Konversi Energi dari Spent Resources
Focus Diskusi AktualBalitbang-Kemendagri, 10 September 2015
disusun oleh* : prasetyo sunaryo, titiresmi a., l. widodo, a. mulyanto
*) Paradigma Riset Institut, BPPT, BPPT , BPPT
Pembagian Sub Tema
1. Aspek Paradigma2. Aspek Fungsi Energi3. Aspek Potensi Sumberdaya4. Aspek Pendukung Penerapan Teknologi5. Aspek Kebijakan6. Penutup
3
Reinventing Research and Technology Development
OLD PARADIGM NEW PARADIGM
Technology is the application of advance science
Technology result from consolidation of various types of knowledge
Technology centric Customer and Societal centric
Technology roadmap is determined by science advance
Technology roadmap is determined from negotiations of interests and values of various stakeholders
Technology is a substantial, endogenous element of business innovation
Technology is an external element of business innovation
-Because of the new vision, mission, and values,Necessitate a shift to the new paradigm-
Sumber : Kusmayanto K., 2005
Paradigm Shift
5
Competitiveness
Complexity
Tahapan Pemungsian Teknologi Kajian PotensiSupply push /
demand pull
Lab. Scale
Pilot Plant (Kelayakan
Teknis)
Perancangan Pemungsian
Teknologi (Prototype)
Pre Commercial
Test Pemungsian teknologi di proses produksi /
di proses pemecahan masalah
Menyiapkan Market Offerings
Transaksi
Interacting
Publishing
Pengorganisasian
Penciptaan / Kreasi
Sasaran Program
Merangsang Invensi dan Inovasi
Dari Kreasi Menuju TransaksiInteraksi Apa ?Bagaimana ?
Berapa?
Menyampaikan Info ke Pasar/User
Menciptakan Nilai/Kultur Baru
Perlunya Perubahan Paradigma (1)
• Dalam perspektif kelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap kebijakan lingkungan selalu ada implikasi teknologi (engineering solution).
• Paradigma lama menganggap, bahwa semua produk samping yang tidak menjadi produk utama atau yang telah diprogramkan, dianggap sebagai barang yang dianggap tidak bernilai ekonomis, karenanya lalu disebut sebagai limbah (waste).
Perlunya Perubahan Paradigma (2)
• Dengan terjadinya akumulasi limbah, akhirnya menimbulkan dampak pencemaran.
• Untuk mengatasi pencemaran, tentu perlu solusi teknologik; dan pada titik ini, solusi teknologi oleh para produsen masih dianggap sebagai ekstra cost (untuk mengatasi dampak eksternalitas)
Perlunya Perubahan Paradigma (3)
• Paradigma baru adalah, bahwa side products dari berbagai unit produksi belum segera didefinisikan sebagai limbah (waste), sebelum teknologi menyatakan tidak mampu lagi mendaya-gunakan side products tersebut.
• Karena itu, semua side products yang belum mendapat sentuhan teknologi, masih dapat disebut sebagai spent resources, yaitu resources yang telah tergunakan (bukan waste).
- Meningkatnya populasi: - Meningkatnya pertumbuhan ekonomi:- Meningkatnya Standar Hidup
- Meningkatnya penyediaan energi primer (2 kali lipat):
- Meningkatnya penyediaan energi listrik (3,5 kali lipat):
Isu lingkungan:- Pemanasan Global- Polusi Udara- Hujan Asam- Kesehatan
TYPE OF ENERGY SELECTION
Fosil Energy(hydrocarbon resources)
OIL COAL Gas
NEW AND RENEWABLE ENERGY
Hidro,Microhydr
o
Solar, wind, biomassa,
geothermal, hidrogen, FC
Nuclear(Uranium/Ihorium)
Environment INFRASTRUCTUR ENERGY RESOURCES SOCIAL-CULTURE GEOPOLITIC ECONOMY
BASED ON NATURAL RESOURCES BASED ON TECHNOLOGY
GENERAL ENERGY PLANNING
“Comprehensive Assessment of Different Energy Source for Electricity Generation in Indonesia”,.
Perbedaan Renewable dan Non
Nuclear Masih Kontroversial
Sumber: http://gcedwitness.files.wordpress.com/2011/08/conventional_renewable_energy_sources.gif
Dari Net Exporter ke Net Importer
Subsidi Untuk Energi• Subsidi bahan bakar fosil di antara negara OECD
pada tahun 2011 mencapai 90 miliar US dollar, dan lebih dari 50 milyar US dollar (diluar OECD) secara global.
• Sedangkan subsidi energi terbarukan hanya 88 miliar US dollar pada tahun yang sama. Dengan subsidi bahan bakar fosil yang terus terjadi, maka berdasarkan International Energy Agency, target pengendalian perubahan iklim tidak akan tercapai
Sumber : Wikipedia
Contoh : Pola Jerman• Jerman menyerukan prinsip “Selamat tinggal energi nuklir
dan Fosil, selamat datang energi terbarukan.” Bauran energi terbarukan di Jerman tumbuh dari hanya 6 % menjadi 25% dalam waktu sepuluh tahun.
• Melalui kebijakan Energiewende (Transisi Energi Jerman) pada 2010, Jerman menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 80-95% pada 2050, dengan meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 60% dan efisiensi listrik hingga 50% dalam periode yang sama. Kebijakan ini langsung mendapat dukungan legislatif, setahun berikutnya.
Energi Berasal dari Spent Resources
Agro Based Industry
New & Renewable
Energy
Mengembangkan Kemandirian Energi Jaminan berlanjutnya Pembangunan Nasional yang berkesinambungan
diantaranya dipengaruhi oleh terjaminnya pasokan energi yang berkelanjutan.
Energi merupakan komponen vital untuk perkembangan industri dan meningkatnya taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat.
Sumberdaya Energi Nasional konvensional, seperti sumber energi fosil terbatas.
Pemanfaatan sumber energi terbarukan dan energi baru, akan membantu bukan hanya memperpanjang waktu pasokan energi, juga termanfaatkannya sumber energi lain/setempat (biasanya lebih bersih), sehingga akan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Energi akan lebih efisien jika dibangkitkan dari sumber energi setempat, dg melibatkan masyarakat shg membentuk siklus yg saling menguntungkan antara produsen dan konsumen.
Untuk itu pengembangan Teknologi guna memanfaatkan sumber energi terbarukan sangat penting, untuk menjamin keberlanjutan pasokan energi Nasional, sambil memberdayakan masyarakat .
Kawasan/desa mandiri energi adalah salah satu konsep penyediaan energi terpadu yg memberdayakan masyarakat menuju penciptaan enegi yg efisien
Prinsip Alur Penggunaan Bio Energi
Alur Proses Bio Energi
Program Energi Baru/Terbarukan
• Dalam Perpres 5/2006, disebutkan kontribusi EBT dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan komposisi Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir, Air, Surya, dan Angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%.
• Untuk itu langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah adalah menambah kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Mikro Hidro menjadi 2,846 MW pada tahun 2025, kapasitas terpasang Biomasa 180 MW pada tahun 2020, kapasitas terpasang angin (PLT Bayu) sebesar 0,97 GW pada tahun 2025, surya 0,87 GW pada tahun 2024, dan nuklir 4,2 GW pada tahun 2024.
• Total investasi yang diserap pengembangan EBT sampai tahun 2025 diproyeksikan sebesar 13,197 juta USD
Kebutuhan Listrik Indonesia
• Permintaan listrik di Indonesia tumbuh dari 90 terawatt-hours (TWh) di tahun 2003 menjadi 190 TWh di tahun 2013 (kenaikan demand sekitar 10%/th).
• Pemakaian energi mix di Indonesia saat ini lebih dari 90% menggunakan energi yang berbasis fosil, yaitu minyak bumi 54,4%, gas 26,5% dan batubara 14,1%. Untuk energi dengan Panas bumi 1,4%, PLTA 3,4%, sedangkan energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya masih 0,2%.
Potensi EBT• Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT)
yang cukup besar diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW
• Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan biomasa adalah mendorong pemanfaatan limbah industri pertanian dan kehutanan sebagai sumber energi secara terintegrasi dengan industrinya, mengintegrasikan pengembangan biomassa dengan kegiatan ekonomi masyarakat, mendorong pabrikasi teknologi konversi energi biomassa dan usaha penunjang, dan meningkatkan penelitian dan pengembangan pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi.
Siklus Sumberdaya Dalam Pengunaannya
SDA dari lokal
SDA dari impor
Proses Pembuatan Barang Setengah Jadi
Proses Pembuatan Barang Jadi/ Packaging
Spent Resources / Limbah
Konsumen/Perdagangan
Spent Resources /
Limbah
Aktivitas 3 R
Akumulasi Spent
Resources
Spent Resources /
LimbahKonsumen/Perdagangan
Industri baru ?
Bahan Baku Industri
Baru 1 ?
Bahan Baku Industri
Baru 2 ?Material/Energi
Penggunaan Spent Resource Pabrik TahuKabupaten Banyumas, Jateng – oleh PTL-BPPT
Jumlah IKMJumlah kedelai yang diolah (kg per hari)Jumlah limbah cair (liter per hari)Potensi gas yang dapat dihasilkan (m3 per hari)Jumlah rumah yang disaluri gasPengurangan emisi ( ton CO2 eqv) basis per tahun
5915,116.57
35,815.99204,662.80
623
2,203.24
IPAL Industri Bioethanol di Lampung
25
Technology For Energy
DiversifikasiEnergy
KonservasiEnergy
PengembanganSistem
Informasi ESDM
PengembanganWilayah
Lingkungan
PengembanganKetenagalistrikan
PengembanganSumberdaya
Mineral
PengembanganEnergyFosil
PengembanganProses dan
AplikasiProduk Migas
PeningkatanPeran
Badan LitbangESDM
Dalam Perumusandan Evaluasi
KebijakanPemerintah
Technologyfor
ENERGY
Energi
Faktor Pendukung Penerapan Teknologi
1. Legal Aspek2. Aspek Kelembagaan3. Aspek Kebijakan/Policy4. Aspek Sosial Budaya, Lingkungan5. Aspek Manfaat/Kelayakan Ekonomi-
Finansial6. Aspek Keandalan Teknologi7. Dukungan/Support Finansial
27
How to Market: The Approach
-Build an ABG/AKG network-
Academic Business
Government
TechnologyKelompokMasyarakatSwadaya/Pengguna
28
ABG/AKG Incentive ProgramsB
iaya
dan
Keu
ntun
gan
Taha
pan
dari
ide
men
uju
kom
ersi
al
Trial Production
Maturity
Time
Skala Pilot
Prototipe
Idea
Sertifikasi
Uji coba Pasar
Business Plan Komersial
IPO, Akuisisi
Paten
Maintenance
- Profit/Advantage Centre- BANK/INVESTOR /Modal
Ventura
Riset
Komersial
Astekno, ,StandarisasiSTART-UP CAPITAL
Komersial Sukses
- Cost Centre;- Dukungan dan fasilitas Pemerintah- Kelompok Swadaya Masyarakat
Analisa Produksi
Paten turunan
Market Analysis
Ref : V. Kotelnikov, Ten3- Venture
0
Sumber : Kusmayanto K., 2005, diolah
Peran Negara/Pusat/PemdaUntuk Penyediaan Energi
• Menstimulasi berkembangnya energi baru dan terbarukan di daerah, melaui pola pembiayaan/subsidi tak langsung.
• Subsidi energi adalah sebuah tindakan yang membuat harga sumber energi di tingkat konsumen tetap berada di bawah harga pasar (“terjangkau”) atau lebih tinggi dari harga pasar untuk subsidi harga di tingkat produsen.
• Subsidi energi juga dapat berarti mengurangi biaya yang digunakan oleh konsumen/produsen untuk membeli/memproduksi sumber energi.
• Subsidi dapat berupa transfer dana secara langsung, pendanaan secara tidak langsung, pengecualian pajak, pengendalian harga, pengendalian arus perdagangan, dan pembatasan akses pasar.
Fungsi Subsidi Energi Terbarukan
• Mempertahankan suplai untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dan menjaga sumber daya alam di dalam negeri , peningkatan kualitas lingkungan (khusus subsidi energi alternatif/energi terbarukan)
• Manfaat secara ekonomi; subsidi mengurangi harga sehingga merangsang sektor ekonomi tertentu untuk terus berkembang dan memberikan keadilan energi bagi kesejahteraan pengusaha kecil dan rakyat miskin
• Ketenagakerjaan; subsidi mempertahankan sektor ekonomi tertentu dan mencegahnya dari kebangkrutan yang dapat menyebabkan PH
Pola Umum Pemetaan Multi Aspek d.e.Program Tujuan Penggalian
InstrumenPengorganisasian Kelengkapan
Data & Kebijakan
Kajian Pada Sumberdaya (raw materials)
•Jaminan Ketersediaan•Merumuskan status hukumnya
• Incentive atau dis-incentive
• Partisipasi masyarakat lokal
• Penentuan Mitra Kerja
• Analisa Kelembagaan
• Inventarisasi kebijakan, regulasi dan data yang telah ada
Kajian pada Proses
• Analisa Dampak• Hasil samping• Pengembangan
potensi ekonomi baru
Penentuan standard untuk :• Penerapan teknologi
bersih • Perbaikan house
keeping
• Penentuan Mitra kerja
• Pola kerjasama
• Inventarisasi kebijakan dan data yang telah ada
• Tata ruang industri
Kajian pada kesadaran Konsumen/ Calon Pengguna
• Mengetahui tingkat kesadaran konsumen / pengguna
• Pendidikan & Kampanye :
“green consumer”
• Penentuan Mitra Kerja
• Inventarisasi kebijakan dan data yang telah ada
Kajian 3 R penangananspent resources
• Menggali Potensi Ekonomi Baru
(material/energi)
• Program riset Pendayagunaan
material dan energi
• Penentuan Mitra Kerja
• Inventarisasi material & teknologi yang telah ada dan evaluasi kebijakan yang diperlukan
Biodata Penyusun
1. Prasetyo Sunaryo, Ir., MT. BPPT : 1978-2004, Asdep di Kemenristek: 2004-2009, DRN : 2004-2007, Paradigma Riset Institut : 2009 – saat ini
2. Titiresmi, Dra., Msi. Ahli Peneliti Madya di BPPT
3. Lestario Widodo, Drs., MM. Ahli Peneliti Madya di BPPT
4. Adi Mulyanto, Ir., MSc. Ahli Peneliti Madya di BPPT