BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pindah silang atau crossing over merupakan suatu proses
yang menyebabkan bagian dari kromosom homolog saling
bertukar, menghasilkan rekombinansi baru gen-gen pada
kromosom yang sama. Pindah silang ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, temperatur, jarak ke
sentromer, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan
berpengaruh pada laju pindah silang. Pindah silang terjadi pada
saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah
silang biasanya terjadi pada setiap proses gametogenesis pada
kebanyakan mahkluk, misalnya pada tumbuhan, hewan dan
manusia. Pada umumya pindah silang terjadi pada kromatid-
kromatid tengah, yaitu kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad
kromatid. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya pindah
silang pada kromatid yang lain (Suryo, 2008).
Praktikum kali ini akan diadakan peragaan suatu proses
imitasi terjadinya pindah silang dimana strand dibentuk dengan
menggunakan malam atau lilin lembek. Lilin lembek atau malam
digunakan sebagai imitasi dari segmen-segmen kromatid bukan
saudara dari sepasang kromosom homolog beserta
sentromernya. Berdasarkan praktikum ini kita akan dapat
mengetahui proses pindah silang atau penukaran segmen dari
kromatid-kromatid dengan cara yang sederhana, mudah
dilakukan dan mudah dipahami.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum pindah silang ini adalah
bagaimana cara menirukan imitasi tentang terjadinya pindah
silang serta bagaimana cara mengetahui persen rekombinan
yang terbentuk akibat peristiwa pindah silang.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum pindah silang ini adalah untuk
mengetahui cara menirukan secara imitasi tentang terjadinya
pindah silang dan mengetahui perhitungan persen rekombinan
yang terbentuk akibat peristiwa pindah silang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromosom
Kromosom adalah kromatin yang merapat, memendek dan
membesar pada waktu terjadi proses pembelahan dalam inti sel
(nucleus), sehingga bagian–bagiannya dapat terlihat dengan
jelas di bawah mikroskop biasa. Kromosom berasal dari kata
chroma = berwarna, dan soma = badan. Terdapat di dalam
plasma nucleus, berupa benda–benda berbentuk lurus seperti
batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok, terdiri dari
bahan yang mudah mengikat zat warna. Kromosom terdiri dari 2
(dua) bagian, yaitu :
1. Sentromer, disebut juga kinetochore, merupakan bagian
kepala kromosom. Sentromer berfungsi sebagai tempat
berpegangan benang plasma dari gelendong inti (spindle)
pada stadium anafase. Sentromer tidak mengandung
kromonema dan gen.
2. Lengan, ialah badan kromosom sendiri. Mengandung
kromonema dan gen. Lengan kromosom memiliki 3 daerah,
yaitu :
a. Selaput, ialah lapisan tipis yang menyelimuti badan
kromosom
b. Kandung/matrix, mengisi seluruh lengan, terdiri dari cairan
bening.
c. Kromonema, ialah benang halus berpilin–pilin yang
terendam dalam kandung, dan berasal dari kromonema
kromatin sendiri. Di dalam kromonema terdapat kromomer
(pada manusia tidak jelas) (Elvita, 2008).
Kromosom merupakan pembawa bahan keturunan. Pada
makhluk tingkat tinggi, sel somatis mengandung satu stel
kromosom yang diterimanya dari kedua induk. Kromosom-
kromosom yang berasal dari induk betina bentuknya serupa
dengan yang berasal dari induk jantan. Maka sepasang
kromosom tersebut dinamakan kromosom homolog. Karena itu
jumlah kromosom dalam sel tubuh dinamakan diploid (2n). Sel
kelamin (gamet) hanya mengandung separuh dari jumlah
kromosom yang terdapat didalam sel somatis, karena itu jumlah
kromosom dalam gamet dinamakan haploid (n) (Suryo, 2008).
Kromosom dibedakan atas autosom (kromosom tubuh) dan
kromosom kelamin (kromosom seks). Kecuali beberapa hewan
tertentu, maka kebanyakan makhluk memiliki sepasang
kromosom kelamin dan sisanya autosom. Manusia memiliki 46
kromosom, terdiri dari 44 autosom dan 2 kromosom kelamin
(Suryo, 2008).
2.2 Gen
Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Besarnya
diperkirakan 4-50 m. Gen menumbuhkan serta mengatur
berbagai jenis karakter dalam tubuh baik fisik maupun psikis.
Gen sebagai faktor keturunan tersimpan di dalam kromosom,
yaitu di dalam manik–manik yang disebut kromomer atau
nukleusom dari kromonema. Gen terdiri dari DNA yang diselaputi
dan diikat oleh protein. Jadi secara kimia dapat disebut bahwa
bahan genetis itu adalah DNA (Elvita, 2008).
2.3 ADN
Kromosom tersusun atas nucleoprotein, yaitu
persenyawaan antara asam nukleat (asam organik yang banyak
terdapat didalam inti sel) dan protein seperti histon dan atau
protamin. Yang membawa keterangan genetik hanyalah asam
nukleat saja. Asam nukleat dibedakan atas ADN dan ARN (Suryo,
2008).
Asam deoksiribonukleat atau disingkat ADN merupakan
persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup,
yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari
makhluk dalam keseluruhannya dari makhluk dalam
keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Semua makhluk hidup kecuali beberapa virus memiliki ADN. Di
dalam sel, bagian terbesar dari ADN terdapat didalam nukleus,
terutama dalam kromosom (Suryo, 2008).
DNA atau Deoxyribonucleic Acid terbentuk dari empat tipe
nukleotida, yang berikatan secara kovalen membentuk rantai
polinukleotida (rantai DNA atau benang DNA) dengan tulang
punggung gula-fosfat tempat melekatnya basa-basa. Dua rantai
polinukleotida saling berikatan melalui ikatan hydrogen antara
basa-basa nitrogen dari rantai yang berbeda. Struktur DNA terdiri
dari :
1. Gula pentosa, yang dikenal deoksiribosa
2. Asam fosfat
3. Basa nitrogen, yang dapat dibedakan atas dua tipe dasar:
a. Pirimidin, basa ini dibedakan lagi atas Sitosin (S) dan Timin
(T)
b. Purin, basa ini dibedakan lagi atas Adenin (A) dan Guanin
(G)
Molekul ADN merupakan sebuah polimer panjang dari nukleotida,
yang dinamakan polinukleotida. Gugus fosfat yang terikat pada
5’- c dari gula berhubungan dengan 3’- c dari gula milik
nukleotida berikutnya. Begitu seterusnya, hingga terdapat seri
tulang punggung gula-fosfat yang terbentuk (Suryo, 2008).
Molekul DNA membawa informasi hereditas dari sel dan
komponen protein (molekul-molekul histon) dari kromosom
mempunyai fungsi penting dalam pengemasan dan pengontrolan
molekul DNA yang sangat panjang sehingga dapat dimuat di
dalam nucleus dan mudah diakses ketika dibutuhkan. Selama
reproduksi, jumlah kromosom yang haploid dan material genetik
DNA hanya separuh dari masing-masing parental, dan disebut
sebagai genom (Fatchiyah, 2006).
2.4 PINDAH SILANG
Yang dimaksud dengan pindah silang (bahasa Inggris:
“crossing over”) ialah proses penukaran segmen dari
kromatid-kromatid bukan kakak beradik (bahasa Inggris:
“nonsister chromatids”) dari sepasang kromosom homolog
(Gambar X- 6).
Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap
gametogenese pada kebanyakan makhluk, seperti tumbuh-
tumbuhan, hewan dan manusia. Pindah silang terjadi ketika
meiose I (akhir profase I atau permulaan metafase I), yaitu pada
saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromotid.
Pada waktu kromosom-kromosom hendak memisah (yaitu
pada anafase I), kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat
dan putus di bagian kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat
pada kromatid sebelahnya secara timbal balik. Berhubung
dengan itu gen-gen yang terletak pada bagian yang pindah itu
akan berpindah pula tempatnya ke kromatid sebelah.
Pindah silang dibedakan atas:
1. Pindah silang tunggal, ialah pindah silang yang terjadi pada
satu tempat.
Dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk 4
macam gamet. Dua macam gamet memiliki gen-gen yang
sama dengan gen-gen yang dimiliki induk (parental), maka
dinamakan gamet-gamet tipe parental. Dua gamet lainnya
merupakan gamet-gamet baru, yang terjadi sebagai akibat
adanya pindah silang. Gamet-gamet ini dinamakan gamet-
gamet tipe rekombinasi. Gamet-gamet tipe parental
dibentuk jauh lebih banyak dibandingkan dengan gamet-
gamet tipe rekombinasi.
Gambar X- 6. Terjadinya pindah silang tunggal dan gamet-gamet
yang dihasilkan.
2. Pindah silang ganda, ialah pindah silang yang terjadi pada
dua tempat. Jika pindah silang ganda (dalam bahasa Inggris:
“double crossing over”) berlangsung diantara dua buah gen
yang terangkai, maka terjadinya pindah silang ganda itu tidak
akan nampak dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang
dibentuk hanya dari tipe parental saja atau dari tipe
rekombinasi saja atau dari tipe parental dan tipe rekombinasi
akibat pindah silang tunggal
(Gambar X- 7).
Akan tetapi andaikata diantara gen A dan B masih ada
gen ketiga, misalnya gen C, maka terjadinya pindah silang
ganda antara gen A dan B akan nampak (Gambar X- 8).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pindah silang
Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Temperatur. Temperatur yang melebihi atau kurang dari
temperatur biasa dapat memperbesar kemungkinan terjadinya
pindah silang.
Gambar X- 7. Akibat dari berbagai macam pindah silang ganda antara
gen A dan B.
Jika diperhatikan macam-macamnya gamet, maka terjadinya pindah
silang ganda tidak nampak.
Gambar X- 8. Pindah silang ganda yang terjadi pada 3 buah gen
yang terangkai, yaitu gen A,B dan C.
2. Umur. Makn tua suatu individu, makin kurang mengalami
pindah silang.
3. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah
silang.
4. Penyinaran dengan sinar-X dapat memperbesar
kemungkinan pindah silang.
5. Jarak antara gen-gen yang terangkai. Makin jauh letak
satu gen dengan gen lainnya, makin besar kemungkinan
terjadinya pindah silang.
6. Jenis kelamin. Pada umumnya pindah silang dijumpai pada
makhluk betina maupun jantan. Namun demikian ada
perkecualian, yaitu pada ulat sutera (Bombix mori) yang
betina tidak pernah terjadi pindah silang, demikian pula pada
lalat Drosophila yang jantan. Yang terakhir ini dibuktikan oleh
T.H. Morgan dan C.B. Bridges sebagai berikut:
+ = gen dominan untuk mata merah (normal)
P = gen resesip untuk mata ungu (jenis mutan)
+ = gen dominan untuk sayap panjang (normal)
v = gen resesip untuk sayap kisut (jenis mutan)
Gen-gen tersebut terangkai pada autosom. Simbol +
merupakan pengganti dari huruf besar.
Waktu lalat jantan mata merah sayap normal homozigotik
dikawinkan dengan lalat betina mata ungu sayap kisut,
didapatkan lalat-lalat F1 yang semuanya normal (mata merah
sayap normal). Kemudian dilakukan dua macam ujisilang
(testcross) pada lalat F1 dihibrid ini (Gambar X-9), yaitu:
1. Lalat F1 betina dikawinkan dengan lalat jantan yang dobel
resesip (mata ungu sayap kisut). Ujisilang ini menghasilkan
lalat-lalat F2 sebagai berikut:
382 lalat bermata merah, sayap normal
16 lalat bermata merah, sayap kisut
22 lalat bermata ungu, sayap normal
353 lalat bermata ungu, sayap kisut
2. Lalat F1 jantan dikhawatirkan dengan lalat betina yang dobel
resesip (mata ungu sayap kisut). Ujisilang ini ternyata hanya
menghasilkan dua macam lalat-lalat F2, yaitu:
74 lalat bermata merah, sayap normal
72 lalat bermata ungu, sayap kisut
Perbedaan pada keturunan F2 dari kedua macam uji silang
tadi menunjukkan bahwa pada lalat betina terjadi pindah silang,
sehingga didapatkan perbandingan n:1:1:n (sebab gen-gen pada
dihibrid terangkai dalam susunan sis, yaitu ++¿pv
¿), sedangkan
pada lalat jantan tidak terjadi pindah silang.
Gambar X- 9. Percobaan Morgan dan Bridges pada lalat Drosophila
melanogaster, yang membuktikan tidak adanya pindah silang pada
lalat jantan. Jika pada ujisilang digunakan lalat dihibrid yang jantan,
hanya dihasilkan 2 macam kelas fenotip saja yang mirip lalat-lalat tipe
parental. Jika digunakan lalat dihibrid yang betina, dihasilkan lalat-lalat
tipe parental dan tipe rekombinasi.
Nilai (persentase) pindah silang
Telah diketahui bahwa dengan adanya peristiwa pindah
silang, dalam keturunan dibedakan tipe parental (tipe orang tua)
dan tipe rekombinasi (tipe kombinasi baru). Adapun yang
dimaksud dengan nilai pindah silang (nps) ialah angka yang
menunjukkan besarnya persentase kombinasi baru yang
dihasilkan akibat terjadinya pindah silang.
Nps = jumlahtipe rekombinasijumlah seluruh individu
x 100%
Nps pada contoh di muka = 16 x22773
x 100% = 4,90%
Ini berarti bahwa kekuatan pindah silang antara gen-gen
yang terangkai itu ialah 4,90%. Tipe parental banyaknya 100% -
4,90% = 95,10%.
Tentunya nilai pindah silang tidak akan melebihi 50%,
biasanya bahkan kurang dari 50%, karena:
a.) hanya dua dari empat kromatid saja ikut mengambil bagian
pada peristiwa pindah silang
b.) pindah silang ganda akan mengurangi banyaknya tipe
rekombinasi yang dihasilkan.
PETA KROMOSOM
Yang dimaksud dengan peta kromosom ialah gambar
skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah garis
lurus dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada
kromosom itu. Sentromer dari kromosom biasanya dianggap
sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka nol). Pada lokus
setiap gen dibubuhkan angka yang menunjukkan jarak antara
gen itu dengan sentromer atau jarak antara satu gen dengan
yang lain (Gambar X- 10). Jarak itu diberi ukuran unit dan 1 unit
= 1% pindah silang.
Misalnya pada lokus gen p tertulis angka 6,2. Ini berarti
bahwa jarak antara sentromer ke gen p ialah 6,2 unit. Pada lokus
gen q tertulis
Gambar X- 10. Contoh peta kromosom
angka 10, berarti bahwa jarak antara sentromer dengan gen q
ialah 10 unit. Dengan sendirinya dapat diketahui jarak antara
gen p dan q, ialah 10 - 6,2 = 3,8 unit.
Jarak antara gen p dan gen q disebut jarak peta. Peta
kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer dinamakan peta
relatip.
Gambar diatas memperlihatkan peta relatip. Jarak antara
gen r - s = 4,7 unit; s - t = 8,5 unit; r - t = 13,2 unit.
Sekarang sudah dapat dibuat peta kromosom (walaupun
belum lengkap) dari lalat Drosophila (Gambar X- 11), tanaman
tertentu (seperti jagung), hewan ternak dan manusia.
Saat dimulainya pembuatan peta kromosom dilakukan
pada tahun 1920 oleh para ahli genetika Drosophila seperti T.H.
Morgan, C.B. Bridges dan A.H. Sturtevant.
Membuat peta kromosom dengan gen rangkap tiga
Di muka telah diketahui bahwa dengan menggunakan dua
gen yang terangkai, adanya pindah silang ganda tidak dapat
diketahui dari keturunan hasil ujisilang. Berhubung dengan itu
untuk membuat peta kromosom seyogyanya kita menggunakan
gen rangkap tiga diwaktu dilakukan ujisilang (dalam bahasa
Inggris: “Three-point cross”).
Contohnya sebagai berikut:
Mula-mula kita mengawinkan lalat Drosophila betina
homozigotik untuk gen-gen resesip cu (sayap berkeluk), sr
(tubuh bergaris) dan e (tubuh hitam) dengan lalat jantan tipe liar
(normal) homozigotik, yaitu Cu (sayap lurus), Sr (tubuh tak
bergaris) dan E (tubuh kelabu).
Gen-gen tersebut terdapat pada kromosom no.III. Lalat-
lalat betina F1 (yang berbentuk trihibrid) kemudian diujisilang
dengan lalat jantan yang sama sekali resesip, yaitu sayap
berkeluk, tubuh bergaris, tubuh hitam. Hasilnya berupa lalat-lalat
F2 yang dapat dilihat pada Gambar X- 12.
Setelah kita mendapatkan lalat-lalat F2 sebagai hasil
ujisilang itu,
Gambar X- 11. Peta kromosom dari lalat Drosophila. Tidak semua gen
dicantumkan pada peta itu. Huruf singkatan adalah nama gen. Lokasi
gen tertera dengan angka-angka di sebelah kiri.
kita mengambil langkah sebagai berikut:
1). Tetapkan genotip-genotip parental dengan jalan:
a). jika mungkin mengadakan rekontruksi perkawinan lalat-
lalat parental
b). memperhatikan kelas fenotip yang paling banyak dalam
keturunan itu. Akan tetapi cara ini tidak cermat untuk
Gambar X- 12. Ujisilang pada lalat Drosophila dengan gen rangkap
tiga. Cara ini merupakan dasar untuk pembuatan peta kromosom.
menetapkan genotip-genotip parental. Hanya berguna
apabila data tentang parentalnya tidak diketahui.
2). Tetapkanlah tipe-tipe rekombinasi yang dihasilkan oleh
adanya pindah silang ganda. Tipe- tipe ini ditandai oleh kelas-
kelas fenotip yang paling sedikit.
Kemudian kita tetapkan urutan letak gen yang sebenarnya,
dengan membandingkan genotip tipe-tipe parental dengan
genotip tipe-tipe rekombinasi hasil pindah silang ganda. Tentu
ada satu gen yang berbeda dan gen inilah yang sebenarnya
terletak di tengah. Pada contoh ini, Cu Sr E dan cu sr e
merupakan tipe-tipe parental. Tipe-tipe rekombinasi hasil pindah
silang ganda adalah Cu sr E dan cu Sr e. Disini nampak bahwa
letak gen sr pada tipe rekombinasi berbeda dengan pada tipe
parental. Berhubung dengan itu gen sr letaknya di tengah, yaitu
diantara gen cu dan e. Urutan letak gen yang benar ialah cu sr e
atau e sr cu. Pada contoh ini kebetulan urutan letak gen itu
sudah benar.
3). Setelah urutan letak gen yang sebenarnya diketahui, maka
dicari jarak peta antara gen-gen tersebut.
Pindah silang (disingkat: Ps) antara gen cu dan sr
menghasilkan kelas fenotip 3,4,7 dan 8. Jumlah tipe
rekombinasi dari kelas-kelas ini ialah 107 + 97 + 1 + 2 = 207.
Karena itu Ps antara cu dan sr = 207/1926 = 10,75%.
Ps antara gen sr dan e menghasilkan kelas fenotip 5,6,7
dan 8. Jumlah tipe rekombinasi dari kelas-kelas ini ialah 86 +
94 + 1 + 2 = 183. Karena itu Ps antara sr dan e = 183/1926 =
9,50%.
Jadi : jarak antara gen cu – sr = 10,75 unit
jarak antara gen sr – e = 9,50 unit
4). Gambar peta kromosom relatip adalah sebagai berikut:
Kita tidak melukiskan letak gen-gen itu sesungguhnya, karena
tidak disebutkan tentang letak titik 0 (sentromer), sehingga jarak
salah satu gen itu dari sentromer pun tidak diketahui. Untuk
mendapatkan letak titik 0 diperlukan percobaan dengan ribuan
macam perkawinan.
Penggunaan gen rangkap tiga ini hanya akan bermanfaat
apabila letak gen satu dengan lainnya yang terangkai tidak
terlalu dekat, sehingga masih dimungkinkan berlangsungnya
pindah silang ganda. Para ahli genetika Drosophila telah
menetapkan bahwa batas minimum itu adalah 10 unit. Jadi
apabila jarak antara satu gen dengan lainnya kurang dari 10 unit,
maka tidak akan terjadi pindah silang ganda.
Koinsidens dan interferensi
Terjadinya pindah silang antara segmen-segmen dari
kromosom tertentu kebanyakan merupakan fenomena secara
kebetulan saja, tetapi distribusinya tidak acak-acakan.
Berdasarkan hukum kemungkinan, maka terjadinya dua pindah
silang secara simultan sama dengan hasil perkalian dari
besarnya kemungkinan untuk tiap pindah silang yang
berlangsung secara terpisah di dua tempat itu. H.J. Muller dalam
tahun 1916 membuktikan bahwa pindah silang ganda yang
sebenarnya adalah kurang frekuensinya dibandingkan dengan
yang diharapkan berdasarkan perhitungan distribusi acak-
acakan. Muller menegaskan bahwa suatu pindah silang yang
terjadi pada suatu tempat tentu menghambat terjadinya pindah
silang lainnya yang berdekatan. Inilah yang dinamakan
interferensi. Untuk mencari besarnya interferensi, terlebih
dahulu harus dicari koefisien koinsidens (disingkat KK), yaitu
perbandingan antara banyaknya pindah silang ganda yang
sesungguhnya dengan banyaknya pindah silang ganda yang
diharapkan.
Singkatnya:
KK = banyaknya pindahsilang ganda yang sesungguhnyabanyaknya pindah silang ganda yangdiharapkan
Koefisien interferensi (disingkat KI) = 1 – KK
Jadi apabila terdapat interferensi lengkap, tidak akan
menghasilkan pindah silang ganda, dan koinsidens dengan nol.
Sebaliknya, apabila tidak terjadi interferensi, maka KK = 1.
Pada contoh di muka (Gambar X- 12) maka:
- pindah silang ganda yang sesungguhnya = 1+21926
= 0,0016
- pindah silang ganda yang diharapkan = 0,1075 x 0,095 =
0,0102
KK = 0.00160,0102
= 0,16
KI = 1 – 0,16 = 0,84
Ini berarti bahwa pindah silang ganda yang terjadi itu
hanya 16% saja dari pindah silang ganda yang diharapkan.
Interferensi akan kecil apabila gen-gen yang bersangkutan
letaknya saling berjauhan. Apabila KK melebihi 1, maka
interferensi menjadi negatip.
Contoh lain:
Pada tanaman jagung (Zea mays) dikenal gen-gen yang
terangkai, misalnya:
+ (atau Bm) = gen yang menyebabkan tulang daun berwarna
hijau (normal)
bm = gen yang menyebabkan tulang daun coklat (mengandung
zat antosian)
+ (atau Pr) = gen yang menyebabkan biji berwarna kuning
(normal)
pr = gen yang menyebabkan biji berwarna merah
+ (atau V) = gen yang menyebabkan daun berwarna hijau
(normal)
v = gen yang menyebabkan daun berwarna hijau pucat
Ujisilang dari tanaman trihibrid (♀+++¿bm pr v
¿ X ♂ bm pr vbm pr v
)
menghasilkan keturunan sebagai berikut:
+ pr v . . . . . . . . . 57 tanaman bm + v . . . . . . . . . 2
tanaman
bm pr v . . . . . . .434 tanaman + + v . . . . . . . . . . 1
tanaman
bm + + . . . . . . . . 60 tanaman + pr + . . . . . . . . . . 3
tanaman
+ + + . . . . . . . .441 tanaman bm pr + . . . . . . . . .2
tanaman
Catatan: Cara penulisan genotip disini telah disederhanakan,
yaitu dengan menghilangkan gen-gen yang terdapat di bawah
garis. Jadi apa yang tercantum sebagai + pr v itu seharusnya
ditulis + pr vbm pr v
. Demikianlah dengan lain-lainnya.
Pertanyaan:
1. Gambarkan peta kromosom relatip di mana gen-gen itu
terangkai
2. Tulislah genotip dari tanaman parental
3. Berapakah interferensinya?
Jawabnya:
1. Oleh karena parentalnya tidak diketahui, maka dua individu
yang jumlahnya paling banyak, merupakan tipe parental, yaitu
(bm pr v) dan (+ + +). Tipe-tipe rekombinasi hasil adanya
pindah silang ganda (disingkat: PSG) adalah individu yang
jumlahnya paling sedikit, yaitu (+ + +) dan (bm pr +). Salah
jika yang diambil (bm + v), sebab gen v menempati tempat
yang sama dengan gen v dari (+ + v).
Jadi singkatnya:
Tipe parental Tipe rekombinasi PSG
bm pr v + + v
+ + + bm pr +
Apabila tipe-tipe rekombinasi dibandingkan dengan tipe-
tipe parental, maka nampak bahwa ada perbedaan mengenai
letak gen v. Berhubung dengan itu gen v seharusnya terletak di
tengah, sehingga urutan letak gen yang benar ialah bm v pr
atau pr v bm. Jadi tipe parental dengan memperhatikan urutan
letak gen yang benar ialah:
bmv pr¿ atau pr v bm¿
Andaikata kita menggunakan susunan tipe parental yang
pertama, maka:
- PS antara bm -v = ¿¿
= 60+57+2+11000
= 0,12 = 12%
- PS antara v - pr = ¿¿
= 2+3+2+11000
= 0,008 = 0,8%
Jadi:- jarak gen bm – v = 12 unit
-jarak gen v – pr = 0,8 unit
Gambar peta kromosom relatip ialah sebagai berikut:
2. Genotip tanaman trihibridnya ialah +++¿bmv pr
¿. Karena itu genotip
dari tanaman parental ialah +++¿+++¿¿ ¿ dan
bmv prbmv pr
.
3. PSG yang sesungguhnya = 2+11000
= 0,003
PSG yang diharapkan = 0,12 x 0,008 = 0,00096
KK = 0,0030,00096
= 3,125
KI = 1 - 3,125 = - 2,125
BERANGKAI PADA KROMOSOM-X
Marilah kita tinjau gen-gen yang terdapat pada kromosom-
X pada lalat Drosophila, misalnya:
+ (atau Y) = gen yang menyebabkan tubuh berwarna
kelabu (normal)
y = gen yang menyebabkan tubuh berwarna kuning
+ (atau W) = gen yang menyebabkan mata berwarna
merah (normal)
w = gen yang menyebabkan mata berwarna putih
Mula-mula kita kawinkan lalat betina normal homozigotik
(baik warna tubuh maupun warna matanya) dengan lalat jantan
tubuh kuning, mata putih. Semua lalat F1 baik yang jantan
maupun yang betina akan normal. Apabila lalat-lalat F1 ini
dibiarkan kawin sesamanya, didapatkan lalat-lalat F2 sebagai
berikut: (Gambar X- 13)
a. semua lalat betina akan normal, meskipun ada 4 macam
genotip
b. lalat-lalat jantan terbagi atas 4 kelas, yaitu:
- lalat jantan normal, baik warna tubuh maupun warna
matanya
- lalat jantan dengan warna tubuh normal, matanya
putih
- lalat jantan dengan warna tubuh kuning, matanya
merah
- lalat jantan dengan warna tubuh kuning, matanya
putih
Hasil ini merupakan petunjuk penting dalam usaha
pembuatan peta kromosom-X, yaitu bahwa lalat-lalat F2 yang
betina tidak berguna, karena semuanya normal. Lalat-lalat betina
dapat dibuang dan kita cukup perhatikan lalat-lalat jantannya
saja, karena fenotipnya memperlihatkan 4 macam variasi.
Pembuatan peta kromosom-X
Di sini pun sebaiknya kita menggunakan individu trihibrid
agar supaya akibat adanya pindah silang ganda dapat nampak
dalam keturunan.
Berdasarkan pengetahuan di atas, maka di sini trihibrid
tidak diuji silang seperti halnya dengan pembuatan peta
autosom, melainkan dikawinkan dengan individu jantan normal.
Kecuali itu kita hanya
Gambar X- 13. Diagram perkawinan pada lalat Drosophila dimana
gen-gennya terangkai pada kromosom-X. Semua lalat betina dalam F2
adalah normal, tetapi lalat jantannya terbagi atas 4 kelas fenotip.
Tanda ♀♀ dan ♂♂ berarti banyak lalat.
memperhatikan keturunan yang jantan saja, sedangkan
keturunan yang betina tidak perlu diikut sertakan dalam
perhitungan.
Contohnya:
Pada lalat Drosophila dikenal gen-gen yang terangkai seperti:
+ = gen yang menentukan mata berwarna merah (normal)
w = gen yang menentukan mata berwarna putih
+ = gen yang menentukan tubuh berwarna kelabu (normal)
y = gen yang menentukan tubuh berwarna kuning
+ = gen yang menentukan bulu tak bercabang (normal)
f = gen yang menentukan bulu bercabang
Pada waktu lalat trihibrid betina dikawinkan dengan lalat
jantan normal dihasilkan keturunan misalnya sebagai berikut:
♀♀ : 310 mata merah, tubuh kelabu, bulu tak
bercabang (normal)
♂♂ : 2 mata putih, tubuh kelabu, bulu tak
bercabang
9 mata merah, tubuh kelabu, bulu
bercabang
87 mata putih, tubuh kuning, bulu bercabang
50 mata putih, tubuh kelabu, bulu bercabang
46 mata merah, tubuh kuning, bulu tak
bercabang
4 mata putih, tubuh kuning, bulu tak
bercabang
98 mata merah, tubuh kelabu, bulu tak
bercabang
4 mata merah, tubuh kuning, bulu
bercabang
Pertanyaannya:
1. Pada kromosom apakah gen-gen itu terangkai? Berikan
alasannya.
2. Gambarkan peta kromosom relatip.
3. Hitunglah koefisien interferensinya.
4. Coba buatlah diagram perkawinannya dimulai dari lalat
parentalnya.
Jawabnya:
1. Oleh karena keturunannya dibedakan kelaminnya, maka dapat
dipastikan bahwa gen-gen tersebut terangkai pada kromosom-
X.
2. Terlebih dahulu kita tulis keturunan dari hasil perkawinan itu
dengan mengemukakan gen-gennya, yaitu sebagai berikut:
♀♀ : 310 + + +
♂♂ : 2 w + +
9 + + f
87 w y f
50 w + f
46 + y +
4 w y +
98 + + +
4 + y f
Tipe parental Tipe rekombinasi PSG
w y f¿
w++¿+ y f
Apabila tipe-tipe parental dibandingkan dengan tipe-tipe
rekombinasi, maka nampak bahwa ada perbedaan mengenai
letak gen w.
Berhubung dengan itu gen w seharusnya terletak di
tengah, sehingga urutan letak gen yang benar ialah y w f
atau f w y. Jadi tipe parental dengan memperlihatkan
urutan letak gen yang benar ialah:
y w f¿ atau f w y
¿
Andaikata kita menggunakan susunan tipe parental yang
pertama, maka:
PS antara y - w = ¿¿
= 46+50+4+2
300 =
103300
= 0,34 = 34%
PS antara w - f = ¿¿
= 4+9+4+2300
= 0,0633 = 6,33%
Jadi: - jarak gen y - w = 34 unit
- jarak gen w - f = 6,33 unit
Gambar peta kromosom relatip ialah sebagai berikut:
3. PSG yang sesungguhnya = 4+2300
= 0,02
PSG yang diharapkan = 0,34 x 0,0633 = 0,02
KK = 0,020,02
= 1, sehingga KI = 1 – 1 = 0. Berarti tanpa
interferensi.
4. Genotip lalat trihibridnya ialah +++¿y w f
¿ . Melihat genotipnya,
maka lalat ini tentunya berasal dari lalat-lalat parental ♀
+++¿+++¿¿ ¿ dan ♂
y w f⇁
. Dengan demikian bentuk diagram
perkawinan yang dimulai dari lalat-lalat parental ialah sebagai
berikut:
P ♀ +++¿+++¿¿ ¿ X ♂
y w f⇁
normal kuning,
putih, bercabang
Berangkai, pindah silang dan peta kromosom pada
manusia
Mudah dimengerti kiranya bahwa mempelajari berangkai
dan pindah silang serta pembuatan peta kromosom pada
manusia jauh lebih sukar daripada dengan menggunakan bahan
lalat Drosophila dan tumbuh-tumbuhan. Ini disebabkan karena
beberapa hal, antara lain:
1. Pada manusia tidak dapat dilakukan percobaan dengan cara
mengawinkan manusia seperti kehendak kita.
2. Gen-gen yang telah diketahui menimbulkan kelainan/ penyakit
pada manusia jarang dijumpai dan biasanya pengaruh dari gen
yang merugikan itu baru akan nampak setelah beberapa
generasi.
3. Jumlah kromosom di dalam inti sel tubuh manusia terlalu besar
(yaitu 46 kromosom), sehingga kemungkinan adanya gen-gen
yang terangkai sangat kecil.
Meskipun demikian pada manusia dikenal suatu penyakit
semacam buta malam tetapi dapat berakibat buta, yaitu
penyakit retinitis pigmentosa. Penyakit ini disebabkan oleh
gen dominan R yang terangkai tak sempurna pada kromosom-X.
Seorang perempuan yang
menderita penyakit itu dan menikah
dengan laki-laki normal akan
mempunyai anak yang semuanya
menderita penyakit tersebut
(Gambar X- 14).
Sebaliknya, seorang
perempuan normal yang kawin
dengan laki-laki penderita penyakit itu, menurut perhitungan
maka semua anak perempuan akan menderita penyakit itu,
sedangkan semua anak laki-laki akan normal (Gambar X-15). Ini
terkenal sebagai cara mewaris bersilang (“crisscross
inheritance”). Akan tetapi penyelidikan membuktikan bahwa
pada perkawinan demikian ini pernah dijumpai anak perempuan
normal dan anak laki-laki penderita retinitis pigmentosa (Gambar
X- 16).
Jelaslah bahwa individu 1112 dan 1114 pada diagram
silsilah itu
menyimpang dari yang diharapkan, karena seharusnya semua
anak perempuan menderita penyakit itu, sedangkan semua anak
laki-laki seharusnya normal.
Kejadian ini disebabkan karena kromosom-X dari ayah
membawa gen dominan R, sedangkan pada segmen dari
kromosom-Y yang homolog dengan kromosom-X itu terdapat
alelnya resesip r. Kemudian terjadilah peristiwa pindah silang
selama spermatogenese, sehingga didapatkan anak dengan
fenotip yang berbeda dari semestinya (Gambar X- 17).
Gambar X- 17. Akibat adanya pindah silang selama
spermatogenese, maka anak-anak ada yang mempunyai fenotip
yang menyimpang dari semestinya. Genotip RR atau Rr
menyebabkan orang sakit retinitis pigmentosa, sedangkan rr
adalah normal( Suryo,2008)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan dan bahan yang digunakan pada praktikum
pindah silang adalah lilin lembek (malam) yang terdiri dari dua
warna.
3.2 Cara Kerja
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat empat
strand kromosom dari lilin lembek (malam). Masing-masing
dibuat dua strand dari satu warna lilin lembek. Keadaan ini
menyerupai keadaan tetrad kromatid pada kromosom homolog.
Kemudian diberi tanda dengan lilin lembek yang dibentuk
bulatan lokasi sentromer dan gen-gen. Konfigurasi pindah silang
dibuat dengan ketentuan pindah silang tunggal (2-3), pindah
silang tunggal (1-4), pindah silang ganda (2-3 ; 2-3), pindah
silang ganda (2-3 ; 2-4), pindah silang ganda (2-3 ; 1-4) dan
pindah silang ganda (1-3 ; 2-4 ; 2-3). Kemudian dihitung
prosentase tipe rekombinan yang terjadi akibat pindah silang
yang telah dilakukan secara imitasi.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Perlakuan Pengamatan
1234
ABCD
ABCDabcdabcd
1234
ABCD (tipe parental)
ABcd (tipe ekombinan)
abCD (tipe rekombinan)
abcd (tipe parental)
1. Dibuat 4 strand
kromatid dari lilin
dan diberi bulatan
tempat lokus gen
2. Pindah silang
tunggal (2–3)
3. Pindah silang
tunggal (1–4)
4. Pindah silang ganda
(2–3 ; 2–3)
Terbentuk 4 strand kromatid dengan 4
titik lokus gen tiap kromatid
NPS = 2/4 x 100% = 50%
NPS = 2/4 x 100% = 50%
4.2 Pembahasan
Praktikum pindah silang bertujuan untuk menirukan secara
imitasi tentang terjadinya pindah silang serta mengetahui persen
rekombinan yang terbentuk akibat peristiwa pindah silang.
Pindah silang adalah proses penukaran segmen dari kromatid-
kromatid bukan kakak beradik dari sepasang kromosom
homolog. Pindah silang terjadi ketika peristiwa meiosis I (akhir
profase I atau permulaan metaphase I), yaitu pada saat
kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pada waktu
kromosom-kromosom hendak memisah yaitu pada anaphase I,
kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat dan putus dibagian
kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat pada kromatid
sebelahnya secara timbal balik. Sehubungan dengan itu, gen-gen
yang terletak pada bagian yang pindah itu akan berpindah pula
tempatnya ke kromatid sebelah (Suryo,2008).
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah lilin
lembek atau malam. Pemilihan lilin lembek dikarenakan bahan
ini merupakan padatan namun bersifat lembek dan lentur
sehingga mudah dibentuk sebagai imitasi strand dari sebuah
kromatid. Lilin yang digunakan terdiri dari dua warna yang
berbeda, bertujuan untuk membedakan antara kromatid yang
kakak beradik dengan kromatid yang bukan kakak beradik.
Strand kromatid 1 dan kromatid 2 diumpamakan memiliki gen
ABCD, sedangkan strand kromatid 3 dan kromatid 4
diumpamakan memiliki gen abcd.
Pada praktikum pindah silang, lilin lembek atau malam
dibentuk dengan bentukan memanjang dan membulat. Bentukan
panjang dibuat sebanyak 4 buah, bentukan tersebut merupakan
imitasi dari strand pada tetrad kromatid. Kemudian bulatan kecil
dibentuk sebanyak 16 buah. Bentukan semacam ini merupakan
imitasi dari gen yang nantinya akan ditempelkan sebanyak 4
buah dengan warna yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa gen-
gen pada strand pertama dan kedua memiliki gen yang sama.
Sedangkan pada strand ketiga dan keempat ditempeli bulatan
kecil dengan warna yang sama, namun berbeda warna dengan
strand pertama dan kedua. Setelah semua disiapkan, selanjutnya
dibuat konfigurasi pindah silang yaitu pindah silang tunggal (1-
3), pindah silang tunggal (1-4), pindah silang ganda (2-3 ; 2-3),
pindah silang ganda (2-3 ; 1-4), dan pindah silang ganda (1-3 ; 2-
4 ; 2-3). Kemudian dilakukan perhitungan nilai persentase pindah
silang (NPS).
Pindah silang yang dipraktekkan adalah pindah silang
tunggal dan pindah silang ganda. Pindah silang tunggal adalah
pindah silang yang terjadi pada satu tempat , sedangkan pindah
silang ganda adalah pindah silang yang terjadi pada dua tempat.
Hasil perhitungan NPS pada pindah silang tunggal (2-3), pindah
silang tunggal (1-4), dan pindah silang ganda (2-3 ; 2-3)
menunjukkan angka 50%. Hasil perhitungan NPS pada pindah
silang ganda (2-3 ; 2-4) menunjukkan angka 75%, sedangkan
pada pindah silang ganda (2-3 ; 1-4) dan pindah silang ganda (1-
3 ; 2-4 ; 2-3) menunjukkan angka 100%. Nilai pindah silang tidak
akan melebihi 50%, biasanya bahkan kurang dari 50%, karena
hanya dua dari empat kromatid saja yang ikut mengambil bagian
pada peristiwa pindah silang dan pindah silang ganda akan
mengurangi tipe rekombinasi yang dihasilkan (Suryo, 2008).
Pindah silang atau crossing over adalah peristiwa
penukaran segmen dari kromatid-kromatid bukan kakak beradik
(nonsister chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Pindah
silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan
metaphase I), yaitu pada saat kromosom telah mengganda
menjadi dua kromatid (bivalen). Saat kromosom-kromosom
hendak memisah (yaitu pada anaphase I), kromatid-kromatid
yang bersilang itu melekat dan putus di bagian kiasma.
Kemudian tiap potongan melekat pada kromatid sebelahnya
secara timbal balik. Berhubung dengan hal itu gen-gen yang
terletak pada bagian yang pindah itu akan berpindah pula
tempatnya ke kromatid sebelah (Sharif dkk, 2002).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pindah silang,
yaitu:
1. Temperatur; temperatur yang melebihi atau kurang dari
temperatur biasa dapat memungkinkan besarnya terjadi
pindah silang.
2. Umur; makin tua suatu individu, makin kurang mengalami
pindah silang.
3. Zat kimia; zat kimia tertentu dapat memperbesar
kemungkinan pindah silang.
4. Penyinaran dengan sinar X dapat memperbesar kemungkinan
pindah silang.
5. Jarak antara gen-gen terangkai; makin jauh letak suatu gen
dengan gen lainnya, makin besar kemungkinan terjadi pindah
silang.
6. Jenis kelamin; pada umumnya pindah silang dijumpai pada
makhluk hidup betina maupun jantan. Namun, pengecualian
pada ulat betina Bombix mori dan lalat jantan Drosophila tidak
pernah terjadi pindah silang (Suryo,2008).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pindah silang terjadi
pada meiosis I (akhir profase I dan awal anaphase I), berikut ini
merupakan gambar ilustrasinya:
Gambar proses pindah silang pada maiosis I (Campbell, 2002).
Meiosis I, dibedakan atas beberapa fase:
a. Profase I, ini berbeda dari profase pada mitosis, yaitu bahwa
kromosom homolog membentuk pasangan yang dinamakan
bivalen. Proses berlangsungnya kromosom untuk
berpasangan dinamakan sinapsis. Kemudian anggota bivalen
memanjang sehingga terbentuk 4 kromatid. Keempat
kromatid pada satu bivalen dinamakan tetrad.
b. Metaphase I, bivalen-bivalen menempatkan diri di tengah dari
sel secara acakan (random).
1234
ABCD (tipe parental)
ABcd (tipe ekombinan)
abCD (tipe rekombinan)
abcd (tipe parental)
c. Anaphase I, sentromer belum membelah. Kini kromosom-
kromosom homolog (masing-masing terdiri dari dua kromatid)
saling memisahkan diri dan bergerak menuju ke kutub sel
yang berlawanan. Berarti jumlah kromosom telah diparoh,
dari keadaan diploid (2n) mejadi haploid (n).
d. Telofase I, akhir dari profase I (Suryo, 2008).
Pindah silang dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Pindah silang tunggal adalah pindah silang yang terjadi
pada satu tempat. Misalnya pindah silang (2-3).
Contoh pindah silang (2-3), yaitu:
Pada contoh pindah silang tunggal (2-3) di atas didapatkan
dua macam tipe gamet, yaitu:
a) Gamet tipe parental adalah ABCD , abcd
b) Gamet tipe rekombinan adalah Abcd , abCD
Sehingga dapat dihitung nilai (prosentase) pindah silang
(NPS) dengan rumus:
NPS =
= 2/4 X 100%
NPS = 50%
Jumlah seluruh individu
Jumlah tipe rekombinasi X 100%
b. Pindah silang ganda adalah pindah silang yang terjadi pada
dua tempat. Pada praktikum ini, terdapat tiga macam
pindah silang ganda yang dilakukan dan menghasilkan NPS
yang yang berbeda. Pada pindah silang ganda (2-3 ; 2-3)
dengan NPS 50%, pindah silang ganda (2-3 ; 2-4) dengan
NPS sebesar 75%, pada pindah silang ganda (2-3 ; 1-4)
dengan NPS sebesar 100%, serta pada pindah silang ganda
(1-3 ; 2-4 ; 2-3) dengan NPS sebesar 100%.
Salah satu manfaat dari pindah silang yaitu meski dari induk
dengan spesies yang sama, karena adanya peristiwa pindah
silang, seorang anak tidak akan mempunyai karakter sama
persis dengan induknya, baik sebagian atau seluruhnya. Jadi,
dengan adanya pindah silang maka dapat diperoleh variasi-
variasi fenotip dari spesies yang sama.
Peta kromosom adalah gambar skema sebuah kromosom
yang dinyatakan sebagai sebuah garis lurus dimana
diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada kromosom itu.
Sentromer dari kromosom biasanya dianggap sebagai pangkal,
maka diberi tanda 0 (angka nol). Pada lokus setiap gen
dibubuhkan angka yang menunjukkan jarak antara satu gen
dengan yang lain. Jarak itu diberi ukuran unit dan 1 unit= 1%
pindah silang. Jarak antar gen disebut jarak peta. Peta kromosom
tanpa menunjukkan letak sentromer dinamakan peta relatip
(Suryo, 2008).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pindah silang yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa pindah silang dapat menimbulkan
berbagai variasi susunan gen dan genotip. Selain itu, persen
rekombinan pada pindah silang tunggal (2-3), pindah silang
ganda (2-3 ; 2-3) dan pindah silang tunggal (1-4) adalah sebesar
50%. Pindah silang ganda (2-3 ; 2-4) sebesar 75%. Selanjutnya
pada pindah silang ganda (2-3 ; 2-4) dan pindah silang ganda (1-
3 ; 2-4 ; 2-3) adalah sebesar 100%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010. http://www.phschool.com. diakses pada tanggal 1
Mei 2010 pukul 09.00 WIB.
Anonim2. 2010. http://www.marine-genomics-europe.or. diakses
pada tanggal 1 Mei 2010 pukul 09.10 WIB.
Campbell, Reech. 2002. Biologi Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Elvita, Azmi dkk. 2008. Genetika Dasar. University of Riau: Riau.
Fatchiyah. 2006. Kromosom, Gen, DNA, sintesis Protein dan
Regulasi. Universitas Brawijaya: Malang.
Sharif, Wallace D. dkk. 2002. Distinct functions of S. pombe
Rec12 (Spo11) protein and Rec12-dependent crossover
recombination (chiasmata) in meiosis I; and a
requirement for Rec12 in meiosis II. Biomed Central :
USA.
Suryo. 2008. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
LAMPIRAN
Pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum) gen-gen berikut ini
terdapat pada kromosom no. 2:
+ = tanaman tinggi
+ = daun hijau rata
+ = buah licin
d = tanaman pendek
m = daun hijau bernoda
p = buah berbulu halus
Uji silang pada tanaman trihibrid menghasilkan keturunan misalnya
sebagai berikut:
Tanaman tinggi, daun hijau bernoda, buah berbulu = 470
Tanaman tinggi, daun hijau rata, buah berbulu = 14
Tanaman pendek, daun hijau rata, buah berbulu = 0
Tanaman pendek, daun hijau bernoda, buah licin = 19
Tanaman tinggi, daun hijau bernoda, buah licin = 1
Tanaman tinggi, daun hijau rata, buah licin = 25
Tanaman pendek, daun hijau rata, buah licin = 441
Tanaman pendek, daun hijau bernoda, buah berbulu = 30
a) Bagaimanakah urutan letak gen yang sebenarnya
b) Buatlah gambar peta kromosom relatip dimana terdapat gen-gen
tersebut
c) Adakah interferensi
d) Tulislah genotip dari tanaman parental yang menghasilkan tanaman
trihibrid itu
JAWAB
Parentalnya tidak diketehui, maka dua individu yang jumlahnya paling
banyak merupakan tipe parental, yaitu (Tanaman tinggi, daun hijau
bernoda, buah berbulu) dan (Tanaman pendek, daun hijau rata, buah
licin). Tipe-tipe rekombinasi hasil adanya pindah silang ganda (PSG)
adalah individu yang jumlahnya paling sedikit, yaitu (Tanaman pendek,
daun hijau rata, buah berbulu) dan (Tanaman tinggi, daun hijau bernoda,
buah licin).