HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI
BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA
Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
DRAJAT SETIYAWAN
F 100 090 163
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI
BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA
Drajat Setiyawan
Usmi Karyani
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas
dengan kesejahteraan subjektif pada masyarakat miskin, mengetahui tingkat
religiusitas dan kesejahteraan subjektif masyarakat miskin, serta mengetahui
sumbangan efektif religiusitas terhadap kesejahteraan subjektif pada masyarakat
miskin yang tinggal di bantaran sungai Bengawan Solo Jebres Surakarta.
Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan positif antara religiusitas
dengan kesejahteraan subjektif pada masyarakat miskin. Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat miskin pemegang kartu jamkesmas yang tinggal
di bantaran sungai Bengawan Solo Jebres Surakarta dan berjumlah 197 warga.
Menggunakan cluster purposive non random sampling didapatkan subjek
berjumlah 97 warga miskin. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan
skala religiusitas dan skala kesejahteraan subjektif, kemudian dianalisis dengan
menggunakan teknik korelasi product moment pada SPSS 17,0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif yang sangat signifikan
antara religiusitas dengan kesejahteraan subjektif pada masyarakat miskin di
bantaran sungai Bengawan Solo Jebres Surakarta dengan nilai koefisien korelasi
(rxy) sebesar 0,449; p=0,000; (p<0,01). Kategori religiusitas masyarakat miskin
tergolong sangat tinggi dengan ME sebesar 62,55 > MH sebesar 45. Sedangkan
untuk kesejahteraan subjektif tergolong sedang dengan ME sebesar 100,00.
Sumbangan efektif variabel religiusitas terhadap kesejahteraan subjektif pada
masyarakat miskin sebesar 20,1 % dan 79,9 % sisanya dipengaruhi variabel lain.
Kata kunci :Religiusitas, Kesejahteraan Subjektif, Masyarakat Miskin
1
Pendahuluan
Merasakan bahagia serta
mencapai kepuasan hidup merupakan
dua hal yang menjadi keinginan
setiap individu dalam menjalani
kehidupan. Bagi kebanyakan
masyarakat lokal dalam kegiatan di
Indonesia, aspek pokok kemiskinan
yaitu kesehatan, materi, pengetahuan,
faktor lingkungan (alam, ekonomi,
sosial, politik) dan prasarana serta
pelayanan inilah yang akan
mempengaruhi keberadaan
kesejahteraan subjektif. Artinya
kombinasi aspek pokok kemiskinan
terkait dengan terciptanya
kesejahteraan subjektif, oleh karena
itu peningkatan aspek-aspek inti
umumnya juga meningkatkan
kesejahteraan subjektif (Gonner dkk,
2007).
Faktanya tidak mudah bagi
masyarakat miskin untuk memenuhi
aspek-aspek inti, karena kapabilitas
yang mereka miliki sangat terbatas.
Namun hal tersebut tidak serta merta
menjadikan masyarakat miskin
menjadi tidak sejahtera atau tidak
bisa mendapatkan kesejahteraan
dalam hidup mereka. Menurut
Diener, Oishi dan Lucas (2003)
kesejahteraan subjektif dihasilkan
melalui sebuah evaluasi dan
penilaian mengenai kehidupan secara
keseluruhan berdasarkan kriteria atau
standart yang telah ditentukan sendiri
oleh individu.
Proses evaluasi yang harus
dilewati untuk menghasilkan
kesejahteraan subjektif, menurut
Campton (2005) dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya adalah
harga diri (self-esteem), sense of
percieved control, kepribadian,
optimisme, hubungan sosial dan
dukungan sosial, neurotisme yang
2
rendah, pengaruh masyarakat atau
budaya, proses kognitif, serta
pemahaman tentang makna dan
tujuan hidup.
Berdasarkan kajian yang
pernah dilakukan, pemahaman
tentang makna dan tujuan hidup
sering dikaitkan dengan konsep
religiusitas (Ancok, 1994). Seperti
pada penelitian yang dilakukan oleh
Krause (2003) yang menyatakan
bahwa religiusitas merupakan
perwujudan nyata ilmu agama yang
dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari, dimana hal tersebut
diupayakan untuk menemukan tujuan
dan makna dalam hidup mereka.
Penelitian tersebut menyatakan
bahwa fungsi dasar dari agama yang
terwujud kedalam dimensi
religiusitas adalah untuk membantu
seseorang memenuhi kebutuhan
mendasar yaitu menemukan makna
dan tujuan hidup (Krause, 2003).
Hawari (2002)
mengemukakan bahwa religiusitas
dalam bentuk pengalaman agama
dapat meningkatkan derajat
kesejahteraan seseorang. Mochon,
Norton, dan Ariely (2010) dalam
penelitiannya juga menunjukkan hal
yang sama, bahwa orang-orang
dengan keyakinan religius yang
lemah cenderung merasa kurang
bahagia, sedangkan orang-orang
yang sangat religius cenderung
memiliki tingkat kesejahteraan
subjektif lebih tinggi.
Krause (2003) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa
religiusitas memberikan pemahaman
yang lebih baik mengenai kesulitan
dan tantangan yang muncul dalam
kehidupan, serta membantu
seseorang melihat alasan spiritual
3
untuk situasi yang dirasa sulit dan
membantu mereka menemukan
harapan dalam setiap permasalahan.
Demikian halnya yang terjadi
pada masyarakat miskin, ketika
masyarakat miskin memiliki
religiusitas yang tinggi dan mampu
melihat segala sesuatunya dengan
positif maka hal tersebut akan
mempengaruhi bagaimana
masyarakat miskin mengevaluasi
hidupnya secara keseluruhan, dimana
evaluasi tersebut merupakan proses
yang harus dilewati untuk mencapai
kesejahteraan subjektif.
Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah a) mengetahui hubungan
antara religiusitas dengan
kesejahteraan subjektif pada
masyarakat miskin, b) mengetahui
tingkat religiusitas dan kesejahteraan
subjektif masyarakat miskin, dan c)
mengetahui sumbangan efektif
religiusitas terhadap kesejahteraan
subjektif pada masyarakat miskin
yang tinggal di bantaran sungai
Bengawan Solo Jebres Surakarta.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan
variabel bebas religiusitas dan
variabel tergantung kesejahteraan
subjektif. Teknik sampling yang
digunakan adalah cluster purposive
non random sampling. Peneliti
menggunakan try out terpisah dengan
cara melakukan pemilihan secara
acak 3 RW, hingga didapatkan 1 RW
sebagai data uji coba dan 2 RW
sebagai data penelitian.
Subjek uji coba didapatkan
sejumlah 54 orang. Subjek dalam
penelitian ini adalah masyarakat
miskin yang tinggal di bantaran
sungai Bengawan Solo Jebres
4
Surakarta sejumlah 97 orang
pemegang kartu jamkesmas dan
menempuh pendidikan terakhir
minimal Sekolah Dasar (SD).
Alat pengumpul data yang
digunakan adalah skala religiusitas
yabg terdiri dari 18 aitem. Skala
religiusitas disusun berdasarkan
aspek-aspek yang diungkap oleh
Glock dan Stark (dalam Jalaludin,
2004) yaitu ideologis, ritualistik,
pengalaman, pengetahuan, dan
konsekuensial atau penerapan.
Sedangkan untuk skala kesejahteraan
subjektif menggunakan 2 skala, skala
pertama disusun oleh Diener (dalam
Gatari, 2008) yang mengukur
kepuasan hidup secara global, dan
skala kedua disusun oleh Watson
(1988) untuk mengukur tingkat
kebahagiaan. Kedua skala tersebut
kemudian disempurnakan lagi oleh
peneliti. Penelitian ini dianalisis
menggunakan teknik koefisien
korelasi product moment pada
program SPSS 17,0 for Windows
untuk mengetahui korelasi antar
variabel, yaitu variabel religiusitas
dan kesejahteraan subjektif.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis
data dengan menggunakan teknik
analisis product moment dari
Pearson diperoleh nilai koefisien
korelasi (rxy) sebesar 0,449 serta
signifikansi (p)=0,000; (p<0,01). Hal
ini menunjukkan ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara
religiusitas dengan kesejahteraan
subjektif pada masyarakat miskin
yang tinggal di bantaran sungai
Bengawan Solo Jebres Surakarta.
Artinya semakin tinggi religiusitas
yang dimiliki maka semakin tinggi
kesejahteeraan subjektifnya.
5
Krause (2003) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa
religiusitas mampu membawa
seseorang memiliki harga diri dan
optimisme. Melalui religiusitas
seseorang akan memiliki keyakinan
bahwa Tuhan punya tujuan dan
rencana untuk hidup mereka,
keyakinan tersebut akan membangun
sebuah perasaan bahwa Tuhan
mengasihi dan memperhatikan
mereka, perasaan dicintai,
dipedulikan, dan berharga.
Religiusitas juga membantu
seseorang melihat bahwa hidup
mereka akan mengikuti rencana
spesifik dan bermanfaat yang telah
dirancang oleh Tuhan (Krause,
2003).
Senada dengan penelitian
Krause (2003), hasil penelitian
Darmayanti (2012) juga menemukan
bahwa religiusitas yang baik akan
meningkatkan optimisme, harga diri,
dan kepribadian tangguh. Dampak-
dampak positif dari religiusitas inilah
yang akhirnya diketahui menjadi
modal untuk seseorang mengevaluasi
hidup mereka dengan baik sehingga
tercapai kesejahteraan subjektif.
Hasil analisis menunjukkan
sumbangan efektif variabel
religiusitas terhadap variabel
kesejahteraan subjektif menunjukkan
nilai sebesar 20,1 % dan 79,9 %
sisanya dipengaruhi variabel lain.
Studi lain (Lin dan Putnam, 2010)
juga menunjukkan religiusitas yang
diukur melalui pengalaman rohani
dan religius, praktik keagamaan,
praktik sosial, rasa kedakatan dengan
Tuhan, dan keyakinan teologis secara
signifikan memiliki hubungan positif
dengan kesejahteraan subjektif dan
menyumbang angka sedikit lebih
banyak yaitu 28,2 % pada kepuasan
6
hidup, lalu diikuti dengan
kebahagiaan sebagai efek positif
jangka pendek.
Berdasarkan hasil analisis
diketahui variabel religiusitas
memiliki rerata empirik sebesar
62,55 dan rerata hipotetik 45 yang
berarti terdapat 60,82 % atau 59
masyarakat miskin yang tinggal di
bantaran sungai Bengawan Solo
Jebres Surakarta memiliki tingkat
religiusitas yang sangat tinggi, atau
bisa dikatakan sangat baik.
Hasil analisis untuk variabel
kesejahteraan subjektif yang
pertama, yaitu kepuasan hidup
memiliki rerata empirik sebesar
19,57 dan rerata hipotetik sebesar 20
yang berarti terdapat 41,24 % atau 40
masyarakat miskin telah merasakan
kepuasan hidup meski hanya dalam
kategori sedang. Sedangkan untuk
kesejahteraan subjektif yang kedua
yaitu kebahagiaan memiliki rerata
empirik sebesar 49,66 dan rerata
hipotetik sebesar 42 yang berarti
terdapat 65,98 % atau 64 masyarakat
miskin yang merasakan kebahagiaan
dalam kategori tinggi.
Melalui uji t-test
menggunakan SPSS 17,0 for
Windows diketahui bahwa subjek
laki-laki dan perempuan dalam
tingkat religiusitas, kebahagiaan dan
kepuasan hidup menunjukkan nilai
mean yang hampir sama, hanya
selisih angka dibelakang koma. Hal
tersebut menunjukkan bahwa jenis
kelamin tidak mempengaruhi
religiusitas, kepuasan hidup ataupun
kebahagiaan seseorang (dalam
penelitian ini adalah masyarakat
miskin.
Sedangkan untuk rentang
usia menunjukkan bahwa religiusitas
pada kaum lansia lebih besar dari
7
pada usia dewasa, hal ini ditunjukkan
melalui nilai mean untuk lansia yang
lebih besar yaitu 64,24 dari nilai
mean untuk dewasa yaitu 61,82.
Demikian pula untuk kebahagiaan
dan kepuasan hidup, dimana kaum
lansia memiliki kebahagiaan dan
kepuasan hidup yang lebih tinggi.
Hal tersebut dapat dilihal melalui
perolehan mean lansia dan dewasa
untuk kebahagiaan dan kepuasan
hidup. Nilai mean untuk kepuasan
hidup pada usia dewasa 17,15 dan
nilai mean pada lansia 25,24.
Sedangkan untuk kebahagiaan, nilai
mean pada usia dewasa adalah 48,76
dan nilai mean pada lansia adalah
51,76.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan sebuah realita yang
berlaku secara umum bahwa
masyarakat miskin juga mampu
mencapai kepuasan hidup dan
kebahagiaan dalam hidup mereka.
Pencapaian komponen kesejahteraan
subjektif pada masyarakat miskin
yaitu kebahagiaan dan kepuasan
hidup dalam penelitian ini
dipengaruhi oleh religiusitas.
Religiusitas menjadi sebuah
jembatan untuk membawa
masyarakat miskin memiliki harapan
untuk hidupnya, atau paling tidak
membawa mereka hidup berserah
dan memiliki kepasrahan diri kepada
Tuhan.
Kepasrahan diri kepada
Tuhan dan percaya bahwa ada
kekuatan diluar dirinya yang
mengatur hidup dan kehidupan inilah
yang akan membantu masyarakat
miskin meregulasi emosi-emosi
negatif sehingga mereka mampu
bersyukur dalam situasi atau keadaan
apapun yang sedang dihadapi. Hal
inilah yang membantu masyarakat
8
miskin mencapai kesejahteraan
subjektif dalam hidup mereka.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
data penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara
religiusitas dengan kesejahteraan
subjektif pada masyarakat miskin
yang tinggal di bantaran sungai
Bengawan Solo Jebres Surakarta.
Nilai koefisien korelasi rxy=
0,449 dengan signifikansi (p) =
0,000; (p < 0,01).
2. Tingkat religiusitas masyarakat
miskin yang tinggal di bantaran
sungai Bengawan Solo Jebres
Surakarta termasuk dalam
kategori sangat tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan rerata
empirik (ME) sebesar 62,55 lebih
besar dari rerata hipotetik (MH)
sebesar 45.
3. Tingkat kepuasan hidup
masyarakat miskin yang tinggal
di bantaran sungai Bengawan
Solo Jebres Surakarta termasuk
dalam kategori sedang. Hal ini
ditunjukkan dengan rerata
empirik (ME) sebesar 19,57
sedikit lebih kecil dari rerata
hipotetik (MH) sebesar 20.
Sedangkan tingkat kebahagiaan
masyarakat miskin yang tinggal
di bantaran sungai Bengawan
Solo Jebres Surakarta termasuk
dalam kategori tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan rerata
empirik (MH) sebesar 49,66
lebih besar dari rerata hipotetik
(ME) sebesar 42. Sedangkan
untuk kesejahteraan subjektif
secara utuhb tergolong sedang
dengan ME sebesar 100,00.
9
4. Sumbangan efektif religiusitas
terhadap kesejahteraan subjektif
pada masyarakat miskin yang
tinggal di bantaran sungai
Bengawan Solo Jebres Surakarta
sebesar 20,1 %, yang ditunjukkan
oleh koefisien determinan (R2) =
0,201. Sehingga masih terdapat
79,9 % variabel lain yang
mempengaruhi kesejahteraan
subjektif pada masyarakat miskin
yang tinggal di bantaran sungai
Bengawan Solo Jebres Surakarta.
Daftar Pustaka
Ancok, D. (1994). Psikologi Islami.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Compton, W. C. (2005). An
Introduction to Positive
Psychology. Belmont:
Thomson Wadsworth.
Darmayanti, N. (2012). Model
Kesejahteraan Subjektif
Remaja Penyitas Bencana
Tsunami Aceh 2004.
Disertasi: Program Doktor
Fakultas Psikologi UGM.
Diener, E. Oishi, S., dan Lucas, R. E.
(2003). Personality, Culture,
and Subjective Well-Being:
Emotional and Cognitive
Evaluations of Life. Anual
Review of Psychology,
54, 403-425.
Gatari, E. (2008). Hubungan Antara
Percieved Social Support
dengan Subjective Well-Being
pada Ibu Bekerja.
Skripsi. (Tidak Diterbitkan).
Jakarta: Jurusan Psikologi
Universitas Indonesia.
Gonner, C., Cahyat, A., Haug, M.,
dan Limberg, G. (2007).
Menuju Kesejahteraan:
Pemantauan Kemiskinan di
Kutai Barat, Indonesia.
Bogor: CIFOR.
Hawari, D. (2002). Dimensi Religi
dalam Praktek Psikiatri dan
Psikologi. FKUI:
Jakarta.
Jalaludin, R. (2004). Psikologi
Agama. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Krause, N. (2003). Religious
Meaning and Subjective
Well-Being in Late Life.
Journal of Gerontology, Vol.
58B: S160-S170.
Lim, Chaeyoon dan Putnam, R. D.
(2010). Religion, Social
Networks, and Life
Satisfaction. American
Sociological Review, 75(6)
914- 933: Proquest pg. 914.
Mochon, D., Norton, M. I., dan
Ariely. (2011). Who Benefits
from Religion?. Journal of
Soc Indic Res, 101:1-15.
10
Watson, D., Clark, L. A., dan
Tellegen, A. (1988).
Development and
Validation of Brief
Measures of Positive and
Negative Affect: The PANAS
Scales. Journal of Personality
and Social Psychology, 54
(6), 1063-1070.