HUBUNGAN BENTUK TELAPAK KAKI DAN INDEKS
MASSA TUBUH DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat menyelsaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
TINI DWI SOLOHARTI
J 120 181 134
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN BENTUK TELAPAK KAKI DAN INDEKS
MASSA TUBUH DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh
TINI DWI SOLOHARTI
J 120 181 134
Telah diperiksa disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
Arin Supriyadi, SST FT, MFis
NIK. 400.1804
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN BENTUK TELAPAK KAKI DAN INDEKS
MASSA TUBUH DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
OLEH
TINI DWI SOLOHARTI
J 120 181 134
Telah dipertahankan di hadapan Dewan penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Unversitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Jumat 7 Februari 2020
Dan dinyatakan telah memenuhisyarat
Dewan Penguji:
1. Arin Supriyadi, SST FT, MFis
(………………..)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Wijianto,SST.Ftr. M.Or
(………………..)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Umi Budi Rahayu, S.Fis.,Ftr,M.Kes
(………………...)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Mutalazimah, S.KM., M.Kes
NIK. 786
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka
Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, Februari 2020
Penulis
TINI DWI SOLOHARTI
J 120 181 134
1
HUBUNGAN BENTUK TELAPAK KAKI DAN INDEKS MASSA TUBUH
DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA
DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
Abstrak
Latar belakang : Jatuh pada lansia dapat diakibatkan karena adanya penurunan
kekuatan otot extrimitas bawah dan gangguan keseimbangan yang terjadi karena
bentuk telapak kaki yang abnormal serta pengaruh dari faktor lingkungan sekitar.
Bentuk telapak kaki berdasarkan lengkung kaki di bagi menjadi tiga yaitu
lengkung kaki normal, lengkung kaki tinggi dan lengkung kaki rendah. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan bentuk telapak kaki dan indeks massa
tubuh dengan risiko jatuh pada lansia di RSI Sultan Agung Semarang. Metode
penelitian : penelitian observasional analitik dengan desain cross sectinal ini
dilaksanakan di RSI Sultan Agung Semarang pada bulan Desember 2019 –
Januari 2020, dengan jumlah sampel sebanyak 55 lansia dengan tehnik
consecutive sampling. Instrumen penelitian menggunakan TUG test untuk
mengetahui resiko jatuh pada lansia. Analisa data menggunakan regresi linear.
Hasil : hubungan bentuk telapak kaki terhadap resiko jatuh sebesar 2.05 dengan
nilai p value = 0.045 (p< 0.05), hubungan indeks massa tubuh terhadap resiko
jatuh sebesar 2.39 dengan nilai p value = 0.021 (p< 0.05), hubungan bentuk
telapak kaki dan indeks massa tubuh dengan resiko jatuh jatuh pada lansia di
Instalasi Rehabilitasi medik RSI Sultan Agung Semarang dengan nilai F hitung
7.597 dengan p value 0.001 (p< 0.05). Kesimpulan : terdapat hubungan antara
bentuk telapak kaki dan indeks massa tubuh dengan resiko jatuh pada lansia di
Instalasi Rehabilitasi medik RSI Sultan Agung Semarang, dimana semakin
meningkat nilai bentuk telapak kaki dan indeks massa tubuh maka akan
meningkatkan resiko jatuh.
Kata kunci : bentuk telapak kaki, indeks massa tubuh (IMT), resiko jatuh, lansia
Abstract
Background: Events falling in the elderly can be caused by a decrease in muscle
strength under extrimitas and a balance disorder that occurs due to the abnormal
shape of the foot and the influence of the surrounding environmental factors. The
shape of the foot is based on the arch of the foot to be three, namely the normal
leg arch, high leg arch and low leg arch. The research aims to analyse the
relationship form of the foot and the body mass index with the risk of falling in
the elderly in RSI Sultan Agung Semarang. Research method: Analytic research
with cross sectinal design is implemented in RSI Sultan Agung Semarang in
December 2019 – January 2020, with a sample number of 55 elderly with
consecutive sampling technique. Research instrument using TUG test to know the
risk of falling in elderly. Data analysis using linear regression. Result: Leg-shape
relationship to the risk of falling by 2.05 with the value of p value = 0045 (P <
0.05), BMI relationship to the risk of falling 2.39 with the value of p value =
2
0.021 (P < 0.05), the relationship of the leg and BMI with the risk of falling down
in the elderly at the medical rehabilitation installation RSI Sultan Agung
Semarang with a value of F (7.597) dengan p value 0.001 (p< 0.05).
Conclusion: There is a relationship between the leg shape and the BMI to the risk
of falling down in the elderly in the rehabilitation of medical installation of the
Sultan Agung RSI, where the increasing the value of legs and BMI will increase
the risk of falling.
Keywords: leg shape, body mass index (BMI), risk of falling, elderly.
1. PENDAHULUAN
Proses penuaan akan mengakibatkan perubahan organ yang menyebabkan
penurunan kapasitas fisik, kemampuan fungsional dan terjadinya perubahan
struktur biomekanik pada kaki yang dapat membuat kaki lansia berubah menjadi
datar, hal ini terjadi pada usia diatas 60 tahun. Pada lansia otot kaki mengalami
atropi sehingga menjadikan penurunan kekuatan otot dan gangguan keseimbangan
tubuh (Carvalho et al, 2015). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(2013), angka jatuh Jawa Tengah menduduki posisi ke – 3 sebesar 42,1 %,
setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat, Resiko jatuh pada lansia menduduki
peringkat ke dua setelah anak – anak, kejadian cedera pada lansia yang berusia 65
– 75 tahun ada 52 %, cedera pada lansia berusia 75 tahun ada 74 %, sedangkan
cedera pada lansia yang berakibat patah tulang ada 10 %, cedera pada lansia yang
gegar otak dan terkilir sebanyak 0,9 %, dan cedera lainnya 3,8 % (Kesehatan and
Indonesia, 2016).
Penyebab jatuh yang berasal dari tubuh lanjut usia sendiri seperti lemahnya
otot pada ekstrimitas bawah, kekakuan sendi, dan gangguan sensorik merupakan
faktor intrinsik, sedangkan penyebab jatuh dari luar tubuh lanjut usia (lingkungan
sekitar) merupakan faktor ekstrinsik (Darmojo,2009). Bentuk telapak kaki
manusia berdasarkan arcus pedis dibagi menjadi tiga yaitu arcus pedis normal
yaitu arcus pedis yang bentuk sudutnya normal. Arcus pedis low arch atau flat
foot adalah bentuk arcus pedis yang datar. Arcus pedis high arch adalah arcus
pedis yang mempunyai lengkungan tinggi, yang menjadikan bagian depan dan
tengah kaki sangat sempit (Lopez – Lopez et al, 2018). Bentuk arcus pedis yang
3
abnormal menjadikan akibat seorang lansia mudah jatuh karena keseimbangan
tubuhnya terganggu.
Berkurangnya kekuatan otot dan kenaikan massa tubuh akan menjadikan
problem pada waktu berdiri tegak atau jalan dikarenakan terganggunya
keseimbangan badan. Massa otot yang rendah menjadi penyebab kegagalan
biomekanik dari respon otot dan hilangnya mekanisme keseimbangan tubuh
sehingga mempengaruhi resiko jatuh pada lansia (Gita, 2015).
2. METODE
Penelitian merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan
rancangan penelitian cross sectional, dilaksanakan di Instalasi Rehabilitasi Medik
Rumah Sakit Islam SultanAgung Semarang. Dilakukan pada bulan Desember
2019 – Januari 2020. Sampel sebanyak 55 lansia dengan rentang usia ≥ 60 – 80
tahun dengan teknik consecutive sampling. Adapun variabel bebasnya bentuk
telapak kaki dan indeks massa tubuh sedangkan resiko jatuh pada lansia sebagai
variabelterikat. Subjek penelitian mengisi surat persetujuan penelitian dengan
cara baik auto anamnesis atau allo anamnesis, pemeriksaan fisik (jika ada luka
atau disabilitas anggota gerak) kemudian di lanjutkan dengan tes resiko jatuh
yaitu diawali subyek duduk dengan tangan menumpu pada pegangan kursi.
Subyek tidak memakai sandal atau sepatu. Ketika peneliti mengucapkan mulai,
subyek berdiri,dan berjalan seperti biasa sejauh 3 meter, kemudian memutar dan
kembali ke kursi untuk duduk seperti semula. Peneliti mengukur waktu yang
dicapai. Waktu dihitung dengan stopwatch dari isyarat "dimulai" sampai subyek
duduk kembali. Hasil waktu < 14 % detik berarti 87 % tidak ada resiko jatuh yang
tinggi. Dan jika hasil ≥ 14 detik maka beresiko jatuh yang tinggi sebesar 87 %
Jacob & Fox, 2008)
Pengukuran bentuk telapak kaki di lakukan untuk mendapatkan cap jejak
bentuk telapak kaki dengan menggunakan air yang diberi tinta warna, kertas HVS
putih dan penggaris atau metline sebagai instrumen penelitian ini. Wadah plastik
yang diisi dengan air yang sudah diberi tinta warna dan kertas HVS ditempatkan
di sebelah kaki subyek. Subyek menempatkan kaki dalam wadah plastik yang
4
telah diisi dengan air tinta warna tersebut dengan bantuan peneliti. Subyek
menempatkan kaki di atas kertas HVS, sehingga memunculkan cap tapak kaki.
Arcus pedis diukur dengan menggunakan Indeks Staheli’s. Cara mengukur Indeks
Staheli’s dengan menentukan jarak terluas dari hindfoot, dan jarak tersempit dari
midfoot (Shariff et al., 2017).
Rumus Staheli’s Index : A / B
A : Jarak tersempit dari midfoot.
B : Jarak terluas dari hindfoot
Pengukuran Indeks Massa Tubuh dilakukan dengan cara mengukur berat
badan dan tinggi badan subyek. Subyek dengan tegak berdiri nempel dinding.
Lepas alas kaki, topi, atau aksesori lainnya yang dapat mengganggu pengukuran.
Kepala, bahu, bokong, dan tumit menempel di permukaan dinding. Supaya subyek
berdiri tegak dan pandangan lurus ke depan untuk ukur tinggi badan mikrotois
ditarik sampai kepala dan di catat hasilnya.
Nilai Indeks Massa Tubuh subyek diperoleh dengan membagi berat badan
dalam kilogram dan tinggi badan dalam meter kuadrat,sedangkan pengumpulan
data berasal dari sampel di Instalasi Rehabilitasi Medik RSI SA Semarang.
Dengan mengelompokkan hasil Indeks Massa Tubuh menjadi 3 kategori, yaitu
underweight, underweight (normal) dan overweight (kelebihan berat). Skala
Pengukuran: Kg / m2
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik subyek dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan,
bentuk telapak kaki, dan indeks massa tubuh pada 55 orang lansia sebagai sampel
penelitian:
Tabel 1. Karakteristik Responden
Variabel n (55) Persentase (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 25 45,5
Perempuan 30 54,5
5
Pekerjaan
Ibu Rumah
Tangga 16
29,1
Pensiunan 15 27,3
Tani 10 18,2
Swasta 3 5,5
Wiraswasta 11 20,0
Bentuk kaki
Lengkung tinggi 14 25,5
Normal 35 63,6
Datar 6 10,9
IMT
Normal 17 31,0
Over weihgt 8 14,5
Obesitas 30 54,5
Sumber : Data primer diolah, 2020
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa karakteristik subyek penelitian
mayoritas mempunyai jenis kelamin perempuan (54,5%), dengan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga (29,1%), bentuk kaki lansia adalah normal (63,6%), dan
dengan IMT dalam kategori obesitas (54,5%).
3.1.2 Uji hipotesis
3.1.2.1 Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk menentukan jenis uji statistik penelitian yang akan
digunakan. Jika hasil output pada uji normalitas adalah > 0,05 maka disebut data
terdistribusi normal sehingga menggunakan statistik parametrik, sebaliknya jika
hasil output pada uji normalitas < 0,05, maka data terdistribusi tidak normal
sehingga menggunakan statistik non parametrik. Uji normalitas Penelitian dengan
judul hubungan bentuk telapak kaki dan indeks massa tubuh dengan risiko jatuh
pada lansia di RSI Sultan Agung Semarang sebagai berikut :
Tabel 2. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 55
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
3,29361612
Most Extreme Differences Absolute ,095
Positive ,095
6
Negative -,076
Kolmogorov-Smirnov Z ,705
Asymp. Sig. (2-tailed) ,703
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data primer diolah, 2020
Tabel 2. Menunjukkan bahwa hasil uji normalitas dengan nilai 0,703,
dimana nilai tersebut > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal.
3.1.2.2 Uji hubungan dengan Korelasi Pearson product moment
a. Hubungan bentuk kaki dengan resiko jatuh pada lansia denan uji korelasi
Pearson Product Moment
Tabel 3. Hubungan bentuk kaki dengan resiko jatuh pada lansia denan uji korelasi
Pearson Product Moment
Non Parametrik
Test
Asymp. Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
Pearson Product
Moment
0,005 0,376**
Nilai hubungan antara bentuk kaki dan resiko jatuh pada lansia r= 0,376**
dengan p= 0,005 <0,05, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif
dan secara statistic signifikan antara bentuk kaki dan resiko jatuh pada lansia
b. Hubungan IMT dengan resiko jatuh pada lansia uji korelasi Pearson Product
Moment
Tabel 4. Hubungan IMT dengan resiko jatuh pada lansia uji korelasi Pearson
Product Moment
Non Parametrik Test Asymp. Sig. (2-tailed)
Correlation
Coefficient
Pearson Product
Moment
0,002 0,404**
Nilai hubungan antara IMT dan resiko jatuh pada lansia r= 0,404** dengan
p= 0,002 <0,05, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif dan
secara statistic signifikan antara IMT dan resiko jatuh pada lansia.
3.1.2.3 Regresi Linear
Uji ini untuk menganalisis variabel dengan skala rasio/interval baik secara partial
maupun secara bersama-bersama.
7
Tabel 5. Uji Regresi Linear
Variabel Koefisien regresi t partial p value
Constant 4,43 1,54 0,129
IMT 0,28 2,39 0,021
Bentuk kaki 5,53 2,05 0,045
N observasi : 55 Fhitung = 7,597
Adjusted R Square : 0,196 p value = 0,001
Sumber : Data primer diolah 2020
Tabel 5 menunjukkan bahwa besarnya hubungan bentuk telapak kaki terhadap
resiko jatuh sebesar 2,05 dengan nilai p value = 0,045 < 0,05 kesimpulannya
adalah bentuk telapak kaki berhubungan signifikan dengan resiko jatuh pada
lansia di Instalasi Rehabilitasi medik RSI Sultan Agung Semarang, dimana nilai
bentuk telapak kaki semakin menigkat maka resiko jatuh juga semakin meningkat.
Sehingga Hipotesis 1 terbukti kebenarannya.
Besarnya hubungan indek massa tubuh dengan resiko jatuh sebesar 2,39
dengan nilai p value = 0,021 < 0,05 berarti bahwa indeks massa tubuh
berhubungan signifikan dengan resiko jatuh pada lansia di Instalasi Rehabilitasi
medik RSI Sultan Agung Semarang, dimana nilai indeks massa tubuh semakin
menigkat maka resiko jatuh juga semakin meningkat. Sehingga Hipotesis 2
terbukti kebenarannya.
Hasil uji ketepatan model diperoleh nilai F hitung 7,597 dengan p value
0,001 sehingga < 0,05 maka Ho ditolak berarti model tepat digunakan untuk
memprediksi hubungan bentuk kaki dan indeks massa tubuh dengan resiko jatuh
pada lansia di Instalasi Rehabilitasi medik RSI Sultan Agung Semarang.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Hubungan Antara Bentuk Telapak Kaki dengan Resiko Jatuh pada Lansia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya hubungan bentuk telapak kaki
terhadap resiko jatuh sebesar 2,05 dengan nilai p value = 0,045 < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bentuk telapak kaki berhubungan positif dan signifikan dengan
resiko jatuh pada lansia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSI Sultan Agung
Semarang. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dari Darmojo
(2014) bahwa penyebab jatuh yang berasal dari tubuh lanjut usia sendiri seperti
lemahnya otot pada ekstrimitas bawah, kekakuan sendi, dan gangguan sensorik,
8
bentuk telapak kaki pada lansia akan mengalami perubahan karena proses
degenerative yaitu adanya atrofi otot dan perlambatan pembentukan tulang.
Emi azriel, et al (2014) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa
bentuk telapak kaki yang melengkung pada lansia mempengaruhi keseimbangan
postural pada tubuh seseorang yang disebabkan karena atrofi dan deformitas pada
sistim musculoskeletal (Yuji Ohta,2014). Struktur telapak kaki yang mempunyai
lengkung tinggi dan datar akan menjadikan gangguan keseimbangan untuk berdiri
pada usia muda dan lansia sehingga dapat mempengaruhi resiko jatuh (Carvalho
et al,2015). Dan Bentuk telapak kaki yang melengkung semakin tinggi
mempengaruhi kesetabilan pada lansia saat berdiri karena terjadi deformitas pada
kaki sehingga menjadikan peningkatan resiko jatuh (Puszczalowska-Lizis et
al,2017).
Struktur dan fungsional kaki dapat menyebabkan kelainan bentuk kaki
(Mootanah et al., 2014). Arcus pedis berperan dalam menyerap gaya reaksi dari
tanah atau grafitasi untuk menyesuaikan dengan permukaan yang tidak rata dan
memberikan gerakan tubuh ke depan. Arcus pedis juga berperan dalam menjaga
statis dan stabilitas selama aktivitas fungsional dengan membantu meningkatkan
elastisitas dan fleksibilitas pada kaki (Hillstrom et al., 2014).
Bentuk telapak kaki manusia berdasarkan arcus pedis dibagi menjadi tiga
yaitu arcus pedis normal yaitu arcus pedis yang bentuk sudutnya normal. Arcus
pedis low arch atau flat foot adalah bentuk arcus pedis yang datar. Arcus pedis
high arch adalah arcus pedis yang mempunyai lengkungan tinggi, yang
menjadikan bagian depan dan tengah kaki sangat sempit.(Lopez – Lopez et
al,2018). Lansia sering mengalami mudah jatuh penyebab utama karena gangguan
keseimbangan akibat bentuk struktur arcus pedis yang abnormal. Pada lansia Otot
kaki mengalami atropi sehingga menjadikan penurunan kekuatan otot dan
gangguan keseimbangan tubuh.( Carvalho et al,2015).
3.2.2 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Resiko Jatuh Pada Lansia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya hubungan indeks massa tubuh
terhadap resiko jatuh sebesar 2,39 dengan nilai p value = 0,021 < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan indeks massa tubuh berhubungan positif dan signifikan dengan
9
resiko jatuh pada lansia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSI Sultan Agung
Semarang. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dari (Han et al.,
2010), semakin meningkat nya indeks massa tubuh maka akan semakin membuat
lansia tidak seimbang dalam aktivitasnya. Orientasi pada refleks tubuh, kekuatan
otot serta panjang dan tinggi langkah semua terjadi penurunan karena penuaan
dan merusak kemampuan untuk menghindari jatuh yang tidak terduga. Lansia
juga kurang mampu memindahkan berat badan atau mengambil langkah cepat
untuk menghindari jatuh ketika keseimbangan terganggu. Karena reaksi tersebut
para lansia memiliki kecenderungan untuk mengambil beberapa langkah yang
lebih kecil.
Pada penelitian yang lain yaitu penelitian (Utami, 2015) hubungan antara
indeks massa tubuh dengan risiko jatuh berkorelasi rendah walaupun lansia yang
mengalami overweight dan underweight mempunyai risiko jatuh tinggi yang
disebabkan oleh keseimbangan tubuh pada lansia.
Meningkatnya kejadian jatuh seiring dengan usia yang bertambah karena
adanya perubahan secara fisiologis dan patologis. Penuaan normal dikaitkan
dengan penurunan beberapa sistem fisiologis diantaranya muskuloskeletal,
kardiovaskuler, visual, vestibular dan propriosepsi, koordinasi, tanggapan postural
lambat, dan fungsi kognitif. Secara patologis kondisi seperti radang sendi,
diabetes, penyakit serebro vaskuler, inkontinensia dan gangguan penglihatan
secara signifikan sangat terkait dengan peningkatan risiko jatuh.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terdapat hubungan bentuk telapak kaki dan indeks massa tubuh dengan risiko
jatuh pada lansia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSI Sultan Agung Semarang,
dimana dapatkan kesimpulan semakin besar indeks massa tubuh maka semakin
rendah lengkung telapak kaki dan akan semakin beresiko jatuh pada lansia.
10
4.2 Saran
4.1.1 Kepada Institusi Pendidikan
Harapan peneliti hasil penelitian ini mampu memberikan masukan ataupun
referensi terkait materi geriatri dan pencegahan pada lansia agar terhindar dari
resiko jatuh.
4.1.2 Kepada Instansi Pelayanan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi terkait peningkatan
kesejahteraan lansia salah satunya adalah untuk mencegah resiko jatuh melalui
edukasi tentang indeks massa tubuh dan bentuk kaki lansia.
4.1.3 Kepada Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan edukasi kepada masyarakat
khususnya lansia untuk latihan penguatan otot kaki, menjaga pola makan sehingga
lansia tetap mandiri dalam aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Carvalho,C.E.et al ( 2015) Relationship between foot posture measurements and
force platform parameters during two balance tasks in older and younger
subjects, Journal of Physical Therapy Science, 27 (3),pp. 705-710.doi:
10,1 589/jpts.27.705.
Darmojo B, Martono H. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi III.
Jakarta: Balai Penerbit FKUS.
Gita Putu., Indah Sari., (2015). Hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan
keseimbangan statis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Volume 2 No 1
Han, S. S., Kim, K. W., Kim, K.-I., Na, K. Y., Chae, D.-W., Kim, S., & Chin, H.
J. (2010). Lean Mass Index: A Better Predictor of Mortality than Body
Mass Index in Elderly Asians. Journal of the American Geriatrics Society,
58(2), 312–317. https://doi.org/10.1111/j.1532-5415.2009.02672.x
Hillstrom, H. J. et al. (2014) ‘Foot Type Biomechanics Part 1: Structure and
Function of the Asymptomatic Foot’, 37(3), pp. 445–451. doi:
10.1016/j.gaitpost.2012.09.007.Foot.
Jacobs, M., Fox, T, 2008. Using The “ Timed Up and Go/ TUG” Test to Predict
Risk Of Falls; from http://www.assistedlivingconsult.com/issues/.
Kesehatan,K.and Indonesia, R. ( 2016 ) PROFIL KESEHATAN INDONESIA
11
Lopez-Lopez,D.et.al. (2018)” Foot arch height and quality of life in adults:A
strobe observational study”, International Journal of Environmental
Research and Public Health, 15(7), pp.1-7.doi: 10.3390/ijerph 15071555
Mootanah, R. et al. (2014) ‘Foot Type Biomechanics Part 2: Are Structure and
Anthropometrics Related to Function?’, 37(3), pp. 1–11. doi:
10.1016/j.gaitpost.2012.09.008.Foot.
Martono, H. H., & Pranarka, K. (2015). Buku Ajar Geriatri Boedhi-Darmojo Edisi
5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Puszczalowska-Lizis,E.et al (2017) Feet deformities are correlated with impaired
balance and postural stability in seniors over 75’,PLoS one,12(9),pp. 1-14.
Doi:10.1371/journal.pone.0183227
Podsiadlo, D., & Richardson, S. (1991). The Timed “Up & Go”: A Test of Basic
Functional Mobility for Frail Elderly Persons. Journal of the American
Geriatrics Society, 39(2), 142–148.
Staheli,LT.( 1992 ) Fundamentalof orthopedics , New York.
Shariff, S. M. et al. (2017) ‘Evaluation of Foot Arch in Adult Women:
Comparison between Five Different Footprint Parameters’, Sains
Malaysiana, 46(10), pp. 1839–1848. doi: 10.17576/jsm-2017-4610-22.
Utami, F. Y. (2015). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Kecepatan Jalan
Dengan Resiko Jatuh Pada Lanjut Usia. Hubungan Indeks Massa Tubuh
Dan Kecepatan Jalan Dengan Resiko Jatuh Pada Lanjut Usia.
Yuji Ohta,E.A (2014)” Effects of Foot Arch Structure on Personal Stability
‘,Clinical Research on Foot & Ankle, 02(02. Doi:
10.4172/2329.910x.1000133