i
RESIKO KARIES PADA PEROKOK DI DESA SESUMPU
KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Gigi
FIKRIYAH NUR
J111 13 009
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
ii
RESIKO KARIES PADA PEROKOK DI DESA SESUMPU
KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin
Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
FIKRIYAH NUR
J111 13 009
BAGIAN KONSERVASI GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Esa karena hanya
dengan berkat, kekuatan, kasih dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Risiko Karies Pada Perokok Di
Desa Sesumpu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Selain itu skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran gigi.
Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi,
namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai belah pihak sehingga akhirnya,
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu,M.A. Selaku Rektor Universitas
Hasanuddin.
2. Dr. drg. Baharuddin Thalib, Sp.Pros, selaku dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Hasanuddin.
3. Dr. drg. Indrya Kirana Mattulada, MS. selaku dosen pembimbing
penulisan skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktu disela-sela
kesibukan untuk memberikan arahan, petunjuk, pengertian serta bimbingan
bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
vi
4. drg. Erni Marlina, Sp.PM dan drg. Ali Yusran, M.Kes selaku penasehat
akademik yang senantiasa memberi dukungan, nasihat, motivasi dan
semangat, sehingga penulis berhasil menyelesaikan jenjang perkuliahan
dengan baik.
5. Orang tua saya, Tahang Faisal dan Nursam serta saudara-saudaraku Fiqran
Ammar, Wafiq Azizah, Waldan Ahmad yang tercinta. Terimakasih telah
memberikan doa, dukungan, bantuan, didikan, nasihat, perhatian, semangat,
dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
6. Untuk Imam Fauzan, terima kasih banyak atas segala perhatian, kasih sayang,
serta dukungannya selama ini kepada penulis.
7. Izabella Lubis, Julian Marchel, dan Fadel Muhammad, sebagai sahabat yang
selalu sedia menjadi tempat berbagi suka dan duka selama ini dari menjadi
mahasiswa baru hingga sekarang. Semoga hingga seterusnya.
8. Seluruh Dosen, Staf Akademik, Staf Tata Usaha, Staf Perpustakaan FKG
UNHAS, dan Staf Bagian Konservasi Gigi yang telah banyak membantu
penulis.
9. Teman-teman skripsi bagian Konservasi Gigi, terimakasih telah berbagi
apapun dan senantiasa memberi dukungan kepada penulis.
10. Segenap keluarga besar Restorasi 2013, terima kasih untuk kekompakan,
rasa persaudaraan dan kepedulian kalian selama menjadi mahasiswi preklinik.
Semoga hingga seterusnya tetap terjalin.
vii
Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan dari berbagai belah
pihak kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu untuk menyelesaikan
skripsi ini dapat dibalas oleh Allah yang Maha Esa. Penulis menyadari adanya
kekurangan dan ketidak sempurnaan pada skripsi ini tetapi dengan kerendahan hati
penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat berguna dalam mengembangkan ilmu
kedokteran gigi ke depan.
Makassar, 3 November 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Latar Belakang: Merokok merupakan kebiasaan yang sudah menjadi gaya hidup dikalangan masyarakat. Survei WHO tahun 2008 mengemukakan bahwa sepertiga daripenduduk dunia terutama orang dewasa adalah perokok. Merokok tidak hanyamemberikan efek secara umum pada kesehatan tetapi juga dapat menimbulkankelainan pada rongga mulut seperti karies gigi. Merokok dapat menurunkan aliransaliva istirahat, menurunkan pH dan kapasitas buffer. Tujuan: Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui resiko terjadinya karies pada perokok di Desa SesumpuKabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur. Metode: Jenispenelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional.Jumlah sampel sebanyak 100 pria berusia 21-50 tahun. Teknik pengumpulan datamenggunakan kuesioner dan pemeriksaan DMF-T, OHIS, laju aliran saliva istirahat,dan pH saliva. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman dan ujikorelasi Pearson.Hasil: Terdapat korelasi yang signifikan antara laju aliran salivadan pH saliva terhadap jumlah DMF-T pada perokok. Terdapat korelasi yangsignifikan antara OHIS dan DMF-T pada perokok.
Kata Kunci: Perokok, Karies, DMF-T, OHIS, Laju aliran saliva istirahat, pH saliva
ix
ABSTRACT
Faculty of Dentistry, University of Hasanuddin
Background: Smoking is a habit that has become a lifestyle among the public. WHOsurvey in 2008 suggested that a third of the world's population, especially adults aresmokers. Smoking not only provide general effect on health but also can causeabnormalities in the oral cavity such as dental caries. Smoking can decrease restingsalivary flow rate, pH saliva, and buffer capacity. Purpose: The research aimed todetermine the caries risk of smokers at Sesumpu village in Penajam Paser UtaraDistrict, Kalimantan Timur Province. Methods: The study was an observationaldescriptive with cross sectional design. Total sample are 100 males aged 21-40 years.Techniques of data collection using questionnaire and examination that includesDMF-T, OHIS, resting salivary flow rate, and pH saliva. Analysis using Spearmancorrelation and Pearson correlation. Results: There is a significant correlationbetween salivary flow rate and salivary pH to DMF-T on smokers. There is asignificant correlation between OHIS and DMF-T on smokers.
Keywords: Smoking, Caries, DMF-T, OHIS, Salivary flow rate, pH saliva
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
SAMPUL DALAM............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
ABSTRAK ......................................................................................................viii
ABSTRACT .....................................................................................................ix
DAFTAR ISI......................................................................................................x
DAFTAR TABEL .........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang……………………………………………………………...….1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………….…..2
1.3 Tujuan penelitian………………………………………………………….......2
1.4 Manfaat penelitian………………………………………………….…………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok………………………………………………….…………...................3
xi
2.1.1 Definisi rokok…………………………………………………..……..3
2.1.2 Klasifikasi rokok…………………………………………………..….3
2.1.3 Kandungan rokok………………………………………………….…4
2.1.4 Efek rokok…………………………………………….……………...5
2.2 Karies…………………………………………………………….................6
2.2.1 Definisi karies………………………………………………………..6
2.2.2 Etiologi karies………………………………………………………..6
2.2.3 Patogenesis karies……………………………………………………7
2.2.4 Penilaian karies………………………………………………………7
2.3 Saliva…………………………………………………………….…………8
2.3.1 Definisi saliva………………………………………………………..8
2.3.2 Fungsi saliva………………………………………………………...8
2.3.3 Komponen penyusun saliva…………………………………………9
2.4 Hubungan rokok dan karies……………………………………………….10
2.5 OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) ………………………………….11
BAB III KERANGKA TEORI DAN KONSEP
3.1 Kerangka teori…………………………………………………………….13
3.2 Kerangka konsep………………………………………………………….14
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian…………………………………………………….……….15
4.2 Rancangan penelitian……………………………………………….……...15
4.3 Tempat dan waktu penelitian……………………………………….……...15
4.3.1 Tempat penelitian……………………………………………………15
4.3.2 Waktu penelitian……………………………………………………..15
4.4 Populasi dan sampel penelitian…………………………………………….15
4.4.1 Populasi penelitian…………………………………………………...15
4.4.2 Sampel penelitian…………………………………………………….16
4.5 Kriteria sampel………………………………………………….…………..16
4.6 Variabel penelitian………………………………………………………….16
4.7 Definisi operasional…………………………………………………….…...17
4.8 Kriteria penilaian…………………………………………………….………17
4.8.1 Karies……………………………………………………………….....17
4.8.2 OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) ..…..………...………………18
4.8.3 Laju aliran saliva istirahat……………..……………………………....19
4.8.4 pH saliva……………...……………………………………………… 19
4.9 Alat dan bahan………………………………………………….……………19
xiii
4.10 Prosedur penelitian……………………………………………………….. 20
4.11 Analisis dan pengolahan data…….………………………………………. 21
4.12 Alur penelitian……………………………………………………………. 22
BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………………………….23
BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………………….30
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan………………………………………………………………….34
7.2 Saran………………………………………………………………………...34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...35
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur…....…………....23
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok, Rokok
Yang Dihisap Dalam Sehari, Jenis Rokok……………………...24
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Menyikat
Gigi, Kunjungan Ke Dokter Gigi.................................................25
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Jumlah
DMF-T dan Kategori OHIS.........................................................26
Tabel 5.5 Uji Korelasi Antara DMF-T dan OHIS.................................................27
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Katergori pH Saliva
dan Laju Aliran Saliva Istirahat………………………………...28
Tabel 5.7 Uji Korelasi Laju Aliran Saliva dan pH Saliva
terhadap DMF-T.........................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Merokok merupakan kebiasaan yang sudah menjadi gaya hidup di kalangan
masyarakat. Kebiasaan merokok tidak hanya ditemukan pada golongan dewasa tetapi
juga sudah banyak pada remaja bahkan anak-anak.1 Survei WHO tahun 2008
mengemukakan bahwa sepertiga dari penduduk dunia terutama orang dewasa adalah
perokok.2 Menurut data The Asean Tobacco Control Report Card tahun 2008, sekitar
30,1% perokok berasal dari Asia Tenggara.3
Sebanyak 57.563.866 penduduk dewasa di Indonesia adalah perokok.3 Menurut
data Word Health Organization (WHO) tahun 2008, bahwa Indonesia menempati
peringkat ke 3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia, dan kini Indonesia juga
menjadi negara dengan jumlah perokok remaja tertinggi di dunia.4
Menurut WHO penyebab berbagai penyakit pada perokok aktif maupun pasif
disebabkan oleh rokok.1 Banyak penelitian mengemukakan bahwa rokok berkaitan
erat dengan penyakit seperti kanker paru, penyakit kardiovaskuler, gangguan saraf,
gangguan penglihatan, dan sebagainya.1 Merokok tidak hanya memberikan efek secara
umum pada kesehatan tetapi juga dapat menimbulkan kelainan pada rongga mulut
seperti karies gigi. Merokok dapat menurunkan aliran saliva istirahat, menurunkan pH
dan kapasitas buffer.5 Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi ditandai
rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktivitas metabolisme bakteri dalam plak
yang menyebabkan terjadinya demineralisasi akibat interaksi antar produk
mikroorganisme, saliva, dan bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email.13
Penelitian terkini mengemukakan bahwa ada hubungan antara merokok dan karies
gigi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui resiko karies pada perokok di Desa
Sesumpu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana resiko terjadinya karies pada perokok di Desa Sesumpu Kabupaten
Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur?
1.3 Tujuan penelitian
Untuk mengetahui resiko karies pada perokok di Desa Sesumpu Kabupaten
Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur.
1.4 Manfaat penelitian
Menginformasikan kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya karies gigi
akibat merokok, memberi motivasi bagi masyarakat untuk berhenti merokok dan
diharapkan jumlah karies perokok akan berkurang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1 Definisi rokok
Rokok merupakan benda beracun yang dapat memberi efek santai dan sugesti
merasa lebih jantan. Rokok berisikan daun-daun tembakau yang telah dicacah dan
dibungkus dengan kertas berbentuk silinder berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm dengan diameter sekitar 10 mm.6
2.1.2 Klasifikasi rokok
Menurut Mackay (2006), jenis-jenis rokok dibedakan menjadi beberapa jenis
yaitu:6
1. Rokok buatan pabrik (filter) : rokok dengan isi potongan-potongan kecil
tembakau, berbagai bahan kimia dan bagian ujungnya ditambah filter. Proses
pembuatannya menggunakan mesin dan jenis rokok ini paling banyak di
gunakan di seluruh dunia.
2. Roll-your own (rokok gulung) : rokok yang dibuat sendiri oleh perokok. Rokok
jenis ini mengandung racun dan bahan karsiogenetik sama besarnya dengan
rokok buatan pabrik dan perokok memilik kemungkinan lebih besar terpapar
tembakau dengan konsentrasi tinggi, tar, nikotin, dan Tobacco Spesific
Nitrosamins (TSNAs).
4
3. Moist Snuff : tembakau yang dikonsumsi dengan meletakkannya dimulut dan
di rekatkan di pipi atau gusi dengan jumlah yang kecil.
4. Cerutu : rokok yang berisi ramuan khusus dan tembakau yang di fermentasi
yang dibuat oleh ahli pembungkus daun tembakau.
5. Water pipes (shisa) : pembakaran tembakau di sebuah kendi kecil yang di aliri
pipa.
6. Kretek : rokok dengan aroma cengkeh yang berasal dari Indonesia dan biasa
ditambahkan berbagai bahan beraroma dan eugenol yang memiliki efek
anastesi.
7. Pipes : terbuat dari akar tanaman dan tanah liat, tembakau diletakkan dalam
mangkuk dan dihisap lewat pipa.
2.1.3 Kandungan rokok
Satu batang rokok yang dibakar menghasilkan 4000 macam bahan kimia,
diantaranya ada 400 macam bahan kimia bersifat toksik dan menghasilkan kira-kira
5000 mg gas (92%) dan bahan partikel padat (8%).2,7 Asap rokok mengandung
campuran substansi-substansi kimia dalam bentuk gas dan partikel-partikel terdispersi
di dalamnya.2 Asap rokok dibedakan menjadi asap utama (mainstream smoke) dan
asap samping (sidestream smoke). Asap utama merupakan asap yang dihisap oleh
perokok, sedangkan asap samping merupakan asap yang terus menerus keluar dari
ujung rokok dan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perokok pasif.7
Komponen pokok pada asap rokok dalam bentuk gas adalah amonia,
karbonmonoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, nitrogen dioksida, hidrogen
5
sianida. Sedangkan dalam bentuk partikel adalah tar, nikotin, metal (seperti cadmium,
timah (lead), nikel, besi, kromium, arsenic).8
Komponen utama dalam asap rokok yang bersifat toksik adalah nikotin, tar,
karbonmonoksida.7 Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan pada
dosis tinggi bersifat racun. Nikotin sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan
saraf pusat.9 Nikotin dari hasil pembakaran rokok menyebabkan vasokonstriksi,
termasuk juga pada vaskularisasi pada jaringan periodontal gigi yang mengakibatkan
nekrosis dan ulserasi jaringan gingiva. Nikotin menghambat pembentukan fibroblast
gingiva dan meningkatkan risiko hilangnya perlekatan membran periodontal.10
Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbonaromatika yang bersifat karsinogenik.9
Komponen tar dalam asap rokok memilliki sedikitnya 4 jenis radikal bebas.8 Tar
memiliki kandungan yang beracun, sebagian merusak sel paru karena dapat lengket
dan menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya
kanker.9 Tar merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang dapat menyebabkan
perubahan warna gigi eksternal.10
Karbonmonoksida dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur
karbon.9 Karbonmonoksida merupakan gas beracun menyebabkan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen serta bahan lainnya yang terkandung dalam
rokok yang berbahaya dan merugikan tubuh, sehingga berakibat pada kematian sel
karena kekurangan oksigen.8
2.1.4 Efek rokok
Asap rokok dapat menimbulkan kelainan atau penyakit pada hampir semua organ
tubuh.11 Efek asap rokok secara umum pada kesehatan seperti kanker, non kanker
6
pada penyakit paru-paru, aterosklerosi (jantung, pembuluh darah), dan toksik pada
sistem produksi.12 Efek rokok yang dapat timbul pada rongga mulut baik gigi maupun
jaringan lunak seperti penyakit periodontal, karies gigi, kehilangan gigi, resesi gingiva,
lesi prakanker, kanker mulut, kegagalan intraosseous implant, meningkatkan risiko
dry socket, dan mengganggu penyembuhan luka pasca pencabutan gigi.5,10
2.2 Karies
2.2.1 Definisi karies
Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi ditandai rusaknya email dan dentin.
Hal ini disebabkan oleh aktivitas metabolisme bakteri dalam plak yang menyebabkan
terjadinya demineralisasi akibat interaksi antar produk mikroorganisme, saliva, dan
bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email.13 Kedalaman karies gigi dibagi
menjadi karies superfisialis (mengenai bagian email), karies media (sudah mengenai
bagian dentin gigi, tetapi belum melebihi setengah dentin), dan karies profunda (karies
gigi yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang sudah mencapai
pulpa).14
2.2.2 Etiologi karies
Terdapat empat faktor terjadinya karies gigi yaitu faktor host (gigi dan saliva),
diet, mikroorganisme, dan waktu.14 Terdapat faktor lain yang dapat memicu proses
terjadinya karies yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi, lingkungan,
status merokok, kehamilan, pendapatan keluarga, sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan gigi.15
7
2.2.3 Patogenesis karies
Faktor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya karies bekerja bersama dan
saling mendukung satu sama lain. Bakteri plak memfermentasikan karbohidrat dan
menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak turun menjadi 4,5-5,0 dalam
waktu 1-3 menit. pH kembali normal sekitar 7 dalam waktu 30-60 menit, jika
penurunan pH plak terjadi terus menerus maka dapat menyebabkan demineralisai pada
permukaan gigi. Mikroorganisme utama dalam proses terjadinya karies seperti
Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp sangat menyukai kondisi asam seperti ini.
Menurut penelitian Streptococcus mutans berperan dalam permulaan (initition)
terjadinya karies gigi, sedangkan yang berperan dalam proses perkembangan dan
kelanjutan karies yaitu Lactobacillus sp. Gambaran karies gigi diawali dengan
terlihatnya white spot pada permukaan enamel kemudian berjalan secara perlahan
sehingga lesi berkembang, dan dengan adanya destruksi bahan organik dan anorganik,
kerusakan berlanjut pada dentin yang dapat memicu kematian odontoblast.16
2.2.4 Penilaian karies
Menurut WHO, indeks DMF-T adalah untuk menilai status kesehatan gigi dan
mulut dalam hal karies gigi. Untuk menilai status kesehatan gigi dalam hal karies
digunakan nilai DMFT (Decay Missing Filled Teeth). Nilai DMF-T adalah angka yang
menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang. 17
1. Angka D (Decay) adalah gigi yang berlubang karena karies gigi.
2. Angka M (Missing) adalah gigi yang dicabut karena karies gigi.
3. Angka F (Filling) adalah gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies dan
dalam keadaan baik.
8
Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi dibagi menjadi:
1. Nilai DMF-T 0,0 – 1,1 : sangat rendah
2. Nilai DMF-T 1,2 – 2,6 : rendah
3. Nilai DMF-T 2,7 – 4,4 : sedang
4. Nilai DMF-T 4,5 – 6,5 : tinggi
5. Nilai DMF-T >6,6 : sangat tinggi
2.3 Saliva
2.3.1 Definisi saliva
Saliva adalah cairan tubuh yang dikeluarkan oleh tiga kelenjar saliva (parotis,
submandibular, dan sublingual). Saliva dilengkapi dengan beberapa konstituen yang
berasal dari serum darah, sel mukosa dan antibodi tubuh utuh atau yang dihancurkan
dan dari mikroorganisme utuh atau dihancurkan yang menghasilkan campuran
berbagai molekul kompleks. pH dikatakan normal apabila pH bernilai 6,8-7,2.18
2.3.2. Fungsi saliva
Saliva berperan penting dalam kesehatan mulut dengan membantu menjaga
kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus-menerus membantu membilas
residu makanan, melepaskan sel epitel, dan benda asing. Penyangga bikarbonat di
dalam saliva menetralkan asam di dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh
bakteri di mulut, sehingga membantu mencegah karies gigi.19
Fungsi saliva di dalam rongga mulut adalah sebagai berikut:20
1. Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase saliva, yang
merupakan suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida.
9
2. Saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel
makanan, sehingga mereka saling menyatu, serta menghasilkan pelumasan
karena adanya mukus yang kental dan licin.
3. Memiliki efek anti bakteri melalui efek ganda, pertama oleh lisozim, suatu
enzim yang menghancurkan bakteri tertentu, dan kedua dengan membilas
bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan.
4. Berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papilla
pengecap.
5. Mempermudah gerakan bibir dan lidah.
2.3.3 Komponen penyusun saliva
Kandungan air dalam saliva mencapai 99%, dengan komponen lain yang
menyusun adalah bahan organic, bahan anorganik, molekul makro, dan bahan anti
mikroba. Komponen tersebut berfungsi menjaga integritas jaringan di dalam rongga
mulut. Bahan organik yang menyusun saliva terdiri dari urea, glukosa bebas, asam
amino bebas, asam lemak, dan laktat. Bahan anorganik saliva terdiri dari sejumlah
besar kalsium, klorida, bikarbonat, natrium, kalium, amonium, dan asam fosfat,
ditambah sedikit magnesium, sulfat, iodine dan fluoride. Makromolekul penyusun
saliva terdiri dari protein, gula glikoprotein, lemak (kolesterol, trigliserida, lesitin, dan
fosfolipid), amylase, lisosim, peroksidase, dan immunoglobulin (IgA, IgG, dan
IgM).20
10
2.4 Hubungan merokok dan karies
Beberapa penelitian terdahulu mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara
rokok dan karies gigi, tetapi penelitian terkini menunjukkan bahwa rokok memberi
kontribusi pada proses terjadinya karies. Merokok dapat menurunkan derajat (pH)
saliva, menurunkan kapasitas buffer sehingga meningkatkan jumlah Lactobacillus dan
Streptococcus mutans. Asap rokok yang terus-menerus menyebar ke seluruh bagian
rongga mulut dan reseptor rasa terkena paparan dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan kurangnya sensitivitas dan perubahan reseptor dari indra perasa.
Perubahan respon reseptor rasa dapat berdampak pada perubahan laju aliran saliva.
Penurunan laju aliran saliva menyebabkan komponen anorganik akan menurun
sehingga mengakibatkan turunnya pH saliva. Merokok juga dapat menurunkan
kapasitas buffer dalam saliva. Penurunan kapasitas buffer akan diikuti dengan
penurunan pH saliva yang dapat memudahkan terjadinya karies gigi dan penyakit
kandidiasis pada rongga mulut. Merokok menurunkan aktivitas cystatin pada saliva
yang berguna menjaga kondisi rongga mulut dengan menghambat enzim proteolitik
tertentu. Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara karies dan rokok.
Tingginya insidensi terjadinya karies pada perokok berhubungan dengan menurunnya
konsentrasi S-IgA saliva. Merokok dapat mempengaruhi kadar immunoglobulin
saliva. Adanya beberapa komponen rokok seperti nikotin dapat memicu pertumbuhan
bakteri kariogenik (seperti Streptococcus mutans) pada perokok aktif maupun pasif.
Faktor lain yang menyebabkan karies pada perokok meliputi kebersihan mulut yang
buruk, kebiasaan makan yang berubah (seperti mengonsumsi gula yang lebih banyak),
jarang menyikat gigi, dan frekuensi berkunjung ke dokter lebih rendah dibanding
11
bukan perokok. Hubungan karies gigi dengan rokok masih belum diketahui jelas
meskipun terlihat bahwa merokok menimbulkan risiko karies gigi.10,21,22,23
Sumber: Upadhyaya N, Misrha R. A journey 1899 to 2013 finding associations between tobacco
smoking and dental caries. Research and Reviews: Journal of Dental Sciences (RRJDS). 2014; 2(2)
2.5 OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
OHI-S adalah keadaan kebersihan mulut seseorang yang dinilai dari adanya sisa
makanan / debris dan kalkulus (karang gigi) pada permukaan gigi dengan
menggunakan indeks Oral Hygiene Index Simplified yang merupakan jumlah indeks
debris (DI) dan indeks kalkulus (CI).24
Kriteria untuk debris sebagai berikut:
Nilai 0 : Tidak ada debris lunak yang menempel pada gigi.
Nilai 1 : Terdapat selapis debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.
Nilai 2 : Terdapat selapis debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi tetapi
tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.
MEROKOK
SALIVA PEROKOK
- efek buffer saliva menurun
- penurunan aktivitas
cystatin pada saliva dengan
menghambat enzim
proteolitik tertentu
- konsentrasi S-IgA menurun
- nikotin sebagai pemicu
pertumbuhan bakteri
kariogenik
- jumlah Lactobacillus dan
Streptococcus mutans tinggi
KARIES
GIGI
12
Nilai 3 : Terdapat selapis debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.
Rumus Debris Index (DI):
Kriteria untuk kalkulus sebagai berikut:
Nilai 0 : Tidak ada kalkulus.
Nilai 1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.
Nilai 2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi tetapi tidak
lebih dari 2/3 permukaan gigi.
Nilai 3 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.
Rumus Calculus Index (CI):
Kriteria penilaian OHI-S mengikuti ketentuan sebagai berikut.
DI =Jumlah penilaian debris
Jumlah gigi yang diperiksa
CI =Jumlah penilaian kalkulus
Jumlah gigi yang diperiksa
OHI-S = Debris Index Simplified (DI-S) + Calculuc Index Simplified (CI-S)
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
3.1 Kerangka teori
Keterangan:
Variabel sebab
Variabel akibat
Variabel antara
Faktor predisposisi:1. Host (gigi dansaliva)2. Diet (karbohidratyang tinggi)3. Mikroorganisme(Streptococcusmutans danLactobacillus sp)
Faktor pemicu:Merokok
Karies Gigi
14
3.2 Kerangka konsep
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel sebab
Variabel akibat
Faktor pemicu:Merokok Karies Gigi
Pemeriksaan:1. DMF-T2. OHI-S3. Laju aliran saliva istirahat4. pH saliva
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif.
4.2 Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan metode cross sectional study.
4.3 Tempat dan waktu penelitian
4.3.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sesumpu Kabupaten Penajam Paser Utara
Provinsi Kalimantan Timur.
4.3.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2016.
4.4 Populasi dan sampel penelitian
4.4.1 Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah pria yang berusia 21- 40 tahun di Desa Sesumpu
Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur.
16
4.4.2 Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah pria perokok usia 21- 40 tahun di Desa
Sesumpu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan.
4.5 Kriteria sampel
Kriteria inklusi:
1. Laki-laki.
2. Usia 21-40 tahun.
3. Perokok.
4. Bersedia dilakukan pemeriksaan (kooperatif).
5. Bersedia mengumpulkan saliva dan puasa sebelum pengumpulan saliva.
Kriteria eksklusi:
1. Tidak bersedia dilakukan pemeriksaan (non-kooperatif).
2. Tidak bersedia mengumpulkan saliva dan puasa sebelum pengumpulan saliva.
3. Memiliki penyakit sistemik.
4.6 Variabel penelitian
1. Variabel sebab : Merokok
2. Variabel akibat : Karies
17
4.7 Definisi operasional
1. Merokok adalah seseorang yang memasukkan rokok yang langsung berkontak
dengan rongga mulut.
2. Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan dimulai dari permukaan email gigi dan dapat meluas ke arah pulpa.
3. Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada
seseorang atau sekelompok orang.
4. OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) adalah index yang digunakan untuk
mengukur daerah permukaan gigi yang tertutup oleh debris dan kalkulus. Yang
merupakan jumlah dari Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI).
5. Laju aliran saliva istirahat adalah laju atau tingkat aliran saliva tanpa adanya
stimulus dari luar yang diukur dengan mengumpulkan saliva yang ditampung
dalam gelas ukur sesuai batas waktu yang ditentukan.
6. pH saliva merupakan derajat keasaman saliva yang diukur menggunakan
universal test paper.
4.8 Kriteria penilaian
4.8.1 Karies
Karies gigi diukur menggunakan dengan indeks DMF-T (DMF-Teeth) dengan
menjumlahkan komponen dari DMF.
18
Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang.
Kriteria penilaian DMF-T menurut WHO :
1) 0,0 – 1,1 : sangat rendah
2) 1,2 – 2,6 : rendah
3) 2,7 – 4,4 : sedang
4) 4,5 – 6,5 : tinggi
5) > 6,6 : sangat tinggi
4.8.2 OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
OHI-S adalah keadaan kebersihan mulut dari responden yang dinilai dari adanya
sisa makanan / debris dan kalkulus (karang gigi) pada permukaan gigi dengan
menggunakan indeks Oral Hygiene Index Simplified yang merupakan jumlah indeks
debris (DI) dan indeks kalkulus (CI).
Kriteria penilaian OHI-S mengikuti ketentuan sebagai berikut.
Kriteria skor OHI-S adalah sebagai berikut:
Baik (good) : Bila nilai berada diantara 0 - 1,2
Sedang (fair) : Bila nilai berada diantara 1,3 – 3,0
Buruk (poor) : Bila nilai berada diantara 3,0 – 6,0
DMF − T =Jumlah DMF − T populasi
Jumlah populasi yang diperiksa
OHI-S = Debris Index Simplified (DI-S) + Calculuc Index Simplified (CI-S)
19
4.8.3 Laju aliran saliva istirahat
Laju aliran dari saliva istirahat diukur dan dicatat dengan mengumpulkan saliva
kedalam gelas ukur selama 5 menit. Aliran saliva dihitung berdasarkan jumlah saliva
yang terkumpul dibagi waktu yang digunakan untuk mengumpulkan saliva.
Kriteria aliran saliva:
1) Aliran lambat : Bila alirannya < 0,7 ml/menit.
2) Aliran normal : Bila alirannya diantara 0,7-1 ml/menit.
3) Aliran cepat : Bila alirannya > 1 ml/menit.
4.8.4 pH saliva
Pengukuran pH saliva diukur dengan menggunakan universal test paper.
Penilaian pH saliva :
1) pH < 6,8 maka saliva bersifat asam
2) pH 6,8-7,2 maka saliva bersifat normal
3) pH >7,2 maka saliva bersifat basa
4.9 Alat dan bahan
1. Surat persetujuan menjadi subjek penelitian (Informed consent).
2. Alat diagnostik (kaca mulut, sonde).
3. Alat tulis.
4. Handscoon dan masker.
5. Povidone Iodine dan air.
6. Universal test paper.
20
7. Disclosing Solutions.
8. Cotton Pellets.
9. Gelas plastik untuk menampung saliva.
10. Gelas ukur.
4.10 Prosedur penelitian
1. Menentukan sampel berdasarkan kriteria inklusi
2. Sampel diberi Informed Consent mengenai persetujuannya berpartisipasi
dalam penelitian ini.
3. Sampel diberikan kuesioner oleh peneliti.
4. Melakukan pengumpulan saliva diantara pukul 9 pagi sampai dengan 12 siang.
Sampel dilarang melakukan aktivitas rongga mulut seperti, menyikat gigi,
makan, minum atau pun merokok 1 jam sebelum pengambilan saliva.
5. Pengumpulan saliva mengunakan metode spitting, yaitu sampel dalam posisi
duduk dengan tenang dan diam sambil menundukkan kepala. Sampel tidak
diperbolehkan untuk menelan saliva selama proses pengumpulan.
Pengumpulan saliva dilakukan selama 5 menit, subjek diminta untuk
mengeluarkan saliva yang terkumpul dalam mulut ke dalam gelas, kemudian
saliva diukur dengan menggunaan gelas ukur.
6. Melakukan pengukuran laju aliran saliva istirahat menggunakan gelas ukur
kemudian hasil dicatat.
7. Melakukan pengukuran pH saliva menggunakan universal test paper.
21
8. Melakukan pemeriksaan rongga mulut untuk melihat status karies gigi dengan
menggunakan indeks DMF-T.
9. Melakukan pemeriksaan OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified).
10. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
4.11 Analisis data
Jenis data : Data primer.
Pengumpulan data : Diperoleh dari kuesioner, pemeriksaan karies gigi,
pemeriksaan OHIS, laju aliran saliva istirahat, dan pH
saliva.
Penyajian data : Disajikan dalam bentuk tabel dan uraian.
Analisis dan Pengolahan data : Uji Korelasi Pearson dan Uji Korelasi
Spearman dengan software SPSS versi 20.
22
4.12 Alur Penelitian
Penetapan sampel
penelitian
Pengisian kuesioner
Pengumpulan saliva
Hasil
Pengukuran laju aliran
saliva dan pH saliva
Pemeriksaan DMF-T dan
OHIS
Analisis data
Kesimpulan
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada sampel laki-laki perokok yang bertempat tinggal di
Desa Sesumpu, Kab. Penajam Paser Utara Prov. Kalimantan Timur pada bulan
Agustus-September 2016 dengan jumlah sampel 100 orang. Kemudian dari hasil
penelitian diperoleh data tabel sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Sumber: Data Primer
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 100 responden, jumlah responden tertinggi
adalah pada kelompok umur 36-40 tahun, yaitu sebanyak 49 atau 49,0%. Sedangkan
jumlah responden terendah adalah pada kelompok umur 21-25 tahun sebanyak 9 atau
9,0%.
Umur (tahun) n %
21-25 9 9,0
26-30 17 17,0
31-35 25 25,0
36-40 49 49,0
Total 100 100,0
24
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok, Rokok Yang
Dihisap Dalam Sehari, Jenis Rokok
Sumber: Data Primer
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 100 responden, bila ditinjau dari lama
merokok, persentase responden tertinggi adalah >10 tahun sebanyak 75 atau 75,0%,
sedangkan terendah adalah <5 tahun sebanyak 4 atau 4,0%. Berdasarkan jumlah
rokok (bungkus) yang dihisap sehari, persentase responden tertinggi adalah 1
bungkus sebanyak 63 atau 63,0%, sedangkan terendah adalah 3 bungkus sebanyak 3
atau 3,0%. Berdasarkan jenis rokok yang dihisap, mayoritas responden menghisap
jenis rokok filter sebanyak 88 atau 88,0%.
Variabel n %1. Lama Merokok (Tahun)
a. <5b. 5-10c. >10
Total
2. Rokok yang Dihisapdalam Sehari (Bungkus)a. 1b. 1,5c. 2d. 3
Total
3. Jenis Rokoka. Filterb. Kretek
Total
42175100
6312223
100
8812100
4,021,075,0100,0
63,012,022,03,0
100,0
88,012,0100,0
25
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Menyikat Gigi,
Kunjungan Ke Dokter Gigi
Variabel n %1. Aktivitas Menyikat Gigi
Seharia. 1 kalib. 2 kalic. 3 kali
Total
2. Kunjungan ke DokterGigia. Jarangb. Seringc. Tidak pernah
Total
196417100
29170100
19,064,017,0100,0
29,01,070,0100,0
Sumber: Data Primer
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 100 responden, bila ditinjau dari aktivitas
menyikat gigi dalam sehari, persentase responden tertinggi adalah 2 kali sebanyak 64
atau 64,0%, sedangkan terendah adalah 3 kali sebanyak 17 atau17,0%. Berdasarkan
intensitas kunjungan ke dokter gigi, mayoritas responden tidak pernah melakukan
kunjungan sebanyak 70 atau 70,0%.
26
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Jumlah DMF-T dan
Kategori OHIS
Sumber : Data Primer
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 100 responden, bila ditinjau dari kategori
jumlah DMF-T, maka jumlah responden tertinggi pada kategori jumlah DMF-T
sangat tinggi (>6,6), yaitu sebanyak 69 atau 69,0%. Sedangkan jumlah responden
terendah pada kategori jumlah DMF-T sedang (2,7-4,4), yaitu sebanyak 6 atau 6,0%.
Sedangkan untuk kategori OHIS, jumlah responden tertinggi pada kategori OHIS
buruk (3,0-6,0), yaitu sebanyak 58 atau 58,0%. Sedangkan jumlah responden
terendah pada kategori OHIS baik (0-1,2), yaitu sebanyak 2 atau 2,0%.
Kategori jumlah DMF-T n %
Sangat rendah 0 0Rendah 0 0Sedang 6 6,0Tinggi 25 25,0
Sangat Tinggi 69 69,0Total 100 100,0
Kategori OHIS n %Baik 2 2,0
Sedang 40 40,0Buruk 58 58,0Total 100 100,0
27
Tabel 5.5 Korelasi Antara DMF-T dan OHIS
Correlations
Jumlah DMF-T OHIS
Jumlah DMF-T PearsonCorrelation
1 -0,186*
Sig. (1-tailed) 0,032
N 100 100
OHIS PearsonCorrelation
-0,186* 1
Sig. (1-tailed) 0,032
N 100 100
*Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai Pearson Correlation yang dihubungkan
antara masing-masing variabel mempunyai tanda bintang, ini berarti terdapat korelasi
yang signifikan antara variabel yang dihubungkan. Dari hasil diatas dapat pula
diketahui korelasi antara DMF-T dengan OHIS dengan nilai signifikansi 0,032 <
0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara DMFT dengan OHIS
dimana semakin buruk OHIS maka semakin tinggi DMFT.
28
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Katergori pH Saliva dan Laju
Aliran Saliva Istirahat
Sumber : Data Primer
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 100 responden, bila ditinjau dari kategori pH
saliva maka jumlah responden tertinggi pada kategori pH saliva asam (pH <6,8) yaitu
sebanyak 79 atau 79,0%. Sedangkan jumlah responden terendah pada kategori pH
saliva basa (pH >7,2), yaitu sebanyak 6 atau 6,0%. Sedangkan untuk kategori laju
aliran saliva, jumlah responden tertinggi pada kategori laju aliran saliva lambat (<0,7
ml/menit) yaitu sebanyak 73 atau 73,0%. Sedangkan jumlah responden terendah
pada kategori laju aliran saliva normal (0,7-1 ml/menit) yaitu sebanyak 27 atau
27,0%.
Kategori pH Saliva n %
Asam 79 79,0Normal 15 15,0
Basa 6 6,0Total 100 100,0
Kategori Laju Aliran Saliva n %
Lambat 73 73,0Normal 27 27,0Cepat 0 0Total 100 100,0
29
Tabel 5.7 Korelasi Laju Aliran Saliva dan pH Saliva terhadap DMF-T
Correlations
Jumlah DMF-T pH salivaLaju aliran
saliva
Jumlah DMF-T SpearmanCorrelation
1,000 -0,395** -0,491**
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000
N 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai Spearman Correlation yang dihubungkan
antara masing-masing variabel mempunyai tanda bintang, ini berarti terdapat korelasi
yang signifikan antara variabel yang dihubungkan. Dari hasil diatas dapat pula
diketahui korelasi antara jumlah DMF-T dengan pH saliva nilai signifikansi 0,000 <
0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan. Selanjutnya, antara jumlah DMF-T
dengan laju aliran saliva nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi
yang signifikan. Semakin lambat laju aliran saliva dan semakin rendah pH saliva maka
semakin tinggi jumlah DMFT.
BAB VI
PEMBAHASAN
Merokok merupakan kebiasaan yang sudah menjadi gaya hidup di kalangan
masyarakat. Meskipun kebiasaan merokok berdampak buruk pada kesehatan, tetapi
prevalensi perokok terus meningkat.1 Merokok tidak hanya memberikan efek secara
umum pada kesehatan tetapi juga dapat menimbulkan kelainan pada rongga mulut
seperti karies gigi. Merokok dapat menurunkan aliran saliva istirahat dan menurunkan
pH yang mengakibatkan skor DMF-T pada perokok tinggi.5
Penelitian ini didapatkan jumlah sampel 100 orang perokok berjenis kelamin laki-
laki. Sampel ini diambil berdasarkan karateristik (purposive sampling). Sebanyak
57.563.866 penduduk dewasa di Indonesia adalah perokok.3 Menurut data Word
Health Organization (WHO) tahun 2008, bahwa Indonesia menempati peringkat ke 3
dengan jumlah perokok terbesar di dunia.4
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.1 menunjukkan distribusi perokok paling
banyak pada kelompok umur 36-40 tahun, yaitu sebanyak 49 atau 49,0%. Namun hasil
ini berbeda dengan hasil penelitan yang dilakukan Riskesdas tahun 2010. Data
Riskesdas 2010 menunjukkan umur 45-54 tahun yang paling banyak merokok sebesar
38.2%. Hal ini dapat terjadi kerena adanya pebedaan distribusi umur subjek penelitian
yang diteliti dan jumlah subjek penelitian pada Riskesdas lebih banyak dan mencakup
wilayah yang luas.25
31
Berdasarkan lama merokok pada penelitian ini paling banyak perokok dengan
lama merokok >10 tahun ditemukan sebanyak 75 atau 75,0%. Hasil ini berbanding
lurus dengan penelitian yang dilakukan oleh Djokja yang menunjukkan jumlah
perokok yang paling banyak dengan lama merokok >10 tahun sebesar 61 orang atau
81.25%.26 Rerata batang rokok yang dihisap per hari per orang Indonesia adalah 12,3
batang (setara satu bungkus). Sama dengan hasil penelitian ini, yaitu subjek penelitian
paling banyak adalah 1 bungkus per hari sebanyak 63 atau 63%. Di Indonesia 80-95%
memilih jenis rokok kretek untuk dikonsumsi.26 Berbeda dengan hasil penelitian ini,
yaitu subjek penelitian paling banyak ditemukan merokok dengan jenis rokok filter
sebesar 88 atau 88%.
Berdasarkan intensitas kunjungan ke dokter gigi, mayoritas sampel perokok tidak
pernah ke dokter gigi sebanyak 70 atau 70,0%. Hal ini karena tidak adanya tenaga
kerja medis terutama pada dokter gigi di Desa Sesumpu Kab Penajam Paser Utara.
Faktor lain yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut dan memeriksakan gigi ke dokter gigi .
Kebersihan mulut seserorang atau masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya adalah menyikat gigi. Menyikat gigi sebagai salah satu kebiasaan dalam
upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Frekuensi menyikat gigi sebagai bentuk
kebiasaan akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan mulut, di mana akan
mempengaruhi juga angka karies. Berdasarkan hasil penelitian ditribusi perokok bila
ditinjau dari aktivitas menyikat gigi dalam sehari, persentase tertinggi adalah 2 kali
sebanyak 64 atau 64,0%. Kebersihan mulut dilakukan berdasarkan ada tidaknya debris
dan karang gigi yang melekat atau menutupi permukaan gigi yang dinilai dengan
32
menggunakan indeks OHI-S.24 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
bahwa mayoritas kebersihan mulut pada perokok adalah buruk, hal ini terlihat dari
banyaknya responden yaitu 58 atau 58,0%.
Berdasarkan intensitas kunjungan ke dokter gigi yang rendah dan juga kebersihan
mulut yang buruk, hal ini menjadi faktor yang memudahkan timbulnya karies pada
perokok di Desa Sesumpu. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai
dengan larutnya mineral enamel sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara
enamel dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari
substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya
menjadi kavitas.28 Untuk menilai status kesehatan gigi dalam hal karies digunakan
nilai DMF-T (Decay Missing Filled Teeth). Beberapa hasil penelitian menunjukkan
secara signifikan bahwa perokok memiliki angka kejadian karies serta skor DMF-T
yang sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan penurunan fungsi saliva yang berperan
dalam proteksi gigi, akibat merokok.27 Berdasarkan hasil penelitian mayoritas jumlah
DMF-T perokok adalah sangat tinggi sebanyak 69 atau 69,0%.
Kebersihan mulut yang buruk dapat menimbulkan penyakit dalam rongga mulut.
Karies gigi merupakan salah satu akibat dari kebersihan mulut yang buruk.30 Pada
tabel 5.5 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara OHIS dan
DMF-T pada perokok. Dapat dikatakan bahwa jika kebersihan mulut pada perokok
buruk maka akan memudahkan terjadinya karies.
Karies disebabkan oleh beberapa faktor antara lain host, substrat, plak yang
mengandung bakteri, dan waktu. Faktor viskositas saliva, laju aliran, dan pH saliva
sebagai bagian dari host. Penentuan aktivitas karies pada individu dapat dilakukan
33
melalui penilaian resiko karies. Salah satu pemeriksaan dalam penilaian resiko karies
yaitu pemeriksaan laju aliran, pH dan kekentalan saliva. Kecepatan aliran saliva yang
rendah dan saliva dengan pH rendah dapat menyebabkan tingginya resiko terjadinya
karies gigi.28,29
Hasil pemeriksaan laju aliran saliva istirahat dan pH saliva untuk menilai resiko
karies perokok termuat pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa mayoritas perokok
memiliki laju aliran saliva lambat (<0,7 ml/menit) yaitu sebanyak 73 atau 73,0%.
Mayoritas perokok memiliki pH saliva asam (pH <6,8) yaitu sebanyak 79 atau 79%.
Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara laju aliran
saliva dan pH saliva terhadap jumlah DMF-T pada perokok. Hal ini membuktikan
bahwa rokok merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya resiko
perkembangan karies.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa rokok memberi kontribusi pada proses
terjadinya karies. Asap rokok yang terus-menerus menyebar ke seluruh bagian rongga
mulut dan reseptor rasa terkena paparan dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan kurangnya sensitivitas dan perubahan reseptor dari indra perasa.
Perubahan respon reseptor rasa dapat berdampak pada perubahan laju aliran saliva.
Penurunan laju aliran saliva menyebabkan komponen anorganik akan menurun
sehingga mengakibatkan turunnya pH saliva. Aliran saliva yang lambat dapat
menurunkan kapasitas buffer saliva yang dapat menurunkan pH saliva sehingga
menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya resiko perkembangan karies.21,22,29
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan di Desa
Sesumpu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Terdapat korelasi yang signifikan antara laju aliran saliva dan pH saliva terhadap
jumlah DMF-T pada perokok.
2. Terdapat korelasi yang signifikan antara OHIS dan DMF-T pada perokok.
3. Intensitas kunjungan ke dokter gigi dan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan gigi dan mulut yang kurang menjadi salah satu faktor yang
memudahkan timbulnya karies gigi pada perokok.
7.2 Saran
1. Disarankan kepada pemerintah agar menambah tenaga kesehatan terkhusus pada
dokter gigi agar masyarakat khususnya perokok dapat mengetahui pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut.
2. Disarankan bahwa adanya penelitian ini masyarakat khususnya bagi perokok
diharapkan dapat menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab lain dari karies.
DAFTAR PUSTAKA
1. Novitasari MK, Wowor V, Kaunang WPJ. Gambaran tingkat pengetahuan siswaSMA negeri 1 manado tentang dampak merokok bagi kesehatan gigi dan mulut.Jurnal e-GiGi (eG).2014; 2(2)
2. Fitria, Triandhini RINKR, Mangimbulude JC, Karwur FF. Merokok dan oksidasiDNA. Sains Medika.2013;5(2).p.120-7
3. Rahmadi A, Lestari Y, Yenita. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap rokokdengan kebiasaan merokok siswa SMP di kota padang. Jurnal Kesehatan Andalas.2013; 2(1).p.25-8
4. Fikriyah S, Febrijanto Y. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok padamahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal STIKES. 2012; 5(1).p.99-109
5. Yosadi ZD, Rompas S, Bawotong J. Hubungan kebiasaan merokok denganterjadinya smoker’s melanosis pada kalangan petani di desa tutuyan 1 kecamatantutuyan kabupaten bolaang mongondow timur. Ejournal Keperawatan (e-Kp).2015;3(3)
6. Indah R. Perilaku mahasiswa kedokteran terhadap gambar bahaya merokok padakemasan rokok. JOM FISIP. 2015; 2(2).p.4-6
7. Batubara IVD, Wantouw B, Tendean L. Pengaruh paparan asap rokok kretekterhadap kualitas spermatozoa mencit jantan (mus musculus). Jurnal e-Biomedik.2013; 1(1).p.330-6
8. Putra Y. Pengaruh rokok terhadap jumlah sel spermatozoa mencit jantan (musmusculus, strain jepang). Jurnal Sainstek. 2014; 6(1).p.30-8
9. Sari PD. Effect of cigarette smoke in quality and quantity spermatozoa. JMAJORITY. 2014; 3(7).p.102-6
10. Tumilisar DL. Tembakau dan pengaruhnya terhadap kesehatan mulut. J. KedoktMeditek.2011; 17(44).p.19-20
11. Haris A, Ikhsan M, Rogayah R. Asap rokok sebagai bahan pencemar dalamruangan. CDK-189.2012; 39(1).p.17-24
12. Syamsuddin. Asap rokok dan ruangan ber ac. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.2014; 4(2).p.136-41
13. Ramayanti S, Purnakarya I. Peran makanan terhadap kejadian karies gigi. JurnalKesehatan Masyarakat. 2013; 7(2).p.89-93
36
14. Prasetiyo G, Yuniarti, Irasanti SN. Hubungan tingkat pengetahuna mnengenaianatomi dan karies gigi dengan status karies gigi. Prosiding Penelitian SivitasAkademika Unisba (Kesehatan). 2015.p.1001-7
15. Notohartojo IT, Lely MA, Woro r, Olwin N. Nilai karies gigi pada karyawankawasan industry di pulo gadung Jakarta. Media Litbang Kesehatan. 2011;21(4).p.166-175
16. Soesilo D, Santoso RE, Diyatri I. Peranan sorbitol dalam mempertahankankestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Maj Ked Gigi (Dent J). 2005;38 (1).p.25-8
17. Notohartojo IT, Magdarina DA. Penilaian indeks DMF-T anak usia 12 tahun olehdokter gigi dan bukan dokter gigi di kabupaten ketapang propinsi Kalimantan barat.Media Litbangkes. 2013; 23(1).p.41-6
18. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and practice or oral medicine Ed.2. W.B.Saunders Company. Philadelphia.1995
19. Haskell R, Gayford J. Penyakit mulu alih Bahasa drg. Lilian yuwono.Ed.2.EGC.1990
20. Yanuaris W, Kristina S. Volatile sulfur compounds sebagai penyebab halitosis.Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.2013.
21. Pillai HS, Jagannathan N. Tobacco – a potential threat to the oral cavity.International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 2014; 6(1).p.38-40
22. Upadhyaya N, Misrha R. A journey 1899 to 2013 finding associations betweentobacco smoking and dental caries. Research anD Reviews: Journal of DentalSciences (RRJDS). 2014; 2(2).p.65-70
23. Dwiastuti N. Perbedaan pH saliva perokok dan bukan perokok pada mahasiswateknik mesin universitas muhammadiyah surakarta.2012
24. Basuni, Cholil, Putri DK. Gambaran indeks kebersihan mulut berdasarkan tingkatpendidikan masyarakat di desa guntung ujung kabupaten banjar. Dentino (JurnalKedokteran Gigi).2014;2(1).p.20-1
25. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan republikIndonesia.(internet).Availablefromhttp://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2013
37
26. Djokja RM, Lampus BS, Mintjelungan C. Gambaran perokok dan angka kejadianlesi mukosa muludi desa mosongan kecamatan banggai tengah. Jurnal e-gigi.2013;1(1):38-44.
27. Zitterbart PA, Matranga LF, Christen AG. Association between ciggarate smokingand the prevalence of dental caries in adult males. Gen Den 1990.38(6):426-31
28. Sulendra KT, Fatmawati DWA, Nugroho R. Hubungan pH dan viskositas salivaterhadap indeks DMF-T pada siswa-siswi sekolah dasar Baletbaru I dan BaletbaruII Sukowono Jember. Artikel Imilah Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasJember.2013
29. Senawa MWA, Wowor VNS, Juliatri. Penilaian resiko karies melalui pemeriksaanaliran dan kekentalan saliva pada pengguna kontrasepsi suntuk di Kelurahan BanjerKecamatan Tikala. Jurnal e-GiGi(eG).2015;3(1):162-9
30. Basuni, Cholil, Putri DKT. Gambaran indeks kebersihan mulut berdasarkan tingkatpendidikan masyarakat di Desa Guntung Ujung Kabupaten Banjar. Dentino(Jur.Ked.Gigi).2014;2(1):19