FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR
TANAMAN BIOFARMAKA INDONESIA
MELI YULIAWATI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR
TANAMAN BIOFARMAKA INDONESIA
MELI YULIAWATI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka
Indonesia
Nama : Meli Yuliawati
NIM : H34086055
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Muhammad Firdaus, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PERLIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktor-
faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar
pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2014
Meli Yuliawati
H34086055
ABSTRAK
MELI YULIAWATI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman
Biofarmaka Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS.
Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian
mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal
ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor tanaman biofarmaka Indonesia ke
negara-negara importir selama tujuh tahun terakhir cenderung meningkat. Tujuan
dari skripsi ini adalah mendeskripsikan perkembangan ekspor tanaman
biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak)
Indonesia. Perkembangan ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dari negara-
negara pengimpor selama tahun 2006-2012 cenderung mengalami peningkatan.
Secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka
Indonesia adalah harga ekspor tanaman biofarmaka, jarak ekonomi, nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan volume ekspor periode sebelumnya. Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap ekspor tanaman biofarmaka Indonesia secara
keseluruhan adalah harga ekspor, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya.
Kata kunci : jahe, kunyit, temulawak, volume ekspor
ABSTRACT
MELI YULIAWATI. The Factors that Influence of Indonesian biopharmaca
plants. Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS.
Indonesia as an agricultural country indicate that the agricultural sector has
an important role in supporting the national economy . It can be seen from the the
growing of Indonesian biopharmaca export to importing countries over the past
seven years is tend to increase. The purpose of this paper is to describe the
development of the export of Indonesian biopharmaca plants (ginger, turmeric,
curcuma), to analyze the factors that affect the volume of exports Indonesian
biopharmaca plants (ginger, turmeric, curcuma). The development of Indonesian
exports of biopharmaca plants to importing countries during the years 2006-2012
are likely to increase. Overall the factors that influence the export of Indonesian
biopharmaca plants is the export prices of Indonesian biopharmaca plants,
economic distance, the exchange rate of Rupiah against U.S. dollar, and the export
volume of the previous period. Overall the factors that affecting the export of
Indonesian biopharmaca plants is export prices, economic distance the exchange
rate of Rupiah against U.S. dollar and the export volume of the previous period
Keywords : curcuma, ginger, tumeric, the volume of exports
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-
faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia”. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juli 2011.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Muhammad Firdaus,
MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran, serta
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS dan Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah banyak
memberi saran. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak,
mamah, kakak serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.
Penelitian ini bertujuan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume
ekspor tanaman biofarmaka di Indonesia serta mengetahui bagaimana
perkembangan volume ekspor tanaman biofarmaka di Indonesia.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Meli Yuliawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Kegunaan Penelitian 6
Ruang Lingkup 6
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Biofarmaka 7
Keunggulan Tanaman Biofarmaka 7
Pengertian Ekspor 8
Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Komoditas Pertanian
Indonesia 8
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis 10
Teori Penawaran 10
Perdagangan Internasional 10
Model Ekspor 13
Kerangka Pemikiran Operasional 14
METODE PENELITIAN
Waktu Penelitian 17
Metode Penelitian dan Pengolahan Data 17
Analisis Data dan Perumusan Model 18
Pengujian Model 18
Koefisien Determinasi Yang Disesuaikan 18
Uji F 19
Uji T 19
Uji Autokorelasi 20
Pengujian Terhadap Multikolinearitas 21
Elastisitas dari Model Regresi Double Log 21
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI VOLUME EKSPOR TANAMAN BIOFARMAKA
INDONESIA 22
Ekspor Jahe Indonesia Ke Jepang 23
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Jepang 23
Ekspor Jahe Indonesia Ke Singapura 24
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Singapura 24
Ekspor Jahe Indonesia Ke Malaysia 25
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Malaysia 26
Ekspor Jahe Indonesia Ke Saudi Arabia 27
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Saudi Arabia 27
Ekspor Jahe Indonesia Ke Amerika Serikat 28
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Amerika Serikat 29
Ekspor Kunyit Indonesia Ke Saudi Arabia 30
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Saudi Arabia 30
Ekspor Kunyit Indonesia Ke Singapura 31
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Singapura 32
Ekspor Kunyit Indonesia Ke Hongkong 32
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Hongkong 33
Ekspor Kunyit Indonesia Ke Amerika Serikat 33
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Amerika Serikat 34
Ekspor Kunyit Indonesia Ke Malaysia 35
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Malaysia 35
Ekspor Temulawak Indonesia Ke Netherland 36
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Netherland 37
Ekspor Temulawak Indonesia Ke Amerika Serikat 37
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Amerika Serikat 38
Ekspor Temulawak Indonesia Ke Jepang 39
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Jepang 39
Ekspor Temulawak Indonesia Ke India 40
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke India 40
Temulawak Indonesia Ke Vietnam 41
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Vietnam 42
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 46
Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 77
DAFTAR TABEL
1 Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-1 Tahun 2008-2011 1
2 Sepuluh Negara Produsen Beberapa Produk Hortikultura Terbesar
Di Dunia 2
3 Volume Ekspor Komoditas Hortikultura Tahun 2008-2011 2
4 Produksi Tanaman Biofarmaka Tahun 2008-2011 3
5 Perkembangan Volume Ekspor Jahe, Kunyit dan Temulawak Indonesia
Tahun 2008-2011 4
6 Jenis Data dan Sumber Data 17
7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka
Indonesia 42
DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh Pergeseran Kurva Penawaran 10
2 Kurva Perdagangan Internasional 11 3 Diagram Kerangka Pemikiran Operasional 16 4 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang Tahun
2006-2012 23
5 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura
Tahun 2006-2012 24 6 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia
Tahun 2006-2012 26 7 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia
Tahun 2006-2012 27 8 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika
Serikat Tahun 2006-2012 29 9 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi
Arabia Tahun 2006-2012 30 10 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura
Tahun 2006-2012 31 11 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong
Tahun 2006-2012 33 12 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika
Serikat Tahun 2006-2012 34 13 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia
Tahun 2006-2012 35 14 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke
Netherland Tahun 2006-2012 36 15 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke
Amerika Serikat Tahun 2006-2012 38 16 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang
Tahun 2006-2012 39 17 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke India
Tahun 2006-2012 40 18 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke
Vietnam Tahun 2006-2012 41
19 Gambar Jahe, Kunyit dan Temulawak 76
DAFTAR LAMPIRAN
1 Total Volume Ekspor Jahe Berdasarkan Lima Negara Terbesar Tahun
2006-2012 48 2 Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang 48
3 Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura 50
4 Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia 51
5 Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia 53
6 Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika Serikat 56
7 Total Volume Ekspor Kunyit Berdasarkan Lima Negara Terbesar
Tahun 2006-2012 57
8 Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi Arabia 58
9 Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura 59
10 Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong 61
11 Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika serikat 63
12 Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia 65
13 Total Volume Ekspor Temulawak Berdasarkan Lima Negara Terbesar
Tahun 2006-2012 66
14 Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Netherland 67
15 Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Amerika
Serikat 68
16 Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang 70
17 Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke India 72
18 Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Vietnam 74
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian
mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional
terutama sebagai sumber bahan pangan bagi penduduk Indonesia. Penyumbang
devisa negara di sektor non migas serta merupakan sumber mata pencaharian
sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian mengalami kenaikan setiap
tahunnya. Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Lapangan Usaha
Triwulan-1 pada tahun 2008 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-1 Tahun 2008-2011 Lapangan Usaha Triw1-2008
(% )
Triw1-2009
(% )
Triw1-2010
(% )
Triw1-2011
(% )
1 Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
14,5 15 ,6 16 ,0 16,7
2 Pertambangan dan
Penggalian
10,9 10 11,2 12
3 Industri Pengolahan 27,9 27 25,4 26,3
4 Listrik, Gas dan Air
bersih
0,8 0,8 0,8 1,4
5 Konstruksi 8,5 9,6 10,0 12,2
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran
14 ,0 13,3 13,9 14,8
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
6 ,3 6 ,4 6 ,2 7,4
8 Keuangan, Real Estet
dan Jasa Keuangan
7,4 7,5 7 ,2 7,9
9 Jasa-jasa 9,7 9,8 9,3 9,8
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan
cukup besar dalam pembangunan nasional, karena sektor ini telah memberikan
kontribusi terhadap perekonomian nasional melalui subsektor tanaman pangan
dan hortikultura, peternakan dan perikanan. Komoditas hortikultura merupakan
komoditas yang memiliki prospek untuk dikembangkan karena memiliki nilai
komersial yang tinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511 tahun 2006
komoditas yang termasuk tanaman hortikultura dan menjadi binaan Direktorat
Jenderal Hortikultura sangat banyak yaitu 323 jenis komoditas terdiri dari buah-
buahan 60 komoditas, sayur-sayuran 80 komoditas, biofarmaka 66 komoditas dan
tanaman hias 117 komoditas.
Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang terdiri dari
sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka dan tanaman hias menjadi salah
satu komoditas subjek perdagangan dunia. Karena tingkat konsumsinya yang
tinggi maka setiap negara berlomba-lomba untuk memproduksi komoditas
tersebut baik untuk memenuhi kebutuhan domestiknya maupun untuk kegiatan
2
ekspor agar mendatangkan devisa bagi negara mereka. Pada Tabel 2 dapat dilihat
sepuluh negara produsen beberapa produk hortikultura terbesar di dunia. Pada
tabel tersebut, Indonesia berhasil menduduki sepuluh besar negara penghasil
hortikultura terbesar di dunia.
Tabel 2 Sepuluh Negara Produsen Beberapa Produk Hortikultura Terbesar di dunia
Rank
Kubis
Jamur dan
Cendawan
Tanah
Pisang Nanas Jambu Biji,
Mangga,
Manggis
Jahe
1 Cina Cina India Brazil India India
2 India Amerika
Serikat
Brazil Thailand Cina Cina
3 Korea
Selatan
Belanda Cina Filipina Thailand Nepal
4 Jepang Polandia Ekuador Costa
Rica
Meksiko Indonesia
5 Rusia Perancis Filipina Cina Pakistan Nigeria
6 Polandia Spanyol Indonesia India Indonesia Thailand
7 Indonesia Italia Meksiko Indonesia Fiipina Bangladesh
8 Amerika
Serikat
Kanada Tanzania Nigeria Brazil Jepang
9 Rumania Inggris Thailand Kenya Nigeria Filipina
10 Ukraina Jepang Costa
Rica
Mexico Bangladesh Kamerun
Sumber: FAO, 2011
Volume ekspor komoditas hortikultura tahun 2008-2011, pada umumnya
mengalami peningkatan dan penurunan. Namun untuk tanaman biofarmaka
hampir tiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan permintaan
volume ekspor dari negara tujuan mengalami peningkatan. Perkembangan volume
ekspor komoditas hortikultura dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Volume Ekspor Komoditas Hortikultura Tahun 2008-2011
Komoditas
2008
(%)
2009
(%)
2010
(%)
2011
(%)
1 Buah-buahan 40,4 62,4 45,3 34,3
2 Sayuran 53,6 33,9 47,4 55,0
3 Tanaman
Hias 4,1 0,9 2,2 2,0
4 Tanaman
Biofarmaka 1,9 2,8 5,1 8,7
Sumber : Pusdatin dan BPS 2012
Keragaman tanaman biofarmaka yang cukup banyak serta kecocokan
karakteristik lahan dan wilayah yang luas memungkinkan bagi Indonesia untuk
lebih mengembangkan komoditas biofarmaka. Hal ini dilihat dari peningkatan
volume ekspor tanaman biofarmaka yang mengalami peningkatan tiap tahunnya
yaitu pada tahun 2008-2011. Peningkatan ini diakibatkan oleh meningkatnya
3
permintaan jumlah ekspor dari negara tujuan. Kemampuan ekspor suatu negara
dapat dilihat dari kemampuan produksi dalam negeri nya. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Produksi Tanaman Biofarmaka Tahun 2008-2011
Jenis tanaman
2008
(%)
2009
(%)
2010
(%)
2011
(%)
1 Jahe 41,2 38,9 36,9 38,9
2 Laos/ Lengkuas 10,3 9,1 11,9 10,7
3 Kencur 10,9 10,5 9,2 8,2
4 Kunyit 26,3 25,6 26,5 27,5
5 Lempuyang 1,3 1,4 1,8 1,6
6 Temulawak 4,9 8,9 5,6 5,3
7 Temuireng 1,3 1,8 2,1 1,9
8 Temukunci 0,6 0,5 0,7 0,8
9 Dlingo 0,1 0,1 0,2 0,2
Kapulaga 3,1 3,2 5,1 4,9
Sumber : Pusdatin, dan BPS 2012
Jahe, kunyit dan temulawak merupakan tanaman biofarmaka yang
memiliki prospek untuk dikembangkan. Jahe dapat digunakan sebagai bumbu
masak, pemberi aroma, dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang
gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat,
minyak wangi, industri jamu tradisional, dan dapat diolah menjadi asinan jahe,
acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup.
Jahe merupakan tanaman yang mudah tumbuh di Indonesia. Tanaman jahe
paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung
humus serta membutuhkan curah hujan yang relatif tinggi yaitu antara 2500-4000
milimeter per tahun (mm/ tahun). Jahe dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis
dan subtropis dengan ketinggian 0-2000 m dpl. Oleh karena itu komoditas jahe
hampir dapat tumbuh dengan baik di setiap daerah di Indonesia.
Kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat
menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan
menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit adalah sebagai bahan
obat tradisional, bahab baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak,
peternakan dan lain-lain. Rimpang tanaman kunyit juga bermanfaat sebagai anti
inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan
menurunkan kadar lemak, darah dan kolesterol serta sebagai pembersih darah.
Kunyit dapat tumbuh baik di pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh
atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka.
Petumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000
milimeter per tahun (mm/ tahun). Kunyit tumbuh baik di dataran rendah ( mulai <
240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Tanaman kunyit paling banyak
ditemukan di daerah Jawa Tengah.
Temulawak memiliki manfaat yang hampir sama dengan jahe dan kunyit,
rimpang tanaman temulawak digunakan sebagai jamu godog. Tanaman
temulawak dapat tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung
4
dari teriknya sinar matahari. Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-
1000 m dpl dengan ketinggian tempat optimum 750 m dpl.
Ekspor jahe Indonesia dilakukan ke beberapa negara tujuan diantaranya
yaitu United Arab Emirat, Argentina, Australia, Bangladesh, Belgium, Canada,
Germany, Egypt, United kingdom, Japan, Malaysia, Netherlands, New Zealand,
Philippines, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Singapore, East Timor, Ukraine,
United States. Ekspor kunyit Indonesia dilakukan ke beberapa negara tujuan
diantaranya yaitu Korea, Malaysia, East Timor. Ekspor temulawak Indonesia
dilakukan ke beberapa negara tujuan diantaranya yaitu Japan, Hongkong, Korea,
Taiwan, Thailand, Singapore, Philippines, Malaysia, Vietnam, India, Pakistan,
Bangladesh, Iran, Saudi Arabia, Jordan, Syria Arab, United Arab Emirat, Bahrain,
Australia, United States, Canada, Argentina, Netherlands, Germany, Italy. Badan
Pusat Statistik (BPS) 2010.
Jumlah ekspor jahe, kunyit dan temulawak Indonesia mengalami
peningkatan dan penurunan setiap tahunnya, tetapi untuk tanaman kunyit
mengalami peningkatan tiap tahunnya, oleh karena itu perlu adanya peningkatan
produksi temulawak, jahe dan kunyit untuk meningkatkan jumlah volume ekspor
temulawak, jahe dan kunyit Indonesia. Tabel 5 perkembangan volume ekspor
komoditas jahe, kunyit dan temulawak Indonesia pada periode 2008-2011.
Tabel 5 Perkembangan Volume Ekspor Jahe, Kunyit dan Temulawak Indonesia
Tahun 2008-2011 Komoditas 2008 2009 2010 2011
(%) (%) (%) (%)
Jahe 39,1 76,4 91,3 72,6
Kunyit 0,3 0,2 0,6 1,0
Temulawak 60,6 23,4 8,1 26,4
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2012
Tanaman jahe, kunyit dan temulawak merupakan tanaman obat yang
memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi kesehatan serta memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan potensi pasar yang besar. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 2, bahwa volume ekspor tanaman jahe, kunyit dan temulawak mengalami
peningkatan dan penurunan tiap tahunnya. Peningkatan dan penurunan ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu permintaan volume ekspor dari
negara tujuan yang fluktuatif hal ini disebabkan oleh pemintaan dari negara
importir belum semuanya dapat terpenuhi mengingat poduksi jahe, kunyit dan
temulawak masih terserap oleh kebutuhan dalam negeri, kualitas yang dihasilkan
dianggap belum memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh negara
tujuan, adanya produsen jahe, kunyit dan temulawak yang lebih besar. Namun
dengan adanya beberapa faktor diatas, tidak membuat tanaman jahe, kunyit dan
temulawak ini sulit untuk di dapat karena tanaman tersebut dapat tumbuh dengan
baik hampir diseluruh wilayah Indonesia.
5
Perumusan Masalah
Perkembangan ekspor jahe, kunyit dan temulawak di Indonesia secara
umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 volume ekspor jahe sebesar
39,1%, kunyit sebasar 0,3%, temulawak sebesar 60,6% dan pada tahun 2011
volume ekspor jahe sebesar 72,6%, kunyit sebesar 1% dan temulawak sebesar
26,4%. Peningkatan volume ekspor dari tahun 2007-2011 ini disebabkan
banyaknya permintaan dari negara pengimpor dan perkembangan produksi
tanaman biofarmaka di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada
tahun 2008 produksi jahe sebesar 41,2%, kunyit sebesar 26,3%, temulawak
sebesar 4,9% dan pada tahun 2011 produksi jahe sebesar 38,9%, kunyit sebesar
27,5%, temulawak sebesar 5,3l%. Perkembangan volume ekspor dan
perkembangan produksi tanaman biofarmaka di Indonesia khusunya jahe, kunyit
dan temulawak dapat dilihat pada Tabel 4 danTabel 5.
Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia khususnya jahe, kunyit dan
temulawak pada umumnya sudah mencukupi kebutuhan dalam negeri. Sehingga
Indonesia melakukan ekspor tanaman biofarmaka khususnya jahe, kunyit dan
temulawak ke beberapa negara tujuan ekspor, untuk ekspor jahe yaitu Jepang,
Malaysia, Singapura, Saudi Arabia, Amerika Serikat, negara tujuan ekspor kunyit
yaitu Saudi Arabia, Singapura, Hongkong, Amerika Serikat, Malaysia dan negara
tujuan ekspor temulawak yaitu Netherland, Amerika Serikat, Jepang, India, dan
Vietnam. Beberapa volume ekspor jahe, kunyit dan temulawak Indonesia ke
negara tujuan ekspor mengalami penurunan, padahal produksi jahe, kunyit dan
temulawak tiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menimbulkan
pertanyaan mengapa volume ekspor jahe, kunyit dan temulawak ke beberapa
negara tujuan ekspormengalami penurunan. Permasalahan ini menarik untuk
dianalisis faktor-faktor saja yang memengaruhi volume ekspor agar kita dapat
meramalkan perdagangan hortikultura di masa yang akan datang. Ada beberapa
faktor yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor, seperti harga komoditas,
nilai tukar Rupiah dan faktor lainnya. Selain faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor, untuk meramalkan ekspor jahe, kunyit dan temulawak pada periode yang
akan datang perlu juga diketahui perkembangan volume jahe, kunyit seperti apa.
Dari uraian tersebut, maka ada hal yang perlu mendapat perhatian yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit,
temulawak) Indonesia selama tujuh tahun yaitu tahun 2006-2012 ?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor tanaman
biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan perkembangan ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit,
temulawak) Indonesia
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor tanaman
biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia
6
Kegunaan Penelitian
Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat berguna
bagi pemerintah dan instansi terkait sebagai bahan pertimbangan dalam ekspor
produk hortikultura di masa yang akan datang. Bagi pelaku pasar seperti
pedagang, eksportir, importir, sebagai bahan pertimbangan keputusan dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai
wahana untuk belajar menulis secara sistematis.
Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukan ini, faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor tanaman biofarmaka Indonesia hanya dilakukan pada 3 komoditas tanaman
biofarmaka yaitu jahe, kunyit dan temulawak. Alasan komoditas tersebut yang
diteliti karena komoditas tersebut merupakan komoditas yang volume ekspornya 3
besar dan secara kontinyu di ekspor ke negara tujuan ekspor. Negara-negara
pengimpor komoditas tersebut dibatasi 5 negara yang mendominasi volume ekpor
di Indonesia pada tahun 2006-2012.
Penelitian ini hanya sebatas menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
volume ekspor dan perkembangan ekspornya, dan tidak meramalkan volume
ekspor periode ke depan agar penelitian yang akan dilakukan lebih fokus.
Jumlah penduduk tidak dimasukkan kedalam model penduga karena data
perkembangan jumlah penduduk dicatat 10 tahun sekali dan tidak tersedia data
bulanan. Data produksi juga tidak dimasukkan kedalam model penduga karena
data bulanan tidak tersedia.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Biofarmaka
Jahe merupakan tanaman obat yang telah banyak dibudidayakan oleh petani
Indonesia. Sentra tanaman jahe ini tersebar di Jawa Barat (Bogor dan Sukabumi),
Jawa Tengah (Karanganyar, Wonogiri dan Kabupaten Semarang), Jawa Timur,
Sumatera Utara (Simalungun, dan Dairi), Bengkulu (Rejang Lebong) dan
Lampung (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian
2002).
Ketinggian tempat untuk tanaman jahe emprit 200-800 m dpl, jahe gajah
400-800 m dpl, jahe merah 200-600 m dpl. Curah hujan 1500-3000 milimeter per
tahun (mm/tahun), 7-8 basah/ tahun, tipe iklim yang optimum A dan B (Schmidt-
Ferguson), atau tipe C jika tersedia pengairan (Litbang, Deptan, 2008).
Kunyit merupakan tanaman obat yang berupa semak dan bersifat tahunan
yang tersebar diseluruh daerah tropis. Tanaman kunyi dapat tumbuh dengan baik
pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga
tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000
milimeter per tahun (mm/tahun). Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000
mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik.
Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik
adalah pada penanaman awal musim hujan. Kunyit tumbuh baik di dataran rendah
(mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Jenis Curcuma
domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa Linn, Amomum
curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit
lainnya ( Andi Amirullah, 2008).
Temulawak dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dari tanah ringan
agak berpasir hingga tanah berat bertekstur liat. Curah hujan 1500-4000 milimeter
per tahun (mm/ tahun) atau daerah dengan tipe A, B, C menurut Schmidt-
Ferguson. Tanaman cepat mengalami fase pertumbuhan mengering bagian daun
dan batang semu, karena musim hujan yang relatif pendek dibanding di daerah
tipe iklim A dan B. Toleransi suhu untuk pertumbuhan antara 190
C sampai 350
C
(Direktorat Aneka Tanaman, 2000).
Keunggulan Tanaman Biofarmaka
Komoditas tanaman jahe memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Nilai
ekonomis jahe terletak pada rimpangya yang dapat dikonsumsi sebagai bahan
makanan dan minuman seperti sirup, minuman penghangat, manisan, acar, bumbu
dapur, penambah rasa, bahan baku obat tradisional (jamu). Ukuran rimpang jahe
dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu jahe berukuran besar dan jahe
berukuran kecil. Warna jahe dapat dibedakan atas jahe merah dan jahe putih.
Ukuran dan warna rimpang jahe dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis yaitu jahe
besar, jahe kecil dan jahe merah. Rimpang jahe besar dan jahe kecil umumnya
berwarna putih dan putih kekuningan. Ketiga jenis jahe tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda-beda (Litbang, Deptan, 2008).
8
Kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat
menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan
menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan
obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak,
peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat
sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor,
dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah
(Andi Amirullah, 2008).
Rimpang tanaman temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak
atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, dan mineral. Diantara zat-zat tersebut, yang
paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Pati
merupakan komponen terbesar dari rimpang temulawak berwarna putih
kekuningan yang berasal kandungan kurkuminoid dan memiliki kadar pati
tertinggi dibandingkan tanaman lain. Pati temulawak cukup mudah dicerna,
sehingga cocok untuk makanan bayi atau untuk dikonsumsi orang yang baru
sembuh dari sakit (Direktorat Aneka Tanaman, 2000).
Kurkuminoid pada temulawak terdiri dari kurkumin dan
desmetoksikurrkumin. Berbeda dengan kurkumin pada rimpang kunyit
(Curcumadomestica vahl), disamping mengandung dua komponen diatas, juga
mengandung bisdesmetoksikurkumin. Namun kurkuminoid rimpang temulawak
lebih efektif untuk sekresi empedu dibandingkan dengan rimpang kunyit. Hal ini
disebabkan aktivitas kerja bisdesmetoksikurkumin untuk sekresi empedu
berlawanan dengan aktivitas kerja kurkumin dan desmetoksikurrkumin
(Direktorat Aneka Tanaman, 2000).
Faktor-faktor Yang Memengaruhi Volume Ekspor Komoditas Pertanian
Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam
masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan
mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing. Tujuan ekspor antara lain
adalah meningkatkan laba produsen dan devisa Negara, membuka pasar baru
dalam negeri, dan memberikan dorongan untuk bersaing secara internasional
(Badan Pusat Statistik, 2003).
Novansi (2006), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia, pada penelitian tersebut
menunjukkan tidak semua peubah bebas (variabel independent) yang digunakan
dalam model yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Faktor yang
mempengaruhi volume ekspor pisang Indonesia ke Singapura adalah volume
ekspor ke negara lain dan volume ekspor periode sebelumnya dan harga domestik.
Volume ekspor manggis ke Hongkong dipengaruhi oleh faktor volume ekspor ke
negara lain dan volume ekspor sebelumnya, sedangkan untuk volume ekspor
mangga ke Saudi Arabia dipengaruhi oleh harga domestik dan volume ekspor ke
negara lain sedangkan faktor yang mempengaruhi volume ekspor rambutan ke
Uni Emirat Arab adalah volume ekspor ke negara lain.
Amalia (2007), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor rumput laut Indonesia. Variabel penjelas yang digunakan yaitu harga riil
ekspor, produksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan volume
9
ekspor tahun sebelumnya. Hasil uji statistik-t dari empat peubah dalam model
maka diperoleh bahwa total ekspor rumput laut Indonesia yang berpengaruh nyata
adalah variabel produksi, harga riil ekspor rumput laut Indonesia dan nilai tukar
rupuah terhadap dollar Amerika Serikat, sedangkan volume ekspor tahun
sebelumnya tidak berpengaruh nyata.
Endy (2008) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor terpentin Indonesia. Variabel yang digunakan pada
penelitian ini yaitu harga ekspor terpentin, harga domestik, penjualan domestik,
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, produksi terpentin, luas hutan
pinus, volume ekspor tahun sebelumnya dan kebijkan larangan ekspor kayu bulat
yang dikeluarkan pada tahun 1985. Variabel – variabel tersebut memiliki
hubungan yang positif dengan volume ekspor terpentin Indonesia sedangkan
untuk variabel berupa harga ekspor terpentin, harga domestik terpentin dan luas
hutan pinus memiliki hubungan yang negatif dengan volume ekspor terpentin
Indonesia.
Tri (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor buah-buahan Indonesia ke China. Metode deskripstif tabulasi digunakan
untuk melihat perkembangan dan peluang ekspor dan karakteristik negara-negera
tujuan ekspor buah-buahan Indonesia, sedangkan metode kuantitatif
menggunakan analisis regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor buah-buahan Indonesia ke
China. Hasil analisis menunjukkan bahwa peluang potensi ekspor ke China untuk
buah manggis dan mangga serta rambutan sangat besar di masa ynag akan datang.
Penurunan ekspor terjadi pada buah jeruk dan papaya. Secara keseluruhan
variabel yang berpengaruh terhadap ekspor buah-buahan Indonesia ke China
selama dua belas tahun terakhir adalah harga domestik, harga ekspor dan nilai
tukar rupiah.
Hasil penelitian yang dilakukan Novansi (2006), Amalia (2007), Endy
(2008) dan Tri (2009) tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
suatu komoditi pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya
harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
dan volume ekspor tahun sebelumnya. Persamaan penelitian terdahulu dengan
penelitian ini adalah variabelnya yaitu mengenai harga, nilai tukar sedangkan
Perbedaannya adalah komoditasnya yaitu mengenai tanaman jahe, kunyit dan
temulawak Indonesia.
10
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Penawaran
Menurut Lipsey (1995) Jumlah komoditi yang akan dijual oleh perusahaan
disebut kuantitas yang ditawarkan untuk komoditi itu. Jumlah komoditi yang
perusahaan bersedia memproduksi dan menawarkan untuk di jual dipengaruhi
oleh beberapa variabel penting berikut yaitu harga komoditi itu sendiri, harga-
harga masukannya, tujuan perusahaan dan tahap perkembangan teknologi.
Perubahan variabel selain harga yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan
akan menyebabkan pergeseran kurva penawaran (Gambar 1).
S2
P S1
S3
P2 B
P1 A
P3 C
D
Q2 Q1 Q3 Q= f (P)
Gambar 1 Pengaruh Pergeseran Kurva Penawaran
Sumber : Lipsey,1995
Kurva permintaan dan kurva penawaran mula-mula D dan S1, yang
berpotongan dan menghasilkan ekuilibrium pada A, dengan harga P1 dan
kuantitas Q1. Meningkatnya permintaan menggeser kurva penawaran menjadi S3
menghasilkan ekuilibrium baru menjadi C. Harga turun menjadi P3 dan kuantitas
naik menjadi Q3. Penurunan permintaan menggeser kurva penawaran menjadi S2
dan menghasilkan ekuilibrium baru menjadi B. Harga naik menjadi P2 dan
kuantitas turun menjadi Q2.
Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional menurut teori Heckscher-Ohlin bahwa
negera-negara mengekspor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar
11
faktor produksi mereka yang berlimpah, dan mengimpor produk-produk yang
memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka yang langka (Donald A Ball
et al, 2001).
Proses terjadinya perdagangan internasional ditinjau dari keseimbangan
parsial dapat dilihat pada Gambar 2. Kurva Dx dan kurva Sx dalam panel A dan C
masing-masing melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk komoditi
X di negara 1 dan negara 2. Sumbu vertikal pada ketiga panel tersebut mengukur
harga-harga relativ untuk komoditi X (Px/Py atau jumlah komoditi Y yang harus
dikorbankan oleh suatu Negara dalam rangka memproduksi satu unit tambahan
komoditi X), sedangkan sumbu horisontalnya mengukur kuantitas komoditi X.
Px/Py Panel A Px/Py Panel B Px/Py Panel C
Pasar di Negara 1 Hubungan Perdagangan Pasar di Negara 2
Untuk Komoditi X Internasional dalam Untuk Komoditi X
Komoditi X
Sx
P3 A* P3
Sx S A’
Ekspor
P2 B* E* B’ E’
B E
Impor
P1 D
A* Dx
A
Dx
x x x
0 0 0
Gambar 2 Kurva Perdagangan Internasional
Sumber : Salvatore, 1997
Panel A memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relativ P1, kuantitas
komoditi X yang ditawarkan (QSx) akan sama dengan kuantitas yang diminta
(QDx) oleh konsumen di negara 1, dan demikian pula halnya dengan negara 1
(jadi negara ini tidak akan mengekspor komoditi X sama sekali). Hal tersebut
memunculkan titik A*
pada kurva S pada panel B(yang merupakan kurva
penawaran ekspor negara 1). Panel A juga memperlihatkan bahwa berdasarkan
harga relatif P2, maka akan terjadi kelebihan penawaran (QSx) apabila
dibandingkan dengan tingkat permintaan untuk komoditi X (QDx), dan kelebihan
12
itu sebesar BE. Kuantitas BE itu merupakan kuantitas komoditi X yang akan di
ekspor oleh negara 1 pada harga relative P2. BE sama dengan B*E
* dalam panel B,
dan disitulah terletak titik E*
yang berpoyongan dengan kurva penawaran ekspor
komoditi X dari negara 1 atau S.
Panel C memperlihatkan bahwa berdasrkan harga relatif P3, maka
penawaran dan permintaan untuk komoditi X akan sama besarnya atau QDx = QSx
(titik A’), sehingga negara 2 tidak akan mengadakan impor komoditi X sama
sekali. Hal tersebut dilambangkan oleh titik A’
yang terletak pada kurva
permintaan impor komoditi X negara 2 (D) yang berada di panel B. Panel C juga
menunjukkan bahwa berdasarkan harga relatif P2 akan terjadi kelebihan
permintaan (QDx lebih besar dari QSx) sebesar B’E
’. kelebihan itu sama artinya
dengan kuantitas komoditi X yang akan di impor oleh negara 2 berdasarkan harga
relatif P2. Jumlah itu sama dengan B*E
* pada panel B, yang menjadi kedudukan
titik E*,
titik ini melambangkan jumlah atau tingkat permintaan impor komoditi X
dari penduduk di negara 2.
Harga relatif P2, kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2
(yakni B’E
’ dalam panel C) sama dengan kuantitas ekspor komoditi X yang
ditawarkan oleh negara 1 (yaitu BE dalam panel A). hal tersebut diperlihatkan
dalam perpotongan antara kurva D dan kurva S setelah komoditi X
diperdagangkan diantara kedua negara (panel B). Dengan demikian, P2 merupakan
harga relatif ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional
berlangsung. Dari penel B juga dapat melihat bahwa apabila Px/Py lebih besar
dari P2 maka kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan akan melebihi tingkat
permintaan impor sehingga lambat laun harga komoditi X (Px/Py) akan mengalami
penurunan sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2. Tapi apabila Px/Py lebih
kecil dari P2, maka kuantitas impor komoditi X yang diminta akan melebihi
kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan sehingga Px/Py pun akan meningkat
dan pada akhirnya akan sama dengan P2.
Kegiatan ekspor suatu komoditi yang terjadi di pasar internasional tidak
terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Nilai tukar adalah harga mata uang
suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual
(Lipsey, 1995). Nilai mata uang ini mempengaruhi kebijakan perdagangan antara
masing – masing negara pengekspor atau pengimpor. Peningkatan atau penurunan
nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi volume
ekspor komoditi yang diperdagangkan. Bertambah mahalnya suatu komoditas
ekspor di pasar internasional sangat ditentukan oleh nilai mata uang suatu negara.
Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang di produksi di dalam
negeri dan dijual di luar negeri (Mankiw, 2003). Faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor dari sisi permintaan adalah :
1. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri
Selera konsumen dapat mempengaruhi ekspor. Jika produk yang
dihasilkan sesuai dengan harapan konsumen di luar negeri, maka akan
membuat produk dalam negeri akan diminati di pasar luar negeri.
2. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri
Pendapatan konsumen berkorelasi positif dengan konsumsi. Semakin
tinggi pendapatan konsumen, maka konsumsinya terhadap barang dan jasa
akan meningkat pula. Produsen akan menjual produk sebanyak-banyaknya
jika pendapatan konsumen di dlam dan lua negeri tinggi.
13
Sedangkan untuk faktor- faktor yang mempengaruhi kegiatan ekspor jika
dilihat dari sisi penawaran :
1. Harga barang didalam dan luar negeri
Tentunya jika harga jual suatu barang lebih mahal jika dijual ke luar
negeri, maka produsen akan berusaha untuk menjual produknya sebanyak
mungkin ke pasar luar negeri. Sebaliknya jika harga jual suatu produk
lebih mahal di pasar domestik, maka produsen tidak perlu menjual
produknya ke luar negeri.
2. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan
untuk membeli mata uang asing
Semakin terdepresiasinya nilai mata uang dalam negeri terhadap nilai mata
uang internasional yang digunakan dalam perdagangan, maka akan
membuat kegiatan ekspor akan ditingkatkan. Ha tersebut disebabkan
keuntungan yang berlipat yang di dapat dari perbedaan kurs yang terjadi.
3. Biaya angkut barang antar negara
Untuk dapat melakukan perdagangan antar negara, biaya angkut
merupakan faktor yang berpengaruh. Semakin mahalnya biaya angkut
maka akan berdampak terhadap harga jual produk yang semakin tinggi
pula. Jika harga produk yang dijual lebih mahal dari harga produk sejenis,
maka dipastikan penjualannya akan menurun di pasar luar negeri.
4. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional
Kebijakan- kebijakan pemerintah seperti larangan ekspor, pemberian tarif
ekspor dan lainnya dapat menghambat kegiatan pemerintah juga dapat
meningkatkan kegiatan ekspor seperti pemberian subsidi ekspor,
penurunan pajak untuk kegiatan ekspor dan lain-lain.
Model Ekspor
Ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi domestik dengan
konsumsi atau permintaan domestik negara yang bersangkutan ditambah dengan
stok tahun sebelumnya (Otik, 2009). Secara sistematis perhitungan ekspor suatu
negara dapat ditulis sebagai berikut :
Xt= Qt – Ct + STt - 1
Dimana :
Xt = Volume ekspor
Qt = Volume produksi tahun ke - t
Ct = Volume konsumsi domestik tahun ke - t
STt – 1 = Volume stok akhir tahun sebelumnya (tahun ke t -1)
Komoditi ekspor akan dialokasikan untuk memenuhi permintaan
masyarakat dalam negeri (konsumsi domestik) atau luar negeri (ekspor),
sedangkan yang tersisa akan menjadi persediaan yang akan dijual pada tahun
berikutnya. Sebagai sebuah fungsi permintaan maka ekspor suatu negara
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan negara tujuan
ekspor terhadap komoditi yang dihasilkan, yaitu harga domestik tujuan ekspor
(HDt), harga impor negara tujuan (HIIt), pendapatan perkapita penduduk negara
tujuan ekspor (YPIt), dan selera penduduk negara tujuan ekspor (SIt). Selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor permintaan yang berasal dari negara tujuan ekspor,
14
maka faktor harga domestik juga mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara,
disamping itu juga ada dua faktor di pasar internasional yang berpengaruh
terhadap suatu komoditi yaitu harga pasar internasional dan nilai tukar efektif
(Tri, 2009). Berdasarkan uraian diatas secara keseluruhan fungsi ekspor suatu
komoditi menjadi :
Xt = f (HDt, HDt-1, HIIt, YPIt, SIt, HXt, NTt, Xt-1, Dt)
Dimana :
Xt = Volume ekspor tahun ke - t
HDt = Harga domestik tahun ke - t
HDt-1 = Harga domestik negara tujuan ekspor tahun ke - t
HIIt = Harga impor negara tujuan ekspor tahun ke - t
YPIt = Pendapatan perkapita negara tujuan ekspor tahun ke - t
SIt = Selera negara tujuan ekspor tahun ke - t
HXt = Harga ekspor tahun ke - t
NTt = Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika tahun ke - t
Xt-1 = Volume ekspor tahun lalu (tahun ke t -1)
Dt = Variabel Dummy
Volume ekspor di atas berlaku untuk komoditi pertanian secara umum.
Berdasarkan teori tersebut di atas maka pada saat fungsi tersebut digunakan pada
komoditi tanaman jahe pada penelitian ini ada beberapa peubah yang dikeluarkan
dari fungsi ekspor karena di duga berpengaruh sangat kecil dan ada peubah yang
sulit di duga karena ketidaktersediaan data yang diperlukan. Dari teori tersebut
maka dirumuskan fungsi ekspor tanaman biofarmaka adalah sebagai berikut :
Vt = f (HEt, NTRt, JEt, VEt-1,)
Dimana :
Vt = Volume ekspor
HEt = Harga ekspor
NTRt = Niai tukar rupiah
JEt = Jarak Ekonomi
VEt-1 = Volume ekspor periode sebelumnya
Kerangka Pemikiran Operasional
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor tanaman biofarmaka
khusunya jahe, kunyit dan temulawak. Pada penelitian yang akan dilakukan
komoditi yang akan diamati adalah 3 komoditi tanaman biofarmaka yang volume
ekspornya paling besar. Tanaman biofarmaka yang volume ekspornya paling
besar adalah jahe, kunyit dan temulawak. Volume ekspor komoditi-komoditi
tersebut secara umum mengalami peningkatan. Peningkatan volume ekspor
menunjukkan peningkatan penawaran tanaman biofarmaka khususnya jahe, kunyit
dan temulawak di Indonesia.
Negara pengimpor tanaman biofarmaka khususnya jahe, temulawak, dan
kunyit Indonesia yaitu untuk tanaman jahe United Arab Emirat, Argentina,
Australia, Bangladesh, Belgium, Canada, Germany, Egypt, United kingdom,
Japan, Malaysia, Netherlands, New Zealand, Philippines, Pakistan, Qatar, Saudi
Arabia, Singapore, East Timor, Ukraine, United States. Tanaman temulawak yaitu
Japan, Hongkong, Korea, Taiwan, Thailand, Singapore, Philippines, Malaysia,
15
Vietnam, India, Pakistan, Bangladesh, Iran, Saudi Arabia, Jordan, Syria Arab,
United Arab Emirat, Bahrain, Australia, United States, Canada, Argentina,
Netherlands, Germany, Italy dan tanaman kunyit yaitu Korea, Malaysia, East
Timor.
Volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dihadapkan pada
permasalahan fluktuasi volume ekspor, fluktuasi dapat mengakibatkan risiko
terhadap kelanjutan pengembangan ekspor tanaman biofarmaka ke masing-masing
negara tujuan ekspor tersebut. Oleh karena itu kebutuhan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia ke
masing-masing negara tujuan ekspornya tersebut penting.
Harga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi volume
ekspor komoditi suatu negara ke pasar luar negeri. Tingkat harga tanaman
biofarmaka di dalam negeri (domestik) merupakan penentu dari tinggi rendahnya
volume ekspor Indonesia ke luar negeri. Jika harga tersebut tinggi maka dapat
berpengaruh terhadap penurunan volume ekspor dan jika harga rendah berarti
meningkatnya jumlah ekspor yang berdampak pada perolehan devisa negara yang
meningkat juga.
Pengaruh faktor-faktor dari volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia
yaitu:
a. harga ekspor dimasukkan dalam model penawaran volume ekspor karena
peubah atau variabel harga merupakan faktor penting dalam fungsi
penawaran. Harga merupakan peubah yang sering kali dijadikan
pertimbangan oleh konsumen dalam membeli suatu barang.
b. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara pengimpor dimasukkan dalam
model bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruh peubah ini terhadap
penawaran ekspor apabila mata uang Rupiah terapresiasi atau terdepresiasi.
Diduga apabila mata uang terapresiasi maka harga komoditas ekspor akan
menjadi lebih mahal, dengan ini akan dilihat apakah secara signifikan akan
berpengaruh terhadap penawaran jahe, kunyit dan temulawak.
c. Jarak ekonomi dimasukkan dalam model karena apabila jarak antara 2 negara
lebih dekat dibanding ke negara lain maka biaya yang dikeluarkan untuk
mengekspor suatu komoditi juga akan lebih kecil, sehingga komoditas ekspor
ke negara yang lebih dekat harganya lebih murah daripada harga ekspor ke
negara yang berjarak lebih jauh, sehingga diduga berpengaruh terhadap
penawaran komoditas tersebut.
d. Volume ekspor periode sebelumnya dimasukkan ke dalam model karena
bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruh peubah ini terhadap
penawaran ekspor apabila volume ekspor periode sebelumnya mengalami
peningkatan. Diduga apabila volume periode sebelumnya mengalami
peningkatan maka volume ekspor akan meningkat. Dengan ini akan dilihat
apakah secara signifikan akan berpengaruh terhadap penawaran tanaman
biofarmaka khususnya jahe, kunyit dan temulawak Indonesia.
Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
16
Gambar 3 Diagram Kerangka Pemikiran Operasional
Ekspor Tanaman
Biofarmaka Indonesia
Rekomendasi Kebijakan untuk Pemerintah
Produksi Tanaman
Biofarmaka Indonesia
Ekspor Tanaman Biofarmaka
Indonesia
Harga Ekspor
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika
Jarak Ekonomi
Volume Ekspor Periode Sebelumnya
Plot Data
Perkembangan Volume Ekspor
Tanaman Biofarmaka
Indonesia
Faktor-faktor yang
Memengaruhi Volume Ekspor
Tanaman Biofarmaka Indonesia
Regresi Double Log
17
METODE PENELITIAN
Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman
biofarmaka Indonesia ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2011. Data dan
informasi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dirjen Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI IPB, Bank Indonesia,
internet dan bahan bacaan yang sesuai dengan topik penelitian.
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
volume ekspor per negara tujuan ekspor per bulan komoditas tanaman biofarmaka
yaitu jahe, kunyit dan temulawak. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini selain data ekspor tanaman biofarmaka yaitu data harga ekspor tanaman
biofarmaka, data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, data jarak ekonomi,
data volume ekspor periode sebelumnya. Data yang digunakan adalah data
bulanan selama tujuh tahun terakhir yaiutu tahun 2006-2012 dan disesuaikan
dengan ketersediaan data. Data mengenai volume ekpor dan harga ekspor tanaman
biofarmaka diperoleh dari Badan Pusat Statistik, data volume ekspor berupa data
bulanan per negara tujuan ekspor selama tujuh tahun terakhir yaitu diambil lima
negara dominan dan kontinyu negara tujuan ekspor dari Indonesia. Data nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika diperoleh dari Bank Indonesia, sedangkan
jarak ekonomi diperoleh dari mengkalikan antara jarak antar negara tujuan ekspor
yang di kalikan dengan harga minyak dunia. Data harga minyak dunia diperoleh
dari akses internet. Untuk lebih jelasnya jenis dan sumber data dapat dilihat pada
Tabel 6
Tabel 6 Jenis dan Sumber Data
No Jenis Data Sumber Data
1 Volume Ekspor Tanaman Biofarmaka Badan Pusat Statistik
2 Harga Tanaman Biofarmaka Badan Pusat Statistik
3 Jarak Antar Negara www.googlemap.com
4 Harga Minyak Dunia www.indexmundi.com
5 Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Bank Indonesia
Dalam penelitian ini setiap komoditi ekspor (tiga komoditi ekpor) akan
dianalisis satu persatu berdasarkan tujuan negara ekspor. Sehingga apabila setiap
komoditi diambil lima negara tujuan ekspor akan terdapat 15 persamaan regresi
dalam penelitian ini.
Metode Penelitian dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang
menggambarkan kondisi aktual yang telah diketahui melalui pengumpulan data
dan kemudian menganalisis masalah yang ada berdasarkan gambaran kondisi
aktual yang telah dilakukan. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dan plot
18
data untuk mengetahui perkembangan ekspor tanaman biofarmaka di Indonesia.
Data yang terkumpul, akan diolah menggunakan aplikasi program Microsoft
Office Excel 2007 , dan Statistical Product and Service Solution ( SPSS 16).
Analisis Data dan Perumusan Model
Fungsi permintaan seringkali dirumuskan dengan menggunakan alat analisis
regresi. Analisis regresi tidak dapat dipisahkan dalam pembahasan berbagai
permasalahan ekonomi yang dirumuskan dalam persamaan matematis dimana
sering disebut sebagai ekonometrika. Dalam analisis regresi salah satu metodenya
adalah OLS (Ordinary Least Square). Dalam analisis data metode yang digunakan
adalah regresi linier berganda dengan persamaan tunggal karena bentuk dan
model mampu menunjukkan berapa persen variabel tak bebas (dependent
variabel) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (independent variabel) dengan nilai
koefisien determinasi (R2). Kemudian variabel-variabel bebas dapat dilihat apakah
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebas dengan melakukan uji-t
dan uji-f serta perhitungannya lebih sederhana (Hanke et al, 2003). Model dugaan
ekspor untuk tanaman biofarmaka Indonesia adalah sebagai berikut :
Ln VEks = b0+b1LnHargat+b2LnNTRt+b3LnJREkot+b4LnVeksst + εt
Dimana :
Vekst = Volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia (kg)
Hargat = Harga ekspor tanaman biofarmaka Indonesia (US$)/kg
NTRt = Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Rp/US$
JREkot = Jarak ekonomi dari Indonesia ke negara inportir
Veksst = Volume ekspor periode sebelumnya (kg)
b0 = intersep
b1 = koefisien regresi (i = 1,2,3…..)
εt = error
Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah
b1 > 0
b2 b3 b4 < 0
Pengujian Model
Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor biofarmaka
Indonesia, terdapat beberapa kriteria pengujian statistik yaitu koefisisen
determinasi yang disesuaikan atau R-Sq (adj), uji-f dan uji-t.
Koefisien Determinasi yang Disesuaikan
Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
besar sumbangan dari variabel penjelas terhadap variabel respon. Semakin besar
koefisien determinasi, maka model semakin baik (Nacrhrowi dan Usman, 2002).
Regresi berganda yang mempunyai variabel bebas lebih dari dua, dianjurkan
penggunaan koefisisen determinasi yang disesuaikan atau R-Sq (adj) (Santoso,
1999).
19
Uji R2
digunakan untuk mengukur keragaman variabel dependen yang dapat
diterangkan oleh variabel independen. Koefisisen determinasi adalah proporsi
variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
penjelasnya. Perhitungan untuk memperoleh nilai R2 :
R2
(adj) = 1-(1-R2) (n-1)
(n-k)
Dimana :
R2(adj) = Koefisien determinasi yang disesuaikan
R2
= Koefisien determinasi
n = Jumlah sampel
k = Jumlah parameter
Rumus tersebut menjelaskan jika k>1 maka R2
(adj) < R2, yang berarti
bahwa apabila banyaknya variabel bebas ditambah, R2
(adj) dan R2
akan sama-
sama meningkat, tetapi peningkatan R2
(adj) lebih kecil dari R2
(adj) dapat positif
atau negatif, walaupun R2
selalu non negatif, jika R2
(adj) nilainya dianggap 0
(R2=0).
Uji-F
Uji-f digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen (Nachrowi dan Usman,2002). Langkah-langkah analisis dalam
pengujian hipotesis terhadap variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variasi nilai independen adalah sebagai berikut :
1. Perumusan Hipotesis
H0 : b1 = b2 = b3 = ………….= bk = 0
H1 : minimal ada satu koefisien yang ≠ 0
2. Perhitungan niali kritis distribusi F (F-tabel) dan F-hitung
Fhitung = e2 / (k-1)
(1-e2) / (n-k)
Dimana :
e2
/ (k-1) = Jumlah kuadrat regresi
(1-e2) = Jumlah kuadrat sisa
n = Jumlah sampel
k = Jumlah parameter
3. Kriteria Uji
Fhitung > Ftabel (k-1) (n-k) maka tolak H0
Fhitung > Ftabel (k-1) (n-k) maka terima H0
Kesimpulan jika tolak H0, maka secara bersama-sama variabel-variabel
independen dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel dependen,
demikian sebaliknya apabila menerima H0.
Uji-t
Uji-t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
koefisien regresi signifikan atau tidak. Uji-t digunakan untuk melihat apakah
20
variabel penjelas secara individu berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen (Nachrowi dan Usman, 2006).
Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis terhadap koefisien
regresi adalah :
1. Perumusan Hipotesis
H0 : bi = 0
H1 : bi ≠ 0
2. Penentuan Nilai Kritis
Nilai kritis dalam pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi
dapat ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi normal dengan
memperhatikan tingkat signifikan (α) dan banyaknya sampel yang
digunakan.
3. Uji Statistik
Fhitung = bi derajat bebas (n-k)
Se (bi)
Dimana :
Se (bi) = Standar deviasi untuk parameter ke-i
bi = Koefisien regresi atau parameter
Kriteria uji :
Fhitung > Ftabel (k-1) (n-k) maka tolak H0
Fhitung > Ftabel (k-1) (n-k) maka terima H0
Kesimpulan jika tolak hipotesis H0, bearti peubah yang diuji berpengaruh
nyata terhadap peubah tidak bebas, demikian sebaliknya apabila menerima
H0.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi timbul ketika sederetan pengamatan dari waktu ke waktu
saling berkaitan satu dengan yang lainnya (Hanke, et al, 2003). Persoalan
autokorelasi sering dijumpai pada data yang memperhitungkan waktu atau time
series. Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linear
antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu.
DW = Σ (et – et-1)2
Σet2
Dimana :
DW = Nilai Durbin Watson
et = Resedual periode waktu ke t
et-1 = Resedual periode waktu ke t-1
Menurut Hanke et al, (2003) nilai statistik hitung durbin Watson akan
dibandingkan dengan batas atas (U) dan batas bawah (L). Kriterianya sebagai
berikut :
1. Jika DW > U simpulkan H0 : ρ = 0, tidak terdapat autokorelasi positif
2. Jika DW < L simpulkan H0 : ρ > 0, terdapat autokorelasi positif
3. Jika DW berada diatara batas atas dan bawah (L < DW < U) pengujuan
tidak dapat disimpulkan
21
Uji Multikolinearitas
Koliniearitas adalah adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak
diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi, sedangkan multikolinieritas
menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Apabila
terjadi kolinieritas sempurna maka koefisien regresi dari variabel X tidak dapat
ditentukan (indeterminate) dan standar errornya tak terhingga (infinite). Jika
kolinieritas kurang sempurna, walau koefisien regresi dari variabel X dapat
ditentukan (determinate), tetapi standar errornya tinggi, yang berarti koefisien
regresi tidak dapat diperkirakan dalam ketelitian yang tinggi. Dapat disimpulkan
semakin kecil korelasi antara variabel bebasnya maka semakin baik model regresi
yang akan diperoleh.
Ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model dapat diketahui dengan
melihat beberapa ciri sebagai berikut:
a. Kolinearitas sering dapat diduga jika R2
cukup tinggi (antara 0,7-1) dan jika
koefisien korelasi sederhana juga tinggi, tetapi tak satupun atau sedikit sekali
koefisien regresi parsial yang signifikan antara individu, dipihak lain uji F
menolak H0 yang mengatakan bahwa secara simultan seluruh koefisien
regresi parsial nilainya nol.
b. Koefisien korelasi sederhana nilainya tinggi tetapi belum tentu terjadi
multikolinear, tetapi harus dilihat juga koefisien korelasi parsial.
c. Kolinearitas timbul disebabkan adanya satu atau lebih variabel bebas yang
berkorelasi sempurna atau mendekati sempurna dengan variabel bebas
lainnya, salah satu cara untuk mengetahui variabel bebas X yang mana
berkorelasi dengan variabel lainnya ialah dengan membuat regresi setiap Xi
terhadap sisa variabel lainnya dan menghitung R2
yang cocok dan diberi
simbol Ri2.
Elastisitas dari Model Regresi Double Lag
Analisis elastisitas bertujuan untuk mengetahui %tase perubahan volume ekspor
tanaman biofarmaka yang ditawarkan (Y) terhadap perubahan 1% pada salah satu
variabel bebas yang memengaruhinya (Xi). Perhitungan elastisitas rata-rata
menurut Gujarati (2006) adalah sebagai berikut:
E = (dY) (rata-rata Y)
(dX) (rata-rata X)
Dimana: E = elastisitas rata-rata
dY = turunan pertama fungsi penawaran Yi terhadap variabel Xi
dX
Kriteria uji :
1. Apakah nilai elastisitas lebih besar dari 1 (E>1), dikatakan elastisitas karena
perubahan satu% variabel bebas mengakibatkan perubahan variabel tak bebas
sebesar lebih dari satu %
2. Apabila nilai elastisitas antara nol dan satu (0<E<1), dikatakan inelastis
karena perubahan satu% pada variabel bebas menyebabkan perubahan kurang
dari satu% pada variabel tak bebasnya.
22
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI VOLUME EKSPOR TANAMAN
BIOFARMAKA INDONESIA
Tahap petama akan dilakukan interpretasi plot data dari penawaran ekspor
tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) yang di ekspor ke negara tujuan,
masing-masing 5 negara tujuan ekspor. Tahap kedua dilakukan interpretasi hasil
pengolahan regresi double log untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia.
Hasil dari penelitian ini merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang
penulis lakukan. Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor
tanaman biofarmaka Indonesia terangkum pada Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat
dilihat faktor yang secara nyata memengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka
Indonesia adalah harga ekspor, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, jarak
ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya. Untuk ekspor jahe ke Jepang
faktor yang memengaruhi yaitu volume ekspor periode sebelumnya, ekspor jahe
ke Malaysia faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor jahe dan volume ekspor
periode sebelumnya, ekspor jahe ke Singapura faktor yang memengaruhi yaitu
jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor
periode sebelumnya, ekspor jahe ke Amerika Serikat tidak ada faktor yang
memengaruhi.
Berdasarkan analisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kunyit yaitu
untuk ekspor kunyit ke Saudi Arabia faktor yang memengaruhi yaitu nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika, ekspor kunyit ke Singapura faktor yang
memengaruhi yaitu volume ekspor periode sebelumnya, ekspor kunyit ke
Hongkong tidak ada faktor yang memengaruhi, ekspor kunyit ke Amerika Serikat
faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode
sebelumnya, ekspor kunyit ke Malaysia tidak ada faktor yang memengaruhi.
Ekspor temulawak ke Netherland faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor,
ekspor temulawak ke Amerika Serikat faktor yang memengaruhi yaitu harga
ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor temulawak ke Jepang
faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode
sebelumnya, ekspor temulawak ke India faktor yang memengaruhi yaitu harga
ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor temulawak ke Vietnam
faktor yang memengaruhi yaitu jarak ekonomi dan volume ekspor periode
sebelumnya.
Berdasarkan kriteria statistik faktor-faktor yang memengaruhi volume
ekspor tanaman biofarmaka Indonesia tersebut memang sudah sesuai atau
berpengaruh secara nyata. Selanjutnya berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian
ini yaitu mengenai faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor tanaman
biofarmaka Indonesia dan bagaimana perkembangan ekspornya pada setiap
komoditi dan negara tujuan ekspornya.
23
Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang
Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang berdasarkan urutan
ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe pada
tahun 2006 sebesar 2.767.648 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 1.363.935
kg, ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 1.862.161 kg, ekspor jahe pada tahun
2009 sebesar 1.308.478 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 442.589 kg,
ekspor jahe pada tahun 2011 sebesar 367.104 kg, ekspor jahe pada tahun 2012
sebesar 258.021 kg. Ekspor jahe Indonesia ke Jepang terbesar terjadi pada tahun
2006 yaitu sebesar 2.767.648 kg. Grafik perkembangan volume ekspor jahe
Indonesia ke Jepang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang tahun
2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke Jepang
adalah volume ekspor periode sebelumnya pada taraf nyata 5%, sedangkan harga
jahe ekspor, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak
berpengaruh nyata terhadap ekspor jahe ume Indonesia ke Jepang. Pada
persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln volume ekspor periode
sebelumnya sebesar 0.395, hal ini berarti apabila volume ekspor jahe Indonesia ke
Jepang mengalami peningkatan maka volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang
akan meningkat sebesar 0.395%. Koefisien Ln harga diperoleh nilai sebesar (-
0.565), hal ini berarti pada saat harga ekspor jahe mengalami peningkatan maka
volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang turun sebesar 0.565%, koefisien Ln nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar (-0.209), hal ini berarti pada saat
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami peningkatan maka volume
ekspor jahe Indonesia ke jepang turun sebesar 0.209%, koefisien Ln jarak
ekonomi sebesar (-1.167), hal ini berarti nilai jarak ekonomi naik sebesar 1%
maka volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang turun sebesar 1.167%. Dari
pengolahan data diperoleh nilai R-square sebesar 23.7%, yang berarti keragaman
Ln volume ekspor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln volume ekspor periode
24
sebelumnya, Ln harga, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar rupiah, sedangkan
sisanya dijelaskan oleh faktor lain.
Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Jepang yang pertama
adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.14
lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal.
Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya
(X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang
memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya
masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan
melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai
sebesar 1.752 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi
dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke Jepang dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura
Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Singapura berdasarkan urutan
ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe pada
tahun 2006 sebesar 789.911 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 1.664.678 kg,
ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 2.338.898 kg, ekspor jahe pada tahun 2009
sebesar 1.753.975 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 307.854 kg, ekspor
jahe pada tahun 2011 sebesar 202.755 kg, ekspor jahe pada tahun 2012 sebesar
344.501 kg. Ekspor jahe Indonesia ke Singapura terbesar terjadi pada tahun 2008
yaitu sebesar 2.338.898 kg. Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke
Singapura dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Singapura
tahun 2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke
Singapura adalah jarak ekonomi , nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan
25
volume ekspor periode sebelumnya pada taraf nyata 5%, sedangkan harga jahe
ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor jahe Indonesia ke Singapura.
Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln jarak ekonomi sebesar
1.559, hal ini berarti apabila nilai jarak ekonomi naik sebesar 1% maka volume
ekspor jahe Indonesia ke Singapura mengalami peningkatan sebesar 1.559%.
Koefisien Ln nilai tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika sebesar sebesar 7.717,
hal ini berarti pada saat nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami
peningkatan maka volume ekspor jahe Indonesia ke singapura mengalami
peningktan sebesar 7.717%. Koefisien Ln volume ekspor periode sebelumnya
sebesar 0.546, hal ini bearti bahwa volume ekspor periode sebelumnya mengalami
peningktan maka volume ekspor jahe indonesia ke Singapura meningkat sebesar
0.546%. Koefisien Ln harga sebesar 0.655, hal ini berarti bahwa harga ekspor jahe
mengalami peningkatan sebesar satu dollar maka volume ekspor jahe Indonesia ke
Singapura mengalami peningkatan sebesar 0.655%. Dari pengolahan data
diperoleh nilai R-square sebesar 55.8%, yang berarti keragaman Ln volume
ekspor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln volume ekspor periode sebelumnya, Ln
harga, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar rupiah, sedangkan sisanya dijelaskan
oleh faktor lain.
Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Singapura yang pertama
adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.96
lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal.
Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya
(X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang
memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya
masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan
melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai
sebesar 0.603 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi
dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke singapura dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia
Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia berdasarkan urutan
ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe pada
tahun 2006 sebesar 144.236 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 1.602.286
kg, ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 3.660.006 kg, ekspor jahe pada tahun 2009
sebesar 1.670.388 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 647.041 kg, ekspor
jahe pada tahun 2011 sebesar 77.485 kg, ekspor jahe pada tahun 2012 sebesar
159.872 kg. Ekspor jahe Indonesia ke Malaysia terbesar terjadi pada tahun 2008
yaitu sebesar 3.660.006 kg. Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke
Malaysia dapat dilihat pada Gambar 6.
26
Gambar 6 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia tahun
2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke
Malaysia adalah harga ekspor jahe dan volume ekspor periode sebelumnya pada
taraf nyata 5%, sedangkan jarak ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor jahe Indonesia ke Malaysia.
Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln harga sebesar 1.627, hal ini
berarti apabila harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu Dollar
maka volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia meningkat sebesar 1.627%.
Koefisien Ln volume ekspor periode sebelumnya sebesar 0.260, hal ini berarti
bahwa volume ekspor periode sebelumnya mengalami peningkatan satu kilogram
maka volume ekspor jahe Indonesia ke malaysia mengalami peningkatan sebesar
0.260%. Koefisien Ln jarak ekonomi sebesar 1.206 hal ini berarti bahwa setiap
nilai jarak ekonomi naik sebesar 1% maka volume ekspor jahe Indonesia ke
Malaysia meningkat sebesar 1.206%. Koefisien nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika sebesar 5.456 maka setiap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
mengalami peningkatan sebesar satu dollar maka akan mengakibatkan volume
ekspor jahe Indonesia ke Malaysia meningkat sebesar 5.456%. Dari pengolahan
data diperoleh nilai R-square sebesar 41.4%, yang berarti keragaman Ln volume
ekspor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln volume ekspor periode sebelumnya, Ln
harga, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar rupiah, sedangkan sisanya dijelaskan
oleh faktor lain.
Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Malaysia yang pertama
adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.27
lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal.
Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya
(X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang
memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
27
masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya
masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan
melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai
sebesar 0.639 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi
dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke Malaysia dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia
Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia berdasarkan urutan
ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe pada
tahun 2006 sebesar 299.918 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 327.865 kg,
ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 342.755 kg, ekspor jahe pada tahun 2009
sebesar 326.017 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 94.632 kg, ekspor jahe
pada tahun 2011 sebesar 193.621 kg, ekspor jahe pada tahun 2012 sebesar 344.501
kg. Ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 342.755 kg. Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi
Arabia dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia
tahun 2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke Saudi
Arabia adalah harga ekspor jahe, jarak ekonomi dan volume ekspor periode
sebelumnya pada taraf nyata 5%, sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia.
Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln harga sebesar (-0.586), hal
ini berarti apabila harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu Dollar
maka volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia turun sebesar 0.586%.
28
Koefisien Ln jarak ekonomi sebesar 0.918, hal ini berarti bahwa setiap nilai jarak
ekonomi naik sebesar 1% maka volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia
meningkat sebesar 0.918%. Koefisien Ln volume ekspor periode sebelumnya
sebesar 0.500, hal ini berarti bahwa volume ekspor periode sebelumnya
mengalami peningkatan satu kilogram maka volume ekspor jahe Indonesia ke
Saudi Arabia mengalami peningkatan sebesar 0.500%. Koefisien nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar 2.820 maka setiap nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika mengalami peningkatan sebesar satu dollar maka akan
mengakibatkan volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia meningkat sebesar
2.820%. Dari pengolahan data diperoleh nilai R-square sebesar 39.5%, yang
berarti keragaman Ln volume ekspor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln volume
ekspor periode sebelumnya, Ln harga, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar rupiah,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.
Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia yang
pertama adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar
0.16 lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal.
Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya
(X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang
memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya
masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan
melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai
sebesar 0.907 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi
dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika Serikat
Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat berdasarkan
urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe
pada tahun 2006 sebesar 252.011 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 492.927
kg, ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 325.732 kg, ekspor jahe pada tahun 2009
sebesar 666.535 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 208.035 kg, sedangkan
pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor jahe Indonesia
ke Amerika serikat. Ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat terbesar terjadi
pada tahun 2009 yaitu sebesar 666.535 kg. Grafik perkembangan volume ekspor
jahe Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilihat pada Gambar 8.
29
Gambar 8 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika
Serikat tahun 2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika
Serikat
Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke
Amerika Serikat adalah harga ekspor jahe, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya pada taraf nyata
5%, Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln harga sebesar (-0.917),
hal ini berarti apabila harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu
Dollar maka volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat turun sebesar
0.917%. Koefisien Ln jarak ekonomi sebesar 0.753, hal ini berarti bahwa setiap
nilai jarak ekonomi naik sebesar 1% maka volume ekspor jahe Indonesia ke
Amerika Serikat meningkat sebesar 0.753%. Koefisien nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika sebesar 3.020 maka setiap nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika mengalami peningkatan sebesar satu dollar maka akan
mengakibatkan volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat meningkat
sebesar 3.020%. Koefisien Ln volume ekspor periode sebelumnya sebesar 0.165,
hal ini berarti bahwa volume ekspor periode sebelumnya mengalami peningkatan
satu kilogram maka volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat mengalami
peningkatan sebesar 0.165%. Dari pengolahan data diperoleh nilai R-square
sebesar 80%, yang berarti keragaman Ln volume ekspor (Y) mampu dijelaskan
oleh Ln volume ekspor periode sebelumnya, Ln harga, Ln jarak ekonomi dan Ln
nilai tukar rupiah, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.
Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat yang
pertama adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar
0.16 lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal.
Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya
(X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang
memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya
30
masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan
melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai
sebesar 1.128 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi
dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat
dapat dilihat pada Lampiran 6.
Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi Arabia
Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia berdasarkan
urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit
pada tahun 2006 sebesar 164.509 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar
123.962 kg, ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 2.777 kg, ekspor kunyit pada
tahun 2009 sebesar 121.920 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 54.843 kg,
sedangkan pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor
kunyit Indonesia ke Saudi Arabia. Ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia
terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 164.509 kg. Grafik perkembangan
volume ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Grafik perkembangan ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia tahun
2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi
Arabia
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Saudi
Arabia adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sedangkan harga
ekspor , jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya tidak berpengaruh
terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia. Hal ini dapat diketahui dari
hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-
value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%.
Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,001dimana
31
lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5% atau secara
bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan
baik perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
31,4%, yang berarti 31,4% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Saudi
Arabia dapat dijelaskan oleh variasi veriabel bebas dalam model sedangkan 68,6%
dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperolh P-value sebesar 0,565 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung milai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak tertadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia. Output analisis regresi ekspor
kunyit Indonesia ke saudi Arabia dapat dilihat pada Lampiran 8.
Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura
Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura berdasarkan urutan
ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit pada
tahun 2006 sebesar 37.230 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar 54.974 kg,
ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 140.699 kg, ekspor kunyit pada tahun 2009
sebesar 150.529 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 62.284 kg, sedangkan
pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor kunyit Indonesia
ke Singapura. Ekspor kunyit Indonesia ke Singapura terbesar terjadi pada tahun
2009 yaitu sebesar 150.529 kg. Grafik perkembangan volume ekspor kunyit
Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura
tahun 2006-2012
32
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke
Singapura adalah volume ekspor periode sebelumnya sedangkan harga ekspor ,
jarak ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh
terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Singapura. Hal ini dapat diketahui dari hasil
pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value
dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil
uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,000 dimana lebih
kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5% atau secara
bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan
baik perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
46,6%, yang berarti 46,6% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke
Singapura dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan
53,4% dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperolh P-value sebesar 0,136 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak tertadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor kunyit Indonesia ke Singapura. Output analisis regresi ekspor
kunyit Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Lampiran 9.
Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong
Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong berdasarkan urutan
ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit pada
tahun 2006 sebesar 22.908 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar 18.689 kg,
ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 21.082 kg, ekspor kunyit pada tahun 2009
sebesar 32.426 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 10.875 kg, sedangkan
pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor kunyit Indonesia
ke Hongkong. Ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong terbesar terjadi pada tahun
2009 yaitu sebesar 32.426 kg. Grafik perkembangan volume ekspor kunyit
Indonesia ke Hongkong dapat dilihat pada Gambar 11.
33
Gambar 11 Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong
tahun 2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong
Harga ekspor, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
dan volume ekspor periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap ekspor kunyit
Indonesia ke Hongkong. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih
besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F
diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,048 dimana lebih kecil dari alpha 0,05
yang bearti model signifikan pada taraf 5% atau secara bersama-sama semua
variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume
ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
20,9%, yang berarti 20,9% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke
Hongkong dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan
79,1% dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,053 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak tertadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong. Output analisis regresi ekspor
kunyit Indonesia ke Hongkong dapat dilihat pada Lampiran 10.
Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika Serikat
Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat berdasarkan
urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit
34
pada tahun 2006 sebesar 372.613 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar
219.345 kg, ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 375.943 kg, ekspor kunyit pada
tahun 2009 sebesar 473.676 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 199.183 kg,
sedangkan pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor
kunyit Indonesia ke Amerika Serikat. Ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat
terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 473.676 kg. Grafik perkembangan
volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilihat pada Gambar
12.
Gambar 12 Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika
Serikat tahun 2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika
Serikat
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke
Amerika Serikat adalah harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya
sedangkan jarak ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak
berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat. Hal ini dapat
diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log
dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf
signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar
0,000 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf
5% atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu
menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika
Serikat.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
76,9%, yang berarti 76,9% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke
Amerika Serikat dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model
sedangkan 23,1% dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperolh P-value sebesar 0,246 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
35
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak tertadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat. Output analisis regresi ekspor
kunyit Indonesia ke Amerika serikat dapat dilihat pada Lampiran 10.
Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia
Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia berdasarkan urutan
ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit pada
tahun 2006 sebesar 30.261 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar 24.225 kg,
ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 248.287 kg, ekspor kunyit pada tahun 2009
sebesar 345.922 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 229.272 kg, ekspor
kunyit pada tahun 2011 sebesar 35.086 kg, ekspor kunyit pada tahun 2012 sebesar
230.980 kg. Ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia terbesar terjadi pada tahun 2009
yaitu sebesar 345.922 kg. Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia
ke Malaysia dapat dilihat pada Gamabar 13.
Gambar 13 Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia
tahun 2006-20012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke
Malaysia adalah jarak ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
sedangkan harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya tidak
berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke malaysia. Hal ini dapat
diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log
dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf
signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar
0,058 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5
persen atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu
36
menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika
Serikat.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
12,2%, yang berarti 12,2% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke
Malaysia dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan
87,8% dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperolh P-value sebesar 0,119 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia. Output analisis regresi ekspor kunyit
Indonesia ke Malaysia dapat dilihat pada Lampiran 11.
Ekspor Temulawak Indonesia ke Netherland
Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke Netherland berdasarkan
urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor
temulawak pada tahun 2006 sebesar 53.776 kg, ekspor temulawak pada tahun
2007 sebesar 204.917 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar 109.220 kg,
ekspor temlawak pada tahun 2009 sebesar 641.416 kg, ekspor temulawak pada
tahun 2010 sebesar 103.266 kg, ekspor temulawak pada tahun 2011 sebesar 50.338
kg, ekspor temulawak pada tahun 2012 sebesar 10.728 kg. Ekspor temulawak
Indonesia ke Netherland terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 641.416
kg. Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Netherland
dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke
Netherland tahun 2006-2012
37
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke
Netherland
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke
netherland adalah harga ekspor dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
sedangkan jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya tidak
berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke netherland. Hal ini dapat
diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log
dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf
signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar
0,000 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf
5% atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu
menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke
Netherland.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
25,5%, yang berarti 25,5% perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke
Netherland dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan
74,5% dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,347 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor temulawak Indonesia ke Netherland. Output analisis regresi ekspor
temulawak Indonesia ke Netherland dapat dilihat pada Lampiran 13.
Ekspor Temulawak Indonesia ke Amerika Serikat
Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat
berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah
ekspor temulawak pada tahun 2006 sebesar 372.613 kg, ekspor temulawak pada
tahun 2007 sebesar 219.345 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar
375.943 kg, ekspor temlawak pada tahun 2009 sebesar 473.676 kg, ekspor
temulawak pada tahun 2010 sebesar 199.183 kg, ekspor temulawak pada tahun
2011 sebesar 249.797 kg, ekspor temulawak pada tahun 2012 sebesar 97.558 kg.
Ekspor temulawak Indonesia ke Amerika serikat terbesar terjadi pada tahun 2009
yaitu sebesar 473.676 kg. Grafik perkembangan volume ekspor temulawak
Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilihat pada Gambar 15.
38
Gambar 15 Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke
Amerika Serikat tahun 2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke
Amerika Serikat
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke
Amerika Serikat adalah harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya
sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan jarak ekonomi tidak
berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat. Hal ini
dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-
log dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada
taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar
sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan
pada taraf 5 persen atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model
mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia
ke Amerika Serikat.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
60,3%, yang berarti 60,3% perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke
Amerika Serikat dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model
sedangkan 39,7% dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,389 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat. Output analisis regresi
ekspor temulawak Indonesia ke Amerika serikat dapat dilihat pada Lampiran 14.
39
Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang
Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang berdasarkan urutan
ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor temulawak
pada tahun 2006 sebesar 178.101 kg, ekspor temulawak pada tahun 2007 sebesar
236.936 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar 168.233 kg, ekspor
temlawak pada tahun 2009 sebesar 144.420 kg, ekspor temulawak pada tahun 2010
sebesar 29.583 kg, ekspor temulawak pada tahun 2011 sebesar 16.059 kg, ekspor
temulawak pada tahun 2012 sebesar 9.346 kg. Ekspor temulawak Indonesia ke
Jepang terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 236.936 kg. Grafik
perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang dapat dilihat pada
Gambar 16.
Gambar 16 Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang
tahun 2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke
Jepang adalah harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya sedangkan
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan jarak ekonomi tidak berpengaruh
terhadap ekspor temulawak Indonesia ke Jepang. Hal ini dapat diketahui dari hasil
pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value
dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil
uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,000 dimana lebih
kecil dari alpha 0,05 yang berarti model signifikan pada taraf 5% atau secara
bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan
baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
70,3%, yang berarti 70,3% perubahanan volume ekspor temulawak Indonesia ke
Jepang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan
29,7% dijelaskan oleh faktor lain.
40
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,018 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,01, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor temulawak Indonesia ke Jepang. Output analisis regresi ekspor
temulawak Indonesia ke Jepang dapat dilihat pada Lampiran 15.
Ekspor Temulawak Indonesia ke India
Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke India berdasarkan urutan
ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor temulawak
pada tahun 2006 sebesar 2.030.181 kg, ekspor temulawak pada tahun 2007 sebesar
914.660 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar 1.214.759 kg, ekspor
temlawak pada tahun 2009 sebesar 3.037.605 kg, ekspor temulawak pada tahun
2010 sebesar 2.565.243 kg, ekspor temulawak pada tahun 2011 sebesar 1.269.517
kg, ekspor temulawak pada tahun 2012 sebesar 445.255 kg. Ekspor temulawak
Indonesia ke India terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 2.565.243 kg.
Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke India dapat dilihat
pada Gambar 17.
Gambar 17 Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke India
tahun 2006-2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke India
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke
India adalah harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya sedangkan nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan jarak ekonomi tidak berpengaruh
terhadap ekspor temulawak Indonesia ke India. Hal ini dapat diketahui dari hasil
41
pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value
dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5 persen.
Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,000 dimana
lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti model signifikan pada taraf 5 persen atau
secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan
dengan baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke India.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
42,8%, yang berarti 42,8% perubahanan volume ekspor temulawak Indonesia ke
India dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 57,2%
dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,477 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,01, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor temulawak Indonesia ke India. Output analisis regresi ekspor
temulawak Indonesia ke india dapat dilihat pada Lampiran 16.
Ekspor Temulawak Indonesia ke Vietnam
Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam berdasarkan
urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor
temulawak pada tahun 2006 sebesar 2.114.899 kg, ekspor temulawak pada tahun
2007 sebesar 1.736.480 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar 370.159 kg,
ekspor temlawak pada tahun 2009 sebesar 821.313 kg, ekspor temulawak pada
tahun 2010 sebesar 317.453 kg, ekspor temulawak pada tahun 2011 sebesar 75.769
kg, ekspor temulawak pada tahun 2012 sebesar kg. Ekspor temulawak Indonesia
ke Vietnam terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 2.114.899 kg. Grafik
perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam dapat dilihat pada
Gambar 18.
Gambar 18 Grafik perkembangan temulawak Indonesia ke Vietnam tahun 2006-
2012
42
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke
Vietnam
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke
Vietnam adalah jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan
volume ekspor periode sebelumnya sedangkan harga ekspor tidak berpengaruh
terhadap ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam. Hal ini dapat diketahui dari
hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-
value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%.
Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,002 dimana
lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti model signifikan pada taraf 5 persen atau
secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan
dengan baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam.
Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar
20,9%, yang berarti 20,9% perubahanan volume ekspor temulawak Indonesia ke
Vietnam dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan
79,1% dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari
pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,308 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,01, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya
masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari
hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil
dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada
model ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam. Output analisis regresi ekspor
temulawak Indonesia ke Vietnam dapat dilihat pada Lampiran 17.
Tabel 7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka
Indonesia
No Komoditi Ekspor Negara Tujuan
Ekspor
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1 Jahe Jepang a. Volume ekspor periode
sebelumnya
Malaysia a. Harga ekspor jahe
b. Volume ekspor periode
sebelumnya
Singapura a. Jarak ekonomi
b. Nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika
c. Volume ekspor periode
sebelumnya
Saudi Arabia a. Harga ekspor jahe
b. Jarak ekonomi
c. Volume ekspor periode
sebelumnya
Amerika Serikat Tidak ada faktor yang signifikan
43
No Komoditas Negara Tujuan
Ekspor
Faktor-faktor yang Memengaruhi
2 Kunyit Saudi Arabia a. Nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika
Singapura a. Volume ekspor periode
sebelumnya
Hongkong Tidak ada faktor yang signifikan
Amerika Serikat a. Harga ekspor kunyit
b. Volume ekspor periode
sebelumnya
Malaysia Tidak ada faktor yang signifikan
3 Temulawak Netherland a. Harga ekspor temulawak
Amerika Serikat a. Harga ekspor temulawak
b. Volume ekspor periode
sebelumnya
Jepang a. Harga ekspor temulawak
b. Volume ekspor periode
sebelumnya
India a. Harga ekspor temulawak
b. Volume ekspor periode
sebelumnya
Vietnam a. Jarak ekonomi
b. Volume ekspor periode
sebelumnya
Secara umum harga tanaman biofarmaka ekspor sangat berpengaruh
terhadap harga-harga tanaman biofarmaka Indonesia yang di jual untuk di dalam
negeri. Dimana harga tanaman biofarmaka ekspor memiliki harga yang tinggi, hal
ini disebabkan karena ada kriteria khusus untuk produk tanaman biofarmaka yang
di ekspor, sehingga apabila volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia terus di
tingkatkan maka pendapatan negara akan mengalami peningkatan. Berdasarkan
hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka
Indonesia maka untuk ekspor jahe ke negara Jepang faktor yang memengaruhi
yaitu volume ekspor periode sebelumnya, ekspor jahe ke negara Malaysia faktor
yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume periode sebelumnya, ekspor
jahe ke negara Singapura faktor yang memengaruhi yaitu jarak ekonomi, nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, volume ekspor periode sebelumnya,
ekspor jahe ke negara Amerika Serikat tidak ada faktor yang memengaruhi.
Ekspor kunyit ke negara Saudi Arabia faktor yang memengaruhi yaitu
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, ekspor kunyit ke negara Singapura
faktor yang memengaruhi yaitu volume ekspor periode sebelumnya, ekspor kunyit
ke negara Hongkong tidak ada faktor yang memengaruhi, ekspor kunyit ke negara
Amerika Serikat faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor
periode sebelumnya, ekspor kunyit ke negara Malaysia tidak ada faktor yang
memengaruhi. Ekspor temulawak ke negara Netherland faktor yang memengaruhi
yaitu harga ekspor, ekspor temulawak ke negara Amerika Serikat faktor yang
memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor
temulawak ke negara jepang faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan
volume ekspor periode sebelumnya, ekspor temulawak ke negara India faktor
44
yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya,
ekspor temulawak ke negara Vietnam yaitu volume ekspor periode sebelumnya.
Volume ekspor periode sebelumnya merupakan salah satu faktor yang
mempengaruh ekspor tanaman biofarmaka, dimana hampir seluruh negara tujuan
ekspor untuk tanaman biofarmaka Indonesia. Salah satunya terhadap ekspor jahe
Indonesia ke negara Jepang dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya
mengalami peningkatan maka ekspor jahe Indonesia ke Jepang akan meningkat.
Harga ekspor jahe Indonesia dan volume ekspor periode sebelumnya
sangat berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke Malaysia, dimana apabila
harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume
ekspor jahe akan mengalami peningkatan, begitu juga dengan volume ekspor
periode sebelumnya berpengaruh terhadap ekspor jahe ke Malaysia, dimana
apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor akan
mengalami peningkatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jahe Indonesia ke Singapura
diantaranya yaitu jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan
volume ekspor periode sebelumnya. Dimana apabila jarak ekonomi naik sebesar
satu persen maka volume ekspor jahe ke Singapura akan meningkat, begitu juga
dengan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami penigkatan maka
volume ekspor jahe ke Singapura akan meningkat, dan juga volume ekspor
periode sebelumnya berpengaruh terhadap ekspor jahe ke Singapura, dimana
apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor akan
mengalami peningkatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia
diantaranya yaitu harga ekspor, jarak ekonomi dan volume ekspor periode
sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar
satu Dollar maka volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia akan mengalami
peningkatan, apabila jarak ekonomi naik sebesar satu persen maka volume ekspor
jahe ke Saudi Arabia akan meningkat, dan juga volume ekspor periode
sebelumnya berpengaruh terhadap ekspor jahe ke Saudi Arabia, dimana apabila
volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor akan
mengalami peningkatan. Sedangkan ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat
tidak ada faktor-faktor yang berpengaruh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kunyit Indonesia ke Saudi
Arabia yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Apabila nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami penigkatan maka volume ekspor jahe
ke Saudi Arabia akan meningkat. Sedangkan untuk ekspor kunyit Indonesia ke
Singapura fakto-faktor yang mempengaruhi yaitu volume ekpor periode
sebelumnya dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka
volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura akan mengalami peningkatan.
Sedangkan untuk ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong tidak ada faktor-
faktor yang mempengaruhi. Untuk ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat
faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu harga ekspor kunyit dan
volume ekpor periode sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor kunyit
mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor kunyit Indonesia
ke Amerika Serikat akan mengalami peningkatan, sedangkan untuk volume ekpor
periode sebelumnya dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya
meningkat maka volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat akan
45
mengalami peningkatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kunyit
Indonesia ke Malaysia tidak ada faktor yang signifikan.
Temulawak Indonesia di ekspor ke negara Netherland, Amerika Serikat,
Jepang, India dan Vietnam. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak
Indonesia ke Netherland yaitu harga ekspor temulawak dan nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika. Dimana apabila harga ekspor temulawak mengalami
peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor temulawak Indonesia ke
Netherland akan mengalami peningkatan, dan juga apabila nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika mengalami penigkatan maka volume ekspor temulawak
Indonesia ke Netherland akan meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak Indonesia ke
Amerika Serikat diantaranya yaitu harga ekspor temulawak dan volume ekspor
periode sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor temulawak mengalami
peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor temulawak Indonesia ke
Amerika Serikat akan mengalami peningkatan, sedangkan untuk volume ekpor
periode sebelumnya dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya
meningkat maka volume ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat akan
mengalami peningkatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak Indonesia ke Jepang
diantaranya yaitu harga ekspor temulawak dan volume ekspor periode
sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor temulawak mengalami peningkatan
sebesar satu Dollar maka volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang akan
mengalami peningkatan, sedangkan untuk volume ekpor periode sebelumnya
dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume
ekspor temulawak Indonesia ke Jepang akan mengalami peningkatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak Indonesia ke India
diantaranya yaitu harga ekspor temulawak dan volume ekspor periode
sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor temulawak mengalami peningkatan
sebesar satu Dollar maka volume ekspor temulawak Indonesia ke India akan
mengalami peningkatan, sedangkan untuk volume ekpor periode sebelumnya
dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume
ekspor temulawak Indonesia ke India akan mengalami peningkatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak Indonesia ke
Vietnam diantaranya yaitu jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya.
Apabila jarak ekonomi naik sebesar satu persen maka volume ekspor jahe ke
Vietnam akan meningkat dan juga volume ekpor periode sebelumnya dimana
apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor
temulawak Indonesia ke Vietnam akan mengalami peningkatan.
46
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perkembangan ekspor tanaman biofarmaka Indonesia ke negara-negara
importir selama tujuh tahun terakhir cenderung meningkat. Negara pengimpor
tanaman biofarmaka Indonesia di dominasi oleh Malaysia, Singapura, Jepang,
Saudi Arabia, Amerika Serikat. Jepang merupakan negara pengimpor jahe
dengan volume paling besar dari Indonesia, sedangkan Amerika Serikat
merupakan negara pengimpor kunyit dengan volume paling besar dari Indonesia
sedangkan India merupakan negara pengimpor temulawak dengan volume paling
besar dari Indonesia. Secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor tanaman biofarmaka Indonesia adalah harga ekspor tanaman biofarmaka,
jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan volume ekspor
periode sebelumnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor tanaman
biofarmaka Indonesia secara keseluruhan adalah harga ekspor, jarak ekonomi,
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor periode
sebelumnya.
Saran
Tanaman biofarmaka yaitu jahe, kunyit dan temulawak masih menunjukkan
persaingan terhadap jahe, kunyit dan temulawak impor terutama dari negara India,
Arab Saudi, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Vietnam, Jepang, Hongkong.
Jika tanaman biofarmaka Indonesia tidak menerapkan standar mutu untuk ekspor
maka dikhawatirkan Indonesia akan terus mengimpor jahe, kunyit dan temulawak
dari negara-negara importir.
Kebijakan ekspor jahe, kunyit dan temulawak yang dapat dilakukan adalah
dengan menjaga kontinuitas produksi dalam negeri, pengembangan lahan dan
varietas unggul serta pengelolaan secara intensif lahan jahe, kunyit dan temulawak
yang telah ada. Eksportir sebaiknya memanfaatkan hasil riset dari Departemen
Pertanian mengenai perkembangan varietas jahe, kunyit dan temulawak, teknik
penanganan pasca panen dan pengemasan untuk mempertahankan kualitas jahe,
kunyit dan temulawak. Para petani atau produsen tanaman biofarmaka khususnya
jahe, kunyit dan temulawak dalam negeri hendaknya bisa menerapkan teknologi
pertanian yang mutakhir. Dengan menerapkan teknologi pertanian diharapkan
petani juga mampu memproduksi tanaman biofarmaka khusunya jahe, kunyit dan
temulawak yang dapat memenuhi pasar setiap saat dan juga pasar ekspor.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan spesifik dengan memasukkan
faktor-faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap ekspor tanaman biofarmaka
Indonesia.
47
DAFTAR PUSTAKA
Amalia. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut
Indonesia. [Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Amirullah, A. 2008. Syuran 60 jenis, tanaman biofarmaka 66 jenis, tanaman hias
117jenis. Penerbit : Graha Ilmu. Yogyakarta
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Indikator Ekonomi. 2003
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Program Utama Badan
LitbangPertanian.http//www.litbang.deptan.go.id/peneliti/?=&U=263&b=
k.[2 Februari 2012]
Ball DA, Wendell. 2001. Bisnis Internasional. Jakarta : Salemba Empat.
Departemen Pertanian RI. Berita Standarisasi Mutu dan Keamanan Pangan, Pusat
Standarisasi dan Akreditasi, Departemen Pertanian RI. Buletin Info Mutu.
Edisi September 2002. Jakarta
Direktorat Tanaman Sayuran dan Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Produksi
Hortikultura dan Aneka Tanaman. Departemen Pertanian RI. Jakarta. 2000
Gujarati, N.D. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga Jilid 1. A. Mulyadi,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Henke. E, Wichern. W, Reitsch. G. 2003. Peramalan Bisnis. Edisi ke Tujuh.
Penebit Prenhallindo. Jakarta.
Lipsey et al. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid 1. A. Jaka Wasana,
Kirbrandoko, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Mankiw, G. 2003. Teori Makroekonomi. Jilid 1. Edisi Keempat. Penerbit
Erlangga. Jakarta
Margono, O. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan
Indonesia. [Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Nachrowi, ND dan Usman, H. 2002. Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Nazaruddin, 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta
Novansi, E. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Beberapa
Buah-Buahan Penting Indonesia. [Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Jilid 1. Edisi Kelima Erlangga
Jakarta.
Santoso, S. 1999. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Elexmedia
Komputindo. Jakarta
Santoso, E. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Terpentin Indonesia.
[Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Tri, AW. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Buah-buahan
Indonesia ke Cina. [Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian Bogor, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
48
Lampiran 1. Total Volume Ekspor Jahe Berdasarkan Lima Negara Terbesar
2006–2012
Tahun Volume Ekspor Per Negara (kg)
Jepang Singapura Malaysia Saudi Arabia Amerika Serikat
2006 2,767,648
789.911
144,236 299,918 252,011
2007 1,363,935 1,664,678 1,602,286 327,865 492,927
2008 1,862,161 2,338,898 3,660,006 342,755 325,732
2009 1,308,478 1,753,975 1,670,388 326,017 666,535
2010 442,589 307,854 647,041 94,632 208,035
2011 367,104 202,755 77,485 193,621
2012 258,021 344,501 159,872 344,501
Rata-rata 1,195,705 944,666 1,137,331 275,616 389,048
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
Lampiran 2. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang
Persamaan regresi : LnVekspor = 23,448 – 0,565 LnHarga – 1,167 LnJRKEko –
0,209 LnNTR + 0,.395 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .487a .237 .196 1.31756 1.752
a. Predictors: (Constant), LnVeps, LnNTR1, LnHarga1, LnJREko1
b. Dependent Variable: LnVekspor1
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 40.391 4 10.098 5.817 .000a
Residual 130.198 75 1.736
Total 170.589 79
a. Predictors: (Constant), LnVeps, LnNTR1, LnHarga1, LnJREko1
b. Dependent Variable: LnVekspor1
Coefficientsa
49
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 23.448 31.061 .755 .453
LnHarga1 -.565 .452 -.130 -1.250 .215 .947 1.056
LnJREko1 -1.167 .734 -.216 -1.590 .116 .554 1.806
LnNTR1 -.209 2.615 -.010 -.080 .936 .617 1.620
LnVeps .395 .120 .362 3.295 .002 .845 1.184
a. Dependent Variable: LnVekspor1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.28377431
Most Extreme Differences Absolute .136
Positive .075
Negative -.136
Kolmogorov-Smirnov Z 1.214
Asymp. Sig. (2-tailed) .105
a. Test distribution is normal
Lampiran 3. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura
50
Persamaan regresi : LnVekspor = - 86.471 + 0,655 LnHarga + 1,559 LnJRKEko
+ 7.717 LnNTR + 0,546LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .747a .558 .535 .78933 .603
a. Predictors: (Constant), LnVeps, LnNTR2, LnHarga2, LnJREko2
b. Dependent Variable: LnVekspor2
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 62.106 4 15.527 24.920 .000a
Residual 49.221 79 .623
Total 111.327 83
a. Predictors: (Constant), LnVeps, LnNTR2, LnHarga2, LnJREko2
b. Dependent Variable: LnVekspor2
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -86.471 23.878 -3.621 .001
LnHarga2 .655 .334 .240 1.964 .053 .375 2.664
LnJREko2 1.559 .585 .362 2.666 .009 .303 3.296
LnNTR2 7.717 1.966 .471 3.925 .000 .389 2.571
LnVeps .546 .082 .574 6.625 .000 .747 1.339
a. Dependent Variable: LnVekspor2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
51
Unstandardized
Residual
N 84
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .77007943
Most Extreme Differences Absolute .104
Positive .074
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z .958
Asymp. Sig. (2-tailed) .318
a. Test distribution is normal
Lampiran 4. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia
Persamaan regresi : LnVekspor = - 57,929 + 1,627 LnHarga + 1,206 LnJRKEko
+ 5,456 LnNTR + 0,260 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .643a .414 .383 1.33235 .369
a. Predictors: (Constant), LnVeps3, LnNTR3, LnJREko3, LnHarga3
b. Dependent Variable: LnVekspor3
ANOVAb
52
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 96.518 4 24.130 13.593 .000a
Residual 136.688 77 1.775
Total 233.206 81
a. Predictors: (Constant), LnVeps3, LnNTR3, LnJREko3, LnHarga3
b. Dependent Variable: LnVekspor3
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -57.929 26.413 -2.193 .031
LnHarga3 1.627 .434 .396 3.750 .000 .684 1.462
LnJREko3 1.206 .636 .192 1.895 .062 .745 1.342
LnNTR3 5.456 2.589 .227 2.107 .038 .653 1.531
LnVeps3 .260 .087 .295 2.985 .004 .781 1.281
a. Dependent Variable: LnVekspor3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 82
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.29903929
Most Extreme Differences Absolute .110
Positive .091
Negative -.110
Kolmogorov-Smirnov Z 1.001
Asymp. Sig. (2-tailed) .269
a. Test distribution is normal
53
Lampiran 5. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia
Persamaan regresi : LnVekspor = - 32,068 – 0,586 LnHarga + 0,918 LnJRKEko
+ 2,820 LnNTR + 0,500 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .628a .395 .364 .59908 .907
a. Predictors: (Constant), LnVeps4, LnJREko4, LnHarga4, LnNTR4
b. Dependent Variable: LnVekspor4
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18.246 4 4.561 12.710 .000a
Residual 27.994 78 .359
Total 46.239 82
a. Predictors: (Constant), LnVeps4, LnJREko4, LnHarga4, LnNTR4
b. Dependent Variable: LnVekspor4
54
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -32.068 13.195
-2.430 .017
LnHarga4 -.586 .158 -.339 -3.706 .000 .926 1.080
LnJREko4 .918 .299 .330 3.069 .003 .672 1.488
LnNTR4 2.820 1.174 .266 2.402 .019 .631 1.584
LnVeps4 .500 .088 .519 5.680 .000 .930 1.075
a. Dependent Variable: LnVekspor4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 83
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .58428439
Most Extreme Differences Absolute .156
Positive .099
Negative -.156
Kolmogorov-Smirnov Z 1.421
Asymp. Sig. (2-tailed) .035
a. Test distribution is normal
55
Lampiran 6. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika Serikat
Persamaan regresi : LnVekspor = - 29,437 – 0,917LnHarga + 0,753 LnJRKEko
+ 3,020LnNTR + 0,165 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .283a .080 .012 1.88839 1.128
a. Predictors: (Constant), LnVeps5, LnNTR5, LnHarga5, LnJREko5
b. Dependent Variable: LnVekspor5
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16.752 4 4.188 1.174 .332a
Residual 192.565 54 3.566
Total 209.317 58
a. Predictors: (Constant), LnVeps5, LnNTR5, LnHarga5, LnJREko5
b. Dependent Variable: LnVekspor5
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -29.437 52.302 -.563 .576
LnHarga5 -.917 .729 -.184 -1.258 .214 .796 1.257
LnJREko5 .753 1.367 .100 .551 .584 .513 1.949
LnNTR5 3.020 4.205 .122 .718 .476 .593 1.687
LnVeps5 .165 .169 .140 .977 .333 .825 1.213
a. Dependent Variable: LnVekspor5
56
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 59
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.82211090
Most Extreme Differences Absolute .147
Positive .124
Negative -.147
Kolmogorov-Smirnov Z 1.130
Asymp. Sig. (2-tailed) .156
a. Test distribution is normal
Lampiran 7. Total Volume Ekspor Kunyit Berdasarkan Lima Negara Terbesar
2006 – 2012
Tahun Volume Ekspor Per Negara (kg)
Saudi
Arabia
Singapura Hongkong Amerika
Serikat
Malaysia
2006 164,509 37,230 22,908 372,613 30,261
2007 123,962 54,974 18,689 219,345 24,225
2008 2,777 140,699 21,082 375,943 248,287
2009 121,920 150,529 32,426 473,676 345,922
2010 54,843 62,284 10,875 199,183 229,272
2011 35,086
2012 230,980
Rata-rata 93,602 89,143 21,196 328,152 163,433
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
57
Lampiran 8. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi Arabia
Persamaan regresi : LnVekspor = 138,696 + 0,785 LnHarga - 2,868 LnJRKEko -
10,049 LnNTR – 0,183 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .561a .314 .257 1.06755 .903
a. Predictors: (Constant), LnVeps6, LnNTR6, LnHarga6, LnJREko6
b. Dependent Variable: LnVekspor6
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 25.068 4 6.267 5.499 .001a
Residual 54.704 48 1.140
Total 79.772 52
a. Predictors: (Constant), LnVeps6, LnNTR6, LnHarga6, LnJREko6
b. Dependent Variable: LnVekspor6
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 138.696 33.665 4.120 .000
LnHarga6 .785 .507 .196 1.548 .128 .890 1.123
LnJREko6 -2.868 1.118 -.471 -2.564 .014 .423 2.367
LnNTR6 -10.049 2.430 -.650 -4.135 .000 .579 1.727
LnVeps6 -.183 .120 -.228 -1.529 .133 .640 1.562
a. Dependent Variable: LnVekspor6
58
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 53
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.02567108
Most Extreme Differences Absolute .108
Positive .045
Negative -.108
Kolmogorov-Smirnov Z .787
Asymp. Sig. (2-tailed) .565
a. Test distributional is normal
Lampiran 8. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura
Persamaan regresi : LnVekspor = - 33,772 – 0,262 LnHarga + 0,452 LnJRKEko
+ 3,648 LnNTR + 0,467 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .683a .466 .424 .74296 .985
a. Predictors: (Constant), LnVeps7, LnHarga7, LnJREko7, LnNTR7
b. Dependent Variable: LnVekspor7
59
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 24.547 4 6.137 11.118 .000a
Residual 28.151 51 .552
Total 52.699 55
a. Predictors: (Constant), LnVeps7, LnHarga7, LnJREko7, LnNTR7
b. Dependent Variable: LnVekspor7
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -33.772 20.106 -1.680 .099
LnHarga7 -.262 .248 -.112 -1.059 .295 .934 1.071
LnJREko7 .452 .508 .119 .889 .378 .583 1.717
LnNTR7 3.648 1.712 .290 2.131 .038 .566 1.767
LnVeps7 .467 .096 .542 4.861 .000 .843 1.186
a. Dependent Variable: LnVekspor7
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 56
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .71543020
Most Extreme Differences Absolute .155
Positive .081
Negative -.155
Kolmogorov-Smirnov Z 1.160
Asymp. Sig. (2-tailed) .136
a. Test distribution is normal
60
Lampiran 9. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong
Persamaan regresi : LnVekspor = - 47,358 + 1,081 LnHarga + 0,823 LnJRKEko
+ 4,317 LnNTR + 0,356 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .457a .209 .130 1.35861 1.351
a. Predictors: (Constant), LnVeps8, LnJREko8, LnHarga8, LnNTR8
b. Dependent Variable: LnVekspor8
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19.474 4 4.868 2.638 .048a
Residual 73.833 40 1.846
Total 93.307 44
a. Predictors: (Constant), LnVeps8, LnJREko8, LnHarga8, LnNTR8
b. Dependent Variable: LnVekspor8
61
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -47.358 40.221 -1.177 .246
LnHarga8 1.081 .492 .328 2.199 .034 .889 1.125
LnJREko8 .823 .906 .144 .908 .369 .792 1.263
LnNTR8 4.317 3.870 .197 1.116 .271 .635 1.576
LnVeps8 .356 .306 .185 1.163 .252 .784 1.276
a. Dependent Variable: LnVekspor8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.29538677
Most Extreme Differences Absolute .201
Positive .114
Negative -.201
Kolmogorov-Smirnov Z 1.349
Asymp. Sig. (2-tailed) .053
a. Test distribution is normal
62
Lampiran 10. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika
Serikat
Persamaan regresi : LnVekspor = 25,278 – 3,306 LnHarga + 0,552 LnJRKEko –
2,799 LnNTR + 0,395 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .877a .769 .752 1.06532 1.537
a. Predictors: (Constant), LnVeps9, LnNTR9, LnHarga9, LnJREko9
b. Dependent Variable: LnVekspor9
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 204.555 4 51.139 45.060 .000a
Residual 61.285 54 1.135
Total 265.841 58
a. Predictors: (Constant), LnVeps9, LnNTR9, LnHarga9, LnJREko9
b. Dependent Variable: LnVekspor9
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 25.278 27.859 .907 .368
LnHarga9 -3.306 .336 -.675 -9.830 .000 .906 1.104
LnJREko9 .552 .707 .065 .782 .438 .609 1.642
LnNTR9 -2.799 2.314 -.100 -1.209 .232 .629 1.590
LnVeps9 .395 .070 .400 5.670 .000 .857 1.167
a. Dependent Variable: LnVekspor9
63
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 59
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.02792937
Most Extreme Differences Absolute .133
Positive .133
Negative -.082
Kolmogorov-Smirnov Z 1.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .246
a. Test distribution is normal
Lampiran 11. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia
Persamaan regresi : LnVekspor = - 117,537 – 1,524 LnHarga + 3,124 LnJRKEko
+ 9,786 LnNTR + 0,067 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .350a .122 .072 2.32893 .691
a. Predictors: (Constant), LnVeps10, LnNTR10, LnHarga10, LnJREko10
b. Dependent Variable: LnVekspor10
64
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 52.204 4 13.051 2.406 .058a
Residual 374.251 69 5.424
Total 426.455 73
a. Predictors: (Constant), LnVeps10, LnNTR10, LnHarga10, LnJREko10
b. Dependent Variable: LnVekspor10
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -117.537 54.665 -2.150 .035
LnHarga10 -1.524 1.674 -.111 -.910 .366 .857 1.167
LnJREko10 3.124 1.379 .342 2.266 .027 .559 1.788
LnNTR10 9.786 4.703 .298 2.081 .041 .619 1.615
LnVeps10 .067 .120 .063 .556 .580 .977
a. Dependent Variable: LnVekspor10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 74
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.26422609
Most Extreme Differences Absolute .138
Positive .094
Negative -.138
Kolmogorov-Smirnov Z 1.187
Asymp. Sig. (2-tailed) .119
a. Test distribution is normal
65
Lampiran 12 . Total Volume Ekspor Temulawak Berdasarkan Lima Negara
Terbesar 2006-2012
Tahun Volume Ekspor Per Negara (kg)
Netherland Amerika
Serikat
Jepang India Vietnam
2006 53,776 372,613 178,101 2,030,181 2,114,899
2007 204,917 219,345 236,936 914,660 1,736,480
2008 109,220 375,943 168,233 1,214,759 370,159
2009 641,416 473,676 144,420 3,037,605 821,313
2010 103,266 199,183 29,583 2,565,243 317,453
2011 50,338 249,797 16,059 1,269,517 75,769
2012 10,728 97,558 9,346 445,255
Rata-rata 167,666 284,016 111,811 1,639,603 906,012
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
Lampiran 13. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Netherland
Persamaan regresi : LnVekspor = - 39,212 + 1,744 LnHarga – 1,496 LnJRKEko
+ 7,130 LnNTR + 0,098 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .505a .255 .214 1.92258 .701
a. Predictors: (Constant), LnVeps11, LnNTR11, LnHarga11, LnJREko11
b. Dependent Variable: LnVekspor11
66
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 92.473 4 23.118 6.254 .000a
Residual 269.831 73 3.696
Total 362.304 77
a. Predictors: (Constant), LnVeps11, LnNTR11, LnHarga11, LnJREko11
b. Dependent Variable: LnVekspor11
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -39.212 43.113 -.910 .366
LnHarga11 1.744 .587 .310 2.970 .004 .939 1.065
LnJREko11 -1.496 1.026 -.184 -1.458 .149 .643 1.555
LnNTR11 7.130 3.712 .240 1.921 .059 .654 1.529
LnVeps11 .098 .116 .089 .844 .401 .915 1.093
a. Dependent Variable: LnVekspor11
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 78
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.87197812
Most Extreme Differences Absolute .106
Positive .085
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z .934
Asymp. Sig. (2-tailed) .347
a. Test distribution is normal
67
Lampiran 14. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Amerika
Serikat
Persamaan regresi : LnVekspor = 51,787 – 1,589 LnHarga – 0,380 LnJRKEko –
74,361 LnNTR + 0,379 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .776a .603 .582 1.51114 1.191
a. Predictors: (Constant), LnVeps12, LnNTR12, LnJREko12, LnHarga12
b. Dependent Variable: LnVekspor12
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 259.907 4 64.977 28.454 .000a
Residual 171.266 75 2.284
Total 431.173 79
a. Predictors: (Constant), LnVeps12, LnNTR12, LnJREko12, LnHarga12
b. Dependent Variable: LnVekspor12
68
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 51.787 24.406 2.122 .037
LnHarga12 -1.589 .220 -.587 -7.212 .000 .801 1.249
LnJREko1
2 -.380 .319 -.097 -1.194 .236 .801 1.248
LnNTR12 -4.361 2.487 -.134 -1.753 .084 .908 1.101
LnVeps12 .379 .078 .368 4.831 .000 .912 1.096
a. Dependent Variable: LnVekspor12
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.47238665
Most Extreme Differences Absolute .101
Positive .071
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z .903
Asymp. Sig. (2-tailed) .389
a. Test distribution is normal
69
Lampiran 15. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang
Persamaan regresi : LnVekspor = 9,700 – 1,068 LnHarga – 0,686 LnJRKEko –
0,409 LnNTR + 0,621 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .838a .703 .685 .90938 1.129
a. Predictors: (Constant), LnVeps13, LnNTR13, LnHarga13, LnJREko13
b. Dependent Variable: LnVekspor13
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 127.117 4 31.779 38.428 .000a
Residual 53.753 65 .827
Total 180.871 69
a. Predictors: (Constant), LnVeps13, LnNTR13, LnHarga13, LnJREko13
b. Dependent Variable: LnVekspor13
70
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 9.700 20.965 .463 .645
LnHarga13 -1.068 .144 -.555 -7.434 .000 .821 1.217
LnJREko13 -.686 .512 -.112 -1.341 .185 .657 1.522
LnNTR13 .409 1.846 .018 .221 .825 .701 1.426
LnVeps13 .621 .109 .420 5.721 .000 .846 1.181
a. Dependent Variable: LnVekspor13
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 70
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .88262884
Most Extreme Differences Absolute .184
Positive .139
Negative -.184
Kolmogorov-Smirnov Z 1.535
Asymp. Sig. (2-tailed) .018
a. Test distribution is normal
71
Lampiran 16. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke India
Persamaan regresi : LnVekspor = 42,095 – 1,549 LnHarga – 0,586 LnJRKEko
– 3,022 LnNTR + 0,442 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .655a .428 .395 1.01497 .848
a. Predictors: (Constant), LnVeps14, LnJREko14, LnHarga14, LnNTR14
b. Dependent Variable: LnVekspor14
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 52.505 4 13.126 12.742 .000a
Residual 70.051 68 1.030
Total 122.556 72
a. Predictors: (Constant), LnVeps14, LnJREko14, LnHarga14, LnNTR14
b. Dependent Variable: LnVekspor14
72
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 42.095 22.669 1.857 .068
LnHarga14 -1.549 .322 -.480 -4.818 .000 .846 1.183
LnJREko14 -.586 .551 -.120 -1.065 .291 .657 1.522
LnNTR14 -3.022 1.999 -.174 -1.512 .135 .634 1.576
LnVeps14 .442 .096 .422 4.588 .000 .995 1.005
a. Dependent Variable: LnVekspor14
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 73
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .98637320
Most Extreme Differences Absolute .099
Positive .048
Negative -.099
Kolmogorov-Smirnov Z .842
Asymp. Sig. (2-tailed) .477
a. Test distribution is normal
73
Lampiran 17. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Vietnam
Persamaan regresi : LnVekspor = 121,473 + 0,647 LnHarga – 3,581 LnJRKEko
– 7,888 LnNTR + 0,264 LnVeps
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .511a .261 .209 1.44870 .858
a. Predictors: (Constant), LnVeps15, LnNTR15, LnHarga15, LnJREko15
b. Dependent Variable: LnVekspor15
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 42.208 4 10.552 5.028 .002a
Residual 119.627 57 2.099
Total 161.835 61
a. Predictors: (Constant), LnVeps15, LnNTR15, LnHarga15, LnJREko15
b. Dependent Variable: LnVekspor15
74
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 121.473 37.642 3.227 .002
LnHarga15 .647 .492 .157 1.315 .194 .911 1.098
LnJREko15 -3.581 .940 -.605 -3.810 .000 .515 1.943
LnNTR15 -7.888 3.230 -.381 -2.442 .018 .532 1.881
LnVeps15 .264 .097 .339 2.725 .009 .840 1.191
a. Dependent Variable: LnVekspor15
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 62
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.40039506
Most Extreme Differences Absolute .123
Positive .063
Negative -.123
Kolmogorov-Smirnov Z .966
Asymp. Sig. (2-tailed) .308
a. Test distribution is normal
75
76
Gambar Jahe
Gambar Kunyit
Gambar Temulawak
77
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 10 Juni 1986. Penulis
merupakan anak kedua dari pasangan Wahyu dan Komalasari. Pendidikan formal
yang pertama kali ditempuh penulis adalah SD Negeri Kadujajar II dari tahun
1993 hingga tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di
SLTP Negeri 2 Tanjungkerta hingga tahun 2002. Penulis kemudian melanjutkan
sekolah di SMA Negeri 2 Cimalaka dari tahun 2002 hingga tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis diterima di Program Keahlian Manajemen
Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI. Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang di PT Saung
Mirwan, Bogor selama 4 bulan dari bulan April hingga Juni 2008. Gelar Ahli
Madya diperoleh penulis pada tahun 2008 setelah menyusun tugas akhir dengan
judul Kajian Pengembangan Bisnis Pengadaan Toko Bunga dalam Memperluas
Pasar Bunga PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Penulis melanjutkan Program Studi S1 Program Pendidikan Alih Jenis
Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2008.