perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI
DENGAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK
(GROUP INVESTIGATION) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
YOSODIPURO SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
WIWIT DESI LESTARI
X 1206050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI
DENGAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK
(GROUP INVESTIGATION) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI YOSODIPURO
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh:
WIWIT DESI LESTARI
X 1206050
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Slamet Mulyono, M.Pd. Drs. Edy Suryanto, M.Pd.
NIP 19620728 199003 1 002 NIP 19600810 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Raheni Suhita, M.Hum. .....................
Sekretaris : Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd. ....................
Anggota I : Drs. Slamet Mulyono, M.Pd. ……………..
Anggota II : Drs. Edy Suryanto, M.Pd. ……………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Wiwit Desi Lestari. X1206050. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI YOSODIPURO SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2010.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kualitas; (1) proses pembelajaran menulis narasi dan (2) hasil pembelajaran menulis narasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SD Negeri Yosodipuro No. 104 dengan subjek siswa kelas V yang berjumlah 29 siswa. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah kemampuan menulis narasi yang termasuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis kritis. Proses pembelajaran menulis narasi dilaksanakan dalam tiga siklus yang meliputi empat tahap, yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap observasi, dan (4) refleksi. Tahap perencanaan tindakan meliputi: (a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrument penelitian, (b) merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan metode investigasi kelompok, dan (c) menyusun sistem penilaian yang meliputi penilaian proses dan hasil. Tahap pelaksanaan peneliti mengadakan pengamatan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada. Selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Tahap observasi dilakukan peneliti dengan mengamati dan menginterpretasikan penerapan metode investigasi kelompok dalam pembelajaran menulis narasi serta mengolah data untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi siswa dengan metode investigasi kelompok tersebut, juga untuk mengetahui kelemahan yang mungkin muncul. Tahap analisis dan refleksi dilakukan peneliti dengan menganalisis atau mengelola data hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian yang perlu diperbaiki dan bagaimana yang sudah mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat: (1) peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karangan narasi tersebut ditandai dengan meningkatnya: (a) kerja sama siswa selama pembelajaran, (b) keaktifan siswa selama pembelajaran, dan (c) minat siswa dalam pembelajaran menulis narasi; (2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata menulis siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu: (a) pada siklus I sebanyak 11 siswa (56,61%), (b) pada siklus II sebanyak 21 siswa (66.41%), dan (c) pada siklus III sebanyak 27 siswa (75,34%) telah mencapai batas nilai ketuntasan yang ditetapkan, yaitu 63.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO “Hapuslah air mata Anda dengan sikap berbaik sangka kepada Allah SWT, Tuhan
Anda. Usirlah semua kesusahan dan kesedihan Anda dengan mengingat nikmat-
nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada Anda.”
(DR. ‘Aidh Bin ‘Abdullah Al-Qarni)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud syukur
dan terima kasihku kepada:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Sukirno dan Ibu
Suwarni atas dukungan, kasih sayang, doa
yang tak akan pernah putus;
2. Adikku semata wayang Fakhri Zaki AL
Fadhil yang selalu memberiku keceriaan;
3. Mas Budy, terima kasih atas motivasi, kasih
sayang, dan perhatian yang telah diberikan
kepadaku;
4. Sahabatku (Fyna, Elen, Niken, Damay, Mbak
Nuning, Mami Rika) semoga persahabatan
kita tak terpisahkan karena jarak;
5. Kos Maduratna (Mamah Ely, Iphe, Laras,
Ijup, Siti, Harum, Andri) telah
mengajarkanku tentang kemandirian; dan
6. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan
nikmatnya dan karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi guna
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sebelas
Maret. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karenanya, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penulisan skripsi;
2. Drs. Suparno, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah
memberikan persetujuan untuk penulisan skripsi;
3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Pembimbing Akademik, dan selaku Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama menyusun
skripsi serta izin untuk menyusun skripsi ini;
4. Drs. Edy Suryanto, M. Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan lancar;
5. Dra. Siti Iriani, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Yosodipuro Surakarta yang
telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas;
6. Ibu Wartinah, S.Pd., selaku guru kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta
yang telah banyak membantu dan berperan aktif dalam proses penelitian;
7. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta yang telah berperan
aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian;
8. Mahasiswa BASTIND’06 yang telah memberikan semangat dalam proses
penelitian ini; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
9. Berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini dan
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Surakarta,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL .................................................................................................. i
PENGAJUAN ....................................................................................... ii
PERSETUJUAN .................................................................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
MOTTO ................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN .................................................... 7
A. Landasan Teori ............................................................................. 7
1. Hakikat Kemampuan Menulis Narasi ..................................... 7
a. Pengertian Menulis ………………………………………. 7
b. Tahap-tahap Penulisan ……………………………………. 8
c. Asas-asas Menulis ………………………………………… 11
d. Jenis-jenis Tulisan ………………………………………… 13
2. Hakikat Pembelajaran Menulis Narasi di SD .......................... 16
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ......................................... 16
b. Pembelajaran Menulis Narasi di Sekolah Dasar.......................... 18
c. Pengertian Menulis Narasi……………………………………... 20
d. Penilaian Kemampuan Menulis Narasi........................................ 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3. Hakikat Penilaian Proses Belajar-Mengajar ............................ 27
a. Pengertian Penilaian Proses Belajar- Mengajar ………….. 27
b. Kriteria dalam Menilai Proses Belajar-Mengajar ………… 30
c. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Proses Pembelajaran…. 34
4. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ........................................... 37
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ……………………… 37
b. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif ………. 38
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ………………………… 40
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ………………………….. 40
e. Metode dalam Pembelajaran Kooperatif ………………….. 41
5. Hakikat Metode Investigasi Kelompok ................................... 43
a. Pengertian Investigasi Kelompok ........................................ 43
b. Manfaat Menggunakan Investigasi Kelompok .................... 46
B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 46
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 47
D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 49
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 50
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 50
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ...................................................... 50
C. Sumber Data Penelitian ................................................................ 52
D. Subjek Penelitian .......................................................................... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 53
F. Uji Validitas Data ......................................................................... 54
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 55
H. Prosedur Penelitian ....................................................................... 55
I. Indikator Keberhasilan Tindakan .................................................. 59
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 62
A. Kondisi Awal ............................................................................... 62
B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian .................................. 67
1. Deskripsi Siklus 1 ................................................................... 67
2. Deskripsi Siklus 2 ................................................................... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3. Deskripsi Siklus 3 ................................................................... 88
4. Deskripsi Antarsiklus ............................................................. 95
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 96
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................... 102
A. Simpulan ...................................................................................... 102
B. Implikasi ...................................................................................... 103
C. Saran ............................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 107
LAMPIRAN............................................................................................... 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian Keterampilan Menulis……………………………………… 26
2. Penilaian Proses Kegiatan Menulis……………………….………….. 32
3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ……………..………… 50
4. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian .......................................... 60
5. Daftar Nilai Menulis Narasi Survei Awal Kelas V SD Negeri
Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 ................................................ 66
6. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus I
Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 ................. 74
7. Daftar Nilai Menulis Narasi Siklus I Kelas V SD Negeri
Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 ................................................ 77
8. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus II
SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 .............................. 83
9. Daftar Nilai Menulis Narasi Siklus II Kelas V SD Negeri
Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 ................................................ 86
10. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus III
Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010…………… 92
11. Daftar Nilai Menulis Menulis Narasi Siklus III Kelas V
SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010…………………….. 94
12. Hasil Tindakan Ditinjau dari Indikator Ketercapaian PTK…………… 95
13. Rekapitulasi Nilai Menulis Narasi dari Siklus ke Siklus……………… 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Kerangka Berpikir .............................................................................. 48
2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas………………………………………….. 52
3. Alur Penelitian Tindakan Kelas……………………………………………. 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia dikatakan belum berhasil mencapai tujuannya
sebagai salah satu bukti nyata adanya krisis multidimensional yang berakar dari
krisis moral. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia, yaitu rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya mutu
pendidikan, antara lain faktor: pendidik, sarana dan prasarana, pengelolaan,
penilaian. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan diharapkan membawa dampak positif terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
Upaya-upaya tersebut di antaranya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan
kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, peningkatan mutu manajemen sekolah serta peningkatan
kualitas tenaga pengajar.
Terkait dengan permasalahan di atas, pembelajaran bahasa Indonesia
memiliki andil cukup besar dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Komunikasi tersebut tentunya
dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dapat diketahui dari standar
kompetensi yang meliputi empat aspek, yaitu: membaca, menulis, berbicara, dan
menyimak. Salah satu keterampilan berbahasa yang cukup kompleks adalah
menulis. Pernyataan ini dikuatkan oleh Farris J. Pamela (2008: 1) bahwa menulis
merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari dan diajarkan.
Kemampuan menulis diajarkan di sekolah mulai dari taman kanak-kanak (TK),
sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas
atau kejuruan (SMA/SMK) dengan tujuan agar siswa mampu menuangkan ide,
gagasan, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan baik. Pada umumnya,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pelaksanaan pembelajaran menulis di sekolah masih banyak mengalami hambatan
dan belum dapat dilaksanakan secara efektif.
Terkait dengan hal ini, The Liang Gie (2002: 7) menyatakan bahwa
menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah
pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain.
Tujuan pembelajaran kemampuan menulis yang diharapkan adalah agar peserta
didik mampu mengungkapkan gagasan, ide, pendapat, dan pengetahuan secara
sistematis dan tertulis serta memiliki kegemaran menulis.
Sejalan dengan tujuan tersebut, peran budaya menulis makin menempati
kedudukan yang sentral di dalam kehidupan modern. Tanpa budaya menulis, arus
komunikasi dan informasi akan terputus serta mengakibatkan terputusnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga akan menjadikan
manusia berada dalam keterbelakangan dan kebodohan. Kemampuan menulis
dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan kreativitas peserta didik dan sarana
peningkatan kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa, khususnya bahasa
tulis sebagai sarana komunikasi.
Secara umum tujuan pembelajaran kemampuan menulis, yaitu siswa
mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan/pendapat secara tertulis ataupun
sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide,
imajinasi, aspirasi dan lain-lain (Yant Mujiyanto, dkk., 2000:70). Dalam
realitasnya kemampuan menulis masih menemui banyak kendala, yaitu kesulitan
siswa melakukan aktivitas menulis di sekolah maupun kekurangtepatan guru
memilih strategi pembelajaran menulis menjadi faktor penyebab ketidakberhasilan
sekolah menjadikan menulis sebagai suatu budaya atau tradisi baik bagi siswa
ataupun guru tersebut. Merupakan hal sangat mungkin apabila pelajaran menulis
menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa.
Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan latihan, seperti dikatakan
oleh Enang Rokajat Asura (2005: 8) bahwa “kemampuan menulis didapat dari
sebuah latihan, bukan pemberian alam”. Alam memang telah memberi talenta,
tetapi talenta saja tidak akan menjadi apa-apa tanpa melalui proses latihan.
Sebagai sebuah konsekuensi dan kemampuan yang ingin disampaikan, tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mungkin seseorang akan mampu menulis tanpa ia mempraktikkan kemampuan
itu. Perlu mendapatkan penekanan bahwasanya pembelajaran menulis bukan
hanya penyampaian teori tanpa mempraktikkannya. Hendaknya ada sinergi yang
nyata antara teori dan praktik sehingga ruh dalam pembelajaran menulis akan
tampak ketika dilaksanakan melalui latihan-latihan yang terstruktur. Syamsi
(dalam Pangesti Wiedarti, 2005: 134) menyatakan bahwa keprihatinan
pembelajaran menulis disebabkan pembelajaran bahasa Indonesia masih sering
diberikan secara teoretis yang mengakibatkan kemampuan bahasa siswa kurang.
Fenomena serupa terjadi dalam kemampuan menulis di SD Negeri
Yosodipuro Surakarta, khususnya pada pembelajaran menulis narasi. Berdasarkan
wawancara antara peneliti dan guru serta dilihat saat proses belajar-mengajar yang
telah guru lakukan pada survei awal tanggal 29 April 2010 di kelas V SD Negeri
Yosodipuro didapat gambaran mengenai kesulitan kegiatan menulis siswa, yaitu
salah satunya pembelajaran menulis narasi masih banyak dijejali berbagai teori
tentang narasi serta cara penulisannya dengan aplikasi yang sangat terbatas,
kosakata yang dimiliki siswa juga terbatas mengingat mereka masih menduduki
tingkat sekolah dasar. Menurut siswa, akibatnya pembelajaran menulis itu tidak
menyenangkan karena mereka merasa kesulitan merangkaikan kata. Di lain pihak,
guru mengatakan pelajaran menulis kemampuan berbahasa adalah pelajaran yang
paling tidak dikuasai siswa. Pembelajaran menulis menjadi momok dalam
pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa. Keterbatasan kosakata siswa cukup
mempengaruhi minat siswa dalam mengembangkan idenya untuk dituangkan
menjadi tulisan. Akibatnya, mereka jadi enggan untuk mengikuti pelajaran
menulis dan bersikap acuh tak acuh. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes kegiatan
menulis siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro yang dilaksanakan pada survei awal
berikut ini: rentangan nilai 4,0-5,0 diperoleh 6 siswa; rentangan nilai 5,0-6,0
diperoleh 15 siswa; dan rentangan nilai 6,0-7,0 diperoleh 8 siswa. Berdasarkan
nilai karangan siswa di atas, sebagian siswa belum mencapai batas kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yaitu 63.
Peneliti beserta guru kelas V (Wartinah, S.Pd.) mengidentifikasi penyebab
kegagalan siswa dalam kegiatan menulis narasi adalah siswa kurang bersemangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mengikuti pembelajaran karena selama ini pembelajaran berjalan secara monoton
dan konvensional. Pada umumnya, dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya menulis guru terlalu terpancang pada buku teks dan LKS sebagai
sumber belajar.
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, pembelajaran menulis narasi yang
berlangsung di SD Negeri Yosodipuro hanya berkisar tentang pemberian materi
atau teori saja, perlu dihadirkan sebuah metode yang dapat membantu
meningkatkan kemampuan siswa menulis narasi. Oleh karena itu, dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis narasi di kelas
V SD Negeri Yosodipuro dibutuhkan perbaikan yang dapat mendorong siswa
secara keseluruhan agar aktif. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar adalah dengan menggunakan
metode investigasi kelompok.
Investigasi kelompok dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan yang
dihadapi dalam pembelajaran kemampuan menulis narasi karena tiga konsep dasar
investigasi kelompok, yaitu: inquiry, knowledge, dan dinamika kelompok sesuai
dengan yang diperlukan dalam pembelajaran menulis narasi. Inquiry dalam
pembelajaran menulis narasi membantu siswa dalam menemukan dan menentukan
tema yang baik untuk ditulis siswa. Knowledge atau pengetahuan yang diperoleh
melalui pengalamannya secara langsung maupun tidak langsung juga akan
memberikan andil dalam mengungkapkan narasi yang ditulis siswa. Sementara
itu, dinamika kelompok mampu mengatasi kesulitan siswa dalam membuat tulisan
narasi karena adanya teman dalam kelompok yang bersifat heterogen sehingga
dapat saling membantu.
Metode investigasi kelompok merupakan salah satu metode dalam
pembelajaran kooperatif dan metode ini dijadikan solusi terhadap permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran kemampuan menulis. Alasan pemilihan
metode tersebut karena memiliki kelebihan sebagai berikut : (1) meningkatkan
keteraturan pribadi siswa dan motivasi karena ada banyak ruang pembuatan
keputusan sendiri; (2) meningkatkan perkembangan kemampuan penelitian karena
proses itu dikendalikan setiap individu dan penelitian bersama; (3) meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perkembangan penelitian secara kelompok karena murid harus menggembangkan
perencanaan tim ketika memecahkan masalah; dan (4) meningkatkan kreativitas
karena ada berkali lipat kemungkinan kreasi dari hasil akhir (Elaine Coughlin dan
Jack Huhtala).
Berdasarkan hasil penelitian Dwi Noor Haryanto (2004), penggunaan
metode investigasi kelompok juga dapat meningkatkan motivasi, keaktifan, dan
prestasi belajar siswa. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa metode
investigasi kelompok efektif dalam meningkatkan motivasi, keaktifan dan prestasi
belajar siswa.
Bertolak dari latar belakang di atas, peneliti berusaha mengkaji masalah
dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi
dengan Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation) pada Siswa Kelas V
SD Negeri Yosodipuro No 104 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah metode investigasi kelompok mampu meningkatkan kualitas proses
pembelajaran kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri
Yosodipuro No. 104 tahun pelajaran 2009/2010?
2. Apakah metode investigasi kelompok mampu meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri
Yosodipuro No. 104 tahun pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membuktikan:
1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran kemampuan menulis narasi pada
siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro dengan metode investigasi kelompok.
2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran kemampuan menulis narasi pada
siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro dengan metode investigasi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pembelajaran Bahasa
Indonesia, khususnya pembelajaran kemampuan menulis narasi;
b. Sebagai acuan pembelajaran kemampuan menulis dengan dengan model
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAIKEM).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1) Menawarkan inovasi terhadap pembelajaran menulis narasi;
2) Memberi solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran menulis
narasi;
3) Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif
kreatif;
4) Meningkatkan kualitas mata pelajaran bahasa Indonesia.
b. Bagi siswa
1) Melatih siswa untuk terampil menulis narasi;
2) Melatih siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif;
3) Siswa lebih aktif dan memiliki minat dalam mengikuti kegiatan dalam
kegiatan pembelajaran menulis.
c. Bagi sekolah
1) Mendorong guru lain untuk menerapkan proses pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa dengan metode investigasi kelompok;
2) Mendapatkan fakta bahwa dengan menerapkan metode investigasi
kelompok dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Menulis Narasi
a. Pengertian Menulis
Henry G. Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa menulis merupakan
suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis sendiri
pada dasarnya merupakan kegiatan yang baik dilakukan oleh anak.
Dengan menulis berarti seorang anak sedang bergumul dengan proses
kreatif sehingga kreativitas anak semakin meningkat.
Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan
berbahasa tulis yang bersifat produktif; artinya kemampuan menulis ini
merupakan kemampuan yang menghasilkan; dalam hal ini menghasilkan
tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang
bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan
berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau
gagasan secara jelas dengan menggunakan bahasa yang efektif, dan
kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik (Darmiyati
Zuchdi dan Budiasih, 2001: 71-72).
Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif,
produktif, dan kreatif. Oleh karena itu, menulis menyaratkan sesuatu yang
lebih kompleks daripada membaca (Yant Mujiyanto,dkk., 2000: 64).
Keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif lainnya adalah
keterampilan berbicara. Akan tetapi, menulis berbeda dengan berbicara.
Dalam berbicara, orang (pembicara) mengungkapkan pesan komunikasi
(gagasan, pikiran dan perasaan) dengan bahasa lisan sehingga berbicara
disebut keterampilan berbahasa aktif produktif lisan. Sementara itu, dalam
menulis, orang (penulis) mengungkapkan pesan komunikasi dengan
bahasa tulis. Dalam sebuah tulisan, terkandung ide penulis untuk
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
disampaikan kepada orang lain. Dalam menyampaikan ide, penulis harus
mampu mencari kata yang dapat dimengerti orang lain, baik dari sisi
urutan kata-kata maupun bentuk kalimat. Dengan begitu pengetahuan
penulis (dalam hal ini siswa) haruslah luas supaya ide yang akan
disampaikan dapat dipahami orang lain (pembaca).
The Liang Gie (2002: 3) berpendapat bahwa menulis diistilahkan
mengarang, yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan
gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat
pembaca untuk dipahami. Hal ini sepadan dengan pendapat Nurudin
(2007: 4) bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang
dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui
bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Di lain pihak, Agus
Sumiharja, H. Akhlan Husein, dan Nunuy Nurjanah (1997: 2)
mengungkapkan bahwa menulis adalah sebuah aktivitas berkomunikasi
mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara
tertulis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk
menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medianya
yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadi interaksi antar
keduanya demi tercapainya suatu tujuan.
b. Tahap-tahap Penulisan
Menulis sebagai suatu aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan
lewat tulisan secara tertata sehingga dipahami oleh pembaca merupakan
suatu proses. Sebagai suatu proses, aktivitas menulis dilakukan dalam
beberapa tahap atau langkah. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan
Sakura H. Ridwan (1996: 2-5) mengemukakan tiga tahap dalam aktivitas
menulis, yaitu: tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.
Ketiga tahapan menulis tersebut menunjukkan kegiatan utama yang
berbeda meskipun pada praktiknya sering tumpang tindih. Pada tahap
prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pada seluruh rangkaian kegiatan menulis. Dalam tahap penulisan
dilakukan apa yang telah direncanakan dalam tahap prapenulisan. Dalam
tahap inilah pikiran serta perasaan dituangkan dalam tulisan. Pada tahap
yang terakhir, kegiatan yang dilakukan adalah membaca dan memperbaiki
tulisan. Ketumpangtindihan dalam kegiatan menulis dapat terjadi misalnya
pada tahap penulisan, sering pula dilakukan revisi. Begitu pula pada tahap
perencanaan penulisan juga sering dilakukan pada saat kegiatan menulis
berlangsung.
Di lain pihak, Nurudin (2007: 92) mengungkapkan bahwa menulis
merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Di dalamnya terdapat
beberapa tahap - tahap penulisan, meliputi tahap prapenulisan, tahap
penulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan
kegiatan utama yang berbeda, tahap-tahap yang harus dilalui dalam
menulis meliputi:
1) Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di
dalamnya mencakup langkah-langkah kegiatan menulis karangan meliputi:
a) Menentukan Topik
Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam
tulisannya. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu,
pengalaman, dan pengamatan.
b) Membatasi Topik
Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan.
Untuk mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan, diagram,
atau cara visualisasi yang lainnya.
c) Menentukan Tujuan Penulisan
Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang
akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan
diberlakukan. Menentukan tujuan penulisan sangat penting sebelum
mulai menulis, karena tujuan itu sangat berpengaruh dalam menetapkan
bentuk, panjang, sifat dan cara penyajian tulisan. Apabila suatu tulisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
tanpa dilandasi oleh tujuan yang jelas dan tegas dapat menyebabkan
tulisan itu tanpa arah yang jelas dan besar kemungkinan tidak dipahami
pembaca.
d) Menentukan Bahan Penulisan
Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk
mencapai data penulisan. Pengumpulan informasi dan data ini perlu
dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan
meyakinkan.
e) Membuat Kerangka Karangan
Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada
tahap persiapan penulisan. Kerangka karangan atau sering disebut
dengan outline merupakan rencana kerja yang digunakan penulis dalam
mengembangkan tulisannya. Kerangka ini dapat berupa kerangka topik
yang terdiri dari topik-topik serta kerangka kalimat yang terdiri dari
kalimat-kalimat.
2) Tahap Penulisan
Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam
susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu
kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai kata-kata
yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih kata dan
istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat
pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya
kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis
dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan tanda baca secara tepat.
3) Tahap Revisi
Tahap revisi dilakukan setelah buram seluruh tulisan telah selesai.
Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis meneliti secara
menyeluruh mengenai sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat,
paragraf, daftar pustaka dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang
memenuhi syarat maka selesailah sebuah tulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
S. Effendi (dalam Yant Mujiyanto, dkk. 2000: 71) menjabarkan
tahap-tahap yang harus ditempuh dalam menulis, yaitu: (1)
mencatat pokok tulisan, (2) mengumpulkan bahan yang bertalian
dengan pokok tulisan, (3) memilih bahan yang paling berkaitan dan
menatanya dalam bentuk kerangka tulisan, (4) menguraikan
rumusan kerangka tulisan ke dalam bentuk karangan, dan (5)
menyunting karangan tersebut sebelum menerbitkannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
menulis terbagi menjadi tiga, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi.
Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu rangkaian kegiatan yang
disebut proses menulis. Penulis harus melampaui semua tahapan tersebut
untuk menghasilkan tulisan yang baik.
c. Asas-asas Menulis
Setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan sejumlah asas yang
dapat dijadikan pedoman. Demikian pula halnya dengan aktivitas menulis.
The Liang Gie (2002: 33-37) mengemukakan enam asas menulis yang
disebutnya dengan asas mengarang di antaranya:
1) Kesatupaduan (unity)
Berdasarkan asas ini, segala hal yang disajikan dalam tulisan
tersebut memuat satu gagasan pokok atau sering disebut dengan tema.
Tulisan yang tersusun atas alinea-alinea tidak boleh ada uraian yang
menyimpang serta tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut.
Asas yang sering disebut dengan syarat kohesi suatu tulisan ini berlaku
untuk semua jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi.
2) Pertautan (coherence)
Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan harus memuat satu
gagasan pokok maka berdasar pada asas pertautan ini tiap alinea dalam
satu tulisan hendaklah berkaitan satu sama lain. Kalimat satu dengan
kalimat yang lain harus berkesinambungan. Asas ini sering disebut dengan
prinsip koherensi. Asas ini berlaku untuk semua tulisan baik jenis fiksi
maupun nonfiksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Penegasan (emphasis)
Asas ini menegaskan bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan
atau penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca mendapatkan
kesan yang kuat terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu untuk
diterapkan pada tulisan-tulisan fiksi meskipun tulisan nonfiksi juga perlu
memperhatikan asas ini. Penegasan pada beberapa bagian fiksi menjadikan
tulisan lebih menarik.
4) Kejelasan (clarity)
Berdasarkan asas ini, setiap karangan haruslah jelas benar. Tulisan
harus mencerminkan gagasan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh
pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat
disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar,
tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh
pembaca. Untuk memenuhi asas ini, H.W. Fowler sebagaimana dikutip
oleh The Liang Gie (2002: 34) bahwa asas kejelasan dalam kegiatan
menulis sepanjang menyangkut kata-kata dapat dilaksanakan dengan
memilih: (1) kata yang umum dikenal ketimbang kata yang harus dicari-
cari artinya; (2) kata yang konkret ketimbang kata yang abstrak; (3) kata
tunggal ketimbang keterangan yang panjang lebar; (4) kata yang pendek
ketimbang kata yang panjang; (5) kata dalam bahasa sendiri ketimbang
kata asing. Yamada (2002: 143) menyatakan bahwa tugas-tugas menulis
yang meliputi teks-teks dengan topik sama yang telah dipilih akan
mengurangi beban leksikal pembacanya.
5) Keringkasan (conciseness)
Keringkasan yang dimaksud dalam asas menulis ini bukanlah
berarti bahwa setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti bahwa
suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan kata, tidak terdapat butir ide
yang dikemukakan berulang-ulang, gagasan tidak disampaikan dalam
kalimat yang terlalu panjang. Harry Shaw sebagaimana diungkapkan oleh
The Liang Gie (2002: 36) bahwa penulisan yang baik diperoleh dari ide-
ide yang kaya dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya, ide yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
miskin dan kata yang boros. Jadi, sesuatu karangan adalah ringkas
bilamana karangan itu mengungkapkan banyak buah pikiran dalam kata-
kata yang sedikit.
6) Ketepatan (correctness)
Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu penulisan
harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada membaca dengan
kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh penulisnya (The Liang
Gie, 2002: 36). Untuk menepati asas ini, penulis harus memperhatikan
berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca serta
kelaziman.
Seperti halnya dua asas sebelumnya, asas ketiga ini tidak berlaku
sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bersifat multitafsir.
Pemahaman pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan akan tetapi
tingkat apresiasi yang dimilikinya.
d. Jenis- jenis Tulisan
Secara umum tulisan dapat dikembangkan menjadi empat jenis,
yaitu: narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Friedman, (2009: 1)
”Provides model essays on a current controversial issue guiding students
in writing a five-paragraph essay, including persuasive, descriptive,
expository and cause-and-effect essays”. Artinya, ada lima pembelajaran
menulis yang dihadapi siswa, yaitu: persuasif, deskriptif, eksposisi, dan
sebab-akibat. Berbeda dengan Laminudin Finoza (2002: 188) membagi
karangan atau wacana menjadi lima jenis berdasarkan cara penyajian dan
tujuan umum yang tersirat di balik wacana tersebut, yaitu eksposisi,
argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.
1) Eksposisi
Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau
memberikan informasi tentang sesuatu (Masnur Muslich, 2007: 1).
Eksposisi dipaparkan suatu kejadian atau masalah secara analitis, spasial,
dan kronologis supaya pembaca dapat memahami informasi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
karangan ini berusaha menguraikan suatu objek yang mampu memperluas
pengetahuan pembaca.
Karangan eksposisi menguraikan suatu objek yang mampu
memperluas pengetahuan pembaca. Jenis tulisan ini hanya memberikan
informasi, tidak ada tujuan untuk mempengaruhi atau mengubah sikap dan
pendapat pembaca. Oleh karena itu, tulisan ini memiliki penanda: (a)
berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan; (b)
menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan bagaimana; (c)
disampaikan secara lugas dengan bahasa baku; dan (d) bernada netral,
tidak memihak dan memaksakan sikap penulis terhadap pembaca.
2) Argumentasi
Gorys Keraf (2007: 3) berpendapat bahwa argumentasi merupakan
sebuah tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Penulis
berusaha meyakinkan pembaca untuk menerima suatu kebenaran dengan
mengajukan bukti-bukti atau fakta-fakta yang menguatkan argumen
penulis. Tulisan ini dikembangkan dengan pola pemberian contoh-contoh,
analogi, sebab-akibat atau dengan pola deduktif dan induktif. Pemaparan
tulisan berdasarkan cara berpikir yang logis sehingga pembaca dapat
menerima kebenaran yang disampaikan oleh penulis secara objektif.
3) Persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat
pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan
yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu
pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang (Laminudin Finoza, 2002:
199). Persuasi merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus
berusaha mempengaruhi orang lain atau pembaca. Pengaruh yang
diberikan tersebut agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu
bagi orang yang mengadakan persuasi walaupun pembaca atau pendengar
sebenarnya tidak terlalu percaya dengan apa yang dikatakan itu.
Persuasi dikatakan penyimpangan dari argumentasi karena dalam
argumentasi terdapat usaha untuk membujuk dan meyakinkan pembaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
didasarkan pada kelogisan pembuktian fakta-fakta yang disajikan.
Sementara itu, dalam persuasi usaha mempengaruhi tersebut
memanfaatkan aspek-aspek psikologis. Persuasi juga didasarkan pada
kemampuan penulis untuk mengendalikan emosi pembaca dan
mengarahkan mereka pada sasaran yang ingin dicapai penulis.
4) Deskripsi
Deskripsi adalah Wacana deskripsi bertujuan membentuk suatu
citra (imajinasi) tentang suatu hal pada penerima pesan. Deskripsi disebut
juga pelukisan atau gambaran. Hal itu disebabkan rincian tentang objek
tulisan dapat memberi pengaruh pada imajinasi pembaca serta menjadikan
pembaca seolah ikut mendengar, merasakan atau mengalami langsung
objek tersebut. Karangan ini berhubungan dengan pengalaman
pancaindera pembaca seperti penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman, dan perasaan.
5) Narasi
Jenis tulisan narasi dapat berbentuk cerita fiktif (khayal) dan cerita
nonfiktif (nyata). Narasi fiktif dapat dijumpai pada karya sastra, seperti
cerpen dan novel, sedangkan narasi nonfiktif seringkali terdapat pada
berita-berita di surat kabar. Menurut Nurudin (2007: 59), narasi
merupakan bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian
atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau
mengalami sendiri peristiwa itu. Tulisan jenis ini memiliki penanda, antara
lain:
(a) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; (b)
kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa kejadian
yang benar-benar terjadi dapat pula berupa imajinasi semata; (c)
terdapat konflik yang dapat menarik pembaca; (d) memiliki nilai
estetika, khususnya narasi fiktif; (e) menekankan susunan
kronologis; dan (f) biasanya memuat dialog (Nurudin, 2007: 60).
Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang perbedaan
kelima jenis tulisan tersebut. Eksposisi menjelaskan suatu pengetahuan
atau informasi, argumentasi meyakinkan pembaca tentang kebenaran suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
hal secara logis, persuasi mempengaruhi pembaca secara psikologis.
Deskripsi memberikan gambaran tentang objek tulisan dan berusaha
menjadikan pembaca ikut merasakan penggambaran tersebut, sedangkan
narasi menekankan urutan peristiwa dari waktu ke waktu.
2. Hakikat Pembelajaran Menulis Narasi di SD
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan, bukan hanya mengingat melainkan juga mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan
perilaku. Dengan kata lain, bukti bahwa seseorang telah melakukan
kegiatan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut
ke arah yang lebih baik. Hasil belajar terlihat dari perubahan pada aspek-
aspek tingkah laku manusia seperti pengetahuan, pemahaman, kebiasaan,
keterampilan apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti
(etika), sikap, dan lain-lain.
Biggs dan Telfer (dalam Dimyati, 2002: 33) menyatakan bahwa
belajar sebagai sebuah proses yang kompleks dan berkesinambungan
memiliki unsur-unsur dinamis di dalamnya, antara lain:
1) Motivasi Siswa
Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan atau tindakan. Motivasi belajar dapat bersumber dari diri siswa
dan rangsangan dari luar siswa. Motivasi yang berasal dari dalam diri
siswa lebih baik daripada rangsangan dari luar. Akan tetapi, sering kali
untuk menumbuhkan motivasi dari dalam butuh rangsangan dari luar
sehingga muncul motivasi yang tinggi untuk belajar.
2) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan hal-hal yang diajarkan kepada siswa.
Dalam menentukan bahan belajar, guru harus memerhatikan dan
menyesuaikan dengan tujuan belajar. Tujuan tersebut meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman yang diharapkan ada
pada diri siswa setelah mengalami proses belajar.
3) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar dapat disebut alat peraga atau media belajar.
Media belajar merupakan peralatan yang digunakan selama proses belajar
supaya proses tersebut dapat berjalan dengan baik. Pemakaian media
dimaksudkan agar proses belajar lebih menarik, materi menjadi konkret
dan mudah dipahami, menghemat waktu dan tenaga, serta menjadikan
hasil belajar lebih bermakna. Media yang dapat digunakan bisa berupa
media yang dilihat saja (visual), yang dapat didengar saja (audio), yang
dapat dilihat dan didengar (audiovisual), ataupun media yang bersumber
dari peristiwa yang terjadi di masyarakat.
4) Suasana Belajar
Suasana belajar merupakan kondisi yang tercipta selama proses
belajar. Suasana sangat mendukung keberhasilan belajar siswa dan dapat
menimbulakan motivasi siswa. Suasana yang menyenangkan dapat
memunculkan kegairahan belajar dan menunjang kegiatan belajar yang
efektif. Begitu pula sebaliknya, suasana yang membosankan menjadikan
siswa jenuh dan tidak bersemangat dalam belajar. Oleh karena itu, baik
guru maupun siswa perlu bekerja sama untuk menciptakan suasana belajar
yang baik dan menyenangkan.
5) Kondisi Subjek Belajar
Subjek belajar tidak lain adalah siswa itu sendiri. Kondisi siswa turut
membantu keberhasilan pembelajaran sebab dalam proses pembelajaran
terdapat tiga hal pokok yakni input, proses, output. Suatu pembelajaran
akan menghasilkan output yang baik manakala memiliki input dan proses
yang baik pula, termasuk di dalam lingkungan dan kelengkapan
pembelajaran yang lain. Kondisi subjek belajar di sini meliputi kondisi
jasmani dan rohani yang turut mempengaruhi kelancaran dan mendukung
keberhasilan proses belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pembelajaran merupakan peristiwa yang tidak dapat dipisahkan dari
belajar meskipun sebenarnya kedua hal tersebut adalah peristiwa yang
berbeda. sering kali orang menyamakan istilah pembelajaran dengan
istilah pengajaran karena tidak memahami hakikat kedua hal
itu,memberikan batasan yang berbeda tentang istilah pembelajaran dan
pengajaran. Dalam pengajaran, guru dan murid berada di kelas (ruang)
formal; sedangkan dalam pembelajaran, kegiatan belajarmengajar dapat
terjadi meski tanpa kehadiran guru. Secara lebih lengkap, Dewi Salma
Prawiradilaga (2008: 136) menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha-
usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar
terjadi proses belajar dalam diri siswa. Dalam hal ini, proses belajar
menjadi hal yang lebih ditekankan daripada hasil.
Oemar Hamalik (2001: 57) mengemukakan bahwa pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Batasan tersebut membawa
pengertian bahwa pembelajaran tidak terbatas di dalam ruang saja tetapi
juga diselenggarakan di luar kelas bahkan luar sekolah. Pengertian
pembelajaran yang lain didasarkan teori-teori belajar yang telah ada.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat
siswa belajar guna mengubah perilaku yang lebih baik. Dalam usahanya
guru didukung oleh adanya materi pelajaran yang sesuai metode dan
penggunaan media yang tepat.
b. Pembelajaran Menulis Narasi di Sekolah Dasar
Pembelajaran menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa
selain menyimak, membaca dan berbicara. Pembelajaran menulis biasanya
memerlukan rentan waktu yang lebih lama, jadi masih memerlukan
pelatihan secara berkesinambungan. Hal ini dikarenakan keterampilan
menulis ini lebih sulit dibandingkan keterampilan bahasa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Nurhadi (1995: 342) menjelaskan bahwa menulis merupakan salah
satu aspek kemampuan menulis yang berfungsi untuk menyampaikan
informasi secara tertulis. Menulis narasi termasuk dalam kemampuan
untuk mengemukankan ide siswa dalam menceritakan pengalaman
masing-masing siswa secara runtut. Kemampuan menulis narasi ini perlu
dikuasai siswa selain kemampuan menulis lainnya. Kemampuan menulis
narasi ini dapat membantu siswa untuk menceritkan pengalamannya
kepada orang lain. Pelatihan menulis dapat dibantu oleh guru sehingga
siswa berminat terhadap pembelajaran menulis.
Pada jenjang SD, standar kompetensi mata pelajaran bahasa
Indonesia merupakan kualifikasi minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini
merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi
lokal, regional, nasional, dan global (Badan Standar Nasional Pendidikan,
2006: 260) .
Berdasarkan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menulis karangan
diberikan pada semester dua. Adapun kompetensi dasarnya adalah
Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan pengalaman secara
tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis.
Materi yang harus disampaikan guru dalam membelajarkan
keterampilan menulis karangan meliputi langkah-langkah menulis
karangan, topik-topik karangan, kerangka karangan dan penggunaan kata
penghubung antarklausa dalam karangan. Untuk memperjelas materi
tersebut, guru perlu memberikan contoh karangan.
Selama pembelajaran menulis karangan berlangsung, kegiatan yang
diharapkan antara lain: (1) membaca karangan, (2) mengidentifikasi
karakteristik karangan, (3) menulis karangan , dan (4) menyunting
karangan yang ditulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Di akhir pembelajaran menulis karangan diharapkan siswa mampu:
(1) mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan (2)
menyusun kerangka karangan, (3) mengembangkan kerangka yang telah
disusun menjadi karangan, dan (4) menyunting karangan.
Guru dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran menulis
narasi apabila suasana pembelajaran berjalan kondusif. Pembelajaran yang
kondusif akan membuat siswa lebih mudah menerima materi dari guru,
siswa juga lebih mudah untuk menuangkan ide sehingga siswa tidak
menggangap bahwa kegiatan menulis itu tidak menyenangkan. Pada
akhirnya kegemaran menulis di kalangan siswa menjadi budaya.
Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk
menyampaikan materi pada siswa. Selama ini metode yang digunakan
oleh guru dalam mengajar adalah metode ceramah atau tanya jawab.
Dalam metode tersebut, guru yang aktif dalam kegiatan pembelajaran
yang berlangsung. Namun, metode tersebut sekarang ini dirasakan tidak
lagi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang berlaku sekarang ini, siswa yang dituntut untuk
aktif dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Dalam pembelajaran menulis, guru harus bisa membuat siswa dapat
mengungkapkan gagasan dalam pikirannya melalui media tulis dengan
menggunakan tanda baca, struktur, ejaan yang benar, kalimat yang runtut
sehingga dapat membuat paragraf yang baik. Supaya mendapatkan hasil
pembelajaran yang maksimal, guru harus memberi pemahaman yang jelas
tentang karangan yang benar serta menggunakan metode mengajar yang
tepat.
c. Pengertian Menulis Narasi
Gorys Keraf (2000: 136) membatasi pengertian narasi sebagai suatu
bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk dan dijalin
serta dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu
kesatuan waktu. Jadi, narasi menceritakan serangkaian kegiatan yang
terjadi pada suatu kejadian secara berurutan dalam jalinan kesatuan waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Atar Semi (1990: 32) memberikan batasan narasi sebagai bentuk
percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan
dari waktu ke waktu.
Nurudin (2007: 71) mengatakan bahwa narasi adalah bentuk tulisan
yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkai tindak-tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang
berlangsung dalam satu kesatuan waktu tertentu.
Di dalam penulisan sebuah cerita narasi, pengarang berusaha
mengisahkan kejadian atau peristiwa sehingga pembaca seolah-olah
melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh karena itu, selain unsur
waktu, unsur perbuatan atau tindakan menjadi landasan utama untuk
menciptakan sifat dinamis sebuah narasi, unsur tindakan membuat kisah
itu juga hidup. Jos Daniel Parera (1993:5) menyatakan bahwa tulisan
narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan yang berbentuk cerita
sehingga bentuk karangan dan tulisannya bersifat menyejarahkan sesuatu
berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu.
Memperhatikan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa narasi
adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa dan disusun menurut
urutan waktu. Adanya unsur waktu narasi dapat menggambarkan
perubahan-perubahan yang ada pada objeknya. Jadi, narasi
menggambarkan objek yang dinamis. Pengalaman-pengalaman yang
dijalani penulis merupakan sumber inspirasi sebuah tulisan bersifat naratif.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan penulis dalam
mengisahkan tulisannya menjadi bentuk narasi, antara lain: nama
peristiwa, urutan waktu, motif, konflik, titik pandangan dan pusat minat.
Apabila penulis telah memasukkan unsur-unsur tersebut, berarti ia telah
menulis sebuah karangan narasi. Bagus atau tidaknya tulisan itu
tergantung pada kecermatan mereka dalam mengingat peristiwa yang
dialami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Berdasarkan uraian di atas narasi dibatasi sebagai bentuk tulisan
yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau
pengalaman yang dialami manusia berdasarkan perkembangan dari waktu
ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa
yang telah terjadi. Narasi dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan
narasi sugestif.
1) Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para
pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya
berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah
tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan
tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca
atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan untuk
menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian
pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis ataupun lisan.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula
bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat generalisasi adalah narasi yang
menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja
dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melaksanakan
tipe kejadian itu secara berulang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh
kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Sedangkan narasi yang bersifat
khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang
khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa
yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau
kejadian pada suatu waktu tertentu saja.
2) Narasi Sugestif
Narasi sugestif berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian
itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna peristiwa
atau kejadian itu maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal
(imajinasi). Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca.
Pembaca dapat menarik suatu makna baru diluar apa yang diungkapkan
secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah suatu yang tersurat
mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan
makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua objek dipaparkan
sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam
satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu
ke waktu. Makna yang baru akan dijelaskan dipahami sesudah narasi itu
dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu.
Dengan demikian narasi tidak bercerita atau memberikan komentar
mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau
kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu
perasaan tertentu untuk mengahadapi suatu peristiwa yang berada di depan
matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental
itulah yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan
melibatkan simpati atau antipati mereka pada kejadian itu sendiri. Inilah
makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.
d. Penilaian Kemampuan Menulis Narasi
Menulis merupakan kemampuan berbahasa paling akhir yang
dikuasai oleh setiap pelajar. Kemampuan menulis didapat setelah
kemampuan menyimak, berbicara dan membaca. Kegiatan menulis
merupakan salah satu pembelajaran bahasa, jadi tes kebahasaan
merupakan hal yang harus dilakukan. Melalui penilaian yang objektif,
maka hasil belajar siswa akan dapat diukur.
Burhan Nurgiyantoro (2001: 298) mengemukakan bahwa menulis
sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan pengarang. Dalam
aktivitas menulis tersebut, yang pertama menekankan unsur bahasa,
sedangkan yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas
menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur
kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan sebaiknya
mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks
dan isi. Jadi, penilaian ditekankan pada kemampuan siswa
mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa
secara tepat.
Lebih lanjut, diungkapkan bahwa penilaian terhadap karangan bebas
mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas. Dalam
hal ini, unsur subjektivitas penilai pasti berpengaruh. Sebuah karangan
yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan sama skornya.
Bahkan, sebuah karangan dinilai oleh hanya seorang penilai pun
kondisinya berlainan. Ada kemungkinan skor yang diberikan berbeda.
Masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara memilih model
penilaian yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar
subjektivitas dirinya.
Sementara itu, Zaini Machmoed (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001:
305) menyatakan bahwa penilaian yang bersifat holistik memang
diperlukan. Akan tetapi, guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat
memeroleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk
keperluan diagnostik-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai
dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan
analisis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori
tertentu, merinci karangan ke dalam kategori-kategori tersebut antara
karangan yang satu dengan yang lain dapat berbeda tergantung jenis
karangan itu sendiri. Walaupun pengkategorian itu bervariasi hendaknya
kategori tersebut meliputi 5 pokok, yaitu (1) kualitas dan ruang lingkup isi,
(2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik:
tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5)
respons afektif guru terhadap karya tulis. Toto Sutarto G. Utari (2006: 19)
menyatakan penilaian merupakan tindakan untuk menetapkan
keberhasilan suatu program pendidikan yang diikuti. Selain itu, beliau juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menyatakan penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan
nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Menulis merupakan kemampuan berbahasa paling akhir yang
dikuasai oleh setiap pelajar. Kemampuan menulis didapat setelah
kemampuan menyimak, berbicara dan membaca. Kegiatan menulis
merupakan salah satu pembelajaran bahasa, jadi tes kebahasaan
merupakan hal yang harus dilakukan. Melalui penilaian yang objektif,
maka hasil belajar siswa akan dapat diukur.
Harris dan Amran (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 306)
menyatakan bahwa berdasarkan model pendekatan analitis dalam menilai
tugas menulis, unsur utama yang dinilai adalah content (isi, gagasan yang
dikemukakan). Gorys Keraf (2001: 81) mengatakan bahwa yang
dimaksud perincian dan urutan pikiran adalah bagaimana pengembangan
sebuah gagasan utama dan bagaimana hubungan antara gagasan-gagasan
bawahan yang menunjang gagasan utama tadi.
Implikasinya, tes menulis bukan hanya menghasilkan sebuah bahasa
saja melainkan juga bagaimana mengungkapkan gagasan dan perasaan
dengan menggunakan bahasa tulis secara tepat.
Hartfield (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307) mengemukakan
salah satu model yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran, yaitu
dengan mengunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada
tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam
memberikan skor, Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval
kiranya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Model tersebut adalah model
penilaian yang banyak digunakan pada program ESL (English as a Second
Language), yaitu sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 1. Penilaian Keterampilan Menulis
Aspek yang
dinilai Skor Kriteria
I
S
I
27 – 30
22 – 26
17 – 21
13 – 16
SANGAT BAIK – SEMPURNA: tema/ide cerita kreatif/segar* pengembangan
tema kreatif* pengembangan ide tuntas* isi wacana dialog dikembangkan
dengan baik* substansif.
CUKUP – BAIK: tema/ide cerita cukup kreatif/segar* pengembangan tema
cukup* pengembangan ide terbatas* isi wacana dialog dikembangkan tetapi
tidak lengkap* substansi kurang.
SEDANG – CUKUP: tema/ide cerita terbatas* informasi terbatas*
pengembangan tema tidak cukup* pengembangan ide kurang* wacana dialog
tidak dikembangkan* substansi tidak cukup.
SANGAT KURANG: tema tidak jelas* tema tidak berkembang* ide mandeg*
tidak ada substansi. O
R
G
A
N
I
S
A
S
I
18 – 20
14 – 17
10 – 13
7 – 9
SANGAT BAIK – SEMPURNA: gagasan diungkapkan dengan jelas * padat*
tertata dengan baik* urutan logis* ada kohesif dan koheren.
CUKUP – BAIK: pengungkapan gagasan kurang lancar* gagasan kurang
terorganisasi tetapi ide utama terlihat* bahan pendukung terbatas* urutan logis
tetapi tidak lengkap* cukup kohesif dan koheren.
SEDANG – CUKUP: pengungkapan gagasan tidak lancar* gagasan kacau,
terpotong-potong atau melompat-lompat* urutan tidak logis tetapi lengkap*
kurang kohesif dan koheren.
SANGAT KURANG: pengungkapan gagasan tidak komunikatif* gagasan tidak
terorganisasi* tidak kohesif dan koheren serta tidak layak nilai.
K
O
S
A
K
A
T
A
18 – 20
14 – 17
10 – 13
7 – 9
SANGAT BAIK – SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata sangat baik*
pilihan kata dan ungkapan tepat* menguasai pembentukan kata.
CUKUP – BAIK: pemanfaatan potensi kata cukup baik* pilihan kata dan
ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata.
SEDANG – CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas* pilihan kata dan
ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata.
SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata sangat terbatas* sering terjadi
kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna* tidak menguasai
pembentukan kata* pengetahuan tentang kosa kata rendah* tak layak nilai.
P
E
N
G
B
A
H
A
S
A
22 – 25
18 – 21
11 – 17
5 – 10
SANGAT BAIK – SEMPURNA: konstruksi kalimat lengkap dan efektif*
hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.
CUKUP – BAIK: konstruksi kalimat sederhana tetapi efektif* kesalahan kecil
pada konstruksi kalimat* terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.
SEDANG – CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam rangkaian kalimat* makna
membingungkan atau kabur.
SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis* terdapat banyak
kesalahan* tidak komunikatif* tidak layak nilai.
M
E
K
A
N
I
K
5
4
3
2
SANGAT BAIK – SEMPURNA: menguasai aturan penulisan* hanya terdapat
beberapa kesalahan ejaan dan tanda baca.
CUKUP – BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi
tidak mengaburkan makna.
SEDANG – CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca* makna
membingungkan atau kabur.
SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan penulisan* terdapat banyak
kesalahan ejaan* tulisan tidak terbaca* tak layak nilai.
(Sumber:Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308 dengan modifikasi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Skor Maksimum = 100
Cara menghitung hasil menulis narasi =
Keterangan:
N I = isi
N II = organisasi
N III = kosakata
N IV = pengembangan bahasa
N V = mekanik
Skor total dengan menjumlahkan hasil dari 5 aspek tersebut.
Standar Ketuntasan:
Siswa dinyatakan tuntas dalam aspek tersebut jika mencapai nilai minimal 63.
3. Hakikat Penilaian Proses Belajar-Mengajar
a. Pengertian Penilaian Proses Belajar-Mengajar
Proses belajar merupakan hal yang penting dalam pembelajaran.
Dari segi proses tersebut dapat diketahui proses siswa dalam memahami
materi yang diberikan oleh guru. Sikap, minat dan aktivitas siswa dalam
mengikuti penjelasan dari guru merupakan objek yang harus diamati
dalam melakukan penilaian dalam proses pembelajaran (Gino, dkk. ,2000:
36-39). Hal ini sangat penting, karena pembelajaran tidak semata-mata
ditentukan oleh hasilnya.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar
yang cenderung menunjukan hasil yang berciri, antara lain:
(1) kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat
juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri;
(2) hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan
tahan lama diingatanya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk
mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan
kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan
kreativitasnya; (3) hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh
N I+N II+N III+N IV+N V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
atau komprehensif, yaitu mencakup ranah kognitif,
pengetahuan,atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi;
serta ranah psikomotoris, keterampilan atau perilaku. Ranah
kognitif terutama hasil yang diperolehnya, sedangkan ranah efektif
dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya, baik
efek intruksional maupun efek samping yang tidak direncanakan
dalam pengajaran (Nana Sudjana, 2006: 56).
Pelaksanaan proses belajar-mengajar harus sesuai dengan standar isi
dan standar proses yang disusun oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 (Depdiknas, 2005: 6) disebutkan
bahwa standar isi mencangkup lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa kurikulum dan silabus
SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan
pentingnya kemampuan membaca dan menulis, kecakapan berhitung, serta
kemampuan berkomunikasi.
Uraian di atas memberikan kesimpulan bahwa proses belajar-
mengajar menekankan pentingnya kemampuan (membaca dan menulis)
sebagai kemampuan dasar siswa SD/MI dan sekolah sederajat. Lain halnya
dengan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
(Depdiknas, 2007: 12-14) pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari: a)
persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran meliputi rombongan belajar,
beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran dan pengelolaan kelas; b)
pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
(proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), dan kegiatan penutup.
Standar proses dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun
2005 (Depdiknas, 2005: 14) mengatur tentang proses pembelajaran yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan. Proses pembelajaran
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreatif, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
belajar mengajar meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan
efisien. Standar proses tersebut tidak jauh berbeda dengan standar proses
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses (Depdiknas, 2007: 5) bahwa proses pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi
standar. Proses belajar-mengajar dalam kegiatan menulis siswa harus
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Perencanaan menjadi sebuah hasil pemikiran berupa keputusan yang
selanjutnya dilaksaanaan dalam kegiatan pendidikan. Perencanaan
merupakan alat untuk pengelola pendidikan agar lebih berdaya guna
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
Depdiknas (2007: 7) yang di dalamnya memuat perencanaan, bahwa
perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran,
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber
belajar. Perencanaan dapat menolong pencapaian sasaran secara lebih
ekonomis, tepat waktu, dan memberi peluang agar lebih mudah dikontrol
dan dimonitor dalam pelaksanaannya (Harjanto, 1997: 22). Perencanaan
pengajaran dipandang sebagai hal yang perlu dilakukan agar mencapai
pembelajaran yang efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Kriteria dalam Menilai Proses Belajar-mengajar
Dalam melakukan penilaian seorang guru tidak semata-mata
memberikan penghakiman atas segala hal yang dilakukan oleh siswa
selama pembelajaran. Akan tetapi, guru harus memiliki kriteria atau
pedoman dalam memberikan penilaian dalam proses pembelajaran di kelas
(Klien dalam Conny R. Semiawan, 2008: 4).
Menurut Nana Sudjana (2006: 59), kriteria dalam menilai proses
belajar mengajar meliputi beberapa hal. Pertama, konsistensi kegiatan
belajar-mengajar dengan kurikulum. Keberhasilan proses tersebut dapat
dilihat terlaksananya secara nyata dalam bentuk dan aspek, di antaranya;
tujuan-tujuan pengajaran, jenis kegiatan yang dilaksanakan, cara
melaksanakan setiap jenis kegiatan, dan penilaian yang digunakan untuk
setiap tujuan.
Kriteria kedua adalah keterlaksanaannya oleh guru dan siswa.
Keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal; mengkondisikan kegiatan
belajar siswa, menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar, waktu
yang disediakan untuk belajar mengajar, memberikan bantuan dan
bimbingan belajar kepada siswa, dan melakukan penilaian proses dan hasil
belajar siswa. Dalam segi keterlaksanaan oleh siswa, hal yang dinilai
adalah siswa memahami, mengikuti petunjuk yang diberikan guru, semua
siswa turut serta melakukan kegiatan belajar, dan menguasai tujuan-tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan guru (Nana Sudjana, 2006: 59).
Ketiga motivasi belajar siswa dan keaktifan para siswa dalam
kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini siswa menunjukan motivasi
belajar pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat
dilihat pada minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; semangat siswa
untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya; reaksi yang ditunjukan siswa
terhadap stimulus yang diberikan guru. Keaktifan para siswa dalam
kegiatan belajar-mengajar; melaksanakan diskusi kelompok sesuai
petunjuk guru (Nana Sudjana, 2006: 60).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kriteria terakhir adalah kemampuan atau keterampilan guru dalam
mengajar dan interaksi antara guru dengan siswa. Berkenaan dengan
komunikasi yang terbangun pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini
dilihat dalam; tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa; bantuan
guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar; terampil
menggunakan berbagai alat dan sumber belajar; dan menguasai kelas
sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa (Nana Sudjana, 2006: 60).
Penilaian proses pembelajaran dalam kegiatan menulis dapat
dilakukan dengan penilaian sikap. Sikap bermula dari perasaan (suka atau
tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseoarang dalam
merespon sesuatu atau objek. Sikap terdiri dari 3 komponen, yakni:
afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang
dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek, sedangkan
komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan
kehadiran objek sikap.
Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 89-90), objek sikap yang perlu
dinilai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Dengan adanya sikap positif terhadap
materi pelajaran, dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang
minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi dan akan lebih mudah
menyerap materi pelajaran yang akan diajarkan.
2) Sikap terhadap guru atau pengajar. Peserta didik harus memiliki sikap
positif terhadap guru. Siswa yang bersikap negatif pada guru akan
mengabaikan hal-hal yang diajarkan oleh guru sehingga siswa menjadi
sukar menyerap materi pelajaran.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap
positif terhadap proses pembelajaran yang mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang
digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik
sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap positif
terhadap kasus tertentu dalam materi pelajaran.
Dalam kegiatan observasi, perilaku siswa dalam kegiatan menulis
dapat diamati dengan menggunakan format Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Penilaian Proses Kegiatan Menulis
Indikator
No. Subjek
Minat terhadap
Memperhatikan penjelasan guru
Minat terhadap teks bacaan Bekerja Nilai Keterangan
kegiatan menulis
sungguh- sungguh
1 …. 2 …. 3 …. 4 …. (Adaptasi Format Penilaian Sikap dari Sarwiji Suwandi, 2008: 92-93)
Catatan:
a) Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai kriteria berikut
(diamati dari perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
menulis).
1 = sangat kurang (siswa tidak peduli dengan kegiatan belajar
mengajar yang sedang berlangsung, siswa melakukan aktivitas sendiri
dan sama sekali tidak memperhatikan guru, siswa melakukan aktifitas
lain, seperti mengerjakan PR mata pelajaran berikutnya saat
mengerjakan tugas, dan tidak selesai tepat waktu)
2 = kurang (siswa terlihat malas dan mengeluh tentang materi
pelajaran yang diberikan, siswa hanya memperhatikan penjelasan guru
jika ditegur guru, siswa melakukan aktivitas lain saat mengerjakan
tugas dan melihat hasil pekerjaan teman)
3 = sedang (siswa terlihat pasif dan diam dalam mengikuti kegiatan
belajar-mengajar, pandangan siswa tertuju pada guru namun jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
ditanya guru tidak bisa menjawab, siswa mengerjakan tugas tetapi
masih melakukan aktivitas lain, seperti meminjam alat tulis pada
temannya)
4 = baik (saat pelajaran berlangsung siswa terlihat aktif mengikuti
pelajaran, siswa memperhatikan dan mencatat materi pelajaran yang
disampaikan guru, siswa fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru dengan baik dan tepat waktu)
5 = amat baik (saat pelajaran berlangsung siswa terlihat antusias dan
bertanya pada guru, siswa memperhatikan penjelasan guru dan
bertanya jika kurang memahami, siswa fokus mengerjakan tugas,
bekerja dengan sungguh-sungguh dan selesai mengerjakan tepat
waktu)
b) Nilai merupakan jumlah skor-skor tiap indikator perilaku
c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut:
(1) Nilai 18-20 berarti amat baik
(2) Nilai 14-17 berarti baik
(3) Nilai 10-13 berarti sedang
(4) Nilai 6-9 berarti kurang
(5) Nilai 0-5 berarti sangat kurang
Selain kualitas proses dalam penilaian juga terdapat penilaian
kemampuan menulis yang diukur melalui kemampuan mengungkapkan isi
(materi atau gagasan yang dikemukakan), kemampuan menyusun organisasi
tulisan, kemampuan menggunakan gaya penulisan (pilihan struktur dan
kosakata), dan kemampuan menerapkan mekanisme tulisan ejaan. Di samping
itu, pengukuran terhadap kemampuan menulis dapat diperkuat melalui
penilaian terhadap kelengkapan cerita dan urutan pikiran. Berdasar pada
pendapat di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa penilaian proses tidak
dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Penilaian ini tidak hanya bermanfaat
bagi guru, tetapi juga bagi siswa yang pada saatnya akan berpengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapainya. Dari beberapa kriteria tersebut penilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dapat melihat bagian-bagian yang telah dicapai dan bagian-bagian yang belum
dicapai untuk kemudian dilakukan tindakan dan upaya memperbaikinya.
c. Faktor – faktor Penentu Keberhasilan Proses Pembelajaran
Gino, dkk. (2000: 36-39) menyatakan bahwa suatu proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan yang telah ditentukan dalam
proses pembelajaran yang dilakukan telah dapat dicapai. Keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: minat belajar, motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana
belajar, kondisi subjek yang belajar, kemampuan guru, dan metode
pembelajaran.
1) Minat Belajar
Minat, artinya kecenderungan yang agak menetap, di mana si subjek
merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang. Untuk
menarik minat siswa mengikuti pembelajaran, hendaknya guru memilih media
atau metode pembelajaran yang sekiranya menarik bagi siswa.
2) Motivasi Belajar
Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran,
guru dapat menempuh jalan sebagai berikut:
a) Siswa mengadakan penelitian, penyelidikan, percobaan, dan kegiatan lain
yang sekiranya dapat memotivasi siswa.
b) Membantu siswa yang kurang pandai dalam pembelajaran, mendorongnya
agar bisa lebih maju dan mau berusaha untuk bisa mengikuti
perkembangan teman-temannya yang lain yang memiliki pemahaman
lebih. Sementara itu, siswa yang sudah dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik, guru harus bisa memotivasinya agar mau berusaha untuk
lebih baik lagi dan mau membantu temannya yang kurang mampu dalam
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi
yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai oleh siswa, dan harus sesuai dengan karakteristik siswa agar
diminati oleh siswa.
Pemilihan materi pembelajaran yang dilakukan secara teliti dan
digunakan secara bijaksana, akan memunculkan sesuatu motivasi bagi siswa
untuk merespon pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
4) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media dalam belajar merupakan alat yang dapat
membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya media cetak (buku-
buku, surat kabar, majalah, leaflet atau brosur) dan media elektronik (radio,
televisi, komputer, tape recorder, dan lain-lain).
Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan
belajar-mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran
dari sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa).
Media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, sesuai dengan
kurikulum yang berlaku serta dapat menarik minat, perhatian dan motivasi
siswa untuk ikut dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
5) Suasana Belajar
Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam
lingkungan tempat proses pembelajaran yang berlangsung. Suasana yang
dapat mendukung kegiatan pembelajaran adalah:
a) Suasana kekeluargaan yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang
lancar antara guru dan siswa, sehingga dapat memperlancar kegiatan
belajar-mengajar yang terjadi. Dengan hubungan yang akrab, maka siswa
akan berani untuk mengungkapkan pendapatnya dalam setiap kegiatan
pembelajaran terjadi.
b) Suasana sekolah yang nyaman, tenang, serta menyenangkan untuk
melaksanakan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c) Kelas diatur secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa yang belajar,
sehingga suasana bebas tetapi tetap disertai dengan pengawasan dari guru.
d) Jumlah siswa dalam kelas tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan
bagi guru untuk memberi perhatian yang cukup merata pada seluruh siswa.
e) Siswa belajar secara bervariasi, misalnya dengan berdiskusi, discovery,
mengadakan eksperimen, atau dengan mengadakan study tour untuk
menghindari kejenuhan dalam belajar.
6) Kondisi Siswa yang Belajar
Kondisi siswa adalah keadaan siswa pada saat kegiatan belajar-
mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya
keadaan fisik siswa, melainkan juga keadaan psikis siswa. Apabila siswa
sedang sakit, maka secara otomatis siswa tidak akan dapat mengikuti
pembelajaran secara maksimal. Begitu juga apabila siswa dalam keadaan jiwa
yang tertekan atau sedang mempunyai masalah, siswa juga tidak dapat belajar
dengan baik. Selain itu, guru juga harus memperhatikan kondisi kemampuan
siswa dalam mengikuti dan menerima materi dalam kegiatan belajar-mengajar.
Apabila kemampuan siswa kurang, maka guru harus berusaha untuk
membantu siswa tersebut untuk memahami materi yang diberikan. Namun
apabila siswa memiliki kemampuan yang lebih, maka guru harus bisa
mengajar dengan yang tidak membosankan bagi siswa.
7) Kemampuan Guru
Kemampuan guru yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan
guru dalam menyampaikan materi, mengelola kelas, serta dalam mengatasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar-mengajar
berlangsung. Guru harus bisa menyampaikan materi dengan cara yang tepat
dan tidak membosankan, namun tidak terkesan mempengaruhi. Selain itu,
dalam menyampaikan materi guru harus bisa memilih metode dan cara yang
tepat agar dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru
harus bisa mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan memberikan
perhatian yang merata pada seluruh siswa yang ada di kelas tersebut, baik
yang di depan maupun yang di belakang. Guru harus mampu memotivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
siswa agar mau aktif dalam kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung. Guru
harus bisa membuat siswa menaruh perhatian penuh pada kegiatan belajar-
mengajar yang berlangsung.
Seorang guru harus bisa mengatasi masalah yang mungkin saja muncul
di kelas tempatnya mengajar. Misalnya saja ada anak yang tidak mau
memperhatikan pembelajaran yang diberikan. Ia justru membuat kekacauan
dalam kelas maka guru harus bisa mengambil tindakan yang dapat membuat
anak tersebut jera dan tidak mengulang perbuatan tersebut dengan cara
menegurnya.
8) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk
menyampaikan materi pada siswa. Selama ini metode yang bisa digunakan
oleh guru dalam mengajar adalah metode ceramah dan tanya jawab. Dalam
metode tersebut, guru yang aktif dalam kegiatan pembelajaran yang
berlangsung. Namun, metode tersebut sekarang ini dirasakan tidak lagi sesuai
dengan kurikulum yang berlaku.
4. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif atau sering disebut juga pembelajaran
gotong-royong. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok
kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Wina Sanjaya (2007: 240) menjabarkan pengertian pembelajaran
kooperatif sebagai model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau
suku yang berbeda (heterogen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Model pembelajaran kooperatif berkembang dari kebiasaan pendidikan
yang menekankan pada pemikiran demokratis dan latihan atau praktik,
pembelajaran aktif, lingkungan pembelajaran yang kooperatif dan
menghormati adanya perbedaan budaya masyarakat yang bermacam-macam.
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar terdapat pengaruh di luar
pembelajaran akademik, khususnya peningkatan penerimaan antarkelompok
serta keterampilan sosial dan keterampilan kelompok. Pembelajaran
kooperatif bertumpu pada kerja kelompok kecil, berlawanan dengan
pembelajaran klasikal (satu kelas penuh).
b. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif
Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas
disusun dalam kelompok yang terdiri dari empat atau enam orang siswa
dengan kemampuan yang heterogen. Kelompok heterogen yang dimaksud
adalah kelompok yang terdiri dari berbagai kemampuan siswa, jenis kelamin,
dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan
bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Untuk mencapai hasil maksimal, ada lima unsur dalam pembelajaran
kooperatif yang harus diterapkan (Anita Lie,2005: 31), di antaranya:
1) Saling Ketergantungan Positif
Di dalam pembelajaran kooperatif , guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan, hubungan inilah yang
dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan
positif menurut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama
siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang
optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a)
pencapaian tujuan, (b) menyelesaiakan tugas, (c) bahan atau sumber, (d)
peran, dan (e) hadiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2) Interaksi Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi
ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekurangan masing-masing. Interaksi tatap muka menuntut para siswa
dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat
melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama
siswa.
3) Akuntabilitas Individual (Tanggung jawab Perorangan)
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Masing-
masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggungjawab sendiri
agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
4) Komunikasi Antaranggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi karena tidak setiap siswa mempunyai
keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga
tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan
dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Tiga konsep sentral yang menjadi konsep karakteristik pembelajaran
kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (2009: 26-28), di antaranya:
1) Penghargaan Kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.
Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang
saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.
2) Pertanggungjawaban Individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan
pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.
3) Kesempatan yang Sama untuk Mencapai Keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode penskoran yang
mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang
diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode
penskoran ini setiap siswa yang berprestasi rendah, sedang maupun tinggi
sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang
mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil berupa
akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan
keterampilan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1) Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif, selain mencakup beragam tujuan sosial
juga bertujuan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting yang lain. Di samping mengubah norma yang berhubungan
dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif juga dapat memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan dan latar belakangnya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran koopertif adalah
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama. Keterampilan-
keterampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
e. Metode dalam Pembelajaran Kooperatif
Arends, Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi dan Agus G. S.,
2003: 63) menjabarkannya ada empat metode dalam pembelajaran kooperatif,
di antaranya:
1) Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh (Robert Slavin) dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan model yang paling baik untuk
permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Guru
yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa,
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4 sampai 5 orang,
setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan,
berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
Masing-masing anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau
perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran melalui tutorial, kuis, dan diskusi.
2) Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
yang paling kompleks. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, dalam model
ini siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun
bagaimana jalannya penyelidikan mereka.
Dalam penerapan investigasi kelompok ini, guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota lima atau enam siswa yang
heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam
topik tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk diselidiki lalu
melakukan penyelidikan yang mendalam tas topik yang dipilih itu.
Kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh
kelas.
3) Metode Struktural
Metode struktural ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional yakni guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas
dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk.
Metode ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok
kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada
penghargaan individual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4) Jigsaw
Metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya
terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan
akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan tiap siswa
bertanggungjawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama
dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan
tersebut. Kumpulan siswa ini disebut kelompok pakar. Selanjutnya siswa
yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk
mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari. Setelah
diadakan diskusi dalam kelompok awal, siswa dievaluasi secara individual
mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode jigsaw menurut
Slavin, penskoran dilakukan seperti dalam metode STAD. Individu atau
tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
5. Hakikat Metode Investigasi Kelompok
a. Pengertian Investigasi Kelompok
Sering kita jumpai sejumlah guru yang menggunakan metode tertentu
yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Akibatnya
hasil tidak memadai bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama siswa.
Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode
yang akan digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan
suatu pendekatan dan metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
dan materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan
menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran yang lebih bermakna.
Suatu kehidupan sekolah seharusnya diorganisasikan sebagai bentuk
kecil atau kehidupan demokrasi. Maka dari itu, siswa sebaiknya memperoleh
kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sistem sosial melalui
pengalaman dan belajar cara menerapkan metode yang berwawasan keilmuan
dalam memperbaiki kehidupan masyarakat. Siswa berusaha untuk memelihara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
cara hidup yang berkembang di situ, yakni standar hidup dan pengharapan
yang tumbuh dalam suasana kelas. Berkenaan dengan hal itu, pengajar
hendaknya berusaha menciptakan suasana yang memungkinkan tumbuhnya
kehidupan kelas seperti itu.
Metode pembelajaran investigasi kelompok atau group investigation
mengambil model yang berlaku dalam masyarakat, terutama mengenai cara
anggota masyarakat melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian
kesepakatan sosial. Melalui kesepakatan-kesepakatan inilah siswa
mempelajari pengetahuan akademis dan mereka melibatkan diri dalam
pemecahan masalah sosial.
Metode investigasi kelompok merupakan salah satu metode dalam
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (dalam Etin Solihatin, 2007: 4)
pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang
heterogen. Di samping untuk mencapai tujuan belajar bersama, kebersamaan
dan kerjasama dalam pembelajaran ini juga mengarahkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan kerjasama di antara para siswa.
Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi
kelompok. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
Langkah-langkah pelaksanaan metode investigasi kelompok meliputi
enam fase, di antaranya:
1) Seleksi Topik
Guru mengangkat suatu topik yang luas /lebar, yang mana para siswa
lalu menguraikan ke dalam subtopik. Para siswa memilih berbagai
subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan
lebih dahulu oleh guru. Selanjutnya, para siswa diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik.
2) Merencanakan Kerja Sama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan
subtopik yang telah dipilih dari langkah pertama di atas. Anggota
kelompok merencanakan penyelidikan dengan cara kerja sama.
3) Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada
langkah ke dua. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan
keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk
menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di
luar sekolah. Sebagai bagian dari penyelidikan, para siswa mencari
informasi dari bermacam sumber di dalam dan di luar kelas. Sumber itu
dapat berasal dari buku, koran, majalah, wawancara maupun internet yang
memuat gagasan, pendapat-pendapat, data, solusi- solusi, atau posisi
mengenai masalah yang sedang dipelajari.
4) Analisis dan Sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah ketiga dan merencanakan agar dapat diringkaskan
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5) Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari
berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling
terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. Pendengar mengevaluasi
kejelasan dari tiap presentasi, juga kualitas presentasi dan presentator.
6) Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b. Manfaat Menggunakan Metode Investigasi Kelompok
Dengan menggunakan metode investigasi kelompok manfaat yang
diperoleh adalah (1) meningkatkan keteraturan pribadi siswa dan motivasi
karena ada banyak ruang pembuatan keputusan sendiri; (2) meningkatkan
perkembangan kemampuan penelitian karena proses itu dikendalikan masing-
masing individu dan penelitian bersama; (3) meningkatkan perkembangan
penelitian secara kelompok karena murid harus mengembangkan perencanaan
tim ketika memecahkan masalah; dan (4) meningkatkan kreativitas karena ada
berkali lipat kemungkinan kreasi dari hasil akhir (Elaine Coughlin dan Jack
Huhtala).
Kelompok belajar dalam metode investigasi kelompok terdiri atas
anak-anak yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Pengelompokan
heterogen lebih memungkinkan siswa dapat saling menjadi sumber belajar
sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya. Siswa lebih terampil dalam
menjalin hubungan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain dan
mengelola konflik. Selain itu, siswa terlibat langsung sejak awal hingga akhir
pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini,
yaitu penelitian Nur Halimah (2002) yang berjudul “Kefektifan Model
Pembelajaran Investigasi Kelompok dalam Peningkatan Prestasi Belajar dan
Kreativitas Ditinjau dari Locus of Control siswa Kelas V SD Jaten III
Karanganyar”. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tersebut
disimpulkan bahwa pembelajaran menulis menggunakan metode investigasi
kelompok dapat membantu siswa dalam menulis. Siswa lebih aktif dan
memberikan respons positif terhadap pembelajaran yang berlangsung.
Persamaan penelitian Nur Halimah dengan penelitian pada skripsi ini
terdapat pada subjek dan metode pembelajaran yang digunakan. Kedua
penelitian ini sama-sama menggunakan siswa SD sebagai subjek penelitian.
Selain itu, kedua penelitian ini juga sama-sama menggunakan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Perbedaan
pada kedua penelitian ini adalah pada objek penelitiannya. Objek penelitian
Nur Halimah adalah peningkatan prestasi belajar dan kreativitas, sedangkan
objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menulis narasi.
Penelitian lainnya, yaitu penelitian Dwi Noor Haryanto (2004) yang
berjudul ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Argumentasi dengan
Metode Investigasi Kelompok Pada Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 1
Surakarta”. Dari penelitian tersebut membuktikan penerapan pembelajaran
kooperatif dengan metode group investigation dapat meningkatkan motivasi,
keaktifan, dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini sejalan dengan apa yang
hendak dicapai oleh peneliti dalam pembelajaran menulis narasi di SD. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dwi Noor Haryanto untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi kelas X-3 SMA
Negeri 1 Surakarta; sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti dalam
skripsi ini untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
narasi.
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis yang dimiliki siswa selama ini ternyata belum
sesuai dengan apa yang diharapkan. Kekurangberhasilan tersebut disebabkan
oleh sebagai berikut: kondisi awal sebelum tindakan dilaksanakan, diperoleh
gambaran (yang dilakukan pada kegiatan prasurvei dengan observasi,
wawancara) bahwa kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD Negeri
Yosodipuro Surakarta rendah apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan
berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya, media yang digunakan guru
terbatas, serta metode mengajar guru monoton. Agar kemampuan menulis
narasi siswa meningkat, peneliti memberikan solusi berupa metode investigasi
kelompok untuk diaplikasikan di dalam pembelajaran menulis narasi.
Penelitian ini menggunakan model pelatihan untuk mengukur kemampuan
menulis narasi siswa. Peneliti bekerjasama dengan guru merumuskan bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pembelajaran yang menarik dan menimbulkan minat siswa untuk menulis
narasi.
Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan pemberian
hadiah. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis narasi
dengan metode investigasi kelompok ini nantinya siswa diajak berpikir dan
mengingat cerita yang telah dibacanya serta menuangkan pendapatnya dalam
bentuk tulisan secara runtut. Perwujudan pembelajaran menulis yang demikian
itu, cenderung membuat siswa akan lebih tertarik, senang, aktif, dan
termotivasi. Peneliti berpendapat bahwa pemberian suasana baru
menggunakan metode dapat menarik minat siswa mengikuti pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi menulis narasi. Untuk lebih
jelasnya tentang kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
TINDAKAN PTK
Kondisi awal sebelum tindakan
Keterampilan menulis narasi siswa rendah
Media yang digunakan guru terbatas
Guru kesulitan menentukan metode yang tepat
Kondisi akhir setelah tindakan
Keterampilan menulis narasi siswa meningkat
Metode mengajar guru yang bervariasi
Pembelajaran kooperatif dengan metode investigasi
kelompok
1. Perencanaan
Tindakan
3. Observasi dan
Interpretasi
2. Pelaksanaan
Tindakan
4. Analisis dan
Refleksi
PTK
Pembelajaran menulis narasi
dengan metode iinvestigasi
kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. Hipotesis Tindakan
Berbagai tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan
membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro
Surakarta. Pendapat tersebut peneliti susun menjadi sebuah hipotesis tindakan,
yaitu: terjadi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
narasi menggunakan metode investigasi kelompok pada siswa kelas V SD
Negeri Yosodipuro Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Yosodipuro. Tindakan penelitian
ini dilaksanakan di kelas V. Siswa kelas V berjumlah 29 orang. Penelitian ini
dilaksanakan selama lima bulan, mulai bulan Mei 2010 sampai september
2010. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
N
o
Kegiatan
Rincian waktu
Bulan
Mei Juni Juli Agustus September
1 Persiapan survei awal sampai
penyusunan proposal
xx
2 Seleksi informan, penyiapan
instrumen dan alat/metode
xxxx
3 Pengumpulan data xxxx
4 Analisis data xxxx
5 Penyusunan laporan xxxx
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas, yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti, guru,
siswa, dan staf sekolah lainnya untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang
lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan
yang dialami oleh guru dalam pembelajaran menulis narasi di sekolah dan
untuk memberikan alternatif usaha guna mengatasinya.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
bertujuan untuk menjelaskan, atau menggambarkan realita atau kenyataan
yang ada. Peneliti menjabarkan keadaan di lapangan dengan disertai data yang
diperoleh selama proses penelitian. Data yang diperoleh adalah data dalam
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
bentuk kata-kata tertulis maupun lisan, dan bukan data yang berupa angka-
angka.
PTK dilaksanakan dengan strategi siklus yang berangkat dari
identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru, penyusunan rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan
berurutan mulai dari rencana tindakan sampai dengan refleksi disebut satu
siklus penelitian. Jika dalam setiap refleksi ditemukan masalah yang dihadapi
guru, baik masalah baru maupun masalah lama yang dianggap menganggu
tercapainya PTK maka guru dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan
merumuskan masalah tersebut. Selanjutnya, guru dapat melakukan penelitian
lebih lanjut pada siklus berikutnya, yang dimulai dari penyusunan rencana
tindakan sampai dengan refleksi. Namun, jika dalam refleksi pada siklus
tertentu tidak terjadi kendala dan tujuan PTK telah terealisasi atau tercapai,
maka penelitian dihentikan, tidak perlu dilanjutkan.
Hal penting dalam PTK adalah tindak nyata (action) yang dilakukan
oleh guru (bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik
dan dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut.
Jika program tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada maka perlu
dilakukan penelitian siklus berikutnya (siklus kedua) untuk mencoba tindakan
lain (alternatif pemecahan lain sampai permasalahan dapat diatasi).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat
tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkah-
langkah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
(Kemmis & Taggart dalam Rochiati Wiriaatmaja, 2006: 66)
Keterangan:
1. Planning (perencanaan)
2. Acting (Tindakan)
3. Observing (pengamatan)
4. Reflecting (refleksi)
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian meliputi:
1. Tempat dan peristiwa penelitian ini, yakni berbagai kegiatan pembelajaran
menulis narasi yang berlangsung di dalam kelas yang dialami oleh siswa
dengan menggunakan metode investigasi kelompok.
2. Informan dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia, dan seluruh siswa
kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta.
3. Dokumen yang berupa foto kegiatan pembelajaran menulis narasi, hasil
tulisan siswa, buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, rencana
pembelajaran, dan daftar nilai.
Observing
Planning
Acting Reflecting
Siklus I
Observing
Planning
Acting Reflecting
Siklus II
dst
1
2 4
3
1
2 4
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
D. Subjek Penelitian
Subjek kajian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Yosodipuro, Kec. Banjarsari, Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Jumlah siswa
kelas V adalah 29 siswa dan yang bertindak sebagai guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia adalah Wartinah, S.Pd. Adapun yang menjadi objek
penelitian adalah pembelajaran menulis narasi mata pelajaran bahasa
Indonesia. Guru dalam penelitian ini bertindak sebagai mitra peneliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan tujuan, metode dan jenis sumber data yang digunakan,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi:
1. Observasi
Teknik ini untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung
di kelas. Observasi ini bertujuan untuk mengamati perkembangan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas.
Peran peneliti dalam kegiatan ini adalah sebagai partisipan pasif.
Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti mengamati
jalannya pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil
posisi di tempat duduk paling belakang, mengamati dan mencatat segala
sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan,
kemudian dianalisis untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada dan
untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan yang ada. Hasil diskusi
berupa solusi untuk berbagai kelemahan tersebut kemudian dilaksanakan
dalam siklus. Dalam penelitian ini terdapat tiga siklus yang saling terkait satu
dengan lainnya.
Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas, memancing keaktifan siswa dalam pembelajaran yang
sedang berlangsung. Observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran, minat siswa terhadap pembelajaran
yang berlangsung terutama pembelajaran menulis narasi dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
investigasi kelompok. Hasil dari kegiatan observasi ini dijadikan patokan
mengukur atau menilai kemampuan afektif siswa.
2. Wawancara Mendalam
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang
pelaksanaan pembelajaran menulis narasi, berbagai informasi mengenai
kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran menulis narasi, serta faktor-
faktor penyebabnya. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan
siswa untuk mengetahui metode pembelajaran menulis karangan narasi yang
diterapkan guru dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap
cara mengajar yang digunakan guru tersebut, serta untuk mengetahui tingkat
kemampuan menulis narasi.
3. Tes dan Dokumen
Teknik ini dilakukan guru untuk mengetahui hasil dari kegiatan
pembelajaran sesudah pelaksanaan penelitian. Guru melaksanakan tes dengan
cara memberikan tugas menulis karangan narasi. Hal itu bertujuan untuk
mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis narasi
dengan menggunakan metode investigasi kelompok. Penilaian menulis ada
berbagai jenis. Salah satunya adalah penilaian yang dipergunakan pada
program English a Second Language (ESL). Penilaian dengan model ini lebih
rinci dan teliti dalam memberikan skor sehingga dapat
dipertanggungjawabkan (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307 -308 ). Penilaian
model ESL menekankan pada aspek isi (30), organisasi (20), kosakata (20),
pengembangan bahasa (25), dan mekanik (5). Mengacu pada pendapat di atas,
guru dan peneliti menetapkan aspek-aspek penilaian menulis narasi siswa
berupa isi (40) berdasarkan pertimbangan isi; kohesi dan koherensi
antarparagraf (30) berdasarkan pertimbangan penilaian pengembangan bahasa
dan mekanik; serta tata tulis (30) perdasarkan pertimbangan penilaian
kosakata.
F. Uji Validitas Data
Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi
sumber data. Triangulasi data mengarahkan peneliti agar di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
mengumpulkan data, wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia.
Misalnya, membandingkan nilai siswa dari survei awal sampai siklus terakhir
maupun dengan indikator. Selain itu, juga digunakan review informan
merupakan teknik yang digunakan untuk menanyakan kembali kepada
informan, apakah data yang diperoleh peneliti sudah valid atau belum. Review
informan dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur untuk menggali
pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang bermanfaat untuk
menjadikan dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan
mendalam.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung. Kriteria
dalam teknik ini berdasarkan kajian teoretis yang telah di paparkan di depan.
Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun
rencana tindakan kelas berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis ini
dilakukan oleh peneliti bersama-sama dengan guru. Analisis kritis terhadap
keterampilan menulis narasi mencakup ketepatan siswa dalam memilih topik
dan menentukan tema yang akan di angkat, dikembangkan dalam karangan,
kesesuaian judul dengan isi karangan, kesesuaian jenis karangan, aspek
pemilihan kata, ketepatan ejaan dan tanda baca, serta kerapian bentuk tulisan.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Melakukan survei terhadap kegiatan belajarmengajar di kelas. Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara.
2. Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara
untuk segera dipecahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3. Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi.
4. Melakukan pengkajian teoretis tentang pendekatan investigasi kelompok
dalam pembelajaran kemampuan menulis narasi.
5. Menyusun atau merumuskan metodelogi penelitian tindakan kelas.
6. Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun.
7. Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi
yang juga secara menyeluruh.
Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto,
dkk. (2006:74). Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut
saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. PTK merupakan
penelitian yang bersiklus. Artinya penelitian dilakukan secara berulang dan
berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Alur PTK dapat dilihat
pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi, Arikunto, dan Supardi, 2006:74)
Permasalahan
Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan/
pengumpulan data I Refleksi I
Permasalahan baru
hasil refleksi
Pengamatan/
pengumpulan data II
Perencanaan
tindakan II
Refleksi II
Pelaksanaan
tindakan II
Apabila
permasalahan belum
terselesaikan Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah
tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini peneliti berkunjung ke SD Negeri Yosodipuro Banjarsari dan
menemui kepala sekolah. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah untuk
mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. Peneliti meminta izin
dengan disertai surat izin penelitian dari Dekan FKIP UNS yang dilampiri
proposal penelitian. Pada tahap ini peneliti juga menemui guru pengampu
kelas V untuk mempersiapkan kegiatan survei awal.
2. Studi/Survei Awal
Pada tahap ini peneliti melakukan survei awal pada siswa kelas V untuk
mengenal kemampuan siswa dalam proses pembelajaran menulis narasi.
Survei ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran menulis narasi
dan memeriksa hasil pretes yang dilakukan guru.
3. Pelaksanaan Siklus
Pelaksanaan penelitian ini, diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan tiga
siklus), yang tiap siklus mencakup empat kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi. Adapun
secara rinci empat tahap pelaksanaan diuraikan sebagai berikut.
a. Rancangan siklus I
1) Tahap perencanaan tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini, peneliti dan guru menyusun
rencana penerapan metode investigasi kelompok dalam pembelajaran
menulis narasi yang terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut ini:
a) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) bahasa indonesia sesuai dengan silabus yang telah disusun
oleh guru.
b) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis
narasi dengan menerapkan metode investigasi kelompok, yakni
dengan langkah-langkah: (1) guru membuka pelajaran dan
melakukan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan hal-hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
berhubungan dengan menulis karangan narasi; (2) guru kemudian
menjelaskan materi mengenai unsur-unsur yang ada dalam penulisan
narasi; (3) guru membagikan kutipan karangan narasi untuk
dianalisis bersama-sama; (4) guru menjelaskan sistem pembelajaran
menulis narasi dengan metode investigasi kelompok (group
investigation) kepada siswa; (5) guru membagi siswa menjadi lima
kelompok masing-masing terdiri dari 5 sampai 6 orang; (6) guru
membagikan karangan narasi kepada masing-masing siswa; (7) siswa
membacakan karangan narasi yang dibuat ke depan kelas secara
bergantian.
c) Peneliti bersama guru menyusun sistem penilaian yang meliputi
penilaian proses dan hasil. Penilaian proses dengan menggunakan
lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari aspek: (1)
kedisiplinan; (2) minat; (3) keaktifan; (4) kerja sama; dan (5)
kesungguhan. Penilaian hasil menggunakan bentuk tes yaitu tes
tertulis dan tes perbuatan. Tes tertulis berisi tentang soal yang
menguji kemampuan siswa memahami karangan narasi yang dibaca.
Tes perbuatan berisi tentang kemampuan siswa untuk menceritakan
kembali isi narasi di depan kelas, meliputi aspek (1) kelengkapan isi;
(2) keruntutan alur; (3) kemampuan kebahasaan; dan (4) sikap saat
bercerita.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru melaksanakan
pembelajaran bahasa sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama
peneliti dengan menerapkan metode investigasi kelompok untuk
meningkatkan kemampuan menulis narasi.
3) Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
(aktivitas guru dan siswa). Kegiatan ini diarahkan pada pokok-pokok
penting yang telah ditetapkan pada pedoman observasi. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa agar data
lebih lengkap dan akurat.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru dengan cara
menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil
wawancara. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan
hasil pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis tersebut
akan didapatkan kekurangan yang masih terjadi dalam pembelajaran
menulis narasi. Hasil analisis ini digunakan sebagai dasar penerapan
siklus berikutnya agar mengalami perbaikan. Dengan analisis ini,
peneliti juga tahu apakah tindakan yang diberikan berhasil atau tidak.
b. Rancangan siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dilakukan dengan bercermin pada
hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari
upaya siklus tersebut.
c. Rancangan siklus III
Pada siklus III perencanaan tindakan dilakukan dengan bercermin
pada hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus II sebagai upaya
perbaikan dari upaya siklus tersebut.
4. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada proses
pembelajaran di setiap siklus yang diterapkan oleh guru. Peneliti mengamati
perilaku guru dan siswa saat pembelajaran menulis narasi berlangsung.
5. Tahap Pelaporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang
telah dilakukan selama penelitian.
I. Indikator Keberhasilan Tindakan
Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah meningkatnya kualitas proses pembelajaran serta hasil pembelajaran
keterampilan menulis narasi. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
proses dan segi hasil (Mulyasa 2006: 101-102). Proses pembelajaran
dikatakan berhasil jika seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (70%)
peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental selama proses
pembelajaran. Dilihat dari segi hasil, pembelajaran dikatakan berhasil jika
sebagian besar (70%) siswa mengalami perubahan positif dan output yang
bermutu tinggi serta mendapatkan ketuntasan sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Indikator keberhasilan tindakan penelitian ini, juga di tentukan
berdasarkan diskusi guru dan peneliti. Keputusan diskusi diputuskan dengan
mempertimbangkan keadaan awal siswa sebelum tindakan.
Kualitas proses yang diukur dalam penelitian ini meliputi kedisiplinan,
minat, keaktifan, kerja sama dan kesungguhan siswa. Kualitas hasil penilaian
dari kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi dan mengembangkan
narasi. Siswa dikatakan berhasil jika mendapatkan nilai ≥ 63 dan siswa yang
mendapatkan nilai di bawah 63 dinyatakan belum lulus (KKM yang
ditetapkan adalah ≥ 63).
Untuk mengukur ketercapaian tujuan dapat rumuskan indikator-
indikator yang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian
No. Indikator Persentase Keterangan
1 Minat siswa 70% Diamati ketika proses belajar
mengajar sedang berlangsung
dengan lembar observasi dari
jumlah siswa yang tertarik dan
antusias mengikuti
pembelajaran
2 Keaktifan
siswa
70% Diamati ketika proses belajar
mengajar sedang berlangsung
dengan lembar observasi dari
jumlah siswa aktif dalam proses
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3 Kerja sama
siswa dalam
kelompok
70% Diamati ketika proses belajar
mengajar sedang berlangsung
dengan lembar observasi dari
jumlah siswa aktif diskusi
kelompok
4 Kemampuan
menulis
narasi siswa
70% Dihitung dari jumlah siswa
yang mampu mendapatkan nilai
63 ke atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah
dari Bab I akan disajikan dalam Bab IV ini. Sebelum hasil penelitian dipaparkan,
pada bab ini diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi awal (pratindakan)
pembelajaran menulis karangan narasi serta kemampuan menulis karangan narasi
siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro. Dengan demikian, pada bab ini akan
dikemukakan tentang: (1) kondisi awal proses pembelajaran serta kemampuan
menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro, (2) pelaksanaan tindakan
dan hasil penelitian, dan (3) pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan
dilakukan dalam 3 siklus dengan 4 tahap dalam tiap siklusnya. Tahapan tersebut
meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta evaluasi dan
refleksi.
A. Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survei awal.
Survei awal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran
menulis karangan narasi serta kemampuan awal siswa dalam menulis karangan
narasi . Kondisi awal ini menjadi acuan untuk menentukan tindakan apa saja yang
akan dilakukan pada pembelajaran dalam siklus selanjutnya. Survei awal
dilakukan pada hari kamis, 29 April 2010 pukul 07.30 sampai 09.00 WIB.
Pada kegiatan pratindakan guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam kemudian menanyakan siswa yang tidak masuk. Beberapa siswa menjawab
“nihil”. Apersepsi dimulai dengan sebuah pertanyaan yang diajukan oleh guru di
depan kelas, yaitu, “Sudah pernahkan kalian mengarang?” Kemudian siswa pun
menjawab dengan serempak, “Sudah, Bu”. Pertanyaan selajutnya yang bertujuan
memancing siswa, “Kalian pernah mengarang tentang apa saja ?”. Beberapa
siswa menjawab dengan antusias, dengan suara keras. Ada yang menjawab
pengalaman pribadi, obyek wisata bu, dst. Guru kemudian menjelaskan tentang
pembahasan materi pada pertemuan saat itu, yaitu narasi. Guru kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
menerangkan mengenai pengertian karangan narasi dan meminta siswa untuk
membuka buku panduan mereka. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan tema
apa saja yang cocok untuk karangan narasi dengan teman sebelahnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pratindakan tersebut dapat dikatakan bahwa
hasil karangan siswa SD Negeri Yosodipuro Surakarta dikategorikan masih
rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain : (1) siswa belum
mampu menuangkan ide; (2) perbendaharaan kosakata (diksi) siswa masih
terbatas, sehingga banyak siswa yang masih menulang kata-kata dalam satu
alenia; (3) belum mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat. Hal ini
dapat dilihat dari hasil menulis yang diberikan guru pada saat survai awal
sebagian besar siswa tidak mendapatkan nilai yang memuaskan.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa secara keseluruhan belum memenuhi
aspek-aspek yang terdapat dalam karangan. Dalam hal ini, karangan siswa belum
sesuai dengan aspek-aspek yang dinilai, yakni aspek isi, organisasi, kosakata,
penggunaan bahasa, dan mekanik (tata bahasa, ejaan, kerapian tulisan). Jumlah
siswa yang bisa mengorganisasikan gagasan secara baik dan lancar, serta memilih
kata dan penggunaan ejaan secara tepat masih dikategorikan rendah.
Sehubungan dengan metode yang dipilih guru dalam pembelajaran,
diakui oleh guru bahwa beliau belum menemukan metode yang tepat dan mudah
untuk mengajarkan materi menulis karangan narasi. Kesulitan ini diperparah
dengan rendahnya kemampuan menulis siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro .
Di lain pihak, kesulitan yang dialami oleh guru sedikit banyak
dipengaruhi oleh ketiadaan media serta sumber pembelajaran yang tidak
bervariatif. Adapun sumber belajar lain yang digunakan sekaligus sebagai bahan
evaluasi adalah LKS Bahasa Indonesia. Melihat kenyataan tersebut, tidak
mengherankan jika siswa tampak tidak aktif selama proses pembelajaran. Metode
yang konvensional, ketiadaan media, sumber pembelajaran yang tidak bervariatif
membuat siswa jenuh dan enggan mengikuti pembelajaran menulis narasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada siswa diketahui
bahwa pembelajaran menulis karangan narasi memang membosankan. Guru selalu
menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi. Di akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pembelajaran, guru selalu memberikan tugas sebagai evaluasi. Selain
menyebabkan kejenuhan, metode tersebut tidak memudahkan siswa untuk
memahami materi sebuah karangan meskipun materi tersebut diajarkan berulang-
ulang oleh guru. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara pratindakan yang
dilakukan pada siswa. Dari 29 siswa, 14 siswa (48%) menyatakan tidak menyukai
cara mengajar yang digunakan guru. Di samping itu, materi yang diajarkan guru
kurang mengena. Siswa membutuhkan materi yang bisa menjawab pertanyaan
“bagaimana cara menulis sebuah cerita yang baik?” bukan sekadar “apa yang
disebut dengan karangan narasi atau cerita yang baik?”.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut juga diketahui bahwa kesulitan
terbesar siswa dalam menulis karangan narasi disebabkan oleh tidak adanya ide.
Siswa tidak tahu apa yang mesti mereka tulis meskipun tema telah ditentukan.
Ada juga beberapa siswa yang sudah memiliki ide tetapi tidak tahu cara
menuangkannya dalam sebuah karangan. Siswa kesulitan mengembangkan
gagasannya dalam beberapa paragraf utuh. Sering kali di tengah kegiatan menulis,
siswa mandeg seakan kehabisan ide. Di samping itu, siswa merasa tidak bebas
untuk menulis karena terbatasnya alokasi waktu yang diberikan. Dalam benak
siswa, siswa hanya ingin menyelesaikan cerita tanpa mempedulikan bagus atau
tidaknya cerita.
Berdasarkan pretes yang dilakukan pada survei awal diketahui bahwa
kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro masih tergolong
rendah. Rendahnya kemampuan menulis narasi tersebut tampak dalam indikator
berikut ini:
1. Ide Cerita Tidak Digarap Secara Kreatif
Pada dasarnya, ide cerita yang dimiliki siswa tergolong segar. Akan
tetapi pada praktiknya, siswa tidak dapat mengembangkan ide ceritanya secara
kreatif. Kebanyakan karangan yang dihasilkan siswa bertema cinta dan
persahabatan dengan alur cerita yang hampir sama. Banyak pula ditemui
karangan narasi siswa yang memiliki alur hampir mirip dengan alur cerita
dalam sinetron. Ide cerita yang tidak terkembangkan dengan baik berpengaruh
pada panjang cerita yang dihasilkan. Cerita yang ditulis siswa rata-rata tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
lebih dari 400 kata. Padahal sebuah karangan fiksi minimal terdiri atas 500
kata.
2. Siswa Kurang Bisa Mengembangkan Bahasa
Berdasarkan karangan narasi yang ditulis siswa diketahui pula bahwa
siswa kurang bisa mengembangkan bahasa. Sejumlah kesalahan masih banyak
ditemui dalam penggunaan bentuk bahasa. Kata tidak disusun menurut aturan
sintaksis yang tepat. Konstruksi kalimat yang disusun mengaburkan makna.
Hasilnya, bahasa menjadi tidak komunikatif sehingga maksud yang terkandung
dalam sebuah cerita tidak tersampaikan dengan baik.
3. Pemanfaatan Potensi Kata Kurang
Berdasarkan beberapa cerita yang ditulis siswa, tampak bahwa potensi
kata tidak dimanfaatkan secara maksimal. Siswa belum mampu memanfaatkan
kata dalam bentuk ungkapan-ungkapan yang indah. Akibatnya, bahasa terasa
“garing” dan membosankan untuk dibaca.
4. Siswa Belum Mampu Mengorganisasikan Gagasan dengan Baik
Hal ini terlihat pada ekspresi tulisan yang kurang lancar. Gagasan
dalam paragraf terpotong-potong sehingga kurang runtut. Hal ini menyebabkan
maksud yang terkandung tidak tersampaikan dengan baik. Di samping itu,
gagasan yang tidak diorganisasikan dengan baik berpengaruh pada kelogisan
cerita.
5. Siswa Masih Banyak Melakukan Kesalahan Mekanik
Kesalahan yang ditemui dalam beberapa karangan siswa adalah
penggunaan ejaan seperti penulisan huruf kapital serta penggunaan tanda baca.
Siswa juga sering menyingkat kata, misalnya “yg, pd, q, mk dan lain-lain”.
Berdasar hasil tes survei awal pada siswa kelas V SD Negeri
Yosodipuro rendahnya kemampuan menulis narasi teridentifikasi dari nilai
rata-rata menulis narasi yakni 55,13 (sumber dari nilai menulis siswa kelas V
SD Negeri Yosodipuro) hanya 7 siswa (24,13%) yang tuntas, sedangkan 22
siswa (75,86%) belum mencapai ketuntasan belajar dari 29 siswa (standar
ketuntasan belajar minimal mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah
63) Data tersebut dapat dirinci pada Tabel 5 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 5. Daftar Nilai Menulis Narasi Survei Awal Kelas V SD Negeri
Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010
No. Nama Pre test
Jumlah
keterangan I II III IV V
1 Ifan Rizki Sunarto 17 7 9 6 3 42 Tidak Tuntas
2 Trisya Dinda A. 18 12 13 11 2 56 Tidak Tuntas
3 Wahyu Erianto 16 13 12 11 4 56 Tidak Tuntas
4 Alaina Gurnika 19 10 14 15 3 61 Tidak Tuntas
5 Anisa Purnamasari 19 14 14 13 4 64 Tuntas
6 Adi Cahyo Nugroho 16 10 8 6 3 43 Tidak Tuntas
7 Ahmad Gusali 18 14 14 14 3 63 Tuntas
8 Aditya Yudistira 16 11 10 13 3 53 Tidak Tuntas
9 Fitri Rusyana 18 13 12 12 3 58 Tidak Tuntas
10 Fery Dwi O. 16 12 10 12 3 53 Tidak Tuntas
11 Guntur Lenata D. 18 13 12 11 2 56 Tidak Tuntas
12 Ilham Soleil B. 17 13 10 11 4 55 Tidak Tuntas
13 Kristiyani S. 17 15 14 13 4 63 Tuntas
14 Lely Widyasari 16 14 14 15 4 63 Tuntas
15 Muhammad Daffa R. 17 15 14 14 3 63 Tuntas
16 Nur’aini Fitria 15 11 8 6 3 43 Tidak Tuntas
17 Nicko Pradwimas S. 16 11 10 10 3 50 Tidak Tuntas
18 Novia Desta S. 17 12 10 9 3 51 Tidak Tuntas
19 Pradipta Barly P. 15 10 10 11 3 49 Tidak Tuntas
20 Putriana W. 16 12 10 10 3 51 Tidak Tuntas
21 Puspa Dwiyanti 18 14 14 15 4 65 Tuntas
22 Yuaninda Ajeng P. 16 13 13 12 3 57 Tidak Tuntas
23 Yustizia Kusuma R. 18 13 11 12 2 56 Tidak Tuntas
24 Andi Abdullah 15 11 10 12 2 50 Tidak Tuntas
25 Diki Hardinata 15 11 13 12 3 54 Tidak Tuntas
26 Nehemia Koes Januar 15 12 11 12 3 53 Tidak Tuntas
27 Intan 15 12 12 14 2 55 Tidak Tuntas
28 Ferdian R. 16 15 16 16 3 66 Tuntas
29 Aviandra Nazarika 17 10 9 12 2 50 Tidak Tuntas
TOTAL 1599 ≤63 = 22
siswa
≥63 = 7
siswa
RATA-RATA
55,13
Ket
I : Isi V : Mekanik
II : Organisasi
III : Kosakata
IV : Pengembangan Bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasar pada analisis di atas, dapat dikemukakan dua hal pokok yang
perlu diatasi, yaitu pembelajaran menulis narasi yang konvensional serta
kemampuan menulis narasi siswa yang rendah. Implikasinya, tindakan perlu
dilakukan untuk mengatasi dua hal tersebut. Untuk itulah peneliti berdiskusi
dengan guru untuk merencanakan langkah selanjutnya pada Jum’at, 30 April
2010.
B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian
Tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam
pembelajaran menulis narasi sekaligus untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dan empat kegiatan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi.
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil menulis narasi pada survei awal yang dilakukan
pada kegiatan pratindakan, diketahui bahwa ada dua permasalahan utama
yang menyebabkan siswa tidak mencapai batas minimal ketuntasan belajar.
Permasalahan pertama adalah proses pembelajaran yang konvensional.
Pembelajaran ini menyebabkan siswa tidak aktif dalam pembelajaran.
Permasalahan kedua adalah kemampuan menulis narasi yang rendah.
Bertolak dari hasil analisis itulah, peneliti berasumsi bahwa tindakan
perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tahap pertama dari
siklus I adalah perencanaan tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari
senin, 3 Mei 2010 di ruang guru. Pada kesempatan tersebut peneliti
berdiskusi dengan guru. Hal-hal yang didiskusikan antara lain: (1) peneliti
menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang dilakukan, (2)
peneliti mengusulkan diterapkannya metode investigasi kelompok (group
investigation) dalam pembelajaran menulis narasi serta menjelaskan cara
penerapannya, (3) peneliti dan guru bersama-sama menyusun RPP untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
siklus I, (4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator
pencapaian tujuan, (5) guru dan peneliti bersama-sama membuat lembar
penilaian siswa yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen
tes digunakan untuk menilai karangan narasi yang ditulis siswa. Instrumen
nontes digunakan untuk menilai sikap siswa dalam pembelajaran menulis
narasi. Instrumen nontes ini berbentuk pedoman observasi, dan (6)
menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1) Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk siklus pertama sesuai dengan kompetensi dasar
yang akan dicapai.
2) Peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian tujuan.
3) Guru menyiapkan lembar penilaian didasarkan aspek-aspek penilaian
karangan, yakni aspek isi karangan, organisasi gagasan, kosakata,
penggunaan bahasa dan mekanik (tata bahasa ejaan dan kerapian tulisan).
4) Guru dan peneliti menyusun pedoman untuk mengamati keaktifan, kerja
sama, kekompakan, dan minat siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
5) Guru dan peneliti melakukan pembentukan kelompok Group Investigation
dengan memperhatikan nilai hasil menulis karangan narasi pada prasiklus.
6) Guru dan peneliti menentukan waktu dan jadwal pelaksanaan siklus
pertama.
Sebelum melaksanakan tindakan maka siswa dibagi ke dalam 5
kelompok dengan anggota masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampai 6
orang, struktur kelompok secara heterogen.
Adapaun urutan pembelajaran yang telah dirancang peneliti dan guru
pada pertemuan pertama (Senin, 3 Mei 2010) sebagai berikut:
1) Guru mengkondisikan kelas;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2) Guru melakukan apersepsi dengan memberikan stimulus kepada siswa
mengenai pengalaman mereka dalam menulis narasi melalui kegiatan
tanya jawab;
3) Guru menerangkan materi tentang paragraf narasi dan langkah-langkah
dalam pembelajaran menulis narasi dengan metode investigasi kelompok;
4) Guru membagi siswa dalam 5 kelompok masing-masing kelompok
beranggotakan 5-6 siswa;
5) Guru menugaskan kepada tiap kelompok untuk menentukan tema dari
topik yang dipilih, kemudian membuat kerangka karangan;
6) Guru meminta siswa mengevaluasi dan menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah berlangsung.
Skenario pembelajaran untuk pertemuan kedua dilaksankan pada hari
Rabu, 5 Mei 2010 adalah sebagai berikut:
1) Guru mengkondisikan kelas dengan melakukan presensi dan menyuruh
siswa untuk mempersiapkan pekerjaannya yang telah dibuat pada
pertemuan sebelumnya;
2) Guru melakukan apersepsi melalui kegiatan tanya jawab;
3) Guru menugaskan siswa secara individu untuk menulis narasi berdasarkan
kerangka karangan yang telah dibuat sebelumnya;
4) Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk membacakan hasil
pekerjaan di depan kelas;
5) Guru mengumpulkan pekerjaan siswa;
6) Guru menyimpulkan pembelajaran dan siswa boleh bertanya;
7) Guru menutup pelajaran.
Berdasarkan pertimbangan jadwal pelajaran bahasa Indonesia.
Akhirnya disepakati penelitian hanya akan dilakukan 2 jam pelajaran setiap
pertemuan. Pertemuan tersebut menyepakati bahwa pelaksanaan pada siklus I
akan dilaksanakan dua kali pertemuan, yaitu pada hari Senin, 3 Mei 2010 dan
Rabu, 5 Mei 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
b. Pelaksanaan Tindakan I
Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus I dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan yaitu Senin, 3 Mei 2010 dan Rabu, 5 Mei 2010 di ruang
kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta. Masing–masing pertemuan
berlangsung 2 x 35 menit.
Dalam pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini, guru bertindak
sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar-mengajar, sedangkan peneliti
melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak
sebagai partisipan pasif dengan duduk di kursi paling belakang untuk
mengamati jalannya pembelajaran.
Uraian yang dilaksankana guru dan siswa dalam pembelajaran
dimulai tepat ketika bel menunjukkan pukul 07.35 WIB. Guru membuka
pelajaran dengan mengucap salam. Guru mengondisikan kelas dengan
melakukan presensi. Guru bertanya mengenai pengalaman siswa dalam
menulis narasi. Guru menerangkan materi tentang paragraf narasi dan
langkah-langkah dalam pembelajaran menulis narasi dengan metode
investigasi kelompok. Guru membagi siswa dalam 5 kelompok masing-
masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Tiap kelompok menjalankan
tugasnya sesuai dengan langkah-langkah dalam metode investigasi kelompok
yang telah dijelaskan guru.
Langkah-langkah yang harus dijalankan siswa, yaitu bersama dengan
guru menentukan topik yang akan dibahas. Tiap-tiap kelompok menentukan
tema dari topik yang telah dipilih. Kemudian tema tersebut didalami dan
siswa merumuskan apa yang harus dilakukan. Langkah-langkah investigasi
kelompok tersebut kemudian dilanjutkan dengan membuat kerangka
karangan narasi yang akan ditulis siswa. Dari kerangka karangan yang dibuat
akan didiskusikan dengan kelompok untuk dipilih mana saja kerangka
karangan yang akan digunakan. Kerangka karangan tersebut nantinya akan
digunakan siswa untuk mengembangkannya menjadi sebuah karangan narasi.
Guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada masing-masing kelompok.
Selesai menyusun kerangka karangan, guru meminta perwakilan dari setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kelompok untuk maju. Akan tetapi, siswa hanya diam saja dan untuk
mengatasi hal tersebut kemudian guru mengatakan akan menunjuk salah satu
kelompok jika tidak ada yang maju. Setelah selang beberapa saat ada dua
kelompok yang mengajukan diri. Sampai pada langkah ini bel berbunyi yang
menandakan usainya pelajaran.
Untuk pertemuan kedua tanggal, 5 Mei 2010 proses pembelajaran
yang berlangsung adalah sebagai berikut: Pertama guru masuk ke dalam
kelas dan membuka pelajaran dengan mengucap salam. Guru mengondisikan
kelas dengan melakukan presensi dan menyuruh siswa untuk mempersiapkan
pekerjaannya yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Guru
melakukan apersepsi melalui kegiatan tanya jawab. Guru menugaskan siswa
untuk menulis karangan narasi secara individu berdasarkan kerangka
karangan yang telah dibuat. Guru meminta dari perwakilan kelompok untuk
membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Guru mengumpulkan
pekerjaan siswa. Guru menyimpulkan pembelajaran dan siswa boleh
bertanya. Guru menutup pelajaran dengan ucapan salam. Guru juga tetap
memberikan bimbingan pada kelompok yang belum mengerti dan motivasi
saat kegiatan menulis narasi agar berlangsung dengan baik.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas dengan
materi kemampuan menulis narasi. Pengamatan ini dilaksanakan pada hari
Senin, 3 Mei 2010 dan Rabu, 5 Mei 2010. Dalam kesempatan tersebut guru
mengajarkan materi kemampuan menulis narasi menggunakan metode
mengajar yang biasa digunakan oleh guru yang bersangkutan, yaitu
menjelaskan materi dengan metode ceramah, namun dengan sedikit inovasi
yakni dengan penggunaan metode yang berupa investigasi kelompok yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian siswa langsung diberi tugas untuk
membuat tulisan narasi melalui cerita tersebut. Sementara itu, peneliti
mengadakan observasi sebagai partisipan pasif terhadap kegiatan
pembelajaran yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi di kursi
paling belakang agar bisa mengamati jalannya pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Berdasarkan kegiatan tersebut, secara garis besar diperoleh gambaran
tentang jalannya kegiatan belajar-mengajar (KBM) bahasa dan sastra
Indonesia sebagai berikut. Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam setelah seluruh siswa tenang. Selanjutnya guru
menanyakan siswa yang tidak masuk dan mengisi buku presensi siswa. Kelas
sedikit ramai, beberapa siswa masih asyik mengobrol.
Guru bertanya pada siswa mengenai tulisan narasi. Pada
pembelajaran kali ini, siswa terlihat cukup partisipastif. Kemudian guru
melanjutkan dengan menyampaikan materi narasi. Guru menyampaikan
kembali materi tentang cara menulis karangan narasi dilanjutkan dengan
menyampaikan langkah-langkah pembelajaran menulis narasi dengan metode
investigasi kelompok.
Seusai menyampaikan materi dan langkah-langkah kerja siswa, guru
memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. Beberapa siswa
mengajukan pertanyaan mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa
berkaitan dengan pembelajaran menulis narasi dengan metode investigasi
kelompok. Guru menjelaskan kembali kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa selama proses pembelajaran. Setelah siswa memahami penjelasan dari
guru, siswa dibagi menjadi lima kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5-
6 siswa.
Guru memerintahkan pada siswa untuk menempatkan diri sesuai
dengan kelompoknya masing-masing. Suasana kelas gaduh dengan suara
bangku yang dipindahkan namun dapat diatasi dengan baik oleh guru dengan
memberikan teguran. Selanjutnya, guru bersama-sama siswa menentukan
topik yang akan dibahas. Dari hasil diskusi dengan siswa, mereka memilih
topik tentang dongeng.
Secara berkelompok siswa membuat kerangka karangan berdasarkan
tema yang dipilih. Kerangka karangan yang sudah diperoleh akan
didiskusikan dengan kelompok untuk dipilih mana saja yang akan digunakan
agar sesuai dengan karangan narasi yang dibuat siswa nantinya. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
tampak aktif berdiskusi. Guru mengecek perkembangan tiap kelompok dan
memberi bimbingan terhadap kelompok yang mengalami kesulitan.
Pada pertemuan kedua, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam kemudian mengecek kehadiran siswa. Langkah
selanjutnya, guru menanyakan tugas siswa dan hal-hal yang belum dipahami
dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya.
Guru mengulas kembali materi pada pembelajaran yang lalu dengan
melakukan tanya jawab pada siswa. Saat kegiatan berlangsung siswa tampak
kurang aktif dan tidak semua siswa menjawab pertanyaan.
Selanjutnya, guru meminta kepada siswa secara individu menulis
karangan narasi berdasarkan kerangka karangan yang telah mereka buat.
Selama siswa membuat karangan narasi, guru berkeliling untuk mengamati
serta memberi arahan dalam penulisan narasi siswa. Hasil tulisan siswa
dikumpulkan sebelum bel berbunyi. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru
menyampaikan simpulan dan guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
ucapan salam.
Pada pertemuan pertama kegiatan pembelajaran kurang begitu
antusias banyak siswa yang bermalasan dan tidak semangat. Selama proses
observasi ini, perhatian peneliti juga terfokus pada kerja sama antar
kelompok, keaktifan siswa, dan minat siswa terhadap pembelajaran menulis
narasi. Berikut disajikan Tabel 6 pengamatan sikap siswa selama proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 6. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus I
Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010
No Nama Indikator
Jumlah Keterangan I II III IV
1 Ifan Rizki Sunarto 3 2 3 2 10 Sedang
2 Trisya Dinda A. 2 3 3 1 9 Kurang
3 Wahyu Erianto 2 3 2 1 8 Kurang
4 Alaina Gurnika 2 3 3 1 9 Kurang
5 Anisa Purnamasari 4 3 4 4 15 Baik
6 Adi Cahyo Nugroho 3 3 4 2 12 Sedang
7 Ahmad Gusali 4 4 3 4 15 Baik
8 Aditya Yudistira 4 4 4 4 16 Baik
9 Fitri Rusyana 3 2 4 3 12 Sedang
10 Fery Dwi O. 4 4 4 4 16 Baik
11 Guntur Lenata D. 4 4 3 4 15 Baik
12 Ilham Soleil B. 3 3 4 2 11 Sedang
13 Kristiyani S. 3 3 4 2 12 Sedang
14 Lely Widyasari 3 4 4 3 14 Baik
15 Muhammad Daffa R. 4 4 4 4 16 Baik
16 Nur’aini Fitria 3 3 3 2 11 Sedang
17 Nicko Pradwimas S. 4 4 4 4 16 Baik
18 Novia Desta S. 4 4 4 4 16 Baik
19 Pradipta Barly P. 3 3 3 2 11 Sedang
20 Putriana W. 3 3 3 2 11 Sedang
21 Puspa Dwiyanti 4 4 4 4 16 Baik
22 Yuaninda Ajeng P. 4 3 4 4 15 Baik
23 Yustizia Kusuma R. 4 4 4 4 16 Baik
24 Andi Abdullah 3 2 3 2 10 Sedang
25 Diki Hardinata 4 3 4 4 15 Baik
26 Nehemia Koes Januar 3 3 3 2 11 Sedang
27 Intan 4 4 4 4 16 Baik
28 Ferdian R. 4 4 4 4 16 Baik
29 Aviandra Nazarika 3 3 3 1 10 Sedang
Total 380
Jumlah siswa 14 12 17 14
Persentase siswa
dengan kriteria
Baik/Amat Baik
48% 41% 59% 48% 51,72% 15 Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Keterangan:
I. Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 14 siswa
atau sekitar (48%), sedangkan 15 siswa atau sekitar (52%) lainnya
tampak diam, berbicara dengan temannya, melamun,
menelungkupkan kepalanya di atas meja, dan memainkan benda-
benda tertentu (pulpen, penggaris, buku, dan sebagainya),
membaca koran, mengerjakan pekerjaan rumah.
II. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar (KBM)
berlangsung sebanyak 12 siswa atau sekitar (41%), sedangkan 17
siswa atau sekitar (59%) lainnya kurang memperhatikan penjelasan
dari guru. Siswa tersebut kebanyakan berada pada posisi tengah
hingga belakang, sedangkan posisi guru lebih banyak berada di
depan.
III. Siswa yang aktif bekerja sama dengan kelompok masing-masing
sebanyak 17 siswa (59%), sedangkan 12 siswa (41%) tidak mau
ambil bagian dalam kegiatan bekerja sama dan diskusi.
IV. Siswa yang aktif menulis karangan narasi sebanyak 14 siswa
(48%), sedangkan 15 siswa (52%) lainnya kurang serius dalam
melakukan pengamatan.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan pengamatan peneliti pada tindakan siklus I, dapat
dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran menulis narasi belum mengalami
peningkatan yang cukup berarti. Hal ini ditandai oleh:
1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran belum maksimal. Situasi
pembelajaran masih terlihat pasif. Guru menerangkan dan murid
mendengarkan. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga
siswa mendapatkan kesempatan yang terbatas untuk turut aktif dalam
pembelajaran.
2) Siswa kurang memperhatikan pembelajaran. Beberapa siswa sibuk
melakukan aktivitasnya sendiri saat guru menjelaskan dan saat perwakilan
kelompok membacakan hasilnya didepan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3) Siswa kurang berminat dan kurang termotivasi mengikuti pembelajaran.
Hal ini diindikasikan dari sikap siswa yang tampak bosan, dan mengantuk
saat guru menyampaikan materi.
4) Guru belum mampu mengelola kelas dengan baik. Guru belum mampu
menciptakan situasi pembelajaran yang mendukung siswa untuk aktif,
berkonsentrasi, serta termotivasi untuk belajar. Guru masih menggunakan
metode ceramah yang monoton. Metode yang bersifat satu arah ini
menyebabkan interaksi antara guru dan siswa kurang.
Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari
kekurangan yang ditemukan:
a) Guru diharapkan untuk lebih banyak berinteraksi dengan siswa. Salah
satunya dengan berkeliling kelas untuk memantau siswa saat mengerjakan
tugas. Dengan interaksi ini, siswa merasa lebih diperhatikan oleh guru
sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar.
b) Guru perlu memperbaiki teknik mengajar yang diterapkan. Ceramah dapat
dibuat dengan lebih bervariasi baik dengan selingan humor atau kegiatan
tanya jawab.
c) Guru diharapkan lebih banyak memberikan balikan dan penguatan pada
karangan narasi siswa. Balikan serta penguatan yang diberikan guru akan
membangkitkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Nilai rata-rata kelas dalam menulis narasi pada siklus I mengalami
peningkatan yang cukup baik dibandingkan nilai rata-rata pada saat survei
awal. Hal ini ditandai dengan meningkatnya sejumlah indikator dalam aspek
penulisan narasi yang meliputi isi, organisasi, pengembangan bahasa,
kosakata dan mekanik meskipun masih ditemui beberapa kekurangan, yaitu:
(1) Siswa masih kesulitan untuk membuat karangan narasi. (2) Karangan yang
ditulis siswa sebagian besar sama. Dibandingkan dengan nilai pretes, nilai
rata-rata menulis narasi kelas pada siklus I meningkat sebesar 1,48 poin dari
55,13 menjadi 56,61. Nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 72 dan nilai
terendah siswa adalah 43. Adapun perolehan nilai menulis narasi siswa pada
siklus I dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 7. Daftar Nilai Menulis Narasi Siklus I Kelas V SD Negeri
Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010
No Nama Pre test Jumlah
keterangan I II III IV V
1 Ifan Rizki Sunarto 15 9 9 18 2 43 Tidak Tuntas
2 Trisya Dinda A. 20 13 14 15 3 65 Tuntas
3 Wahyu Erianto 16 13 10 11 2 52 Tidak Tuntas
4 Alaina Gurnika 17 10 10 14 3 54 Tidak Tuntas
5 Anisa Purnamasari 17 10 10 11 3 51 Tidak Tuntas
6 Adi Cahyo Nugroho 16 10 8 6 3 43 Tidak Tuntas
7 Ahmad Gusali 17 11 10 16 3 57 Tidak Tuntas
8 Aditya Yudistira 15 12 14 13 3 57 Tidak Tuntas
9 Fitri Rusyana 20 16 13 11 3 63 Tuntas
10 Fery Dwi O. 17 10 10 11 3 51 Tidak Tuntas
11 Guntur Lenata D. 20 12 13 15 3 63 Tuntas
12 Ilham Soleil B. 16 13 10 11 3 53 Tidak Tuntas
13 Kristiyani S. 18 14 14 10 2 58 Tidak Tuntas
14 Lely Widyasari 19 16 10 15 4 64 Tuntas
15 Muhammad Daffa R. 17 15 14 14 3 63 Tuntas
16 Nur’aini Fitria 16 15 14 15 3 63 Tuntas
17 Nicko Pradwimas S. 16 10 10 13 2 51 Tidak Tuntas
18 Novia Desta S. 19 16 16 18 3 72 Tuntas
19 Pradipta Barly P. 17 9 8 7 2 43 Tidak Tuntas
20 Putriana W. 21 13 13 14 2 63 Tuntas
21 Puspa Dwiyanti 17 12 13 15 2 59 Tidak Tuntas
22 Yuaninda Ajeng P. 21 15 14 18 2 70 Tuntas
23 Yustizia Kusuma R. 17 13 16 18 3 67 Tuntas
24 Andi Abdullah 15 8 8 10 2 43 Tidak Tuntas
25 Diki Hardinata 13 9 9 10 2 43 Tidak Tuntas
26 Nehemia Koes Januar 17 10 10 11 3 51 Tidak Tuntas
27 Intan 17 14 10 12 3 56 Tidak Tuntas
28 Ferdian R. 17 13 16 15 3 64 Tuntas
29 Aviandra Nazarika 17 12 11 14 3 57 Tidak Tuntas
TOTAL 1639 ≤63= 18
siswa
≥63= 11
siswa
RATA-RATA
56,61
Ket I : Isi
II : Organisasi
III : Kosakata
IV : Pengemb.Bahsa
V : Mekanik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berdasarkan analisis dan refleksi yang telah dilakukan oleh peneliti
dan guru, ditemukan beberapa kekurangan sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator
yang telah ditentukan pada survey awal. Akan tetapi, nilai rata-rata menulis
narasi masih dari batas minimal ketuntasan hasil belajar yang telah ditetapkan.
Oleh karena itulah siklus II sebagai perbaikan proses pembelajaran pada
siklus I perlu dilaksanakan.
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, disepakati bahwa Siklus II
perlu dilakukan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari
Sabtu, 8 Mei 2010 di ruang guru SD Negeri Yosodipuro. Dalam kesempatan
ini, peneliti menyampaikan kembali hasil observasi dan refleksi terhadap
pembelajaran menulis narasi yang dilakukan pada siklus I. Pada guru yang
bersangkutan disampaikan segala kelebihan dan kekurangan proses
pembelajaran menulis narasi yang telah dilakukan.
Untuk mengatasi hal tersebut, akhirnya disepakati hal–hal yang
sebaiknya dilakukan guru dalam mengajarkan menulis narasi pada siswa.
Hal–hal yang disepakati antara lain: (1) guru lebih banyak berinteraksi
dengan siswa; posisi guru tidak hanya di depan kelas, (2) guru kembali
memberikan penjelasan langkah–langkah menulis narasi dengan metode
investigasi kelompok yang divariasikan dengan tanya jawab, (3) siswa
menulis narasi dengan tema bebas sesuai dengan minat siswa, (4) siswa
membuat karangan narasi secara mandiri agar lebih bebas berkreasi dan
menghindari “plagiat” seperti yang terjadi pada siklus sebelumnya.
Untuk mengurangi kekurangan dari sisi siswa, terutama keengganan
siswa untuk mengemukakan respons atas stimulus dari guru, serta
mengemukakan pendapat, komentar, dan tanggapan disepakati adanya
pemberian hadiah kepada siswa yang aktif di kelas. Hadiah yang
direncanakan berupa: nilai tambahan, ungkapan-ungkapan pujian seperti;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
bagus sekali, baik sekali, baik, tepat sekali, pemberian alat tulis dan meminta
siswa dengan karya terbaik untuk maju ke depan kelas. Hal ini dilakukan
untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam penulisan karangan narasi,
serta agar siswa menunjukkan eksistensinya selama pembelajaran
berlangsung. Jadi, ada hubungan timbal-balik antara guru dan siswa dan
pembelajaran tidak berlangsung searah.
Selain itu, guru juga akan menambah pengetahuan siswa tentang
bagaimana menyusun kalimat dan paragraf dengan ejaan yang benar. Siswa
akan ditunjukkan hasil tulisan mereka pada siklus sebelumnya dan bersama
guru akan menganalisis salah satu tulisan untuk diperbaiki dan dijadikan
contoh.
Sebagai upaya mengatasi kelemahan dari segi metode telah disepakati
penggunaan metode investigasi kelompok dalam pembelajarannya.
Teratasinya satu masalah metode tersebut diharapkan mampu menutupi
kekurangan dari masalah yang lainnya. Peneliti dan guru kemudian
menyusun rencana pembelajaran menulis narasi dengan metode investigasi
kelompok untuk pertemuan selanjutnya.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi
untuk pertemuan pertama (Senin, 10 Mei 2010), yakni dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Guru mengondisikan kelas;
b) Guru membuka pelajaran dengan salam;
c) Guru menjelaskan hasil refleksi tulisan narasi pada siklus I;
d) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis narasi
pada siklus sebelumnya;
e) Guru menyampaikan materi tentang menulis narasi dan langkah-
langkah dalam pembelajaran menulis narasi dengan metode investigasi
kelompok;
f) Guru meminta siswa mendiskusikan topik untuk karangan narasi;
g) Guru meminta perwakilan dari kelompok mengungkapan hasil diskusi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
h) Guru melakukan refleksi dan menutup pertemuan.
Pada pembelajaran untuk pertemuan kedua (Selasa, 11 Mei 2010)
sebagai berikut:
a) Guru membuka pelajaran dengan salam;
b) Guru sedikit membahas materi sebelumnya;
c) Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat kerangka karangan
secara berkelompok sesuai dengan tema yang didiskusikan pada
pertemuan sebelumnya;
d) Guru menugaskan siswa untuk mengembangkan kerangka karangan
menjadi beberapa alenia.
e) Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
membacakan hasil karangan di depan kelas;
f) Guru mengumpulkan pekerjaan siswa;
g) Guru melakukan refleksi dan menutup pertemuan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Seperti yang telah direncanakan tindakan siklus II dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan yaitu Senin, 10 Mei 2010 dan Selasa, 11 Mei 2010 di
ruang kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta. Masing-masing pertemuan
berlangsung 2 x 35 menit. Pada pertemuan pertama, tindakan dilaksanakan
pada pukul 08.10 – 09.20 (jam 3 – 4). Langkah-langkah yang dilakukan guru
dalam pembelajaran menulis narasi pada tindakan siklus II ini adalah sebagai
berikut: (1) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, (2) guru
mengondisikan kelas dengan melakukan presensi, (3) guru merefleksi
beberapa narasi siswa di depan kelas, (4) guru menanyakan kesulitan yang
dihadapi siswa dalam menulis narasi pada siklus I, (5) guru menerangkan
langkah-langkah menulis narasi dengan metode investigasi kelompok, (6)
guru bersama siswa menentukan topik yang akan dijadikan dasar tulisan
narasi, (7) siswa melaksanakan langkah-langkah dalam pembelajaran menulis
narasi dengan investigasi kelompok. Sampai pada langkah ketujuh ini, bel
usai pelajaran berbunyi. Pembelajaran dilanjutkan keesokan harinya Selasa,
11 Mei 2010 pukul 09.20 – 10.30 WIB (jam ke 5 - 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan
kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus II adalah: (1) guru membuka
pelajaran dengan mengucap salam, (2) guru mengondisikan kelas dengan
melakukan presensi dan menyuruh siswa untuk mempersiapkan yang telah
dibuat pada pertemuan sebelumnya, (3) guru mengulang materi langkah-
langkah menulis narasi dengan metode investigasi kelompok seperti yang
telah diterangkan pada pertemuan sebelumnya, (4) guru menugaskan siswa
secara individu untuk menulis karangan narasi berdasarkan kerangka
karangan yang dibuat, (5) guru mengumpulkan narasi siswa, (6) guru
menyimpulkan pembelajaran, siswa boleh bertanya, (7) guru menutup
pelajaran dengan ucapan salam. Pada tahap ini, guru bertindak sebagai
pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran menulis narasi di dalam kelas,
sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis karangan narasi
dengan metode investigasi kelompok berlangsung yaitu pada Senin, 10 Mei
2010 pukul 08.10 – 09.20 WIB (jam ke 3 - 4) dan Selasa, 11 Mei 2010 pukul
09.20 - 10.30 WIB (jam ke 5 - 6). Seperti pada siklus I, observasi difokuskan
pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru
serta aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan pedoman observasi. Pada saat observasi, peneliti bertindak
sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku paling belakang. Sesekali,
peneliti berada di samping kelas untuk mengambil gambar.
Pada awal pembelajaran (Senin, 10 Mei 2010) guru mengucapkan
salam kemudian menanyakan siswa yang tidak masuk. Pada hari itu, semua
siswa masuk. Pada kegiatan awal ini siswa terlihat bersemangat. Langkah
selanjutnya, guru bertanya jawab dengan siswa mengenai tulisan narasi.
Beberapa siswa tampak tertarik dengan apersepsi yang disampaikan guru.
Selanjutnya, guru membagikan karangan narasi yang ditulis siswa pada siklus
I. Kemudian, siswa menyimak refleksi yang dilakukan guru pada narasi
siswa. Kegiatan ini bertujuan agar siswa memperoleh gambaran karangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
narasi yang baik. Refleksi ini dilanjutkan kegiatan tanya jawab dengan siswa
mengenai kesulitan siswa dalam menulis narasi.
Sampai pada tahap ini, siswa masih terlihat bersemangat bahkan
terlihat semakin aktif. Siswa merespon pertanyaan yang diberikan guru.
Siswa pun banyak yang mengajukan pertanyaan seputar kesulitan mereka
dalam menulis narasi. Kebanyakan siswa mengungkapkan bahwa kesulitan
mereka adalah menemukan ide yang kreatif dan mengembangkannya. Dalam
langkah ini, sesekali guru berkeliling kelas saat mengajukan atau menjawab
pertanyaan. Setelah itu, guru menerangkan langkah–langkah menulis
karangan narasi dengan metode investigasi kelompok yang divariasikan
dengan metode tanya jawab. Pada kegiatan ini, siswa terlihat serius. Ada
beberapa siswa masih asyik bercakap-cakap dengan teman sekelompoknya
namun hal ini dapat diatasi dengan baik oleh guru melalui teguran. Setelah
itu, guru menugaskan kembali pada siswa untuk menentukan topik yang akan
dibahas. Secara berkelompok siswa berdiskusi membuat kerangka karangan
berdasarkan topik. Sebelumnya, guru membagikan kertas kuarto polos untuk
membuat kerangka karangan. Sementara siswa membuat kerangka karangan
narasi, guru berkeliling kelas dan bertanya jawab dengan siswa. Sampai pada
langkah ini, bel berbunyi. Tindakan II dilanjutkan keesokan harinya Selasa,
11 Mei 2010.
Pada pertemuan kedua, guru mengondisikan kelas dengan
menanyakan hal–hal yang belum dipahami siswa pada pertemuan
sebelumnya. Dengan tanya jawab, guru dan siswa mengulang materi langkah-
langkah menulis karangan narasi. Selanjutnya, siswa ditugaskan kembali
untuk menulis narasi berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat siswa.
Seperti sebelumnya, aktivitas guru berkeliling kelas. Sebelum siswa mulai
menulis, guru memberikan motivasi pada siswa. Karangan narasi siswa
dikumpulkan sepuluh menit sebelum bel berbunyi. Pelajaran ditutup dengan
simpulan yang disampaikan oleh guru. Pengamatan terhadap keaktifan siswa
selama proses pembelajaran sebesar 72% dengan rincian aktivitas siswa
selama kegiatan belajar mengajar pada Tabel 8 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 8. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus II
SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010
No Nama Indikator
Jumlah Keterangan I II III IV
1 Ifan Rizki Sunarto 3 3 3 3 12 Sedang
2 Trisya Dinda A. 4 4 4 4 16 Baik
3 Wahyu Erianto 4 3 3 4 14 Baik
4 Alaina Gurnika 3 4 4 3 14 Baik
5 Anisa Purnamasari 4 4 4 4 16 Baik
6 Adi Cahyo Nugroho 3 3 4 5 15 Baik
7 Ahmad Gusali 4 4 4 4 16 Baik
8 Aditya Yudistira 3 4 3 3 13 Sedang
9 Fitri Rusyana 3 3 4 3 13 Sedang
10 Fery Dwi O. 4 3 3 4 14 Baik
11 Guntur Lenata D. 4 4 4 5 17 Baik
12 Ilham Soleil B. 3 3 3 4 13 Sedang
13 Kristiyani S. 4 3 4 3 14 Baik
14 Lely Widyasari 3 3 4 4 14 Baik
15 Muhammad Daffa R. 3 4 4 3 14 Baik
16 Nur’aini Fitria 3 4 4 5 16 Baik
17 Nicko Pradwimas S. 4 4 3 4 15 Baik
18 Novia Desta S. 4 4 4 4 16 Baik
19 Pradipta Barly P. 3 3 4 3 13 Sedang
20 Putriana W. 3 3 4 4 14 Baik
21 Puspa Dwiyanti 4 4 4 4 16 Baik
22 Yuaninda Ajeng P. 4 4 4 4 16 Baik
23 Yustizia Kusuma R. 3 3 4 3 13 Sedang
24 Andi Abdullah 4 3 3 3 13 Sedang
25 Diki Hardinata 4 4 4 4 16 Baik
26 Nehemia Koes Januar 4 4 4 4 16 Baik
27 Intan 4 4 4 4 16 Baik
28 Ferdian R. 3 3 4 3 13 Sedang
29 Aviandra Nazarika 4 4 4 4 16 Baik
TOTAL 424
Jumlah siswa 16 16 22 19
Persentase siswa
dengan kriteria
Baik/Amat Baik
55% 55% 75% 65% 72,41% 21 Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Keterangan:
I. Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 16 siswa
(55%), sedangkan 13 siswa (44%) lainnya sibuk dengan aktivitas
mereka sendiri.
II. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar (KBM) sebanyak
16 siswa (55%), sedangkan 13 siswa (44%) kurang memerhatikan
penjelasan guru. Guru sesekali berjalan mengelilingi kelas dan
menunjuk siswa yang ramai dan memberi pertanyaan kepadanya.
Oleh karena itu, banyak siswa yang sudah merasa diperhatikan oleh
guru.
III. Siswa yang aktif bekerja sama dengan kelompok masing-masing
sebanyak 22 siswa (75%), sedangkan 7 siswa (24%) lainnya tidak
mau ambil bagian dalam kegiatan diskusi.
IV. Siswa yang aktif menulis karangan narasi sebanyak 19 siswa (65%),
sedangkan 10 siswa (34%) lainnya kurang serius dalam melakukan
pengamatan.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan pengamatan peneliti pada tindakan siklus II, peneliti
menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran menulis narasi mengalami
peningkatan yang berarti. Hal ini ditandai oleh:
1) Keaktifan siswa mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar
21%. Dibandingkan dengan siklus sebelumnya, siswa yang aktif pada
siklus II ini mencapai 21 orang atau sebesar 72% dari jumlah siswa. Siswa
sudah berani bertanya serta merespon pertanyaan yang diajukan guru.
2) Keterampilan guru dalam mengelola kelas meningkat. Guru telah
menerapkan metode investigasi kelompok dalam pembelajaran. Guru
menerapkan metode ceramah yang divariasikan dengan metode tanya
jawab agar siswa tidak merasa bosan. Di samping itu, untuk meningkatkan
keaktifan serta perhatian siswa, guru berjalan mengelilingi kelas. Guru
memberi motivasi pada siswa untuk bekerja sama lebih baik lagi. Guru
banyak memberikan balikan atau penguatan baik secara tertulis maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
lisan agar siswa mengetahui kekurangan-kekurangan dalam karangan
narasi yang dibuatnya.
3) Guru telah memberi waktu yang cukup bagi siswa dalam kegiatan menulis.
Dibandingkan dengan siklus sebelumnya, siswa lebih banyak memiliki
waktu untuk mengembangkan idenya. Selain itu, siswa juga dapat
memperbaiki tulisannya daripada tulisan mereka pada siklus I sebab
mereka lebih leluasa untuk berfikir.
Berdasarkan analisis serta refleksi di atas, dapat diungkapkan bahwa
kualitas proses pembelajaran sudah baik. Kekurangan hanya ditemui pada
sikap siswa yang terkadang beraktivitas (bercakap-cakap) dengan siswa yang
lain. Untuk itu, interaksi yang baik antara guru dan siswa perlu ditingkatkan.
Di samping itu, untuk lebih menarik motivasi serta perhatian siswa, guru
perlu menambah hadiah tidak hanya pada aspek nilai tetapi juga hadiah
berupa barang.
Selain peningkatan dari segi proses pembelajaran seperti yang telah
diungkapkan di atas, peningkatan juga terjadi pada kemampuan menulis
siswa. Skor dalam setiap aspek menulis mengalami peningkatan. Dalam
siklus II ini, peningkatan yang terjadi sebesar 9 poin dari 55,61 menjadi
66,41. Nilai tertinggi yang diraih siswa sebesar 85, sedangkan nilai terendah
53. Selain itu, kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam
tulisan narasi juga mengalami peningkatan. Perolehan nilai siswa dalam
menulis narasi pada siklus II selengkapnya dapat dilihat pada rincian Tabel 9
berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 9. Daftar Nilai Menulis Narasi Siklus II Kelas V SD Negeri
Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010
No Nama Siklus II
Keterangan I II III IV V Jumlah
1 Ifan Rizki Sunarto 21 13 14 13 3 64 Tuntas
2 Trisya Dinda A. 21 17 16 18 3 75 Tuntas
3 Wahyu Erianto 16 13 13 16 3 61 Tidak Tuntas
4 Alaina Gurnika 17 12 13 15 3 60 Tidak Tuntas
5 Anisa Purnamasari 18 13 15 16 3 65 Tuntas
6 Adi Cahyo Nugroho 17 13 12 13 3 58 Tidak Tuntas
7 Ahmad Gusali 17 14 12 18 3 64 Tuntas
8 Aditya Yudistira 17 17 15 16 3 68 Tuntas
9 Fitri Rusyana 20 17 14 18 3 72 Tuntas
10 Fery Dwi O. 19 13 11 11 2 56 Tidak Tuntas
11 Guntur Lenata D. 18 16 15 19 3 71 Tuntas
12 Ilham Soleil B. 17 12 12 12 2 55 Tidak Tuntas
13 Kristiyani S. 17 14 13 17 4 65 Tuntas
14 Lely Widyasari 19 16 15 16 3 69 Tuntas
15 Muhammad Daffa R. 20 14 12 15 3 65 Tuntas
16 Nur’aini Fitria 24 15 16 18 4 77 Tuntas
17 Nicko Pradwimas S. 16 13 15 10 2 56 Tidak Tuntas
18 Novia Desta S. 27 17 17 20 4 85 Tuntas
19 Pradipta Barly P. 18 13 13 16 3 63 Tuntas
20 Putriana W. 24 16 15 12 4 71 Tuntas
21 Puspa Dwiyanti 21 14 13 18 3 69 Tuntas
22 Yuaninda Ajeng P. 21 17 16 16 3 73 Tuntas
23 Yustizia Kusuma R. 17 17 17 20 3 74 Tuntas
24 Andi Abdullah 18 13 14 17 3 65 Tuntas
25 Diki Hardinata 18 13 9 11 3 53 Tidak Tuntas
26 Nehemia Koes Januar 21 17 16 17 3 74 Tuntas
27 Intan 19 16 17 20 4 76 Tuntas
28 Ferdian R. 17 13 11 15 3 59 Tidak Tuntas
29 Aviandra Nazarika 20 13 12 15 3 63 Tuntas
TOTAL 1926 ≤63= 8 siswa
RATA-RATA 66,41 ≥63= 21 siswa
Keterangan I : Isi
II : Organisasi
III : Kosakata
IV : Pengemb.Bahasa
V : Mekanik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II
dikatakan berhasil meskipun hasil yang dicapai belum maksimal. Peningkatan
terjadi bukan hanya pada proses pembelajaran melainkan juga pada hasil
(kemampuan menulis siswa). Kekurangan dalam proses pembelajaran ditemui
pada sikap siswa yang terkadang masih suka beraktivitas sendiri dengan siswa
lain. Oleh karena itu, interaksi yang baik antara guru dan siswa perlu
ditingkatkan. Dalam segi kemampuan siswa, masih ada 8 siswa yang belum
mencapai nilai batas minimal ketuntasan hasil belajar disebabkan masih
mengalami kesalahan dalam menulis narasi. Oleh karena itu, guru perlu
memberi balikan atas hasil kerja siswa supaya siswa mengetahui kekurangan
dan kesalahan yang ada dalam tulisan mereka. Dengan melihat kondisi yang
demikian, siklus III perlu dilaksanakan sebagai perbaikan dari pembelajaran
menulis narasi pada siklus II.
3. Deskripsi Siklus III
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, disepakati bahwa Siklus III
perlu dilaksanakan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari
Sabtu, 15 Mei 2010 di ruang guru SD Negeri Yosodipuro. Dalam kesempatan
ini, peneliti kembali menyampaikan hasil observasi dan refleksi terhadap
pembelajaran menulis narasi yang dilakukan pada siklus II. Pada guru yang
bersangkutan disampaikan segala kelebihan dan kekurangan proses
pembelajaran menulis karangan narasi yang telah dilakukan.
Untuk mengatasi hal tersebut, akhirnya disepakati hal–hal yang
sebaiknya dilakukan guru dalam pembelajaran menulis narasi. Guru
memaksimalkan tindakan yang telah dilakukan dalam siklus II, yaitu lebih
berinteraksi dengan siswa, memberikan motivasi, memberikan balikan pada
karangan narasi siswa serta memberikan hadiah bagi siswa. Untuk
meningkatkan kualitas menulis narasi siswa, guru menyampaikan kembali
materi langkah-langkah menulis karangan narasi dengan metode investigasi
kelompok. Peneliti dan guru kemudian menyusun RPP menulis narasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
menerapkan metode investigasi kelompok. Pembelajaran menulis narasi di
siklus III ini rencananya akan dilaksanakan dan disepakati pula bahwa
tindakan pada siklus III dilaksanakan pada Senin, 17 Mei 2010 dan Selasa, 18
Mei 2010 dengan urutan sebagai berikut:
Adapun skenario pembelajaran yang telah dirancangan oleh peneliti
dan guru dalam siklus III (Senin, 17 Mei 2010) adalah sebagai berikut:
a) Guru mengondisikan kelas;
b) Guru menjelaskan hasil refleksi tulisan narasi siswa pada siklus II;
c) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis narasi
pada siklus II;
d) Guru mengulas materi menulis narasi;
e) Guru meminta siswa berdiskusi mengenai topik yang akan dibahas dan
membuat kerangka karangan;
f) Guru meminta masing-masing kelompok siswa mewakilkan satu orang
untuk maju menyampaikan hasil diskusi;
g) Guru menyimpulkan pembelajaran, siswa boleh bertanya;
h) Guru menutup pelajaran.
Pada pembelajaran untuk pertemuan kedua (Selasa, 18 Mei 2010)
sebagai berikut:
a) Guru membuka pelajaran dengan salam;
b) Guru meminta siswa secara individu membuat karangan narasi
berdasarkan kerangka karangan yang didiskusikan sebelumnya;
c) Guru memotivasi siswa untuk berlomba-lomba menjadi kelompok terbaik
dan akan memberikan penghargaan;
d) Guru megumumkan pekerjaan siswa dengan hasil terbaik;
e) Guru mengumpulkan pekerjaan siswa;
f) Guru melakukan refleksi dan menutup pertemuan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Seperti yang telah direncanakan tindakan siklus III dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan yaitu Senin, 17 Mei 2010 dan Selasa, 18 Mei 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
di ruang kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta. Pada pertemuan pertama,
tindakan dilaksanakan pada pukul 8.20 – 9.20 (jam ke 3 – 4).
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis
karangan narasi pada tindakan siklus III ini adalah sebagai berikut: (1) guru
membuka pelajaran dengan mengucap salam, (2) guru mengondisikan kelas
dengan melakukan presensi, (3) guru menanyakan kesulitan yang dihadapi
siswa dalam menulis narasi pada siklus II, (4) guru mengulas materi dan
langkah-langkah menulis narasi dengan metode investigasi kelompok, (5)
guru bersama siswa menentukan topik yang akan dijadikan dasar tulisan
narasi siswa. Pembelajaran dilanjutkan keesokan harinya Selasa, 18 Mei 2010
pukul 10.00 – 10.40 WIB (jam ke 5).
Pada pertemuan yang kedua ini, guru tidak lagi memberikan materi
menulis narasi karena evaluasi telah dilakukan pada pertemuan pertama. Pada
pertemuan kedua, sebelumnya guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam seperti biasanya kemudian guru mengondisikan kelas
dengan melakukan presensi. Selanjutnya, guru menugaskan siswa secara
individu untuk menulis karangan narasi berdasarkan kerangka karangan yang
telah dibuat. Guru memotivasi siswa untuk mengerjakan karangan dengan
baik dan yang mendapat hasil terbaik akan diberi hadiah. Kemudian, guru
mengumumkan narasi terbaik karangan siswa. Karangan narasi tersebut
dibacakan di depan kelas.
Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran menulis narasi di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya
bertindak sebagai partisipan pasif yang memantau serta mendokumentasikan
kegiatan pembelajaran. Pada kesempatan tersebut, peneliti menyampaikan
terima kasih pada siswa serta guru yang telah membantu penelitian.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis narasi dengan
metode investigasi kelompok berlangsung yaitu pada Senin, 17 Mei 2010
pukul 8.20 – 9.20 WIB (jam ke 3 - 4) dan Selasa, 18 Mei 2010 pukul 10.00 -
10.40 WIB (jam ke 5). Seperti pada siklus II kemarin, kali ini tampak lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
teratur. Minat, keaktifan dan kerja sama kelompok mulai baik, terutama saat
diminta berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Peneliti mengambil
posisi dibelakang seperti sebelumnya.
Tindakan dalam siklus III dilaksanakan selama dua kali pertemuan
yaitu pada Senin, 17 Mei 2010 dan Selasa, 18 Mei 2010 di ruang kelas V SD
Negeri Yosodipuro Surakarta. Dalam kegiatan ini, guru mengaplikasikan
solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan
pada proses pembelajaran menulis narasi pada siklus II. Pada awal
pembelajaran (Senin, 17 Mei 2010) guru mengucapkan salam setelah semua
siswa tenang kemudian menanyakan siswa yang tidak masuk. Pada hari itu,
semua siswa masuk. Pada kegiatan awal ini siswa terlihat bersemangat.
Selanjutnya, guru bertanya jawab dengan siswa mengenai tulisan
narasi, siswa menjawab pertanyaan dari guru secara serentak. Kegiatan tanya
jawab dilanjutkan guru dengan penyampaian beberapa kesalahan yang
dilakukan siswa dalam tulisan narasinya pada pertemuan yang lalu. Guru
memberi ulasan terhadap kesalahan-kesalahan tersebut. Setelah itu guru
menyampaikan kembali langkah-langkah pembelajaran menulis narasi
dengan metode investigasi kelompok. Guru memberi kesempatan pada siswa
untuk bertanya setelah selesai menyampaikan materi dan langkah-langkah
kerja siswa. Setelah siswa memahami penjelasan dari guru, guru
memerintahkan siswa pada siswa untuk menempatkan diri sesuai dengan
kelompok masing-masing. Kemudian, guru bersama-sama siswa menentukan
topik yang akan dibahas. Berdasarkan kegiatan tersebut, disepakati bahwa
topic yang dipilih adalah tentang pengalaman siswa.
Pada tahap ini, posisi guru tidak hanya berada di depan kelas tetapi
berkeliling kelas. Pada tahap ini, siswa tampak aktif. Tindakan III
dilanjutkan keesokan harinya pada hari Selasa, 18 Mei 2010 pukul 10.00-
10.40 WIB.
Seperti biasanya pada pertemuan kedua (Selasa, 18 Mei 2010), guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan
mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir pada hari itu. Pada pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
tersebut guru tidak lagi memberikan materi tentang menulis narasi karena
evaluasi telah dilakukan pada pertemuan pertama. Siswa ditugaskan untuk
menulis karangan narasi sesuai dengan kerangka karangan yang telah mereka
buat. Selama siswa menulis narasi guru memotivasi siswa untuk menulis
karangan narasi dengan baik dan akan mendapatkan penghargaan. Langkah
selanjutnya, pada pertemuan kedua ini guru mengumumkan karangan narasi
terbaik siswa. Kepada tiga peraih nilai tertinggi, guru memberikan reward.
Pada kesempatan tersebut, peneliti menyampaikan terima kasih pada siswa
serta guru yang telah membantu penelitian. Berdasarkan pengamatan terhadap
proses belajar mengajar menulis narasi, diperoleh gambaran tentang aktivitas
siswa selama kegiatan belajar mengajar dapat dirinci pada Tabel 10 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 10. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus III
Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010
No Nama Indikator
Jumlah Keterangan I II III IV
1 Ifan Rizki Sunarto 3 3 3 4 13 Sedang
2 Trisya Dinda A. 4 4 5 4 17 Baik
3 Wahyu Erianto 5 4 4 4 17 Baik
4 Alaina Gurnika 3 3 4 3 13 Sedang
5 Anisa Purnamasari 4 4 5 4 17 Baik
6 Adi Cahyo Nugroho 4 4 4 4 16 Baik
7 Ahmad Gusali 3 3 3 4 13 Sedang
8 Aditya Yudistira 5 4 4 4 17 Baik
9 Fitri Rusyana 5 4 4 5 17 Baik
10 Fery Dwi O. 5 4 4 4 17 Baik
11 Guntur Lenata D. 5 4 4 4 17 Baik
12 Ilham Soleil B. 5 4 4 4 17 Baik
13 Kristiyani S. 5 4 4 5 18 A.B
14 Lely Widyasari 5 4 4 4 17 Baik
15 Muhammad Daffa R. 5 4 5 3 17 Baik
16 Nur’aini Fitria 3 3 3 4 13 Sedang
17 Nicko Pradwimas S. 3 3 3 3 12 Sedang
18 Novia Desta S. 3 4 4 3 14 Baik
19 Pradipta Barly P. 5 5 4 5 19 A.B
20 Putriana W. 4 5 5 4 18 A.B
21 Puspa Dwiyanti 3 4 3 3 13 Sedang
22 Yuaninda Ajeng P. 5 5 4 5 19 A.B
23 Yustizia Kusuma R. 4 4 4 4 16 Baik
24 Andi Abdullah 5 4 5 4 18 A.B
25 Diki Hardinata 5 4 5 4 18 A.B
26 Nehemia Koes Januar 5 4 5 4 18 A.B
27 Intan 5 4 3 4 16 Baik
28 Ferdian R. 4 4 4 4 16 Baik
29 Aviandra Nazarika 5 5 4 4 18 A.B
TOTAL 471
23 Siswa Jumlah siswa 22 24 23 24
Persentase siswa
dengan kriteria
Baik/Amat Baik
76% 83% 79% 83% 79,31%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Keterangan:
I. Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 22 siswa
(76%), sedangkan 7 siswa (24%) lainnya sibuk dengan aktivitas
mereka sendiri.
II. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar (KBM)
sebanyak 24 siswa (83%), sedangkan 5 siswa (17%) kurang
memerhatikan penjelasan guru. Guru sesekali berjalan mengelilingi
kelas dan menunjuk siswa yang ramai dan memberi pertanyaan
kepadanya.
III. Siswa yang aktif bekerja sama dengan kelompok masing-masing
sebanyak 23 siswa (79%), sedangkan 6 siswa (21%) lainnya tidak
mau ambil bagian dalam kegiatan diskusi.
IV. Siswa yang aktif menulis karangan narasi sebanyak 24 siswa (83%),
sedangkan 5 siswa (17%) lainnya kurang serius dalam melakukan
pengamatan.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan pengamatan peneliti pada tindakan siklus III dapat
dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran menulis narasi mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari tercapainya sejumlah indikator yang telah
ditetapkan, seperti meningkatnya keaktifan, perhatian serta konsentrasi siswa
dalam pembelajaran. Di samping itu, kekurangan-kekurangan yang ditemui
dalam siklus II telah dapat diatasi dengan baik oleh guru pada siklus III.
Keterampilan guru dalam mengelola kelas meningkat. Guru telah
menerapkan metode investigasi kelompok dalam pembelajaran. Guru
menerapkan metode ceramah yang divariasikan dengan metode tanya jawab
agar siswa tidak merasa bosan. Di samping itu, untuk meningkatkan
keaktifan serta perhatian siswa, guru berjalan mengelilingi kelas. Guru
memberi motivasi pada siswa untuk bekerja sama lebih baik lagi. Guru
banyak memberikan balikan atau penguatan baik secara tertulis maupun lisan
agar siswa mengetahui kekurangan-kekurangan dalam karangan narasi yang
dibuatnya. Guru telah memberi waktu yang cukup bagi siswa dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
menulis. Dibandingkan dengan siklus sebelumnya, siswa lebih banyak
memiliki waktu untuk mengembangkan idenya. Selain itu, siswa juga dapat
memerbaiki tulisannya daripada tulisan mereka pada siklus II sebab mereka
lebih leluasa untuk berfikir.
Pada siklus ini, terdapat dua orang siswa yang belum mencapai batas
minimal (63). Dari wawancara yang dilakukan pada dua siswa tersebut,
diketahui bahwa sebenarnya mereka kurang pandai dalam pembelajaran
menulis karangan narasi. Meskipun begitu, siswa tersebut memiliki sikap
yang positif terhadap pembelajaran, terbukti dari perhatian mereka pada
pembelajaran menulis narasi yang berlangsung. Peningkatan kemampuan
menulis narasi siswa ini dapat dilihat pada Tabel 11 pencapaian skor menulis
narasi berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 11. Daftar Nilai Menulis Menulis Narasi Siklus III Kelas V SD
Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010
No. Nama Pre test Jumlah
Keterangan I II III IV V
1 Ifan Rizki Sunarto 18 15 11 18 4 66 Tuntas
2 Trisya Dinda A. 23 17 15 18 4 77 Tuntas
3 Wahyu Erianto 17 14 14 14 3 62 Tidak Tuntas
4 Alaina Gurnika 17 10 10 14 4 65 Tuntas
5 Anisa Purnamasari 19 14 15 17 4 69 Tuntas
6 Adi Cahyo Nugroho 17 12 14 15 3 61 Tidak Tuntas
7 Ahmad Gusali 21 16 16 18 4 75 Tuntas
8 Aditya Yudistira 20 17 15 19 4 75 Tuntas
9 Fitri Rusyana 19 17 17 18 4 75 Tuntas
10 Fery Dwi O. 17 14 15 17 4 67 Tuntas
11 Guntur Lenata D. 22 17 13 21 4 77 Tuntas
12 Ilham Soleil B. 22 17 14 20 4 77 Tuntas
13 Kristiyani S. 21 17 16 21 4 79 Tuntas
14 Lely Widyasari 26 18 17 18 4 83 Tuntas
15 Muhammad Daffa R. 18 15 14 14 4 65 Tuntas
16 Nur’aini Fitria 27 17 17 20 4 85 Tuntas
17 Nicko Pradwimas S. 18 15 17 21 4 75 Tuntas
18 Novia Desta S. 28 18 17 22 4 89 Tuntas
19 Pradipta Barly P. 17 17 15 14 4 67 Tuntas
20 Putriana W. 27 19 17 18 4 85 Tuntas
21 Puspa Dwiyanti 17 17 15 18 4 71 Tuntas
22 Yuaninda Ajeng P. 19 17 17 20 4 77 Tuntas
23 Yustizia Kusuma R. 28 17 18 21 4 88 Tuntas
24 Andi Abdullah 26 17 16 21 4 84 Tuntas
25 Diki Hardinata 18 17 16 20 4 75 Tuntas
26 Nehemia Koes Januar 22 18 17 20 4 81 Tuntas
27 Intan 28 17 17 21 4 87 Tuntas
28 Ferdian R. 24 16 17 19 4 80 Tuntas
29 Aviandra Nazarika 19 15 14 17 4 68 Tuntas
TOTAL 2185 ≤65= 2 siswa
RATA-RATA 75,34 ≥65=27 siswa
Keterangan
I : Isi
II : Organisasi
III : Kosakata
IV : Pengemb. Bahasa
V : Mekanik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Pada siklus III, terdapat 27 siswa yang mencapi batas ketuntasan
belajar, yaitu lebih atau sama dengan 63. Ini sudah mencapai target yang
ditentukan sebelumnya, bahwa 70% dari jumlah siswa 29, yaitu 22 siswa
harus mencapai batas ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil analisis dan
refleksi di atas, tindakan pada siklus III dikatakan berhasil dan sudah
mencapai target. Secara keseluruhan, proses pembelajaran berlangsung
dengan lancar. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan
siklus sebelumnya.
4. Deskripsi Antarsiklus
Secara ringkas, hasil pelaksanaan ketiga siklus tindakan di atas dapat
dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12. Hasil tindakan Ditinjau dari Indikator Ketercapaian PTK
No Kegiatan Siswa Persentase
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Minat terhadap
kegiatan menulis
narasi
48% 55% 76%
2. Keaktifan
memperhatiakn
pembelajaran
41% 55% 83%
3. Bekerja sama dengan
kelompok
59% 75% 79%
Berdasarkan data rekapitulasi di atas, dapat dinyatakan bahwa terjadi
peningkatan pada indikator yang ditetapkan guru dari hasil pelaksanaan
tindakan siklus I, siklus II, siklus III. Berdasarkan data tersebut, dapat
dinyatakan bahwa terjadi peningkatan pada setiap indikator yang telah
ditetapkan dari hasil pelaksanaan siklus, I, II, dan III. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif investigasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
kelompok dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi
siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tindakan siklus I, siklus II dan siklus III guru dikatakan
telah berhasil melaksanakan pembelajaran menulis narasi dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif investigasi kelompok.
Penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan guru dalam
mengelola kelas karena metode ini dapat digunakan untuk memotivasi siswa
agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi.
Keberhasilan metode investigasi kelompok dalam meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi dapat dilihat dari
indikator-indikator sebagai berikut.
1. Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Narasi
Tindakan-tindakan berupa penerapan metode investigasi kelompok
yang dilaksanakan dalam tiap siklus mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro. Hal ini
dapat dilihat pada indikator-indikator berikut:
a. Kerja Sama dengan Anggota Kelompok Selama Proses
Pembelajaran
Bekerja sama yang dimaksud adalah sejauh mana siswa dapat
bekerja sama dengan anggota dalam satu kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 5 sampai 6 anggota. Di sini diharapkan siswa yang
mempunyai kemampuan menulis yang tinggi dapat membantu siswa
lain yang mengalami kesulitan. Adapun indikator bekerja sama
meliputi: membantu menjelaskan pada teman apabila belum jelas materi
yang disampaikan guru, menciptakan interaksi saling memberi bantuan
secara terus-menerus.
Rincian peningkatan bekerja sama dengan anggota kelompok
pada pra siklus sampai siklus III sebagai berikut: pada pra siklus
tercatat 3 siswa mendapat nilai 4 (baik); dan 17 siswa mendapat nilai 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
(sedang); siklus I: 17 siswa mendapat nilai 4 (baik); dan 11 siswa
mendapat nilai 3 (sedang); siklus II: 22 siswa mendapat nilai 4 (baik),
dan 7 siswa mendapat nilai 3 (sedang); siklus III: 7 siswa mendapat
nilai 5 (sangat baik), 16 siswa mendapat nilai 4 (baik); dan 6 siswa
mendapat nilai 3 (sedang). Secara umum rata-rata kerja sama kelompok
siswa pun mengalami peningkatan.
b. Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran Menulis Karangan Narasi
Keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan di dalam proses
pembelajaran menulis karangan narasi. Dalam hal ini peneliti
menentukan indikator keaktifan siswa. Indikator ini meliputi: siswa
mengajukan pertanyaan, siswa menjawab pertanyaan, menanggapi
pertanyaan, memperhatikan pertanyaan teman.
Adapun rincian peningkatan kualiatas keaktifan mulai dari
prasiklus hingga siklus III adalah sebagai berikut: pada prasiklus
terdapat 2 siswa mendapat nilai 4 (baik); 5 siswa mendapat nilai 3
(sedang); dan 11 siswa mendapat nilai 2 (kurang); siklus I tercatat 12
siswa mendapat nilai 4 (baik); 14 siswa mendapat nilai 3 (sedang); dan
3 siswa mendapat nilai 2 (kurang); siklus II tercatat 16 siswa mendapat
nilai 4 (baik); 13 siswa mendapat nilai 3 (sedang); siklus III 4 siswa
mendapat nilai 5 (sangat baik), 20 siswa mendapat nilai 4 (baik); 5
siswa mendapat nilai 3 (sedang). Peningkatan ini dilihat dari pergeseran
nilai rata-rata. Rata-rata peningkatan keaktifan siswa dari prasiklus
sampai siklus III terus mengalami peningakatan.
c. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Menulis Karangan Narasi
Minat yang dimaksud adalah semangat serta kemauan siswa
kearah positif dalam hal ini adalah proses pembelajaran menulis
karangan narasi. Adapun indikatornya fokus peneliti dalam menilai
minat meliputi: siswa dengan segera melakukan pembentukan
kelompok, siswa dengan segera mengerjakan tugas yang diberikan,
siswa menggunakan waktu dengan efektif dan efisien, siswa tidak
melakukan aktivitas sendiri di kelas (seperti: mengobrol dengan teman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
satu kelompok, memainkan benda, melamun saat proses pembelajaran
berlangsung).
Dari prasiklus sampai dengan siklus III, minat siswa di setiap
siklus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa ada
perkembangan positif siswa mendapat nilai 4 (baik); 14 siswa mendapat
nilai 3 (sedang), 2 siswa mendapat nilai 2 (kurang); siklus I tercatat 14
siswa mendapat nilai 4 (baik); 12 siswa mendapat nilai 3 (sedang), dan
3 siswa mendapat nilai 2 (kurang); siklus II 16 siswa mendapat nilai 4
(baik); 13 siswa mendapat nilai 3 (sedang); siklus III tercatat 16 siswa
mendapat nilai 5 (sangat baik), 6 siswa mendapat nilai 4 (baik); 6 siswa
mendapat nilai 3 (sedang).
2. Kualiatas Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Narasi
Penerapann metode pembelajaran investigasi kelompok juga mampu
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan narasi pada
siswa kelas V SD. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator berikut:
a. Isi (gagasan yang dikemukankan)
Siswa mampu menentukan ide tulisan, gagasan dan
mengembangkannya dengan cara bekerja sama dengan kelompok. Hal
ini menjadikan isi tulisan siswa lebih berbobot. Gagasan atau ide
tersebut dapat digali atau diperoleh dari berbagai sumber, antara lain
pengalaman, pengamatan, imajinasi, serta pendapat dan keyakinan.
Topik siap dijadikan bahan tulisan manakala rancangan topik tersebut
dipusatkan pada hal-hal yang memang diketahui serta telah terbatas
pada segi yang spesifik. Hal ini menjadi dasar bagi guru dalam
menentukan metode investigasi kelompok untuk diterapkan pada siswa
dalam pembelajaran menulis narasi.
Pada setiap siklus, aspek ini mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Pada siklus I, skor terendah siswa
dalam aspek ini adalah 15; sedangkan skor terendah siswa pada siklus
III adalah 17.
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
b. Pengorganisasian Tulisan
Hasil kerja siswa berupa tulisan narasi pada setiap siklus
menunjukkan bahwa siswa sudah mampu mengorganisasikan tulisan
dengan baik. Hal itu menjadikan tulisan siswa mudah dipahami oleh
pembaca meskipun masih ada beberapa siswa yang memiliki tulisan
dengan gagasan yang meloncat-loncat tidak sistematis.
Peningkatan kemampuan pada aspek ini tampak dalam skor
capaian siswa. Pada saat pretes, kemampuan siswa dalam
mengorganisasikan tulisan masih tergolong rendah, dengan kisaran skor
7-18. Masih banyak diantara mereka yang kurang lancar dalam
menuangkan ide, terpotong-potong dalam menyusunnya sehingga
pembaca sulit memahami maknanya. Pada saat postes, kisaran skor
tersebut mengalami peningkatan hingga mencapai skor maksimal 19
dan skor minimal 13.
c. Pemanfaatan Kosakata
Dalam tulisan narasi yang dibuat, siswa sudah mampu
memanfaatkan potensi kata. Siswa sudah mampu menggunakan
ungkapan-ungkapan yang memperindah karangan narasi. Hal ini
menjadikan karangan narasi siswa tidak lagi membosankan untuk
dibaca.
d. Penggunaan Kaidah Bahasa Tulis
Siswa telah mampu menggunakan kaidah bahasa tulis dengan baik
dibandingkan pada saat survei awal. Hal ini diindikatori oleh sedikitnya
kesalahan yang dilakukan siswa dalam penerapan bentuk bahasa.
Struktur kalimat telah disusun menurut aturan sintaksis yang benar
sehingga maksud yang terkandung dalam tulisan dapat dipahami
dengan baik oleh pembaca.
Penyingkatan kata dalam tulisan siswa juga sudah dapat
diminimalkan. Pemakaian huruf kapital dan tanda baca juga sudah
cukup tepat. Hanya sebagian kecil siswa yang masih melakukan
kesalahan dalam aspek ini. Peningkatan pada aspek ini disebabkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
tindakan guru yang telah memaparkan kesalahan yang dialami siswa
dan menerangkan cara memerbaikinya.
e. Karakteristik Tulisan
Pada saat survei awal, banyak diantara tulisan siswa yang bukan
karangan narasi. Meskipun guru telah memerintahkan siswa untuk
menulis narasi, sebagian besar siswa justru menulis jenis karangan
deskripsi, eksposisi. Hal ini disebabkan oleh ketidakpahaman siswa
terhadap karakteristik tulisan narasi. Setelah diberi penjelasan dan
disajikan contoh-contoh tulisan narasi, nilai siswa pada aspek ini terus
mengalami peningkatan.
Peningkatan dari setiap aspek penulisan tersebut menjadikan nilai
siswa dalam menulis narasi juga mengalami peningkatan. Pada saat
pretes, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis narasi masih
tergolong rendah. Hal ini tampak pada capaian nilai menulis narasi
siswa yang masih jauh dari batas nilai ketuntasan hasil belajar (63)
hanya 7 siswa yang mencapai nilai tersebut pada saat pretes. Kisaran
nilai yang dicapai siswa saat itu berkisar 42-66. Peningkatan yang
cukup signifikan terjadi pada siklus I, dari 29 siswa yang hadir, 11
siswa yang sudah mampu menulis narasi dengan benar meskipun nilai
mereka hanya berkisar 43-72. Pada siklus II, persentase kemampuan
siswa dalam menulis narasi mengalami peningkatan, yaitu 66%. Hal itu
berarti jumlah siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan hasil
belajar rneningkat, yaitu sebanyak 21 siswa. Kisaran nilai yang dicapai
siswa pada siklus II antara 53-77. Peningkatan cukup signifikan terjadi
pada siklus III, pada siklus ini, 72% siswa telah mampu mencapai nilai
ketuntasan hasil belajar meskipun ada 2 siswa mendapat nilai kurang
dari batas minimal ketuntasan belajar yang telah ditentukan (63).
Kisaran nilai pada siklus ini antara 61-89. Nilai siswa dari siklus ke
siklus mengalami peningkatan sebagai tolok ukur kemampuan siswa
dalam menulis narasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Menulis Narasi dari Siklus ke Siklus
No Nama Siswa Survei
Awal
Siklus
I
Siklus
II
Siklus
III Keterangan
1 Ifan Rizki Sunarto 42 43 64 66 Meningkat
2 Trisya Dinda A. 56 65 75 77 Meningkat
3 Wahyu Erianto 56 52 61 62 Meningkat
4 Alaina Gurnika 61 54 60 65 Meningkat
5 Anisa Purnamasari 64 51 65 69 Meningkat
6 Adi Cahyo Nugroho 43 43 58 61 Meningkat
7 Ahmad Gusali 63 57 64 75 Meningkat
8 Aditya Yudistira 53 57 68 75 Meningkat
9 Fitri Rusyana 58 63 72 75 Meningkat
10 Fery Dwi O. 53 51 56 67 Meningkat
11 Guntur Lenata D. 56 63 71 77 Meningkat
12 Ilham Soleil B. 55 53 55 77 Meningkat
13 Kristiyani S. 63 58 65 79 Meningkat
14 Lely Widyasari 63 64 69 83 Meningkat
15 Muhammad Daffa R. 63 63 65 65 Tetap
16 Nur’aini Fitria 43 63 77 85 Meningkat
17 Nicko Pradwimas S. 50 51 56 75 Meningkat
18 Novia Desta S. 51 72 85 89 Meningkat
19 Pradipta Barly P. 49 43 63 67 Meningkat
20 Putriana W. 51 63 71 85 Meningkat
21 Puspa Dwiyanti 65 59 69 71 Meningkat
22 Yuaninda Ajeng P. 57 70 73 77 Meningkat
23 Yustizia Kusuma R. 56 67 74 88 Meningkat
24 Andi Abdullah 50 43 65 84 Meningkat
25 Diki Hardinata 54 43 53 75 Meningkat
26 Nehemia Koes Januar 53 51 74 81 Meningkat
27 Intan 55 56 76 87 Meningkat
28 Ferdian R. 66 64 59 80 Meningkat
29 Aviandra Nazarika 50 57 63 68 Meningkat
RATA-RATA 55,13 56,61 66,41 75,34 Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri
Yosodipuro Surakarta ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus meliputi:
(1) tahap persiapan dan perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3)
tahap observasi dan interpretasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi.
Simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan kualitas
pembelajaran menulis narasi, baik proses maupun hasil, pada siswa kelas V SD
Negeri Yosodipuro Surakarta berikut ini.
1. Ada peningkatan kualiatas proses pembelajaran menulis karangan narasi pada
siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:
a. Adanya peningkatan kerja sama selama pembelajaran. Pada indikator ini
terjadi peningkatan pada tiap siklus. Pada siklus I menunjukkan sebesar
48%, pada siklus II sebesar 55%, pada siklus III sebesar 76%.
b. Adanya peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran. Pada siklus I
menunjukkan sebesar 41%, pada siklus II sebesar 55%, pada siklus III
sebesar 83%.
c. Adanya peningkatan minat siswa selama pembelajaran. Pada indikator ini
terjadi peningkatan nilai bekerja sama pada tiap siklus. Hal ini menunjukkan
bahwa ada perkembangan positif siswa mendapat 59% pada siklus I, 75%
pada siklus II dan 79% pada siklus III.
d. jumlah siswa aktif dalam memerhatikan contoh karangan narasi mengalami
peningkatan di setiap siklus, yaitu 48% pada siklus I, 65% di siklus II, dan
83% di siklus III;
2. Ada peningkatan hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD SD
Negeri Yosodipuro Surakarta.
Pada siklus I, nilai yang paling rendah adalah 43 dan nilai yang paling
tinggi adalah 72 dan terdapat 11 siswa atau 38% nilai di atas KKM. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
siklus II, siswa yang mendapat nilai di atas KKM mengalami peningkatan
sebesar menjadi 66.41% atau sebanyak 21 siswa. Nilai terendah pada siklus II
adalah 53 sedangkan nilai paling tinggi sebesar 85. Pada siklus III, 72,06%
siswa telah berhasil mencapai nilai di atas KKM. Pada siklus ini nilai
terendahnya adalah 61, sedangkan nilai tertinggi adalah 89 sehingga hasil
pembelajaran sudah dikatakan berkualitas karena persentase hasil pembelajaran
siswa lebih dari 75%.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran tergantung pada beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari pihak guru
yaitu kemampuan dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam
menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, memilih
metode yang digunakan dalam pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru
sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Kemudian faktor dari siswa, yaitu
minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga harus
diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh
guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila
guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam
mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana yang memadai, maka
guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Selain kemampuan
menyampaikan materi dengan baik, pemilihan metode pembelajaran yang tepat
akan sanagat mengefektifkan pembelajaran. Penyampaian materi dan
penggunaan metode yang tepat tersebut akan dapat diterima siswa apabila
siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar,
kondusif, efektif, dan efesien.
Secara lebih rinci, dapat dijelaskan masing-masing aspek di atas,
diantaranya adalah peneliti dapat membuka pengalaman baru bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
pembelajaran menulis narasi dapat dilakukankan dengan metode pembelajaran
investigasi kelompok. Pelaksanaan pembelajaran ini melibatkan guru dalam
membimbing dan siswa selama proses pembelajaran. Penelitian ini
memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan menerapkan metode
investigasi kelompok dalam pembelajaran menulis dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi. Oleh karena itu,
penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang
ingin menerapkan metode investigasi kelompok sebagai metode dalam
pembelajaran menulis. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam melaksanakan
pembelajaran menulis yang efektif dan menarik minat siswa untuk menulis.
Dengan metode ini, rasa takut, malu, dan grogi yang ada pada diri siswa saat
tampil bercerita di depan kelas dapat teratasi.
Penerapan metode pembelajaran investigasi kelompok menuntut siswa
untuk bekerja dalam kelompok dan saling membantu memahami materi serta
mengumpulkan poin kemajuan terbanyak sehingga bisa menjadi kelompok
terbaik. Hal tersebut membantu siswa lebih aktif selama pembelajaran
berlangsung. Meskipun dilaksanakan secara berkelompok, akan tetapi
tanggungjawab individu tetap menjadi prioritas mereka. Hal ini menumbuhkan
kemandirian siswa dalam belajar.
Dengan diterapkannya metode investigasi kelompok dalam pembelajaran
menulis, kemampuan menulis narasi siswa dapat terkembangkan. Semula,
sebagian siswa tidak dapat menulis dengan baik karena keterbatasan waktu
pembelajaran yang kuatang efektif. Sekarang, dengan metode ini mereka
semua dapat menulis narasi lebih baik karena ide yang dituangkan lebih banyak
dan mengefektifkan waktu pembelajaran.
Penerapan metode investigasi kelompok terbukti dapat meningkatkan
keterampilan menulis narasi siswa, dalam hal ini (1) kemampuan
penggorganisasian gagasasan, (2) pemilihan kata sudah tepat, (3) penggunaan
kosa kata yang bervariatif, (4) mekanika tulisan yang berkaitan dengan Ejaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Yang Disempurnakan (EYD), sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi
guru sebagai motode pembelajaran yang inovatif.
Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap
proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas
pembelajaran menulis narasi baik proses maupun hasilnya. Dari segi proses,
pembelajaran menulis narasi dengan metode investigasi kelompok dapat
mengefektifkan waktu, memupuk kerja sama siswa, dan memotivasi siswa
untuk menulis narasi dengan baik sehingga mereka tidak lagi takut, bingung
saat diminta menulis narasi karena sulit mengungkapkan ide.
C. Saran
Berkaitan dengan hasil yang dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Hendaknya banyak mencari dan membaca contoh-contoh tulisan narasi;
b. Siswa diharapkan memperbanyak kegiatan menulis agar dapat melatih
menuangkan ide secara sistematis dan memperkaya kosakata;
c. Hendaknya lebih akif dalam bertanya dan berdiskusi supaya memeroleh
informasi penjelas yang cukup berkaitan dengan pembelajatan menulis
narasi dengan investigasi kelompok.
2. Bagi Guru
a. Guru dapat menggunakan metode investigasi kelompok sebagai alternatif
metode dalam pembelajaran;
b. Guru hendaknya selalu menasehati dan memotivasi siswa supaya rajin
menulis;
c. Guru dapat mengenalkan metode investigasi kelompok kepada guru lain
sebagai metode yang digunakan dalam pembelajaran;
d. Guru hendaknya menyajikan pembelajaran menulis narasi semenarik
mungkin agar dapat menumbuhkan minat siswa dalam menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
3. Bagi Kepala Sekolah
a. Hendaknya memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan penelitian
dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti seminar
pendidikan, diklat, dan sebagainya;
b. Sebaiknya menyediakan sarana yang dapat mendukung kegiatan
pembelajaran agar dapat berjalan secara optimal.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Penelitian ini diharapkan mampu memicu berkembangnya penelitian-
penelitian lain yang lebih kreatif dan inovatif, khususnya terhadap
pembelajaran menulis narasi;
b. Diharapkan bagi peneliti lain untuk menjalin hubungan yang harmonis
dengan pihak guru dan sekolah yang diajak bekerja sama agar penelitian
yang dilakukan mampu mengkritisi permasalahan-permasalahan dalam
pembelajaran secara lebih mendalam.