknik analisis.
Hasilnya penulis menemukan bahwa proses keefektifan komunikasi
nonverbal dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan dengan menggunakan
bahasa isyarat, lambang, kode, bahkan juga bisa menggunakan buku isyarat
(SIBI). Komunikasi nonverbal sangat berperan penting dalam mewujudkan
komunikasi efektif antara pembina/guru dan penyandang tunawicara dalam
menyampaikan pelajaran yang berkaitan dengan agama, dan tingkah laku.
Wujud nyata dari efektifnya komunikasi nonverbal yang dilakukan pembina
terhadap anak tunawicara timbulnya pengaruh (feed back) yang baik terhadap
anak tunawicara dengan cara meniru pembina apa yang telah diintuksikan.
Akhirnya penulis merekomendasikan kepada penyandang tunawicara agar
dapat menggunakan bahasa isyarat yang baik agar mudah dimengerti oleh
lawan bicaranya, dan bagi orang yang normal disarankan untuk membantu
dengan menggunakan bahasa yang baik dan isyarat yang benar agar
mempermudah penyandang tunawicara memahaminya sehingga keduanya bisa
menjalin kmunikasi secara efektif. Perlu diketahui juga bagi orang normal
jangan pernah saling mengejek dan mencemooh. Kalau bisa menghargai satu
sama lain.
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil a‟lamin Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan Hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul“Efektifitas Komunikasi Nonverbal dalam Menanamkan nilai nilai
Agama terhadap Anak Tunawicara di Sekolah Luar Biasa Negeri Muaro
Jambi” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan
menyelesaikan progam studi Strata Satu Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Suthan Thaha Saiffudin
Jambi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik
tanpa bantuan dan dukungan yang kuat dari berbagai pihak. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada:
1. Bapak Agus Salim, S.Ag.,M.Pd.I selaku pembimbing 1 yang telah banyak
memberikan waktu dan saran kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.
2. Bapak Edy Kusnadi,M.Phil, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan waktu,saran, semangat kepada penulis demi kelancaran skripsi
ini.
3. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd.I, selaku ketua prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam yang selalu memberikan semangat, dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Mardalina, S.Ag.,M.Ud selaku sekretaris jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam untuk motivasi dan saran untuk kelancaran skripsi ini.
5. Bapak Samsu, S.Ag.,M.Pd.I.,Ph.D Selaku Dekan Fakultas Dakwah Yang
telah memberikan saran dan semangat untuk kelancaran skripsi ini.
6. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH,M.Hum selaku wakil dekan fakultas
Dakwah.
7. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku rektor UIN Sulthan Thaha Saiffudin
Jambi.
8. Bapak Prof.Dr. H. Su‟aidi Asy‟ary MA,Ph,D selaku wakil pembantu rektor
I Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd selaku pembantu Rektor II Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd selaku pembantu Rektor III Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
11. Para Dosen Fakultas Dakwah khususnya dosen jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI), dengan perantaranya penulis banyak mendapatkan
ilmu yang bermanfaat.
12. Seluruh Staff bagian Tata Usaha, bagian umum dan bagian akademik
Fakultas Dakwah yang telah banyak membantu demi kelancaran proses
skripsi ini.
13. Pimpinan Perpustakaan Ushuluddin dan UIN STS Jambi beserta staffnya.
9
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
NOTA DINAS SURAT ......................................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... vi
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Batasan Masalah......................................................................... 8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 8
E. Kerangka Teori........................................................................... 9
F. Metode Penelitian..................................................................... 21
G. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................. 26
H. Studi Relevan ........................................................................... 28
BAB II PROFIL SEKOLAH LUAR BIASA DI SLB NEGERI
MUARO JAMBI DESA BUKIT BALING
A. Profil sekolah luar biasa ........................................................... 30
1. Sejarah Pendirian Sekolah.................................................. 30
2. Visi Misi dan Tujuan Sekolah ............................................ 31
B. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan.......................... 32
1. Gedung. .............................................................................. 32
2. Sarana dan Prasarana.......................................................... 33
3. Keadaan Murid ................................................................... 34
4. Keadaan Kelas, Tanah dan Bangunan ................................ 36
5. Fasilitas Khusus ................................................................. 38
6. Agama ................................................................................ 40
C. Ekstrakurikuler ......................................................................... 40
D. Struktur Organisasi .................................................................. 41
11
BAB III EKSTRAKURIKULER DAN PENERAPAN TEORI
KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM MENANAMKAN
NILAI-NILAI AGAMA PADA ANAK TUNAWICARA
A. Progam keaagaman SLB Negeri Muaro Jambi Desa Bukit
Baling ....................................................................................... 43
B. Implementasi Komunikasi Nonverbal dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Agama terhadap Anak Tunawicara........................ 45
C. Komunkasi Nonverbal dalam menanamkan nilai-nilai Agama
terhadap Anak Tunawicara ...................................................... 50
D. Bentuk-bentuk Komunikasi Nonverbal antara Guru dan
Siswa ........................................................................................ 53
E. Teknik/Strategi Guru dalam berkomunikasi dengan Siswa
Tunawicara dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama ............. 55
F. Bentuk bentuk Perilaku Kegamaan Anak-Anak
Tunawicara .............................................................................. 57
BAB IV KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM
MENANAMKAN NILAI-NILAI AGAMA TERHADAP
ANAK TUNAWICARA
A. Faktor Penghambat Komunikasi Nonverbal pada
Tunawicara .............................................................................. 59
B. Faktor Pendukung Komunikasi Nonverball terhadap Anak
Tunawicara ............................................................................... 62
C. Efektifan Komunikasi Nonverbal di SLB Negeri Muaro Jambi
Desa Bukit Baling .................................................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 67
B. Implikasi Penelitian .................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAR GAMBAR
CURRICULUM VITAE
12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Daftar Ruang SLB Negeri Muaro Jambi...................................... 33
Tabel 2.2 : Keadaan Sarana dan Prasarana .................................................... 33
Tabel 2.3 : Data Rombongan Belajar SLB Negeri Muaro Jambi .................. 35
Tabel 2.4 : Jumlah Lulusan Tahun 2016/2017 ............................................... 36
Tabel 2.5 : Jumlah Kelas Menurut Junjang Pendidikan ................................. 36
Tabel 2.6 : Jumlah Ruang Kelas Menurut Status Pemilikan Dan Luasnya.... 37
Tabel 2.7 : Tanah Dan Bangunan Menurut Status Pemilikan Dan
Luasnya ........................................................................................ 37
Tabel 2.8 : Fasilitas Khusus SLB Negeri Muaro Jambi ................................. 38
Gambar 2.1 : Struktur Organisasi SLB Negeri Muaro Jambi ............................ 42
13
TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab
Indonesia Arab Indonesia
ṭ ط ’ ا
ẓ ظ B ب
„ ع T ث
Gh غ Th د
F ف J ج
Q ق ḥ ح
K ك Kh خ
L ه D د
M م Dh ذ
N ى R ز
Z H ش
S W ض
٫ ء Sh غ
ṣ Y ص
ḍ ض
B. Vokal dan Harkat
Arab
Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
آ
A ا Ā يإ I
ٱ
U يآ
Á آ Aw
Ay يآ Ū ٱ I إ
14
C.
Transliterasinya untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. T ’ ar ahyang mati atau mendapat harakat sukun , maka
transliterasinya adalah /h/.
Arab
Indonesia
ةصلا Ṣalāh
اةهس Mir‟āh
2. Ta Marbutah hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan
dammah, maka transliterasinya adalah /t/.
Arab
Indonesia
لخسبيتشازةا Wizāratal-Tarbiyah
لصهياةاهس Mir‟ātal-zaman
3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translit adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab
Indonesia
فجئت
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat
hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia diciptakan memiliki akal, pikiran,
perasaan yang dapat digunakan untuk berinteraksi secara personal dengan
sesamanya. Setiap manusia membutuhkan komunikasi dalam berinteraksi agar
dapat menyampaikan maksud dan keinginannya kepada orang lain, tanpa
melakukan komunikasi seseorang akan mengalami kesulitan untuk
melangsungkan hidupnya.2 Komunikasi juga merupakan medium penting dalam
bentuk perilaku seorang individu untuk membangun kontak sosial.
Ditinjau dari sifatnya komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi
verbal (langsung) dan komunikasi nonverbal (tidak langsung). Dalam
berkehidupan bermasyarakat, terdapat kelompok-kelompok sosial yang memiliki
perbedaan yang khas, yang menyangkut penggunaan bahasa verbal dan nonverbal
masing-masing saling berkomunikasi.3
Terlepas dari pernyataan diatas bahwa kita mengetahui segala sesuatu pasti
mempunyai hambatan. Sama halnya dengan komunikasi, hambatan komunikasi
dapat ditemukan dimana saja dan dapat terjadi pada siapa saja, dapat kita ambil
contoh permasalahan yang dialami pada anak-anak yang terlahir dengan
keterbatasan, dan hal ini dikategorikan sebagai Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK).4 Secara singkat anak berkebutuhan khusus adalah sebagai anak yang
dalam proses pertumbuhan atau bahkan sejak lahir mengalami penyimpangan
fisik, mental intelektual, sosial, dan emosional sehingga memerlukan pelayanan
dan pendidikan khusus. Penyimpangan yang dialami anak berkebutuhan khusus
2Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), 25. 3Jalaluddin Rahmat, Psikologi komunikasi,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),32.
4Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: Gunung Agung, 2014) 34.
16
ini sering dikenal dengan beberapa nama dan jenis diantaranya adalah tunarungu,
tunanetra, tunawicara, tunadaksa, tunalaras, dan tunagrahita.
Dalam al-Qur‟an Allah SWT berfirman:
ا نن يي ااالاض اا خلق قب با نن شع جعل ث ا ي ذمس اى ہه احقنن دالل ا اى امسهنن ع ه لخعازف
علين خبيس ۱الل
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Maha Teliti”. (Q.S Al-Hujurat : 13)5
Dalam ayat diatas disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dan
menjadikannya dalam berbagai suku bangsa agar manusia tersebut saling
mengenal. Potongan ayat tersebut bermakna bahwa manusia dianjurkan untuk
dapat saling mengenal dan bergaul dengan manusia yang lain dengan tidak
membeda-bedakan satu sama yang lainnya. Dalam potongan ayat tersebut tidak
dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia dan menjadikan manusia tersebut
dalam berbagai suku dan bangsa untuk saling mengenal, kecuali yang buta, tuli,
atau jenis kecacatan lainnya. Tak ada istilah diskriminasi dalam potongan ayat
tersebut. Potongan ayat selanjutnya adalah bahwa sesungguhnya manusia yang
paling mulia disisi Allah adalah manusia yang baik rupanya atau hal-hal yang
bersifat inderawi lainnya. Artinya bahwa setiap orang baik yang berkebutuhan
khusus maupun tidak berkebutuhan khusus harus senantiasa meningkatkan
ketakwaan kepada Allah SWT.
Selain ayat diatas ada juga kisah lain dalam Al-Qur‟an dalam surah An
Nur ayat 61 yang artinya:
“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak
(pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama
mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di
rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara saudaramu yang
perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, (di rumah)
saudara-saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara-saudara ibumu yang
laki-laki, di rumah saudara-saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu
miliki kuncinya atau (di rumah) kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu
5Tim Penerjemah dan Penafsir al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985), 517.
17
makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki
rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti
memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik
dari sisi Allah, Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar
kamu mengerti.6
Ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu bahwa tidak ada
halangan bagi masyarakat untuk bergabung bersama dengan mereka yang
berkebutuhan khusus, seperti buta, pincang, bisu, tuli, atau bahkan sakit. Mereka
berhak makan bersama, berkumpul bersama layaknya masyarakat pada
ummumnya. Asbabunnuzul dari Q.S An-Nur ayat 61 ini adalah: pada masa itu
masyarakat Arab merasa jijik untuk makan bersama-sama dengan mereka yang
berkebutuhan khusus seperti pincang, buta, tuli, dan lainnya. Hal ini disebabkan
cara makan mereka yang berbeda. Selain itu masyarakat Arab pada masa itu
merasa kasihan kepada mereka yang berkebutuhan khusus tersebut karena mereka
tidak mampu manyediakan makanan untuk diri mereka sendiri. Akan tetapi Islam
menghapuskan diskriminasi tersebut malalui Q.S An-Nur ayat 61. Masyarakat
tidak seharusnya membeda-bedakan atau bersikap diskriminasi terhadap anak
berkebutuhan khusus.7
Anak berkebutuhan khusus memiliki gangguan dalam berkomunikasi oleh
sebab itu ia tidak dapat berkomunikasi secara normal hal ini disebabkan oleh
gangguan spectrum autisme yang merupakan ganggguan perkembangan dalam
pertumbuhan manusia yang secara umum tampak ditiga tahun kehidupan anak
tersebut, gangguan ini akan dialami anak berkebutuhan khusus pada cara mereka
berkomunikasi, berinteraksi sosial, daya imajinasi dan sikap yang merupakan
suatu kumpulan sindrom yang mengganggu syaraf.8
Anak berkebutuan khusus pada umumnya menghadapi masalah yang
relatif sama yaitu permasalahan dalam berkomunikasi, perilaku dan emosional
yang labil. Bahkan ada yang lahir hingga dewasanya menggunakan komunikasi
6Tim Penerjemah dan Penafsir al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 1985), 358. 7Wordpress, Anak Berkebutuhan Khusus, Internet Diakses Melalui Alamat
http://edupsyche.wordpress.com/2015/05/31/anak-berkebutuhan-khusus/a Diakses Pada Tanggal 5
Oktober 2018 Pukul 03.00. 8James Bord, Buku Pintar Memahami Bahasa Tubuh, (Jogjakarta: DIVA PRESS), 2009),
39.
18
nonverbal, terutama dalam proses pembelajaran dan berkomunikasi dengan orang
lain. Anak berkebutuhan khusus juga sering sulit berkomunikasi dengan orang di
sekitarnya, apalagi orang tersebut tidak memahami cara berkomunikasi anak
tunawicara tersebut, terkadang feedbacknya tidak ada dan tidak nyambung.
Lalu bagaimana jika dalam sebuah interaksi tidak memakai atau
menggunakan salah satunya, seperti misalkan hanya menggunakan verbal atau
hanya menggunakan non verbal. Maka dalam kejadian seperti itu perlu adanya
kejelasan maksud dan arti dari pesan yang ingin disampaikan. Sebuah interaksi
komunikasi yang hanya menggunakan pesan non verbal adalah komunikasi yang
dilakukan oleh penderita tunawicara.9
Dalam kesehariannya, seseorang yang menderita tunawicara
mengandalkan bahasa non verbal dalam menyampaikan maksud dan tujuannya.
Sehingga diperlukan dengan adanya kesepahaman antara satu individu dengan
individu yang lain. Walaupun kenyataanya, penyandang tunawicara dapat
mengeluarkan suara (bunyi), namun suara tersebut hanya berupa lenguhan yang
tidak memiliki makna.
Mereka dapat berinteraksi dengan selayaknya orang normal dikarenakan
para penyandang tunawicara sudah memiliki kode-kode tertentu yang sudah
disepakati sehingga memudahkan untuk proses decoding dan encoding. Dalam
agama Islam penanaman nilai-nilai agama merupakan hal yangsangat penting,
terutama dalam menghadapi era globalisasi.
Penanaman nilai-nilai tersebut penting untuk semua anak muslim baik anak
berkebutuhan umum maupun anak berkebutuhan khusus (ABK), khususnya anak
penyandang tunawicara. Untuk menunjukkan pentingnya nilai agama dalam
kehidupan manusia, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dan
menjadikannya suri tauladan yang baik bagi umat manusia.
Penanaman nilai-nilai agama bertujuan untuk menjadikan seorang anak yg
memiliki akhlak yang ditujukan Allah melalui RasulNya dan anak tersebut juga
tidak mengalami penyimpangan perilaku, sehingga memiliki akhlak terpuji. Suatu
9Aad Yuy, “Pola Komunikasi Penyandang Tunawicara”, diakses melalui alamat
http://www.kompasiana.com/2013/17/pola-komunikasi-penyandang-tunawicara.html, tanggal 12
Desember 2017
19
perubahan terpuji menurut pandangan akal dan syara (hukum Islam) disebut
akhlak yang baik.
Untuk itu, komunikasi yang dijalankan perlu diatur dengan perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi, juga haruslah seimbang dengan intelektual,
cita, rasa, karsa, dan tingkah laku. Sehingga pesan yang disampaikan mudah
dipahami, dan berjalan dengan baik. Namun hal ini berbeda bagi para penyandang
tunawicara, mereka tidak bisa berbicara layaknya seorang anak yang normal.
Sehingga sulit untuk mengapresiasikan apa yang mereka inginkan dalam
lingkungan sosial. Dari keterbatasan inilah, keadaan yang tidak normal yang
disebabkan oleh penyakit atau cacat sejak lahir dapat membuat orang tersebut
menjadi kurang memiliki kepercayaan diri, serta sulit untuk berinteraksi terhadap
orang lain karena terkendala tidak bisa berbicara seperti orang normal dan sulit
untuk saling memahami.
Mereka memang lahir dan hidup dalan kondisi kekurangan dan memiliki
beragam kelainan, salah satunya penyandang tunawicara namun mereka berhak
untuk mendapatkan kasih sayang, pengobatan, perawatan serta dapat
mengembangkan kemampuannya secara optimal. Untuk itu dibutuhkan orang dan
cara yang khusus agar dapat berkomunikasi dengan mereka, sehingga apa yang
diharapkan yaitu komunikasi efektif akan terjadi meskipun dengan keterbatasan
dan ketidaksempurnaan seseorang secara fisik.
Dalam penelitian ini banyak orang tua yang menitipkan anak berkebutuhan
khusus tersebut di SLB. Sekolahtersebut merupakan sekolah atau yayasan
berbadan hukum dan bergerak dibidangsosial, baik milik pemerintah maupun
milik swasta.
SLB Negeri Muaro Jambi yang berada di Desa Bukit Baling Kecamatan
Sekernan Kabupaten Muaro Jambi adalah sekolah luar biasa yang menangani
anak berkebutuhan khusus baik dari tunarungu, tunawicara, tunanetra, dan
tunagrahita. Dari keberagaman pola tingkah laku anak berkebutuhan khusus
seperti menyembunyikan tangan , memukul sebagian kepala atau menggoyangkan
barang yang ada disekitarnya yang dilakukan dalam proses belajar atau
pembinaan membuat guru memerlukan kesabaran penuh agar mampu memahami
20
pesan apa yang mereka ingin sampaikan, dan memang dibutuhkan kesabaran yang
tinggi untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus seperti anak tunawicara, anak
ini hanya bisa berkomunikasi dengan non verbal dan terkadang pendengarannya
sedikit terganggu, peran seorang guru atau pembibing sangat perlu dibutuhkan
oleh siswanya.
Guru atau pembimbing harus benar ekstra dalam memberikan bimbingan
yang dapat dipahami dan ini tidak terlepas dari bahasa isyarat yakni komunikasi
nonverbal, termasuk dalam penanaman nilai-nilai agama. Anak tunawicara ini
sangat sulit memahami apa yang disampaikan oleh guru terutama penanaman ilmu
agama. Diantaranya yaitu dalam pengajaran tentang sholat lima waktu, terkadang
mereka hanya bisa mempraktikan sholatnya saja dan doa doanya tidak bnyak yang
mereka ketahui dan dimengerti. Semua ini dikarenakan hambatan suatu
komunikasi yang berbeda pada komunikasi orang normal pada umumnya.
Dalam kesahariannya, Mereka juga sedikit terasingkan jika sudah
berkumpul dengan anak normal lainnya. Karena faktor bahasa yang tidak paham,
dan terkadang bicaranya sama sekali tidak berkembang, serta tidak dapat
mengimbangi komunikasi dengan orang lain. Selain itu mereka juga terkadang
sulit memahami apa yang kita bicarakan dan feedbacknya tidak ada.
Walaupun di zaman sekarang sudah canggih dengan teknologi Hp. Dalam
penggunaan sms mereka terkadang mengetik sms dengan kata kata yang di bolak
balik dan kita susah untuk memahaminya. Karena mereka hanya bisa
berkomunikasi dengan non verbal.
Penelitian ini sangat penting untuk diamati karena pola komunikasi anak
berkebutuhan khusus berbeda dengan cara komunikasi orang normal pada
umumnya, mereka menggunakan bahasa isyarat atau non verbal sebagai bahasa
yang mereka gunakan dalam interaksi sehari-hari, sebab anak berkebutuhan
khusus seperti penyandang tunawicara sangat sulit berkomunikasi dan melakukan
feedback dalam berkomunikasi. Terlebih lagi untuk memahami isi dan maksud
dari pembicara atau komunikator. Selain itu siswa juga sulit dalam
mempersepsikan konseptual bahasa yang disampaikan oleh orang lain. Dalam
pengajaran ilmu agama mereka sulit untuk menangkap yang diajarkan oleh guru
21
tentang semua hal yang menyangkut ilmu agama. Dengan demikian sangat
penting untuk mengetahui efektivitas komunikasi siswa tunawicara menggunakan
komunikasi nonverbal atau isyarat terlebih lagi dalam proses belajar mengajar
khususnya dalam menanamkan ilmu agama, sering kali siswa tunawicara
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru, sehingga
guru harus mengulang-ulang materi yang ingin disampaikan dan dibantu dengan
menggunakan bahasa isyarat.
Untuk itu peneliti ingin melihat langsung bagaimana efektivitas komunikasi
nonverbal yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai agama kapada mereka
penderita tunawicara, sehingga mereka lebih mudah memahami dan mengerti.
Berangkat dari pemikiran tersebut peneliti tertarik untuk menulis skripsi dengan
judul “EFEKTIVITAS KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM
MENANAMKAN NILAI-NILAI AGAMA TERHADAP ANAK
PENYANDANG TUNAWICARA” (Studi Kasus Di SLB Negeri Muaro Jambi
Desa Bukit Baling Kecematan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi).
B. Rumusan Masalah
Pokok masalah penelitian ini adalah Bagaimana keefektivitas komunikasi
nonverbal dalam menanamkan ilmu agama terhadap anak tunawicara di SLB
Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling? Dalam upaya mengkonkritkan pokok
masalah yang akan diangkat pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa saja progam keagamaan yang diterapkan kepada anak penyandang
tunawicara di SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling Kecematan
Sekernan Kabupaten Muaro Jambi?
2. Bagaimana kendala upaya komunikasi nonverbal terhadap penanaman ilmu
agama terhadap anak tunawicara di SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit
Baling Kecematan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi?
3. Sejauh mana penanaman nilai-nilai agama pada anak tunawicara di SLB
Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling Kecematan Sekernan Kabupaten
Muaro Jambi?
22
4. Bagaimana efektivitas komunikasi nonverbal dalam menanamkan nilai-nilai
agama terhadap anak tunawicara di SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit
Baling Kecematan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi?
C. Batasan Masalah
Peneliti ini dibatasi pada lingkup anak-anak SD kelas 1-6 dan SMA kelas
1-3 di SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling Kecematan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi. Khususnya pada kegiatan keagamaan (Agama Islam)
terhadap anak tunawicara saja, yang nantinya penulis akan memperoleh data-
data. Penelitian ini agar tidak meluas, maka penulis memfokuskan Efektivitas
Komunikasi Nonverbal untuk menanamkan nilai-nilai Agama Yaitu Agama
Islam Terhadap Anak berkebutuhan khusus yaitu fokus pada penyandang
Tunawicara.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui apa saja progam keagamaanyang digunakan dalam
dalam menanamkan ilmu agama terhadap anak penyandang
tunawicara di desa Bukit Baling Kecematan Sekernan Kabupaten
Muaro Jambi.
b. Ingin mengetahui kendala upaya yang ditemui dalam menanamkan
ilmu agama, yang berkaitan dengan pengamalan ilmu agama oleh
peyandang tunawicara di SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling
Kecematan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.
c. Ingin mengetahui sejauh mana penanaman nilai-nilai agama pada anak
tunawicara di SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling Kecematan
Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan agar berguna untuk :
a. Sebagai sumbangan pemikiran penulis terhadap pembaca khususnya
dan masyarakat luas pada umumnya dan untuk pengembangan ilmu
23
Pengetahuan tentang keefektivitas komunikasi nonverbal dalam
menanamkan ilmu agama tehadap anak penyandang tunawicara.
b. Sebagai sarana penambah wawasan bagi penulis dalam rangka
pengembangan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah.
c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Satu (S1)
dalam progam Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Shaifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
1. Efektivitas Komunikasi
Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan dengan baik. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), efektif diartikan sebagai ada efeknya atau akibat dan
pegaruh sebuah kesan, dapat membawa hasil dan berdaya guna.10
Menurut H. Emerson yang dikutip Soewarno bahwa efektivitas
merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditentukan di
dalam setiap organisasi kegiatan ataupu progam, disebut efektif apabila tercapai
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.11
Ukuran efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana
apa yang direncanakan atau dapat diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.
Misalnya bila ada 10 jenis kegiatan yang kita rencanakan, dan tercapai hanya 4
kegiatan yamg dapat dilaksanakan, maka efektvitas kegiatan kita masih belom
tercapai. Demikian pula bila ada 10 tujuan yang kita inginkan dan ternyata 5 yang
tercapai, maka usaha untuk mencapai tujuan tersebut masih dipandang kurang
efektif.12
10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: Gunung Agung, 2014),155. 11
Soewaro Hadayaningkrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen,
(Jakarta: Gunung Agung, 1995), 15. 12
Hendyat Soetopo dan Wasyti Soemanto, Pengembangan dan Pembinaan Kurikulum,
(Jakarta: Bina Aksara, 1986), 50.
24
Parameter untuk mencapai efektivitas dinyatakan sebagai angka nilai rasio
dari jumlah hasil dan yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dibandingkan
dengan jumlah yang diproyeksikan atau ditargetkan dalam kurun waktu tertentu.13
Sedangkan mengukur efektivitas adalah dengan membandingkan output
yang segera dari sistem dengan keuntungan akhirnya (ultimate benferst).14
Pengertian efektif dapat disimpulkan bahwa suatu keadaan yang
menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang
dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas
dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu
cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.15
Unsur-unsur efektivitas merupakan ruang lingkup yang menjadi
pembangun efektivitas itu sendiri. Menurut Cahyono, unsur-unsur efektivitas
terbagi atas tiga bagian, yaitu sumber daya manusia, dan unsur hasil yang dicapai.
Berdasarkan klasifikasi unsur efektivitas tersebut, peneliti menjelaskan bahwa:16
a. Unsur sumber daya manusia
Sumber daya manusia sangat berperan penting dalam hal ini sumber daya
manusia merupakan faktor utama dalam berbagai aktivitas guna untuk mencapai
suatu tujuan yang telah ditentukan. Dalam organisasi faktor sumber daya manusia
sebagai sumber penentu sukses tidaknya sebuah organisasi mempunyai wewenang
dan tanggung jawab terhadap sumber daya yang dioperasikan, sehingga
efektivitas harus dapat tercapai. Dan begitu juga sebaliknya
b. Unsur Sumber Daya bukan Manusia
Sumber daya bukan manusia merupakan unsur yang kedua dari sumber
daya manusia yang memiliki peran dalam suatu kegiatan atau aktivitas.
13
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Op, cit, 34. 14
Ibid, 18. 15
Susan Dwi Anggriani, “Pengertian Efektivitas Dan Landasan Teori Efektivitas”, diakses
melalui alamat http://www.literaturbook.blogspot.com/2014/27/pengetian-efektivitas-dan-
landasan-teori-efektivitas.html, tanggal 25 Maret 2018. 16
Cahyono,”Unsur-unsur Efektif”,diakses melalui alamat www//http
ariple.blogspot.co.id/2015/14/pengertian-dan-unsur-unsur-efektifitas.html, tanggal 12 November
2018.
25
c. Unsur hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan
Hasil merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, maka seluruh kegiatan yang dilaksanakan harus menggunakan
kedua sumber diatas.
Sedangkan pengertian komunikasi secara etimologis merupakan istilah
komunikasi berasal dari bahasa latin, communicatio, dan perkataan ini bersumber
pada kata communis. Perkataan communis tersebut dalam pembahasan kata ini
sama sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai
dalam kegiatan pokok. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama
makna, yaitu makna yang mengenai suatu hal. Pengertian ini sama menurut Onog
Uchjana Effendy, komunikasi dalam bahasa inggris “communications” berasal
dari kata latin “communis” yang berarti sama. Sama disini dimaksud adalah
kesamaan yang dikomunikasikan, suatu komunikasi dikatakan komunikatif
apabila kedua belah pihak mengerti bahasa yang disampaikan.17
Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya,
jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya,
maka komunikasi sedang berlangsung. Dengan perkataan lain, hubungan antara
mereka bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak
berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak
berkomunikatif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi merupakan
suatu pesan penyampaian pesan yang mampu mencapai tujuan dari isi pesan
tersebut sehingga terdapat umpan balik (feedback) atau reaksi sehingga pesan pun
berhasil tersampaikan dan menimbulkan sebuah komunikasi yang efektif. Yang
terpenting dalam proses penyampaian pesan yang disampaikan komunikator itu
menimbulkan dampak atau efek tertentu kepada komunikan. Dampak yang
ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni:18
17
Khaerul Umam, Prilaku Organisasi, (Bandung: CV Pustaka Setia,2012), 230-232. 18
Onong Unchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2002),07.
26
a. Dampak kognitif
Adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia
menjadi tahu atau meningkat intelektualisasinya. Disini pesan yang disampaikan
komunikator ditunjukan kepada sipemikiran komunikan. Dengan lain perkataan,
tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri
komunikan.
b. Dampak afektif
Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Disini
tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak
hatinya: menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih,
gembira, marah, dan lain sebagainya.
c. Dampak behavioral
Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak behavioral, yakni dampak
yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.
Sebelum kita lanjut tentang pembahasan komunikasi nonverbal, kita harus
tahu dulu bahwa teknik komunikasi adalah “seni” penyampaian suatu pesan
dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak
tertentu dalam komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah
pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi,
keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya.19
Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa.
Dikatakan pada umumnya bahasa yang dipergunakan untuk menyalurkan
pernyataan tersebut itu, sebab ada juga lambang lain yang dipergunakan, antara
lain kial-yakni gerakan anggota tubuh, gambar, warna, dan sebagainya.
Melambaikan tangan, mengedipkan mata, mencibirkan bibir, atau menganggukan
kepala adalah kial yang merupakan lambang untuk menunjukan perasaan atau
pikiran seseorang. Gambar apakah itu foto, lukisan, sketsa, karikatur, diagram,
grafik, atau lainnya, adalah lambang yang biasa digunakan untuk menyampaikan
pernyataan seseorang. Demikian pula warna, seperti pada lampu lalu lintas: merah
berarti berhenti, kuning berarti siap, dan hijau berarti berjalan: kesemuanya itu
19
Ibid, hal, 06.
27
lambang yang dipergunakan polisi lalu lintas untuk menyampaikan instruksi
kepada para pemakai jalan. Diantara sekian banyak lambang yang bisa digunakan
dalam komunikasi adalah bahasa, sebab bahasa dapat menunjukkan pernyataan
seseorang mengenai hal-hal, sekian yang kongkret juga yang abstrak, baik yang
terjadi saat sekarang maupun waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Tidak
demikian kemampuan lambang-lambang lainnya.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dengan demikian
bahasa tentu diperuntukkan agar ia terpahami dengan baik oleh penerima
informasi seperti yang diinginkan oleh penuturnya. Aspek komunikasi nonverbal
seperti bahasa tubuh, kontak mata, dan jarak fisik akan membantu tersampainya
suatu informasi dan pesan kepada calon penerima pesan (komunikan). Dari
kesepontanan itulah bahasa menjadi lebih manusiawi, menjadi ciri khas tidak
seperti sistem bunyi pada robot.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi adalah suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat menghindari yang namanya
komunikasi, baik pada diri sendiri maupun orang lain, dari kelompok kecil ke
kelompok besar. Secara garis besar komunikasi terbagi menjadi dua yaitu
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal merupakan
komunikasi yang menggunakan kata-kata baik lisan maupun tulisan. Sedangkan
komunikasi non verbal merupakan semua aspek komunikasi selain kata-kata, ini
meliputi tidak hanya gerakan dan bahasa tubuh, tetapi juga bagaimana kita
mengucapkan kata-kata : infleksi, jeda, nada, volume, simbol, kode, dan lain
sebagainya.20
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal
mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting
komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh
individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi
definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian
dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan
20
Nia kania kurniawati, Komunikasi Antar Pribadi, (Serang: Garaha Ilmu, 2013), 25.
28
nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang
lain.21
Komunikasi nonverbal dapat berbentuk bahasa tubuh, tanda, tindakan,
perbuatan, maupun objek.22
Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk
komunikasi, manusia dalam hidupya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik
yang diciptakan oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami. Manusia
dalam keberadaannya memang memiliki keistimewaan dibanding dengan
makhluk lainnya. Selain kemampuan daya pikirnya (super rational), manusia juga
memiliki ketrampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih,
sehingga dalam berkomunikasi mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu.
Manusia juga disekitarnya, kemampuan manusia menciptakan simbol
membuktikan bahwa manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam
berkomunikasi.23
Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasi tatap muka adalah
nonverbal, sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial
dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyrat-isyarat nonverbal. Dalam
pandangan Bridwhistell, kita sebenarnya mampu mengucapkan ribuan suara
vokal, dan wajah kita dapat menciptakan 250.000 ekspresi yang berbeda. Secara
keseluruhan, seperti dikemukakan para pakar, kita dapat menciptakan 700.000
isyarat fisik yang terpisah demikian banyak sehingga supaya untuk
mengumpulkannya akan menimbulkan frustasi.24
Komunikasi nonverbal dianggap
lebih percaya dari pada komunikasi verbal, terutama ketika pesan verbal dan
nonverbal yang tidak konsisten. Karena komunikasi nonverbal dapat dilihat,
dirasakan, didengar, berbau, mencicipi, bahkan kita dapat menerima komunikasi
nonverbal melalui beberapa saluran dalam waktu bersamaan. Dari kajian ini
terdapat beberapa bentuk komunikasi nonverbal yang efektif yaitu dikelompokkan
sebagai berikut:
21
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandug: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 343. 22
M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal dan Interpesonal, (Yogyakarta: Kanisius,
2009), 27. 23
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007),111-112. 24
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandug: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 351.
29
1. Ekspresi wajah
Wajah tanpa ekspresi adalah teka-teki, menyulitkan sekaligus bebas untuk
di tafsirkan. Isyarat-isyarat wajah merupakan sumber komunikasi
nonverbal yang sangat penting.
2. Kontak mata
Dalam berkomunikasi kita menghabiskan hampir 30-60 persen waktu
untuk berkontak mata dengan lawan komunikasi kita, dengan kontak mata
dapat menunjukkan perhatian, kebencian, dan keinginan tertentu.25
3. Gerakan tubuh dan intonasi suara
Isyarat yang disampaikan oleh tubuh berbeda dengan isyarat yang
disampaikan oleh kepala dan wajah, karena isyarat tubuh lebih pada
semangat dan melemahnya tubuh ketika mengetahui sesuatu yakni lebih
pada kadar emosionalnya. Begitu juga dalam komunikasi mempunyai
makna tersendiri.
4. Isyarat tangan/ bahasa sandi
Isyarat tangan merupakan isyarat terpenting kedua setelah isyarat wajah,
terkhusus penyandang bisu-tuli menggunakan isyarat tangan merupakan
suatu sistem yang komprehensif. Sedangkan bahasa sandi biasanya
digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu seperti pramuka atau simbol
simbol tertentu.
5. Heptika (sentuhan)
Sentuhan merupakan salah satu alat yang sangat penting untuk
berkomunikasi nonverbal. Pada kenyaataannya sentuhan meningkatkan
penyingkapan diri dan kerelaan tersendiri.26
Dilihat dari fungsinya, perilaku noverbal mempunyai beberapa fungsi.
Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat
dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai:
25
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2017), 103. 26
Candra Hun,”Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus”, Internet, diakses melalui
alamat http//pendidikankhusus.wordpress.com/2009/04/06upaya-meningkatkan-kemampuan-
komunikasi-anak-autis-pechs-bagian-3,diakses pada tanggal12 Desember 2015.
30
a.) Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki
kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “saya
tidak sungguh-sungguh.”
b.) Iiustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
c.) Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan
muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
d.) Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam
tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh
untuk mengurangi kecemasan.
e.) Affect Display. Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan
peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut,
terkejut, atau senang.
3. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Semua anak adalah luar biasa dalam arti tidak seorang anak pun sangat
serupa dengan yang lainnya. Tetapi beberapa anak yang benar-benar
menyimpang dan memiliki ciri khas patut mendapatkan perhatian khusus dalam
buku tentang kesehatan mental ini. Telah banyak usaha untuk mendefinisikan
istilah “anak luar biasa” ada yang menggunakan istilah tersebut untuk anak yang
sangat cerdas atau anak yang berbakat luar biasa, sedangkan orang lain
menggunakannya untuk menyebut anak-anak tidak normal. Tetapi pada
umumnya, istilah tersebut telah diterima dan dipakai untuk anak-anak yang cacat
dan anak-anak yang berbakat intelektual. Dengan demikian, anak yang luar biasa
ini disini dapat didefinisikan sebagai anak yang menyimpang atau berbeda dari
anak-anak biasa (anak rata-rata) atau normal dalam hal : (1) ciri khas mental; (2)
kemampuan-kemampuan panca indera; (3) kemampuan-kemampuan komunikasi;
(4) tingkah laku sosial; dan (5) ciri-ciri khas fisik. Perbedaan- perbedaan itu harus
sedemikian rupa sehingga anak tersebut memerlukan sekolah atau layanan
pendidikan yang khusus untuk mengembangkan kapasitasnya secara maksimum.27
27
Yatinus Semiun, OFM, Kesehatan Mental Jilid 2, (Yogjakarta: Kanisius (Anggota
Ikapi), 2006), 237.
31
Menurut Aqila Smart, bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak
dengan karateristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya.28
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karateristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya baik mental ataupun fisik. Seorang anak
dikatakan anak berkebutuhan khusus apabila anak tersebut memiliki dua
ketentuan yaitu: (1) Anak memiliki penyimpangan dari anak pada umumnya,
(kurang atau melebihi anak pada umumnya), (2) Sikap penyimpangan anak
membuat anak mengalami hambatan dalam kesehariannya, sehingga anak tersebut
membutuhkan pelayanan khusus.29
Anak berkebutuhan khusus agak berbeda dengan anak-anak pada
umumnya, anak berkebutuhan khusus berproses dan tumbuh tidak dengan model
fisik yang wajar, karenanya mereka sangat wajar jika mereka terkadang cenderung
memiliki sikap defensif (menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, dan
memiliki semangat belajar yang lemah.
4. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
A. Kelainan Mental
1. Mental Tinggi
2. Mental Rendah
3. Berkesulitan belajar spesifik
B. Kelainan Fisik
1. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
2. Kelainan Indra Penglihatan (Tunanetra)
3. Kelainan Indra pendengaran (Tunarungu)
4. Kelainan Bicara (Tunawicara)
C. Kelainan emosi
1. Gangguan Perilaku
2. Gangguan Konsentrasi
28
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat (Metode Pembelajaran Dan Terapi Untuk
Anak Berkebutuhan Khusus), (Yogjakarta: Kata Hati, 2010),33. 29
Fatimah Munir,” Istilah Anak Berkebutuhan Khusus” Internet, diakses melalui alamat
http://www.kartunet.com/memahami-istilah-anak-berkebutuhan-khusus-abk-
1156/,diaksespadatanggal25Febuari2015.
32
3. Gangguan hiperaktive30
Dalam pembahasan anak berkebutuhan khusus diatas penulis tidak
menerangkan secara mendalam, karena nantinya skripsi ini lebih fokus dalam
membahas komunikasi nonverbal. Setelah mengetahui apa itu ABK, Namun ada
hal yang harus kita ketahui adalah dalam membedakan down syndrome, autis, dan
idiot, yang dalam keseharian kita sering mendengarkan kata-kata tersebut namun
sulit dalam membedakannya.
Secara singkat down syndrome adalah seseorang yang lahir dengan
kelainan kromosom karena faktor genetik. Ciri-ciri fisiknya pun sangat khas dan
terlihat jelas, seperti mata sipit, mulut kecil, dan lidah sering menjulur keluar,
selain itu anak down syndrome biasanya diikuti oleh fungsi, kelainan atau
kerusakan organ-organ tubuh lainnya namun kasus yang sering ditemui adalah
lemah jantung. Berbeda dengan Autis, yang terlihat seperti anak-anak normal.
Sebagian dari mereka ada yang terlahir dengan kemampuan berfikir yang terlalu
jenius, sebagian lagi dengan kemampuan berfikir sangat lambat. Sedangkan Idiot
adalah kata yang digunakan untuk orang kekurangan profesional dan tidak
berpendidikan. Dulu, ilmu psikologi dan kedokteran menggunakan kata tersebut
untuk anak dengan IQ sekitar 30. Namun saat ini, kata Idiot sudah tidak
digunakan lagi, baik dalam dunia psikolog ataupun kedokteran.31
Yang harus kita pahami adalah down syndrome, autis dan idiot adalah
termasuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus. Down syndrome, itu
termasuk dalam anak berkebutuhan khusus dalam kelainan fisik (Tunadaksa),
sedangkan autis termasuk dalam anak berkebutuhan khusus dalam kelainan emosi,
hal ini meliputi gangguan prilaku, konsentrasi dan hiperaktif, dan idiot termasuk
dalam kategori anak berkebutuhan khusus kelainan mental dalam berkesulitan
belajar secara keseluruhan atau secara spesifik.
5. Pengertian Anak Tunawicara
Tunawicara adalah suatu hambatan di dalam komunikasi verbal berupa
gangguan atau kerusakan suara, artikulasi bicara, dan kelancaran berbicara.
30
Abdul Hadis, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: Alfabeta, 2006),55. 31
Yun E-Hyeon, Why? Disability, (Jakarta: Elex Media Komputindo), 23.
33
Penyebab tunawicara antara lain faktor genetik, keracunan makanan, tekanan
darah tinggi, dan penyakit tetanus yang menyerang bayi saat lahir.32
Selama ini kita mungkin menyamakan istilah tunawicara dengan bisu atau
tidak dapat berbicara sama sekali. Namun jika ditelaah lebih lanjut berdasarkan
pendapat para ahli, pengertian tunawicara memiliki makna yang lebih luas yaitu
gangg uan atau hambatan dalam melakukan komunikasi verbal (berbicara) yang
meliputi gangguan/kelainan dalam pengucapan atau artikulasi, gangguan suara,
dan ketidaklancaran dengan orang lain. Dalam hal ini tunawica tidak hanya berarti
bisu, gagap dan keterlambatan bicara pun termasuk dalam kategori tunawicara.
Ciri-ciri anak tunawicara atau karakteristik tunawicara antara lain: bicaranya keras
namun tidak jelas, cadel, suaranya sengau, banyak melakukan gerak tubuh, bibir
sumbing, seringkali suka melihat gerak tubuh dan gerak bibir orang lain.
Tunawicara yang dialami seseorang khususnya anak-anak disebabkan oleh
beberapa faktor yang terjadi pada masa anak masih lahir dalam kandungan (pre
natal), ketika dilahirkan (umur neo natal), atau setelah lahir (pos natal).
Anak dapat mengalami tunawicara dapat disebabkan oleh adanya
gangguan ketika ia masih berada dalam kandungan seperti faktor keturunan atau
kekurangan oksigen yang menyebabkan kerusakan saraf dan otak yang berakibat
ketidaksempurnaan pertumbuhan organ salah satunya adalah organ bicara.
Kondisi bayi yang prematur ketika dilahirkan juga dapat menyebabkan
ketidaksempurnaan pertumbuhan organ yang berakibat timbulnya gangguan
dalam berbicara. Selain itu juga setelah bayi lahir ia juga tidak terlepas dari
berbagai gangguan yang menyebabkannya tunawicara seperti infeksi penyakit
campak, dipteri, tertular sifilis, meningitis (radang selaput otak), atau infeksi alat
pernapasan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, tunawicara tidak hanya berarti bisu.
Secara umum tunawicara dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu
keterlambatan bicara, gagap, kehilangan berbahasa, serta kelainan suara.
32
Fauziah, ”Pengertian Tunawicara” Internet, diakses melalui alamat
http://www.definisimenurutparaahli.com/Pengertian-tunawicara-menurut-para-ahli,diakses pada
tanggal 12 desember 2017.
34
Untuk mengenali apakah seorang anak mengalami keterlambatan bicara dapat
dilihat atau dibandingkan dengan anak-anak seusianya, jika rata-rata anak
seusianya sudah mampu berbicara sementara ia belum mampu maka sangat
dianjurkan untuk memeriksakan anak ke dokter sehingga jika ada kelainan dapat
ditangani dengan cepat.
Kemudian gagap, pada anak dapat berupa memanjangkan suku kata depan,
mulut bergerak-gerak seperti berbicara namun tidak ada suara yang keluar,
kekacauan berbicara seperti bicara dengan struktur kalimat yang tidak beraturan,
bicara terlalu cepat, serta pengulangan kata yang berlebihan.
Kelainan kemampuan berbahasa meliputi ketidakmampuan atau
menangkap inti kalimat atau pembicaraan, hingga tidak mampu berbicara sama
sekali. Dan kelainan suara juga bisa ditandai dengan kelainan nada bicara, seperti
nada bicara yang terlalu rendah, menonton, atau terlalu tinggi. Kemudian juga
dapat dilihat dari kelainan kualitas atau warna suara seperti suara yang terdengar
mendesah, lemah, atau serak. Serta kelainan tingkat kekerasan suara, seperti suara
yang terlalu keras atau terlalu lembut.
6.Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam
Penanaman adalah proses, perbuatan, dan cara menanamkan.33
Sedangkan
arti nilai menurut Zakiyah Daradjat adalah suatu perangkat keyakinan atau
perasaan yang diyakini sebagai identitas yang memberikan ciri khusus pada
pemikiran, perasaan, kiteria maupun perilaku.34
Pengertian nilai menurut Sidi
Ghazalba sebagaimana dikutip oleh chabib Toha, nilai adalah suatu yang bersifat
abstrak, dan ideal. Nilai bukan benda konkrit bukan fakta dan tidak hanya
persoalan besar adalah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal
penghayatan yang dikehendak, disenangi, maupun tidak disenangi.35
Sedangkan agama adalah sesuatu yang berhubungan dengan agama,
beragama, beriman. Yang penulis maksudkan disini adalah agama (agama Islam)
33
DepDikBud,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Desa,1990), 895. 34
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang,1996), 59. 35
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2000),
60.
35
yang dimiliki oleh setiap individu (anak) yang melalui proses perpaduan antara
potensi bawaan sejak lahir dari pengaruh luar individu.
Agama adalah suatu fenomena sosial keagamaan yang mengatur hubungan
manusia dengan tuhan, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam
sekitar sesuai dan sejalan dengan ajaran agama yang mencakup tata keimanan,
tata peribadatan, dan tata kaidah atau norma yang dibawa oleh Rasullullah dari
Allah untuk disampaikan kepada umatnya.
Menurut Chabib Thoha dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam,
penanaman nilai adalah suatu tindakan, perilaku atau proses menanamkan suatu
tipe kepercayaan yan berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dimana
seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang
pantas atau tidak pantas dikerjakan.36
Penanaman nilai keagamaan menurut Zulkarnain dalam bukunya
Transformasi nilai-nilai Pendidikan Islami adalah suatu proses berupa kegiatan
atau usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana, dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk memelihara, melatih, membimbing, mengarahkan,
dan meningkatkan pengetahuan keagamaan, kecakapan sosial, dan praktek serta
sikap keagamaan anak yang meliputi nilai-nilai Islam yaitu nilai aqidah/tauhid,
ibadah, dan akhlak yang selanjutnya dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Anton H. Bakker, metode merupakan cara bertindak menurut
sistem aturan yang bertujuan agar kegiatan praktis telaksana secara rasional dan
terarah, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.37
Hal ini bertujuan agar
sebuah penelitian dapat berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan sesuatu
yang memuaskan.
36
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, 61. 37
Anton H. Bakker, Metode-metode Fisafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), 6.
36
Penelitian dalam penulisan ini menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif,yaitu suatu metode penelitian pada peristiwa zaman sekarang38
dan
meminjam istilah Kriek dan Miller merupakan tradisi penelitian ilmu penelitian
merupakan sosial yang bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan
manusia yang berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan
peristilahan yang digunakan yaitu teknik yang menggambarkan.39
Mengingat metode penellitian yang digunakan adalah metode kualitatif
yang bersifat deskriptif eksplanatoris, deskriptif untuk menjelaskan apa yang
terjadi secara lengkap, sedangkan eksplanatoris untuk menjawab mengapa dan
bagaimana suatu peristiwa terjadi. Maka penelitian ini diupayakan untuk
menggambarkan fakta yang diinterpretasikan secara tepat dan teruji.40
2. Setting dan subjek penelitian
a. Setting Penelitian
Setting penelitian adalah anak Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muaro
Jambi desa Bukit Baling Kecematan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Hal ini
lebih memfokuskan pada komunikasi nonverbal yang diterapkan dalam
menanamkan ilmu agama pada anak tunawicara di SLB tersebut, pemilihan
setting ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, secara rasional didasarkan
pada kenyataan bahwa SLB ini memiliki anak didik yang memang berkebutuhan
khusus, khususnya dalam masalah berkomunikasi, anak tunawicara yang
menggunakan komunikasi nonverbal ini. Karena itulah penelitian ini akan dapat
dilakukan secara adil dan berimbang, yang secara ekonomis setting ini mudah
dijangkau oleh peneliti.
b. Subjek penelitian
Subjek penelitian berpusat pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan anak
tunawicara meliputi guru, pembina, dan siswa yang menggunakan komunikasi
nonverbal (penyandang tunawicara) di SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit
Baling Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi. Mengingat subjek yang baik adalah
38
Moh. Nazir, Metode penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 54. 39
Laxy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2000), 6. 40
Tim Penyususn, II, Panduan Penulisan Karya Ilmiah, (Jambi, Fakultas Ushuluddin
IAIN STS Jambi, 2016), 61.
37
subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui, memahami, atau berkepentingan
dengan aktivitas yang akan diteliti, serta memiliki waktu untuk memberikan
informasi secara benar dan penelian ini di khususkan untuk kegiatan keagamaan
pada anak didik yang beragama Islam.
3. Jenis dan Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi, peristiwa,
dan dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan maupun tindakan
orang yang bisa memberikan data melalui wawancara. Sumber data suasana/
peristiwa berupa suasana yang bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana),
meliputi ruangan, suasana, dan proses. Sumber data tersebut merupakan objek
yang akan diobservasi. Sumber data dokumenter atau berbagai referensi yang
menjadi bahan rujukan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.41
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (first
hand) melalui observasi atau wawancaa di lapangan.42
Dalam hal ini data yang
diinginkan adalah penulis melihat bagaimana komunikasi nonverbal dalam
menanamkan ilmu agama anak tunawicara di sekolah luar biasa (SLB) Negeri
Muaro Jambi Di desa Bukit Baling Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi.
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua berupa
dokumentasi.43
Serta peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis. Adapun data
sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.) Histori dan profil Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muaro Jambi di desa
Bukit Baling Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi.
2.) Struktur organisasi SLB Negeri Muaro Jambi di desa Bukit Baling Kec
Sekernan Kab. Muaro Jambi.
3.) Keadaan siswa, jumlah siswa dan guru di SLB Negeri Muaro Jambi di
desa Bukit Baling Kec Sekernan Kab. Muaro Jambi.
41
Mohd.Arifullah et.al, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, (Jambi: Fak
Ushuluddin IAIN STS Jambi 2015), 59. 42
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), 62. 43
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2013), 225.
38
4.) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
5.) Buku-buku yang berkaitan dengan penelitian sebagai bantuan teori.
4. Metode Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam studi ini menggunakan tiga teknik yang
dilakukan secara berulang-ulang agar keabsahan datanya dapat dipertanggung
jawabkan, yaitu:
a. Pengamatan tidak terlibat, merupakan pengamatan yang dilakukan tanpa
keterlibatan peneliti dalam aktivitas yang diamati, peneliti dalam hal ini hanya
melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan.44
Metode pengumpulan
data melalui pengamatan tidak terlibat dalam penelitian ini dilakukan secara
umum terfokus pada metode, praktik, dan dampak serta kefektivitas
komunikasi nonverbal dalam menanamkan ilmu agama pada anak tunawicara
di SLB Negeri Muaro Jambi dengan sumber data manusia.45
b. Wawancara, sebelum wawancara dilakukan wawancara pertanyaan yang telah
disiapkan lebih dahulu sesuai dengan pengalihan data yang diperlukan dan
kepada siapa wawancara tersebut dilakukan. Teknik wawancara mendalam
digunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang berbagai informasi
yang terkait dengan persoalan yang sedang diteliti kepada pihak-pihak yang
dianggap dapat memberikan informasi secara utuh tentang persoalan yang akan
dikaji. Dalam penelitian ini informan terdiri dari kepala sekolah dan guru di
SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling yang menangani dan mengajar
lansung anak tunawicara yang akan diamati oleh peneliti.
c. Dokumentasi, merupakan metode pengumpulan data melalui data-data
dokumenter, berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah agenda
ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek yang diteliti.46
Data dokumentasi yang dimaksud adalah data tentang data-data yang
berhubungan dengan gambaran umum SLB Negeri Muaro Jambi di desa Bukit
Baling yaitu:
44Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 126.
45Ibid, hal, 139.
46Ibid,hal, 188.
39
1. Historis dan geografis
2. Struktur organisasi
3. Visi dan Misi Sekolah
4. Keadaan Guru dan siswa
5. Keadaan sarana dan prasarana
Ketiga teknik pengumpulan data diatas digunakan secara simultan dalam
penelitian ini, dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara data satu
dengan data yang lain. Sehingga data yang penulis peroleh memiliki validitas dan
keabsahan yang baik untuk dijadikan sebagai sumber informasi.
5. Metode/ Tehnik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak pengumpulan data
secara keseluruhan. Data kemudian dicek kembali, secara berulang, dan untuk
mencocokan data yang diperoleh, data disestimatiskan dan diinterprestasikan
secara logis, sehingga diperoleh data yang absah dan kredibel.47
Tehnik analisis data yang digunakan adalah yang pertama analisis historis,
penelurusan atau mencari sumber buku yang bersangkutan mengenai komunikasi
nonverbal. Kedua yaitu membandingkan antara pendapat yang satu dengan
pendapat yang lain yang berhubungan langsung dan tidak langsung. Kegiatan
dalam analisis data yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), dan penarikan kesimpulan (conclusing drawing).48
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpecaya (trustworthiness) dan dapat
dipercaya (reliabe), maka peneliti melakukan tehnik pemeriksaan keabsahan data
yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya
pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:
47Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996),6. 48
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif dan R&D (Bandng: Alfabeta,2014),
253.
40
1. Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsetaan
peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden,
disengaja atau tidak disengaja.49
Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena
adanya nilai-nilai bawaan dari peneliti atau adanya keterasingan peneliti dari
lapangan yang diteliti. Sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul
secara tidak sengaja, akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau
muncul dengan sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif
yang dapat menyenangkan peneliti, ataupun untuk menutupi fakta yang
sebenarnya.
Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan
peneliti di lapangan yang diharapkan dapat menjadikan data yang diperoleh
memiliki derajat reabilitas dan validitas yang tinggi. Perpanjangan keikutsertaan
peneliti pada akhirnya juga akan menjadi semacam motivasi untuk menjalin
hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek
penelitian dengan teliti.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti, rinci, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol
dalam penelitian. Faktor-faktor yang tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga
peneliti dapat memahami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan
dalam upaya mendapatkan karateristik data yang benar-benar relevan dan terfokus
pada objek penelitian., permasalahan, dan fokus penelitian. Hal ini diharapkan
pula dapat mengurangi distorsi data yang mungkin timbul akibat keterburuan
peneliti untuk menilai suatu persoalan, ataupun distorsi data yang timbul dari
kesalahan responden yang memberikan data secara tidak benar, misalnya
berdusta, menipu, dan berpura-pura.50
49
Moleong, Metodologi Penelitia Kualtatif, 175-177. 50
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117.
41
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan tehnik pemeriksaan kesalahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan reabilitas
data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang
diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam tehnik trianggulasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu tehnik pemeriksaan menggunakan
sumber, metode, penyidik, dan teori.51
Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat reabilitas suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif, yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
Membandingkan apa yang dikatakan informan diruang umum (publik) dengan apa
yang dikatakan di ruang pribadi (privat); Membandingkan apa yang dikatakan
informan pada suatu waktu penelitian tertentu dengan apa yang dikatakan
sepanjang waktu penelitian,; Membandingkan keadaan dan perspektif seorang
informan dengan berbagai pendapat atau pandangan informan lainnya, seperti
dosen, mahasiswa, atau pimpinan prodi; Membandingkan hasil wawancara
dengan isi dokumen terkait.
Trianggulasi dengan metode merupakan teknik pengecekkan keabsahan
data dengan meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh
melalui metode pengumpulan data tertentu. Terdapat dua cara yang dapat
dilakukan dalam trianggulasi dengan metode, yaitu: pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data;
Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Trianggulasi dengan penyidik, yaiitu teknik pengecekan data melalui
perbandingan hasil daya yang diperoleh dari satu pengamat dengan hasil
penyelidikan pengamat lainnya. Cara ini dapat dilakukan bila penelitian dilakukan
dalam suatu kelompok, dimana masing-masing peneliti kemudian
membandingkan hasil penelitiannya. Trianggulasi dengan teori, yaitu pengecekan
51
Michael Quinn Patton, Qualitative Data Analysis: A Source of New Methods (Beverly
Hills: Sage Publications, 1986), 331.
42
keabsahan data melalui perbandingan dua atau lebih teori yag berbicara tentang
hal sama, dimksudkan untuk mendapatkan penjelasan banding tentag suatu hal
yang diteliti. Penerapan teknik tersebut, dapat dilakukan dengan memasukkan
teori-teori pembanding untuk memperkaya dan membandingkan penjelasan pada
teori utama yang digunakan dalam penelitian.
4. Diskusi dengan teman Sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan melakukan
diskusi dengan teman sejawat, guna mematikan data yang diterima benar-benar
realatau bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara
tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukkan, dan saran
yang berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.52
H. Studi relevan
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah poses
penyesuaian atau sebagai proses penyampaian pesan, gagasan, ataupun pemikiran
dari komunikator pada komunikan, komunikasi hanya dapat terjadi bila
komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama, Hal ini jelas terlihat
pada orang-orang yang menggunakan bahasa yang berbeda. Kita tidak bisa
berkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa kita berbeda, tetapi prinsip
ini menjadi sangat relevan jika kita menyadari bahwa kita tidak ada dua orang
menggunakan sistem isyarat yang sama, orang tua dan anak misalnya, bukan
hanya memiliki perbendaharaan kata yang beda melainkan juga memiliki arti
yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan. Untuk melakukan perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka penulis
melakukan penelusuran terhadap beberapa karya tulis ilmiah yang membicarakan
mengenai efektivitas komunikasi nonverbal, diantaranya adalah:
Skripsi karya Rukmini Rasyid dari jurusan Iimu Komunikasi Fakultas
Iimu Sosial Dan IImu Politik Universitas Hasanuddin yang berjudul Prilaku
Komunikasi Nonverbal Anak Autis Dalam Proses Belajar Di Sekolah Luar Biasa
52
Mohd.Arifullah et.al, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, (Jambi: Fak
Ushuluddin IAIN STS Jambi 2015), 59.
43
(SLB) Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan Di Kota Makassar.53
Penelitian
ini sama-sama membahas komunikasi pada anak berkebutuhan khusus namun
perbedaan dengan penulisan disini adalah penulis memfokuskan pada anak
tunawicara dan penelitian yang penulis lakukan terfokus pada SLB desa Bukit
Baling Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi.
Skripsi karya Juraidah dari jurusan komunikasi dan Penyiaran Islam
fakultas Ushuluddin IAIN STS JAMBI yang berjudul Efektivitas Komunikasi
Instruksional Dalam Kegiatan Muhadhoroh Untuk Meningkatkan Santri
Berceramah pada Pondok Pesantren As’ad Olak Kemang Kota Jambi.54
Penelitian
ini membahas tentang bagaimana keefektifan komunikasi instruksional yang juga
termasuk di dalamnya komunikasi nonverbal melalui Muhadhoroh. Perbedaan
penelitian ini adalah penulis melakukan fokus komunikasi nonverbal dalam
penanaman ilmu agama pada anak tunawicara.
Skripsi karya Siti Khotimah dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
fakultas Ushuluddin IAIN STS JAMBI yang berjudul Efektivotas Komunikasi
Nonverbal Dalam Pembinaan Keagamaan Anak Tunarungu Di Sekolah Luar
Biasa Kota Jambi.55
Penelitian ini membahas tentang bagaimana cara menerapkan
komunikasi nonverbal dalam pembinaan agama untuk anak tunarungu.
Perbedaannya penulis lebih memfokuskan pada kegiatan keagamaan dan sejauh
mana penerapan nilai-nilai agama pada anak tunawicara.
53
Faridatul,”Skripsi Komunikasi Nonverbal”, Internet, diakses melalui internet, diakses
melalaui:http//jiptupn-gdl-komunikasi-non-verbal-1643pdfreaser,diakses, pada tanggal 12
Desember 2017. 54
Juraidah, Efektivitas Komunikasi Instruksional Dalam Kegiatan Muhadharoh Untuk
Meningkatkan Santri Berceramah Pada Pondok Pesantren As’ad Olak Kemang Kota Jam i,(IAIN
STS JAMBI, 2015). 55
Siti Khotimah, Efektivitas Komunikasi Nonverbal dalam Pembinaan Agama Terhadap
Anak Tunawicara, (IAIN STS JAMBI, 2015).
44
BAB II
PROFIL SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI MUARO JAMBI KOMPLEK
PERKANTORAN BUKIT CINTO KENANG BUKIT BALING MUARO
JAMBI
A. Profil Sekolah Luar Biasa (SLB)
1. Sejarah Pendirian Sekolah
Sejarah perkembangan pendidikan bagi penyandang cacat Indonesia pada
dasarnya dapat dilihat dari dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan dan
setelah kemerdekaan. Berdirinya Blinden Institut tahun 1901 di Bandung yang
diprakarsai oleh Dr. Westhoff merupakan awal pelayanan terhadap penyandang
cacat dimana para tunanetra diberikan latihan dengan progam shetered workshop
(bengkel kerja). Progam inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya sekolah
khusus bagi tunanetra di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1927, juga di
Bandung, dibuka sekolah khusus bagi anak tunagrahita yang didirikan oleh
Bijzonder Onderwijs yang diprakasai oleh seorang yang bernama Folker, sehingga
sekolah ini disebut Folker School. Pada tahun 1930 sekolah khusus untuk
tunarungu wicara juga dibuka di Bandung oleh seorang Belanda yang bernama
C.M Roelsema.56
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Muaro Jambi di Desa Bukit Baling
berdiri sejak tahun 2006 oleh pemerintah daerah. SLB mulai operasional pada
tanggal 14 Juli 2008. Sekolah Luar biasa ini sama halnya dengan sekolah umum
lainnya. SLB ini di resmikan oleh Ibu Suparmi pada tahun 2006. Pada awal
mulanya mencari siswanya begitu sulit, karena kurangnya partisipasi orang tua
terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus ini. Bahkan guru-guru harus
berpartisipasi langsung untuk mencari anak murid dengan berbagai cara, salah
satunya harus datang kerumah sampai tiga kali (face to face). Sejak berdirinya
56
Gunawan Multi Alam dan Puguh Sudarminto, “SLB dan Sejarah Pendidikan Luar
Biasa”, diakses melalui alamat http://terandik.blogspot.com/2016/05/slb-dan-sejarah-pendidikan-
luar-biasa.html,tanggal 20 April 2018.
45
SLB ini begitu banyak perkembangannya mulai dari bertambahnya anak didik
yang berasal dari berbagai kota.57
SLB yang beralamat di Desa Bukit Baling Muaro Jambi, mempunyai
identitas sebagai berikut:
a. Nama Sekolah : SLB Negeri Muaro Jambi
b. Alamat Sekolah : Komplek Perkantoran Bukit Cinto Kenang
-Desa : Bukit Baling
-Kecematan : Sekernan
-Kabupaten : Muaro Jambi
-Provinsi : Jambi
c. Status Sekolah : Negeri
d. Jurusan : A, B, C, D, E & Autis
e. Tahun Pendirian : 2006
f. Mulai Operasional : 14 Juli 2008
g. Waktu Kegiatan : Pagi
h. Sistem Pelayanan : Individual/Kelompok/Klasikal58
2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Adapun visi, misi, dan tujuan SLB Negeri Muaro Jambi adalah :59
a. Visi:
Visi dari sekolah luar biasa Negeri Muaro Jambi adalah terwujudnya
kemandirian anak berkebutuhan khusus melalui layanan pendidikan yang
bermutu, serta dapat diterima di masyarakat, mendapat kesempatan kerja,
memperoleh fasilitas yng memadai, berperan aktif secara eklusif dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Misi
Dalam terwujudnya sebuah visi yang telah ditetapkan sekolah luar biasa
ini mempunyai misi sebagai berikut:
57
Dokumentasi SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019. 58
Dokumentasi SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019. 59
Dokumenasi SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
46
1) Sekolah sebagai pusat pelayanan dan pembelajaran anak berkebutuhan
khusus.
2) Menyelenggarakan pendidikan keterampilan secara tearah, terukur,
terpadu secara berkesinambungan.
3) Melatih dan menumbuhkembangkan kemandirian anak berkebutuhan
khusus.
4) Memberikan dukungan, mengadakan pelatihan, mengikutsertakan guru,
dan karyawan dalam menumbuhkembangkan potensi serta kreatifitas demi
kemajuan sekolah.
c. Tujuan
1. Diharapkan anak didik tumbuh menjadi generasi yang dapat beribadah
sesuai ajaran agama.
2. Dapat hidup ditengah masyarakat tanpa ada perbedaan
3. Anak didik bisa hidup mandiri dan layak dimasyarakat.
4. Anak didik mandiri dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
membebani orang lain.
5. Anak didik memiliki keterampilan sesuai dengan bakat dan minatnya dan
dapat berwiraswasta atau bekerja baik di workshop sekolah maupun di
masyarakat luas.
B. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan60
1. Gedung
a. Luas tanah : 20.000 M2
b. Luas bangunan ruang Kepala Sekolah,
Luas ruang TU, Guru dan teras : 167.26 M2
c. Luas Musholah dan teras : 20.43 M2
d. Luas ruangan kelas dan teras : -
e. Luas rumah dinas Kepala Sekolah : 18.20 M2
f. Luas lapangan upacara : 980.07 M2
g. Listrik : ada
60
Dokumentasi SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
47
h. Air : Air sumur biasa dan
sumur bor
i. Status tanah : Milik Pemda
j. Status gedung : Milik Pemda
k. Keadaan gedung : Permanen
Tabel 2.1. Daftar Ruang SLB Negeri Muaro Jambi61
No Nama Ruang Jumlah
Ruang
Keterangan
1. Kepala Sekolah 1 Rusak Berat
2. Guru 1 Rusak Berat
3. Tata Usaha 1 Rusak Berat
4. Kelas 7 Rusak Sedang
5. Musholah 1 Baik
6. AULA 1 Rusak Sedang
7. WC Guru & Karyawan 3 Rusak Sedang
8. WC Siswa 2 Rusak Sedang
Dalam keterangan diatas yang mengalami rusak sedang sangat banyak
dibandingkan dengan rusak berat maupun yang tidak rusak sama sekali. Termasuk
yang rusak disini berjumlah 16 ruangan.
2. Sarana dan Prasarana
Tabel 2.2 Tabel Keadaan Sarana dan Prasarana62
No Sarana/ Prasarana Jumlah Keterangan
1. Rumah dinas Kepala Sek0lah 1 unit Rusak sedang
61
Dokumentasi SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019. 62
Dokumentasi SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
48
2. Motor dinas 1 unit Baik
3. Lapangan Lompat Jauh 1 unit Rusak ringan
4. Meja Tenis meja 3 unit 2 Rusak
5. Lapangan Olahraga - Tanah belum
rata
6. Rumah Dinas Guru 2 unit 1 Rusak
Sedang
7. Asrama 2 unit 1 Rusak
Ringan
8. Pagar depan sekolah - Rusak Ringan
9. Lapangan Bulu Tangkis 1 unit Baik
10. Lapangan Tolak Peluru 1 Unit Baik
11. Lapangan Lintas Lari 100 M 1 Unit Rusak Ringan
12. Bengkel Pendidikan 1 Unit Baik
13. Ruang Keterampilan Tata Boga 1 Unit Baik
Keadaan Sarana Dan prasarana SLB Negeri Muaro Jambi masih juga ada
yang mengalami rusak ringan maupun rusak sedang. Sampai saat ini masih bisa
digunakan untuk di pakai dan ditempati. Sarana dan prasarana disini yang masih
dalam kedaan baik bisa dihitung dari pada yang rusak ringannya.
3. Keadaan Murid63
a. Jumlah murid baru : - orang
b. Murid menurut jenis kelamin
Laki-laki :51 orang
63Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
49
Perempuan :33 orang
Jumlah :84 orang
c. Jumlah murid menurut jurusan :
Jurusan Tunanetra (A) :3 orang
Jurusan Tunarugu/wicara (B) :23 orang
Jurusan Tunagrahita (C) :29 orang
Jurusan Tunagrahita Ringan (C1) :18 Orang
Jurusan Tunadaksa (D) :2 orang
Jurusan Tunadaksa Ringan (D1) :2 orang
Jurusan Tunalaras (E) :- orang
Jurusan Autis :7 orang
Jumlah :84 orang
d. Data Rombongan Belajar
TABEL 2.3 DATA ROMBONGAN BELAJAR SLB NEGERI
MUARO JAMBI64
JUMLSH MURID
JUMLAH ROMBEL
JUMLAH RUANG
KELAS
KELAS
JML
KELAS
JML
KELAS
JML
I 9 I 4 I 1
II 11 II 2 II 2
III 3 III 2 III 1
IV 8 IV 2 IV 1
64
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
50
V 7 V 2 V 1
VI 5 VI 1 VI 1
VII 4 VII 1 VII 1
VIII 8 VIII 4 VIII 1
IX 9 IX 1 IX -
X 14 X 1 X 2
XI 1 XI 1 XI 1
XII 5 XII 1 XII 1
TOTAL 84 TOTAL 22 TOTAL 13
Dari tabel diatas Jumlah siswa yang ada di SLB berjumlah 84 orang,
sedangkan ruangan rombongan belajar berjumlah 22 orang, kemudian Jumlah
ruangan kelas ada 13 Ruangan.
e. Jumlah Lulusan Tahun Ajaran 2016/2017
TABEL 2.4 JUMLAH LULUSAN TAHUN 2016/201765
JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
SDLB SMPLB SMALB
5 14 4 23
Dari tabel tersebut bahwa jumlah lulusan pada tahun 2016/2017 berjumlah
23 orang. Dari SDLB yang berjumlah 5 orang, kemudian SMPLB berjumlah 14
Orang dan SMALB berjumlah 4 orang.
65
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
51
1. KEADAAN KELAS, TANAH , DAN BANGUNAN
a. Jumlah kelas menrut jenjang pendidikan
TABEL 2.5 JUMLAH KELAS MENURUT JENJANG
PENDIDIKAN66
JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
SDLB SMPLB SMALB
7 1 2 10
Jumlah semua kelas yang ada di SLB Negeri Muaro Jambi ada 10 kelas,
terdiri dari SDLB jumlah tujuh ruangan, SMPLB ada satu ruangan dan SMALB
ada dua ruangan.
b. Jumlah ruang kelas menurut status pemilikan dan luasnya
TABEL 2.6 JUMLAH RUANG KELAS MENURUT STATUS
PEMILIKAN DAN LUASNYA67
MILIK
BUKAN
MILIK
JUMLAH LUAS
SELURUHNYA (M2)
1 2 3 4
Pemda -- 10 --
Jumlah ruang kelas yang yang statusnya bukan milik tidak ada, kemudian ada
juga yang milik Pemda.
66
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019. 67
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
52
c. Tanah dan bangunan menurut status pemilikan dan luasnya.
TABEL 2.7 TANAH DAN BANGUNAN MENURUT STATUS
PEMILIKAN DAN LUASNYA68
VARIABEL MILIK (d) Luas
(M2)
BUKAN
MILIK
(M2)
LUAS
(M2)
LUAS
SELUR
UHNYA
(M2)
1 2 3 4 5 6
Tanah Pemda 20.000 -- -- --
Bangunan
Sekolah
Pemda -- -- -- --
Bangunan
Asmara
Pemda -- -- -- --
Bangunan
Lain-lain
Rumah Dinas
Kep.Sekolah
Penj. Sekolah
-- -- -- --
Dari tabel diatas tanah yang status kepemilikannya oleh Pemda 20.000 M2
yang sudah di tetapkan dan di ukur.
68
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
53
2. FASILITAS KHUSUS
TABEL 2.8 FASILITAS KHUSUS SLB NEGERI MUARO JAMBI69
No. Jenis/Nama Barang Jumlah Kondisi Barang Asal
Barang Baik Rusak/Habis
Fasilitas Ketrampilan
1. Mesin Jahit 9 buah 6 baik 3 rusak Pusat
2. Mesin Obras 2 buah - Rusak Pusat
3. Mesin Jahit Bordir 2 buah Baik - Pusat
4. Lemari Kaca Sedang 2 buah Baik - Pusat
5. Etalase 5 buah Baik - Pusat
Fasilitas Progam Khusus (PROGSUS)
6. Microphone 2 unit Baik - Pusat
7. Meja ½ Lingkaran 1 unit Baik - Pusat
8. Kaca Besar 1 unit Baik - Pusat
9. DVD 2 unit - 2 Rusak Pusat
10. Speaker Aktif 2 unit - Rusak Pusat
11. Panggung Getar 1 unit - Rusak Pusat
12. Keyboard 1 unit Baik - Pusat
13. Spatel 2 unit Baik - Pusat
14 Tamborin 1 buah Baik - Pusat
69
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
54
15. Maracus 1 buah Baik - Pusat
16. Perkusi 1 buah Baik - Pusat
17. Angel Slocken Speil 1 buah Baik - Pusat
18. Rebana 3 buah Baik - Pusat
19. Lonceng 1 buah Baik - Pusat
20. Trompolin 1 buah - Rusak
Ringan
Pusat
21. Bola besar 3 unit - Habis Pusat
22. Alat Treadmil 1 unit - Rusak Pusat
23. Matras 2 buah - Rusak
Ringan
Pusat
24. Softball 3 buah - Habis Pusat
25. Cakram 20 buah 10
Baik
10 Rusak Pusat
26. Gong Besar 1 buah Baik - Pusat
27. Meja tenis meja 3 buah 2 baik 1 rusak Pusat
28. Miniatur tempat
ibadah
10 unit 5 baik 5 rusak Pusat
29. Tape Recorder 1 unit - Rusak Pusat
30. Al-Qur‟an Braille 30 juz Baik - Pusat
31. Tenda 2 buah Baik - Pusat
32. Mesin Kompresor 1 set Baik - Pusat
33. Peralatan dan Bahan 3 set Baik - Pusat
55
Ketrampilan tata
busana Komplit
34. Mesin las listrik
stensil (inverter
MMA/tig
4 buah Baik - Propinsi
35. Pemotong behel 1 buah Baik - Propinsi
36. Pemotong Plat 1 buah Baik - Propinsi
37. Ragum 6” 1 buah Baik - Propinsi
38. Bbor miling 16 ML 1 buah Baik - Propinsi
39. Grenda tangan 1 buah Baik - Propinsi
40. Bor tangan 1 buah Baik - Propinsi
41. Bor duduk 1 buah Baik - Propinsi
42. Grenda potong besar
14”
1 buah Baik - Propinsi
43. Topeng las 5 buah Baik - Propinsi
Fasilitas Khusus yang ada di SLB Negeri Muaro Jambi untuk semuanya
baik yang dari pusat maupun yang dari propinsi berjumlah 156 buah. Itu semua
ada yang dalam keadaan baik ada 110 buah, kemudian yang mengalami rusak
berjumlah 35 buah.
B. Agama
Agama adalah suatu prinsip yang harus dimiliki oleh setiap manusia untuk
mempercayai tuhan dalam kehidupan mereka. SLB Muaro Jambi ini tidak hanya
tergolong oleh agama Islam saja, seperti yang di sampaikan oleh guru bagian
56
ekstrakurikuler waktu diwawancarai penulis menyatakan “[S]elain Islam, ada juga
kepercayaan yang dianut oleh siswa dan siswi SLB ini yaitu agama kristen.70
C. Ektrakurikuler
Kualitas tamatan sekolah khusus dituntut untuk memenuhi standar
kompetensi dunia kerja, selain mampu menguasai materi ketrampilan siswa harus
berinteraksi dan aktif dalam hubungan sosial. Kegiatan estrakurikuler merupakan
salah satu alat pengenalan siswa pada hubungan sosial. Di dalamnya terdapat
pendidikan pengenalan diri dan pengembangan kemampuan selain pemahaman
materi pelajaran.
Berangkat dari pemikiran tersebut, maka di SLB Negeri Muaro Jambi ini
diselenggarakan berbagai kegiatan esktrakurikuler, diantaranya adalah:71
a). Pramuka
b). Kesenian
c). Olahraga
d). Kerohanian ( Agama)
e). Ketrampilan
D. Struktur Organisasi
SLB yang merupakan salah satu SLB yang berada di Muaro Jambi
merupakan sekolah yang memiliki tenaga pekerja yang ahli di bidangnya. Tamatan
dari SLB Negeri Muaro Jambi yang memiliki kemampuan atau ketrampilan tertentu
dan tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi maka akan dijadikan sebagai
alumni sekolah. Hal ini karena sekolah memberi alasan agar ilmu atau ketrampilan
yang dimiliki oleh alumni bisa disalurkan kepada generasi selanjutnya dan alumni
mempunyai kegiatan sehari-hari. Secara struktur keorgnisasian SLB Negeri Muaro
Jambi sebagai berikut.
70Guru Ekstrakurikuler SLB Negeri Muaro Jambi, Murtini, Wawancara dengan Penulis,
20 April 2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan. 71
Guru Ekstrakurikuler SLB Negeri Muaro Jambi, Murtini, Wawancara dengan Penulis, 20 April
2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan.
57
GAMBAR 2.1 STRUKTUR ORGANISASI SLB NEGERI MUARO
JAMBI72
----------------
72
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
TATA
USAHA
RETNO
KURNIATI
S.KOM
KEPALA SEKOLAH
SUPARMI, S.Pd
ASRAMA
KOMITE SEKOLAH
WK. KURIKULUM
RETNO D. APRIANI,S.Pd
WK.KESISWAAN
MURTINI.S,Pd
SEKSI
HUMAS
ADI
WIBOWO
DEWAN GURU
PESERTA DIDIK
SEKSI SARPAS
58
BAB III
EKSTRAKURIKULER DAN PENERAPAN TEORI KOMUNIKASI
NONVERBAL DALAM MENANAMKAN NILAI NILAI AGAMA PADA
ANAK TUNAWICARA
A. Progam Keagamaan SLB Negeri Muaro Jambi
Setiap lembaga pasti dituntut untuk menyusun progam kerjanya, baik
progam jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu progam harus disiapkan
secara cermat dan hati-hati agar dapat memberikan hasil yang nyata. Tanpa adanya
progam terencana, seseorang akan bekerja bardasarkan naluri atau insting saja
sehingga mudah kehilangan arah, mudah tergoda dengan pekerjaan lama tidak
terselesaikan. Pada akhirnya sebuah lembaga tidak dapat mecapai tujuan dan akan
sulit memastikan sejauh mana kemajuan dan hasil yang telah dicapai suatu
lembaga.73
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berwenang disekolah atau di madrasah tertentu.
Pengembangan ekstrakurikuler lebih mengandalkan inisiatif sekolah atau
lembaga. Namun kegiatan ekstrakurikuler juga memiliki landasan hukum yang
kuat, keputusan Mentri Pendidikan Nasional RI No.125/U/2002 tentang kalender
pendidikan dan jumlah jam belajar efektif di sekolah pengaturan kegiatan
estrakurikuler dalam keputusan ini terdapat dalam bab 5 pasal 9 ayat 2 pada tengah
semester sekolah melakukan kegiatan kreatifitas, olahraga hingga mengisi kegiatan
dibulan ramadhan yang bersifat mendidik moral anak didik.74
Dari keterangan di atas menerangkan bahwa pendidikan ekstrakurikuler
sangat membantu perkembangan anak dalam proses belajar di sekolah. Waktu
73Morisan, Managemen Public Realition, (Jakarta: Kencana,2010), 148.
74Arif Yuri, “UU Ekstrakurikuler Sekolah,” Internet, diakses melalui internet
http://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingya-kegiatan-ekstrakurikuler.html,tnggal 21 April
2018.
59
belajar formal yang diadakan dikelas terkadang membuat anak kurang dalam
pemahaman dan terkadang merasa tidak bebas dalam bertanya jawab karena waktu
yang terbatas, dengan kegiaatan ekstrakurikuler yang diterapkan di sekolah dapat
menambah wawasan dan keterbatasan berkarya bagi anak didik yang mempunyai
bakat-bakat tertentu.
SLB Negeri Muaro Jambi memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang
diterapkan didalam sekolah dan dilakukan setiap hari, ekstrakurikuler yang
diadakan sesuai dengan pembelajaran atau kurikulum yang berlaku. Dari
keterangan diatas menerangkan bahwa pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada
satuan pendidikan adalah untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik
dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.
Semua anak didik yang ada di SLB Negeri Muaro Jambi untuk kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan di bina oleh beberapa guru agama yang ada di sekolah
tersebut diantaranya:75
1.) Tunanetra dibina oleh Arif Amirul Mukminin, S.Pd.
2.) Tunawicara dan Autis dibina oleh Sarifah, S.Ag
3.) Tunagrahita dibina oleh Agus Salman S.Pd.I
4.) Tunadaksa dibina oleh Murtini,S.Pd
Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler agama dilakukan setiap hari
rabu, karena kegiatan belajar mengajar dikelas dilakukan maksimal empat jam
dalam setiap minggunya. Selain itu ada tambahan pelaksanaan ekstrakurikuler
keagamaan yang ada di SLB juga dilaksanakan setiap hari jum‟at dengan berbagai
macam kegiatan keagamaan, diantaranya ada hafalan surat pendek, dan tata cara
sholat.
Untuk saat ini ekstrakurikuler keagamaan yang ada di SLB Negeri Muaro
Jambi yang diterapkan kepada anak penyandang tunawicara mencakup tentang
keagamaan, diantaranya tentang mandi wajib, sholat lima wajib, mengaji dan lain
sebagainya. Walaupun anak tunawicara mempunyai kekurangan yaitu susah dalam
menangkap pembelajaran secara materi maupun praktik.
75
Dokumen pembagian tugas guru SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
60
Setidaknya mereka bisa lebih mengenal dasar-dasarnya terlebih dahulu,
seperti yang telah dijelaskan oleh kepala sekolah SLB Negeri Muaro Jambi saat
ditemui di kantor wawancara langsung dengan penulis memaparkan bahwa:
[P]rogam keagamaan yang diterapkan kepada anak penyandang tunawicara ada
belajar mandi wajib, sholat lima waktu, dan mengaji. Meskipun anak
penyandang tunawicara sangat susah untuk di ajarkan, yang terpenting mereka
bisa mengenal dasar-dasarnya yang paling penting dan diutamakan. Apalagi
anak-anak didik disini sudah banyak yang balig berarti itu semua kewajiban
kami untuk mengajarkan suatu kewajiban sebagai orang Islam. Terkadang
mereka beranggapan bahwa kegiatan praktik yang kami lakukan pada saat
sholat dan belajar mandi wajib itu dianggapnya lucu, sehingga mereka
meresponnya hanya tertawa saja.76
Secara khusus tidak ada panduan yang disarankan sekolah pada
ekstrakurikuler keagamaan yang ada di SLB Negeri Muaro Jambi. Seperti yang
telah disampaikan oleh salah satu pembina ekstrakurikuler keagamaan saat
diwawancarai penulis secara langsung di ruangan kantor bagian keesktrakurikuler
menjelaskan: “[B]ahwa tidak ada secara khusus panduan untuk ekstrakurikuler
keagamaan baik itu materi SD, SMP, SMA yang tidak begitu susah untuk
diajarkan.”77
Harapan dan keikhlasan pembina itu membuat anak-anak lebih mudah
menangkap dalam belajar. Selain itu juga terciptanya perubahan sikap yang nyata
menjadi lebih baik lagi setelah adanya pembinaan keagamaan yang dilakukan.
Ekstrakurikuler keagamaan untuk penyandang tunawicara saat ini kurang lebih ada
23 orang.
B. Implementasi Komunikasi Nonverbal dalam menanamkan Ilmu Agama
Anak Penyandang Tunawicara
Kedudukan komunikasi dalam sebuah pendidikan sudah tidak diragukan
lagi, intinya sebagian besar kependidikan hanya bisa dilakukan melalui adanya
proses komunikasi dan informasi. Menyampaikan pesan, mengajar, memberikan
data, dan fakta semua kebanyakan untuk kepentingan pendidikan. Merumuskan
76
Kepala Sekolah SLB Negeri Muaro Jambi, Suparmi, Wawancara dengan penulis, 16
April 2018, 09.45 WIB, Foto dan Catatan. 77
Pembina Ekstrakurikuler, Murtini, Wawancara dengan Pemulis, 20 April 2018, 09.00
WIB, Foto dan Catatan.
61
kalimat yang baik dan benar semua hanya bisa dilakukan dengan menggunakan
informasi yang komunikatif. 78
Bahkan ia sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan
pendidikan yang bersangkutan. Orang sering berkata bahwa tinggi rendahnya suatu
pencapaian mutu pendidikan dipengaruhi oleh faktor komunikasi khususnya
komunikasi dalam suatu pendidikan.
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam
bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal
ternyata jauh lebih banyak dipakai dari pada komunikasi verbal. Dalam
komunikasi, komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu komunikasi nonverbal
bersifat tetap dan selalu ada.79
Komunikasi nonverbal yang diterapkan di SLB Negeri Muaro Jambi ini
mengenai penanaman ilmu agama terhadap anak tunawicara seorang guru atau
pembina yang sedang melakukan proses belajar harus menggunakan komunikasi
nonverbal terhadap anak tunawicara. Seperti yang telah disampaikan guru
pendamping tunawicara saat diwawancarai langsung di kelas oleh penulis
menjelaskan: “[K]omunikasi yang diterapkan dalam proses mengajar dengan
menggunakan bahasa isyarat yang sesuai dengan buku bahasa isyarat yang bernama
buku SIBI khusus anak tunawicara.”80
Siswa tunawicara yang ada di SLB Negeri Muaro Jambi dalam belajar di
kelas, selain mengucapkan atau mempraktikan dengan bahasa isyarat. Selain itu
anak tunawicara bisa memahami dengan melihat langsung gerak isyarat yang
dilakukan oleh guru atau pembina, kemudian mempraktikan apa yang mereka lihat.
Guru atau pembina dalam memberikan suatu materi juga tidak bisa dengan
cara menoton, karena mereka lebih cepat bosan dan juga keberadaanya harus
dihargai. Oleh sebab itu pembina juga harus berusaha membuat mereka senyaman
78
Pawit M.Yususf, Ilmu Informasi, Komunikasi san Kpustakaan, (Jakarta: Bumi
Aksara,2009),19. 79
Faisal Wibowo, “Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal”, diakses melalui
alamathttp://faisalwibowo.blogspot.com/2013/01/komunikasi-verbal-dan-komunikasi-
nonverbal.html,tanggal22April2018. 80
Guru Pembina Tunawicara SLB Negeri Muaro Jambi, Juniwati, Wawancara dengan
penulis, 19 April 2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan.
62
mungkin, tujuannya agar pelajaran yang disampaikan lebih mudah dipahami.
Dalam belajar agama pun mereka memahaminya dengan meletakkan tangan
mereka dileher guru atau pembina, dengan cara seperti itu mereka lebih mudah
memahami.
Adanya rasa kurang paham dalam anak tunawicara dalam memahami
beberapa pelajaran khususnya dalam bidang keagamaan sebagai sekolah yang
menangani anak berkebutuhan khusus, pihak pengajarpun harus siap menyajikan
pembelajaran yang mereka lebih mudah untuk memahami. Seperti yang telah
disampaikan oleh guru pendamping tunawicara menjelaskan:
[B]ahwa metode yang digunakan untuk anak tunawicara dalam proses
keagamaan terlebih lagi supaya anak tersebut lebih mudah memahami dengan
mmenggunakan video bergambar dan dengan simbol-simbol sekaligus tidak
membosankan mereka.81
Penjelasan diatas menurut penulis sangat penting untuk menghargai
seseorang, seandainya jika kita yang menjadi lawan bicara yang menggunakan
bahasa nonverbal pastinya akan merasakan hal yang sama. Guru atau pembina
sangat bijak dalam mementingkan kebutuhan anak didiknya. Karena kita sebagai
orang yang bisa mendengar dan berbicara akan merasa di hargai juga jika kita bisa
menjadi lawan bicaranya yang menggunakan bahasa yang seirama dengan mereka.
Kemampuan anak tunawicara sangat terbatas dalam menyampaikan
gagasan, pemikiran, ide, dan kebutuhannya kepada orang lain. Sehingga kita harus
bisa memahami apa yang mereka inginkan.
Perubahan sikap dan perilaku yang terlihat nyata setelah adanya
pembinaan dengan menggunakan komunikasi nonverbal sangat terlihat lebih cepat
nyambung dalam berinteraksi dan juga lebih pintar. Dari sebelumnya yang belum
mengerti dengan apa yang guru atau pembina sampaikan, sekarang lebih mudah
untuk mengerti dan memahami walaupun dengan adanya sedikit kekurangan.
Dalam hal ini berangsur-angsur dan bertahap komunikasi nonverbal
sangat berperan penting dalam memberikan dampak positif terhadap anak
81
Guru Pembina Tunawicara SLB Negeri Muaro Jambi, Juniwati, Wawancara dengan
penulis, 19 April 2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan.
63
tunawicara setelah dilakukan proses pembinaan yang harus berjalan dengan baik
sesuai dengan tujuan tertentu.
Penerapan komunikasi nonverbal dalam menanamkan ilmu agama sangat
membantu umtuk guru dan anak tunawicara, karena anak tunawicara dalam
memahami semua hal hanya dengan memakai bahasa isyarat.
Kemudian dengan berbagai kendala upaya guru atau pembina harus bisa
menyesuaikan untuk bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak tersebut.
Seperti yang dijelaskan salah satu guru pembina anak tunawicara yang
diwawancarai penulis langsung, memaparkan:
[K]omunikasi nonverbal sangat berperan penting dalam proses pembelajaran,
karena mereka memahami dengan menggunakan bahasa isyarat. Kendala upaya
kami pun banyak sekali kami temui. Seperti koneksi bahasa yang sangat susah,
khususnya guru atau pembina yang memang bukan sarjana khusus PLB. Untuk
itu kami belajar bahasa isyarat dgn buku khusus bahasa isyarat dan pelatihan
tentang bahasa isyarat khusus anak berkebutuhan khusus.82
Penerapan komunikasi nonvebal kepada anak tunawicara menggunakan
bahasa isyarat. Contohnya waktu belajar praktik sholat harus menggunakan
bahasa isyarat. Seperti yang dipaparkan oleh kepala sekolah SLB, beliau
mengatakan:
[L]ebih jelasnya waktu belajar praktik sholat, iya harus menggunakan ucapan
bahasa isyarat. Kendalanya terkadang anak ini kurang mampu untuk
memahami terhadap pelajaran. Selain itu setiap hari Jum‟at membaca yasin
bersama, adanya kegiatan memperingati hari-hari besar Islam, dan untuk anak
didik yang tinggal di asrama juga diajarkan mengaji. Semuanya ikut terlibat
dan itu semua tidak lepas dari kerja sama orang tua.83
Dari wawancara diatas jelas adanya seorang pembina tunawicara dan
kepala sekolah menggunakan bahasa nonverbal untuk berinteraksi dengan anak
tunawicara dengan model menggunakan bahasa dan gerak isyarat yang mereka
pahami. Untuk hari biasa mereka melakukan kegiatan seperti biasa, kemudian
pembina hanya mengarahkannya saja.
82
Guru Pembina Tunawicara SLB Negeri Muaro Jambi, Juniwati, Wawancara dengan
penulis, 19 April 2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan. 83
Kepala Sekolah SLB Negeri Muaro Jambi, Suparmi, Wawancara dengan penulis, 16
April 2018, 09.45 WIB, Foto dan Catatan.
64
Untuk hari besar Islam selama penulis meneliti khususnya pada waktu
bulan ramadhan, diadakan kegiatan rutinitas dibulan ramadhan sebelumnya, seperti
tadarusan bersama, membaca yasin, sholat berjamaah, dan diterapkan untuk
berpuasa selama bulan puasa. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala sekolah SLB
Negeri Muaro Jambi, mengatakan:”[K]alau dibulan puasa kami menerapkan
kepadan anak didik untuk berpuasa, melakukan kegiatan tadarusan bagi yang bisa
membaca,membaca yasin bersama, sholat berjamaah, dan buka bersama.”84
Hasil wawancara progam ekstrakurikuler dan pelaksanaan lebih banyak
disampaikan oleh kepala sekolah dan pihak-pihak terkait diatas penulis
menyimpulkan bahwa cara efektif untuk melakukan komunikasi nonverbal dalam
bidang keagamaan anak tunawicara dengan cara terlebih dahulu menarik peserta
didik untuk fokus kepada pembina apa yang diinginkan kepada peserta didiknya.
Komunikasi nonverbal dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat, dan gerak
gerik untuk penyampaian pesan agar bisa diterima dengan baik.
[K]ita harus sabar dan ikhlas menghadapi berbagai macam sikap mereka.
Untuk itu kita harus face to face kepada mereka dan membangkitkan anak
untuk bersekolah. Yang terpenting ada peran kerja sama orang tua dalam hal
ini. Dengan adanya kerja keras semua problem yang ada bisa terselesaikan.
Intinya kita harus bisa mengontrol emosional kita dan mengerti apa kemauan
mereka.85
Mengenai pesan agar bisa diterima dengan baik dan efektif Jika terdapat
pertentangan pesan verbal dan pesan nonverbal, yang menunjukkan pesan yang
sebenarnya, karena sulit mengendalikan pesan nonverbal dari pada pesan verbal.
Kita dapat sedikit mengendalikan perilaku nonverbal, namun kebanyakan
nonverbal diluar kesadaran kita.Kita dapat memutuskan dengan siapa dan kapan
berbicara serta topik-topik apa yang akan kita bicarakan, tetapi kita sulit
mengendalikan ekspresi wajah.
Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
seperti kita sedang belajar dalam kelas, kita harus menjelaskannya dalam
84
Kepala Sekolah SLB Negeri Muaro Jambi, Suparmi, Wawancara dengan penulis, 16
April 2018, 09.45 WIB, Foto dan Catatan. 85
Kepala Sekolah SLB Negeri Muaro Jambi, Suparmi, Wawancara dengan penulis, 16
April 2018, 09.45 WIB, Foto dan Catatan.
65
menggunakan bahasa non verbal. Seperti yang dijelaskan salah satu pembina
tunawicara:
[B]ahwa dalam menjelaskan suatu pelajaran kepada mereka harus dengan
menggunakan bahasa nonverbal seperti menyebutkan kata-kata bahasa yang
suka bohong, kita harus memegang hidung. Karena isyarat hidung bagi mereka
artinya bohong.86
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terlihat bahwa kunci utama
efektif komunikasi mereka yang lebih utama kita bisa memahami dan mengerti
untuk bahasa komunikasi yang mereka lakukan. Selain itu mengerti tentang
keadaan dan situasi mereka sebagai anak tunawicara.
C. Komunikasi Nonverbal dalam Menanamkan nilai-nilai Agama terhadap
Anak Tunawicara
Walaupun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari
komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin-menjalin
dalam komunikasi tatap muka sehari-hari, sebagian ahli berpendapat, terlalu
mengada-ngada membedakan kedua jenis komunikasi itu.
Tidak ada struktur yang pasti, tetap, dan dapat diramalkan mengenai
hubungan antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Keduanya dapat
berlangsung spotan, serempak dan non konsekual. Akan tetapi kita dapat
menemukan setidaknya tiga perbedaan pokok antara komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal.87
1. Sementara perilaku verbal adalah saluran tunggal, perilaku nonverbal
bersifat multisaluran. Kata-kata orang yang datang dari satu sumber,
misalnya yang diucapkan orang yang kita baca dari media cetak, tapi isyarat
nonverbal dapat dilihat, didengar, dirasakan, dibauhi, atau dicicipi, dan
beberapa isyarat boleh jadi berlangsung secara simultan. Bila kita
mendengar suatu kata dalam bahasa asing yang tidak kita ketahui kita dapat
memeriksanya dalam kamus atau buku tentang frase dan memperkirakan
86
Pembina Keagamaan SLB Negeri Muaro Jambi, Sarifah, Wawancara dengan penulis,
18 April 2018, 08.30 WIB, Foto Video dan Catatan. 87
Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2014), 347-350.
66
apa yang dimaksud pembicara. Kita dapat pula meminta pembicara
mengulangi dan menjelaskan kata yang diucapkannnya. Namun kita sulit
mengecek apa makna nonverbal pembicara.
2. Pesan verbal terpisah-pisah, sedangkan pesan nonverbal sinambung. Artinya
orang dapat mengawali dan mengakhiri pesan verbal kapanpun ia
menghendakinya, sedangkan pesan nonverbalnya tetap mengalir sepanjang
orang yang hadir didekatnya.Ini mngingatkan kita pada salah satu prinsip
komunikasi bahwa kita tidak dapat berkomunikasi, setiap perilaku punya
potensi untuk ditafsirkan. Meskipun dapat menutup linguistik anda untuk
berkomunikasi dengan pembicara atau menulis, anda tidak mungkin
menolak berperilaku nonverbal.
3. Komunikasi nonverbal mengandung lebih banyak muatan emosional
daripada komunikasi nonvebal. Sementara kata-kata umumnya digunakan
untuk menyampaikan fakta, pengetahuan, atau keadaan, pesan nonverbal
lebih potensial untuk menyatakan perasaan seseorang, yang terdalam
sekalipun, seperti rasa sayang atau rasa sedih.
Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi.
Paul Ekman lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan
perilaku mata yakni sebagai berikut:88
a. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki
kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan. “Saya
tidak bersungguh-sungguh”.
b. Ilustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan despresi atau
kesedihan.
c. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan
muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
d. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam
tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh
untuk mengurangi kecemasan.
88
Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2014), 349.
67
e. Affect Display. Pembesaran manik mata (pupil dilaction) menunjukkan
peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut,
terkejut atau senang.
Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku
nonverbal mempunyai fungsi sebagai berikut:89
1. Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal,misalnya anda
menganggukkan kepalaketika anda mengatakan “Ya” atau menggelengkan
kepala ketika mengatakan “Tidak” atau menunjukkan arah (dengan
telunjuk) ke mana seseorang harus pergi untuk menemukan WC.
2. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misanya,
Anda melambaikan tangan seraya mengucapkan “selamat jalan,” “sampai
jumpa lagi, ya,”atau “ Bye bye”, atau anda menggunakan gerakan tangan,
nada suara yang meninggi, atau suara yang lambat ketika anda berpidato
didepan khalayak. Isyarat nonverbal seperti itulah yang disebut Affec
Display.
3. Perilaku nonverbal yang menggantikan peilaku verbal, jadi berdiri sendiri,
misalnya anda menggoyangkan tangan anda dengan telapak tangan
mengarah kedepan (sebagai pengganti kata “Tidak”) ketika seorang
pengamen mendatangi mobil anda atau anda menunjukkan letak ruang
dekan dengan jari tangan, tanpa mengucapkan sepatah katapun, kepada
seorang mahasiswa baru yang bertanya,” Dimana ruang dekan, pak?” Juga
ekspresi wajah dapat menggantikan “hari yang buruk.” Isyarat nonverbal
yang menggantikan kata atau frase inilah yang disebut emblem.
4. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya anda
sebagai mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-buku atau
melihat jam tangan anda menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen segera
menutup kuliahnya.
5. Perilaku verbal dapat dapat membatah atau bertentangan dengan perilaku
verbal. Misalnya, Seorang suami mengatakan ,”Bagus! Bagus!” ketika
dimintai komentar oleh istrinya mengenai gaun yang baru dibelinya, seraya
89
Ibid., 349-350.
68
terus membaca surat kabar atau menonton televisi; atau seorang dosen
melihat jam tangan dua-tiga kali, padahal tadi ia mengatakan bahwa ia
mempunyai waktu untuk berbicara dengan anda mahasiswanya.Jadi terdapat
pertentangan antara pesan verbal dengan pesan nonverbal, kita biasanya
lebih mempercayai pesan nonverbal, yang menunjukkan pesan yang
sebenarnya,karena pesan nonverbal lebih sulit dari pada pesan verbal.
D. Bentuk-Bentuk Komunikasi Nonverbal antara Guru dan Siswa
Dalam proses komunikasi tanpa kita sadari, sering kali kita menggunakan
bentuk komunikasi nonverbal. Bentuk komunikasi nonverbal sendiri sangat
membantu eektifitas penyampaian pesan. Oleh karena komunikasi nonverbal perlu
dipelajari dan dipahami apa dan bagaimana bentuk komunikasi nonverbal selama
proses komunikasi berlangsung.
Bentuk bentuk Komunikasi nonverbal:90
1. Komunikasi Gerakan Tubuh
Merupakan kode nonverbal yang ditunjukan oleh gerakan-gerakan badan.
Gerakan gerakan badan tersebut meliputi Kontak mata, ekspresi wajah,
isyarat, dan sikap tubuh. Misalnya seperti di SLB Negeri Muaro Jambi antara
pembina dan siswa tunawicara mengatakan kata “bohong” harus memegang
hidung, kemudian menganggukkan kepala artinya setuju dan masih banyak
yang lainnya.
2. Komunikasi Gerakan Mata /Kontak mata
Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat tanpa
kata. Ungkapan “pandangan mata yang mengundang” atau lirikan matanya
memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata.
Bahkan ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah pencerminan hati
seseorang. Misalnya tatapan mata yang kosong menandakan ekspresi wajah
sedamg sedih dan pandangan mata yang tajam ekspresi seseorang sedang
marah. Terkadang siswa di SLB Negeri Muaro Jambi juga sering kali
90
Lelirahmiyati, “Komunikasi Verbal dan Nonverbal”, diakses melalui alamat
http///www.lelirahmiyati.wordpress.com/2014/20/komunikasi-verbal-dan-nonverbal.html, tanggal
6 Oktober 2018.
69
mengabaikan seorang guru yang sedang memberikan materi dengan cara
sibuk dengan aktivitasnya, ada yang bermain ada juga yang ngobrol.
Sehingga guru menganggap siswa tersebut tidak menghargainya sama sekali.
3. Komunikasi Sentuhan
Merupakan isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Dalam
sentuhan ini dapat berupa bersalaman, menggegam tangan, dan pukulan.
Masing-masing komunikasi ini mempunyai tujuan yaitu menyampaikan
pesan tentang tujuan atau dari perasaan dari penyentuh. Misalnya di SLB
Negeri Muaro Jambi siswa yang kelihatan ragu melakukan sesuatu, maka
sentuhan guru berupa tepukan halus di pundaknya akan menyakinkan siswa
bahwa ia mampu melakukannya, Kemudian seorang guru yang memukul-
mukul meja artinya menenangkan siswanya yang sedang berantakan.
4. Komunikasi Objek
Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Dalam
berkomunikasi pasti seseorang melihat jenis pakaian yang dipergunakannya.
Misalnya seorang guru sebelum perform di depan kelas, memperhatikan
dandanannya terlebih dahulu. Sehingga penampilannya didepan kelas
nyaman dilihat.
5. Komunikasi Visual
Merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-
lambang, atau simbol-simbol. Misalnya di SLB Negeri Muao Jambi
terkadang memberikan materi banyak menggunakan gambar-gambar dengan
menggunakan laptop. Karena siswa lebih cepat menangkap dan lebih mudah
mengerti dengan menggunakan gambar atau simbol simbol daripada dengan
menggunakan bahasa lisan.
6. Komunikasi Lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat dan
merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur, dan warna. Misalnya
seorang siswa yag menyebutkan “jarak sangat jauh”, “ruangan ini kotor”,
70
“lingkungan ini panas”. Berarti seorang siswa tersebut menyatakan demikian
karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut.
7. Komunikasi citrasa
Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentu komunikasi, dimana
penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan dan
minuman. Seseorang tidak mengatakan bahwa suatu makanan/minuman
memiliki rasa enak, manis, lezat, dan lain-lain, apabila makanan tersebut
telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa dari
makanan/minuman tadi menyampaikan suatu maksud atau makna.
8. Komunikasi Penciuman
Salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi
melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuma Misalnya seorang
guru di SLB Negeri Muaro Jambi yang menggunakan farfum bulgari, seorang
siswa tidak akan memahami bahwa farfum tersebut termasuk farfum bulgari
apabila ia hanya menciumnya sekali.
E. Teknik/Strategi Guru dalam berkomunikasi dengan Siswa Tunawicara
dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama
Tidak dapat berbicara atau tunawicara biasanya akan dikaitkan dengan kondisi
tuli atau tunarungu, sehingga orang yang mengalami kondisi tersebut membutuhkan
teknik komunikasi khusus karena susah untuk melakukan komunikasi lisan. Teknik
komunikasi tersebut juga penting diperhatikan bagi orang normal yang ingin
menjalin komunikasi dengan para tunawicara.
Teknik/Strategi Guru dalam berkomunikasi dengan siswa tunawicara dalam
menanamkan nilai-nilai agama diantaranya sebagai berikut:91
1. Cari Perhatian
Teknik komunikasi pada anak tunawicara yang pertama adalah dengan
mencari perhatian. Cara ini menjadi langkah awal jika ingin memulai
komunikasi dengan orang-orang tunawicara, karena biasanya tunawicara
91
Pakar Komunikasi, “ 6 Teknik Komunikasi pada Tunawicara Paling Efektif”, diakses
melalui alamat http//www.pakarkomunikasi.com/6-teknik-komunikasi-tunawicara-paling-
efektif.html, tanggal 6 Oktober 2018.
71
akan sulit memahami maksud seseorang tersebut untuk berkomunikasi
terhadap mereka. Begitu juga yang diterapkan oleh guru SLB Negeri
Muaro Jambi terhadap siswa tunawicara dalam belajar mengaji, dengan
cara melakukan sentuhan pada tangan siswa tersebut kemudian diletakkan
pada leher guru tersebut, kemudian kita mengucapkannya dengan jelas.
Tujuannya agar siswa tersebut dapat menirunya dengan merasakan
tangannya yang ada pada leher guru tersebut. Untuk memulai komunikasi
caranya diberikan tepukan ringan pada pundak siswa tunawicara sehingga
mereka mengetahui maksud guru untuk memulai komunikasi.
2. Bertatap Muka
Teknik komunikasi pada anak tunawicara selanjutnya dengan berbicara
bertatap muka atau dengan berhadapan langsung agar terjalin komunikasi
dua arah. Teknik ini juga dilakukan oleh guru Di SLB Negeri Muaro
Jambi dengan tujuan supaya siswa tunawicara dapat melihat wajah nya
dengan jelas dan membaca pengucapan kata demi kata yang disampaikan
oleh guru terhadap siswanya. Tidak hanya melihat gerak bibir saja tetapi
dengan bertatap muka, para tunawicara dapat melihat ekspresi atau gesture
atau gerakan kepala maupun tubuh guru tersebut. Sehingga informasi yang
guru sampaikan dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh siswa
tunawicara.
3. Kontak Mata
Selain bertatap muka, penting pula bagi guru untuk melakukan kontak
mata dengan siswa tunawicara dalam melakukan interaksi atau
komunikasi. Hal ini dimaksudkan agar seorang guru tidak kehilangan
konsentrasi atau perhatian dati siswa tunawicara sebagai lawan bicaranya.
Penting pula bagi seorang guru untuk tidak memakai masker, kacamata
hitam, maupun media penghalang lainnya yang dapat mengganggu para
siswa tunawicara untuk memahami maksud yang ingin guru sampaikan.
4. Bicara secara Normal
Walaupun para penyandang tunawicara dapat dikatakan memilik kondisis
yang tidak normal tetapi dalam melakukan komunikasi juga dilakukan
72
secara tidak normal. Berbicaralah secara normal jika ingin menjalin
komunikasi dengan penyandang tunawicara.
Seperti yang telah yang dilakukan oleh guru SLB Negeri Muaro Jambi
terhadap siswa dalam menanamkan nilai-nilai agama, hindari untuk
berbisik-bisik maupun mengeraskan suara kita. Karena hal ini dapat
menyulitkan siswa tunawicara dalam membaca gerak bibir kita. Oleh
sebab itu, tetaplah berbicara secara normal dan hindari untuk berbicara
dengan menutup mulut maupun disertai dengan memakan atau
mengunyah.
5. Gerakan Isyarat Tambahan
Selain berbicara secara normal, seorang guru juga dapat menambahkan
gerakan isyarat dalam menjalin komunikasi dengan siswa tunawicara.
Beberapa diantaranya yag sering dilakukan di SLB Negeri Muaro Jambi
menirukan gerakan sholat, menggelengkan kepala jika tidak mengerti dan
lain sebagainya. Dalam melakukan gerakan isyarat juga jangan terlalu
cepat dan berikan sedikit jeda agar dapat dipahami terlebih dahulu.
6. Tetap bersikap Sopan
Teknik komunikasi yang terakhir ini adalah tetap bersikap sopan. Hal ini
dikarenakan untuk menjaga perasaan maupun membuat para penyandang
tunawicara masih tetap dihargai walaupun kondisi mereka berbeda.
F. Bentuk bentuk Perilaku Kegamaan Anak-Anak Tunawicara
Perilaku Kegamaan yaitu mengajarkan bahwa kita hidup di dunia ini tidak
akan selamanya, maka dalam kehidupan ini kita sangat membutuhkan sekali ajaran
agama. Ajaran-ajaran agama tersebut tentunya ajaran agama yang telah
disampaikan oleh para Wahyu-Nya. Yaitu dengan mengajarkan bahwa kita harus
selalu mengajarkan ajaran-ajaran yang ada dengan tunduk dan taat. Ajaran agama
ini tentunya akan memberikan suatu pelajaran kepada para sisa bahwa sebagai
73
makhluk Tuhan kita harus menyakini dan menerima dengan apa yang telah
diberikan kepada kita. 92
Keadaan sebenarnya bentuk-bentuk perilaku yang ada di SLB Negeri
Muaro Jambi, banyak sekali kegiatan agama yang diajarkan oleh guru terhadap
anak tunawiara diantaranya ibadah sholat wajib. Setiap waktu menjelang sholat,
anak tunawicara diajarkan untuk tepat waktu melaksanakan kewajiban sholat.
Faktanya di SLB Negeri Jambi, siswa tunawicara mengerti dengan sendirinya
waktu menjelang sholat wajib, mereka sama-sama berjamaah melakukan ibadah
sholat wajib. Karena sebelumnya sudah diajarkan oleh guru tentang sholat wajib
mulai dari cara berwudhu sampai dengan bacaan dan gerakan beserta pelaksanaan
sholat wajib.
Bentuk perilaku lainnya yaitu belajar mengaji yang dilakukan anak
tunawicara di SLB Negeri Muaro Jambi. Bahkan setiap hari Jum‟at mereka
melakukan kegiatan yasinan bersama. Metode yang dipakai dalam belajar ngaji
sama halnya dengan belajar ngaji pada umumnya dengan berawal menggunakan
Metode Iqra dan mengenalkan huruf-huruf hijayah.
Selain itu dihari besar Islam sperti bulan Ramadhan, anak-anak yang ada
di SLB Negeri Muaro Jambi juga melaksanakan puasa ramadhan,tadarusan dan lain
sebagainya.
Selain melakukan kegiatan keagamaan sebagaimana semestinya. Anak
tunawicara juga diajarkan oleh guru bagaimana bertingkah laku sopan dan
berakhlak baik terhadap guru, orang tua, teman dan lain sebagainya. Yang paling
terpenting bentuk-bentuk perilaku beragama yang dilakukan anak tunawicara di
SLB Negeri Muaro Jambi terlihat secara nyata dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari walupun masih banyak kekurangan.
92
Revolusi Pendidikan, “Perilaku sosial, keagamaan, moral, kepribadian, dan Emosi”
diakses melalui alamat http//www.wikemedya.blogspot.com/2010/10/perilaku-sosial-keagamaan-
moral-kepribadian-emosi html, tanggal 6 Oktober 2018.
74
BAB IV
KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM MENANAMKAN
NILAI-NILAI AGAMA TERHADAP ANAK TUNAWICARA
A. Faktor penghambat Komunikasi Nonverbal pada Anak Tunawicara
Dalam wacana pendidikan di Indonesia, anak yang tergolong tunawicara
dikenal dengan Comunication Disorder. Anak tunawicara termasuk anak yang
mengalami masalah kondisi ujaran (seperti mengalami gangguan artikulasi, suara,
dan gangguan kelancaran berbicara) dan masalah dalam berbahasa (seperti
kesulitan menerima informasi dan mengungkapkan pendapat serta emosi melalui
bahasa). Anak yang mengalami gangguan tunawicara akan membutuhkan
pelayanan khusus di AS.93
Bentuk-bentuk Comunication Disorder yaitu sebagai berikut:94
1. Articulation Disorder. Anak yang mengalami gangguan artikulasi adalah anak
yang mengalami gangguan dan kesulitan mengucapkan bunyi secara tepat.
Bunyi yang diucapkan oleh anak tidak sesuai dengan kata atau kalimat yang
dimaksudkan oleh anak atau orang yang mendengarkannya.
2. Voice Disorder. Anak yang mengalami Voice Disorder adalah anak yang
mengalami gangguan mengungkapkan bahasa ujaran. Bunyi yang dikeluarkan
parau, kasar, terlalu keras, ataupun tekanan suara terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
3. Fluency Disorder. Gangguan ini menyebabkan anak mengalami gangguan
berbicara, khususnya tidak lancar atau fasih berbicara seperti pada kemampuan
anak pada umumnya. Berbicaranya terputus-putus, mengulang-ngulang kata
atau kalimat, dan tidak teratur, dan sangat lama mengeskpresikan pendapat.
4. Language Disorder. Dalam hal ini, anak mengalami gangguan berbicara,
termasuk gangguan dalam menerima dan mengungkapkan bahasa secara lisan.
93
I Nyoman Surna dan Olga D. Pandeirot, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Penertbit
Erlangga, 2014), 208. 94
Ibid., 208.
75
Gangguan bahasa secara signifikan mempengaruhi kemampuan belajar, yang
akan menimbulkan kesulitan dan masalah belajar.
Dalam proses komunikasi tidak selamanya mengalami kelancaran terlebih
lagi bagi anak tunawicara yang jelas mengalami gangguan dalam berbicara pastinya
terdapat faktor penghambat. Hambatan atau gangguan komunikasi bisa terjadi
karena adanya hambatan pada komunikator dalam memberikan pesan atau
hambatan pada komunikan dalam memahami pesan. Gangguan Komunikasi
(Communication Disorder) tidak sama dengan kegagalan komunikasi (Failure to
Communicate).95
Gangguan komunikasi yang membawa pengaruh terhadap perilaku
komunikasi ini terjadi ketika proses normal perolehan bicara dan bahasa terganggu
atau pada saat terjadi penyimpangan dalam proses pemahaman atau produksi suara
pada umumnya berdasarkan tahap perkembangan tertentu. Gangguan dapat terjadi
pada individu sebagai sender dan receiver saat inidividu ini bertugas sebagai
pengirim pesan, maka hambatan muncul ketika (pembicara, penulis) menghasilkan
pesan yang tidak sesuai dengan aturan bahasa, usia, atau budaya. Sedangkan
hambatan yang muncul ketika individu ini menjadi seorang penerima pesan
(pendengar, dan pembaca) adalah tidak mampu memahami pesan.
Selain penjelasan diatas dari hasil penelitian penulis menemukan faktor
penghambat komunikasi nonverbal dalam menanamkan nilai-nilai agama terhadap
anak tunawicara.
a. Kemampuan atau kecerdasan yang kurang pada anak tunawicara. Seperti yang
disampaikan oleh pembina SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling saat di
wawancarai diruangannya, mengatakan:
[P]ada saat jam belajar, anak tunawicara sangat sulit untuk memahami saat ada
kegiatan praktik sholat dengan menggunakan bahasa ucapan nonverbal.
Kendalanya terkadang anak tersebut mempunyai kemampuan yang kurang
untuk memahami itu, akibatnya siswa kurang paham akan pembelajaran
tersebut.96
95
Jovita Maria Ferliana, M.Psi dan Agustina Cht, M.Psi, Meningkatkan Kemampuan
Berkomunikasi Aktif Pada Usia Dini (Jakarta Timur: PT Luxima Metro Media, 2016), 165. 96
Kepala Sekolah SLB Negeri Muaro Jambi, Suparmi, Wawancara dengan penulis, 16
April 2018, 09.45 WIB, Foto dan Catatan.
76
b. Komunikasi. Dilihat dari segi komunikasi inilah ditemukan problem dalam
membina anak tuawicara. Seperti yang dijelaskan pembina SLB Negeri Muaro
Jambi desa Bukit Baling saat penulis mewawancarainya:”[D]ari segi
komunikasi yang berbeda terhadap anak pada umumnya, pastinya mereka selalu
bertanya kalau mereka kurang memahami”.97
c. Bahasa. Kalau dari bahasa bisa dilihat dari koneksi bahasa yang susah. Seperi
yang dijelaskan pembina pada saat penulis wawancara lansung
dengannya:”[B]ahwa kendalanya itulah jika dilihat dari segi bahasa yang susah.
Apalagi guru guru yang ada di SLB banyak dari jurusan umum, bukannya
khusus sarjana PLB. Jadi sedikit susah untuk menyesuaikannya”.98
Penerapan komunikasi nonverbal terhadap anak tunawicara susah dan
butuh kerja keras untuk dapat memahami seperti apa yang mereka sampaikan.
Karena banyaknya bahasa isyarat yang mereka gunakan dan terkadang tidak sesuai
dengan apa yang kita ketahui.
Selain dari keterangan diatas penulis juga melakukan pengamatan di SLB
Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling. Terdapat faktor penghambat akibat kurang
disiplinnya anak pada saat jam belajar. Disaat mereka bosan dan jenuh mereka
keluar masuk ruangan dengan sesukanya saja dan terkadang tanpa izin dengan guru
yang sedang memberikan materi. Terkadang guru atau pembina harus mempunyai
inisiatif sendiri supaya mereka tidak bosan dan jenuh dalam proses belajar. Seperti
pada saat penulis wawancara lansung Kepala Sekolah SLB Negeri Muaro Jambi
desa Bukit Baling diruangannya mengatakan:
[S]usahnya SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling ini terkadang anak-
anak itu pulang dengan sendirinya. Dan itu harus dibujuk lagi kemudian
didatangi kerumahnya dan itupun terkadang tidak cukup untuk satu kali dua
kali.Selain itu kita harus face to face untuk membangkitkan kembali untuk
bersekolah. Yang lebih parahnya lagi peran orang tua disini sangat mendukung
anak. Terkadang orang tuanya yang menyuruhnya pulang kerumah, untuk
97
Pembina Keagamaan SLB Negeri Muaro Jambi, Sarifah, Wawancara dengan penulis,
18 April 2018, 08.30 WIB, Foto Video dan Catatan. 98
Pembina Keagamaan SLB Negeri Muaro Jambi, Sarifah, Wawancara dengan penulis,
18 April 2018, 08.30 WIB, Foto Video dan Catatan.
77
membantunya bekerja. Itu semua juga termasuk kendala yang membuat anak
terkadang keluar dari SLB.99
B. Faktor Pendukung Komunikasi Nonverbal terhadap Anak Tunawicara
Sadar atau tidak, hampir setiap hari kita melakukan proses komunikasi.
Baik itu komunikasi dengan orang lain atau dengan diri sendiri, komunikasi secara
lisan atau tidak. Bahkan saat kita diam pun, kita sebenarnya sedang melakukan
proses komunikasi. Karena meskipun kita diam, otak kita terus berpikir dan
berbicara pada diri kita sendiri. Berarti saat itu kita sedang berkomunikasi dengan
diri sendiri.
Mungkin kebanyakan orang mengaggap komunikasi selalu identik dengan
berbicara, terutama bicara depan publik. Namun sebenarnya konteks komunikasi
jauh lebih besar dari itu. Selain ada komunikasi yang terucap atau komunikasi
verbal, kita melakukan komunikasi tidak terucap oleh lisan yaitu komunikasi
nonverbal.
Faktor pendukung yang mempengaruhi komunikasi nonverbal di SLB
Negeri Muaro Jambi adalah bahasa. Karena kunci utama komunikasi bisa berjalan
dengan lancar yaitu bahasa yang digunakan. Termasuk anak tunawicara yang
memakai bahasa isyarat dalam kehidupan sehari-hari.
Mampu berkomunikasi secara efektif dengan bahasa isyarat sangat penting
karena memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan anak tunawicara. Sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman. Bahasa isyarat juga sebagai salah satu bentuk
komunikasi dalam pergaulan sehari-hari yang paling efektif. Karena pada dasarnya
manusia itu adalah makhluk visual sehingga akan lebih mudah bagi manusia untuk
memahami bahasa dalam bentuk visual dibandingkan verbal. Seperti yang
dijelaskan oleh pembina tunawicara saat diwawancarai lansung diruangan kelas
mengatakan:
99
Kepala Sekolah SLB Negeri Muaro Jambi, Suparmi, Wawancara dengan penulis, 16
April 2018, 09.45 WIB, Foto dan Catatan. 99
Pembina Keagamaan SLB Negeri Muaro Jambi, Sarifah, Wawancara dengan penulis,
18 April 2018, 08.30 WIB, Foto Video dan Catatan. 99
Pembina Keagamaan SLB Negeri Muaro Jambi, Sarifah, Wawancara dengan penulis,
18 April 2018, 08.30 WIB, Foto Video dan Catatan. 99
Kepala Sekolah SLB Negeri Muaro Jambi, Suparmi, Wawancara dengan penulis, 16
April 2018, 09.45 WIB, Foto dan Catatan.
78
[K]omunikasi yang diterapkan terhadap anak tunawicara hanyalah dengan
menggunakan bahasa isyarat yang terpenting saling mengerti satu sama lain,
selain itu juga dengan tulisan-tulisan juga bisa asalkan mengerti bahasanya
saja100
Kalau dilihat dari segi sosial, peran orang tua sangat penting dalam
mewujudkan pendidikan bagi anak tunawicara. Karena disini sebagian orang tua
terkadang memaksakan kehendaknya terhadap anak tunawicara. Misalnya
menyuruh anaknya pulang kerumah untuk membantu pekerjaan. Selain itu anak
tunawicara ini juga merasa seperti diasingkan jika bergaul dengan anak- anak pada
umumnya, dikarenakan faktor bahasa yang kurang mendukung. Seperti yang telah
dijelaskan oleh salah satu siswi tunawicara, mengatakan:
[K]alau untuk berinteraksi dengan orang sekitar saya hanya mengandalkan
bahasa isyarat yang kami pahami dan itu sangat mudah jika lawan bicara saya
paham apa maksud pembicaraan saya, tetapi sebaliknya dengan orang yang
tidak mengerti bahasa isyarat yang saya gunakan, itu sangat sulit untuk
berinteraksi karna tidak nyambung. Dari sinilah saya merasa diasingkan saat
bertemu dengan anak-anak normal pada umumnya.101
Menurut penulis dalam hal ini sangat penting peran orang tua dan orang
sekitar terhadap anak tunawicara, Dari yang mereka dapat diluar sekolah haruslah
berdampak positif seperti meningkatkan pengalaman dan bakat bakat terhadap
mereka dan hal-hal positif lainnya yang bertujuan untuk mereka menjadi lebih baik
lagi dan lebih meningkatkan akan prestasi.
Dalam perkembangan zaman seperti sekarang ini, mereka juga memakai
teknologi handphone untuk berkomunikasi dengan orang lain dan lebih mudah
untuk mereka gunakan khususnya untuk berkomunikasi dengan anak-anak normal
lainnya. Hal ini menandakan bahwa dalam berkomunikasi tidaklah hanya
menggunakan komunikasi nonverbal, melainkan juga bisa menggunakan teknologi
lainnya seperti hp yang sesuai dengan perkembangan zaman.
C. Efektivitas Komunikasi Nonverbal di SLB Negeri Muaro Jambi Desa
Bukit Baling
100
Guru Pembina Tunawicara SLB Negeri Muaro Jambi, Juniwati, Wawancara dengan
penulis, 19 April 2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan. 101
Siswi SLB Negeri Muaro Jambi, Shinta Nuria, Wawancara dengan Penulis, 22 April
2018, 10.00 WIB, Suak Putat Muaro Jambi, Foto dan Catatan Wawancara.
79
Salah satu bentuk komunikasi yang banyak berpengaruh terhadap
efektivitas pembicaraan adalah komunikasi nonverbal (tanpa kata). Adakalanya
seseorang kurang memahami makna dan pengaruh komunikasi nonverbal terhadap
suksesnya pembicaraan.
Kegiatan komunikasi dilaksanakan dengan menggunakan lambang atau
kode. Kode yang sebagian besar digunakan dalam komunikasi adalah kode yang
diucapkan atau kode yang ditulis (kode yang berhubungan dengan penggunaan
kata-kata). Tetapi sesungguhnya masih ada kode lain yang sangat penting
peranannya dalam komunikasi, yaitu kode nonverbal atau kode tanpa kata.
Sewaktu kita mengadakan pembicaraan dengan seseorang, cara terbaik
yang dapat diperbuat adalah mencoba membangkitkan dengan perantaraan
lambang-lambang lisan atau visual, dengan arti atau makna serta pengalaman yang
sudah dimiliki oleh pendengar atau penerima. Hanya bunyi dan tanda-tanda yang
dapat kita sampaikan.
Komunikasi adalah ketrampilan atau tingkah laku yang diperoleh atau
dipelajari, dan karena itu dapat diubah atau diperbaiki. Kesanggupan untuk menjadi
komunikator yang efektif adalah suatu yang diperoleh atau suatu prestasi, bukan
suatu hak khusus atau suatu kebetulan yang baik dari sifat turunan. Setiap orang
mempunyai potensi untuk melakukan komunikasi yang efektif, dan potensi ini
dapat lebih baik dan secara maksimal dijemalkan atau dicapai.
Meskipun kita berpegang teguh pada motto para komunikator yang
berbunyi Know your audience, dan kita memahami frame of reference disertai
field of experience, namun kalau pesan yang harus kita komunikasikan itu tidak
menyangkut kepentingan komunikan, kita dapat menghadapi kesukaran; lebih-lebih
jika efek yang kita yang harapkan dari komunikan itu perubahan tingkah laku. Di
sinilah letak permasalahan komunikasi, bagaimana kita menyampaikan suatu pesan
kepada seoang komunikan yang ketahui bahwa pesan yanng akan kita sampaikan
kepadanya tidak berkepentingan dengannya. Dikomunikasikannya pesan seperti itu
tidaklah cukup dengan memperhatikan timing dan placing seperti yang disarankan
oleh Wilbur Schramm. Tetapi walaupun bagaimanapun juga Menurut Rony
Adhikarya dalam karyanya yang berjudul “Communication planning and strategy”
80
mengidentifikasikan isi pesan kita harus menentukan jenis pesan apa saja yang
disampaikan. Ini bisa merupakan Information message, atau motivational
message.102
Komunikasi Nonverbal di SLB Negeri Muaro Jambi dalam menanamkan
nilai-nilai agama terhadap anak tunawicara sangat efektif dengan menggunakan
bahasa isyarat. Seperti yang telah dikatakan oleh pembina saat diwawancarai
langsung diruangan kelas mengatakan:
[U]ntuk mengatasi supaya komunikasi ini bisa bejalan dengan lancar dengan
menggunakan bahasa isyarat. Walaupun dalam penanaman nilai-nilai agama
ada sebagian yang masih belum menerima, yang terpenting bagi kami dia
mengerti itu saja sudah cukup.103
Menurut analisis penulis saat melakukan penelitian ekstrakurikuler dalam
menanamkan nilai-nilai agama sangat terbilang efektif, bukti nyata hasilnya setelah
dilakukan penanaman nilai-nilai agama sangat baik. Seperti yang telah dijelaskan
Ibu Sarifah, menyatakan:
[S]etelah dilakukan pembinaan terhadap anak tunawicara hasilnya sangat baik,
Faktanya mereka sangat pintar, dan bisa nyambung saat pembelajaran atau pun
kegiatan keagamaan saat berlangsung. Selain itu respon anak tunawicara bisa
menerima dengan baik.104
Perkembangan saat ini setelah dilakukan kegiatan keagamaan di SLB
Negeri Muaro Jambi khususnya bagi anak tunawicara, Pembina keagamaan
menjelaskan saat diwawancarai langsung dikelasnya:
[K]alau itu berangsur-angsur sih, soalnya tingkat kemampuan mereka berbeda-
beda. Misalnya kegiatan sholat. Gak bisa baca surat nya dengan lepas atau
suaranya tidak bisa dikeluarkan setidaknya mereka mengerti. Dan yang tadinya
gak pernah sholat karna tidak paham, sekarang sedikit demi sedikit mengerti
karna adanya praktik kegiatan sholat. 105
Seperti yang telah dijelaskan pembina ekstrakurikuler keagamaan saat di
wawancarai langsung oleh penulis di ruangannya:
102
Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2014), 33. 103
Guru Pembina Tunawicara SLB Negeri Muaro Jambi, Juniwati, Wawancara dengan
penulis, 19 April 2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan. 104
Pembina Keagamaan SLB Negeri Muaro Jambi, Sarifah, Wawancara dengan penulis,
18 April 2018, 08.30 WIB, Foto Video dan Catatan. 105
Pembina Keagamaan SLB Negeri Muaro Jambi, Sarifah, Wawancara dengan penulis,
18 April 2018, 08.30 WIB, Foto Video dan Catatan.
81
[S]ejauh ini mereka sudah mengerti tentang sholat, mandi wajib, baca Iqra.
Terkadang mereka mengerti tapi untuk mengucapkannya sangat sulit dan yang
tadinya gak pernah sholat, sekarang mereka rajin sholat. Setidaknya ada
perkembangan sedikit demi sedikit.106
Menurut penulis anak tunawicara yang sudah mau diajak untuk melakukan
kegiatan keagamaan merupakan suatu bentuk kemauan tersendiri yang harus
didukung penuh oleh pembina terkhusus lagi orang-orang disekitarnya yang selalu
memberikan semangat dan motivsi kepada mereka
Dari berbagai wawancara yang penulis lakukan saat di SLB Negeri Muaro
Jambi desa Bukit Baling kefektvifan yang bisa terlihat terdapat pada kegiatan
keagamaan yang berada di tempat tersebut. Terutama pada Komunikasi Nonverbal
yang dilakukan pembina terhadap anak tunawicara dalam penanaman nilai-nilai
kegaamaan sangat telihat efektif yang sudah terlihat dari aktivitas mereka saat
berada di sekolah tersebut.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kita temukan bahwa:
1. Siswa telah mampu belajar mengaji dengan baik.
2. Siswa juga bisa melaksanakan ibadah sholat wajib, walaupun masih
berangsur angsur setidaknya walaupun bacaan surahnya tidak bisa lepas dan
suaranya tidak bisa dikeluarkan setidaknya mereka mengerti, dari yang tidak
pernah sholat sekarang mau melaksanakan sholat.
3. Siswa mampu berakhlak dengan baik terhadap orang lain.
4. Siswa juga menjadi lebih pintar dan mudah nyambung dalam kegiatan
kegamaan yang sedang berlangsung dan responnya sangat menerima dengan
baik.
106
Guru Ekstrakurikuler SLB Negeri Muaro Jambi, Murtini, Wawancara dengan Penulis,
20 April 2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang telah dibahas di bab II sampai
bab IV tentang efektivitas komunikasi nonverbal dalam menanamkan nilai-nilai
agama terhadap anak tunawicara di Sekolah Luar Biasa Negeri Muaro Jambi desa
Bukit Baling Kecematan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi, pada akhirnya penulis
menarik kesimpulan bahwa komunikasi nonverbal merupakan kunci utama anak
tunawicara dan pembina dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat
nonverbal. Selain itu komunikasi nonverbal sangat berperan penting terhadap
pembina dalam melakukan pembelajaran, berinteraksi, berkomunikasi, terhadap
anak tunawicara. Selain itu juga harus face to face terhadap mereka untuk
membangkitkan mereka dan memberikan semangat bahwa bukan berarti dengan
kekurangan yang mereka miliki kita tidak bisa seperti anak pada umumnya.
Berdasarkan kesimpulan pokok tersebut selanjutnya adalah kesimpulan yang
penulis temukan selama proses penelitian adalah sebagai berikut:
1. Progam keagaman yang diterapkan anak tunawicara yang ada di SLB
Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling Kecematan Sekernan Kabupaten
Muaro Jambi sama halnya dengan sekolah umum lainnya meliputi praktik
sholat, cara berwudhu, mengaji, mandi wajib, dan yasinan.
2. Kendala yang dihadapi saat komunikasi nonverbal terhadap penanaman
nilai-nilai keagamaan anak tunawicara adalah tingkat kemampuan dalam
memahami yang berbeda-beda dan dari segi komunikasi. Kemudian untuk
faktor pendukungnya adalah bahasa dan dari segi sosialnya adalah peran
orang tua yang sangat penting dalam mewujudkan pendidikan anak
tunawicara.
3. Sejauh ini penanaman nlai nilai agama kepada anak tunaiwicara di SLB
Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling Kec Sekernan Kab Muaro Jambi
yaitu setiap hari jum‟at diadakan yasinan bersama, belajar mengaji, terlebih
lagi kalau bulan puasa diterapkan puasa bersama, dan tadarusan bersama.
83
Dan itu semua tidak lepas dari kerja sama orang tua untuk memberi
dukungan terhadap anak tunawicara.
B. Implikasi Penelitian
Melalui karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini, berdasarkan penelitian
penulis yang telah dilakukan di SLB Negeri Muaro Jambi desa Bukit Baling
Kecematan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi, ada beberapa masukan yang dapat
digunakan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam menggunakan komunikasi
nonverbal khususnya bagi penyandang tunawicara di bidang keagamaan dan
pembinanya diantaranya:
1. Untuk kita sebagai manusia yang diberikan kelebihan tanpa kekurangan
cacat fisik, kita harus berperilaku baik terhadap orang lain bahkan kepada
anak berkebutuhan khusus sekalipun. Tidak perlu khawatir jika kita masih
merasakan ada perilaku kita yang masih kurang baik dan tidak bisa
berinteraksi dengan mereka.. Karena dengan kita belajar berusaha dengan
jelas dan perbaikan diri maka kita akan bisa mengubah perilaku kita ke
arah yang lebih baik lagi sesuai ajaran Islam dan era zaman sekarang
sudah canggih dan kita bisa memanfaatkan yang ada untuk berkomunikasi
kepada mereka.
2. Untuk orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, tidak perlu
malu mempunyai anak seperti itu, karena tidak Allah meberikan anugerah
anak bukan hanya kekurangan saja melainkan juga ada kelbihannya dan
jadikan lah anak tersebut untuk bisa berakhlak baik terhadap orang lain
sebgaimana anak normal pada umumnya.
3. Untuk pembina harus bisa lebih sabar dalam menghadapi tingkah laku
mereka yang aneh aneh. Dan untuk lebih ditingkatkan lagi berbagai
macam kegiatan keagamaan yang ada di SLB. Selain itu juga yang harus
diterapkan kegiatan keagamaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
84
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anonim, al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985.
Anton H. Bakker, Metode-metode Fisafat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.
Arifullah Mohd et.al, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, Jambi: Fak
Ushuluddin IAIN STS Jambi 2015.
Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Bord James, Buku Pintar Memahami Bahasa Tubuh, Jogjakarta: DIVA PRESS,
2009.
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Jakarta: Gunung Agung, 2014.
DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Desa,1990.
Daradjat Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Bulan Bintang,1996.
Effendy Onong Unchjana , Dinamika Komunikasi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2002.
Ferliana Jovita Maria, M.Psi dan Agustina Cht, M.Psi, Meningkatkan Kemampuan
Berkomunikasi Aktif Pada Usia Dini Jakarta Timur: PT Luxima Metro
Media, 2016.
Hadis Abdul, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: Alfabeta, 2006.
Hadayaningkrat Soewaro, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen,
Jakarta: Gunung Agung, 1995.
Komariah Aan dan Cepi Triatna, Op, cit.
Kurniawati Nia kania, Komunikasi Antar Pribadi, Serang: Garaha Ilmu, 2013.
Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.
Morisan, Managemen Public Realition, Jakarta: Kencana,2010.
M.Yususf Pawit, Ilmu Informasi, Komunikasi san Kpustakaan, Jakarta: Bumi
Aksara,2009.
85
Moleong Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002.
Nazir. Moh, Metode penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Patton Michael Quinn, Qualitative Data Analysis: A Source of New Methods
Beverly Hills: Sage Publications, 1986.
Rahmat Jalaluddin, Psikologi komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Semiun Yatinus, OFM, Kesehatan Mental Jilid 2, Yogjakarta: Kanisius Anggota
Ikapi, 2006.
Smarth Aqila, Anak Cacat Bukan Kiamat (Metode Pembelajaran Dan Terapi
Untuk Anak Berkebutuhan Khusus), Yogjakarta: Kata Hati, 2010.
Soetopo Hendyat dan Wasyti Soemanto, Pengembangan dan Pembinaan
Kurikulum, Jakarta: Bina Aksara, 1986.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D Bandung: Alfabeta,2013.
Surna I Nyoman dan D. Pandeirot Olga, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Penertbit
Erlangga, 2014.
Tim Penyususn, II, Panduan Penulisan Karya Ilmiah, Jambi, Fakultas Ushuluddin
IAIN STS Jambi, 2016.
Thoha Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogjakarta: Pustaka Pelajar,
2000.
Umam Khaerul, Prilaku Organisasi, Bandung: CV Pustaka Setia,2012.
Yun E-Hyeon, Why? Disability, Jakarta: Elex Media Komputindo.
B. Website
Yuri Arif, “UU Ekstrakurikuler Sekolah,” Internet, diakses melalui internet
http://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingya-kegiatan-
ekstrakurikuler.html,tanggal 21 April 2018.
Aad Yuy, “Pola Komunikasi Penyandang Tunawicara”, diakses melalui alamat
http://www.kompasiana.com/2013/17/pola-komunikasi-penyandang-
tunawicara.html, tanggal 12 Desember 2017
86
Cahyono,”Unsur-unsur Efektif”,diakses melalui alamat www//http
ariple.blogspot.co.id/2015/14/pengertian-dan-unsur-unsur-efektifitas.html,
tanggal 12 November 2018.
Fauziah,”Pengertian Tunawicara” Internet, diakses melalui alamat
http://www.definisimenurutparaahli.com/Pengertian-tunawicara-menurut-
para-ahli,diakses pada tanggal 12 desember 2017.
Hun Candra ,”Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus”, Internet, diakses
melalui alamat http//pendidikankhusus.wordpress.com/2009/04/06upaya-
meningkatkan-kemampuan-komunikasi-anak-autis-pechs-bagian-3,diakses
pada tanggal12 Desember 2015.
Lelirahmiyati, “Komunikasi Verbal dan Nonverbal”, diakses melalui alamat
http///www.lelirahmiyati.wordpress.com/2014/20/komunikasi-verbal-dan-
nonverbal.html, tanggal 6 Oktober 2018.
Multi Alam Gunawan dan Sudarminto Puguh, “SLB dan Sejarah Pendidikan
LuarBiasa”,diaksesmelaluialamathttp://terandik.blogspot.com/2016/05/slb-
dan-sejarah-pendidikan-luar-biasa.html,tanggal 20 April 2018.
Munir Fatimah,” Istilah Anak Berkebutuhan Khusus” Internet, diakses melalui
alamathttp://www.kartunet.com/memahami-istilah-anak-berkebutuhan-
khusus-abk-1156/,diaksespadatanggal25Febuari2015.
Pakar Komunikasi, “ 6 Teknik Komunikasi pada Tunawicara Paling Efektif”,
diakses melalui alamat http//www.pakarkomunikasi.com/6-teknik-
komunikasi-tunawicara-paling-efektif.html, tanggal 6 Oktober 2018.
Revolusi Pendidikan, “Perilaku sosial, keagamaan, moral, kepribadian, dan
Emosi” diakses melalui alamat
http//www.wikemedya.blogspot.com/2010/10/perilaku-sosial-keagamaan-
moral-kepribadian-emosi html, tanggal 6 Oktober 2018.
Wibowo Faisal, “Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal”, diakses
melalui alamat http://faisalwibowo.blogspot.com/2013/01/komunikasi-
verbal-dan-komunikasi-nonverbal.html,tanggal22April2018.
87
Wordpress, Anak Berkebutuhan Khusus, Internet Diakses Melalui Alamat
http://edupsyche.wordpress.com/2015/05/31/anak-berkebutuhan-khusus/a
Diakses Pada Tanggal 5 Oktober 2018 Pukul 03.00.
C. Skripsi
Faridatul,”Skripsi Komunikasi Nonverbal”, Internet, diakses melalui alamat
http//jiptupn-gdl-komunikasi-non-verbal1643pdfreaser,diakses,pada
tanggal 12 Desember 2017.
Juraidah, Efektivitas Komunikasi Instruksional Dalam Kegiatan Muhadharoh
Untuk eningkatkan Santri Berceramah Pada Pondok Pesantren As’ad
Olak Kemang Kota Jambi, IAIN STS JAMBI, 2015.
Siti Khotimah, Efektivitas Komunikasi Nonverbal dalam Pembinaan Keagamaan
Anak Tunarungu Di SLB kota Jambi, UIN STS JAMBI, 2015
D. Wawancara dan Dokumentasi
Dokumentasi SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
Dokumen pembagian tugas guru SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
Guru Ekstrakurikuler SLB Negeri Muaro Jambi, Murtini, Wawancara dengan
Penulis, 20 April 2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan.
Guru Pembina Tunawicara SLB Negeri Muaro Jambi, Juniwati, Wawancara
dengan penulis, 19 April 2018, 09.00 WIB, Foto dan Catatan.
Kepala Sekolah SLB Negeri Muaro Jambi, Suparmi, Wawancara dengan penulis,
16 April 2018, 09.45 WIB, Foto dan Catatan
Pembina Ekstrakurikuler, Murtini, Wawancara dengan Pemulis, 20 April 2018,
09.00 WIB, Foto dan Catatan.
Pembina Keagamaan SLB Negeri Muaro Jambi, Sarifah, Wawancara dengan
penulis, 18 April 2018, 08.30 WIB, Foto Video dan Catatan.
Siswi SLB Negeri Muaro Jambi, Shinta Nuria, Wawancara dengan Penulis, 22
April 2018, 10.00 WIB, Suak Putat Muaro Jambi, Foto dan Catatan
Wawancara.
88
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
SKRIPSI
“Efektivitas Komunikasi Nonverbal dalam menanamkan Nilai-Nilai Agama
terhadap Anak Tunawicara di SLB Negeri Muaro Jambi Desa Bukit Baling
Kecematan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi”
NO. JENIS DATA
METODE SUMBER DATA
1. -Letak Geografis SLB
Negeri Muaro Jambi
Desa Bukit Baling
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Setting
-Dokumen geografis
-Kepala Sekolah SLB
2. -Sejarah SLB Negeri
Muaro Jambi
-Wawancara
-Dokumentasi
-Kepala Sekolah SLB
-Dokumen sejarah SLB
3. -Visi, Misi, dan
Tujuan SLB Negeri
Muaro Jambi
-Dokumentasi
-Observasi
-Dokumen Visi, Misi,
dan Tujuan SLB
4. -Struktur Organisasi
SLB Negeri Muaro
Jambi
-Dokumentasi -Dokumen, Internet, dll
-Pihak Terkait
5. -Sarana/Fasilitas SLB
Negeri Muaro Jambi
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Keadaan Fasilitas
-Dokumen Fasilitas
-Kepala Sekolah SLB
89
6. -Progam
Ekstrakurikuler SLB
Negeri Muaro Jambi
-Dokumentasi
-Observasi
-Dokumen, internet,dll
-Kegiatan
Ekstrakurikuler
7. Proses Komunikasi
Nonverbal pada anak
Tunawicara di SLB
-Observasi
-Wawancara
-Kegiatan
Ekstrakurikuler
-Pihak Terkait
8. Kendala dan Upaya
pembina
menggunakan
Komunikasi
Nonverbal pada anak
Tunawicara di SLB
-Wawancara
-Observasi
-Pihak Terkait
-Kegiatan
Ekstrakurikuler
A. Panduan Observasi
NO.
Jenis Data
Objek Observasi
1. -Letak Geografis SLB Negeri Muaro
Jambi
-Keadaan Dan Letak Geografis
2. -Sarana/Fasilitas SLB Negeri Muaro
Jambi
-Sarana dan Prasarana yang
tersedia di SLB Negeri Muaro
Jambi, seperti: Ruang kantor,
masjid, kelas, Dll.
3. -Implementasi Komunikasi
Nonverbal dalam menanamkan nilai-
nilai Agama terhadap Anak
Tunawicara
-Metode yang diterapkan dalam
menanamkan nilai-nilai Agama
terhadap Anak Tunawicara
-Alokasi waktu yang dibutuhkan
untuk pemahaman.
4. -Relevansi Implementasi komunikasi -Dampak perilaku yang terlihat
90
nonverbal dalam menanamkan nilai-
nilai Agama terhadap anak
Tunawicara
secara lansung pada anak
tunawicara setelah dibina melalui
komunikasi nonverbal, terutama
terkait dengan pengetahuan agama
dan pengalamannya.
B. Panduan Dokumentasi
NO.
Jenis Data
Data Dokumenter
1. -Letak Geografis SLB Negeri Muaro
Jambi
-Data dokumentasi letak geografis
SLB Negeri Muaro Jambi
2. -Sejarah SLB -Data dokumentasi tentang sejarah
dan perkembangan SLB Negeri
Muaro Jambi
3. -Visi, Misi, dan Tujuan SLB -Data dokumentasi tentang Visi,
Misi, dan Tujuan SLB Negeri
Muaro Jambi
4. -Struktur Organisasi SLB Negeri
Muaro Jambi
-Data dokumentasi tentang struktur
organisasi SLB Negeri Muaro
Jambi
5. -Sarana/Fasilitas
-Data dokumentasi tentang sarana
dan prasarana yang ada di SLB
Negeri Muaro Jambi
6. -Progam Ekstrakurikuler SLB Negeri
Muaro Jambi
-Data dkumentasi tentang
Ekstrakurikuler
7.
-Teori dasar Komunikasi Nonverbal
pada anak Tunawicara
-Data tentang teori Komunikasi
Nonverbal pada anak tunawicara
yang meliputi tentang penegasan
91
isyarat, dll.
8.
-Implementasi Komunikasi
Nonverbal dalam menanamkan
agama pada anak Tunawicara di SLB
Negeri Muaro Jambi
-Data tentang Implementasi
Komunikasi Nonverbal dalam
mmenanamkan nilai nilai agama
terhadap anak tunawicara yang
meliputi progam, metode, dan juga
implementasinya.
9. -Relevansi Implementasi komunikasi
Nonverbal dalam menanamkan nilai-
nilai agama terhadap anak
tunawicara.
-Data relevansi implementasi
komunikasi nonverbal dalam
menanamkan nilai-nilai agama
terhadap anak tunawicara.
C. Butir- Butir Wawancara
NO.
Jenis Data
Sumber data dan subtansi wawancara
1. -Letak geografis SLB Negeri
Muaro Jambi
-KEPALA SEKOLAH SLB NEGERI
MUARO JAMBI
-Bisa dijelaskan tidak letak geografis
SLB Negeri Muaro Jambi?
2. -Sejarah SLB
-KEPALA SEKOLAH SLB NEGERI
MUARO JAMBI
-Bagaimana sejarah pendirian SLB
Negeri Muaro Jambi?
-Kapan dan oleh siapa SLB didirikan?
-Apa yang menjadi motivasi pendirian
SLB ini?
-Bagaimana perkembangan SLB
hingga saat ini?
92
3. Sarana/Fasilitas SLB -KEPALA SEKOLAH SLB NEGERI
MUARO JAMBI
-Apa saja sarana yang dimuliki SLB
Negeri Muaro Jambi?
4. Teori dasar Komunikasi nonverbal
terhadap anak tunawicara
-KEPALA SEK0LAH SLB NEGERI
MUARO JAMBI
-Apakah yang menjadi landasan teori
dasar komunikasi nonverbal terhadap
anak tunawicara SLB ini?
-Apakah ada rujukan dalam Islam
tentang komunikasi nonverbal dan
anak tunawicara?
5. Implementasi komunikasi
nonverbal dalam menanamkan
nilai- nilai Agama terhadap Anak
Tunawicara
-KEPALA SEKOLAH SLB NEGERI
MUARO JAMBI
-Bagaimana penerapan komunikasi
nonverbal terhadap anak tunawicara?
-Apa saja yang diberikan dalam
progam menanamkan nilai nilai
Agama ini?
-Kapan dilaksanakan progam ini dan
apa tujuannya?
6. Relevansi Implementasi
Komunikasi dalam menanamkan
nilai-nilai Agama terhadap anak
tunawicara
-KEPALA SEKOLAH SLB NEGERI
MUARO JAMBI
-Dampak apa yamg diharapkan pada
anak tunawicara setelah dtanamkan
nilai-nilai keagamaanmelalui
komunikasi nonverbal?
-Perubahan dan sikap perilaku apa
saja yang terlihat nyata setelah ada
penanaman nilai-nilai agama melalui
komunikasi nonverbal
93
Gambar 2.2 Bagian depan SLB Negeri Muaro Jambi
Gambar 2.3 Bagian Samping SLB Negeri Muaro Jambi
94
Gambar 2.4 Struktur Organisasi SLB Negeri Muaro Jambi Desa Bukit
Baling Kec Sekernan Kab. Muaro Jambi
Gambar 2.5 Jalan masuk menuju SLB Negeri Muaro Jambi
95
Gambar 2.6 Anak unawicara sedang belajar Agama tentang pengertian
Munafik bersama Pembina tunawicara oleh ibu Sarifah, S.Pd
Gambar 2.7 bahasa SIBI yang dipakai dalam berkomunikasi
96
Gambar 2.8 dokumentasi saat wawancara bersama pembina ekstrakurikuler SLB
Negeri Muaro Jambi dengan Ibu Murtini, S.Pd
Gambar 2.9 dokumentasi saat wawancara bersama pembina tunawicara saat
berada di ruangannya bersama ibu Juniwati, S,Pd.I
97
4. Tenaga Pendidik/Guru
TABEL 2.9TENAGA PENDIDIK/GURU107
No Nama
Lengkap
NIP PGT/
GOL
Pendidikan
Terakhir
Jabatan
1. Suparmi,
S.Pd
1962010319
87112004
IV/a S1 BK Kepala Sekolah
2. Irfan, S.Pd 1974101220
09021001
III/b S1 PLB Guru kelas B V
(5)
3. Zurmaini,
S.Pd
1972061620
09022001
III/b SI PLB Guru Kelas
C1.I,VII[1]
4. Rosniat
telaumbanua,
M.Pd
1978040720
09022003
III/b S1 PLB Guru Kelas C II,
III
5. Retno Devi
Apriani ,
S.Pd
1977031420
09022003
III/b SI PLB Guru Kelas B.II,
III
6. Arif Amirul
Mukminin,
S.Pd
1983051020
09021009
III/b SI PLB Guru Kelas A
II,IV,X [4]
7. Murtini, S.Pd 1975090520
10012007
III/b S1 PLB Guru Kelas D.II,
IV (3)
8. Suwarsiyati,
S.Pd
1980041020
10012007
III/b S1 PLB Guru Kelas B II
9. Umi
Pujiastuti,
S.Pd
1985091420
09022003
III/a S1 PLB Guru Kelas F.
V, VI (4)
10. Adi Wibowo - - SMA Guru Penjas
107
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
98
orkes
11. Rina Nurlina,
S.Pd
- - S1 PAUD Guru Kelas CI,
IV, V, VI (5)
12. Jummy
Tusakdiyah,
S.Pd
- - S1 Biologi Guru IPA Wali
Kelas B IX &
XII
13. Sarifah, S.Ag - - S1 Agama Guru Kelas F II,
Agama SMPLB
14. Februani Dwi
Astuti
- - SMA Guru Kelas F1
15. Kiswati, S.Pd - - S1 PAUD Guru Kelas C
VIII
16. Sri Nilawati,
S.Pd
- - S1
Matematika
Guru Kelas
CI&VIII
17. Ida Royani,
S.Pd
- - S1
Matematika
Guru
Matematika
&Wali Kelas D,
E X &XII
18. Armayanti,
S,Pd
- - S1 PLB Guru Kelas C
VI (6)
19. Nafiah, SE - - S1 Ekonomi Guru Tata Boga
20. Juniwati,
S.Pd.I
- - S1 PAI Guu Kelas C
VII &IX
21. Fitriyani,
S.Pd
- - S1 Pend.
Bahasa
Indonesia
Guru B. INDO
& Wali Kelas C
IX &XII
22.
23.
Ade
Nopriani,
S.Pd
Ade Puspita,
-
-
-
-
S1 Bahasa
Inggris
S1 Pend.
Guru Kelas C
VIII
Guru B. Inggris
SMPLB
99
S.Pd Bahasa
Inggris
&SMALB
24. Agus
Salman, S.Pd
- - S1 PAI Guru Kelas C
IX
5. Tenaga Kependididkan
TABEL 2.10 DAFTAR NAMA-NAMA TENAGA
KEPENDIDIKAN108
NO. NAMA Jabatan TMT Ijazah
Terakhir
Tahun Lulus
1. Retno
Kuniati,
S.Kom
Tata Usaha 14 Juli
2008
S1
Sistem
Informasi
2007
2. Nugroho
Mudo
Utomo
Pengurus
Asrama
14 Juli
2008
Paket C 2015
3. Sumiati T.
Kebersihan
1 Jan
2011
Paket A 2016
4. Suyitno Penjaga
Sekolah
16 Juli
2012
SMA 1993
5. Misriani T.
Kebersihan
16 Juli
2012
Paket B 2016
6. Sutarno Penjaga
Malam
23 Juli
2012
Paket C 2012
7. Mardiyah,
S.Pd
Pustakawan 1 Maret
2013
S1 Paud 2017
8. Masripah Pengurus 1 Paket A 2016
108
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
100
Asrama Des2013
9. Rusnaini T.
Kebersihan
2 Maret
2015
Paket B 2016
10. Febri
Adriansyah,
S.Pd
Operator 17 Juli
2017
S1 Pend.
Ekonomi
2016
TABEL 3.1 JUMLAH SISWA
SLB NEGERI MUARO JAMBI BULAN APRIL 2018109
Jurusan SDLB SMPLB SMALB TO
TA
L
I I
I
II
I
I
V
V V
I
J
M
L
V
II
VII
I
I
X
JM
L
X X
I
X
II
J
M
L
L/
P
L/
P
L
/P
Murid Baru
Laki-
laki
- - - - - - - - - - - - - - - -
Perempu - - - - - - - - - - - - - - - -
109
Dokumen SLB Negeri Muaro Jambi Tahun 2018/2019.
101
an
Tunanetra
Laki-
laki
- - - - 1 - 1 - - - - 1 - - 1 2
Perempu
an
- - - - 1 - 1 - - - - - - - - 1
Tunarungu Wicara
Laki-
laki
1 2 - - 2 - 5 - - 2 2 3 - 1 4 11
Perempu
an
- 1 1 - - 1 3 - 2 1 3 4 - 2 6 12
Tunagrahita Ringan
Laki-
laki
1 1 1 4 1 1 9 3 1 6 1
0
1 - 1 2 21
Perempu
an
- 1 - 1 - - 2 1 2 - 3 2 - 1 3 8
Tunagrahita Sedang
Laki- 2 3 - 2 - - 7 - - - - 1 - - 1 8
102
laki
Perempu
an
3 - 1 - 1 2 7 - - - 3 - - - - 10
Tunadaksa Ringan
Laki-
laki
- 1 - - - - 1 - - - - - 1 - 1 2
Perempu
an
- - - - - - - - - - - - - - - -
Tunadaksa Sedang
Laki-
laki
- - - - - - - - - - - 1 - - 1 1
Peremp
uan
- - - 1 - - 1 - - - - - - - - 1
Tunalaras
Laki-
laki
- - - - - - - - - - - - - - - -
Perempu
an
- - - - - - - - - - - - - - - -
103
Autis
Laki-
laki
2 2 - - - 1 5 - - - - 1 - - 1 6
Perempu
an
- - - - 1 - 1 - - - - - - - - 1
Jumlah 9 1
1
3 8 7 5 4
3
4 8 9 21 1
4
1 5 2
0
84
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah siswa laki-laki di SLB
Negeri Muaro Jambi hanya ada 28 orang. Sedangkan untuk siswa perempuan
berjumlah 15 orang. Kemudian untuk tingkatan SMPLB terdapat siswa 12 orang
khusus laki-laki dan khusus perempuan ada 9 orang. Selanjutnya untuk tingkatan
SMALB yang laki lakinya berjumlah 11 orang dan perempuannya ada 9 orang.
Untuk keseluruhannya siswa yang terdapat di SLB ada 84 orang.
TABEL 3.2 DATA IDENTITAS SISWA SEKOLAH LUAR BIASA
NEGERI MUARO JAMBI
NO NISN Nama
Siswa
L
/P
Kls Alamat Ket
Urut Induk
TINGKAT SDLB JURUSAN TUNANETRA (A)
1. 005/A/
2013
00750
32911
Fahrian
syah
L V Dusun Pasar Minggu
Rt 06
Aktif
2. 007/A/
2014
00638
23796
Maryati P V Rt 08 Kumpeh Ulu Aktif
104
TINGKAT SDLB JURUSAN TUNARUNGU/WICARA (B)
3. 023/b/2
012
00633
68988
Dwi
Lestari
P VI Rt 01 Tunas Mudo Aktif
4. 024/B/2
013
00790
82546
M.
Alfarez
i
L V Bukit baling rt 09 Aktif
5. 025/B/2
013
00730
8368
Reffan
Maulan
a
L V Rt 16 Sengeti Aktif
6. 026/B/2
014
00934
56030
Karyani P III Rt. 04 Sengeti Aktif
7. 000221
212016
Indra L II RT 01 Tanjung
Lanjut
Aktif
8. 000221
2016
Muham
mad
Zukri
L II Rt.01 Pasar Sore
semalaman Kerinci
Aktif
9. 000431
2016
Mus
Vidatul
Fitri
P II Rt 19 Sngeti Aktif
10. 001521
2017
Ahmad
Khoirul
Nasikin
L I Rt, 08 Muaro Jambi Aktif
TINGKAT SDLB JURUSAN TUNAGRAHITA RINGAN (C)
11. 078/C/2
012
0054
2100
62
Echa
Fadila
P IV Rt 11 Sekernan Aktif
12. 101/C/2
014
0009
0638
Budima L V Rt 06 Tantan Aktif
105
00
13. 001312
015
0034
6893
66
Wisnu
Yanto
L V Rt 03 Pasar
Minggu
Aktif
14. 004312
015
0092
5359
21
Sulaiman L III Rt 05 Tunas Mudo Aktif
15. 000531
2016
Nurhasa
nah
P II Rt 08 Sengeti Aktif
16. 011312
016
Khairul
Faili
L VI Rt 11 Rw. 03
Bulian Jaya
Aktif
17. 002231
2017
0061
6271
58
Dian
Rahmada
ni
L II Rt02 Tanjung
Katung
Aktif
18. 002312
017
0054
1665
29
Muham
mad
Haris
Hakemy
L IV Rt 025 Purwodadi
tebing tinggi,
Tanjabar
Aktif
19. 002531
2017
Sigit
Wahoyo
L IV Sekernan Aktif
20. 002631
2018
Ahmad
Riski
ebrian
L I Rt 10 Berembang.
Kec Sekernan
Aktif
21. 002731
2018
0046
4036
50
Dendi
Saputra
L IV Rt 021 Desa
Tanjung Kumpeh
Aktif
TINGKAT SDLB JURUSAN TUNAGRAHITA SEDANG (C1)
22. 057/C1/ 0058 Rizla P VI Desa Sengeti Rt 07 Aktif
106
2011 0609
48
Fiqi
Nadila
23. 076/C1/
2012
0016
3688
10
Mega
Ratna
Sari
P VI Tunas Baru Rt. 02 Aktif
24. 082/C/2
013
0029
8890
78
Wahyudi
Adrian
Maulana
L IV Rt 05 Sekernan Aktif
25. 092/C/2
013
0077
4708
792
Zahra
Zabilla
Putri
P V Rt 10 Sekernan Aktif
26. 005412
015
0076
1587
45
Dimas
Aditya
L II Rt 04 Tunas Mudo Aktif
27. 007412
015
0053
9165
27
Icha
Indriany
P III Rt. 12 Rengas
Bandung
Aktif
28. 008412
015
0029
7984
85
Wanda
Saputra
L IV Jl. Lintas Tungkal
Rt. 02 Kel. Sungai
Toman
Aktif
29. 000641
2016
Moh.
Agus
Syahrudi
L II Rt. 06 Tunas Baru Aktif
30. 000741
2016
Alexand
Grabiel
Silitonga
L II Rt.02 Bukit Baling Aktif
31. 001441
2017
Adly
Fairuz
L I Rt.02 Setiris Maro
Sebo
Aktif
32. 001741
2017
Muham
mad
L I Rt. 05 Berembang
Sekernan
Aktif
107
Badri
33. 001941
2017
Rani
Pauziah
Safitri
P I Bukit Baling Km.
35
Aktif
34. 002041
2017
Rani
Anjani
P I Rt. 08 Bukit Baling Aktif
35. 002141
2017
Nur
Azizah
P I Simp. Tuan Aktif
TINGKAT SDLB JURUSAN TUNA DAKSA RINGAN (D)
36. 001651
2017
Muham
mad
Syamil
L II Rt 07 Dusun
Durian Rajo Jambi
Kecil Maro Sebo
Aktif
TINGKAT SDLB JURUSAN TUNADAKSA SEDANG (D1)
37. 002/D1
/2014
0006
6981
002
Najwa
Jihan
Mawadd
ah
P IV Rt 14 Sengeti Aktif
TINGKAT SDLB JURUSAN AUTIS
38. 005/Au
tis/2014
0043
9010
00
Indriyant
i
P V Desa Setiris Aktif
39. 006/Au
tis/2014
0082
7907
66
Mailan
Putra
Anugrah
L VI Rt. 15 Sengeti Aktif
108
40. 010812
016
Abdel
Hadi
L II Rt. 15 Sengeti Aktif
41. 001381
2017
Rizky
Adha
Taulani
L I Rt.02 Rw.001
Sengeti
Aktif
42. 001881
2017
Zaidan
Masy‟al
Bisyir
L I Rt. 07 Rw 02
Kedemangan
Jaluko
Aktif
43. 002481
217
Adrian
Gerardus
Simamor
a
L II Rt. 12 Km. 46
Bukit Balng
Sekernan
Aktif
TINGKAT SMPLB JURUSAN TUNARUNGU WICARA(B)
44. 001222
015
0016
8888
5
Sulaiman L IX Kedemangan Aktif
45. 002222
015
0026
2601
84
Noval
Septian
L IX Aktif
46. 003222
015
Thia
Anggrian
y
P IX Rt.02 Suko AJ Km.
61
Aktiif
47. 002222
016
0031
3432
04
Putri
Ramadha
ni
P VII
I
Lr. Pesantren Rt.
16 Sengeti
Aktif
109
48. 003222
016
Tiara
Niastri
P VII
I
001 Muaro Medak,
Bayung Lincir
Aktif
TINGKAT SMPLB JURUSAN TUNAGRAHITA SEDANG (C1)
49. 005/C1/
2008
0009
1056
00
Eunike
S.A,S
P IX Bokit Baling Aktif
50. 007422
016
0038
9507
10
Nur
Laila
P VII
I
RT/RW 15/04
Sengeti
Aktif
51. 008422
016
0034
5444
86
Nur Laili P VII
I
RT/RW 15/04
Sengeti
Aktif
DATA SISWA SLB N MUARO JAMBI TINGKAT SMAPLB JURUSAN
TUNANETRA (A)
52. 000113
2017
0026
8662
52
Fathur
Rahman
L X Berembang Rt. 09 Aktif
TINGKAT SMAPLB JURUSAN TUNARUNGU WICARA
53. 001232
015
9979
2310
84
Sella
Dwi
Cahyanti
P XII Bukit Baling Aktif
54. 002232
015
9947
8131
71
Aria
Sobitun
L XII
I
Desa Tunas Baru
Rt 05
Aktif
55. 003232
015
9976
9077
Aminah P XII
I
Desa Lopak Aur
Kec Pemayung
Aktif
110
07
56. 000223
2017
0019
8913
57
Dewi
Wulan
dari
P X Bukit Baling, Rt.
07 Muaro Jambi
Aktif
57. 000323
2017
9994
5657
42
Muham
mad
Amin
Vadila
L X Rt 20 Sengeti Aktif
58. 000423
2017
9996
0237
26
Wahyudi L X Pasar Minggu Aktif
59. 000523
2017
0012
5612
03
Shinta
Nuria
P X Suak Putat Aktif
60. 000623
2017
0012
5612
03
Pera
Sapira
P X Rt 05 Desa
Tanjung Katung
Aktif
61. 000823
2017
9999
2987
79
Wanda
Nauriah
L X Ds Tanjung Lanjut.
Rt. 01 Sekernan
Aktif
62. 000823
2017
9956
6082
65
Khoiruna
s
L X Desa Betung. Kel.
Kumpeh
Aktif
TINGKAT SMPLB JURUSAN TUNAGRAHITA (C)
63. 084/C/2
013
0055
3474
99
Irwanto L IX Rt.05 Tanjung
Katung
Aktif
64. 095/C/2 9999 Andilau L IX Gedung Karya Aktif
111
013 3262
52
Saputra Kumpeh
65. 096/C/2
013
0008
9421
43
Riki
Saputra
L IX Gedong Karya
Kumpeh
Aktif
66. 005322
015
Rizki
Agus
Tiarahm
an
L IX Berembang, Rt. 03 Aktif
67. 007322
015
Min
Sahril
L IX Rt 08 Desa Tebing
Tinggi
Aktif
68. 004322
016
0022
0616
85
M.Kodri L VII
I
Rt.02 Pematang
Pulai
Aktif
69. 005322
016
0022
4411
45
Rinah P VII Tanjung Katung
Rt. 05
Aktif
70. 006322
016
0027
2229
47
Marisah P VII
I
Tanjung katung Aktif
71. 001132
2017
0025
4509
85
Mawadd
ah
P VII
I
Rt 08 Jambi Kecil
Ma. Sebo
Aktif
72. 001232
2017
0021
2880
56
Riko
Apriansa
L IX Rt 02 Bukit Baling
Sekernan
Aktif
73. 001332
2017
0018
8406
30
Muham
mad Rafi
L VII
I
Rt. 07 Jambi Timur Aktif
74. 001432 0045 Aldo L VII Rt. 02 Pematang Aktif
112
2017 0352
91
Pulai
75. 001532
2017
0046
0049
10
M.
Robbi
Maulidia
nsyah
L VII Rt. 06 Berembang Aktif
TINGKAT SMALB JURUSAN TUNAGRAHITA RINGAN (C)
76. 000133
2015
9985
4208
19
Novita
Sari
P XII Kemingkin Dalam Aktif
77. 000233
2015
9993
0398
66
Zuanda
Fahrul
Patullah
L XII
I
Rt. 03, Rw. 03
Muaro Bulian
Aktif
78. 000933
2017
0016
2207
89
Fitriani P X Teluk Aktif
79. 001033
2017
0005
5410
22
Mita P X Sengeti Rt. 15 Aktif
80. 001133
2017
0005
2913
51
Kristoper
Malindo
Pohan
L X Rt. 19 Bukit Baling Aktif
TINGKAT SMALB JURUSAN TUNA GRAHITA SEDANG (C1)
81. 001243
2017
9966
4830
08
Samsudi
n
L X Rt.12 Gedong
Karya Kumpeh
Aktif
113
TINGKAT SMALB JURUSAN TUNADAKSA (D)
82. 004432
016
9967
4505
04
Reno
Agustin
Halawa
L XI Rt.01 Suko Awin
Jaya
Aktif
TINGKAT SMALB JURUSAN TUNA DAKSA SEDANG (D1)
83. 001363
2017
9996
2085
63
Akbar
Dwi
Leonaldo
L X Desa Sengeti Aktif
TINGKAT SMALB JURUSAN AUTIS
84. 001483
2017
9998
9095
86
Fatah
Yasin
L X Desa Suko Awin
Jaya Rt. 12
Aktif
Pada tabel 3.2 terdapat data siswa SLB Negeri Muaro Jambi dari SDLB,
SMPLB, dan SMALB. Untuk tingkatan SDLB dari kesluruhan jurusan terdapat 43
siswa dari perempuan berjumlah 15 orang, dan untuk laki-lakinya berjumlah 28
orang. Kemudian untuk tingkatan SMPLB dari keseluruhan jurusan terdapat 21
siswa dari perempuan berjumlah 9 orang dan laki-lakinya ada 12 orang.
Sedangkan untuk siswa tingkatan SMALB dari keselururhan jurursan terdapat 20
siswa dari perempuan berjumlah 9 orang dan laki-lakinya 11 orang. Jadi Total
keseluruhan siswa yang terdapat data beserta identitasnya 84 0rang.
114
6. FASILITAS UMUM
TABEL 2.9 FASILITAS UMUM SLB NEGERI MUARO JAMBI
No. Jenis/Nama
Barang
Jumlah Kondsisi Barang Asal Barang
Baik
Rusak/Habis
1. Meja Guru 48 buah Baik - Pemda
2. Kursi Guru 45 buah Baik - Pemda
3. Meja Siswa 90 buah Baik - Pemda
4. Kursi siswa 90 buah Baik - Pemda
5. Meja Kepala
Sekolah
2 buah Baik - Pemda
6. Lemari Kaca
Besar
1 buah - Rusak
Ringan
Pemda
7. Lemari Kaca
Sedang
9 buah - Rusak
Riingan
Pemda
8. Lemari kaca
kecil
6 buah - Rusak
Ringan
Pemda
9. Kursi Tamu 2 Set - 2 Baik Pemda
10. TV Sharf 24” 1 unit Baik - BOS
11. Galon 1 buah Baik - BOS
12. Dispenser 1 buah Baik - BOS
13. Komputer 1 unit Baik - Propinsi
14. Printer 1 unit - Rusak Propinsi
15. Globe 1 buah Baik - Pusat
115
16. Kotak P3K 1 buah Baik - BOS
17. Mesin Rumput 1 unit - Rusak Pemda
18. Alat semprot 1 unit Baik - Pemda
19. Rak piring 1 buah - Rusak Pusat
20. Rak Buku
Hitam
1 buah Baik - Propinsi
21. Meja hitam 2 buah 1 Baik 1 rusak Propinsi
22. Tiang bendera
besi
1 buah Baik - Pusat
23. Telephon
Cerria
1 Set Baik - Pusat
24. Karpet 8 x 2 m 3 buah - Rusak Pusat
25. Score Board
Tenis Meja
1 set Baik - Pusat
26. Lembing
Alumunium
10 unit Baik - Pusat
27. Mesin Jenset 1 unit Baik - Propinsi
Dari tabel diatas dapat dilihat Keadaan barang yang masih dalam keadaan
baik ada 301 unit, dari yang difasilitasi oleh Pemda ada berjumlah 278 unit.
Selanjutnya dari BOS berjumlah 4 unit, Untuk yang berasal dari pusat berjumlah
14 unit, dan yang dari propinsi ada 3 unit yang dalam keadaan baik. Sedangkan
yang dalam keadaan rusak ringan semuanya berjumlah 23 unit baik dari yang
rusak ringan ataupun rusak sedang.
116
DAFTAR INFORMAN
No Nama Jabatan Kode
1. Suparmi, S.Pd Kepala Sekolah Sp
2. Jummy Tussakdiyah,
S.Pd
Pembina Tunawicara Jt
3. Sarifah, S.Ag Pembina Agama Sr
4. Murtini, S.Pd Pembina Ekstrakurikuler Mr
5. Retno Kurniati,
S.Kom
Tata Usaha Rk
6. Shinta Nuriah Siswa Tunawicara Sn
117
TRANSKIP PENELITIAN
(Obsrvasi, Wawancara, dan Dokumentasi)Muaro Jambi
Evektivitas Komunikasi Nonverbal dalam Menanamkan Nilai-nilai Agama
terhadap Anak Tunawcara SLB NEGERI Muaro Jambi Desa Bukit Baling
Kecematan Sekernan Kabupaten Muaaro Jambi
a. Transkip Observasi
Tanggal Pengamatan : 12 April 2018
Jam : 09.00
Kegiatan yang diobservasi : Letak Geografis SLB Negeri Muaro Jambi
Desa Bukit Baling
Transkip
Observasi
Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 16
April 2018 Lokasi SLB Negeri Muaro Jambi berada di jln
Bukit Cinto kenang Kecematan Sekernan Kabupaten Muaro
Jambi.
Tanggapan
Pengamat
Letak SLB Negeri Muaro Jambi sangat strategis karena dekat
dengan tempat tempat yang mudah di jangkau oleh masyarakat.
Tanggal Pengamatan : 17 April 2018-08-16
Jam : 12.08 WIB
Kegiatan yang diobservai : Aktivitas Ekstrakurikulerr keagamaan
Trankip
Obervasi
Pada tanggal 17 April 2018 jam 12.08 WIB, penulis melihat
anak tunawicara bergegas menuju musholah yang ada di SLB
Negeri Muaro Jambi untuk sholat dzhuhur. Kemudian Setiap
Hari Jum‟at dilakukan yasinan bersama sebelum mulai belajar.
118
Tanggapan
Pengamat
Dari kegiatan keagamaan yng dilakukan di SLB Negeri Muaro
Jambi yang dilakukan secara rutin dan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan, ini membuktikan bahwwa sangat
mendukung untuk siswa dan siswi tunawicara khususnya di
bidang Agama. Penanaman nilai nilai agama ini bisa dilakukan
dari sholat berjamaaah, mengaji, yasinan bersama, dll. Dari
sinilah mereka dapat lebih bertingkah laku secara baik dan
lebih taat terhadap perintah agama.
Tanggal Pengamatan :12 April 2018
Jam : 09.00
Kegiatan yang diobservasi : Letak Geografis SLB Negeri Muaro Jambi
Desa Bukit Baling
Transkip
Observasi
Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 16
April 2018 Lokasi SLB Negeri Muaro Jambi berada di jln
Bukit Cinto kenang Desa Bukit Baling Kecematan Sekernan.
Tanggapan
Pengamat
Letak SLB Negeri Muaro Jambi sangat strategis karena dekat
dengan tempat-tempat yang mudah di jangkau oleh masyarakat.
b. Transkip Wawancara
Nama informan/Jabatan : Suparmi, S.Pd / Kepala Sekolah
Tanggal : 16 April 2018
Jam : 09.45
Tempat Waancara : Di Ruangan Kantor Kepala Sekolah
119
Topik Wawancara : Progam Keagamaan yang diterapkan
terhadap Anak Tunawicara
Peneliti
Apa saja proga keagamaan yang diterapkan kepada anak
Penyandang Tunawicara?
Informan Sama dengan sekolah umum. Misalnya pas belajar sholat,
mereka diajarkan cara belajar sholat, diajarkan berwudhu,
pokoknya sesuai dengan kurikulum.
Peneliti Bagaimana kendala upaya komunikasi nonverbal dalam
penanaman nilai-nilai agama terhadap anak tunawicara di SLB?
Informan Yang jelas kalau pas belajar praktik sholat, iya harus praktik
dengan menggunakan ucapan bahasa isyarat. Kendalanya
trkadang anak ini kan mempunyai kemampuan kurang untuk
memahami itu, kurangnya siswa dalam pembelajaran.
Peneliti Sejauh mana penanaman nilai-nilai agama pada anak
tunawicara di SLB?
Informan Untuk hari Jum‟at diadakan rutinitas yasinan, kalau pas bulan
puasa diterapkan untk diajak berpuasa bersama, sholat lima
waktu, itu semua tidak lepas dari kerja sama orang tua kalau
anaknya pulang. Tetapi kalau anaknya diasrama pun juga
diajarkan mengaji juga.
Peneliti Bagaimana perkembangan SLB pada saat ini?
Informan Untuk anak yang dulu itu mencapai 130 sekian. Untuk anak
120
yang sudah lulus dan tidak masuk ke SLB lagi jadi bejumlah
84, ada yang sudah lulus, sudah menikah, ada juga yang kerja.
Susahnya SLB itu kalau sudah anak sudah pulang, harus
dibujuk lagi kita datangn rumahnya gak cukup satu kali atau
dua kali. Kita juga harus face to face membangkitkan anak
kembali untuk sekolah. Terkadang orang tuanya si anak
memaksa menyuruh anaknya untuk membantu bekerja. Itu
merupakan kendala sehingga anak keluar dari SLB.
Nama informan/ Jabatan : Sarifah, S.Ag / Guru pembina Keagamaan
Tanggal : 18 April 2018
Jam : 08.30
Tempat Wawancara : Di Kelas Anak Tunawicara
Topik Wawancara : Penanama Nilai-nilai Agama terhadap
Anak Tunawicara
Peneliti Apa saja progam keagamaan yang diterapkan kepada anak
penyandang tunawicara?
Informan Tentang mandi wajib, sholat, diajak ngaji, meskipun orang
tersebut susah nangkapnya. Tetapi tetap diajarin, maka dari itu
mengenal dasar-dasarnya saja iya paling tidak yang paling
penting mereka tahu seperti mandi wajib. Apalagi anak ini kan
sudah balig semua yng sudah SMP dan SMA. Contohnnya lagi
pada waktu sholat walaupun mereka gak bisa baca suratnya
dengan lepas atau dikeluarin setidaknya mereka ngerti, gara-
gara praktik itu mereka tau. Waktu belajar mandi wajib pun
mereka juga ketawa-ketawa, mungkin bagi mereka dianggap
lucu.
121
Peneliti Bagaimana kendala upaya komunikasi nonverbal terhadap
penanaman nilai-nilai agama terhadap anak tunawicara dan
bagaimana cara mengatasinya?
Informan Kendalanya itulah koneksi dari bahasa kan susah. Selain itu kan
kita ini ada yang dari umum beda dengan guru yang memang
dari sarjana PLB, Sarjana khusus anak Luar biasa. Kalau kita
itu kan guru umum jadi kendala dibahasa. Dan cara
mengatasinya bawa buku bahasa Isyarat, misalnya ibu gak
paham ya buka buku, pada aktu belajar bahasa inggris kita kan
perlu kamus. Kalau kita gak tau artinya untuk anak Tunawicara
ibu menggunakan buku SIBI namanya.
Peneliti Sejauh mana penanaman nilai-nilai agama kepada anak
Tunawicara di SLB?
Informan Setiap hari Jum‟at mengadakan yasinan untuk anak-anak, Kalau
anak yang bisa ngomong diajarin ngaji, apalagi kalau bulan
puasa baca al-Qur‟an yang bisa baca yang gak bisa ya gak apa-
apa kalau pas yasinan itu mereka diam saja, karena mereka gak
bisa, kalaupun dia ngerti kan pasti gak bakalan seperti itu.
Peneliti Metode apa yang digunakan untuk pembina tunawicara dalam
proses keagamaan?
Informan Bahwa metode yang digunakan untuk anak tunawicara dalam
proses keagamaan terlebih lagi supaya anak tersebut lebih
mudah memahami dengan menggunakan video bergambar dan
122
dengan simbol-simbol sekaligus tidak membosankan mereka.
Peneliti Apa saja problem yang dihadapi selama membina anak
tunawicara?
Informan Dari segi komunikasi yang berbeda terhadap anak pada
umumnya, pastinya mereka selalu bertanya kalau mereka
kurang memahami.
Nama informan/Jabatan : Juniwati, S.Pd.I/ Guru pembina Tunawicara
Tanggal : 19 April 2018
Jam : 09.00
Tempat Waancara : Di Ruangan Kantor
Topik Wawancara : Komunikasi Nonverbal dalam
menanamkan nilai-nilai agama terhadap
anak tunawicara
Peneliti Bagaimana komunikasi yang diterapkan pada proses belajar
terhadap anak Tunawicara?
Nforman Komunikasi yang diterapkan dalam proses mengajar dengan
menggunakan bahasa isyarat yang sesuai dengan buku bahasa
isyarat yang bernama buku SIBI khusus anak tunawicara
Peneliti Dampak apa yang diharapkan pada anak tunawicara setelah
dibina melalui komunikasi nonverbal?
Informan Kalau itu berangsur-angsur sih, soalnya tingkat kemampuan
mereka berbeda-beda. Misalnya kegiatan sholat. Gak bisa baca
suratnya dengan lepas atau suaranya tidak bisa dikeluarkan
123
setidaknya mereka mengerti. Dan yang tadinya gak pernah
sholat karena tidak paham, sekrang sedikit demi sedikit
mengerti karena adanya praktik kegiatan sholat. Sepeti yang
telah dijelaskan pembina ekstrakurikuler keagamaan saat di
wawancarai lansung oleh penulis di ruangannya: “[S]ejauh ini
mereka sudah mengerti tentang sholat, mandi wajib, baca Iqra.
Terkadang mereka mengerti tapi untuk mengucapkannya
sangat sulit dan yang tadinya gak pernah sholat, sekarang
mereka rajin sholat. Setidaknya ada perkembangan sedikit
demi sedikit.
Peneliti Bagaimana pelaksanaan yang diterapkan dalam komunikasi
noverbal terhadap anak tunawicara?
Informan Pelaksanaannya sesuai jadwal pelajaran gitu sih, Sedangkan
untuk kegiatan esktrakurikuler agama dilakukan setiap hari
rabu, karena kegiatan belajar mengajar dikelas dilakukan
maksimal empat jam dalam setiap minggunya. Selain itu ada
tambahan pelaksanaan ekstrakurikuler keagamaan yang ada di
SLB juga dilaksanakan setiap hari jum‟at dengan berbagai
macam kegiatan keagamaan, diantaranya ada hafalan surat
pendek, dan tata cara sholat.
Nama informan/Jabatan : Murtini,S.Pd/ Pembina Esktrakurikuler
Tanggal : 20 April 2018
Jam : 09.00
Tempat Waancara : Di Ruangan Bagian Ekstrakurikuler
Topik Wawancara : Pelaksanaan ekstrakurikuler keagamaan
yang ada di SLB
124
Peneliti Bagaimana pelaksanaan ekstrakurikuler keagamaan di SLB?
Informan untuk kegiatan esktrakurikuler agama dilakukan setiap hari
rabu, karena kegiatan belajar mengajar dikelas dilakukan
maksimal empat jam dalam setiap minggunya. Selain itu ada
tambahan pelaksanaan ekstrakurikuler keagamaan yang ada di
SLB juga dilaksanakan setiap hari jum‟at dengan berbagai
macam kegiatan keagamaan, diantaranya ada hafalan surat
pendek, dan tata cara sholat.
Peneliti Apa panduan yang disarankan sekolah pada ekstrakurikuler
keagamaan?
Informan Bahwa tidak ada secara khusus panduan untuk ekstrakurikuler
keagamaan, baik itu materi SD, SMP, SMA yang tidak begitu
susah untuk diajarkan.
Peneliti Selain Islam adakah kepercayaan agama lain yang dianut
mereka?
Informan Selain Islam, ada juga kepercayaan yang dianut oleh siswa dan
siswi SLB ini yaitu agama kristen
Peneliti Kegiatan ekstrakurikuler apa yang ada di SLB?
Informan Ada pramuka, kesenian, olahraga, kerohanian (Agama), dan
ketrampilan.
125
Bentuk : Tulisan/Papan catatan
Isi dokumen : Visi dan Misi
Tanggal pencatatan :12 April 2018
Jam pencatatan :09.45
Bukti Dokumentasi a. Visi
Visi dari sekolah luar biasa Negeri Muaro
Jambi adalah terwujudnya kemandirian anak
berkebutuhan khusus melalui layanan pendidikan
yang bermutu, serta dapat diterima di masyarakat,
mendapat kesempatan kerja, memperoleh fasilitas
yng memadai, berperan aktif secara eklusif dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
D. Misi
Dalam terwujudnya sebuah visi yang telah
ditetapkan sekolah luar biasa ini mempunyai misi
sebagai berikut:
5) Sekolah sebagai pusat pelayanan dan
pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.
6) Menyelenggarakan pendidikan keterampilan
secara tearah, terukur, terpadu secara
berkesinambungan.
7) Melatih dan menumbuhkembangkan
kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus.
8) Memberikan dukungan, mengadakan pelatihan,
mengikutsertakan guru, dan karyawan dalam
menumbuhkembangkan potensi serta
kreatifitas demi kemajuan sekolah.
126
E. Tujuan
6. Diharapkan anak didik tumbuh menjadi
generasi yang dapat beribadah sesuai ajaran
agama.
7. Dapat hidup ditengah masyarakat tanpa ada
perbedaan
8. Anak didik bisa hidup mandiri dan layak
dimasyarakat.
9. Anak didik mandiri dan bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa membebani orang
lain.
10. Anak didik memiliki keterampilan sesuai
dengan bakat dan minatnya dan dapat
berwiraswasta atau bekerja baik di workshop
sekolah maupun di masyarakat luas.
Refleksi Dari hasil dokumen yang dikumpulkan akan menjadi
bukti adanya SLB Negeri Muaro Jambi.
127
CURRICULUM VITAE
FOTO
Informasi Diri
1. Nama : Lilis Setyowati
2. Tempat Tanggal Lahir : Pati, 5 Agustus 1996
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Alamat : Suak Putat Rt 03 Kecematan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi
Riwayat Pendidikan
1. S1 UIN STS Jambi : 2014-2018
2. SMA N 2 Muaro Jambi : 2011-2014
3. SMP N 6 Muaro Jambi : 2008-2011
4. SDN 6 Kebowan, Jawa Tengah : 2002-2008
Karya Ilmiah
Lilis Setyowati mempunyai karya ilmiah, antara lain dia pernah menulis
buku dengan judul kumpulan Pantun, puisi, dan syair yang di karang oleh kawan
kawan seperjuangan yang di ketuai oleh Bapak Ariandi Batubara.
Pengalaman Organisasi
Lilis Setyowati pernah mengikuti organisasi di Kampus yaitu PMII
sebagai anggota dalam organisasi tersebut.